karakteristik tanah yang diolah secara strip … · hubungan antar sifat fisik tanah dan...

28
11 KARAKTERISTIK TANAH YANG DIOLAH SECARA STRIP BERIRIGASI BAWAH PERMUKAAN Pendahuluan Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen- komponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Bowles (1989) menyatakan bahwa tanah adalah sistem yang heterogen, berfase banyak, rumit bersifat dispersi serta sarang, dimana luas pertemuan antar fase per satuan volume bisa sangat besar. Kondisi dispersi dari tanah dan kegiatan antar fase akan menghasilkan peristiwa seperti adsorbsi air dan bahan kimia, pertukaran ion, adesi, pengembangan dan pengkerutan, dispersi dan penggumpalan dan kapilaritas tanah merupakan sistem dispersi tiga fase yang selalu berada dalam keseimbangan yang dinamis. Ketiga fase tanah terdiri dari fase padat yang menyusun matrik tanah, fase cair yang terdiri dari air tanah yang selalu mengandung bahan-bahan terlarut dan fase gas yaitu atmosfir tanah (Hillel 1998; Sapei et al. 1990). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus bertekstur sedang sampai berat. Lapisan solum sebaiknya cukup dalam, kira-kira 60 cm, sehingga akar dapat dengan mudah masuk ke dalam. Struktur tanah baik dan mantap, tidak ada lapisan pedas yang tidak bisa ditembus oleh akar, tidak tergenang air dan tanah mampu menahan kapasitas air tersedia (available water capacity) yang cukup pada waktu musim kemarau (Mostaghimi dan Mcmahon 1989). Menurut Doorenbos dan Kassam (1979), kemampuan tanah untuk menahan air (water holding capacity) atau air tanah tersedia adalah total ketersediaan air untuk tanaman atau selisih antar kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang (pF 2.54) dengan kadar air pada titik layu permanen (pF 4.2). Kalsim dan Sapei (1992) menerangkan bahwa notasi pF merupakan logaritma dari nilai absolut head tekanan (h), pF = log (-h), secara teoritis nilai pF mempunyai selang dari - sampai 7, tetapi dari - sampai 0 umumnya diabaikan dan pada nilai diatas 5.0 tidak mempunyai pengertian praktis (tanaman umumnya mati pada pF 4.2). Hubungan antar sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa aerasi merupakan faktor pembatas yang penting dalam pengembangan sistem perakaran tanaman. Keadaan aerasi yang kurang baik dapat merugikan dan

Upload: vobao

Post on 04-Mar-2019

258 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

11

KARAKTERISTIK TANAH YANG DIOLAH SECARA STRIP BERIRIGASI BAWAH PERMUKAAN

Pendahuluan

Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-

komponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik.

Bowles (1989) menyatakan bahwa tanah adalah sistem yang heterogen, berfase

banyak, rumit bersifat dispersi serta sarang, dimana luas pertemuan antar fase per

satuan volume bisa sangat besar. Kondisi dispersi dari tanah dan kegiatan antar fase

akan menghasilkan peristiwa seperti adsorbsi air dan bahan kimia, pertukaran ion,

adesi, pengembangan dan pengkerutan, dispersi dan penggumpalan dan kapilaritas

tanah merupakan sistem dispersi tiga fase yang selalu berada dalam keseimbangan

yang dinamis. Ketiga fase tanah terdiri dari fase padat yang menyusun matrik tanah,

fase cair yang terdiri dari air tanah yang selalu mengandung bahan-bahan terlarut dan

fase gas yaitu atmosfir tanah (Hillel 1998; Sapei et al. 1990).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman harus bertekstur sedang sampai

berat. Lapisan solum sebaiknya cukup dalam, kira-kira 60 cm, sehingga akar dapat

dengan mudah masuk ke dalam. Struktur tanah baik dan mantap, tidak ada lapisan

pedas yang tidak bisa ditembus oleh akar, tidak tergenang air dan tanah mampu

menahan kapasitas air tersedia (available water capacity) yang cukup pada waktu

musim kemarau (Mostaghimi dan Mcmahon 1989).

Menurut Doorenbos dan Kassam (1979), kemampuan tanah untuk menahan air

(water holding capacity) atau air tanah tersedia adalah total ketersediaan air untuk

tanaman atau selisih antar kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang (pF 2.54)

dengan kadar air pada titik layu permanen (pF 4.2). Kalsim dan Sapei (1992)

menerangkan bahwa notasi pF merupakan logaritma dari nilai absolut head tekanan

(h), pF = log (-h), secara teoritis nilai pF mempunyai selang dari - ∞ sampai 7, tetapi

dari - ∞ sampai 0 umumnya diabaikan dan pada nilai diatas 5.0 tidak mempunyai

pengertian praktis (tanaman umumnya mati pada pF 4.2).

Hubungan antar sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman menunjukkan

bahwa aerasi merupakan faktor pembatas yang penting dalam pengembangan sistem

perakaran tanaman. Keadaan aerasi yang kurang baik dapat merugikan dan

12

melemahkan proses respirasi yang mantap, memperlambat penyerapan air, dan

makanan serta menghambat fungsi pengaturan proses biologis terutama sehubungan

dengan kesuburan tanah. (Harjowigeno, 1986). Kadar air tanah berpengaruh terhadap

perubahan sifat fisik tanah yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Hubungan

air, udara dan tanah dapat dilihat pada sifat fisik tanah terutama pada porositas dan

permeabilitas tanah. Koduktivitas hidrolik merupakan rasio terhadap gradien hidrolik

atau kemiringan flux terhadap kurva gradien. Konduktivitas hidrolik mengatur

kemampuan tanah untuk menaikkan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

konduktivitas hidrolik tanah adalah distribusi ukuran pori tanah, tekstur tanah, gaya

gesek antar molekul air dan kekentalan air. Oleh karena itu konduktivitas hidrolik

tanah sangat berbeda antara satu jenis dengan jenis yang lain, bahkan antar lapisan

tanah. (Hillel 1998)

Tekstur merupakan atribut tanah yang bersifat permanen dan alami. Sehingga

tekstur tanah ini dijadikan sebagai ciri susunan fisik tanah (Sapei et al. 1990).

Vermeiren dan Jobling (1980) menyatakan bahwa pada tanah dengan textur halus

seperti liat dan lempung berliat, gaya-gaya kapiler berkerja kuat dan gaya gravitasi

dapat diabaikan.

Liat tidak hanya memiliki permukaan yang luas tetapi juga bermuatan negatif.

Muatan negatif tersebut menyebabkan liat mempunyai kemampuan mengikat air

lebih tinggi dan juga jumlah ruang pori mikro pada liat jauh lebih besar daripada

jumlah ruang pori mikro diantara butiran pasir selingga gerak air dan udara dalam

fraksi liat terhambat (Sarief 1985). Harjowigeno (2002) menambahkan bahwa karena

halusnya butir-butir liat maka susunan butir-butirnya sangat rapat. Air dan udara

sukar masuk didalamnya, artinya sukar merembeskan air dan air yang telah masuk

akan sukar keluar, maka itu tanah liat lambat kering.

Lahan bertekstur lempung berliat sebagian besar merupakan lahan marjinal

yang berpotensi untuk pengembangan perbaikan teknologi pemanfaatan lahannya.

Notohadiprawiro (2006) mengungkapkan tanah yang didominasi terkstur lempung

dan liat seperti podsolik merah-kuning memiliki banyak permasalahan terkait dengan

hampir semua sifatnya, yaitu; fisik, fisikokimia, kimia, biologi dan morfologi.

Pengelolaan lahan marjinal (podsolik merah kuning) diharapkan meningkatkan nilai

manfaat menjadi berproduktivitas secara berkelanjutan. Perbaikan karakteristik tanah

13

diperlukan suatu teknologi yang dapat bekerja secara serbacakup (comprehensive).

