karangan ilmiah

37
EVALUASI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA Di susun oleh: Nama : Hotma Lina Siregar Nim : 208311052 Kelas : B Ekstensi JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Upload: dany-azza

Post on 02-Jul-2015

589 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARANGAN ILMIAH

EVALUASI PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

Di susun oleh:

Nama : Hotma Lina Siregar

Nim : 208311052

Kelas : B Ekstensi

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIMED

2011

Page 2: KARANGAN ILMIAH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah Swt, yang telah memberikan Rahmat maupun KaruniaNya

kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana yang diharapkan.

Makalah ini dimaksudkan sebagai upaya melengkapi bahan sumber belajar kami mengenai”

Metodologi dan Laporan Hasil Penelitian”

Penulisan makalah ini terlaksana sebagai bagian dari kegiatan belajar mahasiswa Jurusan

pendidikan bahasa Indonesia , FBS dan oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Drs.Syamsul Arif,M.Pd sehingga makalah ini dapat selesai sebagaimana mastinya, namun

penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca bila ada kesalahan dan

kekurangan dalam penulisan makalah ini.

Akhirnya Penulis ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat kepada teman-teman

khususnya kepada penulis.

Medan, Oktober 2010

P E N U L I S

Page 3: KARANGAN ILMIAH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................…….i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................…….ii

BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................................……

1.1 Pengantar……………………………………………………………………...1

1.2 Jenis- jenis Karangan Ilmiah………………………………………………....1

1.3 Manfaat Penyusunan Karangan Ilmiah……………………………………...2

1.4 Tujuh Macam Sikap Ilmiah…………………………………………………..2

1.5 Waktu Yang Diperlukan Untuk Penyusunan………………………………..3

1.6 Jadwal Kegiatan Penyusunan………………………………………………...3

BAB II : TAHAP- TAHAP PENYUSUNAN

KARANGAN ILMIAH.....................................................................................……..4

2.1 Pengantar……………………………………………………………………....4

2.2 Tahap Persiapan……………………………………………………………….5

2.3 Pengumpulan Data…………………………………………………….............5

2.4 Pengorganisasian/ Pengonsepan………………………………………………5

BAB III : KONVENSI NASKAH

KARANGAN ILMIAH.....................................................................................……..6

3.1 Pengantar……………………………………………………………………....6

3.2 Bahan dan Jumlah Halaman…………………………………………………..6

3.3 Perwajahan…………………………………………………………………….7

3.3.1 Kertas Pola Ukuran………………………………………………………7

3.3.2 Penomoran……………………………………………………………….7

Page 4: KARANGAN ILMIAH

3.4 Penyajian……………………………………………………………………..8

3.4.1 Pengartuan Hasil Studi Pustaka………………………………………..8

3.4.2 Penampilan Kutipan ...................................................................................8

3.4.3 Pengintegrasian Kutipan ke dalam Teks……………………………....9

3.4.4 Catatan Kaki…………………………………………………………....9

BAB IV : SISTEMATIKA KARANGAN ILMIAH.........................................................……..10

4.1 Bagian Pembuka…………………………………………………………. ……..10

4.1.1 Kulit Luar………………………………………………………………..10

4.1.2 Halaman Judul…………………………………………………………..10

4.1.3 Halaman Pengesahan……………………………………………………10

4.1.4 Halaman Penerimaan……………………………………………………11

4.1.5 Prakata……………………………………………………………………11

4.1.6 Daftar Tabel……………………………………………………………...11

4.1.7 Daftar Grafik, Bagan, atau skema……………………………………....11

4.1.8 Daftar Singkatan dan Lambang…………………………………………..12

4.2 Bagian Inti Karangan Ilmiah………………………………………..........………12

4.2.1 Bab Pendahuluan……………………………………………………………12

4.2.2 Bab Analisis atau Bab pembahasan………………………………………...13

4.2.3 Bab Simpulan dan Saran…………………………………………………....13

4.3 Bagian Penutup……………………………………………………………………13

4.3.1 Daftar Pustaka………………………………………………………………13

4.3.2 Penulisan Laporan………………………………………………………… 14

4.3.3 Penulisan Indeks……………………………………………………………14

BAB V : BAHASA

DALAM KARANGAN ILMIAH…………………………………………………….15

5.1 Penerapan Karangan Ilmiah……………………………………………………….15

Page 5: KARANGAN ILMIAH

5.2 Pembentukan Kata………………………………………………………………..16

5.3 Pemilihan Kata ( Diksi)…………………………………………………………...17

5.4 Penyusunan Kalimat Efektif……………………………………………………….18

5.5 Penyusunan Paragraf………………………………………………………………19

- Perbandingan 4 (empat) buku karya ilmiah……………………………………………20

Page 6: KARANGAN ILMIAH

DASAR- DASAR PENULISAN KARANGAN ILMIAH

1.1 Jenis- jenis karangan ilmiah

Menurut Brotowidjoyo (1985:-9), “ karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.” Karangan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran dalam karangan ilmiah itu adalah kebenaran yang objektif- positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan bukan kebenaran yang normative.

