karsinoma hepatoselular

22
 (Skenario 2 B-10) Page 1 SKENARIO 2 NYERI PERUT KANAN ATAS Kelompok B-10 Ketua: Muhammad Jaka Satria (1102009188) Sekretaris: Rahayu (1102009233) Nike Angela Patrisia (1102009204) Pratiwi Iliyas (1102009215) Primi Mutiara Rizka (1102009219) Ramacil Afsan Notoprawiro (1102009235) Rachmad Zickrullah (1102008199) Ravi Krista (1102009239) Shabrina (1102009262) Ulfani Aprilia Kartini (1102009288) UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2011-2012

Upload: rahayu233

Post on 19-Jul-2015

824 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 1/21

(Skenario 2 B-10) Page 1

SKENARIO 2

NYERI PERUT KANAN ATAS

Kelompok B-10 

Ketua: Muhammad Jaka Satria (1102009188)

Sekretaris: Rahayu (1102009233)

Nike Angela Patrisia (1102009204)

Pratiwi Iliyas (1102009215)

Primi Mutiara Rizka (1102009219)

Ramacil Afsan Notoprawiro (1102009235)

Rachmad Zickrullah (1102008199)

Ravi Krista (1102009239)

Shabrina (1102009262)

Ulfani Aprilia Kartini (1102009288)

UNIVERSITAS YARSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

TAHUN PELAJARAN 2011-2012

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 2/21

(Skenario 2 B-10) Page 2

SKENARIO 2

NYERI PERUT KANAN ATAS

Seorang karyawan, 54 tahun, berobat ke RS YARSI. Pasien mengeluhkan nyeri pada perut

kanan atas yang dialami sejak 6 bulan yang lalu, kumat-kumatan namun dua bulan terakhir nyerisemakin sering. Merasa mual dan selera makan berkurang sejak 4 bulan yang lalu sehingga berat

badan berkurang 15 kg. Dari anamnesis diketahui pasien pernah terkena hepatitis 15 tahun yang

lalu dan sering mengkonsumsi alkohol.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB 45 kg dengan TB 165 cm. Tekanan darah dan tandavital lainnya normal. Pemeriksaan abdomen hepatomegali, dengan permukaan hati bernodul, tepi

tumpul dan nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan serum

transaminase SGPT 110 U/L dan SGOT 60 U/L dengan bilirubin normal, Alpha Feto-Protein

(AFP) 1000 U/L (normal: <10 U/L), anti-HCV positif. Setelah diberikan analgetik danhepatoprotektor nyeri mereda. Setelah dilakukan pemeriksaan USG dan biopsi hati pasien

didiagnosis karsinoma hepatoseluler. Pasien dianjurkan untuk menjalani transplantasi hati.

Pasien meminta waktu untuk berkonsultasi dengan seorang ulama.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 3/21

(Skenario 2 B-10) Page 3

Kata Sulit

Hepatoprotektor: senyawa obat yang diberikan untuk perlindungan hati dari kerusakan yang

ditimbulkan oleh racun, ataupun obat. (Dorland, 2003)

Pertanyaan

1.  Apa yang menyebabkan terjadinya hepatomegali dengan permukaan hati yang bernodul padapemeriksaan fisik pada pasien tersebut?

Jawab: karena pada hati terdapat massa tumor sehingga terjadi hepatomegali pada saat

pemeriksaan fisik, meskipun pada HCC sering terjadi sirosis hepatis. Serta adanya sel-selyang mengalami proliferasi.

2.  Apakah hubungan HCC ( Hepatocelullar Carsinoma) dengan konsumsi alkohol serta riwayat

penyakit hepatitis?

Jawab: pada peminum berat alkohol (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk 

menderita HCC melalui sirosis hati alkoholik. Pada riwayat hepatitis dapat menjadi HCC

karena faktor rekurensi penyakit serta multifaktorial yang menyebabkan tejadi sirosis hepatisyang pada akhirnya akan terjadi HCC.

3.  Apa yang menyebabkan terjadi mual dan penurunan nafsu pada pasien HCC?

Jawab: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak saluran gastrointestinal, perut

tidak bisa menerima makanan dalam jumlah banyak karena terasa begah.

4.  Mengapa terjadi peningkatan Alpha Feto-Protein (AFP) pada pasien tersebut?

Jawab: karena AFP merupakan tumor marker pada hati, yang akan meningkat kadarnya

apabila terjadi kelainan pada hati.

5.  Mengapa harus dilakukan pemeriksaan anti-HCV pada pasien tersebut?

Jawab: untuk menentukan faktor predisposisi HCC yang berasal dari hepatitis C.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 4/21

(Skenario 2 B-10) Page 4

Hipotesis

Pasien dengan riwayat hepatitis serta alkoholik datang dengan keluhan nyeri perut kanan

atas, mual, penurunan nafsu makan serta terjadi penurunan berat badan. Pemeriksaan fisik:tekanan darah normal, pemeriksaan abdomen hepatomegali dengan permukaan hati bernodul,tepi tumpul, nyeri tekan (+). Pemeriksaan laboratorium SGPT ↑, SGOT ↑, bilirubin normal, AFP↑, anti-HCV (+). Dari pemeriksaan USG dan biopsi hati pasien didiagnosis karsinoma

hepatoseluler (HCC). 

