kata pengantarpsp.pertanian.go.id/assets/file/2018/laporan_keuangan_audited_2015.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah salah satu entitas akuntansi di bawah Kementerian Pertanian yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Salah satu pelaksanaannya adalah dengan menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis akrual sehingga akan mampu menyajikan informasi keuangan yang lebih transparan, akurat, dan akuntabel.
Laporan Keuangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para pengguna laporan khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/pertanggungjawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Disamping itu, laporan keuangan ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan dalam usaha untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Jakarta, Mei 2016
Kuasa Pengguna Anggaran,
Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA NIP. 19601024 198703 1 001
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Pernyataan Telah Direviu Pernyataan Tanggung Jawab Ringkasan I Laporan Realisasi Anggaran II Neraca III Laporan Operasional IV Laporan Perubahan Ekuitas V Catatan atas Laporan Keuangan A Penjelasan Umum B Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran B.1 Pendapatan B.2 Belanja B.2.1 Belanja Pegawai B.2.2 Belanja Barang B.2.3 Belanja Sosial B.2.4 Belanja Modal Peralatan dan Mesin B.2.5 Belanja Modal Gedung dan Bangunan B.2.6 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan B.2.7 Belanja Modal Lainnya C Penjelasan atas Pos-pos Neraca C.1 Aset Lancar C.1.1 Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.2 Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.3 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.1.4 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi C.1.5 Persediaan C.2 Aset Tetap C.2.1 Peralatan dan Mesin C.2.2 Gedung dan Bangunan C.2.3 Jalan, Irigasi dan Jaringan C.2.4 Aset Tetap Lainnya C.2.5 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap C.3 Piutang Jangka Panjang
3
C.4 Aset Lainnya C.4.1 Aset Tak Berwujud C.4.2 Aset Lain-lain C.4.3 Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya C.5 Kewajiban Jangka Pendek C.5.1 Utang kepada Pihak Ketiga C.5.2 Uang Muka dari KPPN C.6 Ekuitas C.6.1 Ekuitas D Penjelasan atas Pos-pos Laporan Operasional D.1 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya D.2 Beban Pegawai D.3 Beban Persediaan D.4 Beban Barang dan Jasa D.5 Beban Pemeliharaan D.6 Beban Perjalanan Dinas D.7 Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat D.8 Beban Bantuan Sosial D.9 Beban Penyusutan dan Amortisasi D.10 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.11 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional E Penjelasan atas Pos-pos Laporan Perubahan Ekuitas E.1 Ekuitas Awal E.2 Surplus/Defisit-LO E.3 Penyesuaian Nilai Aset E.4 Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi E.5 Lain-lain E.6 Transaksi Antar Entitas E.7 Ekuitas Akhir F Pengungkapan-pengungkapan Lainnya F.1 Kejadian-kejadian Penting Setelah Tanggal Neraca F.2 Pengungkapan Lain-lain
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 4
PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 sebagaimana terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta, Mei 2016
Kuasa Pengguna Anggaran,
Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA NIP. 19601024 198703 1 001
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 1
RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2015 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Laporan Keuangan ini meliputi:
I Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015.
Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp30.178.013.202,00 atau mencapai 60.356,03% dari estimasi Pendapatan-LRA sebesar Rp50.000.000,00
Realisasi Belanja Negara pada TA 2015 adalah sebesar Rp12.968.865.919.087,00 atau mencapai 90,11% dari alokasi anggaran sebesar Rp14.392.200.941.000,00
II Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada 31 Desember 2015.
Nilai Aset per 31 Desember 2015 dicatat dan disajikan sebesar Rp2.156.478.006.849,00 yang terdiri dari: Aset Lancar sebesar Rp1.974.113.299.589,00; Aset Tetap (neto) sebesar Rp108.792.852.471,00; Piutang Jangka Panjang (neto) sebesar Rp0,00; dan Aset Lainnya (neto) sebesar Rp73.571.854.789,00.
Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing sebesar Rp5.162.107.158,00 dan Rp2.151.315.899.691,00.
III Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Pendapatan-LO untuk periode sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp3.730.911.086,00, sedangkan jumlah beban adalah sebesar Rp11.676.106.818.881,00 sehingga terdapat Defisit Kegiatan Operasional senilai Rp-11.672.375.907.795,00. Kegiatan Non Operasional dan Pos-Pos Luar Biasa masing-masing sebesar Surplus Rp25.334.130.805,00 dan Defisit Rp0,00 sehingga entitas mengalami Defisit-LO sebesar Rp-11.647.041.776.990,00.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2
IV Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 01 Januari 2015 adalah sebesar Rp899.444.018.899,00 ditambah Defisit-LO sebesar Rp-11.647.041.776.990,00 kemudian ditambah/dikurangi dengan koreksi-koreksi senilai Rp-39.053.742.953,00 dan ditambah Transaksi Antar Entitas sebesar Rp12.937.967.400.735,00 sehingga Ekuitas entitas pada tanggal 31 Desember 2015 adalah senilai Rp2.151.315.899.691,00.
V Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang berakhir sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun 2015 disusun dan disajikan dengan menggunakan basis akrual.
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 3
I. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK PERIODE YANG BERKAHIR 31 DESEMBER 2015 dan 31 DESEMBER 2014
Uraian Catatan
31 Desember 2015 31 Desember 2014
Anggaran Realisasi %. Realisasi
PENDAPATAN
B.1
Penerimaan Negara Bukan Pajak
50.000.000,00 30.178.013.202,00 60.356,03 47.326.930.884,00
Jumlah Pendapatan
50.000.000,00 30.178.013.202,00 60.356,03 47.326.930.884,00
BELANJA B.2
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
B.2.1 31.147.898.000,00 21.271.085.671,00 68,29 19.898.819.344,00
Belanja Barang
B.2.2 4.514.050.293.000,00 3.842.187.596.397,00 85,12 939.459.084.781,00
Belanja Sosial
B.2.3 9.779.658.634.000,00 9.042.019.841.016,00 92,46 1.939.359.518.483,00
Jumlah Belanja Operasi
14.324.856.825.000,00 12.905.478.523.084,00 90,09 2.898.717.422.608,00
Belanja Modal
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
B.2.4 58.110.806.000,00 54.614.989.903,00 93,98 5.779.884.638,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 4
Uraian Catatan
31 Desember 2015 31 Desember 2014
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
B.2.5 8.839.310.000,00 8.380.339.100,00 94,81 586.102.000,00
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
B.2.6 189.000.000,00 187.720.000,00 99,32 0,00
Belanja Modal Lainnya
B.2.7 205.000.000,00 204.347.000,00 99,68 0,00
Jumlah Belanja Modal
67.344.116.000,00 63.387.396.003,00 94,13 6.365.986.638,00
Jumlah Belanja
14.392.200.941.000,00 12.968.865.919.087,00 90,11 2.905.083.409.246,00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 5
II. NERACA
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 dan 31 DESEMBER 2014
Uraian Catatan 31 Desember 2015 31 Desember 2014
ASET
Aset Lancar
Kas di Bendahara Pengeluaran C.1.1 5.086.934.649,00 912.696.475,00
Kas Lainnya dan Setara Kas C.1.2 102.955,00 432.641,00
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.1.3 32.311.953,00 139.174.453,00
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
C.1.4 -32.311.953,00 -114.923.953,00
Persediaan C.1.5 1.969.026.261.985,00 731.760.088.623,00
Jumlah Aset Lancar 1.974.113.299.589,00 732.697.468.239,00
Aset Tetap
Peralatan dan Mesin C.2.1 261.402.048.910,00 188.657.651.707,00
Gedung dan Bangunan C.2.2 6.337.198.373,00 3.347.879.373,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan C.2.3 843.260.650,00 1.471.129.501,00
Aset Tetap Lainnya C.2.4 6.863.664.360,00 2.654.993.260,00
Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin C.2.5 -161.438.502.316,00 -103.627.363.267,00
Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan
C.2.5 -205.190.352,00 -108.339.572,00
Akumulasi Penyusutan Jalan, Irigasi dan Jaringan
C.2.5 -74.847.054,00 -288.012.044,00
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya C.2.5 -4.934.780.100,00 -28.883.600,00
Jumlah Aset Tetap 108.792.852.471,00 92.079.055.358,00
Aset Lainnya
Aset Tak Berwujud C.4.1 32.980.532.663,00 32.977.022.663,00
Aset Lain-lain C.4.2 54.746.422.165,00 53.721.300.756,00
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya C.4.3 -14.155.100.039,00 -11.061.851.949,00
Jumlah Aset Lainnya 73.571.854.789,00 75.636.471.470,00
Jumlah Aset 2.156.478.006.849,00 900.412.995.067,00
Kewajiban Jangka Pendek
Utang kepada Pihak Ketiga C.5.1 75.172.509,00 56.279.693,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 6
Uraian Catatan 31 Desember 2015 31 Desember 2014
Uang Muka dari KPPN C.5.2 5.086.934.649,00 912.696.475,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 5.162.107.158,00 968.976.168,00
Jumlah Kewajiban 5.162.107.158,00 968.976.168,00
Ekuitas
Ekuitas C.6.1 2.151.315.899.691,00 899.444.018.899,00
Jumlah Ekuitas 2.151.315.899.691,00 899.444.018.899,00
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 2.156.478.006.849,00 900.412.995.067,00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 7
III. LAPORAN OPERASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 dan 31 DESEMBER 2014
Uraian Catatan 31 Desember 2015 31 Desember
2014
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya D.1 3.730.911.086,00 0.00
JUMLAH PENDAPATAN 3.730.911.086,00 0.00
BEBAN
Beban Pegawai D.2 21.287.527.111,00 0.00
Beban Persediaan D.3 13.202.650.950,00 0.00
Beban Barang dan Jasa D.4 793.116.185.304,00 0.00
Beban Pemeliharaan D.5 4.252.968.455,00 0.00
Beban Perjalanan Dinas D.6 401.756.833.476,00 0.00
Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat
D.7 1.370.260.160.257,00 0.00
Beban Bantuan Sosial D.8 9.042.153.967.967,00 0.00
Beban Penyusutan dan Amortisasi D.9 30.159.137.361,00 0.00
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih D.10 -82.612.000,00 0.00
JUMLAH BEBAN 11.676.106.818.881,00 0.00
SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL
-11.672.375.907.795,00 0.00
KEGIATAN NON OPERASIONAL
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar D.11 8.450.000,00 0.00
Beban Pelepasan Aset Non Lancar D.11 1.005.779.125,00 0.00
Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
D.11 26.331.459.930,00 0.00
SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
25.334.130.805,00 0.00
SURPLUS/DEFISIT - LO -11.647.041.776.990,00 0.00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 8
IV. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 dan 31 DESEMBER 2014
Uraian Catatan 31 Desember 2015 31 Desember
2014
EKUITAS AWAL E.1 899.444.018.899,00 0.00
SURPLUS/DEFISIT-LO E.2 -11.647.041.776.990,00 0.00
PENYESUAIAN NILAI TAHUN BERJALAN
Penyesuaian Nilai Aset E.3 -22.408.032.868,00 0.00
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI/KESALAHAN MENDASAR
Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi E.4 -16.857.581.658,00 0.00
Lain-lain E.5 211.871.573,00 0.00
Transaksi Antar Entitas E.6 12.937.967.400.735,00 0.00
KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS 1.251.871.880.792,00 0.00
EKUITAS AKHIR 2.151.315.899.691,00 0.00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 9
V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A PENJELASAN UMUM
A.1 DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2004 tentang perubahan
atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 233/PMK.05/2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
A.1. PROFIL DAN KEBIJAKAN TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian didirikan sebagai salah satu upaya
Kementerian Pertanian dari aspek prasarana dan sarana pertanian adalah bagaimana
memperbaiki dan membangun infrastruktur lahan dan air; meningkatkan akses
pembiayaan pertanian dengan suku bunga rendah yang terjangkau bagi petani kecil;
bagaimana membudayakan petani menggunakan pupuk kimiawi dan organik secara
berimbang untuk memperbaiki meningkatkan kesuburan tanah; bagaimana
mengupayakan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pelestarian lingkungan hidup;
mengupayakan dukungan alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produksi, nilai
tambah serta menekan susut hasil pertanian yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 10
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian
mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang prasarana dan sarana pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mempunyai tugas “merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perluasan dan
pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin
pertanian”
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
menyelenggarakan Fungsi sebagai berikut :
a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan lahan dan pengelolaan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan lahan, air irigasi, pembiayaan, pupuk, pestisida, dan alat mesin pertanian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian didukung oleh 6 (enam) Unit Kerja Eselon II , yaitu :
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 11
1. Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan
2. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi
3. Direktorat Alat dan Mesin Pertanian
4. Direktorat Pembiayaan Pertanian
5. Direktorat Pupuk dan Pestisida
6. Sekretariat Direktorat Jenderal.
Masing-masing Unit Kerja Direktorat didukung oleh 3 (tiga) sampai 5 (lima) unit Eselon III
dan 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) unit Eselon IV. Sedangkan Sekretariat Direktorat
Jenderal didukung oleh 4 (empat) unit Eselon III dan 12 (dua belas ) unit Eselon IV.
Susunan Organisasi dan Tata kerja
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian ditetapkan berdasarkan Peraturan
Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik Indonesia dengan susunan organisasi yang terdiri dari Sekretariat
Direktorat Jenderal, 5 unit Direktorat, 24 Unit kerja Eselon III dan 57 Unit kerja Eselon IV.
Susunan organisasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut, maka tugas dan fungsi dari masing-
masing unit kerja adalah sebagai berikut:
1) Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat
Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana Pertanian menyelenggarakan fungsi :
a) Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerja sama di bidang
prasarana dan sarana pertanian;
b) Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
c) Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan
kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta
pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik;
d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan; dan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 12
e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
2) Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perluasan dan
pengelolaan lahan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perluasan dan
Pengelolaan Lahan menyelenggarakan fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang basis data lahan, pengendalian lahan,
optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan, dan perluasan kawasan tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan peternakan;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang basis data lahan, pengendalian lahan, optimasi,
rehabilitasi dan konservasi lahan, dan perluasan kawasan tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan peternakan;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang basis data lahan,
pengendalian lahan, optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan, dan perluasan
kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang basis data lahan, pengendalian
lahan, optimasi, rehabilitasi dan konservasi lahan, dan perluasan kawasan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan.
3) Direktorat Pengelolaan Air Irigasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan air irigasi. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi menyelenggarakan fungsi
:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sumber air,
pengembangan jaringan dan optimasi air, dan iklim, konservasi air dan lingkungan
hidup, serta kelembagaan pengelolaan air irigasi;
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 13
b) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sumber air, pengembangan jaringan
dan optimasi air, dan iklim, konservasi air dan lingkungan hidup, serta kelembagaan
pengelolaan air irigasi;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan sumber
air, pengembangan jaringan dan optimasi air, dan iklim, konservasi air dan
lingkungan hidup, serta kelembagaan pengelolaan air irigasi;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan sumber air,
pengembangan jaringan dan optimasi air, dan iklim, konservasi air dan lingkungan
hidup, serta kelembagaan pengelolaan air irigasi;
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengelolaan Air Irigasi.
4). Direktorat Pembiayaan Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembiayaan pertanian.
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembiayaan program, pembiayaan syariah
dan kerja sama, pembiayaan agribisnis, serta kelembagaan dan pemberdayaan
agribisnis;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan program, pembiayaan syariah dan kerja
sama, pembiayaan agribisnis, serta kelembagaan dan pemberdayaan agribisnis;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembiayaan program,
pembiayaan syariah dan kerja sama, pembiayaan agribisnis, serta kelembagaan dan
pemberdayaan agribisnis;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembiayaan program,
pembiayaan syariah dan kerja sama, pembiayaan agribisnis, serta kelembagaan dan
pemberdayaan agribisnis; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pembiayaan Pertanian.
5) Direktorat Pupuk dan Pestisida mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pupuk dan pestisida pertanian.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 14
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah
tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan pupuk organik dan pembenah tanah,
pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan pestisida;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyediaan pupuk
organik dan pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan
pupuk dan pestisida;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyediaan pupuk organik dan
pembenah tanah, pupuk anorganik, dan pestisida, serta pengawasan pupuk dan
pestisida; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pupuk dan Pestisida.
6) Direktorat Alat dan Mesin Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang alat dan mesin
pertanian.
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan, pengawasan, peredaran,
kelembagaan dan pelayanan alat dan mesin pertanian;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan, pengawasan, peredaran,
kelembagaan dan pelayanan alat dan mesin pertanian;
c) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan,
pengawasan, peredaran, kelembagaan dan pelayanan alat dan mesin pertanian;
d) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan, pengawasan,
peredaran, kelembagaan dan pelayanan alat dan mesin pertanian; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Alat dan Mesin Pertanian.
Dukungan Sumberdaya Manusia
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian mendapat dukungan sumber daya manusia sebanyak 349 orang yang tersebar
pada 6 (enam) Direktorat dengan perincian sebagai berikut. Sekretariat Direktorat sebanyak
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 15
84 orang, Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan sebanyak 60 orang, Direktorat
Pengelolaan Air Irigasi sebanyak 65 orang, Direktorat Pembiayaan Pertanian sebanyak 46
orang, Direktorat Pupuk dan Pestisida sebanyak 58 orang dan Direktorat Alat dan Mesin
Pertanian sebanyak 36 orang. Semua sumber daya Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian tersusun secara sistematis untuk mendukung kelancaran kinerja guna mencapai
tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta tujuan dan
sasaran Kementerian Pertanian.
Dukungan Anggaran
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mendapat dukungan anggaran tahun
2015 melalui dana APBN senilai Rp. 3.205.872.300.000,00. Dalam perjalanan tahun anggaran
tepatnya Bulan Maret 2015 terjadi penambahan anggaran melalui dana APBNP senilai Rp.
10.798.365.006.000,00, sehingga total anggaran Ditjen PSP baik melalui dana APBN maupun
APBNP adalah senilai Rp. 14.392.200.941.000,00. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan
di daerah dalam bentuk Dana Tugas Pembantuan senilai Rp. 10.827.043.416.000,00 dan Dana
Dekonsentrasi sebesar Rp. 678.180.980.000,00 dan juga dana satker pusat senilai Rp.
2.886.976.545.000,00. Jumlah Dipa Satker lingkup Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
sebanyak 115 Satker.
Dari dana Pusat sebesar Rp. 2.886.976.545.000,00 digunakan untuk mendukung kegiatan di 6
(enam) Eselon II yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan senilai Rp.
11.667.500.000,00, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi senilai Rp. 28.065.772.000,00 yang
terdiri dari Rp. 9.627.697.000,00 (RM) ditambah dengan anggaran yang bersumber dari
bantuan luar negeri senilai Rp. 18.438.075.000,00 (RK dan RMP). Direktorat Pembiayaan
Pertanian senilai Rp. 506.096.850.000,00 Direktorat Pupuk dan Pestisida senilai Rp.
224.825.449.000,00, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian senilai Rp. 1.697.998.403.000,00
dan Sekretariat Direktorat Jenderal senilai Rp. 418.322.571.000,00.
VISI DAN MISI DAN TUJUAN
Visi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian periode 2015-2019 adalah “Mewujudkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagai motor penggerak tersedianya prasarana dan sarana pertanian, untuk mendukung pembangunan industri berbasis pertanian (bioindustri) dalam rangka kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani”
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 16
Misi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut :
a. Mendorong partisipasi para pemangku kepentingan dalam pengembangan dan
pengelolaan lahan dan air secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian
berkelanjutan.
b. Menyusun kebijakan pengembangan perluasan areal, pengelolaan lahan dan pengelolaan
air yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan
c. Mewujudkan dan mengembangkan sistem pembiayaan usaha pertanian yang fleksibel
dan sederhana
d. Memfasilitasi penyediaan, penyaluran, penggunaan , dan pengawasan pupuk dan
pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga)
e. Meningkatkan pelayanan pendaftaran pupuk dan pestisida
f. Mengembangkan sistem mekanisasi pertanian dan kelembagaan alat dan mesin
pertanian
g. Mewujudkan sistem manajemen dan administrasi pembangunan prasarana dan sarana
pertanian berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas
Tujuan
Tujuan strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah
“Melaksanakan penyediaan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian yang
meliputi aspek pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, pupuk
dan pestisida, serta alat dan mesin pertanian”
Tujuan strategis Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2015 – 2019
dicapai dengan:
1) Mewujudkan suatu kebijakan, norma, standart, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang prasarana dan sarana pertanian
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 17
2) Mewujudkan pelaksanaan bimbingan teknis dan pengawasan di bidang prasarana
dan sarana pertanian
3) Menyediakan lahan dan mengoptimalkan pendayagunaan lahan dan air dalam
mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan peternakan.
4) Mewujudkan sistem pembiayaan usaha pertanian yang fleksibel dan sederhana,
serta perlindungan usaha petani dan mitigasi resiko usaha petani melalui Asuransi
pertanian.
5) Mewujudkan penyediaan dan penyaluran serta pengawasan pupuk dan pestisida
sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga)
6) Mewujudkan sistem mekanisasi pertanian di Indonesia melalui kebijakan
pengembangan, pemanfatan, pengawasan dan kelembagaan alat dan mesin
pertanian yang sesuai dengan arah pembangunan pertanian.
7) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar sektor dan lembaga dalam
mendorong optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional
8) Meningkatkan peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pengembangan dan
pengelolaan prasarana dan sarana pertanian secara efektif dan efisien untuk
kegiatan pertanian berkelanjutan.
9) Menyelenggarakan manajemen dan administrasi pembangunan berdasarkan
prinsip profesionalitas, integritas, transparansi dan akuntabilitas
Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah:
Untuk mengukur sejauh mana Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian telah mencapai tujuan strategis tersebut diatas maka ditetapkan indikator
kinerja dan target kinerja yang harus dicapai pada akhir tahun kelima (2019).
Indikator kinerja tersebut merupakan indikator kinerja utama Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana tabel berikut:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 18
Sasaran
Sasaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah Penambahan Luas
Pertanaman seluas 1.850.000 Ha.Terwujudnya penambahan luas pertanaman seluas
1.850.000 Ha dicapai melalui kegiatan :
• Perluasan areal pertanian pada kawasan tanaman pangan (cetak sawah) seluas 1.000.000 Ha
• Pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 4.600.000 Ha
• Perluasan areal pertanian pada kawasan Peternakan seluas 100.000 Ha
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Strategi
Strategi yang dilaksanakan dalam upaya mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut :
1) Good Governance
Melaksanakan manajemen penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana
pertanian yang efisien, bersih, transparan, bebas dari KKN dengan penyelenggaraan
disiplin anggaran dan penciptaan kebijakan yang mendorong peran serta
stakeholder terkait baik di pusat maupun daerah sesuai dengan peta
kewenangannya.
2) Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Lahan dan Air Secara Lestari
No. Tujuan Indikator Kinerja Utama Target 2015-20191 Melaksanakan penyediaan dan
pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian yang meliputi aspek pengelolaan lahan, pengelolaan air irigasi, pembiayaan pertanian, pupuk dan pestisida, serta alat dan mesin pertanianpertanian
Jumlah penambahan Luas Areal Pertanaman
Penambahan Luas Areal Pertanaman seluas 1.850.000
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 19
Melaksanakan pengembangan lahan melalui penyempurnaan tata aturan
pengelolaan lahan dan air, pengendalian alih fungsi lahan, perluasan areal
pertanian, optimalisasi lahan terlantar/tidur, konservasi dan rehabilitasi, reklamasi,
jalan usahatani dan jalan produksi pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan) dan meningkatkan kesuburan dan produktivitas
melalui usahatani padi SRI, serta pengelolaan air yang efisien dan efektif dengan
mengembangkan dan merehabilitasi jaringan irigasi ditingkat usahatani, jaringan
irigasi desa, dan Tata Air Mikro (TAM) melalui partisipasi masyarakat.
Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama kenaikan suhu
udara dan ketersediaan air di saat musim kemarau sehingga perlu tersedia sumber
irigasi suplementer dengan teknik pemanenan air (water harvesting) seperti
embung/dam parit dan sumur resapan.
3) Menetapkan Skala Prioritas Kawasan Pengembangan
Melaksanakan penetapan skala prioritas kawasan pengembangan pertanian yang
berbasis komoditas. Perkembangan otonomi daerah yang telah dilaksanakan bisa
dipandang positif, kondisi ini dapat membangun sistem pembagian manfaat
ekonomi secara lebih adil dan merata antar wilayah, antar pelaku ekonomi
(pengentasan kemiskinan) dan antar generasi yang dapat memberikan dampak
positif (langsung maupun tidak langsung) terhadap perbaikan ekosistem lokal
maupun global. Oleh karena itu penetapan skala prioritas kawasan pengembangan
pertanian berbasis komoditas perlu dikaji skala ekonominya dengan baik.
4) Mendorong Pola Partisipatif
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat/petani dalam pengelolaan lahan dan air
dengan meningkatkan kemampuan SDM melalui pengarusutamaan gender (PUG)
agar mandiri dan proaktif melalui kegiatan-kegiatan penyediaan dan
pengembangan prasarana dan sarana pertanian dalam suatu wadah
organisasi/kelompok petani yang kuat dan mandiri. Fasilitasi pemerintah harus
diselenggarakan untuk mendorong kreatifitas dan memberdayakan usaha
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 20
masyarakat dan memberdayakan usaha masyarakat, antara lain melalui pola
Bantuan Sosial.
5) Menggalang Sinergi dan Meningkatkan Mutu Koordinasi
Melaksanakan penggalangan sinergi semua instansi terkait dalam memberdayakan
potensi sumber daya pertanian yang ada untuk pengelolaan prasarana dan sarana
pertanian.
6) Pemberdayaan Kelembagaan dan SDM Pertanian
Pemberdayaan kelembagaan dan SDM pertanian perlu ditata dan dikelola dengan
baik melalui pelatihan dan penerapan inovasi teknologi baru dibidang prasarana
dan sarana pertanian.
7) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang Feasible dan Bankable,
adalah mendorong peningkatan portfolio ketersediaan dana dari bank pelaksana
KKP-E, KPEN-RP dan KUPS untuk membiayai usaha pertanian.
8) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang Feasible dan tidak
Bankable, adalah mengoptimalkan skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang risiko
kreditnya sudah ditangani oleh pemerintah melalui pola risk sharing.
9) Strategi fasilitasi pembiayaan bagi kelompok usaha tani yang tidak Feasible dan
tidak Bankable, adalah mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-
A) dari Gapoktan PUAP di pedesaan untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil
dengan sistem pengelolaan konvesional maupun syariah.
10)Strategi Penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi, dengan mendorong
penggunaan pupuk majemuk dan pupuk organik melalui pemberian subsidi harga
pupuk dan bantuan langsung pupuk, serta bantuan sarana pengolah pupuk organik
ditingkat petani.
11) Strategi dalam meningkatkan pengawasan pupuk dan Pestisida, yaitu dengan
mendorong peran pemerintah daerah dalam pengawasan pupuk dan pestisida
melalui peningkatan kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3)
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 21
12) Strategi pelaksanaan penyediaan alat dan mesin pertanian, yaitu melaksanakan
manajemen penyediaan dan pengawasan alat dan mesin pertanian yang efisien,
bersih, transparan, bebas dari KKN dengan penyelenggaraan disiplin anggaran dan
penciptaan kebijakan yang mendorong peran serta stakeholder terkait baik di
pusat maupun daerah sesuai dengan peta kewenangannya.
13) Strategy pengembangan alat dan mesin pertanian secara selektif dan progresif,
yaitu dengan melaksanakan pengembangan alsintan melalui optimalisasi
penggunaan alsintan dan pemanfaatan teknologi alat dan mesin pertanian yang
dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta kualitas semua sumber daya
termasuk sumber daya tenaga kerja
14) Strategy pengawasan alsintan, yaitu pemberdayaan petugas pengawas melalui
peningkatan kompetensi petugas pengawas dan penyediaan sarana pendukung
15) Strategy penumbuhan dan pengembangan UPJA dan bengkel alsintan, yaitu
pemberdayaan kelembagaan UPJA dan bengkel Alsintan melalui peningkatan
kompetensi SDM, organisasi dan bisnis serta penerapan inovasi teknologi dibidang
alat dan mesin pertanian.
Arah Kebijakan
Kebijakan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dalam rangka
menunjang pembangunan pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumberdaya lokal
untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah sebagai
berikut:
1) Kebijakan yang terkait dengan pengembangan infrastruktur pertanian aspek
lahan adalah adalah pengembangan jalan pertanian pada kawasan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
2) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: meningkatnya luas areal
pertanian pada kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan, ditempuh melalui:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 22
a) Penambahan Baku Lahan (PBL)
b) Pendekatan kawasan yang berskala ekonomi
c) Kesesuaian daya dukung dan agropedoklimat
d) Partisipasi dan pemberdayaan petani.
e) Peningkatan efektivitas pembelajaran melalui pendampingan.
3) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: terwujudnya upaya optimasi,
konservasi, rehabilitasi dan reklamasi lahan pertanian :
a) Kebijakan optimasi lahan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
petani/peternak pada lahan terlantar, dan lahan yang berpotensi untuk
ditingkatkan IP-nya melalui:
- Kebijakan pengembangan usahatani dan konservasi DAS hulu yang
dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat.
- Kebijakan Reklamasi lahan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat/
petani pada lahan rawa, bekas tambang, dan bekas industri.
- Kebijakan perbaikan kesuburan lahan sawah melalui pengembangan
rumah kompos dan UPPO untuk pemberian/ penambahan bahan organik/
kompos.
- Peningkatan efektifitas pembelajaran melalui pendampingan.
b) Kebijakan peningkatan kesuburan dan produktivitas lahan melalui
pengembangan pertanian ramah lingkungan yang dikenal dengan System of
Rice Intensification (SRI).
4) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: tercapainya pengembangan
sumber air alternatif dan skala kecil, adalah :
a) Diprioritaskan pada kawasan kekeringan dengan mendayagunakan baik air
permukaan maupun air tanah.
b) Pengembangan sumber air alternatif dan skala kecil secara berkelanjutan
dengan cara partisipatif.
5) Kebijakan yang terkait dengan pencapaian sasaran: tercapainya pengembangan
jaringan irigasi dan optimasi pemanfaatan air irigasi, adalah:
a) Peningkatan fungsi prasarana irigasi,
b) Penerapan teknologi hemat air
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 23
c) Peningkatan partisipasi masyarakat.
d) Pengembangan dan Pemberdayaan Kelembagaan Petani Pemakai Air (P3A),
melalui :
- Peningkatan kemampuan P3A dalam Pengelolaan Air Irigasi dan Produksi
Pertanian;
- Pengelolaan irigasi secara partisipatif;
- Pengembangan jejaring dan kemitraan P3A.
6) Kebijakan yang terkait dengan pengembangan konservasi air dan lingkungan
hidup serta antisipasi perubahan iklim, adalah :
a) Pengembangan teknik pemanenan air dengan pembangunan embung.
b) Pengembangan teknik penyerapan air ke dalam tanah dengan sumur resapan
c) Pengembangan Model Adaptasi Perubahan Iklim (PMAPI)
7) Kebijakan terkait dengan revitalisasi pembiayaan petani dan kelembagaan petani
dalam rangka meningkatkan ketersediaan pembiayaan/kredit bagi petani, fokus
pada :
a) Pembiayaan yang bersumber dari dana perbankan ;
b) Pembiayaan yang bersumber dari dana BUMN/ CSR
c) Pembiayaan yang bersumber dari dana lembaga Keuangan Non Bank;
d) Pembiayaan yang bersumber dari pembiayaan swasta dan masyarakat;
e) Pembiayaan yang bersumber dari dana masyarakat tani dan atau masyarakat
yang peduli terhadap pertanian ;
f) Pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah pusat (APBN) dan
pemerintah daerah (APBD Propinsi dan APBD Kabupaten/Kota) ;
g) Pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan mikro dan lembaga
adat yang berkembang di masyarakat; serta sumber pembiayaan lainya.
8) Kebijakan terkait pupuk dan pestisida, adalah:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 24
a) Fasilitasi penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian guna
mendorong penerapan pemupukan secara berimbang guna meningkatkan
produktivitas dan kualitas hasil komoditas pertanian.
b) Pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida ramah
lingkungan.
c) Fasilitasi pelayanan pendaftaran pupuk dan pestisida pertanian.
9) Kebijakan pengembangan alsintan, didalamnya memuat beberapa hal sebagai
berikut :
a) Kebijakan yang terkait dengan sasaran meningkatnya kepemilikan alsintan
pada 33 propinsi sebesar 3 – 5 %, adalah : (a) sosialisasi pelaksanaan kegiatan
kepemilikan alsintan, (b) koordinasi dengan Dinas Propinsi dan
Kabupaten/Kota guna pemantapan kegiatan kepemilikan alsintan, (c)
kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan kepemilikan alsintan.
b) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya penumbuhan dan
pengembangan UPJA Pemula, Berkembang dan Profesional, meningkat
masing-masing 10%, 10% dan 15% per tahun, adalah : (a) sosialisasi
Permentan No.25 Tahun 2008 tentang Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan UPJA, (b) Pembentukan Tim UPJA, (c) kebijakan
pemberdayaan dalam pengelolaan UPJA , (d) peningkatan peranan UPJA
dalam pengembangan alsintan, (e) kebijakan peningkatan integrasi subsistem
pengguna, penyedia alsintan, permodalan dan pembinaan dalam
keberlanjutan kelembagaan UPJA.
c) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya pengembangan bengkel
alsintan di 33 propinsi, adalah : (a) sinkronisasi dan koordinasi dengan instansi
terkait, (b) peningkatan peranan produsen alsintan dalam pengembangan
bengkel, (c) peningkatan keahlian pengelola bengkel alsintan.
d) Kebijakan yang terkait dengan sasaran terlaksananya pengawasan pengadaan,
peredaran dan penggunaan alat dan mesin pertanian yang berdayaguna dan
berhasilguna di 33 provinsi meliputi : (a) sosialisasi pengawasan alsintan (b)
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 25
meningkatkan jumlah dan kompetensi petugas pengawas alsintan dan (c)
meningkatkan sarana pengawasan alsintan.
e) Kebijakan yang terkait dengan kualitas koordinasi dan sinkronisasi dalam
pengembangan, pengawasan dan kelembagaan alsintan di 33 Provinsi dalam
rangka peningkatan forum komunikasi dan informasi pengembangan,
pengawasan dan kelembagaan alsintan.
Program Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
Program Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah : Program Pengembangan dan Penyediaan Prasarana dan Sarana Pertanian dengan indikator kinerja program adalah :
1) Tersedianya kebijakan, norma, standart, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang prasarana dan sarana pertanian
2) Terlaksananya bimbingan teknis dan pengawasan di bidang prasarana dan sarana pertanian
3) Tersedianya dan teroptimalisasinya pendayagunaan lahan dan air dalam mendukung pengembangan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
4) Berkembangnya sistem pembiayaan usaha pertanian yang fleksibel dan sederhana serta sistem perlindungan usaha petani dan mitigasi resiko usaha petani melalui Asuransi pertanian.
5) Tersedianya dan Tersalurkannya pupuk dan pestisida sesuai azas 6 (enam) tepat (jenis, jumlah, tempat, waktu, mutu dan harga)
6) Berkembangnya sistem mekanisasi pertanian di Indonesia melalui kebijakan pengembangan, pemanfatan, pengawasan dan kelembagaan alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan arah pembangunan pertanian.
7) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi antar sektor dan lembaga dalam mendorong optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional
8) Meningkatnya peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana pertanian secara efektif dan efisien untuk kegiatan pertanian berkelanjutan.
9) Terselenggaranya manajemen dan administrasi pembangunan berdasarkan prinsip profesionalitas, integritas, transparansi dan akuntabilitas
A.2. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 26
Laporan Keuangan Tahun 2015 ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemendan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Satuan Kerja yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Sedangkan SIMAK-BMN adalah sistem yang menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.
Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2015 ini merupakan laporan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang meliputi wilayah serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas anggaran yang diberikan. Jumlah entitas akuntansi di lingkup Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah 115 satker. Rincian entitas tersebut tersaji sebagai berikut:
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 27
Rekapitulasi Jumlah Entitas UAPPA-E1
KP KD DK TP1 0199 v V 2
2 0290 - - V V 4
3 0390 - - V V 4 4 0490 - - V V 3 5 0590 - - V V 4 6 0690 - - V V 4 7 0790 - - V V 4 8 0890 - - V V 4 9 0990 - - V V 4
10 1090 - - V V 4 11 1190 - - V V 4 12 1290 - - V V 4 13 1390 - - V V 4
14 1490 - - V V 3
15 1590 - - V V 4 16 1690 - - V V 4 17 1790 - - V V 3 18 1890 - - V V 4 19 1990 - - V V 4 20 2090 - - V V 3 21 2190 - - V V 2 22 2290 - - V V 4 23 2390 - - V V 4
24 2490 - - V V 3
25 2590 - - V V 3
26 2690 - - V V 4 27 2890 - - V V 2 28 2990 - - V V 3 29 3090 - - V V 2 30 3190 - - V V 3 31 3290 - - V V 2 32 3390 - - V V 4 33 3490 - - V V 3 34 3590 - - V V 2
115
LAMPUNG
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
DKI JAKARTA
TOTAL DITJEN PSP
SULAWESI TENGGARA
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI SELATAN
JAMBISUMATERA SELATAN
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI UTARAKALIMANTAN TIMUR
KEWENANGAN JUMLAH SATKER
NO
DI. YOGYAKARTA
ACEH
SUMATERA BARATRIAU
PAPUA BARAT
SULAWESI TENGAH
MALUKU
NUSA TENGGARA TIMUR
PAPUA
BENGKULU
SULAWESI BARATKALIMANTAN UTARA
KODE WILAYAH
NAMA WILAYAH
BALI
MALUKU UTARABANTENBANGKA BELITUNGGORONTALOKEPULAUAN RIAU
A.3. Basis Akuntansi
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasi dan Laporan Perubahan Ekuitas. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 28
Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran basis kas untuk disusun dan disajikan dengan basis kas. Basis kas adalah basis akuntansi yang yang mengakui pengaruhi transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
A.4. Dasar Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
A.5. Kebijakan Akuntansi
Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang merupakan entitas pelaporan dari Kementerian Pertanian. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut:
(1) Pendapatan - LRA
• Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 29
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. • Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN). • Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). • Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
(2) Pendapatan - LO
• Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. • Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. • Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). • Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
(3) Belanja
• Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam peride tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. • Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. • Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). • Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(4) Beban
• Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. • Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. • Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 30
(5) Aset
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.
a. Aset Lancar
• Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. • Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal. • Piutang diakui apabila menenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/ Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal
• Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:
Kualitas Piutang Uraian Penyisihan
Lancar Belum dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo
0,5%
Kurang Lancar Satu bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan pertama tidak dilakukan pelunasan
10%
Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan kedua tidak dilakukan pelunasan
50%
Macet 1. Satu bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga tidak dilakukan pelunasan
100%
2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 31
• Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi (TP/TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TP/TGR atau Bagian Lancar TPA. • Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan:
• harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian; • harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; • harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya.
b. Aset Tetap
• Aset tetap mencakup seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. • Nilai Aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar. • Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi sebagai berikut: • Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.
a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah); b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah); c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
• Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus , ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-Lain pada pos Aset Lainnya. • Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD .
c. Penyusutan Aset Tetap
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 32
• Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Kebijakan penyusutan aset tetap didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan No.01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat sebagaimana diubah dengan PMK 90/PMK.06/2014 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat.
• Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap: a. Tanah b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau
dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.
• Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya nilai residu.
• Penyusutan Aset Tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama Masa Manfaat.
• Masa Manfaat Aset Tetap ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:
Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat
Peralatan dan Mesin 2 s.d 20 Tahun Gedung dan Bangunan 10 s.d 50
Tahun Jalan, Irigasi dan Jaringan 5 s.d 40 Tahun Aset Tetap Lainnya (Alat musik modern) 4 Tahun
d. Piutang Jangka Panjang
• Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang diharapkan / dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan . • Tagihan Penjualan Angsuran (TPA}, Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR} dinilai berdasarkan nilai nominal dan disaj ikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan .
e. Aset Lainnya
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 33
• Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap , dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas} bulan , aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. • Aset Tak Berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat netto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi . • Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi. • Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
(6) Kewajiban
• Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. • Kewajiban pemerintah diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang Masih Harus Dibayar, Pendapatan Diterima di Muka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
• Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
(7) Ekuitas
Ekuitas merupakan merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
(8) Implementasi Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pertama Kali
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 34
Mulai tahun 2015 Pemerintah mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan amanat PP No.71 Tahun 2010 tentang Akuntansi Pemerintahan. Implementasi tersebut memberikan pengaruh pada beberapa hal dalam penyajian laporan keuangan. Pertama, Pos-pos ekuitas dana pada neraca per 31 Desember 2014 yang berbasis cash toward accrual direklasifikasi menjadi ekuitas sesuai dengan akuntansi berbasis akrual. Kedua, keterbandingan penyajian akun-akun tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dalam Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas tidak dapat dipenuhi. Hal ini diakibatkan oleh penyusunan dan penyaj ian akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 adalah merupakan implementasi yang pertama.
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 35
B PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Selama periode berjalan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian telah mengadakan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari DIPA awal. Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja pemerintah dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Perubahan tersebut berdasarkan sumber pendapatan dan jenis belanja adalah sebagai berikut:
Uraian Anggaran Awal Anggaran Setelah Revisi
Pendapatan
Pendapatan dari Pengelolaan BMN (Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta Pendapatan dari Penjualan
50.000.000,00 50.000.000,00
Jumlah Pendapatan 50.000.000,00 50.000.000,00
Belanja
Belanja Pegawai 31.147.898.000,00 31.147.898.000,00
Belanja Barang 705.768.602.000,00 4.514.050.293.000,00
Belanja Modal 4.789.930.000,00 67.344.116.000,00
Belanja Sosial 2.182.648.350.000,00 9.779.658.634.000,00
Jumlah Belanja 2.924.354.780.000,00 14.392.200.941.000,00
Sedangkan apabila dilihat dari Kegiatan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian maka perubahannya adalah sebagai berikut:
Uraian Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Revisi
Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian
509.838.303.000,00 4.698.371.684.000,00
Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian
1.135.480.036.000,00 4.105.466.518.000,00
Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
258.313.140.000,00 3.304.213.546.000,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 36
Uraian Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Revisi
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
153.418.405.000,00 1.299.685.351.000,00
Fasilitas Pupuk dan Pestisida 298.321.596.000,00 460.738.892.000,00
Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
568.983.300.000,00 523.724.950.000,00
Jumlah Berdasarkan Kegiatan 2.924.354.780.000,00 14.392.200.941.000,00
B.1 PENDAPATAN
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp30.178.013.202,00 atau mencapai 60.356,03% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp50.000.000,00. Rincian estimasi pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut:
Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan
Uraian 2015
Akun Pendapatan Anggaran Realisasi .%
Pendapatan dari Pengelolaan BMN (Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta Pendapatan dari Penjualan
50.000.000,00 14.357.000,00 28,71
Pendapatan Jasa 0,00 181.565.092,00 0,00
Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi
0,00 4.385.000,00 0,00
Pendapatan Iuran dan Denda 0,00 1.285.278.380,00 0,00
Pendapatan Lain-lain 0,00 28.692.427.730,00 0,00
Jumlah 50.000.000,00 30.178.013.202,00 60.356,03
Realisasi Pendapatan TA 2015 mengalami penurunan sebesar -36,24% dibandingkan TA 2014. Rincian perbandingan realisasi pendapatan pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut:
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 37
Perbandingan Realisasi Pendapatan 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
.%
Pendapatan dari Pengelolaan BMN (Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta Pendapatan dari Penjualan
14.357.000,00 18.828.000,00 -23,75
Pendapatan Jasa 181.565.092,00 426.495.142,00 -57,43
Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi
4.385.000,00 3.000.000,00 46,17
Pendapatan Iuran dan Denda 1.285.278.380,00 49.528.377,00 2.495,03
Pendapatan Lain-lain 28.692.427.730,00 46.829.079.365,00 -38,73
Jumlah 30.178.013.202,00 47.326.930.884,00 -36,24
B.2 BELANJA
Realisasi Belanja pada TA 2015 adalah sebesar Rp12.968.865.919.087,00 atau 90,11% dari anggaran belanja sebesar Rp14.392.200.941.000,00. Rincian anggaran dan realisasi belanja TA 2015 adalah sebagai berikut:
Rincian Pagu dan Realisasi Belanja per 31 Desember 2015
Uraian 2015
Akun Belanja Anggaran Realisasi .%
Belanja Pegawai 31.147.898.000,00 21.275.501.212,00 68,31
Belanja Barang 4.514.050.293.000,00 3.843.356.549.049,00 85,14
Belanja Modal 67.344.116.000,00 63.387.396.003,00 94,13
Belanja Sosial 9.779.658.634.000,00 9.050.459.225.214,00 92,54
Total Belanja Kotor 14.392.200.941.000,00 12.978.478.671.478,00 90,18
Pengembalian Belanja 9.612.752.391,00 0.00
Total Belanja 14.392.200.941.000,00 12.968.865.919.087,00 90,11
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 38
Sedangkan realisasi belanja berdasarkan kegiatan untuk Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut:
Uraian 2015
Kegiatan Anggaran Realisasi .%
Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian
4.698.371.684.000,00 4.323.389.627.951,00 92,02
Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian
4.105.466.518.000,00 3.753.349.003.407,00 91,42
Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian
3.304.213.546.000,00 3.054.727.706.021,00 92,45
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian
1.299.685.351.000,00 1.008.707.826.305,00 77,61
Fasilitas Pupuk dan Pestisida 460.738.892.000,00 427.302.347.834,00 92,74
Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
523.724.950.000,00 401.389.407.569,00 76,64
Total Per Kegiatan 14.392.200.941.000,00 12.968.865.919.087,00 90,11
Dibandingkan dengan Tahun 2014, Realisasi Belanja TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 346.42% dibandingkan realisasi belanja pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain adanya penambahan kegiatan Upsus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai meliputi kegiatan yang dilaksanakan di Satuan Kerja (Satker) Pusat dan Satker Daerah, kegiatan-kegiatan yang antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan belanja pegawai lingkup Ditjen PSP, 2. Penambahan belanja modal lingkup Ditjen PSP, 3. Pengembangan Jaringan Irigasi, 4. Optimasi Lahan, 5. Pengembangan System of Rice Intensification (SRI), 6. Pengembangan Jagung, 7. Percepatan Optimasi Perluasan Areal Tanaman dan Peningkatan Intensitas
Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai, 8. Bantuan Pupuk dan Benih, 9. Pengembangan Seribu Desa Mandiri Benih, 10. Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan),
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 39
11. Revitalisasi Penggilingan Padi (RMU), 12. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman(OPT) dan Dampak Perubahan
Iklim (DPI), 13. Asuransi Pertanian, 14. Pengawalan/Pendampingan Petani/Kelompok Tani dan
Perbandingan Realisasi Belanja 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
.%
Belanja Pegawai 21.271.085.671,00 19.898.819.344,00 6,90
Belanja Barang 3.842.187.596.397,00 939.459.084.781,00 308,98
Belanja Modal 63.387.396.003,00 6.365.986.638,00 895,72
Belanja Sosial 9.042.019.841.016,00 1.939.359.518.483,00 366,24
Total Belanja 12.968.865.919.087,00 2.905.083.409.246,00 346,42
B.2.1 BELANJA PEGAWAI
Realisasi Belanja Pegawai per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp21.271.085.671,00 dan Rp19.898.819.344,00. Realisasi belanja TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 6,90% dari TA 2014. Hal ini disebabkan antara lain oleh:
