kayu ara pada acara begawi masyarakat adat …digilib.unila.ac.id/26545/2/skripsi tanpa bab...

58
KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (SKRIPSI) Oleh FARISA SYARIFAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT

LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(SKRIPSI)

Oleh

FARISA SYARIFAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

ABSTRAK

KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG

PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Farisa Syarifah

Salah satu dari keanekaragamaan budaya yang berbeda tersebut dapat dilihat pada

masyarakat adat Lampung. Lampung adalah salah satu tempat dimana

masyarakatnya menganut sistem kekeluargaan Patrilinial yaitu sistem yang

menganut sistem kebapak-an. Dalam acara begawi cakak pepadun, terdapat acara

didalamnya yaitu Kayu Ara yang merupakan pada akhir puncak upacara adat yang

agung dan menjadi sarana yang dilakukan oleh kerabat yang membantu bekerja

dalam upacara adat tersebut. Bagi masyarakat Lampung Pepadun Kayu Ara

menjadi bagian penting pada upacara begawi. Kayu Ara sebagai acara puncak dari

rangkaian perkawinan adat. Adat Kayu Ara ini memiliki makna simbol tertentu

yang menunjukkan nilai-nilai kegunaan pada masyarakat Lampung Pepadun.

Simbol-simbol yang terdapat pada adat Kayu Ara ditunjukkan pada bentuk

tingkatan dan buah Kayu Ara. Upacara begawi cakak pepadun ini merupakan

suatu tradisi turun –temurun.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Makna

simbolis Kayu Ara pada acara begawi masyarakat adat lampung pepadun Marga

Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah?”. Tujuannya yaitu untuk mengetahui

Makna simbolis Kayu Ara pada acara begawi masyarakat adat lampung pepadun

Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode Hermeneutika dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara,

informan, dokumentasi, dan kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis data kualitatif.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis mengambil kesimpulan

bahwa Kayu Ara merupakan rangkaian pada akhir upacara adat yang memiliki

makna simbolis bagi masyarakat Lampung Pepadun Kabupaten Lampung Tengah.

Tujuan dilaksanakan Kayu Ara untuk melestarikan budaya Lampung supaya tidak

hilang dari peralatan adat dalam upacara adat cakak pepadun. Makna Simbolis

Kayu Ara melambangkan pintu kehidupan.

Page 3: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG

PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH

(SKRIPSI)

Oleh

FARISA SYARIFAH

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 4: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN
Page 5: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN
Page 6: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN
Page 7: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Kedaton Kota Bandar

Lampung. Pada Tanggal 15 Juni 1995, merupakan anak

ketiga dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak

Kurnia Rozali dan Ibu Suhartini.

Penulis memulai pendidikan Taman kanak-kanak (TK) Al-Azhar 4 di Kota

Bandar Lampung pada tahun 2001. Pendidikan dasar di Sekolah Dasar Al-Azhar 1

Kota Bandar Lampung pada tahun 2001. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 21 Bandar Lampung.

Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4

Bandar Lampung pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013

penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di daerah

Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jakarta. Selain itu penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa/pekon Gunung Sugih Kecamatan Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2016, serta penulis juga melaksanakan

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Sugih pada

tahun 2016.

Page 8: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang

mengubah apa apa yang pada diri mereka ”

(QS Ar-Ra'd : 11)

Page 9: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini

sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :

Bapakku Kurnia Rozali, Ibuku Suhartini

Saudara perempuanku Aulaz Zakiyyah Hulwa dan Sahla Fauzah,

dan Saudara laki-lakiku Fadlu Robbi dan Silmi Kaffah

yang telah menasehatiku serta mendukungku

dalam menggapai cita-cita dan

yang telah menjadi sumber semangatku luar biasa

Sahabat- sahabatku tercinta dan seluruh keluarga besarku

Para pendidik dan teman- teman kampus yang memberikan

semangat untukku

Serta ALMAMATERKU tercinta

Page 10: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kayu Ara pada

acara Begawi Adat Masyarakat Lampung Pepadun Buay Nyerupa

Kabupaten Lampung Tengah”. Sholawat serta salam semoga sena ntiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di

hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga

mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan Bidang Keuangan

Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Page 11: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sejarah yang telah membantu memberikan masukan, kritik dan saran

selama proses perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

Terimakasih Pak.

7. Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., selaku sebagai pembimbing kedua dalam

skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik,

dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

Terimakasih Pak.

8. Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembimbing Akademik (PA) dan

Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan

serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak.

9. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, selaku dosen Pembahas yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat

dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi. Terimakasih Pak.

10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Dr. Risma

Sinaga, M.Hum, Drs. Maskun, M.H, Drs. Tontowi, M.Si, M. Basri, S.Pd,

M.Pd , Y. Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd,

Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd dan para pendidik di Unila pada umumnya

Page 12: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.

11. Kepada Bapak Hari Zayaningrat selaku Kasi Kesenian Bidang

Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, terimakasih atas

bantuan yang bapak berikan dan kepada seluruh masyarakat di Kampung

Komering Putih.

12. Untuk keluargaku, Walid dan Idah yang selalu memberikan kasih sayang,

dukungan, semangat dan motivasi. Unan, Saidi, Silmi, Sahla dan Fathea

Terimakasih atas tawa, canda, dan semangat kalian.

13. Seseorang yang aku sayangi yang selalu memberikan semangat, dukungan,

nasihat, saran yang tiada henti. Terimakasih Egi Loveyan Jaya untuk kasih

sayang, cinta, waktu, perhatian, canda, tawa, dan selalu ada setiap harinya.

14. Sahabat-sahabat acongku dan panceiyapanceaje ( Dewi, Selvi, Tiara, Ratu,

Dwinita, Danu, Ramattullah, Juliani, dan Pinem) terimakasih kalian telah

memberikan dukungan, semangat, dan partisipasinya.

15. Sahabat- sahabat ionku penghuni rumah yay yordan, mamah Diah teman

curhat yang tulus, baik, penyayang, dan suka marahin ipah, Dina si auttan

yang alay ababil yang gila dengan tingkah dibuatnya tapi dina pintar dalam

manajemen uang kelompok, nyaiku Rimas si pembuat kekonyolan dan

jago masak sambel, miss Yola yang baik hati, tidak sombong dan

menggemaskan, Yuke yang baik hati jadi imam tiap kali solat berjamaah,

Anita yang baik hati dan lihai teman main kartu yang hebooh, Ica yang

baik hati, ayuk Dama yang selalu memberikan cemilan keripik enak yuk,

Page 13: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

dan sandy yang baik tapi kadang lelet. Terimakasih sudah berbagi

kebahagiaan selama 40 Hari KKN atas semangat dan dukungannya.

16. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2013 , Indah Sari, Ulul

Azmi, Yunika, Sarah, Septi, Asep, Navil, dan teman-temanku lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

17. Teman- teman dan adik- adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah

terima kasih atas motivasinya.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 21 April 2017

Penulis

Farisa Syarifah

Page 14: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

1.2. Analisis Masalah...................................................................................... 6

1.2.1. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6

1.2.2. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6

1.2.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian,Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ................. 7

1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9

2.1.1. Konsep Kebudayaan ......................................................................... 9

2.1.2. Konsep Kayu Ara ............................................................................. 10

2.1.3. Sejarah Singkat Kayu Ara ................................................................ 12

2.1.4. Konsep Makna.................................................................................. 15

2.1.5. Konsep Masyarakat Adat Lampung Pepadun .................................. 17

2.1.6. Konsep Masyarakat Abung Sewo Mego .......................................... 18

2.1.7. Konsep Begawi pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun ............ 22

2.2. Kerangka Pikir ......................................................................................... 23

2.3. Paradigma ................................................................................................ 25

III. METODE PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian ..................................................................................... 26

3.2.Metode yang Digunakan .......................................................................... 27

3.3.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................ 27

3.3.1.Variabel Penelitian ........................................................................... 27

3.3.2.Definisi Operasional Variabel .......................................................... 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 29

3.4.1.Teknik Observasi ............................................................................. 29

3.4.2.Teknik Wawancara .......................................................................... 30

3.4.3.Informan ........................................................................................... 30

3.4.4.Teknik Dokumentasi ........................................................................ 32

Page 15: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

3.4.5.Teknik Kepustakaan ........................................................................ 32

3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 33

3.5.1.Reduksi .................................................................................... ........ 33

3.5.2.Penyajian Data................................................................................... 34

