kata majemuk nomina bahasa jawa (kajian bentuk, fungsi...

123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN PERAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh NURYANTINI C0107038 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: nguyennhan

Post on 01-Apr-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA

(KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN PERAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

NURYANTINI

C0107038

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Nuryantini

NIM : C0107038

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kata Majemuk Nomina

Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran) adalah betul-betul karya

sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan

karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2011

Yang membuat pernyataan.

Nuryantini

Page 5: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk.

1. Kedua orang tua, ayah dan ibu.

2. Ketiga adikku, Nur Wikani, Nur Rahman, dan Nur Syafi.

3. Kedua almarhum eyang kakung dan kedua eyang putriku tersayang.

Page 6: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

4. Almamaterku tercinta.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Peran) ini. Di dalam penyusunan skripsi ini penulis sering

menemui hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyusun

skripsi.

3. Drs. Y. Suwanto, M.Hum., selaku pembimbing akademik yang sabar

membimbing dan memberi nasihat kepada penulis dari awal hingga akhir

kuliah.

4. Prof. Dr. Drs. H. Sumarlam, M.S., selaku pembimbing pertama yang telah

berkenan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh

perhatian dan kesabaran.

5. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku pembimbing kedua dengan

sabar dan perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ilmu dan bekal

kepada penulis.

Page 7: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

7. Seluruh staf perpustakaan, baik perpustakaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta maupun perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah

memberikan pelayanan dan menyediakan referensi yang diperlukan.

8. Keluarga kecil yang ada di Makamhaji dan keluarga besar Kiyaran,

keluarga besar Girimarto, serta keluarga besar Krapyak yang telah

memberikan senyum kebahagiaan dan tangis kesedihan.

9. Teman-temanku di Sastra Daerah, Zulfa, Rara, Mbak Fajar, Iffa, Febri,

Rizki, Heka, Anna, anak-anak linguistik 2007, dan mahasiswa Sastra

Daerah angkatan 2007.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

selanjutnya. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

pemerhati masalah linguistik.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

Page 8: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ........................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ......................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN ...................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

ABSTRAK .................................................................................................... xvii

SARI PATHI ................................................................................................. xviii

ABSTRACT .................................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

F. Sistematika Penelitian ....................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR........................... 10

A. Landasan Teori .................................................................................. 10

Page 9: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

1. Morfologi .................................................................................... 10

2. Proses Morfologis ....................................................................... 10

a. Afiksasi ................................................................................. 11

b. Reduplikasi ............................................................................ 12

c. Pemajemukan (Komposisi) ................................................... 13

d. Derivasi Zero (Modifikasi Kososng) .................................... 14

e. Abreviasi (Pemendekan) ....................................................... 14

f. Derivasi Balik........................................................................ 15

3. Proses Pamajemukkan ................................................................. 16

4. Kata Majemuk ............................................................................. 18

5. Kalimat ........................................................................................ 20

6. Struktur Sintaksisis ..................................................................... 21

a. Bentuk ................................................................................... 21

b. Fungsi .................................................................................... 22

c. Kategori ................................................................................. 25

d. Peran ...................................................................................... 27

B. Kerangka Pikir .................................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 31

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 31

B. Data dan Sumber Data ...................................................................... 32

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33

D. Alat Penelitian ................................................................................... 34

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 34

F. Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................... 36

G. Teknik Penyajian Data ...................................................................... 40

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................... 42

A. Analisis Data ..................................................................................... 42

1. Bentuk Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa ............................. 42

I. Kata Majemuk Nomina Camboran Wutuh ........................... 43

a. Struktur .................................................................................. 43

1) Monomorfemis-Monomorfemis ...................................... 43

2) Monomorfemis-Polimorfemis ......................................... 46

Page 10: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3) Polimorfemis-Monomorfemis ......................................... 49

b. Kategori ................................................................................. 51

1) Nomina-Nomina .............................................................. 51

2) Nomina-Verba ................................................................. 54

3) Nomina-Numeralia .......................................................... 57

4) Nomina-Adjektiva ........................................................... 60

5) Verba-Nomina ................................................................. 63

6) Numeralia-Nomina .......................................................... 66

7) Adjektiva-Nomina ........................................................... 68

8) Verba-Adjektiva .............................................................. 70

9) Verba-Verba .................................................................... 72

II. Kata Majemuk Nomina Camboran Tugel ............................. 74

a. Struktur (Monomorfemis-Monomorfemis) ........................... 74

b. Kategori ................................................................................. 77

1) Nomina-Nomina .............................................................. 77

2) Nomina-Adjektiva ........................................................... 79

3) Adjektiva-Adjektiva ........................................................ 81

2. Fungsi Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa ............................. 83

a. Fungsi Morfologis ................................................................. 83

1) Tidak Mengubah Identitas atau Kelas Kata .................... 84

2) Mengubah Identitas atau Kelas Kata............................... 84

b. Fungsi Sintaksis .................................................................... 85

1) Subjek .............................................................................. 85

2) Predikat ........................................................................... 87

3) Objek ............................................................................... 88

4) Keterangan ...................................................................... 89

5) Pelengkap ........................................................................ 91

3. Peran Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa ............................... 92

a. Agentif................................................................................... 92

b. Objektif ................................................................................. 93

c. Reseptif ................................................................................. 95

d. Benefaktif .............................................................................. 96

Page 11: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

e. Lokatif ................................................................................... 97

f. Kompanional ......................................................................... 98

g. Instrumen .............................................................................. 99

B. Pembahasan ....................................................................................... 100

BABA V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 102

A. Simpulan ........................................................................................... 102

B. Saran .................................................................................................. 103

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104

LAMPIRAN .................................................................................................. 106

Page 12: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel (1a). Kata Majemuk Nomina Gabungan Monomorfemis-Monomorfemis..44

Tabel (2b). Kata Majemuk Nomina Gabungan Monomorfemis-Polimorfemis .. .47

Tabel (3c). Kata Majemuk Nomina Gabungan Polimorfemis-Monomorfemis .. .49

Tebel (4d). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Nomina ....................... .52

Tabel (5e). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Verba .......................... .55

Tabel (6f). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Numeralia ................... .58

Tabel (7g). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Adjektiva .................... .61

Tabel (8h). Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba-Nomina .......................... .64

Tabel (9i). Kata Majemuk Nomina Gabungan Numeralia-Nomina .................... .66

Tabel (10j). Kata Majemuk Nomina Gabungan Adjektiva-Nomina ................... .69

Tabel (11k). Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba-Adjektiva ..................... .71

Tabel (12l). Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba-Verba ............................ .72

Tabel (13a). Kata Majemuk Nomina Gabungan Monomorfemis-Monomorfemis75

Tabel (14b). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Nomina ..................... .77

Tabel (15c). Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Adjektiva .................. .79

Tabel (16d). Kata Majemuk Nomina Gabungan Adjektiva-Adjektiva ............... .82

Page 13: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN

A. Daftar Tanda

* : menandai ketidakgramatikalan atau katidakberterimaan

Ø : menandai sebuah pelesapan

( ) : menandai nomor data

[ ] : menandai bahwa bentuk yang ada di dalamnya bentuk fonetis

+ : menandai hubungan antarsatuan lingual

: menandai proses perubahan

‘…’ : menandai bahwa formatif yang ada di dalamnya makna atau glos

satuan lingual

- : menandai keterikatan morfem tertentu

…. : terdapat tuturan sebelumnya atau sesudahnya

√ : menandai infiks atau sisipan

B. Daftar Singkatan

Adj : adjektiva

Des : Desember

DM : diterangkan menerangkan

EKSIS : lembar kerja siswa EKSIS

é : dibaca [e] seperti kata éman [eman]

Page 14: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

è : dibaca [E] seperti kata èdi [EDi]

ê : dibaca [C] seperti kata êmoh [CmOh]

Feb : Februari

FN : frasa nomina

FV : frasa verba

Jan : Januari

JB : Jaya Baya

JJ : Jagad Jawa SOLOPOS

K : keterangan

Konj : konjungsi

MD : diterangkan menerangkan

Mono : monomorfemis

MS : Mekar Sari “KEDAULATAN RAKYAT”

N : nomina

Nop : Nopember

Num : numeralia

O : objek

Okt : Oktober

P : predikat

P1 : predikat pertama

P2 : predikat kedua

paN : paNassal (pa + Nassal)

Pel : pelengkap

Poli : polimorfemis

Page 15: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

PS : Panjebar Semangat

R : reduplikasi

S : subjek

SBJ : (buku ajar) Seneng Basa Jawa

V : verba

Page 16: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Contoh Kata Majemuk Nomina ....................................................... 107

B. Bentuk Kata Majemuk Nomina ....................................................... 108

C. Fungsi Kata Mejemuk Nomina ........................................................ 111

D. Peran Kata Majemuk Nomina .......................................................... 112

Page 17: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK

Nuryantini. C0107038. 2011. Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Peran). Skripsi: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini difokuskan pada tiga pokok permasalahan yaitu: (1)

bagaimanakah bentuk dan kategori unsur pembentuk kata majemuk nomina dalam

bahasa Jawa?, (2) bagaimanakah fungsi kata majemuk nomina dalam bahasa

Jawa?, dan (3) bagaimanakah peran kata majemuk nomina bahasa Jawa?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk dan kategori

unsur pembentuk kata majemuk nomina bahasa Jawa, (2) mendeskripsikan fungsi

kata majemuk nomina bahasa Jawa, dan (3) mendeskripsikan peran kata majemuk

nomina bahasa Jawa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data

berasal dari JB, PS, JJ, MS, EKSIS, dan SBJ. Wujud datanya berupa kalimat-

kalimat yang mengandung kata majemuk nomina. Populasi dalam penelitian ini

adalah semua kalimat yang mengandung kata majemuk nomina bahasa Jawa yang

terdapat dalam sumber data. Adapun sampel penelitian ini berupa kalimat yang

mengandung kata majemuk nomina yang dapat mewakili populasi data.

Pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap

dilanjutkan dengan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan metode

distribusional (agih). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode agih dengan teknik dasar bagi unsur langsung dengan teknik lanjutan

teknik sisip dan teknik lesap. Penyajian hasil analisisis data menggunakan metode

penyajian informal dan formal.

Dari analisis data ditemukan adanya (1) bentuk kata majemuk nomina

camboran wutuh berdasarkan struktur terbentuk dari gabungan mono dengan

mono, mono dengan poli, poli dengan mono. Berdasarkan kategori kata majemuk

nomina camboran wutuh terbentuk dari gabungan N dengan N, N dengan V, N

dengan Num, N dengan Adj, V dengan N, Num dengan N, Adj dengan N, V

dengan Adj, dan V dengan V. Berdasarkan struktur camboran tugel hanya

terbentuk dari mono dengan mono, sedangkan berdasarkan kategori camboran

tugel terbentuk dari gabungan N dengan N, N dengan Adj, dan Adj dengan Adj.

(2) Fungsi morfologis kata majemuk nomina tidak dapat dan dapat mengubah

identitas. Kata majemuk nomina dapat menempati fungsi sintaksis sebagai fungsi

S, P, O, K, dan fungsi Pel. (3) Peran yang ditempati adalah peran agentif, objektif,

reseptif, benefaktif, lokatif, kompanional, dan peran instrumen.

Page 18: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

SARI PATHI

Nuryantini. C0107038. 2011. Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Peran). Skripsi: Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra lan

Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn punika (1) Kados pundi

wujudipun lan kategori unsur pembentuk têmbung camboran basa Jawi? (2)

Kados pundi fungsi têmbung camboran basa Jawi? (3) Kados pundi peran

têmbung camboran basa Jawi?

Ancasing panalitèn punika (1) hangandharakên wujudipun têmbung lan

kategori unsur pembentuk têmbung camboran basa Jawi, (2) hangandharakên

fungsi têmbung camboran basa Jawi, (3) hangandharakên peran têmbung

camboran basa Jawi.

Jinising panalitèn inggih punika panalitèn deskriptif kualitatif. Dhatanipun

saking JB, PS, JJ, MS, EKSIS, lan SBJ. Wujud dhatanipun inggih punika ukara-

ukara ingkang ngêwrat têmbung camboran aran. Populasi panalitèn punika sadaya

ukara ingkang ngêwrat têmbung camboran aran. Wujud sampelipun inggih punika

ukara ingkang ngêwrat têmbung camboran aran ingkang sagêd makili populasi

dhata. Anggènipun ngêmpalakên dhata migunakakên metode sêmak kanthi teknik

dasar sadap, Salajêngipun dhata ingkang kapanggih kasêrat wonten kretu dhata

migunakakên teknik cathêt. Metode analisis dhata kanthi metode distribusional

(agih). Teknik dasar bagi unsur langsung kaliyan teknik sisip kanggé

angandharakên wujudipun têmbung camboran aran. Teknik lesap kanggé

angandharakên fungsi saha peran saking têmbung camboran aran basa Jawi.

Penyajian asil panalitèn migunakakên metode penyajian informal kaliyan formal.

Dudutan panalitèn punika (1) Têmbung camboran wutuh kawangun saking

gabungan saking mono kaliyan mono, mono kaliyan poli, poli kaliyan mono.

Miturut jênising têmbung kawangun saking têmbung aran kaliyan têmbung aran,

aran kaliyan kriya, aran kaliyan wilangan, aran kaliyan kaanan, kriya kaliyan aran,

wilangan kaliyan aran, kaanan kaliyan aran, kriya kaliyan kaanan, lan têmbung

kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

mono kaliyan mono, aran kaliyan aran, aran kaliyan kaanan, lan tembung kaanan

kaliyan kaanan. (2) Fungsi sintaksis saking têmbung camboran aran inggih punika

sagêd dados jêjêr, wasèsa, lésan, panêrang, utawi gêganêp. Fungsi morfologis

saking têmbung camboran inggih punika sagêd ngéwahi idhèntitas lan botên

sagêd ngéwahi idhèntitas. (3) Peran têmbung camboran inggih punika minangka

paraga, lésan, panampa, kang antuk pikolèh, panggonan, kompanional, utawi

piranti.

Page 19: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRACT

Nuryantini. C0107038. 2011. Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Peran). Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of

Letters and Fine Arts, Sebelas Maret University.

Problem statements in this research are: (1) how is the shape and category

of nomina compositum words in Javanese?, (2) what is the function of nomina

compositum words in Javanese?, (3) what is the role of nomina compositum

words in Javanese?.

Research objectives of this research are: (1) describe and explain the

shape of nomina compositum words in Javanese, (2) describe and explain the

function of nomina compositum words in Javanese, and (3) describe and explain

the role of nomina compositum words in Javanese.

This research is a kind of qualitative description research. Data’s source

that is used are various written data sources with Javanese such as PS, JB, JJ, MS,

EKSIS and SBJ. The genre of data in this research is written data. . The population

of this research are the all sentences that contains nomina compositum words in

Javanese which existed in data sources. The sample of this research are the all

sentences that contains nomina compositum words in Javanese which existed in

data sources which can represent of the population. The forms of the data are

sentences which contain nomina compositum words. Data collection has been

done with simak method with teknik dasar sadap then has been continued with

teknik catat. Data analysis which has been used is distributional method. While,

the technique that is used in agih method is teknik dasar for direct unsure and

teknik lanjutan teknik sisip dan teknik lesap. Presentation of data result is using

formal and informal presentation method.

The congclusions of this research are: (1) the shape of nomina

compositum words camboran wutuh were based by structure were formed from

the composite of monomorpheme with monomorpheme, monomorpheme with

polymorpheme, polymorpheme with monomorpheme, based category were

formed from the composite of nomina with nomina, nomina with verbs, nomina

with numerical, nomina with adjective, verb with nomina, numerical with nomina,

adjective with nomina, verb with adjective, and verb with verb. Based the

structure of camboran tugel is only formed from monomorpheme with

monomorpheme and based category were formed from composite of nomina with

nomina, nomina with adjective, and adjective with adjective. (2) The

morphological function of nomina compositum words do not change identity and

change identity. The syntax function that could be placed by nomina compositum

words are subject function, predicate, object, adverb, and supplement function. (3)

The roles that could be placed by nomina compositum words are agentive role,

objective, receptive , benefactive, locative, companional, and instrumental role.

Page 20: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Page 21: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Morfologi adalah ilmu linguistik yang membahas tentang kata dan

pembentukan kata. Harimurti Kridalaksana (2008:159) memberi definisi

morfologi sebagai berikut: 1. bidang linguistik yang mempelajari morfem dan

kombinasi-kombinasinya; 2. bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan

bagian-bagian kata, yakni morfem. Ilmu ini hanya mempelajari dan membahas

seluk beluk morfem dan pola pembentukan kata yang tidak membawa

konsekuensi sintaksis.

Kata sebagai bagian dari morfologi, mempunyai pengertian suatu unit

dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional yang berarti

memiliki komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas

(Gorys Keraf, 2005:21). Berdasarkan kategorinya, kata dapat dibedakan menjadi 8

jenis yaitu nomina, verba, adjektiva, pronominal, numeralia, adverbial, kata tugas,

dan interjeksi (Sudaryanto, dkk., 1992:70). Menurut Sry Satriya Tjatur Wisnu

Sasangka (2008:115-150) dalam bahasa Jawa terdapat 10 jenising tembung yaitu

tembung aran, kriya, kahanan, katrangan, sesulih, wilangan, panggandheng,

ancer-ancer, panyilah, dan tembung panyeru. Penelitian ini penentuan kategori

kata menggunakan teori dari Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka karena lebih

lengkap. Gabungan dari kata akan membentuk frasa, kata majemuk, kalimat,

paragraf, hingga wacana. Setiap gabungan itu memiliki maksud dan tujuan

tertentu serta memiliki perbedaan penggunaannya.

Page 22: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Unsur pembentuknya memiliki makna leksikal akibatnya konstruksi kata

majemuk dikacaukan dengan konstruksi satuan lain, seperti frasa. Penulisan kata

majemuk ada dua macam yaitu ditulis secara terpisah dan dirangkai, sedangkan

frasa selalu ditulis dengan cara terpisah. Kata majemuk merupakan hasil proses

morfologis, sedangkan frasa merupakan hasil dari proses pembentukkan

berdasarkan konstruksi sintaksis. Keduanya memiliki struktur pembentuk yang

hampir sama yaitu gabungan dari dua kata atau lebih, tetapi mempunyai makna

yang berbeda setelah proses penggabungan. Jika frasa mengandung makna yang

dapat terlihat dari morfem-morfem pembentuknya, sedangkan kata majemuk

memiliki makna yang berbeda dari morfem pembentuknya setelah proses

penggabungan terjadi atau makna baru.

Secara morfologi kata majemuk dapat dibagi menjadi kata majemuk kerja

(verba), benda (nomina), bilangan (numeralia), sifat (adjektiva), penghubung

(konjungsi), kata ganti, keterangan, kata seru (interjeksi), dan kata majemuk kata

sandang. Menurut Didi Yulistio, dkk. (2002:7) komponen kata majemuk dapat

berupa bentuk dasar atau kata dasar, berupa bentuk kata jadian atau berafiks, dan

bentuk bereduplikasi atau kata ulang, serta bentuk morfem unik. Soepomo

Poedjosoedarmo (1978:167) menggolongkan kata majemuk berdasarkan dari segi

bentuk, posisi modifikasi, kadar luluh komponen, persamaan arti komponen, arti,

jenis kata, dan bidang yang dilambangkan. Meskipun penelitian ini merupakan

bagian dari penelitian Soepomo Poedjosoedarmo, tetapi penelitian ini mempunyai

kelebihan dibanding penelitian tersebut. Kelebihannya terletak pada analisis

bentuk dari kata majemuk yang dianalisis berdasarkan struktur dan kategori

Page 23: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pembentuknya. Dalam analisis penelitian ini juga membahas mengenai fungsi dan

peran dari kata majemuk nomina bahasa Jawa.

Terdapat tujuh kiat yang dapat dilakukan untuk mengikat suatu konstruksi

lingual menjadi berstatus polimorfemis jenis majemuk. Tujuh kiat itu adalah

penghadiran makna baru yang tak terkembalikan seperti banyak angrem „rasi

bintang‟ , penghadiran makna baru yang berambu-rambukan makna bentuk dasar

seperti tepaslira „timbang rasa‟, penghadiran bentuk fonemis antarbentuk dasar

seperti dol tinuku „jual beli‟, penghadiran bentuk dasar yang berupa unsur unik

seperti peteng dhedhet „gelap gulita‟, penghadiran bentuk penggalan sebagai

bentuk dasar seperti jitu (siji pitu) „hebat‟, dan onomatope sebagai bentuk dasar

seperti cespleng „mujarab‟ (Sudaryanto, dkk., 1992:47-56). Tujuh kiat ini dapat

digunakan sebagai pedoman untuk membedakan kata majemuk dengan gabungan

kata lainnya.

Contoh dari kata majemuk nomina dalam kalimat bahasa Jawa adalah

sebagi berikut.

(1) Suket wit-witan kalempit wedhus gembel. (JJ/188/Jan/2011/IX)

„Rumput dan pepohonan dibinasakan awan panas.‟

Kata wedhus gembel „awan panas‟ termasuk kata majemuk nomina karena

mempunyai makna baru setelah proses penggabungan. Kata wedhus gembel „awan

panas‟ diberi makna berdasarkan bentuk awan yang menyerupai wedhus gembel

„kambing jenis gembel’. Ini membuktikan bahwa kata wedhus gembel „awan

panas‟ pada kalimat (1) merupakan kata majemuk nomina.

Page 24: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Jika wedhus gembel „awan panas‟ pada kalimat (1) disisipi dengan sufiks –

e „nya‟ menjadi wedhuse gembel „kambingnya gembel’, maka mengubah makna

kata majemuk tersebut. Hasil penyisipan ini jika diterapkan dalam kalimat akan

menjadi

(1a) *Suket wit-witan kalempit wedhuse gembel.

„Rumput dan pepohonan dibinasakan kambingnya gembel.’.

Tampak pada kalimat (1) jika ditambahi –e „nya‟ pada kata wedhus gembel „awan

panas‟ maka kalimat ini menjadi tidak berterima. Perubahan struktur inilah yang

digunakan untuk membedakan kata majemuk dengan kumpulan kata lain seperti

frasa.

Penelitian atau buku yang membahas tentang kata majemuk yang pernah

dilakukan antara lain.

1) Morfologi Bahasa Jawa oleh Soepomo Poedjosoedarmo, 1978, dalam

bentuk buku. Buku ini tidak hanya membahas kata majemuk saja, tetapi hal–hal

yang berkaitan dengan morfologi bahasa Jawa. Pembahasan kata majemuk

dibahas pada bab VII yang terdiri dari pendahuluan, batasan, dan klasifikasi kata

majemuk. Pengklasifikasian kata majemuk berdasarkan dari segi bentuk, posisi

modifikasi, kadar luluh komponen, persamaan arti komponen, arti, jenis kata, dan

bidang yang dilambangkan.

