karakteristik fisik dan organoleptik sereal …repository.unimus.ac.id/54/1/full text 1.pdf ·...
TRANSCRIPT
KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK
SEREAL BERBASIS KECAMBAH JAGUNG-KEDELAI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat sarjana
Bima Bayu
G2D012003
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
Mei 2016
http://lib.unimus.ac.id
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Berbasis
Kecambah Jagung-Kedelai
Nama : Bima Bayu
NIM : G2D012003
Program Studi : S1 Teknologi Pangan
Tanggal Lulus : 9 Mei 2016
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Siti Aminah, S.TP, M.Si. Nurhidajah, S.TP,M.Si.
NIK. 28.6.1026.050 NIK. 28.6.1026.048
Mengetahui,
Ketua Program Studi
S1 Teknologi Pangan
Siti Aminah, S.TP, M.Si.
NIK. 28.6.1026.050
http://lib.unimus.ac.id
iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi : Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Berbasis
Kecambah Jagung-Kedelai
Nama : Bima Bayu
NIM : G2D012003
Program Studi : S1 Teknologi Pangan
Tanggal Lulus : 9 Mei 2016
Menyetujui,
Komisi Penguji
Penguji I Penguji II Penguji III
Siti Aminah, S.TP,M.Si. Muh. Yusuf,M.Si,PhD. Agus Suyanto,S.TP,M.Si.
NIK. 28.6.1026.050 NIK. 28.6.1026.082 NIK. 28.6.1026.207
Mengetahui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Siti Aminah, S.TP, M.Si. Nurhidajah, S.TP,M.Si.
NIK. 28.6.1026.050 NIK. 28.6.1026.048
http://lib.unimus.ac.id
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Niat, Usaha dan Doa adalah alat untuk dapat menaklukkan
gunung meski kalian sekecil semut sekalipun.
Jangan pernah patah semangat apapun yang terjadi, jika kau
menyerah maka habislah sudah.
Kesuksesan bukan selalu saat kalian mendapat apa yang
diingin atau dicita-citakan tetapi kesuksesan sejati adalah di
saat kalian berguna bagi orang lain di waktu dan saat yang
tepat.
PERSEMBAHAN
Bapak, Ibu, dan Adek Tercinta
Tika Listiana Devi
Teman-teman seangkatan dan
seperjuangan
http://lib.unimus.ac.id
v
SURAT PERNYATAAN
BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sungguh-
sungguh bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan disusun tanpa
tindakan plagiarism sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Nama : Bima Bayu
NIM : G2D012003
Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Program Studi : S1 Teknologi Pangan
Jenis Publikasi : Skripsi
Judul : Sifat Fisik dan Organoleptik Sereal Berbasis
Kecambah Jagung-Kedelai
Email : [email protected]
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarism, saya
akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang
dijatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang.
Semarang, April 2016
(..............................)
http://lib.unimus.ac.id
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Berbasis Kecambah
Jagung-Kedelai” sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Jurusan S1 Teknologi Pangan, Fakultas Ilmu Kesehatan dan
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Penulisan skripsi ini dapat terwujud karena dukungan dan bantuan
dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Siti Aminah, S.TP, M.Si. dan Nurhidajah, S.TP.,M.Si. selaku
dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan banyak
masukan, arahan, bimbingan, dan motivasi selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ibu, Bapak dan adik tercinta yang telah memberikan semangat
dan motivasi serta doa kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
3. Teman-teman S1 Teknologi pangan yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Seluruh civitas akademik program S1 Teknologi Pangan, dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan penulisan.
Semarang,
Penulis,
http://lib.unimus.ac.id
vii
ABSTRAK
BIMA BAYU. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Berbasis Kecambah Jagung-Kedelai. Dibimbing oleh SITI AMINAH dan NURHIDAJAH.
Proses pengecambahan jagung dan kedelai diketahui mampu meningkatkan vitamin dan bioavailibilitas mineral namun demikian belum banyak produk pangan berbasis kecambah jagung maupun kecambah kedelai. Kandungan gizi yang baik dari kecambah jagung maupun kedelai berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk pangan seperti sereal. Sereal dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan atau pengganti makan. Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai terhadap karakteristik fisik dan organoleptik sereal berbasis kecambah jagung-kedelai. Metode penelitian berjenis eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) monofaktorial dengan faktor variasi formula kecambah jagung dan kecambah kedelai (kontrol, 10:90, 30:70, 50:50, 70:30, 90:10, 100:0). Produk dianalisis karakteristik fisik (rendemen, densitas kamba, daya serap air, dan kecerahan warna) dan organoleptik selanjutnya formulasi terbaik dari kedua variabel dianalisis proksimat. Data sifat fisik dianalisa menggunakan ANOVA diikuti uji lanjut HSD sedangkan hasil uji organoleptik dianalisa menggunakan uji Friedmann dan uji Wilcoxon. Hasil rendemen terbaik yaitu 75,8% pada formula 50:50, densitas kamba 0,03 g/ml pada kontrol, daya serap air 3,7 ml/g pada 50:50, dan kecerahan 67,02 pada 50:50. Sedangkan hasil uji organoleptik terbaik yaitu sereal kontrol. Kesimpulan hasil penelitian terhadap sereal kecambah jagung-kedelai dengan variasi formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai menunjukkan adanya beda nyata untuk setiap uji yang dilakukan dimana sereal formula 50:50 merupakan formulasi terbaik. Kata kunci : kecambah jagung, kecambah kedelai, karakteristik fisik, organoleptik, sereal
http://lib.unimus.ac.id
viii
ABSTRACT
BIMA BAYU. Physical and Organoleptic Characteristics of Corn-Soybean Sprouts Cereal. Guided by SITI AMINAH and NURHIDAJAH.
