kasyf el fikr volume 1, nomor 1, juni 2014 · sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin...

18
Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 79 POLITIK LOKAL KOTA SANTRI ( SEBUAH TELAAH KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM dan PERILAKU POLITIK SANTRI) Oleh : Mufatihatut Taubah 1 , Abstract In the midst of political and bawdy Indonesian civilization is getting worse and is more opaque guided by the Qur'an and the Hadith is the best alternative to clear up the nation's morality. Kota santri is an area in which there are many Islamic educational institutions, there are many kiai and students who recite and study the Qur'an and Sunnah. That then the teachings contained in the two books used as reference and a foundation in every work, including as a reference in choosing a leader, lead and politics. In Islam a leader chosen based on the requirements demanded by the welfare of a country depends on who is controlling it (the leader). Keywords: leadership, local polical, city students A. Pendahuluan Kota santri adalah sebuah daerah atau kota yang di dalamnya terdapat banyak pondok pesantren dan madrasah-madrasah yang dipimpin oleh seorang kiai. Sebagian besar masyarakat kota santri adalah santri atau murid dari madrasah-madrasah pada pondok pesentren di daerah tersebut ataupun di daerah lain yang ada di kota itu. Kiai 2 adalah ikon dalam masyarakat yang menjadi panutan dalam setiap ucapan dan tingkah lakunya. Pada umumnya dalam pondok pesantren diajarkan segala bidang keilmuan Islam yang digali dari al Qur’an, Hadis dan Ijma’ para ulama salaf maupun kontemporer. Kiai adalah tokoh elit dalam sebuah masyarakat santri yang mengajarkan semua hal yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sesuai dengat syari’at Islam berlandaskan pada al Qur’an dan Hadis dan semua keilmuan Islam. Dengan berkembangnya waktu santri di pondok pesantren tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu akhirat saja, tetapi mereka juga diberi pelajaran umum dan berbagai keterampilan praktis sebagai bekal mereka untuk terjun ke tengah masyarakat. Pesantren 1 Penulis adalah peneliti di El-kasyf kudus 2 Kyai adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan pendirinya. Pertumbuhan suatu pesantren semata mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya. Menurut asal usulnya kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda yaitu : pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kermat, kedua gelar untuk orang-orang tua pada umumnya, ketiga gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab islam klasik kepada para santrinya. Lihat Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup kyai, LP3ES, tt, hal 55

Upload: others

Post on 16-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

79

POLITIK LOKAL KOTA SANTRI

( SEBUAH TELAAH KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM dan

PERILAKU POLITIK SANTRI)

Oleh : Mufatihatut Taubah1,

Abstract

In the midst of political and bawdy Indonesian civilization is getting worse and is

more opaque guided by the Qur'an and the Hadith is the best alternative to clear up the

nation's morality. Kota santri is an area in which there are many Islamic educational

institutions, there are many kiai and students who recite and study the Qur'an and Sunnah.

That then the teachings contained in the two books used as reference and a foundation in

every work, including as a reference in choosing a leader, lead and politics. In Islam a

leader chosen based on the requirements demanded by the welfare of a country depends on

who is controlling it (the leader).

Keywords: leadership, local polical, city students

A. Pendahuluan

Kota santri adalah sebuah daerah atau kota yang di dalamnya terdapat banyak

pondok pesantren dan madrasah-madrasah yang dipimpin oleh seorang kiai. Sebagian besar

masyarakat kota santri adalah santri atau murid dari madrasah-madrasah pada pondok

pesentren di daerah tersebut ataupun di daerah lain yang ada di kota itu. Kiai2 adalah ikon

dalam masyarakat yang menjadi panutan dalam setiap ucapan dan tingkah lakunya.

Pada umumnya dalam pondok pesantren diajarkan segala bidang keilmuan Islam

yang digali dari al Qur’an, Hadis dan Ijma’ para ulama salaf maupun kontemporer. Kiai

adalah tokoh elit dalam sebuah masyarakat santri yang mengajarkan semua hal yang

berkaitan dengan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat sesuai dengat syari’at Islam

berlandaskan pada al Qur’an dan Hadis dan semua keilmuan Islam.

Dengan berkembangnya waktu santri di pondok pesantren tidak hanya mempelajari

ilmu-ilmu akhirat saja, tetapi mereka juga diberi pelajaran umum dan berbagai

keterampilan praktis sebagai bekal mereka untuk terjun ke tengah masyarakat. Pesantren

1 Penulis adalah peneliti di El-kasyf kudus 2 Kyai adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Ia seringkali bahkan pendirinya.

Pertumbuhan suatu pesantren semata mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya. Menurut asal

usulnya kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda yaitu : pertama sebagai gelar

kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kermat, kedua gelar untuk orang-orang tua pada umumnya,

ketiga gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi

pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab islam klasik kepada para santrinya. Lihat Zamakhsyari Dhofir,

Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup kyai, LP3ES, tt, hal 55

Page 2: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

80

yang selama ini identik dengan sufisme, sebenarnya sudah melangkah maju menuju

pesantren modern yang membuka kebebasan berfikir dan berpolitik.3 Yang seharusnya juga

berlandaskan dan berpedoman pada al Qur’an dan Hadis karena Rosulullah bersabda “aku

tinggalkan dua perkara yang apabila kamu berpegang teguh terhadap keduanya maka tidak

akan tersesat, dua perkara tersebut adalah kitab al Qur’an dan Sunnah beliau. Al Qur’an

dan hadis adalah pedoman hidup bagi umat Islam, segala tindakan perbuatan dan semua

tatacara kehidupan umat Islam di atur di dalamnya sehingga umat Islam harus beracuan

pada al Qur’an dan Sunnah.

Di tengah carut marutnya politik dan peradaban bangsa Indonesia yang semakin

terpuruk dan semakin buram ini berpedoman pada al Qur’an dan Hadis adalah merupakan

alternatif terbaik untuk menjernihkan moralitas bangsa. Lewat pengamalan al Qur’an dan

Sunnah secara sungguh-sungguh manusia akan terbimbing pada jalan yang lurus. Manusia

yang taat menjalankan ajaran al Qur’an dan Hadis akan membersihkan dirinya dari

perbuatan tercela. Sebab dalam alQur’an dan Hadis menuntut satunya kata dengan tindakan

karena jika tidak maka kebencian Allah yang didapatkannya. Sebagaimana firman dalam al

Qur’an Surat Shaff ayat 2-3 : ‘Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa

kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”

Artinya kalau dalam al Qur’an dan Hadis mengajarkan perlunya keluhuran akhlaq,

seorang muslim tidak cukup hanya dengan ucapan tapi yang lebih penting adalah

perwujudan ucapan itu dalam sebuah tindakan. Jadi sangat memprihatinkan kalau ada

seorang muslim yang begitu fasih dalam mengucapkan ajaran Islam, tetapi dia sendiri tidak

bisa mewujudkan apa yang diucapkannya dalam sebuah tindakan. Dengan demikian kalau

umat Islam sudah bisa mewujudkan satunya ucapan dengan tindakannya maka dengan

sendirinya keluhuran moralitas di tengah masyarakat Islam pun akan bisa terwujud.