1. Adanya penambahan pegawai (CPNS) Ditjen PSP;
2. Adanya kenaikan pangkat dan golongan pegawai lingkup Ditjen PSP.
Perbandingan Belanja Pegawai per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 20.951.003.212,00 19.224.093.315,00 8,98
Belanja Lembur 324.498.000,00 683.946.000,00 -52,56
Jumlah Belanja Kotor 21.275.501.212,00 19.908.039.315,00 6,87
Pengembalian Belanja Pegawai -4.415.541,00 -9.219.971,00 -52,11
Jumlah Belanja 21.271.085.671,00 19.898.819.344,00 6,90
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 40
B.2.2 BELANJA BARANG
Realisasi Belanja Barang per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp3.842.187.596.397,00 dan Rp939.459.084.781,00. Realisasi belanja barang TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 308,98% dari TA 2014. Hal ini disebabkan antara lain adanya penambahan kegiatan Upsus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai meliputi kegiatan yang dilaksanakan di Satuan Kerja (Satker) Pusat dan Satker Daerah, sebagai berikut :
1. Pengembangan Jaringan Irigasi, 2. Optimasi Lahan, 3. Pengembangan System of Rice Intensification (SRI), 4. Pengembangan Jagung, 5. Percepatan Optimasi Perluasan Areal Tanaman dan Peningkatan Intensitas
Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai, 6. Bantuan Pupuk dan Benih, 7. Pengembangan Seribu Desa Mandiri Benih, 8. Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan), 9. Revitalisasi Penggilingan Padi (RMU), 10. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman(OPT) dan Dampak Perubahan
Iklim (DPI), 11. Asuransi Pertanian, 12. Pengawalan/Pendampingan Petani/Kelompok Tani dan
Perbandingan Belanja Barang per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Barang Operasional 82.767.675.406,00 64.947.060.538,00 27,44
Belanja Barang Non Operasional 620.507.700.371,00 73.332.134.653,00 746,16
Belanja Barang Persediaan 7.562.091.800,00 0,00 0,00
Belanja Jasa 90.196.112.419,00 46.278.804.795,00 94,90
Belanja Pemeliharaan 4.097.170.555,00 2.993.347.513,00 36,88
Belanja Perjalanan Dalam Negeri 401.448.604.849,00 153.390.084.415,00 161,72
Belanja Perjalanan Luar Negeri 1.125.217.129,00 759.409.689,00 48,17
Belanja Barang untuk diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda
2.282.157.474.319,00 597.955.588.300,00 281,66
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 41
Uraian Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Barang Penunjang Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan untuk Diserahkan kepada Pemerintah Daerah
1.235.307.986,00 197.198.400,00 526,43
Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
352.259.194.215,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Kotor 3.843.356.549.049,00 939.853.628.303,00 308,93
Pengembalian Belanja Barang -1.168.952.652,00 -394.543.522,00 196,28
Jumlah Belanja 3.842.187.596.397,00 939.459.084.781,00 308,98
B.2.3 BELANJA SOSIAL
Realisasi Belanja Sosial per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp9.042.019.841.016,00 dan Rp1.939.359.518.483,00. Realisasi Belanja Sosial TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 366,24% dari TA 2014. Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan adalah dalam bentuk Untuk transfer uang dalam bentuk kegiatan bantuan sosial antara lain kegiatan PUAP, UPPO, Kegiatan Percepatan Tanam, Pengembangan Jaringan Irigasi, Pipanisasi. Sedangkan dalam bentuk tranfer barang adalah kegiatan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, pengadaan pupuk. Belanja bantuan sosial untuk jaminan sosial dan belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial merupakan belanja untuk kegiatan pengadaan Pupuk NPK dan Urea, Retensi Bangunan Vertical Jagung.
Bantuan Sosial yang ada di Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebagai berikut :
1. Perluasan Sawah
Perluasan sawah adalah suatu usaha penambahan luas baku lahan sawah pada berbagai tipologi lahan yang belum pernah diusahakan untuk pertanian dengan sistem sawah. Upaya penambahan baku lahan tanaman pangan melalui perluasan sawah sangat penting dalam upaya mempercepat pencapaian surplus beras dan swasembada beras berkelanjutan. Kegiatan perluasan sawah secara teknis harus dilaksanakan berurutan mulai dari identifikasi dan penetapan lokasi, survei/investigasi, desain, konstruksi sampai dengan pemanfaatan sawah baru. Kegiatan perluasan sawah tahun 2015 diarahkan pada lahan beririgasi dan lahan rawa. Perluasan sawah pada
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 42
lahan beririgasi merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan didaerah irigasi baik irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi desa yang sudah mempunyai jaringan irigasi atau akan dibangun jaringan irigasi. Perluasan Sawah pada lahan rawa merupakan upaya untuk menambah baku lahan sawah yang dilakukan di daerah rawa yang sudah mempunyai jaringan drainase atau akan dibangun jaringan drainase. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi perluasan sawah dilaksanakan melalui pola swakelola dengan Instansi Pemerintah lain merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Ke-empat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Kegiatan perluasan sawah TA 2015 seluas 23.000 ha dialokasikan di 10 Propinsi pada 18 Kabupaten dengan alokasi anggaran sebesar Rp478,276,895,000,00. Penambahan luas baku lahan padi dikontribusikan melalui kegiatan perluasan sawah. Pada tahun 2015 tercapai realisasi perluasan sawah sebesar 18.789 Ha dari target seluas 23.000 Ha (81,96%), capaian ini termasuk kategori “berhasil”. Kegiatan ini teralokasikan dengan anggaran Rp478.276.895.000,00 dan terealisasikan senilai Rp398.500.460.719,00 (83,32%) yang dilaksanakan di 10 propinsi pada 18 Kabupaten. Anggaran tersebut terdiri dari anggaran konstruksi perluasan sawah sebesar Rp391.043.080.000,00 dan anggaran non konstruksi sebesar Rp.87.233.815.000,00 yang digunakan untuk dana pendampingan kegiatan perluasan sawah, dana pendampingan kegiatan perluasan sawah oleh tni, optimalisasi pemanfaatan sawah baru, penyusunan dokumen lingkungan. Realisasi anggaran konstruksi cetak sawah sebesar Rp318.120.633.972,00 atau 81,35%, sedangkan realisasi anggaran non konstruksi sebesar Rp7.238.757.719,00 atau 8,30%. Pembangunan fisik perluasan sawah seluas 18.789 dilaksanakan dengan pola swakelola dengan instansi pemerintah lainnya yaitu Direktorat Zeni Angkatan Darat di 10 Propinsi (18 Kabupaten) yaitu 1). Propinsi Jambi (Kab. Merangin) seluas 1.000 Ha, 2). Propinsi Sumatera Selatan (Kab. OKI) seluas 1.000 Ha, 3). Propinsi Bangka Belitung (Kab.Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung Timur) seluas 2.495 Ha dari target 3.690 Ha, 4). Propinsi Lampung (Kab. Mesuji) seluas 2.000 Ha, 5). Propinsi Kalimantan Barat (Kab. Sanggau) seluas 1.000 Ha, 6). Propinsi Sulawesi Selatan (Kab. Pinrang, Wajo) seluas 1.500 Ha, 7). Propinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Bombana, Kolaka, Kolaka Timur, Muna, Konawe, Konawe Selatan) seluas 3.300 Ha dari target 3.550 Ha, 8). Propinsi NTB (Kab. Bima) seluas 2.780 Ha. 9). Propinsi Papua (Kab. Merauke) seluas 2.115 Ha dari
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 43
target 3.600 Ha, 10) Propinsi Sulawesi Utara (Kab. Bolaang Mongondow) seluas 599 Ha dari target 1.880 Ha.
2. Fasilitas Pestisida untuk Pertanian
Kegiatan fasilitas pestisida untuk pertanian tercakup dalam Kegiatan : a. Optimasi PAT-PIP kedelai. Kegiatan ini diarahkan untuk peningkatan luas
tanam, luas panen dan produksi. Kegiatan PAT-PIP kedelai dilaksanakan pada lahan sawah maupun lahan kering, dengan memanfaatkan lahan terlantar (bera), lahan bukaan baru, kerjasama pemanfaatan lahan Perhutani, hutan tanaman rakyat, perkebunan, lahan transmigrasi, dan lahan potensi lainnya dengan sistem monokultur maupun tumpangsari.
b. Kegiatan Optimasi PAT-PIP kedelai pada tahun 2015 yang anggarannya teralokasikan di Ditjen PSP namun pelaksanaannya oleh Ditjen Tanaman Pangan, dilaksanakan seluas 109.133 Ha dari target seluas 171.974 Ha (63,46%) dengan realisasi anggaran senilai Rp.286.985.493.000,00 dari target 387.261.480.000,00 (74,11%).
c. Pengamanan produksi dari gangguan OPT dilaksanakan dengan menggunakan sistem PHT yaitu memprioritaskan teknologi ramah lingkungan. Pengendalian OPT sebagai stok cadangan dilaksanakan untuk antisipasi bila terjadi sumber serangan OPT di lapangan yang melebihi ambang pengendalian. Sasaran yang akan dicapai adalah optimalnya gerakan pengendalian OPT di lapangan sehingga sumber serangan OPT terkendali dan tidak meluas. Sarana pengendalian OPT diperlukan sebagai cadangan yang dapat dimobilisasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Stok cadangan saran (bahan dan alat) pengendalian OPT untuk propinsi disimpan di gudang-gudang brigade, sedangkan kabupaten/kota di gudang dinas pertanian kabupaten/kota dengan mempertimbangkan aspek efektifitas, efisiensi dan keamanan. Jenis bahan pengendalian OPT dapat berupa insektisida, rodentisida, bahan asap, fungsida, bakterisida, moluskisida dan akarisida. Sedangkan alat pengendalian OPT dapat berupa handsprayer, mist blower, jaring serangga, jaring tikus, emposan tikus, masker, sarung tangan dll. Kegiatan ini pada tahun 2015 yang anggarannya teralokasikan di Ditjen PSP namun pelaksanaannya oleh Ditjen Tanaman Pangan, dilaksanakan sebanyak 29 paket dari target 31 paket (93,55%) dengan realisasi anggaran senilai Rp.87.817.522.205,00 dari target Rp.90.636.614.000,00 (96,89%).
3. Pengembangan Optimasi Lahan
Optimasi lahan merupakan salah satu langkah strategis dalam mengantisipasi kekurangan lahan untuk memproduksi padi. Kegiatan ini difokuskan untuk
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 44
meningkatkan Indek Pertanaman (IP) dan produktifitas melalui penyediaan sarana produksi (pupuk dan atau kapur) serta bantuan pengolahan tanah. Sasaran kegiatan ini adalah terealisasinya kegiatan Pengembangan Optimasi Lahan dengan target 1.030.000 Ha dengan alokasi anggaran sebesar Rp1.236.000.000.000,00. Target mengalami revisi menjadi 951.301 Ha dan dana yang dialokasikan menjadi Rp1.144.264.459.000,00 yang dilaksanakan di 361 Kabupaten/Kota pada 32 Propinsi. Jumlah Pengembangan Optimasi Lahan Pertanian melalui kegiatan optimasi lahan tahun 2015 terealisasi seluas 928.404 Ha dari target seluas 951.301 Ha (97,49%) dari anggaran kegiatan fisik Pengembangan Optimasi Lahan sebesar Rp1.141.561.200.000,00 yang terserap sebesar Rp1.109.958.452.000,00 atau 97,23%. Capaian Pengembangan Optimasi Lahan ini termasuk kategori “berhasil”.
4. Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian
Di Indonesia terdapat berbagai jenis alat dan mesin pertanian yang beredar di daerah. Mutu alat dan mesin pertanian yang beredar masih banyak yang tidak memenuhi standar dan tidak terjamin efektifitasnya sehingga merugikan penggunanya. Jenis alat dan mesin pertanian yang beredar di daerah meliputi antara lain, traktor roda 2, pompa air, power thresher, APPO, Chopper, rice transplanter, traktor roda 4, RMU, reaper. Untuk melindungi pengguna dari alat dan mesin yang tidak layak pakai dan mencegah terjadinya penyimpangan alat dan mesin yang tidak sesuai standar, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan alsintan. Pengawasan alat dan mesin pertanian mulai dari tahap pembuatan prototipe, produksi, peredaran dan penggunaannya. Pengawasan ditujukan terhadap alat dan mesin baik yang diproduksi dalam negeri maupun alat dan mesin impor yang diperdagangkan dengan maksud untuk melindungi pengguna dari alat dan mesin yang tidak layak pakai dan tidak memenuhi standar dan mencegah beredarnya alat dan mesin impor yang mutunya tidak memenuhi standar serta tidak sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Untuk mengetahui perkembangan peredaran alat dan mesin pertanian perlu dilakukan pemantauan pengawasan dan peredaran alat dan mesin pertanian. Pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian telah mengalokasikan anggaran untuk pengadaan alat dan mesin Pertanian melalui APBNP - Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 1.605.004.273.500,- yang
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 45
dialokasikan untuk 32 Provinsi dengan jumlah alsintan sebanyak 23.612 unit. Realisasi kontrak pengadaan alsintan sebanyak 23.366 unit (98,96%) dengan anggaran sebesar Rp. 1.365.204.360.929,- (85,06%). Sisa anggaran sebesar Rp. 214.811.515.182,- diantaranya Rp. 199.122.106.275,- sebagai penghematan dalam kegiatan pengadaan melalui e-purchasing. Adapun jenis alsintan yang diadakan melalui sumber dana APBN-P Tugas Pembantuan provinsi adalah alsintan pra panen (traktor roda 2, pompa air, cultivator, traktor roda 4), pasca panen (combine harvester, corn combine harvester, vertical dryer padi, bed dryer, vertical dryer jagung, corn sheller, power thresher) dan RMU.
5. Pengembangan Jaringan Irigasi
Kegiatan Monitoring Pengembangan Jaringan Irigasi dilakukan di beberapa propinsi/kabupaten antara lain : Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Karawang, Subang, Garut, Sukabumi), Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Klaten, Banyumas, Brebes), Propinsi Jawa Timur (Kabupaten Blitar, Jember, Ponorogo, Trenggalek, Lumajang, Probolinggo, Nganjuk), Propinsi Banten (Kabupaten Serang), Propinsi Lampung, Propinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka) Monitoring pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh petugas pusat untuk mengetahui pelaksanaan fisik Pengembangan Jaringan Irigasi dan kendala di lapangan mulai dari persiapan sampai selesainya pelaksanaan. Dari hasil monitoring kegiatan tersebut dapat diketahui beberapa permasalahan yang umumnya terjadi di lapangan adalah: 1) Saluran Sekunder dan Saluran Pembuang dalam keadaan rusak,atau
kurang terawat sehingga tidak bisa mengairi ke lahan sawah 2) Jadwal pelaksanaan Pengembangan jaringan irigasi tidak dilaksanakan
sesuai perencanaan awal. Hal ini bisa juga disebabkan karena faktor kendala administrasi, cuaca dan iklim (kekeringan, banjir, mundurnya jadwal tanam, dan sebagainya).
3) Kurangnya partisipasi petani dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang telah dibangun sehingga di beberapa lokasi terdapat jaringan irigasi yang dibangun rusak atau kurang terawat.
Kegiatan pengembangan jaringan irigasi di daerah diarahkan pada jaringan irigasi tersier yang memerlukan pembangunan/rehabilitasi. Kontruksi pengembangan jaringan irigasi konstruksinya bisa dilaksanakan pada daerah irigasi pemerintah, lahan rawa maupun pedesaan dengan syarat teknis sebagai berikut: 1. Pengembangan Jaringan/Optimasi Air Irigasi dilaksanakan pada daerah
irigasi maupun daerah irigasi rawa kewenangan pemerintah, pemerintah propinsi maupun kabupaten yang kondisi jaringan irigasi primer dan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 46
sekundernya baik atau pada jaringan irigasi tersier di mana jaringan primer dan sekundernya sudah direhabilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum/Dinas Pengairan Propinsi / Kabupaten.
2. Konstruksinya untuk membangun / merehabilitasi / meningkatkan fungsi jaringan irigasi tersier dan bangunan pelengkapnya, antara lain : • membangun/merehabilitasi bangunan penangkap air, seperti bendung
dan pengambilan bebas (intake) lainnya dan bangunan pelengkapnya serta
• membangun/rehabilitasi saluran (termasuk lining saluran) Jika lokasi memungkinkan maka pembangunan/rehab saluran disarankan menggunakan saluran ferosemen agar lebih ekonomis, mudah dikerjakan cepat dan konstruksi relatif lebih kuat. Saluran ferosemen ini digunakan sebagai salah satu bahan pelapisan untuk saluran tersier yang desain muka airnya lebih tinggi atau pada bangunan perlintasan yang strukturnya melintang dari aliran pada saluran air. Di beberapa daerah telah banyak yang menerapkan penggunaan ferosemen tersebut, akan tetapi di beberapa lokasi penggunaan ferosemen ini belum dilakukan, hal ini dipengaruhi karena topografi/kondisi lapangan serta petani yang belum memahami cara pembuatannya.
Dampak dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Jaringan Irigasi TA.2015 dengan realisasi seluas 2.455.308 ha, diperkirakan dapat meningkatkan produksi padi sebesar 3.591.330 ton GKG. Di samping itu sistem pelaksanaan padat karya yang dilaksanakan pada tahun 2015 ini menunjukkan telah memberikan partisipasi yang lebih baik, dimana dengan system pelaksanaan padat karya, gotong royong dan swadaya menjadi lebih intensif, hal ini dapat dilihat adanya hasil konstruksi fisik yang baik. Selain itu dapat meningkatkan rasa kepemilikan petani terhadap jaringan irigasi yang telah dibangun sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi petani dalam pemeliharaan jaringan irigasi di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Jaringan Irigasi ini partisipasi dari masyarakat/kelompok tani merupakan hal yang sangat diharapkan, yakni dari sejak perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tenaga kerja/gotong royong, dana, bantuan material, dukungan moril dan lain sebagainya, yang dapat membantu sehingga pelaksanaannya dapat sesuai dengan yang diharapkan.
6. Pengembangan System Rice Intensification (SRI)
Pengembangan padi SRI yang terkenal dengan motonya "More Rice with Less Water" atau hasil beras meningkat dengan penggunaan air yang lebih sedikit,
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 47
sampai saat ini masih mengalami kendala teknis dan non-teknis di lapangan. Menilik keistimewaan sistem ini, terutama dari segi produktifitas dan efisiensi pengairan (yang identik dengan potensi perluasan areal irigasi), beberapa perbaikan sistem harus dilakukan agar pengembangannya dapat dilaksanakan seluas-luasnya. Kendala dan permasalahan yang dihadapi petani dalam penerapan metode SRI dapat menjadi faktor untuk menyusun sistem insentif untuk mendorong penerapan secara lebih luas. Metode budidaya SRI mampu menghemat saprodi berupa benih, pupuk dan insektisida. Namun demikian, model SRI lebih boros dalam penggunaan kompos. Kalau biaya kompos diperhitungkan maka usahatani padi model SRI akan menghasilkan sedikit keuntungan. Kurangnya ketersediaan pupuk kandang merupakan kendala bagi pengembangan SRI, karena petani tidak mampu memproduksi kompos untuk keseluruhan lahannya.oleh karena itu, petani hanya mampu menerapkan SRI pada 30-50 persen lahannya. Paket teknologi yang diterapkan dalam usahatani SRI secara nyata telah menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan input. Selain itu juga terjadi penghematan benih. Jika pada cara konvensional kebutuhan benih mencapai 25-30 kg per hektar, dalam pola SRI hanya sekitar 5-7 kg per hektar. Model SRI tidak merekomendasikan penggunaan pupuk kimia. Tanpa penggunaan pupuk kimia, secara signifikan mengurangi biaya tunai petani meskipun dikompensasi dengan pencurahan tenaga lebih besar dalam pembuatan kompos. Efisiensi penggunaan input yang signifikan adalah penggunaan air irigasi. Dengan kebutuhan pengairan yang hanya macak-macak saja, kebutuhan jumlah air per hektar mengalami penurunan sangat drastis.hal ini membawa dampak pada kemampuan air irigasi dalam mengairi sawah, terutama pada musim kemarau jika pola SRI diterapkan dalam skala luas.namun kondisi saat ini belum dapat dirasakan karena penerapan SRI masih terbatas dan terpencar-pencar sehingga belum berdampak pada kemampuan luas pengairan air irigasi. Pertumbuhan Padi SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara tradisional.di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha.sedangkan, di daerah lain selama 5 tahun, ratusan petani memanen 8-9 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode varietas padi lain yang pernah ditanam. Petani tidak harus menggunakan input luar untuk memperoleh manfaat SRI. Metode ini juga bisa diterapkan untuk berbagai
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 48
varietas yang biasa dipakai petani.hanya saja, diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka. Penerapan metode SRI pada dasarnya tidak telalu berbeda dengan teknik budidaya padi sawah umumnya. Perbedaan mendasar terletak dari sisi penggunaan air pada petakan sawah dan jumlah bibit yang ditanam. Meskipun menggunakan pupuk dan pestisida organik, tetapi hal ini bukan merupakan karakteristik mutlak yang membedakan metode SRI dengan metode lainnya, karena pada usahatani padi sawah konvensional, umumnya akan lebih baik juga menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada tahun 2015, monitoring dan evaluasi kegiatan Pengembangan Optimasi Lahan dan Pengembangan SRI dilaksanakan pada 7 provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Monitoring perkembangan realisasi kegiatan dilakukan dengan datang langsung ke lapangan maupun melalui telepon. Monitoring ke lapangan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun untuk mengetahui persiapan dan percepatan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak yang diterima petani setelah diberikan alokasi kegiatan. Monitoring pertama kali di lapangan dilakukan untuk mengetahui kesiapan daerah dalam pelaksanaan kegiatan. Monitoring pertama kali dilakukan untuk mengidentifikasi calon petani dan calon lokasi pelaksana kegiatan. Untuk monitoring kegiatan optimasi lahan dan pengembangan SRI setiap minggu dilakukan melalui telepon. Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan realisasi kegiatan dan untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing daerah dalam melaksanakan kegiatan. Hasil monitoring dan evaluasi kegiatan optimasi dan SRI pada masing-masing provinsi tersebut
a. Provinsi Lampung
• Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi Lampung mendapat alokasi sebanyak 46.680 Ha anggaran Rp 56.016.000.000,- dengan realisasi
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 49
keuangan sebesar 100%, yaitu Rp 56.016.000.000, dan realisasi fisik sebesar 41.536 Ha atau 88,98%.
• Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi Lampung mendapat alokasi sebanyak 3.220 Ha anggaran Rp 6.762.000.000,-. dengan realisasi keuangan sebesar 100%, yaitu Rp 6.762.000.000 dan realisasi fisik sebesar 2.700 Ha atau 83,85%.
b. Provinsi Sumatera Selatan • Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung
UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi Sumatera Selatan mendapat alokasi sebanyak 51.150 Ha anggaran Rp 61.380.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp 61.339.776.000, atau 99,93% dan realisasi fisik sebesar 49.571 Ha atau 96,91%.
• Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi Sumatera Selatan mendapat alokasi sebanyak 4.900 Ha anggaran Rp 10.290.000.000,-. dengan realisasi keuangan sebesar Rp 10.147.500.000, atau 98,62% dan realisasi fisik sebesar 4.777 Ha atau 97,49%.
c. Provinsi DI Yogyakarta
• Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi DI Yogyakarta mendapat alokasi sebanyak 2.150 Ha anggaran Rp 2.580.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar 100% yaitu Rp 2.580.000.000,- dan realisasi fisik sebesar 2.150 Ha atau 100%.
• Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi DI Yogyakarta mendapat alokasi sebanyak 1.180 Ha anggaran Rp 2.478.000.000,-. dengan realisasi keuangan sebesar Rp 2.436.000.000,- atau 98,31% dan realisasi fisik sebesar 1.140 Ha atau 96,61%.
d. Provinsi Kalimantan Timur Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung
UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi Kalimantan Timur mendapat alokasi sebanyak 12.863 Ha anggaran Rp 15.435.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar Rp 13.732.200.000,- atau 88,96% dan realisasi fisik sebesar 8.443 Ha atau 65,64%.
• Untuk Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi Kalimantan Timur tidak mendapatkan alokasi.
e. Provinsi Gorontalo Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung
UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi Gorontalo mendapat alokasi
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 50
sebanyak 10.900 Ha anggaran Rp 13.080.000.000,- dengan realisasi keuangan sebesar 100% yaitu Rp 13.080.000.000,- dan realisasi fisik sebesar 10.481 Ha atau 96,16%.
• Untuk Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi Gorontalo tidak mendapatkan alokasi.
f. Provinsi Sumatera Kegiatan Optimasi Lahan Refokusing dan Optimasi Lahan Mendukung UPSUS (APBNP) tahun 2015 Provinsi Sumatera Utara mendapat alokasi sebanyak 61.232 Ha anggaran Rp 73.478.400.000,- dengan realisasi keuangan sebesar 100% yaitu Rp 73.478.400.000,- dan realisasi fisik sebesar 47.428 Ha atau 77,46%. Kegiatan System Rice of Intensification (SRI) tahun 2015, Provinsi Sumatera Utara mendapat alokasi sebanyak 7.000 Ha anggaran Rp 14.719.500.000,-. dengan realisasi keuangan sebesar Rp 14.495.175.000,- atau 98,48% dan realisasi fisik sebesar 5.716 Ha atau 81,66%.
7. Penyaluran Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Kegiatan PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal bagi petani pemilik, penggarap, buruh tani dan rumah tangga tani dalam wadah Gapoktan. Sasaran PUAP adalah berkembangnya usaha agribisnis di pedesaan terutama di desa miskin terjangkau dengan potensi pertanian. Kegiatan pelayanan pembiayaan melalui dana BLM-PUAP dalam Penetapan Kinerja (PK) ditargetkan: Terfasilitasinya Gapoktan dengan dana penguatan modal usaha BLM-PUAP sebanyak 3.000 Gapoktan. Realisasi anggaran sebesar: Rp. 1.022.922.598,- termasuk realisasi dana Bansos PUAP Rp. 300.830.772.053,- (99,87%) dari pagu sebesar Rp. 302.219.410.000,-
Terfasilitasinya Gapoktan dengan dana penguatan Modal Usaha BLM-PUAP sebanyak : 3.000 Gapoktan, dengan target 3.000 Gapoktan, realisasi : 100 %. Kontribusi kegiatan ini dalam rangka membantu permodalan petani untuk mengembangkan usaha pertanian antara lain : membeli sarana produksi sehingga membantu peningkatan penerapan teknologi lebih baik, guna mendukung peningkatan usaha tanaman pangan, peternakan, hortikultura, perkebunan dan usaha pendukung lainnya.
8. Konservasi Air dan Antisipasi Anomali Iklim
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 51
Kegiatan Konservasi Air dan Antisipasi Iklim terdiri atas kegiatan Development Of Infrastructure Models For Agriculture Clime Change Adaptasion and Capacity Development (CF-SKR). Target alokasi dana sebesar Rp. 3.527.450.000; telah terealisasi sebesar Rp. 3.510.050.000; (99,51%). Kegiatan CF-SKR di lakukan dengan pembangunan prasarana melalui Belanja Bantuan Sosial untuk pengembangan infrastruktur irigasi lahan pertanian (pengembangan embung/dam parit/ jaringan irigasi perpipaan dan pompa) melalui pemberdayaan sosial dalam bentuk tranfer uang pada 4 propinsi yang tersebar di 4 kabupaten yaitu : a. Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Cirebon.
Kegiatan pengembangan jaringan irigasi dengan alokasi dana sebesar Rp. 884.650.000; telah dilaksanakan pada 6 kelompoktani penerima manfaat di 3 kecamatan ( Gunungjati, Gegesik, Panguragan) yang tersebar di 6 desa (Babadan, Gegesik Wetan, Panguragan, Wanakarya, dan Kalianyar) hingga akhir Desember 2015 kegiatan fisiknya telah terealisasi 100%. (Rincian pada laporan sub kegiatan)
b. Propinsi Jawa Tengahm Kabupaten Demak Kegiatan pengembangan jaringan irigasi dengan alokasi dana sebesar Rp. 1.126.130.000; telah dilaksanakan pada 6 kelompoktani penerima manfaat di 6 kecamatan (Karang Tengah, Sayung, Wedung, Bonang, Karang Awen, dan Mranggen) yang tersebar di 6 desa (Dukun, Prampelan, Gebang Arum, Bumirejo, Banyumeneng) hingga akhir Desember 2015 kegiatan fisiknya telah terealisasi 100%. (Rincian pada laporan sub kegiatan)
c. Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Pasuruan. Kegiatan pengembangan jaringan irigasi dengan alokasi dana sebesar Rp. 540.000.000; telah dilaksanakan pada 7 kelompoktani penerima manfaat di 3 kecamatan (Prigen, Purwosari, Gempol) yang tersebar di 7 desa (Lumbangrejo, Gambiran, Martopuro, Watu Kosek, Wonosari, Kertosaro, Lumbangrejo) hingga akhir Desember 2015 kegiatan fisiknya telah terealisasi 100%. (Rincian pada laporan sub kegiatan)
d. Propinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Jeneponto Kegiatan terdiri dari : pengembangan jaringan Irigasi, pembangunan Dam Parit, pengembangan jaringan perpipaan dan pompa, dan pengembangan embung, dengan alokasi dana sebesar Rp. 976.670.000; telah dilaksanakan pada 3 kelompoktani penerima manfaat di 3 kecamatan (Binamu, Batang, Rumbia) yang tersebar di 6 desa (Sapanang, Balangtoa,Camba-camba, Togo-togo, Bontomanai, dan Bontotiro) hingga akhir Desember 2015 kegiatan fisiknya telah terealisasi 100%.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 52
Pelaksanaan kegiatan infrastruktur irigasi untuk lahan pertanian melalui dana Counterpart Fund Second Kennedy Round (CF-SKR) bertujuan untuk penataan managemen pengaturan air pada lahan usahatani sehingga dapat meminimalisir akibat terjadinya dampak perubahan iklim, baik itu bencana banjir maupun kekeringan.
9. Sarana dan Prasarana Peran strategis mekanisasi pertanian khususnya alat dan mesin pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia, terutama adalah dalam hal peningkatan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pertanian, peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing produk serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha tani. Dalam hal ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel alsintan dan meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dalam pengembangan, pengawasan dan peningkatan peran kelembagaan alsintan. Kegiatan bansos padat karya yang dianggarkan pada MAK. 1796.009. sebesar Rp. 4,7M dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan bantuan alsintan yang tidak bisa dianggarkan melalui alokasi reguler pada Direktorat Alsintan. Kegiatan padat karya ini dilaksanakan melalui kerjasama dengan instansi pemerintah lainnya seperti pemerintah daerah dan TNI AD dan bersifat paket kegiatan yang terdiri dari bantuan alsintan dan pendukungnya. Usulan kegiatan padat karya diperoleh dari hasil kunjungan kerja pimpinan Kementerian Pertanian dan ditindaklanjuti dengan usulan dari pemerintah daerah terkait sehingga realisasi kegiatan, tergantung dari hasil kunjungan kerja pimpinan.
10. Percontohan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian
11. Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolah Organik (UPPO) Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) merupakan kegiatan bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat tani sebagai salah satu upaya memperbaiki kesuburan lahan dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan memberikan fasilitasi bantuan berupa Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) diharapkan petani dapat memproduksi dan dan menggunakan pupuk organik insitu secara optimal.Fasilitasi yang diberikan dalam kegiatan UPPO antara lain bangunan rumah kompos dan bak fermentasi, Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO), kendaraan roda 3, bangunan kandang ternak komunal dan 10 ekor ternak.
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 53
Adapun sasaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah dioptimalkannya pembangunan UPPO pada lokasi yang memiliki potensi sumber bahan baku pembuatan kompos, terutama limbah organik/limbah panen tanaman, kotoran ternak/limbah ternak dan sampah organik rumah tangga pada kawasan sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan peternakan. Target pembangunan UPPO tahun 2015adalah sebanyak897 unit. Realisasi sampai akhir tahun mencapai 100% baik fisik maupun keuangannya. Realisasi fisik yaitu sebanyak 897 unit yang tersebar di 29 provinsi200 kabupaten. Realisasi keuangan sesuai dengan pagu yaitu sebesar Rp 206.310.000.000,-. Kontribusi kegiatan UPPO adalah untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik anggota kelompok tani, mendukung kegiatan SRI di lokasi setempat dan masyarakat sekitar.
Rekap Realisasi Bantuan Sosial
(Rp.) (%)1 Perluasan Sawah 57.930.000.000 49.000.500.000 84,59 2 Fasilitas Pestisida untuk Pertanian 3.794.175.000 2.820.400.000 74,34 3 Pengembangan Optimasi Lahan 3.131.256.983.500 2.920.957.358.804 93,28
4Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian 900.693.659.525 792.554.849.918 87,99
5 Pengembangan Jaringan Irigasi 4.657.361.156.975 4.297.197.159.592 92,27 6 Pengembangan SRI 331.761.825.000 318.547.072.500 96,02
7Penyaluran Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 300.000.000.000 300.000.000.000 100,00
8Konservasi Air dan Antisipasi Anomali Iklim 3.527.450.000 3.510.050.000 99,51
9 Sarana dan Prasarana 4.758.941.000 841.500.000 17,68
10Percontohan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian 182.264.443.000 158.720.334.400 87,08
11Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) 206.310.000.000 206.310.000.000 100,00
JUMLAH BRUTO 9.779.658.634.000 9.050.459.225.214 92,54 PENGEMBALIAN BELANJA 8.439.384.198
JUMLAH NETTO 9.779.658.634.000 9.042.019.841.016 92,46
RealisasiPaguKegiatan BansosNo
Perbandingan Belanja Sosial per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Jenis Bansos Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial
64.088.200.000,00 0,00 0,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 54
Uraian Jenis Bansos Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial
8.978.444.256.714,00 1.947.332.931.900,00 361,06
Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial
7.926.768.500,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Kotor 9.050.459.225.214,00 1.947.332.931.900,00 364,76
Pengembalian Belanja Sosial -8.439.384.198,00 -7.973.413.417,00 5,84
Jumlah Belanja 9.042.019.841.016,00 1.939.359.518.483,00 366,24
Berdasarkan tabel di atas, berikut ini kegiatan-kegiatan Bansos , yakni:
1. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI Infrastruktur dan sarana merupakan salah satu faktor penting dalam proses usahatani, diantaranya infrastruktur irigasi. Infrastruktur irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi. Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini dibiarkan terus dan tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap penurunan produksi pertanian yang diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar lokasi.
Mengingat sebagian besar pemerintah kabupaten/kota dan perkumpulan petani pemakai air sampai saat ini belum dapat menjalankan tanggung jawabnya, maka Pemerintah dalam hal ini Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian berusaha untuk membantu meningkatkan pemberdayaan P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi melalui kegiatan Pengembangan Jaringan.
Tujuan
1. Meningkatkan kinerja jaringan irigasi sehingga dapat meningkatkan fungsi layanan irigasi. 2. Meningkatkan areal tanam melalui penambahan indeks pertanaman dan penambahan
baku lahan 3. Meningkatkan produktivitas. 4. Membangun rasa memiliki terhadap jaringan irigasi .
Sasaran
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 55
1. Terbangunnya jaringan irigasi tingkat usahatani di beberapa propinsi. 2. Meningkatnya luas areal tanam melalui penambahan IP lebih dari lebih dari 30% dan
peningkatan produktivitas lebih dari 1 ton/Ha. 3. Terbangunnya rasa memiliki petani terhadap jaringan irigasi yang dibangun atau
direhabilitasi. 4. Sasaran pengembangan jaringan irigasi dan optimasi air seluas 4.600.000 Ha
2. UNIT PENGOLAH PUPUK ORGANIK (UPPO) Perbaikan kesuburan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan pada lahan sawah adalah dengan mengembalikan jerami ke dalam lapisan tanah sebagai bahan organik dan tidak membakar atau membawa jerami keluar dari areal sawah. Upaya lain dalam perbaikan kesuburan lahan sawah dapat ditempuh melalui pemberian pupuk organik yang berasal dari bahan organik berupa limbah pertanian seperti limbah panen (jerami dan lainnya) serta limbah peternakan (kotoran hewan). Perbaikan kesuburan lahan dengan penggunan pupuk organik perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk pertanian, efisiensi dalam usahatani, peningkatan aspek kesehatan serta terpeliharanya lingkungan hidup.
Proses pembuatan pupuk organik dari bahan baku berupa limbah panen dan limbah peternakan apabila dilakukan secara alami memerlukan waktu cukup lama yaitu sekitar 1 – 2 bulan bahkan lebih. Apabila proses tersebut menggunakan alat bantu berupa APPO (alat pengolah pupuk organik) yang berfungsi sebagai pencacah dan penghancur bahan organik, maka waktu pengomposan menjadi lebih pendek yaitu sekitar hanya 2-3 minggu. Dalam skala kelompok tani/gapoktan, diperlukan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), yaitu berupa bangunan rumah kompos untuk penempatan mesin APPO, bak fermentasi, dilengkapi alat pengangkut kendaraan bermotor roda tiga agar lebih efisien, serta hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pupuk organik.
Upaya peningkatan dan perbaikan kesuburan lahan pertanian melalui pengembangan unit pengolah pupuk organik, dilaksanakan dengan cara pemberdayaan masyarakat, maka diharapkan dari kegiatan tersebut disamping dapat meningkatkan produksi tanaman pertanian, selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta mampu membuka lapangan kerja di pedesaan.
Tujuan
Tujuan dari Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO),
yaitu :
1. Menyediakan fasilitas terpadu pengolahan bahan organik (jerami, sisa tanaman, limbah ternak, sampah organik) menjadi kompos (pupuk organik).
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 56
2. Memenuhi kebutuhan pupuk organik oleh, dari dan untuk petani, tanpa harus membeli dan bergantung kepada pabrik pupuk.
3. Mensubstitusi kebutuhan pupuk anorganik. 4. Memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan pertanian. 5. Meningkatkan populasi ternak. 6. Membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja di pedesaan. 7. Media pelatihan dan penelitian bagi berbagai kalangan masyarakat, termasuk petani,
mahasiswa dan karyawan. 8. Melestarikan sumberdaya lahan pertanian dan lingkungan.
Sasaran
Sasaran dari kegiatan Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) adalah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat dan sentra peternakan, sebanyak 100 unit yang tersebar di 93 kabupaten di 26 propinsi.
3. BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN
Alat dan mesin pertanian (alsintan) memiliki peranan penting dalam kegiatan usahatani untuk memberikan mutu hasil yang lebih baik dan dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Dalam kegiatan pengolahan tanah, traktor roda 2, pompa air, transplanter yang merupakan Unit Pelayanan Jasa Alsintan dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan intensitas pertanaman di berbagai ekologi lahan. Selain itu melalui pemanfaatan alsintan akan mendukung upaya pemecahan masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah.
Dalam rangka mempertahankan swasembada beras berkelanjutan, maka pemerintah juga berkomitmen dalam pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014. Salah satu strategi peningkatan produksi adalah penyempurnaan manajemen teknis yang diantaranya adalah percepatan pengolahan tanah dan penanaman secara serentak.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan yang berbeda-beda serta mahalnya harga alsintan, menimbulkan beragamnya proses kepemilikan alsintan oleh petani baik secara pribadi maupun kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah kembali menggulirkan program bantuan alat dan mesin pertanian berupa traktor roda 2, traktor roda 4 dan pompa air melalui sumber dana APBN Tahun Anggaran 2012.
Untuk mendukung pelaksanaan penyediaan ketiga jenis alsintan tersebut di daerah agar tidak terjadi permasalahan yang dapat menghambat terealisasinya bantuan tersebut, diperlukan pedoman teknis bagi petugas di daerah maupun penerima bantuan. Untuk kegiatan Unit Pelayanan Jasa Alsintan Mandiri (UPJA Mandiri) telah dilaksanakan di beberapa propinsi yang antara lain adalah Propinsi Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Riau, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung. Jenis bantuan UPJA Mandiri per Kelompok sebesar Rp. 250.000.000,00 antara lain adalah hand traktor (roda 2), Rice Transplanter, alat bengkel, gudang dan bangunan.
Tujuan
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 57
a. Meningkatkan kepemilikan alat dan mesin pertanian untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi pertanian dan pendapatan petani.
b. Meningkatkan pemanfaatan alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan tanah dan penyediaan air irigasi.
Sasaran
a. Tercapainya peningkatan kepemilikan alat dan mesin pertanian oleh Poktan/Gapoktan/UPJA untuk mendukung upaya pencapaian sasaran produksi pertanian dan pendapatan petani melalui pemanfaatan alsintan tersebut.
b. Meningkatnya alat dan mesin pertanian untuk mempercepat pengolahan tanah dan penyediaan air irigasi.
Kegiatan Bantuan Alsin Hadiah bagi UPJA/Kelompok, GP3A, P3A bagi kelompok yang berprestasi diantara nya adalah bantuan alsin antara lain berupa alat mesin pertanian yang berupa hand traktor, hand sprayer.
5. PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)
Program Pemberdayaan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dilaksanakan oleh petani (pemilik dan/atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani miskin di perdesaan melalui koordinasi Gapoktan sebagai lembaga yang dimiliki dan dikelola oleh petani.
Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat.
Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tahun 2012 mengacu kepada pola dasar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/OT.140/2/2012 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Strategi dasar yang dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat, optimalisasi potensi agribisnis, fasilitasi modal usaha petani kecil, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan.
Tujuan :
a) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;
b) Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
c) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis;
d) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sasaran :
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 58
a) Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin terjangkau sesuai dengan potensi pertanian desa;
b) Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi;
c) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
d) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha harian, mingguan, maupun musiman.
6. OPTIMASI LAHAN
Optimasi lahan pertanian merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan
pertanian menjadi lahan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
melalui upaya perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi lahan
usahatani yang lebih produktif. Kegiatan optimasi lahan pertanian diarahkan untuk memenuhi
kriteria lahan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan perternakan dari aspek
teknis, perbaikan fisik dan kimiawi tanah, serta peningkatan infrastruktur usahatani yang
diperlukan.
Kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk menunjang terwujudnya ketahanan pangan dan
antisipasi kerawanan pangan. Dalam rangka mendukung surplus 10 juta ton beras pada tahun
2014, khusus Kegiatan Optimasi Lahan Tanaman Pangan komoditasnya harus padi. Untuk
tahun 2014 pelaksanan kegiatan optimasi lahan khususnya yang berskala luas (≥ 500 Ha )
dikerjasamakan dengan TNI-AD. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut MOU Menteri Pertanian
dengan Panglima TNI-AD yang dilanjutkan dengan Kesepakatan Kerja Sama (KKS) Dirjen
Prasarana dan Sarana Pertanian dengan Aster Kepala Staf Angkatan Darat tentang Program
Kerja Sama Dalam Mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan.
Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan optimasi lahan adalah:
a. Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan menjadi lahan pertanian produktif b. meningkatkan indeks pertanaman (IP) untuk memperluas areal tanam. c. Mendukung Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) d. Melestarikan sumber daya lahan pertanian e. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan f. Memberdayakan anggota TNI-AD mendukung sektor pertanian dalam rangka terwujudnya
ketahanan pangan dan antisipasi kerawanan pangan. Sasaran Sasaran kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk :
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 59
a) Mendukung Subsektor Tanaman Pangan, dengan komoditas khusus padi, pada lahan – lahan yang sementara tidak diusahakan dan IP rendah diprioritaskan pada (IP) ≤ 100.
b) Mendukung Subsektor Hortikultura
Lahan kawasan komoditi hortikultura yang belum optimal diutamakan untuk komoditas buah-buahan unggulan nasional dan lokal.
c) Mendukung Subsektor Perkebunan
Optimasi lahan perkebunan diarahkan pada lahan kawasan perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan nasional dan lokal yang produktivitasnya rendah, jumlah populasi tanaman rendah.
d) Kawasan Peternakan Optimasi lahan peternakan diarahkan pada lahan HMT yang sementara tidak diusahakan.
e) Sasaran kegiatan optimasi lahan tahun 2015 adalah seluas 200.000 ha, yang terdiri dari kawasan tanaman pangan 175.220 ha, hortikultura 7.950 ha, perkebunan 16.830 ha yang tersebar di 32 Propinsi pada 368 Kabupaten/Kota.
7. System Rice Intencification (SRI)
merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan.
Dengan pola tanam padi metode SRI diharapkan dapat memberikan tambahan produksi sebanyak 1 s/d 2 ton/Ha , sehingga dapat berkontribusi dalam mensukseskan program surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Tujuan Tujuan Pengembangan SRI ini adalah :
a. Memperbaiki kualitas/ kesuburan lahan sawah melalui pemberian asupan bahan organik b. Mendukung Pogram Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) c. Mengefisiensikan penggunaan saprodi dan pemanfaatan air d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tentang usahatani padi sawah
organik metode SRI. e. Mengembangkan usahatani padi yang ramah lingkungan. f. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Sasaran Sasaran kegiatan pengembangan SRI adalah petani padi yang tergabung dalam kelompok tani / P3A / Gapoktan pada lahan sawah beririgasi ( teknis, setengah teknis dan sederhana) dan lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terjamin. Pada tahun 2014 kegiatan pengembangan SRI seluas 180.000 Ha yang tersebar di 29 propinsi, 243 kabupaten/kota.
8. Perluasan Areal Hortikultura
Program pengembangan agribisnis hortikultura khususnya buah-buahan merupakan bagian integral dari program pembangunan pertanian nasional.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 60
Dalam upaya memenuhi kebutuhan terhadap produk hortikultura, diperlukan usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi usaha, produktivitas, dan mutu produk.
Tujuan : e. Menambah baku lahan dan produksi hortikultura f. Menambah luas areal kawasan sentra produksi hortikultura g. Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan/terlantar untuk pengembangan komoditas hortikultura Sasaran : Jenis komoditas yang dikembangkan diprioritaskan komoditas buah-buahan Unggulan Nasional (mangga, manggis, durian, jeruk, rambutan) dan Unggulan Daerah yang mempunyai pangsa pasar yang baik.
9. Perluasan Areal Perkebunan
Kegiatan perluasan areal perkebunan tahun 2015 dilaksanakan melalui pola BANSOS (Bantuan Sosial) dengan melibatkan petani secara langsung yang tergabung dalam kelompok tani agar dapat mengelola usaha perkebunan dengan skala yang lebih luas/ memenuhi skala ekonomi serta peningkatan efisiensi pengusahaan perkebunan. Pengembangan perkebunan rakyat melalui Perluasan Areal Perkebunan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, selain itu dapat menciptakan lapangan kerja. Tujuan : a. Menambah baku lahan dan produksi komoditas perkebunan b. Menambah luas areal kawasan sentra produksi perkebunan c. Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan/terlantar untuk pengembangan komoditas perkebunan. Sasaran : Komoditas yang dikembangkan diprioritaskan untuk komoditas Unggulan Nasional (karet, kopi, kakao) dan Unggulan Daerah (kelapa, pala, lada, cengkeh, dan tebu).