2) Kajian Morfologi Bahasa Jawa oleh EM Uhlenbeck tahun 1982. Buku ini

hanya membahas komposium numeralia saja. EM Uhlenbeck membagi

komposium numeralia menjadi tiga bagian yaitu komposium numeralia dengan

Page 25: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

seri –iji „biji‟ dan –puluh ‟puluh‟, -welas ‟belas‟ dan –likur ‟…‟, dan komposium

dengan ping- „-kali‟, kaping- „ke-„, dan pra- „per-„.

3) “Kata Majemuk dalam Bahasa Jawa” oleh Tugiya tahun 1991 dalam

bentuk skripsi. Skripsi ini membahas bentuk kata majemuk, ciri morfologis kata

majemuk, dan makna kata majemuk bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata.

4) Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa oleh Sudaryanto, dkk. pada tahun 1992.

Buku ini memberi batasan mengenai konstruksi lingual yang dapat disebut dengan

bentuk majemuk. Dalam buku ini Sudaryanto, dkk. Menyebutkan tujuh kiat untuk

mengikat konstruksi lingual menjadi berstatus polimorfemis jenis majemuk

sebagaimana telah disebutkan di atas.

5) “Kata Majemuk yang Unsur-Unsurnya Bersinonim: Identik dengan

Tembung Saroja dalam Bahasa Jawa” oleh Edi Suwatno pada tahun 2006.

Penelitian ini membahas tentang bentuk dan hubungan makna kata majemuk yang

unsur-unsurnya bersinonim: identik dengan tembung saroja. Penelitian ini khusus

meneliti kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya bersinonim, misalnya

waras wiris „segar bugar‟.

Dari uraian di atas, penelitian secara khusus mengenai “Kata Majemuk

Nomina Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran)” perlu dilakukan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian-penelitian di atas terletak pada.

a. Pada buku 1) dan penelitian 3) mengkaji semua bentuk kata majemuk;

buku 2) hanya membahas komposium numeralia saja, buku 4)

mengikat konstruksi majemuk berdasar tujuh kiat sebagaimana telah

disebutkan di atas, dan penelitian 5) mengkhususkan pada kata

Page 26: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

majemuk yang unsur-unsurnya bersinonim. Penelitian “Kata Majemuk

Nomina Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran)” ini

dikhususkan pada kata majemuk kategori nomina.

b. Dilihat dari segi bentuk, penelitian ini didasarkan pada jumlah morfem

dan kategori kata yang membentuk kata majemuk nomina, baik

camboran wutuh maupun camboran tugel. Bentuk kata majemuk yang

dibahas dari kelima buku dan penelitian di atas adalah bentuk

camboran wutuh.

c. Kelima penelitian di atas belum mengkaji tentang fungsi sintaksis dan

peran dari kata majemuk, sedangkan pada penelitian ini menganalisis

tentang kedua aspek tersebut.

Hal lain yang menarik dilakukan penelitian ini adalah 1. dari segi bentuk

tidak semua kata majemuk nomina bahasa Jawa terbentuk dari gabungan kategori

nomina, tetapi gabungan dari dua kategori kata selain nomina, 2. kekhasan bentuk

kata majemuk nomina dapat dijumpai pada kalimat bahasa Jawa dalam medis tulis

seperti majalah Panjebar Semangat, majalah Jayabaya, suplemen Jagad Jawa

dalam surat kabar SOLOPOS dan Mekar Sari pada Kedaulatan Rakyat. Oleh

karena itu, peneliti mendeskripsikan mengenai masalah kata majemuk nomina

bahasa Jawa dari segi bentuk, fungsi, dan peran.

B. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan mengenai kata majemuk

nomina, maka berdasarkan latar belakang, lingkup penelitian hanya terbatas pada

Page 27: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

bentuk, fungsi, dan peran kata majemuk nomina bahasa Jawa berupa camboran

tugel dan camboran wutuh dua kata yang terdapat dalam sumber data.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan tiga

masalah penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk dan kategori unsur pembentuk kata majemuk

nomina dalam bahasa Jawa? (Masalah ini diteliti untuk menjelaskan

bentuk dan kategori unsur pembentuk kata majemuk nomina dalam

bahasa Jawa)

2. Bagaimanakah fungsi kata majemuk nomina dalam bahasa Jawa?

(Masalah ini diteliti untuk menjelaskan fungsi kata majemuk nomina

dalam bahasa Jawa)

3. Bagaimanakah peran kata majemuk nomina bahasa Jawa? (Masalah ini

diteliti untuk menjelaskan peran kata majemuk nomina dalam bahasa

Jawa)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Menjelaskan bentuk dan kategori unsur pembentuk kata majemuk

nomina dalam bahasa Jawa.

2. Menjelaskan fungsi kata majemuk nomina dalam bahasa Jawa.

3. Menjelaskan peran kata majemuk nomina dalam bahasa Jawa.

Page 28: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoretis

maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

secara teoretis yakni menambah teori morfologi khususnya tentang

kata majemuk (tembung camboran) dalam bahasa Jawa dan teori

sintaksis. Dalam bidang morfologi penelitian ini memberi gambaran

mengenai bentuk kata majemuk nomina yang dilihat berdasarkan

struktur maupun kategori unsur pembentuk baik yang berbentuk

camboran wutuh maupun camboran tugel dan fungsi morfologis dari

kata majemuk nomina bahasa Jawa. Penelitian ini juga diharapkan

memberikan manfaat teori sintaksis bahasa Jawa mengenai fungsi

sintaksis dari kata majemuk nomina bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai

berikut.

a. Masyarakat dapat mengetahui kata majemuk bahasa Jawa baik

yang berbentuk camboran tugel maupun camboran wutuh.

b. Menambah referensi dalam penelitian bidang morfologi dan

sintaksis.

c. Dapat dipakai sebagai salah satu acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 29: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian “Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa

(Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran)” ini meliputi lima bab yaitu sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Kerangka Pikir berisi landasan teori yang

meliputi morfologi, proses morfologis, proses pamajemukan, kata majemuk,

kalimat, struktur sintaksis, dan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data,

populasi dan sampel, alat penelitian, metode dan teknik pengumpulan data,

metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian data.

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan mengenai bentuk, fungsi, dan peran

kata majemuk nomina dalam bahasa Jawa.

Bab V Simpulan dan Saran hasil penelitian yang telah dilakukan.

Daftar Pustaka.

Lampiran.

Page 30: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Landasan Teori

1. Morfologi

Morfologi berasal dari kata morfo „morfem‟ dan logos „ilmu‟. Morfem

adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya selalu stabil dan tidak dapat dibagi

atas bagian bermakna. Morfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji

bentuk bahasa serta pengaruh perubahan bahasa pada fungsi dan arti bahasa.

Cabang ilmu linguistik ini menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara

pembentukannya.

Menurut Harimurti Kridalaksana (2008:159), morfologi adalah 1. bidang

linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; 2. bagian dari

struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem.

Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan

gramatikal (J.W.M. Verhaar, 2001:97). Bidang morfologi mempelajari kata dan

pembentukan kata.

2. Proses Morfologis

Proses morfologis dapat ditentukan sebagai proses pembentukan kata

dengan pengubahan bentuk dasar tertentu yang berstatus morfem bermakna

leksikal dengan alat pembentuk yang juga berstatus morfem tetapi dengan

kecenderungan bermakna gramatikal dan bersifat terikat (Sudaryanto, dkk.,

Page 31: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1992:18). Menurut Samsuri, yang dimaksud dengan proses morfologis ialah cara

pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan

morfem yang lain (1982:190). Proses ini juga disebut dengan proses morfemis,

karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang

dimiliki oleh sebuah bentuk dasar.

Harimurti Kridalaksana memberi definisi proses morfologis sebagai proses

yang mengubah leksem menjadi kata (2008:202) dan membaginya atas 6 bagian.

Proses ini dibagi menjadi derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi,

dan derivasi balik. Wedhawati, dkk. dalam bukunya menyebutkan bahwa proses

pembentukan kata melalui perubahan morfemis ada 9 yaitu afiksasi, modifikasi

vokal, diftongisasi, pengulangan, pemajemukan, proses kombinasi, pemaduan,

pemenggalan, dan pengakroniman (2006:40).

Menurut JD Parera dalam buku Morfologi, proses morfologis dapat

dibedakan menjadi 6 proses (2007:18). Proses morfemis itu adalah proses

morfemis afiksasi, proses morfemis pergantian atau perubahan internal, proses

morfemis pengulangan, proses morfemis zero, proses morfemis suplesi, dan

proses morfemis suprasegmental. Samsuri membagi proses ini menjadi lima

bagian yaitu afiksasi, reduplikasi, perubahan internal, suplisi, dan modifikasi

kosong (1982:190-194).

a. Afiksasi

Afikasasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau

diletakkan pada sebuah morfem bebas secara lurus (JD Parera, 2007:18).

Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa afiksasi adalah proses atau hasil

Page 32: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas (2008:3). Pengertian afiksasi yang

diberikan Wedhawati, dkk. adalah proses perangkaian afiks pada bentuk dasar

(2006:40). Samsuri (1982:190) berpendapat bahwa afiksasi yaitu penggabungan

akar atau pokok dengan afiks. Jadi afiksasi adalah proses morfologis yang terjadi

pada bentuk asal, dasar, maupun bentuk akar yang diditambah dengan afiks.

Terdapat empat macam afiks yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Afiks

sebagai alat pembentuk kata baru akan menimbulkan atau menambahi komponen

maknawi baru (Sudaryanto, dkk., 1992:31). Contoh proses afiksasi adalah kala

menjing „jakun‟ + e „nya‟ kala menjinge „jakunnya‟.

Proses afiksasi pada kata majemuk diterapkan pada awal atau akhir kata

majemuk seluruhnya (Soepomo Poedjosoedarmo, 1978:165). Afiks yang dapat

diterapkan hanya berupa awalan, akhiran, maupun kombinasi keduanya. Sisipan

tidak dapat diterapkan dalam kata majemuk karena akan mengubah makna.

Contoh proses afiksasi pada kata majemuk adalah karanggesing „nama makanan‟

+ e „nya‟ karanggesinge „karanggesingnya‟.

b. Reduplikasi (Pengulangan)

Reduplikasi merupakan suatu proses morfologis yang banyak sekali

terdapat pada bahasa-bahasa dunia. Reduplikasi adalah kata jadian yang dibentuk

dengan proses pengulangan (Sudaryanto, dkk., 1992:39). Menurut Wedhawati

dkk, pengulangan merupakan proses pembentukan kata dengan mengulang

seluruh atau sebagian bentuk dasar (2006:41), sedangkan Harimurti Kridalaksana

(2008:208) berpendapat reduplikasi sebagai proses dan hasil pengulangan satuan

bahasa sebagi alat fonologi atau gramatikal. Jadi, reduplikasi atau pengulangan

Page 33: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

merupakan proses morfologis dengan cara mengulang seluruh atau sebagian

bentuk dasar.

Proses pengulangan penuh ada tiga macam (Wedhawati, dkk., 2006:41)

yaitu pengulangan tanpa perubahan vokal, pengulangan dengan perubahan vokal,

dan pengulangan semu. Sementara pengulangan parsial atau sebagian ada empat

macam yaitu dwipurwa, dwiwasana, pengulangan sebagian bentuk dasar atau

pengulangan dasar primer atau sekunder, dan pengulangan parsial perubahan

vokal (Wedhawati dkk,2006:42).

Proses reduplikasi pada kata majemuk harus diulang seluruhnya (Soepomo

Poedjosoedarmo, 1987:166). Hal ini karena kelakuan kata majemuk seperti pada

sebuah kata biasa. Pengulangan ini bisa terjadi seperti pengulangan biasa maupun

dikombinasikan dengan afiks. Cotoh proses reduplikasi pada kata majemuk adalah

sebagai berikut. Kata majemuk tapak dara „nama tanaman‟ + R tapak dara-

tapak dara „banyak tanaman tapak dara‟. Jika kata majemuk itu direduplikasi dan

mendapat afiks, maka menjadi tapak dara-tapak dara „banyak tanaman tapak

dara‟ + e „nya‟ tapak dara-tapak darane „banyak tanaman tapak dara

miliknya‟.

c. Pemajemukan (Komposisi)

Pemajemukan adalah proses perangkaian dua bentuk dasar atau lebih

menjadi sebuah kata, yaitu kata majemuk (Wedhawati, dkk., 2006:42). Samsuri

(1982:199) memberi pengertian majemuk ialah konstruksi yang terdiri atas dua

morfem atau dua kata atau lebih. Bentuk dasar dari kata majemuk dapat berupa

Page 34: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

morfem tunggal maupun morfem kompleks. Proses ini akan dibahas secara

mendalam pada subbab berikutnya.

d. Derivasi Zero (Modifikasi Kosong)

Pada bahasa terdapat suatu proses yang tidak menimbulkan perubahan

pada bentuknya, hanyalah konsep saja yang berubah (Samsuri, 1982:193). Proses

ini biasa disebut dengan proses kosong oleh JD Parera, modifikasi kosong oleh

Samuri, dan derivasi zero oleh Harimurti Kridalaksana. Derivasi zero (Harimurti

Kridalaksana, 2008:47) adalah proses morfologis yang mengubah leksem menjadi

kata tanpa penambahan atau pengurangan apapun.

e. Abreviasi (Pemendekan)

Abreviasi adalah proses morfologis berupa penanggalan satu atau

beberapa bagian leksem sehingga terjadi bentuk baru yang berstatus kata

(Harimurti Kridalaksana, 2008:1). Proses ini menyangkut proses penyingkatan,

pemenggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf. Proses morfologis menurut

Wedhawati, dkk. yang masuk dalam proses ini adalah pemaduan, pemenggalan,

dan pengakroniman.

Penyingkatan adalah hasil proses pemendekan yang berupa huruf demi

huruf seperti DKI (Daerah Khusus Ibukota) maupun yang tidak dieja huruf demi

huruf seperti dgn (dengan) (Harimurti Kridalaksana, 2008:187). Proses ini sama

dengan istilah pengakroniman yang digunakan oleh Wedhawati, dkk.

Pemenggalan adalah proses pembentukan kata dengan cara menghilangkan salah

satu suku kata atau lebih dengan tujuan agar bentuk kata itu menjadi lebih pendek

Page 35: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(Wedhawati, dkk., 200:40). Contoh proses pemenggalan ini misalnya perpus

pemenggalan dari perpustakaan.

Akronimi (Harimurti Kridaksana, 2008:5) adalah proses pemendekan yang

menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan

sebagai sebuah kata yang sedikit-banyak memenuhi kaidah fonotaktik suatu

bahasa. Contoh dari bagian proses morfologis ini adalah FKIP/efkip/ dan bukan

/ef/, /ka/, /i/, /pe/. Kontraksi adalah proses pemendekan yang meringkaskan

leksem dasar atau gabungan leksem, contoh sendratari (dari seni, drama, dan tari)

(Harimurti Kridalaksana, 2008:135). Menurut Harimurti Kridalaksana (2008: 140)

proses pemendekan huruf dapat disebut dengan lambang karena dalam

perkembangannya tidak dirasakan lagi asosiasi antara bentuk itu dan

kepanjangannya. Lambang huruf ini banyak ditemui pada bidang ilmu pasti.

f. Derivasi Balik

Menurut Harimurti Kridalaksana (2008:47) derivasi balik adalah proses

pembentukan kata secara terbalik. Maksud dari terbalik di sini adalah orang salah

dalam menganggap kata dasar sebagai kata turunan dan sebaliknya kata turunan

sebagai kata dasar. Dalam Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana memberi

contoh kata dalam bahasa Sunda tikah „nikah‟. Kata ditikahkeun „dinikahkan‟

dibentuk dari kata nikah. Berdasarkan pola analogi dengan pola yang ada

(misalnya tanya menjadi nanya), jadi kata tikah dianggap sebagai asalnya

sedangkan nikah sebagai bentuk derivasinya. Padahal hal yang benar adalah

kebalikannya.

Page 36: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tidak semua proses morfologis pelbagai pendapat para ahli ini ditemukan

dalam bahasa Jawa. Proses yang banyak dijumpai dalam bahasa Jawa antara lain

afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan abreviasi atau pemenggalan. Terdapat

proses pembentukan kata yang khas yang terjadi di dalam bahasa Jawa. Proses itu

adalah modifikasi vokal dan pendiftongan. Kedua proses ini untuk menyatakan

sesuatu yang lebih. Contoh modifikasi vokal dan pendiftongan adalah sebagai

berikut. Kata dhuwur [DuwUr ] „tinggi‟ berubah menjadi dhuwur [Duwur ]

„sangat tinggi‟ dan kata abang [ abaG] „merah‟ menjadi uabang [ uabaG] „sangat

merah‟.

3. Proses Pamajemukan

Kata majemuk merupakan hasil dari proses pemajemukan atau komposisi.

Yang dimaksud dengan komposisi adalah peristiwa bergabungnya dua morfem

dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang relatif baru (Masnur

Muslich, 2008:57). Proses pamajemukan ini merupakan salah satu dari enam

proses morfemis. Abdul Chaer (2003:185) juga berpendapat bahwa komposisi

adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik

yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki

identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Di sini terlihat perbedaan dan

persamaan antara Masnur Muslich dengan Abdul Chaer. Keduanya sama-sama

menyebut proses penggabungan dengan komposisi, sedangkan perbedaannya

terletak dari penyebutan hasil proses penggabungan. Abdul Chaer tetap

menyebutnya dengan komposisi, sedangkan Masnur Muslich menyebut dengan

bentuk majemuk.

Page 37: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kata majemuk nomina randha nunut „bagian dari keris‟ misalnya. Kata

majemuk itu berasal dari randha „janda‟ dan nunut „menumpang‟. Pada proses

penggabungan kata randha „janda‟ dan nunut „menumpang‟ Abdul Chaer dan

Masnur Muslich sama-sama menyebut proses itu dengan komposisi. Randha

nunut „bagian dari keris‟ disebut komposisi oleh Abdul Chaer dan bentuk

majemuk oleh Masnur Muslich.

Soepomo Poedjosoedarmo (dalam Tugiya, 1991: 22) menyebutkan dua

bagian proses kata majemuk yaitu kata majemuk yang langsung terjadi dan kata

majemuk yang melalui proses. Kata majemuk yang langsung terjadi menurut

Soepomo Poedjosoedarmo ialah kata majemuk yang timbul secara spontan atau

sekali terjadi. Kata majemuk ini dapat ditemui pada penamaan suatu benda,

tanaman, makanan, nama tempat, karya seni, dan nama orang. Contoh

pamajemukan spontan adalah sida mukti „motif batik‟, nagasari „makanan dari

pisang‟, kumis kucing „kumis kucing‟, Surabaya „Surabaya‟, kebo giro „nama

tembang‟ dan pawira utama „nama tua setelah menikah‟. Maksud dari spontan

adalah terlihat jelas perbedaan makna setelah unsur-unsur pembentuk kata

majemuk bergabung.

Kata majemuk yang melalui proses adalah kata majemuk yang tidak

langsung terjadi secara spontan, tetapi melalui suatu proses (Soepomo

Poedjosoedarmo dalam Tugiya, 1991:22). Dalam proses ini Soepomo

Poedjosoedarmo membagi lagi atas tiga bagian yaitu arti dari salah satu unsurnya

tidak dimengerti lagi, makna yang diacu istilah ini berubah sehingga

pelambangannya terus tidak langsung dan berakibat kedua komponen kata

majemuk erat, dan proses perubahan makna yang diacu itu disertai dengan

Page 38: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

menghilangnya beberapa komponen yang produktif. Contoh dari proses

pemajemukan ini adalah palakesimpar „umbi-umbian yang terletak di atas tanah‟,

juru tulis „sekretaris‟, dan juru madharan „koki‟.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata majemuk

yang langsung terjadi yang keberadaannya tidak diragukan. Hal ini diperkuat

dengan adanya kata majemuk yang muncul dengan kesatuan bentuk dan kesatuan

arti yang baru. Misalnya kata nagasari „nama pohon‟ dalam kalimat berikut.

(2) Mligine para peziarah jalu westri padha golek berkah ana sangisoring

wit nagasari sarampunge nyekar. (PS/52/Des/2010/42)

„Umumnya para peziarah laki-laki perempuan mencari berkah di bawah

pohon nagasari selesai ziarah.‟

Kata majemuk nomina nagasari „nama pohon‟ kalimat (2) merupakan kata

majemuk yang langsung terjadi. Hal ini mengacu pada pernyataan Soepomo

Poedjosoedarmo yang menyatakan bahwa kata majemuk yang langsung terjadi

dapat ditemui pada penamaan tanaman. Selain itu, kata majemuk nomina nagasari

„nama pohon‟ juga diperkuat dengan adanya perubahan makna secara keseluruhan

dari unsur-unsur pembentuknya. Kata nagasari „nama pohon‟ berasal dari kata

naga „jenis ular‟ dan sari ‟inti‟, tetapi setelah bergabung membentuk makna baru

nama pohon.

4. Kata Majemuk

Harimurti Kridalaksana (2008:111) berpendapat bahwa kata majemuk

merupakan gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai

kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus

menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya

dari gabungan leksem yang bukan kata majemuk. Kriteria kategori majemuk

Page 39: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dapat dilihat dari cirinya yaitu dari segi semantik, memiliki satu makna, dari segi

fonologis, memiliki satu tekanan, dan dari segi struktur, dua unsur, sistem

gabungan dari dua unsur (Fatimah Djajasudarma, 1993:47). Hal ini yang

membedakan antara kata majemuk dengan frasa.

Kata majemuk mempunyai ciri tersendiri jika dibandingkan dengan

kumpulan kata lain seperti frasa. Kata majemuk mempunyai ciri-ciri yaitu, terdiri

dari dua kata, sistem keeratannya ketat atau bersifat rapat, setelah bergabung

membentuk makna baru, dan diberlakukan sebagai satu kata. Secara morfologis,

kata majemuk tidak dapat disisipi dengan kata apapun. Jika mendapat imbuhan,

diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya dan jika diduplikasikan

harus pula diulang secara keseluruhan (Soepomo Poedjosoedarmo, 1978:165).

Kata majemuk dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung camboran.

Kata ini berasal dari bahasa Kawi cambor yang bermakna campur dan mendapat

sufiks –an (W. J. S. Poerwadarminta, 1939:624). Menurut Sry Satriya Tjatur

Wisnu Sasangka kata majemuk dibagi menjadi dua yaitu tembung camboran

wutuh (kata majemuk dua kata) dan tembung camboran tugel (kata majemuk satu

kata) (2008:113-114). Camboran wutuh adalah kata majemuk yang terdiri dari

kata-kata yang masih utuh. Contoh: randha royal „nama makanan‟. Camboran

tugel adalah kata majemuk yang terdiri dari kata yang utuh dan kata penggalan

atau kata majemuk yang merupakan bentuk panggalan dari dua kata. Contoh:

bangjo „lampu lalu lintas‟ yang berasal dari kata abang „merah‟ dan ijo „hijau.

