kawasan wisata (revisi)

31
KAWASAN WISATA Ahmad Royani Asti Larasati Clara Archita Dektanuari Diah Pratiwi Hetiana Putri Liri akneal Juhdial Mochamad Reza Muhammad Fadhil Farianto Muhammad Irfan Muhammad Yoga Pangestu Novandri Rangkuti Raras Triana Putri Rindho Ichtiar Siti Ayu Fatmawati Tirza Crosita

Upload: aquinasmichi

Post on 06-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jdahsjskdkjakdksnfknfnsknksnkfnfggeyteuhds

TRANSCRIPT

Slide 1

KAWASAN WISATAAhmad RoyaniAsti LarasatiClara ArchitaDektanuariDiah PratiwiHetiana PutriLiri akneal JuhdialMochamad RezaMuhammad Fadhil FariantoMuhammad IrfanMuhammad Yoga Pangestu Novandri RangkutiRaras Triana PutriRindho IchtiarSiti Ayu FatmawatiTirza Crosita

1UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Kawasan wisataPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 18/PRT/M/2010KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementaraUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Pembangunan Kawasan wisataKawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisataUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 9 TAHUN 1990 (9/1990)TENTANGKEPARIWISATAANBAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN KETENTUAN UMUM Pasal 1UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Daerah tujuanDaerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataanKawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamananUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN KETENTUAN UMUM Pasal 1UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN KETENTUAN UMUM Pasal 1UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Tujuan pembangunanKawasan wisataKepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas: a. manfaat; g. kelestarianb. kekeluargaan; h. partisipatif; c. adil dan merata; i. berkelanjutan; d. keseimbangan; j. demokratis; e. kemandirian; k. kesetaraan; dan f. kesatuan.Kepariwisataan bertujuan untuk: a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. menghapus kemiskinan; d. mengatasi pengangguran; e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan; g. mengangkat citra bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air; i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. mempererat persahabatan antarbangsa.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN BAB II ASAS, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 2UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN II ASAS, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 4

UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip: a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan; b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal; c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup; e. memberdayakan masyarakat setempat; f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan; g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata; dan h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN BAB II ASAS, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 4PRINSIP KEPARIWISATAANUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .(1) Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan aspek: a. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; b. potensi pasar; c. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah; d. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; e. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya; f. kesiapan dan dukungan masyarakat; dan g. kekhususan dari wilayah. (2) Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. (3) Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama masyarakat setempat. Pasal 13 (1) Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas kawasan strategis pariwisata nasional, kawasan strategis pariwisata provinsi, dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota. (Kawasan strategis pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian integral dari rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. (3) Kawasan strategis pariwisata nasional ditetapkan oleh Pemerintah, kawasan strategis pariwisata provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi, dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota. (4) Kawasan pariwisata khusus ditetapkan dengan undang-undang.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN BAB V KAWASAN STRATEGIS Pasal 12 DAN Pasal 13PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATAUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Usaha pariwisata digolongkan ke dalam: a. usaha jasa pariwisata; b. pengusahaan objek dan daya tarik wisata; c. usaha sarana pariwisata1) Usaha pariwisata meliputi, antara lain: a. daya tarik wisata; b. kawasan pariwisata; c. jasa transportasi wisata; d. jasa perjalanan wisata; e. jasa makanan dan minuman; f. penyediaan akomodasi; g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi; h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; i. jasa informasi pariwisata; j. jasa konsultan pariwisata; k. jasa pramuwisata; l. wisata tirta; dan m. spa. (2) Usaha pariwisata selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.Pasal 15 (1) Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya terlebih dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 .TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN BAB BAB VI USAHA PARIWISATA Pasal 14 DAN Pasal 15USAHA PARIWISATAUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Pasal 10 (1) Usaha jasa pariwisata dilaksanakan oleh badan usaha yang berbentuk badan hukum Indonesia. (2) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam melakukan kegiatan usahanya harus berdasarkan ijin. (3) Syarat-syarat usaha jasa pariwisata dan ketentuan lain mengenai pelaksanaan kegiatan usaha jasa pariwisata diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 11 Usaha jasa biro perjalanan wisata merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata. Pasal 12 (1)Usaha jasa impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa mendatangkan, mengirim maupun mengembalikannya, serta menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi bidang seni dan olahraga. (3) Penyelenggaraan usaha jasa impresariat dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai agama, budaya bangsa, kesusilaan, dan ketertiban umum. Pasal 13 (1)Usaha jasa informasi pariwisata merupakan usaha penyediaan informasi, penyebaran, dan pemanfaatan informasi kepariwisataan. (2)Penyediaan, penyebaran, dan pemanfaatan informasi kepariwisataan dapat juga dilakukan oleh masyarakat. Pasal 14 Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran meliputi jasa perencanaan, penyediaan fasilitas, jasa pelayanan, jasa penyelenggaraan konvensi, perjalanan insentif, dan pameran.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 9 TAHUN 1990 (9/1990)TENTANGKEPARIWISATAANUSAHA PARIWISATAUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Daya tarik wisata1) Objek dan daya tarik wisata terdiri atas : a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; b.objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreaksi, dan tempat hiburan. (2) Pemerintah menetapkan objek dan daya tarik wisata selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf bPembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelota, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 6 Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan : a. kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya; b. nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; c.kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; d.kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 9 TAHUN 1990 (9/1990)TENTANGKEPARIWISATAANBagian Ketiga Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Pasal 4