Ada beberapa jenis karangan ilmiah yang biasa ditulis orang. Disamping makalah dan skripsi seperti: kertas kerja, laporan penelitian, tesis, dan disertai istilah- istilah dipakai untuk memberi nama suatu karya tulis yang berifat ilmiah. Semua jenis karangan ilmiah selalu menyajikan suatu hasil kegiatan penelitian tentang suatu pokok masalah berdasarkan data dan fakta di lapangan

Perbedaan istilah- istilah karangan ilmiah itu adalah sebagai berikut:

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris- objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif. Makalah disusun untuk melengkapi tugas- tugas ujian mata kuliah tertentu atau untuk memberikan saran pemecahan tentang suatu masalah secara ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Bentuk yang paling sederhana di antara karya tulis ilmiah yang lain.

Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris- objektif. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya.

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris- objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (studi kepustakaan). Skripsi ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana muda/ diploma dan penyusunannya dibimbing oleh seorang dosen atau tim yang ditunjuk oleh suatu lembaga pendidikan tinggi.

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terperinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan- sanggahan enat guru besar/ penguji suatu pendidikan tinggi. Disertai berisi suatu temuan penulis sendiri, berupa temuan oriinal. Jika temuan orisinal dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doctor.

Page 7: KARANGAN ILMIAH

1.2 Manfaat Penyusunan Karangan Ilmiah

Penyusunan karangan ilmiah memberikan manfaat yang besar sekali, baik bagi penulis maupun bagi masyarakat. Menurut Sikumbang (1981:2-5), sekurang- kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan yang intinya adalah sebagai berikut:

1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karangan ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topic yang akan dibahas.

2. Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam catalog pengarang atau catalog judul buku.

4. Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis akan memperoleh kepuasaan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

1.3 Tujuh Macam Sikap Ilmiah

Menurut Brotowidjoyo (1985:33-34), orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah yaitu:

1. Sikap ingin tahu. Diwujudkan dengan selalu bertanya- Tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur- unsurnya?

2. Sikap kritis. Direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak- banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah

3. Sikap terbuka. Dinyatakan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain

4. Sikap objektif. Diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya

5. Sikp rela menghargai karya orang lain. Diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.

6. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.

Page 8: KARANGAN ILMIAH

7. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap “ futuristic”, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun suatu teori baru.

1.4 Waktu yang Diperlukan untuk Penyusunan

Waktu yang diperlukan untuk penyusunan karangan ilmiah berbeda- beda bergantung pada luas atau sempitnya masalah yang dibahas dan dangkal atau dalamnya pembahasan. Untuk karangan ilmiah sederhana, seperti makalah atau kertas kerja dengan ketebalan kurang dari lima belas halaman, hanya diperlukan waktu sekitar tiga bulan, tetapi untuk karangan ilmiah yang luas dan mendalam, seperti skripsi, diperlukan waktu enam sampai dengan 12 bulan. Bahkan, untuk penyusunan disertai diperlukan waktu yang lebih lama lagi.

1.5 Jadwal Kegiatan Penyusunan

Agar penyusunan karangan ilmiah selesai tepat pada waktu yang ditetapkan oleh dosen pembinbing atau perguruan tinggi yang memberikan tugas, penyusunan harus memiliki ketabahan, kesabaran, dan keuletan, serta memiliki disiplin kerja yang tinggi.

Page 9: KARANGAN ILMIAH

BAB II

TAHAP- TAHAP PENYUSUNAN KARANGAN ILMIAH

Dalam penyusunan karangan ilmiah terdapat lima tahap antara lain:

1. Persiapan. Yang termasuk persiapan adalah:

a. Pemilihan masalah/ topik

b. Penentuan judul

c. Pembuatan kerangka karangan/ragangan

2. Pengumpulan data yang terdiri dari:

a. Pencarian keterangan dari bahan bacaan

b. Pengumpulan keterangan dari pihak- pihak yang mengetahui masalah yang digarap

c. Pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti

d. Percobaan dan pengujian di lapangan atau laboratorium

3. Pengorganisasian dan pengonsepan yaitu:

a. Pengelompokan bahan

b. Pengonsepan

4. Pemeriksaan/ penyuntingan konsep

5. Penyajian/ pengetikan

2.1 Tahap Persiapan

a. Pemilihan Topik/ Masalah

Topik/ masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam hubungan dengan pemilihan topic yang akan diangkat ke dalam karangan ilmiah, Keraf (1980:111) mengatakan, penyusunan karangan ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar- benar diketahui daripada menulis pokok- pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali.

b.Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk- petunjuk, tinggal Anda menguji sekali lagi; apakah topic itu betul- betul cukup sempit dan terbatas ataukah

Page 10: KARANGAN ILMIAH

masih terlalu umum dan mengambang. membatasi topic/ masalah adalah dengan pembuatan bagan pembatasan topic

c.Pembuatan Kerangka Karangan

Kerangka karangan disebut juga ragangan (outline). Penyusunan ragangan, pada prinsipnya, adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta yang kadang- kadang berbeda jenis dan sifatnya menjadi kesatuan yang berpautan (Moeliono, 1988:1). Penyusun karangan ilmiah dapat membuat ragangan buram, yakni ragangan yang hanya memuat pokok- pokok gagasan sebagai pecahan dari topic yang sudah dibaatsi, atau dapat juga membuat ragangan kerja, yakni ragangan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragangan buram.

2.2 Pengumpulan Data

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dari kepustakaan (buku, Koran, majalah, brosur). Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat pada kartu hasil studi.

2.3 Pengorganisasian/ Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul penyusunan menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusunan harus menggolong- golongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusunan harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik- teknik yang ditentukan.

Page 11: KARANGAN ILMIAH

BAB III

KONVENSI NASKAH KARANGAN ILMIAH

Pada dasarnya konvensi penulisnya sama.Konvensi penulisan karangan ilmiah itu menyangkut:

1.Bentuk karangan ilmiah

2. Bagian- bagian karangan ilmiah.

Pembicaraan bentuk karangan ilmiah mencakupi:

a. Bahan yang digunakan

b. Perwajahan

c. Penomoran halaman.

Pembicaraan bagian- bagian karangan ilmiah mencakupi:

a. Judul karangan ilmiah

b. Judul bab- bab dalam karangan ilmiah

c. Judul anak bab

d. Judul table, grafik, bagan, gambar

e. Daftar pustaka

f. Lampiran

3.1 Bahan dan Jumlah Halaman

Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan ilmiah sebaiknya kertas HVS yang berukuran kuarto (21,5 x 28 cm2). Sedangkan untuk kulitnya digunakan kertas yang agak tebal. Kemudian, mesin tik yang digunakan hendaknya mesin tik yang huruf- hurufnya tegak dan masih jelas, tidak meloncat- loncat. Pemakaian mesin tik yang hurufnya miring tidak diizinkan. Jika mesin tik yang digunakan lebih dari satu, usahakan agar ukuran dan bentuk hurufnya sama sehingga hanya terdapat satu ukuran dan satu bentuk huruf dalam suatu karangan ilmiah. Pita mesin tik yang digunakan harus berwarna hitam. Jumlah halaman makalah untuk melengkapi ujian semester dalam mata kuliah antara 10- 15 halaman, termasuk prakata, daftar isi dan daftar pustaka. Jumlah halaman skripsi untuk memenuhi syarat ujian diploma atau sarjana tidak kurang dari 30 halaman.

Page 12: KARANGAN ILMIAH

3.2 perwajahan

Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak unsur- unsure karangan ilmiah serta aturan penulisan unsur- unsure tersebut, yang dikaitkan dengan segi keindahan dan estetika naskah. Periksalah kulit luar naskah, halaman, judul, daftar isi, daftar pustaka. Dalam pembicaraan tentang perwajahan akan dibahas

1.1 Kertas pola ukuran

Kertas pola ukuran dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus ditaati agar hasil ketikan tampak rapi. Namun, jika Anda menggunakan computer, program- program harus dikuasai dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.

Buatlah garis- garis pembatas pada kertas pola ukuran itu dengan ukuran :

1. Pias atas 4 cm

2. Pias bawah 3 cm

3. Pias kiri 4 cm

4. Pias kanan 2,5 cm

1.2 Penomoran

a. Angka yang digunakan

Penomoran yang lazim digunakan dalam karangan ilmiah adalah dengan angka Romawi kecil (I,ii,iii,iv,v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk prakata, daftar isi, daftar table, daftar grafik (jika ada), daftar singkatan dan lambing. Angka Romawi besar (I,II,III,IV,V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisis, dan tajuk bab simpulan. Angka Arab (1,2,3,4,5) digunakan untuk menomori halaman- halaman naskah mulai bab pendahuluan samapai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama- nama table, grafik, bagan dan skema.

b. Letak penomoran

Halaman judul, daftar isi, daftar table, daftar grafik, daftar bagan, daftar skema, daftar singkatan dan lambang menggunakan angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah- tengah. Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka, indeks, dan lampiran menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah- tengah. Halaman- halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian atas, tepat di tengah- tengah.

c. Penomoran Anak Bab

Anak bab dan subanak bab dinomori dengan angka Arab system digital. Angka terakhir dalam digital. Angka terakhir dalam digital ini tidak diberi titik (1.1,1.2,2.1,2.2,2.2.1,2.2.2,3.1,3.2) dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga

Page 13: KARANGAN ILMIAH

angka, sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a,b,c, kemudian 1),2),3), selanjutnya a),b),c), dan seterusnya.

3.4.1 Pengartuan Hasil Studi Pustaka

Sebelum mulai menulis karangan ilmiah, anda sudah memilih dan menentukan bahan bacaan yang membahas masalah yang akan ditulis. Sumber bacaan dapat berupa buku yang sudah diterbitkan, Anda akan menemukan isi pernyataan atau keterangan yang menurut Anda sendiri pastas untuk dijadikan kutipan. Keterangan ini dpat berupa rumus, defenisi, atau perincian yang berhubungan erat dengan pokok garapan dan dituliskan dalam kartu hasil studi pustaka berukuran 14x 10 cm2. Isi pernyataan itu segera Anda pindahkan kedalam kartu hasil studi pustaka yang sudah disiapkan. Tuliskan pokok masalah pada sudut kanan sebelah atas. Dibawah masalah dicantumkan data kepustakaan (pengarang, tahun terbit, judul buku, tempat terbit, mana penerbit, dan nomor halaman). Data kepustakaan ini akan digunakan waktu merujuknua.dibawah data kepustakaan, Anda mengutip isi pernyataan atau keterangan yang diperlukan.

3.4.2 Penampilan Kutipan

Penampilan kutipan, sebagai pertanggungjawaban moral penulis dalam hubungannya dengan kelaziman dalam mengarang. Kita ikuti ketentuan- ketentuan berikut ini:

1. Istilah- istilah seperti ibid, op cit, dan loc cit tidak perlu digunakan dalam karangan ilmiah karena pembaca tidak akan langsung mengetahui siapa yang membuat isi pernyatan itu.

2. Jika nama pengarang dituliskan sebelum bunyi kutipan, buatlah dahulu pengantar kalimat yang sesuai dengan keperluaan, kemudian tulis nama akhir pengarang, berikutnya cantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung baru ditampilkan.

3. Jika nama pengarang dicantumkan setelah bunyi kutipan, buatlah dahulu pengantar kalimat yang sesuai dengan keperluan, tampilkan kutipan, sebutkan nama akhir pengarang, tanda koma, tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung dan akhirnya diberi titik.

4. Ketentuan b) dan c) berlaku bagi kutipan yang berasal dari sutu sumber yang pengarangnya dua orang

5. Jika diperlukan lebih dari satu buku rujukan untuk kepentingan pendapat dan buku- buku itu membicarakan hal yang sama, penampilan kutipannya.

6. Jika nama pengarang lebih dari dua orang, yang disebutkan hanya pengarang pertama dengan memberikan et al, atau dkk ( berarti dan kawan- kawan) di belakang nama.

7. Jika kutipan hanya lima baris atau kurang dari lima baris, penampilannya seperti dicontohkan diatas, yaitu kutipan dicantumkan di dalam teks dengan jarak dua spasi baik dengan kutipan langsung maupun tidak langsung, sedangkan kutipan yang lebih

Page 14: KARANGAN ILMIAH

dari lima baris dicantumkan di bawah teks dengan jarak satu spasi. Dan menjorok sekitar lima pukulan mesin tik, baik di sebelah kiri maupun di sebelah kanan, tanpa diberi tanda petik.

3.4.3 Pengintegrasian Kutipan ke dalam Teks

Jika kutipan dari kartu hasil studi pustaka akan ditampilkan dalam suatu paragraph, usahakan agar koherensi paragraph tetap utuh dan tidak sampai timbul kesan, kutipan ini muncul tiba- tiba yang tidak relevansinya dengan pembicaraan dalam paragraph yang bersangkutan. Amoniak digunakan sebagai bahan pembuat urea, merupakan barang komoditas ekspor seperti dikatakan oleh Subandi (1987:40), “ Amoniak dikirimkan secara kontinu untuk memenuhi keperluan PT Petro Kimia Gresik dan diekspor ke Filipina, India, Thailand, Korea Selatan dan Jepang.

3.4.4 Catatan Kaki

Catatan kaki adalah suatu keterangan tambahan tentang istilah atau ungkapan yang tercantum dalam naskah. Catatan kaki dapt berupa rujukan kepada sesuatu yang bukan buku, seperti eterangan wawancara, pidato di televise dan sejenis dengan itu.bagian yang diterangkan diberi nomor 1,2,3. Catatan kaki diletakkan di bagian bawah halaman dengan dibatasi oleh garis sepanjang sepuluh pukulan dari pias kiri jarak dari garis pembatas ke catatan kaki dua spasi. Nomor catatan kaki dinaikkan stengah spasi di depan penjelasannya diberi kurung tutup.

Page 15: KARANGAN ILMIAH

BAB IV

SISTEMATIKA KARANGAN ILMIAH

Sistematika karangan ilmiah adalah aturan meletakkan bagian- bagian karangan ilmiah, bagian mana yang harus didahulukan dan bagian mana pula yang harus dikemudiankan, bagian yang diletakkan di depan lazim disebut pembuka karangan ilmiah yang terdiri atas:

4.1 Bagian Pembuka

4.1.1 Kulit Luar

Yang dicantumkan pada kulit luar adalah

a. Judul karangan ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada)

b. Keperluan penyusunan

c. Nama penyusun

d. Nama lembaga pendidikan tinggi (nama jurusan, fakultas dan universitas)

e. Nama kota tempat lembaga pendidikan tinggi

f. Tahun penyusunan

A. Judul Karangan Ilmiah dan Keterangannya

Judul karangan ilmiah dicantumkan sekitar empat sentimeter dari pinggir atas kertas. Judul karangan ilmiah dituliskan dengan huruf capital seluruhnya tanpa diakhiri tanda baca apa pun.

4.1.2 Halaman Judul

Halaman judul harus sama persis dengan penulisan kulit luar. Ukuran hurufnya sama; capital atau tidak kapitalnya sama; system simetris atau system lurusnya sama. Pendeknya, yang tercantum dalam halaman judul merupakan turunan semua hal yang terdapat dalam kulit luar.

4.1.3 Halaman Pengesahan

Halaman ini disediakan untuk mencantumkan nama- nama dosen pembimbing, nama ketua jurusan, dan nama dekan yang bertanggung jawab akan kesahihan karangan ilmiah. Jenis- jenis istilah yang tercantum dalam halaman ini berbeda- beda bergantung pada kebiasaan yang berlaku di lingkungan masing- masing.

Terlepas dari istilah yang digunakan atau penempatan istilah yang berbeda- beda, yang harus diperhatikan adalah penerapan kaidah bahasa, sebagai berikut:

Page 16: KARANGAN ILMIAH

a. Semua awal kata yang tercantum dalam halaman ini dituliskan dengan huruf capital, kecuali kata tugas.

b. Setelah kata pembimbing dan kata pembaca dibubuhkan tanda koma

4.1.4 Halaman Penerimaan

Setelah halaman pengesahan dicantumkan juga halaman penerimaan oleh panitia ujian sarjana muda/sarjana

4.1.5 Prakata

Prakata ditulis untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Dengan membaca prakata seorang akan mengetahui maksud penulis menyajikan karangan ilmiah, hal- hal yang termuat dalam karangan ilmiah, dan pihak- pihak mana saja yang memberikan keterangan kepada penulis. Unsure- unsure yang dicantumkan dalam prakata hendaklah dibatasi pada:

1) Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kekuatan kepad apenulis karangan ilmiah

2) Penjelasan tentang pelaksanaan penyusunan karangan ilmiah

3) Informasi tentang arahan dan bantuan dari berbagai pihak

4) Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya karangan ilmiah

5) Penyebutan nama tempat, tanggal, bulan dan tahun penyusunan, serta nama penyusun karangan ilmiah

Tajuk PRAKATA dituliskan denga huruf capital seluruhny tanpa diberi tanda baca apa pun dan diletakkan turun sekitar seperempat bagian ( tujuh sentimeter) dari pinggir atas kertas dan persis di tengah- tengah.

4.1.6 Daftar Tabel

Tajuk DAFTAR TABEL dituliskan dengan huruf capital seluruhnya, tanpa diberi tanda baca apa pun. Tajuk DAFTAR TABEL terletak di tengah- tengah kertas dan turun seperempat bagian dari pinggir atas kertas. Nama- nama table diberi nomor dengan angka Arab dan dituliskan dengan huruf capital pada semua awal katanya, kecuali partikel seperti di, ke,dan, dari, yang, dan untuk.

4.1.7 Daftar Grafik, Bagan, atau Skema

Daftar grafik, daftar bagan, atau daftar skema dibuat jika dalam suatu karangan ilmiah terdapat lebih dari satu grafik, bagan, atau skema. Cara menuliskannya adalah ditengah- tengah kertas dituliskan tajuk DAFTAR GRAFIK, DAFTAR BAGAN, atau DAFTAR SKEMA dengan huruf capital semua, diberi tanda baca apa pun. Tajuk- tajuk ini diletakkan

Page 17: KARANGAN ILMIAH

di tengah- tengah kertas dan turun seperempat bagian dari pinggir atas kertas (tujuh sentimeter) berilah nomor urut grafik, bagan, atau skema dengan angka Arab, 1,2,3 dan seterusnya, seperti grafik 1, bagian 2, atau skema 5 dengan diikuti nama masing- masing.

4.1.8 Daftar Singkatan dan Lambang

Dalam karangan ilmiah, penulis dapat menggunakan singkatan atau lambang istilah nama sesuatu. Hal itu dilakukan agar isi karangan terasa padat, efisien dan efektif. Tidak ada patokan yang pasti dalam pemakaian singkatan dan lambing, apakah singkatan dan lambang itu dituliskan dengan huruf capital seluruhnya, huruf kecil seluruhnya, atau gabungan capital dan kecil.

4.2 Bab Pendahuluan

Bab pendahuluan adalah bab yang mengantarkan isi naskah, yaitu bab yang berisi hal- hal umum yang dijadikan landasan kerja dan arah kerja penyusun.bagian- bagian bab pendahuluan yaitu:

a. Latar Belakang dan Masalah

Bagian ini harus mencantumkan alas an penulis mengambil judul dan manfaat praktis yang dapat diambil dari karangan ilmiah.

b. Tujuan pembahasan

Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas, yaitu gambaran hasil yang akan dicapai

c. Ruang Lingkup/ Pembatasan Masalah

Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas. Pembatasan masalah ini hendaknya terinci, istilah- istilah dirumuskan secara tepat.

d. Anggapan Dasar, Hipotesis, dan Kerangka Teori

- Anggapan Dasar

Anggapan Dasar( asumsi) adalah isi pernyatan umum yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Anggapan dasar inilah yang akan memberikan arah kepada penulis dalam mengerjakan penelitiannya dan anggapan dasar ini yang akan mewarnai simpulan penelitian yang diambil.

- Hipotesis

Hipotesis tidak sama dengan dugaan. Hipotesis adalah isi pernyataan yang berupa generalisasi tentative (sementara) tentang sesuatu masalah, yang belum pasti kebenarannya.

Page 18: KARANGAN ILMIAH

- Kerangka Teori

Kerangka teori berisi prinsip- prinsip teori yang mempengaruhi dalam pembahasan. Prinsip- prinsip teori ini berguna untuk membantu gambaran langkah dan arah kerja.

e. Sumber Data/ Populasi dan Sampel

Sumber data adalah tempat penulis bertumpu. Artinya, penelitian itu bertolak dari sumber data. Populasi adalah kumpulan dari seluruh sumber data yang akan diteliti.

f. Metode dan Teknik

Menurut Wiradi (1988:9), metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis), sedangkan teknik adalah cara melakukan setiap langkah tersebut.

4.2.2 Bab Analisis atau Bab Pembahasan

Bab analis atau bab pembahasan merupakan bab yang terpenting dalam penelitian ilmiah. Akan dilakukan kegiatan analisis, sintesis pembahasan, interpretasi, jalan keluar, dan beberapa pengolahan data secara tuntas. Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagi- bagi anak bab sesuai kebutuhan penelitian.

4.2.3 Bab Simpulan dan Saran

Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang dikemukakan. Simpulan diperoleh dari uraian analisis, interpretasi, dan deskripsi yang tertera pada bab analis.

4.3 Bagian Penutup

Bagian ini terdiri dari daftar pustaka, indeks, dan lampiran

4.3.1 Daftar Pustaka

Dalam daftar pustaka dicantumkan semua penyusunan kerangka ilmiah maupun yang hanya dijadikan bahan bacaan, termasuk didalamnya artikel, makalah, skripsi, disertai buku diktat, dan antologi. Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama- nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya, baik ke bawah maupun ke kanan.

Urutan penyebutan unsure- unur pustaka acuan yang disajikan dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut:

A. Buku sebagai Pustaka Acuan

Urutan penyebutan unsur- unsur pustaka untuk buku adalah

a. Nama penulis

Page 19: KARANGAN ILMIAH

b. Tahun terbit

c. Judul pustaka beserta keterangannya

d. Tempat terbit (kota)

e. Nama penerbit.

Jika tidak terdapat nama penulis dalam buku tersebut, urutan penyebutannya adalah:

a. Nama lembaga yang menerbitkan

b. Tahun terbit

c. Judul pustaka beserta keterangannya

d. Tempat terbit

e. Nama penerbit

B. Majalah

Sumber acuan dapat pula diambil dari majalah. Urutan unsur- unsur dalam penulisan daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit, judul artikel (diberi tanda petik), nama majalah (digarisbawahi dan didahulukan kata Dalam, nomor majalah, bulan terbit dan tahun penerbitan keberapa, yang ditempatkan dalam kurung dengan dibatasi tanda koma, dan tempat terbit.

C. Surat Kabar

Surat kabar dapat dijadikan sumber pustaka. Yang dicantumkan pada daftar pustaka adalah nama pengarang, tahun terbit,judul artikel ( diberi tanda petik), nama surat kabar (digaris bawahi) dan didahului kata dalam, tanggal terbit, tempat terbit.

D. Antologi

Sumber acuan itu berupa antologi, urutan penulisannya adalah nama pengarang, tahun terbit, tempat terbit dan nama penerbit.

4.3.2 Penulisan Lampiran ( jika diperlukan)

Lampiran yang dicantumkan dapat berupa korpus data, table, gambar, bagan,peta, instrument, transkripsi andaikata hal- hal tidak disertakan dalam teks.

4.3.3 Penulisan Indeks ( jika diperlukan)

Indeks ini berupa daftar kata atau istilah yang terdapat dalam karangan ilmiah. Penulisan daftar kata harus secara berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah

Page 20: KARANGAN ILMIAH

BAB V

BAHASA DALAM KARANGAN ILMIAH

5.1 Penerapan Ejaan yang Disempurnakan

a. Penggunaan spasi

Penggunaan spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut yang berlaku,

setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, tanda seru, tanda tanya) harus ada spasi, jarak satu

pukulan ketikan.

b. Penggunaan garis bawah satu

Dalam karangan ilmiah digunakan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang

harus dicetak miring apabila karangan ilmiah tersebut diterbitkan. Garis bawah satu dipakai

pada :

1. Anak Bab

2. Subanak bab

3. Kata asing atau kata daerah

4. Judul buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam naskah

c. Pemenggalan Kata

Apabila memenggal atau penyukuan sebuah kata dalam penggantian baris kita harus

membubuhkan tanda kurung (), dengan tidak didahului spasi atau tidak dibubuhkan dibawah

ujung baris. Berikut dicantumkan kaidah penyukuan sesuai dengan EYD :

1. Kalau ditengah kata ada 2 vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara

kedua vocal

2. Kalau ditengah kata ada dua vocal yang mengapit sebuah konsonan (termasuk ng,

ny, sy dan kh), pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.

3. Kalau ditengah kata ada dua konsonan atau lebih pemisahan tersebut dilakukan

diantara konsonan itu.

4. Kalau ditengah kata ada dua konsonan atau lebih pemisahan tersebut dialkukan

diantara konsonan pertama dan konsonan kedua

5. Jika kata berimbuhan atau berpartikel dipenggal, kita harus memisahkan imbuhan

atau partikel itu dari kata dasarnya.

d. Penulisan Di sebagai kata depan

Di yang berfungsi sebagai kata depan harus dituliskan terpisah dari kata yang

mengiringnya. Biasanya di sebagai kata depan ini berfungsi menyatakan arah atau tempat dan

merupakan jawaban atas pertanyaan dimana.

Page 21: KARANGAN ILMIAH

e. Penulisan di- sebagai awalan

Di- yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata kerja pasif dan harus dituliskan

serangkai dengan kata yang mengikutinya. Pada umumnya, kata kerja pasif yang berawalan

di- dapat diubah menjadi kata kerja aktif yang berawalan meng (meN-).

f. Penulisan Ke sebagai kata depan

Ke yang berfungsi sebagai kata depan biasanya menyatakan arah atau tujuan dan

merupakan jawaban atas pertanyaan ke mana.

g. Penulisan Ke sebagai awalan

Ke yang tidak menunjukkan arah atau tujuan harus dituliskan serangkai dengan kata yang

mengiringinya karena ke seperti itu tergolong imbuhan.

h. Penulisan partikel pun

Pada dasarnya, partikel pun yang mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata

bilangan harus dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun disana

merupakan kata yang lepas.

i. Penulisan partikel per

Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’ atau ‘tiap’ dituliskan terpisah dari kata yang

mengikutinya akan tetapi per yang menunjukkan pecahan atau imbuhan harus ditulis

serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

j. Penggunaan Tanda Hubung (-)

Tanda hubung digunakan untuk merangkai kata ulang. Dalam pedoman ejaan kata ulang

harus dituliskan dengan rangkaian tanda hubung. Tanda hubung juga harus digunakan antara

huruf kecil dan huruf kapital dalam kata berimbuhan baik awalan maupun akhiran, dan antara

unsur kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan kata yang mengikutinya yang diawali huruf

kapital.

5.2 Pembentukan Kata

a. Peluluhan Bunyi

Jika kata dasar berbunyi awal k, p, t, s bunyi awal itu harus diluluhkan menjadi ng, m, n,

dan ny. Kaidah itu juga berlaku juga bagi kata-kata yang bersal dari bahasa asing yang

sekarang sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia.

b. Penulisan Gabungan Kata

Di dalam Pedoman EYD terhadap kaidah yang menyatakan bahwa gabungan kata,

termasuk lazim disebut kata majemuk, unsur-unsurnya dituliskan terpisah. Tetapi terdapat

juag kata yang harus dituliskan serangkai, yaitu gabungan kata yang sudah dianggap sebagai

kata padu.

Page 22: KARANGAN ILMIAH

c. Penulisan gabungan kata berimbuhan

Apabila gabungan kata itu hanya mendapat awalan, awalannya itu harus dituliskan

serangkai dengan kata yang mengikutinya tetapi kata yang pertama dengan kata yang kedua

tetap dituliskan terpisah. Demikain juga jika gabungan kata itu memperoleh akhiran, yang

dituliskan serangkai itu hanya akhiran dengan kata kedua, sedangkan kata yang pertama tetap

dituliskan terpisah.

d. Penulisan kata penghubung intra kalimat

Kata penghunbung intra kalimat adalah kata penghubung yang terletak didalam kalimat,

baik dalam kalimat tungggal maupun kalimat majemuk. Penulisan kata penghubung intra

kalimat ini dikaitkan dengan penggunaan tanda koma. Ada kata penghubung yang harus

didahului tanda koma dan ada pula kata penghubung intra kalimat yang tidak boleh didahului

tanda koma.

e. Penulisan Ungkapan Penghubung Antar Kalimat

Ungkapan penghubung antar kalimat adalah kata penghubung yang terletak pada awal

kalimat. Jadi, letak ungkapan penghubung ini setelah tanda baca akhir dimulai dengan huruf

kapital. Ungkapan penghubung antar kalimat harus selalu diikuti tanda koma.

5.3 Pemilihan Kata (Diksi)

Penggunaan kata dalam ragam tulis tentu harus berbeda dengan penggunaan kata dalam

ragam tulis yang tidak resmi, apabila dengan pemakaian kata dalam ragam lisan yang tidak

resmi. Untuk bahasa karangan ilmiah perlu dipilih kata-kata yang memenuhi syarat baku,

lazim, hemat, dan cermat. Penulisan karangan ilmiah harus memilih kata yang berbunga-

bunga dan bersayap.

a. Kata yang Baku

Kata yang baku adalah kata yang baik dan resmi serta dianjurkan pemakainnya dalam

tulisan resmi. Dengan demikian, kata yang tidak resmi yang munculnya secara “liar” dalam

masyarakat harus dihindari. Kata-kata dialek, seperti bilang, ngasih, dan bukain tidak

digunakan dalam karangan ilmiah.

b. Kata Yang Lazim

Kata yang digunakan hendaklah kata yang sudah lazim, kata yang sudah dikenal oleh

masyarakat luas atau kata familiar (Sikumbang, 1985:80-82). Hindarilah penggunaan kata

yang tidak dikenal oleh masyarakat umum. Hindarilah menggunakan kata asing dan kata

daerah tertentu karena kata seperti itu tidak dikenal masyarakat luas.

Page 23: KARANGAN ILMIAH

c. Kata yang Hemat

Bahasa karangan ilmiah harus hemat kata, dan padat isi. Oleh karena itu kalau gagasan

yang diinginkan penulis dapat diungkapkan dengan singkat, mengapa penulis harus

merentangnya dengan kata yang sebenarnya tidak diperlukan.

d. Kata Yang Cermat

Penulis harus cermat memilih kata yang diinginkan. Kata-kata yang bersinonim walaupun

artinya sama pemakaiannya dalam kalimat kadang-kadang tidak dapat dipertukarkan sebab

kata-kata itu memiliki masa masing-masing.

5.4 Penyusunan Kalimat Efektif

Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat ragam tulis baku.

Kalimat ragam tulis baku hendaknya berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat yang

memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas dan enak dibaca. Beberapa kaidah

kalimat efektif sebagai berikut :

a. Subjek Tidak Didahului Kata Depan

Kata depan yang terletak sebelum subjek akan menghilangkan kejelasan gagasan kalimat

dengan menempatkan kata depan seperti itu sumbjek kalimat menjadi kabur.

b. Tidak Terdapat Subjek Yang ganda

Kalimat seperti ini tersusun karena penulisannya kurang hati-hati. Subjek yang ganda

dalam sebuah kalimat akan mengaburkan informasi yang diinginkan. Gagasan yang ada

dalam pikiran penulis tidak sejalan dengan kalimat yang dituliskan.

c. Kata Sedangkan dan sehingga tidak digunakan dalam kalimat tunggal

Banyak sekali kalimat tunggal yang diawali oleh kata sedangkan atau sehingga yang

seolah-olah kalimat tersebut dapat berdiri sendiri. Padahal menurut kaidah yang berlaku kata

sedangkan dan sehingga tidak dibenarkan mengawali kalimat tunggal.

d. Predikat kalimat tidak didahulia kata yang

Kata yang memang dapat dipakai dalam kalimat tetapu bukan didepan predikat kalimat.

Jika kata yang diletakkan didepan predikat, kalimat itu akhirnya tidak mempunyai oredikat

karena kata yang berfungsi untuk menerangkan suatu benda, naik subjek maupun objek.

e. Unsur Rincian Sejajar

yang dimaksud dengan rincian sejajar adalah kata-kata yang dirinc itu harus

menggunnakan bentuk yang sama. Jika rincian pertama menggunakan meng-, rincian

berikutnya menggunakn meng-juga, jika rincian pertama menggunakan peng-, rincian

selanjutnya menggunakan peng-. Demikian seterunya.

Page 24: KARANGAN ILMIAH

f. Tidak terjadi pengulangan subjek

kaidah ini berlaku bagi kalimat majemuk bertingkat yang sbjek anak kalimatnya sama

dengan induk kalimatnya sama dengan induk kalimat. Subjek yang harus dihilangkan adalah

anak kalimat, sedangkan subjek induk kalimat wajib dinyatakan

g. Subjek yang Tidak sama dalam Induk Kalimat dan dalam Anak kalimat harus eksplisit

jika dalam kalimat majemuk bertinggkat subjek nduk kalimat berbeda dengan subjek

anak kalimat, kedua subjekitu harus dinyatakan secara gamblan. Yang sering kita jumpai

adalah kesalahan menalar dalam kalimat majemuk.

h. kata penghubung penanda anak kalimat dnyatakan secara eksplisit

Stuktur kalimat seperti ini sering dijumpai ragam berita. Tentu saja kalangan

persurakabaran ingin menghemat kata demi tujuan tertentu. Dalam ragam tulis seperti ini

tidak dibenarkan.

i.Pemakaian kata hemat

j.Urutan Kata Tepat

k. Predikat- Objek Tidak Tersisipi

l. tidak Menggunakan Kata Penghubung yang bertentangan

5.5 Penyusunan Paragraf

Paragraf- paragraf dalam karangan ilmiah harus memenuhi dua syarat, yaitu kesatuan

(mengacu ke perpautan makna, koherensi) dan kepaduan ( mengacu ke perpautan bentuk

kohesi). Paragraf yang berangkat dari kalimat utama yang diikuti kalimat- kalimat penjelas

disebut paragraf deduktif, sedangkan paragraf yang diawali rincian berupa kalimat- kalimat

penjelas, kemudian diakhiri dengan suatu simpulan yang berupa kalimat utama disebut

induktif.

Page 25: KARANGAN ILMIAH

Perbandingan 4 (empat) buku karya ilmiah

Pada buku yang saya bandingkan dari keempat judul yang berbeda hanya 1 ( satu) buku yang memuat manfaat penyusunan Karangan ilmiah. Pada buku yang berjudul” DASAR- DASAR PENULISAN KARANGAN ILMIAH lengkap dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar untuk perguruan tinggi oleh: E. Zaenal Arifin.

Manfaat Penyusunan Karangan Ilmiah yaitu:

1. Penulis akan terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karangan ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topic yang akan dibahas.

2. Penulis akan terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan, seperti mencari bahan bacaan dalam catalog pengarang atau catalog judul buku.

4. Penulis akan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis akan memperoleh kepuasaan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

Dan dalam buku yang berjudul Karya Tulis Ilmiah bagi pengembangan profesi karya Drs. H. Zainal Aqib, M.Pd. penerbit Yrama Widya dan dalam buku yang berjudul Pedoman penulisan karya ilmiah oleh H.Bahdin Nur Tanjung, SE.. MM. dan Drs.H. Ardial M.Si. hanya ada dua sumber yang memuat yaitu pada sistematika Penulisan Karya tulis.

Dari buku yang keempat tersebut, hanya satu sumber yang memuat tentang “Gaya selingkuh Jurnal Dan Kaidah Merujuk Kutipan antara lain:

A. Gaya Selingkuh Jurnal

1. Tema dan Kekhususan Artikel

2. Kemutakhiran Artikel

3. Analisis dan Pendirian Penulisan Artikel

4. Penggunaan Sumber Acuan

B. Gaya Penulisan

1. Sistematika dan Proposal Bagian Artikel

2. Bahasa Artikel

Page 26: KARANGAN ILMIAH

C. Kaidah Merujuk Kutipan

1. Pengacuan dan Pengutipan

2. Format Penyajian

3. Ketentuan Khusus

D. Kaidah Penulisan Artikel Ilmiah

1. Kaidah Penulian” Universal”

2. Sistematika Penulisan

3. Cara Merujuk

1) Cara Merujuk Kutipan Langsung

2) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung

4. Cara Menulis Daftar Rujukan

1) Rujukan dari Buku

2) Rujukan dari Buku yang berisi Kumpulan Artikel (ada editornya)

3) Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel

4) Rujukan dari Artikel dalam Jurnal

5) Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran

6) Rujukan dari Koran Tanpa Penulis

7) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang diterbitkan oleh Suatu Penerbit Tanpa Pengarang dan Tanpa Lembaga

8) Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut

9) Rujukan Berupa Karya Terjemahan

10) Rujukan Berupa Skripi, Tesis, atau Disertai

11) Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau Lokakarya

12) Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual

13) Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal

14) Rujukan dari Internet Berupa Bahan Diskusi

15) Rujukan dari Internet Berupa E- mail Pribadi

Page 27: KARANGAN ILMIAH

16) Penyajian Tabel

17) Penyajian Gambar