karya ilmiah studi sistem pengaman saluran …

62
i KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP SURJA PETIR OLEH : IR. YANU PRAPTO SUDARMOJO, MT NIP. 19550103 198903 1 001 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

i

KARYA ILMIAH

STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN DISTRIBUSI

TEGANGAN MENENGAH 20 KV TERHADAP SURJA PETIR

OLEH :

IR. YANU PRAPTO SUDARMOJO, MT

NIP. 19550103 198903 1 001

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

ii

ABSTRAK

Penyulang Serangan merupakan saluran distribusi tegangan menengah 20kV yang bersumber dari gardu induk Pesanggaran dan melayani konsumen tenagalistrik di daerah Serangan dan sekitarnya. Penyulang Serangan sebagian besarmelewati daerah pesisir pantai. Menurut data yang diperoleh dari BMKG untukdaerah serangan, fenomena petir yang terjadi dengan jumlah sambaran maksimumperbulan mencapai lebih dari 6000 sambaran ke tanah dan lebih dari 1000sambaran ke awan. Berdasarkan data gangguan PLN Area Bali Selatan, sepanjangperiode tahun 2010 penyulang serangan mengalami 12 kali gangguan surja petiryang mengakibatkan penyulang padam (trip).

Mengurangi terjadinya gangguan terhadap penyulang dan mengurangikerusakan peralatan di saluran distribusi tegangan menengah yang diakibatkanoleh surja petir, maka pada penyulang serangan dipasanglah Kawat tanah padasaluran udara tegangan menengah yang dikombinasikan dengan lightning arresterdi sepanjang 12,45 km pada saluran udara tegangan menengah . Kawat tanahberfungsi sebagai pengaman utama dalam saluran distribusi tegangan menengahterhadap gangguan sambaran petir sedangkan lightning arrester berfungsi untukmelindungi jaringan dari gangguan sambaran petir apabila kawat tanah tersebutgagal dalam melindungi jaringan tersebut maka lightning arrester akan membackup kerja dari sistem kawat tanah tersebut untuk melindungi jaringan sistemdistribusi dari gangguan petir.

Hasil analisa terhadap pemasangan kawat tanah, menunjukkan terjadinyapenurunan jumlah sambaran petir dari 43 kali menjadi 28 kali sambaran denganmembentuk sudut lindung 55o . sehingga kontruksi tersebut dapat di katakanberhasil menurunkan jumlah gangguan petir dan dapat di aplikasikan pada systempenyulang yang mengalami sering mengalami gangguan

Kata kunci : Petir, Kawat tanah, Lightning Arrester

Page 3: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

iii

ABSTRACT

Feeders Serangan a distribution channel 20 kV medium voltagesubstations sourced from Pesanggaran and serve consumers of electricity in thearea and surrounding serangan. serangan feeders mostly through the coastalareas. According to data obtained from the BMKG, lightning phenomenon thatoccurs with the maximum number of strikes per month to more than 6000lightning to the ground and more than 1000 lightning to the cloud. Based on datadisturbance PLN Area South Bali, during the period of 2010 feeders Seranganexperienced 12 times lightning surge disturbances resulting feeders off (trip).

Reduce the occurrence of interruptions of feeders and reduce damage toequipment in medium voltage distribution lines caused by lightning on surjapenyulang dipasanglah Wire ground attacks on medium voltage air channelscombined with lightning arrester along 12,45 miles on air duct medium voltage.Ground wire serves as the main seat in medium voltage distribution channelsagainst disruption while lightning strikes lightning arrester serves to protect thenetwork from intrusion when lightning strikes the ground wire failed in protectingthe chain lightning arrester will memback up work from the ground wire system toprotect the system from tampering distribution chain lightning.

The analysis result of the ground, against the installation of wire showingthe decreasing the number of thunderbolt from 43 time to be 28 times struck withforming an angle conservation 55o. So that it can be constructed in say succeededin reducing the number of interference lightning and apply them to the system canbe in feeders who have often have been affected

Keywords: Lightning, Kawat tanah, Lightning Arrester

Page 4: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

iv

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Pengasih

dan Penyayang kami telah dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul :

“STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN DISTRIBUSI TEGANGAN

MENENGAH 20 KV TERHADAP SURJA PETIR

Penulisan Karya Ilmiah ini adalah untuk melengkapi pengisian BKD

(Beban Kerja Dosen) di lingkungan Univesitas Udayana pada semester Genap

tahun 2016-2017.

Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, Mei 2017

Penyusun.

Page 5: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRAK.................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR TABEL......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................... 2

1.5 Batasan Masalah...................................... ............................... 2

1.6 Sistematika Pembahasan.......................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terjadinya Sambaran petir........................................... 4

2.1.1 Berdasarkan arah sambaran........................................... 6

2.1.2 Gangguan Petir Sambaran Langsung ........................... 6

2.1.3 Gangguan Petir Sambaran Tak Langsung ..................... 7

2.2 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ........................ 8

2.2.1 Saluran Kabel Udara Tegangan Menegah (SKUTM) ... 8

2.2.2 Komponen utama jaringan distribusi saluran udara 20kV 9

2.2.3 Konstruksi Jaringan Distribusi Saluran Udara 20 kV . ... 10

2.2.4 Jarak Aman (savety distance ) ....................................... 14

2.3 Kawat Tanah ........................................................................... 15

2.3.1 Efektivitas perlindungan kawat tanah ........................... 16

2.3.2 Penangkapan kilat oleh saluran, jumlah sambaran danprobabilitas distribusi arus. ........................................ 16

Page 6: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

vi

2.3.3 Tegangan pada saluran akibat sambaran induksi ........... 17

2.3.4 Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Langsung

Saluran Udara Tegangan Menengah Dengan Kawat tanah 18

2.4 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi ................................ 19

2.4.1 Tahanan Jenis Tanah ..................................................... 20

2.5 Beberapa bentuk kontruksi Kawat Tanah Jaringan 20kV....... 20

BAB III METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 24

3.2 Data ......................................................................................... 24

3.2.1 Sumber data ................................................................... 24

3.2.2 Jenis data ....................................................................... 24

3.2.3 Teknik pengumpulan data ............................................. 24

3.3 Analisis Data ........................................................................... 25

3.4 Alur Analisis ........................................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Geografis Serangan ................................................................. 27

4.2 Indikasi Petir Pada Penyulang ............................................... 29

4.3 Kontruksi Saluran Distribusi .................................................. 29

4.4 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran InduksiSUTM Tanpa Kawat Tanah .................................................. 30

4.4.1 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat

Sambaran Induksi SUTM Dengan Ground Wire .. 32

4.4.2 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Kilat Yang TerjadiAkibat Sambaran Langsung Saluran Udara TeganganMenengah Tanpa Kawat Tanah.... ..................... ... 33

4.4.3 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat

Sambaran Langsung SUTM Dengan Kawat Tanah.... 34

4.4.4 Sudut lindung................................................ ........ 36

4.5 Kemampuan Hantar Arus (KHA)........................................... 39

4.6 Panjang Andongan Kawat....................................................... 40

Page 7: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

vii

4.7 Kontruksi Pembumian pada Penyulang Serangan .................. 40

4.7.1 Pengukuran tahanan pentanahan.................................... 42

4.8 Alat Pengaman Lightning Arrester ......................................... 43

4.8.1 Grafik Perlindungan Lightning Arrester Terhadap Surja 43

4.9 Pemilihan arrester sebagai pelindung petir ............................. 45

4.9.1 Menentukan tegangan pengenal arrester.................... 45

4.9.2 Menentukan arus pelepasan arrester ......................... 47

BAB V SIMPULAN

5.1 Simpulan ................................................................................. 49

5.2 Saran ....................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Muatan Sepanjang Tepi Awan Menginduksikan Muatan LawanPada Bumi ................................................................................ 6

Gambar 2.2 Lidah Petir Menjalar ke Arah Bumi......................................... 6

Gambar 2.3 Kilat Sambaran Balik dari Bumi ke Awan............................... 6

Gambar 2.4 Kumpulan Muatan yang Terjebak Pada Jaringan Listrik ........ 7

Gambar 2.5 Gelombang Tegangan Uji Impuls 1,2 x 50 Mikro Detik ......... 8

Gambar 2.6 Tipikal arah sambaran petir ..................................................... 9

Gambar 2.7 Petir yang Menyambar Kawat Tanah ...................................... 10

Gambar 2.8 Sudut sambaran ........................................................................ 12

Gambar 2.9 Konstruksi Sebuah Lightning Arrester .................................... 16

Gambar 2.10 Arrester type expulsion ............................................................ 16

Gambar 2.11 Kontruksi kawat tanah ............................................................. 17

Gambar 2.12 beberapa teori tentang zona proteksi lightning conductor ....... 18

Gambar 2.13 Daerah Proteksi Dengan Menggunakan 1 Buah Kawat tanah . 19

Gambar 2.14 Lebar bayang-bayang listrik saluran udara dengan satu kawat tanah(b = 0) W = Lebar bayang-bayang listrik................................. 20

Gambar 2.15 Macam-macam Alat Pentanahan ............................................. 25

Gambar 2.16 Representasi Kapasitansi ......................................................... 30

Gambar 4.1 Pulau serangan ......................................................................... 33

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Sambaran Petir Negative Tahun 2010 ....... 34

Gambar 4.3 Kontruksi pemasangan kawat tanah pada daerah Serangan..... 36

Gambar 4.4 Kontruksi pemasangan kawat tanah pada daerah kapal........... 42

Gambar 4.5 Kontruksi pemasangan kawat tanah pada daerah kapal........... 49

Gambar 4.11 Pemasangan elektroda secara paralel dalam sistem pembumian dipenyulang Serangan ................................................................. 59

