kdm iii tb paru
DESCRIPTION
NNTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia memerlukan
banyak kebutuhan untuk hidup. Adapun kebutuhan manusia yang
paling dasar yaitu, manusia memerlukan makanan dan minum
untuk bertahan hidup, memerlukan sandang dan pangan,
memerlukan tempat tinggal, kebutuhan akan eliminasi, dan banyak
yang lainnya. Dalam ilmu keperawatan terdapat beberapa
kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan nutrisi, kebutuhan
eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK),
kebutuhan personal hygine (kebersihan diri), kebutuhan oksigenasi,
kebutuhan istirahat dan tidur dan lain sebagainya. Diantara
kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang akan dibahas yaitu kebutuhan
oksigenasi.
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari
kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen
diperlukan untuk proses pernapasan. Oksigen berperan dalam
metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi, karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh
berkurang maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan apabila
hal tersebut berlangsung lama maka akan menyebabkan kematian.
Proses pemenuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan
cara pembeian oksigen melalui saluran pernapasan, membebaskan
saluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berfungsi secara normal.
2
Agar kebutuhan oksigen tersebut dapat seimbang maka harus
didukung oleh faktor-faktor atau keadaan tertentu. Misalnya
seseorang akan terpenuhi kebutuhan oksigennya apabila dia
melindungi dirinya dari hal yang dapat menjadi gangguan pada
pemenuhan oksigen. Karena akan terdapat gangguan pada proses
pernapasan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi gangguan
pada pemenuhan oksigenasi maka seorang perawat harus
memberikan penyuluhan tentang hal yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada pemenuhan oksigenasi.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama
dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti
ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan
terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia
dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran
pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
dapat berfungsi normal kembali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oksigenasi ?
2. Bagaimana proses pernafasan ?
3. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan
oksigenisasi ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenisasi ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan
oksigenisasi
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar oksigenasi
a. Pengertian oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolismedan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo,sulistyo, 2012).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
prosesmetabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel tubuh. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk
ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh
agar berfungsi secara optimal.Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi
oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium ( Potter &Perry, 2006).
b. Kebutuhan oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh
secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses
pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak
kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
4
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
B. Tujuan pemberian oksigenasi
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi
dada, dan cara penghisapan lendir (suction)
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Pernapasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan
udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisab dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan
menhembuskan disebut ekspirasi.
1. Anatomi sistem pernafasan
a. Saluran Nafas Atas
1) Hidung
(a.) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
(b.) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga
oleh tulang hidung dan kartilago
(c.) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
(d.) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa
yang sangat banyak mengandung vaskular yang
disebut mukosa hidung
5
(e.) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet
yang mensekresi lendir secara terus menerus dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
(f.) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
mengalir ke dan dari paru-paru
(g.) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru-paru
(h.) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori
(penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam
mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan
dengan pertambahan usia
2) Faring
(a.) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba
yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke
laring
(b.) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring),
oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
(c.) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif
3) Laring
a. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel
kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
b. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri
atas :
(1.) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi
ostium ke arah laring selama menelan
(2.) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
(3.) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea,
sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(Adam's apple)
6
(4.) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago
yang komplit dalam laring (terletak di bawah
kartilago tiroid)
(5.) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan
pita suara dengan kartilago tiroid
(6.) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh
gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara
(pita suara melekat pada lumen laring)
c. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan
terjadinya vokalisasi
d. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah
dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4) Trakea
a. Disebut juga batang tenggorok
b. Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang
disebut karina
b. Saluran Nafas Bawah
1) Bronkus
(a.) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
(b.) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus
lobaris kiri (2 bronkus)
(c.) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9
bronkus segmental
(d.) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi
menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2) Bronkiolus
(a.) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi
bronkiolus
7
(b.) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3) Bronkiolus Terminalis
(a.) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar
lendir dan silia)
4) Bronkiolus respiratori
(a.) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respiratori
(b.) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara jalan napas konduksi dan jalan
udara pertukaran gas
5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
(a.) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam
duktus alveolar dan sakus alveolar
(b.) Dan kemudian menjadi alveoli
6) Alveoli
(1.) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
(2.) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
(3.) Terdiri atas 3 tipe :
(a.) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveoli
(b.) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif
secara metabolik dan mensekresi surfaktan
(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)
8
(c.) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan
PARU
1. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2. Terletak dalam rongga dada atau toraks
3. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar
4. Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh
fisura interlobaris
6. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
7. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya
PLEURA
a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis
b. Terbagi mejadi 2 :
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan
tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
9
2. Fisiologi sistem pernafasan
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara
diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup
(inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
a. Proses Respirasi
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer
ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.Proses
ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat
tekanan udara semakin tinggi.
Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci
dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru
untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampua
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
2) Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli
dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan
alveoli.Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
paktor, yaiti luasnya permukaan paru, tebal membran
respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan).Perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana o2 dari alveoli
masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah
vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi)
10
3) Transfortasi Gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2
kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke
kaviler.Transfortasi gas dapat dipengaruhi olehy beberapa
factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi
pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),
serta elitrosit dan kadar Hb.
D. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka, dan lain-lain.
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyalit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan
akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung
dan paru-paru.
11
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dan permukaan laut
12
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN (TB PARU)
A. Pengertian
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus,
sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal
0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang
pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)
Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang
disebabkan Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2009).
TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung
disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian
besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal
0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif
kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
13
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan
paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian
besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer,
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan
didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis
post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk
kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.
C. Klasifikasi
WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif
dan kasus baru dengan bentuk TB berat.
2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal
dengan sputum BTA positif.
3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan
dalam kategori I
4. Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.
D. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan
atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada,
batuk darah.
14
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-
macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling
banyak terjadi yaitu :
1. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-
kadang panas badan mencapai 40-410C. Demam biasanya
menyerupai demam influenza sehingga penderita biasanya tidak
pernah terbebas dari serangan demam influenza.
2. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya
dialami ± 4 minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk
dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini biasanya akan
berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
3. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,
badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin
15
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi,
2012)
Pada anak
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas atau gagal tumbuh
- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai
2 minggu
- Batuk kronik >- 3 minggu dengan tanpa wheeze
E. Patofisiologi
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi
ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-
paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan
oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan
silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Bila, masukke arteri pulmonalis maka terjadi
penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus.
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
F. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya
suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum
16
pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu kelainan paru.
Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk
mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada
tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT.
Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini
adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses
penyembuhan yang lengkap.
2. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan
kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran
garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan
adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler,
bronkhiektasis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-
scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan
kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen
biasa.
3. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara
masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat
dan sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil
pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah
tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang
terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus
dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan
penyakitnya.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk
membedakan species Mycobacterium yang satu dengan lainnya
harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada
berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan
17
percobaan, serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis
antigen Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi adalah sputum pasien, urine, dan
cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain
yang dapat digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang
belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan swab
tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis
Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan
laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya
disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.
5. Pemeriksaan Bakteriologik
Walaupun urine dan kateter, cairan otak, dan isi lambung dapat
diperiksa secara mikroskopik, tetapi pemeriksaan bakteriologik
yang paling penting untuk diagnosis TB adalah pemeriksaan
sputum. Metode pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dipakai. Cara
perwaranaan yang paling banyak dipakai adalah teknik pewarnaan
fluoresensi memakai larutan auramin-rodamin. Setelah larutan ini
melekat pada mikobakteri maka tidak dapat didekolarisasi lagi
dengan alkohol asam.
G. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat
terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
1. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke
arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau
columna vertebralis.
2. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke
dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya
penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung
18
bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat
pleura yang kaya akan protein.
3. Empisema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas
pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura
oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
4. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan
laryngitis tuberculosis.
5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di
dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada
orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat
melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena
itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh
organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.
6. Keruskan parennkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi
parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan
kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
7. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas,
menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk
mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
H. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut :
1. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu
batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam
larutan disinfektan).