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 9 TAHUN 1990 (9/1990)TENTANGKEPARIWISATAANBagian Ketiga Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Pasal 5 dan Pasal 6UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga agrowisata) ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:

a)AttractionsDalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.b)FacilitiesFasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.c)InfrastructureInfrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan.d)TransportationTransportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/objek wisata.e)HospitalityKeramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system pariwisata yang baik.

Menurut Spillane, (1994)KETENTUAN PEMBANGUNANUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Segala hal dan keadaan yang nyata, yang dapat di raba maupun tidak, di garap, diatur, dan di sediakan sedemikian rupa, sehingga dapat bermanfaat. Dimanfaatkan atau di wujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan bagi usaha dalam pengembangan pariwisata baik ituberupa suasana, keadaan, benda maupun jasa di sebut, sebagai potensi wisata (tour pontency) (Darmadjati 1995).Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerangkan definisi potensi adalahkemampuan yang mempunyai nilai untuk di kembangkan. Sedangkan yang dimaksud potensi wisata adalah suatu asset yang di miliki oleh suatu daerah tujuanwisata yang di manfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidakmengesampingkan aspek sosial budaya. Berikut dua bentuk potensi wisatayaitu: a.Site Atraction. Suatu tempat yang di jadikan obyek wisata sepertitempat-tempat tertentu yangmenarik. b.Event Atraction. Suatu kejadian yang menarik untuk di jadikanmomen kepariwisataan sepertipameran, pesta kesenian, upacarakeagamaan, konfrensi dan lain-lain.

Menurut Spillane, (1994) POTENSI KAWASAN WISATAUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi menjadi tiga macam, yaitu :

a) Daya Tarik Wisata AlamDaya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :Flora faunaKeunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem hutan bakauGejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danauBudidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikananb) Daya Tarik Wisata Sosial BudayaDaya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai onjek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.c) Daya Tarik Wisata Minat KhususDaya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya: berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dll.

