kasbes pneumonia anak zsa2 baru

76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pneumonia adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi, yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia), dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor iatrogenik seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia. Pneumonia hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita). Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Faktor-faktor yang mempengaruhi pneumonia pada anak di bawah lima tahun di antaranya usia, jenis kelamin, status gizi, dan riwayat imunisasi. Disamping faktor-faktor tersebut ada juga faktor ekstrinsik seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua, ventilasi, dan kebiasaan merokok di sekitar anak. 1

Upload: zsa-zsa-maranani

Post on 04-Aug-2015

111 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pneumonia adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi, yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing. Berdasarkan anatomis dari struktur paru

yang terkena infeksi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis

(bronkopneumonia), dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Keadaan yang menyebabkan

turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit menahun, gizi kurang/malnutrisi energi

protein (MEP), faktor iatrogenik seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan

antibiotika yang tidak sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya

pneumonia.

Pneumonia hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak di

negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak

berusia di bawah 5 tahun (balita). Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6%

kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem

respiratori, terutama pneumonia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pneumonia pada anak di bawah lima tahun di

antaranya usia, jenis kelamin, status gizi, dan riwayat imunisasi. Disamping faktor-faktor

tersebut ada juga faktor ekstrinsik seperti tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua,

ventilasi, dan kebiasaan merokok di sekitar anak.

Berikut ini adalah sebuah laporan kasus pada seorang bayi laki - laki umur 4 tahun yang

berobat ke Puskesmas Welahan II.

1.2 Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan

mengelola pasien dengan pneumonia sekaligus untuk mengevaluasi tindakan yang telah

diberikan dengan kepustakaan yang ada.

Tujuan umum

Untuk mengetahui penyakit pneumonia, cara mendiagnosis dan mengelola penderita

pneumonia sesuai kepustakaan yang ada.

Tujuan Khusus

1. Dokter muda mengetahui teori penyakit pneumonia sesuai kepustakaan yang ada

1

Page 2: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

2. Dokter muda mampu melakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada penderita

pneumonia

3. Dokter muda mampu melakukan pemeriksaan fisik dan mengerti pemeriksaan

penunjang untuk diagnosis pasti pneumonia

4. Dokter muda mampu melakukan pengelolaan secara komprehensif pada kasus ini.

1.3 Manfaat penulisan

Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan media belajar bagi mahasiswa

agar dapat mendiagnosis dan mengelola pneumonia secara tepat.

2

Page 3: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Berdasarkan tempat

terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu : 1. Community acquired pneumonia,

bila infeksinya terjadi di lingkungan masyarakat dan 2. Pneumonia nosokomial, bila

infeksinya terdapat di rumah sakit.

Batasan pengertian dari Community acquired pneumonia (CAP) adalah suatu infeksi

akut pada parenkim paru yang diperoleh di luar rumah sakit. Diagnosa umumnya didapat

dari anamnesis dan bukti klinis dari suatu proses infeksi akut dengan ditemukan demam dan

tanda serta gejala distres respirasi atau dari bukti radiologi dengan suatu infiltrat yang akut.

Pneumonia nosokomial atau Hospital Acquired pneumonia (HAP) adalah suatu

infeksi akut pada parenkim paru yang didapat saat maupun setelah mendapat perawatan di

rumah sakit, untuk di Indonesia sendiri saat memakai batasan waktu, yaitu infeksi yang

didapat setelah ≥72 jam mendapat perawatan di rumah sakit.

2.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi pasti jarang teridentifikasi, bisa karena bakteri atau virus atau

keduanya. Bakteri patogen yang sering ditemukan adalah S pneumoniae, Moraxella

catharalis dan H influenzae, M pneumoniae, C pneumoniae, sedangkan dari virus adalah

RSV dan influenzae Adan B. Etiologi karena virus menurun dengan bertambahnya usia

sedangkan etiologi karena C pneumoniae dan M pneumoniae meningkat sesuai usia.

Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab bakteri tersering menyebabkan pneumonia

pada semua kelompok umur. Virus paling sering mengenai anak usia kurang dari 5 tahun dan

Respiratory syncytial virus (RSV ) merupakan penyebab infeksi tersering pada anak usia di

bawah 3 tahun, sedangkan Adenovirus, Parainfluenzae dan Influenzae pada bayi.

Mycoplasma pneumoniae dan Clamydia pneumoniae merupakan penyebab CAP tersering

pada anak usia sekolah atau usia diatas 5 tahun namun jarang terjadi pada anak usia pra

sekolah.

Etiologi pneumonia dapat dibagi menjadi 2, yaitu yang penyebabnya bukan bakteri

(tabel) dan pneumonia karena bakteri. Agen yang nonbakteri terdiri dari 3 Mycoplasma spp, 1

Rickettsia spp, Chlamydia spp, 1 protozoan parasite dan yang terakhir 16 grup virus yang

berbeda. Pada tabel dapat dilihat agen utama dengan variasi umur, dengan frekuensi

3

Page 4: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

kejadian, tipe derajat beratnya dan cara penyebaran ke paru. Sedangkan agen bakteri meliputi

S pneumoniae, H influenzae dan S aureus sebagai patogen yang berperan penting. Selain itu

agen yang lain adalah Streptococcus grup B, Streptococcus grup A, bakteri anaerob,

Legionella pneumophila, Neisseria meningitidis dan bakteri enterik gram negatif.

Age Group Common Pathogens (in Order of Frequency)

Newborn Group B Streptococci

Gram-negative bacilli

Listeria monocytogenes

Herpes Simplex

Cytomegalovirus

Rubella

1-3 months Chlamydia trachomatis

Respiratory Syncytial virus

Other respiratory viruses

3-12 months Respiratory Syncytial virus

Other respiratory viruses

Streptococcus pneumoniae

Haemophilus influenzae

Chlamydia trachomatis

Mycoplasma pneumoniae

Age Group Common Pathogens (in Order of Frequency)

2-5 years Respiratory Viruses

Streptococcus pneumoniae

Haemophilus influenzae

Mycoplasma pneumoniae

Chlamydia pneumoniae

5-18 years Mycoplasma pneumoniae

Streptococcus pneumoniae

Chlamydia pneumoniae

Haemophilus influenzae

4

Page 5: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Influenza viruses A and B

Adenoviruses

Other respiratory viruses

2.3 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia masih menjadi penyakit terbesar penyebab kematian anak dan juga

penyebab kematian pada banyak kaum lanjut usia di dunia. World Health organization

(WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia

sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 – 2,2 juta, di mana sekitar 70 persennya terjadi di negara-

negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara.

Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten

Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada

balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total

kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri

pneumokokus.

Meskipun sudah dilakukan berbagai upaya untuk penanggulangan penumonia, tetapi

kasus pneumonia masih tetap tinggi. Menurut WHO, angka kematian bayi di atas 40 per 1000

kelahiran hidup (di Indonesia : 41 per 1000 kelahiran hidup), angka kematian balita di atas 15

per 1000 balita (di Indonesia : 81 per 1000 kelahiran hidup). Proporsi kematian balita akibat

pneumonia lebih dari 20 % (di Indonesia 30 %) angka kematian pneumonia balita di atas 4

per 1000 kelahiran hidup (di Indonesia diperkirakan masih di atas 4 per 1000 kelahiran

hidup). Menurut SKRT 2001 urutan penyakit menular penyebab kematian pada bayi adalah

pneumonia, diare, tetanus, ISPA sementara proporsi penyakit menular penyebab kematian

pada balita yaitu pneumonia (22,5%), diare (19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%),

malaria (7%), serta campak (5,2%).

Angka kejadian pneumonia di Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006

mengalami penurunan. Kasus pneumonia pada tahun 2004 sebanyak 293.184 kasus dengan

kasus Angka Insiden (AI) 13,7; tahun 2005 sebanyak 193.689 kasus dengan AI 8,95;dan pada

tahun 2006 sebanyak 146.437 kasus dengan AI 6,7.

Di Propinsi Jawa Tengah, sebesar 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA

disebabkan pneumonia. Angka kejadian pneumonia balita di Jawa Tengah pada tahun 2004

sebanyak 424 dengan AI 0,13, tahun 2005 sebanyak 1.093 dengan AI 0,33, dan tahun 2006

5

Page 6: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

sebanyak 3.624 dengan AI 11,0. Untuk data mengenai pelaporan penyakit ISPA pada anak

usia < 5 tahun di Puskesmas Welahan 2, dapat dilihat pada tabel di bawah.

No

DESA

PUSKESMAS PUSTU BIDAN DI DESA

BUKAN PNEMO

NIA

PNEMONIA

PNEMONIA

BERAT

BUKAN PNEMON

IA

PNEMONIA

PNEMONIA

BERAT

BUKAN PNEMON

IA

PNEMONIA

PNEMONIA

BERAT

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

2BL-1TH

1-5TH

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

2BL-1TH

1-5TH

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

2BL-1TH

1-5TH

<2BL

2BL-1TH

1-5TH

1 UJUNGPANDAN

1 11121

- 1 - - - 1 63363

1 11 - - - - 3 6 - - - - -

2 KARANGANYAR

3 12 98 - 1 - - - - - 1 - - - - - 8 23177

- - - - -

3 GUWOSOBOKERTO

3108

487

- 14 - - - - - - - - - - - 4 9100

- - - - -

4 KEDUNGSARIMULYO

- 2 9 - - - - - - - - - - - - - 23 43264

- 7 - - -

5 BUGO - - 4 - - - - - - - - - - - - - 20 48202

- - - - -

6 KENDENGSIDIALIT

1 11112

- 2 - - - - - - - - - - - 4 44203

- 6 - - -

7 SIDIGEDE 6120

902

1 10 - - - - - - - - - - - 19 29321

1 2 - - -

2.4 Klasifikasi

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

o Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

o Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

o Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis

dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini

dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.

Untuk golongan umur <2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada

bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2

bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

6

Page 7: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak

harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12

bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun adalah 40 kali

per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2.5 Patogenesis

Pneumonia merupakan hasil dari inflamasi langsung pada jaringan paru. Dengan kata

lain pneumonia terjadi karena adanya inflamasi pada ruang alveolar dan menyebabkan

terganggunya pertukaran udara. Komplikasi infeksi lain yang sering terjadi yaitu bronkiolitis

atau laringotrakeobronkitis. Pneumonia juga terjadi melalui penyebaran hematogen atau

karena aspirasi. Pada umumnya inflamasi terjadi karena invasi dari bakteri, virus, atau jamur

tetapi dapat juga terjadi kerusakan akibat bahan kimia

Setelah agen virus yang menyebabkan pneumonia inokulasi pada saluran pernapasan

bagian atas akan mengalami proliferasi dan menyebar secara kontiniutatum dan mengenai

saluran pernapasan bagian bawah sampai ke bagian distal. Infeksi pada epitel menyebabkan

hilangnya epitel beserta silia dengan terjadi pelepasan dan penumpukan sisa-sisa jaringan

bersama mukus yang menetap serta terjadi akumulasi. Pada saat infeksi melanjut ke jalan

napas bagian terminal terjadi hilangnya integritas batas antara sel-sel alveolus dan membran

hialin sehingga dapat terjadi edema paru. Terjadi respon inflamasi pada tempat dimana terjadi

kerusakan jaringan yang mengakibatkan infiltrasi sel-sel mononuklear pada lapisan

submukosa dan jaringan interstisial yang lebih lanjut memberi kontribusi terjadi penyempitan

jalan napas dan menghambat pertukaran gas antara alveolus dan kapiler. Terjadi obstruksi

yang relatif dan menimbulkan hiperinflasi dan “air trapping”. Obstruksi yang komplit atau

“mekanisme penutupan katup” menyebabkan terjadi atelektasis. Lebih lanjut terjadi

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang menimbulkan hipoksia.