Kesatuan ucapan dan tindakan yang diatur dalam al Qur’an dan Hadis tersebut

menyangkut segala hal yang berkaitan dengan kehidupan umat manusia termasuk

diantaranya dalam berbangsa dan bernegara juga dalam berpolitik. Dibutuhkan adanya

keserasian antara ucapan dan tindakan dalam berpolitik. Artinya seorang politikus muslim

yang taat menjalankan ajaran al Qur’an dan Hadis akan membersihkan dirinya dari

perbuatan-perbuatan tercela dalam berpolitik. Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang

dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap

aspek pemerintahannya maka terwujudlah sebuah pemerintahan yang adil dan bijaksana

dengan menjunjung tinggi moralitas bangsa yang berdasarkan pada pancasila sebagai dasar

negara Indonesia.

Dalam Islam, seorang pemimpin dipilih berdasarkan pada persyaratan-persyaratan

yang harus dimiliki karena kesejahteraan sebuah negara bergantung kepada siapa yang

3 Hamdan daulay, Dakwah ditengah Persoalan Budaya dan politik, LESFI,Yogyakarta 2001 hal 53

Page 3: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

81

mengendalikannya (pemimpinnya). Jika sang pemimpin punya komitmen kuat untuk

membangun negaranya maka rakyatnyapun mudah untuk diatur dan diarahkan, tetapi bila

sebaliknya maka sebaliknya pulalah yang akan terjadikan. Para pelajar, mahasiswa,

masyarakat pada umumnya yang tumbuh dalam perlakuan penguasa yang tidak adil dan

tiran atau dlolim akan diperbudak, akibatnya mereka akan kehilangan energy yang

akhirnya membuat mereka malas dan mendorong mereka untuk berbohong. Tindakan dan

perilaku mereka bertentangan dengan apa yang mereka pikirkan, karena mereka takut akan

mendapatkan perlakuan yang kejam jika mereka mengatakan yang sebenarnya. Jadi mereka

dibiasakan untuk berbohong dan melakukan tipu daya.4 Begitu juga pada sebuah daerah,

kelurahan, kecamatan ataukah kabupaten, atau bahkan di sebuah lembaga pendidikan, di

kampus misalnya, semuanya sama.

Terlebih pada sebuah daerah yang kemudian disebut sebagai kota santri. Kota santri

adalah sebuah daerah yang di dalamnya terdapat banyak lembaga-lembaga pendidikan

Islam, terdapat banyak kiai dan santri yang mengaji dan mengkaji al Qur’an dan Sunnah.

Yang kemudian ajaran-ajaran yang terdapat dalam dua kitab tersebut dijadikan acuan dan

landasan dalam setiap perbuatan, termasuk diantaranya sebagai acuan dalam memilih

pemimpin, memimpin dan berpolitik sekalipun, maka sudah selayaknya dan bahkan wajar

apabila rakyat di sebuah kota santri ketika memilih pemimpinnya berlandaskan dan

beracuan pada al Qur’an dan Hadis dan penteladanan terhadap kiai karena hal itu

merupakan bentuk komitmen terhadap ajaran yang mereka terima.

Bentuk lain dari komitmen tersebut adalah bahwa masyarakat pada kota santri tidak

akan melakukan GOLPUT dalam proses pemilihan pemimpinnya karena memilih atau

memberikan suaranya pada seorang calon pemimpin adalah hak setiap orang dan sebuah

bentuk perjuangan dalam merealisasikan konsep “cinta tanah air”.

Akan tetapi sangat tidak wajar jika masyarakat kota santri memilih pemimpinnya

tidak beracuan pada al Qur’an dan Hadis serta tidak menteladani kiai sehingga mereka

tidak memiliki komitmen dalam memilih pemimpinnya. Tidak heran jika dalam pemilihan

pemimpin banyak bermunculan masyarakat yang GOLPUT yang orientasinya

BERJUANG. Kita tahu bahwa GOLPUT adalah GOLongan PUTih. Sebutan ini diberikan

pada mereka yang tidak mau memihak atau tidak mau memberikan suaranya untuk calon

pemimpinnya sehingga jumlah perolehan suara berkurang. Akan tetapi GOLPUT yang

penulis maksud adalah GOLongan Pencari Uang Tunai yang orientasinya pada

BERJUANG = BERas baJU dan uANG artinya golongan ini adalah golongan masyarakat

yang mau memilih seorang untuk menjadi pemimpinnya jika dia dibayar atau diberi uang

tunai dari salah satu orang yang mencalonkan diri untuk dipilih menjadi pemimpin tersebut

4 Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari masa Nabi Hingga Masa Kini,PT Srambi Ilmu Semesta,

Jakrta 2006, hal 330-331

Page 4: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

82

atau lebih memilih pemimpin mereka dengar ukuran berapa uang yang dibagi-bagikan,

yang lebih banyak nominal pembagiannya dialah yang dipilih.5

Masyarakat tidak menyadari bahwa sebenarnya seorang pemimpin yang

mendapatkan kekuasaan dengan cara membayar masyarakatnya untuk memilihnya

menjabat sebagai pemimpin maka besar kemungkinan dia akan mencari ganti rugi

terhadap uang yang sudah digunakannya membayar penduduk atau warga untuk

memilihnya. Hal itu ia lakukan pada saat ia berkuasa sehingga hal ini membuka peluang

terjadinya korupsi. Ketika seseorang meminta suatu jabatan maka hal ini didasari adanya

kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi atau golongan terhadap jabatan tersebut.

Sehingga dari latar belakang ini maka muncul beberapa permasalahan yang akan

menjadi kajian dalam tulisan ini yang seharusnya menjadi acuan bagi masyarakat kota

santri dalam memilih pepimpin-peminpin mereka dalam sebuah birokrasi.

1. Persyaratan-persyaratan apa yang harus dimiliki oleh seseorang sehingga dia masuk

dalam kriteria seorang pemimpin menurut Islam?

2. Bagaimana konsep perilaku politik santri yang seharusnya diterapkan dalam

pemerintahan ?

B. Pembahasan

1. Konsep pemimpin dalam islam

Pemimpin dalam bahasa arab disebut imamah, khalifah, maupun sultan. Imamah

dan ummah berasal dari akar kata yang sama amm berarti kehendak atau maksud.