The corn and soybean germination process were known to increase vitamin and mineral bioavailibility, there are not many food products were based on corn and soybean sprouts. The good nutrients content of corn and soybean sprouts potentially can be developed in to food products such as cereals. Cereals can be consumed as snack or food alternative. The general purpose of this research is to determine the effect of seedling corn and soybean sprouts formulation against physical and organoleptic characteristics of the corn-soybean sprouts cereals. The used research method is experiments using a randomized block design (RBD) monofaktorial with corn-soybean sprouts formula variation factor (control, 10:90, 30:70, 50:50, 70:30, 90:10, 100: 0). The physical (yield, kamba density, water absorbtion, and colour brightness) and organoleptic characteristics of product were analyzed, then the best formulation results of both variable were proximate analyzed. The physical characteristics data were analyzed statistically by Anova follewed by a further test HSD while organoleptic test results were analyzed by the Wilcoxon and Friedmann test. The best result of the yield is 75,8% at 50:50, Kamba density of 0.03 g / ml in controls, water absorption of 3.7 ml / g at 50:50, and the brightness of 67.02 at 50:50. While the best organoleptic test results are cereals control. Conclusion The summary result of the corn-soybean sprouts cereal with the variation on the corn-soybean sprouts formulation showed the real difference for each test performed where the best cereal formulation is 50:50. Keywords : Corn sprouts, soybean sprouts, Physical characteristics, Organoleptics, Cereal
http://lib.unimus.ac.id
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………….……… ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI……………………........……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ v
KATA PENGANTAR……………………....…………….……… vi
ABSTRAK.............................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................ viii
DAFTAR ISI………………………....………………….……….. ix
DAFTAR TABEL…………………………………….....……….. xi
DAFTAR GAMBAR…………………………….....…………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………….…………………… xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………..…......... 1 B. Rumusan Masalah………………………………. 3 C. Hipotesis…………….......……………………….. 3 D. Tujuan……………………....…………………….. 3 E. Manfaat……………………….…………………… 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung…………………………...……………….. 5 B. Kedelai…………………………………………….. 6 C. Pengecambahan…………………………………. 7 D. Ekstrusi……………………………………………. 9 E. Sereal……………………………………………... 11 F. Sifat Fisik………………………………………….. 12 G. Pengaruh Ekstrusi Terhadap Nilai Gizi dan
Organoleptik Bahan Pangan……………………. 13
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………..... 17 B. Bahan dan Alat………………………………...... 17 C. Prosedur Penelitian…..……………………….... 19 D. Rancangan Penelitian.……………..………....... 25 E. Analisis Data……………………………………... 26 F. Kerangka Penelitian………………..………........ 28
http://lib.unimus.ac.id
x
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Rendemen....................................................... 29 B. Densitas Kamba.............................................. 31 C. Daya Serap Air................................................ 33 D. Kecerahan dan Warna..................................... 34 E. Organoleptik..................................................... 37 F. Proksimat ........................................................ 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...................................................... 45 B. Saran............................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA.....………………………………………… 46
LAMPIRAN…………………................................……………. 51
http://lib.unimus.ac.id
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi kimia berbagai tipe jagung.................... 6
Tabel 2. Komposisi kimia kedelai (per 100g)……………...... 7
Tabel 3. Standar mutu makanan ringan ekstrudat………..... 15
Tabel 4. Pendenahan rencana penelitian sereal kecambah jagung kedelai……………………………………...... 26
Tabel 5. Hasil karakteristik fisik dan organoleptik sereal kecambah jagung-kedelai....................................... 43
Tabel 6. Kadar proksimat sereal kecambah jagung-kedelai... 44
http://lib.unimus.ac.id
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkecambahan……………….………............ 8
Gambar 2. Skema Pengecambahan……….....…............. 20
Gambar 3. Kerangka Penelitian………………..…............ 28
Gambar 4. Rerata rendemen sereal kecambah jagung-kedelai................................................ 30
Gambar 5. Rerata densitas kamba sereal kecambah jagung-kedelai................................................ 32
Gambar 6. Rerata daya serap air sereal kecambah jagung-kedelai................................................ 33
Gambar 7. Rerata nilai kecerahan sereal kecambah jagung-kedelai................................................ 35
Gambar 8. Penyebaran warna sereal kecambah jagung-kedelai................................................ 37
Gambar 9. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap warna sereal kecambah jagung-kedelai......... 38
Gambar 10. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa sereal kecambah jagung-kedelai............ 39
Gambar 11. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan sereal kecambah jagung-kedelai.. 40
Gambar 12. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sereal kecambah jagung-kedelai......... 42
http://lib.unimus.ac.id
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Cara perhitungan rendemen………………….. 51
Lampiran 2. Cara perhitungan densitas kamba................... 52
Lampiran 3. Cara perhitungan daya serap air..................... 53
Lampiran 4. Cara perhitungan kadar air dan ab.................. 54
Lampiran 5. Cara perhitungan kadar lemak dan serat kasar................................................................ 55
Lampiran 6. Cara perhitungan kadar protein dan karbohidrat....................................................... 56
Lampiran 7. Formulir uji organoleptik................................... 57
Lampiran 8. Data pengamatan uji rendemen....................... 58
Lampiran 9. Data pengamatan uji densitas kamba.............. 59
Lampiran 10. Data pengamatan daya serap air..................... 60
Lampiran 11. Data pengamatan uji warna dan kecerahan..... 61
Lampiran 12. Data pengamatan organoleptik warna.............. 62
Lampiran 13. Data pengamatan organoleptik rasa................. 63
Lampiran 14. Data pengamatan organoleptik kerenyahan..... 64
Lampiran 15. Data pengamatan organoleptik aroma dan rata- rata nilai organoleptik sereal kecambah jagung-kedelai................................................................ 65
Lampiran 16. Data pengamatan uji kadar air dan abu sereal.. 66
Lampiran 17. Data pengamatan uji kadar lemak, protein, dan serat sereal.................................................. 67
Lampiran 18. Hasil analisis sidik ragam jumlah rendemen sereal kecambah jagung-kedelai......................... 68
Lampiran 19. Hasil analisis sidik ragam densitas kamba sereal kecambah jagung-kedelai..................................... 70
Lampiran 20. Hasil analisis sidik ragam daya serap air sereal kecambah jagung-kedelai..................................... 73
Lampiran 21. Hasil analisis sidik ragam kecerahan sereal kecambah jagung-kedelai..................................... 75
Lampiran 22. Hasil analisis sidik ragam organoleptik warna....... 78
Lampiran 23. Hasil analisis sidik ragam organoleptik rasa.......... 82
http://lib.unimus.ac.id
xiv
Lampiran 24. Hasil analisis sidik ragam organoleptik kerenyahan............................................................ 86
Lampiran 25. Hasil analisis sidik ragam organoleptik aroma.............................................................. 90
Lampiran 26. Dokumentasi penelitian................................... 94
http://lib.unimus.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini mobilitas masyarakat yang sangat tinggi akan
mempengaruhi efisiensi yang tinggi pula pada setiap aktivitas
seseorang yang salah satunya penyiapan makanan. Untuk memenuhi
kebutuhan konsumsinya di tengah waktu yang padat, orang
membutuhkan makanan yang bisa secara cepat disajikan dan tidak
memerlukan perlakuan yang banyak seperti sereal. Sereal merupakan
salah satu jenis olahan makanan yang dibuat dari tepung biji-bijian
diolah menjadi bentuk serpihan, setrip, ataupun ekstrudat (Ratna, et
al., 2008). Dengan demikian selain dapat digunakan sebagai makanan
pengganti sarapan, sereal juga dapat dikonsumsi sebagai kudapan
setiap saat.
