karya tulis ilmiah - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/389/1/kti la...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI UPAYA PEMELIHARAAN PERSONAL HYGIENE
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
MINAULAKOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH:
LA SATU
P00320012017
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
a. Nama : La Satu
b. Tempat / tanggallahir : Lakaliba, 18 April 1992
c. Jeniskelamin : Laki – laki
d. Suku : Buton
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Patimura no. 45
II. JENJANG PENDIDIKAN
a. SDNegeri2 Burangasi, TamatTahun 2006
b. SMP Negeri 3 Bau-Bau, TamatTahun 2009
c. SMA SwastaBataraguruBau-Bau, TamatTahun 2012
d. PoliteknikKesehatanKemenkesKendariJurusanKeperawatanTahun 2012 –
sekarang
MOTTO
Sesali masa lalu karena
Ada kekecewaan dan
kesalahan-kesalahan.
Tetapi jadikan peneyesalan
itu sebagai senjata untuk
masa depan agar tidak terjadi
kesalahan lagi.
Kumpersembahkan Untuk Almamaterku
Almarhum Ayahanda Dan Ibunda Tercinta
Saudaraku Tersayang Sama
Keluarga Besarku Dan
Juga Demi Bangsa Dan Negaraku
KATA PENGANTAR
Pujisyukursenantiasapenulisucapkanataskehadirat Allah SWT,
dimanaataslimpahanrahmatdanhidayah-Nyakepadapenulis,
sehinggapenulisdapatmenyelesaikanproposalpenelitianinidenganjudul
“IdentifikasiUpayaPemeliharaaPersonal Hygiene Di
PantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari”.
Penulismenyadarisepenuhnyabahwasemenjakdaripersiapanjudulsampaidenganpe
rsiapandantahapakhirpenyusunan
KTIpenelitianinibanyakditemukanberbagaikendaladankesulitanbaiksecara internal
maupuneksternal. Namun, berkatbimbingan,
motivasisertaarahandenganpenuhkeikhlasandariAkhmad, SST,
M.Kesselakupembimbing I danReni Devianti U.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
selakupembimbing II, sehinggapenulisdapatmenyelesaikanKaryatulisilmiahini.
Untukitu, ucapanterimakasihpenulishaturkankepadapembimbing I danpembimbing II.
Dalampenyusunan KTIini,
penulisjugabanyakmendapatbantuandariberbagaipihakbaiksecaralangsungmaupuntidakl
angsung.Olehkarenaitu, padakesempataninipenulismengucapkan rasa
terimakasihkepada :
1. Petrus, SKM, M.Kes, selakuDirekturPoliteknikKementerianKesehatanKendari.
2. Muslimin,LA,.Kep.,S.Pd.,M.Si,
selakuKetuaJurusanKeperawatanPoliteknikKementerianKesehatanKendari.
3. Dali SKM., M.Kes, selaku penguji I, Asminarsi Zainal P, M.Kep., Sp.Kep.Kom,
selaku penguji II, Indriono Hadi, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji III.
4. Akhmad, SST.,M.KesselakuDosenPembimbing 1 yang
telahbanyakmeluangkanwaktunyauntukmembimbing,memeriksadanmengarahkanpe
nulisanKTIlinisampaiselesai.
5. Reni Devianti U.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMBselakuDosenPembimbing II yang
telahbanyakmeluangkanwaktunyauntukmembimbing,memeriksadanmengarahkanpe
nulisanKTI inisampaiselesai.
6. SeluruhDosendan Staff pengajarPoliteknikKementerianKesehatanKendarikhususnya
Program Studi DIII KeperawatanPoliteknikKesehatanKendari.
7. Sembahsujuddanucapanterimakasih yang
terdalampenulisucapkankepadaAyahandatercinta (almarhum)danIbundatercinta
yang
telahmembesarkan,membimbing,danmendidikdenganpenuhkasihsayangdanselalume
ndoakanpenulisselamamasapendidikan.
8. TerimakasihpenulisucapkankepadasahabatsayaIwanArdilinata, Muhammad
NurRahmad, ArifPurnama, AndiHarianto, Muhammad Asdar, Tarmizi,
LutvyPriambono, Muhammad Mijrat, PuthutDaryono, Andri, Jayadi, Albert Sule
Kale, Nita Sriana,GrasellaSantija, HasratinLasaima, LinawatiSamen,
IisHasmawa,SittiHasmi, Ismayuli, Uus Farida dll.
yangselalumenemanidanmemberikanmotivasidalampenulisan KTIini.
9. Teman-temanmahasiswa-mahasiswiangkatan2012 dan 2013 yang
tidakdapatpenulissebutkansatupersatu, yangtelahberjuangbersama-
samaselama4tahun, merasakansukadandukadalammeraihmimpidangelarperawat D3
profesional. Semogaperjuangankitamenjadikenangan yang
tidakterlupakanuntukkemudianmenjadibahanrenungankelakketikakitamemilikipeker
jaandankeluargamasing-masing. Amin.
Penulismenyadaribahwasemua yang
tertuangdalamKTIinimasihjauhdarikesempurnaan, namunsemogaKTI
inidapatbermanfaatbagikitasemua.
Kendari, 2016
Penulis
ABSTRAK
La Satu (P00320012017). “IdentifikasiUpayaPemeliharaan Personal Hygiene
PadaLansiaDipntiSosialTresnaWerdhaMinaula Kota Kendari”
dibawahBimbinganBapakAkhmaddanIbu Reni DeviantiUsman(xii + 51 Halaman + 6
Tabel + 11 Lampiran).Berdasarkanwawancaradanobservasidengan 15 orang lansia yang
ada diPantiSosialTresnaWerdhaMinaula,
diantaranyamemilikimasalahdenganperawatandiri, sepertimalasmandi, pakaian yang
kotor, kuku yang panjangdankotor,
tidakmenggosokgigipadasaatsaatmandikarenatidakmempunyai pasta gigi.Personal
Hygiene
merupakanupayaindividudalammemeliharakebersihandirimeliputikebersihankulit/Mand
i, kebersihan kuku, kebersihangigidanmulut.Tujuanpenelitianiniuntukmengidentifikasi
personal hygiene padalansia di pantisosialtresnawerdhaminaulakota kendari. variabel
yang ditelitiadalahperawatankulit, kuku,mulutdangigi. Penelitianinitelah di
laksanakanpadatanggal22 Februari – 18 Juli 2016
denganmetodepenelitiandeskriptif.Sampelsebanyak 71 orangdenganmenggunakanteknik
purposive sampling.Hasilpenelitian yang personal hygienenya: baikdiperoleh 36 orang
(51%) dankurang 35 orang (49%). Disarankankepadapetugasagar sebagai masukan
untuk menyiapkan alat-alat terkait dengan pemenuhan kebersihan personal hygiene
pada lansia seperti alat pemotong kuku (perawatankulit, kuku, muludangigi).