Terdapat lima penemuan gambaran patologi utama pada penderita dengan infeksi

yang fatal yaitu bronkiolitis akut, bronkiolitis nekrotising, pneumonia interstisial, pneumonia

alveolus dan kerusakan alveolus yang difus. Karakteristik dari bronkiolitis akut yaitu adanya

kerusakan dari epitel bersilia yang superfisial dan reversibel disertai dengan infiltrasi dari sel

mononuklear. Bronkiolitis nekrotising meluas sampai ke dalam lapisan submukosa saluran

7

Page 8: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

pernapasan dan mungkin tidak reversibel. Kondisi ini terutama dihubungkan dengan

pneumonia karena adenovirus. Pneumonia interstisial merupakan kelainan yang difus

dimana terjadi respon inflamasi dengan sel mononuklear yang dominan dan melibatkan

septum alveolus peribronkial. Pada pneumonia alveolus dimana alveolus terisi oleh lapisan

sel-sel yang degenerasi dan inflamasi dari sel-sel mononuklear atau polimorfonuklear dengan

atau tanpa membran hialin. Membran hialin terdiri dari endapan-endapan fibrin yang

dicetuskan oleh pelepasan lokal dari kompleks faktor-faktor VII jaringan seperti inhibitor

fibrinolisis. Ketika membran hialin terjadi, proses ini menggambarkan kerusakan alveolus

yang difus. Tanda histopatologi ini menunjukkan fase akut dari ARDS. Bronkiolitis akut dan

pneumonia interstisial adalah kasus fatal dari pneumonia nonbakteri yang tersering.

Pneumonia alveolus merupakan perwujudan dari superinfeksi bakteri, ARDS atau perubahan-

perubahan yang dihubungkan dengan pemakaian ventilator dan toksisitas oksigen. Tiga

faktor penting yang berpengaruh terhadap gambaran patologi pada pneumonia nonbakteri

pada anak adalah anatomi, penyakit paru yang ada dan imunitas. Pada bayi yang lebih muda

dengan kemampuan jalan napas yang kecil serta tidak ada hubungan antara ruang-ruang

alveolus memberi kontribusi terjadi wheezing dan atelektasis lobaris. Penyakit paru yang ada

seperti displasia bronkopulmonari adalah karakteristik dari emfisema, metaplasia skuamosa

dari cabang bronkus, hipertropi dari sel-sela goblet dan meningkatnya reaktivitas dari otot

polos. Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret yang terjadi akibat infeksi pada pasien

dengan displasia bronkopulmonari sering terjadi bronkospasme, atelektasis dan gagal napas.

Gambaran imunopatologi karena infeksi dengan RSV dan M pneumoniae berbeda antara

bayi dan anak yang lebih tua. Terjadi interaksi antara virus RSV dengan sel-sel epitel serta

IgE spesifik dan selanjutnya terjadi pelepasan histamin yang yang diyakinkan sebagai suatu

mekanisme bronkospasme pada penyakit virus. Akumulasi dari imun setelah infeksi yang

berulang oleh M pneumoniae gambaran klinis penyakitnya lebih nyata pada anak yang lebih

tua dan orang dewasa. Sel mediated immunity spesifik dapat dideteksi dengan kadar yang

rendah pada anak yang lebih muda namun meningkat pada dewasa serta mungkin memberi

kontribusi untuk patogenesisnya. Berbagai variasi yang unik dari infeksi pneumonia karena

virus meliputi pneumonia giant sel (leukemia atau infeksi HIV dengan superinfeksi campak),

pneumonia interstisial limfoid atau hiperplasia limfoid paru (HIV dengan infeksi EBV).

Pada umumnya pneumonia karena bakteri terjadi kolonisasi pada nasofaring akibat

aspirasi atau inhalasi dari organisma tersebut. Paru mempunyai mekanisme perlindungan

terhadap bakteri dengan mekanisme yang bervariasi meliputi filtrasi partikel-partikel di

hidung, pencegahan terhadap aspirasi sekret yang terinfeksi oleh refleks epiglotis,

8

Page 9: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

pengeluaran bahan-bahan yang teraspirasi dengan refleks batuk, pengeluaran organisma oleh

sekresi mukus dan sel-sel bersilia, memakan dan membunuh bakteri oleh makrofag alveolus,

netralisasi bakteri oleh komponen imun lokal yang spesifik dan nonspesifik (contohnya

komplemen, opsonin dan antibodi) dan partikel-partikel yang di transport dari paru melalui

aliran limfe. Infeksi pada paru mungkin terjadi apabila satu atau lebih barier ini berubah,

terhambat atau rusak. Penyebaran hematogen terjadi dengan cara emboli infeksi yang berasal

dari fokal infeksi yang supuratif seperti abses pada kulit atau jaringan lunak yang disebabkan

oleh S aureus yang kejadiannya jarang. Pneumonia karena S pneumoniae dimulai dengan

inflamasi akut dan hiperemis pada mukosa saluran pernapasan bawah, terjadi eksudasi dari

cairan edema, penumpukan fibrin dan infiltrasi dari lekosit PMN pada alveolus (hepatisasi

merah ), dikuti oleh dengan penumpukan fibrin yang dominan dan aktivitas dari makrofag

(hepatisasi kelabu). Eksudat pada alveolus dicerna secara enzimatik dan diabsorbsi atau

dikeluarkan oleh reflek batuk. Terjadinya resolusi dengan kembalinya morfologi dan fisiologi

ka arah normal pada paru. Berbeda dengan pneumonia yang disebabkan oleh S.aureus dan

C.pneumonia dimana frekuensi terjadinya kerusakan struktur jaringan oleh abses yang

multipel sedikit.

Ada 4 stadium dari pneumonia lobaris. Pada stadium kongestif terjadi dalam 24 jam

pertama paru terdapat konsistensi yang nyata dan karakteristik secara mikroskopik

didapatkan vaskuler yang kongestif serta edema pada alveolar. Terdapat beberapa bakteri dan

sedikit netrofil. Pada stadium hepatisasi merah terjadi pada hari kedua dan ketiga. Dinamakan

hepatisasi merah karena konsistensinya mirip dengan hepar dengan ciri-ciri adanya beberpa

eritrosit, netrofil serta deskuamasi dari sel epitel dan fibrin di dalam alveolar. Pada stadium

hepatisasi kelabu terjadi pada hari kedua dan ketiga setelah hepatisasi merah dimana paru

warna coklat keabuan menjadi kuning karena eksudat yang fibrinopurulen, kerusakan

eritrosit dan hemosiderin. Stadium akhir adalah stadium resolusi dengan ciri-ciri terjadinya

resorpsi dan perubahan dari struktur paru. Inflamasi dengan adanya fibrin mungkin meluas

dan melewati ruang pleura menyebabkan terdengar suara rub pada auskultasi dan mungkin

berperan dalam proses resolusi atau organisasi serta perlekatan dari pleura.

Bronkopneumonia merupakan bagian dari konsolidasi satu atau lebih dari lobus paru.,

biasanya melibatkan zona paru yang berkaitan, bisa karena suatu aspirasi yang berasal dari

orofaring. Eksudat netrofil terdapat di tengah bronkus dan bronkiolus dengan penyebaran dari

tengah ke tepi dan berdekatan dengan alveolus.

Pada pneumonia interstisial inflamasi yang sebagian atau yang difus melibatkan

interstisial dengan karakteristik adanya infiltrasi dari limfosit, makrofag, dan sel-sel plasma.

9

Page 10: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Alveolus tidak mengandung eksudat yang bermakna, tetapi membran hialin kaya protein

mirip dengan yang ditemukan pada ARDS mungkin berbatasan dengan ruang alveolar.

Superinfeksi karena bakteri pada pneumonia karena virus dapat juga menghasilkan

peradangan pada sebagian interstisial dan ruang alveolus.

Pneumonia miliaris menggunakan suatu batasan yang bervariasi dengan ciri-ciri lesi

yang dihasilkan dari penyebaran patogen ke paru melalui sirkulasi darah. Derajat

imunokompromais berhubungan dengan lesi dari tuberkulosis miliaris, histoplasmosis dan

kokidioidomikosis mungkin bermanifestasi sebagai granuloma dengan nekrosis kaseosa

dengan fokus nekrosis. Infeksi miliar bisa karena herpes virus, sitomegalovirus atau infeksi

karena virus varisela zoster. Pada pasien dengan imunokompromais berat menghasilkan

sejumlah lesi perdarahan nekrosis akut. Faktor-faktor yang mempermudah atau menurunkan

pertahanan lokal (misalnya pemasangan ET, sindrom gangguan motilitas silia) sebagai

predisposisi untuk terjadi pneumonia pada anak. Agen penyebab mungkin banyak terdapat di

paru karena penyebaran hematogen atau secara langsung lewat inhalasi. Apapun penyebab

yang mendasar peranan respon inflamasi penting untuk meningkatkan aktivitas netrofil dan

melepaskan mediator inflamasi ke jaringan. Proses ini akhirnya menimbulkan perembesan

plasma dan enzim-enzim oksidasi kedalam jaringan. Akibatnya hilangnya aktifitas surfaktan

dengan terjadi kolaps dan konsolidasi.

Pada anak, agen penyebab, usia anak dan penyakit mendasar semuanya menampakkan

gambaran dari penyakitnya.

Defek pada anatomi, fisiologi dan imunologi merupakan faktor predisposisi terjadinya

infeksi pada saluran pernapasan bawah. Defek ini meliputi anomali kongenital (seperti

palatoschizis, fistula trakeoesofageal atau sekuestrasi dari paru), defek pada fungsi imun yang

didapat atau kongenital, aspirasi (seperti anak dengan disautonomia yang familial, pasien

koma, anak dengan pemberian makanan lewat NGT, setelah kejang, selama anastesi) dan

perubahan dari kwalitas sekret mukus (seperti pasien dengan fibrosis kistik). Variasi dari tipe

infeksi pada paru mungkin berkembang pada anak yang mendapat terapi dengan obat-obat

sitostatika dan imunosupresif karena penyakit keganasan atau penyakit pembuluh darah

kolagen atau pada orang yang mendapat transplantasi organ. Pasien dengan defisiensi imun

mungkin berkembang menjadi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob

gram negatif, Staphylococcus, Legionella spp, Nocardia, berbagai macam jamur (meliputi

Aspergillus dan Candida spp serta Pneumocystis carinii) dan virus seperti sitomegalovirus.

Beberapa pasien yang mengalami penekanan respon imun terjadi reaktivasi dari infeksi yang

laten.

10

Page 11: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Bayi yang baru lahir menderita pneumonia yang didapat dari berbagai rute yang

meliputi infeksi transplasenta, aspirasi dari organisma yang terjadi saat lahir melalui jalan

lahir serta postnatal selama perawatan atau di rumah yang berasal dari sumber penularan atau

kontaminasi dari peralatan atau bahan-bahan.