3.5.3.Pengambilan Kesimpulan .................................................................. 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil ........................................................................................................ 35

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................... 35

4.1.1.1.Sejarah Kampung Komering Putih .......................................... 35

4.1.1.2. Luas Wilayah Kampung Komering Putih ............................... 37

4.1.1.3. Letak dan Batas Administratif Kampung Komering Putih .... 38

4.1.1.4.Keadaan Geografis dan Iklim Kampung Komering Putih ....... 38

4.1.1.5.Keadaan Penduduk Kampung Komering Putih ....................... 39

4.1.1.6.Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................ 40

4.1.1.7.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...................... 40

4.1.1.8.Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.................... 42

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................ 43

4.1.2.1.Kayu Ara pada Acara Begawi Masyarakat Adat Lampung

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung .............. 43

4.1.2.2.Berbagai macam Buah Kayu Ara ............................................. 47

4.1.2.3.Macam Buah Kayu Ara ............................................................ 47

4.1.2.4.Perubahan Pergeseran pembuatan Kayu Ara Tradisional ke

Modern` .................................................................................... 55

4.2.Pembahasan ............................................................................................. 57

4.2.1. Makna Simbolis Kain Putih ............................................................. 57

4.2.2. Makna Simbolis Selendang .............................................................. 59

4.2.3. Makna Simbolis Handuk .................................................................. 60

4.2.4. Makna Simbolis Sapu Tangan ......................................................... 61

4.2.5. Makna Simbolis Panci ..................................................................... 62

4.2.6. Makna Simbolis Gayung .................................................................. 63

4.2.7. Makna Simbolis Payung .................................................................. 63

4.2.8. Makna Simbolis Termos .................................................................. 64

4.2.9. Makna Simbolis Jawan untuk Nasi .................................................. 64

4.2.10.Makna Simbolis Sikat Kamar Mandi .............................................. 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan ............................................................................................... 66

5.2.Saran ......................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Sejarah Pemerintahan Kampung Komering Putih........................... 36

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kampung

Komering Putih................................................................................ 39

3. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Kampung

Komering Putih................................................................................ 40

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

KomeringPutih......................................................................................41

5. Sarana Pendidikan Kampung Komering Putih................................ 42

Page 17: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner

2. Daftar Nama Informan

3. Dokumentasi

4. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

5. Surat Izin Penelitian

6. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

7. Lembar Pengajuan Judul

Page 18: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau dan

tersebar diseluruh Nusantara. Keanaekaragaman budaya serta suku bangsa

menjadi ciri khas yang menonjol bagi Indonesia sendiri. Suku- suku di Indonesia

sangat banyak aneka ragamnya seperti suku Lampung, Asmat, Betawi, Baduy,

Jawa, Batak, Padang, Palembang, Sunda, Bali, Bugis, Dayak, Ambon dan lainnya.

Dilihat dari banyaknya bentuk suku diatas, maka terdapat keanekaragaman

perilaku serta budaya yang berbeda pula.

Salah satu dari keanekaragaman budaya yang berbeda tersebut dapat kita lihat

pada masyarakat adat Lampung. Lampung adalah salah satu tempat dimana

masyarakatnya menganut sistem kekeluargaan Patrilinial yaitu sistem yang

menganut sistem Kebapak-an. Dari segi budaya, masyarakat Lampung dapat

dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu masyarakat yang menganut Adat

Saibatin dan masyarakat yang menganut Adat Pepadun. Dalam buku Pakaian dan

Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung dinyatakan bahwa :

Masyarakat Lampung dibagi menjadi dua golongan yaitu masyarakat

Lampung Pepadun dan Saibatin. Secara mendasar kedua kelompok adat

memiliki unsur tertentu yang sangat menonjol yaitu Kepunyimbangan.

Punyimbang artinya orang yang dituakan karena ia pewaris mayor dalam

keluarga kerabat atau kebuwaian. Suku Lampung beradatkan pepadun

ditandai dengan upacara adat naik tahta duduk diatas alat yang disebut

pepadun; yaitu singgasana adat pada upacara pengambilan gelar adat,

Page 19: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

2

biasa disebut upacara cakak pepadun. Kelompok masyarakat adat pepadun

terdiri dari empat klen besar yang masing-masing dibagi menjadi klen-klen

yang disebut Buai. Pembagian klen pada masyarakat Lampung awalnya

berdasarkan pada lokasi tempat (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas

Pendidikan, 2004 : 2).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa Adat Lampung Pepadun memiliki empat

klan besar yang masing-masing terbagi menjadi klan-klan yang disebut buai. Klan

tersebut adalah Abung Sewo Mego, Pubiyan Telu Suku, Mego Pak Tulang

Bawang, dan Way Kanan Buay Lima dan Sungkai. Di dalam Abung Sewo Mego

sendiri terdiri dari sembilan marga, salah satunya adalah buay Nyerupa yang

masyarakatnya bermukim diwilayah Komering Putih. Masyarakat buay Nyerupa

hingga saat ini masih menjaga dan melaksanakan tradisi terutama pada

perkawinan. Masyarakat buay Nyerupa di wilayah Komering Putih masih

melaksanakan begawi cakak Pepadun yaitu suatu pesta adat. Dalam buku Upacara

adat begawi cakak Pepadun dinyatakan bahwa cakak pepadun adalah peristiwa

pelantikan penyimbang menurut adat istiadat masyarakat Lampung Pepadun,

yakni gawi adat yang wajib dilaksanakan bagi seorang yang akan berhak

memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai penyimbang yang dilakukan oleh

lembaga perwatin adat (Depdikbud, 1999 : 1).

Pada acara begawi yang dirangkaikan dengan upacara perkawinan, banyak

tahapan kegiatan yang terangkai didalamnya. Tahapan kegiatan mencakup tahap

persiapan hingga pelaksanaan, tahap-tahap tersebut antara lain :

1. Merwatin ( musyawarah adat )

2. Ngakuk Majau (Hibal Serbou/ Bumbang Aji) yaitu rombongan para

penyimbang menuju ke tempat mempelai wanita.

Page 20: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

3

3. Ngebekas yaitu orang tua atau ketua purwatin adat dari pihak mempelai

wanita menyerahkan mempelai wanita kepada ketua purwatin adat pihak

mempelai pria.

4. Upacara turun duwai atau turun mandi di patcah aji yaitu acara puncak

dari pesta adat perkawinan dan sekaligus pemberian gelar kedua mempelai

di sebuah panggung kehormatan di patcah aji.

5. Acara cangget agung yaitu acara puncak yang dilaksanakan pada malam

hari sebelum dilaksanakan mepadun.

6. Mepadun yaitu acara simbolis untuk membentuk kerajaan/ kekuasaannya

dalam rumah tangganya sendiri. Acara mepadun terdiri dari :

a. Upacara cakak pepadun didahului dengan iringan calon

penyimbang menuju sesat dengan mengendarai jepano

b. Acara Tari igol mepadun

c. Calon punyimbang didudukkan di atas pepadun dan diumumkan

bagi kedua pengantin serta kedudukannya dalam adat (Depdikbud,

2006:79).

Melihat rangkaian acara yang ada dalam acara Begawi Cakak Pepadun

perkawinan, terdapat peralatan acara didalamnya yang dinamakan dengan Kayu

Ara. Dalam buku Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun dinyatakan bahwa Kayu

Ara terletak di tengah–tengah Lunjuk (panggung kehormatan) dan di keempat

sudut Lunjuk. (Depdikbud, 1999 : 43).

Page 21: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

4

Hasil wawancara dengan Bapak Suttan Junjungan Sako beliau merupakan kepala

adat di Kabupaten Lampung Tengah menyatakan bahwa:

Kayu Ara biasanya terletak di tengah-tengah Lunjuk di keempat sudut

Lunjuk. Kayu Ara ini berbentuk seperti pagoda sederhana menjulang ke

atas. Tiangnya dibuat dari pohon pinang yang dilingkari oleh lingkaran-

lingkaran bambu berhias yang digantungi dengan berbagai macam benda

seperti kain, selendang, handuk sapu tangan, panci, gayung, payung,

termos, jawan untuk nasi, dan sikat kamar mandi. Geghal atau nama kata

ara atau agha berasal dari kata hughu-hagha yang artinya penyebab

timbulnya masalah. Bentuk kayu agha itu, bercabang empat dan bertangkai

Sembilan. Ada juga tiruan kayu agha atau ara yang lebih pendek dari yang

tengahnya empat cabang tetapi tujuh tangkai.(Wawancara dengan Bapak

Suttan Junjungan Sako, tanggal 24 september 2016).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa Nama kata ara atau agha berasal dari kata

hughu-hagha yang artinya penyebab timbulnya masalah. Kayu ara diabadikan

hingga sekarang ditengah temu lunjuk yang dibuat oleh orang Lampung begawi

adat sampai sekarang. Kayu Ara terletak di bagian tengah-tengah Lunjuk

(panggung kehormatan) dan di keempat sudut Lunjuk (panggung kehormatan).