Pasien riwayat Hepatitis & alkoholik 

Keluhan: nyeri perut kanan atas, mual, ↓ nafsu makan, ↓BB 

Pemeriksaan

Fisik : ↓BB, TD (N),Hepatomegali,

ermukaan hati bernodul, nyeri tekan (+

Lab: SGOT ↑, SGPT ↑, AFP

↑, bilirubin (N), anti-HCV (+)

USG, biopsi

Karsinoma Hepatoseluler

HCC

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 5/21

(Skenario 2 B-10) Page 5

SASARAN BELAJAR

LO.1. Memahami dan Menjelaskan Karsinoma Hepatoseluler (HCC)

1.1 Menjelaskan definisi1.2 Menjelaskan epidemiologi

1.3 Menjelaskan etiologi

1.4 Menjelaskan klasifikasi

1.5 Menjelaskan patofisiologi1.6 Menjelaskan manifestasi klinis

1.7 Menjelaskan diagnosis

1.7.1  Pemeriksaan utama1.7.2  Pemeriksaan penunjang

1.7.3  Diagnosis banding

1.8 Menjelaskan penatalaksanaan

1.9 Menjelaskan komplikasi1.10  Menjelaskan prognosis

1.11  Menjelaskan pencegahan

LO.2. Memahami dan Menjelaskan Transplantasi Organ Menurut Pandangan Agama

Islam

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 6/21

(Skenario 2 B-10) Page 6

LO.1. Memahami dan Menjelaskan Karsinoma Hepatoseluler (HCC) 

1.1 Definisi Karsinoma Hepatoseluler

Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah keganasan pada hepatosit dimana stem sel dari

hati berkembang menjadi massa maligna yang dipicu oleh adanya proses fibrotik maupun proses

kronik dari hati (sirosis). Massa tumor ini berkembang di dalam hepar, di permukaan hepar

maupun ekstrahepatik seperti pada metastase jauh.Karsinoma hepatoseluler (hepatoma) merupakan kanker hati primer yang paling sering

ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim

atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya. (Unggul, 2009)

1.2 Epidemiologi Karsinoma Hepatoseluler

Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah keganasan primer hati. Karsinoma hepatoseluler

sekarang menjadi penyebab utama ketiga kematian akibat kanker di seluruh dunia, dengan lebihdari 500.000 orang terpengaruh. Insiden karsinoma hepatoseluler adalah tertinggi di Asia dan

Afrika, di mana prevalensi tinggi endemik hepatitis B dan hepatitis C sangat predisposisi untuk perkembangan penyakit hati kronis dan perkembangan selanjutnya karsinoma hepatoseluler.

Di Amerika Serikat, usia rata-rata pada diagnosa adalah 65 tahun; 74% kasus terjadi pada

pria. Distribusi ras kulit putih termasuk 48%, 15% Hispanik, Afrika Amerika 14%, dan lainnya

24% (terutama Asia). Insiden karsinoma hepatoseluler meningkat dengan umur, memuncak pada

70-75 tahun, namun peningkatan jumlah pasien muda telah terpengaruh, karena pergeserandemografis dari penyakit hati alkoholik terutama kepada mereka yang kelima untuk dekade

keenam dari kehidupan sebagai konsekuensi hepatitis B virus dan C yang diperoleh sebelumnya

dalam hidup dan dalam hubungannya dengan perilaku berisiko tinggi. Kombinasi dari hepatitisvirus dan alkohol secara signifikan meningkatkan risiko sirosis dan karsinoma hepatoseluler

berikutnya.

Tabel 1. Faktor risiko kanker hati primer

Europe and

United States

Japan Africa and Asia

Estimate Range Estimate Range Estimate Range

HBV 22 4-58 20 18-44 60 40-90

HCV 60 12-72 63 48-94 20 9-56

 Alcohol 45 8-57 20 15-33 - 11-41

Tobacco 12 0-14 40 9-51 22 -

OCPs - 10-50 - - 8 -

 Aflatoxin Limited exposure

Other < 5 - - - < 5 -

(sumber emedicine.medscape.com)

1.3 Etiologi Karsinoma Hepatoseluler

Karsinoma merupakan hasil interaksi sinergis multifaktor dan multifasik, melalui inisiasi,akselerasi dan transformasi dan proses banyak tahapan, serta peran serta banyak onkogen dan

gen terkait, mutasi multigenetik. Etiologi hepatoma belum jelas, menurut data yang ada, virus

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 7/21

(Skenario 2 B-10) Page 7

hepatitis, aflatoksin dan pencemaran air minum merupakan 3 faktor utama yang terkait dengan

timbulnya karsinoma hepatoseluler.a.  Virus hepatitis

HBV: Karsinogenisitas HBV terhadap hati terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatanproliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktifitas protein

spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan hepatosit dari kondisiinaktif (quiescent) menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat karsinogenesis hati.

HCV: Hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas nekroinflamasi kronik 

dan sirosis hati.b.  Aflatoksin

Aflatoksin Bl (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur  Aspergillus. Metabolit

AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang

mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanismehepatokarsinogenesisnya ialah kemampuan AFB 1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen

supresor tumor p53.

c.  Pencemaran air minum

Algae biru hijau dalam air saluran perumahan dan air kolam dianggap sebagai salah satukarsinogen utama.

Faktor resiko

Sirosis hati, merupakan faktor risiko utama HCC dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus.

Otopsi pada pasien sirosis didapatkan 20-80% diantaranya telah menderita HCC. Prediktor

utama hepatoma pada sirosis adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan kadar AFP serum,beratnya penyakit dan tingginya aktifitas proliferasi sel hati.

Obesitas, merupakan faktor risiko utama untuk  non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD),

khususnya nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan

kemudian dapat berlanjut menjadi HCC.

Diabetes Melitus, merupakan faktor risiko baik untuk penyakit hati kronik maupun untuk HCCmelalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik  (NASH). Di samping itu,

diabetes mellitus dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors

(IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.

Alkohol, peminum berat alkohol (>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk 

menderita HCC melalui sirosis hati alkoholik. Efek hepatotoksik alkohol bersifat dose-

dependent, sehingga asupan sedikit alkohol tidak meningkatkan risiko terjadinya HCC.

Selain yang telah disebutkan di atas, bahan atau kondisi lain yang merupakan faktor risikoHCC namun lebih jarang dibicarakan/ditemukan, antara lain : penyakit hati autoimun (hepatitis

autoimun, sirosis bilier primer), penyakit hati metabolik (hemokromatosis genetik, defisiensi

antitripsin-alfa 1, penyakit Wilson), kontrasepsi oral, senyawa kimia (thorotrast, vinilklorida,

nitrosamin, insektisida organoklorin, asam tanik), tembakau.

1.4 Klasifikasi Karsinoma Hepatoseluler

Stadium HCC

I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm hati yang terbatas hanya pada salah satu segment tetapibukan di segment I hati

II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor

terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 8/21

(Skenario 2 B-10) Page 8

III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V

dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) ataupembuluh empedu (biliary duct ) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

IV : Multi-fokal atau difus tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.

- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun

pembuluh empedu (biliary duct ).- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti

pembuluh darah vena limpa (vena lienalis).

- atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase).

1.5 Patofisiologi Karsinoma Hepatoseluler

Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus berlanjut merupakan proses

khas dari sirosis hepatis yang juga merupakan proses dari pembentukan hepatoma walaupun

pada pasien-pasien dengan hepatoma, kelainan sirosis tidak selalu ada.Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA. RNA akan berkembang dan

mereplikasi diri di sitoplasma dari sel hati dan menyebabkan suatu perkembangan dari keganasan

yang nantinya akan menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi sel hati. Sel-selmeregenerasi sel-sel hati yang rusak menjadi nodul-nodul yang ganas sebagai respons dari

adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus nodul sehingga mulai terbentuk 

karsinoma hepatoseluler.

Gambar: patofisiologi HCC 

Menurut WHO secara histologik HCC dapat diklasifikasikan berdasarkan organisasi struktural

sel tumor sebagai berikut: 1). Trabekuli (sinusoidal), 2). Pseudoglandular (asiner), 3). Kompak 

(padat), 4. Serous

 Photomicrograph of a liver demonstrating hepatocellular carcinoma 

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 9/21

(Skenario 2 B-10) Page 9

1.6 Manifestasi Klinis Karsinoma Hepatoseluler

 Hepatoma fase subklinisFase subklinis atau stadium dini adalah pasien yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang

 jelas, biasanya ditemukan melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan. Yang dimaksudkelompok risiko tinggi hepatoma umumnya adalah: masyarakat di daerah insiden tinggi

hepatoma; pasien dengan riwayat hepatitis atau HBsAg positif; pasien dengan riwayat keluarga

hepatoma; pasien pasca reseksi hepatoma primer.

 Hepatoma fase klinis

Hepatoma fase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut, manifestasi utama yang sering

ditemukan adalah:

a.  Nyeri abdomen kanan atas: hepatoma stadium sedang dan lanjut sering datang berobatkarena kembung dan tidak nyaman atau nyeri samar di abdomen kanan atas. Nyeri seperti

tertusuk, sebagian merasa area hati terbebat kencang, disebabkan tumor tumbuh dengan

cepat hingga menambah regangan pada kapsul hati.

b.  Perut kembung: timbul karena massa tumor sangat besar, asites dan gangguan fungsi hati.c.  Anoreksia: timbul karena fungsi hati terganggu, tumor mendesak GIT, perut tidak bisa

menerima makanan dalam jumlah banyak karena terasa begah.

d.  Letih, ↓ berat badan: dapat disebabkan metabolit dari tumor ganas dan berkurangnyamasukan makanan pada tubuh.

e.  Demam: timbul karena nekrosis tumor, disertai infeksi, metabolit tumor, jika tanpa buktiinfeksi disebut demam kanker, umumnya tidak disertai menggigil.

f.  Ikterus: kuningnya sclera dan kulit, umumnya karena gangguan fungsi hati, biasanyasudah stadium lanjut, dapat menyumbat kanker di saluran empedu atau tumor mendesak 

saluran empedu hingga timbul ikterus obstruktif.

g.  Asites: perut membuncit dan pekak bergeser, sering disertai udem kedua tungkai.

h.  Lainnya: selain itu terdapat kecenderungan perdarahan, diare, nyeri bahu belakang kanan,udem kedua tungkai bawah, kulit gatal dan lainnya, juga manifestasi sirosis hati seperti

splenomegali, palmar eritema, lingua hepatik, spider nevi, venodilatasi dinding abdomen.

Pada stadium akhir hepatoma sering timbul metastasis paru, tulang dan banyak organlain.

1.7 Diagnosis Karsinoma Hepatoseluler

Kriteria diagnosa karsinoma hepatoseluler menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia),yaitu:

1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.

2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 ng/L.

3. Ultrasonography (USG),  Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT Scann),

 Magnetic Resonance Imaging (MRI),  Angiography, ataupun Positron Emission Tomography(PET) yang menunjukkan adanya karsinoma hepatoseluler.

4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya karsinoma hepatoseluler.5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan karsinoma hepatoseluler.

Diagnosa karsinoma hepatoseluler didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau

hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 10/21

(Skenario 2 B-10) Page 10

a.  Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik umumnya didapatkan pembesaran hati yang berbenjol, keras, kadangdisertai nyeri tekan. Palpasi menunjukkan adanya gesekan permukaan peritoneum viserale yang

kasar akibat rangsangan dari infiltrat tumor ke permukaan hepar dengan dinding perut. Pada

auskultasi di atas benjolan kadang ditemukan suatu suara bising aliran darah karena

hipervaskularisasi tumor. Gejala ini menunjukkan fase lanjut karsinoma hepatoseluler.

b.  Pemeriksaan Laboratorium

1.  Alfa-fetoprotein (AFP)

AFP adalah sejenis glikoprotein, disintesis oleh hepatosit dan sakus vitelinus, terdapat dalam

serum darah janin. Ketika hepatosit berubah ganas, AFP kembali muncul. AFP memilikispesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma hepatoselular. Jika AFP > 500 ng/L bertahan 1

bulan atau > 200 ng/L bertahan 2 bulan, tanpa bukti penyakit hati aktif, dapat disingkirkan

kehamilan dan kanker embrional kelenjar reproduksi, maka dapat dibuat diagnosis hepatoma,

diagnosis ini dapat lebih awal 6-12 bulan dari timbulnya gejala hepatoma.

AFP sering dapat dipakai untuk menilai hasil terapi. Pasca reseksi hepatoma, kadar AFP darahterus menurun dengan waktu paruh 3-9,5 hari, umumnya pasca operasi dalam 2 bulan kadarnya

turun hingga normal, jika belum dapat turun hingga normal, atau setelah turun lalu naik lagi,maka pertanda terjadi residif atau rekurensi tumor.

2. Petanda tumor lainnya

Zat petanda hepatoma sangat banyak, tapi semuanya tidak spesifik untuk diagnosis sifathepatoma primer. Penggunaan gabungan untuk diagnosis kasus dengan AFP negatif memiliki

nilai rujukan tertemu, yang relatif umum digunakan adalah: des-gama karboksi protrombin

(DCP), alfa-L-fukosidase (AFU), gama-glutamil transpeptidase (GGT-II), CA19-9, antitripsin,

feritin, CEA.3. Fungsi hati dan sistem antigen antibodi hepatitis B 

Karena lebih dari 90% hepatoma disertai sirosis hati, hepatitis dan latar belakang penyakit hatilain, maka jika ditemukan kelainan fungsi hati, petanda hepatitis B atau hepatitis C positif,

artinya terdapat dasar penyakit hati untuk hepatoma, itu dapat membantu dalam diagnosis.

c.  Pemeriksaan Pencitraan

1. Ultrasonografi (USG)USG merupakan metode paling sering digunakan dalam diagnosis hepatoma. Kegunaan dari

USG adalah memastikan ada tidaknya lesi penempat ruang dalam hati; dapat dilakukan

penapisan gabungan dengan USG dan AFP sebagai metode diagnosis penapisan awal untuk hepatoma; mengindikasikan sifat lesi penempat ruang, membedakan lesi berisi cairan dari yang

padat; membantu memahami hubungan kanker dengan pembuluh darah penting dalam hati,

berguna dalam mengarahkan prosedur operasi; membantu memahami penyebaran dan infiltrasihepatoma dalam hati dan jaringan organ sekitarnya, memperlihatkan ada tidaknya trombus tumordalam percabangan vena porta intrahepatik; di bawah panduan USG dapat dilakukan biopsi.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 11/21

(Skenario 2 B-10) Page 11

USG karsinoma hepatoseluler, nodul hipoetic  USG HCC: nodul gema bulat 

2. CT ScanCT telah menjadi parameter pemeriksaan rutin terpenting untuk diagnosis lokasi dan sifat

karsinoma hepatoseluler. CT dapat membantu memperjelas diagnosis, menunjukkan lokasi tepat,

 jumlah dan ukuran tumor dalam hati hubungannya dengan pembuluh darah, dalam penentuan

modalitas terapi sangatlah penting. Terhadap lesi mikro dalam hati yang sulit ditentukan CT rutindapat dilakukan CT dipadukan dengan angiongrafi (CTA), atau ke dalam arteri hepatika

disuntikkan lipiodol, sesudah 1-3 minggu dilakukan lagi pemeriksaan CT, pada waktu ini CTlipiodol dapat menemukan hepatoma sekecil 0,5 cm. CT scan sudah dapat membuat gambar

karsinoma dalam 3 dimensi dan 4 dimensi dengan sangat jelas serta memperlihatkan hubungankarsinoma ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.

 MD-CT Scan riwayat hepatitis B, tampak nodul HCC  

3. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)MRI merupakan teknik pemeriksaan non-radiasi, tidak memakai zat kontras berisi iodium, dapat

secara jelas menunjukkan struktur pembuluh darah dan saluran empedu dalam hati, juga

memperlihatkan struktur internal jaringan hati dan hepatoma, sangat membantu dalam menilai

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 12/21

(Skenario 2 B-10) Page 12

efektivitas terapi. Dengan zat kontras spesifik hepatosit dapat menemukan hepatoma kecil

kurang dari 1cm dengan angka keberhasilan 55%.Pemeriksaan dengan MRI ini langsung dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CT scan yang

meragukan atau pada pasien yang mempunyai kontraindikasi pemberian zat. MRI yang

dilengkapi dengan perangkat lunak  Magnetic Resonance Angiography (MRA).

 MRI HCC tampak lesi dengan diamer 2,5cm HCC multipel hipervaskular kecil

4. Angiografi arteri hepaticaPada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan

angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Karsinoma

terlihat dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuransebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angiografi memperlihatkan ukuran kanker yang

sebenarnya. Lebih lengkap lagi bila dilakukan CT scan yang dapat memperjelas batas antarakanker dan jaringan sehat di sekitarnya.

Gambaran : angiogram menunjukkan pembuluh darah hepar dengan multipel karsinomahepatoseluler sebelum

 terapi (kiri), dan sesudah terapi (kanan) menunjukkan penurunan vaskular dan respon terapi.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 13/21

(Skenario 2 B-10) Page 13

5. PET (Positron Emission Tomography)

Positron Emission Tomography (PET) merupakan alat diagnosis karsinoma menggunakanglukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu

mendiagnosa karsinoma dengan cepat dan dalam stadium dini. Caranya, pasien disuntik dengan

glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan

bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel yang terkena kanker.PET dapat menetapkan tingkat atau stadium HCC sehingga tindakan lanjut penanganan

karsinoma ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat

metastase dari karsinoma itu sendiri.

d.  Pemeriksaan Lainnya

Pungsi hati mengambil jaringan tumor untuk pemeriksaan patologi, biopsi kelenjar limfesupraklavikular, biopsi nodul sub-kutis, mencari sel ganas dalam asites, perito-neoskopi dll. juga

mempunyai nilai tertentu pada diagnosis hepatoma primer.

Standar diagnosisPada tahun 2001 Komite Khusus Hepatoma Asosiasi Antitumor telah menetapkan standar

diagnosis dan klasifikasi stadium klinis hepatoma primer.

1. Standar diagnosis klinis hepatoma primer.

(1) AFP > 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional sistem reproduksi,

penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu teraba hati membesar, keras dan bermassanodular besar atau pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi penempat ruang karakteristik 

hepatoma.

(2) AFP < 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional sistem reproduksi,

penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu terdapat dua jenis pemeriksaan pencitraanmenunjukkan lesi penempat ruang karakteristik hepatoma atau terdapat dua petanda hepatoma

(DCP, GGT-II, AFU, CA19-9) positif serta satu pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi

penempat ruang karakteristik hepatoma.

(3) Menunjukkan manifestasi klinis hepatoma dan terdapat kepastian lesi metastatik ekstrahepatik (termasuk asites hemoragis makroskopik atau di dalamnya ditemukan sel ganas)

serta dapat menyingkirkan hepatoma metastatik.

2. Standar klasifikasi stadium klinis hepatoma primer 

la : tumor tunggal berdiameter < 3 cm, tanpa emboli rumor, tanpa metastasis kelenjar limfe

peritoneal ataupun jauh; Child A.

Ib : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan <5cm, di separuh hati, tanpaemboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

Ha : tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan < 10 cm, di separuh hati, atau dua

tumor dengan diameter gabungan <5 cm, di kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa emboli

tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A.

lib : tumor tunggal atau multipel dengan diameter gabungan > 10 cm, di separuh hati, atau tumormultipel dengan diameter gabungan >5 cm, di kedua belahan hati kiri dan kanan, tanpa emboli

tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe peritoneal ataupun jauh; Child A. Terdapat emboli tumordi percabangan vena portal, vena hepatic atau saluran empedu dan/atau Child B.

Ilia : tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena porta atau vena

kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal atau jauh, salah satu daripadanya; Child A atau

B.Illb : tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis; Child C.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 14/21

(Skenario 2 B-10) Page 14

Tabel.1. Klasifikasi Cancer of the Liver Italian Program (CLIP)

Points 

Variables  0  1  2 

i. Jumlah Tumor Single Multiple  —  

Ukuran tumor pada Hepar yang

menggantikan hepar normal (%)a 

<50 <50 >50

ii. Nilai Child-Pugh A B C

iii. α-Fetoprotein level (ng/mL) <400 400  —  

iv. Trombosis Vena Porta (CT) No Yes  —  

a = Luas tumor pada hati

Stadium CLIP : CLIP 0, 0 points; CLIP 1, 1 point; CLIP 2, 2 points; CLIP 3, 3 points.

Diagnosis Banding Karsinoma Hepatoseluler

1.  Diagnosis banding hepatoma dengan AFP (+)

Hepatoma dengan AFP positif harus dibedakan dari kehamilan, tumor embrional kelenjarreproduktif, metastasis hati dari kanker saluran digestif dan hepatitis serta sirosis hati dengan

peninggian AFP. Pada hepatitis, sirosis hati, jika disertai peninggian AFP agak sulit dibedakan

dari hepatoma, harus dilakukan pemeriksaan pencitraan hati secara cermat, dilihat apakahterdapat lesi penempat ruang dalam hati, selain secara berkala harus diperiksa fungsi hati dan

AFP, memonitor perubahan ALT dan AFP.

2.  Diagnosis banding hepatoma dengan AFP (-)

Hemangioma hati paling sulit dibedakan dari HCC dengan AFP negatif, hemangioma umumnyapada wanita, riwayat penyakit yang panjang, progresi lambat, bisa tanpa latar belakang hepatitis

dan sirosis hati, zat petanda hepatitis negatif, MRI dapat membantu diagnosis. Pada tumor

metastasis hati, sering terdapat riwayat kanker primer, zat petanda hepatitis umumnya

negatif pencitraan tampak lesi multipel tersebar dengan ukuran bervariasi. Adenoma hati,umumnya pada wanita, sering dengan riwayat minum pil KB bertahun-tahun, tanpa latar

belakang hepatitis, sirosis hati, petanda hepatitis negatif. Hiperplasia nodular fokal, pseudotumor

inflamatorik sering cukup sulit dibedakan dari HCC.

1.8 Penatalaksanaan Karsinoma Hepatoseluler

Terapi Bedah

a.  Metode hepatektomi

Hepatektomi merupakan cara terapi dengan hasil terbaik dewasa ini. Survival 5 tahun pasca

operasi sekitar 30-40%, pada mikrokarsinoma hati (< 5 cm) dapat mencapai 50-60%.*Hepatektomi beraturan adalah sebelum insisi hati dilakukan diseksi, memutus aliran darah kelobus hati (segmen, subsegmen) terkait, kemudian menurut lingkup anatomis lobus hati (segmen,

subsegmen) tersebut dilakukan reseksi jaringan hati.

*Hepatektomi tak beraturan tidak perlu mengikuti secara ketat distribusi anatomis pembuluh

dalam hati, tapi hanya perlu berjarak 2-3cm dari tepi tumor, mereseksi jaringan hati danpercabangan pembuluh darah dan saluran empedu yang menuju lesi, lingkup reseksi hanya

mencakup tumor dan jaringan hati sekitarnya.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 15/21

(Skenario 2 B-10) Page 15

Keberhasilan dari hepatektomi adalah mengontrol perdarahan. Pada waktu reseksi hati, metode

mengurangi perdarahan meliputi obstruksi aliran darah porta pertama hati, koagulasi gelombangmikro potongan hati, klem hati, obstruksi temporer satu sisi cabang vena porta dan cabang arteri

hepatika, dll. Pada kasus dengan sirosis hati, obstruksi porta hati setiap kali tidak boleh lebih dari

10-15 menit, bila perlu dapat diobstruksi berulang kali.

Komplikasi utama pasca hepatektomi adalah: Gagal fungsi hati; timbul beberapa hari hinggabeberapa minggu pasca operasi, sering kali berkaitan dengan pasien dengan penyakit hati aktif 

kronis, sirosis sedang atau lebih, volume hepatektomi terlalu besar, perdarahan selama operasi

berlebih, waktu obstruksi porta hati terlalu lama dan obat-obatan perioperatif (termasuk obatanestetik) bersifat hepatotoksik.

Perdarahan pasca operasi, kebanyakan karena hemostasis selama operasi kurang tuntas, sutura

ligasi vascular terlepas, gangguan koagulasi, nekrosis permukaan irisan hati. Dapat juga terjadiinfeksi subdiafragma, karena pasca operasi terjadi akumulasi darah dan cairan di bawah

diafragma, maka timbul abses subfrenik; fistel cairan empedu: perdarahan saluran cerna atas.

Pada hepatektomi 2 fase: pasien hepatoma setelah dilakukan eksplorasi bedah ternyata tumor

tidak dapat direseksi. Sesudah diberikan terapi gabungan. tumor mengecil, dilakukan laparotomi

lagi dan dapat dilakukan reseksi.b.  Transplantasi hati

Seiring perkembangan zaman, teknik transplantasi hati sudah sangat matang, namun biayanyatinggi, donornya sulit. Pasca operasi pasien menggunakan obat imunosupresan anti rejeksi

membuat kanker residif tumbuh lebih cepat dan bermetastasis. hasil terapi kurang baik untuk 

hepatoma stadium sedang dan lanjut. Umumnya berpendapat mikrohepatoma stadium dinidengan sirosis berat merupakan indikasi lebih baik untuk transplantasi hati.

c.  Terapi operatif nonreseksi

Pasca laparotomi, karena tumor menyebar atau tidak dapat dilakukan reseksi, sehingga

dipertimbangkan terapi operatif nonreseksi, mencakup: injeksi obat melalui katetertransarteri hepatic/kemoterapi embolisasi saat operasi; kemoterapi melalui kateter vena porta saat

operasi; ligasi arteri hepatika; koagulasi tumor hati dengan gelombang mikro, ablasiradiofrekuensi, krioterapi dengan nitrogen cair, evaporisasi dengan laser energi tinggi saat

operasi; injeksi alkohol absolut intratumor saat operasi.

Terapi Lokal

a.  Injeksi Etanol Perkutan (PEI - Percutaneous Ethanol Injection)PEI digunakan untuk terapi HCC yang kecil dan terlokalisir. HCC berukuran <3 cm dan

berjumlah kurang dari 3 nodul. Pada PEI, etanol steril disuntikkan ke nodul tumor dengan

panduan USG atau CT. Destruksi sel tumor oleh alkohol absolut steril yang diinjeksikandiperkirakan dihasilkan oleh kombinasi dari dehidrasi sel, nekrosis koagulasi, serta trombosis

vaskuler yang diikuti iskemia jaringan.

Komplikasi PEI yang dapat muncul adalah timbulnya nyeri abdomen yang dapat terjadi akibatkebocoran etanol ke dalam rongga peritoneal. Kontraindikasi PEI meliputi adanya asites yangmasif, koagulopati, atau ikterus obstruksi, yang dapat meningkatkan risiko perdarahan dan

peritonitis bilier pasca tindakan. Angka survival 3 tahun bagi pasien sirosis dengan nodul tunggal

HCC yang ditangani dengan PEI dilaporkan sebesar70%.b.  Ablasi Radiofrekuensi ( RFA – Radiofrequency Ablation)

Merupakan metode ablasi lokal yang paling sering dipakai dan efektif. Elektroda RFA

ditusukkan ke dalam tumor melepaskan energi radio frekuensi, hingga jaringan tumor mengalami

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 16/21

(Skenario 2 B-10) Page 16

nekrosis koagulatif panas, denaturasi, jadi secara selektif membunuh jaringan tumor. Satu kali

RFA menghasilkan nekrosis seukuran bola berdiameter 3-5 cm, sehingga dapat membasmi tuntasmikrohepatoma, dengan hasil kuratif. RFA perkutan memiliki keunggulan mikroinvasif, aman,

efektif, sedikit komplikasi. mudah diulangi.

Pemanasan karena tahanan terjadi sebagai akibat dari agitasi ionik di sekitar elektroda menjadi

energi RF yang berosilasiselama usaha untuk mencapai ground. (Ellis, 2004)Sebuah studi yang membandingkan RFA dengan PEI

pada pasien-pasien dengan HCC berukuran lesi hingga 4

cm menunjukkan bahwa RFA unggul dalam hal angkasurvival 3 tahun pasien (74% dibanding 51%). Penelitian

yang lain menunjukkan manfaat RFA sama saja dengan

PEI. Secara umum, hanya sedikit saja penggunaan RFAyang mencapai nekrosis lengkap tumor, tanpa perbedaan

bermakna dalam morbiditas dan peningkatan ketahanan

hidup pasien.

c.  Kryoterapi/Kryoablasi (Cryotherapy/Cryoablation)Kryoterapi merupakan metoda penggunaan sifat termal untuk mengablasi suatu tumor.

Menggunakan pendinginan/pembekuan yang cepat, biasanya menggunakan gas nitrogen,

penghangatan yang lambat, lalu pengulangan siklus pembekuan-penghangatan hingga mencapai

titik ablasi yang ditandai oleh terbentuknya kristal es pada intra dan ekstrasel.Efek kryoterapi meliputi kerusakan vaskuler, kerusakan organela dan dinding sel, dehidrasi sel,

serta perubahan pH dan osmolaritas intrasel. Indikasi kryoterapi pada HCC untuk pasien dengan

tumor multiple yang bilobi yang tidak memungkinkan bagi tindakan reseksi subsegmental yangmultipel.

Terapi Sistemik

a.  Kemoterapi sitotoksik (meliputi etoposide, doxorubicin, epirubicin, cisplatin, 5-fluorouracil,mitoxantrone, fludarabine, gemcitabine, irinotecan, nolatrexed).

b.  Terapi hormonal

Estrogen secara in vitro terbukti memiliki efek merangsang proliferasi hepatosit, dan secara invivo bisa memicu pertumbuhan tumor hepar. Obat antiestrogen, tamoxifen dipakai karena bisa

menurunkan jumlah reseptor estrogen di hepar.

c. 

Terapi somatostatin (ocreotide, lanreotide). Somatostatin memiliki aktivitas antimitosisterhadap berbagai tumor non-endokrin, dan sel-sel HCC memiliki reseptor somatostatin.d.  Thalidomide, sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan epirubicin atau dengan

interferon menunjukkan aktivitas yang terbatas pada pengobatan HCC.

e.  Terapi interferon, biasa dipakai untuk terapi hepatitis viral telah dicobakan untuk pengobatan

HCC. Mekanisme terapinya meliputi efek langsung anti virus, efek imunomodulasi, serta efek antiproliferasi langsung maupun tak langsung.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 17/21

(Skenario 2 B-10) Page 17

f.   Molecularly targeted therapy, adalah inhibitor tirosin-kinase multi target dengan kemampuan

antiangio genesis pula.

RadioterapiRadioterapi eksternal sesuai untuk dengan lesi hepatoma yang relatif terlokalis radiasi dapat

mencakup seluruh tumor selain itu sirosis hati tidak parah, pasien mentolerir radioterapi.

Radioterapi umumnya digunakan bersama metode terapi lain seperti ligasi arteri hepatik,

kemoterapi transarteri hepatik, kemoembolisasi arteri hepar.Sedangkan untuk kasus stadium Ianjut dengan metastasis tulang, radiasi local dapat mengatasi

nyeri. Komplikasi tersering dari radioterapi adalah gangguan fungsi hati hingga timbul ikterus,

asites hingga tak dapat menyelesaikan seluruh dosis terapi, dapat juga memakai biji radioaktif untuk radioti internal terhadap hepatoma. Saat ini untuk memberikan terapi radiasi eksterna bagi

pasien HCC yang inoperabel,dikembangkan beberapa teknik,antara lain:

*Three dimensional conformal radiotherapy (3-D-CRT)

* Intensity-modulated radiotherapy (IMRT)*Stereotactic body radiotherapy (SBRT)

*Proton beam dan heavy ion therapy

Bagan terapi HCC

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 18/21

(Skenario 2 B-10) Page 18

Terapi Paliatif 

Sebagian besar pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah-lanjut (intermediate-advanced 

stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan analisis, pada stadium ini hanya

TAE/TACE (transarterialembolization/chemo embolization) saja yang menunjukkan penurunan

pertumbuhan tumor serta dapat meningkatkan harapan hidup pasien dengan HCC yang tidak 

resektabel. TACE dengan frekuensi 3 hingga 4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsihatinya cukup baik (Child-Pugh A) serta tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi vaskular

atau penyebaran ekstrahepatik, yang tidak dapat diterapi secara radikal.

Sebaliknya, bagi pasien yang dalam keadaan gagal hati (Child-Pugh B-C), serangan iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.

1.9 Komplikasi Karsinoma HepatoselulerAsites, perdarahan saluran cerna atas, enselofati hepatica, sindrom hepatorenal (keadaan pasien

dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal yang ditandai dengan gangguan

ginjal dan sirkulasi darah).

1.10 Prognosis Karsinoma HepatoselulerKausa kematian pada karsinoma hepatoseluler akibat kegagalan sistemik, perdarahan saluran

cerna atas, koma hepatik dan ruptur hati. Faktor yang mempengaruhi prognosis terutama adalahukuran dan jumlah tumor, ada tidaknya trombus kanker dan kapsul, derajat sirosis yang

menyertai, metode terapi. Data 1465 kasus pasca reseksi radikal hepatoma dari Institut Riset

Hepatoma Univ. Fudan di Shanghai menunjukkan survival 5 tahun 51,2%. Dari 1389 kasushepatoma di RS Kanker Universitas Zhongshan di Guangzhou, pasca hepatektomi survival 5

tahun 37,6%, untuk hepatoma <5cm survival 57,3%. Tidak sedikit kasus yang pasca reseksi

bertahan hidup lama. Prognosis dari hepatoma lebih dipengaruhi oleh:

*stadium tumor pada saat diagnosis*status kesehatan pasien

*fungsi sintesis hati*manfaat terapi

1.12 Pencegahan Karsinoma HepatoselulerPencegahan terhadap HCC adalah suatu tindakan yang berupaya untuk menghindari segala

sesuatu yang menjadi faktor risiko terjadinya kanker dan memperbesar faktor protektif untuk mencegah kanker.

Prinsip utama pencegahan kanker hati adalah dengan melakukan skrining kanker hati sedini

mungkin. Vaksinasi virus hepatitis B dan C, mencegah pencemaran bahan makanan denganaflatoksin dan menghindari konsumsi alkohol secara berlebihan.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 19/21

(Skenario 2 B-10) Page 19

LO.2. Memahami dan Menjelaskan Transplantasi Organ Menurut Pandangan Agama

Islam

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan donor organ

ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu : 

a. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup

Seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ tubuhnya kepada oranglain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu, seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan

organ tunggal yang dapat mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung,

hati dan otaknya. Maka hukumnya tidak diperbolehkan (haram), berdasarkan firman Allah SWTdalam Al-Qur’ansurat (Al-Baqorah ayat 195) ”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

kebinasaan ” 

(An-Nisa ayat 29) ”dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri” (Al-Maidah ayat 2) ”dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” 

b. Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah MeninggalSebelum mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, harus mendapatkankejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa hukum yang harus

kita tahu, yaitu :

1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si pendonor ingin menyumbangkan organnya setelah diameninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang

lainnya.

2. Jika terdapat kasus si pendonor organ belum memberikan persetujuan terlebih dahulu tentang

menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepadapihak keluarga pendonor terdekat yang dalam posisi dapat membuat keputusan atas

penyumbang.3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang ditentukandapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia lainnya.

4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara prosedur medis

bahwa si pendonor organ telah meninggal dunia.5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas yang

identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.

”Boleh hukumnya memindahkan organ tubuh mayit kepada orang hidup yang sangat 

bergantung keselamatan jiwanya dengan organ tubuh tersebut” 

c. Keadaan Darurat

*Donor anggota tubuh yang bisa pulih kembaliDisimpulkan bahwa darah, kulit hukumnya boleh selama hal itu sangat darurat dan dibutuhkan.(Fatwa Kibar Ulama Ummah, hal. 939) Adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

Firman Allah swt :

” Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah

memelihara kehidupan manusia semuanya. " ( Qs Al Maidah : 32 )

Dalam ayat ini, Allah swt memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia, maka

dalam hal ini, para pendonor darah dan dokter yang menangani pasien adalah orang-orang yang

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 20/21

(Skenario 2 B-10) Page 20

mendapatkan pujian dari Allah swt, karena memelihara kehidupan seorang pasien, atau menjadi

sebab hidupnya pasien dengan izin Allah swt.*Donor anggota tubuh yang bisa menyebabkan kematian.

Dalam transplantasi organ ada beberapa organ yang akan menyebabkan kematian seseorang,

seperti: limpa, jantung, ginjal, otak. Maka mendonorkan organ-organ tubuh tersebut kepada

orang lain hukumnya haram karena termasuk dalam kategori bunuh diri. Dan ini bertentangandengan firman Allah swt :

"dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. " (Qs Al Baqarah : 195) 

Juga dengan firman Allah swt : "Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri , sesungguhnya

 Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. ( Qs An Nisa : 29 ) 

**Donor anggota tubuh yang tunggal

Organ-organ tubuh manusia ada yang tunggal dan ada yang ganda ( berpasangan ). Adapun yangtunggal, diantaranya adalah : mulut, pankreas, buah pelir dan lainnya. Ataupun yang aslinya

ganda (berpasangan) karena salah satu sudah rusak atau tidak berfungsi sehingga menjadi

tunggal, seperti : mata yang tinggal satu. Mendonorkan organ-organ seperti ini hukumnya haram,

walaupun hal itu kadang tidak menyebabkan kematian. Karena, kemaslahatan yang ingin dicapai

oleh pasien tidak kalah besarnya dengan kemaslahatan yang ingin dicapai pendonor. Bedanya jika organ tubuh tadi tidak didonorkan, maka maslahatnya akan lebih banyak, dibanding kalau

dia mendonorkan kepada orang lain.**Donor anggota tubuh yang ada pasangannya.

Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, bahwa sebagian organ tubuh manusia ada yang

berpasangan, seperti : ginjal, mata, tangan, kaki, telinga. Jika donor salah satu organ tubuhtersebut tidak membahayakan pendonor dan kemungkinan besar donor tersebut bisa

menyelamatkan pasien, maka hukumnya boleh. Sebaliknya jika donor salah satu organ tubuh

yang ada pasangannya tersebut membahayakan atau paling tidak membuat kehidupan pendonor

menjadi sengsara, maka donor anggota tubuh tersebut tidak diperbolehkan, apalagi jika tidak membawa banyak manfaat bagi pasien penerima donor.

5/17/2018 karsinoma hepatoselular - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/karsinoma-hepatoselular 21/21

(Skenario 2 B-10) Page 21

Daftar Pustaka

Budihusodo, Unggul. Karsinoma Hati. Dalam: Sudoyo A, setyohadi B, Alwi I, Simadibrata

M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 edisi 5. Jakarta: InternaPublishing. 2009:

Hal 685-691.

Desen, Wan. Onkologi Klinik: Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008: Hal 408-423.

Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2005.  Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Kowalak, Jennifer P., William Welsh. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.

Universitas YARSI.

American liver foundation. 2008.

http://www.liverfoundation.org/downloads/alf_download_649.pdf  pada Rabu, 4 April 2012

Pukul 22.48 WIB.

Axelrod, David A.2011. Hepatocellular Carcinoma.Diambil darihttp://emedicine.medscape.com/article/197319-overview#aw2aab6b2b4  pada Rabu, 4 April

2012 Pukul 20.43 WIB.

Bruix, Jordi dan Morris Sherman. 2005. Management of Hepatocelluler Carcinoma.Diambil

darihttp://www.aasld.org/practiceguidelines/Documents/Bookmarked%20Practice%20Guidel

ines/hepatocellular%20carenoma.pdf  pada Rabu, 4 April 2012 Pukul 20.44 WIB

 Journal of Chinese Clinical Medicine.2010. Hepatocellular carcinoma 

http://old.cjmed.net/upload/pdf/201006290900096470.pdf?PHPSESSID=d706e46a6842d122

8169cb7e4a925856 pada Rabu, 4 April 2012 Pukul 20.48 WIB.

Gurakar, Ahmet. 2011. Hepatocellular Carcinoma (Liver Cancer)

http://www.hopkins-gi.org/GDL_Disease.aspx?CurrentUDV=31&GDL_Cat_ID=83F0F583-

EF5A-4A24-A2AF-0392A3900F1D&GDL_Disease_ID=A349F0EC-5C87-4A52-9F2E-69AFDB80C3D1 pada Minggu, 8 April 2012 Pukul 13.54 WIB