karakteristik pencitraan payudara pria.docx

21
The Breast Journal Teks Asli Karakteristik Pencitraan Penyakit Payudara Pria Zehra Hilal Adibelli, MD,* Ozgur Oztekin, MD,* Isil Gunhan-Bilgen, MD, Hakan Postaci, MD,_ Adam Uslu, MD,§ and Enver Ilhan, MD§ * Departemen Radiologi, Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki; Departemen Radiologi, Ege University, Izmir, Turki; Departemen Patologi, Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki, dan § Departemen Bedah Umum Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan temuan dalam pencitraan penyakit payudara pria. Seratus enam puluh empat pasien pria, yang menjalani pemeriksaan mamografi dan ultrasonografi (USG) antara Januari 1999 dan Desember 2008, dievaluasi secara retrospektif. Tujuh puluh lima pasien (46%) menjalani biopsi, dan 89 pasien (54%) didiagnosis berdasarkan radiologi. Diagnosis radiologis dan patologis dalam 164 kasus dari seri ini adalah 13 kanker (8%), termasuk satu ipsilateral dan satu kanker payudara kontralateral, 147 kasus ginekomastia (90%), satu fibroadenoma (0,6%), dua kasus penyakit fibrokistik dari payudara (1,2%), dan satu kista inklusi epidermoid (0,6%). Terdapat tiga pola mamografi yang adekuat untuk menggambarkan seluruh 147 kasus ginekomastia dalam seri kami: 53 pasien (36%) memiliki ginekomastia nodular, 46 pasien

Upload: dini-anggreini-wahyudi

Post on 25-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

The Breast JournalTeks Asli

Karakteristik Pencitraan Penyakit Payudara PriaZehra Hilal Adibelli, MD,* Ozgur Oztekin, MD,* Isil Gunhan-Bilgen, MD, Hakan Postaci, MD,_ Adam Uslu, MD,§ and Enver Ilhan, MD§

* Departemen Radiologi, Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki; Departemen Radiologi, Ege University, Izmir, Turki; Departemen Patologi, Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki, dan § Departemen Bedah Umum Rumah Sakit Pelatihan dan Penelitian Izmir Bozyaka, Izmir, Turki

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan temuan dalam pencitraan penyakit payudara pria. Seratus enam puluh empat pasien pria, yang menjalani pemeriksaan mamografi dan ultrasonografi (USG) antara Januari 1999 dan Desember 2008, dievaluasi secara retrospektif. Tujuh puluh lima pasien (46%) menjalani biopsi, dan 89 pasien (54%) didiagnosis berdasarkan radiologi. Diagnosis radiologis dan patologis dalam 164 kasus dari seri ini adalah 13 kanker (8%), termasuk satu ipsilateral dan satu kanker payudara kontralateral, 147 kasus ginekomastia (90%), satu fibroadenoma (0,6%), dua kasus penyakit fibrokistik dari payudara (1,2%), dan satu kista inklusi epidermoid (0,6%). Terdapat tiga pola mamografi yang adekuat untuk menggambarkan seluruh 147 kasus ginekomastia dalam seri kami: 53 pasien (36%) memiliki ginekomastia nodular, 46 pasien(31%) memiliki ginekomastia dendritik, dan 48 pasien (33%) memiliki ginekomastia difus. Ginekomastia bersifat unilateral di 65% kasus (n = 95), dan bilateral di 35% kasus (n = 52). Pada pemeriksaan fisik, dua dari lesi ganas tidak memiliki ciri klinik keganasan (15%). Pada mamografi, 11 dari 13 massa ganas terlihat (85%). Sebuah massa dengan mikrokalsifikasi terlihat pada mammogram pada satu kasus (9%). Kontur massa yang tidak teratur dalam sembilan kasus (82%), berbatas tegas pada dua kasus (18%). Lokasi massa retroareolar pada tujuh kasus (64%) dan eksentrik ke puting susu pada empat kasus (36%). Ukuran massa bervariasi antara 0,5 cm dan 5 cm (rata-rata 2,4 cm). Retraksi puting susu terbukti pada lima kasus (45%), dan penebalan kulit pada empat kasus (36%). Semua massa ganas terlihat pada USG, namun salah satunya terlihat secara retrospektif setelah mamografi. Seluruh massa berupa hypoechoic dan padat, berbatas tegas dan halus pada dua massa (15%), dan tidak teratur pada 11 massa (85%), dan lima massa (39%) memiliki bayangan di posterior yang menonjol. Limfadenopati regio aksila terdeteksi pada dua kasus (15%). Satu pasien memiliki kanker payudara kontralateral sebelumnya, dan satu memiliki kanker payudara ipsilateral. Pada mamografi, kanker payudara secara khas menunjukkan suatu massa subareolar

