karakteristik fisik, komposisi nutrien, dan … · karakteristik fisik, komposisi nutrien, dan...

30
KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer PUCUK TEBU LIEN AMALIA O’NEAL ELMI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Upload: vuonghanh

Post on 12-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN

KECERNAAN in vitro Hi-fer PUCUK TEBU

LIEN AMALIA O’NEAL ELMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 3: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Fisik,

Komposisi Nutrien, dan Kecernaan in vitro Hi-fer Pucuk Tebu adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi

ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017

Lien Amalia O’Neal Elmi

NIM D24120014

Page 4: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 5: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

ABSTRAK

LIEN AMALIA O’NEAL ELMI. Karakteristik Fisik, Komposisi Nutrien, dan

Kecernaan in vitro Hi-fer Pucuk Tebu. Dibimbing oleh SURYAHADI dan ANITA

S. TJAKRADIDJAJA.

Pucuk tebu merupakan limbah tanaman tebu yang sangat potensial sebagai pakan

ternak karena ketersediannya banyak dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.

Salah satu keterbatasan dari limbah tanaman tebu adalah kecernaan yang rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik fisik, komposisi nutrien, dan

kecernaan in vitro Hi-fer pucuk tebu. Percobaan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 kelompok. Perlakuan yang digunakan

adalah P0 (pucuk tebu tanpa perlakuan), P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu),

P2 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 4 minggu), dan P3 (rumput gajah tanpa perlakuan).

Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik, komposisi nutrien, koefisien cerna

bahan kering (KCBK), dan koefisien cerna bahan organik (KCBO). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pembuatan Hi-fer merubah aroma, warna, tekstur, dan pH

pucuk tebu. Komposisi nutrien pucuk tebu yaitu kadar BK, BO, LK, BETN, dan TDN

baik, tetapi menurunkan PK dan SK. Hi-fer pucuk tebu dapat dibuat dengan lama

fermentasi 2 atau 4 minggu. Pembuatan Hi-fer dapat memperbaiki kualitas fisik,

kadar nutrien dan nilai kecernaan pucuk tebu.

Kata kunci: Hi-fer, kecernaan, nutrien, pucuk tebu

ABSTRACT

LIEN AMALIA O’NEAL ELMI. Physical Characteristics, Composition of Nutrients,

and in vitro Digestibility of Cane Top Hi-fer . Supervised by SURYAHADI and

ANITA S. TJAKRADIDJAJA.

Cane top is waste of cane plantation that have a lot of potential as fodder because

its abundance and its uses do not compete with human needs. One of the limitations of

the cane top is low digestibility. This study is aimed at evaluating the physical

characteristics, composition of nutrients and in vitro digestibility of cane top Hi-fer.

The experiment used a randomized block design with 4 treatments and 5 groups. The

treatments were P0 (cane tops without treatment), P1 (cane top Hi-fer fermented for

2 weeks), P2 (cane top Hi-fer fermented for 4 weeks), and P3 (elephant grass without

treatment). Variables measured were physical characteristics, composition of nutrients,

digestibility coefficients of dry matter (IVDMD), and organic matter (IVOMD). The

results show that the odor, color, texture, and pH changes after created Hi-fer.

Nutrient composition of cane top Hi-fer had good dry matter, organic matter, etter

extract, nitrogen free extract, and TDN contens, but had low on crude protein and crude

fiber contens. Cane top could be made up as Hi-fer that be fermented for 2 or 4 weeks.

Making up cane top as Hi-fer fermented for 2 or 4 weeks can improve physical quality,

nutrient compotition, and digestibility of dry matter and organic matter on cane top.

Keywords: cane top, digestibility, Hi-fer, nutrient

Page 6: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 7: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN

KECERNAAN in vitro Hi-fer PUCUK TEBU

LIEN AMALIA O’NEAL ELMI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 8: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 9: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 10: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 11: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 hingga Oktober 2016 ialah Karakteristik Fisik,

Komposisi Nutrien, dan Kecernaan in vitro Hi-fer Pucuk Tebu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik fisik, komposisi

nutrien, dan kecernaan in vitro pada Hi-fer pucuk tebu. Penelitian ini terlaksana

dibawah bimbingan Dr Ir Suryahadi, DEA dan Ir Anita S Tjakradidjaja, MRur Sc.

Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis. Terakhir, penulis

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2017

Lien Amalia O’Neal Elmi

Page 12: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan
Page 13: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kondisi Umum 5

Karakteristik Fisik 5

Komposisi Nutrien 7

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) 8

Perbedaan antara Hi-fer Pucuk Tebu dan Rumput Gajah 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 15

Page 14: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

DAFTAR TABEL

1 Nilai pH dan karakteristik fisik Hi-fer pucuk tebu 5

2 Komposisi nutrien Hi-fer pucuk tebu 7

3 Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) Hi-fer

pucuk tebu 9

4 Nilai pH dan kualitas fisik Hi-fer pucuk tebu dan rumput gajah 10

5 Komposisi nutrien antara Hi-fer pucuk tebu dan rumput gajah 11

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 1 (a) Pucuk tebu tanpa perlakuan (P0); (b) Hi-fer pucuk tebu

difermentasi 2 minggu (P1); (c) Hi-fer pucuk tebu difermentasi 4 minggu

(P2); (d) rumput gajah tanpa perlakuan (P3) 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam (ANOVA) dan uji ortogonal kontras pengaruh perlakuan

terhadap koefisien cerna bahan kering (KCBK) 14

2 Analisis ragam (ANOVA) dan uji ortogonal kontras pengaruh perlakuan

terhadap koefisien cerna bahan organik (KCBO) 14

Page 15: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

PENDAHULUAN

Hijauan merupakan bahan pakan yang harus tersedia dalam peternakan

ruminansia. Namun saat ini ketersediaan dan kualitas hijauan di Indonesia masih

tergolong rendah. Ketersediaan pakan yang belum memadai mengakibatkan

terjadinya kesulitan dalam peningkatan populasi ternak sapi (Suryahadi et al. 2009).

