kata pengantar -...

485
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah dari-Nya, Biro Hukum dan Komunikasi Publik dapat menerbitkan buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 sebagai produk hukum dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata. Penerbitan buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 sebagai salah satu tugas dan fungsi Biro Hukum dan Komunikasi Publik dalam pelaksanaan pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, penyuluhan hukum serta Jaringan dokumentasi dan informasi hukum di bidang pariwisata. Buku Himpunan ini merupakan wahana dan salah satu upaya penyebarluasan informasi hukum bidang pariwisata sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Buku Himpunan ini untuk memberikan informasi bagi para pemangku kepentingan (steakholders) terhadap peraturan perundang-undangan bidang pariwisata dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Semoga Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Juli 2017 Sekretaris Kementerian, Drs. UKUS KUSWARA, M.M l

Upload: vankien

Post on 25-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan hidayah dari-Nya, Biro Hukum dan Komunikasi Publik dapat menerbitkan

buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 sebagai produk hukum

dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang pariwisata.

Penerbitan buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 sebagai

salah satu tugas dan fungsi Biro Hukum dan Komunikasi Publik dalam pelaksanaan

pengelolaan dokumentasi dan publikasi hukum, penyuluhan hukum serta Jaringan

dokumentasi dan informasi hukum di bidang pariwisata.

Buku Himpunan ini merupakan wahana dan salah satu upaya penyebarluasan

informasi hukum bidang pariwisata sebagaimana amanat Peraturan Presiden

Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan untuk

mewujudkan keterbukaan informasi publik sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Buku Himpunan ini untuk memberikan informasi bagi para pemangku

kepentingan (steakholders) terhadap peraturan perundang-undangan bidang

pariwisata dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan di

Indonesia.

Semoga Buku Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata Tahun 2016 dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juli 2017

Sekretaris Kementerian,

Drs. UKUS KUSWARA, M.M

l

Page 2: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................................... v-1

Peraturan Menteri1. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016

tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata ............................. 1

2. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016tentang Tata Kerja, Persyaratan, Serta Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia .................................................................................................. 21

3. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016tentang Statuta Politeknik Pariwisata Makassar ...................................... 29

4. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 4 Tahun2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik PariwisataPalembang ............................................................................................... 97

5. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 5 Tahun2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Politeknik PariwisataLombok ....................................................................................................... 113

6. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 6 Tahun2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahdi Lingkungan Kementerian Pariwisata ....................................................... 129

7. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016tentang Pedoman Penyelenggaraan Wisata Selam Rekreasi ....................... 141

8. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 8 Tahun2016 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Pariwisata dan Kesenian Nomor KEP-10/MNPK/2000 tentang Usaha Jasa Manajemen Hotel Jaringan Internasional ............................................................................... 161

9. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tentang Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan .................................... 165

iii

Page 3: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lampiran 4 him.

TATA KERJA - TATA CARA - PERSYARATAN PENGANGKATAN - PEMBERHENTIAN - UNSUR PENENTU KEBIJAKAN - BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA 2016PERMEN PAR NO. 2 TAHUN 2016, LL KEMENPAR 2016 : 8 HLM.PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG TATA KERJA, PERSYARATAN, SERTA TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN UNSUR PENENTU KEBIJAKAN BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA.

ABSTRAK : - bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.69/ HK.001/ MKP/2010 tentangTata Kerja, Persyaratan, serta Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.2/HK.001/ MKP/2011, sehingga sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dam perlu diganti, sehingga penetapannya dengan Peraturan Menteri.

Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah : UU No. 10 Tahun 2009; PP No.50 Tahun 2011; PERPRES No. 19 Tahun 2015, PERMENPAR No. 6 Tahun 2015.

Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Tata Kerja, Persyaratan, serta Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia. Struktur organisasi Badan Promosi Pariwisata Indonesia terdiri atas 2 unsur, yaitu unsur penentu kebijakan dan unsur pelaksana. Unsur penentu kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia terdiri atas wakil asosiasi kepariwisataan 4 (empat) orang; wakil asosiasi profesi 2 (dua) orang; wakil asosiasi penerbangan 1 (satu) orang; dan pakar/akademisi 2 (dua) orang.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 29 Maret 2016;

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.69/HK.001/MKP/2010 tentang Tata Kerja, Persyaratan, serta Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Unsur Penentu Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.2/HK.001/MKP/2011, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 4: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

PERMEN PAR NO. 3 TAHUN 2016, LL KEMENPAR 2016 : 68 HLM. PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG STATUTA POLITEKNIK PARIWISATA MAKASSAR.

3. STATUTA - POLITEKNIK PARIWISATA - MAKASSAR2016

ABSTRAK : - bahwa dalam rangka mewujudkan tertib pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Politeknik Pariwisata Makassar dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pariwisata Makassar, sehingga Statuta Akademik Pariwisata Makassar perlu diganti dengan Peraturan Menteri untuk disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan.

Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah : UU No.20 Tahun 2003; UU No. 12 Tahun 2012; PPNo. 4 Tahun 2014; PERPRES No. 17 Tahun 2015; PERPRES No. 19 Tahun 2015; PERMENDIKBUD No. 139 Tahun 2014; PERMENPAR No.6 Tahun 2015; PERMENPAR No. 15 Tahun 2015.

Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Statuta Politeknik Pariwisata Makassar. Politeknik Pariwisata Makassar merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan di bawah Kementerian Pariwisata yang ditetapkan pada tanggal 20 Oktober 2016.

Penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi meliputi otonomi pengelolaan, penyelenggaraan pendidikan, penyelenggaraan penelitian, penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat, etika akademik dan kode etik, kebebasan akademik dan otonomi keilmuan, gelar dan penghargaan.

Politeknik Pariwisata Makassar memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu : otonomi pengelolaan di bidang akademik, berupa penetapan norma dan kebijakan operasional Poltekpar Makassar serta pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi; dan otonomi pengelolaan di bidang non akademik, berupa penetapan norma dan kebijakan operasional Poltekpar Makassar serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan, kepegawaian, sarana, dan prasarana.

Tujuan Politeknik Pariwisata Makassar terdiri atas menyelenggarakan sistem pendidikan bidang kepariwisataan yang berbasis akuntabilitas kinerja untuk menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur, unggul dalam pengetahuan dan keterampilan pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni;

v-3

Page 5: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Statuta Poltekpar Palembang ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini berlaku;

Untuk pertama kali, Direktur Poltekpar Palembang ditunjuk oleh Menteri Pariwisata sampai dengan dilaksanakannya pemilihan Direktur Poltekpar Palembang sesuai dengan Statuta Poltekpar Palembang;

Lampiran 1 him.

Page 6: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

PERMEN PAR NO. 5 TAHUN 2016, LL KEMENPAR 2016 : 16 HLM.PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJAPOLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK.

ABSTRAK : - bahwa untuk meningkatkan efektivitaspenyelenggaraan pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan dalam memenuhi kebutuhansumber daya manusia yang profesional dan beretika, perlu mendirikan politeknik pariwisata di Lombok, dan organisasi dan tata kerja Politeknik Pariwisata Lombok, sehingga perlu penetapannya dengan Peraturan Menteri.

- Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah : UU No.20 Tahun 2003, UU No.39 Tahun 2008, UU No. 10 Tahun 2009, UU Np.12 Tahun 2012, PP No.4 Tahun 2014, PERPRES No. 19 Tahun 2015, PERMEN PAR No.6 Tahun 2015.

- Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pariwisata Lombok. Politeknik Pariwisata Lombok menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana dan program pendidikan; penyelenggaraan pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan; pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; pengelolaan administrasi akademik dan kemahasiswaan; pelaksanaan administrasi umum; pengembangan sistem penjaminan mutu; pelaksanaan pengawasan internal; pembinaan sivitas akademika; dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan. Organisasi Politeknik Pariwisata Lombok terdiri atas Direktur dan Pembantu Direktur; Senat; Dewan Penyantun; Satuan Penjaminan Mutu; Satuan Pengawas Internal; Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan; Subbagian Administrasi Umum; Program Studi; Laboratorium; Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat; dan Unit Penunjang.

CATATAN : - Permen ini ditetapkan pada tanggal 27 April 2016;

Lampiran 1 him.

5. ORGANISASI - TATA KERJA - POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK2016

v-7

Page 7: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

13. ORGANISASI - TATA KERJA - BADAN PELAKSANA - OTORITA DANAU TOBA 2016PERMEN PAR NO.13 TAHUN 2016, LL KEMENPAR 2016 : 13 HLM. PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA.

ABSTRAK : - bahwa melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (2)Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba perlu adanya organisasi dan tata kerja Badan Pelaksana Otorita Danau Toba sehingga diperlukan penetapannya dengan Peraturan Menteri.

Dasar Hukum Peraturan Menteri ini adalah : UU No. 10 Tahun 2009, PP No.23 Tahun 2005, PP No.50 Tahun 2011, PERPRES No. 19 Tahun 2015, PERPRES No.49 Tahun 2016.

Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang : Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Danau Toba.

Badan Pelaksana mempunyai tugas: Badan Pelaksana Otorita Danau Toba merupakan satuan kerja dibawah Kementerian Pariwisata yang dipimpin oleh Kepala yang disebut Direktur Utama, melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba; dan melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian di zona otorita Pariwisata Danau Toba.

Badan Pelaksana menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan Rencana Induk di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

b. penyusunan Rencana Detail Pengembangan dan Pembangunan di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

c. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

d. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

e. perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba;

v-16

Page 8: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

CATATAN

f. penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan pusat dan daerah di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

g. penetapan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan perencanaan, pengembangan, pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian Kawasan Pariwisata Danau Toba; dan

h. pelaksanaan tugas lain terkait pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba yang ditetapkan oleh Dewan Pengarah.

Kawasan pariwisata Danau Toba mencakup kawasan Danau Toba termasuk kawasan seluas paling sedikit 500 (lima ratus) hektar, yang selanjutnya disebut zona otorita Susunan organisasi Badan Pelaksana terdiri atas: Direktur Utama; Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik; Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan; Direktur Destinasi Pariwisata; Direktur Pemasaran Pariwisata; dan Satuan Pemeriksaan Intern

Permen ini ditetapkan pada tanggal 15 Agustus 2016;

Lampiran 1 him.

v-17

v-27

3

Page 9: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

P en w len p p a ra a n S e r tifik a s i U sah a Pariw isa ta sudah tidak

3. Data Perusahaan yang telah dilakukan survailen

NON AM A

PE RU SAH AANM EREKUSAH A

JENISU SAH A

TAN G G ALSE R TIF IK ASI

TAN G G ALSU RVA ILEN

4. Data Perusahaan yang mengikuti sertifikasi ulang

NONAM A

PE RU SAH AANM EREKUSAH A

JEN ISUSAH A

TAN G G ALSERTIF IKASI

AW AL

TA N G G A LSU RVA ILE N

ULANG

5. Data Auditor yang tercatat pada LSU Bidang Pariwisata

NONAM A

A U D ITO RTAN G G AL

LAH IRPE ND ID IKAN PRO FESI

K O M PETENSIAU D IT

TA N G G A LSE R TIF IK AT

AU D ITO R

Page 10: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

6. Data Auditor yang telah ditugaskan melakukan audit

NONAM A

AU D ITO RTAN G G AL

A U D IT

JAB ATAN D ALAM T IM AU D ITO R

NAM APERU SAH AAN

YANG D IAU D IT

SUB JEN IS U SAH A

K E TE R AN G AN

7. Data Pengambilan Keputusan Sertifikasi

NO

TAN G G ALPENG AM B ILAN

K EPU TU SANSERTIF IKASI

NAM APERU SAH AAN

M EREKUSAH A

JENISUSAH A

N AM A TIM PE N G AM B IL K E PU TU SAN SERTIF IKASI

JAB ATAN D ALAM TIM

AU D ITO R

8. Keputusan-keputusan penting, yang diterbitkan oleh LSU Bidang Pariwisata

NO TAN G G ALNAM A

PERU SAH AANKASUS K EPU TU SAN

TIM PE N G AM B IL K EPU TU SAN

19

21

Page 11: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

10. Tenaga Kependidikan adalah tenaga kependidikan yang

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan di Poltekpar Makassar.

11. Mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar sebagai

peserta didik yang belajar di Poltekpar Makassar.

12. Alumni Poltekpar Makassar adalah seseorang yang telah

dinyatakan lulus dari pendidikan di Poltekpar Makassar.

13. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan.

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kepariwisataan.

BAB II

IDENTITAS

Bagian Kesatu

Status, Kedudukan, dan Dies Natalis

Pasal 2

(1) Poltekpar Makassar merupakan perguruan tinggi

yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri melalui Deputi yang membidangi Kelembagaan

Kepariwisataan.

(2) Poltekpar Makassar berkedudukan di Kota Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan.

(3) Poltekpar Makassar ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Pariwisata Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Politeknik Pariwisata Makassar tanggal 20

Oktober 2015.

(4) Dies Natalis Poltekpar Makassar ditetapkan setiap tanggal

18 September.

32

Page 12: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Kedua

Lambang, Moto, Bendera, Busana, Himne, dan Mars

Pasal 3

(1) Poltekpar Makassar mempunyai lambang sebagaimana

gambar di bawah ini:

(2) Rincian arti lambang Poltekpar Makassar adalah sebagai

berikut:

a. bunga teratai berdaun delapan, bunga teratai

melambangkan penguasaan ilmu pengetahuan baik

di darat, air maupun udara, sedangkan berdaun

delapan melambangkan delapan sifat kepemimpinan

yang disebut asta brata;

b. bintang melambangkan keagungan dan kemuliaan

ilmu pengetahuan;

c. padi dan kapas melambangkan kesejahteraan;

d. perahu Pinisi melambangkan keteguhan dan

semangat dalam menghadapi badai kehidupan;

e. badik melambangkan keberanian dalam membela

kebenaran;

f. untuk Pita bertulis kualleangngangi tallanga na toalia

berarti sekali layar terkembang pantang biduk surut

ke pantai; dan

g. lingkaran bertulis Politeknik Pariwisata Makassar

melambangkan wadah/ lembaga tempat menuntut

ilmu profesional.

(3) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara

keseluruhan mempunyai makna bahwa kader-kader yang

ditempa di Poltekpar Makassar mempunyai semangat

yang pantang surut dalam menuntut ilmu agar menjadi

insan yang profesional dibidang kepariwisataan untuk

kelak menjadi pemimpin yang dapat dibanggakan untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat.

33

Page 13: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 4

(1) Moto Poltekpar Makassar yaitu: “kualleangngangi tallanga

na toalia.”

(2) Moto Poltekpar Makassar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mempunyai arti Sekali Layar Terkembang Pantang

Biduk Surut ke Pantai.

Pasal 5

Bendera Poltekpar Makassar berbentuk empat persegi panjang,

berwarna dasar biru muda dan ditengah-tengah bendera

tergambar lambang Poltekpar Makassar dengan ukuran

panjang 120 cm dan lebar 100 cm.

Pasal 6

(1) Setiap Jurusan memiliki bendera berbentuk persegi

panjang dengan ukuran panjang berbanding lebar 3 :

2 dengan warna yang berbeda sesuai dengan Jurusan

masing-masing dan di tengahnya terdapat lambang

Poltekpar Makassar.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai warna, kode warna, dan

tata cara penggunaan bendera Jurusan diatur dalam

Peraturan Direktur.

Pasal 7

(1) Poltekpar Makassar memiliki busana akademik, busana

almamater, busana perkuliahan, dan busana perkuliahan

praktikum.

(2) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas busana pimpinan, busana Senat, dan busana

wisudawan.

(3) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa toga, topi berwarna hitam, kalung, dan atribut

lainnya.

34

Page 14: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Busana almamater sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa jas almamater berwarna hijau kecoklatan, dan di

bagian dada kiri terdapat lambang Poltekpar Makassar.

(5) Busana perkuliahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berupa kemeja/blouse berwarna krem muda dan

celana/rok berwarna krem di bagian dada kanan terdapat

nama dan di bagian dada kiri terdapat lambang Poltekpar

Makassar.

(6) Busana perkuliahan praktikum sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

penggunaan busana akademik dan busana almamater

diatur dalam Peraturan Direktur.

Pasal 8

Politeknik Pariwisata Makassar memiliki Hymne, sebagai

berikut:

Diharibaan Ibu Pertiwi

Puji Syukur dipersembahkan

Untukmu Almamater Sejati

Politeknik Pariwisata

Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Berilah kami Restu-Mu

Semoga Tetap Damai Sentosa

Bakti Kami Abadi

Pasal 9

Politeknik Pariwisata Makassar memiliki Mars Poltekpar

Makassar, sebagai berikut:

Politeknik Pariwisata Makassar

Kembangkan Pendidikan Profesi

Bina Putra-putri Generasi Bangsa

Terampil Setia Berbakti

Dengan Semangat Teguh Kokoh Pancasila

Siap Maju Raih Cita

Bangun Citra Indonesia Alam Yang Indah dan Permai

35

Page 15: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Marilah Padu Pikiran Tindakan Daya Kreasi

Lestarikan Seni Budaya

Kharisma Luhur Sejati

Alamamater Politeknik Pariwisata

Terpatri di dalam hati

Akan Tetap Terkenang

Jayalah Sepanjang Masa

Semoga Tuhan Meridoi-Nya

Sejahtera Bahagia

Pasal 10

Himne dan mars Poltekpar Makassar dinyanyikan pada

acara resmi yang diselenggarakan oleh dan/atau atas nama

Poltekpar Makassar.

BAB III

PENYELENGGARAAN TRIDARMA PERGURUAN TINGGI

Bagian Kesatu

Otonomi Pengelolaan

Pasal 11

(1) Poltekpar Makassar memiliki otonomi untuk mengelola

sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan

Tridharma Perguruan Tinggi dan kegiatan lainnya secara

terintegrasi, harmonis, dan berkelanjutan, baik di dalam

maupun di luar kedudukan Poltekpar Makassar.

(2) Otonomi pengelolaan Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. otonomi pengelolaan di bidang akademik, yaitu

penetapan norma dan kebijakan operasional Poltekpar

Makassar serta pelaksanaan Tridharma Perguruan

Tinggi; dan

36

Page 16: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. otonomi pengelolaan di bidang non akademik,

yaitu penetapan norma dan kebijakan operasional

Poltekpar Makassar serta pelaksanaan organisasi,

keuangan, kemahasiswaan, kepegawaian, sarana,

dan prasarana.

(3) Otonomi pengelolaan Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. bidang akademik;

1. penetapan norma kebijakan operasional, dan

pelaksanaan pendidikan terdiri atas:

a) persyaratan akademik yang akan digunakan;

b) kurikulum program studi;

c) proses pembelajaran;

d) penilaian hasil belajar;

e) persyaratan kelulusan;

f) wisuda;

2. penetapan norma kebijakan operasional, serta

pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat; dan

b. Bidang non-akademik;

1. penetapan norma, kebijakan operasional, dam

pelaksanaan organisasi terdiri atas;

a) rencana strategis dan rencana kerja tahunan;

dan

b) sistem penjaminam mutu internal

2. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaiksanaan keuamgan terdiri atas:

a) membuat perjanjian dengan pihak ketiga

dadam lingkup Tridhairma Perguruan Tinggi;

dan

b) sistem pencatatan dan laporan keuamgan,

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

37

Page 17: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan kemahasiswaan terdiri atas:

a) kegiatan kemahasiswaan Kokurikuler;

b) organisasi kemahasiswaan; dan

c) pembinaan bakat dan minat mahasiswa;

4. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan ketenagaan terdiri atas:

a) penugasan dan pembinaan sumber daya

manusia; dan

b) penyusunan target kerja dan jenjang karir

sumber daya manusia;

5. penetapan norma, kebijakan operasional sarana

dan prasarana terdiri atas;

a) penggunaan sarana dan prasarana;

b) pemeliharaan sarana dan prasarana;

c) pemanfaatan sarana dan prasarana;

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Otonomi pengelolaan Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip:

a. akuntabilitas;

b. transparan;

c. nirlaba;

d. penjaminan mutu; dan

e. efektivitas dan efisiensi.

Bagian Kedua

Penyelenggaraan Pendidikan

Pasal 12

(1) Penerimaan mahasiswa baru di lingkungan Poltekpar

Makassar diselenggarakan melalui jalur seleksi

penerimaan mahasiswa baru dengan mengacu pada

peraturan perundang-undangan.

Page 18: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa Poltekpar

Makassar adalah memiliki ijazah Sekolah Menengah Atas/

Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah atau yang

sederajat dan telah lulus seleksi dan terdaftar di Poltekpar

Makassar.

(3) Penerimaan mahasiswa selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan penerimaan mahasiswa

melalui alih kredit, penugasan, dan kerja sama.

(4) Penerimaan mahasiswa tidak membedakan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kewarganegaraan, status sosial, dan

tingkat kemampuan ekonomi.

(5) Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa Poltekpar

Makassar apabila memenuhi syarat dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan mahasiswa

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 13

(1) Poltekpar Makassar menyelenggarakan pendidikan vokasi

di bidang kepariwisataan.

(2) Poltekpar Makassar menyelenggarakan program

pendidikan diploma, dan sarjana terapan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

Pendidikan Vokasi Poltekpar Makassar diatur dengan

Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan dari

Senat.

Pasal 14

(1) Satu Tahun Akademik untuk Pendidikan Vokasi di

Poltekpar Makassar dibagi dalam 2 (dua) semester.

(2) Penyelenggaraan semester sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas 16 (enam belas) minggu kegiatan

pembelajaran efektif.

39

Page 19: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Tahun Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam Kalender Akademik dan ditetapkan

dengan Keputusan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 15

(1) Penyelenggaraan pendidikan di Poltekpar Makassar

berdasarkan paket menggunakan Sistem Kredit Semester

(SKS).

(2) Beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman

belajar, dan beban penyelenggaraan program dinyatakan

dalam satuan kredit semester (sks).

(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan

diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 16

(1) Pendidikan Vokasi Poltekpar Makassar diselenggarakan

berdasarkan kurikulum masing-masing program studi

yang mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-

undangan

(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. disusun dengan memperhatikan kebutuan unit

pengguna; dan

b. dilaksanakan dengan menggunakan satuan jam per

minggu yang dapat disetarakan dengan satuan kredit

semester (sks).

(3) Evaluasi dan perubahan kurikulum dilakukan secara

berkala.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum ditetapkan

dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

40

Page 20: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 17

(1) Kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dinilai secara

berkala melalui:

a. ujian;

b. pelaksanaan tugas; dan

c. pengamatan;

(2) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat

diselenggarakan melalui:

a. ujian tengah semester;

b. ujian akhir semester; dan/atau

c. ujian akhir program studi;

(3) Ujian akhir program studi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, berupa ujian laporan akhir studi, ujian

kompetensi, ujian sertifikasi keahlian, dan/atau ujian

komprehensif.

(4) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dilakukan melalui tugas terstruktur, mandiri,

dan/atau kelompok.

(5) Pelaksanaan pengamatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c dilakukan melalui keaktifan dalam

pembelajaran di kelas.

(6) Penilaian hasil belajar didasarkan pada Satuan Acara

Perkuliahan (SAP), dan Rencana Pembelajaran Semester

(RPS).

(7) Nilai akhir hasil belajar semester merupakan nilai

gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b dan/atau huruf c.

(8) Nilai akhir hasil belajar semester sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E

yang masing-masing bernilai 4, 3,2, 1, dan 0 atau dengan

menggunakan huruf antara dan nilai antara.

(9) Nilai akhir hasil belajar mahasiswa dalam suatu semester

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Semester (IPS).

41

Page 21: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(10) Hasil belajar mahasiswa dalam suatu masa studi

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar

mahasiswa diatur dalam Peraturan Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

setelah mendapat pertimbangan dari Senat.

Pasal 18

(1) Mahasiswa dinyatakan lulus pada suatu jenjang

pendidikan setelah menempuh mata kuliah yang

dipersyaratkan dan berhasil mempertahankan karya tulis

ilmiah berupa tugas/proyek akhir.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai karya tulis ilmiah yang

dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 19

(1) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan vokasi

diadakan upacara wisuda.

(2) Upacara wisuda dapat dilaksanakan lebih dari satu kali

dalam satu tahun ajaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upacara wisuda diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

Pasal 20

(1) Poltekpar Makassar menyelenggarakan pendidikan

dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar.

(2) Bahasa daerah dan bahasa asing dapat dipergunakan

sebagai bahasa pengantar, baik dalam penyelenggaraan

pendidikan maupun dalam penyampaian pengetahuan

dan/ atau keterampilan tertentu untuk lebih meningkatkan

daya guna dan hasil guna proses pembelajaran.

Page 22: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

Bagian Ketiga

Penyelenggaraan Penelitian

Pasal 21

(1) Poltekpar Makassar melaksanakan kegiatan penelitian

terapan.

(2) Penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh Direktur.

Bagian Keempat

Penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 22

(1) Poltekpar Makassar menyelenggarakan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan sifat

pengetahuan dan tujuan pendidikan serta berorientasi

kepada masalah-masalah pembagunan regional dan

pembangunan nasional.

(2) Poltekpar Makassar melaksanakan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan,

pendayagunaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan/atau teknologi bagi kepentingan masyarakat.

(3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1):

a. dilaksanakan di bawah PPPM atau unit kerja lain

yang relevan;

b. dapat dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian;

c. dilaksanakan intra, lintas, dan/atau multi-sektor;

43

Page 23: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. dilaksanakan untuk memberikan kontribusi

terhadap pengembangan wilayah dan pemberdayaan

masyarakat melalui kejasama dengan institusi lain;

e. diselenggarakan dengan melibatkan dosen,

mahasiswa, dan tenaga fungsional baik perseorangan

maupun kelompok;

(4) Penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi.

(5) Hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat

didokumentasikan dan dipublikasikan dalam media yang

mudah diakses oleh masyarakat.

(6) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat

diorientasikan untuk pemberdayaan masyarakat.

(7) Hasil pengabdian kepada masyarakat dapat dimanfaatkan

sebagai dasar bagi penelitian lanjutan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelanggaraan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat diatur dalam Peraturan

Direktur, setelah mendapat pertimbangan Senat.

Bagian Kelima

Etika Akademik dan Kode Etik

Pasal 23

(1) Poltekpar Makassar menjunjung tinggi etika akademik.

(2) Sivitas Akademika terikat dalam kode etik yang mengatur

keharusan:

a. menjaga dan mempertahankan integritas pribadinya;

b. menjaga dan memelihara harkat dan martabat

Poltekpar Makassar; dan

c. menjaga disiplin dalam menjalankan dan

melaksanakan tugas dan kewajiban.

(3) Poltekpar Makassar memberlakukan kode etik yang terdiri

dari:

a. kode etik Poltekpar Makassar;

44

Page 24: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. kode etik Dosen Poltekpar Makassar;

c. kode etik Tenaga Kependidikan; dan

d. kode etik Mahasiswa.

(4) Kode etik Poltekpar Makassar memuat norma yang

mengikat semua pihak yang bernaung di bawah nama

Poltekpar Makassar atau bertindak atas nama Poltekpar

Makassar.

(5) Kode etik Dosen Poltekpar Makassar berisi norma yang

mengikat Dosen secara individual dalam penyeleng-garaan

kegiatan akademik.

(6) Kode etik Tenaga Kependidikan berisi norma yang

mengikat Tenaga Kependidikan secara individual dalam

menunjang penyelenggaraan Poltekpar Makassar.

(7) Kode etik Mahasiswa berisi norma yang mengikat

Mahasiswa secara individual dalam melaksanakan

kegiatan akademik dan kemahasiswaan di Poltekpar

Makassar.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai etika akademik dan

kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Bagian Keenam

Kebebasan Akademik Dan Otonomi Keilmuan

Pasal 24

(1) Kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki

anggota sivitas akademika untuk secara bertanggung

jawab dan mandiri melaksanakan kegiatan akademik

yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

(2) Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. kebebasan mimbar akademik; dan

b. otonomi keilmuan.

45

Page 25: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Dalam melakanakan kebebasan akademik, setiap anggota

sivitas akademika harus mengupayakan agar kegiatan

serta hasilnya dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan

kegiatan akademik Poltekpar Makassar.

(4) Pelaksanaan kebebasan akademik diarahkan untuk

memantapkan terwujudnya pengembangan diri Sivitas

Akademika, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian.

(5) Dalam rangka pelaksanaan kebebasan akademik, Sivitas

Akademika dapat mengundang tenaga ahli dari luar

untuk menyampaikan pikiran dan pendapatnya sesuai

dengan norma dan kaidah keilmuan setelah mendapat

persetujuan Direktur.

Pasal 25

(1) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud

dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, dimaksudkan untuk

memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan

pendapatnya secara bebas sesuai dengan norma dan

kaidah keilmuan yang berlaku.

(2) Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (2) huruf b merupakan:

a. kegiatan keilmuan yang mengacu pada norma dan

kaidah keilmuan; dan

b. pedoman dalam rangka mengembangankan ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau seni bagi Poltekpar

Makassar dan Sivitas Akademika.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perwujudan kebebasan

akademika diatur dengan Peraturan Senat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

46

Page 26: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Ketujuh

Gelar Dan Penghargaan

Pasal 26

(1) Sebagai pengakuan dan bukti kelulusan program diploma,

Poltekpar Makassar memberikan ijasah dengan gelar:

a. Ahli Pratama, bagi lulusan Program Diploma 1;

b. Ahli Muda, bagi lulusan Program Diploma 2;

c. Ahli Madya, bagi lulusan Program Diploma 3;

d. Sarjana Terapan, bagi lulusan Program Diploma 4;

(2) Jenis gelar singkatan dan penggunaannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Lulusan Poltekpar Makassar berhak mendapatkan Ijasah,

Transkrip, dan Surat Keterangan Pendamping Ijasah

setelah menyelesaikan semua kewajiban akademik, dan

administrasi sesuai dengan ketetuan yang berlaku.

(4) Direktur berwenang mencabut Ijasah lulusan Poltekpar

Makassar, apabila lulusan dimaksud terbukti melakukan:

a. pemalsuan terhadap dokumen yang terkait dengan

pemenuhan syarat administratif pendaftaran masuk

Poltekpar Makassar.

b. kecurangan akademik; dan

c. plagiarisme.

(5) Pencabutan Ijasah sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) dilakukan dengan Keputusan Direktur, setelah

mendapatkan pertimbangan Senat.

Pasal 27

(1) Poltekpar Makassar akan memberikan penghargaan

kepada lulusan yang berprestasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan nilai dalam

penghargaan akan diatur dalam Peraturan Direktur,

setelah mendapatkan pertimbangan Senat.

47

Page 27: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB IV

SISTEM PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Visi, Misi Dan Tujuan

Pasal 28

Visi Poltekpar Makassar adalah menjadi Institusi pendidikan

tinggi kepariwisataan berstandar internasional dan

berkepribadian Indonesia.

Pasal 29

Misi Poltekpar Makassar terdiri atas:

a. menghasilkan sumber daya manusia pariwisata yang

mempunyai daya saing internasional dan berkepribadian

Indonesia;

b. mengembangkan penelitian kepariwisataan skala

internasional yang berbasis pada pengetahuan, budaya,

dan lingkungan lokal; dan

c. mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui

inovasi teknologi tepat guna, kearifan lokal, dan kelestarian

lingkungan.

Pasal 30

Tujuan Poltekpar Makassar terdiri atas:

a. menyelenggarakan sistem pendidikan bidang kepari­

wisataan yang berbasis akuntabilitas kinerja untuk

menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur,

unggul dalam pengetahuan dan keterampilan pada ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni;

b. mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

seni, serta berkontribusi yang relevan dan berkualitas

tinggi bagi kebutuhan pembangunan nasional, regional,

dan internasional;

48

Page 28: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. menciptakan lingkungan dan suasana akademik kampus

yang kondusif dan dapat menumbuhkan sikap apresiatif,

partisipatif dan kontributif dari sivitas akademika, serta

menjunjung tinggi tata nilai dan moral akademik dalam

usaha membentuk masyarakat kampus yang dinamis dan

harmonis; dan

d. mengembangkan jejaring dengan perguruan tinggi lain,

masyarakat, industri, lembaga pemerintah dan lembaga

lain baik tingkat nasional maupun internasional dengan

asas saling menguntungkan.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 31

Susunan Organisasi Poltekpar Makassar terdiri atas:

a. Direktur dan Pembantu Direktur;

b. Senat;

c. Dewan Penyantun;

d. Satuan Penjaminan Mutu;

e. Satuan Pengawas Internal;

f. Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan

Umum;

a. Jurusan;

b. Program Studi;

c. Laboratorium;

d. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat; dan

e. Unit Penunjang.

49

Page 29: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Ketiga

Direktur

Paragraf 1

Tugas dan Fungsi Direktur

Pasal 32

(1) Direktur bertugas memimpin Poltekpar Makassar.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Direktur dibantu oleh 3 (tiga)

orang Pembantu Direktur.

(3) Direktur dan Pembantu Direktur merupakan 1 (satu)

kesatuan unsur pimpinan Poltekpar Makassar.

(4) Dalam melaksanakan tugas,Direktur menyelenggarakan

fungsi:

a. menyusun statuta beserta perubahannya untuk

diusulkan kepada Menteri;

b. menyusun dan/atau menetapkan kebijakan akademik

setelah mendapatkan pertimbangan Senat;

c. menyusun dan menetapkan norma akademik,

kode etik sivitas akademika setelah mendapatkan

pertimbangan Senat;

d. menyusun dan menetapkan kode etik sivitas

akademika setelah mendapatkan pertimbangan

Senat;

e. menyusun dan/atau dapat mengubah rencana

pengembangan jangka panjang;

f. menyusun dan/ atau mengubah rencana strategis

5 (lima) tahun;

g. menyusun dan/atau mengubah rencana kerja dan

anggaran tahunan (rencana operasional);

h. mengelola pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat sesuai dengan rencana kerja dan

anggaran tahunan;

50

Page 30: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

i. mengangkat dan/atau memberhentikan Pembantu

Direktur dan pimpinan unit di bawah Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. menjatuhkan sanksi kepada sivitas akademika dan

tenaga kependidikan yang melakukan pelanggaran

terhadap norma, etika, dan/atau peraturan akademik

berdasarkan rekomendasi Senat;

k. menjatuhkan sanksi kepada dosen dan tenaga

kependidikan yang melakukan pelanggaran sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

l. membina dan mengembangkan dosen dan tenaga

kependidikan;

m. menerima, membina, mengembangkan, dan member­

hentikan mahasiswa;

n. mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

o. menyelenggarakan sistem informasi manajemen

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang

handal yang mendukung pengelolaan tridarma

perguruan tinggi, akuntansi dan keuangan,

kepersonaliaan, kemaha-siswaan, dan kealumnian;

p. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung­

jawaban penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi

kepada Menteri;

q. membina dan mengembangkan hubungan dengan

alumni, pemerintah, pemerintah daerah, pengguna

hasil kegiatan tridarma perguruan tinggi, dan

masyarakat; dan

r. memelihara keamanan, keselamatan, kesehatan, dan

ketertiban kampus serta kenyamanan kerja untuk

menjamin kelancaran kegiatan tridarma perguruan

tinggi.

51

Page 31: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 2

Pengangkatan Direktur

Pasal 33

Calon Direktur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan

dosen aktif dengan jenjang akademik paling rendah Lektor;

c. berpendidikan paling rendah Magister (S2);

d. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat

berakhirnya masa jabatan Direktur yang sedang menjabat;

e. berpengalaman manajerial di lingkungan perguruan tinggi

paling rendah sebagai Ketua Jurusan/ Kepala Pusat/

Kepala Satuan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

f. bersedia dicalonkan menjadi pemimpin Poltekpar

Makassar yang dinyatakan secara tertulis;

g. memiliki setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan

Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) bernilai baik dalam 2 (dua)

tahun terakhir;

h. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan tertulis oleh

dokter pemerintah yang berwenang;

i. tidak sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam)

bulan atau ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas Tridharma Perguruan Tinggi yang

dinyatakan secara tertulis;

j. tidak pernah melakukan plagiarisme sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan;

k. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang

atau berat;

l. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan

yang memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana paling rendah pidana

kurungan; dan

Page 32: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

m. memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan minimal dalam

jurnal nasional terakreditasi .

Pasal 34

Pengangkatan Direktur dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut:

a. tahap penjaringan bakal calon Direktur;

b. tahap penyaringan calon Direktur;

c. tahap pemilihan calon Direktur; dan

d. tahap pengangkatan Direktur.

Pasal 35

(1) Tahap penjaringan bakal calon Direktur dan penyaringan

calon Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

huruf a dan huruf b, dilakukan oleh Senat.

(2) Tahap penjaringan dan penyaringan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat 6 (enam)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat.

(3) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan Direktur yang sedang menjabat, Senat sudah

harus menetapkan 3 (tiga) orang calon Direktur.

(4) Tahap penjaringan bakal calon Direktur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme

sebagai berikut:

a. Senat membentuk panitia penjaringan bakal calon

Direktur;

b. panitia sebagaimana dimaksud pada huruf a

menginventarisasi dosen yang memenuhi syarat untuk

menjadi bakal calon Direktur dan mengumumkan

nama-nama dosen bakal calon Direktur yang

memenuhi persyaratan;

c. dosen bakal calon Direktur sebagaimana dimaksud

pada huruf b yang berniat mengikuti tahap penjaringan

harus mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran;

53

Page 33: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. apabila sampai batas waktu penjaringan berakhir

bakal calon Direktur yang memenuhi syarat kurang

dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur, Senat

memperpanjang jangka waktu penjaringan bakal

calon Direktur selama 5 (lima) hari kerja;

e. apabila setelah masa perpanjangan, sebagaimana

dimaksud pada huruf d bakal calon Direktur tetap

kurang dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur,

Ketua Senat dengan persetujuan anggota Senat

menunjuk dosen yang memenuhi syarat untuk

didaftarkan sebagai bakal calon Direktur.

(5) Tahap penyaringan calon Direktur sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 huruf b dilakukan dengan cara:

a. calon Direktur menyampaikan visi, misi, program

kerja dan pengembangan Poltekpar Makassar di

hadapan Senat;

b. Senat melakukan penilaian dan pemilihan bakal calon

Direktur yang mendaftar dalam tahap penjaringan;

c. paling lambat 2 (dua) miggu sebelum pemilihan,

Senat menyampaikan 3 (tiga) orang calon Direktur

beserta daftar riwayat hidup dan program kerja

para calon Direktur kepada Menteri melalui Dewan

Pertimbangan;

d. Dewan Pertimbangan dapat memberikan catatan atau

rekomendasi atas calon Direktur yang diusulkan oleh

Senat.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjaringan dan

penyaringan ditetapkan dengan Keputusan Senat.

54

Page 34: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 36

Tahap pemilihan calon Direktur dan pengangkatan Direktur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c dan huruf d

dilakukan dengan cara:

a. Senat melakukan pemilihan calon Direktur dalam sidang

Senat.

b. pemilihan calon Direktur dilakukan paling lambat 2 (dua)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat.

c. pemilihan calon Direktur dilakukan melalui pemungutan

suara secara tertutup dengan ketentuan:

1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak

suara dari total pemilih; dan

2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak

suara dan masing-masing anggota Senat memiliki

hak suara yang sama.

d. hasil pemilihan calon Direktur dalam sidang senat

sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada

Menteri untuk kemudian Menteri dapat menambahkan

hak suaranya kepada salah satu calon.

e. dalam hal terdapat 2 (dua) orang calon Direktur yang

memperoleh suara tertinggi dengan jumlah suara yang

sama, dilakukan pemilihan putaran ke dua untuk memilih

suara terbanyak dari kedua calon Direktur tersebut.

f. Direktur terpilih adalah calon Direktur yang memperoleh

suara terbanyak.

g. Menteri menetapkan pengangkatan Direktur terpilih atas

dasar suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada

huruf f.

55

Page 35: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 3

Masa Jabatan Direktur

Pasal 37

Direktur memegang jabatan selama 4 (empat) tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama

hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 4

Pemberhentian Direktur

Pasal 38

Direktur diberhentikan dari jabatan karena:

a. telah berusia 65 (enam puluh lima) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. permohonan sendiri;

d. masa jabatannya berakhir;

e. diangkat dalam jabatan negeri yang lain ;

f. dibebaskan dari jabatan dosen;

g. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan atau

ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang meninggalkan

tugas Tridharma Perguruan Tinggi; dan/atau

h. cuti di luar tanggungan negara.

Pasal 39

Pemberhentian Direktur karena berhalangan tetap sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 huruf b dilakukan apabila Direktur

yang bersangkutan:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan dengan

Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan PNS;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri;

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS; dan/atau

56

Page 36: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki

kekuatan hukum tetap.

Pasal 40

(1) Pemberhentian Direktur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 dilakukan oleh Menteri.

(2) Dalam hal terjadi pemberhentian Direktur sebelum masa

jabatannya berakhir:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik ditunjuk sebagai

Pelaksana Tugas (Pit.) Direktur berdasarkan surat

perintah Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan;

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik

berhalangan tetap, Pembantu Direktur Bidang

Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Pit. Direktur

berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan.

(3) Selain menjalankan tugas Direktur, Pit. Direktur

juga mempersiapkan pemilihan Direktur baru yang

dilaksanakan paling lambat waktu 6 (enam) bulan

terhitung sejak tanggal surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2).

Paragraf 5

Direktur Berhalangan Sementara

Pasal 41

(1) Direktur dianggap berhalangan sementara dalam hal

jabatan Direktur yang masih terisi namun karena sesuatu

hal yang bersangkutan masih melaksanakan tugas

jabatannya.

(2) Kondisi berhalangan sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain berhalangan karena cuti tahunan,

cuti besar, cuti bersalin, cuti karena alasan penting, cuti

57

Page 37: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

sakit, dan tugas kedinasan di dalam maupun luar negeri

yang tidak melebihi 6 (enam) bulan.

(3) Dalam hal Direktur berhalangan sementara maka:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik ditunjuk sebagai

Pelaksana Harian (Plh.) Direktur berdasarkan surat

perintah Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan;

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik

berhalangan sementara, Pembantu Direktur

Bidang Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Plh.

Direktur berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan.

Bagian Keempat

Pembantu Direktur

Paragraf 1

Tugas Pembantu Direktur

Pasal 42

(1) Pembantu Direktur berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Direktur.

(2) Pembantu Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik, yang

selanjutnya disebut Pembantu Direktur I;

b. Pembantu Direktur Bidang Administrasi Umum, yang

selanjutnya disebut Pembantu Direktur II; dan

c. Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan dan

Alumni, yang selanjutnya disebut Pembantu Direktur

III.

(3) Pembantu Direktur Bidang Akademik sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a, merupakan tenaga

dosen yang memenuhi syarat dan diberi tugas tambahan

membantu Direktur dalam memimpin memimpin

administrasi akademik, pelaksanaan pendidikan,

58

Page 38: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,

penjaminan mutu, pembinaan pendidik dan tenaga

kependidikan serta kerjasama.

(4) Pembantu Direktur Bidang Administrasi Umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, merupakan

tenaga dosen yang memenuhi syarat dan diberi tugas

tambahan membantu Direktur dalam memimpim

pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum,

keuangan kepegawaian, organisasi dan tata laksana.

(5) Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, merupakan

tenaga dosen yang memenuhi syarat dan diberi tugas

tambahan membantu Direktur dalam memimpim pelaksa­

naan kegiatan dan pembinaan kemahasiswaan dan

alumni.

Paragraf 2

Fungsi Pembantu Direktur

Pasal 43

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 ayat (3), Pembantu Direktur Bidang

Akademik menyelenggarakan fungsi mengawasi dan

mengoordinasikan kegiatan yang meliputi :

a. perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan

pengembangan pendidikan serta penelitian para

dosen;

b. persiapan program studi baru berbagai tingkat

maupun bidang;

c. penyusunan program pengembangan daya penalaran

mahasiswa;

d. perencanaan dan pelaksanaan kerjasama pendidikan

serta penelitian yang dilakukan oleh dosen dengan

lembaga di dalam maupun di luar negeri;

59

Page 39: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang pengawasan,

Senat menyusun laporan hasil pengawasan dan

menyampaikan kepada direktur untuk ditindaklanjuti.

Pasal 47

(1) Anggota Senat terdiri atas:

a. Direktur;

b. Para Pembantu Direktur;

c. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat; dan

d. Para Ketua Jurusan;

e. Wakil dosen;

(2) Anggota Senat memilih Ketua dan Sekretaris Senat

diantara anggota Senat yang tidak menjabat sebagai

pimpinan Poiteknik Makassar dan ditetapkan dengan

Keputusan Direktur.

(3) Sekretaris Senat dapat membentuk Sekretariat untuk

kelancaran pelaksanaan tugas.

(4) Wakil dosen sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e

berjumlah 3 (tiga) orang.

(5) Pemilihan 3 (tiga) orang wakil dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (5), dilaksanakan dalam rapat dosen

dan diangkat oleh Direktur.

(6) Ketua Senat melalui sidang Senat dapat memberhentikan

anggota Senat dari wakil dosen apabila:

a. melanggar hukum berdasarkan putusan pengadilan

yang berkekuatan hukum tetap;

b. melanggar etika akademik dan kode etik; dan/atau

c. mengundurkan diri.

(7) Senat dapat membentuk komisi sesuai kebutuhan.

64

Page 40: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 3

Berhalangan Tetap dan

Berhalangan Sementara bagi Ketua Senat

Pasal 48

(1) Ketua Senat berhalangan tetap dalam hal :

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan dengan

Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan PNS ;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri ;

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS;

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki

kekuatan hukum tetap; dan/ atau

g. diberhentikan sementara dari PNS sebelum masa jabatan

berakhir karena berbagai sebab.

(2) Dalam hal Ketua Senat berhalangan tetap, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Pit. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

(3) Sekretaris Senat bertindak sebagai Pit. Ketua Senat

sampai dengan terpilihnya Ketua Senat baru.

(4) Dalam hal Ketua Senat berhalangan sementara, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Plh. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

Paragraf 4

Sidang Senat

Pasal 49

(1) Sidang Senat terdiri atas:

a. sidang biasa; dan

b. sidang luar biasa.

(2) Sidang biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, diselenggarakan secara teratur dan terjadwal paling

kurang sekali dalam 6 (enam) bulan.

65

Page 41: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Sidang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, dilaksanakan apabila:

a. pimpinan Poltekpar Makassar berhalangan tetap

dalam masa jabatannya;

b. terjadi kondisi tertentu yang membutuhkan

pengambilan keputusan secara cepat oleh Senat.

(4) Sidang Senat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota

Senat.

(5) Pengambilan keputusan rapat Senat dilaksanakan

berdasarkan musyawarah dan mufakat.

(6) Dalam hal musyawarah tidak dapat menghasilkan

kemufakatan/ keputusan, pengambilan keputusan akan

dilakukan dengan cara pemungutan suara (voting) dan

keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.

Bagian Keenam

Dewan Penyantun

Pasal 50

(1) Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud dalam Pasal

31 huruf c merupakan organ Poltekpar Makassar yang

menjalankan fungsi pemberian pertimbangan bidang

non-akademik dan membantu pengembangan Poltekpar

Makassar.

(2) Bidang non-akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) antara lain meliputi organisasi, sumber daya

manusia, administrasi, keuangan, kerjasama, hubungan

masyarakat, sarana dan prasarana serta perencanaan dan

pengembangan.

(3) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Dewan Penyantun mempunyai tugas dan

wewenang:

(4) memberikan pertimbangan terhadap kebijakan Direktur

dibidang non-akademik;

66

Page 42: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. merumuskan saran/pendapat terhadap kebijakan

Direktur di bidang non-akademik; dan

b. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam

mengelola Poltekpar Makassar.

Pasal 51

Aggotaan Dewan Penyantun, terdiri atas:

a. 1 (satu) orang dosen yang mewakili setiap Jurusan;

b. 1 (satu) orang yang mewakili tenaga kependidikan;

c. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan;

d. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Kota Makassar;

e. 1 (satu) orang mantan Direktur;

f. 1 (satu) orang wakil alumni;

g. 1 (satu) orang wakil orang tua mahasiswa;

h. 1 (satu) orang tokoh masyarakat; dan

i. 1 (satu) orang industriawan untuk setiap Jurusan.

Pasal 52

(1) Dewan Penyantun terdiri atas:

a. Ketua merangkap Anggota;

b. Sekretaris merangkap Anggota; dan

c. Anggota.

(2) Anggota Dewan Penyantun yang berasal dari perwakilan

dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 huruf a

memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. dosen wakil Jurusan yang diusulkan oleh ketua

Jurusan dan tidak sedang menjabat sebagai anggota

Senat;

b. wakil tenaga kependidikan yang diusulkan oleh

Direktur; dan

c. memiliki kompetensi dalam bidang organisasi, sumber

daya manusia, keuangan, kerja sama, hubungan

masyarakat, atau sarana dan prasarana.

d. masa jabatan anggota Dewan Penyantun 4 (empat)

tahun.

67

Page 43: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan anggota

kehormatan dan tata cara pemilihan anggota Dewan

Penyantun diatur dengan Peraturan Dewan Penyantun.

Bagian Ketujuh

Satuan Penjaminan Mutu

Pasal 53

(1) Satuan Penjaminan Mutu mempunyai tugas

mengoordinasikan, memantau, dan menilai pelaksanaan

kegiatan pengembangan dan penjaminan mutu.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Satuan Penjaminan Mutu menyelenggarakan

fungsi:

a. pelaksanaan pengembangan pembelajaran dan sistem

penjaminan mutu;

b. pelaksanaan program dan kegiatan penjaminan

mutu; dan

c. pelaksanaan urusan administrasi.

(3) Satuan Penjaminan Mutu terdiri atas:

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional tertentu; dan/ atau

c. Jabatan Fungsional umum.

(4) Kepala Satuan Penjaminan Mutu diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Masa jabatan Kepala Satuan Penjaminan Mutu adalah 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk (1) satu

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Penjaminan Mutu merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Makassar.

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Penjaminan Mutu ditetapkan

Direktur.

68

Page 44: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Penjaminan Mutu harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kedelapan

Satuan Pengawasan Internal

Pasal 54

(1) Satuan Pengawasan Internal mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan bidang non-akademik untuk

dan atas nama Direktur.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (1),

Satuan Pengawasan Internal menyelenggarakan fungsi:

a. penetapan kebijakan pengawasan internal bidang

non-akademik;

b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap

pengelolaan bidang non-akademik;

c. pelaporan hasil pengawasan internal kepada Direktur;

d. pengajuan saran dan/atau pertimbangan mengenai

perbaikan pengelolaan kegiatan non-akademik kepada

Direktur atas dasar hasil pengawasan internal; dan

e. pemantauan dan pengoordinasian tindak lanjut hasil

pemeriksaan.

(3) Satuan Pengawasan Internal terdiri atas :

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional umum; dan/atau

c. Jabatan Fungsional tertentu.

(4) Kepala Satuan Pengawasan Internal diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Kepala Satuan Pengawasan Internal memegang jabatan

selama 4 (empat) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih

kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Pengawasan Internal merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Makassar.

69

Page 45: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Pengawasan Internal ditetapkan

Direktur.

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Pengawas Internal harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kesembilan

Bagian Administrasi Akademik,

Kemahasiswaan dan Umum

Pasal 55

(1) Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan

Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf f

merupakan unsur pelaksana administrasi.

(2) Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan

Umum dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

(3) Pola mutasi dan promosi jabatan struktural dan

fungsional umum pada Bagian Administrasi Akademik,

Kemahasiswaan dan Umum mengikuti pola mutasi dan

promosi di lingkungan Kementerian Pariwisata.

(4) Pembinaan Bagian Administrasi Akademik,

Kemahasiswaan dan Umum dilakukan oleh Pembantu

Direktur I, pembinaan administrasi umum, dilakukan oleh

Pembantu Direktur II dan pembinaan kemahasiswaan

dilakukan oleh Pembantu Direktur III.

Pasal 56

Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan

Umum mempunyai tugas memberikan pelayanan dalam

bidang administrasi akademik, kemahasiswaan dan umum

dilingkungan Poltekpar Makassar dengan melaksanakan

penyusunan program pendidikan dan bahan ajar, pengelolaan

administrasi akademik, praktik kerja lapangan/nyata,

70

Page 46: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

kemahasiswaan, pengelolaan kerja sama, kehumasan, urusan

alumni, urusan keuangan, pengelolaan aset, organisasi,

sumber daya manusia, tata usaha dan rumah tangga di

lingkungan Poltekpar Makassar.

Pasal 57

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 56, Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan

Umum menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan administrasi akademik;

b. penyusunan administrasi program pendidikan;

c. pengelolaan administrasi pendidik dan tenaga

kependidikan;

d. pelaksanaan kerja sama;

e. pengelolaan administrasi kemahasiswaan dan database

mahasiswa, dan alumni;

f. pengelolaan administrasi pembinaan sikap disiplin

mahasiswa;

g. penyiapan administrasi pelaksanaan praktik kerja nyata;

h. pengelolaan asrama mahasiswa;

i. penyiapan penyusunan rencana dan program;

j. pengelolaan administrasi keuangan, ketatausahaan,

kepegawaian, kerumahtanggaan, dan Barang Milik Negara;

k. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana, hukum

dan hubungan masyarakat; dan

l. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

Pasal 58

Bagian Administrasi Akademik, Kemahasiswaan dan Umum

terdiri atas:

a. Subbagian Administrasi Akademik;

b. Subbagian Administrasi Kemahasiswaan; dan

c. Subbagian Umum.

71

Page 47: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 59

(1) Subbagian Administrasi Akademik mempunyai tugas

melakukan pengelolaan administrasi akademik,

administrasi pendidik dan tenaga kependidikan,

penyusunan administrasi program pendidikan, serta

pelaksanaan kerja sama.

(2) Subbagian Administrasi Kemahasiswaan mempunyai tugas

melakukan pengelolaan administrasi kemahasiswaan dan

database mahasiswa, dan alumni, administrasi pembinaan

sikap disiplin mahasiswa, dan asrama mahasiswa serta

penyiapan administrasi pelaksanaan praktik kerja nyata.

(3) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan

penyiapan penyusunan rencana dan program, pengelolaan

administrasi keuangan, ketatausahaan, kepegawaian,

kerumahtanggaan, dan Barang Milik Negara, serta

pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana, hukum,

hubungan masyarakat, dan evaluasi dan pelaporan.

Bagian Kesepuluh

Jurusan

Paragraf 1

Tugas dan Fungsi Jurusan

Pasal 60

Jurusan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan,

penelitian terapan, pengabdian kepada masyarakat dalam

sebagian atau satu cabang ilmu, dan pembinaan Sivitas

Akademika, sesuai dengan program pendidikan yang ada dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 61

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 60, Jurusan mempunyai fungsi sebagai berikut:

72

Page 48: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. melakukan pendidikan dalam sebagian atau 1 (satu)

cabang ilmu bagi program pendidikan yang ada;

b. melakukan penelitian terapan dan pengembangan

pendidikan di bidang vokasi;

c. melakukan pengabdian kepada masyarakat;

d. melakukan pembinaan Sivitas Akademika.

Pasal 62

(1) Jurusan merupakan unsur pelaksana akademik yang

melaksanakan Pendidikan Vokasi dalam sebagian atau

satu cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

kesenian tertentu.

(2) Jurusan memiliki :

a. program studi;

b. laboratorium; dan

c. kelompok dosen.

(3) Jurusan dapat:

a. menyelenggarakan 1 (satu) atau lebih program studi;

b. memiliki 1 (satu) atau lebih laboratorium .

(4) Kegiatan pendidikan dan pembelajaran diselenggarakan

berdasarkan kurikulum program studi.

(5) Jurusan dan/atau program studi yang lain dikembangkan

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau kesenian, tuntutan masyarakat, dan

perkembangan kemampuan penyelenggaraan.

(6) Jurusan dan program studi di Poltekpar Makassar

diselenggarakan berdasarkan ketentuan Kementerian

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pendidikan tinggi.

73

Page 49: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 2

Struktur Jurusan

Pasal 63

Jurusan dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan yang dipilih

dari dan oleh kelompok dosen dalam jurusan dan bertanggung

jawab langsung kepada Direktur.

Paragraf 3

Persyaratan dan

Pengangkatan Ketua Jurusan

Pasal 64

(1) Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Direktur dengan

masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali

untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(2) Untuk diangkat sebagai Ketua Jurusan dosen harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. PNS yang berstatus dosen aktif Poltekpar Makassar;

b. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan

surat keterangan dokter;

c. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada

saat berakhirnya masa jabatan Ketua Jurusan yang

sedang menjabat;

d. tidak sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6

(enam) bulan atau ijin belajar dalam rangka studi

lanjut yang meninggalkan tugas Tridharma Perguruan

Tinggi yang dinyatakan secara tertulis ;

e. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan

pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap;

f. memiliki pengalaman manajerial;

g. berpendidikan minimal S2 .

(3) Pengangkatan Ketua Jurusan dilakukan dengan cara:

a. Senat membentuk Panitia Pemilihan Ketua Jurusan

(Panitia Pemilihan) yang berasal dari anggota Senat.

74

Page 50: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. Pemilihan Ketua Jurusan terdiri dari :

1. tahap penjaringan;

2. tahap penyaringan ; dan

3. tahap pemilihan dan pengangkatan.

c. Tahap penjaringan sebagaimana dimaksud pada

huruf b angka 1 merupakan identifikasi dosen oleh

Panitia Pemilihan untuk memastikan calon Ketua

Jurusan memenuhi persyaratan untuk diangkat dan

mengumumkan hasilnya.

d. Tahap penyaringan sebagaimana dimaksud pada

huruf b angka 2 mengikuti tahapan sebagai berikut:

1. Panitia Pemilihan melaksanakan proses

penyaringan yang dilakukan oleh dosen pada

Jurusan;

2. penyaringan dilakukan melalui proses

pemungutan suara oleh dosen Jurusan yang

bersangkutan dengan ketentuan 1 (satu) orang

memiliki 1 (satu) hak suara;

3. Panitia Pemilihan menyampaikan nama calon

Ketua Jurusan yang memperoleh suara terbanyak

kepada Direktur untuk ditetapkan sebagai Ketua

Jurusan.

e. Dalam hal pendaftar bakal calon Ketua Jurusan hanya

1 (satu) orang, Panitia Pemilihan memperpanjang

masa pendaftaran selama 3 (tiga) hari kerja.

f. Dalam hal masa perpanjangan berakhir dan bakal

calon Ketua Jurusan tetap kurang dari 2 (dua) orang,

Panitia Pemilihan menyampaikan nama bakal calon

kepada Direktur untuk ditetapkan sebagai Ketua

Jurusan.

75

Page 51: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 4

Program Studi

Pasal 65

(1) Program Studi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62

ayat (2) huruf a, dipimpin oleh seorang Ketua Program

Studi yang diangkat oleh Direktur atas usul Ketua Jurusan

berdasarkan hasil rapat pemilihan Ketua Program Studi .

(2) Ketua Program Studi diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dipilih

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(3) Dalam rangka melaksanakan tugas, Ketua Program Studi

dibantu oleh seorang Sekretaris Program Studi.

Paragraf 5

Laboratorium

Pasal 66

(1) Laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62

ayat (2) huruf b, dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium

yang diangkat oleh Direktur atas usul Ketua Jurusan.

(2) Kepala Laboratorium diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal 67

(1) Jurusan dan Program Studi meliputi:

a. Jurusan Hospitaliti, terdiri dari:

1. Program Studi Diploma Empat Administrasi

Perhotelan;

2. Program Studi Diploma Tiga Manajemen Divisi

Kamar;

3. Program Studi Diploma Tiga Manajemen Tata

Hidang; dan

76

Page 52: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Program Studi Diploma Tiga Manajemen Tata

Boga.

b. Jurusan Kepariwisataan, terdiri dari:

1. Program Studi Diploma Empat Manajemen

Kepariwisataan.

c. Jurusan Perjalanan terdiri dari:

1. Program Studi Diploma Empat Manajemen

Konvensi dan Perhelatan;

2. Program Studi Diploma Empat Manajemen Bisnis

Perjalanan; dan

3. Program Studi Diploma Tiga Manajemen Bisnis

Jasa Perjalanan Wisata.

(2) Selain program studi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Direktur dapat melakukan

pengembangan program studi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 6

Kelompok Dosen

Pasal 68

(1) Kelompok Dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62

ayat (2) huruf c, merupakan satuan dosen yang mempunyai

minat dan bidang keahlian yang sama yang merupakan

satuan penunjang Program Studi dalam melaksanakan

Tridharma Perguruan Tinggi.

(2) Kelompok Dosen dipimpin oleh seorang Ketua yang

bertugas menjalankan fungsi konsultatif dan koordinatif

dengan pimpinan Jurusan dan Program Studi.

77

Page 53: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Kesebelas

Pusat Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat

Pasal 69

(1) Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(PPPM) merupakan unsur pelaksana akademik dan non-

akademik yang bertanggung jawab kepada Direktur

dan secara teknis pembinaan dilakukan oleh Pembantu

Direktur Bidang Akademik.

(2) PPPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan:

a. Kegiatan penelitian;

b. Pengabdian kepada masyarakat; dan

c. Pengembangan keahlian dan berperan serta dalam

pengembangan karya ilmiah di bidang pariwisata.

(3) PPPM dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

menggunakan pendekatan multi bidang, antar bidang,

dan lintas bidang dalam menerapkan ilmu pengetahuan,

teknologi dan/atau kesenian.

Pasal 70

(1) PPPM terdiri atas:

a. Kepala;

b. Sekretaris;

c. Jabatan fungsional umum; dan/atau

d. Jabatan fungsional tertentu.

(2) PPPM dipimpin oleh seorang kepala dengan masa jabatan

4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(3) Kepala PPPM ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur

dengan persetujuan Senat.

(4) Kepada PPPM merupakan PNS berstatus dosen aktif

Poltekpar Makassar.

78

Page 54: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(5) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja PPPM ditetapkan dengan Keputusan

Direktur.

(6) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepada PPPM

harus membuat laporan pertanggung jawaban kepada

Direktur.

Bagian Kedua belas

Unit Penunjang

Pasal 71

(1) Unit Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

31 huruf o merupakan unsur yang diperlukan untuk

penyelenggaraan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(2) Unit Penunjang terdiri dari:

a. Unit Perpustakaan;

b. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi;

c. Unit Kerja Sama;

d. Unit Hotel Praktik;

e. Unit Bursa Kerja;

f. Unit Bahasa; dan

g. Unit Asrama.

(3) Unit penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mempunyai sebagai berikut:

a. Unit Perpustakaan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan perpustakaan.

b. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai

tugas melakukan pengelolaan teknologi informasi dan

komunikasi.

c. Unit Hotel Praktik mempunyai tugas melakukan

pengelolaan hotel praktik.

d. Unit Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

penyiapan kerja sama.

e. Unit Bursa Keija mempunyai tugas melakukan

penyelenggaraan bursa kerja.

79

Page 55: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. Unit Bahasa mempunyai tugas melakukan

peningkatan kemahiran penggunaan bahasa nasional

dan asing.

g. Unit Asrama mempunyai tugas melakukan

pengelolaan asrama mahasiswa.

(4) Unit Penunjang dipimpin oleh Kepala yang diangkat

dan diberhentikan oleh Direktur dengan masa jabatan 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk (1) satu

kali masa jabatan.

(5) Kepala Unit Penunjang bertanggung jawab kepada

Direktur.

(6) Kepala Unit Penunjang merupakan tenaga fungsional

umum atau fungsional tertentu yang diberi tugas tambahan

untuk membantu Direktur dalam mengkoordinasikan

kegiatan di dalam unit penunjang.

(7) Kepala Unit Perpustakaan, Kepada Unit Bahasa dan Kepala

Unit Kerjasama dikoordinasikan oleh Pembantu Direktur

Bidang Akademik.