yang tidak teratur, retraksi puting, dan ulserasi kulit atau penebalan, tapi kadang-kadang kanker payudara memiliki kontur yang berbatas tegas dan diselingi mikrokalsifikasi. Ultrasonografi berperan penting dan berguna untuk karakterisasi lebih lanjut dan berguna untuk menunjukkan limfadenopati di daerah aksila.

Kata Kunci: payudara, pria, mamografi, USG

Payudara normal pria sangat sederhana. Payudara pria terdiri dari puting yang kecil, areola yang kecil, dan lemak subkutan (Gambar 1) ligamen Cooper, ditemukan pada payudara wanita, tidak terdapat pada payudara pria. Tidak ada jaringan fibrogranular yang terlihat dibawah puting pada payudara normal pria. Secara histologi, payudara normal pria mengandung saluran subareolar yang mirip dengan saluran yang ditemukan pada anak perempuan sebelum pubertas. Saluran ini pada pria dapat memanjang dan bercabang ketika distimulasi oleh hormon atau berbagai obat1. Ginekomastia dan kanker payudara merupakan dua penyakit yang paling penting pada payudara pria. Penyakit lainnya yang ditemukan pada payudara pria muncul dari kulit dan jaringan subkutan (misalnya, nekrosis lemak, lipoma dan kista inklusi epidermal)2 .

Gambar 1. Payudara normal pria usia 25 tahun. (a) Mediolateral obliqe mammogram menunjukkan

payudara normal pria. Tidak ada densitas retroareolar yang muncul. Densitas lemak payudara hanya terganggu dengan stroma penyokong dan pembuluh darah. (b) Gambar ultrasonografi dari

pasien yang sama.

Salah satu perbedaan yang menonjol dari ginekomastia dan payudara wanita adalah pembentukan lobus pada payudara pria sangat jarang. Ini mungkin menjelaskan mengapa lesi pada lobulus (misalnya fibroadenoma, fibrocystic

changes, dan lobular karsinoa) yang ditemukan pada wanita sangat jarang pada pria. Karena payudara pria mengandung duktus berepitel, karsioma dapat berkembang1,3

Penelitian ini didasarkan dari temuan mammografi dan ultrasonografi pada 164 pasien pria, 75 orang dari mereka terbukti secara histopatologi. Tujuan dari penelitia ini adalah untuk menyajikan mammografi, ultrasonografi, dan tampilan patologis dari ginekomastia, kanker payudara pria, dan beberapa bentukan yang kurang umum seperti yang tercantum pada 164 pasien ini dan untuk didiskusikannya dengan literatur sebelumnya.

BAHAN DAN METODESeratus enam puluh empat pasien pria yang menjalani pemeriksaan

mammografi dan ultrasonografi di Unit Mammografi kami antara Januari 1999 dan Desember 2008 dievaluasi secara retrospektif. Sebanyak 181 mammogram dari 164 pasien, yang telah menjalani kedua pemeriksaan mammografi dan ultrasonografi, dievaluasi. Tujuh belas pasien dengan keluhan pada payudara menjalani lebih dari satu mammogram dari waktu ke waktu. Data, termasuk kuisioner, mammogram, gambar ultrasonografi, dan laporan, dicatat dan diarsipkan di Unit Mammografi. Catatan klinis dan patologis dari para pasien ini diperiksa dari sistem arsip rumah sakit kami dan unit mammografi kami. Persetujuan Dewan Peninjauan Internasional diperoleh sebelum dimulainya penelitian. Persetujuan/informed consent secara individu untuk studi retrospektif ini tidak diperlukan. Seluruh pasien awalnya diperiksa oleh dokter dan kemudian dirujuk ke unit mammografi. Para pasien merasakan nyeri pada payudara, nyeri tekan, pembesaran dan / atau benjolan yang teraba. Pemeriksaan fisik juga dilakukan oleh ahli radiologi pada seluruh pasien.

