kasus phk

11
KU4172 HUKUM PERBURUHAN PR 03 NAMA : Eric Chandra Junianto NIM : 12213099 DOSEN : Siti Kusumawati Azhari TANGGAL PENYERAHAN : 15 Oktober 2015 JUDUL TUGAS : Kasus PHK Fakultas Seni Rupa dan Desain

Upload: eric-chandra-junianto

Post on 07-Jul-2016

238 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tugas hukum pERBURUHAN KASUS PHK

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS PHK

KU4172

HUKUM PERBURUHAN

PR 03

NAMA : Eric Chandra Junianto

NIM : 12213099

DOSEN : Siti Kusumawati Azhari

TANGGAL PENYERAHAN : 15 Oktober 2015

JUDUL TUGAS : Kasus PHK

Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Teknologi Bandung

2015

Page 2: KASUS PHK

Lebih dari 100.000 Pekerja Migas di-PHK, Bagaimana di Indonesia?

MigasReview, Jakarta – Kemerosotan harga minyak , yang kini berada di kisaran US$55-60 per barel, telah memakan korban berupa dirumahkan dan dilakukannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) para pekerja di sektor ini di seluruh dunia. Menurut Swift Worldwide Resources, jumlah PHK di sektor migas dunia akibat tumbangnya harga minyak sudah mencapai di atas 100.000.

Salah satu level PHK terparah adalah di Kanada yang banyak memproduksi minyak dari oil sands. Tingginya biaya produksi dibandingkan dengan minyak konvensional tidak sepadan dengan harga jual yang rendah sehingga memaksa perusahaan migas untuk memangkas belanja modal, dan dalam beberapa kasus menunda proyek-proyek jangka panjang.

Bulan lalu, salah satu pemain migas besar, Husky Energy, mengumumkan bahwa sekitar 1.000 pekerja konstruksi yang dipekerjakan oleh satu kontraktor di proyek oil sands Sunrise akan di-PHK. Sebelumnya, pada Januari lalu, Suncor mengumumkan akan memangkas 1.000 pekerja sementara Royal Dutch Shell akan mengurangi 10 persen dari karyawannya atau 300 orang di proyek oil sands Albian.

Di AS, Baker Hughes pada Januari lalu mengatakan akan merumahkan 7.000 karyawan atau sekitar 11 persen tenaga kerja sementara pesaingnya, Schlumberger akan melepas 9.000 pekerja.

Vice President of Exploration and Production Research Tudor Pickering Holt Mike Rowe  mengatakan, perusahaan migas akan berhati-hati dalam mengurangi staf karena mereka telah melihat siklus seperti ini sebelum harga minyak turun. “Jika mereka memangkas jumlah pekerja, mereka tidak akan ada pada posisi yang baik untuk mendapatkan pekerja berkualitas  begitu mereka ingin kembali menambah pekerja (ketika harga minyak naik),” kata Rowe.

Bagaimana di Indonesia?

Kepala Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono ketika dihubungi MigasReview mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya, langkah-langkah yang dilakukan para kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) belum sampai pada PHK.

Page 3: KASUS PHK

“KKKS terus melakukan review ulang atas prioritas program kerjanya, melakukan langkah-langkah efisiensi, negoisasi dengan penyedia barang dan jasa, serta lainnya. Sampai saat ini saya belum mendengar ada rencana PHK terhadap pegawai permanen nasional KKKS,” kata Rudianto.

Paling tidak itu yang dilakukan British Petroleum (BP) Indonesia yang berencana melakukan efisiensi dengan merevisi Work Plan and Budgeting(WPNB) yang berarti pengurangan investasi. Meski demikian, Country Manager BP Indonesia Dharmawan Syamsu enggan menyebutkan berapa besaran pengurangan investasi tersebut. Namun, dia memastikan, tidak ada proyek yang dibatalkan pada 2015 ini.

"Investasi kurang berapa, saya belum bisa share itu. Yang dibatalkan tidak ada. Yang ada lebih disimpelkan saja," kata Dharmawan.

Tidak Efisien

Kalangan pengamat migas mengatakan, penurunan harga minyak dunia akan memaksa banyak pelaku usaha/industri di sektor hulu migas untuk menghentikan kegiatan eksplorasi karena tidak efisien.

"Tentunya banyak kegiatan pengeboran atau eksplorasi yang pasti ditunda, sampai harga kembali normal. Paling tidak kalau sampai di atas US$ 70 per barel lagi kemungkinan kegiatan eksplorasi kembali aktif. Diharapkan akhir tahun ini harga minyak bisa kembali rebound lagi," ujar pengamat energi hulu migas yang juga Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan kepada MigasReview.

Dikatakannya, pertempuran Arab Saudi dan Yaman yang dapat mengganggu stok minyak OPEC akan mempercepat pemulihan harga. "Diharapkan sampai akhir tahun bisa kembali rebound, setidaknya sekitar US$ 70 per barel, sehingga ada keuntungan yang bisa didapat. Kalau sekarang sangat sulit bagi perusahaan migas di sektor hulu untuk mempertahankan operasinya karena dianggap tidak efisien. Sudah terlalu banyak perusahaan di Indonesia terutama dari kegiatan-kegiatan eksplorasi dan drilling yang banyak menghentikan kegiatan," jelas Mamit.

Jadi saat ini, ungkap Mamit, banyak perusahaan minyak di Indonesia lebih fokus ke pekerjaan-pekerjaan umum karena 'cost' nya lebih murah dan lebih efisien.

Dengan adanya rentetan kejadian tersebut, Mamit memperkirakan, banyak perusahaan industri migas menghentikan kegiatan-kegiatan eksplorasi dandrilling, sehingga potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagian karyawan dapat terjadi. "Sekarang, di service company saja sudah

Page 4: KASUS PHK

mengalami yang namanya dirumahkan sementara, tapi bukan di PHK. Ketika oil company tidak mempunyai pekerjaan atau kegiatan eksplorasi dan drilling, makanya karyawan dirumahkan," tutur Mamit.

Meski demikian, Mamit tidak dapat menyebutkan jumlah perusahaan minyak telah merumahkan karyawan. Hanya saja, dia memperkirakan cukup banyak.

"Yang jelas, cukup banyak pemberhentian sementara proyek mereka. Oil company sekelas Baker Hughers pun tidak ada job. Kegiatan mereka lebih banyak pekerjaan-pekerjaan ulang sumur. Kalau PHK, saya belum dapat laporan dari teman-teman yang diberhentikan. Ke depan, bisa saja PHK atau pengurangan lebih banyak lagi di hampir semua perusahaan swasta, kecuali perusahaan BUMN," ucap Mamit.

Tidak Terekspos

Pengamat migas Yusri Yusman menilai, meski tidak ada data tetapi banyak perusahaan migas yang telah merumahkan atau telah mem-PHK karyawan. Namun ini tidak terekspos ke publik guna menjaga kredibilitas perusahaan tersebut.

"Ini belum diekspos. Terbaru yang saya dengar, memang beberapa perusahaan asing akan melakukan PHK karyawan," ungkap Yusri kepadaMigasReview.

Namun begitu, Yusri berpendapat, beberapa perusahaan hulu migas masih terpaksa tetap berproduksi meski rugi karena biaya yang membengkak. "Bayangkan, dari harga US$100 per barel, sekarang terjun di bawah US$55-58 per barel," sebut Yusri.

Namun Yusri memastikan, saat ini pun produksi migas tetap berjalan walau mengalami kendala.

Sementara Mamit mengakui, penurunan kegiatan eksplorasi minyak tentunya sedikit banyak mempengaruhi penerimaan negara di sektor hulu migas.

"Dari sektor pajak pun pasti akan berkurang, dan tentunya akan menurunkan potensi produksi minyak dari target 845 ribu bph. Dengan kondisi sekarang, saya agak pesimis. Paling 800 ribu bph mudah-mudahan dapat tercapai karena harapan masih ada produksi dari Banyu Urip sebesar 150 ribu bph," tandasnya. (albi wahyudi/tyo raha/cd)

Page 5: KASUS PHK

Harga batu bara turun, PT SPC PHK karyawan

SAROLANGUN — Puluhan karyawan PT Sarolangun Prima Coll (SPC) di

Kampung Pulau Pinang, Kecamatan Sarkam, Sarolangun, mengaku pasrah pada nasib

mereka. Pasalnya, perusahaan pertambangan batubara tempat mereka bekerja sedang

melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.

Data yang diperoleh infojambi.com menyebutkan, sebanyak 36 orang

karyawan yang bekerja di PT SPC terkena PHK. Humas PT SPC, Saypul,

membenarkan soal pengurangan karyawan di perusahaan mereka, karena perusahaan

menghentikan aktifitas produksi, dan hanya melakukan eksplorasi saja.

“Saat ini kami sedang melakukan pengurangan karyawan, mengingat besarnya

biaya operasional yang harus dikeluarkan. Sementara harga batubara saat ini menurun

sangat drastis, sehingga pemasukan tidak seimbang dengan pengeluaran,” terang

Saypul.

Menurut Saypul, PHK dilakukan perusahaan sesuai prosedur. Karyawan

dianjurkan membuat surat pengunduran diri, dan perusahaan akan memberi uang

pesangon sesuai masa kerja dan mengeluarkan surat pengalaman bekerja terhadap

semua  karyawan yang di-PHK.

“Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pesangon karyawan yang di-PHK

mencapai ratusan juta rupiah. Saat ini jumlah karyawan yang masih berstatus pekerja

di PT SPC tinggal enam orang,” jelas Saypul.

Page 6: KASUS PHK

Penghasilan Turun, HP Pecat 27 Ribu Karyawan

TEMPO.CO , New York - Hewlett-Packard, perusahaan raksasa komputer,

Rabu, 23 Mei 2012, waktu setempat, mengumumkan bakal memecat 27 ribu

karyawannya atau sekitar delapan persen dari seluruh tenaga kerja yang ada. PHK

besar-besaran ini terkait dengan penurunan keuntungan perusahaan.

Produsen personal computer terbesar di dunia yang memiliki 300 ribu karyawan

di seluruh dunia itu juga menyatakan kepada pers bahwa keuntungan perusahaan

turun hingga 30 persen pada kuartal kedua tahun ini, sedangkan pada kuartal pertama

mengalami penurunan profit tiga persen.

"PHK memang berdampak pada kehidupan masyarakat terutama karyawan, tetapi

dalam kasus ini keputusan tersebut sangat penting bagi kesehatan perusahaan di masa

depan," ujar Meg Whitman, CEO perusahaan, dalam acara jumpa pers. "Kami akan

menghemat dana US$ 3 miliar  sampai US$ 3,5 miliar (sekitar Rp 28 triliun - Rp 32,4

triliun) sampai akhir 2014." 

Whitman melanjutkan perusahaan akan menyiapkan dana sebesar US$ 1,7 miliar

(sekitar Rp 15,6 triliun) terkait dengan pemutusan hubungan kerja pada tahun fiskal

2012 sebelum pajak. Menurutnya, HP telah berusaha mencoba mengatasi gonjang

ganjing perusahaan sejak 2011 termasuk kehilangan dua eksekutifnya. 

Dalam laporannya, HP menyebutkan penghasilan bersih perusahaan pada kuartal

kedua tahun ini mencapai US$ 1,59 miliar (sekitar Rp 14,7 triliun), sementara pada

tahun sebelumnya HP meraih pendapatan bersih US$ 2,3 miliar (sekitar Rp 21,3

triliun).

Di depan sejumlah wartawan, Whitman menerangkan, akuisisi HP terhadap

perusahaan perangkat lunak Inggris, Autonomy, sebesar US$ 11 milyar (sekitar Rp

102 triliun) ternyata menghasilkan divisi tak seperti diharapkan. HP memindahkan

divisi di bawah koordinasi Kepala Strategi Perusahaan, Bill Veghte, dan pendiri

Autonomy, Mike Lynch, keduanya pun segera meninggalkan perusahaan. "Akibatnya,

HP kian melemah," ujar Whitman.

Page 7: KASUS PHK

Perusahaan Minyak di Indonesia

Ramai-Ramai PHK?

JAKARTA – Anjloknya harga minyak mentah pasti menekan laju perusahaan-perusahaan minyak. Alhasil, beredar kabar sejumlah perusahaan minyak, termasuk yang beroperasi di Indonesia, mulai pelakukan efisiensi belanja karyawan, salah satunya dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengurangan gaji. Salah satunya yang disebut akan melakukan perampingan karyawan adalah PT Chevron Indonesia. Perusahaan ini dikabarkan akan memangkas 400 karyawannya karena kondisi ini. Senior Vice President for Government Policy and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar, tidak membenarkan ataupun membantah soal ini. "Saya tidak tahu mengenai hal ini," ujar Yanto, saat dihubungi Okezone, Kamis (16/4/2015). “Anda dapat kabar dari mana soal ini? Saya tidak bisa menjawab mengenai hal ini," ucap dia. Sementara itu, Petronas Carigali Sdn Bhd juga dikabarkan melakukan efisiensi, dengan memangkas gaji karyawannya sampai 20 persen. Head Legal Petronas Rini Damayanti Respati menolak untuk berkomentar. “Maaf, saya sedang rapat. Nanti saja,” ucapnya saat dikonfirmasi Okezone. Harga minyak mentah memang mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. Bahkan, harga minyak jenis light sweet sempat terpuruk ke bawah USD50 per barel. Secara global, terpuruknya harga komoditas ini ini juga membuat perusahaan minyak yang beroperasi di penjuru dunia terancam operasionalnya. Di Amerika, sudah banyak perusahaan energi yang berencana merumahkan karyawannya. Bahkan lebih dari 100 ribu pekerjanya di seluruh dunia. Setidaknya, hingga saat ini, 91 ribu sudah di-PHK. Pada 2007, industri migas di AS telah menyerap lebih dari 50 ribu lapangan pekerjaan. Namun kini telah berkurang sebanyak 3.000 sejak mencapai puncak pada

Page 8: KASUS PHK

Oktober 2014 dengan angka 201.500. Sementara itu, 12 ribu kategori kerja telah menghilang sejak September. PHK masih berlanjut. Komisi Tenaga Kerja Texas, AS, mengaku telah menerima hampir 400 surat pemberitahuan PHK. Salah satu perusahaan, FTS International, merumahkan 194 pekerja, sedang Lufkin Industries, anak usaha General Electric Co. merumahkan 149 pekerja (sebelumnya, perusahaan itu telah melakukan PHK terhadap 426 pekerja).

Selain pegawai di kantor dan pekerja berketerampilan tinggi seperti geolog dan insinyur perminyakan, mereka yang berada di lokasi pengeboran juga waswas.