kdm iii tb paru

44
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia memerlukan banyak kebutuhan untuk hidup. Adapun kebutuhan manusia yang paling dasar yaitu, manusia memerlukan makanan dan minum untuk bertahan hidup, memerlukan sandang dan pangan, memerlukan tempat tinggal, kebutuhan akan eliminasi, dan banyak yang lainnya. Dalam ilmu keperawatan terdapat beberapa kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), kebutuhan personal hygine (kebersihan diri), kebutuhan oksigenasi, kebutuhan istirahat dan tidur dan lain sebagainya. Diantara kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang akan dibahas yaitu kebutuhan oksigenasi. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses pernapasan. Oksigen berperan dalam metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama maka akan menyebabkan kematian. Proses

Upload: nunung-ayu-novi

Post on 31-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

NN

TRANSCRIPT

Page 1: KDM III TB PARU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia memerlukan

banyak kebutuhan untuk hidup. Adapun kebutuhan manusia yang

paling dasar yaitu, manusia memerlukan makanan dan minum

untuk bertahan hidup, memerlukan sandang dan pangan,

memerlukan tempat tinggal, kebutuhan akan eliminasi, dan banyak

yang lainnya. Dalam ilmu keperawatan terdapat beberapa

kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan nutrisi, kebutuhan

eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK),

kebutuhan personal hygine (kebersihan diri), kebutuhan oksigenasi,

kebutuhan istirahat dan tidur dan lain sebagainya. Diantara

kebutuhan-kebutuhan tersebut, yang akan dibahas yaitu kebutuhan

oksigenasi.

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah bagian dari

kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen

diperlukan untuk proses pernapasan. Oksigen berperan dalam

metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus

terpenuhi, karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh

berkurang maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan apabila

hal tersebut berlangsung lama maka akan menyebabkan kematian.

Proses pemenuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan

cara pembeian oksigen melalui saluran pernapasan, membebaskan

saluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya

oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar

berfungsi secara normal.

Page 2: KDM III TB PARU

2

Agar kebutuhan oksigen tersebut dapat seimbang maka harus

didukung oleh faktor-faktor atau keadaan tertentu. Misalnya

seseorang akan terpenuhi kebutuhan oksigennya apabila dia

melindungi dirinya dari hal yang dapat menjadi gangguan pada

pemenuhan oksigen. Karena akan terdapat gangguan pada proses

pernapasan. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi gangguan

pada pemenuhan oksigenasi maka seorang perawat harus

memberikan penyuluhan tentang hal yang dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pada pemenuhan oksigenasi.

Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama

dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti

ada yang kekurangan oksigen akan mengalami hipoxia dan akan

terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan pada manusia

dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran

pernapasan dan sumbatan yang yang menghalangi masuknya

oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar

dapat berfungsi normal kembali.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian oksigenasi ?

2. Bagaimana proses pernafasan ?

3. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan

oksigenisasi ?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan

oksigenisasi ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan

oksigenisasi

Page 3: KDM III TB PARU

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar oksigenasi

a. Pengertian oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas

dan unsur vital dalam proses metabolismedan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo,sulistyo, 2012).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam

prosesmetabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh

sel tubuh. Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk

ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh

agar berfungsi secara optimal.Terapi oksigen merupakan salah satu terapi

pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi

oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam

darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada

miokardium ( Potter &Perry, 2006).

b. Kebutuhan oksigenasi

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh

secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh

secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat

menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan

kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem

pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ

sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses

pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak

kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam

Page 4: KDM III TB PARU

4

pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran

pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

B. Tujuan pemberian oksigenasi

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan

pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi

dada, dan cara penghisapan lendir (suction)

Tujuan :

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

3. Untuk menurunkan kerja jantung

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem

respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Pernapasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar

yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan

udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisab dari

oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan

menhembuskan disebut ekspirasi.

