kata pengantar - yankes.kemkes.go.id ditjen 2014.pdf · pelayanan rs dalam melaksanakan pelayanan...

97

Upload: ledan

Post on 02-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah
Page 2: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

i

KATA PENGANTAR

DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Instruksi Presiden Nomor 7

Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/

VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang mempunyai

tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

pembinaan upaya kesehatan. Dengan amanah tersebut maka sebagai bentuk

pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan kepada

Menteri Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung

maupun tidak langsung selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember

2014.

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini selain merupakan media

pertanggungjawaban kinerja juga dapat digunakan sebagai media informasi dan

bahan masukan bagi para pemangku jabatan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan dan di tingkat Kementerian Kesehatan dalam rangka peningkatan

kinerja di masa yang akan datang. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini juga merupakan

salah satu cara evaluasi yang objektif, efisien dan efektif, yang diharapkan dapat

memberi kontribusi kepada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan

Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih

dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 12 Februari 2015

Direktur Jenderal,

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) NIP. 195507271980101001

Page 3: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

ii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan

pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan beserta

jajarannya kepada Menteri Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan yang

memerlukan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung, dan sebagai sumber

informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.

Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Tahun 2014 telah memenuhi target yang ditetapkan.

Hingga akhir Tahun 2014, telah tercapai sebanyak 90 Puskesmas dari 91

Puskesmas Perawatan yang ditargetkan untuk menjadi Puskesmas perawatan di

daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk. Sedangkan

Puskesmas rawai inap yang mampu PONED telah tercapai melebihi dari target yang

ditetapkan yaitu dari 100% target tercapai hingga 98,38%.

Jumlah kota yang memiliki rumah sakit standar kelas dunia ditargetkan sebanyak 5

(lima) kota. Sampai akhir tahun 2014 sudah tercapai 11 (sebelas) kota dengan 6

(enam) rumah sakit pemerintah yang tersebar di 4 (empat) kota dan 13 (tiga belas)

rumah sakit swasta yang tersebar di 8 (delapan) kota.

Untuk rumah sakit Kab/Kota yang melaksanakan PONEK, target yang harus dicapai

adalah sebesar 100% (444 RS Kab/Kota). Saat ini target yg telah dicapai sebesar

107,2% (476 RS dari 444 RS Kab/Kota). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu

Manajemen Kolaborasi Perbaikan Kualitas Pelayanan PONEK dan PONED yang

dilaksanakan di provinsi Banten dan Sulawesi Selatan.

Persentase rumah sakit pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi

ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) menargetkan sebesar 100% (444 RS

Kab/Kota). Target yang telah dicapai secara kumulatif sebesar 100,7% atau 447 RS

dari 444 RS Kab/Kota.

Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh rumah sakit bergerak di daerah tertinggal,

perbatasan dan kepulauan (DTPK) secara kumulatif sampai dengan akhir tahun

2014 tercapai sebanyak 24 rumah sakit bergerak di 24 Kab/Kota dari target 24

Kab/Kota.

Page 4: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

iii

Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan kebidanan

sesuai standar dan pedoman tercapai sebanyak 1.567 puskesmas dari target 1.313

puskesmas, yang dihitung secara kumulatif berdasarkan data pencapaian tahun

tahun 2010 sejumlah 212 puskesmas, 2011 sejumlah 450 puskesmas, tahun 2012

sejumlah 999 puskesmas, akhir tahun 2013 tercapai sejumlah 1.163 puskesmas, dan

sampai akhir tahun 2014 sejumlah 1.567 puskesmas.

Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai

standar dan pedoman, tahun 2014 memiliki target 667 rumah sakit, yang dihitung

secara kumulatif berdasarkan data pencapaian tahun 2010 sejumlah 54 rumah sakit,

tahun 2011 sejumlah 237 rumah sakit, tahun 2012 sejumlah 389 rumah sakit, tahun

2013 sejumlah 584 dan akhir tahun 2014 tercapai tetap sejumlah 584 rumah sakit

dikarenakan pada tahun 2014 dilakukan evaluasi kegiatan dalam hal kualitas

pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai

standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah RS yang melaksanakan

pelayanan keteknisian medik dan keterapian fisik sesuai pedoman menargetkan 189

rumah sakit dan tercapai sejumlah 209 rumah sakit.

Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan pelayanan sesuai

standar menargetkan sebesar 63% atau 3.300 labkes dari total 5241 labkes. Hasil

yang dicapai pada akhir tahun 2014 sebanyak 3.312 labkes atau sebesar 100,36%.

Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar menargetkan

sebesar 65% dan pada akhir tahun 2014 tercapai 65,2% atau sebanyak 361 dari 554

rumah sakit pemerintah. Indikator Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit

dan puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan

menargetkan sebesar 594 fasilitas pelayanan kesehatan. Sampai akhir tahun 2014

sebanyak 1.300 terdiri dari 555 rumah sakit dan 745 puskesmas yang telah

memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan.

Persentase Rumah Sakit Jiwa yang memberikan layanan subspesialis Utama dan

Napza ditargetkan sebesar 100% atau sebanyak 31 RSJ dan telah tercapai 100%

atau 31 RSJ yang ada di seluruh Indonesia. Persentase Rumah Sakit Umum

Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk Napza

ditargetkan sebesar 50% atau 222 RSU. Capaian di tahun 2014 sebesar 56,08%

atau sebanyak 249 RSU dari 444 RSU Kab/Kota.

Page 5: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

iv

Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan

kesehatan jiwa masyarakat ditargetkan sebesar 40% atau sebanyak 3.602

puskesmas dan tercapai 46,44% atau sebanyak 4.182 puskesmas dari total 9.005

puskesmas.

Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pecandu

narkotika ditargetkan sebanyak 240 fasyankes, sedangkan hasil yang dicapai

melebihi target yaitu 316 fasyankes. Indikator tersebut tidak termasuk kedalam

indikator yang ditetapkan di dalam RENSTRA Kemenkes 2010-2014, namun

Indikator ini merupakan amanat dari INPRES NO. 12 Tahun 2011 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika

(P4GN), untuk mendukung ketiga indikator Renstra terkait dengan pelayanan Napza.

Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan sarana dan

prasarananya sebanyak 49 UPT dari target 44 UPT. Peningkatan sarana dan

prasarana tersebut meliputi belanja modal gedung dan bangunan, dan belanja modal

peralatan dan mesin.

Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria bidang Upaya Kesehatan

yang disusun sebanyak 218 NSPK dari target 200 NSPK.

Aspek Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan selama

tahun 2014 mengalami pengurangan sebanyak 26 orang dari posisi di awal Januari

2014 sebanyak 580 orang menjadi 554 orang di akhir bulan Desember 2014.

Pengurangan ini selain berasal dari jumlah pegawai yang pensiun, adapula dari

pegawai yang pindah tugas dari Unit Utama Ditjen Bina Upaya Kesehatan ke Unit

Pelaksana Teknis.

Laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

berdasarkan Neraca sampai dengan 31 Desember 2014 Tahun Anggaran 2014

tercatat sebesar Rp 46.095.998.629.411,-

Page 6: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

IKHTISAR EKSEKUTIF .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang .................................................................. 1

B Maksud dan Tujuan............................................................. 2

C Tugas Pokok dan Fungsi .................................................. 2

D Sistematika ........................................................................ 3

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A Perencanaan Kinerja .......................................................... 5

B Perjanjian Kinerja ............................................................... 7

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja .................. 12

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar kepada

masyarakat ........................................................... ...... 18

2. Meningkatnya pelayanan medik spesialistik kepada

masyarakat ........................................................... ...... 23

3. Meningkatkan pembinaan pelayanan keperawatan,

kebidanan dan keteknisian medik ......................... ...... 34

4. Meningkatnya pelayanan penunjang medik dan sarana

kesehatan sesuai standar ..................................... ...... 41

5. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan jiwa .... ...... 49

6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan

tugas teknis lainnya pada Program Pembinaan Upaya

Kesehatan ............................................................ ...... 60

B Sumber Daya .................................................................... 69

1. Sumber Daya Manusia .. ........................................ .... 69

Page 7: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

vi

2. Sumber Daya Anggaran ....................................... ...... 71

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ................... ...... 73

BAB IV SIMPULAN ................................................................................ 76

DAFTAR TABEL .................................................................................... 77

DAFTAR GRAFIK .................................................................................. 78

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ 80

LAMPIRAN :

1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)..................................................... 81

2. Penetapan Kinerja 2014 ................................................................. 83

3. SK Tim Penyusunan LAKIP 2014 .................................................... 86

Page 8: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka terwujudnya good governance sebagai salah satu prasyarat

bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Maka salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan pelaksanaan

pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel dan bertanggung jawab.

Bentuk transparasi dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan sumber daya

di instansi pemerintah dapat dilihat melalui laporan pertanggungjawaban

dalam mencapai visi, misi dan tujuan organisasi, yang dijalankan sesuai

dengan rencana strategis Kementerian Kesehatan.

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/60/I/2010

sebagaimana telah diubah dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

021/MENKES/SK/1/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2010–2014 mencantumkan perencanaan program dan kegiatan

secara keseluruhan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan pada

kurun waktu 5 tahun yaitu pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Untuk menjamin terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang dianggap

prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasil

pembangunan kesehatan, dilakukan upaya yang bersifat reformatif dan

akseleratif. Upaya tersebut meliputi : pengembangan Jaminan Kesehatan

Masyarakat, peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, sangat

terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK), ketersediaan, keterjangkauan

obat di seluruh fasilitas kesehatan, pelaksanaan reformasi birokrasi,

pengembangan pelayanan untuk rumah sakit Indonesia kelas Internasional

(World Class Hospital).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tahun 2014 Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan telah menetapkan kebijakan dan menyusun berbagai

rencana kegiatan dengan didukung sumber daya anggaran. Oleh karena itu,

setiap unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Page 9: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 2

wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta

kewenangan pengelolaan sumber daya yang diberikan, dengan tetap

berlandaskan pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.

Sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja, maka setiap unit teknis yang merupakan unsur

penyelenggara pemerintah negara, wajib memberikan Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang merupakan dokumen berisi

gambaran perwujudan akuntabilitas kinerja yang disusun dan disampaikan

secara sistematis dan melembaga.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan perlu menyusun LAKIP sebagai bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara akuntabel dan

transparan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan ini

disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban secara tertulis atas

pelaksanaan tugas-tugas Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan,

keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai target dan indikator seperti

yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, dan

ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan oleh pejabat yang bertanggungjawab.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang

Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya kesehatan.

Page 10: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 3

Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. perumusan kebijakan di bidang pembinaan upaya kesehatan;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan upaya kesehatan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pembinaan upaya kesehatan;

d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan upaya

kesehatan; dan

e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Berdasarkan Permenkes Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Struktur Organisasi

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Struktural Eselon 1 dan 2 Ditjen

Bina Upaya Kesehatan Keadaan 31 Desember 2014

D. SISTEMATIKA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Tahun 2014 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan selama Tahun 2014. Capaian kinerja tersebut

dibandingkan dengan rencana kinerja dan target yang ditetapkan tiap-tiap

indikator di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010 – 2014

sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan.

Page 11: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 4

Dari analisis atas capaian kinerja diharapkan dapat diidentifikasi berbagai

informasi untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang. Dengan

demikian, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan disusun sebagai berikut :

a. Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang,

maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi, struktur

organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, serta sistimatika

penyajian laporan.

b. Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan tentang

sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang ingin dicapai

c. Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang pengukuran kinerja,

capaian kinerja, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran

serta sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan dan sarana

prasarana yang digunakan dalam rangka pencapaian kinerja Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

d. Bab IV Simpulan, berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja.

Page 12: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 5

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. PERENCANAAN KINERJA

Berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun

2010-2014, sasaran hasil Program Pembinaan Upaya Kesehatan adalah

meningkatnya upaya kesehatan dasar, rujukan, keperawatan dan keteknisian

medik, penunjang medik dan sarana kesehatan, dan kesehatan jiwa.

Untuk mencapai sasaran hasil program tersebut, luaran yang diharapkan

adalah :

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.

Indikator :

a. Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas perawatan di

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

b. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED

2. Meningkatnya pelayanan medik spesialistik kepada masyarakat.

Indikator :

a. Jumlah kota yang memiliki RS memenuhi standar kelas dunia (world

class)

b. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK

c. Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan pelayanan rujukan

bagi ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS)

d. Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS bergerak di Daerah

Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK).

3. Meningkatnya pembinaan pelayanan keperawatan, kebidanan, dan

keteknisian medik.

Indikator :

a. Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan

dan/atau kebidanan sesuai standar dan pedoman

b. Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan/atau

kebidanan sesuai standar dan pedoman

Page 13: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 6

c. Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keteknisian medik dan

keterapian fisik sesuai pedoman

4. Meningkatnya pelayanan penunjang medik dan sarana kesehatan

sesuai standar.

Indikator :

a. Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan

pelayanan sesuai standar

b. Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai

standar

c. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang

memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan.

5. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan jiwa.

Indikator :

a. Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan

Napza

b. Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan

jiwa dasar termasuk Napza

c. Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa

dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

d. Jumlah Fasilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor

bagi pejandu narkotika

6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan.

Indikator :

a. Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan

sarana dan prasarananya.

b. Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang

disusun.

Page 14: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 7

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 1 : Penetapan Kinerja yang berisi Sasaran Strategis, Indikator dan

Target Kinerja Tahun 2014 berdasarkan Renstra Kemenkes

Tahun 2010–2014

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2014

Meningkatkan upaya

kesehatan dasar,

rujukan, keperawatan

dan keteknisian medik,

penunjang medik dan

sarana kesehatan, dan

kesehatan jiwa

1 Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia (world class)

5 kota

2 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan

594

Fasyankes

3 Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan sarana dan prasarananya

44 UPT

4 Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang disusun

200 NSPK

5 Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

96

puskesmas

6 Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED

100%

7 Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK

100%

8 Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS)

100%

9 Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS bergerak di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK)

24 Kab/Kota

Page 15: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 8

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2014

10 Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan pedoman

1.313

Puskesmas

11 Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan pedoman

667

Rumah Sakit

12 Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keteknisian medik dan keterapian fisik sesuai pedoman

189

Rumah Sakit

13 Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan Napza

100%

14 Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk Napza

50%

15 Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

40%

16 Jumlah Fasilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pejandu narkotika

240 Faskes

17 Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan pelayanan sesuai standar

63%

18 Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar

65%

Page 16: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 9

Tabel 2 : Target Indikator dan Target Kinerja selama 5 tahun berdasarkan

Renstra Kemenkes Tahun 2010–2014

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

2010 2011 2012 2013 2014

Meningkatkan upaya kesehatan dasar, rujukan, keperawatan dan keteknisian medik, penunjang medik dan sarana kesehatan, dan kesehatan jiwa

1 Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia (world class)

1 kota 2 kota 3 kota 4 kota 5 kota

2 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan

164 Fasyan-

kes

206 Fasyan-

kes

269 Fasyan-

kes

394 Fasyan-

kes

594 Fasyan-

kes

3 Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan sarana dan prasarananya

34 UPT 44 UPT 44 UPT 44 UPT 44 UPT

4 Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang disusun

50 NSPK

90 NSPK

130 NSPK

170 NSPK

200 NSPK

5 Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

76 pkm 81 pkm 86

pkm 91

pkm 96

pkm

6 Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED

60% 70% 80% 90% 100%

7 Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK

80% 85% 90% 95% 100%

Page 17: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 10

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

2010 2011 2012 2013 2014

8 Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS)

60% 70% 80% 90% 100%

9 Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS bergerak di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar (DTPK)

14 Kab/ Kota

14 Kab/ Kota

16 Kab/ Kota

17 Kab/ Kota

24 Kab/ Kota

10 Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman

212 354 pkm 496 pkm

638 pkm

1.313 pkm

11 Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman

54 220 RS 316 RS

412 RS

667 RS

12 Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keteknisian medik dan keterapian fisik sesuai pedoman

63 RS 95 RS 126RS 157RS 189RS

13 Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan Napza

10% 30% 50% 70% 100%

Page 18: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 11

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

2010 2011 2012 2013 2014

14 Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk Napza

10% 20% 30% 40% 50%

15 Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

5% 10% 20% 30% 40%

16 Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pencandu Narkotika

- - 170

Faskes 210

Faskes 240

Faskes

17 Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan pelayanan sesuai standar

34% 41% 48% 56% 63%

18 Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar

45% 50% 55% 60% 65%

Page 19: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 12

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. PENGUKURAN DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan untuk membandingkan tingkat kinerja yang

dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator

kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk

mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam kurun

waktu Januari sampai dengan Desember 2014.

Tahun 2014 merupakan tahun ketiga pelaksanaan dari Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2010–2014. Adapun pengukuran kinerja

yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan

rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh

gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator.

Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi masing-masing

indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/

kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/kegiatan yang

direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator,

pengukuran kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan khususnya dibandingkan dengan target di

dalam Rencana Strategis. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk

memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang

pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja Utama dan

Penetapan Kinerja.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,

dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu

Page 20: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 13

ditinjau indikator-indikator dari masing-masing sasaran yang telah ditetapkan.

Sasaran Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat

2. Meningkatnya pelayanan medik spesialistik kepada masyarakat

3. Meningkatnya pembinaan pelayanan keperawatan, kebidanan dan

keteknisian medik

4. Meningkatnya pelayanan penunjang medik dan sarana kesehatan

sesuai standar

5. Meningkatnya mutu pelayanan Kesehatan Jiwa

6. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

lainnya pada Program Pembinaan Upaya Kesehatan.

Page 21: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 14

Tabel 3 : Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun

2010 s/d 2014 di bidang Upaya Kesehatan

Page 22: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 15

Page 23: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 16

Page 24: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 17

Page 25: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 18

Uraian kinerja dari masing-masing sasaran, indikator, dan capaiannya adalah

sebagai berikut :

MENINGKATNYA PELAYANAN KESEHATAN DASAR

KEPADA MASYARAKAT

Untuk mencapai sasaran ini, ada beberapa indikator kinerja yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi capaian,

permasalahan dan usulan pemecahan masalahnya sebagai berikut:

a. Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas perawatan di

perbatasan dan pulau–pulau kecil terluar berpenduduk

1) Kondisi yang dicapai:

Tahun 2014 ditargetkan 96 Puskesmas dari 101 Puskesmas

Prioritas Nasional di perbatasan dengan negara tetangga menjadi

Puskesmas Perawatan, baik di perbatasan darat maupun di pulau-

pulau kecil terluar berpenduduk. Target tahun 2014 sebanyak 6

puskesmas yang ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan di

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk, yaitu :

a) Puskesmas Wedomu

b) Puskesmas Laktutus

c) Puskesmas Haliwen

d) Puskesmas Webora

e) Puskesmas Manamas

f) Puskesmas Sofi

Akan tetapi target tersebut tidak tercapai, sehingga capaian

kumulatif sampai dengan tahun 2014 adalah sebanyak 90

Puskesmas.

1

Page 26: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 19

Grafik 1. Capaian indikator Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

2) Permasalahan :

a) Rencana alokasi Dana TP (Tugas Pembantuan) tahun

anggaran 2014 untuk peningkatan Puskesmas menjadi

Puskesmas Perawatan tidak dapat dilaksanakan. Hal ini

disebabkan oleh Revisi DIPA Dana TP turun pada bulan

Oktober 2014 sehingga alokasi dana rehabilitasi gedung

untuk mendukung peningkatan Puskesmas menjadi

Puskesmas Perawatan tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan.

b) Tidak dialokasikan dana DAK tahun anggaran 2014 untuk

peningkatan Puskesmas.

c) Adanya pemekaran kecamatan di perbatasan yang

mengakibatkan bergesernya kecamatan yang menjadi

kecamatan terluar (berbatasan langsung dengan negara

tetangga). Hal ini berdampak pada Puskesmas yang

ditetapkan sebagai Puskesmas terdepan.

3) Usul Pemecahan masalah:

a) Perlu dilakukan advokasi pada pemerintah daerah maupun

legislatif untuk dapat mendukung pencapaian sasaran

Page 27: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 20

prioritas nasional melalui dana yang ada, baik dana DAU,

DAK, TP, maupun PHLN.

b) Mengarahkan pemanfaatan dana DAK 2015 (telah

dituangkan dalam Juknis DAK 2015) untuk mendukung

tercapainya sasaran prioritas nasional.

c) Mengarahkan pemanfaatan dana TP 2015 untuk mendukung

tercapainya sasaran prioritas nasional.

4) Anggaran:

Anggaran yang dialokasikan untuk mendukung indikator

peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan di

Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar tahun 2014 sebesar

Rp 4.507.665.000,- dengan realisasi Rp 3.861.040.036,- atau

85,9%. Kegiatan yang dilaksanakan untuk memantau dan

mendukung pencapaian indikator di atas berupa kegiatan penyusunan

NSPK, pertemuan koordinasi, kunjungan ke lapangan (monev/bimtek)

sebagaimana tugas dan kewenangan pusat.

b. Persentase Puskesmas Rawat Inap yang mampu PONED

Indikator ini merupakan Persentase puskesmas rawat inap yang

memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk

memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan

ke Rumah Sakit PONEK pada kondisi yang tidak mampu ditangani

(Kepmenkes No.828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota).

1) Kondisi yang dicapai:

Sesuai dengan Rencana Jangka Panjang dan Menengah

(RPJMN) tahun 2010 – 2014 serta dijabarkan pula dalam Inpres

No. 3 Tahun 2010 dan Indikator Rencana Strategis Kementerian

Jumlah puskesmas rawat inap yang mampu PONED

Jumlah puskesmas rawat inap (Baseline data tahun 2010 puskesmas rawat inap sebanyak 2.902)

X 100%

Page 28: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 21

Kesehatan telah ditetapkan target Puskesmas PONED yakni

persentase Puskesmas Rawat Inap yang mampu PONED dari

tahun 2010 sampai dengan 2014. Pada akhir tahun 2014

diharapkan 100% Puskesmas Rawat Inap yang mampu PONED

(Jumlah Puskesmas Perawatan/Rawat Inap tahun 2010 sebanyak

2.902 sebagai baseline data).

Grafik 2. Capaian indikator Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED

Tabel 4 : Perhitungan Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas Rawat Inap yang Mampu PONED

TAHUN TARGET

(%) TARGET KUMULATIF CAPAIAN KETERANGAN

2010 60 60% X 2.902 = 1.741 1.579

(54.41 %) Target belum

tercapai

2011 70 70% X 2.902 = 2.031 2.037

(70.19 %) Target

terlampaui

2012 80 80% X 2.902 = 2.322 2.570

(88.56 %) Target

terlampaui

2013 90 90% X 2.902 = 2.612 2.782

(95.86%) Target

terlampaui

2014 100 100% X 2.902 = 2.902 2.855

(98,38%)

Target belum

tercapai

Page 29: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 22

2) Permasalahan :

a) Kemampuan PONED adalah merupakan kompetensi tim,

sehingga sangat dipengaruhi dengan keberadaan tenaga

dokter, bidan dan perawat di Puskesmas. Permasalahan

saat ini masih banyak Puskesmas belum memiliki dokter,

terutama pada Kab/Kota di daerah Indonesia bagian timur.

b) Daerah Kota tidak mungkin memiliki 4 Puskesmas rawat inap

mampu PONED, karena akses ke RS sebagai pusat rujukan

sangat mudah. Sehingga Puskesmas yang ada di Kota tidak

perlu ditingkatkan kemampuannya menjadi Puskesmas

PONED.

c) Peningkatan kemampuan Puskemas rawat inap mampu

PONED tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Pemerintah Pusat, tetapi perlu peran serta Kab/Kota.

Puskesmas adalah UPTD dinas kesehatan Kab/Kota.

d) Ketersediaan dana di Pemerintah Pusat juga terbatas dan

harus dibagi kepada program prioritas lainnya

e) Validitas Puskesmas rawat inap mampu PONED yang masih

aktif dan yang tidak aktif sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

karena kesehatan merupakan salah satu program

pembangunan yang di era desentralisasi sudah dilimpahkan

kewenangannya ke daerah. Sehingga mutasi SDM terlatih

PONED, alat PONED, obat PONED, sarpras PONED, dan

biaya operasional Puskesmas PONED menjadi kewenangan

sepenuhnya Kab/Kota bersangkutan.

f) Pelaporan puskesmas mampu PONED dari daerah melalui

e-DAK PI BUK, hanya dengan kolom pilihan iya dan tidak

tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Pada Juni 2013

Puskesmas rawat inap mampu PONED telah masuk ke

dalam data dasar Puskesmas di format pendataan Pusdatin.

Page 30: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 23

3) Usul Pemecahan masalah:

a) Penguatan Collaborative Improvement PONED-PONEK untuk

membentuk sistem rujukan regional dan jejaring yang

berkekuatan hukum.

b) Dukungan melalui dana DAK dan TP untuk fisik PONED

(bangunan dan alkes)

c) Dukungan Dekon untuk pelatihan PONED

4) Anggaran:

Anggaran untuk mendukung indikator persentase Puskesmas

rawat inap mampu PONED sebesar Rp 4.188.383.000 dengan

realisasi sebesar Rp 3.637.623.157,- atau 86,85%.

Sisa anggaran yang tidak terserap ini disebabkan karena :

a) Efisiensi penggunaan anggaran

b) Peserta kegiatan yang tidak seluruhnya hadir

MENINGKATNYA PELAYANAN MEDIK SPESIALISTIK

KEPADA MASYARAKAT

Dalam mencapai sasaran dimaksud ada beberapa indikator yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi capaian,

permasalahan dan usulan pemecahan masalahnya, sebagai berikut :

a. Jumlah kota yang memiliki rumah sakit standar kelas dunia (world

class)

Berdasarkan Permenkes Nomor 659 /MENKES/PER/VIII/2009 tentang

Rumah Sakit Kelas Dunia, rumah sakit kelas dunia adalah rumah sakit

yang telah memenuhi persyaratan, standar dan kriteria rumah sakit

kelas dunia serta telah disertifikasi oleh Badan Akreditasi Rumah Sakit

bertaraf Internasional yang telah ditunjuk oleh Menteri Kesehatan RI.

Dalam rangka melaksanakan akreditasi rumah sakit telah diterbitkan

antara lain :

1) Permenkes Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah

Sakit,

2

Page 31: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 24

2) Kepmenkes Nomor 428 Tahun 2012 tentang penetapan lembaga

independen pelaksana akreditasi rumah sakit di Indonesia yang

menetapkan bahwa lembaga independen untuk akreditasi

internasional di Indonesia adalah JCI (Joint Commission

International) dan untuk akreditasi nasional adalah Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan menggunakan

Akreditasi Rumah sakit versi 2012.

1) Kondisi yang dicapai :

Pada Tahun 2014, target yang harus dicapai pada Indikator

kinerja renstra adalah 5 (lima) kota yang memiliki Rumah Sakit

terakreditasi internasional JCI. Dalam mencapai target indikator

Renstra tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya

pembinaan kepada rumah sakit agar dapat memenuhi standar

akreditasi internasional.

Grafik 3. Capaian indikator Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia (world class)

Sebagaimana indikator yang telah ditetapkan, target yang telah

dicapai sampai akhir tahun 2014 sebanyak 19 (sembilan belas)

rumah sakit standar internasional yang terdiri dari 6 rumah sakit

Page 32: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 25

pemerintah dan 13 (tiga belas) rumah sakit swasta yang tersebar

di 11 (sebelas) kota sebagai berikut :

No Nama Kota RS Pemerintah RS Swasta

1 Jakarta (1) RSUP Dr.Ciptomangunkusumo

RS Premier Jatinegara

(2) RSUP Fatmawati

(3) RSPAD Gatot Soebroto

(1)

(2) RS Puri Indah Pondok Indah

(3) RS Jakarta Eye Center Kedoya

2 Denpasar (4) RSUP Sanglah

3 Makassar (5) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

4 Yogyakarta (6) RSUP Dr. Sardjito

5 Surabaya (4) RS Premier Surabaya

6 Bandung (5) RS Santosa

7 Tangerang (6) RS Siloam Karawaci

(7) RS Awal Bros Tangerang

8 Tangerang Selatan

(8) RS Eka Hospital

(9) RS Bintaro

9 Bekasi (10) RS Awal Bros

(11) RS Eka Hospital

10 Pekanbaru (12) RS Awal Bros

11 Batam (13) RS Awal Bros

Tabel 5. Capaian indikator Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia (world class)

Untuk tahun 2015, rumah sakit yang sedang dipersiapkan untuk

sertifikasi JCI selanjutnya yaitu RSUP H. Adam Malik Medan,

RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUP Dr. Hasan Sadikin

Page 33: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 26

Bandung. Selain dilakukan persiapan sertifikasi, selanjutnya juga

dipersiapkan pelaksanaan akreditasi Internasional terhadap RSUP

Persahabatan Jakarta Timur, RSJP Harapan Kita Jakarta Barat,

RSKD Harapan Kita Jakarta Barat, RSAB Harapan Kita Jakarta

Barat, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, RSUP

Dr.M.Djamil Padang, RSUD Dr. Soedarso Pontianak, RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda, RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado

dan RSUD Dok 2 Jayapura.

2) Permasalahan :

Meskipun capaian target tahun 2014 telah 220%, tetapi khusus

untuk Rumah Sakit Pemerintah ada yang belum dapat

tersertifikasi JCI karena beberapa permasalahan sebagai berikut :

a) Pembiayaan mock, initial dan focus survey, cukup mahal

karena dalam bentuk dollar untuk pembiayaan pesawat kelas

bisnis, hotel bintang 5, honor konsultan initial dan focus

survey sesuai kelas internasional, dll

b) Perlu komitmen Direktur beserta karyawan RS

c) Perlu komitmen pemilik RS

3) Usul Pemecahan Masalah :

a) Perlu perencanaan pembiayaan untuk 5 tahun kesiapan

akreditasi JCI (tahun 2015 - 2019)

b) Perlu bimbingan, simulasi survey dari tahun 2015 – 2019

dengan mendatangkan pembimbing dan simulasi survey

oleh RS yang telah terakreditasi JCI dan difasilitasi oleh

Kementerian Kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi

c) Perlu monitoring dan evaluasi dari tahun ke tahun dan

dilaporkan kepada pemilik RS untuk dilakukan tindaklanjut

secara konsisten.

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran sebesar Rp4.605.414.000,-, dengan realisasi

sebesar Rp3.441.754.325,- atau74,7%.

Page 34: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 27

b. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK

1) Kondisi yang dicapai :

Pada Tahun 2014 target yang harus dicapai adalah sebesar

100% (444 RS dari 444 RS kab/kota). Saat ini target yg telah

dicapai sebesar 107,2% (476 RS dari 444 RS Kab/Kota).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu Manajemen Kolaborasi

Perbaikan Kualitas Pelayanan Ponek dan Poned yang

dilaksanakan di provinsi Banten dan Sulawesi Selatan.

Grafik 4. Capaian indikator Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK

2) Permasalahan

Walaupun capaian melebihi dari target yang ditetapkan, tetapi

pelaksanaannya belum optimal dikarenakan terkendala beberapa

permasalahan antara lain :

a) Belum adanya data kualitas pelayanan Ponek bagi RS yang

telah dilatih tim Ponek.

b) Belum terbentuk atau terlaksananya sistem rujukan

pelayanan kesehatan Ibu dan Anak dengan baik.

c) Masih kurangnya dukungan daerah dalam peningkatan

pelayanan PONEK baik dari aspek regulasi/kebijakan,

peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan serta sumber

daya manusia.

Page 35: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 28

3) Usul Pemecahan masalah :

Untuk mengantisipasi permasalahan yang berpotensi

menghambat pelaksanaan PONEK secara optimal, diharapkan

adanya solusi atau rencana tindak lanjut antara lain :

a) Penilaian kualitas pelayanan ponek bagi rumah sakit yang

dinyatakan sebagai RS Ponek

b) Penguatan sistem rujukan pelayanan kesehatan ibu dan

anak sesuai dengan regionalisasi rujukan yang telah

ditetapkan oleh pusat dan daerah diantaranya melalui

kegiatan manajemen kolaborasi perbaikan kualitas

pelayanan ponek dan poned di semua Propinsi,

Kabupaten/Kota

c) Advokasi, serta mendorong Pememrintah Daerah untuk

mengeluarkan regulasi/kebijakan dalam upaya mendukung

peningkatan pelayanan Ponek dan Poned.

d) Sinkronisasi kegiatan upaya peningkatan pelayanan Ponek

di rumah sakit antara Pemerintah Pusat, dan Daerah, dan

stakeholder lainnya.

4) Anggaran

Alokasi Anggaran sebesar Rp. 313.342.000 dengan realisasi

sebesar Rp. 260.447.200 atau 83%.

c. Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan pelayanan rujukan

bagi ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS).

1) Kondisi yang dicapai :

Pada Tahun 2014 target yang harus dicapai adalah sebesar 100%

(444 RS dari 444 RS Kabupaten/Kota yang menjadi

denominatornya). Saat ini target yang telah dicapai (kumulatif)

yaitu sebesar 100,7% atau 447 RS dari 444 RS Kabupaten/Kota

sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.02.02/MENKES/482/2014 tentang Rumah Sakit Rujukan Bagi

Orang Dengan HIV dan AIDS.

Page 36: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 29

Dalam rangka upaya mencapai target Rumah Sakit Pemerintah

Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi

ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS), kegiatan-kegiatan

pendukung yang dilakukan yaitu Bimbingan Teknis pelayanan

CST (Care support and Treatment) bagi Team HIV/AIDS di RS

Rujukan ODHA dengan penetapan RS Rujukan ODHA. Kemudian

juga telah dilakukan koordinasi dengan P2PL (subdit AIDS) untuk

pengembangan instrumen monev dalam pemetaan pelayanan

kesehatan Rujukan ODHA dan melibatkan unsur Dinas Kesehatan

dalam pemberian rekomendasi terhadap RS di wilayahnya

masing-masing yang dinilai layak untuk ditetapkan sebagai RS

Rujukan ODHA.

Grafik 5. Capaian indikator Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA

2) Permasalahan :

Walaupun telah mencapai target yang ditetapkan, namun dalam

pelaksanaannya masih terdapat kendala yang dihadapi antara

lain:

a) Ketersediaan SDM yang belum terpenuhi.

b) Sarana dan prasaran pelayanan ODHA yang belum

terpenuhi.

c) Dukungan Pemerintah Daerah yang belum optimal.

Page 37: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 30

3) Upaya Peningkatan Capaian Indikator :

Rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan dalam rangka

mengantisipasi permasalahan tersebut antara lain :

a) Advokasi Peraturan Menteri Kesehatan no 21 Tahun 2013

tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

b) Koordinasi dengan pemegang Program HIV/AIDS yakno

Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

untuk penyiapan sarana dan prasarana pelayanan ODHA.

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran sebesar Rp213.260.000,- dengan realisasi

sebesar Rp117.360.000,- Atau 55,03 %.

d. Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh Rumah Sakit bergerak di

Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).

1) Kondisi yang dicapai :

Untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan yang paripurna

kepada Masyarakat di Daerah Tertinggal Perbatasan dan

Kepulauan (DTPK), daerah terpencil dan daerah dengan akses

pelayanan kesehatan yang sulit, dilakukan upaya pendekatan

fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yaitu Rumah Sakit

Bergerak. Sampai dengan tahun 2014 telah didirikan 24 RS

Bergerak di 24 Kabupaten/Kota di daerah DTPK yaitu :

1) Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

2) Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh

3) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)

Provinsi Sulawesi Utara.

4) Kabupaten Natuna (dimekarkan menjadi Kabupaten

Kepulauan Anambas) Provinsi Kepulauan Riau

5) Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau

6) Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu

7) Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur

8) Kabupaten Alor Provinsi NTT

Page 38: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 31

9) Kabupaten Talaud Provinsi Sulawesi Utara

10) Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat

11) Kabupaten Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara

12) Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku

13) Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua

14) Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat

15) Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara

16) Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara

17) Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat

18) Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

19) Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimanatan Barat

20) Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Sulawesi Utara

21) Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku

22) Kabupaten Sumba Tengah Provinsi NTT

23) Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau

24) Kabupaten Mamberamo Raya Provinsi Papua

Grafik 6. Capaian indikator Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS bergerak di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

Pembiayaan operasional Rumah Sakit Bergerak diberikan oleh Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan secara bertahap setiap tahun

dilakukan pengurangan besaran anggaran yang diberikan dimana

Page 39: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 32

pengurangan anggaran tersebut menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah penerima Rumah Sakit Bergerak.

Tabel 6 : Daftar RS Bergerak yang operasionalnya telah diserahkan ke Pemerintah Daerah

No Nama Rumah Sakit

Bergerak PROVINSI

T.M.T Operasional

Kondisi

1 RS Lapangan Blangkejeren Kab. Gayo Lues

ACEH September 2004 Mulai Tahun 2011 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

2 RS Lapangan Mamasa Kab. Mamasa

Sulawesi Barat

Juni 2005 Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

3 RS Lapangan Natuna Kab. Kepulauan Anambas

Kepulauan Riau

Mei 2006 Mulai Tahun 2013 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

4 RS Lapangan Lingga Kab. Lingga

Kepulauan Riau

Mei 2006 Mulai Tahun 2013 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

5 RS Lapangan Alor Kabupaten Alor

Nusa Tenggara Timur

September 2008 Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

6 RS Lapangan Bener Meriah Kab. Bener Meriah

ACEH 01 Oktober 2008 Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

7 RS Lapangan Tobelo Kab. Halmahera Utara

Maluku 01 Oktober 2008 Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

8 RS Lapangan Mindiptana Kab. Boven Digoel

Papua 01 Oktober 2008 Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

9 RS Lapangan Marinda Kab. Raja Ampat

Papua Barat 01 Nopember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

10 RS Lapangan Sitaro Kab. Sitaro

Sulawesi Utara

01 Desember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

11 RS Lapangan Gemeh Kab. Talaud

Sulawesi Utara

01 Desember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

12 RS Lapangan Enggano Kab. Bengkulu Utara

Bengkulu 01 Desember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Page 40: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 33

13 RS Lapangan Malinau Kab. Malinau

Kalimantan Timur

01 Desember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

14 RS Lapangan Maluku TenggaraBarat Kab. Maluku

Maluku Barat 01 Desember 2008

Mulai Tahun 2014 Biaya Operasional diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Tabel 7 : Daftar 10 (sepuluh) Rumah Sakit Bergerak tahun 2014 biaya operasional masih dibiayai Kementerian Kesehatan

NO KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI

1 Daruba Morotai Maluku Utara

2 Gane Timur Halmahera Selatan

Maluku Utara

3 Ketungau Hulu Sintang Kalimantan Barat

4 Sekayam Sanggau Kalimantan Barat

5 Badau Kapuas Hulu Kalimantan Barat

6 Kwandang Gorontalo Utara Sulawesi Utara

7 Tiakur Maluku Barat Daya

Maluku

8 Desa Anakalang Sumba Tengah NTT

9 Jemaja Kepulauan Anambas

Kepulauan Riau

10 Distrik Mamberamo Tengah

Mamberamo Raya

Papua

2) Permasalahan

a) Belum selesainya pembangunan Rumah Sakit bergerak di

10 Kabupaten dan Rumah Sakit Pratama di 4 Kabupaten

menyebabkan pelayanan kesehatan rujukan belum dapat

dilaksanakan di wilayah DTPK dan wilayah lainnya.

b) Pengesahan DIPA TA 2014 untuk belanja modal pada akhir

oktober 2014 menyebabkan lanjutan pembangunan RS

Bergerak tidak dapat direalisasikan.

3) Usul Pemecahan masalah

Melanjutkan proses pembangunan RS Bergerak dan RS

Peratama pada tahun 2015.

Page 41: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 34

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran Rp 24.399.896.000,- tidak dapat direalisasikan

karena pengesahan DIPA untuk Belanja Modal TA 2014 pada

akhir Oktober 2014 sehingga waktu pelaksanaan tidak mecukupi.

MENINGKATNYA PEMBINAAN PELAYANAN

KEPERAWATAN, KEBIDANAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

Dalam mencapai sasaran dimaksud ada beberapa indikator yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi capaian,

permasalahan dan usulan pemecahan masalahnya sebagai berikut :

a. Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan

kebidanan sesuai standar dan pedoman

1) Kondisi yang dicapai :

Target indikator pertama untuk tahun 2014 ini adalah 1.313

puskesmas yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan/atau

kebidanan sesuai standar dan pedoman, target tersebut telah

tercapai bahkan telah melebihi target yaitu sebesar 1567

Puskesmas atau 119,34%. Capaian ini adalah capaian kumulatif

dari tahun 2010.

Grafik 7. Capaian indikator Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan

pedoman

3

Page 42: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 35

2) Permasalahan :

Untuk pencapaian indikator ini, tidak menemui hambatan yang

berarti namun capaian indikator tersebut masih perlu adanya

perbaikan kualitas dari pelayanan keperawatan dan kebidanan di

Puskesmas. Pencapaian ini berdasarkan data hasil pemetaan

Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di

Puskesmas; evaluasi penerapan standar Perkesmas; penerapan

pedoman rumah perawatan; pelaksanaan bimbingan teknis dan

monitoring evaluasi penerapan Perkesmas di wilayah regional

barat, dan timur; evaluasi pencapaian hasil penerapan Perkesmas

di propinsi kabupaten kota melalui kegiatan Workshop Nasional

Perkesmas; serta pengadaan PHN Kit sebagai alat penunjang

optimalisasi penerapan perkesmas. Selain dari pelayanan

perkesmas di puskesmas seharusnya pencapaian indikator ini

juga dilihat dari pencapaian hasil puskesmas yang menerapkan

asuhan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Pada tahun

2014 ini, tidak ada secara khusus kegiatan penerapan standar

asuhan kebidanan, sehingga tidak dapat berkontribusi dalam

penambahan pencapaian indikator ini. Kebijakan dan arahan dari

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, seluruh penganggaran

di evaluasi sebelum dilaksanakan dan adanya revisi secara total

untuk perencanaan di masa depan dengan menggunakan

evidance base, sehingga di arahkan dan ditetapkan subdit

kebidanan tahun 2014; untuk melakukan kegiatan Evaluasi

Pelayanan Kebidanan di Indonesia, Monitoring Pelayanan

Kebidanan dalam Mencapai MDG'S, Penyusunan Pedoman Audit

Standar Praktik Bidan.

Pencapaian indikator yang melebihi target diperoleh dari

pengembangan kegiatan puskesmas yang dilakukan oleh dinas

kesehatan provinsi/kabupaten/kota dengan menggunakan

anggaran daerah dengan melakukan replikasi kegiatan perkesmas

yang menjadi model ke puskesmas lain pada area wilayah

kerjanya.

Page 43: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 36

3) Usul Pemecahan Masalah :

Capaian indikator jumlah Puskesmas yang melaksanakan

pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan sesuai standar

dan pedoman pada tahun 2014 meskipun telah melebihi target

namun masih kecil (16,47%) dibandingkan dengan seluruh

puskesmas di Indonesia (jumlah Puskesmas saat ini yaitu 9.510

Puskesmas). Untuk itu diperlukan upaya-upaya sebagai berikut :

a) Program Perkesmas menjadi upaya wajib pada program

Puskesmas.

b) Percepatan legalisasi NSPK terkait Perkesmas dan Asuhan

Kebidanan

c) Advokasi kepada stakeholder pusat dan daerah dilakukan

secara lebih intensif.

d) Perluasan jangkuan Sosialisasi standar dan pedoman

pelayanan keperawatan dan kebidanan di Puskesmas

sehingga standar dan pedoman tersebut dapat

diimplementasikan.

e) Pendampingan, penguatan dan pemantapan penerapan

standar dan/atau pedoman di Provinsi/Kabupaten/Kota.

f) Monitoring evaluasi berkala dilakukan secara intensif dan

berjenjang oleh Kementrian Kesehatan, maupun oleh dinas

kesehatan provinsi atau Kabupaten/Kota.

g) Penguatan Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam

pengembangan penerapan standar dan pedoman terkait

perkesmas dan pelayanan kebidanan.

h) Pemberdayaan organisasi profesi, untuk mengembangkan

penerapan standar dan pedoman di fasilitas pelayanan

primer swasta/klinik mandiri.

4) Anggaran

Alokasi anggaran untuk indikator tersebut diatas adalah sebesar

Rp. 5.165.015.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 3.104.307.500,-

atau 60,10%.

Page 44: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 37

b. Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan

kebidanan sesuai standar dan pedoman

1) Kondisi yang dicapai :

Pada 2014, indikator ini menargetkan sebanyak 667 rumah sakit

yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan

sesuai standar dan pedoman, namun capaian tahun 2014 sebesar

584 rumah sakit sama dengan capaian tahun 2013. Hal ini

disebabkan adanya evaluasi indikator dan evaluasi kegiatan yang

dilaksanakan untuk mencapai target dari indikator tersebut.

Grafik 8. Capaian indikator Jumlah Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan

pedoman

Namun demikian pada tahun 2014 dilakukan upaya pembinaan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan/atau

kebidanan sesuai standar dan pedoman dengan melakukan

kegiatan, sebagai berikut :

a) Pembinaan pelayanan keperawatan di rumah sakit umum

dengan cara memberikan bimbingan kepada staf teknis

mengenai Akreditasi Rumah Sakit, penguatan perawat

pendamping di wilayah yang belum terakreditasi, membuat

pedoman Nasional Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Page 45: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 38

di Rumah Sakit, menyusun modul informasi Keperawatan di

rumah sakit, melakukan penguatan pelayanan keperawatan

gawat darurat dalam SPGDT-S.

b) Pembinaan pelayanan keperawatan di rumah sakit khusus

dengan cara melakukan penguatan pelayanan

keperawatan dalam mencapai kualitas dan keselamatan

pasien di rumah sakit, melakukan evaluasi pelayanan

keperawatan di rumah sakit.

2) Permasalahan :

Permasalahan dari tidak tercapainya indikator tersebut

disebabkan adanya evaluasi indikator dan evaluasi kegiatan untuk

mendapatkan data dasar (evidance base) kondisi keperawatan

dan kebidanan di Indonesia. Evidance base diperoleh dengan

mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

3) Usul Pemecahan Masalah :

a) Penguatan dan memberdayakan peran Dinas Kesehatan

Provinsi dalam pengembangan penerapan standar dan

pedoman terkait pelayanan keperawatan dan kebidanan.

b) Kegiatan penerapan standar dan pedoman terkait pelayanan

keperawatan dan kebidanan diintergrasikan dengan kegiatan

lain yang seiring dan sejalan.

c) Memberdayakan organisasi profesi untuk ikut mensukseskan

penerapan standar dan pedoman terkait pelayanan

keperawatan dan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan

milik swasta.

d) Penguatan advokasi penganggaran di daerah.

4) Anggaran:

Alokasi anggaran untuk indikator tersebut diatas adalah sebesar

Rp. 5.796.593.000,- dan terealisasi sebesar Rp.3.921.396.400,-

atau 67,65%.

Page 46: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 39

c. Jumlah RS yang melaksanakan pelayanan keteknisian medik dan

keterapian fisik sesuai pedoman

1) Kondisi yang dicapai :

Pencapaian indikator ini didapat dengan melihat pada rumah sakit

pemerintah dan swasta yang melaksanakan minimal 3 pelayanan

Keteknisian Medik dan Keterapian Fisik (KM/KF) yaitu: pelayanan

Radiografi/radiodiagnostik, Rekam Medis, dan Fisioterapi sesuai

standar atau pedoman. Target indikator pada tahun 2014

sejumlah 189 rumah sakit, telah ditetapkan dalam Renstra

Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, yang dihitung secara

kumulatif dengan merujuk pada Target indikator tahun 2010

sejumlah 126 rumah sakit. Adapun hasil pencapaian target pada

tahun 2014 adalah 209 rumah sakit dari target 189 rumah sakit.

Grafik 9. Capaian indikator Jumlah Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan keteknisian medik dan keterapian fisik sesuai pedoman

2) Permasalahan :

Pencapaian ini berdasarkan data hasil kegiatan Peningkatan mutu

pelayanan Keteknisian Medik (KM) dan Keterapian Fisik (KF)

melalui: Penguatan Peran RS dalam Penerapan Standar

Pelayanan Keterapian Fisik, Penguatan Peran RS dalam

Page 47: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 40

Penerapan Standar Pelayanan Keteknisian Medik, Penguatan

Peran Dinkes Profinsi dan Organisasi Profesi dalam Pembinaan

Pelayanan Keteknisian Medik dan Keterapian Fisik, Monev

Pelayanan Keteknisian Medik dan Keterapian Fisik, Penyusunan

Standar dan Pedoman Pelayanan Keteknisian Medik, Penyusunan

Standar/Pedoman Pelayanan Keterapian Fisik, Penyusunan

Juknis 3 Jabatan Fungsional dalam Bidang Pelayanan Keteknisian

Medik, Penyusunan Pedoman Pelayanan Fisioterapi.

3) Usul Pemecahan Masalah :

Capaian indikator jumlah RS yang melaksanakan pelayanan

KMKF sesuai pedoman pada tahun 2014 telah melebihi capaian

target indikator sebanyak 20 rumah sakit, namun jika

dibandingkan dengan jumlah rumah sakit secara keseluruhan

pencapaian target intervensi masih relatif kecil, Untuk itu masih

diperlukan upaya-upaya sebagai berikut:

a) Percepatan proses legalisasi draf standar dan pedoman

pelayanan KMKF

b) Optimalisasi peran tenaga KMKF melalui Peningkatan

kompetensi tenaga KMKF

c) Advokasi kepada pimpinan RS

d) Sosialisasi dan advokasi serta pendampingan penerapan

NSPK terkait pelayanan KMKF di rumah sakit.

e) Monev berkala secara berjenjang oleh kementrian

kesehatan, dinas kesehatan prov/kab/kota.

4) Anggaran:

Alokasi anggaran untuk indikator tersebut diatas adalah sebesar

Rp 4.499.594.000,- dan terealisasi sebesar Rp 2.749.757.100,-

atau 61,11%.

Page 48: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 41

MENINGKATNYA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK

DAN SARANA KESEHATAN SESUAI STANDAR

Dalam mencapai sasaran dimaksud ada beberapa indikator yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi yang dicapai,

kendala yang dihadapi dan usulan pemecahan masalahnya sebagai berikut :

a. Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan

pelayanan sesuai standar

1) Kondisi yang dicapai :

Indikator ini menargetkan sebesar 63% laboratorium kesehatan

(labkes) aktif yang melaksanakan pelayanan sesuai standar di

seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2014 telah dicapai sebesar

100,36% (3.312 labkes dari target 3.300 labkes). Total seluruh

laboratorium kesehatan yang ada sebanyak 5.241 labkes.

Untuk meningkatkan capaian indikator ini dilakukan beberapa

kegiatan antara lain :

a) Peningkatan kemampuan teknis penyelenggaraan PME

bakteriologi klinik

b) Penyusunan roadmap penerapan jejaring laboratorium dan

PME mikroskopis malaria.

c) Monitoring dan evaluasi laboratorium mikrobiologi dan

imunologi.

d) Workshop jejaring laboratorium pemeriksaan mikrobiologi

dan penanggulangan penyakit berpotensi wabah.

e) Pencetakan dan pengiriman buku

- Pedoman pemeriksaan laboratorium penyakit berpotensi

wabah dalam mendukung system kewaspadaan dini dan

respon.

- Prosedur Pemeriksaan Bakteriologi Klinik.

f) Penyusunan Modul Pelatihan Laboratorium Tingkat Dasar.

g) Penyusunan Modul Pelatihan Laboratorium Tingkat Lanjut.

h) Penyempurnaan permenkes tentang tarif pelayanan

pemeriksaan CTKI.

4

Page 49: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 42

i) Pengembangan sistem informasi pelayanan kesehatan

CTKI.

j) Pengembangan sistem informasi Pemantapan Mutu

Eksternal Labkes (PME).

k) Pertemuan penyusunan laboratorium sederhana di

fasyankes dasar.

l) Pertemuan evaluasi penyelenggaraan pemeriksa kesehatan

CTKI di sarkes pemeriksa CTKI.

m) Monev dan bimtek mutu pelayanan laboratorium bidang

patologi dan toksikologi di fasyankes.

n) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana

kesehatan pemeriksa CTKI.

o) Penyempurnaan permenkes tentang penyelenggaraan PME

labkes.

p) Penyelenggaraan akreditasi labkes.

q) Reagen bahan control.

Grafik 10. Capaian indikator Persentase laboratorium kesehatan aktif yang melaksanakan pelayanan sesuai standar

2) Permasalahan :

Upaya dalam mencapai indikator, walau pencapaian sudah

melebihi target akan tetapi terdapat beberapa permasalahan yang

terkait dengan indikator, antara lain :

Page 50: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 43

a) Jangkauan kepesertaan Pemantapan Mutu Eksternal masih

kurang luas

b) Kepedulian pemerintah daerah dalam peningkatan mutu

pelayanan labkes masih kurang

c) Kompetensi petugas laboratorium kesehatan dalam

peningkatan mutu laboratorium kesehatan masih kurang

d) Kurangnya pemahaman pelaksana pelayanan laboratorium

di fasilitas pelayanan kesehatan tentang pentingnya PME

bagi peningkatan mutu laboratorium

e) Kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap

pelaksanaan PME pemecahan masalah Advokasi dan

Sosialisasi

3) Usul Pemecahan masalah :

Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah :

a) Menambah jangkauan kepesertaan Pemantapan Mutu

Eksternal baik di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota.

b) Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah dalam

peningkatan mutu pelayanan labkes.

c) Meningkatkan kompetensi petugas laboratorium kesehatan

dalam peningkatan mutu laboratorium kesehatan.

d) Melaksanakan sosialisasi dan advokasi untuk meningkatkan

kepedulian pemerintah daerah dalam peningkatan mutu

pelayanan labkes.

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran pada tahun 2014 sebesar Rp. 6.739.619.000

dengan realisasi sebesar Rp. 4.727.945.022 atau 70,15%.

b. Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai

standar

1) Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2014, indikator ini ditargetkan sebesar 65% RS yang

melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar. Pada akhir

tahun 2014 tercapai 65,2% (361 dari 554 rumah sakit pemerintah).

Page 51: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 44

Grafik 11. Capaian indikator Persentase RS yang melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar

Evaluasi pencapaian kinerja indikator Persentase RS yang

melaksanakan pelayanan radiologi sesuai standar yang didukung

oleh kegiatan meliputi :

a) Penyusunan pedoman audit pelayanan radioterapi.

b) Pertemuan koordinasi komisi pemanfaatan tenaga nuklir

dibidang.

c) Pemutakiran pedoman pelayanan kedokteran nuklir.

d) Penyusunan pedoman ruangan instansi pelayanan radiologi.

e) Bimbingan teknik pelayanan radioterapi dan kedokteran

nuklir.

f) Pertemuan peningkatan pembinaan dan pengawasan

perijinan pemanfaatan alat radiasi pengion/X-ray dan

radiofarmaka.

g) Monitoring dan evaluasi pelayanan radiologi di Fasyankes.

h) Pengembangan jejaring pelayanan.

i) Pengembangan telemedikine berbasis video conference

(VCON).

j) Pengelolaan data telemedicine

Page 52: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 45

2) Permasalahan :

Permasalahan yang dihadapi yaitu :

a) Beberapa rumah sakit belum dapat memenuhi standar

pelayanan radiologi antara lain disebabkan kurangnya

dukungan manajemen rumah sakit dalam memenuhi sarana-

prasarana sesuai dengan standar.

b) Kurangnya pembiayaan untuk pemeliharaan dan pengadaan

alat kalibrasi radiologi.

c) Rendahnya kepatuhan sarana kesehatan dalam hal

pencatatan dan pelaporan pelayanan radiologi.

3) Usul Pemecahan masalah :

Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah :

a) Peningkatan kegiatan sosialisasi dan diseminasi pedoman

dan standar pelayanan radiologi kepada sarana kesehatan.

b) Penguatan dan pemberdayaan Dinas Kesehatan

Provinsi/Kab/Kota agar dapat memberikan pembinaan

pelayanan radiologi kepada sarana kesehatan di

walayahnya.

c) Meningkatkan Peran dan fungsi Dinas Kesehatan terutama

dalam hal rekomendasi perijinan pelayanan radiologi,

perencanaan dan pemenuhan kebutuhan fisik (sarana,

prasarana dan alat/SPA), serta pengawasan keamanan dan

keselamatan pelayanan radiologi.

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran sebesar Rp. 7.484.969.000 dengan realisasi

sebesar Rp. 6.470.288.342 atau 86,44%.

c. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas) yang

memenuhi standar sarana, prasarana dan peralatan.

1) Kondisi yang dicapai :

Indikator ini menargetkan sebanyak 594 faslitas pelayanan

kesehatan meliputi puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 2014

tercapai sebanyak 1.300 fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri

Page 53: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 46

dari 555 rumah sakit dan 745 puskesmas. Upaya-upaya yang

dilakukan dalam memenuhi jumlah fasilitas pelayanan kesehatan

yang memiliki sarana, prasarana dan perlatan kesehatan sesuai

standar dan aman yaitu:

a) Penyusunan pedoman teknis bangunan dan prasarana

Rumah Sakit kelas A.

b) Penyusunan pedoman teknis bangunan rumah sakit (ruang –

ruang penunjang operasional).

c) Penyusunan pedoman teknis prasarana Rumah Sakit

(sistem instalasi pengolahan limbah).

d) Penyusunan pedoman teknis bangunan dan prasarana

fasilitas ruang infeksi TB.

e) Penyusunan teknis bangunan dan prasarana Rumah Sakit

Khusus.

f) Peningkatan kapabilitas petugas pengelola pemeliharaan

peralatan kesehatan.

g) Peningkatan Kapabilitas Petugas Pengelola Pemeliharaan

Peralatan Kesehatan.

Evaluasi pencapaian kinerja indikator ini didukung dengan

beberapa kegiatan meliputi :

a) Penyusunan pedoman teknis bangunan dan prasarana

Rumah Sakit kelas A.

b) Penyusunan pedoman teknis bangunan rumah sakit (ruang –

ruang penunjang operasional).

c) Penyusunan Pedoman Teknis Prasarana RS, Sistem

Instalasi Pengolahan Limbah.

d) Penyusunan Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana

Fasilitas Ruang Infeksi TB.

e) Bimbingan Teknis Proper Rumah Sakit.

f) Pertemuan Teknis Pemeliharaan Instalasi Elektrikal Rumah

Sakit.

g) Sosialisasi Persyaratan Teknis di Bidang Sarana dan

Prasarana Kesehatan.

Page 54: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 47

h) Bimbingan Teknis Sarana Prasarana Kesehatan (Tanggap

Darurat, Terpadu dengan BUKR dalam Penetapan Kelas dan

Persiapan Akreditasi RS, BUKD dan Gizi KIA).

i) Monitoring dan Evaluasi Terpadu Direktorat Bina Pelayanan

Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.

j) Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Peralatan Kesehatan di

Fasyankes.

k) Penyusunan Bahan Rumusan SNI Peralatan Kesehatan (5

RSNI).

l) Penyusunan Metode Kerja Pengujian dan Kalibrasi Alat

Kesehatan.

m) Peningkatan Kapabilitas Petugas Pengelola Pemeliharaan

Peralatan Kesehatan.

n) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan

Pengujian Kalibrasi Peralatan Kesehatan.

o) Jasa Sewa Online HPCS dan GMDN.

p) Jasa Sewa Online AAMI (Assosiacion for the Advancement

of Medikal Instrumentation).

q) Pembinaan Teknis Pengelolaan Peralatan Kesehatan.

Grafik 12. Capaian indikator Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan Puskesmas yang memenuhi standar sarana, prasarana dan

peralatan

Page 55: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 48

2) Permasalahan :

Permasalahan dalam pencapaian indikator :

a) Belum optimalnya peran Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan

pengawasan sarana prasarana kesehatan di fasyankes.

b) NSPK di bidang sarana prasarana belum tersosialisasi

secara optimal ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

dan fasilitas pelayanan kesehatan.

c) Kurangnya kapasitas dan kapabilitas tenaga teknis pengelola

pemeliharaan sarana prasarana kesehatan di Dinas

Kesehatan Provinsi / Kabupaten / Kota dan fasilitas

pelayanan kesehatan.

3) Usul Pemecahan masalah :

Upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah :

a) Meningkatkan peran Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan

pengawasan sarana prasarana kesehatan dengan koordinasi

secara intensif dan berkesinambungan.

b) Melakukan sosialisasi NSPK di bidang sarana prasarana

kesehatan secara intensif dan berkesinambungan.

c) Mengupayakan peningkatan kapasitas dan kapabilitas

tenaga teknis di bidang sarana prasarana kesehatan melalui

pelatihan dan diklat dengan pembiayaan Pusat dan Daerah.

d) Melakukan sosialisasi pembinaan, pengawasan dan

pemanfaatan ASPAK melalui dana Dekonsentrasi.

4) Anggaran :

Alokasi anggaran sebesar Rp. 4.480.855.000 dengan realisasi

sebesar Rp. 3.486.492.044 atau 77,81%.

Page 56: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 49

MENINGKATNYA MUTU

PELAYANAN KESEHATAN JIWA

Dalam mencapai sasaran dimaksud ada beberapa indikator yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi capaian,

permasalahan dan usulan pemecahan masalahnya sebagai berikut :

a. Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis Utama

dan Napza

Indikator persentase RS Jiwa yang memberikan layanan subspesialis utama

dan Napza adalah RSJ yang memberikan layanan subspesialis Jiwa utama

dan Napza dengan cara pengukuran capaian adalah Jumlah RS Jiwa yang

memberikan layanan subspesialistik jiwa utama dan Napza di bagi dengan

31 RS Jiwa Pemerintah dikali 100%. Kegiatan untuk mendukung indikator

tersebut adalah :

a) Penyusunan pedoman layanan unggulan di RSJ sebagai acuan

RSJ dalam mengembangkan layanan jiwa unggulan di RSJ.

b) Penyusunan pedoman rehabilitasi psikososial di RSJ sebagai

acuan RSJ dalam meningkatkan pengetahuan, mengembangkan

dan memberikan layanan rehabilitasi psikososial di RSJ.

c) Penyusunan pedoman indikator mutu RSJ sebagai acuan RSJ.

d) Penguatan sistim hotline service 500454 dan pengembangannya.

e) Monitoring dan evaluasi mutu layanan jiwa di RSJ dan RSUD

sesuai penyelenggaraan RS.

1) Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2014 capaian RS Jiwa yang memberikan layanan

subspesialis jiwa utama dan Napza adalah 100% (31 RSJ) dari

yang ditargetkan sebesar 100% (31 RSJ). Capaian indikator

layanan ini dinilai berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas layanan

tersebut.

5

Page 57: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 50

Kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pencapaian indikator

tahun ini antara lain: penyusunan pedoman layanan unggulan di

RSJ, Penyusunan pedoman rehabilitasi psikososial di RSJ,

penyusunan pedoman indikator mutu layanan RSJ, Penguatan

sistim hotline service 500454 dan pengembangannya di 5 RSJ

dan RSKO, Monev mutu layanan di RS Jiwa dan RSU dengan

layanan jiwa (pilot project) sesuai penyelenggaraan RS, visitasi

penetapan kelas, IPWL, diseminasi dan Informasi Undang-

Undang No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Grafik 13. Capaian indikator Persentase RSJ yang memberikan layanan subspesialis utama dan Napza

2) Permasalahan :

Target indikator untuk RSJ yang memberikan layanan

subspesialis utama dan Napza tahun 2014 tercapai, namun

masih ada kendala yang dihadapi dalam layanan subspesialis

tersebut yaitu :

a) Layanan Subspesialis jiwa utama dan napza yang tersedia di

RS Jiwa dan RSKO dilaksanakan oleh psikiater kecuali yang

telah memiliki psikiater anak dan remaja (RS Jiwa kelas A)

sebagai tenaga subspesialis layanan psikiatri anak dan

remaja;

Page 58: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 51

b) Subspesialis jiwa yang tersedia hanya subspesialis jiwa anak

dan remaja yang jumlahnya terbatas dan penyebarannya

tidak merata di seluruh RS Jiwa dan RSKO;

c) Belum terselenggaranya pendidikan subspesialis dalam

bidang psikogeriatri, psikiatri napza, psikoterapi dan psikiatri

forensik serta bidang subspesialis jiwa lainnya;

d) Belum semua RS Jiwa dan RSKO memiliki sarana prasarana

dan peralatan rawat inap dalam bidang pelayanan

subspesialis.

e) Kurangnya dukungan pemerintah daerah setempat dalam

meningkatkan kualitas dan mengembangkan layanan jiwa.

3) Usul Pemecahan masalah :

a) Perlu adanya regulasi untuk penyebaran tenaga dokter

subspesialis seperti program wajib kerja sarjana dokter

subspesialis.

b) Kerjasama dengan organisasi profesi untuk menghitung

kebutuhan tenaga spesialis kedokteran jiwa dan subspesialis

kedokteran jiwa dengan mengadakan dan menambah pusat

pendidikan dokter spesialis dan subspesialis di institusi

pendidikan.

c) Pembangunan sarana rawat inap melalui dukungan dana

APBN/APBD/BLU/BLUD.

d) Pemerintah setempat memberikan dukungan dalam

pengembangan layanan jiwa.

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran untuk mendukung tercapainya persentase

target indikator kinerja RS Jiwa yang memberikan layanan

subspesialis jiwa utama dan Napza terealisasi sebesar 96% (Rp.

471.540.900,-) dari total anggaran yang disediakan sebesar Rp.

492.400.000,-

Page 59: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 52

b. Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan

jiwa dasar termasuk Napza

Indikator RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa

dasar termasuk Napza adalah RSU milik pemerintah daerah Provinsi,

Kab/Kota yang melaksanakan layanan jiwa. Cara pengukuran Jumlah

RSU Pemerintah Provinsi Kab/Kota yang memberikan layanan

kesehatan jiwa di bagi dengan 444 RSU (data 2009) dikali 100%. Jenis

layanan jiwa yang dapat diberikan di RSU Kab/Kota adalah

kegawatdaruratan psikiatri, rawat jalan, rawat inap akut, dan

Consultation Liaison Psychiatry (CLP) sesuai dengan pedoman

penyelenggaraan layanan jiwa di RSU Kab/Kota yang mewajibkan RSU

menyediakan 10 tempat tidur untuk pasien jiwa. Kriteria dalam

penentuan indikator ini adalah yang penting RSU Kab/Kota tersebut

telah ada layanan jiwanya.

Gambar 2 : Peningkatan Keterampilan Keswa bagi Nakes

1) Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2014, kondisi yang dicapai untuk RSU Kab/Kota yang

memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk napza

adalah 56.08% (249 RSU) dari target 50% (222 RSU).

Dengan adanya regulasi RSU rujukan nasional dan RSUD rujukan

regional, maka layanan jiwa dasar dan Napza di RSU

dikembangkan sesuai dengan pedoman penyelenggaraan layanan

Page 60: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 53

jiwa di RSU Kab/Kota yaitu adanya layanan kegawatdaruratan

psikiatri, poli rawat jalan, rawat inap dengan 10 TT dan

consultation liaison psychiatry (CLP). Data tersebut diperoleh dari

Pusat Informasi Kemenkes, Dinas Kesehatan dan Monev.

Upaya pencapaian indikator RSU tersebut didukung melalui

program kegiatan tahun anggaran 2014 berupa : monitoring dan

evaluasi mutu layanan jiwa di RSJ dan RSUD (pilot project) sesuai

penyelenggaraan RS, penguatan PPK2 dalam membangun sistem

layanan keswa di RSUD rujukan regional, penyusunan peta

strategis penanggulangan autisme dan pertemuan koordinasi tim

lintas sektor program kesehatan jiwa pada kelompok berisiko.

Grafik 14. Capaian indikator Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar termasuk Napza

2) Permasalahan :

a) Draft pedoman penyelenggaraan layanan jiwa di RSUD

Kab/Kota belum ditetapkan sehingga belum dapat

diberlakukan di seluruh RSUD;

b) RSU belum menjalankan amanah UU No 44/2009 tentang

RS yang menyatakan bahwa RS menjalankan semua jenis

pelayanan yang diperkuat dengan terbitnya UU No 18 /2014

tentang Kesehatan Jiwa.

Page 61: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 54

c) RSU masih menganggap layanan kesehatan jiwa seputar

pasien yang mengalami gangguan jiwa dan tempatnya di RS

Jiwa

d) Belum ada regulasi tentang kompetensi dokter umum yang

telah mendapatkan pelatihan keswa dalam memberikan

layanan keswa di RSU. Hal ini terkait dengan klaim layanan

jiwa oleh dokter umum terlatih keswa ke BPJS;

e) Dokter umum terlatih keswa kurang percaya diri dalam

mendiagnosis dan menatalaksana pemberian psikofarmaka

pada pasien gangguan jiwa;

f) Masih terbatas RSU yang memiliki psikiater

g) Kurangnya minat dokter umum untuk memberikan layanan

jiwa dan atau mengikuti pendidikan spesialis kedokteran

jiwa.

3) Usul Pemecahan masalah :

a) Mempercepat proses penetapan pedoman penyelenggaraan

layanan jiwa di RSUD Kab.Kota

b) Mewajibkan adanya minimal 1 psikiater di RSU

c) Promosi bagi dokter yang berminat melanjutkan pendidikan

spesialis kedokteran jiwa dan promosi psikiater agar dapat

ditempatkan di RSU

d) Berkoordinasi dengan BPJS tentang klaim INA CBG’s dokter

umum terlatih Keswa yang memberikan layanan keswa di

RSU.

e) Melakukan peningkatan keterampilan bagi dokter umum di

RSU terutama RSU rujukan nasional dan RSU rujukan

regional dengan pelatihan jarak jauh (e-modul) yang

diselenggarakan oleh PPSDM atau Dinas Kesehatan

setempat

f) Dukungan pemerintah setempat terhadap pengadaan dan

pengembangan layanan jiwa di RSU

Page 62: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 55

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran untuk mendukung tercapainya persentase

target indikator kinerja RSU Kab/Kota yang memberikan layanan

kesehatan jiwa dasar termasuk Napza terealisasi sebesar 90%

(Rp. 338.116.643,-) dari total anggaran yang disediakan sebesar

Rp. 375.930.000,-

c. Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa

dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

Indikator Persentase Puskesmas yang memberikan pelayanan

kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa masyarakat adalah

puskesmas yang memberikan pelayanan minimal kesehatan jiwa

melalui kegiatan psikoedukasi (penyuluhan) dan deteksi dini di bidang

kesehatan jiwa, dengan cara pengukuran capaian Jumlah Puskesmas

yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar di bagi jumlah

puskesmas (9005 tahun 2010) di kali 100%.

1) Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2014 kondisi yang capai untuk Puskesmas yang

memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa

masyarakat dari target 40% (3.602 Puskesmas) dengan capaian

46,44% (4.182 Puskesmas)

Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa

dasar dan kesehatan jiwa masyarakat mulai tahun 2010-2014

telah dapat melebihi dari yang di targetkan, hal ini disebabkan

karena :

a) Perhitungan jumlah puskesmas yang memberikan layanan

jiwa dasar adalah sesuai dengan Definisi Operasional,

sehingga lebih mengutamakan kuantitas (Jumlah).

b) Adanya dana dekonsentrasi pada tahun 2013 dan 2014

menyebabkan lebih banyak petugas kesehatan yang terlatih

keswa. Hal ini secara langsung meningkatkan jumlah

puskesmas yang memberikan layanan kesehatan dasar

Page 63: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 56

c) Sebagai dampak dari pertemuan LP/LS yang di adakan

tahun 2013. Hal ini sedikit banyak mendorong provinsi yang

ikut dalam pertemuan ini untuk menjalankan RTL (rencana

tindak lanjut) dengan mengambil langkah-langkah yang

mendorong puskesmas untuk memberikan layanan

kesehatan jiwa.

Grafik 15. Capaian indikator Persentase Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

Upaya pencapaian indikator Puskesmas dilakukan melalui

kegiatan Penyusunan Peta Strategi Kesehatan Jiwa Masyarakat

(Keswamas) 2015 -2019, Penyusunan Regulasi tentang

Keswamas, Penyusunan Pedoman Penyelenggraan Promkeswa

di Puskesmas, Pertemuan LPLS Pengembangan Program Keswa

di Desa Siaga Aktif, Bimtek Keswamas bagi Kader di 2 (dua)

Provinsi, Bimtek Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatrik di

Fasyankes Primer, Bimtek Kader Komunitas Peduli Skizofrenia

Indonesia (KPSI), Advokasi Penanggulangan Pemasungan

(Sumsel, Lampung, Sumut), Diseminasi & Informasi

Penanggulangan Pemasungan (Babel, Kalsel, Sumbar), Evaluasi

Proses Penanggulangan Pemasungan ODGJ 3 Regional (34

Propinsi), Peningkatan Kapasitas Dukungan Psikologi Awal (PFA)

bagi petugas Siaga Bencana, Penyusunan Juklak Pelayanan

Page 64: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 57

Kesehatan Jiwa di Sekolah Terintegrasi UKS, Penyusunan

Kerangka Jaringan Kerja Kesehatan Jiwa dan Dukungan

Psikososial Penanggulangan Bencana, Pengembangan Model

Pelayanan Kesehatan Jiwa Bergerak (Mobile Mental Health

Services), Lokakarya Hari Autisme Sedunia, Monitoring Evaluasi

Program Kesehatan Jiwa Pada Kelompok Beresiko: 1. Model

Layanan Keswa Bumil (2013), 2. Monev terpadu Penanganan

KtA/P dan TPPO di entry Point ( KPPA, Puskesja), diseminasi dan

informasi hari kesehatan jiwa sedunia, lokakarya nasional bidang

kesehatan jiwa, pembinaan wilayah.

2) Permasalahan :

a) Kurangnya dukungan dari perintah daerah bidang kesehatan

jiwa dan napza.

b) Masih sedikitnya tenaga kesehatan di puskesmas yang

terlatih kesehatan jiwa.

c) Tidak semua nakes yang telah dilatih melakukan layanan

keswa secara berkesinambungan.

d) Kurangnya pembinaan/supervisi dari dinas kesehatan

setelah tenaga kesehatan dilatih.

3) Usul Pemecahan Masalah:

a) Penyusunan regulasi dan NSPK turunan dari Undang-

undang Kesehatan Jiwa.

b) Berkerja sama dengan PPSDM untuk membuat E-modul

untuk tenaga kesehatan bidang kesehatan jiwa melalui

sistem Pelatihan Jarak Jauh (PJJ).

c) Pembuatan Pedoman Penyelenggaraaan dan Media KIE

dalam rangka promosi kesehatan jiwa di Puskesmas.

d) Meningkatkan advokasi kepada pemerintah daerah untuk

program kesehatan jiwa.

e) Meningkatkan monitoring dan evaluasi terpadu bidang

kesehatan jiwa.

Page 65: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 58

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran untuk mencapai indikator kinerja Persentase

Puskesmas yang memberikan layanan kesehatan jiwa dasar dan

kesehatan jiwa masyarakat sebesar Rp. 4.488.168.500,- dengan

realisasi sebesar Rp. 4.401.190.278,- atau 98%.

d. Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib

lapor bagi pencandu Narkotika

Indikator fasilitas kesehatan yang memberikan pelayaanna wajib lapor

bagi pecandu narkotika adalah Jumlah fasilitas kesehatan yang

ditetapkan oleh SK Menkes sebagai Institusi penerima wajib lapor

(IPWL) dengan syarat Telah memberikan layanan terapi rehabilitasi

Napza, dan / atau Memiliki petugas kesehatan yang pernah dilatih di

bidang ketergantungan narkotika, sarana yang sesuai dengan standar

rehabilitasi medis. Penetapan fasilitas kesehatan sebagai (IPWL)

adalah :

a) Berpengalaman dalam melaksanakan pasien gangguan

pengguna Napza;

b) Terlatih dalam tata laksana terapi rehabilitasi gangguan

penggunaan napza;

c) Di usulkan oleh Dinas Kesehatan setempat/induk organisasi

fasilitas kesehatan terkait (Pusat Kedokteran, dan Kesehatan

Polri untuk RS di Bawah POLRI);

1) Kondisi yang dicapai :

Pada tahun 2014 Kondisi yang capai untuk Indikator fasilitas

kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pecandu

narkotika dari yang di targetkan sebanyak 240 fasyankes dengan

capaian 316 fasyankes yang ditetapkan oleh SK Menteri

Kesehatan No. 402 tahun 2014.

Jumlah fasilitas kesehatan yang ditetapkan sebagai institusi

penerima wajib lapor (IPWL) pecandu narkotika, mulai tahun

2010-2014 telah dapat melebihi dari yang ditargetkan, hal ini

Page 66: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 59

karena pembentukan IPWL didukung oleh Pemerintah Daerah

maupun Kementerian/Lembaga lain. Pada tahun 2014, Kepolisian

mengusulkan Klinik Biddokes sebagai IPWL disamping RS

Bhayangkara yang telah ditetapkan sebagai IPWL pada tahun

2013. Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan RS

Pengayoman serta BNN mengusulkan beberapa lembaga

rehabilitasi dan klinik yang ada di BNN Provinsi sebagai IPWL. Hal

ini sejalan dengan semangat yang ada dalam Peraturan Bersama

Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN untuk

memasukkan pecandu dan penyalahgunaan Napza ke dalam

lembaga rehabilitasi. Upaya pencapaian indikator dilakukan

melalui kegiatan Revisi Standar Pelayanan T/R Gangguan

Penggunaan NAPZA, Evaluasi Dampak Buruk penggunaan

Alkohol dan Kebutuhan Terapi di 10 (sepuluh) provinisi, Supervisi

Program T/R NAPZA di 7 (tujuh) provinsi, peningkatan

keterampilan T & R NAPZA di 5 provinsi, Rapat Kerja Teknis

Terapi Rehabilitasi NAPZA, Klaim Wajib Lapor dan Rehabilitasi

Medis (amanat UU No 35 / 2009 ttg Narkotika dan PP 25/2011 ttg

Wajib Lapor), RaKor IPWL pecandu narkotika.

Grafik 16. Capaian indikator Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pecandu Narkotika

Page 67: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 60

2) Permasalahan :

a) IPWL yang telah di tetapkan hanya 30% yang aktif.

b) tidak adanya pasien pecandu narkoba yang datang ke IPWL

c) IPWL yang melakukan pelayanan wajib lapor tidak

melakukan klaim ke Dit.Bina Kesehatan Jiwa tetapi di klaim

melalui Anggaran Jamkesda.

d) IPWL yang melakukan pelayanan wajib lapor melakukan

klaim ke Dit Bina Kesehatan Jiwa, dana klaim tersebut

masuk ke rekening penerimaan daerah sehingga mereka

tidak mendapat jasa medik dari klaim tersebut

3) Usul Pemecahan Masalah:

a) Mengaktifkan sistem informasi Napza untuk pelaporan klaim

secara online

b) Akan di bentuk tim verifikasi internal dari IPWL untuk

menverifikasi dokumen klaim, sehingga pembayaran klaim

ke Dit Bina Kesehatan Jiwa lebih mudah hanya dengan

Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM) dari IPWL

4) Anggaran :

Alokasi Anggaran untuk mencapai indikator jumlah fasilitas

kesehatan yang ditetapkan sebagai institusi penerima wajib lapor

(IPWL) pecandu narkotika sebesar Rp. 3.202.510.000,- dengan

realisasi sebesar Rp. 2.670.513.525,- atau 88,28%

MENINGKATNYA DUKUNGAN MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

PADA PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN

Dalam mencapai sasaran dimaksud ada beberapa indikator yang digunakan,

dimana masing-masing indikator dapat diuraikan kondisi capaian,

permasalahan dan usulan pemecahan masalahnya sebagai berikut :

6

Page 68: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 61

a. Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan

sarana dan prasarananya

Sasaran dari indikator ini adalah meningkatkan sarana dan parasarana

Rumah Sakit dan Balai, Unit Pelaksana Teknis Vertikal Direktorat

Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Untuk mencapai indikator tersebut,

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan pada tahun 2014 telah

melakukan kegiatan-kegiatan berupa Fasilitasi Penyediaan Anggaran

untuk Peningkatan Sarana Prasarana di Rumah Sakit dan Balai, yang

merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan.

1) Kondisi yang dicapai :

Untuk meningkatkan sarana dan parasarana Rumah Sakit dan

Balai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal Direktorat Jenderal

Bina Upaya Kesehatan telah memberikan fasilitasi/penyediaan

anggaran yang meliputi belanja modal gedung dan bangunan, dan

belanja modal peralatan dan mesin. Berikut ini UPT yang telah

ditingkatkan sarana dan prasarananya yaitu :

1. Rumah Sakit Umum

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/ TYPE

PENINGKATAN

1 RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta A Gedung

2 RSUP. H. Adam Malik Medan A Gedung

3 RSUP. Fatmawati Jakarta A Gedung

4 RSUP. Moh. Hoesin Palembang

Palembang A Gedung, Inventaris Kantor

5 RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Bandung A Alkes, Gedung.

6 RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta A Alkes, Gedung, Inventaris Kantor

7 RSUP. Dr. Kariadi Semarang A Alkes

8 RSUP. Sanglah Denpasar A Alkes, Gedung

9 RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar A Alkes, Gedung

10 RSUP. Dr. M. Djamil Padang B Gedung

11 RSUP. Persahabatan Jakarta B Gedung

12 RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro

Klaten B Alkes

Page 69: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 62

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/ TYPE

PENINGKATAN

13 RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado B Alkes, Gedung

14 RSUP. Ratatotok Buyat Minahasa Tenggara C

Alkes, Gedung, Inventaris Kantor

2. Rumah Sakit Khusus

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/ TYPE

PENINGKATAN

1 RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

Jakarta A Alkes, Inventaris

Kantor

2 RS. Anak dan Bunda Harapan Kita

Jakarta A Alkes, Gedung

3 RS. Kanker Dharmais Jakarta A Alkes, Gedung

4 RS. Orthophedi Prof. Dr. R. Soeharso

Surakarta A Alkes

5 RS. Mata Cicendo Bandung A Gedung

6 RS. Jiwa Dr. Soeharto Herdjan Jakarta A Gedung

7 RS. Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor A Alkes, Gedung,

Ambulance

8 RS. Jiwa Dr. Soeroyo Magelang A Alkes

9 RS. Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat

Malang A Gedung

10 RS. Paru dr. Goenawan Partowidigdo

Bogor A Alkes, Inventaris

Kantor

11 RS. Paru dr. H.A. Rotinsulu Bandung A Alkes, Gedung,

Inventaris Kantor

12 RS. Paru dr. Ario Wirawan Salatiga A Alkes, Gedung

13 RS. Kusta dr. Rivai Abdulah Palembang A Alkes, Gedung

14 RS. Kusta dr. Sitanala Tangerang A Gedung

15 RS. Kusta dr. Tadjudin Chalid Makassar A Gedung, Inventaris

Kantor

16 RS. Penyakit Infeksi Dr. Sulianti Saroso

Jakarta A Alkes, Inventaris

Kantor

17 RS. Stroke Nasional Bukittinggi B Gedung

18 RS. Ketergantungan Obat Jakarta B Gedung, Inventaris

Kantor

19 RS Pusat Otak Nasional Jakarta

Alkes, Gedung, Ambulance, Kendaraan Operasional, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

3. Balai Besar/ Balai

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/

TYPE PENINGKATAN

1 Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Jakarta A Alkes, Gedung,

Ambulance, Alat

Page 70: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 63

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/

TYPE PENINGKATAN

Pengolah Data, Inventaris Kantor

2 Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Palembang A Alkes, Gedung

3 Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Surabaya A Alkes, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

4 Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar A Alkes, Gedung

5 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

Bandung A Gedung

6 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

Surakarta A Gedung, Alat

Pengolah Data

7 Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

Makassar A Gedung

8 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan

Jakarta

A Alkes, gedung, kendaraan operasional, Alat Pengolah Data

9 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan

Makassar A Alkes, Gedung, Ambulance, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

10 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan

Surabaya B Alkes

11 Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan

Medan

B Alkes, Ambulance, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

12 Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek

- Alkes, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

13 Balai Kesehatan Mata Masyarakat

Makassar - Gedung

4. Loka

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/

TYPE PENINGKATAN

1 Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan

Banjarbaru Alkes, Ambulance,

Inventaris Kantor

2 Loka Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surakarta

Alkes, Alat Pengolah Data, Inventaris Kantor

Page 71: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 64

5. Unit Pelayanan Kesehatan

NO NAMA UPT LOKASI KELAS/

TYPE PENINGKATAN

1 Unit Pelayanan Kesehatan Kemenkes

Jakarta

Alkes

Tabel 8 : UPT yang telah ditingkatkan sarana dan prasarananya

Perbandingan capaian dan realisasi antar tahun terhadap target

Renstra dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 17. Capaian indikator Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang ditingkatkan sarana dan prasarananya

2) Permasalahan :

Masih perlu peningkatan sarana dan prasarana, sehingga sarana

dan prasarana di semua UPT Vertikal sesuai standar.

3) Usul Pemecahan masalah:

Pengalokasian dana untuk meningkatkan sarana dan prasarana

pada tahun 2015.

4) Anggaran :

Realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 94,62% atau

sebanyak Rp. 10.727.319.010.285,- dari alokasi yang tersedia Rp

11.337.776.311.000,- dan alokasi anggaran telah diserahkan pada

Satuan kerja masing–masing.

Page 72: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 65

b. Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria yang

disusun

Untuk mencapai indikator tersebut, Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan pada tahun 2014 telah melakukan kegiatan Penyusunan

Peraturan Perundang-undangan di bidang Upaya Kesehatan baik yang

merupakan peraturan pelaksana Undang–Undang 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan maupun Undang-Undang 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, dan Norma Standar Prosedur dan Kriteria lainnya yang

menjadi kewenangan Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang rancangannya

sudah ditetapkan atau sudah disampaikan ke Biro Hukum dan

Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan tetapi masih

dalam proses harmonisasi atau proses penetapan.

1) Kondisi yang dicapai :

Pada akhir tahun 2013 secara kumulatif jumlah rancangan NSPK

bidang Upaya Kesehatan tercapai sebanyak 170 NSPK.

Sesuai target pada Renstra Kemenkes pada tahun 2014 jumlah

rancangan NSPK bidang Upaya Kesehatan yang harus disusun

secara kumulatif sebanyak 200 NSPK.

Sampai dengan akhir tahun 2014 rancangan yang tersusun

sebanyak 48 NSPK antara lain :

No NSPK

1 Permenkes tentang Standar Pelayanan Ortotis Prostetis

2 Permenkes tentang Standar Pelayanan Teknisi Gigi

3 Pedoman pencegahan fraud dalam pelaksanaan JKN

4 Pedoman Penyelenggaraan SPI

5 Permenkes tentang Rumah Perawatan

6 Permenkes tentang Standar Pelayanan Keperawatan Puskesmas

7 RPMK tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan

8 Revisi PMK No 39 Tahun 2010 ttg Teknologi Reproduksi Berbantu

Page 73: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 66

9 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Psikiatri

10 Standar Pelayanan Keperawatan RS Jantung dan Pembuluh Darah

11 Standar Pelayanan Keperawatan RS Paru dan Respirasi

12 Standar Pelayanan Keperawatan RS Kusta

13 Standar Pelayanan Keperawatan RS Stroke

14 Standar Pelayanan Keperawatan RS Ortopedi

15 Standar pelayanan keperawatan RS Kanker

16 Standar Pelayanan Keperawatan RS Mata

17 Standar Pelayanan Keperawatan Ginjal di RS

18 Standar Pelayanan Keperawatan RS Penyakit Infeksi

19 Standar Pelayanan Keperawatan RS Ibu dan Anak

20 Standar Pelayanan Keperawatan Neuroscience di RS

21 Standar Pelayanan Keperawatan RS Ketergantungan Obat

22 Permenkes tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

23 Kepmen tentang Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

24 standar pelayanan kebidanan

25 Standar Pelayanan Keperawatan

26 Perpres tentang Gugus Tugas Pembangunan Keswamas

27 Permenkes tentang Pemberdayaan Keluarga dari Orang dengan Gangguan Jiwa

28 Permenkes ttg Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran

29 Pedoman Visum et Repertum Psyhiatricum

30 Kepmenkes ttg Pedoman Penyelenggaraan Layanan Cepat Tanggap Teleponi Keswa Kemenkes

Tabel 9 : Rancangan NSPK yang tersusun pada tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat Rancangan NSPK yang sudah disampaikan ke

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Kemkes untuk ditetapkan

Page 74: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 67

No NSPK

1 Permenkes tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasyankes Primer

2 Permenkes tentang Klinik (revisi PMK No 028 Tahun 2009 ttg Klinik)

3 Permenkes tentang Dewan Pengawas RS

4 Kepmenkes tentang Keanggotaan, Pengangkatan dan Pemberhentian anggota BPRSI

5 Permenkes tentang Pedoman Sistem Remunerasi Pegawai Balai Kesehatan BUK dengan BLU

6 Permenkes tentang Pengelolaan Pegawai Non PNS Pada Satker Kemenkes dengan PPK BLU

7 Permenkes tentang Rumah Sakit Kelas D Pratama

8 Permenkes tentang Petunjuk Teknis sistem INA - CBGs

9 Permenkes tentang Penentuan Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor

10 Permenkes tentang Klasifikasi dan Perizinan RS (revisi PMK 147 dan 340 tahun 2010)

11 Permenkes tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Revisi KMK No 128 Tahun 2004 ttg Kebijakan Dasar Puskesmas)

12 Permenkes tentang Standar Pelayanan Terapi Wicara

13 Permenkes tentang Standar Pelayanan Terapi Okupasi

14 Permenkes tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di RS

15 Permenkes tentang Kewajiban Pasien dan Kewajiban RS

16 Permenkes tentang Unit Transfusi Daerah

17 Permenkes tentang Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskular

18 Permenkes tentang Pembinaan, Pengawasan dan Perizinan Pekerjaan Tukang Gigi

Tabel 10 : Rancangan NSPK yang sudah disampaikan ke Biro Hukor pada

tahun 2014

Kondisi ini menunjukkan bahwa indikator ini sudah tercapai targetnya

sebanyak 218 buah NSPK atau tercapai sebesar 109%.

Page 75: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 68

Grafik 18. Capaian indikator Jumlah rancangan NSPK yang disusun

2) Permasalahan :

a) Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan unit

teknis tidak melaksanakan tahapan penyusunan sesuai

dengan Ketentuan penyusunan peraturan perundang-

undangan di lingkungan kementerian kesehatan.

b) Draft yang diterima belum lengkap atau belum cukup jelas

mengenai apa yang akan diatur.

c) Draft yang diterima masih terdapat tumpah tindih dengan

peraturan yang ada atau draft yang lain.

3) Usul Pemecahan masalah :

a) Melakukan perencanaan jadwal inventarisasi dan pengkajian

peraturan perundang-undangan.

b) Pengembalian draft ke unit teknis pengusul untuk dilakukan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

c) Membuat inventarisasi peraturan perundang-undangan

tingkat Ditjen BUK.

4) Anggaran :

Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 44,69% atau

sebanyak Rp 805.507.500,- dari alokasi yang tersedia Rp.

Page 76: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 69

1.802.470.000,-. Walaupun anggaran untuk kegiatan ini hanya

terealisasi sebesar 44,69% tetapi capaian dari indikator ini sesuai

target, hal ini disebabkan pembahasan rancangan NSPK yang

merupakan NSPK Tupoksi dibiayai oleh masing-masing

Direktorat, sedangan alokasi biaya yang ada di Sekretariat hanya

digunakan untuk biaya pembahasan NSPK yang merupakan

peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

tentang Kesehatan dan peraturan pelaksana Undang-Undang No

44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

B. SUMBER DAYA

1. Sumber Daya Manusia

Keadaan Pegawai Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan pada tanggal

31 Desember 2014 berjumlah 554 pegawai, yang dapat dilihat secara lebih

rinci pada tabel sebagai berikut :

Tabel 11 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Golongan

No Golongan

Satuan Kerja

Jumlah

Sekretariat BUKD BUKR Kepera-watan

Penun-jang

Keswa

1 Golongan IV 9 12 11 9 12 12 65

2 Golongan III 164 63 64 47 62 43 443

3 Golongan II 35 1 1 3 5 1 46

4 Golongan I 0 0 0 0 0 0 0

Total 208 76 76 59 79 56 554

Tabel 12 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan

Satuan Kerja

Jumlah

Sekretariat BUKD BUKR Kepera-watan

Penun-jang

Keswa

1 S3 2 0 1 0 0 1 4

2 S2 25 41 41 20 27 24 178

3 Spesialis 1/2/A V 1 0 1 1 3 6 12

Page 77: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 70

No Pendidikan

Satuan Kerja

Jumlah

Sekretariat BUKD BUKR Kepera-watan

Penun-jang

Keswa

4 A IV 0 0 0 0 0 0 0

5 S1 92 22 17 24 25 11 191

6 D IV 0 0 0 4 1 1 6

7 D III 32 4 5 5 9 5 60

8 Akademi 3 0 0 0 1 2 6

9 SM 1 0 0 0 0 0 1

10 D II 0 0 0 0 0 0 0

11 DI 0 0 0 0 0 0 0

12 SMA 49 9 11 3 12 6 90

13 SMP 2 0 0 1 0 0 3

14 SD 1 0 0 1 1 0 0

Total 208 76 76 59 79 56 554

Keadaan sumber daya manusia Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan pada 31 Desember 2014 dapat

dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 19. Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Golongan

Page 78: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 71

Grafik 20. Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Tingkat Pendidikan

2. Sumber Daya Anggaran

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tercapainya

Sasaran Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, pada

tahun 2014 Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan didukung oleh jumlah

anggaran sebagai berikut :

Tabel 13 : Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Program.

NO KEGIATAN ANGGARAN

ALOKASI REALISASI %

1 Pembinaan Upaya

Kesehatan Dasar

53.542.391.000 22.142.407.567 41,35%

2 Pembinaan Upaya

Kesehatan Rujukan

120.083.174.000 22.675.276.564 18,88%

Page 79: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 72

NO KEGIATAN ANGGARAN

ALOKASI REALISASI %

3 Pembinaan Upaya

Keperawatan dan

Keteknisian Medik

23.096.138.000 14.098.589.318 61,04%

4 Pembinaan Upaya

Penunjang Medik dan

Sarana Kesehatan

22.917.366.000 16.109.011.649 70,29%

5 Pembinaan Upaya

Kesehatan Jiwa

15.539.490.000 13.390.949.110 86,17%

6 Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya

Pada Program

Pembinaan Upaya

Kesehatan

150.359.562.000 100.528.023.127 66,86%

TOTAL 385.538.121.000 188.944.257.335 49,01%

Sedangkan berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), Akuntabilitas

Keuangan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 adalah sebagai

berikut :

Tabel 14 : Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja.

No Tahun

Tahun

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %

1 2010 1,312,086,368,000 1,307,142,770,028 99.62 4,820,792,898,000 4,405,133,392,155 91.38 2,672,907,274,000 2,363,721,546,117 88.43

2 2011 1,641,176,096,000 1,444,653,273,764 88.03 5,623,008,265,000 5,131,502,724,844 91.26 4,892,790,143,000 4,187,759,929,005 85.59

3 2012 1,790,149,775,000 1,649,433,075,090 92.14 6,640,434,749,000 6,067,563,450,335 91.37 5,710,532,708,000 4,181,951,674,427 73.23

4 2013 140,838,721,000 55,541,189,504 39.44 460,253,291,000 366,441,259,495 79.62 703,164,552,000 416,956,926,022 59.30

5 2014 37,427,474,000 37,006,878,819 98.88 233,220,394,000 149,285,230,766 64.01 114,890,253,000 2,652,147,750 2.31

Page 80: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 73

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Eselon I Tahun 2014 dari SAI (Sistem Akuntansi Instansi),

Bagian Keuangan, Sub Bagian Verifikasi dan Akuntansi

Grafik 21 : Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja.

3. SUMBER DAYA SARANA DAN PRASARANA

Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Bina Upaya Kesehatan selama

periode 1 Januari s/d 31 Desember 2014, dapat dilaporkan dalam bentuk

Intrakomtable, Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan

Ekstrakomtable, Aset Tak Berwujud dan Konstruksi dalam pengerjaaan.

Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah

sebagai berikut :

Page 81: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 74

Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Bina Upaya Kesehatan selama

periode 1 Januari s/d 31 Desember 2014, dapat dilaporkan dalam bentuk

Intrakomtable, Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan

Ekstrakomtable, Aset Tak Berwujud dan Konstruksi dalam pengerjaaan.

Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah

sebagai berikut :

a. BMN INTRAKOMTABLE

Posisi Awal ( 1 Januari 2014 ) : Rp. 40.405.664.979.751,-

Penambahan : Rp. 9.093.686.149.327,-

Pengurangan : RP. 5.273.720.332.565,-

Posisi Akhir ( 31 Desember 2014 ) : Rp. 44.225.630.841.513,-

b. BMN EKSTRAKOMTABEL

Posisi Awal ( 1 Januari 2014 ) : Rp. 51.655.968.694,-

Penambahan : Rp. 10.857.796.485,-

Pengurangan : RP. 2.591.666.404,-

Posisi Akhir ( 31 Desember 2014) : Rp. 59.922.098.775,-

c. BMN GABUNGAN INTRA & EKSTRA

Posisi Awal ( 1 Januari 2014 ) : Rp. 40.457.320.948.445,-

Penambahan : Rp. 9.104.543.990.812,-

Pengurangan : RP. 5.276.311.998.969,-

Posisi Akhir ( 31 Desember 2014) : Rp. 44.285.552.940.288,-

d. BMN ASET TAK BERWUJUD

Posisi Awal ( 1 Januari 2014 ) : Rp. 60.020.112.747,-

Penambahan : Rp. 9.065.910.490,-

Aset Definitif : RP. 4.012.645.150,-

Posisi Akhir ( 31 Desember 2014) : Rp. 65.073.378.087,-

e. KONTRUKSI DALAM PENGERJAAN

Posisi Awal ( 1 Januari 2014 ) : Rp. 1.542.785.012.575,-

Penambahan : Rp. 828.437.076.063,-

Pengurangan : RP. 625.849.777.602,-

Posisi Akhir ( 31 Desember 2014) : Rp. 1.745.372.311.036,-

Page 82: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 75

Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan berdasarkan Neraca sampai dengan 31 Desember 2014 Tahun

Anggaran 2014 tercatat sebesar Rp 46.095.998.629.411,-

(Sumber : SIMAK BMN Eselon I Ditjen BUK-Unaudited 2014)

Page 83: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 76

BAB IV

KESIMPULAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media untuk menyampaikan

pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan kepada

Menteri Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait

langsung maupun tidak langsung selama periode 1 Januari sampai dengan 31

Desember 2014.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat Jenderal Bina Upaya

Kesehatan telah dapat mencapai target dan merealisasikan program dan kegiatan

tahun 2014, khususnya yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2010-2014. Seluruh capaian indikator Direktorat Jenderal Bina

Upaya Kesehatan Tahun 2014 diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pencapaian Program Upaya Kesehatan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Kesehatan. Hasil pencapaian pelaksanaan Program Pembinaan

Upaya Kesehatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun diharapkan sesuai

dengan Rencana Strategis dan dokumen perencanaan lainnya.

Keberhasilan yang telah dicapai tahun 2014 diharapkan dapat menjadi

parameter agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara

lebih efektif dan efisien. Sedangkan hal-hal yang menghambat tercapainya target

dan rencana pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat ditemukan solusi serta

alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan ini

selain merupakan media pertanggungjawaban kinerja juga diharapkan dapat

digunakan sebagai alat komunikasi dan bahan masukan bagi para pemangku

jabatan baik dilingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan maupun di

tingkat Kementerian Kesehatan dalam rangka peningkatan kinerja di masa yang

akan datang.

Page 84: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 77

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penetapan Kinerja yang berisi Sasaran Strategis, Indikator dan

Target Kinerja Tahun 2014 berdasarkan Renstra Kemenkes Tahun

2010–2014

Tabel 2 : Target Indikator dan Target Kinerja selama 5 tahun berdasarkan

Renstra Kemenkes Tahun 2010–2014

Tabel 3 : Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Tahun 2010 s/d 2014 di bidang Upaya Kesehatan

Tabel 4 : Perhitungan Capaian Indikator Kinerja Persentase Puskesmas

Rawat Inap yang Mampu PONED

Tabel 5 : Capaian indikator Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia

(world class)

Tabel 6 : Daftar RS Bergerak yang operasionalnya telah diserahkan ke

Pemerintah Daerah

Tabel 7 : Daftar 10 (sepuluh) Rumah Sakit Bergerak tahun 2014 biaya

operasional masih dibiayai Kementerian Kesehatan

Tabel 8 : UPT yang telah ditingkatkan sarana dan prasarananya

Tabel 9 : Rancangan NSPK yang tersusun pada tahun 2014

Tabel 10 : Rancangan NSPK yang sudah disampaikan ke Biro Hukor pada

tahun 2014

Tabel 11 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Golongan

Tabel 12 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 13 : Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Program

Tabel 14 : Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis

Belanja

Page 85: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 78

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Capaian indikator Jumlah Puskesmas yang menjadi Puskesmas

perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk

Grafik 2 : Capaian indikator Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu

PONED

Grafik 3 : Capaian indikator Jumlah Kota yang memiliki RS standar kelas dunia

(world class)

Grafik 4 : Capaian indikator Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan

PONEK

Grafik 5 : Capaian indikator Persentase RS Pemerintah menyelenggarakan

pelayanan rujukan bagi ODHA

Grafik 6 : Capaian indikator Jumlah Kab/Kota yang dilayani oleh RS bergerak

di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

Grafik 7 : Capaian indikator Jumlah Puskesmas yang menerapkan pelayanan

keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan pedoman

Grafik 8 : Capaian indikator Jumlah Rumah Sakit yang melaksanakan

pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan sesuai standar dan

pedoman

Grafik 9 : Capaian indikator Jumlah Rumah Sakit yang melaksanakan

pelayanan keteknisian medik dan keterapian fisik sesuai pedoman

Grafik 10 : Capaian indikator Persentase laboratorium kesehatan aktif yang

melaksanakan pelayanan sesuai standar

Grafik 11 : Capaian indikator Persentase RS yang melaksanakan pelayanan

radiologi sesuai standar

Grafik 12 : Capaian indikator Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan (RS dan

Puskesmas yang memenuhi standar sarana, prasarana dan

peralatan

Grafik 13 : Capaian indikator Persentase RSJ yang memberikan layanan

subspesialis utama dan Napza

Grafik 14 : Capaian indikator Persentase RSU Kab/Kota yang memberikan

layanan kesehatan jiwa dasar termasuk Napza

Grafik 15 : Capaian indikator Persentase Puskesmas yang memberikan layanan

kesehatan jiwa dasar dan kesehatan jiwa masyarakat

Page 86: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 79

Grafik 16 : Capaian indikator Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan

pelayanan wajib lapor bagi pecandu Narkotika

Grafik 17 : Capaian indikator Jumlah Unit Pelaksana Teknis (UPT) vertikal yang

ditingkatkan sarana dan prasarananya

Grafik 18 : Capaian indikator Jumlah rancangan NSPK yang disusun

Grafik 19 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Golongan

Grafik 20 : Keadaan pegawai Ditjen BUK berdasarkan Tingkat Pendidikan

Grafik 21 : Alokasi dan Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja

Page 87: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 80

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Pejabat Struktural Eselon 1 dan 2 Ditjen Bina

Upaya Kesehatan Keadaan 31 Desember 2014

Gambar 2 : Peningkatan Keterampilan Keswa bagi Nakes

Page 88: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 81

Page 89: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 82

Page 90: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 83

Page 91: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 84

Page 92: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 85

Page 93: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 86

Page 94: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 87

Page 95: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 88

Page 96: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 89

Page 97: KATA PENGANTAR - yankes.kemkes.go.id DITJEN 2014.pdf · pelayanan RS dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman. Sedangkan untuk indikator Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2014 90