Selanjutnya dari akar kata ini terbentuk kata imam yang berarti orang yang diikuti dan

imamah kekuasaan atau kekuatan yang ditaati dan diikuti. Sampai akhir abad dua hijriyah

istilah imamah belum dipergunakan secara resmi dalam literatur maupun dalam percakapan

sehari hari kecuali dalam arti ibadah seperti imam dalam shalat. Istilah ini kemudian

muncul pada akhir abad kedua atau permulaan abad ketiga dalam buku fiqh karya al-Syafii

dan Abu Yusuf. Sejak saat itu istilah ini menjadi sangat populer dan hampir secara eksklusi

dalam kaitannya dengan politik untuk menyebut khalifah, sedang untuk menyebut

pemimpin suatu lembaga lain, misalnya militer, dipergunakan istilah amir. 6

Kata khalifah terdapat dalam al Qur’an dengan konteks pengertian pewarisan,

penerimaan pewarisan, atau pengganti bukan sebagai institusi politik. Sementara terdapat

pula beberapa ayat al Qu’an7 yang menunjukkan arti sebagai “penguasa’ atau “pengatur”

dengan demikian dipandang dapat berkaitan dengan institusi politik. Ayat al Qur’an

tersebut adalah terdapat pada surat Al-An’am ayat 165: dan Dia lah yang menjadikan kamu

5 Hal ini dibuktikan oleh adanya spanduk disuatu daerah pada salah satu kecamatan dikabupaten kudus

yang memuat ungkapan “tidak ada uang tidak ada suara” 6 Lihat M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia; Pendekatan Fikih dalam Politik, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994, hal 21. 7 Terdapat dalam al Qur’an 2;30, 10;14, 6;165, 7;69, 35;39, dan 27;62

Page 5: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

83

penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang

lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menurut fitrahnya sendiri manusia dengan

sendirinya terdorong untuk membangun kekuasaan untuk kepentingan mengatur kehidupan

politiknya. Secara historis tidak bisa dibantah bahwa setelah Nabi Muhammad wafat

institusi politik yang dilembagakan secara formal disebut dengan istilah khalifah, walaupun

pada mulanya tidak dimaksudkan sebagai nama lembaga politik tertentu, tetapi lebih

berarti sebagai penerimaan atau penggantian dari suatu kekuasaan terdahulu.

Kata Sultan dan Sultah berasal dari akar kata yang sama dengan sallata berarti

memberi kekuasaan, sultah berarti kekuasaan (dalam arti umum), sultanah lembaga

kekuasaan politik yang dipimpin sultan. Khalifah merupakan simbol kekuasaan keagamaan

yang sah, sementara sultan hanya pelaksana setelah mendapat pengesahan khalifah.

Sehingga dengan demikian penguasa pada institusi politik tertinggi (pemerintahan) disebut

khalifah.

2. Syarat syarat pemimpin

Ahmad Abdul Qodir Abu Fariz memberikan 12 persyaratan yang harus dipenuhi

oleh seorang kepala negara yaitu ; Islam, dewasa atau aqil baligh, berakal, merdeka, laki-

laki, adalah (Kelayakan Moral), mempunyai kemampuan, berpengetahuan, tidak meminta

Imaroh atau jabatan, berdiam di dalam negeri, sehat indra dan anggota badan, keturunan

Quraisy. 8

Sementara menurut Sulaiman Rosyid dalam Fiqh Islam menjelaskan beberapa

syarat menjadi seorang pemimpin adalah berpengetahuan tinggi, adil, kifayah atau

bertanggung jawab, dan sejahtera panca indera dan anggotanya.9

Beberapa diantara Syarat-syarat ini menurut penulis bisa digunakan sebagai

persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pemimpin yang ada di lingkungan masyarakat

Indonesia yang masyarakatnya mayoritas muslim, bahkan di lingkungan kota santri.

Syarat-syarat tersebut adalah :

2.1. Islam

Kepala negara atau pemimpin apapun dalam lingkungan masyarakat Islam harus

beragama Islam. Orang kafir sehebat apapun tidak dibenarkan memegang jabatan penting

ini secara mutlak. Masyarakat Islam akan berada pada sebuah ancaman yang besar ketika

mereka mengangkat pemimpin dari golongan non Islam. Dinyatakan dalam Al Qur’an

8 Muhammad Abdul Qodir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, Robbani Press, Jakarta 2000, hal 121 9 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Attahiriyah, Jakarta ; 1954, Hal 470

Page 6: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

84

bahwa orang-orang non Islam selamanya tidak akan pernah rela melihat orang Islam

berada dalam kejayaan.

Dalam al Qur’an surat al Baqoroh ayat 120 dijelaskan :

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu

mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesunguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang

benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan

datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”10(QS.

Al Baqoroh ; 120)

Sejarahpun mengatakan demikian. Mulai dari runtuhnya dinasti Abbasiyah oleh

tentara Mongol sampai pada peperangan yang marak terjadi di negara Arab adalah bentuk

nyata dari ketidakrelaan orang-orang atau negara non Islam terhadap kejayaan negara

Islam.

2.2. Dewasa atau aqil baligh

Seorang pemimpin ataupun kepala negara disyaratkan sudah baligh atau mencapai

usia dewasa karena menjadi prasyarat beban agama atau taklif. Anak di bawah umur tidak

dikenai kewajiban agama sedangkan imamah adalah taklif yang paling berat untuk

diemban.

Keharusan seorang pemimpin memiliki sifat dewasa bukan saja dewasa dalam segi

usia tapi juga memiliki kedewasaan dalam segi berfikir dan bersikap. Kedewasaan berpikir

dan bersikap dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk menghadapi kemungkinan

persoalan yang akan muncul sehingga dia mampu menghadapinya dengan sikap yang

tenang dengan pemikiran yang matang.

2.3. Berakal

Akal juga perangkat taklif agama. Olehsebab itu tidak dibenarkan mengangkat

orang yang tidak sempurna akalnya (gila) menjadi pemimpin, melainkan harus memiliki

tingkat kecerdasan yang tinggi sehingga memungkinkan baginya berpikir dan mencermati

persoalan-persoalan umat serta menemukan jalan keluar yang tepat.

Seorang calon pemimpin sudah selayaknya dilakukan tes oleh psikiater untuk

mengetahui tingkat kewarasannya, ketahanan mentalnya dalam menghadapi kemungkinan-

kemungkinan yang terjadi ketika dia menjabat sebagai seorang pemimpin. Atau dengan

kata lain tingkat stresnya dalam menghadapi permasalahan yang muncul pada masa

kepemimpinannya.