Beralihnya fungsi lahan menjadi pemukiman ataupun usaha masyarakat merupakan

faktor menurunnya ketersediaan pakan hijauan. Selain itu, faktor iklim yang tidak

menentu juga dapat menurunkan kualitas pakan yang ada, ketersediaan hijauan

sangatlah terbatas saat musim kemarau. Dengan demikian, perlu adanya pakan

alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas ternak. Salah

satu pakan alternatif tersebut adalah pucuk tebu. Pucuk tebu merupakan limbah

tanaman tebu yang sangat potensial sebagai pakan ternak karena ketersediannya

melimpah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu keterbatasan

dari limbah tanaman tebu adalah kecernaan yang rendah. Oleh karena itu, pucuk

tebu perlu diproses terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak (Pratama

2014). Pucuk tebu sebagai pakan mempunyai faktor pembatas, yaitu kandungan

nutrien dan kecernaannya yang sangat rendah. Pucuk tebu mempunyai kadar serat

kasar dan kadar lignin yang sangat tinggi, yaitu masing-masing sebesar 46.5% dan

14% (Ensminger dan Olentine 1980).

Penebangan tebu dilakukan secara cepat, untuk memenuhi kebutuhan

produksi pabrik gula. Limbah yang berasal dari penebangan tebu cukup banyak,

sedangkan yang dimanfaatkan sedikit. Diperkirakan dihasilkan pucuk tebu setiap

tahunnya lebih dari 1.5 juta ton (Hermana et al. 2005). Saat panen, pucuk tebu

tersedia cukup banyak dalam waktu yang singkat dan melebihi kebutuhan ternak.

Pucuk tebu yang dimaksud disini adalah ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai

daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit atau tebu giling

(Musofie dan Wardhani 1987). Pucuk tebu merupakan 23% bagian dari satu batang

tebu (Sandi et al. 2012). Menurut BPS (2015), luas areal perkebunan tebu di

Indonesia adalah 461 732 ha dengan produksi tebu sebanyak 2 623 931 ton pada

tahun 2015.

Baru-baru ini ditemukan teknologi yang diberi nama Hi-fer oleh Pusat Studi

Hewan Tropika/Center for Tropical Animal Studies (CENTRAS) LPPM-IPB.

Teknologi pakan Hi-fer merupakan hijauan fermentasi awetan yang mudah

disimpan, didistribusikan, dan mudah dalam pengangkutan. Hi-fer adalah hijauan

hasil fermentasi dengan menggunakan Aditif Fermentasi (AF). Hijauan yang

dihasilkan sangat disukai ternak (palatable), TDN meningkat, dan tahan lama

disimpan. Secara umum bahan baku pembuatan Hi-fer adalah rumput gajah atau

hijauan lainnya yang telah dilayukan (Suryahadi 2014). Dengan pengolahan ini,

diharapkan nutrien dan kecernaan pada pucuk tebu meningkat. Saat ini pembuatan

Hi-fer komersial hanya menggunakan rumput gajah, karena semakin tinggi

kualitas rumput, semakin tinggi pula efisiensi penggunaan pakan. Selain

menggunakan rumput gajah, hijauan limbah pertanian juga dapat diolah menjadi

Hi-fer. Penelitian ini mencoba menggunakan limbah pertanian dalam pembuatan

Hi-fer yaitu pucuk tebu, karena pada umumnya pucuk tebu tidak digunakan lagi

setelah pemanenan dan tersedia dalam jumlah banyak dalam satu kali pemanenan.

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi Hi-fer pucuk tebu dengan lama

Page 16: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

2

fermentasi yang berbeda terhadap karakteristik fisik, komposisi nutrien, dan

kecernaan in vitro.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2016 yang

bertempat Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor untuk analisis sampel. Pucuk tebu diperoleh dari perkebunan tebu

yang berlokasi di Kediri dan cairan rumen diperoleh dari Rumah Potong Hewan

(RPH) Bubulak, Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk tebu, cairan rumen,

aditif fermantasi, air, molasses, NaHCO3, Na2HPO4, KCl, NaCl, MgSO4, CaCl2,

HgCl2 jenuh, pepsin HCl 0.2%, aquades, dan gas CO2.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung fermentor, tabung

Erlenmeyer, tutup karet, sendok, shaker water bath, magnetic stirrer, pipet, bulb,

termos, timbangan, plastik polietilen, terpal sebesar plastik polietilen, tali ban,

cawan, kertas saring whattman no 41, eksikator, oven, tanur, ruang asam, gegep,

bambu satu ruas, dan pompa vakum.

Prosedur

Pembuatan Hi-fer (Suryahadi 2014)

Pembuatan Hi-fer ini menggunakan pucuk tebu sebanyak 3.90 kg untuk P1

dan 3.69 kg untuk P2. Setiap perlakuan memiliki 5 ulangan. Pucuk tebu yang

digunakan memiliki kadar BK 59.47%. Pucuk tebu yang akan digunakan dilayukan

terlebih dahulu selama satu malam kemudian dicacah dengan ukuran 5-10 cm.

Setelah itu dicampur dengan aditif fermentasi sebanyak 2% (w/v) dan molasses

sebanyak 7% (w/v). Setelah semua tercampur rata, pucuk tebu dimasukkan ke

dalam kantong plastik polietilen dan ditekan hingga padat agar tidak ada ruang

kosong yang belum terisi oleh pucuk tebu. Plastik polietilen dilapisi terpal pada

bagian luar sehingga menjadi dua lapis (double layer), guna meminimalisir

kebocoran plastik. Bambu ujung atas diberi lubang bagian kanan dan kiri, kemudian

diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan udara dari dalam dapat

keluar, namun udara dari luar tidak dapat masuk. Bambu dimasukkan ke dalam

plastik polietilen hingga 5-10 cm dari permukaan Hi-fer kemudian diikat

Page 17: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

3

menggunakan tali ban agar lebih kuat. Hi-fer pucuk tebu disimpan di dalam

ruangan yang tidak terkena matahari langsung.

Pengambilan cairan rumen Cairan rumen diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak. Termos

yang digunakan untuk wadah cairan rumen, diisi air panas (39oC) terlebih dahulu.

