kawin paksa sebagai pemicu perceraian - institutional...

105
KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ( Analisis Putusan Perkara No: 0131/Pdt. G/2008/PAJS ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam ( SHI ) Disusun oleh: HANINA NIM : 105044201454 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

Upload: lythien

Post on 13-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN

( Analisis Putusan Perkara No: 0131/Pdt. G/2008/PAJS )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam ( SHI )

Disusun oleh:

HANINA

NIM : 105044201454

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 2: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN

( Analisis Putusan Perkara No: 0131/Pdt. G/2008/PAJS )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam ( SHI )

Oleh:

HANINA

NIM : 105044201454

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing:

Drs.H.A. Basiq Djalil,SH, MA.

NJP. 19500306 197603 1 001

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 3: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Kawin Paksa Sebagai Pemicu Perceraian (Studi Putusan

Perkara Nomor: 0131/Pdt.G/2008/PAJS), telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Ahwal Syakhshiyyah.

Jakarta, 18 Maret 2010

Dekan;

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 19550511982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA

NIP. 195003061976031001

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH

NIP. 197202241998031003

3. Pembimbing : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA

NIP: 195003061976031001

4. Penguji I : Dra. Azizah, MA

NIP. 196304091980022001

5. Penguji II : Drs. Abu Tamrin, M. Hum

NIP. 196509081995031001

Page 4: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

i

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas diucapkan selain mengucapkan untaian puji dan

syukur kepada Allah SWT. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa

berlimpah kepada penulis, sehingga diberikan kemampuan, kekuatan serta ketabahan

hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa haturkan

kepada Nabi Muhammad SAW, yang senatiasa memberikan cahaya dan rahmat bagi

semua sekalian alam.

Kini tiba yang dinanti-nanti sebuah perjalanan yang penuh dengan lika-liku

kehidupan pendidikan kadang senang, kadang susah itulah hidup, tapi sebagai umat

yang taat tidak harus menyerah terus berusaha dan jangan lupa berdo’a kepada Allah

SWT. Walaupun dengan tertatih-tatih dan melelahkan akhirnya penulis mampu

menyelesaikan studi di kampus Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang

dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dalam hal ini tidak terlepas

dari sifat manusia yaitu tempatnya salah dan lupa .

Atas bimbingan dan pengasuhan yang diberikan, Penulis mengucapkan ribuan

terima kasih yaitu kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.

KH. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

Page 5: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

ii

2. Ketua dan sekretaris Prodi Ahwal Syakhshiyah, Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA.

dan Kamarusdiana, S.Ag, MH.

3. Pembimbing skripsi penulis Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA. yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan beserta para stafnya, baik Perpustakaan Utama maupun

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk

mengadakan studi perpustakaan.

5. Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Drs. Chotman Jauhari, MH dan Drs.

Nurhafizal, SH. MH yang telah meluangkan waktunya untuk bisa di wawancara

oleh penulis, dan panitera muda hukum Drs. Mohammad Taufik yang telah

memberikan data kepada penulis untuk di jadikan bahan skripsi.

6. Skripsi ini penulis persembahkan untuk ayahanda tercinta (Alm) Drs. H. Abdul

Hadi Nazir, & Ibunda tercinta Hj. Siti Fatimah yang telah merawat dan mengasuh

serta mendidik dengan penuh kasih sayang dan memberikan pengorbanan yang

tak terhitung nilainya.

7. Suamiku tersayang ” Didi Junaidi” yang telah memberikan nasihat, semangat, dan

dukungan serta setia menemani penulis sehingga penulis semangat dalam

menyusun skripsi ini.

8. Keluarga besar Hj. Noni dan H. Munirih Yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan, dan doa’nya setiap hari agar penulis dapat cepat selesai secara baik

dalam penyusunan skripsi ini.

Page 6: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

iii

9. Teman-teman senasib dan seperjuangan Administrasi Keperdataan Islam

angkatan 2005, sahabat-sahabatku Widya, Eva, Evni yang telah memberikan

motifasi yang sangat besar dan telah memeriahkan hari-hari waktu kuliah. Dan

buat temen-temenku yang baik-baik Ahmadi, Zul, fikri, deby yang telah

membantu banyak memberikan saran buat penulis.

Hanya ucapan terima kasih yang penulis haturkan semoga segala bantuan

tersebut diterima sebagai amal baik disisi Allah SWT. Dan memperoleh balasan

pahala yang berlimpah ganda (Amin). Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini

masih terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Walaupun demikian,

penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis, khususnya pembaca

pada umumnya.

Jakarta, 26 Februari 2010 M

Penulis

Page 7: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini peulis menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisa ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta, 26 Februari 2010 M

Hanina

Page 8: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 4

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................ 5

E. Metode Penelitian.......................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan .................................................................. 9

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian ................................................................... 11

B. Dasar Hukum Perceraian............................................................... 15

C. Sebab-sebab terjadinya Perceraian ................................................ 18

D. Perbedaan Cerai Talak, Cerai Gugat, dan prosedur Perceraian .... 36

BAB III: TINJAUAN HUKUM TENTANG KAWIN PAKSA

A. Pengertian Kawin Paksa ................................................................ 48

B. Dasar Hukum Kawin Paksa .......................................................... 50

Page 9: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

vi

C. Alasan-alasan Kawin Paksa ......................................................... 71

BAB IV: AKIBAT HUKUM DARI PERCERAIAN KARENA KAWIN PAKSA

A. Peta Sosio Demografis Pengadilan Agama Jakarta Selatan .......... 73

B. Kronologi Putusan Perceraian Perkara

No. 0131/Pdt.G/2008/PAJS ......................................................... 84

C. Analisis Putusan ............................................................................ 91

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 96

B. Saran-saran .................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

A. Surat permohonan dosen pembimbing ............................................................

B. Surat permohonan wawancara Pengadilan Agama Jakarta Selatan ...............

C. Surat permohonan wawancara Pengadilan Agama Jakarta Selatan ...............

D. Hasil Wawancara dengan Hakim ....................................................................

E. Surat Keterangan Wawancara Pengadilan Agama Jakarta Selatan................. 109

F. Lembar Putusan Hakim Perkara No. 0131/Pdt.G/2008/PAJS.........................

Page 10: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Perkawinan No: 1 tahun 1974, perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dengan perempuan yang dibangun diatas

nilai-nilai sakral (suci), sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah

tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan

demikian perkawinan harus disertai totalitas kesiapan dan keterlibatan lahir-batin,

sebagai tanda bahwa seorang telah memasuki tahap baru dalam hidup yang akan

menentukan keberadaannya dikemudian hari, termasuk dalam kaitannya dengan

akhirat kelak, suami akan menjadi pemimpin rumah tangga dan penanggung

jawab nafkah lahir maupun batin bagi istri dan anak-anaknya, sebaliknya istri

akan menjadi ratu rumah tangga, pendamping suami, pengatur ketertiban rumah

tangga yang akan membelanjakan pemberian sang suami dengan sebaik-baiknya,

sekaligus menjadi ibu bagi anak-anaknya1. Selain itu juga perkawinan merupakan

suatu ketentuan-ketentuan Allah didalam menjadikan dan menciptakan alam ini.

Perkawinan yang bersifat umum dan menyeluruh, itu salah satu cara yang telah

ditetapkan oleh Allah SWT untuk memperoleh anak dan memperbanyak

1 Mudhlur, A, Zuhdi. Hukum Perkawinan, Jakarta: Al-bayan. T th, cet ke-1 h.5

Page 11: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

2

keturunan, serta melangsungkan kehidupan manusia, itu semua tidak akan tercipta

jika pada awalnya tidak ada rasa kecocokan (terpaksa).

Berawal dari sebuah fenomena masyarakat Indonesia yang selama ini

masih sering terjadi dalam rangka melangsungkan perkawinan kehidupan ini,

dimana acapkali sebuah perkawinan adalah sepenuhnya tanggung jawab orangtua

si calon mempelai, anak dalam hal ini tidak dapat berperan serta dalam

memutuskan pasangan hidup yang akan dipilihnya, sehingga yang ada adalah

sebuah keterpaksaaan.

Dalam menjalani bahtera rumah tangga tersebut, sering kali pasangan

yang dipaksa ataupun yang terpaksa tidak terelakan bahwa rumah tangganya

selalu diliputi oleh rasa ketidakharmonisan, dimana keduanya atau salah satu

diantara mereka tidak mempunyai rasa cinta mencintai, yang disebabkan oleh rasa

keterpaksaaan yang diakibatkan oleh pihak yang menekan mereka dan kalau pun

ada yang timbul adalah perasaaan ketakutan.

Dalam menyikapi hal tersebut di atas, maka dipandang perlu adanya

ketegasan baik yang bersifat hukum ataupun yang bersifat fenomena, dalam hal

ini menjadi sorotan utama, sehingga penulis merasa perlu adanya gambaran

hukum tentang kawin paksa yang telah menjadi kasus di Pengadilan Agama yang

dijadikan suatu alasan perceraian maka penulis memberikan judul pada skripsi

ini: “KAWIN PAKSA SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN” (Analisis

Putusan Perkara No:0131/Pdt.G/2008/PAJS)

Page 12: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

3

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah maka penulis membatasi

permasalahan hanya pada penerapan masalah alasan kawin paksa dalam

perceraian dan pengaruhnya terhadap hakim dalam memutuskan perkara

perceraian sebagai metode penetapan hukum dari awal persidangan sampai

pada pengambilan putusan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

b. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis merumuskan masalah berikut:

Menurut Peraturan Perundang-undangan di Indonesia dan kitab-kitab fiqih,

Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, diantaranya bahwa

antara Suami Istri tidak dapat hidup rukun, sedangkan alasan yang sah telah

diatur dalam Peraturan Perundang-undangan No. 9 tahun 1975 tentang

pelaksanaan undang-undang No.1 tahun 1974 Pasal 9, dan Pasal 116

Kompilasi Hukum Islam. Sedangkan fenomena di lapangan masih terdapat

putusan perkara kawin paksa sebagai alasan perceraian, seperti tercantum

dalam putusan perkara Pengadilan Agama Jakarta Selatan No:

0131/Pdt.G/2008/PAJS, yang dilihat dalam Undang Undang tidak termasuk

sebagai alasan yang sah untuk melakukan perceraian. Hal ini yang penulis

ingin telusuri dalan penulisan skripsi ini.

Dari rumusan di atas penulis merinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

Page 13: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

4

1. Apa saja alasan perceraian menurut Undang Undang Perkawinan No: 1

Tahun 1974 ?

2. Apakah kawin paksa dapat dijadikan alasan perceraian ?

3. Apa saja landasan hukum yang digunakan hakim dalam memutuskan

perkara perceraian yang diakibatkan kawin paksa ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

penelitian ini dimaksudkan untuk:

1. Untuk mengetahui alasan-alasan Perceraian yang ada dalam Undang- Undang

Perkawinan No: 1 Tahun 1974

2. Untuk mengetahui apakah alasan perceraian yang disebabkan kawin paksa

bisa dijadikan alasan perceraian.

3. Untuk mengetahui landasan hukum yang diambil hakim dalam perkara

perceraian yang disebabkan kawin paksa.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah “penulis ingin memberikan

gambaran kepada masyarakat maupun akademis khususnya mahasiswa yang

menggeluti bidang hukum bagaimana sebenarnya penerapan hukum didalam

memutuskan perkara di pengadilan”.

Page 14: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

5

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Perceraian Karena Perselingkuhan Studi Kasus Pada Peradilan Agama

Jakarta Selatan skripsi yang ditulis oleh Herdianto, Fakultas syariah dan hukum

tahun 2007. Dalam skripsi tersebut membahas tentang pengertian perceraian,

masalah percerain yang diakibatkan oleh perselingkuhan. faktor-faktor utama

terjadinya perselingkuhan dan bagaimana majelis Pengadilan Agama menjelaskan

prosedur perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Penyebab Perceraian Pada Pasangan Dini (Studi Kasus Pada Peradilan

Agama Jakarta Selatan) skripsi yang ditulis oleh Muhammad Lutfi dalam

skripsi tersebut membahas tentang pengertian perceraian, macam-macam

perceraian, faktor-faktor penyebab perceraian, akibat perceraian, pasangan dini,

problem pasangan dini, pernikahan ideal menurut Undang-Undang No. 1 Tahun

1974, pernikahan ideal menurut hukum Islam, gambaran wilayah, penyebab

perceraian pasangan dini, dan analisis putusan di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan.

Kawin paksa menurut hukum islam dan hukum positif ( UU No.1 tahun

1974 ). Pada Tahun 2002 oleh Yahya Bachtiar, Nim : 1974313761.Bahwa

didalam penulisan skripsi ini hanya membahas dan mendasar pada teorinya saja,

hanya mengacu pada penelitian studi pustaka dengan menganalisa persamaan dan

perbedaan pandangan hukum Islam dan hukum positif.

Pembahasan berupa skripsi tentang perceraian memang sudah banyak

dikaji. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis berusaha untuk mengangkat

Page 15: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

6

persoalan kawin paksa sebagai alasan perceraian dengan melakukan telaah

terhadap putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Sepanjang pengetahuan penulis topik penelitian yang sama dengan topik

yang penulis teliti baik dalam katalog perpustakaan utama ataupun perpustakaan

syariah dan hukum belum pernah diteliti oleh penulis lainnya. Dalam skripsi ini

melakukan penelitian yang menggunakan studi analisis pada putusan hakim

dalam kasus kawin paksa, beda dengan skripsi sebelumnya yang hanya

mengunakan studi pustaka saja dalam penelitiannya.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini,

maka penulis menggunakan metode:

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian hukum normatif, yaitu cara mendekati masalah yang diteliti dengan

mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan

dalam penulisan skripsi ini diaplikasikan model pendekatan kualitatif, yaitu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu metode

yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan dilapangan

berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati2.

2 Maelong J, Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

2002.cet ke-1 h.3

Page 16: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

7

2. Jenis penelitian

Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum normatif (penelitian hukum

kepustakaan), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan

jenis penelitian kualitatif, yakni dengan cara mengumpulkan data sebanyak-

banyaknya kemudian diolah menjadi satu kesatuan data untuk

mendeskripsikan permasalahan yang akan di bahas dengan mengambil materi-

materi yang relevan dengan permasalahan, lalu dikomparasikan yaitu dari

sumber data primer, sekunder, dan tersier. Sumber data tersebut diklasifikasi

untuk memudahkan dalam menganalisis.3 Menurut Maelong penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas

objektif, mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi untuk

memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan kemanusiaan.4

3. Sumber data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan dua jenis sumber

data yaitu:

a) Data primer

3 Sojono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta:PT Raja Grafindo

Persa, 2004) cet ke-8, h.251

4 Sojono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persa, 2004), cet

ke-8, h.13

Page 17: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

8

Data primer terdiri dari Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No:

0131/Pdt.G/2008/PAJS. dan Undang Undang Perkawinan No: 1 tahun

1974.

b) Data sekunder

Data sekunder diantaranya adalah bahan kepustakaan berupa kitab-kitab,

buku-buku, dan literatur-literatur yang ada kaitanya dengan permasalahan

yang berkaitan tentang perkawinan dan perceraian serta kawin paksa.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam upaya pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

a. Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan

melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

b. Wawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer). Dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan hakim dari

Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

c. Metode Dokumentasi adalah mencari hal-hal atau variable berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, dan sebagainya.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari data dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, data lapangan dan bahan-bahan lainnya

Page 18: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

9

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.5

Dalam penelitian ini teknis analisis data yang digunakan adalah content

analisis. Content analisis adalah teknik analisis dalam menarik kesimpulan

dengan cara mengidentifikasi dari sebuah pesan secara objektif dan

sistematis.6

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman kepada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman

penulisan skripsi fakultas syari’ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membagi menjadi

lima bab, perinciannya sebagai berikut :

Bab Pertama : Berisi Pendahuluan, yang mencakup Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Metode Penelitian dan

Teknik Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

5 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2004 ) h.224

6 Sojono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persa, 2004),

cet ke-8, h.51

Page 19: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

10

Bab kedua : Berisi Tinjauan Umum Tentang Perceraian, yang berisikan

Pengertian Perceraian, Dasar Hukum Perceraian dan Alasan

Perceraian.dan Perbedaan Cerai Talak, Cerai Gugat, dan Prosedur

Perceraian.

Bab ketiga : Berisi Tinjauan Umum Tentang Kawin Paksa, yang

berisikan Pengertian Kawin Paksa, dan Dasar Hukum Kawin Paksa. Serta

Alasan-alasan Kawin Paksa.

Bab keempat : Berisi Akibat Hukum dari Perceraian Karena Kawin

Paksa, yang tediri dari Peta Sosial Demografis Pengdilan Agama Jakarta

Selatan, Kronologi Putusan Perceraian No:0131/Pdt.G/2008/PAJS, Serta

Analisis Penulis.

Bab kelima : Berisi Penutup, meliputi Kesimpulan, dan Saran-saran

Page 20: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

11

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian

Perceraian dalam istilah fiqih disebut “talak” atau “furqah”. “Talak”

berarti “membuka ikatan”, “membatalkan perjanjian”. “Furqah” berarti

“bercerai”, lawan dari “berkumpul”. Kemudian kedua perkataan ini dijadikan

istilah oleh ahli-ahli fiqih yang berarti perceraian antara suami-isteri7. Ta’rif talak

menurut bahasa Arab mempunyai arti bercerai perempuan dari suaminya atau

melepaskan ikatan.8 Yang dimaksud disini adalah melepaskan ikatan

perkawinan.9 Sedangkan menurut istilah, talak adalah melepaskan tali perkawinan

dan mengakhiri hubungan suami-isteri.10

Sedangkan perceraian menurut bahasa

Indonesia adalah perpisahan; prihal bercerai (antara suami-isteri); proses;

perbuatan; cara menceraikan.11

Namun penulis tidak menjumpai pengertian yang jelas tentang perceraian

dalam hukum positif yang mengatur tentang perkawinan. Dalam Undang-Undang

7 Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974),

cet. Ke-2, h.156.

8 Muhamad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989), h.239.

9 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Jakarta: Attahiriya, 1976), cet. Ke-6, h.376.

10

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.192.

11

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), cet. 1, h.164.

Page 21: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

12

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 38 hanya menyebutkan sebab-sebab

putusnya perkawinan yaitu:

1. karena kematian.

2. karena perceraian.

3. karena atas putusan pengadilan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam tampaknya mengikuti alur yang

digunakan oleh Undang-Undang Perkawinan, walaupun pasal-pasal yang

digunakan lebih banyak yang menunjukan aturan-aturan yang lebih rinci.

Kompilasi Hukum Islam memuat masalah Putusnya Perkawinan pada Bab XVI.

Pasal 113.12

kemudian perkawinan dapat putus disebabkan perceraian yang

terdapat pada pasal 114 yang membagi perceraian kepada dua bagian, pertama

perceraian disebabkan karena talak dan kedua perceraian yang disebabkan oleh

gugatan perceraian. Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan yang dimaksud

dengan talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang

menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana

dimaksud dalam pasal (129), (130), dan (131).13

Berbeda dengan Undang-Undang

Perkawinan yang tidak mengenal istilah talak.

12

Kompilasi Hukum Islam Pasal 113 menyatakan perkawinan dapat putus karena :

1. Kematian; 2. Perceraian; 3. Atas putusan pengadilan.

13 Kompilasi Hukum Islam Bagian kedua tentang Tata Cara Perceraian yang tertulis dalam Pasal

129: seorang suami akan menjatuhkan talak kepada isterinya mengajukan permohonan, baik lisan

maupun tertulis kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan

alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.

Page 22: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

13

Kompilasi Hukum Islam mensyaratkan bahwa ikrar suami untuk bercerai

(talak) harus disampaikan di hadapan sidang Pengadilan Agama. Tampaknya

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama juga menjelaskan

hal yang sama seperti yang terdapat pada pasal 66 ayat 1 yang menyatakan bahwa

seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya

mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang guna

penyaksian ikrar talak.14

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang

No. 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama juga menjelaskan dan menegaskan

bidang apa yang dapat diselesaikan tercantum dalam pasal 49 adalah Pengadilan

Pasal 130: Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan tersebut, dan terhadap

keputusan tersebut dapat diminta upaya hukum banding dan kasasi.

.

Pasal 131:

1. Pengadilan Agama yang bersangkutan mempelajari permohonan dimaksud pasal 129 dan dalam

waktu selambat-lambatnya tiga puluh hari memanggil permohon dan isterinya untuk menerima

penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan maksud menjatuhkan talak.

2. Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah pihak dan ternyata cukup alasan

untuk menjatuhkan talak serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah

tangga, Pengadilan agama menjatuhkan keputusan tentang izin bagi suami untuk mengikrar talak.

3. Setelah keputusan mempunyai kekuatan hukum tetap, suami mengikrar talaknya didepan sidang

Pengadilan Agama, dihadiri isteri dan kuasanya.

4. Jika suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan

Pengadilan Agama tentang izin ikrar talak baginya mempunyai kekuatan hukum tetap, maka hak

suami untuk mengikrar talak gugur dan ikatan perkawinan tetap utuh.

5. Setelah sidang penyasian ikrar talak Pengadilan Agama membuat penetapan tentang terjadinya talak

rangkap empat yang merupakan bukti perceraian bagi bekas suami-isteri. Helai pertama beserta

surat ikrar talak dikirim kepada Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami

untuk diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga masing-masing diberikan kepada mantan suami-

isteri, dan helai keempat disimpan oleh Pengadilan Agama.

14

Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), cet

Ke-1, h.216-221.

Page 23: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

14

Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:

perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi

syari'ah.15

Perlu kiranya penulis mengemukakan pendapat para sarjana sebagai

pegangan tentang pengertian perceraian yang dikutip oleh Zakiah Darajat

didefinisikan menurut Abu Zakaria Al-Anshari ialah:

16 Artinya:

”Melepaskan tali akad nikah dengan kata-kata talak dan yang semacamnya.”

Al-Jaziry mendefinisikan:

17 Artinya:

”Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan

ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu”.

Jadi, talak itu menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah ikatan

perkawinan hilang isteri tidak lagi halal bagi suami, dan ini terjadi dalam hal talak

ba’in,18

sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan ialah

15

Artikel diakses pada 24 juli 2009 dari http://www.Legalitas.org.

16

Zakiah Darajat, Ilmu Fiqih Jilid II, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.173.

17

Abdurahman Al-Jaziri, al-Fiqih’ala al-mazahib al-Arba’ah, (Mesir: Dar al-Irsyad,t.th), Jilid

ke-7, h.249.

18

Talak ba’in adalah talak yang ketiga kalinya, talak sebelum isteri dikumpuli, dan talak dengan

tebusan oleh isteri kepada suaminya. talak bain juga di bagi menjadi dua yaitu talak bain sughra (talak

ini boleh ruju lagi tetapi harus dengan akad nikah dan mahar baru) dan talak ba’in kubro (tidak

Page 24: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

15

berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah

talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan

dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu terjadi dalam talak raj’i.19

B. Dasar Hukum Perceraian

Stabilitas rumah tangga dan kontinuitas kehidupan suami-isteri adalah

tujuan utama adanya perkawinan dan hal ini sangat diperhatikan oleh syari’at

Islam. Akad perkawinan mempunyai tujuan untuk hidup, agar suami-isteri

menjadikan rumah tangga sebagai tempat berteduh yang nyaman dan permanen.

dalam perlindungan rumah tangga serta keduanya dapat menciptakan iklim rumah

tangga yang memungkinkan terwujud dan terpiliharanya anak keturunan dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itu maka syari’at menjadikan pertalian suami-isteri

dalam ikatan perkawinan sebagai pertalian yang suci dan kokoh, sebagaimana Al-

qur’an memberikan istilah pertalian itu dengan miitsaq ghalizhan (janji yang

kukuh).20

firman Allah SWT dalam surat An-nisa’ ayat: 21

menghalalkan bekas suami rujuk lagi dengan bekas isterinya kecuali isterinya kawin dengan laki-laki

lain dan pernah disetubuhi kemudian cerai, maka bekas suami yang tertalak bain kubro boleh rujuk

tetapi harus dengan akad dan mahar baru). Lihat Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, (Jakarta:

Kencana, 2006), cet.Ke-2, hal.66-68.

19

Abd.Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.192.

20

Ibid, h.212.

Page 25: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

16

Artinya:

”Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu Telah

bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-

isterimu) Telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.(Q.S. An-nisa: 21)”

Namun tidak sedikit halangan yang dihadapi oleh suami-isteri, bahkan hal

yang terburukpun dapat terjadi dalam rumah tangga bila tidak ada kata sepakat

lagi yaitu; terjadinya perceraian sebagai jalan terakhir untuk menyelamatkan

kedua belah pihak. Mengenai dasar hukum perceraian penulis, akan

mencantumkan ayat-ayat Al-qur’an serta Hadits yang menjadi landasan hukum

perceraian antara lain :

Surat Al-baqarah ayat 229-230:

Page 26: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

17

Artinya:

"Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara

yang ma'ruf21

atau menceraikan dengan cara yang baik22

tidak halal bagi

kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada

mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan

hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak

dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang

melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang

zalim.Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka

perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang

lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa

bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika

keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah

hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau)

Mengetahui."(Q.S. Al-baqarah: 229-230).

Dalam surat At-thalaq ayat 1:

Artinya:

"Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu

ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah

Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan

21

Cara yang ma’ruf, dengan cara meminta izin dahulu kepada si istri dengan ucapan (bil qauli)

baru dengan perbuatan (bil fi’li). Agar istri merasa dihargai untuk diminta dahulu izinnya suami untuk

kembali.

22

Cara yang baik, dengan cara tidak menceraikan istri dalam keadaan haid dan tidak dalam

keadan hamil, cara yang baik yaitu ketika istri sedang dalam keadan suci.

Page 27: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

18

janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan

keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah

berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali

Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru". (Q.S.At-thalaq: 1)

Selain ayat-ayat Al-qur’an di atas ada pula hadits yang berkenaan

dengan dasar hukum perceraian. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud

dan Ibnu Majah, yang berbunyi:

: .. )

23(

Artinya:

”Dari Ibnu Umar ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW; “Perkara halal

yang sangat dibenci oleh Allah ialah talaq” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan

Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Hakam dan dirajihkan oleh Abu Hasyim

kemursalannya”).

C. Sebab-sebab Terjadinya perceraian

Suatu perkawinan menjadi putus antara lain karena perceraian dalam

Hukum Islam perceraian terjadi karena khulu’, zhihar, ila dan li’an berikut ini

penjelasan masing-masingnya:

1. Khulu’

Kata Khulu’ berasal dari kata khala’a, yakhla’u, khulu’an yang artinya

”mencabut”24

, khulu’ yang dibenarkan hukum Islam tersebut berasal dari

23

Ibnu Hajar Al-Asqalani, diterjemahkan oleh A. Hassan, Terjemahan Bulughul Maram,

(Diponogoro, 1596), cet XXVII, h.476.

24

Munjid fillughati wala’lam. Cet Darul masyrik Beirut distributor Almaktabah Asyarkiyah

Sahah Annujmah 1986, Beirut; Lebanon cet- ke 34. h.192.

Page 28: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

19

kata-kata khala’a ats-tsauba, artinya: menanggalkan pakaian karena

perempuan sebagai pakaian laki-laki dan laki-laki pun pakaian bagi

perempuan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 187:

Artinya:

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan

isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah

pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat

menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af

kepadamu ................( Q.S. Al-baqarah 1 :187)

Khulu dinamakan juga tebusan. Karena isteri menebus dirinya dari

suami dengan mengembalikan apa yang telah diterima sebagai mahar kepada

suaminya. Menurut ahli fiqih, khulu’ adalah isteri memisahkan diri dari

suaminya dengan ganti rugi yang disebut dengan iwad. Dasar pengertian ini

ialah hadits riwayat Bukhari dan Nasa’i dari Ibnu Abbas, ia berkata:

25

25

Mu'ammal Hamidy, Imron, dan Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadits-

Hadits Hukun, Jilid 5, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2001), h.2347.

Page 29: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

20

Artinya:

Isteri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada rasulullah SAW. Sambil

berkata: Hai Rasulullah! saya tidak mencela akhlaq dan agamanya, tetapi

aku tidak ingin mengingkari ajaran Islam. Maka jawab Rasulullah SAW:

maukah kamu mengembalikan kebunnya (Tsabit,suaminya)?. Jawabnya: mau.

Maka Rasulullah SAW.bersabda: “terimalah (Tsabit) kebun itu dan thalaqlah

ia satu kali”(H.R Bukhari dan Nasai).

2. Zhihar

Zhihar menurut bahas Arab, berasal dari kata zhahrun yang bermakna

punggung. Dalam kaitannya dengan hubungan suami-isteri, zhihar adalah

ucapan suami kepada isteri yang berisi menyerupakan punggung isteri dengan

punggung ibunya, seperti ucapan suami kepada isteri: “Engkau bagiku adalah

seperti punggung ibuku”.26

Sebagai dasar hukum adanya pengaturan zhihar

ialah firman Allah SWT. Surat Al-mujadilah ayat 2-4:

26

Page 30: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

21

Artinya:

"Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap

isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-

ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan

Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan

mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha

Pengampun.

Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak

menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya)

memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.

Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan.

Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya)

berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa

yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang

miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan

Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat

pedih. ( Q.S. Al-mujadilah: 2-4)

3. iIla’

Kata ila’ menurut bahasa merupakan masdar dari kata “ala-yakli

i’laan” sewazan dengan a’tha yu’thi itha’an, yang artinya sumpah.27

menurut

istilah Hukum Islam, Ila’ ialah ”sumpah suami dengan menyebut nama Allah

SWT atau sifat-Nya yang bertujuan kepada isterinya untuk tidak mendekati

isteri. baik secara mutlak maupun dibatasi dengan ucapan selamanya atau

dibatasi empat bulan atau lebih.28

Dasar hukum pengaturan ila’ ialah firman

Allah SWT surat Al-baqarah ayat 226-227:

27

Zakiya Darajat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.200.

28

Abd.Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.243.

Page 31: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

22

Artinya:

"Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh empat bulan

(lamanya). Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), Maka

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika

mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha

mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S.Al-baqarah: 226-227).

Allah SWT menentukan batas waktu empat bulan bagi suami yang

meng ila’ isterinya mengandung hikmah pengajaran bagi suami maupun isteri.

Suami menyatakan ila’ kepada isterinya pastilah karena kebencian yang

timbul antara keduanya. Bagi suami yang meng-ila’ isterinya wajib

meninggalkannya selama empat bulan karena dalam waktu tersebut akan

timbul rasa rindu diantara keduanya dan bisa saling mengkoreksi diri untuk

melakukan perubahan-perubahan sikap dan sifat menjadi lebih baik.

Kemudian apabila ingin kembali suami wajib membayar kaffarah sumpah

karena telah menggunakan nama Allah SWT untuk keperluan dirinya.

Kaffarah yang harus dibayar adalah yang sesuai dengan firman Allah SWT

dalam surat Al-mai’dah ayat 89:

Page 32: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

23

Artinya:

"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak

dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan

sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,

ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa

kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi Pakaian kepada mereka

atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan

yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu

adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu

langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan

kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)". (Q.S.Al-

maidah: 89).

4. Li’an

Li’an berasal dari kata la’a. Sebab suami-isteri yang bermula’anah

pada ucapan yang kelima kalinya berkata: ”sesungguhnya padanya akan jatuh

laknat Allah SWT, jika ia tergolong orang yang berbuat dusta”.29

Menurut istilah hukum Islam, li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh

suami ketika ia menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian

bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada

sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima

laknat Allah SWT jika ia berdusta dalam tuduhannya itu.30

29

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.126.

30

Abd.Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.239.

Page 33: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

24

Dasar hukum pengaturan lian bagi suami yang menuduh isterinya

berbuat zina ialah firman Allah SWT surat An-nur ayat 6-7:

Artinya:

"Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak

ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian

orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia

adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa

la'nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta".(Q.S. An-

nur: 6-7)

Terhadap tuduhan suami, isteri dapat menyangkal dengan kesaksian

sebanyak empat kali bahwa suaminya berdusta dalam tuduhannya. pada

sumpah kesaksianya yang kelima disertai pernyataan bahwa ia bersedia

menerima laknat Allah SWT jika suami benar dalam tuduhannya. Hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-nur ayat 8-9:

Artinya:

"Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas

nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang

yang dusta. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika

suaminya itu termasuk orang-orang yang benar".(Q.S. An-nuur: 8-9)

Page 34: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

25

Dengan terjadinya sumpah lian ini maka terjadilah perceraian antara

suami-isteri tersebut dan antara keduanya tidak boleh terjadi perkawinan

kembali untuk selamanya.31

Dimana terdapat hadits yang diriwayatkan dari

Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:

)32( Artinya:

Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi s.a.w bersabda: ”suami-isteri yang telah

bermula’anah bila telah berpisah, maka mereka tidak dapat kembali selama-

lamanya”. ( H.R. Daraquthni).

5. Sebab-sebab yang lain.

a. Putusnya perkawinan sebab syiqaq.

Syiqaq adalah krisis memuncak yang terjadi antara suami-isteri

sedemikian rupa sehingga antara suami-isteri terjadi pertentangan

pendapat dan pertengkaran yang menjadi suami-isteri yang tidak mungkin

dipertemukan dan dipersatukan lagi.

Firman Allah SWT. Surat An-nisa ayat 35 menyatakan :

31

Ibid, h.239-240.

32

Mu'ammal Hamidy,Imron, dan Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar Himpunan Hadis-

Hadis Hukun, Jilid 5, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), h.2383.

Page 35: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

26

Artinya: ”Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari

keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan

perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Menurut firman Allah SWT tersebut, jika terjadi kasus syiqaq

antara suami-isteri, maka diutus seorang hakam dari pihak suami dan

seorang hakam dari pihak isteri untuk mengadakan penelitian dan

penyelidikan tentang sebab musabab terjadinya syiqaq dimaksud serta

berusaha mendamaikan, atau mengambil kesimpulan bahwa lebih baik

adanya perceraian dari pada perkawinan ini terus berjalan tetapi bisa

mengakibatkan kemudharatan bagi suami-isteri. Maka kesimpulan

putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang sebaik-baiknya.

Terhadap kasus syiqaq ini, kedua hakam bertugas menyelidiki dan

mencari hakikat permasalahannya, sebab musabab timbulnya

persengketaan, berusaha untuk mendamaikan kembali agar suami-isteri

kembali hidup bersama dengan sebaik-baiknya, kemudian jika perdamaian

tidak mungkin ditempuh, maka kedua hakam berhak mengambil inisiatif

untuk menceraikannya. kemudian atas dasar hakam ini maka hakim

dengan keputusannya menetapkan perceraian tersebut.33

Kedudukan cerai

sebab kasus syiqaq adalah bersifat ba’in artinya antara bekas suami-isteri

33

Zakiya Darajat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.200.

Page 36: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

27

hanya dapat kembali sebagai suami-isteri dengan akad dan mahar yang

baru.34

b. Putusnya perkawinan sebab pembatalan.

Jika suatu akad perkawinan telah dilaksanakan dan dalam

pelaksanaanya ternyata ada larangan perkawinan antara suami-isteri.

Sebab-sebab pembatalan karena pertalian darah, pertalian susuan,

pertalian semenda, atau terdapat hal-hal yang bertentangan dengan

ketentuan hukum seperti tidak terpenuhinya rukun dan syarat, maka

perkawinan menjadi batal demi hukum dengan melalui proses pengadilan

dan hakim membatalkan perkawinan dimaksud.35

Mengenai pembatalan perkawinan ini. Berdasarkan Undang-

Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Bab IV pasal 22 sampai 28

memuat ketentuan yang isi pokoknya sebagai berikut:36

Pertama, Perkawinan dapat dibatalkan apabila para pihak tidak memenuhi

syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.

Kedua, Yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan yaitu :

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dari suami atau isteri;

b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan;

34

Abd.Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. Ke-2, h.243.

35

Zakiya Darajat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), h.205-206.

36

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Page 37: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

28

d. Pejabat yang ditunjuk tersebut ayat (2) Pasal 16 dan setiap orang yang

mempunyai kepentingan hukum secara langsung terhadap perkawinan

tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.

Ketiga, Barang siapa karena perkawinan masih terikat dirinya dengan

salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih adanya

perkawinan dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru,

dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4.

Keempat, Permohonan pembatalan perkawinan diajukan kepada

Pengadilan daerah hukum dimana perkawinan dilangsungkan atau

tempat tinggal kedua suami-isteri.

Kelima, Perkawinan yang dilangsungkan dimuka pegawai pencatat

perkawinan yang tidak berwenang, wali-nikah yang tidak sah atau yang

dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat dimintakan

pembatalan, oleh para keluarga dalam garis keturunan lurus dari suami

atau isteri, jaksa dan suami atau isteri. Hak untuk membatalkan oleh

suami atau isteri berdasarkan alasan dalam ayat (1) pasal ini gugur

apabila mereka telah hidup bersama sebagai suami isteri dan dapat

memperlihatkan akta perkawinan yang dibuat pegawai pencatat

perkawinan yang tidak berwenang dan perkawinan harus diperbaharui

supaya sah.

Keenam, Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan berlangsung dibawah

Page 38: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

29

ancaman yang melanggar hukum. Seorang suami atau isteri dapat

mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada waktu

berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami

atau isteri. Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka

itu menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah itu masih tetap hidup sebagai suami-isteri, dan tidak

mempergunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan,

maka haknya gugur.

Ketujuh, Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat

berlangsungnya perkawinan. Putusan tidak berlaku surut terhadap :

a. Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut;

b. Suami atau isteri yang bertindak dengan iktikad baik, kecuali terhadap

harta bersama, bila pembatalan perkawinan didasarkan atas adanya

perkawinan lain yang lebih dahulu;

c. Orang-orang ketiga lainnya tidak termasuk dalam a dan b sepanjang

mereka memperoleh hak-hak dengan iktikad baik sebelum putusan

tentang pembatalan mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan

dalam Kompilasi Hukum Islam juga terdapat alasan-alasan

Page 39: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

30

pembatalan perkawinan sebagaimana diatur dalam pasal 70 sampai

dengan 71 yang isi pokoknya sebagai berikut:37

a. Suami melakukan perkawinan, sedang ia tidak berhak melakukan

akad nikah karena sudah mempunyai empat orang isteri sekalipun

salah satu dari keempat isterinya dalam iddah talak raj`i;

b. Seseorang menikah bekas isterinya yang telah dili`annya;

c. Seseorang menikah bekas isterinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak

olehnya, kecuali bila bekas isteri tersebut pernah menikah dengan pria

lain kemudian bercerai lagi ba`da al dukhul dari pria tersebut dan

telah habis masa iddahnya;

d. Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan

darah; semenda dan sesusuan sampai derajat tertentu yang

menghalangi perkawinan menurut pasal 8 Undang-Undang No. 1

Tahun 1974.38

e. Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari

isteri.

37

Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Fokusmedia, 2005), h.25-27.

38

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Pasal 8 yaitu:

1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau keatas.

2. Berhubugan darah dalam garis keturunan menyimpang yaitu antara saudara,

antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara

neneknya.

3. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau ayah tiri.

4. Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan dan bibi atau

paman sesusuan.

Page 40: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

31

Kompilasi Hukum Islam Pasal 71 menyebutkan bahwa suatu

perkawinan juga dapat dibatalkan karena peraturan perundang-undangan

yang ada di Indonesia apabila:

a. Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama;

b. Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi

isteri pria lain yang mafqud.

c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam iddah dari suami lain;

d. Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan sebagaimana

ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974;

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali

yang tidak berhak;

f. perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.39

Kompilasi Hukum Islam Pasal 73 yaitu: bahwa dapat mengajukan

permohonan pembatalan perkawinan adalah :

a. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari

suami / isteri;

39

Kompilasi Hukum Islam pasal 72 yaitu:

(1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang

melanggar hukum.

(2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka

mengenai diri suami atau isteri

(3) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari

keadaanya dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap

hidup sebagai suami isteri, dan tidak dapat menggunakan haknya untuk

mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya gugur.

Page 41: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

32

b. Suami atau isteri;

c. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut

Undang- Undang.

d. Para pihak yang berkepentingan untuk mengetahui adanya cacat

dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan

Peraturan Perundang–Undangan sebagaimana tersebut dalam pasal

67.

c. Putusnya perkawinan sebab fasakh.

Hukum Islam mewajibkan suami menunaikan hak-hak isteri dan

memilihara isteri dengan sebaik-baiknya, tidak boleh menganiaya isteri

dan menimbulkan kemudharatan terhadapnya. Suami dilarang

menyengsarakan kehidupan isteri dan mensia-siakan haknya.40

Firman

Allah SWT surat Al-baqarah ayat 231 menyatakan:

40

Zakiya Darajat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), h.207.

Page 42: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

33

Artinya:

”Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau

ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu

rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, Karena dengan demikian

kamu menganiaya mereka. barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh

ia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan

hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan

apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab dan Al hikmah

(As Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang

diturunkan-Nya itu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah

bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. AL-baqarah:

231)”.

Hukum Islam tidak menghendaki adanya kemudharatan dan

melarang saling menimbulkan kemudharatan. Menurut Qaidah Hukum

Islam, bahwa setiap kemudharatan wajib dihilangkan, sebagaimana qaidah

menyatakan:

الضرر يزال41

Artinya:

”kemudharatan harus dihilangkan”.

Berdasarkan firman Allah SWT dan qaidah tersebut para fuqaha

menetapkan bahwa jika dalam kehidupan suami-isteri terjadi keadaan,

sifat atau sikap yang menimbulkan kemudharatan pada keadaan salah satu

pihak, maka pihak yang menderita madharat dapat mengambil prakarsa

41

Abdul Haq, Ahmad Mubarok, dan Agus Ro'uf, Formulasi Nalar Fiqih Telaah Kaidah Fiqih

Konseptual. Buku Satu (Surabaya: Khalista, 2006), hal.209.

Page 43: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

34

untuk putusnya perkawinan, kemudian hakim memfasakh perkawinan atas

dasar pengaduan pihak yang menderita.42

d. Putusnya perkawinan sebab meninggal dunia.

Jika salah satu dari suami-isteri meninggal dunia, atau kedua

suami-isteri itu bersama-sama meninggal dunia maka putuslah perkawinan

mereka. Yang dimaksud dengan mati sebab putusnya perkawinan dalam

hal ini meliputi baik mati secara fisik, yakni, memang dengan kematian itu

diketahui jenazahnya, sehingga kematian itu benar-benar biologis, maupun

kematian secara yuridis, yaitu dalam kasus suami yang mafqud (hilang

tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia), lalu

melalui proses pengadilan hakim dapat menetapkan kematian suami

tersebut.43

Mengenai putusnya perkawinan ini, menurut Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 Bab VII pasal 38 dikenal adanya tiga macam cara putusnya

perkawinan, yaitu: kematian, perceraian, dan putusan pengadilan. Dalam

pasal 39 juga menegaskan, bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di

depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan antara kedua belah pihak, dan untuk

melakukan perceraian harus ada alasan yang cukup sehingga dapat

42

Zakiya Darajat, Ilmu Fiqih II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 208.

43

Ibid, hal. 209.

Page 44: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

35

dijadikan landasan yang wajar bahwa antara suami-isteri tidak ada harapan

lagi untuk hidup bersama sebagai suami-isteri.

Alasan dimaksud dalam pasal 39 Undang-Undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawina ini diperinci lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang

perkawinan No. 1 tahun 1974 pasal 19 dan Kompilasi Hukum Islam pasal

116 menyatakan bahwa sebab-sebab perceraian adalah:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,

dan lainya sebagaimana yang sukar disebutkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain diluar kemampunya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pilak yang lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat

tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami-isteri.

f. Antara suami-isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar ta’lik talak.

Page 45: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

36

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan rumah tangga.44

D. Perbedaan Cerai Talak dan Cerai Gugat serta Prosedur Perceraian

1. Perbedaan Cerai Talak dan Cerai Gugat

Cerai talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama

yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan atau perceraian yang

dilakukan atas kehendak suami. Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang

Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 pada pasal 66 ayat (1) Seorang suami

yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan

permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan

ikrar talak.45

Sedang dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 117 yaitu talak

ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu

sebab putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal

(129), (130) dan (131). Cerai talak ini hanya dapat dilakukan oleh suami,

karena suamilah yang berhak untuk mentalak istrinya, sedangkan isteri tidak

berhak mentalak suaminya. bagi suami yang mengajukan talak maka suami

harus melengkapi persyaratan administrasi sebagai berikut :

44

Pasal 116 Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

45

Artikel diakses pada 24 juli 2009 http://www.legalitas.org

Page 46: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

37

1. Kartu tanda penduduk .

2. Surat keterangan untuk talak dari Kepala Desa/Lurah.

3. Kutipan akta nikah (model NA).

4. Membayar uang muka biaya perkara.

5. Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi Pegawai Negeri Sipil atau

anggota TNI/Polri.46

Sedangkan cerai gugat adalah perceraian yang dilakukan atas

kehendak isteri hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama pasal 73 ayat (1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau

kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat. Dalam

Kompilasi Hukum Islam cerai gugat juga diatur pada pasal 132 ayat (1) yaitu :

Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan

Agama, yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali

isteri meninggalkan kediaman bersama tanpa izin suami.