10. Perluasan Areal Peternakan
Dalam mendukung penyediaan hijauan makanan ternak yang berkualitas, perluasan areal di bidang peternakan melaksanakan kegiatan perluasan areal kebun hijauan makanan ternak dan atau padang penggembalaan. Dalam upaya mencapai keberhasilan pelaksanaan kegiatan perluasan areal peternakan di daerah, maka diperlukan adanya pedoman teknis perluasan areal peternakan untuk memberikan acuan bagi para petugas peternakan, di Provinsi, Kabupaten/kota, maupun petugas lapangan. Tujuan : a. Menambah baku lahan kebun hijauan makanan ternak dan atau padang penggembalaan b. Menyediakan pakan hijauan makanan ternak yang berkualitas. c. Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan/terlantar untuk pengembangan hijauan makanan ternak.
11. Perluasan Sawah
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 61
Perluasan sawah adalah suatu usaha penambahan luasan/ baku lahan sawah pada berbagai
tipologi lahan dengan kondisi yang belum dan atau lahan terlantar yang dapat diusahakan
untuk usahatani sawah. Terwujudnya penambahan luas pertanaman seluas 1.850.000 Ha
Tujuan Tujuan kegiatan ini adalah menambah luas baku lahan tanaman pangan melalui kegiatan perluasan sawah.
Sasaran
Sasaran areal perluasan sawah tahun 2015 – 2019 sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Perluasan areal pertanian pada
kawasan tanaman pangan (cetak sawah) seluas 1.000.000 Ha
Untuk kegiatan bansos ada beberapa satker yang realisasinya kurang dari 70%, sebagaimana penjelasan terlampir.
B.2.4 BELANJA MODAL PERALATAN DAN MESIN
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp54.614.989.903,00 dan Rp5.779.884.638,00. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 844,92% dibandingkan TA 2014. Hal ini disebabkan antara lain dalam bentuk pengadaan peralatan komputer, pengadaan peralatan dan kantor. Penambahan dan pengurangan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara.
Perbandingan Belanja Modal Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Jenis Belanja Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun)
%
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 54.614.989.903,00 5.779.884.638,00 844,92
Jumlah Belanja Kotor 54.614.989.903,00 5.779.884.638,00 844,92
Pengembalian Belanja 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja 54.614.989.903,00 5.779.884.638,00 844,92
B.2.5 BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 62
Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp8.380.339.100,00 dan Rp586.102.000,00. Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 1.329,84% dibandingkan TA 2014. Penambahan dan pengurangan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara.
Perbandingan Belanja Modal GEdung dan Bangunan
per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Jenis Belanja Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun) %
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
8.380.339.100,00 586.102.000,00 1.329,84
Jumlah Belanja Kotor 8.380.339.100,00 586.102.000,00 1.329,84
Pengembalian Belanja 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja 8.380.339.100,00 586.102.000,00 1.329,84
B.2.6 BELANJA MODAL JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp187.720.000,00 dan Rp0,00. Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,00% dibandingkan TA 2014. Penambahan dan pengurangan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara
Perbandingan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Jenis Belanja Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun) %
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 187.720.000,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Kotor 187.720.000,00 0,00 0,00
Pengembalian Belanja 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja 187.720.000,00 0,00 0,00
B.2.7 BELANJA MODAL LAINNYA
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 63
Realisasi Belanja Modal Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp204.347.000,00 dan Rp0,00. Realisasi Belanja Modal Lainnya TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,00% dibandingkan TA 2014. Penambahan dan pengurangan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara
Perbandingan Belanja Modal Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Jenis Belanja Realisasi 31 Desember 2015
Realisasi 31 Desember 2014
Naik (Turun) %
Belanja Modal Lainnya 204.347.000,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja Kotor 204.347.000,00 0,00 0,00
Pengembalian Belanja 0,00 0,00 0,00
Jumlah Belanja 204.347.000,00 0,00 0,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 64
C PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
C.1 ASET LANCAR
C.1.1 KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp5.086.934.649,00 dan Rp912.696.475,00 yang merupakan kas yang dikuasai, dikelola dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan atau belum disetorkan ke Kas Negara per tanggal neraca. Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran adalah sebagai berikut:
Perbandingan Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
Rekening Bank 5,086,934,649.00 912,696,475.00
Uang Tunai 0.00 0.00
Jumlah 5,086,934,649.00 912,696,475.00
Tabel 1. Rincian Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember
2014 dan 31 Desember 2013
Kode satker
Satker 31 Desember 2015 31 Desember 2014
089137 Distan Prov. Sumatera Barat 56.807.091Rp -109125 Distan TP Prov. Jambi 153.169.950Rp -179024 Distnnak Prov. Sulut 100Rp 179110 Distannak Prov. Sulut 465.528.800Rp 121.933.000Rp 189018 Distan Prop. Sulteng 479.735.605Rp 3.695.000Rp 189140 Disnakkeswan Prop. Sulteng 350.000Rp 209026 Distan Prov. Sultra 48.780.000Rp 239025 Disnak Prop. NTB 350.000Rp 689.925Rp 249004 Disnak Prop. NTT 2.477.800Rp 249033 Distanbun Prop. NTT (DK) 2.531.462.600Rp 45.997.400Rp 249044 Distannak Kab . Alor -249165 Distanbun Prop. NTT (TP) 657.167.000Rp 736.653.350Rp 269006 Disnakeswan Prop. Bengkulu 900.000Rp 259012 Disbun Prov. Papua 10.000.000Rp 309034 Distanbunnak Prop. Babel 220.936.865Rp -309168 Distanbunnak Prop. Babel 403.616.638Rp 319004 Distan TPH Ptov. Gorontalo 59.380.000Rp -
5.086.934.649Rp 912.696.475Rp Jumlah
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 65
Sisa kas di bendahara pengeluaran tersebut telah dibayar pada bulan Januari 2016
oleh bendahara satker di dinas terkait yang masih ada sisa UP/TUP pada akhir 31
Desember 2015.
C.1.2 KAS LAINNYA DAN SETARA KAS
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp102.955,00 dan Rp432.641,00. Untuk Jasa Giro Tahun 2014 sebesar Rp. 432.641,00 telah disetor ke kas negara. Kas Lainnya dan Setara Kas merupakan kas yang berada di bawah tanggung jawab bendahara pengeluaran yang bukan berasal dari UP/TUP, baik saldo rekening di bank maupun uang tunai. Kas Lainnya dan setara kas tersebut berasal dari Jasa Giro SP3 Satker Pusat. Rincian Sumber Kas Lainnya dan Setara Kas adalah sebagai berikut:
Perbandingan Kas Lainnya dan Setara Kas per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015
31 Desember 2014
Jasa Giro yang belum disetor ke kas Negara 102,955.00 432,641.00
Pajak PPh yang belum disetor 0.00 0.00
Honor Kegiatan yang belum dibagikan 0.00 0.00
Jumlah 102,955.00 432,641.00
C.1.3 BAGIAN LANCAR TAGIHAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN/TUNTUTAN GANTI RUGI
Saldo Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp32.311.953,00 dan Rp139.174.453,00. Bagian Lancar Tagihan TP/TGR merupakan Tagihan TP/TGR yang belum diselesaikan pada tanggal neraca yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan atau kurang. Rincian Bagian Lancar Tagihan TP/TGR adalah sebagai berikut:
Perbandingan Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
No Nama 31 Desember 2015 31 Desember 2014
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 66
No Nama 31 Desember 2015 31 Desember 2014
1. Satker Pusat Ditjen PSP 735,000.00 6,400,000.00
2. Distannak Kab. Ketapang 0.00 5,197,500.00
3. Distan TPH Prop. Kalbar 0.00 88,000,000.00
4. Distan TPH Prop. Sumbar 4,631,952.00 12,631,953.00
5. Distanbun prop NTT 26,945,000.00 0,00
Jumlah 32.311.953,00 139.174.453,00
C.1.4 PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH - BAGIAN LANCAR TAGIHAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN/TUNTUTAN GANTI RUGI
Saldo Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-32.311.953,00 dan Rp-114.923.953,00.
Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR adalah merupakan estimasi atas ketidaktertagihan piutang jangka pendek yang ditentukan oleh kualitas piutang masing-masing debitur. Rincian Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut:
Perbandingan Penyisihan Piutang Bagian Lancar TP/TGR per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Kualitas Piutang Nilai Piutang % Penyisihan Nilai Penyisihan
Lancar 0.00 0.5% 0.00
Kurang Lancar 0.00 10% 0.00
Diragukan 0.00 50% 0.00
Macet 0.00 100% 0.00
C.1.5 PERSEDIAAN
• Saldo Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah
masing-masing sebesar Rp1.969.026.261.985,00 dan Rp731.760.088.623,00.
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan
(supplies) pada tanggal neraca yang diperoleh dengan maksud untuk
mendukung kegiatan operasional dan/atau untuk dijual, dan/atau diserahkan
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 67
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Mutasi tambah
1.394.046.670.969 (satu Trilyun Tigaratus Sembilanpuluh Empat Milyar
Empatpuluh Enam Juta Enamratus Tujuhpuluh Ribu Sembilanratus
Enampuluh sembilan Rupiah) , Mutasi Kurang 156.780.497.607 (Seratus
Limapuluh enam Milyar Tujuhratus Delapanpuluh Juta Empatratus
Sembilanpuluh Tujuh Ribu Enamratus Tujuh Rupiah).
• Total nilai Barang Persediaan yang dalam kondisi rusak dan usang
adalah sebesar Rp.0 (Dalam Huruf) yang terdiri dari Barang
Persediaan dengan kondisi rusak sebesar Rp.0 (Dalam Huruf) dan
kondisi usang sebesar Rp.0 (Dalam Huruf).
• Saldo Persediaan Audited 2015 Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian berkurang dikarenakan adanya nota kesepakatan sementara
angka asersi Laporan keuangan Kementerian Pertanian (BA 018)
Tahun 2015 yang dimasukkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat Tahun 2015 (AUDITED) nomor NKS-047/PB.06/2016 dengan
kesimpulan dan hasil kesepakatan bahwa Persediaan yang sudah di
Masyarakat harus dikeluarkan (mengikuti substansi mendahului
formalitas kebijakan) sehingga mengoreksi nilai persediaan Ditjen
Prasarana dan Sarana pertanian Senilai Rp.2.253.017.364.694
sehingga menjadi Rp. 1.969.026.261.985
• Untuk rincian atas belanja 526 atas transaksi tahun berjalan pada
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sampai dengan
periode pelaporan Tahunan TA. 2015 adalah sebagai berikut :
Akun Saldo Awal Persediaan 526 TA 2015
Realisasi Tahun Berjalan
Diserahkan ke Masyarakat /
Pemda
Reklasifikasi ke Aset Tetap Saldo Akhir
Persediaan 526 TA 2015
Tahun Sebelumnya
Tahun Berjala
n 117111 40.253.050 330.897.550 371.150.600 117113 1.075.500 1.075.500 0 117122 0 2.851.372.000 0 0 0 2.851.372.000 117123 13.634.616.250 0 13.634.616.250 0 0 0 117124 570.884.674.016 1.390.864.401.419 0 0 0 1.961.749.075.435 117125 0 0 0 0 0 0 117126 50.814.373.750 0 50.814.373.750 0 0 0 117127 33.221.502.400 0 29.166.938.450 0 0 4.054.663.950 117128 57.056.527.907 0 57.056.527.907 0 0 0 117131 720.000 720.000 0 0 0 117199 6.106.345.750 6.106.345.750 0 0
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 68
Jumlah 731.760.088.623 1.394.046.670.969 156.780.497.607 0 0 1.969.026.261.985
Rincian Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian Persediaan 31 Desember 2015 31 Desember 2014
Barang Konsumsi 371.150.600,00 40.253.050,00
Bahan untuk Pemeliharaan 0,00 1.075.500,00
Tanah Bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat
2.851.372.000,00 0,00
Hewan dan Tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat
0,00 13.634.616.250,00
Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat
1.961.749.075.435,00 570.884.674.016,00
Aset Tetap Lainnya untuk diserahkan kepada Masyarakat
0,00 50.814.373.750,00
Aset Lain-Lain untuk diserahkan kepada Masyarakat
4.054.663.950,00 33.221.502.400,00
Barang Persediaan Lainnya untuk Dijual/Diserahkan ke Masyarakat
0,00 57.056.527.907,00
Bahan Baku 0,00 720.000,00 Persediaan Lainnya 0,00 6.106.345.750,00
Jumlah 1.969.026.261.985,00 731.760.088.623,00
C.2 ASET TETAP
C.2.1 PERALATAN DAN MESIN
Nilai Aset Peralatan dan Mesin yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp261.402.048.910,00 dan Rp188.657.651.707,00. Mutasi nilai Peralatan dan Mesin tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 188.657.651.707,00 Mutasi Tambah
Saldo Awal 80.500.000,00 Pembelian 1.674.534.560,00 Transfer Masuk 377.406.000,00
Mutasi Kurang Penghapusan -59.301.000,00 Transfer Keluar -394.806.000,00 Hibah (Keluar) -907.362.250,00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 69
Penghentiaan Aset Dari Penggunaan -292.294.900,00 Saldo per 31 Desember 2015 261.402.048.910,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -161.438.502.316,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 99.963.546.594,00
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan peralatan dan mesin adalah dapat dilihat pada laporan catatan barang milik negara.
C.2.2 GEDUNG DAN BANGUNAN
Nilai Aset Gedung dan Bangunan yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp6.337.198.373,00 dan Rp3.347.879.373,00. Mutasi nilai Gedung dan Bangunan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 3.347.879.373,00 Mutasi Tambah
Reklasifikasi Masuk 510.660.000,00 Pengembangan Nilai Aset 3.610.518.770,00 Pengembangan Melalui KDP 1.111.458.330,00
Mutasi Kurang Hibah (Keluar) -29.800.000,00 Reklasifikasi Keluar -510.660.000,00
Saldo per 31 Desember 2015 6.337.198.373,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -205.190.352,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 6.132.008.021,00
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan Gedung dan Bangunan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara
C.2.3 JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
Nilai Aset Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp843.260.650,00 dan Rp1.471.129.501,00. Mutasi nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut dapat dijelaskan pada halaman berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 1.471.129.501,00 Mutasi Tambah
Transfer Masuk 495.252.000,00 Mutasi Kurang
Penghapusan -118.934.000,00 Transfer Keluar -495.252.000,00 Hibah (Keluar) -532.335.952,00
Saldo per 31 Desember 2015 843.260.650,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -74.847.054,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 768.413.596,00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 70
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan Jalan, Irigasi dan Jaringan dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara.
C.2.4 ASET TETAP LAINNYA
Nilai Aset Tetap Lainnya yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp6.863.664.360,00 dan Rp2.654.993.260,00. Mutasi nilai Aset Tetap Lainnya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 2.654.993.260,00 Mutasi Tambah
Pembelian 18.550.000,00 Transfer Masuk 36.240.000,00
Mutasi Kurang Transfer Keluar -36.240.000,00 Hibah (Keluar) -10.441.000,00
Saldo per 31 Desember 2015 6.863.664.360,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -4.934.780.100,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 1.928.884.260,00
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan Aset Tetap Lainnya dapat dilihat pada laporan catatan barang milik negara.
C.2.5 AKUMULASI PENYUSUTAN ASET TETAP
Nilai saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-166.653.319.822,00 dan Rp-104.052.598.483,00.
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan kontra akun Aset Tetap yang disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat Aset Tetap selain untuk Tanah dan Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP). Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
No Aset Tetap Nilai Perolehan Akm. Penyusutan Nilai Buku 1. Peralatan dan
Mesin 261.402.048.910,00 -
161.438.502.316,00 99.963.546.594,00
2. Gedung dan Bangunan
6.337.198.373,00 -205.190.352,00 6.132.008.021,00
3. Jalan, Irigasi dan Jaringan
843.260.650,00 -74.847.054,00 768.413.596,00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 71
4. Aset Tetap Lainnya
6.863.664.360,00 -4.934.780.100,00 1.928.884.260,00
Akumulasi Penyusutan
275.446.172.293,00 -166.653.319.822,00
108.792.852.471,00
C.4 ASET LAINNYA
C.4.1 ASET TAK BERWUJUD
Saldo Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp32.980.532.663,00 dan Rp32.977.022.663,00. Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan dimiliki, tetapi secara umum tidak mempunyai wujud fisik. Mutasi nilai Aset Tak Berwujud tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perbandingan Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 32.977.022.663,00 Mutasi Tambah
Pembelian 277.450.000,00 Transfer Masuk 1.720.224,00
Mutasi Kurang Transfer Keluar -8.369.409,00
Saldo per 31 Desember 2015 32.980.532.663,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -14.155.100.039,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 18.825.432.624,00
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan Aset Tak Berwujud dapat dilihat pada catatan laporan barang milik negara
Rincian Saldo Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2015 adalah sebagai berikut:
Uraian Nilai Aset Tak Berwujud Lainnya 32.155.249.500,00 Software 825.283.163,00
Jumlah 32.980.532.663,00
C.4.2 ASET LAIN-LAIN
Nilai Aset Lain-lain yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp54.746.422.165,00 dan Rp53.721.300.756,00. Aset Lain-lain merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian serta dalam proses penghapusan dari BMN serta dari penjaminan dana SP3. Saldo per 31 Desember 2014 dana penjaminan SP3 sebesar Rp. 135,808,404.31 dan jasa giro yang belum disetor sebesar Rp. 217,399.08 sedangkan saldo per 31 Desember
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 72
2015 saldo penjaminan dana SP3 sebesar Rp. 347,565,574.15 dan jasa giro yang belum disetor sebesar Rp.102,995.00, sehingga dalam neraca tercatat aset lainnya dari dana SP3 sebesar Rp. 347,462,579.00 dan senilai Rp. 1,205,703,921.00 adalah merupakan aset lain dari aset tetap lainnya yang tidak digunakan dalam operasional pemerintah/henti guna dari operasional pemerintah. Mutasi nilai Aset Lain-lain tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Saldo Nilai Perolehan per 31 Desember 2014 53.721.300.756,00 Mutasi Tambah
Reklasifikasi Dari Aset Tetap ke Aset Lainnya 292.294.900,00 Saldo per 31 Desember 2015 54.746.422.165,00 Akumulasi Penyusutan s.d 31 Desember 2015 -14.155.100.039,00 Nilai Buku per 31 Desember 2015 40.591.322.126,00
Mutasi transaksi penambahan dan pengurangan Aset Lain-lain dapat dilihat pada Catatan Laporan Barang Milik Negara.
C.4.3 AKUMULASI PENYUSUTAN ASET LAINNYA
Nilai saldo Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya yang dimiliki Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-14.155.100.039,00 dan Rp-11.061.851.949,00.
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya merupakan kontra akun Aset Lainnya yang disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat Aset Lainnya.
Berikut disajikan rangkuman Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya per 31 Desember 2015, sedangkan rincian akumulasi penyusutan aset lainnya disajikan pada Lampiran Laporan Keuangan ini.
Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya
No Aset Tetap Nilai Perolehan Akm. Penyusutan Nilai Buku 1. Aset Tak Berwujud 32.980.532.663,00 0,00 32.980.532.663,00 2. Aset Lain-lain 54.746.422.165,00 -14.155.100.039,00 40.591.322.126,00 Akumulasi Penyusutan 87.726.954.828,00 -14.155.100.039,00 73.571.854.789,00
C.5 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
C.5.1 UTANG KEPADA PIHAK KETIGA
Saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp75.172.509,00 dan Rp56.279.693,00. Utang kepada Pihak Ketiga merupakan belanja yang masih harus dibayar dan merupakan
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 73
kewajiban yang harus segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas bulan). Adapun rincian Utang kepada Pihak Ketiga pada Deputi Administrasi BAPK per tanggal pelaporan adalah sebagai berikut:
Perbandingan Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014 Belanja Pegawai yang Masih Harus Dibayar 21.485.800,00 5.044.360,00 Belanja Barang yang Masih Harus Dibayar 53.686.709,00 51.235.333,00 Utang kepada Pihak Ketiga Lainnya 0,00 0,00
Jumlah 75.172.509,00 56.279.693,00
C.5.2 UANG MUKA DARI KPPN
Saldo Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp5.086.934.649,00 dan Rp912.696.475,00. Uang Muka dari KPPN merupakan Uang Persediaan (UP) atau Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang diberikan KPPN sebagai uang muka kerja dan masih berada pada atau dikuasai oleh Bendahara Pengeluaran pada tanggal pelaporan. Uang Muka dari KPPN adalah akun pasangan dari Kas di Bendahara Pengeluaran yang ada di kelompok akun Aset Lancar.
