karakteristik kefir susu kedelai dengan inokulum …digilib.unila.ac.id/32643/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK KEFIR SUSU KEDELAI DENGAN
INOKULUM RAGI TAPE
(Skripsi)
Oleh
BENNY HARTANTO
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KARAKTERISTIK KEFIR SUSU KEDELAI DENGAN
INOKULUM RAGI TAPE
Oleh
Benny Hartanto
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini mengetahui karakteristik kefir susu kedelai pada pola
pertumbuhan populasi mikroba BAL, populasi khamir, total asam, kadar alkohol
dan pH pada fermentasi kefir susu kedelai. Populasi BAL dan khamir dihitung
dengan metode perhitungan cawan (Plate Count), kadar Total Asam ditentukan
dengan metode titrasi asam, Total kadar alkohol ditentukan dengan metode Micro
Conway diffusion sebagai alkohol , dan tingkat keasaman menggunakan pH meter.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh jumlah populasi BAL
tertinggi terdapat pada fermentasi 24 jam yaitu sebesar 8,0 Log sel/mL (1,59×108
Sel Hidup/mL) dan jumlah populasi khamir sebesar 6,3 Log sel/mL (9,23×106 Sel
Hidup/mL). Fermentasi dengan megunakan inokulum ragi mengahasilkan produk
fermentasi yang baik pada waktu 24 jam dengan pH 4,3 dan asam laktat sebesar
0,85% dengan kadar alkohol 0,23 %b/v.
Kata Kunci: kefir susu kedelai, ragi tape, total asam, pH, dan alkohol
KARAKTERISTIK KEFIR SUSU KEDELAI DENGAN
INOKULUM RAGI TAPE
Oleh
BENNY HARTANTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang
lahir dari pasangan Bapak Baharuddin dan Ibu Riana
Aritonang di Padangsidimpuan pada tanggal 14 November
1996. Penulis memperoleh pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri Xaverius Metro pada tahun 2002-2008, Sekolah
Menengah Pertama Xaverius Metro pada tahun 2008-2011, dan Sekolah
Menengah Atas Kristen 1 Metro pada tahun 2011-2014. Pada tahun 2014, penulis
melanjutkan pendidikan di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Pada tahun 2017, penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Gaya Baru V, Lampung Tengah
selama 40 hari. Pada tahun yang sama, penulis juga melaksanakan Kerja Praktik
di Balai Besar Penelitian Veteriner selama 40 hari dengan judul “Uji Serologis
Bakteri Brucella sp. dengan Metode Rose Bengal Test (RBT) dan Complement
Fixation Test (CFT) di Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor”.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjadi sahabat dalam penyusunan skripsi ini.
Karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku yang tidak pernah berhenti mendukung dan berdoa untuk kebaikanku.
Kakak dan adikku yang turut memberikan dorongan semangat dan keceriaan.
Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu dengan penuh kesabaran.
Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan canda tawa dan menjadi tempat berbagi suka maupun duka.
Serta almamater tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
“Many are called but few are chosen.” (Matthew 22:14)
“A man without fear, is a man with out love.”
(King Arthur)
“If you are sure of your facts, you should defend your
position.”
(Cecilia Payne)
“It's not the broken dreams that break us.
It's the ones we don't dare to dream.” (Will Schuester)
“Cum dilectione hominum et odio vitiorum.” ( Augustine of
Hippo)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Kefir Susu Kedelai
dengan Inokulum Ragi Tape”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis (Baharuddin dan Riana Aritonang) yang menjadi
sumber motivasi penulis. Terima kasih atas doa, nasihat, dan dukungan
semangat yang diberikan kepada penulis.
2. Ibu Dra. C.N Ekowati M.Si. sebagai dosen Pembimbing I terima kasih atas
bimbingan, nasihat, waktu, dan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.
3. Bapak Dr. Sumardi, M.Si. sebagai dosen Pembimbing II, terima kasih sudah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
4. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si. sebagai dosen Penguji, terima kasih atas saran
dan masukan yang membangun penulis.
5. Ibu Dr. Emantis Rosa, M. Biomed, selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan sejak masuk kuliah dan selama kegiatan kerja praktik.
x
6. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Lampung.
7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. sebagai Dekan FMIPA, Universitas
Lampung.
8. Seluruh dosen dan karyawan di Jurusan Biologi atas semua bimbingan,
pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah diberikan.
9. Kakak Mery dan Adik Imanuel yang telah berbagi kasih sayang dan canda
tawa kepada penulis. Semoga kita bisa menjadi kebanggaan bagi orang tua.
10. Teman-teman seperjuangan, Theodorius Aprienta, Rosmaida La Sinurat,
Agung Setia Ningsih, Komang Rima, Ketut Mahendri, Rizka Oktavia,
Novita, Rismayanti, Yunita Sari, Diana Ismawati, Nandia Putri Aulia, dan
Titin Aprilia yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan keceriaan.
11. Teman-teman mahasiswa Jurusan Biologi 2014, FMIPA, Universitas
Lampung.
12. Serta almamater tercinta Universitas Lampung.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis,
Benny Hartanto
DAFTAR ISI
hal.
