karya tulis ilmiah gabungan bab... · 2018. 9. 10. · berdasarkan data lansia di indonesia tahun...
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU
LANSIA DI PUSKESMAS WUA-WUA
KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kementrian
Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
OLEH:
LOLA PUTRIANA
P00320014024
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
MOTTO
Sukses Bukan Hanya Milik Orang-Orang Yang Pandai Saja, Sukses Tidak Pernah Datang
Pada Orang Yang Malas, Tetapi Kesuksesan Adalah Milik Orang Yang Giat Berusaha
Saat Kamu Terjatuh, Tersenyumlah. Karena Jatuh Itu Adalah Tanda Awal Kesuksesann
Mu.
Kesuksesan Orang Yang Lebih Dulu Dari Mu Tidak Didapat Dari Hasil Bersantai Dan
Bermalas-Malasan, Namun Dibalik Itu Tidak Pernah Terlepas Dari Keringat Tekat, Dan
Kerja Keras
Serta Air Mata Pengorbanan.
Karya Tulis Ini Kupersembahkan Untuk
Kedua Orang Tuaku, Saudaraku
Dan Almamaterku Poltekkes Kendari
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Lola Putriana
Nim : P00320014024
Tempat, Tgl Lahir : Pondidaha, 14 April 1996
Suku/ Bangsa : Tolaki / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Lorong Pesantren Hidayatullah. Anduonohu. Kendari
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Pondidaha, tamat pada Tahun 2008
2. MTS Al-ikhlas Pondidaha, tamat pada Tahun 2011
3. SMA Negeri 1 Pondidaha, tamat pada Tahun 2014
4. Sejak Tahun 2014 melanjutkan pendidikan Diploma III (D.3) di Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan sampai sekarang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, toddler,
pra school, school, remaja, dewasa, dan lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secara
biologis maupun psikologis (Padila, 2013).
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa
dihindarkan.Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani
hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat
usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Meningkatnya usia harapan
hidup ini mengakibatkan masalah, karena dengan meningkatnya jumlah lanjut usia
meningkat pula angka ketergantungan lansia, dimana penduduk usia produktif akan
menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia ( Juniardi F, 2010)
Pelayanan kesehatan harus diberikan secara maksimal untuk memenuhi hak lansia
dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatannya, sehingga dapat memelihara dan
meningkatkan kondisi fisik,mental, dan sosialnya supaya dapat berfungsi secara wajar.
Sebanyak 59,24 persen lansia dengan keluhan kesehatan masih mengobati penyakitnya
sendiri, baik menggunakan obat modern (66,01%), obat tradisional (11,60 %), maupun
kombinasi kedua obat tersebut (21,20 %).Lansia yang mengatasi keluhan kesehatannya
dengan cara berobat jalan sebesar 51,24 %. Terbanyak mereka berobat jalan di praktek
tenaga kesehatan (33,71%), praktek dokter (31,70%), dan puskesmas/posyandu (27,05 %)
(Profil Statistik Lanjut Usia,2014).
Pelayanan kesehatan lansia adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan
secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga
yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi kesehatannya. Salah satu bentuk
pelayanan kesehatan lansia adalah posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan pos
pelayanan terpadu terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah kerja masing-
masing puskesmas.Adapun tujuan dari pembentukan Posyandu lansia yaitu meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
Cakupan/bentuk pelayanan pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu
lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental,
pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula
dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia dan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Grahacendikia, 2009).
Data world population prospects: the 2015 revision, pada tahun 2015 ada 901 juta
jumlah lansia yang berusia 60 tahun atau lebih. Sedangkan asia menempati urutan
pertama dengan populasi lansia terbesar dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta
populasi lansia di dunia (United Nations,2013,dalam Jayati 2016).
Berdasarkan data lansia di Indonesia tahun 2014 penduduk lansia mencapai
10.155.475 jiwa (8,33%) atau terjadi kenaikan sebesar 0,71% jumlah lansia mencapai
20.24 jiwa setara dengan 8.03% dari seluruh penduduk tahun 2014. Sedangkan pada
tahun 2015 jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 10.227.281 jiwa (8,36%) dari total
penduduk dan pada tahun 2016 jumlah lansia di Indonesia adalah 22,6 juta jiwa dari total
populasi penduduk 255,5 juta orang (8,84%) dari total penduduk (Badan Pusat Statstik
Jakarta Indonesia 2015).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Kendari jumlah
penduduk usia lanjut 2014 sebanyak 42,568 jiwa atau sekitar 1,70%, sedangkan tahun
2015 jumlah penduduk lansia 150,768 jiwa atau sekitar 6,03% dan pada tahun 2016
jumlah lansia 157,493 jiwa atau sekitar 6,30% dari jumlah penduduk 2,499,540 jiwa
(BPS Kendari 2017).
Target pencapaian cakupan pelayanan posyandu lansia menurut Standar
Pelayanan Minimal (SPM, 2017) sebanyak 70%.Akan tetapi kenyataan di lapangan
jumlah kunjungan lansia ke Posyandu lansia Di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari
masih sangat rendah.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 18 Maret
2017, jumlah pengunjung posyandu lansia di Puskesmas Wua-wua, Puskesmas Benu-
benua, dan Puskesmas Lepo-lepo pada tahun 2017 adalah : Puskesmas Wua-wua
sebanyak 35%, puskesmas Benu-benua 80 %, dan Puskesmas Lepo-Lepo sebanyak 82%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa posyandu di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari jauh
dari target pencapaian standar minimal cakupan pelayanan posyandu lansia dan jumlah
kunjungannya lebih sedikit dibandingkan Puskesmas lainnya. Maka penulis memutuskan
untuk memilih lokasi penelitian di Posyandu Lansia Puskesmas Wua-wua Kota Kendari.
Berdasarkan data di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari daftar jumlah lansia yang
tercatat sebagai peserta posyandu lansia adalah 60 orang.Namun jumlah kunjungan pada
bulan Maret hanya rata-rata 35 % (Berdasarkan Profil Lansia Puskesmas Wua-wua Kota
Kendari 2017). Dari data Puskesmas Wua-wua kota Kendari Juga didapatkan jumlah
lansia yang berkunjung ke Posyandu 2 bulan terkhir adalah 21 orang sedangkan 3 bulan
terakhir adalah 30 orang.
Menurut penelitian yang dilakukan Mengko V.V (2015) dengan judul”Faktor-
faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Teling Atas Kota Manado pada tahun 2015”, adalah : Dukungan keluarga, Sikap, Peran
kader. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmalia Ningsih (2014)
dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi minat lansia mengunjungi Posyandu
lansia”.adalah : jarak, dukungan keluarga, peran kader.Dengan demikian maka faktor-
faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan posyandu lansia adalah: dukungan
keluarga, jarak, peran kader, dan sikap.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 Maret 2017, yang
di dapatkan dari 4 orang kader posyandu lansia „‟mengatakan bahwa 25 % lansia jarak
rumahnya lebih dari 3 km dari lokasi posyandu, kemudian 25 % lansia yang diantar oleh
keluarganya sisahnya datang sendiri dan 50% lansiayang tidak mengetahui jadwal
posyandu yang telah disampaikan oleh kader posyandu.Sedangkan hasil wawancara yang
di dapatkan oleh 14 orang lansia “5 dari 14 orang lansia mengatakan jarak rumahnya
lebih dari 3 km,kemudian 6 dari 14 orang lansia mengatakan tidak ada keluarga yang
mengantarkan dan 3 orang diantara 14 orang lansia mengatakan bahwa kadernya tidak
mengingatklan jadwal posyandu posyandu lansia tersebut. Sehubungan dengan kejadian
tersebut maka penulis melihat bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia
ke posyandu lansia di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari antara lain: Faktor peran
kader, jarak, dan dukungan keluarga. Dan dengan latar belakang tersebut diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul „‟Faktor-faktor
yang mempengaruhi cakupan pelayanan posyandu lansia dipuskesmas Wua-wua Kota
Kendari Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu
lansia di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017 ? ”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke
posyandu lansia di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifkasi faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia
ditinjau dari faktor peran kader
2. Mengidentifkasi faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia
ditinjau dari faktor jarak
3. Mengidentfikasi faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia
ditinjau dari faktor dukungan keluarga
D. Manfaat Penelitian
1. manfaat Teoritis
a. Bagi Iptek
Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih
memantapkan dan member informasi pentingnya cakupan pelayanan posyandu lansia.
b. Bagi institusi (Poltekkes Kendari)
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan untuk institusi
Politeknik Kesehatan Kendari sebagai pengembangan ilmu yang telah ada dan dapat
dijadikan sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden/keluarga
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
responden tentang pentingnya pelayanan posyandu lansia untuk meningkatkan derajat
kesehatan lansia dan memberikan motivasi bagi lansia untuk aktif dalam mengikuti
program posyandu lansia
b. Bagi posyandu lansia
hasil penelitian ini merupakan masukkan bagi petugas pelayanan kesehatan
dalam memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga
dalam pemanfaatan posyandu lansia
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti tentang pentingnya peran kader dan dukungan keluarga serta peniliti perlu
mengidentifikasi jarak sebagai faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan
posyandu lansia di Puskesmas Wua-wua Kota Kendari sebagai masukkan atau
sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak yang berkepentingan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Lansia
1. Pengerian Lansia
Secara umum seorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun,tetapi
definisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek social budaya, fisiologis, dan
kronologis (Fatimah,2010 dalam Elmi Noviana 2014).
Manusia lanjut usia adalah seorang yang karna usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan social. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
seluruh aspek kehidupan, termaksud kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia
usia lanjut perlu mendapatkan perhatian kh usus dengan tetap dipelihara dan ditinggikan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya
sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU kesehatan No. 23
Tahun 1992, pasal19 ayat 1 dalam Elmi Noviana, 2014).
Lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Sebenarnya lanjut usia merupakan suatu prose salami yang tidak dapat ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Umur manusia sebagai mahluk hidup terbatas oleh suatu
peraturan alam. Umur manusia maksimalsekitar enam kalimasa bayi sampai remaja (6 x
20 tahun = 120 tahun). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup yang terakhir, yang pada masa ini seorang mengalami
kemunduran fisik, mental, dan social sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan
tugasnya sehari hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa
yangkurang menyenangkan (Undang-undang No.4 tahun 1965) dalam sri jayanti (2010).
Di Indonesia pemerintah dan lembaga-lembaga pengelolah lansia, member patokan
bahwa mereka yang disebut lansia adalah yang telahmencapai usia 60 tahun yang
dinyatakan dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun di Negara maju diberi patokan
yang lebih spesifik yaitu : 65-75 tahun disebut old, 76-90 tahun disebut middle old dan 90
tahun ke atas disebut veryold (W.M roan, 1990).
2. Batasan Lansia
a. menurut WHO, lanjut usia meliputi :
1. usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahun
2. usia lanjut (elderly) = usia 60-74 tahun
3. usia lanjut tua (old) = usia 75-90 tahun
4. usia sangat tua (very old) = usia di atas 90 tahun
b. menurut prof DR.Ny. sumiati ahmad mohammad (alm), guru besar universitas gajah
mada fakultas kedokteran, periodisasi biologis perkembangan manusia dibagi sebagai
berikut
1. Usia 0-1 tahun (masa bayi)
2. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
3. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
4. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
5. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium)
6. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)
3. Teori Proses Menua
Menurut Constantinides (1994) dalam Nugroho (2008) menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat
bertahan tanpa jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri dari tiga fase antara
lain ; (1) fase progresif,(2) fase stabil,(3) fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme
lebih kearah kemunduran yang dimulai dari sel sebagai komponen terkecil dari tubuh
manusia.Sel-sel menjadi haus karna lama berfungsi dan mengakibatkan kemunduran
yang dominant disbanding dengan pemulihan. Di dalam struktur anatomi prose menjadi
tua terlihat sebagai kemunduran dalam sel yang berlangsung secara alamiah dan
berkesinambuanganyang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis, dan biokimis pada jaringan tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi dan
kemampuan secara keseluruhan ( Depkes RI,2010).
Ada beberapa teori tentang proses menua (Wahjudi Nugroho 2008) antara lain ;
1. Teori Biologis
a. Teori genetic (teori genetic clock). Teori ini merupakan teori intrinsic yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya
memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.
b. Teori mutasi somatic. Menurut teori ini, penuaan terjadi karna adanya mutasi
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Teori ini menerangkan bahwa
mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
c. Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory) yaitu didalam proses
metabolism tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat kusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia
dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.
d. Teori kerusakan akibat radikal bebas ( free radical theory) merupakan teori yang
dapat menjelaskan terjadinya proses menua. Radikal bebas dianggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakn fungsi sel. Beberapa radikal bebas yang
terdapat dilingkungan sekitar seperti ;asap kendaraan bermotor asap rokok, zat
pengawet makanan, radiasi, sinar ultra violet yang dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen d n kolagen pada proses menua.
e. Teori menua akibat metabolism. Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan,
bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan
perpanjangan umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan
kegemukan dapat memperpendek umur ( Bahri dan Alem, 1989; Boedi Darmojo,
1999).
f. Teori rantai silang (cross link theory). Teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, dan karbohidrat dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi mengubah fungsi jaringan
menyebabkan kurangnya elastisitas, dan hilangnya fungsi pada prose menua.
g. Teori program yaitu kemampuan organism untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel itu mati.
h. Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrinsik terdiri atas teori
oksidasi stress (wear and tear theory). Disini terjadi kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Wahjudi Nugroho 2008).
4. Perubahan Yang Terjadi Pada System Tubuh Lansia
Menurut Nugroho (2008) ada empat macam perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
yaitu :
a. Perubahan fisik
1. Sel yaitu lebih sedikit jumlahnya dan ukuranny lebih besar, jumlah cairan tubuh
dan cairan intraseluler berkurang.
2. System pernafasan yaitu cepatnya penurunan hubungan pernafasan, lambatnya
dalam proses dan waktu untuk bereaksi dengan stress, mengecilnya saraf panca
indra, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan dingin.
3. System pendengaran yaitu presbiakusis : hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi sura atau nada-nada
yang tinggi. Suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
4. System penglihatan yaitu sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram,
meningkatnya ambang pengamatan sinar. Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang, berkurangnya luas pandangan.
5. System kardiovaskular yaitu katub jantung menebal, kemampuan jantung
memompah darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas
pembuluh darah ; kurangnya elastisitas pembuluh darah periver untuk oksigensi,
perubahan posisi tidur ke duduk ( duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah turun 65 mmHg atau hipotensi orthestatik ( mengakibatkan pusing-pusing
mendadak), tekanan darah tinggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh perifer. Systole normal kurang lebih 150 mmHg dan diastole kurang
lebih sekitar 95 mmHg ( WHO).
6. System pengaturan temperature suhu tubuh yaitu pada pengaturan suhu,
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu
suhu tertentu, kemunduran yang terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya
yang sering ditemui, antar lain temperature tubuh menurun (hipotermi) secara
fisiologik kurang lebih 35˚C ini akibat metabolism yang menurun dan keterbatan
reflex menggil dan tidak dapat terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. System respirasi yaitu otot-otot pernafasan kehilangan kekuatannya dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas dari silia, pau-paru kehilangan elastisitas; kapasitas
residumeningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
8. System gastrointestinal yaitu kehilangan gigi penyebab utam adanya periodontal
disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun ,penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk. Indra pengecap menurun ; adanya iritasi yang
kronis dari selaput lendir, atropi indra pengecap di lidah terutah rasa manis dan
asin, dan pahit. Lambung ; rasa lapar menurun (sensitifitas), asam lambung
menurun, waktu pengosongan lambung menurun.
9. System genitourinaria yaitu ginjal mengecil dan nefon menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang
kemampuan tubulus mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria,
BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang glukosa
ginjal meningkat.
10. System endokrin yaitu produksi dari semua hormone menurun fungsi paratiroid
dan sekresinya tidak berubah, menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran
zat, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormone kelamin
misalnya ; progesterone, esterogen, dan testosterone.
11. System kulit dan kuku yaitu kuku jari menjadi tebal dan rapuh, kuku kaki tumbuh
secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar kulit mengkerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu (
uban), rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat
dari menurunnya cairan vascularisasi.
12. System musculoskeletal yaitu tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh,
kifosis, discus intravertebralis menipis dan menjadi besar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot ; kram, dan menjadi
tremor.
b. Perubahan mental
1. Perubahan kepribadian yang drastic yaitu keadaan ini jarang terjadi, lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karna
faktor lain seperti penyakit-penyakit.
2. Kenangan (memori)
a. Kenangan jangka pendek atau seketika, 0-10 menit , kenangan buruk.
b. Kenangan jangka panjang ; berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,
mencakup beberapa perubahan.
3. IQ ( intelegentia Quantion) tidak berubah dengan informasi dengan metematika dan
perkataan verbal dan berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan
psikomotor.
c. Perubahan psikosial
1. Pensiun : nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya, identitas dikaitkan
dengan peranan dengan peekerjaan.
2. Merasakan atau sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6. Kesepian akibat dari pengasingan dan lingkungan social
7. Banyak faktor yang terhubung sehingga membuat usia lanjut merasaterisolasi dan
kesepian,faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor fisik,makin menurunnya kualitas organ indra yang mengakibatkan
ketulian dan penglihatan kabur membuat usia lanjut merasa terputus hubungan
dengan orang lain.
b. Menurunnya kualitas output intelektual,membuat usia lanjut sulit
menyesuaikan diri dengan cara berfikir generasi muda.
c. Menurut kemampuan kosentrasi serta daya ingat yang lemah terhapad
peristiwa-peristiwa yang baru terjadi membuat usia lanjut tampak kaku dan
repretitive.
d. Perubahan social,kesulitan-kesulitan yang dialami oleh usia lanjut dan
kurangnya kontak membuat ia berpaling ke masa lalu untuk memperoleh
penghiburan.Mereka akan menceritakan tentang kejayaan dimasa lalu yang
diulang-ulang.
e. Kecemasan.Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau
ketakutan yang tidak jelas dan hebat.kondisi ini terjadi sebagai reaksi terhadap
sesuatu yang dialami seseorang.
8. Depresi. Sikap depresi atau kemurahan hati sering timbul pada usia lanjut. Mereka
seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap keadaan sekelilingnya.
9. Gangguan saraf panca indra,timbul kebutaan dan ketulian.
10. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
11. Rangkaian dari kehilangan,yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
12. Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik ; perubahan terhadap gambaran diri.
13. Perubahan spiritual/kegamaan
Lebih mendekatkan diri kepada tuhan,mengikuti ritual agama,meningkatkan
ibadah keagamaan.Menurut maslow (1970) (dalam nugroho ; 29 ) Agama atau
kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.perkembangan spiritual pada
usia 70 tahun menurut fowler (1978) (dalam nugroho ;29)
.Universalizing,perkembangan yang dicapai padaa tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
B. Tinjauan Tentang Posyandu Lansia
1. Definisi posyandu
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari,oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar (Depkes,2011).
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan
dan keluarga berencana .Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka
(Yulifa,dkk,2009,dalam Elmi Noviana, 2014).
2. Definisi Posyandu Lansia
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
kepada lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan pelayanannya dilakukan
oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor perintah dan
non-perintah,swasta organisasi social dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan
kesehatan dan upaya promotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia Juga dapat diberikan
pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta
pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka dapat beraktifitas dan
mengembangkan potensi diri. (Komnaslansia,2010)
Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat dan mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan sumber
daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes,2000).
Jadi, posyandu lansia adalah sebuah wadah, tempat dan pelayanan terpadu yang
diperuntukkan bagi lansia disuatu daerah tertentu yang didalamnya terdapat pelayanan
kesehatan, dan kegiatan peningkatan kesehatan serta kesejahteraan lansia yang dalam
pelaksanaaannya melibatkan peran masyarakat dan organisasi sosial.
3. Cakupan pelayanan posyandu lansia
Cakupan pelayanan posyandu lansia adalah jangkauan pelayanan kesehatan atau target
pencapaian pelayanan kesehatan terhadap lansia,target pencapaian cakupan pelayanan
posyandu lansia menurut standar pelayanan minimal (SPM, 2017) adalah sebanyak 70%.
4. Bentuk Kegiatan Pelayanan dalam Posyandu Lansia
Dalam kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan, yaitu:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari/ activity of daily living,meliputi kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur dan buang air.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada gravik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah serta denyut nadi.
5. Pemeriksaan hemoglobin
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan atau ditemukan kelainan
dalam pemeriksaan nomor 1 sampai 7
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau sekelompok usia lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. (Depkes,2006)
Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak
dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri
dan berdaya guna. Oleh karena itu,arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari
konsep active ageing/menua secara aktif. Active ageing adalah proses optimalisasi
peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup
dimasa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpatipasi bertambah
besar. Masa tua bahagia dan berdayaguna tidak hanya fisik meliputi emosi,
intelektual,sosial,vakasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness.
Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara
aktif.(KomNasLansia,2010)
5. Manfaat dan Tujuan Posyandu Lansia
Manfaat posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :
a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan agar tetap bugar
b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang sedangkan tujuan
pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar menurut Depkes RI (2006)
antara lain :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
6. Sasaran Posyandu Lansia
a. Sasaran lansung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun),usia lanjut (60-60
tahun) usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
b. Sasaran tidak langsung,yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada,
masyarakat dilingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang berada yang peduli
terhadap oraganisasi kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani
kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani kelompok usia lanjut dan
masyarakat luas.(Effendy,2000).
7. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Penyelenggaran posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih,
tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas
setempat baik seorang dokter,bidan atau perawat,penyelenggaraan posyandu lansia
dilakukan dengan system 5 meja meliputi :
a. Meja 1 tempat pendaftaran
b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan pengukuran dan pencatatan
berat badan,pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta perhitungan index massa
tubuh (IMT)
c. Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan
darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin,dan lain-lain)
d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling(kesehatan,gizi dan kesejahteraan)
e. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian
makanan tambahan, bantuan modal,pendampingan, dan lain-lain sesuai kebutuhan)
(KomNasLansia,2010)
C. Tinjauan tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke Posyandu
Lansia
1. Pengertian faktor-faktor
Faktor-faktor adalah hal (keadaan, peristiwa) yang menyebabkan (mempengaruhi)
terjadinya sesuatu.W.M Roan (1990) dalam sumarmi (2014).
2. Faktor Peran Kader Posyandu Lansia
a. Pengertian
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang
tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk
melaksanakan meningkatlkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa
ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan. (Depkes RI,2000, dalam Sumarmi 2015).
Kader posyandu bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta
pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka
dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerjasama dari sebuah tim kesehatan (Heru,1995, dalam Hajra sabrianti Saidung 2013).
Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan Terpadu melalui berbagai
organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan
masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas.Beberapa
hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan
dipahami sejak awal oleh kader posyandu.Kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu
yang telah ada dan telah berjalan selam a ini mampu lebih ditingkatkan dan dilestarikan
(Rachman,2005,dalam Hajra Sabrianti Saidung 2013).
b. Tugas Kader posyandu lansia
1. Tugas-tugas kader Posyandu Lansia secara umum adalah sebagai berikut:
a. Tugas sebelum hari buka posyandu (H-Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas
persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.
b. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk
melaksanakan pelayanan 5 meja.
c. Tugas sesudah hari buka Posyandu (H+Posyandu) yaitu berupa tugas setelah hari
posyandu.
2. Tugas-tugas kader pada pelaksanaan posyandu lansia
a. Tugas-tugas posyandu pada H-atau pada saat persiapan hari posyandu, melputi:
1. Menyiapkan alat dan bahan :
Timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obat-obatan yang
dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
2. mengundang dan menggerkkan masyarakat, yaitu memberitahu para lansia untuk
datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang biasa membantu
motivasi masyarakat lansia untuk datang ke posyandu
3. Menghubungi kelompok kerja (POKJA) posyandu yaitu menyiapkan rencana
kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa
hadir pada hari buka posyandu.
4. Melaksanakan pembagian tugas : menetukan pembagian tugas di anatara
kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan
b. Tugas-tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5
meja, meliputi :
1. Meja 1 : pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register lansung menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2 :
Kader melakukan pengukuran tinggi, berat badan, dan pengukuran tekanan darah
3. Meja 3 : Pencatatan (pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pengisian KMS lansia meliputi : indeks massa tubuh,tekanan darah,
berat badan dan tinggi badan.
4. Meja 4 : Penyuluhan
penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan
tambahan.
5. Meja 5 : pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas /kesehatan melputi
kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
c. Tahap setelah hari buka posyandu (H+ Posyandu)
1. memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau buku
bantu kader
2. melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari hari posyandu
lansia pada bulan berikutnya.
3. melakukan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama lansia (paguyuban
lansia).
4. melakukan kunjungan rumah untuk penyuluhan perorangan/sekaligus tindak lanjut
untuk mengajak lansia untuk dating ke posyandu lansia pada kegiatan bulan
berikutnya.
1. Kader posyandu lansia
Jumlah kader posyandu lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok,volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal
dari anggota kelompok sendiri atau bila mana sulit mencari kader dari anggota
kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi
kader.(Depkes RI,2003 dalam Sumarmi 2015).
2. Syarat kader
Menurut Depkes RI (2003:130) dalam Sumarmi (2015) ada 4 syarat menjadi kader
posyandu lansia antara lain :
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang diseuaikan dengan kondisi setempat
2. Mau dan mampu bekerja sukarela
3. Dapat membaca dan menulis huruf latin
4. Sabar dan paham mengenai masalah yang dihadapi usia lanjut.
3. Tugas kader
Tugas kader posyandu lansia: Menyiapkan alat dan bahan,melaksanakan pembagian
tugas ,menyiapkan materi/media penyuluhan,mengundang lansia untuk datang ke
posyandu,pendekatan tokoh masyarakat,mendaftar lansia,mencatat kegiatan sehari-hari
lansia,menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia,membantu petugas
kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental,serta mengukur
tekanan darah lansia,memberikan penyuluhan,membuat catatan kegiatan
posyandu,kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir diposyandu,evaluasi
bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu (Depkes RI,2003:138,dalam Sumarmi
2015).
2. Faktor Jarak
a. Pengertian Jarak
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu
antara jarak rumah dengan posyandu. Jangkauan pelayanan posyandu dapat ditingkatkan
dengan bantuan pendekatan maupun pemantauan melalui kegiatan posyandu dapat
ditingkatkan dengan bantuan posyandu (Budioro,2002 dalam Elmi Noviana,2014).
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan
ditentukan oleh masyarakat sendiri,posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang
sudah ada,rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau ditempat khusus yang dibangun
masyarakat (Effendy, 2008 dalam Elmi Noviana, 2014).
Jarak merupakan pembatas yang mempunyai sifat alamiah.Jarak memiliki kaitan
dengan lokasi dan upaya dalam pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan manusia
(Sumaatmadja, 1981 dalam Elmi Noviana, 2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statstik Jakarta Indonesia 2006, standar jarak
rumah ke lokasi posyandu adalah sekitar 3-4 km dengan jarak tempuh sekitar 15-20
menit.
3. Faktor dukungan keluarga
a. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalammembantu individu
menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan,maka rasa percaya diri akan
bertambah dan mitivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat
(Tamber dan Noorkasiani,2009).
Menurut Friedman (2013),dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus
menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada
interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi
oleh individu. Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para
lansia.Sampai sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa anak/keluarga segan untuk melakukan hal ini.Menempatkan lansia
di panti werda merupakan alternatif terakhir. Martabat lansia dalam keluarga dan
keakraban hidup kekeluargaan di dunia timur seperti yang kita rasakan perlu untuk
dipertahankan dari segi negatif,penghargaan kepada orang tua ini yang sering dijumpai
berupa over protectif (Hodkinson,1976). Dukungan dari keluarga merupakan unsur
terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah.Apabila ada dukungan, rasa
percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan
meningkat (Stuart dan Sundeen,1995).
b. Jenis dukungan keluarga
Menurut Friedman (2013), sumber dukungan keluarga terdapat berbagai macam bentuk
seperti:
1. Dukungan informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,
dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
2. Dukungan penilaian atau penghargaan
Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
3. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental adalah keluarga merupakansumber pertolongan praktis dan
kongkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan
istirahat.
4. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.
c. Sumber Dukungan Keluarga
Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial keluarga yang dapat
berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti dukungan dari suami atau istri
serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga secara eksternal
seperti paman dan bibi (Friedman,2013).
Menurut Akhmadi (2009), dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan
sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan
untuk keluarga yaitu dukungan sosialbisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan
dan bantuan jika diperlukan.
d. Manfaat Dukungan Keluarga
Menurut setiadi (2008), dukungan sosial keluarga memiliki efek terhadap
kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya dukungan yang
kuat berhubungan dengan me nurunnya mortalitas,lebih mudah sembuh Dari
sakit,fungsi kognitif,fisik,dan kesehatan emosi. Selain itu,dukungan keluarga memiliki
pengaruh yang positif terhadap penyesuaian kejadian dalam kehidupan yang penuh
dengan stress.
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap
siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga (friedman, 2013). Sedangkan menurut Smet (2013) mengungkapkan
bahwa dukungan keluarga akan meningkatkan :
1) Kesehatan fisik,individu yang mempunyai hubungan dekat dengan orang lain jarang
terkena penyakit dan lebih cepat sembuh jika terkena penyakit disbanding individu
yang terisolasi.
2) Manajemen reaksi stress,melalui perhatian, informasi,dan umpan balik yang
diperlukan untuk melakukan koping terhadap stress.
3) Produktivitas, melaui peningkatan motivasi,kualitas penalaran,kepuasan kerja dan
mengurangi dampak stress kerja.
4) Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri melalui perasaan
memiliki,kejelasan identifikasi diri,peningkatan harga diri,pencegahan neurotisme
dan psikopatologi, pengurangan dister dan penyediaan sumber yang dibutuhkan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
dapat meningkatkan kesehatan fisik, manajemen, reaksi stress, produktivitas, dan
kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran
Manusia lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun ke atas. Tentunya seiring
berjalannya waktu tidak dapat dipungkiri akan terjadi perubahan fisiologis terhadap lansia
tersebut salah satunya adalah rentan terkena penyakit karena daya tahan tubuh yang mulai
mengalami penurunan untuk itu lansia perlu tempat atau wadah pelayanan kesehatan untuk
meninimalkan terjadinya penyakit-penyakit yang akan di alami oleh lansia tersebut. Untuk itu,
perlu ditingkatkan melalui posyandu lansia. Posyandu lansia adalah tempat peyananan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan para lansia dan menjaga fungsi kesehatan . Oleh
karena itu, kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditinggikan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU kesehatan No.
23 Tahun 1992, pasal19 ayat 1 dalam Elmi Noviana, 2014).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada
lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan pelayanannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), ,swasta organisasi social dan lain-
lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan dan upaya promotif dan preventif.
Kunjungan lansia ke posyandu lansia di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :faktor
peran kader, faktor jarak dan faktor dukungan keluarga
B. Kerangka konsep
faktor-faktor yang mempengaruhi
Keterangan : Variabel yang diteliti
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia terdiri dari : peran
kader, jarak, dan dukungan keluarga
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :
kunjungan lansia ke posyandu lansia
D. Definisi Operasional dan Kriteria objektif
1. Lansia dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia diatas
60 tahun dan tercatat sebagai peserta posyandu lansia puskesmas Wua-wua Kota
Kendari tahun 2017.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia dalam penelitian
ini, yaitu :
Faktor Peran
Kader
Kunjungan Lansia Ke
Posyandu Lansia Faktor Jarak
Faktor
Dukungan
Keluarga
a. Faktor peran kader
Peran kader adalah perilaku yang di harapkan dari keberadaan posyandu lansia yang
meliputi tugas pada saat H-1 dan pada saat hari pelaksanaan posyandu lansia.Untuk
menilai faktor peran kader maka dilakukan dengan menggunakan koesionier jumlah
pertanyaan 5 item jika menjawab ya diberi skor 1 jika menjawab tidak diberi skor 0.
kriteria objektif :
Mempengaruhi : jika mendapat skor ≤60%
Tidak mempengaruhi : jika mendapat skor >60% (Budiman,2013)
b. Faktor jarak
Jarak adalah jarak yang ditempuh antara rumah lansia dengan posyandu.Untuk
menilai faktor jarak maka dilakukan dengan menggunakan koesionier jumlah
pertanyaan 1 item jika menjawab ya diberi skor 1 jika menjawab tidak diberi skor 0.
Kriteria Objektif :
Mempengaruhi : jarak rumah ke Posyandu>3 km
Tidak mempengaruhi : jarak rumah ke Posyandu ≤3 km(Budiman,2013)
c. Faktor dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya, yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan.Untuk menilai faktor dukungan keluarga maka dilakukan
dengan menggunakan koeseioner jumlah pertanyaan 5 pertanyaan item jika
menjawab ya diberi skor 1 jika menjawab tidak diberi skor 0.
Kriteria Objektif :
Mempengaruhi : jika mendapat skor ≤60%
Tidak mempengaruhi : jika mendapat skor >60% (Budiman,2013)
d. Kunjungan lansia ke Posyandu lansia adalah jumlah target kunjungan lansia ke Posyandu
lansia secara rutin :
Kriteria Objektif :
Baik : jika 3 bulan berturut-turut melakukan kunjungan secara
rutin ke posyandu
Kurang : jika kunjungan ke posyandu lansia tidak rutin dalam 3
bulan berturut-turut
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian deskriptif survey.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif
(Notoatmodjo, 2002,dalam Laode Arfiki,2015). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Pelayanan Posyandu Lansia Diwilayah Kerja
Puskesmas Wua-Wua kota kendari tahun 2017.
B. Waktu dan Tempat penelitian
a. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2017.
b. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu lansia yang berada di Puskesmas Wua-
Wua Kota Kendari.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang diteliti (
(Notoatmodjo,2002). Adapun Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang
tercatat sebagai peserta Posyandu lansia yang berusia ≥ 60 tahun di Puskesmas Wua-
wua kota kendari yaitu sebanyak 54 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2006 : 70). sampel yang dilakukan peneliti
adalah sebagian lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia di Puskesmas
Wua-wua Kota Kendari.
Untuk menentukan besarnya jumlah sampel maka peneliti berpedoman pada
pendapat Arikunto, 2006 yang menjelaskan bahwa jika populasi > 100 maka dapaat
diambil 10-15% dan 25-30%, jika populasi < 100 maka diambil seluruhnya yaitu 54
orang.
Dengan demikian. Metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah
tekhnik total sample. Total sample adalah tekhnik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (sugiyono, 2007)
D. Jenis dan cara pengambilan data
1. Jenis Data
a. Data Primer.
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden mengenai cakupan
pelayanan posyandu lansia ditinjau dari faktor peran kader, jarak, dan dukungan
keluarga.Dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah lansia dan jumlah lansia di
Posyandu lansia dan gambaran Puskesmas Wua-wua Kota Kendari tahun 2017.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner atau daftar pertanyaan yang berisi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
cakupan pelayanan posyandu lansia di tinjau dari faktor peran kader, jarak dan
dukungan keluarga. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan membacakan
langsung daftar pertanyaan kepada lansia, selanjutnya peneliti akan membantu mengisi
lembar kuesioner sesuai jawaban dari lansia
E. Pengolahan Data
1. Editing adalah kegiatan pengoreksian data dari responden pada kuisioner yang telah
diisi,dan apakah sudah sesuai dengan petunjuk pengisian menjadi kelengkapan jawaban
pada kuesoner.
2. Coding yaitu memberikan kode pada setiap data yang ada, bertujuan memudahkan
dalam menganalisa data.
3. Skoring yaitu memberikan skor atau bobot penilaian dari jawaban yang telah diisi oleh
responden
4. Tabulating yaitu mengisi data-data kedalam tabel distribusi frekuensi setelah dilakukan
perhitungan secara manual.
F. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara analis deskriptif berupa distribusi frekuensi.
Rumus skoring : X =
X K
Keterangan :
x: Nilai persentase yang diperoleh
a: Jumlah pertanyaan
b: jumlah jawaban
K: konstanta (100%) (Arikunto,2006)
G. Penyajian Data
Data yang sudah diolah disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
yang dipersentasikan dan diuraikan secara narasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Puskesmas Wua-wua
Puskesmas Wua-wua merupakan puskesmas induk non perawatan yang definitive
berdiri sejak 1 mei 2009 di atas lahan seluas 1703 m2 (26 m x 65 m) yang terletak
tepat di belakang kantor camat Wua-wua, jalan anawai kelurahan anawai atau kurang
lebih 500 meter dari jalan Ahmad Yani poros lepo-lepo- bandara. Puskesmas dapat
dijangkau oleh masyarakat yang berdomisisli di kelurahan anawai dengan berjalan
kaki tetapi untuk masyarakat di dua kelurahan lainnyaharus menempuh perjalanan
yang lebih panjang yaitu dengan mobilangkutan umum kemudian harus dilanjutkan
dengan motor ojek.
Puskesmas ini adalah pemekaran puskesmas mekar. Kecamatan wua-wua
mempunyai 4 kelurahan tetapi wilayah kerja puskesmas hanya mencakup 3 kelurahan
yaitu:
a. Kelurahan anawai dengan luas wilayah 3 km2
b. Kelurahan wua-wua dengan luas wilayah 5,89 km2
c. Kelurahan mataiwoi dengan luas wilayah 3,2 km2
Puskesmas wua-wua terdapat pula posyandu lansia, yaitu:
a. Posyandu lansia Ar Rahmat di kelurahan Wua-wua
b. Posyandu lansia anawai di kelurahan anawai
c. Posyandu lansia mataiwoi di kelurahan mataiwoi
Batas wilayah kerja puskesmas wua-wua yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan bonggoeya
b. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan kambu
c. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan baruga
d. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan puuwatu
2. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang merupakan SDM di Wilayah kerja Puskesmas Wua-
wua tahun 2017 di tunjukkan dalam tabel berikut :
Tabel 5.1 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Wua-wua Tahun
2017
NO Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesmas/Umum 9
4 Sarjana Keperawatan 2
5 DIII Keperwatan 10
6 DIII Kebidanan 10
7 DIII Kesehatan Gigi 2
8 DIII Kesling 1`
9 DIII Gizi 4
10 DIII Farmasi 0
11 Perawat/Spk 3
12 D I bidan 2
13 D I keperawatan 1
14 SMF 2
15 SPAG 1
16 SMA 5
JUMLAH 61
Sumber : Data Primer Diolah Juni 2017
3. Gambaran Umum Posyandu Ar Rahmat
Posyandu lansia Ar Rahmat merupakan salah satu posyandu lansia yang berada
dalam wilayah kerja Puskesmas Wua-wua.Posyandu Ar Rahmat terletak di
Kelurahan Wua-Wua, tepatnya di Jalan Durian.Wilayah kerja posyandu Ar Rahmat
yaitu seluruh kelurahan wua-wua.Petugas kesehatan Posyandu Ar Rahmat
Berjumlah 4 orang dan kader posyandu berjumlah 6 orang.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Ar Rahmat Puskesmas Wuaa-Wua Kota
Kendari sejak 18 JUNI 2017, diperoleh sampel sebanyak 54 Lansia. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan desain penelitian deskriptif survey, selengkapnya diuraikan
sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia di
Posyandu Ar Rahmat Puskesma Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017
NO Jenis Kelamin F %
1 Laki-laki 16 29,6
2 Perempuan 38 70,3
Jumlah 54 100
Sumber : Data Primer Diolah Juni 2017
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 54 responden, diperoleh frekuensi
tertinggi yaitu perempuan sebanyak 38 lansia (70,3%), dan terendah laki-laki sebanyak 16
lansia (29,6%)
b. Umur Responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Lansia di
Posyandu Ar Rahmat Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017
No Umur Lansia F %
1 60-74 45 83,3
2 75-90 9 16,6
3 >90 0 0
JUMLAH 54 100
Sumber : Data Primer Diolah Juni 2017
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 54 responden lansia, diperoleh frekuensi
tertinggi adalah umur 60-74 tahun (83,3%) dan frekuensi terendah umur 75-90 tahun
sebanyak 9 (16,6%) orang lansia.
c. Pendidikan Responden
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Lansia di
Posyandu Ar Rahmat Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017
No Pendidikan F %
1 Tidak Sekolah 13 24,0
2 SD 32 59,2
3 SMP 3 5,5
4 SMA 6 11,1
Jumlah (n) 54 100
Sumber : Data Primer Diolah Juni 2017
Berdasarkan tabel 5.4 Menunjukkan bahwa dari 54 responden lansia, diperoleh frekuensi
tertinggi adalah SD sebanyak 32 lansia (59,2%) dan frekuensi terendah adalah SMP sebanyak 3
lansia (11,1%)
3. Variabel Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Posyandu lansia Puskesmas Wua-wua Kota Kendari
Tahun 2017,dengan jumlah sampel 54 lansia dengan hasil penelitian untuk lebih jelasnya dapat
di jabarkan sebagai berikut :
a. Pengaruh Faktor peran kader terhadap kunjungan responden
Faktor peran kader yang mempengaruhi kunjungan responden ke Posyandu dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Faktor Peran Kader Terhadap Kunjungan Lansia
Ke Posyandu Lansia
NO
FAKTOR PERAN
KADER
KUNJUNGAN JUMLAH
BAIK KURANG
f % F % F %
1
Mempengaruhi
0 0 0 0 0 0
2
Tidak
mempengaruhi
10 18,5 44 81,4 54 100
54 100
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 54 orang responden (100%) tidak
menyatakan bahwa faktor peran kader tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia.
Dari 54 responden tersebut sebagian besar memiliki angka kunjungan paling kurang yaitu 44
orang (81,4%)dan terdapat 10 orang (18,5%) yang memiliki kunjungan yang baik.
b. Pengaruh Faktor Jarak terhadap kunjungan responden
Faktor Jarak yang mempengaruhi kunjungan responden ke Posyandu dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Jarak Terhadap Kunjungan Lansia Ke
Posyandu Lansia
NO
FAKTOR
JARAK
KUNJUNGAN JUMLAH
BAIK KURANG
f % F % F %
1
Mempengaruhi
(>3 km)
7 12,9 5 9,2 12 22,2
2
Tidak
mempengaruhi
(≤3km)
3
55,5
39
72,2
42
77,7
54 100
Pada tabel 5.6 diatas terdapat data pada 12 responden yang memiliki jarak rumah ke
Posyandu >3 km, terdapat 7 (12,9%) responden yang memiliki kunjungan yang baik ke
posyandu. Dan terdapat 5 (9,2%) orang yang masih kurang kunjungannya. Pada 42 (77,7%)
responden yang jarak rumah ke Posyandu lansia ≤3 km,terdapat 39 (72,2%) orang yang masih
memiliki kunjungan yang kurang. Dan terdapat 3 (55,5%) orang yang memiliki kunjungan yang
baik.
c. Pengaruh Faktor Dukungan Keluarga terhadap kunjungan responden
Faktor Dukungan Kelurga yang mempengaruhi kunjungan responden ke Posyandu dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Lansia
Ke Posyandu Lansia
N
O
FAKTOR
DUKUNGAN
KELUARGA
KUNJUNGAN JUMLAH
BAIK KURANG
f % f % F %
1
(kurang)
mempengaruhi
10 18,5 44 81,4 54 100
2
(baik)
tidak
mempengaruhi
0
0
0
0
0
0
54 100
Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 54 responden (100%) yangi memiliki
dukungan keluarga, kurang atau mempengaruhi kunjungan, didapatkan 44 orang mempunyai
kunjungan kurang (81,4%) dan didapatkan 10 orang yang memiliki kunjungan yang baik
(18,5%).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2015 di
Posyandu Lansia Puskesmas Wua-wua Kota Kendari didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Faktor Peran Kader terhadap kunjungan lansia ke Posyandu Lansia Puskesmas Wua-wua
Kota Kendari Tahun 2017 .
Berdasarkan hasil penelitian menunjuukan bahwa 54 orang responden (100%)
menyatakan bahwa faktor peran kader tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu
lansia. Akan tetapi meskipun peran kader tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu
lansia ada sebagian lansia yang jumlah kunjungannya masih sangat rendah yakni 44 (81,4%)
orang lansia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan lansia, karena lansia tersebut
kebanyakan lulusan SD maka tingkat pengetahuannya sangat rendah hal tersebut di dukung oleh
teori Notoatmodjo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Menurut Wied Hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut
pula menentukkan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula
pengetahuannya.
Tinkat pendidikan juga mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide
dan teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah
mengambil keputusan dan bertindak.
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu,kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu fase belajar yang berarti
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah dewasa yang
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan
merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh seseorang.
2. Faktor Jarak terhadap kunjungan lansia ke Posyandu Lansia Puskesmas Wua-wua Kota
Kendari Tahun 2017 .
Berdasarkan hasil penelitian terdapat data pada 12 responden yang memiliki jarak rumah
ke Posyandu >3 km, terdapat 7 (12,9%) responden yang memiliki kunjungan yang baik ke
posyandu. Dan terdapat 5 (9,2%) orang yang masih kurang kunjungannya. Pada 42 (77,7%)
responden yang jarak rumah ke Posyandu lansia ≤3 km,terdapat 39 (72,2%) orang yang masih
memiliki kunjungan yang kurang. Dan terdapat 3 (55,5%) orang yang memiliki kunjungan yang
baik. Terdapat 39 (72,2%) lansia yang jarak rumah nya ≤3 km akan tetapi masih memiliki
kunjungan yang kurang hal tersebut di sebabkan oleh faktor dukungan keluarga. Dukungan
keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan suatu masalah.
Apabila ada dukungan,maka rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi
masalah yang akan terjadi akan meningkat (Tamber dan Noorkasiani,2009).
Menurut Friedman (2013),dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus menerus
disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang
berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.
Dukungan keluarga adalah sikap,tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lansia.Sampai
sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
anak/keluarga segan untuk melakukan hal ini.Menempatkan lansia di panti werda merupakan
alternatif terakhir. Martabat lansia dalam keluarga dan keakraban hidup kekeluargaan di dunia
timur seperti yang kita rasakan perlu untuk dipertahankan dari segi negatif,penghargaan kepada
orang tua ini yang sering dijumpai berupa over protectif (Hodkinson,1976). Dukungan dari
keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah.Apabila
ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang
terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen,1995).
3. Faktor Dukungan Keluarga terhadap kunjungan lansia ke Posyandu Lansia Puskesmas Wua-wua
Kota Kendari Tahun 2017 .
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 54(100%) responden terdapat 54
(100%) lansia yang menyatakan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi kunjungan lansia ke
Posyandu lansia. Akan tetapi meskipun dukungan keluarga sangat kurang ada beberapa lansia
yakni terdapat 10 orang lansia yang jumlah kunjungan nya baik hal tersebut di sebabkan oleh
faktor usia, karena usia responden sebagian besar berumur 60-74 tahun disamping kondisi fisik
yang masih terbilang lebih kuat dan ingatan masih sangat kuat pula dibandingkan lansia-lansia
yang usianya lebih dari 60-74 tahun pernyataan tersebut didukung oleh teori (Fatimah,2010).
Secara umum seorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun,tetapi definisi ini
sangat bervariasi tergantung dari aspek social budaya, fisiologis, dan kronologis (Fatimah,2010
dalam Elmi Noviana 2014).
Manusia lanjut usia adalah seorang yang karna usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan, dan social. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termaksud kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia usia lanjut perlu
mendapatkan perhatian kh usus dengan tetap dipelihara dan ditinggikan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (UU kesehatan No. 23 Tahun 1992, pasal19 ayat 1 dalam Elmi
Noviana, 2014).
Lanjut usia adalah seorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
Sebenarnya lanjut usia merupakan suatu prose salami yang tidak dapat ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Umur manusia sebagai mahluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam. Umur
manusia maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai remaja (6 x 20 tahun = 120 tahun).
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup yang
terakhir, yang pada masa ini seorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan social sedikit
demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari hari lagi sehingga bagi kebanyakan
orang masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (Undang-undang No.4 tahun
1965) dalam sri jayanti (2010).
Di Indonesia pemerintah dan lembaga-lembaga pengelolah lansia, member patokan
bahwa mereka yang disebut lansia adalah yang telah mencapai usia 60 tahun yang dinyatakan
dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun di Negara maju diberi patokan yang lebih spesifik
yaitu : 65-75 tahun disebut old, 76-90 tahun disebut middle old dan 90 tahun ke atas disebut
veryold (W.M roan, 1990).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di puskesmas Wua-wua Kota Kendari” dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kunjungan Lansia Ke Posyadu Lansia Berdasarkan Faktor Peran Kader Di
Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 54 orang
responden (100%) tidak menyatakan bahwa faktor peran kader tidak mempengaruhi
kunjungan lansia ke posyandu lansia. Dari 54 responden tersebut sebagian besa
rmemiliki angka kunjungan paling kurang yaitu 44 orang (81,4%) dan terdapat 10
orang (18,5%) yang memiliki kunjungan yang baik. Dengan demikian faktor peran
kader tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia.
2. Kunjungan Lansia Ke Posyadu Lansia Berdasarkan Faktor Jarak Di Puskesmas Wua-
wua Kota Kendari Tahun 2017 terdapat data pada 12 responden yang memiliki jarak
rumah ke Posyandu >3 km, terdapat 7 (12,9%) responden yang memiliki kunjungan
yang baik ke posyandu. Dan terdapat 5 (9,2%) orang yang masih kurang
kunjungannya. Pada 42 (77,7%) responden yang jarak rumah ke Posyandu lansia ≤3
km, terdapat 39 (72,2%) orang yang masih memiliki kunjungan yang kurang. Dan
terdapat 3 (55,5%) orang yang memiliki kunjungan yang baik dengan demikian faktor
jarak tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia
3. Kunjungan Lansia Ke Posyadu Lansia Berdasarkan Faktor Dukungan Keluarga Di
Puskesmas Wua-wua Kota Kendari Tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 54
responden (100%) yang memiliki dukungan keluarga, kurang atau mempengaruhi
kunjungan, didapatkan 44 orang mempunyai kunjungan kurang (81,4%) dan
didapatkan 10 orang yang memiliki kunjungan yang baik (18,5%). Dengan demikian
faktor dukungan keluarga mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh, maka :
1. Diharapkan bagi instansi pendidikan khususnya Jurusan Keperawatan Politehknik
Kemenkes Kendari kiranya penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau
referensi tentang Posyandu Lansia.
2. Diharapkan bagi para lansia yang belum rutin berkunjung agar dapat memanftaankan
posyandu dan bagi yang telah rutin berkunjung agar tetap di pertahankan
3. Diharapkan bagi Puskesmas Wua-wua untuk terus mensosialisasikan tentang
Posyandu lansia, terutama tentang pentingnya pemanfaatan posyandu lansia. Baik
secara langsung di lapangan maupun melalui pemerintah kelurahan.
4. Diharapkan bagi peneliti untuk tetap mengembangkan pengetahuan tentang posyandu
lansia
5. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
gambaran awal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya, sehingga kedepan
akan ada hasil yang lebih baik dan dengan faktor-faktor yang lebih kompleks.
6.