2.6 Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia terbagi atas dua

kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur,

jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi, pemberian ASI, dan

pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe

rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap

rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan

ibu. Salah satu sumber media penularan penyakit pneumonia adalah kondisi fisik rumah serta

lingkungannya yang merupakan tempat hunian dan langsung berinteraksi dengan

penghuninya.

a. Faktor ekstrinsik

Ventilasi Rumah

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara

alamiah atau mekanis. Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di

dalam rumah tetap segar, sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan tetap

terjaga. Disamping itu, juga berfungsi sebagai lubang masuknya cahaya alam atau

matahari ke dalam ruangan. Kurangnya udara segar yang masuk ke dalam ruangan

dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan pening katan risiko kejadian ISPA.

Kurangnya oksigen dan meningkatnya kadar karbondioksida di dalam rumah yang

bersifat racun bagi penghuninya, karena akan menghambat afinitas oksigen terhadap

hemoglobin darah. Selain itu ventilasi yang buruk menyebabkan aliran udara tidak

lancar, sehingga bakteri patogen sulit untuk keluar karena tidak ada aliran udara yang

cukup untuk membawa bakteri keluar rumah.

Kepadatan Hunian

Standar luas ruang tidur menurut Kepmenkes RI nomor 829 tahun 1999 adalah

minimal 8 m2, tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang

tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Kepadatan hunian yang berlebihan

memudahkan penularan penyakit infeksi pernapasan, tuberkulosis, meningitis, dan

parasit usus dari satu orang ke yang lain.

11

Page 12: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Pencemaran udara dalam rumah

Pencemaran udara dalam rumah biasanya berasal dari asap dapur, asap rokok, dan

asap obat nyamuk bakar. Ketiga bahan pencemar udara tersebut bila berada dalam

rumah menjadi faktor risiko terhadap infeksi pneumonia pada balita. Asap rokok dan

debu dapat menyebabakan iritasi mukosa saluran pernafasan sehingga merusak sistem

mekanisme pertahanan di saluran pernafasan, akibatnya bakteri mudah masuk ke

dalam saluran nafas dan anak akan mudah terkena ISPA berulang. Pembakaran

minyak tanah, kayu bakar dan asap kendaraan bermotor disamping akan

menghasilkan zat pollutan dalam bentuk debu (partikel) juga menghasilkan zat

pencemar kimia berupa karbondioksida, karbonmonoksida, oksida sulfur, oksida

nitrogen dan hydrocarbon yang berbahaya bagi kesehatan karena zat-zat tersebut

menyebabkan reaksi peradangan pada saluran pernafasan dan bisa menyebabkan

produksi lender meningkat yang dapat menurunkan mekanisme pertahanan di saluran

pernafasan.

Lingkungan tumbuh

Lingkungan tumbuh balita yang mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia adalah

kondisi sirkulasi udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat.

Pendidikan Ibu Anak Balita

Tingkat pendidikan ibu yang rendah diduga sebagai salah satu faktor risiko yang

dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit pneumonia pada anak Balita.

Dengan semakin tingginya pendidikan seorang ibu diharapkan akan lebih mudah

menerima pesan kesehatan dan cara pencegahan penyakit.

Pengetahuan Ibu Anak Balita

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan salah satu wujud dari sumber daya, merupakan faktor yang

mempengaruhi perilaku, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

Kondisi sosial ekonomi orangtua

Kemampuan orantua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat pada balita

sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia

Kebersihan rumah

Kebersihan rumah adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penghuninya,

khususnya pada anak balita.

12

Page 13: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

b. Faktor Intrinsik

Umur Anak Balita

Kejadian pneumonia erat kaitannya dengan umur, risiko untuk terkena pneumonia

pada anak yang lebih muda lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua

umurnya.

Jenis Kelamin Anak Balita

Penyakit pneumonia dapat terjadi pada setiap orang dengan tidak memandang ras,

agama, suku, jenis kelamin dan status sosial. Namun insiden terjadi ISPA

(pneumonia) pada anak balita berdasarkan jenis kelamin disebutkan banyak terjadi

pada anak perempuan,

Status gizi bayi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang

diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gzi juga didefinisikan

sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan

masukan nutrien.

Riwayat persalinan

Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah

dini dan persalinan preterm.

Konsumsi ASI

ASI merupakan sumber kalori dan protein yang sangat penting bagi anak khususnya

anak dibawah usia 1 tahun serta melindungi bayi terhadap infeksi karena ASI

mengandung antibodi yang penting dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Bayi yang

diberi susu botol atau susu formula rata-rata mengalami dua kali lebih banyak

serangan pneumonia dibanding bayi yang mendapatkan ASI. Jumlah konsumsi ASI

saat bayi akan sangat mempengaruhi imunitas anak. Bayi yang diberi ASI secara

eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi

yang tidak diberi ASI secara eksklusif. Nilai gizi ASI yang lebih tinggi dan adanya

antibodi, sel-sel leukosit serta enzim dan hormone melindungi bayi terhadap berbagai

infeksi.

2.7 Gambaran Klinis dan Diagnosis

Manifestasi klinis ISPA dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek,

demam dan sakit telinga.

Menurut berat ringanya, ISPA dibagi menjadi 3 golongan,yaitu:

13

Page 14: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

1. ISPA Ringan, dengan gejala yaitu:

Batuk

Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suaranya, misalnya

pada waktu berbicara atau menangis

Pilek, yaitu mengeluarkan lendir dari hidung

Demam, yaitu suhu badan anak lebih dari 37ºC

2. ISPA Sedang yaitu jika dijumpai gejala-gejala seperti ISPA ringan dan disertai dengan

gejala:

Pernafasan lebih dari 50x/menit (anak umur kurang dari 1 tahun) dan lebih dari

40x/menit (anak umur lebih dari 1 tahun)

Suhu lebih dari 39ºC

Tenggorokan berwarna merah

Timbul bercak-bercak campak

Telinga sakit atau mnegeluarkan nanah dari lubang telinga

Pernafasan berbunyi/ wheezing

3. ISPA Berat yaitu jika seorang anak dijumpai gejala-gejala seperti ISPA ringan atau

sedang ditambah dengan gejala sebagai berikut:

Bibir atau kulit membiru

Pernafasan cuping hidung

Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun

Bunyi nafas gargling, atau snorring

Dijumpai adanya terraksi otot-otot bantu pernafasan, seperti intercostal,

sternal,suprasternal

Nadi cepat dan lemah >160x/menit (anak umur < 1 tahun)

Tenggorokan berwarna merah

Diagnosis klinis ditegakkan dengan adanya batuk, sesak napas atau ronki dan distres

respirasi, namun penelitian menunjukkan bahwa prediktor terbaik adalah takipnu. Pada balita

takipnu dan retraksi adalah indikator pneumonia. Penatalaksanaan pneumonia pada balita

menurut WHO menggunakan kedua indikator ini pada fasilitas primer agar dapat digunakan

oleh semua tenaga kesehatan.

Usia Respiratory RateIndication of severe

infection

< 2 bulan > 60 >70

14

Page 15: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

2 -12 bulan > 50

12 bulan-5 tahun > 40>50

>5 tahun > 20

Secara praktis penyebab pneumonia dapat diduga bedasarkan data klinik dan

epidemiologi, penemuan dari foto polos dada dan dari tes labaratorium seperti darah lengkap,

jumlah sedimen eritrosit dan kadar dari protein C reaktif. Meskipun hal ini sulit untuk

menentukan etiologinya karena pendekatannya secara nonmikrobiologi dimana etiologi

sebagai gold standar tidak diketahui. Ada beberapa usaha untuk menghubungkan kondisi

nonmikrobiologi dengan penyebab mikrobiologi. Misalnya perbedaan antara pneumonia

karena tipikal (contohnya bakteri) dan atipikal pneumonia (virus atau mikoplasma) yang

mungkin berguna pada kasus remaja dan dewasa namun pada bayi dan anak pra sekolah tidak

ditemukan. Dalam suatu studi, pneumonia karena bakteri dan virus dihubungkan dengan

insiden konjungtivitis (27% dibandingkan 8 %) dan otitis media ( 42% dibanding dengan

22%). Dalam dua studi, wheezing ditemukan lebih sering pada pasien dengan pneumonia

karena viral daripada karena pneumonia bakteri (43% dengan 16% dan 56% dengan 16%).

Foto polos dada pembacaannya secara subyektif tidak dapat digunakan untuk membedakan

antara penyakit bakteri dan virus.

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium terutama yang berguna dalam mengevaluasi

anak dengan pneumonia. Beberapa organisma penyebab mungkin diidentifikasi dari kultur

atau dengan teknik antibodi immunoflurosensi, namun dalam prakteknya terlalu mahal dan

butuh waktu untuk pemeriksaan rutin. Tes ini jarang tersedia dan jarang digunakan pada

keadaan emergensi. Pada pemeriksaan darah lengkap dengan kasus pneumonia

pneumococcus, jumlah lekosit meningkat secara dramatis, namun tes ini tidak spesifik dan

digunakan dalam manajemen pasien rawat jalan. Namun dianjurkan bahwa lekosit dapat

digunakan sebagai pedoman untuk tes pada bayi atau anak yang demam dengan jumlah

kenaikan lekosit yang bermakna dan tidak ada sumber infeksi lain. Ada beberapa penyokong

yang didapatkan dari foto polos dada dengan pemeriksaan fisik normal. Pemeriksaan darah

lengkap perlu dipertimbangkan pada anak yang sakit berat dengan imunokompromais.

Kultur darah jarang positif pada anak dengan pneumonia. Kultur darah hanya

diperoleh pada pasien yang sakit berat, imunokompromais atau mempunyai gejala-gejala

yang menetap. Kultur sputum dan tes antibodi imunofluerosensi dilakukan pada kasus pasien-

pasien yang sakit berat.

15

Page 16: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Pengecatan gram dilakukan pada anak yang lebih tua dan remaja yang sudah

kooperatif dengan batuk yang produktif. Pengecatan sputum dan kultur mungkin diperoleh.

Syarat dari kegunaan spesimen ini harus mengandung 10 sel-sel epitel dan lekosit lebih dari

25 per lapangan pandang besar.

Tes antibodi cepat tersedia untuk RSV, virus influenzae tipe 1, 2 dan 3, virus

influenzae A dan B serta adenovirus. Test antibodi ini dapat membantu menentukan

penyebab dari pneumonia karena virus. Spesimen yang diambil dari nasofaring untuk kultur

dan tes antibodi assay kurang bermanfaat karena akan dikacaukan dengan bakteri komensal

nasofaring. Tes antigen antibodi assay untuk infeksi karena pneumokokus kurang sensitif

dalam membantu diagnosis infeksi karena S pneumonia. Lebih lanjut, deteksi kompleks imun

pneumokokus mungkin membantu menentukan penyebab pada anak usia di atas 2 tahun.

Tes serologi untuk IgM atau suatu peningkatan dari titer IgG menunjukkan infeksi

oleh spesies Mycoplasma dan Chlamydia. Kultur Mycoplasma dan Chlamydia tidak rutin

direkomendasikan. Tes PCR tidak mudah diperoleh dan hasil positif tidak menyatakan secara

langsung penyebabnya. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, kadar protein C reaktif

serta jumlah sedimen eritrosit tidak membedakan infeksi bakteri dari virus serta tidak

dilakukan secara rutin.

Saturasi oksigen juga diperiksa dengan pulse oximetry pada anak dengan distres

respirasi, takipnu yang bermakna atau pucat.

Selama beberapa tahun kriteria standar untuk tes diagnosis dari pneumonia adalah

dengan gambaran foto polos dada. Namun foto polos dada merupakan gambaran secara

subyektif dimana tidak dapat di bedakan antara infeksi karena virus dan bakteri. Gambaran

radiologi tidak menggambarkan secara pasti dalam membedakan antara dua kelas etiologi

utama.

Pada infeksi virus ada 4 penemuan radiologi yang dideteksi yaitu infiltrat parahiler

peribronkial, hiperekpansi, atelektasis lobar atau segmental dan pelebaran limfonodi hilus.

Meskipun penemuan radiologi tidak spesifik untuk C pneumonia suatu kombinasi dari

klinik dan radiologi menunjukkan diagnosis sebelum ada hasil laboratorium. Dalam studi

dari 125 kasus dengan C pneumoniae, Radkowski dan kawan kawan menunjukkan bahwa

gambaran foto dada menampakkan hiperekspansi yang bilateral dan infiltrat yang difus

dengan pola radiologi yang bervariasi termasuk infiltrat, nodul retikuler, atelektasis,

campuran dan bronkopneumonia. Efusi pleura dan konsolidasi lobaris tidak terlihat.

Foto polos dada tidak membedakan agen penyebab infeksi pneumonia. Konsolidasi

lobaris yang klasik dihubungkan dengan infeksi pneumococcus serta infiltrat interstisial

16

Page 17: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

dihubungkan dengan pneumonia karena virus. Namun kedua kondisi ini baik konsolidasi

lobaris maupun infiltrat pneumonia telah diidentifikasi pada semua tipe infeksi karena virus

saja, infeksi bakteri saja dan pada infeksi campuran. Foto polos dada tidak rutin anak dengan

infeksi saluran pernapasan bawah ringan tanpa komplikasi. Indikasi untuk foto polos dada

adalah pada penemuan klinis yang meragukan, pneumonia yang lama, pneumonia yang tidak

berespon terhadap terapi antibiotika serta kemungkinan komplikasi seperti efusi pleura.

Ada beberapa tes yang dilakukan seperti tes aglutinin dingin dan tes aglutinasi urin

latex.

1. Tes aglutinin dingin.

Pada anak yang muda atau anak sekolah dengan pneumonia, terutama pasien dengan

onset gejala yang bertahap dan gejala prodormal yang terdiri dari nyeri kepala, gejala-gejala

abdomen, tes aglutinin dingin mungkin membantu konfirmasi untuk kecurigaan klinik ke

arah infeksi mycoplasma. Tes ini sangat mudah dengan menyediakan satu tempat dengan

sedikit darah dalam suatu pipa spesimen yang mengandung antikoagulan dan masukkan ke

dalam suatu cangkir yang berisi air es. Sesudah beberapa menit di dalam air es pipa diangkat

ke tempat terang dan sedikit dimiringkan serta secara perlahan diputar. Adanya lapisan

gumpalan kecil eritrosit pada pipa merupakan indikasi bahwa tes ini positif. Sayangnya tes ini

hasilnya hanya positif pada separuh kasus dari infeksi mycoplasma dan mungkin beberapa

infeksi yang lain serta kondisi-kondisi yang menyebabkan tes aglutinin dingin positif. 1

2. tes aglutinasi urin latex

Tes ini mungkin membantu untuk mengidentifikasi organisma yang sesuai. Namun

demikian teknologi saat ini tidak memberikan semua strain agen infeksi yang umum untuk

diidentifikasi. Tes ini sangat jarang tersedia saat penanganan akut pada anak dengan

pneumonia.

Thorakosintesis dilakukan pada anak dengan efusi pleura yang diidentifikasi melalui

foto polos dada. Tes ini merupakan tindakan untuk diagnosis dan terapi yang dapat

membantu mengidentifikasi sumber infeksi dan dapat mengurangi distres respirasi.

Pengambilan cairan dari kavum pleura akan dikirim untuk dilakukan pengecatan gram dan

kultur bersamaan tes rutin yang lain. Jika thorasintesis terdapat suatu empiema maka

diperlukan tindakan thoracostomi.

17

Page 18: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

2.9 Pengelolaan

Pengelolaan pasien meliputi:

1. Perawatan sebelum di rumah sakit

a.Perawatan anak di luar rumah sakit dengan pneumonia terbatas pada bantuan

respirasi.

b.Pengukuran saturasi dengan pulse oksimetri untuk evaluasi pemberian oksigen

pada anak selama di luar rumah sakit

c.Anak yang mengalami distres respirasi akan dilakukan pemasangan intubasi.

2. Perawatan di bagian Unit gawat darurat

18

Page 19: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

a. Mengidentifikasi dan mengelola anak dengan distres respirasi, hipoksemi, dan

hiperkarbi. Merintih, napas cuping hidung, takipnu berat dan distres respirasi

merupakan indikasi untuk segera memberikan bantuan pernapasan.

b. Mayoritas anak yang didiagnosa dengan pneumonia di unit gawat darurat

diterapi sebagai pasien rawat jalan dengan antibiotika oral.

- Konfirmasi dengan foto polos dada mungkin dilakukan pada pasien ini

namun tidak terlalu berguna.

- Antibiotika yang sesuai diberikan pada anak dengan panas tinggi dan ada

penemuan klinik yang mengarah kuat ke penyakit pneumococcal

meliputi amoksisilin, penisilin dan kombinasi eritromisin dan

sulfisoxazole. Antibiotika alternatif lain yang dapat diberikan adalah

azithromycin dan clarithromycin. Anak yang lain mendapat eritromisin

dosis tunggal atau kombinasi dengan sulfisoxazole atau mendapat

azithromycin dan clarithromycin.

c. Untuk infeksi karena pneumonia virus yaitu RSV terutama pada bayi dengan

penyakit dasar pada paru dan infeksinya berat dapat diberikan Ribavirin

aerosol. Obat ini tidak mungkin diberikan di unit gawat darurat karena

ditakutkan petugas kesehatan terpapar terhadap obat ini. Oleh karena itu pasien

harus dirawat di ruang isolasi. Antibodi spesifik terhadap RSV saat ini tersedia

dan diberikan pada anak dengan risiko tinggi. Herpes virus pada bayi

umumnya disebabkan karena agen herpes simpleks dan pada anak yang lebih

tua terjadi pneumonia akibat komplikasi dengan infeksi varisela. Asiklovir

tersedia untuk mengobati pneumonia ini. Pneumonia karena influenzae A

terutama yang berat atau yang terjadi pada risiko tinggi diterapi dengan

amantadine. Hanya sedikit data untuk anti influensa lain (contohnya

oseltamivir) pada pneumonia influenzae.

d. Anak yang terkena toksin mendapat resusitasi dan bantuan napas. Hasil foto

polos dada akan menunjukkan suatu efusi atau empiema. Terapi antibiotika

meliputi vancomisin (terutama digunakan pada daerah dimana streptokokus

resisten terhadap penisilin) dan sefalosporin. Sefuroksim merupakan pilihan

yang baik karena aktivitasnya terhadap agen streptokokus

Perawatan pasien rawat jalan lebih lanjut.

- Kebanyakan anak dengan pneumonia tanpa komplikasi mengalami

pemulihan tanpa sequele.

19

Page 20: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

- Pada anak yang kelihatan baik namun memiliki gejala-gejala kronik atau

berulang, tes lebih lanjut diperlukan. Tes lebih lanjut meliputi tes kulit untuk

mengidentifikasi patogen karena jamur dan tuberkulosis, tes keringat untuk

mengidentifikasi kistik fibrosis, titer terhadap organisma jarang dan

bronkoskopi.

- Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA, antara lain:

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan - 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi <2 bulan dengan demam

harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air

es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½

sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal

dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan

hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

20

Page 21: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang

Pengobatan pada pasien rawat inap dan rawat jalan

Awal pengobatan pasien rawat jalan pada anak dengan pneumonia

tergantung penemuan klinik dan usia pasien.

Anak yang dicurigai menderita penyakit pneumonia awalnya akan diobati

dengan amoksisilin atau penisilin.

eritromisin dengan dosis tunggal atau kombinasi dengan sulfisoxazole

atau sefalosporin oral merupakan obat alternatif.

Untuk anak yang lain terutama anak usia sekolah, eritromisin dosis

tunggal atau kombinasi dengan sulfixosazole dapat diberikan. Agen

makrolid lain dapat diberikan sebagai alternatif seperti eritromisin.

Anak yang mendapat perawatan akan mendapat pengobatan dengan

sefuroksim atau sefalosporin lain yang broad spektrum.

Vancomisin diberikan pada pasien dengan pneumonia karena toksik pada

pasien yang resisten penisilin dari pneumokokus yang diisolasi.

Asiklovir diindikasikan untuk pengobatan pneumonia yang disebabkan

oleh herpes virus.

Pasien rujukan

Bayi atau anak yang dirawat karena pneumonia mungkin dirujuk karena

mereka membutuhkan perawatan pada unit penyakit kritis atau karena rumah

sakit asal penderita dirawat tidak mempunyai fasilitas untuk perawatan anak.

Rujukan dipertimbangkan bila penderita pneumonia mengalami komplikasi

ke penyakit kronis. Pasien ditransfer dengan tujuan pasien mendapat

perawatan lanjut dengan subspesialis anak.

Unit yang merujuk pasien akan merasa nyaman bila pasien rujukannya

dengan pneumonia yang mengalami gangguan respirasi, mendapat dukungan

respirasi pada unit yang dirujuk.

Sasaran dari farmakoterapi adalah untuk menghilangkan infeksi, menurunkan

kesakitan dan mencegah komplikasi.

21

Page 22: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Saat ini berbagai macam antibiotika baru telah dipasarkan di Indonesia. Sebagian

telah mendapat rekomendasi untuk anak. Antibiotika tersebut umumnya sangat selektif untuk

bakteri tertentu dan harganyapun masih mahal, sehingga dalam penentuan penggunaannya

kita harus sangat rasional. Termasuk dalam kelompok antibiotika baru ini Cephalosporin,

Macrolide, Carbapenem, dan Quinolon. Antibiotika Beta Lactam cukup banyak dan sudah

lama dikenal antara lain golongan penisilin, cephalosporin, carbapenem dan monobactam.

Pengobatan didasarkan atas umur anak keadaan klinik serta faktor-faktor

epidemiologi. Terapi antibiotika mulai diberikan sesuai pada anak dengan CAP karena

bakteri. Karena informasi definitif tentang organisma penyebab biasanya tidak diketahui

maka pilihan antibiotika berdasarkan terapi empiris.

Pemberian antibiotika atau lama terapi selama 7-10 hari pada pasien CAP tanpa

komplikasi. Meskipun tidak ada studi yang mengontrol lama pemberian antibiotika yang

optimal. Evaluasi pada pasien rawat jalan dilakukan 24-72 jam setelah terdiagnosis. Evaluasi

ulang penting pada anak yang gejalanya tidak hilang atau berlanjut atau panas 48 jam setelah

diagnosis.

