kasus 4 bppv

32
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN................................................... ......................................................1 BAB 2 PEMBAHASAN.................................................... ........................................................2 2.1 ANAMNESIS..................................................... .............................................................. ....2 2.2 PEMERIKSAAN FISIK......................................................... .............................................2 2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................... ....................................7 2.4 DIAGNOSIS BANDING....................................................... ..............................................8

Upload: irene-marissa-imanuel

Post on 18-Jan-2016

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bppv

TRANSCRIPT

Page 1: kasus 4 bppv

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................2

2.1 ANAMNESIS.......................................................................................................................2

2.2 PEMERIKSAAN FISIK......................................................................................................2

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG.........................................................................................7

2.4 DIAGNOSIS BANDING.....................................................................................................8

2.5 DIAGNOSIS KERJA...........................................................................................................9

2.6 ETIOLOGI........................................................................................................................10

2.7 EPIDEMIOLOGI...............................................................................................................10

2.8 PATOFISOLOGI...............................................................................................................11

2.9 GEJALA KLINIK..............................................................................................................12

2.10 PENATALAKSANAAN.................................................................................................13

2.11 KOMPLIKASI.................................................................................................................18

2.12 PENCEGAHAN...............................................................................................................19

2.13 PROGNOSIS....................................................................................................................19

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

Page 2: kasus 4 bppv

BAB 1

PENDAHULUAN

Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering digambarkan

sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing

(dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri

kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan

nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.

Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi

berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh

gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh

banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai

adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa

(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan

kelainan keseimbangan.

Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional

Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang

dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo pada

BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada

sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921.

Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi

ini terjadi akibat gangguan otolit.

1

Page 3: kasus 4 bppv

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 ANAMNESIS

1. Menanyakan apakah keluhan utama?1,2

2. Apa yang sebenarnya dimaksud pasien dengan pusing? Apakah yang dimaksud pasien

adalah ketidakseimbangan, vertigo yang sebenarnya (rasa sekeliling berputar), merasa

pingsan,nyeri kepala dan sebagainya?1,2

3. Apakah saat ini pasien merasa pusing? Bagaimana rasanya? Berapa lama dan berapa

sering timbul pusing? 1,2

4. Adakah pemicu? Gerakan/posisi kepala, perubahan postur, aktivitas dan sebagainya?

5. Adakah tuli, tinitus? 1,2

6. Adakah gejala penyerta (misalnya mual, muntah, nyeri kepala, palpitasi, nyeri dada

dan sebagainya)? 1,2

7. Adakah gejala lain (misalnya gejala neurologis lain seperti kelemahan atau gejala

kardiovaskular seperti nyeri dada)? 1,2

8. Apa yang meringankan pusing (misalnya duduk)? 1,2

Riwayat penyakit dahulu

1. Adakah riwayat penyakit jantung atau neurologis sebelumnya? 1,2

2. Adakah riwayat episode pusing atau sinkop sebelumnya? 1,2

3. Adakah riwayat tauma pada kepala atau leher? 1,2

Obat-obatan

1. Apakah pasien mengkonsumsi obat yang mungkin menjadi penyebab timbulnya

gejala (misalnya diuretik yang menyebabkan hipotensi postural)? 1,2

2. Apakah pasien sedang menjalani terapi (misalnya sedatif vestibular)? 1,2

2.2 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan awal mencakup pemeriksaan ortostatik, kardiovaskular, neurologik, tajam

penglihatan, hiperventilasi selama 2 menit, tes romberg, dan tes langkah tamdem (tandem

gait test).

2

Page 4: kasus 4 bppv

1. Hipotensi ortostatik

Adalah penurunan tekanan darah sistolik 20mgHg (atau 20%) dengan atau tanpa

gejala segera setelah berdiri atau setelah 2 menit berdiri (setelah 5 menit dalam

posisi terlentang).1-3

2. Pemeriksaan kardiovaskular

Dilakukan untuk mencari kemungkinan aritmia, kelainan katup jantung dan bruit

karotis. 1-3

3. Pemeriksaan neurotologik

Mencakup pemeriksaan telinga termasuk saraf kranial, evaluasi telinga luar, dan

tengah, dan tes fistula. Tes fistula dilakukan dengan memberi tekanan ke telinga dan

dievaluasi terjadinya nistagmus dan vertigo. Hasil positif menunjukkan adanya fistula

dari labirin bisa karena kolesteatoma atau infeksi. 1-3

4. Test Romberg

Pemeriksa berdiri dengan kedua kaki rapat dengan mata terbuka kemudian tertutup.

Tes positif bila penderita jatuh dengan kecenderungan ke sisi arah komponen lambat

dari nistagmus spontan (sisi lesi). 1-3

5. Test langkah Tandem

Test yang lebih sensitif dimana penderita berjalan dengan kedua kaki berdekatan

depan belakang (tumit menyentuh ujung kaki sisi lain). Pada penderita gangguan

vestibuler akut tidak dapat melakukan test ini walaupun dengan mata terbuka. 1-3

6. Test past pointing

Penderita dalam posisi duduk mengangkat lengan ke atas dengan jari telunjuk ekstensi

kemudian lengan diturunkan dan menyentuh jari si pemeriksa yang berada di

depannya. Dilakukan pada masing-masing sisi dengan mata terbuka dan tertutup. 1-3

3

Page 5: kasus 4 bppv

Gambar 1 : test romberg, langkah tandem dan test past pointing.

Diagnosis BPPV dapat dilakukan dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai

timbulnya nistagmus pada posisi tersebut. Dikenal tiga jenis tes untuk memprovokasi

timbulnya nistagmus yaitu : tes Dix Hallpike, tes side lying, dan tes roll.

a. Tes Dix Hallpike merupakan pemeriksaaan yang paling sering digunakan. 

b. Side lying test digunakan untuk menilai BPPV pada kanal posterior dan anterior.

c. Tes Roll untuk menilai vertigo yang melibatkan kanal horisontal.

Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara

memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari

kanalis semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih pemeriksaan Dix-Hallpike

atau side lying. Pemeriksaan Dix-Hallpike lebih sering digunakan  karena pada tes tersebut

posisi kepala sangat sempurna untuk Canalith Repositioning Treatment (CRT) .

Pada saat tes provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon

nistagmus pada kaca mata Frenzel yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik

lagi bila direkam dengan system video infra merah (VIM). Penggunaan VIM memungkinkan

4

Page 6: kasus 4 bppv

penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk

penayangan ulang.

Pemeriksaan Dix-Hallpike

Gambar 2 : pemeriksaan dix-hallpike

Pemeriksaan Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan. Pemeriksaan Dix-

Hallpike kanan pada bidang  kanalis semisirkularis (kss) anterior kiri dan kanal posterior

kanan dan pemeriksaan Dix-Hallpike kiri pada bidang posterior kiri dan anterior kanan.

Untuk melakukan pemeriksaan Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja peme-

riksaan dengan kepala menoleh  450 ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan

kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-30° pada ujung meja

5

Page 7: kasus 4 bppv

pemeriksaan, tunggu 30 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor

dilakukan selama + 1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan pemeriksaan

ini maka dapat langsung dilanjutkan dengan  Canalith Repositioning Treatment (CRT) bila

terdapat abnormalitas. Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila pemeriksaan tersebut

tidak diikuti dengan CRT maka pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali. Lanjutkan

pemeriksaan dengan pemeriksaan Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 450 ke

kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya

respon abnormal, dapat di lanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau

bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan 

kembali.2,4,5

Pemeriksaan side lying

Gambar 3 : pemeriksaan side-lying

Pemeriksaan side lying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu pemeriksaan side lying kanan yang

menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan

pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan

pemeriksaan side lying kiri yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior

kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal

posterior pada posisi paling atas. 2,4,5

6

Page 8: kasus 4 bppv

Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kemudian

dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala ditolehkan 45° ke kiri (menempatkan kepala pada

posisi kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan), tunggu 30 detik sampai timbul

respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk untuk dilakukan pemeriksaan Side

lying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 45° ke kanan

(menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 30

detik sampai timbul respon abnormal. 2,4,5

Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan  nistagmus yang timbulnya lambat, + 40

detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis,

pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo

berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. 2,4,5

Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat

nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan.

Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior

kanan.

Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri.

Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior

kanan.

Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kiri.

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Elektronystagmography (ENG)  

Pemeriksaan elektronystagmography (ENG) atau videonystagmography (VNG). Tujuan dari

pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi gerakan mata abnormal. ENG (yang menggunakan

elektroda) atau VNG (yang menggunakan kamera kecil) dapat membantu menentukan apakah

pusing disebabkan karena penyakit telinga bagian dalam dengan mengukur gerakan

involunter bola mata sementara kepala penderita ditempatkan pada posisi yang berbeda atau

organ keseimbangan dirangsang dengan air atau udara.2,4

7

Page 9: kasus 4 bppv

Magnetic Resonance Imaging  

(MRI). Teknik ini menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan

gambaran cross-sectional kepala dan tubuh penderita. MRI dapat dilakukan untuk

menyingkirkan diagnosa neuroma akustik - sebuahtumor otak jinak dari persarafan yang

menghantar suara dan informasi keseimbangan daritelinga bagian dalam ke otak - atau lesi

lain yang dapat menjadi penyebab vertigo. 2,4

2.4 DIAGNOSA BANDING

MENIERE’S DISEASE

Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan

mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan serangan

vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.2

Patofisiologi : pembengkakan endolimfe akibat penyerapan endolimfe dalam skala media

oleh stria vaskularis terhambat.2

Manifestasi klinis : vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15 menit sampai

beberapa jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan pendengaran, tinitus yang

kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga. Serangan pertama hebat sekali, dapat

disertai gejala vegetatif Serangan lanjutan lebih ringan meskipun frekuansinya bertambah. 2

ACUTE VESTIBULAR NEURITIS

Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu

kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual, muntah yang hebat,

serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga

empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit wrtuk mengatasi gejala dan

dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan

selama beberapa bulan, serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak

ada perubahan pendengaran. 2

8

Page 10: kasus 4 bppv

VERTIGO SENTRAL

Vertigo juga harus dibedakan antara vertigo sentral dan vertigo perifer yangmana

perbedaannya terdapat pada gejala-gejala pada pasien seperti :

Gejala Sentral Perifer

Rasa mual berlebihan + +++

Muntah + +

Diperburuk oleh pergerakan kepala tidak spesifik ++ -

Dicetuskan oleh pergerakan kepala spesifik (misalnya posisi dix-hallpike), perputaran kepala dalam posisi terlentang.

+ +++

Timbulnya nistagmus paroxysmal ke atas dengan manuver dixx-hallpike

- +++

Timbulnya nistagmus paroxysmal ke bawah dengan manuver dixx-hallpike

++ +

Nistagmus denga perubahan posisi horizontal paroxysmal (geotropic/ageotropic) yang dibangkitkan ole perputaran posisi horizontal kepala

+ ++

Nistagmus persisten ke bawah pada semua posisi +++ -

Hilangnya nistagmus dengan pergerakan posisi - +++

Membaik setelah perawatan dengan manuver posisional - +++

Tabel 1 : perbezaan antara vertigo sentral dan vertigo perifer. 2

2.5 DIAGNOSA KERJA

Benign Paroxysmal Postional Vertigo (BPPV) adalah suatu vertigo dengan gejala-gejala

antara lain episode-episode vertigo yang singkat, dipicu oleh perubahan posisi kepala,

lamanya beberapa detik sampai beberapa menit, bersifat intrmiten, dengan gejala lain seperti

mual, rasa melayang, dan ketidakseimbangan.1-5

Mendiagnosis BPPV dapat dilakukan dengan tindakan provokasi dan menilai timbulnya

nistagmus pada posisi tersebut. Dikenal tiga perasat untuk provokasi timbulnya nistagmus

yaitu: perasat dix-hallpike, perasat side lying dan perasat roll. 1-5

Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang munculnya lambat kurang

lebih 40 detik kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit kemungkinan

penyebabnya adalah kanalitiasis sedangkan yang disebabkan oleh kupolitiasis nistagmus

9

Page 11: kasus 4 bppv

dapat terjadi lebih dari lebih dari 1 menit dan vertigo terjadi bersama dengan nistagmus.

Selain itu dapat juga didiagnosis kanal mana yang terlibat dengan cara mencatat arah fase

cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus kedepan. 1-5

2.6 ETIOLOGI

Beberapa faktor predisposisi pasien untuk BPPV.3 Ini termasuk tidak aktif, alkoholisme akut,

operasi besar, dan sistem saraf pusat (SSP) penyakit. 3 Pemeriksaan neurotologic lengkap

penting karena banyak pasien memiliki patologi telinga secara bersamaan, sebagai berikut:

Idiopatik patologi - 39%

Trauma - 21%

Telinga penyakit - 29%

Otitis media - 9%

Neuritis vestibular - 7%

Ménière disease - 7%

Otosklerosis - 4%

Sudden sensorineural hearing loss - 2%

Penyakit SSP - 11%

Vertebra basiler insufisiensi - 9%

Neuroma akustik - 2%

Cervicals vertigo - 2%

Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang

yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah.

BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia. 3

2.7 EPIDEMIOLOGI

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang

sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih banyak pada

perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35

tahun yang tidak memiliki riwayat cedera kepala.

10

Page 12: kasus 4 bppv

Menurut Prof. Dr. Jenny Bashiruddin, Sp THT dari Department THT, FK Universitas

Indonesia, sekitar 80% vertigo adalah jenis perifer, yaitu akibat adanya gangguan pada

telinga bagian dalam atau vestibular. Sisanya akibat adanya gangguan pada sistim saraf atau

vertigo sentral. Pada tahun 1996 dilaporkan dari 119 penyakit puyeng oleh kelainan yang

disebut sebagai kelainan otologik, 49% menderita vertigo perifer proksimal benigna, 18,5%

penyakit meniere, 13,5% parese vestibular unilateral, 8% parese vestibular bilateral, 6%

disfungsi telinga tengah dan 5% fistula.2

2.8 PATOFISIOLOGI

Mekanisme pasti terjadinya BPPV masih samar. Tapi penyebabnya sudah diketahui pasti

yaitu debris ”otokonia” yang terdapat pada kanalis semisirkularis, biasanya pada kanalis

posterior. Debris berupa kristal kalsium karbonat yang berasal dari struktur utrikulus. Diduga

debris itu menyebabkan perubahan tekanan endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul

gejala vertigo.4,5

Teori Cupulolithiasis

Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia

menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia

(otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada

permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif

akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula.2,4

Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini

menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat miring

partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing

ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-

Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara

utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo). Perpindahan

partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten

sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.2,4,5

11

Page 13: kasus 4 bppv

Teori Canalithiasis

Tahun 1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith bergerak bebas di

dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang

sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang

partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan

cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok (deflected),

hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi waktu kepala ditegakkan

kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang

bergerak ke arah berlawanan. 2,4,5

Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban

bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil

tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori

cupulolithiasis teori ini lebih dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus

transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver

kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta

nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala

pusing. 2,4,5

2.9 MANIFESTASI KLINIS

Penderita BPPV biasanya akan menimbulkan keluhan jika terjadi perubahan posisi kepala

pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar

jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di

pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala ditengadahkan ke belakang.

Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. 2,4,5

Kadang-kadang pada penderita BPPV dapat disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa

cemas. Penderita biasanya menyadari keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak

melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.Vertigo tidak akan terjadi jika kepala

dalam posisi tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi. Pada hampir sebagian

besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam jangka

waktu beberapa hari sampai beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai

12

Page 14: kasus 4 bppv

beberapa tahun. BPPV khususnya dapat dibedakan dari Menière disease karena biasanya

pada BPPV tidak terjadi gangguan pendengaran atau telinga berdenging (tinnitus). 2,4,5

Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa gerakan

kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual). Vertigo muncul

mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada waktu berbaring, bangkit

dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan, menunduk atau

menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 detik.

Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah.

Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang. Umumnya BPPV

menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan kadang-kadang bisa kambuh

lagi. 2,4,5

2.10 PENATALAKSANAAN

Pilihan pengobatan termasuk menunggu waspada, obat penekan vestibular, rehabilitasi

vestibular, canalith reposisi, dan pembedahan.

Observasi

Karena posisi vertigo paroksismal jinak (BPPV) adalah jinak dan dapat diselesaikan tanpa

pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, bahkan ada yang berpendapat bahwa

pengamatan sederhana adalah semua yang diperlukan. Sebaliknya, ini melibatkan beberapa

minggu atau bulan ketidaknyamanan dan vertigo, dengan bahaya jatuh dan kecelakaan

lainnya dari mantra vertigo episodik.2,4

Obat   Vestibulosuppressant

Obat ini biasanya tidak menghentikan vertigo. Meskipun dapat memberikan bantuan minimal

untuk beberapa pasien, ia tidak menyelesaikan masalah, hanya menutupi masalah. Efek

samping dari kepeningan dan kantuk juga menyulitkan masalah obat. Obat-obatan

simptomatis yang biasa digunakan adalah supresor saraf misalnya Betahistine dan

Merislon.2,4

Dokter dapat memberikan obat untuk:

1. Mengurangi sensasi berputar dari vertigo atau

13

Page 15: kasus 4 bppv

2. Mengurangi gejala pusing yang menyertai.

Namun, tidak ada vestibular supresan yang efektif seperti CRP untuk BPPV dan tidak dapat

digunakan sebagai pengganti untuk maneuver reposisi. Obat anti vertigo, seperti

dimenhydrinat, belladonna alkaloid scopolamine, dan benzodiazepine, diindikasikan untuk

mengurangi gejala pusing dan mual sebelum melakukan CRP. 2,4

Rehabilitasi   vestibular  

Rehabilitasi vestibular merupakan terapi noninvasif yang bisa sukses setelah periode panjang.

Sayangnya, hal itu menyebabkan rangsangan berulang vertigo saat pasien melakukan

manuver terapeutik. Pasien dapat diinstruksikan dalam latihan Cawthorne yang tampaknya

membantu dengan mendispersikan partikel. 2,4

Melakukan latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata terbuka, kemudian dengan mata terbuka.

2. Olahraga yang menggerakkan kepala (rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

tertutup.

4. Jalan di kamar atau dengan ruangan dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

tertutup.

5. Berjalan ‘tandem’ (kaki dalam garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki

yang lainnya dalam melangkah).

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.

7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal.

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak, juga memfiksasi objek

yang diam.

9. Semua gerakan tersebut di atas harus dilakukan hati-hati, secara bertahap.

Contoh latihan lain :

1. Duduk di pinggir tempat tidur, tungkai tergantung atau menapak di lantai. Dengan

cepat pasien berbaring ke samping (ke kiri atau ke sisi kanan), tungkai di angkat ke

tempat tidur. Tetap berada pada posisi ini selama 30 detik (pasien mungkin akan

mengalami vertigo, bila mampu tetap pertahankan posisi). Kemudian kembali ke

14

Page 16: kasus 4 bppv

posisi semula, istirahat 30 detik. Setelah itu ulangi lagi, sampai 3 kali. Latihan ini,

yang dapat dilakukan pada vertigo posisional, dapat dilakukan 2-3 kali sehari, setiap

hari sampai vertigo tidak didapatkan lagi. 2,4

2. Pasien duduk di kursi. Kemudian gerakkan kepala berupa gerakan mengangguk. Lihat

ke lantai kemudian ke langit-langit. Lakukan ini sebanyak 5 kali. Kemudian istirahat

selama 10 detik atau lebih, sampai puyeng berlaku. Ulangi latihan ini sampai 3 kali.

Masih duduk di kursi, angkat kepala ke atas (menengadah) dan putar ke samping atas

dan lihat langit-langit. Pertahankan posisi ini selama 30 detik dan kembali ke posisi

semula. Tunggu 30 detik, ulangi lagi sampai 3 kali. 2,4

Reposisi canalith.

Manuver Epley : Pengobatan sederhana untuk vertigo

Beberapa orang mengalami vertigo kalau mereka mengubah posisi kepala mereka secara cepat,

sepertii kalau menggulingkan kepala mereka di atas bantal, memandang ke bawah untuk

mengikat sepatu mereka, atau menoleh ke atas untuk menggapai barang di atas rak tinggi.

Vertigo ini biasanya karena BPPV. Terjadi kalau partikel kalsium sangat kecil lepas dari lokasi

biasa mereka untuk membentuk kotoran, biasanya di kanal semisrkular posterior (salah satu

kanal di telinga dalam). Gangguan sering bisa dilenyapkan dengan mempergunakan manuver

Epley untuk mengeluarkan partikel dari kanal dan mengembalikan ke mana mereka berasal.

Pada manuver ini, badan dan kepala orang digerakkan ke dalam posisi berbeda, beriringan.

Masing-masing posisi ditahan selama sekitar 30 detik untuk membolehkan partikel pindah

oleh gravitasi ke bagian kanal lain. Untuk memeriksa jika manuver berjalan, orang

memindahkan kepala ke arah dimana dulunya menyebabkan vertigo. Jika vertigo tidak terjadi,

manuver berjalan baik. Tetap dalam posisi semi-tegak selama 24 jam setelah manuver Epley,

dulunya dianjurkan, tidak lagi perlu dipertimbangkan.

15

Page 17: kasus 4 bppv

Akhirnya, kepala dan badan dibalik semakin

banyak, sampai hidung menunjuk ke lantai

dengan bulu burung. Orang kemudian duduk

tegak tetapi menjaga kepala agar tetap

dibelokkan sejauh mungkin. Satu kali orang

lurus, kepala bisa menghadap ke depan.

Terlebih dulu, dengan orang duduk, kepala

dibalik sekitar 45 ke sebelah kanan atau kiri,

tergantung pada sisi pemicu vertigo. Orang

kemudian berbaring dengan kepala bergantung

di balik pinggir meja periksa (atau tempat

tidur). Kotoran memicu sinyal dibesar-

besarkan ke otak, menghasilkan vertigo.

Kepala dibelokkan lebih jauh ke sebelah kiri,

agar telinga sejajar dengan lantai.

Kepala kemudian diubah ke arah yang lain

dengan sudut yang sama.

Manuver Epley ini bertujuan untuk mengembalikan debris dari kanalis semisirkularis

posterior ke vestibular labirin. Angka keberhasilan manuver Epley dapat mencapai 100% bila

dilatih secara berkesinambungan. Bahkan, uji Dix-Hallpike yang semula positif menjadi

negatif. Angka rekurensi ditemukan 15% dalam 1 tahun. 2,4

Setelah melakukan manuver Epley, pasien disarankan untuk tetap tegak lurus selama 24 jam

untuk mencegah kemungkinan debris kembali lagi ke kanal semisirkularis posterior. Bila

pasien tidak ada perbaikan dengan manuver Epley dan medikamentosa, operasi dapat

dipertimbangkan. 2,4

16

Page 18: kasus 4 bppv

Pembedahan

Pembedahan biasanya diperuntukkan bagi mereka yang gagal dalam PRK (prosedur reposisi

kanalith). Hal ini bukan pengobatan lini pertama karena invasif dan memegang kemungkinan

komplikasi seperti gangguan pendengaran dan kerusakan saraf wajah. Pilihan termasuk

labyrinthectomy, oklusi kanal posterior, neurectomy tunggal, bagian saraf vestibular, dan

aplikasi aminoglikosida transtympanic. Semua memiliki kesempatan kontrol yang tinggi

vertigo. 2,4

Kerusakan lengkap dari telinga bagian dalam yang terkena dampak berlebihan, mengingat

bahwa hanya kanal semisirkularis posterior terlibat. Oleh karena itu, penulis tidak akan

merekomendasikan labyrinthectomy atau bagian saraf vestibular, kecuali dalam kasus yang

paling ekstrim. 2,4

Neurectomy tunggal, sementara secara teoritis pilihan yang wajar karena diarahkan pada

denervasi dari kanal semisirkularis posterior yang menyinggung, secara teknis sulit dan hanya

telah dikuasai oleh segelintir ahli bedah. Selain itu, beberapa pasien memiliki masalah

ketidakseimbangan signifikan pasca operasi. 2,4

Pilihan bedah yang paling layak untuk pasien yang telah gagal CRP adalah oklusikanal

posterior. Idenya adalah untuk menghentikan vertigo posisional jinak dengan meruntuhkan

kanal posterior, melumpuhkan gerakan partikel melalui kanal. Prosedur ini dilakukan melalui

pendekatan mastoidectomy standar. Kanalis semisirkularis posterior yang menyinggung

terisolasi. Tulang keras dibor ke bawah dengan bentuk berlian untuk mengekspos labirin

membranosa tanpa menumpahkan cairan perilymphatic banyak. Labirin membranosa yang

berisi cairan endolimfatik dikompresi sehingga aliran panjang terganggu. Hal ini membuat

partikel dari bergerak melalui ruang endolimfatik, sehingga menghentikan pusing. 2,4

Tingkat keberhasilan berada di kisaran persentil ke-95. Ketidakseimbangan pascaoperasi

tidak jarang untuk beberapa minggu ke bulan. Hal ini biasanya diobati dengan rehabilitasi

vestibular pasca operasi. 2,4

17

Page 19: kasus 4 bppv

2.11 KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering muncul yaitu mual, muntah, pingsan dan perpindahan otolit ke

kanal lateral sewaktu dilakukannya terapi. 2

2.12 PENCEGAHAN

Langkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:

Tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi

Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat

tidur 

Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang

Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari

ketinggian

Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau

bila leher dalam posisi mendongak

2.13 PROGNOSIS

Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure) biasanya bagus. Remisi

dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali

pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.

18

Page 20: kasus 4 bppv

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif dan objektif dari

gangguan alat keseimbangan tubuh. Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi

perubahan posisi kepala. Untuk membantu penegakan diagnosis, diperlukan pemeriksaan

neurologis  (fungsi vestibular atau serebelar) yang dapat dilakukan,  antara lain tes Nylen

Barany atau Dix Hallpike, tes kalori, tes Romberg, Tandem gait, post pointing tes. Benign

positional vertigo adalah vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik,

hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-

ulang beberapa kali (fatigue). Penyebab dari penyakit ini adalah adanya debris ”otokonia”

yang terdapat pada kanalis semisirkularis. Diduga debris itu menyebabkan perubahan tekanan

endolimfe dan defleksi kupula sehingga timbul gejala vertigo. Penatalaksaannya yang dapat

dilakukan meliputi Canalith Repositioning Treatment (Epley Manuver), Liberatory, Brant

Daroff Training, terapi bedah serta pengobatan secara medikamentosa untuk menolong

pasien dari gejala-gejala BPPV.

19

Page 21: kasus 4 bppv

DAFTAR PUSTAKA

1. Jonathan G. History and Examination at a glance. Blackwell Science Ltd; 26 Agustus

2005.

2. Ethical Digest. Semijurnal farmasi dan kedokteran. Jakarta : PT Etika Media; Agustus

2011, No.90.

3. Probosuseno, Niko A.H, Wasilah R. Dizzniness pada usia lanjut. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing; November 2009.

4. John C.L., Arlen D.M. Benign paroxysmal positional vertigo. Medscape Reference.

Mar 18, 2010. Diunduh dari emedicine.medscape.com, Jan 8, 2012.

5. Joseph B.T. Benign paroxysmal positional vertigo. American Hearing Research

Foundation. Diunduh dari american-hearing.org, Jan 8, 2012.

20