kata pengantar - jurnal teknomatika – it related...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah maka Jurnal TEKNOMATIKA Volume 6 Nomor 2 ini dapat kami
terbitkan. Pada terbitan edisi ini kami menyajikan berbagai tulisan tentang
informatika dan komputer dalam ruang lingkup yang luas.
Dalam edisi ini para pembaca akan dapat menyimak tulisan-tulisan
sebagai berikut: Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Sistem
Keuangan Daerah (Studi Kasus Pemerintah Provinsi XYZ); Perancangan Ulang
Renstra SI Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Metode TOGAF
Framework dan IT Balanced Scorecard Sebagai Parameter Analisis dari
Organisasi; Aplikasi Sistem Pakar Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk
Diagnosa Penyakit Jantung Menggunakan Metode Certainty Factor (CF); Strategi
untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business, Studi Kasus pada
Amazon.com; Rancang Bangun Software Berbasis Android untuk Pencarian
Masjid Terdekat sebagai Alat Bantu bagi Muslim Musafir; Aplikasi Penerapan
Digital Forensics pada Sistem File; Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor
Network (Jaringan Sensor Nirkabel); serta Implementasi Teknik Data Mining
Association Rule pada Data Transaksi Peminjaman Buku di Perpustakaan
STMIK AKAKOM Yogyakarta.
Semoga apa yang kami sajikan dalam edisi ini dapat menjadi referensi
para peminat bidang-bidang terkait dan bisa memberi manfaat dalam arti seluas-
luasnya kepada para pembaca. Tidak lupa kami berharap saran, kritik serta
tulisan dari para pembaca untuk peningkatan penerbitan edisi selanjutnya.
ISSN: 1979-7656
TEKNOMATIKA Vol. 6 No. 2 Januari 2014
DAFTAR ISI
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Sistem Keuangan Daerah (Studi Kasus Pemerintah Provinsi XYZ) (Kholid Haryono) 1 - 16
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Metode TOGAF Framework dan IT Balanced Scorecard sebagai Parameter Analisis dari Organisasi (Fajrin Nurman Arifin, Eko Nugroho, Abdul Kadir) 17
Aplikasi Sistem Pakar Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk Diagnosa Penyakit Jantung Menggunakan Metode Certainty Factor (CF) (Abriarenny S.M.A., Choerun Asnawi) 35
Strategi untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business, Studi Kasus pada Amazon.com (Arif Himawan) 53
Rancang Bangun Software Berbasis Android untuk Pencarian Masjid Terdekat sebagai Alat Bantu bagi Muslim Musafir (Nurochman) 67
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File (Resi Utami Putri) 73
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network (Jaringan Sensor Nirkabel) (Adkhan Sholeh) 81
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule pada Data Transaksi Peminjaman Buku di Perpustakaan STMIK AKAKOM Yogyakarta (Hera Wasiati, Eddy Supriadi) 89
1
PENERAPAN DATA WAREHOUSE DALAM PENGELOLAAN SISTEM KEUANGAN DAERAH
(STUDI KASUS PEMERINTAH PROVINSI XYZ)
Kholid Haryono
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Abstrak
Data Warehouse merupakan sekumpulan teknologi yang memberikan dukungan pengambil keputusan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi pegawai tingkat manajerial seperti eksekutif, manajer, analis dan jajaran direksi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Kebutuhan pemerintah daerah terkait kualitas informasi keuangan yang bersifat time series saat ini menjadi pokok setelah terbitnya kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang memberikan wewenang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya. Salah satu tolok ukur keberhasilan otonomi adalah terwujudnya kemandirian daerah dalam bidang keuangan yang berpengaruh langsung terhadap kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain sistem dan prototype data warehouse studi kasus sebuah provinsi di Indonesia yang mengelola sumber-sumber data keuangan yang selama ini tidak dikelola dengan baik dan memiliki nilai manfaat besar bagi pengambil keputusan. Sistem diimplementasikan menggunakan tool BI SQL Server melalui tahap skema data warehouse, koneksi data ke tool, desain analysis service dan delivering report. Hasil dari penelitian bermanfaat sebagai model yang dapat digunakan oleh unit yang membidangi pengembangan aplikasi untuk diintegrasikan dengan portal pemerintahan.
Kata Kunci: data warehouse, OLAP, ETL, pengelolaan keuangan daerah, kinerja keuangan.
1. Pendahuluan
Dimulainya reformasi yang ditandai terbitnya kebijakan otonomi daerah
dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah berdasarkan UU. No. 22
tahun 1999 yang diperbaharui dengan terbitnya UU. No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan UU No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan
terbitnya UU. No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat
dan daerah. Hal ini merupakan tanda bahwa reformasi keuangan daerah telah
dimulai dengan kewenangan daerah yang semakin tinggi untuk mengurus dan
mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya secara mandiri, nyata, optimal,
terpadu dan dinamis (Bastian, 2001).
Banyak metode analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja keuangan daerah dan bermanfaat untuk melakukan pengukuran kinerja
2 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
keuangan. Beberapa analisis yang paling umum digunakan adalah analisis rasio,
trend dan peramalan (forecasting). Kebutuhan akan analisis untuk menyediakan
informasi yang berkualitas dewasa ini terus meningkat. Selain permintaan
terhadap data historis, data yang bersih, terkonsolidasi, dan sesuai waktu,
permintaan para pengguna terhadap akses ke data real-time, tak terstruktur, dan
atau data remote, juga kian meningkat (Turban, dkk., 2005).
Sayangnya berbagai data yang dibutuhkan dalam proses analisis
keuangan daerah tidak diorganisasikan dengan baik. Dalam prakteknya, banyak
ditemui data tersedia dalam file dan dokumen terpisah, diletakkan di gudang dan
banyak yang kemudian hilang atau rusak.
Data yang tidak diorganisasikan dengan baik menyebabkan kualitas
output informasi yang dihasilkan dalam bidang keuangan tidak komprehensif
sehingga hanya mencukupi kewajiban administratif, tanpa makna di tahun-tahun
berikutnya. Padahal data yang terkumpul dari waktu ke waktu secara historis
sangat dibutuhkan dalam membaca trend dan analisis rasio keberhasilan kinerja
keuangan daerah saat ini dan untuk perencanaan tahun mendatang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengusulkan desain sistem data
warehouse dalam pengelolaan sistem keuangan daerah dan prototipe yang
dapat membantu pemerintah daerah melakukan pengumpulan (collecting) data,
mengorganisasi data dan menyediakan alat (tool) analisis yang dapat
divisualisasikan dalam bentuk grafik, dashboard dan laporan informasi yang
bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan terutama tentang
keberlangsungan pembangunan daerah.
2. Landasan Teori
2.1 Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan keuangan daerah menjadi isu yang menarik seiring terbitnya
undang-undang mengenai otonomi daerah. Menurut Halim (2001), telah terjadi
enam pergeseran dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) pada era otonomi, yakni:
1. dalam akuntabilitas dari akuntabilitas vertikal sekarang menganut
akuntabilitas horisontal;
2. penyusunan anggaran dari anggaran trandisional sekarang menganut
anggaran berbasis kinerja;
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 3
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
3. pengendalian audit dari audit keuangan biasa menjadi audit keuangan
dan kinerja;
4. penggunaan dana APBD menganut prinsip 3E (ekonomi, efektif dan
efisien);
5. dari tidak adanya pusat pertanggungjawaban menjadi adanya pusat
pertanggungjawaban; dan
6. sistem akuntansi dari sistem buku harian menjadi sistem akuntansi
pemerintahan (SAP).
Tujuan otonomi daerah pada dasarnya adalah memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
menggalakkan prakarsa dan peran serta masyarakat, serta meningkatkan
pendayagunaan potensi daerah secara nyata, optimal, terpadu dan dinamis,
bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,
mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan pusat terhadap daerah,
dan memberi peluang untuk koordinasi tingkat lokal atau daerah (Bastian, 2001).
Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategis suatu
organisasi (Mahsun, 2009). Pengukuran kinerja (performance measurement)
adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa;
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002).
Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja komprehensif harus
dirancang untuk bisa memberikan manfaat jangka panjang (sustainable).
Sebelum proses pengukuran kinerja dilakukan, berbagai aktivitas manajemen
strategi harus sudah didesain dan dilaksanakan, yaitu perencanaan strategi,
penyusunan program, penyusunan anggaran dan implementasi. Dalam suatu
sistem manajemen strategi, pengukuran kinerja berfungsi sebagai alat penilai
apakah strategi yang sudah ditetapkan telah berhasil dicapai.
4 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
2.2 Data Warehouse
Data warehouse adalah sebuah basis data komprehensif berupa
ringkasan dan rincian informasi yang mendukung aktivitas analisis keputusan
yang diperlukan oleh semua organisasi (Turban, dkk., 2005).
Arsitektur Data Warehouse
Arsitektur data warehouse ditampilkan dalam Gambar 1.
Gambar 1 Arsitektur Data Warehouse (Inmon, 2005)
Gambar 1 mendeskripsikan aliran data dari sumber data operasional ke
data warehouse melalui proses transformasi. Gambar 1 juga menunjukkan posisi
data warehouse yang terdiri dari sumber data; ETL; data mart dan cube
kemudian dihantarkan kepada pengguna. Sumber data merupakan data
operasional yang disimpan dalam database, yang akan diproses oleh ETL dan
diintegrasikan ke dalam data warehouse. Sedangkan data mart dan cube berisi
data yang mendukung fungsi bisnis (Inmon, 2005). Data mart adalah subset dari
data warehouse yang umumnya terdiri dari sebuah subjek tunggal. Dapat
diartikan juga sebagai serangkaian data yang hanya mejelaskan satu fungsi dari
operasi perusahaan.
Pemodelan Data Warehouse
Pembuatan data warehouse didasarkan pada model data
multidimensional. Model ini menampilkan data dalam bentuk kubus (cube) yang
terdiri dari dimensi (dimension) dan fakta (fact) (Han & Kamber, 2006).
Dimensi adalah perspektif atau entitas penting yang dimiliki oleh
organisasi. Setiap dimensi dapat memiliki satu tabel yang berasosiasi dengannya
yang disebut dengan tabel dimensi yang mendeskripsikan dimensi itu sendiri.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 5
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
Dimensi akan berubah jika analisis kebutuhan pengguna berubah. Dimensi
mendefinisikan tabel yang membentuk isi laporan. Tabel dimensi berukuran lebih
kecil daripada tabel fakta dan berisi data tidak numerik. Pada data warehouse,
kubus data merupakan kubus dengan n-dimensi.
Fakta adalah ukuran-ukuran numerik, merupakan kuantitas yang akan
dianalisis hubungan antar dimensinya. Tabel fakta berisi nama-nama fakta
(ukuran) dan key dari tabel-tabel dimensi yang berelasi dengan tabel fakta itu.
Data fakta diekstrak dari berbagai sumber. Data fakta cenderung stabil dan tidak
berubah terhadap waktu. Tabel fakta berukuran besar, serta memiliki jumlah
baris sesuai dengan jumlah kombinasi nilai dimensi yang mungkin dan jumlah
kolom sesuai dengan jumlah dimensi yang direpresentasikan.
Kubus data disebut juga cube atau cuboid, berasal dari banyak dimensi.
Potongan cuboid yang lebih kecil dapat dibuat dengan mengambil sebagian
dimensi dari sebuah cuboid besar. Potongan cuboid memiliki tingkat yang lebih
tinggi (besar nilainya) dari cuboid asalnya. Cuboid dengan tingkat rendah disebut
base cuboid. Kubus data dengan tiga dimensi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 Kubus data dengan tiga dimensi (Han & Kamber, 2006)
Kubus data pada gambar 2 memiliki dimensi time, item dan location.
Fakta numerik sebagai ukuran yang ditampilkan menggambarkan jumlah
penjualan per item.
Pemodelan data warehouse dikenal dengan skema (schema) yang berisi
kumpulan entitas dan hubungan antar entitas. Sebuah data warehouse
memerlukan skema yang ringkas dan berorientasi subjek yang dapat digunakan
dalam analisis data OLAP. Skema yang umum dikenal diantaranya adalah:
6 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
a. Skema Bintang (star schema)
Pada skema ini, hubungan antara tabel dimensi dan tabel fakta
menyerupai bintang, di mana satu tabel fakta dihubungkan dengan
beberapa tabel dimensi. Query yang terbentuk antara tabel fakta dan
sejumlah tabel dimensi dinamakan star query. Setiap tabel dimensi
direlasikan secara langsung dengan tabel fakta berdasarkan kolom
primary key dan foreign key, namun di antara tabel dimensi tidak ada
yang saling berelasi sehingga proses eksekusi query akan lebih optimal.
b. Skema Snowflake (snowflake schema)
Skema snowflake adalah variasi dari skema bintang dimana beberapa
tabel dimensi dinormalisasi, dan menghasilkan beberapa tabel tambahan.
Skema ini memiliki struktur basis data yang lebih kompleks dibanding
skema bintang. Tabel-tabel dimensi dinormalisasikan dengan satu atau
lebih kolom yang memiliki duplikasi data sehingga struktur datanya
semakin ramping. Dengan pengelompokan ini, data akan lebih mudah
dibaca. Struktur ini akan menghemat space storage, namun waktu yang
diperlukan untuk eksekusi makin lama karena adanya penyebaran data.
c. Skema Galaksi (fact constellation)
Pada skema galaksi, beberapa tabel fakta berbagi dengan tabel dimensi.
Extract Transform and Load (ETL)
ETL merupakan proses pemasukan data operasional ke dalam data
warehouse. ETL juga dapat digunakan untuk mengintegrasikan data dengan
sistem yang sudah ada sebelumnya. Tujuan ETL adalah mengumpulkan,
menyaring, mengolah, dan menggabungkan berbagai data yang relevan dari
berbagai sumber untuk disimpan ke dalam data warehouse. Hasil proses ETL
adalah data yang memenuhi kriteria data warehouse, seperti data historis,
terpadu, terangkum, statis, dan memiliki struktur yang dirancang untuk keperluan
proses analisis.
Extract
Langkah pertama pada proses ETL adalah mengekstrak data dari
sumber-sumber data. Kebanyakan proyek data warehouse
menggabungkan data dari sumber-sumber yang berbeda. Sistem-sistem
yang terpisah sangat mungkin menggunakan format data yang berbeda.
Ektraksi bertujuan untuk mengubah data dengan format yang ada ke
dalam suatu format yang berguna untuk proses transformasi.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 7
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
Transform
Tahap transformasi menggunakan serangkaian aturan atau fungsi untuk
merubah data sumber agar sesuai dengan struktur data tujuan yakni data
warehouse.
Load
Tahap load berfungsi untuk memasukkan data ke dalam suatu data
warehouse. Jangka waktu proses ini tergantung pada kebutuhan
organisasi. Pada beberapa data warehouse, proses load dapat dilakukan
setiap minggu untuk mengisikan keseluruhan informasi yang ada secara
kumulatif, sementara pada data warehouse yang lain, proses load
dilakukan dengan menambahkan data baru dalam suatu bentuk yang
historical, setiap jam. Waktu dan jangkauan penggantian atau
penambahan data tergantung pada perancangan data warehouse pada
saat menganalisis keperluan informasi.
3. Metodologi
Pengelolaan keuangan daerah difokuskan pada tiga kategori data yakni
data anggaran; data penatausahaan (TU) dan data akuntansi. Data tersebut
diperoleh melalui observasi langsung pada bagian-bagian yang menyusun,
mencatat dan melaporkan data tersebut yakni bagian anggaran, bagian
perbendaharaan dan bagian akuntansi. Sedangkan informasi berkenaan
kebutuhan output didapat melalui dua cara yakni pertama, wawancara dengan
pihak manajemen sebagai pengguna informasi dari sistem yang akan didesain;
kedua, melalui studi literatur berkaitan dengan penilaian kinerja pemerintahan
daerah pada sektor keuangan dan ekonomi.
Langkah-langkah penyelesaiaan masalah meliputi dua langkah penting
yakni analisis kebutuhan, desain dan perancangan sistem. Tahap desain dan
perancangan memiliki aktifitas desain data warehouse, integrasi data,
membangun layanan analisis, OLAP dan delivery report.
4. Perancangan Data Warehouse
4.1 Arsitektur Data Warehouse
Perancangan data warehouse dimulai dari pengumpulan data sumber
yang diperoleh dari berbagai bentuk data operasional online transaction
processing (OLTP). Selanjutnya data diproses pada tahap ETL dengan tiga
proses utama yakni Extract, Transform, and Load yakni mengubah data sumber
8 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
menjadi data terstandarisasi dengan struktur data warehouse dan di-load masuk
dalam data warehouse. Langkah terakhir adalah mendesain visualisasi/output
dari data warehouse dalam bentuk dashboard yang berisi berbagai grafik dan
infomasi interaktif. Arsitektur perancangan sistem data warehouse ditunjukkan
pada Gambar 3.
Gambar 3 Arsitektur perancangan data warehouse
4.2 Kebutuhan Sistem dan Data
Kebutuhan informasi merupakan kebutuhan output analisis dari
warehouse yang akan didesain. Berdasarkan analisis lapangan dengan
melakukan wawancara langsung, didapat beberapa kebutuhan informasi bagi
pengambil keputusan sebagai berikut:
a. Analisis realisasi anggaran
b. Analisis kemandirian daerah
c. Analisis trend kemandiran daerah
d. Analisis efektifitas kinerja keuangan daerah
e. Analisis efisiensi kinerja keuangan daerah
Sumber data dari informasi yang dikeluarkan merupakan data yang sudah
diolah dalam proses extract transform and load (ETL). Karena visualisasi
warehouse mengeluarkan informasi murni dari pengolahan data maka data yang
masuk dalam sistem harus data yang benar-benar berkualitas, sebab prinsip
informasi adalah garbage in garbage out (GIGO) artinya sampah yang masuk
sampah juga yang akan dikeluarkan. Data yang diperlukan dibagi menjadi tiga
yakni: data master, data anggaran dan data realisasi.
Data Master, adalah data yang bersifat tetap dan menjadi rujukan pada
data anggaran dan realisasi. Data master meliputi: data organisasi; data
kegiatan; data bidang; data program; data kegiatan; dan data chart of
account (COA).
Sumber Data Anggaran
Sumber Data Tatausaha
Sumber Data Akuntansi
Extract, Transform and
Load (ETL)
Data Warehouse Data Mart Cube(s)
Browsing Analisis (OLAP)
Delivery Report
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 9
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
Data Anggaran, disebut juga data Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Data tersebut disusun setiap tahun dan direkapitulasi
oleh biro keuangan menjadi data anggaran pemerintah daerah. Struktur
kodifikasi anggaran disusun berdasarkan urusan pemerintahan, unit
organisasi, program dan kegiatan serta kode rekening pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
Data Realisasi, adalah data penerimaan pendapatan dan pengeluaran
belanja pada setiap mata anggaran. Data realisasi anggaran setiap SKPD
terangkum dalam dokumen Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) bulanan.
Pada dokumen SPJ, realisasi anggaran dikelompokkan ke dalam enam
kelompok yakni realisasi pendapatan; realisasi belanja tidak langsung;
realisasi belanja langsung; realisasi belanja Uang Persediaan (UP)/Ganti
Uang (GU)/Tambahan Uang (TU); realisasi penerimaan pembiayaan dan
realisasi pengeluaran pembiayaan.
4.3 Perancangan Data Warehouse
Perancangan data warehouse merupakan langkah-langkah menyusun
kebutuhan ukuran output melalui desain database. Tahap pertama dalam
penyusunan data warehouse adalah mendata measures yang dibutuhkan oleh
output sistem. Untuk memenuhi kebutuhan output dibutuhkan dua jenis
measures yakni measures dasar yang terikat pada tabel fakta dan measures
turunan yang merupakan kalkulasi dari measures dasar.
1. Measures Dasar
Measures dasar yang terikat pada dua tabel fakta adalah nilai anggaran
dan jumlah realisasi. Nilai anggaran adalah jumlah anggaran yang
dikategorikan berdasarkan organisasi pemerintahan, rekening keuangan,
kegiatan dan tahun anggaran. Nilai anggaran memiliki dua measures
yakni nilai anggaran murni dan nilai anggaran perubahan. Nilai tersebut
didapat dari tabel fakta anggaran. Measures dasar yang kedua adalah
jumlah realisasi yakni jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran
seluruh organisasi pemerintahan berdasarkan obyek-obyek penerimaan
dan pengeluaran yang telah tersusun dalam dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Measures Turunan
Adalah ukuran-ukuran yang didapat dari hasil filtering dan kalkulasi
kolom-kolom pada tabel fakta dan diperlukan untuk menghasilkan output
10 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
sesuai dengan kebutuhan analisis BI. Ukuran-ukuran tersebut dijelaskan
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Daftar measures turunan
No Ukuran Keterangan Tipe
Keluaran
1 Lebih kurang Nilai anggaran – Jumlah realisasi Numerik
2 Prosen realisasi Jumlah realisasi/Nilai anggaran Prosentase
3 Anggaran PAD Nilai anggaran dengan kode kelompok 4.1 (Pendapatan Asli Daerah – PAD)
Numerik
4 Jumlah PAD Jumlah realisasi kode kelompok 4.1 (PAD)
Numerik
5 Jumlah Non PAD
Jumlah realisasi pendapatan non PAD dari kode kelompok pendapatan selain 4.1
Numerik
6 Biaya PAD Biaya yang dikeluarkan untuk memperolah pendapata yakni biaya pegawai.
Numerik
7 Rasio Kemandirian
100%-(Jumlah realisasi Non PAD/Jumlah realisasi PAD)
Prosentase
8 Rasio Efektifitas Jumlah realisasi PAD/Nilai Anggaran PAD
Prosentase
9 Rasio Efisiensi Biaya PAD/Jumlah realisasi PAD Prosentase
4.4 Skema Database
Data dimensi dan fakta dalam desain data warehouse disusun
menggunakan skema galaksi, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Skema galaksi
dipilih karena memiliki keuntungan menghemat memori dan mengurangi
kesalahan yang terjadi saat proses integrasi data.
5. Visualisasi
Visualisasi data warehouse dibuat dalam dua bentuk utama yakni online
analitical processing (OLAP), grafik KPI, dan delivery report.
5.1 Visualisasi OLAP
Salah satu output OLAP ditunjukkan pada Gambar 5. Kerja OLAP dapat
fleksibel sesuai kehendak pengguna yang membutuhkan informasi dan
menganalisa data dari berbagai sudut dimensi. Pada bagian atas browser “Drop
Filter Fields Here” dapat diisi dimensi yang dapat membandingkan isi dari
dimensi tertentu seperti membandingkan tingkat kinerja keuangan tahun 2009
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 11
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
dan 2010 saja, atau 2009 dan 2011 saja dan seterusnya sehingga manipulasi
data untuk mendapatkan informasi yang berguna dari kubus kinerja keuangan
menjadi lebih luas dan leluasa bagi pengguna.