Gambar 4.12 Kontruksi tiang dengan arrester di penyulang serangan .......... 60

Gambar 4.13 Gelombang surja dan pemotongan gelombang surja oleh arrester 61

Gambar 4.14 Grafik perlindungan sistem tenaga listrik ................................ 62

Page 9: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

ix

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Penempatan terminasi-udara sesuai dengan tingkat proteksi . 11

Tabel 2.2 Nilai Resistivitas Tanah menurut pasal 320 – 1 PUIL 1987 .. 26

Tabel 2.3 Efek temperature terhadap resistivitas tanah .......................... 27

Tabel 2.4 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditanam ditanah ....................................................................................... 28

Tabel 2.5 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda ditanam di tanah................................................................................................ 28

Tabel 4.1 Gangguan petir di penyulang Serangan tahun 2010 ............... 34

Tabel 4.3 Spesifikasi Menara Transmisi SUTM 20 Kv penyulang serangan................................................................................................ 35

Tabel 4.4 Jumlah gangguan sambaran langsung pada jaringan teganganmenengah yang dipasang kawat tanah .................................... 47

Tabel 4.5 Karakteristik Arrester ............................................................. 54

Tabel 4.6 Perhitungan tegangan terminal LA......................................... 55

Tabel 4.7 Tegangan maksimum sparking impuls ................................... 55

Tabel 4.8 Tegangan kerja arrester........................................................... 56

Tabel 4.9 Arus pelepasan lightning arrester ........................................... 56

Tabel 4.10 Faktor perlindungan arrester................................................... 57

Page 10: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surja petir adalah gejala tegangan lebih transien yang mempunyai

amplitudo sangat besar, dan berlangsung sangat singkat. Tegangan lebih tersebut

dapat merusak peralatan isolasi serta komponen-komponen dalam sistem tenaga

listrik, jika magnitude tegangannya melebihi BIL (Basic Insulation Level)

peralatan. Gangguan petir banyyak terjadi pada saluran udara distribusi tegangan

menengah, sambaran petir dapat berupa sambaran langsung dan sambaran tak

langsung

Dari hasil data BMKG untuk daerah Serangan Petir yang terjadi dengan

jumlah sambaran maksimum perbulan mencapai lebih dari 6000 sambaran ke

tanah dan lebih dari 1000 sambaran ke awan.

Pulau serangan merupakan salah satu objek wisata di bali yang memiliki

suasana desa pesisir. oleh karenanya penyediaan tenaga listrik harus memiliki

keandalan dan kualitas yang baik, sejalan dengan perkembangan perekonomian

yang terus meningkat sesuai dengan kemajuan pembangunan dan perkembangan

pariwisata

Penyulang Serangan bersumber dari Gardu Induk Pesanggaran dan

melayani konsumen tenaga listrik di daerah Pulau Serangan dan sekitarnya.

Berdasarkan data gangguan PT.PLN ( PERSERO ) Area Jaringsn Bali Selatan,

Penyulang Serangan merupakan penyulang yang sering mengalami gangguan

(trip) akibat dari sambaran surja petir. Sepanjang periode tahun 2010 penyulang

Serangan mengalami 12 kali gangguan surja petir yang mengakibatkan penyulang

akan padam (trip). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dipasanglah kawat

tanah yang di kombinasikan dengan arrester sepanjang 12,45 km.

Page 11: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut di atas, dalam Karya Ilmiah ini dapat

dirumuskan masalahnya yaitu bagaimana Pengaruh Sistem Pengaman ( Kawat

Tanah dan Arrester ) sebagai Sistem Pengaman pada Saluran/Penyulang Serangan

.1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Sistem

Pengaman berupa ( Kawat Tanah dan Arrester ) pada Penyulang Serangan .

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari Karya Ilmiah ini adalah diharapkan

pemasangan kawat tanah dan arrester dapat mengurangi terjadinya gangguan

penyulang trip, mengurangi kerusakan peralatan di saluran distribusi tegangan

menengah, dan juga dapat menjadi acuan untuk di aplikasikan pada penyulang

yang rawan gangguan surja petir lainnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang ada, maka akan dibahas

permasalahannya sebagai berikut :

1. Analisis yang dilakukan adalah pengaruh gangguan yang terjadi pada

pemasangan kawat tanah dan arrester pada penyulang Serangan sehingga

dapat mengurangi terjadinya gangguan pada penyulang trip, mengurangi

kerusakan peralatan pada SUTM dan SKUTM 20 kV di sepanjang

penyulang Serangan.

2. Asumsi tahanan pentahan ( 2 - 5Ω ) pada tiang yang di ke tanahkan

sepanjang penyulang serangan

1.6 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisikan latar belakang tentang pengaruh pemasangan dan sudut

pengaman pemasangan kawat tanah yang di kombinasikan dengan

arrester di penyulang Serangan .dapat mengurangi terjadinya

Page 12: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

3

gangguan penyulang trip, mengurangi kerusakan peralatan di

saluran distribusi tegangan menengah, rumusan masalah, tujuan,

manfaat, batasan masalah, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Memaparkan tentang teori penunjang yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas antara lain sistem tenaga listrik, sistem

jaringan distribusi, sistem konstruksi jaringan distribusi 20 kV,

gangguan petir, sistem pengaman jaringan distribusi primer, sistem

pentanahan, kawat tanah, dan sudut pengaman pemasangan kawat

tanah

BAB III : Metode

Berisikan waktu dan tempat penelitian, sumber data, jenis data

yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, analisis data, dan alur

analisis yang digunakan.

BAB IV : Pembahasan

Berisikan pembahasan mengenai dampak gangguan surja petir,

pengaruh pemasangan kawat tanah dan kinerja lightning arrester

pada penyulang Serangan

BAB V : Penutup

Berisikan simpulan dari hasil pembahasan dan saran yang dapat

diberikan.

Page 13: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terjadinya Sambaran petir

Petir merupakan kejadian alam karena terjadi loncatan muatan listrik

antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan

mengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan

permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan

temperatur bagian bawah sekitar 60° F dan tbagian atas sekitar - 60° F. sehingga

akan terjadi kristal-kristal es., kristal es tersebut saling bertumbukan sehingga

terpisahkan muatan positif dan muatan negatif menyebabkan terjadinya petir. Bila

muatan di dalam awan bertambah besar, maka muatan induksi pun makin besar

pula sehingga beda potensial antara awan dengan bumi juga makin besar.

Kejadian ini diikuti pelopor menurun dari awan dan diikuti pula dengan adanya

pelopor menaik dari bumi yang mendekati pelopor menurun. Panjang kanal petir

rata-rata 5 km. Kecepatan pelopor menurun dari awan bisa mencapai 3 % dari

kecepatan cahaya. Sedangkan kecepatan pelepasan muatan balik mencapai 10 %

dari kecepatan cahaya.

Keterangan gambar 2.1 proses terjadinya petir:

a. Terjadinya pengumpulan muatan ion negative pada dasar awan yang

menginduksi ion positif di bumi.

b. Ketika beda potensial antara awan dan bumi mencapai batasnya, maka bagian

yang bermuatan yang biasa disebut leader stroke akan bergerak dari awan ke

bumi.

Page 14: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

5

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Petir

(Sumber : Hutauruk, 1988)

c. Leader stroke ini mempunyai kecepatan antara 105 – 2 x 105 m/s dan bergerak

zigzag. Ketika leader stroke mencapai bumi akan terjadi sambaran balik atau

biasa disebut return stroke yang mempunyai kecepatan sekitar 108 m/s dan

berlangsung sekitar 100 μs. Return stroke bergerak dalam pola yang sama

dengan leader stroke dari bumi ke awan. Koneksi antara bumi dan awan akan

menyebabkan terjadinya pelepasan muatan. Pelepasan muatan inilah yang

sering kita sebut dengan petir.

d. Awan akan menginduksi muatan positif dari bumi pada salah satu kutubnya.

e. Sekitar 40 μs setelah return stroke, sambaran susulan disebut leader mungkin

akan menyambar dengan pola yang sama dengan sambaran pertama. Dart

Page 15: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

6

leader ini jauh lebih cepat dan tidak bercabang. Terjadi karena perbedaan

potensial antara dua kutub bermuatan di awan.

f. Setelah dart leader mencapai bumi maka akan terjadi lagi return stroke.

Proses ini dapat berulang beberapa kali.

2.1.1 Gelombang impuls petir

Sambaran petir yang menyambar saluran menimbulkan gelombang

berjalan pada kawat saluran. Rambatan surja terdiri dari surja tegangan dan surja

arus dengan kecepatan yang bergantung pada konstanta kawat. Pada saat surja

mencapai titik peralihan akan terjadi kenaikan pada gelombang tersebut sehingga

terdapat sedikit perbedaan dengan gelombang asal. Bentuk gelombang berjalan

dengan nilai sesaat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2 Gelombang Impuls

(Sumber : Hutauruk, 1989)

2.1.2 Gangguan Petir Sambaran Langsung

Yang dimaksud dengan sambaran langsung yang menyambar langsung

pada kawat fasa Pada saluran udara tegangan menengah yang dilengkapi kawat

tanah diasumsikan tidak ada kegagalan pengamanan. Asumsi ini dapat dibenarkan

karena tinggi dari kawat tanah 10 sampai l3 meter dengan sudut perisaian yang

biasanya < 60° dapat dianggap semua sambaran petir mengenai kawat tanah.