Batang Kayu Ara bertangkai Sembilan lalu bercabang empat. Konon Panjang

kayu ara dari Skala Berak sampai Teluk Semangka.

Kayu Ara berbentuk pagoda sederhana menjulang ke atas. Tiangnya dibuat dari

Pohon pinang adalah sebuah tumbuhan sejenis palma, mempunyai batang yang

tinggi berbentuk langsing dan lurus ke atas. Pohon pinang yang dilingkari oleh

lingkaran-lingkaran bambu yang berhias yang digantungi dengan berbagai macam

benda seperti kain putih, selendang, dan handuk, sapu tangan, panci, gayung,

payung, termos, jawan untuk nasi, dan sikat kamar mandi. Zaman nenek moyang

Pohon pinang dipercaya tahan lama untuk bahan peralatan acara begawi adat

lampung akan tetapi, sekarang masyarakat marga buai nyerupa menggunakan

tiang besi untuk menggantikan pohon pinang. Dipojokan empat dari temu lunjuk

Page 22: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

5

ditegakkan tiruan yang lebih pendek dari yang ditengah, caranya empat cabang

tetapi tingkatan tujuh tangkai.

Empat batang yang sekarang dinamakan pajaghau melambangkan empat

kedatuan. Kedatuan adalah Datu di Puncak Bukit, Datu di Bubun Bukit, Datu di

Belalau Bukit, dan Datu di Pemanggilan. Sembilan tangkai melambangkan

sembilan orang yang diutus sebagai pahlawan, dan tujuh tingkat melambangkan

orang yang meninggal. (Abdullah A. Subing; BA PT. Karya Lini Pree)

Tujuan dilaksanakan Kayu Ara untuk melestarikan budaya lampung supaya tidak

hilang dari peralatan adat dalam upacara begawi cakak pepadun. Pada akhir

upacara adat begawi cakak pepadun Kayu Ara ini dipanjat oleh kerabat yang

membantu bekerja dalam upacara adat tersebut. Fungsinya saling berebutan untuk

mendapatkan macam-macam benda yang berada di Kayu Ara. Dan sering kali

tiang pohon Kayu Ara diberi bahan pelicin agar tidak mudah dipanjat. Kayu Ara

melambangkan pohon kehidupan.

Kayu Ara adalah sarana dalam pelaksanaan acara begawi masyarakat adat

Lampung Pepadun Marga Buai Nyerupa kabupaten Lampung Tengah. Pada saat

adat perkawinan dengan melaksanakan begawi cakak pepadun, karena Kayu Ara

ini mempunyai makna, tujuan, serta proses pelaksanaan tradisi seperti persiapan,

peralatan, dan pelaksanaan hingga penyelesaian atau kegiatan akhir sebuah tradisi

yang merupakan rangkaian dalam perkawinan adat Lampung Pepadun.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud untuk meneliti mengenai

Makna simbolis Kayu Ara pada acara Begawi Masyarakat Adat Lampung

Pepadun Marga Buai Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 23: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

6

1.2. Analisis Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis diatas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Makna simbolis Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat adat

lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung

Tengah.

2. Makna filosofis Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat adat

lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung

Tengah.

3. Persepsi Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat adat lampung P

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

1.2.2. Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada,

maka penulis membatasi masalah ini pada “Makna simbolis Kayu Ara pada acara

Begawi Masyarakat Adat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten

Lampung Tengah.”

1.2.3. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian lebih lanjut, maka rumusan masalah sangat penting

untuk dibuat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Makna simbolis Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat Adat Lampung Pepadun

Marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah?”

Page 24: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

7

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan apa yang dicapai dari hasil akhir

penelitian. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan

penelitin ini adalah untuk mengetahui Makna Kayu Ara pada acara Begawi

Masyarakat Adat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung

Tengah.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak yang

membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumbangan refrensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar

mengetahui Kayu Ara pada acara Begawi Masyarakat Adat Lampung Pepadun

Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

2. Sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan

Lampung khususnya Kayu Ara pada acara Begawi Masyarakat Adat Lampung

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 25: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Ilmu Kebudayaan.

1.5.2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Makna simbolis Kayu Ara pada acara

Begawi masyarakat Adat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa di Kabupaten

Lampung Tengah.

1.5.3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah Masyarakat Lampung Pepadun Marga

Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah.

1.5.4. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini adalah pada tahun 2016.

1.5.5. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Komering Putih, Kabupaten Lampung

Tengah.

Page 26: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

REFERENSI

Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan. 2004. Pakaian dan Perhiasan

Pengantin Tradisional Lampung. Lampung. Halaman 2.

Depdikbud. 1999. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Provinsi Lampung.

Lampung. Halaman 1.

Ibid. Halaman 43.

Depdikbud. 2006. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Provinsi Lampung.

Lampung. Halaman 79.

Page 27: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1.Konsep Kebudayaan

Hassan Shadily mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan dari hasil

manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia

sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian,

moral hukum, adat kebiasaan dan lain-lain. Menurut E.B Taylor, kebudayaan

adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan

yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Suwarno, 2012 : 81).

Sedangkan kebudayaan menurut Herskovit dan Malinowski adalah suatu yang

superorganik, karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi

tetap hidup terus atau berkesinambungan meskipun orang-orang yang menjadi

anggota masyarakat senatiasa silih berganti disebabkan karena kematian dan

kelahiran.

Selo Somardjan dan Soeleman merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil

karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang

deperlukan oleh manusia untuk menguasai alam.Kemudian rasa yang meliputi

jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu

Page 28: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

10

untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Dan cipta

merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup

bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan

(Suwarno, 2012 : 79).

Antropolog C. Kluckhohn didalam sebuah karyanya yang berjudul Universal

Catagories of Culture telah menguraikan ulasan pendapat para sarjana yang

merujuk pada adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural

universal, yaitu :

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat

rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)

b. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan,

sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya)

c. Pengetahuan

d. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,

sistem perkawinan)

e. Bahasa (lisan maupun tertulis)

f. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya)

g. Religi (sistem kepercayaan) (Suwarno, 2012 : 83).

Ketujuh unsur universal tersebut masing-masing dapat dijabarkan kedalam sub-

unsur. Demikian ke-tujuh unsur kebudayaan universal tadi memang mencakup

kebudayaan makhluk manusia dimanapun juga didunia, dan menunjukkan lingkup

dari kebudayaan serta isi dari konsepnya.

2.1.2. Konsep Kayu Ara

Melihat rangkaian acara yang ada dalam acara Begawi Cakak Pepadun

perkawinan, terdapat peralatan acara didalamnya yang dinamakan dengan Kayu

Ara. Dalam buku Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun dinyatakan bahwa Kayu

Ara terletak di tengah–tengah Lunjuk (panggung kehormatan) dan di keempat

sudut Lunjuk. (Depdikbud, 1999 : 43).

Page 29: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suttan Junjungan Sako beliau

merupakan kepala adat di Kabupaten Lampung Tengah menyatakan bahwa:

Kayu Ara biasanya terletak di tengah-tengah Lunjuk di keempat sudut

Lunjuk. Kayu Ara ini berbentuk seperti pagoda sederhana menjulang ke

atas. Tiangnya dibuat dari pohon pinang yang dilingkari oleh lingkaran-

lingkaran bambu berhias yang digantungi dengan berbagai macam benda

seperti kain putih, selendang, handuk, sapu tangan, panci, gayung, payung,

termos, jawan untuk nasi, dan sikat kamar mandi. Gelagh atau nama

kataara berasal dari kata hughu-hagha yang artinya penyebab timbulnya

masalah. Bentuk kayu agha itu, bercabang empat dan bertangkai Sembilan.