(8) Kepala Unit Teknologi dan Komunikasi, dan Kepala Unit

Hotel Praktik dikoordinasikan oleh Pembantu Direktur

Bidang Administrasi Umum.

(9) Kepala Unit Bursa Kerja, dan Kepala Unit Asrama

dikoordinasikan oleh Pembantu Direktur Bidang

Kemahasiswaan.

(10) Sesuai dengan perkembangan, kebutuhan, dan

kemampuan, Direktur dapat membentuk unit Penunjang

sebagai unsur penunjang selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

80

Page 56: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Ketiga Belas

Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 72

(1) Kelompok Jabatan Fungsional (Jafung) mempunyai tugas

melakukan kegiatan sesuai dengan Jafung masing-masing

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kelompok Jafung terdiri atas Dosen, Pustakawan, Pranata

Komputer, dan Jafung lainnya sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(3) Masing-masing kelompok Jafung dikoordinasikan oleh

seorang pejabat fungsional yang ditetapkan oleh Direktur.

(4) Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan beban kerja.

(5) Jenis dan jenjang Jafung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(6) Kelompok Jafung Dosen berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur Bidang Akademik dan Ketua Jurusan.

(7) Kelompok Jafung Dosen mempunyai tugas melakukan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat sesuai dengan bidang keahliannya/ ilmunya

serta memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan minat mahasiswa di

dalam proses pendidikan.

(8) Kelompok Jafung Lainnya mempunyai tugas mendukung

kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat sesuai dengan bidang keahlian.

(9) Kelompok Jafung Lainnya berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur Bidang Administrasi Umum.

Pasal 73

(1) Dosen terdiri atas :

81

Page 57: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. dosen tetap;

b. dosen tidak tetap; dan

c. dosen tamu .

(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai

tenaga tetap pada Poltekpar Makassar.

(3) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan dosen yang bukan tenaga tetap pada

Poltekpar Makassar.

(4) Dosen tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

merupakan seorang yang diundang untuk menjadi dosen

di Poltekpar Makassar selama jangka waktu tertentu.

(5) Jenis dan jenjang kepangkatan dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Untuk menjadi Dosen Poltekpar Makassar, harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar;

d. memiliki moral dan integritas yang tinggi;

e. memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa

depan bangsa dan negara;

f. memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan

vokasi yang diasuhnya; dan

g. memiliki jiwa membimbing dan melayani mahasiswa.

Bagian Keempat Belas

Tenaga Kependidikan

Pasal 74

(1) Tenaga Kependidikan merupakan tenaga yang dengan

keahliannya diangkat untuk membantu kelancaran

kegiatan akademik.

82

Page 58: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Tenaga Kependidikan di lingkungan Poltekpar Makassar

dapat diangkat sebagai pejabat struktural atau pimpinan.

(3) Untuk menjadi Tenaga Kependidikan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga kependidikan;

dan

d. mempunyai moral dan integritas yang tinggi.

(4) Tenaga Kependidikan Poltekpar Makassar terdiri atas :

a. instruktur;

b. laboran;

c. teknisi;

d. fungsional umum; dan

e. tenaga penunjang akademik lainnya.

(5) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas :

a. PNS; atau

b. non PNS.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian Tenaga Kependidikan

PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a,

dikoordinasikan dengan Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(7) Pengangkatan dan pemberhentian tenaga kependidikan

non PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

b, ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan .

Bagian Kelima Belas

Mahasiswa dan Alumni

Pasal 75

(1) Mahasiswa merupakan peserta didik Poltekpar Makassar.

83

Page 59: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Untuk menjadi mahasiswa Poltekpar Makassar harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki ijazah minimum yang dipersyaratkan setiap

program studi;

b. lulus seleksi penenmaan mahasiswa baru Poltekpar

Makassar; dan

c. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 76

(1) Mahasiswa Poltekpar Makassar mempunyai kewajiban

sebagai berikut:

a. mematuhi semua peraturan/ ketentuan yang berlaku

pada Poltekpar Makassar;

b. ikut memelihara sarana dan prasarana serta

kebersihan, ketertiban, dan keamanan Poltekpar

Makassar;

c. menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

seni;

d. menjaga kewibawaan dan nama baik Poltekpar

Makassar; dan

e. menjunjung tinggi kebudayaan nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban mahasiswa

Poltekpar Makassar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Direktur.

Pasal 77

(1) Mahasiswa Poltekpar Makassar mempunyai hak sebagai

berikut:

a. menggunakan kebebasan akademik secara

bertanggung jawab untuk menuntut dan mengkaji

ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku

dalam lingkungan akademik;

b. memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan

bidang akademik;

84

Page 60: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. memanfaatkan fasilitas Poltekpar Makassar dalam

rangka kelancaran proses belajar;

d. mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung

jawab atas program studi yang diikuti dalam

penyelesaian studinya;

e. memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan

program studi yang diikuti serta hasil belajarnya;

f. memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memanfaatkan sumber daya Poltekpar Makassar

melalui perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk

mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat, dan

tata kehidupan bermasyarakat;

h. ikut serta dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan

Poltekpar Makassar.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak mahasiswa Poltekpar

Makassar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Direktur.

Pasal 78

(1) Organisasi kemahasiswaan di Poltekpar Makassar

diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk

mahasiswa.

(2) Bentuk aktivitas dan badan kelengkapan organisasi

kemahasiswaan di Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antar mahasiswa dan sesuai dengan

peraturan perundangundangan.

Pasal 79

(1) Kegiatan ko-kurikuler mahasiswa meliputi:

a. kepemimpinan;

b. penalaran dan keilmuan;

c. minat dan kegemaran;

d. kesejahteraan ;

85

Page 61: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. kegiatan-kegiatan penunjang.

(2) Kegiatan mahasiswa dalam kampus dapat diselenggarakan

setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan Pembantu

Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(3) Kegiatan mahasiswa luar kampus harus seizin Direktur.

(4) Kegiatan mahasiswa yang dilakukan antar negara harus

seizin Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan.

Pasal 80

(1) Pembiayaan kegiatan mahasiswa dibebankan dan

diselenggarakan berdasarkan rencana anggaran Poltekpar

Makassar.

(2) Penggalangan dana dari sumber lain yang tidak mengikat

dilakukan seizin Direktur dan digunakan sesuai peraturan

perundang-undangan.

Pasal 81

(1) Alumni merupakan orang-orang yang telah menyelesaikan

pendidikan di Poltekpar Makassar.

(2) Alumni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

membentuk organisasi alumni sebagai wadah kegiatan

yang disebut ikatan alumni Poltekpar Makassar.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai alumni Poltekpar

Makassar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Keputusan Direktur.

Bagian Keenam Belas

Sarana dan Prasarana

Pasal 82

(1) Sarana dan prasarana Poltekpar Makassar diperoleh

melalui dana yang bersumber dari:

a. pemerintah;

b. masyarakat ataupun pihak lain.

86

Page 62: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana yang berasal dari dimaksud pada ayat (1) pemerintah

sebagaimana huruf a diselenggarakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

(3) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

yang berasal dari masyarakat dan pihak lain ditetapkan

oleh Direktur dengan persetujuan Deputi Bidang

Pengembangan Kelambagaan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendayagunaan

sarana dan prasarana Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

dengan persetujuan Senat.

Pasal 83

Sivitas Akademika dan tenaga administratif memiliki kewajiban

untuk memelihara dan menggunakan sarana dan prasarana

secara bertanggung jawab, berdaya guna, dan berhasil guna.

Bagian Ketujuh Belas

Pengelolaan Anggaran

Pasal 84

(1) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)

Poltekpar Makassar setelah mendapat persetujuan

Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan, diajukan

oleh Direktur kepada Menteri untuk disahkan menjadi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar Makassar.

(2) RAPB Poltekpar Makassar sebagaimana dimaksud ayat (1)

disusun setiap tahun oleh Direktur, dibantu oleh suatu

tim yang ditetapkan oleh Direktur.

(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar Makassar

dimulai pada awal tahun anggaran dan berakhir pada

akhir tahun anggaran yang bersangkutan.

87

Page 63: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar

Makassar diawasi oleh Satuan Pengawasan Internal

dan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan sesuai

dengan perundang-undangan.

Bagian Kedelapan Belas

Kerja Sama

Pasal 85

(1) Untuk meningkatkan mutu kegiatan Tridharma Perguruan

Tinggi, Direktur dapat menjalin kerja sama dengan pihak

lain, baik dari dalam maupun dari luar Negeri.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilakukan

dengan pihak luar negeri dikoordinasikan dengan Deputi

yang membidangi kerja sama luar negeri.

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan

pada azas saling menguntungkan (mutual benefit)

dan saling menghormati (mutual respect), serta tidak

mengganggu pelaksanaan tugas-tugas pokok atau tugas

penting lainnya.

Pasal 86

(1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 dapat

berbentuk:

a. program kembaran;

b. program pemindahan kredit;

c. tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam

penyelenggaraan kegiatan akademik;

d. pemanfaatan bersama sumber daya dalam

pelaksanaan kegiatan akademik;

e. penerbitan bersama karya ilmiah;

f. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan

ilmiah lain;

g- bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.

88

Page 64: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus mendapat persetujuan Senat, dan ditetapkan

dengan Keputusan Direktur.

(3) Pelaksanaan kerja sama Poltekpar Makassar sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Jurusan,

PPPM, Unit Penunjang, maupun dosen atas persetujuan

Direktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dituangkan dalam suatu naskah keijasama yang memuat

hak dan kewajiban tiap-tiap pihak dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan kerja sama tersebut.

BAB V

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Pasal 87

(1) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Makassar

merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar

mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan

sehingga pemangku kepentingan memperoleh kepuasan.

(2) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Makassar

ditujukan untuk:

a. menjamin setiap layanan akademik kepada mahasiswa

dilakukan sesuai standar;

b. mewujudkan tranparansi dan akuntabilitas kepada

masyarakat khususnya orangtua/ wali mahasiswa

tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan

standar;

c. mendorong semua pihak/ unit di Poltekpar Makassar

untuk bekerja mencapai tujuan dengan berpatokan

pada standar dan secara berkelanjutan berupaya

meningkatkan mutu.

(3) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Makassar

dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip:

89

Page 65: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. berorientasi kepada pemangku kepentingan internal

dan eksternal;

b. mengutamakan kebenaran;

c. tanggung jawab sosial;

d. pengembangan kompetensi personal;

e. partisipatif dan kolegial;

f. keseragaman metode;

g. inovasi, belajar dan perbaikan secara berkelanjutan.

(4) Ruang lingkup Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar

Makassar terdiri atas pengembangan standar mutu dan

audit di bidang:

a. pendidikan;

b. penelitian;

c. pengabdian kepada masyarakat; dan

d. kemahasiswaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Penjaminan Mutu

Internal Poltekpar Makassar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan mekanisme penerapannya diatur dalam

Peraturan Direktur.

Pasal 88

(1) Untuk meningkatkan mutu dan efisiensi dalam

penyelenggaraan pendidikan perlu dilakukan pengawasan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan penilaian berkala terhadap

Kurikulum, mutu dan jumlah Tenaga Kependidikan,

keadaan Mahasiswa, pelaksanaan pendidikan sarana

dan prasarana, tatalaksana administrasi akademik,

kepegawaian keuangan dan kerumahtanggaan.

(3) Penilaian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Pengawasan fungsional dilakukan oleh institusi terkait

sesuai peraturan perundang-undangan.

90

Page 66: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 89

(1) Penyelenggaraan akreditasi di Poltekpar Makassar

dikoordinasikan oleh Pusat Penjaminan Mutu.

(2) Akreditasi di Poltekpar Makassar meliputi akreditasi

program studi, pengeloladan institusi.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan akreditasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB VI

BENTUK DAN TATA CARA PENETAPAN PERATURAN

Pasal 90

(1) Senat berwenang menetapkan peraturan Senat dan

keputusan Senat.

(2) Direktur berwenang menetapkan Peraturan Direktur,

Keputusan Direktur dan Instruksi Direktur.

Pasal 91

Produk hukum di lingkungan Poltekpar Makassar mengikuti

tata urutan sebagai berikut:

a. Statuta;

b. Peraturan Senat;

c. Peraturan Direktur;

d. Keputusan Senat;

e. Keputusan Direktur; dan

f. Instruksi Direktur.

Pasal 92

Tata cara penyusunan produk hukum Poltekpar Makassar

berpedoman pada tata cara penyusunan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Kementerian Pariwisata.

91

Page 67: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB VII

TATA NASKAH DINAS

Pasal 93

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta

kewenangannya, Poltekpar Makassar menyusun dan

melaksanakan tata naskah dinas sesuai ketentuan

peraturan tata naskah dinas di Kementerian Pariwisata.

(2) Tata naskah dinas di lingkungan Poltekpar Makassar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Direktur.

BAB VIII

PENDANAAN DAN KEKAYAAN

Pasal 94

(1) Pembiayaan Poltekpar Makassar diperoleh dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. masyarakat; dan

c. pihak lain.

(2) Penggunaan dana yang berasal dari sumber pemerintah

dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Biaya yang diperoleh dari masyarakat sebagaimana

dimaksud Pasal 94 ayat (1) huruf b berasal dari:

a. biaya ujian masuk Poltekpar Makassar; dan

b. penerimaan dari masyarakat lainnya yang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Biaya yang diperoleh dari pihak lain Pasal 94 ayat (1)

huruf c berasal dari :

a. hasil kontrak kerja antara Poltekpar Makassar dengan

pihak lain sesuai dengan peran dan fungsinya;

b. hasil penjualan produk yang diperoleh dari

penyelenggaraan pendidikan; dan/atau

92

Page 68: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga

pemerintah atau lembaga non-pemerintah atau pihak

lain.

Pasal 95

(1) Direktur menyusun usulan struktur tarif dan tata cara

pengelolaan dan pengalokasian dana yang berasal dari

masyarakat, setelah disetujui oleh Senat.

(2) Usulan struktur tarif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diajukan oleh Direktur kepada Menteri untuk

memperoleh penetapan.

Pasal 96

(1) Otonomi dalam bidang keuangan mencakup kewenangan

Poltekpar Makassar untuk menerima, menyimpan dan

menggunakan dana yang berasal dari masyarakat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam rangka mengelola dana yang berasal dari

masyarakat, Direktur menyelenggarakan pembukuan

terpadu berdasarkan peraturan administrasi keuangan

yang berlaku.

Pasal 97

(1) Kekayaan Poltekpar Makassar terdiri atas seluruh

kekayaan:

a. yang telah ada maupun yang akan ada;

b. dalam bentuk benda tetap maupun benda bergerak;

dan

c. yang berwujud maupun tidak berwujud.

(2) Kekayaan awal Poltekpar Makassar berupa kekayaan

milik negara yang tidak dipisahkan.

93

Page 69: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB IX

PERUBAHAN STATUTA

Pasal 98

(1) Usulan perubahan Statuta dilakukan dalam suatu

sidang Senat, apabila diajukan dan dihadiri oleh

sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota

Senat.

(2) Keputusan untuk perubahan Statuta dianggap sah, apabila

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50%

(lima puluh persen) ditambah 1 (satu) anggota Senat dari

seluruh jumlah anggota Senat yang hadir.

(3) Perubahan Statuta dilakukan atas persetujuan Senat

Poltekpar Makassar dan ditetapkan dengan Peraturan

Menteri.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 99

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. penyelenggaraan akademik dan non-akademik AKPAR

Makassar masih tetap dilaksanakan sampai dengan

disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

b. jabatan yang ada dan pejabat yang memangku

jabatan di lingkungan AKPAR Makassar berdasarkan

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor PM.42/OT.001/MKP-2006 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Akademi Pariwisata Makassar tetap

melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan

diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Menteri

ini.

(2) SDM dan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas

dan fungsi Poltekpar Makassar menggunakan SDM dan

94

Page 70: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

anggaran yang tersedia untuk AKPAR Makassar sampai

dengan disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.

(3) Seluruh kekayaan, hak, dan kewajiban, status mahasiswa

dan alumni, serta dokumen akademik AKPAR Makassar

diintegrasikan ke dalam Poltekpar Makassar, paling

lambat 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri

ini.

Pasal 100

Untuk pertama kali Menteri mengangkat Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan sebagai Ketua

Senat Poltekpar Makassar untuk melaksanakan pemilihan

Direktur sesuai dengan Peraturan Menteri ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 101

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.44/ HK.001/MKP/2009

tentang Statuta Akademi Pariwisata Makassar dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 102

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

95

Page 71: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 April 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 28 April 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 646

Salinan sesuai dengan

96

Page 72: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan dalam

memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang

profesional dan beretika, perlu mendirikan Politeknik

Pariwisata Palembang;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik

Pariwisata Palembang;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

97

Page 73: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 12Tahun2012tentangPendidikan

Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 158, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor

5336);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan

Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 16);

6. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG ORGANISASI

DAN TATA KERJA POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG.

BAB I

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1

(1) Politeknik Pariwisata Palembang yang selanjutnya disebut

Poltekpar Palembang merupakan perguruan tinggi

yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

98

Page 74: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menteri Pariwisata melalui Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan.

(2) Pembinaan Poltekpar Palembang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), secara teknis akademik dilaksanakan oleh

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan

pembinaan administrasi dan operasional dilakukan oleh

Menteri Pariwisata.

(3) Poltekpar Palembang dipimpin oleh Direktur.

Pasal 2

Poltekpar Palembang mempunyai tugas menyelenggarakan

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, Poltekpar Palembang menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pendidikan;

b. penyelenggaraan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan;

c. pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat;

d. pengelolaan administrasi akademik dan kemahasiswaan;

e. pelaksanaan administrasi umum;

f. pengembangan sistem penjaminan mutu;

g. pelaksanaan pengawasan internal;

h. pembinaan sivitas akademika; dan

i. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

BAB II

SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Organisasi Poltekpar Palembang terdiri atas:

99

Page 75: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. Direktur dan Pembantu Direktur;

b. Senat;

c. Dewan Penyantun;

d. Satuan Penjaminan Mutu;

e. Satuan Pengawas Internal;

f. Subbagian Administrasi Akademik dan Kemaha­

siswaan;

g. Subbagian Administrasi Umum;

h. Program Studi;

i. Laboratorium;

j. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat;

dan

k. Unit Penunjang.

(2) Struktur organisasi Poltekpar Palembang tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua

Direktur dan Pembantu Direktur

Pasal 5

Direktur merupakan tenaga dosen yang diberi tugas tambahan

memimpin Poltekpar Palembang.

Pasal 6

(1) Dalam melaksanakan tugas, Direktur dibantu oleh 2 (dua)

orang Pembantu Direktur yang bertanggung jawab kepada

Direktur.

(2) Pembantu Direktur, terdiri atas:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut Pembantu

Direktur I; dan

b. Pembantu Direktur Bidang Umum yang selanjutnya

disebut Pembantu Direktur II.

100

Page 76: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 7

(1) Pembantu Direktur I sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) huruf a, merupakan tenaga dosen yang

memenuhi syarat dan diberi tugas tambahan membantu

Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan

administrasi akademik, pembinaan kemahasiswaan dan

alumni, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

penjaminan mutu, pembinaan dosen, dan kerja sama.

(2) Pembantu Direktur II sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) huruf b, merupakan tenaga dosen yang

memenuhi syarat dan diberi tugas tambahan membantu

Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di

bidang administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan, barang

milik negara, perencanaan, keuangan, kepegawaian,

hukum, komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

Bagian Ketiga

Senat dan Dewan Penyantun

Pasal 8

(1) Senat merupakan unsur penyusun kebijakan Poltekpar

Palembang.

(2) Dewan Penyantun memberikan pertimbangan non

akademik dan fungsi lain yang ditetapkan dalam Statuta

Poltekpar Palembang.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Senat dan Dewan

Penyantun diatur dalam Statuta Poltekpar Palembang.

101

Page 77: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Keempat

Satuan Penjaminan Mutu dan

Satuan Pengawas Internal

Pasal 9

(1) Satuan Penjaminan Mutu merupakan unsur penjaminan

mutu yang melaksanakan fungsi dokumentasi,

pemeliharaan, dan pengendalian sistem penjaminan

mutu.

(2) Satuan Pengawas Internal merupakan unsur pengawas

yang melaksanakan fungsi pengawasan non akademik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Satuan Penjaminan Mutu

dan Satuan Pengawas Internal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Statuta Poltekpar

Palembang.

Bagian Kelima

Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, dan

Subbagian Administrasi Umum.

Pasal 10

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

merupakan unsur pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur, dan pembinaan

sehari-hari dilakukan oleh Pembantu Direktur I dalam hal

pelaksanaan kegiatan administrasi akademik, pembinaan

kemahasiswaan dan alumni, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, penjaminan mutu, pembinaan dosen

dan kerja sama.

102

Pasal 11

Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

mempunyai tugas melakukan urusan administrasi akademik,

Page 78: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dosen, kemahasiswaan, hubungan alumni, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, penjaminan mutu, kerja

sama, serta evaluasi dam pelaporan.

Pasal 12

(1) Subbagian Administrasi Umum merupakan unsur

pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Umum dipimpin oleh seorang

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur, dan pembinaan sehari-hari dilakukan

oleh Pembantu Direktur II dalam hal pelaksanaan kegiatan

di bidang administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan, barang

milik negara, perencanaan, keuangan, kepegawaian,

hukum, komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

Pasal 13

Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melakukan

urusan administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, layanan kerumahtanggaan dan perlengkapan,

barang milik negara, keuangan, kepegawaian, hukum dan

komunikasi publik, organisasi dan tata laksana serta evaluasi

dan pelaporan.

Bagian Keenam

Program Studi, dan Laboratorium

Pasal 14

(1) Program Studi merupakan unsur pelaksana akademik

yang melaksanakan pendidikan vokasi tertentu.

(2) Program Studi dipimpin oleh seorang Ketua.

(3) Dalam melaksanakan tugas, Ketua Program Studi dibantu

oleh seorang Sekretaris Program Studi.

Pasal 15

Program Studi terdiri dari:

103

Page 79: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Unit Perpustakaan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan perpustakaan.

(4) Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai

tugas melakukan pengelolaan teknologi informasi dan

komunikasi.

BAB III

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 21

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan

kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21, terdiri atas sejumlah tenaga fungsional

yang terbagi dalam kelompok jabatan fungsional sesuai

dengan bidang tugas keahliannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

(2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dipimpin oleh seorang koordinator dari

tenaga fungsional yang ditunjuk oleh Direktur.

(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 23

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Poltekpar Palembang

harus menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata

106

Page 80: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi

di lingkungan Poltekpar Palembang.

Pasal 24

Direktur menyampaikan laporan kepada Menteri Pariwisata

mengenai hasil pelaksanaan tugas penyelenggaraan pendidikan

vokasi di bidang Kepariwisataan secara berkala atau sewaktu-

waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 25

Poltekpar Palembang harus menyusun analisis jabatan, peta

jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap

seluruh jabatan di lingkungan Poltekpar Palembang.

Pasal 26

Setiap unsur di lingkungan Poltekpar Palembang dalam

melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik dai am lingkungan

Poltekpar Palembang maupun dalam hubungan antar instansi

pemerintah baik pusat maupun daerah.

Pasal 27

Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem

pengendalian intern pemerintah di lingkungan Poltekpar

Palembang untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme

akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.

Pasal 28

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar

Palembang harus bertanggung jawab memimpin dan

mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan

pengarahan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

107

Page 81: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 29

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar

Palembang wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 30

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar

Palembang harus mengikuti dan mematuhi petunjuk

serta bertanggung jawab pada atasan masing-masing dan

menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat pada

waktunya.

Pasal 31

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi di

lingkungan Poltekpar Palembang harus melakukan pembinaan

dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.

Pasal 32

Ketentuan lebih lanjut tentang tata kerja organisasi di

lingkungan Poltekpar Palembang diatur dalam Statuta

Poltekpar Palembang.

BAB V

ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 33

Kepala Subbagian merupakan jabatan struktural eselon IV.a

Pasal 34

(1) Direktur merupakan jabatan non eselon.

(2) Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat,

dan Kepala Unit merupakan jabatan non eselon.

108

Page 82: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 35

Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat,

Kepala Unit serta Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur.

Pasal 36

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Direktur,

Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat, dan

Kepala Unit diatur dalam Statuta Poltekpar Palembang.

BAB VI

PENDANAAN

Pasal 37

Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas

dan fungsi Poltekpar Palembang dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

BAB VII

LOKASI

Pasal 38

Poltekpar Palembang berlokasi di Kota Palembang Provinsi

Sumatera Selatan.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 39

Perubahan terhadap organisasi dan tata keija Poltekpar

Palembang ditetapkan oleh Menteri Pariwisata setelah

mendapatkan persetujuan tertulis dari menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur

negara.

109

Page 83: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 40

Statuta Poltekpar Palembang ditetapkan paling lama 1 (satu)

tahun sejak Peraturan Menteri ini berlaku.

Pasal 41

Untuk pertama kali, Direktur Poltekpar Palembang ditunjuk

oleh Menteri Pariwisata sampai dengan dilaksanakannya

pemilihan Direktur Poltekpar Palembang sesuai dengan

Statuta Poltekpar Palembang.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 April 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

110

Page 84: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Mei 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 710

Salinan sesuai dengan

111

Page 85: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANGORGANISASI DAN TATA KERJA POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG STRUKTUR ORGANISASI POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG

Senat Direktur Dewan Penyantun

i Pembantu Direktur i Pembantu Direktur

1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan 1 Bidang Umum

Salinan sesuai dengan

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

112

Page 86: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2016

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan dalam

memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang

profesional dan beretika, perlu mendirikan Politeknik

Pariwisata Lombok;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik

Pariwisata Lombok;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

113

Page 87: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan

Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 158, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor

5336);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan

Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 16);

6. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG ORGANISASI

DAN TATA KERJA POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK.

BAB I

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1

(1) Politeknik Pariwisata Lombok yang selanjutnya disebut

Poltekpar Lombok merupakan perguruan tinggi

yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri Pariwisata melalui Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan.

(2) Pembinaan Poltekpar Lombok sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), secara teknis akademik dilaksanakan oleh

114

Page 88: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dan

pembinaan administrasi dam operasional dilakukan oleh

Menteri Pariwisata.

(3) Poltekpar Lombok dipimpin oleh Direktur.

Pasal 2

Poltekpar Lombok mempunyai tugas menyelenggarakan

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan.

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, Poltekpar Lombok menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana dan program pendidikan;

b. penyelenggaraan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan;

c. pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat;

d. pengelolaan administrasi akademik dan kemahasiswaan;

e. pelaksanaan administrasi umum;

f. pengembangan sistem penjaminan mutu;

g. pelaksanaan pengawasan internal;

h. pembinaan sivitas akademika; dan

i. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

BAB II

SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Organisasi Poltekpar Lombok terdiri atas:

a. Direktur dan Pembantu Direktur;

b. Senat;

c. Dewan Penyantun;

d. Satuan Penjaminan Mutu;

115

Page 89: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. Satuan Pengawas Internal;

f. Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan;

g. Subbagian Administrasi Umum;

h. Program Studi;

i. Laboratorium;

j. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat;

dan

k. Unit Penunjang.

(2) Struktur organisasi Poltekpar Lombok tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Bagian Kedua

Direktur dan Pembantu Direktur

Pasal 5

Direktur merupakan tenaga dosen yang diberi tugas tambahan

memimpin Poltekpar Lombok.

Pasal 6

(1) Dalam melaksanakan tugas, Direktur dibantu oleh 2 (dua)

orang Pembantu Direktur yang bertanggung jawab kepada

Direktur.

(2) Pembantu Direktur, terdiri atas:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan yang selanjutnya disebut Pembantu

Direktur I; dan

b. Pembantu Direktur Bidang Umum yang selanjutnya

disebut Pembantu Direktur II.

Pasal 7

(1) Pembantu Direktur I sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) huruf a, merupakan tenaga dosen yang

memenuhi syarat dan diberi tugas tambahan membantu

Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan

116

Page 90: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

administrasi akademik, pembinaan kemahasiswaan dan

alumni, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

penjaminan mutu, pembinaan dosen, dan kerja sama.

(2) Pembantu Direktur II sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) huruf b, merupakan tenaga dosen yang

memenuhi syarat dan diberi tugas tambahan membantu

Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di

bidang administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan, barang

milik negara, perencanaan, keuangan, kepegawaian,

hukum, komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

Bagian Ketiga

Senat dan Dewan Penyantun

Pasal 8

(1) Senat merupakan unsur penyusun kebijakan Poltekpar

Lombok.

(2) Dewan Penyantun memberikan pertimbangan non

akademik dan fungsi lain yang ditetapkan dalam Statuta

Poltekpar Lombok.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Senat dan Dewan

Penyantun diatur dalam Statuta Poltekpar Lombok.

Bagian Keempat

Satuan Penjaminan Mutu dan

Satuan Pengawas Internal

Pasal 9

(1) Satuan Penjaminan Mutu merupakan unsur penjaminan

mutu yang melaksanakan fungsi dokumentasi,

pemeliharaan, dan pengendalian sistem penjaminan

mutu.

(2) Satuan Pengawas Internal merupakan unsur pengawas

yang melaksanakan fungsi pengawasan non akademik.

117

Page 91: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Satuan Penjaminan Mutu

dan Satuan Pengawas Internal sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Statuta Poltekpar

Lombok.

Bagian Kelima

Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, dan

Subbagian Administrasi Umum.

Pasal 10

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

merupakan unsur pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur, dan pembinaan

sehari-hari dilakukan oleh Pembantu Direktur I dalam hal

pelaksanaan kegiatan administrasi akademik, pembinaan

kemahasiswaan dan alumni, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat, penjaminan mutu, pembinaan dosen

dan kerja sama.

Pasal 11

Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

mempunyai tugas melakukan urusan administrasi akademik,

dosen, kemahasiswaan, hubungan alumni, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, penjaminan mutu, kerja

sama, serta evaluasi dan pelaporan.

Pasal 12

(1) Subbagian Administrasi Umum merupakan unsur

pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Umum dipimpin oleh seorang

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur, dan pembinaan sehari-hari dilakukan

oleh Pembantu Direktur II dalam hal pelaksanaan kegiatan

Page 92: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

di bidang administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan, barang

milik negara, perencanaan, keuangan, kepegawaian,

hukum, komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

Pasal 13

Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas melakukan

urusan administrasi umum, tenaga kependidikan,

ketatausahaan, layanan kerumahtanggaan dan perlengkapan,

barang milik negara, keuangan, kepegawaian, hukum dan

komunikasi publik, organisasi dan tata laksana serta evaluasi

dan pelaporan.

Bagian Keenam

Program Studi, dan Laboratorium

Pasal 14

(1) Program Studi merupakan unsur pelaksana akademik

yang melaksanakan pendidikan vokasi tertentu.

(2) Program Studi dipimpin oleh seorang Ketua.

(3) Dalam melaksanakan tugas, Ketua Program Studi dibantu

oleh seorang Sekretaris Program Studi.

Pasal 15

Program Studi terdiri dari:

a. Program Studi Diploma Empat Pengatur Perjalanan;

b. Program Studi Diploma Tiga Divisi Kamar;

c. Program Studi Diploma Tiga Seni Kuliner; dan

d. Program Studi Diploma Tiga Tata Hidang.

Pasal 16

(1) Laboratorium merupakan sarana penunjang program

studi dalam kegiatan praktikum pada proses belajar

mengajar.

(2) Laboratorium dipimpin oleh seorang Kepala yang berstatus

sebagai dosen dan memenuhi syarat.

119

Page 93: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dengan bidang tugas keahliannya berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

(2) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dipimpin oleh seorang koordinator dari

tenaga fungsional yang ditunjuk oleh Direktur.

(3) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 23

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Poltekpar Lombok

harus menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata

hubungan keija yang efektif dan efisien antar unit organisasi

di lingkungan Poltekpar Lombok.

Pasal 24

Direktur menyampaikan laporan kepada Menteri Pariwisata

mengenai hasil pelaksanaan tugas penyelenggaraan pendidikan

vokasi di bidang Kepariwisataan secara berkala atau sewaktu-

waktu sesuai kebutuhan.

Pasal 25

Poltekpar Lombok harus menyusun analisis jabatan, peta

jabatan, analisis beban kerja, dan uraian tugas terhadap

seluruh jabatan di lingkungan Poltekpar Lombok.

Pasal 26

Setiap unsur di lingkungan Poltekpar Lombok dalam

melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan Poltekpar

122

Page 94: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lombok maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah

baik pusat maupun daerah.

Pasal 27

Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem

pengendalian intern pemerintah di lingkungan Poltekpar

Lombok untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme

akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.

Pasal 28

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar Lombok

harus bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan

bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.

Pasal 29

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar

Lombok wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan masing-

masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil

langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 30

Setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan Poltekpar Lombok

harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung

jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan

kinerja secara berkala tepat pada waktunya.

Pasal 31

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi

di lingkungan Poltekpar Lombok harus melakukan pembinaan

dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.

123

Page 95: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 32

Ketentuan lebih lanjut tentang tata kerja organisasi di

lingkungan Poltekpar Lombok diatur dalam Statuta Poltekpar

Lombok.

BAB V

ESELON, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 33

Kepala Subbagian merupakan jabatan struktural eselon IV.a

Pasal 34

(1) Direktur merupakan jabatan non eselon.

(2) Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat,

dan Kepala Unit merupakan jabatan non eselon.

Pasal 35

Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat,

Kepala Unit serta Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur.

Pasal 36

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Direktur,

Pembantu Direktur, Ketua Program Studi, Kepala Pusat, dan

Kepala Unit diatur dalam Statuta Poltekpar Lombok.

BAB VI

PENDANAAN

Pasal 37

Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas

dan fungsi Poltekpar Lombok dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara.

124

Page 96: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB VII

LOKASI

Pasal 38

Poltekpar Lombok berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah,

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 39

Perubahan terhadap organisasi dan tata kerja Poltekpar Lombok

ditetapkan oleh Menteri Pariwisata setelah mendapatkan

persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.

Pasal 40

Statuta Poltekpar Lombok ditetapkan paling lama 1 (satu)

tahun sejak Peraturan Menteri ini berlaku.

Pasal 41

Untuk pertama kali, Direktur Poltekpar Lombok ditunjuk oleh

Menteri Pariwisata sampai dengan dilaksanakannya pemilihan

Direktur Poltekpar Lombok sesuai dengan Statuta Poltekpar

Lombok.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

125

Page 97: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­

undangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 27 April 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Mei 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 711

S a lin an sesu a i d en gan

126

Page 98: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANGORGANISASI DAN TATA KERJA POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK

STRUKTUR ORGANISASI POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK

S a lin an sesu a i d en gan

K E M E N T E R IA N P A R IW IS A T A RI

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

127

Page 99: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

128

Page 100: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P A R IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mencapai hasil pengelolaan Keuangan

Negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel,

telah ditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011

tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif;

b. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Presiden

Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata,

maka Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

129

Page 101: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Mengingat

Menteri Pariwisata tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata;

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Instansi Pemerintah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4890);

6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);

7. Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian

Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 20);

8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Keija Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545).

130

Page 102: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG

PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral

pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan

Kementerian Pariwisata yang selanjutnya disingkat SPIP,

adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan

secara menyeluruh terhadap proses perancangan program

dan kebijakan, perencanaan kegiatan dan penganggaran

serta pertanggung jawaban keuangan Negara dalam

rangka pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan

Kementerian Pariwisata.

3. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit,

reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan

lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai

bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok

ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien

untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik.

131

Page 103: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Reviu adalah penelahaan ulang bukti-bukti suatu

kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut

telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,

rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil

atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana,

atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan dalam mencapai tujuan.

6. Kegiatan pengawasan lainnya adalah rangkaian kegiatan

pengawasan yang antara lain berupa sosialisasi mengenai

pengawasan, pendidikan dan latihan, pembimbingan dan

konsultasi, pengelolaan hasil pengawasan dan pemaparan

hasil pengawasan.

7. Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam instansi

pemerintah yang dapat mempengaruhi efektivitas

pengendalian intern.

8. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas

kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian

tujuan dan sasaran instansi pemerintah.

9. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan

untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan

kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa

tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara

efektif.

10. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

11. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau

informasi dengan menggunakan simbol atau lambang

tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung

untuk mendapatkan umpan balik.

12. Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian

atas mutu kinerja sistem pengendalian intern pemerintah

132

Page 104: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan

audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

13. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang

selanjutnya disingkat BPKP, adalah aparat pengawasan

intern pemerintah yang bertugas sebagai unsur pembinaan

dalam penyelenggaraan SPIP dan bertanggung jawab

langsung kepada Presiden.

14. Unit Kerja adalah organisasi Eselon I di lingkungan

Kementerian Pariwisata.

15. Unit Pelaksana Teknis adalah satuan organisasi yang

bersifat mandiri melaksanakan tugas teknis operasional

dan/atau teknis penunjang dari organisasi induknya.

16. Inspektorat adalah aparat pengawasan intern pemerintah

yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri melalui

Sekretaris Kementerian.

17. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan.

18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kepariwisataan.

Pasal 2

(1) Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian

dimaksudkan untuk memberi arahan dalam

penyelenggaraan pemerintahan untuk melaksanakan

kegiatan mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

sampai dengan pertanggungjawaban, agar dapat

terlaksana secara tertib, terkendali, serta efektif dan

efisien.

(2) Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian

bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai

bagi tercapainya penyelenggaraan pemerintah melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, pengamanan aset negara,

kehandalan laporan keuangan, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.

133

Page 105: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KEWENANGAN PENGENDALIAN

BAB II

Pasal 3

(1) Menteri melakukan pengendalian intern atas

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di lingkungan

Kementerian untuk mencapai pengelolaan keuangan

negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel

(2) Pengendalian intern atas penyelenggaraan kegiatan

Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan melalui SPIP dengan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

Pasal 4

(1) Menteri bertanggung jawab atas efektivitas, efisiensi,

transparansi dan akuntabilitas hasil pelaksanaan program

di lingkungan Kementerian.

(2) Pimpinan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis

bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan sesuai

tugas dan fungsi masing-masing untuk mewujudkan

pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel.

BAB III

PENYELENGGARAAN SPIP

Pasal 5

(1) Setiap Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis wajib

menerapkan SPIP yang meliputi unsur:

a. lingkungan pengendalian;

b. penilaian risiko;

c. kegiatan pengendalian;

d. informasi dan komunikasi; dan

e. pemantauan pengendalian intern.

134

Page 106: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Uraian dan pengaturan unsur SPIP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah sesuai dengan Pasal 4 sampai dengan

Pasal 46 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

(3) Penerapan unsur SPIP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian

integral dari kegiatan di lingkungan Kementerian.

Pasal 6

(1) Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian

dikoordinasikan oleh Sekretaris Kementerian.

(2) Penyelenggaraan SPIP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksanaan yang

diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Kementerian.

Pasal 7

(1) Dalam proses penyelenggaraan SPIP, setiap Unit Kerja dan

Unit Pelaksana Teknis wajib membentuk Satuan Tugas

Pelaksana SPIP.

(2) Susunan anggota, tugas dan fungsi Satuan Tugas

Pelaksana SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

melimpahkan kewenangan penetapan Satuan Tugas

Pelaksana SPIP kepada Pejabat Eselon I.

Pasal 8

(1) Pimpinan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis wajib

melakukan pemantauan atas penyelenggaraan SPIP di

lingkungannya masing-masing.

(2) Pimpinan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis

menyampaikan laporan hasil pemantauan atas

penyelenggaraan SPIP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) setiap triwulan kepada Sekretaris Kementerian.

135

Page 107: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

PENGUATAN PENYELENGGARAAN SPIP

BAB IV

Pasal 9

(1) Pimpinan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis

bertanggung jawab atas penyelenggaraan SPIP di

lingkungan masing-masing.

(2) Untuk mempercepat dan memperkuat penyelenggaraan

SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan

fungsi Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis termasuk

akuntabilitas kinerja Kementerian.

(3) Pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diselenggarakan dalam rangka efektivitas dan efisiensi

pelaksanaan SPIP Kementerian untuk mendukung

pernyataan tanggung jawab Menteri mengenai tingkat

keandalan SPIP dalam menyusun dan menyajikan

laporan keuangan Kementerian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

(1) Pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (2) dikoordinasikan oleh Sekretaris

Kementerian dan sebagai penanggung jawab pelaksanaan

kegiatan adalah Inspektur.

(2) Pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan terhadap seluruh aktivitas penyelenggaraan

tugas dan fungsi Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis yang

didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

serta sumber lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, melalui aktivitas:

a. audit/pemeriksaan;

b. reviu;

c. evaluasi;

d. pemantauan; dan

136

Page 108: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. kegiatan pengawasan lainnya.

(3) Dalam melaksanakan pengawasan intern sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Inspektorat dapat bekerja

sama dengan satuan kerja/instansi lain dalam rangka

meningkatan kualitas pengawasan dengan tetap menjaga

integritas induk organisasi, serta memperhatikan/

menjalankan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

tindak pidana korupsi.

BAB V

EVALUASI PENYELENGGARAAN SPIP

Pasal 11

(1) Inspektorat melakukan evaluasi penyelenggaraan SPIP

secara berkala untuk memastikan bahwa pengendalian

telah dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta risiko

telah dapat ditangani dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

(2) Dalam melakukan evaluasi penyelenggaraan SPIP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada

peraturan perundangan-undangan atau pedoman evaluasi

yang ada.

BAB VI

PEMBINAAN PENYELENGGARAAN SPIP

Pasal 12

(1) Pembinaan penyelenggaraan SPIP di lingkungan

Kementerian dilakukan oleh Inspektorat berkoordinasi

dengan BPKP.

(2) Inspektorat dapat bertindak atas nama Sekretaris

Kementerian untuk melakukan langkah-langkah

pembinaan terhadap Satuan Tugas Pelaksana SPIP melalui

kegiatan koordinasi, integrasi, sikronisasi secara internal

137

Page 109: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

atau eksternal dalam rangka peningkatan kualitas

penyelenggaraan SPIP.

(3) Pembinaan penyelenggaraan SPIP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi:

a. penyusunan petunjuk pelaksanaan penyelenggaran

SPIP;

b. sosialisasi SPIP;

c. pendidikan dan pelatihan SPIP;

d. pembimbingan dan konsultasi SPIP;

e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan

intern pemerintah.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, maka Peraturan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.97/UM.001 /

MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

138

Page 110: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 Juni 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 16 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 890

S a lin an sesu a i d en gan

139

Page 111: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Di setiap lokasi yang memiliki mooring buoy untuk kegiatan selam rekreasi,

kapal wajib ditambatkan di mooring buoy yang tersedia, kecuali dalam

penyelaman berarus dimana kapal diwajibkan mengantisipasi pergerakan

peselam.

5. Penyelaman diwajibkan menghindari lokasi pemancingan, spawning ground

atau fishing ground.

6. Pemandu Selam (Dive guide) atau Instruktur wajib melakukan evaluasi

kondisi lingkungan dan membandingkan kondisi lingkungan tersebut

dengan kemampuan, pengetahuan, pengalaman, kondisi fisik, kondisi

mental, peralatan yang tersedia dari setiap peselam. Apabila lokasi tersebut

diduga dapat membahayakan keselamatan maka pemandu selam (dive guide)

atau instruktur wajib membatalkan penyelaman. Pertimbangan kesesuaian

lokasi dan peselam mengacu pada klasifikasi titik selam yang dikeluarkan

oleh Pemerintah.

7. Pengusaha wisata selam dan semua orang yang bekerja padanya wajib

menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat setempat serta wajib

menginformasikan serta memberi pengarahan kepada wisatawan bagaimana

bersikap baik guna menghindari terjadinya hal-hal negatif terkait hubungan

sosial dan budaya dengan masyarakat setempat.

F. Kapal Untuk Penyelaman

1. Hal-hal yang terkait dengan perijinan kapal serta kelaikan dan persyaratan

operasional kapal yang digunakan untuk melakukan penyelaman, mengikuti

ketentuan yang diatur oleh Kementerian Perhubungan.

2. Setiap kapal harus memiliki setidaknya 2 (dua) awak kapal, yang mana seorang

diantaranya bertugas untuk melakukan pemantauan atas keberadaan dan

kondisi keselamatan setiap orang yang berada di permukaan air. Ketentuan

ini dikecualikan untuk penyelaman menggunakan jukung (kapal kecil

tradisional), skoci, perahu feeder yang memiliki jangkauan operasional

kurang dari 1 (satu) mil laut dari kapal induk atau pantai dengan jumlah

maksimal 6 (enam) peselam.

3. Setiap kapal wajib memiliki alat komunikasi yang secara terus menerus dapat

dihubungi oleh pengusaha wisata selam, khususnya pada saat melakukan

kegiatan penyelaman.

154

Page 112: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Disamping sarana komunikasi, setiap kapal diwajibkan membawa persediaan

medis untuk P3K dan juga oksigen dengan jumlah yang memadai dan dapat

digunakan untuk menjangkau lokasi dimana terdapat sarana medis atau

evakuasi terdekat.

5. Setiap kapal wajib memiliki sarana yang aman untuk peselam naik dari

permukaan air ke dalam kapal dan juga sarana untuk mengangkat seseorang

yang mengalami kesulitan di permukaan air masuk ke dalam kapal.

6. Setiap kapal wajib dilengkapi bahan bakar yang cukup untuk melakukan

seluruh perjalanan dan aktifitas baik yang direncanakan maupun pada

kondisi kedaruratan.

7. Setiap kapal dilarang bermanuver pada jarak radius 90 (sembilan puluh)

meter dari posisi dimana terdapat bendera selam (divers down flag) yang

berada di permukaan air. Kapal hanya dapat mendekat dengan kondisi

’’safe speed” (kecepatan dimana kapal dapat dihentikan dengan perhitungan

keselamatan peselam dapat tetap dijaga).

G. Ketentuan Pelaporan Kecelakaan

1. Pengusaha wisata selam berkewajiban melaporkan secara tertulis kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota setempat c.q. Kepala Dinas yang membidangi

pariwisata dengan tembusan kepada Menteri Pariwisata Republik Indonesia

c.q Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, bila

terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa atau membutuhkan

rawat inap di rumah sakit atau kejadian peselam hilang yang ditemukan

atau tidak ditemukan melebihi 60 (enam puluh) menit. Laporan diserahkan

paling lambat 3x24 jam sejak terjadinya kecelakaan.

2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1, mencakup:

a. tanggal, jam dan lokasi terjadinya peristiwa;

b. uraian detail kejadian, meliputi: kronologi peristiwa, penanganan

setelah kejadian, tindakan medis (bila ada), proses evakuasi (bila ada),

penanganan paska evakuasi sampai korban berada dalam penanganan

yang berwenang atau fasilitas medis (bila ada);

c. nama korban dan nomor kartu identitas korban (Paspor/KTP/Lainnya)

serta data sertifikat peselam (diver);

d. kondisi korban;

155

Page 113: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. nama dan nomor kontak pemandu selam (dive guide) atau instruktur

selam yang bertanggungjawab terhadap kegiatan penyelaman tersebut;

f. apabila kecelakaan menyangkut kegiatan dengan menggunakan kapal

maka nama dan nomor kontak Kapten kapal dan anak buah kapal wajib

dilaporkan;

g. tindakan hukum (bila ada) yang sedang berjalan.

3. Pengusaha wisata selam yang berafiliasi dengan Agensi Pelatihan Selam

wajib melaporkan kecelakaan tersebut kepada Agensi Pelatihan Selam

dimana pengusaha wisata selam tersebut berafiliasi, dalam rentang waktu

yang disyaratkan oleh organisasi selam atau 5x24 jam (mana yang tercapai

lebih dahulu).

4. Agensi Pelatihan Selam yang anggotanya terlibat dalam sebuah kecelakaan

yang mengakibatkan korban jiwa atau membutuhkan rawat inap di rumah

sakit atau kejadian peselam hilang yang ditemukan atau tidak ditemukan

melebihi 60 (enam puluh) menit berkewajiban melaporkan secara

tertulis kepada Menteri Pariwisata Republik Indonesia c.q Deputi Bidang

Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Laporan diserahkan paling

lambat 5 (lima) hari kerja sejak laporan kecelakaan tersebut diterimanya.

5. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 4, mencakup:

a. tanggal, jam dan lokasi terjadinya peristiwa;

b. uraian detail kejadian, meliputi: kronologis peristiwa, penanganan

setelah kejadian, tindakan medis (bila ada), proses evakuasi (bila ada),

penanganan paska evakuasi sampai korban berada dalam penanganan

yang berwenang dan/atau fasilitas medis (bila ada);

c. nama korban dan nomor kartu identitas korban (Paspor/KTP/Lainnya)

serta data sertifikat penyelam (diver);

d. kondisi korban;

e. nama dan nomor kontak pengusaha wisata selam, pemandu selam (dive

guide) dan/atau instruktur selam yang bertanggungjawab terhadap

kegiatan penyelaman tersebut;

f. uraian terkait investigasi, tindakan, kesimpulan dan keputusan

organisasi terkait kecelakaan yang terjadi.

156

Page 114: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

MEKANISME PENGAWASAN DAN SANKSI

BAB III

A. Mekanisme Pengawasan

1. Ketentuan-ketentuan yang tercakup di dalam standar operasional prosedur

ini adalah dasar pengawasan kepada pengusaha wisata selam yang

beroperasi di Indonesia.

2. Pemerintah daerah berhak memberikan tambahan penjelasan khususnya

terkait hal-hal yang menyangkut kondisi faktual di masing-masing daerah

yang terkait dengan kondisi lingkungan, tingkat sumber daya manusia dan

peraturan daerah lainnya.

3. Setiap pengusaha wisata selam wajib menampilkan informasi ditempat

yang mudah dibaca dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh wisatawan

selam, yang memuat hal-hal sebagai berikut:

a. jaminan bahwa wisatawan selam non-sertifikasi mendapat pengawasan

langsung oleh instruktur selam, kecuali pada penyelaman hookah,

bebas (free/skin diving), snorkeling dapat diawasi oleh pemandu selam

(dive guide), bebas (free/skin diving), snorkeling;

b. jaminan bahwa penyelaman dalam pengawasan pemandu selam (dive

guide) yang bersertifikat;

c. jaminan pendidikan selam rekreasi hanya dilakukan oleh instruktur

selam yang bersertifikat dari agensi pelatihan yang diakui di indonesia

dengan status masih aktif;

d. j aminan bahwa pendidikan selam rekreasi yang ditawarkan menggunakan

materi pendidikan terkini sesuai standar yang disyaratkan oleh agensi

selam dimana badan usaha itu berafiliasi;

e. jaminan bahwa peralatan yang dipergunakan dalam kondisi optimum

dan memiliki catatan perawatan yang jelas;

f. jaminan bahwa gas yang digunakan bernafas memenuhi standar

pernafasan;

g. jaminan bahwa tabung selam yang digunakan terawat baik sesuai

standar perawatan;

h. jaminan penyediaan asuransi kecelakaaan penyelaman;

157

Page 115: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

i. nomor telepon / alamat / alamat email yang dapat dihubungi apabila

terjadi komplain dari wisatawan;

j. jaminan ketaatan terhadap standar operasional prosedur atau pedoman

penyelenggaraan wisata selam rekreasi ini.

4. Kementerian Pariwisata berhak melakukan pemeriksaan sewaktu-waktu

terhadap jaminan mutu yang diberikan oleh pengusaha wisata selam

berakreditasi.

5. Setiap wisatawan selam berhak melakukan pemeriksaan terhadap jaminan

yang diberikan oleh pengusaha wisata selam berakreditasi.

6. Wisatawan selam berhak memberikan masukan, kritik, komplain terhadap

pengusaha wisata selam yang disampaikan langsung secara tertulis melalui

surat, faksimili, email kepada Kementerian Pariwisata.

7. Setiap masukan, kritik dan/atau komplain dari wisatawan selam, apabila

dirasa perlu akan menjadi dasar penyelidikan dan pemeriksaan terhadap

pengusaha wisata selam yang bersangkutan.

B. Sanksi

Setiap pengusaha wisata selam yang melanggar ketentuan standar operasional

prosedur ini dapat diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

158

Page 116: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KETENTUAN PENUTUP

BAB III

Pedoman Penyelenggaraan Wisata Selam Rekreasi ini merupakan acuan bagi

Pemerintah Daerah, Pengusaha Wisata Selam, dan Wisatawan Selam Rekreasi dalam

Penyelenggaraan Wisata Selam Rekreasi.

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

t td .

ARIEF YAHYA

S a lin an sesu a i d en gan

159

Page 117: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

160

Page 118: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2016

TENTANG

PENCABUTAN KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN KESENIAN

NOMOR KEP-10/ MNPK/2000 TENTANG USAHA JASA MANAJEMEN

HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan Usaha Jasa Manajemen Hotel Jaringan

Internasional sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Pariwisata dan Kesenian Nomor KEP-10/

MNPK/2000 tentang Usaha Jasa Manajemen Hotel

Jaringan Internasional dinilai sudah tidak relevan

sehingga perlu dicabut;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pencabutan Atas Keputusan

Menteri Pariwisata dan Kesenian Nomor KEP-10/

MNPK/2000 tentang Usaha Jasa Manajemen Hotel

Jaringan Internasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

161

Page 119: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang

Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5311);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 tentang Standar

Usaha Hotel (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 1186) sebagaimana diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor

6 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.53/HM.001/

MPEK/2013 tentang Standar Usaha Hotel (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 929);

6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PENCABUTAN

ATAS KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA DAN KESENIAN

NOMOR KEP-10/ MNPK / 2000 TENTANG USAHA JASA

MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL.

Pasal 1

162

Keputusan Menteri Pariwisata dan Kesenian Nomor KEP-10/

MNPK/2000 tentang Usaha Jasa Manajemen Hotel Jaringan Internasional, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 120: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 Juni 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 942

Salinan sesuai dengan KEMENTERIAN PARIWISATA RI

163

Page 121: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

164

Page 122: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA

R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 9 TAHUN 2016

TENTANG

PENCABUTAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

TENTANG PENETAPAN DESTINASI PARIWISATA UNGGULAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa beberapa Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata tentang kriteria dan penetapan destinasi

pariwisata unggulan perlu dilakukan pencabutan karena

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pariwisata tentang Pencabutan Peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata tentang Penetapan Destinasi

Pariwisata Unggulan;

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

165

Page 123: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 NomoR 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5262);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan. Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PENCABUTAN

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

TENTANG PENETAPAN DESTINASI PARIWISATA UNGGULAN.

Pasal 1

Dengan Peraturan Menteri ini, 3 (tiga) Peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata tentang Penetapan Destinasi

Pariwisata Unggulan, sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.37/UM.001/MKP/07 tentang Kriteria Dan Penetapan

Destinasi Pariwisata Unggulan;

2. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.03/UM.001/MKP/2008 tentang Penetapan Destinasi

Pariwisata Unggulan Tahun 2008;

3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.33/UM.001/MKP/2009 tentang Penetapan Destinasi

Pariwisata Unggulan Tahun 2009.Dicabut dan dinayatakan tidak berlaku.

166

Page 124: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 Juni 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Juni 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 943

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

S a lin an sesu a i d en gan

K E M E N T E R IA N P A R IW IS A T A RI

167

Page 125: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

168

Page 126: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA R E P U B LIK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor

50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, Pemerintah

Daerah dapat melakukan konsultasi dan koordinasi

dengan Menteri dalam rangka mensinergikan penyusunan

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

dan Kabupaten/Kota;

b. bahwa dalam rangka mensinergikan penyusunan Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

perlu disusun pedoman sebagai acuan bagi Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menyusun Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan

Kabupaten /Kota;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

169

Page 127: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Mengingat

Menteri Pariwisata tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

dan Kabupaten/Kota;

1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia 5587) sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5262);

5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

6. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

170

Page 128: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PEDOMAN

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA.

Pasal 1

(1) Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota meliputi:

a. landasan pembangunan kepariwisataan Indonesia;

b. muatan materi Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Provinsi (RIPPAR-PROV) dan Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/

Kota (RIPPAR-KAB/ KOTA);

c. proses penyusunan.

(2) Uraian Pedoman Penyusunan Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/

Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

171

Page 129: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 Agustus 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1173

S a lin an sesu a i d en gan

172

Page 130: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA

INDUK PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN PROVINSI DAN

KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

nasional, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan

kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan

daya tarik wisata dan destinasi di Indonesia, serta memupuk rasa cinta tanah air

dan mempererat persahabatan antarbangsa.

Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan

dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang

berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan

bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti

sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,

keterkaitan lintas sektor, kerja sama antarnegara, pemberdayaan usaha kecil,

serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional

diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan yang

173

Page 131: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

meliputi perencanaan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata,

pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan, dan terdiri atas:

1. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS);

2. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPAR-PROV); dan

3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota (RIPPAR-

KAB/KOTA).

RIPPAR-PROV dan RIPPAR-KAB/ KOTA adalah pedoman utama bagi perencanaan,

pengelolaan, dan pengendalian pembangunan kepariwisataan di tingkat provinsi

dan kabupaten/kota yang berisi visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, rencana,

dan program yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam

pembangunan kepariwisataan.

Dalam rangka memberikan acuan bagi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

untuk menyusun perencanaan kepariwisataan yang berkelanjutan, serta untuk

mensinergikan penyusunan RIPPAR-PROV dan RIPPAR-KAB/KOTA dengan

RIPPARNAS, maka Menteri perlu menetapkan pedoman penyusunan RIPPAR-

PROV dan RIPPAR-KAB/KOTA.

B. Tujuan

Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota bertujuan

untuk memberikan acuan menentukan langkah-langkah dan tahapan yang

perlu dilakukan secara sistematik dan terstruktur untuk menghasilkan Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Kabupaten/Kota.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Provinsi dan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Kabupaten/Kota mencakup:

174

1. Landasan Pembangunan Kepariwisataan Indonesia;

2. Muatan Materi; dan

Page 132: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3. Proses Penyusunan.

D. Pengertian Umum

Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah,

dan pengusaha.

5. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi yang selanjutnya

disebut dengan RIPPAR-PROV adalah dokumen perencanaan pembangunan

kepariwisataan provinsi untuk periode 15-25 tahun.

6. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota yang

selanjutnya disebut dengan RIPPAR-KAB/KOTA adalah dokumen

perencanaan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota untuk periode

15-25 tahun.

7. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

8. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum,

Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

9. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi

175

Page 133: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh

pemangku kepentingannya.

10. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata;

11. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya

yang dikembangkan secara terorganisasi meliputi Pemerintah, Pemerintah

Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan

mekanisme operasional yang secara berkesinambungan guna menghasilkan

perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.

12. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan

yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas

kehidupan keseharian.

13. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan

untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan

wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.

14. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

bidang kepariwisataan.

176

Page 134: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LANDASAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN INDONESIA

BAB II

A. Asas Pembangunan Kepariwisataan

Asas pembangunan kepariwisataan diturunkan dari berbagai sumber

ideologi negara, khususnya Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Asas

yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat, terutama masyarakat

setempat, manfaat bagi daerah, maupun secara nasional;

2. kekeluargaan, dalam arti hubungan yang harmonis antara pemerintah

dan swasta, antara pengusaha besar dan kecil, antara pengusaha dan

masyarakat;

3. adil dan merata, dalam arti setiap warga mempunyai hak yang sama untuk

mendapat perlakuan yang sama (nondiskriminatif) dalam mengembangkan

usaha di bidang kepariwisataan, memanfaatkan peluang kerja atau

melakukan kegiatan wisata; kepentingan masyarakat luas tidak dikorbankan

demi kepentingan wisatawan atau kepentingan sekelompok pengusaha;

4. keseimbangan antara daya dukung dan daya tampung, antara permintaan

dan penawaran; antara usaha besar dan kecil; serta keseimbangan antara

aspek-aspek konservasi-edukasi-partisipasi dan ekonomi;

5. kemandirian, pembangunan yang tidak didikte oleh pihak lain tetapi

dirancang untuk kepentingan nasional dan bangsa, serta masyarakat

Indonesia;

6. kelestarian, dalam bentuk perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan

pusaka alam dan budaya;

7. partisipasi, membuka peluang seluas-luasnya bagi keikutsertaan

masyarakat;

8. berkelanjutan, dalam bentuk tanggung jawab kepada generasi masa kini

dan yang akan datang;

9. demokratis, mendengarkan aspirasi masyarakat dan para pemangku

kepentingan;

10. kesetaraan, antara masyarakat tuan rumah dengan wisatawan;

177

Page 135: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

11. kesatuan, langkah dan visi serta tujuan pembangunan untuk kesatuan

bangsa Indonesia serta integritas para pelaku: wisatawan, pengusaha,

masyarakat dan pemerintah pusat serta pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pariwisata.

B. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan dikemukakan bahwa kepariwisataan diselenggarakan dengan

prinsip:

1. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan

dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan

Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia,

dan hubungan antara manusia dan lingkungan;

2. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan

lokal;

3. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan

proporsionalitas;

4. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

5. memberdayakan masyarakat setempat;

6. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah

yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,

serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;

7. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional

dalam bidang pariwisata; dan

8. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Cakupan Pembangunan Kepariwisataan

Pembangunan kepariwisataan sebagai yang dimaksud dalam Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mencakup: (1)

industri pariwisata, (2) destinasi pariwisata, (3) pemasaran pariwisata, dan (4)

kelembagaan kepariwisataan. Keempat pilar tersebut perlu dilakukan secara

simultan, berkeseimbangan, dan bukan merupakan urutan yang sekuensial.

178

Page 136: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. Pembangunan industri pariwisata, mencakup pembangunan struktur

(fungsi, hierarki, dan hubungan) industri pariwisata, daya saing produk

pariwisata, kemitraan usaha pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung

jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. Industri pariwisata

dikembangkan berdasarkan penelitian, yang bentuk dan arahnya dapat

berbeda antar satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung karakteristik

dan kebutuhan masing-masing.

2. Pembangunan destinasi pariwisata, mencakup pembangunan daya

tarik wisata, pembangunan fasilitas pariwisata, pembangunan fasilitas

umum pendukung pariwisata, pembangunan prasarana/infrastruktur,

pemberdayaan masyarakat, serta pembangunan investasi pariwisata secara

terpadu dan berkesinambungan. Dalam konteks pedoman ini destinasi

didudukkan dalam skala kabupaten/kota dan provinsi - dikaitkan dengan

sistem kepemerintahan.

3. Pembangunan pemasaran pariwisata, mencakup pemasaran pariwisata

bersama, terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh

pemangku kepentingan, serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam

membangun citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berdaya

saing. Pembangunan pemasaran pariwisata harus memperhatikan kondisi

lingkungan makro dan mikro destinasi, harus sesuai dengan segmentasi

dan target pasar yang dituju, serta pemosisian destinasi pariwisata terhadap

destinasi kompetitornya.

4. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan, mencakup pengembangan

organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat, pengembangan

sumber daya manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang

kepariwisataan. Pengembangan organisasi dan peraturan perundang-

undangan dalam bidang kepariwisataan merupakan perangkat penting

dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Sumber daya manusia, tidak

hanya penting, tetapi merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan

kepariwisataan.

179

Page 137: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

MUATAN MATERI RIPPARPROV DAN RIPPARKAB/KOTA

BAB III

A. Muatan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA

RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA memuat potensi dan permasalahan

pembangunan kepariwisataan, isu-isu strategis yang harus dijawab, posisi

pembangunan kepariwisataan dalam kebijakan pembangunan wilayah dan

kepariwisataan, visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, rencana,

dan indikasi program pembangunan kepariwisataan. Rumusan rencana

dalam RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA akan difokuskan pada rencana

pembangunan perwilayahan pariwisata yang merupakan penjabaran teknis dari

strategi pembangunan destinasi pariwisata.