Mostaghimi et al. (1989) menyatakan lapisan tanah bertekstur liat tinggi biasanya

memiliki permeabilitas yang lambat. Aliran air pada tanah liat tersebut didominasi

oleh aliran pori makro. Hukum Darcy menggambarkan aliran air pada pori kecil

(micropores), namun dalam aplikasinya pergerakan air memerlukan pori-pori makro

karena sifat grafitasinya merupakan gaya pengendali utama. (Hillel 1980).

Bahan organik membantu mengikat butiran liat membentuk ikatan butiran yang

lebih besar sehingga memperbesar ruang-ruang udara diantara ikatan butiran

(Schjønning et al. 2007). Kandungan bahan organik yang semakin banyak

menyebabkan air yang berada dalam tanah akan bertambah banyak. Bahan organik

dalam tanah dapat menyerap air 2–4 kali lipat dari berat bobotnya yang berperan

dalam ketersediaan air (Sarief 1985). Penambahan bahan organik dalam tanah dapat

dilakukan dengan cara pemberian pupuk organik. Keuntungan dari penambahan

pupuk organik ke dalam tanah tidak hanya terletak pada kadar unsur haranya saja

tetapi juga mempunyai peranan lain ialah meinperbaiki keadaan struktur, aerasi,

kapasitas menahan air tanah, mempengaruhi atau mengatur keadaan temperatur tanah

dan menyediakan suatu zat hasil perombakan yang dapat membantu pertumbuhan

tanaman (Purnomo et al. 1992).

Sifat fisik tanah juga sangat penting dalam mempelajari pergerakan air

dalam tanah yang pada akhirnya dapat dipergunakan dalam menentukan suatu

efesiensi kinerja irigasi di lapangan. Menurut Israelsen dan Hansen (1962), ada

enam buah konsep efisiensi irigasi yaitu efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian

air, efisiensi penyebaran air, efisiensi penampungan air, efisiensi penggunaan air

dan efisiensi penggunaan air konsumtif. Efisiensi penyaluran air merupakan

efisiensi tingkat pertama yang harus dipertahankan sebelum efisiensi lainnya

diperoleh.

Sifat fisik tanah dalam penelitian lanjut di Laboratorium diperlukan dalam

mempelajari pergerakan air dalam tanah untuk menentukan suatu proses infiltrasi air

dalam tanah atau model sebaran kadar air. Infiltrasi air dalam tanah pada sebuah

media tanah kering yaitu berupa kolom tanah horisontal merupakan dasar metode

untuk mengukur “fungsi difusi air” tanah. Metode ini pertama kali diperkenalkan

oleh Bruce dan Klute (1956), meliputi infiltrasi (absorbsi) air kedalam kolom

14

horizontal tanah diikuti oleh pengukuran sampel untuk mendapatkan distribusi

kandungan air pada waktu yang tetap. Metode Bruce dan Klute (1956) berdasarkan

bentuk transformasi difusi dari persamaan aliran tak jenuh Boltzman. Aliran

horizontal membentuk persamaan diperlihatkan di bawah.

���� = �

�� ��() ����� /1/

θ adalah kadar air (L3L-3), D adalah diffusi (L2T-1), x adalah koordinat spasial (L)

dan t adalah waktu (T).

Nielsen et al. (1962) menyatakan bahwa persamaan (1) secara tidak langsung

menyakatan bahwa hukum Darcy cukup akurat untuk aliran tidak jenuh dan dapat

menjadikan asumsi adanya hubungan unik antara kadar air dan “pressure head”.

Kondisi awal dan batasan (boundary) untuk suatu infiltrasi horisontal dijelaskan

bahwa kondisi kandungan air awal (initial condition) dan terikat (boundary) adalah θi

dan θo dengan asumsi θi < θo.

Penggunaan transformasi Boltzman:

�() = ���/� /2/

“partial differential” persamaan (1) ditransformasikan ke dalam persamaan

“ordinary differential” :

− ��

���� = �

�� �� ����� /3/

Kesatuan persamaan dan penggunaan kondisi persamaan initial condition dan

boundary menjadi persamaan diffusi air tanah :

�() = − �� ���

�� � � � ����� /4/

atau, x pada titik waktu, t ;

�() = − ��� ���

�� � � � ���� /5/

Pengumpulan data informasi mengenai sifat karakteristik tanah pada olah

tanah terbatas beririgasi bawah permukaan bertujuan untuk:

1) Mendapatkan informasi data sifat fisik tanah untuk tanah yang tidak diolah

(padat) dan yang diolah serta kinerja irigasi pada lahan yang dipilih serta

membangun definisi strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan.

2) Mempelajari sifat penambahan kandungan bahan organik pada tanah berliat.

15

3) Mendapatkan nilai-nilai parameter yang dibutuhkan dalam memenuhi sifat fisik

tanah penelitian guna disimulasikan pada model pergerakan air horizontal pada

strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan.

Bahan dan Metode

Pengukuran sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika

Tanah, Departemen Teknik Pertanian, Fateta-IPB, Bogor. Pengukuran efesiensi

irigasi dilakukan di lahan petani di Desa Hambaro, Kecamatan Leuwiliang, Bogor.

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2010 sampai dengan Februari 2011.

Contoh bahan tanah uji diambil dari daerah Leuwiliang, Bogor. Bahan yang

digunakan adalah contoh tanah tak terganggu dan tanah terganggu, larutan Natrium

Hexametaphospate, larutan H202 6%, air destilasi dan aliran air. Alat yang

digunakan adalah oven, timbangan digital, alat-alat pengambil sampel tanah, three

phase meter, falling head (untuk konduktivitas tanah jenuh), timbangan analitik,

alat-alat pengukur distribusi partikel, gelas ukur, mistar, pressure membrane

apparatus, alat-alat untuk membuat bak uji, stopwatch, hand sprayer, alat pengolah

tanah, ember, ajir elektronik, moisturemeter, stopwatch, dan pot pengalir.

Karakteristik tanah yang di ukur adalah: density of solids (mean particle

density) (ρs), dry bulk density (ρb), total (wet) bulk density (ρt), dry specific volume

(vb), porosity (f), void ratio (e), soil wetness, mass wetness (w), volume wetness

(θ),water volume ratio (vw), derajat kejenuhan (s), air-failed porosity (fractinal air

content) (fs), tekstur tanah menurut USDA, stabilitas agregat, kadar bahan organik

tanah, konduktivitas hidrolik jenuh, difusifitas, dan konduktivitas hidrolik tidak

jenuh

Pengukuran sifat fisik tanah: pengukuran kadar air dilakukan dengan

gravimetri (JIS A 1230-1978), konduktivitas hidrolik kondisi jenuh menggunakan cara

falling head method, hubungan massa dan volume pada three phase, analisis ukuran

partikel menggunakan standar JIS A 1204-1980, klasifikasi tekstur tanah mangacu

pada USDA (US Departement of Agriculture) menggunakan segitiga tekstur.

Diagram alir dari pengumpulan data sifat fisik tanah untuk dipergunakan di lapangan

dan laboratorium serta simulasi model ditunjukkan sebagai berikut:

16

Gambar 4 Diagram alir data sifat fisik tanah dalam penggunaan informasi karakteristik tanah untuk pengujian di lapangan dan Laboratorium

Pengukuran kadar air dilakukan di laboratorium untuk menentukan jumlah air

dalam suatu tanah dalam berat keringnya. Definisi lain kadar air adalah perbandingan

berat air dengan berat total (berat air dan padatan) yang disebut kadar air basis basah.

Pengeringan tanah memerlukan suhu 110 oC selama minimal 24 jam. (Sapei et al.

1990)

Konduktivitas hidrolik merupakan konstanta yang proporsional berhubungan

dengan kemudahan fluida/air lolos pada suatu media porus. Konduktivitas hidrolik

menggunakan cara falling head method mengikuti hukum Darcy (Bowles 1986).