Page 16: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

7

Panjang gawang saluran rata-rata 50 meter. Pada saluran tanpa sistem

kawat tanah semua sambaran petir dianggap terjadi pada kawat fasa, di mana

pengetanahan dilakukan pada jarak 3 sampai 4 gawang, semua sambaran petir

dianggap terjadi pada tiang atau dekat tiang, baik pada tiang yang diketanahkan

maupun pada tiang yang tidak diketanahkan dengan perbandingan yang sama.

Pada waktu petir menyambar sistem kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus

yang besar dan sepasang gelombang merambat pada kawat. Besarnya arus atau

tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus petir, waktu muka, dan

jenis tiang saluran.. Makin tinggi tegangan sistem, makin tinggi tiangnya, dan

makin besar jumlah sambaran ke saluran itu.

2.1.3 Gangguan Petir Sambaran Tak Langsung

Bila terjadi sambaran petir ke tanah di dekat saluran, terjadi fenomena

transien diakibatkan medan elektromagnetis dari kanal petir..Akibatnya timbul

tegangan lebih dan gelombang berjalan pada kedua kawat. Fenomena transien

pada kawat berlangsung di bawah pengaruh gaya yang memaksa muatan bergerak

sepanjang hantaran., transien dapat terjadi di bawah pengaruh komponen vektor

kuat medan berarah sejajar dengan arah penghantar. Jadi bila komponen vector

dari kuat medan berarah vertikal, tidak akan menimbulkan fenomena transien

Menurut A.Haddad dan D.F. Warne Sambaran petir yang terjadi pada

tiang akan membentuk suatu sudut sambaran , sehingga pembacaan konsep sudut

Gambar 2.3 sudut sambaran

( sumber: A.Haddad and D.F. Warne)

Page 17: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

8

akan memiliki validitas yang baik. Dengan sebuah model Fractal dari aktifitas

sambaran petir telah menunjukkan bahwa 95 % sambaran akan terjadi dalam

sudut 53o( sumber: A.Haddad and D.F. Warne)

2.2 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran Udara Tegangan Menengah adalah konstruksi termurah untuk

penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak

digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di

Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang

ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton.

Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan

faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman

minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase

atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia.

Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila

penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half

insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan

terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi

resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.

2.2.1 Saluran Kabel Udara Tegangan Menegah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga

listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada

konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga

digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi

penghantar tiap fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat

kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang

beton penopangnnya.

Kabel udara yang biasa digunakan pada konstruksi ini adalah MVTIC.

MVTIC (Medium Voltage Twisted Insulated Cable) adalah kabel pilin udara

berisolasi XLPE dan berselubung PVC berpenggantungan kawat baja dengan

tegangan pengenal 12/20 ( 24) kV, untuk instalasi tetap di atas tanah

Page 18: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

9

penghantarnya terdiri dari kawat yang dipilin bulat di padatkan terbuat dari

aluminium.

Kabel MVTIC banyak digunakan karena memiliki kelebihan dari jenis

konduktor SUTM karena lebih aman dari gangguan dari luar. Tetapi SKUTM

perlu penanganan khusus saat proses jointing dan terminathing karena rentan akan

gangguan apabila kurang teliti saat pemasangannya. Cepatnya pertumbuhan beban

menjadi pertimbangan pula pemasangan kabel jenis ini karena pemeliharaan atau

modifikasi jaringan sulit dilakukan dalam kondisi on line atau tanpa pemadaman.

Jenis kabel MVTIC banyak digunakan sebagai express fiedder dari suatu system

distribusi spindle atau jaringan yang berdekatan dengan bangunan atau perlakuan

khusus lainnya.

2.2.2 Komponen utama jaringan distribusi saluran udara 20 kV

a. Tiang Listrik

Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk

gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi

jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan

pemakaian sistem saluran bawah tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik

biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil diameternya, jadi tiang bawah

mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang

beton.

Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor

mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban

penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik menurut

kegunaanya :

Tiang awal / akhir

Tiang penyangga

Tiang sudut

Tiang Peregang / tiang tarik

Tiang Topang

Page 19: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

10

b. Cross Arm (Lengan Tiang)

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu

dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang

pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan

baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga

isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk

membuat lubang-lubang baut.

c. Isolator

Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau

Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM

adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir

dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang penyangga.

d. Penghantar (konduktor)

Penghantar atau konduktor merupakan penyalur arus listrik dari trafo daya

pada gardu induk ke konsumen. Konduktor umumnya terbuat dari bahan tembaga,

aluminium dan aluminium campuran. Khusus untuk distribusi umumnya

digunakan All-Aluminium Conductor (AAC), All-Aluminium-Alloy Conductor

(AAAC), Aluminium Conductor Steel Reinforced (ASCR) dan Alluminium-

Conductor Alloy Reinforced (ACAR). Dilihat dari bentuk penampangnya,

konduktor terdiri atas batangan, kawat pilin, konduktor berongga, dan konduktor

berkas. Untuk kabel udara biasanya menggunakan twisted kabel (MVTIC)

.

2.2.3 Konstruksi Jaringan Distribusi Saluran Udara 20 kV

Konstruksi pada jaringan distribusi saluran udara disesuaikan dengan

kondisi geografis dari lokasi saluran distribusi tersebut dan juga material yang

digunakan harus sesuai dengan kontruksi jaringan. Material utama yang

digunakan pada saluran udara adalah tiang.Berikut jenis material dan konstruksi

yang digunakan. :

Page 20: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

11

1. Konstruksi Elektroda Pembumian

a. Elektroda pembumian ditanam 0,3 meter dari titik tanam tiang atau dari sisi

luar fondasi.

b. Terminal sambungan dengan penghantar pembumian disambung 0,2 meter

dibawah permukaan tanah.

c. Sambungan dilakukan dengan mur baut anti korosif / anti karat.

d. Nilai pentanahan dari electrode pembumian maksimal 5 ohm

2. Konstruksi Lightning Arrester

Lightning arrester berfungsi melindungi peralatan listrik terhadap

tegangan lebih akibat surja petir dan surja hubung serta mengalirkan arus surja ke

tanah.Penempatan lightning arrester pada SUTM dilaksanakan sebagai berikut.

Lightning arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada

ujungujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran cabang.

Jarak antara lightning arrester yang satu dengan yang lain tidak boleh melebihi

1000 meter dan di daerah yang berpotensi banyak petir berjarak tidak boleh

melebihi 500 meter. Jika terdapat kabel tanah sebagai bagian dari sistem, lightning

arrester sebaiknya dipasang pada ujung kabel dan dipasangpada tiap kawat fasa.

a. Arus pengenal arrester pada tiang ujung, memakai arrester 10 kA.

b. Arus pengenal pada tiang tengah, memakai arrester 5 KA

Lightning arrester dilengkapi dengan:

Sela bola api (Spark gap)

Tahanan kran atau tahanan tidak linier (valve resistor)

Sistem pengaturan atau pembagian tegangan (grading system)

Beberapa jenis lightning arrester, antara lain:

a) Type expulsion: terdiri dari dua elektroda dan satu fibre tube. Tabung fibre

menghasilkan gas saat terjadi busur api dan menghembuskan busur api

kearah bawah. Setelah busur hilang maka arrester bersifat isolator kembali.

Jenis lightning arrester tabung ledak (expulsion) ini mempunyai

pengaman yang lebih baik, khususnya pada saluran yang mempunyai

tingkat gangguan yang rendah.

Page 21: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

12

b) Type Valve: bila tegangan surja petir menyambar jaringan dan dimana

terdapat lightning arrester terpasang maka seri gap akan mengalami

kegagalan mengakibatkan terjadi arus yang besar melalui tahanan kran

yang saat itu mempunyai nilai kecil. Bila tegangan telah normal kembali

maka tahanan kran mempunyai nilai besar sehingga busur api akan padam

pada saat tegangan susulan sama dengan nol.

3. Konstruksi Kawat Tanah

Konstruksi kawat tanah dipakai di daerah serangan, dipasang di atas

penghantar fasa.

4. Jenis Isolator Jaringan distribusi

Isolator yang digunakan untuk saluran distribusi tenaga listrik berdasarkan

fungsi dan konstruksinya dapat dibedakan sebagai berikut :

a . Isolator Jenis Pasak (pin type insulator).

Isolator jenis pasak (pin type insulator), terbuat dari bahan porselin

maupun bahan gelas yang dibentuk dalam bentuk kepingan dan bagian bawahnya

diberi suatu pasak (pin) yang terbuat dari bahan besi atau baja tempaan. Tiap

kepingan diikatkan oleh suatu bahan semen yang berkualitas baik. Kekuatan tarik

isolator jenis pasak ini lebih rendah bila dibandingkan dengan isolator jenis

gantung, karena kekuatan isolator jenis pasak ini ditentukan oleh kekuatan

pasaknya terhadap gaya tarikan kawat penghantar.

Isolator jenis pasak banyak digunakan karena :

a. lebih banyak jaringan dibuat lurus

b. sudut saluran dibuat kurang dari 15°

c. isolator jenis gantung lebih mahal dari isolator jenis pasak

d. konstruksi tiang dibuat dengan cross-arm (travers) lebih

menonjolkan ke laur sudut.

b. Isolator Jenis Pos (post type insulator).

Isolator jenis pos (post type insulator) , Dibandingkan dengan isolator

jenis pasak, isolator jenis pos ini lebih sederhana perencanaannya. Diameternya

lebih kecil dan tak menggunakan kepingan-kepingan seperti isolator jenis pasak.