Sereal merupakan suatu produk hasil dari proses ekstrusi yaitu
proses pemasakan yang menggunakan suhu tinggi dengan waktu
singkat atau lebih dikenal dengan proses HTST (High Temperature
Short Time) (Riaz, 2001). Walaupun jenis dan bentuk sereal sekarang
ini sudah berbagai macam, hal tersebut tidak diimbangi dengan
memperhatikan keseimbangan gizi yang terkandung di dalamnya
(Ratna, et al., 2008). Sebagai produk makanan sarapan siap santap
seharusnya sereal memiliki standar gizi sebagai makanan sarapan
yang biasanya terbuat dari sumber karbohidrat, sumber protein, atau
bisa juga ditambah dengan pangan sumber serat dan vitamin.
Kecambah jagung dan kecambah kedelai merupakan bahan
pangan yang mengandung gizi yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Jagung merupakan suatu sumber karbohidrat yang baik
dan juga mengandung berbagai vitamin seperti karoten, tiamin,
vitamin C, niasin, dan riboflavin demikian juga dengan kedelai yang
merupakan salah satu sumber protein nabati tertinggi, selain itu juga
http://lib.unimus.ac.id
2
mngandung senyawa isoflavon yang baik bagi kesehatan tulang
(Persagi, 2009). Dengan pengecambahan yang dilakukan dapat
mengurangi senyawa-senyawa antigizi seperti tannin dan asam fitat
selain itu juga terjadi peningkatan vitamin dan bioavailibilitas mineral
(Rusydi dan Azrina, 2012; El-Adaawy, 2004). Dengan adanya
kombinasi antara kedua bahan di atas maka akan menciptakan suatu
produk baru dengan manfaat kesehatan yang lebih tinggi.
Kecambah jagung dan kecambah kedelai yang diformulasikan
menjadi salah satu bentuk produk pangan seperti sereal bisa dijadikan
suatu alternatif pangan yang praktis dalam penyiapan. Selama ini
jagung hanya dimanfaatkan sebagai tepung yang kemudian
digunakan untuk substitusi terigu dalam pembuatan roti, mie, olahan
cake, cookies, dan sejenisnya (Suarni dan Yasin, 2011) begitu pula
dengan kedelai yang hanya sering dimanfaatkan menjadi tempe, tahu,
minyak, kecap, dan sosis (Koswara, 2009). Sehingga diketahui
bahwa belum banyak pemanfaatan jagung maupun kedelai yang
melewati proses pengecambahan terlebih dahulu sebelum proses
pengolahan agar menjadi produk pangan baru yang bernilai gizi lebih
tinggi .
Konsumsi kecambah jagung dan kedelai dalam bentuk sereal
merupakan aplikasi pengolahan produk pangan menggunakan
teknologi ekstrusi. Formulasi bahan kecambah jagung dan kedelai
akan mempengaruhi karakteristik produk ekstrusi karena kedua bahan
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Dikarenakan sereal
kecambah jagung kedelai merupakan produk yang benar-benar baru
sehingga suatu tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
merupakan satu hal yang sangat penting dimana sampai saat ini
peneliti belum menemukan produk sereal yang berbasis kecambah
jagung dan kecambah kedelai termasuk data komponen sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui proporsi yang tepat, sifat
fisik, dan karakteristik organoleptik sehingga didapatkan produk sereal
yang bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat.
http://lib.unimus.ac.id
3
Variabel yang akan diteliti yaitu karakteristik organoleptik (warna,
rasa, dan kerenyahan) dan sifat fisik (warna, daya serap air,
rendemen, dan densitas kamba) . Dari hasil analisis organoleptik dan
sifat fisik selanjutnya ditentukan perlakuan terbaik dan dari perlakuan
terbaik dianalisa komponen gizinya (proksimat) yang bertujuan untuk
memberi informasi terhadap masyarakat tentang kandungan gizi
produk sereal. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan produk
sereal berbasis kecambah jagung dan kecambah kedelai dengan sifat
fisik dan daya terima optimum dari formulasi bahan kecambah jagung
dan kecambah kedelai.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh formulasi kecambah jagung dan kecambah
kedelai terhadap karakteristik fisik dan organoleptik pada sereal
berbasis kecambah jagung kedelai.
C. Hipotesis
Ada pengaruh formulasi kecambah jagung dan kecambah
kedelai terhadap karakteristik fisik dan organoleptik sereal berbasis
kecambah jagung kedelai.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh formulasi kecambah jagung dan
kecambah kedelai terhadap karakteristik fisik dan organoleptik
sereal berbasis kecambah jagung kedelai.
2. Tujuan khusus
a. Mengevaluasi karakteristik fisik sereal berdasarkan variasi
formula kecambah jagung dan kecambah kedelai pada
pembuatan sereal berbasis kecambah jagung kedelai.
http://lib.unimus.ac.id
4
b. Mengevaluasi karakteristik organoleptik sereal berdasarkan
variasi formula kecambah jagung dan kecambah kedelai
pada pembuatan sereal berbasis kecambah jagung kedelai.
c. Memilih karakteristik fisik dan organoleptik sereal yang
terbaik dari variasi formulasi kecambah jagung kedelai.
d. Untuk mendapatkan daya terima terbaik.
e. Mengevaluasi nilai proksimat dari formulasi terbaik
kecambah jagung dan kecambah kedelai.
E. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Mengenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat
tentang produk sereal berbasis kecambah jagung-kedelai.
2. Bagi IPTEK
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terhadap
produk olahan berbasis kecambah jagung dan kecambah kedelai
salah satunya sereal.
http://lib.unimus.ac.id
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung
Jagung (Zea Mays) termasuk ke dalam family graminae, ordo
Maydeae dan golongan tanaman menyerbuk silang; jagung juga
merupakan salah satu bahan pangan yang termasuk ke dalam
golongan serealia dan merupakan bahan pangan sumber karbohidrat.
Di Indonesia sendiri, jagung dimanfaatkan sebagai salah satu
makanan pokok oleh masyarakatnya selain beras. Pada Tahun 2012-
2013 produksi jagung masyarakat Indonesia mencapai 19,4 juta, dan
18,5 juta dengan produktivitas per hektarnya 48,99 ku/ha dan 47,99
ku/ha (BPS, 2013) , jumlah tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan penghasil jagung yang cukup tinggi.
Pemanfaatan jagung sebagai makanan pokok ternyata baik bagi
tubuh, hal itu karena selain sumber karbohidrat jagung juga
merupakan sumber protein dan kaya akan komponen pangan
fungsional. Komponen fungsional yang terkandung dalam jagung ,
antara lain : serat pangan (dietary fiber), asam lemak essensial,
isoflavon, mineral Fe (tidak ada dalam terigu), β-karoten (pro vitamin
A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya (Suarni 2009).
Namun diantara semua asam amino yang terkandung dalam jagung
asam amino lisin merupakan yang terendah sedangkan sistin,
metionin, dan belerang merupakan yang tertinggi. Hal tersebut
berbanding terbalik dengan kacang-kacangan yang tinggi dalam lisin
namun rendah dalam metionin sehingga apabila kedua bahan
tersebut dikomplementasi maka akan meningkatkan nilai gizi pangan
(Tovar et al., 2003; Muchtadi, 2010).
Jagung diketahui digunakan sebagai makanan pokok karena
komposisi kimianya yang baik. Komposisi kimia berbagai varietas
jagung dapat dilihat di Tabel 1.
http://lib.unimus.ac.id
6
Tabel 1. Komposisi kimia berbagai tipe jagung
Varietas Air Abu Protein Serat kasar
Lemak KH
%
Manis 9,5 1,5 12,9 2,9 3,9 69,3 Lokal pulut
11,12 1,99 9,11 3,02 4,97 72,81
Lokal non pulut
10,09 2,01 8,78 3,12 4,92 74,20
Bisi 2 9,70 1,00 8,40 2,20 3,60 75,10 Floury 9,6 1,7 10,7 2,2 5,4 70,4
Sumber : (Suarni dan Widowati, 2007)
Dalam kaitannya terhadap kesehatan jagung adalah sumber
bahan karbohidrat yang dapat menurunkan resiko penyakit Diabetes
mellitus, hal itu seperti dilaporkan (Amalia et al., 2011) bahwa jagung
manis rebus dan tumis memiliki nilai Indeks Glikemik (IG) rendah yaitu
41,22 dan 31,08.
Sekarang ini sudah banyak ditemukan produk-produk olahan
berbahan dasar jagung yang berfungsi untuk diversifikasi pangan baik
olahan jagung secara tradisional contohnya seperti nasi jagung,
emping jagung, bakwan jagung, grontol, dan lain-lain ataupun jagung
yang diolah menjadi pangan modern seperti cake jagung, roti jagung,
tart jagung, minyak jagung, cookies jagung, dan sebagainya (Masniah
dan Syamsuddin, 2013)
B. Kedelai
Kedelai termasuk ke dalam phylum Magnoliophyta, kelas
Magnoliopsida, ordo Fabales, subfamily Faboideae, genus Glycine
dan spesies Glycine max (Muchtadi, 2010).
Kedelai termasuk ke dalam sumber bahan pangan yang tinggi
protein dan bergizi lengkap. Kandungan protein pada kedelai jauh
lebih tinggi daripada bahan makanan lainnya seperti kacang tanah,
ikan segar, susu sapi, jagung, beras. Tetapi walaupun kedelai
merupakan sumber protein yang tinggi tetapi tidak sebaik protein susu
http://lib.unimus.ac.id
7
sapi dan telur ayam, terutama dalam hal kadar asam amino
methionine dan sisthin (Cahyono, 2007).
Sebagai salah satu sumber bahan pangan kedelai sudah sangat
banyak diolah menjadi berbagai bentuk pangan olahan. Untuk orang
Indonesia sendiri tempe dan tahu merupakan olahan pangan yang
sudah tidak asing lagi. Selain itu kedelai juga sering diolah menjadi
kecap, susu kedelai, kerupuk ampas tahu, kembang tahu, soyghurt,
nata de soya, tauco, dsb (Cahyadi, 2007)
Tabel 2. Komposisi kimia kedelai (per 100 g)
Komponen Jumlah
Air (g) 8,5 Energi (Kkal) 416 Protein (g) 35,5 Lemak (g) 19,9 Karbohidrat (g) 30,2 Serat (g) 9,3 Abu (g) 4,9 Kalsium (mg) 277 Magnesium (mg) 280 Natrium (mg) 2 Seng (mg) 4,9 Vit C (mg) 6 Asam Folat (mg) 375 Vit D (mg) 1,95
Sumber : (Muchtadi, 2010)
Selain sebagai sumber bahan makanan, kedelai ternyata juga
sering dimanfaatkan untuk pengobatan beberapa jenis penyakit,
antara lain : keropos tulang, kanker prostat & payudara, menurunkan
kolesterol dan melancarkan metabolisme tubuh. Berbagai manfaat
kesehatan yang didapatkan dari kedelai tersebut khususnya mampu
membantu mencegah kehilangan tulang pada wanita menopause dan
mencegah kanker payudara diakibatkan oleh adanya zat phytonutrient
yang disebut isoflavon pada kedelai (Muchtadi, 2010).