Gila di sini banyak macamnya, diantaranya gila harta sehingga bisa mengakibatkan

seseorang menjadi koruptor. Gila jabatan yang bisa menyebabkan seseorang

mempraktekkan money politik atau apapun namanya agar dia mendapatkan jabatan,

10 Departemen agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, CV Diponegoro Bandung 2000, hal 15

Page 7: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

85

walaupun dengan menghalalkan segala cara yang penting bisa menjabat. Demikian juga

gila wanita yang mengakibatkan seorang pejabat melakukan perselingkuhan nasional, tidak

cukup dengan satu istri tetapi memiliki banyak wanita simpanan sebagai tempat pencucian

uang dengan mudah. Atau dengan kata lain gila harta, tahta dan wanita yang sekarang ini

sedang marak dipraktikkan oleh para pejabat di Indonesia.

Pemimpin yang berakal adalah seorang pemimpin yang tidak gila harta,jabatan dan

wanita. Pemimpin yang berakal adalah seorang pemimpin yang bekerja dan berjuang demi

kemaslahatan dan kesejahteraan rakyatnya. Bukan pemimpin yang berakal namanya jika

dia hanya memikirkan kesejahteraan keluarganya dan kesenangan-kesenangan pribadinya,

memburu kemewahan hidup akan tetapi dia adalah digolongkan pada pemimpin yang tidak

waras atau gila.

2.4. Merdeka

Syarat seorang pemimpin menurut Ahmad abdul qodir Abu Fariz adalah Bukan

seorang hamba sahaya atau merdeka. Merdeka merupakan syarat mutlak yang harus juga

dipenuhi oleh seorang pemimpin agar dia mempunyai kebebasan untuk mengurus urusan

umat dan memiliki kewenangan atas orang lain dan dapat melakukan ibadah wajib dan

sunnah secara bebas.

Hal ini mengandung pengertian bahwa seorang pemimpin memiliki kebebasan

penuh dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahannya. Dalam bernegara dan

berpolitik seorang pemimpin seharusnya sudah tidak lagi tergantung pada partai manapun

yang mengusungnya tetapi ketika dia menjabat maka dia milik semua rakyatnya. Tidak

dibenarkan jika dalam kepemimpinnya, dalam memutuskan kebijakannya masih

dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan partainya atau salah satu partai tertentu

sehingga kebijakan yang diambilnya terkesan berat sebelah.

2.5. Laki-laki

Para ulama salaf dan juga khalaf telah sepakat bahwasanya tidak dibenarkan

perempuan memegang kepmimpinan negara Islam karena bertitik tolak pada sabda

Rosulullah :”tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan kepemimpinan mereka

kepada seorang perempuan.” Dan juga adanya firman Allah SWT ;

“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah

melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena

mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita

yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri11 ketika suaminya tidak ada,

oleh karena Allah telah memelihara (mereka)12 wanita-wanita yang kamu khawatirkan

11 Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. 12 Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.

Page 8: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

86

nusyuznya13, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,

dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-

cari jalan untuk menyusahkannya14. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”

(QS. An Nisa’ 34)

Kalimat laki-laki adalah pemimpin bagi wanita inilah yang kemudian dijadikan

sandaran hukum untuk mengangkat laki-laki sebagai pemimpin dalam segala hal. Oleh

sebab itu laki-laki lebih didahulukan dari pada perempuan, dan pada umumnya laki-laki

lebih berkemampuan dari pada perempuan. Ayat ini meskipun diturunkan khusus mengenai

kepemimpinan dalam keluarga akan tetapi ungkapan ayat ini menyangkut keumuman

lafadz bukan keumuman sebab. Oleh sebab itu ayat ini tetap berlaku bagi kepemimpinan

laki-laki dalam sebuah negara atau organisasi. Karena juga laki-laki dipandang lebih kuat

fisik maupun mentalnya serta lebih lurus pandangannya dibanding perempuan. Secara

psikologis perempuan lebih gampang trenyuh dan lebih sensitif perasaannya.

Akan tetapi pendapat ini banyak dibantah karena seorang wanitapun memiliki

kemampuan untuk memimpin jika mereka diberi keleluasaan dan kesempatan. Sebagai

bukti bahwa Indonesia pernah dipimpin oleh seorang presiden perempuan. Meskipun

demikian pendapat diatas tidak bisa sepenuhnya dipungkiri karena diakui atau tidak

kepemimpinan perempuan memiliki banyak kekurangan walaupun kepemimpinan laki-

lakipun tidak jauh berbeda.

2.6. ‘Adalah (kelayakan moral)

Yang dimaksud adil (layak moral) bagi calon kepala negara tidak berarti dia

terpelihara dari kesalahan : ucapan, perbuatan dan sikap. Sebab sifat ma’shum hanya

dimiliki oleh para rosul yang memang mendapat perlindungan dari Allah dari perbuatan

dosa dan ma’siat.

Yang dimaksud dengan layak moral di sini adalah bahwa seorang pemimpin yang

melaksanakan kewajiban-kewajiban dan rukun-rukun dalam rukun Islam dengan baik dan

tetap menjauhi dosa-dosa besar, tidak terus menerus melakukan dosa dosa kecil. Meskipun

dosa-dosa kecil tidak menggugurkan kelayakan moralnya namun harus segera beristighfar

dari perbuatan salah dan dosa kecil yang disadari dengan tetap berniat untuk memperbaiki

diri. Bertutur kata yang jujur, tampak teguh memegang amanah, jauh dari meragukan,

dapat mengendalikan diri saat gembira dan saat marah, tidak secara terang-terangan

melakukan maksiat dan tidak bertindak dlalim dalam pemerintahan.

13 Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan

rumah tanpa izin suaminya. 14 Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah

mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila

tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas.

bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

Page 9: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

87

Oleh sebab itu tidak dibenarkan mengangkat pemimpin yang fasik. Sebab orang

fasik adalah orang yang meremehkan aturan agama, tidak peduli dengan perbuatan dosa,

tidak menjauhi kedzaliman terhadap orang lain, dan sikap berat sebelah. Sementara itu

seorang pemimpin memiliki tugas memerangi kemungkaran, menghukum orang-orang

fasik dan pelanggar hukum. Jadi mana mungkin diangkat menjadi pemimpin seorang yang

melakukan perbuatan-perbuatan buruk ?

Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa :

قال حدثني خبيب بن ع د بن بشار بندار قال حدثنا يحيى عن عبيد الل حمن عن حفص بن حدثنا محم بد الر

في ظل ه يوم ل ظل إل عاصم عن أبي هر عليه وسلم قال سبعة يظلهم الل صلى الل مام ظله يرة عن النبي الإ

قا عليه وشاب نشأ في عبادة رب ه ورجل قلبه معلق في المساجد ورجلن ت الإعادل اجتمعا عليه وتفر حابا في الل

ورجل تصدق أخفى حتى ل ت علم شماله ما تنفق ورجل طلبته امرأة ذات منصب وجمال فقال إن ي أخاف الل

خال يا ففاضت عيناه يمينه ورجل ذكر الل

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Bundar

berkata, telah mencerit akan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah

menceritakan kepadaku Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu

Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh golongan manusia

yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-

Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah

kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-

laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah

dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang

wani :ta kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang

bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa

yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada

Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis."

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa ada tujuh orang yang mendapatkan naungan

Allah pada suatu masa dimana tidak ada naungan selain naungan Allah. Salah satu dari

ketujuh orang itu adalah pemimpin yang adil disebut pertama kali dibanding ke enam orang

lainnya. Pemimpin yang adil adalah seorang pemimpin yang menempatkan segala sesuatu,

segala urusan ataupun segala permasalahan sesuai tempatnya, dan mengambil kebijakan-

kebijakan yang tidak menyimpang dari kaidah adil tersebut.

Dalam hadis lain diriwayatkan pula bahwa :

صلى الل عليه وسلم إن أحب حدثنا يحيى بن آدم حدثنا فضيل عن عطية عن أبي سعيد قال قال رسول الل

عز وجل يوم القيامة وأقربهم منه مجلسا إمام يوم القيامة وأشده الناس إلى الل عادل وإن أبغض الناس إلى الل

عذابا إمام جائر

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam berkata; telah

menceritakan kepada kami Fudhail dari 'Athiyyah dari Abu Sa'id ia berkata; Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah

Page 10: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

88

'azza wajalla pada hari kiamat dan paling dekat tempat duduknya dari-Nya adalah

seorang pemimpin yang adil, sedangkan orang yang paling dibenci Allah pada hari

kiamat dan paling keras siksanya adalah seorang pemimpin yang lalim."

Juga diriwayatkan bahwa:

عن أبي مدلة عن أبي هريرة قال قال حدثنا وكيع قال حدثنا سعدان الجهني عن سعد أبي مجاهد الطائي

مام العادل ل ترد دعوته عليه وسلم ال صلى الل رسول الل

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Waki' berkata; telah menceritakan kepada

kami Sa'dan Al Juhani dari Sa'd Abu Mujahid Ath Tha`i dari Abu Mudillah dari Abu

Hurairah berkata; Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Seorang

pemimpin yang adil tidak akan ditolak doanya."

Dari beberapa hadis di atas nampak jelas bahwa seorang pemimpin mendapatkan

keutamaan di sisi Allah adalah pemimpin yang adil. Oleh sebab itu, hendaknya masyarakat

santri dalam memilih pemimpinnya harus didasari pada tujuan untuk memilih pemimpin

yang mampu bersikap adil dalam kepemimpinannya. Jika pemimpinnya adil maka

masyarakatnya menjadi aman, nyaman dan tentram. Akan tetapi jika pemimpinnya dhalim

maka masyarakatnya akan selalu dilanda konflik, kecemasan, penindasan dan kesewenang-

wenangan dari pemimpinnya.

2.7. Mempunyai kemampuan

Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan diri pada kepentingan umat, berani

dan tegar, memiliki daya nalar yang baik, memusatkan pikiran untuk meningkatkan

kesejahteraan umat dan mengurusinya, menyingkirkan kerusakan, cerdik dalam berpolitik,

memiliki kesadaran tinggi, tidak lengah, memahami kemampuan para pembantunya dan

akhlaq mereka agar dapat memilih dan menempatkan mereka pada posisi yang tepat.

Ibnu Khaldun berkata jika kepala negara tegas dalam menegakkan hukum pidana

dan mendobrak peperangan, memahami politik hukum dan perang, mampu mengarahkan

manusia kearah sana, mengetahui liku-liku persekongkolan, kuat menghadapi beratnya

politik, maka dengan demikian ia mampu melindungi agama, memerangi musuh,

menegakkan hukum, dan mengurus kepentingan.

ل يصلح الناس فوضى ل سراة لهم ول سراة إذا جهالهم سادوا

“Manusia tidak akan beres tanpa pemimpin dan bukanlah seorang pemimpin jika

orang yang bodoh yang memimpin”

2.8. Berpengetahuan

Para ulama membuat persyaratan hendaknya seorang pemimpin memiliki ilmu

pengetahuan. Akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai yang dimaksud dengan ilmu

pengetahuan. Sebagian mereka berpendapat bahwa ilmu pengetahuan yang disyaratkan

adalah ijtihad. Alasannya adalah karena seorang pemimpin melihat persoalan-persoalan

yang timbul yang ia hadapi. Apalagi jika ada perselisihan antara rakyat atau pejabatnya

Page 11: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

89

maka dia mampu berijtihad sehingga mampu membenarkan yang benar dan menyalahkan

yang salah.

Artinya bahwa seorang pemimpin harus cerdas dalam menghadapi permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam masa kepemimpinannya. Memiliki pengetahuan luas

sehingga dia mampu mencari solusi atau ide-ide baru guna menyelesaikan permasalahan-

permasalahan yang muncul.

Asy-Syahristani mengemukakan : “sekelompok ahlussunnah cenderung

membolehkan imam yang bukan mujtahid, yang tidak menguasai masalah ijtihad. Akan

tetapi harus didampingi para mujtahid untuk menjadikan rujukan yang dapat memberi

fatwa mengenai halal dan haram. Syarat ijtihad dan keberanian bagi imam tidak berlaku

disebabkan karena dua persyaratan itu sulit ditemukan pada diri seseorang.15

أطلب في الحياة العلم والمال تحر الرئاسة على الناس ألنهم بين خاص وعام فالخاصة تفضلك بالعلم والعامة

16تفضلك بالمال

Sehingga dengan adanya ungkapan ini maka seorang pemimpin harus memiliki

ilmu pengetahuan minimal tentang ketatanegaraan dan politik. Sedangkan untuk

pengetahuan-pengetahuan bidang yang lain bisa dibantu oleh para menteri-menteri yang

diangkatnya.

2.9. Tidak meminta imarah

Tidak meminta imarah atau jabatan. Abu Faris menjelaskan bahwa Islam melarang

seseorang meminta jabatan kepemimpinan sebab menurutnya hal itu merupakan pengakuan

diri suci, lebih suci dibanding orang lain. Sehingga dia layak dipilih. Ini merupakan hal

yang tercela karena dzat yang paling suci adalah Allah SWT.17 Dengan mengutip potongan

ayat firman Allah dalam QS. An Najm ayat 32:

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui

tentang orang yang bertakwa.”

Dalam sebuah hadispun dijelaskan bahwa Rosulullahpun melarang umat Islam

untuk meminta jabatan atau memberikan jabatan kepada orang yang memintanya.

Sebagaimana sabda beliau: “Dan kami, demi Allah sungguh tidak memberikan

kepemimpinan ini kepada seseorang yang memintanya, dan tidak pula yang berambisi

kepadanya.