Page 22: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

13

Terdapat lekukan-lekukan pada permukaannya untuk mengurangi hantaran yang

terjadi pada isolator. Makin tinggi tegangan isolasinya makin banyak lekukan-

lekukan tersebut.

Kekuatan mekanis isolator jenis pos ini lebih tinggi dibandingkan isolator jenis

pasak. Isolator jenis pos yang digunakan untuk jaringan distribusi 20 kV,

memiliki tegangan tembus sebesar 35 kV dengan kekuatan tarik (tensile strenght)

sebesar 5000 pon.

c. Isolator Jenis Gantung (suspension type insulator).

Saluran transmisi banyak sekali menggunakan isolator gantung ini. Karena

kekuatan mekanis isolator gantung ini lebih tinggi bila digandengkan, maka

banyak digunakan untuk menahan besarnya tarikan atau ketegangan kawat pada

tiang. (sumber: Daman Suswanto).

d. Kapasitansi isolator

Isolator memiliki elektroda yang terbuat dari bahan logam berupa besi atau

baja campuran sebagai tutup (cap) dan pasak (pin) yang dipisahkan oleh bahan

isolasi. Dimana tiap bahan isolasi mempunyai kemampuan untuk menahan

tegangan yang mengenainya tanpa menjadi rusak, yang disebut dengan kekuatan

dielektrikum. Apabila tegangan diterapkan pada isolator yang ideal di kedua

elektroda tersebut, maka dalam waktu singkat arusnya yang mengalir terhenti dan

didalam bahan isolasi terjadi suatu muatan (Q). Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan tegangan (V) diantara kedua elektroda. Besarnya muatan itu adalah :

Q = C.V ………………... 2.1

Dimana nilai kapasitas (C) tergantung pada nilai konstanta dielektrik dari suatu

bahan diantara elektroda . Untuk bahan isolasi porselin dan gelas nilai konstanta

dielektriknya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan isolasi yang lain.

Bandingkan konstanta dielektrik bahan-bahan di bawah ini.

Tabel 2.1 Nilai Konstanta Dilektrik Beberapa Bahan

Page 23: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

14

Selain nilai konstanta dielektrik yang mempengaruhi nilai kapasitansi, luas dan

tebalnya suatu bahan mempengaruhi juga nilai kapasitansi tersebut. Makin besar

volume suatu bahan makin bertambah tinggi muatannya, dan makin besar nilai

kapasitansinya yang ditentukan dengan persamaan.

d

AC

4 ………………... 2.2

Dimana :

C = kapasitansi (Farad)

ε = konstanta dilektrikum

A = luas permukaan bahan (m2)

d = diameter atau tebal bahan (m)

2.2.4 Jarak Aman (savety distance )

Jarak aman (savety distance ) untuk kontruksi JTM merupakan jarak

antara bagian aktif atau netral jaringan terhadap benda-benda di sekelilingnya baik

secara mekanis atau elektromagnetis yang tidak memberikan pengaruh yang

membahayakan .

Tabel 2.3 Jarak Aman (savety distance) sumber:PT PLN (Persero) Edisi 1 Tahun

2010

No Uraian Jarak aman

1. Terhadap permukaan jalan raya ≥ 6 meter

2. Balkon rumah ≥ 2,5 meter

3. Atap rumah ≥ 2 meter

4. Dinding bangunan ≥ 2,5 meter

5. Antena TV/radio,menara ≥ 2,5 meter

6. Pohon ≥2,5 meter

7. Lintasan Kereta Api ≥ 2 meter

8. Lintasan Jaringan listrik sangat rendah ≥ kabel tanah

Page 24: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

15

9. Under build TM-TM ≥ 1 meter

10. Under build TM - TR ≥ 1 meter

2.3 Kawat Tanah (Groundwire)

Kawat tanah (groundwire) adalah kawat untuk melindungi kawat fasa dari

sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa dengan sudut perlindungan

yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. Namun

jika petir menyambar dari samping maka akan mengakibatkan kawat fasa

tersambar dan menyebabkan gangguan.Kawat tanah atau kawat perisai pada

saluran distribusi ditempatkan di atas kawat–kawat fasa. Awalnya kawat tanah

dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap sambaran tidak langsung (sambaran

induksi) di sekitar kawat fasa distribusi. Akan tetapi dikemudian hari dari hasil-

hasil pengalaman dan teori, penyebab utama yang menimbulkan gangguan

distribusi tegangan menengah 20 kV adalah sambaran petir langsung.

Gambar 2.10 Daerah Proteksi dengan Menggunakan Sistem Kawat tanah

(Sumber: Hutahuruk, 1989)

penangkal petir mempunyai sudut pengamanan berkisar antara 250 hingga 550

dapat dilihat pada gambar. Dari gambar di atas, misalkan sistem kawat tanah

diletakkan setinggi h meter dari cross arm tiang tegangan menengah , Zona

proteksi sistem kawat tanah terletak di dalam daerah segitiga tersebut. Di dalam

zona tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung sehingga di daerah

tersebut kawat phasa dapat terlindungi.

Page 25: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

16

2.3.1 Efektivitas perlindungan kawat tanah

Efektivifitas perlidungan diharapkan mampu melindungi kawat fasa,

sehingga tidak terjadi sambaran petir langsung ke kawat fasa. Keefektipan

perlindungan kawat tanah bertambah baik jika kawat tanah semakin dekat dengan

kawat fasa. Untuk memperoleh perlindungan (perisaian) yang baik, harus

memenuhi persyaratan penting sebagai berikut:

1. Supaya petir tidak menyambar langsung kawat fasa maka jarak kawat tanah di

atas kawat fasa diatur sedemikian rupa.

2. Pada tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas

kawat fasa untuk mencegah terjadinya lompatan api karena tegangan pantulan

negatif dari dasar tiang yang kembali ke tengah gawang.

3. Saat petir menyambar tiang secara langsung, tidak terjadi flashover pada

isolator.

4. Tahanan kaki menara harus cukup kecil untuk menurunkan tegangan yang

dibebani isolator agar tidak terjadi lompatan api (flashover) pada isolator.

2.3.2 Penangkapan kilat oleh saluran, jumlah sambaran dan probabilitas

distribusi arus.

Suatu saluran di atas tanah dapat dikatakan membentuk bayang-bayang listrik

pada tanah yang berada di bawah saluran transmisi itu. Kilat yang biasanya

menyambar tanah di dalam bayang-bayang itu akan menyambar saluran sebagai

gantinya, sedang kilat di luar bayang-bayang itu sama sekali.tidak menyambar

saluran. Lebar bayang-bayang listrik atau disebut 'daerah perisaian'untuk suatu

saluran . Lebar bayang-bayang W adalah:

W = meter)h4+b( 1,09 ………………... 2.3

Dengan :

b = jarak pemisah antara kedua kawat tanah (meter, bila kawat tanah hanya

satu. b = 0)

h = tnggi rata-rata kawat tanah di atas tanah = ht -3

2andongan (meter).

Di luar daerah perisaian itu kilat dianggap menyambar langsung ke tanah, atau

disebut sambaran induksi.

Page 26: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

17

2.3.3 Tegangan pada saluran akibat sambaran induksi

Untuk dapat menghitung tegangan lebih pada saluran akibat sambaran

induksi terlebih dahulu harus diketahui medan elektromagnetis dari sambaran

kilat. Arus kilat pada tanah mempunyai waktu muka yang kecil dan ekor yang

panjang. Selama proses pelompatan kepala (stepped leader) suatu muatan 46

terdistribusi secara merata sepanjang kanal kilat (lightning channel). Kemudian

sambaran balik yang berupa surja arus dengan bentuk fungsi langkah

(steppedfunction) bergerak ke atas dengan kecepatan sama dengan kecepatan sinar

danmenetralkan muatan yang ada pada kanal kilat. Bila waktu muka dari arus

kilattidak diperhatikan, pendekatan ini dapat digunakan untuk bagian bawah

darikanal kilat, di mana variasi muatan dan kecepatan pada ketinggian di atas

permukaan tanah dapat diabaikan. ( T.S Hutahuruk, 1988)

Hubungan'antar arus Io dan muatan qo adalah:

Io= c qo ………………... 2.4Dengan :

Io = harga puncak arus kilat selama sambamn balik

c = kecepatan merambat sambaran balik

q0 = muatan listrik pada lintasan kilat per satuan panjang

Untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan oleh tegangan

induksi petir tanpa kawat tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus

berikut :

Vinduksi = kVy

hIZ 00 ………………... 2.5

Selanjutnya untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan

oleh tegangan induksi petir dengan kawat tanah dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut :

Vinduksi = iVh

h

ZR

Z

1

2

22

12 .2

1 ………………... 2.6

Menghitung pengaruh kawat tanah terhadap tegangan induksi diperkenalkan

Faktor Perisaian (FP) yang didefinisikan sebagai hasil bagi tegangan induksi

dengan kawat tanah. Kawat tanah ideal adalah kawat tanah yang mempunyai titik

pengetanahan pada setiap titik sepanjang kawat tanah sehingga potensialnya

Page 27: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

18

sepanjang kawat adalah nol. Pada kenyataannya tidak ada kawat ideal, jadi kawat

tanah itumempunyai beda tegangan tertentu terhadap tanah. Bila terdapat

groundwire dapat dihitung faktor perisaian sebagai berikut :

FP =

1

2

22

12 .2

1h

h

ZR

Z ………………... 2.7

Jumlah lompatan api adalah jumlah sambaran dikalikan probabilitas arus.yang

sama dengan atau melebihi arus Io yang dapat menimbulkan lompatan api, Jumlah

lompatan api (flashover) yang dapat terjadi adalah :

NFL = 30,6 IKL . FP. h%50

09,0%50 .510V

hV

e

………………... 2.8

2.3.4 Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Langsung Saluran

Udara Tegangan Menengah Dengan Groundwire

Untuk menghitung berapa tegangan puncak yang diakibatkan oleh

sambaran langsung dari petir, terlebih dahulu hitung impedansi surja tiang (Zt) dan

impedansi surja groundwire (Zg) :

Zt = 6090ln60

t

t

t

t

r

h

r

h………………... 2.9

Jadi tegangan puncak pada tiang yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :

Vt =tg

tg

zz

zz

2

.

