kata pengantar -...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah khususnya
Pasal 25 Ayat (1) mengamanatkan bahwa SKPD menyusun Renstra SKPD memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Renstra SKPD adalah alat ukur untuk menilai
keberhasilan pencapaian akuntabilitas kinerja penyelenggaraan otonomi daerah dan
akuntabilitas keuangan daerah SKPD.
Sesuai agenda kerja perencanaan pembangunan daerah Kota Bontang,
Inspektorat Daerah telah melakukan revisi Renstra tahun 2011-2016. Revisi tersebut
dilaksanakan untuk mengakomodasi dinamika lingkungan strategis Inspektorat
Daerah serta proyeksinya hingga tahun 2016, dalam rangka mewujudkan good
governance di Kota Bontang. Lingkup revisi Renstra difokuskan pada penyesuaian
penugasan dan target kinerja dengan menjaga komitmen penugasan dari RPJMD
Kota Bontang tahun 2011-2016.
Akhirnya tidak lupa diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Tim Asistensi Penyusunan Review Renstra SKPD atas masukannya guna
penyempurnaan laporan ini.
Bontang, 5 Juli 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2. Landasan Hukum ……………………………………………………………. 3
1.3. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………… 6
1.4. Sistematika Penulisan ……………………………………………………… 7
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD ………………………………………………… 9
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD ……………………… 9
2.2. Sumber Daya SKPD …………………………………………………………. 12
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Tahun 2006-2011 .......................... 15
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD …… 28
BAB III ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ………. 35
3.1. Indentifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan ………………………………………………………………………. 35
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah ……………………………………………………………….. 40
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi ……………… 42
3.4. Penentuan Isu – Isu Strategis …………………………………………. 47
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ………. 48
4.1. Visi dan Misi …………………………………………………………………… 48
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD …………………….. 51
4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD ……………………………………………. 58
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATANM INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ………………….. 64
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN ………………………………………………………………………………. 71
PENUTUP ………………………………………………………………………………………………. 72
- 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) telah mengamanatkan agar setiap Satuan
Perangkat Daerah (SKPD) menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang
mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan yang terdiri dari serangkaian
rencana kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh komponen SKPD dalam
periode 5 (lima) tahun ke depan. Penyusunan Renstra SKPD dilakukan melalui
pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan
bawah-atas (bottom up) serta melibatkan peran serta aktif masyarakat selaku
subyek maupun obyek pembangunan melalui forum Musyawarah Rencana
Pembangunan Daerah (Musrenbangda).
Sebelum diberlakukannya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN,
Pemerintah telah menerbitkan INPRES Nomor 7 Tahun 1999 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang mewajibkan setiap
instansi pemerintah menyelenggarakan SAKIP untuk memenuhi kewajiban
dalam rangka mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan misi organisasi, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan
satu kesatuan, yaitu perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran
kinerja, dan pelaporan kinerja. Perencanaan strategis (Renstra) didefinisikan
sebagai suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan
potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Di sisi lain, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengamanatkan agar pemerintah daerah menyusun anggaran berbasis kinerja
(performance based budgeting) dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan berdasarkan prinsip kepermerintahan yang bersih dan
berwibawa (good governance and clean goverment) yang berorientasi pada
hasil peningkatan pelayanan publik (result oriented goverment). Anggaran
- 2 -
berbasis kinerja dihasilkan dari pengintegrasian antara Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), sistem penganggaran, sistem perbendaharaan,
dan Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP). PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menegaskan bahwa Renstra SKPD yang
dijabarkan dalam rencana kinerja tahunan (Renja) menjadi bahan penyusunan
anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting). Hal ini
menunjukkan bahwa perencanaan strategis memiliki peran penting dalam
sistem pengelolaan keuangan daerah daerah karena akan mempengaruhi
kebijakan anggaran daerah dan kebijakan pembangunan daerah.
Inspektorat Daerah Kota Bontang selaku Aparat Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) merupakan organisasi pemerintah Kota Bontang yang
menjalankan fungsi pengawasan dalam manajemen birokrasi. Peran
Inspektorat Daerah Kota Bontang (core business) adalah memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) kepada Kepala Daerah
bahwa progam dan kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh komponen
pemerintahan Kota Bontang telah sesuai dengan tujuan organisasi guna
pencapaian visi dan misi Kota Bontang 2011 – 2016 secara efektif, efesien
serta dapat dipertanggugjawabkan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Renstra Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 merupakan
dokumen perencanaan memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai tugas dan fungsi pembinaan
serta pengawasan daerah berpedoman kepada RPJMD Kota Bontang 2011 –
2016 dan bersifat indikatif. Proses penyusunan Renstra Inspektorat Daerah
Kota Bontang mempedomani PERMENDAGRI Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan PP Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah.
Proses penyusunan Renstra Inspektorat Daerah Kota Bontang juga
mempedomani Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman
Kendali Mutu Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah karena
- 3 -
memiliki pertanggungjawaban secara fungsional kepada instansi vertikal di
atasnya. Standar Audit yang diacu dalam penyusunan Renstra menurut
peraturan tersebut adalah APIP wajib menyusun rencana strategis lima
tahunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi pedoman penyusunan Rencana Pengawasan Tahunan
dengan prioritas kegiatan yang mempunyai resiko terbesar dan
selaras dengan tujuan organisasi.
Renstra Inspektorat Kota Bontang juga harus memiliki keserasian,
keterpaduan, sinkronisasi, dan sinergitas pencapaian sasaran pelaksanaan
Renstra Inspektorat Provinsi Kalimantan Timur dan Renstra
Kementrian/Lembaga dalam hal ini Kemendagri, Kementerian PAN dan RB
serta BPKP. Renstra Inspektorat Daerah Kota Bontang tidak hanya bertujuan
untuk “meningkatkan kualitas tata kepemerintahan Kota Bontang
yang baik” tetapi dapat mendukung pencapaian misi pembangunan Provinsi
Kaltim 2009 - 2013 yaitu “Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik, bersih dan berwibawa untuk mewujudkan Kaltim sebagai
Island of Integrity” dan pelaksanaan Agenda RPJMN 2010 – 2014 untuk
“Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan”.
Sesuai dengan agenda kerja perencanaan pembangunan daerah Kota
Bontang, Renstra Inspektorat Daerah tahun 2011-2016 mengalami revisi. Hal
ini dikarenakan bahwa perencanaan strategis bukanlah hal yang statis, tetapi
merupakan suatu proses yang dinamis dan harus terus-menerus dievaluasi dan
disesuaikan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah,
perubahan lingkungan strategis dan kebijakan pengawasan daerah. Selain itu,
review Renstra Inspektorat Daerah tahun 2011-2016 merupakan tindak lanjut
(follow up) hasil evaluasi SAKIP Kota Bontang agar Renstra SKPD menetapkan
adanya indikator kinerja tujuan untuk mengukur keberhasilan SKPD pada akhir
periode Renstra dan indikator kinerja sasaran berorientasi outcome atau
output penting.
Review Renstra Inspektorat Daerah tahun 2011-2016 tidak terdapat
perubahan yang signifikan, karena fungsi pengawasan dilakukan secara terus
menerus dan berkelanjutan (series of actions and on going basis).
- 4 -
Ruang lingkup review difokuskan pada penajaman misi, tujuan, sasaran
strategis dan indikator kinerja yang ada untuk meningkatkan (add value) mutu
perencanaan strategis dan memudahkan dalam pengukuran akuntabilitas
kinerja.
1.2. Landasan Hukum
Landasan konstitusional Review Renstra Inspektorat Daerah Kota
Bontang adalah Pancasila, dan UUD 1945. Selanjutnya, landasan
operasionalnya adalah ketentuan perundang-undangan yang berlaku seperti
berikut :
1. Undang – Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang –
Undang Nomor 7 Tahun 2000;
2. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
5. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
6. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah;
7. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
8. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengawasan Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
- 5 -
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembanguanan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah (SPIP);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD);
16. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2012 tentang 55 Tahun 2012 tentang
Starategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka
Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014;
17. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Pajak-Pajak Pribadi bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan Pegawai
Badan Usaha Milik Negara dan Daerah;
18. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
19. Instruksi Presiden Nomor 24 Tahun 2005 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
20. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara terhadap Bendahara;
21. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Badan Pemeriksaan Keuangan;Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 135 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman
- 6 -
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8
Tahun 2009;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat di lingkungan Menteri Dalam Negeri
dan Pemerintah Daerah;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah;
27. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern
Pemerintah;
28. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat bagi Instansi Pemerintah;
29. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman Kendali Mutu Audit
Aparat Pengawas Intern Pemerintah;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2010 tentang Sistem
Informasi Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
Nasional;
31. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010 – 2014;
32. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan
Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan PP Nomor 8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;
34. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
- 7 -
Birokrasi Nomor 42 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan
Ikhtisar Laporan Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
35. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pembangunan
Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi;
36. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2009 – 2014;
37. Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembanguan Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah sebagaimana diubah menjadi Peraturan Daerah
Nomor 5 Tahun 2012;
38. Peraturan Walikota Bontang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi Inspektorat Daerah Kota Bontang sebagaimana diubah
menjadi Peraturan Walikota Bontang Nomor 8 Tahun 2013;
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan Review Renstra Inspektorat Kota Bontang
Tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut :
1. Menjabarkan visi dan misi Inspektorat Daerah kota Bontang ke dalam
program dan kegiatan pengawasan yang rinci, terarah, terukur dan dapat
dilaksanakan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.
2. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh PNS Inspektorat Daerah Kota
Bontang dalam menentukan prioritas program pembangunan yang akan
dilaksanakan dengan sumber dana APBD Kota Bontang.
3. Mendorong terwujudnya koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi
instansi Pusat dan Daerah dalam hubungan pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan.
4. Menyediakan tolak ukur untuk mengukur kinerja dan mengevaluasi kinerja
Inspektorat Daerah kota Bontang.
5. Mengoptimalkan kerjasama dan kemitraan antara Aparat Pengawas Internal
dan Eksternal.
- 8 -
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Renstra Inspektorat Daerah Kota Bontang terdiri dari :
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
Bab II Gambaran Pelayanan SKPD
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
2.2. Sumber Daya SKPD
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Tahun 2006-2010
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
Bab III Isu – Isu Strategis berdasarkan Tugas dan Fungsi
3.1. Indentifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi
Pelayanan SKPD
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Terpilih
3.3. Telahaan Renstra K/L dan Renstra Provinsi
3.4. Penentuan Isu – Isu Strategis
Bab IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan
4.1. Visi dan Misi SKPD
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD
Bab V Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran
dan Pendanaan Indikatif
Bab VI Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran
RPJMD
- 9 -
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
Pengawasan intern pemerintah daerah merupakan unsur manajemen
pemerintah yang penting dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good
governance). PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mengamanatkan
Inspektorat Daerah selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance)
kepada Kepala Daerah bahwa progam dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
seluruh komponen pemerintahan daerah telah sesuai dengan tujuan pemerintah
daerah secara efektif, efesien serta dapat dipertanggugjawabkan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam perkembangannya, PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menekankan bahwa pengawasan
intern pemerintah yang dilakukan oleh Inspektortat Daerah bertujuan dalam
rangka penguatan dan efektivitas SPIP. APIP harus dapat memberikan
keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan dengan peran sbb:
a. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah (quality assurance);
b. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
resiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah
(early warning system);
- 10 -
c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola
penyelenggaraan fungsi dan tugas instansi pemerintah (consultative
management and catalyst for change).
Inspektorat Daerah Kota Bontang dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bontang Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah sebagaimana diubah menjadi Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 5
Tahun 2012.
Inspekorat Daerah merupakan unsur pengawas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, dipimpin oleh Inspektur bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi Inspektorat Daerah sebagai
berikut:
a. Tugas Pokok
Tugas pokok Inspektorat Daerah adalah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintah daerah.
b. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Daerah
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Perencanaan program pengawasan;
2) Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan;
3) Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan;
4) Penyelenggaraan urusan kesekretariatan;
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
c. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Inspektur dibantu
oleh :
1) Sekretaris, membawahi
a) Kasubag. Umum
b) Kasubag Perencanaan Program dan Keuangan
- 11 -
c) Kasubag Evaluasi dan Pelaporan
2) Inspektur Pembantu Wilayah I
3) InspekturPembantu Wilayah II
4) Inspektur Pembantu Wilayah III
5) Kelompok Jabatan Fungsional
d. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
1). Tugas pokok dan fungsi Inspektur Daerah Kota Bontang
Inspektur Daerah Kota Bontang mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan
urusan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Untuk melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud diatas,
Inspektur menyelenggarakan Fungsi :
a) Perumusan kebijakan daerah di bidang pengawasan dan
pembinaan dalam pelaksanaan urusan dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b) Pembinaan, pengarahan, perumusan kebijakan, pengoordinasian,
pengendalian dan pengevaluasian terhadap penyelenggaraan
urusan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan urusan
dan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
c) Pengorganisasian dan pembinaan kepada bawahan;
d) Pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan yang berkaitan
dengan urusan pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaan
urusan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah;
e) Pelaksanaan tugas lain-lain.
2). Tugas pokok dan fungsi Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
kesekretariatan dan keuangan.
Untuk melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud diatas,
Sekretariat mempunyai Fungsi :
a) Perencanaan dan pelaporan program kerja dan kegiatan;
- 12 -
b) Pengoordinasian penyusunan dan pelaporan program kerja dan
kegiatan di lingkungan SKPD;
c) Pengoordinasian, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan urusan ketatausahaan;
d) Pengoordinasian, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan urusan keuangan;
e) Pengoordinasian, pembinaan, pengawasan, pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan urusan perlengkapan dan rumah tangga
kantor;
f) Pengoordinasian, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan urusan pelayanan informasi dan kehumasan;
g) Pengoordinasian, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan urusan kepegawaian;
h) Pengoordinasian, pembinaan, pemantauan, dan evaluasi hasil
pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan;
i) Pengorganisasian dan pembinaan kepada bawahan;
j) Pelaksanaan tugas lain-lain;
3). Tugas pokok dan fungsi Inspektur Pembantu Wilayah
Inspektur Pembantu Wilayah I, II, dan III mempunyai tugas
Melaksanakan pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
dan kasus pengaduan di instansi/satuan kerja perangkat daerah
wilayah kerjanya.
Untuk melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud diatas,
Inspektur Pembantu mempunyai Fungsi :
a) Perencanaan dan pelaporan program kerja dan kegiatan;
b) Pengoordinasian, pembinaan, pengawasan, pemantauan dan
evaluasi penyelenggaraan urusan pengawasan diwilayah kerjanya;
c) Pengorganisasian dan pembinaan kepada bawahan;
d) Pelaksanaan tugas lain-lain.
- 13 -
2.2. Sumber Daya SKPD
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai pada Inspektorat Daerah Kota Bontang tahun 2013
sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) orang Pegawai dengan komposisi
tingkat pendidikan sbb:
NO. JENIS KELAMIN TINGKAT PENDIDIKAN
TOTAL SD SMP SMA D1/D3 S1 S2
1 Pria 0 1 6 2 11 4 24
2 Wanita 0 0 0 1 10 2 13
Jumlah 1 6 3 21 6 37
Sumber : Neraca Inspektorat Daerah Tahun 2012
Jumlah pegawai Inspektorat Daerah berdasarkan golongan dan
kepangkatannya pada tahun 2013 adalah sbb:
a. Golongan IV/c (Pembina Utama Muda) = 1 Orang
b. Golongan IV/b (Pembina Tk. I) = 3 Orang
c. Golongan IV/a (Pembina) = 1 Orang
d. Golongan III/d (Penata Tk. I) = 3 Orang
e. Golongan III/c (Penata) = 1 Orang
3%
34%
3%
47%
13%
JUMLAH PEGAWAI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
SMP
SMA
D1/D3
S1
S2
- 14 -
f. Golongan III/b (Penata Muda Tk. I) = 8 Orang
g. Golongan III/a (Penata Muda) = 5 Orang
h. Golongan II/d (Pengatur Tk. I) = 1 Orang
i. Golongan II/c (Pengatur) = 3 Orang
j. Golongan II/b (Pengatur Muda Tk. I) = 7 Orang
k. Golongan II/a (Pengatur Muda) = 2 Orang
l. Pegawai Non PNS = 2 Orang
Walaupun dengan kondisi pegawai yang ada telah dapat
melaksanakan tugas pengawasan daerah dengan baik, namun dari segi
kuantitas masih dirasa kurang. Sesuai Surat Keputusan Sekretaris
Daerah Kota Bontang Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penetapan
Hasil Pengukuran Analisis Beban Kerja di Lingkungan Inspektorat
Daerah, bahwa jumlah kebutuhan pegawai dibawah Esselon IV berdasarkan
Analisa Beban Kerja (ABK) adalah sebanyak 49 orang, sedangkan
kondisi existing pegawai sebanyak 29 orang, sehingga mengakibatkan
kekurangan jumlah pegawai dalam kondisi ideal sebanyak 20 orang.
Pencapaian Indikator Kinerja Kunci (IKK) aspek Penataan
Kelembagaan Daerah dan aspek Pengelolaan Kepegawaian Daerah pada
Inspektorat Daerah sesuai PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) adalah sbb:
NO. ASPEK CAPAIAN KET.
A.
Penataan Kelembagaan Daerah (Kesesuaian Struktur Jabatan dengan PP 41/2007) 1. Rasio struktur jabatan dan esselonering yang
terisi: - Esselon II - Esselon III - Esselon IV
2. Keberadaan jabatan fungsional dalam struktur
organisasi SKPD
100% 100% 100%
Ada
- 15 -
NO. ASPEK CAPAIAN KET.
B.
Pengelolaan Kepegawaian Daerah (Tingkat kompetensi SDM dalam menyelenggarakan tugas yang relevan dengan urusan terkait) 1. Pejabat yang telah memenuhi persyaratan
pendidikan formal 2. Pejabat yang telah memenuhi persyaratan
pendidikan pendidikan pelatihan kepemimpinan 3. Pejabat yang telah memenuhi persyaratan
kepangkatan
100%
100%
100%
Sumber : DUK Inspektorat Daerah Tahun 2012
b. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pengawasan,
Inspektorat Daerah Kota Bontang terus meningkatkan penyediaan sarana dan
prasarana pendukung setiap tahunnya. Nilai aset yang dimiliki
Inspektorat Daerah berdasarkan Laporan Keuangan Akhir Tahun 2012 per
31 Desember 2012 adalah sebesar Rp2.009.011.100,00, sebanyak 380
unit. Komposisi aset Inspektorat Daerah tahun 2012 adalah sebagai berikut:
NO. INVENTARIS BARANG JUMLAH
(UNIT)
NILAI (Rp)
1. Alat-alat angkutan 19 975.491.000,00
2. Alat-alat bengkel dan alat ukur 4 31.749.000,00
3. Alat-alat kantor dan rumah tangga 339 887.359.100,00
4. Alat-alat studio dan komunikasi 6 3.435.000,00
5. Aset tak berwujud 1 49.225.000,00
6. Aset lain-lain (rusak) 11 61.752.000,00
Total 380 2.009.011.100,00
Sumber : Neraca Inspektorat Daerah Tahun 2012
- 16 -
Sumber : Neraca Inspektorat Daerah Tahun 2012
Dari tabel di atas, diketahui bahwa alat-alat kantor dan rumah tangga
mempunyai porsi terbesar sebesar 89,21%, sedangkan aset tak berwujud
mempunyai komposisi terkecil sebesar 0,26%. Hal ini menunjukkan bahwa
pemenuhan peralatan dan perlengkapan perkantoran menjadi prioritas dalam
rangka mendukung kelancaran tugas pengawasan daerah.
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD Tahun 2011-2012
Hasil yang diharapkan (ultimate goals) dari pelaksanaan
tugas pengawasan daerah adalah meningkatnya kinerja
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang menerapkan
prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan daerah yang baik, bersih
dan berwibawa (good governance and clean govermnet).
Untuk mengukur capaian pelaksanaan pengawasan daerah tersebut,
Inspektorat Daerah Kota Bontang telah menetapkan Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang dikukuhkan dengan SK Inspektur Daerah Kota Bontang
Nomor 05 Tahun 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Inspektorat Daerah Kota Bontang. IKU Inspektorat yang harus
dicapai adalah:
5,00% 1,05%
89,21%
1,58% 0,26%
2,89%
KOMPOSISI ASET BERDASARKAN JUMLAH UNIT
Alat-alat angkutan
Alat-alat bengkel dan alat ukur
Alat-alat kantor dan rumahtangga
Alat-alat studio dankomunikasi
Aset tak berwujud
Aset lain-lain (rusak)
- 17 -
NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
UTAMA
1. Terwujudnya penerapan dan
peningkatan kualitas hasil
pengawasan internal Pemerintah
Kota Bontang yang efektif dan
efisien
a. Persentase rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti
b. Rasio temuan BPK yang ditindaklanjuti
2. Terwujudnya akuntabilitas
keuangan daerah Pemerintah Kota
Bontang yang baik
Persentase kesesuaian
penganggaran dan pelaporan
keuangan Pemerintah Kota
Bontang terhadap SAP
3. Meningkatnya kinerja
penyelenggaraan pemerintahan Kota
Bontang
Persentase akuntabilitas
kinerja SKPD bernilai BAIK
4. Meningkatnya peran serta masyarakat
dalam pengawasan terhadap
pemerintahan Kota Bontang
Persentase pengaduan
masyarakat yang
ditindaklanjuti
Sumber : SK Inspektur No. 5 Tahun 2012
Indikator kinerja utama (IKU) “Rasio temuan BPK RI yang ditindaklanjuti”
merupakan Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang ditetapkan dalam PP Nomor 6
Tahun 2008 tentang EPPD pada aspek penilaian pada tataran pengambilan
kebijakan untuk Pemerintah Kota. Hal ini berarti IKU Inspektorat Daerah
juga menunjukkan keberhasilan pemerintah Kota Bontang dalam
menyelenggarakan otonomi daerah.
Kelima Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut dikategorikan sebagai
Indikator Kinerja Mandiri, dikarenakan Inspektorat Daerah Kota Bontang
tidak memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang diterbitkan oleh
kementerian/lembaga terkait.
Adapun penjelasan pencapaian kinerja pelayanan adalah sebagai
berikut:
- 18 -
Tabel 2.1. Pencapaian Kinerja Pelayanan Inspektorat Daerah Kota Bontang
Kota Bontang
Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM
Target IKK
Target Indikator Kinerja Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun ke-
Realisasi Capaian Tahun
ke-
Rasio Capaian pada Tahun ke-
2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 1 2
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1. Persentase rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti
- - 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 63,28% 100% 63,28%
2. Rasio temuan BPK yang telah ditindaklanjuti - 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3. Persentase kesesuaian penganggaran dan pelaporan keuangan Pemerintah Kota Bontang terhadap SAP
- - 100% 95% 95,5% 96% 96,5% 97% 98,34% 96,51% 103,52% 101,06%
4. Persentase akuntabilitas kinerja SKPD bernilai BAIK - - 100% 60% 70% 80% 90% 100% 71,42% 53,57% 119,03% 76,52%
5. Persentase pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti - - 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : LAKIP Inspektorat Daerah Kota Bontang Tahun 2012
- 19 -
Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Inspektorat Daerah Kota Bontang
Kota Bontang
NO. URAIAN
ANGGARAN PADA
TAHUN
REALISASI ANGGARAN
PADA TAHUN
RASIO ANTARA
REALISASI DAN
ANGGARAN TAHUN KE-
RATA-RATA
PERTUMBUHAN
2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012
1. Belanja Tidak Langsung 3.043,967 3.273,065 2.842,186 2.543.957 93,37 77,72 15,31 26,95
1.a. Belanja Pegawai 3.043,967 3.273,065 2.842,186 2.543.957 93,37 77,72 15,31 26,95
2. Belanja Langsung 5.574.994 6.954,834 4.701,062 5.654,896 84,32 81,31 15,73 24,75
2.a. Belanja Pegawai 1.115.982 1.472,871 819,742 1.130,202 84,32 76,73 12,63 31,98
2.b. Belanja Barang dan Jasa 4.361.119 4.776,444 3.799,774 4.014,561 87,13 84,05 16,92 9,52
2.c. Belanja Modal 97.893 705,519 81.545 510,133 83,30 72,31 -2,02 620,70
Sumber : LRA Inspektorat Daerah tahun 2010-2012
- 20 -
a. Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Inspektorat yang
Telah Selesai Ditindaklanjuti
Berdasarkan hasil rekapitulasi penyelesaian Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan (TLHP) PKPT Tahun 2011 tanggal 12 Desember 2012, dari 22
LHP yang diterbitkan jumlah temuan sebanyak 123 temuan dengan 128
rekomendasi yang harus ditindaklanjuti senilai Rp105.774.950,00
Rincian temuan adalah sbb:
KODE KLASIFIKASI KONDISI TEMUAN JUMLAH
KEJADIAN NILAI (RP)
01 Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan
65 105.774.950,00
02 Temuan kelemahan sistem pengendalian intern
46 -
03 Temuan 3 E 12 -
Jumlah 123 105.774.950,00
Sumber : Hasil Rekapitulasi Penyelesaian TLHP PKPT Tahun 2011
Berdasarkan rincian kodefikasi temuan tersebut, temuan ketidakpatuhan
terhadap peraturan mempunyai presentase terbesar yakni 52,85%,
sedangkan temuan 3E (efektif, efesien dan ekonomis) mempunyai
presentase terkecil sebesar 9,76%.
Perkembangan penyelesaian rekomendasi TLHP PKPT Tahun 2011 per
tanggal 12 Desember 2012 adalah sbb:
NO. STATUS REKOMENDASI JUMLAH
(BH) % NILAI (Rp)
1 Telah Selesai Ditindaklanjuti (TS) 81 63,28 71.212.500,00
2 Dalam Proses Penyelesaian Tindak Lanjut (TB)
26 20,31 34.562.450,00
3 Belum Ditindaklanjuti (BT) 21 16,41 -
Total 128 100 27.374.950,00
Sumber : Hasil Pemuktahiran Data TLHP PKPT Tahun 2011
- 21 -
Capaian indikator kinerja “Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan
Inspektorat yang Telah Selesai Ditindaklanjuti” tahun 2010 s.d. 2012
adalah sbb:
NO. STATUS REKOMENDASI 2010 2011 2012
1 Telah Selesai Ditindaklanjuti (TS) 100 100 63,28
2 Dalam Proses Penyelesaian Tindak Lanjut (TB)
- - 20,31
3 Belum Ditindaklanjuti (BT) - - 16,41
Total 100 100 100
Sumber : Hasil Pemuktahiran Data TLHP PKPT Tahun 2011
Dari grafik tersebut di atas, diketahui bahwa indikator kinerja persentase
rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti
tahun 2012 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 27,97% atau
hanya mencapai 68,03% bila dibandingkan tahun 2010-2011 yang mencapai
100%.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi adalah LHP untuk PKPT TA.
2011 belum seluruhnya diselesaikan secara tepat waktu. Dari 48 Audit
0
20
40
60
80
100
2010 2011 2012
PER
SEN
TASE
TAHUN
PERSENTASE REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT YANG TELAH SELESAI DITINDAKLANJUTI
Telah Selesai Dalam Proses Belum Ditindaklanjuti
- 22 -
Komprehensif yang dilaksanakan pada tahun 2011, hanya 27 LHP yang
diterbitkan secara tepat waktu di tahun anggaran 2011.
Upaya pemecahan masalah yakni meningkatkan koordinasi dan
pemantauan penyelesaian rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat
untuk PKPT TA. 2011 pada Obrik terkait.
b. Rasio temuan BPK yang ditindaklanjuti (IKU)
BPK RI Provinsi Kaltim telah menerbitkan 13 LHP pada Pemerintah Kota
Bontang untuk pemeriksaan tahun 2005 s.d. 2012, dengan total temuan
sebanyak 211 temuan dan 432 rekomendasi.
Rincian LHP BPK RI pada Pemerintah Kota Bontang adalah sbb:
1). Pemeriksaan LKPD Kota Bontang sebanyak 9 LHP
2). Pemeriksaan dengan tujuan tertentu sebanyak 2 LHP
3). Pemeriksaan kinerja sebanyak 2 LHP
Hasil pemuktahiran data penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan (TLRHP) BPK RI Semester II Tahun 2012 pada tanggal 8 s.d. 9
Januari 2013, diketahui bahwa rekomendasi LHP BPK RI pada Pemerintah
Kota Bontang dengan status Belum Ditindaklanjuti dan Tidak Dapat
Ditindaklanjuti mencapai 0%. Dengan demikian, rasio temuan BPK
RI telah ditindaklanjuti seluruhnya atau mencapai 100%.
Rekapitulasi penyelesaian data TLRHP BPK RI Semester II Tahun 2012 pada
Pemerintah Kota Bontang adalah sbb:
NO URAIAN JUMLAH % NILAI (Rp)
1. Rekomendasi yang telah ditindaklanjuti
307 71,06 24.681.132.209,74
2. Rekomendasi yang masih dalam
proses
125 28,94 40.918.420.999,44
3. Rekomendasi yang belum
ditindaklanjuti
- - -
4. Rekomendasi yang tidak dapat ditindaklanjuti
- - -
T O T A L 432 100 65.599.553.209,18
Sumber : Data TLRHP BPK RI Perwakilan Provinsi Kaltim Semester II Tahun 2012
- 23 -
Sesuai Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS) BPK RI Semester I
Tahun 2012, perkembangan TLRHP BPK Tahun 2008-2011 pada
Pemerintah Kota Bontang terdapat 313 rekomendasi pemeriksaan yang
harus ditindaklanjuti dengan status sbb:
1). Rekomendasi yang telah ditindaklanjuti sebanyak 171 rekomendasi atau
54,63%.
2). Rekomendasi yang masih dalam proses tindak lanjut sebanyak 142 atau
45,37%
Dari hasil rekapitulasi data yang diolah tersebut, maka diperoleh informasi
bahwa Pemerintah Kota Bontang merupakan satu-satunya
Pemerintah Daerah di Provinsi Kalimantan Timur dengan status
Rekomendasi Yang Belum Ditindaklanjuti dan Rekomendasi yang
Tidak Dapat Ditindaklanjuti adalah sebesar 0% dibandingkan
dengan pemerintah daerah lainnya di Provinsi Kalimantan Timur.
Adapun perkembangan capaian penyelesaian TLRHP BPK RI mulai tahun
2011 s.d. 2012 adalah sbb:
NO URAIAN (%) SMT I 2011
SMT II 2011
SMT I 2012
SMT II 2012
1. Rekomendasi yang telah
ditindaklanjuti
68,59 63,82 64,35 71,06
2. Rekomendasi yang masih dalam
proses
30,77 25,63 35,65 28,94
3. Rekomendasi yang belum
ditindaklanjuti
0,64 10,55 - -
4. Rekomendasi yang tidak dapat
ditindaklanjuti
- - - -
T O T A L 100 100 100 100
Sumber : Data TLRHP BPK RI Perwakilan Provinsi Kaltim Semester II Tahun 2012
- 24 -
Sumber : Data TLRHP BPK RI Perwakilan Provinsi Kaltim Semester II Tahun 2012
Dari tabel diatas, rekomendasi temuan BPK yang telah selesai
ditindaklanjuti semester II tahun 2012 sebesar 71,06% meningkat
sebesar 5,69% semester I tahun 2012. Sama halnya dengan tahun
sebelumnya, hambatan dalam pencapaian indikator sasaran ini adalah sbb:
1). Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah termasuk aset
belum memadai.
2). Masih adanya pemahaman yang berbeda terhadap penyelesaian temuan
hasil pemeriksaan dengan entittas yang diperiksa pada Pemerintah Kota
Bontang.
3). Temuan yang bersifat finansial memerlukan waktu untuk
penyelesaiannya (pengembalian ke Kas Daerah secara bertahap).
4). Termuan dengan keluaran (ouput) berupa produk hukum daerah
seperti peraturan daerah, juklak/juknis maupun peraturan kepala daerah
memerlukan waktu karena melibatkan beberapa stakeholder baik
Pemerintah Kota Bontang, DPRD maupun masyarakat (komprehensif).
5). Adanya temuan kelengkapan bukti setor pajak pada hasil pemeriksaan
LKPD TA. 2006 yang nilainya cukup material.
6). Adanya beberapa hasil pemeriksaan telah masuk proses hukum.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
SMT I 2011SMT II 2011
SMT I 2012SMT II 2012
PE
RS
EN
TA
SE
(%
)
PERSENTASE STATUS REKOMENDASI BPK YANG DITINDAKLANJUTI
Selesai Dalam Proses Belum Tindaklanjut Tidak Dapat Ditindaklanjuti
- 25 -
Upaya pemecahan masalah adalah sbb:
1). Menyusun Rencana Aksi Menuju Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Road
to unqualified opinion).
2). Melakukan rekonsiliasi TLHP BPK RI secara berkala yang diformalkan
menjadi kegiatan Rekonsiliasi Temuan Hasil Pemeriksaan untuk
memudahkan pelaksanaan dan penganggarannya.
3). Membentuk tim penyelesaian TLHP BPK RI secara komprehensif yang
melibatkan instansi terkait sesuai amanat Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2010.
4). Sesuai hasil pemeriksaan BPK RI atas pemantauan penyelesaian
kerugian negara/daerah (Runeg) agar Peran Majelis TPTGR perlu
ditingkatkan.
5). Melakukan koordinasi yang lebih komprehensif pada stakeholders terkait
dalam rangka penyelesaian produk hukum serta kelengkapan bukti setor
pajak.
c. Persentase kesesuaian penganggaran dan pelaporan keuangan
Pemerintah Kota Bontang terhadap SAP
Laporan keuangan Pemerintah Kota Bontang telah mendapatkan opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) sejak tahun 2008-2011. Agar
laporan keuangan Pemerintah Kota Bontang disajikan berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Inspektorat Daerah telah melakukan
reviu atas laporan keuangan sebelum diaudit oleh BPK RI dan reviu RAPBD
sebelum disahkan menjadi APBD.
Dari hasil pemeriksaan LKPD Kota Bontang tahun 2011, BPK RI telah
melakukan koreksi yang terdiri dari:
1). Koreksi nilai Neraca sebesar Rp128.231.855.311,80 dari total nilai
Neraca sebesar Rp3.675.987.040.820,79 atau sebesar 3,49%. Hal ini
berarti kesesuaian pelaporan keuangan Pemerintah Kota
Bontang adalah sebesar 96,51%.
- 26 -
2). Koreksi nilai akun belanja terhadap akun pendapatan adalah sebesar
Rp9.541.685.786,00 dari total Belanja Daerah sebesar
Rp974.961.948.483,00 atau 0,98%. Hal ini berarti kesesuaian
penganggaran keuangan Pemerintah Kota Bontang telah
mencapai 99,02%.
Adapun pencapaian indikator kinerja sasaran 2 tahun 2010-2011 adalah
sbb:
NO. URAIAN KOREKSI (Rp) NILAI AUDITED %
1. Neraca LKPD TA. 2011 128.231.855.311,80 3.675.987.040.820,79 96,51
2. LRA LKPD TA. 2011 9.541.685.786,00 974.961.948.483,00 99,03
3. Neraca LKPD TA. 2010 52.538.984.014,30 3.176.800.632.329,92 98,34
4. LRA LKPD TA. 2010 13.901.379.522,63 922.821.893.297,00 98,49
Sumber : LHP BPK RI atas LKPD Kota Bontang Tahun 2010-2011 (Buku I)
Apabila dilihat tabel di atas, maka terlihat adanya kenaikan angka
materialitas salah saji LKPD Kota Bontang tahun 2011 sebesar 1,83% bila
dibandingkan di tahun 2010. Hal ini disebabkan adanya koreksi untuk
penyertaan modal pada PDAM yang cukup signifikan senilai
Rp124.455.287.789,67.
95
96
97
98
99
100
20102011
PER
SEN
TASE
(%
)
TAHUN
PERSENTASE KESESUAIAN LKPD TERHADAP SAP
NERACA
LRA
- 27 -
d. Persentase akuntabilitas kinerja SKPD bernilai BAIK
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 25 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun
2012 bahwa persyaratan minimum jumlah AKIP SKPD yang dievaluasi
adalah minimum 50% dari jumlah SKPD secara keseluruhan. Dengan
demikian, maka evaluasi LAKIP SKPD Kota Bontang dilaksanakan pada
minimal 22 SKPD dari 44 SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bontang.
Inspektorat Daerah telah melakukan evaluasi dan menerbitkan LHE
sebanyak 28 LHE SAKIP SKPD atau kinerja output tercapai 127%
dari target 22 SKPD. Adapun rincian hasil evaluasi SAKIP SKPD adalah
sebagai berikut:
NO. NILAI JUMLAH (SKPD) %
1. AA (Memuaskan) 3 10,71
2. A (Sangat Baik) 4 14,28
3. B (Baik) 8 28,57
4. CC (Cukup Baik) 7 25
5. C (Agak Kurang) 4 14,28
6. D (Kurang) 2 7,14
TOTAL 28 100
Sumber : Data Rekapitulasi Hasil Evaluasi SAKIP SKPD Kota Bontang Tahun 2012
10,71%
14,28%
28,58%
25,01%
14,28%
7,14%
PRESENTASE NILAI EVALUASI SAKIP SKPD
AA
AA
B
CC
C
D
- 28 -
Target kinerja Sasaran 3 yakni presentase akuntabilitas kinerja SKPD bernilai
Baik tahun 2012 adalah 55%. Indikator kinerja tersebut merupakan salah
satu indikator kinerja Reformasi Birokrasi. Dari hasil evaluasi diketahui
bahwa SAKIP bernilai baik (diatas CC) sebanyak 15 SKPD atau
53,56%, sedangkan bernilai kurang sebanyak 2 SKPD atau 7,14%.
Adapun perbandingan pencapaian indikator kinerja presentase akuntabilitas
kinerja SKPD bernilai BAIK tahun 2010-2012 adalah sbb:
NO. NILAI 2010 2011 2012
1. AA (Memuaskan) 40,00 3,57 10,71
2. A (Sangat Baik) 45,00 28,57 14,28
3. B (Baik) 10,00 17,86 28,57
4. CC (Cukup Baik) 5,00 21,43 25
5. C (Agak Kurang) - 7,14 14,28
6. D (Kurang) - 21,43 7,14
TOTAL 100 100 100
Sumber : LAKIP Inspektorat Daerah Tahun 2012
Dari grafik di atas, terlihat bahwa presentase akuntabilitas kinerja SKPD
bernilai Baik di tahun 2009 sebesar 85%, menurun 35% menjadi 50%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2009 2010 2011
%
TAHUN
PERSENTASE AKUNTABILITAS KINERJA SKPD BERNILAI BAIK
PERSENTASE
- 29 -
ditahun 2009 dan naik tidak secara signifikan di tahun 2011 menjadi
53,56%.
Beberapa hal yang menjadi kendala dan permasalahan dalam
implementasi sistem AKIP SKPD berdasarkan hasil evaluasi antara lain
adalah:
1). Kelurahan yang pada awalnya merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) di bawah Kecamatan menjadi SKPD di tahun 2010 sebanyak 15
kelurahan. Namun demikian, kondisi ini belum didukung dengan
penerapan SAKIP SKPD yang memadai.
2). Beberapa SKPD diantaranya kelurahan yang bernilai kurang karena
belum memilki perencanaan yang memadai antara lain belum menyusun
Renstra, Rencana Kinerja Tahunan, Penetapan Kinerja maupun Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan dengan SK Kepala SKPD yang
bersangkutan.
3). Dalam hal pengukuran kinerja, belum terdapat pedoman pengumpulan
data kinerja yang diformalkan dan diandalkan serta pengumpulan data
kinerja belum dilakukan secara periodik dan dievaluasi.
4). LAKIP SKPD yang dievaluasi umumnya belum menyajikan perbandingan
capaian kinerja pada tahun-tahun sebelumnya sesuai rentang Renstra
sebagai bahan evaluasi.
5). Masih terdapat beberapa pencapaian sasaran kinerja yang belum
didukung informasi yang memadai.
Upaya pemecahan masalah antara lain:
1). Berkoordinasi dengan Bagian Organisasi Setda agar melakukan
workshop penyusunan LAKIP SKPD dengan narasumber dari
Kementerian PAN dan RB pada awal tahun 2013.
2). Berkoordinasi dengan Bagian Pemerintahan Setda agar melakukan
sosialisasi monitoring dan evaluasi pelaksanaan administrasi kelurahan
dengan materi penyusunan LAKIP Kelurahan.
- 30 -
e. Persentase pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti
Salah satu ciri diterapkannya prinsip tata kepemerintahan yang baik (good
governance and clean goverment) adalah adanya partisipasi aktif masyarakat
(partisipation) dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Hal ini mutlak
diperlukan mengingat masyarakat merupakan subyek sekaligus obyek pelaku
pembangunan daerah. Penanganan pengaduan masyarakat merupakan salah
satu upaya pemerintah daerah untuk menumbuhkembangkan kepercayaan
publik dan meningkatkan kredibilitas pemerintah daerah.
Selama tahun 2012, jumlah pengaduan masyarakat yang dikirimkan kepada
Pemerintah Kota Bontang sebanyak 1 (satu) laporan. Adapun laporan
pengaduan masyarakat sehubungan dengan proses penunjukan
pemenang pengadaan barang dan jasa yang diduga tidak sesuai
prosedur. Inspektorat Daerah Kota Bontang telah melakukan pengusutan
kebenaran laporan tersebut melalui kegiatan pemeriksaan khusus dan telah
selesai ditindaklanjuti dengan diterbitkannya 1 (satu) Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). Dari hasil pengusutan laporan pengaduan masyarakat
tersebut, dugaan adanya ketidaksesuaian prosedur pada proses
pengadaan barang dan jasa tidak terbukti benar.
Adapun capaian indikator kinerja Persentase pengaduan masyarakat yang
ditindaklanjuti selama tahun 2010-2012 adalah sbb:
Tahun 2010 2011 2012
Jumlah laporan pengaduan masyarakat
yang diterima
4 3 1
Jumlah LHP khusus yang diterbitkan 4 3 1
Capaian Kinerja (%) 100 100 100
- 31 -
Sumber : LAKIP Inspektorat Daerah Tahun 2012
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah kasus pengaduan oleh
masyarakat dan di lingkungan Pemkot Bontang cenderung mengalami
penurunan. Hal ini berarti peran serta aktif masyarakat dalam mengawasi
jalannya pemerintahan daerah telah memberikan hasil yang signifikan bagi
pengendalian internal pemerintah daerah.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
2010 2011 2012
LAP
OR
AN
TAHUN
REALISASI JUMLAH PENGADUAN MASYARAKAT YANG DITINDAKLANJUTI
Laporan
- 32 -
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
Sasaran pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Daerah
adalah seluruh unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota Bontang dan
masyarakat yang berada di dalam wilayah administratif Kota Bontang,
termasuk seluruh kegiatan/program yang dibiayai APBD Kota Bontang.
Perkembangan reformasi birokrasi sesuai amanat PP Nomor 38 Tahun
2007, Pemerintah Kota Bontang telah menetapkan PERDA Kota Bontang
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi
Kewenangan Daerah yang terdiri dari 26 (dua puluh enam) urusan wajib
dan 8 (delapan) urusan pilihan. Penetapan pelimpahan urusan
pemerintah tersebut menjadi dasar pembentukan Struktur Organisasi dan
Tata Kerja (SOTK) di lingkungan Pemerintah Kota Bontang.
Adapun rincian SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bontang sbb:
NO PERANGKAT DAERAH URUSAN PEMERINTAH DAERAH
1. Sekretariat Daerah - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
- Pertanahan -
2. Sekretariat DPRD Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
3 Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset
Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
4 Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
- Koperasi dan UKM - Industri - Perdagangan - Sumber Daya dan Mineral
-
5 Dinas Pekerjaan Umum - Pekerjaan Umum - Perumahan
-
- 33 -
NO PERANGKAT DAERAH URUSAN PEMERINTAH DAERAH
6 Dinas Tata Ruang Kota Penataan Ruang
7 Dinas Kebersihan Pertamanan &
PMK
- Lingkungan Hidup - Perumahan
-
8 Dinas Perikanan Kelautan dan
Perikanan
- Kelautan dan Perikanan - Pertanian - Kehutanan
-
9 Dinas Sosial dan Tenaga Kerja - Ketenagakerjaan - Sosial - Ketransmigrasian
-
10 Dinas Pendidikan Pendidikan
11 Dinas Kesehatan Kesehatan
12 Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika
- Perhubungan - Komunikasi dan Informatika
-
13 Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil
Kependudukan dan Catatan Sipil
14 Dinas Pemuda dan Olah Raga Kepemudaan dan Olah Raga
15 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata
16 Inspektorat Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
17 Badan Kepegawaian Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
18 Kantor Perpustakaan Arsip dan
Dokumentasi
- Kearsipan - Perpustakaan
-
19 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
- Perencanaan Pembangunan - Statistik
-
- 34 -
NO PERANGKAT DAERAH URUSAN PEMERINTAH DAERAH
20 Badan Kesatuan Bangsa Politik
dan Lindungan Masyarakat
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri
21 Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu dan Penanaman Modal
Penanaman Modal
22 Badan Pemberdayaan Perempuan
dan KB
- Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak
- Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
-
23 Badan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
24 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
25 Satuan Polisi Pamong Praja Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
26 Kecamatan Bontang Utara Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
27 Kecamatan Bontang Selatan Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
28 Kecamatan Bontang Barat Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian
Inspektorat Daerah selaku APIP telah mengalami perubahan
paradigma peran (change of duty) seiring dengan perkembangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan prinsip otonomi dalam arti
luas. Peran Inspektorat Daerah tidak lagi hanya melakukan pemeriksaan atas
kepatuhan perundang-undangan (compliance audit) untuk menemukan
- 35 -
terjadinya penyimpangan sehingga terkesan mencari – cari kesalahan
(watchdog) semata, tetapi dititikberatkan (point of view) untuk perbaikan mutu
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Fungsi pengawasan tidak lagi
dilakukan setelah berakhirnya suatu kegiatan pemerintahan (post audit) atau
bila ditemukan adanya indikasi penyimpangan (fraud). Fungsi pengawasan
intern sebagai alat pencegahan dini (early warning system) sudah harus
dilaksanakan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pertanggungjawaban kegiatan. Sasaran pengawasan intern tidak lagi berfokus
pada semata-mata pemenuhan jumlah obyek pemeriksaan (obrik) namun
harus memprioritaskan pada pencapaian hasil (output) policy recommendation
yang komprehensif dan implementatif.
Adanya perubahan paradigma tugas pengawasan daerah sesuai uraian
di atas, maka tantangan yang harus dihadapi oleh Inspektorat Daerah Kota
Bontang pada masa mendatang antara lain adalah :
a. Berkembangnya ruang lingkup tugas pengawasan dan sasaaran
pengawasan belum dapat sepenuhnya didukung dengan SDM aparat
pengawas yang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya
serta terbatasnya sarana prasarana pengawasan.
b. Inspektorat Daerah Kota Bontang belum dapat sepenuhnya menjadi mitra
(counter part) bagi SKPD lainnya karena paradigma lama masih belum
dapat dirubah bahwa tugas inspektorat bertujuan mencari – cari
kesalahan (watchdog).
c. Masih ada keterbatasan anggaran dan ketidaksinkronan peraturan
tentang pengawasan daerah antara satu dengan lainnya. Contohnya
adalah pembagian tugas antara jabatan fungsional Pejabat Pengawas
Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) dan Auditor dalam struktur
organisasi Inspektorat Daerah belum jelas, sehingga dikuatirkan dapat
terjadi tumpang tindih.
Peluang yang dimiliki oleh Inspektorat Daerah Kota Bontang dalam
menghadapi tantangan tersebut di atas adalah:
a. Komitmen Pemerintah Kota Bontang untuk melaksanakan tata
- 36 -
kepemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance and
clean government.
b. Terjalinnya hubungan kerja yang koordinatif, partisipatif dan konsultatif
antara Inspektorat Daerah Kota Bontang dengan Inspektorat Provinsi
Kaltim dan BPKP maupun APIP lainnya dalam rangka sinkronisasi tugas
pengawasan.
c. Sinergisitas hubungan antara Inspektorat dengan BPK RI yang
menempatkan Inspektorat sebagai mitra kerja (counter part) oleh BPK RI
dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan
akuntabel.
37
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
Memperhatikan perubahan dinamika pengawasan daerah seiring
dengan reformasi birokrasi dan meningkatnya kontrol sosial masyarakat guna
mewujudkan kepemerintahan yang baik dan berwibawa, berimplikasi pada
berkembangnya tugas pengawasan daerah. Perubahan dimaksud adalah
sbb:
1. Reformasi pengelolaan keuangan negara yang ditandai dengan
diberlakukannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU Nomor
15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara telah mewajibkan pemerintah
pusat/daerah untuk menyusun laporan keuangan.
Inspektorat Daerah Kota Bontang diharapkan dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) Kota Bontang disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah sehingga dapat memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Hal ini mengingat LKPD merupakan salah satu
instrument pengambil keputusan kebijakan publik.
2. Reformasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dari asas
sentralisasi menjadi asas desentralisasi (otonomi daerah) dengan
diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Penerapan prinsip akuntabilitas publik atas pelaksanaan suatu
urusan atau wewenang pemerintah daerah berdasarkan PP Nomor 38
Tahun 2007 telah menjadi keharusan (mainstream) dalam praktek
manajemen pemerintah daerah. Penyelenggaraan suatu urusan
Pemerintah Daerah harus memiliki tolak ukur (indikator kinerja) yang
38
jelas sehingga pihak manapun dapat menilai keberhasilan
pelaksanaannya.
Dengan demikian, maka Inspektorat Daerah Kota Bontang diharapkan
dapat menguji kehandalan informasi (reliable information)
capaian indikator kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah oleh SKPD/unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota Bontang.
3. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di Indonesia masih tinggi dengan
nilai 2 dari skala 0 (sangat korup) s.d. 10 (bersih). Hasil evaluasi
menunjukan bahwa 77% kasus korupsi yang ditangani KPK adalah
pengadaan barang/jasa. Memperhatikan kondisi tersebut maka
Inspektorat Daerah Kota Bontang diharapkan dapat memberikan
jaminan mutu (quality assurance) bahwa pelaksanaan
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan mencegah terjadinya
penyimpangan (law enforcement).
Salah satu agenda RPJMN 2009-2014 adalah perbaikan tata kelola
pemerintahan melalui Reformasi Birokrasi. Agenda pembangunan
nasional tersebut ditetapkan dalam Peraturan Presiden 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan dioperasionalkan
dalam Peraturan Kementerian PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2014. Program berorientasi hasil
(outcomes oriented programs) dalam Reformasi Birokrasi yang menjadi tugas
Inspektorat Daerah adalah Program Penguatan Pengawasan. Target
yang ingin dicapai program tersebut adalah:
1. Meningkatnya efektivitas dan efesiensi pengelolaan keuangan negara
yang meliputi keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. Meningkatnya status opini BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah
menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebanyak 60% Pemda pada
tahun 2014.
3. Menurunnya penyalahgunaan wewenang keuangan negara.
Mengingat pentingnya peranan Inspektorat Daerah dalam Reformasi
Birokrasi, maka BPKP Perwakilan Provinsi Kaltim telah melakukan evaluasi
39
mandiri (self assessment) pemetaan APIP pada Inspektorat Daerah
kab/kota se-Kaltim termasuk Inspektorat Daerah Kota Bontang menggunakan
metode Internal Audit Capability Model (IA-CM) di tahun 2011.
Pemetaan APIP sangat diperlukan untuk membantu menentukan tingkat
kapabilitas yang tepat bagi APIP, karena Aktivitas Audit Internal (AI) menjadi
bagian integral dari tata kelola yang efektif di sektor publik.
IACM bertujuan mencocokkan antara sifat, kompleksitas organisasi
dengan tingkat kapabilitas yang dibutuhkan suatu unit internal audit, sebagai
sarana komunikasi, kerangka penilaian dan peta untuk perbaikan kedepan.
Secara umum, hasil assessment menunjukkan bahwa tata kelola APIP pada
Inspektorat Daerah kab/kota se-Kaltim masih berada di level 1 (terendah)
dari tingkatan 5 level yang ada. Adapun hasil penilaian per elemen untuk
Inspektorat Daerah Kota Bontang adalah sbb:
NO. ELEMEN LEVEL KETERANGAN
1. Peran dan Layanan 1 Initial
2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) 1 Initial
3. Praktek Profesional 1 Initial
4. Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja 2 Infrastructure
5. Budidaya dan Hubungan Organisasi 1 Initial
6. Struktur Tata kelola 1 Initial
Hasil self assesment pemetaan tata kelola APIP prov/kab/kota seluruh
Indonesia yang dikompilasi oleh Pusat Pembinaan Jabfung Auditor BPKP
melalui surat No. S-307/JF/2/2012 tanggal 6 Februari 2012 menunjukkan
secara keseluruhan Inspektorat prov/kab/kota masih berada pada level 1
(initial). Hasil pemetaan kapabilitas Inspektorat Daerah Kota Bontang
menunjukan terdapat permasalahan tugas dan fungsi pelayanan oleh
Inspekrorat Daerah Kota Bontang selaku APIP dalam rangka penguatan dan
efektifitas SPIP sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008 yakni:
40
1. Inspektorat Daerah Kota Bontang belum mampu sepenuhnya untuk
memberikan quality assurance bahwa program atau kegiatan yang
dilakukan Pemerintah Kota Bontang telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Inspektorat Daerah Kota Bontang belum mampu sepenuhnya mencegah
terjadinya penyimpangan keuangan.
3. Inspektorat Daerah Kota Bontang belum mampu sepenuhnya
memberikan quality assurance atas efisiensi dan efektivitas program serta
kegiatan pada Pemerintah Kota Bontang.
BPKP memberikan saran untuk meningkatkan kapabilitas Inspektorat
antara lain:
1. Melakukan analisis kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja
(ABK) dan mengusulkan peningkatan jumlah maupun kualitas pengawas.
2. Menyusun program kerja pengawasan berbasis resiko (risk based audit
plans) yakni pengadaan barang dan jasa, pengelolaan keuangan daerah
dan pelayanan masyarakat.
3. Melakukan analisis kebutuhan sumber daya dan perangkat pengawasan
intern berbasis teknologi informasi komunikasi dan melakukan
analisi/kajian atas struktur organisasi agar sesuai dengan kebutuhan
dengan mempertimbangkan beban kerja pengawasan dan analisa atas
resiko organisasi.
4. Menyusun internal audit charter atau dokumen lain sejenis yang
menyatakan secara tegas tentang visi, misi, tujuan, wewenang dan
tanggung jawab Inspektorat dalam organisasi pemerintahan daerah serta
aksesbilitas data dan informasi Obrik yang periksa termasuk independensi
tugas pengawasan.
Dari hasil pemetaan APIP tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kendala pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan Inspektorat Daerah Kota
Bontang dipengaruhi beberapa hal sbb:
41
1. Faktor internal
a. Terbatasnya aparat pengawas di bidang teknis tertentu baik dari
kuantitas maupun kualitasnya.
b. Terbatasnya sarana peralatan pemeriksaan teknis tertentu.
c. Belum disusunnya standar dan prosedur pengawasan yang baku (SOP)
d. Belum terselenggaranya pengawasan dengan pendekatan risk
management
e. Terbatasnya waktu dan anggaran untuk obyek pemeriksaan yang
memiliki banyak kegiatan.
f. Sistem informasi pengawasan berbasis teknologi infomasi komunikasi
(TIK) yang belum memadai
g. Administrasi kearsipan hasil pemeriksaan belum handal.
h. Kualitas perilaku dan kebiasaan aparatur pengawas yang belum
mandiri (ewuh pakewuh).
2. Faktor eksternal
a. Pemahaman yang berbeda atas rekomendasi dan tindak lanjut antara
obrik dan tim pemeriksa.
b. Masih adanya respon yang kurang positif terhadap hasil pemeriksaan
dari obyek pemeriksaan.
c. Penyelesaian pengembalian kerugian yang bersifat finansial
membutuhkan waktu yang lama.
d. Belum optimalnya koordinasi antara instansi terkait terhadap
penyelesaian hasil pemeriksaan yang bersifat penetapan produk
hukum (Perda, Protap, Sisdur, Juknis).
e. Penyelesaian yang tidak tepat waktu terhadap hasil temuan yang
terkait dengan kesalahan penggunaan mata anggaran.
f. Terbatasnya data dan informasi dari pihak pengadu dalam
menyelesaikan kasus pengaduan masyarakat.