Ada juga tiruan kayu agha atau ara yang lebih pendek dari yang tengahnya

empat cabang tetapi tujuh tangkai.(Wawancara dengan Bapak Suttan

Junjungan Sako, tanggal 24 september 2016).

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa Nama kata ara atau agha berasal dari kata

hughu-hagha yang artinya penyebab timbulnya masalah.Kayu ara diabadikan

hingga sekarang ditengah temu lunjuk yang dibuat oleh orang lampung begawi

adat sampai sekarang. Kayu Ara terletak di bagian tengah-tengah Lunjuk

(panggung kehormatan) dan di keempat sudut Lunjuk (panggung kehormatan).

Batang Kayu Ara bertangkai Sembilan lalu bercabang empat. Panjang kayu ara

dari Skala Berak sampai Teluk Semangka.

Kayu Ara berbentuk pagoda sederhana menjulang ke atas. Tiangnya dibuat dari

Pohon pinang adalah sebuah tumbuhan sejenis palma, mempunyai batang yang

tinggi berbentuk langsing dan lurus ke atas. Pohon pinang yang dilingkari oleh

lingkaran-lingkaran bambu yang berhias yang digantungi dengan berbagai macam

benda seperti kain putih, selendang, handuk, sapu tangan, panci, gayung, payung,

termos, jawan untuk nasi, dan sikat kamar mandi. Zaman nenek moyang Pohon

pinang dipercaya tahan lama untuk bahan peralatan acara begawi adat lampung

akan tetapi, sekarang masyarakat Marga Buay Nyerupa menggunakan tiang besi

untuk menggantikan pohon pinang. Dipojokan empat dari temu lunjuk ditegakkan

Page 30: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

12

tiruan yang lebih pendek dari yang ditengah, caranya empat cabang tetapi

tingkatan tujuh tangkai.

Empat batang yang sekarang dinamakan pajaghau melambangkan empat

kedatuan. Kedatuan adalah Datu di Puncak Bukit, Datu di Bubun Bukit, Datu di

Belalau Bukit, dan Datu di Pemanggilan. Sembilan tangkai melambangkan

sembilan orang yang diutus sebagai pahlawan, dan tujuh tingkat melambangkan

orang yang meninggal. (Abdullah A. Subing; BA PT. Karya Lini Pree)

Tujuan dilaksanakan Kayu Ara untuk melestarikan budaya lampung supaya tidak

hilang dari peralatan adat dalam upacara begawi cakak pepadun. Pada akhir

upacara adat begawi cakak pepadun Kayu Ara ini dipanjat oleh kerabat yang

membantu bekerja dalam upacara adat tersebut. Fungsinya saling berebutan untuk

mendapatkan macam-macam benda yang berada di Kayu Ara. Dan sering kali

tiang pohon Kayu Ara diberi bahan pelicin agar tidak mudah dipanjat. Kayu Ara

melambangkan pohon kehidupan.

Kayu Araadalah sarana dalam pelaksanaan acara begawimasyarakat adat

Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa kabupaten Lampung Tengah. Pada saat

adat perkawinan dengan melaksanakan begawi cakak pepadun, karena Kayu Ara

ini mempunyai makna, tujuan, serta proses pelaksanaan tradisi seperti persiapan,

peralatan, dan pelaksanaan hingga penyelesaian atau kegiatan akhir sebuah tradisi

yang merupakan rangkaian dalam perkawinan adat Lampung Pepadun.

2.1.3. Sejarah Singkat Kayu Ara

Hasil wawancara dengan Bapak Baharuddin gelarnya Pangeran adek Patih pada

tanggal 15 Desember 2016 dirumah kediaman Bapak Baharuddin. Bapak

Baharuddin mengatakan bahwa:

Page 31: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

13

Kisah Kayu ara atau hughu-hagha setijang manusiyo ino meghittek ughik aman,

henterem dan damai. Mulo wajarlah lamun tiyan ngeuwatken konsolidasi di lem

lingkunganno. Penang munih halno jamo tiyan sai ngebukak/ negeiken

(tiyuh/anek) di Sekalo Beghak Bukit Pesagei Lappung Barat.

Dipek tiyan negeiken kedatuan, tiyan anggep tepat jak segalo segei (kedatuan

Datu=pimpinan). Pak (4) jimo. Datu jamo kedatuanno ijo ngeupoken cirei khas

jak pebettukan anek bagi jimo Lappung sai paguh belakeu tigeh tano.

Kedatuan ino iyolah:

1. Datu Di Puccak ngakuk pek di Puccak Bukit

2. Datu Di Pugung ngakuk pek di Bubuh Bukit

3. Datu Di Belalau ngakuk pek di Belalau Bukit

4. Datu Di Pemanggilan ngakuk pek di pek sai strategis pakai nyuwak jimo

ramik.

Dipandayei jamo tiyan bahwa wat ruh jahhel sai dicawoken tiyoh duguk. Duguk-

duguk ino ghisek ngeganggeu, yo meneng di sebatang kayeu balak sejenis kayeu

pinus digelaghei kayeu haro atau kayeu aro. Ke-pak Dateu sepadan ago nuwagh

kayeu hughu ino, tiyan ngayun siwo jimo sai dipippin jamo Puyang Lunik. Kayeu

hughu ino behasil dituwagh anying mengan kurban senayah piteu jimo. Utusan sai

mulai Puyang Lunik jamo sai sangkan begaweh. Nurut cerito, tijjang kayeu hughu

ino jak Sekalo Beghak kucukno tigeh Teluk Semangka, galih kayeu haro ino

dijadeiken kekuhan.

Kayeu hughu diabadeiken tigeh tano, di tengah temeu lunjuk sai diguwai lamun

jimo Lappung begawei adat tigeh tano. Gelagh kata hughu ino beasal jak kata

Page 32: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

14

huru hara sai retteino penyebab timbulno masalah. Bentuk tiruwan Kayeu hughu

ino becabang pak betikkat siwo. Ditetukeu pak jak lunjuk ditegeiken sai lebih ibah

anjak sai di tengah, cabangno munih pak, anying tingkatanno piteu begaweh. Pak

batang sai tano dicacak bajarau=penyaghau, nandoken pak kedatuan siwo tikkat

nandoken siwo jimo sai diutus sebagai pahlawan. Piteu tikkat ngelambangken

jimo sai ninggal.

Terjemahan:

Setiap manusia itu menginginkan hidup aman, tenteram, dan damai, sehingga

wajarlah banyak mereka menginginkan kondalisasi di dalam lingkungannya.

Sama juga halnya dengan mereka yang membuka/ menegakkan desa atau

kampung di Skala Berak Bukit Pesagi Lampung Barat.

Dengan mereka menegakkan kedatuan atau kerajaan, mereka anggap tepat dari

semua segi (kedatuan orang Lampung) yang berlaku saat ini.

Kedatuan itu ialah:

1. Datu Di Puccak ngambil pek di Puccak Bukit

2. Datu Di Pugung ngambil pek di bubuh Bukit

3. Datu di Belalau ngambil pek di belalau Bukit

4.Datu di Pemanggilan ngambil di pek yang strategis untuk manggil orang

banyak

Diketahui mereka bahwa ada roh jahat yang dibicarakan mereka hantu-hantu itu

sering menganggu dia tempat tinggal di sebatang kayu besar sejenis kayu pinus

yang sering disebut Kayu Ara. Keempat datu sepakat ingin menebang Kayu

Page 33: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

15

Araitu, mereka menyuruh Sembilan orang yang dipimpin oleh Puyang Lunik.

Kayu Ara itu berhasil ditebang, tetapi memakan korban sebanyak tujuh orang

utusan yang pulang Puyang Lunik sama Sangsakan saja. Menurut cerita panjang

Kayu Ara pucuknya itu dari Skala Berak sampai Teluk Semangka. Yang paling

tengah Kayu Ara itu dijadikan kelekup. Kayu Ara diabadikan hingga sekarang,

ditengah temu lunjuk yang dibuat oleh orang Lampung begawi adat hingga

sekarang. Nama kata ara berasal dari kata huru hara yang artinya penyebab timbul

masalah. Bentuk tiruan Kayu Ara itu, bercabang empat bertingkat Sembilan.

Dipojok empat dari temu lunjuk ditegakkan pula tiruan yang lebih pendek dari

yang ditengah, caranya empat cabang pula tetapi tingkatan tujuh saja. Empat

batang yang sekarang dinamakan Pajarau=penyaghau. Melambangkan empat

kedatuan, Sembilan tingkat melambangkan Sembilan orang yang diutus sebagai

pahlawan, tujuh tingkat melambangkan orang meninggal.