Jadi, kata majemuk adalah gabungan dua unsur yang masing-masing

mempunyai makna dan mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang

khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan, tetapi setelah bergabung

Page 40: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

memiliki makna tersendiri. Kata majemuk berkategori nomina adalah kata

majemuk yang mempunyai makna menunjukkan suatu benda (nomina).

5. Kalimat

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan

kaidah yang berlaku. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai

dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan (Anton M

Moeliono, dkk., 1988:30). Menurut Ramlam (1996:27) kalimat ialah satuan

gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada naik atau

turun. Selain intonasi, kalimat dapat diidentifikasi dari tanda baca yang

mengakhirinya. W.J.S. Poerwadarminta (1984:437-438) memberi definisi kalimat

sebagai sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan suatu kesatuan yang

mengutarakan suatu pikiran atau perasaan (atau pikiran dan perasaan) dan

perkataan. Kalimat adalah satuan lingual yang mengungkapkan pikiran (cipta,

rasa, dan karsa) yang utuh (Wedhawati, dkk., 2006:461). Menurut Anton M

Moeliono, dkk. (1988:254) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks

(wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan.

Kalimat dapat berwujud lisan maupun tulis. Dalam wujud lisan, kalimat

diucapkan dengan alunan nada naik turun, disela oleh jeda, diakhiri intonasi

selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau

asimilasi bunyi. Dalam bentuk tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan

huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru

(!). Jadi kalimat adalah satuan lingual yang merupakan bagian terkecil dari ujaran

atau teks (wacana) yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran yang utuh

Page 41: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

secara ketatabahasaan yang diakhiri dengan jeda panjang. Contoh kalimat yang

berwujud tulis adalah sebagai berikut. Nalika isih taruna Raden Wasudewa

sakadang sajake ya padha thukmis. „Ketika masih muda Raden Wasudewa

bersaudara kelihatannya juga seorang pecinta wanita.‟.

6. Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis menurut Sudaryanto (1983:13-14) terdiri dari bentuk,

fungsi, kategori, dan peran.

a. Bentuk

Bentuk adalah penampakan atau rupa satuan bahasa; penampakan atau

rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang secara fonis atau grafemis. Bentuk

dibedakan menjadi bentuk asal, bentuk bebas, bentuk dasar, bentuk kata, dan

bentuk terikat (Harimurti Kridalaksana, 2008:32-34). Dalam bahasan ini bentuk

yang dikaji adalah bentuk nomina majemuk bahasa Jawa. Menurut Wedhawati,

ddk. (2006:225) berdasarkan konstituen pembentuknya kata majemuk dibedakan

menjadi empat yaitu:

1. kata majemuk yang terdiri dari morfem asal plus morfem asal (misalnya:

sida luhur „motif batik‟),

2. morfem pangkal plus morfem asal (misalnya: kebo giro „nama tembang‟),

3. morfem asal plus morfem pangkal (misalnya: sangga wedhi „sanggurdi‟),

dan

4. morfem pangkal plus morfem pangkal (misalnya: kala menjing „jakun‟).

Page 42: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Buku Morfologi Bahasa Jawa karangan Soepomo Poedjosoedarmo

mengklasifikasikan kata majemuk berdasarkan segi bentuk, posisi modifikasi,

luluhnya komponen, persamaan arti, dan arti (1978:167-171). Masing-masing dari

bentuk kata majemuk itu masih dibagi lagi menjadi beberapa sub bagian.

Misalnya pada bentuk kata majemuk berdasarkan posisi modifikasi dibagi

menjadi tiga yaitu mengikuti pola DM seperti garudha nglayang „cara berperang‟,

mengikuti pola MD seperti raja pati „pembunuhan‟, dan pola kata pertama sejajar

dengan kata kedua seperti tata raharja „teratur dan sejahtera‟.

b. Fungsi

Setiap kata dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan

kata yang lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi adalah hubungan antara

satu satuan dengan unsur gramatikal, leksikal, atau fonologis dalam suatu deret

satuan-satuan (Harimurti Kridalaksana, 2008:67). Fungsi bersifat relasional,

artinya adanya fungsi yang satu tidak dapat dibayangkan tanpa hubungan dengan

fungsi yang lain. Kita tidak dapat mengatakan suatu kata berfungsi sebagai P jika

tidak melihat fungsi lain seperti S atau O dalan deret satuan tersebut. Adapun ciri

dari fungsi menurut Ramlan (2001:80-93) adalah sebagai berikut.

a. S (Subjek) dan P (Predikat)

1) Berdasarkan intonasi, antara S dan P secara potensial terdapat jeda

sedang.

2) Berdasarkan strukturnya S dan P dapat dipertukarkan tempatnya.

3) P terdiri dari golongan verba transitif, verba intransitif, dan

(mungkin) dari golongan kata lain.

Page 43: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4) Unsur yang menduduki fungsi S berkategori Nomina dan P

diduduki kata berkategori Nomina, Verba, Bilangan, dan FD.

b. O (Objek) dan Pel (Pelengkap)

1) O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verba transitif.

2) Jika klausa diubah dari klausa aktif menjadi klausa pasif, maka

kata atrau frasa yang berkedudukan sebagai O menduduki fungsi S.

3) Pel terletak dibelakang P tetapi tidak bisa dijadikan bentuk pasif.

4) Kata yang menduduki fungsi O termasuk kategori Nomina dan Pel

diduduki kata berkategori Nomina, Verba, dan Bilangan.

c. K (Keterangan)

1) Pada umumnya mempunyai letak yang bebas.

2) Kata yang menduduki fungsi K termasuk kategoti Keterangan, FD,

dan Nomina.

Menurut Anton M Moeliono, dkk. (1988:30) fungsi bersifat sintaksis

artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis

yang dimaksud adalah.

a. S (Subyek)

1) Berwujud nomina atau kata benda.

2) Terletak di muka P.

b. P (Predikat)

1) Dapat berwujud FV, Adjektiva atau kata sifat, Nomina atau kata

benda, dan preposisional.

Page 44: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c. O (Objek)

1) Berwujud FN atau Nomina.

2) Berada di belakang P yang berupa FV transitif aktif.

3) O berubah menjadi S dalam kalimat pasif.

d. Pel (Pelengkap)

1) Umumnya berupa frasa nomina berada di belakang P verba.

2) Pel tidak dapat menjadi S.

3) Wajib hadir untuk melengkapi konstruksi.

e. K (Keterangan)

1) Letak dari K bebas.

2) Dapat berupa kata yang bermakna alat, tempat, cara, waktu,

kesertaan, atau tujuan.

Secara umum, fungsi kata dalam sebuah kalimat dapat dibagi atas fungsi

subjek, objek, predikat, pelengkap, dan fungsi keterangan (selanjutnya disingkat

S, O, P, Pel, dan K). Pada penelitian ini fungsi yang dibahas adalah fungsi

sintaksis dari kata majemuk nomina. Contoh dari analisis fungsi kata majemuk

nomina dalam kalimat adalah sebagai berikut.

(3) Tembang semut ireng tau popular lan dadi pangeram-eram.

(JB/13/Nop/2010/6)

„Lagu semut ireng pernah terkenal dan menjadi kejutan.‟

Pada kalimat (3) di atas kata majemuk semut ireng „lagu dhandhanggula‟

berfungsi sebagai subjek kalimat. Hal ini dapat dibuktikan dari ciri-ciri yang

disebutkan di atas.

(3a) Tembang semut ireng tau popular lan dadi pengeram-eram.

S P1 P2

Page 45: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Kategori

Kategori adalah 1. bagian dari suatu sistem klasifikasi; mis. kategori

gramatikal dan kategori leksikal; 2.hasil pengelompokan unsur-unsur bahasa yang

menggambarkan pengalaman manusia; 3. Golongan satuan bahasa yang anggota-

anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan mempunyai sifat hubungan yang

sama (Harimurti Kridalaksana, 2008:113). Kategori dalam bahasa Jawa menurut

Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2008:115-150) dibagi atas 10 kategori yaitu.

a. Tembung aran „kata benda‟ atau nomina (selanjutnya disingkat N) yaitu

kata yang menerangkan suatu barang atau sesuatu yang dianggap sebagai

barang. Kata benda ini dapat didahului kata dudu „bukan‟atau ana „ada‟.

Contoh semar mendem „nama makanan‟.

b. Tembung kriya „kata kerja‟ atau verba (selanjutnya disingkat V) yaitu kata

yang menerangkan suatu tindakan atau proses. Kategori kata ini dapat

dinegasikan dengan kata ora „tidak‟. Contoh dari kata verba majemuk

adalah tambal sulam „memperbaiki kerusakan kecil‟.

c. Tembung kahanan „kata sifat‟ atau adjektiva (selanjutnya disingkat Adj)

yaitu kata yang dapat menerangkan keadaan atau sifat suatu benda.

Kategori kata jenis ini dapat didahului dengan kata luwih „lebih‟, rada

„lebih‟, paling „ter-„, dan diakhiri dengan banget „sangat‟. Contoh

adjektiva majemuk adalah landhep dhengkul „sangat bodoh‟.

d. Tembung katrangan „kata keterangan‟ atau adverbial (selanjutnya

disingkat Adv) yaitu kata yang memberi keterangan terhadap kata lain.

Contoh adverbial adalah arep „akan‟.

Page 46: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

e. Tembung sesulih „kata ganti‟ atau pronomina (selanjutnya disingkat Pro)

yaitu kata yang sebagai kata ganti orang, barang atau apapun yang

dianggap sebagi barang. Contoh pronomina adalah pronominal persona

seperti sampeyan „kamu‟.

f. Tembung wilangan „kata bilangan‟ atau numeralia (selanjutnya disingkat

Num) yaitu kata yang menerangkan jumlah atau kuantitas suatu barang.

Contoh numeralia bentuk majemuk adalah kapat sasur „35‟.

g. Tembung panggandheng „kata sambung‟ atau konjungsi (selanjutnya

disingkat Konj) yaitu kata yang berguna untuk menggabungkan kata, frasa,

atau kalimat satu dengan yang lain supaya bertambah panjang. Contoh dari

konjungsi adalah lan „dan‟.

h. Tembung ancer-ancer „kata depan‟ atau preposisi (selanjutnya disingkat

Pre) yaitu kata yang berguna untuk memberi tanda tempat atau barang.

Kata depan selalu terletak di depan atau kiri kata benda atau kata sifat.

Contoh preposisi majemuk adalah awit saking „karena‟.

i. Tembung panyilah „kata sandang‟ atau artikula yaitu kata yang

memperkuat kedudukan subjek. Kata ini terletak di sebelah kiri kata.

Bahasa Jawa memiliki enam artikula (Wedhawati, dkk., 2006:412) yaitu

sang, hyang, sang hyang, dhanyang, si, dan pun.

j. Tembung panyeru „kata seru‟ atau interjeksi yaitu kata yang digunakan

untuk menggambarkan perasaan senang, sedih, susah, kaget, kecewa, dan

heran. Contoh dari interjeksi adalah iyung „aduh‟ yang menyatakan rasa

kesakitan. Partikel juga masuk ke dalam jenis kategori ini. Contoh dari

partikel adalah mbok aja „jangan‟.

Page 47: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dalam bahasan ini yang dikaji adalah kategori kata pembentuk kata

majemuk nomina dalam bahasa Jawa. Sebagai contoh kata majemuk kuping gajah

„nama makanan‟ yang terbentuk dari kategori nomina dengan kategori nomina.

kuping gajah „nama makanan‟.

N N

d. Peran

Peran adalah hubungan antara predikator dengan sebuah nomina dalam

proposisi (Harimurti Kridalaksana, 2008:187). Peran bersifat relasional dan

struktural. Peran dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu peran konstituen

pusat, pada umumnya terdapat pada predikat, dan peran konstituen pendamping

yang biasanya terdapat pada subjek, objek dan keterangan (Dyah Padmaningsih,

2009:-). Peran konstituen pusat terbagi atas empat peran yaitu.

a. Peran aktif yaitu peran yang menyatakan tindakan aktif, misalnya

palakrama „menikah‟, nggulawentah „mengasuh‟.

b. Peran pasif yaitu peran yang menyatakan tindakan pasif, misalnya

dirudapeksa „diperkosa‟.

c. Peran resiprokal adalah peran yang menyatakan hubungan timbal-balik

atau makna saling, misalnya adu geger „saling bersandar‟.

d. Peran reflektif adalah peran yang menyatakan tindakan yang mengenai

atau dimanfaatkan oleh yang bertindak sendiri atau perbuatan untuk diri

sendiri, misalnya sanggauwang „berpotang dagu‟.

Peran konstituen pendamping terbagi atas sembilan peran yaitu.

a. Peran agentif adalah peran yang menampilkan perbuatan atau yang

menyebabkan suatu kejadian. Peran ini umumnya terdapat pada subjek

Page 48: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

atau objek suatu kalimat. Contoh: Pakdhe ngluku sawah „Paman

membajak sawah‟. Pakdhe „paman‟ dalam kalimat berperan sebagai agent.

b. Peran objektif adalah peran yang menampilkan objek. Peran ini terdapat

pada kalimat yang berobjek. Contoh: Ibu gawe nagasari „Ibu membuat

kue nagasari‟. Nagasari „nama kue/makanan‟ sebagai objek dalam

kalimat.

c. Peran reseptif yaitu peran yang menyatakan subjek mengalami keadaan

psikologis dari P. Contoh: Parimuka diantemi warga. „Perampok dipukuli

warga.‟. Parimuka „perampok‟ merupakan peran reseptif dalam kalimat.

d. Peran benefaktif adalah peran yang diuntungkan atau peran yang

menyatakan perbuatan yang dilakukan untuk orang lain. Contoh: Ibu

numbasake mbako mbahkung. „Ibu membelikan tembakau untuk kakek.‟.

Mbahkung „kakek‟ dalam kalimat berperan sebagai benefaktif.

e. Peran faktor yaitu peran yang menyatakan sebab atau faktor. Contoh:

Wulu kalong nutupi dhadhane „Bulu halus menutupi dadanya‟. Wulu

kalong „bulu halus‟ sebagai faktor dalam kalimat.

f. Peran target adalah peran yang menyatakan sasaran yang ingin dicapai dari

suatu perbuatan. Contoh: Wong kuwi mlaku rindhik-rindhik ameh jarah

rayah sertfikat omah saka sedulure „Orang itu jalan dengan hati-hati mau

merebut sertifikat rumah dari saudaranya.‟ Jarah rayah „merebut‟ dalam

kalimat berperan sebagai target dari tindakan.

g. Peran lokatif yaitu peran yang menunjukan tempat. Contoh: Prabu

Pandhudewanata kautus sowan Begawan Abiyasa ing Saptaarga „Prabu

Pandudewanata diutus menemui Begawan Abiyasa di Saptaarga.

Page 49: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Saptaarga „nama pertapaan/tempat dewa‟ merupakan lokatif dalam

kalimat ini.

h. Peran kompanional yaitu peran yang menyatakan kesertaan. Contoh: Ibu

tindak peken kaliyan budhe „Ibu ke pasar bersama bibi‟. Budhe „bibi‟

mempunyai peran kompanional.

i. Peran instrumen yaitu peran yang menyatakan alat. Contoh: Pakathik

nuntun jaran nganggo amben apus „Perawat kuda menarik kuda

menggunakan tali amben apus.‟ Amben apus „nama tali‟ merupakan peran

instrumen dalam kalimat.

Peran yang digunakan dalam analisis penelitian ini lebih banyak

membahas peran konstituan pendamping. Hal ini disebabkan karena kata

majemuk nomina lebih banyak berperan sebagai konstituen pendamping daripada

konstituan pusat. Dalam sebuah kalimat peran pusat lebih banyak diisi oleh

kategori verba. Contoh peran kata majemuk nomina dalam kalimat adalah sebagai

berikut.

(4) “Menawi mekaten Dewi Ragu badhe kula rebat,”pangancame

Dasamuka getap. (JB/13/Nop/2010/20)

„”Kalau begitu Dewi Ragu akan saya rebut,” ancaman Dasamuka

mantap.‟

Pada kalimat (4) dasamuka „raja Alengka‟ berperan sebagai agentif.

B. Kerangka Pikir

Data dalam penelitian ini adalah bahasa tulis berupa kalimat bahasa Jawa

yang terdapat dalam majalah, suplemen berbahasa Jawa di dalam surat kabar, dan

buku ajar baik buku pelajaran maupun lembar kerja siswa. Penggabungan satuan

lingual dengan satuan lingual yang lain membentuk kalimat bahasa Jawa. Di

Page 50: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

antara satuan lingual tersebut adalah kata majemuk. Berdasarkan kategorinya,

terdapat bentuk kata majemuk nomina bahasa Jawa. Selanjutnya, kata majemuk

nomina tersebut diteliti berdasarkan bentuk, fungsi, dan peran.

Berikut adalah kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian berjudul

“Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Peran)” ini.

Bagan Kerangka Pikir

BENTUK

KALIMAT BAHASA JAWA

KATA MAJEMUK

FUNGSI PERAN

KATA MAJEMUK NOMINA

Camboran

wutuh

Camboran

tugel

1. Agentif.

2. Objektif

3. Reseptif

4. Benefaktif

5. Lokatif

6. Kompanional

7. Instrumen

1. Subjek

2. Predikat

3. Objek

4. Keterangan

5.Pelengkap

1. Mono-Mono

2. Mono-Poli

3. Poli-Mono

1. N-N

2. N-Adj

3. Adj-Adj

Struktur Kategori

1. N-N

2. N-Num

3. N-Adj

4. N-V

5. V-N

6. Num-N

7. Adj-N

8. V-Ajd

9. V-V

Struktur

Mono-Mono Kategori

Morfologis

Mengubah dan

Tidak

Mengubah

kelas kata

Sintaksis

Page 51: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB III

METODE PENELITIAN

Istilah metode dalam penelitian linguistik mencakup kesatuan dari

serangkaian proses: penentuan kerangka pikir, perumusan hipotesis atau

perumusan masalah, penentuan populasi, penentuan sampel, data, teknik

pemerolehan data, dan analisis data (Edi Subroto, 1992:31). Dalam penelitian ini

metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, populasi dan

sampel, alat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik

penyajian data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian kajian “Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Makna)” adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

kerjanya menyajikan data berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang ada (Sudaryanto, 1992:5). Menurut Lexy J Moleong

(2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomana tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan pelbagai metode ilmiah. Jadi, penelitian

deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menyajikan data dalam bentuk kata-

kata dan bahasa sekarang berdasarkan fakta yang ada dengan memanfaatkan

pelbagai metode ilmiah.

Page 52: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

B. Data dan Sumber Data

Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan

langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:5). Data dalam

penelitian ini adalah data tulis yaitu berupa kalimat-kalimat yang mengandung

kata majemuk nomina bahasa Jawa.

Data tulis lebih dipilih sebagai data dalam penelitian ini daripada data

lisan dengan berbagai pertimbangan. Pertama, data tulis memperlihatkan ciri yang

lebih konsisten daripada data lisan. Kekonsistenan itu dapat terlihat baik dari

struktur kalimat maupun pilihan kata. Kedua, tingkat interferensi bahasa

Indonesia maupun bahasa asing lebih rendah daripada data lisan. Dalam menulis

orang akan lebih memilih kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan

pikiran sesuai dengan kosa kata bahasa yang digunakan. Untuk mendapatkan data

yang aktual dan dapat mewakili pemakain bahasa Jawa dewasa ini, maka pelbagai

media tulis dipakai sebagai sumber data.

Sumber data adalah asal muasal data penelitian itu diperoleh (Edi Subroto,

1992:34). Sumber data penelitian ini berasal dari: 1. Majalah Panjebar Semangat

tahun 2010, 2. Majalah Jayabaya tahun 2010, 3. Suplemen Jagad Jawa dalam

surat kabar SOLOPOS tahun 2010 dan 2011, 4. Mekar Sari dalam surat kabar

“KEDAULATAN RAKYAT” tahun 2011, 5. Buku ajar EKSIS bahasa Jawa (untuk

kelas 6 Sekolah Dasar semester II) tahun 2010, 6. Buku pelajaran Seneng Basa

Jawa (untuk kelas 3 Sekolah Dasar) tahun 2007.

Adapun alasan pemilihan sumber data tersebut adalah: 1. keenam sumber

data tersebut menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko, 2. sumber-sumber data

tersebut beredar di daerah sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga

Page 53: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

pemakaian bahasa Jawa dari pelbagai daerah dan lingkungan dapat diketahui, dan

3. keenam sumber data di atas mengandung kata majemuk nomina dan kalimat

yang menggunakan kata majemuk nomina.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian linguistik (Edi Subroto, 1992:32), populasi pada

umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa. Populasi

adalah objek dari penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah kalimat

yang mengandung kata majemuk nomina bahasa Jawa yang terdapat dalam

sumber data.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung yang mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto, 1992:32).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling (sampel

bertujuan), maksud dari sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak

mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya (contructions)

(Lexy J Moleong, 2007:224). Sampel penelitian ini berupa kalimat yang

mengandung kata majemuk nomina yang dapat mewakili populasi data. Adapun

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jayabaya nomor 13 minggu IV Nopember 2010.

2. Penjebar Semangat nomor 52, 25 Desember 2010.

3. Jagad Jawa, kalawarti III/No. 174/Oktober/2010.

4. Jagad Jawa, kalawarti III/No 188/Januari/2011.

5. Mekar Sari Minggu Kliwon, 6 Februari 2011 (2 Mulud 1944).

Page 54: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

6. EKSIS Buku Ajar Bahasa Jawa kelas 6 SD semester 2 (Drs. Heru

Purwanto) tahun ajaran 2009/2010 Penerbit Citra Pustaka, Kartasura.

7. Seneng Basa Jawa kanggo SD/MI kelas III pengarang Drs. Sawukir,

Sutadi, S. Pd, dan Drs. Mulyadi tahun 2007 penerbit Aneka Ilmu,

Semarang.

Alasan pemilihan nomor majalah dan suplemen berbahasa Jawa dalam

surat kabar di atas berdasarkan banyaknya kalimat yang mengandung kata

majemuk nomina. Pemilihan ini juga dimaksudkan untuk mewakili bulan masing-

masing edisi. Perbedaan itu juga digunakan untuk memenuhi aspek kajian

analisis.

D. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang

paling dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data. Alat bantu

berguna untuk memperlancar jalannya penelitian. Adapun alat bantu dalam

penelitian ini adalah bolpeint berwarna untuk menandai data dalam sumber data,

bolpeint, tipe-ex, buku catatan, kertas hvs, katu data, dan alat bantu elektronik

berupa komputer dan flash disk.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak.

Disebut metode simak atau penyimakan, karena memang berupa penyimakan:

Page 55: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto,

1988:2). Teknik dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik sadap,

sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat.

Teknik sadap digunakan sebagai teknik dasar dalam penelitian ini.

Menurut Sudaryanto (1988:2) penerapan teknik sadap dapat dilakukan dengan

menyadap penggunaan bahasa. Teknik catat adalah pencatatan yang

menggunakan alat tertentu dan dipandang sebagai teknik lanjutan (Sudaryanto,

1988:5). Penerapan teknik catat yaitu data dicatat dalam kartu data dengan

membari tanda lengkap dengan sumber data sesuai kebutuhan dan masalah yang

diteliti sehingga mudah untuk mengklasifikasikan data dan analisis. Contoh dari

kartu data adalah sebagai berikut.

Keterangan sumber : JJ sumber data

188 edisi

Jan bulan

2011 tahun

IX halaman

Langkah-langkah pengumpulan data penelitian ini adalah sebagi berikut.

Pertama, penulis menyimak sumber data tulis yang telah ditentukan pada sampel

data. Kedua, peneliti mencari kata majemuk nomina dan kalimat-kalimat yang

mengandung kata majemuk nomina untuk dijadikan data dalam penelitian.

Kemudian, memberi tanda dengan menggarisbawahi dengan bolpoint pada

Kalimat : Awan kang kari separo dientekake ana

Kaliurang

Bentuk : Mono-Mono/N-N

Fungsi : K

Peran : Lokatif

Sumber : JJ/188/Jan/2011/IX

Page 56: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kalimat-kalimat yang mengandung kata majemuk nomina maupun yang berbentuk

kata majemuk nomina. Langkah selanjutnya peneliti menerapkan dengan teknik

catat yakni dengan mencatat data yang diperoleh ke dalam kartu data lengkap

dengan sumber datanya. Selanjutnya diklasifikasikan sesuai dengan pokok

permasalahannya.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan

metode distribusional (agih). Metode distribusional yaitu metode analisis data

yang alat penentunya adalah unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri

(Sudaryanto, 1993: 15). Metode distribusional digunakan untuk menganalis

bentuk, fungsi, dan peran kata majemuk nomina.

Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (BUL).

Teknik ini digunakan untuk menganalisis satuan lingual data menjadi beberapa

unsur (Sudaryanto, 1993:31). Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik sisip

dan teknik lesap. Menurut Sudaryanto, (1993:37), teknik sisip dilaksanakan

dengan menyisipkan unsur tertentu di antara unsur-unsur lingual yang ada. Teknik

ini berguna untuk mengetahui kadar keeratan kedua unsur yang dipisahkan oleh

penyisip. Dalam penelitian ini, selain untuk mengetahui kadar keeratan teknik

sisip juga digunakan untuk membuktikan bahwa gabungan kata itu merupakan

kata majemuk. Hal ini membuktikan ciri kata majemuk yang tidak dapat disisipi

dengan kata lain. Jika hasil penyisipan tidak gramatikal, maka kadar keeratan

kedua kata tinggi dan gabungan kedua kata itu merupakan bentuk polimorfemis

majemuk.

Page 57: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Teknik lesap dilaksanakan dengan cara melesapkan (melepaskan,

menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu satuan lingual yang

bersangkutan (Sudaryanto, 1993:37). Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui

kadar keintiman unsur yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan tidak gramatikal,

maka unsur yang dilesapkan memiliki kadar keintian yang tinggi. Artinya, sebagai

unsur pembentuk satuan lingual, unsur yang bersangkutan mutlak diperlukan.

Jadi, demi keutuhan satuan lingual tersebut tidak boleh tidak ada. Hilangnya suatu

unsur berarti runtuh pula pola satuan lingual yang bersangkutan dan hal ini berarti

pula hilangnya tipe satuan lingual tertentu yang termanifestasikan dalam wujud

satuan lingual itu (Sudaryanto, 1993:42).

Secara garis besar, berdasarkan jumlah morfem yang membentuk kata

majemuk dapat dibedakan menjadi kata majemuk yang terdiri dari satu kata, dua

kata, dan tiga kata atau lebih. Dalam bahasa Jawa, bentuk kata majemuk yang

banyak ditemukan adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata (camboran

wutuh). Bentuk kata majemuk nomina dapat dianalisis dengan teknik BUL.

Penerapan teknik ini dapat dilihat dari contoh berikut.

(5) Bantal emas iku jinising duren unggul, kang asale saka kabupeten

Langkat, Sumatra Selatan.(EKSIS/6/II/2010/47)

„Bantal emas adalah jenis durian unggul yang berasal dari kabupaten

Langkat, Sumatra Selatan.‟.

Kalimat di atas mengandung kata majemuk nomina bantal emas „jenis

durian‟ yang berasal dari kata bantal „alas tidur‟ dan emas „emas‟. Kata ini

termasuk kata majemuk nomina bahasa Jawa yang penulisannya secara terpisah.

Kata bantal emas „jenis durian‟ terdiri dari gabungan antara monomorfemis

dengan monomorfemis dan dari kategori nomina dengan kategori nomina.

Page 58: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Jika kata majemuk di atas dianalisis teknik BUL, maka hasil dari analisis

teknik ini tampak seperti gambaran berikut ini.

(5a) bantal emas „jenis durian‟

Mono Mono

N N

Jika data (5) di atas, disisipi dengan kata sing „yang‟ di antara kedua kata

maka data akan diperoleh data seperti berikut.

(5b) * Bantal sing emas iku jinising duren unggul, kang asale saka

kabupaten Langkat, Sumatra Selatan.

„*Bantal yang berwarna emas adalah jenis durian unggul yang berasal

dari kabupaten Langkat, Sumatra Selatan.‟.

Tampak pada (5b) bahwa kata *bantal sing emas „bantal berwarna emas‟

berubah makna dari jenis durian menjadi menunjukan bantal yang berwarna emas.

Perubahan makna ini, menjadikan kalimat pada data (5) tidak gramatikal. Hal ini

sekaligus menunjukkan bahwa kata bantal emas „jenis durian‟ adalah bentuk

polimorfemis majemuk kategori nomina.

Sifat dari fungsi yang relasional dapat dianalisis menggunakan teknik

lesap. Jika hasil dari pelesapan tidak gramatikal maka, unsur yang bersangkutan

memiliki kadar keintian yang tinggi. Pelesapan yang dilakukan adalah pelesapan

kata majemuk nomina dalam kalimat. Contoh penggunaan teknik lesap adalah

sebagai berikut.

(6) Bulik ora mangsuli pitakone Mas Gito malah ngendika marang Bagas.

(MS/6/Feb/2011/18)

„Bibi tidak menjawab pertanyaan Mas Gito, justru berbicara dengan

Bagas.

Page 59: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Jika kata majemuk nomina bulik „bibi‟ pada kalimat di atas dilesapkan,

maka kalimat di atas berubah seperti di bawah ini.

(6a) *Ø ora mangsuli pitakone Mas Gito malah ngedika marang Bagas.

*„Ø tidak menjawab pertanyaan Mas Gito, justru berbicara kepada

Bagas.‟

Hasil dari pelesapan kata majemuk nomina dalam kalimat di atas ternyata

tidak gramatikal. Dari data (6) didapat data (6b) yang memberi gambaran

mengenai fungsi dari kata majemuk nomina bulik „bibi‟ sebagai subjek.

(6b) Bulik ora mangsuli pitakone Mas Gito malah

Fungsi S P O Konj

ngedika marang Bagas.

Fungsi P Pel

Peran kata majemuk nomina mempunyai sifat yang sama dengan fungsi

yaitu relasional. Teknik lesap juga digunakan dalam menganalisis peran kata

majemuk nomina bahasa Jawa yang terdapat dalam kalimat. Contoh analisis peran

adalah sebagi berikut.

(7) Awan kang kari separo dientekake ana Kaliurang. (JJ/188/Jan/2011/IX)

„Siang hari yang hanya setengah hari dihabiskan di Kaliurang.‟

Kata kaliurang „nama tempat‟ dalam kalimat di atas merupakan kata

majemuk nomina. Jika kata kaliurang „nama tempat‟ dilesapkan, maka kalimat di

atas menjadi tidak gramatikal.

(7a) *Awan kang kari separo dientekake ana Ø.

„*Siang hari yang hanya setengah hari dihabiskan di Ø.‟

Hasil dari pelesapan kata majemuk nomina dalam kalimat di atas ternyata

tidak gramatikal. Hal ini membuktikan bahwa kata majemuk nomina kaliurang

Page 60: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

„nama tempat‟ mempunyai kadar keintian yang tinggi. Dari data (7), jika

dianalisis, maka didapat peran dari kata majemuk nomina dalam kalimat yaitu

berperan sebagai lokatif.

(7b) Awan kang kari separo dientekake ana Kaliurang.

Peran temporal pasif lokatif

G. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian hasil analisis yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik informal dan formal.

a. Metode penyajian informal dengan bentuk penyajian data berupa

uraian berwujud kalimat-kalimat yang diikuti pemerian secara

terperinci (Sudaryanto, 1993:145). Metode jenis ini berbentuk tulisan

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanya,

maupun tanda seru. Kalimat yang digunakan minimal terdiri dari

subjek dan predikat dan digunakan untuk menjelaskan suatu objek

yang ada.

b. Metode penyajian formal dengan perumusan tanda dam lambang-

lambang atau an artificial language (Sudaryanto, 1993:145). Metode

penyajian ini menggunakan lambang seperti * dan singkatan huruf

seperti S, P, O, K, Pel sebagai lambang untuk fungsi.

(8) Puteri kinurung yaiku pamor kang wujud gambarane kaya tlaga kanthi

sawetara pulo ing tengahe. (JJ/174/Okt/2010/VII)

„Puteri Kinurung adalah pamor yang gambarnya seperti telaga dengan

sebuah pulau di tengahnya.

Page 61: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Contoh penggunaan metode penyajian formal terlihat seperti berikut.

(8a) Puteri kinurung yaiku pamor

S P

kang wujud gambarane kaya tlaga kanthi sawetara pulo ing tengahe.

Kpembanding

Singkatan huruf yang terdapat pada kalimat (8) termasuk penyajian formal

yang digunakan sebagai lambang fungsi.

Page 62: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Permasalahan dalam penelitian ini khusus mengenai bentuk, fungsi, dan

peran kata majemuk nomina bahasa Jawa dalam kalimat. Analisis data yang

dibahas mencakup kata majemuk yang berbentuk camboran wutuh maupun

camboran tugel. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan

rumusan masalah yaitu bentuk, fungsi, dan peran kata majemuk nomina bahasa

Jawa pada sebuah kalimat. Data yang diperoleh kemudian dibahas berdasarkan

teori yang sudah ada.

Bentuk kata majemuk nomina dibahas berdasarkan struktur dan kategori

kata pembentuknya. Kata majemuk nomina bahasa Jawa dapat menduduki semua

fungsi dalam suatu kalimat. Kata majemuk nomina dapat menduduki subjek,

predikat, objek, keterangan, maupun pelengkap. Peran kata majemuk nomina

lebih banyak berperan sebagai konstituen pendamping dibandingkan peran

konstituen pusat.

1. Bentuk Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa

Kata majemuk yang merupakan gabungan dua kata atau lebih, dapat

dibentuk dari dua jenis kata yang sama maupun berbeda. Demikian pula kata

majemuk nomina dapat dibentuk dari dua jenis kata yang sama maupun berbeda.

Dalam penelitian ini ditemukan dua bentuk kata majemuk nomina yaitu kata

majemuk nomina camboran wutuh dan kata majemuk nomina camboran tugel.

Page 63: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Bentuk kata majemuk nomina dapat dilihat berdasarkan struktur maupun kategori

kata yang membentuknya.

I. Kata Majemuk Nomina Camboran Wutuh

Camboran wutuh merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang

terdiri dari kata-kata yang masih utuh. Jenis kata majemuk ini banyak ditemukan

dalam bahasa Jawa. Penulisan camboran wutuh ini ada dua macam yaitu ditulis

secara terangkai dan terpisah.

a. Struktur

Berdasarkan strukturnya, camboran wutuh dua kata dapat dibentuk dari

gabungan kata monomorfemis dengan kata monomorfemis, monomorfemis

dengan polimorfemis, dan kata gabungan kata polimorfemis dengan kata

monomorfemis. Bentuk polimorfemis yang merupakan bagian dari morfem

pembentuk kata majemuk dapat berupa bentuk dasar mendapat infiks dan bentuk

dasar mendapat prefiks.

1) Monomorfemis – Monomorfemis

(9) Swara ocehane manuk cucak rawa banget nengsemake ati, let sedhela

ganti swarane manuk kutut manggung, hur… ketekuuung.

(PS/52/Des/2010/23)

‘Suara nyanyian burung cucak rawa sangat memikat hati, tak lama

kemudian berganti suara burung kutut manggung, hur… ketekuuung.’

(10) Tembang Semut Ireng satemene seksi sejarah politik ireng ing bebrayan

Jawa. (JB/13/Nop/2010/7)

‘Lagu Dhandhanggula Semut Ireng sebenarnya menjadi saksi sejarah

politik kotor di masyarakat Jawa.’

Page 64: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Pada kalimat (9), dan (10) mengandung kata majemuk nomina berupa

cucak rawa ‘jenis burung’, dan semut ireng ‘lagu dhandhanggula’. Kedua kata

majemuk nomina itu terdiri dari gabungan kata monomorfemis dengan kata

monomorfemis. Semua komponen pembentuk kata majemuk nomina itu berupa

bentuk dasar tanpa ada afiks yang melekat pada morfem pembentuknya. Tabel

(1a) merupakan deskripsi komponen pembentuk kata majemuk nomina data (9)

dan data (10).

Tabel (1a)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Monomorfemis-Monomorfemis

Data Kata Majemuk Nomina Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(9) cucak rawa ‘jenis burung’ cucak ‘burung’ rawa ‘danau’

(10) semut ireng ‘lagu dhandhanggula’ semut ‘binatang’ ireng ‘hitam

Tampak seperti tabel (1a) di atas, bahwa komponen pembentuk kata

majemuk nomina data (9) dan (10) merupakan gabungan dari kata monomorfemis

dengan kata monomorfemis. Kedua komponen pembentuk kata majemuk nomina

itu tidak mendapat afiks apapun, semua morfem pembentuknya berupa bentuk

dasar. Jika kata majemuk nomina data (9-10) dibagi berdasarkan struktur dan

kategori pembentuknya, maka diperoleh data seperti berikut.

(9a) cucak ’burung’ + rawa ‘danau’ cucak rawa ‘jenis burung’

Mono Mono Poli

N N N

Page 65: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

(10a) semut ’binatang’ + ireng ‘hitam’ semut ireng ‘lagu dhandhanggula’

Mono Mono Poli

N Adj N

Data (9a) dan (10a) menunjukkan bahwa morfem pembentuk kedua kata

majemuk nomina di atas berasal dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis. Kedua morfem tunggal itu bergabung membentuk kata

polimorfemis bentuk majemuk berkategori nomina. Tampak terjadi perubahan

makna antara morfem pembentuk dengan gabungan morfem pembentuk. Hal ini

membuktikan bahwa kata cucak rawa ‘jenis burung’ data (9) dan semut ireng

‘lagu dhandhanggula’ data (10) merupakan bentuk polimorfemis majemuk.

Kata majemuk merupakan gabungan kata yang tidak dapat disisipi oleh

kata apapun. Jika kata majemuk itu mendapat sisipan, maka kata tersebut tidak

gramatikal dan mengubah makna kata tersebut. Apabila kata majemuk nomina

data (9) dan (10) diberi sisipan dengan kata sing ‘yang’, maka bentuk kata

majemuk berubah menjadi.

(9b) *cucak sing rawa ‘burung yang (di) danau’

(10b) *semut sing ireng ‘binatang (semut) berwarna hitam’

Penyisipan kata sing ‘yang’ di antara morfem pembentuk kata majemuk

nomina, mengubah makna dari bentuk asal menjadi data seperti pada (9b)* dan

(10b)*. Makna kata majemuk nomina cucak rawa yang terdapat pada data (9)

berubah dari jenis burung menjadi burung yang (di) danau. Selain merubah

makna, penyisipan ini juga mengubah struktur kata majemuk menjadi sebuah

frasa. Kata majemuk semut ireng pada data (10) berubah makna binatang (semut)

berwarna hitam dari makna lagu dhandhanggula. Perubahan makna dan bentuk

Page 66: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

yang terjadi setelah penyisipan kata sing ‘yang’ pada semut ireng ‘lagu

dhandhanggula’, membuktikan bahwa gabungan kata tersebut merupakan bentuk

polimorfemis majemuk. Hampir semua kata majemuk nomina merupakan

gabungan dari kata monomorfemis dengan monomorfemis. Sedikit sekali kata

majemuk nomina yang terbentuk dari gabungan monomorfemis dengan

polimorfemis maupun polimorfemis dengan monomorfemis. Selain kata majemuk

nomina di atas, terdapat kata majemuk gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis yang lainnya antara lain cucuk lampah ‘pemimpin barisan’ data

(16), gilir kacang ‘sebutan anak’ data (23), raja kaya ‘hewan berkaki empat’ data

(40), dan ragil kuning ‘nama orang’ data (50).

2) Monomorfemis – Polimorfemis

(11) Ngekum ing waskom kembang setaman. (JB/13/Nop/2010/13)

‘Merendam di wadah bunga rampai.’

(12) Pamor Putri Kinurung kagolong pamor kang ora pilih-pilih, bisa

dianggo sapa wae. (JJ/174/Okt/2010/VII)

‘Pamor Putri Kinurung tergolong ukiran yang tidak pilih-pilih, bisa

dipakai siapa saja.’

Data (11) dan (12) mengandung kata majemuk nomina kembang setaman

‘bunga rampai’ dan putri kinurung ‘pamor keris’. Tabel (2b) berikut merupakan

deskripsi komponen pembentuk kata majemuk nomina yang terbentuk dari

gabungan monomorfemis dengan polimorfemis. Deskripsi bentuk polimorfemis

morfem terdapat dalam tabel di bawah ini.

Page 67: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel (2b)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Monomorfemis-Polimorfemis

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(11) kembang setaman

‘bunga rampai’

kembang ‘bunga’ se ‘satu’ + taman ‘taman’

setaman ‘satu taman’

(12) puteri kinururung

‘pamor keris’

puteri ‘wanita’ kurung ‘terkurung’ + √in ‘di’

kinurung ‘dikurung’

Data (11) dan (12) di atas terdapat kata majemuk kembang setaman ‘bunga

rampai’ dan puteri kinurung ‘pamor keris’. Pada tabel di atas deskripsi morfem

pembentuk kata majemuk nomina adalah monomorfemis dan polimorfemis.

Bentuk polimorfemis terletak pada morfem kedua pembentuk kata majemuk data

(11) yaitu gabungan prefiks se ‘satu’ dengan bentuk dasar taman ‘taman’. Data

(12) morfem kedua gabungan bentuk dasar kurung ‘terkurung’ dan infiks –in-

‘di’. Jika kata majemuk di atas dibagi berdasarkan struktur dan kategori

pembentuknya, didapat bentuk seperti berikut.

(11a) kembang ‘bunga’+ setaman ‘satu taman’ kembang setaman

‘bunga rampai’

Mono Poli Poli

N Num N

(12a) puteri ‘wanita’ + kinurung ‘dikurung’ putri kinurung

‘pamor keris’

Mono Poli Poli

N V N

Data (11a) dan (12a) di atas menunjukkan bahwa kata majemuk nomina

itu terbentuk dari gabungan monomorfemis dengan polimorfemis. Morfem kedua

Page 68: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

yang berbentuk polimorfemis pada data (11) merupakan gabungan dari prefiks se-

‘satu’ dan taman ‘taman’, sedangkan data (12) gabungan dari morfem kurung

‘kurung’ yang mendapat infiks –in- ‘di’. Dari data di atas juga tampak perubahan

makna morfem komponen pembentuk dengan makna dari proses penggabungan

kedua morfem pembentuk. Ini membuktikan bahwa kata kembang setaman

‘bunga rampai’ data (11) dan puteri kinurung ‘pamor keris’ data (12) merupakan

kata majemuk.

Salah satu ciri kata majemuk adalah tidak dapat disisipi dengan kata

apapun sehingga hasil penyisipan itu membentuk kata yang tidak gramatikal. Jika

di antara kedua morfem pembentuk disisipi dengan kata kang ‘yang’, maka kata

majemuk nomina data (11) dan (12) berubah menjadi.

(11b) * kembang kang setaman ‘bunga yang satu taman’

(12b) *puteri kang kinurung ‘wanita yang dikurung’

Hasil penyisipan kata kang ‘yang’ di antara kedua morfem pembentuk,

menghasilkan kata yang tidak gramatikal dan mengubah makna kata majemuk.

Kata kembang setaman ‘bunga rampai’ data (11) berubah makna menjadi bunga

yang satu taman seperti data (11b)* setelah proses penyisipan di antara kedua

morfem. Data (12) kata puteri kinurung ‘pamor keris’ juga mengalami perubahan

makna tampak seperti data (12b)* menjadi wanita yang terkurung. Selain

perubahan makna, penyisipan kata kang di antara komponen pembentuk juga

mengubah bentuk kata majemuk nomina menjadi frasa. Perubahan makna dan

bentuk setelah penyisipan di antara morfem pembentuk membuktikan bahwa kata

kembang setaman ‘bunga rampai’ data (11) dan puteri kinurung ‘pamor keris’

data (12) merupakan kata majemuk.

Page 69: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

3) Polimorfemis – Monomorfemis

(13) Penjebar Semangat, tekamu ora nate telat. (PS/52/Des/2010/40)

‘Majalah Panjebar Semangat, kedatanganmu tak pernah terlambat.’

Pada data di atas, terdapat kata majemuk nomina panjebar semangat

‘majalah berbahasa Jawa’. Kata majemuk nomina itu terbentuk dari gabungan

polimorfemis dengan monomorfemis. Tabel (3c) di bawah ini merupakan

deskripsi komponen pembentuk kata majemuk data (13).

Tabel (3c)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Polimorfemis – Monomorfemis

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(13) panjebar semangat

‘majalah bahasa Jawa’

paN ‘pelaku’ + sebar ‘menyebar’

panjebar ‘yang menyebar’

semangat

‘jiwa’

Tabel di atas menunjukkan komponen pembentuk kata majemuk panjebar

semangat ‘majalah bahasa Jawa’ yang merupakan gabungan polimorfemis dengan

monomorfemis. Bentuk polimorfemis komponen pembentuk itu berasal dari

gabungan paN- ‘pelaku’ dengan sebar ‘menyebar’. Jika kata majemuk yang

terdapat pada data di atas dibagi berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya,

maka didapat data seperti berikut.