Kata Kunci :Personal Hygiene, Lansia
DaftarPustaka :12 Literatur (2005 - 2011) dan 6 Dari Internet
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........... ................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................... ii
MOTO ................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang personal hygiene (kebersihan diri) ................. 6
B. Tinjauan tentang lansia .............................................................. 18
BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemekiran ......................................................................... 33
B. Bagan Kerangka Konsep ............................................................. 34
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 34
D. Definisi Operasional .................................................................... 34
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 37
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................. 37
D. Intrumen Penelitian .................................................................... 38
E. Jenis Data Dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 38
F. Pengolahan Data ........................................................................ 39
G. Analisa Data ............................................................................... 40
H. Penyajian Data ........................................................................... 40
I. Etika penelitian .......................................................................... 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................... 42
B. Karakteristik Responden ........................................................... 48
C. Pembahasan .............................................................................. 51
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 56
B. Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 5.1 distribusirespondenberdasarkankelompokumurdipanti
sosialtresnawerdhaminaulakendari
Table 5.2 DistribusiRespondenBerdasarkanJenis
KelamindiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari
Table 5.3 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan
KulitdiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari
Table 5.4 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan
KukudiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari
Table 5.5 DistribusiRespondenBerdasarkanPerawatan Mulut dan
GigidiPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari
Table 5.6 DistribusiRespondenBerdasarkanPersonal Hygiene
diPantiSosialTresnaWerdhaMinaulaKendari
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 lembarPermohonanKesediaanMenjadiResponden
Lampiran 2 LembarPersetujuanResponden
Lampiran 3 LembarPedomanWawancara
Lampiran 4 Tabulasi Data PerawatanKulit
Lampiran 5 Tabulasi Data Perawatan Kuku
Lampiran 6 Tabulasi Data PerawatanMulut Dan Gigi
Lampiran 7 Master TabelHasilPenelitian
Lampiran 8 SuratIzinPenelitian Dari PoltekkesKemenkesKendari
Lampiran 9 SuratIzin Dari BadanPenelitian Dan Pengembangan Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 10 SuratKeteranganTelahMelekukanPenelitian
Lampiran 11 SuratKeteranganBebasPustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Irwan Batubara, dkk 2011).
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuhakan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang bisa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Perubahan umum kemampuan motorik pada lansia yaitu Kekutan
motorik: penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada kelunturan otot-otot
tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Orang
berusia lanjut lebih cepat merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama
untuk memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih mudah.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir pekembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UUD No.13 tahun
1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Irwan Batubara, dkk 2011)
Karakteristik lansia yaitu berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan
Pasal 1 ayat 2 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari
rentang sehat samapi sakit, dari kebutuhan biopsikososial – spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaftif, lingkungan tempat tinggal yang
berpariasi. (Irwan Batubara, dkk 2011)
Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2011 jumlah lansia
sekitar 24 juta jiwa (hampir 10% jumlah penduduk), pada tahun 2012 jumlah
penduduk lansia di Indonesia sebesar 27 juta jiwa, sedangkan tahun 2013
menunjukan lansia di Indonesia sebesar 28 juta jiwa dari total penduduk
Indonesia. Penduduk lansia ini diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa (11,34% )
dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020, atau menurut proyeksi
Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun akan menjadi dua kali lipat (36 juta)
pada tahun 2025. Setiap tahun, jumlah lansia bertambah rata-rata 450.000 orang,
maka pada tahun 2050 diperkirakan berjumlah 60 juta lansia (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan data BPS provinsi Sultra, jumlah penduduk Sulawesi
tenggara tahun 2009 sebanyak 260.867 jiwa. Jumlah ini meningkat menjadi
289.966 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan tahun 2011 terjadi peningkatan yaitu
menjadi 295.737 jiwa.
Data lansia pada Tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan Februari
adalah 95 orang yang terdiri dari 49 orang laki - laki dan 46 orang perempuan,
dengan rata rata umur lebih dari 60 tahun keatas, dan latar belakang pendidikan
yang hampir sama yaitu pendidikan Sekolah Dasar (SR).
Kebersihan diri merupakan langkah awal mewujudkan kesehatan diri,
dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko sesorang terhadap kemungkinan
terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri yang buruk. Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan
status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga
kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit (Notoatmodjo,1997).
Pentingnya mengidentifikasi personal hygiene pada lansia yaitu untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri
seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit,
menciptakan keindahan, meningkatkan rasa percaya diri.
Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan kulit,
rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.
Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor kondisi fisik, dan citra tubuh
(Notoatmodjo,1997).
Menurut data di Panti Sosial Ttresna Werdha Minaula jumlah lansia
yaitu 94 orang. Yang terdiri dari Laki-laki berjumlah 49 orang dan perempuan
berjumlah 45 orang yang berasal dari berbagai suku, agama, dan budaya yang
berbeda - beda.
Berdasarkan wawancara dan observasi dengan 15 orang lansia yang ada
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula, diantaranya memiliki masalah dengan
perawatan diri, seperti tidak mau mandi, pakaian yang kotor, kuku kaki yang
panjang dan kotor, tidak menggosok gigi pada saat saat mandi karena tidak
mempunyai pasta gigi. Data yang diperoleh dari poliklinik di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kota Kendari pada tahun 2015 terdapat jumlah lansia
yg menderita penyakit dermatitis sebanyak 19 orang. Penyakit dermatitis
merupakan salah satu penyakit yang faktor penyebabnya adalah kebersihan kulit.
Hasil wawancara dari 2 orang perawat yang bertugas di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kota Kendari, mengungkapkan bahwa mereka tidak
melakukan identifikasi tentang kebiasaan lansia dalam personal hygiene.
Padahal, salah satu peran perawat adalah mengidentifikasi, memberikan
pelayanan keperawatan termasuk kebutuhan personal hygiene serta
memfasilitasi dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan hal
tersebut.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Identifikasi Personal
Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula kota kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Personal Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula kota kendari
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengidentifikasi Personal Hygiene Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula kota kendari
2. Tujuan Kusus
Tujuan kusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan kulit pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari
b. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan kuku pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari
c. Mengidentifikasi personal hygiene perawatan mulut dan gigi pada lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan
Poltekes Kemenkes Kendari mengenai masalah Personal Hygiene Lansia
2. Bagi peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yamg lebih baik bagi
penulis serta sebagai bahan masukan bagi peneliti yang ingin
mengembangkan variable penelitian ini.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian in diharapkan dapat menjadi data dasara peneliti selanjutnya
dalam mengetahui pentingnya personal hygiene pada lansia
4. Bagi tempat penelitian
Memberikan informasi kepada panti sosial tresna werdha minaula kendari
tentang personal hygiene pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Personal Hygiene (Kebersihan Diri)
1. Pengertian Personal Hygiene (Kebersihan Diri)
Kata personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Jadi, personal hygiene (kebersihan
seseorang) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Riyadi dan Harmoko, 2012).
Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan
diri meliputi kebersihan kulit / mandi, kebersihan kuku, kebersihan rambut,
kebersihan gigi dan mulut, dan kebersihan genitalia (Effendy, 1997 dalam
Pratiwi, 2008).
Personal hygiene (kebersihan diri / perseorangan) merupakan usaha dari
individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu
dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan (Depkes RI, 2006).
Personal hygiene (perawatan diri atau kebersihan diri) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik
secara fisik maupun psikologis.Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi
berbagai faktor di antaranya; budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga,
pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri
(Hidayat, 2006).
2. Jenis – jenis Personal Hygiene
Menurut Hidayat (2006:116), bahwa personal hygiene dibagi atas dua jenis
yaitu personal hygiene berdasarkan waktu dan personal hygiene berdasarkan tempat,
untuk lebih jelasnya jenis personal hygiene diuraikan sebagai berikut:
a. Personal hygiene berdasarkan waktu, terdiri dari:
1) Perawatan dini hari
Perawatan dini hari merupakan perawatan diri yang dilakukan pada
waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalam
pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feces), memberikan
pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan
melakukan tindakan keperawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, dan
menjaga kebersihan mulut.
2) Perawatan pagi hari
Perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan
melakukan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan
kebutuhan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil), mandi atau
mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada
punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat
tidur pasien.
3) Perawatan siang hari
Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan
perawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,
membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan
kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4) Perawatan menjelang tidur
Perawatan diri yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien
dapat tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan
kecil), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah
punggung.
b. Personal hygiene berdasarkan tempat, terdiri dari:
1) Perawatan diri kulit
a) Definisi
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat
melindungi tubuh dari berbagi kuman atau trauma, sehingga diperlukan
perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya.
Sebagai bagian dari organ pelindung, kulit secara otomatis terdiri atas
dua lapisan, yaitu lapisan epidermis aau dikenal dengan nama kutikula
dan lapisan dermis atau disebut dengan korium. Lapisan epidermis terdiri
atas bagian-bagian seperti stratum, korneum, stratum lucidum, dan
stratum granulosum.Lapisan kedua atau lapisan dermis yang terdiri atas
ujung syaraf sensorik, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.
b) Fungsi perawatan kulit
Kulit secara umum memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
(1) Melindungi kulit dari masuknya berbagai kuman atau trauma jaringan bagian
dalam yang juga dapat menjaga keutuhan kulit.
(2) Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat serta
penguapan.
(3) Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh menerima rangsangan dari
luar melalui rasa sakit, sentuhan, tekanan, aau suhu.
(4) Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen.
(5) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
(6) Memproduksi dan menyerap vitamin B sebagai penghubung atau pemberi
vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.
c) Perubahan dan keutuhan pada kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya :
i. Umur, perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal ini dapat
terlihat pada bayi yang berumur relative masih muda, kondisi kulitnya sarngat
terawat terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman. Sebaliknya, pada
orang dewasa, keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya
sebagai pelindung sudah baik.
ii. Jaringan kulit, perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh struktur
jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi perbuahan pada
struktur kulit.
iii. Kondisi/keadaan lingkungan, beberapa keadaan lingkungan atau kondisi
yang dapat mempengaruhi keadaan kulit secara utuh antara lain keadaan
panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan tekanan, dan sebagainya.
Setiap individu memiliki sikap berbeda dalam hal memandikan
dirinya.Terdapat perbedaan budaya dan sosial dan pasien perlu mendapatkan
hak mereka untuk memberi izin pada setiap tindakan yang penting.Perawat
harus memiliki pengkajian lengkap mengenai status kesehatan terbaru yang
terdiri dari tingkat kemandirian ditambah kebutuhan khusus lainnya, seperti
praktik mandi secara budaya. Selain itu, perawat harus bertindak sebagai
seorang anggota tim asuhan dan harus yakin bahwa pilihan yang
ditawarkannya kepada pasien adalah pilihan yang beralasan, aman, efektif,
dan terpeutik.
Pilihan hygienes yaitu membersihkan diri dan berpakaian, dapat
meningkatkan kualitas asuhan yang dialami oleh pasien dan dimasukkan ke
dalam pelaksanaan keperawatan menurut spiller (1992:501), diantaranya:
a) Pilihan pasien mengenai sabun, emolin, dan krim kulit;
b) Penggunaan deodoran, antiperspirasi, dan bedak;
c) Penggunaan krim penghilang rambut, alat mencukur, sabun, atau sarana
penghalus kulit;
d) Penggunaan terapi rambut spesial, dan pilihan sampo;
e) Penggunaan tampon dan handuk kesehatan;
f) Penggunaan tatarias, wajah, pembersih kulit, dan toner;
g) Gaun malam atau, pakaian siang hari;
h) Rutinitas mandi yang normal (mandi pancuran atau mandi biasa).
Berikut ini diuraikan pedoman untuk mandi yang sehat secara bertahap
menurut Spiller (1992:501) yaitu:
a) Kaji kondisi mental dan fisik pasien
b) Ingat bahwa pasien memiliki hak-hak untuk diberitahu tentang terapi,
individualitas, keamanan, dan formasi.
c) Pasien memiliki pilihan hygienes dalam melaksanakan rutinitas mandi.
d) Peran perawat meliputi pendidikan pasien, dan setiap kesempatan untuk
memberikan informasi kesehatan harus digunakan.
e) Pasien Harus diberi informasi tentang tujuan mandi, misalnya untuk
membersihkan kulit, untuk mengurangi risiko infeksi, untuk
meningkatkan kesejahteraan umum, atau sebagai suatu terapi kulit.
f) Persiapan pasien dan lingkungan mengurangi waktu yang terbuang dan
meningkatkan efisiensi.
g) Bantuan dalam memandikan diberikan jika pasien tidak mampu merawat
dirinya sendiri.
h) Perawat harus memprioritaskan tindakannya di ruang rawat.
Menurut Nigthtingale (1859), bahwa membiarkan pasien tetap tidak
dimandikan merupakan bahaya yang mengganggu proses kesehatan alami
yang sama efektifnya seperti memberikan racun pada pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit
menurut (Potter dan Perri, 2005) yaitu;
a) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.
b) Mandi minimal 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
c) Mandi memakai sabun.
d) Menjaga kebersihan pakaian setiap selesai mandi.
e) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah.
f) Menjaga kebersihan lingkungan.
g) Frekuensi ganti pakaian detiap sesudah mandi.
Di samping itu dijelaskan pelaksanaan mandi di tempat tidur Secara
Professional (Spiller, 1992:501), yaitu:
Ketrampilan melaksanakan mandi di tempat tidur yang aman, efektif dan
teraputik dibutuhkan bagi semua perawat.Tugas penting ini menurut
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perawat.Fokus utama keperawatan
adalah merawat dan melaksanakan tindakan untuk individu-individu yang
tidak dapat melaksanakan tindakan tersebut.Meski demikian, perawat harus
berhati-hati untuk menghindari ritual mandi yang rutin.
Mandi di tempat tidur biasanya dilakukan pada pasien jika perawatan diri
tidak memungkinkan, misalnya bagi mereka yang tidak sadar, suhu badan
tinggi, pascaoperasi, atau memakai gips. Sekali lagi, pengkajian kekuatan
dan kelemahan pasien serta pilihan hygienis pasien adalah hal yang
penting.Selain itu penting bagi perawat untuk memastikan bahwa pasien
yang baru saja menjalani operasi diberi analgesik sebelum prosedur
dilaksanakan. Perawat perlu memastikan bahwa ia memahami kebutuhan
keamanan bagi pasien dalam hal mobilitas sendi, kesejajaran tubuh dan
setiap instruksi khusus.
Pasien yang berada dalam unit perawatan intensif juga memerlukan
penjelasan penuh tentang prosedur sebelum pelaksanaan dan peringatan
harus diberikan bahwa pernapasan mereka dapat terganggu saat mereka
diposisikan miring untuk membersihkan punggung mereka. Pemikiran dan
asuhan yang sangat baik diperlukan untuk menyelesaikan mandi di tempat
tidur dengan sukses yang membuat pasien merasa segar dan nyaman.
Perawat kompetenakan memilih cara perawatan yang unik bagi setiap pasien
secara individual.
2) Perawatan kuku
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke
dalam tubuh melalui kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Frekuensi memotong kuku yaitu satu kali
seminggu. Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan dalam
membersihkan atau memotong kuku jari tangan dan kaki.Cara perawatan
kuku yaitu dengan menggunakan pemotong kuku atau gunting kuku yang
tajam, potong kuku lurus menyilang dan kemudian gunakan kikir kuku (jika
ada), untuk menghaluskan tepi guntingan kuku.Bila anda telah memotong
semua kuku, dengan perlahan bersihkan bagian bawahnya.Apabila kuku jari
kaki pasien keras dan tebal, kuku kaki pasien mungkin perlu direndam di
dalam baskom sebelum memotong kukunya.Periksa baik jari kaki maupun
tangan apakah ada tanda inflamasi atau tidak (WHO, 2005:35).
Menurut Murwani (2008:20), bahwa perawatan kuku memerlukan
perhatian khusus, hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi, bau dan
perlukaan jaringan. Namun, biasanya orang tidak memperdulikannya sampai
terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.Perawatan tersebut bisa dilakukan
bersamaan dengan saat mandi atau mengambil waktu khusus.
Adapun cara perawatan kuku menurut Murwani (2008 : 22), yaitu:
a) Mencuci tangan
b) Mengatur posisi pasien
c) Pasang perlak dan alas di bawah kom berisi air hangat
d) Rendam dalam air hangat (jari tangan 1-2 menit dan jari kaki 2-3
menit)
e) Jika kuku kotor bersihkan dengan sabun dan sikat kuku
f) Angkat jari tangan/kaki, lalu keringkan dengan handuk
g) Letakkan jari tangan/kaki di atas bengkok berisi lisol 2%
h) Kuku dipotong menurut lengkung kuku
i) Rapikan pasien dan bersihkan alat
j) Cuci tangan.
Masalah atau gangguan pada kuku :
a) Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan
sakit pada daerah tersebut
b) Paronychia, radang di sekitar jaringan kuku
c) Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang
lambat disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi
d) Bau tidak sedap, reaksi mikro organisme yang menyebabkan bau
tidak sedap.
3) Perawatan mulut dan gigi
Gigi dan mulut adalah bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk,
banyak organ yang berada dalam mulut, seperti orofaring, kelenjar parotid,
tonsil, ufula, kelenjar sublingual, kelenjar submaksilaris, dan lidah.
Perawatan mulut dan gigi yang baik dilakukan dua kali sikat gigi sehari,
mesase gusi dan pembilasan mulut.Pada pasien di rumah sakit yang mampu
duduk di tempat tidur, perawat perlu membawa sikat gigi dan sebaskom air
untuk membantu pasien melakukan perawatan mulut dan gigi.Namun
terkadangn pasien terlaluh lemah untuk melakukan perawatan mulut dan gigi
sehingga mulut menjadi kering atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak
enak.Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang
digunakan oleh pasien.
Perawat perlu melakukan periksaan mulut pasien setiap hari dan
membantu pasien untuk merawat mulut dan gigi pasien.Perawatan mulut dan
gigi penting untuk dilakukan oleh pasien khususnya untuk pasien yang
puasa. Saat melakukan perawatan mulut dan gigi , perhatikan adanya
perdarahan atau ulserasi dan tanyakan pasien tentang adanya nyeri.
Frekuensi menyikat gigi 2 x sehari.
Cara melakukan perawatan mulut dan gigi menurut WHO (2005:31),
yaitu posisikan pasien miring dan mendekati tepi tempat tidur, cuci tangan
sebelum melakukan tindakan, tempatkan baskom kecil dibawah dagu pasien
dengan handuk di bawah baskom untuk menyerap tetesan air, buka mulut
pasien secara perlahan dengan spatel lidah atau alat lain seperti sendok,
bersihkan gigi kemudian bilas mulut dengan menyemprotkan sedikit air ke
dalam mulut dengan spuit dan gunakan bantalan kasa atau kain yang
dilembabkan untuk membilas mulut, bila menyemprotkan air ke dalam
mulut pasien yakinkan bahwa air tersebut mengalir keluar dari samping
mulut atau isap mulut untuk mengeluarkan air tersebut. Cairan yang
tertinggal di mulut dapat menyebabkan pasien tersendak.Cuci tangan setelah
membersihkan mulut dan gigi pasien.
Masalah yang terjadi pada kebersihan gigi dan mulut, antara lain :
a) Halitosis, bau napas tidak sedap yang dapat disebabkan oleh kuman
atau lainnya.
b) Ginggivitas, radang pada daerah gusi.
c) Karies, radang pada gigi
d) Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau daerah mulut
e) Periodontal desease, (gusi yang mudah berdarah dan bengkak)
f) Glostits, radang pada lidah
g) Chilosis, bibir yang pecah-pecah.
3. Tujuan Dilakukannya Personal Hygiene
Menurut Riyadi dan Harmoko (2012), bahwa tujuan dilakukan personal hygiene
yaitu:
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Mencegah penyakit
e. Menciptakan keindahan
f. Meningkatkan rasa percaya diri.
4. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihranya kebersihan perorangan dengan baik.Gangghuan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
Berdasarkan hasil penelitian Nur dan Setyowati (2011), bahwa hubungan
pelaksanaan personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat
pembuangan akhir kota Semarang, diperoleh data tentang bailta yang menderita
skabies sebanyak 18 balita (60%) dari 30 sampel dan ada hubungan pelaksanaan
personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita
.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
B. Tinjauan Tentang Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan
yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2000).
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya
sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2000).
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo
dan Martono, 1999).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan
oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas”
menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-
fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama, 1995).
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun.
2) lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun.
3) lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun.
4) usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
b. Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan
pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang
telah berumur 65 tahun ke atas.
c. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi:
1) usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65
tahun,
3) lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi
lagi dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old),
b) 75 – 80 tahun (old),
c) lebih dari 80 (very old).
d. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas
e. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
3. Fisiologi Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara
alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami
seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural
tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami
masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa
faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
4. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa
dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis
maupun psikologis.Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara
fisik maupun psikis.Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,
rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan
lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat
dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi
tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usiaharus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan:
a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996).
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
a. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.
b. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya.
c. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah.
d. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak.
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan
bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya
terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.
Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan,
hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman
pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan
yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan
peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979 dalam Munandar, 1994)
adalah:
a. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
b. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
c. Selalu mengingat kembali masa lalu
d. Selalu khawatir karena pengangguran,
e. Kurang ada motivasi,
f. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain
adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial
luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat
ini dan memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
5. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan
masalah kesehatan lansia adalah:
a. Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan
perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka
perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda
atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau
bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
1) Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
2) Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan
lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala
keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa
lansia akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.
Menurut Darmawan mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu
kita ketahui, yaitu: tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri
(independent personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik
diri (self hate personality).
d. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2) Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e. Keadaan ekonomi
1) Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2) Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak
atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
3) kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara
pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehingga cukup
beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam kehidupan,
menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi
fisik
6. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia secara individu
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,
biologi, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan
didalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2000).
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi,1999)
a. Permasalahan umum
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan khusus :
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
7. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
60 tahun.
2) Sistem Integumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
4) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih
lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
6) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
7) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
8) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
9) Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi toraks
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
10) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
a) Kehilangan gigi,
b) Indra pengecap menurun,
c) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
d) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
11) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
12) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
13) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovarium dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970)
e. Kesehatan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong,
lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran
Personal hygiene (perawatan diri atau kebersihan diri) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik
secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi berbagai
faktor di antaranya; budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga,
pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri
(Hidayat, 2006).
Personal hygiene pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kota Kendari Dengan variabel bebas identifikasi personal hygiene. Sedangkan
variabel terikat adalah perawatan kulit, perawatan mulut dan gigi, perawatan
kuku.
B. Bagan kerangka konsep
Identifikasi personal
hygiene pada lasia
Perawatan kulit
Perawatan mulut dan gigi
Perawatan kuku
Keperawatan Rambut
Keperawatan Genetalia
Keterangan:
Variabel yang di teliti:
C. Variabel penelitian
1. variabel bebas (independen)
variabel bebas dalam penelitian ini adalah identifikasi personal hygiene pada
lansi
2. variabel terikat (dependen)
variabel terikat dalam penelitian ini adalah perawatan kulit, perawatan mulut
dan gigi, perawatan kuku.
D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif
1. Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas dan terdaftar sebagai penghuni di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kota Kendari
2. Personal hygiene yang di maksud dalam penelitian ini dalah perawatan diri
sendiri yang di lakukan oleh lansia untuk mempertahankan kesehatan dirinya
yang meliputi : Perawatan kulit, perawatan kuku, perawatan mulut dan gigi.
Kriteria objektif :
Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥ 60%
Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%
a. Perawatan kulit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
lansia untuk menjaga kebersihan kulitnya yang meliputi kebiasaan
mandi dan mengganti pakaian yang di ukur dengan menggunakan
pedoman wawancara yang berisi 5 Pertanyaan tentang kebersihan kulit.
jika dilaksanakan “ya” maka diberi nilai 1 dan jika “tidak melaksanakan”
di beri nilai 0.
Kriteria objektif :
Baik : jika responden dilaksanakan dengan benar ≥ 60%
Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%
b. Perawatan kuku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
lansia dalam menjaga kebersihan kuku sehingga nampak bersih, kuku
tidak panjang dan tidak mengalami luka akibat garukan yang diukur
dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisi 5 Pertanyaan
tentang kebersihan kuku. Jika dilaksanakan “ya” maka diberi nilai 1 dan
jika “tidak dilaksanakan” diberi nilai 0.
Kriteria objektif :
Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥ 60%
Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%
c. Perawatan pada mulut dan gigi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan lansia dalam menjaga kebersihan mulut dan giginya,
yang meliputi kebisaan menyikat gigi dan berkumur setelah makan.
sehingga mulut dan gigi nampak bersih, tidak memiliki plak dan tidak
berbau yang di ukur dengan menggunakan pedoman wawancara yang
berisis 10 pertanyaan tentang kebrsihan mulut dan gigi. Jika
dilaksanakan “ya” maka di beri nilai 1 dan jika “tidak melaksanakan”
maka di beri nilai 0.
Kriteria objektif :
Baik : jika responden melaksanakan perawatan dengan benar ≥60%
Kurang : jika responden tidak melaksanakan dengan benar < 60%
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah deskriptif untuk mengetahui personal
hygiene pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari. Menurut
Notoamodjo (2005) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota
Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah selesai ujian proposal dan dinyatakan layak
untuk di teliti.
1. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha minaula Kota Kendari yang mengalami gangguan
personal hygiene berjumlah 94 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang di pilih dengan kriteria
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (setiadi, 2007)
a. Besar sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Yang mengalami
gangguan personal hygiene. Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik ”total sampling” artinya
semua populasi dijadikan sebagai sampel.
b. Kriteria sampel
Adapun kreteria sampel terdiri dari :
1) Kriteria Inklusi :
a) Semua lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kota Kendari
b) Lansia yang bersedia menjadi responden.
2) Kriteria eklusi :
a) Lansia yang tidak menglami gangguan personal hygiene.
b) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi pada responden
yang disusun berdasarkan konsp penelitian.
3. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi yang telah
dirancang oleh penelti dan di siapkan oleh peneliti kemudian mengobservasi
pasien yang terpilih menjadi responden.
b) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitia ini yaitu yang diperoleh dari buku register dan
instusi terkait berupa data tentang gambaran lokasi penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha minaula Kota Kendari.
2. Teknik Pengumpulan Data
a) Dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah
mengedarkan kuisioner dan wawancara pada setiap responden yang telah
ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian.
b) Studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan beberapa literatur yang
relevan dengan penelitian.
4. Pengolahan Data
1. Coding, yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang ada dengan
maksud memudahkan untuk menganalisa.
2. Editing, yaitu dilakukan untuk mengisi setiap daftar pertanyaan yang sudah
di isi.
3. Skoring, yaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan kalkulator
untuk mengetahui persantase setiap variabel yang diteliti.
Jawaban yang berkategori faktor penyebab diberi skor 1 dan jawaban yang
berkategori bukan faktor penyebab di beri skor 0.
4. Tabulasi,yaitu kelanjutan dari proses pengolahan dalam hal ini setelah data
tersebut di koding dan kemudian di tabulasi agar dapat mempermudah
penyajian data dalam bentuk distribusi frekuensi.
5. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara analisa deskriptif berupa distribusi frekuensi dan
menggunakan tabel untuk memberikan gambaran tentang variabel-variabel yang
diteliti.
Untuk menentukan persentase sampel pada setiap karegori yang diteliti maka
akan dianalisa dengan rumus :
x =𝑓
𝑛 𝑥 𝑘
Keterangan :
f : Frekuensi kategori variabel yang diteliti
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai (Arikunto, 2008).
6. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan di narasikan.
7. Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek tidak boleh betentangan dengan etika.
Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi pada
peneliti ini, maka peneliti mendapatkan pengantar dari Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan untuk melakukan penelitian pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota kendari yang mengalami gangguan
personal hygiene. Setelah mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian
dengan menekankan masalah etika meliputi :
1. Lembaran persetujuan penelitian (Informend Consent)
Lembaran persetujuan (lampiran 1) sebelum penelitian dilaksanakan agar
responden mengetahui maksud dan penelitian serta dampak yang akan
terjadi selama dalam pengumpulan data. Jika responden bersedia di teliti
mereka harus menandatangi lembar persetujuan (lampiran 2), jika tidak
penelitian harus menghormati hak-hak responden.
2. Kerahasiaan (Contidentiality)
Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subjek di jamin kerasiaannya.
Hanya kelomok data tertentu saja akan di sajikan atau dilaporkan pada hasil
riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografi
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berada dalam wilayah
administrasi desa Ranooha kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
dengan luas wilayah ± 3Ha yang di huni oleh 94 orang lanjut usia.
Sebagian besar wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
terdiri atas dataran tinggi dan rawa yang secara administrasi berbatasan dengan :
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa laikaaha
b. Sebelah barat berbatasan denga hutan Ranooha
c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Onewila
d. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Konda
2. Visi dan Misi
a. Visi
Mewujudkan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari sebagai
lembaga penyelenggara pelayanan bagi lanjut usia.
b. Misi
1) Melaksanakan pelayanan lanjut usia sesuai dengan norma, prosedur
standar pelayanan
2) Melasaknakan perencanaan program dan kegiatan dalam meningkatkan
pelayanan sosial lanjut usia yang efisien dan efektif.
3) Meningkatkan dukungan manajemen pelayanan sosial dalam panti yang
ankuntabel transparan dan efisien.
3. Tahapan Pelayanan
a. Tahapan Pendekatan Awal
1) Orientasi dan konsultasi
2) Identifikasi
3) Motivasi
4) Seleksi
b. Tahapan Penerimaan
1) Registrasi
2) Pemecahan dan pengungkapan masalah
3) Penempatan pada program pelayanan
4) Perlengkapan administasi
5) Surat keterangan/ surat pengantar dari kepala desa/ lurah setempat
6) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter puskesmas setempatsurat
pernyataa bahwa ia sanggup tinggal dan dibina dalam panti
7) Surat keterangan tidak keberatan dari keluarga terdekat
4. Sarana dan Prasarana
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki area tanah ± 3
Ha. Area tersebut digunakan untuk sarana bangunan, sarana jalan dalam
kompleks, taman dan selebihnya merupakan lahan tidur yang dimanfaatkan
untuk pertanian, kandang ayam, empang ikan air tawar dan lain-lain. Adapun
sarana bangunanyang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
ada sebanyak 24 unit bangunan yang terdiri dari :
a. Wisma PM : 12 buah
b. Ruang perawatan khusus : 1 buah
c. Ruang pemulasan jenazah : 1 buah
d. Ruang keterampilan : 1 buah
e. Poliklinik : 1 buah
f. Kantor : 1 buah
g. Aula : 1 buah
h. Masjid : 1 buah
i. Rumah jabatan : 1 buah
j. Rumah petugas : 1 buah
k. Dapur : 1 buah
Selain sarana bangunan sebagaimana tersebut di atas, Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari juga di lengkapi dengan sarana transportasi antara lain
:
a. Kendaraan roda empat : 6 unit
1) Kendaraan dines kepala panti : 1 unit
2) BUS : 2 unit
3) Ambulance : 1 unit
4) Kendaraan tim reaksi cepat : 2 buah
b. Kendaraan roda dua : 5 unit
5. Program pelayanan
Jumlah lanjut usia (penerima manfaat) yang diberikan pelayanan sosial
pada Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tahun anggran 2015
sebanyak 95 orang dengan klasifikasi sebagai berikut :
a. Program regular : yaitu para lanjut usia terlantar yang berusia 60 tahun
keatas mereka tinggal menetap dalam panti selama waktu yang tidak
ditentukan.
b. Program day care service (pelayanan harian usia lanjut) yaitu para lanjut
usia potensial yang berusia 60 tahun keatas, mereka mendapatkan pelayanan
dalam panti, tetapi hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah di
programkan atau di minati. Program ini di maksudkan untuk dapat
membantu meningkatkan beban atau tugas-tugas keluarga atau masyarakat
dalam rangka memberikan perawatan dan perawatan sosial kepada para
lanjut usia yang karena sesuatu hal mereka tidak dapat memberikan
pelayanan yang dimaksud secara maksimal.
c. Program home care service, yaitu para lanjut usia yang tidak potensial
berusia 60 tahun ke atas, mereka di beri pelayanan berupa pelayanan
tambahan gizi (sembako) setiap bulan melalui keluarga-keluarga asuh tempat
mereka tinggal menetap selama 12 bulan dari bulan januari sampai bulan
desember tahun berjalan.
6. Pembiayaan
Dalam melakukan kegiatan pelayanan bagi lanjut usia penerima manfaat,
baik dalam panti maupun luar panti semua pembiayaan di bebankan melalui
APBN bentuk DIPA Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada setiap
tahun.
7. Program Kegiatan Pelayanan Sosial
program kegiatan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
terhadap para klien (penerima manfaat) dalam tahun anggaran 2015 sebagai
berikut :
a. Program Reguler
Jenis pelayanan yang diberikan kepada klien (penerima manfaat) dalam
panti (klien regular) adalah :
1) Kegiatan pelayanan sosial yang meliputi
a) Pengasramaan
b) Pelayanan pangan
c) Pelayanan sandang
d) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)
e) Pelayanan pemakaman (pengurusan jenazah)
2) Kegiatan pelayanan bimbingan yang meliputi
a) Bimbingan fisik :
1. Senam lansia
2. Jalan santai
b) Bimbingan mental spiritual
1. Pengajian
2. Tahlilan
3. Shalat berjamaah
4. Khotbah jumat/cerama agama islam
5. Motivasi kebaktian gereja
c) Bimbingan sosial/penyuluhan sosial dan rekreasi/widyawisata
d) Bimbingan keterampilan/pengisian waktu luang
b. Program Day Care Service
Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam
program antara lain :
1) Pelayanan sosial meliputi :
a) Pelayanan makan dan transportasi
b) Pelayanan sandang, yakni pakaian olahraga, baju koko dan
mukenah/kerudung
c) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)
d) Pada akhir kegiatan akan di berikan bantuan paket UEP (usaha
ekonomi produksi)
2) bimbingan, meliputi :
a) Bimbingan sosial
b) Bimbingan mental spiritual
1. Pengajian surat yasin
2. Shalat dzuhur dan shalat jumat berjamaah
3. Khutbah jumat/ ceramah agama islam
4. Bimbingan keterampilan (pengisian waktu lauang)
5. Bimbingan fisik dan kebugaran
c. Program Home Care Service
Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam
program ini antara lain :
1) Pemberian bantuan tambahan gizi (sembako) setiap bulan, dari bulan
januari sampai desember setiap tahunnya.
2) Pelayanan kesehatan yakni cek up kesehatan dan pelayanan pengobatan
Pada akhir program kegiatan akan diberikan paket dana bantuan UEP
(usaha ekonomi produktif) melalui keluarga ataupun keluarga asuh tempat
lanjut usia tersebut menetap (Profil PSTW Minaula Kendari, 2015).
B. Karakteristik Responden
1. Umur
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur diPanti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Kelompok Umur Frekuensi (%)
1 60-66 15 21,1
2 67-73 24 33,8
3 74-80 23 32,4
4 81-87 7 9,86
5 88-94 2 2,82
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi kelompokumur pada
lansia yaitu di usia 67 – 73 tahun berjumlah 24 responden (33,8%)
sedangkanrentang usia terendah adalah 88-94 tahun yaitu berjumlah2 responden
(2,82%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 .Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin diPanti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari
No Jenis Kelamin Frekuensi (%)
1 Laki-laki 35 49,3
2 Perempuan 36 50,7
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi jenis kelamin pada
lansia yaitu perempuan berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkanyang
terendah adalah laki-lakiyaitu berjumlah35 responden (49,3%).
3. Variabel Penelitian
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Kulit diPanti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Perawatan Kulit Frekuensi (%)
1 Baik 52 73,24
2 Kurang 19 26,76
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan kulit
padalansia yaitu baikberjumlah 52 responden (73,24%) sedangkan yangkurang
berjumlah19 responden (26,76%).
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Kuku diPanti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari
No Perawatan Kuku Frekuensi (%)
1 Baik 38 53,5
2 Kurang 33 46,5
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan kuku
padalansia yang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan yangkurang
berjumlah33 responden (46,5%).
Tabel 5.5Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Mulut dan Gigi
diPanti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Perawatan Mulut dan Gigi Frekuensi (%)
1 Baik 48 67,6
2 Kurang 23 32,4
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan mulut dan
gigi padalansia yang baik berjumlah 48 responden (67,6%) sedangkan
yangkurang berjumlah23 responden (32,4%).
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene diPanti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari
No Personal Hygiene Frekuensi (%)
1 Baik 35 49,3
2 Kurang 36 50,7
Jumlah 71 100
Sumber : Data Primer 2016
Tebeldiatas menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal hygiene pada
lansia yaitu kurang berjumlah 35 responden (49,3%) sedangkan yangbaik
berjumlah35 responden (49,3%).
C. Pembahasan
1. Mengidentifikasi Upaya Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia
Personal hygiene (kebersihan diri / perseorangan) merupakan usaha dari
individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu
dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan. Upaya pemeliharaan kebersihan
diri mencakup tentang kebersihan kulit, kuku serta mulut dan gigi(Depkes RI,
2006).
Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal hygiene
pada lansia yaitu kurang berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkan yangbaik
berjumlah35 responden (49,3%). Hal ini disebabkan karena lansia yang kurang
perawatan diri. Faktor – faktor yang mempengaruhi kurangnya perawatan diri
tersebut adalah faktor kebiasaan yang malas mandi, walaupun sudah mandi
tetapi tidak mengganti pakaian, kurangnya persediaan alat perawatan diri seperti
alat pemotong kuku.
2. Jenis – Jenis Personal Hygiene
a. Perawatan Kulit
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan
kulit pada Lansia yang baik berjumlah 52 responden (73,24%) sedangkan
yang kurang berjumlah 19 responden (26,76%). Hal ini dikarenakan bahwa
perawat menjalankan tugasnya setiap pagi dan sore hari. Perawatan diri
meliputi perawatan kulit ndapat di lakukan dengan mandi. Mandi untuk
mencegah penyakit kulit serta mencegah badan berbau. Perawatan kulit perlu
dilakukan oleh lansia karena menfasilitasi kondisi kulit yang baik serta
kebersihanya dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene pada lansia.
Dari data yang diperoleh peneliti di panti sosial tresna werdha minaula
kendari jumlah lansia didominasi oleh orang yang beragama muslim.
Hasil wawancara pada lansia mengatakan bahwa hari-hari sebelumnya
frekuensi mandi 1 kali sehari akan tetapi dalam bulan suci ramadhan
mengalami peningkatan frekuensi mandi yaitu 1 hari 3 kali mandi (subuh,
siang dan sore hari) mereka mengatakan bahwa sebelum menjalankan ibadah
mereka harus selalu bersih.
Dari hasil observasi pada lansia nampak bersih, mengganti pakaian
setelah mandi, kulit nampak lembab dikarenakan lansia memakai lotion.
Menurut Muscari 2005, mandi merupakan upaya pemeliharaan
kebersihan tubuh dengan menggunakan air bersih dan sabun yang di lakukan
2 kali sehari (pagi dan sore).
b. Perawatan Kuku
Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan
kuku pada lansia yang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan
yangkurang berjumlah33 responden (46,5%). Hal tersebut dikarenakan
terjadi perubahan kebiasaan memotong kuku untuk keperluan menjalankan
ibadah. Lansia mengatakan bahwa ketika menjalankan ibadah (sholat) harus
dalam keadaan bersih.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada lansia mengatakan
bahwa ketika memotong kuku mereka tidak menggunakan alat pemotong
kuku tetapi menggukan pisau dan silet. Padahal hal perawatan kuku di
lakukan untuk menjaga kebersihan tangan, mencegah masuknya
mikroorganisme dari tangan dan kuku ke sel cerna.Dari hasil observasi pada
responden permukaan kuku tidak rata, ujung kuku tidak halus dan dibawah
kuku tidak dibersihkan.
Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan kuku adalah
cacingan, typhus abdominalis. Penyakit tersebut dapat di cegah dengan
membersihkan kuku dan mencuci tangan dan kaki setelah menegerjakan
pekerjaan.sedangkn masalah umum pada kuku adalah kalus, katimumul,
kutil pada kaki, tinea pedis, kuku yang tumbu ke dalam, kuku tanduk ram,
paronisia, dan bau kaki (Kozier, 2005).
c. Perawatan Mulut dan Gigi
Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi perawatan
mulut dan gigi padalansia yang baik berjumlah 48 responden (67,6%)
sedangkan yangkurang berjumlah23 responden (32,4%). Hal tersebut terjadi
karena bulan suci ramadhan, mereka tidak melakukan aktivitas makan dan
minum sehingga kondisi mulut dan gigi dalam keadaan bersih. Sedangkan
yang kurang dikarenakan tidak mempunyai gigi.
Kebersihan gigi dan mulut dapat memeberikan rasasehat dan
menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan dan kebersihan mulut adalah
seseorang akan memeiliki mukosah mulut yang utuh yang terhidrasi baik
dan mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya
typhus abdominalis, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi,
meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik
kebersihan mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan dab kebersihan
mulut dengan benar. Penyakit yang di sebabkan oleh buruknya kebersihan
gigi dan mulut adalah karies gigi, halitosis glositis, gingivitis, mukosa
kemerahan, keliosis dan stomatitis (Potter, 2005).
Faktor yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan mulut adalah
faktor kesadran dan perilaku pemeliharaan kebersihan mulut secara
perorangan karena kegiatanya di lakukan di rumah tanpa pengawasan
siapapun, sepenuhnya tergantung dari pengetahuan pemehaman kesadaran
serta kemauan pihak individu untuk menjaga kebersihan mulutnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yaitu mengidentifikasi upaya pemeliharaan
personal hygiene pada lansia di panti sosial tresna werdha minaula kendari yang
telah dilaksanakan pada tanggal 15Juni - 18Juni 2016dari 71 responden maka
diperoleh hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi tertinggi personal
hygiene pada lansia yaitu kurang berjumlah 36 responden (50,7%) sedangkan
yangbaik berjumlah35 responden (49,3%) sedangkan upaya pemeliharaan
personal hygiene perawatan kulit, kuku serta mulut dan gigi nantara lain:
1. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan kulit
makadiperoleh hasil yaitu yang baik berjumlah 52 responden (73,24%)
sedangkan yangkurang berjumlah19 responden (26,76%).
2. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan kukumaka di
peroleh hasilyaituyang baik berjumlah 38 responden (53,5%) sedangkan
yangkurang berjumlah33 responden (46,5%).
3. Upaya pemeliharaan personal hygiene tentang perawatan mulut dan gigi
maka dipeoleh hasil yaitu yang baik berjumlah 48 responden (67,6%)
sedangkan yangkurang berjumlah23 responden (32,4%).
B. Saran
1. Bagi tempat peneliti agar agar sebagai masukan untuk menyiapkan alat-alat
terkait dengan pemenuhan kebersihan personal hygiene pada lansia seperti
alat pemotong kuku
2. Bagi lansia agar membantu dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
3. Bagi institusi diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan
poltekkes kemenkes kendari mengenai masalah personal hygiene pada lansia
4. Bagi peneliti dapat menambah pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik
bagi penulis serta sebagai bahan masukan bagi peneliti
5. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat ,enjadi data
dasar peneliti selanjutnya dalam mengetahui pentingnya personal hygiene
pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Batubara irwan dkk, 2011. mengenal usia lanjut dan perawatannya. salemba
medika: jakarta
Data BPS provinsi sulawesi tenggara, 2012. Jumlah penduduk 2009-2012. Diakses 01
maret 2016. 18.12
Depkes RI, 2013. Jumlah lansi 2011-2013. diakses 01 maret 2016. 18.02
Hidayat, 2006. kebutuhan dasar manusia. salemba medika: jakarta
Muwarni, 2008. Keterampilan dasar praktek klinik keperawatan, fitramaya: yogyakarta
Notoatmodjo, S (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nugroho, Wahyudi. 2006. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. Jakarta : EGD
Poter dan peri, 2005. Personal hygiene. Diakses 01 maret 2016, 18.17
Schaeffer liz, 2007. asuhan keperawatan geriatrik. EGC: jakarta
Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGD
Nugroho, 2000. Menyongsong Lanjut Usia Dengan Bugardan bahagia. Pustaka sinar
Harapan. Jakarta
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : LA SATU
Nim : P00320012017
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudl “Identifikasi Upaya
Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Minaula Kendari Tahun”.
Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan
waktu menjandi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya diucapkan
terima kasih.
Peneliti,
LA SATU
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan an. LA SATU (NIM. P00320012017), dengan judul “
Identifikasi Upaya Pemeliharaan Personal Hygiene Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari”. Dan saya memahami bahwa data ini bersifat
rahasia.
Demikian penyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak
manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendari, 2016
Responden,
(nama lengkap dan tanda tangan)
PEDOMAN WAWANCARA
IDENTIFIKASI PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA
KOTA KENDARI
A. IDENTITAS KLIEN
No. Kuesioner : .............................................................................
Tangal : .............................................................................
Inisial : .............................................................................
Umur : .............................................................................
Agama : .............................................................................
Jenis Kelamin : .............................................................................
Nama Wisma : .............................................................................
Keluhan Kesehatan : .............................................................................
Yang dialami saat ini
B. PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda anggap tepat!!!
C. JAWABLAH PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN KULIT
1. Apakah anda mandi 2 kali sehari atau lebih?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda menggunakan sabun pada saat mandi?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda mengganti pakaian pada saat selesai mandi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakahandamenggunakandeodoranpadasaatselesaimandi?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakahandamengeringkanbadansetelahmandi?
a. Ya
b. Tidak
D. PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN KUKU
1. Apakah anda merendam kuku anda di air hangat sebelum memotong kuku?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda memotong kuku setiap minggu?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda menggunakan alat khusus misalnya pemotong kuku pada saat
memotong kuku?
a. Ya
b. Tidak
4. Setelah anda memotong kuku apakah anda membersihkan bagian bawah kuku?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda menghaluskan potongan kuku yang telah di potong?
a. Ya
b. Tidak
E. PERTANYAAN TENTANG PERAWATAN MULUT DAN GIGI
1. Apakah anda menyikat gigi 2 kali sehari?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda menggunakan sikat gigi saat menyikat gigi?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah anda menggunakan pasta saat menyikat gigi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakahandamalakukankumur-kumursetelahselesaimenyikatgigi?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda melakukan kumur-kumur setiap selesai makan?
a. Ya
b. Tidak