Kerangka muatan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 1 - Kerangka Muatan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA

MEKANISMEPENGENDALIAN

KEPARIWISATAAN

POTENSI DAN PERMASALAHAN

r ~STRATEGI

iCK&StriPanw«dL

PROGRAMindustri

Pariwisata

POSISI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DLM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KEPARIWISATAAN

VISI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

MISI PEMBANGUNAN I KEPARIWISATAAN |

TU JU A N PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

SASARAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

KEBIJAKANPEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

PRINSIP PEMBANGUNAN ! KEPARIWISATAAN

iSTRATEGI STRATEGI

RENCANAPerwilayahan

pariwisata

PROGRAMDestinasi

Pariwisata

PROGRAM PROGRAMPemasaran -m — Kelembagaan Pariwisata Kepariwisataan

180

Page 138: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. Potensi dan Permasalahan Pembangunan Kepariwisataan

Potensi pembangunan kepariwisataan merupakan keunggulan

kepariwisataan dari komponen-komponen internal maupun eksternal

yang dimiliki dan dapat mendorong pembangunan kepariwisataan daerah.

Permasalahan pembangunan kepariwisataan adalah kelemahan yang

harus dijawab dan ancaman yang harus dihadapi dalam mewujudkan

pembangunan kepariwisataan berkelanjutan.

Potensi dan permasalahan pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. memberikan gambaran kondisi dan situasi perkembangan

kepariwisataan;

b. sebagai dasar dalam merumuskan isu-isu strategis dalam pembangunan

kepariwisataan.

Potensi dan permasalahan pembangunan kepariwisataan dirumuskan

berdasarkan:

a. kekuatan yang dimiliki dalam mendukung pembangunan destinasi

pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

kepariwisataan;

b. kelemahan yang dimiliki dalam mendukung pembangunan destinasi

pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

kepariwisataan;

c. peluang yang dapat dimanfaatkan oleh dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

kepariwisataan; dan

d. ancaman yang harus dihadapi oleh dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

kepariwisataan.

Potensi dan permasalahan pembangunan kepariwisataan memuat:

a. potensi kepariwisataan dan terkait dan dimiliki dalam mendukung

pembangunan destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran,

dan kelembagaan kepariwisataan; dan

181

Page 139: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. permasalahan yang dihadapi dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan

kepariwisataan.

Posisi Kepariwisataan Dalam Kebijakan Pembangunan

Posisi kepariwisataan dalam kebijakan pembangunan merupakan hasil

kajian terhadap penempatan sektor kepariwisataan dalam kebijakan

pembangunan wilayah maupun penempatan kepariwisataan dalam konteks

kepariwisataan wilayah yang lebih tinggi.

Posisi kepariwisataan dalam kebijakan pembangunan memiliki fungsi:

a. memberikan gambaran mengenai tingkat signifikansi kepariwisataan

dalam pembangunan wilayah;

b. memberikan gambaran mengenai tingkat signifikansi kepariwisataan

dalam konteks pembangunan kepariwisataan wilayah yang lebih tinggi;

c. memberikan gambaran dukungan Pemerintah Daerah terhadap

pembangunan kepariwisataan; dan

d. menjadi dasar dalam merumuskan isu-isu strategis pembangunan

kepariwisataan.

Posisi kepariwisataan provinsi dalam kebijakan pembangunan dirumuskan

berdasarkan:

a. posisi sektor kepariwisataan terhadap sektor pembangunan lainnya

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi; dan

b. posisi sektor kepariwisataan provinsi dalam Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS).

Posisi kepariwisataan kabupaten/kota dalam kebijakan pembangunan

dirumuskan berdasarkan:

a. posisi sektor kepariwisataan terhadap sektor pembangunan lainnya

dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten/Kota; dan

Page 140: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. posisi sektor kepariwisataan kabupaten/kota dalam Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) dan Rencana

Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS).

3. Isu-isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan

Isu pembangunan kepariwisataan merupakan potensi dan permasalahan

penting yang menjadi faktor kunci keberhasilan dan prioritas dalam

pembangunan kepariwisataan.

Isu pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. memberikan gambaran mengenai permasalahan dan tantangan utama

dalam pembangunan kepariwisataan;

b. sebagai dasar dalam menentukan prinsip-prinsip pembangunan

kepariwisataan yang sesuai dengan kondisi dam situasi kepariwisataan;

dan

c. sebagai dasar dalam menentukan visi pembangunan kepariwisataan

yang sesuai dengan kondisi dan situasi kepariwisataan.

Isu strategis pembangunan kepariwisataan provinsi dirumuskan

berdasarkan:

a. potensi yang dimiliki provinsi dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran dan kelembagaan

kepariwisataan;

b. permasalahan yang dihadapi provinsi dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran dan kelembagaan

kepariwisataan;

c. posisi pembangunan kepariwisataan provinsi dalam kebijakan

pembangunan wilayah provinsi dan pembangunan kepariwisataan

nasional; dan

d. isu-isu pembangunan wilayah provinsi.

Isu strategis pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

a. potensi yang dimiliki kabupaten/kota dalam mendukung pembangunan

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran dan kelembagaan

kepariwisataan;

183

Page 141: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. permasalahan yang dihadapi kabupaten/kota dalam mendukung

pembangunan destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran dan

kelembagaan kepariwisataan;

c. posisi pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dalam

kebijakan pembangunan wilayah kabupaten/kota dan pembangunan

kepariwisataan nasional dan provinsi; dan

d. isu-isu pembangunan wilayah kabupaten/kota.

Prinsip-prinsip Pembangunan Kepariwisataan

Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan merupakan ideologi yang

dianut dalam merumuskan arah pembangunan kepariwisataan.

Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. menjadi pondasi yang mendasari pembangunan kepariwisataan;

b. sebagai nilai-nilai dasar dalam perumusan visi, misi, tujuan, sasaran,

kebijakan, dan strategi pembangunan kepariwisataan; dan

c. sebagai nilai-nilai dasar dalam pelaksanaan pemantauan dan

pengendalian pembangunan kepariwisataan.

Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan provinsi dirumuskan

berdasarkan:

a. isu-isu pembangunan kepariwisataan global dan nasional;

b. prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkembang pada

skala nasional dan internasional;

c. visi dan misi pembangunan wilayah provinsi;

d. isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan provinsi; dan

e. isu-isu strategis pembangunan wilayah provinsi.

Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

a. isu-isu pembangunan kepariwisataan nasional dan provinsi;

b. prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkembang pada

skala provinsi dan nasional;

c. visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten/kota;

Page 142: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota; dan

e. isu-isu strategis pembangunan wilayah kabupaten/kota.

5. Visi dan Misi Pembangunan Kepariwisataan

a. Visi Pembangunan Kepariwisataan

Visi adalah rumusan mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh

kepariwisataan pada suatu periode perencanaan berjangka panjang.

Visi pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

1) memberikan gambaran tentang kondisi kepariwisataan jangka

panjang yang dicita-citakan;

2) sebagai dasar dalam merumuskan misi pembangunan

kepariwisataan; dan

3) memberikan arah bagi perumusan tujuan, sasaran, kebijakan, dan

strategi pembangunan kepariwisataan.

Visi pembangunan kepariwisataan provinsi dirumuskan berdasarkan:

1) isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan provinsi;

2) prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan provinsi;

3) visi pembangunan kepariwisataan nasional;

4) visi pembangunan wilayah provinsi;

5) isu terkini pembangunan provinsi; dan

6) kondisi objektif sumber daya pembangunan dan pariwisata provinsi.

Visi pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

1) isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

2) prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

3) visi pembangunan kepariwisataan provinsi;

4) visi pembangunan wilayah kabupaten/kota;

5) isu terkini pembangunan kabupaten/kota; dan

185

Page 143: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

6) kondisi objektif sumber daya pembangunan dan pariwisata

kabupaten / kota.

b. Misi Pembangunan Kepariwisataan

Misi adalah pernyataan rumusan mengenai komitmen untuk

mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan.

Misi pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

1) sebagai pengejawantahan dari visi pembangunan kepariwisataan;

2) sebagai dasar dalam merumuskan tujuan, sasaran, kebijakan, dan

strategi pembangunan kepariwisataan;

3) memberikan arah dalam merumuskan rencana pembangunan

perwilayahan pariwisata, yang terdiri dari rencana struktur

perwilayahan pariwisata, rencana kawasan pengembangan

pariwisata, dan rencana kawasan strategis pariwisata; dan

4) memberikan arah dalam merumuskan program pembangunan

setiap aspek pembangunan kepariwisataan.

Misi pembangunan kepariwisataan dirumuskan berdasarkan:

1) visi pembangunan kepariwisataan, dan

2) kondisi objektif sumber daya pembangunan dan pariwisata.

Tujuan Pembangunan Kepariwisataan

Tujuan pembangunan kepariwisataan merupakan kondisi yang harus

dicapai kepariwisataan pada akhir masa perencanaan. Tujuan pembangunan

kepariwisataan harus mengintegrasikan aspek destinasi pariwisata, industri

pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.

Tujuan pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan dan strategi bagi

pembangunan kepariwisataan;

b. memberikan arah dalam perumusan rencana pembangunan

perwilayahan pariwisata, yang terdiri dari rencana struktur perwilayahan

Page 144: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

pariwisata, rencana kawasan pengembangan pariwisata, dan rencana

kawasan strategis pariwisata;

c. memberikan arah dalam perumusan program pembangunan

kepariwisataan; dan

d. sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan kepariwisataan.

Tujuan pembangunan kepariwisataan provinsi dirumuskan berdasarkan:

a. visi dan misi pembangunan kepariwisataan provinsi;

b. isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan provinsi;

c. isu-isu strategis pembangunan wilayah provinsi;

d. posisi kepariwisataan provinsi dalam kepariwisataan nasional; dan

e. posisi kepariwisataan provinsi terhadap sektor lain.

Tujuan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

a. visi dan misi pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

b. isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

c. isu-isu strategis pembangunan wilayah kabupaten/kota;

d. posisi kepariwisataan kabupaten/kota dalam kepariwisataan provinsi;

dan

e. posisi kepariwisataan kabupaten/kota terhadap sektor lain.

7. Sasaran Pembangunan Kepariwisataan

Sasaran pembangunan kepariwisataan merupakan hasil yang akan dicapai

secara nyata dengan pembangunan kepariwisataan yang dilakukan.

Rumusan sasaran harus dinyatakan lebih spesifik dan terukur.

Sasaran pembangunan kepariwisataan dapat diukur melalui peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, peningkatan jumlah pergerakan

wisatawan nusantara, peningkata pengeluaran wisatawan, pendapatan

asli daerah dari pariwisata, produk domestik regional bruto daerah dari

pariwisata, dan penyerapan tenaga kerja di bidang kepariwisataan.

187

Page 145: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Sasaran pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi sebagai tolok ukur

keberhasilan pembangunan kepariwisataan.

Sasaran pembangunan kepariwisataan provinsi dirumuskan berdasarkan:

a. visi dan misi pembangunan kepariwisataan provinsi;

b. tujuan pembangunan kepariwisataan provinsi;

c. sasaran dan target pembangunan kepariwisataan nasional; dan

d. kecenderungan perkembangan pariwisata provinsi.

Sasaran pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

a. visi dan misi pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

b. tujuan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

c. sasaran dan target pembangunan kepariwisataan provinsi; dan

d. kecenderungan perkembangan pariwisata kabupaten/kota.

Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan

Kebijakan pembangunan kepariwisataan merupakan arahan pembangunan

yang dirumuskan untuk mencapai tujuan pembangunan kepariwisataan.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan harus mengintegrasikan aspek

destinasi pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan

kelembagaan kepariwisataan. Kebijakan pembangunan kepariwisataan

daerah merupakan arah tindakan pembangunan kepariwisataan yang

bersifat multi dimensi dan lintas sektor.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. sebagai dasar dalam perumusan strategi pembangunan kepariwisataan;

b. memberikan arah bagi perumusan rencana pembangunan perwilayahan

pariwisata yang terdiri dari rencana struktur perwilayahan pariwisata,

rencana kawasan pengembangan pariwisata, dan rencana kawasan

strategis pariwisata;

Page 146: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. memberikan arah bagi perumusan program pembangunan destinasi

pariwisata, industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan

kepariwisataan; dan

d. sebagai dasar dalam perumusan ketentuan pengendalian kepariwisataan.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan dirumuskan berdasarkan:

a. visi dan misi pembangunan kepariwisataan;

b. tujuan pembangunan kepariwisataan; dan

c. peraturan perundang-undangan yang terkait.

9. Strategi Pembangunan Kepariwisataan

Strategi pembangunan kepariwisataan merupakan penjabaran kebijakan

berupa rumusan langkah-langkah pencapaian yang lebih nyata untuk

mewujudkan tujuan pembangunan kepariwisataan. Strategi pembangunan

kepariwisataan terdiri dari strategi pembangunan destinasi pariwisata,

strategi pembangunan industri pariwisata, strategi pembangunan pemasaran

pariwisata, dan strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan.

a. Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata

Strategi pembangunan destinasi pariwisata merupakan penjabaran

kebijakan terkait destinasi pariwisata berupa rumusan langkah-langkah

untuk mewujudkan provinsi atau kabupaten/kota sebagai destinasi

pariwisata dalam dimensi keruangan.

Strategi pembangunan destinasi pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai dasar dalam merumuskan rencana pembangunan

perwilayahan pariwisata, yang terdiri dari rencana struktur

perwilayahan pariwisata, rencana kawasan pengembangan

pariwisata, dan rencana kawasan strategis pariwisata;

2) sebagai dasar dalam merumuskan indikasi program pembangunan

destinasi pariwisata; dan

189

Page 147: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3) sebagai acuan dalam pengembangan sistem pemantauan dan

evaluasi implementasi RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA untuk

aspek destinasi pariwisata.

Strategi pembangunan destinasi pariwisata provinsi dirumuskan

berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional;

2) kebijakan pembangunan kepariwisataan provinsi;

3) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan daya tarik

wisata provinsi dan daya tarik wisata yang mencakup lebih dari

satu wilayah kabupaten/kotadalam provinsi yang sama;

4) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan prasarana

umum yang menghubungkan provinsi dengan provinsi lain di

indonesia maupun dengan destinasi-destinasi pariwisata di luar

negeri;

5) peta organisasi masyarakat terkait pariwisata di tingkat provinsi;

6) tingkat perkembangan destinasi pariwisata provinsi;

7) kebijakan penataan ruang wilayah, penanaman modal, dan

perizinan tingkat nasional dan provinsi; dan

8) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan destinasi pariwisata kabupaten/kota dirumus­

kan berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan provinsi;

2) kebijakan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

3) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan daya tarik

wisata kabupaten/kota;

4) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan fasilitas

pariwisata kabupaten/kota;

190

Page 148: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan fasilitas

umum pendukung pariwisata kabupaten/kota;

6) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam peningkatan aksesibilitas

pariwisata kabupaten/kota;

7) potensi, sebaran, dan persoalan (fisik, sosial budaya, ekonomi,

politik, pertahanan keamanan) dalam pembangunan prasarana

umum kabupaten/kota;

8) potensi dan persoalan dalam pengembangan masyarakat sebagai

aktor pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

9) tingkat perkembangan destinasi pariwisata kabupaten/kota;

10) kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota,

RDTRkabupaten/kota, dan peraturan zonasi (zoning regulation)

wilayah kabupaten/kota;

11) kebijakan penanaman modal dan perizinan kabupaten/kota; dan

12) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan destinasi pariwisata memuat:

1) Strategi perwilayahan pariwisata, yang mencakup pusat pelayanan

pariwisata, destinasi pariwisata, serta kawasan pengembangan dan

strategis pariwisata.

Strategi perwilayahan pariwisata provinsi memuat:

a) penetapan pusat pelayanan primer dan sekunder pariwisata

provinsi;

b) kriteria penetapan Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP), Kawasan

Pengembangan Pariwisata (KPP) provinsi, dan Kawasan Strategis

Pariwisata (KSP) provinsi;

c) penetapan destinasi pariwisata provinsi;

d) penetapan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) provinsi, dan

Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) provinsi; dan

191

Page 149: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e) strategi pembangunan keterkaitan antar-KPP, antar-KSP, serta

antara KPP dan KSP Provinsi.

Strategi perwilayahan pariwisata kabupaten/kota memuat:

a) penetapan pusat pelayanan primer dan sekunder pariwisata

kabupaten /kota;

b) kriteria penetapan Destinasi Pariwisata Kabupaten/Kota (DPK),

Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) kabupaten/kota, dan

Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) kabupaten/kota;

c) penetapan destinasi pariwisata kabupaten/kota;

d) penetapan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) kabupaten/

kota, dan Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) kabupaten /kota; dan

e) strategi pembangunan keterkaitan antar-KPP, antar-KSP, serta

antara KPP dan KSP Kabupaten/Kota.

2) Strategi pengembangan daya tarik wisata provinsi memuat:

a) penetapan daya tarik wisata provinsi;

b) konsep pengembangan daya tarik wisata provinsi;

c) strategi pengembangan keterkaitan antar daya tarik wisata yang

diunggulkan provinsi;

d) strategi pengembangan keterkaitan antara daya tarik wisata yang

diunggulkan provinsi dengan daya tarik wisata yang diunggulkan

kabupaten/kota; dan

e) strategi pengembangan keterkaitan antara daya tarik wisata yang

diunggulkan provinsi dengan daya tarik wisata di provinsi lain yang

memiliki karakteristik dan tema pengembangan yang sama atau

saling mendukung.

Strategi pengembangan daya tarik wisata kabupaten/kota memuat:

a) penetapan daya tarik wisata kabupaten/kota;

b) konsep pengembangan daya tarik wisata kabupaten/kota;

c) strategi pengembangan sumber daya alam dan budaya yang

potensial dikembangkan sebagai daya tarik wisata;

192

Page 150: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d) strategi penguatan keterkaitan antar daya tarik wisata unggulan

kabupaten/kota; dan

e) strategi pembangunan keterkaitan antara daya tarik wisata

unggulan kabupaten/kota dengan daya tarik di kabupaten/kota

lain yang memiliki karakteristik dan tema pengembangan yang

sama atau saling mendukung.

3) Strategi pengembangan fasilitas pariwisata provinsi memuat:

a) strategi pengembangan fasilitas transportasi wisata yang

menghubungkan destinasi pariwisata provinsi;

b) strategi pengembangan fasilitas transportasi wisata yang

menghubungkan KPP dan KSP Provinsi; dan

c) strategi pengembangan pusat informasi pariwisata provinsi.

Strategi pengembangan fasilitas pariwisata kabupaten/kota memuat:

a) strategi peningkatan kualitas pusat informasi pariwisata

kabupaten / kota;

b) penetapan arahan lokasi fasilitas pariwisata dan kualifikasinya di

setiap lokasi, KPP, dan KSP kabupaten/kota; dan

c) penetapan kuota fasilitas pariwisata sesuai dengan kebutuhan

pelayanan wisatawan dan penduduk kabupaten/kota saat ini dan

di masa yang akan datang.

4) Strategi pengembangan fasilitas umum pendukung pariwisata provinsi

memuat:

a) strategi peningkatan kualitas pelayanan bandara, terminal

antarkota, stasiun kereta api, dan pelabuhan; dan

b) strategi peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum darat,

laut, sungai, udara, antarkota.

Strategi pengembangan fasilitas umum pendukung pariwisata

kabupaten/kota memuat:

193

Page 151: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a) penetapan fasilitas umum yang paling dibutuhkan untuk

mendukung pembangunan kepariwisataan di kabupaten/kota

serta strategi pengembangannya; dan

b) strategi peningkatan kualitas fasilitas umum yang sudah ada untuk

mendukung pengembangan kepariwisataan kabupaten/kota.

5) Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi internal dan

eksternal untuk mendukung pembangunan kepariwisataan.

6) Strategi koordinasi lintas sektor dalam pembangunan prasarana dan

fasilitas umum dan konektivitasnya.

7) Strategi lingkungan terkait kepariwisataan provinsi memuat

strategi pengelolaan lingkungan yang mendukung pembangunan

destinasi pariwisata provinsi. Sedangkan Strategi lingkungan terkait

kepariwisataan kabupaten/kota memuat strategi pengelolaan dampak

akibat perkembangan pariwisata kabupaten/kota.

8) Strategi pemberdayaan masyarakat provinsi memuat strategi pelibatan

organisasi masyarakat di tingkat provinsi dalam pengembangan

provinsi. Sedangkan Strategi pemberdayaan masyarakat kabupaten/

kota memuat strategi pelibatan masyarakat dalam pembangunan DPK/

KPPK/KSPK.

9) Strategi pemberdayaan investasi pariwisata.

Strategi Pembangunan Industri Pariwisata

Strategi pembangunan industri pariwisata merupakan penjabaran dari

kebijakan pembangunan kepariwisataan tentang industri pariwisata, yang

merupakan rumusan langkah-langkah yang ditetapkan untuk pembangunan

industri pariwisata dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan pembangunan

kepariwisataan.

Page 152: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Strategi pembangunan industri pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai dasar dalam merumuskan program fasilitasi dan pengembangan

industri pariwisata;

2) sebagai acuan dalam pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi

implementasi RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA untuk aspek

industri pariwisata.

Strategi pembangunan industri pariwisata provinsi dirumuskan berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan provinsi;

2) kebijakan pembangunan ekonomi provinsi;

3) kebijakan pembangunan perindustrian tingkat provinsi;

4) kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi

di tingkat provinsi;

5) kebijakan kemitraan usaha antara pemerintah, swasta, dan masyarakat

di lintas kabupaten/kota;

6) kapasitas, kinerja, dan persoalan yang dihadapi industri pariwisata

berdaya saing nasional dan internasional;

7) tingkat perkembangan industri pariwisata provinsi;

8) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan industri pariwisata kabupaten /kota dirumuskan

berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

2) kebijakan pembangunan ekonomi kabupaten/kota;

3) kebijakan pembangunan perindustrian kabupaten/kota;

4) kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah tingkat

kabupaten / kota;

5) kebijakan kemitraan usaha antara pemerintah, swasta, dan masyarakat

di tingkat kabupaten/kota;

6) kapasitas, kinerja, dan persoalan yang dihadapi industri pariwisata

yang berdaya saing provinsi dan nasional;

7) tingkat perkembangan industri pariwisata kabupaten/kota;

195

Page 153: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

8) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan industri pariwisata provinsi memuat:

1) strategi pembangunan struktur industri pariwisata, mencakup

fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri

pariwisata lintas kabupaten/kota;

2) strategi pengembangan kemitraan industri pariwisata lintas kabupaten/

kota;

3) strategi pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah masyarakat

di bidang pariwisata dan yang terkait sebagai elemen produk pariwisata

berdaya saing nasional dan internasional;

4) strategi pemantauan dan evaluasi perkembangan usaha pariwisata di

tingkat provinsi dalam rangka membangun iklim persaingan yang sehat

dan menjaga keseimbangan daya dukung lingkungan.

Strategi pembangunan industri pariwisata kabupaten/kota memuat:

1) strategi pembangunan struktur industri pariwisata, mencakup

fungsi, hierarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri

pariwisata di kabupaten/kota;

2) strategi pengembangan kemitraan usaha pariwisata di kabupaten/kota;

3) strategi peningkatan kredibilitas bisnis industri pariwisata di kabupaten/

kota;

4) strategi pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah masyarakat

di bidang pariwisata dan yang terkait sebagai elemen produk pariwisata

berdaya saing provinsi dan nasional;

5) strategi pengelolaan industri pariwisata di kabupaten/kota untuk

memenuhi standar nasional dan internasional;

6) strategi pengendalian perkembangan usaha pariwisata dalam rangka

membangun iklim persaingan yang sehat dan menjaga keseimbangan

daya dukung lingkungan kabupaten/kota.

Strategi Pembangunan Pemasaran Pariwisata

Page 154: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Strategi pemasaran pariwisata merupakan penjabaran kebijakan

pembangunan kepariwisataan tentang pemasaran pariwisata, berupa

rumusan langkah-langkah yang ditetapkan untuk pengembangan pemasaran

pariwisata dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan pembangunan

kepariwisataan.

Strategi pembangunan pemasaran pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai dasar dalam merumuskan indikasi program pemasaran

pariwisata; dan

2) sebagai acuan dalam pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi

implementasi RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA untuk aspek

pemasaran pariwisata.

Strategi pembangunan pemasaran pariwisata provinsi dirumuskan

berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan provinsi;

2) hasil analisis lingkungan makro dan mikro yang mendukung pemasaran

pariwisata provinsi;

3) hasil analisis pasar pariwisata (profil, persepsi, preferensi) dalam

menentukan segmentasi dan target pasar wisatawan provinsi;

4) hasil analisis terhadap strategi pemasaran pariwisata yang dapat

memperkuat positioning pariwisata provinsi;

5) hasil analisis terhadap strategi pemasaran destinasi pariwisata skala

provinsi dan nasional yang menjadi pesaing; dan

6) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan pemasaran pariwisata kabupaten/kota dirumuskan

berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan kabupaten/ kota;

2) hasil analisis lingkungan makro dan mikro yang mendukung pemasaran

pariwisata kabupaten/kota;

197

Page 155: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3) hasil analisis pasar pariwisata (profil, persepsi, preferensi) dalam

menentukan segmentasi dan target pasar wisatawan kabupaten/kota;

4) hasil analisis terhadap strategi pemasaran destinasi pariwisata yang

dapat memperkuat positioning pariwisata kabupaten/kota;

5) hasil analisis terhadap strategi pemasaran destinasi pariwisata skala

kabupaten/kota dan provinsi yang menjadi pesaing; dan

6) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan pemasaran pariwisata provinsi memuat:

1) strategi segmentasi dan pemilihan pasar sasaran pariwisata provinsi;

2) strategi penempatan strategik posisi (positioning) provinsi sebagai

destinasi pariwisata nasional atau internasional;

3) strategi bauran pemasaran pariwisata provinsi sebagai destinasi

pariwisata nasional atau internasional (termasuk, namun tidak terbatas

pada produk, distribusi, dan promosi);

4) strategi kemitraan pemasaran pariwisata provinsi; dan

5) sistem evaluasi keberhasilan pemasaran pariwisata provinsi.

Strategi pembangunan pemasaran pariwisata kabupaten/kota memuat:

1) strategi segmentasi dan pemilihan pasar sasaran pariwisata kabupaten/

kota;

2) strategi penempatan strategik posisi (positioning) kabupaten/kota

sebagai destinasi pariwisata provinsi atau nasional atau internasional;

3) strategi bauran pemasaran pariwisata kabupaten/kota sebagai destinasi

pariwisata provinsi, nasional, atau internasional (termasuk, namun

tidak terbatas pada produk, distribusi, dam promosi);

4) stratagi kemitraan pemasaran pariwisata kabupaten/kota;

5) rancangan sistem pendukung manajemen (management supporting

system); dan

6) sistem evaluasi keberhasilan pemasaran pariwisata kabupaten/kota.

198

Page 156: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. Strategi Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan merupakan penjabaran

kebijakan pembangunan kepariwisataan yang terkait dengan kelembagaan

kepariwisataan, berupa rumusan langkah-langkah yang ditetapkan untuk

pengembangan kelembagaan kepariwisataan dalam mewujudkan visi, misi,

dan tujuan pembangunan kepariwisataan.

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan memiliki fungsi:

1) sebagai dasar dalam merumuskan indikasi program pembangunan

kelembagaan kepariwisataan; dan

2) sebagai acuan dalam pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi

implementasi RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA untuk aspek

kelembagaan kepariwisataan.

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan provinsi dirumuskan

berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan provinsi;

2) hasil analisis kebijakan dan regulasi tingkat nasional dan provinsi yang

terkait dengan pembangunan kepariwisataan provinsi;

3) hasil analisis terhadap posisi dan peran kelembagaan kepariwisataan

tingkat provinsi dalam pembangunan kepariwisataan daerah saat ini

dan masa yang akan datang;

4) hasil analisis terhadap kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

pariwisata di Pemerintahan Provinsi dan industri pariwisata berskala

nasional; dan

5) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan kabupaten/kota

dirumuskan berdasarkan:

1) kebijakan pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota;

199

Page 157: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

2) hasil analisis kebijakan dan regulasi tingkat provinsi dan kabupaten/

kota yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan kabupaten/

kota;

3) hasil analisis terhadap posisi dan peran kelembagaan kepariwisataan

di masyarakat dan tingkat kabupaten/kota dalam pembangunan

kepariwisataan daerah saat ini dan masa yang akan datang;

4) hasil analisis terhadap kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

pariwisata di pemerintahan kabupaten/kota dan industri pariwisata

lokal; dan

5) peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan provinsi memuat:

1) strategi pengembangan sumber daya kelembagaan tingkat provinsi yang

lebih efektif;

2) strategi pengembangan organisasi birokrasi, organisasi swasta,

pendidikan, dan profesi tingkat provinsi yang mendukung pembangunan

kepariwisataan;

3) strategi regulasi untuk membangun iklim yang kondusif bagi investor,

pengendalian perencanaan tingkat provinsi, serta pembinaan karir di

bidang kepariwisataan;

4) strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia di lingkungan

Pemerintah Provinsi dan seluruh kabupaten/kota di dalam provinsi

serta swasta.

Strategi pembangunan kelembagaan kepariwisataan kabupaten/kota

memuat:

1) strategi pengembangan sumber daya kelembagaan tingkat kabupaten/

kota yang lebih efektif;

2) strategi pengembangan organisasi birokrasi, organisasi swasta,

pendidikan, profesi, dan organisasi masyarakat tingkat kabupaten/kota

yang mendukung pembangunan kepariwisataan;

200

Page 158: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3) strategi regulasi untuk membangun iklim yang kondusif bagi investor,

pengendalian perkembangan fisik untuk pariwisata, serta pembinaan

karir di bidang kepariwisataan; dan

4) strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia di lingkungan

pemerintah dan swasta di kabupaten/kota.

10. Rencana Pembangunan Perwilayahan Pariwisata

Rencana pembangunan perwilayahan pariwisata merupakan rumusan

arahan sistem perwilayahan kepariwisataan, yang mencakup struktur

pelayanan pariwisata, destinasi pariwisata, kawasan pengembangan

pariwisata, dan kawasan strategis pariwisata.

Rencana pembangunan perwilayahan pariwisata memiliki fungsi:

a. sebagai dasar dalam mengembangkan fungsi destinasi pariwisata,

kawasan pengembangan dan strategis pariwisata;

b. sebagai dasar dalam melakukan pembangunan fisik kawasan

pengembangan dan strategis pariwisata; dan

c. memberikan arah dalam perumusan program pembangunan aspek-

aspek pembangunan kepariwisataan, yaitu industri pariwisata, destinasi

pariwisata, pemasaran, dan kelembagaan kepariwisataan.

Rencana pembangunan perwilayahan pariwisata provinsi dirumuskan

berdasarkan:

a. kebijakan dan strategi pembangunan destinasi pariwisata nasional;

b. kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan provinsi;

c. sebaran dan karakteristik destinasi pariwisata berskala provinsi dan

nasional;

d. kondisi aksesibilitas yang menghubungkan satu destinasi pariwisata

dengan destinasi pariwisata lain;

e. kebijakan penataan ruang wilayah, baik tingkat nasional, provinsi,

dan kabupaten/kota (RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW

kabupaten/kota); dan

201

Page 159: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Rencana pembangunan perwilayahan pariwisata kabupaten/kota

dirumuskan berdasarkan:

a. kebijakan dan strategi pembangunan destinasi pariwisata nasional dan

provinsi;

b. sebaran dan karakteristik daya tarik wisata di kabupaten/kota;

c. daya dukung lingkungan fisik, sosial budaya, dan ekonomi

kepariwisataan daerah;

d. kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten/ kota dan kawasan (RTRW

kabupaten/kota dan Rencana Detail Tata Ruang); dan

e. peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Rencana perwilayahan pariwisata memuat:

a. Rencana struktur perwilayahan pariwisata merupakan kerangka

perwilayahan pariwisata yang terdiri dari pusat-pusat pelayanan

pariwisata yang berhierarki satu sama lain, yang memiliki fungsi

sesuai dengan karakteristik daya tarik wisata yang dikembangkannya,

dihubungkan oleh jaringan transportasi sebagai elemen pengikat.

Rencana struktur perwilayahan pariwisata provinsi terdiri dari:

1) pusat pelayanan primer provinsi yang berfungsi sebagai pintu

gerbang provinsi, pusat penyediaan fasilitas pariwisata di wilayah

provinsi, dan pusat penyebaran kegiatan wisata ke kabupaten/

kota;

2) pusat pelayanan sekunder provinsi yang berfungsi sebagai pusat

pertumbuhan pariwisata di bagian wilayah tertentu dari provinsi;

dan

3) jaringan jalan, laut, dan atau udara yang menghubungkan antara

pusat-pusat pelayanan dan kawasan-kawasan pariwisata provinsi.

Rencana struktur perwilayahan pariwisata kabupaten/kota terdiri dari:

202

Page 160: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1) pusat pelayanan primer kabupaten/kota yang berfungsi sebagai

pintu gerbang kabupaten/kota, pusat penyediaan fasilitas

pariwisata di kabupaten/kota, dan pusat penyebaran kegiatan

wisata ke bagian-bagian wilayah kabupaten/kota;

2) pusat pelayanan sekunder kabupaten/kota yang berfungsi sebagai

pusat pertumbuhan pariwisata di bagian wilayah tertentu dari

kabupaten/kota; dan

3) jaringan jalan dan atau laut yang menghubungkan antara pusat-

pusat pelayanan dan kawasan-kawasan pariwisata kabupaten/

kota.

b. Rencana destinasi pariwisata merupakan arahan pembangunan

destinasi pariwisata dalam sistem perwilayahan pariwisata.

Destinasi pariwisata provinsi adalah destinasi pariwisata yang di

dalamnya terdapat daya tarik wisata yang memiliki kesesuaian tema

skala provinsi (berdaya saing nasional) dan telah ditetapkan merupakan

kewenangan provinsi.

Destinasi pariwisata kabupaten/kota adalah destinasi pariwisata yang

di dalamnya terdapat daya tarik wisata yang memiliki kesesuaian tema

skala kabupaten/kota (berdaya saing provinsi) dan telah ditetapkan

merupakan kewenangan kabupaten/kota.

Rencana destinasi pariwisata provinsi terdiri dari:

1) delineasi wilayah destinasi pariwisata provinsi; dan

2) kawasan pengembangan pariwisata dan strategis pariwisata

provinsi di dalamnya.

Rencana destinasi pariwisata kabupaten/kota terdiri dari:

1) delineasi wilayah destinasi pariwisata kabupaten/kota; dan

2) kawasan pengembangan pariwisata dan strategis pariwisata

kabupaten/kota di dalamnya.

203

Page 161: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Rencana kawasan pengembangan pariwisata merupakan arahan

pembangunan kawasan pariwisata yang menurut hasil analisis dapat

menjadi andalan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta

mencapai visi dan misi pengembangan kepariwisataan daerah.

Kawasan pengembangan pariwisata adalah suatu ruang pariwisata

yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan

komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema

produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai

komponen pencitraan kawasan tersebut.

Rencana kawasan pengembangan pariwisata provinsi terdiri dari:

1) tema pengembangan produk pariwisata kawasan pengembangan

pariwisata provinsi;

2) jenis wisata yang menjadi unggulan untuk dikembangkan dan jenis

wisata pendukung;

3) sasaran pengembangan kawasan pengembangan pariwisata

provinsi;

4) target pasar wisatawan; dan

5) sistem keterkaitan dengan kawasan pariwisata di sekitarnya.

Rencana kawasan pengembangan pariwisata kabupaten/kota terdiri

dari:

1) tema pengembangan produk pariwisata kawasan pengembangan

pariwisata kabupaten/kota,

2) jenis wisata yang menjadi unggulan untuk dikembangkan dan jenis

wisata pendukung.

3) sasaran pengembangan kawasan pengembangan pariwisata

kabupaten /kota,

4) target pasar wisatawan,

5) sistem keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya dan wilayah

kabupaten/kota lain di sekitarnya,

Page 162: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

6) rencana peningkatan kualitas daya tarik wisata di KPP kabupaten/

kota,

7) rencana penyediaan fasilitas pariwisata (kualifikasi dan jumlah) di

KPP kabupaten/kota,

8) rencana penyediaan fasilitas umum pendukung KPP kabupaten/

kota (kualifikasi),

9) rencana penyediaan prasarana transportasi (kualifikasi dan lokasi)

untuk mendukung pengembangan KPP kabupaten/kota; dan

10) rencana penyediaan prasarana lainnya (jika mendesak dan

diperlukan) untuk mendukung KPP kabupaten/kota.

d. Rencana kawasan strategis pariwisata merupakan arahan pengembangan

kawasan pariwisata yang dianggap strategis untuk menjawab isu-isu

strategis pembangunan wilayah dan atau pembangunan kepariwisataan.

Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi

utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya

alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan

(Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

Pasal 10).

Rencana kawasan strategis pariwisata provinsi terdiri dari:

1) fungsi strategis kawasan dalam pembangunan kepariwisataan

provinsi;

2) sasaran pengembangan kawasan strategis pariwisata provinsi;

3) tema pengembangan produk pariwisata kawasan strategis

pariwisata provinsi;

4) jenis wisata yang menjadi unggulan untuk dikembangkan dan jenis

wisata pendukung;

5) target pasar wisatawan;dan

205

Page 163: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

6) sistem keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya dan wilayah

provinsi lain di sekitarnya.

Rencana kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota terdiri dari:

1) fungsi strategis kawasan dalam pembangunan kepariwisataan

kabupaten /kota;

2) sasaran pengembangan kawasan strategis pariwisata kabupaten/

kota;

3) tema pengembangan produk pariwisata kawasan strategis

pariwisata kabupaten/kota;

4) jenis wisata yang menjadi unggulan untuk dikembangkan dan jenis

wisata pendukung;

5) target pasar wisatawan;

6) sistem keterkaitan dengan kawasan di sekitarnya dan wilayah

kabupaten/kota lain di sekitarnya;

7) sistem keterkaitan dengan sektor lain di dalam kawasan maupun di

sekitar kawasan strategis;

8) rencana peningkatan kualitas daya tarik wisata di KSP kabupaten/

kota;

9) rencana penyediaan fasilitas pariwisata (kualifikasi dan jumlah) di

KSP kabupaten/kota;

10) rencana penyediaan fasilitas umum pendukung KSP kabupaten/

kota (kualifikasi);

11) rencana penyediaan prasarana transportasi (kualifikasi dan lokasi)

untuk mendukung pengembangan KSP kabupaten/kota; dan

12) rencana penyediaan prasarana lainnya (jika mendesak dan

diperlukan) untuk mendukung KPP kabupaten/kota.

Program Pembangunan Kepariwisataan

a. Program Pembangunan Destinasi Pariwisata

Program pembangunan destinasi pariwisata merupakan tindakan-

tindakan yang dirumuskan untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah

Page 164: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dan pihak lain yang terkait, pada waktu yang telah ditentukan, secara

bertahap, sebagai bentuk pengejawantahan strategi pembangunan

destinasi pariwisata dan rencana pengembangan kawasan pariwisata

yang telah ditetapkan.

Program pembangunan destinasi pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai dasar untuk mengembangkan berbagai kegiatan

pembangunan yang lebih rinci untuk destinasi pariwisata;

2) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pembangunan perwilayahan pariwisata;

3) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan produk pariwisata (daya tarik wisata, fasilitas

pariwisata, fasilitas umum, sistem jaringan transportasi);

4) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi pelibatan

masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan; dan

5) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan investasi pariwisata.

Program pembangunan destinasi pariwisata dirumuskan berdasarkan:

1) strategi pembangunanan destinasi pariwisata;

2) rencana pembangunan perwilayahan pariwisata; dan

3) tugas dan fungsi pokok instansi pemerintah dan lembaga lain yang

terkait dengan pembangunan destinasi pariwisata.

Program pembangunan destinasi pariwisata memuat:

1) judul program pembangunan destinasi pariwisata yang mendukung

implementasi strategi pembangunan destinasi pariwisata provinsi

atau kabupaten/kota;

2) indikasi kegiatan pembangunan destinasi pariwisata;

3) waktu pelaksanaan program pembangunan destinasi pariwisata;

4) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai penanggung jawab

pelaksanaan program; dan

207

Page 165: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai pendukung

pelaksanaan program.

Program Pembangunan Industri Pariwisata

Program pembangunan industri pariwisata merupakan tindakan-

tindakan yang dirumuskan untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah

dan pihak lain yang terkait, pada waktu-waktu yang telah ditentukan,

secara bertahap, sebagai bentuk penjabaran dari strategi pembangunan

industri pariwisata yang telah ditetapkan.

Program pembangunan industri pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pembangunan struktur industri pariwisata;

2) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan kemitraan industri pariwisata;

3) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan industri kecil, menengah, maupun besar yang

mendukung pariwisata; dan

4) sebagai acuan dasar pelaksanaan/implementasi strategi

pengelolaan industri pariwisata yang memenuhi standar-standar

pelayanan nasional dan internasional.

Program pembangunan industri pariwisata dirumuskan berdasarkan:

1) strategi pembangunan industri pariwisata; dan

2) tugas dan fungsi pokok instansi pemerintah dan lembaga lain yang

terkait dengan pembangunan industri pariwisata.

Program pembangunan industri pariwisata memuat:

1) judul program pembangunan industri pariwisata yang mendukung

implementasi strategi pembangunan industri pariwisata;

2) indikasi kegiatan pembangunan industri pariwisata;

3) waktu pelaksanaan program pembangunan industri pariwisata;

Page 166: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai penanggung jawab

pelaksanaan program; dan

5) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai pendukung

pelaksanaan program.

c. Program Pembangunan Pemasaran Pariwisata

Program pembangunan pemasaran pariwisata merupakan tindakan-

tindakan yang dirumuskan untuk dilaksanakan dan pihak lain yang

terkait, pada waktu-waktu yang telah ditentukan, secara bertahap,

sebagai bentuk penjabaran dari strategi pemasaran pariwisata yang

telah ditetapkan.

Program pembangunan pemasaran pariwisata memiliki fungsi:

1) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi segmentasi

dan pemilihan pasar sasaran pariwisata;

2) sebagai acuan dasar dalam pembangunan citra destinasi pariwisata;

3) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi kemitraan

pemasaran pariwisata; dan

4) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi bauran

pemasaran pariwisata daerah, yang terdiri dari, namun tidak

terbatas pada produk, distribusi, dan promosi.

Program pembangunan pemasaran pariwisata dirumuskan berdasarkan:

1) strategi pemasaran pariwisata; dan

2) tugas dan fungsi pokok instansi pemerintah dan lembaga lain yang

terkait dengan pemasaran pariwisata.

Program pembangunan pemasaran pariwisata memuat:

1) judul program pembangunan pemasaran yang mendukung

implementasi strategi pengembangan pemasaran pariwisata;

2) indikasi kegiatan pembangunan pemasaran pariwisata;

3) waktu pelaksanaan program pembangunan pemasaran pariwisata;

209

Page 167: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai penanggung jawab

pelaksanaan program; dan

5) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai pendukung

pelaksanaan program.

Program Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan

Program pembangunan kelembagaan kepariwisataan merupakan

tindakan-tindakan yang dirumuskan untuk dilaksanakan oleh

pemerintah dan pihak lain yang terkait, pada waktu-waktu yang telah

ditentukan, secara bertahap, sebagai bentuk penjabaran strategi

pembangunankelembagaan kepariwisataan yang telah ditetapkan.

Program pembangunan kelembagaan kepariwisataan memiliki fungsi:

1) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan sumber daya kelembagaan dan pemanfaatan

anggaran yang terbatas;

2) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan organisasi birokrasi, organisasi swasta, pendidikan,

profesi, dan organisasi masyarakat; dan

3) sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan/implementasi strategi

pengembangan regulasi untuk membangun iklim yang kondusif

bagi investor, pengendalian perencanaan dan pembangunan fisik,

serta pembinaan karir di bidang kepariwisataan.

Program pembangunan kelembagaan kepariwisataan dirumuskan

berdasarkan:

1) strategi pengembangan kelembagaan kepariwisataan;

2) isu-isu pengembangan kelembagaan kepariwisataan; dan

3) tugas dan fungsi pokok instansi pemerintah dan lembaga lain yang

terkait dengan pengembangan kelembagaan kepariwisataan.

Program pembangunan kelembagaan kepariwisataan memuat:

Page 168: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1) judul program pembangunan kelembagaan kepariwisataan yang

mendukung implementasi strategi pengembangan kelembagaan

kepariwisataan;

2) indikasi kegiatan pembangunan kelembagaan kepariwisataan;

3) waktu pelaksanaan program pembangunan kelembagaan

kepariwisataan;

4) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai penanggung jawab

pelaksanaan program; dan

5) pemangku kepentingan yang bertindak sebagai pendukung

pelaksanaan program.

12. Mekanisme Pengendalian Pembangunan Kepariwisataan

Mekanisme pengendalian pembangunan kepariwisataan merupakan tata

cara yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pembangunan

kepariwisataan agar sesuai dengan arahan kebijakan, strategi, rencana, dan

program yang termuat dalam RIPPARPROV atau RIPPARKAB/KOTA.

Mekanisme pengendalian pembangunan kepariwisataan memiliki fungsi:

a. sebagai alat pengendali pembangunan kepariwisataan;

b. menjaga dan menjamin kesesuaian perkembangan dan pembangunan

kepariwisataan dengan RIPPARPROV atau RIPPARKAB/KOTA; dan

c. meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat perkembangan

pariwisata.

Mekanisme pengendalian pembangunan kepariwisataan dirumuskan

berdasarkan:

a. strategi, rencana, dan program pembangunan kepariwisataan;

b. masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki kepariwisataan;

c. kesepakatan para pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, swasta,

maupun masyarakat; dan

d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

211

Page 169: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Mekanisme pengendalian pembangunan kepariwisataan memuat:

a. tujuan dan sasaran pengendalian pembangunan kepariwisataan;

b. aspek-aspek pengendalian pembangunan kepariwisataan;

c. indikator dan tolok ukur pengendalian pembangunan kepariwisataan;

d. tim pengendalian pembangunan kepariwisataan; dan

e. prosedur pengendalian pembangunan kepariwisataan.

B. Jangka Waktu Perencanaan

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 8

disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan yang dilakukan berdasarkan

rencana induk pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Oleh karena itu, jangka waktu

perencanaan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA juga menyesuaikan dengan

periode waktu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten/Kota

yang tentu saja sama dengan periode waktu Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN).

Contoh:

Periode waktu untuk RPJPD adalah 2005 - 2025. Jika RIPPARKAB/KOTA baru

disusun pada tahun 2012, maka jangka waktu perencanaan RIPPARKAB/KOTA

adalah 2013 - 2025 atau dengan kata lain selama 13 (tiga belas) tahun.

Evaluasi terhadap implementasi rencana dan perubahan-perubahan yang terjadi,

baik perubahan pada kebijakan pembangunan nasional maupun daerah (provinsi

atau kabupaten/kota) dan dinamika internal daerah yang mempengaruhi

pengembangan kepariwisataan dapat dilakukan setiap 5 (lima) tahun.

212

Page 170: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB IV

PROSES PENYUSUNAN

A. Alur Penyusunan

Dalam penyusunan RIPPARPROV atau RIPPARKAB/KOTA, Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Kabupaten/Kota berpedoman pada RIPPARNAS, RPJPD, dan

memperhatikan aspirasi masyarakat, serta didukung dengan background study

terkait potensi, permasalahan dan kebijakan pembangunan pariwisata. Alur

penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA sebagai berikut :

1. pembentukan kelompok kerja;

2. pengumpulan data;

3. penyusunan rancangan;

4. uji publik, dan

5. penetapan.

1. Pembentukan Kelompok Kerja

Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya membentuk

kelompok kerja. Susunan keanggotaan terdiri dari Kepala Bappeda sebagai

ketua, Kepala Dinas yang membidangi pariwisata sebagai sekretaris, dan

anggota terdiri dari SPKD/instansi terkait, pemangku kepentingan lainnya

sesuai dengan kebutuhan penyusunan. Kelompok kerja dapat dibantu tim

teknis yang ditetapkan oleh ketua kelompok kerja.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data primer dan

sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui penyebaran

kuesioner, wawancara maupun focus group discussion serta peninjauan

lapangan secara langsung untuk mengenali kondisi fisik, sosial dan ekonomi.

Data sekunder dilakukan melalui data pustaka terkait karakteristik wilayah

dan aspek-aspek dalam pengembangan kepariwisataan.

213

Page 171: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3. Penyusunan Rancangan

Penyusunan rancangan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA, dilakukan

setelah data primer dan sekunder dianalisis dan selanjutnya dirumuskan

sesuai dengan sistematika penulisan.

4. Uji Publik

Uji publik dilaksanakan untuk meminta tanggapan, masukan, dan saran

dari para pemangku kepentingan pariwisata.

5. Penetapan

RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA yang telah disusun ditetapkan melalui

Peraturan Daerah.

B. Tenaga Ahli

Dalam proses penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB / KOTA, perlu melibatkan

sejumlah tenaga ahli yang terdiri dari tenaga ahli inti, tenaga ahli tambahan dan

pendukung yang dapat saja bervariasi, tergantung karakter daerah dan jenis

pariwisata yang akan dikembangkan, dan atau skala pengembangannya.

Tenaga ahli inti dapat terdiri dari:

1. Ahli Perencanaan Kepariwisataan;

2. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota;

3. Ahli Ekonomi Pembangunan;

4. Ahli Pemasaran;

5. Ahli Industri Pariwisata;

6. Ahli Sosial Budaya;

7. Ahli Transportasi;

8. Ahli Lingkungan;

9. Ahli Kelembagaan.

214

Tenaga ahli lain dapat bervariasi tergantung konteks daerah yang bersangkutan,

seperti:

1. Ahli Kehutanan, Kelautan, Geologi, Pertanian;

Page 172: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

2. Ahli Arsitektur Lansekap atau Rancang Kota;

3. Ahli Sejarah;

4. keahlian lainnya, disesuaikan dengan kondisi daerah.

Tenaga pendukung antara lain: drafter, staf administrasi, operator komputer,

surveyor, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

C. Jangka Waktu Penyusunan

Untuk menyusun RIPPARPROV atau RIPPARKAB/ KOTA diperlukan waktu yang

cukup untuk pengerjaannya. Periode waktu penyusunan rencana paling sedikit

150 hari kerja, serta penyusunan naskah akademik dan rancangan peraturan

daerah paling sedikit 60 hari kerja.

Konsultan yang bertanggung jawab, tak akan menyanggupi untuk melaksanakan

penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA dalam 1-2 bulan saja, terlebih

jika wilayahnya cukup luas dan aksesibilitas yang tidak terlalu baik. Aparat

sebagai pemberi tugas yang bertanggung jawab juga tak akan merencanakan

kegiatan penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA untuk selesai dalam

dua bulan. Mempercepat waktu pelaksanaan, mempunyai konsekuensi yang

seringkali fatal, mengakibatkan kualitas rencana yang rendah, dan atau tidak

efektifnya rencana.

D. Sistem Pelaporan

Pelaporan penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA hendaknya

dilakukan sedikitnya 4 (empat) kali dan dijadwalkan, sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan berisi tanggapan dan penjabaran terhadap Kerangka

Acuan Kerja, yang menjelaskan bagaimana pekerjaan akan dilaksanakan,

termasuk pendekatan perencanaan, metodologi atau kerangka umum

pelaksanaan pekerjaan.

Pelaporan pertama ini diselesaikan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.

215

Page 173: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

2. Laporan Kemajuan

Laporan kemajuan disampaikan setelah suatu tahap tertentu dilalui,

diharapkan setidaknya sudah ada temuan dan analisis tentang potensi dan

permasalahan kepariwisataan daerah, dan proyeksi awal.

Pelaporan kedua ini diselesaikan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak

surat perjanjian kerja sama ditandatangani.

3. Rancangan Laporan Akhir

Laporan ini berisikan rumusan awal kebijakan, strategi dan indikasi program

pembangunan kepariwisataan daerah untuk setiap aspek pengembangan,

dilengkapi dengan peta, tabel, maupun gambar-gambar yang relevan.

Pelaporan ketiga ini diselesaikan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak

surat perjanjian kerja sama ditandatangani.

4. Laporan Akhir

Berisikan rumusan visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, rencana, dan

indikasi program pembangunan kepariwisataan daerah, serta isi naskah

akademik yang telah disepakati bersama.

Laporan akhir diselesaikan dalam jangka waktu sedikitnya 5 (lima) bulan

sejak surat perjanjian kerja sama ditandatangani, dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.3 Keluaran

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Lingkup Wilayah

1.4.2 Lingkup Materi

1.4.3 Lingkup Kegiatan

216

Page 174: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1.5 Metodologi

1.5.1 Kerangka Pendekatan

1.5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

1.6 Jangka Waktu Perencanaan

1.7 Sistematika Pelaporan

BAB 2 KEPARIWISATAAN PROVINSI ATAU KABUPATEN/KOTA DALAM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

2.1 Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten/ Kota dalam Kebijakan

Pembangunan Kepariwisataan Nasional

2.2 Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten/Kotadalam Kebijakan

Pembangunan Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten/Kota

2.3 Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten/ Kota dalam Kebijakan

dan Pembangunan Wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota

BAB 3 KONDISI WILAYAH PROVINSI ATAU KABUPATEN/KOTA DALAM

MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

3.1 Kondisi Fisik

3.2 Sejarah Sebagai Potensi Pariwisata

3.3 Kekayaan Ekologis Sebagai Potensi Pariwisata

3.4 Kondisi Sosial Budaya Sebagai Potensi Pariwisata

3.5 Perekonomian

BAB 4 PROVINSI ATAU KABUPATEN/KOTA SEBAGAI DESTINASI

PARIWISATA

4.1 Daya Tarik dan Sumber Daya Wisata (khusus Kab/Kota)

4.2 Fasilitas Pariwisata

4.3 Fasilitas Umum Pendukung Pariwisata

4.4 Aksesibilitas Pendukung Pariwisata

4.5 Prasarana Umum Pendukung Pariwisata

4.6 Penduduk Sebagai Potensi Sumber Daya Manusia Pariwisata

BAB 5 INDUSTRI PARIWISATA

5.1 Usaha Pariwisata

5.2 Usaha Kecil dan Menengah Pendukung Pariwisata

217

Page 175: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB 6 PASAR PARIWISATA DAN UPAYA PEMASARAN

6.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan

6.2 Karakteristik Pasar Wisatawan

6.3 Upaya Pemasaran yang Dilakukan Pemerintah Provinsi atau

Kabupaten / Kota

BAB 7 KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN

7.1 Sumber Daya Manusia Pariwisata

7.2 Asosiasi Pariwisata

7.3 Kelembagaan Pemerintah Terkait Pariwisata

7.4 Kelembagaan Lain Terkait Pariwisata

BAB 8 PRINSIP DAN KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

8.1 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan

8.2 Prinsip Pembangunan Kepariwisataan

8.3 Konsep Pembangunan Kepariwisataan

8.4 Visi

8.5 Misi

8.6 Tujuan

BAB 9 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

9.1 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan

9.2 Strategi Pembangunan Kepariwisataan

BAB 10 RENCANA PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN PARIWISATA

10.1 Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata

10.2 Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata dan Kawasan

Strategis Pariwisata

BAB 11 PROGRAM DAN INDIKASI KEGIATAN PEMBANGUNAN

KEPARIWISATAAN

Page 176: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5. Naskah Akademik

Naskah Akademik diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah

dokumen RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA selesai dibuat. Naskah

akademik dilengkapi dengan Rancangan Peraturan Daerah tentang

RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, naskah

akademik Peraturan Daerah harus memuat:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Identifikasi Permasalahan

1.3 Tujuan Penyusunan Naskah Akademik

1.4 Metodologi Penyusunan Naskah Akademik

1.5 Struktur Isi Naskah Akademik

BAB 2 KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

2.1 Kajian Teoritis

2.2 Kajian terhadap Asas-Asas Kepariwisataan dan Prinsip Prinsip

Pembangunan Kepariwisataan

2.3 Kajian Kondisi Kepariwisataan Provinsi atau Kabupaten/Kota

2.4 Kajian terhadap Implikasi Penerapan Perda RIPPARPROV dan

RIPPARKAB/KOTA

BAB 3 EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TERKAIT

3.1 Kajian Terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait

Kepariwisataan di Pusat dan Provinsi atau Kabupaten/Kota

3.1.1 Peraturan Perundang-undangan terkait Kepariwisataan

di Tingkat Pusat

3.1.2 Peraturan Perundang-undangan terkait Kepariwisataan

di Tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota

219

Page 177: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3.2 Keterkaitan Antara Perda RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA

dengan Peraturan Perundang-undangan Lain

3.3 Dampak Perda RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA terhadap

Peraturan Perundang-undangan Lain

BAB 4 LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

4.1 Landasan Filosofis

4.2 Landasan Sosiologis

4.3 Landasan Yuridis

BAB 5 JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI

MUATAN PERATURAN DAERAH

5.1 Jangkauan Peraturan Daerah RIPPARPROV dan RIPPARKAB/

KOTA

5.2 Arah Pengaturan

5.3 Ruang Lingkup Materi Peraturan Daerah RIPPARPROV dan

RIPPARKAB / KOTA

BAB 6 PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (Rancangan Peraturan Daerah tentang RIPPARPROV dan

RIPPARKAB / KOTA)

6. Rancangan Peraturan Daerah tentang RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA

Menjadi bagian dari Naskah Akademik.

E. Format Penyajian

Format Penyajian RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA disajikan dalam bentuk:

1. Dokumen RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA, yang berisi:

a) Data dan analisis, berisi himpunan data kepariwisataan dan hasil

analisis mengenai kondisi, perkembangan, posisi, dan prediksi

kepariwisataan daerah.

220

Page 178: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Buku Data dan Analisis dilengkapi dengan:

1) Peta-peta kondisi terakhir kepariwisataan berskala 1:50.000;

2) Data strategis dan hasil pengolahan data yang digunakan dalam

menganalisis kondisi, perkembangan, posisi, dan prediksi

kepariwisataan daerah; dan

3) Daftar pustaka referensi yang digunakan dalam proses analisis.

b) Rencana, berisi arahan pengembangan kepariwisataan daerah, yang

memuat prinsip-prinsip, visi dan misi, tujuan, kebijakan, strategi,

rencana, dan program pembangunan kepariwisataan.

Buku Rencana dilengkapi dengan:

1) Peta-peta rencana pengembangan kawasan pariwisata berskala

1:50.000;

2) Daftar pustaka referensi yang digunakan dalam proses analisis;

3) Daftar nama anggota tim penyusun beserta latar belakang

pendidikan / kompetensinya;

4) Daftar nama tim pengarah penyusunan RIPPARPROV dan

RIPPARKAB/ KOTA;

5) Daftar peserta Focus Group Discussion (FGD) yang terlibat dalam

diskusi penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA; dan

6) Daftar narasumber yang memberikan masukan dalam proses

penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA.

2. Naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang

RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA; dan

3. Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang RIPPARPROV dan

RIPPARKAB/KOTA.

221

Page 179: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

tototoTABEL JANGKA WAKTU PENYUSUNAN RIPPARPROV DAN RIPPARKAB/KOTA

HARI KE-

KEGIATAN1-10

11-20

21-30

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

81-90

91-100

101-110

111-120

121-130

131-140

141-150

Persiapan

Pengum pu lan data

D iagnosis awal

Perum usan prinsip- prinsip

Perum usan v is i dan m isi

Perum usan tu juan

Analisis, prediksi, proyeksi

Sintesis

Perum usan kebijakan, strategi, rencana, program

Perum usanm ekan ism epengendalianpem bangunankepariw isataan

Page 180: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pedoman Penyusunan RIPPARPROV dan RIPPARKAB/KOTA ini merupakan acuan

bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

S a lin an sesu a i d en gan

K E M E N T E R IA N P A R IW IS A T A RI

223

Page 181: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

224

Page 182: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 11 TAHUN 2016

TENTANG

PENCABUTAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN

EKONOMI KREATIF NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

PENYELENGGARAAN USAHA HOTEL SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Usaha Hotel Syariah, sudah tidak sesuai lagi dengan

tuntutan dan perkembangan kepariwisataan saat ini

sehingga perlu dicabut;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata tentang Pencabutan Atas Peraturan Menteri

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2 Tahun 2014

tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

225

Page 183: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang

Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5311);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PENCABUTAN

ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI

KREATIF NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

PENYELENGGARAAN USAHA HOTEL SYARIAH.

Pasal 1

Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel

Syariah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

226

Page 184: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini denganpenempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 Agustus 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1174

S a lin a n sesu a i d en gan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

227

Page 185: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

228

Page 186: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA NOMOR 1 TAHUN 2016

TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1

Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha

Pariwisata, khususnya pengaturan mengenai sertifikasi

usaha pariwisata halal, sudah tidak sesuai lagi dengan

tuntutan dan perkembangan kepariwisataan saat ini

sehingga perlu dicabut;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pariwisata tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

229

Page 187: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di bidang

Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5311);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Sertifikasi Usaha Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 437);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PERUBAHAN

ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA NOMOR 1 TAHUN

2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA

PARIWISATA.

Pasal I

Ketentuan Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Pariwisata

Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sertifikasi

Usaha Pariwisata (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 437), dihapus.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

230

Page 188: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini denganpenempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 Agustus 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta pada

tanggal 9 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1175

S a lin a n sesu a i d en gan

231

Page 189: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

232

Page 190: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menimbang

Mengingat

M E N T E R I P A R IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2016

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA

BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (2)

Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan

Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Organisasi

dan Tata Kerja Badan Pelaksana Otorita Danau Toba;

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran

Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

233

Page 191: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5262);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tabun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2016 tentang Badan

Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tabun 2016 Nomor 108);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG ORGANISASI

DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU

TOBA.

BAB I

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 1

(1) Badan Pelaksana Otorita Danau Toba yang selanjutnya

disebut Badan Pelaksana, merupakan satuan kerja di

bawah Kementerian Pariwisata.

(2) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dipimpin oleh Kepala yang selanjutnya disebut Direktur

Utama.

Pasal 2

Badan Pelaksana mempunyai tugas:

a. melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan

pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba; dan

b. melakukan perencanaan, pengembangan, pembangunan,

pengelolaan, dan pengendalian di zona otorita Pariwisata

Danau Toba.

234

Page 192: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, Badan Pelaksana menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan Rencana Induk di Kawasan Pariwisata Danau

Toba;

b. penyusunan Rencana Detail Pengembangan dan

Pembangunan di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

c. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan

pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

d. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan,

pengelolaan, dan pengendalian di Kawasan Pariwisata

Danau Toba;

e. perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan

Pariwisata Danau Toba;

f. penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan

pusat dan daerah di Kawasan Pariwisata Danau Toba;

g. penetapan langkah strategis penyelesaian permasalahan

dalam pelaksanaan perencanaan, pengembangan,

pembangunan, pengelolaan, dan pengendalian Kawasan

Pariwisata Danau Toba; dan

h. pelaksanaan tugas lain terkait pengembangan Kawasan

Pariwisata Danau Toba yang ditetapkan oleh Dewan

Pengarah.

BAB II

CAKUPAN KAWASAN

Pasal 4

(1) Kawasan Pariwisata Danau Toba meliputi Kawasan Danau

Toba sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor

81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan

Danau Toba dan Sekitarnya.

235

Page 193: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Kawasan Pariwisata Danau Toba sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) termasuk kawasan seluas paling sedikit 500

(lima ratus) hektar, yang selanjutnya disebut zona otorita.

(3) Hak pengelolaan zona otorita sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) akan diberikan kepada Badan Otorita Danau Toba

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 49

Tahun 2016 tentang Badan Otorita Pengelola Kawasan

Pariwisata Danau Toba.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5

(1) Badan Pelaksana terdiri atas:

a. Direktur Utama;

b. Direktur Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik;

c. Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan

Kepariwisataan;

d. Direktur Destinasi Pariwisata;

e. Direktur Pemasaran Pariwisata; dan

f. Satuan Pemeriksaan Intern.