C. Pengecambahan
Pertumbuhan pada suatu tanaman diawali dengan proses
perkecambahan setelah biji mengalami masa dormansi. Proses
http://lib.unimus.ac.id
8
perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh biji hingga
seluruh sel dalam biji terisi cukup air (imhibisi). Masuknya air ke dalam
biji memacu aktivitas hormon giberelin untuk memacu butir-butir
aleuron untuk sintesis enzim alfa amilase dan protease. Karena
terbentuk kedua enzim tersebut maka dapat menyebabkan amilum
dan protein dalam endosperma pecah menjadi gula dan asam amino
yang merupakan substrat respirasi. Proses respirasi akan
menghasilkan energi untuk pembelahan sel secara mitosis, iniah yang
menyebabkan biji menjadi gembung dan kemudian pecah. Jika
penyerapan air maksimum, proses perkecambahan dimulai dan
embrio akan tumbuh. Selanjutnya akan diikuti oleh tumbuhnya bakal
akar (radikula), bakal batang (kaulikulus) dan daun (kotiledon)
(Arisworo et al., 2006).
Gambar 1. (a) Perkecambahan dalam tanah, (b)
Perkecambahan permukaan tanah (Stockley dan Oxlade, 2007)
Pengecambahan ternyata juga dapat mempengaruhi kandungan
kimia kacang-kacangan yaitu mampu meningkatkan berbagai vitamin
(niasin, riboflavin, dan vit C) dan bioavailibilitas mineral (kalsium,
tembaga, mangan, seng,) (Adawy, 2004; No et al., 2002). Menurut
Miyake, et al (2004) perkecambahan selama 16-24 jam mampu
meningkatkan asam amino dan pati, 0-16 jam meningkatkan α-
amilase, dan juga pengecambahan mampu menurunkan lemak pada
bahan pangan.
Dalam hal suatu pengolahan pangan kecambah belum banyak
dimanfaatkan, hanya kacang hijau yang banyak dikecambahkan untuk
http://lib.unimus.ac.id
9
dikonsumsi secara utuh sementara itu kecambah kedelai maupun
jagung belum banyak dilakukan pengembangan produk olahan.
Namun beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan penelitian dan
pengembangan produk yang mengkombinasikan antara kecambah
jagung dan kecambah kedelai, seperti yang dilakukan oleh Aminah
dan Santosa (2014) yang membuat tepung berbahan dasar formulasi
kecambah jagung kedelai.
D. Ekstrusi
Ekstrusi adalah suatu satuan proses yang memaksa suatu bahan
untuk mengalir pada suatu ruangan yang sempit dan akhirnya
memaksanya untuk keluar melalui sistem bukaan atau biasa disebut
die yang sempit juga, sehingga bahan akan mengalami beberapa
satuan proses sekaligus antara lain : proses pencampuran,
pengadukan, pemasakan, pengulian (pencampuran bahan sampai
homogen dan didapatkan tekstur dari adonan yang diinginkan),
pembentukan, pengembangan, atau pengeringan tergantung dari
desain ekstruder dan kondisi proses (Oktavia, 2007).
Produk yang dihasilkan dari proses ekstrusi disebut ekstrudat.
Ekstrudat memiliki sifat makanan ringan contohnya seperti chiki-
chikian, bentuk kerupuk, kripik, makanan instan, pasta, dan sereal.
Ada beberapa hal yang penting yang perlu diketahui tentang proses
ekstrusi, antara lain:
1. Cara pembuatan produk ekstrusi
Tahap pra ekstrusi melibatkan dua langkah utama yaitu
pencampuran (blending) dan penambahan air (moisturizing).
Pencampuran bahan dari berbagai komponen bahan yang akan
diekstrusi sesuai dengan formulasi yang dikehendaki
merupakan hal yang sangat penting begitupun dengan
penambahan air. Air yang biasanya ditambahkan berkisar
antara 4-8% sedangkan alat pencampur yaitu mixer dan
moisturizer (Pratama, 2007).
http://lib.unimus.ac.id
10
Tahap yang kedua yaitu proses ekstrusi, dalam proses ini
mesin yang digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan
beragam aksesorisnya tergantung dari produk yang akan
diproduksi. Produk yang keluar dari proses ini bisa menjadi
produk akhir atau produk yang perlu diolah lebih lanjut
(Pratama, 2007).
Tahap terakhir atau ketiga adalah post extrusion. Mesin
yang biasanya tersedia untuk proses ini adalah mesin
pengering, flavouring, pemanggang, pelapis, dan pendingin
yang semuanya sesuai yang dibutuhkan pengolah (Pratama,
2007).
2. Jenis ekstrusi
Suatu proses ekstrusi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
ekstrusi panas dan ekstrusi dingin. Ekstrusi panas
menggunakan suhu pemasakan sekitar 180-190oC dengan
waktu pemasakan hanya sekitar 20-40 detik (HTST) sedangkan
ekstrusi dingin menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi
dengan kecepatan yang rendah pula (biasa digunakan untuk
produksi pasta, hotdog, dan permen) (Estiasih dan Ahmadi,
2009).
3. Mutu ekstrudat
Suatu bahan atau produk pangan tentunya memiliki
standar untuk menentukan kualitas maupun keamanannya.
Mutu ekstrudat yang baik menurut standar SNI dapat dilihat
pada Tabel 4.
4. Kelebihan ekstrusi
Sebagai suatu proses pengolahan makanan ekstrusi
memiliki beberapa kelebihan antara lain sifat produknya khas,
biaya operasional lebih rendah dengan produktivitas tinggi,
produk berkualitas tinggi, dan ramah lingkungan karena tanpa
limbah (Pratama, 2007)
http://lib.unimus.ac.id
11
E. Sereal
Sereal merupakan salah satu jenis olahan makanan yang dibuat
dari tepung biji-bijian diolah menjadi serpihan, setrip (shredded),
ekstrudat (extruded), dan siap santap untuk sarapan pagi (Ratna, et
al. 2008). Sereal dibuat dari bahan dasar serealia karena
mengandung banyak zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein,
karbohidrat dalam bentuk pati, serat, vitamin, dan mineral, serta
berbagai antioksidan (Supartono, 2006). Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam sereal, antara lain :
1. Bahan baku
Produk ekstrusi sekarang ini banyak diaplikasikan guna
memproduksi suatu produk baru yang mengandung sifat
fungsional tertentu, seperti yang dilaporkan (Iriyani, 2011)
bahwa pembuatan sereal dengan substitusi bekatul beras
merah mengandung aktivitas antioksidan yang tinggi.