19
2. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan
yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah,
memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di
rumah.
4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang
lembab dan kotor (polusi).
5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.
I. Konsep dasar asuhan keperawatan
Pada konsep dasar asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan
perencanaan pulang.
1. Pengakajian
Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis
paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi
rumah yang kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping
dari obat tuberculosis paru
20
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status
atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah
mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon
klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien
untuk mencegah atau menghilangkan masalah.
Diagnosa diantaranya :
21
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema,
peningkatan dan kekentalan sekresi trakeobronkial atau paru,
bronkospasme, inflamasi trakeobronkial, nyeri preulitik, dan batuk tidak
efektif sekunder akibat keletihan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan tidak
adekuat sekunder akibat kesulitan bernapas, kehilangan cairan tidak
normal sekunder akibat peningkatan kehilangan cairan yang tidak
dirasakan (IWL) akibat pernapasan yang cepat atau demam
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan
fungsional paru sekunder akibat pneumonia, udara terperangkap,
gangguan pertukaran oksigen di alveoli sekunder akibat sekresi yang
terkumpul, dan hipoventilasi.
d. Ketidakseimbangan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan nafsu makan sekunder akibat dispneu dan malaise,
tingginya kebutuhan metabolik
3. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan
prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan
tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan
Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana
tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada Tuberkulosis Paru
22
No. Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
berhubungan
dengan,
peningkatan dan
kekentalan sekresi
trakeobronkial
atau paru,
bronkospasme.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 3 x
24 jam, masalah
dapat teratasi
dengan kriteria
hasil :
-mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah, tidak ada
pursed ( lips ).
- frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal
Guidance :
- kaji TTV
-kaji penyebab
ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi
dari saluran nafas
Support :
-berikan posisi
semifowler
Teaching :
-ajarkan pasien teknik
batuk efektif
Environment :
-ciptakan lingkungan
yang bersih dan
tenang
Colaboration :
-berkolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian
Oksigen
2. Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan asupan
cairan tidak
adekuat sekunder
akibat kesulitan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
pemberian
nutrisi melalui
oral dan
Guidance:
-kaji turgor kulit
-pantau status hidrasi
(misalnya,kelembapa
n membran mukosa,
keadekuatan nadi,
dan tekanan darah
23
bernapas,
kehilangan cairan
tidak normal
sekunder akibat
peningkatan
kehilangan cairan
yang tidak
dirasakan (IWL)
akibat
pernapasan yang
cepat atau
demam
intravena,
masalah dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
-memiliki
konsentrasi
urine yang
normal
-memiliki
hemoglobin dan
hematokrit
dalam batas
normal
-tidak
mengalami haus
yang tidak
normal
-memiliki
keseimbangan
asupan cairan
dan haluaran
yang seimbang
dalam 24 jam
-menampilkan
hidrasi yang
baik
-
ortostatik )
- timbang berat
badan setiap hari
dan pantau
kecenderunganya
Support :
-berikan perawatan
mulut (oral care)
sebelum dan
sesudah
penatalaksanaan
respiratori
Teaching :
-anjurkan makanan
sedikit tapi sering
dengan diet tinggi
kalori tinggi protein
( TKTP)
Environment :
-ciptakan lingkungan
yang bersih
Colaboration :
-kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian untuk
menentukan
komposisi diet
24
3. Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
penurunan
jaringan
fungsional paru
sekunder akibat
pneumonia,
udara
terperangkap,
gangguan
pertukaran
oksigen di alveoli
sekunder akibat
sekresi yang
terkumpul, dan
hipoventilasi.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
oksigenasi,
masalah dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
-mempunyai
fungsi paru
dalam batas
normal
-memiliki
ekspansi paru
yang simetris
-tidak
mengalami
napas dangkal
atau ortopnea
-tidak
menggunakan
otot aksesoris
untuk bernapas
-
Guidance :
-kaji suara paru,
frekuensi napas,
kedalaman, dan
usaha napas, dan
produksi sputum
sebagai indikator
keefektifan
penggunaan alat
penunjang
-pantau oksigen
dengan oksimeter
nadi
-observasi terhadap
sianosis, terutama
membran mukosa
mulut
Support :
-berikan posisi high
powler
Teaching :
-jelaskan kepada
pasien teknik
bernapas dan
relaksasai
-ajarkan kepada
pasien bagaimana
menggunakan
inhaler yang
25
dianjurkan sesuai
dengan kebutuhan
Environment :
-ciptakan lingkungan
yang tenang
Colaboration :
-kolaborasi dengan
dokter tentang
pentingnya gas
darah arteri (GDA)
dan penggunaan alat
bantu yang
dianjurkan sesuai