(2) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki struktur organisasi sebagaimana tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

BAB IV

DIREKTUR KEUANGAN, UMUM DAN KOMUNIKASI PUBLIK

Pasal 6

Direktur Keuangan, Umum dan Komunikasi Publik mempunyai

tugas melaksanakan urusan keuangan, sumber daya manusia,

tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan, advokasi hukum,

serta komunikasi publik.

236

Page 194: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 7

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6, Direktur Keuangan, Umum dan Komunikasi Publik

menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan keuangan;

b. pelaksanaan urusan sumber daya manusia;

c. pelaksanaan urusan tata usaha;

d. pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;

e. pelaksanaan urusan advokasi hukum;

f. pelaksanaan urusan komunikasi publik; dan

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Pasal 8

Direktur Keuangan, Umum dan Komunikasi Publik terdiri atas:

a. Divisi Keuangan;

b. Divisi Umum; dan

c. Divisi Komunikasi Publik.

Pasal 9

(1) Divisi Keuangan mempunyai tugas melakukan perencanaan

anggaran dan pengelolaan keuangan, serta penyusunan

sistem dan manual akuntansi, laporan keuangan dan

kinerja, serta akuntansi atas setiap transaksi.

(2) Divisi Umum mempunyai tugas melakukan perencanaan,

pengembangan, dan pengelolaan sumber daya manusia,

tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan, advokasi

hukum serta pengelolaan resiko dan kepatuhan organisasi.

(3) Divisi Komunikasi Publik mempunyai tugas melakukan

pengelolaan informasi dan dokumentasi serta penyajian

pelayanan informasi publik, dan pengelolaan pelayanan

pengaduan masyarakat.

237

Page 195: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB V

DIREKTUR INDUSTRI PARIWISATA

DAN KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN

Pasal 10

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

mempunyai tugas melakukan koordinasi, sinkronisasi,

dan fasilitasi perencanaan, pengembangan, pembangunan,

pengendalian di Kawasan Pariwisata Danau Toba dan

perumusan strategi operasional pengembangan Kawasan

Pariwisata Danau Toba di bidang Industri Pariwisata dan

Kelembagaan Kepariwisataan.

Pasal 11

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10, Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan

Kepariwisataan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana induk di kawasan;

b. penyusunan rencana detail pengembangan dan

pembangunan di kawasan;

c. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan

pengendalian di kawasan;

d. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan,

pengelolaan, dan pengendalian di kawasan;

e. perumusan strategi operasional pengembangan kawasan;

f. penyelenggaraan promosi investasi di zona otorita,

pengembangan manajemen, dan pelayanan usaha

pariwisata; dan

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Pasal 12

Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan

terdiri atas:

a. Divisi Pengembangan Bisnis Pariwisata; dan

b. Divisi Investasi Pariwisata.

238

Page 196: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 13

(1) Divisi Pengembangan Bisnis Pariwisata mempunyai

tugas merencanakan pengembangan dan pembangunan

di Kawasan Pariwisata Danau Toba melalui koordinasi

perencanaan, merumuskan strategi operasional

pengembangan di Kawasan Pariwisata Danau Toba

serta menyusun rencana induk dan rencana detail

pengembangan dan pembangunan di zona otorita.

(2) Divisi Investasi Pariwisata mempunyai tugas melakukan

penyelenggaraan promosi investasi di zona otorita,

pengembangan manajemen, dan pelayanan usaha

pariwisata.

BAB VI

DIREKTUR DESTINASI PARIWISATA

Pasal 14

Direktur Destinasi Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan

koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi perencanaan,

pengembangan, pembangunan, pengendalian di Kawasan

Pariwisata Danau Toba dan perumusan strategi operasional

pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba di bidang

Destinasi Pariwisata.

Pasal 15

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14, Direktur Destinasi Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

perencanaan, pengembangan, pembangunan, dan

pengendalian di kawasan;

b. penyusunan perencanaan, pengembangan, pembangunan,

pengelolaan, dan pengendalian di kawasan;

c. perumusan strategi operasional pengembangan kawasan;d. pelaksanaan pengembangan aksesibilitas pariwisata;

e. pelaksanaan pengembangan infrastruktur pariwisata;

f. pelaksanaan pengembangan amenitas pariwisata;

239

Page 197: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

g. pelaksanaan pengembangan daya tarik wisata; dan

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Pasal 16

Direktur Destinasi Pariwisata terdiri atas:

a. Divisi Aksesibilitas dan Infrastruktur; dan

b. Divisi Amenitas dan Daya Tarik Wisata.

Pasal 17

(1) Divisi Aksesibilitas dan Infrastruktur mempunyai tugas

meningkatkan aksesibilitas di Kawasan Pariwisata Danau

Toba melalui koordinasi pembangunan infrastruktur

transportasi, dan membangun dan mengembangkan

infrastruktur transportasi di zona otorita.

(2) Divisi Amenitas dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas

mengembangkan atraksi dan diversifikasi daya tarik

wisata melalui koordinasi pembangunan daya tarik wisata

di Kawasan Pariwisata Danau Toba, membangun dan

mengembangkan inovasi produk dan kapasitas daya tarik

wisata di zona otorita, mengembangkan amenitas melalui

koordinasi pembangunan prasarana umum, fasilitas

umum, dan fasilitas pariwisata di Kawasan Pariwisata

Danau Toba, membangun dan mengembangkan prasarana

umum, fasilitas umum serta fasilitas pariwisata di zona

otorita.

BAB VII

DIREKTUR PEMASARAN PARIWISATA

Pasal 18

Direktur Pemasaran Pariwisata mempunyai tugas melakukan

perumusan strategi, koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

pengembangan Kawasan Pariwisata Danau Toba di bidang

Pemasaran Pariwisata.

240

Page 198: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 19

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18, Direktur Pemasaran Pariwisata menyelenggarakan

fungsi:

a. perumusan strategi pengembangan pemasaran kawasan;

b. pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

pemasaran pariwisata;

c. pelaksanaan pemasaran pariwisata dalam negeri; dan

d. pelaksanaan pemasaran pariwisata luar negeri.

Pasal 20

Direktur Pemasaran Pariwisata terdiri atas:

a. Divisi Pemasaran Pariwisata Nusantara; dan

b. Divisi Pemasaran Pariwisata Mancanegara.

Pasal 21

(1) Divisi Pemasaran Pariwisata Nusantara mempunyai tugas

merumuskan strategi pengembangan pemasaran kawasan,

koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi pemasaran

pariwisata, melakukan analisis data pasar wisatawan

dalam negeri, merencanakan dan melaksanakan promosi

dalam negeri, meningkatkan keija sama promosi dalam

negeri, dan peningkatan citra pariwisata Danau Toba di

dalam negeri melalui diplomasi dan komunikasi.

(2) Divisi Pemasaran Pariwisata Mancanegara mempunyai

tugas merumuskan strategi pengembangan pemasaran

kawasan, koordinasi, sinkronisasi, dan fasilitasi

pemasaran pariwisata, melakukan analisis data pasar

wisatawan luar negeri, merencanakan dan melaksanakan

promosi luar negeri, meningkatkan kerja sama promosi

luar negeri, dan peningkatan citra pariwisata Danau Toba

di luar negeri melalui diplomasi dan komunikasi.

241

Page 199: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB VIII

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN

Pasal 22

Satuan Pemeriksaan Intern adalah unsur pengawas

pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pelaksana yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Pasal 23

(1) Satuan Pemeriksaan Intern yang selanjutnya disingkat

SPI merupakan unit kerja yang berkedudukan langsung

di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

(2) SPI mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan intern.

BAB IX

TATA KERJA

Pasal 24

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2, Direktur Utama wajib menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi dan sinkronisasi dengan pimpinan satuan kerja di

lingkungan Kementerian Pariwisata maupun dengan instansi

terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

Pasal 25

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan

pengawasan terhadap tugas bawahannya masing-masing.

Pasal 26

Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab

memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-

masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk-petunjuk

bagi pelaksanaan tugas bawahan.

242

Page 200: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 27

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan

mematuhi petunjuk-petunjuk dan bertanggung jawab kepada

Direktur Utama dan menyampaikan laporan berkala tepat

pada waktunya.

Pasal 28

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi

dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan

untuk menyusun laporan lebih lanjut untuk memberikan

petunjuk kepada bawahan.

Pasal 29

Direktur Utama wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

tugas di wilayah kerjanya kepada Menteri Pariwisata.

Pasal 30

Setiap pimpinan satuan organisasi, dalam rangka pemberian

bimbingan pada bawahannya wajib mengadakan rapat berkala.

BAB X

PENDANAAN

Pasal 31

Pendanaan penyelenggaraan Badan Pelaksana bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain yang sah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

243

Page 201: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 15 Agustus 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Agustus 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1215

Salinan sesuai dengan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

244

Page 202: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANGORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYASalinan sesuai denganKEMENTERIAN PARIWISATA RI

245

Page 203: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

246

Page 204: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B LIK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa pembangunan kepariwisataan bertumpu pada

keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya

dan alam dengan tidak mengabaikan kebutuhan masa

yang akan datang, sehingga diharapkan mendorong

pertumbuhan ekonomi yang membawa manfaat pada

kesejahteraan masyarakat;

b. bahwa pembangunan destinasi pariwisata perlu dilakukan

secara terpadu, berkelanjutan dan bertanggungjawab

sehingga diperlukan adanya penjabaran kriteria destinasi

pariwisata yang berkelanjutan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pariwisata tentang Pedoman Destinasi Pariwisata

Berkelanjutan;

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

247

Page 205: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059);

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar

Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5168);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5262);

6. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2014 tentang

Pengawasan dan Pengendalian Kepariwisataan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 140);

7. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

248

Page 206: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PEDOMAN

DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN.

Pasal 1

Destinasi Pariwisata Berkelanjutan dilaksanakan sesuai

dengan pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan

acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dam pemangku

kepentingan lainnya dalam pembangunan destinasi pariwisata

berkelanjutan.

Pasal 3

Ruang lingkup Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

meliputi:

a. pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan;

b. pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal;

c. pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung; dan

d. pelestarian lingkungan.

Pasal 4

(1) Menteri menetapkan destinasi pariwisata berkelanjutan

berdasarkan rekomendasi dari Tim Ahli.

(2) Tim Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

oleh Menteri berdasarkan usulan dari Deputi yang

membidangi pengembangan destinasi pariwisata.

249

Page 207: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 5

(1) Penetapan destinasi pariwisata berkelanjutan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan melalui proses

penilaian.

(2) Proses penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui ketentuan yang ditetapkan oleh Deputi

yang membidangi pengembangan destinasi pariwisata.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

250

Page 208: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Agustus 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 1 September 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1303

Salinan sesuai dengan KEMENTERIAN PARIWISATA RI

Publik

251

Page 209: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2016

TENTANG

PEDOMAN DESTINASI PARIWISATA

BERKELANJUTAN

'PEDOMAN DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan

dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang

berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat dan

bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti

sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,

keterkaitan lintas sektor, kerja sama antar negara, pemberdayaan usaha kecil,

serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.

Budaya bangsa sebagai salah satu daya tarik wisata, memiliki nilai-nilai luhur

harus dilestarikan guna meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian

bangsa dan kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan bangsa, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah kehidupan bangsa.

Keanekaragaman hayati dan sumber daya alam perlu dijaga dan dikelola dalam

suatu sistem perlindungan dan pengelolaan yang terpadu dan terintegrasi.

Perlindungan dan pengelolaan harus dapat memberikan manfaat ekonomi,

sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian.

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan

diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan

Page 210: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam

serta kebutuhan manusia untuk berwisata.

Dengan menempatkan pada tataran pemahaman tersebut, salah satu rencana

pembangunan kepariwisataan diterjemahkan dalam kebijakan destinasi*

pariwisata berkelanjutan yang mampu mewujudkan pembangunan pariwisata

nasional yang layak menurut budaya setempat, dapat diterima secara sosial,

memprioritaskan masyarakat setempat, tidak diskriminatif, dan ramah

lingkungan.

Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan ini telah sesuai dengan indikator

United Nation World Tourism Organization (UNWTO) dan mendapatkan

pengakuan dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC), sehingga diharapkan

dapat mensinergikan, memperkuat tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang

multikultur dalam mengelola daya tarik lingkungan alam dan budaya di destinasi

pariwisata secara terpadu dan berkelanjutan.

Dalam rangka memberikan acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

pemangku kepentingan lainnya untuk melaksanakan pembangunan destinasi

pariwisata yang berkelanjutan, maka Menteri perlu menetapkan Pedoman

Destinasi Pariwisata Berkelanjutan.

B. Tujuan

Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan bertujuan untuk memberikan

acuan yang komprehensif mengenai pengelolaan destinasi pariwisata secara

berkelanjutan, sehingga terwujud pengelolaan perlindungan, pemanfaatan dan

pengembangan kawasan sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan mencakup:

1. pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan;

2. pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal;

3. pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung; dan

4. pelestarian lingkungan.

253

Page 211: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

D. Pengertian Umum

Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan pengusaha.

5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6. Pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang memperhitungkan dampak

ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi

kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat

serta dapat diaplikasikan ke semua bentuk aktifi tas wisata di semua jenis

destinasi wisata, termasuk wisata masai dan berbagai jenis kegiatan wisata

lainnya.

7. Ekosistem pariwisata adalah rekayasa kompleksitas fenomena kepariwisata­

an untuk menghasilkan linkage, value chain, dan interkoneksitas sistem,

subsistem, sektor, dimensi, disiplin, komponen yang terintegrasi dalam produk

dan jasa, pendorong sektor pariwisata dan pendorong sistem kepariwisataan

melalui optimasi peran bussiness, government, community, academic, and

254

Page 212: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

media (BGCAMj untuk menciptakan orkestrasi dan memastikan kualitas

aktivitas, fasilitas, pelayanan, dan untuk menciptakan pengalaman dan nilai

manfaat kepariwisataan agar memberikan keuntungan dan manfaat pada

masyarakat dan lingkungan.

8. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

9. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat antara lain untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup

secara lestari.

10. Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda

cagar budaya, benda cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar

budaya, kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai yang penting bagi sejarah,

ilmu pengetahuan, agama dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

11. Pelestarian adalah unsur yang dinamis bukannya statis, dimana setiap

unsur berperan memberikan fungsi kepada unsur lain, serta diartikan

sebagai kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan dari hubungan unsur

perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan destinasi pariwisata.

12. Global Sustainable Tourism Council (GSTQ adalah badan independen

internasional yang menetapkan dan mengelola standar pariwisata global

dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pariwisata berkelanjutan

dan praktek antara para pemangku kepentingan publik dan swasta.

255

Page 213: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB II

KRITERIA DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

Kriteria destinasi pariwisata berkelanjutan secara garis besar terbagi menjadi empat

bagian yakni :

a. pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan;

b. pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal;

c. pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung; dan

d. pelestarian lingkungan.

Keempat bagian kriteria destinasi pariwisata berkelanjutan tersebut diperjelas

melalui:

a. kriteria,

b. indikator dan

c. bukti pendukung.

Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu di

destinasi pariwisata yang menerapkan pariwisata berkelanjutan.

Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan dari

kriteria di destinasi pariwisata yang menerapkan pariwisata berkelanjutan.

Bukti pendukung adalah sesuatu yang menyatakan suatu kebenaran peristiwa,

keterangan nyata atau tanda baik softcopy atau hardcopy di destinasi pariwisata yang

menerapkan pariwisata berkelanjutan.

A. PENGELOLAAN DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan yang efektif mencakup kriteria :

1. perencanaan;

2. pengelolaan;

3. pemantauan; dan

4. evaluasi.

256

Page 214: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kriteria perencanaan mencakup :

1. strategi destinasi yang berkelanjutan;

2. pengaturan perencanaan; dan

3. standar keberlanjutan.

Kriteria pengelolaan mencakup:

1. organisasi manajemen destinasi;

2. pengelolaan pariwisata musiman;

3. akses untuk semua;

4. akuisisi properti;

5. keselamatan dan keamanan;

6. manajemen krisis dan kedaruratan; dan

7. promosi.

Kriteria pemantauan mencakup:

1. monitoring;

2. inventarisasi aset; dan

3. atraksi pariwisata.

Kriteria evaluasi mencakup:

1. adaptasi perubahan iklim; dan

2. kepuasan pengunjung.

Lebih lengkap mengenai uraian kriteria dan indikator serta bukti pendukung

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Strategi Destinasi Berkelanjutan

Adanya strategi pariwisata tahun jamak (jangka pendek, menengah dan

panjang) yang mencakup pengembangan aksesibilitas ke destinasi, amenitas

kepariwisataan di dalam dan sekitar destinasi, aktivitas kepariwisataan di

dalam dan sekitar destinasi dengan tetap memperhatikan daya tampung

dan daya dukung lingkungan, pertumbuhan ekonomi, isu sosial, warisan

budaya, kualitas, kesehatan, keselamatan, dan estetika. Penyusunan strategi

tersebut dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat dan komitmen politik

dari pemangku kepentingan yang relevan.

257

Page 215: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

2. Organisasi Manajemen Destinasi

Adanya organisasi manajemen yang efektif, terkoordinasi, dengan pendanaan

dan pembagian tugas yang jelas. Selain itu juga melibatkan sektor swasta

dan publik yang berada di bawah landasan hukum yang ada.

3. Monitoring

Adanya sistem monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan dan dilaporkan

secara berkala. Sistem tersebut mencakup isu lingkungan, ekonomi, sosial,

budaya, pariwisata dan hak asasi manusia, serta prosedur mitigasi dampak

pariwisata yang berfungsi dengan baik dan jelas pendanaannya.

4. Pengelolaan Pariwisata Musiman

Adanya strategi dan sumber daya untuk mengidentifikasi peluang pariwisata

sepanjang tahun dalam rangka menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dan

masyarakat lokal, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu diperlukan

strategi pemasaran yang tepat dan jelas termasuk pembuatan kalender

event/kegiatan wisata tahunan.

5. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Adanya sistem, peraturan, kebijakan yang lebih baik, dan program adaptasi

perubahan iklim, pengurangan risiko dan peningkatan kesadaran bagi

masyarakat, dan usaha pariwisata.

6. Inventarisasi Aset dan Atraksi Pariwisata

Adanya daftar inventarisasi aset dan atraksi pariwisata yang selalu

diperbaharui minimal setiap tahun termasuk objek wisata, situs alam dan

budaya.

7. Pengaturan Perencanaan

Adanya pedoman, peraturan, kebijakan mengenai perencanaan yang

mencakup penilaian dampak lingkungan, ekonomi, sosial, zonasi,

penggunaan lahan, desain, konstruksi dan pembongkaran, yang disusun

bersama dengan masyarakat lokal dalam rangka melindungi sumber daya

alam dan budaya. Pedoman, peraturan, kebijakan ini dikomunikasikan

secara terbuka dan penegakan hukumnya diterapkan.

258

Page 216: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

8. Akses untuk Semua

Adanya kebijakan untuk mendukung akses ke lokasi wisata, situs alam dan

budaya bagi semua, termasuk penyandang cacat ataupun yang memiliki

kebutuhan khusus, selama hal ini sesuai untuk diterapkan.

9. Akuisisi Properti

Adanya hukum dan peraturan mengenai akuisisi properti yang sesuai

dengan hukum adat. Hukum dan peraturan ini disusun dengan konsultasi

publik, dan mempertimbangkan persetujuan dari masyarakat lokal dan

kompensasi yang wajar.

10. Kepuasan Pengunjung

Adanya sistem untuk memonitor dan melaporkan mengenai kepuasan,

seperti wawancara/survei dengan pengunjung (exit survey) atau penanganan

terhadap keluhan. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyusun rencana

aksi dalam rangka meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung.

11. Standar Keberlanjutan

Adanya sistem standar pariwisata yang mengatur aspek-aspek penting dalam

kegiatan pariwisata berkelanjutan bagi pelatku pariwisata, seperti pengelola

kawasan wisata, hotel, homestay, tour operator dan launnya. Sistem ini

diharapkan berjalan secara konsisten dalam menerapkan kriteria pariwisata

berkelanjutan. Pelaku usaha yang telah mendapat sertifikasi dipublikasikan

kepada publik.

12. Keselamatan dan Keamanan

Adanya sistem untuk memantau, mencegah, menginformasikan, melaporkan

dan menangani isu-isu terkait dengan keselamatan dan keamanan, termasuk

kesehatan, kebakaran, kebersihan makanan, kelistrikan, dan transportasi

umum.

259

Page 217: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

13. Manajemen Krisis dan Kedaruratan

Adanya pengelolaan tanggap gawat darurat termasuk rencana aksi

yang disusun dengan mempertimbangkan masukan dari sektor swasta,

menjelaskan sumber daya manusia dan finansial, serta prosedur komunikasi

selama dan setelah situasi krisis/darurat berlangsung.

14. Promosi

Promosi destinasi, produk dan layanan pariwisata dilakukan secara

akurat, otentik bertanggungjawab dan menghormati masyarakat lokal serta

wisatawan.

1. Strategi Destinasi Berkelanjutan

Destinasi telah a. Strategi 1) Destinasi termuat dalammenyusun dan pengembangan Rencana Tata Ruangmenerapkan strategi destinasi bertahun Wilayah (RTRW) Provinsi/pengembangan destinasi jamak yang fokus Kabupaten/ Kota, Rencana

bertahun jamak pada keberlanjutan Rinci Tata Ruang Kawasan

yang tersedia untuk dan pariwisata dan/atau Rencana

umum, dan sesuai berkelanjutan, serta Pengelolaan Zonasi.

dengan skalanya; yang memperhatikan 2) Memiliki rencana

mempertimbangkan isu- isu-isu lingkungan, pengembangan destinasi

isu lingkungan, ekonomi, ekonomi, sosial, tahun jamak, misalnya:

sosial, budaya, kualitas, budaya, kualitas, a) Rencana Induk

kesehatan, keselamatan, kesehatan dan Pembangunan

dan estetika; yang

dikembangkan dengan

melibatkan partisipasi

masyarakat.

keselamatan. Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA),

b) Rencana Program dan

Kegiatan Strategis,

yang memuat aspek-

aspek yang bersifat

keberlanjutan sesuai

dengan skala dan luasan

destinasi; atau

260

Page 218: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3) Secara khusus memiliki dokumen Rencana Induk Pariwisata Berkelanjutan.

b. Rencana Memiliki rencana

atau strategi pengembangan destinasi

pengembangan tahun jamak, misalnya:

destinasi bertahun a) Rencana Indukjamak terkini dan Pembangunan

mudah diakses oleh Kepariwisataan Daerah

umum. (RIPPARDA);b) Rencana dan Program

Strategis, yang disosialisasikan dan/atau dapat diakses masyarakat melalui media cetak dan/ atau media online.

c. Rencana Memiliki rencana

atau strategi pengembangan destinasipengembangan tahun jamak, misalnya:

destinasi bertahun a) Rencana Indukjamak yang Pembangunan

dikembangkan Kepariwisataan Daerahdengan melibatkan (RIPPARDA);masyarakat. b) Rencana dan Program

Strategis,yang dikembangkan melalui konsultasi dengan masyarakat.

d. Komitmen 1) Sektor pariwisata sebagaipolitik untuk sektor unggulan.menerapkan strategi 2) Alokasi anggaranpengembangan disesuaikan terhadapdestinasi bertahun rencana pengembanganjamak dan destinasi pariwisatamemiliki bukti berkelanjutan yang telah

penerapannya. disepakati.

261

Page 219: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3) Melibatkan seluruh

pemangku kepentingan

dalam proses

perencanaan, pengelolaan,

monitoring dan evaluasi

pengembangan destinasi

pariwisata berkelanjutan.2. Organisasi Manajemen DestinasiDestinasi memiliki

organisasi, departemen,

kelompok atau komite

yang efektif, yang

bertanggungjawab untuk

melakukan koordinasi

terhadap pengembangan

pariwisata berkelanjutan,

dengan melibatkan

sektor swasta dan

pemerintah. Organisasi

ini harus sesuai dengan

ukuran dan skala

destinasi, dan memiliki

tanggung jawab, dan mengimplementasikan

pengelolaan lingkungan,

ekonomi, sosial, dan

budaya. Kegiatan-

kegiatan dari kelompok

ini didanai secara

memadai.

a. Organisasi

bertanggung jawab untuk melakukan

koordinasi dalam

pengelolaan

pariwisata

berkelanjutan.

1) Forum disesuaikan

dengan ukuran dan

skala destinasi dan

terdiri dari 5 (lima) unsur

pemangku kepentingan,

yaitu pemerintah pusat,

pemerintah daerah, swasta,

masyarakat, dan akademisi

[penta helix).

2) Terbentuknya Forum

Pemangku Kepentingan

Pariwisata Berkelanjutan

yang bersifat lintas sektor

dengan unsur pemangku

kepentingan yang bersifat

penta helix sesuai dengan

ukuran dan skala destinasi

yang ada serta memiliki

dasar hukum yang bersifat

mengikat, termasuk

mekanisme pendanaan dan

rencana kerja.

262

Page 220: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. Pihak swasta

dan pemerintah

terlibat dalam

organisasi tersebut

dan koordinasi

kepariwisataan.

Terdapat perwakilan

pemerintah (baik pusat

maupun daerah) dan para

pengusaha dalam susunan

organisasi forum.

c. Organisasi

pariwisata ini sesuai

dengan ukuran dan

skala destinasi yang

ada.

1) Forum koordinasi untuk

destinasi lintas kabupaten/

kota melibatkan

pemerintah provinsi.

2) Forum koordinasi untuk

destinasi lintas provinsi

melibatkan pemerintah

pusat.

3) Forum koordinasi

melibatkan swasta,

masyarakat, akademisi

sesuai dengan ukuran dan

skala destinasi yang ada.

d. Individu dalam

organisasi

pariwisata

diberikan tanggung

jawab untuk

pengembangan

pariwisata

berkelanjutan.

Adanya sebuah rencana aksi

penerapan pembangunan

destinasi parwisata

berkelanjutan.

e. Organisasi

pariwisata ini memiliki dana yang

memadai.

Dasar hukum yang mengatur

mekanisme pendanaan.

263

Page 221: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3. MonitoringDestinasi memiliki a. Pengawasan 1) Disusun dan

sistem pengawasan, dan pelaporan dikembangkannya sistemsistem pelaporan kepada publik mengenai monitoring dan evaluasipublik, dan tanggap permasalahan yang terintegrasi denganterhadap permasalahan lingkungan, indikator yang jelas.

lingkungan, ekonomi, ekonomi, 2) Dilaksanakannya kegiatansosial, budaya, sosial, budaya, monitoring dam evaluasipariwisata dan hak pariwisata dan secara berkala.asasi manusia. Sistem hak asasi manusia 3) Hasil monitoring danpengawasan dikaji dilaksanakan secara evaluasi dapat diakses oleh

dan dievaluasi secara aktif. publik.

berkala. b. Sistem pengawasan Memiliki konsep pelaporan

dikaji dan dievaluasi serta metode monitoring dan

secara berkala. evaluasi dalam rentang waktu

tertentu (triwulan/tahunan/5

tahun).

c. Prosedur mitigasi 1) Memiliki prosedur mitigasi

terhadap dampak dampak pariwisata.

pariwisata didanai 2) Alokasi anggaran kegiatandan dilakukan disediakan secara

secara aktif. berkesinambungan.

4. Pengelolaan Pariwisata MusimanDestinasi menyiapkan Strategi yang spesifik 1) Memiliki kalender even/

sumber daya untuk untuk memasarkan kegiatan wisata sepanjangmelakukan mitigasi even-even dan atraksi. tahun.

variabilitas pariwisata pada musim sepi, 2) Proses perencanaan setiap

musiman apabila untuk menarik even/kegiatan wisata

memungkinkan, dalam pengunjung sepanjang melibatkan para pemangku

kerangka untuk tahun

264

Page 222: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

menyeimbangkan

kebutuhan ekonomi

lokal, masyarakat lokal,

budaya dan lingkungan,

untuk mengidentifikasi

peluang pariwisata

sepanjang tahun.

kepentingan yang terkait

untuk memastikan

keseimbangan kebutuhan

ekonomi lokal, masyarakat

lokal, budaya dan

lingkungan.

5. Adaptasi terhadap Perubahan Iklima. Saat ini terdapat

sistem tentang

adaptasi perubahan

iklim dan penilaian

risiko.

Terdokumentasikannya

kearifan lokal yang terkait

dengan perubahan iklim dan

risikonya untuk membentuk

sistem adaptasi perubahan

iklim.

b. Hukum atau 1) Meningkatnya kesadaran

kebijakan masyarakat akan

untuk mitigasi perubahan iklim dan

perubahan iklim penilaian risiko.

dan mendorong 2) Adanya sistem yang

penerapan teknologi membantu masyarakat

untuk mitigasi untuk beradaptasi

perubahan iklim. terhadap perubahan

iklim khususnya

untuk pengembangan,

penempatan, desain dan

pengelolaan fasilitas.

c. Program untuk 1) Memiliki program

pendidikan dan pendidikan dan penyadaranpeningkatan masyarakat.

kesadaran 2) Dilaksanakannya program

masyarakat, industri

pariwisata dan

wisatawan mengenai

perubahan iklim.

secara berkala.

Destinasi memiliki sistem

untuk mengidentifikasi

risiko dan peluang

yang terkait dengan

perubahan iklim. Sistem

ini mendorong strategi

adaptasi terhadap

perubahan iklim untuk pengembangan,

penempatan, desain dan

pengelolaan fasilitas.

Sistem ini memberikan

kontribusi kepada

keberlanjutan dan

ketahanan destinasi dan

mengedukasi masyarakat

tentang iklim baik

kepada penduduk lokal

maupun pengunjung

(wisatawan).

265

Page 223: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

6. Inventarisasi Aset dan Atraksi PariwisataDestinasi memiliki

inventarisasi yang

terkini, tersedia bagi

masyarakat dan

penilaian mengenai aset

dan atraksi pariwisata,

termasuk situs alam dan

budaya.

Inventarisasi dan

klasifikasi aset dan

atraksi pariwisata

terkini, termasuk situs

alam dan budaya.

Memiliki daftar inventarisasi

dan klasifikasi aset dan

atraksi pariwisata terkini,

termasuk situs alam dan

budaya.

7. Pengaturan PerencanaanDestinasi memiliki

panduan perencanaan,

peraturan dan/

atau kebijakan yang

mensyaratkan adanya

penilaian dampak

lingkungan, ekonomi dan

sosial, serta

penggunaan lahan,

desain, konstruksi dan

pembongkaran yang

terintegrasi secara

berkelanjutan. Panduan,

peraturan dan/atau

kebijakan dirancang

untuk melindungi

sumber daya alam

dan budaya, disusun

dengan masukan

dari masyarakat lokal

dan melalui proses

kajian secara rinci,

dikomunikasikan

kepada masyarakat, dan

ditegakkan.

a. Panduan

perencanaan dan

zonasi, peraturan

dan/atau kebijakan

yang melindungi

sumber daya alam

dan budaya.

1) Memiliki Rencana Induk

Pembangunan Kepariwi­

sataan Daerah (RIPPARDA),

Rencana Strategis dan

Program Pengembangan

Destinasi.

2) Dilaksanakannya

penegakan hukum

terhadap peraturan

dampak lingkungan,

ekonomi dan sosial.b. Panduan,

peraturan dan/atau

kebijakan mengenai penggunaan lahan,

desain, konstruksi

dan pembongkaran

yang berkelanjutan.

Memiliki pedoman/Perda

tentang tata guna lahan,

desain, konstruksi dan

isu pembongkaran yang

mensyaratkan adanya

asesmen terhadap dampak

lingkungan, ekonomi dan

sosial.

266

Page 224: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. Panduan

perencanaan,

peraturan dan/atau

kebijakan dibuat

dengan masukan

dari masyarakat

lokal dan melalui

proses kajian secara

rinci.

Memiliki pedoman/Perda

tentang tata guna lahan,

desain, konstruksi dan

pembongkaran yang memuat

aspirasi masyarakat.

d. Panduan

perencanaan,

peraturan dan/

atau kebijakan

dikomunikasikan

kepada masyarakat

dan ditegakkan.

1) Disosialisasikannya

pedoman / Perda.

2) Diterapkannya penegakan

hukum.

8. Akses Untuk SemuaApabila memungkinkan, a. Kebijakan yang 1) Rencana Induk

situs dan fasilitas, mendukung akses Pembangunan

termasuk situs alam dan ke situs dan Kepariwisataan Daerah

budaya, dapat diakses fasilitas wisata, (RIPPARDA), Rencana

oleh semua kalangan, termasuk situs Strategis dan Program

termasuk disabilitas alam dan budaya Pengembangan Destinasi

dan orang-orang yang bagi individu memiliki strategi dan

berkebutuhan khusus. penyandang aksi untuk menjamin

Apabila situs dan fasilitas disabilitas tersedianya akses oleh

tidak dapat diakses dan individu semua kalangan.

dengan segera, maka berkebutuhan 2) Memiliki fasilitas untuk

akses memperhitungkan khusus. penyandang disabilitas dan

integritas dari kebutuhan khusus.

situs tersebut dan

mengakomodasi

keperluan orang

berkebutuhan khusus

secara layak.

267

Page 225: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. Solusi aksesibilitas

didesain dengan

memperhatikan

integritas

situs dengan

mengakomodasi

keperluan

penyandang

disabilitas.

9. Akuisisi PropertiSudah ada hukum dan

peraturan mengenai

akuisisi properti, dan

ditegakkan, yang sejalan

dengan hak ulayat dan

masyarakat adat, serta

memastikan adanya

konsultasi publik, dan

tidak mengizinkan

pemukiman kembali

tanpa persetujuan

sebelumnya dan/atau

adanya kompensasi yang wajar.

a. Tersedianya

kebijakan atau

peraturan,

termasuk ketentuan

penegakannya.

1) Memiliki pedoman/Perda,

hukum adat atau kearifan

lokal yang mengatur

tentang akuisi properti dan

penggunaan lahan adat/

tradisional.

2) Memiliki agenda monitoring

dan evaluasi secara rutin /

terjadwal.

b. Kebijakan atau

Undang-Undang

yang memper­

timbangkan

hak ulayat dan

masyarakat adat,

memastikan

konsultasi publik

dan memberikan

otoritas untuk

pemukiman hanya

jika ada

Adanya pengaturan turunan

dengan payung hukum

Peraturan Daerah atau

Peraturan Gubernur/Bupati/

Walikota terkait pengaturan

hak ulayat atau tanah adat.

268

Page 226: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

persetujuan dan/

atau kompensasi

yang wajar.

10. Kepuasan Pengunjung

Destinasi pariwisata

memiliki sistem

untuk memantau dan

melaporkan secara

terbuka mengenai kepuasan pengunjung,

dan, jika perlu,

mengambil tindakan

untuk meningkatkan

kepuasan pengunjung.

Pengumpulan dan

pelaporan mengenai

data kepuasan

pengunjung kepada

publik.

Memiliki data kunjungan

dan kepuasan wisatawan

untuk ditindaklanjuti sebagai

kebijakan.

Sistem untuk

mengambil

tindakan dalam

meningkatkan

kepuasan

pengunjung

berdasarkan hasil

monitoring.

Adanya bagian khusus

yang menangani keluhan

pengunjung.

11. Standar Keberlanjutan

Destinasi pariwisata

memiliki sistem untuk

mempromosikan

standar keberlanjutan

bagi industri yang

konsisten Destinasi

pariwisata menyediaka

daftar perusahaan yang

bersertifikasi

atau diverifikasi secara

berkelanjutan untuk

masyarakat.

Sertifikasi

pariwisata

berkelanjutan atau

sistem pengelolaan

lingkungan yang

didukung oleh industri.

Sertifikasi

pariwisata

berkelanjutan atau sistem pengelolaan

lingkungan.

Memiliki sistem standar

dan penilaian kesesuaian

pariwisata keberlanjutan.

Tersertifikasinya destinasi/

usaha pariwisata oleh

lembaga sertifikasi.

269

Page 227: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. Monitoring

terhadap partisipasi

bisnis pariwisata

dalam sertifikasi

pariwisata atau

sistem pengelolaan

lingkungan.

1) Memiliki Perda mengenai

Tanda Daftar Usaha

Pariwisata (TDUP).

2) Standar/Standard

Operating Procedure (SOP) pengelolaan sampah/

limbah.

d. Daftar perusahaan

yang memiliki

sertifikasi atau

verifikasi secara

berkelanjutan

tersedia untuk

publik.

Publikasi data dalam situs

atau media informasi lainnya.

12. Keselamatan dan KeamananDestinasi pariwisata a. Kewajiban 1) Memiliki pos keamananmemiliki sistem Inspeksi terhadap dan P3K di lokasi-lokasipengawasan, kebakaran, wisata utama.pencegahan, pelaporan, kesehatan 2) Memiliki polisi pariwisata.dan tanggap kejahatan, makanan, dan 3) Dilaksanakannya pelatihankeselamatan, dan bahaya keamanan listrik untuk menanganikesehatan. pada properti isu keselamatan dan

pariwisata secara keamanan dilaksanakanterus menerus. secara teratur dengan

melibatkan Pokdarwis.

4) Mematuhi ketentuan

yang dikeluarkan oleh

Badan Pengawas Obat

dan Makanan (BPOM) dan

Dinas Kesehatan.

270

Page 228: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. Penanganan

keselamatan seperti

pos pertolongan

pertama di pantai

atau atau di situs/

atraksi pariwisata

lainnya.

1) Tersedianya rambu-rambu

peringatan.

2) Memiliki asuransi

kesehatan di destinasi yang

dianggap beresiko.

3) Perlengkapan P3K dan

petunjuk arah menuju

lokasi P3K.c. Sistem pencegahan

dan tanggap

kejahatan.

Tersedianya pos keamanan di

titik-titik strategis.

d. Sistem perijinan

taksi dengan tarif

yang jelas dan

sistem panggilan

taksi yang

terorganisir di pintu

masuk pengunjung.

Mematuhi ketentuan yang

dikeluarkan oleh Dinas

Perhubungan mengenai

pengaturan transportasi

umum.

e. Pelaporan kepada

publik mengenai

keselamatan dan

keamanan.

Petunjuk keselamatan pada

titik-titik strategis.

13. Manajemen Krisis dan KedaruratanDestinasi pariwisata

memiliki perencanaan

tanggap darurat yang

sesuai dengan kondisi

destinasi. Elemen-elemen

utama dikomunikasi

kepadamasyarakat lokal,

pengunjung, dan pelaku

usaha. Perencanaan

a. Rencana tanggap

krisis dan tanggap

darurat yang

mempertimbangkan

sektor pariwisata

tersedia untuk

publik.

Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Rencana

Strategis, atau Program

Pengembangan Destinasi

memiliki manajemen krisis

dan darurat yang mencakup

perencanaan, persiapan/

pelatihan dan pelaksanaan

terkait dengan faktor alam

271

Page 229: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

tersebut terdiri (gempa, tsunami, banjir) dan

dari prosedur dan faktor manusia (kerusuhan,

menyediakan sumber terorisme, kebakaran).

daya dan pelatihan

untuk staf, pengunjung,

dan masyarakat lokal,

serta diperbaharui secara

berkala.

b. Keuangan dan

sumber daya

manusia untuk

penerapan rencana

tanggap krisis dan

1) Dialokasikannya sumber

daya keuangan.

2) Dipetakannya sumber daya

manusia.

tanggap darurat.

c. Rencana Terdapat pusat krisistanggap darurat dan standar penanganan

dikembangkan pelaksanaan saat keadaandengan masukan

dari sektor swasta

dan menyertakan

prosedur

komunikasi

selama dan setelah

berlangsungnya

keadaan krisis dan

darurat.

darurat terjadi.

d. Rencana Adanya standar penanganantanggap darurat simulasi rutin dalam kondisi

menyediakan

sumber daya dan

pelatihan untuk

staf, pengunjung

dan penduduk

lokal.

darurat.

e. Rencana Dokumen Standar Operatingtanggap darurat Procedure (SOP) yang

diperbaharui secara berkala.

diperbaharui secara berkala.

272

Page 230: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Promosi yang akurat a. Pesan dalam 1) Memiliki kalender even/

sesuai destinasinya promosi destinasi kegiatan wisata.

dan produknya, menggambarkan 2) Memiliki strategi

jasanya, serta masyarakat lokal promosi yang akurat

kepastian pengakuan dan pengunjung dan mengandung pesan

keberlanjutannya. Isi secara otentik dan bahwa destinasi sudah

promosi memperlakukan

masyarakat lokal dan

wisatawan secara otentik

rasa hormat. menerapkan prinsip-

prinsip destinasi

yang berkelanjutan.

dan rasa hormat. 3} Terdapat kerjasama dengan

Dinas Pariwisata, Badan

Promosi Pariwisata Daerah

dan industri pariwisata.

b. Pesan dalam

promosi destinasi

menjabarkan

1) Adanya verifikasi dan

validasi oleh pemerintah

daerah.

produk dan

pelayanannya

2) Originalitas produk wisata

daerah yang sesuai/aktual.

secara akurat. 3) Adanya konsultasi

dengan komunitas lokal

dan pengunjung untuk

mendapatkan umpan balik

mengenai pesan promosi

destinasi.

B. PEMANFAATAN EKONOMI UNTUK MASYARAKAT LOKAL

Kriteria pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal meliputi :

1. pemantauan ekonomi;

2. peluang kerja untuk masyarakat lokal;

3. partisipasi masyarakat;

4. opini masyarakat lokal;

273

Page 231: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5. akses bagi masyarakat lokal;

6. fungsi edukasi sadar wisata;

7. pencegahan eksploitasi;

8. dukungan untuk masyarakat; dan

9. mendukung usaha lokal dan perdagangan yang adil.

Lebih lengkap mengenai uraian kriteria dan indikator serta bukti pendukung

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pemantauan Ekonomi

Adanya pemantauan dan pengumpulan data terhadap kontribusi

ekonomi secara langsung dan tidak langsung dari sektor pariwisata yang

dipublikasikan setiap tahunnya, antara lain mengenai pengeluaran

pengunjung, pendapatan per kamar hotel, ketenagakerjaan dan investasi.

Data dipilah berdasarkan profil gender dan usia.

2. Peluang Kerja Untuk Masyarakat Lokal

Adanya kebijakan dan perundang-undangan yang mengatur agar perusahaan

di destinasi pariwisata menyediakan lapangan pekerjaan, peluang pelatihan,

keselamatan kerja dan upah yang adil (sesuai dengan upah minimum

rata-rata) dam setara untuk semua, termasuk perempuan, generasi muda,

penyandang cacat, kelompok minoritas dan lainnya.

3. Partisipasi Masyarakat

Adanya sistem dan pertemuan secara rutin yang memastikan partisipasi

publik (pemangku kepentingan dari sektor pemerintah, swasta, masyarakat

lokal, dan lain-lain) dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk

pengembangan destinasi pariwisata secara berkelanjutan.

4. Opini Masyarakat Lokal

Adanya sistem pengumpulan data, pemantauan, pelaporan terkait dengan

aspirasi (kekuatiran dan kepuasan) publik mengenai pengelolaan destinasi

pariwisata.

274

Page 232: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5. Akses Bagi Masyarakat Lokal

Adanya program yang memastikan agar masyarakat lokal dapat tetap

memiliki akses ke situs alam, budaya, sejarah, arkeologi, agama dan spiritual

di destinasi pariwisata.

6. Fungsi Edukasi Sadar Wisata

Adanya program sapta pesona yang dilaksanakan secara reguler bagi

masyarakat lokal yang terkena dampak pengembangan pariwisata mengenai

pemahaman tentang peluang dan tantangan, serta pentingnya aspek

keberlanjutan.

7. Pencegahan Eksploitasi

Adanya praktik, program dan perundang-undangan yang dipublikasikan

untuk mencegah komersialisasi dan eksploitasi, serta pelecehan seksual,

atau bentuk pelanggaran lainnya terhadap anak-anak, remaja, perempuan,

dan kelompok minoritas.

8. Dukungan Untuk Masyarakat

Adanya sistem yang mendorong perusahaan dan pengunjung untuk

memberikan kontribusi terhadap inisiatif masyarakat lokal, seperti misalnya

praktik-praktik keberlanjutan, konservasi keanekaragaman hayati,

pembangunan infrastruktur dan lain-lainnya.

9. Mendukung Pengusaha Lokal dan Perdagangan yang Adil

Adanya sistem dan program yang mendukung usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) pada rantai nilai pariwisata agar dapat mempromosikan

dan mengembangkan produk lokal yang berkelanjutan dengan prinsip

perdagangan yang adil. Produk lokal tersebut antara lain adalah produk

makanan, minuman, kerajinan, seni pertunjukan dan pertanian.

275

Page 233: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG1. Pemantauan EkonomiKontribusi ekonomi

langsung dan tidak

langsung dari

perekonomian destinasi

wisata dimonitor

dan diumumkan

paling sedikit sekadi

setahun. Apabila

memungkinkan,

laporan termasuk

data pengeluaran

pengunjung,

pendapatan per kamar

dan investasi.

a. Monitoring dan

laporan tentang

data pengeluaran

pengunjung,

pendapatan per

kamar yang tersedia,

pekerjaan dan

investasi dilakukan

secara teratur.

1) Memiliki data kunjungan

wisatawan dan kontribusi

ekonomi secara langsung

dan tidak langsung.

2) Memiliki laporan tahunan

tentang data pariwisata

dengan melibatkan pihak-

pihak yang relevan, seperti

Badan Pusat Statistik

(BPS), Dinas Pariwisata,

hotel, tour operator, kantor

imigrasi, dan lain-lain.

b. Monitoring dan

laporan tentang

kontribusi pariwisata

secara langsung

maupun tidak

langsung dilakukan

secara teratur setiap

tahun.

1) Tersedia dan

terdistribusikannya

laporan minimal per tahun.

2) Laporan dari Persatuan

Hotel dan Restoran

Indonesia (PHRI) daerah

dan asosiasi pariwisata

lainnya secara periodik.c. Pengumpulan dan

laporan terkait data

tenaga kerja yang

dipilah berdasarkan

jenis kelamin dan

kelompok umur

dilakukan setiap

tahun.

Memiliki laporan tahunan

yang disusun oleh Badan

Pusat Statistik (BPS), Dinas

Tenaga Kerja (Disnaker),

dan/atau Dinas Pariwisata

tersebut termasuk data

tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin dan kelompok

umur.

2. Peluang Keija untuk Masyarakat LokalPerusahaan di

destinasi menyediakan

kesempatan kerja

a. Peraturan atau

kebijakan mendukung

persamaan

Memiliki Perda yang

menjamin adanya

kesempatan kerja dan sistem

276

Page 234: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGyang sama, peluang

pelatihan, keselamatan

kerja dan upah kerja

yang adil untuk semua.

kesempatan kerja

bagi semua, termasuk

wanita, kaum

muda, disabilitas,

kaum minoritas dan kelompok rentan

lainnya.

penggajian sesuai dengan

peraturan yang berlaku,

dan berusaha mengelola

obyek wisata yang

sama bagi semua dan

masyarakat lokal/adat.

b. Program pelatihan

yang menyediakan

akses yang sama

bagi semua termasuk

wanita, kaum

muda, disabilitas,

kaum minoritas dan

kelompok rentan

lainnya.

1) Jumlah persentase

general manager wanita di

destinasi pariwisata > 30%.

2) Memiliki program

terj adwalkan / diagendakan

secara rutin.

3) Dinas yang terkait di

tingkat Provinsi/Kabu­

paten serta pihak-pihak

relevan lainnya melak­

sanakan program pelatihan

kerja.

c. Peraturan atau

kebijakan yang

mendukung

keselamatan kerja

bagi semua.

Memiliki Perda mengenai

keselamatan kerja.

d. Peraturan atau

kebijakan yang

mendukung upah

kerja yang adil bagi

semua, termasuk

wanita, kaum

muda, disabilitas,

kaum minoritas dan

kelompok rentan

lainnya.

Pemerintah Provinsi/

Pemerintah Kabupaten menetapkan upah minimum

regional serta memastikan agar perusahaan-perusahaan

yang ada di destinasi

mematuhinya.

277

Page 235: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG3. Partisipasi MasyarakatDestinasi ini

memiliki sistem yang

mendorong partisipasi

publik dalam

perencanaan tujuan

dan pengambilan

keputusan secara

berkelanjutan.

a. Sistem yang

melibatkan pemangku

kepentingan baik dari

pemerintah, industri

dan masyarakat

dalam perencanaan

manajemen destinasi

dan pengambilan

keputusan.

1) Memiliki Forum Tata

Kelola Pariwisata (FTKP),

Pengelola Destinasi atau

Forum Rembug yang terdiri

dari pemerintah, swasta

dan masyarakat.

2) Terdapatnya struktur

organisasi yang jelas.

b. Pertemuan setiap

tahun dengan

masyarakat untuk

mendiskusikan

tentang isu

manajemen destinasi.

1) Terlaksananya pertemuan

tahunan Forum Tata

Kelola Pariwisata (FTKP),

Pengelola Destinasi atau

Forum Rembug mengenai

manajemen destinasi.

2) Adanya agenda/jadwal

pertemuan dan program

kerja.4. Opini Masyarakat LokalAspirasi, keprihatinan

dan kepuasan

masyarakat lokal

tentang manajemen

destinasi dimonitor,

dicatat dan dilaporkan

secara berkala dan

tepat waktu

a. Pengumpulan,

monitoring,

pencatatan dan

pelaporan tentang

data mengenai

aspirasi, keprihatinan

dan kepuasan

penduduk tentang

manajemen destinasi

dilakukan secara

berkala.

1) Struktur organisasi Forum

Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), Pengelola Destinasi

atau Forum Rembug

terwakili oleh seluruh

pemangku kepentingan.2) Anggota dari Forum Tata

Kelola Pariwisata (FTKP),

Pengelola Destinasi atau

Forum Rembug termasuk

masyarakat lokal, antara

lain tokoh agama dan

tokoh masyarakat, dan

masukan dari mereka

ditindaklanjuti.

278

Page 236: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG3) Terdapat Kelompok Sadar

Wisata (Pokdarwis) yang

dapat menyampaikan

aspirasi dari masyarakat

lokal.b. Pengumpulan,

monitoring,

pencatatan dan

pelaporan dilakukan

tepat waktu.

Laporan data aspirasi sesuai

dengan jangka waktu yang

disepakati.

5. Akses Bagi Masyarakat LokalDestinasi memonitor,

melindungi dan

apabila diperlukan,

merehabilitasi dan

mengembalikan akses

masyarakat lokal

kepada situs alam dan

budaya.

a. Program untuk

memonitor,

melindungi dan

merehabilitasi atau

mengembalikan

akses publik kepada

masyarakat lokal dan

pengunjung domestik

kepada situs alam

dan budaya.

Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Rencana

Strategis atau Program

Pengembangan Destinasi

memastikan agar masyarakat

lokal dapat tetap memiliki

akses ke situs alam dan

budaya sebagai bagian dari

kegiatan dan pekerjaannya

sehari-hari.b. Memonitor tingkah

laku dan karakter

dari pengunjung

lokal, domestik

dan mancanegara

terhadap situs dan

atraksi pariwisata.

Survei preferensipengunjung/kepuasan

pengunjung.

6. Fungsi Edukasi Sadar WisataDestinasi menyediakan

program berkala bagi

masyarakat yang belum

memiliki

a. Program untuk

meningkatkan

kesadaran akan peran

dan potensi

1) Terbentuknya Pokdarwis di

destinasi.

2) Memiliki agenda kegiatan

untuk sadar wisata

279

Page 237: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGkesadaran pariwisata

untuk meningkatkan

pemahaman mereka

tentang peluang

dan tantangan di

dunia pariwisata dan

keberlanjutan.

berkontribusi

dalam pariwisata

dari masyarakat,

sekolah dan institusi

pendidikan tinggi.

dan edukasi mengenai

pentingnya keberlanjutan

dalam pariwisata kepada

masyarakat secara rutin.

3) Disbudpar tingkat

Provinsi / Kabupaten

melaksanakan program

sadar wisata secara rutin.7. Pencegahan EksploitasiDestinasi memiliki

hukum dan tindakan

untuk mencegah

praktik komersialisasi,

seks atau segala

macam bentuk

eksploitasi dan

pelecehan terhadap

siapapun, khususnya

anak-anak, remaja,

wanita, dan kaum

minoritas. Hukum

dan tindakan tersebut

dikomunikasikan

kepada publik.

a. Hukum dan

program untuk

mencegah praktik

komersialisasi, seks

atau segala macam

bentuk eksploitasi,

diskriminasi atau

pelecehan terhadap

penduduk atau

wisatawan.

1) Rencana Induk

Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Rencana

Strategis atau Program

Pengembangan Destinasi

mencakup rencana aksi

mengenai pencegahan

eksploitasi komersial,

seksual, atau dalam

bentuk lainnya serta

pelecehan terhadap

masyarakat setempat dan

juga pengunjung.

2) Mematuhi peraturan/

kebijakan terkait dengan

pencegahan eksploitasi,

diskriminasi atau pelecehan.

3) Mematuhi peraturan/

kebijakan terkait dengan

ketenagakerjaan.

4) Memiliki sistem per­

lindungan yang mencegah

praktik eksploitasi dan pelecehan terhadap

280

Page 238: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGsiapapun, khususnya

anak-anak, remaja, wanita,

dan kaum minoritas.

b. Hukum dan program

dikomunikasikan

kepada publik.

1) Jumlah kasus yang

dilaporkan dalam tahun.

2) Penanganan/tindakan

penyelesaian atas laporan

praktik-praktik eksploitasi

komersial, seksual, atau

dalam bentuk lainnya serta

pelecehan dari siapa pun.

3) Sosialisasi secara berkala.

4) Publikasi aturan di media

online atau media cetak.

8. Dukungan Untuk MasyarakatDestinasi memiliki

sistem yang memungkinkan dan

mendorong industri,

wisatawan dan

masyarakat umum

untuk berkontribusi

terhadap masyarakat

dan inisiatif berkelanjutan.

Program bagi industri,

wisatawan dan

masyarakat publik untuk

berkontribusi donasi

terhadap masyarakat

dan inisiatif konservasi

keanekaragaman

hayati dan/atau

pengembangan

infrastruktur.

1) Memiliki program

yang mempromosikan

Kemitraan Pemerintah

Swasta yang berkontribusi

pada inisiatif masyarakat

dan berkelanjutan.

2) Memiliki program Corporate

Social Responsibility (CSR)

yang merupakan kegiatan

sosial dari perusahaan

kepada lingkungan sekitar.

9. Mendukung Pengusaha Lokal dan Perdagangan yang AdilDestinasi memiliki

sistem yang

mendukung penduduk

lokal dan pengusaha

kecil dan menengah,

mempromosikan dan

mengembangkan

a. Program yang

mendukung dan

membangun kapasitas

penduduk lokal,

pengusaha kecil dan

menengah.

1) Memiliki peraturan adat,

seperti awig-awig, yang

mengatur penggunaan

tanah adat.

2) Dinas terkait

melaksanakan

281

Page 239: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGproduk lokal yang

berkelanjutan dan

prinsip perdagangan

yang adil berdasarkan

alam dan budaya lokal.

Termasuk makanan

dan minuman,

kerajinan tangan,

pertunjukan kesenian,

produk pertanian dan

lain-lain.

program promosi dan

pengembangan produk

lokal, misalnya pelatihan

kewirausahaan, akses

keuangan dan akses pasar.

3) Perbankan memberikan

Kredit Usaha Rakyat (KUR).

4) Memiliki program

keuangan hijau

(green finance) untuk

memudahkan pengusaha

dalam melaksanakan

praktik-praktik hijau.

b. Program yang

mendorong industri

untuk membeli produk

dan pelayanan dari

area setempat.

1) Memiliki program

yang mempromosikan

penyerapan produk lokal,

misalnya hasil pertanian,

cinderamata dan lain-lain,

melalui sektor pariwisata.

2) Memiliki program khusus

dari dinas terkait, misalnya

business match-making.

3) Terdapat Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT).

c. Program yang

mempromosikan dan

mengembangkan

produk lokal yang

berkelanjutan

berdasarkan alam dan

budaya lokal.

Kerjasama dengan pemangku

kepentingan terkait dengan

membentuk kelompok

binaan baik dalam bentuk

hibah, corporate social

responsibilities (CSR) dan lain

sebagainya.

282

Page 240: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGd. Program yang

melibatkan perajin,

petani dan penyedia

lokal di dalam rantai

nilai pariwisata.

1) Penggunaan produk lokal

sebagai komoditas utama.

2) Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) menjadi

mitra bisnis pariwisata.

C. PELESTARIAN BUDAYA BAGI MASYARAKAT DAN PENGUNJUNG

Kriteria pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung meliputi :

1. perlindungan atraksi wisata;

2. pengelolaan pengunjung;

3. perilaku pengunjung;

4. perlindungan warisan budaya;

5. interpretasi tapak; dan

6. perlindungan kekayaan intelektual.

Lebih lengkap mengenai uraian kriteria dan indikator serta bukti pendukung

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Perlindungan Atraksi Wisata

Kebijakan dan sistem untuk mengevaluasi, merehabilitasi, dan melestarikan

situs alam dan budaya, termasuk warisan budaya dalam bentuk bangunan

(bersejarah dan arkeologi) serta pemandangan pedesaan dan perkotaan

yang indah.

2. Pengelolaan Pengunjung

Sistem yang mengatur alur kunjungan pada suatu lokasi wisata. Didalamnya

juga termasuk langkah-langkah untuk melestarikan, melindungi, serta

meningkatkan aset alam dan budaya.

3. Perilaku Pengunjung

Adanya suatu panduan yang jelas bagi pengunjung untuk berperilaku

yang sesuai dan tepat pada lokasi-lokasi wisata yang sensitif. Panduan ini

dirancang untuk meminimalkan dampak negatif dari pengunjung terhadap

283

Page 241: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

lokasi wisata yang sensitif dan sebaliknya dapat memperkuat perilaku positif

dari pengunjung pada saat berada di lokasi wisata tersebut.

4. Perlindungan Warisan Budaya

Adanya hukum yang mengatur penjualan, perdagangan, pameran, atau

pemberian artefak bersejarah dan/atau bernilai arkeologis kepada pihak

lain.

5. Interpretasi Tapak

Ketersediaan informasi interpretatif yang akurat pada suatu lokasi wisata

alam dan budaya. Informasi tersebut sudah sesuai dengan budaya setempat,

dikembangkan melalui kolaborasi dengan masyarakat dan dikomunikasikan

dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh pengunjung.

6. Perlindungan Kekayaan Intelektual

Adanya hukum dan sistem yang jelas untuk memberikan kontribusi pada

perlindungan dan pelestarian hak kekayaan intelektual masyarakat dan

individu.

284

Page 242: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG1. Perlindungan Atraksi WisataDestinasi memiliki

kebijakan dan sistem

untuk mengevaluasi,

merehabilitasi dan

melestarikan situs

alam dan budaya,

termasuk bangunan

bersejarah (sejarah

dan arkeologi) serta

pemandangan

pedesaan dan

perkotaan

a. Sistem pengelolaan

untuk melindungi

situs alam dan

budaya, termasuk

bangunan bersejarah

serta pemandangan

pedesaan dan

perkotaan.

1) Terdapat sistem pengelolaan

untuk melindungi situs

alam dan budaya, termasuk

bangunan bersejarah dan

pemandangan perkotaan dan

pedesaan.

2) Terdapat filosofi lokal yang

dianut masyarakat setempat/

di destinasi seperti: TRI HITA

KARANA, Sistem Subak dan

sebagainya. Falsafah tersebut

memiliki konsep yang dapat

melestarikan keaneka ragaman

budaya dan lingkungan.

3) Dalam sistem tersebut

terdapat identifikasi terhadap

risiko lingkungan yang terus

diantisipasi dan dicarikan

solusi.

4) Terdapat Organisasi bisa dalam

bentuk Forum Tata Kelola

Pariwisata (FTKP), organisasi

pemerintah maupun organisasi

masyarakat setempat.

5) Sistem pengelolaan memiliki

keberlanjutan dan terdapat

organisasi/pihak yang

bertanggungjawab atas sistem

tersebut.

6) Terdapat berbagai peraturan

setempat yang dapat dijadikan

dasar pelaksanaan misalnya:

Perda, dan lain-lain.

285

Page 243: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG7) Sistem telah teridentifikasi

dan dilaksanakan dengan

konsisten.

8) Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) dan juga Rencana

Aksinya mencantumkan

kegiatan terkait dengan

adaptasi dan mitigasi risiko

lingkungan.

9) Destinasi memiliki rencana

tata ruang dan wilayah yang

mengatur zonasi peruntukan

daerah tujuan wisata, termasuk

area yang diperuntukan

untuk tema-tema wisata alam,

budaya, perkotaan, agrowisata

dan sebagainya.

b. Sistem untuk

mengawasi,

mengukur dan

melakukan mitigasi

terhadap dampak

pariwisata pada

situs dan atraksi

wisata.

1) Terdapat sistem dan panduan

untuk monitoring.

2) Monitoring dilakukan secara

berkesinambungan.

3) Terdapat sistem/alat untuk

mengukur dan melakukan

mitigasi dampak pariwisata

terhadap situs dan atraksi

wisata.

4) Terdapat mekanisme evaluasi

dan tindak lanjut atas hasil

kegiatan monitoring tersebut.

2. Pengelolaan PengunjungDestinasi telah

memiliki sistem

pengelolaan

Mekanisme administratif

bertanggung jawab

untuk melaksanakan

1) Destinasi memiliki sistem

administrasi pengelolaan

pengunjung untuk situs atraksi

286

Page 244: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG |pengunjung untuk

tapak wisata

yang termasuk di

dalamnya tindakan-

tindakan untuk

mempertahankan,

melindungi, dan

memperkuat aset

alam dan budaya.

rencana dan

operasional pengelolaan

pengunjung.

wisata yang termasuk di

dalamnya terdapat:

a) Tindakan untuk

mempertahankan;

b) Tindakan untuk melindungi;

c) Tindakan untuk memperkuat

aset alam dan budaya.

2) Destinasi memiliki filosofi

lokal yang dianut masyarakat

setempat seperti TRI HITA

KARANA, AWIG-AWIG

dan sebagainya. Falsafah

tersebut memiliki konsep

yang dapat memperkuat

tindakan mempertahankan

dan melindungi aset alam dan

budaya setempat.

3) Memiliki mekanisme

administratif yang terencana,

bertanggungjawab dalam

operasional pengelolaan

pengunjung.

4) Destinasi memiliki

mekanisme adminstratif yang

terdokumentasi dengan baik.

3. Perilaku PengunjungDestinasi telah

menyediakan

dan menerbitkan

panduan perilaku

pengunjung yang

pantas pada situs

yang sensitif.

a. Panduan budaya dan

lingkungan untuk

perilaku pengunjung

pada situs yang

sensitif.

1) Destinasi menerbitkan,menyediakan panduan tertulis

untuk perilaku mitra pengelola

wisata dan pengunjung

yang pantas di situs-situs

sensitif, yang didesain untuk

meminimalkan dampak yang

287

Page 245: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGPanduan ini

didesain untuk

meminimalkan

dampak yang

merugikan situs

tersebut dan

meningkatkan

perilaku pengunjung

yang positif.

merugikan situs tersebut

dan meningkatkan perilaku

pengunjung yang positif.

2) Destinasi memasang rambu

peringatan (signage) dan code

of behavior pada lokasi-lokasi

strategis untuk mengingatkan

perilaku konsumen.

b. Tata laksana (code

of practice) bagi

pemandu wisata dan

tour operator.

Destinasi memiliki kode praktik

untuk pemandu wisata dan tour

berkompetensi yang didesain

untuk meminimalkan dampak

negatif yang merugikan situs

tersebut dan meningkatkan

perilaku yang positif dari

pengunjung.

4. Perlindungan Warisan BudayaDestinasi telah

memiliki hukum

yang mengatur

penjualan,

perdagangan,

pameran atau

pemberian artefak

arkeologi dan

bersejarah.

a. Hukum dan

peraturan untuk

melindungi artefak

bersejarah dan

arkeologi termasuk

yang berada di

bawah air serta

bukti tindakan

penegakannya.

1) Destinasi melaksanakan

hukum dan peraturan untuk

melindungi sejarah dan artefak

arkeologi.

2) Memiliki Peraturan Daerah

yang mengatur pengelolaan cagar budaya dan warisan.

b. Program untuk

melindungi warisan

seni budaya tak

berbentuk (seperti

lagu,musik, drama,

keterampilan dan

kerajinan tangan).]

1) Destinasi memiliki program

untuk melindungi warisan

budaya sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2) Destinasi memiliki sistem

kemasyarakatan untuk

288

Page 246: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGmelindungi warisan seni

budaya (contoh: awig-awig).

3) Destinasi memiliki bukti

program tersebut secara

konsisten dilaksanakan

(memiliki kesinambungan).

4) Program tersebut selalu

dievaluasi untuk ditingkatkan

dan dikembangkan.

5. Interpretasi TapakInformasi

interpretatif yang

akurat disediakan

untuk tapak

alam dan budaya.

Informasi ini harus

sesuai dengan

budaya setempat,

dikembangkan

secara kolaborasi

bersama

masyarakat dan

dikomunikasikan

dengan bahasa

yang relevan bagi

pengunjung.

a. Informasi

interpretatif tersedia

untuk pengunjung di

Tourism Information

Center dan pada

tapak alam dan

budaya.

1) Tersedia informasi interpretatif

bagi pengunjung di kantor

penerangan wisata dan di situs

alam dan budaya. Informasi

yang tersedia dikemas dalam

bentuk fisik yang menarik;

barang cetakan seperti poster,

buku panduan, brosur dan

sebagainya yang bermanfaat

bagi pengunjung.

2) Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) dan juga Rencana

Aksinya mencantumkan

kegiatan terkait dengan

ketersediaan informasi

interpretatif.

b. Informasi

interpretatif sesuai

dengan budaya

setempat.

Informasi interpretatif yang

diberikan sesuai dengan budaya

destinasi setempat.

289

Page 247: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGc. Informasi

interpretatif ini

dikembangkan

secara kolaborasi

bersama masyarakat.

Informasi yang dikembangkan

melibatkan para pemangku

kepentingan dan masyarakat

setempat, merupakan hasil

kolaborasi bersama.

d. Informasi ini tersedia

dalam bahasa yang

relevan dengan

pengunjung.

Informasi tersedia dalam beberapa

bahasa yang relevan dengan

pengunjung yang datang.

e. Pelatihan bagi

pemandu wisata

dalam penggunaan

informasi yang tepat.

Destinasi memfasilitasi pelatihan

dan memiliki pemandu wisata

yang fasih dalam menyampaikan

informasi interpretatif.

6. Perlindungan Kekayaan IntelektualDestinasi

telah memiliki

sistem untuk

berkontribusi dalam

melindungi dan

mempertahankan

hak kekayaan

intelektual

masyarakat dan individu.

a. Hukum, peraturan

dan program untuk

melindungi hak

kekayaan intelektual

individu dan

masyarakat.

1) Destinasi memiliki sistem yang

terprogram sesuai hukum/

peraturan untuk berkontribusi

dalam melindungi dan

mempertahankan hak

kekayaan intelektual masyarakat dan individu.

2) Destinasi mematuhi peraturan/

kebijakan tentang Hak

Kekayaan Intelektual (HKI).

D. PELESTARIAN LINGKUNGAN

Kriteria pelestarian lingkungan meliputi :

290

1. risiko lingkungan;

2. perlindungan lingkungan sensitif;

Page 248: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

3. perlindungan alam liar (flora dan fauna);

4. emisi gas rumah kaca;

5. konservasi energi;

6. pengelolaan air;

7. keamanan air;

8. kualitas air;

9. limbah cair;

10. mengurangi limbah padat;

11. polusi cahaya dan suara; dan

12. transportasi ramah lingkungan.

Lebih lengkap mengenai uraian kriteria dan indikator serta bukti pendukung

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Risiko Lingkungan

Sistem yang dibentuk baik berupa kebijakan atau kearifan lokal yang

berbentuk lembaga resmi maupun tidak yang mampu mengurangi potensi

terjadinya hal-hal negatif yang dapat merusak lingkungan sebagai akibat

pengembangan pariwisata. Selain itu juga meliputi pencegahan dan

penanggulangan apabila terjadi kerusakan.

2. Perlindungan Lingkungan Sensitif

Sistem untuk memonitor dampak pariwisata terhadap lingkungan; ekosistem,

spesies dan konservasi habitat; dan pencegahan terhadap masuknya spesies

yang bersifat invasif.

3. Perlindungan Alam Liar (Flora dan Fauna)

Sistem untuk memastikan adanya kepatuhan destinasi terhadap hukum

lokal, nasional dan internasional serta standar untuk kegiatan memanen

atau penangkapan, pameran dan penjualan tumbuhan maupun satwa liar.

4. Emisi Gas Rumah Kaca

Sistem yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengukur,

memantau, meminimalkan, melaporkan kepada publik dan mengurangi

kegiatannya yang meningkatkan kadar gas buangan pada atmosfer (emisi

gas rumah kaca).

291

Page 249: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

5. Konservasi Energi

Sistem yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengukur,

memantau, mengurangi, dan mengumumkan konsumsi energi, serta

mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

6. Pengelolaan Air

Sistem yang mendorong perusahaan untuk mengukur, memantau,

mengurangi dan melaporkan kepada publik mengenai penggunaan air

perusahaan tersebut.

7. Keamanan Air

Sistem yang memantau sumber daya air pada destinasi untuk memastikan

bahwa penggunaan oleh perusahaan sudah seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan air dari masyarakat setempat; atau memastikan bahwa

sumber daya air selalu tersedia bagi masyarakat setempat maupun untuk

penggunaan lainnya.

8. Kualitas Air

Sistem untuk memonitor kualitas air minum dan kualitas air untuk

kegiatan rekreasi dengan menggunakan standar kualitas yang tepat. Hasil

pemantauan tersedia untuk umum dan terdapat sistem pada destinasi untuk

merespon berbagai permasalahan terkait kualitas air secara tepat waktu.

9. Limbah Cair

Sistem yang jelas dan dijalankan dengan konsisten terkait penentuan lokasi,

pemeliharaan dan pengujian debit dari septic tank; pengolahan limbah cair

yang memastikan limbah diproses dengan baik dan digunakan kembali

atau dikeluarkan dengan aman dan efek samping yang minimal terhadap

masyarakat dan lingkungan.

10. Mengurangi Limbah Padat

Sistem yang mendorong perusahaan untuk mengurangi, menggunakan

kembali, dan mendaur ulang sampah. Setiap sampah yang tidak dapat

digunakan kembali dapat dikelola dengan aman untuk memastikan

keberlanjutan lingkungan.

292

Page 250: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

11. Polusi Cahaya dan Suara

Panduan yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk meminimalkan

kegiatan operasionalnya yang dapat menyebabkan gangguan cahaya dan

suara terhadap lingkungan.

12. Transportasi Ramah Lingkungan

Sistem yang mendorong penggunaan alat transportasi yang efisien bahan

bakar dan ramah terhadap lingkungan, baik transportasi publik maupun

transportasi aktif yang dilakukan tiap orang (berjalan kaki dan bersepeda).

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG1. Risiko LingkunganDestinasi telah

mengidentifikasi

risiko lingkungan

dan memiliki sistem

penanganannya.

a. Penilaian keberlan-

jutan destinasi

untuk 5 (lima)

tahun terakhir

telah teridentifikasi

risikonya terhadap

lingkungan.

Adanya kegiatan/program untuk

menilai keberlanjutan destinasi

dalam 5 (lima) tahun terakhir

yang melibatkan para pemangku

kepentingan.

b. Sistem penanganan risiko telah tersedia.

1) Dalam kegiatan tersebut

terdapat identifikasi terhadap

risiko lingkungan.

2) Terdapat organisasi yang

bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan penilaian

berkelanjutan secara berkala.

3) Organisasi bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), organisasi pemerintah

maupun organisasi masyarakat

setempat.

4) Terdapat sistem untuk

menangani risiko yang

telah teridentifikasi dan

dilaksanakan dengan

konsisten.

293

Page 251: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG5) Memiliki berbagai peraturan

setempat yang dapat dijadikan

dasar pelaksanaan misalnya:

Perda, dan sebagainya.

6) Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA) dan rencana aksi

mencantumkan kegiatan terkait

dengan adaptasi dan mitigasi

risiko lingkungan.2. Perlindungan Lingkungan SensitifDestinasi telah

memiliki sistem

untuk memonitor

dampak pariwisata

terhadap lingkungan,

melestarikan

habitat, spesies

dan ekosistem yang ada dan mencegah

masuknya spesies

asing (invasive).

a. Melaksanakan dan

memperbaharui

inventarisasi habitat

dan margasatwa

yang sensitif dan

terancam punah.

Destinasi memiliki inventarisasi

terkini dari habitat dan

margasatwa yang sensitif dan

terancam. Data tersebut terus

dipertahankan dan diperbaharui

serta disosialisasikan dengan

baik kepada berbagai pihak yang

berkepentingan. Inventarisasi

tersebut perlu didokumentasikan dengan baik.

b. Sistem pengelolaan

untuk memonitor

dampak dan

melindungi

ekosistem,

lingkungan dan

spesies yang

sensitif.

Destinasi memiliki sistem

pengelolaan untuk memonitor

dampak dan melindungi

ekosistem, lingkungan dan

spesies yang sensitif. Sistem

tersebut berjalan dengan efektif

dan konsisten serta diketahui oleh

pihak-pihak yang berkepentingan.

Bukti dalam bentuk dokumentasi

kegiatan pengelolaan dan

monitoring dampak terhadap

lingkungan dan spesies yang

sensitif.

294

Page 252: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG

c. Sistem untuk

mencegah

masuknya spesies

asing (invasive)

1) Destinasi memiliki sistem

untuk mencegah masuknya

spesies yang invasif.

Sistem tersebut efektif

dan dilaksanakan dengan

konsisten.

2) Terdapat peraturan yang jelas

terkait dampak pariwisata

terhadap lingkungan,

melestarikan habitat, spesies

dan ekosistem yang ada dan

mencegah masuknya spesies

yang invasif.

3) Terdapat berbagai peraturan

setempat yang dapat dijadikan

dasar pelaksanaan, seperti:

Perda dan sebagainya.

4) Terdapat organisasi yang

bertanggung jawab terhadap

dampak pariwisata terhadap

lingkungan, melestarikan

habitat, spesies dan ekosistem

yang ada dan mencegah

masuknya spesies yang invasif.

5) Organisasi bisa dalam bentuk

Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), organisasi pemerintah maupun organisasi

masyarakat setempat.

3. Perlindungan Alam Liar (Flora dan Fauna)Destinasi telah

memiliki sistem untuk memastikan

a. Convention on

International Trade

in Endangered

Terdapat sistem untuk

memastikan kesesuaian dengan

hukum lokal, nasional dan

295

Page 253: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGkesesuaian

dengan hukum

lokal, nasional

dan internasional

serta standar

untuk berburu

atau menangkap,

memamerkan dan

menjual flora dan

fauna.

Species o f Wild

Fauna and Flora

(CITES).

internasional dan standar untuk

mengambil atau menangkap,

memamerkan dan menjual

margasatwa (termasuk tanaman

dan binatang).b. Peraturan dan

standar untuk

mengontrol

perburuan atau

penangkapan,

memamerkan dan

menjual flora dan

fauna.

1) Hukum internasional yang

dilaksanakan adalah CITES

(Convention on Internationa l

Trade in Endangered Species o f

W ild Fauna and Flora).

2) Peraturan dan standar yang

diterbitkan dari K em enterian

Lingkungan H idup dan

Kehutanan.

3) Terdapat peraturan dan

standar untuk mengontrol

pengambilan atau penang­

kapan, memamerkan dan

menjual tanaman dan binatang

yang dilaksanakan secara

konsisten.

4) Destinasi memiliki sistem

hukum adat kemasyarakatan

(contoh: awig-awig).

4. Emisi Gas Rumah KacaDestinasi telah

memiliki sistem

untuk mendorong

perusahaan

mengukur,

memonitor,

meminimalkan,

melaporkan

kepada publik dan

a. Program

pendampingan

untuk membantu

perusahaan

dalam mengukur,

memonitor,

meminimalkan dan

melaporkan kepada

publik mengenai

1) Destinasi memiliki program

untuk membantu perusahaan

mengukur, memonitor,

meminimalkan dan melaporkan

kepada publik mengenai emisi

gas rumah kaca.

2) Terdapat program sebagai

inisiatif dari sektor publik

maupun swasta terkait dengan

296

Page 254: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG

melakukan mitigasi

emisi gas rumah

kaca untuk semua

aspek operasional

(termasuk emisi dari

penyedia jasa).

emisi gas rumah

kaca.

usaha untuk mengukur,

memonitor, meminimalkan

dan pelaporan kepada publik

mengenai emisi Gas Rumah

Kaca (GRK), seperti misalnya

Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan (PROPER),

Rencana Aksi Daerah Gas

Rumah Kaca (RAD GRK),

Program Sertifikasi Ecolabel,

dan sebagainya.

b. Sistem

pendampingan

untuk membantu

perusahaan

melakukan mitigasi

emisi gas rumah

kaca.

1) Terdapat sistem untuk

membantu perusahaan untuk

melakukan mitigasi emisi gas

rumah kaca.

2) Terdapat peraturan yang jelas

terkait pengendalian emisi

rumah kaca pada destinasi.

3) Terdapat peraturan setempat

seperti: Rencana Induk

Pembangungan Kepariwisataan

Daerah (RIPPARDA), Peraturan

Daerah, dan sebagainya.

4) Terdapat keterlibatan

masyarakat dan pemerintah

daerah terkait dalam

mengawasi para pengusaha

mengendalikan emisi rumah

kaca.

5) Masyarakat bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP) maupun organisasi

masyarakat adat setempat.

297

Page 255: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR DUKTI PENDUKUNG5. Konservasi EnergiDestinasi telah

memiliki sistem

untuk mendorong

perusahaan

dalam mengukur,

memonitor,

mengurangi

dan melaporkan

konsumsi energi

serta ketergantungan

pada bahan bakar

fosil

a. Program untuk

mempromosikan

dan mengukur

konservasi energi,

memonitor,

mengurangi

serta melaporkan

konsumsi energi

kepada publik.

1) Destinasi memiliki program

untuk mempromosikan

konservasi energi serta

mengukur, memonitor,

mengurangi dan melaporkan

konsumsi energi.

2) Terdapat program efisiensi

sumber daya dan energi

terbarukan baik dari sektor

publik maupun sektor swasta.

b. Kebijakan dan

insentif untuk

mengurangi

ketergantungan

bahan bakar fosil,

meningkatkan

efisiensi energi dan

mendorong adopsi

serta penggunaan

teknologi energi

terbarukan.

1) Terdapat sistem untuk

membantu perusahaan untuk

melakukan konservasi energi

dan mengurangi ketergan

tungan pada bahan bakar fosil

serta mendorong adopsi dan

penggunaan teknologi energi

terbarukan.

2) Terdapat program kebijakan

dan insentif terkait dengan

keuangan hijau (green finance),

misalnya dari lembaga

perbankan.

3) Terdapat peraturan yang jelas

terkait pengendalian konsumsi

energi pada destinasi.

4) Terdapat peraturan seperti

Rencana Induk Pembangungan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Peraturan Daerah

dan sebagainya.

5) Terdapat keterlibatan masya­

rakat dan pemerintah daerah

298

Page 256: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGterkait dalam mengawasi para

pengusaha menggunakan

energi dari bahan bakar fosil.

6) Masyarakat bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP) maupun organisasi

masyarakat adat setempat.

6. Pengelolaan AirDestinasi telah

memiliki sistem yang mendorong

perusahaan

untuk mengukur,

memonitor,

mengurangi

serta melaporkan

penggunaan air

kepada publik

a. Program

pendampingan

untuk membantu

perusahaan

dalam mengukur,

memonitor,

mengurangi

dam melaporkan

penggunaan air.

1) Destinasi memiliki program

untuk mengukur, memonitor,

mengurangi dan melaporkan

penggunaan air kepada publik.

2) Terdapat sistem untuk

membantu perusahaan

untuk melakukan mengukur,

memonitor, mengurangi dan

melaporkan penggunaan air

kepada publik.

3) Terdapat peraturan yang jelas

terkait pengendalian konsumsi

air pada destinasi.

4) Terdapat peraturan seperti

Rencana Induk Pembangungan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Peraturan Daerah,

dan sebagainya.

5) Terdapat keterlibatan masyarakat dan pemerintah

daerah terkait dalam

mengawasi para pengusaha

menggunakan air.

6) Masyarakat bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP) maupun organisasi

masyarakat adat setempat.

299

Page 257: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG7. Keamanan AirDestinasi telah

memiliki sistem

untuk memonitor

sumber air dan

memastikan bahwa

penggunaan air oleh

perusahaan sesuai

dengan kebutuhan

masyarakat di

destinasi.

a. Sistem pengelolaan

untuk memastikan

bahwa air yang

digunakan oleh

perusahaan dan

yang dibutuhkan

oleh masyarakat

lokal telah seimbang

dan sesuai.

1) Terdapat sistem untuk

memonitor tercapainya

keseimbangan penggunaan

air oleh perusahaan dengan

kebutuhan masyarakat di

destinasi.

2) Terdapat peraturan yang

jelas terkait keseimbangan

dalam penggunaan air

pada destinasi diantara

kebutuhan perusahaan dengan

masyarakat.

3) Terdapat peraturan seperti

Rencana Induk Pembangungan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Peraturan Daerah,

dan sebagainya.

4) Terdapat keterlibatan

masyarakat dan pemerintah

daerah terkait dalam

mengawasi perusahaan dalam

menggunakan air di destinasi.

5) Masyarakat bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP maupun organisasi

masyarakat adat setempat.

6) Terdapat upaya-upaya untuk

mengurangi ketergantungan

terhadap satu sumber air saja.8. Kualitas AirDestinasi telah

memiliki sistem

untuk memonitor

kualitas air minum

a. Sistem pengelolaan

untuk memonitor

dan melaporkan

kualitas air minum

Terdapat sistem pengelolaan

untuk memonitor dan melaporkan

kualitas air minum dan air di

tempat rekreasi kepada publik.

300

Page 258: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR B L’KTI PENDUKUNGdan rekreasi dengan

menggunakan

kualitas standar.

Hasil monitoring

disediakan untuk

publik dan destinasi

memiliki sistem

untuk menanggapi

isu kualitas air

dengan tepat waktu.

dan rekreasi kepada

publik.

b. Hasil monitoring

tersedia untuk

publik.

Terdapat mekanisme yang jelas

untuk melaporkan kualitas air

minum dan air di tempat rekreasi

kepada publik.

c. Sistem untuk

menanggapi isu

kualitas air dengan

tepat.

1) Terdapat sistem untuk

menanggapi kualitas air dengan

tepat waktu.

2) Terdapat organisasi yang

bertanggungjawab monitoring

kualitas air pada destinasi.

3) Organisasi bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), organisasi pemerintah

maupun organisasi masyarakat

setempat.

4) Terdapat peraturan yang jelas

terkait monitoring terhadap

kualitas air pada destinasi.

5) Terdapat berbagai peraturan

setempat yang dapat dijadikan

dasar pelaksanaan, seperti:

Peraturan Daerah dan

sebagainya.

9. Limbah CairDestinasi telah

memiliki panduan

yang jelas dan

dilaksanakan

dalam penempatan,

pemeliharaan dan

pengujian isi septic

tank dengan sistem

pengolahan

a. Peraturan dalam

penempatan,

pemeliharaan

dan pengujian isi

septic tank dan

sistem pengolahan

limbah cair, serta

bukti tindakan

penegakannya.

1) Terdapat peraturan dalam

menempatkan, memelihara dan

menguji debit dari septic tank

dan sistem pengolahan air, dan

bukti tindakan penegakannya.

2) Peraturan tingkat nasional dan

regional.

301

Page 259: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNGlimbah cair, serta b. Peraturan untuk 1) Terdapat peraturan untuk

memastikan limbah memastikan memastikan ukuran dan

diolah dengan baik, ukuran dan jenis jenis pengolahan limbah air

digunakan kembali pengolahan limbah yang sesuai untuk lokasi

atau dibuang secara cair yang sesuai tersebut dan bukti tindakanaman dengan efek untuk lokasi penegakannya.kerugian yang tersebut dan 2) Peraturan tingkat nasional danminimal bagi bukti tindakan regional.warga lokal dan penegakannya.

lingkungan. c. Program Terdapat program untuk

pendampingan membantu perusahaan untukuntuk membantu mengolah dan menggunakanperusahaan dalam

mengolah dan

menggunakan

kembali limbah cair

secara efektif.

kembali limbah air secara efektif.

d. Program untuk 1) Terdapat program untukmemastikan memastikan pengolahanpengolahan limbah limbah cair yang baik, amanyang baik, aman untuk digunakan kembali atauuntuk digunakan dibuang dengan efek kerugian

kembali atau yang minimal bagi warga lokal

dibuang dengan dan lingkungan.

efek kerugian 2) Terdapat organisasi yang ber-yang minimal bagi tanggung jawab melakukan

warga lokal dan monitoring terhadap peng-lingkungan. olahan limbah air pada

destinasi.

3) Organisasi bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), organisasi pemerintah

maupun organisasi masyarakat

setempat.

302

Page 260: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG10. Mengurangi Limbah Padat

Destinasi telah

memiliki sistem

untuk mendorong

perusahaan untuk

mengurangi,

menggunakan

kembali dan

mendaur ulang

limbah padat.

Limbah padat yang

memiliki residu dan

tidak dapat didaur

ulang, dibuang

secara aman.

a. Sistem

pengumpulan

limbah padat

dilakukan dengan

mencatat jumlah

limbah yang

dihasilkan.

1) Terdapat inisiatif untuk

membuat sistem pengumpulan

sampah yang dilakukan dengan

mencatat jumlah limbah yang

dihasilkan.

2) Program Bank Sampah.

b Perencanaan penge­

lolaan limbah padat

yang diterapkan,

memiliki tujuan

kuantitatif untuk

meminimalkan

dan memastikan

pembuangan secara

aman dan ber­

kelanjutan, serta

tidak digunakan

kembali maupun

didaur ulang.

Terdapat perencanaan

pengelolaan sampah yang

diterapkan, dan memiliki tujuan

kuantitatif untuk meminimalkan

dan memastikan pengelolaan yang

aman dan berkelanjutan untuk

sampah yang tidak digunakan

kembali atau didaur ulang.

c. Program untuk

membantu

perusahaan

mengurangi, meng­

gunakan kembali

dan mendaur ulang

limbah padat.

Terdapat program untuk

membantu perusahaan

mengurangi, menggunakan

kembali dan mendaur ulang

sampah.

d. Program untuk

mengurangi

penggunaan botol

air kemasan plastik

oleh perusahaan

dan pengunjung.

1) Terdapat program untuk

mengurangi penggunaan botol

plastik air oleh perusahaan dan

pengunjung.

2) Terdapat program untuk

mengurangi penggunaan botol

303

Page 261: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BL’KTI PENDUKUNGplastik air oleh perusahaan dan

pengunjung.

3) Terdapat organisasi yang

bertanggungjawab melakukan

monitoring terhadap

pengolahan sampah pada

destinasi.

4) Organisasi bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), organisasi pemerintah

maupun organisasi masyarakat

setempat.

11. Polusi Cahaya dan SuaraDestinasi telah

memiliki panduan

dan peraturan untuk

meminimalkan polusi

cahaya dan suara.

Destinasi mendorong

perusahaan untuk

mengikuti panduan

dan peraturan ini.

a. Panduan dan

peraturan untuk

meminimalkan

polusi cahaya dan

suara.

1) Terdapat panduan

dan peraturan untuk

meminimalkan polusi cahaya

dan suara yang dilaksanakan

secara konsisten.

2) Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah

(RIPPARDA), Peraturan Daerah,

dan sebagainya.b. Program

pendampingan

untuk mendorong

perusahaan

mengikuti

panduan dan

peraturan dalam

meminimalkan

polusi cahaya dan

suara.

1) Terdapat program yang

mendorong perusahaan

dalam mengikuti panduan

dan peraturan untuk

meminimalkan polusi cahaya

dan suara.

2) Terdapat organisasi yang

bertanggungjawab melakukan

monitoring terhadap

pelaksanaan panduan dan

peraturan terkait polusi cahaya

dan suara.

304

Page 262: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

KRITERIA INDIKATOR BUKTI PENDUKUNG3) Organisasi bisa dalam bentuk

Forum Tata Kelola Pariwisata

(FTKP), organisasi pemerintah

maupun organisasi masyarakat

setempat.

12. Transportasi Ramah LingkunganDestinasi telah

memiliki sistem

untuk meningkatkan

penggunaan

transportasi

ramah lingkungan,

termasuk

transportasi publik

dan transportasi

aktif (seperti berjalan

kaki dan bersepeda).

a. Program untuk

meningkatkan

penggunaan

transportasi ramah

lingkungan.

Terdapat program untuk

meningkatkan penggunaan

transportasi ramah lingkungan

yang dilaksanakan secara

konsisten.

b. Program untuk

membuat

pengunjung tertarik

menggunakan

transportasi aktif.

1) Terdapat program untuk

membuat pengunjung tertarik

menggunakan transportasi

aktif (seperti berjalan kaki dan

bersepeda) yang dilaksanakan

secara konsisten.

2) Terdapat partisipasi aktif

masyarakat, perusahaan dan

pemerintah dalam program

tersebut.

3) Terdapat fasilitas transportasi

ramah lingkungan yang

mendukung program

penggunaannya.

305

Page 263: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB III

KETENTUAN PENUTUP

Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan ini diharapkan dapat menjadi acuan

bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam

pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan demi terwujud pengelolaan

perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan kawasan sebagai destinasi pariwisata

yang menarik, berdaya saing dan berkelanjutan.

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Salinan sesuai dengan

306

Page 264: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2016

TENTANG

SELEKSI TERBUKA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA

DAN PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a. bahwa untuk memberikan kesempatan yang lebih luas

kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam mengisi

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan

Kementerian Pariwisata, perlu menyelenggarakan seleksi

terbuka;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata tentang Seleksi Terbuka Pengisian Jabatan

Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di Lingkungan

Kementerian Pariwisata;

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5494);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan

307

Page 265: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4018), sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun

2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang

Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003

tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara

Tahun 2009 Nomor 164);

4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

5. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Cara

Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di

Lingkungan Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 477);

6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

308

Page 266: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

MEMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG SELEKSI

TERBUKA PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA

DAN PRATAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN

adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada

instansi pemerintah.

2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut

Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai

pemerintah dengan perjanjian keija yang diangkat oleh

pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam

suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas Negara

lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

3. Pengangkatan dalam jabatan pimpinan melalui seleksi

terbuka adalah proses pengisian jabatan pimpinan tinggi

melalui seleksi yang diinformasikan secara terbuka dan

dapat diikuti oleh setiap Pegawai ASN di lingkungan

Kementerian Pariwisata dan/atau dari Kementerian lain/

Lembaga lain/Pemerintah Daerah.

4. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan

tinggi pada kementerian yang terdiri dari jabatan pimpinan

tinggi madya dan jabatan pimpinan tinggi pratama.

5. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya adalah Jabatan yang

disetarakan dengan Jabatan Struktural Eselon La dan I.b.

6. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama adalah Jabatan yang

disetarakan dengan Jabatan Struktural Eselon II.

309

Page 267: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

7. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang

mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan

pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan melaksanakan proses pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

10. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

Pasal 2

(1) Seleksi terbuka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya

dan Pratama melalui seleksi terbuka dimaksudkan untuk

menyediakan pilihan yang lebih luas bagi organisasi dan

memberi kesempatan kepada para Pegawai ASN untuk

diangkat dalam Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan

Kementerian.

(2) Tujuan seleksi terbuka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi

Madya dan Pratama bertujuan untuk memperoleh pejabat

yang kompeten dalam mengisi jabatan.

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. persyaratan;

b. tahapan;

c. tata cara; dan

d. pelaporan.

Page 268: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB II

PERSYARATAN

Pasal 4

(1) Setiap Pegawai ASN yang berstatus Pegawai Negeri Sipil

dapat mengikuti seleksi terbuka dalam rangka mengisi

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama dengan

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

(2) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri dari:

a. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya setara eselon I.a; dan

b. Jabatan Pimpinan Tinggi Madya setara eselon I.b.

Pasal 5

Persyaratan untuk dapat mengikuti seleksi terbuka untuk

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1) dan (2), sebagai berikut:

a. usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun, atau

paling tinggi usia 59 (lima puluh sembilan) tahun bagi

pejabat yang sedang menduduki jabatan tinggi madya;

b. menduduki pangkat paling rendah:

1) Pembina Utama Muda dengan golongan ruang IV/c

untuk seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya

setara eselon I.a;

2) Pembina Tk.I dengan golongan ruang IV/b untuk

seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya setara

eselon I.b;

c. pendidikan paling rendah Strata 1 (S.l) atau yang setara

dan relevan;

d. semua unsur penilaian prestasi kerja paling rendah

bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

e. tidak sedang menjalani hukuman disiplin;

f. tidak berstatus sebagai tersangka;

g. sehat jasmani dan rohani;

311

Page 269: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

h. memiliki pengalaman kerja yang relevan dengan jabatan

yang akan diisi.

Pasal 6

Persyaratan untuk dapat mengikuti seleksi terbuka untuk

Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) dan (3), sebagai berikut:

a. usia paling tinggi 57 (lima puluh tujuh) tahun atau paling

tinggi usia 58 (lima puluh delapan) tahun bagi pejabat

yang sedang menduduki jabatan tinggi pratama;

b. menduduki pangkat paling rendah Pembina Tk.I dengan

golongan ruang IV/b;

c. pendidikan paling rendah Strata 1 (S.l) atau yang setara

dan relevan;

d. semua unsur penilaian prestasi kerja paling rendah

bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;

e. tidak sedang menjalani hukuman disiplin;

f. tidak berstatus sebagai tersangka;

g. sehat jasmani dan rohani; dan

h. memiliki pengalaman kerja yang relevan dengan jabatan

yang akan diisi.

BAB III

TAHAPAN

Pasal 7

(1) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama dinyatakan

kosong dan dapat dilakukan pengisian melalui seleksi

terbuka dikarenakan pejabat sebelumnya:

a. meninggal dunia;

b. uzur atau tidak dapat melaksanakan tugas;

c. menyatakan mengundurkan diri;

d. dijatuhi hukuman disiplin berat, kecuali hukuman

disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih

rendah selama 3 (tiga) tahun;

Page 270: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. mutasi atau promosi;

f. ditetapkan sebagai tersangka;

g. diberhentikan;

h. bebas tugas;

i. pemberhentian sementara; atau

j. pensiun.

(2) Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama baru

sebagai akibat penambahan atau perubahan nomenklatur

dilakukan pengisian melalui seleksi terbuka.

(3) Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama

dapat dilakukan melalui seleksi terbuka.

Pasal 8

(1) Biro yang menangani kepegawaian menyampaikan data

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama yang kosong

dan akan diisi melalui seleksi terbuka kepada Pejabat

Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang berwenang.

(2) Pejabat Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang

berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

membentuk Panitia Seleksi yang berjumlah paling sedikit

5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang.

(3) Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk

pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama

terdiri dari:

a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya pada Kementerian

Pariwisata;

b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya pada Kementerian

Sekretariat Negara atau Pejabat pada Sekretariat Kabinet;

c. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya pada Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi dan/atau Badan Kepegawaian Negara;

d. Akademisi/Pakar/Tenaga Profesional sesuai dengan

bidang jabatan yang akandiisi.

313

Page 271: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Akademisi/Pakar/Tenaga Profesional sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf d ditunjuk sesuai dengan

kompetensi bidang jabatan yang akan diisi.

(5) Dalam hal terdapat jabatan yang akan diisi atau pejabat

yang mengikuti seleksi adalah salah satu jabatan atau

pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka

pejabat dimaksud diganti oleh pejabat lain yang setingkat

atau lebih tinggi yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina

Kepegawaian melalui pejabat yang berwenang.

(6) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam

melaksanakan seleksi dapat dibantu oleh Tim Penilai

Kompetensi (assessor) yang independen dan memiliki

pengalaman dalam membantu seleksi Pejabat Pemerintah.

(7) Masa kerja panitia seleksi terhitung sejak ditetapkan

melalui Keputusan Menteri sampai dengan terpilihnya

calon pimpinan tinggi pada masing-masing jabatan untuk

diusulkan kepada Menteri.

Pasal 9

(1) Panitia Seleksi mempunyai tugas dan wewenang:

a. mempersiapkan mekanisme pelaksanaan seleksi;

b. mengumumkan informasi lowongan Jabatan

Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama;

c. melaksanakan proses seleksi termasuk penelusuran

rekam jejak ke tempat asal kerja;

d. melaksanakan penilaian;

e. mengumumkan hasil seleksi; dan

f. merekomendasikan:

1. calon Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang

dinyatakan lulus seleksi kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian untuk diusulkan ke Presiden;

2. calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang

dinyatakan lulus seleksi kepada Pejabat Pembina

Kepegawaian melalui Pejabat Yang Berwenang;

314

Page 272: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Panitia Seleksi dapat dibantu oleh

Sekretariat.

(3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.

BAB IV

TATA CARA

Pasal 10

(1) Panitia Seleksi mengumumkan Jabatan Pimpinan Tinggi

Madya dan Pratama yang akan dilakukan pengisian atau

penggantian melalui seleksi terbuka.

(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memuat:

a. nama jabatan yang kosong atau yang akan dilakukan

penggantian;

b. unit organisasi;

c. persyaratan administrasi;

d. persyaratan kompetensi yang diharapkan;

e. batas waktu pengumpulan kelengkapan administrasi;

f. materi atau tahapan seleksijdan

g. persyaratan lain yang ditentukan.

(3) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, meliputi:

a. surat lamaran dibuat sendiri oleh pelamar dan

bermeterai, bagi pelamar yang berasal dari luar

Kementerian;

b. mengisi formulir pilihan jabatan, bagi pelamar yang

berasal dari dalam Kementerian;

c. fotokopi SK kepangkatan dan jabatan yang diduduki;

d. fotokopi ijazah terakhir yang sesuai dengan jabatan

yang dilamar;

e. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) 2 (dua)

tahun terakhir;

315

Page 273: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. fotokopi tanda terima penyerahan Laporan Harta

Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) ke Komisi

Pemberantasan Korupsi bagi penyelenggara negara

yang diwajibkan melaporkan harta kekayaan;

g. fotokopi hasil penilaian prestasi kerja 2 (dua) tahun

terakhir;

h. surat keterangan sehat dari dokter/Rumah Sakit

pemerintah yang ditunjuk;dan

i. riwayat hidup lengkap.

(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum

tanggal penerimaan lamaran.

Pasal 11

Pengumuman seleksi terbuka untuk pengisian Jabatan

Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama diumumkan secara

nasional melalui papan pengumuman kementerian, media

cetak, media elektronik, dan/atau situs (website) resmi

kementerian.

Pasal 12

Seleksi terbuka untuk pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi

Madya dan Pratama meliputi:

a. seleksi administrasi; dan

b. seleksi kompetensi.

Pasal 13

(1) Seleksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 12 huruf a dilaksanakan dengan melakukan

penilaian terhadap kelengkapan berkas administrasi yang

disampaikan oleh para pelamar.

(2) Panitia Seleksi menetapkan paling kurang 3 (tiga) Calon

Pejabat Pimpinan Tinggi yang memenuhi persyaratan

administrasi untuk mengikuti seleksi berikutnya untuk

316

Page 274: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

setiap 1 (satu) lowongan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya

dan Pratama.

Pasal 14

(1) Seleksi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

12 huruf b dilaksanakan dengan melakukan penilaian

terhadap kompetensi manajerial dan kompetensi bidang

para pelamar.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama dilaksanakan

dengan menggunakan metode assessment center sesuai

kebutuhan Kementerian.

Pasal 15

(1) Panitia Seleksi mengolah hasil dari setiap tahapan seleksi

dan menyusun peringkat nilai untuk diumumkan.

(2) Panitia Seleksi mengumumkan hasil dari setiap tahap

seleksi secara terbuka melalui papan pengumuman

Kementerian dan/atau situs (website) kementerian.

Pasal 16

(1) Panitia Seleksi menyampaikan hasil penilaian beserta

peringkat nilai untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan

Pratama kepada Pejabat Pembina Kepegawaian.

(2) Pejabat Pembina Kepegawaian menyampaikan hasil

penilaian Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Madya sebanyak

3 (tiga) calon sesuai urutan nilai tertinggi kepada Presiden.

Pasal 17

(1) Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang telah lulus

seleksi dan memperoleh pertimbangan akan ditetapkan

oleh Presiden untuk diangkat sebagai Pejabat Tinggi

Madya.

(2) Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang telah lulus

seleksi akan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

317

Page 275: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

untuk diangkat masing-masing sebagai Pejabat Pimpinan

Tinggi Pratama.

BAB V

PELAPORAN

Pasal 18

Pejabat Pembina Kepegawaian dan/atau pejabat yang

berwenang menyampaikan laporan pelaksanaan pengangkatan

dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama melalui

seleksi terbuka kepada Komisi Aparatur Sipil Negara dan

tembusannya kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi dan Kepala Badan Kepegawaian

Negara.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan

318

Page 276: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­

undangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 9 September 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 14 September 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1380

Salinan sesuai dengan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

319

Page 277: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

320

Page 278: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

Menimbang

Mengingat

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2016

TENTANG

STATUTA POLITEKNIK

PARIWISATA PALEMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

bahwa dalam rangka mewujudkan tertib pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan Politeknik Pariwisata Palembang

dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 Peraturan

Menteri Pariwisata Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi

dan Tata Keija Politeknik Pariwisata Palembang, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Statuta

Politeknik Pariwisata Palembang;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

321

Page 279: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5336);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan

Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5500);

5. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

139 Tahun 2014 tentang Pedoman Statuta dan Organisasi

Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 1670);

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 4 Tahun 2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pariwisata

Palembang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 710);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG STATUTA

POLITEKNIK PARIWISATA PALEMBANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

322

Page 280: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. Politeknik Pariwisata Palembang yang selanjutnya disebut

Poltekpar Palembang adalah perguruan tinggi di bawah

Kementerian Pariwisata yang menyelenggarakan program

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan.

2. Statuta Poltekpar Palembang yang selanjutnya disebut

Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan

yang digunakan sebagai acuan untuk merencanakan,

mengembangkan, serta menyelenggarakan program dan

kegiatan di Poltekpar Palembang.

3. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah di jalur pendidikan formal.

4. Pendidikan Vokasi adalah Pendidikan Tinggi program

diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan

keahlian terapan tertentu sampai program sarjana

terapan, dan dapat dikembangkan oleh pemerintah

sampai program magister terapan atau program doktor

terapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5. Kurikulum Poltekpar Palembang yang selanjutnya disebut

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan dalam satu periode jenjang

pendidikan di Poltekpar Palembang.

6. Sivitas Akademika Poltekpar Palembang yang selanjutnya

disebut Sivitas Akademika adalah satuan masyarakat

akademik yang terdiri atas dosen dan mahasiswa di

lingkungan Poltekpar Palembang.

7. Senat Poltekpar Palembang yang selanjutnya disebut

Senat adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di

lingkungan Poltekpar Palembang.

8. Direktur Poltekpar Palembang yang selanjutnya disebut

Direktur adalah dosen yang diberikan tugas tambahan

untuk memimpin Poltekpar Palembang.

9. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan Poltekpar

Palembang dengan tugas utama mentransformasikan,

323

Page 281: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

mengembangkan, danmenyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

10. Tenaga Kependidikan adalah tenaga kependidikan yang

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan di Poltekpar Palembang.

11. Mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar sebagai

peserta didik yang belajar di Poltekpar Palembang.

12. Alumni Poltekpar Palembang adalah seseorang yang telah

dinyatakan lulus dari pendidikan di Poltekpar Palembang.

13. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan.

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kepariwisataan.

BAB II

IDENTITAS

Bagian Kesatu

Status, Kedudukan, dan Dies Natalis

Pasal 2

(1) Poltekpar Palembang merupakan perguruan tinggi

yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri melalui Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan.

(2) Poltekpar Palembang berkedudukan di Kota Palembang,

Provinsi Sumatera Selatan.

(3) Poltekpar Palembang ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Pariwisata Nomor 4 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Politeknik Pariwisata Palembang tanggal 27

April 2016.

324

Page 282: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Dies Natalis Poltekpar Palembang ditetapkan setiap

tanggal 27 April 2016.

Bagian Kedua

Lambang, Moto, Bendera, Busana, Himne, dan Mars

Pasal 3

(1) Poltekpar Palembang mempunyai lambang sebagaimana

gambar di bawah ini:

(2) Rincian arti lambang Poltekpar Palembang adalah sebagai

berikut:

a. bola dunia melambangkan insan pariwisata yang

memiliki daya saing dunia;

b. buku terbuka melambangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang selalu berkembang;

c. lingkaran melambangkan pariwisata sebagai wahana

untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta

membina persahabataan dunia;

d. warna biru tua melambangkan sifat tenang dan

memberikan kesan kedalaman;

e. warna putih melambangkan kedamaian;

f. warna kuning emas melambangkan bangsa yang

besar dan beijiwa priyagung sejati;

g. jembatan ampera sebagai ciri khas Kota Palembang

yang melambangkan kemakmuran bersama; dan

h. candi melambangkan nilai-nilai luhur budaya lokal

yang dapat mewarnai dunia pariwisata internasional.

325

Page 283: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 4

(1) Moto Poltekpar Palembang yaitu: “Primasewaka Dharma

Negara.”

(2) Moto Poltekpar Palembang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mempunyai arti lulusan yang dihasilkan Poltekpar

Palembang memiliki keunggulan sikap, kepribadian,

dan layanan kepada masyarakat dan negara di bidang

pariwisata.

Pasal 5

Bendera Poltekpar Palembang berbentuk empat persegi

panjang, berwarna dasar kuning emas, dan di tengah-tengah

bendera tergambar logo Poltekpar Palembang dengan ukuran

panjang 250 cm dan lebar 180 cm.

Pasal 6

(1) Setiap Program Studi memiliki bendera berbentuk persegi

panjang dengan ukuran panjang berbanding lebar 3 : 2

dengan warna yang berbeda sesuai dengan program

studi masing-masing dan di tengahnya terdapat lambang

Poltekpar Palembang.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai warna, kode warna,

dan tata cara penggunaan bendera Program Studi diatur

dalam Peraturan Direktur.

Pasal 7

(1) Poltekpar Palembang memiliki busana akademik, busana

almamater, busana perkuliahan, dan busana perkuliahan

praktikum.

(2) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas busana pimpinan, busana Senat, dan busana

wisudawan.

(3) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa toga, topi berwarna hitam, kalung, dan atribut

lainnya.

326

Page 284: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Busana almamater sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa jas almamater berwarna abu-abu tua, dan di

bagian dada kiri terdapat lambang Poltekpar Palembang.

(5) Busana perkuliahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa kemeja/blouse berwarna putih dan celana

panjang/rok berwarna hitam di bagian dada kanan

terdapat nama dan di bagian dada kiri terdapat lambang

Poltekpar Palembang.

(6) Busana perkuliahan praktikum sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

penggunaan busana akademik dan busana almamater

diatur dalam Peraturan Direktur.

Pasal 8

(1) Poltekpar Palembang memiliki Himne, sebagai berikut:

Menjulang bak bukit siguntang

Memancar cita luhur mulia Politeknik Pariwisata

Palembang

Membangkitkan kualitas ilmu, teknologi kepariwisataan

Mengbadi kepada masyarakat untuk kesejahteraan rakyat

Berdasarkan Tri Dharma almamater kita

Demi bangsa dan Negara Indonesia tercinta

Pasal 9

Poltekpar Palembang memiliki Mars Poltekpar Palembang,

sebagai berikut:

Kami insan Politeknik Pariwisata Palembang Siap sedia

melaksanakan cita-cita luhur mulia Menuntut ilmu dan

teknologi kepariwisataan

Menciptakan tenaga terampil berdaya guna, berbakti

kepada negara

Politeknik Pariwisata bumi sriwijaya Politeknik kebanggaan

kita

Ciptakan profesional bidang pariwisata, kreatif berjiwa

wirausaha

327

Page 285: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Wujudkan cita-cita menjadi kader bangsa bagi Indonesia

nan jaya

Pasal 10

Himne dan Mars Poltekpar Palembang dinyanyikan pada

acara resmi yang diselenggarakan oleh dan/atau atas nama

Poltekpar Palembang.

BAB III

PENYELENGGARAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Bagian Kesatu

Otonomi Pengelolaan

Pasal 11

(1) Poltekpar Palembang memiliki otonomi untuk mengelola

sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tri

Dharma Perguruan Tinggi dan kegiatan lainnya secara

terintegrasi, harmonis, dan berkelanjutan, baik di dalam

maupun di luar kedudukan Poltekpar Palembang.

(2) Otonomi pengelolaan Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. otonomi pengelolaan di bidang akademik, yaitu

penetapan norma dan kebijakan operasional Poltekpar

Palembang serta pelaksanaan Tri Dharma Perguruan

Tinggi; dan

b. otonomi pengelolaan di bidang non akademik,

yaitu penetapan norma dan kebijakan operasional

Poltekpar Palembang serta pelaksanaan organisasi,

keuangan, kemahasiswaan, kepegawaian, sarana,

dan prasarana.

(3) Otonomi pengelolaan Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. bidang akademik:

328

Page 286: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. penetapan norma kebijakan operasional, dan

pelaksanaan pendidikan terdiri atas:

a) persyaratan akademik yang akan digunakan;

b) kurikulum program studi;

c) proses pembelajaran;

d) penilaian hasil belajar;

e) persyaratan kelulusan; dan

f) wisuda.

2. penetapan norma kebijakan operasional, serta

pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat; dan

b. bidang non-akademik:

1. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan organisasi terdiri atas:

a) rencana strategis dan rencana kerja tahunan;

b) sistem penjaminan mutu internal; dan

c) sistem pengendalian internal;

2. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan keuangan terdiri atas:

a) membuat perjanjian dengan pihak ketiga

dalam lingkup Tri Dharma Perguruan Tinggi;

dan

b) sistem pencatatan dan laporan keuangan,

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

3. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan kemahasiswaan terdiri atas:

a) kegiatan kemahasiswaan kokurikuler;

b) organisasi kemahasiswaan; dan

c) pembinaan bakat dan minat mahasiswa;

4. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan ketenagaan terdiri atas:

a) penugasan dan pembinaan sumber daya

manusia; dan

329

Page 287: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b) penyusunan target kerja dan jenjang karir

sumber daya manusia;

5. penetapan norma, kebijakan operasional sarana

dan prasarana terdiri atas:

a) penggunaan sarana dan prasarana;

b) pemeliharaan sarana dan prasarana; dan

c) pemanfaatan sarana dan prasarana;

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Otonomi pengelolaan Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip:

a. akuntabilitas;

b. transparan;

c. nirlaba;

d. penjaminan mutu; dan

e. efektivitas dan efisiensi.

Bagian Kedua

Penyelenggaraan Pendidikan

Pasal 12

(1) Penerimaan mahasiswa baru di lingkungan Poltekpar

Palembang diselenggarakan melalui jalur seleksi

penerimaan mahasiswa baru dengan mengacu pada

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa Poltekpar

Palembang adalah memiliki ijazah Sekolah Menengah

Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah atau

yang sederajat dan telah lulus seleksi dan terdaftar di

Poltekpar Palembang.

(3) Penerimaan mahasiswa selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan penerimaan mahasiswa

melalui alih kredit, penugasan, dan kerja sama.

330

Page 288: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Penerimaan mahasiswa tidak membedakan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kewarganegaraan, status sosial, dan

tingkat kemampuan ekonomi.

(5) Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa Poltekpar

Palembang apabila memenuhi syarat dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan mahasiswa

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 13

(1) Poltekpar Palembang menyelenggarakan pendidikan

vokasi di bidang kepariwisataan.

(2) Poltekpar Palembang menyelenggarakan program

pendidikan diploma, dan sarjana terapan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

Pendidikan Vokasi Poltekpar Palembang diatur dengan

Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan dari

Senat.

Pasal 14

(1) Satu Tahun Akademik untuk Pendidikan Vokasi di

Poltekpar Palembang dibagi dalam 2 (dua) semester.

(2) Penyelenggaraan semester sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas 16 (enam belas) minggu kegiatan

pembelajaran efektif.

(3) Tahun Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam Kalender Akademik dan ditetapkan

dengan Keputusan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

331

Page 289: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 15

(1) Penyelenggaraan pendidikan di Poltekpar Palembang

berdasarkan paket menggunakan Sistem Kredit Semester

(SKS).

(2) Beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman

belajar, dan beban penyelenggaraan program dinyatakan

dalam satuan kredit semester (sks).

(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan

diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 16

(1) Pendidikan Vokasi Poltekpar Palembang diselenggarakan

berdasarkan kurikulum masing-masing program studi

yang mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-

undangan.

(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. disusun dengan memperhatikan kebutuhan unit

pengguna; dan

b. dilaksanakan dengan menggunakan satuan jam per

minggu yang dapat disetarakan dengan satuan kredit

semester (sks).

(3) Evaluasi dan perubahan kurikulum dilakukan secara

berkala.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum ditetapkan

dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Pasal 17

(1) Kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dinilai secara

berkala melalui:

a. ujian;

b. pelaksanaan tugas; dan

c. pengamatan.

332

Page 290: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat

diselenggarakan melalui:

a. ujian tengah semester;

b. ujian akhir semester; dan/atau

c. ujian akhir program studi.

(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dilakukan melalui tugas terstruktur, mandiri,

dan/atau kelompok.

(4) Pelaksanaan pengamatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c dilakukan melalui keaktifan dalam

pembelajaran di kelas.

(5) Ujian akhir program studi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, berupa ujian laporan akhir studi, ujian

kompetensi, ujian sertifikasi keahlian, dan/atau ujian

komprehensif.

(6) Penilaian hasil belajar didasarkan pada Satuan Acara

Perkuliahan (SAP), dan Rencana Pembelajaran Semester

(RPS).

(7) Nilai akhir hasil belajar semester merupakan nilai

gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b dan/atau huruf c.

(8) Nilai akhir hasil belajar semester sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E

yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 atau dengan

menggunakan huruf antara dan nilai antara.

(9) Nilai akhir hasil belajar mahasiswa dalam suatu semester

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Semester (IPS).

(10) Hasil belajar mahasiswa dalam suatu masa studi

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar

mahasiswa diatur dalam Peraturan Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

setelah mendapat pertimbangan dari Senat.

333

Page 291: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 18

(1) Mahasiswa dinyatakan lulus pada suatu jenjang

pendidikan setelah menempuh mata kuliah yang

dipersyaratkan dan berhasil mempertahankan karya tulis

ilmiah berupa tugas/proyek akhir.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai karya tulis ilmiah yang

dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 19

(1) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan vokasi

diadakan upacara wisuda.

(2) Upacara wisuda dapat dilaksanakan lebih dari satu kali

dalam satu tahun ajaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upacara wisuda diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

Pasal 20

(1) Poltekpar Palembang menyelenggarakan pendidikan

dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar.

(2) Bahasa daerah dan bahasa asing dapat dipergunakan

sebagai bahasa pengantar, baik dalam penyelenggaraan

pendidikan maupun dalam penyampaian pengetahuan

dan / atau keterampilan tertentu untuk lebih meningkatkan

daya guna dan hasil guna proses pembelajaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

334

Page 292: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Ketiga

Penyelenggaraan Penelitian

Pasal 21

(1) Poltekpar Palembang melaksanakan kegiatan penelitian

terapan.

(2) Penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh Direktur.

Bagian Keempat

Penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 22

(1) Poltekpar Palembang menyelenggarakan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan sifat

pengetahuan dan tujuan pendidikan serta berorientasi

kepada masalah-masalah pembangunan regional dan

pembangunan nasional.

(2) Poltekpar Palembang melaksanakan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan,

pendayagunaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan/atau teknologi bagi kepentingan masyarakat.

(3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1):

a. dilaksanakan di bawah PPPM atau unit kerja lain

yang relevan;

b. dapat dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian;

c. dilaksanakan intra, lintas, dan/atau multi-sektor;

d. dilaksanakan untuk memberikan kontribusi

terhadap pengembangan wilayah dan pemberdayaan

masyarakat melalui kejasama dengan institusi lain;

dan

335

Page 293: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

e. diselenggarakan dengan melibatkan dosen,

mahasiswa, dan tenaga fungsional baik perseorangan

maupun kelompok.

(4) Penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi.

(5) Hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat

didokumentasikan dan dipublikasikan dalam media yang

mudah diakses oleh masyarakat.

(6) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat

diorientasikan untuk pemberdayaan masyarakat.

(7) Hasil pengabdian kepada masyarakat dapat dimanfaatkan

sebagai dasar bagi penelitian lanjutan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelanggaraan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat diatur dalam Peraturan

Direktur, setelah mendapat pertimbangan Senat.

Bagian Kelima

Etika Akademik dan Kode Etik

Pasal 23

(1) Poltekpar Palembang menjunjung tinggi etika akademik.

(2) Sivitas Akademika terikat dalam kode etik yang mengatur

keharusan:

a. menjaga dan mempertahankan integritas pribadinya;

b. menjaga dan memelihara harkat dan martabat

Poltekpar Palembang; dan

c. menjaga disiplin dalam menjalankan dan

melaksanakan tugas dan kewajiban.

(3) Poltekpar Palembang memberlakukan kode etik yang

terdiri dari:

a. kode etik Poltekpar Palembang;

b. kode etik Dosen Poltekpar Palembang;

c. kode etik Tenaga Kependidikan; dan

d. kode etik Mahasiswa.

336

Page 294: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Kode etik Poltekpar Palembang memuat norma yang

mengikat semua pihak yang bernaung di bawah nama

Poltekpar Palembang atau bertindak atas nama Poltekpar

Palembang.

(5) Kode etik Dosen Poltekpar Palembang berisi norma yang

mengikat Dosen secara individual dalam penyeleng­

garaan kegiatan akademik.

(6) Kode etik Tenaga Kependidikan berisi norma yang

mengikat Tenaga Kependidikan secara individual dalam

menunjang penyelenggaraan Poltekpar Palembang.

(7) Kode etik Mahasiswa berisi norma yang mengikat

Mahasiswa secara individual dalam melaksanakan

kegiatan akademik dan kemahasiswaan di Poltekpar

Palembang.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai etika akademik dan

kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Bagian Keenam

Kebebasan Akademik Dan Otonomi Keilmuan

Pasal 24

(1) Kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki

anggota sivitas akademika untuk secara bertanggung

jawab dan mandiri melaksanakan kegiatan akademik

yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

(2) Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. kebebasan mimbar akademik; dan

b. otonomi keilmuan.

(3) Dalam melaksanakan kebebasan akademik, setiap anggota

sivitas akademika harus mengupayakan agar kegiatan

337

Page 295: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

serta hasilnya dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan

kegiatan akademik Poltekpar Palembang.

(4) Pelaksanaan kebebasan akademik diarahkan untuk

memantapkan terwujudnya pengembangan diri Sivitas

Akademika, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian.

(5) Dalam rangka pelaksanaan kebebasan akademik, Sivitas

Akademika dapat mengundang tenaga ahli dari luar

untuk menyampaikan pikiran dan pendapatnya sesuai

dengan norma dan kaidah keilmuan setelah mendapat

persetujuan Direktur.

Pasal 25

(1) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud

dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, dimaksudkan untuk

memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan

pendapatnya secara bebas sesuai dengan norma dan

kaidah keilmuan yang berlaku.

(2) Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

ayat (2) huruf b merupakan:

a. kegiatan keilmuan yang mengacu pada norma dan

kaidah keilmuan; dan

b. pedoman dalam rangka mengembangankan ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau seni bagi Poltekpar

Palembang dan Sivitas Akademika.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perwujudan kebebasan

akademika diatur dengan Peraturan Senat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketujuh

Gelar Dan Penghargaan

Pasal 26

(1) Sebagai pengakuan dan bukti kelulusan program diploma,

Poltekpar Palembang memberikan ijasah dengan gelar:

338

Page 296: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. Ahli Madya, bagi lulusan Program Diploma 3; dan

b. Sarjana Terapan, bagi lulusan Program Diploma 4.

(2) Jenis gelar, singkatan dan penggunaannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Lulusan Poltekpar Palembang berhak mendapatkan

Ijasah, Transkrip, dan Surat Keterangan Pendamping

Ijasah setelah menyelesaikan semua kewajiban akademik,

dan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Direktur berwenang mencabut Ijasah lulusan Poltekpar

Palembang, apabila lulusan dimaksud terbukti melakukan:

a. pemalsuan terhadap dokumen yang terkait dengan

pemenuhan syarat administratif pendaftaran masuk

Poltekpar Palembang;

b. kecurangan akademik; dan

c. plagiarisme.

(5) Pencabutan Ijasah sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dilakukan dengan Keputusan Direktur, setelah

mendapatkan pertimbangan Senat.

Pasal 27

(1) Poltekpar Palembang akan memberikan penghargaan

kepada lulusan yang berprestasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan nilai dalam

penghargaan akan diatur dalam Peraturan Direktur,

setelah mendapatkan pertimbangan Senat.

339

Page 297: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB IV

SISTEM PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Visi, Misi Dan Tujuan

Pasal 28

Visi Poltekpar Palembang adalah menjadi Institusi pendidikan

tinggi kepariwisataan berstandar internasional dan berkepri­

badian Indonesia.

Pasal 29

Misi Poltekpar Palembang terdiri atas:

a. menghasilkan sumber daya manusia pariwisata yang

mempunyai daya saing internasional dan berkepribadian

Indonesia;

b. mengembangkan penelitian kepariwisataan skala

internasional yang berbasis pada pengetahuan, budaya,

dan lingkungan lokal; dan

c. mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui

inovasi teknologi tepat guna, kearifan lokal, dan kelestarian

lingkungan.

Pasal 30

Tujuan Poltekpar Palembang terdiri atas:

a. menyelenggarakan sistem pendidikan bidang

kepariwisataan yang berbasis akuntabilitas kinerja

untuk menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur,

unggul dalam pengetahuan dan keterampilan pada ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni;

b. mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

seni, serta berkontribusi yang relevan dan berkualitas

tinggi bagi kebutuhan pembangunan nasional, regional,

dan internasional;

340

Page 298: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. menciptakan lingkungan dan suasana akademik kampus

yang kondusif dan dapat menumbuhkan sikap apresiatif,

partisipatif dan kontributif dari sivitas akademika, serta

menjunjung tinggi tata nilai dan moral akademik dalam

usaha membentuk masyarakat kampus yang dinamis dan

harmonis; dan

d. mengembangkan jejaring dengan perguruan tinggi lain,

masyarakat, industri, lembaga pemerintah dan lembaga

laun baik tingkat nasionad maupun internasional dengan

asas saling menguntungkan.

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 31

Susunan Organisasi Poltekpar Palembang terdiri atas:

a. Direktur dan Pembantu Direktur;

b. Senat;

c. Dewan Penyantun;

d. Satuan Penjaminan Mutu;

e. Satuan Pengawas Internal;

f. Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan;

g. Subbagian Administrasi Umum;

h. Program Studi;

i. Laboratorium;

j. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat; dan

k. Unit Penunjang.

Bagian Ketiga

Direktur

Paragraf 1

Tugas dan Fungsi Direktur

Pasal 32

(1) Direktur bertugas memimpin Poltekpar Palembang.

341

Page 299: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Dalam melaksanakan tugas, Direktur dibantu oleh 2 (dua)

orang Pembantu Direktur.

(3) Direktur dan Pembantu Direktur merupakan 1 (satu)

kesatuan unsur pimpinan Poltekpar Palembang.

(4) Dalam melaksanakan tugas, Direktur menyelenggarakan

fungsi:

a. menyusun statuta beserta perubahannya untuk

diusulkan kepada Menteri;

b. menyusun dan/atau menetapkan kebijakan akademik

setelah mendapatkan pertimbangan Senat;

c. menyusun dan menetapkan norma akademik,

kode etik sivitas akademika setelah mendapatkan

pertimbangan Senat;

d. menyusun dan menetapkan kode etik sivitas

akademika setelah mendapatkan pertimbangan

Senat;

e. menyusun dan/atau dapat mengubah rencana

pengembangan jangka panjang;

f. menyusun dan/atau mengubah rencana strategis 5

(lima) tahun;

g. menyusun dan/atau mengubah rencana kerja dan

anggaran tahunan (rencana operasional);

h. mengelola pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat sesuai dengan rencana kerja dan

anggaran tahunan;

i. mengangkat dan/atau memberhentikan Pembantu

Direktur dan pimpinan unit di bawah Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

j. menjatuhkan sanksi kepada sivitas akademika dan

tenaga kependidikan yang melakukan pelanggaran

terhadap norma, etika, dan/atau peraturan akademik

berdasarkan rekomendasi Senat;

342

Page 300: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

k. menjatuhkan sanksi kepada dosen dan tenaga

kependidikan yang melakukan pelanggaran sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

l. membina dan mengembangkan dosen dan tenaga

kependidikan;

m. menerima, membina, mengembangkan, dan

memberhentikan mahasiswa;

n. mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

o. menyelenggarakan sistem informasi manajemen

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang

handal yang mendukung pengelolaan Tri Dharma

Perguruan Tinggi, akuntansi dan keuangan,

kepersonaliaan, kemahasiswaan, dan kealumnian;

p. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung­

jawaban penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan

Tinggi kepada Menteri;

q. membina dan mengembangkan hubungan dengan

alumni, pemerintah, pemerintah daerah, pengguna

hasil kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan

masyarakat; dan

r. memelihara keamanan, keselamatan, kesehatan, dan

ketertiban kampus serta kenyamanan kerja untuk

menjamin kelancaran kegiatan Tri Dharma Perguruan

Tinggi.

Paragraf 2

Pengangkatan Direktur

Pasal 33

Calon Direktur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan

dosen aktif dengan jenjang akademik paling rendah Lektor;

c. berpendidikan paling rendah Magister (S2);

343

Page 301: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat

berakhirnya masa jabatan Direktur yang sedang menjabat;

e. berpengalaman manajerial di lingkungan perguruan tinggi

paling rendah sebagai Ketua Jurusan/ Kepala Pusat/

Kepaila Satuam sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

f. bersedia dicalonkan menjadi pemimpin Poltekpar

Palembang yang dinyatakan secara tertulis;

g. memiliki setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan

Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) bernilai baik dalam 2 (dua)

tahun terakhir;

h. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan tertulis oleh

dokter pemerintah yang berwenang;

i. tidak sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam)

bulan atau ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

dinyatakan secara tertulis;

j. tidak pernah melakukan plagiarisme sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan;

k. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang

atau berat;

l. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan

yang memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana paling rendah pidana

kurungan; dan

m. memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan minimal dalam

jurnal nasional terakreditasi.

Pasal 34

Pengangkatan Direktur dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut:

a. tahap penjaringan bakal calon Direktur;

b. tahap penyaringan calon Direktur;

c. tahap pemilihan calon Direktur; dan

d. tahap pengangkatan Direktur.

344

Page 302: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 35

(1) Tahap penjaringan bakal calon Direktur dan penyaringan

calon Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

huruf a dan huruf b, dilakukan oleh Senat.

(2) Tahap penjaringan dan penyaringan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat 6 (enam)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat.

(3) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan Direktur yang sedang menjabat, Senat sudah

harus menetapkan 3 (tiga) orang calon Direktur.

(4) Tahap penjaringan bakal calon Direktur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme

sebagai berikut:

a. Senat membentuk panitia penjaringan bakal calon

Direktur;

b. panitia sebagaimana dimaksud pada huruf a

menginventarisasi dosen yang memenuhi syarat untuk

menjadi bakal calon Direktur dan mengumumkan

nama-nama dosen bakal calon Direktur yang

memenuhi persyaratan;

c. dosen bakal calon Direktur sebagaimana dimaksud

pada huruf b yang berniat mengikuti tahap penj aringan

harus mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran;

d. apabila sampai batas waktu penjaringan berakhir

bakal calon Direktur yang memenuhi syarat kurang

dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur, Senat

memperpanjang jangka waktu penjaringan bakal

calon Direktur selama 5 (lima) hari kerja; dan

e. apabila setelah masa perpanjangan, sebagaimana

dimaksud pada huruf d bakal calon Direktur tetap

kurang dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur, Ketua

Senat dengan persetujuan anggota Senat menunjuk

345

Page 303: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dosen yang memenuhi syarat untuk didaftarkan

sebagai bakal calon Direktur.

(5) Tahap penyaringan calon Direktur sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 huruf b dilakukan dengan cara:

a. calon Direktur menyampaikan visi, misi, program

kerja dan pengembangan Poltekpar Palembang di

hadapan Senat;

b. Senat melakukan penilaian dan pemilihan bakal calon

Direktur yang mendaftar dalam tahap penjaringan;

c. paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pemilihan,

Senat menyampaikan 3 (tiga) orang calon Direktur

beserta daftar riwayat hidup dan program kerja

para calon Direktur kepada Menteri melalui Dewan

Pertimbangan; dan

d. Dewan Pertimbangan dapat memberikan catatan atau

rekomendasi atas calon Direktur yang diusulkan oleh

Senat.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjaringan dan

penyaringan ditetapkan dengan Keputusan Senat.

Pasal 36

Tahap pemilihan calon Direktur dan pengangkatan Direktur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c dan huruf d

dilakukan dengan cara:

a. Senat melakukan pemilihan calon Direktur dalam sidang

Senat;

b. pemilihan calon Direktur dilakukan paling lambat 2 (dua)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat;

c. pemilihan calon Direktur dilakukan melalui pemungutan

suara secara tertutup dengan ketentuan:

1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara

dari total pemilih; dan

346

Page 304: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara

dan masing-masing anggota Senat memiliki hak suara

yang sama;

d. hasil pemilihan calon Direktur dalam sidang senat

sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada

Menteri untuk kemudian Menteri dapat menambahkan

hak suaranya kepada salah satu calon;

e. dalam hal terdapat 2 (dua) orang calon Direktur yang

memperoleh suara tertinggi dengan jumlah suara yang

sama, dilakukan pemilihan putaran ke dua untuk memilih

suara terbanyak dari kedua calon Direktur tersebut;

f. Direktur terpilih adalah calon Direktur yang memperoleh

suara terbanyak; dan

g. Menteri menetapkan pengangkatan Direktur terpilih atas

dasar suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada

huruf f.

Paragraf 3

Masa Jabatan Direktur

Pasal 37

Direktur memegang jabatan selama 4 (empat) tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama

hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 4

Pemberhentian Direktur

Pasal 38

Direktur diberhentikan dari jabatan karena:

a. telah berusia 65 (enam puluh lima) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. permohonan sendiri;

d. masa jabatannya berakhir;

e. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

347

Page 305: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. dibebaskan dari jabatan dosen;

g. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan atau

ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang meninggalkan

tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi; dan/atau

h. cuti di luar tanggungan negara.

Pasal 39

Pemberhentian Direktur karena berhalangan tetap sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 huruf b dilakukan apabila Direktur

yang bersangkutan:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan

dengan Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan PNS;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri;

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS; dan/atau

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki

kekuatan hukum tetap.

Pasal 40

(1) Pemberhentian Direktur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 dilakukan oleh Menteri.

(2) Dalam hal terjadi pemberhentian Direktur sebelum masa

jabatannya berakhir:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas

(Pit.) Direktur berdasarkan surat perintah Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan;

dan

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan berhalangan tetap, Pembantu

Direktur Bidang Umum ditunjuk sebagai Pit.

Direktur berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

348

Page 306: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Selain menjalankan tugas Direktur, Pit. Direktur

juga mempersiapkan pemilihan Direktur baru yang

dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung

sejak tanggal surat perintah Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Paragraf 5

Direktur Berhalangan Sementara

Pasal 41

(1) Direktur dianggap berhalangan sementara dalam hal

jabatan Direktur yang masih terisi namun karena sesuatu

hal yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas

jabatannya.

(2) Kondisi berhalangan sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain berhalangan karena cuti tahunan,

cuti besar, cuti bersalin, cuti karena alasan penting, cuti

sakit, atau tugas kedinasan di dalam maupun luar negeri

yang tidak melebihi 6 (enam) bulan.

(3) Dalam hal Direktur berhalangan sementara maka:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Pelaksana Harian

(Plh.) Direktur berdasarkan surat perintah Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan;

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan berhalangan sementara, Pembantu

Direktur Bidang Umum ditunjuk sebagai Plh.

Direktur berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

349

Page 307: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Keempat

Pembantu Direktur

Paragraf 1

Tugas Pembantu Direktur

Pasal 42

(1) Pembantu Direktur berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Direktur.

(2) Pembantu Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan, yang selanjutnya disebut Pembantu

Direktur I; dan

b. Pembantu Direktur Bidang Umum, yang selanjutnya

disebut Pembantu Direktur II.

(3) Pembantu Direktur I sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a, merupakan tenaga dosen yang memenuhi

syarat dan diberi tugas tambahan membantu Direktur

dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang

administrasi akademik, pembinaan kemahasiswaan dan

alumni, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

penjaminan mutu, pembinaan dosen dan kerja sama.

(4) Pembantu Direktur II sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf b, merupakan tenaga dosen yang memenuhi

syarat dan diberi tugas tambahan membantu Direktur

dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang

administrasi umum, tenaga kependidikan, ketatausahaan,

rumah tangga dan perlengkapan, barang milik negara,

perencanaan, keuangan, kepegawaian, hukum,

komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

350

Page 308: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 2

Fungsi Pembantu Direktur

Pasal 43

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 42 ayat (3), Pembantu Direktur I menyelenggarakan

fungsi yang meliputi:

a. pengelolaan administrasi akademik;

b. pembinaan kemahasiswaan dan alumni;

c. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

d. penjaminan mutu;

e. pembinaan dosen;

f. pelaksanaan kerja sama; dan

g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 ayat (4), Pembantu Direktur Bidang Umum

menyelenggarakan fungsi yang meliputi:

a. pengelolaan administrasi umum;

b. pembinaan tenaga kependidikan;

c. pengelolaan ketatausahaan;

d. layanan rumah tangga dan perlengkapan;

e. pengelolaan barang milik negara;

f. penyiapan penyusunan rencana dan program;

g. pengelolaan keuangan;

h. pembinaan kepegawaian;

i. layanan hukum dan komunikasi publik;

j . penataan organisasi dan tata laksana; dan

k. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

Paragraf 3 Pengangkatan Pembantu Direktur

Pasal 44

(1) Persyaratan untuk diangkat sebagai calon Pembantu

Direktur mengikuti persyaratan calon Direktur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

351

Page 309: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

k. menetapkan tata cara pemilihan Direktur dan Ketua

Program Studi; dan

l. dalam melaksanakan tugas dan wewenang

pengawasan, Senat menyusun laporan hasil

pengawasan dan menyampaikan kepada direktur

untuk ditindaklanjuti.

Pasal 47

(1) Anggota Senat terdiri atas:

a. Direktur;

b. Para Pembantu Direktur;

c. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat;

d. Para Ketua Program Studi; dan

e. Wakil Dosen.

(2) Anggota Senat memilih Ketua dan Sekretaris Senat

diantara anggota Senat yang tidak menjabat sebagai

pimpinan Politeknik Palembang dan ditetapkan dengan

Keputusan Direktur.

(3) Sekretaris Senat dapat membentuk Sekretariat untuk

kelancaran pelaksanaan tugas.

(4) Wakil dosen sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e

berjumlah 3 (tiga) orang.

(5) Pemilihan 3 (tiga) orang wakil dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), dilaksanakan dalam rapat dosen

dan diangkat oleh Direktur.

(6) Ketua Senat melalui sidang Senat dapat memberhentikan

anggota Senat dari wakil dosen apabila:

a. melanggar hukum berdasarkan putusan pengadilan

yang berkekuatan hukum tetap;

b. melanggar etika akademik dan kode etik; dan/atau

c. mengundurkan diri.

(7) Senat dapat membentuk komisi sesuai kebutuhan.

354

Page 310: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 3

Berhalangan Tetap dan

Berhalangan Sementara bagi Ketua Senat

Pasal 48

(1) Ketua Senat berhalangan tetap dalam hal:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan

dengan Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan

PNS;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri;

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS;

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap; dan/atau

g. diberhentikan sementara dari PNS sebelum masa

jabatan berakhir.

(2) Dalam hal Ketua Senat berhalangan tetap, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Pit. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

(3) Sekretaris Senat bertindak sebagai Pit. Ketua Senat

sampai dengan terpilihnya Ketua Senat baru.

(4) Dalam hal Ketua Senat berhalangan sementara, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Plh. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

Paragraf 4

Sidang Senat

Pasal 49

(1) Sidang Senat terdiri atas:

a. sidang biasa; dan

b. sidang luar biasa.

355

Page 311: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Sidang biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, diselenggarakan secara teratur dan terjadwal

paling kurang sekali dalam 6 (enam) bulan.

(3) Sidang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, dilaksanakan apabila:

a. pimpinan Poltekpar Palembang berhalangan tetap

dalam masa jabatannya; dan

b. terjadi kondisi tertentu yang membutuhkan

pengambilan keputusan secara cepat oleh Senat.

(4) Sidang Senat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota

Senat.

(5) Pengambilan keputusan rapat Senat dilaksanakan

berdasarkan musyawarah dan mufakat.

(6) Dalam hal musyawarah tidak dapat menghasilkan

kemufakatan/keputusan, pengambilan keputusan akan

dilakukan dengan cara pemungutan suara (voting) dan

keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.

Bagian Keenam

Dewan Penyantun

Pasal 50

(1) Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf c merupakan organ Poltekpar Palembang yang

menjalankan fungsi pemberian pertimbangan bidang

non-akademik dan membantu pengembangan Poltekpar

Palembang.

(2) Bidang non-akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) antara lain meliputi organisasi, sumber daya

manusia, administrasi, keuangan, keijasama, hubungan

masyarakat, sarana dan prasarana serta perencanaan dan

pengembangan.

356

Page 312: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Dewan Penyantun mempunyai tugas dan

wewenang:

a. memberikan pertimbangan terhadap kebijakan

Direktur dibidang non-akademik;

b. merumuskan saran/pendapat terhadap kebijakan

Direktur di bidang non-akademik; dan

c. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam

mengelola Poltekpar Palembang.

Pasal 51

Keanggotaan Dewan Penyantun, terdiri atas:

a. 1 (satu) orang dosen yang mewakili setiap Program Studi;

b. 1 (satu) orang yang mewakili tenaga kependidikan;

c. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan;

d. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Kota Palembang;

e. 1 (satu) orang mantan Direktur;

f. 1 (satu) orang wakil alumni;

g. 1 (satu) orang wakil orang tua mahasiswa;

h. 1 (satu) orang tokoh masyarakat; dan

i. 1 (satu) orang industriawan untuk setiap Program Studi.

Pasal 52

(1) Dewan Penyantun terdiri atas:

a. Ketua merangkap Anggota;

b. Sekretaris merangkap Anggota; dan

c. Anggota.

(2) Anggota Dewan Penyantun yang berasal dari perwakilan

dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf a

memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. dosen wakil Program Studi yang diusulkan oleh ketua

Program Studi dan tidak sedang menjabat sebagai

anggota Senat;

b. wakil tenaga kependidikan yang diusulkan oleh

Direktur; dan

357

Page 313: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. memiliki kompetensi dalam bidang organisasi, sumber

daya manusia, keuangan, kerja sama, hubungan

masyarakat, atau sarana dan prasarana.

(3) Masa jabatan anggota Dewan Penyantun 4 (empat) tahun.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan anggota

kehormatan dan tata cara pemilihan anggota Dewan

Penyantun diatur dengan Peraturan Dewan Penyantun.

Bagian Ketujuh

Satuan Penjaminan Mutu

Pasal 53

(1) Satuan Penjaminan Mutu mempunyai tugas mengoor­

dinasikan, memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan

pengembangan dan penjaminan mutu.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Satuan Penjaminan Mutu menyelenggarakan

fungsi:

a. pelaksanaan pengembangan pembelajaran dan sistem

penjaminan mutu;

b. pelaksanaan program dan kegiatan penjaminan

mutu; dan

c. pelaksanaan urusan administrasi.

(3) Satuan Penjaminan Mutu terdiri atas:

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional tertentu; dan/atau

c. Jabatan Fungsional umum.

(4) Kepala Satuan Penjaminan Mutu diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Masa jabatan Kepala Satuan Penjaminan Mutu adalah 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk (1) satu

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Penjaminan Mutu merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Palembang.

358

Page 314: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Penjaminan Mutu ditetapkan

Direktur.

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Penjaminan Mutu harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kedelapan

Satuan Pengawasan Internal

Pasal 54

(1) Satuan Pengawasan Internal mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan bidang non-akademik untuk

dan atas nama Direktur.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (1),

Satuan Pengawasan Internal menyelenggarakan fungsi:

a. penetapan kebijakan pengawasan internal bidang

non-akademik;

b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap

pengelolaan bidang non-akademik;

c. pelaporan hasil pengawasan internal kepada Direktur;

d. pengajuan saran dan/atau pertimbangan mengenai

perbaikan pengelolaan kegiatan non- akademik

kepada Direktur atas dasar hasil pengawasan

internal; dan

e. pemantauan dan pengoordinasian tindak lanjut hasil

pemeriksaan.

(3) Satuan Pengawasan Internal terdiri atas:

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional umum; dan/atau

c. Jabatan Fungsional tertentu.

(4) Kepala Satuan Pengawasan Internal diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Kepala Satuan Pengawasan Internal memegang jabatan

selama 4 (empat) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih

359

Page 315: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Pengawasan Internal merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Palembang.

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Pengawasan Internal ditetapkan

Direktur.

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Pengawas Internal harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kesembilan

Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, dan

Subbagian Administrasi Umum

Pasal 55

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,

dan Subbagian Administrasi Umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 huruf f dan g merupakan unsur

pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,

dan Subbagian Administrasi Umum dipimpin oleh seorang

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur.

(3) Pola mutasi dan promosi jabatan struktural dan

fungsional umum pada Subbagian Administrasi Akademik

dan Kemahasiswaan, dan Subbagian Administrasi

Umum mengikuti pola mutasi dan promosi di lingkungan

Kementerian Pariwisata.

(4) Pembinaan Subbagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan dilakukan oleh Pembantu Direktur I, dan

pembinaan Subbagian Administrasi Umum, dilakukan

oleh Pembantu Direktur II.

360

Page 316: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 56

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

mempunyai tugas:

a. pengelolaan administrasi akademik;

b. pembinaan dosen;

c. pembinaan kemahasiswaan dan alumni;

d. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

e. penjaminan mutu;

f. pelaksanaan kerja sama; dan

g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

(2) Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas:

a. pengelolaan administrasi umum;

b. pembinaan tenaga kependidikan;

c. pengelolaan ketatausahaan;

d. layanan rumah tangga dan perlengkapan;

e. pengelolaan barang milik negara;

f. penyiapan penyusunan rencana dan program serta

pengelolaan keuangan;

g. pembinaan kepegawaian;

h. layanan hukum dan komunikasi publik;

i. penataan organisasi dan tata laksana; dan

j. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

Bagian Kesepuluh

Program Studi, Laboratorium, dan Kelompok Dosen

Paragraf 1

Program Studi

Pasal 57

(1) Program Studi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf h, dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi

yang diangkat oleh Direktur atas rekomendasi Senat

berdasarkan hasil rapat pemilihan Ketua Program Studi.

361

Page 317: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Ketua Program Studi diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(3) Dalam rangka melaksanakan tugas, Ketua Program Studi

dibantu oleh seorang Sekretaris Program Studi.

Pasal 58

(1) Program Studi terdiri dari:

a. Program Studi Diploma Empat Pengelola Konvensi

dan Acara;

b. Program Studi Diploma Tiga Divisi Kamar;

c. Program Studi Diploma Tiga Seni Kuliner; dan

d. Program Studi Diploma Tiga Tata Hidang.

(2) Selain program studi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Direktur dapat melakukan pengembangan

program studi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Paragraf 2

Laboratorium

Pasal 59

(1) Laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf i, dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium.

(2) Kepala Laboratorium diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 3

Kelompok Dosen

Pasal 60

(1) Kelompok Dosen merupakan satuan dosen yang

mempunyai minat dan bidang keahlian yang sama yang

merupakan satuan penunjang Program Studi dalam

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

362

Page 318: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Kelompok Dosen dipimpin oleh seorang Ketua yang

bertugas menjalankan fungsi konsultatif dan koordinatif

dengan pimpinan Program Studi.

Bagian Kesebelas

Pusat Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 61

(1) Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(PPPM) merupakan unsur pelaksana akademik yang

bertanggung jawab kepada Direktur dan secara teknis

pembinaan dilakukan oleh Pembantu Direktur Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan.

(2) PPPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan:

a. kegiatan penelitian;

b. pengabdian kepada masyarakat; dan

c. pengembangan keahlian dan berperan serta dalam

pengembangan karya ilmiah di bidang pariwisata.

(3) PPPM dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a, menggunakan pendekatan multi bidang, antar

bidang, dan lintas bidang dalam menerapkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

Pasal 62

(1) PPPM terdiri atas:

a. Kepala;

b. Sekretaris;

c. Jabatan fungsional umum; dan/atau

d. Jabatan fungsional tertentu.

(2) PPPM dipimpin oleh seorang kepala dengan masa jabatan

4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

363

Page 319: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Kepala PPPM ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur

dengan persetujuan Senat.

(4) Kepala PPPM merupakan PNS berstatus dosen aktif

Poltekpar Palembang.

(5) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja PPPM ditetapkan dengan Keputusan

Direktur.

(6) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala PPPM

harus membuat laporan pertanggung jawaban kepada

Direktur.

Bagian Kedua

belas Unit Penunjang

Pasal 63

(1) Unit Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

31 huruf k merupakan unsur yang diperlukan untuk

penyelenggaraan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(2) Unit Penunjang terdiri dari:

a. Unit Bahasa;

b. Unit Praktek Kerja Nyata (PKN) dan Bursa Kerja;

c. Unit Perpustakaan; dan

d. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi.

(3) Unit penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Unit Bahasa mempunyai tugas melakukan

peningkatan kemahiran penggunaan bahasa nasional

dan asing;

b. Unit Praktik Kerja Nyata (PKN) dan Bursa Keija

mempunyai tugas melakukan penyiapan kerjasama,

pengelolaan praktik kerja nyata, dan penyelenggaraan

bursa kerja;

c. Unit Perpustakaan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan perpustakaan; dan

364

Page 320: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai

tugas melakukan pengelolaan teknologi informasi dan

komunikasi.

(4) Unit Penunjang dipimpin oleh Kepala yang diangkat

dan diberhentikan oleh Direktur dengan masa jabatan 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(5) Kepala Unit Penunjang bertanggung jawab kepada

Direktur.

(6) Kepala Unit Penunjang merupakan tenaga fungsional

umum atau fungsional tertentu yang diberi tugas tambahan

untuk membantu Direktur dalam mengkoordinasikan

kegiatan di dalam unit penunjang.

(7) Kepala Unit Unit Bahasa dan Kepala Unit Praktek Kerja

Nyata dan Bursa Kerja, dikoordinasikan oleh Pembantu

Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.

(8) Kepala Unit Perpustakaaan dan Kepala Unit Teknologi

Informasi dan Komunikasi, dikoordinasikan oleh

Pembantu Direktur Bidang Umum.

(9) Sesuai dengan perkembangan, kebutuhan, dan

kemampuan, Direktur dapat membentuk unit Penunjang

sebagai unsur penunjang selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Ketiga Belas

Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 64

(1) Kelompok Jabatan Fungsional (Jafung) mempunyai tugas

melakukan kegiatan sesuai dengan Jafung masing-masing

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kelompok Jafung terdiri atas Dosen, Pustakawan, Pranata

Komputer, dan Jafung lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

365

Page 321: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Masing-masing kelompok Jafung dikoordinasikan oleh

seorang pejabat fungsional yang ditetapkan oleh Direktur.

(4) Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan beban keija.

(5) Jenis dan jenjang Jafung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(6) Kelompok Jafung Dosen berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur I serta Ketua Program Studi.

(7) Kelompok Jafung Dosen mempunyai tugas melakukan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat sesuai dengan bidang keahliannya/ ilmunya

serta memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan minat mahasiswa di

dalam proses pendidikan.

(8) Kelompok Jafung Lainnya mempunyai tugas mendukung

kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat sesuai dengan bidang keahlian.

(9) Kelompok Jafung Lainnya berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur II.

Pasal 65

(1) Dosen terdiri atas:

a. dosen tetap;

b. dosen tidak tetap; dan

c. , dosen tamu.

(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai

tenaga tetap pada Poltekpar Palembang.

(3) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan dosen yang bukan tenaga tetap pada

Poltekpar Palembang.

366

Page 322: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Dosen tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

merupakan seorang yang diundang untuk menjadi dosen

di Poltekpar Palembang selama jangka waktu tertentu.

(5) Jenis dan jenjang kepangkatan dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Untuk menjadi Dosen Poltekpar Palembang, harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar;

d. memiliki moral dan integritas yang tinggi;

e. memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa

depan bangsa dan negara;

f. memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan

vokasi yang diasuhnya; dan

g. memiliki jiwa membimbing dan melayani mahasiswa.

Bagian Keempat Belas

Tenaga Kependidikan

Pasal 66

(1) Tenaga Kependidikan di lingkungan Poltekpar Palembang

dapat diangkat sebagai pejabat struktural atau pimpinan.

(2) Untuk menjadi Tenaga Kependidikan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga kependidikan;

dan

d. mempunyai moral dan integritas yang tinggi.

(3) Tenaga Kependidikan Poltekpar Palembang terdiri atas:

a. instruktur;

367

Page 323: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. laboran;

c. teknisi;

d. fungsional umum; dan

e. tenaga penunjang akademik lainnya.

(4) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. PNS; atau

b. non PNS.

(5) Pengangkatan dan pemberhentian Tenaga Kependidikan

PNS sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) huruf a, dikoordinasikan dengan Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan dan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian Tenaga Kependidikan

non PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) b,

ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima Belas

Mahasiswa dan Alumni

Pasal 67

(1) Mahasiswa merupakan peserta didik Poltekpar Palembang.

(2) Untuk menjadi mahasiswa Poltekpar Palembang harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki ijazah minimum yang dipersyaratkan setiap

program studi;

b. lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru Poltekpar

Palembang; dan

c. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

368

Page 324: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 68

(1) Mahasiswa Poltekpar Palembang mempunyai kewajiban

sebagai berikut:

a. mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku

pada Poltekpar Palembang;

b. ikut memelihara sarana dan prasarana serta

kebersihan, ketertiban, dan keamanan Poltekpar

Palembang;

c. menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

seni;

d. menjaga kewibawaan dan nama baik Poltekpar

Palembang; dan

e. menjunjung tinggi kebudayaan nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban mahasiswa

Poltekpar Palembang sebagaimana dimaksud pada ayat(l)

diatur dengan Peraturan Direktur.

Pasal 69

(1) Mahasiswa Poltekpar Palembang mempunyai hak sebagai

berikut:

a. menggunakan kebebasan akademik secara

bertanggung-jawab untuk menuntut dan mengkaji

ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku

dalam lingkungan akademik;

b. memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan

bidang akademik;

c. memanfaatkan fasilitas Poltekpar Palembang dalam

rangka kelancaran proses belajar;

d. mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung

jawab atas program studi yang diikuti dalam

penyelesaian studinya;

e. memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan

program studi yang diikuti serta hasil belajarnya;

369

Page 325: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memanfaatkan sumber daya Poltekpar Palembang

melalui perwakilan /organisasi kemahasiswaan untuk

mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat, dam

tata kehidupan bermasyarakat; dan

h. ikut serta dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan

Poltekpar Palembamg.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak mahasiswa Poltekpar

Palembamg sebagaimama dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturam Direktur.

Pasal 70

(1) Organisasi kemahasiswaan di Poltekpar Palembang

diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk

mahasiswa.

(2) Bentuk aktivitas dan badan kelengkapan organisasi

kemahasiswaan di Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antar mahasiswa dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 71

(1) Kegiatan ko-kurikuler mahasiswa meliputi:

a. kepemimpinan;

b. penalaran dan keilmuan;

c. minat dan kegemaran;

d. kesejahteraan; dan

e. kegiatan-kegiatan penunjang.

(2) Kegiatan mahasiswa dalam kampus dapat diselenggarakan

setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan Pembantu

Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(3) Kegiatan mahasiswa luar kampus harus seizin Direktur.

370

Page 326: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Kegiatan mahasiswa yang dilakukan antar negara harus

seizin Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan

Kepariwisataan.

Pasal 72

(1) Pembiayaan kegiatan mahasiswa dibebankan dan

diselenggarakan berdasarkan rencana anggaran Poltekpar

Palembang.

(2) Penggalangan dana dari sumber lain yang tidak; mengikat

dilakukan seizin Direktur dan digunakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 73

(1) Alumni merupakan orang-orang yang telah menyelesaikan

pendidikan di Poltekpar Palembang.

(2) Alumni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

membentuk organisasi alumni sebagai wadah kegiatan

yang disebut ikatan alumni Poltekpar Palembang.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai alumni Poltekpar

Palembang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Keputusan Direktur.

Bagian Keenam Belas

Sarana dan Prasarana

Pasal 74

(1) Sarana dan prasarana Poltekpar Palembang diperoleh

melalui dana yang bersumber dari:

a. pemerintah; dan

b. masyarakat ataupun pihak lain.

(2) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana yang berasal dari dimaksud pada ayat (1) pemerintah

sebagaimana huruf a diselenggarakan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

371

Page 327: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

yang berasal dari masyarakat dan pihak lain ditetapkan

oleh Direktur dengan persetujuan Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendayagunaan

sarana dan prasarana Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

dengan persetujuan Senat.

Pasal 75

Sivitas Akademika dan tenaga administratif memiliki kewajiban

untuk memelihara dan menggunakan sarana dan prasarana

secara bertanggung jawab, berdaya guna, dan berhasil guna.

Bagian Ketujuh

Belas Pengelolaan Anggaran

Pasal 76

(1) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)

Poltekpar Palembang setelah mendapat persetujuan Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan,

diajukan oleh Direktur kepada Menteri untuk disahkan

menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar

Palembang.

(2) RAPB Poltekpar Palembang sebagaimana dimaksud

ayat (1) disusun setiap tahun oleh Direktur, dibantu oleh

suatu tim yang ditetapkan oleh Direktur.

(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar Palembang

dimulai pada awal tahun anggaran dan berakhir pada

akhir tahun anggaran yang bersangkutan.

(4) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar

Palembang diawasi oleh Satuan Pengawasan Internal

dan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan

372

Page 328: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Kedelapan Belas

Kerja Sama

Pasal 77

(1) Untuk meningkatkan mutu kegiatan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, Direktur dapat menjalin kerja sama dengan pihak

lain, baik dari dalam maupun dari luar Negeri.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilakukan

dengan pihak luar negeri dikoordinasikan dengan Deputi

yang membidangi kerja sama luar negeri.

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan

pada azas saling menguntungkan (mutual benefit)

dan saling menghormati (mutual respect), serta tidak

mengganggu pelaksanaan tugas-tugas pokok atau tugas

penting lainnya.

Pasal 78

(1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dapat

berbentuk:

a. program kembaran;

b. program pemindahan kredit;

c. tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam

penyelenggaraan kegiatan akademik;

d. pemanfaatan bersama sumber daya dalam

pelaksanaan kegiatan akademik;

e. penerbitan bersama karya ilmiah;

f. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan

ilmiah lain; dan

g- bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.

(2) Pelaksanaan keija sama sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus ditetapkan dengan Keputusan Direktur dan

mendapatkan persetujuan Senat.

373

Page 329: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Pelaksanaan kerja sama Poltekpar Palembang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Program

Studi, Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat,

Unit Penunjang, maupun dosen atas persetujuan Direktur

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Bentuk kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dituangkan dalam suatu naskah kerja sama yang memuat

hak dan kewajiban tiap-tiap pihak dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan kerja sama tersebut.

BAB V

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Pasal 79

(1) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Palembang

merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar

mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan

sehingga pemangku kepentingan memperoleh kepuasan.

(2) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Palembang

ditujukan untuk:

a. menjamin setiap layanan akademik kepada mahasiswa

dilakukan sesuai standar;

b. mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada

masyarakat khususnya orang tua/wali mahasiswa

tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan

standar; dan

c. mendorong semua pihak/unit di Poltekpar Palembang

untuk bekerja mencapai tujuan dengan berpatokan

pada standar dan secara berkelanjutan berupaya

meningkatkan mutu.

(3) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Palembang

dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip:

a. berorientasi kepada pemangku kepentingan internal

dan eksternal;

b. mengutamakan kebenaran;

374

Page 330: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. tanggung jawab sosial;

d. pengembangan kompetensi personal;

e. partisipatif dan kolegial;

f. keseragaman metode; dan

g. inovasi, belajar dan perbaikan secara berkelanjutan.

(4) Ruang lingkup Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar

Palembang terdiri atas pengembangan standar mutu dan

audit di bidang:

a. pendidikan;

b. penelitian;

c. pengabdian kepada masyarakat; dan

d. kemahasiswaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Penjaminan Mutu

Internal Poltekpar Palembang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan mekanisme penerapannya diatur dalam

Peraturan Direktur.

Pasal 80

(1) Untuk meningkatkan mutu dan efisiensi dalam

penyelenggaraan pendidikan perlu dilakukan pengawasan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan penilaian berkala terhadap

Kurikulum, mutu dan jumlah Tenaga Kependidikan,

keadaan Mahasiswa, pelaksanaan pendidikan sarana

dan prasarana, tatalaksana administrasi akademik,

kepegawaian keuangan dan kerumahtanggaan.

(3) Penilaian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Pengawasan fungsional dilakukan oleh institusi terkait

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

375

Page 331: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 81

(1) Penyelenggaraan akreditasi di Poltekpar Palembang

dikoordinasikan oleh Pusat Penjaminan Mutu.

(2) Akreditasi di Poltekpar Palembang meliputi akreditasi

program studi, pengelola dan institusi.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan akreditasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

BENTUK DAN TATA CARA PENETAPAN PERATURAN

Pasal 82

(1) Senat berwenang menetapkan peraturan Senat dan

keputusan Senat.

(2) Direktur berwenang menetapkan Peraturan Direktur,

Keputusan Direktur dan Instruksi Direktur.

Pasal 83

Produk hukum di lingkungan Poltekpar Palembang mengikuti

tata urutan sebagai berikut:

a. Statuta;

b. Peraturan Senat;

c. Peraturan Direktur;

d. Keputusan Senat;

e. Keputusan Direktur; dan

f. Instruksi Direktur.

Pasal 84

Tata cara penyusunan produk hukum Poltekpar Palembang

berpedoman pada tata cara penyusunan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Kementerian.

376

Page 332: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

TATA NASKAH DINAS

BAB VII

Pasal 85

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta

kewenangannya, Poltekpar Palembang menyusun dan

melaksanakan tata naskah dinas sesuai ketentuan

peraturan tata naskah dinas di Kementerian.

(2) Tata naskah dinas di lingkungan Poltekpar Palembang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Direktur.

BAB VIII

PENDANAAN DAN KEKAYAAN

Pasal 86

(1) Pembiayaan Poltekpar Palembang diperoleh dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. masyarakat; dan

c. pihak lain.

(2) Penggunaan dana yang berasal dari sumber pemerintah

dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Biaya yang diperoleh dari masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari:

a. biaya ujian masuk Poltekpar Palembang; dan

b. penerimaan dari masyarakat lainnya yang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Biaya yang diperoleh dari pihak lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c berasal dari :

a. hasil kontrak kerja antara Poltekpar Palembang

dengan pihak lain sesuai dengan peran dan fungsinya;

b. hasil penjualan produk yang diperoleh dari

penyelenggaraan pendidikan; dan/atau

377

Page 333: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga

pemerintah atau lembaga non-pemerintah atau pihak

lain.

Pasal 87

(1) Direktur menyusun usulan struktur tarif dan tata cara

pengelolaan dan pengalokasian dana yang berasal dari

masyarakat, setelah disetujui oleh Senat.

(2) Usulan struktur tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan oleh Direktur kepada Menteri untuk memperoleh

penetapan.

Pasal 88

(1) Otonomi dalam bidang keuangan mencakup kewenangan

Poltekpar Palembang untuk menerima, menyimpan dan

menggunakan dana yang berasal dari masyarakat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam rangka mengelola dana yang berasal dari

masyarakat, Direktur menyelenggarakan pembukuan

terpadu berdasarkan peraturan administrasi keuangan

yang berlaku.

Pasal 89

(1) Kekayaan Poltekpar Palembang terdiri atas seluruh

kekayaan:

a. yang telah ada maupun yang akan ada;

b. dalam bentuk benda tetap maupun benda bergerak;

dan

c. yang berwujud maupun tidak berwujud.

(2) Kekayaan awal Poltekpar Palembang berupa kekayaan

milik negara yang tidak dipisahkan.

378

Page 334: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

PERUBAHAN STATUTA

BAB IX

Pasal 90

(1) Usulan perubahan Statuta dilakukan dalam suatu sidang

Senat, apabila diajukan dan dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Senat.

(2) Keputusan untuk perubahan Statuta dianggap sah, apabila

dilakukan dengan persetujuan sekurang- kurangnya 50%

(lima puluh persen) ditambah 1 (satu) anggota Senat dari

seluruh jumlah anggota Senat yang hadir.

(3) Perubahan Statuta dilakukan atas persetujuan Senat

Poltekpar Palembang dan ditetapkan dengan Peraturan

Menteri.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 91

Untuk pertama kali, Direktur Poltekpar Palembang ditunjuk

oleh Menteri.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 92

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

379

Page 335: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Oktober 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1549

Salinan sesuai dengan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

380

Page 336: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B LIK IN D O N E S IA

Menimbang

Mengingat

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 17 TAHUN 2016

TENTANG

STATUTA POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

bahwa dalam rangka mewujudkan tertib pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan Politeknik Pariwisata Lombok dan

untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 Peraturan Menteri

Pariwisata Nomor 5 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Politeknik Pariwisata Lombok, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pariwisata tentang Statuta Politeknik

Pariwisata Lombok;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

381

Page 337: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5336);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan

Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5500);

5. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

139 Tahun 2014 tentang Pedoman Statuta dan Organisasi

Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 1670);

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 5 Tahun 2016

tentang Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Pariwisata

Lombok (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 711);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG STATUTA

POLITEKNIK PARIWISATA LOMBOK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

382

Page 338: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. Politeknik Pariwisata Lombok yang selanjutnya disebut

Poltekpar Lombok adalah perguruan tinggi di bawah

Kementerian Pariwisata yang menyelenggarakan program

pendidikan vokasi di bidang kepariwisataan.

2. Statuta Poltekpar Lombok yang selanjutnya disebut

Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan

yang digunakan sebagai acuan untuk merencanakan,

mengembangkan, serta menyelenggarakan program dan

kegiatan di Poltekpar Lombok.

3. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah di jalur pendidikan formal.

4. Pendidikan Vokasi adalah Pendidikan Tinggi program

diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan

keahlian terapan tertentu sampai program sarjana

terapan, dan dapat dikembangkan oleh pemerintah

sampai program magister terapan atau program doktor

terapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

5. Kurikulum Poltekpar Lombok yang selanjutnya disebut

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan dalam satu periode jenjang

pendidikan di Poltekpar Lombok.

6. Sivitas Akademika Poltekpar Lombok yang selanjutnya

disebut Sivitas Akademika adalah satuan masyarakat

akademik yang terdiri atas dosen dan mahasiswa di

lingkungan Poltekpar Lombok.

7. Senat Poltekpar Lombok yang selanjutnya disebut Senat

adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di

lingkungan Poltekpar Lombok.

8. Direktur Poltekpar Lombok yang selanjutnya disebut

Direktur adalah dosen yang diberikan tugas tambahan

untuk memimpin Poltekpar Lombok.

9. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan Poltekpar

Lombok dengan tugas utama mentransformasikan,

383

Page 339: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

10. Tenaga Kependidikan adalah tenaga kependidikan yang

bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan di Poltekpar Lombok.

11. Mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar sebagai

peserta didik yang belajar di Poltekpar Lombok.

12. Alumni Poltekpar Lombok adalah seseorang yang telah

dinyatakan lulus dari pendidikan di Poltekpar Lombok.

13. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan.

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kepariwisataan.

BAB II

IDENTITAS

Bagian Kesatu

Status, Kedudukan, dan Dies Natalis

Pasal 2

(1) Poltekpar Lombok merupakan perguruan tinggi

yang menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang

kepariwisataan di lingkungan Kementerian Pariwisata,

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri melalui Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan.

(2) Poltekpar Lombok berkedudukan di Kota Praya, Kabupaten

Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

(3) Poltekpar Lombok ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Pariwisata Nomor 5 Tahun 2016 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Politeknik Pariwisata Lombok tanggal 27 April

2016.

384

Page 340: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Dies Natalis Poltekpar Lombok ditetapkan setiap tanggal

27 April 2016.

Bagian Kedua

Lambang, Moto, Bendera, Busana, Himne, dan Mars

Pasal 3

(1) Poltekpar Lombok mempunyai lambang sebagaimana

gambar di bawah ini:

(2) Rincian arti lambang Poltekpar Lombok adalah sebagai

berikut:

a. bentuk dasar bulat dengan garis globe menggambarkan

dunia dan dibingkai dengan bunga teratai bersudut

lima memilik makna bahwa Poltekpar Lombok

berasaskan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa

Indonesia, serta diharapkan kiprah dan manfaat

Poltekpar Lombok dapat mencapai ke seluruh penjuru

dunia yang mengacu kepada tagline Poltekpar Lombok

yakni “A World-Class Tourism Polytechnic

b. warna dasar biru (kode Ib7e9d) melambangkan

wawasan yang luas dan mendalam, serta diartikan

sebagai pengembangan wisata maritim;

c. bangunan lumbung merupakan lambang

pengembangan pariwisata budaya;

d. pintu lumbung yang terbuka satu, melambangkan

Poltekpar Lombok terbuka terhadap nilai-nilai baru

dari luar demi pengembangan mutu pendidikan dan

385

Page 341: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

lulusan, namun tetap menyaring nilai-nilai baru

dimaksud;

e. pena dan buku melambangkan proses pendidikan

berkelanjutan, mulai dari pendidikan dasar sampai

dengan pendidikan tinggi. Poltekpar Lombok

menerapkan pendidikan berbasis kompetensi yang

sesuai dengan kebutuhan industri pariwisata;

f. tiga anak tangga di bawah lumbung padi merupakan

simbol dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu

Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat;

g. bintang melambangkan prestasi yang dicita-citakan

dapat diwujudkan oleh segenap sivitas akademika

Poltekpar Lombok; dan

h. padi dan kapas melambangkan kesejahteraan dan

pemberdayaan masyarakat.

(3) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara

keseluruhan mempunyai makna bahwa kader-kader

yang dididik dan dibina di Poltekpar Lombok mempunyai

semangat yang pantang menyerah dalam menuntut

ilmu agar menjadi insan yang profesional di bidang

kepariwisataan untuk menjadi pemimpin yang dapat

dibanggakan guna mencapai kesejahteraan masyarakat.

Pasal 4

(1) Moto Poltekpar Lombok yaitu: “Mengabdi melalui Karya

Terbaik.”

(2) Moto Poltekpar Lombok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mempunyai arti bahwa kader-kader yang

dihasilkan Poltekpar Lombok mengabdi pada peningkatan

karya dan mutu pengabdian melalui karya terbaik di

bidang kepariwisataan kepada masyarakat.

Pasal 5

Bendera Poltekpar Lombok berbentuk empat persegi panjang,

Page 342: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

berwarna dasar biru (kode Ib7e9d) dan ditengah-tengah

bendera tergambar lambang Poltekpar Lombok dengan ukuran

panjang 120 cm dan lebar 100 cm.

Pasal 6

(1) Setiap Program Studi memiliki bendera berbentuk persegi

panjang dengan ukuran panjang berbanding lebar 3 :

2 dengan warna yang berbeda sesuai dengan program

studi masing-masing dan di tengahnya terdapat lambang

Poltekpar Lombok.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai warna, kode warna,

dan tata cara penggunaan bendera Program Studi diatur

dalam Peraturan Direktur.

Pasal 7

(1) Poltekpar Lombok memiliki busana akademik, busana

almamater, busana perkuliahan, dan busana perkuliahan

praktikum.

(2) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas busana pimpinan, busana Senat, dan busana

wisudawan.

(3) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa toga, topi berwarna hitam, kalung, dan atribut

lainnya.

(4) Busana almamater sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa jas almamater berwarna hijau kecoklatan, dan di

bagian dada kiri terdapat lambang Poltekpar Lombok.

(5) Busana perkuliahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa kemeja/blouse berwarna krem muda dan celana

panjang/rok berwarna krem di bagian dada kanan

terdapat nama dan di bagian dada kiri terdapat lambang

Poltekpar Lombok.

(6) Busana perkuliahan praktikum sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

387

Page 343: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

penggunaan busana akademik dan busana almamater

diatur dalam Peraturan Direktur.

Pasal 8

Poltekpar Lombok memiliki Himne, sebagai berikut:

Demi Indonesia

tempatku berpijak

Politeknik Pariwisata Lombok

Aku siap mengabdi

Menjadi insan pariwisata

Mewujudkan karya nyata

Pariwisata tumpuan bersama

Kukerahkan seluruh dayaku

Untuk kemajuan negeriku

Sebagai wujud bakti

Kepada Tuhan yang kuasa

Pasal 9

Poltekpar Lombok memiliki Mars Poltekpar Lombok, sebagai

berikut:

Politeknik Pariwisata Lombok

Insan harapan bangsa

Yang selalu bersahaja

Mengemban tugas mulia

Melalui pariwisata

Kembangkan sikap yang professional

Di segala bidang usaha

Gerakkan pariwisata nasional

Menjadi tumpuan bangsa

Disiplin modal utama

Pengabdi pariwisata terbaik

Dengan senyum, sapa, dan salam

Page 344: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Jiwa pengabdianku kreatif

Berkarya menuju Indonesia jaya

Aman, sejahtera

Pasal 10

Himne dan Mars Poltekpar Lombok dinyanyikan pada acara

resmi yang diselenggarakan oleh dan/atau atas nama Poltekpar

Lombok.

BAB III

PENYELENGGARAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Bagian Kesatu

Otonomi Pengelolaan

Pasal 11

(1) Poltekpar Lombok memiliki otonomi untuk mengelola

sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tri

Dharma Perguruan Tinggi dan kegiatan lainnya secara

terintegrasi, harmonis, dan berkelanjutan, baik di dalam

maupun di luar kedudukan Poltekpar Lombok.

(2) Otonomi pengelolaan Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. otonomi pengelolaan di bidang akademik, yaitu

penetapan norma dan kebijakan operasional Poltekpar

Lombok serta pelaksanaan Tri Dharma Perguruan

Tinggi; dan

b. otonomi pengelolaan di bidang non akademik,

yaitu penetapan norma dan kebijakan operasional

Poltekpar Lombok serta pelaksanaan organisasi,

keuangan, kemahasiswaan, kepegawaian, sarana,

dan prasarana.

(3) Otonomi pengelolaan Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. bidang akademik:

389

Page 345: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. penetapan norma kebijakan operasional, dan

pelaksanaan pendidikan terdiri atas:

a) persyaratan akademik yang akan digunakan;

b) kurikulum program studi;

c) proses pembelajaran;

d) penilaian hasil belajar;

e) persyaratan kelulusan; dan

f) wisuda;

2. penetapan norma kebijakan operasional, serta

pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat; dan

bidang non-akademik:

1. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan organisasi terdiri atas:

a) rencana strategis dan rencana kerja tahunan;

b) sistem penjaminan mutu internal; dan

c) sistem pengendalian internal;

2. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan keuangan terdiri atas:

a) membuat perjanjian dengan pihak ketiga

dalam lingkup Tri Dharma Perguruan Tinggi;

dan

b) sistem pencatatan dan laporan keuangan,

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

3. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan kemahasiswaan terdiri atas:

a) kegiatan kemahasiswaan kokurikuler;

b) organisasi kemahasiswaan; dan

c) pembinaan bakat dan minat mahasiswa;

4. penetapan norma, kebijakan operasional, dan

pelaksanaan ketenagaan terdiri atas:

a) penugasan dan pembinaan sumber daya

manusia; dan

Page 346: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b) penyusunan target kerja dan jenjang karir

sumber daya manusia;

5. penetapan norma, kebijakan operasional sarana

dan prasarana terdiri atas:

a) penggunaan sarana dan prasarana;

b) pemeliharaan sarana dan prasarana; dan

c) pemanfaatan sarana dan prasarana;

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Otonomi pengelolaan Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prinsip:

a. akuntabilitas;

b. transparan;

c. nirlaba;

d. penjaminan mutu; dan

e. efektivitas dan efisiensi.

Bagian Kedua

Penyelenggaraan Pendidikan

Pasal 12

(1) Penerimaan mahasiswa baru di lingkungan Poltekpar

Lombok diselenggarakan melalui jalur seleksi penerimaan

mahasiswa baru dengan mengacu pada ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Persyaratan untuk menjadi mahasiswa Poltekpar Lombok

adalah memiliki ijazah Sekolah Menengah Atas/Sekolah

Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah atau yang sederajat

dan telah lulus seleksi serta terdaftar di Poltekpar Lombok.

(3) Penerimaan mahasiswa selain sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dilakukan penerimaan mahasiswa

melalui alih kredit, penugasan, dan kerja sama.

(4) Penerimaan mahasiswa tidak membedakan jenis kelamin,

agama, suku, ras, kewarganegaraan, status sosial, dan

tingkat kemampuan ekonomi.

391

Page 347: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(5) Warga negara asing dapat menjadi mahasiswa Poltekpar

Lombok apabila memenuhi syarat dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan mahasiswa

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 13

(1) Poltekpar Lombok menyelenggarakan pendidikan vokasi

di bidang kepariwisataan.

(2) Poltekpar Lombok menyelenggarakan program pendidikan

diploma dan sarjana terapan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

Pendidikan Vokasi Poltekpar Lombok diatur dengan

Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan dari

Senat.

Pasal 14

(1) Satu Tabun Akademik untuk Pendidikan Vokasi di

Poltekpar Lombok dibagi dalam 2 (dua) semester.

(2) Penyelenggaraan semester sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas 16 (enam belas) minggu kegiatan

pembelajaran efektif.

(3) Tahun Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam Kalender Akademik dan ditetapkan

dengan Keputusan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 15

(1) Penyelenggaraan pendidikan di Poltekpar Lombok

berdasarkan paket menggunakan Sistem Kredit Semester

(SKS).

392

Page 348: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Beban studi mahasiswa, beban keija dosen, pengalaman

belajar, dan beban penyelenggaraan program dinyatakan

dalam satuan kredit semester (sks).

(3) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan

diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 16

(1) Pendidikan Vokasi Poltekpar Lombok diselenggarakan

berdasarkan kurikulum masing-masing program studi

yang mengacu pada ketentuan peraturan perundangan-

undangan.

(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. disusun dengan memperhatikan kebutuhan unit

pengguna; dan

b. dilaksanakan dengan menggunakan satuan jam per

minggu yang dapat disetarakan dengan satuan kredit

semester (sks).

(3) Evaluasi dan perubahan kurikulum dilakukan secara

berkala.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum ditetapkan

dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Pasal 17

(1) Kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dinilai secara

berkala melalui:

a. ujian;

b. pelaksanaan tugas; dan

c. pengamatan.

(2) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat

diselenggarakan melalui:

a. ujian tengah semester;

b. ujian akhir semester; dan/atau

c. ujian akhir program studi.

393

Page 349: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dilakukan melalui tugas terstruktur, mandiri,

dan/atau kelompok.

(4) Pelaksanaan pengamatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c dilakukan melalui keaktifan dalam

pembelajaran di kelas.

(5) Ujian akhir program studi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c, berupa ujian laporan akhir studi, ujian

kompetensi, ujian sertifikasi keahlian, dan/atau ujian

komprehensif.

(6) Penilaian hasil belajar didasarkan pada Satuan Acara

Perkuliahan (SAP), dan Rencana Pembelajaran Semester

(RPS).

(7) Nilai akhir hasil belajar semester merupakan nilai

gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b dan/atau huruf c.

(8) Nilai akhir hasil belajar semester sebagaimana dimaksud

pada ayat (7) dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E

yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 atau dengan

menggunakan huruf antara dan nilai antara.

(9) Nilai akhir hasil belajar mahasiswa dalam suatu semester

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Semester (IPS).

(10) Hasil belajar mahasiswa dalam suatu masa studi

dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar

mahasiswa diatur dalam Peraturan Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

setelah mendapat pertimbangan dari Senat.

Pasal 18

(1) Mahasiswa dinyatakan lulus pada suatu jenjang

pendidikan setelah menempuh mata kuliah yang

dipersyaratkan dan berhasil mempertahankan karya tulis

ilmiah berupa tugas/proyek akhir.

Page 350: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai karya tulis ilmiah yang

dipersyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan dari Senat.

Pasal 19

(1) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan vokasi

diadakan upacara wisuda.

(2) Upacara wisuda dapat dilaksanakan lebih dari satu kali

dalam satu tahun ajaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai upacara wisuda diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

Pasal 20

(1) Poltekpar Lombok menyelenggarakan pendidikan

dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar.

(2) Bahasa daerah dan bahasa asing dapat dipergunakan

sebagai bahasa pengantar, baik dalam penyelenggaraan

pendidikan maupun dalam penyampaian pengetahuan

dan/atau keterampilan tertentu untuk lebih meningkatkan

daya guna dan hasil guna proses pembelajaran.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Direktur, setelah mendapat pertimbangan

dari Senat.

Bagian Ketiga

Penyelenggaraan Penelitian

Pasal 21

(1) Poltekpar Lombok melaksanakan kegiatan penelitian

terapan.

395

Page 351: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Penelitian terapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dalam pedoman yang ditetapkan oleh Direktur.

Bagian Keempat

Penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 22

(1) Poltekpar Lombok menyelenggarakan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat sesuai dengan sifat pengetahuan dan

tujuan pendidikan serta berorientasi kepada masalah-

masalah pembangunan regional dan pembangunan

nasional.

(2) Poltekpar Lombok melaksanakan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan,

pendayagunaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan

dan/atau teknologi bagi kepentingan masyarakat.

(3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1):

a. dilaksanakan di bawah PPPM atau unit kerja lain

yang relevan;

b. dapat dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian;

c. dilaksanakan intra, lintas, dan/atau multi-sektor;

d. dilaksanakan untuk memberikan kontribusi

terhadap pengembangan wilayah dan pemberdayaan

masyarakat melalui kejasama dengan institusi lain;

dan

e. diselenggarakan dengan melibatkan dosen,

mahasiswa, dan tenaga fungsional baik perseorangan

maupun kelompok.

(4) Penyelenggaraan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan

evaluasi.

396

Page 352: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(5) Hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat

didokumentasikan dan dipublikasikan dalam media yang

mudah diakses oleh masyarakat.

(6) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat

diorientasikan untuk pemberdayaan masyarakat.

(7) Hasil pengabdian kepada masyarakat dapat dimanfaatkan

sebagai dasar bagi penelitian lanjutan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelanggaraan kegiatan

pengabdian kepada masyarakat diatur dalam Peraturan

Direktur, setelah mendapat pertimbangan Senat.

Bagian Kelima

Etika Akademik dan Kode Etik

Pasal 23

(1) Poltekpar Lombok menjunjung tinggi etika akademik.

(2) Sivitas Akademika terikat dalam kode etik yang mengatur

keharusan:

a. menjaga dan mempertahankan integritas pribadinya;

b. menjaga dan memelihara harkat dan martabat

Poltekpar Lombok; dan

c. menjaga disiplin dalam menjalankan dan

melaksanakan tugas dan kewajiban.

(3) Poltekpar Lombok memberlakukan kode etik yang terdiri

dari:

a. kode etik Poltekpar Lombok;

b. kode etik Dosen Poltekpar Lombok;

c. kode etik Tenaga Kependidikan; dan

d. kode etik Mahasiswa.

(4) Kode etik Poltekpar Lombok memuat norma yang mengikat

semua pihak yang bernaung di bawah nama Poltekpar

Lombok atau bertindak atas nama Poltekpar Lombok.

(5) Kode etik Dosen Poltekpar Lombok berisi norma yang

mengikat Dosen secara individual dalam penyeleng-garaan

kegiatan akademik.

397

Page 353: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(6) Kode etik Tenaga Kependidikan berisi norma yang

mengikat Tenaga Kependidikan secara individual dalam

menunjang penyelenggaraan Poltekpar Lombok.

(7) Kode etik Mahasiswa berisi norma yang mengikat

Mahasiswa secara individual dalam melaksanakan

kegiatan akademik dan kemahasiswaan di Poltekpar

Lombok.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai etika akademik dan

kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2), diatur dengan Peraturan Direktur, setelah mendapat

pertimbangan Senat.

Bagian Keenam

Kebebasan Akademik Dan Otonomi Keilmuan

Pasal 24

(1) Kebebasan akademik merupakan kebebasan yang dimiliki

anggota sivitas akademika untuk secara bertanggung

jawab dan mandiri melaksanakan kegiatan akademik

yang terkait dengan pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.

(2) Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. kebebasan mimbar akademik; dan

b. otonomi keilmuan.

(3) Dalam melaksanakan kebebasan akademik, setiap anggota

sivitas akademika harus mengupayakan agar kegiatan

serta hasilnya dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan

kegiatan akademik Poltekpar Lombok.

(4) Pelaksanaan kebebasan akademik diarahkan untuk

memantapkan terwujudnya pengembangan diri Sivitas

Akademika, ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

kesenian.

(5) Dalam rangka pelaksanaan kebebasan akademik, Sivitas

Akademika dapat mengundang tenaga ahli dari luar

398

Page 354: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

untuk menyampaikan pikiran dan pendapatnya sesuai

dengan norma dan kaidah keilmuan setelah mendapat

persetujuan Direktur.

Pasal 25

(1) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud

dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, dimaksudkan untuk

memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan

pendapatnya secara bebas sesuai dengan norma dan

kaidah keilmuan yang berlaku.

(2) Otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

ayat (2) huruf b merupakan:

a. kegiatan keilmuan yang mengacu pada norma dan

kaidah keilmuan; dan

b. pedoman dalam rangka mengembangkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau seni bagi Poltekpar

Lombok dan Sivitas Akademika.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perwujudan kebebasan

akademika diatur dengan Peraturan Senat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketujuh

Gelar Dan Penghargaan

Pasal 26

(1) Sebagai pengakuan dan bukti kelulusan program diploma,

Poltekpar Lombok memberikan ijasah dengan gelar:

a. Ahli Madya, bagi lulusan Program Diploma 3; dan

b. Sarjana Terapan, bagi lulusan Program Diploma 4.

(2) Jenis gelar, singkatan dan penggunaannya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Lulusan Poltekpar Lombok berhak mendapatkan Ijasah,

Transkrip, dan Surat Keterangan Pendamping Ijasah

399

Page 355: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

setelah menyelesaikan semua kewajiban akademik, dan

administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Direktur berwenang mencabut Ijasah lulusan Poltekpar

Lombok, apabila lulusan dimaksud terbukti melakukan:

a. pemalsuan terhadap dokumen yang terkait dengan

pemenuhan syarat administratif pendaftaran masuk

Poltekpar Lombok;

b. kecurangan akademik; dan

c. plagiarisme.

(5) Pencabutan Ijasah sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) dilakukan dengan Keputusan Direktur, setelah

mendapatkan pertimbangan Senat.

Pasal 27

(1) Poltekpar Lombok akan memberikan penghargaan kepada

lulusan yang berprestasi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan nilai dalam

penghargaan akan diatur dalam Peraturan Direktur,

setelah mendapatkan pertimbangan Senat.

BAB IV

SISTEM PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Visi, Misi Dan Tujuan

Pasal 28

Visi Poltekpar Lombok adalah menjadi Institusi pendidikan

tinggi kepariwisataan di bidang vokasi yang berstandar

internasional, berkepribadian Indonesia, dan unggul di

kawasan Asia tahun 2025.

Pasal 29

Misi Poltekpar Lombok terdiri atas:

400

Page 356: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. menghasilkan sumber daya manusia pariwisata yang

mempunyai daya saing internasional di kawasan asia dan

berkepribadian Indonesia;

b. mengembangkan penelitian kepariwisataan skala

internasional yang berbasis pada pengetahuan, budaya,

dan lingkungan lokal; dan

c. mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui

inovasi teknologi tepat guna, kearifan lokal, dan kelestarian

lingkungan.

Pasal 30

Tujuan Poltekpar Lombok terdiri atas:

a. menyelenggarakan sistem pendidikan bidang

kepariwisataan yang berbasis akuntabilitas kinerja

untuk menghasilkan lulusan yang berbudi pekerti luhur,

unggul dalam pengetahuan dan keterampilan pada ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni;

b. mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

seni, serta berkontribusi yang relevan dan berkualitas

tinggi bagi kebutuhan pembangunan nasional, regional,

dan internasional;

c. menciptakan lingkungan dan suasana akademik kampus

yang kondusif dan dapat menumbuhkan sikap apresiatif,

partisipatif dan kontributif dari sivitas akademika, serta

menjunjung tinggi tata nilai dan moral akademik dalam

usaha membentuk masyarakat kampus yang dinamis dan

harmonis; dan

d. mengembangkan jejaring dengan perguruan tinggi lain,

masyarakat, industri, lembaga pemerintah dan lembaga

lain baik tingkat nasional maupun internasional dengan

asas saling menguntungkan.

401

Page 357: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Kedua

Susunan Organisasi

Pasal 31

Susunan Organisasi Poltekpar Lombok terdiri atas:

a. Direktur dan Pembantu Direktur;

b. Senat;

c. Dewan Penyantun;

d. Satuan Penjaminan Mutu;

e. Satuan Pengawas Internal;

f. Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan;

g. Subbagian Administrasi Umum;

h. Program Studi;

i. Laboratorium;

j. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat; dan

k. Unit Penunjang.

Bagian Ketiga

Direktur

Paragraf 1

Tugas dan Fungsi Direktur

Pasal 32

(1) Direktur bertugas memimpin Poltekpar Lombok.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Direktur dibantu oleh 2 (dua)

orang Pembantu Direktur.

(3) Direktur dan Pembantu Direktur merupakan 1 (satu)

kesatuan unsur pimpinan Poltekpar Lombok.

(4) Dalam melaksanakan tugas, Direktur menyelenggarakan

fungsi:

a. menyusun statuta beserta perubahannya untuk

diusulkan kepada Menteri;

b. menyusun dan/ atau menetapkan kebijakan akademik

setelah mendapatkan pertimbangan Senat;

402

Page 358: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. menyusun dan menetapkan norma akademik,

kode etik sivitas akademika setelah mendapatkan

pertimbangan Senat;

d. menyusun dan menetapkan kode etik sivitas

akademika setelah mendapatkan pertimbangan

Senat;

e. menyusun dan/atau dapat mengubah rencana

pengembangan jangka panjang;

f. menyusun dan/atau mengubah rencana strategis 5

(lima) tahun;

g. menyusun dan/atau mengubah rencana kerja dan

anggaran tahunan (rencana operasional);

h. mengelola pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat sesuai dengan rencana kerja dan

anggaran tahunan;

i. mengangkat dan/atau memberhentikan Pembantu

Direktur dan pimpinan unit di bawah Direktur sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

j. menjatuhkan sanksi kepada sivitas akademika dan

tenaga kependidikan yang melakukan pelanggaran

terhadap norma, etika, dan/atau peraturan akademik

berdasarkan rekomendasi Senat;

k. menjatuhkan sanksi kepada dosen dan tenaga

kependidikan yang melakukan pelanggaran sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

l. membina dan mengembangkan dosen dan tenaga

kependidikan;

m. menerima, membina, mengembangkan, dan

memberhentikan mahasiswa;

n. mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

o. menyelenggarakan sistem informasi manajemen

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang

handal yang mendukung pengelolaan Tri Dharma

403

Page 359: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Perguruan Tinggi, akuntansi dan keuangan,

kepersonaliaan, kemahasiswaan, dan kealumnian;

p. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung­

jawaban penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan

Tinggi kepada Menteri;

q. membina dan mengembangkan hubungan dengan

alumni, pemerintah, pemerintah daerah, pengguna

hasil kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dan

masyarakat; dan

r. memelihara keamanan, keselamatan, kesehatan, dan

ketertiban kampus serta kenyamanan kerja untuk

menjamin kelancaran kegiatan Tri Dharma Perguruan

Tinggi.

Paragraf 2

Pengangkatan Direktur

Pasal 33

Calon Direktur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang merupakan

dosen aktif dengan jenjang akademik paling rendah Lektor;

c. berpendidikan paling rendah Magister (S2);

d. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat

berakhirnya masa jabatan Direktur yang sedang menjabat;

e. berpengalaman manajerial di lingkungan perguruan tinggi

paling rendah sebagai Ketua Jurusan/Kepala Pusat/

Kepala Satuan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun;

f. bersedia dicalonkan menjadi pemimpin Poltekpar Lombok

yang dinyatakan secara tertulis;

g. memiliki setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan

Sasaran Kineija Pegawai (SKP) bernilai baik dalam 2 (dua)

tahun terakhir;

h. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan tertulis oleh

dokter pemerintah yang berwenang;

Page 360: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

i. tidak sedang menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam)

bulan atau ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang

meninggalkan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang

dinyatakan secara tertulis;

j. tidak pernah melakukan plagiarisme sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan;

k. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang

atau berat;

l. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan

yang memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

perbuatan yang diancam pidana paling rendah pidana

kurungan; dan

m. memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan minimal dalam

jurnal nasional terakreditasi.

Pasal 34

Pengangkatan Direktur dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut:

a. tahap penjaringan bakal calon Direktur;

b. tahap penyaringan calon Direktur;

c. tahap pemilihan calon Direktur; dan

d. tahap pengangkatan Direktur.

Pasal 35

(2) Tahap penjaringan bakal calon Direktur dan penyaringan

calon Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

huruf a dan huruf b, dilakukan oleh Senat.

(3) Tahap penjaringan dan penyaringan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat 6 (enam)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat.

(4) Paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa

jabatan Direktur yang sedang menjabat, Senat sudah

harus menetapkan 3 (tiga) orang calon Direktur.