Produk ekstrusi terbentuk dari biopolimer alami yang
berasal dari bahan baku seperti sereal, tepung umbi-umbian
tinggi karbohidrat, lemak dari biji kacang-kacang, dan protein
dari sumber kaya protein. (Estiasih dan Ahmadi, 2009).
Beberapa karakteristik bahan yang perlu diperhatikan sehingga
ekstrudat yang dihasilkan baik, karakteristik tersebut antara lain:
pati 30-70%, kadar air 30-40% (ekstrusi basah) atau 12-18%
(ekstrusi kering), lipid 3-5% (Riaz, 2000; Harrow and Martin,
1982; Harper 1994).
2. AKG sereal sebagai makanan sarapan
Tidak ada standar pasti yang ditetapkan tentang Angka
Kecukupan Gizi yang harus dimiliki oleh sereal. Namun apabila
menganut dari Depkes yang menetapkan AKG seseorang
sebesar 2000 kkal/hari maka makanan sarapan atau produk
sarapan menurut rekomendasi sebesar 20-25% dari AKG harian
(Sukasih dan Setyadjit, 2012).
http://lib.unimus.ac.id
12
Saat ini sudah banyak sekali pengembangan yang dilakukan
pada produk sereal yang bertujuan untuk memberikan sifat
fungsional produk, seperti yang dilakukan oleh Rudini dan
Ayustaningwarno (2013) yang membuat kudapan berbahan dasar
jagung dengan disubstitusi menggunakan kedelai atau seperti yang
dilaporkan Ramadhani et.al,. (2012) tentang sereal berbahan
dasar tepung jagung dan tepung labu kuning.
F. Sifat Fisik
1. Warna
Warna suatu ekstrudat paling sering ditentukan oleh reaksi
maillard, yaitu reaksi antara karbohidrat dan dengan protein dalam
suasana panas akan menimbulkan warna kecoklatan sehingga
semakin tinggi reaksi maillard maka warna coklat akan semakin
pekat (Winarno, 2004) dan (Deny, 2008).
2. Densitas kamba
Densitas kamba adalah massa partikel yang menempati
suatu unit volume tertentu (Hussain, et al. 2008). Suatu densitas
kamba produk ekstrudat sangat dipengaruhi oleh daya
pengembangannya. Pengembangan ekstrudat terjadi pada saat
proses puffing atau proses untuk membentuk uap panas dalam
bahan dimana proses tersebut dipengaruhi oleh rasio
amilosa/amilopektin, kadar air, ukuran partikel, kadar lemak, dan
tipe kadar protein dalam bahan (Faubion and Hoseney, 1982) dan
(Muchtadi, et al.,1988).
3. Rendemen
Ekstrusi merupakan proses yang menggunakan panas dalam
pengolahannya sehingga jumlah rendemen yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh suhu yang digunakan dan lama pemanasan
(Estiasih dan Ahmadi, 2009).
http://lib.unimus.ac.id
13
4. Daya serap air
Daya serap air atau indeks penyerapan air adalah sifat suatu
bahan untuk dapat berinteraksi dengan air. Protein menjadi
penting sebagai komponen yang menentukan tingkat penyerapan
air karena hampir semua protein mengandung jumlah polar
sepanjang kerangka peptidanya dan membuatnya bersifat
hidrofilik sehingga semakin tinggi kadar protein suatu ekstrudat
akan mampu menyerap lebih banyak air (Fardiaz, et al. 1992).
Selain protein, pati juga berperan penting dalam daya serap
air karena semakin meningkat jumlah pati yang tergelatinasi pada
proses ekstrusi tinggi akan menyebabkan semakin banyak pati
yang terdekstrinisasi. Pati yang terdekstrinisasi inilah yang
berperan dalam penyerapan air (Budijanto dan Yuliyanti, 2012)
G. Pengaruh Ekstrusi Terhadap Nilai Gizi dan Organoleptik Bahan
Pangan
1. Air
Proses ekstrusi bahan atau produk pangan merupakan
proses pengolahan yang hampir sama seperti pemasakan biasa
yang menggunakan pemanasan sehingga efek terhadap nilai gizi
(protein, lemak, karbohidrat, air, abu) yang dihasilkan hampir
sama. Kadar air produk ekstrusi berhubungan langsung dengan
suhu yang digunakan dalam proses dimana semakin tinggi suhu
maka kadar airnya akan semakin kecil dan berhubungan langsung
pula dengan kandungan air awal dari bahan sedangkan adanya
kandungan yang lain seperti zat gizi lain sebenarnya tidak terlalu
berpengaruh terhadap kadar air ekstrudat (Richard dan Philips,
1988).
2. Protein
Kandungan protein ekstrudat terpengaruh oleh suatu proses
ekstrusi karena panas dan gesekan yang terjadi dalam ekstruder
menyebabkan terjadinya denaturasi protein. Denaturasi protein
http://lib.unimus.ac.id
14
adalah perubahan konformasi struktur tersier dan kuartener.
Denaturasi protein merupakan fenomena dimana terbentuk
konformasi baru dari struktur yang telah ada, proses ini
mengakibatkan turunnya kelarutan, hilangnya aktivitas biologi dan
protein mudah dipecah oleh enzim proteolitik (Oktavia, 2007;
Palupi et al., 2007).
3. Lemak
Efek ekstrusi yang terjadi pada lemak yaitu semakin lama
waktu yang digunakan dalam suhu rendah maka menyebabkan
kerusakan lemak yang semakin intens (Palupi, 2007).