Pada anak dengan gejala asimtomatik dengan pemeriksaan fisik yang normal setelah

terapi tidak perlu evaluasi dengan foto polos dada. Foto polos dada ulang dan CT scan

direkomendasikan pada pasien dengan sakit lama dan terjadi komplikasi seperti empiema.7

Pneumokokus resisten penisilin terjadi pada terapi CAP. Terdapat bukti yang

mengindikasikan bahwa pada pasien rawat inap terapi intravena dengan penisilin atau

sefalosporin lebih efektif melawan pneumokokus resisten penisilin. Antibiotika oral β laktam

tepat sebagai pilihan pertama terapi pada pasien rawat jalan dengan CAP.

Dari kepustakaan yang lain mengemukakan mengenai pemberian beberapa

antimikroba sesuai empiris terapi antara lain kotrimoksazol dengan dosis 40mgkg/hari

(sulfamethoksazol)+8mg/kg/hati (trimethroprim) dibagi dalam 2 dosis, amoksisilin dengan

dosis 40 mg/kgbb/ hari dibagi 3 dosis PO ( BB 5 kg : 62,5 mg; 5-10 kg :125 mg; > 10kg :

250 mg), Penisilin VK PO dengan dosis 40 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, Cefuroxime dengan

dosis untuk tablet : 250 mg tiap 12 jam dan IV : 150-200 mg/kg/hari dibagi 3 dosis atau tiap 8

jam, Cefpodoxime dengan dosis 10 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, Cefprozil dosis 30

mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, Ceftriaxone dengan dosis 50-75 mg/kgbb/hari secara IV atau IM

sehari sekali, Cefotaxime dengan dosis < 50kg : 100-200 mg/kgbb/hari secara IV atau IM tiap

6-8 jam pemberian dan > 50kg : sesuai dosis dewasa ( 1-2 gram IV/IM tiap 6-8 jam maksimal

12 gram/hari), EritromisinS (EES, Eryc, E-Mycin) dosis untuk neonatus 50 mg/kgbb/hari

(base) PO dibagi 4 dosis selama 14 hari atau 30-50 mg/kgbb/hari (base dan etilsuksinat) PO

22

Page 23: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

tiap 6-8 jam, Eritromisin dan Sulfisoxazole dimana untuk anak < 2 bulan tidak

direkomendasi dan untuk anak >2 bulan 50 mg/kgbb/hari dibagi 3 atau 4 dosis,

Clarithromycin dosis 15 mg/kgbb/hari tiap 12 jam, Azithromycin dengan dosis hari ke 1 :10

mg/kgbb PO sekali, tidak boleh lebih dari 500 mg/hari dan hari ke 2 sampai 5 : 5 mg/kgbb

PO dibagi 4 dosis tidak boleh lebih dari 250 mg/hari. Untuk anti virus sebagai inhibitor

sintesis DNA dan replikasi virus. Acyclovir dosis 10 mg/kgbb/dosis secara IV tiap 8 jam,

Ribavirin dengan dosis 2 gram aerosol diatas 2 jam 3 kali selama 3 hari dengan menggunakan

generator aerosol partikel kecil Viratex.

Pencegahan dengan vaksin yang dikeluarkan mungkin mencegah dengan tepat tipe-

tipe pneumonia. Vaksin pneumonia akan diberikan secara rutin untuk anak dengan penyakit

kronik, terutama yang asplenik atau lien yang tidak berfungsi. Ini tidak rutin diberikan pada

anak. Namun suatu vaksin pneumonia baru telah berkembang dan akan diberikan pada bayi

sebagai bagian dari jadwal imunisasi rutin pada masa anak. Vaksin influenzae umumnya

diberikan hanya pada anak dengan sakit kronik. Vaksin H influenzae tipe B diberikan dengan

baik pada anak dan telah menurunkan insiden infeksi yang disebabkan oleh organisma ini.

Vaksin varisela mempunyai pengaruh kuat yang mendadak pada insiden varisela. Suatu

injeksi imunoglobulin spesifik dari RSV memegang peranan untuk mencegah infeksi berat

karena RSV dengan tepat pada anak.

Imunisasi pada masa anak-anak telah membantu mencegah pneumonia pada anak.

Pneumonia diketahui merupakan komplikasi dari rubela, varisela dan pertusis. Kejadian

pneumonia dari penyakit ini jarang terjadi karena imunisasi rutin yang diberikan pada masa

anak-anak. Pneumonia karena H influenzae tipe B juga jarang terjadi karena pemberian rutin

vaksin Hib.

Pada anak dengan pneumonia, penentuan rawat inap diputuskan apabila terdapat:

Penderita tampak toksik

Umur kurang dari 6 bulan

Distress pernapasan berat

Hipoksemia

Dehidrasi atau muntah

Terdapat efusi pleura atau abses paru

Kondisi imunokompromised

Ketidakmampuan orangtua untuk merawat

Didapatkan penyakit penyerta lain, misalnya penyakit jantung bawaan

Pasien membutuhkan pemberian antibiotika secara parenteral

23

Page 24: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

2.10 Komplikasi

1. Komplikasi intra pulmoner : Cor pulmonal sub akutum, abses paru, emfiema,

atelektasis, pneumotoraks, bronkiektasis.

2. Komplikasi ekstra pulmoner : otitis media akut, perikarditis, syok septik, peritonitis,

artritis, dan endokarditis.

Cor pulmonal sub akutum (CPSA) adalah hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa

atau dengan gagal jantung kanan akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi

paru-paru atau pembuluh darahnya. CPSA ditandai dengan frekuensi nafas > 60 x/menit,

denyut jantung > 160 x/menit disertai dengan hepatomegali dengan tepi tumpul.

2.11 Prognosis

Prognosis pada penderita pneumonia adalah baik. Pada pasien yang mendapat

penanganan sesuai protokol pneumonia outcomenya baik. Beberapa kasus dengan pneumonia

karena virus membaik tanpa pengobatan. Umumnya bakteri patogen dan organisma yang

atipikal respon terhadap terapi antimikroba. Prognosis pneumonia karena varisela sedikit

berisiko. Pneumonia karena staphylococcus meskipun jarang dapat sangat berat dan

walaupun diobati. Anak dengan imunokompromais dengan penyakit dasar paru serta

neonatus berisiko tinggi terjadi sekuele berat. Beberapa pneumonia karena virus, terutama

penyakit adenovirus, kecenderungan menyebabkan bronkiolitis obliteran dan sindroma paru

yang hiperlusen

Edukasi yang diberikan pada orang tua agar berhati-hati dalam melihat tanda-tanda

distres respirasi dan mencari pertolongan medis segera bila ditemukan tanda tersebut.

Kebanyakan anak diterapi dengan antibiotika untuk rawat jalan dan akan membaik setelah 48

jam terapi. Jika tidak ada perbaikan harus dipikirkan untuk terapi lebih lanjut. Pada pasien

dengan pendidikan yang tinggi dapat melihat di website.emedicine pneumoni senter, dapat

juga melihat juga pada artikel lain di bakterial pneumonia dan viral pneumonia.

2.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan dalam penangangan penyakit

pneumonia balita

2.12.1 Faktor Predisposing (Faktor Permudah)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi

dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

24

Page 25: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya dalam pencegahan

penyakit pneumonia diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang penyakit pneumonia.

Di samping itu, kepercayaan dari tradisi dapat menghambat ibu untuk memeriksakan anak ke

sarana kesehatan. Karena faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya

perilaku maka sering disebut faktor pemudah.

a) Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang pendidikan, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui

proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap,

karena didasari oleh kesadaran. Memang kelemahan dari pendekatan pendidikan

kesehatan ini adalah hasilnya lama, karena perubahan perilaku melalui proses

pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat

pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah

memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Menurut Feldstein dalam Nainggolan (2008), bahwa tingkat pendidikan dipercaya

memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan

memungkinkan seseorang untuk mengetahui dan mengenal gejala-gejala awal.

Kunjungan ke dokter yang rendah adalah sebagai akibat rendahnya pendidikan dan sikap

yang masa bodoh terhadap pelayanan kesehatan.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Anderson

dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu

diantaranya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

c) Penghasilan Keluarga

Masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai suatu prevalensi sakit, kelemahan,

kronitas penyakit dan keterbatasan kegiatan karena masalah kesehatan. Ditambah

25

Page 26: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

pula bahwa mereka lebih sukar mencapai pelayanan kesehatan, dan bila dapat

mencapainya akan memperoleh mutu pelayanan kesehatan yang lebih rendah

dibanding dengan lapisan masyarakat menengah atas (Zulikfan, 2004).

Tingkat penghasilan merupakan penghasilan yang diperoleh bapak dan ibu yang

digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sehingga semakin besar jumlah pendapatannya,

maka taraf kehidupan akan semakin baik. Status sosial ekonomi dianggap sebagai salah

satu faktor risiko penting untuk pneumonia, karena penderita pneumonia pada balita

banyak ditemukan pada kelompok keluarga dengan sosial ekonomi rendah (Kartasasmita,

1993).

d) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengertahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang

tentang sesuatu hal yang didapat secara formal maupun informal. Pengetahuan adalah

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu:

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang

dipelajari.

Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku-buku, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

26

Page 27: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Analisa (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa

komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesa (Synthesis)

Sintesa menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.

Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek.

2.12.2 Faktor Enabling (Faktor Pendukung)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana/fasilitas bagi masyarakat misalnya

puskesmas, rumah sakit, polindes, dokter atau bidan swasta, dan lain-lain. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung terwujudnya perilaku kesehatan maka disebut juga faktor pendukung.

a) Ketersediaan sarana kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat

tinggi tentang kesehatan, namun fasilitas kesehatan yang tidak mendukung maka

tindakan tentang kesehatan tidak akan terwujud. Oleh karena itu pengetahuan dan

kesadaran yang tinggi harus diikuti dengan ketersediaan sarana kesehatan yang baik

sehingga terwujud perilaku hidup sehat.

b) Jarak ke sarana kesehatan

Rochman (1994) menyatakan bahwa keterjangkauan/jarak merupakan salah satu

faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

2.12.3 Faktor Reinforcing (Faktor Penguat)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku petugas kesehatan. Untuk

berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan yang positif

dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh/acuan yang diberikan oleh

petugas kesehatan, keluarga, maupun tokoh panutan dalam masyarakat. Faktor ini disebut

juga sebagai faktor penguat.

Dukungan Tokoh Panutan

27

Page 28: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Tokoh panutan (Reference Group) adalah sekelompok social yang menjadi acuan bagi

seseorang untuk membentuk pribadi dan perilakunya (Soekanto, 2007). Tokoh panutan

merupakan faktor social yang sangat penting dalam suatu proses adopsi atau perubahan.

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila

seseorang penting bagi seseorang individu, maka apa yang dia katakana atau perbuatannya

cenderung untuk dicontoh oleh individu tersebut. Demikian halnya dalam keinginan

seseorang untuk meminum obat secara teratur, keberadaan tokoh panutan akan sangat

menentukan dalam pengambilan keputusan. Apabila seorang tokoh panutan mendukung atau

ikut berpartisipasi dalam mengontrol pengobatan kusta, maka orang-orang yang

mengangapnya sebagai panutan akan cenderung untuk mengikutinya dan demikian juga

sebaliknya.