405

Page 361: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(5) Tahap penjaringan bakal calon Direktur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme

sebagai berikut:

a. Senat membentuk panitia penjaringan bakal calon

Direktur;

b. panitia sebagaimana dimaksud pada huruf a

menginventarisasi dosen yang memenuhi syarat untuk

menjadi bakal calon Direktur dan mengumumkan

nama-nama dosen bakal calon Direktur yang

memenuhi persyaratan;

c. dosen bakal calon Direktur sebagaimana dimaksud

pada huruf b yang berniat mengikuti tahap penjaringan

harus mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran;

d. apabila sampai batas waktu penjaringan berakhir

bakal calon Direktur yang memenuhi syarat kurang

dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur, Senat

memperpanjang jangka waktu penjaringan bakal

calon Direktur selama 5 (lima) hari kerja; dan

e. apabila setelah masa perpanjangan, sebagaimana

dimaksud pada huruf d bakal calon Direktur tetap

kurang dari 3 (tiga) orang bakal calon Direktur, Ketua

Senat dengan persetujuan anggota Senat menunjuk

dosen yang memenuhi syarat untuk didaftarkan

sebagai bakal calon Direktur.

(6) Tahap penyaringan calon Direktur sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 34 huruf b dilakukan dengan cara:

a. calon Direktur menyampaikan visi, misi, program

kerja dan pengembangan Poltekpar Lombok di

hadapan Senat;

b. Senat melakukan penilaian dan pemilihan bakal calon

Direktur yang mendaftar dalam tahap penjaringan;

c. paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pemilihan,

Senat menyampaikan 3 (tiga) orang calon Direktur

beserta daftar riwayat hidup dan program kerja

Page 362: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

para calon Direktur kepada Menteri melalui Dewan

Pertimbangan; dan

d. Dewan Pertimbangan dapat memberikan catatan atau

rekomendasi atas calon Direktur yang diusulkan oleh

Senat.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjaringan dan

penyaringan ditetapkan dengan Keputusan Senat.

Pasal 36

Tahap pemilihan calon Direktur dan pengangkatan Direktur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c dan huruf d

dilakukan dengan cara:

a. Senat melakukan pemilihan calon Direktur dalam sidang

Senat;

b. pemilihan calon Direktur dilakukan paling lambat 2 (dua)

bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Direktur yang

sedang menjabat;

c. pemilihan calon Direktur dilakukan melalui pemungutan

suara secara tertutup dengan ketentuan:

1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak

suara dari total pemilih; dan

2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak

suara dan masing-masing anggota Senat memiliki

hak suara yang sama;

d. hasil pemilihan calon Direktur dalam sidang senat

sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada

Menteri untuk kemudian Menteri dapat menambahkan

hak suaranya kepada salah satu calon;

e. dalam hal terdapat 2 (dua) orang calon Direktur yang

memperoleh suara tertinggi dengan jumlah suara yang

sama, dilakukan pemilihan putaran ke dua untuk memilih

suara terbanyak dari kedua calon Direktur tersebut;

f. Direktur terpilih adalah calon Direktur yang memperoleh

suara terbanyak; dan

407

Page 363: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

g. Menteri menetapkan pengangkatan Direktur terpilih atas

dasar suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada

huruf f.

Paragraf 3

Masa Jabatan Direktur

Pasal 37

Direktur memegang jabatan selama 4 (empat) tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama

hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 4

Pemberhentian Direktur

Pasal 38

Direktur diberhentikan dari jabatan karena:

a. telah berusia 65 (enam puluh lima) tahun;

b. berhalangan tetap;

c. permohonan sendiri;

d. masa jabatannya berakhir;

e. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;

f. dibebaskan dari jabatan dosen;

g. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan atau

ijin belajar dalam rangka studi lanjut yang meninggalkan

tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi; dan/atau

h. cuti di luar tanggungan negara.

Pasal 39

Pemberhentian Direktur karena berhalangan tetap sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 huruf b dilakukan apabila Direktur

yang bersangkutan:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan dengan

Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan PNS;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri;

408

Page 364: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS; dan/atau

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang memiliki

kekuatan hukum tetap.

Pasal 40

(1) Pemberhentian Direktur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39 dilakukan oleh Menteri.

(2) Dalam hal terjadi pemberhentian Direktur sebelum masa

jabatannya berakhir:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas

(Pit.) Direktur berdasarkan surat perintah Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan;

dan

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan berhalangan tetap, Pembantu

Direktur Bidang Umum ditunjuk sebagai Pit.

Direktur berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

(3) Selain menjalankan tugas Direktur, Pit. Direktur

juga mempersiapkan pemilihan Direktur baru yang

dilaksanakan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung

sejak tanggal surat perintah Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Paragraf 5

Direktur Berhalangan Sementara

Pasal 41

(1) Direktur dianggap berhalangan sementara dalam hal

jabatan Direktur yang masih terisi namun karena sesuatu

hal yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan tugas

jabatannya.

409

Page 365: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Kondisi berhalangan sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) antara lain berhalangan karena cuti tahunan,

cuti besar, cuti bersalin, cuti karena alasan penting, cuti

sakit, atau tugas kedinasan di dalam maupun luar negeri

yang tidak melebihi 6 (enam) bulan.

(3) Dalam hal Direktur berhalangan sementara maka:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan ditunjuk sebagai Pelaksana Harian

(Plh.) Direktur berdasarkan surat perintah Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan;

dan

b. dalam hal Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan berhalangan sementara, Pembantu

Direktur Bidang Umum ditunjuk sebagai Plh.

Direktur berdasarkan surat perintah Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

Bagian Keempat

Pembantu Direktur

Paragraf 1

Tugas Pembantu Direktur

Pasal 42

(1) Pembantu Direktur berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Direktur.

(2) Pembantu Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. Pembantu Direktur Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan, yang selanjutnya disebut Pembantu

Direktur I; dan

b. Pembantu Direktur Bidang Umum, yang selanjutnya

disebut Pembantu Direktur II.

(3) Pembantu Direktur 1 sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a, merupakan tenaga dosen yang memenuhi

410

Page 366: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

syarat dan diberi tugas tambahan membantu Direktur

dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang

administrasi akademik, pembinaan kemahasiswaan dan

alumni, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

penjaminan mutu, pembinaan dosen dan kerja sama.

(4) Pembantu Direktur II sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf b, merupakan tenaga dosen yang memenuhi

syarat dan diberi tugas tambahan membantu Direktur

dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang

administrasi umum, tenaga kependidikan, ketatausahaan,

rumah tangga dan perlengkapan, barang milik negara,

perencanaan, keuangan, kepegawaian, hukum,

komunikasi publik, organisasi dan tata laksana.

Paragraf 2

Fungsi Pembantu Direktur

Pasal 43

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 ayat (3), Pembantu Direktur Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan menyelenggarakan fungsi

yang meliputi:

a. pengelolaan administrasi akademik;

b. pembinaan kemahasiswaan dan alumni;

c. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

d. penjaminan mutu;

e. pembinaan pendidik;

f. pelaksanaan kerja sama; dan

g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 42 ayat (4), Pembantu Direktur II menyelenggarakan

fungsi yang meliputi:

a. pengelolaan administrasi umum;

b. pembinaan tenaga kependidikan;

c. pengelolaan ketatausahaan;

411

Page 367: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. layanan rumah tangga dan perlengkapan;

e. pengelolaan barang milik negara;

f. penyiapan penyusunan rencana dan program

g. pengelolaan keuangan;

h. pembinaan kepegawaian;

i. layanan hukum dan komunikasi publik;

j . penataan organisasi dan tata laksana; dan

k. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

Paragraf 3

Pengangkatan Pembantu Direktur

Pasal 44

(1) Persyaratan untuk diangkat sebagai calon Pembantu

Direktur mengikuti persyaratan calon Direktur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33.

(2) Pembantu Direktur diangkat dan diberhentikan

oleh Direktur berdasarkan usulan Direktur melalui

pertimbangan Senat.

Paragraf 4

Berhalangan Tetap dan Berhalangan

Sementara bagi Pembantu Direktur

Pasal 45

(1) Ketentuan mengenai Pembantu Direktur berhalangan

tetap mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 39.

(2) Ketentuan mengenai Pembantu Direktur berhalangan

sementara mengacu pada ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1).

(3) Dalam hal Pembantu Direktur berhalangan tetap, Direktur

mengusulkan salah satu Ketua Program Studi untuk

ditunjuk sebagai Pit. Pembantu Direktur berdasarkan

pertimbangan Senat.

412

Page 368: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Dalam hal Pembantu Direktur berhalangan sementara,

Direktur mengusulkan salah satu Ketua Program

Studi untuk ditunjuk sebagai Plh. Pembantu Direktur

berdasarkan pertimbangan Senat.

Bagian Kelima

Senat

Paragraf 1

Tugas Senat

Pasal 46

Senat mempunyai tugas:

a. menetapkan kebijakan, norma/etika, dan kode etik

akademik;

b. melakukan pengawasan terhadap:

1. penerapan norma/etika akademik dan kode etik

Sivitas Akademika;

2. penerapan ketentuan akademik;

3. pelaksanaan penjaminan mutu perguruan tinggi

paling sedikit mengacu pada standar nasional

pendidikan tinggi;

4. pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan

mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;

5. pelaksanaan tata tertib akademik;

6. pelaksanaan kebijakan penilaian kinerja dosen;

7. pelaksanaan proses pembelajaran, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat;

c. memberikan pertimbangan dan usul perbaikan proses

pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat kepada Direktur;

d. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam

pembukaan dan penutupan program studi;

e. memberikan pertimbangan terhadap pemberian atau

pencabutan gelar dan penghargaan akademik;

413

Page 369: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

f. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam

pengusulan profesor;

g. memberikan rekomendasi penjatuhan sanksi terhadap

pelanggaran norma, etika, dan peraturan akademik oleh

Sivitas Akademika kepada Direktur;

h. memberikan rekomendasi kepada Menteri melalui Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan

Pertimbangan berkenaan dengan calon-calon yang

diusulkan untuk diangkat menjadi Direktur;

i. mengusulkan penggantian Direktur kepada Menteri

apabila Direktur tidak dapat melaksanakan tugas secara

tetap atau telah melanggar norma atau undang-undang;

j. memberikan rekomendasi kepada Direktur mengenai

calon-calon Pembantu Direktur, Kepala Pusat, Kepala

Satuan, Ketua Program Studi, dan Kepala Unit Penunjang;

k. menetapkan tata cara pemilihan Direktur dan Ketua

Program Studi; dan

l. dalam melaksanakan tugas dan wewenang pengawasan,

Senat menyusun laporan hasil pengawasan dan

menyampaikan kepada direktur untuk ditindaklanjuti.

Pasal 47

(1) Anggota Senat terdiri atas:

a. Direktur;

b. Para Pembantu Direktur;

c. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada

Masyarakat;

d. Para Ketua Program Studi; dan

e. Wakil Dosen.

(2) Anggota Senat memilih Ketua dan Sekretaris Senat

diantara anggota Senat yang tidak menjabat sebagai

pimpinan Politeknik Lombok dan ditetapkan dengan

Keputusan Direktur.

414

Page 370: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Sekretaris Senat dapat membentuk Sekretariat untuk

kelancaran pelaksanaan tugas.

(4) Wakil dosen sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e

berjumlah 3 (tiga) orang.

(5) Pemilihan 3 (tiga) orang wakil dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (4), dilaksanakan dalam rapat dosen

dan diangkat oleh Direktur.

(6) Ketua Senat melalui sidang Senat dapat memberhentikan

anggota Senat dari wakil dosen apabila:

a. melanggar hukum berdasarkan putusan pengadilan

yang berkekuatan hukum tetap;

b. melanggar etika akademik dan kode etik; dan/atau

c. mengundurkan diri.

(7) Senat dapat membentuk komisi sesuai kebutuhan.

Paragraf 3

Berhalangan Tetap dan

Berhalangan Sementara bagi Ketua Senat

Pasal 48

(1) Ketua Senat berhalangan tetap dalam hal:

a. meninggal dunia;

b. sakit yang tidak dapat disembuhkan dibuktikan

dengan Berita Acara Majelis Pemeriksa Kesehatan

PNS;

c. berhenti dari PNS atas permohonan sendiri;

d. dibebaskan dari jabatan akademik;

e. diberhentikan dari PNS;

f. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

memiliki kekuatan hukum tetap; dan/atau

g. diberhentikan sementara dari PNS sebelum masa

jabatan berakhir.

(2) Dalam hal Ketua Senat berhalangan tetap, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Pit. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

415

Page 371: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Sekretaris Senat bertindak sebagai Pit. Ketua Senat

sampai dengan terpilihnya Ketua Senat baru.

(4) Dalam hal Ketua Senat berhalangan sementara, maka

Sekretaris Senat ditunjuk sebagai Plh. Ketua Senat dengan

Keputusan Direktur.

Paragraf 4

Sidang Senat

Pasal 49

(1) Sidang Senat terdiri atas:

a. sidang biasa; dan

b. sidang luar biasa.

(2) Sidang biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, diselenggarakan secara teratur dan terjadwal

paling kurang sekali dalam 6 (enam) bulan.

(3) Sidang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, dilaksanakan apabila:

a. pimpinan Poltekpar Lombok berhalangan tetap dalam

masa jabatannya; dan

b. terjadi kondisi tertentu yang membutuhkan

pengambilan keputusan secara cepat oleh Senat.

(4) Sidang Senat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling

sedikit 2/3 (dua per tiga) dari seluruh jumlah anggota

Senat.

(5) Pengambilan keputusan rapat Senat dilaksanakan

berdasarkan musyawarah dan mufakat.

(6) Dalam hal musyawarah tidak dapat menghasilkan

kemufakatan/keputusan, pengambilan keputusan akan

dilakukan dengan cara pemungutan suara (voting) dan

keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.

416

Page 372: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Keenam

Dewan Penyantun

Pasal 50

(1) Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf c merupakan organ Poltekpar Lombok yang

menjalankan fungsi pemberian pertimbangan bidang

non-akademik dan membantu pengembangan Poltekpar

Lombok.

(2) Bidang non-akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) antara lain meliputi organisasi, sumber daya

manusia, administrasi, keuangan, keijasama, hubungan

masyarakat, sarana dan prasarana serta perencanaan dan

pengembangan.

(3) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Dewan Penyantun mempunyai tugas dan

wewenang:

a. memberikan pertimbangan terhadap kebijakan

Direktur dibidang non-akademik;

b. merumuskan saran/pendapat terhadap kebijakan

Direktur di bidang non-akademik; dan

c. memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam

mengelola Poltekpar Lombok.

Pasal 51

Keanggotaan Dewan Penyantun, terdiri atas:

a. 1 (satu) orang dosen yang mewakili setiap Program Studi;

b. 1 (satu) orang yang mewakili tenaga kependidikan;

c. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Barat;

d. 1 (satu) orang wakil Pemerintah Kota Lombok;

e. 1 (satu) orang mantan Direktur;

f. 1 (satu) orang wakil alumni;

g. 1 (satu) orang wakil orang tua mahasiswa;

h. 1 (satu) orang tokoh masyarakat; dan

417

Page 373: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

i. 1 (satu) orang industriawan untuk setiap Program Studi.

Pasal 52

(1) Dewan Penyantun terdiri atas:

a. Ketua merangkap Anggota;

b. Sekretaris merangkap Anggota; dan

c. Anggota.

(2) Anggota Dewan Penyantun yang berasal dari perwakilan

dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf a

memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. dosen wakil Program Studi yang diusulkan oleh ketua

Program Studi dan tidak sedang menjabat sebagai

anggota Senat;

b. wakil tenaga kependidikan yang diusulkan oleh

Direktur; dan

c. memiliki kompetensi dalam bidang organisasi, sumber

daya manusia, keuangan, kerja sama, hubungan

masyarakat, atau sarana dan prasarana.

(3) Masa jabatan anggota Dewan Penyantun 4 (empat) tahun.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan anggota

kehormatan dan tata cara pemilihan anggota Dewan

Penyantun diatur dengan Peraturan Dewan Penyantun.

Bagian Ketujuh

Satuan Penjaminan Mutu

Pasal 53

(1) Satuan Penjaminan Mutu mempunyai tugas mengoor­

dinasikan, memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan

pengembangan dan penjaminan mutu.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Satuan Penjaminan Mutu menyelenggarakan

fungsi:

a. pelaksanaan pengembangan pembelajaran dan sistem

penjaminan mutu;

418

Page 374: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. pelaksanaan program dan kegiatan penjaminan

mutu; dan

c. pelaksanaan urusan administrasi.

(3) Satuan Penjaminan Mutu terdiri atas:

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional tertentu; dan/atau

c. Jabatan Fungsional umum.

(4) Kepala Satuan Penjaminan Mutu diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Masa jabatan Kepala Satuan Penjaminan Mutu adalah 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Penjaminan Mutu merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Lombok.

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Penjaminan Mutu ditetapkan

Direktur.

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Penjaminan Mutu harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kedelapan

Satuan Pengawasan Internal

Pasal 54

(1) Satuan Pengawasan Internal mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan bidang non-akademik untuk

dan atas nama Direktur.

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (1),

Satuan Pengawasan Internal menyelenggarakan fungsi:

a. penetapan kebijakan pengawasan internal bidang

non-akademik;

b. pelaksanaan pengawasan internal terhadap

pengelolaan bidang non-akademik;

c. pelaporan hasil pengawasan internal kepada Direktur;

419

Page 375: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. pengajuan saran dan/atau pertimbangan mengenai

perbaikan pengelolaan kegiatan non-akademik kepada

Direktur atas dasar hasil pengawasan internal; dan

e. pemantauan dan pengoordinasian tindak lanjut hasil

pemeriksaan.

(3) Satuan Pengawasan Internal terdiri atas:

a. Kepala;

b. Jabatan Fungsional umum; dan/atau

c. Jabatan Fungsional tertentu.

(4) Kepala Satuan Pengawasan Internal diangkat dan

diberhentikan oleh Direktur.

(5) Kepala Satuan Pengawasan Interned memegang jabatan

selama 4 (empat) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih

kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(6) Kepala Satuan Pengawasan Internal merupakan PNS

berstatus dosen aktif Poltekpar Lombok.

(7) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja Satuan Pengawasan Internal ditetapkan

Direktur.

(8) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala Satuan

Pengawas Internal harus membuat laporan pertanggung

jawaban kepada Direktur.

Bagian Kesembilan

Subbagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan, dan Subbagian Administrasi Umum

Pasal 55

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,

dan Subbagian Administrasi Umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 31 huruf f dan huruf g merupakan

unsur pelaksana administrasi.

(2) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan,

dan Subbagian Administrasi Umum dipimpin oleh seorang

420

Page 376: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur.

(3) Pola mutasi dan promosi jabatan struktural dan

fungsional umum pada Subbagian Administrasi Akademik

dan Kemahasiswaan, dan Subbagian Administrasi

Umum mengikuti pola mutasi dan promosi di lingkungan

Kementerian Pariwisata.

(4) Pembinaan Subbagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan dilakukan oleh Pembantu Direktur I, dan

pembinaan Subbagian Administrasi Umum, dilakukan

oleh Pembantu Direktur II.

Pasal 56

(1) Subbagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

mempunyai tugas:

a. pengelolaan administrasi akademik;

b. pembinaan dosen;

c. pembinaan kemahasiswaan dan alumni;

d. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

e. penjaminan mutu;

f. pelaksanaan kerja sama; dan

g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

(2) Subbagian Administrasi Umum mempunyai tugas:

a. pengelolaan administrasi umum;

b. pembinaan tenaga kependidikan;

c. pengelolaan ketatausahaan;

d. layanan rumah tangga dan perlengkapan;

e. pengelolaan barang milik negara;

f. penyiapan penyusunan rencana dan program serta

pengelolaan keuangan;

g. pembinaan kepegawaian;

h. layanan hukum dan komunikasi publik;

i. penataan organisasi dan tata laksana; dan

j. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.

421

Page 377: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Kesepuluh

Program Studi, Laboratorium, dan Kelompok Dosen

Paragraf 1

Program Studi

Pasal 57

(1) Program Studi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf h, dipimpin oleh seorang Ketua Program Studi

yang diangkat oleh Direktur atas rekomendasi Senat

berdasarkan hasil rapat pemilihan Ketua Program Studi.

(2) Ketua Program Studi diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(3) Dalam rangka melaksanakan tugas, Ketua Program Studi

dibantu oleh seorang Sekretaris Program Studi.

Pasal 58

(1) Program Studi terdiri dari:

a. Program Studi Diploma Empat Pengatur Perjalanan;

b. Program Studi Diploma Tiga Divisi Kamar;

c. Program Studi Diploma Tiga Seni Kuliner; dan

d. Program Studi Diploma Tiga Tata Hidang.

(2) Selain program studi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), Direktur dapat melakukan pengembangan program

studi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Paragraf 2

Laboratorium

Pasal 59

(1) Laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf i, dipimpin oleh seorang Kepala Laboratorium.

422

Page 378: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Kepala Laboratorium diangkat dan diberhentikan oleh

Direktur dengan masa jabatan 4 (empat) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Paragraf 3

Kelompok Dosen

Pasal 60

(1) Kelompok Dosen merupakan satuan dosen yang

mempunyai minat dan bidang keahlian yang sama yang

merupakan satuan penunjang Program Studi dalam

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(2) Kelompok Dosen dipimpin oleh seorang Ketua yang

bertugas menjalankan fungsi konsultatif dan koordinatif

dengan pimpinan Program Studi.

Bagian Kesebelas

Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 61

(1) Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

(PPPM) merupakan unsur pelaksana akademik yang

bertanggung jawab kepada Direktur dan secara teknis

pembinaan dilakukan oleh Pembantu Direktur Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan.

(2) PPPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

pelaksanaan:

a. kegiatan penelitian;

b. pengabdian kepada masyarakat; dan

c. pengembangan keahlian dan berperan serta dalam

pengembangan karya ilmiah di bidang pariwisata.

(3) PPPM dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

menggunakan pendekatan multi bidang, antar bidang,

423

Page 379: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dan lintas bidang dalam menerapkan ilmu pengetahuan,

teknologi dan/atau kesenian.

Pasal 62

(1) PPPM terdiri atas:

a. Kepala;

b. Sekretaris;

c. Jabatan fungsional umum; dan/atau

d. Jabatan fungsional tertentu.

(2) PPPM dipimpin oleh seorang kepala dengan masa jabatan

4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(3) Kepala PPPM ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur

dengan persetujuan Senat.

(4) Kepala PPPM merupakan PNS berstatus dosen aktif

Poltekpar Lombok.

(5) Hal-hal yang menyangkut keanggotaan, fungsi, wewenang,

dan masa kerja PPPM ditetapkan dengan Keputusan

Direktur.

(6) Setiap tahun dan pada akhir masa jabatan, Kepala PPPM

harus membuat laporan pertanggung jawaban kepada

Direktur.

Bagian Kedua belas

Unit Penunjang

Pasal 63

(1) Unit Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

huruf k merupakan unsur yang diperlukan untuk

penyelenggaraan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(2) Unit Penunjang terdiri dari:

a. Unit Bahasa;

b. Unit Praktek Kerja Nyata (PKN) dan Bursa Kerja;

c. Unit Perpustakaan; dan

d. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi.

424

Page 380: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Unit penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Unit Bahasa mempunyai tugas melakukan

peningkatan kemahiran penggunaan bahasa nasional

dan asing;

b. Unit Praktik Kerja Nyata (PKN) dan Bursa Kerja

mempunyai tugas melakukan penyiapan keijasama,

pengelolaan praktik kerja nyata, dan penyelenggaraan

bursa kerja;

c. Unit Perpustakaan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan perpustakaan; dan

d. Unit Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai

tugas melakukan pengelolaan teknologi informasi dan

komunikasi.

(4) Unit Penunjang dipimpin oleh Kepala yang diangkat

dan diberhentikan oleh Direktur dengan masa jabatan 4

(empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

(5) Kepala Unit Penunjang bertanggung jawab kepada

Direktur.

(6) Kepala Unit Penunjang merupakan tenaga fungsional

umum atau fungsional tertentu yang diberi tugas tambahan

untuk membantu Direktur dalam mengkoordinasikan

kegiatan di dalam unit penunjang.

(7) Kepala Unit Unit Bahasa dan Kepala Unit Praktek Kerja

Nyata dan Bursa Kerja, dikoordinasikan oleh Pembantu

Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.

(8) Kepala Unit Perpustakaaan dan Kepala Unit Teknologi

Informasi dan Komunikasi, dikoordinasikan oleh

Pembantu Direktur Bidang Umum.

(9) Sesuai dengan perkembangan, kebutuhan, dan

kemampuan, Direktur dapat membentuk unit Penunjang

sebagai unsur penunjang selain sebagaimana dimaksud

425

Page 381: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Ketiga Belas

Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 64

(1) Kelompok Jabatan Fungsional (Jafung) mempunyai tugas

melakukan kegiatan sesuai dengan Jafung masing-masing

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kelompok Jafung terdiri atas Dosen, Pustakawan, Pranata

Komputer, dan Jafung lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(3) Masing-masing kelompok Jafung dikoordinasikan oleh

seorang pejabat fungsional yang ditetapkan oleh Direktur.

(4) Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditentukan berdasarkan kebutuhan beban kerja.

(5) Jenis dan jenjang Jafung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(6) Kelompok Jafung Dosen berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur I serta Ketua Program Studi.

(7) Kelompok Jafung Dosen mempunyai tugas melakukan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat sesuai dengan bidang keahliannya/ ilmunya

serta memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam

rangka memenuhi kebutuhan dan minat mahasiswa di

dalam proses pendidikan.

(8) Kelompok Jafung Lainnya mempunyai tugas mendukung

kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

masyarakat sesuai dengan bidang keahlian.

(9) Kelompok Jafung Lainnya berada dan bertanggung jawab

kepada Direktur, secara teknis pembinaan dilakukan oleh

Pembantu Direktur II.

426

Page 382: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 65

(1) Dosen terdiri atas:

a. dosen tetap;

b. dosen tidak tetap; dan

c. dosen tamu.

(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan dosen yang diangkat dan ditempatkan sebagai

tenaga tetap pada Poltekpar Lombok.

(3) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b merupakan dosen yang bukan tenaga tetap pada

Poltekpar Lombok.

(4) Dosen tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

merupakan seorang yang diundang untuk menjadi dosen

di Poltekpar Lombok selama jangka waktu tertentu.

(5) Jenis dan jenjang kepangkatan dosen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(6) Untuk menjadi Dosen Poltekpar Lombok, harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar;

d. memiliki moral dan integritas yang tinggi;

e. memiliki tanggung jawab yang besar terhadap masa

depan bangsa dan negara;

f. memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan

vokasi yang diasuhnya; dan

g. memiliki jiwa membimbing dan melayani mahasiswa.

427

Page 383: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Bagian Keempat Belas

Tenaga Kependidikan

Pasal 66

(1) Tenaga Kependidikan di lingkungan Poltekpar Lombok

dapat diangkat sebagai pejabat struktural atau pimpinan.

(2) Untuk menjadi Tenaga Kependidikan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. memiliki kualifikasi sebagai tenaga kependidikan;

dan

d. mempunyai moral dan integritas yang tinggi.

(3) Tenaga Kependidikan Poltekpar Lombok terdiri atas:

a. instruktur;

b. laboran;

c. teknisi;

d. fungsional umum; dan

e. tenaga penunjang akademik lainnya.

(4) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas:

a. PNS; atau

b. non PNS.

(5) Pengangkatan dan pemberhentian Tenaga Kependidikan

PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a,

dikoordinasikan dengan Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan dan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian tenaga kependidikan

non PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

b, ditetapkan oleh Direktur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

428

Page 384: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 67

(1) Mahasiswa merupakan peserta didik Poltekpar Lombok.

(2) Untuk menjadi mahasiswa Poltekpar Lombok harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. memiliki ijazah minimum yang dipersyaratkan setiap

program studi;

b. lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru Poltekpar

Lombok; dan

c. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 68

(1) Mahasiswa Poltekpar Lombok mempunyai kewajiban

sebagai berikut:

a. mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku

pada Poltekpar Lombok;

b. ikut memelihara sarana dan prasarana serta

kebersihan, ketertiban, dan keamanan Poltekpar

Lombok;

c. menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

seni;

d. menjaga kewibawaan dan nama baik Poltekpar

Lombok; dan

e. menjunjung tinggi kebudayaan nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban mahasiswa

Poltekpar Lombok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Direktur.

Pasal 69

(1) Mahasiswa Poltekpar Lombok mempunyai hak sebagai

berikut:

Bagian Kelima Belas

Mahasiswa dan Alumni

429

Page 385: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. menggunakan kebebasan akademik secara

bertanggung-jawab untuk menuntut dan mengkaji

ilmu sesuai dengan norma dan susila yang berlaku

dalam lingkungan akademik;

b. memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan layanan

bidang akademik;

c. memanfaatkan fasilitas Poltekpar Lombok dalam

rangka kelancaran proses belajar;

d. mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung

jawab atas program studi yang diikuti dalam

penyelesaian studinya;

e. memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan

program studi yang diikuti serta hasil belajarnya;

f. memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memanfaatkan sumber daya Poltekpar Lombok

melalui perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk

mengurus dan mengatur kesejahteraan, minat, dan

tata kehidupan bermasyarakat; dan

h. ikut serta dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan

Poltekpar Lombok.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak mahasiswa Poltekpar

Lombok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Direktur.

Pasal 70

(1) Organisasi kemahasiswaan di Poltekpar Lombok

diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk

mahasiswa.

(2) Bentuk aktivitas dan badan kelengkapan organisasi

kemahasiswaan di Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antar mahasiswa dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

430

Page 386: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 71

(1) Kegiatan ko-kurikuler mahasiswa meliputi:

a. kepemimpinan;

b. penalaran dan keilmuan;

c. minat dan kegemaran;

d. kesejahteraan; dan

e. kegiatan-kegiatan penunjang.

(2) Kegiatan mahasiswa dalam kampus dapat diselenggarakan

setelah terlebih dahulu memperoleh persetujuan Pembantu

Direktur Bidang Kemahasiswaan.

(3) Kegiatan mahasiswa luar kampus harus seizin Direktur.

(4) Kegiatan mahasiswa yang dilakukan antar negara harus

seizin Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan

Kepariwisataan

Pasal 72

(1) Pembiayaan kegiatan mahasiswa dibebankan dan

diselenggarakan berdasarkan rencana anggaran Poltekpar

Lombok.

(2) Penggalangan dana dari sumber lain yang tidak mengikat

dilakukan seizin Direktur dan digunakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 73

(1) Alumni merupakan orang-orang yang telah menyelesaikan

pendidikan di Poltekpar Lombok.

(2) Alumni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

membentuk organisasi alumni sebagai wadah kegiatan

yang disebut ikatan alumni Poltekpar Lombok.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai alumni Poltekpar Lombok

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Keputusan Direktur.

431

Page 387: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 74

(1) Sarana dan prasarana Poltekpar Lombok diperoleh melalui

dana yang bersumber dari:

a. pemerintah; dan

b. masyarakat ataupun pihak laun.

(2) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana yang berasal dari dimaksud pada ayat (1) pemerintah

sebagaimana huruf a diselenggarakan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan

dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

yang berasal dari masyarakat dan pihak lain ditetapkan

oleh Direktur dengan persetujuan Deputi Bidang

Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendayagunaan

sarana dan prasarana Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

dengan persetujuan Senat.

Pasal 75

Sivitas Akademika dan tenaga administratif memiliki kewajiban

untuk memelihara dan menggunakan sarana dan prasarana

secara bertanggung jawab, berdaya guna, dan berhasil guna.

Bagian Ketujuh Belas

Pengelolaan Anggaran

Pasal 76

(1) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)

Poltekpar Lombok setelah mendapat persetujuan Deputi

Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan,

diajukan oleh Direktur kepada Menteri untuk disahkan

Bagian Keenam Belas

Sarana dan Prasarana

432

Page 388: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar

Lombok.

(2) RAPB Poltekpar Lombok sebagaimana dimaksud ayat (1)

disusun setiap tahun oleh Direktur, dibantu oleh suatu

tim yang ditetapkan oleh Direktur.

(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Poltekpar Lombok

dimulai pada awal tahun anggaran dan berakhir pada

akhir tahun anggaran yang bersangkutan.

(4) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Poltekpar Lombok diawasi oleh Satuan Pengawasan

Internal dan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan

Kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Kedelapan Belas

Keija Sama

Pasal 77

(1) Untuk meningkatkan mutu kegiatan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, Direktur dapat menjalin keija sama dengan pihak

lain, baik dari dalam maupun dari luar Negeri.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilakukan

dengan pihak luar negeri dikoordinasikan dengan Deputi

yang membidangi kerja sama luar negeri.

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan

pada azas saling menguntungkan (mutual benefit)

dan saling menghormati (mutual respect), serta tidak

mengganggu pelaksanaan tugas-tugas pokok atau tugas

penting lainnya.

Pasal 78

(1) Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 dapat

berbentuk:

a. program kembaran;

b. program pemindahan kredit;

433

Page 389: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. tukar menukar dosen dan mahasiswa dalam

penyelenggaraan kegiatan akademik;

d. pemanfaatan bersama sumber daya dalam

pelaksanaan kegiatan akademik;

e. penerbitan bersama karya ilmiah;

f. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan

ilmiah lain; dan

g. bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.

(2) Pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus ditetapkan dengan Keputusan Direktur dan

mendapatkan persetujuan Senat.

(3) Pelaksanaan kerja sama Poltekpar Lombok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Program

Studi, Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat,

Unit Penunjang, maupun dosen atas persetujuan Direktur

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(4) Bentuk kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dituangkan dalam suatu naskah kerjasama yang memuat

hak dan kewajiban tiap-tiap pihak dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan kerja sama tersebut.

BAB V

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Pasal 79

(1) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Lombok

merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar

mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan

sehingga pemangku kepentingan memperoleh kepuasan.

(2) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Lombok

ditujukan untuk:

a. menjamin setiap layanan akademik kepada mahasiswa

dilakukan sesuai standar;

b. mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada

masyarakat khususnya orang tua/wali mahasiswa

434

Page 390: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan

standar;

c. mendorong semua pihak/unit di Poltekpar Lombok

untuk bekerja mencapai tujuan dengan berpatokan

pada standar dan secara berkelanjutan berupaya

meningkatkan mutu.

(3) Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar Lombok

dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip:

a. berorientasi kepada pemangku kepentingan internal

dan eksternal;

b. mengutamakan kebenaran;

c. tanggung jawab sosial;

d. pengembangan kompetensi personal;

e. partisipatif dan kolegial;

f. keseragaman metode; dan

g. inovasi, belajar dan perbaikan secara berkelanjutan.

(4) Ruang lingkup Sistem Penjaminan Mutu Internal Poltekpar

Lombok terdiri atas pengembangan standar mutu dan

audit di bidang:

a. pendidikan;

b. penelitian;

c. pengabdian kepada masyarakat; dan

d. kemahasiswaan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Penjaminan

Mutu Internal Poltekpar Lombok sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan mekanisme penerapannya diatur dalam

Peraturan Direktur.

Pasal 80

(1) Untuk meningkatkan mutu dan efisiensi dalam

penyelenggaraan pendidikan perlu dilakukan pengawasan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dengan penilaian berkala terhadap

435

Page 391: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kurikulum, mutu dan jumlah Tenaga Kependidikan,

keadaan Mahasiswa, pelaksanaan pendidikan sarana

dan prasarana, tatalaksana administrasi akademik,

kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan.

(3) Penilaian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Pengawasan fungsional dilakukan oleh institusi terkait

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 81

(1) Penyelenggaraan akreditasi di Poltekpar Lombok

dikoordinasikan oleh Pusat Penjaminan Mutu.

(2) Akreditasi di Poltekpar Lombok meliputi akreditasi

program studi, pengelola dan institusi.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan akreditasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI

BENTUK DAN TATA CARA

PENETAPAN PERATURAN

Pasal 82

(1) Senat berwenang menetapkan Peraturan Senat dan

Keputusan Senat.

(2) Direktur berwenang menetapkan Peraturan Direktur,

Keputusan Direktur, dan Instruksi Direktur.

Pasal 83

Produk hukum di lingkungan Poltekpar Lombok mengikuti

tata urutan sebagai berikut:

a. Statuta;

b. Peraturan Senat;

Page 392: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. Peraturan Direktur;

d. Keputusan Senat;

e. Keputusan Direktur; dan

f. Instruksi Direktur.

Pasal 84

Tata cara penyusunan produk hukum Poltekpar Lombok

berpedoman pada tata cara penyusunan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Kementerian.

BAB VII

TATA NASKAH DINAS

Pasal 85

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta

kewenangannya, Poltekpar Lombok menyusun dan

melaksanakan tata naskah dinas sesuai ketentuan

peraturan tata naskah dinas di Kementerian.

(2) Tata naskah dinas di lingkungan Poltekpar Lombok

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Direktur.

BAB VIII

PENDANAAN DAN KEKAYAAN

Pasal 86

(1) Pembiayaan Poltekpar Lombok diperoleh dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. masyarakat; dan

c. pihak lain.

(2) Penggunaan dana yang berasal dari sumber pemerintah

dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(3) Biaya yang diperoleh dari masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari:

a. biaya ujian masuk Poltekpar Lombok; dan

437

Page 393: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. penerimaan dari masyarakat lainnya yang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(4) Biaya yang diperoleh dari pihak lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c berasal dari :

a. hasil kontrak kerja antara Poltekpar Lombok dengan

pihak lain sesuai dengan peran dan fungsinya;

b. hasil penjualan produk yang diperoleh dari

penyelenggaraan pendidikan; dan/atau

c. sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga

pemerintah atau lembaga non-pemerintah atau pihak

lain.

Pasal 87

(1) Direktur menyusun usulan struktur tarif dan tata cara

pengelolaan dan pengalokasian dana yang berasal dari

masyarakat, setelah disetujui oleh Senat.

(2) Usulan struktur tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diajukan oleh Direktur kepada Menteri untuk memperoleh

penetapan.

Pasal 88

(1) Otonomi dalam bidang keuangan mencakup kewenangan

Poltekpar Lombok untuk menerima, menyimpan dan

menggunakan dana yang berasal dari masyarakat sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam rangka mengelola dana yang berasal dari

masyarakat, Direktur menyelenggarakan pembukuan

terpadu berdasarkan peraturan administrasi keuangan

yang berlaku.

Pasal 89

(1) Kekayaan Poltekpar Lombok terdiri atas seluruh kekayaan:

a. yang telah ada maupun yang akan ada;

438

Page 394: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. dalam bentuk benda tetap maupun benda bergerak;

dan

c. yang berwujud maupun tidak berwujud.

(2) Kekayaan awal Poltekpar Lombok berupa kekayaan milik

negara yang tidak dipisahkan.

BAB IX

PERUBAHAN STATUTA

Pasal 90

(1) Usulan perubahan Statuta dilakukan dalam suatu sidang

Senat, apabila diajukan dan dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Senat.

(2) Keputusan untuk perubahan Statuta dianggap sah, apabila

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50%

(lima puluh persen) ditambah 1 (satu) anggota Senat dari

seluruh jumlah anggota Senat yang hadir.

(3) Perubahan Statuta dilakukan atas persetujuan Senat

Poltekpar Lombok dan ditetapkan dengan Peraturan

Menteri.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 91

Untuk pertama kali, Direktur Poltekpar Lombok ditunjuk oleh

Menteri.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 92

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

439

Page 395: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Oktober 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1550

Salinan sesuai dengan

440

Page 396: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menimbang

Mengingat

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B L IK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2016

TENTANG

PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentang Pendaftaran

Usaha Pariwisata;

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

441

Page 397: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5038);

5. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

6. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PENDAFTARAN

USAHA PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang

dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

penyelenggaraan pariwisata.

2. Usaha Daya Tarik Wisata adalah usaha pengelolaan daya

tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan/atau

daya tarik wisata buatan/binaan manusia.

3. Usaha Pengelolaan Pemandian Air Panas Alami adalah

usaha penyediaan tempat dan fasilitas pemandian air

panas dan/atau hangat alami yang bersumber dari air

pegunungan, di darat maupun tepi laut.

4. Usaha Pengelolaan Goa adalah usaha pemanfaatan dan

pelestarian goa untuk tujuan pariwisata.

5. Usaha Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala

adalah usaha penyediaan sarana dan prasarana dalam

rangka kunjungan wisata ke situs cagar budaya dan/

442

Page 398: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

atau kawasan cagar budaya dengan memperhatikan

aspek pelestarian, dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan.

6. Usaha Pengelolaan Museum adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas, serta kegiatan pameran cagar budaya,

benda seni, koleksi dan/atau replika yang memiliki

fungsi edukasi, rekreasi dan riset untuk mendukung

pengembangan pariwisata dengan memperhatikan

nilai pelestarian, dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan.

7. Usaha Pengelolaan Permukiman dan/atau Lingkungan

Adat adalah usaha penyediaan tempat dan fasilitas untuk

kegiatan kunjungan wisatawan ke kawasan budaya

masyarakat tradisional dan/atau non tradisional.

8. Usaha Pengelolaan Objek Ziarah adalah usaha penyediaan

sarana dan prasarana kunjungan wisata ke tempat-tempat

religi.

9. Usaha Wisata Agro adalah usaha pemanfaatan dan

pengembangan pertanian yang dapat berupa tanaman

pangan dan hortikultura, perkebunan, pertemakan, dan/

atau perikanan darat untuk tujuan pariwisata.

10. Usaha Kawasan Pariwisata adalah usaha pembangunan

dan/atau pengelolaan kawasan untuk memenuhi

kebutuhan pariwisata sesuai peraturan perundang-

undangan.

11. Usaha Jasa Transportasi Wisata adalah usaha penyediaan

angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata,

bukan angkutan transportasi reguler/umum.

12. Usaha Angkutan Jalan Wisata adalah usaha penyediaan

angkutan orang untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.

13. Usaha Angkutan Wisata dengan Kereta Api adalah

usaha penyediaan sarana dan fasilitas kereta api untuk

memenuhi kebutuhan dan kegiatan pariwisata.

14. Usaha Angkutan Wisata di Sungai dan Danau adalah usaha

penyediaan angkutan wisata dengan menggunakan kapal

443

Page 399: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

yang dilakukan di sungai dan danau untuk kebutuhan

dan kegiatan pariwisata.

15. Usaha Angkutan Laut Wisata Dalam Negeri adalah usaha

penyediaan angkutan laut domestik untuk kebutuhan

dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi

reguler/umum, di wilayah perairan Indonesia sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

16. Usaha Angkutan Laut Internasional Wisata adalah usaha

penyediaan angkutan laut internasional untuk kebutuhan

dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi

reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang - undangan.

17. Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah usaha

penyelenggaraan biro perjalanan wisata dan agen

perjalanan wisata.

18. Usaha Biro Perjalanan Wisata adalah usaha penyediaan

jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan

penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan

perjalanan ibadah.

19. Usaha Agen Perjalanan Wisata adalah usaha jasa

pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan

pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen

perjalanan.

20. Usaha Jasa Makanan dan Minuman adalah usaha

penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi

dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses

pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya.

21. Usaha Restoran adalah usaha penyediaan makanan

dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan

penyajian, di suatu tempat tetap yang tidak berpindah-

pindah.

22. Usaha Rumah Makan adalah usaha penyediaan makanan

dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan

444

Page 400: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian,

di suatu tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

23. Usaha Bar/Rumah Minum adalah usaha penyediaan

minuman beralkohol dan non-alkohol yang dilengkapi

dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses

pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di

dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

24. Usaha Kafe adalah usaha penyediaan makanan ringan

dan minuman ringan yang dilengkapi dengan peralatan

dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan

dan/atau penyajiannya, di dalam 1 (satu) tempat tetap

yang tidak berpindah-pindah.

25. Usaha Jasa Boga adalah usaha penyediaan makanan

dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan

perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan

dan penyajian, untuk disajikan di lokasi yang diinginkan

oleh pemesan.

26. Usaha Pusat Penjualan Makanan adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas untuk restoran, rumah makan dan/

atau kafe yang dilengkapi dengan meja dan kursi.

27. Usaha Penyediaan Akomodasi adalah usaha penyediaan

pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat

dilengkapi dengan pelayanan pariwista lainnya.

28. Usaha Hotel adalah usaha penyediaan akomodasi secara

harian berupa kamar-kamar di dalam 1 (satu) atau lebih

bangunan, termasuk losmen, penginapan, pesanggrahan,

yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan

minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya.

29. Usaha Kondominium Hotel adalah usaha penyediaan

akomodasi secara harian berupa unit kamar dalam 1

(satu) atau lebih bangunan yang dikelola oleh usaha jasa

manajemen hotel.

30. Usaha Apartemen Servis adalah usaha penyediaan

akomodasi secara harian berupa unit hunian dalam 1

(satu) atau lebih bangunan.

445

Page 401: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

31. Usaha Bumi Perkemahan adalah usaha penyediaan

akomodasi di alam terbuka dengan mengunakan tenda.

32. Usaha Persinggahan Karavan adalah usaha penyediaan

tempat di alam terbuka yang dilengkapi dengan area

kendaraan karavan dan fasilitas menginap dalam bentuk

karavan.

33. Usaha Vila adalah usaha penyediaan akomodasi berupa

penyewaan bangunan secara keseluruhan untuk jangka

waktu tertentu, termasuk cottage, bungalow, guest

house, yang digunakan untuk kegiatan wisata dan dapat

dilengkapi dengan sarana hiburan dan fasilitas penunjang

lainnya.

34. Usaha Pondok Wisata adalah usaha penyediaan

akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni

oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk

disewakan dengan memberikan kesempatan kepada

wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-

hari pemiliknya, yang dimiliki oleh masyarakat setempat

dalam rangka pemberdayaan ekonomi lokal.

35. Usaha Jasa Manajemen Hotel adalah usaha yang mencakup

penyelenggaraan pengoperasian, penatalaksanaan

keuangan, sumber daya manusia, dan pemasaran dari

suatu hotel.

36. Usaha Hunian Wisata Senior/Lanjut Usia adalah usaha

penyediaan akomodasi berupa bangunan hunian wisata

warga senior yang dilengkapi sarana kesehatan dan

fasilitas pendukung lainnya sesuai kebutuhan warga

senior.

37. Usaha Rumah Wisata adalah usaha pengelolaan dan/atau

penyediaan akomodasi secara harian berupa bangunan

rumah tinggal yang disewakan kepada wisatawan.

38. Usaha Motel adalah usaha penyediaan akomodasi secara

harian dan/atau sekurang-kurangnya 6 (enam) jam

berupa kamar-kamar yang dilengkapi fasilitas parkir yang

menyatu dengan bangunan, dilengkapi fasilitas makan

446

Page 402: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dan minum, dan berlokasi di sepanjang jalan utama

dengan tujuan memperoleh keuntungan.

39. Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi

adalah usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha

seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta

kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan

untuk pariwisata.

40. Usaha Gelanggang Rekreasi Olahraga adalah usaha yang

menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga

dalam rangka rekreasi dan hiburan.

41. Usaha Lapangan Golf adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas olahraga golf di suatu kawasan

tertentu.

42. Usaha Rumah Bilyar adalah usaha penyediaan tempat

dan fasilitas untuk olahraga bilyar dalam rangka rekreasi

dan hiburan.

43. Usaha Gelanggang Renang adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas untuk olahraga renang dalam rangka

rekreasi dan hiburan.

44. Usaha Lapangan Tenis adalah usaha penyediaan tempat

dan fasilitas untuk olahraga tenis dalam rangka rekreasi

dan hiburan.

45. Usaha Gelanggang Bowling adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas untuk olahraga bowling dalam rangka

rekreasi dan hiburan.

46. Usaha Gelanggang Seni adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau

menonton karya seni dan/atau pertunjukan seni.

47. Usaha Sanggar Seni adalah usaha penyediaan tempat,

fasilitas dan sumber daya manusia untuk kegiatan seni

dan penampilan karya seni bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

48. Usaha Galeri Seni adalah usaha penyediaan tempat dan

fasilitas untuk memamerkan, mengapresiasi, mengedukasi

dan mempromosikan karya seni, kriya dan desain serta

447

Page 403: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

pelaku seni untuk mendukung pengembangan pariwisata

dengan memperhatikan nilai pelestarian seni budaya dan

kreativitas.

49. Usaha Gedung Pertunjukan Seni adalah usaha penyediaan

tempat di dalam ruangan atau di luar ruangan yang

dilengkapi fasilitas untuk aktivitas penampilan karya seni.

50. Usaha Wisata Ekstrim adalah usaha yang menyediakan

tempat dan/atau fasilitas untuk menyelenggarakan

kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi.

51. Usaha Arena Permainan adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas untuk bermain dengan ketangkasan.

52. Usaha Hiburan Malam adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas bersantai dan melantai diiringi musik

dan cahaya lampu dengan atau tanpa pramuria.

53. Usaha Kelab Malam adalah usaha hiburan malam yang

menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan/atau

melantai dengan diiringi musik hidup dan cahaya lampu,

serta menyediakan pemandu dansa.

54. Usaha Diskotik adalah usaha hiburan malam yang

menyediakan tempat dan fasilitas bersantai dan/atau

melantai dengan diiringi rekaman lagu dan/atau musik

serta cahaya lampu.

55. Usaha Pub adalah usaha hiburan malam yang menyediakan

tempat dan fasilitas bersantai untuk mendengarkan musik

hidup.

56. Usaha Rumah Pijat adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas pemijatan dengan tenaga pemijat yang

terlatih, meliputi pijat tradisional dan/atau pijat refleksi

dengan tujuan relaksasi.

57. Usaha Taman Rekreasi adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan bermacam-

macam atraksi.

58. Usaha Taman Bertema adalah usaha yang menyediakan

tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan 1 (satu) atau

bermacam-macam tema dan mempunyai ciri khas yang

Page 404: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

membangkitkan imajinasi pengunjung dan kreativitas

serta memiliki fungsi edukasi.

59. Usaha Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat

dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu.

60. Usaha Jasa Pramuwisata adalah usaha penyediaan dan/

atau pengoordinasian tenaga pemandu wisata untuk

memenuhi kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan

biro perjalanan wisata.

61. Usaha Jasa Impresariat/Promotor adalah usaha

pengurusan penyelenggaraan hiburan, berupa

mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan

artis dan/atau tokoh masyarakat di berbagai bidang

dari Indonesia dan/atau luar negeri, serta melakukan

pertunjukan yang diisi oleh artis dan/atau tokoh

masyarakat yang bersangkutan.

62. Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif,

Konferensi, dan Pameran adalah usaha pemberian jasa

bagi suatu pertemuan sekelompok orang, penyelenggaraan

perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai

imbalan atas prestasinya, serta penyelenggaraan pameran

dalam rangka penyebarluasan informasi dan promosi

suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional,

dan internasional.

63. Usaha Jasa Informasi Pariwisata adalah usaha penyediaan

data, berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian

mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk

bahan cetak dan/atau elektronik.

64. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata adalah usaha

penyediaan saran dan rekomendasi mengenai studi

kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian,

dan pemasaran di bidang kepariwisataan.

65. Usaha Wisata Tirta adalah usaha penyelenggaraan wisata

dan olahraga air untuk rekreasi, termasuk penyediaan

sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola

449

Page 405: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau,

dan waduk.

66. Usaha Wisata Arung Jeram adalah usaha penyediaan

berbagai sarana untuk mengarungi sungai berjeram

termasuk jasa pemanduan, serta perlengkapan

keselamatan, untuk tujuan rekreasi.

67. Usaha Wisata Dayung adalah usaha yang menyediakan

tempat, fasilitas, termasuk jasa pemandu dan aktivitas

mendayung di wilayah perairan untuk tujuan rekreasi.

68. Usaha Wisata Selam adalah usaha penyediaan berbagai

sarana untuk melakukan penyelaman di bawah atau di

permukaan air dengan menggunakan peralatan khusus,

termasuk penyediaan jasa pemanduan dan perlengkapan

keselamatan, untuk tujuan rekreasi.

69. Usaha Wisata Memancing adalah usaha penyediaan

tempat dan fasilitas untuk kegiatan memancing di wilayah

perairan dengan menggunakan peralatan khusus dan

perlengkapan keselamatan termasuk penyediaan jasa

pemandu, untuk tujuan rekreasi dan hiburan.

70. Usaha Wisata Selancar adalah usaha yang menyediakan

paket, fasilitas, dan aktivitas untuk berselancar di wilayah

perairan.

71. Usaha Wisata Olahraga Tirta adalah usaha penyediaan

sarana dan fasilitas olahraga air di wilayah perairan

dengan tujuan rekreasi.

72. Usaha Dermaga Wisata adalah usaha terminal khusus

dan/atau terminal untuk kepentingan sendiri untuk

menunjang kegiatan pariwisata yang menyediakan tempat,

fasilitas, dan aktivitas bertambat kapal wisata di wilayah

perairan.

73. Usaha Spa adalah usaha perawatan yang memberikan

layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma,

pijat, rempah-rempah, layanan makanan/ minuman sehat,

dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan

450

Page 406: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan

budaya bangsa Indonesia.

74. Penyewaan secara Harian adalah pembebanan biaya sewa

kepada wisatawan yang dihitung per hari.

75. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok

orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

76. Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang selanjutnya disingkat

TDUP adalah dokumen resmi yang diberikan kepada

Pengusaha Pariwisata untuk dapat menyelenggarakan

usaha pariwisata.

77. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat

PTSP adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu

kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai

dengan tahap penerbitan pendaftaran usaha melalui satu

pintu.

78. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang kepariwisataan.

79. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kepariwisataan.

Pasal 2

Pendaftaran usaha pariwisata bertujuan untuk:

a. menjamin kepastian hukum bagi Pengusaha Pariwisata

dalam menyelenggarakan usaha pariwisata;

b. menyediakan sumber informasi bagi semua pihak yang

berkepentingan mengenai pendaftaran usaha pariwisata;

dan

c. memberikan persyaratan dalam melaksanakan sertifikasi

usaha pariwisata.

Pasal 3

(1) Pendaftaran usaha pariwisata harus memenuhi prinsip

dalam penyelenggaran pelayanan publik yang transparan.

(2) Prinsip penyelenggaraan pelayanan publik yang transparan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. prosedur pelayanan yang sederhana;

451

Page 407: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

b. persyaratan teknis dan administratif yang mudah;

C. waktu penyelesaian yang cepat;

d. lokasi pelayanan yang mudah dijangkau;

e. standar pelayanan yang jelas; dan

f. informasi pelayanan yang terbuka.

BAB II

USAHA PARIWISATA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata dalam menyelenggarakan

usaha pariwisata wajib melakukan pendaftaran usaha

pariwisata.

(2) Pengusaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat berbentuk perseorangan, badan usaha, badan

usaha berbadan hukum.

(3) Perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan warga negara Indonesia.

(4) Badan usaha dan badan usaha berbadan hukum

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan badan

usaha yang berkedudukan di Indonesia.

Pasal 5

(1) Usaha pariwisata yang tergolong:

a. usaha mikro dan kecil, dapat berbentuk perseorangan,

badan usaha, atau badan usaha berbadan hukum;

b. usaha menengah dapat berbentuk perseorangan,

badan usaha, atau badan usaha berbadan hukum;

dan

c. usaha besar berbentuk badan usaha berbadan

hukum.

(2) Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a memiliki kriteria:

452

Page 408: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

a. kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,-

(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau

b. hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Usaha menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b memiliki kriteria:

a. kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rpl0.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp50.000.000.000,- (lima puluh milyar

rupiah).

(4) Usaha besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

memiliki kriteria:

a. kekayaan bersih lebih dari Rpl0.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau

b . hasil penjualan tahunan lebih dari Rp50.000.000.000,-

(lima puluh milyar rupiah).

Bagian Kedua

Bidang Usaha

Pasal 6

(1) Usaha pariwisata meliputi bidang usaha:

a. daya tarik wisata;

b. kawasan pariwisata;

c. jasa transportasi wisata;

d. jasa perjalanan wisata;

e. jasa makanan dan minuman;

f. penyediaan akomodasi;

g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;

453

Page 409: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,

konferensi, dan pameran;

i. jasa informasi pariwisata;

j. jasa konsultan pariwisata;

k. jasa pramuwisata;

l. wisata tirta; dan

m. spa.

(2) Menteri dapat menetapkan bidang usaha pariwisata

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Bidang usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) dapat terdiri dari jenis usaha dan

subjenis usaha.

Pasal 7

Bidang usaha daya tarik wisata meliputi jenis usaha:

a. pengelolaan pemandian air panas alami;

b. pengelolaan goa;

c. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala;

d. pengelolaan museum;

e. pengelolaan permukiman dan/atau lingkungan adat;

f. pengelolaan objek ziarah; dan

g. wisata agro.

Pasal 8

Bidang usaha jasa transportasi wisata meliputi jenis usaha:

a. angkutan jalan wisata;

b. angkutan wisata dengan kereta api;

c. angkutan wisata di sungai dan danau;

d. angkutan laut wisata dalam negeri; dan

e. angkutan laut internasional wisata.

Pasal 9

Bidang usaha jasa perjalanan wisata meliputi jenis usaha:

a. biro perjalanan wisata; dan

b. agen perjalanan wisata.

454

Page 410: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 10

Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi jenis

usaha:

a. restoran;

b. rumah makan;

c. bar/rumah minum;

d. kafe;

e. jasa boga; dan

f. pusat penjualan makanan.

Pasal 11

Bidang usaha penyediaan akomodasi meliputi jenis usaha:

a. hotel;

b. kondominium hotel;

c. apartemen servis;

d. bumi perkemahan;

e. persinggahan karavan;

f. vila;

g. pondok wisata;

h. jasa manajemen hotel;

i. hunian wisata senior/lanjut usia;

j. rumah wisata; dan

k. motel.

Pasal 12

(1) Bidang usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan

rekreasi meliputi jenis usaha:

a. gelanggang rekreasi olahraga;

b. gelanggang seni;

c. wisata ekstrim;

d. arena permainan;

e. hiburan malam;

f. rumah pijat;

g- taman rekreasi;

h. karaoke; dan

i. jasa impresariat/promotor.

455

Page 411: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(2) Gelanggang rekreasi olahraga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi subjenis:

a. lapangan golf;

b. rumah bilyar;

c. gelanggang renang;

d. lapangan tenis; dan

e. gelanggang bowling.

(3) Gelanggang seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi subjenis:

a. sanggar seni;

b. galeri seni; dan

c. gedung pertunjukan seni.

(4) Hiburan malam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d meliputi subjenis usaha:

a. kelab malam;

b. diskotek; dan

c. pub.

(5) Taman rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f meliputi subjenis usaha:

a. taman rekreasi; dan

b. taman bertema.

Pasal 13

Bidang usaha wisata tirta meliputi jenis usaha:

a. wisata arung jeram;

b. wisata dayung;

c. wisata selam;

d. wisata memancing;

e. wisata selancar;

f. wisata olahraga tirta; dan

g- dermaga wisata.

Pasal 14

Gubernur, Bupati/Walikota dapat menetapkan jenis usaha dan

subjenis usaha lainnya untuk setiap bidang usaha pariwisata

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

456

Page 412: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB III

TATA CARA PENDAFTARAN USAHA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 15

(1) Pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada FTSP

Kabupaten /Kota.

(2) Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota yang

melingkupi 1 (satu) lokasi usaha pariwisata atau kantor,

pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada PTSP

Provinsi.

(3) Usaha pariwisata yang memiliki modal asing, penanaman

modal dalam negeri yang ruang lingkupnya lintas provinsi

(usaha daya tarik wisata dan kawasan pariwisata), dan/

atau yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan menjadi kewenangan Pemerintah, pendaftaran

usaha pariwisata ditunjukan kepada Badan Koordinasi

Penanaman Modal.

(4) Pendaftaran usaha pariwisata untuk Daerah Khusus

Ibukota Jakarta ditujukan kepada FTSP Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 16

Pendaftaran usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada

Pasal 15 dapat dilakukan secara dalam jaringan (online).

Pasal 17

Pendaftaran usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada

Pasal 15 dilakukan dengan ketentuan:

a. usaha daya tarik wisata, pendaftaran usaha pariwisata

dilakukan terhadap daya tarik wisata pada setiap lokasi;

b. usaha kawasan pariwisata, pendaftaran usaha pariwisata

dilakukan terhadap kawasan pariwisata pada setiap

lokasi;

457

Page 413: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

c. usaha jasa transportasi wisata, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap setiap kantor yang memiliki

dan/atau menguasai kendaraan, kapal atau kereta api;

d. usaha jasa perjalanan wisata, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap setiap kantor;

e. usaha jasa makanan dan minuman, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap:

1. restoran, rumah makan, bar/rumah minum, kafe,

atau pusat penjualan makanan pada setiap lokasi;

dan

2. setiap kantor jasa boga;

f. usaha penyediaan akomodasi, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap:

1. hotel, kondominium hotel, apartemen servis, bumi

perkemahan, persinggahan karavan, vila, pondok

wisata, hunian wisata senior/lanjut usia, rumah

wisata, atau motel pada setiap lokasi; dan

2. setiap kantor jasa manajemen hotel;

g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi,

pendaftaran usaha pariwisata dilakukan terhadap:

1. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi

pada setiap lokasi; dan

2. khusus untuk usaha jasa impresariat/promotor,

dilakukan terhadap setiap kantor;

h. usaha jasa penyelenggaraan pertemuan, perjalanan

insentif, konferensi dan pameran, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap setiap kantor;

i. usaha jasa informasi pariwisata, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap setiap kantor;

j. usaha jasa konsultan pariwisata, pendaftaran usaha

pariwisata dilakukan terhadap setiap kantor;

k. usaha jasa pramuwisata, pendaftaran usaha dilakukan

terhadap setiap kantor;

l. usaha wisata tirta, pendaftaran usaha pariwisata

dilakukan terhadap:

458

Page 414: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

1. setiap kantor wisata arung jeram, wisata dayung,

wisata selam, wisata selancar, atau wisata olahraga

tirta;

2. dermaga wisata pada setiap lokasi; dan

3. khusus untuk usaha wisata memancing, dilakukan

terhadap setiap kantor atau lokasi;

m. usaha spa, pendaftaran usaha pariwisata dilakukan

terhadap setiap lokasi.

Pasal 18

(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan

penataan keseimbangan jumlah usaha pariwisata dengan

kondisi sosial, budaya, dan lingkungan.

(2) Penataan keseimbangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dalam bentuk pengaturan penambahan

jumlah usaha pariwisata.

(3) Penataan keseimbangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan (2) dilaksanakan berdasarkan kajian akademis

secara independen yang akuntabel.

Bagian Kedua

Tahapan Pendaftaran Usaha

Paragraf 1

Umum

Pasal 19

Tahapan pendaftaran usaha pariwisata mencakup:

a. permohonan pendaftaran;

b. pemeriksaan berkas permohonan; dan

c. penerbitan TDUP.

Pasal 20

Seluruh tahapan pendaftaran usaha pariwisata diselenggarakan

tanpa memungut biaya dari Pengusaha Pariwisata.

459

Page 415: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Paragraf 2

Permohonan Pendaftaran

Pasal 21

(1) Permohonan pendaftaran usaha pariwisata diajukan

secara tertulis oleh Pengusaha Pariwisata.

(2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disertai dengan dokumen persyaratan.