42
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
PERDA Kota Bontang Nomor 8 Tahun 2011 tentang RPJMD Kota
Bontang Tahun 2011-2016 menetapkan Visi Kota Bontang tahun 2011-2016
adalah “Mewujudkan Masyarakat Bontang yang Berbudi, Maju, Adil
dan Sejahtera”. Salah satu Misi yang terkait dengan tugas pengawasan
daerah adalah “Meningkatkan Kualitas Tata Pemerintahan yang Baik”.
Makna dari Berbudi Luhur adalah sebagai suatu karakter masyarakat
yang berbudi luhur dan memiliki sikap budaya bangsa sesuai dengan nilai-
nilai agama dan Pancasila. Aparatur yang berbudi luhur adalah aparatur yang
memiliki profesionalisme dan berahlak mulia taat pada norma dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Misi “Meningkatkan Kualitas Tata Pemerintahan yang Baik” merupakan
upaya Pemerintah dan masyarakat Kota Bontang membangun tatanan
pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa yang merupakan prasyarat
untuk mewujudkan dan meningkatkan daya saing Kota Bontang di segala
bidang secara berkelanjutan, yang dapat menjamin pengelolaan sumber daya
pembangunan secara akuntabel, meningkatnya kualitas pelayanan publik,
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Tujuan dan sasaran pada Misi II RPJMD Kota Bontang yang berkaitan
dengan tugas pengawasan daerah Inspektorat Daerah Kota Bontang adalah:
NO. TUJUAN SASARAN
1. Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
a. Tersedianya Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK)
b. Opini BPK terhadap audit laporan keuangan Wajar Tanpa Pengeculian (WTP)
c. Pemanfaatan hasil pengawasan dalam peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang baik mencapai 100%
d. Persentase Aparatur Pengawas/ Pemeriksa yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi mencapai 100%
43
NO. TUJUAN SASARAN
e. Persentase Pengaduan Masyarakat yang ditindaklanjuti mencapai 100%
2. Meningkatkan Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi
Meningkatnya akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah yang ditandai dengan:
a. Persentase SKPD dengan akuntabilitas kinerja yang baik mencapai 100%
Program dalam RPJMD terhadap permasalahan pelayanan Inspektorat
Daerah Kota Bontang beserta faktor penghambat dan pendorongnya adalah:
NO. PROGRAM PERMASALAHAN
PELAYANAN SKPD
FAKTOR
PENGHAMBAT PENDORONG
1 2 3 4 5
1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan
Internal dan Pengendalian
Kebijakan KDH
Pelaksanaan PKPT belum berbasis Risk
Manajemen
Sasaran pengawasan
hanya berfokus pada pencapaian
jumlah obrik
Penyampaian usulan PKPT
pada Rakorwasda dan
Rakorwasdanal
Kurangnya Koordinasi
pengawasan antara aparat pengawasan
dangan instansi
lainnya sehingga terjadi pengawasan
yang tumpang tindih
Belum sepenuhnya
terjalin sinkronisasi
jadwal
pengawasan atas kegiatan SKPD
yang didanai oleh APBD dan APBN
oleh Irjen
Kementerian
Rapat koordinasi Pengawasan
yang dilaksanakan
secara berkala
Belum optimalnya
koordinasi antar instansi terkait
terhadap
penyelesaian hasil pemeriksaan
eksternal terutama yang menyangkut
produk hukum
Pemahaman
berbeda terhadap penyelesaian hasil
temuan
Rapat koordinasi
antar instansi terkait atas hasil
pengawasan
yang dilaksanakan
secara berkala
Penyelesaian TLHP belum tepat waktu
Pemahaman berbeda atas
rekomendasi
temuan oleh obrik membutuhkan
waktu yang lama dan kurang
direspon secara positif
Koordinasi yang intensif atas
penyelesaian
TLHP dengan pemeriksa
44
NO. PROGRAM PERMASALAHAN
PELAYANAN SKPD
FAKTOR
PENGHAMBAT PENDORONG
1 2 3 4 5
Penyelesaian Kasus Pengaduan
Masyarakat belum tepat waktu
Terbatasnya data dan informasi dari
pihak pelapor
Komitmen Pemkot Bontang
untuk Peran Inspektorat
sebagai Early Warning System bagi
pelaksanaan tata pemerintahan
Kota Bontang yang baik
2. Program penerapan
SPIP dilingkungan Pemerintah Kota
Bontang
Belum lengkapnya
instrumen pendukung
penyelenggaraan
SPIP di lingkungan Pemerintah Kota
Bontang
Penyelenggaraan
SPIP baru disosialisasikan
pada akhir tahun
2009
Komitmen BPKP
dan Inspektorat Provinsi
melakukan
pengawasan intensif atas
penyelenggaraan SPIP di Kota
Bontang
3. Peningkatan kapasitas Sumber Daya
Aparatur
Keterbatasan kapasitas Sumber
Daya aparat pengawasan
Usulan formasi penerimaan
pegawai belum terpenuhi
Pelaksanaan pengembangan
Kapasitas SDM melalui Diklat 4. Peningkatan
Profesionalisme
Tenaga Pemeriksa dan Aparatur
Pengawasan
5. Pelayanan Administrasi
Perkantoran
Keterbatasan sarana dan prasarana yang
memadai
Keterbatasan alokasi anggaran
secara normatif sesuai
Permendagri 44
Tahun 2008 minimal 1% dari
APBD
Mengoptimalkan pemanfaatan
Sarana dan Prasarana yang
tersedia 6. Peningkatan Sarana
dan Prasarana
Aparatur
7. Peningkatan Disiplin Aparatur
8. Peningkatan Pengembangan
Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
Belum bakunya SOP dan Sistem
pengawasan yang
berbasis teknologi informasi
Pelaksanaan pengawasan
kurang didukung
oleh sarana dan prasarana serta
SDM yang kurang memadai
e-Audit BPK RI
9. Program sistem dan
prosedur pengawasan
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi
Renstra Inspektorat Daerah Kota Bontang memiliki hubungan
sinergisitas dengan Renstra Inspektorat Provinsi Kaltim dan Renstra
45
Kementerian/Lembaga yaitu Kementerian PAN dan RB serta BPKP. Dalam
sistem manajemen kepemerintahan, Pemerintah Provinsi merupakan wakil
dari pemerintah pusat di daerah bertugas untuk koordinasi, pembinaan dan
pengawasan kepada pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam PP
Nomor 23 Tahun 2011.
Sebagai satu kesatuan dalam NKRI, maka pencapaian sasaran
strategis pengawasan daerah Kota Bontang harus dapat mendukung
pencapaian sasaran strategis pengawasan daerah provinsi Kalimantan Timur
yang pada akhirnya sasaran strategis sistem pengawasan intern pemerintah
sesuai PP Nomor 79 Tahun 2005 dan PP Nomor 60 Tahun 2008 dapat dicapai
sebagai salah satu agenda reformasi birokrasi (Road Map Reformasi
Birokrasi).
Sinergisitas pencapaian sasaran strategis Inspektorat Provinsi Kaltim
dan K/L adalah:
5. Peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara melalui opini Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah Wajar Tanpa Pengecualian
(unqualified opinion) sebesar 60% pada akhir periode RPJMN 2010-2014.
Pemerintah Provinsi Kaltim menargetkan opini LKPD WTP pada akhir
RPJMD Provinsi Kaltim 2009-2013 termasuk Pemerintah Kota Bontang.
6. Penerapan SPIP pada Pemerintah Daerah sebagai rangkaian dari road
map Reformasi Birokrasi di Indonesia.
7. Peningkatan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah melalui land of
integrity.
8. Implementasi percepatan pemberantasan korupsi secara nasional dan
daerah.
9. Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan pemerintah yang terintegrasi,
efisien dan efektif antara pusat dan daerah melalui koordinasi program
pengawasan tahunan secara terpadu, konsultatif dan sinergi
Komparasi (perbandingan) antara sasaran strategis Inspektorat
Daerah Kota Bontang yang lalu dengan sasaran strategis Renstra Inspektorat
Provinsi Kaltim dan Renstra K/L yang berhubungan dengan SPIP adalah sbb:
46
NO. INDIKATOR KINERJA
CAPAIAN SASARAN RENSTRA
INSPEKTORAT DAERAH KOTA BONTANG TAHUN 2006-2011
SASARAN PADA RENSTRA
INSPEKTORAT PROVINSI KALTIM TAHUN 2008-2013
SASARAN PADA RENSTRA
MENPAN DAN REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2009-2014
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Persentase pegawai yang mengikuti pendidikan, pelatihan dan kursus
lainnya
Meningkatnya kualitas aparatur pengawasan sesuai tugas dan
fungsi
Terwujudnya aparatur pengawasan yang profesional dan
memiliki integritas moral yang
tinggi
Terwujudnya peningkatan kinerja manajemen internal dalam rangka
pelaksanaan tugas kementrian
2 Rasio sarana dan prasarana yang
tersedia dengan kebutuhan pegawai
sesuai standar kualitas yang memadai serta memeliharaan yang baik
Optimalnya pemanfaatan dan
pengamanan aset yang dimiliki
sebagai penunjang pelaksanaan pengawasan
Meningkatnya peran pengawasan
dan mutu hasil-hasil pengawasan
dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai
Terwujudnya peningkatan kualitas
sarana dan prasarana internal dalam
rangka pelaksanaan tugas kementrian
4 Persentase pelaksanaan PKPT yang diselesaikan secara tepat waktu
Meningkatnya pengawasan yang efisien, efektif serta akurat untuk
mendorong peningkatan kinerja
aparatur
Meningkatnya kualitas hasil pengawasan Inspektorat Provinsi
Kaltim
Terwujudnya peningkatan kualitas pengawasan intern pelaksanaan
tugas kementrian
5 Persentase jumlah temuan yang
ditindaklanjuti dalam 1 (satu) tahun
Meningkatnya pengawasan yang
efisien, efektif serta akurat untuk
mendorong peningkatan kinerja aparatur
Meningkatnya kualitas hasil
pengawasan Inspektorat Provinsi
Kaltim
Terwujudnya penyelenggaraan
pengawasan pemerintah yang
terintegrasi, efisien dan efektif
6 Persentase pelaksanaan pemantauan TLHP
Meningkatnya pengawasan yang efisien, efektif serta akurat untuk
mendorong peningkatan kinerja
aparatur
Meningkatnya intensitas pemantauan dan penyelesaian
tindaklanjut serta terungkapnya
kasus-kasus, KKN dan penyimpangan yang terjadi pada
pemerintah Prov Kaltim
Meningkatnya TLHP Fungsional yang efektif dan efisien
8 Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik
Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
47
NO. INDIKATOR KINERJA
CAPAIAN SASARAN RENSTRA
INSPEKTORAT DAERAH KOTA BONTANG TAHUN 2006-2011
SASARAN PADA RENSTRA
INSPEKTORAT PROVINSI KALTIM TAHUN 2008-2013
SASARAN PADA RENSTRA
MENPAN DAN REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2009-2014
(1) (2) (3) (4) (5)
9 Persentase laporan pengaduan masyarakat yang disalurkan dan telah
ditindaklanjuti oleh instansi
pemerintah
- Terlaksananya penanganan pengaduan masyarakat dalam
rangka mewujudkan tata
pemerintahan yang bersih - Meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintahan
Terselenggaranya secara insentif Penanganan Pengaduan
masyarakat dengan dibentuknya
unit khusus
Terwujudnya penyelenggaraan pengawasan pemerintah yang
terintegrasi, efisien dan efektif
10 Terlaksananya hubungan kerja yang konstruktif, partisipatif dan konsultatif
dengan instansi terkait (Pusat dan Daerah)
48
Adapun faktor pendorong dan penghambat pencapaian sasaran Renstra
Inspektorat Provinsi Kaltim dan Renstra Kementerian K/L adalah sbb:
NO. SASARAN
PERMASALAHAN
PELAYANAN
SKPD
FAKTOR
PENGHAMBAT PENDORONG
1 2 3 4 5
1. Meningkatnya kualitas
penyelenggaraan
pengawasan intern akuntabilitas keuangan
negara
Laporan hasil
pengawasan APIP
belum menjadi bahan
pengambilan keputusan
stakeholders
Hasil
pengawasan
masih berorientasi
mencari terjadinya
penyimpangan
Reposisi fungsi
APIP sebagai
quality assurance dan consultative management
2. Terwujudnya penyelenggaraan
pengawasan pemerintah yang terintegrasi, efisien
dan efektif
Belum lengkapnya instrumen
pendukung penyelenggaraan
SPIP di lingkungan
Pemerintah Kota Bontang
Penyelenggaraan SPIP baru
disosialisasikan pada akhir tahun
2009
Komitmen BPKP dan Inspektorat
Provinsi melakukan
pengawasan
intensif atas penyelenggaraan
SPIP di lingkungan
Pemerintahan
Kota Bontang
Penyelesaian TLHP
belum tepat waktu
Pemahaman
berbeda atas rekomendasi
temuan oleh
obrik membutuhkan
waktu yang lama dan kurang
direspon secara
positif
- Koordinasi
yang intensif terhadap obrik
atas
penyelesaian TLHP
- Rekonsiliasi DRTLHP BPK
RI setiap
semesteran - Rapat Pra
Pemuktahiran Regional II
- Koordinasi secara
komprehensif
sesama APIP dan auditor
eksternal
Penyelesaian Kasus Pengaduan
Masyarakat belum tepat waktu
Terbatasnya data dan
informasi dari pihak pelapor
Peran Inspektorat sebagai Early
Warning System bagi pelaksanaan
tata pemerintahan
Kota Bontang yang baik
49
NO. SASARAN PERMASALAHAN
PELAYANAN
SKPD
FAKTOR
PENGHAMBAT PENDORONG
1 2 3 4 5
3. Terwujudnya instansi pemerintah yang
akuntabel dan berkinerja tinggi
Evaluasi SAKIP Pemkot Bontang
bernilai sedang (60%)
SKPD belum sepenuhnya
memahami implementasi
SAKIP
Evaluasi LAKIP SKPD
3.4. Penentuan Isu – Isu Strategis
Memperhatikan perkembangan atas pelaksanaan pengawasan saat ini
maka, terdapat beberapa isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian
yaitu:
1. Sistem pengawasan intern oleh Inspektorat Daerah Kota Bontang
berbasis manajemen resiko belum sepenuhnya berjalan efektif dan
efesien untuk mendorong penyelenggaraan pemerintahan Kota Bontang
yang baik, sesuai perubahan paradigma peran Inspektorat Daerah Kota
Bontang sebagai quality assurance, early warning system, catalyst of
change dan consultative management.