(13a) panjebar ‘yang menyebar’ + semangat ‘jiwa’ penjebar semangat

‘majalah bahasa Jawa’

Poli Mono Poli

N N N

Page 70: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Data (13a) menunjukkan komponen pembentuk kata majemuk panjebar

semangat ‘majalah bahasa Jawa’ adalah polimorfemis dan monomorfemis. Kata

panjebar ‘yang menyebar’ berasal dari paN- ‘pelaku’ dan sebar ‘menyebar’. Dari

data di atas, juga tampak terjadi perubahan makna antara komponen pembentuk

dengan gabungan kedua morfem pembentuk. Perubahan makna komponen-

komponen pembentuk kata majemuk setelah proses penggabungan, membuktikan

bahwa kata panjebar semangat ‘majalah bahasa Jawa’ data (13) merupakan kata

majemuk.

Ciri kata majemuk yang lain adalah tidak dapat diberi sisipan kata apapun.

Penyisipan kata mengakibatkan ketidakgramatikalan dan perubahan makna kata

majemuk itu sendiri. Jika di antara komponen pembentuk kata majemuk itu diberi

sisipan kata kang ‘yang’, maka kata majemuk itu berubah menjadi.

(13b) * panjebar kang semangat ‘yang menyebar yang (ber)jiwa’

Hasil penyisipan kata kang ‘yang’ di antara kedua morfem pembentuk kata

majemuk menghasilkan kata yang tidak gramatikal dan terjadi perubahan makna

kata majemuk. Selain terjadi perubahan makna, penyisipan kata kang ‘yang’ di

antara komponen pembentuk juga mengubah kata majemuk menjadi klausa. Oleh

karena itu, kata panjebar semangat ‘majalah bahasa Jawa’ data (13) merupakan

kata majemuk. Selain data (13) terdapat pula bentuk monomorfemis gabungan

polimorfemis dengan monomorfemis lain yaitu lelanange jagad ‘pujaan wanita’

data (38).

Page 71: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Kategori

Berdasarkan kategorinya, camboran wutuh dapat dibentuk dari kategori

nomina dengan nomina, nomina dengan verba, nomina dengan numeralia, nomina

dengan adjektiva, verba dengan nomina, numeralia dengan nomina, adjektiva

dengan nomina, verba dengan nomina, numeralia dengan nomina, adjektiva

dengan nomina, verba dengan adjektiva, dan gabungan kategori verba dengan

verba.

1) Nomina – Nomina

(14) Panganan mau jenenge nagasari. (SBJ/3/SD/2007/108)

‘Makanan itu bernama nagasari.’

(15) Segane putih resik lan arum saka beras raja lele sing wis kondang.

(PS/52/Des/2010/24)

‘Nasinya putih bersih dan harum dari beras raja lele yang sudah

terkenal.’

Pada data (14) dan (15) mengandung kata majemuk nomina nagasari

‘nama makanan’, dan raja lele ‘padi’. Kedua kata majemuk nomina itu terbentuk

dari gabungan nomina dengan nomina. Gabungan dari kedua komponen tetap

membentuk kata majemuk nomina. Jika salah satu komponen itu dinegasikan

dengan kata dudu ‘bukan’, maka tetap yang gramatikal. Namun, jika dinegasikan

dengan kata ora ‘tidak’ menjadi tidak gramatikal. Tabel (4d) berikut merupakan

deskripsi komponen pembentuk kata majemuk nomina gabungan nomina dengan

nomina.

Page 72: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel (4d)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina-Nomina

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(14) nagasari

‘makanan’

dudu nagasari

‘bukan makanan’

*ora nagasari

*’tidak makanan’

naga ‘jenis ular’

dudu naga ‘bukan jenis ular’

*ora naga ‘tidak jenis ular’

sari ‘bunga’

dudu sari ‘bukan bunga’

*ora sari ‘tidak bunga’

(15) raja lele ‘padi’

dudu raja lele

‘bukan padi’

*ora raja lele

*‘tidak padi’

raja ‘penguasa ’

dudu raja ‘bukan penguasa’

*ora raja ‘tidak penguasa’

lele ‘jenis ikan lele’

dudu lele ‘bukan ikan lele’

*ora lele ‘tidak ikan lele’

Tampak pada tabel di atas, bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina data (14-15) adalah gabungan nomina dengan nomina. Jika dinegasikan

dengan kata dudu ‘bukan’ atau ora ‘tidak’ kata majemuk tersebut tetap berbentuk

polimorfemis majemuk. Bentuk negasi dudu ‘bukan’ yang gramatikal merupakan

salah satu ciri kategori nomina. Jika kata majemuk yang terdapat dalam data di

atas dibagi berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya, didapat bentuk

seperti berikut.

(14a) naga ‘jenis ular’ + sari ‘bunga’ nagasari ‘makanan’

Mono Mono Poli

N N N

(15a) raja ‘penguasa’ + lele ‘ikan lele’ raja lele ‘padi’

Mono Mono Poli

N N N

Page 73: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Data di atas menunjukkan bahwa kata majemuk nagasari ‘makanan’ data

(14) dan raja lele ‘padi’ data (15) terbentuk dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis dan gabungan nomina dengan nomina. Dari data di atas juga

tampak perubahan makna komponen pembentuk setelah proses penggabungan.

Perubahan makna ini membuktikan bahwa kata nagasari ‘makanan’ data (14) dan

raja lele ‘padi’ data (15) merupakan kata majemuk.

Selain perubahan makna setelah proses penggabungan, salah satu ciri lain

dari kata majemuk adalah tidak bisa disisipi. Jika disisipi dengan kata apapun,

maka kata majemuk tersebut tidak gramatikal. Penyisipan kata lan ‘dan’ di antara

komponen kata majemuk menghasilkan bentuk seperti berikut.

(14b) *naga lan sari ‘ular naga dan inti’

(15b) *raja lan lele ‘penguasa dan ikan lele’

Penyisipan kata lan ‘dan’ pada data (14-15) menghasilkan kata yang tidak

gramatikal seperti data (14b)* dan (15b)*. Ketidakgramatikalan ini, karena makna

kata majemuk nomina yang telah berubah. Kata nagasari dan raja lele yang

berkedudukan satu kata sebagai bentuk majemuk nomina berubah kedudukan

menjadi dua kata. Kata lan ‘dan’ merupakan konjungsi yang mengakibatkan

kedua komponen pembentuk berkedudukan sendiri-sendiri bukan sebagai bentuk

polimorfemis majemuk. Pada data (14b)* kata nagasari ‘nama makanan’

berkedudukan sebagai kata naga ‘jemis ular’ dan sari ‘bunga’ dan kata raja lele

‘jenis padi’ berkedudukan sebagai kata raja ‘penguasa’ dan lele ‘jenis ikan’ pada

data (15b)*. Contoh lain dari jenis kata majemuk ini antara lain wedhus gembel

‘awan panas’ data (1 dan 34) dan kutang antrakusuma ‘senjata Bima’ data (51).

Page 74: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

2) Nomina – Verba

(16) Aku kadhawuhan dadi cucuk lampah bregada catur dasa sipat pandhita

kanthi laku dipet sauruting ratan nganti tekan Taman Sari lan

dipungkasi kanthi upacara ing umbul Taman Sari. (JJ/188/Jan/2011/X)

‘Saya diperintahkan untuk menjadi pemimpin pasukan prajurit 40

bersifat sucidengan jalan bisu sepanjang jalan sampai Taman Sari dan

diakhiri dengan upacara di pemandian Taman Sari.’

(17) Iya bener, gelar yektine saiki wis ora ana surat kabar dinan (harian)

sing migunakake basa dhaerah, kaya dhek jaman kepungkur, kaya dene

Sedia Tama (Yogya), Darma Kandha (Solo), Espres (Surabaya),

Sapatahunan (Bandung) lan uga ana sawatara ing Sumatra…..

(JB/13/Nop/2010/16)

‘Memang benar, sejatinya sekarang sudah tidak ada surat kabar harian

(harian) yang menggunakan bahasa daerah seperti jaman dahulu,

misalnya Sedia Tama (Yogya), Darma Kandha (Solo), Espres

(Surabaya),Sapatahunan (Bandung) dan ada juga yang di Sumatra….’

Data (16) dan (17) mengandung kata majemuk nomina cucuk lampah

‘pemimpin barisan’ dan darma kandha ‘koran berbahasa Jawa’. Kedua kata

majemuk nomina itu terbentuk dari gabungan nomina dengan verba. Hal ini dapat

dibuktikan dengan menegasikan komponen-komponen pembentuk kata majemuk

data (16) dan data (17). Bentuk negasi ini juga diberlakukan untuk kata majemuk

nomina bahasa Jawa guna mengetahui apakah kata majemuk tersebut bentuknya

tetap. Tabel (5e) di bawah ini merupakan deskripsi komponen pembentuk kata

majemuk nomina gabungan nomina dengan verba.

Page 75: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel (5e)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina – Verba

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(16) cucuk lampah

‘pemimpin barisan’

dudu cucuk lampah

‘bukan pemimpin

barisan’

*ora cucuk lampah

‘tidak pemimpin

barisan’

cucuk

‘mulut burung’

dudu cucuk

‘bukan mulut burung’

*ora cucuk

‘tidak mulut burung’

lampah ‘berjalan’

*dudu lampah ‘bukan berjalan’

ora lampah ‘tidak berjalan’

(17) darma kandha

‘koran berbahasa

Jawa’

dudu darma kandha

‘bukan koran

berbahasa Jawa’

*ora darma kandha

darma

‘kewajiban’

dudu darma

‘bukan kewajiban’

*ora darma

‘tidak kewajiban’

kandha ‘berbicara’

*dudu kandha ‘bukan berbicara’

ora kandha ‘tidak berbicara’

Salah satu ciri nomina adalah dapat dinegasikan dengan kata dudu

‘bukan’, sedangkan ciri kategori verba salah satunya adalah bentuk negasi ora.

Dari tabel di atas terlihat secara jelas bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina cucuk lampah ‘pemimpin barisan’ dan darma kandha ‘koran berbahasa

Jawa’ pada data (16-17) adalah gabungan nomina dan verba. Kata cucuk ‘mulut

burung’ dan darma ‘kewajiban’ dapat gramatikal jika dinegasikan dengan kata

dudu. Kata ora lampah ‘tidak berjalan’ dan kata ora kandha ‘tidak berbicara’

tidak gramatikal gramatikal dalam bentuk negasi. Hal ini membuktikan bahwa

kata majemuk nomina pada data (16-17) terbentuk dari gabungan nomina dan

verba. Jika kata majemuk cucuk lampah dan darma kandha dibagi berdasarkan

struktur dan kategori pembentuknya, diperoleh data sebagai berikut.

Page 76: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(16a) cucuk ‘mulut burung’ + lampah ‘berjalan’ cucuk lampah

‘pemimpin barisan’

Mono Mono Poli

N V N

(17a) darma ‘kewajiban’ + kandha ‘berbicara’ darma kandha

‘koran berbahasa Jawa’

Mono Mono Poli

N V N

Dari data (16a) menunjukkan bahwa kata majemuk cucuk lampah

‘pemimpin barisan’ terbentuk dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis begitu pula kata darma kandha ‘koran berbahasa Jawa’ yang

tampak pada data (17a). Kata majemuk nomina itu juga terbentuk dari kategori

nomina yang bergabung dengan verba.

Salah satu ciri kata majemuk adalah tidak dapat disisipi dengan kata

apapun. Penyisipan kata di antara komponen pembentuk mengakibatkan

perubahan makna dan ketidakgramatikalan. Jika di antara kedua komponen

pembentuk kata majemuk data (16-17) disisipi dengan kata kang ‘yang’, maka

didapat data seperti berikut.

(16b) *cucuk kang lampah ‘mulut burung yang berjalan’

(17b) *darma kang kandha ‘kewajiban yang berbicara’

Tampak data (16b)* dan (17b)*, jika kata majemuk nomina cucuk lampah

dan darma kandha mendapat sisipan kata kang ‘yang’ menjadikan kata majemuk

itu tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan kata cucuk kang lampah dan *darma

kang kandha pada data (16-17), karena makna yang telah berubah. Pada data (16)

Page 77: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dan (17) kedua kata itu bermakna pemimpin barisan dan koran berbahasa Jawa,

tetapi pada data (16b)* dan (17b)* kedua kata itu berubah makna menjadi mulut

burung yang jalan dan kewajiban yang berbicara. Selain perubahan makna,

penyisipan kata kang ‘yang’ di antara kedua komponen tersebut juga mengubah

kata majemuk menjadi klausa. Perubahan makna dan bentuk ini membuktikan

bahwa kata cucuk lampah dan darma kandha data (16-17) termasuk kata majemuk

nomina. Bentuk polimorfemis majemuk puteri kinurung ‘pamor keris’ data (12)

juga terbentuk dari gabungan nomina dengan verba.

3) Nomina – Numeralia

(18) Pandhawa lima iku padha luhur bebudene, padha seneng tetulung,

seneng mbelani ing kebeneran. (SBJ/3/SD/2007/114)

‘Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa itu berbudi luhur, suka

tolong-menolong, pembela kebenaran.’

(19) Ngekum ing waskom kembang setaman. (JB/13/Nop/2010/13)

‘Merendam di wadah bunga rampai.’

Data (18) dan (19) merupakan kalimat yang berturut-turut mengandung

kata majemuk nomina pandhawa lima ‘Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula, Sadewa’

dan kembang setaman ‘bunga rampai’. Kedua kata itu tersusun dari gabungan

kategori nomina dengan numeralia. Morfem pertama, dapat dibuktikan dengan

cara menjadikannya sebuah kata yang berbentuk negasi, baik dengan kata dudu

‘bukan’ maupun dengan kata ora ‘tidak’. Kategori nomina tetap gramatikal jika

dinegasikan dengan kata dudu ‘bukan’ dan tidak akan gramatikal jika dinegasikan

dengan kata ora ‘tidak’. Morfem kedua pembentuk kata majemuk nomina data

berbentuk numeralia dapat ditambah dengan kata iji ‘biji’. Selain numeralia

Page 78: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

bentuk pasti, kategori numeralia juga dapat dibentuk dari bentuk nomina yang

mendapat prfiks se- ‘satu’. Tabel (6f) berikut mendeskripsikan pembentukan kata

majemuk nomina yang terdapat pada data (18) dan (19).

Tabel (6f)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina – Numeralia

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(18) pandhawa lima

‘Yudistira, Arjuna,

Bima, Nakula, dan

Sadewa’

dudu pandhawa

lima

*ora pandhawa

lima

pandhawa

‘anak Pandhu’

dudu pandhawa

‘bukan anak Pandhu’

*ora pandhawa

‘tidak anak Pandhu’

lima ‘lima’

limang iji ‘lima biji’

(19) kembang setaman

‘bunga rampai’

dudu kembang

setaman

*ora kembang

setaman

kembang ‘bunga’

dudu kembang ‘bukan bunga’

*ora kembang ‘tidak bunga’

se + taman setaman

‘satu taman’

Tampak pada tabel (6f) komponen kata majemuk nomina pada data (18)

adalah pandhawa dan lima, sedangkan pada data (19) komponen pembentuk

terdiri dari kembang dan setaman. Kata pandhawa dan kembang merupakan kata

berkategori nomina. Kedua kata itu jika mendapat tambahan kata dudu ‘bukan’,

membentuk kata yang gramatikal yaitu kata dudu pandhawa dan dudu kembang.

Kata lima dana setaman merupakan kategori numeralia. Lima merupakan bentuk

numeralia pasti jika di belakangnya diberi kata iji, tetap gramatikal dan setaman

merupakan numeralia jadian yang berasal dari kata se ‘satu’ + taman ‘taman’

Page 79: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

setaman. Jika kata majemuk di atas dibagi berdasarkan struktur dan kategori

pembentuknya, maka diperoleh data seperti berikut.

(18a) pandhawa ‘anak Pandhu’ + lima ‘lima’ pandhawa lima

Mono Mono Poli

N Num N

(19a) kembang ‘bunga’ + setaman ‘satu taman’ kembang setman

Mono Poli Poli

N Num N

Hasil pembagian komponen pembentuk data (18-19) tampak seperti (18a)

dan (19a). Kata majemuk yang terdapat pada data (18) terbentuk dari gabungan

monomorfemis dengan monomorfemis dan gabungan nomina dengan numeralia.

Kata majemuk kembang setaman ‘bunga rampai’ dibentuk dari gabungan

monomorfemis dengan polimorfemis dan gabungan nomina dengan numeralia.

Tampak perubahan makna antra komponen pembentuk dengan makna setelah

proses penggabungan. Perubahan makna ini membuktikan bahwa pandhawa lima

‘Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa’ data (18) dan kembang setaman

‘bunga rampai’ data (19) merupakan kata majemuk.

Penyisipan kata di antara kedua komponen dilakukan untuk membuktikan

bahwa kedua gabungan kata pada data (18) dan (19) merupakan bentuk majemuk.

Jika hasil penyisipan kata tersebut tidak gramatikal berarti kedua kata tersebut

kata majemuk. Penyisipan kata kaping ‘ke-‘ di antara komponen pembentuk kata

majemuk, menghasilkan data seperti berikut.

(18b) *pandhawa kaping lima ‘anak Pandhu kelima’

(19b) * kembang kaping setaman ‘bunga kesatutaman’

Page 80: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tampak pada data (18b)* dan (19b)* bahwa hasil penyisipan membentuk

kata yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan ini karena kata kaping ‘ke-‘ yang

disisipkan di antara komponen pembentuk telah mengubah makna kata majemuk

yang terdapat pada data (18-19). Kata pandhawa lima yang bermakna lima anak

Pandhu, berubah menjadi anak Pandhu yang kelima. Kata kembang setaman

‘bunga rampai’ berubah makna menjadi bunga kesatutaman. Ketidakgramatikal

setelah proses penyisipan ini membuktikan bahwa kata pandhawa lima ‘Yudistira,

Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa’ data (18) dan kembang setaman ‘bunga

rampai’ data (19) merupakan kata majemuk.

4) Nomina – Adjektiva

(20) Mula para pandhawa padha diwenehi panggonan ing Jeruk Manis.

(SBJ/3/SD/2007/19)

‘Oleh karena itu para pandawa diberi tempat di Jeruk Manis.’

(21) Miturut dr Entin Yuswanti saka Karanganyar, kerokan iki ora duwe efek

samping apa-apa. (JJ/174/Okt/2010/VII)

‘Menurut dr Entin Yuswanti dari Karanganyar, kerokan ini tidak

memberi efek samping apapun.’

Pada data (20-21) berturut-turut mengandung kata majemuk nomina jeruk

manis ‘nama tempat’, dan karanganyar ‘nama kota’. Kedua kata majemuk itu

terbentuk dari gabungan kata benda (nomina) dan kata sifat (adjektiva). Jika

nomina dapat dinegasikan dengan kata dudu ‘bukan’, adjektiva mempunyai ciri

dapat dibentuk menjadi rada ‘sedikit’ + D, luwih ‘lebih’ + D, paling ‘paling’ + D,

D+banget ‘sekali’, dan D + dhewe ‘sendiri’. Tabel (7g) berikut mendeskripsikan

komponen pembentuk kata majemuk nomina pada data (20) dan (21).

Page 81: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel (7g)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina – Adjektiva

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(20) jeruk manis

‘nama tempat’

dudu jeruk manis

‘bukan nama tempat’

*ora jeruk manis

*’tidak nama tempat’

jeruk ‘buah jeruk’

dudu jeruk

‘bukan buah jeruk’

manis ‘manis’

rada manis ‘sedikit manis’

luwih manis ‘lebih manis’

paling manis ‘paling manis’

manis banget ‘manis sekali’

manis dhewe ‘manis sendiri,

(21) karanganyar

‘nama kota’

dudu karanganyar

‘bukan nama kota’

*ora karanganyar

*’tidak nama kota’

karang ‘batu laut’

dudu karang

‘bukan batu laut’

anyar ‘baru’

rada anyar ‘sedikit baru’

luwih anyar ‘lebih baru’

paling anyar ‘paling baru’

anyar banget ‘baru sekali’

anyar dhewe ‘baru sendiri’

Tampak jelas pada tabel (7g) bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina pada data (20) dan (21) adalah gabungan dari nomina dengan adjektiva.

Selain itu, jika kata majemuk tersebut dibentuk negasi dengan kata dudu ‘bukan’

tetap gramatikal dan tidak berubah bentuk. Kata jeruk dan karang pada morfem

pertama berkategori nomina, sedangkan morfem pembentuk kedua manis dan

anyar mempunyai kategori adjektiva. Kata jeruk ‘jeruk’ dan karang ‘batu laut’

gramatikal dengan negasi bentuk dudu. Sementara itu, kata manis dan anyar tetap

gramatikal meskipun mendapat tambahan rada- ‘sedikit-‘, luwih- ‘lebih’, paling-

‘paling-‘, -banget ‘-sekali’ dan –dhewe ‘-sendiri’. Jika kata majemuk data (20-

21) dibagi berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data

sepaerti berikut.

(20a) jeruk ‘buah jeruk’ + manis ‘manis’ jeruk manis ‘nama tempat’

Mono Mono Poli

N Adj N

Page 82: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

(21a) karang ‘batu laut’ + anyar ‘baru’ karanganyar ‘nama kota’

Mono Mono Poli

N Adj N

Tampak dari data (20a) dan (21a) komponen pembentuk kata majemuk

nomina adalah gabungan monomorfemis dengan monomorfemis dan gabungan

nomina dengan adjektiva. Data di atas menunjukkan perubahan makna antara

komponen pembentuk dan bentuk gabungan dari kedua morfem. Perubahan

makna inilah yang membuktikan bahwa kata jeruk manis ‘nama tempat’ data (20)

dan karanganyar ‘nama kota’ data (21) merupakan kata majemuk.

Ciri lain dari bentuk majemuk salah satunya adalah tidak bisa disisipi

dengan kata apapun. Penyisipan ini mengakibatkan perubahan bentuk dan

perubahan makna pada kata majemuk. Jika di antara komponen pembentuk kata

majemuk disisipi dengan kata sing ‘yang’, maka diperoleh data seperti berikut.