(3) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) meliputi:

a. usaha perseorangan:

1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk;

2) fotokopi NPWP; dan

3) perizinan teknis pelaksanaan usaha pariwisata

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. badan usaha atau badan usaha berbadan hukum:

1) akte pendirian badan usaha dan perubahannya

(apabila terjadi perubahan);

2) fotokopi NPWP; dan

3) perizinan teknis pelaksanaan usaha pariwisata

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

4) Selain dokumen persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3), khusus untuk:

a. usaha daya tarik wisata, dilengkapi fotokopi

bukti hak pengelolaan dari pemilik daya

tarik wisata;

b. usaha kawasan pariwisata, dilengkapi

fotokopi bukti hak atas tanah;

c. usaha jasa transportasi wisata, dilengkapi

keterangan tertulis dari Pengusaha

Pariwisata tentang perkiraan kapasitas jasa

transportasi wisata yang dinyatakan dalam

jumlah kendaraan, kapal atau kereta api,

serta daya angkut yang tersedia;

460

Page 416: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

d. usaha jasa makanan dan minuman,

dilengkapi keterangan tertulis dari

Pengusaha Pariwisata tentang perkiraan

kapasitas jasa makanan dan minuman yang

dinyatakan dalam jumlah kursi;

e. usaha penyediaan akomodasi, dilengkapi

keterangan tertulis dari Pengusaha

Pariwisata tentang perkiraan kapasitas

penyediaan akomodasi yang dinyatakan

dalam jumlah kamar serta tentang fasilitas

yang tersedia; dan

f. usaha wisata tirta subjenis dermaga wisata,

dilengkapi izin operasional sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Untuk usaha mikro dan kecil, dokumen persyaratan

sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2) meliputi:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau akte

pendirian badan usaha dan perubahannya

(apabila terjadi perubahan);

b. fotokopi NPWP;

c. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau perjanjian

penggunaan bangunan; dan

d. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan

(S PPL).

(2) Selain dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), khusus untuk:

a. usaha rumah pijat, dilengkapi surat terdaftar

pengobat tradisional (STPT) bagi pemijat;

b. usaha spa, dilengkapi surat terdaftar pengobat

tradisional (STPT) bagi terapis dan surat rekomendasi

penggunaan peralatan kesehatan dari instansi teknis

terkait apabila menggunakan peralatan kesehatan.

461

Page 417: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 23

(1) Pengajuan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 21 dan Pasal 22 disampaikan dalam bentuk

salinan atau fotokopi yang telah dilegalisasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Untuk pendaftaran usaha yang telah dilakukan secara

dalam jaringan (online), pengajuan dokumen persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22

dapat disampaikan dalam bentuk salinan digital.

(3) Pengusaha Pariwisata wajib menjamin melalui pernyataan

tertulis bahwa dokumen persyaratan yang disampaikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) adalah

absah, benar, dan sesuai dengan fakta.

Pasal 24

PTSP memberikan bukti penerimaan permohonan pendaftaran

usaha pariwisata kepada Pengusaha Pariwisata dengan

mencantumkan nama dokumen yang diterima.

Paragraf 3

Pemeriksaan Berkas Permohonan

Pasal 25

(1) PTSP melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas

permohonan pendaftaran usaha pariwisata.

(2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditemukan berkas permohonan belum

memenuhi kelengkapan, PTSP memberitahukan secara

tertulis kekurangan yang ditemukan kepada Pengusaha

Pariwisata.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu

2 (dua) hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha

pariwisata diterima PTSP.

462

Page 418: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Apabila PTSP tidak memberitahukan secara tertulis

kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 2 (dua)

hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha pariwisata

diterima, permohonan pendaftaran usaha pariwisata

dianggap lengkap.

Paragraf 4

Penerbitan TDUP

Pasal 26

(1) PTSP menerbitkan TDUP untuk diserahkan kepada

Pengusaha Pariwisata paling lambat dalam jangka waktu

1 (satu) hari kerja setelah permohonan pendaftaran usaha

pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap.

(2) TDUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi:

a. nomor pendaftaran usaha pariwisata;

b. tanggal pendaftaran usaha pariwisata;

c. nama Pengusaha Pariwisata;

d. alamat Pengusaha Pariwisata;

e. nama pengurus badan usaha untuk Pengusaha

Pariwisata yang berbentuk badan usaha;

f. jenis atau subjenis usaha pariwisata;

g. nama usaha pariwisata;

h. lokasi usaha pariwisata;

i. alamat kantor pengelolaan usaha pariwisata;

j . nomor akta pendirian badan usaha dan perubahannya,

apabila ada, untuk Pengusaha Pariwisata yang

berbentuk badan usaha atau nomor kartu tanda

penduduk untuk Pengusaha Pariwisata perseorangan;

k. nama, nomor, dan tanggal izin teknis yang dimiliki

Pengusaha Pariwisata;

l. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan

TDUP;

m. tanggal penerbitan TDUP; dan

n. apabila diperlukan, diberikan kode sekuriti digital.

463

Page 419: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) TDUP berlaku selama pengusaha pariwisata menyeleng­

garakan usaha pariwisata.

Pasal 27

(1) TDUP dapat diberikan kepada Pengusaha Pariwisata yang

menyelenggarakan beberapa usaha pariwisata di dalam

satu lokasi dan satu manajemen.

(2) TDUP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan

dalam satu dokumen TDUP.

Pasal 28

TDUP merupakan persyaratan dasar dalam pelaksanaan

sertifikasi usaha pariwisata.

Pasal 29

(1) Menteri melalui Deputi yang membidangi industri

pariwisata menetapkan petunjuk teknis dalam rangka

pelaksanaan pendaftaran usaha pariwisata.

(2) Gubernur dan Bupati/Walikota menetapkan peraturan

dalam rangka pelaksanaan pendaftaran usaha pariwisata.

BAB IV

PEMUTAKHIRAN TDUP

Pasal 30

(1) Pengusaha Pariwisata wajib mengajukan secara tertulis

kepada PTSP permohonan pemutakhiran TDUP apabila

terdapat suatu perubahan paling lambat 30 (tiga puluh)

hari kerja setelah suatu perubahan terjadi.

(2) Perubahan kondisi sebagaimana disebutkan dalam

ayat (1) mencakup 1 (satu) atau lebih kondisi:

a. perubahan sarana usaha;

b. penambahan kapasitas usaha;

c. perluasan lahan dan bangunan usaha;

d. perubahan waktu atau durasi operasi usaha;

e. nama Pengusaha Pariwisata;

f. alamat Pengusaha Pariwisata;

464

Page 420: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

g. nama pengurus badan usaha untuk Pengusaha

Pariwisata yang berbentuk badan usaha;

h. nama usaha pariwisata;

i. lokasi usaha pariwisata;

j. alamat kantor pengelolaan usaha pariwisata;

k. nomor akta pendirian badan usaha untuk Pengusaha

Pariwisata yang berbentuk badan usaha atau nomor

kartu tanda penduduk untuk Pengusaha Pariwisata

perseorangan; atau

l. nama, nomor, dan tanggal izin teknis yang dimiliki

Pengusaha Pariwisata.

(3) Pengajuan permohonan pemutakhiran TDUP disertai

dengan dokumen penunjang yang terkait.

(4) Pengajuan dokumen penunjang yang terkait sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam bentuk

salinan atau fotokopi yang telah dilegalisasi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pengusaha Pariwisata wajib menjamin melalui pernyataan

tertulis bahwa dokumen penunjang yang disampaikan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah

absah, benar dan sesuai dengan fakta.

Pasal 31

(1) PTSP melaksanakan pemeriksaan kelengkapan berkas

permohonan pemutakhiran TDUP.

(2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditemukan berkas permohonan

pemutakhiran TDUP belum memenuhi kelengkapan,

PTSP memberitahukan secara tertulis kekurangan yang

ditemukan kepada Pengusaha Pariwisata.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 2

(dua) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran TDUP

diterima PTSP.

465

Page 421: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(4) Apabila PTSP tidak memberitahukan secara tertulis

kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 2 (dua)

hari kerja sejak permohonan pemutakhiran TDUP diterima,

maka permohonan pemutakhiran TDUP dianggap lengkap.

(5) PTSP menerbitkan pemutakhiran TDUP untuk diserahkan

kepada Pengusaha Pariwisata paling lambat dalam

jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah permohonan

pemutakhiran TDUP dinyatakan atau dianggap lengkap.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 32

(1) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota melakukan

pembinaan dalam rangka pendaftaran usaha pariwisata

sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa sosialiasi, pemantauan, evaluasi, atau

pelaksanaan bimbingan teknis penerapan pendaftaran

usaha pariwisata.

Pasal 33

(1) Menteri, Gubernur, dam Bupati/Walikota melakukan

pengawasan dalam rangka pendaftaran usaha pariwisata

sesuai dengan kewenangan masing-masing berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk

memastikan kesesuaian kegiatan usaha dengan TDUP

BAB VI

PENDANAAN

Pasal 34

Pendanaan pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan

pendaftaran usaha pariwisata, bersumber dari Anggaran

Page 422: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah.

BAB VII

PELAPORAN

Pasal 35

(1) Pengusaha Pariwisata melaporkan kegiatan usaha

pariwisata kepada Bupati/Walikota melalui Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang membidangi pariwisata setiap 6

(enam) bulan sekali.

(2) Laporan kegiatan usaha pariwisata meliputi:

a. perkembangan usaha; dan

b. masukan kepada Pemerintah Daerah.

Pasal 36

(1) Bupati/Walikota melaporkan hasil pendaftaran usaha

pariwisata dan laporan kegiatan usaha pariwisata kepada

Gubernur setiap 6 (enam) bulan sekali.

(2) Gubernur melaporkan hasil pendaftaran usaha pariwisata

dan laporan kegiatan usaha pariwisata kepada Menteri

setiap 6 (enam) bulan sekali.

(3) Laporan hasil pendaftaran usaha pariwisata dan laporan

kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a. nama usaha pariwisata;

b. lokasi dan/atau kantor usaha pariwisata;

c. jumlah usaha pariwisata;

d. perubahan jumlah usaha pariwisata dibandingkan

dengan pelaporan pada periode sebelumnya;

e. penjelasan tentang hal yang menyebabkan perubahan

jumlah usaha pariwisata sebagaimana dimaksud

pada huruf d, khusus dalam hal terjadi pengurangan;

dan

f. laporan kegiatan usaha pariwisata.

467

Page 423: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 37

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),

Pasal 23 ayat (3), dan Pasal 30 ayat (1) dan (5) dikenai

sanksi teguran tertulis pertama.

(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah

diberikan teguran tertulis pertama, Pengusaha Pariwisata

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Pengusaha Pariwisata dikenai sanksi teguran

tertulis kedua.

(3) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah

diberikan teguran tertulis kedua, Pengusaha Pariwisata

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) Pengusaha Pariwisata dikenai sanksi teguran

tertulis ketiga.

Pasal 38

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata yang tidak mematuhi sanksi

teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37

dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah diberikan

teguran tertulis ketiga, dikenakan sanksi pembatasan

kegiatan usaha.

(2) Sanksi pembatasan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diberikan juga kepada Pengusaha

Pariwisata yang tidak menyelenggarakan kegiatan usaha

secara terus menerus untuk jangka waktu 6 (enam) bulan

atau lebih.

Pasal 39

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata yang tidak memenuhi

ketentuan dan sanksi pembatasan kegiatan usaha

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 terhadap

pelanggaran Pasal 23 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) dan (5)

468

Page 424: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, dikenakan

sanksi pencabutan TDUP.

(2) Sanksi pencabutan TDUP sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diberikan juga kepada Pengusaha Pariwisata yang:

a. terkena sanksi penghentian tetap kegiatan usaha

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus

menerus untuk jangka waktu 1 (satu) tahun atau

lebih; atau

c. menyampaikan dokumen yang dipalsukan pada

saat proses pendaftaran usaha pariwisata dan/atau

pemutakhiran TDUP.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

(1) Izin Tetap Usaha Pariwisata yang masih berlaku dan telah

dimiliki Pengusaha Pariwisata sebelum ditetapkannya

Peraturan Menteri ini untuk sementara diperlakukan

sama dengan TDUP.

(2) Pengusaha Pariwisata yang memiliki Izin Tetap Usaha

Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib

mengajukan permohonan pendaftaran usaha pariwisata

dan memiliki TDUP dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

Pasal 41

Apabila terjadi permasalahan dalam hal pendaftaran usaha

pariwisata di daerah, Pengusaha Pariwisata dan Pemerintah

Daerah dapat berkonsultasi dengan Kementerian.

469

Page 425: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,

1. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.85/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Perjalanan Wisata;

2. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.86/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Penyediaan Akomodasi;

3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.87/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Makanan dan Minuman;

4. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.88/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Kawasan Pariwisata;

5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.89/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Transportasi Wisata;

6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.90/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Daya Tarik Wisata;

7. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.91/HK.501 /MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi;

8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.92/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Pramuwisata;

9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM .93/ HK. 501 / MKP/ 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan

Insentif, Konferensi dan Pameran;

10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.94/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Konsultan Pariwisata;

470

Page 426: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.95/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Jasa Informasi Pariwisata;

12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Wisata Tirta;

13. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.97/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran

Usaha Spa.

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 43

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

471

Page 427: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini denganpenempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 Oktober 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1551

S a lin an sesu a i d en gan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

472

Page 428: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menimbang

Mengingat

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B LIK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBERLAKUAN WAJIB

SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang

Pariwisata, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata

tentang Pemberlakuan Wajib Sertifikasi Kompetensi di Bidang

Pariwisata;

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesai Nomor 4279);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang

Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara

473

Page 429: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia 4637);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Kompetensi Dan Sertifikasi Usaha (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 105,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5311);

5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);

6. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

7. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2015

tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Bidang Pariwisata (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 1035);

9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun

2016 tentang Sistem Standarisasi Kompetensi Kerja

Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 257);

10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 3 Tahun 2016

tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 258);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PEMBER­

LAKUAN WAJIB SERTIFIKASI KOMPETENSI DI BIDANG

PARIWISATA.

474

Page 430: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pasal 1

Setiap tenaga kerja di bidang pariwisata yang bekeija di Negara

Kesatuan Republik Indonesia, termasuk tenaga kerja asing,

wajib memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 2

Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

1 diberikan kepada tenaga kerja yang telah menguasai

kompetensi kerja tertentu sesuai dengan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pariwisata, standar

internasional dan/atau standar khusus.

Pasal 3

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang

Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan

pembinaan dalam pelaksanaan pemberlakuan wajib

sertifikasi bidang pariwisata.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

berupa sosialisasi, advokasi atau pelaksanaan bimbingan

teknis pemberlakuan wajib Sertifikasi Kompetensi Bidang

Pariwisata.

Pasal 5

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan

pengawasan dalam pelaksanaan pemberlakuan wajib

Sertifikasi Kompetensi Bidang Pariwisata.

(2) Pengawasan oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui monitoring dan evaluasi

475

Page 431: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

pelaksanaan pemberlakuan wajib Sertifikasi Kompetensi

Bidang Pariwisata.

(3) Pengawasan oleh Gubernur, Bupati/Walikota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui evaluasi laporan

pelaksanaan pemberlakuan wajib Sertifikasi Kompetensi

Bidang Pariwisata.

Pasal 6

Sertifikat Kompetensi yang telah dimiliki tenaga kerja di bidang

pariwisata sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, tetap

berlaku sampai berakhirnya masa sertifikat dimaksud.

Pasal 7

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

Page 432: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­

undangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 Oktober 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 28 Oktober 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1621

Salinan sesuai denganKEMENTERIAN PARIWISATA RI

477

Page 433: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBERLAKUAN WAJIB SERTIFIKASI

KOMPETENSI DI BIDANG PARIWISATA

STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

BIDANG PARIWISATA

1. Sub Sektor Biro Perjalanan Wisata sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.238/MEN/X/2004 tentang

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Sektor Pariwisata Sub Sektor Biro

Perjalanan Wisata;

2. Sub Sektor Hotel dan Restoran sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.239/MEN/X/2004 tentang

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Sub

Sektor Hotel dan Restoran;

3. Sub Sektor SPA sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.141/MEN/V/2005 tentang Penetapan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Sub Sektor SPA;

4. Sub Sektor Restoran, BAR dan Jasa Boga Bidang Industri Jasa Boga sebagaimana

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor:

KEP.318/MEN/IX/2007 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia Sektor Penyedia Makanan dan Minuman Sub Sektor Restoran, BAR

dan Jasa Boga Bidang Industri Jasa Boga;

5. Bidang Jasa Pramuwisata dan Pemimpin Perjalanan Wisata (Tour Leader)

sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor: KEP.55/MEN/III/2009 tentang Penetapan Standar

Kompetensi Keija Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Bidang Jasa Pramuwisata

dan Pemimpin Perjalanan Wisata [Tour Leader)-,

6. Bidang Kepemanduan Wisata Selam sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.56/MEN/III/2009 tentang

478

Page 434: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata

Bidang Kepemanduan Wisata Selam;

7. Bidang Kepemanduan Wisata sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.57/MEN/III/2009 tentang

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata

Bidang Kepemanduan Wisata;

8. Bidang Kepemanduan Ekowisata sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.61/MEN/III/2009 tentang

Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata

Bidang Kepemanduan Ekowisata;

9. Bidang Arung Jeram sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.62/MEN/III/2009 tentang Penetapan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Bidang Arung

Jeram;

10. Bidang Kepemanduan Wisata Agro sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.123/MEN/V/2011 tentang

Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor

Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata Agro Menjadi Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia;

11. Bidang Jasa Boga sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP. 125/MEN/V/2011 tentang Penetapan

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata

Bidang Jasa Boga Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia;

12. Bidang Kepemanduan Wisata Goa sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP. 192/MEN/VII/2011 tentang

Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor

Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata Goa Menjadi Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia;

13. Bidang Manajerial SPA sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: 56 Tahun 2014 tentang Penetapan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Kegiatan Jasa Lainnya

Golongan Pokok Jasa Perorangan Lainnya Kelompok Usaha SPA (Sante Par Aqua)

Area Kerja Manajerial SPA;

479

Page 435: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

14. Bidang MICE sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor: 348 Tahun 2014 tentang Penetapan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Persewaan, Ketenagakerjaan, Agen

Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya Golongan Pokok Jasa Administrasi

Kantor, Jasa Penunjang Kantor dan Jasa Penunjang Usaha Lainnya Bidang

MICE.

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

S a lin an sesu a i d en gan

480

Page 436: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I P AR IW ISATA R E P U B LIK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2016

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA

NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN

DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan adanya perubahan urusan pada bidang-

bidang di Kementerian Pariwisata, dan dengan adanya

perubahan pada sistem laporan pertanggungajawaban

dana dekonsentrasi, perlu dilakukan perubahan terhadap

Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015

tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian

Pariwisata;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri

Pariwisata tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan

Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian Pariwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

481

Page 437: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5178);

482

Page 438: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tabun 2011 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5262);

9. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);

10. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang

Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 147);

11. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008

tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan

Dana Tugas Pembantuan sebagaimana telah diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/

PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas

Pembantuan;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat;

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.05/2014

tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat;

15. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

16. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 22 Tahun 2015

tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Kementerian

483

Page 439: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pariwisata (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 1725);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG PERUBAHAN

ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA NOMOR 22 TAHUN

2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI

KEMENTERIAN PARIWISATA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pariwisata Nomor

22 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

Kementerian Pariwisata (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1725) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari

Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah

dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

2. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari

APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil

pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan

pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi,

tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi

vertikal pusat di daerah.

3. Unit Kerja Eselon I adalah unit organisasi di lingkungan

Kementerian yang melaksanakan kegiatan di Kementerian

dan memberikan dana dekonsentrasi.

484

Page 440: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut

SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah

daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

dekonsentrasi bidang tertentu di provinsi.

5. Perubahan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi

adalah perubahan anggaran belanja Kementerian yang

telah ditetapkan berdasarkan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian/Lembaga, dan/atau Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran.

6. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang

selanjutnya disebut RKA-K/L adalah dokumen rencana

keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun

menurut bagian anggaran Kementerian/Lembaga.

7. Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/ Lembaga yang selanjutnya disebut DHP

RKA-K/L adalah dokumen yang berisi rangkuman

RKA-K/L per Unit Kerja Eselon I dan program dalam suatu

Kementerian/Lembaga yang ditetap kain berdasarkan hasil

penelaahan.

8. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya

disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan

dengan DIPA, adalah suatu dokumen pelaksanaan

anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga

serta disahkan oleh Menteri Keuangan dan berfungsi

sebagai dokumen pelaksanaan pendanaan kegiatan serta

dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

9. Aparat Pengawas Intern Pemerintah di lingkungan

Kementerian Pariwisata yang selanjutnya disebut APIP

Kementerian adalah Inspektorat yang secara fungsional

melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab

langsung kepada Menteri melalui Sekretaris Kementerian.

10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

485

Page 441: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

11. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang Kepariwisataan.

2. Ketentuan ayat (1) Pasal 5 diubah, sehingga Pasal 5 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 5

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui

Dekonsentrasi bidang pengembangan destinasi dan

industri pariwisata, antara lain:

a. penyusunan rencana induk dan rencana detail

Kawasan;

b. bimbingan teknis; dan

c. peningkatan peran serta masyarakat melalui Sadar

Wisata dan Sapta Pesona.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada petunjuk teknis

dari Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri

Pariwisata.

3. Ketentuan ayat (1) Pasal 6 diubah, sehingga Pasal 6 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 6

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui

Dekonsentrasi bidang pemasaran pariwisata mancanegara

yaitu partisipasi daerah pada even promosi pariwisata

mancanegara.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada petunjuk teknis

dari Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata

Mancanegara.

486

Page 442: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

4. Ketentuan ayat (1) Pasal 7 diubah, sehingga Pasal 7

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 7

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui

Dekonsentrasi bidang pemasaran pariwisata nusantara

meliputi:

a. sosialisasi Branding Pesona Indonesia;

b. pemasangan Iklan Pariwisata melalui media cetak,

elektronik, media online dan media ruang;

c. pengadaan atau penyediaan bahan promosi;

d. pemasaran paket wisata yang siap jual di masing-

masing daerah;

e. partisipasi dalam festival dan penyelenggaraan even

(alam, budaya, dan buatan); dan

f. pelaksanaan Perjalanan Wisata Pengenalan di daerah-

daerah.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada petunjuk teknis

dari Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Nusantara.

5. Ketentuan Pasal 25 ayat (2) sampai dengan ayat (7) diubah dan

ditambahkan 4 (empat) ayat yakni ayat (8), ayat (9), ayat (10),

ayat (11), sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25

(1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi

wajib menyusun laporan pertanggungjawaban yang

meliputi:

a. laporan manajerial; dan

b. laporan akuntabilitas.

(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disampaikan kepada Sekretaris Kementerian

dengan tembusan kepada Kepala Unit Kerja Eselon I

terkait dan Inspektur.

487

Page 443: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi:

a. perkembangan realisasi penyerapan dana dan fisik;

dan

b. kendala yang dihadapi dan saran tindak lanjut.

(4) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan setiap akhir triwulan paling lambat 7 (tujuh)

hari pada bulan berikutnya dengan menggunakan format

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(5) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. laporan akuntabilitas kinerja; dan

b. laporan keuangan.

(6) Laporan akuntabilitas kinerja sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) disampaikan setiap akhir tahun paling

lambat pada akhir bulan januari tahun berikutnya

dengan menggunakan format tercantum dalam Lampiran

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

(7) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf b meliputi:

a. laporan realisasi anggaran belanja;

b. laporan realisasi anggaran pengembalian belanja;

c. laporan realisasi anggaran pendapatan;

d. laporan realisasi anggaran pengembalian pendapatan;

e. neraca;

f. neraca percobaan;

g. laporan operasional;

h. laporan perubahan ekuitas;

i. laporan barang milik negara; dan

j. catatan atas laporan keuangan.

(8) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

huruf a sampai dengan huruf i dihasilkan dari Aplikasi

488

Page 444: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan

Sistem Informasi Barang Milik Negara (SIMAK BMN).

(9) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

huruf a sampai dengan huruf h disampaikan setiap bulan

dan triwulan dalam bentuk softcopy Arsip Data Komputer

dan hardcopy hasil cetakan aplikasi.

(10) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

huruf a sampai dengan huruf j disampaikan setiap

semester dan tahunan dalam bentuk softcopy Arsip Data

Komputer dan hardcopy hasil cetakan aplikasi.

(11) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (9)

dibuat sesuai dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh

Kementerian Keuangan tentang Pedoman Penyusunan dan

Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/

Lembaga.

Pasal II

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

489

Page 445: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 Desember 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 22 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1969

Salinan sesuai dengan

KEMENTERIAN PARIWISATA RI

490

Page 446: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRANPERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 2016TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PARIWISATA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

FORMAT LAPORAN

A. FORMAT LAPORAN MANAJERIAL

Satuan Kerja :

LAPORAN MANAJERIAL

PERENCANAAN DAN REALISASI ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN....

NoSasaranStrategis

IndikatorKinerja

OutputKomponen/

AktivitasTW

Fisik Capaian Kinerja Penyerapan Anggaran

UraianTarget

UraianCapaian

Dokumen

DataDukung

Keterangan Kegagalan /

KeberhasilanTarget Realisasi atuan ( % ) Target Realisasi ( % i Target Realisasi (% i

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

TW 1

-p>VO

Page 447: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

vDto

TW 2

TW 3

TW 4

Petunjuk Pengisian :3

Kolom No. 13 Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi

Kolom No. 23 Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi

Kolom No. 33 Diisi oleh Satker Eselon II yang membawahi

Kolom No. 43 Diisi nama output sesuai RKAKL

Kolom No. 53 Diisi nama aktivitas (rincian kegiatan yang mendukung output) sesuai RKAKL

Kolom No. 63 Diisi periode triwulan

Kolom No. 73 Diisi target waktu (triwulan) penyelesaian fisik kegiatan/aktivitas sesuai KAK secara kumulatif, bila

selesai pada triwulan 3 maka pada triwulan 4 diisi dengan angka yang sama

Kolom No. 83 Diisi realisasi waktu (triwulan) penyelesaian fisik kegiatan/aktivitas secara kumulatif, bila selesai pada

triwulan 3 maka pada triwulan 4 diisi dengan angka yang sama

Kolom No. 93 Diisi nama satuan fisik dari hasil kegiatan/aktivitas (naskah, kegiatan, kode, dll)

Page 448: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kolom No. 103

Kolom No. 113

Kolom No. 123

Kolom No. 133

Kolom No. 143

Kolom No. 153

Kolom No. 163

Kolom No. 173

Kolom No. 183

Kolom No. 193

Kolom No. 203

Diisi capaian realisasi

Diisi target proses penyelesaian (% target progress) per triwulan secara kumulatif

Diisi realisasi proses penyelesaian (% realisasi progress) per triwulan secara kumulatif

Diisi capaian realisasi

Diisi target penyerapan (rencana penarikan) per triwulan secara kumulatif

Diisi realisasi penyerapan (% realisasi keuangan) per triwulan secara kumulatif Diisi capaian realisasi

Diisi uraian rencana proses pelaksanaan kegiatan/aktivitas (rencana progresskinerja)

Diisi uraian realisasi proses pelaksanaan kegiatan/aktivitas (realisasi progress kinerja)

Diisi dengan melampirkan soft copy data dukung per triwulan sesuai proses pelaksanaan kegiatan/ aktivitas

Diisi keterangan/penjelasan tentang: bila tercapai sesuai target selanjutnya apa outcome-nya dan bila

tidak sesuai target (gagal) apa penyebab /kendalanya serta solusi yang diharapkan

VOW

Page 449: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

B. FORMAT LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM

(DEKONSENTRASI)

TAHUN ANGGARAN....

COVER

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Tujuan Penulisan Laporan

BAB II HASIL PELAKSANAAN DEKONSENTRASI BAB III PERMASALAHAN

DAN KENDALA

BAB IV PENUTUP

1. Masalah dan Saran Pemecahan

2. Rekomendasi Kebijakan Pelaksanaan ke Depan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ARIEF YAHYASalinan sesuai dengan

K E M E N TER IAN PAR IW ISATA RI

494

Page 450: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

M E N T E R I PAR IW IS A TA R E P U B LIK IN D O N E S IA

SALINAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 2016

TENTANG

HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PEDOMAN

NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH BIDANG PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 107 ayat (5)

dan Pasal 109 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pariwisata tentang Hasil Pemetaan Urusan

Pemerintahan dan Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Pariwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4916);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4966);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

495

Page 451: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional

Tahun 2010-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5262);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5887);

6. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan

Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 7) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun

2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139);

7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

8. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang

Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 20);

9. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 545);

496

Page 452: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Menetapkan

10. Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun

2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi

Kreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Nomor 1145);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANG HASIL

PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PEDOMAN

NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH BIDANG PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah

dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah.

2. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu

gubernur dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

3. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur

pembantu bupati/walikota dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

kabupaten / kota.

4. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan

yang menjadi kewenangan presiden yang pelaksanaannya

dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara

pemerintahan daerah untuk melindungi, melayani,

memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

5. Unit Pelayanan Teknis Daerah Pariwisata yang selanjutnya

disebut UPTD Pariwisata adalah lembaga yang dibentuk

oleh pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

497

Page 453: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

untuk memberikan layanan terhadap pembangunan

kepariwisataan.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang Pariwisata.

BAB II

PEMETAAN URUSAN

Pasal 2

Hasil pemetaaan urusan dan sub urusan pemerintahan bidang

pariwisata merupakan hasil perhitungan nilai variabel Urusan

Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

bidang pariwisata dan sub urusan ekonomi kreatif setelah

dikalikan faktor kesulitan geografis.

Pasal 3

Hasil pemetaaan urusan dan sub urusan pemerintahan bidang

pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum

dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Hasil pemetaan urusan dan sub urusan pemerintahan bidang

pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan

oleh pemerintah daerah untuk menetapkan kelembagaan

perangkat daerah, perencanaan dan penganggaran.

Pasal 5

(1) Hasil pemetaan urusan pemerintahan bidang pariwisata

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakaan oleh

unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata sebagai

dasar pembinaan teknis kepada daerah secara nasional.

(2) Sub urusan ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 digunakaan oleh unit kerja di lingkungan

Badan Ekonomi Kreatif sebagai dasar pembinaan teknis

kepada daerah secara nasional.

Page 454: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB III

BENTUK, TIPE DAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH

Pasal 6

(1) Perangkat Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota

yang melaksanakan fungsi penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan bidang Pariwisata berbentuk Dinas.

(2) Selain Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas

Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota dalam bentuk

UPTD Pariwisata.

(3) Pembentukan UPTD Pariwisata sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau

Peraturan Bupati/Walikota.

(4) Dalam pembentukan UPTD Pariwisata di tingkat provinsi,

pemerintah daerah provinsi dapat berkonsultasi dengan

Menteri.

(5) Dalam pembentukan UPTD Pariwisata di tingkat

kabupaten/kota, pemerintah daerah kabupaten/kota

dapat berkonsultasi dengan pemerintah daerah provinsi

atau Menteri.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan UPTD

Pariwisata untuk provinsi diatur dengan Peraturan

Gubernur sedangkan untuk UPTD Pariwisata Kabupaten/

Kota diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Pasal 7

(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

diklasifikasikan atas tipe A, tipe B, dan tipe C.

(2) Dinas tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

mewadahi beban keija yang besar, tipe B untuk mewadahi

beban kerja yang sedang, dan tipe C untuk mewadahi

beban kerja yang kecil.

(3) Penentuan tipe Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berdasarkan hasil perhitungan nilai variabel Urusan

499

Page 455: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

bidang pariwisata dan sub urusan ekonomi kreatif setelah

dikalikan faktor kesulitan geografis.

Pasal 8

Nomenklatur Perangkat Daerah penyelenggaraan urusan

pemerintahan bidang pariwisata di provinsi adalah Dinas

Pariwisata Provinsi.

Pasal 9

Nomenklatur Perangkat Daerah penyelenggaraan urusan

pemerintahan bidang Pariwisata di kabupaten/kota adalah

Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota.

Pasal 10

Dalam hal berdasarkan tipe dan perhitungan nilai variabel

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Urusan Pemerintahan

bidang pariwisata tidak memenuhi syarat untuk dibentuk

Dinas Pariwisata Provinsi atau Kabupaten/Kota sendiri, maka

harus digabung dengan Urusan Pemerintah yang serumpun

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

Tipelogi organisasi dan nomenklatur perangkat daerah Dinas

Pariwisata ditetapkan berdasarkan hasil pemetaan tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 12

Dinas Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

selain menyelenggarakan urusan kepariwisataan, juga

menyelenggarakan dan mewadahi sub urusan ekonomi kreatif.

500

Pasal 13

Jumlah bidang yang menangani tugas dan fungsi urusan

kepariwisataan serta tugas dan fungsi sub urusan ekonomi

Page 456: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

kreatif disesuaikan dengan potensi dan karakteristik daerah

masing-masing.

BAB IV

SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

Bagian Kesatu

Susunan Organisasi

Paragraf 1

Dinas Pariwisata Provinsi

Pasal 14

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Provinsi tipe A terdiri

atas paling banyak 4 (empat) bidang.

(2) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Provinsi tipe B terdiri

atas paling banyak 3 (tiga) bidang.

(3) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Provinsi Tipe C

terdiri atas paling banyak 2 (dua) bidang.

Pasal 15

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata tipe A sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), terdiri atas 1 (satu)

sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 3 (tiga) subbagian.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Pasal 16

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Provinsi tipe B

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), terdiri

atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga) bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 2 (dua) subbagian.

501

Page 457: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Pasal 17

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Provinsi tipe C

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3), terdiri

atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 2 (dua) bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 2 (dua) subbagian.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Paragraf 2

Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

Pasal 18

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

tipe A terdiri atas paling banyak 4 (empat) bidang.

(2) Susunan organisasi Dinas PariwisataKabupaten/Kota tipe

B terdiri atas paling banyak 3 (tiga) bidang.

(3) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

tipe C terdiri atas paling banyak 2 (dua) bidang.

Pasal 19

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

tipe A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1),

terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat)

bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 3 (tiga) subbagian.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Pasal 20

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

tipe B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2),

Page 458: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 3 (tiga)

bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 2 (dua) subbagian.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Pasal 21

(1) Susunan organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota

tipe C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3),

terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 2 (dua)

bidang.

(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas 2 (dua) subbagian.

(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

paling banyak 3 (tiga) seksi.

Bagian Kedua

Tugas dan Fungsi

Pasal 22

Pembagian tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Provinsi dan

Kabupaten/Kota, didasarkan pada pendekatan tugas dan

fungsi sesuai tipelogi dinas pada masing-masing daerah

provinsi dan daerah kabupaten/kota.

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan

organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Dinas Pariwisata

Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur sedangkan

untuk Dinas Pariwisata Kabupaten/ Kota ditetapkan dengan

Peraturan Bupati/Walikota.

503

Page 459: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 24

(1) Hasil pemetaan urusan dan sub urusan pemerintahan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan

Pasal 5 dapat dilakukan perubahan.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian

Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif berkoordinasi

dengan Kementerian Dalam Negeri.

(3) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan bersama Pemerintah Daerah.

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)

dilakukan paling kurang 1 (satu) tahun sejak peraturan

menteri ini ditetapkan.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundang­

kan.

504

Page 460: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­

undangan peraturan menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 Desember 2016

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1997

Salinan sesuai dengan

K E M E N T E R IA N P A R IW IS A T A RI

505

Page 461: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 2016

TENTANG

HASIL PEMETAAN URUSAN

PEMERINTAHAN DAN PEDOMAN

NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH

BIDANG PARIWISATA

HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN

BIDANG PARIWISATA

NO. PRO VIN SI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

1 2 3 4

1 Provinsi Aceh 957 BESAR

2 Kab. Aceh Barat 616 SEDANG

3 Kab. Aceh Besar 968 BESAR

4 Kab. Aceh Selatan 1.034 BESAR

5 Kab. Aceh Singkil 550 KECIL

6 Kab. Aceh Tengah 858 BESAR

7 Kab. Aceh Tenggara 506 KECIL

8 Kab. Aceh Timur 660 SEDANG

9 Kab. Aceh Utara 726 SEDANG

10 Kab. Bireuen 528 SEDANG

11 Kab. Pidie 968 BESAR

12 Kab. Simeulue 979 BESAR

13 Kota Banda Aceh 946 BESAR

14 Kota Sabang 693 SEDANG

506

Page 462: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/ KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

15 Kota Langsa 594 KECIL

16 Kota Lhokseumawe 649 SEDANG

17 Kab. Gayo Lues 792 SEDANG

18 Kab. Aceh Barat Daya 572 KECIL

19 Kab. Aceh Jaya 418 KECIL

20 Kab. Nagan Raya 638 KECIL

21 Kab. Aceh Tamiang 462 KECIL

22 Kab. Bener Meriah 902 BESAR

23 Kab. Pidie Jaya 770 SEDANG

24 Kota Subulussalam 451 KECIL

25 Provinsi Sumatera Utara 1023 BESAR

26 Kab. Asahan 594 KECIL

27 Kab. Dairi 770 SEDANG

28 Kab. Deli Serdang 1034 BESAR

29 Kab. Karo 638 SEDANG

30 Kab. Labuhan Batu 418 KECIL

31 Kab. Langkat 902 BESAR

32 Kab. Mandailing Natal 792 SEDANG

33 Kab. Nias 759 KECIL

34 Kab. Simalungun 990 BESAR

35 Kab. Tapanuli Selatan 726 SEDANG

36 Kab. Tapanuli Tengah 726 SEDANG

37 Kab. Tapanuli Utara 990 BESAR

38 Kab. Toba Samosir 825 BESAR

39 Kota Binjai 682 SEDANG

507

Page 463: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN/ KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

40 Kota Medan 682 SEDANG

41 Kota Pematang Siantar 682 SEDANG

42 Kota Sibolga 627 SEDANG

43 Kota Tanjung Balai 418 KECIL

44 Kota Tebing Tinggi 451 KECIL

45 Kota Padang Sidimpuan 528 KECIL

46 Kab. Pakpak Bharat 462 KECIL

47 Kab. Nias Selatan 836 BESAR

48 Kab. Humbang Hasundutan 979 BESAR

49 Kab. Serdang Bedagai 528 KECIL

50 Kab. Samosir 803 BESAR

51 Kab. Batu Bara 572 KECIL

52 Kab. Padang Lawas 572 KECIL

53 Kab. Padang Lawas Utara 858 BESAR

54 Kab. Labuhan Batu Selatan 715 SEDANG

55 Kab. Labuhan Batu Utara 572 KECIL

56 Kab. Nias Utara 572 KECIL

57 Kab. Nias Barat 627 SEDANG

58 Kota Gunung Sitoli 704 SEDANG

59 Provinsi Sumatera Barat 946 BESAR

60 Kab. Lima Puluh Kota 836 BESAR

61 Kab. Agam 704 SEDANG

62 Kab. Kepulauan Mentawai 770 SEDANG

63 Kab. Padang Pariaman 682 SEDANG

64 Kab. Pasaman 682 SEDANG

508

Page 464: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

65 Kab. Pesisir Selatan 990 BESAR

66 Kab. Sijunjung 1001 BESAR

67 Kab. Solok 858 BESAR

68 Kab. Tanah Datar 1056 BESAR

69 Kota Bukit Tinggi 682 SEDANG

70 Kota Padang Panjang 737 SEDANG

71 Kota Padang 1034 BESAR

72 Kota Payakumbuh 847 BESAR

73 Kota Sawahlunto 759 SEDANG

74 Kota Solok 770 SEDANG

75 Kota Pariaman 957 BESAR

76 Kab. Pasaman Barat 682 SEDANG

77 Kab. Dharmasraya 825 BESAR

78 Kab. Solok Selatan 737 SEDANG

79 Provinsi Riau 891 BESAR

80 Kab. Bengkalis 572 KECIL

81 Kab. Indragiri Hilir 990 BESAR

82 Kab. Indragiri Hulu 858 BESAR

83 Kab. Kampar 1034 BESAR

84 Kab. Kuantan Singingi 924 BESAR

85 Kab. Pelalawan 924 BESAR

86 Kab. Rokan Hilir 814 BESAR

87 Kab. Rokan Hulu 1056 BESAR

88 Kab. Siak 1056 BESAR

89 Kota Dumai 792 SEDANG

509

Page 465: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

90 Kota Pekanbaru 792 SEDANG

91 Kab. Kepulauan Meranti 1316 SEDANG

92 Provinsi Kepulauan Riau 869 BESAR

93 Kab. Natuna 660 SEDANG

94 Kab. Kep. Anambas 742 SEDANG

95 Kab. Karimun 720 SEDANG

96 Kota Batam 952 BESAR

97 Kota Tanjung Pinang 630 SEDANG

98 Kab. Lingga 510 KECIL

99 Kab. Bintan 820 BESAR

100 Provinsi Jambi 1001 BESAR

101 Kab. Batanghari 682 SEDANG

102 Kab. Bungo 682 SEDANG

103 Kab. Kerinci 968 BESAR

104 Kab. Merangin 858 BESAR

105 Kab. Muaro Jambi 572 KECIL

106 Kab. Sarolangun 924 BESAR

107 Kab. Tanjung Jabung Barat 836 BESAR

108 Kab. Tanjung Jabung Timur 814 BESAR

109 Kab. Tebo 594 KECIL

110 Kota Jambi 792 SEDANG

111 Kota Sungai Penuh 715 SEDANG

112 Provinsi Sumatera Selatan 880 BESAR

113 Kab. Lahat 748 SEDANG

114 Kab. Musi Banyuasin 660 SEDANG

510

Page 466: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

115 Kab. Musi Rawas 594 KECIL

116 Kab. Muara Enim 616 SEDANG

117 Kab. Ogan Komering Ilir 836 BESAR

118 Kab. Ogan Komering Ulu 968 BESAR

119 Kota Palembang 880 BESAR

120 Kota Pagar Alam 825 BESAR

121 Kota Lubuk Linggau 693 SEDANG

122 Kota Prabumulih 572 KECIL

123 Kab. Banyuasin 484 KECIL

124 Kab. Ogan Ilir 946 BESAR

125 Kab. Oku Timur 814 BESAR

126 Kab. Oku Selatan 946 BESAR

127 Kab. Empat Lawang 737 SEDANG

128 Kab. Penukal Abab Lematang Ilir 583 KECIL

129 Kab. Musi Rawas Utara 583 KECIL

130 Provinsi Bangka Belitung 994 BESAR

131 Kab. Bangka 1204 BESAR

132 Kab. Belitung 1204 BESAR

133 Kota Pangkal Pinang 814 BESAR

134 Kab. Bangka Selatan 798 SEDANG

135 Kab. Bangka Tengah 686 SEDANG

136 Kab. Bangka Barat 770 SEDANG

137 Kab. Belitung Timur 1050 BESAR

138 Provinsi Bengkulu 979 BESAR

139 Kab. Bengkulu Selatan 517 KECIL

511

Page 467: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTA

TINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN KERJA

SKOR KATEGORI

140 Kab. Bengkulu Utara 627 SEDANG

141 Kab. Rejang Lebong 726 SEDANG

142 Kota Bengkulu 561 KECIL

143 Kab. Kaur 451 KECIL

144 Kab. Seluma 583 KECIL

145 Kab. Mukomuko 539 KECIL

146 Kab. Lebong 682 SEDANG

147 Kab. Kepahiang 594 KECIL

148 Kab. Bengkulu Tengah 429 KECIL

149 Provinsi Lampung 924 BESAR

150 Kab. Lampung Barat 506 KECIL

151 Kab. Lampung Selatan 814 BESAR

152 Kab. Lampung Tengah 506 KECIL

153 Kab. Lampung Utara 594 KECIL

154 Kab. Lampung Timur 660 SEDANG

155 Kab. Tanggamus 1012 BESAR

156 Kab. Tulang Bawang 770 SEDANG

157 Kab. Way Kanan 550 KECIL

158 Kota Bandar Lampung 1100 BESAR

159 Kota Metro 693 SEDANG

160 Kab. Pesawaran 1012 BESAR

161 Kab. Pringsewu 858 BESAR

162 Kab. Mesuji 759 SEDANG

163 Kab. Tulang Bawang Barat 572 KECIL

164 Kab. Pesisir Barat 891 BESAR

512

Page 468: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

165 Provinsi Jawa Barat 1000 BESAR

166 Kab. Bandung 530 KECIL

167 Kab. Bekasi 900 BESAR

168 Kab. Bogor 960 BESAR

169 Kab. Ciamis 700 SEDANG

170 Kab. Cianjur 940 BESAR

171 Kab. Cirebon 720 SEDANG

172 Kab. Garut 1000 BESAR

173 Kab. Indramayu 840 BESAR

174 Kab. Karawang 700 SEDANG

175 Kab. Kuningan 840 BESAR

176 Kab. Majalengka 940 BESAR

177 Kab. Purwakarta 980 BESAR

178 Kab. Subang 1000 BESAR

179 Kab. Sukabumi 880 BESAR

180 Kab. Sumedang 941 BESAR

181 Kab. Tasikmalaya 920 BESAR

182 Kota Bandung 781 SEDANG

183 Kota Bekasi 979 BESAR

184 Kota Bogor 924 BESAR

185 Kota Cirebon 594 KECIL

186 Kota Depok 649 SEDANG

187 Kota Sukabumi 704 SEDANG

188 Kota Cimahi 506 KECIL

189 Kota Tasikmalaya 561 KECIL

513

Page 469: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / WITA

TINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN KERJA

SKOR KATEGORI

190 Kota Banjar 605 SEDANG

191 Kab. Bandung Barat 920 BESAR

192 Kab. Pangandaran 960 BESAR

193 Provinsi Banten 930 BESAR

194 Kab. Lebak 900 BESAR

195 Kab. Pandeglang 680 SEDANG

196 Kab. Serang 790 SEDANG

197 Kab. Tangerang 690 SEDANG

198 Kota Cilegon 715 SEDANG

199 Kota Tangerang 902 BESAR

200 Kota Serang 803 BESAR

201 Kota Tangerang Selatan 638 SEDANG

202 Provinsi Jawa Tengah 830 BESAR

203 Kab. Banjarnegara 920 BESAR

204 Kab. Banyumas 1000 BESAR

205 Kab. Batang 700 SEDANG

206 Kab. Blora 920 BESAR

207 Kab. Boyolali 840 BESAR

208 Kab. Brebes 720 SEDANG

209 Kab. Cilacap 880 BESAR

210 Kab. Demak 540 KECIL

211 Kab. Grobogan 880 BESAR

212 Kab. Jepara 940 BESAR

213 Kab. Karanganyar 900 BESAR

214 Kab. Kebumen 840 BESAR

514

Page 470: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/ KABUPATEN/KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

215 Kab. Kendal 700 SEDANG

216 Kab. Klaten 800 SEDANG

217 Kab. Kudus 840 BESAR

218 Kab. Magelang 940 BESAR

219 Kab. Pati 720 SEDANG

220 Kab. Pekalongan 700 SEDANG

221 Kab. Pemalang 940 BESAR

222 Kab. Purbalingga 780 SEDANG

223 Kab. Purworejo 820 BESAR

224 Kab. Rembang 980 BESAR

225 Kab. Semarang 980 BESAR

226 Kab. Sragen 440 KECIL

227 Kab. Sukoharjo 790 SEDANG

228 Kab. Tegal 940 BESAR

229 Kab. Temanggung 520 KECIL

230 Kab. Wonogiri 840 BESAR

231 Kab. Wonosobo 700 SEDANG

232 Kota Magelang 759 SEDANG

233 Kota Pekalongan 627 SEDANG

234 Kota Salatiga 550 KECIL

235 Kota Semarang 1078 BESAR

236 Kota Surakarta 1056 BESAR

237 Kota Tegal 704 SEDANG

238 Provinsi Di Yogyakarta 980 BESAR

239 Kab. Bantul 910 BESAR

515

Page 471: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

240 Kab. Gunung Kidul 920 BESAR

241 Kab. Kulon Progo 710 SEDANG

242 Kab. Sleman 950 BESAR

243 Kota Yogyakarta 836 BESAR

244 Provinsi Jawa Timur 840 BESAR

245 Kab. Bangkalan 600 KECIL

246 Kab. Banyuwangi 940 BESAR

247 Kab. Blitar 670 SEDANG

248 Kab. Bojonegoro 940 BESAR

249 Kab. Bondowoso 660 SEDANG

250 Kab. Gresik 940 BESAR

251 Kab. Jember 640 SEDANG

252 Kab. Jombang 920 BESAR

253 Kab. Kediri 980 BESAR

254 Kab. Lamongan 640 SEDANG

255 Kab. Lumajang 800 SEDANG

256 Kab. Madiun 620 SEDANG

257 Kab. Magetan 940 BESAR

258 Kab. Malang 960 BESAR

259 Kab. Mojokerto 720 SEDANG

260 Kab. Nganjuk 820 BESAR

261 Kab. Ngawi 780 SEDANG

262 Kab. Pacitan 700 SEDANG

263 Kab. Pamekasan 620 SEDANG

264 Kab. Pasuruan 820 BESAR

516

Page 472: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

265 Kab. Ponorogo 940 BESAR

266 Kab. Probolinggo 940 BESAR

267 Kab. Sampang 900 BESAR

268 Kab. Sidoarjo 840 BESAR

269 Kab. Situbondo 720 SEDANG

270 Kab. Sumenep 920 BESAR

271 Kab. Trenggalek 980 BESAR

272 Kab. Tuban 880 BESAR

273 Kab. Tulungagung 1000 BESAR

274 Kota Blitar 693 SEDANG

275 Kota Kediri 726 SEDANG

276 Kota Madiun 615 SEDANG

277 Kota Malang 1012 BESAR

278 Kota Mojokerto 440 SEDANG

279 Kota Pasuruan 902 BESAR

280 Kota Probolinggo 594 SEDANG

281 Kota Surabaya 1012 BESAR

282 Kota Batu 924 BESAR

283 Provinsi Kalimantan Barat 1023 BESAR

284 Kab. Bengkayang 792 SEDANG

285 Kab. Landak 704 SEDANG

286 Kab. Kapuas Hulu 640 SEDANG

287 Kab. Ketapang 726 SEDANG

288 Kab. Mempawah 638 SEDANG

289 Kab. Sambas 1232 BESAR

517

Page 473: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

290 Kab. Sanggau 990 BESAR

291 Kab. Sintang 748 SEDANG

292 Kota Pontianak 748 SEDANG

293 Kota Singkawang 748 SEDANG

294 Kab. Sekadau 561 KECIL

295 Kab. Melawi 814 BESAR

296 Kab. Kayong Utara 418 KECIL

297 Kab. Kubu Raya 638 SEDANG

298 Provinsi Kalimantan Tengah 1005 BESAR

299 Kab. Barito Selatan 990 BESAR

300 Kab. Barito Utara 990 BESAR

301 Kab. Kapuas 484 KECIL

302 Kab. Kotawaringin Barat 880 BESAR

303 Kab. Kotawaringin Timur 990 BESAR

304 Kota Palangkaraya 836 BESAR

305 Kab. Katingan 660 SEDANG

306 Kab. Seruyan 748 SEDANG

307 Kab. Sukamara 451 KECIL

308 Kab. Lamandau 924 BESAR

309 Kab. Gunung Mas 726 SEDANG

310 Kab. Pulang Pisau 473 KECIL

311 Kab. Murung Raya 704 SEDANG

312 Kab. Barito Timur 561 KECIL

313 Provinsi Kalimantan Selatan 924 BESAR

314 Kab. Banjar 880 BESAR

518

Page 474: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

315 Kab. Barito Kuala 418 KECIL

316 Kab. Hulu Sungai Selatan 682 SEDANG

317 Kab. Hulu Sungai Tengah 572 KECIL

318 Kab. Hulu Sungai Utara 726 SEDANG

319 Kab. Kota Baru 1056 BESAR

320 Kab. Tabalong 682 SEDANG

321 Kab. Tanah Laut 748 SEDANG

322 Kab. Tapin 902 BESAR

323 Kota Banjar Baru 748 SEDANG

324 Kota Banjarmasin 968 BESAR

325 Kab. Balangan 560 KECIL

326 Kab. Tanah Bumbu 968 BESAR

327 Provinsi Kalimantan Timur 935 BESAR

328 Kab. Kutai Kartanegara 1078 BESAR

329 Kab. Kutai Barat 836 BESAR

330 Kab. Kutai Timur 814 BESAR

331 Kab. Paser 836 BESAR

332 Kota Balikpapan 572 KECIL

333 Kota Bontang 539 KECIL

334 Kota Samarinda 902 BESAR

335 Kab. Berau 990 BESAR

336 Kab. Penajam Paser Utara 484 KECIL

337 Kab. Mahakam Ulu 1012 BESAR

338 Provinsi Kalimantan Utara 658 SEDANG

339 Kab. Bulungan 572 KECIL

519

Page 475: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

340 Kab. Malinau 560 KECIL

341 Kab. Nunukan 506 KECIL

342 Kab. Tarakan 880 BESAR

343 Kab. Tana Tidung 440 KECIL

344 Provinsi Sulawesi Utara 910 BESAR

345 Kab. Bolaang Mongondow 495 KECIL

346 Kab. Minahasa 616 SEDANG

347 Kab. Kepulauan Sangihe 686 SEDANG

348 Kota Bitung 671 SEDANG

349 Kota Manado 880 BESAR

350 Kab. Kepulauan Talaud 700 SEDANG

351 Kab. Minahasa Selatan 770 SEDANG

352 Kota Tomohon 880 BESAR

353 Kab. Minahasa Utara 693 SEDANG

354 Kota Kotamobagu 561 KECIL

355 Kab. Bolaang Mongondow Utara 660 SEDANG

356 Kab. Kepulauan Siau Tagulandang

Bitaro

726 SEDANG

357 Kab. Minahasa Tenggara 957 BESAR

358 Kab. Bolaang Mangondow Timur 726 SEDANG

359 Kab. Bolaang Mangondow Selatan 726 SEDANG

360 Provinsi Gorontalo 847 BESAR

361 Kab. Boalemo 913 BESAR

362 Kab. Gorontalo 847 BESAR

363 Kota Gorontalo 814 BESAR

520

Page 476: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN/KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

364 Kab. Pohuwato 715 SEDANG

365 Kab. Bone Bolango 759 SEDANG

366 Kab. Gorontalo Utara 660 SEDANG

367 Provinsi Sulawesi Tengah 979 BESAR

368 Kab. Banggai 1012 BESAR

369 Kab. Banggai Kepulauan 759 SEDANG

370 Kab. Buol 528 KECIL

371 Kab. Toli-Toli 935 BESAR

372 Kab. Donggala 968 BESAR

373 Kab. Morowali 704 SEDANG

374 Kab. Poso 682 SEDANG

375 Kota Palu 638 SEDANG

376 Kab. Parigi Moutong 924 BESAR

377 Kab. Tojo Una Una 858 BESAR

378 Kab. Sigi 462 KECIL

379 Kab. Banggai Laut 952 BESAR

380 Kab. Morowali Utara 671 SEDANG

381 Provinsi Sulawesi Selatan 869 BESAR

382 Kab. Bantaeng 792 SEDANG

383 Kab. Barru 900 BESAR

384 Kab. Bone 990 BESAR

385 Kab. Bulukumba 946 BESAR

386 Kab. Enrekang 924 BESAR

387 Kab. Gowa 858 BESAR

388 Kab. Jeneponto 946 BESAR

521

Page 477: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

389 Kab. Luwu 858 BESAR

390 Kab. Luwu Utara 506 KECIL

391 Kab. Maros 506 KECIL

392 Kab. Pangkajene Kepulauan 672 SEDANG

393 Kota Palopo 869 BESAR

394 Kab. Luwu Timur 682 SEDANG

395 Kab. Pinrang 682 SEDANG

396 Kab. Sinjai 748 SEDANG

397 Kab. Kepulauan Selayar 1106 BESAR

398 Kab. Sidenreng Rappang 638 SEDANG

399 Kab. Soppeng 528 KECIL

400 Kab. Takalar 671 SEDANG

401 Kab. Tana Toraja 880 BESAR

402 Kab. Wajo 836 BESAR

403 Kota Pare-Pare 792 SEDANG

404 Kota Makassar 990 BESAR

405 Kab. Toraja Utara 979 BESAR

406 Provinsi Sulawesi Barat 814 BESAR

407 Kab. Majene 627 SEDANG

408 Kab. Mamuju 968 BESAR

409 Kab. Polewali Mandar 693 SEDANG

410 Kab. Mamasa 715 SEDANG

411 Kab. Mamuju Utara 770 SEDANG

412 Kab. Mamuju Tengah 792 SEDANG

413 Provinsi Sulawesi Tenggara 803 BESAR

522

Page 478: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

414 Kab. Buton 803 BESAR

415 Kab. Konawe 484 KECIL

416 Kab. Kolaka 1012 BESAR

417 Kab. Muna 792 SEDANG

418 Kota Kendari 715 SEDANG

419 Kota Bau-Bau 693 SEDANG

420 Kab. Konawe Selatan 550 KECIL

421 Kab. Bombana 649 SEDANG

422 Kab. Wakatobi 869 BESAR

423 Kab. Kolaka Utara 781 SEDANG

424 Kab. Konawe Utara 781 SEDANG

425 Kab. Buton Utara 748 SEDANG

426 Kab. Konawe Kepulauan 742 SEDANG

427 Kab. Kolaka Timur 418 KECIL

428 Kab. Muna Barat 473 KECIL

429 Kab. Buton Tengah 707 SEDANG

430 Kab. Buton Selatan 462 KECIL

431 Provinsi Bali 1034 BESAR

432 Kab. Badung 940 BESAR

433 Kab. Bangli 870 BESAR

434 Kab. Buleleng 880 BESAR

435 Kab. Gianyar 960 BESAR

436 Kab. Jembrana 800 SEDANG

437 Kab. Karangasem 920 BESAR

438 Kab. Klungkung 820 BESAR

523

Page 479: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA

SKOR KATEGORI

439 Kab. Tabanan 840 BESAR

440 Kota Denpasar 968 BESAR

441 Provinsi Nusa Tenggara Barat 888 BESAR

442 Kab. Bima 960 BESAR

443 Kab. Dompu 936 BESAR

444 Kab. Lombok Barat 1080 BESAR

445 Kab. Lombok Tengah 1008 BESAR

446 Kab. Lombok Timur 1080 BESAR

447 Kab. Sumbawa 936 BESAR

448 Kota Mataram 968 BESAR

449 Kota Bima 957 BESAR

450 Kab. Sumbawa Barat 1056 BESAR

451 Kab. Lombok Utara 1044 BESAR

452 Provinsi Nusa Tenggara Timur 1056 BESAR

453 Kab. Alor 1148 BESAR

454 Kab. Belu 996 BESAR

455 Kab. Ende 1008 BESAR

456 Kab. Flores Timur 900 BESAR

457 Kab. Kupang 1080 BESAR

458 Kab. Lembata 852 BESAR

459 Kab. Manggarai 1032 BESAR

460 Kab. Ngada 1044 BESAR

461 Kab. Sikka 1056 BESAR

462 Kab. Sumba Barat 952 BESAR

463 Kab. Sumba Timur 912 BESAR

524

Page 480: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTA

TINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN KERJA

SKOR KATEGORI

464 Kab. Timor Tengah Selatan 1260 BESAR

465 Kab. Timor Tengah Utara 1246 KECIL

466 Kota Kupang 1020 BESAR

467 Kab. Rote Ndao 792 SEDANG

468 Kab. Manggarai Barat 1044 BESAR

469 Kab. Nagekeo 852 BESAR

470 Kab. Sumba Barat Daya 924 BESAR

471 Kab. Sumba Tengah 672 SEDANG

472 Kab. Manggarai Timur 900 BESAR

473 Kab. Sabu Raijua 444 KECIL

474 Kab. Malaka 732 SEDANG

475 Provinsi Maluku 952 BESAR

476 Kab. Maluku Tenggara Barat 1410 BESAR

477 Kab. Maluku Tengah 560 KECIL

478 Kab. Maluku Tenggara 826 BESAR

479 Kab. Buru 792 SEDANG

480 Kota Ambon 924 BESAR

481 Kab. Seram Bagian Barat 768 SEDANG

482 Kab. Seram Bagian Timur 756 SEDANG

483 Kab. Kepulauan Aru 910 BESAR

484 Kota Tual 658 KECIL

485 Kab. Maluku Barat Daya 868 BESAR

486 Kab. Buru Selatan 660 SEDANG

487 Provinsi Maluku Utara 896 BESAR

488 Kab. Halmahera Tengah 744 SEDANG

525

538 Kab. Maybrat 434 KECIL

527

Page 481: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

NO. PROVINSI / KABUPATEN / KOTATINGKAT INTENSITAS DAN BEBAN

KERJA. . . I _____

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan peng­

undangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

LAMPIRAN III

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 22 TAHUN 2016

TENTANG

PELAKSANAAN PEMBERIAN

TUNJANGAN KINERJA BAGI

PEGAWAI

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

PARIWISATA

FORMAT DAFTAR HADIR DAN SURAT-SURAT

A. FORMAT DAFTAR HADIR

No TanggalKedatangan Kepulangan

KeteranganJam Tanda

TanganJam Tanda

Tangan

1 2 3 4 5 6 7

Page 482: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

B. FORMAT SURAT KETERANGAN TIDAK BERADA DI TEMPAT TUGAS

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama :NIP :Pangkat/Gol. :Jabatan :Unit Organisasi :

Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama :NIPPangkat/Gol. :Jabatan :Unit Organisasi : j

j i

pada hari..... tanggal....... antara pukul ..... s/d ..... yang bersangkutan ti- jdak berada di tempat kerja / tugas, tanpa alasan yang sah / tanpa izin.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk diketa­hui dan dipergunakan sebagaima mestinya.

, 20....

Atasan Langsung NIP.......

Tembusan:1. Pejabat Eselon II bersangkutan;2. Pejabat Eselon III atau pejabat yang menangani kepegawaian.

ii

I_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ i

555

Page 483: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

C. FORMAT SURAT PERMOHONAN IZIN / PEMBERITAHUAN

SURAT PERMOHONAN IZIN / PEMBERITAHUAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya: \i

Nama :j NIP :

Pangkat/Gol. :| Jabatan :j Unit Organisasi :i I

Dengan ini menerangkan/memberitahukan bahwa pada hari ..... tanggal .....saya tidak masuk kerja / terlambat masuk kerja / pulang sebelum waktunya/

, tidak berada di tempat tugas / tidak melakukan pencatatan kehadiran /izin ! terlambat masuk kerja/pulang sebelum waktunya*)karena keperluan penting/

mendesak / tugas kedinasan.....

Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum., 2 0 . . . .

Mengetahui Atasan Langsung,

Hormat Saya,

Nama Jelas NIP.

Nama Jelas NIP.

Tembusan:Pejabat Eselon III atau pejabat yang menangani kepegawaian.

j Coret yang tidak perlu

556

Page 484: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

D. FORMAT SURAT KETERANGAN

SURAT KETERANGAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Nama :NIP :Pangkat/ Gol. :Jabatan :Unit Organisasi :

Dengan ini menerangkan/memberitahukan bahwa pada hari..... tanggal...... sayatidak hadir / terlambat masuk kerja / pulang sebelum waktunya / tidak berada di tempat tugas / tidak melakukan pencatatan kehadiran /izin terlambat masukkerja/pulang sebelum waktunya *)karena keperluan mengikuti/menghadiri .....bertempat d i .....

Demikian disampaikan kiranya menjadi maklum.

..........., ........... , 20....

Pejabat Eselon I / II yang bersangkutan NIP.

Tembusan:Pejabat Eselon III atau pejabat yang menangani kepegawaian.

*) Coret yang tidak perlu

557

Page 485: KATA PENGANTAR - jdih.kemenpar.go.idjdih.kemenpar.go.id/.../pdf/...peraturan_menteri_pariwisata_tahun_2016.pdf · KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

E. FORMAT SURAT PERINTAH

SURAT PERINTAH

Nomor :Menimbang Surat/ surat undangan dari..................nomor...... tanggal.......

MEMBERIKAN PERINTAH:

Kepada : Sdr. : .....NIP.Jabatan : .....Satuan Kerja : ......

Untuk : mengikuti/menghadiri.....pada hari...... tanggal......pukul.....bertempat d i ......

Dikeluarkan d i .....pada tanggal.....Pimpinan Unit kerja/Satuan Kerja

Nama Jelas NIP.

Tembusan:Pejabat Eselon III atau pejabat yang menangani kepegawaian.

Salinan sesuai dengan

KEMENTERIAN PARIW ISATA RI

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

ARIEF YAHYA

558