Dan pada kesempatan yang lain beliau juga bersabda kepada Abdurrahman bin

Samurah : “Hai Abdurrahman, janganlah kamu meminta kepemimpinan, sebab jika kamu

diberi karena meminta kamu tidak akan dibantu, dan jika diberi bukan karena meminta,

maka kamu akan dibantu..

15 Ibid, 126 16 Abdurrahman Tsanie, Mutiara Kehidupan Manusia, Ababil Pers Surabaya,2003, hal 38 17 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Sistem Politik Islam,hal 127

Page 12: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

90

Secara umum meminta kepemimpinan dalam agama ini dilarang. Nash-nash al

Qur’an dan Sunnah Nabi SAW yang jumlahnya cukup banyak menguatkan keharamannya

atau setidaknya menunjukkan kemakruhannya. Apalagi meminta jabatan dengan

memberikan uang kepada masyarakat agar masyarakat memilihya menjadi pemimpin. yang

kemudian pemberian itu disebut money politik.

Money politik bisa dihukumi sebagai suap. Suap adalah memberikan harta atau

barang berharga kepada orang lain dengan tujuan-tujuan tertentu selain Allah berdasarkan

kepentingan-kepentingan pribadi. Ini hukumnya haram. Sebagaimana Hadis yang

diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitab Hadist Sunan Abu Daud, hadis no 3109 :

حمن عن أبي سلمة عن حدثنا أحمد بن يونس حدثنا ابن أبي ذئب عن الحارث بن عبد الر بن عمر ا عبد ال

اشي المرتشي عليه سلم الر صلى ال ال لعن رسو

“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami

Ibnu Abu Dzi`b dari Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin

'Amru ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melaknat orang yang

memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya."

2.10. Berdiam di dalam negeri

Seorang pemimpin atau kepala negara harus warga negara yang bertempat tinggal

di dalam negeri dan hidup bersama warganya dan ikut merasakan apa yang mereka hadapi.

Karena tidak mungkin seorang pemimpin yang tidak tinggal di daerah atau wilayah

kepemimpinannya bisa menangani masalah-masalah dan mengambil kebijakan politik

dalam negeri dan luar negerinya dari jauh, dan diapun tidak ikut merasakan problem-

problem yang dihadapi masyarakatnya di negaranya, tidak memiliki kepekaan dan

mengambil kebijakan

Allah SWT berfirman dalam surat An Anfal ayat 72 :

“Sesungguhnya orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan

jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan

pertolongan kepada orang-orag muhajirin, mereka itu satu sama lain saling melindungi.

Dan terhadap orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban

sedikitpun atas kamu melindungi mereka hingga mereka itu hijrah. (al-Anfal 72).18

2.11. Sehat indra dan anggota badan

Maksud persyaratan ini adalah sehat indra dan anggota badan yang tidak

menyebabkan gangguan serius dalam kepemimpinan seperti tidak mempunyai daya

penglihatan, wicara, pendengaran dan lain-lain yang member pengaruh terhadap penalaran

dan analisis. Sedangkan cacat fisik adalah seperti tidak sempurna kedua tangan atau

18 Departemen Agama, hal 148

Page 13: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

91

kakinya yang menyebabkan gangguan pada kelincahan dan gerakan serta kurang menarik

pemandangan serta megurangi wibawa dimata umum. Tidak juga gila, buta,tuli dan pelat

serta kekurangan-kekurangan fisik atau mental yang berdampak tidak dapat melaksanakan

pekerjaan. Diisyaratkan bebas dari itu semua dikarenakan berdampak pada kesempurnaan

pelaksanaan tugas.

Di samping beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk

kemudian bisa dipilih menjadi seorang pemimpin secara garis besar bisa kita simpulkan

bahwa mereka juga harus memiliki ke empat sifat Rosulullah Muhammad SAW.

Rosulullah Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang sempurna. Beliau

selain memiliki syarat-syarat yang telah disebutkan di atas juga memiiki sifat-sifat yang

utama yang dianugrahkan Allah kepada beliau. Sifat tersebut adalah tabligh, shiddiq,

amanah, dan fathonah. Semuanya itu menggambarkan kesempurnaan pribadi Rosulullah

SAW sebagai sosok panutan serta bagaimana kaum muslimin menyikapi dalam

menteladani perilaku beliau.19

Kesempurnaan beliau sebagai seorang pemimpin negara sudah selayaknya

dijadikan acuan oleh para pemimpin bangsa Indonesia dalam segala lini. Sehingga selain

persyaratan di atas maka seorang pemimpin juga harus memiliki sifat tabligh, shiddiq,

amanah, fatonah.

Tabligh artinya menyampaikan. Dalam sebuah kepemimpinan seorang pemimpin

harus transparan terhadap rakyatnya. Selalu menyampaikan segala sesuatu apa adanya

tanpa harus ada yang ditutup tutupi, demi kelancaran kepemimpinannya dan kemaslahatan

warganya. Sehingga terhindar dari perbuatan manipulasi dan pemalsuan data.

Shiddiq bermakna benar. Seorang pemimpin sudah seharusnya menjunjung tinggi

kebenaran dan menyatakan perang terhadap kedloliman. Dalam sebuah kepemimpinan,

seorang pemimpin ditutut untuk berlaku benar baik dalam ucapan maupun perbuatan.

Benar dalam ucapan adalah berkata benar atau jujur. menyampaikan segala sesuatu

dengan benar, transparan tanpa ada aspek manipulasi.dengan memperhatikan sabda Rosul

“katakanlah yang benar walaupun itu menyakikan.” Sedangkan benar dalam perbuatan

adalah benar dalam bersikap, mengambil kebijakan kebijakan yang sifatnya untuk

kemaslahatan umatnya/warganya

Amanah adalah melaksanakan kepemimpinan dengan jujur, Bertanggung jawab

terhadap segala persoalan-persoalan yang muncul pada masa kepemimpinannya dengan

sebaik-baiknya, dengan segala daya upayanya. Mengatasi persoalan-persoalan dengan

bijaksana. Menghindar bahkan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang

dapat mencoreng nama baik dirinya dan kepemimpinannya. Seperti korupsi, kolusi dan

nepotisme atau perbuatan khianat lainnya yang sangat merugikan kepemimpinannya dan

bahkan rakyatnya.

H.Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002,cet 2, hal 127

Page 14: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

92

Fatonah artinya cerdas. Seorang pemimpin dituntut cerdas dalam berpikir, berucap

dan bersikap. Cerdas dalam berfikir adalah seorang mampu memikirkan dan mencari solusi

terhadap persoalan-persoalan yang muncul. Cerdas dalam berucap adalah selalu santun dan

penuh tatakrama dalam berbahasa untuk menyampaikan ide-ide inovatifnya. Cerdas dalam

bersikap adalah seorang pemimpin dituntut untuk bijaksana dan berusaha untuk selalu tepat

dalam mengambil kebijakan-kebijakan terkait permasalahan-permasalahan dalam

kepemimpinannya.