2.1.4. Konsep Makna

Makna adalah suatu konsep atau pengertian yang terkandung dalam sebuah kata.

Makna dapat diartikan sebagai arti dari sebuah kata atau benda, makna muncul

pada saat bahasa dipergunakan karena peranan bahasa dalam komunikasi dan

proses berpikir, serta khususnya dalam persoalan yang menyangkut bagaimana

mengidentifikasi, memahami ataupun meyakini.

Ariftanto dan Maimunah (1988:58) bependapat bahwa makna adalah arti atau

pengertian yang erat hubungannya antara tanda atau bentuk yang berupa lambang,

bunyi, ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan. Menurut hermeneutika

Gadamer yang dikutip oleh Mudjia Raharjo (2008:31), makna suatu tindak (atau

Page 34: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

16

teks atau praktik) bukanlah sesuatu yang ada pada tindak itu sendiri, namun

makna selalu bermakna bagi seseorang sehingga bersifat relatif bagi penafsirnya.

Makna adalah arti atau maksud dan antara lain dapat merujuk pada hal- hal

berikut:

1. Makna Simbol

Makna simbol yaitu makna yang terdapat dalam bentuk- bentuk budaya

seperti bahasa, ritual, dan konstrusi simbolik didalamnya yang memiliki

pemaknaan yang melebihi dari simbol itu sendiri.

2. Makna Pragmatis

Makna pragmatis yaitu bersifat praktis dan berguna bagi umum, makna

pragmatis bersifat mengutamakan kepraktisan atau kegunaan. Dapat

dikatakan makna pragmatis berkaitan dengan kegunaan atau kemanfaatan

akan suatu hal atau benda.

3. Makna Filosofis

Makna filosofis yaitu makna yang memiliki hubungan dengan keyakinan

serta upaya menemukan kebenaran yang bersifat abstrak tentang hakikat

sesuatuyang pada penelitian ini mengacu pada nilai budaya.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka yang dimaksud makna adalah arti dari

sebuah kata atau benda. Dalam hal ini, makna yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah Makna simbolis Kayu Ara pada acaraBegawi masyarakat adat lampung

pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 35: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

17

2.1.5. Konsep MasyarakatAdat LampungPepadun

Manusia secara alamiah memiliki naluri sosial diyakini tidak biasa hidup sendiri

dan terasing tanpateman, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun,

mempertahankan hidup maupun dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Wadah hidup bersama dengan terikat dan terjalin dalam hubungani nteraksi serta

interelasi social dan berorganisasi inilah cirri manusia yang normal, wajar dan

kodrati. Wadah atau medan pertemuan antar individu inilah yang dinamakan

masyarakat atau pergaulan hidup.

Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1986) mengartikan masyarakat sebagai

pergaulan hidup manusia atau sehimpun orang yang hidup bersama dalam sesuatu

tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertenu (Abdul Syani,2009:2).

Menurut Selo Soemardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama,

yang menghasilkan kebudayaan.

Berdasarkan pengertian masyarakat diatas bahwa masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang saling berinteraksi serta memiliki suatu ikatan yang kuat karena

memiliki latar belakang yang sama, mempunyai ikatan batin yang samaantara

mereka serta tatacara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok

kemudian mempunyai hubungan timbal balik antar mereka.

Masyarakat adat adalah Masyarakat asli yang mendiami suatu wilayah tertentu.

Menurut AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada Kongres I tahun 1999

dan masih dipakai sampai saat ini adalah:

Masyarakat adat adalah Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan

asal usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang

memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial

budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah

keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. (http//Masyarakat adat -

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html)

Page 36: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

18

Salah satumasyarakat adat yang ada yang ada di Indonesia adalahmasyarakat

Lampung. Pada masyarakat Lampung terdapat dua masyarakat yang di bagi

berdasarkan adat istiadat serta dialek bahasanya.

Masyarakat Lampung dibagi menjadi dua golongan yaitu masyarakat

Lampung Pepadun dan Saibatin. Secara mendasar kedua kelompok adat

memiliki unsur tertentu yang sangat menonjol yaitu Kepunyimbangan.

Punyimbang artinya orang yang dituakan karena ia pewaris mayor dalam

keluarga kerabat atau kebuwaian.

Suku Lampung beradatkan pepadun ditandai dengan upacara adat naik

tahta duduk diatas alat yang disebut pepadun; yaitu singgasana adat pada

upacara pengambilan gelar adat,biasa disebut upacara cakak pepadun.

Kelompok masyarakat adat pepadun terdiri dari 4 klen besar yang masing-

masing dibagi menjadi klen-klen yang disebut Buay. Pembagian klen pada

masyarakat Lampung awalnya berdasarkan pada lokasi tempat.

Adat istiadat masyarakat pepadun khususnya ditandai dengan upacara-

upacara adat besar dengan pemberian gelar atau Juluk Adok. Dalam

kedudukan setiap orang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan

status adat (Achieved status), dengan melakukan cakak pepadun.

Syaratnya adalah membayar sejumlah uang yang disebut dau dan sejumlah

kerbau. Makin tinggi tingkat adat yang akan dicapai, makin banyak uang

yang dibayarkan dan kerbau yang harus dipotong. Kalau seseorang

menaikan statusnya sebagai penyimbang atau pemimpin adat harus lebih

dulu disahkan dan diakui oleh penyimbang-penyimbnag yang setingkat di

lingkungan daerahnya (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas

Pendidikan,2004 : 2).

Masyarakat Lampung Pepadunu mumnya berdialek Nyo“O” Seperti pada

masyarakat adat Abung Sewo Mego danMego Pak Tulang bawang, sebagian lagi

menggunakan dialek Api“A” seperti pada masyarakat Pubiyan TeluSuku, Bunga

Mayang (Sungkai), dan Way Kanan.

2.1.6. Konsep Masyarakat Abung Sewo Mego

Dalam buku Hilman Hadikusuma Masyarakat dan Adat Budaya Lampung,

menyatakan bahwa Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi,

Page 37: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

19

Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan

Terbanggi.Penduduk di Lampung Tengah sendiri di angkat dari adat kemargaan

“Abung Sewo Mego” dan “Pubian Telu Suku”, yaitu kebuaian atau jurai yang

berasal dari 9 (sembilan) keturunan. Kesembilan jurai (jurai sewo) itu terdiri dari

Anak Tuha, Nuban, Nunyai, Unyi, Subing, Kunang, Selagai, Nyerupa dan Beliuk.

Sembilan kebuaian penduduk asli ini, di lingkungan setempat masing-masing

mendiami sejumlah tempat di Kabupaten Lampung Tengah. Hal itu dengan

ditandai adanya perkampungan masyarakat pribumi, bahasa daerah sehari-hari

yang dipergunakan serta budaya daerah penduduk suku asli yang turun temurun

bermukim di sini.

Marga Abung ada 9 kebuayan yaitu :

1. Buay Nunyai : Ngemulan batin sebuay nunyai,mergo siwo tanjar

semapew, akkun begawei nguppulken sumbay, serbo cukup tandono

liyeuw.Arti: Permulaan/Bibit Pemimpin si buay nunyai, sembilan marga

sejajar berdampingan, waktu pesta adat mengumpulkan sumbay, serba

kecukupan tandanya lewat. Ini menandakan dari sembilan marga abung

buay nunyai awalnya merupakan pemimpin karena dia anak paling tua

selain itu tanda mereka adalah serba kecukupan.

2. Buay Unyi: Tuladan buay unyi,gayo ngemulan sako, mak ngemik anying

ngenei, mulo jejamo mako.Arti: Ketauladan buay unyi, kaya permulaan

dulu, tidak punya tapi memberi, makanya sesama punya/kaya.Ini

menandakan buay Unyi adalah orang yang senang menolong/berbagi satu

sama lain.

Page 38: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

20

3. Buay Subing: Cemecek batin lain wat apai, liwakno ho sangun

kakmapeu,akun begawei nguppulken sumbay, selek tigo tandono liyeuw

Arti: Cemecek pemimpin bukan ada tempat tidur, berpisah dulu memang

sudah kaya, waktu pesta adat mengumpulkan sumbay, menyandang tiga

keris tandanya lewat.Ini menandakan buay subing dari dulu juga sudah

kaya dan dalam pesta adat selalu menyandang 3 keris (biasanya 2) karena

ada 1 keris yg merupakan rampasan dari raja bajak laut atau bajau yg

berhasil dia kalahkan.

4. Buay Nuban: Buay nuban sejaro timbay,anjak dijaman sang bimo ratu,

wateu bebagei sikam pak mubai, nuwak tano semapeu tungguw

Arti: Buay nuban sejaro dulu, dari jaman sang bimo tunggal, waktu

berbagi kami empat perempuan, nuwak sekarang menunggu

berdampingan.

Ini menandakan buay nuban adalah anak perempuan.

5. Buay Beliyuk: Anak kudo kecacah awas, sebidang ruang semapeu

tungguw, akun begawei lagi digilas, pak likur daw tandono liyeuw

Arti: Anak kuda awas kesohor, sebidang ruang menunggu berdampingan,

waktu pesta adat di gilas, 40 harta tandanya lewat.Ini menandakan ada 40

daw dari ngejuk akkuk untuk buay beliyuk dalam adat setelah perdamaian

digilas setelah berselisih dengan buay Nunyai dimana buay beliyuk

sewaktu mereka hampir kalah lalu dibantu orang misterius dari banten yg

diperkirakan adalah fatahillah.

6. Buay Nyerupa: Gajah igai sekappung, nyepurung sapu jagat, nyeberang

suwo nginum, mak neteng kanan kiri.Arti: Gajah igai sekampung,

Page 39: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

21

memutar sapu jagat, nyeberang sekalian minum, tidak memegang kanan

kiri. Ini menandakan ciri dari buay nyerupa, sebelumnya kedudukannya

diisi oleh buay bulan setelah terjadi perselisihan dijaman belanda akhirnya

kedudukan buay bulan digantikan buay nyerupa.

7. Buay Selagai: Kimas sako ngeberan,lem abung siwo migo,baten lagi

rusuan, yo sangun meno sibo.Arti: Pemimpin dulu pangeran, dalam abung

sewo migo, banten dan rasuan, dia memang duluan siba.

Ini menandakan buay selagai yg paling duluan siba ke banten dan

mendapat gelar pangeran atau adipati.

8. Buay Kunang: Buay kunang nyahajo, jak aji pemanggilan,dilem pengawo

sewo, meno pesayan. Arti: Inilah buay kunang, dari aji pemanggilan,

dalam punggawa sembilan, duluan sendiri. Ini mengisahkan sewaktu buay

nunyai turun dari canguk gatcak ke way abung atau rarem mereka sudah

menjumpai buay kunang bermukim di sekitar bujung penagan

9. Buay Anak Tuho: Anak aji simeno,turun jak tali kiang,sijo saitemen yo,

ngadiken siwo ruang. Arti: Anak aji yg duluan, turun dari tali kiang, ini

yang sebenarnya, mengadakan sembilan ruang.Ini menandakan dari

kerabat buay aji, buay anak tuho yg duluan turun dari skala brak.

Berdasarkan identifikasi persebaran masyarakat Lampung Pepadun Abung Sewo

Mego, maka Kampung Komering Putih Kabupaten Lampung Tengah masuk

kedalam marga Abung Sewo Mego Buay Nyerupa.

Page 40: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

22

2.1.7. Konsep Begawi Pada Masyarakat Adat Lampung Pepadun

Begawi adalah peristiwa pelantikan punyimbang menurut adat istiadat masyarakat

adat Lampung Pepadun, yakni gawi adat yang wajib dilaksanakan bagi seseorang

yang akan berhak memperoleh pangkat atau kedudukan sebagai punyimbang yang

dilakukan oleh Lembaga perwatin Adat (Kherustika dkk, 2008 : 14).

Sedangkan menurut Hilman Hadikusuma mengatakan begawi adalah membuat

suatu pekerjaan sedangkan begawi cakak pepadun adalah berpesta adat besar naik

tahta kepunyimbangan dengan mendapat gelar nama yang tinggi (Hadikusuma,

1989 : 149).

Dalam upacara adat begawi bagi masyarakat adat Lampung yang mampu secara

materi dan masih memegang adat istiadat biasanya dirangkaikan dengan upacara

perkawinan atau khitanan. Seperti yang dinyatakan oleh Hilman Hadikusuma

(1989 :1 63) sebagai berikut:

Dalam kegiatan perkawinan ini akan dapat kita ketahui acara dan upacara-

upacara adat, mulai dari yang sederhana sampai ke upacara adat besar

(begawi balak). Upacara adat itu harus memenuhi berbagai syarat dan

berbagai tata tertib adat dengan menyembelih kerbau, baik di tempat

mempelai wanita maupun di tempat mempelai pria, membayar biaya adat

dalam bentuk biaya persidangan perwatin adat dan lain-lain.

Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara

seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri untuk maksud mendapatkan

keturunan dan membangun kehidupan keluarga, tetapi juga berarti suatu

hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak isteri dan

pihak suami (Hadikusuma, 2003:70).

Page 41: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

23

Menurut Hilman Hadikusuma (1989:142) mengatakan bahwa :

Diantara hubungan kekerabatan yang paling dekat adalah perkawinan,

yang menurut adat dapat dilaksanakan dengan berbagai acara, mulai dari

pergaulan bujang gadis sampai pada pelaksanaan upacara adatnya.

Perkawinan bagi orang Lampung bukan semata-mata urusan pribadi,

melainkan juga urusan keluarga, kerabat dan masyarakat adat. Perkawinan

menentukan status keluarga, terlebih lagi bagi keluarga anak tertua laki-

laki, dimana keluarga rumah tangganya akan menjadi pusat pemerintahan

kerabat bersangkutan, sehingga perkawinannya harus dilaksanakan dengan

upacara adat besar dan dilanjutkan dengan upacara adat begawi cakak

pepadun.

Dari uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa begawi adalah upacara

pemberian gelar bagi mempelai pria dan wanita dengan naik tahta

kepunyimbangan (cakak pepadun) yang dirangkaikan dengan pesta perkawinan

masyarakat Lampung Pepadun untuk memperoleh gelar dan kedudukan yang

tinggi dalam adat.

2.2. Kerangka Pikir

Kehidupan masyarakat yang ada di Kampung Komering Putih Kabupaten

Lampung Tengah, masyarakat masih melaksanakan tradisi adat yang sudah

dilakukan sejak jaman nenek moyang yaituKayu Ara. Peristiwa adat yang

menghadirkan Kayu Ara adalah upacara begawi. Biasanya, masyarakat adat

Lampung Pepadun yang sedang melaksanakan upacara begawi akanmerangkaikan

upacara begawi dengan perkawinan adat.

Dalam setiap pelaksanaan begawi maka akan dilaksanakan Kayu Arapada

rangkaian upacarabegawi. Dalam buku Upacara adat begawi cakak Pepadun

dinyatakan bahwa Kayu Ara merupakan akhir upacara adat pohon pinang ini

dipanjat oleh kerabat yang membantu bekerja dalam upacara adat tersebut dan

mereka dengan cara saling berebutan untuk mendapatkan buah Kayu Ara, sering

Page 42: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

24

kali tiang pohon pinang diberi bahan pelicin agar tidak mudah dipanjat.Proses

dalam acara juga sangat penting dan banyak hal yang harus dilakukan dalam

proses yang sudah dilakukan turun temurun oleh Masyarakat adat Lampung

Pepadun.

Setelah melakukan penguraian terhadap beberapa pengertian dan konsep yang

akan membatasi penelitian ini, maka kerangka pikir dalam penelitian ini akan

membahas tentang Makna simbolis Kayu Ara pada acaraBegawi masyarakat adat

Lampung Pepadun Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 43: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

25

2.3. Paradigma

Keterangan :

: Garis Penjabaran

: Garis Hubungan

Makna Simbolis Kayu Ara pada acara Begawi

masyarakat adat lampung pepadun Marga Buay

Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah

1. Kayu Ara dari pohon pinang

2. Terletak ditengah-tengah Lunjuk (panggung

kehormatan)

3. Berbentuk seperti pagoda

4. Digantungi dengan berbagai macam benda

seperti kain, selendang, handuk dan lain-lain

Simbol

Makna

Page 44: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

REFERENSI

Hilman Hadikusuma. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung.

Mandar Maju. Halaman 142.

Ibid. Halaman 149,163.

Hilman Hadikusuma. 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan

Upacara Adatnya. Bandung. PT. CitraAditya Bakti. Halaman 70.