Mammografi dilakukan dengan menggunakan sebuah Senographe 700 T (General Electric medical Systems, Milwaukee, Amerika Serikat). Aspek standar mammogafi, craniocaudal dan mediolateral oblique, dari masing-masing payudara secara rutin diperoleh. Pembesaran dan titik pandang kompresi juga digunakan bila diperlukan. Mammogram diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya ginekomastia dan tipe ginekomastia; penampakan dan lokasi massa (bentuk, tepi, kepadatan, dan ukuran), penampakan, karakter morfologi, dan distribusi dari kalsifikasi: dan temuan terkait, seperti kulit, puting, atau keterlibatan otot pectoralis. Lesi pada mamografi diperiksa berdasarkan kamus American College of Radiologi BI-RADS4. BI-RADS kategori 1 bermakna negatif, BI-RADS kategori 2 bermakna jinak, BI-RADS kategori 3 bermakna kemungkinan jinak, BI-RADS kategori 4 bermakna mencurigakan dan BI-RADS kategori 5 bermakna sangat sugestif keganasan.

Ultrasonografi dilakukan dengan menggunakan broadband 8-12 MHz transduser (General Electric Logiq S6, General Electric Medical Systems, Milwaukee, Amerika Serikat), sebuah broad-band transduser MHz 5-13 (Sonolayer SSI-2000 BW, Shenzhen, Cina), sebuah broad-band 6 - 8,5 MHz transduser (Mindray DP-9900, Shenzhen, Cina) atau transduser MHz 7.5 (Toshiba Sonolayer SSA-270A, Tokyo, Jepang). Untuk mendeteksi massa; jenis lesi (padat, kompleks kistik, dan murni kistik), lokasi, ukuran, echogenisitas, dan kontur dievaluasi dan juga adanya kelenjar getah bening aksila dicatat. Jika tidak ada kelainan yang khas ditemukan pada pemeriksaaan USG atau ditemukan massa kistik murni, mereka dihubungkan dengan kategori saat ini dari American College of Radiologi Ultrasound BI-RADS kategori 1-35. Massa padat juga dihubungan dengan BI-RADS kategori 4 dan 5.

Gambar 2. Ginekomastia nodular pada seorang pria 35 tahun. (a) Craniocaudal mammogram menunjukkan densitas subareolar yang muncul sebagai bentuk kipas dan memancar dari puting. (b) Pada mammogram mediolateral oblique, densitas tampak lebih bulat. Perhatikan penurunan

jaringan lunak sekitarnya menjadi lemak secara bertahap. (c) gambaran ultrasonografi menunjukkan nodul hipoekoik berbentuk kipas subareolar dikelilingi oleh jaringan lemak normal.

(d) Photomicrograph dari biopsi spesimen pasien menunjukkan proliferasi epitel saluran dikelilingi oleh edema stroma (x40 pewarnaan H & E ).

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Statistical Package of Sosial Science (SPSS), versi 13.0 (SPSS, Chicago, IL). Hasil dinyatakan sebagai mean ± standar deviasi (SD).

Diagnosis dibuat pada hasil histopatologi (n = 75) atau atas dasar temuan radiologis khas (n = 89). Pola mamografi ginekomastia dikelompokkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Appelbaum dkk. 2

HASILSebanyak 181 mammogram dilakukan pada 164 pasien pria. Tujuh puluh

lima pasien menjalani biopsi dan 89 pasien didiagnosis radiologis. Diagnosis radiologi dan patologi dalam 164 kasus seri ini termasuk ginekomastia (n = 147), karsinoma payudara primer (n = 13), fibroadenoma (n = 1), penyakit fibrokistik payudara (n = 2), kista inklusi epidermoid (n = 1).