4. Karbohidrat
Dikarenakan sifat fungsional yang dimilikinya karbohidrat
juga berperan dalam suatu pengolahan pangan yaitu berfungsi
sebagai pembentuk tekstur, bahan pengisi, pemanis, pengental,
penstabil, pembentuk gel, dll (Kusnandar, 2010).
Suatu proses ekstrusi akan memecah amilosa dan
amilopektin sehingga produk menjadi mudah dicerna. Adanya
monosakarida dan oligosakarida seperti glukosa, fruktosa,
melibiosa, maltosa, dan maltriosa juga mengalami degradasi
sehingga mudah dicerna (Umar et al., 2007).
5. Mineral
Tidak ada hubungan yang signifikan antara proses ekstrusi
dengan kadar mineral dalam produk, hal tersebut karena mineral
merupakan zat anorganik yang tahan panas sehingga panas dan
gesekan pada ekstruder tidak akan mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas mineral dalam bahan pangan (Palupi, 2007).
6. Karakteristik organoleptik
Suatu warna ekstrudat paling sering dipengaruhi oleh reaksi
maillard, yaitu reaksi antara karbohidrat dan dengan protein dalam
suasana panas akan menimbulkan warna kecoklatan sehingga
semakin tinggi reaksi maillard maka warna coklat akan semakin
pekat (Winarno, 2004; Deny, 2008).
http://lib.unimus.ac.id
15
Tabel 3. Standar mutu makanan ringan ekstrudat
Kriteria Uji Satuan Spesifikasi
1. Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Normal Normal Normal
2. Air % b/b Maks. 4 3. Kadar Lemak
Tanpa proses penggorengan
Dengan proses penggorengan
% b/b Maks. 30 % b/b Maks. 38
4. Bahan Tambahan Makanan
Pemanis buatan
Pewarna
Sesuai SNI No. 01-0222-1995 dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/1998
- -
5. Silikat (Si) % b/b Maks. 0,1 6. Cemaran Logam
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Raksa (Hg)
Mg/kg Maks. 1,0 Mg/kg Maks 10 Mg/kg Maks. 40 Mg/kg Maks. 0,05
7. Arsen (As) Mg/kg Maks. 0,5 8. Cemaran Mikroba
Angka Lempeng Total
Kapang
E. coli
Koloni/g Maks. 1,0 x 104 Koloni/g Maks. 50 APM/g Negatif
Sumber : (Anonim, 2000)
Pada karakteristik lain seperti aroma, hal yang paling
berpengaruh yaitu aroma asli dari bahan awal namun karena
aroma merupakan senyawa volatil maka dengan adanya
pemanasan menyebabkan aroma asli bahan menjadi hilang.
Sedangkan tekstur produk sangat dipengaruhi oleh amilosa dan
amilopektin yang terkandung dalam pati bahan, amilopektin
akan merangsang terjadinya pemekaran (puffing) sehingga
semakin tinggi amilopektin menimbulkan tekstur yang ringan,
kering, porous,dan renyah hal ini berbanding terbalik dengan
amilosa, semakin tinggi kadarnya maka ekstrudat yang
dihasilkan menjadi keras dan pejal (Deny, 2008; Asaf et al.
2001).
http://lib.unimus.ac.id
16
Selain ketiga parameter tersebut, proses ekstrusi juga
berpengaruh terhadap rasa ekstrudat khususnya adalah rasa
manis karena karbohidrat pada bahan akan terpecah menjadi
bentuk yang lebih sederhana sehingga akan menimbulkan
respon manis yang lebih cepat saat dirasakan oleh indra
pengecap (Fellows, 2000).
http://lib.unimus.ac.id
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium
Teknologi Pangan, kimia, dan organoleptik Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
untuk formulasi bahan, analisis proksimat, uji organoleptik, analisis
densitas kamba, rendemen, dan daya serap air ; Laboratorium
Pengolahan Pangan Universitas Katholik Soegijapranoto sebagai
tempat produksi sereal dan pengujian warna ;. Waktu penelitian
dimulai pada Bulan Desember 2015-April 2016.
B. Bahan dan Alat
1. Formulasi dan pembuatan sereal kecambah jagung dan kedelai
a. Pembuatan kecambah jagung dan kecambah kedelai
modifikasi (Aminah dan Santosa, 2014)
Bahan yang digunakan yaitu Jagung kuning hibrida
varietas Bima-19 yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
Serealia Gunung Kidul Yogyakarta dan kedelai lokal varietas
Anjasmoro yang diperoleh dari Balai Penelitian Kacang-
Kacangan dan umbi-umbian Kendal Payak Malang Jawa Timur.
Sedangkan alat yang perlukan antara lain baskom, loyang,
tissue, cabinet dryer.
b. Pembuatan sereal kecambah jagung kedelai modifikasi (Iriyani,
2011)
Bahan yang digunakan adalah kecambah jagung dan
kecambah kedelai, air, minyak sayur. Alat yang dibutuhkan
yaitu mesin ekstruder single screw merk Lucky, gelas ukur,
baskom, timbangan.
http://lib.unimus.ac.id
18
2. Sifat Fisik
a. Warna (Nielsen, 2003)
Bahan untuk analisa warna yaitu sereal kecambah jagung
kedelai. Sedangkan alat yang dibutuhkan antara lain
Chromameter Minolta CR-310 metode Hunter.
b. Densitas Kamba (Nurhidajah dan Aminah, Tanpa Tahun)
Bahan yang digunakan adalah sereal kecambah jagung dan
kedelai berbagai perlakuan sedangkan alat yang digunakan
antara lain gelas ukur dan timbangan digital.
c. Rendemen (Nurhidajah dan Aminah, Tanpa Tahun)
Bahan yang digunakan adalah kecambah jagung dan
kedelai, sereal kecambah jagung dan kedelai sedangkan alat
yang dipakai adalah timbangan digital.
d. Daya serap air (Melianawati, 1998)
Bahan yang digunakan adalah sereal kecambah jagung
kedelai dan aquades. Alat yang digunakan yaitu sentrifuse,
vibrator, oven, tabung sentrifuse.
