karya tulis ilmiah
DESCRIPTION
dmTRANSCRIPT
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo UngaranProgram Studi Ilmu KeperawatanKarya Tulis Ilmiah, September 2012Zarudin (010701137)
Pengaruh Pemberian Jus Belimbing
Terhadap Tekanan Darah Lansia Pada
Penderita Hipertensi di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
xi+ 15 Halaman + 1 Tabel + 2 Gambar
ABSTRAK
Hipertensi adalah gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
dimana tekanan darah lebih dari normal.
Seiring pertambahan usia, tekanan
darah sistolik biasanya menurun, tetapi
tekanan darah diastolik umumnya
meningkat. Jika tekanan sistolik pada orang
tua mencapai lebih dari 140 mmHg dan
diastolik 90. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah lansia
pada penderita hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran,
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian Pre Eksperiment Design dengan
rancangan One Group Pretest-postest
Design. Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia yang menderita hipertensi
pada lansia yang tinggal di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran. Tehnik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah purposive
samplingb berjumlah 15 lansia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk lanjut
usia 68-75 tahun sebanyak 7 orang
(46,7%), hipertensi berat 3 lansia (20,0%),
hipertensi sedang 9 lansia (60,0%),
hipertensi ringan 3 lansia (20,0%) dengan
uji dependent t-test didapatkan nilai t
hitung= 6,205 p-value sebesar 0,000< 0,05
Ho ditolak atau Ha diterima artinya ada
pengaruh pemberian jus belimbing terhadap
tekanan darah lansia pada penderita
hipertensi.
Upaya untuk meningkatkan
kesehatan terapi jus belimbing dapat
digunakan sebagai alternatif intervensi
untuk menurunkan tekanan darah semua
orang terutama pada lansia.
Kata kunci : Terapi Jus Belimbing, hipertensi, LansiaKepustakaan : 21 (2002-2011)
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Di seluruh dunia penduduk lansia
(usia 60 >) tumbuh dengan sangat cepat
bahkan tercepat di banding kelompok usia
lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010
akan terjadi ledakan jumlah penduduk
lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan
bahwa persentase penduduk lanjut usia
akan mencapai 9,77 % dari total penduduk
pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 % pada
tahun 2020.
Badan kesehatan dunia WHO bahwa
penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka
11,34% atau tercatat 28,8 juta orang,
balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan
jumlah penduduk lansia terbesar di dunia.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2010)
Penampilan penyakit pada lansia
seringkali tidak jelas, tersembunyi, dan
bersifat kronis. Kekhasan lainnya, penyakit
pada lansia lebih banyak bersifat endogen
dan multipatologis (lebih dari satu
penyakit). Penyakit-penyakit itu adalah:
penyakit muskuloskeletal (penyakit sendi
dan tulang seperti osteoarthritis, gout,
reumatik, osteoporosis, osteopenia,
tendinitis), penyakit jantung (stroke,
penyakit jantung koroner, demensia, dan
lain-lain), saluran pernapasan (bronkhitis
kronis, asma, dan lain-lain), kanker,
metabolik (diabetes militus, obesitas,
hipertiroid, dan lain-lain (Siswono, 2008).
Bertambahnya jumlah lansia akan
mengakibatkan jumlah masalah yang
terjadi pada lansia juga bertambah, bahkan
mungkin bisa timbul masalah baru. Selain
itu, (Beevers, 2002) Penyakit degeneratif
merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, Salah satu
penyakit degeneratif tersebut adalah
hipertensi (Suharjono, 2006).
Hipertensi merupakan faktor resiko
primer untuk timbulnya penyakit jantung
dan stroke. Metode satu-satunya untuk
mendeteksi penyakit hiperensi adalah
dengan skrining tekanan darah. (Kowalski,
Robert E, 2010)
Jus belimbing merupakan sumber
vitamin C yang baik sehingga bisa
digunakan sebagai antioksidan yang
berfungsi mencegah penyebaran sel kanker.
selain itu, jus belimbing juga dapat
digunakan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan mencegah sariawan. Jus
belimbing mengandung lemak tak jenuh
yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi
dan mencegah kanker (Bangun, 2003).