Seratus empat puluh tujuh pasien didiagnosis dengan ginekomastia. Mereka berusia 13-85 tahun (mean ± SD, 44,5 ± 17,8 tahun). Gejala yang muncul pembesaran payudara difus bilateral atau unilateral tanpa massa yang teraba pada 87 pasien (59%), massa teraba pada 45 pasien (31%), nyeri pada 47 pasien (32%), dan pembengkakan pada 15 pasien (10%). Beberapa pasien memiliki lebih dari satu gejala. Pada mammografi, 53 pasien (36%) memiliki ginekomastia nodular (Gambar 2), 46 pasien (31%) memiliki ginekomastia dentritik (Gambar 3), dan 48 pasien (33%) memiliki ginekomastia difus (Gambar 4). Ginekomastia bersifat unilateral di 65% (95 kasus), dan bilateral di 35% (52 kasus).

Gambar 3. Ginekomastia dendritik pada seorang pria 24-tahun: (A) Mediolateral oblique mammogram menunjukkan denitas terdampar, yang memancar dari puting. (B) Photomicrograph dari biopsi spesimen mengungkapkan stroma fibrosa padat, hiposeluler (x40 pewarnaan H&E).

Dalam seri kami, ada 13 kasus kanker payudara pria. Usia mereka bervariasi antara 38 dan 81 tahun (mean ± SD, 59,7 ± 14,8 tahun). Karsinoma payudara kontralateral dan ipsilateral sebelumnya terdapat pada dua kasus; kanker sebelumnya didiagnosis di rumah sakit lain, dan untuk alasan ini, hanya

massa baru-baru ini yang dimasukkan dalam penelitian tersebut. Sebuah penyinaran sebelumnya di dada karena kanker paru-paru hadir di kasus lain. Sebelas pasien (85%) memiliki massa tegas teraba dan dua pasien (15%) tidak memiliki ciri klinik karsinoma. Dua pasien mengalami ulserasi kulit ringan, lima mengalami retraksi puting, dan dua mengalami eritema ringan.

Gambar 4. Ginekomastia difus pada seorang pria 42-tahun: (a) Mediolateralmammogram menunjukkan penampilan yang sangat mirip dengan densitas heterogen payudara wanita. (b) Photomicrograph dari spesimen pasien menunjukkan ginekomastia dan proliferasi

epitel duktus dengan atypia (panah) (x 40 pewarnaan H & E).

Pada mamografi, 11 dari 13 massa ganas terlihat (85%). Dua massa ganas tidak terlihat pada mamografi (15%). Sebuah massa dengan mikrokalsifikasi terlihat pada mammogram pada satu kasus (9%;. Gambar 5). Kontur massa yang tidak teratur pada sembilan kasus (82%;. Gambar 6), dan berbatas tegas pada dua kasus (18%). Lokasi massa pada retroareolar dalam tujuh kasus (64%), dan eksentrik ke puting susu dalam empat kasus (36%). Ukuran dari massa bervariasi antara 0,5 cm dan 5 cm (mean ± SD, 2,4 ± 1,1 cm). Retraksi puting terbukti pada lima kasus (45%), penebalan kulit pada empat kasus (36%). Dua dari lesi ganas termasuk BI-RADS kategori 3 (18%), tiga dari mereka termasuk BI-RADS kategori4 (27%), enam dari mereka termasuk BI-RADS kategori 5 (55%). Karakteristik mamografi massa ganas dirangkum dalam Tabel 1.

Gambar 5. Karsinoma duktal invasif pria berusia pada 76 tahun. (a) Craniocaudal mammogram menunjukkan massa 2,5 x 4 cm dengan pinggiran lobulus dan beberapa mikrokalsifikasi pleomorfik. Massa itu terletak eksentris medial ke puting. (b) Aspek transversa Ultrasonografi menunjukkan massa padat hypoechoic yang sama dengan

kontur tidak teratur, dan dua echo yang terang berbelang-belang. (c) Photomicrograph dari spesimen pasien mengungkapkan karsinoma duktal invasif terkait dengan

mikrokalsifikasi (x 200 pewarnaan H & E).

Massa terlihat dalam 100% pasien dengan kanker melalui ultrasonografi. Namun massa dari pasien, yang menderita kanker payudara kontralateral, terlihat secara retrospektif setelah mamografi. Semua massa hipoekoik dan padat (BI-RADS 4-5). Kontur berbatas tegas dan halus dalam dua pasien (15%) dan tidak teratur pada sebelas pasien (85%). Lima massa (38%) memiliki bayangan posterior menonjol. aksila limfadenopati terdeteksi pada dua pasien (15%). Mikrokalsifikasi dari massa lainnya terlihat sebagai echo yang terang pada massa hypoechoic. Pada Tabel 2, karakeristik ultrasonografi massa ganas dirangkum.