Gambar 4 Skema Galaksi Perancangan Data Warehouse
5.2 Visualisasi KPi
Ketiga rasio yang telah dibuat dapat dilihat hasilnya melalui browser view
yang ada pada tab KPi. Keluaran yang ditampilkan dari output KPi tapak pada
Gambar 6. Hasil ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rasio Kemandirian
Rasio Kemandirian pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010
sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio
kemandirian daerah adalah 72,21%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam
tabel rasio kemandirian daerah berada pada interval 50% - 75% yang
menunjukkan kemampuan keuangan daerah sedang dan pola hubungan
dengan pemerintah pusat bersifat partisipatif.
b. Rasio Efektivitas
Rasio efektifitas pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010
sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio
fakta_anggaran
PK id_anggaran
FK1 kd_organisasi
FK2 kd_kegiatan
FK3 kd_rekening
FK4 kd_tahun
nilai_anggaran
nilai_anggaran_p
keterangan
dim_organisasi
PK kd_organisasi
FK1 kd_bidang
nm_organisasi
keterangan
dim_bidang
PK kd_bidang
FK1 kd_urusan
nm_bidang
keterangan
dim_urusan
PK kd_urusan
nm_urusan
keterangan
dim_program
PK kd_program
FK1 kd_bidang
nm_program
keterangan
dim_kegiatan
PK kd_kegiatan
FK1 kd_program
nm_kegiatan
keterangan
dim_rekening
PK kd_rekening
FK1 kd_obyek
nm_rekening
keterangan
dim_akun_obyek
PK kd_obyek
FK1 kd_jenis
nm_obyek
keterangan
dim_akun_jenis
PK kd_jenis
FK1 kd_kelompok
nm_jenis
keterangan
dim_akun_kelompok
PK kd_kelompok
FK1 kd_akun
nm_kelompok
keterangan
dim_akun
PK kd_akun
nm_akun
keterangan
fakta_realisasi
PK id_realisasi
FK1 kd_tahun
FK4 kd_organisasi
FK2 kd_kegiatan
FK3 kd_rekening
tanggal
FK5 kd_bulan
jumlah
keterangan
dim_tahun
PK kd_tahun
tahun
keterangan
dim_bulan
PK kd_bulan
nm_bulan
keterangan
12 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
efektivitas daerah adalah 122.71%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam
tabel rasio efektivitas daerah berada pada interval lebih besar dari 100%
yang menunjukkan nilai efektif.
c. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi pada output Gambar 6 ditampilkan tahun 2010
sebagaimana filter dimensi di bagian atas. Pada tahun tersebut nilai rasio
efisiensi daerah adalah 26.74%. Angka ini jika dimasukkan ke dalam tabel
rasio efisiensi daerah berada pada interval lebih kecil dari 100% yang
menunjukkan nilai efisien.
5.3 Delivery Report
Delivering adalah operasi output yang dapat dilakukan oleh user dalam
menggunakan dan mengelola analisis data dari kubus data yang telah dibuat.
Pengujian sistem terkait dengan delivering report akan menggunakan aplikasi
Microsoft Office Exel 2007. Tool ini dipilih karena telah memiliki kemampuan
mengambil data analisis dari BI SQL Server.
Gambar 5 Displaying cube detail tahun, organisasi, rekening dan obyek
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 13
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
Gambar 6 KPi Rasio Kemandirian, Efektivitas dan Efisiensi Kinerja Keuangan Daerah
Bentuk dan isi yang ditampilkan pada grafik akan otomatis berubah ketika
isi data yang di-set pada Gambar 7 berubah sedangkan isi data tersebut secara
fleksibel dapat dipilih berdasarkan kolom-kolom pada tabel pivot. Kolom-kolom
tersebut diambil dari kubus data secara penuh sehingga dapat menampilkan
seluruh atribut pada dimensi kubus yang diambil.
Gambar 7 Bentuk visualisasi pembacaan via Excel
14 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1) Data warehouse dapat digunakan dan diimplementasikan di pemerintah
daerah sebagai alat bantu pengambil keputusan;
2) Hasil dari desain, rancangan, implementasi hingga pengujian data
warehouse tersebut dapat digunakan oleh institusi pemerintah daerah
khususnya pemegang fungsi komputer dan telekomunikasi sebagai model
yang dapat digunakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan manajemen
mendatang; dan
3) Sistem warehouse menghasilkan keluaran yang dapat diolah secara
mendalam menggunakan Microsoft Excel dengan tetap mengambil
seluruh kemampuan dari analisis mesin warehouse.
Sistem ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah khususnya bidang
monitoring dan evaluasi BAPPEDA dan biro keuangan provinsi dalam
menyajikan laporan keuangan daerah.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 15
Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda .............. Kholid Haryono
Daftar Pustaka
Bastian, I., 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE UGM.
Connolly, T.M. & Begg, C.E., 2005. Database Systems: A Practical Approach to Design, Implementation, and Management, 4th Edition. Boston: Addison-Wesley.
Dajan, A., 2008. Pengantar Metode Statistik, Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES.
Halim, A., 2001. Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Han, J. & Kamber, M., 2006. Data Mining: Concepts and Techniques, 2nd Edition. Massachusetts: Morgan Kaufmann Publishers.
Inmon, W.H., 2005. Building Data Warehouse, 4th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.
Kimball, R., 1996. The Data Warehouse Toolkit: Practical Techniques for Building Dimensional Data Warehouses. New Jersey: John Wiley & Sons.
Kroenke, D.M., 2006. Database Processing: Fundamentals, Design and Implementation, 10th Edition, New Jersey: Prentice Hall.
Larson, B., 2009. Delivering Business Intelligence with Microsoft SQL Server 2008. New York: McGraw-Hill Osborne.
Li, S.T., Shue, L.Y. & Lee, S.F., 2008. Business Intelligence Approach to Supporting Strategy Making of ISP Service Management. Expert Systems with Applications, 35(3), pp. 739-754.
Mahsun, M., 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE UGM.
Olszak, C. & Ziemba, E., 2007. Approach to Building and Implementing Business Intelligence Systems. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge and Management, 2, pp. 135-148.
Power, D.J., 2002. A Brief History of Decision Support Systems. [Online] Tersedia di: http://dssresources.com/history/dsshistoryv28.html [Diakses pada 1/12/2013].
Prastowo, D. & Julianty, R., 2002. Analisa Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Reddy, G.S., Srinivasu, R., Rao, M.P.C., & Rikkula, S.R., 2010. Data Warehousing, Data Mining, OLAP and OLTP Technologies are Essential Elements to Support Decision-Making Process in Industries. International Journal on Computer Science and Engineering, 2(9), pp. 2865-2873.
Rifai, N. & Gupta, K.A., 2004. Business Intelligence. [Online] Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/58661082/Bussines-Intellegence-Noverino-Rifai-Kharizt-a-Gupta-ITB [Diakses pada 1/12/2013].
16 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Kholid Haryono .............. Penerapan Data Warehouse dalam Pengelolaan Keuda
Robertson, G., 2002. Review Kinerja. Lokakarya Review Kinerja BPKP dan Executive Education.
Ronald, 2008. Quick Intro to Microsoft Office PerformancePoint Server 2007. Bandung: MIC ITB.
Ronald, A. & Sarmiyatiningsih, D., 2010. Analisis Kinerja Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi sebelum dan sesudah diberlakukannya Otonomi Daerah di Kabupaten Kulon Progo. Efektif: Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 1(1), pp. 31-42.
Steadman, M., 2003. Business Intelligence: The Value of BI for Association Executives. [Online] Tersedia di: http://www.axi.ca/tca/jul2003/guestarticle _5.shtml [Diakses pada 1/12/2013].
Thesaurianto, K., 2007. Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kemandirian Daerah. Thesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Turban, E., Aronson, J.E. & Liang, T.P., 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Williams, S. & Williams, N., 2004. BI & Government Performance Management: Getting to Green. [Online] Tersedia di: http://www.information-manage ment.com/issues/20041101/1012392-1.html [Diakses pada 1/12/2013].
Williams, S. & Williams, N., 2007. The Profit Impact of Business Intelligence. San Francisco: Morgan Kaufmann, Elsevier.
17
PERANCANGAN ULANG RENSTRA SI PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI MENGGUNAKAN METODE TOGAF FRAMEWORK
DAN IT BALANCED SCORECARD SEBAGAI PARAMETER ANALISIS DARI ORGANISASI
Fajrin Nurman Arifin, Eko Nugroho, Abdul Kadir
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Abstrak
Saat ini teknologi informasi, komputer, dan telekomunikasi memiliki dampak yang revolusioner dan terstruktur seperti yang telah diduga sebelumnya. Pemanfaatan sistem informasi digunakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi, yaitu efisiensi dan efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi untuk pengembangan sistem informasi agar tercapai visi dan misi dalam pemenuhan kebutuhan dari organisasi. Tujuan dalam penelitian adalah membuat usulan rencana strategis sistem informasi, dengan menggunakan TOGAF ADM dalam rangka untuk menyelaraskan fungsi dari sistem informasi dan mendukung rencana strategis pemerintahan. Tujuan lain yang diharapkan adalah bagaimana rancangan dan susunan dari strategi sistem informasi yang digunakan mampu menggambarkan secara detail dari arsitektur sistem informasi. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah konsep IT Balanced Scorecard(BSC) untuk menganalisis permasalahan kebutuhan informasi.
Kata Kunci: Sistem Informasi, Rencana Strategis, TOGAF ADM, IT Balanced Scorecard.
1. Pendahuluan
Saat ini teknologi informasi, komputer dan telekomunikasi memiliki
dampak yang revolusioner dan terstruktur (McNurlin, et al., 2009). Organisasi-
organisasi dalam sektor industri, pemasaran, dan pemerintahan sangat
bergantung pada sistem informasi yang mereka miliki (Ward & Peppard, 2002).
Pemanfaatan sistem informasi digunakan untuk mencapai tujuan dan misi
organisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah strategi untuk pengembangan
sistem informasi agar tercapai visi dan misi organisasi.
Strategi sistem informasi merupakan penjelasan dari kebutuhan atau
permintaan dari organisasi terhadap informasi dan sistem untuk mendukung
strategi bisnisnya (Ward & Peppard, 2002). Oleh karena itu, diperlukan sebuah
perhatian khusus saat sebuah organisasi atau perusahaan tidak memiliki strategi
sistem informasi. The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan
sebuah metode yang menunjukkan detail dalam membangun, mengelola, dan
mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut
Architecture Development Method (ADM).
18 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
Renstra yang saat ini digunakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi
dampaknya kurang maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan
dengan mempertimbangkan framework pengembangan dari renstra dan
beberapa metode analisis sebagai parameter ukuran dari organisasi.
2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
2.1 Enterprise Architecture
Enterprise architecture atau lebih dikenal dengan arsitektur enterprise
adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi,
fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi, dan parameter kinerja. Arsitektur
enterprise mengambarkan rencana untuk mengembangkan sebuah sistem atau
sekumpulan sistem. Agar implementasi arsitektur enterprise bisa digunakan oleh
organisasi, sebaiknya organisasi mengadopsi sebuah metode atau framework
yang bisa digunakan dalam melakukan pengembangan arsitektur enterprise
tersebut sehingga dengan adanya metode arsitektur enterprise diharapkan dapat
mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan teknologi
informasi yang akan diinvestasikan.
2.2 TOGAF ADM
Gambar 1 Gambar TOGAF ADM
TOGAF memberikan metode secara detail bagaimana membangun dan
mengelola serta mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi
yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) (The Open
Group, 2009). TOGAF ADM seperti ditunjukkan pada Gambar 1, juga merupakan
metode yang fleksibel karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan
dan kebutuhan selama perancangan dilakukan. Fase-fase pengembangan dalam
framework TOGAF antara lain:
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 19
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
a. Preliminary
b. Architecture Vision
c. Business Architecture
d. Information System Architecture
e. Technology Architecture
f. Opportunities and Solution
g. Migration Planning
h. Implementation Governance
i. Architecture Change Management
2.3 IT Balanced Scorecard
IT Balanced Scorecard adalah salah satu alat untuk mengukur kinerja dari
suatu teknologi informasi yang memandang unit bisnisnya dari empat perspektif
yaitu kontribusi ke organisasi, orientasi pengguna, keunggulan operasional, dan
orientasi di masa depan. Van Grembergen dan Van Bruggen pada tahun 1997
mengadopsi BSC untuk digunakan pada departemen teknologi informasi (Van
Grembergen & Van Bruggen, 1997). Mereka berpandangan bahwa departemen
teknologi informasi merupakan penyedia layanan internal maka perspektif yang
digunakan harus mengalami perubahan dan disesuaikan. Perubahan yang
dilakukan oleh van Grembergen dan Van Bruggen dapat dilihat pada Gambar 2.
1. Perspektif kontribusi ke organisasi
Perspektif kontribusi ke organisasi adalah perspektif yang mengevaluasi
kinerja IT berdasarkan pandangan dari manajemen eksekutif, direktur dan
shareholder. Evaluasi IT dapat dipisahkan menjadi dua macam:
a. jangka pendek berupa evaluasi secara finansial;
b. jangka panjang yang berorientasi pada proyek dan fungsi IT itu
sendiri
2. Perspektif berorientasi pengguna
Perspektif berorientasi pengguna adalah perspektif yang mengevaluasi
kinerja teknologi informasi berdasarkan cara pandang pengguna bisnis
dan pelanggan dari unit bisnis yang ada. Organisasi melakukan
identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perspektif
berorientasi pengguna membuat organisasi dapat menyelaraskan
berbagai ukuran pelanggan penting yaitu: kepuasan, loyalitas, retensi,
akuisisi, dan profitabilitas dengan pelanggan itu sendiri dan segmen pasar
yang menjadi sasaran. Selain itu perspektif ini juga memungkinkan
20 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
organisasi melakukan identifikasi dan pengukuran secara eksplisit yang
menetapkan proposisi nilai (faktor pendorong) yang akan organisasi
berikan kepada pelanggan dan segmen pasar yang menadi sasaran.
3. Perspektif keunggulan operasional
Perspektif keunggulan operasional adalah perspektif yang menilai kinerja
IT berdasarkan cara pandang manajemen IT, pihak yang berkaitan
dengan audit, dan pihak yang menetapkan aturan-aturan yang digunakan.
Keunggulan operasional suatu organisasi dapat dilihat pada operasi
bisnis internal yang terjadi.
4. Perspektif berorientasi masa depan
Perspektif berorientasi masa depan adalah perspektif yang menilai kinerja
IT berdasarkan cara pandang dari departemen itu sendiri. Pada perspektif
ini akan menyiapkan infrastruktur organisasi yang memungkinkan tujuan
dari tiga perspektif sebelumnya dapat tercapai. Kemampuan organisasi
untuk dapat menghasilkan produk atau jasa di masa mendatang dengan
kemampuan layanan yang memuaskan harus dipersiapkan mulai saat ini.
Gambar 2 Perubahan yang dilakukan oleh Van Grembergen dan Van Bruggen terhadap metode Balanced Scorecard (Van Grembergen & Van Bruggen, 1997)
3. Pertanyaan Penelitian
“Bagaimana susunan renstra SI di pemerintah kabupaten Banyuwangi
yang dapat memberikan dukungan terhadap bisnis/pelayanan dari pemerintah
kabupaten Banyuwangi?”
4. Metode Penelitian
4.1 Bahan Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk menguji pertanyaan penelitian,
mendeskripsikan data dan fakta, serta kencenderungan-kecenderungan yang
saling berhubungan dan berpengaruh terhadap arsitektur sistem informasi yang
akan dikembangkan berdasarkan pendekatan TOGAF ADM. Bahan pada
penelitian ini adalah dekomposisi proses bisnis, pemanfaatan infrastruktur sistem
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 21
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
informasi, serta pola perolehan informasi pada unit kerja pemerintah (SKPD) di
lingkungan pemerintah kabupaten Banyuwangi.
4.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah identifikasi dari proses
pengembangan sistem informasi dalam pemerintahan dengan menggunakan
konsep IT Balanced Scorecard (BSC). Hal lainnya yang dilakukan dalam
penelitian adalah analisis permasalahan kebutuhan informasi agar diketahui
apakah saat ini pelayanan publik dapat dimaksimalkan jika nantinya arsitektur
sistem informasi sudah dibentuk.
4.3 Jalan Penelitian
Studi pendahuluan dilaksanakan melalui studi pustaka yang bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman konseptual. Pemahaman tersebut diperoleh
berdasarkan kerangka berpikir sebagai landasan dalam menemukan fakta dan
fenomena yang berkembang saat ini di masing-masing SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah). Berikut adalah tahapan-tahapan yang digunakan sebagai
gambaran dari jalannya penelitian yang dilakukan:
a. Kerangka kerja penelitian
b. Analisis kondisi saat ini
c. Kondisi yang diinginkan di masa depan
Metode yang digunakan dalam pencarian data dijabarkan sebagai berikut:
a. kuesioner untuk memetakan proses bisnis yang berjalan saat ini dan
kondisi dari penggunaan teknologi TI di masing-masing instansi;
b. wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian;
c. studi pustaka untuk mempelajari dokumentasi yang telah ada di
lingkungan pemerintahan kabupaten Banyuwangi; dan
d. observasi langsung di lingkungan unit kerja yang akan diteliti.
4.4 Diagram Penelitian
Gambar 3 Diagram Penelitian
22 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
a. Evaluasi
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian adalah evaluasi dari
kondisi teknologi informasi yang saat ini dimiliki oleh kabupaten
Banyuwangi. Hal lain yang dilakukan adalah wawancara untuk
mendapatkan informasi tentang adanya perencanaan strategis sistem
informasi untuk mendukung rencana strategis kabupaten Banyuwangi.
Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa saat ini penggunaan renstra
sistem informasi kurang maksimal dan belum dapat mendukung renstra
kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu, dibutuhkan penyempurnaan dari
renstra sistem informasi agar proses pengembangannya dapat maksimal.
b. Penyusunan analisis IT BSC dan PEST
Bagian ini disusun sebuah matriks hasil evaluasi dari renstra sistem
informasi yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi. Bentuk
matriks hasil evaluasi berupa faktor-faktor yang mendukung
pengembangan renstra sistem informasi. Dalam analisis IT BSC
menunjukkan hasil pengukuran berdasarkan empat kategori yang
terdapat didalam analisis IT BSC. Dalam analisis tersebut juga
menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dari renstra
terdahulu. Namun, beberapa faktor yang lain menunjukkan sebuah
dukungan dalam pengembangan renstra sistem informasi. Analisis PEST
digunakan untuk mengevaluasi kondisi eksternal dari pemerintah
kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan pengembangan renstra sistem
informasi yang baru.
c. Penyusunan Rencana strategis TOGAF ADM
Penyusunan renstra TOGAF ADM dibagi menjadi sembilan tahapan yang
menunjukkan detail langkah-langkah penyusunan berdasarkan fungsi dan
kategori yang menjadi fokus penyusunan. Dalam penyusunan TOGAF
ADM dimasukkan analisis SWOT dan Matriks McFarlan untuk
menyempurnakan tahapan pengembangan dari framework TOGAF.
Analisis SWOT digunakan dalam tahapan opportunities and solution
untuk menunjukkan kekuatan dan peluang dari pengembangan rencana
strategis sistem informasi. Untuk bagian weakness dan threat
menunjukkan kelemahan dan ancaman berkaitan kondisi internal dan
eksternal dari kabupaten Banyuwangi. Dalam analisis SWOT juga
menunjukkan sebuah solusi untuk menghindari ancaman dan
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 23
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
memaksimalkan kekuatan saat akan melakukan pengembangan dari
renstra sistem informasi. Matriks McFarlan digunakan untuk menunjukkan
pengelolaan dari portofolio aplikasi yang sudah dimiliki atau yang akan
dikembangkan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi. Matriks
McFarlan juga digunakan untuk mendukung tahapan business
architecture, migration planning, dan implementation governance dari
framework TOGAF ADM.
d. Usulan perbaikan renstra
Bagian ini merupakan sebuah hasil akhir penyusunan rencana strategis
sistem informasi kabupaten Banyuwangi menggunakan TOGAF ADM.
Rencana strategis yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan
dukungan terhadap pelayanan dan TUPOKSI dari kabupaten
Banyuwangi. Hal lain yang diharapkan dari hasil rencana strategis sistem
informasi adalah sebuah usulan pengembangan dari sistem informasi
kabupaten Banyuwangi yang lebih terstruktur.
5. Hasil dan Pembahasan
Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian antara lain berupa susunan
renstra SI pemkab Banyuwangi menggunakan metode framewok TOGAF ADM,
faktor-faktor penilaian dari analisis IT BSC untuk mengukur perkembangan
teknologi IT di pemerintah kabupaten Banyuwangi, dan matriks McFarlan yang
digunakan untuk mengorganisasi portofolio aplikasi yang akan dikembangkan
maupun yang telah digunakan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi.
5.1 Analisis IT Balanced Scorecard
IT Balanced Scorecard adalah salah satu alat untuk mengukur kinerja dari
suatu teknologi informasi yang memandang unit bisnisnya dari empat perspektif
yaitu kontribusi ke organisasi, orientasi pengguna, keunggulan operasional, dan
orientasi di masa depan. Van Grembergen dan Van Bruggen pada tahun 1997
mengadopsi BSC untuk digunakan pada departemen teknologi informasi. Hasil
penelitian menunjukkan beberapa faktor pendukung maupun yang menjadi
hambatan dalam pengembangan sistem informasi. Bentuk hasil pengukuran
dibedakan menjadi tiga bagian, yakni apakah saat ini obyek yang menjadi fokus
pengukuran sudah berhasil, tidak berhasil, dan sedang dalam proses mencapai
hasilnya.
24 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
5.2 Analisis PEST
Analisis PEST merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur faktor
eksternal berkaitan dengan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi dari
organisasi. Dalam hal ini kategori-kategori pengukuran analisis PEST dapat
digunakan sebagai tolak ukur terhadap pengembangan rencana strategis sistem
informasi pemerintah kabupaten Banyuwangi berdasarkan Politik, Ekonomi,
Sosial, dan Teknologi.
5.3 Preliminary
Fase preliminary merupakan tahap awal yang merupakan tahap
persiapan perancangan rencana strategis sistem informasi. Tahapan ini
dilakukan agar proses perancangan dapat terarah dengan baik. Pada tahap ini
didefinisikan bagaimana rancangan tersebut akan dibuat. Tujuan dari fase
preliminary adalah untuk mengkonfirmasi komitmen dari manajemen, penentuan
framework dan metodologi yang akan digunakan dalam pengembangan
arsitektur enterprise.
5.4 Architecture Vision
Tahapan ini memiliki peran dalam menciptakan keseragaman pandangan
mengenai pentingnya arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi
yang dirumuskan dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur
yang akan dikembangkan. Pada fase ini direpresentasikan melalui aspek visi dan
misi, tujuan, sasaran dan ruang lingkup (scope).
a. Pendekatan Dan Ruang Lingkup
b. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
c. Visi Teknologi Informasi
d. Misi Teknologi Informasi
e. Tujuan dan Sasaran
5.5 Business Architecture
Gambaran umum kondisi saat ini dari penerapan teknologi informasi di
pemerintah kabupaten Banyuwangi didapat dengan cara mengumpulkan data
melalui penyebaran kuesioner, survei lapangan dan wawancara dengan kepala
atau wakil dari satuan kerja yang ada di lingkungan pemerintah kabupaten
Banyuwangi. Wawancara bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dari
para eksekutif di masing-masing unit kerja mengenai proses bisnis di setiap
SKPD, permasalahan dengan sistem yang ada, visi ke depan tentang penerapan
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 25
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
teknologi informasi, pertukaran informasi antar unit kerja, kondisi SDM di setiap
SKPD, dan hal-hal lainnya yang terkait. Hal lainnya berkaitan dengan kuesioner
dan survei lapangan memiliki tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kondisi saat ini penerapan teknologi informasi di masing-masing unit kerja. Detail
dari business architecture dapat dilihat dalam tabel matriks McFarlan.