1. Anatomi sistem pernafasan

a. Saluran Nafas Atas

1) Hidung

(a.) Terdiri atas bagian eksternal dan internal

(b.) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga

oleh tulang hidung dan kartilago

(c.) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang

dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh

pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

(d.) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa

yang sangat banyak mengandung vaskular yang

disebut mukosa hidung

Page 5: KDM III TB PARU

5

(e.) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet

yang mensekresi lendir secara terus menerus dan

bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

(f.) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara

mengalir ke dan dari paru-paru

(g.) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan

melembabkan serta menghangatkan udara yang

dihirup ke dalam paru-paru

(h.) Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori

(penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam

mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan

dengan pertambahan usia

2) Faring

(a.) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba

yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke

laring

(b.) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring),

oral (orofaring), dan laring (laringofaring)

(c.) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada

traktus respiratorius dan digestif

3) Laring

a. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel

kartilago yang menghubungkan faring dan trakea

b. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri

atas :

(1.) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi

ostium ke arah laring selama menelan

(2.) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

(3.) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea,

sebagian dari kartilago ini membentuk jakun

(Adam's apple)

Page 6: KDM III TB PARU

6

(4.) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago

yang komplit dalam laring (terletak di bawah

kartilago tiroid)

(5.) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan

pita suara dengan kartilago tiroid

(6.) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh

gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara

(pita suara melekat pada lumen laring)

c. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan

terjadinya vokalisasi

d. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah

dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu

4) Trakea

a. Disebut juga batang tenggorok

b. Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang

disebut karina

b. Saluran Nafas Bawah

1) Bronkus

(a.) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

(b.) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus

lobaris kiri (2 bronkus)

(c.) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus

segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9

bronkus segmental

(d.) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi

menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh

jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

2) Bronkiolus

(a.) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi

bronkiolus

Page 7: KDM III TB PARU

7

(b.) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak

terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

3) Bronkiolus Terminalis

(a.) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi

bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar

lendir dan silia)

4) Bronkiolus respiratori

(a.) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respiratori

(b.) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran

transisional antara jalan napas konduksi dan jalan

udara pertukaran gas

5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar

(a.) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam

duktus alveolar dan sakus alveolar

(b.) Dan kemudian menjadi alveoli

6) Alveoli

(1.) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

(2.) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu

membentuk satu lembar akan seluas 70 m2

(3.) Terdiri atas 3 tipe :

(a.) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang

membentuk dinding alveoli

(b.) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif

secara metabolik dan mensekresi surfaktan

(suatu fosfolipid yang melapisi permukaan

dalam dan mencegah alveolar agar tidak

kolaps)

Page 8: KDM III TB PARU

8

(c.) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang

merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja

sebagai mekanisme pertahanan

PARU

1. Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

2. Terletak dalam rongga dada atau toraks

3. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi

jantung dan beberapa pembuluh darah besar

4. Setiap paru mempunyai apeks dan basis

5. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh

fisura interlobaris

6. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

7. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen

sesuai dengan segmen bronkusnya

PLEURA

a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan

jaringan elastis

b. Terbagi mejadi 2 :

1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan

tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua

permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk

mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru

d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

Page 9: KDM III TB PARU

9

2. Fisiologi sistem pernafasan

Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara

diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup

(inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).

a. Proses Respirasi

1) Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer

ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.Proses

ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya

perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,

semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin

rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat

tekanan udara semakin tinggi.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci

dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru

untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampua

CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.

2) Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli

dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan

alveoli.Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa

paktor, yaiti luasnya permukaan paru, tebal membran

respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstisial( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi

apabila terjadi proses penebalan).Perbedaan tekanan dan

konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana o2 dari alveoli

masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam

rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah

vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi)

Page 10: KDM III TB PARU

10

3) Transfortasi Gas

Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2

kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke

kaviler.Transfortasi gas dapat dipengaruhi olehy beberapa

factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi

pembuluh darah,latihan (exercise), perbandingan sel

darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),

serta elitrosit dan kadar Hb.

D. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen

1. Faktor Fisiologi

a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada

obstruksi saluran napas bagian atas.

c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun

mengakibatkan transport O2 terganggu.

d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,

ibu hamil, luka, dan lain-lain.

e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti

pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,

penyalit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan

surfaktan.

b. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan

akut.

c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran

pernapasan dan merokok.

d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,

kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung

dan paru-paru.