Setelah pemeriksaan histopatologi dari spesimen mastektomi, 13 kasus terdapat karsinoma duktal invasif (100%).

Pasien lain, 68 tahun, tercitrakan massa mobile ukuran 2 cm. Pada mammogram dan ultrasonografi, terlihat ginekomastia difus bilateral dan massa yang berbatas tegas dalam ukuran 2 cm. Diagnosis histopatologisnya ialah fibroadenoma.

Dua pasien menunjukkan penyakit fibrokistik. Usia mereka adalah 32 dan 35 tahun, dan gejala yang muncul adalah nyeri dan pembengkakan. Pada mammogram, kedua pasien memiliki ginekomastia difus dan densitas lokal yang

asimetris. Pada ultrasonografi, terlihat dilatasi duktus lokal. Hasil patologisnya adala penyakit fibrokistik.

Sebuah kista inklusi epidermal, yang berbentuk nodul bulat, yang berbatas tegas pada mammografi dan ultrasonografi, diamati pada satu pasien secara histopatologis.

DISKUSI

Kebanyakan pria dirujuk untuk pencitraan payudara memiliki massa yang teraba, pembesaran payudara, dan nyeri tekan. Sebagian besar lesi yang dievaluasi bersifat jinak. Jumlah kanker payudara pria kurang dari 1% dari total lesi payudara pria1-3. Kondisi jinak yang dapat meniru kanker payudara pria yaitu ginekomastia, lipoma, kista inklusi epidermal, dan papilloma intraduktus.3,6,7

Gambar 6. Karsinoma duktal invasif pada seorang pria 81 tahun. (a) Aspek Craniocaudal dan (b) mediolateral oblique menunjukkan massa retroareolar dari 2 cm dengan pinggiran yang tidak jelas, penebalan kulit dan retraksi puting. (c) USG menunjukkan massa padat, massa lobulated dengan kontur tidak jelas. (d) Photomicrograph spesimen menunjukkan

sel-sel tumor pleomorfik (x400 pewarnaan H & E).

Kanker payudara pria bermanifestasi klinis sebagai massa unilateral, tegas, terfiksasi, dan tidak nyeri, dan dapat difiksasi pada kulit atau otot pectoralis.8

Keluarnya bloody nipple discharge, mungkin berhubungan dengan ulserasi puting, telah dilaporkan pada sampai dengan 25% kasus.6 Dalam seri kami dari 13 pasien dengan kanker payudara, 11 pasien memiliki massa tegas yang teraba (85%). Dua pasien mengalami ulserasi kulit ringan (15%), lima mengalami retraksi puting (38%), dua mengalami eritema ringan (15%). Para pasien, yang

menderita kanker payudara ipsilateral, juga mempunyai massa tegas yang kecil (0,5 cm).

Para pasien, yang menderita kanker payudara kontralateral, dan yang memiliki ginekomastia difus bilateral, tidak memiliki ciri klinik keganasan. Ukuran patologis massa ini masing-masing adalah 0,5 cm dan 1,5 cm. Kedua lesi ini terlihat pada mamografi dan ultrasonografi. Lesi –lesi ini berukuran kecil dan salah satu dari mereka didiagnosis dengan memantau mamografi rutin setelah mastektomi kontralateral dan lesi lainnya pada pasien yang memiliki ginekomastia difus bilateral terdeteksi secara kebetulan.

Tabel 1. Karakteristik Mammografi Kanker Payudara Primer pada 13 Pria.

Massa pada kanker payudara pria dapat berbetuk tidak teratur, lobular, bulat atau oval pada mamografi. Dalam penelitian kami, kontur massa yang tidak teratur dalam sembilan pasien (82%), berbatas tegas pada dua pasien (18%). Pada mamografi, dua dari massa ganas tersebut berhubungan dengan kategori BI-RADS kategori 3, yaitu tampak padat pada ultrasonografi, dianggap mencurigakan untuk keganasan dan direkomendasikan untuk biopsi. Hal ini sangat penting bahwa bahkan massa berbatas tegas harus dipertimbangkan dengan kecurigaan pada pria karena dapat menjadi kanker 6,7,9. Tiga dari massa ganas sesuai dengan BI-RADSS 4 (27%), enam dari massa tersebut sesuai dengan BI-

RADS kategori 5 (55%) pada mamografi, dan juga dianjurkan untuk dilakukan biopsi.