Zurida Kherustika dkk. 2008. Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun.

Bandar Lampung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPDT Museum

Negeri. Halaman 14.

Rafael Raga Maram. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta. Rinieka Cipta. Halaman 43.

Mudjia Raharjo. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalima dan

Gadamerian. Ar- Ruzz Media. Yogyakarta. Halaman 31.

R.M. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Halaman 57.

Suwarno. 2012. Teori Sosiologi Pemikiran Awal. Bandar Lampung. Universitas

Lampung. Halaman 81, 78, 81

Page 45: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, seseorang harus menggunakan metode agar tujuan

dalam penelitian dapat tercapai dengan baik, serta peneliti harus memilih

metode yang tepat dan sesuai agar dalam penelitian hasil yang capai sesuai

dengan yang harapkan. Kata Metode berasal dari bahasa yunani (methodhes)

yang berarti cara atau jalan.Menurut Husin Sayuti, metode adalah cara kerja

untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Husin

Sayuti, 1989 : 32).Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk

memecahkan masalah, maka langkah- langkah yang ditempuh harus relevan

dengan masalah yang telah dirumuskan (Hadari Mawawi, 1993 : 61).

Berdasarkan pendapat yang dikemukaan oleh para ahli, bahwa dalam suatu

penelitian metode sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan

terhadap obyek yang diteliti. Metode penelitian digunakan agar hasil

penelitian yang dilakukan tersusun secara sistematis dan objektif. Metode

penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah

yang menentukan pilihan.

Page 46: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

27

3.2 Metode yang Digunakan

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Metode Hermeneutika.

Metode ini digunakan untuk mengetahui makna dari simbol- simbol. Secara

etimologis kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani hermeneue yang

dalam bahasa inggris menjadi hermeneutics (to interpert) yang berarti

menginterpretasikan, menjelaskan, menafsirkan atau menejermahkan.

Menurut Sutopo didalam Siti Rosidah (2011:17) metode hermeneutika dapat

diartikan sebagai penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan

dengan sengaja oleh manusia.

Hermeneutika adalah suatu metode atau cara untuk menafsirkan simbol untuk

dicari arti dan maknanya, dimana metode ini mensyaratkan adanya

kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami kemudian

dibawa ke masa sekarang (Mudjia Raharjo, 2008:29).

Dari beberapa pendapat diatas, maka penggunan metode hermeneutika dengan

jenis penelitian ini sudah tepat, karena dalam penelitian ini peneliti berusaha

untuk menafsirkan simbol untuk dicari arti dan maknanya yaitu mengenai

tentang Makna simbolis Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat adat

Lampung pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu

objek penelitian. Menurut Hadari Nawawi, variabel penelitian merupakan

beberapa gejala yang berfungsi sama dalam penelitian (Hadari Nawawi : 49),

Sedangkan menurut Arikunto, yang dimaksud dengan Variabel penelitian

Page 47: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

28

adalah “objek yang akan dijadikan titik perhatian” (Suharsimi Arikunto, 2006

: 118).

Berdasarkan pendapat tersebut bahwa Variabel adalah sesuatu yang

dijadikan objek penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah Makna

simbolis Kayu Ara pada acaraBegawiMasyarakat adat Lampung Pepadun

Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sumadi Suryabrata, definisi operasional variabel adalah definisi

yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, dapat diamati dan

diobservasi (Sumadi Suryabrata, 1983 : 83). Menurut Masri Singarimbun

dan Sofian Efendi definisi Operasional Variabel adalah unsur penelitian

yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau

memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel (Masri Singarimbun :1991 : 46).Definisi operasional merupakan

definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi

operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan

penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti

yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-

hal yang dianggap penting

Dengan demikian Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah

Makna simbolis Kayu Ara pada acaraBegawi Masyarakat adat Lampung

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 48: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

29

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data yang relevan dan akurat,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

3.4.1 Teknik Observasi

Menurut Edwards dan Talbott teknik Observasi adalah teknik yang digunakan

untuk membandingkan masalah yang dirumuskan dengan kenyataan yang di

lapangan (Maryaeni, 2005 : 68). Dalam kegiatan observasi seyogiyanya

diperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Peneliti hanya mencatat apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan dan

tidak memasukkan sikap dan pendapat pada catatan observasi yang

dituliskannya. Dengan kata lain, catatan observasi hanya berisi deskripsi

fakta tanpa opini.

b. Jangan mencatat sesuatu yang hanya merupakan perkiraan karena memang

belum dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung.

c. Diusahakan agar catatan observasi menampilkan deskripsi fakta secara

holistis sehingga konteks fakta yang tercatat terfahami.

d. Ketika melakukan observasi jangan melakukan target karena mungkin saja

ketika melakukan observasi peneliti menemukan fakta lain yang menarik,

tetapi tidak menjadi bagian dari penelitiannya (Maryaeni, 2005 : 69).

Berdasarkan pendapat tersebut maka observasi adalah pengumpulan data

dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan langsung secara

sistematik terhadap suatu gejala atau objek penelitian. Dengan menggunakan

teknik observasi ini, peneliti dapat memperoleh gambaran umum mengenai

Makna simbolis Kayu Ara pada acaraBegawi Masyarakat adat Lampung

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

Page 49: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

30

3.4.2 Teknik Wawancara

Menurut Sutrisno Hadi, teknik wawancara adalah :

Teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan

secara sistematis, berdasarkan tujuan penyelidikan, pada umumnya dua atau

lebih orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing-

masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar

(Sutrisno Hadi, 1984:120)

Selanjutnya Kartini Kartono mengatakan bahwa :

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah

tertentu, ini merupakan tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih

berhadapan secara fisik (Kartini Kartono, 1980:171).

Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis menggunakan teknik wawancara

untuk berkomunikasi secara langsung dengan informan yaitu tokoh adat dan

masyarakat setempat yang mempunyai pengalaman mengenai Makna simbolis

Kayu Ara pada acara Begawi masyarakat adat Lampung Pepadun Marga Buay

Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.Dengan demikian, teknik wawancara di

lakukan untuk mengolah data yang didapat agar akurat.

3.4.3 Informan

Pemahaman tentang informasi ini penting karena peneliti budaya mau tidak

mau akan berhadapan langsung dengannya. Informan adalah seseorang atau

ketua adat yang memiliki pengetahuan budaya yang diteliti (Suwardi

Endraswara 2006 : 119).Supaya lebih terbukti perolehan informasinya, ada

beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan informan,

yaitu:

Page 50: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

31

1. Subjek telah lama dan intensif dengan kegiatan atau aktifitas

menjadisasaran.

2. Subjek masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan atau

kegiatan yang menjadi sasaran pada penelitian.

3. Subjek mempunyai banyak informasi dan banyak memberikan waktu

dalam memberikan keterangan. (Spradley dan Faisal, 1990:57).

Kriteria yang digunakan untuk memilih informan pada penelitian ini adalah :

1. Masyarakat Lampung yang sudah menikah dengan menggunakan tradisi

Begawiyang didalamnya terdapat Kayu Ara.

2. Pemuka adat yang khusus menangani masalah perkawinan khususnya pada

Makna simbolis Kayu Ara padaacara BegawiMasyarakat adat Lampung

Pepadun Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

3. Informan yang bersangkutan merupakan orang Lampung yang tinggal di

Kampung Komering Putih Kabupaten Lampung Tengah, serta mengerti

Kayu Arasehingga mampu untuk memberikan tanggapan tentang Makna

simbolis Kayu Ara padaacara BegawiMasyarakat Lampung Pepadun

Marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

4. Dapat dipercaya atas apa yang dikatakan.

Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling atau

mengambil sampel yang telah dipilih secara cermat oleh peneliti. Dalam

teknik ini, pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Page 51: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

32

3.4.4 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan-

peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan

masalah penyelidikan (Hadari Nawawi, 1991:133).

Berdasarkan pendapat diatas teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan

data melalui peninggalan yang berupa tulisan, arsip serta buku yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti yakni tentangMakna simbolis Kayu

Ara pada acara Begawi Masyarakat Adat Lampung Pepadun Marga Buay

Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah.

3.4.5 Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan selain berfungsi untuk mendukung data primer yang

diperoleh dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami konsep-

konsep ilmiah maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan materi penelitian

(Departemen Pendidikan Nasional, 2001 : 5).

Teknik kepustakaan merupakan metode yang dipakai dengan cara meneliti dan

mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang ada hubungannya dengan

penelitian yang akan diteliti yakni tentangMakna simbolis Kayu Ara pada

acara Begawi Masyarakat Adat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 52: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

33

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data Kualitatif karena data

yang diperoleh bukan merupakan angka- angka sehingga tidak dapat diuji

secara statistik dan data- data yang diperoleh merupakan uraian- uraian

analisis.

Analisis kualitatif yaitu dengan menggunakan proses berfikir induktif, untuk

menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap

masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini dibuat bertolak dari berbagai fakta

teridentifikasi munculnya atau tidak (Muhammad Ali, 1985 : 155). Analisis

kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

penghayatan dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku

manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Husaini

Usman, 2009 : 78).

Langkah- langkah dalam penelitian menganlisis data dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penggolongan, pengabstrakan, dan membuang data yang tidak perlu serta

memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian sehingga dapat

diverifikasikan dan memperoleh kesimpulan. Data- data yang telah direduksi

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mengolah hasil data tersebut.

Page 53: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

34

3.5.2 Penyajian Data

Penyajian data bertujuan untuk memudahkan peneliti melihat data secara

keseluruhan. Bentuk penyajian data yang digunakan pada data kualitatif

adalah bentuk teks naratif untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Penyajian

data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang relevan dan

disajikan dalam kalimat yang mudah dimengerti.

3.5.3 Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah data direduksi dan disajikan maka kemudian tindak lanjut peneliti

adalah mencari arti, keteraturan pola, konfigurasi dan alur sebab akibat dan

sebagainya. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga

akan diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Langkah- langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan

adalah :

1. Mencari data- data yang relevan dengan penelitian.

2. Menyusun data- data dan menyeleksi data yang diperoleh dari sumber

dilapangan.

3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya

dituangkan dalam bentuk penulisan.

Page 54: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

REFERENSI

Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis

Dalam Penelitian. ANDI. Yogyakarta. Halaman 188.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung. Angkasa.

Halaman 155.

L. J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya. Halaman 90.

Muhammad Nasir. 1988. Prosedur Penelitian Ilmiah. Bandung. Angkasa.

Halaman 162

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Universitas

Gajah Mada. Halaman 61.

Ibid. Halaman 100, 111, 133.

Mudjia Raharjo. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalima dan

Gadamerian. Ar- Ruzz Media. Yogyakarta. Halaman 29.

Saifur Rohman. 2013. Hermeneutik : Panduan ke Arah Desain Penelitian

danAnalisis. Yogyakarta. Graha Ilmu. Halaman 18.

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta.Fajar Agung.

Halaman 32.

Spradley dan Faisal. Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta. Tiara Wacana.

Halaman 57.

Sumadi Suryabrata. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali. Halaman 46

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai

Alternatif Pendekatan- edisi revisi. cetakan keenam. Jakarta. Kencana.

Halaman 47.

Husaini Usman, dan Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial- edisi kedua.

cetakan kedua. Jakarta. Bumi Aksara. Halaman 7.

Ibid. Halaman 52, 69, 57, 78.

Page 55: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

V.KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

terkait makna simbolis Kayu Ara dapat diperoleh data kesimpulan dibawah ini.

Kayu Ara merupakan peralatan pada acara begawi masyarakat Lampung pepadun

yang memiliki makna simbolis yang terkandung.

Kayu Ara biasanya terletak di tengah-tengah Lunjuk di keempat sudut lunjuk.

Kayu Ara ini berbentuk seperti pagoda sederhana menjulang ke atas. Tiang kayu

Ara dibuat dari pohon pinang yang dilingkari oleh lingkaran-lingkaran bambu

berhias yang digantungi dengan berbagai macam benda seperti kain putih,

selendang, handuk, sapu tangan, panci, gayung, payung, termos, jawan untuk nasi,

dan sikat kamar mandi.

Tujuan dilaksanakan Kayu Ara untuk melestarikan budaya lampung supaya tidak

hilang dari peralatan adat dalam upacara begawi cakak pepadun. Pada akhir

upacara adat begawi cakak pepadun Kayu Ara ini dipanjat oleh kerabat yang

membantu bekerja dalam upacara adat lampung. Fungsinya saling berebutan

untuk mendapatkan macam-macam benda buah Kayu Ara. Makna SimbolisIsi

buah Kayu Ara adalah peralatan alat-alat rumah tangga yang dapat diberikan pada

mighul atau mantu dari pihak laki-laki penyimbang dipergunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Page 56: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

67

5.2. Saran

Adapun saran- saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah :

1. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan arus Globalisasi

yang cukup kuat diharapkan pada masyarakat Lampung di Kampung

Komering Putih tidak meninggalkan nilai- nilai budaya yang telah

diwariskan nenek moyang sebagai identitas diri masyarakat Lampung

Pepadun.

2. Adanya nilai- nilai budaya yang diwariskan oleh nenek moyang

diharapkan para tokoh- tokoh adat Lampung atau punyimbang adat dapat

terus memahami dan berbagi informasi serta pemahaman tentang budaya

Lampung khususnya begawi cakak pepadun dan cangget kepada para

generasi muda sehingga bagian dari budaya ini tidak hilang ditelan jaman.

3. Kepada seluruh masyarakat lampung pepadun yang berada di wilayah

Komering Putih Kabupaten Lampung Tengah agar tetap mempertahankan

upacara begawi cakak pepadun untuk jangka panjang.

Page 57: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan dan Strategi. Bandung. Angkasa.

Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian : Pendekatan Praktis

Dalam Penelitian. ANDI. Yogyakarta.

Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung.

Mandar Maju.

Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan

Upacara Adatnya. Bandung. PT. CitraAditya Bakti.

Kherustika, Zurida dkk. 2008. Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun.

Bandar Lampung, Dinas Kebudayaan dan PariwisataUPDT Museum

Negeri.

Koleksi Deposit, 2006, Selayang Pandang Sejarah Dan Budaya Kabupaten

Lampung Tengah, Gunung Sugih, Depdikbud Kanwil Propinsi Lampung.

Martiara, Rina, 2009. Jurnal Penelitian Seni Budaya : Cangget Sebagai Identitas

Kultural Pada Masyarakat Lampung. Yogyakarta. Asintya.

Martiara, Rina. 2000. Cangget Sebagai Pengesah Upacara Perkawinan Adat

Pada Masyarakat Lampung. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nasir, Muhammad. 1988. Prosedur Penelitian Ilmiah. Bandung. Angkasa.

Nawawi, Hadari, 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Universitas

Gajah Mada.

Profil Kampung Komering Putih. 2012.

Raga Maram, Rafael. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Budaya Dasar. Jakarta. Rinieka Cipta.

Page 58: KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT …digilib.unila.ac.id/26545/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2017. 5. 2. · KAYU ARA PADA ACARA BEGAWI MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN

Raharjo, Mudjia. 2008. Dasar- Dasar Hermeneutika : Antara Intensionalima dan

Gadamerian. Ar- Ruzz Media. Yogyakarta.

Rohman, Saifur. 2013. Hermeneutik : Panduan ke Arah Desain Penelitian

danAnalisis. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta.Fajar Agung.

Soedarsono. R.M. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi.

DirektoratJendralPendidikanTinggiDepartemenPendidikandanKebudayaan.

Jakarta.

Spradley dan Faisal. Format- Format Penelitian Sosial. Jakarta. Tiara Wacana.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali.

Suwarno. 2012. Teori Sosiologi Pemikiran Awal. Bandar Lampung. Universitas

Lampung.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai

Alternatif Pendekatan- edisi revisi. cetakan keenam. Jakarta. Kencana.

Usman, Husaini dan Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial- edisi kedua.

cetakan kedua. Jakarta. Bumi Aksara.

Wawancara :

Hari Zayaningrat. Di Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung. 24

September 2016. Sabtu. Pukul 13.00 WIB.

Purdawati. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah. 30 November 2016. Rabu. Pukul 10.00 WIB.

Abu Midin. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah. 3 Desember 2016. Sabtu. Pukul 09.00 WIB.

Kasim. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten

Lampung Tengah. 13 Desember 2016. Selasa. Pukul 14.00 WIB.

Baharuddin. Di Bandar Lampung kediaman Bapak Baharuddin.

15 Desember 2016. Kamis. Pukul 10.00 WIB