Perencanaan dan pengelolaan Daya tarik wisata alam, sosial budaya maupun objek wisata minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan daya tarik wisata harus mampu mengasumskan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan

Menurut Spillane, (1994) DAYA TARIK WISATAUU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .PERSYARATAN PERIZINANMengajukan Permohonan tertulis kepada Walikota Metro melalui Kepala Kantor Penanaman Modal Dan PTSPKota MetroMemiliki Kantor atau lokasi yang jelasMemiliki tenaga kerja yang berpengetahuan dan berpengalaman di bidang usahanyaMemenuhi ketentuan dan persyaratan pengusahaanMelampirkan Salinan Akte Jual BeliMelampirkan Akte Pendirian Perusahaan Pemilik BaruMelampirkan Foto Copy KTPNomor Peserta Wajib PajakMengisi Formulir Model A-HPeraturan Daerah Kota Metro Nomor : 07 Tahun 2006 Tentang Restribusi Izin Usaha KepariwisataanIZIN USAHA KEPARIWISATAAN

OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSIObyek Retrebusi Izin Usaha Kepariwisataan adalah setiap orang atau Badan Hukum yang akan melakukan kegiatan usaha di sektor Kepariwisataan dan wajib memenuhi Izin Prinsip Membangun dan Izin Usaha KepariwisataanSubyek Retrebusi Izin Usaha Kepariwisataan adalah Pelayanan Perizinan yang diberikan pada pengusaha dan penyelenggara kegiatan usaha kepariwisataan.

UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Jenis-jenis zonasi yang umum digunakan dalam pengembangan pariwisata adalah : 1. Zona Intensif , yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk dapat menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang tinggi dengan memberikan ruang yang luas untuk kegiatan dan kenyamanan pengunjung. Dalam zona ini dapat dikembangkan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan pariwisata yang umumnya tidak melebihi 60% luas kawasan zonasi intensif dan memperhatikan daya dukung lingkungan. 2. Zona Ekstensif , yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan dan tingkat kegiatan terbatas, untuk menjaga kualitas karakter sumber daya alam. Dalam zona ini kegiatan pengunjung harus dapat dikontrol dan pembangunan sarana dan prasarana terbatas hanya untuk pengunjung kegiatan, seperti jalan setapak, tempat istirahat, menara pandang, papan penunjuk dan informasi. 3. Zona Perlindungan , yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk tidak menerima kunjungan dan kegiatan pariwisata. Kawasan ini biasanya merupakan kawasan yang menjadi sumber air bagi kawasan seluruh pulau, atau memiliki kerentanan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Nomer: KM.67 / UM.001 /MKP/ 2004JENIS ZONASI UMUM KAWASAN PARIWISATA

UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .MASA BERLAKU IZINMasa berlaku SIUK adalah selama usaha tersebut masih tetap berjalan dengan ketentuan setiap 3 tahun sekali wajib melakukan pendaftaran ulang serta setiap 1 tahun sekali wajib membuat laporan dengan cara mengisi formulir Pendataan Usaha Kepariwisataan

PENGGOLONGAN RETRIBUSIUsaha Rekreasi dan hiburan Umum :Taman Rekreasi dan Hiburan UmumKarokeSarana Olah RagaBioskopBilyardSalonPertunjukan filmPusat Permainan AnakUsaha Obyek Wisata :Kelas A ( > 10 Ha )Kelas B ( 5 10 Ha )Kelas C ( 1 5 Ha )Usaha Hotel :Hotel BerlianHotel Berbintang 4 - 5Hotel Berbintang 1 - 3Hotel MelatiUsaha Jasa Pangan :RestoranRumah Makan kelas A( Kursi < 20 )Rumah Makan kelas B ( Kursi > 20 )Usaha Biro Perjalanan WisataUsaha Jasa ImpresariatPeraturan Daerah Kota Metro Nomor : 07 Tahun 2006 Tentang Restribusi Izin Usaha Kepariwisataan

UU Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataankawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata atau segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut .Izin Usaha Kepariwisataan dapat dicabut dikarenakan hal-hal berikut :Tidak memenuhi ketentuan persyaratan tehnis pengusaha sarana wisata, jasa wisata serta obejek dan daya tarik wisata serta persyaratan lainnya yang ditetapkan dalan Peraturan Daerah Kota MetroTidak memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporanMelakukan tindak pidana kejahatan yang berkaitan dengan kegiatan usahanyaWajib retrebusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 bulan dan denda paling banyakRp. 10.000.000,-Peraturan Daerah Kota Metro Nomor : 07 Tahun 2006 Tentang Restribusi Izin Usaha KepariwisataanSANKSI