Kebanyakan kanker payudara invasif pada wanita berasal dari unit ductolobular perifer dan hanya yang berasal dari unit ductolobular sekunder yang melibatkan duktus sentral. Jaringan payudara lebih banyak subareolar pada pria dibandingkan pada wanita, di antaranya ditemukan terutama pada kuadran atas. Oleh karena itu, kanker payudara pada pria biasanya terjadi di lokasi subareolar. Dalam penelitian kami, lokasi massa retroareolar pada tujuh pasien (64%) dan eksentrik ke puting susu pada empat pasien (36%). Temuan ini sesuai dengan laporan sebelumnya oleh Gunhan-Bilgen dkk. dan Mathew dkk. (6,7).

Tabel 2. Karakteristuk Ultrasonografi Kanker Payudara pada 13 Pria

Faktor risiko perkembangan kanker payudara pria antara lain usia lanjut, riwayat keluarga kanker payudara, paparan radiasi, kriptorkismus, cedera testis, sindrom Klinefelter, disfungsi hati, dan trauma dada sebelumnya.2.3.10.11 Baru-baru ini, mutasi germline dari gen BRCA2 telah dilaporkan berkaitkan dengan peningkatan risiko12. Dalam penelitian kami, karsinoma payudara kontralateral sebelumnya hadir dalam satu kasus, dan terpapar radiasi sebelumnya di dada karena kanker paru-paru terdapat pada kasus lain. Pada satu kasus, 8 tahun setelah

operasi, kanker payudara ipsilateral mengalami relaps. Usia rata-rata 13 pasien yang menderita kanker payudara adalah 59,7 tahun, dan lima pasien tersebut lebih dari 70 tahun. Tidak ada kasus yang berhubungan dengan riwayat keluarga yang kuat mengenai kanker payudara atau sindrom Klinefelter atau faktor predisposisi lain.

Kalsifikasi lebih sedikit jumlahnya, kasar, lebih tersebar luas, dan jarang berbentuk batang dibandingkan yang terjadi pada kanker payudara wanita .6,7,11

Dalam penelitian kami, kalsifikasi ditemukan pada 9% dari pasien pria dengan kanker payudara, sedangkan ditemukan 7% kalsifikasi dalam studi Gunhan-Bilgen dkk., 31% kalsifikasi dalam penelitian Mathew dkk., dan 13% kalsifikasi dalam penelitian Dershaw dkk.6,7,11

Dua lesi ganas tidak terlihat pada mamografi (15%). Salah satu kasus kanker yang terewatkan ditutupi oleh ginekomastia yang juga ada pada pasien ini, terdapat pada retrospeksi. Massa lain adalah milik pasien, yang menderita kanker payudara ipsilateral, karena sebelum operasi, mamografi tidak dapat berhasil dilakukan dan massa tersebut hanya terlihat pada ultrasonografi.

Kanker payudara pada pria memiliki penampilan sonografi mirip dengan karsinoma jenis sel yang sama terlihat pada wanita. Perbedaan utama antara kanker ini adalah tempat asal seperti yang telah dinyatakan. Kanker payudara pria biasanya tidak teratur bentuknya dan telah microlobulated, spiculated, atau sudut margin pada sonografi. 3,13,14 Dalam penelitian kami, massa yang terlihat dalam 100% pasien dengan kanker dengan USG. Semua massa yang hypoechoic dan solid. Tidak ada perubahan kistik yang ditunjukkan. Kontur yang berbatas tegas dan halus dalam dua kasus (15%) dan tidak teratur dalam sebelas kasus (85%). Lima massa (38%) memiliki bayangan yang menonjol di posterior. Mikrokalsifikasi massa lainnya dipandang sebagai echo terang dalam massa hypoechoic. Semua luka yang berhubungan dengan BI-RADSS 4 dan 5 kategori. Limfadenopati aksila terdeteksi pada dua pasien (15%) oleh USG pada pasien dengan hasil mammogram negatif. Secara histopatologi, metastasis ke kelenjar getah bening aksila ditemukan pada lima pasien.