C.6 EKUITAS
C.6.1 EKUITAS
Saldo Ekuitas per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp2.151.315.899.691,00 dan Rp899.444.018.899,00. Ekuitas adalah merupakan kekayaan bersih entitas yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban. Rincian lebih lanjut tentang ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 74
D PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN OPERASIONAL
D.1 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK LAINNYA
Jumlah Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp3.730.911.086,00 dan Rp0.00. Pendapatan tersebut terdiri dari:
Perbandingan PNBP Lainnya per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Pendapatan Anggaran Lain-lain 2.254.105.300,00 0.00 0.00 Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
1.285.278.380,00 0.00 0.00
Pendapatan Hasil Pengembalian Uang Negara
4.385.000,00 0.00 0.00
Pendapatan Jasa Lainnya 10.500.000,00 0.00 0.00 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro)
170.735.406,00 0.00 0.00
Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan
4.215.000,00 0.00 0.00
Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
1.692.000,00 0.00 0.00
Jumlah 3.730.911.086,00 0.00 0.00
D.2 BEBAN PEGAWAI
Jumlah Beban Pegawai untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp21.287.527.111,00 dan Rp0.00. Beban Pegawai adalah beban atas kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 75
Perbandingan Beban Pegawai per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Gaji Pokok PNS 14.837.000.160,00 0.00 0.00 Beban Pembulatan Gaji PNS 255.384,00 0.00 0.00 Beban Tunj. Anak PNS 327.222.680,00 0.00 0.00 Beban Tunj. Beras PNS 841.142.360,00 0.00 0.00 Beban Tunj. Fungsional PNS 41.920.000,00 0.00 0.00 Beban Tunj. PPh PNS 392.557.215,00 0.00 0.00 Beban Tunj. Struktural PNS 1.118.260.000,00 0.00 0.00 Beban Tunj. Suami/Istri PNS 1.133.341.312,00 0.00 0.00 Beban Tunjangan Umum PNS 573.530.000,00 0.00 0.00 Beban Uang Lembur 324.498.000,00 0.00 0.00 Beban Uang Makan PNS 1.697.800.000,00 0.00 0.00
Jumlah 21.287.527.111,00 0.00 0.00
D.3 BEBAN PERSEDIAAN
Jumlah Beban Persediaan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp13.202.650.950,00 dan Rp0.00. Beban Persediaan merupakan beban untuk mencatat konsumsi atas barang-barang yang habis pakai, termasuk barang-barang hasil produksi baik yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan. Rincian Beban Persediaan untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Beban Persediaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Persediaan bahan baku 776.555.000,00 0.00 0.00 Beban Persediaan konsumsi 6.776.705.700,00 0.00 0.00 Beban Persediaan pita cukai, materai dan leges
326.000,00 0.00 0.00
Beban persediaan lainnya 5.649.064.250,00 0.00 0.00 Jumlah 13.202.650.950,00 0.00 0.00
D.4 BEBAN BARANG DAN JASA
Jumlah Beban Barang dan Jasa untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp793.116.185.304,00 dan Rp0.00. Beban Barang dan Jasa adalah konsumsi atas jasa-jasa dalam rangka penyelenggaraan kegiatan entitas. Rincian Beban Barang dan Jasa untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 76
Perbandingan Beban Barang dan Jasa per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Aset Ekstrakomtabel Aset Tetap Lainnya
204.347.000,00 0.00 0.00
Beban Aset Ekstrakomtabel Peralatan dan Mesin
20.138.100,00 0.00 0.00
Beban Bahan 248.144.284.659,00 0.00 0.00 Beban Barang Non Operasional Lainnya 60.332.899.644,00 0.00 0.00
Beban Barang Operasional Lainnya 54.537.147.450,00 0.00 0.00 Beban Honor Operasional Satuan Kerja 24.783.922.300,00 0.00 0.00
Beban Honor Output Kegiatan 311.579.451.050,00 0.00 0.00 Beban Jasa Konsultan 4.028.450.845,00 0.00 0.00 Beban Jasa Lainnya 61.070.818.565,00 0.00 0.00 Beban Jasa Pos dan Giro 604.000,00 0.00 0.00 Beban Jasa Profesi 18.903.455.000,00 0.00 0.00 Beban Keperluan Perkantoran 3.133.952.040,00 0.00 0.00 Beban Langganan Daya dan Jasa Lainnya 6.063.788,00 0.00 0.00
Beban Langganan Listrik 393.179.016,00 0.00 0.00 Beban Langganan Telepon 222.404.458,00 0.00 0.00 Beban Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat 218.868.466,00 0.00 0.00
Beban Sewa 5.536.198.923,00 0.00 0.00 Jumlah 793.116.185.304,00 0.00 0.00
D.5 BEBAN PEMELIHARAAN
Jumlah Beban Pemeliharaan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp4.252.968.455,00 dan Rp0.00. Beban pemeliharaan merupakan beban yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal. Rincian Beban Pemeliharaan untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 77
Perbandingan Beban Pemeliharaan per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
1.483.138.750,00 0.00 0.00
Beban Pemeliharaan Peralatan dan Mesin 2.612.031.805,00 0.00 0.00
Beban Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya
2.000.000,00 0.00 0.00
Beban Persediaan bahan untuk pemeliharaan
155.783.900,00 0.00 0.00
Beban Persediaan suku cadang 14.000,00 0.00 0.00 Jumlah 4.252.968.455,00 0.00 0.00
D.6 BEBAN PERJALANAN DINAS
Jumlah Beban Perjalanan Dinas untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp401.756.833.476,00 dan Rp0.00. Beban tersebut adalah merupakan beban yang terjadi untuk perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan. Rincian Beban Perjalanan Dinas untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Beban Perjalanan Dinas per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Perjalanan Biasa 234.408.440.262,00 0.00 0.00 Beban Perjalanan Dinas Dalam Kota 36.497.037.500,00 0.00 0.00 Beban Perjalanan Dinas Paket Meeting Dalam Kota
35.345.717.063,00 0.00 0.00
Beban Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
84.500.825.422,00 0.00 0.00
Beban Perjalanan Lainnya - Luar Negeri 1.125.217.129,00 0.00 0.00
Beban Perjalanan Tetap 9.879.596.100,00 0.00 0.00 Jumlah 401.756.833.476,00 0.00 0.00
D.7 BEBAN BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT
Jumlah Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp1.370.260.160.257,00 dan Rp0.00. Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat merupakan beban pemerintah dalam bentuk barang yang
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 78
diserahkan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Rincian Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik /
Turun Beban Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
107.485.523.590,00 0.00 0.00
Beban Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda
293.105.726.342,00 0.00 0.00
Beban Gedung Dan Bangunan Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
3.369.839.000,00 0.00 0.00
Beban Jalan, Irigasi Dan Jaringan Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
420.000.000,00 0.00 0.00
Beban Peralatan Dan Mesin Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
674.426.339.327,00 0.00 0.00
Beban Tanah Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda
291.452.731.998,00 0.00 0.00
Jumlah 1.370.260.160.257,00 0.00 0.00
D.8 BEBAN BANTUAN SOSIAL
Jumlah Beban Bantuan Sosial untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp9.042.153.967.967,00 dan Rp0.00. Beban bantuan sosial merupakan beban pemerintah dalam bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus dan selektif. Rincian Beban Bantuan Sosial untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 79
Perbandingan Beban Bantuan Sosial per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial Dalam Bentuk Uang
64.088.200.000,00 0.00 0.00
Beban Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa
3.546.582.681.231,00 0.00 0.00
Beban Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial Dalam Bentuk Uang
5.431.483.086.736,00 0.00 0.00
Jumlah 9.042.153.967.967,00 0.00 0.00
D.9 BEBAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
Jumlah Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp30.159.137.361,00 dan Rp0.00. Beban penyusutan adalah merupakan beban untuk mencatat alokasi sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Sedangkan Beban Amortisasi digunakan untuk mencatat alokasi penurunan manfaat ekonomi untuk Aset Tak berwujud. Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Beban Penyusutan dan Amortisasi per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya 4.925.680.100,00 0.00 0.00 Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 96.850.780,00 0.00 0.00
Beban Penyusutan Irigasi 32.410.236,00 0.00 0.00 Beban Penyusutan Jalan dan Jembatan 9.950.000,00 0.00 0.00
Beban Penyusutan Jaringan 2.751.400,00 0.00 0.00 Beban Penyusutan Penyusutan Aset Tetap yang Tidak Digunakan dalam Operasional Pemerintah
1.546.200.915,00 0.00 0.00
Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin 23.545.293.930,00 0.00 0.00
Jumlah 30.159.137.361,00 0.00 0.00
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 80
D.10 BEBAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih merupakan beban untuk mencatat estimasi ketidaktertagihan piutang dalam suatu periode. Jumlah Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-82.612.000,00 dan Rp0.00. Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Penyisihan Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
-82.612.000,00 0.00 0.00
Jumlah -82.612.000,00 0.00 0.00
D.11 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
Pos Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional terdiri dari pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin dan bukan merupakan tugas pokok dan fungsi entitas. Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional Tahun 2015 dan 2014 adalah sebagai berikut:
Perbandingan Pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional per 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014
Uraian 31 Desember 2015 31 Desember 2014
% Naik / Turun
Beban Kerugian Pelepasan Aset -1.005.779.125,00 0.00 0.00 Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara
79.954.100,00 0.00 0.00
Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
8.450.000,00 0.00 0.00
Penerimaan Kembali Belanja Bantuan Sosial Tahun Anggaran Yang Lalu
23.472.535.441,00 0.00 0.00
Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu
1.101.473.103,00 0.00 0.00
Penerimaan Kembali Belanja Lain-lain Tahun Anggaran Yang Lalu
948.953.000,00 0.00 0.00
Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang Lalu
156.420.000,00 0.00 0.00
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu
572.124.286,00 0.00 0.00
Jumlah 25.334.130.805,00 0.00 0.00
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 81
E PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
E.1 EKUITAS AWAL
Nilai ekuitas pada tanggal 1 Januari 2015 dan 2014 adalah masing-masing sebesar Rp899.444.018.899,00 dan Rp0.
E.2 SURPLUS/DEFISIT-LO
Jumlah Defisit LO untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp-11.647.041.776.990,00 dan Rp0. Defisit LO merupakan selisih kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, surplus/defisit kegiatan non operasional, dan pos luar biasa.
E.3 PENYESUAIAN NILAI ASET
Penyesuaian Nilai Aset mencerminkan koreksi atas nilai aset yang diakibatkan karena kesalahan dalam penilaian aset yang terjadi pada periode tahun berjalan. Penyesuaian Nilai Aset untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-22.408.032.868,00 dan Rp0.
E.4 KOREKSI NILAI ASET TETAP NON REVALUASI
Saldo Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp-16.857.581.658,00 dan Rp0.
Saldo Koreksi Koreksi Lainnya untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp0,00 dan Rp0.
E.7 EKUITAS AKHIR
Saldo Ekuitas Akhir untuk periode 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014 adalah masing-masing sebesar Rp2.151.315.899.691,00 dan Rp899.444.018.899,00.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 82
F PENGUNGKAPAN-PENGUNGKAPAN LAINNYA
F.1 KEJADIAN-KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL NERACA
Tidak ada kejadian penting setelah tanggal neraca
F.2 PENGUNGKAPAN LAIN-LAIN
I. Program/Kegiatan Upaya Khusus (UPSUS) Swasembada Pangan.
Dalam rangka pencapaian swasembada pangan, pada Tahun Anggaran 2015
Kementerian Pertanian mencanangkan Program Upaya Khusus (Upsus) Peningkatan
Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan
Sarana Pendukungnya. Program/kegiatan Upsus ini didukung dengan Dana APBN dan
APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015. Karakteristik program/kegiatan Upsus
dicirikan dengan kegiatan yang bersifat sinergis dari aspek hulu, budidaya (onfarm)
dan aspek hilir, sehingga kerangka kegiatannya mencakup program/kegiatan lintas
Eselon I di lingkungan Kementerian Pertanian.
Penjabaran kegiatan Upsus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai meliputi
kegiatan yang dilaksanakan di Satuan Kerja (Satker) Pusat dan Satker Daerah, sebagai
berikut :
1. Pengembangan Jaringan Irigasi,
2. Optimasi Lahan,
3. Pengembangan System of Rice Intensification (SRI),
4. Pengembangan Jagung,
5. Percepatan Optimasi Perluasan Areal Tanaman dan Peningkatan Intensitas
Pertanaman (PAT-PIP) Kedelai,
6. Bantuan Pupuk dan Benih,
7. Pengembangan Seribu Desa Mandiri Benih,
8. Bantuan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan),
9. Revitalisasi Penggilingan Padi (RMU),
10. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman(OPT) dan Dampak Perubahan
Iklim (DPI),
11. Asuransi Pertanian,
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 83
12. Pengawalan/Pendampingan Petani/Kelompok Tani dan
13. Operasional kegiatan pendukung, seperti PUAP, UPPO dan lain-lain.
Dan berdasarkan Surat Tugas Menteri Pertanian Nomor 58/KP.340/M/2/2015
tanggal 27 Februari 2015, disebutkan bahwa :
• Dalam rangka mendukung kegiatan utama percepatan pencapaian swasembada
padi, jagung dan kedelai yakni perbaikan jaringan irigasi harus sinergi dengan
kegiatan pendukung yang meliputi bantuan benih, pupuk, alat mesin pertanian
dan pengawalan penyuluh;
• Bahwa agar operasionalisasi percepatan pencapaian swasembada padi, jagung
dan kedelai dapat terlaksana dengan baik perlu pengawalan oleh seluruh unit
kerja eselon I unit terkait;
• Bahwa agar sinergi program dan kegiatan lintas unit kerja eselon I dapat
diwujudkan dengan mempertimbangkan basis lokasi sasaran yakni Daerah Irigasi
(DI).
Program dan kegiatan Upsus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
utamanya didukung dari Dana APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp
10.798.505.006.000,-. Program dan kegiatan Upsus ini merupakan kegiatan yang
disinergikan dan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian. Program dan kegiatan Upsus juga mencakup kegiatan dari Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
serta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.
Dari alokasi anggaran senilai Rp. 14.392.200.941.000,00 yang tercantum dalam DIPA
Ditjen PSP. Yang menjadi tanggung jawab Ditjen PSP adalah senilai Rp.
10.573.633.557.000,00 dan senilai Rp. 3.818.567.384.000,00 menjadi tanggung
jawab Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
serta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.
Adapun penjelasan dari anggaran tersebut sebagai berikut :
A. Anggaran tercantum pada Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, dengan pelaksana
kegiatan dari direktorat lain sebagai berikut :
1). Direktorat Pupuk dan Pestisida, Ditjen PSP ;
• Bantuan pupuk mendukung jaringan irigasi tersier senilai Rp.
764.164.079.000,00.
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 84
• Bantuan pupuk dalam rangka UPSUS padi senilai Rp. 541.705.384.000,00.
• Bantuan pupuk dalam rangka UPSUS Jagung senilai Rp. 24.159.210.000,00.
• Bantuan pupuk mendukung optimasi pemanfaatan sarana pertanian pada
lahan jaringan irigasi tersier senilai Rp. 64.600.215.000,00.
2). Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan ;
• Bantuan Benih dalam rangka UPSUS Padi senilai Rp. 515.153.461.000,00.
• Bantuan Benih mendukung Optimasi Pemanfaatan Sarana Pertanian Pada
Lahan Jaringan Irigasi Tersier senilai Rp. 25.472.436.000,00.
3). Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Ditjen PSP ;
• Bantuan pengolahan tanah mendukung optimasi pemanfaatan sarana
pertanian pada lahan jaringan irigasi tersier senilai Rp. 25.419.922.000,00.
B. Anggaran tercantum pada Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, dengan
pelaksana kegiatan dari direktorat lain sebagai berikut :
1). Direktorat Pupuk dan Pestisida, Ditjen PSP ;
• Bantuan pupuk dalam rangka UPSUS pengembangan jagung senilai
Rp.640.790.965.000,00.
2). Direktorat Perbenihan, Ditjen Tanaman Pangan ;
• Bantuan Benih dalam rangka mendukung produksi jagung senilai Rp.
685.982.100.000,00.
• Pengembangan seribu desa mandiri benih senilai Rp. 176.894.283.000,00
3). Direktorat Serealia, Ditjen Tanaman Pangan ;
• Optimasi pertanian dengan padi varietas unggul senilai Rp.
136.804.500.000,00.
• Pengembangan padi dengan teknologi Hazton senilai Rp. 11.846.200.000,00.
4). Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan ;
• Percepatan Optimasi PAT-PIP Kedelai senilai Rp. 387.261.480.000,00.
C. Anggaran tercantum pada Direktorat Alat dan Mesin Pertanian, dengan pelaksana
kegiatan dari direktorat lain sebagai berikut ;
1). Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian, BPPSDMP
• Pengembangan alat dan mesin pertanian Pra Panen senilai Rp.
28.888.305.000,00
• Pengembangan alat dan mesin pertanian Pasca Panen senilai Rp.
8.504.768.000,00
2). Direktorat Pasca Panen, Ditjen Tanaman Pangan
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 85
• Pengembangan alat dan mesin pertanian Pasca Panen senilai Rp.
915.168.402.000,00
3). Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP
• Pengembangan alat dan mesin pertanian pengolahan hasil pertanian senilai Rp.
271.979.200.000,00.
D. Anggaran tercantum pada Sekretariat Ditjen PSP, dengan pelaksana kegiatan dari
direktorat lain sebagai berikut :
1). Pusat Penyuluhan Pertanian, BPPSDMP
• Pengawalan dan pendampingan penyukuhan SDM Pertanian senilai Rp.
272.128.172.000,00
2). Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian, BPPSDMP
• FAsilitasi pendampingan mahasiswa dan pengawalan dosen senilai Rp.
129.009.027.000,00
3). Pusat Pelatihan Pertanian, BPPSDMP
• Penyelenggaraan pelatihan pertanian mendukung UPSUS senilai Rp.
129.260.309.000,00.
4). Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM, BPPSDMP
• Dukungan manajemen SDM Pertanian mendukung padi, jagung, kedelai senilai
Rp. 665.660.000,00.
E. Anggaran tercantum pada Direktorat Pupuk dan Pestisida, dengan pelaksana
kegiatan dari direktorat lain sebagai berikut :
1). Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan
• Pengendalian OPT dan Dampak Perubahan Iklim senilai Rp. 123.549.081.000,00
Secara total sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi penyerapan anggaran Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertania nadalah senilai Rp. 12.978.550.643.478,00 dari target
anggaran Rp. 14.392.200.941.000,00 atau sebesar 90,18%. Realisasi anggaran Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian per kewenangan seperti pada tabel 16 berikut :
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 86
Tabel 16. Daftar Pagu dan Realisasi Ditjen PSP per Kewenangan
No. SATKER PAGU REAL. PENYERAPAN
Rp %
1. Pusat 2.886.976.545.000 2.549.710.627.008 88,32
2. Dekonsentrasi 678.180.980.000 538.277.109.093 79,37
3. Tugas Pembantuan 10.827.043.416.000 9.890.562.185.377 91,35
JUMLAH 14.392.200.941.000 12.978.550.643.478 90,18
Dari dana Pusat sebesar Rp. 2.886.976.545.000,00 digunakan untuk mendukung
kegiatan di 6 (enam) Eselon II yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan senilai
Rp. 11.667.500.000,00, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi senilai Rp. 28.065.772.000,00
yang terdiri dari Rp. 9.627.697.000,00 (RM) ditambah dengan anggaran yang
bersumber dari bantuan luar negeri senilai Rp. 18.438.075.000,00 (RK dan RMP).
Direktorat Pembiayaan Pertanian senilai Rp. 506.096.850.000,00 Direktorat Pupuk dan
Pestisida senilai Rp. 224.825.449.000,00, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian senilai
Rp. 1.697.998.403.000,00 dan Sekretariat Direktorat Jenderal senilai Rp.
418.322.571.000,00. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian mendapat
dukungan anggaran tahun 2015 melalui dana APBN senilai Rp3.205.732.300.000,00.
Dalam perjalanan tahun anggaran tepatnya Bulan Maret 2015 terjadi penambahan
anggaran melalui dana APBNP, sehingga total anggaran Ditjen PSP adalah senilai
Rp14.392.200.941.000,00. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan di daerah dalam
bentuk Dana Tugas Pembantuan senilai Rp10.827.043.416.000,00 dan Dana
Dekonsentrasi sebesar Rp678.180.980.000,00 dan juga dana satker pusat senilai
Rp2.886.976.545.000,00. Jumlah Dipa Satker lingkup Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian sebanyak 115 Satker.
Secara total sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi penyerapan anggaran Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian adalah senilai Rp12.978.293.505.478,00 dari target
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 87
anggaran Rp14.392.200.941.000,00 atau sebesar 90,18%. Realisasi anggaran Ditjen
Prasarana dan Sarana Pertanian per kewenangan seperti pada tabel 14 berikut :
Tabel 14. Daftar Pagu dan Realisasi Ditjen PSP per Kewenangan •
Rp %1. Pusat 2.886.976.545.000 2.549.710.627.008 88,32
2. Dekonsentrasi 678.180.980.000 538.177.887.093 79,36
3. Tugas Pembantuan 10.827.043.416.000 9.890.404.991.377 91,35
JUMLAH 14.392.200.941.000 12.978.293.505.478 90,18
No. SATKER PAGUREAL. PENYERAPAN
•
Sumber data : Ditjen PSP, Kementerian Pertanian, 2015
Dari dana Pusat sebesar Rp2.886.976.545.000,00 digunakan untuk mendukung kegiatan di 6
(enam) Eselon II yaitu Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan senilai
Rp11.667.500.000,00, Direktorat Pengelolaan Air Irigasi senilai Rp 28.065.772.000,00 yang
terdiri dari Rp9.627.697.000,00 (RM) ditambah dengan anggaran yang bersumber dari
bantuan luar negeri senilai Rp18.438.075.000,00 (RK dan RMP). Direktorat Pembiayaan
Pertanian senilai Rp506.096.850.000,00 Direktorat Pupuk dan Pestisida senilai
Rp224.825.449.000,00, Direktorat Alat dan Mesin Pertanian senilai Rp1.697.998.403.000,00
dan Sekretariat Direktorat Jenderal senilai Rp418.322.571.000,00. Adapun realisasi
anggaran dari masing-masing eselon II seperti pada tabel 15 berikut :
Tabel 15. Daftar Pagu dan Realisasi Anggaran per Eselon II
No Kegiatan Pagu Realisasi %1. Setditjen PSP 418.322.571.000 284.986.572.266 68,13
2. Direktorat Perluasan Areal danPengelolaan Lahan 11.667.500.000 10.185.732.467 87,30
3. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi 28.065.772.000 17.804.095.915 63,44
4. Direktorat Pembiayaan Pertanian 506.096.850.000 388.565.950.266 76,78
5. Direktorat Pupuk dan Pestisida 224.825.449.000 218.820.434.934 97,33
6. Direktorat Alat dan Mesin Pertanian 1.697.998.403.000 1.629.347.841.160 95,96
2.886.976.545.000 2.549.710.627.008 88,32JUMLAH
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 88
• Adapun realisasi anggaran Ditjen PSP per kegiatan seperti pada tabel 16 berikut :
Tabel 16. Daftar Pagu dan Realisasi Anggaran per Kegiatan •
No Kegiatan Pagu Realisasi %
1. Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Lainnya Ditjen PSP 1.299.685.351.000 1.009.239.210.838 77,65
2. Perluasan Areal dan PengelolaanLahan Pertanian 4.105.466.518.000 3.759.248.628.705 91,57
3. Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian 4.698.371.684.000 4.325.729.646.251 92,07
4.Pelayanan Pembiayaan Pertanian danPengembangan Usaha AgribisnisPerdesaan (PUAP)
523.724.950.000 402.027.790.829 76,76
5. Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 460.739.892.000 427.313.612.834 92,75
6. Pengelolaan Sistem Penyediaan danPengawasan Alat dan Mesin Pertanian 3.304.212.546.000 3.054.734.616.021 92,45
14.392.200.941.000 12.978.293.505.478 90,18JUMLAH Pada TA. 2015 terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Ditjen Tanaman Pangan,
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian yang anggarannya tercantum pada Dipa
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Adapun alokasi anggaran dan realisasi anggaran
yang tercapai, sebagai berikut :
Tabel 17. Daftar Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen PSP per Pelaksana
Rp %1. Ditjen PSP 10.573.633.557.000 10.216.833.454.647 96,632. Ditjen Tanaman Pangan 2.978.131.943.000 2.119.946.624.344 71,183. Ditjen PPHP 271.979.200.000 196.021.222.380 72,074. BPPSDMP 568.456.241.000 445.492.204.107 78,37
JUMLAH 14.392.200.941.000 12.978.293.505.478 90,18
REAL. PENYERAPANNo. Eselon I PAGU
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 89
Permasalahan Pelaksanaan Penatausahaan Barang Milik Negara
Permasalahan-permasalahan yang perlu disampaikan terkait dengan pelaksanaan
Penatausahaan Barang Milik Negara antara lain :
a. Tahun 2011 terjadi perubahan organisasi , Pusat Pembiayaan Pertanian yang
semula dibawah Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian berpindah ke
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian menjadi Direktorat
Pembiayaan. Hal ini berpengaruh terhadap penatausahaan dan pengelolaan aset
tetapnya yang semula milik Pusat Pembiayaan Pertanian Kementerian Pertanian
berpindah ke Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, berhubungan dengan hal
tersebut telah dilakukan serah terima asset dengan nomor BAST :
2793/PL.140/BAST/A.4/12/2011 tanggal 28 Desember 2011 sebesar
80.910.693.353 ,perlu kami sampaikan bahwa dalam serah terima tersebut belum
di cantumkan kondisi dan lokasi/pemegang dari aset tersebut. Padahal
77.590.264.450 berada di daerah sehingga akan menyulitkan mengidentifikasi
asset tersebut.
b. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian telah melakukan usul penghapusan barang
inventaris milik negara sebesar Rp.682.120.000 berupa Peralatan dan Mesin.
c. Belanja AKUN 526112 (Pengadaan peralatan dan mesin untuk diserahkan ke
Masyarakat/Pemda ) oleh satker Pusat tahun 2013 senilai 133.817.013.016 yang
harus diselesaikan dengan PMK no : 96/PMK.06/ 2007 dengan rincian :
REKAP BELANJA 526112 ALSINTAN
DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013
NO NAMA BARANG KODE ANGGARAN REALISASI
BARANG UNIT RP RP
1 CULTIVATOR 3.04.01.01.999
200 Rp. 2.564.700.000 Rp. 2.564.700.000
2 TRAKTOR RODA 2
3.04.01.01.009 3.996 Rp. 84.986.383.000 Rp. 84.986.383.000
3 CHOPPER
3.04.01.07.004 154 Rp. 2.718.100.000 Rp. 2.718.100.000
4
RICE TRANSPLANTER
3.04.01.01.999
153
Rp. 9.277.239.000
Rp. 9.275.900.017
POMPA AIR Rp.34.274.240.000 Rp.34.271.930.000
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 90
5 3.01.03.05.002 2.002
TOTAL Rp.133.817.013.016
d. Aset Jalan dan Jembatan , Irigasi dan Jaringan Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian tersebut diperoleh dari SALAH PEMBEBANAN / SALAH AKUN dari
kegiatan pembuatan Jalan Usaha Tani ( JUT ), pembangunan / pembuatan jalan
produksi, Pembuatan Jalan Desa. Kegiatan Irigasi irigasi pertanian, seperti :
Pembangunan Embung, pembuatan irigasi tanah dangkal DAM parit dll . Kegiatan
Jaringan berupa pembangunan jaringan irigasi seperti Jaringan Irigasi desa ( JIDES
), Perbaikan saluran irigasi dll ,dimana aset tersebut secara fisik tidak dapat di
kuasai sepenuhnya oleh negara dalam hal ini Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian karena aset tersebut dikuasai/ berada pada masyarakat atau kelompok
tani.
e. Daftar sisa satker in aktif Ditjen PSP sampai dengan 31 Desember 2015 sebanyak
44 satker dengan total nilai Rp. 16.095.432.890.
f. Tahun 2014 Ditjen PSP satker Pusat ada belanja 526112 ( belanja alsintan untuk
diserahkan ke masyarakat/pemda) dengan rincian sbb :
PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN AKUN 526112 DITJEN PSP TH 2014
NO Jenis Pengadaan JML Unit Realisasi (%)
1 Traktor 166.738.068.000 7.635 100 2 Pompa Air 81.602.805.000 4.122 100 3 Rice Transplanter 17.566.716.000 279 100 4 Chooper 4.740.675.000 225 100 5 Cultivator 3.228.550.000 240 100 TOTAL 273.876.814.000 12.501 100
g. Tahun 2014 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian mendapatkan dana kontijensi
sebesar Rp. 574.565.820.000 dengan AKUN 526112 dan 526115, yang
dialokasikan di 13 SKPD lingkup pertanian ditingkat Provinsi. Realisasi belanja
sebesar Rp. 324.047.774.300 dengan rincian untuk AKUN 526112 ( Belanja Alsin
untuk di serahkan kepada Masya / Pemda ) sebesar Rp. 174.034.822.000 dan
AKUN 526115 ( Belanja fisik lainnya untuk diserahkan kepada Masya / Pemda )
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 91
sebesar Rp. 150.012.952.300. Terdapat 1 SKPD yang tidak bersedia melaksanakan
kegiatan kontijensi dengan pagu anggaran Rp. 86.634.726.000. Adapun alokasi
dana kontijensi TA. 2014 digunakan untuk pengadaan :
• Pupuk NPK.