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PariwisataDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PariwisataDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PariwisataDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PariwisataDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Pariwisata

Standar Usaha Taman RekreasiLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI

Pariwisata

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI

Pariwisata

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI

Pariwisata

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI

DataLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASIno.VariabelKeteranganSumber1Jalan Penetapan Jalan Dawasja sesuai dengan dimensi lebar Jalan minimum 20 mRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Pengaturan Tata Letak Bangunan di sepanjang koridor Jalan Arteri. Pembatasan Jalan Akses ke lingkungan wisata minimal setiap 500 m 2Kemiringan Lereng Berada pada kemiringan lereng maks. 15% Analisa Kesesuaian Lahan untuk aktifitas wisata oleh Fitri Rahmafitria Sp.Msi 3Area Luas Lahan Min 3 HaLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASILAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI 4Sungai 5 m sebelah luar tanggul sungai, 100 m dari tepi sungai besar tak bertanggul diluar pemukiman, 50 m dari tepi anak sungai tak bertanggul di luar permukiman.RTRWN dan Permen PU 41/2007

FlowchartLanduseBarelandQueryGuna Tanah = BarelandServiceQueryAdminQueryNam_kec = Kota Bogor BaratBogor BaratRoadJalan ArteriQueryView = Jalan ArteriMergeIntersectBare-ServBuffer 500 mLanduseGuna Tanah = ServiceBare-ServBogor BaratBuff ArteriIntersectBare-Serv Bogor BaratJalan Arteri

SlopeSlope 2-15QueryLereng = Slope slightly 2-15% IntersectResult 1QueryArea 3 HaFinal Result

AMDAL

Undang-undang kepariwisataan tahun 2002 pada bab VII pasal 36 menekankan bahwa pengembangan kawasan objek wisata agar didasarkan pada pertimbangan aspek agama, sosial budaya, kelestarian dan mutu lingkungan dan mengikutsertakan masyarakat dalam mitra kepemilikan. Dengan mengacu pada keputusan tersebut, kawasan wisata dapat dikatakan baik dan atau bermutu adalah jika kawasan dan objek wisata di bangun telah memperhatikan aspek-aspek sesuai undang-undang.

Sektor pariwisata pada umumnya di jadikan sektor unggulan oleh Pemerintah Daerah, karena sektor ini dapat memacu sektor lainnya, seperti peningkatan bisnis transportasi, hotel, restoran, hiburan, perbankan, dll. Pada bidang pariwisata, Amdal juga perlu digunakan untuk meminimalisir kemunginan-kemungkinan dampak negative dari hasil kegiatan mengenai pariwisata.

Pariwisata semula diduga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan karena pariwisata adalah GREEN INDUSTRY, ternyata akhir-akhir ini juga telah memberikan dampak negatif terhadap SDA dan lingkungan. Contoh saja pada area rekreasi di pantai. Dimana pengelolaan yang kurang baik menyebabkan sampah sisa-sisa pengunjung bertebaran di area pantai. Dan hal ini berimplikasi selain pada tingkat penurunan pendapatan masyarakat sekitar, juga mengurangi jumlah pengunjung dikawasan pantai. Selain itu sampah dari pengunjung juga merusak habitat mangrove sekitar pantai yang di huni oleh binatang-binatang yang juga dikonsumsi oleh masyarakat sekitar pantai.

Pengembangan kepariwisataan adalah pembangunan kawasan wisata. Kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan wisata. Di dalam kawasan wisata terdapat berbagai kegiatan seperti hotel, taman rekreasi, lapangan golf, dan sebagainya. Kegiatan pembangunan kawasan wisata menimbulkan dampak penting, karena itu perlu disertai dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN