karya tulis ilmiah - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/kti la...

81
IDENTIFIKASI UPAYA PEMELIHARAAN PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULAKOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kendari OLEH: LA SATU P00320012017 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

IDENTIFIKASI UPAYA PEMELIHARAAN PERSONAL HYGIENE

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

MINAULAKOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH:

LA SATU

P00320012017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 3: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 4: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

a. Nama : La Satu

b. Tempat / tanggallahir : Lakaliba, 18 April 1992

c. Jeniskelamin : Laki – laki

d. Suku : Buton

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Patimura no. 45

II. JENJANG PENDIDIKAN

a. SDNegeri2 Burangasi, TamatTahun 2006

b. SMP Negeri 3 Bau-Bau, TamatTahun 2009

c. SMA SwastaBataraguruBau-Bau, TamatTahun 2012

d. PoliteknikKesehatanKemenkesKendariJurusanKeperawatanTahun 2012 –

sekarang

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

MOTTO

Sesali masa lalu karena

Ada kekecewaan dan

kesalahan-kesalahan.

Tetapi jadikan peneyesalan

itu sebagai senjata untuk

masa depan agar tidak terjadi

kesalahan lagi.

Kumpersembahkan Untuk Almamaterku

Almarhum Ayahanda Dan Ibunda Tercinta

Saudaraku Tersayang Sama

Keluarga Besarku Dan

Juga Demi Bangsa Dan Negaraku

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

KATA PENGANTAR

Pujisyukursenantiasapenulisucapkanataskehadirat Allah SWT,

dimanaataslimpahanrahmatdanhidayah-Nyakepadapenulis,

sehinggapenulisdapatmenyelesaikanproposalpenelitianinidenganjudul

“IdentifikasiUpayaPemeliharaaPersonal Hygiene Di

PantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari”.

Penulismenyadarisepenuhnyabahwasemenjakdaripersiapanjudulsampaidenganpe

rsiapandantahapakhirpenyusunan

KTIpenelitianinibanyakditemukanberbagaikendaladankesulitanbaiksecara internal

maupuneksternal. Namun, berkatbimbingan,

motivasisertaarahandenganpenuhkeikhlasandariAkhmad, SST,

M.Kesselakupembimbing I danReni Devianti U.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB

selakupembimbing II, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanKaryatulisilmiahini.

Untukitu, ucapanterimakasihpenulishaturkankepadapembimbing I danpembimbing II.

Dalampenyusunan KTIini,

penulisjugabanyakmendapatbantuandariberbagaipihakbaiksecaralangsungmaupuntidakl

angsung.Olehkarenaitu, padakesempataninipenulismengucapkan rasa

terimakasihkepada :

1. Petrus, SKM, M.Kes, selakuDirekturPoliteknikKementerianKesehatanKendari.

2. Muslimin,LA,.Kep.,S.Pd.,M.Si,

selakuKetuaJurusanKeperawatanPoliteknikKementerianKesehatanKendari.

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

3. Dali SKM., M.Kes, selaku penguji I, Asminarsi Zainal P, M.Kep., Sp.Kep.Kom,

selaku penguji II, Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji III.

4. Akhmad, SST.,M.KesselakuDosenPembimbing 1 yang

telahbanyakmeluangkanwaktunyauntukmembimbing,memeriksadanmengarahkanpe

nulisanKTIlinisampaiselesai.

5. Reni Devianti U.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMBselakuDosenPembimbing II yang

telahbanyakmeluangkanwaktunyauntukmembimbing,memeriksadanmengarahkanpe

nulisanKTI inisampaiselesai.

6. SeluruhDosendan Staff pengajarPoliteknikKementerianKesehatanKendarikhususnya

Program Studi DIII KeperawatanPoliteknikKesehatanKendari.

7. Sembahsujuddanucapanterimakasih yang

terdalampenulisucapkankepadaAyahandatercinta (almarhum)danIbundatercinta

yang

telahmembesarkan,membimbing,danmendidikdenganpenuhkasihsayangdanselalume

ndoakanpenulisselamamasapendidikan.

8. TerimakasihpenulisucapkankepadasahabatsayaIwanArdilinata, Muhammad

NurRahmad, ArifPurnama, AndiHarianto, Muhammad Asdar, Tarmizi,

LutvyPriambono, Muhammad Mijrat, PuthutDaryono, Andri, Jayadi, Albert Sule

Kale, Nita Sriana,GrasellaSantija, HasratinLasaima, LinawatiSamen,

IisHasmawa,SittiHasmi, Ismayuli, Uus Farida dll.

yangselalumenemanidanmemberikanmotivasidalampenulisan KTIini.

9. Teman-temanmahasiswa-mahasiswiangkatan2012 dan 2013 yang

tidakdapatpenulissebutkansatupersatu, yangtelahberjuangbersama-

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

samaselama4tahun, merasakansukadandukadalammeraihmimpidangelarperawat D3

profesional. Semogaperjuangankitamenjadikenangan yang

tidakterlupakanuntukkemudianmenjadibahanrenungankelakketikakitamemilikipeker

jaandankeluargamasing-masing. Amin.

Penulismenyadaribahwasemua yang

tertuangdalamKTIinimasihjauhdarikesempurnaan, namunsemogaKTI

inidapatbermanfaatbagikitasemua.

Kendari, 2016

Penulis

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

ABSTRAK

La Satu (P00320012017). “IdentifikasiUpayaPemeliharaan Personal Hygiene

PadaLansiaDipntiSosialTresnaWerdhaMinaula Kota Kendari”

dibawahBimbinganBapakAkhmaddanIbu Reni DeviantiUsman(xii + 51 Halaman + 6

Tabel + 11 Lampiran).Berdasarkanwawancaradanobservasidengan 15 orang lansia yang

ada diPantiSosialTresnaWerdhaMinaula,

diantaranyamemilikimasalahdenganperawatandiri, sepertimalasmandi, pakaian yang

kotor, kuku yang panjangdankotor,

tidakmenggosokgigipadasaatsaatmandikarenatidakmempunyai pasta gigi.Personal

Hygiene

merupakanupayaindividudalammemeliharakebersihandirimeliputikebersihankulit/Mand

i, kebersihan kuku, kebersihangigidanmulut.Tujuanpenelitianiniuntukmengidentifikasi

personal hygiene padalansia di pantisosialtresnawerdhaminaulakota kendari. variabel

yang ditelitiadalahperawatankulit, kuku,mulutdangigi. Penelitianinitelah di

laksanakanpadatanggal22 Februari – 18 Juli 2016

denganmetodepenelitiandeskriptif.Sampelsebanyak 71 orangdenganmenggunakanteknik

purposive sampling.Hasilpenelitian yang personal hygienenya: baikdiperoleh 36 orang

(51%) dankurang 35 orang (49%). Disarankankepadapetugasagar sebagai masukan

untuk menyiapkan alat-alat terkait dengan pemenuhan kebersihan personal hygiene

pada lansia seperti alat pemotong kuku (perawatankulit, kuku, muludangigi).

Kata Kunci :Personal Hygiene, Lansia

DaftarPustaka :12 Literatur (2005 - 2011) dan 6 Dari Internet

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........... ................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................... ii

MOTO ................................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................ vi

DAFTAR ISI ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang personal hygiene (kebersihan diri) ................. 6

B. Tinjauan tentang lansia .............................................................. 18

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemekiran ......................................................................... 33

B. Bagan Kerangka Konsep ............................................................. 34

C. Variabel Penelitian ...................................................................... 34

D. Definisi Operasional .................................................................... 34

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 37

C. Populasi dan Sampel .................................................................. 37

D. Intrumen Penelitian .................................................................... 38

E. Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 38

F. Pengolahan Data ........................................................................ 39

G. Analisa Data ............................................................................... 40

H. Penyajian Data ........................................................................... 40

I. Etika penelitian .......................................................................... 40

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 42

B. Karakteristik Responden ........................................................... 48

C. Pembahasan .............................................................................. 51

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 56

B. Saran ......................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

DAFTAR TABEL

Table 5.1 distribusirespondenberdasarkankelompokumurdipanti

sosialtresnawerdhaminaulakendari

Table 5.2 DistribusiRespondenBerdasarkanJenis

KelamindiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari

Table 5.3 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan

KulitdiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari

Table 5.4 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan

KukudiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari

Table 5.5 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan Mulut dan

GigidiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari

Table 5.6 DistribusiRespondenBerdasarkanPersonal Hygiene

diPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 lembarPermohonanKesediaanMenjadiResponden

Lampiran 2 LembarPersetujuanResponden

Lampiran 3 LembarPedomanWawancara

Lampiran 4 Tabulasi Data PerawatanKulit

Lampiran 5 Tabulasi Data Perawatan Kuku

Lampiran 6 Tabulasi Data PerawatanMulut Dan Gigi

Lampiran 7 Master TabelHasilPenelitian

Lampiran 8 SuratIzinPenelitian Dari PoltekkesKemenkesKendari

Lampiran 9 SuratIzin Dari BadanPenelitian Dan Pengembangan Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 10 SuratKeteranganTelahMelekukanPenelitian

Lampiran 11 SuratKeteranganBebasPustaka

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Irwan Batubara, dkk 2011).

Seiring dengan proses menua tersebut, tubuhakan mengalami berbagai masalah

kesehatan atau yang bisa disebut sebagai penyakit degeneratif.

Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia yaitu Kekutan

motorik: penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada kelunturan otot-otot

tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Orang

berusia lanjut lebih cepat merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama

untuk memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih mudah.

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir pekembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UUD No.13 tahun

1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Irwan Batubara, dkk 2011)

Karakteristik lansia yaitu berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan

Pasal 1 ayat 2 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari

rentang sehat samapi sakit, dari kebutuhan biopsikososial – spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladaftif, lingkungan tempat tinggal yang

berpariasi. (Irwan Batubara, dkk 2011)

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2011 jumlah lansia

sekitar 24 juta jiwa (hampir 10% jumlah penduduk), pada tahun 2012 jumlah

penduduk lansia di Indonesia sebesar 27 juta jiwa, sedangkan tahun 2013

menunjukan lansia di Indonesia sebesar 28 juta jiwa dari total penduduk

Indonesia. Penduduk lansia ini diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34% )

dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020, atau menurut proyeksi

Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun akan menjadi dua kali lipat (36 juta)

pada tahun 2025. Setiap tahun, jumlah lansia bertambah rata-rata 450.000 orang,

maka pada tahun 2050 diperkirakan berjumlah 60 juta lansia (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan data BPS provinsi Sultra, jumlah penduduk Sulawesi

tenggara tahun 2009 sebanyak 260.867 jiwa. Jumlah ini meningkat menjadi

289.966 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu

menjadi 295.737 jiwa.

Data lansia pada Tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan Februari

adalah 95 orang yang terdiri dari 49 orang laki - laki dan 46 orang perempuan,

dengan rata rata umur lebih dari 60 tahun keatas, dan latar belakang pendidikan

yang hampir sama yaitu pendidikan Sekolah Dasar (SR).

Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri,

dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko sesorang terhadap kemungkinan

terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan

kebersihan diri yang buruk. Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan

status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga

kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit (Notoatmodjo,1997).

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Pentingnya mengidentifikasi personal hygiene pada lansia yaitu untuk

meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri

seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit,

menciptakan keindahan, meningkatkan rasa percaya diri.

Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan kulit,

rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.

Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, banyak dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya faktor kondisi fisik, dan citra tubuh

(Notoatmodjo,1997).

Menurut data di Panti Sosial Ttresna Werdha Minaula jumlah lansia

yaitu 94 orang. Yang terdiri dari Laki-laki berjumlah 49 orang dan perempuan

berjumlah 45 orang yang berasal dari berbagai suku, agama, dan budaya yang

berbeda - beda.

Berdasarkan wawancara dan observasi dengan 15 orang lansia yang ada

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula, diantaranya memiliki masalah dengan

perawatan diri, seperti tidak mau mandi, pakaian yang kotor, kuku kaki yang

panjang dan kotor, tidak menggosok gigi pada saat saat mandi karena tidak

mempunyai pasta gigi. Data yang diperoleh dari poliklinik di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kota Kendari pada tahun 2015 terdapat jumlah lansia

yg menderita penyakit dermatitis sebanyak 19 orang. Penyakit dermatitis

merupakan salah satu penyakit yang faktor penyebabnya adalah kebersihan kulit.

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Hasil wawancara dari 2 orang perawat yang bertugas di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kota Kendari, mengungkapkan bahwa mereka tidak

melakukan identifikasi tentang kebiasaan lansia dalam personal hygiene.

Padahal, salah satu peran perawat adalah mengidentifikasi, memberikan

pelayanan keperawatan termasuk kebutuhan personal hygiene serta

memfasilitasi dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan hal

tersebut.

Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Identifikasi Personal

Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula kota kendari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana Personal Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula kota kendari

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengidentifikasi Personal Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula kota kendari

2. Tujuan Kusus

Tujuan kusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan kulit pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

b. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan kuku pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari

c. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan mulut dan gigi pada lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan

Poltekes Kemenkes Kendari mengenai masalah Personal Hygiene Lansia

2. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yamg lebih baik bagi

penulis serta sebagai bahan masukan bagi peneliti yang ingin

mengembangkan variable penelitian ini.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian in diharapkan dapat menjadi data dasara peneliti selanjutnya

dalam mengetahui pentingnya personal hygiene pada lansia

4. Bagi tempat penelitian

Memberikan informasi kepada panti sosial tresna werdha minaula kendari

tentang personal hygiene pada lansia

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Personal Hygiene (Kebersihan Diri)

1. Pengertian Personal Hygiene (Kebersihan Diri)

Kata personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Jadi, personal hygiene (kebersihan

seseorang) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Riyadi dan Harmoko, 2012).

Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan

diri meliputi kebersihan kulit / mandi, kebersihan kuku, kebersihan rambut,

kebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam

Pratiwi, 2008).

Personal hygiene (kebersihan diri / perseorangan) merupakan usaha dari

individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu

dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan (Depkes RI, 2006).

Personal hygiene (perawatan diri atau kebersihan diri) merupakan

perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik

secara fisik maupun psikologis.Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi

berbagai faktor di antaranya; budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga,

pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri

(Hidayat, 2006).

2. Jenis – jenis Personal Hygiene

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Menurut Hidayat (2006:116), bahwa personal hygiene dibagi atas dua jenis

yaitu personal hygiene berdasarkan waktu dan personal hygiene berdasarkan tempat,

untuk lebih jelasnya jenis personal hygiene diuraikan sebagai berikut:

a. Personal hygiene berdasarkan waktu, terdiri dari:

1) Perawatan dini hari

Perawatan dini hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada

waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam

pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feces), memberikan

pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan

melakukan tindakan keperawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, dan

menjaga kebersihan mulut.

2) Perawatan pagi hari

Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan

melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan

kebutuhan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil), mandi atau

mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada

punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat

tidur pasien.

3) Perawatan siang hari

Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan

pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan

perawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan

kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

4) Perawatan menjelang tidur

Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien

dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat

dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan

kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah

punggung.

b. Personal hygiene berdasarkan tempat, terdiri dari:

1) Perawatan diri kulit

a) Definisi

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat

melindungi tubuh dari berbagi kuman atau trauma, sehingga diperlukan

perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya.

Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit secara otomatis terdiri atas

dua lapisan, yaitu lapisan epidermis aau dikenal dengan nama kutikula

dan lapisan dermis atau disebut dengan korium. Lapisan epidermis terdiri

atas bagian-bagian seperti stratum, korneum, stratum lucidum, dan

stratum granulosum.Lapisan kedua atau lapisan dermis yang terdiri atas

ujung syaraf sensorik, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.

b) Fungsi perawatan kulit

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Kulit secara umum memiliki berbagai fungsi, diantaranya :

(1) Melindungi kulit dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan bagian

dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit.

(2) Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat serta

penguapan.

(3) Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari

luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, aau suhu.

(4) Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen.

(5) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah

pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.

(6) Memproduksi dan menyerap vitamin B sebagai penghubung atau pemberi

vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.

c) Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya :

i. Umur, perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal ini dapat

terlihat pada bayi yang berumur relative masih muda, kondisi kulitnya sarngat

terawat terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman. Sebaliknya, pada

orang dewasa, keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya

sebagai pelindung sudah baik.

ii. Jaringan kulit, perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur

jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perbuahan pada

struktur kulit.

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

iii. Kondisi/keadaan lingkungan, beberapa keadaan lingkungan atau kondisi

yang dapat mempengaruhi keadaan kulit secara utuh antara lain keadaan

panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan tekanan, dan sebagainya.

Setiap individu memiliki sikap berbeda dalam hal memandikan

dirinya.Terdapat perbedaan budaya dan sosial dan pasien perlu mendapatkan

hak mereka untuk memberi izin pada setiap tindakan yang penting.Perawat

harus memiliki pengkajian lengkap mengenai status kesehatan terbaru yang

terdiri dari tingkat kemandirian ditambah kebutuhan khusus lainnya, seperti

praktik mandi secara budaya. Selain itu, perawat harus bertindak sebagai

seorang anggota tim asuhan dan harus yakin bahwa pilihan yang

ditawarkannya kepada pasien adalah pilihan yang beralasan, aman, efektif,

dan terpeutik.

Pilihan hygienes yaitu membersihkan diri dan berpakaian, dapat

meningkatkan kualitas asuhan yang dialami oleh pasien dan dimasukkan ke

dalam pelaksanaan keperawatan menurut spiller (1992:501), diantaranya:

a) Pilihan pasien mengenai sabun, emolin, dan krim kulit;

b) Penggunaan deodoran, antiperspirasi, dan bedak;

c) Penggunaan krim penghilang rambut, alat mencukur, sabun, atau sarana

penghalus kulit;

d) Penggunaan terapi rambut spesial, dan pilihan sampo;

e) Penggunaan tampon dan handuk kesehatan;

f) Penggunaan tatarias, wajah, pembersih kulit, dan toner;

g) Gaun malam atau, pakaian siang hari;

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

h) Rutinitas mandi yang normal (mandi pancuran atau mandi biasa).

Berikut ini diuraikan pedoman untuk mandi yang sehat secara bertahap

menurut Spiller (1992:501) yaitu:

a) Kaji kondisi mental dan fisik pasien

b) Ingat bahwa pasien memiliki hak-hak untuk diberitahu tentang terapi,

individualitas, keamanan, dan formasi.

c) Pasien memiliki pilihan hygienes dalam melaksanakan rutinitas mandi.

d) Peran perawat meliputi pendidikan pasien, dan setiap kesempatan untuk

memberikan informasi kesehatan harus digunakan.

e) Pasien Harus diberi informasi tentang tujuan mandi, misalnya untuk

membersihkan kulit, untuk mengurangi risiko infeksi, untuk

meningkatkan kesejahteraan umum, atau sebagai suatu terapi kulit.

f) Persiapan pasien dan lingkungan mengurangi waktu yang terbuang dan

meningkatkan efisiensi.

g) Bantuan dalam memandikan diberikan jika pasien tidak mampu merawat

dirinya sendiri.

h) Perawat harus memprioritaskan tindakannya di ruang rawat.

Menurut Nigthtingale (1859), bahwa membiarkan pasien tetap tidak

dimandikan merupakan bahaya yang mengganggu proses kesehatan alami

yang sama efektifnya seperti memberikan racun pada pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit

menurut (Potter dan Perri, 2005) yaitu;

a) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

b) Mandi minimal 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

c) Mandi memakai sabun.

d) Menjaga kebersihan pakaian setiap selesai mandi.

e) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah.

f) Menjaga kebersihan lingkungan.

g) Frekuensi ganti pakaian detiap sesudah mandi.

Di samping itu dijelaskan pelaksanaan mandi di tempat tidur Secara

Professional (Spiller, 1992:501), yaitu:

Ketrampilan melaksanakan mandi di tempat tidur yang aman, efektif dan

teraputik dibutuhkan bagi semua perawat.Tugas penting ini menurut

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perawat.Fokus utama keperawatan

adalah merawat dan melaksanakan tindakan untuk individu-individu yang

tidak dapat melaksanakan tindakan tersebut.Meski demikian, perawat harus

berhati-hati untuk menghindari ritual mandi yang rutin.

Mandi di tempat tidur biasanya dilakukan pada pasien jika perawatan diri

tidak memungkinkan, misalnya bagi mereka yang tidak sadar, suhu badan

tinggi, pascaoperasi, atau memakai gips. Sekali lagi, pengkajian kekuatan

dan kelemahan pasien serta pilihan hygienis pasien adalah hal yang

penting.Selain itu penting bagi perawat untuk memastikan bahwa pasien

yang baru saja menjalani operasi diberi analgesik sebelum prosedur

dilaksanakan. Perawat perlu memastikan bahwa ia memahami kebutuhan

keamanan bagi pasien dalam hal mobilitas sendi, kesejajaran tubuh dan

setiap instruksi khusus.

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Pasien yang berada dalam unit perawatan intensif juga memerlukan

penjelasan penuh tentang prosedur sebelum pelaksanaan dan peringatan

harus diberikan bahwa pernapasan mereka dapat terganggu saat mereka

diposisikan miring untuk membersihkan punggung mereka. Pemikiran dan

asuhan yang sangat baik diperlukan untuk menyelesaikan mandi di tempat

tidur dengan sukses yang membuat pasien merasa segar dan nyaman.

Perawat kompetenakan memilih cara perawatan yang unik bagi setiap pasien

secara individual.

2) Perawatan kuku

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke

dalam tubuh melalui kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam

keadaan sehat dan bersih. Frekuensi memotong kuku yaitu satu kali

seminggu. Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan dalam

membersihkan atau memotong kuku jari tangan dan kaki.Cara perawatan

kuku yaitu dengan menggunakan pemotong kuku atau gunting kuku yang

tajam, potong kuku lurus menyilang dan kemudian gunakan kikir kuku (jika

ada), untuk menghaluskan tepi guntingan kuku.Bila anda telah memotong

semua kuku, dengan perlahan bersihkan bagian bawahnya.Apabila kuku jari

kaki pasien keras dan tebal, kuku kaki pasien mungkin perlu direndam di

dalam baskom sebelum memotong kukunya.Periksa baik jari kaki maupun

tangan apakah ada tanda inflamasi atau tidak (WHO, 2005:35).

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Menurut Murwani (2008:20), bahwa perawatan kuku memerlukan

perhatian khusus, hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi, bau dan

perlukaan jaringan. Namun, biasanya orang tidak memperdulikannya sampai

terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.Perawatan tersebut bisa dilakukan

bersamaan dengan saat mandi atau mengambil waktu khusus.

Adapun cara perawatan kuku menurut Murwani (2008 : 22), yaitu:

a) Mencuci tangan

b) Mengatur posisi pasien

c) Pasang perlak dan alas di bawah kom berisi air hangat

d) Rendam dalam air hangat (jari tangan 1-2 menit dan jari kaki 2-3

menit)

e) Jika kuku kotor bersihkan dengan sabun dan sikat kuku

f) Angkat jari tangan/kaki, lalu keringkan dengan handuk

g) Letakkan jari tangan/kaki di atas bengkok berisi lisol 2%

h) Kuku dipotong menurut lengkung kuku

i) Rapikan pasien dan bersihkan alat

j) Cuci tangan.

Masalah atau gangguan pada kuku :

a) Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan

sakit pada daerah tersebut

b) Paronychia, radang di sekitar jaringan kuku

c) Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang

lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

d) Bau tidak sedap, reaksi mikro organisme yang menyebabkan bau

tidak sedap.

3) Perawatan mulut dan gigi

Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan

kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk,

banyak organ yang berada dalam mulut, seperti orofaring, kelenjar parotid,

tonsil, ufula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah.

Perawatan mulut dan gigi yang baik dilakukan dua kali sikat gigi sehari,

mesase gusi dan pembilasan mulut.Pada pasien di rumah sakit yang mampu

duduk di tempat tidur, perawat perlu membawa sikat gigi dan sebaskom air

untuk membantu pasien melakukan perawatan mulut dan gigi.Namun

terkadangn pasien terlaluh lemah untuk melakukan perawatan mulut dan gigi

sehingga mulut menjadi kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak

enak.Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang

digunakan oleh pasien.

Perawat perlu melakukan periksaan mulut pasien setiap hari dan

membantu pasien untuk merawat mulut dan gigi pasien.Perawatan mulut dan

gigi penting untuk dilakukan oleh pasien khususnya untuk pasien yang

puasa. Saat melakukan perawatan mulut dan gigi , perhatikan adanya

perdarahan atau ulserasi dan tanyakan pasien tentang adanya nyeri.

Frekuensi menyikat gigi 2 x sehari.

Cara melakukan perawatan mulut dan gigi menurut WHO (2005:31),

yaitu posisikan pasien miring dan mendekati tepi tempat tidur, cuci tangan

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

sebelum melakukan tindakan, tempatkan baskom kecil dibawah dagu pasien

dengan handuk di bawah baskom untuk menyerap tetesan air, buka mulut

pasien secara perlahan dengan spatel lidah atau alat lain seperti sendok,

bersihkan gigi kemudian bilas mulut dengan menyemprotkan sedikit air ke

dalam mulut dengan spuit dan gunakan bantalan kasa atau kain yang

dilembabkan untuk membilas mulut, bila menyemprotkan air ke dalam

mulut pasien yakinkan bahwa air tersebut mengalir keluar dari samping

mulut atau isap mulut untuk mengeluarkan air tersebut. Cairan yang

tertinggal di mulut dapat menyebabkan pasien tersendak.Cuci tangan setelah

membersihkan mulut dan gigi pasien.

Masalah yang terjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain :

a) Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh kuman

atau lainnya.

b) Ginggivitas, radang pada daerah gusi.

c) Karies, radang pada gigi

d) Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau daerah mulut

e) Periodontal desease, (gusi yang mudah berdarah dan bengkak)

f) Glostits, radang pada lidah

g) Chilosis, bibir yang pecah-pecah.

3. Tujuan Dilakukannya Personal Hygiene

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Menurut Riyadi dan Harmoko (2012), bahwa tujuan dilakukan personal hygiene

yaitu:

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. Mencegah penyakit

e. Menciptakan keindahan

f. Meningkatkan rasa percaya diri.

4. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpelihranya kebersihan perorangan dengan baik.Gangghuan fisik yang sering

terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada

mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

Berdasarkan hasil penelitian Nur dan Setyowati (2011), bahwa hubungan

pelaksanaan personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat

pembuangan akhir kota Semarang, diperoleh data tentang bailta yang menderita

skabies sebanyak 18 balita (60%) dari 30 sampel dan ada hubungan pelaksanaan

personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita

.

2. Dampak psikososial

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

B. Tinjauan Tentang Lansia

1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,

2006).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi

didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan

tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.

Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran

fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).

Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan

dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan

yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses

menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai

sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2000).

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai

umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya

sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2000).

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun

ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses

menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi

(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin

banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang

menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo

dan Martono, 1999).

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan

oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas”

menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-

fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama, 1995).

2. Batasan Lansia

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/

biologis menjadi 4 kelompok yaitu :

1) usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.

2) lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun.

3) lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun.

4) usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

b. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan

pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang

telah berumur 65 tahun ke atas.

c. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan

menjadi:

1) usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,

2) usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65

tahun,

3) lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi

lagi dengan:

a) 70 – 75 tahun (young old),

b) 75 – 80 tahun (old),

c) lebih dari 80 (very old).

d. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat

dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan

mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah

dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas

e. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi

tiga kelompok yakni :

1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia.

2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

3. Fisiologi Lansia

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara

alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami

seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural

tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami

masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada

berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa

faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).

4. Proses Menua

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis

maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara

fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat

dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi

tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usiaharus sehat. Sehat

dalam hal ini diartikan:

a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,

1996).

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:

a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.

b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya.

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal

atau pindah.

d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah

banyak.

e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang

mendasar adalah perubahan gerak.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya

terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.

Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan,

hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman

pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan

yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan

peran sosial (Goldstein, 1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979 dalam Munandar, 1994)

adalah:

a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

c. Selalu mengingat kembali masa lalu

d. Selalu khawatir karena pengangguran,

e. Kurang ada motivasi,

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain

adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial

luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat

ini dan memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

5. Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan

masalah kesehatan lansia adalah:

a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan

kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan

perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka

perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.

b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda

atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologis.

c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau

bersama istri, anak atau keluarga lainnya.

1) Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.

2) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan

lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala

keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa

lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu

kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri

(independent personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik

diri (self hate personality).

d. Kondisi kesehatan

1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain

dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.

2) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak

produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.

e. Keadaan ekonomi

1) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau

masih bisa aktif.

2) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak

atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung

padanya.

3) kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara

pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehingga cukup

beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam kehidupan,

menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi

fisik

6. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia secara individu

pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

biologi, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka

akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat

mengakibatkan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan

didalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan

ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)

a. Permasalahan umum

1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.

4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

b. Permasalahan khusus :

1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.

7. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual

(Azizah, 2011).

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas

60 tahun.

2) Sistem Integumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak

elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga

menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi

glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna

coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai

berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai

pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat

mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

4) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami

granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian

kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang

terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada

persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

5) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah

bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih

lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

6) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

7) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament

dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

8) Sistem kardiovaskuler

Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan

kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada

jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan

jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

9) Sistem respirasi

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk

mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru

berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks

mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan

peregangan toraks berkurang.

10) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti

penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :

a) Kehilangan gigi,

b) Indra pengecap menurun,

c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),

d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

11) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.

Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,

ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

12) Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

13) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovarium dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih

dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quocient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan (hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan

Zentner, 1970)

e. Kesehatan Psikososial

1) Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal

terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita

penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik

terutama pendengaran.

2) Duka cita (Bereavement)

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan

kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada

lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

3) Depresi

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,

lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi

suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres

lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

4) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas

umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,

gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda

dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek

samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham

(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya

atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang

terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku

sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia

bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang

dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut

dapat terulang kembali.

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran

Personal hygiene (perawatan diri atau kebersihan diri) merupakan

perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik

secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai

faktor di antaranya; budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga,

pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri

(Hidayat, 2006).

Personal hygiene pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kota Kendari Dengan variabel bebas identifikasi personal hygiene. Sedangkan

variabel terikat adalah perawatan kulit, perawatan mulut dan gigi, perawatan

kuku.

B. Bagan kerangka konsep

Identifikasi personal

hygiene pada lasia

Perawatan kulit

Perawatan mulut dan gigi

Perawatan kuku

Keperawatan Rambut

Keperawatan Genetalia

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Keterangan:

Variabel yang di teliti:

C. Variabel penelitian

1. variabel bebas (independen)

variabel bebas dalam penelitian ini adalah identifikasi personal hygiene pada

lansi

2. variabel terikat (dependen)

variabel terikat dalam penelitian ini adalah perawatan kulit, perawatan mulut

dan gigi, perawatan kuku.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang mencapai

usia 60 tahun keatas dan terdaftar sebagai penghuni di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kota Kendari

2. Personal hygiene yang di maksud dalam penelitian ini dalah perawatan diri

sendiri yang di lakukan oleh lansia untuk mempertahankan kesehatan dirinya

yang meliputi : Perawatan kulit, perawatan kuku, perawatan mulut dan gigi.

Kriteria objektif :

Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥ 60%

Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

a. Perawatan kulit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

lansia untuk menjaga kebersihan kulitnya yang meliputi kebiasaan

mandi dan mengganti pakaian yang di ukur dengan menggunakan

pedoman wawancara yang berisi 5 Pertanyaan tentang kebersihan kulit.

jika dilaksanakan “ya” maka diberi nilai 1 dan jika “tidak melaksanakan”

di beri nilai 0.

Kriteria objektif :

Baik : jika responden dilaksanakan dengan benar ≥ 60%

Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%

b. Perawatan kuku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

lansia dalam menjaga kebersihan kuku sehingga nampak bersih, kuku

tidak panjang dan tidak mengalami luka akibat garukan yang diukur

dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi 5 Pertanyaan

tentang kebersihan kuku. Jika dilaksanakan “ya” maka diberi nilai 1 dan

jika “tidak dilaksanakan” diberi nilai 0.

Kriteria objektif :

Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥ 60%

Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%

c. Perawatan pada mulut dan gigi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan lansia dalam menjaga kebersihan mulut dan giginya,

yang meliputi kebisaan menyikat gigi dan berkumur setelah makan.

sehingga mulut dan gigi nampak bersih, tidak memiliki plak dan tidak

berbau yang di ukur dengan menggunakan pedoman wawancara yang

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

berisis 10 pertanyaan tentang kebrsihan mulut dan gigi. Jika

dilaksanakan “ya” maka di beri nilai 1 dan jika “tidak melaksanakan”

maka di beri nilai 0.

Kriteria objektif :

Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥60%

Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah deskriptif untuk mengetahui personal

hygiene pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari. Menurut

Notoamodjo (2005) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

objektif.

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah selesai ujian proposal dan dinyatakan layak

untuk di teliti.

1. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha minaula Kota Kendari yang mengalami gangguan

personal hygiene berjumlah 94 orang.

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang di pilih dengan kriteria

tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (setiadi, 2007)

a. Besar sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Yang mengalami

gangguan personal hygiene. Metode pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan teknik ”total sampling” artinya

semua populasi dijadikan sebagai sampel.

b. Kriteria sampel

Adapun kreteria sampel terdiri dari :

1) Kriteria Inklusi :

a) Semua lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kota Kendari

b) Lansia yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria eklusi :

a) Lansia yang tidak menglami gangguan personal hygiene.

b) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi pada responden

yang disusun berdasarkan konsp penelitian.

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi yang telah

dirancang oleh penelti dan di siapkan oleh peneliti kemudian mengobservasi

pasien yang terpilih menjadi responden.

b) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitia ini yaitu yang diperoleh dari buku register dan

instusi terkait berupa data tentang gambaran lokasi penelitian di Panti Sosial

Tresna Werdha minaula Kota Kendari.