Berhasil atau tidak suatau program pemerintah khususnya program pengobatan kusta tidak

cukup hanya dengan tersedianya obat dan logistic lainnya, tetapi juga diperlukan petugas

kesehatan yang berdedikasi, dukungan lintas program dan lintas sektoral serta yang tidak

kalah pentingnya adalah dukungan atau peran serta masyarakart agar tujuan program

pengobatan kusta tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka dukungan dari berbagai

pihak di wilayah Puskesmas sangat dibutuhkan baik dari tokoh masyarakat, tokoh agama,

guru, LSM, serta kelompok-kelompok khususnya lainnya yang berada di wilayah tersebut.

Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku

kesehatan selain adanya dukungan dari keluarga juga adanya dukungan dari tokoh

masyarakat di sekitarnya.

Dukungan dari Petugas Kesehatan.

Menurut Nur (2004) kerjasama dan penyuluhan dari petugas kesehatan sangat

diperlukan sebagai contoh/acuan dalam melakukan tindakan kesehatan. Peran petugas

kesehatan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu dalam kaitannya dengan pencegahan

penyakit pneumonia.

Menurut Sarfino dalam Smet (1994), dukungan petugas kesehatan merupakan

dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa

lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).

28

Page 29: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa dukungan petugas kesehatan adalah dukungan yang

diberikan oleh petugas kesehatan dalam melakukan upaya kesehatan baik itu berupa

penyuluhan, saran dan tindakan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada ibu.

Dukungan keluarga

Keluarga merupakan sebagai lembaga sosial yang mempunyai fungsi tradisional

keluarga seperti fungsi sosial ekonomi, karena sebagian hasil kerja yang dilakukan di dalam

atau di luar rumah dikelola dalam keluarga, yang ditunjukkan dengan adanya pembentukan

kerabat, keturunan dan hubungan sosial melalui keluarga dan fungsi proses pendidikan

termasuk di dalamnya penanaman nilai dan ideologi kepada anggota keluarga, oleh karena itu

penangan yang baik terhadap persoalan keluarga akan memberikan kontribusi yang positif

bagi upaya kesehatan para anggotanya (Notosoedirdjo&Latipun, 2005). Orang-orang yang

mendapat perhatian dan penghiburan maupun pertolongan dari keluarganya cenderung lebih

mudah mengikuti nasehat medis, karenanya peranan keluarga sangat besar bagi penderita

dalam mendukung perilaku atau tindakan dalam memamfaatkan pelayanan kesehatan.

Menurut hasil penelitian Rachmalina dan Sunanti (2004) di Kabupaten Bangkalan peran

anggota keluarga membantu penderita kusta teratur minum obat.

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita

Nama : An. RA

Jenis kelamin : Laki - laki

Umur /Tanggal lahir : 4 tahun/ 7 Maret 2008

Pendidikan : TK Kecil

Alamat : Sidigede RT/RW 004/001, Welahan

Identitas Orang Tua

29

Page 30: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Nama ayah : Tn. NK

Umur : 32 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sidigede RT/RW 004/001, Welahan

Nama ibu : Ny. PM

Umur : 20 tahun

Pendidikan : MTS

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sidigede RT/RW 004/001, Welahan

3.2 Data Dasar

Anamnesis (Alloanamnesis)

Anamnesis diperoleh dari orangtua pasien.

a. Keluhan Utama :sesak nafas

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

1 minggu penderita batuk, hilang timbul, terutama pada malam hari, disertai

pilek, ingus putih kental, sesak (-), panas nglemeng (+), keringat malam hari (-),

menggigil (-), muntah (-). Penderita dibawa berobat ke bidan, oleh bidan diberi

obat puyer namun tidak ada perubahan.

3 hari batuk semakin berat dan semakin sering, disertai panas tinggi, terus

menerus, menggigil (-), muntah (-), batuk ngekel, sesak (-), rewel, mencret (+), 5

kali/ hari, @ 2-3 sendok makan, warna kuning, cair, ampas (+), darah (-), lendir (-),

nyemprot (-), bau asam (-), mata cekung (-). Oleh ibu penderita diberi obat dari

bidan namun tidak membaik.

1 hari batuk semakin berat, ngekel, anak tampak sesak, sesak dirasakan

terus menerus, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, mengi (-), biru – biru (-), bengkak-

bengkak(-). Mencret sudah berhenti, anak rewel, masih mau minum sedikit–

sedikit, kencing seperti biasa, warna kuning jernih, jumlah cukup. Kemudian

penderita dibawa ke Puskesmas Welahan 2.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Anak sudah pernah sakit seperti ini (sering kambuh-kambuhan sejak usia 1 tahun)

Penyakit yang sering diderita batuk, pilek

30

Page 31: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Riwayat panas nglemeng, nafsu makan menurun dan keringat dingin malam hari

serta riwayat berat badan tidak naik disangkal

Riwayat kontak dengan penderita batuk lama atau batuk disertai darah disangkal

Riwayat sesak nafas jika udara dingin, terkena debu dan bulu hewan disangkal

Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat asma pada anggota keluarga tidak ada

Riwayat anggota keluarga dan tetangga yang menderita batuk lama dan

disertai darah disangkal

Pohon keluarga

Keterangan :

: Penderita

e. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Morbili : belum pernah

Pertusis : belum pernah

Varisela : belum pernah

Difteri : belum pernah

Malaria : belum pernah

Tetanus : belum pernah

Fraktur : belum pernah

Pneumoni : belum pernah

Bronkhitis : belum pernah

Kejang : belum pernah

Diare : (-)

Disentri basiler : belum pernah

Disentri amoeba : belum pernah

Demam tifoid : belum pernah

Cacingan : belum pernah

Operasi : belum pernah

Tuberkulosis : belum pernah

Alergi obat/makanan : belum pernah

Demam berdarah : belum pernah

Hepatitis :belum pernah

31

Page 32: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Pilek dan batuk: (+)

f. Riwayat Perinatal

Saat mengandung penderita, ibu periksa kehamilan di bidan lebih 4x, dan disuntik TT

1 x. Riwayat penyakit selama kehamilan disangkal, riwayat perdarahan saat kehamilan

disangkal. Riwayat pernah keguguran disangkal, riwayat sakit panas selama

kehamilan disangkal. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan yaitu vitamin dan

tablet penambah darah dari bidan.

g. Riwayat persalinan dan kehamilan

Anak laki - laki lahir dari ibu berusia 20 tahun, hamil aterm (9 bulan), lahir secara

spontan ditolong oleh bidan, bayi langsung menangis, tidak ada biru-biru, tidak ada

cacat lahir, berat lahir 2800 gram, panjang badan dan lingkar kepala saat lahir ibu lupa.

No Kelahiran dan Persalinan Umur Meninggal Penyebab meninggal

1 Laki-laki, aterm, spontan, di bidan, 2800 gram

4 tahun

h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal

Setelah lahir, anak di periksakan di balai kesehatan desa dan bidan, dinyatakan sehat

i. Riwayat Imunisasi :

- BCG : 1 kali, (1 bulan, scar (+))

- DPT : 3 kali, ( 2, 4, 6 bulan )

- Polio : 4 kali, ( 0, 2, 4, 6 bulan)

- Hep. B : 3 kali, ( 1, 4, 6 bulan )

- Campak : 1 kali, ( 9 bulan )

Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur

j. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan

32

Page 33: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir ibu lupa, berat badan bulan lalu kg,

berat badan sekarang 13,5 kg, tinggi badan sekarang 101 cm. Usia saat ini 4 tahun.

Berdasarkan status antropometri WHO anthro, sebagai berikut:

WHZ score

WAZ score

33

Page 34: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

HAZ score

Kesan : Gizi baik dan perawakan normal

Perkembangan

Senyum : 2 bulan

Miring : 3 bulan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 5 bulan

Gigi keluar : 7 bulan

Merangkak : 9 bulan

Berdiri : 11 bulan

Berjalan : 13 bulan

Kesan: Perkembangan sesuai umur

34

Page 35: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

k. Riwayat Makan dan Minum anak

a. ASI : diberikan sejak lahir hingga anak usia 2 tahun

b. Susu formula : 2 tahun – sekarang kadang diberikan susu formula,

@120cc, 4 sendok takar, kadang tidak habis

c. Makanan sapihan :

Usia 4 bulan : anak diberikan bubur instan, 2 X @ 2-3 sendok teh, kadang habis

Usia 8 bulan : nasi uleg 3x sehari, @ ½ mangkok, kadang habis (tahu, tempe.

sayur)

Usia 12 bulan – sekarang : makanan padat seperti orang dewasa, 1 piring kecil,

(tahu, tempe, sayur, ikan)

Kesan: ASI tidak exclusive, penyapihan dini (+)

Kualitas kurang, kuantitas cukup

l. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien memakai KB suntik. Sikap terhadap KB yang dipilih adalah yakin dan percaya.

m. Riwayat Sosial Ekonomi

Kedua orangtua pasien bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan sebulan ± Rp 900.000,-.

Tanggungan satu anak belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung Jamkesmas.

Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)

1. Jumlah anggota keluarga (3) (skor : 0)

2. Luas lantai bangunan :

a. < 8 m2 per kapita

b. > 8 m2 per kapita (skor : 0)

3. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas :

a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester

b. Semen/ keramik/ kayu berkualitas tinggi (skor : 0)

4. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas :

a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah

b. Tembok/ kayu berkualitas tinggi (skor : 0)

5. Fasilitas untuk buang air besar :

a. Bersama/ umum/ lainnya

b. Sendiri (skor : 1)

6. Sumber air minum :

a. Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan

35

Page 36: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

b. Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi (skor : 0)

7. Sumber penerangan utama :

a. Bukan listrik

b. Listrik (PLN/non PLN) (skor : 1)

8. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :

a. Kayu/ arang/ minyak tanah

b. Gas/ listrik (skor : 0)

9. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/ susu/ ayam :

a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)

b. Dua kali atau lebih

10. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :

a. Satu kali/ dua kali (skor : 1)

b. Tiga kali atau lebih

11. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk setiap/ sebagian besar

anggota keluarga :

a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)

b. Lebih dari satu kali

12. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke Puskesmas atau

Poliklinik :

a. Ya (skor : 1)

b. Tidak

13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :

a. Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija

b. Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/ angkutan/ jasa lainnya

(skor : 1)

14. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :

a. SD/ MI ke bawah/ SLTP

b. SLTA ke atas (skor : 0)

15. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing bernilai paling sedikit

Rp 500.000,- :

a. Tidak ada

b. Tabungan/emas/TV berwarna/ternak/sepeda motor (skor : 1)

16. Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/KUKM setahun lalu?

a. Tidak

b. Ya (skor: 0)

Jumlah skor : 6

36

Page 37: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor ≥ 10 = tidak miskin. Keluarga ini

termasuk dalam keluarga tidak miskin menurut kriteria BPS.

Kesimpulan : Keluarga miskin menurut BPS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 8 September 2012 pukul 12.00 WIB. Laki - laki, 4 tahun, BB:

13,5 kg, TB: 101 cm

Kesan Umum : Sadar, kurang aktif, napas spontan (+)

Tanda vital

HR : 115 x / menit, nadi : reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 32x / menit

Suhu : 37,2°C (Aksiler)

Status Internus

Turgor : kembali cepat

Tonus : normotonus

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

Kulit : ikterik (-), sianosis (-), anemi (-)

Edema : -

Serebral : kejang (-)

Kepala : Mesocephal

Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), pupil isokor Ǿ 3mm/3mm, refleks

kornea, bulu mata, dan cahaya normal

Telinga : discharge (-).