Satu buah belimbing mengandung 33
mg vitamin C.0.03 mg vitamin B1, 22 mg
fosfor, 8 mg kalsiaum,0,80 mg besi, dan
0,50 mg protein. dinding sel belimbing
mengandung pektin sehingga dapat dibuat
jeli. Kemampuan pembentukan gel ini
mempunyai pengaruh dalam menurunkan
kolesterol. dalam hal ini, pektin mengikuti
kolesterol dan asam empedu di dalam usus
serta mendorongnya keluar. Manfaat
belimbing bagi kesehatan. (1)
Memperlancar Pencernaan (2) Menurunkan
kolesterol (3) Antikanker (4) Menurunkan
tekanan darah (Bangun, 2003).
Berdasarkan laporan dari Dines
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, selama
tahun 2007-2010 dimana angka tertinggi
selama empat tahun tersebut terdapat pada
kasus karena hipertensi dan diabetes
melitus. Persentase kedua penyakit tersebut
sebagai berikut; tahun 2007 Hipertensi
48,6% ; Diabetes melitus 22,2%. Tahun
2008 hipertensi 42,9% ; Diabetes melitus
21%. Tahun 2009 Hipertensi 45 % ;
Diabetes melitus 21%. Tahun 2010
Hipertensi 46,8% ; Diabetes melitus 20,5%.
Berdasarkan kasus Penyakit Tidak Menular
(PTM) penyakit jantung dan pembuluh
darah sebagaimana - infark miokard akut,
stroke (hemoragik & non hemoragik),
hipertensi (esensial & lainnya), angina
pektoris, dekompensasio kordis
mendominasi kasus selama tahun 2010, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh tekanan
ekonomi, pola makan yang salah, kurang
olah raga dan kurang rekreasi.
Meningkatnya populasi usia lanjut,
maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupun
kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik
sering timbul pada lebih dari separuh orang
yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju
pengendalian tekanan darah yang dahulu
terus meningkat, dalam dekade terakhir
tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola
kurva mendatar), dan pengendalian tekanan
darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh
pasien hipertensi. Data dari The National
Healt And Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun
1999-2000, insiden hipertensi pada orang
dewasa adalah sekitar 29-31 %, yang
berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi
di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta
dari data NHANES III tahun 1988-1991.
Hipertensi esensial sendiri merupakan 95%
dari seluruh kasus hipertesni (Yogiantoro,
2006).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti di Unit Rehabilitasi
Sosial Wardoyo Ungaran mengatakan
bahwa kapasitas Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo adalah 120 berisi 100
orang lansia. Rentang usia 60-90 tahun
dengan jumlah lansia laki-laki 30 orang
(30%), sisanya adalah lansia perempuan
sebanyak 70 orang (70%) yang
ditempatkan pada 14 bangunan asrama atau
wisma. Hasil wawancara peneliti kepada 10
lansia, didapatkan 8 diantaranya mengeluh
yang diartikan sebagai penyakit tekanan
darah atau hipertensi.
Lansia yang mengalami hipertensi
adalah sebagian yang giginya ompong, gigi
lansia yang tidak kuat mengunyah makanan
yang keras, sementara lansia sangat
membutuhkan angka nilai gizi yang cukup
tinggi protein, vitamin B1, yang dilakukan
perawat yang bertugas di Unit Rehabilitas
Sosial Wening dalam menangani masalah
ini adalah dengan memberikan obat anti
hipertensi (Cavropil) dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan efek samping,
kecanduan dan overdosis dapat
membahayakan pemakainya, terutama pada
gangguan fungsi ginjal. Selama ini pihak
pengelola Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran belum pernah
melakukan pemeberian jus belimbing
terhadap penderita hipertensi. Untuk
menilai kondisi fisik lanjut usia
menggunakan status fungsional yaitu
sebagai kemampuan seseorang melakukan
aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri
(Soejono, 2002).
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui "Pengaruh
Pemberian Jus Belimbing Terhadap
Tekanan Darah Lansia pada Penderita
Hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran".
a) Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, maka
dapat dirumuskan bahwa masalah
penelitian adalah "Bagaimanakah Pengaruh
Pemberian Jus Belimbing Terhadap
Tekanan Darah Lansia Pada Penderita
Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran?”
b) Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian jus belimbing terhadap
tekanan darah lansia pada penderita
hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran
Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tekanan darah
lansia pada penderita hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran sebelum pemberian
jus belimbing
b. Mengetahui gambaran tekanan darah
lansia pada penderita hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran setelah dilakukan
pemberian jus belimbing
c. Menganalisis pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah
lansia pada penderita hipertensi
sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian jus belimbing.
B. METODE PENELITIAN
a. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan
keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan matang tentang hal-hal yang
akan dilakukan sebagai landasan berpijak,
serta dapat pula dijadikan dasar penelitian
baik oleh peneliti sendiri maupun orang
lain terhadap kegiatan penelitian ( Martono,
2004).
Jenis penelitian ini adalah penelitian
dengan menggunakan desain pre-
eksperimental design Rancangan penelitian
yang digunakan adalah, one group pretest-
postest design desain ini hanya dilakukan
observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2005).
Desain ini digunakan untuk
membandingkan hasil intervensi kelompok
perlakuan yang keduanya diukur sebelum
dan sesudah pemberian jus belimbing
dengan pengambilan sampel tidak
dilakukan secara acak atau random.
Penelitian kuantitatif adalah suatu
penelitian dimana peneliti mencoba
mencari pengaruh antar variabel. Pada
penelitian dilakukan analisis terhadap data
yang dikumpulkan, karena itu pada
penelitian analitik perlu dibuat hipotesis
(Sastroasmoro, 1995).
Bentuk rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kelompo
k
Pre-
test
Perlakuan Post-test
Perlakuan 01 X1 02
Keterangan :
01: Pengukuran pada kelompok perlakuan
sebelum dilakukan intervensi (pre-test)
yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi.
02: Pengukuran pada kelompok perlakuan
setelah diberikan jus belimbing (post-
test) yang dilakukan segera setelah
pemberian
X1: Pemberian jus belimbing kepada
perlakuan.
b. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia
yang menderita hipertensi pada lansia yang
tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran, yang terdiri dari 11
wisma yaitu wisma Pandu terdapat 8 lansia,
wisma Noroyono terdapat 7 lansia, wisma
Werkudoro terdapat 6 lansia, wisma Arimbi
terdapat 8 lansia, wisma Arjuna terdapat 8
lansia, wisma Palupi terdapat 6 lansia,
wisma Brotojoyo terdapat 7 lansia, wisma
Teratai terdapat 7 lansia, wisma Larasati
terdapat 8 lansia, wisma Kunti terdapat 7
lansia dan wisma Sembodro terdapat 8
lansia, dengan jumlah Totoal 80 lansia.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi
yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memenuhi dan mewakili
populasi. Tehnik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu tehnik yang digunakan
dengan pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmojo, 2005).
Sampel dalam penelitian ini
ditentukan oleh :
a. Kriteria inklusi
1) Kriteria insklusi adalah karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang
akan diteliti.
2) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Penderita hipertensi yang rajin
melakukan latihan/olahraga
2) Penderita hipertensi yang sedang
mengkonsumsi obat-obatan anti
hipertensi
3) Penderita yang mengalami krisis
hipertensi
Dempsey (2002) mengatakan bahwa
lima belas subjek pada setiap kelompok
dianggap minimum untuk riset
eksperimental. Berdasarkan tujuan
penelitian dan kemampuan yang dimiliki
oleh peneliti, serta lamanya waktu
penelitian maka pada penelitian ini sampel
untuk kelompok eksperimental/perlakuan
sejumlah 15 lansia.
c. Metode Pengumpulan Data
1. Instrument penelitian
Alat pengumpulan data untuk
mendapatkan data pada lansia dengan
hipertensi yaitu cara mengukur tingkat
tekanan darah yang dilakukan secara
sistematik dan langsung pada responden
(door to door) yang berada di Unit
Rehabilitasi Sosisal Wening Wardoyo
Ungaran, dengan menggunakan alat yang
disebut spygmomanometer air raksa.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti telah
melaksanakan hal-hal dibawah ini dalam
proses pengumpulan data :
a. Peneliti telah mendapat lembar
persetujuan dari Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran
mengenai penelitian yang dilakukan
dan intervensi apa saja yang diberikan
pada lansia.
b. Peneliti mendapat persetujuan dari
responden (dengan cara memilih
secara acak yang terdiri dari beberapa
wisma dengan 15 lansia, dalam wisma
Pandu, wisma Werkudoro, wisma
Arimbi, dan wisma Arjuna, wisma
Purtodewo, tentang kesediaannya
untuk menjadi responden dan
memberitahukan bahwa penelitian ini
tidak memberikan dampak buruk pada
responden.
c. Peneliti memberikan jus belimbing
kepada responden dengan minum 1
kali pagi dan sore selama 7 hari
berturut-turut, sebelum dilakukan
pengukuran tekanan darah pada lansia.
d. Prosedur pemberian jus belimbing
dipimpin oleh instruktur atau peneliti
sendiri dengan dibantu oleh 2 orang
asisten sebagai dokumentasi peneliti.
e. Pengkuran tekanan darah telah
dilakukan pada salah satu lengan
kanan atau kiri dengan posisi duduk
dengan lengan agak fleksi
f. Hasil pengukuran tekanan darah pre-
test dan post-test dari masing-masing
kelompok kemudian disusun dan
dibuat rekapitulasi, selanjutnya post-
test telah dilakukan setelah 7 hari dan
diolah dengan uji statistik t-test untuk
melihat adakah penurunan tekanan
darahnya.
d. Pengolahan Data
Pengolahan data dengan cara manual
melalui beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Editing (pemeriksaan data)
Editing dilakukan untuk mengetahui
apakah data sudah diisi dengan benar
sesuai petunjuk pengisian. Pada tahap
ini semua data diperiksa, sehingga
apabila ada lembar observasi yang
belum diisi atau kesalahan penulisan,
masalah tersebut dapat ditanyakan
kepada responden.
2. Coding
Memberi kode pada setiap variabel
untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan tabulasi dan analisis data
yaitu memberikan nama responden
dengan kode (resp), responden
kelompok eksperimen, untuk analisa
data menggunakan komputer melalui
program Statistical Pacgage For
Social Science (SPSS ) yang
memerlukan kode-kode tertentu.
3. Tabulating
Merupakan kegiatan pengolahan data,
agar dengan mudah dapat dijumlah,
disusun, dan ditata untuk disajikan dan
dianalisis.
e. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat yang di lakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Adapun
variabel yang akan dianalisis adalah
perbandingan tekanan darah lansia pada
penderita hipertensi sebelum dan sesudah
diberikan jus belimbing pada kelompok
perlakuan.
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan dengan tujuan
untuk menguji variabel-variabel penelitian
yaitu variabel independen dengan variabel
dependen. Hal ini berguna untuk
membuktikan atau menguji hipotesis yang
telah dibuat. (Sugiyono, 2007).
Uji parametrik yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah lansia
pada penderita hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran sebelum dan sesudah diberikan jus
belimbing pada kelompok perlakuan, maka
menggunakan uji statistik t-test dependent.
Menggunakan uji t-test dependent karena
data yang dikumpulkan berasal dari dua
variabel yang diduga berhubungan atau
berkolerasi, artinya bahwa satu sampel
akan mempunyai dua data pre-test dan
post-test. Penggunaan statistik parametrik
bekerja dengan asumsi bahwa data setiap
variabel penelitian yang akan dianalisis
membentuk distribusi normal. Uji yang
digunakan untuk menguji normalitas data
yaitu menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk
jumlah sampel kecil (50) dan bila hasil
uji signifikan (p value > 0,05). Bila data
tidak berdistribusi normal maka statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif dependent yaitu uji statistik
Wilcoxon (Sugiyono, 2007).
C. Hasil
Gambaran Responden
Deskripsi responden berdasarkan jenis
kelamin dan usia disajikan dalam Tabel 5.1
sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas
menunjukkan bahwa penderita hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran sebagian besar berusia 68-75
tahun yaitu sebanyak 7 orang (46,7%).
Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat
sebagian besar tekanan darah lansia pada
penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran setelah
pemberian jus belimbing dalam kategori
sedang yaitu 9 orang (60,0%).
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan tentang Pengaruh Pemberian
Jus Belimbing Terhadap Tekanan
Darah Lansia Pada Penderita Hipertensi
di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran pada bulan April
2012 baik secara univariat maupun
bivariat:
a. Analisis Univariat
Gambaran responden
berdasarkan jenis kelamin pada
Penderita Hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hipertensi responden dalam
kategori sedang, yaitu 9 orang (60,0%),
penderita hipertensi responden dalam
kategori ringan yaitu 3 orang (20,0%),
penderita hipertensi berat dalam
kategori berat yaitu 3 orang (20,0%),
Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita hipertensi
yang lebih banyak responden dalam
kategori sedang.
Tingkat hipertensi responden
sebelum diberikan perlakuan jus
belimbing di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran sebagian
besar dalam kategori sedang. Hal
tersebut salah satunya disebabkan
faktor resiko umur. Bertambahnya
umur, resiko terkena hipertensi menjadi
lebih besar Terdapat pada 6-8 %
penderita usia >60 tahun lebih banyak
pada wanita, dan meningkat dengan
bertambahnya umur (Erik, 2004)
Berdasarkan hal tersebut
memunginkan jika tingkat hipertensi
responden kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan jus
belimbing di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran sebagian
besar dalam kategori sedang karena
faktor berat badan yang gemuk. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian
dari Amsriza (2007) yang menunjukkan
bahwa ada pengaruh obesitas terhadap
tekanan darah dan kadar glukosa pada
lansia, karena semakin meningkat berat
badan lansia maka tekanan darah dan
glukosa meningkat
Gambaran Tekanan Darah
Lansia pada Penderita Hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran Setelah Dilakukan
Pemberian Jus Belimbing
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
penderita hipertensi setelah diberikan jus
belimbing di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran, sebagian besar
responden kelompok diberikan perlakuan
jus belimbing tingkat hipertensi yang
dialami dalam kategori sedang yaitu 4
orang (26,7%). Sebagian besar responden
kelompok eksperimen setelah diberikan jus
belimbing tingkat hipertensi yang dialami
dalam kategori ringan yaitu 11 orang
(73,3%). Dari uraian pernyataan di atas
dapat dikatakan bahwa penyebab hipertensi
beragam diantaranya adalah: stress,
kegemukan, merokok, hipernatriumia,
retensi air dan garam yang tidak normal.
Tingkat hipertensi responden
perlakuan jus belimbing di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran sebagian besar dalam kategori
ringan. Hal tersebut salah satunya
disebabkan pemberian jus belimbing. Hasil
penelitian mengonsumsi kismis dan kacang
kedelai diyakini bisa membantu
menurunkan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang dikenal juga sebagai
faktor kunci penyakit jantung. Hal ini
didasari oleh dua hasil penelitian terbaru
yang dipresentasikan di sebuah konferensi
kardiologi di Amerika Serikat (2003).
b. Analisis Bivariat
Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jus
Belimbing terhadap Tekanan Darah
Lansia pada Penderita Hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran
Hasil uji dependent t-test dengan
program pengolahan data SPSS Versi 12.0
mengetahui pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah lansia
pada penderita hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan
hasil selama pemberian jus belimbing
terhadap tekanan darah lansia pada
penderita hipertensi di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran sebelum
dan sesudah pemberian jus belimbing
adalah 0,73333. Hasil uji-t didapatkan nilai
t hitung = 6,205 dengan nilai p-value lebih
kecil dari α =0,05 yang berarti Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
statistik ada pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah lansia
pada penderita hipertensi, dikatakan bahwa
Ha diterima artinya ada perbedaan tekanan
darah pada penderita hipertensi sebelum
dan sesudah diberikan jus belimbing pada
kelompok perlakuan di Unit Rehabilitasi
Sosial Wening Wardoyo Ungaran.
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang pengaruh pemberian
jus belimbing terhadap tekanan darah lansia
pada penderita hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran tahun 2012, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
a. kesimpulan
kesimpulan yang dapat di ambil dari
hasil penelitian ini adalah:
1. Tingkat tekanan darah lansia pada
penderita hipertensi di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran sebelum diberikan jus
belimbing pada kelompok eksperimen
sebagian besar dalam kategori sedang,
yaitu 9 orang (60,0%)
2. Tekanan darah lansia pada penderita
hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Wardoyo Ungaran setelah
diberikan jus belimbing pada
kelompok eksperimen sebagian besar
dalam kategori sedang, yaitu 4 orang
(26,7%)
3. Terdapat ada pengaruh pemberian jus
belimbing terhadap tekanan darah
lansia pada penderita hipertensi di
Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran, hal tersebut
menunjukkan dengan nilai t hitung
sebesar = 6,205 dan nilai p-value
sebesar 0,000 (< 0,05).
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas, maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perawat,
Pemberian jus belimbing sebagai salah
satu alternatif intervensi yang dapat
dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan
maupun tenaga kesehatan lainnya
untuk membantu menurunkan tekanan
darah pada semua orang terutama
lansia
2. Bagi lansia
Lansia dapat menggunakan jus
belimbing untuk menurunkan
hipertensi, dan menambah nutrisi,
vitamin C serta dapat menurunkan
kolesterol.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh pemberian jus belimbing,
hendaknya perlu dilakukan metode
penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi
pada usia muda umur kurang dari 60
tahun.
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya. Skripsi
“Pengaruh Pemberian Jus Belimbing
Terhadap Tekanan Darah Lansia Pada
Penderita Hipertensi Di Unit
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran ”dapat diselesaikan.
Kesempatan dan ridho-Nya yang
sangat-sangat berarti bagi peneliti,
kasih sayang dari-Nya, tak ada yang
mampu menandingi. Sholawat serta
salam peneliti haturkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW, dan mudah-
mudahan kita mendapatkan
Syafa’atnya di hari akhir. Amin
Peneliti menyadari bahwa Skripsi
ini tidak dapat selesai tanpa kerja
keras, semangat dan do’a dari berbagai
pihak. Dengan segenap ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. H. Asaat Pitoyo S.Kp, M.Kes,
selaku Ketua STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran.
2. Ns.Zumrotul
Choiriyyah.S.Kep.M.Kes selaku
pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan Skripsi ini.
3. M.Imron Rosyidi, S.Kep, Ns selaku
pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan
masukan hingga Skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
5. Kepala Balai Rehabilitasi Sosial
"Wira Adhi Kharya" pada Unit
Rehabilitasi Sosial "Wening
Wardoyo" Ungaran.
6. Responden yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Untuk ayah (Mahrup) Ibu
(Hamidah) adik (M.Busairi dan
M.KHaerunil Ikhwal) yang tiada
henti memberikan dukungan baik
berupa semangat, do'a, materi dan
segalanya dari beliau, terima kasih
untuk semuanya karena kalian
adalah sumber inspirasiku.
8. Semua pihak yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan dan
diujiakan.
Dalam tersusunnya Skripsi
ini, peneliti menyadari masih
banyak kekurangan dan
keterbatasan sehingga Skripsi ini
jauh dari kesempurnaan, dan
diharapkan adanya kritik dan saran
bagi semua pembaca yang ingin
memberikan masukan atau
perbaikan yang sifatnya
membangun.
Ungaran, September 2012
Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Prosedur Praktek. Jakarta: P.T Rineka cipta.
Atun, M. (2010). Lansia sehat dan bugar. Bantul: Kreasi Wacana.
Bangun, A.P. (2003). Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Jakarta: Medika
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Yogjakarta: Medical Book
Beevers, D.G. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat
Dempsey, Patricia Ann & Arthur D. Dempsey. (2002). Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Evelyn, Pearce. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta:
EGC
Efendi, Mahfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika
Hardywinoto, Setiabudi. (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta: Pusat Utama
Hidayat, A. Aziz Alimul .(2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Niken Widya, H. (2010) . Profil kesehatan 2010 . Diperoleh : 1 Juni 2012. Dari http://dinkeskotasemarang.files.wordpress
.com/2011/11/profil-kesehatan-kota semarang-2010.pdf
Junaidi Iskandar. (2010).Hipertensi/ Pengenalan, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Kowalski, Robert E. (2010) Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi Dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung Dan Stroke Secara Alami/robert E, kowalski; penerjemah, Rani S. Ekawati, penyunting. Rahmani Astuti - Cet, 1 - Bandung: Qanita.
Lueckenotte, A.G. (2002). Gerontologic Nursing. St-Louis : Mosby-Year Book Inc