(20b) * jeruk sing manis ‘buah jeruk yang manis rasanya’

(21b) *karang sing anyar ‘batu laut yang masih baru’

Hasil dari penyisipan kata sing ‘yang’ di antara kedua komponen

pembentuk kata majemuk nomina, menghasilkan perubahan makna pada kata

tersebut. Perubahan makna ini karena kata manis pada jeruk manis dan anyar pada

kata karanganyar telah berubah kedudukan. Kata manis pada data (20) berubah

menjadi kata yang menerangkan kata jeruk bukan sebagai komponen pembentuk

kata majemuk nomina, begitu pula kata anyar pada kata karanganyar. Selain

mengubah makna, penyisipan kata sing ‘yang’ juga mengubah bentuk kata

majemuk menjadi frasa. Perubahan makna dan bentuk ini sekaligus sebagai bukti

jika kedua kata pada data (20-21) merupakan kata majemuk nomina. Gabungan

Page 83: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kategori ini juga membentuk polimorfemis majemuk siti jenar ‘nama orang’ pada

data (47) dan ragil kuning ‘nama orang’ data (50).

5) Verba – Nomina

(22) Tradisi sebar apem utawa kang kondang disebut Yoqowiyu iku ajeg bisa

nggeret kawigatene warga bebrayan. (JJ/188/Jan/2011/VII)

‘Tradisi sebar apem atau yang lebih dikenal dengan sebutan Yoqowiyu

selalu bisa mendatangkan perhatian masyarakat luas.’

(23) Rasa marem ayem tentrem iki saya krasa nalika putra putrine (gilir

kacang) wis padha omah-omah lan katon sukses uripe.

(PS/52/Des/2010/12).

‘Rasa tenang dan puas itu semakin terasa ketika putra putrinya (gilir

kacang) sudah membina rumah tangga dan hidupnya terlihat sukses.’

Pada data (22) terdapat kata majemuk nomina sebar apem ‘upacara

tradisi’ dan data (23) terdapat kata gilir kacang ‘sebutan anak’. Kedua kata

majemuk nomina tersebut dibentuk dari gabungan kategori yang berbeda. Morfem

pertama berkategori verba dan morfem kedua berkategori nomina. Hal ini dapat

dibuktikan dengan menjadikan masing-masing kata menjadi bentuk negasi dengan

kata dudu ‘bukan’ dan ora ‘tidak’. Bentuk negasi yang gramatikal dapat

membuktikan kategori kata dari masing-masing komponen. Tabel (8h) di bawah

ini mendeskripsikan komponen pembentuk kata majemuk nomina pada data (22)

dan data (23).

Page 84: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Tabel (8h)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba – Nomina

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 2 Morfem 2

(22) sebar apem

‘upacara tradisi’

sebar ‘menyebar’

*dudu sebar

‘bukan menyebar’

ora sebar ‘tidak menyebar’

apem ‘apem’

dudu apem ‘bukan apem’

*ora roti ‘tidak apem’

(23) gilir kacang

‘sebutan anak’

gilir ‘menggilir’

*dudu gilir

‘bukan menggilir’

ora gilir ’tidak menggilir’

kacang ‘kacang’

dudu kacang ‘bukan kacang’

*ora kacang ‘tidak kacang’

Tampak seperti tabel (8h) di atas, komponen pembentuk kata majemuk

nomina data (22) dan (23) adalah gabungan verba dengan nomina. Kata sebar dan

gilir berkategori verba, sedangkan kata apem dan kacang mempunyai kategori

nomina. Hal ini dapat dilihat dari bentuk negasi setiap komponen pembentuk kata

majemuk nomina. Kata sebar dan gilir gramatikal jika dinegasikan dengan kata

ora, sementara kata apem dan kacang tidak gramatikal dengan bentuk negasi ora.

Ini membuktikan bahwa morfem pertama kata majemuk nomina data (22-23)

adalah verba dan morfem kedua komponen pembentuk mempunyai kategori

nomina. Jika kedua kata majemuk di atas dibagi berdasarkan struktur dan kategori

pembentuknya, maka diperoleh data sebagai berikut.

(22a) sebar ‘menyebar’ + apem ‘apem’ sebar apem ‘upacara tradisi’

Mono Mono Poli

V N N

(23a) gilir ‘menggilir’ + kacang ‘kacang’ gilir kacang ‘sebutan anak’

Mono Mono Poli

V N N

Page 85: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Dari data (22a) dan (23a) tampak komponen pembentuk kata majemuk

nomina yang terkandung pada kedua data di atas. Kata majemuk data (22)

terbentuk dari gabungan monomorfemis dengan monomorfemis dan gabungan

verba dengan nomina, begitu pula kata majemuk data (23). Terjadi perubahan

makna antara komponen pembentuk dan hasil penggabungan kedua morfem.

Perubahan makna ini menunjukkan bahawa kata sebar apem ‘upacara tradisi’ data

(22) dan gilir kacang ‘nama anak’ data (23) merupakan kata majemuk.

Kata majemuk mempunyai salah satu ciri morfologis tidak dapat diberi

infiks. Penyisipan di antara komponen pembentuk kata majemuk mengakibatkan

perubahan makna. Jika di antara komponen pembentuk kata majemuk nomina

data (22) dan (23) disisipi kanthi ‘dengan’, maka diperoleh data seperti berikut.

(22b) *sebar kanthi apem ‘menyebar dengan roti’

(23b) *gilir kanthi kacang ‘menggilir dengan kacang’

Data (22b)* dan (23b)* menunjukkan hasil penyisipan di antara kedua

komponen pembentuk kata majemuk yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan

ini karena kata majemuk nomina yang telah berubah makna. Kata sebar apem

‘upacara tradisi’ berubah makna menjadi menyebar dengan roti, sementara kata

gilir kacang ‘sebutan anak’ berubah makna menjadi menggilir dengan buah

kacang. Ketidakgramatikalan ini membuktikan bahwa kata sebar apem dan gilir

kacang dalam data (22-23) merupakan kata majemuk.

Page 86: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

6) Numeralia – Nomina

(24) Peputra Raden Pancawala kang ing tembe dhaup karo Dewi Pregiwati,

adhi kembar Dewi Pregiwa, putrane Raden Harjuna.

(EKSIS/6/SD/2010/18)

‘Mempunyai putra bernama Raden Pancawala yang dikemudian hari

menikah dengan Dewi Pregiwati, saudara kembar Dewi Pregiwa, putri

dari Raden Harjuna.’

(25) Dasamuka nuli mondhong Dewi Ragu duplikat. (JB/13/Nop/2010/21)

‘Dasamuka kemudian membopong Dewi Ragu palsu.’

Pada data (24) terdapat kata majemuk nomina pancawala ‘anak Bima’ dan

dasamuka ‘raja Alengka’ pada data (25). Kedua kata majemuk itu terbentuk dari

gabungan dari numeralia dengan nomina. Kata numeralia yang terdapat pada data

(24-25) merupakan numeralia pasti yang berasal dari bahasa Jawa Kuna. Kategori

nomina pembentuk kata majemuk di atas dapat dibuktikan dengan

menegasikannya dengan kata dudu ‘bukan’ dan kata ora ‘tidak’. Tabel (9i) di

bawah ini mendeskripsikan komponen pembentuk kata majemuk nomina data (24-

25).

Tabel (9i)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Numeralia – Nomina

Data Kata Majemuk Nomina Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(24) pancawala ‘anak Bima’

dudu pancawala

‘bukan anak Bima’

*ora pancawala

*’tidak anak Bima’

panca ‘lima’

wala ‘anak’

dudu wala ‘bukan anak’

*ora wala ‘tidak anak’

(25) dasamuka ‘raja Alengka’

dudu dasamuka

‘bukan raja Alengka’

*ora dasamuka

‘tidak raja Alengka’

dasa ‘sepuluh’ muka ‘wajah’

dudu muka ‘bukan wajah’

*ora muka ‘tidak wajah’

Page 87: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tampak data tabel (8i) di atas, komponen pembentuk kata majemuk

nomina pada data (24) dan (25) adalah gabungan numeralia dengan nomina. Kata

panca dan dasa merupakan bentuk numeralia pasti dalam bahasa Jawa Kuna. Kata

wala dan muka juga merupakan bahasa Jawa Kuna dari kategori nomina. Jika kata

majemuk nomina data (24-25) dibagi berdasarkan struktur dan kategori

pembentuknya, maka diperoleh data sebagai berikut.

(24a) panca ‘lima’ + wala ‘anak’ pancawala ‘anak Raden Bima’

Mono Mono Poli

Num N N

(25a) dasa ‘sepuluh’ + muka ‘wajah’ dasamuka ‘raja Alengka’

Mono Mono Poli

Num N N

Data (24a) dan data (25a) menunjukkan komponen pembentuk yang

membentuk kata pancawala ‘anak Bima’ dan dasamuka ‘raja Alengka’. Kedua

kata tersebut dibentuk dari gabungan monomorfemis dengan monomorfemis dan

gabungan numeralia dengan nomina. Tampak perubahan makna antara komponen

pembentuk dan makna setelah proses penggabungan. Perubahan makna ini

menunjukkan bahwa kata pancawala ‘anak Raden Bima’ dan dasamuka ‘raja

Alengka’ merupakan kata majemuk.

Penyisipan merupakan hal yang tidak berlaku bagi bentuk majemuk. Hal

ini karena penyisipan dapat mengubah makna kata majemuk itu sendiri dan

mengakibatkan ketidakgramatikalan. Jika di antara komponen pembentuk kata

majemuk data (24-25) disisipi dengan lan ‘dan’, maka diperoleh data seperti

berikut.

Page 88: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(24b) * panca lan wala ‘lima dan anak’

(25b) * dasa lan muka ‘sepuluh dan muka’

Tampak pada data (24b)* dan (25b)* hasil penyisipan kata lan ‘dan’ di

antara kedua komponen pembentuk kata majemuk menghasilkan perubahan

makna kata majemuk. Kata lan ‘dan’ yang berfungsi sebagai konjungsi antarkata,

menghubungkan kedua komponen pembentuk kata majemuk. Kata pancawala

yang dipisah dengan kata lan ‘dan’ membentuk makna lima dan anak, sementara

kata dasamuka membentuk makna sepuluh dan wajah. Ini membuktikan bahwa

kata pancawala dan dasamuka yang terkandung dalam data (24-25) merupakan

kata majemuk nomina.

7) Adjektiva – Nomina

(26) Padhang bulan iku tembang dolanan sing isih seneng dinyanyekake

bocah-bocah cilik. (SBJ/3/SD/2007/100)

‘Pandhang bulan itu termasuk lagu permainan yang masih sering

dinyanyikan anak-anak kecil.’

Pada data (26) terdapat bentuk polimorfemis majemuk nomina berupa kata

padhang bulan ‘judul lagu’. Kata majemuk nomina itu terbentuk dari gabungan

adjektiva dengan nomina. Hal ini dapat dibuktikan dengan memberi tambahan

kata seperti rada- ‘sedikit’, luwih- ‘lebih-’, paling- ‘paling-’, -banget ‘-sekali’,

-dhewe ‘-sendiri’ untuk menguji adjektiva dan bentuk negasi dudu ‘bukan’ dan

ora ‘tidak’ untuk kategori nomina. Tabel (10j) memberi gambaran komponen

pembentuk kata majemuk nomina pada data (26).

Page 89: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel (10j)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Adjektiva – Nomina

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(26) padhang bulan

‘judul lagu’

padhang ‘terang’

rada padhang ‘sedikit terang’

luwih padhang ‘lebih terang’

paling padhang ‘paling terang’

padhang banget ’terang sekali’

padhang dhewe ‘terang sendiri’

bulan ‘bulan’

dudu bulan ‘bukan bulan’

*ora bulan ‘tidak bulan’

Tampak pada tabel (10j), bahwa komponen kata majemuk nomina adalah

adjektiva dan nomina. Kata padhang ‘terang’ berkategori adjektiva, sementara

kata bulan ‘bulan’ mempunyai kategori nomina. Kata padhang tetap gramatikal

mendapat tambahan kata seperti yang telah disebutkan di atas yang menunjukkan

salah satu ciri kategori adjektiva. Sementara kata bulan gramatikal dalam bentuk

negasi dengan kata dudu ‘bukan’. Jika kata majemuk data (26) dibagi berdasarkan

struktur dan kategori pembentunya, diperoleh data sebagai berikut.

(26a) padhang ‘terang’ + bulan ‘bulan’ padhang bulan ‘judul lagu’

Mono Mono Poli

Adj N N

Tampak seperti data (26a) kata padhang bulan terbentuk dari gabungan

monomorfemis dengan monomorfemis dan gabungan adjektiva dengan nomina.

Tampak perubahan makna antara komponen pembentuk dengan makna hasil

gabungan kedua morfem, meskipun dalam lagu tersebut menggambarkan keadaan

yang mengalami suatu keadaan yang terang benerang seperti bulan purnama.

Salah satu ciri dari kata majemuk adalah tidak dapat disisipi dengan kata

apapun. Proses penyisipan mengubah makna kata majemuk dan menghasilkan

Page 90: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

ketidakgramatikalan. Jika di antara komponen pembentuk kata majemuk nomina

data (26) diberi sisipan –e ‘nya’, maka diperoleh data sebagai berikut.

(26b) *padhange bulan ‘terangnya sinar bulan’

Penyisipan morfem –e ‘nya’ di antara kedua komponen pembentuk kata

majemuk menjadikan kalimat tidak gramatikal. Kata majemuk nomina padhang

bulan ‘judul lagu’ berubah kategori menjadi adjektiva dan makna terangnya sinar

bulan. Bentuk dari kata majemuk itu juga berubah menjadi frasa. Perubahan

makna dan bentuk gabungan kata yang terjadi pada padhang bulan ‘judul lagu’

membuktikan bahwa kata ini merupakan bentuk polimorfemis majemuk.

8) Verba – Adjektiva

(27) Pak Hadi minangka calon maratuwa atine krasa ayem, nyawang Budi

lan Asih padha rukun. (JJ/174/Okt/2010/IX)

‘Pak Hadi selaku calon mertua merasa hatinya tengan melihat Asih dan

Budi yang hidup rukun.’

Data di atas mengandung kata majemuk nomina yang terbentuk dari

gabungan kategori selain nomina. Kata maratuwa ‘mertua’ merupakan gabungan

dari verba dengan adjektiva. Sama seperti pengujian sebelumnya, kategori

adjektiva juga diuji menggunakan berbagai preposisi untuk mendahului maupun

mengikuti kata adjektiva dan bentuk negasi untuk kategori nomina. Tabel (11k) di

bawah ini merupakan deskripsi dari komponen pembentuk kata majemuk nomina

data (27).

Page 91: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel (11k)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba – Adjektiva

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(27) maratuwa ‘mertua’ mara ‘datang’

ora mara ‘tidak datang‘

*dudu mara ‘bukan datang‘

tuwa ‘tua’

rada tuwa ‘sedikit tua’

luwih tuwa ‘lebih tua’

paling tuwa ‘paling tua’

tuwa banget ‘tua sekali’

tuwa dhewe ‘tua sendiri’

Tampak pada tabel (11k), bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina data (27) merupakan gabungan dari verba dengan adjektiva. Kata mara

‘datang‘ pada morfem pertama mempunyai kategori verba, karena gramatikal jika

dinegasikan dengan kata ora, sedangkan adjektiva terdapat pada morfem kedua

yaitu kata tuwa ‘tua’. Jika kata majemuk data (27) dibagi berdasarkan struktur

dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data seperti berikut.

(27a) mara ‘datang’ + tuwa ‘tua’ maratuwa ‘mertua’

Mono Mono Poli

V Adj N

Tampak pada data (27a), komponen pembentuk kata majemuk nomina

data (27) adalah gabungan monomorfemis dengan monomorfemis dan gabungan

verba dengan adjektiva. Tampak perubahan makna antara komponen pembentuk

dengan makna kata setelah proses penggabungan. Perubahan makna ini

menunjukkan bahwa kata maratuwa ‘mertua’ data (27) merupakan bentuk

majemuk.

Ciri lain dari kata majemuk adalah tidak bisa disisipi dengan kata apapun.

Penyisipan ini mengakibatkan perubahan makna bentuk polimorfemis ini. Jika di

Page 92: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

antara komponen pembentuk kata majemuk diberi sisipan wis ‘sudah’, maka

diperoleh data sebagi berikut.

(27b) *mara wis tuwa ‘datang sudah tua’

Dari data (27b)*, tampak bahwa penyisipan kata wis ‘sudah’ di antara

komponen pembentuk kata majemuk nomina menghasilkan perubahan makna.

Kata *mara wis tuwa bermakna datang ketika sudah berusia tua, sementara kata

maratuwa sendiri bermakna mertua. Penyisipan ini juga mengubah kata majemuk

nomina menjadi frasa. Hal ini membeuktikan bahwa kata maratuwa ‘mertua’ data

(27) merupakan kata majemuk nomina.

9) Verba- Verba

(28) Tiba urip iku arane godhong cocor bebek. (SBJ/3/SD/2007/48)

‘Tiba urip merupakan daun cocor bebek.’

Kata tiba urip ‘nama daun’ pada data (28) merupakan kata majemuk

nomina yang terkandung dalam kalimat tersebut. Kata majemuk tiba urip ‘nama

daun’ terbentuk dari kata tiba ‘jatuh’ dan urip ‘hidup’. Kedua morfem itu

bergabung membentuk bentuk polimorfemis majemuk nomina tiba urip ‘nama

daun’. Tabel (12l) di bawah ini memberi gambaran komponen pembentuk kata

majemuk nomina pada data (28).

Tabel (12l)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Verba – Verba

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(28) tiba urip ‘nama daun’ tiba ‘jatuh’

*dudu tiba ‘bukan jatuh’

ora tiba ‘tidak jatuh’

urip ‘hidup’

*dudu urip ‘bukan hidup’

ora urip ‘tidak hidup’

Page 93: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tampak pada tabel (28) komponen kata majemuk nomina tiba urip ‘nama

daun’ terdiri dari kategori verba. Kedua morfem berkategori sama itu bergabung

membentuk kata majemuk nomina. Kategori komponen dapat dilihat dari bentuk

negasi yang gramatikal dengan kata ora ‘tidak’. Jika kata majemuk nomina data

(28) dibagi berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data

sebagai berikut.

(28a) tiba ‘jatuh’ + urip ’hidup’ tiba urip ‘daun cocor bebek’

Mono Mono Poli

V V N

Data (28a) menunjukkan gabungan monomorfemis dengan monomorfemis

dan gabungan verba dengan verba yang membentuk polimorfemis majemuk

nomina tiba urip ‘daun cocor bebek’. Tampak perubahan makna antara komponen

pembentuk dengan gabungan kedua komponen. Perubahan makna ini

menunjukkan bahwa kata tiba urip ‘daun cocor bebek’ data (28) merupakan

bentuk majemuk.

Ciri lain dari bentuk majemuk adalah tidak dapat dilakukan proses

penyisipan. Proses ini dapat mengubah makna bentuk polimorfemis ini. Jika di

antara komponen pembentuk kata majemuk data (28) disisipi kata lan ‘dan’, maka

diperoleh data sebagai berikut.

(28b) *tiba lan urip ‘jatuh dan hidup’

Data (28b)* menunjukkan hasil penyisipan di antara kedua komponen

pembentuk kata majemuk nomina data (28). Kata lan ‘dan’ menghubungkan

antara kata tiba ‘jatuh’ dan urip ‘hidup’. Sebagai akibat dari penyisipan makna di

antara kedua komponen menjadi suatu penggabungan antara kata tiba dan urip.

Page 94: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Perubahan makna ini menunjukkan bahawa kata tiba urip ‘daun cocor bebek’ data

(28) merupakan bentuk polimorfemis majemuk.

Data (9-28) merupakan kata majemuk nomina berupa camboran wutuh.

Dalam bahasa Jawa, selain camboran wutuh terdapat juga camboran tugel. Sama

seperti camboran wutuh, camboran tugel juga dapat dibentuk berdasarkan struktur

atau bentuk dan kategori atau kelas kata yang membentuknya.

II. Kata Majemuk Nomina Camboran Tugel

Camboran tugel merupakan gabungan dua kata yang terdiri dari kata utuh

dengan kata penggalan atau kedua unsur komponen pembentuknya merupakan

kata penggalan. Tidak seperti camboran wutuh, cara penulisan camboran tugel

selalu dirangkai antara komponen pembentuk satu dengan komponen pembentuk

yang kedua.

a. Struktur (Monomorfemis-Monomorfemis)

Berdasarkan struktur, kata majemuk nomina bahasa Jawa camboran tugel

hanya dapat dibentuk dari gabungan monomorfemis dengan monomorfemis.

(29) ....ngendikane Bulik Harti karo ngrangkul wayahe. (MS/6/Feb/2011/18)

‘…….ucapan Bibi Harti sambil memeluk cucunya.’

(30) Siswane mbakyuku tingkahe pancen lucu-lucu lan aneh-aneh.

(SBJ/3/SD/2007/120)

‘Murid kakak perempuanku perilakunya memang lucu-lucu dan aneh-

aneh.’

Data (29) dan (30) mengandung kata majemuk nomina yang berbentuk

camboran tugel. Kata majemuk nomina itu adalah bulik ‘bibi’ dan mbakyu ‘kakak

perempuan’. Bulik ‘bibi’ meruapakan gabungan dari penggalan suku kata terakhir

Page 95: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

komponen pembentuknya, sedangkan kata mbakyu ‘kakak perempuan’ berasal

dari gabungan kata utuh dengan kata penggalan. Kedua kata majemuk nomina itu

berasal dari gabungan monomorfemis dengan monomorfemis. Tabel (13a) di

bawah ini merupakan deskripsi komponen pembentuk kata majemuk nomina data

(29-30).

Tabel (13a)

Kata Majemuk Gabungan Monomorfemis – Monomorfemis

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 2 Morfem 1

(29) ibu+cilik bulik ‘bibi’ ibu ‘ibu’ cilik ‘kecil’

(30) mbak+ayumbakyu

‘kakak perempuan’

mbak ‘kakak perempuan’ ayu ‘cantik’

Tampak pada tabel (13a) bahwa kata majemuk nomina bulik ‘bibi’ dan

mbakyu ‘kakak perempuan’ berasal dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis. Kata bulik berasal dari gabungan suku kata terakhir ibu ‘ibu’ dan

suku kata terakhir morfem cilik ‘kecil’. Mbak ‘kakak perempuan’ dan suku

terakhir morfem ayu ‘cantik’ membetuk kata majemuk nomina mbakyu ‘kakak

perempuan’. Jika kata majemuk nomina data (29) dan (30) dibagi berdasarkan

struktur dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data seperti berikut.

(29a) ibu ‘ibu’ + cilik ‘kecil’ bulik ‘bibi’

Mono Mono Poli

N Adj N

(30a) mbak ‘kakak perempuan+ ayu ‘cantik mbakyu ‘kakak perempuan’

Mono Mono Poli

N Adj N

Page 96: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tampak pada data (29a) dan (30a) komponen pembentuk kata majemuk

nomina camboran tugel di atas adalah monomorfemis dengan monomorfemis dan

gabungan nomina dengan adjektiva. Perubahan makna nampak di antara

komponen pembentuk dengan gabungan kedua morfem. Perubahan makna ini

membuktikan bahwa kata bulik ‘bibi’ data (29) dan mbakyu ‘kakak perempuan’

data (30) merupakan kata majemuk.

Sama halnya bentuk camboran wutuh, kata majemuk camboran tugel juga

tidak bisa disisipi oleh kata yang lain. Jika diantara komponen pembentuk kata

majemuk (29-30) disisipi kata sing ‘yang’, maka diperoleh data sebagai berikut.

(29b) * ibu sing cilik ‘ibu yang kecil’

(30b) *mbak sing ayu ‘kakak perempuan yang cantik’

Data (29b)* dan (30b)* menunjukkan hasil penyisipan di antara kedua

komponen pembentuk yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan ini karena

camboran tugel itu telah berubah makna. Kata *ibu sing cilik mempunyai makna

ibu yang kecil, sedangkan *mbak sing ayu bermakna kakak perempuan yang

cantik. Selain perubahan makna, bentuk kata majemuk juga berubah menjadi

frasa. Perubahan makna dan bentuk setelah penyisipan kata sing ‘yang’ ini

menunjukkan bahwa kata bulik ‘bibi’ dan mbakyu ‘kakak perempuan’ data (29)

dan (30) merupakan polimorfomis bentuk majemuk. Semua kata majemuk yang

berbentuk camboran tugel terdiri dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis.

Page 97: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

b. Kategori

Berdasarkan kategori atau kelas kata, camboran tugel dapat dibentuk dari

gabungan nomina dengan nomina, nomina dengan adjektiva, dan gabungan

adjektiva dengan adjektiva.

1) Nomina – Nomina

(31) Kula saestu mboten tumindak kados ngaten, Kangmas.

(MS/6/Feb/2001/18)

‘Saya benar-benar tidak melakukan hal seperti itu, Mas.’

Pada data (31) merupakan kalimat tunggal yang mengandung camboran

tugel kangmas ‘panggilan’. Kata majemuk nomina itu berasal dari gabungan

nomina dengan nomina. Untuk membuktikannya, dapat dilakukan dengan

menegasikan komponen pembentuk kata majemuk itu dengan kata dudu ‘bukan’

dan ora ‘tidak’. Tabel (14b) di bawah ini mendeskripsikan komponen pembentuk

kata majemuk nomina yang terkandung dalam data (31).

Tabel (14b)

Kata Majemuk nomina Gabungan Nomina – Nomina

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(31) kakang + mas

kangmas

‘panggilan’

dudu kangmas

‘bukan panggilan’

*ora kangmas

*’tidak panggilan’

kakang ‘kakak laki-laki’

dudu kakang

‘bukan kakak laki-laki’

*ora kakang

‘tidak kakak laki-laki’

mas ‘kakak laki-laki’

dudu mas

‘bukan kakak laki-laki’

*ora mas

‘tidak kakak laki-laki’

Page 98: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dari tabel di atas nampak bahwa camboran tugel kangmas ‘panggilan’

terbentuk dari gabungan nomina dengan nomina. Kategori dari komponen

pembentuk itu dapat dilihat dari bentuk negasi yang tetap gramatikal dengan kata

dudu ‘bukan’ dan tidak gramatikal dengan kata ora ‘tidak’. Begitu pula dengan

bentuk kata majemuk camboran tugel kangmas ‘panggilan’ tetap gramatikal

dengan kata dudu ‘bukan’. Jika kata majemuk nomina data (31) di atas dibagi

berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data sebagi

berikut.

(31a) kangkang ‘kakak laki-laki’ +mas ‘kakak laki-laki’ kangmas

‘panggilan’

Mono Mono Mono

N N N

Dari data di atas tampak bahwa kata majemuk nomina data (31) dibentuk

dari kategori nomina dengan nomina. Gabungan dari kedua struktur dan kedua

kategori itu membentuk polimorfemis majemuk nomina kangmas ‘panggilan’.

Penyisipan kata lan ‘dan’ di antara konponen pembentuk dilakukan untuk

membuktikan bahwa kata tersebut merupakan kata majemuk.

(31b) *kakang lan mas ‘kakak laki-laki dan kakak laki-laki’

Dari data (31b)* tampak bahwa penyisipan di antara dua komponen

pembentuk kata majemuk menghasilkan perubahan makna. Kata lan ‘dan’ yang

berfungsi sebagi konjungsi pada data di atas menjelaskan terdapat dua orang

kakak laki-laki. Perubahan makna ini membuktikan bahwa kata kangmas

‘panggilan’ data (34) merupakan kata majemuk.

Page 99: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2) Nomina – Adjektiva

(32) Bagas, ngertia satemene kang rawuh iki pakdhe lan budhemu!

(MS/6/Feb/2011/18)

‘Bagas, ketahuilah sebenarnya yang datang ini adalah paman dan

bibimu!’

Pada data (32) mengandung camboran tugel pakdhe ‘paman’dan budhe

‘bibi’. Kedua camboran tugel itu berasal dari gabungan penggalan suku kata

terakhir dari kedua komponen pembentuk. Kata majemuk nomina itu berasal dari

gabungan kategori nomina dengan adjektiva. Komponen pembentuk pertama

dapat dibuktikan dengan bentuk negasi dari masing-masing morfem dengan kata

dudu ‘bukan’ dan ora ‘tidak’. Sementara morfem pembentuk kedua dapat diberi

berbagai preposisi yang mendahului maupun mengikutu kata sifat dari morfem

kedua komponen pembentuk kata majemuk nomian. Tabel (15c) di bawah ini

mendeskripsikan komponen pembentuk kata majemuk nomina yang terkandung

dalam data (32).

Tabel (15c)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Nomina Adjektiva

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem1 Morfem 2

(32) bapak+gedhe

pakdhe ‘paman’

dudu pakdhe

‘bukan paman’

*ora pakdhe

*’tidak paman’

bapak ‘bapak’

dudu bapak ‘bukan bapak’

*ora bapak ‘tidak bapak’

gedhe ‘besar’

rada gedhe ‘sedikit besar’

luwih gedhe ‘lebih besar’

paling gedhe ‘paling besar’

gedhe banget ‘besar sekali’

gedhe dhewe ‘besar sendiri’

(32) ibu+gedhe

budhe ‘bibi’

dudu budhe

‘bukan bibi;

*ora budhe

*’tidak bibi’

ibu ‘ibu’

dudu ibu ‘bukan ibu’

*ora ibu ‘tidak ibu’

gedhe ‘besar’

rada gedhe ‘sedikit besar’

luwih gedhe ‘lebih besar’

paling gedhe ‘paling besar’

gedhe banget ‘besar sekali’

gedhe dhewe ‘besar sendiri’

Page 100: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dari tabel (15c) tampak bahwa kedua morfem pembentuk pada data (32)

adalah kategori nomina dengan adjektiva. Kategori komponen pembentuk itu

dapat terlihat dari bentuk negasi dari masing-masing komponen pada morfem

pertama. Kata bapak ‘bapak’ dan ibu ‘ibu’ gramatikal dengan bentuk negasi dudu

‘bukan’. Kata gedhe ‘besar’ pada kedua kata majemuk nomina jika diberi

tambahan kata rada ‘sedikit’, luwih ‘lebih’, paling ’paling’, banget ‘sekali’, dan

dhewe ‘sendiri’ tetap gramatikal. Jika kata majemuk nomina data (35) dibagi

berdasarkan struktur dan kategori pembentuknya, maka diperoleh data sebagi

berikut.

(32a) bapak ‘bapak’ + gedhe ‘besar’ pakdhe ‘paman’

Mono Mono Poli

N Adj N

(32a) ibu ‘ibu’ + gedhe ‘besar’ budhe ‘bibi’

Mono Mono Poli

N Adj N

Tampak dari data (32a) bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina data (32) adalah monomorfemis dengan monomorfemis dan nomina

dengan adjektiva. Terjadi perubahan makna antara komponen pembentuk dengan

gabungan komponen pembentuk. Perubahan makna ini membuktikan bahwa kata

pakdhe ‘paman’ dan budhe ‘bibi’ pada data (32) merupakan kata majemuk.

Penyisipan di antara komponen pembentuk dilakukan untuk membuktikan

bahwa kedua kata tersebut berbentuk polmorfemis majemuk. Penyisipan kata

kang ‘yang’ di antara komponen pembentuk kata majemuk tampak seperti berikut.

Page 101: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

(32b) * bapak kang gedhe ‘bapak yang besar’

(32b) *ibu kang gedhe ‘ibu yang besar’

Tampak seperti data (32b)*, hasil penyisipan kata kang ‘yang’

menghasilkan kata yang tidak gramatikal. Sisipan kata kang ‘yang’ membuat

perubahan makna kata majemuk nomina. Kata pakdhe ‘paman’ berubah makna

menjadi bapak yang besar, sedangkan budhe dari bibi berubah menjadi ibu yang

besar. Selain perubahan makna, penyisipan ini juga mengubah bentuk kata

majemuk menjadi frasa. Perubahan makna dan bentuk setelah penyisipan ini

membuktikan bahwa kedua kata tersebut merupakan kata majemuk. Selain kata

majemuk di atas, terdapat kata bulik ‘bibi’ data (6 dan 29) dan mbakyu ‘kakak

perempuan’ data (30).

3) Adjektiva – Adjektiva

(33) Padha karo kendharaan liyane, menawa lampu bangjo abang dhokar

uga mandheg. (SBJ/3/SD/2007/63)

‘Sama seperti kendaraan yang lain, jika lampu lalu lintas menyala merah

delman juga berhenti.’

Pada data (33) terdapat kata bangjo ‘lampu lalu lintas’ sebagai kata

majemuk nomina yang berbentuk camboran tugel. Kata majemuk nomina itu

berasal dari gabungan antara penggalan komponen pembentuknya. Kata bangjo

‘lampu lalu lintas’ berasal dari kata abang ‘merah’ dan ijo ‘hijau’. Makna dari

kata majemuk ini berambu-rambu berdasarkan makna bentuk dasar yaitu warna

merah dan hijau yang merupakan bagian dari lampu lalu lintas. Tabel (16d)

berikut ini mendeskripsikan komponen pembentuk kata majemuk data (33).

Page 102: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Tabel (16d)

Kata Majemuk Nomina Gabungan Adjektiva – Adjektiva

Data Kata Majemuk

Nomina

Komponen Pembentuk

Morfem 1 Morfem 2

(33) abang+ijobangjo

‘lampu lalu lintas

dudu bangjo ‘bukan

lampu lalu lintas’

*ora bangjo *‘tidak

lampu lalu lintas’

abang ‘merah’

rada abang ‘sedikit merah’

luwih abang ‘lebih merah’

paling abang ‘paling merah’

abang banget ‘merah sekali’

abang dhewe ‘merah sendiri’

ijo ‘hijau’

rada ijo ‘sedikit hijau’

luwih ijo ‘lebih hijau’

paling ijo ‘paling hijau’

ijo banget ‘hijau sekali’

ijo dhewe ‘hijau sendiri’

Tampak pada tabel di atas bahwa komponen pembentuk camboran tugel

bangjo ‘lampu lalu lintas’ adalah gabungan kategori adjektiva dengan adjektiva.

Kata abang ‘merah’ dan ijo ‘hijau’ tetap gramatikal mendapat afiks rada ‘sedikit’,

luwih ‘lebih’, paling ‘paling’, banget ‘sekali’, dan dhewe ‘sendiri’. Jika komponen

pembentuk kata majemuk nomina data (33) dibagi berdasarkan struktur dan

kategori pembentuknya, diperoleh data sebagai berikut.

(33a) abang ‘merah’ + ijo ‘hijau’ bangjo ‘lampu lalu lintas’

Mono Mono Poli

Adj Adj Adj

Tampak dari data (33a) bahwa komponen pembentuk kata majemuk

nomina data (36) adalah monomorfemis dengan monomorfemis dan adjektiva

dengan adjektiva. Tampak perubahan makna antara komponen pembentuk dengan

gabungan kedua morfem tersebut. Perubahan makna ini menunjukkan kata bangjo

‘lampu lalu lintas’ data (33) merupakan kata majemuk nomina.

Penyisipan di antara komponen pembentuk dapat membuktikan bahwa

gabungan itu merupakanbentuk polimorfemis majemuk. Penyisipan lan ‘dan’ di

antara komponen pembentuk menghasilkan data seperti berikut.

(33b) *abang lan ijo ‘merah dan hijau’

Page 103: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tampak data (33b)* kata majemuk nomina mengalami perubahan makna

setelah kata lan ‘dan’ disisipkan di antara kedua komponen pembentuk. Kata lan

‘dan’ yang mempunyai makna suatu penjumlahan mengakibatkan kata abang lan

ijo mengubah makna kata bangjo ‘lampu lalu lintas’. Perubahan makna ini

membuktikan bahwa kata bangjo ‘lampu lalu lintas’ data (36) merupakan kata

majemuk nomina yang berbentuk camboran tugel.

2. Fungsi Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa

Fungsi yang dibahas dalam penelitian ini adalah fungsi morfologis dan

fungsi sintaksis dari kata majemuk nomina bahasa Jawa. Gabungan dari kategori

komponen pembentuk kata majemuk nomina itu mengahasilkan fungsi yang

berbeda. Dalam kalimat pun fungsi kata majemuk nomina berbeda satu dengan

yang lain. Fungsi suatu kata dalam kalimat yang bersifat rasional tidak bisa

dibayangkan tanpa menyangkutkan kata satu dengan yang lain.

a. Fungsi Morfologis

Kata majemuk nomina bahasa Jawa (baik camboran wutuh maupun

camboran tugel) mempunyai dua fungsi morfologis yaitu tidak mengubah

identitas atau kelas kata dan mengubah kelas kata. Dari kedua fungsi tersebut

fungsi tidak mengubah identitas atau kelas kata lebih banyak ditemukan daripada

fungsi yang mengubah kelas kata.

Page 104: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

1) Tidak Mengubah Identitas atau Kelas Kata

(34) Dhek dina Jemuah Paing 5 Nopember 2010 jam siji awan, Kali Code

kilenen lahar dingin Merapi sing bubar krudha ngetokake awan panas

utawa wedhus gembel. (JB/13/Nop/2010/42)

‘Pada hari Jumat Pahing 5 Nopember 2010 pukul satu siang, Kali Code

teraliri lahar dingin Merapi yang baru saja meletus mengeluarkan awan

panas atau wedhus gembel.’

Data (34) mengandung kata majemuk nomina wedhus gembel ‘awan

panas’. Kata majemuk nomina itu terbentuk dari dua kategori yang sama yaitu

nomina. Kata wedhus gembel ‘awan panas’ berasal dari kata wedhus dan gembel.

Jika komponen pembentuk kata majemuk itu dibagi berdasarkan kategori, maka

didapat data seperti berikut.

(34a) wedhus + gembel wedhus gembel

N N N

Data (34a) menunjukkan bahwa fungsi kata majemuk nomina wedhus

gembel ‘awan panas’ tidak mengubah identitas. Fungsi ini dapat dilihat dari

kategori komponen pembentuk yang sama dengan kategori bentuk polimorfemis

majemuk yang dihasilkan. Kategori komponen pembentuk polimorfemis majemuk

nomina dan kategori hasil penggabungannya pun berkategori nomina. Hampir

semua kata majemuk nomina tidak mengalami perubahan kelas kata.

2) Mengubah Identitas atau Kelas Kata

(35) Pak Hadi minangka calon maratuwa atine krasa ayem, nyawang Budi

lan Asih padha rukun. (JJ/174/Okt/2010/IX)

‘Pak Hadi selaku calon mertua merasa hatinya tengan melihat Asih dan

Budi yang hidup rukun.’

Page 105: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Data di atas mengandung kata majemuk nomina maratuwa ‘mertua’ yang

mempunyai fungsi morfologis mengubah identitas atau kelas kata. Bentuk

polimorfemis itu berasal dari gabungan kategori verba dengan adjektiva.

Penggabungan kedua kategori itu menghasilkan bentuk majemuk nomina.

Berdasarkan kategori, kata majemuk nomina data (35) dapat dibagi menjadi.

(35a) mara ‘datang’ + tuwa ‘tua’ maratuwa ‘mertua’

V Adj N

Dari data (35a) di atas, tampak bahwa komponen pembentuk kata

majemuk terdiri dari verba dan adjektiva. Kata mara ‘datang’ berkategori verba

bergabung dengan tuwa ‘tua’ membentuk maratuwa ‘mertua’ yang berkategori

nomina. Ini membuktikan bahwa kata majemuk nomina juga terdapat yang

mempunyai fungsi morfologis mengubah identitas atau kelas kata. Selain data di

atas, kata tiba urip ‘daun cocor bebek’ data (28) dan bangjo ‘lampu lalu lintas’

data (33) juga mengalami perubahan identitas.

b. Fungsi Sintaksis

Sifat dari fungsi yang rasional mengakibatkan kita tidak bisa

membayangkan fungsi suatu kata tanpa memperhatikan fungsi kata lain. Fungsi

sintaksis yang dapat diduduki oleh kata majemuk nomina adalah fungsi subjek,

predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.

1) Subjek

(36) Jagad Jawa benjang Kemis Wage 28 Oktober badhe ngrembag babagan

netepi sumpah prasetya tumrap tiyang Jawi. (JJ/174/Okt/2010/VIII)

‘Suplemen Jagad Jawa besok Kamis Wage 28 Oktober akan membahas

mengenai melaksanakan sumpah terhadap orang Jawa.’

Page 106: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

(37) Ora mung kuwi, Ragil Kuning liya dina uga nggoleki ilange Panji

Asmara bangun merga trenyuh nyawang mbakyune sing saya dina saya

kuru. (JJ/188/Jan/2011/VIII)

‘Tidak hanya itu, Ragil Kuning lain hari juga mencari Panji Asmara

Bangun yang hilang karena kasihan melihat kakaknya yang semakin hari

semakin kurus.’

Pada data (36) dan (37) mengandung kata majemuk nomina jagad jawa

‘suplemen bahasa Jawa dalam SOLOPOS’ dan ragil kuning ‘nama orang’. Kedua

kata majemuk nomina itu mempunyai fungsi yang sama. Untuk mengetahui fungsi

kata majemuk nomina data (37-38) dapat dilakukan dengan melesapkan kata

majemuk nomina yang terdapat dalam kalimat.

(36a) *Ø benjang Kemis Legi 17 Juni badhe ngrembug babagan dolanan

bocah Jawa.

(37a) *Ora mung kuwi, Ø liya dina uga nggoleki ilange Panji Asmara

bangun merga trenyuh nyawang mbakyune sing saya dina saya kuru.

Dari data (37a)* dan data (38a)* tampak bahwa pelesapan kata majemuk

nomina yang terdapat dalam kalimat menjadikannya tidak gramatikal.

Ketidakgramatikalan ini karena pelaku dalam kalimat tidak ada. Jika kalimat

dikembalikan ke bentuk semula, dapat diketahui fungsi dari kata majemuk nomina

dalam data (37-38).

(36b) Jagad Jawa benjang Kemis Legi 17 Juni badhe ngrembug

S Kwaktu P

babagan dolanan bocah Jawa.

O

(37b) Ora mung kuwi, Ragil Kuning liya dina uga nggoleki

Ksebab S Kwaktu P1

Page 107: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

ilange Panji Asmara Bangun

O

merga trenyuh nyawang mbakyune sing saya dina saya kuru.

Ksebab P2 O Pel

Data (36b) dan (37b) menunjukkan masing-masing fungsi dari komponen

pembentuk kalimat. Kata jagad jawa dan ragil kuning berfungsi sebagai subjek,

predikat diisi masing-masing oleh kata badhe grembug, uga nggoleki, dan

nyawang. Fungsi objek diisi oleh babagan dolanan bocah Jawa, ilange Panji

Asmara Bangun, dan mbakyune. Keterangan waktu diisi oleh benjang Kemis Legi

17 Juni dan liya dina, sementara kata merga treyuh berfungsi sebagai keterangan

sebab untuk melakukan predikat. Fungsi pelengkap data (38) diisi oleh sing saya

dina saya kuru. Tampak jelas bahwa, kata majemuk nomina pada data (37) dan

(38) menempati fungsi subjek dalam kalimat. Banyak kata majemuk nomina yang

menempati fungsi subjek, antara laian kata bantal emas ‘jenis durian’ data (5),

padhang bulan ‘judul lagu’ (26), tiba urip ‘daun cocor bebek’ (28), dan kutang

antrakuauma ‘senjata Bima’ pada data (51).

2) Predikat

(38) Pangeran Jefri sing dadi lelanange jagad. (JB/13/Nop/2010/12)

‘Pangeran Jefri yang menjadi pujaan wanita.’

Data (38) mengandung kata majemuk lelanange jagad ‘pujaan wanita’

yang menempati fungsi predikat dalam kalimat di atas. Untuk mengetahui fungsi

kata majemuk nomina dalam kalimat tersebut, dapat dilakukan dengan

melesapkan kata majemuk nomina.

Page 108: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

(38a) * Pangeran Jefri sing dadi Ø.

Tampak dari data (38a)* hasil pelesapan kata majemuk nomina dalam

kalimat tidak gramatikal. Syarat kalimat yang minimal terdiri dari subjek dan

predikat tidak terpenuhi oleh data (38a)*. Jika kalimat pada data (38)

dikembalikan seperti wujud asalnya, maka di dapat fungsi dari kata majemuk

nomina dalam kalimat.

(38b) Pangeran Jefri sing dadi lelanange jagad.

S P

Dari data (38b) tampak bahwa kata majemuk nomina lelanange jagad

‘pujaan wanita’ menempati fungsi sebagai predikat dalam kalimat. Hal ini dapat

dibuktikan dari letak kata majemuk nomina yang berada di belakang subjek.

3) Objek

(39) Anak bunglon nggoleki Dewi Kluwung. (SBJ/3/SD/2007/54)

‘Anak bunglon mencari Dewi Kluwung.’

(40) Ora sithik kewan raja kaya entek dipangan Jaka Linglung.

(SBJ/3/SD/2007/113)

‘Tidak sedikit hewan berkaki empat yang habis dimakan Jaka Linglung.’

Kata dewi kluwung ‘nama orang’ dan jaka linglung ‘nama orang’

merupakan kata majemuk nomina yang terdapat dalam data (39) dan (40). Kata

majemuk nomina itu menenpati fungsi yang sama dalam kalimat tersebut. Untuk

mengetahui fungsi sintaksis pada kata majemuk nomina itu, dapat dilaksanakan

dengan melesapkan kata majemuk nomina yang ada dari kalimat.

(39a) * Anak bunglon nggoleki Ø.

(40a) * Ora sithik kewan raja kaya entek dipangan Ø.

Page 109: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Dari kedua data di atas tampak hasil pelesapan kata majemuk nomina pada

data tidak gramatikal. Data (39a)* dan (40a)* kalimatnya menjadi rancu karena

kehilangan salah satu morfem pembentuknya. Pelesapan kata dewi kluwung data

(39) dan jaka linglung data (40) memperlihatkan bahwa kata tersebut dibutuhkan

kalimat untuk membentuk kalimat yang gramatikal. Jika kalimat tersebut

dikembalikan ke bentuk semula didapat fungsi dari kata majemuk nomina dalam

kalimat.

(39b) Anak bunglon nggoleki Dewi Kluwung.

S P O

(40b) Ora sithik kewan raja kaya entek dipangan Jaka Linglung.

Kkuantitatif S P O

Data di atas menunjukkan fungsi sintaksis dari kata majemuk nomina pada

kalimat (39-40). Dapat dilihat bahwa pada data (39) anak bunglon sebagai subjek,

mggoleki sebagai predikat dan kata majemuk nomina dewi kluwung berfungsi

sebagi objek. Data (40) terdiri dari kata ora sithik sebagai keterangan kuantitatif,

kewan raja kaya sebagai subjek, entek dipangan sebagai predikat, dan jaka

linglung menempati fungsi objek. Selain itu terdapat kata wedhus gembel ‘awan

panas’ data (1), megatruh ‘lagu macapat’ data (45) dan raja kaya ‘hewan berkaki

empat’ data (46) yang menempati fungsi objek.

4) Keterangan

(41) Saka terminal Terboyo, embah nitih bis kota mudhun ing Banyu Manik.

(SBJ/3/SD/2007/12).

‘Dari terminal Terboyo, eyang naik bus kota turun di daerah Banyu

Manik.’

Page 110: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

(42) Sekar Lampes yakuwi jeneng pamor kang wujud gambare kaya kembang

rinonce, meh kaya Sekar Anggrek lan Sekar Pala.

(JJ/188/Jan/2011/VII)

‘Sekar Lampes adalah nama pamor keris yang gambarnya seperti

rangkaian bunga, mirip dengan Sekar Anggrek dan Sekar Pala.’

Pada data (43) mengandung kata majemuk nomina banyu manik ‘nama

tempat’ dan data (44) mengandung kata majemuk nomina sekar anggrek ‘ukiran

keris’ dan sekar pala ‘ukiran keris’. Ketiga data tersebut menempati fungsi yang

sama dalam kalimat. Jika kata majemuk nomina dalam kalimat tersebut

dilesapkan, maka kalimat berubah menjadi.

(41a) * Saka terminal Terboyo, embah nitih bis kota mudhun ing Ø.

(42a) *Sekar Lampes yakuwi jeneng pamor kang wujud gambare kaya

kembang rinonce, meh kaya Ø lan Ø.

Tampak dari data di atas, hasil pelesapan kata majemuk menghasilkan

kalimat yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan itu karena kalimat kehilangan

salah satu unsur pembentuk. Jika kalimat dikembalikan ke bentuk semula, maka

didapat fungsi kata majemuk nomina tersebut dalam kalimat.

(41b) Saka terminal Terboyo, embah nitih bis kota

Kasal S P O

mudhun ing Banyu Manik.

Ktujuan

(42b) Sekar Lampes yakuwi jeneng pamor kang wujud gambare kaya

S P

kembang rinonce, meh kaya Sekar Anggrek lan Sekar Pala.

Kpembanding

Page 111: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Data di atas menunjukkan fungsi dari komponen pembentuk kalimat data

(41) dan (42). Data (41) terdiri dari saka terminal Terboyo sebagai keterangan

asal, embah subjek, nitih predikat, bis kota objek, dan mudhun ing Banyu Manik

sebagai keterangan tujuan. Data (42) terdiri dari sekar lampes sebagai subjek,

yakuwi jeneng pamor kang wujud gambare kaya kembang rinonce predikat, dan

meh kaya sekar anggrek lan sekar pala sebagai keterangan. Kata sekar anggrek

‘pamor keris’ dan sekar pala ‘pamor keris’ berfungsi sebagai keterangan

pembanding dari kata sekar lampes yang berfungsi sebagai subjek. Banyak kata

majemuk nomina yang menempati fungsi keterangan, antara lain kata nagasari

‘nama pohon’ data (2) sebagai keterangan tempat, ragil kuning ‘nama orang’ data

(50) sebagai keterangan penyerta, dan kutang antrakusuma ‘senjata Bima’ data

(51) sebagai keterangan alat.

5) Pelengkap

(43) Aku nggawakake Mbak Tin nagasari. (SBJ/3/SD/2007/108)

‘Saya membawakan Mabk Tin nagasari.’

Kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata

majemuk nomina berupa kata nagasari ‘nama makanan’. Jika kata majemuk

nomina dalam kalimat dilesapkan, menghasilkan kalimat.

(43a) *Aku nggawakake Mbak Tin Ø.

Hasil pelesapan kata majemuk nomina data (43a)* di atas menghasilkan

kalimat yang tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan kadar ketegaran kata tinggi,

sehingga kata majemuk nomina tersebut kehadirannya bersifat inti dalam kalimat.

Page 112: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Jika dikembalikan ke bentuk semula, maka didapat fungsi dari kata majemuk

nagasari ‘nama makanan’.

(43b) Aku nggawakake Mbak Tin nagasari.

S P O Pel

Data (43b) menunjukkan fungsi dari masing-masing kata dalam kalimat.

Adapun fungsi yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah aku ‘saya’ sebagai

subjek (S), nggawake ‘membawakan’ sebagai predikat (P), Mbak Tin ‘Mbak Tin’

sebagai objek (O), dan nagasari ‘nama makanan’ sebagai pelengkap (Pel). Fungsi

pelengkap dalam kalimat data (43) diduduki oleh kata nagasari ‘nama makanan’.

3. Peran Kata Majemuk Nomina Bahasa Jawa

Kata majemuk nomina lebih banyak menempati peran konstituen

pendukung daripada peran konstituen pusat. Hal ini karena konstituen pusat lebih

banyak ditempati oleh kata berkategori verba yang menyatakan suatu pekerjaan

atau suatu tindakan. Kata majemuk nomina dapat berperan sebagai agentif,

objektif, reseptif, benefaktif, lokatif, kompanional, dan instrument.

a. Agentif

(44) Dasamuka wangsul gesang malih. (EKSIS/6/SD/2010/46)

‘Dasamuka kembali hidup.’

Data di atas merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata majemuk

nomina dasamuka ‘raja Alengka’ (44) dengan struktur kalimat sebagai berikut.

Page 113: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

(44a) Dasamuka wangsul gesang malih.

S/N P/V

Agentif Aktif

Pada data (44a) kata dasamuka ‘raja Alengka’ berperan sebagai agentif

dan wangsul gesang malih ‘kembali hidup’ berperan aktif. Kata dasamuka ‘raja

Alengka’ merupakan kata majemuk nomina yang berperan sebagai agentif atau

pelaku perbuatan. Apabila kata majemuk nomina pada data (44) dilesapkan, maka

kalimat berubah menjadi.

(44b) * Ø wangsul gesang malih.

Hasil pelesapan agentif yang merupakan peran dari kata majemuk nomina

kalimat pada data (44b)* di atas menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Hal

ini menunjukkan bahwa kadar ketegaran yang tinggi dari peran tersebut, sehingga

kehadirannya bersifat inti dalam kalimat. Banyak kata majemuk nomina yang

berperan sebagai agentif, kata itu antara lain bulik ‘bibi’ data (6) dan ragil kuning

‘nama orang’ data (37).

b. Objektif

(45) Aku ora arep nembang megatruh. (PS/52/Des/2010/40)

‘Saya tidak akan menyanyikan lagu megatruh.’

(46) Naga iku mangan raja kaya. (SBJ/3/SD/2007/125)

‘Ular naga itu makan binatang berkaki empat.’

Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata

majemuk nomina megatruh ‘lagu macapat’ dan raja kaya ‘binatang berkaki

empat’ dengan struktur kalimat.

Page 114: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

(45a) Aku ora arep nembang megatruh.

S/N P/V O/N

Agentif Aktif Objektif

(46a) Naga iku mangan raja kaya.

S/N P/V O/N

Agentif Aktif Objektif

Kata megatruh ‘lagu macapat’ dan raja kaya ‘binatang berkaki empat’

dalam kalimat tersebut mempunyai peran sebagai objektif. Kata aku ‘saya’ dan

naga iku ‘naga itu’ berperan sebagai agentif, sedangkan ora arep nembang ‘tidak

akan menyayikan’ dan mangan ‘makan’ berperan aktif yang menyatakan tidakan

aktif. Kata megatruh ‘lagu macapat’ dan raja kaya ‘binatang berkaki empat’

membentuk kalimat yang berobjek. Apabila kedua kata majemuk nomina tersebut

dilesapkan, maka kalimat berubah menjadi.

(45b) Aku ora arep nembang Ø.

(46b) *Naga iku mangan Ø.

Data (45b) kalimat tetap gramatikal karena kalimat tersebut merupakan

kalimat transitif yang tidak membutuhkan objek, tetapi apabila kata majemuk

megatruh ‘lagu macapat’ dilesapkan tidak dapat menjawab pertanyaan Kowe ora

arep nembang apa? ‘Kamu tidak akan menyanyi lagu apa?’. Tampak bahwa kata

majemuk nomina data (45) tersebut berperan sebagi subjek. Pada data (46b)* hasil

pelesapan kata raja kaya ‘binatang berkaki empat’ menghasilkan kalimat yang

tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan ini menunjukkan ketegaran peran dari kata

itu tinggi, sehingga kehadirannya dalam kalimat tersebut bersifat inti. Dewi

Page 115: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

kluwung ‘nama orang’ data (39) dan jaka linglung ‘nama orang’ data (40) juga

berperan sebagai objektif.

c. Reseptif

(47) Ing wasana Siti Jenar pinedhang dening Sunan Kudus.

(JJ/188/Jan/2011/IX)

‘Akhirnya Siti Jenar dipedang oleh Sunan Kudus.’

Data (47) merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata majemuk

nomina siti jenar ‘nama orang’ dengan struktur kalimat sebagai berikut.

(47a) Ing wasana Siti Jenar pinedhang dening Sunan Kudus.

Kwaktu S/N P/V Pel/N

Reseptif Pasif Agentif

Kata siti jenar ‘nama orang’ dalam kalimat tersebut menenpati peran

reseptif, sedangkan pinedhang ‘dipedang’ berperan pasif, dan peran agentif

diduduki dening Sunan Kudus ‘oleh Sunan Kudus’. Kata siji jenar ‘nama orang’

merupakan kata majemuk nomina yang berasal dari gabungan nomina dengan

adjektiva. Apabila kata majemuk nomina siti jenar ‘nama orang’ pada data (47)

dilesapkan, maka kalimat berubah menjadi.

(47b) * Ing wasana Ø pinedhang dening Sunan Kudus.

Hasil pelesapan kata majemuk nomina siti jenar ‘nama orang’ yang

merupakan bagian dari peran reseptif dalam kalimat data (47b)* di atas

menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa

ketegaran dari peran tersebut tinggi, sehingga peran tersebut kehadirannya bersifat

inti dalam kalimat.

Page 116: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

d. Benefaktif

(48) Ibu nyepakake dhaharan mbahkung lan mbah putri ing meja.

(SBJ/3/SD/2007/2)

‘Ibu menyiapkan makanan untuk kakek dan nenek di meja.’

Kalimat di atas merupakan kalimat yang mengandung kata majemuk

mbahkung ‘kakek’ dengan struktur kalimat.

(48a) Ibu nyepakake dhaharan mbahkung lan mbah putri

S/N P/V O/N Pel/N

Agentif Aktif Objektif Benefaktif

ing meja.

Ktempat/N

Lokatif

Data (48a) menunjukkan kedudukan masing-masing kata dalam kalimat.

Kata mbahkung lan mbah putri ‘kakek dan nenek’ pada data (48) berperan

sebagai benefaktif, sedangkan kata ibu ‘ibu’ berperan agentif, nyepakake

‘menyiapkan berperan aktif, dhaharan ‘makanan’ sebagi objektif, dan peran

lokatif diduduki oleh kata ing meja ‘di meja’. Jika kata mbahkung ‘kakek’ pada

data dilesapkan, maka kalimat berubah menjadi.

(48b) *Ibu nyepakake dhaharan Ø lan mbah putri ing meja.

Hasil pelesapan kata majemuk nomina yang berperan sebagai benefaktif

pada data (48b)* di atas menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Hal ini

menunjukkan bahwa kadar ketegaran peran tersebut tinggi, sehingga peran

tersebut kehadirannya bersifat inti dalam kalimat. Kata majemuk nomina

mbahkung ‘kakek’ mendapat keuntungan dari tinadakan yang dilakukan oleh

agentif.

Page 117: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

e. Lokatif

(49) Batangan sing bener bakal kaemot ing Jagad Jawa rong minggu

ngarep. (JJ/188/Jan/2011/X)

‘Jawaban yang benar akan dimuat di Jagad Jawa dua minggu depan.’

Kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata

majemuk nomina jagad jawa ‘suplemen bahasa Jawa dalam SOLOPOS’ dengan

struktur kalimat sebagai berikut.

(49a) Batangan sing bener bakal kaemot ing jagad jawa

S/N P/V Ktempat/N

Agentif Aktif Lokatif

rong minggu ngarep.

Kwaktu

Kata jagad jawa ‘suplemen bahasa Jawa dalam SOLOPOS’ dalam kalimat

tersebut merupakan kata majemuk nomina yang berperan lokatif, sedangkan kata

batangan sing bener ‘jawaban yang benar’ berperan subjek, bakal kaemot ‘akan

dimuat’ sebagai peran aktif, dan rong minggu ngarep ‘dua minggu ke depan’

sebagi keterangan waktu. Kata majemuk nomina jagad jawa ‘suplemen bahasa

Jawa dalam SOLOPOS’ merupakan gabungan dari nomina dengan nomina.

Apabila kata majemuk nomina pada data (49) dilesapkan, maka kalimat menjadi.

(49b) *Batangan sing bener bakal kaemot ing Ø rong minggu ngarep.

Hasil pelesapan peran lokatif pada data (49b)* menghasilkan kalimat yang

tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran dari kata majemuk

nomina jagad jawa ‘suplemen bahasa Jawa dalam SOLOPOS’ bersifat inti. Kata

ini wajib hadir untuk membentuk kalimat yang gramatikal. Kata yang memberi

petunjuk dari peran lokatif kata majemuk nomina adalah preposisi ing ‘di’ yang

Page 118: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

menunjukkan suatu tempat. Kata lain yang juga berperan sebagi lokatif adalah

kata nagasari ‘nama pohon’ data (2).

f. Kompanional

(50) Panji Gunung Sari dhaup karo Ragil Kuning. (JJ/188/Jan/2011/VIII)

‘Panji Gunung Sari menikah dengan Ragil Kuning.’

Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata

majemuk nomina ragil kuning ‘nama orang’ dengan struktur kalimat sebagai

berikut.

(50a) Panji Gunung Sari dhaup karo Ragil Kuning.

S/N P/V O/N

Agentif Aktif Kompanional

Kata ragil kuning ‘nama orang’ dalam kalimat tersebut berperan sebagai

kompanional, sedangkan kata panji gunung sari ‘nama orang’ berperan sebagai

agentif dan peran aktif diisi oleh kata dhaup ‘menikah’. Kata majemuk nomina

ragil kuning ‘nama orang’ merupakan gabungan dari nomina dengan adjektiva

dan berfungsi sebagi objek dalam kalimat. Apabila kata majemuk nomina dalam

data (50) dilesapkan, maka kalimat berubah menjadi.

(50b) *Panji Gunung Sari dhaup karo Ø.

Hasil dari pelesapan kata ragil kuning ‘nama orang’ dalam kalimat

menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan ini

menunjukkan kadar ketegaran dari peran kata majemuk nomina, sehingga peran

tersebut kehadirannya bersifat inti dalam kalimat. Preposisi karo ‘dengan’

menunjukkan peran dari kata ragil kuning ‘nama orang’ yang menyertai kata panji

gunung sari ‘nama orang’ yang berperan agentif.

Page 119: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

g. Instrumen

(51) Kutang antrakusuma kanggo mabur. (SBJ/3/SD/2007/115)

‘Kutang antrakusuma digunakan untuk terbang.’

Data di atas merupakan kalimat tunggal yang mengandung kata majemuk

nomina kutang antrakusuma ‘senjata Bima’ dengan struktur kalimat sebagai

berikut.

(51a) Kutang antrakusuma kanggo mabur.

S/N P/V

Instrumen Aktif

Kata kutang antrakusuma ‘senjata Bima’ merupakan kata majemuk

nomina yang berperan sebagai instrumen dalam kalimat, sedangkan peran aktif

ditempati oleh kata kanggo mabur ‘untuk terbang’. Adapun kategori yang

mmbentuk kata kutang antrakusuma ‘senjata Bima’ adalah gabungan nomina

dengan nomina. Apabila kata majemuk nomina tersebut dilesapkan, maka kalimat

berubah menjadi.

(51b) * Ø kanggo mabur.

Hasil pelesapan kata majemuk nomina kutang antrakusuma ‘senjata Bima’

data (51) menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Hal ini menunjukkan

bahwa kadar ketegaran dari kata tersebut tinggi, sehingga kehadirannya dalam

kalimat bersifat inti. Preposisi kanggo ‘untuk’ yang diikuti dengan verba mabur

‘terbang’ dalam data di atas menjelaskan bahwa kata sebelumnya merupakan alat

dipergunakan untuk melaksanakan tindakan.

Page 120: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

B. Pembahasan

Kata majemuk merupakan gabungan kata yang memiliki makna berbeda

dari komponen pembentuknya atau makna baru. Dalam bahasa Jawa, jenis kata ini

banyak dijumpai. Kata majemuk dalam bahasa Jawa disebut dengan tembung

camboran. Jenis kata ini dapat dibagi menjadi camboran wutuh dan camboran

tugel. Camboran wutuh merupakan gabungan dari kata-kata yang masih utuh,

sementara camboran tugel gabungan dari kata utuh dengan kata penggalan atau

komponen pembentuknya semua kata penggalan.

Kata majemuk nomina camboran wutuh banyak ditemukan dalam bahasa

Jawa. Kata ini banyak ditemukan dari gabungan kata monomorfemis dengan

monomorfemis dan gabungan kata nomina dengan nomina. Selain itu juga

terdapat camboran wutuh yang terdiri dari gabungan monomorfemis dengan

polimorfemis, polimorfemis dengan monomorfemis, nomina dengan verba,

nomina dengan numeralia, nomina dengan adjektiva, verba dengan nomina,

numeralia dengan nomina, adjektiva dengan nomina, verba dengan adjektiva, dan

gabungan verba dengan verba. Tidak ada camboram wutuh yang terdiri dari

gabungan polimorfemis dengan polimorfemis.

Camboran tugel yang terdapat dalam analisis data terdiri dari gabungan

monomorfemis dengan monomorfemis, nomina dengan nomina, nomina dengan

adjektiva, dan adjektiva dengan adjektiva. Tidak ada camboran tugel yang terdiri

dari gabungan monomorfemis dengan polimorfemis maupun gabungan dari dua

kata polimorfemis. Jenis kata ini lebih banyak didominasi dengan kata utuh yang

bergabung dengan kata penggalan.

Page 121: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Kata majemuk nomina bahasa Jawa dapat menempati berbagai fungsi

dalam kalimat. Gabungan kata ini dapat menempati fungsi subjek, predikat, objek,

keterangan, maupun pelengkan dalam suatu kalimat. Fungsi keterangan yang

dapat ditemapati oleh kata majemuk nomina dalam suatu kalimat adalah

keterangan tempat, keterangan alat, maupun keterangan pembanding. Selain

fungsi sintaksis, terdapat pula fungsi morfologis kata majemuk nomina yaitu tidak

dapat mengubah identitas dan dapat mengubah identitas atau kelas kata.

Dalam sebuah kalimat, kata majemuk nomina lebih banyak menempati

peran konstituen pemdamping dibanding peran konstituen pusat. Kata majemuk

nomina dapat berperan sebagai agentif, objektif, reseptif, benefaktif, lokatif,

kompanional, dan peran instrumen. Dari hasil analisis data tidak terdapat kata

majemuk nomina yang berperan sebagai konstituen pusat. Hal ini karena peran

dari konstituan pusat lebih banyak didominasi oleh kategori verba dibandingkan

kategori lain seperti nomina.

Page 122: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian mengenai

kata majemuk nomina bahasa Jawa dalam kalimat dengan tinjauan secara

deskriptif dapat diambil simpulan sebagi berikut.

1. Dari segi bentuk kata majemuk nomina bahasa Jawa yang berupa

camboran wutuh dapat dibentuk dari gabungan monomorfemis dengan

monomorfemis, monomorfemis dengan polimorfemis, polimorfemis

dengan monomorfemis, nomina dengan nomina, nomina dengan verba,

nomina dengan numeralia, nomina dengan adjektiva, verba dengan

nomina, numeralia dengan nomina, adjektiva dengan nomina, verba

dengan adjektiva, dan gabungan verba dengan verba. Kata majemuk

nomina yang berupa camboran tugel dapat dibentuk dari gabungan

monomorfemis dengan monomorfemis, nomina dengan nomina, nomina

dengan adjektiva, dan gabungan adjektiva dengan adjektiva.

2. Kata majemuk nomina bahasa Jawa baik yang berupa camboran wutuh

maupun camboran tugel berfungsi mengubah dan tidak mengubah

identitas secara fungsi morfologis. Secara fungsi sintaksis kata majemuk

nomina dapat menempati fungsi sebagai subjek, predikat, objek,

keterangan, maupun pelengkap.

Page 123: KATA MAJEMUK NOMINA BAHASA JAWA (KAJIAN BENTUK, FUNGSI ...eprints.uns.ac.id/7430/1/197441311201103211.pdf · kriya kaliyan têmbung kriya. Camboran tugel sagêd kawangun saking gabungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

3. Dari segi peran kata majemuk nomina bahasa Jawa dapat menempati peran

agentif, objektif, reseptif, benefaktif, lokatif, kompanional, dan instrumen.

B. Saran

Penelitian mengenai kebahasaan masih perlu dilakukan. Hasil penelitian

dapat dimanfaatkan untuk menambah kaidah ilmu kebahasaan itu sendiri.

Penelitian ini mengkhususkan pada kata majemuk kategori nomina. Oleh karena

itu, bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti kata majemuk selain kategori nomina.