Tabel 1.a Matriks IT Balanced Scorecard
No Obyektif Ukuran Target Inisiatif Penilaian
1. Corporate Contribution
a. Landasan dalam pengem-bangan SI/TI
Evaluasi keefektifan pengguna-an
Mampu menjadi dasar / arahan dalam pengem-bangan
Membuat perda dan SIMDA
Proses mencapai target
Saat ini beberapa SKPD telah menggunakan landasan (SIMDA) untuk mengembangkan aplikasi. Namun beberapa yang lainnya masih belum menggunakannya.
b. Alokasi dana untuk pengem-bangan SI
banyaknya ketersedia-an dana
Membantu kemudahan dalam pengem-bangan SI dalam segi finansial
Pengalokasian dana di beberapa instansi
Tidak mencapai target
Alokasi dana di masing-masing SKPD tidak sama. Hal ini dikarenakan fokus pengembangan yang dilakukan oleh kabupaten Banyuwangi berfokus pada kesehatan dan pendidikan
2. User Orientation
a. Pengem-bangan SI
Kepuasan user
Kemudahan dalam pelayanan terhadap masyarakat
Pembuatan SI di beberapa instansi pemerintahan
Proses mencapai target
Pengembangan SI di masing-masing SKPD saat ini masih berjalan. Beberapa diantaranya telah memiliki sistem yang membantu proses pelayanan ke masyarakat atau pelaku bisnis
3. Operational Exellence
a. Integrasi informasi / data dari SI di beberapa instansi
Keefektif-an dari integrasi
Memaksi-malkan komunikasi antar instansi dalam penggunaan data
Pembuatan SI yang mampu memberikan informasi/data yang dapat digunakan secara bersamaan
Tidak mencapai target
Meskipun telah memiliki landasan arah pengembangan SI. Namun, beberapa SKPD tidak menggunakannya sehingga konsep integrasi data masih belum dapat terlaksana
26 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
Tabel 1.b Matriks IT Balanced Scorecard – Lanjutan
No Obyektif Ukuran Target Inisiatif Penilaian
4. Future Orientation
a. Tenaga ahli
Jumlah tenaga IT di beberapa instansi
Mencapai jumlah yang sesuai dari tenaga IT
Perekrutan / pelatihan tenaga IT
Tidak mencapai target
Saat ini jumlah tenaga IT di masing-masing SKPD belum terpenuhi. Hal lainnya berkaitan pelatihan-pelatihan berkala dari teknologi IT juga belum dilaksanakan.
b. Sarana pendukung
Jumlah sarana pendukung yang tersedia
Memberikan kemudahan dalam alur lalu lintas pertukaran data
Pemasangan tower pada titik-titik yang telah ditentukan sesuai dengan mapping dari perencanaan
Mencapai target
Jumlah sarana pendukung teknologi IT saat ini telah mencukupi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tower maupun teknologi lainnya yang telah terpasang berdasarkan PerDa tahun 2007
5.6 Information System Architecture
a. Arsitektur Aplikasi
Arsitektur aplikasi yang dimaksudkan dalam bagian ini tidak berfokus
pada desain dari aplikasi namun bertujuan untuk menjelaskan aplikasi-
aplikasi yang mendukung proses pelayanan pemerintah kabupaten
Banyuwangi, baik pelayanan kepada masyarakat maupun terhadap
internal dari pemerintahan itu sendiri.
b. Arsitektur data
Pada bagian ini menjelaskan mengenai arsitektur data saat ini yang
digunakan di masing-masing SKPD maupun data yang menjadi usulan
untuk digunakan di tiap-tiap SKPD. Arsitektur data yang dimaksudkan
dalam bagian ini tidak berfokus pada desain dari data namun bertujuan
untuk menjelaskan data yang mendukung proses pelayanan pemerintah
kabupaten Banyuwangi.
5.7 Technology Architecture
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan platform teknologi saat
ini dan melihat secara langsung penggunaan platform teknologi saat ini terhadap
aplikasi. Tahapan ini juga mendefinisikan teknologi-teknologi utama yang
dibutuhkan untuk memberikan dukungan terhadap aplikasi berikut data yang
akan dikelola.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 27
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
Pada tahun 2007 telah dipasang jaringan nirkabel (wireless LAN) sebagai
backbone yang menghubungkan seluruh SKPD di pemerintahan kabupaten
Banyuwangi, termasuk seluruh kantor kecamatan dan beberapa kantor
desa/kelurahan sebagai tahap awal dalam pengembangan jaringan utama
(backbone). Dalam perencanan berikutnya memiliki fokus pada pengembangan
jaringan utama yang menghubungkan seluruh perangkat pemerintahan
kabupaten Banyuwangi, termasuk seluruh kantor desa/kelurahan, puskesmas
serta institusi pendidikan atau sekolah-sekolah.
a. Media kabel digunakan untuk menghubungkan gedung-gedung yang
berdekatan.
b. Media radio yang digunakan sebagai alat komunikasi mempunyai 2 (dua)
konfigurasi, yaitu konfigurasi Mesh dan konfigurasi Point to Point.
Konfigurasi Mesh (Mesh Configuration) diterapkan untuk
menghubungkan antar gedung SKPD dari pemerintahan
kabupaten Banyuwangi yang letaknya berjauhan tetapi masih
berada dalam satu kota (kurang lebih 2,5 km). Antena yang
digunakan adalah Omni Directional Antena.
Konfigurasi Point to Point diterapkan sebagai backbone untuk
menghubungkan seluruh kecamatan di kabupaten Banyuwangi.
Antena yang digunakan adalah Point to Point Antena.
Gambar 4 Topologi Jaringan antar SKPD
28 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
Gambar 5 Topologi Jaringan Kabupaten Banyuwangi
Desa/kelurahan, puskesmas, sekolah dan telecenter terhubung ke
jaringan utama (backbone) dengan melalui kecamatan sebagai repeater-nya.
Untuk itu dalam topologi jaringannya bisa menggunakan konfigurasi mesh,
konfigurasi point to point atau gabungan kedua konfigurasi tersebut didasarkan
pada struktur geografi dan kontur dari daerah masing-masing.
5.8 Opportunities and Solution
SWOT analisis (Strength, Weakness, Opportunity and Threat Analysis)
dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis
internal/eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan
penyebaran kuisioner, sedangkan analisis internal/eksternal meliputi analisis
lingkungan internal organisasi yang terdiri dari analisis kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) dilanjutkan dengan analisis lingkungan eksternal yang
terdiri dari analisis kesempatan (opportunity) dan analisis ancaman (threat).
5.9 Migration Planning
Pada tahapan ini membahas tentang rencana migrasi dari sistem
informasi dan tenaga IT yang dibutuhkan oleh pemerintah kabupaten
Banyuwangi. Berdasarkan hasil studi pustaka, pemerintah kabupaten
Banyuwangi telah memiliki rencana pengembangan dari masing-masing sistem
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 29
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
informasi melalui renstra TI kabupaten Banyuwangi (2013-2017). Tahapan ini
juga membahas tentang strategi pengembangan guna mendukung proses
migrasi. Tahapan migrasi juga dapat mempertimbangkan matriks McFarlan
dalam pengembangan aplikasinya sehingga proses pengembangannya lebih
terfokus sesuai kebutuhan.
Tabel 2.a Tabel hasil analisis SWOT
EKSTERNAL
INTERNAL
Opportunities Threat
a. Menjalin kerjasama dengan daerah atau instansi lain dalam hal transfer knowledge
pengembangan dan pengelolaan TI.
b. Pemanfaatan otonomi daerah untuk pengembangan TI.
c. Pemanfaatan TI untuk pengembangan sumber daya, sosial budaya, dan ekonomi daerah.
d. Adanya PERDA yang mendukung pengembangan TI (disusunnya SIMDA sebagai arah pengembangan TI di masing-masing SKPD).
a. Ketidakstabilan politik. b. Adanya daerah lain
sebagai kompetitor untuk menarik pelaku bisnis.
c. Tidak terdapatnya penanggung jawab sistem informasi di masing-masing SKPD yang sesuai kualifikasi.
Strength
a. Proses bisnis dan sistematika pertukaran informasi antar SKPD dengan kabupaten/kota dan pusat sudah baku dan jelas.
b. Akses informasi kabupaten untuk masyarakat dan pelaku bisnis lebih mudah.
c. Sudah terbentuknya SKPD sebagai penanggung jawab aliran data/transaksi dari informasi.
d. Komitmen dari para stakeholders dalam pengembangan dan penerapan teknologi informasi
e. Infrastruktur pendukung TI (hardware dan software) telah cukup dan
memadai. f. Adanya perguruan
tinggi/akademi yang dapat menjadi mitra kerja pemkab Banyuwangi.
a. Memperbanyak frekuensi komunikasi dengan daerah (kabupaten) / instansi lain dalam hal pengembangan dan pengelolaan TI. (Strength (c,f) dengan Opportunities (a))
b. Mengembangkan / memaksimalkan suatu sistem informasi yang memudahkan masyarakat/pelaku bisnis untuk mengakses informasi yang berkaitan dengan ekonomi, sosial budaya, dan sumber daya yang dimiliki kabupaten Banyuwangi. (Strength (b,c) dengan Opportunities (c))
c. Memperbanyak PERDA maupun framework
sebagai arahan/dasar pengembangan TI. (Strength (d) dengan Opportunities (d))
a. Mengembangkan / memaksimalkan suatu sistem informasi yang memudahkan masyarakat/pelaku bisnis untuk mengakses informasi agar tertarik berinvestasi di kabupaten Banyuwangi. (Strength (b,f) dengan Threat (b))
b. Perbaikan stabilitas politik yang lebih nyaman. (Strength (d) dengan Threat (a))
c. Perlunya pelatihan-pelatihan secara berkala berkaitan dengan TI di masing-masing SKPD. (Strength (c) dengan Threat (c))
30 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
Tabel 2.b Tabel hasil analisis SWOT – Lanjutan
Weakness
a. Sistem pengolahan informasi belum optimal.
b. Tidak ada perencanaan pengembangan SDM yang sesuai dengan kebutuhan di masing-masing SKPD.
c. Penerapan teknologi yang tidak sepadan dengan daya dukung SDM.
d. Belum digunakannya standar pengembangan teknologi yang sudah ada.
e. Pendanaan untuk pengembangan TI yang terbatas.
f. Integrasi data yang kurang menyeluruh.
a. Memaksimalkan penggunaan framework (SIMDA) pengembangan yang sudah ada. (Weakness (d) dengan Opportunities (d))
b. Memasukan rencana pengembangan dan pengelolaan TI di RAPBD kabupaten Banyuwangi. (Weakness (e) dengan Opportunities (b))
c. Transfer knowledge saat pengembangan SI/TI untuk memaksimalkan integrasi data. (Weakness (f) dengan Opportunities (a))
a. Dilakukannya pelatihan secara berkala berkaitan dengan teknologi SI/TI maupun perekrutan tenaga ahli SI/TI di masing-masing SKPD. (Weakness (b,c) dengan Threat (c))
b. Optimalisasi penggunaan SI/TI untuk menarik investasi dari masyarakat/pelaku bisnis. (Weakness (a,f) dengan Threat (b))
5.10 Implementation Governance
Tahapan ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan
tata kelola sistem dan tata kelola teknologi informasi secara terstruktur. Saat ini
untuk tata kelola teknologi informasi menjadi tanggung jawab Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika sesuai dengan Peraturan Bupati
Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuwangi. Pada
tahapan ini ditampilkan sebuah matriks dari McFarlan yang berfungsi untuk
mengelola portofolio dari aplikasi. Penyusunan dari matriks McFarlan
berdasarkan tujuh pertanyaan yang diajukan oleh McFarlan untuk
mengklasifikasikan masing-masing aplikasi yang dikembangkan oleh pemerintah
kabupaten Banyuwangi.
5.11 Architecture Change Management
Tahapan ini memiliki peran dalam menetapkan rencana manajemen
arsitektur dari sistem yang baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap
perkembangan teknologi dan perubahan lingkungan organisasi, baik internal
maupun eksternal. Beberapa perubahan yang terjadi berkaitan dengan
pengembangan sistem informasi adalah kebutuhan tenaga TI di masing-masing
SKPD dan perubahan arsitektur dari sistem informasi yang akan dikembangkan.
Hal lain yang diusulkan berkaitan dengan pengembangan aplikasi/sistem
informasi dari masing-masing SKPD kabupaten Banyuwangi antara lain COTS
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 31
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
(Commercial Of The Self), FOSS (Free Open Source and Software), dan
Enterprise Application Integration.
Tabel 3 Tabel Matriks McFarlan
STRATEGIC HIGH POTENTIAL
a. SI Kependudukan dan Ketenagakerjaan
b. SI Perencanaan Pembangunan Daerah
c. SI Keuangan Daerah
d. SI Kas dan Perbendaharaan
e. SI Geografis
f. SI Eksekutif
a. SI Pelayanan Ijin Terpadu (SIMBPPT)
b. Portal Pemda
c. SI Potensi Daerah
d. SI Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)
a. SI Pengawasan Daerah
b. SI Pengelolaan Pendapatan Daerah
c. SI Pengelolaan Perusahaan Daerah
d. SI Pengadaan dan Pengelolaan Barang Daerah
e. SI Pengelolaan Pasar
f. SI Penyelenggaraan Pemerintahan (LPPD IKK)
g. Office Automation
h. SI Ketentraman dan Ketertiban
i. SI Pengelolaan Hukum dan Perundang-undangan (SISKUM/JDIH)
j. SI Arsip
a. SI Kepegawaian (SIMPEG)
b. SI Lingkungan Hidup dan Sarana Umum
c. SI Perpusda
d. SI Administrasi DPRD
e. SI Tata Naskah (PPID)
f. SI Kehutanan dan Pertanian
g. SI Peternakan
h. SI Pengairan
i. SI Perikanan dan Kelautan
j. SI Pertambangan dan Energi
k. SI Pariwisata dan Seni Budaya
l. SI Kesehatan
m. SI Pendidikan
n. SI Industri dan Perdagangan
o. SI Perhubungan dan Telekomunikasi
KEY OPERATIONAL SUPPORT
6. Penutup
6.1 Kesimpulan
1. Analisis IT Balanced Scorecard menunjukkan kondisi internal berkaitan
dengan faktor kegagalan pengembangan sistem informasi dan hal-hal
yang dapat mendukung dalam proses pengembangan sistem informasi.
2. Susunan rencana strategis sistem informasi lebih terstruktur berdasarkan
fase pengembangan dari TOGAF ADM, dimulai dari fase awal, proses
migrasi dan perubahan arsitektur dari sistem informasi yang akan
dikembangkan, sehingga nantinya rencana strategis yang tersusun dapat
dimanfaatkan secara maksimal dan lebih efektif.
3. Pada fase TOGAF Implementation Governance digunakan matriks
McFarlan untuk pengelolaan portofolio aplikasi agar aplikasi yang sedang
dikembangkan maupun yang sudah dimiliki oleh pemerintah kabupaten
Banyuwangi dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi dan perannya.
32 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
4. Platform teknologi yang ada saat ini mendukung kandidat aplikasi yang
diusulkan tetapi perlu penambahan dan peningkatan teknologi dengan
optimalisasi teknologi yang ada. Hal ini dapat dilihat pada fase
Architecture Change Management dari TOGAF ADM.
5. Pemodelan arsitektur enterprise ini, memberikan panduan dalam
membuat cetak biru untuk pengembangan sistem informasi di masing-
masing SKPD. Untuk itu pemodelan arsitektur enterprise ini dapat
dijadikan panduan langkah awal untuk melakukan perencanaan cetak biru
pengembangan sistem informasi pemerintah kabupaten Banyuwangi.
6.2 Saran
1. Pada masing-masing SKPD di pemerintah kabupaten Banyuwangi perlu
adanya peningkatan sumber daya manusia yang terkait teknologi
informasi agar proses pengembangan IT dapat berjalan lebih cepat.
Penanggung jawab dari sistem informasi saat ini sebagian besar memiliki
disiplin ilmu yang tidak terkait dengan teknologi informasi.
2. Untuk memperoleh cetak biru yang lebih detail dan lengkap mencakup
keseluruhan sub fase diperlukan kajian lebih lanjut dan meneruskan
penelitian dengan melakukan kajian pada setiap sub fase dalam TOGAF
ADM.
3. Berdasarkan hasil analisis IT BSC sebaiknya dalam pengembangan
maupun perancangan framework rencana strategis sistem informasi
perlunya mendapatkan komitmen para stakeholder. Untuk itu dalam
penelitian selanjutnya diperlukan sebuah analisis awal berkaitan kondisi
awal maupun keunggulan yang akan dicapai dalam penerapan rencana
strategis sistem informasi.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 33
Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah .................. Fajrin Nurman Arifin, dkk.
Daftar Pustaka
Ansoff, H.I., Declerck, R.P. & Hayes, R.L., 1976. From Strategic Planning to Strategic Management. New Jersey: John Wiley & Sons.
Bahill, A.T., Botta, R. & Daniels, J., 2006. The Zachman Framework Populated with Baseball Models. Journal of Enterprise Architecture, 2(4), pp. 50-68.
Bertoni, M., Chirumalla, K. & Johansson, C., 2012. Social Technologies for Cross-functional Product Development: SWOT Analysis and Implications. Prosiding. The 45th HICSS (Hawaii International Conference on System Sciences), pp. 3918-3927.
BPPT, 2007. Rencana Strategis Teknologi Informasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi 2008 – 2012. Banyuwangi: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Buckl, S., Dierl, T., Matthes, F. & Schweda, C.,M., 2011. Complementing the Open Group Architecture Framework with Best Practice Solution Building Blocks. Prosiding. The 44th HICSS (Hawaii International Conference on System Sciences), pp 1-9.
Campbell, A. & Alexander, M., 1997. What’s Wrong with Strategy?. Harvard Business Review, Nov-Dec 1997, pp. 42-51.
Damanik, K.D.A., 2008. Rencana Strategis Pengembangan e-Government Pemerintah Kota Pekanbaru. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Falahah & Rosmala, D., 2010. Penerapan Framework Zachman pada Arsitektur Pengelolaan Data Operasional: Studi Kasus SBU Aircraft Services, PT. Dirgantara Indonesia. Makalah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2010, pp. 96-98.
Fuady, A.H., 2008. Perancangan Framework Sistem Informasi di Pemerintah Kota Kediri. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Harrison, K. & Varveris, L., 2004. TOGAF: Establishing Itself As The Devenitive Method for Building Enterprise Architecture in The Commercial World. [Online] Tersedia di: http://www.developer.com/design/article.php /3374171/TOGAF-Establishing-Itself-As-the-Definitive-Method-for-Building -Enterprise-Architectures-in-the-Commercial-World.htm [Diakses pada 1/12/2013].
Krisna, Y.D., 2011. Evaluasi Penerapan Sistem Teknologi Informasi Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Kantor Pelayanan Pajak (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang). Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
McNurlin, B., Sprague, R. & Bui, T., 2009. Information Systems Management in Practice. 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
34 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Fajrin Nurman Arifin, dkk. ................. Perancangan Ulang Renstra SI Pemerintah
Mintzberg, H., 2013. The Rise and Fall of Strategic Planning. New York: Free Press.
Murdhita, I., N., 2008. Perencanaan Strategis Teknologi Informasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli dengan Growing Enterprise Architecture Framework. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Osvalds, G., 2001. Definition of Enterprise Architecture-centric Models for The Systems Engineer. Prosiding. The 11th Annual International Symposium of the International Council on Systems Engineering (INCOSE), Melbourne, Australia.
Pant, S. & Hsu, C, 1995. Strategic Information Systems Planning: A Review. The 1995 Information Resources Management Association International Conference, Atlanta, Georgia.
Porter, M.E., 1980. Competitive Strategy: Techniques for Analysing Industries and Competitors. New York: Free Press.
Shah, H. & Kourdi, M.E., 2007. Framework for Enterprise Architecture. IT Professional IEEE, 9(5), pp. 36-41.
The Open Group, 2009. The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Version 9, Enterprise Edition.
Van Grembergen, W. & Van Bruggen, R., 1997. Measuring and Improving Corporate Information Technology Through The Balanced Scorecard Technique. Prosiding. The 4th European Conference on the Evaluation of Information Technology, pp. 163-171.
Van Grembergen, W., 2007. Introduction to the Minitrack “IT Governance and its Mechanisms”. Prosiding. The 40th Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS), pp. 233.
Ward, J. & Peppard, J., 2002. Strategic Planning for Information System, 3rd Edition. Baffins Lane,Chichester, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
Yingfa, S. & Hong, Y., 2010. The Risk Study of E-Governance Based on PEST Analysis Model. Prosiding. The 2010 International Conference on E-Business and E-Government (ICEE), pp. 563-566.
Yunis, R. & Surendro, K., 2008. Pemilihan Metodologi Pengembangan Enterprise Architecture untuk Indonesia. Prosiding. SNIKA, 3(1), pp. A53-A59.
Yunis, R. & Surendro, K., 2009. Perancangan Model Enterprise Architecture Dengan Togaf Architecture Development Method. Prosiding. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2009, pp. E25-E31.
35
APLIKASI SISTEM PAKAR TRADITIONAL CHINESE MEDICINE (TCM) UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG
MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF)
Abriarenny S.M.A., Choerun Asnawi
Program Studi S1 Teknik Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penyakit jantung merupakan pembunuh nomor 1 di dunia, termasuk di Indonesia. Angka kematian yang tinggi karena penyakit jantung disebabkan oleh ketersediaan tenaga medis yang terbatas serta mahalnya biaya pemeriksaan kesehatan. Hal tersebut menjadikan pengobatan alternatif kembali diminati, salah satunya menggunakan metode Traditional Chinese Medicine (TCM). Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah aplikasi sistem pakar yang mudah dipahami dan memiliki fitur diagnosa penyakit jantung secara TCM serta mampu memberikan rekomendasi pengobatan dengan menggunakan titik-titik akupuntur, obat herbal dan nutrisi sesuai dengan diagnosa yang diberikan. Aplikasi sistem pakar ini dirancang dengan mengunakan model waterfall. Pengetahuan direpresentasikan menggunakan model Kaidah Produksi, yang dituliskan dalam bentuk if-then. Metode inferensi yang digunakan dalam aplikasi ini adalah backward chaining dan forward chaining, sedangkan untuk menentukan besarnya kepercayaan pengguna digunakan metode Certainty Factor (CF).
Kata Kunci: Sistem Pakar, Penyakit Jantung, TCM, Certainty Factor.
1. Pendahuluan
Berdasarkan data dari WHO, saat ini penyakit jantung merupakan
pembunuh nomer satu di dunia. Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah
Sakit Pusat (RSP) Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”, rata-
rata ada 15-20 pasien yang dirawat setiap hari, 350-400 pasien berobat ke
poliklinik dan 25-30 pasien per hari yang melakukan pemeriksaan kateterisasi
(Setyaningrum, 2011). Masyarakat enggan memeriksakan kesehatan jantung
karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan di rumah
sakit dan adanya keterbatasan jumlah tenaga medis khususnya di pedesaan
atau daerah terpencil. Dua hal tersebut menjadi alasan mengapa saat ini
pengobatan alternatif kembali diminati oleh masyarakat. Salah satu pengobatan
alternatif yang paling diminati adalah pengobatan alternatif menggunakan
Traditional Chinese Medicine (TCM).
TCM merupakan seni pengobatan tradisional yang telah ada sejak lima
ribu tahun lalu. TCM telah dipublikasikan dalam buku pelajaran Huang-di-nei-jing
(Ilmu Penyakit Dalam Kaisar Kuning) yang diterbitkan pada masa Can Ciu Can
Kuo (tahun 770-221 SM) yang isinya mengenai Akupuntur. Buku tersebut dibagi
36 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
dalam dua bagian, yaitu “Ling Su” dan “Su Wen”. Dalam “Ling Su” tertulis
mengenai meridian, titik-titik cara penusukan, titik-titik yang dilarang dalam
penusukan dan pengetahuan akupuntur lainnya serta moksibasi. Sedangkan
dalam “Su Wen”, tertulis mengenai lima unsur, fenomena organ (Cang Siang),
cara pemeriksaan serta cara pengobatan.