dengan adanya
perubahan kondisi
pasien
4 Ketidakseimbang
an kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
kehilangan nafsu
makan sekunder
akibat dispneu
dan malaise,
tingginya
kebutuhan
metabolik
Setelah
dillakukan
tindakan
keperawatan,
pemberian
makanan
melalui oral,
lewat slang atau
parenteral total,
masalah dapat
teratasi dengan
kriteria hasil :
Guidance :
-ketahui makanan
kesukaan pasien
-tentukan
kemampuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Support :
-anjurkan untuk
makan yang sedikit
tapi sering
26
-
mempertahanka
n massa tubuh
dan berat badan
dalam batas
normal
-melaporkan
tingkat energi
yang adekuat
Teaching :
-ajarkan metode
untuk perencanaan
makanan
-ajarkan pasien
tentang makanan
yang bergizi dan
tidak mahal
Environment :
-ciptakan lingkungan
yang bersih
Colaboration :
-kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
menentukan
kebutuhan protein
pasien yang
mengalami
ketidakadekuatan
asupan protein atau
kehilangan protein
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk
membantu klien tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan
27
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yang mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan penyakit,
pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai
keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data
dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua tindakan keperwatan di catat dalam format yang telah
ditetapkan oleh semua institusi.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Tuberkulosis Paru yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan
napas, pencegahan tahap penularan karena penyakit ini sangat
berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I
nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang,
mempertahan kan berat badan ideal dan menunjukan prubaha perilau
dalam meningkatkan kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu
bekerja sama dengan klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang
lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.
(Nursalam, 2001: hal 63).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan.
Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses
(formatting) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang
28
dilaksanakan secara terus-menerus terhadap tindakan yang telah
dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara
keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan
menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan.
Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru
berdasarkan diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan
napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari
distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda
malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku
dan pola hidup untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko
pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru. (Nursalam, 2001 : hal 71)
6. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan
tuberculosis paru adalah:
a. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai
dengan instruksi dokter.
b. Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat
yang tertutup dan tidak disembarang tempat bila perlu diberi larutan
desinfektan
c. Istirahat yang cukup.
d. Menghidari suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.
e. Memperbaiki sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang
memadai.
f. Memberikan penyinaran matahari yang baik di rumah.
g. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab
dan kotor (polusi).
h. Makanan yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu,
telur, ikan. Nabati : Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi
vitamin : Buah-buahan dan sayuran
i. Makanan yang harus dihindari adalah alcohol
29
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolismedan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo,sulistyo, 2012).
Tujuan pemberian oksigenasi
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi
dada, dan cara penghisapan lendir (suction)
Tujuan :
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk
batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah,
2012)
Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup
oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)
TB ini sering ditemukan pada anak-anak dan orang-orang yang sudah
lansia
31
DAFTAR PUSTAKA
Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya. Erlangga. Jakarta
http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html (di
akses pada tanggal 14 oktober 2014)
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika
http://citratriwahyuningtyas.blogspot.com/2013/04/makalah-
oksigenasi.html (di akses pada tanggal 14 oktober 2014 )
http://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen, di unduh 14
oktober 2014
Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses
penyakit , alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC,
1999.
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm (di akses pada tanggal
14 oktober 2014)
Price, Sylvia Anderson, Pemeriksaan Bakteriologik, edisi 6, Jakarta, EGC,
2003
Nanda, Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Ns. Esty Wahyuningsih,
S.Kep, edisi 9, Jakarta, EGC 2011