kasus jiwa

35
BAB I PENDAHULUAN Depresi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius dimasyarakat. 1 Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang dapat jatuh kedalam fase depresi. 2 Manifestasi klinis depresi yang muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, putus asa, dan sedih) dapat mempermudah menegakkan diagnosis depresi, namun bila keluhan yang muncul dalam bentuk keluhan psikomotor dan somatik (seperti malas bekerja, lamban, lesu, sakit kepala yang terus menesrus, nyeri ulu hati) yang muncul depresi sering tidak terdiagnosis. 1 Dalam kasus gangguan jiwa sering ditemukan kasus depresi. Pravalensi wanita yang terkena depresi diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%. 1 Hal yang paling berbahaya dari depresi ini adalah meningkatnya angka kejadian bunuh diri. Menurut data pada tahun 2006, angka kejadian bunuh diri ditemukan sekitar 15-20%. Hal ini dapat dihindari jika pasien depresi mendapatkan terapi yang tepat. 1 Rata-rata dan jumlah dari gejala fisik dan kognitif depresi yang berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang berarti banyak orang 1

Upload: nadiatul-haque-prasena

Post on 05-Sep-2015

248 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

r

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi merupakan masalah kesehatan yang cukup serius dimasyarakat.1 Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang dapat jatuh kedalam fase depresi.2 Manifestasi klinis depresi yang muncul dalam bentuk keluhan yang berkaitan dengan mood (seperti murung, putus asa, dan sedih) dapat mempermudah menegakkan diagnosis depresi, namun bila keluhan yang muncul dalam bentuk keluhan psikomotor dan somatik (seperti malas bekerja, lamban, lesu, sakit kepala yang terus menesrus, nyeri ulu hati) yang muncul depresi sering tidak terdiagnosis.1

Dalam kasus gangguan jiwa sering ditemukan kasus depresi. Pravalensi wanita yang terkena depresi diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%.1 Hal yang paling berbahaya dari depresi ini adalah meningkatnya angka kejadian bunuh diri. Menurut data pada tahun 2006, angka kejadian bunuh diri ditemukan sekitar 15-20%. Hal ini dapat dihindari jika pasien depresi mendapatkan terapi yang tepat.1

Rata-rata dan jumlah dari gejala fisik dan kognitif depresi yang berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang yang menderita gangguan psikososial dari MDD, ada beberapa yang tidak terdiagnosis kecuali dengan berkonsultasi ke dokter secara berulang. Tingginya kejadian MDD yang disertai dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter, ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis lainnya, juga harus dapat mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.2BAB II

KASUSCATATAN MEDIS MAHASISWA KEPANITRAAN UMUM

ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANGI. Identitas

a. Identitas penderita

Nama

: Anton

Umur

: 19 tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Kedungmundu

Pekerjaan

: Mahasiswa

Pendidikan terakhir

: SMA

Status pernikahan

: Belum menikah

No. RM Irja / Irna

: 02619

b. Identitas Sumber Alloanamnesis

Nama

: Ny. Wiwik

Umur

: 45 tahun

Alamat

: Kedumgmundu

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien

: Orang tua ( Ibu )

Kedekatan dengan pasien

: BaikII. Anamnesis

( Autoanamnesis / Alloanamnesis ). Tanggal 18 Maret 2015, Jam 09.30

Keluhan Utama Autoanamnesis: Sedih.

Alloanamnesis: Anak menjadi lebih pendiamRiwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh ibu kandung ke Puskesmas dengan keluhan menjadi lebih pendiam, sering melamun, merasa sedih, dan suka menangis sejak 2 minggu yang lalu. Hal tersebut terjadi secara tiba tiba setelah teman teman pasien menuduh pasien mencuri Handphone. Awalnya kurang lebih satu bulan yang lalu, saat pasien berulang tahun, teman teman pasien berencana memberikan kejutan dengan memasukan handphone salah satu temannya ke dalam tas pasien, kemudian pasien di tuduh mencuri handphone tersebut. Sejak saat itu pasien menjadi lebih pendiam, suka melamun, dan menangis di kamar karena sedih dituduh telah mencuri handphone. Pasien masih dapat kuliah, tetapi berangkat siang, dan pulang cepat. Waktu luang dipakai untuk melamun. Makan minum mandi teratur atas perintah orang tua. Hubungan dengan keluarga, tetangga, dan teman teman baik, setelah mengalami gangguan pasien cenderung untuk menjauh atau menutup diri dari lingkungan sekitar.

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat Psikiatri

:

Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan keluhan seperti saat ini.

b. Riwayat Penyakit Medis / Umum :

Riwayat hipertensi: Disangkal

Riwayat DM

: Disangkal

Riwayat alergi

: Disangkal

Riwayat trauma kepala: Disangkal

Riwayat kejang

: Disangkal

c. Riwayat penggunaan obat obatan dan Napza : pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol maupun obat obatan terlarangKurva Perjalanan Penyakit ( GAF ) :

1 tahun lalu ( GAF 90 81

Gejala : tidak timbul gejala

Stressor : tidak ada

Hendaya : Fungsi peran : ( - ) ( masih bisa kuliah

Fungsi sosial : ( - ) ( hubungan dengan teman baik

Perawatan diri : ( - ) ( makan, minum, mandi keinginan sendiri

Waktu luang : ( - ) ( untuk belajar

2 minggu ( GAF 70 - 61

Gejala : lebih pendiam, melamun, suka menangis, merasa sedih

Stressor : masalah lingkungan sosial, yaitu dituduh mencuri handphone oleh temannya

Hendaya : Fungsi peran ( - ) ( masih dapat kuliah, namun berangkat siang, pulang lebih cepat.

Fungsi sosial ( + ) ( lebih suka menyendiri

Perawatan diri ( + ) ( makan, minum, mandi di perintah oleh orang tua.

Waktu luang ( + ) ( melamun

Riwayat Pramorbid

a. Riwayat prenatal dan perinatal :

Pasien merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Pasien merupakan anak yang diharapkan. Selama mengandung ibu melakukan pemeriksaan Antental Care 4 kali, tidak pernah mengkonsumsi obat obatan maupun jamu apapun. Tidak ada masalah saat kehamilan, ibu hanya mengkonsumsi tablet Fe yang di berikan oleh dokter. Saat kelahiran tidak terdapat riwayat trauma dan cacat bawaan, bayi langsung menangis.

b. Riwayat masa anak awal ( 0 3 tahun ) :

Sejak lahir pasien diasuh oleh orang tua. Pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan usia. Pasien mendapatkan ASI eksklusif. Toilet tranning baik, pasien sudah bisa ke kamar mandi sendiri pada usia 3 tahun. Hubungan dengan keluarga baik.

c. Riwayat masa anak pertengahan ( 3 11 tahun ) :

Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia, pasien termasuk anak yang pendiam, pasien mulai sekolah saat usia 4 tahun, prestasi disekolah baik, tidak pernah tinggal kelas, dan hubungan dengan teman teman serta guru baik.

d. Riwayat masa anak akhir ( masa pubertas sampai remaja ) :

Pasien adalah pribadi yang pendiam, namun pasien memiliki pergaulan yang cukup baik, punya banyak teman.

e. Riwayat masa dewasa :

Riwayat pendidikan :

Pasien bersekolah dari SD hingga lulus SMA, prestasi cukup baik, dan tidak pernah tinggal kelas. Hubungan dengan guru dan teman temannya baik. Saat ini pasien sedang malanjutkan sekolah di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Riwayat pekerjaan :

Pasien belum pernah bekerja. Riwayat pernikahan :

Pasien belum pernah menikah, dan saat ini tidak memiliki teman dekat wanita.

Riwayat keagamaan :

Pasien beragama islam, yang rajin beribadah, solat lima waktu, dan rajin mengaji. Ketika sakit seperti ini, pasien jarang melakukan ibadah sehingga harus diperintah oleh orang tua pasien.

Riwayat sosial ekonomi :

Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang tua dan satu kakaknya, pasien belum bekerja, ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan ibu penderita tidak bekerja, hanya sebgai ibu rumah tangga. Ekonomi keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari - hari, biaya berobat menggunakan biaya sendiri.

Riwayat militer :

Pasien dan keluarga tidak pernah mengikuti pendidikan militer, pasien dididik disiplin oleh ayahnya

Riwayat hukum :

Pasien tidak pernah bermasalah dengan hukum.

Riwayat psikoseksual :

Riwayat tidak pernah mengalami kekerasan serta pelecehan seksual.

Aktivitas sosial :

Pasien tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di tempat kuliah.

Riwayat Keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, dan keluhan seperti pasein.

Keterangan :

= Laki laki sehat

= Perempuan sehat

= Pasien

Autoanamnesis :

Perkenalan : Anton, 19 tahun, tinggal di kedungmundu.

Persepsi atau apapun yang ingin digali infonya : Pasien merasa sedih setelah di tuduh mencuri handphone oleh teman temanya, saat ini pasien lebih suka diam, melamun dan menangis di kamar. Pasien sulit untuk diajak bicara.

Kesimpulan : pasien sedih dan lebih pendiam setelah dituduh mencuri handphone.RPK : tidak terdapat riwayat gangguan jiwa dari keluarga.

Riwayat Pribadi dan sosial ekonomi : tidak di dapatkan informasi, karena pasien tidak menjawab pertanyaan saat di tanya.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Gambaran umum

a. Penampilan :

Seorang pasien laki-laki penampilan sesuai dengan usia, rawat diri cukup, menggunakan pakaian berwarna coklat, rambut rapi dan beralaskan kaki.

b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Tingkah laku

: Hipoaktif

Sikap

: Kooperatif

Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif

Kontak psikis

: Ada

Mood dan Afek

a. Mood

: Hipotimik

b. Afek

: Appropriate

c. Kesesuian

: Sesuai

d. Ekspresi emosi yang lain

Pengendalian

: kurang pengendalian

Stabilitas

: stabil

Echt Unecht

: serius

Dalam / dangkal : dalam

Arus emosi

: cukup

Empati

: dapat diraba rasakan

Skala diferensiasi : cukup Pembicaraan

a. Kualitas

: koherens

b. Kuantitas

: remming

c. Bicara spontan

: tidak

d. Sulit mulai bicara / sulit ditarik : tidak

e. Kecepatan bicara / lambat bicara

: bicara lambat

Gangguan persepsi : negativePikirana. Bentuk pikir :realistis

b. Arus pikir

: koherens

c. Isi pikir

: tidak terdapat wahamSensorium dan Kognitif

a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran : jernih

b. Orientasi :

Disorientasi situasi dan orang (+)

Orientasi waktu dan tempat ( normal).

c. Daya ingat :

periode segera : buruk

periode pendek : buruk

periode panjang :buruk.

d. Konsentrasi dan perhatian

: kurang

e. Kemampuan visuo spasial : buruk

f. Pikiran abstrak

: buruk

g. Sumber informasi dan kecerdasan: -

h. MMSE

: -

Pengendalian Impuls :

Tilikan : 1 ( menyangkal sama sekali)

Empati : baik

Intelegensia: -

Pertimbangan : buruk

Realbilitas: buruk IV. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik :

Tanggal : 18 Maret 2015

Jam : 10.00

Status Generalis

Keadaan Umum: Tampak sedih

Kesadaran

: composmentisVital Sign

TD

: 110 / 70 mmHg

Nadi : 85 x/menit

RR

: 18 x/menit

T

: 36,8 C

TB

: 165 cm

BB

: 55 kg

BMI : BB (kg) / TB (m) 2

55 / 1,65 x 1,65 = 55 / 2,7225 = 20,20

Status Gizi : Baik / NormalPemeriksaan Fisik Lain

Kepala : Mesosefal

Mata

: Ikterus ( - / - ), Reflek Pupil ( N/N), Konjungtiva anemis ( - / - )

Telinga

: Secret ( - / - )

Bibir

: Sianosis (- ), mucosa bucal (N)

Faring

: Hiperemis (-)

Tonsil

: T1 T1

Leher

: Otot bantu nafas (-), Pembesaran KGB (-)

Thorax

Paru

Inspeksi : Nafas tertinggal ( - / - )

Palpasi

: Stem fremitus normal

Perkusi: Sonor

Auskultasi: Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Thrill ( - ) , Pulsus epigastrium ( - ), Sternal lift ( - )

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi: suara jantung I > II pada katub mitral dan trikuspid

Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada benjolan

Auskultasi : Bising usus normal (21x/menit)

Perkusi

: Timphani

Palpasi

: tidak ada organ yang teraba

Status Neurologis: Dalam batas normal

V. Pemeriksaan Penunjang : -VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Diagnosis

: Depresi sedang tanpa gejala somatikDifferential diagnosis : Depresi ringan, depresi sedang, dan depresi berat.

Aksis I = F.32.10 Episode Depresif Sedang

Aksis II= Z.03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III = Tidak ada (none)

Aksis IV = Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V=

GAF tertinggi satu tahun lalu (90-81)

GAF mutakhir (70-61)

Terapi:

Farmakoterapi: Fluoxetine 20mg 1X1

Psikoterapi

: -

Psikoedukasi:

Minum obat teratur

Berdoa pada Allah SWT Beri dukungan dari keluarga

Seminggu lagi datang untuk kontrol

Jika gejala bertambah berat akan dirujuk ke spesialis psikiatri. VII. PROGNOSIS

a. Genetik

: tidak b. Onset

: cepat c. Faktor Pencetus

: ada d. Kepribadian Premorbid: baik e. Status marital

: belum menikahf. Status ekonomi

: mampu g. Kekambuhan

: -h. Support lingkungan

: ada i. Gejala positif

: tidak ada j. Gejala negative

: tidak ada k. Respon terapi

: -BAB III

PEMBAHASAN

Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri, dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, penderita tidak berminat pada pemeliharaan diri dan aktivitas sehari-hari. Keadaan ini sering disebutkan dengan istilah kesedihan (sadness), murung (blue), dan kesengsaraan.

Menurut PPDGJ III depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik: a.Gejala Utama Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.b. Gejala lainnyaa) Konsentrasi dan perhatian berkurangb) Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistise) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif) Tidur terganggu

g) Nafsu makan berkurang Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).

1. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g).

2. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaik-baiknya 4) dari gejala lainnya

Lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan ataupun rumah tangga.

3. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat

Bila ada gejala penting (misal retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4. Pedoman Diagnostik Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Pada kasus ini, pasien masuk dalam kategori Episode depresi sedang karena didapatkannya 3 gejala utama yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas. Selain gejala utama depresi, juga ditemukan 4 gejala depresi lainnya (tidur terganggu, nafsu makan berkurang, konsentrasi dan perhatian berkurang, serta harga diri dan kepercayaan diri berkurang). Pada pasien ini tidak ditemukan gejala somatik sehingga dikategorikan sebagai episode depresi sedang tanpa gejala somatik.

Pasien mengalami keluhan tersebut sejak 2 minggu yang lalu, sesuai dengan kriteria depresi sedang yaitu lamanya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu. Pasien menjadi pendiam dan sulit diajak bicara, kehilangan minat untuk belajar (kuliah) dan suka melamun, sesuai dengan kriteria depresi sedang, yaitu menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan ataupun rumah tangga.

Etiologi depresi masih belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan terjadinya depresi:

1. Berbagai penyakit fisik

2. Faktor psikis

3. Faktor sosial dan lingkungan

4. Faktor obat

5. Faktor usia

6. Faktor genetik

Pada pasien ini faktor depresi yang berpengaruh adalah faktor sosial dan lingkungan yaitu pada satu bulan yang lalu dituduh mencuri oleh teman-temannya dalam rangka kejutan untuk ulang tahun pasien, sehingga membuat pasien merasa sedih.Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan status mental pada saat wawancara diperoleh penampilan pasien yang baik (sesuai usia, rawat diri cukup, rapi dan beralas kaki) perilaku dan aktifitas psikomotor hipoaktif, kontak psikis ada, wajar, dapat dipertahankan dan kooperatif.

Mood pasien hipotimik, ekspresi afektif serasi/appropriate yaitu tampak murung dan sedih. Empati dapat dirabarasakan, pengendalian diri cukup. Pada persepsi pasien tidak ditemukan halunsinasi dan ilusi. Pikiran pasien realistis dan koherens serta tidak ditemukan waham. Data tersebut menunjukkan pasien ini tidak memiliki gejala yang mengarah ke diagnosis psikosis.

Pengobatan depresi menggunakan anti-depresan terbagi dalam golongan sebagai berikut:1. Golongan penghambat pelepasan selektif Serotonin (SSRI) : Citalopram, Fluoxetine, Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine. Golongan obat depresi ini lebih sedikit efek sampingnya dibanding yang lain. Efek samping dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan sakit kepala.

2. Golongan Trisiklik : Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine.Obat depresi golongan ini biasanya menyebabkan mulut kering, tremor ringan, takikardi, konstipasi, mengantuk, dan bertambah berat badan.Khususnya pada penderita yang lebih tua, dapat menyebabkan kebingungan, menjadi lambat atau terhenti sewaktu berkemih, pingsan bila tekanan darah rendah, dan koma.

3. Golongan Atypical: Trazodone, Mirtazapine,Venlafaxine

4. Golongan penghambat Monoamin oksidase: MoclobemideGolongan ini sudah jarang diresepkan. Golongan ini memiliki efek samping hipotensi ortostatik yang lebih sering.Jika anda setuju untuk minum obat golongan obat ini dokter anda akan memberikan daftar makanan yang harus dihindari.

5. Golongan Tetrasiklik : Amoxapine, Maprotiline.

Mengingat profil efek sampingnya pada penggunaan Sindrom Depresi Ringan dan Sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum, pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan

Step 1 : Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline)

Step 2 : Golongan Trisiklik (Amitriptiline)

Step 3 : Golongan Tetrasiklik (Maprotiline)

Golongan Atypical (Trazodone)

Golongan MAOI Reversibel ( Moclobemide)

Sehingga pada pasien ini menggunakan terapi lini pertama yaitu golongan SSRI. Pasien ini mendapat pengobatan Fluoxetin 20mg 1 kali sehari. Fluoxetin merupakan obat antidepresan golongan SRRI (selective serotonin reuptake inhibitor). Mekanisme kerja obat anti depresi ini adalah menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzirn Monoamine Oxidase, sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di SSP yang meningkatkan aktivitas neurotransmisi serotonin pada otak. Efek samping obat ini dapat berupa : Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif rnenurun)

Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur., konstipasi, sinus takikardia, dsb)

Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)

Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi,insomnia)

Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu. SSRI dipilih mengingat efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan (meningkatkan kepatuhan minum obat, lethal dose yang tinggi >6000 mg, spektrum luas)Pada keadaan overodosis/intoksikasi dapat timbul Atropine Toxic Syndrome dengan gejala : eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confusional state (confusion, delirium dan disorientasi).

Tindakan untuk keadaan tersebut :

1. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat bersifat protein binding, forced diuresis juga tidak bermanfaat oleh karena renal excretion of free drug rendah)

2. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi

3. Prostigmine 0,55-1,0 (im) untuk mengatasi efek anti kolinergik (dapat diulangi setiap 30-45 sampai gejala mereda)

4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantungDengan demikian melalui diagnosis multiaksial dapat disimpulkan bahwa :

Aksis I : mengalami Episode depresif sedang (F.32.1) karena memenuhi kriteria depresi sedang yaitu memenuhi minimal 2 gejala utama dan 3 gejala lainnya seperti yang dijelaskan sebelumnya diatas.

Aksis II : tidak ditemukan gangguan kepribadian pada pasien (Z.03.2)

Aksis III : tidak ditemukan keluhan fisik (somatis) pada pasien

Aksis IV : memiliki masalah yang berkaitan dengan sosial dan lingkungan yaitu dituduh mencuri oleh teman-temannya

Aksis V :

1. GAF tertinggi satu tahun terakhir adalah 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Karena tidak ditemukan gangguan dalam sebelum pasien mengalami keluhan yang dirasakan pada saat datang2. GAF pada saat masuk Puskesmas adalah 70-61.Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dengan fungsi, secara umum masih baik.

Karena dari hasil autoanamnese dan alloanamnese didapatkan pasien mengalami gangguan fungsi sosial, waktu luang dan perawatan diri tetapi masih dapat dilakukan secara terbatas (dimotivasi oleh orang lain). Keluhan bersifat menetap secara kontinyu selama 2 minggu terakhir.BAB IV

RINGKASAN

1. Kasus

Seorang ibu berusia 45 tahun datang bersama anak lelakinya yang berusia 19 tahun ke puskesmas pada tanggal 18 maret 2015 pukul 09.00 WIB dengan keluhan anak menjadi pendiam. Melalui alloanamnesis ditemukan keluhan pasien timbul sejak 2 minggu yang lalu setelah pasien dikerjai oleh temannya dan dituduh mencuri handphone. Selain itu ibu pasien mengeluhkan bahwa anaknya sering tidak masuk kuliah, melamun dan menangis sendiri.

Dari aoutoanamnesis pasien mengemukakan bahwa perasaannya sedih karena teman-temannya menuduhnya mencuri dan mengeluhkan tidurnya terganggun karena mimpi teman-temannya datang dan menuduhnya mencuri. Pasien sebelumnya belum pernah mengalami keluhan yang sama dan sejauh ini belum ada pengobatan yang dijalani untuk mengurangi keluhan yang dirasakan.

2. Permasalahan

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien pendiam (+), sedih (+), melamun (+), menangis (+), nafsu makan berkurang (+), hendaya sosial berkurang (+), hendaya peran berkurang (+), hendaya waktu luang berkurang (+), gangguan tidur (+).

Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan tingkah laku hipoaktif, mood hipotimik, kuantitas pembicaraan remming dengan kecepatan lambat, daya ingat segera-pendek-panjang buruk, abstrak buruk, tilikan 1 (tidak merasa sakit), dan daya pertimbangan buruk.3. SolusiTerapi:

Farmakoterapi: Fluoxetine 20mg 1X1

Psikoterapi

: -

Psikoedukasi:

Minum obat teratur

Berdoa pada Allah SWT Beri dukungan dari keluarga

Seminggu lagi datang untuk kontrol

Jika gejala bertambah berat akan dirujuk ke spesialis psikiatri.DAFTAR PUSTAKA1. Nurmiati, Amir. 2005. Depresi : aspek neurologi, diagnosis, dan tatalaksana. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13 septmber 2013]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 2005.5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.

24