• Benih.
• Pupuk Urea.
• ATK.
• Traktor Roda 2.
• Pompa Air.
• Rice Transplanter.
• Langkah-Langkah Strategis Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah
Dalam rangka penyelesaian masalah terkait pelaksanaan Penatausahaan Barang
Milik Negara pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian langkah-
langkah strategis yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Tahun 2012 telah dilakukan audit atas asset Ex.Pusat Pembiayaan Pertanian di 2
Propinsi yaitu Propinsi Jawa Timur ( 10 Kabupaten ) dan Propinsi D.I Yogyakarta (
4 Kabupaten ) dengan hasil , Ditjen PSP telah mengajukan usul Hibah Ke KPKNL
Jakarta V dan Kanwil DJKN Kementerian Keuangan dengan rincian sbb :
REKAPITULASI USUL HIBAH
DITJEN PSP Sampai dg 31 Desember 2015
N0 Nama Satker No.Usul Hibah Nilai
1 Distan,Bun dan Hut Kab. Gresik 743/PL.230/B.1/07/ 2013 Rp. 255.878.200.
2 Distan,Bun dan Peternakan Kab. Sidoarjo 742/PL.230/B.1/07/ 2013 Rp. 210.342.200
3 Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Lamongan 742/PL.230/B.1/07/ 2013 Rp. 192.865.500
4 Dinas Pertanian Kab. Situbondo 839/PL.140/B1//08/ 2013 Rp. 353.363.400
5 Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro 994.2/PL.140/B1/09/ 2013 Rp.2.176.781.800
6
Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Kab.Mojokerto 1383/PL.140/B1/12/ 2013 Rp.325.696.000
7 Dinas Pertanian TP Kab. Tulungagung 1457/PL.140/B1/12/ 2013 Rp.325.312.400
8
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.Banyuwangi 1387/PL.140/B1/12/ 2013 Rp.130.333.700
9 Dinas Pertanian Kab. Tuban Belum usul Hibah Rp. 297.771.400
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 92
10 Dinas Pertanian Kab. Trenggalek Belum usul Hibah Rp. 298.155.000
11 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bantul 994.5/PL.140/B1/09/ 2013 Rp.863.860.000
12
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Kulonprogo 994.8/PL.140/B1/09/ 2013 Rp.246.266.000
13 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Sleman 994.8/PL.140/B1/09/ 2013 Rp.262.678.000
14 Distan TP dan Perikanan Kab. Gunung Kidul 994.11/PL.140/B1/09/ 2013 Rp.1.656.724.500
Telah keluar surat Persetujuan Hibah BMN no. B-3609/PL.320/A/09/2015 pada 2
Kabupaten yaitu : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab.Gunung Kidul
sebesar Rp.1.656.724.500 dan Dinas Pertanian Kab. Bojonegoro sebesar Rp.
2.176.781.800.
Aset Ex.Pusat Pembiayaan dilakukan hibah ke Pemerintah Daerah Provinsi Bali
berupa peralatan dan mesin untuk Rumah Potong Hewan (RPH) Temesi SK
Penhapusan nomor : 617/Kpts/PL.130/5/2014 sebesar Rp. 1.686.710.850 dengan
rincian terlampir :
DAFTAR ALAT DAN MESIN YANG DIHIBAHKAN
Nama Barang di SABMN Jenis Barang Jumlah Barang
TOTAL (Rp)
1. Timbangan Cepat Capasitas 200 kg 1. Timbangan Digital 1 unit 85,635,000
3.03.03.10.010 a. Timbangan Karkas 300 kg
b. Timbangan Duduk 300 kg
2. Cold Storage 2. Cold Storage (Cold Room Freezer) 1 unit 223,994,925
3.05.02.04.008 a. Komponen Isolasi Ruangan
b. Mesin Freezer
3. Reach in Frezzer 3. Blast Freezer (temperatur) 1 unit 550,484,550
3.05.02.04.009 a. Komponen Isolasi Ruangan
b. Mesin Air Blast Freezer
4. Reach in Chiller 4. Carcas Chiller (Chiller Store) 1 unit 298,596,375
3.05.02.04.010 a. Komponen Isolasi Ruangan
b. Mesin Chiller
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 93
5. Truck + Attachment 5. Mobil Box Berpendingan 1 unit 346,500,000
3.02.01.03.001 Type truck 4 roda
6. Vacuum Diffusion Pump 6. Vacuum Pack Machine 1 unit 181,500,000
3.19.01.19.006
1,686,710,850
b. Tahun 2013 telah dilakukan audit atas asset Ex.Pusat Pembiayaan Pertanian di 2
Propinsi yaitu Propinsi Jawa Barat ( 17 Kabupaten ) dan Propinsi Banten ( 4
Kabupaten ) oleh tim dari Inspektorat Jenderal .
c. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian telah melakukan usul hibah ke Setjen
Kementan No. 1129/PL.320/B.1/12/2014 Tanggal 31 Desember 2014 dari AKUN
belanja 526 satker pusat sebesar Rp. 133.817.013.016. ke PKNSI Kementerian
Keuangan dan telah keluar surat Persetujuan Hibah dengan rincian sebagai
berikut :
PERKEMBANGAN PENGAJUAN USUL HIBAH DARI BELANJA 526112 ALSINTAN DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013
No No Usulan Tanggal
usulan unit nilai Tgl Persetujuan SK Persetujuan
1 179.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 199 4,064,172,667 01 Juni 2015 S-241/MK.6/KN.5 /2015
2 179.5/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 214 4,229,349,333 29 Sept 2015 B-
3619/PL.320/A/09/2015
3 179.9/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 246 4,877,325,333 29 Sept 2015 B-
3616/PL.320/A/09/2015
4 178.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 246 4,732,615,333 01 Juni 2015 S-243/MK.6/KN.5 /2015
5 177.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 251 4,990,720,667 29 Sept 2015 B-
3623/PL.320/A/09/2015
6 176.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 254 4,966,116,667 29 Sept 2015 B-
3610/PL.320/A/09/2015
7 175.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 244 4,934,285,000 01 Juni 2015 S-246/MK.6/KN.5 /2015
8 174.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 254 4,997,682,000 29 Sept 2015 B-
3614/PL.320/A/09/2015
9 173.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 261 4,975,237,333 01 Juni 2015 S-247/MK.6/KN.5 /2015
10 172.1/PL.130/B.1/02/2015 26 Feb 2015 250 4,973,909,000 29 Juni 2015 S-281/MK.6/KN.5/2015
11 180.2/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 243
4,988,051,467 29 Sept 2015 B-3622/PL.320/A/09/2015
12 180.6/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 241
4,976,002,667 29 Sept 2015 B-3613/PL.320/A/09/2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 94
13 180.1/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 245
4,992,125,000 29 Sept 2015 B-3615/PL.320/A/09/2015
14 181.5/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 232
4,789,928,667 01 Juni 2015 S-245/MK.6/KN.5 /2015
15 181.9/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 246
4,972,065,000 29 Sept 2015 B-3682/PL.320/A/09/2015
16 180.14/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 247
4,981,718,000 01 Juni 2015 S-244/MK.6/KN.5 /2015
17 180.18/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 245
4,906,703,700 29 Sept 2015 B-3612/PL.320/A/09/2015
18 180.22/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 128
4,292,748,950 01 Juni 2015 S-240/MK.6/KN.5 /2015
19 180.26/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 174
3,726,600,316 29 Sept 2015 B-3612/PL.320/A/09/2015
20 180.30/PL.130/B.1/03/2015 02 Maret 2015 178
3,905,553,860 29 Juni 2015 S-282/MK.6/KN.5/2015
21 266.1/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 253 4,915,053,333 23 Nov 2015 B-
4669/PL.130/A/11/2015
22 266.5/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 188 4,949,398,000 29 Sept 2015 B-
3621/PL.320/A/09/2015
23 266.9/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 232 4,995,763,000 29 Sept 2015 B-
3620/PL.320/A/09/2015
24 266.13/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 197 4,937,706,000 29 Sept 2015 B-
3624/PL.320/A/09/2015
25 266.17/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 239 4,935,139,950 23 Nov 2015 B-
4668/PL.130/A/11/2015
26 266.21/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 245 4,941,713,250 29 Sept 2015 B-
3617/PL.320/A/09/2015
27 266.25/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 230 4,920,885,450 23 Nov 2015 B-
4673/PL.130/A/11/2015
28 266.29/PL.130/B.1/04/2015 06 April 2015 223 4,948,443,073 29 Sept 2015 B-
3618/PL.320/A/09/2015
6,405
133,817,013,016
Dengan telah diterbitkannya surat persetujuan hibah, Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian telah menindaklanjuti dengan membuat Berita Acara Serah Terima
Barang (BAST) dan Naskah Hibah dan telah disampaikan/dikirim ke seluruh Dinas
Pertanian di Kabupaten penerima manfaat sebanyak 401 Kabupaten. Dari hasil
monitoring dapat kami sampaikan :
• 19 Kabupaten sudah terbit SK Penghapusan.
• 33 Kabupaten sudah usul SK penghapusan ke Setjen.
• 11 Kabupaten proses usul SK penghapusan ke Setjen.
• 338 Kabupaten BAST dan Naskah Hibah belum kembali ke E- I.
ada beberapa kendala yang mempengaruhi proses pengembalian BAST dan
Naskah Hibah :
1. Kepala Dinas sudah berganti.
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 95
2. Kesulitan Memonitor apakah BAST dan naskah hibah sudah sampai ke
Dinas Pertanian Kabupaten .
d. Tahun 2015 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian bekerjasama dengan
Inspektorat Jenderal Kementan untuk melakukan audit belanja 526 hasil
pengadaan TA. 2014 sebesar Rp. 273.876.814.000 sebagai syarat untuk
mengajukan usul hibah .
e. Belanja AKUN 526 dari dana Kontijensi TA. 2014 sudah dilakukan hibah ke
Pemda/Masya berdasarkan Berita Acara Serah Terima ( BAST ) antara Ditjen PSP
atas nama Menteri Pertanian dengan Kepala Dinas atas nama Gubernur seperti
daftar terlampir :
REKAPITULASI BELANJA 526 DITJEN PSP TAHUN ANGGARAN 2014 (Kontijensi)
NO Kode
_Satker Nama Dinas AKUN Jumlah Realisasi No. BAST
1 029168TP Distan TP Prov. Jawa Barat 526115 40,056,300,000 18,441,026,400 BAST NO
167.1/PL.320/B.1/02/2015
2 029168TP Distan TP Prov.Jawa Barat 526112 30,675,839,000 28,523,266,000 BAST NO
167.1/PL.320/B.1/02/2015
3 039158TP Distan TPH Prov. Jawa Tengah 526115 48,875,916,000 TIDAK TEREALISASI
4 039158TP Distan TPH Prov. Jawa Tengah 526112 37,758,810,000 TIDAK TEREALISASI
5 049094TP Distan Prov. D.I. Yogyakarta 526112 3,950,268,000 3,913,068,000 BAST NO
156.4/PL.320/B.1/02/2015
6 059185TP Distan Prov.insi Jawa Timur 526115 68,915,836,000 TIDAK TEREALISASI
7 059185TP Distan Prov.insi Jawa Timur 526112 45,227,606,000 43,060,167,000 BAST NO
167.2/PL.320/B.1/02/2015
8 069140TP Distan TPH . Prov.. Aceh 526115 5,547,376,000 BAST NO
04/PL.320/B.1/01/2015
9 069140TP Distan TPH . Prov.. Aceh 526112 4,582,840,000 4,290,910,000 BAST NO
04/PL.320/B.1/01/2015
10 079132TP Distan Prov. Sumatera Utara 526115 5,867,287,000 614,925,000 BAST NO
156.6/PL.320/B.1/02/2015
11 079132TP Distan Prov. Sumatera Utara 526112 13,945,735,000 13,263,079,000 BAST NO
156.6/PL.320/B.1/02/2015
12 089137TP Distan TP Prov. Sumatera Barat 526115 9,739,979,000 199,355,000 BAST NO
156.5/PL.320/B.1/02/2015
13 089137TP Distan TP Prov. Sumatera Barat 526112 21,220,055,000 6,895,406,000 BAST NO
156.5/PL.320/B.1/02/2015
14 119137TP Distan TPH . Prov. Sumatera Selatan 526115 17,846,914,000 6,106,345,750 BAST NO
03.1/PL.320/B.1/01/2015
15 119137TP Distan TPH . Prov. Sumatera Selatan 526112 6,008,036,000 5,546,800,000 BAST NO
03.1/PL.320/B.1/01/2015 16 129119TP Distan TPH . Prov. 526115 40,310,842,000 37,654,842,400 BAST No
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 96
Lampung 76/PL.320//B.1/01/2015
17 129119TP Distan TPH . Prov. Lampung 526112 19,367,688,000 17,671,992,000 BAST No
76/PL.320//B.1/01/2015
18 159114TP Distan TPH . Prov. Kalimantan Selatan 526115 8,153,540,000 BAST
NO22.1/PL.320/B.1/01/2015
19 159114TP Distan TPH . Prov. Kalimantan Selatan 526112 3,321,060,000 3,041,162,000 BAST
NO22.2/PL.320/B.1/01/2015
20 199133TP Distan TPH . Prov Sulawesi Selatan 526115 58,428,734,000 57,979,103,750 BAST
NO22.2/PL.320/B.1/01/2015
21 199133TP Distan TPH . Prov Sulawesi Selatan 526112 29,039,484,000 26,540,659,000 BAST
NO22.2/PL.320/B.1/01/2015
22 229108TP Distan TP Prov. Bali 526115 19,260,220,000 16,942,781,500 BAST NO 150/PL.320/B.1/02/2015
23 229108TP Distan TP Prov. Bali 526112 13,262,840,000 10,843,975,000 BAST NO 150/PL.320/B.1/02/2015
24 299387TP Distan Dan Nak Prov. Banten 526115 12,216,615,000 12,074,572,500 BAST NO
03/PL.320/B.1/01/2015
25 299387TP Distan Dan Nak Prov. Banten 526112 10,986,000,000 10,444,338,000 BAST NO
03/PL.320/B.1/01/2015 TOTAL 574,565,820,000 324,047,774,300
f. Ditjen PSP telah mengajukan Usul Jurnal Koreksi ( UJK ) ke Badan Pemeriksa
Keuangan ( BPK ) RI pada pemeriksaan laporan TA. 2014 terhadap asset Jalan,
Jaringan dan Irigasi yang di peroleh dari salah AKUN dimana keberadaan asset
tersebut berada pada Masyarakat/Kelompok Tani untuk dilakukan koreksi
pencatatan pada neraca Ditjen PSP TA. 2015 dengan daftar terlampir :
REKAPITULASI ASET JALAN IRIGASI dan JARINGAN DITJEN PRASARANA dan SARANA PERTANIAN
No Kd_ Satker Kw Nama Dinas JALAN dan
JEMBATAN IRIGASI JARINGAN TOTAL JIJ
1 079027 Dk Distan Prov. Sumatera Utara 1,078,770,448 6,182,325,670 646,507,000 7,907,603,118
2 199028 Dk Distan TPH Prov Sulawesi Selatan 173,260,000 6,663,009,656 30,000,000 6,866,269,656
3 239011 Dk Distan TPH Prov NTB 74,692,195 5,537,567,583 187,660,000 5,799,919,778
4 39158 Tp Distan TPH Prov. Jawa Tengah 4,898,345,984 4,898,345,984
5 139032 Dk Distan TPH Prov Kalimantan Barat 3,905,603,999 3,905,603,999
6 141007 Tp Distan dan Nak Kab. Pulang Pisau 112,400,000 2,086,559,000 2,198,959,000
7 259020 Dk Distan dan KP Prov. Papua 1,995,947,000 1,995,947,000
8 110703 Tp Distan TPH Kab. Musi Rawas 1,950,511,000 1,950,511,000
9 239013 Dk Dinas Perkebunan Prov. NTB 789,487,250 1,032,802,994 74,500,000 1,896,790,244
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 97
10 '059004 Dk Distan Prov. Jawa Timur 1,574,692,335 169,800,000 1,744,492,335
11 191223 Tp Distan dan Nak Kab. Bantaeng 1,200,195,274 1,200,195,274
12 190527 Tp Dinas Hut dan Bun Kab.Bone 754,071,000 150,000,000 904,071,000
13 59187 Tp Dinas Perkebunan Prov. Jawa Timur 898,900,000 898,900,000
14 49028 Dk Distan Prov. D.I. Yogyakarta 753,638,120 753,638,120
15 '021714 Tp Distan, Bun, Nak dan Hut Kab. Cirebon 198,546,000 487,266,000 685,812,000
16 199423 Tp Distan TPH Kab. Tana Toraja 674,447,350 674,447,350
17 260813 Tp Distan TP Kab Kepahiang 597,491,997 597,491,997
18 140908 Tp Distan, Nak dan Kan Kab. Lamandau 491,653,000 74,840,000 566,493,000
19 149038 Tp Distan dan Nak Kab. Barito Utara 508,164,998 508,164,998
20 199030 Dk Disbun Prov. Sulawesi Selatan 471,634,000 471,634,000
21 39041 Dk Disnak dan Keswan Prov. Jawa Tengah 296,499,000 149,501,000 446,000,000
22 230606 Tp Dinas Nak Kab. Dompu 377,717,000 377,717,000
23 249064 Tp Dinas Hut dan Bun Kab. Manggarai 374,232,000 374,232,000
24 169229 Tp Distan, Bun dan Hut Kota Samarinda 99,800,000 247,135,000 346,935,000
25 199599 Tp Dinas TP dan Nak Kota Palopo 311,709,000 311,709,000
26 129028 Dk Dinas Perkebunan Prov. Lampung 281,820,000 281,820,000
27 199568 Tp Distan dan Kelautan Kab. Luwu Utara 187,414,364 75,000,000 262,414,364
28 229108 Tp Distan TP Prov. Bali 249,145,000 249,145,000
29 299008 Dk Distan dan Nak Prov. Banten 247,950,000 247,950,000
30 159210 Tp Dinas Hut dan Bun Kab. Tapin 236,500,000 236,500,000
31 230537 Tp Dinas Hut dan Bun Kab. Sumbawa 236,447,000 236,447,000
32 140705 Tp Dinas Hut dan Bun Kab. Seruyan 225,000,000 225,000,000
33 119024 Dk Disnak Prov. Sumatera Selatan
224,630,100 224,630,100
34 141106 Tp Dinas Bun dan Hut Pulang Pisau 198,415,000 198,415,000
35 '090450 Tp Disnak dan Kan Kab. Indragiri Hulu 192,427,000 192,427,000
36 129005 Dk Disnak dan Keswan Prov. Lampung 156,666,000 156,666,000
37 039014 Dk Distan TPH Prov. Jawa 91,076,000 91,076,000
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 98
Tengah
38 191017 Tp Dinas Bu dan Hut Kab. Sinjai 84,329,100 84,329,100
39 21614 Tp Distan TP Kab Ciamis 82,849,000 82,849,000
40 330506 Tp Distan dan Nak Kab. Raja Ampat 50,000,000 50,000,000
41 21816 Tp Distan, Nak dan Kan Kab Kuningan 49,200,000 49,200,000
42 170706 Tp Distan dan Nak Kab. Minahasa Utara 30,000,000 30,000,000
43 260103 Tp Distan dan Nak Kab. Bengkulu Utara 29,950,000 29,950,000
44 52008 Tp Distan dan Hut Kab. Trenggalek 29,300,000 29,300,000
45 249078 Tp Distan Kab. Sumba Barat Daya 15,000,000 15,000,000
TOTAL 3,233,901,893 43,126,276,427 4,894,823,097 51,255,001,417
g. Dengan diterbitkanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
104/PMK.06/2015 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Keuangan
nomor 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang berasal
dari dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan sebelum tahun anggaran 2011
dan Peraturan Menteri Keuangan RI nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian
Kewenangan dan Tanggung Jawab tertentu dari Pengelola , TA.2015 Ditjen PSP akan
segera menyiapkan dokumen untuk menyelesaikan permasalahan asset satker in
aktif sambil menunggu dikeluarkanya Peraturan Menteri Pertanian .Daftar Satker In
Aktif sampai dengan 31 Desember 2015.
REKAP SATKER IN AKTIF
DITJEN PSP TA. 2015
NO
Kd_Satker Kw NAMA SATKER Nilai Asset Progress Report
Prov. DKI JAKARTA
1 '010091 DK Dinas Kelautan Dan Pertanian Provinsi Dki Jakarta
134,923,198 David 081383880256
Prov. JAWA BARAT Raspendi '081321228030
2 020823 TP Distan, Perkebunan Dan Kehutanan Kab Bekasi 27,621,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
3 021107 TP Distan Tanaman Pangan Kabupaten Subang Persetujuan Hibah
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 99
71,905,000 Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
4 021435 TP Dinas Tph Dan Perkebunan Kab Garut 9,000,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
5 021614 TP Distan Tanaman Pangan Kab Ciamis 192,323,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
6 021714 TP Distan, Perkebunan, Nak Dan Kehutanan Kab. Cirebon
937,422,000
Nanang 082312407728
7 020534 TP Distan Dan Kehutanan Kab Bogor 14,872,000 Heli 08111100450
8 020904 TP Distan Dan Kehutanan Kabupaten Karawang 22,220,000
Cahyadi 081212828881
9 '021009 TP Distan, Kehutanan Dan Perkebunan Kab Purwakarta
21,500,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
10 '021251 TP Distan, Peternakan Dan Perikanan Kab Kuningan
78,850,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
Prov. JAWA TIMUR Setiya '081330039184
11 051342 TP Distan Dan Perkebunan Kab Malang 19,800,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
12 '051838 TP Distan Kab. Tulungagung 32,150,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 100
PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
13 '052008 TP Distan Dan Kehutanan Kabupaten Trenggalek 31,516,395
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
Dedy 0821392475473 Prov. ACEH
14 '060206 TP Distan Kab. Pidie 19,625,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4727/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 26 November 2015
Prov. SUMATERA BARAT Melky 081378911384
15 080128 TP Distan Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Agam
22,875,000
16 080222 TP Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Pasaman
22,460,000
17 080631 TP Dinas TPH,Nak dan Bun Kab.Pesisir Selatan 10.286.800
Persetujuan penjualan dari KPKNL Nomor : S-098/MK.06/WKN.3/KNL.01/2014
Prov. RIAU
18 090450 TP Dinas Peternakan Dan Perikanan Kab. Indragiri Hulu
986,310,998 Rico 085265872345
PROPINSI JAMBI
19 100129 TP Dinas Perkebunan Kabupaten Batanghari 99,460,000 Muji 085356488674
Prov. SUMATERA SELATAN
20 110703 TP Dinas Tanaman Pangan Dan Holtikultura Kab. Musi Rawas
1,968,111,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4603/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 Novem 2015
Prov. KALIMANTAN TENGAH Amir Mah Mud 081352852163
21 140114 TP Dinas Peternakan Kabupaten Kapuas
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 101
2,216,395 Usul Penghapusan BMN ke KPKNL No : 524/711/IX/Nak.2014
22 140705 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Seruyan
225,000,000
23 140806 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Sukamara
2,216,395
24 140908 TP Distan, Peternakan Dan Perikanan Kab. Lamandau
566,493,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4602/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
25 141007 TP Distan Dan Peternakan Kabupaten Pulang Pisau 2,248,909,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4602/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
26 141106 TP Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Pulang Pisau 198,415,000
27 149038 TP Distan Dan Peternakan Kabupaten Barito Utara 508,164,998
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4602/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
28 149255 TP Distan Dan Peternakan Kab. Kotawaringin Barat
2,216,395
Persetujuan No. S-01/MK.06/WKN.12/KNL.02/2015 tanggal 22 Januari 2015
Prov. KALIMANTAN SELATAN
29 159210 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tapin
236,500,000
Prov. SULAWESI UTARA Karla 081340498308
30 170706 TP Distan Dan Peternakan Kab. Minahasa Utara 129,495,000
Prov. SULAWESI SELATAN Syahrudin Waki 081342737252
31 191017 TP Dinas Perkebunan Dan Kebutanan Kab. Sinjai 84,329,100
Udin : 0813 4072 0792 (Kabid)
32 191223 TP Distan Dan Peternakan Kab. Bantaeng Karim : 0852 4284
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 102
1,535,075,274
0855
33 190527 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab.Bone 904,071,000
PERSETUJUAN NO. B-5011/PL.130/A/12/2015 Tanggal 21 Desember 2015
34 199053 TP Dinas Tph Dan Peternakan Kabupaten Luwu 20,350,000
SK Penghapusan No. 597/Kpts/PL.320/10/2015 Tanggal 23 Oktober 2015
35 199423 TP Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kab. Tana Toraja
763,963,745
PERSETUJUAN NO. B-5011/PL.130/A/12/2015 Tanggal 21 Desember 2015
36 199599 TP Dinas Tanaman Pangan dan Nak Kota Palopo 311.709.000
SK Penghapusan No. 597/Kpts/PL.320/10/2015 Tanggal 23 Oktober 2015
Prov. NUSA TENGGARA BARAT
37 230537 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Sumbawa. 236,447,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4604/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
38 239053 TP Distan Tanaman Pangan Kab.Sumbawa 25.800.000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4604/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
39 239057 TP Distan Tanaman Pangan Kabupaten Dompu 28,000,000
Prov. BENGKULU
40 260103 TP Distan dan Nak Kab. Bengkulu Utara 29.950.000
Persetujuan No. S-27/MK.6/WKN.05/KNL.01/2014
41 260813 TP Distan Tanaman Pangan Kab Kepahiang
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 103
597,491,997 Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
42 265157 TP Distan Dan Peternakan Kota Bengkulu 146,410,000
Persetujuan Hibah Sekjen Nomor : B-4607/ PL.130/1/11/2015 Tanggal 20 November 2015
Prov. PAPUA BARAT
43 330506 TP Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Raja Ampat
152,600,000 Rika 08124879416
Troice 082398048978 Prov. KALIMANTAN TIMUR
44 169229 TP Distan, Perkebunan Dan Kehutanan Kota Samarinda
521,255,000
Suhada 085250422485
Prov. NTT Haning 085253277734
45 249064 TP Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kab. Manggarai
374,232,000
46 249078 TP Distan Kab. Sumba Barat Daya 15,000,000
47 249074 TP Distan, Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Manggarai Barat
1,500,920,000
TOTAL 16,090,461,690
Dari jumlah diatas 2 satker sudah dilakukan penghapusan, 1 satker sudah keluar
surat persetujuan penjualan, 1 satker usul penghapusan, 22 satker sudah keluar
persetujuan hibah, 4 satker sudah di usulkan hibah dan sisanya 17 satker belum
diusulan hibah ke Setjen.
h. Sudah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor
262/Kpts/PL.320/4/2015 tentang Penghapusan Barang Milik Negara pada Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian .
O Informasi Tambahan
a. Temuan BPK Asset Ex. Pusat Pembiayaan Kementerian Pertanian sebesar
43.392.603 telah di tindaklanjuti dengan pengajuan penghapusan dan sudah
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 104
keluar SK Penetapan Penghapusan No. 09/KPTS/PL.420/1/ 2014 Tanggal 03
Januari 2014 . sudah dilakukan koreksi pencatatan di Tahunan th 2014.
b. Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK ) atas sistim
pengendalian intern Kementerian Pertanian tahun 2012 nomor :
22.B/LHP/XVI/05/ 2014 tanggal 31 Mei 2014 tentang selisih saldo SAK dan SIMAK
BMN pada satker sebesar perbedaan (negatif) : -6.900.203.285, perbedaan
(positif) : 1.244.451.890, dapat kami jelaskan bahwa nilai perbedaan tersebut
sudah kami tindak lanjuti dengan hasil sudah tidak ada perbedaan antara nilai SAK
dengan SIMAK BMN pada masing-masing satker (bukti terlampir).
c. Temuan BPK LHP atas Laporan Keuangan Kementan Th 2012 Nomor 22 A/LHP/XVI
/05/ 2014 Tanggal 31 Mei 2014 tentang sistim pengendalian aset ( Pencatatan
dan Pelaporan saldo Persediaan pada 6 Eselon I senilai Rp. 227.990.555.074 tidak
memadai ). Temuan masalah persediaan tersebut sudah kami tindaklanjuti
dengan hasil ,dari 26 satker in aktif yang menjadi obyek temuan semuanya sudah
menerbitkan surat yang menyatakan bahwa di satker tersebut persediaannya
sudah nihil dan dilampiri BA Opname fisiknya (bukti terlampir).
d. Hasil temuan BPK tahun 2012 tentang kegiatan LOAN IDB untuk penggunaan
belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat senilai 81.047.487.000,-
pada satker Dinas Pertanian TPH Prop. Aceh yang tidak sesuai dengan kode AKUN
standar, sudah dilakukan serahterima barang dengan Nomor BAST
648.3/PL.140/B.1/06/ 2013 Tanggal 19 Juni 2013 dari Ditjen Prasarana dan
Sarana Pertanian atas nama Menteri Pertanian dengan Kepala Dinas Pertanian
TPH Prop. Aceh atas nama Gubernur Aceh. . Tahun 2013 Ditjen PSP sudah
membuatkan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan Barang/Jasa ke Kelompok
Tani Di Sepuluh Kabupaten , semuanya sudah menandatangani Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan (BASTHP). yaitu dari Kabupaten Pidie , Pidie Jaya ,
Aceh Timur ,Aceh Utara, Aceh Jaya , Aceh Barat Daya , Aceh Besar, Bireun , Nagan
Raya dan Kab. Aceh Barat .
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 105
e. Tahun 2014 Ditjen PSP menerima hibah dari pemerintah Korea Selatan dengan
nomor register 73006401 sebesar KRW.1.700.000.000 atau USD 1.588.785 berupa
:
HIBAH PEMERINTAH KOREA KE PEMERINTAH INDONESIA ( DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN ).
No Judul Proyek Rencana (KRW) Realisasi (KRW) selisih +/-
1 The Pilot Project on Mechanized Rice 1,700,000,000 1,711,000,000 11,000,000 Farming Complex in Indonesia. 1,700,000,000 1,711,000,000 11,000,000 USD 1 = 1.070 KRW USD = 1.588.785 USD=1.599.065 USD=10.280 Sesuai ROD Tgl 26 September 2012
Total Realisasi = 1.711.000.000 ( KRW ) = 1.599.065 ( USD ). Alokasi Biaya :
• Gedung & Bangunan : 230.307 ( USD ) : 230.307 x 9.980 : Rp. 2.298.464.340
USD 1 = Rp. 9.980 ( Sesuai dg keterangan fihak kontraktor / RAB dokumen kontrak )
• Selain Gedung dan Bangunan: 1.368.758 ( USD ). : 1.368.758 x 9.580 : Rp. 13.112.701.640
USD 1 = Rp. 9.580 (Sesuai dg ROD Tgl 26 September 2012 kurs tengah USD 1 = Rp.9.580).
TOTAL HIBAH KOREA = Rp. 15.411.165.980
RENCANA DAN REALISASI HIBAH KOREA
No Nama Kegiatan % Rencana (KRW) Realisasi (KRW) selisih +/- 1 Konstruksi sarana dan prasarana 27.9 474,300,000 493,000,000 18,700,000 2 Capacity Building 1.7 28,900,000 29,000,000 100,000 3 Penyediaan peralatan 29.3 498,100,000 554,000,000 55,900,000 4 Pelatihan di Korea 5.4 91,800,000 68,000,000 -23,800,000 5 Pengiriman ahli (Indonesia and Korea) 25.2 428,400,000 445,000,000 16,600,000 6 Pengelolaan kantor 7.5 127,500,000 102,000,000 -25,500,000 7 Lain-lain (biaya administrasi, dll) 3 51,000,000 20,000,000 -31,000,000
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 106
100 1,700,000,000 1,711,000,000 11,000,000 USD 1 = 1.070 KRW USD = 1.588.785 USD=1.599.065 USD=10.280 Sesuai ROD Tgl 26 September 2012
Dari jumlah total hibah tersebut yang membentuk asset tetap dan mempunyai
dokumen sbb :
Gedung & Bangunan NO Items Dimension $ Rp.
1 Ware House 315.6 M2 69,938 697,981,240
2 Service Center 66 M2 39,380 393,012,400
3 Rice Milling Factory 225.6 M2 108,965 1,087,470,700 4 Consultan Design 12,024 120,000,000 T O T A L 230,307 2,298,464,340 Nilai Kontrak 1 $ = Rp. 9.980
Peralatan dan Mesin
NO Descriptin of Goods Model/Serial Q'ty Total (Rp.)
1 Trailer (for Tiller) KJ-1000 1 10,356,746 2 Nursery Seeder (Single barrel) JK20 3 3,883,924 3 Nursery Seeder (Double barrel) JK30 1 1,898,756 4 Fertilizer Spreader CH-320J 2 17,261,244 5 Cultivator TKC-6500D 2 37,974,737 6 Rotavator TRT-600 2 8,630,622 7 Plow TP-25 2 3,452,249 8 Reaper TR-1200B 1 11,219,809 9 Grader TKG1000S 1 12,082,871
10 Trailer (for traktor) TKT-S400 1 27,617,990 11 Nersery Box NR-1A 4,800 41,385,600 12 Rice germinator MD300A 1 2,589,187 13 Rotavator GMR165A 2 42,290,144 14 Tillage implement for paddy field WIDE2200 1 25,891,866 15 Tractor T353 2 284,810,718 16 Front loader LT353 1 25,028,804 17 Tiller TR120E 1 28,481,053 18 Plow GMR-P12 1 1,467,177 19 Rotavator GMR-R12 1 4,833,110 20 Rice transplanter(walking type) PF48 1 25,028,804 21 Rice transplanter(Riding type) PRO600 1 146,730,346 22 Combine C704GT 1 378,021,627
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 107
23 Bed Soil Maker SB-3000 1 17,261,244 24 Plow YS-4P 2 22,439,617 25 Grain Dryer(7ton/Husk Bumer) ncd-76bx 2 536,480,000 26 Rice milling plant -Capacity 1.4ton/hr 1 1,587,482,640 27 Power Sprayer SW1020MA 1 70,892,000 28 Power Weeder SW3S518 3 34,488,000 29 Harrow k4200 1 10,538,000 30 Fertilizer Spreader CP-611 2 12,454,000 31 High pressure washer SOL-E110-2 1 8,622,000 32 Tractor T503 1 321,064,120 33 Rotavator WR1750DGW 1 35,810,040 34 front loader TX5000 1 40,916,180 35 Spare Part 1 set 1 210,760,000 36 -Generator -75 Kw 1 169,566,000 37 -Generator -7 Kw 1 25,434,900 38 Truck Mitsubishi - L 300 1 129,330,000 39 SUV Vihicle Kijang Innova 1 313,448,020 40 Lap Top - NP 300 2 18,236,488 41 Desktop PC - T27B50EW 3 26,061,432 42 Fax - SF 565 PR 1 2,662,569 43 Photo Copy - Cannon 2420 L 1 2,714,780 44 Print - SCX - 4300 1 18,444,278 45 Machinery tools - Various 1 107,436,251 46 Fork lift - Capcity 2,5 ton 1 231,836,000
T O T A L 4,861 5,095,315,941
Keterangan : Kurs Tengah USD Per 26 September 2012 , 1 USD = Rp 9.580,-
Lokasi proyek berada pada Balai Benih Padi Palawija Purwanegara
Jl.Purwanegara No.6 Kec. Purwanegara,Kab. Banjarnegara, Prop. Jawa Tengah.
Pada tanggal 19 Desember 2014 telah dilakukan Handover Agreement of the
Pilot Project on Mechanized Rice Farming Complex in Indonesia antara fihak
Korea dengan Indonesia. Untuk asset tetapnya akan dibukukan di Tahunan
tahun 2014 pada satker kantor pusat Ditjen PSP (633656).
f. Penghapusan barang milik negara hasil dari tim penertiban aset ( BA 04 ) nomor
590 /Kpts/PL.130/5/2014 tahun 2014 sebesar 1.365 unit total nilai Rp.
23.871.969.902
g. Telah dilakukan transfer keluar berupa Aset Tetap Dalam Renovasi ke Ditjen
Tanaman Pangan dengan BAST no.716/PL.320/B.1/2/08/2014 tanggal 14 Agustus
2014 sebesar Rp. 198.122.000 dan ke Biro Umum dan Hubungan Masyarakat
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 108
Setjen Kementerian Pertanian dengan BAST no.14.1/PL.120/B.1.2/01/2014
sebesar Rp. 227.919.000.
h. Menerima Transfer Masuk dari Biro Umum dan Hubungan Masyarakat berupa 1
buah mobil Nissan Terano dengan BAST no.899/KPPA/12/2014 tanggal 31
Desember2014 sebesar Rp. 133.330.000.
VII. PAGU ANGGARAN
Pada TA. 2015 pagu awal anggaran APBN Satker Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebesar Rp.3.205.267.300.000,00 Dengan Nomor SP DIPA-018.08.1.633656/2015 tanggal 14 Nopember 2014, terdiri dari :
Kegiatan 3.205.267.300.000 1794 Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 559.253.893.000 1795 Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian 1.350.166.686.000 1796 Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan 258.414.090.000 1797 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 169.667.195.000 3993 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 298.782.136.000 3994 Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan PUAP 568.983.300.000
Sumber Dana 3.205.267.300.000 RM Rupiah Murni 3.189.007.300.000 PLN Pinjaman Luar Negeri 11.760.000.000 RMP Rupiah Murni Pendamping 4.500.000.000
Jenis Belanja 3.205.267.300.000 51 Pegawai 31.147.898.000 52 Barang 729.815.122.000 53 Modal 4.596.930.000 57 Bantuan Sosial 2.439.707.350.000
1. DIPA Revisi ke-2 Revisi ke-2 tanggal 5 Januari 2015 sebesar Rp. 3.205.732.300.000,00, terdiri
dari :
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 109
Kegiatan 3.205.732.300.000 1794 Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 1.682.782.477.000 1795 Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian 647.873.036.000 1796 Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan 136.634.756.000 1797 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 294.349.790.000 3993 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 174.099.541.000 3994 Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan PUAP 269.992.700.000
Sumber Dana 3.205.732.300.000 RM Rupiah Murni 3.189.472.300.000 PLN Pinjaman Luar Negeri 11.760.000.000 RMP Rupiah Murni Pendamping 4.500.000.000
Jenis Belanja 3.205.732.300.000 51 Pegawai 31.147.898.000 52 Barang 609.820.772.000 53 Modal 5.054.580.000 57 Bantuan Sosial 2.559.709.050.000
Pada revisi ke-02 terjadi perubahan anggaran sebesar Rp. 465.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut : Belanja Barang (Akun 52) sebesar (Rp. 119.994.350.000,00); Belanja Modal (Akun 53) sebesar Rp. 457.650.000,00; Belanja Bansos (AKUN 57) sebesar Rp. 23.157.391.700.000,00
Kegiatan 14.004.237.306.000 1794 Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 5.010.646.300.000 1795 Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian 3.927.607.466.000 1796 Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan 2.907.891.881.000 1797 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 1.076.108.979.000 3993 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 458.333.930.000 3994 Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan PUAP 623.648.750.000
Sumber Dana 14.004.237.306.000 RM Rupiah Murni 13.987.977.306.000 PLN Pinjaman Luar Negeri 11.760.000.000 RMP Rupiah Murni Pendamping 4.500.000.000
Jenis Belanja 14.004.237.306.000 51 Pegawai 31.147.898.000 52 Barang 3.557.418.886.000 53 Modal 62.184.880.000 57 Bantuan Sosial 10.353.485.642.000
Pada revisi ke-03 terjadi penambahan anggaran untuk kegiatan Upaya Khusus Peningkatan
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana
Pendukungnya dalam pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta
swasembada kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan
pendukung lainnya, yang antara lain pengembangan jaringan irigasi, optimasi lahan,
pengembangan system rice intensification, gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu
(GP-TTT), optimasi perluasan areal tanam kedelai melalui peningkatan jagung (PAT Jagung),
penyediaan sarana dan prasarana pertanian (benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian),
2. DIPA APBN-P Revisi ke-3 tanggal 06 Maret 2015 sebesar Rp. 14.04.237.306.000,00, terdiri dari :
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 110
pengendalian OPT dan dampak perubahan iklim, asuransi pertanian dan
pendampingan/pengawalan TNI AD. Upsus Swasembada berkelanjutan ini harus dicapai dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun dengan penambahan anggaran di Pusat sebesar Rp.
1.861.125.122.000,00.; Dekonsentrasi sebesar Rp. 533.771.159.000,00 dan Tugas Pembantuan
sebesar Rp. 8.403.608.725.000,00. Penambahan Revisi ke -2 Anggaran APBN-P pada AKUN
Belanja 52 (Barang) sebesar Rp. 2.947.598.114.000,00; AKUN Belanja 53 (Modal) sebesar Rp.
57.130.300.000,00 dan AKUN Belanja 57 (Bansos) sebesar Rp. 7.793.776.592.000,00.
Kegiatan 14.392.200.941.000
1794 Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 4.698.371.684.000 1795 Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian 4.105.466.518.000 1796 Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alsintan 3.304.212.546.000 1797 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 1.299.685.351.000 3993 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 460.739.892.000 3994 Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan PUAP 523.724.950.000
Sumber Dana 14.392.200.941.000 RM Rupiah Murni 14.375.940.941.000 PLN Pinjaman Luar Negeri 11.760.000.000 RMP Rupiah Murni Pendamping 4.500.000.000
Jenis Belanja 14.392.200.941.000 51 Pegawai 31.147.898.000 52 Barang 4.514.050.293.000 53 Modal 67.344.116.000 57 Bantuan Sosial 9.779.658.634.000
II. KEWAJIBAN KONTIJENSI
Adalah pengungkapan mengenai kewajiban untuk mengakui adanya kemungkinan terjadinya utang kepada pihak ketiga yang disebabkan adanya tuntutan hukum kepada Kementerian Pertanian yaitu pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan nilai tuntutan material. Dalam hal ini adalah gugatan yang dilakukan oleh pemenang lelang pengadaan an penyaluran BLP Paket B Dekomposer Padat dan Pupuk Hayati Padat (Luar Pulau Jawa) TA. 2012. Dapat diuraikan sebagai berikut : No. Gugatan : 440/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel
Penggugat : Maman Rukmana, bertindak a.n. PT Lestari Cipta Anugerah
Tergugat : 1. PPK Direktorat Pupuk dan Pestisida pada Satker Lingkup Direktorat PSP Kementan TA 2012
3. DIPA APBN-P Revisi ke-4 tanggal 31 Agustus 2015 merupakan revisi pengguguran bintang sebesar Rp. 150.000.000.000 untuk kegiatan Asuransi Pertanian
4. DIPA APBN-P Revisi ke-5 tanggal 13 Nopember 2015 dimana untuk kegiatan adalah sama hanya ada beberapa penambahan dan pengurangan anggaran khususnya pada penyelesaian pagu minus kegiatan RMU. Pagu dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Keuangan Audited Tahun Anggaran 2015
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 111
2. Menteri Pertanian
Nilai : Rp51.917.600.000,00 terdiri dari Rp50.917.600.000,00 kerugian materiil dan Rp1.000.000.000,00 kerugian immateriil
Ringkasan Kasus
: PT Lestari Cipta Anugerah merupakan pemenang lelang pengadaan dan penyaluran BLP Paket B Dekomposer Padat dan Pupuk Hayati Padat (Luar Pulau Jawa) TA 2012 yang telah diikat dalam kontrak kerja sama dengan pihak Tergugat yang termuat dalam Surat Kontrak No.07/PPK/PSP/VII/2012/181 LCA-Kontrak/PSP/7/2012 tanggal 02 Juli 2012
Kontrak berlaku 77 hari kalender dan berakhir tanggal 16 Sept 2012. Namun tanggal 16 Agustus 2012 pihak Tergugat membatalkan kontrak kerja sama
Alasan pembatalan lelang adalah adanya dugaan Sertifikat Uji Mutu yang dikeluarkan Unpad Fak.MIPA, Jur.Biologi Laboratorium Mikrobiologi diragukan keabsahannya. Alasan lainnya karena persyaratan stok 40%. Perkara ini masih berproses di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan telah melalui Putusan Sela jenis putusan interlukotoir adalah putusan sela yang dijatuhkan oleh hakim dengan amar yang berisikan perintah pembuktian dan dapat mempengaruhi pokok perkara, seperti putusan yang berisi perintah untuk memberikan keterangan ahli, putusan tentang beban pembuktian kepada salah satu pihak agar membuktikan suatu putusan dengan amar memerintahkan dilakukan pemeriksaan setempat (descente) Berdasarkan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yang mengabulkan gugatan pihak penggugat, maka pihak
Tergugat I dan Tergugat II melakukan upaya hukum dengan
mengajukan upaya hukum banding atas putusan A-quo pada tanggal
4 Mei 2015 d Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Oleh karena lamanya salinan putusan dari Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yang baru diterima 6 bulan setelah putusan di bacakan
tepatnya tanggal 28 Oktober 2015, sehingga penyampaian Memori
Banding menjadi lama/tertunda dan baru pada tanggal 12 Nopember
2015 mengajukan memori banding atas permohonan banding
tanggal 4 Mei 2015, terhadap putusan pengadilan negeri Jakarta
Selatan tertanggal 23 April 2015 nomor :440/Pdt.G/2013/PN.JKT.Sel.
Resume perkara sebagaimana terlampir.