2. Teknik Pengumpulan Data

a) Dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah

mengedarkan kuisioner dan wawancara pada setiap responden yang telah

ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian.

b) Studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan beberapa literatur yang

relevan dengan penelitian.

4. Pengolahan Data

1. Coding, yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang ada dengan

maksud memudahkan untuk menganalisa.

2. Editing, yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar pertanyaan yang sudah

di isi.

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

3. Skoring, yaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan kalkulator

untuk mengetahui persantase setiap variabel yang diteliti.

Jawaban yang berkategori faktor penyebab diberi skor 1 dan jawaban yang

berkategori bukan faktor penyebab di beri skor 0.

4. Tabulasi,yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini setelah data

tersebut di koding dan kemudian di tabulasi agar dapat mempermudah

penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.

5. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara analisa deskriptif berupa distribusi frekuensi dan

menggunakan tabel untuk memberikan gambaran tentang variabel-variabel yang

diteliti.

Untuk menentukan persentase sampel pada setiap karegori yang diteliti maka

akan dianalisa dengan rumus :

x =𝑓

𝑛 𝑥 𝑘

Keterangan :

f : Frekuensi kategori variabel yang diteliti

n : Jumlah sampel penelitian

k : Konstanta (100%)

X : Persentase hasil yang dicapai (Arikunto, 2008).

6. Penyajian Data

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan di narasikan.

7. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek tidak boleh betentangan dengan etika.

Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi pada

peneliti ini, maka peneliti mendapatkan pengantar dari Poltekkes Kemenkes

Kendari Jurusan Keperawatan untuk melakukan penelitian pada lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kota kendari yang mengalami gangguan

personal hygiene. Setelah mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika meliputi :

1. Lembaran persetujuan penelitian (Informend Consent)

Lembaran persetujuan (lampiran 1) sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan penelitian serta dampak yang akan

terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden bersedia di teliti

mereka harus menandatangi lembar persetujuan (lampiran 2), jika tidak

penelitian harus menghormati hak-hak responden.

2. Kerahasiaan (Contidentiality)

Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subjek di jamin kerasiaannya.

Hanya kelomok data tertentu saja akan di sajikan atau dilaporkan pada hasil

riset.

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografi

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berada dalam wilayah

administrasi desa Ranooha kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan

dengan luas wilayah ± 3Ha yang di huni oleh 94 orang lanjut usia.

Sebagian besar wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

terdiri atas dataran tinggi dan rawa yang secara administrasi berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan desa laikaaha

b. Sebelah barat berbatasan denga hutan Ranooha

c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Onewila

d. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Konda

2. Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari sebagai

lembaga penyelenggara pelayanan bagi lanjut usia.

b. Misi

1) Melaksanakan pelayanan lanjut usia sesuai dengan norma, prosedur

standar pelayanan

2) Melasaknakan perencanaan program dan kegiatan dalam meningkatkan

pelayanan sosial lanjut usia yang efisien dan efektif.

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

3) Meningkatkan dukungan manajemen pelayanan sosial dalam panti yang

ankuntabel transparan dan efisien.

3. Tahapan Pelayanan

a. Tahapan Pendekatan Awal

1) Orientasi dan konsultasi

2) Identifikasi

3) Motivasi

4) Seleksi

b. Tahapan Penerimaan

1) Registrasi

2) Pemecahan dan pengungkapan masalah

3) Penempatan pada program pelayanan

4) Perlengkapan administasi

5) Surat keterangan/ surat pengantar dari kepala desa/ lurah setempat

6) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter puskesmas setempatsurat

pernyataa bahwa ia sanggup tinggal dan dibina dalam panti

7) Surat keterangan tidak keberatan dari keluarga terdekat

4. Sarana dan Prasarana

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki area tanah ± 3

Ha. Area tersebut digunakan untuk sarana bangunan, sarana jalan dalam

kompleks, taman dan selebihnya merupakan lahan tidur yang dimanfaatkan

untuk pertanian, kandang ayam, empang ikan air tawar dan lain-lain. Adapun

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

sarana bangunanyang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

ada sebanyak 24 unit bangunan yang terdiri dari :

a. Wisma PM : 12 buah

b. Ruang perawatan khusus : 1 buah

c. Ruang pemulasan jenazah : 1 buah

d. Ruang keterampilan : 1 buah

e. Poliklinik : 1 buah

f. Kantor : 1 buah

g. Aula : 1 buah

h. Masjid : 1 buah

i. Rumah jabatan : 1 buah

j. Rumah petugas : 1 buah

k. Dapur : 1 buah

Selain sarana bangunan sebagaimana tersebut di atas, Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari juga di lengkapi dengan sarana transportasi antara lain

:

a. Kendaraan roda empat : 6 unit

1) Kendaraan dines kepala panti : 1 unit

2) BUS : 2 unit

3) Ambulance : 1 unit

4) Kendaraan tim reaksi cepat : 2 buah

b. Kendaraan roda dua : 5 unit

5. Program pelayanan

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Jumlah lanjut usia (penerima manfaat) yang diberikan pelayanan sosial

pada Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tahun anggran 2015

sebanyak 95 orang dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Program regular : yaitu para lanjut usia terlantar yang berusia 60 tahun

keatas mereka tinggal menetap dalam panti selama waktu yang tidak

ditentukan.

b. Program day care service (pelayanan harian usia lanjut) yaitu para lanjut

usia potensial yang berusia 60 tahun keatas, mereka mendapatkan pelayanan

dalam panti, tetapi hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah di

programkan atau di minati. Program ini di maksudkan untuk dapat

membantu meningkatkan beban atau tugas-tugas keluarga atau masyarakat

dalam rangka memberikan perawatan dan perawatan sosial kepada para

lanjut usia yang karena sesuatu hal mereka tidak dapat memberikan

pelayanan yang dimaksud secara maksimal.

c. Program home care service, yaitu para lanjut usia yang tidak potensial

berusia 60 tahun ke atas, mereka di beri pelayanan berupa pelayanan

tambahan gizi (sembako) setiap bulan melalui keluarga-keluarga asuh tempat

mereka tinggal menetap selama 12 bulan dari bulan januari sampai bulan

desember tahun berjalan.

6. Pembiayaan

Dalam melakukan kegiatan pelayanan bagi lanjut usia penerima manfaat,

baik dalam panti maupun luar panti semua pembiayaan di bebankan melalui

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

APBN bentuk DIPA Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada setiap

tahun.