Ginekomastia bermanifestasi klinis sebagai massa lunak, mobile, dan lembut di wilayah retroareolar. Ginekomastia dapat bersifat unilateral, bilateral simetris, atau bilateral asimetris, dan kadang-kadang nyeri.2,15 Meskipun ginekomastia dan kanker payudara pria memiliki banyak kesamaan dan sampai dengan 40% dari kasus kanker payudara pria telah dilaporkan berhubungan dengan ginekomastia, tidak ada penyebab pasti yang telah ditetapkan.2 Dalam penelitian kami, ginekomastia terlihat dalam tiga kanker payudara (23%).

Gambar 7. Penyakit fibrokistik terbukti secara histopatologi payudara dan ginekomastia difus pada seorang pria 32 tahun. (a) Pada aspek craniocaudal dan (b) mediolateral

oblique, terdapat distorsi struktur lokal.

Tiga pola mamografi ginekomastia telah dijelaskan: nodular, dendritik, dan difus. Nodular ginekomastia muncul sebagai densitas berbentuk kipas memancar dari puting, dapat berupa simetris atau lebih menonjol di kuadran luar atas. densitas biasanya terpadu secara bertahap ke dalam lemak sekitarnya, tapi mungkin lebih bulat 2,10,13,15 (Gambar 2). Ginekomastia dendritik muncul sebagai densitas jaringan lunak retroareolar dengan tonjolan ekstensi yang memancar ke jaringan adiposa yang lebih dalam 2,13 (Gambar 3). Ginekomastia kelenjar difus memiliki penampilan mammographic mirip dengan densitas payudara perempuan heterogen2,10,16 (Gambar 4). Ketiga pola mamografi ini adekuat untuk menggambarkan semua 147 kasus ginekomastia dalam seri kami. 53 pasien (36%) memiliki nodular ginekomastia, 46 pasien (31%) memiliki ginekomastia dendritik, dan 48 pasien (33%) memiliki ginekomastia difus. Ginekomastia unilateral pada 65% (95 kasus), dan bilateral pada 35% (52 kasus).

Sonografi berguna dalam mengevaluasi ginekomastia. Ultrasonografi, dalam jenis ginekomastia nodular, ada ndodul hypoechoic subareolar berbentuk seperti kipas atau berberntuk disk dikelilingi oleh jaringan lemak yang normal. Zona transisi mungkin dapat didefinisikan dengan buruk, tetapi margin lobular biasanya dapat dinilai. Pada jenis ginekomastia dendritik, terdapat lesi hypoechoic subareolar dengan batas posterior berbentuk bintang anechoic, yang dapat digambarkan sebagai proyeksi seperti jari. Sebuah ciri yang berguna menunjukkan

sifat jinak massa berbentuk bintang ini muncul langsung dari permukaan bawah puting tanpa menyebabkan penebalan kulit atau retraksi puting. Dalam ginekomastia kelenjar difus, kedua ciri nodular dan dendritik terlihat dikelilingi oleh jaringan payudara fibrosa hyperechoic difus.3 Kami menggunakan USG untuk membedakan lesi yang mungkin dikaburkan oleh ginekomastia.

Kista inklusi epidermal biasanya bulat, berbatas tegas dan densitas massa mulai dari 1 sampai 5 cm.2 Dalam seri kami, hanya ada satu kasus dengan kista inklusi epidermal, dan memiliki penampilan mamografi khas.