Hubungan massa dan volume pada three phase digunakan sebagai karakter

kondisi fisik tanah. Gambar 5 adalah skema representative hipotikal tanah volume

dan massa pada three phase. Sebelah kanan menunjukkan massa yang terdiri atas

massa udara (Ma) yang diabaikan jika dibandingkan massa padatan dan air, massa air

(Mw), massa padatan (Ms) dan massa total (Mt). Volume ditunjukkan pada sebelah

kiri diagram. Volume udara (Va), Volume air (Vw), Volume pori (Vf=Va+Vw),

volume padatan (Vs) dan volume total (Vt). Berdasarkan diagram dasar ini,

digunakan untuk menentukan properties/sifat-sifat fisik tanah (Hillel 1998).

a) Density of solids (mean particle density) (ρs)

Karakteristik tanah dalam penelitian

Pengembangan konsep efesiensi irigasi

Uji Infiltrasi horisontal

Sifat fisik tanah digunakan untuk di lapangan

Sifat fisik tanah digunakan untuk di Laboratorium dan pembuatan simulasi model

Data sifat fisik tanah untuk kinerja irigasi

Data sifat fisik tanah untuk simulasi model pergerakan air dalam tanah

Pengujian sifat fisik tanah di Laboratorium

17

Kebanyakan tanah-tanah mineral memiliki Density of solids pada 2.6-2.7 g

cm-3. Density of solid juga disebut dengan specific gravity, yaitu perbandingan

kerapatan bahan terhadap kerapatan air pada suhu 4 oC dan tekanan 1 atmosfer.

Gambar 5 Skema diagram tanah sebagai three phase system

b) Dry bulk density (ρb)

Dry bulk density mengekspresikan rasio antara massa tanah kering atau

padatan dengan volume total tanah. Tanah pasir ρb bias dapat mencapai 1.6 g

cm-3sedangkan pada tanah agregat lempung dan liat ρb mempunyai nilai lebih

rendah yaitu 1.1 g cm-3. Dry bulk density dipengerahui oleh struktur tanah,

seperti kelonggaran atau derajat pemadatan, pengembangan, penyusutan yang

dipengerahui oleh kandungan liat dan tingkat kebasahan/kadar air.

c) Total (wet) bulk density (ρt)

Persamaan tersebut mengekspresikan total massa tanah basah per unit

volume dimana wet bulk density sangat tergantung pada kadar air tanah.

d) Dry specific volume (vb)

Merupakan volume perunit massa tanah kering, dan dapat sebagai indeks

pemadatan tanah.

e) Porosity (f)

Porositas merupakan indeks volume relatif pori-pori dalam tanah, nilainya

berkisar antara 0.3~0.6 (30~60%).

udara

air

padatan

18

f) Void ratio (e)

Void ratio juga merupakan indek volume fraksi pori tanah, tetapi ini terkait

dengan perbandingan volume pori dengan volume padatan. Keuntungan void

ratio adalah perubahan volume pori hanya tergantung pada pembilang sendiri,

dibandingkan porositas akan berubah baik pada pembilang maupun penyebut.

g) Soil wetness

Kadar air tanah dapat diekspresikan bermacam-macam bentuk misalnya i)

relatif terhadap massa padatan; ii) relatif terhadap total massa; iii) relatif

terhadap volume padatan; iv) relatif terhadap total volume dan v) relatif

terhadap volume pori.

h) Mass wetness (w)

Mass wetness adalah perbandingan berat air dengan berat partikel tanah

kering, sering juga disebut sebagai gravimetric water content. Pada tanah

mineral yang dijenuhkan, w biasanya berkisar antara 25~60% tergatung pada

bulk density. Tanah liat umumnya mempunyai kadar air jenuh yang lebih tinggi

daripada tanah pasir.

i) Volume wetness (θ)

Volume wetness sering juga disebut volumetric water content atau volume

fraction of soil water adalah persentase volume air terhadap volume total.

Volume wetness sering digunakan pada bidang pertanian seperti infiltrasi,

evapotranspirasi dan irigasi.

j) Water volume ratio (vw)

Water volume ratio merupakan perbandingan antara kandungan volume air

dengan volume padatan.

k) Derajat kejenuhan (s)

Indeks ini mengekspresikan volume air relatif terhadap volume pori.

Indeks berkisar antara 0 pada tanah kering hingga satu pada tanah jenuh.

l) Air-filled porosity (fractinal air content) (fs)

Nilai ini menunjukkan kandungan udara relatif terhadap volume total pada

tanah. Nilai ini penting untuk indikator aerasi tanah.

19

Tabel 2 Jenis, metode, dan alat-alat yang digunakan dalam analisis di laboratorium

No. Jenis analisis Metode Alat yang digunakan

Fisik: 1 Tekstur tanah Pipet Tabung sedimentasi,

gelas piala, pipet, dll 2. Stabilitas agregat,

DMR, dan GMD Pengayakan basah dan kering

Ayakan

3 Karakteristik/distribusi pori

- Kurva pF - Bouma, Rao, dan Brown

(2004) - Inggaramo et al. (2004)

Panci tekan

4 Bobot isi Blake dan Hartge (1986) Timbangan, oven, ring sampel

5 Bobot jenis partikel Blake dan Hartge (1986) Labu ukur/piknometer, timbangan, gelas ukur

6 Jumlah pori Perhitungan menggunakan BI dan BJP

7 Konduktivitas hidrolik jenuh

Falling head Permeameter

Kimia:

8 Kadar bahan organik tanah

Walkley dan Black Alat-alat gelas

9 Nitrogen total Kjeldahl Kjeldahl Tabung 10 Fosfor tersedia P-Bray I Spektrofotometer 11 Kalium tersedia NH4OAc pH 7.0 Flamefotometer 12 Kadar air Gravimeter Oven 13 N-NH4 dan N-N02 Ekstraksi H20 FIA Star Analyzer 5000 14 P larut air Ekstraksi H20, Murphy dan

Raleigh Spektrofotometer

15 K larut air Ekstraksi H20 Flamefotomete Keterangan: DMR = diameter massa rataan; GMD = geometric mean diameter (diameter rataan

geometri), BI = bobot isi, BJP = bobot jenis partikel

Pendefinisian metode strip olah tanah terbatas yang diaplikasikan dalam

penelitian disertasi ini adalah dengan membuat suatu pengujian awal menggunakan

bak uji. Bak uji irigasi bawah permukaan pada dasarnya terdiri dari kondisi tanah

yang dipadatkan (tanah tidak terolah) dan strip olahan tanah (200 cm x 20 cm x 20

cm). Aplikasi pengairan menggunakan perbedaan debit dari pipa berdiameter 0.5

inch, dan 0.75 inch.

Prosedur pemadatan tanah dalam apparatus uji dilakukan setiap 10 cm

pemadatan lalu diisi lagi dengan tanah dan dipadatkan lagi setinggi 10 cm dan

seterusnya. Sebelumnya tanah dikering anginkan dan ditimbang terlebih dahulu.

Berat tanah kering angin dengan volume 40 cm3 adalah ± 170 kg. Kondisi kadar air

dijaga relatif sama pada setiap 10 cm pemadatan tanah dengan penyemprotan air

20

menggunakan hand spryer sebanyak 1700 ml air. Kadar air rata-rata adalah 57.79 %

untuk setiap penambahan 10 cm tinggi tumpukan tanah dengan proses pemadatan

manual (ditumbuk/tekan dengan batu bata). Setelah tanah tidak diolah siap, maka

dilakukan pembuatan strip olahan tanah berukuran 200x 20x20 cm. Tumpukan

agregat olahan tanah disebar merata pada ruang strip olahan tanah.

Proses aliran air irigasi bawah permukaan dalam strip olahan tanah mengalir

secara langsung (konvensional). Parameter debit aliran air diatur oleh perbedaan

diameter pipa (0.5 dan 0.75 inch) pada inlet dengan masing-masing debit 0.378

liter/detik dan 0.510 liter/detik. Air yang mengalir sebelumnya ditampung pada

wadah, selanjutnya ketika pengaliran air ke bak uji maka head atau ketinggian muka

air pada wadah dipertahankan. Kontrol tinggi muka air pada wadah dilakukan secara

manual menggunakan operator pengontrol head dengan cara memasukan air.

Pengukuran karakteristik aliran dan pergerakan air dengan cara mengukur kecepatan

aliran dalam bak uji, perbedaan debit masuk dan keluar, serta pengukuran kadar air

(di daerah pangkal, tengah dan ujung bak uji). Pengukuran kadar air pada kedalaman

15-20 cm, 10-15 cm, 5-10 cm dan 0-5 cm pada strip olahan tanah untuk

mendapatkan pola pembasahan pada strip olahan tanah.

Perhitungan efisiensi irigasi adalah dengan menghitung efisiensi penyaluran air

(Ec), efasiensi aplikasi irigasi (Ea) dan efisiensi penyimpanan air irigasi (Es). efisiensi

penyaluran irigasi dinyataka dalam persamaan oleh Hansen et al. (1986):

�� = ����

100 /6/

Ec adalah efisiensi penyaluran air (%), Wf adalah jumlah air yang sampai pada lahan

(l s-1) dan Wr adalah jumlah air yang dialirkan dari inlet (l s-1)

Perhitungan efisiensi aplkasi irigasi dihitung berdasarkan persamaan oleh

James (1988)

�" = #$%&

100 /7/

'( = 10 �)( *+� − ,-./ /8/

+0 = 1�23

/9/

Ea adalah efisiensi aplikasi (%), Rz adalah jumlah air yang tersimpan dalam zona

perakaran (mm), Fg adalah total air yang diaplikasikan (mm), Drz adalah kedalaman

zona perakaran (m), Fc dan Pwp adalah kadar air tanah dalam persen volum pada

21

kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen secara berturut-turut, Q adalah debit

rata-rata selama irigasi (mm3 s-1), t adalah lama irigasi (s), dan Al adalah luas areal

irigasi.

Efisiensi penyimpanan air irigasi menggunakan persamaan:

�4 = #$-5

100 64 ≈ 8-) /10/

8-) = 9:� − ;< /11/

9:� = 10 += >4 �)( /12/

;< = 10 ;?=@ >4 �)( /13/

ws adalah jumlah air irigasi yang diperlukan untuk mengisi zona prakaran sampai

kapasitas lapang (mm), Nwr adalah kebutuhan air netto (mm), Whc adalah kemampuan

tanah menyimpan air pada daerah perakaran (mm), So adalah tinggi kolom air pada

daerah perakaran sebelum irigasi (mm), SMCO adalah kadar air tanah pada daerah

perakaran (%berat) dan As adalah apparent specific gravity.

Beberapa pengujian sifat fisik dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Balai

Penelitian Tanah, Balitbang Bogor. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 2.

Nilai konduktivitas hidrolik tak jenuh didapat menggunakan metode distribusi

kadar air pada tabung infiltrasi horizontal dengan membuat aparatus uji infiltrasi

horizontal yang terdiri dari tabung perspek 1 cm sepanjang 65 perspek. Tekanan head

pada tabung mariot sebesar -2.5 cm dengan peresapan pada tabung-tabung perspek

selama 7 jam.

Percobaan difusivitas tanah dilakukan di laboratorium dengan serapan

horizontal seperti yang diajukan oleh Bruce dan Klute (1956). Alat yang digunakan

berupa tabung-tabung perspek berukuran panjang 1.0 cm dan garis tengah 3.2 cm .

Tabung-tabung tersebut dihubungkan hingga panjangnya 65.0 cm. Bagian bawah

dari tabung diberi sarangan, kemudian dihubungkan dengan tabung gelas ukuran

panjang 60.0 cm dan garis tengah 4.0 cm. Tabung perspek yang telah diberi tanah

ditekan sampai kerapatan massa tanah tetap. Kemudian diberi air melalui tabung

gelas seperti ditunjukkan pada Gambar 5 berikut:

Tahapan pemberian air analisis difusivitas tanah dengan aparatus yang dirancang

sebagai berikut:

a. Kran K1 dibuka, kemudian secara lambat dan bersamaan kran K3 dan K4

dibuka,

22

b. Apabila udara telah keluar seluruhnya dari tabung B, maka dengan cepat dan

bersamaan kran K1 dan K4 ditutup, Sedangkan kran K2 dibuka,

c. Perhitungan serapan horizontal dilakukan sejak gelembung udara masuk ke

dalam tabung A melalui kran K2.

Gambar 6 Aparatus analisis difusivitas tanah dilakukan di laboratorium dengan serapan kolom horizontal

Waktu serapan ditentukan 500 menit dan setelah jangka waktu tersebut, kolom

tanah dipotong-potong sesuai dengan tabung perspeknya. Kemudian kandungan

airnya ditetapkan secara gravimetris.

Metode Bruce dan Klute populer pada tahun 1960-an, 1970-an, dan awal 1980-

an karena prosedurnya membutuhkan komputasi yang sedikit. Selama periode waktu

ini, komputer masih tidak banyak digunakan atau digunakan tidak teratur sebagai alat

untuk analisis data dalam pengukuran tekanan tanah. Metode Bruce dan Klute agar

dapat dianalisis lebih baik dan lebih akurat dengan penggunaan inversi numerik,

selain itu analisis berdasarkan pada persamaan (5) untuk penyelesaian fungsi

kandungan “diffusivity-water”, dimana inversi numerik dapat menyediakan tambahan

informasi tentang kurva retensi air dan fungsi “hydraulic conductivity” secara baik.

K1

K2

K3

K4

Tanah dipadatkan dalam tabung perspek

Tabung- tabung perspek 65 buah pada kolom infiltrasi horisontal

Kain kassa

Tabung perspek

h=-2

Pengaliran air pada kolom infiltrasi horizontal pada h =-2 dengan t = 500 menit

Tabung mariot

Tabung A

Tabung B

23

Gambar 7 Foto pegujian infiltrasi kolom horisontal tanah dilakukan di Laboratorium

Hasil dan Pembahasan

Pengumpulan data sifat fisik tanah merupakan langkah awal dalam penelitian

pengolahan tanah dan pengairannya. Data sifat fisik tanah hasil pengujian dari

sampel tanah di lahan lokasi penelitian selanjutnya digunakan dalam

mendeskripsikan peluang keberhasilan penelitian terhadap pengolahan tanah dan

pengairannya. Data sifat fisik tanah pada penelitian lanjut digunakan sebagai

penyusun pendekatan simulasi model matematik terhadap hasil pengukuran pada

pengujian untuk validasi. Hillel (1998) mengemukakan bahwa kajian dasar fisika

tanah bertujuan untuk pengelolaan yang tepat pada tanah dengan cara irigasi,

24

drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah, aerasi, dan kegunaan bahan

tanah untuk tujuan keteknikan.

Data-data sifat fisika tanah yang berhubungan dengan pergerakan air dalam

tanah di setiap tahapan penelitian ini sangat dibutuhkan untuk mempelajari kinerja

pemberian air pada kondisi tak jenuh suatu strip olah tanah terbatas. Perlakuan

pemberian air selanjutnya merupakan salah satu faktor utama dalam penelitian ini.

Faktor lainnya adalah metode pengolahan tanah serta pemberian bahan organik.

Faktor-faktor tersebut diaplikasikan pada upaya perbaikan lahan marjinal yaitu tanah

jenis Podsolik bertekstur lempung liat berdebu. Soedarmo dan Prayoto (1985)

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tekstur tanah dengan

sifat-sifat tanah lain, seperti kapasitas tukar kation, porositas, kecepatan infiltrasi dan

permeabilitas. Sifat fisik tanah juga sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain

dalam hubungannya dengan kemampuannya untuk mendukung kehidupan tanaman.

Kemampuan tanah menyimpan air tersedia, merupakan fungsi dari tekstur dan

struktur tanah. Kemampuan tanah untuk menyimpan hara dan kemudian

menyediakannya untuk tanaman sangat ditentukan oleh tekstur tanah dan macam

mineral liat (Danielson 1972).

Awal penelitian dilakukan pengujian sampel tanah di laboratorium terhadap

sifat fisik tanah yang digunakan dalam uji kinerja pengairan bawah permukaan pada

parit strip olah tanah terbatas (dalam bak aparatus uji seperti ditunjukkan pada

Gambar 5). Hasil data sifat fisik tanah ditunjukkan pad Tabel 3 dan 4.

Tabel 3 Sifat fisik tanah berdasarkan three phase (konduktifitas tanah jenuh)

Variabel Simbol Nilai hasil pengukuran pada tanah

olah dalam strip

Specific gravity (g cm-3) ρs 2.62 Dry bulk density (g cm-3) ρb 1.36 Total (wet) bulk density (g cm-3) ρt 1.83 Dry specific volume (cm3g-1) vb 0.73 Porosity (%) f 47.85 Void ratio (cm3 cm-3) e 0.91 Mass wetness (%) w 34.44 Volume wetness (%) θ 30.00 Water volume ratio (%) vw 57.54 Degree of saturation (%) s 62.67

25

Hasil pengukuran distribusi partikel menggunakan analisis ukuran partikel

(JIS A 1204-1980) untuk menentukan tekstur tanah yang digunakan ditunjukkan

pada Tabel 4.

Tabel 4 Tekstur tanah yang digunakan dalam penelitian awal (USDA)

Fraksi Persentase kandungan Tekstur tanah pasir 25.05

Lempung berliat Jenis : Podsolik

debu 30.56 liat 44.39

Pengujian awal pada Gambar 8 menunjukkan definisi strip olah tanah terbatas

beririgasi bawah permukaan yang dikembangkan dalam penelitian disertasi ini.

Proses aliran air irigasi bawah permukaan dalam strip olahan tanah mengalir secara

langsung (ilustrasi pada Gambar 8). Parameter debit aliran air diatur oleh perbedaan

diameter pipa (0.5 dan 0.75 inch) pada inlet dengan masing-masing debit 0.378

liter/detik dan 0.510 liter/detik.

Gambar 8 Pendefinisian strip olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan menggunakan aparatus bak uji pengukuran aliran air pada irigasi bawah permukaan di tanah lempung berliat

26

Air yang mengalir sebelumnya ditampung pada wadah, selanjutnya ketika

pengaliran air ke bak uji maka head atau ketinggian muka air pada wadah

dipertahankan. Kontrol tinggi muka air pada wadah dilakukan secara manual

menggunakan operator pengontrol head dengan cara memasukan air. Pengukuran

karakteristik aliran dan pergerakan air dengan cara mengukur kecepatan aliran dalam

bak uji, perbedaan debit masuk dan keluar, serta pengukuran kadar air (di daerah

pangkal, tengah dan ujung bak uji). Pengukuran kadar air pada kedalaman 0-5 cm, 5-

10 cm, 10-15 cm dan 15-20 cm pada strip olahan tanah untuk mendapatkan pola

pembasahan pada strip olahan tanah.

Pengukuran hisapan matriks tanah atau uji pF pada sampel tanah pada strip

olahan dan sampel tanah yang tidak diolah tampak pada Gambar 9 menunjukkan

grafik tegangan matriks tanah menunjukkan bahwa kurva kadar air tanah sangat

dipengaruhi oleh tekstur tanah berliat. Bentuk grafik menunjukan sudut kurva yang

lebih halus (gradual), keadaaan demikian menunjukan bahwa air akan banyak

tertahan pada hisapan matrik tertentu. Informasi data sifat fisik tanah untuk tanah

tidak diolah (padat) dan diolah sangat penting untuk menjelaskan harapan

kepentingan drainase yang baik pada tanah padat dan drainase yang kurang baik pada

strip olah tanah terbatas (air diserap agregat olah tanah terbatas). Sesuai pendapat

Hardjowigeno (1986) menyatakan bahwa Keberadaan air dalam tanah karena

tertahan (terserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena

keadaan drainase yang kurang baik. Banyaknya kandungan air dalam tanah

berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah

tersebut. Kemampuan tanah dalam menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah.

Gambar 9 Grafik tegangan matriks tanah dari tanah padat (tidak diolah) dan tanah

olahan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

0 10 20 30 40 50 60

wat

er r

eten

tion

(pF

)

% kadar air

tegangan matriks tanah yang tidak diolahtegangan matriks tanah yang diolah

27

Pengujian distribusi agregat untuk melihat kekuatan struktur tanah pada

agregat-agregat tanah pada strip olahan tanah di bak uji. Hasil pengujian distribusi

agregat dari tanah yang digunakan dalam apparatus uji irigasi bawah permukaan

menunjukan nilai indeks kestabilan 35.55. nilai tersebut menunjukkan kurang stabil

sehingga dapat mengakibatkan keadaan struktur tanah yang mudah terdegradasi

(menyebabkan pelumpuran, pengembangan, penyusutan dan erosi). Stabilitas agregat

ini menunjukan kerawanan atau ketahanan yang kurang terhadap perusakan akibat

gaya-gaya yang bekerja pada tanah tersebut oleh mekanis atau lingkungan alami

(air).

Agregat tanah hasil olahan pada strip olahan tanah dapat terkikis oleh

pembasahan tiba-tiba sehingga abrasi oleh partikel terjadi karena bahan terlarut pada

air limpasan (dalam irigasi bawah permukaan) mengikis permukaan agregat dan

dapat merusak struktur agregat-agregat tanah. Kemantapan agregat tanah juga

dipengaruhi oleh tipe mineral liat, dijelaskan oleh Sarief (1989), bahwa tanah-tanah

yang terdiri dari mineral liat kaolinit (tipe 1:1) seperti pada tanah podsolik merah

kuning ternyata menunjukkan kemantapan agregat yang rendah sekali dibandingkan

pada tanah-tanah yang terdiri dari mineral liat montmorillonit atau illit (tipe 2:1).

Langkah perbaikan stabilitas agregat selanjutnya adalah dengan penambahan bahan organik

serta pemilihan lahan dengan tekstur tanah yang memiliki distribusi agregat lebih stabil.

Pengukuran aliran air pada bak uji ini merupakan pengujian awal dalam

mempelajari kinerja irigasi bawah permukaan pada tanah lempung berliat (podzolik).

Sifat fisik tanah dari tanah yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan sifat

fisik tanah lempung berliat. Pengkondisian dengan keadaan tidak terolah dan tanah

terolah pada suatu strip olahan (pendekatan minimum tillage) dengan irigasi bawah

permukaan secara langsung. Tanah tidak diolah menunjukkan kadar air 57.79 % dan

tanah pada strip olahan adalah 38.43 %, dengan kemiringan (gradient flow) 3o.

Perbedaan kadar air bertujuan untuk mendapatkan dan memperjelas pola penyebaran

kadar air pada strip olahan tanah dari adanya irigasi bawah permukaan. Fenomena

aliran air pada irigasi bawah permukaan pada bak uji merupakan aliran tidak tetap

(unsteady), tidak seragam dan mengalir di dalam ruang olahan tanah yang porus. Air

melaju di dasar sepanjang strip olahan tanah serta terjadi peresapan dan pembasahan

28

(pergerakan air) disebabkan oleh gaya kapilaritas dan kemiringan (gradient flow)

suatu lahan (bak uji).

Sifat fisik tanah yang berbeda antara perlakuan tanah tidak diolah dan

perlakuan strip olahan tanah memungkinkan terjadinya aliran air pada bawah

permukaan yaitu di sepanjang dasar strip olahan tanah. Hasil pengukuran aliran air

ditunjukkan pada Tabel 5 di mana kinerja aliran air irigasi bawah permukaan dalam

strip olah tanah terbatas yang dialiri air secara langsung di sepanjang dasar strip olah

tanah.

Parameter debit aliran air diatur oleh perbedaan diameter pipa pada inlet,

dengan aliran debit 0.378 l s-1 dan 0.510 l s-1. Waktu rata-rata yang dapat ditempuh

dari debit 0.378 l s-1 adalah 59.95 s dengan kecepatan aliran dalam strip olahan 0.033

m s-1. Pada debit 0.510 l s-1 adalah 61.89 s dengan kecepatan aliran dalam strip

olahan 0.032 m s-1.

Nilai yang didapat menunjukan kondisi tidak berbeda jauh antara kedua

perlakuaan debit yang berbeda. Keadaan demikian diduga bukan dari tekanan air

akibat besarnya debit aliran. Aliran air lebih disebabkan oleh perambatan diantara

agregat tanah dan adanya gradient flow.

Tabel 5 Hasil pengukuran aliran air irigasi bawah permukaan pada saat pengujian di aparatus bak uji

Pengukuran Debit 0.378 l s-1 Debit 0.510 l s-1

Rata-rata waktu aliran dari inlet strip olahan 59.95 s 61.89 s

Kecepatan aliran pada strip olahan tanah 0.033 m/s 0.032 m s-1

Aliran debit air rata-rata dari outlet strip olahan pada bak uji

0.076 l s-1 0.087 l s-1

Keterangan : Panjang strip olahan 200 cm Head wadah penampung air = 30 l dari ukuran 80 l

Sesuai dengan pendapat Hillel (1998) bahwa perbedaan penting antara aliran

tidak jenuh dan aliran jenuh adalah pada kehantaran hidraulik. Jika tanah jenuh dan

aliran jenuh, semua pori terisi air dan mengalirkan air sehingga kontinuitas serta

keterhantaran dalam keadaan maksimum. Ketika tanah menjadi kering, beberapa

bagian pori akan terisi udara dan bagian pengaliran dari luas penampang melintang

29

tanah juga menurun. Saat tebentuk hisapan, pori-pori yang pertama kosong adalah

pori-pori terbesar yang mudah mengalirkan air sehingga air hanya mengalir pada

pori-pori yang lebih kecil. Selanjutnya tanah-tanah beragregat dengan ruang antar

agregat yang besar mempunyai kehantaran tinggi pada kondisi jenuh, namun saat

proses pengeringan dapat menjadi penghalang terhadap aliran cairan dalam satu

agregat ke agregat di sebelahnya

Gambar 10 dan 11 merupakan grafik sebaran kadar air pada strip olahan

tanah yang masing masing terkait dengan pengaruh dari hasil pengaliran air dari

aliran debit 0.378 l s-1 dan 0.510 l s-1.

Gambar 10 Grafik pengukuran kadar air (sebaran kadar air) pada strip olahan

tanah, pada bagian pangkal, tengah dan ujung dalam apparatus uji. Pengukuran setelah aplikasi aliran air debit 0.378 l s-1.

Gambar 11 Grafik pengukuran kadar air (sebaran kadar air) pada strip olahan tanah, pada bagian pangkal, tengah dan ujung dalam apparatus uji. Pengukuran setelah aplikasi aliran air debit 0.510 l s-1.

Perhitungan terhadap kinerja irigasi selanjutnya menunjukkan nilai efisiensi

irigasi dari debit 0.378 l s-1 dan 0.510 l s-1 adalah masing-masing untuk efisiensi

30

penyaluran air (Ec) sebesar 20% dan 17%, sedangkan efisiensi aplikasi (Ea) sebesar

47.25% dan 33.92%. Rendahya efisiensi penyaluran irigasi dan efisiensi aplikasi

dapat disebabkan lintasan yang pendek (2 m) dan banyaknya pori pada agregat tanah

dalam strip olahan yang dialiri irigasi bawah permukaan. Pertimbangan selanjutnya

terhadap nilai parameter kinerja yang rendah (< 70%) adalah menunjukkan belum

memenuhi kriteria atau kinerja irigasi yang rendah, dimana selanjutnya kondisi

demikian pada nilai-nilai input perlu perbaikan sampai diperoleh kinerja irigasi yang

tinggi. Efisiensi pemakaian air irigasi (Es) sebesar ≥ 0.99% dan ≥0.86%

menyesuaikan pada zona perubahan kadar air dalam strip olahan. Nilai efisiensi

yang cukup tinggi pada efisiensi pemakaian air irigasi menunjukkan kinerja yang

baik terkait dengan jenis tanah yaitu lempung berliat. Hal ini ditunjang oleh

pendapat Vermeiren and Jobling (1980) bahwa pada tanah dengan tekstur halus

seperti liat dan lempung berliat, gaya-gaya kapiler berkerja kuat dan gaya gravitasi

dapat diabaikan.

Sifat fisik tanah lainnya pada penelitian lanjutan di lapangan (lahan) untuk

keperluan data pendukung kinerja irigasi dan budidaya tanaman cabai ditunjukkan

pada Tabel 6 dan 7, serta sebagai informasi kandungan bahan organik pada

perlakuan di lahan percobaan ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 6 Hasil analisis Tekstur tanah dan distribusi agregat dari sampel tanah di lapangan yang digunakan dalam penelitian di lahan

Fraksi Persentase kandungan (fraksi) Tekstur tanah

pasir 6 Lempung liat berdebu debu 59

liat 35 perlakuan kontrol Agregat

Indeks Kemantapan

K0 93 stabil K2 128.9 stabil

Sumber: Hasil pengujian sampel di Litbang Tanah, Balitbang Pertanian Bogor

Tabel 7 Sifat fisik tanah yang digunakan dalam penelitian

Perlakuan Kadar

air (%)

Ruang Pori Total

Kadar air Pori drainase Air tersedia

pF 1 pF 2 pF 2.54 pF 4.2 Cepat Lambat (% volume)

K1 45.1 55.1 53.8 44.1 39.3 28.3 11.1 4.7 11.1 K2 42.31 56.4 55 44.2 39.9 39.2 12.2 4.3 9.7 K3 38.31 58 56.9 46.4 41.5 31.3 11.6 4.9 10.1

Sumber: Hasil pengujian sampel di Litbang Tanah, Balitbang Pertanian Bogor

31

Tabel 8 Hasil analisis bahan organik pada setiap perlakuan di lapangan

Sumber: Hasil pengujian sampel di Litbang Tanah, Balitbang Pertanian Bogor

Informasi kandungan bahan organik tersebut menjadi penting dalam

penjelasan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Data analisa kimia tanah

disajikan pada Tabel 10 sebagai perbandingan yang menunjukkan komposisi mineral

tanah dan kadar organik sebelum perlakuan.

Tabel 9 Hasil analisis kimia tanah

Parameter Metode Nilai Satuan Ph H20 5.22

KCl 4.28

Bahan organik Walkley & Black C 0.67 %

Kjeldhl N 0.11 %

C/N

6.00 % P205 Eks. HCl 25% 7.00 mg/100 g K20 Eks. HCl 25% 9.00 mg/100 g

Bray 1 P205 16.00 ppm

Morgan K20 21.00 ppm

Ca Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 3.54 cmol(+)/kg Mg Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 1.65 cmol(+)/kg K Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 0.09 cmol(+)/kg Na Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 0.12 cmol(+)/kg

Jumlah 5.40 cmol(+)/kg

KTK Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 10.49 cmol(+)/kg KB* Ekstrak NH4-asetat 1 N pH 7 51.00 % Al 3

+

1.82 cmol(+)/kg H+

1.12 cmol(+)/kg

Sumber: Hasil pengujian sampel di Litbang Tanah, Balitbang Pertanian Bogor

Penelitian awal tentang pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan

lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air terdiri tanah bertekstur liat dan

lempung berliat serta pupuk organik kompos dan kandang ayam dengan perlakuan

dosis pupuk organik 30 gram dan 50 gram dan kontrol untuk tiap-tiap tekstur tanah

(tanpa bahan organik): 0 g dalam 5 kg-1 tanah bertekstur liat, 0 g dalam 5 kg-1 tanah

bertekstur lempung berliat, pupuk kandang ayam dengan dosis 25 g, pupuk kandang

Perlakuan Analisis bahan organik

C (Walkley & Black0 N (Kjeldhl) C/N % % %

K0 0.67 0.11 6 K1 0.69 0.13 5 K2 0.64 0.1 6 K3 0.66 0.12 6

32

ayam dengan dosis 50 g, pupuk kompos dengan dosis 25 g, dan pupuk kompos

dengan dosis 50 g.