Perkara cerai gugat, seorang isteri diberikan suatu hak gugat untuk

bercerai dari suaminya, karena dalam cerai talak haknya hanya dimiliki oleh

suami. Akan tetapi, bukan berarti cerai talak haknya mutlak milik suami

46

A.Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), hal. 66.

Page 47: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

38

karena apabila suami melanggar alasan-alasan perceraian yang tercantum

dalam pasal 116 kompilasi hukum Islam dan pasal 19 Peraturan Pemerintah

No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan. maka isteri berhak mengajukan gugat cerai. Dengan

demikian masing-masing pihak telah mempunyai jalur tertentu dalam upaya

menentukan perceraian.47

Hukum Islam juga tidak mengenal istilah cerai gugat karena cerai

gugat hanyalah istilah hukum yang digunakan dalam hukum acara di

Indonesia. Akan tetapi dalam hukum Islam mengenal khulu, yang mempunyai

persamaan dengan cerai gugat dan tetap ada perbedaannya yaitu juga dalam

khulu itu ada iwadl yang harus dibayar oleh isteri, dan yang mengucapkan

kalimat perceraian (talak) adalah suami setelah adanya pembayaran iwadl

tersebut. Sedangkan cerai gugat tidak ada pembayaran iwadl serta yang

memutuskan perceraian adalah hakim.48

Selain itu dalam cerai talak apabila suami ingin mengajukan ikrar

talak, suami tidak mengajukan gugatan melainkan mengajukan permohonan

kepada isteri, karena dalam Islam isteri meminta izin untuk mengucapkan

ikrar talak di Pengadilan Agama. Karena talak itu ada ditangan suami.

Berbeda dengan cerai gugat yaitu isteri harus minta cerai dulu kepada suami,

47 Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), cet

Ke-1, hal. 232. 48

M. Yasir Arafat, Perceraian Akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga, (skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), hal. 16.

Page 48: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

39

karena dalam Islam isteri tidak punya hak untuk menceraikan suami serta

mengembalikan iwadl kepada suami. Hal inilah yang menjadi perbedaan

antara cerai talak dengan cerai gugat. Perkara cerai gugat, juga ada

persyaratan administrasi yang harus dilengkapi dalam mengajukan gugatan

cerai sebagai berikut :

1. Kartu tanda penduduk .

2. Surat keterangan untuk talak dari Kepala Desa/Lurah.

3. Kutipan akta nikah (model NA).

4. Membayar uang muka biaya perkara.

Surat izin talak dari atasan atau kesatuan bagi Pegawai Negeri Sipil atau

anggota TNI/Polri.49

2. Prosedur Perceraian di Pengadilan Agama

Pemeriksaan sengketa perkawinan dan perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian terbagi dua, yaitu cerai

talak dan cerai gugat. Yang dimaksud cerai talak adalah perceraian yang

terjadi karena talak suami kepada istrinya. Sedangkan yang dimaksud gugat

cerai adalah permohonan perceraian yang diajukan oleh pihak isteri melalui

gugatan.

49

A.Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta:

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.66.

Page 49: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

40

Tahapan-tahapan cerai talak di Pengadilan Agama menurut Pasal 66

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah sebagai berikut :

1. Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya

(disebut Pemohon), mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama

untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak. Permohonan

tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya

meliputi tempat kediaman termohon (isteri), kecuali apabila termohon

dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama

tanpa izin pemohon.

2. Jika termohon tinggal diluar negeri, permohonan diajukan kepada

Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

pemohon.

3. Jika pemohon dan termohon tinggal diluar negeri, permohonan diajukan

kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat

perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta

Pusat.

4. Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri, dan harta

bersama suami-isteri dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan

cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.

5. Permohonan cerai talak harus memuat nama, umur, tempat kediaman

pemohon, dan termohon, serta alasan-alasan yang menjadi dasar cerai

Page 50: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

41

talak. Permohonan tersebut diperiksa dalam sidang tertutup oleh Majelis

Hakim selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat

permohonan cerai talak didaftarkan di kepaniteraan (Pasal 68 Undang-

Undang Peradilan Agama).

6. Pengadilan menetapkan mengabulkan permohonan cerai jika Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa kedua belah pihak (suami-isteri) tidak dapat

didamaikan lagi dan alasan perceraian telah cukup (Pasal 70 ayat 1

Undang-Undang Peradilan Agama).

7. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh termohon (isteri) terhadap

penetapan tersebut adalah mengajukan banding (Pasal 70 ayat 2) Undang-

Undang Peradilan Agama). Jika tidak ada banding dari pihak termohon

(isteri) atau penetapan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap,

maka pengadilan akan menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak

(Pasal 70 ayat (3) Undang-Undang Peradilan Agama).

8. Ikrar talak dilakukan oleh pemohon (suami) atau wakilnya yang telah

diberi kuasa khusus berdasarkan akta otentik, dan dihadiri/disaksikan oleh

pihak termohon (isteri) atau kuasanya (Pasal 70 ayat 4 Undang-Undang

Peradilan Agama).

9. Jika termohon (isteri) tidak hadir pada ikrar talak tersebut, padahal ia telah

dipanggil secara sah dan patut, maka suami atau wakilnya dapat

mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya pihak termohon (isteri) atau

kuasanya (Pasal 70 ayat 5). Jika dalam waktu 6 (enam) bulan suami tidak

Page 51: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

42

datang untuk mengucapkan ikrar talak, tidak datang menghadap sendiri

atau mengirim wakilnya meskipun telah mendapat panggilan secara sah

dan patut, maka penetapan atas dikabulkannya permohonan cerai menjadi

gugur, dan permohonan perceraian tidak dapat diajukan lagi dengan alasan

yang sama (Pasal 70 ayat 6 Undang-Undang Peradilan Agama).

10. Perkawinan menjadi putus melalui penetapan terhitung sejak

diucapkannya ikrar talak dan penetapan tersebut tidak dapat dimintakan

banding atau kasasi (Pasal 71 ayat 2 Undang-Undang Peradilan Agama).

Tahapan-tahapan cerai gugat menurut Undang-Undang Peradilan

Agama adalah sebagai berikut :

1. Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada Pengadilan

Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat

(isteri), kecuali jika penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat

kediaman bersama tanpa izin tergugat (suami) (Pasal 73 ayat 1 Undang-

Undang Peradilan Agama).

2. Jika penggugat berkediaman diluar negeri, gugatan perceraian diajukan

kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman tergugat (Pasal 73 ayat 2).

3. Jika keduanya berkediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada

Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan

mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat

(Pasal 73 ayat 3).

Page 52: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

43

4. Jika gugatan perceraian adalah karena salah satu pihak mendapat pidana

penjara, maka untuk dapat memperoleh putusan perceraian, sebagai bukti

penggugat cukup menyampaikan salinan putusan pengadilan yang

berwenang yang memutuskan perkara disertai keterangan yang

menyatakan bahwa putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap

(Pasal 74).

5. Jika alasan perceraian adalah karena syiqaq (perselisihan tajam dan terus

menerus antara suami dan isteri, maka putusan perceraian didapatkan

dengan terlebih dahulu mendengar keterangan saksi-saksi yang berasal

dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami istri (Pasal 76

ayat 1).

6. Gugatan perceraian gugur jika suami atau isteri meninggal sebelum ada

putusan pengadilan (Pasal 79).

7. Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup oleh

Majelis Hakim selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah berkas atau

surat gugatan perceraian didaftarkan dikepaniteraan (Pasal 80 ayat 1 dan

2). Putusan pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam

sidang yang terbuka untuk umum dan perceraian dianggap terjadi dengan

segala akibat hukumnya sejak putusan pengadilan memperoleh kekuatan

hukum tetap (Pasal 81 ayat 1 dan 2).

8. Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, suami-isteri harus

datang secara pribadi, kecuali jika salah satu pihak berkediaman di luar

Page 53: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

44

negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi dapat diwakili

oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

9. Jika kedua pihak berkediaman di luar negeri, maka pada sidang pertama

penggugat harus menghadap secara pribadi. Pada saat tersebut hakim juga

harus berusaha mendamaikan kedua pihak, dan selama perkara belum

diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang

pemeriksaan (Pasal 82).

10. Jika perdamaian tercapai, maka tidak dapat diajukan lagi gugatan

perceraian yang baru dengan alasan yang ada dan telah diketahui

penggugat sebelum perdamaian tercapai (Pasal 83).

11. Gugatan penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama

suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian

ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap

(Pasal 86 ayat 1).

12. Jika pihak ketiga menuntut, maka Pengadilan Agama menunda lebih dulu

perkara harta bersama sampai ada putusan pengadilan dalam lingkungan

peradilan umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 86

ayat 2).

13. Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada penggugat

atau pemohon, dan biaya perkara penetapan atau putusan pengadilan yang

bukan penetapan atau putusan akhir diperhitungkan dalam penetapan atau

putusan akhir (Pasal 89 ayat 1 dan 2).

Page 54: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

45

14. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya kepaniteraan dan biaya materai yang

diperlukan untuk biaya itu; biaya para saksi, saksi ahli, penerjemah dan

biaya pengambilan sumpah yang diperlukan, biaya untuk melakukan

pemeriksaan setempat dan tindakan lain yang diperlukan oleh pengadilan

dalam perkara, biaya pemanggilan, pemberitahuan, dan lain-lain atas

perintah pengadilan (Pasal 90 ayat 1).50

Mengenai prosedur perceraian lebih rinci lagi dapat dilihat pada skema

di bawah ini.

Catatan: Calon Pemohon menghadap Meja I

50

Artikel diakses pada 18 juli 2009 http:// www.pta.depok.com

Page 55: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

46

Keterangan:

1. Meja I

a. Menerima surat permohonan.

b. Menaksir panjar biaya perkara.

c. Membuat SKUM.

2. Kasir

a. Menerima uang panjar dan membukukannya.

b. Menandatangani SKUM.

c. Memberi nomor pada SKUM.

3. Meja II

a. Mendaftar permohonan dalam register.

b. Memberi nomor perkara pada surat permohonan sesuai nomor SKUM.

c. Menyerahkan kembali kepada Pemohon satu helai surat permohonan.

d. Mengatur berkas perkara dan menyerahkan kepada ketua Pengadilan

Agama melalui Panitera+Wakil Panitera.

4. Ketua PA

a. Mempelajari Berkas.

b. Membuat Penetapan Majelis Hakim (PMH)

5. Panitera

a. Menunjuk panitera sidang.

b. Menyerahkan berkas kepada Majelis.

6. Majelis Hakim

Page 56: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

47

a. Membuat Penetapan Hari Sidang (PHS).

b. Menyidangkan perkara.51

c. Memutus perkara.

7. Meja III

a. Menerima berkas yang telah diminut dari Majelis Hakim.

b. Menetapkan kekuatan hukum.

51

Cerai talak termasuk ke dalam perkara Volountair yang mana sifatnya permohonan dan di

dalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga dalam proses pemeriksaan perkara Volountair di depan

persidangan dilakukan melalui tahap-tahap pemeriksaan sebagai berikut: 1) Pembacaan permohonan;

2) Pembuktian; 3) Kesimpulan; 4) Putusan hakim berupa ”PENETAPAN”. Sedangkan cerai gugat

termasuk kedalam perkara Contensius yang mana sifatnya gugatan yang dilakukan oleh isteri karena

didalamnya terdapat masalah dan untuk persidanganya sama dengan prosedur cerai talak serta putusan

hakim berupa “KEPUTUSAN”. Lihat juga A. Mukti Arto’, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan

Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 55-57.

Page 57: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

45

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KAWIN PAKSA

A. Pengertian Kawin Paksa

Secara bahasa kawin adalah ”berkumpul, aqad”. Sedangkan secara

istilah adalah ikatan dari dua jenis yang berbeda dalam perkawinan. Paksa

secara bahasa adalah ”tidak rela”. Menurut istilah adalah perbuatan yang

dilakukan tanpa adanya kerelaan diantara pihak. Menurut Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 bahwa kawin adalah berkumpulnya dua insan

yang diikat dengan tali perkawinan. Sedangkan terminologi dari kawin paksa

adalah ikatan perkawinan yang tidak adanya kerelaan diantara salah satu pihak.

Perkawinan adalah sesuatu yang sakral yang dilakukan berdasarkan agama dan

fitrah manusia yang saling mencintai yang diikat dengan tali yang disebut

dengan perkawinan. Kawin Paksa adalah salah satu fenomena sosial yang

timbul akibat tidak adanya kerelaan diantara pasangan untuk menjalankan

perkawinan, tentunya ini merupakan gejala sosial dan masalah yang timbul di

tengah-tengah masyarakat kita50

. Walaupun terkadang, kawin paksa berakhir

dengan kebahagiaan dalam rumah tangga, tetapi tidak sedikit yang berakibat

pada ketidakharmonisan bahkan perceraian. Itu semua akibat ikatan perkawinan

yang tidak dilandasi cinta kasih, namun berangkat dari keterpaksaan semata.

50

Artikel di akses pada tanggal 1 Juni 2009 //abdulqodirqudus.blogspot.com/2009/06/kawin-

paksa.

Page 58: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

46

Islam mengenal bahwa suatu perkawinan harus didasari rasa kerelaan

suka sama suka dengan tidak adanya unsur pemaksaan dalam perkawinan

tersebut. Sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang sakinah,

mawaddah wa rohmah akan tercipta.

Dengan demikian jelas dapat dimengerti bahwa yang dinamakan kawin

paksa adalah suatu akad perjanjian (nikah) antara dua mahluk yang berlawanan

jenis dengan dilandaskan oleh pemaksaan dari pihak ketiga. Dengan kata lain

unsur cinta diabaikan, padahal satu dasar terpenting dalam membangun rumah

tangga antara sesama manusia adalah cinta atau perasaan suka yang merupakan

ikatan emosional (insyidad al-a‟thufi) kepada orang lain yang secara eksistensi

terpisah dengan kita, dan merupakan kebutuhan untuk menjalin kontak

dengannya.51

Menurut ajaran Islam, tidak ada paksaan dalam perkawinan. Karena

perkawinan adalah suatu perjanjian yang didasarkan atas persetujuan suka dan

rela kedua bela pihak yang bakal menjadi suami istri. Wali mujbir mempunyai

hak paksa (ijbar). Keseluruhan mazhab berpandangan kebolehan berlakunya

hak paksa (ijbar) dari seorang ayah atau kakek untuk menikahkan anak

gadisnya yang berusia dibawah umur dan berada dibawah perwaliannya. Setelah

mencapai usia dewasa, gadis tersebut mempunyai hak untuk membatalkan

perkawinan (fasakh) jika ia dinikahkan oleh wali yang bukan wali mujbir.

51

Sayid Usman Husain Fadhlullah, Drs. Ali Yahya, Psi. Dunia Wanita dalam islam, (Jakarta:

Lentera Basritama, 1997), Cet. Ke. 1. h.150

Page 59: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

47

Seorang gadis yang telah mencapai usia dewasa, menurut Imam Maliki,

Imam Syafi‟i, dan Imam Hambali, bahwa seorang wanita dewasa tetap harus

dinikahi oleh wali. Menurut Imam Hanafi, seorang wanita dewasa boleh

menikahkan dirinya sendiri tanpa wali dengan syarat suami harus sekufu dalam

hal latar belakang, keluarga, agama dan taraf hidup.

Dalam hal usia untuk menikah dan persetujuan dari si gadis untuk

dinikahkan ini, Imam Syafi‟i mengklasifikasikan wanita kedalam 3 (tiga)

kelompok, yaitu :

a. Gadis yang belum dewasa yaitu yang belum berusia 15 tahun atau

belum mendapat haid. Maka dalam hal ini tetap harus memberikan

keuntungan dan tidak merugikan si anak. Dan kelak jika ia dewasa,

maka ada haknya untuk memilih (khiyar).

b. Gadis dewasa adalah yang telah berusia15 tahun ataupun yang telah

mendapat haid. Dalam hal ini, ada hak berimbang antar bapak

dengan si gadis. Walaupun persetujuan yang diberikan si gadis

sifatnya lebih merupakan pilihan (ikhtiyar) bukan suatu keharusan

(fard). Dengan demikian hukumnya hanya sunnah bukan wajib. Hal

ini sesuai dengan HR yang bersumber dari Ibn‟ Abbas yang

mengkisahkan tindakan Rasulullah SAW yang memisahkan

perkawinan putri dari Usman bin Maz‟un yang dikawinkan oleh

Abdullah bin Umar (Saudara sepupu sebagai wali), setelah ibu si

Page 60: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

48

gadis mengadukan pada Rasulullah SAW bahwa anaknya tidak

menyetujui perkawinan tersebut.

c. Janda. Dalam perkawinan seorang janda sangat diperlukan

persetujuan dari dirinya secara tegas, sehingga seorang wali yang

menikahkan janda dengan laki-laki yang tidak disetujuinya, maka

dapat dibatalkan perkawinan tersebut. Oleh sebab itu, dalam

perkawinan janda tdak ada yang berhak untuk mencegah, termasuk

oleh kakek ataupun ayah.52

Penjelasan di atas jelas bahwa tidak adanya pengertian yang baku dalam

hukum Islam mengenai kawin paksa akan tetapi yang dimaksud disitu adalah

Perkawinan yang dilakukan atas dasar tidak cinta, suka rela dari dua belah pihak

untuk menjadi pasangan suami istri. Dalam Islam tidak mengajarkan tentang

kawin paksa tersebut.

Dalam Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tidak dijelaskan

mengenai pengertian kawin paksa akan tetapi dapat dipahami dari pengertian

perkawinan dalam pasal 1 itu sendiri bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.53

52

Jurnal Asy-syir‟ah vol.43, Edisi khusus, 2009. h.189-190.

53

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat,

1993) h.87-88.

Page 61: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

49

Dalam syarat-syarat perkawinan pasal 6 menerangkan bahwa

perkawinan harus didasarkan atau berlandaskan atas persetujuan kedua calon

mempelai.54

Dua pasal tersebut dapat ditarik benang merahnya bahwa perkawinan

atau kawin paksa adalah suatu ikatan pernikahan antara seorang pria dengan

seorang wanita yang dilaksanakan tidak berdasarkan persetujuan kedua calon

mempelai atau salah satu dari mereka, karena adanya campur tangan pihak lain.

B. Dasar Hukum Kawin Paksa

1. Menurut Hukum Islam

Islam tidak mengajarkan mengenai adanya pemaksaan dalam

perkawinan, artinya pihak ketiga (wali) tidak ikut campur dalam

menentukan siapa yang mesti menjadi pendamping hidup calon mempelai.

Dalam suatu perkawinan memang perlu adanya wali, tetapi wali

tersebut tidak dapat menentukan atau memaksakan pasangan mereka

masing-masing, dalam pandangan Islam baik janda ataupun gadis perawan

mempunyai kebebasan mutlak dalam memilih calon suami dan menolak

pinangan seorang laki-laki. Tidak ada hak bagi orang tua untuk

memaksakan kehendak sebab dalam mengarungi hidup rumah tangga tidak

akan mungkin tegak dengan sempurna dan meraih bahagia tanpa adanya

54

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), (Jakarta: Depa, T.th), Penjelasan UU No. 1 Tahun

1974, h.113.

Page 62: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

50

gairah, cinta kasih dan ketentraman.55

sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam al-qur‟an:

Artinya ;

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaann Allah adalah dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa

tentram terhadapnya dan dijadikannya di antaramu rasa kasih sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir. ” ( QS, Ar-Rum :21 )

Selain ayat diatas dijelaskan pula hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah

yang berbunyi:

Artinya:

“ Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, ia berkata: telah datang

seorang gadis kepada Rasulullah SAW. Lalu ia berkata : sungguh bapakku

telah kawinkan aku dengan anak saudaranya laki-laki, agar dengan aku

terangkatlah martabatnya, kata Abdullah : lalu kata Rasulullah SAW.

Serahkan urusannya kepadanya. Dan kata gadis itu : saya izinkan

55

Ibnu Mahalli Abdullah Umar, Menyongsong Hidup baru Penuh Berkah, (Yogyakarta: Media

Insani, 2001), cet. Ke. 1, h.166. 56

Abi Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwayany, Sunan Ibnu Majah, (Mesir, Dar al-Fikr,

1995) jilid 1. h.588

Page 63: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

51

perbuatan bapakku itu, tetapi aku ingin mengajarkan kepada para wanita,

bahwa dalam urusan ini (kawin) bapak-bapak itu tidak ada haknya. (

HR. Ibnu Majah )”.

Dalam memilih seorang suami, seorang janda diberi kebebasan

untuk menentukan pilihannya sendiri. Bila ada lelaki yang meminang dia

diajak musyawarah dan diminta pendapatnya secara terang-terangan. Adalah

Rasulullah SAW. Apabila akan menikahkan putrinya, selalu bertanya

terlebih dahulu : “putriku, ada seorang laki-laki yang akan meminangmu.

Bila engkau tidak merasa berhasrat, maka berkatalah: Tidak. Sebab tidak

ada seorang perempuan pun yang keberatan untuk menyatakanya.”bila

putrinya tidak mengatakan: tidak, hanya berdiam saja berarti dia setuju.

Sebab sikap diam adalah isyarat bahwa dia menyetujui pinangan sang lelaki.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada orang tua (wali) untuk meminta

persetujuan anak perempuannya terlebih dahulu dalam perkawinan."

Peristiwa di atas memberikan ilustrasi, bahwa dalam ajaran islam

seorang perempuan memperoleh sesuatu yang sangat berharga berupa

kemerdekaan, kehormatan, harga diri dan kebebasan menentukan siapa yang

bakal diterima menjadi calon suami, atau ditolak pinangannya57

.

Syaikhul Islam Rohimatullah ”Asyaikh Zakaria Al-Anshori” pernah

ditanya tentang paksaan bapak terhadap anak gadisnya yang sudah dewasa

untuk menikah, apakah itu boleh atau tidak? Ia menjawab, mengenai

57

Ibnu Taimiyyah,Hukum Perkawinan. h.168-189

Page 64: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

52

paksaan terhadap anak gadis untuk menikah ada dua pendapat yang

masyhur.

Pertama: bahwa bapak boleh memaksa anak gadisnya yang sudah dewasa

untuk menikah, demikian pendapat Mazhab Imam Maliki, Syafi‟i, yaitu

pendapat yang dipilih Al-kharqi, Al-qadhi dan sahabat-sahabatnya.

Kedua: bapak tidak boleh memaksa anak gadisnya yang sudah dewasa,

demikian menurut Mazhab Abu Hanifah dan lain-lain, yaitu pendapat yang

dipilih Abu Bakar, Abdul Aziz bin Ja‟far.

Sedang orang-orang berbeda pendapat tentang bergantungnya

paksaan, apakah terhadap anak gadis atau anak kecil?

Yang benar adalah bahwa kaitan paksaan yaitu yang masih kecil

karena yang sudah dewasa (sinni at-takhlif wa rasyid) yang dapat

mengetahui kemaslahatan mereka sendiri, tidak seorangpun bisa

memaksakannya untuk nikah, karena sesungguhnya terdapat keterangan dari

Rasulullah SAW. Bahwa beliau bersabda:

58 Artinya :

58

Shahih Bukhari, bab 41 dari kitab Nikah, bab 11 dari kitab Ihyat, bab 3 dari kitab Ikrar,

Shahih Muslim, hadis 64, 66, 67, 68 dari kitab Nikah

Page 65: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

53

“ Dari Abu Hurairoh r.a. Rasulullah SAW. Bersabda: seorang wanita janda

tidak boleh dinikahkan tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengannya,

seorang anak gadis (perawan) tidak boleh dinikahkan hingga diminta izin

padanya, mereka bertanya : bagaimana izin anak gadis (perawan) itu?

Rasul menjawab diamnya adalah jawabannya” (HR. Bukhari)”.

Ini adalah alasan Rasulullah SAW bahwa anak gadis tidak boleh

dinikahkan hingga dimintai izin dan ini berlaku untuk bapak dan selain

bapak. Batasan yang demikian ini telah dijelaskan dalam riwayat lain yang

shahih. Bahwa bapak itu sendiri harus minta izin kepada anak gadisnya59

.

Bagi mereka yang berpendapat bolehnya paksaan merasa bimbang

apabila si gadis itu menyatakan kufu’nya, sementara bapaknya sendiri

menyatakan kufu’ yang lain, apakah berpegangan kepada ketentuan gadis itu

ataukah dengan ketentuan bapaknya?

Ada dua sudut pandang pada Mazhab Syafi‟i dan Ahmad:

pandangan yang mengakui ungkapan ini berdasarkan ketentuan anak, maka

bertentangan dengan asalnya, dan pandangan yang mengakui ungkapan

berdasarkan ketentuan bapak, maka didalam perkataannya itu terdapat

kerusakan, bahwa janda itu lebih berhak terhadap dirinya maka hal ini

menunjukan bahwa anak gadis tidak lebih berhak terhadap dirinya, tetapi

walinya yang lebih berhak, dan itu tidak lain kecuali bapak dan kakeknya.

Ini alasan mereka yang memaksa, mereka tidak mengamati nash

hadist dan zhahirnya hadist, dan mereka berpegang dengan alasan

59

Ibnu Taimiyyah,Hukum Perkawinan. h.124

Page 66: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

54

khitabnya, tetapi mereka berpegang dengan isyarat khitabnya, dan mereka

tidak mengetahui maksud Rasulullah SAW.

Sementara mengenai anak gadis mereka tidak mengharuskan

izinnya, karena berpendapat bahwa “minta izin itu mustahab”, bahkan

sebagian mereka menolak kiasan dan mereka berkata “karena minta izin itu

mustahab maka cukup dalam izin itu dengan diam dan menyangka bahwa

sekira izinnya gadis wajib maka harus berupa ucapan”, inilah yang

dikatakan oleh sahabat Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad60

.

Mengenai dasar-dasar hukum islam tentang kawin paksa perlu

diperjelas kembali bahwa dalam ajaran islam tidak mengenal atau

mengajarkan adanya pemaksaan kehendak dalam suatu proses perkawinan,

akan tetapi pada kenyataan kini acap kali terjadi pemaksaan dalam

perkawinan. Sehingga dasar hukum yang ada sebagai berikut:

a. Dalam Al-Qur‟an

Surat Annisa: 1 yang berbunyi:

…...

Artinya:

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu kepada tuhanmu yang telah

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

60

Ibid, h.126

Page 67: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

55

menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembang biakan

laki-laki dan perempuan yang banyak…”(Q.S An-nisa : 1)

Ayat di atas ini menerangkan bahwa sesungguhnya Allah SWT

telah menciptakan manusia dimuka bumi ini saling membutuhkan antara

laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini di mana antara keduanya harus

melangsungkan sebuah perkawinan demi berlangsungnya keturunan

mereka, sehingga Allah SWT menentukan agar tip laki-laki hendaknya

menikah dengan lawan jenisnya.

Surat Ar-rum : 21 yang berbunyi:

Artinya:

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaann Allah adalah dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan

merasa tentram terhadapnya dan dijadikannya di antaramu rasa kasih

sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ” ( QS, Ar-Rum :21 )

Ayat ini menerangkan bahwa suatu perkawinan harus didasari

oleh perasaan cinta kasih, kerelaan sehingga dari dua pasangan yang

saling menyukai tersebut akan membentuk keluarga yang sakinnah.

Artinya pemaksaan dalam perkawinan menurut ayat di atas tidak

dibenarkan.

Page 68: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

56

b. Dalam hadist

61

Artinya :

“Telah diriwayatkan kepada kami Abubakar bin Abi Syaibah, telah

meriwayatkan kepada kami Yazid bin Harun dari Yahya bin Sa’id,

ujarnya; Qasim bin Muhammad telah menceritakan bahwa Abdurahman

bin Yazid dan Majama’ bin Yazid Al-Anshari telah menceritakan

kepadanya tentang seorang laki-laki yang bersama Khidsam

menikahkan salah seorang anak perempuannya, tetapi anak perempuan

tersebut enggan untuk dinikahkan oleh ayahnya. Lalu ia datang kepada

Rasulullah dan menceritakan kejadian tersebut kemudian rasulullah

mengembalikan persoalan kepadanya, apakah ia menerima perkawinan

yang telah dilakukan oleh ayahnya atau tidak. Kemudian anak itu

memilih menikah dengan Abu Lubabah bin Abdil Munzir, namun

menurutnya kejadian ini bukan pada gadis, tetapi pada perempuan

janda”

61

Abi Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwayany, h.588.

Page 69: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

57

62

Artinya :

“Dan Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, ia berkata ; telah datang

seorang gadis kepada Rasulullah SAW lalu ia berkata : sungguh

bapakku telah kawinkan daku dengan anak saudaranya laki-laki, agar

dengan aku terangkatlah martabatnya, kata Abdullah : lalu Rasulullah

SAW . Serahkan urusannya kepadanya. Dan kata gadis itu saya izinkan

perbuatan bapakku itu, tetapi aku ingin mengajarkan kepada para

wanita, bahwa dalam urusan ini (kawin) bapak-bapak itu tidak ada

haknya. (HR. Ibnu Majah)

Artinya: “ Telah diriwayatkan kepada kami Abu Saqar Yanya bin Yazdad Al-

Anshari, telah meriwayatkan kepada kami, Hasan bin Muhammad bin

Al-Mawarudzi, telah meriwayatkan kepadaku Jarir bin Hazi, dari

Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya seorang anak

gadis datang kepada Rasulullah SAW. Lalu ia menceritakan kepada

nabi bahwa bapaknya telah menikahkan dirinya secara paksa, lalu

beliau memberi hak kepada anak gadis itu untuk memilih (HR. Ahmad )

Kasus yang diuraikan tesebut ialah langkah orang tua, yakni

ayah untuk menikahkan anak gadisnya dengan lelaki yang menjadi

62

Ibid. h.588.

63

Ibid. h.588

Page 70: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

58

pilihan ayahnya, sedangkan anak gadis tersebut tidak menyukai dengan

lelaki yang dipilih ayahnya. Peristiwa yang semacam ini diadukan

kepada Rasululllah SAW, ketika Rasulullah menerima pengaduan

beliau memberikan hak untuk memilih kepada anak gadis yang

bersangkutan apakah ia mau menerima paksaan orang tuanya atau dia

menolak.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa syariat islam tidak

membenarkan seorang ayah memaksa perkawinan kepada anaknya

dengan lelaki yang sama sekali tidak diinginkan oleh si anak gadis itu.

Jika pemaksaan itu harus dijalankan, maka perkawinannya batal.

Sedangkan pada hadits kedua anak gadis yang dipaksa untuk

menikah oleh orang tuanya dengan tujuan supaya si orang tua terbebas

dari kehinaan atau utang- piutang. Setelah mengetahui tujuan orang tua,

si anak merasa keberatan tetapi pada hakikatnya ia setuju dengan lelaki

yang menjadi suaminya itu. Setelah anak perempuan itu menghadap

Rasulullah dan beliau menyatakan adanya hak memilih pada anak gadis,

maka anak gadis tersebut mengumumkan kepada wanita bahwa dalam

urusan perkawinan orang tua tidak dapat memaksa, karena orang tua

tidak mempunyai hak menetapkan secara sepihak calon suami bagi anak

gadisnya.

Dari kasus yang terjadi dimasa Rasulullah SAW tersebut, maka

dapatlah dijadikan sebagai suatu prinsip dalam perkawinan islam,

Page 71: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

59

bahwasanya hak untuk memilih suami tetap ada pada anak perempuan

yang bersangkutan. Begitu pula hak untuk memilih istri juga menjadi

hak anak lelaki atau anak lelaki yang mengawininya. Orang tua

menyadari ketentuan dasar semacam ini apabila mempunyai keinginan

menjodohkan anaknya maka tidak melakukan secara paksa. Orang tua

hanya mempunyai hak menganjurkan atau menasehati atau memberikan

saran mana yang terbaik bagi anaknya dalam memilih calon suami atau

istrinya.

Seorang ayah juga tidak boleh memaksa putranya menikah

dengan wanita yang tidak disukainya apakah itu karena cacat yang ada

pada wanita itu, seperti kurang beragama, kurang cantik, atau kurang

berakhlak hendaknya sang ayah mengatakan, “Kawinilah ia, karena ia

adalah putri saudara saya” atau “ Karena dia adalah dari margamu

sendiri”, dan ucapan lainnya. Anak tidak mesti harus menerima tawaran

ayah dan ayah tidak boleh memaksa kehendaknya supaya ia menikah

dengan wanita yang tidak disukainya.

Demikian pula jika si anak hendak menikah dengan wanita

sholehah, namun sang ayah melarangnya, maka ia tidak mesti mematuhi

kehendak ayahnya apabila ia menghendaki istri yang sholehah. Jika sang

ayah berkata kepadanya, “Jangan menikah dengannya”, maka sang anak

boleh menikahi wanita sholehah itu sekalipun dilarang oleh ayahnya

sendiri. Seorang anak tidak wajib taat dengan seorang ayah didalam

Page 72: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

60

sesuatu yang tidak menimbulkan bahaya terhadapnya sedangkan bagi

anak ada manfaatnya.

Kalau kita katakan, bahwa seorang anak wajib mematuhi

ayahnya didalam segala urusan sampai pada urusan yang ada gunanya

bagi seorang anak dan tidak membahayakan sang ayah, niscaya banyak

kerusakan yang terjadi. Namun dalam masalah ini hendaknya sang anak

bersikap lemah lembut terhadap ayahnya membujuk sebisa mungkin.

Sudah sangat banyak orang yang menyesal dikemudian hari

karena telah memaksa anaknya menikah dengan wanita yang tidak

disukainya.64

Hal ini membuktikan bahwasanya hak untuk menentukan calon

istri atau suami mutlak ada di tangan masing-masing calon, hak ini tidak

boleh direnggut oleh siapapun, sekalipun ayah atau ibunya. Dan

bilamana seorang ayah atau ibu tidak menyetujui calon yang menjadi

pilihan anaknya, maka ketidaksetujuan ayah atau ibunya itu sama sekali

tidak dikategorikan sebagai tindakan anak mendurhakai orang tuanya,

dalam hal ini si anaklah yang memegang hak bukan orang tua. Hal ini

perlu diperhatikan oleh orang tua agar tidak salah paham dalam

menerapkan ketentuan agama mengenai anak berbakti pada orang tua.

Bilamana perselisihan pandangan antara anak dengan orang tua dalam

64

Ibnu Utsaimin, Fatawa, jilid 2, hal 761 / Artikel di akses pada tanggal 1 Juni 2009

www.almanhaj.or.id

Page 73: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

61

memilih pasangan yang akan diinginkan, maka yang berhak untuk

dijalankan adalah keinginan anaknya bukan keinginan orang tua65

.

2. Menurut Hukum Positif

Dalam undang undang tentang perkawinan No.1 tahun 1974 tidak

secara jelas diterangkan mengenai dasar-dasar hukum atau landasan kawin

paksa ini, namun sekilas dapat dimengerti bahwa undang-undang tentang

perkawinan No.1 tahun 1974 tidak membenarkan adanya pemaksaan dalam

perkawinan dapat dilihat pada :

a. Pasal 6

Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

Persetujuan ini penting agar masing-masing suami dan istri memasuki

gerbang perkawinan dan berumah tangga, benar-benar dapat dengan

senang hati membagi tugas, hak dan kewajiban secara proposional, dengan

demikian tujuan perkawinan dapat tercapai.66

b. Pasal 27

ayat 1 : seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsumgkan dibawah

ancaman yang melanggar hukum

65

Al-imam Ibnu Majah, 90 Petunjuk Nabi SAW Untuk Berkeluarga, Penerjemah Drs. M. Thalib,

(Cv. Ramdhan, Januari 1993), h. 25-28 66

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2000). Cet-ke

4. h.73-74

Page 74: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

62

ayat 2 : seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan

c. Selain itu dasar hukum tentang kedudukan kawin paksa dapat dilihat pada

peraturan Menteri Agama RI NO.2 tahun 1990 bab IV (persetujuan, ijin

dan dispensasi) pasal 12 yang berbunyi : „persetujuan harus didasarkan

atas persetujuan calon mempelai‟

d. Nasehat untuk kedua mempelai, jika salah satu mengabaikan hak-hak

yang ada maka keharmonisan tidak tewujud67

.

Dari beberapa landasan hukum di atas ada hal ynag perlu diperjelas,

bahwa dalam undang-undang tentang perkawinan No.1 tahun 1974 terkandung

beberapa prinsip untuk menjamin cita-cita luhur suatu perkawinan yaitu azas

sukarela, partisipasi, poligami dibatasi secara ketat dan kematangan fisik mental

calon mempelai. Berkaitan dengan kawin paksa maka azas sukarela adalah satu

pondasi awal terciptanya rumah tangga yang tentram dan harmonis sesuai

dengan undang-undang perkawinan tersebut.

Sebagai realitas dari pada asas sukarela maka perkawinan harus

berdasarkan persetujuan kedua calon mempelai. Oleh karena itu setiap

perkawinan harus mendapat persetujuan kedua calon tersebut, tanpa adanya

paksaan dari pihak-pihak tertentu. Dengan demikian dapat dihindarkan

67

Buku nikah, Nasehat untuk kedua mempelai,(RI, Depag. T,th), h.2

Page 75: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

63

terjadinya kawin paksa. Untuk itu diisi surat persetujuan mempelai (model

N3)68

.

C. Alasan-alasan terjadinya kawin paksa

Nikah paksa bahkan dalam perkembangannya menjadi trend baru bentuk

eksploitasi anak. Motif eksploitasi dapat dilihat dari beberapa modus operandi,

antara lain, eksploitasi anak dalam kejahatan human trafficking (perdagangan

anak). Biasanya anak perempuan yang usianya masih belia dipaksa untuk

menikah dengan orang asing, untuk kemudian dibawa pergi ke luar negeri. Cara

seperti ini biasanya dikenal dengan pengantin pesanan69

. Kasus pengantin

pesanan ini marak terjadi di kota singkawang, kalimantan Kawin Paksa muncul

tentunya banyak motif yang melatar-belakanginya, misalnya ada perjanjian

diantara orang tua yang sepakat akan menjodohkan anaknya, ada juga karena

faktor keluarga, atau bahkan ada karena calon mertua laki-laki kaya70

. Ada juga

beberapa alasan, pertama orangtua yang merasa memiliki anaknya sehingga

berhak memaksa menikahkan dengan siapa pun. Kedua, rendahnya pengertian

orang tua terhadap kemungkinan marabahaya yang biasa menimpa buah hatinya

sendiri. Ketiga, alasan ekonomi. Alasan ini menjadi faktor dominan dalam

68

Ibid. h.13

69

http://fahmina.or.id Warkah Al-Basyar Vol.VIII Edisi 16 Mei 2009M/ 20 Jumadil Awal 1430

H. 70

Artikel di akses pada tanggal 1 Juni 2009 //abdulqodirqudus.blogspot.com/2009/06/kawin-

paksa.

Page 76: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

64

beberapa kasus yang terjadi di beberapa daerah. Orangtua mengambil

keuntungan finansial dengan menikahkan anaknya secara paksa dengan orang

asing. Bahkan di daerah tertentu memiliki anak perempuan merupakan aset

tersendiri71

.

71

http://fahmina.or.id Warkah Al-Basyar Vol.VIII Edisi 16 Mei 2009M/ 20 Jumadil Awal 1430

H.

Page 77: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

73

BAB IV

AKIBAT HUKUM DARI PERCERAIAN KARENA KAWIN PAKSA

A. Peta Sosiodemografis Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang

melaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai

berikut:

a. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24;

b. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970;

c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974;

d. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983;

g. Peraturan / Instruksi / Edaran Mahkamah Agung RI;

h. Instruksi Dirjen Bimas Islam / Bimbingan Islam;

i. Keputusan Menteri Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963, tentang

Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan;

j. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan Tata Kerja dan

Wewenang Pengadilan Agama.

Page 78: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

74

2. Sejarah Singkat Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963.

Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya

terdapat tiga kantor yang dinamakan Kantor Cabang yaitu :

a. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara;

b. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Tengah;

c. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk;

Semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah Hukum

Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya

cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 Tanggal 16 Desember 1976 Tentang

Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama72

.

Semua Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk

Pengadilan Agama yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada

dalam wilayah hukum Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam

perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi

Pengadilan Tinggi Agama (PTA).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 61 Tahun 1985 tanggal 16 Juli 1985 Pengadilan Tinggi Agama

72

Diambil dari arsip Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 11 November 2009, h. 2.

Page 79: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

75

Surakarta dipindah ke Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada

tanggal 30 Oktober 1987 dan secara otomatis wilayah hukum Pengadilan

Agama di wilayah DKI Jakarta adalah menjadi wilayah hukum Pengadilan

Tinggi Agama Jakarta.

3. Perkembangan Pengadilan

Terbentuknya Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan

jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun

1967 merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya

yang berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur.

Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai

dengan banyak jumlah penduduknya dan bertambahnya pemahaman

penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang di wilayahnya

cukup luas. Untuk itu keadaan Kantor ketika itu masih dalam keadaan

darurat yaitu menempati gedung bekas Kantor Kecamatan Pasar Minggu di

suatu gang kecil yang sampai saat ini di kenal dengan gang Pengadilan

Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan pimpinan kantor di pegang oleh H.

Polana.73

73

Ibid., h. 3

Page 80: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

76

Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada

tentang warisan masuk kepada Komparisi itu pun dimulai tahun 1969 kerja

sama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bapak

Bismar Siregar, SH.

Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi

hal itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan

kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Pak. Hasan

Mughni ditahan karena Penetapan fatwa waris sehingga sejak itu fatwa

waris ditambah dengan kalimat “ Jika ada harta peninggalan”.

Pada Tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan

menempati serambi Masjid Syarif Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang

pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa

itu diangkat pula beberapa Hakim Honorer yang diantaranya adalah Bapak

H. Ichtijanto, SA, SH.74

Penunjukkan tempat tersebut atas inisiatif Kepala Kandepag Jakarta

Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. Muhdi Yasin seiring

dengan perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani

tugas-tugas kepaniteraan yaitu Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, Sukandi,

Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullah AN, Hasan Mughni, dan Imron,

74

Ibid., h. 4

Page 81: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

77

keadaan penempatan Kantor di serambi Masjid tersebut bertahan sampai

dengan tahun 1979.

Pada bulan September 1979 Kantor Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pindah ke gedung Baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan

menempati gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal

tanah PGAN Pondok Pinang dan pada tahun 1979 pada saat Pengadilan

Agama Jakarta Selatan dipimpin oleh Bapak H. Alim BA diangkat pula

Hakim-Hakim honorer untuk menangani perkara-perkara yang masuk,

mereka di antaranya KH. Ya’kub, KH. Muhdats Yusuf, Hamim Qarib,

Rasyid Abdullah, Ali Imran, Drs. H. Noer Chazin.

Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa kepemimpinan Drs. H.

Djabir Manshur, SH. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke

jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan

dengan menempati gedung baru yang merupakan hibah dari Pemda DKI. Di

gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat untuk sebuah Kantor

Pemerintah setingkat Walikota, karena gedungnya berada di tengah-tengah

penduduk dan jalan masuk dengan kelas jalan III C. Namun sudah lebih

baik ketimbang masih di Pondok Pinang, pembenahan-pembenahan fisik

terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H.

Jayusman, SH.75

75

Ibid., h. 4

Page 82: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

78

Begitu pula pembenahan-pembenahan administrasi terutama pada

masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Ahmad Kamil, SH pada masa ini pula

Pengadilan Agama Jakarta Selatan mulai mengenal komputer walaupun

hanya sebatas pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa

kepemimpinan Bapak Drs. Rif’at Yusuf.

Pada masa perkembangan selanjutnya tahun 2000 ketika

kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. Zainudin Fajari, SH. Pembenahan

pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik, diadakan sistim

komputerisasi dengan on line komputer, dan ini terus di benahi sampai

sekarang, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang bersih,

disiplin dan berwibawa.76

Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu ujung tombak

dari Mahkamah Agung RI. Maka sebagai Lembaga Negara pemegang

kekuasaan yudikatif, tentu mempunyai visi yang tidak jauh beda dari visi

Mahkamah Agung RI. Yaitu mewujudkan supremasi hukum melalui

kekuasaan kehakiman yang :

a. Mandiri

b. Efektif dan Efisien

c. Profesional dalam memberikan layanan hukum yang berkualitas

d. Etis

76

Ibid., h. 5

Page 83: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

79

e. Terjangkau dan berbiaya rendah bagi masyarakat

f. Mampu menjawab pelayanan panggilan publik

Untuk mencapai Visi tersebut di atas maka Pengadilan Agama

Jakarta Selatan mempunyai Misi sebagai berikut :

a. Mewujudkan rasa keadilan sesuai dengan perundang-undangan dan

peraturan-peraturan lainnya yang berlaku dalam masyarakat.

b. Mewujudkan institusi peradilan agama yang mandiri dan independent,

bebas campur tangan dari pihak lain.

c. Meningkatkan akses pelayanan di bidang peradilan kepada masyarakat

sejalan dengan penggunaan teknologi informasi Pengadilan Agama

Jakarta Selatan.

d. Memperbaiki kualitas input internal pada proses peradilan dengan

mendayagunakan secara maksimal sarana dan prasarana dan anggaran

yang tersedia bagi Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

e. Mewujudkan institusi peradilan yang efektif efisien dan bermartabat

serta dihormati dengan meningkatkan dedikasi dan integritas seluruh

sumber daya manusia yang tersedia di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan.77

77

www. google. co. id.

Page 84: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

80

4. Wilayah Hukum

Yurisdiksi Pengadilan Agama Jakarta Selatan meliputi seluruh

wilayah Kotamadya Jakarta Selatan yang terdiri dari 10 (sepuluh)

Kecamatan dengan 64 (enam puluh empat) Kelurahan, yaitu :

a. Kecamatan Kebayoran Lama mewilayahi enam Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Kebayoran Lama Selatan

2) Kelurahan Kebayoran Lama Utara.

3) Kelurahan Grogol Selatan.

4) Kelurahan Grogol Utara.

5) Kelurahan Cipulir.

6) Kelurahan Pondok Pinang.

b. Kecamatan Pesanggrahan mewilayahi lima Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Pesanggrahan.

2) Kelurahan Petukangan Selatan.

3) Kelurahan Petukangan Utara.

4) Kelurahan Ulujami.

5) Kelurahan Bintaro.

c. Kecamatan Pasar Minggu mewilayahi tujuh Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Pasar Minggu.

2) Kelurahan Ragunan

3) Kelurahan Jati Padang.

4) Kelurahan Pejaten Barat.

Page 85: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

81

5) Kelurahan Pejaten Timur.

6) Kelurahan Cilandak Timur.

7) Kelurahan Kebagusan.

d. Kecamatan Jagakarsa mewilayahi lima Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Jagakarsa.

2) Kelurahan Lenteng Agung.

3) Kelurahan Srengseng Sawah.

4) Kelurahan Ciganjur.

5) Kelurahan Tanjung Barat.

e. Kecamatan Mampang Prapatan mewilayahi lima kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Mampang Prapatan

2) Kelurahan Pela Mampang.

3) Kelurahan Tegal Parang.

4) Kelurahan Kuningan Barat.

5) Kelurahan Bangka.

f. Kecamatan Pancoran mewilayahi enam Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Pancoran

2) Kelurahan Cikokol.

3) Kelurahan Pangadegan.

4) Kelurahan Duren Tiga.

5) Kelurahan Rawajati.

6) Kelurahan Kalibata.

Page 86: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

82

g. Kecamatan Kebayoran Baru mewilayahi sepulih Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Senayan.

2) Kelurahan Rawa Barat.

3) Kelurahan Selong.

4) Kelurahan Gunung.

5) Kelurahan Kramat Pela.

6) Kelurahan Melawai.

7) Kelurahan Petogogan.

8) Kelurahan Pulo.

9) Kelurahan Gandaria Utara.

10) Kelurahan Cipete Utara.

h. Kecamatan Setia Budi mewilayahi delapan Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Setia Budi.

2) Kelurahan Guntur.

3) Kelurahan Pasar Manggis.

4) Kelurahan Menteng Atas.

5) Kelurahan Karet.

6) Kelurahan Kuningan Timur.

7) Kelurahan Karet Kuningan.

8) Kelurahan Karet Semanggi.

Page 87: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

83

i. Kecamatan Tebet mewilayahi tujuh Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Tebet Barat.

2) Kelurahan Tebet Timur.

3) Kelurahan Menteng Dalam.

4) Kelurahan Kebon Baru.

5) Kelurahan Bukit Duri.

6) Kelurahan Manggarai.

7) Kelurahan Selatan.

j. Kecamatan Cilandak mewilayahi lima Kelurahan, yaitu :

1) Kelurahan Cilandak Barat.

2) Kelurahan Gandaria Selatan.

3) Kelurahan Cipete Selatan.

4) Kelurahan Lebak Bulus.

5) Kelurahan Pondok Labu.78

78

Ibid., Bab II h. 4 - 6

Page 88: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

84

5. Struktur Organisasi79

K E T U A Drs. H. Ahsin A. Hamid , SH.

WAKIL KETUA

Drs. Yasardin , SH. MH.

H A K I M

H A K I M

1. Dra. Hj. Noor Jannah A , MH.

2. Dra. Hj. Ai Zainab , SH.

3. H. Muh. Kailani , SH. MH.

4. Dra. Muhayah , SH.

5. Drs. Harum Rendeng

6. Drs. Muslim , SH. M.Si.

7. Drs. H. Saefuddin T. MH.

8. Drs. Agus Yunih , SH. M.Hi.

9. Drs. Nurhafizal , SH. MH.

PANITERA / SEKRETARIS

Dra. Hj. A m i n a h

10. Dra. Hj. Ida Nursa’adah, SH. MH.

11. Dra. Hj. Farchanah M. M. Hum.

12. Drs. Abdurrahim, MH.

13. Drs. Chotman Jauhari, MH.

14. Drs. Sohel, SH.

15. Dra. Hj. Tuti Ulwiyah,MH.

16. T a m a h, SH.

17. Shafwah, SH. MH.

18. Drs. Kamaluddin, MH.

WAKIL PANITERA

WAKIL SEKRETARIS

Hj. Ghizar Fau’ah , SH.

Dwiarti Yuliani , SH.

B. Kronologi Putusan Perceraian No.0131/Pdt.G/2008/PAJS

1. Duduk perkara

Tentang duduk perkara dalam surat gugatan tertanggal 22 januari

2008 yang terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Agama Selatan pada

Nomor: 131/Pdt.G/2008/PAJS telah mengajukan pokok-pokok

permasalahan sebagai berikut:

79

Arsip Computer Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Panitera Muda Hukum

Panitera Muda Gugatan

Panitera Muda Permohonan

Ka. Sub. Kepegawaian

Ka. Sub. Keuangan

Ka. Sub. Umum

Page 89: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

85

a. Bahwa, pada tanggal 12 agustus 2005 telah dilangsungkan pernikahan

antara Penggugat dan Tergugat, di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, sesuai Kutipan Akta Nikah

Nomor: 939/59/VIII/2005, tertanggal 12 agustus 2005, dan dari

perkawinan ini belum dikaruniai anak;

b. Bahwa, perkawinan antara Penggugat dan Tergugat tersebut terjadi tidak

didasari karena cinta melainkan karena perjodohan yang dilakukan oleh

orang tua Penggugat dan Tergugat, sehingga ketika Penggugat harus

melaksanakan hubungan intim suami istri, Penggugat sangat merasa

tidak ikhlas;

c. Bahwa, setelah Penggugat dan Tergugat menikah, mereka tinggal di

rumah orang tua Penggugat. Selama hidup bersama, antara Penggugat

dan Tergugat sangat jarang berkomunikasi. Hal ini dikarenakan

Penggugat tidak mempunyai rasa cinta dan rasa sayang pada Tergugat;

d. Bahwa, selama tinggal serumah, Tergugat sering merendahkan

Penggugat dengan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan

perasaan Tergugat, salah satunya adalah bahwa Tergugat menuduh

Penggugat sudah tidak perawan lagi ketika menikah;

e. Bahwa, sekitar akhir bulan Mei 2006, Tergugat pergi meninggalkan

rumah Penggugat tanpa kabar berita, sehingga akhirnya pada tanggal 1

Juni 2006 Penggugat memutuskan untuk tinggal di Jakarta, dan sejak itu

Penggugat hanya bertemu dengan Tergugat hanya sebanyak dua kali,

Page 90: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

86

dan itupun hanya diisi dengan pertengkaran. Tidak ada usaha sama

sekali dari Tergugat maupun Penggugat untuk memperbaiki keutuhan

rumah tangga;

f. Bahwa, sudah sejak tanggal 1 Juni 2006 tersebut antara Penggugat dan

Tergugat sudah tidak lagi berhubunggan suami istri dan sudah tidak

melaksanakan hak serta kewajiban lahir batin;

g. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka sudah cukup bagi

Penggugat untuk mengajukan perceraian terhadap diri Tergugat,

sebagaimana diatur di dalam pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

No.9 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan

No.1 tahun 1974. didalam pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

tersebut dinyatakan Bahwa: Perceraian dapat terjadi karena antara suami

istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

lagi harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

h. Bahwa, walaupun tidak terjadi pertengkaran seperti pada umumnya,

tetapi antara Penggugat dan Tergugat sama sekali sudah tidak ada cinta

dan lebih sering tidak berkomunikasi serta Penggugat merasa tertekan

dengan kata-kata Tergugat yang sering merendahkan Penggugat.

Dengan demikian tujuan perkawinan No. 1 tahun 1974 tidak pernah

akan terwujud;

i. Bahwa, pasal 33 Undang-Undang Perkawinan No.1 1974 di sebutkan

Bahwa: Suami istri wajib mencintai, hormat menghormati, setia dan

Page 91: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

87

memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. Kewajiban

suami istri sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Perkawinan

tersebut tidak pernah dilakukan sepenuhnya oleh Tergugat;

2. Para pihak

a. Penggugat adalah Salbiah binti Muksin, umur 21 tahun, agama Islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di jalan pejaten barat 1

No:36A Rt.003/08 Kelurahan Pejaten Barat Kecamatan Pasar Minggu,

Jakarta Selatan.

b. Tergugat adalah Nalim bin Midi, umur 25 tahun, agama Islam,

pekerjaan karyawan, bertempat tinggal di Kampung Perigi Lama

Rt.004/06 Kelurahan Perigi Lama Pondok Aren, Tangerang.

3. Dasar Hukum Putusan Hakim

Adapun dasar pertimbangan hukum putusan adalah bahwa Majelis

Hakim telah berusaha menasehati Penggugat agar tidak bercerai dari

Tergugat setiap kali persidangan namun tidak berhasil, Tergugat tidak

pernah hadir di depan persidangan dan tidak pula mengutus orang lain

sebagai wakil atau kuasanya yang sah untuk menghadap ke depan

persidangan, meskipun Tergugat telah dipanggil secara sah dan patut oleh

jurusita Pengadilan Agama Tigaraksa berdasarkan Berita Acara Surat

Panggilan terakhir Nomor: 0131/Pdt.G/2008PAJS. Tertanggal 24 Maret

Page 92: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

88

2008 dan Tergugat yang tidak pernah hadir di depan persidangan tersebut di

atas harus dinyatakan tidak pernah hadir, dan berdasarkan pasal 125 ayat (1)

HIR gugatan Penggugat dapat diperiksa dan diputus tanpa hadirnya

Tergugat/ Verstek.

Penggugat telah beruapaya membuktikan alasan cerai gugatannya

dengan menghadapkan dua orang saksi keluarga atau dua orang dekat

dengan Penggugat, dan kedua orang saksi tersebut telah memberikan

kesaksian dibawah sumpahnya, melihat sendiri dan mendengar sendiri serta

dengan pengetahuannya sendiri kedalam rumah tangga Penggugat dan

Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran, dan telah pisah telah

pisah tempat tinggal selama lebih kurang dua tahun lebih dan keterangan

kedua saksi tersebut yang satu sama lain saling bersesuaian menguatkan

alasan cerai gugat Penggugat. Kedua orang saksi tersebut secara formil

dapat diterima karena telah memenuhi unsur pasal 76 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1989, dan secara materil dapat dipertimbangkan

karena telah mendukung alasan cerai gugat Penggugat sesuai dengan

ketentuan pasal 171-172 HIR.

Bahwa dari hasil pemeriksaan Majelis Hakim terhadap Penggugat

dan saksi-saksi di depan persidangan maka Majelis Hakim telah

menemukan fakta bahwa dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah

terjadi hal-hal sebagai berikut:

Page 93: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

89

1. Bahwa dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat mulai bulan Mei

2006 sampai Juni 2006 telah terjadi perselisihan dan pertengkaran terus

menerus.

2. Bahwa Tergugat mulai dari 1 Juni 2006 sampai sekarang telah

meninggalkan Penggugat tanpa nafkah lahir batin.

3. Bahwa perkawinan Penggugat dan tergugat dijodohkan kedua belah

pihak.

4. Bahwa Penggugat berpendirian rumah tangganya dengan Tergugat

sudah tidak mungkin lagi untuk dapat lagi dipertahankan.

5. Bahwa upaya Majelis Hakim menasehati Penggugat agar tidak bercerai

dari Tergugat setiap kali persidangan telah dilakukan.

Majelis Hakim menilai tujuan perkawinan untuk membina rumah

tangga yang sakinah bagi Penggugat dan Tergugat sebagaimana dikehendaki

oleh pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 jo Pasal 3 Kompilasi

Hukum Islam tidak tercapai.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim

berpendapat bahwa Perkawinan Penggugat dan Tergugat sudah tidak

mungkin dapat dipertahankan. Oleh karenanya memutuskan tali perkawinan

tersebut menurut Majelis Hakim lebih baik bagi kedua belah pihak dan

keluarga masing-masing. Tergugat tidak pernah hadir didepan persidangan

maka Majelis Hakim menganggap INKLUSIF, mengakui dan membenarkan

Posita dan Petitum dalam surat gugatan Penggugat, sekaligus tidak mau

Page 94: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

90

menggunakan hak-haknya dan atau membela kepentingannya didepan

persidangannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas alasan

cerai penggugat telah beralasan hukum sesuai ketentuan, pasal 9 huruf (F)

Peraturan Pemerintah Nomor. 9 tahun 1975 jo Pasal 116 huruf (F)

Kompilasi Hukum Islam dan telah terbukti berdasarkan pembuktian didepan

persidangan, oleh karenanya gugatan Penggugat relevan untuk

dipertimbangkan dan dikabulkan.

Berdasarkan Pasal 84 Undang-Undang 1989 jo Pasal 35 Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 serta SEMA Nomor :

28/TUADA.AG/X/2002 tertanggal 22 Oktober 2002 Majelis Hakim,

memerintahkan panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk mengirim

satu salinan putusan ini tanpa bermaterai yang telah berkekuatan hukum

tetap kepada PPN tempat Penggugat dan Tergugat melaksanakan pernikahan

sebagai mana tercantum dalam diktum amar putusan ini dan berdasarkan

Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989. maka Penggugat

dibebankan untuk membayar biaya perkara sebanyak sebagaimana

dicantumkan dalam amar putusan ini. Semua Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku dan hukum syara’ yang terkait dengan perkara ini.

Page 95: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

91

C. Analisis Putusan

Dari putusan yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat suatu kejelasan,

bahwa alasan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan menerima

gugatan Penggugat dan memutuskan hubungan pernikahan antara Penggugat

dan tergugat disebabkan adanya peselisihan dan pertengkaran yang tidak

kunjung selesai. Sebagaimana hasil temuan para Majelis Hakim, sejak tanggal 1

Juni 2006 sampai keputusan ini dikeluarkan, telah terjadi perselisihan dan

pertengkaran antara kedua suami isteri tersebut.

Apa yang menjadi alasan hakim tersebut seiring dengan yang tertera

dalam Kompilasi Hukum Islam, yang disebutkan dalam Pasal 116 huruf (f),

bahwa antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.80

Keyakinan Majelis Hakim tentang tidak mungkinkan Penggugat dan

Tergugat untuk hidup kembali dalam suatu rumah tangga dikuatkan oleh

beberapa bukti, terutama dari saksi yang telah berusaha dan bermusyawarah

dengan pihak keluarga Tergugat agar Penggugat dan Tergugat dirukunkan

kembali, namun tidak berhasil.81

Di samping itu, Majelis Hakim juga telah

berupaya untuk mendamaikan keduanya, tetapi tidak bisa.

80

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam

81 Keterangan Saksi Kedua, Husin bin Asmawi, yang bersaksi di depan Pengadilan dan diambil

sumpah oleh Majelis Hakim.

Page 96: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

92

Sementara sebab terjadinya pertengkaran ini adalah yaitu karena

Pengugat dan Tergugat dijodohkan oleh kedua orang tua masing-masing,

sehingga sejak pernikahan dilangsungkan, keduanya juga sangat jarang

melakukan komunikasi, apalagi untuk saling mencintai ataupun menyayangi.

Bahkan, menurut keterangan salah satu saksi, yang juga sebagai Ibu kandung

Penggugat, menyebutkan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun

dalam rumah tangga hanya 3 malam saja, dan belum berhubungan intim (suami

isteri), lalu pisah rumah, Penggugat pulang ke rumah saksi.

Pembicaraan tentang pemaksaan orang tua untuk menikahkan anaknya

ini – yang dikenal dengan “kawin paksa” – cukup menarik untuk ditinjau.

Sebagaimana dalam bab sebelumnya, bahwa pernikahan yang dilangsungkan

oleh kedua mempelai, ataupun oleh wali perempuan, pada prinsipnya harus

dengan izin dan persetujuan. Dalam Islam, memang dikenal dengan pernikahan

ijbar, yaitu kekuasaan para wali untuk menikahkan anak perempuannya, baik

baligh atau masih kecil.82

Namun yang harus ditekankan di sini adalah bahwa

pernikahan ijbar berbeda dengan pernikahan paksa (ikrah) oleh wali. Kedua

kata ini juga berbeda dengan taklif.

Menurut Husein Muhammad, dengan mengutip dari Alauddin al-Kasani

salah seorang ulama Hanafiyyah, ikrah adalah suatu paksaan terhadap seseorang

untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan suatu ancaman yang

82

Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003),

h. 2004-2005.

Page 97: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

93

membahayakan jiwa atau tubuhnya, tanpa dia mampu melawannya. Sementara

bagi orang yang dipaksa, perbuatan tersebut bertentangan dengan hati

nuraninya.83

Taklif adalah suatu paksaan terhadap seseorang untuk mengerjakan

sesuatu, akan tetapi pekerjaan itu sebenarnya merupakan konsekuensi logis

belaka dari penerimaannya atas suatu keyakinan. Sementara ijbar adalah suatu

tindakan untuk melakukan sesuatu atas dasar tanggungjawab, yang dikenal

dalam hukum pernikahan.84

Pembedaan ketiganya menjadi sangat penting ketika harus

menghubungkan pernikahan seorang perempuan dengan laki-laki yang bukan

pilihannya. Jika menggunakan istilah ikrah, maka pernikahan tersebut memiliki

konsekuensi yang berbeda dengan pernihan biasa. Menurut Wahbah Zuhaily,

suatu akad dapat menjadi fasad/rusak ketika terdapat beberapa unsur di

dalamnya, termasuk pemaksaan (ikrah), sehingga akad tersebut dapat

dibatalkan/fasakh.85

Sementara ijbar, merupakan suatu hak yang diberikan oleh hukum Islam

kepada walinya (terutama bapak dan kakek), asalkan telah memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan dan sesuai dengan fungsi ayah sebagai penjaga dan

pelindung, yang bercita-cita dan bertujuan baik untuk kemashlahatan anaknya.

Ijbar ini pula, bukannya tanpa persetujuan dan izin dari anak yang dinikahkan,

83

Husen Muhammad, Fiqh Perempuan, Yogyakarta: Elkis, 2007), cet. IV, hal. 106.

84 ibid.; lihat pula, Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, hal. 228.

85 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), juz I, hal. 52.

Page 98: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

94

sehingga dapat dikatakan ijbar sangat berbeda dengan pamaksaan atau “kawin

paksa”.86

Menurut Husein Muhammad, kawin paksa yang dikenal di Indonesia

dewasa ini justru berkonotasi dengan ikrah, bukan ijbar.

Dalam konteks inilah, menurut Sayyid Sabiq, bahwa Syariat Islam

melarang adanya pemaksaan dalam pernikahan, baik kepada anak yang perawan

ataupun pada janda. Menurutnya, pemaksaan dalam nikah yang tidak disetujui

oleh anak perempuan tersebut dan tanpa seizinnya menjadikan akad tersebut

tidak sah, dan bagi anak tersebut boleh mengajukan pembatalan (faskh).87

Mengenai persetujuan para calon pengantin ini, dalam Kompilasi Hukum Islam

dijelaskan pada Pasal 16.88

Kembali kepada kasus yang sedang dibahas di atas, pada prinsipnya jika

memang benar bahwa pernikahan Penggugat ini ternyata didasarkan pada

paksaan oleh orang tua, maka akadnya dianggap rusak/fasad. Dalam hal inilah,

hal-hal yang terkait dengan paksaan dalam pernikahan ini diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam pasal 72, yang berbunyi:

(1) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan

pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah

ancaman yang melanggar hukum.

(2) Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi

penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau isteri.

86

Ibrahim Hosen, Fiqh Perbandingan Masalah Pernikahan, hal. 228.

87 Sayyid sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), juz II, hal. 129.

88 Disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1): “Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon

mempelai”

Page 99: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

95

(3) Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu

menyadari keadaanya dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan

setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak dapat

menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan,

maka haknya gugur.89

Apa yang tertera dalam Kompilasi Hukum Islam di atas juga yang

menjadi acuan dari salah satu hakim yang memutus perkara ini, yaitu Chotman

Jauhari, bahwa sebetulnya perempuan atau Pemohon berhak untuk mengajukan

permbatalan pernikahan. Namun, karena gugatan tersebut diajukan setelah lewat

masa 6 bulan, maka hak untuk membatalkan ini pun telah terhapus dan tidak

berlaku lagi.

Dengan demikian, jika seorang perempuan merasa dipaksa untuk

menikah, maka sebetulnya ia berhak untuk membatalkan pernikahannya asalkan

tidak lebih dari 6 (enam) bulan dan mengajukannya ke Pengadilan Agama. Jika

sebelum 6 bulan Penggugat mengajukan pembatalan pernikahan, maka akan

diterima oleh Pengadilan sebagai gugatan pembatalan. Karena telah melampaui

masa 6 bulan tersebut, maka wajar jika Majelis Hakim menetapkan alasan

perceraian adalah pertengkaran dan perselisihan yang sudah tidak mampu

didamaikan lagi, bukan atas dasar perjodohan yang dilakukan tanpa persetujuan

Pemohon dan Termohon.

89

Pasal 72 Kompilasi Hukum Islam

Page 100: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dan uraian yang penulis kemukakan pada bab

sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Pertama, Putusan yang dijatuhkan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan

dengan Nomor: 0131/Pdt. G/2008/PAJS, perihal putusnya perceraian sah, tetapi

perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan seharusnya melakukan

pembatalan, sekurang-kurangnya waktu 6 bulan setelah pernikahan, jika melewati

waktu tersebut maka yang bisa dilakukan adalah melakukan perceraian, dan

semestinya hakim menanyakan dan menyebutkan adalah ancaman, dan berupa

ancaman apakah, yang menyebabkan terjadinya perceraian mereka dengan alasan

kawin paksa.

Kedua, Kawin Paksa tidak bisa dijadikan alasan perceraian, kawin paksa adalah

sebab yang mengakibatkan adanya perceraian, jika seorang menikah di bawah

paksaan atau ancaman orang lain maka bisa melakukan pembatalan. Tetapi jika

dalam jangka waktu 6 bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami istri, dan

tidak menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka

hak nya gugur untuk melakukan pembatalan pernikahan,. ( Pasal 72 Kompilasi

Hukum Islam), dan harus dikaji sebab dan akibat dari kawin paksa, dalam

Undang-Undang tidak ada alasan perceraian karena kawin paksa, kawin paksa

Page 101: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

97

tidak bisa dijadikan alasan pokok dalam perceraian, kawin paksa adalah salah satu

faktor pemicu adanya perceraian yang di sebabkan oleh kawin paksa.

Ketiga, Dasar hukum dalam perkara perceraian dengan alasan kawin paksa ialah

karena mengakibatkan perselisihan, perselisihan bisa dimaknai secara luas, semua

hakim mengacu kedekatan kepada alasan perceraian yang terdapat pada

Kompilasi Hukum Islam pasal 116 huruf (f) itu.

Keempat, Dalam perkara ini menunjukkan bahwa pengaruh orang tua masih

menjadi hal penting dalam pemilihan jodoh. Hak untuk dimintakan persetujuan

melakukan perkawinan adalah milik laki-laki dan perempuan, bukan hanya

perempuan saja, supaya ada kerelaan untuk menjalankan perkawinan yang

bahagia, dan terciptanya rasa cinta dan kasih sayang.

Kelima, Problem ini tidak bisa dipecahkan dengan talak dan perceraian, karena ini

merupakan masalah rumit yang disertai dengan puluhan problem lainnya. Oleh

karena itu, para pemuda pemudi hendaklah berfikir kedepan, menanamkan pada

diri mereka tujuan dari pada perkawinan yang bahagia penuh kerelaan untuk

menjadikan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

B. Saran- saran

1. Dalam kondisi di Indonesia seorang laki-laki dan seorang wanita yang ingin

berumah tangga harus diawali dengan saling kenal mengenal dan saling

mengetahui diantara keduanya, idealnya dalam pemilihan jodoh untuk

berumah tangga itu harus saling mencintai, menyayangi, dan adanya kerelaan

Page 102: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

98

sehingga tujuan perkawinan bisa terwujud, berdasarkan pandangan dan

penelitian yang jelas tanpa adanya penyimpangan dari konsep ajaran Islam,

sebab bagaimanapun motifasi berumah tangga itu harus diniatkan untuk

beribadah.

2. Orang tua untuk memberikan kebebasan kepada anaknya dalam hal pemilihan

jodoh dan terus membimbing agar tetap sesuai dengan apa yang diajarkan

agama Islam. Dengan cara mengikuti pengajian, mendengarkan khutbah dan

lain-lain agar tidak ada lagi pemaksaan terhadap anak.

3. Apabila terjadi perkawinan dengan adanya paksaan dari pihak lain, bisa

melakukan pembatalan nikah, sebelum kurang dari kurun waktu 6 bulan.

4. Kawin paksa dan akibatnya perlu dimasukkan dalam kurikulum fiqih sejak

pendidikaan tsanawiyah dan aliyah.

Page 103: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonasia, Jakarta: CV. Akademika

Pressindo, 1995

Maelong J, Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya 2002.

Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: PT Bineka Cipta 2005.

Mudhlur, A, Zuhdi. Hukum Perkawinan, Jakarta: Al-bayan. T th, cet ke-1

Soekamto, Sojono. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persa,

2004), cet ke-8,

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, ( Bandung: Alfabeta, 2004 )

Zahro, Muhammad. Al-akhwalu Asy syahsiyah. Qohiroh. Dar al-fiqr 1957 cet ke-3

Buku nikah, Nasehat untuk kedua mempelai,(RI, Depag. T,th

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,

2000). Cet-ke 4

Ibnu Majah, Al-imam. 90 Petunjuk Nabi SAW Untuk Berkeluarga, Penerjemah Drs.

M. Thalib, (Cv. Ramdhan, Januari 1993)

Abi Abd Ibnu Utsaimin, Fatawa, jilid 2, hal 761 / Artikel di akses pada tanggal 1 Juni

2009 www.almanhaj.or.id

Bukhari, Shahih, bab 41 dari kitab Nikah, bab 11 dari kitab Ihyat, bab 3 dari kitab

Ikrar, Shahih Muslim, hadis 64, 66, 67, 68 dari kitab Nikah

Muhammad, Abi Abdillah, ibn Yazid al-Qazwayany, Sunan Ibnu Majah, (Mesir, Dar

al-Fikr, 1995) jilid 1

Rusyd, Ibnu. Bidayatul Mujtahid, Alih Bahasa M.A Abdurahman, ( Semarang : CV.

Asy syifa 1990 )

Page 104: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

Jawad Mughniyyah, Muhammad, fiqih Lima Mazhab. A’ib. Bahasa Masykur A’ib

Alif Muhammad, Idrus Al kaff ( Jakarta: lentera 2006 )

Muktar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974)

Muhamad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989)

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam, (Jakarta: Attahiriya, 1976)

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 8, (Jakarta: Kencana, 2006)

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998)

Darajat, Zakiah. Ilmu Fiqih Jilid II, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995)

Abdurahman Al-Jaziri, al-Fiqih’ala al-mazahib al-Arba’ah, (Mesir: Dar al-

Irsyad,t.th)

Ghazaly, Abd.Rahman. Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006)

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. diterjemahkan oleh A. Hassan, Terjemahan Bulughul

Maram, (Diponogoro, 1596), cet XXVII

Mu'ammal Hamidy, Imron, dan Umar Fanany, Terjemah Nailul Authar Himpunan

Hadits-Hadits Hukun, Jilid 5, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2001)

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2005),

Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia; Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih, UU No 1/1974 sampai KHI,

(Jakarta: Kencana, 2004), cet Ke-1

Sayid Usman Husain Fadhlullah, Drs. Ali Yahya, Psi. Dunia Wanita dalam islam,

(Jakarta: Lentera Basritama, 1997), Cet. Ke. 1

Taimiyah, Ibnu. Hukum Perkawinan, Penerjemah Rusnan Yahya, (Jakarta: Pustaka

UI Kautsar, 1997)

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, (Jakarta: Badan Kesejahteraan Masjid (BKM)

Pusat, 1993)

Page 105: KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN - Institutional ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4273/1/-HANINA... · KAWIN PAKSA SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN ... BAB IV:

Pedoman Pegawai Pencatat Nikah (PPN), (Jakarta: Depa, T.th), Penjelasan UU No.

1 Tahun 1974

Abdullah Umar, Ibnu Mahalli. Menyongsong Hidup baru Penuh Berkah,

(Yogyakarta: Media Insani, 2001), cet. Ke. 1

Tim Redaksi Fokus Media, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Fokusmedia, 2005)

Thalib, Sayuti. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: UI press, 1986.

Shaleh, K. Wantjik. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghralia Indonesia 1976.

Harahap, M.Yahya. Hukum Perkawinan Nasional, Medan: CV Zahir treding co

Medan 1976

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada 2004.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkwinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana 2006.

Sutarmadi, A & Mesraini, Administrasi Perkawinan & Manajemen Keluarga,

Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hadayatullah Jakarta 2006.

www.Legalitas.org.

www.pta.depok.com

abdulqodirqudus.blogspot.com.

http://fahmina.or.id Warkah Al-Basyar Vol.VIII Edisi 16 Mei 2009M/ 20 Jumadil Awal

1430 H.