Dalam seri kami, lesi bulat, berbatas tegas, homogen terlihat pada pasien 68 tahun yang memiliki ginekomastia bilateral. Lesi tersebut hypoechoic, berbatas tegas solid pada USG. Lesi ini berhubungan dengan BI-RADSS 3 pada mamografi, tapi karena berkarakter solid, lesi tersebut dianggap mencurigakan untuk keganasan. Histopatologi, lesi ini terbukti fibroadenoma. Dua dari pasien kami mengalami penyakit patologis fibrokistik pada payudara. Usia mereka adalah 32 dan 25 tahun, dan mereka merasakan nyeri dan pembengkakan. Pada mammogram keduanya memiliki ginekomastia difus dan distorsi struktur lokal, yang berhubungan dengan BI-RADS kategori 4 (Gambar 7). Pada USG, terlihat dilatasi duktal lokal. Lesi Fibroepitelial jarang terjadi pada payudara pria. Laporan yang paling dipublikasikan menggambarkan tumor phyllodes. Fibroadenoma sangat umum di payudara wanita, tetapi jarang terjadi pada payudara pria. 17

Gynecomastia dan / atau diferensiasi lobular telah dikenal untuk terdapat juga dalam kedua jenis lesi fibroepithelial pada pria.18

Kesimpulannya, kanker payudara pria sering muncul sebagai massa berdensitas tinggi dengan bentuk yang tidak teratur pada mamografi, dan sebagai massa hypoechoic solid dengan bentuk yang tidak teratur dan margin microlobulated di USG. Di sisi lain, massa berbatas tegas, menekan, kasar, dan mikro kalsifikasi difus harus dipertimbangkan dengan kecurigaan pada pria karena bisa merupakan kanker. Ahli radiologi harus menyadari temuan ini untuk menghindari luputnya keganasan payudara pada pria.

REFERENSI1. Kopans D. Breast Imaging, 3rd edn. Philadelphia: Lippincott Williams and

Wilkins, 2007: 671–2.2. Appelbaum AH, Evans GF, Levy KR, Amirkhan RH, Schumpert TD.

Mammographic appearances of male breast disease. Radiographics 1999;19:559–68.

3. Chen L, Chantra PK, Larsen LH, et al. Imaging characteristics of malignant lesions of male breast. Radiographics 2006;26:993–1006.

4. American College of Radiology (ACR). Breast Imaging Reporting and Data System: Breast Imaging Atlas, 4th edn. Reston, VA: American College of Radiology, 2003.

5. American College of Radiology (ACR). Breast Imaging Reporting and Data System: Ultrasound. Reston, VA: American College of Radiology, 2003.

6. Gunhan-Bilgen I, Bozkya H, Ustun EE, Memis A. Male breast disease: Clinical, mammographic, and ultrasonographic features. Eur J Radiol 2002;43:246–55.

7. Mathew J, Perkins GH, Stephens T, Middleton LP, Yang WT. Primary breast cancer in men:Clinical, imaging, and pathologic findings in 57 patients. AJR Am J Roentgenol 2008;191:1631–9.

8. Yang WT, Whitman GJ, Yuen EHY, Tse GMK, Stelling CB. Sonographic features of primary breast cancer in men. AJR Am J Roentgenol 2001;176:413–6.

9. Patterson S, Helvie M, Aziz K, Nees AV. Outcome of men with Clinical breast problems: The role of mammography and ultrasound. The Breast Journal 2006;12:418–23.

10. Dershaw D. Male Mammography. AJR Am J Roentgenol 1986;146:127–31.11. Dershaw D, Borger P, Deutch B, Liberman L. Mammographic findings in men

with breast cancer. AJR Am J Roentgenol 1993;160:267–70.12. Casey G. The BRCA1 and BRCA2 breast cancer genes. Curr Opin Oncol

1997;9:88–93.13. Steward RAL, Howlett DC, Hearn FJ. Pictoral review: The imaging feature of

male breast disease. Clin Radiol 1997;52:739–44.14. Adibelli ZH, Oztekin O, Postaci H, Uslu A. The diagnostic accuracy of

mammography and ultrasound in the evaluation of male breast disease: a new algorithm. Breast Care 2009;4:255–9.

15. Cooper R. Mammography in men. Radiology 1994;191: 651–6.16. Chantra P, So G, Wollman J, Basset L. Mammography of the male breast. AJR

Am J Roentgenol 1995;164:853–8.17. Adibelli ZH, Yildirim M, Ozan E, Oztekin O, Kucukzeybek B. Fibroadenoma of

the breast in a man associated with adenocarcinoma of the rectum and polyposis coli. JBR-BTR 2010;93:12–4.

18. Shin SJ, Rosen PP. Bilateral presentation of fibroadenoma with digital fibroma-like inclusions in the male breast. Arch Pathol Lab Med 2007;131:1126–9.