7. Program Kegiatan Pelayanan Sosial

program kegiatan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

terhadap para klien (penerima manfaat) dalam tahun anggaran 2015 sebagai

berikut :

a. Program Reguler

Jenis pelayanan yang diberikan kepada klien (penerima manfaat) dalam

panti (klien regular) adalah :

1) Kegiatan pelayanan sosial yang meliputi

a) Pengasramaan

b) Pelayanan pangan

c) Pelayanan sandang

d) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)

e) Pelayanan pemakaman (pengurusan jenazah)

2) Kegiatan pelayanan bimbingan yang meliputi

a) Bimbingan fisik :

1. Senam lansia

2. Jalan santai

b) Bimbingan mental spiritual

1. Pengajian

2. Tahlilan

3. Shalat berjamaah

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

4. Khotbah jumat/cerama agama islam

5. Motivasi kebaktian gereja

c) Bimbingan sosial/penyuluhan sosial dan rekreasi/widyawisata

d) Bimbingan keterampilan/pengisian waktu luang

b. Program Day Care Service

Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam

program antara lain :

1) Pelayanan sosial meliputi :

a) Pelayanan makan dan transportasi

b) Pelayanan sandang, yakni pakaian olahraga, baju koko dan

mukenah/kerudung

c) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)

d) Pada akhir kegiatan akan di berikan bantuan paket UEP (usaha

ekonomi produksi)

2) bimbingan, meliputi :

a) Bimbingan sosial

b) Bimbingan mental spiritual

1. Pengajian surat yasin

2. Shalat dzuhur dan shalat jumat berjamaah

3. Khutbah jumat/ ceramah agama islam

4. Bimbingan keterampilan (pengisian waktu lauang)

5. Bimbingan fisik dan kebugaran

c. Program Home Care Service

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam

program ini antara lain :

1) Pemberian bantuan tambahan gizi (sembako) setiap bulan, dari bulan

januari sampai desember setiap tahunnya.

2) Pelayanan kesehatan yakni cek up kesehatan dan pelayanan pengobatan

Pada akhir program kegiatan akan diberikan paket dana bantuan UEP

(usaha ekonomi produktif) melalui keluarga ataupun keluarga asuh tempat

lanjut usia tersebut menetap (Profil PSTW Minaula Kendari, 2015).

B. Karakteristik Responden

1. Umur

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur diPanti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

No Kelompok Umur Frekuensi (%)

1 60-66 15 21,1

2 67-73 24 33,8

3 74-80 23 32,4

4 81-87 7 9,86

5 88-94 2 2,82

Jumlah 71 100

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi kelompokumur pada

lansia yaitu di usia 67 – 73 tahun berjumlah 24 responden (33,8%)

sedangkanrentang usia terendah adalah 88-94 tahun yaitu berjumlah2 responden

(2,82%).

2. Jenis Kelamin

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Tabel 5.2 .Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin diPanti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari

No Jenis Kelamin Frekuensi (%)

1 Laki-laki 35 49,3

2 Perempuan 36 50,7

Jumlah 71 100

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi jenis kelamin pada

lansia yaitu perempuan berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkanyang

terendah adalah laki-lakiyaitu berjumlah35 responden (49,3%).

3. Variabel Penelitian

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Kulit diPanti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

No Perawatan Kulit Frekuensi (%)

1 Baik 52 73,24

2 Kurang 19 26,76

Jumlah 71 100

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan kulit

padalansia yaitu baikberjumlah 52 responden (73,24%) sedangkan yangkurang

berjumlah19 responden (26,76%).

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Kuku diPanti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari

No Perawatan Kuku Frekuensi (%)

1 Baik 38 53,5

2 Kurang 33 46,5

Jumlah 71 100

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan kuku

padalansia yang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan yangkurang

berjumlah33 responden (46,5%).

Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Mulut dan Gigi

diPanti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

No Perawatan Mulut dan Gigi Frekuensi (%)

1 Baik 48 67,6

2 Kurang 23 32,4

Jumlah 71 100

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan mulut dan

gigi padalansia yang baik berjumlah 48 responden (67,6%) sedangkan

yangkurang berjumlah23 responden (32,4%).

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene diPanti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari

No Personal Hygiene Frekuensi (%)

1 Baik 35 49,3

2 Kurang 36 50,7

Jumlah 71 100

Sumber : Data Primer 2016

Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal hygiene pada

lansia yaitu kurang berjumlah 35 responden (49,3%) sedangkan yangbaik

berjumlah35 responden (49,3%).

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

C. Pembahasan

1. Mengidentifikasi Upaya Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia

Personal hygiene (kebersihan diri / perseorangan) merupakan usaha dari

individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu

dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan. Upaya pemeliharaan kebersihan

diri mencakup tentang kebersihan kulit, kuku serta mulut dan gigi(Depkes RI,

2006).

Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal hygiene

pada lansia yaitu kurang berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkan yangbaik

berjumlah35 responden (49,3%). Hal ini disebabkan karena lansia yang kurang

perawatan diri. Faktor – faktor yang mempengaruhi kurangnya perawatan diri

tersebut adalah faktor kebiasaan yang malas mandi, walaupun sudah mandi

tetapi tidak mengganti pakaian, kurangnya persediaan alat perawatan diri seperti

alat pemotong kuku.

2. Jenis – Jenis Personal Hygiene

a. Perawatan Kulit

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan

kulit pada Lansia yang baik berjumlah 52 responden (73,24%) sedangkan

yang kurang berjumlah 19 responden (26,76%). Hal ini dikarenakan bahwa

perawat menjalankan tugasnya setiap pagi dan sore hari. Perawatan diri

meliputi perawatan kulit ndapat di lakukan dengan mandi. Mandi untuk

mencegah penyakit kulit serta mencegah badan berbau. Perawatan kulit perlu

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

dilakukan oleh lansia karena menfasilitasi kondisi kulit yang baik serta

kebersihanya dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene pada lansia.

Dari data yang diperoleh peneliti di panti sosial tresna werdha minaula

kendari jumlah lansia didominasi oleh orang yang beragama muslim.

Hasil wawancara pada lansia mengatakan bahwa hari-hari sebelumnya

frekuensi mandi 1 kali sehari akan tetapi dalam bulan suci ramadhan

mengalami peningkatan frekuensi mandi yaitu 1 hari 3 kali mandi (subuh,

siang dan sore hari) mereka mengatakan bahwa sebelum menjalankan ibadah

mereka harus selalu bersih.

Dari hasil observasi pada lansia nampak bersih, mengganti pakaian

setelah mandi, kulit nampak lembab dikarenakan lansia memakai lotion.

Menurut Muscari 2005, mandi merupakan upaya pemeliharaan

kebersihan tubuh dengan menggunakan air bersih dan sabun yang di lakukan

2 kali sehari (pagi dan sore).

b. Perawatan Kuku

Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan

kuku pada lansia yang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan

yangkurang berjumlah33 responden (46,5%). Hal tersebut dikarenakan

terjadi perubahan kebiasaan memotong kuku untuk keperluan menjalankan

ibadah. Lansia mengatakan bahwa ketika menjalankan ibadah (sholat) harus

dalam keadaan bersih.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada lansia mengatakan

bahwa ketika memotong kuku mereka tidak menggunakan alat pemotong

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

kuku tetapi menggukan pisau dan silet. Padahal hal perawatan kuku di

lakukan untuk menjaga kebersihan tangan, mencegah masuknya

mikroorganisme dari tangan dan kuku ke sel cerna.Dari hasil observasi pada

responden permukaan kuku tidak rata, ujung kuku tidak halus dan dibawah

kuku tidak dibersihkan.

Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan kuku adalah

cacingan, typhus abdominalis. Penyakit tersebut dapat di cegah dengan

membersihkan kuku dan mencuci tangan dan kaki setelah menegerjakan

pekerjaan.sedangkn masalah umum pada kuku adalah kalus, katimumul,

kutil pada kaki, tinea pedis, kuku yang tumbu ke dalam, kuku tanduk ram,

paronisia, dan bau kaki (Kozier, 2005).

c. Perawatan Mulut dan Gigi

Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan

mulut dan gigi padalansia yang baik berjumlah 48 responden (67,6%)

sedangkan yangkurang berjumlah23 responden (32,4%). Hal tersebut terjadi

karena bulan suci ramadhan, mereka tidak melakukan aktivitas makan dan

minum sehingga kondisi mulut dan gigi dalam keadaan bersih. Sedangkan

yang kurang dikarenakan tidak mempunyai gigi.

Kebersihan gigi dan mulut dapat memeberikan rasasehat dan

menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan dan kebersihan mulut adalah

seseorang akan memeiliki mukosah mulut yang utuh yang terhidrasi baik

dan mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya

typhus abdominalis, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi,

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik

kebersihan mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan dab kebersihan

mulut dengan benar. Penyakit yang di sebabkan oleh buruknya kebersihan

gigi dan mulut adalah karies gigi, halitosis glositis, gingivitis, mukosa

kemerahan, keliosis dan stomatitis (Potter, 2005).

Faktor yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan mulut adalah

faktor kesadran dan perilaku pemeliharaan kebersihan mulut secara

perorangan karena kegiatanya di lakukan di rumah tanpa pengawasan

siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan pemehaman kesadaran

serta kemauan pihak individu untuk menjaga kebersihan mulutnya.

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yaitu mengidentifikasi upaya pemeliharaan

personal hygiene pada lansia di panti sosial tresna werdha minaula kendari yang

telah dilaksanakan pada tanggal 15Juni - 18Juni 2016dari 71 responden maka

diperoleh hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal

hygiene pada lansia yaitu kurang berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkan

yangbaik berjumlah35 responden (49,3%) sedangkan upaya pemeliharaan

personal hygiene perawatan kulit, kuku serta mulut dan gigi nantara lain:

1. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan kulit

makadiperoleh hasil yaitu yang baik berjumlah 52 responden (73,24%)

sedangkan yangkurang berjumlah19 responden (26,76%).

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

2. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan kukumaka di

peroleh hasilyaituyang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan

yangkurang berjumlah33 responden (46,5%).

3. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan mulut dan gigi

maka dipeoleh hasil yaitu yang baik berjumlah 48 responden (67,6%)

sedangkan yangkurang berjumlah23 responden (32,4%).

B. Saran

1. Bagi tempat peneliti agar agar sebagai masukan untuk menyiapkan alat-alat

terkait dengan pemenuhan kebersihan personal hygiene pada lansia seperti

alat pemotong kuku

2. Bagi lansia agar membantu dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene

3. Bagi institusi diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan

poltekkes kemenkes kendari mengenai masalah personal hygiene pada lansia

4. Bagi peneliti dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik

bagi penulis serta sebagai bahan masukan bagi peneliti

5. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat ,enjadi data

dasar peneliti selanjutnya dalam mengetahui pentingnya personal hygiene

pada lansia.

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta : Graha

Ilmu

Batubara irwan dkk, 2011. mengenal usia lanjut dan perawatannya. salemba

medika: jakarta

Data BPS provinsi sulawesi tenggara, 2012. Jumlah penduduk 2009-2012. Diakses 01

maret 2016. 18.12

Depkes RI, 2013. Jumlah lansi 2011-2013. diakses 01 maret 2016. 18.02

Hidayat, 2006. kebutuhan dasar manusia. salemba medika: jakarta

Muwarni, 2008. Keterampilan dasar praktek klinik keperawatan, fitramaya: yogyakarta

Notoatmodjo, S (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nugroho, Wahyudi. 2006. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta : EGD

Poter dan peri, 2005. Personal hygiene. Diakses 01 maret 2016, 18.17

Schaeffer liz, 2007. asuhan keperawatan geriatrik. EGC: jakarta

Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGD

Nugroho, 2000. Menyongsong Lanjut Usia Dengan Bugardan bahagia. Pustaka sinar

Harapan. Jakarta

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Responden

di-

Tempat

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :

Nama : LA SATU

Nim : P00320012017

Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan

Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudl “Identifikasi Upaya

Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari Tahun”.

Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan

waktu menjandi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau

menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu dipersilahkan untuk

menandatangani surat persetujuan responden ini.

Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya diucapkan

terima kasih.

Peneliti,

LA SATU

Page 72: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden

dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari Jurusan Keperawatan an. LA SATU (NIM. P00320012017), dengan judul “

Identifikasi Upaya Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari”. Dan saya memahami bahwa data ini bersifat

rahasia.

Demikian penyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak

manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, 2016

Responden,

(nama lengkap dan tanda tangan)

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

PEDOMAN WAWANCARA

IDENTIFIKASI PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA

KOTA KENDARI

A. IDENTITAS KLIEN

No. Kuesioner : .............................................................................

Tangal : .............................................................................

Inisial : .............................................................................

Umur : .............................................................................

Agama : .............................................................................

Jenis Kelamin : .............................................................................

Nama Wisma : .............................................................................

Keluhan Kesehatan : .............................................................................

Yang dialami saat ini

B. PETUNJUK PENGISIAN

Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap tepat!!!

C. JAWABLAH PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN KULIT

1. Apakah anda mandi 2 kali sehari atau lebih?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda menggunakan sabun pada saat mandi?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mengganti pakaian pada saat selesai mandi?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakahandamenggunakandeodoranpadasaatselesaimandi?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakahandamengeringkanbadansetelahmandi?

a. Ya

b. Tidak

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,

D. PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN KUKU

1. Apakah anda merendam kuku anda di air hangat sebelum memotong kuku?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda memotong kuku setiap minggu?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda menggunakan alat khusus misalnya pemotong kuku pada saat

memotong kuku?

a. Ya

b. Tidak

4. Setelah anda memotong kuku apakah anda membersihkan bagian bawah kuku?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda menghaluskan potongan kuku yang telah di potong?

a. Ya

b. Tidak

E. PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN MULUT DAN GIGI

1. Apakah anda menyikat gigi 2 kali sehari?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda menggunakan sikat gigi saat menyikat gigi?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda menggunakan pasta saat menyikat gigi?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakahandamalakukankumur-kumursetelahselesaimenyikatgigi?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda melakukan kumur-kumur setiap selesai makan?

a. Ya

b. Tidak

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 76: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 77: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 78: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 79: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 80: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,
Page 81: KARYA TULIS ILMIAH - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/KTI LA SATU.pdfkebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi,