kasus 4 - asea brown boveri

Upload: resna-suhita

Post on 06-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    1/10

    Kelompok

    Febriyanna (18)

    Gede Wira Aditya

    Resnawati (37)

    Yemima L.A (45

    Case

    ASEA BROWN BOVERI

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    2/10

    Pembahasan Kasus :

    Menurut pemahaman kelompok kami, Asea brown Boveri (ABB) sebagai suatu perusahaan hasil

    merger dari dua industri raksasa peralatan elektronik di eropa yaitu Asea AB of Sweden dan

    BBC Brown boveri merupakan sebuah perusahaan industri bisnis elektroteknikal yang menjadi

    pesaing terbesar di dunia dalam menghasilkan, mentranmisi, dan mendistribusikan energi. Selain

    itu, perusahaan yang digabung akan mampu menjadi pemimpin supplier sistem proses otomatis,

    robotik, lingkungan dan lokomotif yang sangat cepat, dan peralatan pengendalian polusi di

    dunia.

    Bergerak dibidang teknologi otomatisasi yang berusaha untuk menggantikan tenaga manusia

    dengan tenaga yang dihasilkan dari energi untuk mengoperasikan dan mengendalikan operasi

    suatu perusahaan. Menunjukan bahwa ABB bergerak dalam industri yang bersifat khusus dan

    memerlukan modal juga keahlian yang terspesialis dan kompleks. Apalagi melihat peningkatan

    skala industrinya setelah melakukan integrasi, sekitar 65000 karyawan Asea akan bergabung

    dengan 85000 karyawan BBC untuk menciptakan sebuah perusahaan yang terdiri dari 850

    perusahaan yang terpisah secara hukum yang beroperasi pada 140 negara. Tentunya

    membutuhkan kontrol yang tepat (efektif dan efisien) juga berkualitas tinggi.

    Keputusan ABB untuk menjadi perusahaan gabungan pun tepat, hasil pendapatan perusahaan

    pada operasi gabungan pada tahun pertamanya sebelum pajak sekitar US$ 536 juta dari

    penjualan sekitar US$ 17,8 miliar. Selain itu, adanya sambutan yang sangat optimis yang

    ditandai dengan peningkatan saham BBC 10% di Zurich dan peningkatan saham Asea 15% di

    Stockholm. Perusahaan Asea yang berperan sebagai penyumbang kinerja profit tahun berjalan

    yang telah unggul, pengendalian manajemen yang memuaskan, dan pemasaran yang agresif,

    sementara BBC membawakan pesanan yang kuat, $ 4 miliar dalam kas ( uang tunai ) dan surat-

    surat berharga, dan keahlian teknikal.

    Terlihat disini bahwa merger yang terjadi di antara dua industri raksasa ini menjadi saling

    melengkapi satu sama lain untuk menjadi yang paling unggul dan memimpin di bidangnya. Hal

    ini menempatkan ABB sebagai Pemasok Sistem Automation terbesar dan memimpin diantara 8

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    3/10

    Besar dunia setelah proses Konsolidasi: the Big Eight

    Bukti di atas juga mengindikasikan strategi yang di gunakan oleh ABB untuk menjadi yang

    terdepan, yaitu Strategi Ekspansi yaitu strategi yang menekankan pada penambahan atau

    perluasan produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas dan pertumbuhan

    permintaan perusahaan meningkat. Hal ini terlihat dari upaya-upaya ABB dalam melakukan

    akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan lainnya seperti:

    - Pengakuisisi bisnis turbin uap AEG di jerman

    - Perusahaan joint venture reaktor nuklir bersama Siemens

    - Penandatanganan perjanjian joint venture dengan Finmeccanica di italia

    - Persekutuan untuk mengakuisi BREL pendiri British Rail Engineering Limited

    - Bekerja sama dengan Rolls Royce. Secara keseluruhan, Dan lain-lain

    ABB mengakuisisi atau melakukan joint venture dengan 40 perusahaan dalam waktu 18 bulan.Jika di lihat dari jenis perusahaan yang di akuisinya, nampak disini jika ditinjau dari sudut

    pandang strategi menurut tingkat levelnya ABB menerapkan stategi bisnis unit dengan

    diversifikasi yang berhubungan(Related Diversif ication) dimana ia cenderung mengakuisis

    perusahaan sejenis yang memiliki hubungan didalamnya.

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    4/10

    ABB Tidak hanya berhenti dengan 40 perusahaan tersebut. Pada awal 1989, perhatian Barnevik

    pemimpin ABB mulai beralih pada pangsa pasar Amerika, bernegosiasi untuk mengakuisisi

    bisnis ditribusi daya dan transmisi Westinghouse sama baiknya saat dengan perusahaan publik

    Combustion Engineering group. Hasilnya, pada 1990 seiring dengan berhasilnya akuisisi

    Westinghouse dan Combustion Engineering, ABB mempekerjakan 215000 karyawan di 1300

    anak perusahaan di seluruh dunia dan menghasilkan pendapatan sebesar 27 milyar us dollar.

    Sementara itu hal ini juga memicu reaksi dari Industri terkait untuk melalukan pembentukan

    ulang dari industri elektrik di Eropa. Hasilnya GEC menjadi perusahaan power equipment nomor

    dua di Eropa dibelakang ABB, dan perusahaan Jerman Siemens turun ke posisi ketiga.

    Melihat bahwa bukan hanya ABB yang melakukan strategi ekspansi melalui jalan akuisisi,

    misalnya saja ada GEC dengan membentuk joint venture dengan perusahaan Prancis Alsthom-

    Jeumont, siemen yang melakukan penandatanganan kontrak kerja sama untuk memperluas

    jaringan telegraf dan teleprinte dengan The Indonesian Postal Administration. Maka berikut

    analisa kelompok kami mengenai keunggulan kompetitif yang menyebabkan ABB mampu

    menjadi yang terdepan dibandingkan pesaiang-pesaingnya adalah :

    Menjadi Pionir dalam mengimplementasikan Strategi

    ABB mampu melakukan ekspansi yang perkembangannya lebih cepat dan menjadi pemicu bagi

    para kompetitor lainnya seperti GEC dan Siemen. Seperti yang kita tahu pada umumnya pionir

    dari suatu produk biasanya akan menjadi yang paling dikenal.

    Memanfaatkan keuntungan berkekspansi

    ABB mampu melihat adanya keuntungan lain yang mendorong ABB menjadi yang terdepan

    setelah berekspansi di berbagai Negara. Kesempatan yang memungkinkan ABB untuk melihat

    peluang akan perkembangan teknologi yang berbeda-beda di setiap Negara. Misalnya saja ketika

    suatu produk yang sudah ditinggalkan oleh Negara maju dapat menjadi produk baru yang dijual

    dinegara berkembang yang perkembangan teknologinya lebih lambat. Hal ini membuat usia

    suatu produk menjadi lebih panjang dibandingkan jika hanya dijual di satu Negara saja.

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    5/10

    Memiliki pemimpin yang mendorong pencapaian kesuksesan

    Implementasi strategi yang mencapai kesuksesan ini tentu tidak akan tercapai tanpa adanya

    seorang pemimpin yang kompeten dan credible yaitu Percy Barnevick. Berikut profile

    Barnevick.

    Percy Barnevik : Pemimpin Baru ABB

    Percy Barnevik, yang telah belajar mengenai kerja keras dan kerja tim dari ayahnya,

    mendapatkan gelar ekonominya di Gothenburg School of Economics, dan melanjutkannya di

    Stanford University. Dia memiliki banyak pengalaman kerja dan karakteristik kepemimpinan

    yang baik (etika yang kuat, komunikasi yang baik, tegas).

    Kepemimpinan di ABB

    Barnevik mampu menanamkan nilai- nilai kedalam organisasinya, memperhatikan detail-detail

    kecil dan mencari tahu masalah-masalah yang ada. Dia percaya bahwa komunikasi dalam

    organisasi adalah hal penting.

    Barnevik mengharapkan para manajernya untuk mengambil keputusan secara cepat. Dengan

    Filosofinya tidak ada yang lebih buruk dari penundaan. Dia juga menekankan pentingnya

    pengambilan inisiatif dan keputusan meskipun salah dari pada tidak melakukan apapun. Dalam

    timnya, analisis yang buruk atau pengetahuan yang dangkal tidak dapat diterima

    Terlihat disini Barnevik berperan sebagai Controller di perusahaan ABB, dia banyak melakukan

    desain dalam sistem ABB juga menerangkan peran laporan sebagai alat evaluasi kinerja dengan

    menetapkan adanya profit center di setiap wilayah. Sebagai seorang controller Barnevik

    menyadari arti penting dari suatu strategi dan upaya menerapkannya.

    Kemampuan membentuk perusahaan baru dengan baik dan terstruktur dengan cepat

    Keputusan intergrasi yang diambilnya ABB selain menjadi tantangan juga menimbulkan resiko

    seperti kemungkinan kegagalan integrasi yang dapat menimbulkan kerugian besar. Dalam waktu

    4,5 bulan ABB mengambil langkah cepat, tidak hanya melakukan merger dan menjaga

    penjualannya namun dia juga mengelompokkan manajer-manajer ke dalam segmen bisnis yang

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    6/10

    terpusat pada satu sisi dan terintegrasi ke dalam sebuah basis nasional melalui kepemilikan

    perusahaan lokal pada sisi lain.(EXHIBIT 3 dan 6 mengenai Matrix Organisasi)

    Pengelolaan kinerja organisasi dengan baik

    Setelah stategi bisnis telah dibuat, seorang manajer harus menentukan bagaimana dia

    mengorganisir orang-orang dan sumber daya yang ada agar berkinerja baik untuk mencapai

    strategi tersebut. Mampu membangun benteng yang kuat namun tidak mampu merawatnya tentu

    akan mudah mengalami keruntuhan.

    Sebelum terjun langsung kedalam sistem, ABB melakukan penanaman nilai-nilai didalam

    organisasinya. Barnevik membentuk program utama untuk menyampaikan arah ABB dan

    prioritasnya. Menjelaskan filosofi manajemennya juga menekankan pentingnya "Buku Kebijakan

    ( policy bible )". Kemudian meminta 300 manajer untuk menerjemahkanya ke dalam bahasa

    lokal mereka dan mengadakan forum interaktif yang sama dalam organisasi mereka sendiri agar

    menjangkau 30000 orang-orang ABB yang lain di seluruh dunia dalam 60 hari.

    Pengoperasian perusahaan yang efektif

    Berhasil menyatukan dua perusahaan besar dengan adanya pemimpin yang memadai, berhasil

    menanamkan nilai-nilai dalam organisasi, kini ABB memikirkan bagaimana untuk mampu terus

    mempertahankan posisinya sebagai yang teratas. Pada awal 1989, 18 bulan setelah merger

    diumumkan, Barnevik mengalihkan fokusnya dari yang semula membentuk perusahaan baru ke

    bagaimana menjalankan perusahaan itu dengan efektif.

    Prinsip dasar organisasi

    Dua hal yang menjadi dasar dalam organisasi yaitu Tanggung jawab yang terdesentralisasi dan

    Akuntabilitas individual.

    Tanggung jawab yang didesentralisasikan

    Barnevik menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk membangun sebuah organisasi yang

    global,kompleks adalah dengan membuatnya sesederhana mungkin, sehingga ABB

    menerapkan sistem desentralisasi dimana seorang manajer mempunyaispan of attention yang

    luas. Desentralisasi ini sendiri akan efektif jika suatu perusahaan memiliki banyak

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    7/10

    permintaan dan tanggap dalam merespon perubahaan di pasar. ABB sebagai perusahaan yang

    berhubungan dengan dunia teknologi tentunya harus mampu tanggap dalam memantau

    perkembangan teknologi yang berlangsung bukan hanya secara lokal tapi juga dunia.

    Masyarakat di setiap Negara tentu memiliki selera dan tingkat penguasaan teknologi yang

    berbeda-beda, sehingga dengan sistem desentralisasi ini proses memantau pasar akan

    menjadi lebih sederhana daripada menggunakan sistem sentralisasi. Tetap meski menerapkan

    sistem desentralisasi, untuk masalah pelaporan sistem sentralisasi lah yang diterapkan oleh

    ABB, langkah ini diambil tentunya untuk memastikan setiap keputusan yang diambil di

    setiap region telah tepat dan sesuai.

    Konsep desentralisasi ini sendiri sebagai wujud darispan of attentionyang merupakan tujuan

    utama dari tiga mekanisme yang dijalankan dalam perusahaan. Yaitu :

    1. Unit kerja

    2. Span of control

    3. Span of accountability

    Berikut analisa kami untuk setiap mekanisme ini sehingga membentuk sistem desentralisasi:

    o Unit Kerja

    Unit kerja adalah sekumpulan orang yang menggunakan sumber daya perusahaan dan

    bertanggung jawab atas suatu kinerja. Dalam unit kerja ini setiap individual dikelompokkan

    untuk bekerja berdasarkan tugas tertentu (spesifik). Tujuannya adalah menghasilkan suatu

    output / produk dengan jumlah standar tertentu yang telah ditetapkan oleh manajemen yang

    disebut sebagai Tanggung Jawab (Accountability). Tanggung jawab ini akan dituangkan

    dalam suatu grafik yang disebut dengan Grafik Organisasi (Organization Chart).

    Menurut analisa kelompok kami dasar tanggung jawabnya di ABB adalah berdasarkan Pasar

    dengan dua bidang spesifik yaitu Region dan Lini Produk. Sementara untuk hubungan dalam

    struktur organisasinya ABB menerapkan Struktur Matrix. Karena terlihat dalam EXHIBIT 3,

    4,5 dan penjelasan Josef Durr mengenai sistem pelaporan ABB dimana digambarkan bahwa

    setiap manajer diharuskan melapor kepada dua manajer, yaitu manajer yang bertanggung

    jawab atas regionalnya dan manajer yang bertanggung jawab atas lini produk yang dijual.

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    8/10

    o Span of control

    Mengenai Span of control yang menunjukan berapa banyak, siapa saja dan bagaiamanaa fungsi

    pelaporannya, menurut kelompok kami ABB dikategorikan sebagai perusahaan dengan Span of

    Control yang luas. Karena terlihat pada EXHIBIT 1, ABB memiliki wilayah yang luas dalam

    pemasaran produknya, ABB juga 65 Bisnis Area dengan total 1300 Perusahaan yang terlihat

    pada EXHIBIT 2. Dengan skala perusahaan sebesar ini tentu rentan kendalinya akan sangat luas.

    o Span of Accountability

    Menurut diskusi kami, ABB juga memiliki Span of Accountability yang luas. Karena terlihat

    ketika Goran Linhald menjelaskan mengenai usaha transmisi energi sebagai bagian dari

    perusahaan ABB, dimana terdapat 750 profit center yang berbeda dengan setiap profit center

    rata-rata mengasilkan $7 juta peenjualan dengan total 45 orang didalamnya.

    Akuntabilitas secara Individual

    ABB membuat entitas legal yang terpisah. ABB beroperasi di kurang lebih 1200 perusahaan

    dengan jumlah karyawan rata-rata 200 karyawan. Dan tiap perusahaan dibagi menjadi 4500

    pusat profit dengan jumlah karyawan kurang lebih 50 orang.