Hidung : nafas cuping (-), discharge (+)

Mulut : mukosa kering (-), bibir sianosis (-)

Gigi geligi : karies (-)

Leher : pembesaran kelenjar limfe leher (-)

Tenggorok : T1-1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Dada : Simetris statis dinamis, retraksisuprasternal (-)

Pulmo :

Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksisuprasternal (-), interkostal (-),

barrel chest (-), pectus carinatum/excavatus (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru

37

Page 38: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Auskultasi : Suara dasar : vesikuler

Suara Tambahan : Ronkhi basah halus +/+;

Hantaran +/+

RBH (+)

Hantaran (+)

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga ke IV 2 cm sebelah medial

linea medioclavikula sinistra, tidak kuat angkat,

tidak melebar.

Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I-II murni, M1>M2, A1<A2, P1<P2, Bising (-), Gallop(-).

Abdomen :

Inspeksi : datar, lemas, bising usus (+) N

Palpasi : supel,hepar tak teraba, lien tak teraba

Perkusi : pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Auskultas: bising usus (+) normal.

Ekstremitas

superior inferior

Sianosis - / - - / -

Akral dingin - / - -/ -

Capillary refill <2” <2”

Pucat -/- -/-

Tonus +N/+N +N/+N

Klonus -/-

Kekuatan otot 5/5/5 5/5/5

Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe di leher, aksila maupun

inguinal

Genital : Laki - laki, phimosis (-)

38

Page 39: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Pemeriksaan Penunjang

SKOR TB

NO SKOR

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kontak TB

Uji tuberkulin

Berat badan / gizi

Demam yang tidak diketahui penyebabnya

Batuk kronik

Pembesaran KGB colli, axilla, inguinal

Pembengkakan sendi / tulang, panggul, falang

Foto thorax

0

-

0

0

0

0

0

-

TOTAL

3.3 Diagnosis Kerja

- Diagnosa Utama : Pneumonia

- Diagnosa Comorbid : -

- Diagnosa Komplikasi : -

- Diagnosa Pertumbuhan : Berat Badan Normal, Perawakan Normal

- Diagnosa Gizi : Gizi baik

- Diagnosa Perkembangan : Perkembangan sesuai umur

- Diagnosa Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap, sesuai umur

- Diagnosa Sosial-Ekonomi : Sosial ekonomi kurang

3.4 Penatalaksanaan

Medikamentosa:

Rx : - Kotrimoksazol syrup 2x10ml

- Paracetamol syrup 3x 7,5ml

- vitamin B kompleks 3 x ½ tablet

- vitamin C 3 x ½ tablet

Mx : Evaluasi keadaan umum, tanda distress respirasi, jaga jalan napas,

follow up respon terhadap pengobatan

Ex :

o Menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit yang diderita dan

pengenalan tanda-tanda bahaya dari penyakit pneumonia yang diderita anak

39

Page 40: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

o Menjelaskan kepada orangtua mengenai perlunya menjaga status gizi dan

asupan nutrisi agar dapat meningkatkan status imunitas penderita

o Menjelaskan kepada orangtua mengenai faktor resiko terjadinya pneumonia,

dan menganjurkan untuk menghindari faktor resiko tersebut

o Menjelaskan pada orang tua agar selalu menjaga kebersihan lingkungan rumah

dan membiasakan membuka jendela rumah pada siang hari untuk sirkulasi

o Memotivasi orang tua agar membawa anak untuk kontrol ke bidan maupun

puskesmas guna memantau kemajuan anak.

3.5 HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah tanggal 8 September 2012

Keadaan Rumah

Status : Rumah milik kakek-nenek penderita, penghuni 6 orang

Ukuran : 12 m x 7 m

Teras rumah : ada

Halaman rumah : ada (halaman depan dan belakang)

Dinding rumah : sebagian kayu, dan sebagian tembok bata

Lantai rumah : tanah

Ruangan : 3 kamar tidur @ berukuran 3m x 3m, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar

mandi, 1 ruang kerja

Ventilasi : ada, kurang memadai ( 1m x 0,5m)

Pencahayaan : pencahayaan kurang, ruang tidur tidak memiliki jendela, jendela di

ruang tamu jarang di buka , sinar matahari tidak dapat

masuk ke setiap ruangan dalam rumah

Kebersihan : kurang, membersihkan rumah (1 kali sehari)

Sumber : air sumur, jumlah air cukup, air dipergunakan untuk minum,

mandi, memasak dan mencuci

Kebiasaan Sehari-hari

Asuh :

Kedua orangtua penderita bekerja sebagai wiraswasta, lokasi bekerja di rumah.

Perawatan pasien sehari- hari oleh ayah, ibu, kakek, dan nenek.

40

Page 41: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Bila sakit penderita berobat ke Puskesmas atau bidan. Jarak Puskesmas terdekat

dari tempat tinggal ±500 m, dijangkau dengan berjalan kaki.

Keinginan anak dipenuhi jika ada uang.

Asih: Kasih sayang diberikan oleh ibu, ayah, saudara sepupu, kakek, dan nenek.

Asah:

Stimulasi mental diperoleh terutama dari ayah dan ibu yang berpendidikan tamat

SMP dan Madrasah.

Bermain dengan saudara sepupu yang berusia 10 tahun yang masih sekolah.

Alat bermain: sepeda, mobil-mobilan, dan lain-lain

Penderita saat ini sekolah kelas TK kecil, kedua orangtua penderita bekerja sebagai

wiraswasta di rumah. Penderita tinggal bersama ayah, ibu, sepupu, kakek, dan nenek

penderita. Makanan dan minuman dimasak sebelum dimakan. Sumber air minum dari air

sumur. Alat makan dicuci dengan sabun. Mandi dua kali sehari dengan sabun mandi. Rumah

dibersihkan sekali sehari, sampah dibuang di halaman belakang rumah dan dibakar. Jika ada

keluarga yang sakit maka langsung berobat ke Puskesmas atau bidan.

Lingkungan

Rumah penderita terletak di Desa Sidigede, terletak di perkampungan yang berpenduduk

cukup padat. Rumah berjarak + 1 meter dengan tetangga, memiliki teras, memiliki halaman

depan dan belakang, keadaan sekitar kurang bersih dan selokan mengalir dengan lancar.

Rumah penderita berdinding tembok bata dan sebagian kayu, jendela kurang sehingga

ventilasi dan pencahayaan kurang. Kamar mandi dan WC tidak menyatu dalam rumah.

Penghuni rumah 6 orang

Kesan : ukuran rumah kurang memadai bagi penghuni, kondisi bangunan rumah dan

kebersihan kurang baik, ventilasi dan pencahayaan kurang, kebiasaan sehari-hari

cukup, lingkungan sekitar rumah cukup padat.

41

Page 42: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

KM & WC

DENAH RUMAH

Halaman Belakang

BAB III

42

Kamar tidur 1

Kamar tidur 2

Kamar tidur 3

Ruang kerjaRuang tamu

Dapur

Teras Depan

TCP

Page 43: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada anamnesis pneumonia, biasanya didahului dengan infeksi saluran pernapasan

bagian atas selama beberapa hari. Panas tinggi biasanya 39º - 40ºC, sehingga dapat terjadi

kejang pada individu tersebut. Selain itu penderita biasanya berkeringat dan menggigil. Anak

sangat gelisah, sesak napas, napas cepat dan dangkal serta napas cuping hidung, pernapasan

dari mulut disertai nyeri dada sehingga penderita memfiksir dada yang sakit.Penderita juga

batuk-batuk, kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk mula-mula kering, kemudian

menjadi produktif sebagai produk mukopurulen dari proses radang yang terjadi.

Hasil pemeriksaan fisik pada pneumonia tergantung dari luas daerah yang terkena

proses infamasi. Biasanya didapatkan batuk, napas cepat, sesak napas, napas cuping hidung,

retraksi suprasternal/ retraksi epigastrial, takikardi, lemah, sianosis sekitar mulut dan hidung

serta panas tinggi.Pada perkusi dada sering tidak didapatkan kelainan dan pada auskultasi

didapatkan ronkhi basah halus nyaring. Bila sarang pneumonianya menjadi satu, mungkin

pada perkusi terdengar keredupan, suara pernapasan terdengar mengeras, pada auskultasi

didapatkan ronkhi basah halus nyaring. Jika didapatkan tanda-tanda sumbatan saluran napas

bagian bawah berupa wheezing ekspirator dan eksperium yang memanjang maka disebut

pneumonia dengan komponen asmatik. Hepar dapat terdorong kebawah atau dapat

membesar. Bila terjadi komplikasi gagal jantung kongestif maka didapatkan hepar membesar

dengan tepi tumpul disertai dengan frekuensi napas > 60 x/menit dan nadi 160 x/menit.5,6

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan bahwa penderita mengalami riwayat batuk

pilek sebelumnya disertai panas nglemeng selama 1 minggu, 3 hari panas terus-menerus,

sesak nafas, dan pernafasan cepat. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan sesak nafas,

tidak sianosis, auskultasi suara dasar vesikuler dengan suara tambahan hantaran dan ronki

basah halus nyaring. Sakit yang seperti ini sering kambuh-kambuhan dialami penderita sejak

berumur 1 tahun. Orangtua pasien sering memeriksakan ke bidan desa dan puskesmas.

Diagnosis pasien ini dibedakan dari bronkiolitis karena pada bronkiolitis pada

anamnesis biasanya didahului infeksi saluran nafas, disertai batuk, pilek, tanpa kenaikan suhu

atau dengan panas tidak tinggi (subfebril).Adanya sesak nafas yang makin hebat, pernafasan

yang cepat dan dangkal dan disertai serangan batuk.Dari pemeriksaan fisik didapatkan sesak

nafas, nafas cepat dan dangkal. Terlihat juga nafas cuping hidung disertai retraksi intercostal

dan suprasternal, anak gelisah dan sianotik. Pada pemeriksaan paru didapatkan hipersonor,

43

Page 44: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

ekspirium diperpanjang, wheezing, ronki basah halus nyaring kadang terdengar pada akhir

ekspirasi. Pada pasien ini dapat diusulkan untuk melakukan x-foto lateral untuk melihat

gambaran hiperaerasi dan pembesaran diameter anteroposterior.

Pneumonia dapat disebabkan oleh kuman non spesifik maupun kuman spesifik seperti

Mycobacterium tuberculosis. Gejala klinik pada pneumonia karena proses spesifik tidak khas,

tetapi pada umumnya didapatkan keluhan badan lemah, kehilangan nafsu makan, berat badan

sulit naik bahkan menurun, panas sub febril yang berlangsung lama. Bila gejala tersebut

diperkuat dengan adanya riwayat kontak dengan penderita tuberculosa maka dugaan anak

tersebut terinfeksi Mycobacterium tuberculosis semakin kuat.