2. Laporan keuangan Pemerintah Kota Bontang belum memperoleh opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
3. SPIP belum diimplemetasikan sepenuhnya pada Pemerintah Kota Bontang
dan SKPD.
4. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan pembentukan zona integritas pada
Pemerintah Kota Bontang belum berjalan efektif.
5. Kapasitas tugas pengawasan daerah belum sepenuhnya didukung aparat
pengawas yang berkompeten dan sistem informasi yang handal.
50
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi SKPD
Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa
depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Visi menjelaskan arah
atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang ingin dicapai (clarity of direction)
berdasarkan kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang menciptakan
kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dan masa depan yang ingin dicapai.
Review Visi Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 adalah:
Pernyataan visi tersebut mengandung 3 (tiga) kata kunci:
a. Aparat pengawas internal, mengandung makna Inspektorat Daerah
adalah Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dalam struktur
organisasi pemerintah daerah Kota Bontang yang melaksanakan fungsi
pengawasan internal terhadap pelaksanaan program/kegiatan seluruh
unit kerja organisasi pemerintah Kota Bontang yang dibiayai oleh APBD
Kota Bontang. Selaku APIP, Inspektorat Daerah memiliki tanggung jawab
untuk dapat memberikan saran-saran dan rekomendasi yang applicable
kepada Kepala Daerah guna memberi nilai tambah bagi penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Untuk itu, Inspektorat Daerah harus terus
melakukan perubahan dalam menjalankan proses bisnis untuk
mendorong peningkatan efektivitas manajemen risiko (risk management),
pengendalian (control) dan tata kelola (governance) organisasi dalam
rangka melaksanakan visi Kota Bontang tahun 2011-2016 yakni
Aparat Pengawas Internal yang Profesional dalam meningkatkan
tata kelola kepemerintahan Kota Bontang yang baik
51
mewujudkan masyarakat Kota Bontang yang berbudi luhur, adil ,maju
dan sejahtera.
b. Profesional, mengandung makna komitmen Inspektorat Daerah dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan senantiasa didasari oleh
standar kerja, aturan perilaku, prestasi dan sikap kerja yang berintegritas
secara moral. Pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan senantiasa
berorientasi pada peningkatan kinerja pemerintah daerah Kota Bontang
yang dilandasi nilai-nilai budi luhur yakni jujur, cinta, peduli, antusias, dan
sabar.
c. Tata kelola kepemerintahan Kota Bontang yang baik,
mengandung makna mandatoris RPJMD Kota Bontang tahun 2011-2016
kepada Inspektorat Daerah adalah meningkatkan kualitas tata
kepemerintahan yang baik. Hal ini menjadi prasyarat dalam mewujudkan
dan meningkatkan daya saing Kota Bontang di segala bidang secara
berkelanjutan, yang dapat menjamin pengelolaan sumber daya
pembangunan secara akuntabel, meningkatnya kualitas pelayanan publik
dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah Kota
Bontang.
Misi SKPD adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi SKPD. Rumusan misi dalam dokumen
Renstra SKPD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan
strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi (kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan) pembangunan daerah.
Review Misi Pertama Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 adalah:
1. Mewujudkan efektivitas peran pengawasan intern untuk
peningkatan kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah Kota Bontang berdasarkan tata kelola kepemerintahan
yang baik
52
Misi pertama Inspektorat Daerah bersifat outward looking yang
memberikan manfaat langsung bagi stakeholders. Misi pertama tersebut
menunjukkan peran Inspektorat Daerah Kota Bontang (core business) untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) kepada Kepala
Daerah bahwa progam dan kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh
komponen pemerintahan Kota Bontang telah sesuai dengan tujuan
organisasi guna pencapaian visi dan misi Kota Bontang 2011 – 2016 secara
efektif, efesien serta dapat dipertanggugjawabkan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pengawasan daerah yang
ditetapkan Kemendagri bahwa Inspektorat Daerah selaku APIP mempunyai 2
(dua) capaian utama (ultimate goals) dalam melaksanakan pengawasan atas
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, yakni:
1. Peningkatan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD/Unit Kerja
lingkup pemerintah kota Bontang;
2. Percepatan menuju good governance, clean government, dan pelayanan
publik pada pemerintah Kota Bontang.
Review Misi Kedua Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 adalah:
Misi kedua Inspektorat Daerah bersifat inward looking yang menunjukkan
manfaat bagi internal organisasi. Misi kedua tersebut menunjukkan upaya
internal Inspektorat Daerah memberikan dukungan teknis dan dukungan
manajemen (supporting) dalam rangka meningkatkan efektivitas peran
pengawasan intern.
2. Mengembangkan kapasitas pengawasan yang profesional dan
kompeten yang didukung kualitas manajemen internal yang
memadai
53
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD
Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan
jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan
arsitektur kinerja SKPD selama lima tahun.
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan
permasalahan, dan menangani isu strategis daerah yang dihadapiSasaran
adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara
terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang
diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Rincian tujuan dan sasaran beserta indikator kinerja dan target
pertahun dapat dilihat pada tabel 4.1.
54
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan SKPD
NO. TUJUAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN SASARAN
INDIKATOR KINERJA SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1. Meningkatkan
akuntabilitas atas kinerja
penyelenggaraan
urusan pemerintahan
daerah Kota Bontang
a. Presentase jumlah
SKPD yang memiliki tingkat ketaatan
pelaksanaan tugas
dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan daerah terhadap
peraturan
perundang-undangan yang
berlaku dengan kategori “Baik”
1.1. Meningkatnya fungsi
dan pemanfaatan hasil pengawasan intern
pemerintah daerah Kota
Bontang
a. Presentase jumlah SKPD
yang memiiki tingkat ketaatan pelaksanaan
tugas dan fungsi
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
terhadap peraturan perundang-undangan
dengan kategori “Baik”
- - - 80% 80%
b. Rasio temuan BPK yang telah selesai ditindaklanjuti
70% 75% 80% 85% 95%
c. Persentase penyelesaian
tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan APIP
100% 100% 100% 100% 100%
b. Opini LKPD Kota
Bontang berpredikat WTP
1.2. Terwujudnya
akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah kota Bontang yang baik
a. Presentase kesesuaian
LKPD Kota Bontang terhadap SAP
95% 95,5% 96% 96,5% 97%
b. Persentase penurunan jumlah temuan
ketidakpatuhan peraturan
perundang-undangan keuangan daerah
dibandingkan tahun sebelumnya
35% 35% 35% 35% 35%
55
NO. TUJUAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN SASARAN
INDIKATOR KINERJA SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
c. Nilai evaluasi SAKIP
Kota Bontang
berpredikat "B"
1.3. Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
SKPD kota Bontang
Presentase jumlah SKPD yang
akuntabilitas kinerjanya
dengan kategori “Baik”
60% 70% 80% 90% 100%
2. Mewujudkan tata
kelola kepemerintahan
yang baik (prinsip
good governance) di lingkungan
pemerintah Kota Bontang
a. Kategori PMPRB Kota
Bontang berpredikat “baik”
2.1. Terwujudnya efektivitas
pelaksanaan penanggulangan dan
pencegahan korupsi
(PPK) Kota Bontang
Presentase sasaran RAD PPK
Kota Bontang yang telah selesai ditindaklanjuti
- - - 100% 100%
2.2. Terwujudnya zona
integritas di lingkungan
Pemerintah Kota Bontang
Jumlah SKPD yang telah
berpredikat ZI menuju
WBK/WBBM (kumulatif)
- - - 1
SKPD
2
SKPD
2.3. Terwujudnya efektivitas pelaksanaan reformasi
birokrasi di lingkungan
pemerintah Kota Bontang
Jumlah SKPD yang telah memiliki profil PMPRB yang
Baik
(kumulatif)
- - 11 SKPD
16 SKPD
22 SKPD
2.4. Meningkatnya
efektivitas penanganan kasus pengaduan
masyarakat yang responsif
Persentase kasus pengaduan
masyarakat yang telah selesai ditindaklanjuti
100% 100% 100% 100% 100%
b. Nilai efektivitas SPIP
Kota Bontang dengan kategori
“baik”
2.5. Terwujudnya penerapan
SPIP Kota Bontang
a. Persentase jumlah SKPD
yang telah melaksanakan Penilaian Risiko dengan
metoda CSA
- - - 25% 50%
56
NO. TUJUAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN SASARAN
INDIKATOR KINERJA SASARAN
TARGET KINERJA SASARAN PADA
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
b. Persentase Grand Design
SPIP Kota Bontang yang
telah ditindaklanjuti
- - 100% 100% 100%
3. Meningkatkan
kinerja manajemen
internal
Inspektorat dalam rangka efektivitas
penyelesaian tugas
pengawasan
daerah
Tingkat tata kelola APIP
Kota Bontang (Internal Audit Capability) berada
pada “level 2”
3.1. Meningkatnya kapasitas
SDM pengawasan
Jumlah pembentukan jabatan
fungsional APIP (kumulatif)
8 org 12 org 16 org 20 org 24 org
3.2. Terwujudnya efektivitas perencanaan
pengawasan dan pengelolaan tugas
pengawasan daerah
a. Persentase konsistensi capaian kinerja tahunan
Inspektorat Daerah dengan penugasan
RPJMD Kota Bontang
2011-2016
80% 85% 90% 95% 100%
b. Persentase jumlah
penyelesaian penugasan pengawasan atas
penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah Kota Bontang secara
tepat waktu
100% 100% 100% 100% 100%
57
4.3. Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Daerah
Inspektorat Daerah telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan dalam mencapai sasaran strategis.
Seiring dengan pelaksanaan review Renstra Inspekrorat Daerah tahun 2011-
2016, maka Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan melalui SK
Inspektur Daerah Nomor 5 Tahun 2012 dievaluasi dengan memilih indikator
kinerja yang mempunyai fokus pada perspektif stakeholders, sbb:
Tabel 4.2
Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Daerah
NO. SASARAN IKU
1. Meningkatnya fungsi dan
pemanfaatan hasil pengawasan
intern pemerintah daerah Kota
Bontang
a. Presentase jumlah SKPD yang memiiki tingkat ketaatan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah terhadap peraturan perundang-undangan dengan kategori “Baik”
b. Rasio temuan BPK yang telah selesai ditindaklanjuti
c. Persentase penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan APIP
2 Terwujudnya akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah kota
Bontang yang baik
a. Presentase kesesuaian LKPD Kota Bontang terhadap SAP
b. Persentase penurunan jumlah temuan ketidakpatuhan peraturan perundang-undangan keuangan daerah dibandingkan tahun sebelumnya
3. Meningkatnya akuntabilitas kinerja
SKPD kota Bontang
Presentase jumlah SKPD yang
akuntabilitas kinerjanya dengan
kategori “Baik”
4. Meningkatnya efektivitas
penanganan kasus pengaduan
masyarakat yang terbuka dan
responsif
Persentase kasus pengaduan
masyarakat yang telah selesai
ditindaklanjuti
58
NO. SASARAN IKU
5. Terwujudnya penerapan SPIP Kota
Bontang
Persentase Grand Design SPIP Kota
Bontang yang telah ditindaklanjuti
4.4. Strategi dan Kebijakan SKPD
Rumusan strategi merupakan pernyataan-pernyataan yang
menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai serta selanjutnya
dijabarkan dalam serangkaian kebijakan. Rumusan strategi harus
menciptakan nilai (strategic objective) dan menunjukkan keinginan yang kuat
bagaimana SKPD menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder
layanan.
Agar menghasilkan perumusan strategi yang pada akhirnya dapat
selaras dengan pilihan kegiatan yang tepat maka rumusan strategi harus
dipetakan (strategy mapping), agar secara seimbang melintasi lebih kurang
empat perspektif yaitu perspektif masyarakat/layanan; perspektif proses
internal (internal business process); perspektif kelembagaan; dan perspektif
keuangan sebagai konstrain (cost-effectiveness) dan untuk mencapai manfaat
yang terbesar dari dana yang terbatas (allocative efficiency).
Perumusan alternatif strategi melalui SWOT adalah sebagai berikut:
59
PELUANG TANTANGAN
FAKTOR EKSTERNAL
FAKTOR INTERNAL
1. Terjalinnya hubungan kerja yang koordinatif, partisipatif dan konsultatif antara Inspektorat Daerah Kota Bontang dengan Inspektorat Provinsi Kaltim dan BPKP maupun APIP lainnya dalam rangka
sinkronisasi tugas pengawasan.
2. Sinergisitas hubungan antara Inspektorat dengan BPK RI yang menempatkan Inspektorat sebagai mitra kerja (counter part) oleh BPK RI dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.
1. Berkembangnya ruang lingkup tugas pengawasan dan sasaaran pengawasan menuntut pelaksanaan secara tepat waktu dan dapat memperbaiki penyelenggaraan pemerintahan Kota Bontang.
2. Inspektorat Daerah Kota Bontang belum dapat sepenuhnya menjadi mitra (counter part) bagi SKPD lainnya karena paradigma lama masih belum dapat dirubah bahwa tugas inspektorat bertujuan mencari – cari kesalahan (watchdog).
3. Sering berubahnya peraturan yang berlaku dan masih terdapat peraturan yang belum menunjang peraturan yang lebih tinggi.
4. Masih adanya respon yang kurang positif
terhadap hasil pemeriksaan dari obyek pemeriksaan.
5. Aspek penyelenggaraan administrasi pemerintahan daerah yang meliputi pelaksanaan tupoksi, pengelolaan keuangan daerah, pengelolaan barang milik daerah, dan pengelolaan SDM masih lemah, belum sepenuhnya taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan masih terjadinya penyimpangan.
6. Pemahaman yang berbeda atas rekomendasi dan tindak lanjut antara obrik dan tim pemeriksa.
60
PELUANG TANTANGAN K
EK
UA
TA
N
1. Komitmen Pemerintah Kota Bontang untuk melaksanakan tata kepemerintahan yang baik sesuai prinsip-prinsip good governance and clean government.
2. PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
3. PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Alternatif Strategi :
1. Penyelenggaraan SPIP pada Pemkot Bontang dan SKPD secara bertahap (Knowing, Mapping, Norming, Forming, Performing).
2. Meningkatkan koordinasi dan hubungan kerja yang konstruktif,partisipatif dan konsultatif dengan instansi terkait (Pusat dan Daerah)
3. Melakukan sosialisasi SPI
Alternatif Strategi :
1. Optimalisasi peran Inspektorat sebagai quality assurance, early warning system, catalyst of change dan management consultative.
2. Meningkatkan kualitas laporan keuangan Pemkot Bontang dan menerapkan penyelenggaraan keuangan daerah secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
3. Peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan Kota Bontang melalui evaluasi AKIP SKPD serta melakukan tindakan perbaikan atas kelemahan pencapaian sasaran
4. Meningkatkan implementasi program Island of Integrity dan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAK-PK)
5. Meningkatkan penegakan aturan disiplin aparatur secara tegas dan menyeluruh
61
PELUANG TANTANGAN K
ELE
MA
HA
N
1. Terbatasnya aparat pengawas di bidang teknis tertentu baik dari kuantitas maupun kualitasnya.
2. Terbatasnya sarana peralatan pemeriksaan teknis tertentu.
3. Belum disusunnya standar dan prosedur pengawasan yang baku (SOP).
4. Belum terselenggaranya pengawasan dengan pendekatan risk management
5. Adanya pemeriksaan yang bersamaan dari Aparat pengawas Intern Pemerintah (BPKP, Inspektorat Provinsi) dan pemeriksa eksternal lainnya (BPK).
6. Terbatasnya waktu dan anggaran untuk obyek pemeriksaan yang memiliki banyak kegiatan.
7. Sistem informasi pengawasan yang belum memadai.
8. Administrasi kearsipan hasil pemeriksaan belum handal.
9. Kualitas perilaku dan kebiasaan aparatur pengawas yang belum mandiri (ewuh pakewuh).
10. Penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan yang bersifat finansial, adminsitratif maupun penyempurnaan sistem/metode kerja dengan
ditetapkan produk hukum yang melibatkan stakeholder memerlukan waktu yang lama.
11. Terbatasnya data dan informasi dari pihak pengadu
Alternatif Strategi :
1. Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelesaian TLHP
2. Melakukan koordinasi tentang peraturan perundang-undangan
3. Peningkatan kapasitas SDM sesuai dengan tantangan dan kebutuhan organisasi.
4. Menyediakan jaringan, prasarana dan rancang bangun serta system requirements atas aplikasi SIM yang dibutuhkan.
Alternatif Strategi :
1. Melakukan pembinaan Obrik tentang metode, pengelolaan keuangan daerah, barang milik daerah dan sumber daya manusia
2. Melakukan pengusutan kebenaran laporan pengaduan masyarakat sebelum dilakukan pemeriksaan khusus/kasus
3. Melakukan sosialisasi tentang pengaduan masyarakat
4. Meningkatkan kualitas atas pengelolaan pelayanan perkantoran, kepegawaian dan keuangan untuk mendukung tugas pengawasan.
5. Meningkatkan sarana prasarana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan fungsi pengawasan.
6. Mewujudkan ketersediaan NSPK pengawasan yang memadai
7. Membentuk tim pemantauan/monitoring TLHP dan tim TPTGR
8. Memberikan kemudahan dalam penyampaian pengaduan melalui kerja sama dengan Kantor Pos tentang PO BOX 999 Kotak Pos Pengaduan Masyarakat.
62
Berdasarkan analisis SWOT maka, strategi Inspektorat Daerah Kota
Bontang 2011 – 2016 adalah sbb:
1. Optimalisasi peran Inspektorat sebagai quality assurance, early warning system dan catalyst of change.
2. Pemantauan dan evaluasi penyelesaian TLHP.
3. Peningkatan kualitas laporan keuangan Pemkot Bontang dan menerapkan penyelenggaraan keuangan daerah secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
4. Peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan Kota Bontang melalui evaluasi AKIP SKPD serta melakukan tindakan perbaikan atas kelemahan pencapaian sasaran.
5. Optimalisasi pelaksanaan Koordinasi, Monitoring dan Evaluasi (KORMONEV) PERPRES Nomor 55 Tahun 2012.
6. Implementasi 9 (sembilan) program area perubahan reformasi birokrasi.
7. Peningkatan tindak lanjut pengaduan masyarakat yang responsif.
8. Penyelenggaraan SPIP pada Pemerintah kota Bontang dan SKPD secara bertahap (Knowing, Mapping, Norming, Forming, Performing)
9. Pengembangan kapasitas SDM sesuai tantangan dan kebutuhan organisasi
10. Meningkatkan evaluasi dan pengendalian manajemen kinerja tugas pengawasan daerah
11. Mewujudkan ketatalaksanaan pengawasan sesuai dengan business process yang lebih sederhana.
12. Meningkatkan sarana prasarana yang memadai untuk menunjang pelaksanaan fungsi pengawasan.
13. Meningkatkan kualitas atas pengelolaan pelayanan perkantoran,
kepegawaian dan keuangan untuk mendukung tugas pengawasan
63
Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan
tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran.
Kebijakan Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 adalah:
1. Penerapan Sistem Pengawasan Intern berbasis manajemen resiko
2. Peningkatan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan/pengawasan
3. Penerapan Rencana Aksi Menuju Opini WTP (Action Plan to Unqualified Opinion)
4. Optimalisasi penerapan SAKIP pada SKPD
5. Peningkatan implementasi PERPRES Nomor 55 Tahun 2012 melalui program Island of Integrity dan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK)
6. Penerapan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah bersifat living document
7. Peningkatan efektivitas penyelesaian penanganan kasus pengaduan masyarakat
8. Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Bontang berbasis SPIP
9. Penerapan manajemen SDM yang berkualitas
10. Penerapan manajemen berbasis resiko (diagnostic assesment/DA) kegiatan pengawasan daerah
11. Peningkatan ketatalaksanaan (business process) dan kapasitas kelembagaan
12. Penerapan manajemen aset Inspektorat Kota Bontang yang baik
13. Peningkatan manajemen internal kantor yang berkualitas baik
64
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis,
Inspektorat Daerah telah menyusun program dan kegiatan mengacu pada RPJMD
Kota Bontang tahun 2011-2016 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Program kerja Inspektorat Daerah terbagi
menjadi 2 (dua) kelompok, yakni:
1. Program Wajib
Program wajib yang dilaksanakan oleh Inspektorat Daerah adalah urusan wajib
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. Program tersebut merupakan
program untuk melaksanakan fungsi pengawasan daerah (core business) yang
bersifat perspektif stakeholders.
2. Program Penunjang
Program ini merupakan program yang bersifat pelayanan internal perkantoran
untuk memberikan dukungan teknis dan dukungan administratif bagi
pelaksanaan tugas pengawasan daerah
Rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan
pendanaan indikatif dapat dilihat pada tabel berikut:
65
66
67
68
69
70
71
BAB VI
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN
RPJMD
Indikator kinerja Inspektorat Daerah Kota Bontang yang mengacu dapa
tujuan dan sasaran RPJMD dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.1
Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu dengan Tujuan dan Sasaran RPJMD
NO Indikator
Kondisi Kinerja pada awal periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Kondisi
Kinerja pada akhir periode
RPJMD Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK)
Belum ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
2. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan
WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP
3. Persentase hasil pengawasan yang ditindaklanjuti
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
4. Persentase penerapan SPIP di lingkungan Pemerintah Kota Bontang sesuai diagnostic assesment
10 % 20 % 40 % 60 % 80 % 100 % 100 %
5. Persentase Aparatur Pengawas yang sesuai kualifikasi dan kompetensi
12,5 % 30 % 47.5 % 65 % 82.5 % 100 % 100 %
6. Persentase pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
7. Persentase SKPD dengan akuntabilitas kinerja yang baik
60 % 70 % 80 % 90 % 90 % 90 % 100 %
8. Penerapan e-Audit Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
72
BAB VI
P E N U T U P
RENSTRA Inspektorat Daerah Kota Bontang 2011 – 2016 diharapkan dapat
memberikan masukan (feedback) bagi penyusunan RPJMD Kota Bontang 2011 –
2016 dan arah pelaksanaan Good Governance dan Clean Goverment melalui
rencana kegiatan dan program pengawasan yang sistematis, efesien dan efektif
dapat mewujudkan “ Aparat Pengawas Internal yang Profesional dalam
meningkatkan tata kelola kepemerintahan Kota Bontang yang baik.”
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
Meningkatnya
pengawasan
yang efektif dan
efisien untuk
mendorong
terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan
Kota Bontang
yang baik
Meningkatnya
peran
pengawasan
dan
pemanfaatan
hasil
pengawasan
intern
Pemerintah
Kota Bontang
yang efektif,
efisien dan
tepat waktu
1.20.05.20 Program Peningkatan
sistem pengawasan
internal dan
pengendalian
pelaksanaan kebijakan
KDH
Terwujudnya
penyelenggaraan
pengawasan intern
pemerintah yang
terintegrasi, efesien dan
efektif
Persentase
realisasi
pelaksanaan
PKPT
1.20.05.20.01 Kegiatan Pelaksanaan
pengawasan internal
secara berkala
Persentase jumlah
Obrik yang telah
dilakukan pemeriksaan
reguler maupun
pengawasan dengan
tujuan tertentu lainnya
100% 100% 1.068.625 100% 1.282.350 100% 1.538.820 100% 1.846.584 100% 2.215.901 100% 7.952.284 100% 2.659.081 IRBAN /
Komprehensif
Bontang
Rasio temuan
BPK yang
ditindaklanjuti
1.20.05.20.06 Kegiatan Tindak lanjut
Hasil Temuan
Pengawasan
Laporan Pemantauan
dan Evaluasi TLHP
BPK yang diterbitkan
secara berkala
100% 100% 68.500 100% 102.750 100% 123.300 100% 147.960 100% 177.552 100% 472.102 100% 213.062 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
Persentase
hasil
pemeriksaan
Inspektorat
yang
ditindaklanjuti
1.20.05.20.08 Evaluasi berkala
temuan hasil
pengawasan
Laporan Pemantauan
temuan tindak lanjut
hasil pengawasan
fungsional Inspektorat
dan pengaduan
masyarakat secara
tepat waktu
- 100% - 100% 184.950 100% 203.445 100% 223.790 100% 246.168 100% 634.563 100% 295.402 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
1.20.05.20.05 Kegiatan Inventarisasi
temuan pengawasan
Laporan Pemantauan
TLHP APIP Pusat
maupun terpadu (joint
audit)
- 100% - 100% 82.200 100% 98.640 100% 118.368 100% 142.042 100% 322.882 100% 170.450 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
Meningkatnya
akuntabilitas
kinerja
keuangan
daerah
Jumlah LHR
LKPD Kota
Bontang yang
diterbitkan
1.20.05.20.03 Kegiatan Pengendalian
Manajemen
Pelaksanaan Kebijakan
KDH
Review RAPBD yang
diterbitkan tepat waktu
sebanyak 1 LHR
- 100% 100.865 100% 121.038 100% 145.246 100% 174.295 100% 209.154 100% 750.601 100% 250.984 Komprehensif Bontang
1.20.05.20.12 Kegiatan Implementasi
Sistem Akuntansi
Pemerintahan
Review LKPD SKPD
diterbitkan secara tepat
waktu
100% 100% 61.750 100% 74.100 100% 88.920 100% 97.812 100% 107.593 100% 430.179 100% 129.112 Komprehensif Bontang
TABEL 5.1
RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
INSPEKTORAT DAERAH KOTA BONTANG
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
Meningkatnya
kinerja
penyelenggara
an
pemerintahan
Kota Bontang
Persentase
hasil evaluasi
SAKIP SKPD
berpredikat
Baik
1.20.05.20.11 Kegiatan Peningkatan
pengawasan dan
penilaian akuntabilitas
kinerja
Persentase SAKIP
SKPD yang dievaluasi
dan diterbitkan LHE
sesuai persyaratan
minimum Jumlah SKPD
100% 100% 54.300 100% 81.450 100% 105.885 100% 137.651 100% 165.181 100% 544.470 100% 198.217 Komprehensif Bontang
Persentase
penerapan
INPRES
Percepatan
Pemberantasan
Korupsi yang
dievaluasi
sesuai
pedoman
1.20.05.20.18 Monitoring dan Evaluasi
INPRES 5/2004
Laporan Monev
INPRES 5/2004 setiap
semester yang
disampaikan secara
tepat waktu
100% 100% 65.000 100% 130.000 100% 182.000 100% 254.800 100% 356.720 100% 988.524 100% 428.064 Sekretariat Bontang
Meningkatnya
disiplin
aparatur dan
pemerintahan
yang bersih
1.20.05.20.09 Kegiatan Optimalisasi
dan evaluasi LP2P bagi
PNS
Persentase PNS wajib
LP2P yang
menyampaikan LP2P
tepat waktu
100% 100% 153.000 100% 183.600 100% 220.320 100% 264.384 100% 317.261 100% 1.138.569 100% 380.713 Sekretariat Bontang
1.20.05.20.10 Kegiatan Optimalisasi
dan evaluasi LHKPN
bagi penyelenggara
Negara Kota Bontang
Persentase Pejabat
yang telah melaporkan
LHKPN tepat waktu
100% 100% 12.750 100% 25.500 100% 51.000 100% 102.000 100% 112.200 100% 303.454 100% 134.640 Sekretariat Bontang
Jumlah
pelanggaran
disiplin aparatur
1.20.05.20.15 Kegiatan Optimalisasi
peningkatan kepatuhan
pada Peraturan
Perundang-undangan
Persentase
peningkatan kepatuhan
PNS atas peraturan
perpajakan, keuangan
dan kepegawaian
100% 100% 265.250 100% 711.425 100% 782.568 100% 860.824 100% 946.907 100% 3.566.977 100% 1.136.288 Sekretariat Bontang
Meningkatkan
sinergisitas
pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan
Kota Bontang
Meningkatnya
koordinasi dan
sinergi
pengawasan
dengan APIP
lainnya
Persentase
kebijakan
pengawasan
daerah oleh
pusat dan
provinsi yang
diakomodir
dalam program
kerja
pengawasan
tahunan
1.20.05.20.07 Kegiatan Koordinasi
pengawasan yang lebih
komprehensif
Persentase jumlah
rapat-rapat koordinasi
bidang pengawasan
yang diikuti
- 100% - 100% 348.520 100% 418.224 100% 501.869 100% 602.243 100% 1.268.616 100% 722.691 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
Terselenggarany
a SPIP pada
Pemerintah Kota
Bontang dan
seluruh SKPD
Meningkatnya
implementasi
SPIP pada
Pemerintah
Kota Bontang
Peningkatan
infrastruktur
SPIP
1.20.05.20.17 Kegiatan Sosialisasi
Sistem Pengendalian
Inten
Persentase aparat
pemerintah yang
mengikuti sosialisasi
SPIP
- 100% 134.000 100% 147.400 100% 162.140 100% 178.354 100% 196.189 100% 818.087 100% 235.427 Sekretariat Bontang
1.20.05.20.18 Penyusunan RAD-PK Dokumen RAD-PK
tersusun secara tepat
waktu
100% 65.000
1.20.05.20.19 Implememtasi dan
Monitoring RAD-PK
Persentase
implementasi RAD-PK
sesuai hasil evaluasi
100% 130.000 100% 182.000 100% 254.800 100% 356.720 100% 988.524 100% 428.064 Sekretariat Bontang
Persentase
penyampaian
LHKPN dan
LP2P
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
1.20.05. Program
Mengintensifkan
Penanganan
Pengaduan
Masyarakat
Meningkatnya
kepercayaan
masyarakat thd
pelayanan publik
dalam
penyelengaraan
pemerintahan
Kota Bontang
Meningkatnya
peran serta
masyarakat
dalam
pengawasan
terhadap
pemerintahan
Kota Bontang
Persentase
pengaduan
masyarakat
yang
ditindaklanjuti
1.20.05.20.16 Kegiatan Penanganan
Kasus pengaduan
masyarakat
Persentase jumlah
kasus pengaduan
masyarakat yang telah
selesai diperiksa dan
diterbitkan LHP
100 100% 64.400 100% 128.800 100% 180.320 100% 252.448 100% 353.427 100% 625.971 100% 424.113 Komprehensif Bontang
Terselenggarany
a SPIP pada
Pemerintah Kota
Bontang dan
seluruh SKPD
Meningkatnya
implementasi
SPIP pada
Pemerintah
Kota Bontang
1.20.05.28 Program
Penyelenggaraan SPIP
Terselenggaranya SPIP
di lingkungan
Pemerintah Kota
Bontang
Peningkatan
infrastruktur
SPIP
1.20.05.28.02 Kegiatan Penyusunan
Infrastruktur SPIP
Jumlah infrastruktur
SPIP yang dibangun
- 0% 79.677 25% 95.612 50% 124.296 75% 149.155 100% 178.986 100% 448.742 100% 214.784 Sekretariat Bontang
Persentase
jumlah SKPD
yang telah
dilakukan
diagnostic
assesment
1.20.05.28.02 Kegiatan Penyusunan
Infrastruktur SPIP
Jumlah SKPD yang
dilakukan diagnostic
assesment
- 0% 79.677 25% 95.612 50% 124.296 75% 149.155 100% 178.986 100% 627.730 100% 214.784 Sekretariat Bontang
Meningkatnya
kapasitas
pengawasan
yang profesional
dan kompeten
yang didukung
sistem informasi
yang handal
1.20.05.05 Program Peningkatan
kapasitas dan sumber
daya aparatur
Terwujudnya aparat
pengawas yang
profesional, berkinerja
dan kompoten
Meningkatnya
kapasitas SDM
pengawasan
Persentase
Aparatur
Pengawas yang
sesuai
kualifikasi dan
kompetensi
1.20.05.05.01 Kegiatan Pendidikan
dan pelatihan formal
Persentase jumlah
aparat pengawas yang
mengikuti diklat sesuai
keahliannya
100% 100% 399.250 100% 638.800 100% 894.320 100% 1.073.184 100% 1.287.821 100% 4.293.379 100% 1.545.385 Sekretariat Bontang
1.20.05.05.02 Kegiatan Sosialisasi
Peraturan Perundangan-
undangan
Persentase jumlah
pegawai pelaksana
kegiatan dilingkungan
Pemkot Bontang yang
mengikuti diklat sesuai
tupoksinya
100% 100% 42.850 100% 85.700 100% 119.980 100% 167.972 100% 235.161 100% 651.667 100% 282.193 Sekretariat Bontang
Persentase
jumlah aparat
pengawas yang
mengikuti dikat
sesuai
kompetensi dan
kebutuhan
1.20.05.05.03 Kegiatan Bimbingan
Teknis Implementasi
Peraturan Perundang-
undangan
PKS yang dilaksanakan 100% 100% 91.275 100% 136.913 100% 177.986 100% 231.382 100% 277.659 100% 915.218 100% 333.190 Sekretariat Bontang
1.20.05.21 Program peningkatan
profesionalisme
tenaga pemeriksa dan
aparatur pengawasan
Terwujudnya
peningkatan
kemampuan aparatur
pengawas dalam
kegiatan pengawasan
tertentu
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
1.20.05.21.01 Pelatihan
pengembangan tenaga
pemeriksa dan aparatur
pengawasan
Persentase aparatur
pengawas yang
mengikuti diklat
pengawasan tertentu
- 100% - 100% 87.239 100% 174.478 100% 279.164 100% 390.830 100% 931.714 100% 468.996 Sekretariat Bontang
Meningkatnya
peningkatan
kinerja
manajemen
internal kantor
Persentase
dokumen
administrasi
perencanaan
perkantoran,
kepegawaian
dan
penganggaran/
keuangan yang
diselesaikan
tepat waktu
1.20.05.01 Program Pelayanan
jasa administrasi
perkantoran
Terwujudnya
peningkatan kinerja
pelayanan perkantoran
dan pengelolaan
administrasi yang
memadai
1.20.05.01.01 Kegiatan Penyediaan
Jasa Surat menyurat
Persentase tata naskah
yang dapat
disampaikan pada
SKPD
100% 100% 4.939 100% 6.915 100% 8.298 100% 9.957 100% 11.948 100% 42.061 100% 14.338 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.02 Penyediaan Jasa
Komunikasi Sumber
daya air dan listrik
terwujudnya kelancaran
komunikasi kedinasan
100% 100% 28.200 100% 45.120 100% 63.168 100% 88.435 100% 123.809 100% 348.736 100% 148.571 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.06 Penyediaan Jasa
Pemeliharaan dan
Perijinan Kendaraan
dinas/operasional
perijinan kendaraan
dinas
100% 100% 7.450 100% 14.900 100% 26.820 100% 42.912 100% 60.077 100% 152.163 100% 72.092 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.10 Penyedian alat Tulis
Kantor
alat tulis kantor 100% 100% 77.890 100% 93.468 100% 112.162 100% 134.594 100% 161.513 100% 579.630 100% 193.815 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.11 PenyediananBarang
cetak dan penggandaan
Barang cetak dan
penggandaan
100% 100% 65.000 100% 78.000 100% 93.600 100% 112.320 100% 134.784 100% 483.708 100% 161.741 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.12 Penyediaan Komponen
instlasi listrik /
penerangan bangunan
kantor
Komponen listrik dan
penerangan
100% 100% 2.250 100% 6.750 100% 13.500 100% 18.900 100% 26.460 100% 67.864 100% 31.752 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.13 Kegiatan Penyediaan
peralatan dan
perlengkapan kantor
Peralatan dan
perlengkapan kantor
100% 100% 171.675 100% 206.010 100% 247.212 100% 296.654 100% 355.985 100% 1.277.541 100% 427.182 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.14 Kegiatan Penyediaan
peralatan rumah tangga
Peralatan rumah tangga
kantor
100% 100% 1.800 100% 2.160 100% 2.592 100% 3.110 100% 3.732 100% 13.399 100% 4.479 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.15 Kegiatan Penyediaan
Bahan Bacaan dan
Peraturan Perundang-
Undangan
Bahan bacaan dan
peraturan perundang-
undangan
100% 100% 15.000 100% 18.000 100% 21.600 100% 25.920 100% 31.104 100% 111.628 100% 37.325 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.16 Penyediaan Bahan
Logistik Kantor
alat dan bahan
kebersihan
100% 100% 6.800 100% 8.160 100% 9.792 100% 11.750 100% 14.100 100% 50.607 100% 16.921 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.17 Kegiatan Penyediaan
Makan dan Minum
Konsumsi tamu dan
rapat kegiatan
100% 100% 32.000 100% 48.000 100% 62.400 100% 74.880 100% 89.856 100% 307.140 100% 107.827 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.18 Kegiatan Rapat-rapat
koordinasi dan
konsultasi ke Luar
Daerah
Jumlah kegiatan rapat
koordinasi dan diklat
yang diikuti sesuai
kebutuhan pegawai
100% 100% 1.964.510 100% 2.357.412 100% 2.475.283 100% 2.970.339 100% 3.564.407 100% 13.331.955 100% 4.277.288 Sekretariat Bontang
1.20.05.01.20 Kegiatan Penyediaan
Jasa Tenaga
Administrasi/Teknis
Perkantoran
Jumlah tenaga
administrasi non PNS
yang diperlukan
100% 100% 124.660 100% 137.126 100% 150.839 100% 165.922 100% 182.515 100% 761.066 100% 219.018 Sekretariat Bontang
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
1.20.05.06 Program peningkatan
pengembangan sistem
pelaporan capaian
kinerja dan keuangan
1.20.05.06.01 Kegiatan penyusunan
laporan capaian kinerja
dan ikhtisar kinerja
SKPD
LAKIP yang disusun
tepat waktu sebanyak 1
dokumen
100% 100% 10.450 100% 14.630 100% 20.482 100% 28.675 100% 40.145 100% 114.386 100% 48.174 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
1.20.05.06.02 Kegiatan penyusunan
laporan keuangan
semesteran
Laporan Keuangan
semesteran yang
disusun tepat waktu
sebanyak 1 dokumen
100% 100% 11.650 100% 16.310 100% 22.834 100% 31.968 100% 44.755 100% 127.520 100% 53.706 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
1.20.05.06.04 Kegiatan penyusunan
laporan keuangan akhir
tahun
Laporan Keuangan
Akhir Tahun yang
disusun tepat waktu
sebanyak 1 dokumen
100% 100% 9.450 100% 13.230 100% 18.522 100% 25.931 100% 36.303 100% 103.440 100% 43.564 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
1.20.05.06.13 Kegiatan penyusunan
Renstra SKPD
Renstra Inspektorat
Kota Bontang 1 Buku
100% 24.600 100% 24.600 Sub Bagian
Perencanaan
Program &
Keuangan
Bontang
Meningkatnya
sarana
prasarana yang
memadai
Persentase
pemenuhan
sarana
prasarana yang
memadai
1.20.05.03 Program Peningkatan
disiplin aparatur
peningkatan partisipasi
aparat pengawas dalam
kegiatan hari-hari besar
tertnetu
1.20.05.03.01 Kegiatan Pengadaan
Pakaian khusus hari-
hari tertentu
Pakaian Olah raga dan
keagamaan
100% 100% 48.300 100% 57.960 100% 69.552 100% 83.462 100% 100.155 100% 359.433 100% 120.186 Sekretariat Bontang
Program Peningkatan
sarana dan prasarana
Meningkatkan
kelayakan sarana dan
prasarana untuk
kelancaran tugas
pengawasan
1.20.05.02.21 Kegiatan Pemeliharaan
rutin/berkala gedung
kantor
Persentase ruang kerja
yang memenuhi syarat
utilitas kantor
100% 100% 6.000 100% 12.000 100% 19.200 100% 30.720 100% 49.152 100% 117.076 100% 58.982 Sekretariat Bontang
1.20.05.02.23 Kegiatan pemeliharaan
rutin/berkala kendaraan
dinas/operasional
Persentase kendaraan
dinas yang dipeliharan
dan kondisi baik
100% 100% 292.660 100% 374.580 100% 412.038 100% 453.242 100% 498.566 100% 2.031.090 100% 598.279 Sekretariat Bontang
1.20.05.02.27 Kegiatan Pemeliharaan
rutin/berkala peralatan
gedung kantor
Persentase
pemeliharaan peralatan
gedung kantor
dipelihara dan kondisi
baik
100% 100% 39.800 100% 47.760 100% 57.312 100% 68.774 100% 82.529 100% 296.180 100% 99.035 Sekretariat Bontang
Tersedianya
dukungan
sistem
informasi
pengawasan
yang handal
1.20.05.22 Program Penataan dan
penyempurnaan
kebijakan sistem dan
prosedur pengawasan
Terwujudnya
ketatalaksanaan
(business pocess) yang
modern, efesien, efektif
berbasis teknologi
informasi
TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21)
TUJUAN SASARANINDIKATOR
SASARANKODE
PROGRAM DAN
KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
DAN KEGIATAN
(OUTPUT)
DATA CAPAIAN
PADA TAHUN
AWAL
PERENCANAAN
TAHUN 2015
UNIT KERJA
SKPD
PENANGGUNG
JAWAB
LOKASITAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014
KONDISI KINERJA PADA
AKHIR PERIODE
RENSTRA SKPD
MASA TRANSISI 2016
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KRANGKA PENDANAAN
1.20.05.22.02 Kegiatan Penyusunan
kebijakan sistem dan
prosedur pengawasan
Jumlah SOP yang telah
disusun
- 100% - 100% 21.500 100% 43.000 100% 68.800 100% 110.080 100% 243.384 100% 132.096 Sekretariat Bontang
Tersediannya
SIMWAS
1.20.05.22.03 Implementasi
SIMWASDA
Persentase
pengembangan
SIMWASDA sesuai
tahapan perencanaan
- 100% - 100% 300.000 100% 300.000 100% 300.000 100% 300.000 100% 1.200.004 100% 360.000 Sekretariat Bontang
1.20.05.22.04 Implementasi SIM
Office
Persentase
pengembangan SIM
Office sesuai tahapan
perencanaan
- 100% - 100% 115.000 100% 115.000 100% 115.000 100% 115.000 100% 460.004 100% 138.000 Sekretariat Bontang
Tersediannya e-
Audit
1.20.05.22.05 Implementasi e-Audit Persentase penerapan
e-Audit sesuai rencana
- 100% - 100% 87.000 100% 87.000 100% 87.000 100% 87.000 100% 348.004 100% 104.400 Sekretariat Bontang
5.751.253 53.251.483 36.949.843 15.278.675 12.715.217 10.550.388 T O T A L 8.955.950