SAMPUL DEPAN .............................................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
SANWACANA ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
D. Kerangka Penelitian .............................................................................. 4
E. Hipotesis ............................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Asam Laktat ............................................................................. 7
B. Khamir .................................................................................................. 9
C. Kefir .................................................................................................... 10
D. Kefir Nabati ........................................................................................ 11
E. Susu Kedelai ....................................................................................... 13
F. Ragi Tape ............................................................................................ 13
G. Fermentasi Susu .................................................................................. 14
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 17
B. Bahan dan Alat .................................................................................... 17
xii
C. Rancangan Penelitian .......................................................................... 18
D. Penyiapan Bahan ................................................................................. 18
E. Perhitungan Total BAL dan Khamir ................................................... 18
F. Penentuan pH ...................................................................................... 19
G. Penentuan Total Asam Laktat ............................................................. 19
H. Penentuan Kadar Alkohol dengan Micro Conway Diffusion .............. 20
I. Diagram Alir ....................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 23
1. Total BAL dan Khamir ................................................................. 23
2. Kadar Total Asam dan Derajad Keasaman (pH) .......................... 24
3. Kadar Alkohol ............................................................................... 25
B. Pembahasan......................................................................................... 26
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................. 30
B. Saran .................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
LAMPIRAN ..................................................................................................... 35
DAFTAR TABEL
hal.
1. Jumlah Populasi BAL (Sel/mL) ................................................................. 35
2. Jumlah Populasi BAL (Log Sel/mL) ......................................................... 35
3. Jumlah Populasi Khamir (Sel/mL) ............................................................. 35
4. Jumlah Populasi Khamir (Log Sel/mL) ..................................................... 36
5. Presentase Asam ........................................................................................ 36
6. Kadar pH .................................................................................................... 36
7. Kadar Alkohol ............................................................................................ 37
8. Data Statistik Dasar Larutan Standar ......................................................... 38
DAFTAR GAMBAR
hal.
1. Proses Fermentasi Asam Laktat ................................................................. 14
2. Proses Fermentasi Alkohol ........................................................................ 16
3. Persiapan Sampel ....................................................................................... 20
4. Populasi BAL dan Khamir Pada Kefir Susu Kedelai ................................ 24
5. Kadar Total Asam dan pH Pada Kefir Susu Kedelai ................................. 25
6. Kadar Alkohol Pada Kefir Susu Kedelai ................................................... 26
7. Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi Larutan Standar .................... 39
8. Hasil Titrasi Asam ..................................................................................... 40
9. Cawan Conway .......................................................................................... 40
10. Populasi BAL ............................................................................................. 41
11. Populasi Khamir ......................................................................................... 41
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan fungsional merupakan pangan yang tidak hanya memberikan zat
gizi tetapi juga memberikan asupan zat-zat non gizi yang penting untuk
kesehatan dan kebugaran. Secara umum pangan fungsional yaitu pangan
yang mengandung komponen aktif biologi yang menawarkan manfaat lebih
untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko terkena penyakit.
Keragaman produk diperlukan untuk memberikan alternatif pilihan produk
pada konsumen. Salah satu usaha varian produk fungsional susu dari
kacang-kacangan atau susu hewani yang difermentasi dengan bakteri asam
laktat (BAL) lokal unggul (Widowati dan Misgiyarta, 2003).
Fermentasi dengan menggunakan BAL memiliki berbagai manfaat, antara
lain untuk mengawetkan produk pangan, memberi cita rasa atau flavor,dan
tekstur tertentu pada produk pangan. Dengan adanya proses fermentasi yang
dilakukan oleh mikroba tertentu diharapkan akan meningkatkan nilai gizi
yang ada pada produk fermentasi. Dengan adanya perbaikan mutu produk
pangan fermentasi ini diharapkan nilai tambah pangan oleh konsumen
meningkat. Dengan peningkatan nilai terima oleh konsumen akan
meningkatkan permintaan terhadap produk fermentasi terutama susu
2
fermentasi (Widowati dan Misgiyarta, 2003).
Kefir adalah susu yang difermentasi oleh sejumlah mikroba,yaitu bakteri
penghasil asam laktat (BAL), bakteri penghasil asam asetat,dan khamir
(Winarno dan Ivone, 2007). Menurut Widodo (2002) kefir merupakan hasil
fermentasi dengan menambahkan butir atau biji kefir (kefir grain/kefir
granule).
Selain biji kefir sebagai starter, Ernawati dkk., (1996) menggunakan ragi
tape. Hasil penelitian ini menunjukkanpada pembuatan kefir susu sapi
penggunaan ragi tape dengan kadar 3 % untuk menghasilkan susu kefir
memiliki tekstur yang kasar, tidak kompak, adanya partikel kecil dan juga
bau yang tidak sedap. Penggunaan ragi tape sebanyak 1 % menghasilkan
curd yang lebih lembut dan aroma yang baik.
Mikroba yang berperan dalam proses pembentukan kefir yaitu koloni
bakteri yang bersimbiotik bersama-sama dengan unsur lain membentuk
jaringan padat. Jaringan padat tersebut dari BAL dan khamir. Bakteri yang
aktif dalam kefir antara lain Lactobacillus kefiranofaciens, Lactobacillus
paracasei, Lactobacillus kefir, Lactococcus lactis; bakteri penghasil asam
cuka Acetobacter sp.; serta ragi Torula, Saccharomyces cerevisiae dan
Candida kefir.Dua bakteri yogurt yaitu L. bulgaricus dan S. Thermophilus
juga berperan , walaupun dalam jumlah relatif sedikit. Kedua bakteri ini
dapat memfermentasi laktosa (Sunaryanto dkk., 2013).
3
Menurut Gulitz dkk. (2011), kefir dapat mengandung alkohol berkisar
0,5-1 % dengan pH sebesar 4,6 dan kadar asam laktat berkisar
0,8-1,1 %. Mikrobia kefir mengubah gula selama fermentasi menjadi asam
laktat, alkohol (etanol), dan karbon dioksida yang akan menghasilkan
minuman fermentasi berkarbonasi. Asam laktat dihasilkan bakteri kefir akan
merangsang pertumbuhan khamir, sementara khamir menghasilkan faktor
pendukung pertumbuhan bakteri kefir sehingga hubungan kombinasi
mikrobia tersebut menghasilkan kultur pertumbuhan yang stabil.
Kurmann dkk., (1992) menyatakan jumlah sel yang hidup yang terkandung
dalam produk susu fermentasi setelah proses fermentasi selesai setidaknya
adalah 108-10
9 CFU/ml produk. Tingkat keasaman minimum yang harus
dipenuhi adalah 0,6 % total asam yang dinyatakan dalam asam laktat diakhir
proses fermentasi memiliki pH sekitar 4,6-4,7.
Susu kedelai mempunyai kandungan gizi hampir sama dengan susu sapi
terutama proteinnya yaitu 1,3-4,0 % (Liu dkk., 2012). Perbedaan utamanya
adalah jenis asam amino, yaitu bahwa susu kedelai tidak mengandung
kasein. Berdasarkan sifat dan komposisi susu kedelai yang hampir sama
dengan susu sapi, telah banyak dilakukan pemanfaatan susu kedelai untuk
pembuatan produk susu seperti yoghurt, keju dan lain-lain.
Susu kedelai yang kaya akan protein dan memiliki kandungan gula lebih
sederhana dapat difermentasi menjadi kefir nabati yang berasal dari susu
kedelai. Susu kedelai dan inokulum dapat mempengaruhi populasi mikroba
bakteri asam laktat (BAL), khamir, kadar asam laktat, kadar alkohol dan
4
keasaman akan mengakibatkan mikroorganisme inokulum kefir dapat
menentukan hasil akhir fermentasi kefir. Belum adanya penelitian tentang
karakteristik kefir susu kedelai dengan inokulum ragi tape maka dilakukan
penelitian ini.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter populasi mikroba BAL,
populasi khamir, total asam, kadar alkohol, dan pH pada fermentasi kefir
susu kedelai.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan kajian dan
informasi ilmiah tentang jumlah pola pertumbuhan populasi mikroba
BAL, populasi khamir, total asam, kadar alkohol dan pH pada
fermentasi kefir susu kedelai dengan ragi tape.
D. Kerangka Pemikiran
Susu mengandung zat-zat yang penting meliputi karbohidrat (laktosa),
protein, lemak, vitamin, dan mineral (Safitri dan Swarastuti, 2011). Susu
nabati memiliki kandungan gula yang berbeda dengan susu hewani.
Kandungan tersebut mempengaruhi daya hidup mikroba simbiotik BAL dan
khamir pada starter kefir. Susu kedelai memiliki kandungan yang serupa
dengan susu hewani tetapi tidak memiliki laktosa. Selain itu susu kedelai
5
juga mengandung karbohidrat (sukrosa, raffinosa, dan strachyose), lemak,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B4, dan isoflavon.
Ragi Tape memiliki beragam jenis mikroorganisme yaitu Lactobacillus,
Streptococcus, Lactococcus, Acetobacter dan khamir yang dapat digunakan
dalam pembuatan kefir. Ragi menggunakan nutrisi dari susu kedelai sebagai
sumber energi, selain sumber karbon dan sumber nitrogen. Dua komponen
ini merupakan komponen utama untuk berlangsungnya metabolisme sel
baik untuk pertumbuhan menghasilkan metabolit tertentu (Deesuth dkk.,
2012). Setelah beberapa waktu fermentasi nutrisi yang ada pada susu
kedelai akan habis yang akan menyebabkan kurangnya viabilitas
mikroorganisme.
Karbohidrat dan gula seperti glukosa akan diubah oleh BAL antara lain
bakteriosin, hidrogen peroksida, asam lemah seperti asam laktat, reuterin,
dan diasetil (Taylor, 2004). Khamir mereduksi glukosa menjadi asam
organik, karbon dikosida dan alkohol. Menurut Winarno dan Fernandez
(2007), jumlah gula yang dimanfaatkan untuk menghasilkan asam laktat
sesuai dengan besar aktivitas BAL yang mengakibatkan populasi
meningkat. asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat
meningkatkan keasaman atau menurunkan pHnya (Jannah dkk., 2014).
Khamir pada lingkungannya yang serupa dengan BAL akan mengakibatkan
persaingan dalam pertumbuhan dan produksi hasil seperti asam laktat yang
dihasilkan BAL dan alkohol yang dihasilkan oleh khamir.
6
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan
BAL, populasi khamir, kadar asam laktat, kadar alkohol dan pH pada
fermentasi kefir susu kedelai yang diberi ragi tape komersial.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat adalah bakteri yang bermanfaat untuk peningkatan
kualitas dan keamanan bahan pangan melalui penghambatan secara alami
terhadap mikroorganisme yang bersifat patogen. Bakteri asam laktat
menghasilkan beberapa komponen antimikrobia yaitu asam organik,
karbondioksida, hidrogen peroksida, diasetil, reuterin, dan bakteriosin
(Amezquita dan Brashears, 2002). Menurut Jenie dkk., (2002) sebagian dari
senyawa-senyawa tersebut memperlihatkan aktivitas antimikrobia terhadap
banyak mikroorganisme perusak dan patogen makanan seperti Bacillus
cereus, Clostridiumbotulinum, Clostridium perfringens, Pseudomonas,
Alcaligenes, dan lain-lain. Asam organik yang dihasilkan oleh bakteri asam
laktat adalah asam laktat dan asam asetat. Asam laktat merupakan metabolit
utama bakteri asam laktat. Efek penghambatan terjadi karena molekul asam
organik masuk ke dalam membran sel dan menurunkan pH sitoplasma
(Mishra dan Lambert, 1996).
Salah satu BAL adalah Lactobacillus, menurut Sheeladevi dan Ramanathan
(2011) Lactobacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang, non-motile,
Gram-positif, dan bersifat negatif pada uji katalase dan oksidase.
Lactobacillus banyak terdapat dalam makanan fermentasi, susu, keju dan
8
beberapa Lactobacillus ditemukan di buah-buahan. Lactobacillus sering
disebut juga kelompok bakteri asam laktat, hal ini disebabkan
kemampuannya dalam mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam
laktat.
BAL mempunyai kemampuan proteolitik sehingga dapat tumbuh pada
substrat yang kaya protein seperti susu. Beberapa BAL dapat hidup pada
susu kedelai karena dapat menghasilkan enzim α-galaktosidase yang
dibutuhkan untuk menghidrolis rafinosa dan stakinosa yang banyak
terkandung dalam susu kedelai. Enzim protelitik yang menyebabkan
proteolisis dapat meningkatkan jumlah peptida dan asam amino bebas dalam
produk fementasi (Yusmarini dkk., 2010)
Selama proses fermentasi, BAL akan melakukan hidrolisis gula. Gula yang
terdapat pada susu kedelai akan dihidrolisis menyajdi senyawa sederhana.
Enzim invertase akan menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa,
sedangkan rafinosa dan stakiosa akan dihidrolisis oleh enzim
α-galaktosidase dan invertase menjadi glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Hasil metabolisme gula akan menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel bakteri dan asam-asam organik terutama asam laktat dan
asam organik seperti asam suksinat dan asam sitrat (Yusmarini dkk., 2010).
Proses fermentasi tersebut mengakibatkan aktivitas mikroba meningkat,
penurunan pH, dan peningkatan kadar asam dalam produk fermentasi
(Afriani, 2010).
9
B. Khamir
Sejak jaman kuno beberapa jenis dari mikroorganisme telah digunakan
sebagai bahan makanan. Khamir fermentor (Saccharomyces sp.) ditemukan
sebagai pengembang roti di awal tahun 2000 B.C. Kluveromyces marxianus
yang digunakan untuk fermentasi limbah whey dari pembuatan keju dan
berdampak pada produksi SCP untuk makan hewan (Saravanamuthu,2010).
Pada uji fermentasi gula oleh khamir, khamir mempunyai reaksi positif pada
uji gula dekstrosa, galaktosa, sukrosa, maltosa, raffinosa, trehalosa, dan
negatif pada gula laktosa (Lasmini, 2016). Kemampuan ini sangat sesuai
dengan substart susu kedelai.Beberapa khamir yang telah diketahui
mampu memfermentasi glukosa dan menghasilkan etanol serta karbon
dioksida adalah Kluyveromyces, Saccharomyces, dan Zygosaccharomyces
(Yarrow, 1998).
Dalam proses fermentasi yang melibatkan beberapa mikroba, khamir
memiliki peran secara tidak langsung menyediakan nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroba lain seperti asam amino dan vitamin,
mengkondisikan pH, memproduksi etanol, dan CO2 yang dihasilkan dalam
proses metabolisme. Kemampuan khamir memetabolisme asam piruvat
menjadi alkohol sangat penting dalam proses fermentasi kefir. Alkohol yang
terbentuk selama proses fermentasi adalah salah satu ciri khas kefir yang
membedakan kefir dengan yoghurt. (Julianto ddk., 2016).
10
Khamir besifat kemoorganotrop karena khamir menggunakan senyawa
organik sebagai sumber energi. Nutrisi karbon didapatkan dari gula heksosa
seperti glukosa dan fruktosa, atau disakarida seperti sukrosa dan maltosa.
Khamir dapat tumbuh optimal pada pH asam atau netral (Barnett, 1975).
C. Kefir
Kefir adalah minuman alami susu fermentasi dengan rasa asam, khamiry
flavor dan tekstur kental (Miguel dkk., 2010). Dalam kefir terdapat banyak
jenis bakteri dan beberapa jenis khamir yang mampu memfermentasi susu
menjadi asam-asam organik dan turunannya. Kehadiran khamir menambah
kulaitas organoleptik dari kefir, membuat aroma khamir menyengat dan
menyegarkan (Magalhães dkk., 2011). Kefir tradisional dibuat dengan
disimpan di tas kulit kambing dan digantung di dekat pintu, kantong
tersebut akan terguncang apabila seseorang lewat yang akan membantu
proses kefir grain tercampur rata (Prescott dkk., 2008).
Mikroorganisme dalam kefir seperti Khamir dan BAL yang menyebabkan
terbentuknya alkohol dan. asam yang terbentuk dapat pada kefir
memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk sehingga mencegah kerusakan susu, dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme patogen sekaligus meningkatkan keamanan produk kefir.
11
D. Kefir Nabati
Menurut Cahyadi (2006) susu kedelai adalah cairan hasilekstraksi protein
biji kedelai dengan menggunakan air panas. Susu kedelai diproduksi dengan
menggiling biji kedelai yang telah direndam dalam air.Hasilnya disaring
hingga diperoleh cairan susu kedelai kemudian dimasak dan diberi guia dan
cita rasa untuk meningkatkan rasanya.
Kelebihan susu kedelai adalah ketiadaan laktosa, sehingga susu kedelai
sangat cocok untuk dikonsumsi bagi orang yang alergi susu sapi yaitu
merekayang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran
pencemaannya,sehingga tidak mampu mencema laktosa dalam susu sapi.
Orang yang tidak toleran laktosa (lactose intolerans) ini pada umumnya
adalah orang dewasa yang tidak banyak minum susu pada waktu masih kecil
(Santoso, 2009). Selain itu susu kedelai juga mengandung karbohidrat,
lemak, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B4, dan
isoflavon.
Karbohidrat dalam ekstrak susu kedelai berasal dari golongan oligosakarida
dan polisakarida,merupakan prebiotik yang terdapat dalam kedelai dan
digunakan lebih lanjut oleh mikroorganisme probiotik yang hidup dalam
saluran cerna sebagai sumber energi. Susu kedelai mempunyai gizi yang
hampir setara dengan susu sapi, umumnya digunakan sebagai pengganti
susu sapi bagi penderita Lactose intolerance dan penderita alergi terhadap
protein susu sapi (Koswara, 2006).
12
Kandungan asam lemak susu kedelai sebagian besar adalah asam lemak
tidak jenuh dengan kadar asam linolenat 5-10 %, asam linoleat 43-56 %,
asam oleat 15-33 % dan asam lemak jenuh 26 % (Estiasih, 2005).
Minuman fermentasi juga dapat dibuat dari susu nabati yaitu
kacang-kacangan seperti kacang hijau dan kacang kedelai. Kedelai
megandung isoflavon sehingga konsumsi produk-produk kedelai dapat
menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif karena adanya isoflavon
dalam kedelai. Isoflavon yang terdapat dalam susu kedelai dapat
menurunkan resiko penyakit jantung koroner karena berfungsi sebagai
antioksidan dan dapat menghambat oksidasi Low Density Lipoprotein
(Supriyono, 2008).
Susu kedelai merupakan produk olahan ekstrak kedelai yang menyerupai
susu sapi. Kandungan protein yang tinggi menjadikan susu kedelai sebagai
susu nabati yang bergizi tinggi. Susu kedelai mampu menggantikan susu
sapi karena memiliki susunan asam amino yang hampir mirip dengan susu
sapi. Proteinnya bahkan lebih tinggi dan asam lemak jenuhnya lebih rendah,
selain itu susu kedelai tidak mengandung kolesterol karena merupakan
produk nabati (Muryati dkk., 2005).
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu susu kedelai yaitu dengan
mengolahnya menjadi minuman probiotik. Pembuatan minuman probiotik
dilakukan melalui proses fermentasi yang bertujuan untuk mengawetkan
produk, memberi cita rasa atau flavor terhadap produk pangan tertentu.
Proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba tertentu diharapkan akan
13
meningkatkan nilai gizi yang ada pada produk fermentasi. Produk
fermentasi yang mulai disukai masyarakat adalah minuman probiotik kefir.
E. Susu Kedelai
Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena
kandungan proteinnya yang setara dengan susu sapi yaitu sekitar
3,5 g/100 g, memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih rendah
daripada susu sapi. Selain itu susu kedelai bebas laktosa dengan kandungan
lemak yang lebih rendah (2,5 g/100 g), sehingga susukedelai baik digunakan
bagi mereka yang menjalani diet rendah lemak. Susu kedelai sedikit
mengandung kalsium dan fosfor yang berperan dalam pembentukan tulang
dan gigi (Koswara, 2006).
F. Ragi Tape
Menurut Oktaviana (2014) Starter biji kefir dari Saccharomyces cerevisiae
dalam ragi tape memiliki beragam jenis mikroorganisme seperti
Lactobacillus, Streptococcus, Lactococcus, Acetobacter dan khamir oleh
karena itu kefir menjadi sumber BAL yang baik untuk kesehatan.Ragi tape
digunakan untuk pembuatan produk fermentasi seperti misal tape ketan dan
tape singkong.
Ragi tape berasal dari tepung beras yang dicampurkan dengan bahan-bahan
lain sehingga dapat membantu dalam proses fermentasi. Di dalam ragi ini
terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi
gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi. Karbohidrat
14
(pati) terfermentasi maka menghasilkan sejumlah besar asam laktat yang
akan menurunkan nilai pH sehingga menimbulkan rasa asam pada
yogurtnya.
G. Fermentasi Susu
Salah satu cara untuk mengurangi adanya kontaminasi dan untuk
memperpanjang daya simpan susu adalah dengan cara pengawetan salah
satunya adalah pengawetan secara biologis. Fermentasi adalah pengubahan
karbohidrat menjadi alkohol dan karbon dioksida atau asam amino organik
menggunakan ragi, bakteri, fungi atau campuran dari ketiganya. Fermentasi
laktat dengan memanfaatkan bakteri asam laktat, yaitu bakteri Lactobacillus
bulgaricus yang dapat menguraikan karbohidrat menjadi asam laktat.
Gambar 1. Proses Fermentasi Asam Laktat (Campbell dan Reece, 2006)
Asam laktat yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme patogen, khususnya mikroorganisme yang tumbuh pada
15
kisaran pH 6-7 (mesofilik) misalnya mikroba yang tidak dapat tumbuh pada
pH dibawah 4,6 yaitu Shigela sp. dan Clostridium botulinum (Machmud,
2011).
Menurut Fuller (1992) bahwa jumlah bakteri asam laktat yang diperlukan
untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan adalah berkisar antara 107-10
9
sehingga jumlah populasi bakteri asam laktat menjadi indikator kualitas
mikrobiologis dalam suatu produk susu fermentasi.
BAL telah lama dikenal sebagai kelompok bakteri yang menguntungkan
yang dimanfaatkan sangat luas baik untuk pangan maupun pakan. BAL
dipilih sebagai probiotik sangat berkaitan dengan sifatnya yang memenuhi
kriteria aman untuk dikonsumsi sehingga mampu bertahan hidup baik dari
ransum dan saluran pencernan. BAL juga memiliki sifat seperti
antimikroba, aktivitas antikolestrol,efek stimulasi sistem imun,
meningkatkan penyerapan laktosa oleh tubuh, mencegah diare, dan aktivitas
anti mutagenik sehingga dapat mencegah penyakit kanker usus (Surono,
2004).
Dalam proses fermentasi, juga ditemukan reaksi fermentasi alkohol, adalah
proses biologi seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa diubah menjadi energi
seluler dan juga menghasilkan etanol dan karbon dioksida sebagai produk
sampingan. Karena proses ini tidak membutuhkan oksigen, melainkan
khamir yang melakukannya, maka fermentasi etanol digolongkan sebagai
respirasi anaerob (Waaede, 1993).
16
Gambar 2. Proses Fermentasi Alkohol (Campbell dan Reece, 2006)
17
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi , Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 sampai bulan
Maret 2018.
B. Bahan Dan Alat
Alat yang digunakan adalah cawan Petri, labu Erlenmeyer, labu ukur, rak
tabung reaksi, tabung reaksi, pipet volumetrik, autoklaf, oven, laminar air
flow, vortex, waterbath, sentrifuge, timbangan analitik, penangas air, gelas
ukur, inkubator, lemari pendingin, buret, lampu spiritus, hot plate, kapas,
korek api, aluminium foil, kertas label, gunting, koran, spidol, tabel alkohol,
pH meter, dan bulb.
Bahan yang digunakan adalah isolat ragi yang diambil dari prodak kemasan,
indikator Penolftalein, alkohol, Streptomisin, aquades ,medium de Man
Ragosa and Sharpe (MRS) agar, K2Cr2O7, CaCO3, Potato Dextrose Agar
(PDA), dan susu kacang kedelai.
18
C. Rancangan Percobaan
Penelitian disusun dalam percobaan faktorial dengan metode observasi.
Faktor yang pertama yang terdiri dari 5 waktu pengukuran fermentasi
interval 6, 12, 24, 48, dan 72 jam.
Populasi BAL dan khamir dihitung dengan metode perhitungan cawan
(Plate Count), kadar total asam ditentukan dengan metode titrasi asam yang
dinyatakan sebagai asam laktat, kadar alkohol ditentukan dengan metode
Micro Conway diffusion, dan tingkat keasaman menggunakan pH meter.
ketiga parameter akan dianalisis secara deskriptif.
D. Penyiapan Bahan
Susu dipasturisasi dengan metode Low Temperature Long Time (LTLT)
sebanyak 500 mL dengan suhu 63 oC selama 30 menit (Sabil, 2015). di atas
waterbath. Selanjutnya ragi tape sebanyak 1 % ditambahkan ke dalam susu
yang sudah dingin (Ernawati, 1996), kemudian dinkubasi pada suhu ruang
bersuhu 20-25 oC (Saeavanamuthu, 2010).
E. Penghitungan Total BAL dan Khamir
Total BAL dihitung menggunakan metode hitungan cawan melalui
pengenceran seri hingga 10-7
pada medium de Man Ragosa and Sharpe
(MRS) agar steril yang telah ditambahkan CaCO3 (Hirdayati, 2010).
Pengenceran yang digunakan yakni 10-5
, 10-6
, dan 10-7
selanjutnya
dinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC.
19
Penghitungan total Khamir dilakukan dengan menggunakan metode
hitungan cawan melalui pengenceran seri hingga 10-5
dengan medium
Potato Dextrose Agar (PDA) agar yang ditambahkan 1 % Streptomisin
dalam 100 mL. Pengenceran yang digunakan yakni 10-3
, 10-4
, dan10-5
selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC (Latimer, 2016).
F. Penentuan pH
pH diukur dengan menggunakan pH meter. pH meter terlebih dahulu
dikalibrasi dengan buffer untuk pH 4 dan pH 7 sesuai kisaran pH.
Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda pH meter kedalam
10 ml sampel (Sudarmadji dkk., 1997).
G. Penentuan Total Asam Laktat
Penentuan Total Asam Laktat (Underwood, 1989) dilakukan dengan
menghitung kadar asam setara asam laktat dengan metode titrasi. Susu
fermentasi (kefir) diambil sebanyak 18 mL dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ditetesi fenolftalin (PP) 1 % sebanyak 0,5 (10 tetes) untuk
dititrasi dengan NaOH 0,1 N sambil dikocok sampai terbentuk warna merah
yang konstan.
% asam laktat =
100 %
Keterangan:
A = Volume NaOH terpakai (mL)
B = Konsentrasi NaOH (N)
C = Volume sampel yang dianalisis (mL)
20
90 = BE asam laktat (90 g/ekivalen)
H. Penentuan Kadar Alkohol dengan Micro Conway Diffusion
Persiapan Sampel (Yuwono dan Susanto, 1998)
a. Cawan Conway disiapkan diolesi dengan vaselin dan 1 ml larutan
kalium bikromat asam sulfat dimasukkan pada bagian tengah cawan.
b. 1 ml sampel dan 1 ml kalium bikromat jenuh dimasukan secara
terpisah pada bagian tepi cawan.
c. Cawan tersebut ditutup dengan hati-hati dan dirapatkan dengan
vaselin.
d. Sampel dan larutan kalium karbonat jenuh digoyangkan dengan
perlahan sehingga tercampur dengan baik
e. Setelah tercampur dibiarkan selama 1-2 jam dan diamati perubahan
warna pada larutan kalium bikromat asam sulfat pada bagian tengah
cawan
f. Perubahan warna kalium bikromat asam sulfat dari warna kuning
menjadi hijau kebiruan menunjukan adanya etanol dalam sampel yang
diuji
Gambar 3. Persiapan Sampel
21
Penentuan Kadar Alkohol
a. Larutan kalium bikarbonat diambil dengan mikropipet, diusahakan
semua larutan terambil
b. Larutan dimasukan ke dalam labu takar 10 ml dan diencerkan sampai
tanda batas
c. Absorbansinya diamati menggunakan spektrofotometer pada λ = 480
nm
d. Konsentrasi alkohol dapat diketahui dengan cara menggunakan
perbandian kurva standart. Pembuatan kurva standar dengan cara
membuat sampel dengan kadar alkohol 0.025 % ; 0.05 % ; 0.075 %
dan 1 % kemudian diamati absorbansinya dengan λ = 480 nm
22
I. Diagram Alir
↓
Sampel dihomogenkan di atas orbital shaker dan selama 48 jam
Setiap 6, 12, 24, 48, dan 72 jam dilakukan inkubasi
↓ ↓ ↓
pH diukur dengan
pH Meter
Sampel kefir 1 ml
↓
Pengenceran hingga 10-7
↓
Asam Laktat ditentukan
dengan titrasi dan
Alkohol dengan Conway
Pourplate
pada
media
MRS+
1 % CaCo3
Pourplate
pada
media
PDA+1 %
Streptomisin
Khamir
Total koloni dihitung
jumlah masing masing
BAL dan Khamir
30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Karakter kefir susu kedelai dengan inokulum ragi tape selama 72 jam
fermentasi sebagai berikut:
1. Jumlah populasi BAL tertinggi terdapat pada fermentasi 24 jam yaitu
sebesar 1,58x108
sel/mL dengan jumlah populasi khamir sebesar 1,9x106
sel/mL.
2. Total asam laktat tertinggi sebesar 0,85 % pada jam 24 fermentasi,
dengan tingkat keasaman pH 4,3.
3. Total alkohol tertiggi sebesar 0,23 %b/v pada jam ke 24.
B. Saran
1. Konsumen
Konsumen diharapkan untuk mengkonsumsi kefir susu kedelai sebelum
waktu 24 jam.
2. Bagi Penelitian
Bagi Peneliti diharapkan untuk menguji lanjut aktivitas dari bakteri yang
di temukan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afriani. 2010. Pengaruh penggunaan starter bakteri asam laktat Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus fermentum terhadap total bakteri asam laktat,
kadar asam dan nilai ph dadih susu sapi. JIIP. 13 (6) 279-285.
Amezquita, A., dan M.M. Brashears. 2002. Competitive inhibition of Listeria
monocytogenes in ready-to-eat meat products by lactic acid bacteria. J. Food
Protect.65 (2): 316–325.
Barnett, J.A.1975. The entry of D-ribose into some yeasts of the genus Pichia.
Journal of General Microbiology. 90 (1): 1–12. doi:10.1099/00221287-90-1-
1. PMID 1176959
Cahyadi, S. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Cetakan Pertama . PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Campbell N.A., dan J.B. Reece. 2007. Biology. Edisi ke-8. San Fansisco: Pearson
Benjamin Cummings.
Deesuth, O., P. Laopaiboon., P. Jaisil, dan L. Laopaiboon. 2012. Optimization of
Nitrogen and Metal Ions Supplementation for Very High Gravity Bioethanol
Fermentation from Sweet Sorghum Juice Using an Orthogonal Array
Design. Energies 5:3178-3197
Ernawati, Rarah, Ratih, Adjie, dan Maheswari. 1996. Fermentasi Susu
Menggunakan Ragi Tape dan Biji Kefir Kering. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor.
Estiasih, T. 2005. Kimia dan Teknologi Pengolahan Kacang-kacangan. Fakultas
Teknologi Hasil Pertanian UB. Malang.
Fratiwi,Y. dan Noverita. 2008. Fermentasi Kefir Dari Susu Kacang-Kacangan. Vis
Vitalis . Vol. 01 No. 2
Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotics. In: Probiotics. Springer.
Netherlands
Gonzalez, R., A.J. Rodriguez, dan A.V. Carrascosa. 2003. Yeast Autolytic
mutants potentially usefulfor sparkling wine production. International
Journal of Food Microbiology. 84, 21-26.
32
Gulitz, A., J. Stadie, M. Wenning, M.A. Ehrmann, dan R.F. Vogel. 2011. The
Microbial Diversity of Water Kefir. International Journal of Food
Microbiology. 151(3): 284-288.
Hirdayati, D. 2011. Pola Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Selama Fermentasi
Susu Kedelai. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus
2010. 72-76
Jannah, S.N., A. Dinoto, G.K. Wiryawan, dan I. Rusmana. 2014. Characteristics
of lactic acid bacteria isolated from gastrointestinal tract of Cemani chicken
and their potential use as probiotics.Media Peternakan 37, 143-214
Jenie, B.S.L., A.Apriyantono, dan K.O. Dharmaputra. 2002. Peningkatan
keamanan makanan tradisional berbasis kacang tanah melalui pemanfaatan
bakteri laktat yang bersifat antimikotik dan antimikotoksigenik. Laporan
RUT VIII. Bidang Teknologi Hasil Pertanian.
Julianto, B., E. Rossi, and Yusmarini. 2016. Karakteristik Kimiawi Dan
Mikrobiologi Kefir Susu Sapi Dengan Penambahan Susu Kedelai. Jom
Faperta Vol. 3 No. 1 Februari 2016
Koswara, S. 2006. Isoflavon Senyawa Multi Manfaat dalam Kedelai.
www.ebookpangan.com. Diakses pada tanggal 4 November 2017.
Kurmann J.A., L.J. Rasic, dan M. Kroger. 1992. Encyclopedia of Fermented
Freshmilk Products: An International Inventory of Fermented Milk, Cream
Buttermilk, Whey and Related Products. Van Nostrand Reihnold. New York.
Lasmini, T. 2016.Isolasi Dan Identifikasi Khamir Penghasil Asam IndolAsetat
Dari Rhizosfer Anggrek Tanah Pecteilis susannae (L.) Rafin.JIT.2008.556-
1404
Latimer, W.G. 2016. Official Methods of Analyis of AOAC International. AOAC
International.
Liu, Z., dan K.C.C. Sam.,2012.Nutritional Profile And Physicochemical
Properties Of Commercial Soymilk. Journal Of Food Processing and
Preservation.
