kata serapan - repository.uinjkt.ac.id
TRANSCRIPT
KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Zaky Mubarok NIM: 104024000851
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Agustus 2011
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN MAKNA
KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN TERJEMAH
BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah At-Taubah Ayat 1-50)
yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26
Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan saran dan komentar Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (…………………………..) (Ketua Sidang) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (…………………………..) (Sekretaris Sidang) Tanggal: Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (…………………………..) (Pembimbing) Tanggal: Drs. Ikhwan Azizi, MA, (…………………………..) (Penguji I) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (…………………………..) (Penguji II) Tanggal:
KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Diajukan Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag.
NIP: 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/ 2008 M
TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan.
Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di
hari akhir. Amin!
Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; Dr. Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr.
Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah.
Kepada pembimbing, Dr. Ahmad Syaekhudin M. Ag. yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan
penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif
Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan,
mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan,
khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk
dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang
selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan.
Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati
dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia
ini. kepada yang tercinta Hamsi El-sahara yang selalu menjadi inspirasi dan
dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih.
Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi
pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi
semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk
Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu.
Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki,
Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan
Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu
memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih.
Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul
dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas,
Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma,
Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan
menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih.
Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga
besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu
mendorong untuk terus bergerak pada perubahan.
Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat
penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun
ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi
ini. Amin!
Jakarta, Agustus 2011
Zaky Mubarok
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
TERIMA KASIH .................................................................................... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x
ABSTRAK .............................................................................................. xii
BAB I:
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan .................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II
Kerangka Teori
A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11
B. Kata Serapan Arab .............................................................................. 12
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab
Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15
1. Bidang Fonem ......................................................................... 16
a. Penggantian Fonem ..................................................... 17
b. Penghilangan Fonem ................................................... 25
c. Pelonggaran kaidah Fonem .......................................... 27
2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30
D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32
1. Kata Istilah .............................................................................. 32
2. Pengulangan ............................................................................ 33
3. Imbuhan ................................................................................... 35
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38
F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39
a. Peluasan Makna ......................................................................... 39
b. Penyempitan Makna .................................................................. 40
c. Peninggian Makna ..................................................................... 40
d. Penurunan Makna ..................................................................... 40
e. Persamaan Makna ...................................................................... 41
f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan .............................................................................. 82
B. Saran dan Kritik ...................................................................... 85
Daftar Pustaka ......................................................................................... 86
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi Arab-
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.
Arab Latin Arab Latin Arab Latin
q ق z ز a ا
k ك s س b ب
l ل sy ش t ت
m م sh ص ts ث
n ن d ض j ج
w و th ط h ح
h ه z ظ kh خ
’ ء ‘ ع d د
y ي g غ ż ذ
- f ف r ر
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ربـنـا ditulis rabbanâ.
2. Vokal panjang (mad) ;
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ـارعـةقالـ ditulis al-
qâri‘ah, المــسـاآـيـن ditulis al-masâkîn, الـمـفـلحون ditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (ال)
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; الـكافـرون ditulis al-
kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti
dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; الـرجـال ditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah ( ة ).
Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; الـبـقـرة ditulis al-baqarah.
Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; زآاة الـمـال ditulis zakât al-mâl, atau
ـسـاءنسـورة ال ditulis sûrat al-Nisâ`.
5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya;
.ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn وهـو خـيـرازقــين
iv
ABSTRAK
Zaky Mubarok, “Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata
Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan
Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah,
Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab
berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya
dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan
bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi
antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa
mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak
mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di
mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa
terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya
terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian
nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan
tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan
suatu bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan
dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh
oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa.
Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang
kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya
bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa
Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini
memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara.
Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum
bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1
Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang
biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju
memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa
Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata
1 Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
(Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10
yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis
menyerap kata-kata dari latin.2
Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh
oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya.
Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan
penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor
penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab.
Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada
ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu,
masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa
arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab.
Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses
asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan
terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan
ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa
biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai
kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya,
seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka
bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi
2 Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet.
Ke-2, h. 14
statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa
Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3
Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok
orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi
interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai
ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran
lingkungan hidup masing-masing.
Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia.
Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama
dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di
kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga
merupakan kresidenan sendiri.5
Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur
bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi
dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah buku-
buku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan.
Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah
dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -عادل- /‘âdil/, kata tersebut tidak
mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah,
3 Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85 4 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta,
Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52 5 Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein
Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3
dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah –
terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata عادل bermakna
‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8
Berbeda dengan kata الفتنة /al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi
fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata الفتنة dalam
bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah
bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah
bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang
mengandung maksud merugikan orang lain’.11
Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk
menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan
pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa).
Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam
penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa
Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49:
6 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate,
1980), cet. Ke-2, h. 3 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8 8 Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905 9 Idem, h. 1033 10 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 11 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
ρuΒÏΖ÷γßΝ Β¨⎯ ƒt)àθΑã #$ø‹xβ <kÍ’ ρuωŸ ?søGÏ_hÍ©û 4 &rωŸ ûÎ’ #$9øÏG÷ΖuπÏ ™y)sÜäθ#( 3 ρu)Îχ _yγyΨ¨Οz 8π sÜŠ Åsßϑ s9 š⎥⎪ Í Ï≈x6ø9$$Î/ ∩⊆®∪
Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata:
“berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya
terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir.
Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita:
“Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén
manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung
jalma-jalma kapir.
Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama
‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12
Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada
yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam
kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orang-
orang kafir. -terjemahan penulis-)
12 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati,
Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615
Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul
"Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa
Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah
at-Taubah Ayat 1-50)"
B. Pembatasan dan Perumusan
Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat
panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang
lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya.
Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan
menjadi teori yang baru.
Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari
penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang
akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada
al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini
dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa
Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an
terjemaha kedua bahasa tersebut.
Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang
mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut:
1. Seberapa besarkah pengaruh kata serapan terhadap proses
penerjemahan?
2. Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu
timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan
dalam surah at-Taubah
2. Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan Sunda
Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
2. Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan
dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
D. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Naratif komparatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian
menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.
Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa
Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50.
Kemudian Penulis menguraikan, mengelompokan dan membandingkan
maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang
menyebabkan terjadinnya pergeseran makna.
Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis
melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik,
linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain.
Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi al-
Qur’an terjemahan Departemen Agama.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah
penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak
melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil
penelitian Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika
penulisan.
Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat
Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata
Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian
sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian
Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata
yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian
dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan
(reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna
Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas,
Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna.
Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan
membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama,
Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses
Penyerapan.
Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini
akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis
Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan
BAB II
KATA SERAPAN
A. Kosakata dan Makna
Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau
sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu
sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang
berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata
dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah
kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa
dan makna yang luas.
Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa
pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring
dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan
perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir
hayatnya.
Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang
merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya.
Peminjaman ini disebut proses integrasi.1 Pada proses integrasi unsur-unsur
bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses
integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya.
1 Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62
Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang
dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang dipergunakan disebut dengan interferensi.
B. Kata Serapan
Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan
perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa
dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak
dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa
mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena
perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh
karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di
Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasa-
bahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit
dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa
asing.
Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.
Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses
penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural.
1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu
dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki),
mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek
karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil
dari bahasa Jakarta (Betawi).
2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat
dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur,
dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa.
3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang
tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir,
jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab.
Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang
termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur
fonem, morfem, dan kalimat.2
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, dalam
perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun
ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia
yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab
2 Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53
suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses
penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi
dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga
tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.3
Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa
Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam
bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi.
Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah,
takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita.
Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai
sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial
disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak
begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan
bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan
kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.4 Namun
hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja.
Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti
tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap,
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa
3 Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66 4 Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak
Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57
Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan
dengan penutur bahasa lain.
Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)5 atau
kecap serepan.6 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang
digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda
seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang
terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih
banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama
Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda
seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan.
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda
dan Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa.
Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling
mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap
oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke Nusantara.7
5 Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet.
ke-2, h. 260 6 Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2010), cet. ke-4, h.65 7 Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab),
(Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1
Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata
bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila
terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem
bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa
Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda.
Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda secara garis besar ada dua:
1. Bidang Fonem
Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung
beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun
fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras
makna.8
Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa
Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua
bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.9 Bahasa sunda sendiri memilki fonem
30.
Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal
sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal
8 Harimurti Kridalaksana, hal. 44 9 Soedarno, hal. 61
5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan
bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem
konsonan asing.10
a. Penggantian Fonem
Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem
vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan
terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung
vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Akbâr - آبرأ akbar akbar
‘ibâdah - عبادة ibadah ibadah
Ma’lûm - معلوم maklum ma’lum
yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/.
Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang
berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera
tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang
diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa
10 Budi Rahayu Tamsyah, h.17
Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/
bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti
dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Tartîb - ترتيب tertib tartib
Dâ’irah - دائرة daerah daérah
Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada
penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat
penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata
dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Sabt - سبت saptu atau sabtu saptu
Hasûd - حسود hasut hasud
Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu
penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya
dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian
itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Qadîm - قديم kodim kodim
Ridâ - رضى rido rido
Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa
fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/
dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham11diganti dengan vokal /o/
pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka
penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian
dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/,
/kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada
juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem
suprasegmental maddah.
a. 1. Konsonan /ś/
Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya
diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Śulâsâ - ثلاثاء selasa salasa
11 Ibid, h. 64
Miśâl - مثال misal misal
a. 2. Konsonan /h/
Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak
di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Mahkamah - محكمة mahkamah mahkamah
a. 3. Konsonan /kh/
Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan
konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal
suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Khabr - خبر kabar kabar
a. 4. Konsonan / ż /
Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat
langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Iżn - إذن ijin ijin
a. 5. Konsonan /z/
Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam
bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit
keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ziyârah - زيارة jiarah jiarah
Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia,
terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ijâsah - إجازة ijasah ijasah
a. 6. Konsonan /sy/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/
bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi
pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Syarîkat - شريكة syarikat sarekat
a. 7. Konsonan /sh/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser
gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal
maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Nashîhat - ةحنصي nasehat nasehat
a. 8. Konsonan /d/
Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan
hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Da‘îf - ضعيف daif doip
a. 9. Konsonan /th/
Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti
dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Thama’ - طمع tamak tamak
a. 10. Konsonan /z/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan
samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang
sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia
diganti dengan konsonan /z/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Lafz - لفظ lafal lafal
Hafz - حفظ hafal hafal
a. 11. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan.
Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal
maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di
akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada
umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap
dimunculkan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ilm - علم ilmu élmu
Ma‘lûm - معلوم maklum ma’lum
a. 12. Konsonan /g/
Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan
hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata,
misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Magfirah - مغفرة magfirah magfiroh
a. 13. Konsonan /f/
Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan
hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia
menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa
Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fikr - فكر pikir pikir
Fitnah - فتنة fitnah pitenah
a. 14. Konsonan /q/
Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/
bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir
suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal
konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata.
Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana
bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu
menduduki posisi awal kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Rizq - رزق rejeki rejeki
Mutlaq - قمطل mutlak mutlak
Haqq - حق hak hak
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian
bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan
mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda
yang dianggap paling mirip.
Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan12, yaitu
diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling
mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan
yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal
suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem
yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( ة), dan selalu menduduki
12 Harimurti Kridalaksana, h. 75
posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila
pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan
lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya.
Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada
dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga13:
pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah
konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang
berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata
tersebut.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fâ'idah - فا ئدة faedah faedah
Jamâ'ah/t - جماعة jamaah/jamaat jamaah
Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut:
b. 1. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia
menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya :
13 Ibid, h. 75
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ulamâ - علماء ulama ulama
b. 2. Maddah (â, î, dan û)
Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo
dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah
maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental
melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang
dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental.
Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Hâl - حال hal hal
Maqâm - مقام makam makom
c. Pelonggaran kaidah Fonem
Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha
menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa.
Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya
dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima
dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di
antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia,
semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem
suprasegmental.
a. Konsonan /f/
Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup
banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu,
masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada
juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata
kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda.
Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti
halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah.
Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/
maupun yang sudah tidak mempunyai lagi.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Infaq - انفق Infak infak
b. Konsonan /kh/
Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk
kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi,
konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang
sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Akhlâq - اخلاق Akhlak Ahlak
Khâliq خالق Khalik Halik
c. Konsonan /sy/
Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda
tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini
yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada
bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah
ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Syukr - شكر Syukur Sukur/ syukur
Syart - شرط Syarat/ Sarat Sarat
d. Konsonan /z/
Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda
dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan
untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa
Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/.
Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/
maupun konsonan lainnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ziyârah زيارة Ziarah Jiarah
2. Pola Suku Kata
Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola
suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa
Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai
berikut :
1. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ja-da - (جد)
2. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : bab - باب , mas-jid - مسجد
3. KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan)
Contoh : fikr - فكر
Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah
keempat pola beserta contohnya:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : am-bil, un-dang, in-dah
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : pin-dah, pas-ti
Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang).
Keenam pola tersebut sebagai berikut:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ya, a-bah, i-raha
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : ab-di, im-bit
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ba-pa, ti-suk
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok
5. KKV (Konsonan Konsonan Vokal)
Contoh : pra-bu, sri-pang-gung
6. KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : tres-na, brang-ta
Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam
akibat.14 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut
suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung
14 Ibid, h. 83
unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum
sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata-kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi)
1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur
serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.15 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah
keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Berikut beberapa contohnya:
Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda
al-marhûm مالمرحو al-marhum al-marhum
Ustâdz أستاذ ustadz ustad
’Ażân أذان adzan adan
15 Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67
2. Pengulangan (reduplikasi)
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.16 Contoh
kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan
perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan
bahasa.17
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.18 Pada
kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa ,
dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa:
1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata)
Ind. : tetangga, lelaki
Sund. : kokolot, pupuhu
Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata)
Ind. : rumah-rumah, makan-makan
Sund. : jalma-jalma, nini-nini
16Abdul Chaer, Op. cit., h. 182 17 Ibid, h. 31 18 Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57
3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi
pada fonem)
Ind. : mondar-mandir, corat-coret
Sund. : sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata)
Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan
Sund. : saalus-alus,
5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan)
Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem)
Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada
dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna
dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya :
Bentuk tunggal (mufrad)
آتاب /kitâb/ artinya buku
Bentuk bermakna dua (mutsanna)
آتابان /kitâbân/ artinya dua buku
Bentuk bermakna banyak (jama')
kutub/ artinya buku-buku/ آتب
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa
Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut
dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli.
Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan
bentuk jamak (banyak) dari suatu kata.
3. Imbuhan (Afikasasi)
Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih
bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata
dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis,
menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam
bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun,
ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya.
Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau
pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut
dengan istilah rundayan.19 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa
adalah sebagai berikut:
1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks)
Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh:
Ind. : melamar, ditulis, beriman
Sund. : kahayang, didahar, ariman
Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-
, per-,dan se-.
Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-,
ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-,
dan ting/pating-.
2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks)
Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh:
Ind. : gemetar, gelegar, sinambung,
Sund. : larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat
Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan –
in-.
19 Idem.
3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks)
Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh:
Ind. : layangkan, masukan, maknai
Sund. : sakolaan, dahareun, bajuna
Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i.
Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning,
-keun, dan -na/ana/nana.
4. Gabungan / Barung (konfiks)
Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh:
Ind. : diberikan, keadaan
Sund. : dibikeunan, kaayaan, sajadina
Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan,
ke-an, per-an, dan lain-lain.
Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an,
sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya.
5. Kombinasi / Bareng (ambifiks)
Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata
yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh:
Ind. : memperbodohi, memperistrikan
Sund. : sakahayangna, dipangaralaankeun
Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memper-
kan, dan sejenisnya.
Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pang-
N-ar-----an-keun, dan sejenisnya.
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab
Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya
tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya
makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah
suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.20
Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar
bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah
atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika
bahasa digunakan.
Bahasa, dalam perkembanganya selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau
makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahan-
perubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di
antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat
praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya
bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa.
20 Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29
Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat
perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat
jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau
ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan
(similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan
dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi.
F. Jenis Perubahan Makna
a. Meluas (generalisasi)
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor
kemudia memiliki makna-makna yang lain.
Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata
yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman
kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata دابأ /abâd/ yang
bermakna ‘masa’21, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100
tahun,’22 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan
zaman’.
21 Munawir, A, W, h.1 22 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1
b. Menyempit (spesialisasi)
Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang
sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna
terbatas (khusus). Contoh pada kata عالم /‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang
berilmu,’23 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan
pandai dalam hal agama Islam,’24 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna
‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.25
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna
lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan
kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’.
Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa
saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi
Muhammad Saw.’
d. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’ lebih
23 Munawir, A, W, h.1 24 Departemen Pendidikan Nasional, h. 30 25 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10
rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata
hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru
‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’.
e. Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara
makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang
sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa
Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’.
f. Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera
yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke
indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran
ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum
(pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan
(perasa ke pendengar).
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-
Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah
Ayat 1-50
Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung
terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan
sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis
akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan
perubahan makna.
Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua
bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan
seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian
penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna
dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara
tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian
mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis
menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian
penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya,
jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi
perubahan.
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan
×οu™!#tt/ z⎯ÏiΒ «!$# ÿ⎯Ï& Î!θß™ u‘ uρ ’n< Î) t⎦⎪ Ï% ©!$# Ν ›?‰yγ≈tã z⎯ ÏiΒ t⎦⎫ Ï. Î ô³ ßϑ ø9 $# ∩⊇∪
1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka
jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun pasini.
Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa
Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan
musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua
bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya
dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya
tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin,
muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa.
Pada proses penyerapan, kata مشرآين /musyrikîn/ menjadi musyrikin dan
musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /ش/ dalam bahasa Arab
menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda.
Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada
makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan
padanan pada kata مشرآين /musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para
pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata
orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda
sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata مسلمين
/muslimîn/ dan قوم /qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap
begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Allah/ Allah Allah/ االله
Rasûl/ Rasul Rasul/ رسول
Musyrikîn/ Musyrikin Musrikin/ مشريكين
Muslimîn/ Muslimin Muslimin/ مسلمين
Qoum/ Kaum Kaom/ قوم
(#θßs‹Å¡ sù ’Îû ÇÚö‘ F{$# sπ yèt/ö‘ r& 9åκ ô−r& (#þθßϑ n=÷æ $#uρ ö/ä3 ¯Ρ r& ç öxî “ Ì“ Éf÷èãΒ «!$# ¨βr&uρ ©!$# “Ì“ øƒèΧ
t⎦⎪ ÍÏ≈s3 ø9$# ∩⊄∪
2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan
dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat
bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalma-jalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan
kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata آافر /kâfir/ yang
mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak
mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /ف/ menjadi
/p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’1 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya
kepada Allah dan RasulNya.’2 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang
tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’3
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara
utuh dari bentuk jamak kata مشرآين /musyrikîn/ dan kata مسلمين /muslimîn/, kata
kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya آافر
/kâfir/.
1 Munawir, A, W, h. 1309 2 Departemen Pendidikan Nasional, h. 489 3 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
kâfir/ kafir kapir/ آافر
×β≡sŒr&uρ š∅ÏiΒ «!$# ÿ⎯ Ï&Î!θß™u‘ uρ ’n< Î) Ĩ$Ζ9$# tΠöθtƒ Ædk pt ø:$# Î y9ò2 F{ $# ¨β r& ©!$# Ö™ü“ Ìt/ z⎯ ÏiΒ
t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑ ø9$# … ã&è!θß™u‘ uρ 4 β Î* sù öΝ çFö6 è? uθßγ sù × öyz öΝ à6©9 ( β Î)uρ öΝ çGøŠ ©9uθs? (#þθßϑ n= ÷æ$$ sù öΝ ä3Ρ r& çö xî
“ Ì“Éf ÷èãΒ «!$# 3 Î Åe³ o0uρ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#ρã x x. >U#x‹ yèÎ/ AΟŠ Ï9r& ∩⊂∪
3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda
dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam
terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat.
Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan
tobat.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ma’lûm/ maklum ma’lum/ معلوم
al-hajj al-akbar / haji akbar haji akbar/ الحخ الأآبر
taubah/ taubat tobat/ توبة
Kata maklum, diambil dari kata معلوم /ma’lûm/ yang bermakna ‘yang
dikenal.’4 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain
konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada
bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada
terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja
menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah
imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna
menjadi menjadi bergeser, dari ‘paham; mengerti; tahu’ menjadi
‘pemberitahuan.’5 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk
padanan kata أذان /’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah
‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang
menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’
Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab
kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam,
yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.6
4 Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905 5 Departemen Pendidikan Nasional, h. 702 6 Idem, h. 381
Kata taubat dan tobat, diserap dari kata توبة /taubah/. Penyesuaian yang
terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan
vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian,
konsonan ta marbutah /ة/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa.
ωÎ) š⎥⎪ Ï% ©!$# Ν ›?‰yγ≈tã z⎯ ÏiΒ t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑ ø9$# §Ν èO öΝ s9 öΝ ä.θÝÁà)Ζ tƒ $\↔ ø‹x© öΝ s9uρ (#ρ ãÎγ≈sà ムöΝ ä3 ø‹n= tæ
# Y‰tnr& (# þθ‘ϑ Ï? r'sù öΝ Îγ øŠ s9Î) óΟ èδy‰ôγ tã 4’n< Î) öΝ Íκ ÌE£‰ ãΒ 4 ¨β Î) ©!$# =Ït ä† t⎦⎫ É) −G ßϑø9 $# ∩⊆∪
4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma
musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa.
Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan
takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata تقوى /taqwâ/.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
taqwâ/ taqwa takwa/ تقوى
Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa
Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada
bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/.
Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh
berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah
Allah dan menjauhi segala laranganNya.’7 Sedangkan dalam bahasa Sunda, takwa
bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’8
Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa Indonesia,
taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda, takwa
menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah ‘keadaan
kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’9 dan menempati kelas kata masdar atau
kata benda.
Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna
yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai
oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’10’11
Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa,
kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari
kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’
7 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 8 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 9 Atabik Ali, h. 79 10 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 11 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
#sŒÎ* sù y‡n= |¡Σ$# ãåκ ô− F{$# ãΠãçt ø:$# (#θè= çGø%$$ sù t⎦⎫Ï. Î ô³ ßϑ ø9$# ß]ø‹ym óΟ èδθßϑ ›?‰ y uρ óΟ èδρ ä‹äz uρ
öΝ èδρ çÝÇôm$#uρ (#ρ ߉ãèø%$# uρ öΝ ßγ s9 ¨≅à2 7‰|¹ ósΔ 4 β Î*sù (#θç/$ s? (#θãΒ$ s%r& uρ nο 4θ n= ¢Á9$# (#âθs?#u™uρ
nο4θ Ÿ2 ¨“9$# (#θ= y⇐sù öΝ ßγn=‹ Î; y™ 4 ¨β Î) ©!$# Ö‘θà xî ÒΟ‹ Ïm§‘ ∩∈∪
5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom
musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan
zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
harâm/ haram haram/ حرام
ةصلو /shalât/ shalat solat
ο4θ Ÿ2¨ز /zakât/ zakat jakat
Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam
Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang
disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari
makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran.
÷β Î)uρ Ó‰tn r& z⎯ÏiΒ š⎥⎫ Ï. Î ô³ ßϑ ø9 $# x8u‘$ yftF ó™$# çνöÅ_r'sù 4©®Lym yì yϑ ó¡ o„ zΝ≈n= x. «! $# ¢Ο èO çμ øóÎ= ö/r&
… çμ uΖ tΒ ù'tΒ 4 y7 Ï9≡sŒ öΝ åκΞr'Î/ ×Πöθ s% ω šχθßϑ n= ôètƒ ∩∉∪
6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan
ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu henteu nyarahoeun.
y# ø‹Ÿ2 ãβθä3tƒ t⎦⎫ Å2 Îô³ ßϑ ù=Ï9 î‰ôγ tã y‰ΨÏã «!$# y‰Ζ Ïãuρ ÿ⎯Ï& Î!θß™u‘ ωÎ) š⎥⎪ Ï% ©!$# óΟ ›?‰yγ≈tã
y‰ΨÏã ωÉf ó¡ yϑ ø9$# ÏΘ#t ptø: $# ( $ yϑ sù (#θßϑ≈s) tF ó™$# öΝ ä3 s9 (#θßϑŠ É) tGó™ $$ sù öΝ çλ m; 4 ¨β Î) ©! $# =Ïtä†
š⎥⎫ É) −Gßϑ ø9$# ∩∠∪
7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam? Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu
Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba
jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram? Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu takwa.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau
nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga
pada proses penyerapan diserap begitu saja.
y# ø‹Ÿ2 β Î) uρ (#ρãyγ ôà tƒ öΝ à6ø‹n= tæ Ÿω (#θç7 è%ötƒ öΝ ä3‹Ïù ~ωÎ) Ÿωuρ Zπ ¨Β ÏŒ 4 Ν ä3 tΡθàÊöムöΝ Îγ Ïδ≡uθøùr'Î/
4’n1ù's? uρ óΟ ßγç/θè=è% öΝ èδç sYò2r& uρ šχθà) Å¡≈ sù ∩∇∪
8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian).
8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh,
maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh jalma-jalma anu pasék.
Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari
kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk
bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata فاسق /fâsiq/ yang bermakna
‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’12 Pada bahasa Indonesia
fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’13 Sedangkan pada bahasa
Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’14 Pada proses penyerapan bentuk
bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa
Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi
/k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/,
konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng).
(#÷ρ utI ô© $# ÏM≈tƒ$t↔Î/ «!$# $YΨ yϑrO WξŠÎ= s% (#ρ ‘‰ |Ásù ⎯ tã ÿ⎯Ï&Î#‹ Î6y™ 4 öΝåκΞÎ) u™!$y™ $tΒ (#θ çΡ$Ÿ2 tβθ è=yϑ÷è tƒ ∩®∪
9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran
éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh.
Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari
sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu
saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu
yang baru bagi ke dua bahasa.
12 Munawir, A, W, h. 1134 13 Departemen Pendidikan Nasional, h. 314 14 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364
Ÿω tβθç7 è%ö tƒ ’Îû ?⎯ÏΒ ÷σ ãΒ ~ωÎ) Ÿωuρ Zπ ¨Β ÏŒ 4 šÍׯ≈ s9'ρ é& uρ ãΝ èδ šχρ߉ tG÷èßϑ ø9$# ∩⊇⊃∪
10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan
jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan wates-wangen.
Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan
bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata
mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada
terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata قرابة
/qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem,
makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran.
β Î* sù (#θç/$ s? (#θãΒ$ s%r&uρ nο4θn=¢Á9$# (#âθs?#u™ uρ nο4θŸ2¨“9$# öΝ ä3çΡ≡uθ÷z Î* sù ’Îû Ç⎯ƒÏe$!$# 3 ã≅Å_Á x çΡ uρ ÏM≈tƒFψ $#
5Θöθs) Ï9 tβθßϑ n= ôètƒ ∩⊇⊇∪
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta
nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti.
β Î)uρ (#þθèWs3 ¯Ρ Ν ßγ uΖ≈yϑ ÷ƒr& .⎯ ÏiΒ Ï‰ ÷èt/ öΝ Ïδωôγ tã (#θãΖyèsÛ uρ ’Îû ôΜ à6ÏΖƒÏŠ (#þθè= ÏG≈s) sù sπ £ϑÍ←r& Ì ø à6ø9 $#
öΝ ßγ ¯ΡÎ) Iω z⎯≈yϑ ÷ƒr& óΟ ßγ s9 öΝ ßγ ¯=yès9 šχθßγ tG⊥ tƒ ∩⊇⊄∪
12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.
12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna
ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang dipercaya, supaya maranéhna areureun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul
serapan sabada yang diserap dari kata بعد /ba‘da/. Selain mengalami proses
penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah.
Ÿωr& šχθè= ÏG≈s) è? $ YΒ öθs% (#þθèWs3 ¯Ρ óΟ ßγ uΖ≈yϑ ÷ƒr& (#θ‘ϑ yδuρ Æl#t÷z Î* Î/ ÉΑθß™ §9$# Ν èδuρ öΝ à2ρ â™y‰ t/
š^ρ r& Bο§tΒ 4 óΟ ßγ tΡöθt± øƒ rB r& 4 ª! $$ sù ‘, ymr& β r& çνöθt± øƒrB βÎ) Ο çFΖ ä. š⎥⎫ÏΖ ÏΒ÷σ •Β ∩⊇⊂∪
13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh, upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah.
Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman
yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga
mengakami proses morfologis.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya
sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan
makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’15
öΝ èδθè= ÏF≈s% ÞΟ ßγö/Éj‹ yèムª!$# öΝ à6ƒÏ‰÷ƒr'Î/ öΝ ÏδÌ“ øƒ ä†uρ öΝ ä.÷ ÝÇΖ tƒuρ óΟ Îγ øŠ n=tæ É#ô± o„ uρ u‘ρ ߉߹ 7Θöθs%
š⎥⎫ÏΖ ÏΒ÷σ •Β ∩⊇⊆∪
14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa
maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin.
15 Departemen Pendidikan Nasional, h. 381
ó=Ïδõ‹ ãƒuρ xá ø‹xî óΟ Îγ Î/θè=è% 3 Ü>θçF tƒuρ ª!$# 4’n?tã ⎯tΒ â™!$ t± o„ 3 ª!$#uρ îΛ⎧ Î= tæ íΟŠÅ3 ym ∩⊇∈∪
15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna
(anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha Wijaksana.
ôΘr& óΟ çF ö6Å¡ ym β r& (#θä. uøIè? $£ϑ s9uρ ÄΝ n=÷ètƒ ª!$# t⎦⎪ Ï%©!$# (#ρ߉ yγ≈y_ öΝ ä3ΖÏΒ óΟ s9uρ (#ρä‹ Ï‚−Gtƒ ⎯ ÏΒ Èβρ ߊ
«!$# Ÿωuρ ⎯ Ï&Î!θß™u‘ Ÿωuρ t⎦⎫ÏΖ ÏΒ÷σ ßϑ ø9$# Zπ yf‹Ï9uρ 4 ª!$# uρ 7 Î7 yz $ yϑ Î/ šχθè= yϑ÷ès? ∩⊇∉∪
16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal
Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin. Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna dilampahkeun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia
muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata جهاد
/jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata
ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’16 tetapi
makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan
mengorbankan harta benda’17
$tΒ tβ%x. t⎦⎫ Ï.Î ô³ ßϑ ù= Ï9 β r& (#ρ ãßϑ÷ètƒ y‰ Éf≈|¡ tΒ «! $# z⎯ƒÏ‰ Îγ≈x© #’n?tã Ν Îγ Å¡ àΡ r& Ì ø ä3ø9 $$ Î/ 4 y7 Íׯ≈s9'ρ é&
ôM sÜ Î7 ym óΟ ßγ è=≈yϑ ôã r& ’Îûuρ Í‘$Ζ9$# öΝ èδ šχρà$ Î#≈yz ∩⊇∠∪
17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjid-
masjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya di naraka maranéhna baris langgéng.
Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan
mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda.
Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur
yang diserap dari kata معمور /ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’18
Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba
16 Munawir, A, W, h. 234 17 Departemen Pendidikan Nasional, h. 473 18 Munawir, A, W, h. 1043
berkecukupan’19 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba
berkecukupan’20 untuk bahasa Sunda.
Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur
menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan
padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses
penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang
mempunyai kemiripan dalam bentuk.
$ yϑ ¯ΡÎ) ã ßϑ ÷è tƒ y‰ Éf≈|¡ tΒ «! $# ô⎯tΒ š∅ tΒ#u™ «! $$ Î/ ÏΘöθu‹ø9$#uρ ÌÅz Fψ $# tΠ$ s%r&uρ nο4θ n= ¢Á9$# ’tA# u™uρ
nο4θ Ÿ2 ¨“9$# óΟ s9uρ |· øƒs† ωÎ) ©! $# ( #†|¤ yèsù y7 Íׯ≈ s9'ρ é& β r& (#θçΡθä3 tƒ z⎯ÏΒ š⎥⎪ ωtF ôγ ßϑ ø9$# ∩⊇∇∪
18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul
jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma anu mareunang pituduh.
pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa
sunda yang diserap dari kata أخر /’akhir/ tanpa perubahan makna.
19 Departemen Pendidikan Nasional, h. 703 20 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300
* ÷Λä⎢ ù= yèy_r& sπ tƒ$ s) Å™ Ædl!$ ptø: $# nοu‘$yϑ Ïãuρ ω Éf ó¡ yϑ ø9$# ÏΘ# t ptø: $# ô⎯yϑ x. z⎯tΒ#u™ «!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9$#uρ ÌÅz Fψ$#
y‰yγ≈y_uρ ’Îû È≅‹Î6y™ «!$# 4 Ÿω tβ…âθtF ó¡ tƒ y‰ΖÏã «!$# 3 ª! $#uρ Ÿω “ ω öκu‰ tΠöθ s) ø9$# t⎦⎫ ÏΗÍ>≈©à9$# ∩⊇®∪
19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji
jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalma-jalma anu darolim.
Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim
dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan
makna yang fatal.
t⎦⎪ Ï% ©!$# (#θãΖ tΒ#u™ (#ρ ãy_$ yδ uρ (#ρ ߉ yγ≈y_ uρ ’Îû È≅‹Î6y™ «!$# ôΜÏλ Î;≡uθøΒr'Î/ öΝ Íκ ŦàΡ r& uρ ãΝ sà ôãr& ºπ y_ u‘ yŠ
y‰ΨÏã «!$# 4 y7 Íׯ≈s9'ρ é& uρ ç/èφ tβρ â“ Í←!$x ø9$# ∩⊄⊃∪
20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang kauntungan.
Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam
kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa
sumber.
öΝ èδç Åe³ t6ãƒ Ο ßγ š/u‘ 7π yϑ ôm tÎ/ çμ ÷ΨÏiΒ 5β≡uθ ôÊÍ‘ uρ ;M≈Ζ y_uρ öΝ çλ °; $ pκ Ïù ÒΟŠ ÏètΡ íΟŠ É) •Β ∩⊄⊇∪
21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal.
21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna,
ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan anu langgeng.
š⎥⎪Ï$ Î#≈yz !$ pκÏù #´‰ t/r& 4 ¨β Î) ©!$# ÿ… çνy‰ΨÏã íô_r& ÒΟŠ Ïà tã ∩⊄⊄∪
22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna
Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé.
$ pκ š‰r'¯≈tƒ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#θãΖtΒ#u™ Ÿω (# ÿρä‹ Ï‚−F s? öΝ ä. u™!$ t/# u™ öΝ ä3tΡ≡uθ÷z Î)uρ u™!$ uŠ Ï9÷ρ r& ÈβÎ) (#θ™6ystGó™$# tø à6ø9$#
’n?tã Ç⎯≈yϑƒM} $# 4 ⎯tΒ uρ Ο ßγ ©9uθtGtƒ öΝ ä3ΖÏiΒ y7 Íׯ≈s9'ρ é'sù ãΝ èδ šχθßϑ Î=≈©à9$# ∩⊄⊂∪
23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa
maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah. Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim.
ö≅ è% β Î) tβ%x. öΝ ä. äτ !$ t/#u™ öΝ à2äτ !$ oΨö/r&uρ öΝ ä3çΡ≡uθ÷z Î)uρ ö/ä3 ã_≡uρ ø—r& uρ óΟ ä3 è? uϱtãuρ îΑ≡uθøΒ r&uρ
$yδθßϑ çGøùu tI ø%$# ×οt≈pgÏB uρ tβ öθt± øƒrB $ yδyŠ$ |¡ x. ß⎯ Å3≈|¡ tΒ uρ !$ yγ tΡöθ|Ê ös? ¡=ymr& Ν à6ø‹s9Î) š∅ ÏiΒ «!$#
⎯Ï& Î!θß™u‘ uρ 7Š$ yγ Å_uρ ’Îû ⎯ Ï&Î#‹Î7 y™ (#θÝÁ−/utI sù 4©®L ym š†ÎA ù' tƒ ª!$# ⎯ ÍνÍöΔr'Î/ 3 ª!$#uρ Ÿω “ ωöκ u‰ tΠöθ s) ø9$#
š⎥⎫ É) Å¡≈x ø9$# ∩⊄⊆∪
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék.
ô‰s) s9 ãΝ à2u|ÇtΡ ª!$# ’Îû z⎯ÏÛ#uθtΒ ;οuÏWŸ2 tΠöθtƒuρ A⎦ ÷⎫ uΖ ãm øŒÎ) öΝ à6÷Gt6 yfôãr& öΝ à6è? uøYx. öΝ n= sù
Ç⎯ øóè? öΝ à6Ζ tã $\↔ ø‹x© ôMs%$ |Êuρ ãΝ à6ø‹n= tæ Ù⇓ ö‘ F{$# $yϑ Î/ ôM t6ãmu‘ §Ν èO Ν çGøŠ ©9 uρ š⎥⎪ ÌÎ/ô‰•Β
∩⊄∈∪
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di
médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir.
Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh
karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat
yang diserap dari kata ةعمنف /manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga
pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata فائدة /fâidah/
dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja.
§Ν èO tΑt“Ρ r& ª!$# … çμ tGt⊥‹Å3 y™ 4’n? tã ⎯Ï& Î!θß™u‘ ’n? tãuρ š⎥⎫ ÏΖ ÏΒ÷σ ßϑ ø9$# tΑt“Ρ r&uρ # YŠθãΖ ã_ óΟ ©9 $ yδ÷ρ ts?
z> ¤‹ tãuρ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#ρ ãx x. 4 šÏ9≡sŒuρ â™!#t“ y_ t⎦⎪ÍÏ≈ s3 ø9$# ∩⊄∉∪
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom
mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur. Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir.
¢Ο èO Ü>θçGtƒ ª!$# .⎯ÏΒ Ï‰÷èt/ šÏ9≡sŒ 4’n? tã ⎯tΒ â™!$ t± o„ 3 ª!$#uρ Ö‘θà xî ÒΟ‹ Ïm§‘ ∩⊄∠∪
27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun
ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
$yγ •ƒr'¯≈tƒ š⎥⎪Ï% ©!$# (#þθãΖtΒ# u™ $yϑ ¯Ρ Î) šχθä. Îô³ ßϑ ø9$# Ó§ pgwΥ Ÿξsù (#θç/tø) tƒ y‰Éfó¡ yϑ ø9$# tΠ#tysø9$# y‰÷è t/
öΝ Îγ ÏΒ$tã #x‹≈yδ 4 ÷β Î)uρ óΟ çF ø Åz \'s# øŠ tã t∃öθ|¡ sù ãΝ ä3‹ÏΖ øóムª!$# ⎯ ÏΒ ÿ⎯ Ï&Î# ôÒsù β Î) u™!$ x© 4 χ Î) ©!$#
íΟŠ Î=tæ ÒΟŠ Å6ym ∩⊄∇∪
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam
sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah
nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh
manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan
Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun
jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh
tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha
Uninga, Maha Wijaksana.
Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang
diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal
peribadatan pada agama Islam.
#θè=ÏG≈s% š⎥⎪ Ï% ©!$# Ÿω šχθãΖÏΒ ÷σ ム«!$$Î/ Ÿωuρ ÏΘöθu‹ø9$$ Î/ ÌÅz Fψ $# Ÿωuρ tβθãΒÌhpt ä† $tΒ tΠ§ym ª!$#
… ã& è!θß™u‘ uρ Ÿωuρ šχθãΨƒÏ‰tƒ t⎦⎪ ÏŠ Èd,ysø9$# z⎯ÏΒ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#θè?ρ é& |=≈ tF Å6 ø9$# 4©®Lym (#θäÜ ÷è ãƒ
sπ tƒ÷“ Éfø9$# ⎯ tã 7‰ tƒ öΝ èδuρ šχρãÉó≈|¹ ∩⊄®∪
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.
29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung
teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan ta'at sarta serah bongkokan.
Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan
bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/.
ÏM s9$s%uρ ߊθßγ u‹ø9$# í÷ƒt“ ãã ß⎦ø⌠ $# «!$# ÏMs9$ s%uρ “ t≈|Á ¨Ψ9$# ßxŠ Å¡ yϑø9$# Ú∅ ö/$# «!$# ( šÏ9≡sŒ Ο ßγä9öθs%
óΟ Îγ Ïδ≡uθøùr'Î/ ( šχθä↔ Îγ≈ŸÒムtΑöθs% t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρã x Ÿ2 ⎯ ÏΒ ã≅ö6s% 4 ÞΟ ßγ n= tG≈s% ª!$# 4 4’Τ r&
šχθà6 sù÷σ ム∩⊂⊃∪
30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang
Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha pangna maranehna nepi ka ngabalieur?
(#ÿρ ä‹ sƒªB $# öΝ èδu‘$ t6ômr& öΝ ßγ uΖ≈ t6÷δ â‘ uρ $\/$ t/ö‘ r& ⎯ ÏiΒ Âχρߊ «!$# yx‹Å¡ yϑ ø9$#uρ š∅ö/$# zΝ tƒötΒ !$ tΒuρ
(#ÿρ ãÏΒé& ωÎ) (#ÿρ ߉ç6÷èu‹Ï9 $ Yγ≈s9Î) #Y‰Ïm≡ uρ ( Hω tμ≈s9Î) ωÎ) uθèδ 4 … çμ oΨ≈ ysö7 ß™ $ £ϑ tã šχθà2Ìô±ç„ ∩⊂⊇∪
31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi
pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna disarékatkeun.
Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap
utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang
pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim.
šχρ ߉ƒÌムβ r& (#θä↔ Ï ôÜ ãƒ u‘θçΡ «!$# óΟ ÎγÏδ≡uθøùr'Î/ †p1ù'tƒuρ ª!$# HωÎ) β r& ¢Ο ÏF ム… çνu‘θçΡ öθs9uρ oνÌŸ2
šχρãÏ≈s3 ø9$# ∩⊂⊄∪
32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.
32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi
Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun.
uθèδ ü”Ï% ©!$# Ÿ≅ y™ö‘ r& … ã& s!θß™u‘ 3“ y‰ßγ ø9$$ Î/ È⎦⎪ ÏŠuρ Èd,ysø9$# … çνtÎγ ôà ã‹ Ï9 ’n?tã Ç⎯ƒÏe$!$# ⎯ Ï&Íj#à2 öθs9uρ
oνÌŸ2 šχθä.Î ô³ ßϑ ø9$# ∩⊂⊂∪
33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh
(Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik henteu sarukaeun.
* $ pκ š‰r'¯≈tƒ t⎦⎪ Ï% ©!$# (# þθãΖtΒ# u™ ¨β Î) #ZÏWŸ2 š∅ÏiΒ Í‘$t6ômF{$# Èβ$t7 ÷δ”9$#uρ tβθè= ä. ù' u‹s9 tΑ≡uθøΒ r& Ĩ$ ¨Ψ9$#
È≅ ÏÜ≈t6ø9$$Î/ šχρ‘‰ÝÁ tƒuρ ⎯tã È≅‹Î6y™ «!$# 3 š⎥⎪ Ï% ©!$# uρ šχρã”É∴õ3 tƒ |=yδ©%!$# sπ ÒÏ ø9$#uρ Ÿωuρ
$pκ tΞθà) ÏΖム’Îû È≅‹Î6y™ «!$# Ν èδ÷Åe³ t7 sù A>#x‹ yèÎ/ 5ΟŠ Ï9r& ∩⊂⊆∪
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara
ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida peurihna.
Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal
keduanya diserap dari kata باطل /bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh
bergeser.
tΠöθtƒ 4‘ yϑ øtä† $yγ øŠ n= tæ ’Îû Í‘$ tΡ zΟ ¨Ζ yγ y_ 2”uθõ3 çGsù $ pκ Í5 öΝ ßγ èδ$ t6Å_ öΝ åκæ5θãΖ ã_uρ öΝèδâ‘θßγ àß uρ ( #x‹≈yδ
$tΒ öΝ è? ÷”t∴Ÿ2 ö/ä3 Å¡ àΡ L{ (#θè%ρä‹ sù $ tΒ ÷Λä⎢Ζä. šχρâ“ ÏΨõ3 s? ∩⊂∈∪
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka
Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun."
Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama
Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja.
¨β Î) nÏã Í‘θåκ’¶9$# y‰Ζ Ïã «!$# $oΨøO$# u |³ tã #\öκ y− ’Îû É=≈ tF Å2 «!$# tΠöθtƒ t,n= y{ ÏN≡uθ≈ yϑ ¡¡9$#
š⇓ ö‘ F{$# uρ !$ pκ ÷]ÏΒ îπ yèt/ö‘ r& ×Πããm 4 šÏ9≡sŒ ß⎦⎪Ïe$!$# ãΝ ÍhŠ s) ø9$# 4 Ÿξsù (#θßϑ Î= ôà s? £⎯ ÍκÏù öΝ à6|¡ àΡ r& 4
(#θè= ÏG≈s%uρ š⎥⎫Å2Îô³ ßϑ ø9$# Zπ©ù!%x. $ yϑŸ2 öΝ ä3 tΡθè=ÏG≈s) ムZπ ©ù!$ Ÿ2 4 (#þθßϑ n=÷æ $#uρ ¨β r& ©!$# yì tΒ
t⎦⎫ É) −GãΚ ø9$# ∩⊂∉∪
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan,
(kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh (katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom
musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna. Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa.
$ yϑ ¯ΡÎ) â™û©Å¤Ψ9$# ×οyŠ$ tƒÎ— ’Îû Ìø à6ø9$# ( ‘≅ ŸÒムÏμÎ/ š⎥⎪Ï% ©!$# (#ρ ãx x. … çμ tΡθ= Ïtä† $ YΒ% tæ … çμ tΡθãΒÌhpt ä†uρ
$ YΒ%tæ (#θä↔ÏÛ# uθã‹ Ïj9 n Ïã $ tΒ tΠ§ym ª!$# (#θ= Åsã‹sù $tΒ tΠ§ym ª!$# 4 š∅Îiƒã— óΟ ßγs9 â™þθß™ óΟ ÎγÎ=≈yϑ ôãr& 3
ª!$#uρ Ÿω “ωôγ tƒ tΠöθs) ø9$# š⎥⎪ ÍÏ≈ x6ø9$# ∩⊂∠∪
37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah
menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti
nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun. Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom kapirin.
$yγ •ƒr'¯≈tƒ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#θãΖ tΒ#u™ $tΒ ö/ä3 s9 # sŒÎ) Ÿ≅ŠÏ% â/ä3 s9 (#ρã ÏΡ $# ’Îû È≅‹Î6y™ «!$# óΟ çF ù= s%$ ¯O$# ’n< Î) ÇÚö‘ F{$#
4 Ο çFÅÊu‘ r& Íο4θu‹ysø9$$Î/ $u‹ ÷Ρ ‘‰9$# š∅ÏΒ ÍοtÅz Fψ $# 4 $yϑ sù ßì≈tF tΒ Íο4θuŠysø9$# $ u‹÷Ρ ‘‰9$# ’Îû ÍοtÅz Fψ$# ωÎ)
î≅‹Î= s% ∩⊂∇∪
38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka
maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan?
ωÎ) (#ρã ÏΖs? öΝ à6ö/Éj‹ yèム$ ¹/# x‹ tã $ VϑŠ Ï9r& öΑωö7 oKó¡ o„ uρ $·Β öθs% öΝ à2uöxî Ÿωuρ çνρ ”àÒ s? $\↔ ø‹x© 3 ª!$#uρ
4’n?tã Èe≅à2 &™ó_x« íƒÏ‰s% ∩⊂®∪
39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris
nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha Kawasa kana sagala perkara.
ωÎ) çνρ ãÝÁΖs? ô‰s) sù çνt|ÁtΡ ª!$# øŒÎ) çμ y_ t÷z r& t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρ ãx Ÿ2 š†ÎΤ$ rO È⎦÷⎫ oΨøO$# øŒÎ) $ yϑèδ †Îû
Í‘$ tóø9$# øŒÎ) ãΑθà) tƒ ⎯ Ïμ Î7 Ås≈|ÁÏ9 Ÿω ÷β t“ øt rB χ Î) ©!$# $ oΨyè tΒ ( tΑt“Ρ r'sù ª!$# … çμ tGt⊥‹ Å6y™ Ïμ ø‹n= tã
… çνy‰−ƒ r&uρ 7ŠθãΨàfÎ/ öΝ ©9 $yδ÷ρ ts? Ÿ≅yèy_uρ sπ yϑ Î=Ÿ2 š⎥⎪ Ï% ©!$# (#ρ ãx Ÿ2 4’n?ø ¡9$# 3 èπ yϑÎ= Ÿ2uρ «!$#
š†Ïφ $ u‹ù=ãèø9$# 3 ª!$# uρ ͕ tã íΟŠ Å3 ym ∩⊆⊃∪
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna
(Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna (Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimah-kalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha Wijaksana.
(#ρãÏΡ $# $ ]ù$x Åz Zω$ s) ÏO uρ (#ρ ߉Îγ≈y_uρ öΝ à6Ï9≡ uθøΒr'Î/ öΝä3 Å¡ àΡ r&uρ ’Îû È≅‹Î6y™ «!$# 4 öΝ ä3Ï9≡ sŒ ×ö yz
öΝ ä3 ©9 β Î) óΟ çFΖä. šχθßϑ n=÷ès? ∩⊆⊇∪
41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat,
jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh, upama maranéh nyaho mah.
öθs9 tβ%x. $ZÊ { tã $Y7ƒÌs% #\x y™ uρ #Y‰Ï¹$ s% x8θãèt7 ¨? ^ω .⎯ Å3≈s9 uρ ôNy‰ãèt/ ãΝ Íκ ön= tã èπ¤) ’±9$# 4
šχθà Î= ósu‹y™uρ «!$$Î/ Èθs9 $oΨ÷èsÜ tF ó™$# $ uΖ ô_tsƒm: öΝ ä3 yètΒ tβθä3 Î= öκç‰ öΝ åκ |¦àΡ r& ª!$#uρ ãΝ n= ÷ètƒ öΝ åκ ¨ΞÎ)
tβθç/É‹≈s3 s9 ∩⊆⊄∪
42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu
(mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh) ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna jalma-jalma anu ngabarohong.
$x tã ª!$# šΖtã zΝ Ï9 |MΡ ÏŒr& óΟ ßγ s9 4©®L ym t⎦¨⎫ t6tGtƒ šs9 š⎥⎪ Ï% ©!$# (#θè%y‰|¹ zΜn= ÷ès? uρ
š⎥⎫ Î/É‹≈s3 ø9$# ∩⊆⊂∪
43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?
43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad) ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong?
Ÿω šçΡ É‹ ø↔ tF ó¡ o„ t⎦⎪ Ï% ©!$# šχθãΖÏΒ ÷σ ム«!$$ Î/ ÏΘöθu‹ ø9$# uρ ÌÅz Fψ $# β r& (#ρ ߉Îγ≈yfムóΟ Îγ Ï9≡uθøΒr'Î/
öΝ Íκ ŦàΡ r&uρ 3 ª!$#uρ 7ΟŠ Î=tæ t⎦⎫ É) −Gßϑ ø9$$Î/ ∩⊆⊆∪
44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.
44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta
idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa.
$ yϑ ¯ΡÎ) šçΡ É‹ ø↔tF ó¡o„ t⎦⎪ Ï% ©!$# Ÿω šχθãΖÏΒ ÷σ ム«!$$ Î/ ÏΘöθ u‹ø9$# uρ ÌÅz Fψ $# ôM t/$ s? ö‘ $# uρ óΟ ßγ ç/θè=è% óΟ ßγ sù ’Îû
óΟ Îγ Î6÷ƒu‘ šχρߊ¨Šu tI tƒ ∩⊆∈∪
45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.
45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu
ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang. Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana.
* öθs9 uρ (#ρ ߊ# u‘ r& ylρ ãã‚ø9$# (#ρ ‘‰tãV{ … ã&s! Zãã ⎯Å3≈s9uρ oνÌŸ2 ª!$# öΝ ßγ rO$ yèÎ7 /Ρ $# öΝ ßγsÜ ¬7 sVsù Ÿ≅ŠÏ%uρ
(#ρ ߉ãèø%$# yìtΒ š⎥⎪ ωÏè≈ s) ø9$# ∩⊆∉∪
46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris
nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!"
öθs9 (#θã_t yz /ä3‹Ïù $ ¨Β öΝ ä.ρ ߊ# y— ωÎ) Zω$t6yz (#θãè|Ê ÷ρ V{uρ öΝ ä3n=≈n=Ï{ ãΝ à6tΡθäóö7 tƒ sπ uΖ ÷F Ï ø9$#
óΟ ä3‹Ïùuρ tβθãè≈£ϑ y™ öΝ çλm; 3 ª!$#uρ 7ΟŠ Î=tæ t⎦⎫Ïϑ Î=≈©à9$$Î/ ∩⊆∠∪
47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu
nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim.
ωs) s9 (#âθtó tF ö/$# sπ uΖ÷F Ï ø9$# ⎯ÏΒ ã≅ö6s% (#θç7 ¯= s%uρ šs9 u‘θãΒ W{$# 4©®L ym u™!$ y_ ‘,ysø9$# tyγ sß uρ â öΔr& «!$# öΝ èδuρ
šχθèδÌ≈Ÿ2 ∩⊆∇∪
48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya.
48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung
maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna ceuceubeun.
Ν ßγ ÷Ζ ÏΒuρ ⎯Β ãΑθà) tƒ β x‹ ø$# ’Ík< Ÿωuρ û©Íh_ ÏGø s? 4 Ÿωr& ’Îû Ïπ uΖ÷GÏ ø9$# (#θäÜ s) y™ 3 χ Î)uρ zΟ ¨Ψyγ y_
8π sÜŠ Åsßϑ s9 š⎥⎪ Í Ï≈x6ø9$$Î/ ∩⊆®∪
49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing)
jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalma-jalma kapir.
Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk
bunyinya berubah. Kata الفتنة /al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah
sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata الفتنة dalam bahasa
Arab yang bermakna ‘kesesatan’.21 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna
‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan
maksud menjelekan orang,’22 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna
‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung
maksud merugikan orang lain)’.23 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/
di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana
sudah diterangkan pada Bab I.
β Î) šö7 ÅÁ è? ×π uΖ |¡ ym öΝ èδ÷σ Ý¡ s? ( β Î)uρ šö7 ÅÁè? ×π t6ŠÅÁ ãΒ (#θä9θà) tƒ ô‰s% !$ tΡ õ‹ s{ r& $ tΡ tøΒ r& ⎯ÏΒ ã≅ö6s%
(#θ©9uθtGtƒuρ öΝ èδ¨ρ šχθãmÌsù ∩∈⊃∪
50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun;
jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna ngabalieur kalayan suka bungah.
21 Munawir, A, W, h. 1033 22 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 23 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan
Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat
pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat
secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam
daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
no Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Allah Allah االله 1
رسول 2 Rasul Rasul
مشرآيـن 3 Musyrikin Musrikin
مسلميـن 4 Muslimin Muslimin
آافر 5 Kafir Kapir
لومعم 6 Maklum Ma’lum
قوم 7 Kaum Kaom
حج 8 Haji Haji
آبرأ 9 Akbar Akbar
ةتوب 10 Taubat Tobat
تقوى 11 Takwa Takwa
ماحر 12 Haram Haram
صلاة 13 Sholat Salat
زآاة 14 Zakat Jakat
فاسق 15 Fasik Pasék
ةيآ 16 Ayat Ayat
بعد 17 Bakda Bada
حق 18 Hak Hak
نامإي 19 Iman Iman
داجه 20 Jihad Jihad
مسجد 21 Mesjid Masjid
آفر 22 Kufur Kupur
مورعم 23 Makmur Ma’mur
اخير 24 Akhir Ahir
ظالم 25 Zalim Dolim
رضى 26 Ridha Rido
فائدة 27 Faidah Paédah
سنج 28 Najis Najis
عالم 29 Alim Alim
علماء 30 Ulama Ulama
بهار 31 Rahib Rahib
باطل 32 Batil Batal
عامل 33 Amal Amal
خرةأ 34 Akhirat Ahérat
مضرة 35 Mudharat Madorot
منافق 36 Munafik Munapik
ةعمنف 37 Manfaat Mangpa’at
اءاسم 38 Asma Asma
معف 39 Ma’af Ma’ap
رعذ 40 Uzur Udur
فتنة 41 Fitnah Pitenah
Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk
kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua
bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian
fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa.
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang
dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah
terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah
memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah
termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan,
penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan
sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang
bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan
makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang
tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3.
×β≡sŒr&uρ š∅ÏiΒ «!$# ÿ⎯Ï&Î!θß™u‘ uρ ’n< Î) Ĩ$ ¨Ζ9$# tΠöθtƒ Ædk ptø: $# Î y9 ò2F{ $# ¨β r& ©!$# Ö™ü“ Ìt/ z⎯ ÏiΒ
t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑ ø9$# … ã&è!θß™u‘ uρ 4 βÎ* sù öΝ çF ö6è? uθßγ sù ×öyz öΝ à6©9 ( β Î)uρ öΝ çGøŠ ©9uθs? (#þθßϑ n= ÷æ$$ sù öΝ ä3 ¯Ρ r&
çöxî “Ì“ Éf÷èãΒ «!$# 3 Î Åe³ o0uρ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#ρã x x. >U#x‹ yèÎ/ AΟŠ Ï9r& ∩⊂∪
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan
beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman
yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa
Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna
pemberitahuan.
2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab
tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami
kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses
penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun
tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang
terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut:
a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata
untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi
istal.
b. Epentesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama
pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis
bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi
torombol.
c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk
keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi
bangku.
d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah
ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen.
e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah
kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir.
f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata,
seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi
béngsin
g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam
kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi
réol, aduy menjadi ayud.
h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip
atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi
menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi
tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron.
Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk kedalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan dengan cara
metatesis dan asimilasi.
B. Saran dan Kritik
Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih
membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan.
Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam
agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri
ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk
memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih
bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia
saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya menjaga keutuhan bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang
jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika
saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta
Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta,
__________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta,
1995, Edisi Revisi
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan
Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta; Balai Pustaka, 2005
____________________________________, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992
Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa
Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah:
Kendari.
Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta;
Pustaka Jaya, 1995
Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia, 2002
Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat,
Cet. ke-2
Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke-
2
____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta;
Gramedia, 1996, cet. Ke-2
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate,
1980
Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta:
Djambatan, 1985
Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982
Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984
Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1
Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn,
dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda
dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi
Sunda
Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994
Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung;
CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959
Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009
_____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten,
2003, Cet. ke-3
Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990
Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa
Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan,
Yogyakarta, Gamma Media, 2003
Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka
Setia, cet. ke-4
KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Zaky Mubarok NIM: 104024000851
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
untuk yang tercinta… Papah dan Mamah, Drs. Olih M.S dan Yeti Rohayati M.Pd
Irfan, Lala, Roro Hamsiyah
WS. Rendra dan Ken Zuraida Rendra
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Agustus 2011
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
iii
KATA SERAPAN Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan Bahasa Sunda
(Surah At-Taubah Ayat 1-50)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Diajukan Oleh:
Zaky Mubarok
NIM: 104024000851
Pembimbing,
Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag
NIP: 19700505 200003 1 003
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H/ 2008 M
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KATA SERAPAN; PERBANDINGAN PERUBAHAN
MAKNA KATA SERAPAN DARI BAHASA ARAB PADA AL-QUR’AN
TERJEMAH BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA (Surah At-
Taubah Ayat 1-50) yang ditulis oleh Zaky Mubarok, NIM : 104024000851 telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2011, dan telah diperbaikai sesuai dengan
saran dan komentar Tim Penguji.
TIM PENGUJI
Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (…………………………..) (Ketua Sidang) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (…………………………..) (Sekretaris Sidang) Tanggal: Dr. Akhmad Saehudin, M. Ag., (…………………………..) (Pembimbing) Tanggal: Drs. Ikhwan Azizi, MA, (…………………………..) (Penguji I) Tanggal: Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum., (…………………………..) (Penguji II) Tanggal:
v
TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulisan skripsi sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta ini dapat penulis selesaikan.
Salawat salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,
keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di
hari akhir. Amin!
Dalam terima kasih ini, penulis haturkan terima kasih kepada Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta; Dr. Abdul Wahid Hasyim, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; dan Dr.
Ahmad Syaekhudin M. Ag., Ketua Jurusan Tarjamah.
Kepada pembimbing, Dr. Akhmad Saehudin M. Ag. yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya dalam bimbingan
penulis haturkan terima kasih; Dr. Sukron Kamil, MA, dan Moch. Syarif
Hidayatullah M.Hum. selaku pembimbing Akademik yang telah mengarahkan,
mengajarkan, dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.
Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan bahasa, budaya, dan terjemahan,
khususnya Moch. Syarif Hidyatullah, M.Hum, yang mengajarkan seluk beluk
dunia terjemah, terima kasih. Semoga amal mereka diterima Allah Swt. Amin!
Kepada orang tua tercinta, Drs. Olih MS dan Yeti Rohayati M. Pd. yang
selalu mendoakan penulis, sehingga penysusunan skripsi ini terasa lebih ringan.
Begitu juga, kepada Adik-adik tercinta Irfan Fuad Nugraha, Tri Ayu Meilawati
dan Anna Qurratuain yang menjadi penyemangat penulis dalam menapaki dunia
ini. kepada yang tercinta Hamsi El-Sahara yang selalu menjadi inspirasi dan
dorongan untuk terus bergerak. Terima kasih.
vi
Terima kasih yang amat sangat kepada WS. Rendra yang telah memberi
pijar pada jalan yang sudah gelap. Ibu Ken Zuraida Rendra yang selalu memberi
semangat tiada henti. Teh Mey dan Kang Arul, Mas Esis, Icha dan Joel, Totenk
Mahdasi Tatang, Ambadewi, Om Yus, Bi Lili dan keluarga, aku cinta padamu.
Kawan-kawan Jurusan Tarjamah 2004, Abdur Rahman, Heri, Luki,
Nurikhwan, Alhafiz, Amir, Anna. Fina, Muna, Munay, Silvi, Nunung, Erwan dan
Puput atas segala dukungan dan bantuan mereka, khususnya Tatam yang selalu
memberi bantuan dan semangat yang tiada henti, sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan. Juga kawan-kawan angkatan 2005-2010, terimakasih.
Saudara-saudara di Sanggar Altar, Makyun Subuki, Aa Isol, Ipoeng, Ipul
dan Liga, Hijarah Ahmad, Mas Hendri, Elex sw, Komarudin King-king, Hafas,
Basri, Akbar Soge, Boby Efri, kapan kita pentas lagi? Saudara di El-Na’ma,
Teater Syahid, KMM Riak, Galuh Jaya, terima kasih. Juga kawan diskusi dan
menulis yang selalu hangat, Iyya, Dede, Bowo, dan Abah Alawi, terima kasih.
Keluarga besar Sanjo Boyz yang selalu bergerak tanpa beban. Keluarga
besar Ken Zuraida Project, Om Amir, Om Edhar, Dwi Klik Santosa, yang selalu
mendorong untuk terus bergerak pada perubahan.
Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi peminat
penerjemahan khususnya penerjemahan al-Quran. Kurangnya ada, lebihnya pun
ada. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi
ini. Amin!
Jakarta, Agustus 2011
Zaky Mubarok
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv
TERIMA KASIH .................................................................................... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………... vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................................ x
ABSTRAK .............................................................................................. xii
BAB I:
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan .................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 9
BAB II
Kerangka Teori
A. Kosakata dan Makna .......................................................................... 11
B. Kata Serapan Arab .............................................................................. 12
viii
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab
Ke dalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia ................................. 15
1. Bidang Fonem ......................................................................... 16
a. Penggantian Fonem ..................................................... 17
b. Penghilangan Fonem ................................................... 25
c. Pelonggaran kaidah Fonem .......................................... 27
2. Pola Suku Kata ........................................................................ 30
D. Kata Istilah, Pengulangan, dan Imbuhan ............................................ 32
1. Kata Istilah .............................................................................. 32
2. Pengulangan ............................................................................ 33
3. Imbuhan ................................................................................... 35
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab ... 38
F. Jenis Perubahan Makna ...................................................................... 39
a. Peluasan Makna ......................................................................... 39
b. Penyempitan Makna .................................................................. 40
c. Peninggian Makna ..................................................................... 40
d. Penurunan Makna ..................................................................... 40
e. Persamaan Makna ...................................................................... 41
f. Pertukaran Makna ...................................................................... 41
ix
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab
pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda .... 42
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan .................................. 43
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan ...................................................... 79
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan .............................................................................. 82
B. Saran dan Kritik ...................................................................... 85
Daftar Pustaka ......................................................................................... 86
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang dipakai dalam Skripsi ini adalah pedoman Transliterasi Arab-
Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Meneri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Jauari 1988.
Ara
b
Latin Arab Latin Arab Latin
q ق z ز a ا
k ك s س b ب
l ل sy ش t ت
m م sh ص ts ث
n ن d ض j ج
w و th ط h ح
h ه z ظ kh خ
’ ء ‘ ع d د
y ي g غ ż ذ
- f ف r ر
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ربـنـا ditulis rabbanâ.
xi
2. Vokal panjang (mad) ;
Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis î, serta
dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya; ـارعـةقالـ ditulis al-
qâri‘ah, المــسـاآـيـن ditulis al-masâkîn, الـمـفـلحون ditulis al-muflihûn
3. Kata sandang alif + lam (ال)
Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ; الـكافـرون ditulis al-
kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti
dengan huruf yang mengikutinya, misalnya ; الـرجـال ditulis ar-rijâl.
4. Ta’ marbûthah ( ة ).
Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; الـبـقـرة ditulis al-baqarah.
Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; زآاة الـمـال ditulis zakât al-mâl, atau
ـسـاءنسـورة ال ditulis sûrat al-Nisâ`.
5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya;
.ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn وهـو خـيـرازقــين
xii
ABSTRAK
Zaky Mubarok, “Kata Serapan, Perbandingan Perubahan Makna Kata
Serapan dari Bahasa Arab pada Al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia Dan
Bahasa Sunda (Surah At-Taubah Ayat 1-50)”, Program Studi Tarjamah,
Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta 1432 H/ 2011 M.
Kajian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kata serapan bahasa Arab
berpengaruh dan digunakan dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda. Khususnya
dalam penerjemahan teks keagaamaan seperti Al-Qur’an.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan dengan
bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan
perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh oleh proses interaksi
antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa. Interaksi antar bahasa
mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang kosakatanya lebih banyak
mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan terjadi di
mana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan ini bisa
terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa biasanya
terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai kemudian
nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
F
SYA
FAKULTAUNIVERS
ARIF HID
S ADAB DASITAS ISL
DAYATU
AN HUMANLAM NEGLLAH JA
NIORAGERI AKARTAA
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Bahasa adalah gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan
tidak ada bahasa tanpa manusia. Di manapun manusia hidup, mereka menuturkan
suatu bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi pertama. Komunikasi yang dilakukan
dengan bahasa lisan maupun tulisan, sangatlah berpengaruh terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dipengaruh
oleh proses interaksi antar budaya dan salah satunya adalah melalui bahasa.
Interaksi antar bahasa mengakibatkan saling mempengaruhi, dan bahasa yang
kosakatanya lebih banyak mempunyai pengaruh yang lebih besar. Seperti halnya
bahasa Arab, Inggris, Portugis, Spanyol dan Belanda mempengaruhi bahasa
Nusantara (Melayu, Sunda, Jawa, Makasar, Sulawesi, dll.) Bahasa asing ini
memberikan kekayaan kosakata dan makna bagi penutur bahasa di Nusantara.
Bahkan pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia sudah terjadi sebelum
bahasa Indonesia dinyatakan resmi sebagai bahasa nasional.1
Pengambilan kata dari satu bahasa oleh bahasa lain merupakan gejala yang
biasa, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Jepang sebagai negara maju
memiliki bahasa yang kata-katanya menyerap dari bahasa Cina dan Bahasa
Inggris, bahasa internasional yang sering dianggap memiliki perbendaharaan kata
1 Nyoman Tusthi Eddy, Unsur Serapan dari Bahasa Asing Terhadap Bahasa Indonesia
(Tinjaua Kesejahteraan dan Perkembangan), (Kendari: Nusa Indah, 1989), h. 10
2
yang kaya banyak menyerap bahasa Perancis, sedangkan bahasa Perancis
menyerap kata-kata dari latin.2
Bahasa melayu sebagai dasar bahasa Indonesia banyak sekali terpengaruh
oleh bahasa asing seperti bahasa Belanda, Portugis, Arab dan bahasa lainya.
Pengaruh tersebut terjadi karena adanya kontak kebudayaan, perdagangan dan
penyebaran agama. Di Indonesia, penyebaran agama menjadi salah satu faktor
penentu bagi tersebarnya bahasa asing, terutama bahasa serapan Arab.
Islam masuk ke kawasan Melayu pada khususnya dan Nusantara pada
ummnya melalui Gujarat. Bersama dengan masuknya agama Islam di Melayu,
masuk pula kebudayaan, kesusastraan, bahasa Arab dan Persi. Masuknya bahasa
arab ke Melayu diikuti pula dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab.
Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses
asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis.
Kegiatan komunikasi inilah yang nantinya mengakibatkan penyerapan
terjadi dimana-mana, baik budaya, kesenian, maupun bahasa. Proses penyerapan
ini bisa terjadi melalui kegiatan apa saja. Khusus proses penyerapan bahasa
biasanya terjadi melaui interaksi komunikasi lisan maupun tulisan, sampai
kemudian nantinya ada yang dinamakan bahasa serapan.
Bahasa serapan dapat terjadi melaui aktifitas pengajaran bahasa misalnya,
seseorang yang menguasai dua bahasa (bilingual) atau lebih (multilingual), maka
bahasa kedua akan banyak mempengaruhi bahasa pertama. Dilihat dari segi
2 Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1992), Cet.
Ke-2, h. 14
3
statusnya bahasa dapat dibagi atas beberapa bahasa di antaranya adalah bahasa
Daerah, bahasa Nasional dan bahasa Negara.3
Bahasa daerah adalah penamaan bahasa yang digunakan oleh kelompok
orang yang anggotanya-anggotanya secara relatif memperlihatkan frekuensi
interaksi yang lebih tinggi diantara mereka dibanding dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam basaha daerah.4 Biasanya bahasa daerah digunakan sebagai
ikatan-ikatan kekerbatan dan upacara-upacara yang berkaitan dengan lingkaran
lingkungan hidup masing-masing.
Bahasa Sunda termasuk rumpun melayu yang kita sebut Melayu Polinesia.
Bahasa ini erat berhubungan dengan dengan bahasa Jawa dan Melayu, terutama
dengan yang tersebut pertama, dan dipergunakan di seluruh Jawa Barat, yaitu di
kresidenan Priangan, Cirebon, Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga
merupakan kresidenan sendiri.5
Pada proses penyebaran agama Islam, khususnya di wilayah penutur
bahasa Sunda, penyerapan bahasa Arab terjadi bukan hanya karena interaksi
dengan para pedagang saja, melainkan melalui penerjemahan-penerjemah buku-
buku berbahasa Arab sebagai sumber kajian. Kata-kata yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Sunda akhirnya digunakan.
Tidak menjadi persoalan ketika makna kata yang diserap tidak berubah
dalam bahasa sasaran. Seperti kata adil -عادل- /‘âdil/, kata tersebut tidak
mengalami perubahan makna. Kata adil dalam bahasa Sunda bermakna ‘merenah,
3 Mansur Peteda, Linguistik Terapan, (Kendari: Nusaindah,1991), cet. Ke-1, h. 84-85 4 Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan, (Yogyakarta,
Gamma Media, 2003), cet. Ke-1, h. 52 5 Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan Husein
Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, (Bandung: Djambatan, 1985), h. 3
4
dina tempatna, teu beurat sabeulah’6 (pas, pada tempatnya, tidak berat sebelah –
terjemahan Penulis-).’ Pada bahasa Indonesia kata adil bermakna ‘sama berat;
tidak berat sebelah; tidak memihak.’7 Pada bahasa arab kata عادل bermakna
‘meluruskan; membuat imbang; yang sama; sepadan.’8
Berbeda dengan kata الفتنة /al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi
fitnah. Sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata الفتنة dalam
bahasa Arab yang bermakna ‘kesesatan’.9 Pada bahasa Indonesia kata fitnah
bermakna ‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan
dengan maksud menjelekan orang,’10 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah
bermakna ‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang
mengandung maksud merugikan orang lain’.11
Perubahan makna tersebut akan menjadi berbahaya jika dipakai untuk
menerjemakan. Ide bahasa sumber (bsu) akan menjadi menjadi melenceng, dan
pesan bahasa sumber menjadi berbeda dalam bahasa sasaran (bsa).
Penggunaan kata serapan yang berubah maknanya terjadi dalam
penerjemahan al-Qur’an bahasa Indonesia oleh Depag dan al-Qur’an bahasa
Sunda oleh K.H. Komarudin Shaleh pada seperti pada surah at-Taubah ayat 49:
6 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Bahasa Sunda, (Bandung: Tarate,
1980), cet. Ke-2, h. 3 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. Ke-3, h. 8 8 Munawir, A, W, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), cet. Ke-14, h.905 9 Idem, h. 1033 10 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 11 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
5
ρuΒÏΖ÷γßΝ Β¨⎯ ƒt)àθΑã #$ø‹xβ <kÍ’ ρuωŸ ?søGÏ_hÍ©û 4 &rωŸ ûÎ’ #$9øÏG÷ΖuπÏ ™y)sÜäθ#( 3 ρu)Îχ _yγyΨ¨Οz 8π sÜŠÅsßϑs9 š⎥⎪ÍÏ≈ x6 ø9 $$Î/ ∩⊆®∪
Terjemah bahasa Indonesia: Di antara mereka ada orang yang berkata:
“berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan jangan jadikan saya
terjerumus dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa mereka telah terjurumus ke dalam
fitnah. Dan sesungguhnya jahanam itu meliputi orang-orang yang kafir.
Terjemah bahasa sunda: Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita:
“Idinan kaula (cicing) jeung poma ulah mitenah kaula.” Sing nyaho yén
manéhna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung
jalma-jalma kapir.
Padahal, makna kata fitnah pada ayat di atas adalah, fitnah pertama
‘kegagalan menghadapi ujian,’ dan fitnah kedua ‘neraka.’12
Sebaiknya, penerjemahan ayat tersebut adalah, Di antara merekeka ada
yang berkata: “Izinkanlah aku dan jangan menjerumuskan aku kedalam
kegagalan menghadapi ujian.” Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke
dalam Neraka karena gagal. Sungguh, neraka Jahanam adalah untuk orang-
orang kafir. -terjemahan penulis-)
12 Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Lentera Hati,
Jakarta 2007), Cet. ke-VII, hal. 613-615
6
Fakta di atas tadilah yang mendorong Penulis untuk meneliti kata-kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia. Hingga Penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dengan judul
"Kata Serapan; Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa
Arab pada al-Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah
at-Taubah Ayat 1-50)"
B. Pembatasan dan Perumusan
Penelitian terhadap bahasa pastilah memerlukan waktu yang sangat
panjang dan melelahkan. Sebab jika meneliti satu sisi dari bahasa, maka sisi yang
lainnya muncul sebagai unsur yang sama pentingnya dengan sisi sebelumnya.
Sisi-sisi tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan bahkan
menjadi teori yang baru.
Oleh karena hal tersebut, untuk mengurangi pelebaran masalah dari
penelitian yang akan dilakukan, Penulis sengaja membatasi masalah-masalah yang
akan diteliti. Penulisan ini hanya terkait pada kata-kata serapan yang terdapat pada
al-Qur’an terjemah bahasa Sunda dan al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab surah at-Taubah ayat 1-50. Penelitian ini
dikhususkan untuk membandingkan perubahan makna kata serapan dari bahasa
Arab pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia dengan studi kasus pada al-Qur’an
terjemaha kedua bahasa tersebut.
7
Dengan demikian, penulisan ini Penulis rumuskan sebagai berikut dengan
bentuk pertanyaan yang akan dijawab setelah penelitian dan pengkajian yang
mendalam. Ada pun pertanyaannya sebagai berikut:
1. Seberapa besarkah pengaruh kata serapan terhadap proses
penerjemahan?
2. Bagaimanakah perubahan makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini tidaklah tanpa tujuan. Dari tujuan itu
timbulah manfaat-manfaat yang dapat diambil. Dengan jelas Penulis merumuskan
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui kata serapan dalam bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Arab pada kedua al-Qur’an terjemahan
dalam surah at-Taubah
2. Membandingkan pergeseran makna kata serapan bahasa Arab pada
bahasa Indonesia dan Sunda
Ada pun manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memperkaya khasanah kebahasaan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
2. Mempermudah bagi siapa saja yang ingin mengetahui kata sarapan
dari bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia.
8
D. Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Naratif komparatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian
menguraikan dan membandingkan hingga tercapai tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sehingga data hasil penelitian bisa diambil manfaatnya.
Ada pun dalam pencarian data, Penulis menganalisis sejumlah kata
serapan dari bahasa Arab yang terdapat dalam al-Qur’an terjemah bahasa
Indonesia dan al-Qur’an terjemah bahasa Sunda pada surah at-Taubah ayat 1-50.
Kemudian Penulis menguraikan, mengelompokan dan membandingkan
maknanya, dengan teori yang sesuai dengan penelitian dan fakta-fakta yang
menyebabkan terjadinnya pergeseran makna.
Di luar itu, untuk menunjang materi dan keilmiahan penelitian, Penulis
melakukan konsultasi dengan para ahli yang terkait. Merujuk sumber-sumber lain
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian ini seperti, buku-buku semantik,
linguistik, morfologi, fonologi, data-data dari internet, dan lain-lain.
Kemudian dalam penyusunan dan tehnik penulisan skiripsi, Penulis
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang dikeluarkan oleh Center of Quality Development an Assurance
(CeQDA) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
Sedangkan pedoman translitersai yang digunakan Penulis adalah transliterasi al-
Qur’an terjemahan Departemen Agama.
9
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis lakukan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah
penulisan, kemudian pembatasan dan perumusan masalah agar penulisan tidak
melebar, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari hasil
penelitian Pada bagian terakhir bab ini tulisan ditutup dengan sistematika
penulisan.
Bab kedua, berupa Kerangka Teori yang berisikan Teori Penerjemahan, Hakikat
Kosakata dan Makna, Hakikat Kata Serapan Arab, Proses Penyerapan Kata-kata
Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia dengan pembagian
sebagai berikut: pertama, Bidang Fonem, pada bagian ini yaitu, Penggantian
Fonem, Penghilangan Fonem, Pelonggaran kaidah Fonem. Kedua, Pola Suku Kata
yang dibagi kepada: Pengubahan Pola dan Penggantian Pola. Kemudian
dilanjutkan dengan sub bab selanjutnya Kata-kata Istilah, Pengulangan
(reduplikasi), dan Pengimbuhan (afiksasi), Hakikat Makna dan Perubahan Makna
Kata Serapan Bahasa Arab, dan Jenis Perubahan Makna yang berisikan, Meluas,
Menyempit, Peninggian, Penurunan Persamaan dan Pertukaran makna.
Bab ketiga, adalah pembahasa Perbandingan kata serapan, bab ini akan
membahas perbandingan kata serpan pada bahasa Sunda dan bahasa Indonesia
sesuai dengan teori dan dikelompokan menjadi dua sub judul, pertama,
Perbandingan perubahan makna Kata serapan. Kedua, Perbandingan Proses
Penyerapan.
10
Bab keempat, Penutup, bab ini adalah penutup dari seluruh penelitian. Bab ini
akan diisi oleh Kesimpulan, Saran dan Kritik. Pada bab ini juga memuat tesis
Penulis dari hasil panelitian yang sudah dilakukan
F
SYA
FAKULTAUNIVERS
ARIF HID
S ADAB DASITAS ISL
DAYATU
AN HUMANLAM NEGLLAH JA
NIORAGERI AKARTAA
11
BAB II
KATA SERAPAN
A. Kosakata dan Makna
Bila kita perhatikan dengan teliti percakapan seseorang dengan yang lainnya atau
sebuah tulisan, maka akan kita jumpai beberapa kata dengan susunan tertentu
sehingga menjadi urutan kata-kata yang bermakna. Dengan kata lain, orang
berbahasa (baik tulisan atau lisan) ialah orang yang sedang menyusun kata-kata
dengan urutan tertentu sehingga menghasilkan makna. Semakin banyak jumlah
kata yang dikuasai seseorang, memungkinkan terciptanya kelancaran berbahasa
dan makna yang luas.
Hal ini akan jelas terlihat jika kita perhatikan perkembangan berbahasa
pada manusia. Perbendaharaan dan penguasaan kata-kata bertambah pula seiring
dengan tingkat kedewasaan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Penambahan
perbendaharaan kata-kata menjadi pengetahuan dalam diri seseorang sampai akhir
hayatnya.
Penggunaan secara sistematis terhadap unsur bahasa lain oleh seseorang
merupakan bagian dari suatu bahasa yang tanpa disadari oleh pemakainya.
Peminjaman ini disebut proses integrasi.13 Pada proses integrasi unsur-unsur
bahasa lain yang terbawa masuk itu sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai
sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya atau yang dimasukinya. Proses
integrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya.
13 Harimukti Kridalakasana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia, 1983), cet. ke-2, hal. 62
12
Terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang
dipergunakan, sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang
sedang dipergunakan disebut dengan interferensi.
B. Kata Serapan
Kata serapan adalah salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan
perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar satu bahasa
dengan bahasa lain, baik yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat. Kontak
dengan bahasa-bahasa lain menimbulkan saling adanya pengaruh dalam bahasa
mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena
perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah berbeda. Oleh
karena itu kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di
Indonesia, selain ada bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia ada juga bahasa-
bahasa daerah. Bahkan kebanyakan masyarakat Indonesia menjadikan bahasa
Indonesia menjadi bahasa kedua setelah bahasa daerahnya masing-masing.
Dengan situasi kebahasaan seperti itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat
Indonesia termasuk masyarakat bilingual atau multilingual karena tidak sedikit
dari masyarakat itu yang menguasai lebih dari satu bahasa, misalnya mereka
menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerahnya sendiri, juga menguasai bahasa
asing.
Penyerapan dari satu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.
Pada proses penyerapan unsur bahasa secara leksikal akan terbawa juga proses
13
penyerapan bunyi. Penyerapan leksikal dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
penyerapan dialek, penyerapan mesra, penyerapan kultural.
1). Penyerapan dialek adalah penyerapan yang diambil dari salah satu
dialek dalam bahasa Indonesia, seperti damprat (memaki-maki),
mendusin (sadar), dan lain-lain. Dianggap sebagai penyerapan dialek
karena merupakan salah satu dialek bahasa Indonesia yang diambil
dari bahasa Jakarta (Betawi).
2). Penyerapan mesra adalah penyerapan dari bahasa lain yang terdapat
dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata ganteng, leluhur,
dan prihatin yang berasal dari bahasa Jawa.
3). Penyerapan kultural adalah bahasa yang diambil dari bahasa yang
tidak ada dalam daerah kebahasaan Indonesia, seperti kata fakir,
jahiliyah, dan kiamat yang diserap dari bahasa Arab.
Di samping penyerapan leksikal ada pula penyerapan struktural, yang
termasuk dalam penyerapan ini adalah penyerapan yang menyangkut unsur
fonem, morfem, dan kalimat.14
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa melayu, dalam
perkembangannya telah banyak menyerap kata-kata dari bahasa serumpun
ataupun bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang telah banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa Indonesia adalah bahasa Arab. Kehadiran bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia dimulai sejak berkembangnya agama Islam di Indonesia
yang dibawa oleh orang-orang Persia, India, dan Arab. Al-Qur’an sebagai kitab
14 Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta, Erlangga, 1994), cet. Ke-9, h. 52-53
14
suci umat islam yang berbahasa Arab memegang peran penting dalam proses
penyebaran islam, selain itu mereka mengisahkan cerita-cerita tentang para nabi
dan juga tulisan-tulisan lain tentang agama islam yang berbahasa Arab, sehingga
tanpa disadari kata-kata tersebut terserap dalam bahasa Indonesia.15
Kata-kata serapan dari bahasa Arab telah memperkaya kosa kata bahasa
Indonesia. Kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sudah sering digunakan oleh
hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam keseharian mereka, terutama dalam
bidang keagamaan, sehingga kata-kata tersebut sudah tidak terasa asing lagi.
Kata-kata yang terkait dalam bidang keagamaan, seperti masya Allah, insya Allah,
takdir, dan masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi
ditelinga kita.
Bahasa Sunda, semula oleh para sarjana belanda disebut-sebut sebagai
sempalan dari bahasa Jawa, oleh karenanya wilayah sunda pada jaman kolonial
disebut jawa bagian barat atau Jawa Barat. Namun, kenyataannya ternyata tidak
begitu, Sunda merupakan wilayah tersendiri yang bukan jawa. Begitu juga dengan
bahasanya. Bahkan pada tahun 1956, para pemuda pasundan pernah mengadakan
kongres untuk menolak penyebutan Jawa Barat untuk wilayah Sunda.16 Namun
hasilnya hanya tersimpan dalam hati saja.
Seperti halnya yang terjadi pada semua bahasa, kontak antar bahasa pasti
tidak bisa dihindari. Sehingga terjadilah proses integrasi, serap-menyerap,
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan zaman. Begitu juga pada bahasa
15 Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, (Jakarta : Pembangunan, 1959), h.66 16 Ajip Rosidi, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn, dalam Tulak
Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, (Bandung: Pusat Studi Sunda, 2003), h. 57
15
Sunda, percampuran terjadi karena para penutur bahasa Sunda bersinggungan
dengan penutur bahasa lain.
Pada bahasa Sunda, kata serapan disebut basa kosta (bahasa asing)17 atau
kecap serepan.18 Dengan begitu, kata serapan serapan adalah bahasa asing yang
digunakan dalam bahasa lokal. Perkembangan penggunaannya tidak jauh berbeda
seperti yang terjadi pada bahasa Indonesia. Kontak budaya dan bahasa yang
terjadi di tanah Sunda menjadi penyebab utama berkembang dan masuknya lebih
banyak lagi kata serapan. Oleh karena orang Sunda banyak yang memeluk agama
Islam, maka kata-kata yang berasal dari bahasa Arab tidak bisa ditolak. Terlebih
untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak ada padanannya dalam bahasa Sunda
seperti istilah-istilah yang sangat erat hubungannya dengan keagamaan.
C. Proses Penyerapan Kata-kata Bahasa Arab Kedalam Bahasa Sunda
dan Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa terjadi melalui kontak budaya antar bangsa.
Kontak bahasa yang tidak bisa dihindarkan akhirnya terjadi dan saling
mempengaruhi. Masuknya kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan diserap
oleh berbagai bahasa yang ada di Nusantara bersamaan dengan masuknya agama
Islam ke Nusantara.19
17 Rahmat Taufik Hidayat, dkk, Peperenian Urang Sunda, (Banding: Kiblat, 2007), Cet.
ke-2, h. 260 18 Budi Rahayu Tamsyah, dkk, Galuring Basa Sunda, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2010), cet. ke-4, h.65 19 Superno, Ep., Logat (Catatan Kata-Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa
Arab), (Surya angkasa, Semarang, 1994), Cet. ke-1, hal. 1
16
Setiap bahasa memiliki aturan atau kaidah yang disebut dengan tata
bahasa. Dalam tata bahasa diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebahasaan seperti bidang semantik, sintaksis, morfologi, dan fonologi. Apabila
terdapat bahasa asing atau bahasa daerah yang terserap ke dalam bahasa Indonesia
maka kata atau bahasa tersebut akan menyesuaikan dengan kaidah atau sistem
bahasa Indonesia sehingga akan mengalami perubahan. Begitu juga pada bahasa
Sunda, bila ada kata asing yang masuk ke dalam bahasa Sunda, maka akan
mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan kaidah bahasa Sunda.
Bentuk penyerapan yang masuk kedalam bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda secara garis besar ada dua:
1. Bidang Fonem
Fonem merupakan abstraksi, sedangkan wujud fonetisnya tergantung
beberapa faktor terutama posisinya dalam hubungan dengan bunyi lain. Adapun
fonem itu sendiri adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukan kontras
makna.20
Fonem dalam bahasa Indonesia mempunyai 27 fonem, sedangkan bahasa
Arab mempunyai 34 fonem. Kecuali berbeda dalam jumlah, fonem dalam kedua
bahasa tersebut juga berbeda dalam wujud.21 Bahasa sunda sendiri memilki fonem
30.
Ke-27 fonem dalam bahasa Indonesia itu terdiri dari fonem vokal
sebanyak 6 dan fonem konsonan sebanyak 21, bahasa Arab memiliki fonem vokal
20 Harimurti Kridalaksana, hal. 44 21 Soedarno, hal. 61
17
5 dan fonem konsonan sebanyak 28, dan fonem suprasegmental satu. Sedangkan
bahasa Sunda memiliki 7 fonem vokal dan 19 fonem konsonan lokal dan 5 fonem
konsonan asing.22
a. Penggantian Fonem
Di depan dinyatakan, baik bahasa Arab bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda sama-sama mempunyai fonem vokal /a/, /i/, dan /u/. Kalau fonem
vokal tersebut sama-sama memiliki oleh ketiga bahasa, tentulah tidak akan
terjadi penggantian apabila ada kata-kata bahasa Arab yang mengandung
vokal tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Maksudnya ialah tidak ada penggantian, misalnya terdapat pada kata-kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Akbâr - آبرأ akbar akbar
‘ibâdah - عبادة ibadah ibadah
Ma’lûm - معلوم maklum ma’lum
yang masing-masing mengandung vokal /a/, /i/, dan /u/.
Tetapi bila daftar kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang
berasal dari bahasa Arab itu kita teliti lebih cermat, maka akan segera
tampak bahwa kelima vokal tersebut dalam kenyataannya ada yang
diganti, malahan justru dengan vokal yang tidak terdapat dalam bahasa
Arab. Sebagai contoh vokal /a/, /i/, dan /u/, diftong /ai/ dan /au/ bahasa
22 Budi Rahayu Tamsyah, h.17
18
Arab masing-masing diganti dengan vokal /e/ (pepet), /e/ (teleng), /o/
bahasa Indonesaia, /e/ (pepet), / é / (teleng) dan /o/ bahasa Sunda seperti
dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Tartîb - ترتيب tertib tartib
Dâ’irah - دائرة daerah daérah
Penggantian vokal semacam itu tidak akan dibicarakan pada
penggantin fonem karena penggantian semacam itu merupakan akibat
penyesuaian dengan ketentuan tentang suku kata rangkaian suku kata
dalam membentuk kata.
Gejala yang sama terjadi juga dalam bidang konsonan. Sebagai contoh
konsonan /b/ dan /d/ yang dimiliki oleh bahasa Arab maupun bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, tetapi terjadi juga penggantian di bawah ini :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Sabt - سبت saptu atau sabtu saptu
Hasûd - حسود hasut hasud
Ada lagi satu masalah yang menyangkut fonem vokal, yaitu
penggantian vokal /a/ bahasa Arab, yang dalam tulisan Arabnya
dilambangkan dengan fathah, dengan vokal /o/ bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda yang justru tidak terdapat dalam bahasa Arab. Penggantian
itu misalnya terdapat dalam kata :
19
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Qadîm - قديم kodim kodim
Ridâ - رضى rido rido
Diketahui, vokal /a/ yang lambangnya dalam tulisan Arab berupa
fathah, bila berangkaian dengan konsonan /kh/, /r/, /sh/, /d/, /th/, /z/, /g/
dan /q/ bahasa Arab disebut huruf mufakham23diganti dengan vokal /o/
pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Persoalan penggantian dan penerimaan fonem dalam rangka
penyesuiannya dengan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia. Penggantian
dan pelanggaran itu berlaku untuk fonem-fonem bahasa Arab yang tidak
terdapat dalam bahasa Indonesia dan sunda, yaitu fonem konsonan /ś/, /h/,
/kh/, /z/, /s/, /sy/, /sh/, /d/, /th/, /ż/, /..‘./, /g/, /f/, dan /q/. Di samping itu, ada
juga penghilangan, bukan penggantian, yaitu konsonan /..’./ dan fonem
suprasegmental maddah.
a. 1. Konsonan /ś/
Konsonan geser antar gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda pada umumnya
diganti dengan konsonan /s/ geser gigi bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia terletak di awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Śulâsâ - ثلاثاء selasa salasa
23 Ibid, h. 64
20
Miśâl - مثال misal misal
a. 2. Konsonan /h/
Konsonan geser faringal tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa sunda biasanya diganti
dengan konsonan /h/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia terletak
di awal maupun di akhir suku kata. Contoh penggantian itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Mahkamah - محكمة mahkamah mahkamah
a. 3. Konsonan /kh/
Konsonan geser langit-langit lembut bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan
konsonan hambat langit-langit lembut tak bersuara, bila ia terletak di awal
suku kata. Penggantian itu misalnya terdapat dalam kata :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Khabr - خبر kabar kabar
a. 4. Konsonan / ż /
Konsonan geser antargigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat
langit-langit keras bersuara bahasa Indonesia. Misalnya :
21
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Iżn - إذن ijin ijin
a. 5. Konsonan /z/
Konsonan geser gigi bersuara bahasa Arab ini setelah masuk dalam
bahasa Indonesia umumnya diganti dengan konsonan hambat langit-langit
keras bersuara bahasa Indonesia juga. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ziyârah - زيارة jiarah jiarah
Ada juga yang diganti dengan konsonan /s/ bahasa Indonesia,
terutama bila terletak di tengah atau akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ijâsah - إجازة ijasah ijasah
a. 6. Konsonan /sy/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /sy/
bahasa Indonesia, baik di awal dan lebih-lebih di akhir suku kata. Tetapi
pada bahasa Sunda, konsonan ini diganti dengan konsonan /s/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Syarîkat - شريكة syarikat sarekat
22
a. 7. Konsonan /sh/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasa diganti dengan konsonan geser
gigi /s/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia menduduki posisi awal
maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Nashîhat - ةحنصي nasehat nasehat
a. 8. Konsonan /d/
Konsonan hambat pangkal gigi bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan
hambat gigi bersuara bahasa Indonesia /d/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Da‘îf - ضعيف daif doip
a. 9. Konsonan /th/
Konsonan hambat pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini
setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasa diganti
dengan konsonan hambat gigi tak bersuara /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik menduduki posisi awal maupun di akhir suku kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Thama’ - طمع tamak tamak
23
a. 10. Konsonan /z/
Konsonan geser pangkal gigi tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan kosonan
samping gigi bahasa Indonesia /l/. Penggantian itu terdapat pada kata yang
sudah lama masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bila kata itu relatif baru, ia
diganti dengan konsonan /z/. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Lafz - لفظ lafal lafal
Hafz - حفظ hafal hafal
a. 11. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat faringal bahasa Arab ini masuk ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Indonesia mengalami dua macam perlakuan.
Pertama, bila ia menduduki posisi awal suku, baik suku kata itu di awal
maupun di tengah kata, konsonan tersebut dihilangkan. Kedua, bila ada di
akhir suku kata, konsonan tersebut diganti dengan /k/. Lafal /k/ itu seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi akhir suku kata pada
umumnya. Tetapi pada bahasa Sunda, konsonan tersebut tetap
dimunculkan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ilm - علم ilmu élmu
Ma‘lûm - معلوم maklum ma’lum
24
a. 12. Konsonan /g/
Konsonan geser anak tekak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya diganti dengan konsonan
hambat langit-langit lembut bersuara /g/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda, baik ia menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata,
misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Magfirah - مغفرة magfirah magfiroh
a. 13. Konsonan /f/
Konsonan geser bibir gigi bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda biasanya diganti dengan konsonan
hambat bibirtak bersuara /p/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, baik ia
menduduki posisi awal maupun posisi akhir suku kata. Tetapi pada bahasa
Indonesia masih ada yang dipertahankan. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fikr - فكر pikir pikir
Fitnah - فتنة fitnah pitenah
a. 14. Konsonan /q/
Konsonan hambat anak tekak tak bersuara bahasa Arab ini setelah
masuk ke dalam bahasa Indonesia biasanya diganti dengan konsonan /k/
bahasa Indonesia, baik ia menduduki posisi awal, tengah, maupun akhir
25
suku kata. Bila ia menduduki posisi awal suku kata, lafalnya seperti lafal
konsonan /k/ bahasa Indonesia yang menduduki posisi awal suku kata.
Tetapi, bila ia menduduki posisi akhir suku kata, lafalnya ada yang seperti
lafal /k/ bahasa Indonesia yang menduduki akhir suku kata. Sebagai mana
bunyi hamzah, ada pula yang berupa konsonan /k/ jelas, seperti bila /k/ itu
menduduki posisi awal kata. Misalnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Rizq - رزق rejeki rejeki
Mutlaq - قمطل mutlak mutlak
Haqq - حق hak hak
b. Penghilangan Fonem
Penghilangan fonem ini akan membahas bagaimana penyesuaian
bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan
mengganti fonem bahasa Arab oleh fonem bahasa Indonesia dan Sunda
yang dianggap paling mirip.
Fonem bahasa Arab yang mendapat dua macam perlakuan24, yaitu
diganti dengan fonem bahasa Indonesia atau bahasa Sunda yang paling
mirip bila fonem bahasa Arab itu menduduki posisi akhir suku/kata dan
yang kedua dihilangkan bila fonem tersebut menduduki posisi awal
suku/kata. Fonem bahasa Arab yang mempunyai dua bentuk ialah fonem
yang biasa ditulis dengan huruf ta marbutah ( ة), dan selalu menduduki
24 Harimurti Kridalaksana, h. 75
26
posisi akhir kata. Lafal fonem tersebut sama dengan lafal konsonan /h/ bila
pengucapan tidak disambung dengan kata berikutnya dan sama dengan
lafal konsonan /t/ bila pengucapan itu disambung dengan kata berikutnya.
Fonem tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda ada
dua, yaitu : konsonan /h/ dan konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Yang menarik tentang fonem itu ialah dikelompokkan menjadi tiga25:
pertama, kata-kata fonem penggantinya adalah konsonan /h/ bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Kedua. kata-kata fonem penggantinya adalah
konsonan /t/ bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Ketiga, bentuk yang
berfonem akhir konsonan /t/. Di bawah ini contoh ketiga kelompok kata
tersebut.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Fâ'idah - فا ئدة faedah faedah
Jamâ'ah/t - جماعة jamaah/jamaat jamaah
Adapun fonem-fonem yang dihilangkan adalah sebagian berikut:
b. 1. Konsonan /..‘../
Konsonan hambat glottal tak bersuara bahasa Arab ini setelah masuk
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa Sunda biasanya dihilangkan baik ia
menduduki posisi awal atau ahir kata. Misalnya :
25 Ibid, h. 75
27
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
‘ulamâ - علماء ulama ulama
b. 2. Maddah (â, î, dan û)
Fonem Suprasegmental yang berupa tekanan panjang atau tempo
dalam bahasa Arab ini setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda biasanya dihilangkan, baik ia menduduki posisi awal, tengah
maupun akhir kata. Fonem tersebut dianggap tidak ada pada bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam bahasa Arab fonem suprasegmental
melekat pada vokal dan lafal vokal dalam bahasa Arab yang lebih panjang
dibandingkan dengan vokal yang tidak disertai fonem suprasegmental.
Contoh kata yang mengandung fonem suprasegmental itu adalah :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Hâl - حال hal hal
Maqâm - مقام makam makom
c. Pelonggaran kaidah Fonem
Pelonggaran kaidah adalah pelonggaran kaidah bahasa dalam usaha
menampung unsur dari luar yang berupa fonem-fonem bahasa.
Pelonggaran itu berupa menerima fonem bahasa dan menggunakannya
dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain, fonem-fonem yang diterima
dalam bahasa itu tidak lagi diganti dengan fonem lain yang mirip. Di
antara fonem-fonem bahasa Arab yang diterima bahasa Indonesia,
28
semuanya fonem konsonan dan tidak ada fonem vokal atau fonem
suprasegmental.
a. Konsonan /f/
Konsonian /f/ agaknya diterima oleh bahasa Indonesia cukup
banyak, sebagian dari kata itu masih mempunyai dua bentuk. Yang satu,
masih dengan konsonan /f/ dan yang kedua, sudah diganti dengan /p/. Ada
juga /f/ dan /p/ itu yang sudah fonemis. Misalnya terdapat dalam kata
kafan dan kapan. Namun tidak terlalu banyak dalam bahasa Sunda.
Kebanyakan, pada bahasa Sunda fonem /f/ diubah menjadi /p/. seperti
halnya dalam kata fitnah (indonesia) pada bahasa Sunda menjadi pitenah.
Di bawah ini contoh yang masih mempunyai kembaran tanpa /f/
maupun yang sudah tidak mempunyai lagi.
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Infaq - انفق Infak infak
b. Konsonan /kh/
Konsonan /kh/ dari bahasa Arab kiranya juga diterima oleh bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Ada juga yang masih mempunyai bentuk
kembaran, yang satu masih dengan konsonan /kh/ dan satunya lagi,
konsonan itu sudah diganti dengan /h/. Ada juga /kh/ dan /h/ itu yang
sudah fonemis, misalnya dalam khas dan has. Di bawah ini contohnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
29
Akhlâq - اخلاق Akhlak Ahlak
Khâliq خالق Khalik Halik
c. Konsonan /sy/
Konsonan ini diterima oleh bahasa Indonesia dan bahsa Sunda
tidak banyak, karena sedikit kata kembar yang /sy/ dan /s/. Konsonan ini
yang sudah fonemis misalnya dalam kata syarat dan sarat. Bahkan, pada
bahasa Sunda konsonan /sy/ hanya ditukar dengan konsonan /s/. Di bawah
ini contoh-contoh yang mengandung konsonan /sy/:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Syukr - شكر Syukur Sukur/ syukur
Syart - شرط Syarat/ Sarat Sarat
d. Konsonan /z/
Konsonan /z/ diterima oleh bahasa Indonesia karena berbeda
dengan Konsonan bahasa Arab yang lainnya. Konsonan ini dipergunakan
untuk mengganti konsonan bahasa Arab selain /z/. Namun pada bahasa
Sunda, konsonan /z/ diganti dengan /j/.
Di bawah ini contoh kata-katanya, baik berasal dari konsonan /z/
maupun konsonan lainnya :
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Ziyârah زيارة Ziarah Jiarah
30
2. Pola Suku Kata
Untuk pembahasan masalah ini, perlu diketahui lebih dahulu pola-pola
suku kata yang dimiliki oleh masing-masing bahasa. Dan pola suku kata bahasa
Arab ada tiga pola suku kata. Ada pun pola-pola suku kata dan contohnya sebagai
berikut :
1. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ja-da - (جد)
2. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : bab - باب , mas-jid - مسجد
3. KVKK (Konsonan Vokal Konsonan Konsonan)
Contoh : fikr - فكر
Bahasa Indonesia memiliki empat pola suku kata. berikut adalah
keempat pola beserta contohnya:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ku, e-mas, i-kat, o-rang
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : am-bil, un-dang, in-dah
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ma-u, ta-hu, mu-da
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : pin-dah, pas-ti
31
Sedangkan bahasa Sunda memiliki enam pola suku kata (engang).
Keenam pola tersebut sebagai berikut:
1. V (Vokal)
Contoh : a-ya, a-bah, i-raha
2. VK (Vokal Konsonan)
Contoh : ab-di, im-bit
3. KV (Konsonan Vokal)
Contoh : ba-pa, ti-suk
4. KVK (Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : ban-da, har-ta, cen-tok
5. KKV (Konsonan Konsonan Vokal)
Contoh : pra-bu, sri-pang-gung
6. KKVK (Konsonan Konsonan Vokal Konsonan)
Contoh : tres-na, brang-ta
Karena perbedaan pola itulah maka penyerapan kata-kata dari bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda membawa dua macam
akibat.26 Pertama, penyesuaian kata-kata bahasa Arab yang masuk ke
dalam bahasa Indonesia dan bahsa Sunda disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, terutama kaidah yang menyangkut
suku kata, dan pelonggaran kaidah bahasa Indonesia guna menampung
26 Ibid, h. 83
32
unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum
sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata Istilah, Pengulangan (reduplikasi), dan Imbuhan (afiksasi)
1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa
asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur
serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang
tertentu.27 Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah
keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Berikut beberapa contohnya:
Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda
al-marhûm مالمرحو al-marhum al-marhum
Ustâdz أستاذ ustadz ustad
’Ażân أذان adzan adan
27 Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67
33
2. Pengulangan (reduplikasi)
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik
secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.28 Contoh
kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan
perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan
bahasa.29
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.30 Pada
kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga / dwimurni, dwilingga salin swara /dwiréksa ,
dwiwasana, kombinasi / binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa:
1. Dwipurwa (pengulangan suku pertama pada kata)
Ind. : tetangga, lelaki
Sund. : kokolot, pupuhu
Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga / Dwimurni (pengulangan kata)
Ind. : rumah-rumah, makan-makan
Sund. : jalma-jalma, nini-nini
28Abdul Chaer, Op. cit., h. 182 29 Ibid, h. 31 30 Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, (Bandung, Yrama Widya) cet. Ke-2, h. 57
34
3. Dwilingga Salin Swara / dwiréksa (pengulangan kata dengan variasi
pada fonem)
Ind. : mondar-mandir, corat-coret
Sund. : sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana ( pengulangan bagian belakan dari kata)
Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan
Sund. : saalus-alus,
5. Kombinasi / Binarung Rarangkén (pengulangan yang berimbuhan)
Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga (pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem)
Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada
dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal (mufrad), bermakna
dua (mutsana) dan bermakna banyak (Jama') yang kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya :
35
Bentuk tunggal (mufrad)
آتاب /kitâb/ artinya buku
Bentuk bermakna dua (mutsanna)
آتابان /kitâbân/ artinya dua buku
Bentuk bermakna banyak (jama')
kutub/ artinya buku-buku/ آتب
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa
Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut
dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli.
Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan
bentuk jamak (banyak) dari suatu kata.
3. Imbuhan (Afikasasi)
Dari sebuah kata dasar, dapat dibentuk sejumlah kata lain yang masih
bertalian dari segi bentuk, lafal maupun maknanya. Misalnya, kita ambil kata
dasar tulis. Dari kata dasar ini akan terbentuk kata bentukan baru menulis, ditulis,
menuliskan, bertuliskan, tulisan, tuliskan, tulisi dan sebagainya. Misal dalam
bahasa Sunda, dari kata gawé, bisa diperoleh bentukan baru seperti, ngagawékeun,
ngagawéan, pagawé, pagawéan, sagawéan, dan sebagainya.
36
Proses perubahan seperti tersebut diatas dinamakan afiksasi atau
pemberian imbuhan pada kata. Afiksasi (imbuhan) dalam bahasa Sunda disebut
dengan istilah rundayan.31 Ada pun bentuk dan pola imbuhan ke dua bahasa
adalah sebagai berikut:
1. Awalan / Rarangkén Hareup (prefiks)
Pemberian imbuhan diawal kata. Contoh:
Ind. : melamar, ditulis, beriman
Sund. : kahayang, didahar, ariman
Awalan dalam bahasa Indonesia antara lain, me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-
, per-,dan se-.
Rarangkén hareup dalam bahasa Sunda antara lain, ba-, barang-, di-,
ka-, N-, pa-, pada-, pang-, para-, per-, pi-, sa-, sang-, si-, silih/sili-, ti-,
dan ting/pating-.
2. Sisipan / Rarangkén Tengah (infiks)
Pemberian imbuhan ditengah kata. Contoh:
Ind. : gemetar, gelegar, sinambung,
Sund. : larieur, tinulis, lumampah, sarolat, jarakat
Sisipan dalam bahasa Indonesia antara lain, -el-, -er-, -em-, dan -in-.
Rarangkén Tengah dalam bahasa Sunda antara lain, -ar-, -um-, dan –
in-.
31 Idem.
37
3. Akhiran / Rarangkén Tukang (sufiks)
Pemberian imbuhan akhir kata. Contoh:
Ind. : layangkan, masukan, maknai
Sund. : sakolaan, dahareun, bajuna
Akhiran pada bahasa Indonesia antara lain, -an, -kan, dan -i.
Rarangkén tukang dalam bahasa Sunda antara lain, -an, eun, -ing/ning,
-keun, dan -na/ana/nana.
4. Gabungan / Barung (konfiks)
Pemberian imbuhan digabungkan antara awalan dan akhiran. Contoh:
Ind. : diberikan, keadaan
Sund. : dibikeunan, kaayaan, sajadina
Bentuk gabungan pada bahasa indonesia antara lain, me-kan, di-kan,
ke-an, per-an, dan lain-lain.
Bentuk Rarangkén barung pada bahasa Sunda antara lain, di-an, ka-an,
sa-na, pika-eun, dan lain sejenisnya.
5. Kombinasi / Bareng (ambifiks)
Pemberian imbuhan dilakukan dengan cara mengkombinasikan kata
yang sudah diberi imbuhan deberikan lagi imbuhan. Contoh:
Ind. : memperbodohi, memperistrikan
Sund. : sakahayangna, dipangaralaankeun
38
Kombinasi dalam bahasa Indonesia antara lain, memper-i, memper-
kan, dan sejenisnya.
Rarangkén Bareng dalam bahasa Sunda antara lain, saka-na, di-pang-
N-ar-----an-keun, dan sejenisnya.
E. Hakikat Makna dan Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Arab
Perubahan bahasa (linguistic change) yaitu berubah atau bergantinya
tanda-tanda bahasa dari satu tahap ke tahap yang lainnya, sedangkan berubahnya
makna (semantic change) yaitu berubahnya makna dalam perkembangan sejarah
suatu bahasa atau akibat dari persinggungan dengan bahasa lain.32
Dari keterangan di atas, jelas bahwa perubahan makna membahas seputar
bergantinya suatu keadaan dan bentuk makna, meluas dan menyempit, menambah
atau mengurangi sifat rasa, bertukar rasa, dan lain-lain yang berkaitan ketika
bahasa digunakan.
Bahasa, dalam perkembanganya selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan para penuturnya. Begitu juga dengan makna, makna leksikal atau
makna idiomatikal dalam suatu bahasa sering sekali mengalami perubahan-
perubahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi, di
antaranya akibat pengaruh bahasa lain. Selain itu, ada juga hal-hal yang bersifat
praktis bisa menyebabkan bahasa berubah, seperti, disebabkan berkembangnya
bahasa dan berkembangnya para penutur bahasa.
32 Sudaryat, Yayat, Ulikan Semantik Sunda, (Geger Sunten; Bandung 2003), Cet. ke-3, hal. 29
39
Sebab perubahan arti dapat sangat bermacam-macam. Akan tetapi, hakikat
perubahan arti dari ungkapan tertentu selalu dapat diasosiasikan. Selalu terdapat
jenis hubungan tertentu yang mengaitkan antara arti lama sebuah kata atau
ungkapan dengan arti baru yang dimilikinya. Secara umum, hubungan tersebut
dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu hubungan yang didasarkan atas keserupaan
(similarity) dan hubungan yang didasarkan atas kedekatan (contiguity). Hubungan
dalam yang pertama biasa disebut metafora dan yang kedua disebut metonimi.
F. Jenis Perubahan Makna
a. Peluasan Makna (generalisasi)
Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang
sebelumnya hanya memiliki sebuah makna, tetapi karena berbagai macam faktor
kemudia memiliki makna-makna yang lain.
Perubahan makna meluas adalah perubahan yang terjadi pada sebuah kata
yang pada awalnya hanya memiliki sebuah makna, dengan perkembangan zaman
kata tersebut menjadi makna-makna yang lain. Seperti pada kata أباد /abâd/ yang
bermakna ‘masa’33, dalam bahasa Indonesia kata abad bermakna ‘masa 100
tahun,’34 dan pada bahasa Sunda makna kata abad menjadi ‘masa 100 tahun, dan
zaman’.
33 Munawir, A, W, h.1 34 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1
40
b. Penyempitan Makna (spesialisasi)
Makna menyempit adalah kebalikan dari makna meluas. Kata yang
sebelumya memiliki makna yang luas berubah menjadi kata yang memiliki makna
terbatas (khusus). Contoh pada kata عالم /‘âlim/ yang bermakna ‘orang yang
berilmu,’35 dalam bahasa Indonesia kata alim bermakna ‘berilmu, berpengetahuan
pandai dalam hal agama Islam,’36 dan pada bahasa Sunda kata alim bermakna
‘orang yang luas pengetahuan agamanya, saléh’.37
c. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
yang baru dirasakan lebih tinggi/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna
lama. Contoh, bung ‘panggilan kepada orang laki-laki’ makna baru ‘panggilan
kepada pemimpin’ putra ‘anak laki-laki’ makna baru ‘lebih tinggi daripada anak’.
Bojo (istri) dirasa lebih tinggi dari pada pamajikan. Habib ‘yang dicintai-siapa
saja’ makna baru ‘panggilan untuk orang yang diduga keturunan Nabi
Muhammad Saw.’
d. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna
baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya
daripada makna lama. Contoh, bini ‘perempuan yang sudah dinikahi’ lebih
35 Munawir, A, W, h.1 36 Departemen Pendidikan Nasional, h. 30 37 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 10
41
rendah daripada istri/ nyonya. Bunting ‘mengandung’ lebih rendah dari kata
hamil, gorombolan ‘kumpulan orang’ lebih rendah dengan makna baru
‘sekelompok orang yang ingin mengganggu keamanan’.
e. Persamaan Makna (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara
makna lama dan makna baru. Contoh, amplop ‘sampul surat’ makna baru ‘uang
sogok’, bunga ‘kembang’ makna baru ‘gadis cantik’, dua kata ini pada bahasa
Sunda pun sama. Fulus ‘uang’ makna baru ‘komisi’.
f. Pertukaran Makna (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera
yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke
indera pendengar, dan sebagainya. Contoh, suaranya terang sekali (pendengaran
ke penglihatan), rupanya manis (penglihat ke perasa), namanya harum
(pendengar ke pencium). Amis budi (perasa ke penglihat), sorana lemes pisan
(perasa ke pendengar).
F
SYA
FAKULTAUNIVERS
ARIF HID
S ADAB DASITAS ISL
DAYATU
AN HUMANLAM NEGLLAH JA
NIORAGERI AKARTAA
42
BAB III
Perbandingan Perubahan Makna Kata Serapan dari Bahasa Arab pada al-
Qur’an Terjemah Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Surah At-Taubah
Ayat 1-50
Terkait kata serapan yang terdapat di dalam terjemahan al-Qur’an bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, penulis melakukan pendekatan secara langsung
terhadap kata-kata serapan dari bahasa Arab yang digunakan dalam terjemahan
sehingga menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian penulis
akan menggabarkan dalam betuk tabel, perbandingan bentuk dan perbandingan
perubahan makna.
Pada prosesnya, penulis akan menyertakan terjemahan al-Qur’an kedua
bahasa supaya langsung terlihat jelas kata serapan dari bahasa Arab dipergunakan
seperti apa dan bentuk jadiannya menjadi seperti apa. Dari titik inilah kemudian
penulis akan membuat daftar bentuk kata serapan dan daftar perubahan makna
dari makna asal ke makna yang sudah menjadi milik dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda.
Pada proses memperbandingkan, penulis akan menggunakan cara
tersendiri, yakni, pada setiap ayat, penulis akan memberikan keterangan bagian
mana yang berubah bagian mana yang tidak. Untuk menandai, penulis
menebalkan kata yang diserap dari bahasa Arab pada terjemahnya. Kemudian
penulis tidak akan mengulang kata yang sudah diterangkan pada ayat sebelumnya,
43
jika menemukan kembali kata yang sama pada ayat selanjutnya, kecuali terjadi
perubahan.
A. Perbandingan Perubahan Makna Kata serapan
×οu™!# tt/ z⎯ ÏiΒ «!$# ÿ⎯ Ï&Î!θß™ u‘ uρ ’ n<Î) t⎦⎪Ï% ©!$# Ν ›?‰yγ≈ tã z⎯ ÏiΒ t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑ ø9 $# ∩⊇∪
1. (Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
1. (Ieu téh wawaran) putusna hubungan ti Allah katut ka Rasul-Na ka
jalma-jalma musrikin anu (jeung maranéhna) maranéh geus nalikeun pasini.