………………... 2.10

Besar arus kilat minimum yang mengakibatkan lompatan api dapat dihitung

sebagai berikut :

I0 =thR

V

%50 ………………... 2.11

2.4 Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi

Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman

langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau

Page 28: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

19

kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan

jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan

lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan

sistem pentanahan. Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam

jaringan distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara

mentanahkan badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi

kegagalan isolasi, terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena

terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut. Agar sistem pentanahan dapat

bekerja secara efektif, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Daman

Suswanto) :

1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan personil dan

peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.

2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja

hubung (surge current)

3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi

tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas penampilan sepanjang umur peralatan

yang dilindungi.

4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanannya.

Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman adalah

sebagai berikut :

1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari instalasi

secara aman.

2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan

peralatan.

3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan tegangan

kejut

2.4.1 Tahanan Jenis TanahFaktor keseimbangan antara tahanan pengetanahan dan kapasitansi di

sekelilingnya adalah tahanan jenis tanah (ρ). Harga tahanan jenis tanah pada

daerah kedalaman yang terbatas tidaklah sama. Beberapa faktor yang

mempengaruhi tahanan jenis tanah yaitu:

Page 29: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

20

Tabel 2.4 tahanan jenis tanah (sumber: Daman Suswanto)

Jenis tanahTanahrawa

Tanahliat danladang

Pasirbasah

Kerikilbasah

Pasirkerikilkering

Tanahberbatu

Tahanan jenistanah (ohm)

30 100 200 500 1000 3000

2.5 Beberapa bentuk kontruksi kawat tanah jaringan 20kV

Konstruksi kawat tanah jaringan distribusi terdiri dari beberapa macam

bentuk seperti berikut :

Gambar 2.11 Pemasangan groundwire pada daerah sempidi

Page 30: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

21

Gambar 2.12 kontruksi Pemasangan Ground wire tipe segitiga

(Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Bali)

Gambar 2.13 Pemasangan groundwire pada daerah Sempidi

1,5 m

80cm 80cm

100cm

35cm

Besi siku-siku 50x50x5mm=360cm

Page 31: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

22

Gambar 2.14 Kontruksi pemasangan groundwire tipe UNP

(Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Bali)

Gambar 2.15 Pemasangan groundwire pada daerah Serangan

35cm

1,5 m

80cm 80cm

Page 32: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

23

Gambar 2.16 Kontruksi pemasangan groundwire tipe pipa galvanis

(Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Bali)

80cm 80cm

35cm

1,5m

Pipa galvanis 2 inchi

Page 33: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

24

BAB III

METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pulau Serangan dan PT PLN (Persero) Area Bali

Selatan dengan alamat di Jl. Panglima Besar Sudirman No. 2 Denpasar. Waktu

penelitian dilakukan dari bulan Juni 2011.

3.2 Data

3.2.1 Sumber data

Adapun data-data yang digunakan dalam analisis proposal tugas akhir ini

bersumber dari:

1. PT PLN (Persero) Area Bali Selatan

2. PT PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi

3. Buku-buku dan literature yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

dibahas.

3.2.2 Jenis data

Data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah data sekunder dengan

data-data sebagai berikut :

1. Diagram segaris dan kondisi sistem jaringan 20 kV penyulang Serangan yang

disuplai dari Gardu Induk Pesanggaran

2. Data spesifikasi, panjang dan jalur kawat tanah penyulang Serangan.

3. Data kontruksi pemasangan kawat tanah.

4. Data gangguan petir dan angin periode Januari 2010 – desember 2010 , data-

data yang berhubungan dengan kawat tanah di penyulang Serangan.

5. Data arrester sebagai pelindung dari sambaran petir

3.2.3 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan Tugas Akhir ini diperoleh

berdasarkan metode seperti berikut ini :

Page 34: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

25

1. Metode Observasi

Metode pengumpulan data dengan melakukan pencarian data yang

berhubungan dengan gangguan surja petir dan kawat tanah pada penyulang

Serangan.

2. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca literatur yang

berhubungan dengan gangguan surja petir dan kawat tanah.

3.3 Analisis Data

Data yang didapat dianalisis secara deskriptif dengan urutan sebagai

berikut :

1. Analisis jumlah gangguan petir di penyulang Serangan

2. Analisis pemasangan kawat tanah di penyulang Serangan

3. Analisis system pentanahan dan kontur tanah

4. Analisis pemasangan lightning arrester

24

Page 35: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

26

3.4 Alur Analisis

Gambar 3.1 Alur Analisis

Mulai

Selesai

- Analisa sambaran petir

- Analisa kontruksi groundwire

- Analisa system grounding 20kv

- Analisa pemasangan lightning arrester

Identifikasi masalah

Pengumpulan data:

1. Data sambaran petir

2. Data kontruksi kawat tanah

3. Data sudut pengaman kawat tanah

4. Data tahanan pentanahan

5. Data lightning arrester

Page 36: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Geografis Serangan

Secara geografis, Pulau Serangan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan,

Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Luasnya Pulau Serangan asli 111,9 ha.

Gambar 4.1 pulau serangan (Sumber: www.google.com)

Berdasarkan data yang di keluarkan oleh Stasiun Metereologi dan

geofisika (BMG) Pulau serangan merupakan daerah dekat pantai yang mempunyai

potensi petir yang sangat tinggi , sehingga memiliki kejadian sambaran petir

hampir terjadi sepanjang tahun. Pada daerah serangan memiliki proteksi sambaran

yang besar, jumlah sambaran maksimum perbulan mencapai lebih dari 6000

sambaran ke tanah dan lebih dari 1000 sambaran di awan. Pada Bulan Maret,

April, Mei, Juni , November dan Desember memiliki aktivitas petir yang tinggi

dalam kurun waktu setahun.

27

Page 37: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

28

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Sambaran Petir Negative Tahun 2010

berikut data dari PLN wilayah Denpasar diperoleh data gangguan petir

yang terjadi di wilayah Pulau serangan periode 2010

Tabel 4.1 Gangguan petir di penyulang Serangan tahun 2010

Nama Tgl_trip Jam_tripArus

(kA)Tgl_masuk Jam_masuk Lm Pdm

Serangan 2/10/20103:09:00

AM81 2/10/2010 3:11:27 AM 0:41:00

Serangan 4/10/20104:41:38

AM71 4/10/2010 4:43:55 AM 0:38:00

Serangan 2/12/201016:34:59

PM166 2/12/2010 4:37:34 PM 0:43:00

4.2 Indikasi Petir Pada Penyulang

Indikasi Gangguan yang disebabkan oleh petir pada penyulang dapat di

katakan gangguan tersebut diakibatkan oleh petir dapat dilihat dari relay yang

bekerja pada gardu induk . alat pengaman tersebut mengalami over current (arus

lebih) sehingga penyulang mengalami trip. Pada saat terjadi petir pengaman OCR

(over current relay) yang bekerja dengan membaca arus, dan kemudian akan

membuat keputusan trip / no trip berdasarkan nilai setting dan besarnya arus

kemudian GFR bekerja mentanahkan arus lebih yang terjadi akibat petir tersebut

Page 38: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

29

. Indikasi petir juga dapat di ketahui berdasarkan bukti di lapangan.

Misalnya isolator pecah, terbakar atau konduktor putus dan justifikasi petugas

lapangan yang mengamati bahwa gangguan terjadi sesaat setelah terjadi sambaran

petir atau terdengar guruh. Data ini menjadi akan lebih akurat apabila didukung

dengan data dari peralatan deteksi sambaran petir .

4.3 Kontruksi Saluran Distribusi

Konstruksi pada jaringan distribusi saluran udara disesuaikan dengan

kondisi geografis dari lokasi saluran distribusi tersebut dan juga material yang

digunakan harus sesuai dengan kontruksi jaringan. Material utama yang

digunakan pada saluran udara adalah tiang. Tiang berfungsi untuk menyangga

hantaran kabel dan material pendukung lainnya. Berikut spesifikasi tiang saluran

distribusi 20 kv

Tabel 4.3 Spesifikasi tiang saluran distribusi 20 Kv ( PT.PLN area bali

selatan)

DESCRIPTION SPESIFICATION

Panjang JTM

Panjang tiang

Diameter tiang

Jari-jari tiang

Jarak antar tiang

Tinggi kawat phasa (h)

Tinggi kawat tanah

Lebar tiang (b)

12,34 km

13-14 meter

216 - 165 mm

30- 45cm

30-50 meter

10,6 meter

12.45 meter

2 meter

Page 39: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

30

4.4 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran Induksi SUTM

Tanpa Kawat Tanah

Gambar 4.3 Kontruksi pemasangan groundwire pada daerah Serangan

(Sumber: PT PLN (Persero) Distribusi Bali)

Perhitungan lebar bayang-bayang listrik di bawah saluran atau disebut daerah

perisaian untuk saluran udara tegangan menengah tanpa kawat tanah dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

W =

= ( 1,8 + 4 × 10,61,09 )

= 44.2 meter

Gambar 4. 4 Daerah perisaian untuk saluran udara tegangan menengahtanpa kawat tanah

Page 40: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

31

Selanjutnya untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan

oleh tegangan induksi petir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Vinduksi = kVy

hIZ .. 00

=y

hI ..30 0

=30

6,10.20.30

= 212 kV

Probabilitas arus gangguan sambaran induksi yang demikian dapat diperoleh

sebagai berikut :

PIo =

h

yV

e.