Pemeriksaan fisik paru sering tidak menunjukkan kelainan meskipun daerah perifokal

luas. Dapat ditemukan manifestasi tuberkulosis ekstra torakal misalnya konjungtivitis

fliktenularis, skrofuloderma, benjolan pada tulang punggung, selangkangan dan lutut,

manifestasi pada tulang, dan tanda meningitis tuberkulosa seperti penurunan kesadaran,

kejang, kaku kuduk, rangsang meningeal dan defisit neurologis. Pemeriksaan penunjang yang

penting adalah tes PPD5TU. Tes BCG biasanya dilakukan bila dicurigai atau pada keadaan

anergi. Jumlah leukosit yang meninggi, monosit yang relatif tinggi dan laju endap darah yang

meningkat akan menyongsong diagnosis. Sedangkan pemeriksaan foto rontgen toraks

memberi gambaran pembesaran kelenjar para trakeal, penyebaran milier, bronkogen,

atelektasis atau efusi pleura. Gold standart adalah ditemukan kuman gram positif tahan asam

berbentuk batang pada pemerksaan bakteriologis dengan pengecatan Ziehl Nielsen.

Keluhan badan lemah, kehilangan nafsu makan, berat badan sulit naik bahkan

menurun, panas sub febril yang berlangsung lama, serta riwayat kontak dengan penderita

tuberkulosa pada anak ini disangkal. Penderita pun telah mendapat imunisasi BCG satu kali

ketika berumur 1 tahun. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan ekstra torakal dan

intra torakal yang mengarah ke diagnosis pneumonia yang disebabkan mycobacterium

tuberculosa.

Prinsip pengelolaan pendetita sebaiknya dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek

kuratif, promotif, preventif, dan rehabilitatif yang pelaksanaannya disesuaikan dengan

kondisi penderita saat ini. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar tidak ada penularan

dan tidak mengalami komplikasi, sedang upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar

penderita sembuh.

Antibiotik diberikan pada penderita pneumonia berdasarkan umur, keadaan umum

penderita dan dugaan penyebab sebagai terapi inisial secara empiris. Untuk menurunkan

44

Page 45: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

panas diberikan Paracetamol dengan dosis 10–15 mg/kgBB sekali pemberian serta pemberian

ambroksol untuk mengencerkan lendir sehingga mudah dikeluarkan.

Pada pasien ini, pengelolaan pneumonia dengan pemberian antibiotika berupa

kotrimoksazol syrup 2x10ml injeksiampisilin 4 x 125 mg. Untuk penurun panas pada pasien

ini diberikan paracetamol syrup 3x7,5ml bila panas dan sebagai roboransia diberikan vitamin

B kompleks 3 x ½ tablet dan vitamin C 3 x ½ tablet.

Meskipun termasuk dalam gizi baik, anak tersebut juga memerlukan pengelolaan di

bagian gizi di samping pengobatan bronkopnemonia yang sedang dijalaninya. Pada infeksi

akut yang disertai kenaikan suhu tubuh, penderita memerlukan tambahan energi, protein, air

dan elektrolit. Sebaliknya nafsu makan mereka sangat berkurang sehingga makanan yang

biasa dimakan ditolak. Penyakit pnemonia yang sifatnya akut biasanya tidak berlangsung

lama, maka tidak perlu memaksa anak untuk menghabiskan jumlah makanan yang telah

ditentukan atas dasar kebutuhannya. Makanan sebaiknya diberikan sering kali dalam jumlah

yang sedikit setiap kalinya, akan tetapi jumlah air harus dipenuhi. Dapat juga diberikan

tambahan air buah seperti jus jeruk dan sebagainya.

Dari segi preventif upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tertier. Pencegahan primer merupakan tingkat pencegahan awal untuk

menghindari risiko tertular. Pencegahan sekunder untuk deteksi dini penyakit sebelum

penyakit menimbulkan gejala yang khas dan pengobatan penderita untuk memutus mata

rantai. Pencegahan tertier dengan melakukan tindakan klinis untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui. Upaya pencegahan

tersebut dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar tetap baik, immunisasi, menjaga

kebersihan prorangan dan lingkungan dengan memperhatikan kriteria rumah sehat, mencegah

anak berhubungan dengan penderita pneumonia.

Dalam upaya promotif dilakukan berupa penyuluhan yang bertujuan untuk merubah

kebiasaan yang kurang baik dalam masyarakat agar berperilaku sehat dan ikut serta berperan

aktif dalam bidang kesehatan. Upaya promotif dan preventif kepada keluarga dan tetangga

penderita, dan masyarakat,, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang pneumonia.

Penyuluhan yang diberikan tentang penyakit pneumonia adalah proses peningkatan

pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga

dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit pneumoia.

Langkah-langkah yang bisa dicapai dalam melakukan upaya promotif dan preventif ini

antara lain:

45

Page 46: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

- Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-

kasus pneumonia kepada perawat atau paramedis

- Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/ penyakit dengan

tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/ paramedis dan merujuknya ke rumah

sakit bila dianggap perlu

- Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah

sakit

- Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang

mempunyai balita perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan

penunjang di rumah,

- Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi wewenang

mengobati penderita penyakit penumonia

- Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan

penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyakit tersebut,

- Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit pneumonia. Mendeteksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian

target.

- Menganjurkan memberikan makanan yang mengandung gizi yang cukup yang

meliputi karbohidrat, protein, dan lemak untuk penderita

- Menasehatkan supaya selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan terutama

lingkungan rumah antara lain dengan menambah ventilasi agar sirkulasi udara lancar.

Dalam upaya rehabilitatif perlu dilakukan langkah untuk menganjurkan agar anak selalu

diperiksakan kesehatannya secara rutin di Posyandu atau Puskesmas setiap bulan untuk

memantau kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan anak, serta menjalankan terapi.

Selain itu, dapat pula memberikan nasehat kepada orang tua penderita untuk secara optimal

berusaha mencukupi kebutuhan dasar anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal yang

meliputi :

Asuh : memenuhi kebutuhan akan pangan/gizi, papan/pemukiman yang layak,

perawatan kesehatan dasar antara lain :imunisasi, penimbangan anak yang teratur

dan pengobatan kalau sakit.

Asih : memberikan kasih sayang dan perhatian pada penderita supaya pengobatan

berjalan sampai tuntas dan mencegah berulangnya penyakit.

46

Page 47: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

Asah : memberikan stimulasi mental psikososial dengan alat pengasah edukatif

yang dapat berupa gambar dan suara.

Dalam menangani penyakit pneumonia pada balita, maka puskesmas Welahan 2 melalui

program P2M telah melakukan beberapa upaya kuratif, promotif, preventif maupun

rehabilitatif seperti :

- Penanganan kasus penumonia sesuai standar yang ada

- Merujuk kasus-kasus pneumonia berat

- Melakukan pelaporan dan pencatatan kasus pneumonia yang baru dan lama secara

berkala

- Melakukan kunjungan rumah (2 hari setelah menerima pengobatan) dalam rangka

follow up penderita, melihat respon pengobatan, menentukan langkah penanganan

selajutnya

- Melakukan penyuluhan mengenai pneumonia bersama dengan penyuluhan P2M

yang lain

Prognosis penderita pneumonia secara mum tergantung dari ada tidaknya komplikasi

selain faktor usia, status gizi, kecepatan dan ketepatan pengobatan yang diberikan. Dengan

pemberian antibiotika yang tepat secara dini dan pemberian diet yang tepat mortalitas

penyakit dapat diturunkan. Prognosis penderita ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah ad

bonam karena pasien mendapat penanganan segera, prognosis terhadap kesembuhan (quo ad

sanam) adalah ad bonam karena status gizi anak baik. Prognosis terhadap fungsi paru (quo ad

fungsionam) adalah dubia ad bonam, karena status gizi anak yang baik dapat mempercepat

penyembuhan dan mengembalikan fungsi paru semula tetapi karena anak juga menderita

asma episodik sering, maka dapat terjadi penurunan fungsi paru.

47

Page 48: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang sering disebabkan

oleh bakteri patogen seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella catharalis, Haemofilus

Influenza, Micoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae. Sedangkan penyebab dari

golongan virus antara lain Respiratory Syncytial Virus, Influenzae virus A dan B. Pneumonia

dapat terjadi karena adanya faktor ekstrinsik yang meliputi ventilasi rumah, kepadatan

hunian, pencemaran udara dalam rumah, lingkungan tumbuh sang anak, pendidikan ibu

balita, pengetahuan ibu balita, pendapatan keluarga, kondisi sosial ekonomi orangtua, dan

kebersihan, sedangkan faktor intrinsik dari pneumonia antara lain umur balita, jenis kelamin

balita, status gizi, riwayat persalinan, dan konsumsi ASI. Diagnosis klinis pneumonia dapat

ditegakkan dengan adanya batuk, sesak napas atau ronki dan distres respirasi, namun

penelitian menunjukkan bahwa prediktor terbaik adalah takipnu. Klasifikasi World Health

Organization (WHO) mengenai pneumonia pada balita dapat dipakai untuk menentukan

tingkat keparahan dan langkah penanganan segera oleh petugas kesehatan. Prinsip

pengelolaan penderita pneumonia pada balita dilakukan secara komprehensif dan holistik,

meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif

dilakukan agar tidak ada penularan dan tidak mengalami komplikasi lanjut, sedang upaya

kuratif dan rehabilitatif dilakukan agar penderita sembuh dan dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal.

5.2 Saran

Perlu adanya upaya promotif dan preventif kepada keluarga dan tetangga penderita serta

masyarakat, yaitu dengan memberikan penyuluhan untuk mengenal tanda-tanda

pneumonia, faktor resiko, bahaya penyakit pneumonia, dan langkah-langkah yang harus

dilakukan jika anak dicurigai menderita pneumonia.

Perlu adanya langkah-langkah promotif dan preventif secara edukatif dan persuasif untuk

pencapaian kriteria rumah sehat maupun perilaku hidup sehat dan bersih agar tidak

menyebabkan penyakit

Pembentukan kader P2M dan pembinaan secara berkala kepada kadernya dalam rangka

membantu deteksi dini penyakit pneumonia.

48

Page 49: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Retno A.S, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Naskah

LengkapContinuingEducation Ilmu Kesehatan Anak; 2006

2. Behrman RE, Kleigman,Arvin,Nelson WE. Nelson. Ilmu kesehatan anak edisi ke-1.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000 : 883-4

3. Sidhartani ZM. Pneumonia pada Anak. Dalam : Peranan dan penatalaksanaan pada

infeksi saluran napas. Semarang : Hoechst Mosion Rusel, 1998, 1-8.

4. Rodriguez JAG, Martinez MJF. Dynamics of Nasopharyngeal Colonization By

Potential Respiratory Pathogen. Journal Antimicrobial Chemotherapy. 2002; 50 : 59 -

73.

5. Trastenojo MS, Sidhartani : Pulmonologi Dalam : Pedoman Pelayanan Medik Anak

RSDK / Fk UNDIP Semarang : Laboratorium FK UNDIP / UPF Kesehatan Anak

RSDK, 1989 : 30 – 97

6. Rachmatullah P. Ilmu Penyakit Paru Buku II. Semarang : Bagian Ilmu Penyakit

Dalam FK UNDIP, 1993 : 1 – 24

7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3.

Jakarta,1991: 1228-39.

8. Starke JR. Tuberkulosis. Dalam:Nelson Texbook of Pediatrics 15 thed. WB Saunders

Company, Philadelphia, Pennsylvania. 1996:1028-43.

9. Sidhartani M. Epidemiologi Community Acquired Pneumonia Pada Anak. Kumpulan

Makalah Simposium Respirologi Anak Masa Kini : 11 – 12 Desember 1998 :

Bandung. Bandung Bagian IKA FK UNPAD, 1998 11 – 14.

49

Page 50: Kasbes Pneumonia Anak Zsa2 Baru

50