Page 11: KDM III TB PARU

11

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi

paru menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya

ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan

arterioklerosis.

b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah

perifer dan koroner.

d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan

intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan

hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat

pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat

4. Faktor Lingkungan

a. Tempat kerja

b. Suhu lingkungan

c. Ketinggian tempat dan permukaan laut

Page 12: KDM III TB PARU

12

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN (TB PARU)

A. Pengertian

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus,

sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal

0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah, 2012)

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang

pasien TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri

tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)

Tuberculosis adalah suatu infeksi kronik jaringan paru yang

disebabkan Mycobacterium tuberculosae (Herdin, 2009).

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung

disebabkan oleh kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian

besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2011 ).

B. Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal

0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).

Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan

lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan

dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi

karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini

kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif

kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa

Page 13: KDM III TB PARU

13

kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.

Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada

bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran

pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan

paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka

terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah

bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya

dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian

besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer,

peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik

terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan

didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis

post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena

terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk

kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

C. Klasifikasi

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:

1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif

dan kasus baru dengan bentuk TB berat.

2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal

dengan sputum BTA positif.

3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan

yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan

dalam kategori I

4. Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.

D. Manifestasi Klinis

Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan

atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada,

batuk darah.

Page 14: KDM III TB PARU

14

Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-

macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang paling

banyak terjadi yaitu :

1. Demam

Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-

kadang panas badan mencapai 40-410C. Demam biasanya

menyerupai demam influenza sehingga penderita biasanya tidak

pernah terbebas dari serangan demam influenza.

2. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya

dialami ± 4 minggu dan bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk

dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini biasanya akan

berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah pada

tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada

ulkus dinding bronkus.

3. Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah

lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise

Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan,

badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri

otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin

Page 15: KDM III TB PARU

15

berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi,

2012)

Pada anak

- Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang

jelas atau gagal tumbuh

- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai

2 minggu

- Batuk kronik >- 3 minggu dengan tanpa wheeze

E. Patofisiologi

Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi

ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung

pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan

kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan

berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel infeksi ini terhisap

oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-

paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru

oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan

oleh makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan

silia dalam sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang

biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk

ke organ tubuh lainnya. Bila, masukke arteri pulmonalis maka terjadi

penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening

menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus.

Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.

F. Pemeriksaan Diagnosis

1. Pemeriksaan Rontgen Toraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya

suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum

Page 16: KDM III TB PARU

16

pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan suatu kelainan paru.

Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk

mengevaluasi hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada

tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT.

Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area dan ini

adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses

penyembuhan yang lengkap.

2. Pemeriksaan CT-scan

Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan

kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran

garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan

adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler,

bronkhiektasis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-

scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan

kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan rontgen

biasa.

3. Radiologis TB Paru Milier

TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara

masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat

dan sering disertai akibat fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil

pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah

tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang

terlihat pada hasil rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus

dimana bentuk milier klasik berkembang seiring dengan perjalanan

penyakitnya.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan

pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk

membedakan species Mycobacterium yang satu dengan lainnya

harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada

berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan

Page 17: KDM III TB PARU

17

percobaan, serta perbedaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis

antigen Mycobacterium.

Bahan untuk pemeriksaan isolasi adalah sputum pasien, urine, dan

cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain

yang dapat digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang

belakang), cairan pleura, jaringan tubuh, feses, dan swab

tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis

Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan

laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya

disebabkan peningkatan immunoglobulin, terutama IgG dan IgA.

5. Pemeriksaan Bakteriologik

Walaupun urine dan kateter, cairan otak, dan isi lambung dapat

diperiksa secara mikroskopik, tetapi pemeriksaan bakteriologik

yang paling penting untuk diagnosis TB adalah pemeriksaan

sputum. Metode pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dipakai. Cara

perwaranaan yang paling banyak dipakai adalah teknik pewarnaan

fluoresensi memakai larutan auramin-rodamin. Setelah larutan ini

melekat pada mikobakteri maka tidak dapat didekolarisasi lagi

dengan alkohol asam.

G. Komplikasi

Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat

terjadi pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

1. Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran

getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke

arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau

columna vertebralis.

2. Efusi pleura

Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke

dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya

penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung

Page 18: KDM III TB PARU

18

bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat

pleura yang kaya akan protein.

3. Empisema

Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas

pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura

oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).

4. Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan

laryngitis tuberculosis.

5. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di

dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada

orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat

melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena

itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh

organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan.

6. Keruskan parennkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi

parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan

kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

7. Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas,

menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk

mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

H. Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi

mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut :

1. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu

batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam

larutan disinfektan).

Page 19: KDM III TB PARU

19

2. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

3. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan

yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah,

memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di

rumah.

4. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang

lembab dan kotor (polusi).

5. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

I. Konsep dasar asuhan keperawatan

Pada konsep dasar asuhan keperawatan ini akan dibahas tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan

perencanaan pulang.

1. Pengakajian

Pengkajian menurut 11 pola Gordon yaitu:

a. Pola pemeliharaan kesehatan

1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis

paru

2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol

3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi

rumah yang kurang.

b. Pola nutrisi metabolic

1) Nafsu atau selera makan menurun

2) Mual

3) Penurunan berat badan

4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik

c. Pola eliminasi

1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi

2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping

dari obat tuberculosis paru

Page 20: KDM III TB PARU

20

d. Pola aktivitas dan latihan

1) Kelemahan umum/ anggota gerak

2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.

e. Pola tidur dan istirahat

1) Kesulitan tidur pada malam hari

2) Mimpi buruk

3) Berkeringat pada malam hari

f. Pola persepsi kognitif

Nyeri dada meningkat karena batuk

g. Pola persepsi dan konsep diri

1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular

2) Perasaan tidak berdaya

h. Pola peran hubungan dengan sesama

1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

2) Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.

i. Pola reproduksi seksualitas

Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan

j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress

1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)

2) Ansietas

3) Perasaan tidak berdaya

k. Pola sistem kepercayaan

Kegiatan beribadah terganggu

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

atau masalah kesehatan aktual dan potensial. Tujuannya adalah

mengidentifikasi : pertama adanyanya masalah actual berdasarkan respon

klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua faktor-faktor yang

berkontribusi atau penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien

untuk mencegah atau menghilangkan masalah.

Diagnosa diantaranya :

Page 21: KDM III TB PARU

21

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema,

peningkatan dan kekentalan sekresi trakeobronkial atau paru,

bronkospasme, inflamasi trakeobronkial, nyeri preulitik, dan batuk tidak

efektif sekunder akibat keletihan

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan tidak

adekuat sekunder akibat kesulitan bernapas, kehilangan cairan tidak

normal sekunder akibat peningkatan kehilangan cairan yang tidak

dirasakan (IWL) akibat pernapasan yang cepat atau demam

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan

fungsional paru sekunder akibat pneumonia, udara terperangkap,

gangguan pertukaran oksigen di alveoli sekunder akibat sekresi yang

terkumpul, dan hipoventilasi.

d. Ketidakseimbangan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kehilangan nafsu makan sekunder akibat dispneu dan malaise,

tingginya kebutuhan metabolik

3. Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat

perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan. Tujuan

perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah

masalah keperawatan klien. Tahap perencanaan adalah penentuan

prioritas diagnosa, penetapan sasaran (goal) dan tujuan , penetapan

tujuan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi

keperawatan

Setelah menyusun prioritas perencanaan di atas maka langkah

selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana

tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada Tuberkulosis Paru

Page 22: KDM III TB PARU

22

No. Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektifan

bersihan jalan

napas

berhubungan

dengan,

peningkatan dan

kekentalan sekresi

trakeobronkial

atau paru,

bronkospasme.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan 3 x

24 jam, masalah

dapat teratasi

dengan kriteria

hasil :

-mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernapas dengan

mudah, tidak ada

pursed ( lips ).