Sebelum cairan rumen dimasukkan, air panas dalam termos dibuang. Isi rumen

diambil kemudian diperas dan cairannya dimasukkan ke dalam termos.

Pengambilan cairan rumen dilakukan sebanyak lima kali.

Pembuatan larutan McDougall Penelitian ini dibutuhkan 120 ml larutan McDougall untuk sepuluh sampel

yang dianalisis, masing-masing sampel dibutuhkan 12 ml larutan McDougall.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat larutan McDougall adalah NaHCO3

sebanyak 1.176 g; Na2HPO4 sebanyak 0,4452 g; KCl sebanyak 0.0684; NaCl

sebanyak 0.0564; MgSO4 sebanyak 0.0144; CaCl2 sebanyak 0.048. Semua bahan

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kecuali CaCl2 dan dilarutkan dengan

aquades hingga 80 ml. Campuran tersebut dihomogenkan menggunakan magnetic

stirrer. Setelah itu CaCl2 dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan

aquades hingga 120 ml. Larutan McDougall 120 ml tersebut dihomogenkan

kembali menggunakan stirrer. Sebelum dimasukkan ke dalam tabung fermentor,

larutan McDougall dialiri gas CO2 terlebih dahulu hingga mencapai pH 6.8.

Pengukuran Kualitas Fisik Pucuk tebu semua perlakuan dilakukan uji kualitas fisik. Pengamatan kualitas

fisik dilakukan dengan pengujian sensori untuk peubah aroma, pH, warna, tekstur,

dan keberadaan jamur. Penilaian aroma Hi-fer pucuk tebu yaitu pada setiap

perlakuan dibuka kemudian dicium baunya dengan cara mengipaskan tangan diatas

mulut kantong plastik Hi-fer pucuk tebu ke arah hidung. Penilaian tekstur Hi-fer

pucuk tebu yaitu pada setiap perlakuan dibuka kemudian dipegang sambil diamati.

Pengujian warna Hi-fer pucuk tebu dilakukan dari setiap perlakuan. Pengujian

keberadaan jamur dapat dilakukan dengan dihitung persentase bagian yang

terkontaminasi jamur menggunakan rumus sebagai berikut :

Bagian Terkontaminasi Jamur % BS = Bobot bagian berjamur (g)

Bobot bagian terfermentasi (g)x 100%

Pengukuran Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik

(KCBO) Pengukuran koefisien cerna bahan kering dan bahan organik (KCBK dan

KCBO) dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963) modifikasi Sutardi

(1979). Tahapan analisis sama seperti yang dilakukan pada fermentasi in vitro yang

terdiri dari 1 g sampel, 12 ml larutan McDougall, dan 8 ml cairan rumen yang

diinkubasi selama 24 jam, lalu ditambahkan 2 tetes larutan HgCl2 jenuh. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3 000 rpm selama 15 menit. Hasil sentrifugasi yang

digunakan untuk analisis adalah residu (padatan). Residu tersebut ditambah 20 ml

larutan pepsin HCl 0.2%. Inkubasi dilanjutkan selama 24 jam secara aerob pada

suhu 39oC kemudian disaring menggunakan kertas saring Whattman no 41 dibantu

Page 18: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

4

dengan pompa vakum. Hasil saringan dimasukkan ke dalam cawan porselin dan

dikeringkan di dalam oven 105°C selama 24 jam untuk mengetahui residu bahan

kering dan diabukan dalam tanur 900°C selama 4 jam untuk menghitung kadar

bahan organiknya. Koefisien cerna bahan kering dan bahan organik dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

KCBK (%)=BK sampel (g) - (BK residu (g) - BK blanko (g))

BK sampel (g)x 100%

KCBO (%)=BO sampel (g) - (BO residu (g) - BO blanko (g))

BO sampel (g) x 100%

Keterangan :

KCBK = Koefisien Cerna Bahan Kering

KCBO = Koefisien Cerna Bahan Organik

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah P0 (pucuk tebu tanpa

perlakuan), P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu), P2 (Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 4 minggu), dan P3 (Rumput gajah tanpa perlakuan).

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan dalam penelitian ini yairu Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan pola 4x5, dimana digunakan 4 perlakuan dan 5 ulangan (kelompok).

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993) :

Yij = µ + 𝝉i + 𝜷j + 𝜺ij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

𝜇 = Rataan umum pengamatan

𝜏i = Pengaruh perlakuan ke-i

𝛽j = Pengaruh kelompok ke-j

𝜀ij = Galat percobaan untuk perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika memberikan hasil

yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji ortogonal kontras (Steel dan

Torrie 1993). Data komposisi nutrien dianalisis secara deskriptif.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu kualitas fisik, komposisi

nutrien, koefisien cerna bahan kering, dan bahan organik.

Page 19: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Pucuk tebu yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari salah satu

perkebunan tebu di daerah Kediri. Pucuk tebu yang digunakan adalah limbah dari

pemanenan tanaman tebu yang akan dibuat gula. Pucuk tebu dari Kediri hingga ke

Bogor dikirim menggunakan transportasi darat. Perjalanan tersebut membutuhkan

waktu lebih dari 3 hari. Perjalanan yang cukup lama dan selama perjalanan, kondisi

pucuk tebu dibungkus dengan padat, mengakibatkan tumpukan pucuk tebu tersebut

berjamur. Hal tersebut dapat memicu munculnya jamur lebih banyak saat

pembuatan Hi-fer.

Nilai pH dan Karakteristik Fisik

Kualitas fisik merupakan salah satu peubah guna mengetahui keberhasilan

dalam pembuatan Hi-fer. Kualitas Hi-fer pucuk tebu dapat dilihat dari

karakterstik fisiknya. Nilai pH dan kualitas fisik tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

dan peubah yang digunakan adalah pH, aroma, warna, tekstur, dan jamur. Gambar

1 menunjukkan pucuk tebu dan rumput gajah tanpa perlakuan, serta pucuk tebu

yang dibuat Hi-fer.