    Memiliki Struktur organisasi matrix dan sistem ABACUS

    Bernevik melihat bahwa ABB memiliki tiga kontradiksi internal.

    1. Mereka ingin mendunia sekaligus menjangkau daerah,

    2. Menjadi besar tapi juga kecil,

    3. desentralisasi radikal dengan kendali dan pelaporan yang sentralisasi.

    Menghadapi kontradiksi tersebut, matriks inilah yang menjadi frameworkdalam mengorganisir

    aktivitas. Matriks tersebut memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan bisnis mereka secara

    global dan memaksimalkan kinerja setiap negara dimana mereka beroperasi.(EXHIBIT 2 dan 3

    menunjukkan kerangka bagan dari struktur matriks yang digunakan di ABB). Prakteknya para

    manajer perusahaan melapor pada manajer regional yang bertanggung jawab atas seluruh

    perusahaan di negara tertentu dan juga melapor pada salah satu dari sebelas wakil direktur yang

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    9/10

    bertanggung jawab atas segmen bisnis individu. Terlihat disini terdapat pelaporan silang seperti

    sifat struktur matriks. Meskipun terlihat rumit namun matrix ini mendukung strategi perusahaan

    dan pencapaian tujuan organisasi.

    The ABACUS System

    Sistem pelaporan yang terkomputerisasi bernama ABACUS menyediakan informasi yang

    terupdate yang dibutuhkan dalam pengawasan dan pengambilan keputusan yang kompleks.

    Cara kerjanya, setiap bulan ABACUS mengumpulkandata kinerja di 4500 profit center dan

    membandingkannya dengan budget dan forecasts. Data yang dikumpulkan dalam mata uang

    lokal namun di konversi ke U.S Dollars agar memudahkan proses analisis. Sistem ini juga

    memungkinkan ABB untuk mengolahnya sedemikian rupa. ABB bisa menjumlahkan atau

    memisahkan hasil berdasarkan segmen bisnis, negaa, dan perusahaan-perusahaan yang ada

    didalam suatu Negara.

    Sistem Kontrol

    Mengenai sistem control yang diterapkan oleh ABB sebenarnya sudah dijelaskan secara tidak

    langsung pada keunggulan kompetitif diatas, secara ringkas sebagai berikut :

    Struktur organisasi matriks

    Buku kebijakan yang mengarahkan tujuan dan prioritas perusahaan

    (Buku Kebijakan policy bible-buku kecil dengan 21 halaman yang menggambarkan

    hubungan organisasional yang baru)

    Controller yang memadai (Percy Barnevik)

    Mampu membangun ABB sebagai perusahaan baru, merancang strategi juga

    pengimplementasian yang berujung kesuksesan bagi ABB

    Sistem dasar perusahaan (Desentralisasi dan Akuntabilitas)

    ABACUS system

  • 7/21/2019 Kasus 4 - Asea Brown Boveri

    10/10

    Kesimpulan

    Asea brown Boveri (ABB) sebagai suatu perusahaan hasil merger dari dua industri raksasa

    peralatan elektronik di eropa yaitu Asea AB of Sweden dan BBC Brown boveri. Melihat skala

    dan bidang usahanya yang besar tentunya ABB memerlukan strategi usaha yang tepat yaitu

    Strategi Ekspansi. Melalui berbagai keunggulan kompetitif dan struktur organisasi yang baik

    ABB mampu menjadi pemimpin dibidang teknologi otomatisasi dan mengimplementasikan

    strateginya dengan efektif dan efisien. Selain itu kesuksesan ABB juga didukung dengan adanya

    berbagai sistem control yang memadai agar tidak hanya pembentukannya yang sukses tetapi juga

    pengimplementasian dan operasi perusahaannya.