Machmud, A., N. Retnowati, U. Yuliana, dan D. Wirnangsi.2011. Aktivitas
Lactobacillus Bulgaricus Pada Fermentasi Susu Jagung (Zea mays) Dengan
Penambahan Sukrosa Dan Laktosa. Biologi FMIPA UNG.
Magalhães, K.T., G.V.M. Pereira., C.R. Campos., G. Dragone.,dan R.F. Schwan.
2011. Brazilian Kefir: Structure, Microbial Communities and Chemical
Composition. Brazilian Journal of Microbiology, 42: 693-702.
Miguel, M.G.C.P., G.P. Cardoso, A.L. Lago, dan F.R. Schwan. 2010. Diversity of
bacteria present in milk kefir grains using culturedependent and culture-
independent methods.Food Res Inter 43:1523-1528.
33
Misgiyarta, dan S. Widowati. 2003. Efektifitas Bakteri Asam Laktat (BAL)
dalam Pembuatan Produk Fermentasi Berbasis Protein/Susu Nabati.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman.
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 360-373.
Misgiyarta, dan S. Widowati. 2003. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Asam
Laktat (BAL) Indigenus. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan
Bioteknologi Tanaman. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian. 374-387.
Mishra, C. dan J. Lambert. 1996. Production of antimicrobial substance by
probiotics. Asia Pasifik Journal of Clinica lNutrition 5 (1): 20-24.
Muryati, S., W.Sugiyo, Jumaeri, dan W. Astuti. 2005. Ketrampilan Hidup
Berbasis Kimia Hijau Life Skill KBK SMA. UPT UNNES Press. Semarang.
Oktaviana, T.K. 2014. Total Bakteri dan C/N dalam Sedimen Sungai Sekembu
Jepara dalam Kaitannya dengan Pencemaran.Skripsi.Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Prescott, Harley, dan Klein. Microbiology 7 th ed. London: McGraw–Hill. 1040.
Rossi, E., F. Hamzah, dan Febriyani. 2016. Perbandingan Susu Kambing dan Susu
Kedelai dalam Pembuatan Kefir. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol. 18 (1):
13-20.
Sabil, S. 2015. Pasteurisasi High Temperature Short Time (HTST) Susu Terhadap
Listeria Monocytogenes Pada Penyimpanan Refrigerator. Skripsi. Fakultas
peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Safitri M. F dan A. Swarastuti. 2011. Kualitas Kefir Berdasarkan Konsentrasi
Kefir Grain. Indonesian Food Technologist Community. Semarang.
Santoso. 2009. Susu dan Yoghurt Kedelai. Laboratorium Kimia Pangan Faperta
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Saravanamuthu, R. 2010. Industrial Exploitation of Micoorganisms. I. K.
International Pvt Ltd. 2010
Sheeladevi, A., dan N. Ramanathan. 2011. Lactic Acid Production Using Lactic
Acid Bacteria under Optimized Conditions. Inter J Pharm Biol Arch
2(6):1686-1691
Spellman, D., E. McEvoy, G. O’Cuinn, and R.J. FitzGerald, 2003. Proteinase and
exopeptidase hydrolysis of whey protein: Comparison of the TNBS, OPA,
and pH stat methods for quantification of degree of hydrolysis. Int. Dairy J.,
13, 447-453.
Sudarmadji, S., H. Bambang, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Angkasa. Bandung.
34
Sunaryanto, R., H.B. Handayani, dan R. Safitri. 2013. Enzymatic and Acid
Hydrolysis of Sago Starch for Preparation of Ethanol Production. Microbiol
Indones. 7 (2): 68-74.
Supriyono, T. 2008. Kandungan Beta Karoten, Polifenol Total dan Aktivitas
“Merantas” Radikal Bebas Kefir Susu Kacang Hijau (Viginaradiata) oleh
Pengaruh JumLah Starter (Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir) dan
Konsentrasi Glukosa. Tesis. Magister Gizi Masyarakat. Program
Pascasarjana.Universitas Diponegoro. Semarang
Surono, I.S. 2004. The effect of freezing methods on binding properties towards
Trp-P1 and a-galactosidase activity of dadih lactic bacteria. J. Microbiology
Indonesia. 8(1):8-12.
Taylor, S. 2004. Advances in Food and Nutrition Research, Vol. 50. Academic
Press.
Thomas, K.C., S.H. Hynes dan W.M. Ingledew. 2001. Effect of lactobacilli on
yeast growth, viability and batch and semi‐continuous alcoholic fermentation
of corn mash. Journal of Applied Microbiology Volume 90, Issue 5.
Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Waarde van A., G. Van den Thillart, dan M.Verhagen. 1993. Ethanol Formation
and pH-Regulation in Fish.Surviving Hypoxia. 157−170.
Widodo, W. 2002. Bioteknoogi Fermentasi Susu.
http://WahyuWidodo.Staff.umm.ac.id./files.2010/01/Fermentasi Susu.pdf.
Diakses Tanggal 02 Desember 2011.
Winarno F.G., dan F.E. Ivone. 2007. Susu dan Produk Fermentasi. Bogor: M-
Brio Press.
Winarno, F.G. dan I.E. Fernandez 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M-brio
Press. Bogor.
Wood, J.B.B. 1985. Microbiology of Fermented Food. Springer
Yarrow, D. 1998. Method for the Isolation Maintenance and Identification of
yeasts.In: The Yeast, A taxonomic Study, Kurtzman, C.P. and J.W. Fell(Eds).
4th ed. Elsevier Science B.V. Amsterdam.
Yusmarini, R. Indarti, T. Utami, dan Y. Marsono. 2010. Kemampuan susu kedelai
yang difermentasi oleh Lactobacillus plantarum dalam mengikat asam
empedu. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3), 202 – 208, 2010
Yuwono, S.S. dan T. Susanto. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Universitas
Brawijaya. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakuktas Teknologi Pertanian.
Malang