1020%50

=

6,10

30.

1020

160

e

= 0,97

Jumlah lompatan api (flashover) yang dapat terjadi adalah :

NFL = 30,6 . IKL . h

= 30,6 . 100 . 11,9

= 138 kali per 100 km per tahun

Jadi besar gangguan kilat yang terjadi karena sambaran induksi adalah

Ni = 30,6 IKL h%50

.510

09,0%50

V

eh

V

× η

= 30,6 . 100 . 10,6160

09,06,10.510

160

ex 0,5

= 69 gangguan per 100 km per tahun

Page 41: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

32

4.4.1 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran Induksi

SUTM Dengan Ground Wire

Perhitungan lebar bayang-bayang di bawah saluran atau disebut daerah

perisaian untuk saluran udara tegangan menengah dengan groundwire dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Hutahuruk, T.S. 1988) :

W = meter)h4+b( 1,09

= ( 0 + 4 × 12,1 1,09 )

= 60,5 meter

Gambar 4.5 Daerah perisaian untuk saluran udara tegangan menengah dengan

kawat tanah

Selanjutnya untuk menghitung tegangan puncak atau Vmaks yang diakibatkan

oleh tegangan induksi petir dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

Vinduksi = Vih

h

ZR

Z

1

2

22

12

21

= 2126,10

1,12

50010.2

1501 x

= 79,5kV

Probabilitas arus gangguan sambaran induksi yang demikian dapat diperoleh

sebagai berikut :

PIo =

h

yV

e.

1020%30

=

1,12

30.

1020

160

e

= 0,68

Bila terdapat kawat tanah dapat dihitung faktor perisaian sebagai berikut

Page 42: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

33

FP =

1

2

22

12 .2

1h

h

ZR

Z

=

6,10

1,12.

5005.2

1501

= 0,7

Jumlah lompatan api (flashover) yang dapat terjadi adalah :

NFL = 30,6 IKL . FP. h%50

09,0%50 .510V

hV

e

= 30,6 . 100 . 0,65 . 12,45160

1,12.510

160 09,0

e

= 86 kali per 100 km per tahun

Jadi besar gangguan kilat yang terjadi karena sambaran induksi adalah

Ni = 30,6 IKL . FP . h xV

hFP

V

e

%50

..510

09,0%50

= 30,6 . 100 . 0,65 . 12,45 5,0160

09,045,12.65,0.510

160

xe

= 43 gangguan per 100 km per tahun

4.4.2 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Kilat Yang Terjadi Akibat

Sambaran Langsung Saluran Udara Tegangan Menengah Tanpa Kawat

Tanah

Besar arus kilat pada tempat sambaran dapat dihitung :

I = Io / 2

= 40 / 2

= 20 kA

Oleh karena itu besar tegangan yang timbul pada kawat adalah :

Vp = PZI

40

= 5004

40x

Page 43: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

34

= 5000 kV

Untuk menentukan probabilitas lompatan api, tegangan di atas akan dibandingkan

dengan kekuatan isolasi dari semua jalan yang mungkin dari lompatan api isolasi

saluran :

PFL =

.

.5,8%30

pZ

V

e

=

.

500.5,8

160

e

= 0,96

Jumlah sambaran kilat pada saluran :

NL = 0,015IKL ( b + 4h1,09 )

= 0,015 . 100 ( 1,8 + 4 . 10,61,09 )

= 81 sambaran per 100 km per tahun

Jumlah lompatan api (flasover) yang dapat menimbulkan api dapat dihitung

seperti berikut :

NFL = NL . PFL

= 81 × 0,96

= 77,76 lompatan api per 100 km per tahun

Selanjutnya bila probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api ( power

arc atau power follow ) η, maka jumlah gangguan adalah :

Nt = NFL . η

= 77,76 × 0,5

= 38,8 gangguan per 100 km per tahun

4.4.3 Perhitungan Kemungkinan Gangguan Akibat Sambaran Langsung

SUTM Dengan Kawat Tanah

Untuk menghitung berapa tegangan puncak yang diakibatkan oleh

sambaran langsung dari petir, terlebih dahulu hitung impedansi surja tiang (Zt) dan

impedansi surja groundwire (Zg) :

Zt = 6090ln60

t

t

t

t

r

h

r

h

Page 44: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

35

= 6045,0

6,1090

45,0

6,10ln60

= 9049 ohm

Zg =

t

t

r

hln60

=

45,0

6,10ln60

= 317 ohm

Jadi tegangan puncak pada tiang yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :

Vt =tg

tg

zz

zz

2

.

=2249.6.26,891

2249.6.189,6

=156 kV

Besar Arus minimum yang mengakibatkan lompatan api dihitung sebagai berikut :

I0 =thR

V

%50

=1,12.3,05

160

= 11.7 kA

Dengan mengetahui besar arus minimum yang dapat menimbulkan lompatan api

balik (black flashover), kemudian dapat dicari probabilitas terjadinya lompatan

api :

PFL =

34

Io

e

=

34

7,11

e

= 0,71

Jumlah sambaran kilat pada saluran :

NL = 0,015 . IKL . (b + 4 h1,09)

= 0,015 × 100 × ( 0 + 4 . 12,11,09 )

= 79 sambaran / 100 km / tahun

Jadi jumlah gangguan karena sambaran kilat langsung pada groundwire :

Page 45: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

36

Nt = NL . PFL . η

= 93 × 0,53 × 0,5

= 28 gangguan / 100 km / tahun

4.4.4 Sudut lindung

Untuk mencari sudut lindung groundwire maka :

R2 = x2 + y2

= 1,152m+ 0,82m

= 1,13m + 0,64m

= 97,1 = 1,4m

Sin = y/r

= 0,8/1,4

= 0,57

= sin-1(0,57) = 34,7o

Untuk daerah bali sudut lindung yang biasa digunakan 30 o - 45o .Berdasarkan

hasil perkiraan perhitungan kontruksi ground wire di atas dapat di katakan

berhasil menurunkan jumlah gangguan petir dan dapat di aplikasikan pada system

penyulang di serangan.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus yang sama di

atas, dengan tinggi groundwire yang berbeda maka didapat hasil jumlah gangguan

sambaran induksi sebelum di pasang groundwire dan sesudah di pasang

groundwire seperti tabel berikut :

Tabel 4.4 Jumlah gangguan sambaran induksi pada jaringan tegangan menengah

sebelum dipasang groundwire

h yVi

(kV)Vmaks(kV)

ProbabilitasLompatanArus (PIo)

JumlahLompatan Api

(NFL)

JumlahGangguanKilat (Ni)

12 30 240 238 0.97 155 7811.8 30 236 220 0.97 153 7610.6 30 212 200 0.97 138 69

Page 46: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

37

Tabel 4.5 Jumlah gangguan sambaran langsung induksi pada jaringan tegangan

menengah yang dipasang groundwire

Tinggitiang(m)

ArusInduksiIo (kA)

TeganganInduksiVi (kV)

ProbabilitasArus

FaktorPerisaian

(FP)

JumlahLompatan

Api(NFL)

JumlahGangguan

(Ni)

13,6 20 78,2 0.71 0.7 68 49

13,4 20 77,8 0.70 0.7 96 48

12,1 20 80 0.68 0.7 86 43

Jumlah gangguan sambaran langsung sebelum pemasangan dan sesudah

pemasangan groundwire seperti tabel berikut :

Tabel 4.6 Jumlah gangguan sambaran langsung pada jaringan tegangan menengah

sebelum dipasang groundwire

ht

(meter)Io

(kA)Vt

(kV)I

(kA)PFL NL Nt

10.6 20 90.9 10 0.96 81 3911.8 20 90.9 10 0.96 91 4412 20 90.9 10 0.96 93 45

Tabel 4.7 Jumlah gangguan sambaran langsung pada jaringan tegangan menengah

yang dipasang groundwire

h(meter)

Vt

(kV)Io

(kA)PFL NL Nt

12,45 156 11.6 0.71 79 2813,4 159 11.4 0.71 88 3213,6 160 11.4 0.72 90 32

A. Perhitungan kapasitansi antar penghantar

Berikut adalah perhitungan nilai kapasitansi antar phasa untuk kawat tipe AAAC

dengan diameter 70mm2. Jarak antar penghantar pada saluran adalah 0,8 meter

Diameter = 70 mm2 = 0,0007 m

mFrD

kCrs /

/ln

.

Page 47: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

38

mFCrs /0007,0/8,0ln

10.855,8.14,3 12

mF /3,94x10 -12

Jadi sepanjang jarak 12,34 km adalah

Crs = 3,94 x 10-12x12340 m

B. Perhitungan Phasa Terhadap Tanah

Perhitungan nilai kapasitansi phasa terhadap tanah kawat tipe AAAC dengan

diameter 70mm2 . dengan tinggi penghantar 12,45 dan jarak penghantar 0,8 meter.

mFrDeq

kCn /

/ln

..2

Deq=GMD saluran = 331.2312 . DDD

- D12= 0,8m

- D23=0,8m

- D13=1,6m

Maka :

Deq= 331.2312 . DDD

Deq= 3 6,1.8,0.8,0

Deq= 3 1,1

Deq=1,03m

mFrDeq

kCn /

/ln

..2

mFxx

Cn /0007,0/03,1ln

10.855,814,32 12

Cn =7,62 x 10-12 F/m

Jadi sepanjang jarak 12,34 km adalah

12,34 km = 12340 m

Cn = 7,62 x 10-12x12340 m

= 94030.8 x 10-12 F

Page 48: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

39

4.5 Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Banyak faktor yang mempengaruhi suatu KHA pada penghantar,

diantaranya adalah suhu pada penghantar dan suhu pada lingkungan sekitar.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan hantar arus

masing-masing penghantar tidaklah sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang telah saya sebutkan berdasarka kondisi .kondisi-kondisi berikut ( SPLN 64 :

1985 ):

- kecepatan angin 0,6 m/detik

- suhu akibat sinar matahari 35° C

- suhu penghantar maksimum 80° C

Tabel 4.8. KHA Penghantar AAC dan AAAC ( SPLN 64 : 1985 Tabel VIII )

Luas penampang

(mm2)

KHA terus menerus,

untuk penghantar

AAAC

(A)

16 105

25 135

35 170

50 210

70 255

95 320

120 365

150 425

185 490

240 625

Page 49: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

40

0,208(50)2

8 x 198

8D2

3.S8.(0,3)2

3x500,72

150

4.6 Panjang Andongan Kawat

Berdasarkan diameter konduktor AAAC 70 mm2 pada suhu rata-rata

tertinggi (32°C) dengan panjang gawang antara tiang rata - rata sepanjang 50

meter maka lebar andongan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Jarak tiang / gawang (S) : 50 m Berat penghantar (W) : 0,208 Kg/m Tegangan

renggangan mendatar dari penghantar (T) : 198 daN = 198 Kg Maka dapat

dihitung andongan dari penghantar sebagai berikut :

D = = =

Jadi andongan yang diperoleh adalah 0,3 cm Dari hasil perhitungan di atas, maka

dapat dicari panjang penghantar dengan jarak 1 gawang, yaitu :

Lo = S + = 50 +

Lo =50+

Lo = 50,48 m Jadi panjang penghantar satu gawang adalah 50.48 meter

4.7 Kontruksi Pembumian pada Penyulang Serangan

Gambar 4.12 Pemasangan Batang pentanahan ganda secara paralel dalam

sistem pembumian di penyulang Serangan

W.S2

8.T

520

1584

Page 50: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

41

Material yang digunakan untuk pembuatan konstruksi sistem groundwire

pada penyulang serangan tersebut adalah besi galvanis. Panjang besi galvanis

yang diperlukan yaitu 250 cm dan kemudian besi galvanis tersebut dibentuk

sedemikian rupa seperti gambar diatas.

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa tinggi konstruksi sistem

groundwire dari kawat fasa adalah 200 cm. Dengan tinggi konstruksi sistem

groundwire 150 cm diharapkan kawat fasa akan terlindungi dari sambaran petir.

Tepat diatas konstruksi dudukan tersebut dipasang sistem groundwire yang

terpasang di sepanjang jaringan SUTM di penyulang Serangan. Penggunan kawat

AAAC 70 mm sebagai grounding dari sistem groundwire adalah karena kawat

AAAC 70 mm yang berinti baja memiliki kekuatan tarik yang kuat serta tidak

mudah putus. Penghubung sistem groundwire dengan pembumian dilakukan

dengan menggunakan ground rod sepanjang 2 meter yang ditanam sedalam ± 3

meter. Pada sistem Tegangan Menengah sampai dengan 20 KV seperti di daerah

serangan setiap empat gawang harus diketanahkan berdasarkan SPLN 2 tahun

1978 untuk menjaga kemungkinan kegagalan sangat besar oleh tegangan lebih

transient tinggi.

Gambar 4.13 Pentanahan di SUTM Penyulang Serangan

Dalam kondisi yang terjadi di lapangan agar tahanan pentanahan dari titik-

titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi 5 ohm. Secara teori, tahanan dari

tanah adalah nol karena luas penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya

tidak demikian, artinya tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama

disebabkan oleh adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah

Page 51: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

42

ada empat alat pentanahan, yaitu:

1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).

2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari beberapa

batang tunggal yang dihubungkan paralel.

3. Anyaman grounding mesh, merupakan anyaman kawat tembaga.

4. Pelat pentanahan (grounding plate_

4.7.1 Pengukuran tahanan pentanahan

Dengan elektroda tunggal yang ditanam di tanah dengan kedalamam

bervariasi dan pengukuran dilakukan pada temperatur 28° C-30° C

Tabel 4.8 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditanam di tanah. Sumber :

PT.PLN Persero Area Bali Selatan

Berikut pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang

ditanam di tanah dengan kedalaman bervariasi.

Tabel 4.9 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda ditanam di

tanah. sumber: PT.PLN Persero Area Bali Selatan

4.8 Alat Pengaman Lightning Arrester

Alat pelindung yang digunakan adalah Arrester. Alat ini dihubungkan

antara kawat phasa dengan tanah pada gardu, dengan tujuan menyalurkan

Page 52: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

43

tegangan lebih tinggi ke tanah sampai pada batas aman untuk peralatan.Jika

sebuah gelombang mencapai arrester akan terjadi tembus pada tegangan tertentu

dan arus akan melalui impedansi rendah ke tanah. Jika arus terpa telah lalu dan

tegangan kembali normal, maka impedansi ini harus menjadi besar

4.8.1 Grafik Perlindungan Lightning Arrester Terhadap Surja

Pada prinsipnya LA membentuk jalan dilalui oleh petir, sehingga tidak

timbul tegangan lebih yang tinggi pada jaringan distribusi. Pada kondisi normal

arrester berlaku sebagai isolasi bila timbul surja arrester berlaku sebagai

konduktor, menyalurkan aliran tegangan lebih yang tinggi ke tanah. Setelah arus

hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator.

Gambar 4.15 gelombang surja dan pemotongan gelombang surja oleh arrester

Grafik tegangan pemotongan surja dapat dilihat pada grafik diatas. Dimana dalam

grafik tesebut memperlihatkan tegangan normal pada sistem, namun pada saat

terjadi sambaran surja mengakibatkan tegangan meningkat hingga melebihi

tegangan normal dimana tegangan tersebut harus dibumikan untuk meminimalisir

gangguan atau kerusakan. Pada grafik terebut diperlihatkan bahwa, jika tegangan

yang mengalir melebihi standar tegangan normal maka sistem tersebut mengalami

tegangan surja baik yang diakibatkan oleh surja hubung atau surja petir. Ketika

Arrester menditeksi nilai tegangan lebih, maka tegangan tersebut langsung

dibumikan hingga tegangan kembali normal. sehingga sistem menjadi aman.

Arrester juga merupakan peralatan yang diperlukan untuk koordinasi

isolasi dalam sistem tenaga listrik. Berikut merupakan grafik perlindungan dari

tegangan surja menggunakan arrester, dan sistem tanpa alat pengaman arrester.

Page 53: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

44

Gambar 4.16 Grafik perlindungan sistem tenaga listrik

(sumber: Volker Hinrichsen, Siemens PTD, Berlin/Germany)

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pada saat terjadinya

tegangan lebih yang diakibatkan oleh lightning overvoltage dan switching

overvoltages, dimana tegangan lebih ini dapat mengganggu system pada saluran

distribusi tegangan menengah. Ketika terjadinya lightning overvoltage dan

switching overvoltages maka tingkat isolasi peralatan tidak dapat lagi menahan

dielektrik tegangan yang terjadi sehingga dalam kasus tersebut tidak ada peralatan

pengaman / arrester yang bekerja sehingga sistem akan mengalami gangguan.

Dengan adanya arrester Pada titik tersebut maka arrester akan bekerja

memproteksi lightning overvoltage dan switching overvoltages tersebut.

Dalam mengoperasikan arrester, rated voltage arrester disetting dibawah

nilai BIL(basic insulation level). Penyettingan arrester dibawah nilai BIL (basic

insulation level) ini dilakukan agar pada saat terjadi lightning overvoltage dan

switching overvoltages, arrester akan langsung memotong tegangan lebih tanpa

melewati nilai settingan BIL(basic insulation level) . Dengan adanya arrester

maka sistem dapat menyalurkan daya listrik sesuai tegangan sistem gardu induk

yang disetting , pada penyulang serangan tegangan systemnya di setting 20kV.

(sumber: Volker Hinrichsen, Siemens PTD, Berlin/Germany).

4.9 Pemilihan arrester sebagai pelindung petir

4.9.1 Menentukan tegangan pengenal arrester

a. Tegangan Pengenal Arrester

Page 54: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

45

Tegangan pengenal arrester adalah tegangan saat arrester dapat bekerja

sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak boleh bekerja pada tegangan

maksimum sistem, tetapi mampu memutuskan arus susulan dari sistem secara

efektif. Tegangan pengenal arrester merupakan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi

dikalikan dengan koefisien pembumian. Dalam sistem pembumian langsung

dengan koefisien pembumian adalah 0,8 maka :

- Tegangan sistem maksimum

= Vnominal × 10% (faktor toleransi)

= 20 × 1,1 = 22 kV

- Tegangan pengenal arrester

= 22 / = 13 kV

b. Menentukan tegangan terminal arrester

Arrester yang digunakan mempunyai tegangan pengenal 21 kV dengan

kecuraman surja (dv/dt) dari tabel 4.9 adalah 175 kV / µ detik.

Tabel 4.10 Karakteristik Arrester PT. PLN ( Persero ) Distribusi Bali

PengenalArrester

(kV)

KecuramanFOW

(kV/µ det)

10 kA dan 5 kA 5 kASTD(kV)

FOW(kV)

STD(kV)

FOW (kV)

3 25 13 15 13 15

4,5 37 17,5 20 17,5 20

6 50 22,6 26 22,6 26

7,5 62 28 31 28 31

9 76 32,5 38 32,5 38

12 100 43 50 43 50

15 125 54 62 54 62

18 150 65 75 65 75

21 175 76 88 76 88

24 200 87 100 87 100

27 225 97 112 97 112

30 250 108 125 108 125

33 275 119 137 119 137

Page 55: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

46

36 300 130 150 130 150

Jadi kecepatan naiknya tegangan surja adalah :

=kV

ikkV

21

det/175

= 8,33 kV / µ detik

Dari karakteristik, didapat tegangan sela gagal = 3,6 kV/µ detik/kV rating

maka :

Tegangan terminal arrester = tegangan sela gagal x tegangan pengenal

V = 3,6 x 21

= 75,6 kV

Tabel 4.11 Perhitungan tegangan terminal LA PT. PLN ( Persero ) Distribusi Bali

NoTeg. Kerja

Arrester

Kecuraman

(kV/µs)

Teg. Sela

Gagal (kV)

Kec. Naik

teg. Surja

(kV/µs)

Teg.

Terminal

LA

1 18 150 3,6 8,333333 64,8

2 21 175 3,6 8,333333 75,6

3 24 200 3,6 8,333333 86,4

c. Menentukan tegangan percikan impuls maksimum

Untuk menentukan besar tegangan percikan impuls maksimum dengan

tegangan pengenal arrester 21 kV, maka dengan menggunakan tabel karakteristik

arrester diperoleh tegangan percikan impuls maksimum sebesar 100 kV.

Tabel 4.12 Tegangan maksimum sparking impuls

No Teg. Pengenal LA Teg. Impuls max

1 18 75

2 21 88

3 24 100

Page 56: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

47

d. Menentukan tegangan kerja arrester

Untuk menentukan tegangan kerja arrester digunakan tabel 4.10 dari tabel ini

diperoleh tegangan kerja arrester sebesar 76 kV.

Tabel 4.13Tegangan kerja arrester

No Teg. Pengenal LA Teg. Kerja LA

1 18 65

2 21 76

3 24 87

4.9.2 Menentukan arus pelepasan arrester

a. Menentukan harga puncak surja

Tegangan lompatan api impuls yang diambil adalah 340 kV, maka :

Vpuncak = 1,2 x TID saluran

= 1,2 x 340 = 408 kV

b. Menentukan arus pelepasan arrester

Arus pelepasan arrester digunakan untuk menentukan kelas arrester. Arus

pelepasan nominal arrester yang diperoleh adalah :

Ia =s

puncak

Z

VV 2

=987,448

756004080002 x= 1,649 kA

Dari hasil ini dipilih arrester dengan kelas arus 2,5 kA atau 5 kA. Untuk daerah

yang mempunyai frekuensi sambaran petir yang tinggi dan kemungkinan arus

surja dengan puncak yang tinggi maka kelas arus 2,5 kA tidak relevan digunakan.

Tabel 4.14 Arus pelepasan lightning arrester

NoTeg.Kerja

Arrester

Teg.TerminalLA (kV)

Teg. PuncakSurja (kV)

ArusPelepasan

(A)

KelasLA

(kA)1 18 64,8 408 1673,0997 5

2 21 75,6 408 1649,0455 5

3 24 86,4 408 1624,9914 5

Page 57: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

48

c. Menentukan faktor perlindungan

Dalam menentukan faktor perlindungan, maka yang pertama-tama dihitung

adalah tingkat perlindungan arrester yaitu :

Tingkat perlindungan = Va x 110%

= 76 x 1,1 = 83,6 kV

Jadi diperoleh faktor perlindungannya adalah :

FP =saluran

saluran

TID

TPTID

=340

6,83340 = 75,41%

Tabel 4.15 Faktor perlindungan arrester

No Teg. KerjaArrester

SparkingVoltage

(kV)

TingkatLindungLA (kV)

FaktorLindung

(%)1 18 65 71,5 79

2 21 76 83,6 75,41

3 24 87 95,7 71,9

Dari tabel di atas, maka rating 18 kV lebih cepat bekerja memotong gelombang

impuls petir di bandingkan tegangan kerja arrester 21 kV dan 24 kV.

Page 58: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

49

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Setelah melakukan analisa dan mendapat beberapa hasil perhitungan berdasarkan

dari data-data yang ada, maka dapat di simpulkan :

a. Berdasarkan hasil perhitungan kontruksi dan sudut lindung ground wire yang

paling cocok digunakan dengan kondisi pulau serangan yg dekat dengan laut

adalah kontruksi yang pertama dengan jumlah gangguan yg sangat kecil di

bandingkan dengan kontruksi yang lain dengan membentuk sudut lindung 55o .

sehingga kontruksi tersebut dapat di katakan berhasil menurunkan jumlah

gangguan petir dan dapat di aplikasikan pada system penyulang yang sering

mengalami gangguan.

b. Dari hasil perhitungan untuk Penyulang serangan dengan panjang 12,34km,

dengan tinggi tiang JTM dari atas tanah 12,45 maka pengaruh pemasangan

kawat tanah myebabkan berkurangnya gangguan pada peralatan akibat

sambaran induksi dan sambaran langsung . Sebelum pemasangan kawat tanah

jumlah sambaran induksi sebesar 69 gangguan / 100 km / tahun dan sambaran

langsung 43 gangguan / 100 km / tahun dan setelah di pasang groundwire

mengalami pengurangan sambaran 39 gangguan / 100 km / tahun dan 28

gangguan / 100 km / tahun

c. Dari hasil perhitungan, maka di peroleh tegangan kerja 18 kV lebih cepat

bekerja memotong gelombang impuls petir di bandingkan tegangan kerja

arrester 21 kV dan 24 kV. Untuk tegangan kerja 18 kV faktor lindungnya 79%,

tegangan kerja 21 kV faktor lindungnya 75,41% , tegangan kerja 24 kV faktor

lindungnya 71,9% . Dalam mengoperasikan arrester, rated voltage arrester

disetting dibawah nilai BIL ( basic insulation level). Penyettingan arrester

dibawah nilai BIL (basic insulation level) ini dilakukan agar pada saat terjadi

lightning overvoltage dan switching overvoltages, arrester akan langsung

memotong tegangan lebih tanpa melewati nilai settingan BIL(basic insulation

level) . Dengan adanya arrester maka sistem dapat menyalurkan daya listrik

sesuai dengan tegangan sistem.

Page 59: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

50

5.2 SARAN

a. Minimalisasi biaya penangkal petir internal dengan cara penyempurnaan

instalasi penangkal petir eksternal. Petir merupakan gejala alam yang

kejadiaannya tidak dapat dihindari, namun manusia diberi kemampuan

untuk memperkecil dampak bahaya yang ditimbulkan.

b. Sebagaimana yang telah di terangkan dalam penelitian ini, maka penulis

memberikan saran bahwa setiap kontruksi kawat tanah (groundwire)

sebaiknya sesuai dengan sudut proteksi 45o agar kegagalan proteksi lebih

kecil dan Pemasangan kawat tanah dengan tahanan tanah yang serendah

mungkin demi keamanan.

Page 60: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

51

DAFTAR PUSTAKA

El – Hawary.M.E. Electrical Energy System.New York : Dalhousie University,2000 : 153 - 169

Hinrichsen ,Volker.2001. Metal Oxide Surge Arrester . Berlin/Germany :

Siemens PTD

Hutahuruk, T.S. 1988. Perhitungan Gangguan Kilat pada Saluran Udara

Tegangan Menengah. Bandung : Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Teknologi Industri. Institut Teknologi Bandung.

Hutahuruk, T.S. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan

Peralatan. Jakarta : Erlangga.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009. Peraturan Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Aturan

Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta : Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral

Moediyono, 2009. Jurnal Grounding Sistem Dalam Distribusi Tenaga Listrik

20 Kv. 13 Maret 2013

Pabla, A.S. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Terjemahan : Hadi, A. Jakarta:

Erlangga.

Panitia Revisi PUIL. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000. Jakarta :

Badan Standarisasi Nasional.

Pandjaitan, Bonar. 1999. Teknologi Sistem Pengendalian Tenaga Listrik

Berbasis SCADA. Jakarta : Prenhallindo..

PT PLN (Persero). 1987. SPLN 72 : Spesifikasi Desain Untuk Jaringan

Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah

Page 61: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

52

(JTR). Jakarta : Departemen Pertambangan dan Energi Perusahaan

Umum Listrik Negara.

PT PLN (Persero). 1991. SPLN 88 : Spembumian Netral Sistem 20 KV Dengan

Lebih Dari Satu Sumber. Jakarta : Departemen Pertambangan dan

Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.

......... 2010 : Sistem Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah.

Denpasar : PT PLN (Persero) Distribusi Bali.

Suswanto , Daman .2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik . Padang :

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Syamsir ,Abduh. 13 februari 2009.Analisis Gangguan Petir Akibat Sambaran

Langsung Pada Saluran, ,07.30 am

Zoro, Reynaldo.2008. Power Engineering Research Group, Bandung:Institute

of Technology

Page 62: KARYA ILMIAH STUDI SISTEM PENGAMAN SALURAN …

53