TCM masuk di Indonesia secara resmi pada tahun 1963. Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo (RSCM) membuka klinik akupuntur yang berkembang
terus hingga menjadi Unit Pelayanan Teknis Rumah Sakit. TCM semakin
berkembang di Indonesia, dibuktikan dengan semakin banyaknya lembaga
pendidikan Akupuntur. Pengetahuan mengenai TCM tersimpan di dalam buku-
buku teks berbahasa Mandarin dan Inggris serta melekat pada seorang pakar
TCM. Buku maupun literatur lain mengenai TCM dengan bahasa Indonesia
masih sulit ditemukan. Penyelenggaraan pendidikan maupun penunjang kegiatan
praktek Akupuntur di klinik juga belum melibatkan penggunaan sistem informasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis mengembangkan sebuah
sistem informasi dalam wujud aplikasi sistem pakar yang khusus menangani
diagnosa penyakit jantung secara TCM berikut dengan cara penanganannya
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah
metode Certainty Factor (CF). Guna mewujudkan aplikasi sistem pakar yang
dikehendaki, maka pengetahuan mengenai TCM khususnya mengenai cara
pengobatan TCM menggunakan metode akupuntur dihimpun dari berbagai
literatur yang ada serta dari pakar TCM secara langsung.
Sistem pakar yang dikembangkan sedapat mungkin harus dapat meniru
perilaku seorang pakar TCM yang sesungguhnya. Hal tersebut dapat dicapai
dengan memanfaatkan metode kuantifikasi pertanyaan sebagai penentu faktor
kepastian pengguna, sehingga pengguna merasa seolah-olah sedang
berinteraksi dengan seorang pakar secara langsung. Aplikasi yang dihasilkan
diharapkan dapat digunakan untuk mengeksplisitkan pengetahuan pakar TCM
dengan tampilan yang mudah dimengerti oleh pengguna sistem, sebagai salah
satu referensi pembelajaran oleh para pelajar TCM serta sebagai salah satu alat
penunjang praktek akupuntur di klinik.
2. Tinjauan Pustaka
Kasniyah (2009) menyatakan bahwa pengobatan tradisional merupakan
fenomena sosial budaya yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Pengobatan tradisional telah diakui dan dijadikan lembaga resmi secara nasional
oleh pemerintah di beberapa negara, seperti Cina, India, Vietnam, Jepang dan
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 37
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Srilangka. Pengobatan tradisional mendapat tempat penting di Vietnam dan
India, sedangkan Zimbabwe menempatkan praktisi kedokteran tradisional dalam
bagian penting dari sistem kedokteran. Sementara itu di Indonesia, pengobatan
tradisional belum mendapat pengakuan resmi dari lembaga pemerintah dan
masih dalam tingkat rumah tangga dan masyarakat. Salah satu pengobatan
tradisional yang berkembang di Indonesia adalah TCM.
Dalam Kusrini (2008) diberikan contoh kasus mengenai pembuatan
aplikasi sistem pakar untuk menangani penyakit TBC pada anak yang diberi
nama TubEx System. Aplikasi tersebut dibuat dengan menggunakan Sistem
Operasi Windows, bahasa pemrograman Delphi 6 dan software pengelola
database Interbase 6 Server. Aplikasi dapat berjalan dengan baik di Windows
XP, tetapi tidak dapat di-install di Windows 7 maupun Windows 8. Metode yang
digunakan sama dengan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode CF
yang dalam penentuan nilainya digunakan metode kuantifikasi pertanyaan.
3. Landasan Teori
3.1 Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat disebabkan oleh bawaan lahir, infeksi,
penyempitan arteri koroner, tekanan darah tinggi, atau gangguan lainnya. Gejala
penyakit jantung bervariasi sesuai dengan jenisnya. Ada beberapa penyakit
jantung yang tidak menunjukkan gejala pada fase-fase awal. Selain itu, antara
penderita satu dengan lainnya juga memiliki gejala yang berbeda.
TCM membagi penyakit jantung menjadi beberapa jenis (Wahyudi, 2011):
1. Sindrom Qi Xu Jantung
2. Sindrom Yang Xu Jantung
3. Sindrom Yang Binasa Jantung
4. Sindrom Xue Xu Jantung
5. Sindrom Yin Xu Jantung
6. Sindrom Api Jantung Berkobar
7. Sindrom Reak Panas di Jantung
8. Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung
9. Sindrom Stagnasi Xue di Jantung
3.2 Sistem Pakar
Sistem Pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang
menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat
tinggi dalam domain persoalan yang sempit (Turban, et al., 2005). Konsep dasar
38 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain apa yang
dimaksud dengan keahlian, siapa yang disebut pakar, bagaimana keahlian dapat
ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja.
Ada beberapa komponen yang harus dimiliki untuk membangun sebuah
sistem pakar (Hartati & Iswanti, 2008):
1. Antar Muka Pengguna (User Interface), antar muka yang efektif dan user
friendly penting bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang
diterapkan pada sistem pakar.
2. Basis Pengetahuan (Knowledge Base), merupakan kumpulan
pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu.
3. Mekanisme Inferensi (Inference Machine), merupakan otak dari sistem
pakar yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan.
4. Memori Kerja (Working Memory), merupakan bagian yang menyimpan
fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi.
Struktur Sistem Pakar dapat dilihat dari Gambar 1 (Turban, et al., 2005).
Gambar 1 Struktur Sistem Pakar
3.3 Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan merupakan metode yang digunakan untuk
mengkodekan pengetahuan dalam sebuah sistem pakar. Representasi
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 39
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
pengetahuan dilakukan dengan cara mengumpulkan pengetahuan yang sesuai
dengan domain keahlian tersebut. Pengetahuan yang dikumpulkan bisa dari
media cetak, elektronik, maupun pengetahuan dari pakar keahlian dan
pengalamannya. Representasi pengetahuan dimaksudkan untuk menangkap
sifat-sifat penting masalah dan membuat informasi itu dapat diakses oleh
prosedur pemecahan masalah.
3.4 Metode Inferensi
Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang
diketahui atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion)
atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar proses
inferensi dilakukan dalam suatu modul yang disebut Mesin Inferensi atau
Inference Engine (Kusrini, 2008).
Dalam melakukan inferensi diperlukan adanya proses pengujian kaidah-
kaidah dalam urutan tertentu untuk mencari yang sesuai dengan kondisi awal
atau kondisi yang berjalan yang sudah dimasukkan pada basis data. Perunutan
adalah proses pencocokan fakta, pernyataan atau kondisi berjalan yang ada
pada basis pengetahuan atau memori kerja dengan kondisi yang dinyatakan
pada premis atau bagian kondisi pada kaidah (Hartati & Iswanti, 2008).
Ada dua metode inferensi yang penting dalam sistem pakar, yaitu runut
maju (forward chaining) dan runut balik (backward chaining) (Kusrini, 2008).
3.5 Faktor Kepastian (Certainty Factor)
Faktor Kepastian (Certainty Factor) diperkenalkan oleh Shortliffe
Buchanan dalam pembuatan MYCIN (Hartati & Iswanti, 2008). Certainty Factor
(CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan
besarnya kepercayaan.
CF didefinisikan sebagai berikut (Hartati & Iswanti, 2008):
),(),(),( EHMDEHMBEHCF ...................................................... (1)
),( EHCF : Certainty Factor hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
),( EHMB : Ukuran kepercayaan (measure of increased belief) terhadap
hipotesis H yang dipengaruhi oleh evidence (gejala) E.
),( EHMD : Ukuran ketidakpercayaan (measure of increased disbelief) terhadap
hipotesis H yang dipengaruhi oleh evidence E.
Di dalam MYCIN terdapat aturan untuk menggabungkan evidence
anteseden yang ada di dalam sebuah kaidah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
40 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Tabel 1 Kombinasi evidence anteseden
EVIDENCE E NILAI KETIDAKPASTIAN
E1 and E2 ),(),,(min 21 EHCFEHCF
E1 or E2 ),(),,(max 21 EHCFEHCF
not E ),( EHCF
Bentuk dasar rumus certainty factor sebuah aturan dalam bentuk if E
then H adalah sebagai berikut (Hartati & Iswanti, 2008):
),(),(),( EHCFeECFeHCF ........................................................... (2)
),( eHCF : certainty factor hipotesa yang dipengaruhi oleh evidence e.
),( eECF : certainty factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e.
),( EHCF : certainty factor hipotesa H dengan asumsi evidence diketahui
dengan pasti ketika 1),( eECF .
Nilai CF ada dua, yaitu (Hartati & Iswanti, 2008):
1. Nilai CF kaidah yang nilainya melekat pada suatu kaidah atau rule
tertentu dan besarnya nilai diberikan oleh pakar.
2. Nilai CF yang diberikan oleh pengguna untuk mewakili derajat kepastian
atau keyakinan atas premis (misalnya gejala, kondisi, ciri) yang dialami
pengguna.
4. Metode Penelitian
4.1 Bahan Penelitian
Untuk dapat melakukan diagnosa suatu penyakit, maka harus diketahui
dulu gejala-gejalanya. Daftar gejala ditampilkan dalam Tabel 2 (Wahyudi, 2011).
Tabel 2.a Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya
Kode Gejala P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
G1 Mudah Lelah √ √ √
G2 Nafas Pendek √ √
G3 Wajah Pucat √ √ √
G4 Berkeringat √ √ √
G5 Lidah Merah Pucat √
G6 Nadi Lemah √
G7 Palpitasi atau Berdebar √ √ √ √ √ √ √
G8 Bibir Pucat √ √
G9 Anggota Gerak terasa dingin terutama tangan √ √
G10 Dada terasa pengap dan panas √
G11 Lidah pucat, basah dan gemuk √
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 41
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Tabel 2.b Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya – Lanjutan
Kode Gejala P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
G12 Nadi tenggelam dan lemah √
G13 Nafas pendek, lemah dan dangkal √
G14 Bibir Cyanotis √
G15 Lidah pucat, biru, pendek dan sulit dijulurkan √
G16 Nadi tersembunyi dan sulit diraba √
G17 Insomnia √ √ √ √
G18 Sering terbangun dengan mimpi menakutkan √ √ √
G19 Mudah terkejut √ √ √
G20 Cemas atau Gelisah √ √ √ √
G21 Daya ingat menurun √ √ √ √
G22 Pusing √
G23 Lidah pucat, kurus, kering √
G24 Nadi halus terputus-putus √
G25 Pipi merah √
G26 Rasa demam sore hari √
G27 Rasa panas pada 5 palm √
G28 Rasa kering pada mulut dan tenggorokan √
G29 Otot lidah merah, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal sampai ujung lidah, gemuk
√
G30 Selaput lidah tipis, mengelupas √
G31 Nadi cun cepat, nadi ce lemah √
G32 Haus √
G33 Luka, bengkak dan nyeri di mulut dan lidah, sariawan √
G34 Rasa demam √
G35 Rasa pahit di mulut pada pagi hari setelah malamnya kurang tidur
√ √
G36 Wajah merah √
G37 Kencing rasa panas, warna kuning tua √
G38 Selaput lidah kuning, otot dan ujung lidah merah, retak longitudinal hingga ujung lidah
√
G39 Nadi cun kiri sangat cepat, sulit diraba √
G40 Bicara sendiri √ √
G41 Menggerutu √
G42 Tertawa dan menangis √ √
G43 Aphasia Coma √ √
G44 Otot lidah merah berduri-duri, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal, selaput lidah kuning lengket
√
G45 Nadi cepat tegang atau licin √
G46 Depresi mental √
G47 Apatis √
G48 Muntah √
G49 Bicara kacau, cepat dan tidak jelas √
42 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Tabel 2.c Tabel Penyakit Jantung dan Gejalanya – Lanjutan
Kode Gejala P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
G50 Lidah retak longitudinal berduri-duri, selaput lidah tebal dan lengket
√
G51 Nadi Licin √
G52 Rasa nyeri di daerah jantung dan menjalar ke daerah punggung, bahu dan sisi ulner lengan kiri
√
G53 Rasa tidak enak di dada √
G54 Cyanosis pada bibir dan kuku √
G55 Tangan dingin √
G56 Lidah cyanotis dengan bintik merah lembayung √
G57 Nadi tersembunyi, lambat dan sulit diraba √
Keterangan: P1 : Sindrom Qi Xu Jantung P2 : Sindrom Yang Xu Jantung P3 : Sindrom Yang Binasa Jantung P4 : Sindrom Xue Xu Jantung P5 : Sindrom Yin Xu Jantung
P6 : Sindrom Api Jantung Berkobar P7 : Sindrom Reak Panas di Jantung P8 : Sindrom Reak Menyumbat Pintu
Jantung P9 : Sindrom Stagnasi Xue di Jantung
Aturan-aturan untuk menentukan diagnosa penyakit jantung secara TCM,
disajikan dalam Tabel 3 (Wahyudi, 2011).
Tabel 3.a Tabel Daftar Aturan Diagnosa
No Aturan
1
JIKA Mudah Lelah
DAN Nafas Pendek
DAN Wajah Pucat
DAN Berkeringat
DAN Lidah Merah Pucat
DAN Nadi lemah
DAN Palpitasi/berdebar
DAN Bibir pucat
MAKA Sindrom Qi Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
2
JIKA Mudah Lelah
DAN Nafas Pendek
DAN Wajah Pucat
DAN Berkeringat
DAN Anggota gerak terasa dingin terutama tangan
DAN Dada terasa pengap dan panas
DAN Lidah pucat, basah dan gemuk
DAN Nadi tenggelam, lemah
MAKA Sindrom Yang Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
3
JIKA Mudah Lelah
DAN Berkeringat
DAN Palpitasi/berdebar
DAN Anggota gerak terasa dingin terutama tangan
DAN Nafas pendek, lemah dan dangkal
DAN Bibir cyanotis
DAN Lidah pucat, biru, pendek dan sulit dijulurkan
DAN Nadi tersembunyi, sulit diraba
MAKA Sindrom Yang Binasa Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 43
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Tabel 3.b Tabel Daftar Aturan Diagnosa – Lanjutan
No Aturan
4
JIKA Palpitasi/berdebar
DAN Wajah pucat
DAN Bibir pucat
DAN Insomnia
DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan
DAN Mudah terkejut
DAN Cemas/gelisah
DAN Daya ingat menurun
DAN Pusing
DAN Lidah pucat, kurus, kering
DAN Nadi halus terputus-putus
MAKA Sindrom Xue Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
5
JIKA Palpitasi/berdebar
DAN Insomnia
DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan
DAN Mudah terkejut
DAN Cemas/gelisah
DAN Daya ingat menurun
DAN Pipi merah
DAN Demam sore hari
DAN Rasa panas pada 5 palm
DAN Rasa kering pada mulut dan tenggorokan
DAN Otot lidah merah, ujung lidah lebih merah, gemuk, retak longitudinal sampai ujung lidah
DAN Selaput lidah tipis, mengelupas
DAN Nadi cun cepat, ce lemah
MAKA Sindrom Yin Xu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
6
JIKA Palpitasi/berdebar
DAN Insomnia
DAN Cemas/gelisah
DAN Haus
DAN Luka, bengkak dan nyeri di mulut dan di lidah, sariawan
DAN Rasa demam
DAN Rasa pahit di mulut di pagi hari setelah malamnya kurang tidur
DAN Wajah merah
DAN Kencing rasa panas, warna kuning tua
DAN Selaput lidah kuning, otot dan ujung lidah merah, retak longitudinal sampai ujung lidah
DAN Nadi cun kiri sangat cepat, sulit diraba
MAKA Sindrom Api Jantung Berkobar, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
7
JIKA Palpitasi/berdebar
DAN Insomnia
DAN Sering terbangun dengan mimpi menakutkan
DAN Mudah terkejut
DAN Cemas/Gelisah
DAN Daya ingat menurun
DAN Rasa pahit di mulut pada pagi hari setelah malamnya kurang tidur
DAN Bicara sendiri
DAN Menggerutu
DAN Tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas
DAN Aphasia coma
DAN Otot lidah merah berduri-duri, ujung lidah lebih merah, retak longitudinal, selaput lidah kuning lengket
DAN Nadi cepat tegang/licin
MAKA Sindrom Reak Panas di Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
44 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Tabel 3.c Tabel Daftar Aturan Diagnosa – Lanjutan
No Aturan
8
JIKA Daya ingat menurun
DAN Bicara sendiri
DAN Tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas
DAN Aphasia coma
DAN Depresi mental
DAN Apatis
DAN Muntah
DAN Bicara kacau, cepat dan tidak jelas
DAN Lidah tebal dan lengket
DAN Nadi licin
MAKA Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
9
JIKA Palpitasi/berdebar
DAN Rasa nyeri di daerah jantung yang menjalar ke daerah punggung, bahu dan sisi ulner lengan kiri
DAN Rasa tidak enak di dada
DAN Cyanosis pada bibir dan kuku
DAN Tangan dingin
DAN Lidah cyanotis dengan bintik merah lembayung
DAN Nadi tersembunyi, lambat, sulit diraba
MAKA Sindrom Stagnasi Xue di Jantung, CF 1 (Sentra Pendidikan dan Penerapan Akupuntur Sumber Waras)
Apabila seorang pasien telah didiagnosa, maka ada aturan pemberian
terapi yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Tabel Terapi Titik Meridian
No Penyakit Jantung Titik Terapi
1 Sindrom Qi Xu Jantung BL 15, Ht 7, Pc 6, CV 17, CV 6
2 Sindrom Yang Xu Jantung BL 15, CV 17, Pc 6, CV 6, GV 14
3 Sindrom Yang Binasa Jantung BL 23, GV 4, BL 15, GV 14, St 36, Pc 6, GV 20, CV 6, CV 4, CV 8
4 Sindrom Xue Xu Jantung Ht 7, Pc 6, CV 14, CV 15, CV 4, BL 17, BL 20
5 Sindrom Yin Xu Jantung Ki 7, Ht 6, Ki 6, Ht 7, Pc 6, CV 14, CV 15, CV 4, Sp 6
6 Sindrom Api Jantung Berkobar Ht 8, CV 15, Ht 7, Sp 6, Ki 6
7 Sindrom Reak Panas Jantung BL 15, Ht 8, Pc 5, BL 20, CV 12, Sp 6, St 40, Ht 7, Lr 3, Li 4, GV 20, GV 24, Lr 2
8 Sindrom Reak Menyumbat Pintu Jantung BL 15, Pc 5, Ht 9, GV 26, BL 20, CV 12, Sp 6, St 40
9 Sindrom Stagnasi Xue di Jantung Pc 1, BL 14, Pc 4, Ht 7, BL 17, Sp 10, CV 17, Ki 25
Akupuntur pada titik-titik meridian bukan satu-satunya saran pengobatan
yang diberikan terhadap pasien, namun juga ada metode pengobatan dengan
menggunakan tanaman obat (Ridho, 2012) dan terapi nutrisi (Kastner, 2004).
4.2 Analisis Kebutuhan Sistem
Sistem pakar dirancang untuk memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu mengadaptasi pemikiran pakar dalam memberikan diagnosa
penyakit jantung secara TCM yang dituangkan dalam suatu kaidah
dengan seakurat mungkin.
2. Mampu memberikan saran terhadap pengobatan yang harus dilakukan.
3. Mampu menyimpan rekam medis pasien.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 45
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1. Studi Pustaka, digunakan untuk mendapatkan informasi yang digunakan
sebagai acuan dalam pembuatan sistem pakar dengan bersumber pada
buku dan internet.
2. Wawancara, ditempuh guna mendapatkan pengetahuan langsung dari
pakar. Wawancara dilakukan dengan pakar TCM, yaitu Dwi Intani, S.Far.,
Apt., Akp., dan Teddy Kusnadi, OMD.
Data dasar yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk representasi
pengetahuan yang sesuai. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model
representasi pengetahuan Kaidah Produksi (Production Rule).
4.3 Desain Sistem
Use Case Diagram
Global Use Case untuk sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan gambar tersebut, terdapat tiga aktor yang merupakan pengguna
sistem pakar yang dikembangkan, yaitu Administrator, Pakar dan User.
Administrator merupakan pengguna yang memiliki wewenang untuk mengelola
data semua pengguna sistem dan mengelola data pakar. Pakar merupakan
pengguna yang memiliki wewenang untuk mengelola pengetahuan yang terdapat
dalam sistem yang dikembangkan dan mengakuisisi pengetahuan baru kedalam
sistem. User merupakan pengguna yang wewenangnya terbatas pada
pengelolaan data pasien dan konsultasi.
Gambar 2 Global Use Case TCM
Activity Diagram
Terdapat beberapa activity diagram yang dibuat untuk merancang proses
dalam sistem ini, yaitu activity diagram untuk login, konsultasi kasus baru, kasus
46 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
lanjutan, rekam medis, aturan diagnosa, aturan terapi, penambahan terapi,
manajemen data pasien, data pakar, dan data pengguna. Untuk activity diagram
konsultasi kasus baru dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Activity diagram konsultasi kasus baru
Perancangan Mesin Inferensi
Inferensi terbagi menjadi 2, yaitu inferensi diagnosa dan inferensi terapi.
Algoritma penalaran yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan pada
Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 4 Diagram Alir Inferensi Diagnosa
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 47
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Gambar 5 Diagram Alir Inferensi Terapi
Perancangan Basis Data
Perancangan basis data diadopsi dari basis data pada studi kasus TubEx
System (Kusrini, 2008), disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Hasil dari
perancangan basis data dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema basis data hasil perancangan
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Beberapa tampilan dari aplikasi yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 7 hingga Gambar 13.
48 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Gambar 7 Tampilan muka aplikasi Sistem Pakar TCM
Gambar 8 Tampilan menu konsultasi baru
Gambar 9 Tampilan saran terapi
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 49
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
Gambar 10 Tampilan menu konsultasi lanjutan
Gambar 11 Tampilan menu rekam medis
Gambar 12 Manajemen titik terapi
50 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Gambar 13 Manajemen aturan diagnosis
Pengujian dilakukan secara acak dan berfokus pada syarat fungsional
perangkat lunak untuk memastikan apakah sistem yang dihasilkan sudah sesuai
dengan rancangan yang dibuat. Proses pengujian adalah sebagai berikut:
User memasukkan gejala dengan memilih pada menu gejala.
Selanjutnya sistem akan mencari semua kemungkinan penyakit pada basis
pengetahuan berdasarkan gejala yang dimasukkan.
Apabila hasil yang didapat lebih dari 1 penyakit, maka sistem akan
memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala lain yang dialami
pasien untuk mencari kemungkinan penyakit yang diderita.
Hasil akhir yang tampil adalah diagnosa penyakit dengan CF terbesar.
Selanjutnya User dapat melihat saran terapi yang diberikan oleh sistem
berdasarkan diagnosa tersebut dengan menekan tombol Terapi.
Apabila sistem berjalan sesuai dengan aturan pada basis pengetahuan dan
semua fungsi komponen pada setiap interface berfungsi dengan benar, maka
sistem telah berjalan dengan baik.
Contoh kasus diagnosa penyakit jantung:
User memilih gejala “mudah lelah”.
Kemungkinan penyakit yang ditampilkan oleh sistem: Sindrom Qi Xu Jantung,
Sindrom Yang Xu Jantung dan Sindrom Yang Binasa Jantung dengan CF
masing-masing 1,00.
Sistem memberikan pertanyaan:
o Apakah nafas pendek? Jawaban User: Ya.
Berdasarkan aturan dalam basis pengetahuan, kemungkinan penyakit
berkurang 1, yaitu Sindrom Yang Binasa Jantung.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 51
Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung .... Abriarenny, dkk.
o Apakah Wajah pucat? Jawaban User: Ya.
o Apakah Berkeringat? Jawaban User: Ya.
o Apakah lidah merah pucat? Jawaban User: Ya.
Berdasarkan aturan dalam basis pengetahuan, kemungkinan penyakit
berkurang 1, yaitu Sindrom Yang Xu Jantung.
o Apakah Nadi Lemah? Jawaban User: Ya.
o Apakah Palpitasi/Berdebar? Jawaban User: Ya.
o Apakah Bibir Pucat? Jawaban User: Ya.
Sistem memberikan hasil diagnosa, pasien menderita Sindrom Qi Xu Jantung
dengan CF 1,00.