- frekuensi

pernapasan dalam

rentang normal,

tidak ada suara

napas abnormal

Guidance :

- kaji TTV

-kaji penyebab

ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi

dari saluran nafas

Support :

-berikan posisi

semifowler

Teaching :

-ajarkan pasien teknik

batuk efektif

Environment :

-ciptakan lingkungan

yang bersih dan

tenang

Colaboration :

-berkolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian

Oksigen

2. Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan asupan

cairan tidak

adekuat sekunder

akibat kesulitan

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

pemberian

nutrisi melalui

oral dan

Guidance:

-kaji turgor kulit

-pantau status hidrasi

(misalnya,kelembapa

n membran mukosa,

keadekuatan nadi,

dan tekanan darah

Page 23: KDM III TB PARU

23

bernapas,

kehilangan cairan

tidak normal

sekunder akibat

peningkatan

kehilangan cairan

yang tidak

dirasakan (IWL)

akibat

pernapasan yang

cepat atau

demam

intravena,

masalah dapat

teratasi dengan

kriteria hasil :

-memiliki

konsentrasi

urine yang

normal

-memiliki

hemoglobin dan

hematokrit

dalam batas

normal

-tidak

mengalami haus

yang tidak

normal

-memiliki

keseimbangan

asupan cairan

dan haluaran

yang seimbang

dalam 24 jam

-menampilkan

hidrasi yang

baik

-

ortostatik )

- timbang berat

badan setiap hari

dan pantau

kecenderunganya

Support :

-berikan perawatan

mulut (oral care)

sebelum dan

sesudah

penatalaksanaan

respiratori

Teaching :

-anjurkan makanan

sedikit tapi sering

dengan diet tinggi

kalori tinggi protein

( TKTP)

Environment :

-ciptakan lingkungan

yang bersih

Colaboration :

-kolaborasi dengan

ahli gizi dalam

pemberian untuk

menentukan

komposisi diet

Page 24: KDM III TB PARU

24

3. Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

dengan

penurunan

jaringan

fungsional paru

sekunder akibat

pneumonia,

udara

terperangkap,

gangguan

pertukaran

oksigen di alveoli

sekunder akibat

sekresi yang

terkumpul, dan

hipoventilasi.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

oksigenasi,

masalah dapat

teratasi dengan

kriteria hasil :

-mempunyai

fungsi paru

dalam batas

normal

-memiliki

ekspansi paru

yang simetris

-tidak

mengalami

napas dangkal

atau ortopnea

-tidak

menggunakan

otot aksesoris

untuk bernapas

-

Guidance :

-kaji suara paru,

frekuensi napas,

kedalaman, dan

usaha napas, dan

produksi sputum

sebagai indikator

keefektifan

penggunaan alat

penunjang

-pantau oksigen

dengan oksimeter

nadi

-observasi terhadap

sianosis, terutama

membran mukosa

mulut

Support :

-berikan posisi high

powler

Teaching :

-jelaskan kepada

pasien teknik

bernapas dan

relaksasai

-ajarkan kepada

pasien bagaimana

menggunakan

inhaler yang

Page 25: KDM III TB PARU

25

dianjurkan sesuai

dengan kebutuhan

Environment :

-ciptakan lingkungan

yang tenang

Colaboration :

-kolaborasi dengan

dokter tentang

pentingnya gas

darah arteri (GDA)

dan penggunaan alat

bantu yang

dianjurkan sesuai

dengan adanya

perubahan kondisi

pasien

4 Ketidakseimbang

an kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan

kehilangan nafsu

makan sekunder

akibat dispneu

dan malaise,

tingginya

kebutuhan

metabolik

Setelah

dillakukan

tindakan

keperawatan,

pemberian

makanan

melalui oral,

lewat slang atau

parenteral total,

masalah dapat

teratasi dengan

kriteria hasil :

Guidance :

-ketahui makanan

kesukaan pasien

-tentukan

kemampuan pasien

untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi

Support :

-anjurkan untuk

makan yang sedikit

tapi sering

Page 26: KDM III TB PARU

26

-

mempertahanka

n massa tubuh

dan berat badan

dalam batas

normal

-melaporkan

tingkat energi

yang adekuat

Teaching :

-ajarkan metode

untuk perencanaan

makanan

-ajarkan pasien

tentang makanan

yang bergizi dan

tidak mahal

Environment :

-ciptakan lingkungan

yang bersih

Colaboration :

-kolaborasi dengan

ahli gizi dalam

menentukan

kebutuhan protein

pasien yang

mengalami

ketidakadekuatan

asupan protein atau

kehilangan protein

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan di susun dan dilanjutkan pada nursing orders untuk

membantu klien tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan

Page 27: KDM III TB PARU

27

yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

memperngaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan

adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

yang mencakup peningkatan kesehatan, pecegahan penyakit,

pemuliahan kesehatan dan memanifestasi koping. Perencanaan tindakan

keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai

keinginan untuk beradapatasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data

dan memilih tinakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

klien. Semua tindakan keperwatan di catat dalam format yang telah

ditetapkan oleh semua institusi.