3. Perilaku politik santri

Martin Van Bruinessen menjelaskan tentang hubungan antara ulama dan umaro

selalu bersifat ambivalen. Pendapat ini dikuatkannya dengan mengemukakan sebuah hadis

yang mengatakan “seburuk buruk ulama adalah mereka yang menemui umara dan sebaik-

baik umara adalah mereka yang menemui ulama”. Pendasaran ini disebabkan adanya

pemikiran bahwa ulama senantiasa memberikan legitimasi keagamaan kepada pemegang

kekauasaan de facto. Sedangkan pandangan lain mengatakan bahwa kekuasaan itu selalu

korup, dan berdekatan dengan mereka akan merusak harkat moral ulama dan integritas

ajaran mereka,para ulama.20

Konsep politik dalam Islam sangat erat kaitannya dengan hukum, sebab salah satu

yang penting dalam hukum Islam mengharuskan adanya lembaga kekuasaan untuk

menjalankan hukum itu.21 Konsep politik dalam Islam adalah politik tingkat tinggi yaitu

politik yang berpegang pada politik kebangsaan, politik kerakyatan dan etika politik.22

Politik kebangsaan adalah sebuah politik yang konsisten dan proaktif

mempertahankan NKRI sebagai wujud final Negara bagi bangsa indonsia yang selama

berratus-ratus tahun diperjuangkan oleh para pejuang bangsa Indonesia.

Politik kerakyatan adalah politik yang aktif memberikan penyadaran tentang hak-

hak dan kewajiban rakyat, melindungi dan membela mereka dari perlakuan sewenang-

wenang dari pihak manapun. Sehingga untuk itu semua etika politik harus ditanamkan pada

para pejabat pada khususnya serta masyarakat dan bangsa pada umumnya agar tercipta

kehidupan politik yang santun dan bermoral yang tidak menghalalkan segala cara.

Etika politik adalah sebuah sikap yang harus dijunjung tinggi, dihayati dan

diamalkan. Menurut Frans Magnis Suseno etika politik atau filsafat moral mengenai

dimensi politik kehidupan manusia merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut

tentang tanggung jawab dan kewajiban manusia terhadap sesamanya yang tidak hanya

20 Martin Van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta 1998,

hal 165 21 M.Ali Haidar, hal 97 22 Muhammadun, kiai Sahal,NU, dan Politik 2014, jawaps disi Sabtu 25 Januari 2014, hal 4

Page 15: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

93

dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia tetapi juga terhadap Yang Ilahi.23 Etika

politik yang harus diterapkan dalam pemerintahan di Indonesia pada umumnya adalah

sebuah etika politik yang berlandaskan kepada pancasila.

Dalam Filsafat Pancasila terkandung suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat

kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran

ini merupakan suatu nilai. Sebagai suatu nilai, Pancasila merupakan dasar-dasar yang

bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila diambil dari nilai-

nilai al Qur’an dan hadis yang merupakan karakter politik pesantren dan seharusnya juga

menjadi karakter politik bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim dan

beberapa wilayah di dalamnya merupakan basis pesantren. Dengan demikian sudah

seharusnyalah politik yang digunakan harus berkarakter pesantren.

Menurut sejarah, sebagaimana yang dipaparkan Ainna Amalia, karakter politik

pesantren sangat visioner, reformatif, dan reflektif dengan semangat perjuangan dan

pemihakan bagi kepentingan masyarakat. Politik pesantren yang mewarnai kehidupan

berbangsa dan bernegara lebih mengedepankan rasa optimisme dan selalu berfikir dan

bertindak positif demi kepentingan rakyat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan itu semua

maka butuhnya menjadikan nilai-nilai Qur’ani sebagai landasan atau roh bagi pembenahan

sistem bernegara yang dimulai dari penataan mental manusianya.

Nila- nilai qur’ani tersebut adalah :

1. Terciptanya sosok pemimpin yang mulia atau Al akrom. Yang diambil dari ayat

alQur’an S. Al Hujurat ayat 13 :

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya

kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di

sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dalam ayat ini dijelaskan manusia yang mulia disisi Allah itu adalah manusia

yang memegang teguh ketakwaannya. Hal ini mengandung pengertian bahwa bentuk

individu yang ideal adalah yang memiliki kesalehan yang transendental. Politikus

akrom dipersonifikasikan dengan niat baik penuh keikhlasan. Bertindak hanya karena

Allah, bukan semata mata kepentingan pribadi atau golongan.

23 Etika dibagi dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum adalah etika yang mempertanyakan

tentang prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus

membahas prinsip prinsip tersebut dalam berbagai lingkup kehidupannya. Yang kemudian dibedakan antara

etika individu, yang membahas tentang kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri dan

terhadap tuhannya, dengan etika social yang didalamnya tercakup juga etika politik yang menyangkut tentang

kewajiban dan tanggungjawabnya terhadap orang lain, lingkungannya dan dipertanggungjawabkan kepada

Tuhannya. lihat Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar KeNegaraan Modern, PT

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005 hal 13

Page 16: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

94

2. Pemimpin yang solih atau al Sholih yang diambil dari QS. Al Anbiya’ ; 105.

“dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur24 sesudah (kami tulis dalam) Lauh

Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”

Dalam ayat ini mengandung pengertian bahwa individu dengan kesalihan

horizontal adalah individu yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi, jujur, tawadu’

(humbleness), sederhana, santun dalam bertutur dan bertindak, istiqomah baik dalam

bentuk kepatuhan terhadap aturan maupun ketaatan memenuhi tanggung jawab yang

diemban.

3. Pemimpin yang teladan al Uswah al hasanah (memiliki keteladanan) yaitu individu

yang memiliki sikap, pola pikir dan tutur sapa yang dapat dijadikan suri tauladan bagi

masyarakatnya, dengan kata lain dapat menjadi role model bagi orang lain yang

dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang terbuka, demokratis, serta siap

memimpin sekaligus bersedia dipimpin.

4. Pemimpin yang tidak matre atau gila harta al Zuhd (tidak berorientasi pada materi).

Individu dengan sifat Zuhd tidak akan memiliki orientasi hidup yang bersifat

kebendaan dan jabatan. Sesuatu yang berupa materi hanya perantara untuk pencapaian

yang lebih tinggi, yakni ridlo Allah SWT. Segala sesuatu yang dia lakukan di dunia

bertujuan hanya untuk beribadah kepada Allah dalam rangka mewujudkan firman

Allah :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56 )

5. Pejuang al Kifah al Mawaddah (pemimpin yang memiliki daya juang). Individu yang

memiliki daya juang akan berani melakukan sesuatu demi kemajuan masyarakat,

bangsa, dan agama tanpa pamrih pribadi. Tidak takut dengan resiko yang dihadapi

dengan selalu bertawakkal kepada Allah.

6. Independen al I’timad ala al Nafs (kemandirian), yakni yang menghindari

ketergantungan kepada pihak lain. Karena itu, independensi sikap, prinsip, dan

pandangan hidup tidak terkoyak oleh pihak lain. Seorang politikus ketika menjabat

sudah seharusnya melepaskan diri dari ketergantungan atau keterikatan dengan partai

yang mengusungnya. Hal ini karena dia adalah pemimpin semua rakyat, milik semua

rakyat dengan kebijakan yang adil dan menyeluruh untuk semua rakyat bukan untuk

partainya saja. Maka sudah seharusnyalah dalam segala kebijakannya harus menjaga

independensi sikap dari ketergantungan, keberpihakan atau pengaruh partainya.

Nilai-nilai tersebut bisa menjadi pegangan bagi tercapainya kehidupan bernegara

yang adil dan sejahtera. Karena itu, sebenarnya tersemat harapan besar bagi kalangan

pesantren yang terjun kedunia politik praktis atau politik di kalangan kota yang berbasis

24 Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-

Nya. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan

demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.

Page 17: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

95

santri bahwa mereka dapat membawa missi pembenahan system demokrasi yang dianggap

gagal.25 Hal ini semua bisa diwujudkan kalau para politikus muslim Indonesia tetap

memposisikan sikap politiknya pada politik tingkat tinggi (high politics) bukan malah

terhanyut pada pola permainan politik praktis/partai (low politics).

Berkaitan dengan itu semua diharapkan kepada semua warga, masyarakat Indonesia

pada umumnya dan masyarakat Islam pada khususnya untuk memilih pemimpin mereka

dengan memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin

tersebut yang sudah dipaparkan di muka. Hal ini diharapkan ketika pemimpin yang terpilih

sesuai dengan persyaratannya maka akan terealisasi politik tingkat tinggi (high politics).

Akan tetapi apabila masyarakat Indonesia masih membiarkan dirinya terbuai

dengan kenikmatan money politik yang sifatnya hanya sesaat dan membiarkan mereka

politikus-politikus rakus yang berperangai seperti tikus menjabat maka tidak akan terwujud

baldatun toyyibatun wa robbun ghoffur yang didamba-dambakan oleh pejuang bangsa.

Karena jika benar itu dibiarkan terus terjadi maka bangsa akan mengalami kerugian dan

kemunduran yang sangat drastis. Kalau tidak mau disebut pada akhirnya akan terjerembab

pada kenistaan, karena korupsi dimana-mana, perselingkuhan merajalela dan menjadi trend

pejabat bangsa. Maka masyarakatnyapun tak jauh berbeda….. na’uzubillah.

Antony Black menyatakan bahwa salah satu sebab kenapa negara menjadi mundur

adalah disebabkan adanya pengangkatan pejabat yang tidak cakap, dan kesalahan

mengalokasikan tanah garapan militer. Solusinya adalah dengan penghapusan tradisi suap,

mengangkat hanya orang yang layak, memberikan gaji yang memadai kepada para pejabat

negara, dan menyusun peraturan untuk penetapan timer. Memberikan jabatan politik dan

militernya kepada orang yang memiliki latar belakang dan pendidikan yang sesuai.

Sebagaimana yang dikutip oleh antony black bahwa seorang penguasa harus jujur,

teratur dan harus menghindari kemewahan. Pranata yang baik dalam pemerintahan dan

agama dan restorasi kekuatan militer tergantung pada pelaksanaan syari’at. Hal ini

tergantung pada ilmu agama dan karenanya sangat penting untuk mengangkat para ulama

yang layak. Reformasi sitem pengangkatan pejabat agama khususnya syekhul islam dalam

hal ini teramat dibutuhkan.26

C. Kesimpulan dan penutup

1. Kesimpulan

Ahmad Abdul Qodir Abu Fariz memberikan 12 persyaratan yang harus dipenuhi

oleh seorang kepala negara yaitu ; Islam, dewasa atau aqil baligh, berakal, merdeka, laki-

laki, adalah (Kelayakan Moral), Mempunyai Kemampuan, Berpengetahuan, tidak meminta

25 Ainna amalia F.N, Psantren dan Anas Urbaningrum, Jawa Pos, Rabu 22 Januari 2014, hal 4 26 Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari masa Nabi Hingga Masa Kini, hal 479-480

Page 18: Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 · Sehingga sebuah negara atau birokrasi yang dipimpin oleh seorang birokrat yang selalu beracuan pada Qur’an dan Hadis dalam setiap aspek

Kasyf el Fikr Volume 1, Nomor 1, Juni 2014

96

Imaroh atau jabatan, berdiam di dalam negeri, sehat indra dan anggota badan, keturunan

Quraisy.

Sementara menurut Sulaiman Rosyid dalam Fiqh Islam menjelaskan beberapa

syarat menjadi seorang pemimpin adalah berpengetahuan tinggi, Adil, kifayah atau

bertanggung jawab, dan sejahtera pancaindara dan anggotanya.

Politik ala pesantren adalah konsep politik yang diajarkan dalam Islam yaitu politik

tingkat tinggi, politik yang berpegang pada dan menjunjung tinggi politik kebangsaan,

politik kerakyatan dan etika politik.

2. Penutup

Dengan lantunan Alhamdulillahirobbil ‘alamin yang tak terhingga, akhirnya artikel

ini selesai juga meskipun dalam waktu yang cukup lama. Pun demikian artikel ini memiliki

banyak kekurangan sehingga kami mohon keluasan pembaca untuk memberikan kritik dan

saran yang membangun guna perbaikan dan pengayaan penulis pada artikel-artikel

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Antony Black, Pemikiran Politik Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini, PT Srambi

Ilmu Semesta, Jakarta 2006

Ainna amalia F.N, Psantren dan Anas Urbaningrum,Jawa Pos edisi Rabu 22 Januari 2014

Abdurrahman Tsanie, Mutiara Kehidupan Manusia, Ababil Pers Surabaya,2003

Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,

PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005

Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, LESFI,Yogyakarta

2001

H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2002, cet 2

Michael T.Gibbons, Tafsir Politik, CV. Qolam, Yogyakarta, 2002

M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia; Pendekatan Fikih dalam Politik,

PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1994

Muhammad Abdul Qodir Abu Fariz, Sistem Politik Islam, Robbani Press, Jakarta 2000

Martin Van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam dan Politik, Yayasan Bentang Budaya,

Yogyakarta 1998

Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, tt