Data evaporasi aktual dilakukan dengan cara penimbangan pada masing-

masing perlakuan, dari kondisi kapasitas lapang hingga tanah kembali pada keadaan

berat kering semula. Hasil pengumpulan data dapat menunjukkan berapa lama tanah

pada masing-masing tekstur untuk mengikat air. Suhu harian diukur pada pagi, siang

dan sore di luar dan di dalam green house. Penentuan kandungan air tanah

berdasarkan metode gravimetri. Volume air ditetapkan berdasarkan metode pressure

plate pada berbagai tekanan. Air tanah tersedia (%) kandungan air tanah pada pF

2.54 (kapasitas lapang) dikurangi dengan kandungan air pada pF 4.2 (titik layu

permanen). Kandungan karbon organik (%) yang ditetapkan dengan metode Walkley

& Black, selanjutnya data diolah dengan cara analisis deskriftif.

Hasil analisis sifat fisika tanah sebelum diberikan pelakuan bahan organik

ditunjukkan pada Tabel 10 yang menunjukkan kandungan bahan organik, titik layu

permanen, kadar air tersedia pada beberapa tekstur.

Tabel 10 Hasil analisis kelas tekstur, kandungan bahan organik, kadar air tanah dan berat volume tanah sebelum pemberian bahan organik.

Kelas tekstur

% Fraksi BO (%)

Berat Volume (g cm-3)

Kadar air tanah (% volume) Kadar air

tersedia liat debu pasir Jenuh

air (pF 0)

Kapasitas lapang

(pF 2.54)

Titik layu permanen (pF 4.2)

Liat 45 23 32 3.19 1.25 68.13 31.85 16.24 15.60 Lempung

berliat 32 31 39 3.82 1.25 57.60 30.76 15.85 14.91

Hasil penimbangan menunjukkan bahwa pemberian bahan organik mampu

menekan laju evaporasi yang terjadi didalam tanah. Pemberian bahan organik pada

perlakuan pemberian pupuk kompos dengan dosis 50 g dapat menekan laju evaporasi

yang terjadi sedangkan laju evaporasi tertinggi pada perlakuan kontrol. Rendahnya

evaporasi yang terjadi pada perlakuan pemberian pupuk kompos dengan dosis 50 g

diduga karena dengan pemberian pupuk kompos dapat menambah kandungan bahan

organik yang sekaligus pula meningkatkan kadar humus dalam tanah. Humus bersifat

hidrofil, oleh sebab itu humus dapat meningkatkan daya serap air dalam tanah dan

juga menyebabkan daya simpan air menjadi tinggi.

33

Tanah dengan tekstur liat memiliki laju evaporasi terendah bila dibandingkan

dengan tanah bertekstur lempung berliat. Hal ini diduga karena liat memiliki ukuran

yang kecil dengan permukaan yang sangat luas sehingga manpu menahan air dalam

jumlah yang besar dan sekaligus menyebabkan evaporasi yang terjadi pun rendah.

Hasil pada Tabel 11, menunjukkan adanya penurunan kadar air tanah dengan

semakin tinggi pF. Kadar air tertinggi terdapat pada pF 0 yaitu pada saat kondisi

tanah jenuh air dan kadar air terendah pada pF 4.2 yaitu pada saat kondisi tanah titik

layu permanen. Hasil analisa menunjukkan bahwa pada tanah dengan tekstur liat

memiliki kadar air tertinggi daripada tanah dengan tekstur lempung berliat baik

dalam kondisi jenuh air (pF0), kondisi jenuh lapang (pF1), kondisi kapasitas lapang

(pF2.54), dan kondisi titik layu permanen (pF4.2).

Tabel. 11 Hasil rata-rata analisis kadar air tanah berbagai pF dan berat volume.

Perlakuan Kadar air (% vol) Kadar air

tersedia (% vol)

pF1 pF2.54 pF4.2

(Kontrol) 0 g/ 5 kg tanah bertekstur liat 54.07 34.11 17.12 16.99 Pupuk kandang ayam; 30 g/5 kg tanah bertekstur liat

53.42 34.03 17.36 16.66

Pupuk kandang ayam; 50 g/5 kg tanah bertekstur liat

51.58 33.63 17.09 16.54

Pupuk kompos; 30 g/5 kg tanah bertekstur liat

63.04 33.37 16.37 17.00

Pupuk kompos; 50 g/5 kg tanah bertekstur liat

63.41 33.87 16.51 17.35

0 g /5 kg tanah bertekstur lempung berliat

47.87 28.08 14.42 13.66

Pupuk kandang ayam; 30 g/5 kg tanah bertekstur lempung berliat

47.75 27.27 14.44 14.91

Pupuk kandang ayam; 50 g/5 kg tanah bertekstur lempung berliat

48.15 29.46 15.30 14.16

Pupuk kompos; 30 g/5 kg tanah bertekstur lempung berliat

48.26 29.94 15.34 14.59

Pupuk kompos; 50 g/5 kg tanah bertekstur lempung berliat

49.47 30.16 15.47 15.47

Pemberian bahan organik dapat meningkatkan kadar air tersedia sehingga

dapat mengurangi besarnya penguapan. Pada perlakuan yang diberi bahan organik

baik berupa pupuk kandang ayam dan kompos mampu meningkatkan kadar air

tersedia dalam tanah dibandingkan dengan tanpa bahan organik. Keadaan tersebut

diduga dengan meningkatnya bahan organik dalam tanah akan meningkatkan daya

34

pegang tanah terhadap air, sehingga akan mengurangi laju evaporasi yang terjadi di

dalam tanah. Sesuai pendapat Sarief (1989), bahwa dengan meningkatnya daya

pegang tanah terhadap air akibat pemberian bahan organik maka akan meningkatkan

pula volume air yang terkandung dan tersimpan dalam tanah yang berarti

meningkatkan air tersedia bagi tanaman.

Tabel 11 di atas menunjukkan pemberian bahan organik memberikan pengaruh

terhadap kapasitas air tersedia dalam tanah. Pada perlakuan kompos dengan dosis

kompos 50 g pada masing-masing tekstur menghasilkan kapasitas air tersedia yang

tinggi yaitu pada tanah dengan tekstur liat rata-rata kapasitas air tersedia tertinggi

sebesar 17.35 % dan pada tanah bertekstur lempung berliat rata-rata kapasitas air

tersedia tertinggi adalah 15.47 %. Hal ini karena kompos berasal dari penumpukan

bahan-bahan organik yang telah terdekomposisi sehingga lebih dapat menghasilkan

humus dalam tanah, dan humus ini dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Menurut

Sarief (1989), bahwa bahan organik dalam tanah dapat menyerap air 2–4 kali lipat

dari berat bobotnya yang berperan dalam ketersediaan air. Pemberian kompos dalam

tanah dapat membentuk struktur tanah menjadi lebih baik sehingga daya ikat air

dalam tanah menjadi lebih besar.

Hasil penelitian awal tersebut lebih merekomendasikan pemilihan bahan

organik berupa pupuk kompos untuk penelitian lanjutan di lahan karena bersifat

lebih dapat mempertahankan kapasitas air tersedia dibandingkan pupuk kandang

Penelitian lanjutan yang berhubungan dengan sifat fisik tanah dalam

membentuk karakteristik tanah yang digunakan dalam penelitian adalah pengukuran

sifat fisik tanah menggunakan kolom infiltrasi horizontal. Hasil data yang diperoleh

digunakan dalam pembuatan model simulasi pergerakan air horizontal pada strip

olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan. Hasil data pengukuran

menggunakan apparatus uji kolom infiltrasi horizontal yang telah diolah

menggunakan transformasi Boltzman ditunjukkan pada Gambar 12.

Formulasi perhitungan selanjutnya adalah mendapatkan data menggunakan

fitting curve by eyes pada grafik D vs θ untuk hasil nilai θs, θr, α dan n, Ks dan ℓ

dalam parameter model van Gencuhten yang juga digunakan dalam pembangunan

model simulasi pergerakan air horizontal pada strip olah tanah terbatas beririgasi

bawah permukaan.

35

Gambar 12 Hasil pengukuran perubahan kadar air pada infiltrasi kolom horizontal untuk tanah lempung liat berdebu (desa Hambaro,Leuwiliang), t = 500 menit

Hasil grafik di atas selanjutnya diolah menggunakan persamaan difusivitas untk

mendapatkan nilai hubungan atara difusifitas dengan kadara air, seperti ditunjukkan

pada Gambar 13.

Gambar 13 Grafik hasil perhitungan difusivitas dari nilai pengukuran kadar air dan plot grafik infiltrasi horizontal, h= -2cm, t=500 menit

Pada saat air bergerak di tanah diperlukan lagi besaran yaitu unsaturated

hydraulic conductivity, K(h) atau K(θ) yang merupakan fungsi pressure head atau

water content. Fungsi Soil water rention yang paling terkenal dan sering digunakan

adalah van Genuchten model (van Gencuhten 1980):

00.020.040.060.08

0.10.120.140.160.18

0.20.220.240.260.28

0.30.320.340.360.38

0.40.420.440.46

1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9

Ka

da

r a

ir (

θ)

Transformasi Boltzman (λ=xt -0.5) θ

0.1

1

10

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Difu

sifit

as, D

(θ)

[cm

2m

in-1]

Kadar air, θ [cm3 cm-3]h=-2cm, t=500 menit

36

( ) ( )( )

1

1

re mn

s r

hS h

h

θ θθ θ α

−= =

− +

/14/

( )( )1

s rrmn

hh

θ θθ θα

−= + + /15/

Se merupakan derajat jenuh efektif, θr and θs adalah residual dan saturated water

content (L3L-3), sedangkan m=1-1/n, selanjutnya n dan α merupakan suatu parameter

empiris.

Fungsi hidrolik konduktivitas tak jenuh lainnya yang paling terkenal adalah

Mualem model (Mualem, 1976). Bentuk pendekatan dapat dihubungkan (closed

form) dengan model dari van Genuchten (van Genuchten, 1980) sebagai berikut:

( ) ( )2

1/11 1

mme s e eK S K S S = − −

l

/16/

Ks dan ℓ merupakan hidrolik konduktivitas jenuh.

Model dari van Gencuhten menjadi terkenal karena tersedia bentuk yang

berhubungan dekat (closed form) dengan model Mualem. Hidrolik konduktivitas tak

jenuh adalah sifat fisik tanah yang paling sulit diukur. Penggunaan closed form

tersebut menjadikan hidrolik konduktivitas tak jenuh dapat diprediksi dengan mudah

melalui parameter-parameter yang terdapat pada model dari van Gencuhten.

Persamaan air horizontal flow di tanah didapat dengan cara sebagai berikut:

( ) ( )x

hq

t x

θ∂ ∂=∂ ∂ karena /17/

( )x

hq K h

x

∂=∂ /18/

maka ( ) ( )h h

K ht x x

θ∂ ∂ ∂ = ∂ ∂ ∂ /19/

Persamaan 19 diatas dapat diubah dalam bentuk difusivitas menjadi ( ) ( ) ( )

( )h hhK h

t x h x

θ θθ

∂ ∂∂ ∂= ∂ ∂ ∂ ∂ /20/

( ) ( ) ( )( )1

/

h hK h

t x h h x

θ θθ

∂ ∂∂= ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ /21/

Karena soil water capacity, C:

37

( ) ( ) ( ) ( )

( )( )

1

1

1

nns

mn

h m n hC h

hh

θ α θ θ

α

+

∂ −= =

∂ + /22/

Maka persamaan 22 diatas menjadi ( ) ( )

( )( )h K h h

t x C h x

θ θ ∂ ∂∂= ∂ ∂ ∂ /23/

Difusitivitas [L2T-1]:

( ) ( )( )

K hD

C hθ =

/24/

Maka ( ) ( ) ( )h h

Dt x x

θ θθ

∂ ∂∂= ∂ ∂ ∂ . /25/

Hasil perhitungan menggunakan lembar kerja di Ms. Excel ditunjukkan pada

Lampiran 6 dan 7. Cara setting parameters dengan fitting by eyes pada diffusivity

curve, melihat grafik hubungan antara difusivitas dengan kadar air (D vs θ) seperti

tampak pada Gambar 14.

Gambar 14 Grafik hubungan antara difusivitas dengan kadar air dari hasil pengukuran menggunakan aparatus kolom infiltrasi horizontal (D vs θ)

Hasil fitting by eyes terhadap grafik tersebut maka didapatkan nilai-nilai

parameter yang dibutuhkan dalam memenuhi sifat fisik tanah penelitian yang

selanjutnya disimulasikan pada model pergerakan air horizontal pada strip olah tanah

terbatas beririgasi bawah permukaan. Data hasil fitting by eyes terhadap plot pada

grafik hubungan antara difusivitas dan kadar air ditunjukkan pada Tabel 12.

0.001

0.01

0.1

1

10

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

D (

cm2

/min

)

θ (cm3/cm3)

D

data pengukuran di Lab. data pembanding pada h =100 (Nilsen 1962)

38

Koefesien-koefesien tersebut didapatkan dari formula van Gnuchten (1980) dan

Mualem (1976) yang merupakan formula yang sama dalam pembuatan model

pergerakan kadar air pada strip olah tanah terbatas (Bab 4).

Tabel 12 Hasil fitting by eyes terhadap plot pada grafik hubungan antara difusivitas dan kadar air.

Symbol Nilai (fitting pada

grafik D vs θ) Unit Keterangan

Θr 0.065 (cm3cm-3) <theta s θs 0.44 ( cm3cm-3) >theta r dan <1 α 0.075 (1 cm-1) <0.5 n 1.51 (-) >1.1

Ks 0.005528 (cm min-1) 0.000165 cm s-1 ℓ 1.6 (-) >-4 m 0.47644 (-)

Kesimpulan

1. Uji kinerja irigasi bawah permukaan menggunakan box aparatus uji merupakan

definisi bentuk pengembangan metode strip olah tanah terbatas beririgasi bawah

permukaan. Karakteristik tanah menunjukkan kondisi lahan marjinal yang sesuai

untuk aplikasi perbaikan lahan menggunakan metode strip olah tanah terbatas

beririgasi bawah permukaan.

2. Hasil penelitian awal pemilihan tekstur tanah dan penambahan bahan organik

terhadap ketersediaan air menunjukkan pemberian bahan organik (kompos) pada

tanah dengan tekstur liat dapat meningkatkan kadar air tanah dan kapasitas air

tersedia serta dapat menurunkan berat volume tanah sehingga baik untuk

diaplikasikan pada penelitian ini.

3. Hasil fitting by eyes terhadap grafik difusifitas dan kadar air didapatkan nilai-

nilai parameter yang dibutuhkan dalam memenuhi sifat fisik tanah penelitian

yang selanjutnya disimulasikan pada model pergerakan air horizontal pada strip

olah tanah terbatas beririgasi bawah permukaan.