User dapat melihat saran terapi yang diberikan oleh sistem dengan menekan
tombol Terapi. Dalam kasus ini, sistem memberikan saran terapi: Terapi Qi
Xu, yang terdiri dari gambar pemilihan titik terapi yang harus diakupuntur,
obat herbal yang bisa dikonsumsi dan nutrisi yang harus diperhatikan.
Hasil konsultasi akan disimpan sebagai data rekam medis pasien.
6. Penutup
6.1 Kesimpulan
1. Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk diagnosa penyakit jantung yang
dihasilkan, dirancang dengan tampilan sederhana sehingga mudah untuk
dimengerti dan digunakan oleh pengguna.
2. Sistem pakar yang dihasilkan mampu memberikan saran pengobatan
berdasarkan diagnosa yang diberikan.
3. Sistem pakar yang dihasilkan mendukung untuk dilakukan penambahaan
pengetahuan baru oleh pakar, sehingga sistem ini tidak statis dan dapat
dikembangkan.
6.2 Saran
1. Sistem pakar ini akan lebih baik apabila database yang digunakan
terpusat dan dapat diakses oleh banyak pengguna. Hal tersebut akan
memudahkan pakar dalam melakukan update pengetahuan.
2. Aplikasi sistem pakar dapat dikembangkan menjadi aplikasi online
berbasis web, sehingga lebih mudah diakses dan lebih mudah dalam
memelihara sistemnya.
52 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Abriarenny, dkk. .... Aplikasi Sistem Pakar TCM untuk Diagnosa Penyakit Jantung
Daftar Pustaka
Armalina, V., 2012. Perancangan Antarmuka (Design Interface) - part 1. Handout Kuliah. [Online] Tersedia di: http://viska.web.id/wp-content/uploads/2012/ 09/Pertemuan4_Perancangan-ANtarmuka.pptx [Diakses pada 1/5/2013].
Hartati, S. & Iswanti, S., 2008. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kasniyah, N., 2009. Fenomena budaya dalam penyembuhan penyakit secara tradisional: pijat refleksi dan transfer penyakit dengan media binatang. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik (MKP), 22(4), pp. 1-12.
Kastner, J., 2004. Nutrition Chinese Therapy. 1st Edition. Herrsching: Thieme.
Kusrini, 2008. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Pengguna Menggunakan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta: Andi.
MySQL, 2013. MySQL and Big Data. [Online] Tersedia di: http://www.mysql.com/ why-mysql/bigdata/ [Diakses pada 16/5/2013].
Ridho, A., 2012. Bekam Sinergi. Solo: AQWAMEDIKA.
Setyaningrum, E., 2011. Penyakit Jantung Bawaan Bisa Disembuhkan. [Online] Tersedia di: http://www.politikindonesia.com./index.php?k=wawancara&i= 42506 [Diakses pada 1/5/2013].
Sukamto, R.A. & Shalahuddin, M., 2011. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Modula.
Turban, E., Aronson, J.E. & Liang, T.P., 2005. Decision Support Systems and Inttelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). Edisi 7. Yogyakarta: Andi.
Wahyudi, 2011. Penggolongan Sindrom dalam Akupuntur. Yogyakarta: LPK Sumber Waras.
53
STRATEGI UNTUK MERAIH KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM E-BUSINESS, STUDI KASUS PADA AMAZON.COM
Arif Himawan
Program Studi Manajemen Informatika STMIK Jenderal A. Yani Yogyakarta
Abstrak
Internet telah mengalami fase naik (growth), menurun (decline) dan growth kembali. Tidak banyak perusahaan yang terjun dalam E-Business mampu beradaptasi pada siklus hidup yang dialami oleh internet tersebut. Salah satu perusahaan yang mampu beradaptasi dan sukses dalam berbisnis pada siklus hidup internet tersebut adalah Amazon.com. Tulisan ini mencoba mengidentifikasi strategi yang dibangun oleh Amazon.com untuk meraih keunggulan kompetitif dalam berbisnis di era internet. Tulisan ini menemukan bahwa strategi yang dibangun oleh Amazon.com berdasar pada visi, misi dan nilai organisasi yang kuat serta pemahaman atas kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kata Kunci: Strategi, Keunggulan Kompetitif, SWOT, Value Chain Management, Resource-Based View Strategy.
1. Latar Belakang
Sebuah industri selalu mempunyai siklus alamiah (Industrial Life Cycle)
yang juga akan dialami oleh semua industri (Porter, 1994; Simons, 2001).
Sebagaimana bisnis lainnya, bisnis online telah mengalami siklus alamiah dari
sebuah evolusi, dari awalnya lahir kemudian tumbuh dengan cepat – bahkan
terlalu cepat – lalu dengan cepat pula jatuh dan kemudian saat ini kembali
tumbuh kembali menjadi lebih kuat tapi dengan tahapan yang lebih gradual dari
awal pertumbuhannya dulu (Shabazz, 2004; Coffman dan Odlyzko, 2001).
Bisnis online sendiri lahir seiring dengan lahirnya internet. Banyak
perusahaan yang berlomba-lomba untuk turut serta dalam bisnis online ini.
Perusahaan-perusahaan inilah yang kemudian dikenal sebagai perusahaan
dotcom sedangkan era tersebut kemudian dikenal sebagai era dotcom bubble.
Pada tahun 1999, tidak kurang dari 10 Milyar Dolar AS atau 100 Trilyun Rupiah
dihabiskan perusahaan-perusahaan untuk membangun bisnis online mereka
(Kenny dan Marshall, 2001).
Uang yang sudah dihamburkan oleh perusahaan-perusahaan bagi E-
Marketing pada awal era dotcom tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan
respon masyarakat atas bisnis online mereka. Situasi inilah yang kemudian
membuat banyak perusahaan dotcom yang kemudian memilih berhenti berbisnis
54 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
online. Hal inilah yang kemudian menjadi penanda era penurunan bisnis online
atau sering disebut sebagai era dotcom crash (Kenny dan Marshall, 2001).
Setelah beberapa saat bisnis online mengalami fase decline atau
penurunan, bisnis online kembali menemukan momentum perkembangannya
kembali seiring bertambah – atau bahkan bergesernya – fungsi internet. Internet
telah bergeser dari hanya sekedar jaringan yang saling terhubung, media dan
channel menjadi lebih kepada gaya hidup (Dimas, 2009).
Salah satu perusahaan yang dapat terus bertahan baik pada saat
berkembang, penurunan dan bangkitnya kembali bisnis online adalah
Amazon.com (Kha, 2000; Casey dan Caroll, 2004). Amazon yang didirikan pada
tahun 1995 mampu terus bertahan dan tumbuh hingga saat ini. Dari hanya 2
orang karyawan di awal berdirinya hingga tumbuh menjadi 33.700 orang
karyawan hanya dalam tempo 15 tahun. Penghasilannya juga tumbuh dari hanya
US$ 80.000 pada bulan-bulan awal pendiriannya hingga mencapai US$ 34,204
Milyar pada tahun 2010 (Amazon Watch, 2012).
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Amazon dapat ikut
berkembang pada era dotcom bubble kemudian bertahan dan selamat dari era
dotcom crash serta kemudian tumbuh semakin kuat dan besar setelahnya.
Tulisan ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terutama bagi
pengidentifikasian strategi yang diperlukan dalam e-business untuk meraih
keunggulan kompetitif.
Secara umum telah banyak tulisan dan penelitian yang membahas
tentang Amazon.com, beberapa diantaranya adalah Kha (2000) serta Casey dan
Caroll (2004). Kha (2000) meneliti tentang faktor yang menjadi kunci sukses
dalam hubungan perusahaan ke konsumen atau Business to Customer (B2C) di
era ekonomi digital pada Amazon dan Dell. Ka menemukan bahwa pada era
eknomi digital khususnya dalam relasi Business to Customer, Amazon dan Dell
memiliki faktor kunci keunggulan sebagai berikut: a) memulai dengan cepat untuk
memenangi momentum, b) mengintegrasikan web ke dalam bisnis inti
perusahaan, c) fokus pada pemberian nilai tambah bagi konsumen, d)
mempermudah konsumen dalam terkoneksi dengan perusahaan, dan e)
meningkatkan pengalaman kepuasan konsumen melalui interaksi perusahaan
dengan konsumen. Dalam penelitiannya Ka hanya membicarakan relasi antara
perusahaan dan konsumen dalam terminologi Business to Customer (B2C)
sedangkan strategi untuk meraih keunggulan kompetitif belum mendapat porsi
yang cukup untuk dibahas.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 55
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
Casey dan Caroll (2004) melakukan penelitian tentang dampak era
dotcom crash pada Amazon.com dilihat dari perspektif strategi. Casey dan Caroll
menemukan bahwa nilai-nilai perusahaan yang diyakini dan dijalankan oleh
Amazon mampu menyelamatkan Amazon pada era dotcom crash. Penelitian
yang dilakukan oleh Casey dan Caroll berbasis pada saat dimana bisnis online
mengalami penurunan. Namun Casey dan Caroll belum membahas saat dimana
bisnis online kembali berkembang dengan begitu banyaknya perusahaan yang
masuk (atau kembali masuk) ke dalam bisnis online yang secara otomatis akan
menambah jumlah kompetitor bagi Amazon dan menaikkan tingkat persaingan di
antara mereka.
Oleh karenanya dibutuhkan sebuah tulisan tentang strategi yang dipakai
oleh perusahaan e-business dalam hal ini Amazon.com untuk tidak hanya
bertahan namun juga berkembang di tengah ketatnya persaingan bisinis online.
Strategi yang mampu menciptakan dan membawa keunggulan kompetitif bagi
perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri dan akan
meningkatkan kualitas persaingan dalam industri yang digelutinya (Porter, 1994).
2. Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif
Porter dan Villar (1985) menjabarkan keunggulan kompetitif sebagai
suatu kemampuan suatu perusahaan untuk meraih keuntungan ekonomis di atas
laba yang mampu diraih oleh pesaing di pasar dalam industri yang sama.
Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif senantiasa memiliki
kemampuan dalam memahami perubahan struktur pasar dan mampu memilih
strategi pemasaran yang efektif (Porter, 1994). Untuk meraih keunggulan
kompetitif diperlukan strategi yang tepat terutama strategi yang fit dengan
lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun eksternal (Hitt, et al.,
2001). Sehingga strategi untuk meraih keunggulan kompetitif adalah sejumlah
keputusan dan aksi yang menghasilkan formulasi dan implementasi perencanaan
yang didesain untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu
diraih oleh pesaing dalam industri yang sama (Hitt, et.al., 2001; Porter 1994).
Strategi sendiri dikembangkan dalam beberapa tahap yaitu: a) analisa
trend atau kecenderungan berdasarkan pola, b) analisa lingkungan (SWOT), c)
membuat pilihan strategi yang akan dipilih, d) memilih strategi yang dianggap
paling tepat, dan e) mentransformasikan strategi menjadi aksi (Pearce dan
Robinson, 2003). Salah satu bentuk strategi untuk meraih keunggulan kompetitif
adalah Value Chain Management (Porter, 1994), yang merupakan sekumpulan
56 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
aktifitas untuk mendesain, membuat, memasarkan dan mengirimkan produk
pada konsumen sehingga konsumen dapat merasakan mendapatkan nilai
tambah di samping produk atau jasa yang dibelinya (Porter, 1994).
Strategi yang mampu mendatangkan keunggulan kompetitif akan
memberi dampak kepada perusahaan berupa posisi yang unik di mata
konsumen, keunggulan bersaing atas kompetitor, konsumen sulit untuk mencari
produk atau jasa pengganti, rekanan yang tepat bagi pemasok serta menjadi
penghalang bagi kompetitor pendatang baru (Porter, 1994). Strategi tersebut
dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan sehingga
perusahaan memilki keungulan sumber daya strategis. Sumber daya strategis
tersebut memiliki ciri Value (bernilai), Rare (langka), Imperfectly Immitable (sulit
ditiru) dan Non Substituable (tidak tergantikan) (Henry, 2008).
3. Gambaran Objek Penelitian
3.1 Sekilas Amazon.com
Amazon.com didirikan Jeffrey Preston Bezoz bersama istrinya Mackenzie
pada tanggal 16 Juli 1995 di Seattle, Amerika Serikat. Jeff Bezoz sendiri tadinya
adalah seorang wirausahawan sejati walaupun sempat meniti karir sebagai
profesional dan bahkan sempat mencatatkan rekor sebagai Senior Vice
President termuda dari DE Shaw Bank (Kotha, 1998). Jeff Bezoz mendapatkan
ide mendirikan Amazon setelah sebelumnya melihat petumbuhan pengguna
internet pada tahun 1994 yaitu sebesar 2300 persen (Kotha, 1998) dan masih
sedikitnya buku yang dijual secara online. Awalnya amazon.com didirikan dari
garasi rumah Bezoz dengan hanya mengandalkan 3 buah Sun Microsystem
bekas di atas meja komputer bekas pula. Awalnya karyawan Amazon.com hanya
dua orang yaitu Jeff Bezoz dan istrinya sendiri. Dalam bulan pertama
pendiriannya, Amazon.com telah menerima pesanan dari 50 negara bagian di
Amerika Serikat dan 45 negara lain di dunia. Pada September tahun yang sama,
Amazon berhasil meraih omzet penjualan 20.000 dolar AS per minggu.
Nama Amazon sendiri diambil dari nama sungai terpanjang di benua
Amerika. Nama ini sendiri mewakili harapan Bezoz pada usahanya agar tumbuh
menjadi perusahaan yang berskala besar dan pendapatan yang panjang dan
berlimpah sesuai dengan tagline Amazon.com pada waktu itu yaitu “Earth’s
Biggest Book Store”. Visi Amazon.com adalah “Customer focused world class
company” atau “Perusahaan dunia yang sangat berpusat pada pelanggan”.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 57
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
Sedangkan misinya adalah “We are happy to deliver anything to anywhere”
seperti tercermin dari logo Amazon.com (Gambar 1).
Gambar 1 Logo Amazon.com
Pada tahun 2010 Amazon telah mencatatkan pendapatan sebesar US$
34,204 Milyar, laba bersih sebesar US$ 1,152 Milyar dengan total aset sebesar
US$ 18,797 Milyar. Jumlah karyawan Amazon.com meningkat pesat dari hanya 2
orang pada awal pendiriannya menjadi 33.700 orang karyawan hanya dalam
tempo 15 tahun (Amazon Watch, 2012). Pada tahun 2011 Amazon menjadi salah
satu dari 11 brand paling mahal dari dunia teknologi informasi dengan nilai brand
US$ 18,6 Miyar (Interbrand dalam Business Insider, 2012).
Pertumbuhan Amazon.com diraih melalui 4 (empat) pilar strategi, yaitu:
[1] layanan konsumen, [2] costumer connection, [3] supply chain management,
dan [4] diversifikasi. (Amazon Watch, 2012). Layanan konsumen melibatkan
seluruh karyawan yang ada tanpa kecuali. Visi, Misi, Tujuan, dan Nilai
Amazon.com ditanamkan kepada seluruh karyawan Amazon.com melalui contoh
oleh pendirinya. Costumer connection melibatkan pembangunan website dalam
berbagai bahasa. Supply chain management melibatkan pembangunan banyak
gudang Amazon.com di daerah metropolitan dan diversifikasi Amazon.com
dilakukan dengan perluasan bisnis dengan tidak hanya menjual buku dan toko
ritel online namun juga bisnis lainnya seperti gadget e-book reader.
3.2 Visi, Misi dan Tujuan Amazon.com
Visi : Perusahaan dunia yang berpusat pada pelanggan
Misi : Kami senang untuk mengirimkan apapun kemanapun
Tujuan : Memberikan konsumen tidak hanya beragam produk serta kualitas
layanan namun juga nilai tambahan yang mungkin diberikan sehingga
Amazon dapan menjadi toko ritel online terbesar di dunia.
Value : [1] Obsesi pelanggan, [2] Kepemilikan, [3] Kemampuan untuk aksi, [4]
Kesederhanaan, [5] Perekrutan yang baik, dan [6] Inovasi (Amazon
Watch, 2012)
Analisa : Menurut Collin dan Porras (2001), visi, misi dan tujuan harus
mengandung nilai inti atau karakter dan tujuan inti sebuah perusahaan.
Dalam hal visi, misi, tujuan beserta implementasinya, Jeff Bezoz dan
58 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
Amazon.com telah melakukannya dengan baik melalui implementasi
dan induksi nilai kepada seluruh karyawan Amazon.com. Hal ini
terbukti dari terus meningkatnya kualitas dan skala perusahaan dan
kepuasan konsumen yang terus terjaga di tengah persingan bisnis
online yang semakin ketat. Amazon bukan sekedar perusahaan
penjualan ritel namun lebih menjadi perusahaan yang mengutamakan
konsumennya.
Contoh : implementasi visi, misi, tujuan dan nilai Amazon.com dalam kegiatan
operasionalnya dapat tercermin dari cara Amazon mendekatkan diri
pada konsumennya (cuctomer focused), yaitu: [1] Setiap karyawan
Amazon tanpa kecuali (termasuk Jeff Bezoz) wajib menghabiskan 2
hari dalam setiap tahun di bagian layanan konsumen. Oleh karenanya
Amazon mempersilahkan konsumennya untuk menghubungi Amazon
dan mengatakan “if you are lucky, you’ll be served by the CEO
himself”. [2] Untuk dapat melakukan pengiriman dengan lebih cepat,
Amazon membangun gudangnya di banyak tempat dekat daerah
metropolitan yang merupakan basis lokasi kebanyakan konsumen
Amazon.com. Sampai tahun 2012 Amazon telah memiliki lebih dari 10
gudang yang tersebar di seantero Amerika Serikat dan Kanada. [3]
untuk konsumen potensial dengan bahasa ibu yang berbeda, Amazon
membangun website dengan berbagai bahasa, seperti: amazon.fr,
amazon.cn, dan amazon.co.jp (Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4).
Gambar 2 Tampilan amazon.fr
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 59
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
Gambar 3 Tampilan amazon.cn
Gambar 4 Tampilan amazon.co.jp
4. Pembahasan
4.1 Sumber Daya Strategis (Resource-Based View)
1. Valuable
Supply chain management Amazon mampu memberikan nilai lebih
kepada pelanggan. Contohnya adalah dengan membangun gudang yang
mendekati lokasi tinggal pelanggan maka waktu pengiriman dapat dipersingkat
dan biaya pengirimannya pun dapat dipotong. Sehingga konsumen mendapatkan
best value price.
2. Rare
Pelayanan konsumen yang dilakukan oleh seluruh karyawan Amazon
tanpa kecuali (termasuk pendiri dan CEO) adalah hal yang belum pernah
60 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
dilakukan sebelumnya oleh perusahaan lain. Amazon termasuk salah satu
perusahaan paling awal yang memanfaatkan situs jejaring sosial seperti
Facebook dan Twitter untuk mendekatkan diri pada konsumennya. Pendekatan
ini dilakukan dengan sangat transparan bahkan semua komentar (baik maupun
buruk) konsumen di laman website Amazon tidak disensor (Gambar 5). Hal ini
semakin membuktikan visi Amazon yang sangat berpusat pada pelanggan
dengan penuh kejujuran dan semakin membuat konsumen dekat dan percaya
pada Amazon karena kualitas hubungan yang diberikan dan tidak banyak
perusahaan (baik online maupun offline) yang melakukannya.
Gambar 5 Laman Amazon Customer Services
3. Imperfectly Imitable
Banyak perusahaan yang sudah mencoba untuk meniru supply chain
management yang diterapkan oleh Amazon, namun karena supply chain
management milik Amazon terus dikembangkan dengan investasi yang signifikan
sehingga para kompetitor sulit untuk mengikuti standar yang telah diterapkan
oleh Amazon. Beberapa bentuk dari strategi tersebut adalah:
Amazon memiliki lebih dari 10 gudang dengan luas masing-masingnya ±
10.000 m2
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 61
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
Konsumen yang dilayani oleh gudang terdekat dengan jarak maksimal
200 mil telah mencapai 79%
Pesanan paling lambat diterima oleh konsumen pada hari berikut setelah
pemesanan sedangkan kompetitor paling cepat 2 atau 3 hari setelahnya.
Hal ini menunjukkan kekuatan jaringan dan operasional Amazon.
4. Non substitutiable
Sumber daya Amazon yang tidak dapat tergantikan adalah merupakan
gabungan dari beberapa faktor berikut:
best price value yang diberikan oleh Amazon
kemampuan Amazon menyediakan berbagai pilihan produk dengan
berbagai pilihan layanan (contoh: diversifikasi produk, website berbagai
bahasa dan pilihan layanan pengiriman)
pengalaman Amazon sebagai salah satu perusahaan ritel online pertama
yang selamat dari era dotcom crash pada tahun 2003 memberikan
standar di pelayanan ritel
kemudahan pemesanan produk dan kecepatan barang diterima oleh
konsumen
4.2 Mentransformasikan Strategi Menjadi Aksi
1. Mengartikulasikan visi strategis dan misi bisnis
Visi Amazon untuk menjadi “Perusahaan Dunia Yang Berpusat Pada
Konsumen” diartikulasikan bahwa keberadaan Amazon tidak akan berarti tanpa
memberikan nilai tambah pada konsumen dan konsumenlah selain karyawan
sebagai elemen terpenting perusahaan.
Misi Amazon dengan “We Are Happy To Deliver Anything To Anywhere”
diartikulasikan bahwa nature of business Amazon sebagai perusahaan ritel
online yang menyediakan berbagai produk dengan berbagai pilihan layanan
harus dapat menjangkau konsumen dengan cara yang paling cepat dan efisien.
2. Merumuskan tujuan yang merupakan konversi visi strategis menjadi kinerja
spesifik yang harus dicapai
Tujuan Amazon menjadi toko ritel online terbesar dunia dibangun di atas
6 pilar nilai perusahaan yaitu: 1) Obsesi pelanggan, 2) Kepemilikan, 3)
Kemampuan untuk aksi, 4) Kesederhaan, 5) Perekrutan yang baik, dan 6)
Inovasi. Hal ini terbukti dengan Amazon menjadi toko ritel online terbesar di
dunia dengan capaian finansial yang signifikan dengan tetap mempertahankan
nilai-nilainya dalam kegiatan strategis dan operasionalnya.
62 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
3. Menyusun Strategi
Visi Amazon untuk menjadi “Perusahaan Dunia Yang Berpusat Pada
Konsumen” diartikulasikan dengan memberikan layan konsumen yang baik oleh
seluruh karyawan dan memberikan pilihan produk serta pengembangan jenis
produk dan pilihan layanan.
Misi Amazon dengan “We Are Happy To Deliver Anything To Anywhere”
diartikulasikan dengan membangun dan mengembangkan strategi supply chain
management berupa pembangunan gudang-gudang yang mendekati lokasi
tinggal sebagian besar konsumennya.
4. Implementasi dan Eksekusi Strategi
Secara umum penjabaran implementasi dan eksekusi strategi Amazon
diilhami dari 6 nilai perusahaan dan diwujudkan ke dalam konsep 6 M, yaitu:
Men: Setiap Karyawan Amazon tanpa kecuali hatus wajib menghabiskan
2 hari dalam 1 tahun di bagian layanan konsumen. Tujuannya adalah
untuk kepuasan konsumen dan pemantauan kinerja.
Materials: membangun gudang yang luas di berbagai wilayah yang
mendekati daerah metropolitan. Tujuannya adalah pengelolaan rantai
suplai produk kepada konsumen.
Money: Amazon sangat efisien dalam operasinya. Dimulai dari garasi
rumah dengan komputer dan meja bekas hingga menjelma menjadi
perusahaan besar. Hasilnya adalah Amazon dapat memberikan best
price value pada konsumen. Selain itu Amazon terus mengembangkan
berbagai produk seperti perluasan produk yang dijual dan memproduksi
gadget eBook Reader yang menghasilkan keuntungan yang signifikan.