Tabel 1 Nilai pH dan karakteristik fisik Hi-fer pucuk tebu

Perla

kuan

Peubah

pH Aroma Warna Tekstur

Jamur

Bobot

Hi-fer

(kg)

Bobot

Jamur

Hi-fer

(kg)

% jamur

P0 6.8 Hijauan Coklat

muda

Kasar,

berbulu,

kering

10 0 0

P1 4.5

Wangi

fermen

tasi

Hijau

keco

klatan

Lembut,

agak

basah

3.90±0.18 1.26±0.23 31.80±3.92

P2 4.2

Wangi

fermen

tasi

Hijau

kekuni

ngan

Lembut,

agak

basah

3.69±0.22 1.18±0.22 31.73±3.81

P3 4.8 Hijuan

segar

Hijau

muda

Berbulu,

agak

basah

30 0 0

P0 (pucuk tebu tanpa perlakuan); P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu); P2 (Hi-fer pucuk

tebu fermentasi 4 minggu); P3 (rumput gajah tanpa perlakuan)

Tabel 1 menunjukkan bahwa adanya perubahan karakteristik fisik pucuk tebu

antara perlakuan yang dibuat Hi-fer dengan yang tidak dibuat Hi-fer. Pucuk

tebu yang dibuat Hi-fer mengalami penurunan pH. Pucuk tebu yang tidak diberi

perlakuan memiliki pH 6.8 dan setelah dibuat Hi-fer, pH mengalami penurunan

menjadi 4.5 dan 4.2. Penurunan pH pucuk tebu semakin besar dengan semakin

Page 20: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

6

lamanya proses fermentasi dari 2 minggu menjadi 4 minggu. Hal ini sependapat

dengan Suryahadi (2014) yang mengatakan bahwa pH Hi-fer yang baik adalah

3.2-4.5. Surono dan Budhi (2006) juga mengatakan bahwa penambahan zat aditif

dalam pembuatan silase berperan memberikan nutrien bagi bakteri asam laktat,

sehingga penurunan pH terjadi dengan cepat dan mencegah terbentuknya hasil

fermentasi yang berlebihan.

Aroma pucuk tebu tanpa perlakuan (P1) adalah aroma hijauan yang sudah

kering dan aroma rumput gajah segar (P3) adalah aroma hijauan segar. Aroma yang

dihasilkan Hi-fer pucuk tebu pada P1 dan P2 tidak berbeda yaitu wangi seperti

halnya rumput yang difermentasi (bau asam). Menurut Hapsari (2016), bau asam

yang ditimbulkan disebabkan oleh populasi bakteri asam laktat (BAL) yang

berkembang di dalam hasil fermentasi. Cairan AF sebagai sumber energi tersedia

mampu dimanfaatkan dengan baik oleh BAL dalam proses fermentasi.

Warna pucuk tebu tanpa perlakuan (P) berbeda dengan warna pucuk tebu

yang dibuat Hi-fer (P1 dan P2) yaitu perubahan dari warna coklat muda menjadi

hijau kecoklatan. Perlakuan P1 dan P2 memiliki warna yang hampir sama, namun

P1 menunjukkan warna yang lebih gelap. Perlakuan P3 menunjukkan warna hijauan

segar karena rumput gajah yang digunakan adalah rumput gajah segar. Penambahan

molases pada pembuatan silase dapat memberikan warna yang baik (Vina et al.

2012) dan perubahan warna hijau menjadi kecoklatan disebabkan oleh adanya

molases (Hapsari 2016). Seperti halnya Hapsari (2016), Pratama (2015)

mengatakan bahwa warna dominan coklat yang dihasilkan produk silase Hi-fer

disebabkan oleh bahan yang digunakan sebagai campuran yaitu molases yang

memiliki warna dasar cokat.

Tekstur Hi-fer pucuk tebu yang dihasilkan baik. Pucuk tebu tanpa perlakuan

memiliki tekstur yang kasar, agak berbulu, dan kering. Tekstur berubah menjadi

lembut dan agak basah setelah dibuat Hi-fer. Tekstur Hi-fer pucuk tebu yang

difermentasi selama 2 dan 4 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Jamur yang terdapat dalam Hi-fer cukup banyak. Keberadaan jamur

terbanyak terdapat pada permukaan hasil fermentasi dimana area tersebut

merupakan area yang paling besar peluangnya udara masuk. Pemadatan yang

kurang baik dapat memicu jamur bertambah banyak. Selain itu, jamur yang banyak

ini disebabkan oleh bahan baku awal sudah terdapat jamur, sehingga memicu

keluarnya jamur lebih banyak.

Page 21: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

7

a b

c d

Gambar 1 (a) Pucuk tebu tanpa perlakuan (P0); (b) Hi-fer pucuk tebu difermentasi

2 minggu (P1); (c) Hi-fer pucuk tebu difermentasi 4 minggu (P2); (d)

rumput gajah tanpa perlakuan (P3)

Komposisi Nutrien

Komposisi nutrien yang terkandung dalam hijauan merupakan suatu hal yang

sangat diperhitungkan dalam pengolahan pakan. Komposisi nutrien pucuk tebu

yang dibuat Hi-fer dicantumkan di dalam Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi nutrien Hi-fer pucuk tebu

Perlakuan %BKa) Abua) PKb) LKb) SKb) BETNc) TDNd)

------------------------------%BK------------------------------

P0 59.47 13.91 8.18 0.18 40.25 37.47 46.03

P1 24.54 11.54 8.18 1.91 35.45 42.93 51.96

P2 30.22 11.09 7.12 1.98 33.12 46.69 53.90

P3 16.04 10.92 12.33 1.56 31.61 43.57 55.66 a)Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB; b)Hasil Analisis

Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB; c)Hasil Perhitungan

BETN= 100 – (Abu+PK+LK+SK); d)Hasil Perhitungan dengan Rumus TDN=

70.6+0.259PK+1.01LK-0.76SK+0.0991BETN (Sutardi 2001). P0 (pucuk tebu tanpa perlakuan); P1

(Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu); P2 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 4 minggu); P3

(rumput gajah tanpa perlakuan).

Pengukuran BK menjadi salah satu peubah dalam menentukan kualitas

nutrien produk ensilase (Hapsari 2016). Tabel 2 menunjukkan nilai BK perlakuan

P3 memiliki nilai yang paling rendah. Kadar BK yang rendah pada P3 ini

disebabkan oleh rumput gajah yang digunakan, yaitu rumput gajah muda dan segar,

sehingga kadar air masih tinggi. Selain itu proses pelayuan yang tidak maksimal

dapat meningkatkan kadar air. Hal ini sependapat dengan Hapsari (2016) yang

mengatakan bahwa kondisi rumput yang lebih kering akan menghasilkan

Page 22: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

8

kandungan BK silase yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis, semakin lama

fermentasi semakin tinggi pula bahan keringnya. Hal ini ditunjukkan pada P1 dan

P2 yaitu BK mengalamai peningkatan dari 24.54 menjadi 30.22%. Hapsari (2016)

menyatakan bahwa semakin banyak BK yang tersisa, semakin banyak pula nutrien

yang tersedia bagi ternak, namun dalam percobaan ini terdapat beberapa nutrien

yang mengalami penurunan ketika BK meningkat yaitu kadar abu, protein kasar,

dan serat kasar.

Nilai kisaran kadar abu dalam penelitian ini adalah 10.92 sampai 13.91%.

Kadar abu paling rendah terdapat pada P3 dan yang tertinggi adalah P0. Semakin

lama difermentasi, kadar abu Hi-fer pucuk tebu semakin menurun, sehingga

kandungan bahan organiknya semakin tinggi. Kadar PK antara P0 dan P1 sama

yaitu 8.18%. Kadar PK mengalami penurunan setelah fermentasi 4 minggu yaitu

dari 8.18% menjadi 7.12%. Perlakuan P3 memiliki PK tertinggi yaitu 12.33%.

Berdasarkan hasil analisis proksimat, semakin lama fermentasi, protein semakin

menurun. Kadar lemak kasar Hi-fer pucuk tebu semakin meningkat seiring

dengan lamanya fermentasi. Kadar LK P1, P2, dan P3 menunjukkan hasil yang

tidak berbeda jauh. Pucuk tebu memiliki serat kasar yang cukup tinggi yaitu 40.25%.

Namun setelah dibuat Hi-fer, serat kasar pucuk tebu mengalami penurunan

menjadi 33.12%. Penurunan serat kasar terjadi karena adanya proses degradasi

enzimatik komponen serat kasar seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignoselulosa

oleh bakteri menjadi gula-gula sederhana (Tillman et al. 1998). Semakin lama

fermentasi, SK semakin menurun. Hal ini ditunjukkan pada Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 4 minggu (P2) memiliki SK yang lebih rendah daripada Hi-fer pucuk

tebu fermentasi 2 minggu. Perlakuan P3 memiliki SK paling rendah yaitu 31.61%.

Kadar BETN juga mengalami peningkatan seiring dengan lamanya fermentasi.

perlakuan P0 mengandung BETN 37.47% dan setelah dibuat Hi-fer BETN

meningkat menjadi 42.93% pada P1 serta 46.69% pada P3. Kadar BETN P3 lebih

rendah dibandingkan dengan P2 tetapi masih lebih tinggi daripada P0 dan P1.

Semakin lama fermetasi nilai TDN semakin meningkat yaitu dari 46.03% sampai

53.90%. Nilai TDN P3 memiliki nilai yang paling tinggi yaitu 55.66%. Peningkatan

TDN Hi-fer pucuk tebu dapat terjadi akibat meningkatnya kadar BO, LK, dan

BETN serta menurunnya kadar abu, PK, dan SK.

Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO)

Koefisien cerna yang dianalisis dalam percobaan ini adalah kecernaan bahan

kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO). Kecernaan dapat digambarkan melalui

koefisien cerna. Kecernaan adalah perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan

makanan di dalam alat pencernaan. Perubahan tersebut berupa penghalusan atau

penguraian bahan makanan. Selain itu bahan pakan juga dapat mengalami

perombakan menjadi bentuk senyawa lain yang berbeda dengan asalnya (Resdiani

2010). Koefisien cerna bahan kering dan bahan organik pucuk tebu dan rumput

gajah dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 23: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

9

Tabel 3 Koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) Hi-fer

pucuk tebu

Perlakuan Peubah

KCBK (%) KCBO (%)

P0 16.85 ± 2.62C 8.95 ± 3.21D

P1 21.80 ± 3.20B 13.84 ± 2.97B

P2 21.12 ± 2.58B 12.71 ± 3.63C

P3 27.79 ± 5.07A 19.62 ± 6.17A P0 (pucuk tebu tanpa perlakuan); P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu); P2 (Hi-fer pucuk

tebu fermentasi 4 minggu); P3 (rumput gajah tanpa perlakuan). Huruf yang berbeda pada kolom

yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) pada KCBK dan KCBO

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa KCBK dan KCBO dipengaruhi secara

sangat nyata (P<0.01) oleh perlakuan. KCBK dan KCBO pucuk tebu tanpa

perlakuan adalah yang terendah, sebaliknya KCBK dan KCBO rumput gajah tanpa

perlakuan adalah tertinggi (P<0.01). Pembuatan Hi-fer dapat memperbaiki

KCBK dan KCBO pucuk tebu, tetapi masih dibawah KCBK dan KCBO rumput

gajah. KCBK pada penelitian ini berkisar dari 16.75% sampai 27.79% dan KCBO

berkisar dari 8.95% sampai 19.62%. Perlakuan P1 dan P2 tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata pada KCBK yaitu 21.80 dan 21.12%, tetapi KCBO

mengalami perbedaan yang sangat nyata (P<0.01).

Tabel 3 menunjukkan bahwa KCBK dan KCBO yang baik terdapat pada P3

yaitu rumput gajah. Namun hasil kecernaan dalam percobaan ini tergolong rendah.

Hal ini diduga karena serat yang terdapat dalam pucuk tebu sangat tinggi yaitu 40%.

Tillman et al. (1998) mengatakan bahwa serat kasar merupakan komponen yang

sulit dicerna, sehingga mengakibatkan penuruan nilai kecernaan. Selain itu,

kecernaan secara in vitro dipengaruhi oleh pencampuran pakan, cairan rumen dan

inokulan, pH kondisi fermentasi, pengaturan suhu fermentasi, lamanya waktu

inkubasi, dan ukuran partikel sampel serta larutan buffer (McDonald et al. 2002).

Kecernaan bahan makanan erat hubungannya dengan komposisi kimia, terutama

serat kasar. Kecernaan yang tinggi mencerminkan besarnya sumbangan nutrien

pada ternak, sedangkan kecernaan yang rendah menunjukkan bahwa nutrien yang

terserap hanya sedikit untuk hidup pokok maupun produksi (Yusmadi 2008). Hasil

analisis menunjukkan bahwa KCBK dan KCBO memiliki nilai yang sama

rendahnya. Hal ini sependapat dengan Sutardi (2001) yang mengatakan bahwa

KCBK berbanding lurus dengan KCBO. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui

bahwa P2 (Hi-fer pucuk tebu 2 minggu) memiliki kecernaan yang lebih baik

daripada P0 dan P1. Hasil tersebut hampir sama dengan P3 (rumput gajah segar).

Peningkatan kecernaan dapat disebabkan oleh molases yang digunakan sebagai

sumber energi bagi bakteri rumen. Selain suasana asam tersebut mampu

memutuskan ikatan serat yang terdapat pada pucuk tebu, sehingga mikroba rumen

dapat menghidrolisis dan memfermentasi selulosa, hemiselulosa, dan karbohidrat

lainnya (Bata 2008). Peningkatan KCBK dan KCBO pucuk tebu yang dibuat Hi-

fer disebabkan oleh meningkatnya kadar BO, LK, dan BETN dan menurunnya

kadar abu, PK, dan SK.

Page 24: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

10

Perbedaan antara Hi-fer Pucuk Tebu dan Rumput Gajah

Tabel 4 merupakan tabel perbandingan nilai pH dan kualitas fisik antara Hi-

fer rumput gajah dan pucuk tebu yang nilai meliputi pH, aroma, warna, dan

tekstur.

Tabel 4 Nilai pH dan kualitas fisik Hi-fer pucuk tebu dan rumput gajah

Perlakuan pH Aroma Warna Tekstur

Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 2

minggu

4.5 Wangi

fermentasi Hijau kecoklatan

Lembut, agak

basah

Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 4

minggu

4.2 Wangi

fermentasi

Hijau

kekuningan

Lembut, agak

basah

Hi-fer rumput

gajah 21 hari a) 3.5

Wangi

fermentasi Hijau kecoklatan

Tidak

menggumpal

dan tidak

berlendir

Hi-fer rumput

gajah 3 bulan b) 4.09

Wangi

fermentasi

Coklat agak

gelap Basah

a)Nurjana et al. (2016); b)Pratama (2015)

Tabel 4 menunjukkan bahwa pH antara Hi-fer rumput gajah dan pucuk tebu

hampir sama yaitu berkisar antara 4.09 – 4.5, namun berbeda dengan Hi-fer

rumput gajah pada penelitian Nurjana et al. (2016). Penelitian Nurjana et al. (2016)

mendapatkan pH 3.5 pada Hi-fer yang difermentasi selama 21 hari. Aroma yang

dihasilkan sama yaitu wangi fermentasi. Warna Hi-fer rumput gajah yang

difermentasi 21 hari dan Hi-fer pucuk tebu yang difermentasi 2 minggu

menghasilkan warna yang sama yaitu hijau kecoklatan, sedangkan Hi-fer rumput

gajah yang difermentasi 3 bulan menghasilkan warna yang lebih coklat daripada

Hi-fer yang lain. Hal ini diduga karena molases yang digunakan pada penelitian

Pratama (2015) lebih banyak daripada Hi-fer lainnya yaitu 8%. Tekstur yang

dihasilkan Hi-fer rumput gajah fermentasi 21 hari dan Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 2 minggu dan 4 minggu hampir sama. Pada Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 2 dan 4 minggu juga menghasilkan tekstur yang tidak menggumpal,

tidak berlendir, lembut, dan agak basah. Hi-fer rumput gajah fermentasi 3 bulan

menghasilkan Hi-fer yang lebih basah daripada Hi-fer yang lain. Namun

demikian, Hi-fer pucuk tebu memiliki kesamaan dalam kualitas fisiknya dengan

Hi-fer rumput gajah.

Tabel 5 merupakan perbandingan komposisi nutrien Hi-fer rumput gajah

dan pucuk tebu. Komposisi nutrien tersebut meliputi BK, Abu, PK, LK, SK, BETN,

dan TDN.

Page 25: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

11

Tabel 5 Komposisi nutrien antara Hi-fer pucuk tebu dan rumput gajah

Perlakuan BK

(%)

Abu PK LK SK BETN TDN

--------------------------%BK-------------------------

Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 2

minggu

24.54 11.54 8.18 1.91 35.45 42.93 51.96

Hi-fer pucuk tebu

fermentasi 4

minggu

30.22 11.09 7.12 1.98 33.12 46.69 53.90

Hi-fer rumput

gajah 3 minggua) 23.48 12.08 9.36 2.31 32.6 43.66 50.99

Hi-fer rumput

gajah 3 bulanb) 40.46 9.08 10.76 2.77 33.56 43.83 59.59

a)Hapsari (2016); b)Pratama (2015)

Tabel 5 menunjukkan bahwa kadar BK mengalami peningkatan seiring

dengan semakin lamanya fermentasi, baik Hi-fer rumput gajah maupun pucuk

tebu. Kadar BK Hi-fer rumput gajah 3 minggu mengalami peningkatan dari 23.48

menjadi 40.46% setelah difermentasi 3 bulan. Seperti halnya Hi-fer rumput gajah,

Hi-fer pucuk tebu pun mengalami peningkatan dari 24.54 hingga 30.33% pada

fermentasi 4 minggu. Semakin lama fermentasi, kadar abu semakin menurun. Hal

ini ditunjukkan oleh penelitian Pratama (2015) bahwa Hi-fer rumput gajah yang

telah difermentasi selama 3 bulan menghasilkan kadar abu sebesar 9.08%,

sedangkan pada penelitian Nurjana et al. (2016) kadar abu sebesar 12.08% setelah

fermentasi 3 minggu. Kadar protein Hi-fer rumput gajah dan pucuk tebu tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu berkisar antara 7.12–12.08%. Kadar

LK mengalami peningkatan seiring dengan lamanya fermentasi. Hi-fer rumput

gajah pada penelitian Nurjana et al. (2016) menghasilkan kadar lemak sebesar

9.36% dan meningkat menjadi 10.76% pada penelitian Pratama (2015) pada

fermentasi 3 bulan. Kadar SK Hi-fer rumput gajah maupun pucuk tebu tidak

menunjukkan hasil yang signifikan seiring dengan lamanya fermentasi yaitu

berkisar antara 32.6 – 35.45%. Hi-fer rumput gajah fermentasi 3 minggu

menghasilkan BETN sebesar 43.66% dan mengalami sedikit peningkatan setelah

fermentasi 3 bulan. Kadar BETN Hi-fer pucuk tebu mengalami peningkatan yang

signifikan yaitu dari 42.93% menjadi 46.69% setelah fermentasi 4 minggu.

Kandungan TDN Hi-fer rumput gajah dan pucuk tebu juga mengalami

peningkatan seiring dengan lamanya fermentasi, namun TDN Hi-fer pucuk tebu

belum bisa menyamai TDN Hi-fer rumput gajah. Dengan demikian, kadar abu,

LK, SK, dan BETN serta TDN pada Hi-fer pucuk tebu sama dengan komposisi

nutrien Hi-fer rumput gajah.

Page 26: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembuatan Hi-fer dapat memperbaiki kandungan nutrien pucuk tebu

dengan meningkatkan BK, BO, LK, BETN, dan TDN dan menurunkan kadar abu,

PK, dan SK. Hi-fer pucuk tebu memiliki kualitas fisik yang baik seperti Hi-fer

rumput gajah. Perubahan nutrien tersebut dapat meningkatkan KCBK dan KCBO

pucuk tebu yang dibuat Hi-fer dengan lama fermentasi 2 dan 4 minggu. Hi-fer

pucuk tebu dapat dibuat dengan lama fermentasi 2 atau 4 minggu.

Saran

Perlu dilakukan penelitian secara in vivo untuk mengetahui palatabilitas dari

Hi-fer pucuk tebu dan mengetahui efek pemberian Hi-fer pucuk tebu terhadap

perfoma ternak.Variasi lama fermentasi Hi-fer perlu ditambah untuk mengetahui

perbedaan kualitas nutrien dan kecernaan. Teknologi Hi-fer perlu dicobakan pada

pakan berbasis limbah pertanian/perkebunan yang mengandung serat tinggi untuk

membantu pengadaan pakan pengganti rumput dan untuk meningkatkan nilai

nutrien pakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bata M. 2008. Pengaruh molases pada amoniasi jerami padi menggunakan urea

terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik. Agripet. 8(2):15-20.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas

Perkebunan di Indonesia Tahun 2011-2015 [internet]. [diunduh 2017

Februari 01]. Tersedia pada http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-

prod-lsareal-prodvitas-bun.pdf. Ensminger ME, Olentine CG. 1980. Feed and Nutrition. Ed ke-1. California (US):

The Engsminger Publishing Company.

Hapsari SS. 2016. Peningkatan mutu nutritif hijauan fermentasi (Hi-fer) melalui

inokulasi Lactobacillus plantarum dan asam formiat [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor

Hermana I, Hidayat R, Mansyur. 2005. Pengaruh penggunaan molases dalam

pembuatan silase campuran ampas tahu dan pucuk tebu kering terhadap nilai

pH dan komposisi zat-zat makanannya. J Ilmu Ternak. 5(2):94-99.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition.

Ed ke-6. London (GB): Prentice Hall.

Musofie A, Wardhani KN. 1987. Potensi pemanfaatan pucuk tebu sebagai pakan

ternak. J Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 4(2):6-10

Nurjana DJ, Suharti S, Suryahadi. 2016. Improvement of napier grass silage

nutritive value by using inoculant and crude enzymes from Trichoderma

reesei and its effect on in vitro rumen fermentation. Medpet. 39(1):46-52.

Page 27: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

13

Pratama J. 2014. Kandungan NDF, ADF, dan hemiselulosa pucuk tebu

(Saccharumofficinarum L.) yang difermentasi dengan kalsium karbonat, urea,

dan molases [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pratama MR. 2015. Kualitas nutritif dan palatabilitas berbagai Hi-fer pada Rusa

Timor (Cervus timorensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Resdiani N. 2010. Kajian in vitro fermentabilitas dan kecernaan Brachiaria

humidicola yang diintroduksi dengan beberapa leguminosa di UP3 Jonggol

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sandi S, Ali M, Arianto M. 2012. Kualitas nutrisi silase pucuk tebu (Saccaharum

Officinarum) dengan penambahan inokulan Effective Mikroorganisme-4

(EM-4). Palembang (ID): Universitas Sriwijaya.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan

Biometrik. Ed ke-3. M Syah (penerjemah). Jakarta (ID): Gramedia Pustaka

Utama. Surono MS, Budhi SPS. 2006. Kehilangan bahan kering dan bahan organik silase

rumput gajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda. J Indonesian

Trop Anim Agric. 31(1):62-68.

Suryahadi, Muladno, Mulatsih S, Hidayat R. 2009. Langkah Strategis Percepatan

Peningkatan Populasi Ternak Sapi. Seminar Nasional Percepatan

Peningkatan Populasi Ternak Sapi di Indonesia. Bogor 19 Oktober 2009.

Hasil Penelitian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suryahadi. 2014. Penguatan Penyediaan Pakan Ternak melalui Aplikasi Teknologi

Hi-fer. Pusat Studi Hewan Tropika LPPM IPB. Prosiding Seminar Hasil

Penelitian LPPM IPB. ICC Bogor, 01 Desember 2014.

Sutardi T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh

mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak.

Prosiding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor (ID).

Sutardi T. 2001. Revitalisasi peternakan sapi perah melalui penggunaan ransum

berbasis limbah perkebunan dan suplemen mineral organik. Laporan Akhir

RUT VIII. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A Two Stage Technique for the In Vitro, Digestion of

Forage Crops. London (GB): British Grassl Pr.

Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.

1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah

Mada.

Vina EVF, Mirni L, Ismudiono, Koesnoto S, Sri C, Nanik H. 2012. Karakteristik

silase pucuk tebu (Sacchharum officinarum, Linn) dengan penambahan

Lactobacillus plantarum. Agroveteriner. 1(1):5-10.

Yusmadi. 2008. Kajian mutu dan palatabilitas silase dan hay ransum komplit

berbasis sampah organic primer pada kambing PE [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Page 28: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

14

Lampiran 1 Analisis ragam (ANOVA) dan uji ortogonal kontras pengaruh

perlakuan terhadap koefisien cerna bahan kering (KCBK)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 19 502.01 26.42

Perlakuan 3 304.28 101.43 36.94 3.49 5.95 **

P3 vs P1 P2 P0 1 232.23 232.23 84.59 4.75 9.33 **

P1 P2 vs P0 1 70.91 70.91 25.83 4.75 9.33 **

P1 vs P2 1 1.14 1.14 0.42 4.75 9.33 ns

Kelompok 4 164.78 41.20 15.01 3.26 5.41 **

Galat 12 32.94 2.75 1.00 SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; **sangat

berbeda nyata (P<0.01); *berbeda nyata (P<0.05); ns: tidak signifikan; P0 (puuck tebu tanpa

perlakuan); P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu). P2 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 4

minggu); P3 (rumput gajah tanpa perlakuan)

Lampiran 2 Analisis ragam (ANOVA) dan uji ortogonal kontras pengaruh

perlakuan terhadap koefisien cerna bahan organik (KCBO)

SK db JK KT Fhit F0.05 F0.01

Total 19 573.96 30.21

Perlakuan 3 292.42 97.47 24.56 3.49 5.95 **

P3 P1 vs P2 P0 1 173.63 173.63 43.74 4.75 9.33 **

P3 vs P1 1 83.44 83.44 21.02 4.75 9.33 **

P2 vs P0 1 35.35 35.35 8.90 4.75 9.33 *

Kelompok 4 233.90 58.48 14.73 3.26 5.41 **

Galat 12 47.63 3.97 SK: sumber keragaman; db: derajat bebas; JK: jumlah kuadrat; KT: kuadrat tengah; **sangat

berbeda nyata (P<0.01); *berbeda nyata (P<0.05); ns: tidak signifikan; P0 (puuck tebu tanpa

perlakuan); P1 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 2 minggu). P2 (Hi-fer pucuk tebu fermentasi 4

minggu); P3 (rumput gajah tanpa perlakuan)

Page 29: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lien Amalia O’Neal Elmi dilahirkan pada

tanggal 11 Maret 1994 di Sleman. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Achmad

Warid Khan (alm) dan Ibu Siti Fathonah. Pendidikan yang telah

ditempuh penulis yaitu SDN 2 Barenglor Klaten Utara pada

tahun 2000-2006, SMPIT Abu Bakar Yogyakarta pada tahun

2006-2009, dan SMA Muhammadiyah 1 Klaten pada tahun

2009-2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor sebagai

mahasiswa melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) pada tahun 2012 pada Program Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama menempuh pendidikan sarjana,

penulis aktif dalam organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Peternakan

(DPM D) periode 2013/2014 sebagai sekretaris komisi 3 dan periode 2014/2015

sebagai sekretaris komisi 3, serta Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Klaten.

Selain itu penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan seperti Masa Perkenalan

Fakultas Peternakan (Meet Cowboy) 2014 sebagai anggota divisi sponsorship,

Panitia Pemilihan Raya Fakultas Peternakan 2014 sebagai bendahara, dan Pekan

Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2016 sebagai Liason Officer (LO). Penulis

merupakan penerima Beasiswa Bidikmisi tahun 2012.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari program

studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Sholawat dan Salam

senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Suryahadi, DEA dan Ir Anita S

Tjakradidjaja, MRur Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, keluangan waktu, kesabaran dan dukungan kepada penulis.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Indah Wijayanti, STP MSi selaku dosen

pembahas seminar pada tanggal 25 April 2016, serta Dr Ir Asep Sudarman, MRur

Sc dan Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku dosen penguji sidang skripsi yang

dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2017. Terima kasih pula untuk ibu Dian

selaku teknisi Laboratorium Nutrisi Ternak Perah yang telah memberikan bantuan

selama di laboratorium. Tak lupa penulis ucapkan kepada Beasiswa Bidikmisi yang

sudah memberikan beasiswa selama studi di IPB dan civitas akademika IPB yang

telah memberikan banyak ilmu.

Terima kasih penulis ucapkan pula kepada orang tua penulis (Bapak Achmad

Warid Khan (alm) dan Ibu Siti Fathonah), adik kandung (Bellah Asa O’Neal Elmi),

serta seluruh keluarga atas segala do’a dan kasih sayang yang telah diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan penelitian, Lina Febriana atas

bantuannya selama penelitian berlangsung. Terima kasih kepada sahabat Fatatul

Arifah, Zulfa Fitriya, Ulfa Nurrofingah, Ita Mariam, Eka Rachmawati, keluarga

Page 30: KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN … · KARAKTERISTIK FISIK, KOMPOSISI NUTRIEN, DAN KECERNAAN in vitro Hi-fer ... diikat dengan longgar menggunakan tali ban dengan tujuan

16

Wisma Tanjung, sahabat Melingkar, keluarga Papat Songo KMK IPB, dan teman-

teman INTP 49 (Centaurus) atas segala dukungannya.