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Tuberkulosis Paru yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan jalan

napas, pencegahan tahap penularan karena penyakit ini sangat

berpotensi untuk menularkan kepada orang lain melalui udara ( born I

nfection), bebas dari geala distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang,

mempertahan kan berat badan ideal dan menunjukan prubaha perilau

dalam meningkatkan kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu

bekerja sama dengan klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang

lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.

(Nursalam, 2001: hal 63).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi

selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan

tindakan.

Evaluasi yang digunakan mencakup dua bagian yaitu evaluasi proses

(formatting) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi proses adalah yang

Page 28: KDM III TB PARU

28

dilaksanakan secara terus-menerus terhadap tindakan yang telah

dilakukan . sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi tindakan secara

keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan

menggambarkan perkembangan dalam mencapai sasaran yang telah

ditentukan.

Adapun evaluasi yang diharapkan pada penyakit Tuberkulosis Paru

berdasarkan diagnosa yang muncul adalah mempertahankan jalan

napas, mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi, bebas dari

distress pernapasan, nyeri berkurang / hilang , bebas dari tanda-tanda

malnutrisi dan berat badan menjadi ideal, melakukan perubahan perilaku

dan pola hidup untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan resiko

pengaktifan ulang penyakit Tuberculosis Paru. (Nursalam, 2001 : hal 71)

6. Perencanaan Pulang

Perencanaan pulang atau discharger planning pada pasien dengan

tuberculosis paru adalah:

a. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi obat OAT secata teratur sesuai

dengan instruksi dokter.

b. Mencegah penyebaran infeksi, contoh membuang dahak ditempat

yang tertutup dan tidak disembarang tempat bila perlu diberi larutan

desinfektan

c. Istirahat yang cukup.

d. Menghidari suhu udara yang terlalu dingin dan lembab.

e. Memperbaiki sirkulasi udara di rumah dengan ventilasi rumah yang

memadai.

f. Memberikan penyinaran matahari yang baik di rumah.

g. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab

dan kotor (polusi).

h. Makanan yang dianjurkan Diet tinggi protein (Hewani : Daging, susu,

telur, ikan. Nabati : Kacang-kacangan, tahu, tempe), Diet tinggi

vitamin : Buah-buahan dan sayuran

i. Makanan yang harus dihindari adalah alcohol

Page 29: KDM III TB PARU

29

Page 30: KDM III TB PARU

30

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

mendasar. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas

dan unsur vital dalam proses metabolismedan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo,sulistyo, 2012).

Tujuan pemberian oksigenasi

Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan

pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi

dada, dan cara penghisapan lendir (suction)

Tujuan :

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

3. Untuk menurunkan kerja jantung

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem

respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.

Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

basil Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk

batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. (M.Ardiansyah,

2012)

Penyakit tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

TBC batuk dan percikan ludah yang mngandung bakteri tersebut terhirup

oleh orang lain saat bernafas. (Widoyono, 2008)

TB ini sering ditemukan pada anak-anak dan orang-orang yang sudah

lansia

Page 31: KDM III TB PARU

31

DAFTAR PUSTAKA

Widoyono.2008.penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan dan

pemberantasannya. Erlangga. Jakarta

http://arizhandhy.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-tbc.html (di

akses pada tanggal 14 oktober 2014)

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

http://citratriwahyuningtyas.blogspot.com/2013/04/makalah-

oksigenasi.html (di akses pada tanggal 14 oktober 2014 )

http://razimaulana.wordpress.com/2008/11/02/terapi-oksigen, di unduh 14

oktober 2014

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses – Proses

penyakit , alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC,

1999.

http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm (di akses pada tanggal

14 oktober 2014)

Price, Sylvia Anderson, Pemeriksaan Bakteriologik, edisi 6, Jakarta, EGC,

2003

Nanda, Diagnosa Keperawatan, alih bahasa Ns. Esty Wahyuningsih,

S.Kep, edisi 9, Jakarta, EGC 2011