Method: walaupun perusahaan online namun tetap mendekatkan diri
secara fisik kepada konsumen melalui layanan konsumen dan
pembangunan gudang di berbagai wilayah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih cepat (responsif)
kepada konsumen sesuai dengan visi Amazon sebagi perusahaan dunia
yang berusat pada pelanggan.
Machine: untuk lebih mendekatkan diri pada konsumennya di berbagai
belahan dunia Amazon membangun website dengan beragam bahasa
pengantar seperti Prancis (amazon.fr), China (amazon.cn), Jepang
(amazon.co.jp), dan lain-lain.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 63
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
5. Evaluasi Kinerja, Monitoring dan Adjustment
Dengan turun langsung setidaknya pada bagian pelayanan konsumen,
CEO dan Founder Jeff Bezoz beserta jajaran manajemennya dapat memantau
kepuasan konsumen yang berakar dari kinerja operasional dan pelayanan yang
diberikan oleh para karyawan Amazon sekaligus memantau implementasi
strategi dan program baru yang dicanangkan.
4.3 Perspektif Manajemen Strategis (Knowledge Based View)
Dari sudut pandang pengetahuan yang dimiliki manajemen strategis
Amazon terus mengembangkan dirinya dan terus memantau perkembangan
lingkungan sekitar. Amazon terus berusaha menjadi organisasi pembelajar
(learning organization). Salah satu bentuk Amazon untuk menjadi learning
organization adalah dengan pemantau secara langsung kebutuhan, harapan dan
kegelisahan konsumen melalaui progam layanan konsumennya yang wajib diikuti
oleh seluruh karyawan tanpa kecuali. Program lain yang ditujukan untuk
memahami konsumen adalah dengan mengembangkan website multibahasa.
Dengan memahami konsumen lebih dalam, maka setiap karyawan
Amazon akan memiliki pengetahuan yang tidak kasat mata (tacit knowledge)
yang baik tentang konsumennya. Tacit knowledge yang dimiliki kemudian
ditransformasikan menjadi explicit knowledge guna meraih keunggulan
kompetitif. Keunggulan inilah yang mengantarkan Amazon menjadi toko ritel
online terbesar di dunia dan mempertahankan kualitas produk dan layanannya.
Contoh transformasi tacit knowledge menjadi explicit knowledge adalah
pemahaman atas kebutuhan konsumumen yang menginginkan menerima produk
yang sudah dipesan dan dibeli melalui situs online dengan lebih cepat.
Perwujudan dari pemahaman tacit knowledge diimplementasikan ke dalam
beberapa hal, yaitu:
1) membangun banyak gudang yang semakin mendekati lokasi tinggal
sebagian besar konsumen Amazon.
2) diversifikasi produk dan layanan seperti tidak hanya menjual buku namun
telah merambah produk lainnya seperti alat komunikasi, DVD, busana,
alat rumah tangga dan lain-lain serta memproduksi gadget eBook Reader
(Kindle Fire).
Jika dilihat dari 5 kekuatan yang membentuk kompetisi sebuah industri
(yang dirumuskan oleh Porter) maka dapat terlihat pengaruhnya sebagai berikut:
64 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
Konsumen: memberikan best price value bagi kosumen. Harga yang diberikan
oleh Amazon mungkin bukanlah yang termurah namun memberikan nilai
dan manfaat yang paling baik bagi konsumennya.
Kompetitor: Sulit untuk meniru kombinasi produk, layanan serta standar jaringan
dan operasional yang telah di-set oleh Amazon.
Produk Pengganti: sulit untuk menemukan bisnis ritel online yang sepadan
dengan Amazon atau bahkan mendekati standarnya.
Supplier: supplier akan berlomba untuk dapat menjual produknya melalui
Amazon sehingga Amazon dapat menerapkan standar harga kulakan
yang murah dari supplier.
Pendatang baru: dengan standar layanan dan jaringan operasionalnya maka
akan teramat sulit untuk menjadi kompetitor Amazon. Dengan strategi ini
Amazon mendapat Sustainable Competitive Advantages karena sulitnya
pendatang baru masuk mengingat bisnis internet yang banyak menganut
falsafah me too atau meniru.
4.4 SWOT Analysis dan Strategi Yang Terkait Dengan SWOT
Analisis SWOT
Strength:
o Termasuk yang paling awal terjun di bisnis ritel online khususnya buku
o Visi, misi dan tujuan yang kuat
o Memiliki nilai dan standar penerapannya yang kuat
Weakness: berada di wilayah yang sangat besar baik dari luasan maupun
sebaran penduduk
Opportunity:
o Pengguna internet yang tumbuh secara dramatis (2300% di tahun 1994)
o Belum banyak yang menjual buku
Threat:
o banyaknya kompetitor dari mudahnya pendatang baru untuk masuk ke
bisnis online (internet)
o beragamnya konsumen di dunia maya (internet) baik dari sisi karakter,
demografi dan tingkat penghasilan
Formulasi Strategi berbasis SWOT
SO : Membangun bisnis ritel online (awalnya hanya buku) dan mendekatkan
diri pada konsumen yang besar dengan dasar nilai-nilai perusahaan yang
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 65
Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business .... Arif Himawan
kuat (“perusahaan dunia yang berpusat pada pelanggan”, “we are happy
to deliver anything to anywhere”)
WO : membangun gudang yang mendekati lokasi tinggal konsumen sehingga
pertumbuhan jumlah pengguna dan tingkat demand dapat didekati
sehingga supply chain management dapat diimplemetasikan.
ST : menerapkan standar layanan dan keluasan jaringan sehingga dapat
menyentuh lebih banyak konsumen sehingga konsumen mendapat best
value price dan membatasi peluang kompetitor dan pendatang baru.
Strategi lainnya adalah dengan diversifikasi yang tidak lagi hanya menjual
buku namun telah merambah produk lainnya memproduksi gadget eBook
Reader (Kindle Fire).
WT : Membangun layanan konsumen yang berkualitas dengan melibatkan
seluruh karyawan tanpa terkecuali untuk meraih loyalitas konsumen dan
mendapat tacit knowledge dan business intellegence yang ditransformasi-
kan menjadi explicit knowledge guna meraih keunggulan kompetitif.
5. Kesimpulan
Amazon.com mendasarkan strateginya pada visi, misi dan nilai
perusahaan yang kuat. Nilai-nilai tersebut dikomunikasikan dan dipahami secara
jelas oleh seluruh karyawan Amazon.com. Strategi yang dibangun Amazon
mampu membawa keunggulan kompetitif dengan membentuk “aturan” baru
dalam persaingan bisnis online (E-Business). strategi tersebut mampu
menciptakan keunggulan melalui sumber daya yang dimiliki maupun melalaui
kombinasi keunggulan sumber daya tersebut. Sumber daya yang dimiliki
Amazon.com memiliki karakteristik Value (bernilai), Rare (langka), Imperfectly
Immitable (sulit ditiru) dan Non substituable (tidak tergantikan). Strategi yang
dikembangkan melalui Value Chain Management tersebut mampu memberikan
nilai tambah bagi konsumen, menjadi acuan bagi kompetitor, membuat
masyarakat sulit menemukan produk dan layanan yang setara dengan
Amazon.com, membuat pemasok lebih memilih Amazon.com dibanding yang lain
dan menjadi standar yang sulit diikuti oleh para pendatang baru di ranah bisnis
yang dijalani Amazon.com.
66 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Arif Himawan .... Strategi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif dalam E-Business
Daftar Pustaka
Amazon Watch, 2012. Amazon in Focus (Fall 2012), Celebrating 15 Years, +Annual Financial Reports For 2011-2010. [Online] Available at: http://amazonwatch.org/assets/files/2012-amazon-in-focus.pdf [Accessed 1/5/2013].
Casey, R. & Caroll, W., 2004. The Impact of E-Commerce Industry Turmoil on Amazon.com: A Strategic Perspective. The Internet Business Review, 1, pp. 1-30.
Coffman, K. G. & Odlyzko, A. M., 2001. Growth of Internet. [Online] Available at: http://www.dtc.umn.edu/~odlyzko/doc/oft.internet.growth.pdf [Accessed 1/5/2013].
Collin, J. C. & Porras, J. I., 2001. Built To Last: Tradisi Sukses Perusahaan-perusahaan Visioner, Alih Bahasa Hifni Alifahmi. Jakarta: Erlangga.
Dimas, 2009. Potret Gaya Hidup Ber-Internet. [Online] Available at: http://www. tempo.co/read/news/2009/03/24/072166438/Potret-Gaya-Hidup-Ber-Internet [Accessed 1/5/2013].
Henry, A., 2008. The Internal Environment: A Resource-Based View of Strategy. Understanding Strategic Management, pp. 125-148.
Hitt, M. A., Ireland, R. D. & Hoskisson, R. E., 2001. Strategic Management Competitiveness and Globalization, 4th edition. Cincinnati: South-Western College Publishing.
Kenny, D. & Marshall, J. F., 2001. Contextual Marketing: The Real Business of The Internet. Harvard Business Review, 78(6), pp. 119-125.
Kha, L., 2000. Critical Succes Factor for Business-to-Customer E-Business: Lesson from Amazon and Dell. Tesis. Boston: Massachusetts Institute of Technology.
Kotha, S., 1998. Competing on The Internet: How Amazon.com is rewriting the rules of competition. Advances in Strategic Management, 15, pp. 239-265.
Pearce, J. A. & Robinson, R. B., 2003. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, 8th edition. Boston: McGraw-Hill.
Porter, M. E., 1994. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Alih Bahasa Tim Binarupa Aksara, Binarupa Aksara.
Porter, M. E. & Millar, V. E., 1985. How Information Gives You Competitive Advantages. Harvard Business Review, July-August 1985, pp. 149-160.
Shabazz, D., 2004. Toward a Better Understanding of e-Marketing Strategy: Past and Present. Services Marketing Quarterly, 26(2), pp. 117-130.
Simons, K. L., 2001. Product Market Characteristics and The Industry Life Cycle. Manuscript. London: University of London.
67
RANCANG BANGUN SOFTWARE BERBASIS ANDROID UNTUK PENCARIAN MASJID TERDEKAT
SEBAGAI ALAT BANTU BAGI MUSLIM MUSAFIR
Nurochman
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Abstrak
Seorang muslim wajib melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Bagi musafir, mencari masjid merupakan kebutuhan yang mendesak ketika hendak menunaikan sholat. Teknologi Global Positioning System (GPS) yang dipadukan dengan Location Based Service (LBS) dapat digunakan untuk membantu pengguna mencari lokasi obyek yang diinginkan, misalnya masjid. Namun kendala yang muncul adalah ketika pengguna berada pada daerah yang tidak mendapatkan sinyal. Penelitian ini telah berhasil membangun sistem berbasis android untuk mencari lokasi masjid terdekat dengan bantuan GPS atau menggunakan inputan berupa nama daerah dimana pengguna berada. Hasil pengujian menunjukan fungsionalitas sistem sudah berjalan dengan baik. Namun hanya saja akurasi dalam mendeteksi posisi pengguna sangat terpengaruh oleh kualitas GPS yang tertanam dalam device android pengguna.
Kata Kunci: Masjid, Musafir, GPS, LBS, Android.
1. Pendahuluan
Muslim di Indonesia merupakan masyarakat mayoritas. Seorang muslim
wajib melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Sholat wajib
sudah ditentukan waktunya, sesuai firman Allah dalam surat Al-Nisaa: 103:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman”.
Seorang muslim yang sedang melakukan perjalanan jauh (musafir) juga
tetap berkewajiban melaksanakan sholat fardhu meskipun ada keringanan sholat
jamak. Bagi musafir, mencari masjid merupakan kebutuhan yang mendesak
ketika hendak menunaikan sholat. Seringkali seorang musafir harus bertanya
lebih dari satu kali kepada masyarakat setempat saat mencari masjid terdekat,
sehingga kadang-kadang sampai kehabisan waktu sholat. Hal tersebut akan
lebih sulit lagi ketika terjadi hujan lebat dimana biasanya jarang ada orang di
pinggir jalan yang bisa ditanya.
Teknologi yang telah ada saat ini yaitu GPS (Global Positioning System)
yang dipadukan dengan LBS (Location Based Service) dapat digunakan untuk
68 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
membantu pengguna mencari lokasi obyek yang diinginkan, misalnya masjid.
Namun kendala yang muncul adalah ketika pengguna berada pada daerah yang
tidak mendapatkan sinyal. Google Map juga dapat membantu penggunanya
dalam mencari lokasi obyek umum, tidak dikhususkan untuk pencarian masjid.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, dalam penelitian ini akan dirancang
dan dibangun sebuah sistem pencarian masjid terdekat yang berjalan pada
platform Android. Sistem ini memanfaatkan teknologi GPS dan LBS untuk
mencari lokasi masjid terdekat dengan keberadaan pengguna. Selain itu supaya
sistem dapat bekerja saat pengguna tidak memperoleh sinyal GPS, maka sistem
juga dapat menerima masukan dari pengguna berupa nama jalan dan daerah
dimana pengguna berada, untuk kemudian dapat mengeluarkan informasi masjid
terdekat dengan jalan tersebut.
2. Cara Kerja Sistem
2.1 Halaman login admin
Halaman login, dapat dilihat pada Gambar 1, digunakan oleh admin untuk
masuk dalam sistem admin yang dapat melakukan operasi entri data masjid,
update data masjid dan menghapus data masjid.
Gambar 1 Halaman Login Admin
2.2 Halaman input data masjid
Halaman input data masjid, dapat dilihat pada Gambar 2, digunakan oleh
admin untuk memasukan data masjid yang meliputi nama masjid, jenis masjid,
akses masjid, tempat parkir, alamat masjid, dan lattitude longitude masjid. Admin
dapat menentukan lokasi masjid dengan menggeser balon merah ke posisi yang
diinginkan pada peta.
2.3 Halaman semua masjid
Halaman ini menampilkan semua data masjid pada peta dan dapat dilihat
tampilannya pada Gambar 3.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 69
Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid .............. Nurochman
Gambar 2 Halaman input data masjid
Gambar 3 Halaman semua masjid
2.4 Halaman daftar data masjid
Halaman ini, dapat dilihat pada Gambar 4, menampilkan daftar data
masjid yang sudah masuk ke dalam basis data.
2.5 Menu Utama
Menu utama menampilkan semua menu yang ada dalam sistem klien,
seperti terlihat pada Gambar 5.
70 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
Gambar 4 Halaman daftar data masjid
Gambar 5 Menu Utama
2.6 Tampilan deteksi masjid terdekat
Tampilan ini, dapat dilihat pada Gambar 6, menunjukan pendeteksian
posisi pengguna yang ditunjukan dengan balon berwarna biru serta masjid-
masjid terdekat ditunjukan dengan ikon masjid warna hijau.
Gambar 6 Tampilan deteksi masjid terdekat
2.7 Pencarian masjid berdasar alamat
Fitur ini digunakan apabila GPS tidak mendapatkan sinyal sehingga posisi
pengguna tidak dapat terdeteksi oleh sistem. Pengguna dapat melakukan
pencarian masjid berdasar alamat dimana mereka berada. Tampilannya dapat
dilihat pada Gambar 7.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 71
Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid .............. Nurochman
Gambar 7 Pencarian masjid berdasar alamat
Misalkan pengguna berada di daerah Maguwo, maka akan muncul daftar
masjid yang berada di daerah Maguwo seperti dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Daftar masjid di daerah maguwo
Selanjutnya bila dipilih masjid Diponegoro maka akan muncul tampilan
seperti pada Gambar 9.
Gambar 9 Rute menuju masjid
3. Penutup
Penelitian yang dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Sistem pencarian masjid terdekat pada smartphone Android telah berhasil
dibangun dan berfungsi dengan baik.
b. Sistem yang dibangun sangat tergantung kepada kualitas GPS yang
tertanam dalam device yang digunakan pengguna baik smartphone
maupun komputer tablet.
c. Sistem telah berhasil membantu pengguna mencari masjid terdekat
melalui pencarian berdasarkan alamat meskipun pengguna tidak
mendapatkan sinyal GPS.
72 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Nurochman .............. Rancang Bangun Software Android untuk Pencarian Masjid
Daftar Pustaka
Abdurrahman, 2011. Sistem Pelayanan Derek Mobil Berdasarkan Pos Terdekat Menggunakan Aplikasi Berbasis Web. Skripsi. Yogyakarta: Ilmu Komputer FMIPA UGM.
Al Fatta, H., 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing Perusahaaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta: Andi.
Kadir, A., 2003. Pemrograman WEB: Mencakup HTML, CSS, Javascript, dan PHP. Yogyakarta: Andi.
Madcoms, 2004. Aplikasi Program PHP dan MySQL untuk Membuat Website Interaktif. Yogyakarta: Andi.
Purnaadi, C.W., 2010. Aplikasi Peta Mobile untuk Pencarian Jalur Terpendek pada Sistem Operasi Android. Skripsi. Yogyakarta: Ilmu Komputer FMIPA UGM.
73
APLIKASI PENERAPAN DIGITAL FORENSICS PADA SISTEM FILE
Resi Utami Putri
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Abstrak
Forensik digital merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berguna untuk menelusuri jejak yang ditinggalkan serta merekonstruksinya. Saat ini kejahatan komputer sudah menjadi hal biasa di kalangan masyarakat, terutama menyangkut pencurian data baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melakukan pemulihan data yang telah dihilangkan pelaku yang memungkinkan membantu untuk penyelidikan oleh investigator forensik. Makalah ini mencoba untuk melihat tren forensik digital pada sistem file. Makalah ini menunjukkan beberapa tool yang berbeda yang digunakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Forensik sistem file kini sangat diperlukan karena untuk menganalisis data yang disembunyikan oleh pelaku kejahatan.
Kata kunci: forensik digital, sistem file, tool forensik, data.
1. Pendahuluan
Pada masa kini, perkembangan teknologi semakin pesat, komputer dan
internet sudah banyak digunakan dalam kehidupan kita. Kejahatan dengan
menggunakan teknologi komputer, menyimpan bukti kejahatan pada komputer
maupun jaringan. Penyadapan dan menganalisis data yang disimpan dalam
berbagai perangkat penyimpanan menjadi bagian yang penting dalam
memperoleh barang bukti.
Tugas dari investigator forensik adalah mengumpulkan semua bukti yang
tersedia untuk memahami dimana, bagaimana dan kapan serangan terjadi.
Ketersediaan bukti memiliki dampak langsung terhadap kepastian kesimpulan
yang diambil oleh investigator forensik mengenai modus dari penyerang.
Seorang penyerang bisa menghapus atau mengaburkan bukti untuk
menyembunyikan tindakan kejahatannya.
Proses pengumpulan bukti berfokus pada mengenali dan mengidentifikasi
bukti berdasarkan karakteristik sistem file. Rekonstruksi peristiwa memeriksa
bukti untuk mencari tahu mengapa sebuah objek memiliki karakteristik tertentu.
Pelaku kejahatan cenderung menyembunyikan atau mengenkripsi
informasi sehingga ketika komputer mereka dikumpulkan oleh kepolisian, tidak
ada bukti. Sebenarnya, ada banyak cara bagaimana data dapat bersembunyi.
Cara yang paling terkenal adalah melakukan enkripsi data dan steganografi.
74 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Resi Utami Putri ................ Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
Menganalisis bukti digital adalah tantangan utama forensik digital saat ini.
Seorang tersangka dapat menghapus bukti pada harddisk. Hanya ada beberapa
alat yang memungkinkan untuk merekonstruksi hasil forensik.
2. Landasan Teori
Penggunaan teori diperlukan untuk mendefinisikan beberapa pengertian
yang akan dibahas dalam makalah ini.
Setiap sistem operasi mempunyai sistem file yang berbeda. Pada sistem
operasi Windows, jenis sistem file-nya adalah FAT 12/32 dan NTFS. Sistem
operasi Linux mempunyai sistem file Ext2/Ext3/Ext4 dan Reiser. Sedangkan Mac
mempunyai sistem file HFS dan HFS+/HFSX. Sistem file yang paling banyak
digunakan adalah NTFS. NTFS juga banyak digunakan pada sistem operasi
Windows dan sebagian UNIX.
Beberapa tools yang sering digunakan dalam forensik sistem file adalah
Scalpel, Encase, FTK3, Foremost dan Revit. Dari beberapa tools tersebut yang
paling banyak digunakan adalah Foremost.
Beberapa bagian dari suatu sistem file menurut Giampaolo (1999) adalah
sebagai berikut:
a. Disk merupakan media penyimpanan dengan ukuran tertentu yang
memiliki sektor atau ukuran blok. Ukuran blok adalah 512 byte.
b. Blok merupakan satuan terkecil yang ditulis oleh disk atau file system.
c. Partisi merupakan subset dari semua blok pada disk.
d. Volume merupakan nama yang diberikan pada kumpulan blok pada
beberapa media penyimpanan seperti disk.
e. Superblok merupakan luas volume tempat file system menyimpan
informasi.
f. Metadata merupakan istilah yang merujuk informasi tapi bukan
merupakan bagiannya. Contohnya adalah ukuran file.
g. Journal adalah metode yang menunjukkan kebenaran metadata file
system.
h. i-node merupakan tempat file system menyimpan semua metadata dari
suatu file. I-node juga dikenal sebagai File Control Block (FCB)
i. extend (luas) merupakan nomor blok awal dan panjang blok yang
berurutan pada disk.
j. Atribut adalah sebuah nama dan nilai yang terkait dengan nama (text
string).
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 75
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
3. Tren forensik data saat ini
Bagian ini menjelaskan dan keterbatasan dari penelitian dan prosedur
pengumpulan data.
3.1 Keterbatasan Penelitian
Pendekatan yang digunakan, kemungkinan belum mencakup gambaran
yang sebenarnya dari garis besar forensik sistem file. Jumlah makalah juga
belum terlalu signifikan membahas mengenai forensik digital terutama yang
membahas sistem file. Akan tetapi dengan melihat beberapa penelitian
sebelumnya sudah cukup untuk menunjukkan berbagai tool yang digunakan
dalam forensik sistem file.
3.2 Prosedur Pengumpulan Data
Tahun 2002 merupakan awal dimulainya tren forensik digital karena
maraknya kejahatan di bidang komputer hingga akhirnya dimulainya tren forensik
digital di Indonesia yaitu pada tahun 2009. Penelitian ini mengambil dari
beberapa jurnal maupun proseding yang dimulai dari tahun 2005 hingga tahun
2013. Tahun 2005 merupakan awal tahun dimulainya tren forensik sistem file.
Dalam penelitian selama delapan tahun terakhir beberapa tool yang digunakan,
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Tool forensik yang digunakan
No. Tahun Peneliti Tool yang digunakan
1 2005 Sarmoria Monitor runtime
2 2005 Richard Scalpel
3 2005 Sitaraman Backtracker
4 2005 Wee Runtime Disk Explorer for NTFS
5 2006 Roussev Md5bloom
6 2009 Alazab Chkdisk, Sleuth kit
7 2011 Thing File carving – Adroit Photo Forensic
8 2012 Mahant Mini-123
9 2012 Hand Bin Carver
10 2013 Kalber Py3xF
11 2013 Rousssev Zsniff
12 2013 Vömel Win32dd, WinPMEM, mdd
76 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Resi Utami Putri ................ Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
4. Diskusi dan Hasil Analisis
Beberapa Penelitian membahas tentang riset yang berhubungan dengan
forensik sistem file. Hal yang menjadi perbandingan setiap penelitian adalah
berdasarkan tool serta teknik yang digunakan dalam penelitian.
Penelitian yang dilakukan selama delapan tahun terakhir mengenai
sistem file, telah membuat percabangan baru dari ilmu forensik digital. Pada awal
penelitian, dimulai dengan masalah bagaimana menyembunyikan sebuah data
dalam sistem file NTFS. Dalam Wee (2005) menerapkan teknik analisis yang
biasa diterapkan dalam mendeteksi dan memulihkan data yang tersembunyi
dengan dua tahap mengidentifikasi data yang tersembunyi dengan mencari
anomali dan memulihkan data yang tersembunyi.
Selanjutnya Sitaraman & Venkatesan (2005) melakukan analisis forensik
sistem file menggunakan teknik backtracking dengan penambahan parameter
dari sistem file. Alat yang digunakan bernama Backtracker dapat mengidentifikasi
dan mendapatkan akses masuk ke sistem.
Masih pada tahun 2005, masalah muncul bagaimana proses rekonstruksi
sebuah sistem file yang bertujuan untuk membentuk rangkaian kejadian file.
Proses rekonstruksi yang dilakukan dimulai dari titik deteksi, seperti isi file yang
mencurigakan dan membentuk rantai dengan semua proses dan membangun
kembali serangan suatu file. Sarmoria & Chapin (2005) menyajikan monitor
runtime untuk membaca dan menulis operasi pada memori yang dipetakan.
Konsepnya adalah untuk memantau penyisipan page fault dalam kernel
manajemen memori. Sistem monitor runtime apabila diintegrasikan dengan
Bactracker dan Forensix akan memberikan hasil pengurangan waktu pencarian,
ruang pencarian dan dependensi palsu.
Pengertian page fault adalah merupakan kesalahan halaman pada
memori utama yang harus diganti dengan halaman yang baru. Page fault terletak
pada memori utama. Pergantian halaman dapat dilakukan dengan memindahkan
page dari memori sekunder ke memori utama.
Pada tahun berikutnya, Richard III & Roussev (2005) melakukan
penelitian untuk mengoptimalkan operasi file carving dengan Scalpel. Scalpel
merupakan salah tool forensik. Scalpel dapat dengan cepat melakukan operasi
file carving dengan ukuran yang besar tapi dengan sumber daya yang
sederhana. Recovery file adalah mungkin, bahkan jika metadata filesystem telah
hancur. Metadata merupakan peninggalan dari data yang telah dihapus.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 77
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
Pada tahun berikutnya, Roussev, et al. (2006) melakukan penelitian untuk
meningkatkan teknik hashing dalam meningkatkan efisiensi dan skalabilitas
analisis forensik digital. Roussev, et al. menggunakan md5bloom yaitu alat
memanipulasi filter bloom yang dapat dimasukkan ke dalam praktek forensik.
Roussev juga menyediakan landasan teoritis dasar, yang mengkuantifikasi
tingkat kesalahan terkait dengan berbagai filter bloom juga menyediakan
kerangka probabilistik yang memungkinkan penafsiran langsung. Roussev
membangun alat aliran berorientasi tujuan yang mendukung pengelolaan filter
bloom yaitu md5bloom.
Pada tahun 2009, Alazab, et al. (2009) membahas teknik forensik digital
dalam menganalisis file system NTFS yang merupakan file system paling standar
dan banyak digunakan. Alazab, et al. mencoba menggali kerentanan disk image
NTFS, mendeteksi data yang disembunyikan berdasarkan struktur internal dari
sistem file. Akhirnya Alazab, et al. menemukan bahwa data tersembunyi di $boot
tidak terdeteksi oleh alat forensik. Teknik yang digunakan adalah inspeksi
manual gambar file NTFS juga dapat digunakan untuk sektor lain di sistem file
NTFS. Alazab, et al. menggunakan tool Sleuth Kit (TSK) dan Autopsy forensik.
Thing, et al. (2011) mengembangkan rekonstruksi bukti dan sistem
pemulihan dan melakukan percobaan untuk mengevaluasi kemampuan dalam
mendeteksi dan memulihkan bukti yang dikaburkan. File carving bertujuan untuk
mengatur file kembali ke bentuk aslinya dan memulihkan semua file dari data
mentah. Tujuannya untuk mempercepat proses carving (ukiran). Hasilnya
menunjukkan bahwa sistem mampu mencapai efisiensi dan akurasi yang lebih
tinggi. Thing, et al. menggunakan file carving Adroit Photo Forensic.
Mahant & Meshram (2012) melakukan recovery file yang telah dihapus
pada file system NTFS. Mahant membahas struktur operasi file system NTFS,
penanganan terhadap file yang dihapus dan mengusulkan metode untuk
memulihkan file yang telah dihapus pada disk. Perangkat yang digunakan untuk
menggagalkan serangan adalah skim block. Mahant & Meshram melakukan
penelitian menggunakan tool Mini 123.
Hand, et al. (2012) melakukan penelitian dengan tool bin carver dengan
memanfaatkan file header dan footer. Hand, et al. berfokus pada file dokumen
(pdf) dan gambar (jpeg). Bin carver merupakan tool yang dapat secara otomatis
memulihkan file executable walaupun metadata dari suatu file telah rusak atau
dihapus.
78 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Resi Utami Putri ................ Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
Penelitian tahun 2013, Kalber, et al. (2013) melakukan penelitian dengan
merekonstruksi sistem file menggunakan pendekatan sidik jari (fingerprinting)
dalam metadata. Membuat sistem yang secara otomatis dapat merekonstruksi
tindakan yang dilakukan oleh berbagai aplikasi pada file system NTFS
menggunakan tool Py3xF. Py3xF merupakan singkatan dari Python Forensic
Fingerprinting Framework. Py3xF dapat secara otomatis memperoleh
fingerprinting berdasarkan informasi timestamp disimpan dalam metadata.
Roussev & Quates (2013) mengembangkan suatu tool yaitu zsniff yang
dapat mengklasifikasikan fragmen file. Zsniff merupakan alat yang secara
otomatis dapat menemukan data yang dikompres dengan tabel kompresi
Huffman. Roussev & Quates meneliti teks, gambar dan executable mempunyai
signature yang berbeda.
Vömel & Stüttgen (2013) menyajikan platform evaluasi yang mampu
mengukur faktor yang berbeda yang menentukan kualitas gambar yang
dihasilkan memori yaitu masalah integritas. Dengan menggunakan aplikasi open
source popular. Vömel & Stüttgen melakukan pengujian menggunakan beberapa
tool open souce yaitu win32dd, winPMEM dan mdd.
5. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penelitian yang membahas forensik sistem file.
Perkembangan mengenai teknik dan tool yang digunakan, semakin banyak dan
beragam dari tahun ke tahun. Metode dan teknik yang digunakan juga semakin
maju dan beragam, dilihat dari tool yang digunakan. Perkembangan tool juga
menunjukkan hasil yang signifikan, dimana terdapat tool yang dapat
mempercepat hasil pencarian data maupun recovery data, sehingga tidak perlu
menunggu lama untuk memproses data yang ukurannya besar.
Tren forensik sistem file juga sudah mulai banyak yang meneliti
dikarenakan bukti kejahatan biasanya dalam bentuk file dan file tersebut
disembunyikan di dalam sebuah sistem file. Seorang investigator juga perlu
mempelajari bagaimana sebuah file dibuat, bagaimana file diakses dan
bagaimana file dimodifikasi melalui penyelidikan timestamp atau MAC time suatu
file. Apabila file yang ditemukan telah dihapus oleh pelaku, seorang investigator
perlu menyelidiki metadata dari suatu file yang dihapus dikarenakan metadata
merupakan peninggalan dari file yang telah dihapus.
Sistem file juga dapat digunakan untuk menyimpan data yang
tersembunyi oleh pelaku yang memungkinkan pelaku untuk menyimpan data
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 79
Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File ............... Resi Utami Putri
pada sektor boot ($boot) sehingga suatu file tidak bisa terdeteksi dan bahkan
tidak merubah struktur sistem file. Besar file yang dapat disimpan pada $boot
hingga 512 byte.
Pada penelitian yang akan datang diharapkan tools yang digunakan akan
semakin berkembang sehingga dapat melakukan berbagai teknik forensik dalam
satu tool. Diharapkan juga terdapat teknik baru bagaimana menemukan suatu file
tersembunyi di tempat yang tersembunyi di sistem file dan bisa mengembalikan
file yang telah dihapus.
Daftar Pustaka
Alazab, M., Venkatraman, S., Watters, P., 2009. Digital Forensic Techniques for Static Analysis of NTFS Images. Paper. The 4th International Conference of Information Technology (ICIT 2009), AL-Zaytoonah University, Amman, Jordan.
Giampaolo, D., 1999. Practical File System Design: with the Be File System. San Francisco: Morgan Kaufmann Publishers, inc.
Hand, S., Lin, Z., Gu, G. & Thuraisingham, B., 2012. Bin Carver: Automatic Recovery of Binary Executable Files. Digital Investigation, 9, pp. S108-S117.
Kalber, S., Dewald, A. & Freiling, F.C., 2013. Forensic Application Fingerprinting based on File System Metadata. The 7th International Conference on IT Security Incident Management and IT Forensics, pp. 98-112.
Mahant, S.H. & Meshram, B.B., 2012. NTFS Deleted Files Recovery: Forensics View. International Journal of Computer Science and Information Technology and Security (IJCSITS), 2(3), pp. 491-497.
Richard III, G.G. & Roussev, V., 2005. Scalpel: A Frugal, High Performance File Carver. The 2005 Digital Forensic Research Workshop (DFRWS), New Orleans, LA.
Roussev, V., Chen, Y., Bourg, T. & Richard III, G.G., 2006. Md5bloom: Forensic Filesystem Hashing Revisited. Digital Investigation, 3S, pp. S82-S90.
Roussev V. & Quates, C., 2013. File Fragment Encoding Classification: An Empirical Approach. Digital Investigation, 10, pp. S69-S77.
Sarmoria, C.G. & Chapin, S.J., 2005. Monitoring Access to Shared Memory Mapped Files. The 2005 Digital Forensic Research Workshop (DFRWS), New Orleans, LA.
Sitaraman, S. & Venkatesan, S., 2005. Forensic Analysis of File System Intrusions using Improved Backtracking. Prosiding. The 3rd IEEE International Workshop on Information Assurance (IWIA'05), pp. 154-163.
80 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Resi Utami Putri ................ Aplikasi Penerapan Digital Forensics pada Sistem File
Thing, V.L.L., Chua, T.W., dan Cheong, M.L., 2011. Design of a Digital Forensics Evidence Reconstruction System for Complex and Obscure Fragmented File Carving. Prosiding. The 7th International Conference on Computa-tional Intelligence and Security (CIS 2011), pp. 793-797.
Wee, C.K., 2005. Analysis of Hidden Data in NTFS File System. [Online] Tersedia di: http://www.iapsonline.com/sites/default/files/Analysis%20of %20Hidden%20Data%20in%20NTFS%20File%20System%20-%20By %20%20Cheong%20Kai%20Wee.pdf [Diakses pada 1/10/2013].
Vömel, S. & Stüttgen, J., 2013. An Evaluation Platform for Forensic Memory Acquisition Software. Digital Investigation, 10, pp. S30-S40.
81
SINKRONISASI WAKTU PADA WIRELESS SENSOR NETWORK (JARINGAN SENSOR NIRKABEL)
Adkhan Sholeh
Program Studi D3 Manajemen Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Abstrak
Wireless sensor network (WSN) merupakan jaringan yang dibentuk oleh node-node berupa perangkat sensor. Untuk dapat mengirimkan data melalui jaringan dan memenuhi berbagai kebutuhan pembacaan data, sangatlah penting suatu node mempunyai sumber informasi waktu yang tepat dan sinkron terhadap node-node lainnya. Persoalan sinkronisasi waktu dalam sistem terdistribusi adalah keniscayaan, termasuk dalam WSN. Karakteristik khusus node WSN memberikan tantangan yang unik untuk sinkronisasi waktu, di samping persoalan-persoalan yang umum dijumpai terkait sinkronisasi waktu antar node dalam suatu jaringan. Tulisan ini menguraikan pentingnya sinkronisasi waktu untuk WSN, penelitian-penelitian serta metode sinkronisasi yang telah dihasilkan, serta gambaran umum masalah-masalah dalam sinkronisasi waktu dalam WSN.
Kata kunci: jaringan, sinkronisasi waktu, WSN, protokol, clock.
1. Pendahuluan
Salah satu karakter yang paling membedakan antara wireless sensor
network (WSN) dengan jaringan komputer umumnya adalah tidak adanya
infrastruktur yang menghubungkan dan mengatur node-node dalam WSN.
Jaringan WSN tidak difasilitasi dengan switch ataupun router seperti dalam
jaringan komputer konvensional. Koneksi dan komunikasi yang berlangsung
terbentuk secara kolektif oleh node-node dalam WSN. Node-node tersebut harus
bekerja sama dengan saling meneruskan paket data dari sumber data hingga ke
tujuannya. Kerja sama ini menghasilkan bentuk jaringan multi-hop.
Data dari suatu node sensor sering kali harus dilengkapi dengan
informasi waktu sebelum dikirimkan ke node lain. Pada berbagai aplikasi dan
sistem operasi terdisribusi, termasuk WSN, sinkronisasi waktu merupakan
layanan kunci yang harus tersedia. Informasi waktu ini tidak jarang bersifat
mutlak pada aplikasi-aplikasi seperti pengukuran kecepatan, pelacakan obyek,
dan pemantauan cuaca yang berbasi WSN. Terdapat pula kepentingan untuk
membaca label waktu dalam proses pengolahan data, semisal untuk kompilasi
data. Oleh karena itu sinkronisasi waktu antar node-node menjadi sangat
penting. Sinkronisasi waktu antar node mungkin diperlukan di tingkat jaringan
WSN lokal, bisa juga pada jaringan WSN yang lebih luas (global).
82 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
Protokol sinkronisasi waktu yang paling banyak diaplikasikan untuk
jaringan internet adalah Network Time Protocol (NTP). Pada jaringan yang node-
node-nya dilengkapi sensor GPS, sinkronisasi waktu dapat dilakukan dengan
memanfaatkan label waktu dari satelit GPS. Sayangnya, NTP dan GPS tak dapat
diimplementasikan pada WSN. Daya komputasi yang rendah dan sumber energi
yang terbatas menjadi penghalang penerapan NTP pada node WSN. Adapun
penggunaan sensor GPS akan terlalu mahal pada node sensor yang umumnya
berbiaya murah. Selain itu, pemasangan sensor di bawah air atau di dalam
gedung akan menghalangi penerimaan sinyal GPS.
2. Latar Belakang dan Penelitian Terkait
Penelitian Lamport (1978) merupakan tonggak dalam sinkronisasi waktu
komputer. Lamport menekankan pada waktu virtual di mana kausalitas (urut-
urutan kejadian) lebih penting dibandingkan waktu absolut. Terdapat aplikasi
yang hanya memerlukan waktu relatif, misalnya pengukuran propagasi suara,
sehingga waktu absolut tidak diperlukan. NTP yang diajukan Mills (1991)
mencuat karena skalabilitasnya, mempunyai kemampuan mengkonfigurasi
sendiri pada jaringan multi-hop, tahan terhadap kerusakan dan sabotase, dan
sudah digunakan di banyak jaringan.
Elson dan Estrin (2003) memelopori penelitian sinkronisasi waktu di mana
tiap-tiap node normalnya tidak tersinkronisasi dengan jaringan. Cara kerjanya
adalah dengan menempatkan sebuah node suar yang secara periodik
menyebarkan pesan ke node-node sensor yang berada dalam jangkauannya.
Ketika suatu event (kejadian) terdeteksi sensor, event ini akan dicatat
menggunakan referensi waktu lokal node tersebut. Segera setelah node itu
menangkap pesan yang disebar oleh node suar, maka label waktu dalam event
itu segera diganti menggunakan referensi waktu node suar. Skema sinkronisasi
waktu ini disebut sebagai protokol Reference Broadcast Synchronization (RBS).
Di tahun 2002 protokol RBS dipertajam dengan penyebaran pesan
referensi melalui lapisan fisik (Elson, dkk., 2002). RBS mengabaikan beberapa
faktor dengan hanya menggunakan waktu tibanya pesan referensi. Karena
kesamaan waktu tibanya pesan referensi pada semua node, maka pesan yang
disebar bisa digunakan sebagai acuan oleh sejumlah node penerima pesan
referensi tersebut. Skema ini dapat diperluas pada kasus jaringan multi-hop yang
diperluas, meskipun masih diperlukan studi lanjut terkait dengan dampak
kesalahan translasi, adanya jeda, serta belum dipertimbangkannya sinkronisasi
global pada keseluruhan jaringan.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 83
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
Protokol TPSN (Timing-Sync Protocol for Sensor Network) diajukan oleh
Ganeriwal, dkk. (2003) dengan metodologi yang sama pada NTP, di mana node-
node sensor diatur dalam struktur bertingkat dan disinkronisasikan waktunya
dengan node tertinggi (node root) . Berbeda dengan Internet, node root dan
node-node di bawahnya yang bertanggung jawab untuk sinkronisasi boleh jadi
lebih sering rusak. Selain itu node-node mobile bisa mengacaukan prosedur
sinkronisasi yang sudah terbentuk. Pada platform WSN tertentu yang
menggunakan TPSN, dimungkinkan mengakses lapisan MAC, sehingga
pemberian label waktu dapat dilakukan saat pengiriman dan pemerimaan pesan.
Hal ini bisa mengatasi 3 ketidakpastian utama dalam protokol RBS. Waktu
propagasi antara dua node juga bisa dihitung dengan menerapkan proses
handshake secara dua arah. Antara RBS dan TPSN, keduanya memiliki
kelemahan yang sama karena ketidakpastian pengambilan label waktu dari
lapisan MAC yang ditimbulkan oleh jitter dalam interrupt handling dan waktu
untuk melakukan decoding.
Maroti, dkk. (2004) mengajukan Flooding Time Synchronization Protocol
(FTSP) yang secara efektif mengurangi semua sumber kesalahan pelabelan
waktu kecuali kecuali waktu propagasi. FTSP dirancang untuk aplikasi
penempatan sniper yang memerlukan ketepatan sangat tinggi. Akurasi pada
FTSP dicapai dengan menggunakan label waktu lapisan MAC yang
dikustomisasi dan dengan menggunakan kalibrasi untuk menghilangkan jeda
yang tidak diketahui. FTSP mampu bertahan terhadap kerusakan jaringan karena
menggunakan flooding untuk koneksi berpasangan maupun sinkronisasi global.
Regresi linier dari beberapa label waktu digunakan untuk memperkirakan
pergeseran jam dan offset. Kelemahan utama FTSP adalah perlunya kalibrasi
pada hardware yang dipakai. FTSP juga memerlukan akses ke lapisan MAC.
Namun dari sisi akurasi, FTSP bisa mencapai angka kurang dari 2 s jika
kalibrasinya bagus.
3. Sinkronisasi Waktu
3.1 Waktu dan Sinkronisasi
Sebuah node sensor umumnya dilengkapi dengan clock (jam) yang
bersumber dari hitungan osilasi kristal quartz. Terdapat kemungkinan ada
perbedaan waktu antara dua node yang disebabkan oleh:
1) node-node tersebut dihidupkan dalam waktu yang berbeda. Beda waktu
yang tertera antara kedua node disebut offset.
84 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
2) terdapat sedikit perbedaan frekuensi dari kristal quartz pada masing-
masing node, sehingga dalam rentang waktu yang lama akan makin
terlihat selisih waktu antara kedua node. Selisih waktu yang dihasilkan
disebut skew error.
3) perubahan frekuensi dari kedua clock yang bisa muncul antara lain
karena faktor suhu lingkungan. Akibatnya akan timbul pergeseran waktu
yang disebut dengan drift error.
Meski setiap node sensor dilengkapi clock sendiri, waktu yang tertera
biasanya tidak dibaca apa adanya. Bagaimanapun bagusnya kalibrasi clock saat
node dipasang/dihidupkan, tetap saja clock-clock tersebut akan mengalami error
skew. Dan karena adanya kelemahan pada semua hardware dari clock lokal,
maka clock lokal masing-masing node akan saling bergeser. Lebih jauh lagi,
waktu yang dilihat maupun interval waktu antara satu node dengan lainnya akan
berbeda. Solusi untuk menghasilkan waktu yang akurat dan disepakati bersama
adalah dengan pertukaran pesan untuk secara konstan melakukan penyesuaian
atau update waktu.
3.2 Hardware Clock dan Software Clock
Hardware clock adalah jam sensor untuk menunjukkan waktu yang
bersumber dari hardware yang dipasang sebagai jam sensor.
Logical clock adalah waktu yang ditampilkan sensor yang bersumber dari
waktu yang sudah tersinkronisasi. Logical clock merupakan fungsi
software dan hanya dihitung berdasarkan permintaan pada saat
pembacaan hardware clock.
3.3 Definisi Sinkronisasi Waktu
Permasalahan sinkronisasi pada jaringan beranggotakan sejumlah
perangkat adalah bagaimana menyamakan hitungan waktu antara perangkat-
perangkat tersebut. Sinkronisasi global berupaya agar semua anggota jaringan
dapat tersinkronisasi waktunya. Adapun sinkronisasi lokal, hanya mentargetkan
sinkronisasi pada node-node yang jaraknya cukup dekat.
Menyamakan acuan waktu pada satu kesempatan dengan mengoreksi
offset tidaklah cukup, karena perbedaan pada masing-masing hardware clock
akan menimbulkan error drift yang berbeda-beda. Oleh karena itu skema
sinkronisasi dilakukan dengan menyamakan kecepatan clock sekaligus offset-
nya, atau dengan melakukan koreksi offset secara berulang-ulang agar dalam
suatu periode clock-clock itu selalu tersinkronisasi.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 85
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
Bentuk sinkronisasi dapat dibedakan menjadi:
1) Sinkronisasi untuk menentukan urutan kejadian dengan benar
2) Sinkronisasi yang bertujuan menjaga clock relatif. Pada jenis ini tiap node
mempunyai jam lokal masing-masing, tetapi juga memantau informasi
drift relatif dan offset mereka terhadap jam-jam yang ada pada jaringan.
3) Sinkronisasi 'selalu aktif' di mana tiap node memastikan agar clock-nya
selalu sinkron dengan clock referensi dalam jaringan.
3.4 Faktor-faktor Penting dalam Sinkronisasi Waktu
Temperatur: penempatan node sensor di berbagai tempat terbuka
memunculkan naik turunnya suhu dalam berbagai rentang waktu. Variasi
suhu ini dapat mempercepat atau memperlambat frekuensi clock sensor,
yang berujung pada error drift.
Derau fase: di antara penyebab noise (derau) adalah fluktuasi
arus/tegangan pada antarmuka hardware, variasi respon sistem operasi
terhadap interrupt, dan jitter pada jeda jaringan.
Derau frekuensi, disebabkan oleh tidak stabilnya frekuensi clock kristal.
Jeda asimetrik, yaitu perbedaan waktu tempuh antara node A ke node B
dengan waktu tempuh dari node B ke node A. Hal ini bisa terjadi karena
media perambatan gelombang adalah udara dan adanya kemungkinan
perambatan tidak bisa secara segaris pandang (line of sight), melainkan
dengan cara pemantulan.
Clock glitches, yaitu lompatan tiba-tiba pada jam yang mungkin timbul
karena anomali hardware maupun software.
3.5 Masalah-masalah Sinkronisasi dalam WSN
Sinkronisasi waktu menggunakan protokol NTP ataupun berbasis sinyal
GPS tidak cocok diterapkan pada WSN. Hal ini karena adanya kebutuhan khusus
pada jaringan WSN berupa:
Presisi: Protokol NTP dapat memberikan tingkat presisi hingga beberapa
milisekon. Pada beberapa aplikasi WSN, misalnya aplikasi beam-forming,
kebutuhan terhadap pengukuran dengan presisi hingga di bawah
milisekon sangat penting untuk dicapai.
Biaya: Node-node pada WSN umumnya menggunakan sumber daya
yang terbatas: catu daya (batere), daya komputasi, dan storage
(penyimpanan). Sementara pada umumnya protokol yang dikembangkan
86 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
pada jaringan kabel harus melakukan pertukaran data berkali-kali serta
menyimpan pesan-pesan itu untuk pengolahan statistik.