Kata allah, rasul, musyrikin, kaum, dan muslimin pada terjemahan bahasa
Indonesia adalah serapan dari bahasa Arab. Begitu juga kata allah, rasul dan
musrikin pada terjemahan bahasa Sunda. Pada proses penyerepan oleh kedua
bahasa tersebut, beberapa kata mengalami cara yang sama dalam penyerapannya
dan tidak mengalami perubahan makna, seperti kata allah dan rasul keduanya
tidak berubah. Baik bunyi, ataupun maknanya. Berbeda dengan kata musyrikin,
muslimin, kaum, musrikin, muslimin, dan kaom pada kedua bahasa.
Pada proses penyerapan, kata مشرآين /musyrikîn/ menjadi musyrikin dan
musrikin mengalami penyesuaian fonem. Konsonan /ش/ dalam bahasa Arab
menjadi /sy/ dalam bahasa Indonesia dan menjadi /s/ dalam bahasa Sunda.
Kemudian vokal /î/ menjadi /i/ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada
44
makna terjadi sedikit pergeseran akibat perubahan dari bentuk jamak dalam
bahasa Arab, menjadi bentuk tunggal dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Sehingga dalam penggunaan kata musyrikin dan musrikin untuk memberikan
padanan pada kata مشرآين /musyrikîn/ dalam bahasa Arab yang bermakna ‘para
pelaku perbuatan syirik atau musyrik’ harus didampingi atau dimunculkan kata
orang-orang dalam bahasa Indonesia dan jalma-jalma dalam bahasa Sunda
sebagai pengganti bentuk jamak. Begitu juga yang terjadi pada kata سلمينم
/muslimîn/ dan قوم /qoum/ yang diserap ‘begitu saja.’ Selain bunyi yang diserap
begitu saja, makna yang diambil pun begitu saja adanya.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat pertama:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Allah/ Allah Allah/ االله
Rasûl/ Rasul Rasul/ رسول
Musyrikîn/ Musyrikin Musrikin/ مشريكين
Muslimîn/ Muslimin Muslimin/ مسلمين
Qoum/ Kaum Kaom/ قوم
(#θßs‹Å¡ sù ’ Îû ÇÚ ö‘ F{ $# sπ yèt/ ö‘ r& 9åκ ô−r& (# þθßϑn=÷æ$# uρ ö/ ä3¯Ρr& çö xî “Ì“ Éf÷èãΒ «!$# ¨βr& uρ ©!$# “Ì“ øƒ èΧ
t⎦⎪ÍÏ≈ s3ø9 $# ∩⊄∪
2. Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan
45
dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh (musrikin) geura ngalalana di ieu bumi opat
bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot (tina siksaan) Allah jeung (sing nyaho) yén Allah téh ngahinakeun jalma-jalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan
kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata آافر /kâfir/ yang
mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak
mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem /ف/ menjadi
/p/. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’38 Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya
kepada Allah dan RasulNya.’39 Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang
tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’40
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara
utuh dari bentuk jamak kata مشرآين /musyrikîn/ dan kata مسلمين /muslimîn/, kata
kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya آافر
/kâfir/.
38 Munawir, A, W, h. 1309 39 Departemen Pendidikan Nasional, h. 489 40 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213
46
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
kâfir/ kafir kapir/ آافر
×β≡ sŒ r& uρ š∅ÏiΒ «!$# ÿ⎯ Ï&Î!θß™ u‘ uρ ’ n<Î) Ĩ$ ¨Ζ9 $# tΠ öθtƒ Ædk pt ø:$# Î y9ò2 F{ $# ¨βr& ©!$# Ö™ü“Ìt/ z⎯ ÏiΒ
t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑø9 $# … ã&è!θß™ u‘ uρ 4 βÎ* sù öΝ çFö6 è? uθßγ sù ×ö yz öΝ à6 ©9 ( βÎ)uρ öΝ çGøŠ©9 uθs? (# þθßϑ n=÷æ$$sù öΝ ä3¯Ρr& çö xî
“Ì“ Éf÷èãΒ «!$# 3 ÎÅe³ o0uρ t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρãx x. >U# x‹yèÎ/ AΟŠ Ï9 r& ∩⊂∪
3. Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
3. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda
dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam
terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat.
Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan
tobat.
47
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ma’lûm/ maklum ma’lum/ معلوم
al-hajj al-akbar / haji akbar haji akbar/ الحخ الأآبر
taubah/ taubat tobat/ توبة
Kata maklum, diambil dari kata معلوم /ma’lûm/ yang bermakna ‘yang
dikenal.’41 Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain
konsonan. Yakni, konsonan /…‘…/ menjadi konsonan /k/. Sedangkan pada
bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada
terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja
menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah
imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna
menjadi menjadi bergeser, dari ‘paham; mengerti; tahu’ menjadi
‘pemberitahuan.’42 Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk
padanan kata أذان /’ażân/ kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah
‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang
menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’
Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab
kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam,
yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.43
41 Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905 42 Departemen Pendidikan Nasional, h. 702 43 Idem, h. 381
48
Kata taubat dan tobat, diserap dari kata توبة /taubah/. Penyesuaian yang
terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong /au/ pada bahasa Arab diganti dengan
vokal /o/ pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian,
konsonan ta marbutah /ة/ diganti dengan konsonan /t/ pada ke dua bahasa.
ωÎ) š⎥⎪Ï% ©!$# Ν ›?‰yγ≈ tã z⎯ ÏiΒ t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑø9 $# §Ν èO öΝ s9 öΝ ä.θÝÁà)Ζtƒ $\↔ø‹x© öΝ s9 uρ (#ρãÎγ≈ sà ムöΝ ä3ø‹n=tæ
# Y‰tnr& (# þθ‘ϑÏ?r'sù öΝ Îγ øŠs9 Î) óΟ èδy‰ôγ tã 4’ n<Î) öΝ Íκ ÌE£‰ãΒ 4 ¨βÎ) ©!$# = Ït ä† t⎦⎫É) −G ßϑø9 $# ∩⊆∪
4. Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma
musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma (anu ngamusuh ka maranéh) saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa.
Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan
takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata تقوى /taqwâ/.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
taqwâ/ taqwa takwa/ تقوى
49
Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa
Indonesia terjadi pada vokal /â/ menjadi /a/ begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada
bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan /q/ menjadi /k/.
Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh
berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah
Allah dan menjauhi segala laranganNya.’44 Sedangkan dalam bahasa Sunda,
takwa bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganNya.’45 Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa
Indonesia, taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda,
takwa menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah
‘keadaan kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’46 dan menempati kelas kata
masdar atau kata benda.
Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna
yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai
oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’47’48
Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa,
kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari
kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’
44 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126 45 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 46 Atabik Ali, h. 79 47 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501 48 Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
50
# sŒ Î* sù y‡n=|¡Σ$# ãåκ ô−F{ $# ãΠ ãçt ø:$# (#θè=çGø%$$sù t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑø9 $# ß] ø‹ym óΟ èδθßϑ›?‰ y uρ óΟ èδρä‹äzuρ
öΝ èδρçÝÇôm$# uρ (#ρ߉ãèø%$# uρ öΝ ßγ s9 ¨≅ à2 7‰|¹ósΔ 4 βÎ* sù (#θç/$s? (#θãΒ$ s%r& uρ nο 4θ n=¢Á9 $# (# âθs?# u™uρ
nο4θ Ÿ2 ¨“9 $# (#θ=y⇐ sù öΝ ßγn=‹Î; y™ 4 ¨βÎ) ©!$# Ö‘θà xî ÒΟ‹Ïm§‘ ∩∈∪
5. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom
musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan
zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
harâm/ haram haram/ حرام
ةصلو /shalât/ shalat solat
ο4θ Ÿ2 zakât/ zakat jakat/ ز¨
51
Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam
Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang
disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari
makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran.
÷βÎ)uρ Ó‰tnr& z⎯ ÏiΒ š⎥⎫Ï. Îô³ ßϑ ø9 $# x8u‘$yftFó™ $# çνöÅ_r'sù 4©®Lym yì yϑó¡o„ zΝ≈ n=x. «! $# ¢Ο èO çμ øóÎ=ö/ r&
… çμ uΖtΒù'tΒ 4 y7Ï9≡ sŒ öΝ åκΞ r'Î/ ×Πöθ s% ω šχθßϑn=ôètƒ ∩∉∪
6. Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan
ka manéh, pek geura tangtayungan manéhna, supaya manéhna ngadenge kana pidawuh Allah, tuluy anteurkeun manéhna kana tempat panyalindunganana. Pangna kitu teh, lantaran maranéhna kaom anu henteu nyarahoeun.
y#ø‹Ÿ2 ãβθä3tƒ t⎦⎫Å2 Îô³ ßϑ ù=Ï9 î‰ôγ tã y‰Ψ Ïã «! $# y‰ΖÏãuρ ÿ⎯Ï& Î!θß™ u‘ ωÎ) š⎥⎪Ï% ©!$# óΟ ›?‰yγ≈ tã
y‰Ψ Ïã ωÉf ó¡ yϑ ø9 $# ÏΘ# t pt ø:$# ( $yϑ sù (#θßϑ≈ s) tFó™ $# öΝ ä3s9 (#θßϑŠ É) tGó™ $$sù öΝ çλm; 4 ¨βÎ) ©! $# =Ït ä†
š⎥⎫É) −G ßϑø9 $# ∩∠∪
7. Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam? Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu
52
Berlaku Lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.
7. Kumaha bisana kaom musrikin jangji ka Allah jeung Rasul-Na, kajaba
jalma-jalma anu nalikeun jangji jeung maranéh di Masjidil Haram? Nya satungtung maranéhna jujur ka maranéh mah, atuh maranéh ogé kudu jujur ka maranéhna. Saéstuna Allah micinta jalam-jalma anu takwa.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang berbentuk istilah, idiom atau
nama, yakni masjidil haram. Pada serapan ini, tidak ada perubahan makna. Juga
pada proses penyerapan diserap begitu saja.
y#ø‹Ÿ2 βÎ)uρ (#ρãyγ ôà tƒ öΝ à6 ø‹n=tæ Ÿω (#θç7 è%ötƒ öΝ ä3‹Ïù ~ωÎ) Ÿωuρ Zπ ¨ΒÏŒ 4 Ν ä3tΡθàÊöムöΝ Îγ Ïδ≡ uθøùr'Î/
4’ n1ù's? uρ óΟ ßγç/θè=è% öΝ èδçsYò2r& uρ šχθ à) Å¡≈ sù ∩∇∪
8. Bagaimana bisa (ada Perjanjian dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin), Padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kébanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian).
8. Kumaha rék bisana, padahal upama maranéhna ngelehkeun maranéh,
maranéhna moal miroséa tatali warga jeung moal nyumponan jangji ka maranéh. Maranéhna ngabubungah maranéh ku sungutna, tapi hatena mah teu sarukaeun, lantaran kalolobaanana ti antara maranéhna teh jalma-jalma anu pasék.
Pada terjemahan ayat delapan di atas, kata serapan yang muncul baru dari
kedua terjemahan adalah kata fasik untuk bahasa Indonesia dan pasék untuk
53
bahasa Sunda. Kata fasik dan pasek diserap dari kata فاسق /fâsiq/ yang bermakna
‘orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.’49 Pada bahasa Indonesia
fasik bermakna ‘tidak peduli terhadap perintah Tuhan.’50 Sedangkan pada bahasa
Sunda pasék bermakna ‘tidak benar imannya.’51 Pada proses penyerapan bentuk
bunyi di ke dua bahasa terjadi penyesuain konsonan dan vokal. Pada bahasa
Indonesia, penyesuaian vocal /â/ menjadi /a/ dan penyesuain konsonan /q/ menjadi
/k/. Pada bahasa Sunda juga terjadi penyesuaian untuk konsonan /f/ menjadi /p/,
konsonan /q/ menjadi /k/, vokal /a/ menjadi /â/ dan vokal /i/ menjadi /é/ (teleng).
(#÷ρ utIô© $# ÏM≈tƒ$t↔Î/ «!$# $YΨ yϑrO WξŠÎ=s% (#ρ‘‰|Ásù ⎯ tã ÿ⎯Ï&Î#‹Î6y™ 4 öΝåκ¨ΞÎ) u™ !$y™ $tΒ (#θçΡ$Ÿ2 tβθè=yϑ÷ètƒ ∩®∪
9. Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.
9. Maranéhna ngajual ayat-ayat Allah ku harga anu murah, ku lantaran
éta maranéhna ngahalangan tina jalan Anjeuna. Saéstuna kacida goréngna saniskara anu ku maranéhna dilampahakeun teh.
Pada terjemaha ayat kesembilan, ada kata serapan yang lain dari
sebelumnya, yakni kata ayat. Pada kedua terjemahan, kata ayat di serap begitu
saja sebab tidak ada padanan sebelumnya di ke dua bahasa dan merupakan sesuatu
yang baru bagi ke dua bahasa.
49 Munawir, A, W, h. 1134 50 Departemen Pendidikan Nasional, h. 314 51 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 364
54
Ÿω tβθ ç7 è%ö tƒ ’ Îû ?⎯ ÏΒ ÷σ ãΒ ~ωÎ) Ÿωuρ Zπ ¨ΒÏŒ 4 šÍׯ≈ s9 'ρé& uρ ãΝ èδ šχρ ߉tG÷èßϑø9 $# ∩⊇⊃∪
10. Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Dan mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
10. Maranéhna hanteu miroséa tatali warga jeung henteu nyumponan
jangji kaom mu’minin. Jeung maranéhna téh jalma-jalma ngaliwatan wates-wangen.
Pada ayat kesepuluh, terdapat kata kerabat dan mukmin pada terjemahan
bahasa Indonesia, dan mu’minin pada terjemahan bahasa Sunda. Penyerapan kata
mukmin dan mu’minin dari kata mu’min tidak mengalami perubahan makna. Pada
terjemahan bahasa Indonesia terdapat kata kerabat yang diserap dari kata قرابة
/qarabah/ yang bermakna kedekatan. Setelah mengalami penyesuain fonem,
makna dalam bahasa sasaran tidak mengalami pergeseran.
βÎ* sù (#θç/$s? (#θãΒ$s%r& uρ nο4θn=¢Á9 $# (# âθs?# u™uρ nο4θŸ2“9 $# öΝ ä3çΡ≡ uθ÷zÎ* sù ’ Îû Ç⎯ƒ Ïe$!$# 3 ã≅ Å_Áx çΡuρ ÏM≈ tƒ Fψ$#
5Θöθs) Ï9 tβθßϑn=ôètƒ ∩⊇⊇∪
11. Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
11. Nya upama seug maranéhna tobat jeung ngadegkeun salat sarta
nyumponan jakat mah, maranéhna jadi dulur dina agama, jeung Kami ngawincik, ayat-ayat Kami pikeun anu ngalarti.
55
βÎ)uρ (#þθèWs3¯Ρ Ν ßγ uΖ≈ yϑ÷ƒ r& .⎯ ÏiΒ Ï‰ ÷è t/ öΝ Ïδωôγ tã (#θãΖyèsÛ uρ ’ Îû ôΜ à6 ÏΖƒ ÏŠ (#þθè=ÏG≈ s) sù sπ £ϑÍ←r& Ìø à6 ø9 $#
öΝ ßγ ¯ΡÎ) Iω z⎯≈ yϑ÷ƒ r& óΟ ßγ s9 öΝ ßγ ¯=yès9 šχθßγ tG⊥ tƒ ∩⊇⊄∪
12. Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.
12. Jeung upama maranéhna ngalanggar sumpahna sabada maranéhna
ngucapkeun jangji, jeung maranéhna ngajejeléh agama maranéh, nya pék geura perangan pamingpin-pamingpin jalma-jalma kapir téh karana saéstuna maranéhna téh jalma-jalma anu henteu beunang dipercaya, supaya maranéhna areureun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa sunda muncul
serapan sabada yang diserap dari kata بعد /ba‘da/. Selain mengalami proses
penyesuain fonem dan terjadi pengimbuhan, maknanya tidak berubah.
Ÿωr& šχθè=ÏG≈ s) è? $YΒöθs% (# þθèWs3¯Ρ óΟ ßγ uΖ≈ yϑ÷ƒ r& (#θ‘ϑyδ uρ Æl# t÷zÎ* Î/ ÉΑθß™ §9 $# Ν èδuρ öΝ à2ρâ™y‰ t/
š^ρr& Bο§tΒ 4 óΟ ßγ tΡöθt±øƒ rB r& 4 ª! $$ sù ‘, ymr& βr& çνöθt±øƒ rB βÎ) Ο çFΖä. š⎥⎫ÏΖ ÏΒ÷σ •Β ∩⊇⊂∪
13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
56
13. Naha maranéh henteu merangan jalma-jalma anu geus ngalanggar sumpah-sumpahna jeung rék nundung Rasul, padahal maranéhna anu ngamimitian (merangan) maranéh? Naha maranéh sieun ku maranéhna? Nya Allah anu leuwih pantes dipikasieun ku maranéh, upama maranéh jalma-jalma anu ariman mah.
Pada terjemahan ayat ke 13, muncul kata yang lain, yaitu hak dan iman
yang telah mengalami proses morfologis untuk terjemahan bahasa Indonesia.
Sedangkan pada bahasa Sunda hanya muncul kata iman saja yang juga
mengakami proses morfologis.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, memunculkan kata hak sesungguhnya
sangat beresiko. Sebab, dalam bahasa Indonesia juga mengenal kata hak dengan
makna yang lain, yakni, ‘telapak sepatu yang tinggi.’52
öΝ èδθè=ÏF≈ s% ÞΟ ßγö/ Éj‹yèムª!$# öΝ à6ƒ ω÷ƒ r'Î/ öΝ ÏδÌ“ øƒ ä†uρ öΝ ä. ÷ÝÇΖtƒ uρ óΟ Îγ øŠn=tæ É#ô±o„ uρ u‘ρ߉߹ 7Θöθs%
š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ •Β ∩⊇⊆∪
14. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
14. Geura perangan maranéhna ku maranéh! Tanwandé Allah bakal nyiksa
maranéhna ku leungeun maranéh, jeung Anjeunna baris ngahinakeun maranéhna sarta nulungan maranéh ngéléhkeun maranéhna, jeung Anjeunna bakal nyugemakeun hate kaom mu'minin.
52 Departemen Pendidikan Nasional, h. 381
57
ó= Ïδõ‹ãƒ uρ xáø‹xî óΟ Îγ Î/θè=è% 3 Ü>θçFtƒ uρ ª!$# 4’ n?tã ⎯ tΒ â™!$t±o„ 3 ª!$# uρ îΛ⎧ Î=tæ íΟŠ Å3ym ∩⊇∈∪
15. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
15. Jeung Anjeunna baris ngaleungitkeun kajéngkélan haté maranéhna
(anu ariman), jeung Allah baris nampi tobat ti sing saha anu dikersakeun ku Anjeunna, karana Allah ten Maha Uninga, Maha Wijaksana.
ôΘr& óΟ çFö6 Å¡ym βr& (#θä. uøIè? $£ϑs9 uρ ÄΝ n=÷ètƒ ª!$# t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρ߉ yγ≈ y_ öΝ ä3ΖÏΒ óΟ s9 uρ (#ρä‹Ï‚−Gtƒ ⎯ ÏΒ Èβρߊ
«!$# Ÿωuρ ⎯ Ï&Î!θß™ u‘ Ÿωuρ t⎦⎫ÏΖ ÏΒ÷σ ßϑø9 $# Zπ yf‹Ï9 uρ 4 ª!$# uρ 7 Î7 yz $yϑÎ/ šχθè= yϑ÷ès? ∩⊇∉∪
16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
16. Naha maranéh nyangka yén maranéh rék diantepkeun baé, padahal
Allah tacan ngabuktikeun saha jalma-jalma anu jihad ti antara maranéh; jeung jalma-jalma anu henteu ngajadikeun saha-saha jadi sobat dalitna salian ti Allah katut Rasul-Na jeung kaom mu'minin. Jeung Allah Maha Ningali kana saniskara anu ku maranéhna dilampahkeun.
Pada terjemahan di atas, khususnya pada terjemahan bahasa Indonesia
muncul kembali kata serapan yang lain. Kata jihad yang diserap dari kata جهاد
/jihâd/. Setelah penyesuaian fonem /â/ menjadi /a/ dalam bahasa Indonesia, kata
58
ini mengalami penyempitan makna. Makna asal adalah ‘perjuangan’53 tetapi
makna sasaran menjadi ‘usaha sungguh-sungguh membela agama islam dengan
mengorbankan harta benda’54
$tΒ tβ% x. t⎦⎫Ï. Î ô³ ßϑ ù=Ï9 βr& (#ρãßϑ÷ètƒ y‰ Éf≈ |¡ tΒ «! $# z⎯ƒ ωÎγ≈ x© #’ n?tã Ν Îγ Å¡àΡr& Ìø ä3ø9 $$ Î/ 4 y7Íׯ≈ s9 'ρé&
ôMsÜ Î7 ym óΟ ßγ è=≈ yϑôãr& ’ Îûuρ Í‘$Ζ9 $# öΝ èδ šχρà$ Î#≈ yz ∩⊇∠∪
17. Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
17. Henteu pantes jalma-jalma musrikin ngama’murkeun masjid-
masjid Allah kalawan maranéhna nyarakseni kana kakupuran dirina sorangan. Maranéhna jalma-jalma anu gugur sagala amalna, jeung nya di naraka maranéhna baris langgéng.
Pada terjemahan ayat di atas, muncul kata serapan yang lain, makmur, dan
mesjid untuk bahasa Indonesia. Ma’mur, masjid dan kupur untuk bahasa Sunda.
Kata serapan yang mengalami pergeseran makna ialah kata makmur / ma’mur
yang diserap dari kata معمور /ma‘mur/ yang bermakna ‘yang didiami.’55
Sedangkan pada bahasa sasaran bermakna ‘banyak hasil, sejahtera dan serba
53 Munawir, A, W, h. 234 54 Departemen Pendidikan Nasional, h. 473 55 Munawir, A, W, h. 1043
59
berkecukupan’56 untuk bahasa Indonesia dan bermakna ‘segala ada dan serba
berkecukupan’57 untuk bahasa Sunda.
Dengan demikian, pada kedua terjemahan kata makmur dan ma’mur
menjadi sangat metaforis. Namun, tidak tepat memunculkan untuk memberikan
padanan pada kata yang dikehendaki dengan makna ‘mendiami’. Proses
penyesuaian fonem tidak berbeda dengan kata yang sedah diterangkan yang
mempunyai kemiripan dalam bentuk.
$yϑΡÎ) ãßϑ ÷è tƒ y‰ Éf≈ |¡ tΒ «! $# ô⎯ tΒ š∅ tΒ# u™ «! $$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅz Fψ$# tΠ$s%r& uρ nο4θ n=¢Á9 $# ’ tA# u™uρ
nο4θ Ÿ2 ¨“9 $# óΟ s9 uρ |·øƒ s† ωÎ) ©! $# ( #†|¤ yèsù y7Íׯ≈ s9 'ρé& βr& (#θçΡθä3 tƒ z⎯ ÏΒ š⎥⎪ωtFôγ ßϑø9 $# ∩⊇∇∪
18. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
18. Anu rék ngama'murkeun masjid-masjid téh mah ngan wungkul
jalma-jalma anu ariman malah jeung kana poé ahir jeung anu ngaradakeun salat sarta nyarumponan jakat anu henteu sarieun salian ti ku Allah. Ku sabab éta mugia maranéhna jadi ti antara jalma-jalma anu mareunang pituduh.
pada terjemahan di atas, kata serapan yang baru adalah ahir untuk bahasa
sunda yang diserap dari kata أخر /’akhir/ tanpa perubahan makna.
56 Departemen Pendidikan Nasional, h. 703 57 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 300
60
* ÷Λ ä⎢ù=yè y_r& sπ tƒ$s) Å™ Ædl!$pt ø:$# nοu‘$yϑÏãuρ ω Éf ó¡ yϑø9 $# ÏΘ# t pt ø:$# ô⎯ yϑx. z⎯ tΒ# u™ «!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$#
y‰yγ≈ y_uρ ’ Îû È≅‹ Î6 y™ «!$# 4 Ÿω tβ… âθtFó¡tƒ y‰ΖÏã «! $# 3 ª! $# uρ Ÿω “ω öκ u‰ tΠ öθs) ø9 $# t⎦⎫ÏΗÍ>≈ ©à9 $# ∩⊇®∪
19. Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
19. Naha (jalma-jalma) anu meré nginum ka jalma anu munggah haji
jeung anu ngama'murkeun Masjidil Haram téh ku maranéh disaruakeun jalma-jalma anu ariman ka Allah katut kana poé ahir sarta anu jihad dina jalan Allah? Maranéhna hénteu sarua mungguhing Allah, jeung Allah henteu maparin pituduh ka jalma-jalma anu darolim.
Kata serapan yang lain yang muncul pada terjemahan ini ialah kata zalim
dan dolim. Setelah penyesuaian fonem, keduanya tidak mengalami perubahan
makna yang fatal.
t⎦⎪Ï% ©!$# (#θãΖtΒ# u™ (#ρãy_$ yδ uρ (#ρ߉ yγ≈ y_ uρ ’ Îû È≅‹ Î6 y™ «! $# ôΜ ÏλÎ;≡ uθøΒr'Î/ öΝ Íκ ŦàΡr& uρ ãΝ sà ôãr& ºπ y_ u‘ yŠ
y‰Ψ Ïã «!$# 4 y7Íׯ≈ s9 'ρé& uρ ç/ èφ tβρâ“ Í←!$x ø9 $# ∩⊄⊃∪
20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
61
20. Jalma-jalma anu ariman jeung anu hijrah sarta anu jihad dina jalan Allah ku harta-bandana katut jiwana, luhur pisan darajatna mungguhing Allah; jeung nya maranéhna jalma-jalma anu meunang kauntungan.
Kata hijrah dan derajat yang diserap oleh ke bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda juga tidak mengalami perubahan makna. Makna yang terkandung dalam
kata hijrah dan derajat/darajat pada bahasa sasaran masih sama dengan bahasa
sumber.
öΝ èδçÅe³ t6 ãƒ Ο ßγ š/ u‘ 7π yϑ ôm tÎ/ çμ ÷Ψ ÏiΒ 5β≡ uθ ôÊÍ‘ uρ ;M≈ ¨Ζy_uρ öΝ çλ°; $pκ Ïù ÒΟŠ ÏètΡ íΟŠ É) •Β ∩⊄⊇∪
21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal.
21. Pangeran maranéhna ngabubungah maranéhna ku rahmat ti Anjeunna,
ku karido jeung sawarga pikeun maranehna, di dinyana kasenangan anu langgeng.
š⎥⎪Ï$ Î#≈ yz !$pκ Ïù # ´‰t/ r& 4 ¨βÎ) ©!$# ÿ… çνy‰Ψ Ïã íô_r& ÒΟŠ Ïà tã ∩⊄⊄∪
22. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
22. Kaayaan maranéhna langgeng di dinya salalawasna; karana saestuna
Allah, di Anjeunna aya pahala anu gedé.
62
$pκ š‰ r'≈ tƒ š⎥⎪Ï% ©!$# (#θãΖtΒ# u™ Ÿω (# ÿρä‹Ï‚−Fs? öΝ ä. u™!$t/# u™ öΝ ä3tΡ≡ uθ÷zÎ) uρ u™!$uŠÏ9 ÷ρr& ÈβÎ) (#θ™6 ystGó™ $# tø à6 ø9 $#
’ n?tã Ç⎯≈yϑƒ M}$# 4 ⎯ tΒuρ Ο ßγ ©9 uθtGtƒ öΝ ä3ΖÏiΒ y7Íׯ≈ s9 'ρé'sù ãΝ èδ šχθßϑÎ=≈ ©à9 $# ∩⊄⊂∪
23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
23. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Maranéh ulah ngajadikeun bapa-bapa
maranéh jeung dulur-dulur maraneh jadi pamingpin, upama maranéhna leuwih mikaresep kakupuran batan kaimanan mah. Jeung sing saha ti antara maranéh anu ngangkat maranéhna jadi pamingpin-pamingpin; nya maranéhna jalma-jalma anu darolim.
ö≅ è% βÎ) tβ% x. öΝ ä. äτ!$t/# u™ öΝ à2äτ!$oΨ ö/ r& uρ öΝ ä3çΡ≡ uθ÷zÎ)uρ ö/ ä3ã_≡ uρø—r& uρ óΟ ä3è?u ϱtãuρ îΑ≡ uθøΒr& uρ
$yδθßϑçGøùu tIø%$# ×οt≈ pg ÏB uρ tβöθ t±øƒ rB $yδyŠ$ |¡x. ß⎯ Å3≈ |¡tΒuρ !$yγ tΡöθ|Êös? ¡= ymr& Ν à6 ø‹s9 Î) š∅ÏiΒ «!$#
⎯ Ï&Î!θß™ u‘ uρ 7Š$yγ Å_uρ ’ Îû ⎯ Ï&Î#‹Î7 y™ (#θÝÁ−/ utI sù 4©®Lym š†ÎAù' tƒ ª!$# ⎯ ÍνÍöΔr'Î/ 3 ª!$# uρ Ÿω “ωöκ u‰ tΠ öθs) ø9 $#
š⎥⎫É) Å¡≈ x ø9 $# ∩⊄⊆∪
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu takuti kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
63
24. Pok caritakeun: "Upama bapa-bapa arandika, jeung anak-anak arandika, jeung dulur-dulur arandika, jeung bojo-bojo arandika, jeung baraya-baraya arandika, jeung harta-banda anu ku arandika diusahakeun, jeung perdagangan anu ku arandika dipikarempan bisi rugi, jeung padumukan-padumukan anu ku arandika dipikabetah, ku arandika leuwih dipicinta ti batan Allah jeung Rasul-Na jeung jihad dina jalan-Na, nya pék geura tunggu nepi ka Allah ngadatangkeun siksa-Na. Jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom anu parasék.
ô‰s) s9 ãΝ à2u|ÇtΡ ª!$# ’Îû z⎯ ÏÛ#uθtΒ ;οu ÏWŸ2 tΠ öθtƒ uρ A⎦ ÷⎫ uΖãm øŒ Î) öΝ à6 ÷Gt6 yfôãr& öΝ à6 è?uøYx. öΝ n=sù
Ç⎯ øóè? öΝ à6Ζtã $\↔ø‹x© ôMs%$|Êuρ ãΝ à6 ø‹n=tæ Ù⇓ö‘ F{ $# $yϑÎ/ ôMt6 ãmu‘ §Ν èO Ν çGøŠ©9 uρ š⎥⎪ÌÎ/ ô‰•Β
∩⊄∈∪
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
25. Saenyana Allah mindeng pisan nulungan maranéh (mu'minin) di
médan-médan pangperangan. Tapi di médan perang Hunain nalika maranéh ujub alatan lobana balad maranéh, nya taya paédahna pikeun maranéh saeutik ogé; jeung bumi anu jembar oge ku maranéh karasa heurin, tuluy maranéh jicir ngalacir.
Pada kedua terjemahan terdapat kata hunain yang diserap begitu saja oleh
karena ia adalah nama. Pada terjemahan bahasa Indonesia muncul kata manfaat
yang diserap dari kata ةعمنف /manfa‘ah/ dan menyerap maknanya begitu saja. Juga
pada bahasa Sunda muncul kata paédah yang diserap dari kata فائدة /fâidah/
dengan penyesuain fonem tetapi menyerap maknanya begitu saja.
64
§Ν èO tΑ t“Ρr& ª!$# … çμ tGt⊥‹ Å3y™ 4’ n?tã ⎯ Ï&Î!θß™ u‘ ’ n?tãuρ š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σ ßϑø9 $# tΑ t“Ρr& uρ # YŠθãΖã_ óΟ ©9 $yδ÷ρts?
z>¤‹tãuρ š⎥⎪Ï% ©!$# (#ρãx x. 4 šÏ9≡ sŒ uρ â™!# t“ y_ t⎦⎪ÍÏ≈ s3ø9 $# ∩⊄∉∪
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.
26. Ti dinya Allah maparin katengtreman ka Rasul-Na jeung ka kaom
mu'minin. Jeung Allah nurunkeun balatentara anu henteu katenjo ku maranéh, jeung Allah nibankeun siksaan ka jalma-jalma anu kalupur. Eta teh wawales pikeun jalma-jalma kapir.
¢Ο èO Ü>θçGtƒ ª!$# .⎯ ÏΒ Ï‰÷èt/ šÏ9≡ sŒ 4’ n?tã ⎯ tΒ â™!$t±o„ 3 ª!$# uρ Ö‘θà xî ÒΟ‹Ïm§‘ ∩⊄∠∪
27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
27. Tuluy Allah nampi tobat sabadana kitu ti sing saha anu dikersakeun
ku Anjeunna. Jeung Allah teh Maha Jembar Pangampura, Maha Asih.
$yγ •ƒ r'≈ tƒ š⎥⎪Ï% ©!$# (# þθãΖtΒ# u™ $yϑΡÎ) šχθä. Îô³ ßϑø9 $# Ó§ pg wΥ Ÿξsù (#θç/ tø) tƒ y‰Éfó¡ yϑø9 $# tΠ# tysø9 $# y‰÷è t/
öΝ Îγ ÏΒ$tã # x‹≈ yδ 4 ÷βÎ)uρ óΟ çFø Åz \'s#øŠtã t∃öθ|¡sù ãΝ ä3‹ÏΖøóムª!$# ⎯ ÏΒ ÿ⎯ Ï&Î#ôÒsù βÎ) u™!$ x© 4 χÎ) ©!$#
íΟŠ Î=tæ ÒΟŠ Å6 ym ∩⊄∇∪
65
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam
sesudah tahun ini. dan jika kamu takut menjadi miskin, Maka Allah
nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
28. Yeuh jalma-jalma anu ariman!"Saéstuna taya lian kaom musrikin téh
manusa nu najis, ku sabab éta maranéhna teu meunang ngadeukeutan
Masjidil Haram sabada taun-taun ieu. Jeung upama maranéh sieun
jadi miskin, nya Allah engke baris maparin kabeungharan ka maranéh
tina kurnia-Na, upama Anjeunna ngersakeun, saéstuna Allah Maha
Uninga, Maha Wijaksana.
Pada terjemaha di atas, di ke dua terjemahan muncul kata najis yang
diserap begitu saja sebab berhubungan dengan hal-hal tertentu dalam soal
peribadatan pada agama Islam.
66
#θè=ÏG≈ s% š⎥⎪Ï% ©!$# Ÿω šχθãΖÏΒ÷σ ム«!$$Î/ Ÿωuρ ÏΘöθu‹ø9 $$Î/ ÌÅzFψ$# Ÿωuρ tβθãΒÌhpt ä† $tΒ tΠ §ym ª!$#
… ã&è!θß™ u‘ uρ Ÿωuρ šχθãΨƒ ωtƒ t⎦⎪ÏŠ Èd,ysø9 $# z⎯ ÏΒ š⎥⎪Ï% ©!$# (#θè?ρé& |=≈ tF Å6 ø9 $# 4©®Lym (#θäÜ ÷è ãƒ
sπ tƒ ÷“ Éfø9 $# ⎯ tã 7‰tƒ öΝ èδuρ šχρ ãÉó≈ |¹ ∩⊄®∪
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.
29. Prak geura perangan jalma-jalma anu henteu ariman ka Allah jeung
teu ariman kana poé ahir jeung henteu ngaharamkeun saniskara anu geus diharamkeun ku Allah jeung Rasul-Na, jeung henteu ngagem agama anu hak, ti antara jalma-jalma (Yahudi jeung Nasrani) anu geus dipaparin kitab nepi ka maranehna mayar jizyah (upeti) kalawan ta'at sarta serah bongkokan.
Selain kata jizyah dan kitab yang diserap begitu saja, pada terjemahan
bahasa Sunda muncul kata ta’at. Kata ta’at diserap dari kata /tâ’ah/.
ÏMs9$s%uρ ߊθßγ u‹ø9 $# í÷ƒ t“ ãã ß⎦ø⌠ $# «!$# ÏMs9$s%uρ “t≈ |Á¨Ψ9 $# ßxŠÅ¡yϑø9 $# Ú∅ö/ $# «!$# ( šÏ9≡ sŒ Ο ßγä9 öθs%
óΟ Îγ Ïδ≡ uθøùr'Î/ ( šχθä↔Îγ≈ ŸÒムtΑ öθs% t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρãx Ÿ2 ⎯ ÏΒ ã≅ ö6 s% 4 ÞΟ ßγ n=tG≈ s% ª!$# 4 4’ ¯Τr&
šχθà6 sù÷σ ム∩⊂⊃∪
30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru Perkataan
67
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
30. Jeung urang Yahudi nyarita: "Uzair téh putra Allah", jeung urang
Nasrani nyarita: "Al-Masih téh putra Allah." Éta téh omongan maranéhna ku sungut-sungutna kawas pok-pokan jalma-jalma kalupur anu ti heula. Allah ngabinasakeun maranéhna! Kumaha pangna maranehna nepi ka ngabalieur?
(# ÿρä‹sƒ ªB $# öΝ èδu‘$t6 ômr& öΝ ßγ uΖ≈ t6 ÷δ â‘ uρ $\/$t/ ö‘ r& ⎯ ÏiΒ Âχρ ߊ «!$# yx‹Å¡yϑø9 $# uρ š∅ö/ $# zΝ tƒ ötΒ !$tΒuρ
(# ÿρãÏΒé& ωÎ) (# ÿρ߉ç6 ÷èu‹Ï9 $Yγ≈ s9 Î) # Y‰Ïm≡ uρ ( Hω tμ≈ s9 Î) ωÎ) uθèδ 4 … çμ oΨ≈ ysö7 ß™ $£ϑtã šχθà2Ìô±ç„ ∩⊂⊇∪
31. Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
31. Maranéhna ngajadikeun ulama-ulamana jeung rahib-rahibna jadi
pangéran salian ti Allah, jeung nganggap (pangeran) ka Al-Masih anak Maryam, padahal maranéhna henteu diparéntah anging supaya ibadah ka Pangeran Nu Maha Tunggal. Taya deui Pangéran anging Anjeunna. Maha Suci Anjeunna tina saniskara anu ku maranéhna disarékatkeun.
Pada terjemaha ayat ini muncul rahib untuk kedua bahasa yang diserap
utuh dan begitu saja. Juga muncul kata ulama pada terjemahan bahasa sunda yang
pada terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata alim.
68
šχρ ߉ƒ Ìムβr& (#θä↔Ï ôÜ ãƒ u‘θçΡ «!$# óΟ ÎγÏδ≡ uθøùr'Î/ †p1ù'tƒ uρ ª!$# HωÎ) βr& ¢Ο ÏFム… çνu‘θçΡ öθs9 uρ oνÌŸ2
šχρ ãÏ≈ s3ø9 $# ∩⊂⊄∪
32. Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.
32. Maranéhna rék mareuman cahaya Allah ku sungut-sungutna, tapi
Allah henteu mikersa lian ti nyampurnakeun cahaya-Na, sanajan jalma-jalma kapir téh henteu sarukaeun.
uθèδ ü”Ï% ©!$# Ÿ≅ y™ ö‘ r& … ã&s!θß™ u‘ 3“y‰ßγ ø9 $$Î/ È⎦⎪ÏŠ uρ Èd,ysø9 $# … çνtÎγ ôà ã‹Ï9 ’ n?tã Ç⎯ƒ Ïe$!$# ⎯ Ï&Íj#à2 öθs9 uρ
oνÌŸ2 šχθä. Îô³ ßϑø9 $# ∩⊂⊂∪
33. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.
33. Nya Anjeunna anu geus ngutus Rasul-Na kalawan (mawa) pituduh
(Quran) jeung agama anu hak, pikeun Anjeunna ngabuktikeun kaunggulanana tina sakabeh agama, sanajan jalma-jalma musrik henteu sarukaeun.
69
* $pκ š‰ r'≈ tƒ t⎦⎪Ï% ©!$# (# þθãΖtΒ# u™ ¨βÎ) # Z ÏWŸ2 š∅ÏiΒ Í‘$t6 ômF{ $# Èβ$t7 ÷δ”9 $# uρ tβθè=ä. ù' u‹s9 tΑ≡ uθøΒr& Ĩ$ ¨Ψ9 $#
È≅ ÏÜ≈ t6ø9 $$Î/ šχρ ‘‰ÝÁtƒ uρ ⎯ tã È≅‹ Î6 y™ «!$# 3 š⎥⎪Ï% ©!$# uρ šχρ ã”É∴ õ3tƒ |= yδ©%!$# sπ ÒÏ ø9 $# uρ Ÿωuρ
$pκ tΞθà) ÏΖム’Îû È≅‹ Î6 y™ «!$# Ν èδ÷Åe³ t7 sù A># x‹yèÎ/ 5ΟŠ Ï9 r& ∩⊂⊆∪
34. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
34. Yeuh, jalma-jalma anu ariman! Saéstuna kalolobaanana ti antara
ulama-ulama Yahudi jeung rahib-rahib Nasrani téh ngadalahar harta-banda batur kalawan cara anu batal, jeung maranéhna ngahalang-halang (batur) tina jalan Allah. Jeung jalma-jalma anu nyarimpen emas jeung pérak sarta henteu ngadermakeun dina jalan Allah, nya geura bubungah maranéhna ku siksaan anu kacida peurihna.
Pada terjemahan di atas, pada ke dua bahasa muncul kata batil dan batal
keduanya diserap dari kata باطل /bâtil/. Makna pada bahasa sasaran tijak jauh
bergeser.
tΠ öθtƒ 4‘ yϑøt ä† $yγ øŠn=tæ ’ Îû Í‘$tΡ zΟ ¨Ζyγ y_ 2”uθõ3çGsù $pκ Í5 öΝ ßγ èδ$t6 Å_ öΝ åκæ5θãΖã_uρ öΝèδâ‘θßγ àß uρ ( # x‹≈ yδ
$tΒ öΝ è?÷”t∴ Ÿ2 ö/ ä3Å¡àΡL{ (#θè%ρä‹sù $tΒ ÷Λä⎢Ζä. šχρ â“ ÏΨ õ3s? ∩⊂∈∪
35. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
70
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
35. (Nyaeta) dina poéan dipanaskeunana (harta-bandana) di naraka
Jahanam, tuluy diistrikakeun harta anu geus panas téa kana tarangna kana gédéngna jeung kana tonggongna, (sarta dicaritakeun): "leu téh saniskara anu ku maranéh ditimbun pikeun diri maranéh téa, ku kituna pék geura rasakeun alatan maranéh geus nimbun."
Kata jahanam diserap sebagai istilah nama yang berkaitan dengan agama
Islam. Pada makna, juga diserap begitu saja.
¨βÎ) nÏã Í‘θåκ ’¶9 $# y‰ΖÏã «!$# $oΨ øO$# u|³ tã # \öκ y− ’Îû É=≈ tFÅ2 «!$# tΠ öθtƒ t,n=y{ ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9 $#
š⇓ö‘ F{ $# uρ !$pκ ÷] ÏΒ îπ yèt/ ö‘ r& ×Π ããm 4 šÏ9≡ sŒ ß⎦⎪Ïe$!$# ãΝ ÍhŠs) ø9 $# 4 Ÿξsù (#θßϑÎ=ôà s? £⎯ ÍκÏù öΝ à6 |¡àΡr& 4
(#θè=ÏG≈ s%uρ š⎥⎫Å2Îô³ ßϑø9 $# Zπ©ù!% x. $yϑŸ2 öΝ ä3tΡθè=ÏG≈ s) ムZπ ©ù!$Ÿ2 4 (# þθßϑn=÷æ$# uρ ¨βr& ©!$# yì tΒ
t⎦⎫É) −GãΚø9 $# ∩⊂∉∪
36. Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
36. Saestuna bilangan bulan mungguhing Allah mah nya duawelas bulan,
(kaungel) dina kitab Allah dina mangsa Anjeunna ngayugakeun iangit katut bumi, ti antarana aya opat bulan anu mulya. Éta téh (katangtuan) agama anu lempeng, ku kituna poma maranéh ulah nganiaya diri pribadi dina bulan éta, jeung prak geura perangan kaom
71
musrikin sakumna cara maranéhna merangan maranéh sakumna. Jeung sing nyaho, yén Allah téh nyarengan jalma-jalma anu takwa.
$yϑΡÎ) â™û©Å¤Ψ9 $# ×οyŠ$tƒ Η ’ Îû Ìø à6 ø9 $# ( ‘≅ ŸÒムÏμÎ/ š⎥⎪ Ï% ©!$# (#ρãx x. … çμ tΡθ=Ït ä† $YΒ% tæ … çμ tΡθãΒÌhpt ä†uρ
$YΒ% tæ (#θä↔ÏÛ#uθã‹Ïj9 nÏã $tΒ tΠ §ym ª!$# (#θ=Åsã‹sù $tΒ tΠ §ym ª!$# 4 š∅Îiƒ ã— óΟ ßγs9 â™þθß™ óΟ ÎγÎ=≈ yϑôãr& 3
ª!$# uρ Ÿω “ωôγ tƒ tΠ öθs) ø9 $# š⎥⎪ÍÏ≈ x6 ø9 $# ∩⊂∠∪
37. Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah
menambah kekafiran. disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, Maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
37. Saéstuna ngulur-ngulur (bulan-bulan haram) téh taya lian jaba ti
nambahan kakupuran, lampah kitu téh nyasarkeun jalma-jalma kapir, (nyaeta) maranéhna anu ngahalalkeunana dina taun ieu jeung maranéhna ngaharamkeunana dina taun (lianna), pikeun ngajejegkeun bilangan (bulan-bulan) anu diharamkeun ku Allah, jadi maranéhna ngahalalkeun (bulan-bulan) anu ku Allah diharamkeun. Dipapaésan pikeun maranéhna amal-amalna nu goréng, jeung Allah henteu maparin pituduh ka kaom kapirin.
$yγ •ƒ r'≈ tƒ š⎥⎪Ï% ©!$# (#θãΖtΒ# u™ $tΒ ö/ ä3s9 # sŒ Î) Ÿ≅Š Ï% â/ ä3s9 (#ρãÏΡ$# ’Îû È≅‹ Î6 y™ «!$# óΟ çFù=s%$O$# ’ n<Î) ÇÚ ö‘ F{ $#
4 Ο çF ÅÊu‘ r& Íο4θu‹ysø9 $$Î/ $u‹÷Ρ‘‰9 $# š∅ÏΒ ÍοtÅz Fψ$# 4 $yϑsù ßì≈ tFtΒ Íο4θuŠysø9 $# $u‹÷Ρ‘‰9 $# ’ Îû ÍοtÅzFψ$# ωÎ)
î≅‹ Î=s% ∩⊂∇∪
72
38. Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.
38. Yeuh, jalma-jalma ariman! Naon sababna upama diparéntahkeun ka
maranéh: "Prak geura jihad dina jalan Allah", maraneh beurat ka dunya? Naha maranéh leuwih micinta kahirupan dunya batan kahirupan ahérat, padahal kahirupan dunya dibandingkeun jeung kahirupan ahérat mah ngan saeutik pisan?
ωÎ) (#ρãÏΖs? öΝ à6 ö/ Éj‹yèム$¹/# x‹tã $VϑŠ Ï9 r& öΑ ωö7 oK ó¡o„ uρ $·Βöθs% öΝ à2uö xî Ÿωuρ çνρ”àÒ s? $\↔ø‹x© 3 ª!$# uρ
4’ n?tã Èe≅à2 &™ó_x« íƒ Ï‰s% ∩⊂®∪
39. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
39. Upama maraneh henteu arindit (ka pangperangan) Anjeunna baris
nyiksa maraneh ku siksaan anu kacida peurihna, jeung Anjeunna bakal ngaganti maraneh ku hiji kaom nu séjén, sedengkeun maranéh moal bisa ngamadorotkeun Anjeunna saeutik ogé, karana Allah téh Maha Kawasa kana sagala perkara.
ωÎ) çνρãÝÁΖs? ô‰s) sù çνt|ÁtΡ ª!$# øŒ Î) çμ y_t÷zr& t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρãx Ÿ2 š†ÎΤ$rO È⎦÷⎫oΨ øO$# øŒÎ) $yϑèδ †Îû
Í‘$tóø9 $# øŒ Î) ãΑθà) tƒ ⎯ Ïμ Î7 Ås≈ |ÁÏ9 Ÿω ÷βt“ øt rB χÎ) ©!$# $oΨ yè tΒ ( tΑ t“Ρr'sù ª!$# … çμ tGt⊥‹ Å6 y™ Ïμ ø‹n=tã
… çνy‰−ƒ r& uρ 7ŠθãΨ àfÎ/ öΝ ©9 $yδ÷ρt s? Ÿ≅ yèy_uρ sπ yϑÎ=Ÿ2 š⎥⎪Ï% ©!$# (#ρãx Ÿ2 4’ n?ø ¡9 $# 3 èπ yϑÎ=Ÿ2 uρ «!$#
š†Ïφ $u‹ù=ãèø9 $# 3 ª!$# uρ  Í•tã íΟŠ Å3ym ∩⊆⊃∪
73
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
40. Upama maranéh (munapikin) henteu daék nulungan manéhna
(Muhammad), nya saéstuna Allah geus nulungan manehna nalika jalma-jalma kapir ngusir manéhna, manehna téh anu kadua ti antara duaan nalika maranehna di jero guha; manéhna nyarita ka baturna (Abu Bakar): "Poma ulah pisan anjeun nalangsa, karana saestuna Allah nyarengan urang." Tuluy Allah maparin katengtreman Anjeunna ka manéhna, jeung Anjeunna nguatkeun manéhna ku balatentara anu ku maranéh henteu katenjo, sarta Anjeunna ngajadikeun kalimah jalma-jalma kapir di handap jeung nya kalimah-kalimah Allah anu luhung, karana Allah Maha Gagah, Maha Wijaksana.
(#ρãÏΡ$# $]ù$x Åz Zω$s) ÏO uρ (#ρ߉Îγ≈ y_uρ öΝ à6 Ï9≡ uθøΒr'Î/ öΝä3Å¡àΡr& uρ ’ Îû È≅‹ Î6 y™ «!$# 4 öΝ ä3Ï9≡ sŒ ×ö yz
öΝ ä3©9 βÎ) óΟ çFΖä. šχθßϑn=÷ès? ∩⊆⊇∪
41. Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
41. Bral geura arindit boh dina kaayaan enténg boh dina kaayaan beurat,
jeung geura jihad ku harta-banda maranéh katut jiwa maranéh dina jalan Allah, karana lampah kitu téh leuwih hade pikeun maranéh, upama maranéh nyaho mah.
74
öθs9 tβ% x. $ZÊ{tã $Y7ƒ Ìs% # \x y™ uρ # Y‰Ï¹$s% x8θãèt7 ¨?ω .⎯ Å3≈s9 uρ ôNy‰ãèt/ ãΝ Íκ ö n=tã èπ¤) ’±9 $# 4
šχθà Î=ósu‹y™ uρ «!$$Î/ Èθs9 $oΨ ÷èsÜ tFó™ $# $uΖô_tsƒ m: öΝ ä3yètΒ tβθä3Î=öκ ç‰ öΝ åκ |¦àΡr& ª!$# uρ ãΝ n=÷ètƒ öΝ åκ ¨Ξ Î)
tβθç/ É‹≈ s3s9 ∩⊆⊄∪
42. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu." mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
42. Upama anu diuarkeun ka maranéhna téh kasénangan anu nampeu
(mangpa'at) jeung perjalanan anu pikabungaheun, tanwandé maranéhna bakal nurut ka manéh, tapi éta perjalanan téh rumpil pikeun maranéhna mah, jeung maranéhna baris susumpahan kalayan asma-Na Allah: "Upama kaula sarerea bisa mah tanwandé kaula saréréa baris indit babarengan jeung aran-dika." (Tah peta kitu téh) ngabinasakeun dirina pribadi, jeung Allah uninga yén maranéhna jalma-jalma anu ngabarohong.
$x tã ª!$# šΖtã zΝ Ï9 |MΡÏŒ r& óΟ ßγ s9 4©®Lym t⎦⎫t6 tGtƒ šs9 š⎥⎪Ï% ©!$# (#θè%y‰|¹ zΜ n=÷ès?uρ
š⎥⎫Î/ É‹≈ s3ø9 $# ∩⊆⊂∪
43. Semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?
75
43. Allah maparin ma'ap ka manéh, naha geuning manéh (Muhammad) ngidinan maranéhna saméméh tétéla pikeun manéh jalma-jalma anu bener jeung kanyahoan jalma-jalma anu barohong?
Ÿω šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ t⎦⎪Ï% ©!$# šχθãΖÏΒ÷σ ム«!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# βr& (#ρ߉Îγ≈ yfムóΟ Îγ Ï9≡uθøΒr'Î/
öΝ Íκ ŦàΡr& uρ 3 ª!$# uρ 7ΟŠ Î=tæ t⎦⎫É) −Gßϑø9 $$Î/ ∩⊆⊆∪
44. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.
44. Jalma-jalma anu ariman ka Allah jeung kana poé ahir, moal ménta
idin ka maneh (pikeun mundur) tina jihad ku harta bandana katut jiwana, karana Allah uninga ka jalma anu takwa.
$yϑΡÎ) šçΡÉ‹ø↔tFó¡o„ t⎦⎪Ï% ©!$# Ÿω šχθãΖÏΒ÷σ ム«!$$Î/ ÏΘöθ u‹ø9 $# uρ ÌÅzFψ$# ôMt/$s?ö‘ $# uρ óΟ ßγ ç/θè=è% óΟ ßγ sù ’ Îû
óΟ Îγ Î6÷ƒ u‘ šχρߊ ¨Š utItƒ ∩⊆∈∪
45. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.
45. Anu menta idin ka maneh téh ngan wungkul jalma-jalma anu henteu
ariman ka Allah jeung kana poé ahir, jeung anu haténa marangmang. Ku kituna maranéhna bakal mandeg-mayong dina kamangmanganana.
76
* öθs9 uρ (#ρߊ# u‘ r& ylρãã‚ø9 $# (#ρ‘‰tãV{ … ã&s! Zãã ⎯ Å3≈ s9 uρ oνÌ Ÿ2 ª!$# öΝ ßγ rO$yèÎ7 /Ρ$# öΝ ßγsÜ ¬7 sV sù Ÿ≅Š Ï%uρ
(#ρ߉ãèø%$# yì tΒ š⎥⎪ωÏè≈ s) ø9 $# ∩⊆∉∪
46. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."
46. Jeung upama maranéhna harayangeun indit, tangtu maranéhna baris
nyadiakeun bekel, tapi Allah henteu mikaresep maranéhna arindit, ku kituna Anjeunna ngahoréamkeun maranéhna, sarta nimbalan: "Geura caricing maranéh babarengan jeung jalma-jalma anu caricing!"
öθs9 (#θã_t yz / ä3‹Ïù $Β öΝ ä.ρߊ# y— ωÎ) Zω$t6 yz (#θãè |Ê÷ρV{ uρ öΝ ä3n=≈ n=Ï{ ãΝ à6 tΡθäóö7 tƒ sπ uΖ÷FÏ ø9 $#
óΟ ä3‹Ïùuρ tβθãè≈ £ϑy™ öΝ çλm; 3 ª!$# uρ 7ΟŠ Î=tæ t⎦⎫ÏϑÎ=≈ ©à9$$Î/ ∩⊆∠∪
47. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang Amat suka mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.
47. Upama maranéhna arindit bareng jeung maranéh, maranéhna henteu
nambahan naon-naon salian ti ngacowkeun, jeung maranéhna baris tingsulusup di antara maranéh pikeun nyebarkeun pacéngkadan lantaran di antara maranéh aya jalma-jalma anu daék ngadéngé ka maranéhna, tapi Allah Maha Uninga ka jalma-jalma anu darolim.
77
ωs) s9 (# âθtó tFö/ $# sπ uΖ÷FÏ ø9 $# ⎯ ÏΒ ã≅ ö6 s% (#θç7 ¯=s%uρ šs9 u‘θãΒW{ $# 4©®Lym u™!$y_ ‘,ysø9 $# tyγ sß uρ âöΔr& «!$# öΝ èδuρ
šχθèδÌ≈ Ÿ2 ∩⊆∇∪
48. Sesungguhnya dari dahulupun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan)mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan Allah) dan menanglah agama Allah, Padahal mereka tidak menyukainya.
48. Saestuna maranéhna seja nimbulkeun pitenah ti anggalna jeung
maranéhna ngusutkeun perkara-perkara pikeun manéh, nepi ka datang hak jeung tétéla pisan urusan Allah, sedengkeun maranéhna ceuceubeun.
Ν ßγ ÷ΖÏΒuρ ⎯ ¨Β ãΑθà) tƒ βx‹ø $# ’Ík< Ÿωuρ û©Íh_ÏGø s? 4 Ÿωr& ’ Îû Ïπ uΖ÷GÏ ø9 $# (#θäÜ s) y™ 3 χÎ)uρ zΟ ¨Ψ yγ y_
8π sÜŠÅsßϑs9 š⎥⎪ÍÏ≈ x6 ø9 $$Î/ ∩⊆®∪
49. Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.
49. Jeung ti antara maranéhna aya anu nyarita: "Idinan kaula (cicing)
jeung poma ulah mitenah kaula." Sing nyaho yen maranehna geus tigebrus kana pitenah. Jeung saéstuna Jahanam téh ngurung jalma-jalma kapir.
Pada ayat ini ditemukan satu kata serapan yang makna dan bentuk
bunyinya berubah. Kata الفتنة /al-fitnah/ dalam bahasa Indonesia menjadi fitnah
sedangkan dalam bahasa Sunda menjadi pitenah. Makna kata الفتنة dalam bahasa
78
Arab yang bermakna ‘kesesatan’.58 Pada bahasa Indonesia kata fitnah bermakna
‘perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan
maksud menjelekan orang,’59 sedangkan dalam bahasa Sunda pitenah bermakna
‘caritaan anu ngandung maksud ngarugikeun batur (perkataan yang mengandung
maksud merugikan orang lain)’.60 Dengan kata lain, penerjemahan kata /al-fitnah/
di atas kurang tepat. Sebab yang dimaksud pada ayat di atas adalah sebagaimana
sudah diterangkan pada Bab I.
βÎ) šö7 ÅÁè? ×π uΖ|¡ym öΝ èδ÷σ Ý¡s? ( βÎ)uρ šö7 ÅÁè? ×π t6ŠÅÁãΒ (#θä9θà) tƒ ô‰s% !$tΡõ‹s{ r& $tΡtøΒr& ⎯ ÏΒ ã≅ö6 s%
(#θ©9 uθtGtƒ uρ öΝ èδρ šχθãmÌsù ∩∈⊃∪
50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan Kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira.
50. Upama kahadéan tumiba ka manéh, maranéhna henteu sarukaeun;
jeung upama kacilakaan tumiba ka manéh, pokna: Saéstuna kaula saréréa geus ngajaga diri pribadi ti anggalna", Jeung maranéhna ngabalieur kalayan suka bungah.
58 Munawir, A, W, h. 1033 59 Departemen Pendidikan Nasional, h. 318 60 Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 389
79
B. Perbandingan Bentuk Penyerapan
Daftar kata serapan di bawah ini berdasarkan urutan kemunculan dari ayat
pertama sampai ayat ke lima puluh. Daftar di bawah dimaksudkan untuk melihat
secara keseluruhan perbandingan bentuk penyerapan. Bentuk yang disusun dalam
daftar adalah betuk dasar kata yang diserap dari bahasa Arab yang ada dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
no Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
Allah Allah االله 1
رسول 2 Rasul Rasul
مشرآيـن 3 Musyrikin Musrikin
مسلميـن 4 Muslimin Muslimin
آافر 5 Kafir Kapir
لومعم 6 Maklum Ma’lum
قوم 7 Kaum Kaom
حج 8 Haji Haji
آبرأ 9 Akbar Akbar
ةتوب 10 Taubat Tobat
تقوى 11 Takwa Takwa
ماحر 12 Haram Haram
صلاة 13 Sholat Salat
زآاة 14 Zakat Jakat
فاسق 15 Fasik Pasék
ةيآ 16 Ayat Ayat
بعد 17 Bakda Bada
80
حق 18 Hak Hak
نامإي 19 Iman Iman
داجه 20 Jihad Jihad
مسجد 21 Mesjid Masjid
آفر 22 Kufur Kupur
مورعم 23 Makmur Ma’mur
اخير 24 Akhir Ahir
ظالم 25 Zalim Dolim
رضى 26 Ridha Rido
فائدة 27 Faidah Paédah
سنج 28 Najis Najis
عالم 29 Alim Alim
علماء 30 Ulama Ulama
بهار 31 Rahib Rahib
باطل 32 Batil Batal
عامل 33 Amal Amal
خرةأ 34 Akhirat Ahérat
مضرة 35 Mudharat Madorot
منافق 36 Munafik Munapik
ةعمنف 37 Manfaat Mangpa’at
اءاسم 38 Asma Asma
معف 39 Ma’af Ma’ap
رعذ 40 Uzur Udur
فتنة 41 Fitnah Pitenah
81
Kata-kata yang ditebalkan tidak muncul dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Demikian penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk
kata serapan pada kedua bahasa dan perbandingan perubahan makna pada kedua
bahasa. Dari daftar di atas bisa langsung jelas terlihat bagaimana penyesuaian
fonem dalam penyerepan dilakukan pada kedua bahasa.
F
SYA
FAKULTAUNIVERS
ARIF HID
S ADAB DASITAS ISL
DAYATU
AN HUMANLAM NEGLLAH JA
NIORAGERI AKARTAA
82
BAB IV
Penutup
A. Keimpulan
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang
dibutuhkan, penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Kata serapan, secara keseluruhan, jika dipakai dengan tepat tidak lah
terlalu berpengaruh fatal. Terkecuali, kata serapan yang sudah
memiliki makna baru yang berbeda dengan kata asal atau sudah
termasuk ke dalam daftar kata faux amis. Pada penerjemahan,
penggunaan kata serapan dari bahasa sumber yang diterjemahkan
sebaiknya dihindari jika masih ada padanan dalam bahasa sasar yang
bisa digunakan. Dengan demikian, terjemahan akan lebih mengena dan
makna yang diinginkan bahasa sumber tercapai. Sebagai contoh yang
tidak tepat menggunakan kata serapan terdapat pada ayat 3.
×β≡ sŒ r& uρ š∅ÏiΒ «!$# ÿ⎯Ï&Î!θß™ u‘ uρ ’ n<Î) Ĩ$ ¨Ζ9 $# tΠöθtƒ Ædk pt ø: $# Î y9 ò2 F{ $# ¨βr& ©!$# Ö™ü“Ì t/ z⎯ ÏiΒ
t⎦⎫Ï. Îô³ ßϑø9 $# … ã&è!θß™ u‘ uρ 4 βÎ* sù öΝ çF ö6 è? uθßγ sù ×ö yz öΝ à6 ©9 ( βÎ)uρ öΝ çGøŠ©9 uθs? (# þθßϑn=÷æ$$ sù öΝ ä3¯Ρr&
çö xî “Ì“ Éf÷èãΒ «!$# 3 ÎÅe³ o0uρ t⎦⎪Ï% ©!$# (#ρãx x. >U# x‹yèÎ/ AΟŠ Ï9 r& ∩⊂∪
Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, Maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan
83
beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Jeung (ieu téh) wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina (siksaan) Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada terjemahan bahasa Indonesia, penggunaak kata permakluman
yang berasal dari kata maklum yang diserap dari kata ma‘lûm bahasa
Arab kurang tepat untuk memberikan pada kata ‘ażân yang bermakna
pemberitahuan.
2. Kata serapan pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dari bahsa Arab
tidak terlalu jauh berbeda. Ini disebabkan kedua bahasa ini mengalami
kontak yang sangat panjang. Baik dari proses penyerapan atau proses
penyesuaian tidak terlalu nampak berbeda. Bentuk perubahan pun
tidak terlalu jauh berbeda. Adapun bentuk-bentuk perubahan yang
terjadi pada kata serapan yang masuk dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda secara umum adalah sebagai berikut:
a. Protesis, yaitu penambahan vokal atau konsonan pada awal kata
untuk memudahkan lafal, seperti mas menjadi emas. Stal menjadi
istal.
b. Epetesis, yaitu penyisipan bunyi atau huruf dalam kata terutama
pada kata serapan untuk menyesuaikan dengan pola fonologis
84
bahasa sasaran, seperti baru menjadi baharu. Trommel menjadi
torombol.
c. Paragog, yaitu penambahan bunyi pada akhir kata untuk
keindahan lafal, seperti bapa menjadi bapak. Bank menjadi bangku.
d. Aferesis, yaitu penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah
ujaran, seperti mpunya menjadi punya. Examen menjadi samen.
e. Singkope, yaitu hilangnya bunyi atau huruf dari tengah-tengah
kata, seperti sahaya menjadi saya. Officier menjadi opsir.
f. Apokope, yaitu pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata,
seperti pelangit menjadi pelangi. Bénzine menjadi bénsin menjadi
béngsin
g. Metatesis, yaitu perubahan lelak huruf, bunyi atau suku kata dalam
kata, seperti sapu menjadi usap, tebal menjadi lebat. Léor menjadi
réol, aduy menjadi ayud.
h. Asimilasi yaitu proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip
atau sama dengan bunyi lain di dekatnya, seperti me-tulis menjadi
menulis. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem, seperti tuanku menjadi
tengku. Gambar menjadi gamar, kadéron menjadi kanéron.
Secara garis besar, kata serapan dari bahasa arab yang masuk
kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda mengalami perubahan
dengan cara metatesis dan asimilasi.
85
B. Saran dan Kritik
Penulis amat sangat menyadari, bahwa proses penelitian ini masih
membutuhkan waktu yang lebih agar menacapai titik yang lebih memuaskan.
Penulis juga mendarari bahwa penelitian masih harus dilanjutkan lebih mendalam
agar menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi khasanan kebahasaan di negeri
ini. Jika saja penelitian ini terus berlanjut maka akan sangat bermanfaat untuk
memperkaya pengetahuan kosakata yang tidak berasal dari bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda. Sehingga dalam menulis atau menerjemahkan, para pelaku lebih
bisa menyaring dan memilih kata dengan menggunakan kata bahasa Indonesia
saja. Hal ini akan sangat beguna sebagai upaya menjaga keutuhan bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda, terutama dalam menggunakan kata serapan yang
jelas-jelas ada pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
Demikian kiranya, segala macam kekurangan akan sangat berguna jika
saja mendapat masukan dan dikemudian dilakukan perbaikan.
F
SYA
FAKULTAUNIVERS
ARIF HID
S ADAB DASITAS ISL
DAYATU
AN HUMANLAM NEGLLAH JA
NIORAGERI AKARTAA
86
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik, 1998, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta
Chaer, Abdul., 1994, Linguistik Umum, Jakarta; PT. Rineka Cipta,
__________., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta; Rineka Cipta,
1995, Edisi Revisi
Coolsma, S, Soendaneesche Spraakkunst, (Tata Bahasa Sunda), terjemehan
Husein Widjaya kusumah dan Yus Rusyana, Bandung: Djambatan, 1985
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta; 1971
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta; Balai Pustaka, 2005
____________________________________, Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1992
Eddy, Nyoman Tusthi, 1989, Unsur Serapan Dari Bahasa Asing dalam Bahasa
Indonesia (Tinjauan Kesejahteraan dan Perkembangan), Nusa Indah:
Kendari.
Effendi, S., Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Bendar, Jakarta;
Pustaka Jaya, 1995
Haenen, Paul., Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, Jakarta; Yayasan Obor
Indonesia, 2002
Hidayat, Rahmat Taufik, dkk, 2007, Peperenian Urang Sunda, Banding: Kiblat,
Cet. ke-2
87
Kridalaksana, Harimurti., Kamus Linguistik, Jakarta: PT Gramedia, 1983, cet. Ke-
2
____________________., Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta;
Gramedia, 1996, cet. Ke-2
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, Kamus Umum Basa Sunda, Bandung; Tarate,
1980
Moeliono, Anton. M., Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta:
Djambatan, 1985
Muhammad, Abu Bakar., Tata Bahasa Arab, Surabaya; Al-Ikhlas, 1982
Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984
Peteda, Mansur, 1991, Linguistik Terapan, Nusa Indah: Endari. Cet-1
Ajip Rosidi, 2003, The Sundanese Youth Congres translated by J. Noorduyn,
dalam Tulak Bala; Sistem Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda
dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda, Bandung: Pusat Studi
Sunda
Samsuri, Analisa Bahasa, Jakarta, Erlangga, 1994
Shaleh, Qamaruuddin, Al-amin, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Sunda, Bandung;
CV. Penerbit Diponegoro, 2003, Cet. Ke-10
Shihab, M. Q, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
Lentera Hati, Jakarta 2007, Cet. ke-VII
Simorangkir, dkk, Kesusastraan Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1959
Sudaryat, Yayat., Tata Bahasa Sunda Kiwari, Bandung: Yrama Widya, 2009
88
_____________., Ulikan Semantik Basa Sunda, Bandung: CV. Geger Sunten,
2003, Cet. ke-3
Soedarno., Kata Serapan dari bahasa Arab, Jakarta; Arikha Media Cipta, 1990
Superno. E.p., Logat (Catatan Kata-kata Serapan Bahasa Indonesia dari bahasa
Arab), (Semarang; Surya Angkasa, 1994), cet. Ke-1
Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan,
Yogyakarta, Gamma Media, 2003
Tamsyah, Budi Rahayu., dkk, 2010, Galuring Basa Sunda, Bandung: CV. Pustaka
Setia, cet. ke-4