Masalah pada jaringan sensor modern adalah bahwa node-node hanya
bisa berkomunikasi secara lokal dengan node tetangganya. Komunikasi yang
dibatasi untuk lokal ini memunculkan masalah yang lebih sulit: 1) perlunya
konsensus yang secara valid diperoleh dari komputasi lokal 2) konsensus lokal
harus dibawa ke bagian jaringan yang lain, yang menjadi sangat sulit karena
tergantung dengan bagian jaringan yang lain.
Secara umum, masalah-masalah sinkronisasi harus diselesaikan karena
alasan-alasan berikut:
1) node-node sensor harus mengkoordinasikan operasi mereka dan saling
berkolaborasi untuk menangani tugas penginderaan yang rumit
2) Fungsi penghematan daya memerlukan sinkronisasi untuk meningkatkan
umur hidup jaringan. Penghematan daya sensor biasanya akan masuk
mode sleep dengan mematikan salah satu atau semua dari alat
pengindera dan pemancarnya, dan akan menyala kembali pada waktu
yang telah dikoordinasikan. Sementara unit penerima sinyalnya tetap
harus menyala untuk berjaga-jaga kalau ada data/pesan yang ditujukan
kepadanya. Mekanisme penghematan daya ini memerlukan pengaturan
waktu yang tepat di antara node-node yang berhubungan.
3) Algoritma penjadwalan pada WSN mengatur sharing penggunaan media
transmisi berbasis waktu, dengan maksud menghindari tabrakan paket
data (pesan) dan untuk menghemat energi.
3.6 Ketidakpastian dan Error dalam Sinkronisasi Waktu
Skema sinkronisasi waktu bergantung pada bagaimana pertukaran pesan
di antara node-node dalam WSN. Faktor yang tidak bisa diukur dalam dinamika
jaringan seperti waktu propagasi atau fisik waktu akses kanal menjadikan tugas
sinkronisasi tantangan besar bagi banyak sistem. Perlu dicatat bahwa dalam
penyebaran multi-hop jarak pendek, waktu pemrosesan data dan variasinya
memberikan kontribusi terbesar terhadap fluktuasi waktu dan perbedaan dalam
penundaan akibat perbedaan jalur yang ditempuh. Juga, beda waktu antara dua
node sensor dapat menjadi besar dari waktu ke waktu. Sesungguhnya estimasi
latensi dikacaukan oleh kejadian acak yang menyebabkan penundaan pada
pengiriman pesan bolak-balik yang jalurnya asimetris. Penundaan ini
menghalangi penerima untuk membandingkan jam lokal dari dua node secara
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 87
Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network ...................... Adkhan Sholeh
presisi dan melakukan sinkronisasi secara akurat dengan node pengirim. Untuk
lebih memahami sumber-sumber error ini, perlu dilakukan penjabaran dari
sumber-sumber latency pesan itu. Kopetz dan Ochsenreiter (1987) mengajukan
empat komponen yang berbeda untuk menganalisis sumber keterlambatan
pengiriman dan kemudian diperluas oleh Ganeriwal, dkk. (2003):
Waktu Kirim: Waktu untuk membangun pesan oleh node pengirim.
Waktu Akses: Setiap paket menghadapi beberapa penundaan di lapisan
MAC (Medium Access Control) sebelum transmisi yang sebenarnya.
Penundaan ini hanya pada penggunaan protokol MAC.
Waktu Propagasi: ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk penyebaran
pesan antara antarmuka jaringan dari pengirim dan penerima. Ketika
pengirim dan penerima berbagi akses ke media fisik yang sama, delay ini
sangat kecil karena hanya berupa waktu propagasi pesan via media fisik.
Waktu Penerimaan: ini adalah waktu yang diperlukan oleh antarmuka
jaringan penerima untuk menerima pesan dari saluran dan memberitahu
sejumlah kedatangannya.
Waktu Transmisi: Waktu yang diperlukan oleh pengirim untuk
mengirimkan pesan, yang besarnya mencapai puluhan milidetik
tergantung pada panjang pesan dan kecepatan radio yang digunakan.
Waktu Terima: Waktu yang diperlukan penerima untuk menerima pesan.
Waktu Penanganan Interrupt: penundaan akibat mikrokontroler harus
menanggapi interupsi.
Waktu Encoding: Waktu yang diperlukan untuk chip radio untuk
mengkodekan dan mengubah bagian pesan ke gelombang
elektromagnetik mulai dari saat ketika munculnya interupsi yang
menunjukkan penerimaan pada titik ideal dari mikrokontroler .
Decoding Time: Waktu yang diperlukan untuk chip radio di sisi penerima
untuk mengubah pesan dari gelombang elektromagnetik jadi data biner.
Waktu Byte Penyelarasan: Penundaan yang terjadi karena byte alignment
yang berbeda dari pengirim dan penerima.
4. Penutup
Sinkronisasi waktu merupakan salah satu layanan penting bagi aplikasi-
aplikasi WSN tertentu. Pada jaringan komputer konvensional, khususnya
Internet, telah dikembangkan protokol NTP yang cukup matang untuk keperluan
88 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Adkhan Sholeh ...................... Sinkronisasi Waktu pada Wireless Sensor Network
sinkronisasi waktu node-node dalam jaringan. Namun WSN mempunyai karakter
khusus yang menyebabkan WSN tidak bisa mengadopsi protokol NTP. Demikian
pula sinkronisasi berbasis GPS, yang memunculkan biaya relatif besar
dibandingkan keberadaan satu node sensor itu sendiri.
Dalam ringkasan artikel ini telah disampaikan permasalahan-permasalah
pokok yang menjadi perhatian utama dalam sinkronisasi waktu untuk jaringan
WSN. Masalah inti sinkronisasi sensor network sendiri bersumber pada
ketidakempurnaan hardware yang dipakai sebagai penyedia clock bagi sebuah
node sensor. Ditambah faktor-faktor eksternal yang berkaitan dengan kondisi di
mana sebuah node sensor dipasang, dan bagaimana node sensor hanya
mempunyai pilihan metode komunikasi wireless, maka terjadilah akumulasi
faktor-faktor yang menjadikan sinkronisasi waktu tersebut makin sulit.
Perbedaan kebutuhan sinkronisasi telah mendorong beberapa penelitian
menghasilkan beberapa jenis sinkronisasi. Berbagai metode yang dikembangkan
antara lain: Reference Broadcast Synchronization (RBS), Timing-Sync Protocol
for Sensor Network (TPSN) dan Flooding Time Synchronization Protocol (FTSP).
Daftar Pustaka
Elson, J. & Estrin, D., 2003. Time Synchronization for Wireless Sensor Networks. Disertasi. Los Angeles: University of California.
Elson, J., Girod, L. & Estrin, D., 2002. Fine-Grained Network Time Synchronization Using Reference Broadcasts. ACM SIGOPS Operating Systems Review, 36(SI), pp. 147-163.
Ganeriwal, S., Kumar, R. & Srivastava, M.B., 2003. Timing-sync Protocol for Sensor Network. Prosiding. The 1st International Conference on Embedded Networked Sensor Systems, pp. 138-149.
Kopetz, H. & Ochsenreiter, W., 1987. Clock Synchronization in Distributed Real-Time Systems. IEEE Transactions on Computers, 100(8), pp. 933-940.
Lamport, L., 1978. Time, Clocks, and The Ordering of Events in A Distributed System. Communications of the ACM, 21(7), pp. 558-565.
Maroti, M., Kusy, B., Simon, G. & Ledeczi, A., 2004. The Flooding Time Synchronization Protocol. Prosiding. The 2nd International Conference on Embedded Networked Sensor Systems, pp. 39-49.
Mills, D. L., 1991. Internet Time Synchronization: The Network Time Protocol. IEEE Transactions on Communications, 39(10), pp. 1482-1493.
89
IMPLEMENTASI TEKNIK DATA MINING ASSOCIATION RULE PADA DATA TRANSAKSI PEMINJAMAN BUKU
DI PERPUSTAKAAN STMIK AKAKOM YOGYAKARTA
Hera Wasiati, Eddy Supriadi
STMIK AKAKOM Yogyakarta
[email protected], [email protected]
Abstrak
Metode Association Rule yang merupakan salah satu Metode data mining yang akan mencari Association atau hubungan antar item dengan menghitung berapa kali item tersebut muncul dengan item yang berbeda dalam keseluruhan transaksi. Data transaksi peminjaman buku di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta merupakan data yang digunakan untuk mengimplementasikan Metode Association Rule. Proses pencarian Association Rule dari item di dalam transaksi peminjaman menggunakan kumpulan perintah program yang dieksekusi berdasarkan waktu yang ditentukan. Program yang dibuat menggunakan bahasa pemrograman PHP dan software database menggunakan MySQL. Berdasarkan hasil pencarian Association antar item dari data transaksi peminjaman buku di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta dapat dihasilkan Association Rule antar item dan item yang tidak memiliki Association antar item berdasarkan waktu yang ditentukan.
Kata Kunci: Association, MySQL, PHP, transaksi peminjaman.
1. Pendahuluan
Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas penyedia informasi, sumber
ilmu pengetahuan dan sarana penunjang proses kegiatan belajar mengajar bagi
para pengguna untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Oleh karena itu
sudah seharusnya pelayanan perpustakaan lebih dioptimalkan. Berdasarkan
data selama 5 tahun terhitung sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 total
buku yang dipinjam sebanyak 8.941 buku, dengan detail transaksi peminjaman
buku mencapai 110.744. dan jumlah peminjam sebanyak 4.763 orang, Total
buku yang dipinjam pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 masing-
masing sebanyak 5.278, 5.243, 4.874, 4.464, dan 3.355 buku (Sumber Data:
Simjar Akakom Yogyakarta, 4 November 2013).
Dapat disimpulkan dari tahun ke tahun data transaksi peminjaman
cenderung berkurang selama periode 5 tahun. Oleh karena itu harus ada
langkah-langkah yang diambil agar pada tahun berikutnya detail transaksi
peminjaman buku bisa lebih dari tahun sebelumnya. Salah satu langkah yang
bisa dilakukan adalah menggali informasi dari data transaksi peminjaman buku
dengan mengimplementasikan teknik data mining Association Rule. Dari teknik
90 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Hera Wasiati, dkk. .................. Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
data mining Association Rule didapat Rule yang bisa menjadi pilihan bagi
pengelola perpustakaan sebagai langkah dalam hal pengadaan buku yang
dipinjam dan penyusunan tata letak buku.
2. Tinjauan Teori
2.1 Data Mining
Data Mining sering juga disebut knowledge discovery in database (KDD)
adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pemakaian data historis untuk
menemukan keteraturan, pola atau hubungan dalam set data berukuran besar.
Keluaran dari data mining ini bisa dipakai untuk memperbaiki pengambilan
keputusan di masa depan (Santosa, 2007).
2.2 Aturan Asosiasi (Association Rules)
Aturan asosiasi (Association Rules) berkenaan dengan studi tentang ‘apa
bersama apa’. Ini bisa berupa studi transaksi di supermarket, misalnya
seseorang yang membeli susu bayi juga membeli sabun mandi. Di sini berarti
susu bayi bersama dengan sabun mandi. Karena awalnya berasal dari studi
tentang database transaksi pelanggan untuk menentukan kebiasaan suatu
produk dibeli bersama produk apa.
Aturan asosiasi ingin memberikan informasi tersebut dalam bentuk
hubungan “If - Then” atau “Jika - Maka”. Ide dari aturan asosiasi adalah
untuk memeriksa semua kemungkinan hubungan “If - Then” antar item dan
memilih hanya yang paling mungkin sebagai indikator dari hubungan
ketergantungan antar item. Biasanya digunakan istilah antecedent untuk
mewakili bagian “Jika” dan consequent untuk mewakili bagian “Maka”.
Langkah pertama dalam aturan asosiasi adalah mengembangkan aturan
yang mungkin akan menjadi calon untuk menunjukkan hubungan antar item.
Idealnya, dikembangkan semua kombinasi item yang mungkin yang terdiri dari K-
item. Ini berarti dikembangkan semua kombinasi dengan satu item, dua item, tiga
item dan seterusnya. Tetapi hal ini akan sangat mahal dalam hal waktu
komputasi. Secara praktis, hanya kombinasi yang terjadi dengan frekuensi yang
sangat tinggi yang akan diperhatikan. Inilah yang disebut frequent item set.
Menentukan apa yang dikandung dalam frequent item set berhubungan
dengan konsep support. Support dari suatu aturan adalah jumlah transaksi yang
mengandung item baik dalam antecedent maupun consequent. Disebut support
karena mengukur seberapa tingkat dukungan data terhadap validitas aturan yang
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 91
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
dikembangkan. Jika 1 Item maka Support = Jumlah Transaksi dengan item
dalam antecedent. Jika 2 Item maka Support = Jumlah Transaksi dengan item
dalam antecedent dan consequent.
Dari jumlah besar aturan yang mungkin dikembangkan. Perlu memilih
aturan-aturan yang cukup kuat tingkat ketergantungan antar item dalam
antecedent dan consequent. Untuk mengukur kekuatan aturan asosiasi ini,
digunakan ukuran confidence. Selain support ada ukuran lain yang mengukur
tingkat ketidakpastian aturan “If - Then” atau “Jika - Maka”.
Ukuran tersebut adalah confidence dari suatu aturan. Confidence adalah
rasio antara jumlah transaksi yang meliputi semua item dalam antecedent dan
consequent dengan jumlah transaksi yang meliputi semua item dalam
antecedent atau dapat dilihat pada Persamaan 1 (Santosa, 2007).
100antecedentdalamitemdengantransaksijumlah
consequentdanantecedentdalamitemdengantransaksijumlahconfidence ..... (1)
2.3 PHP
PHP (PHP: Hypertext Preprocessor) adalah sebuah bahasa
pemrograman yang berbentuk scripting. Untuk menuliskan dan memperkenalkan
kode PHP, harus dimulai dengan tanda <?php setelah tanda tersebut dapat
melanjutkan dengan kode program isi di dalamnya. Untuk mengakhiri kode
program yang dibuat, ditutup dengan ?> (Nugroho, 2004).
2.4 MySQL
Pengelolaan Basis data secara fisik tidak dilakukan oleh pemakai secara
langsung, tetapi ditangani oleh sebuah perangkat lunak (sistem) khusus yang
disebut sebagai Database Management System (DBMS) yang akan menentukan
bagaimana data diorganisasikan, disimpan, diubah dan diambil kembali. MySQL
merupakan perangkat lunak yang termasuk di dalam DBMS (Fathansyah, 2012).
3. Perancangan Tabel
Sistem ini memanfaatkan database yang sudah ada dengan
menggunakan 3 tabel pada database senayan, untuk menyimpan hasil
sementara yang sudah melalui proses dari ketiga tabel tersebut maka dibuat 1
tabel sementara dengan nama tabel 1_Buku. Mengapa menyimpan hasil
sementara, karena record pada tabel 1_Buku dapat berubah sesuai waktu yang
ditentukan karyawan perpustakaan. Setiap proses, tabel 1_Buku secara otomatis
akan dihapus dan kemudian akan dibuat tabel 1_Buku yang baru. Berikut tabel
yang terlibat dalam implementasi teknik data mining Association Rule.
92 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Hera Wasiati, dkk. .................. Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
3.1 Tabel item
Nama Tabel : item
Fungsi : Menyimpan Rincian Dari item atau Buku
Tabel 1 Struktur tabel item
No Nama Field Tipe Lebar Keterangan
1. Biblio_id Int 11 ID Biblio
2. Item_code Varchar 20 Kode Buku
3.2 Tabel biblio
Nama Tabel : biblio
Fungsi : Menyimpan Rincian Dari Judul Buku
Tabel 2 Struktur tabel biblio
No Nama Field Tipe Lebar Keterangan
1. Biblio_id Int 11 ID Biblio
2. Title Text Judul Buku
3.3 Tabel loan
Nama Tabel : loan
Fungsi : Menyimpan Hasil dari Proses Transaksi Peminjaman
Tabel 3 Struktur tabel loan
No Nama Field Tipe Lebar Keterangan
1. Item_code Varchar 20 Kode Buku
2. Member_id Varchar 20 Nomor Anggota
3. Loan_date Date Tanggal Pinjam
3.4 Tabel loan2
Nama Tabel : loan2
Fungsi : menyimpan transaksi peminjaman berdasarkan tahun
Tabel 4 Struktur tabel loan2
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. Nom int Nomor
2. member_id varchar 20 Nomor anggota
3. Item_code varchar 8 Kode Buku
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 93
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
3.5 Tabel 1_Buku
Nama Tabel : 1_Buku
Fungsi : Untuk menyimpan 1 judul buku hasil dari tabel loan, tabel
item dan tabel biblio.
Tabel 5 Struktur tabel 1_Buku
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. nom int Nomor
2. title Text Judul Buku
3. jumlah int 11 Jumlah Buku dipinjam
4. tahun year 4 Tahun Transaksi
3.6 Tabel 2_Buku
Nama Tabel : 2_Buku
Fungsi : Untuk menyimpan 2 judul buku hasil dari tabel loan, tabel
item, dan tabel biblio.
Tabel 6 Struktur tabel 2_Buku
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. title Text Judul Buku
2. jumlah int 11 Jumlah Buku dipinjam
3.7 Tabel aturan_asosiasi_2_item
Nama Tabel : aturan_asosiasi_2_item
Fungsi : menyimpan aturan asosiasi 2 item
Tabel 7 Struktur tabel aturan_asosiasi_2_item
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. rule Text Aturan asosiasi
2. support int 11 Jumlah buku
3. Rumus text Rumus Confidence
4. Persen float Hasil dari rumus
3.8 Tabel 2_item_not_association
Nama Tabel : 2_item_not_association
Fungsi : Untuk menyimpan 2 judul buku yang tidak memiliki
hubungan.
94 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Hera Wasiati, dkk. .................. Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
Tabel 8 Struktur tabel 2_item_not_association
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. title Text Judul Buku
2. jumlah int 11 Jumlah Buku dipinjam
3.9 Tabel item_sementara
Nama Tabel : item_sementara
Fungsi : menyimpan 1 judul buku sementara, berdasarkan tahun
Tabel 9 Struktur tabel item_sementara
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. Nom int Nomor
2. title Text Judul Buku
3. jumlah int 11 Jumlah Buku dipinjam
4. Item_code varchar 8 Kode Buku
3.10 Tabel item2
Nama Tabel : item2
Fungsi : menyimpan 1 judul buku berdasarkan tahun
Tabel 10 Struktur tabel item2
No Nama Field Tipe lebar Keterangan
1. Nom int Nomor
2. title Text Judul Buku
3. jumlah int 11 Jumlah Buku dipinjam
4. Item_code varchar 8 Kode Buku
4. Implementasi dan Pembahasan
4.1 Implementasi Sistem
Implementasi Sistem bertujuan untuk melakukan uji coba pada aplikasi
sebagai sarana pengolahan data dan penyajian informasi yang akan digunakan
untuk mendukung keputusan. Berikut ini beberapa implementasi pada sistem.
Koneksi Database
Sistem yang dibuat membutuhkan koneksi ke database, berikut script
program untuk koneksi ke database yang berada pada file config.php pada
script program database yang digunakan yaitu dbsenayan.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 95
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
<?php $host = 'localhost'; $user = 'root'; $pass = ''; $dbname = 'dbsenayan'; $connect = mysql_connect($host, $user, $pass) or die(mysql_error()); $dbselect = mysql_select_db($dbname); ?>
Proses Login
Proses Login yang dibuat pada sistem akan melakukan pengecekan data
yang berasal dari 2 tabel yang berbeda yaitu tabel member dan tabel user.
Berikut potongan script program pada file otentikasilogin.php:
$q = mysql_query("select * from member where member_id='$member_id' and mpasswd='$password'"); $q1 = mysql_query("select * from user where username='$member_id' and passwd = '$password'"); if (mysql_num_rows($q) == 1) { $_SESSION['member_id'] = $member_id; header('location:indexlogin.php'); } else if (mysql_num_rows($q1) == 1) { $_SESSION['member_id'] = $member_id; header('location:indexlogin.php'); } else { header('location:login.php?error=4'); }
Potongan script program pada file otentikasilogin.php akan
memeriksa data pada 2 tabel yang berbeda, jika kondisi pernyataan pertama
atau pernyataan kedua benar maka akan dieksekusi dan langsung membuat
session dengan nilai pada variabel member_id. Tetapi jika tidak ada pernyataan
yang benar maka akan ke file login.php dengan pesan error bernilai 4.
4.2 Pembahasan Sistem
Halaman Login
User yang dapat melihat aturan asosiasi hanya user yang terlibat dalam
hal pekerjaan di perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta. Gambar 1
memperlihatkan tempilan halaman login, user yang dapat login yaitu karyawan
perpustakaan STMIK Akakom Yogyakarta dan member.
96 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Hera Wasiati, dkk. .................. Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
Gambar 1 Halaman Login
1 Itemset
Gambar 2 memperlihatkan tampilan informasi pada tahun 2006 dan
rincian jumlah tiap 1 judul buku atau 1 itemset yang dipinjam berdasarkan
minimum support yang ditetapkan. Masukan yang akan diproses pada Gambar 2
ada dua, yaitu tahun dan minimum support.
Gambar 2 1 Itemset
2 Itemset
Gambar 3 memperlihatkan tampilan rincian jumlah 2 judul buku atau 2
itemset dalam satu tahun. 2 judul buku didapat dari transaksi peminjaman antar
peminjam.
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 97
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
Gambar 3 2 Itemset
Aturan Asosiasi 2 Itemset
Gambar 4 menunjukkan tampilan aturan asosiasi 2 itemset berdasarkan
minimum support dan minimum confidence yang diinputkan.
Gambar 4 Aturan Asosiasi 2 Itemset
98 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 ISSN: 1979-7656
Hera Wasiati, dkk. .................. Implementasi Teknik Data Mining Association Rule
2 Item yang tidak Memiliki Hubungan
Gambar 5 memperlihatkan tampilan 2 item atau 2 judul buku yang tidak
memiliki hubungan.
Gambar 5 2 Item yang tidak Memiliki Hubungan
Grafik Batang
Tampilan pada Gambar 6 hanya akan menampilkan Grafik batang
minimal 3 tahun dan maksimal 5 tahun.
Gambar 6 Grafik Batang
ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol. 6, No. 2, JANUARI 2014 99
Implementasi Teknik Data Mining Association Rule .................. Hera Wasiati, dkk.
5. Kesimpulan
Dari hasil perancangan dan pembahasan mengenai Implementasi teknik
Data Mining Association Rule pada data transaksi Peminjaman Buku di
Perpustakaan STMIK AKAKOM Yogyakarta, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: hasil dari rule dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi kepala UPT perpustakaan khususnya untuk menambah variasi buku dan
dapat menyediakan tempat khusus untuk menata buku dalam posisi yang
berdekatan.
Daftar Pustaka
1keydata.com, 2014. PHP Tutorial. [Online] Tersedia di: http://www.1keydata. com/php-tutorial/ [Diakses pada 29/8/2013].
Fathansyah, 2012. Basis Data, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Informatika.
Novrina, 2005. Association Rule. [Online] Tersedia di: http://novrina.staff. gunadarma.ac.id/Downloads/files/21100/Association+Rule.pdf. [Diakses pada 2/8/2013].
Nugroho, B., 2004. Aplikasi Pemrograman Web Dinamis dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Santosa, B., 2007. Data Mining: Teknik Pemanfaatan Data Untuk Keperluan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Shabbir, J., 2008. How to create bar graph in PHP with dynamic scalling. [Online] Tersedia di: http://www.qualitycodes.com/tutorial.php?articleid=20&title= How-to-create-bar-graph-in-PHP-with-dynamic-scaling [Diakses pada 17/1/2014].