3. Uji organoleptik (Rahayu, 1998)
Untuk bahan yang dibutuhkan dalam uji organoleptik yaitu
sereal tepung kecambah kedelai dan kecambah jagung berbagai
perlakuan. Alat yang diperlukan antara lain : formulir uji
organoleptic (lampiran 1), bolpoin, piring kecil, dan gelas.
4. Analisis proksimat (Sudarmadji et al., 2007)
Bahan yang digunakan adalah sereal berbasis kecambah
jagung-kedelai berbagai perlakuan, campuran K2SO4 dan
CuSO4 (8:1), NaOH 30%, aquades, HCl 0,1 N, indikator PP,
indikator BCB NaOH 0,1 N, pretolium eter, H2SO4 1,25%, NaOH
3,25%, alkohol 30%. Sedangkan alat yang diperlukan antara lain:
timbangan digital, furnace, eksikator, cawan, seperti labu
destruksi, 1 set alat destilasi, buret, gelas ukur, becker glass,
erlenmayer, pipet ukur, statif, pipet tetes, 1 set soxlet, oven,
http://lib.unimus.ac.id
19
timbangan digital, kertas saring, batu didih, corong, pendingin
balik, dan kertas saring.
C. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan sereal kecambah kedelai dan kecambah jagung
a. Pembuatan kecambah jagung dan kecambah kedelai
modifikasi (Aminah dan Santosa, 2014)
Kecambah jagung dan kedelai dibuat dengan modifikasi
prosedur (Aminah dan Santosa, 2014). Jagung dan kedelai
direndam selama 8 jam kemudian ditiriskan, dicuci bersih, dan
ditiriskan kembali. Setelah itu proses perkecambahan
dilakukan dengan cara menempatkan jagung dan kedelai
pada loyang yang telah diberi alas kertas tissue yang
diletakkan pada kondisi gelap selama 36 jam dan disertai
dengan penyemprotan menggunakan aquades setiap 4 jam.
Setelah kecambah didapatkan kemudian dikeringkan pada
cabinet dryer dengan suhu ±50oC selama 12 jam.
b. Pembuatan sereal kecambah jagung kedelai modifikasi
(Iriyani, 2011)
Pembuatan sereal kecambah jagung kedelai dengan
memodifikasi prosedur (Iriyani, 2011). Lima varians kombinasi
kecambah jagung dan kecambah kedelai (10:90, 30:70, 50:50,
70:30, 90:10, 100:0) dan 1 kontrol (jagung 100) terlebih dahulu
diperkecil ukurannya hingga berbentuk gritz. Selanjutnya
seluruh campuran diekstrusi menggunakan mesin ekstruder
single screw dengan suhu 135oC.
http://lib.unimus.ac.id
20
Gambar 2. Skema pengecambahan
2. Sifat fisik
a. Warna (Nielsen, 2003)
Pengukuran warna pada penelitian ini dilakukan dengan
alat chromameter Minolta CR-310 metode Hunter. Sampel yang
berupa sereal kecambah jagung kedelai dibaca dengan
detector digital, lalu hasilnya akan terbaca pada layar.
Pengukuran menghasilkan nilai yang dinotasikan dengan L, a,
b. Nilai L menyatakan parameter kecerahan (warna kromatis, 0:
hitam sampai 100:putih). Warna kromatis campuran merah
hijau ditunjukkan oleh nilai a (a+ = 0-100 untuk warna merah, a-
Pengeringan pada suhu
50oC selama 10 jam
Direndam jagung dan
kedelai selama 8 jam
Dicuci bersih
Ditiriskan kembali
Ditiriskan
Jagung dan kedelai
Penyiraman
dengan aquades
setiap 4 jam
Jagung dan kedelai
diletakkan di loyang yang
dialasi kertas tissue
selama 36 jam
Kecambah jagung dan
kecambah kedelai kering
http://lib.unimus.ac.id
21
= 0-(-80) untuk warna hijau). Warna kromatik campuran biru
kuning ditunjukkan oleh nilai b (b+ = 0-70 untuk warna kuning,
b- = 0-(-70) untuk warna biru.
b. Densitas Kamba (Hidayah dan Aminah, Tanpa Tahun)
Masukkan bahan ke dalam gelas ukur sampai volumenya
mencapai 100 ml. Diusahakan pengisiannya sampai benar-
benar padat. Selanjutnya dikeluarkan semua bahan dari gelas
ukur dan ditimbang beratnya. Densitas kamba sereal
dinyatakan dalam g/ml.
c. Rendemen (Hidayah dan Aminah, Tanpa Tahun)
Untuk uji rendemen dilakukan dengan cara menimbang
adonan kecambah jagung dan kedelai, kemudian setelah
adonan diekstrude menjadi sereal kecambah jagung kedelai
dilakukan penimbangan pada produk.
%100.
.Re
adonanberat
produkberatndemen
d. Daya serap air (Melianawati, 1998)
Tiga gram sampel dalam bentuk tepung ukuran 60 mesh
dimasukkan ke dalam tabung sentries. Kemudian ditambahkan
30 ml aquades dan diaduk dengan mengguakan vibrator
sampai terdispersi rata. Selanjutnya tabung disentrifugasi
dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Supernatan
yang diperoleh dituang ke wadah lain, sedagkan tabung
sentrifuse bersama residunya dipanaskan dalam oven. Tabung
diletakkan dengan posisi miring (25o) dan oven diatur pada
suhu 50oC selama 25 menit, akhirnya tabung sentrifuse
ditimbang untuk menentukan berat residunya. Daya serap air
ditentukan oleh persamaan:
contohberat
awalsptabungberatovensetelahresidutabungberatgmlDSA
.
)..()...()/(
http://lib.unimus.ac.id
22
3. Uji organoleptik (Rahayu, 1998)
Parameter pengujian karakteristik organoleptik sereal
kecambah jagung dan kecambah kedelai meliputi : warna, aroma,
kerenyahan, dan rasa. Uji organoleptik menggunakan skala
numerik untuk menilai tingkat penerimaan panelis terhadap
produk. Metode yang digunakan yaitu uji hedonik dan uji skoring
menggunakan 25 panelis yang diambil dari mahasiswa jurusan
Gizi dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah
Semarang. Para panelis diminta mencicipi dan menilai produk
sereal kecambah jagung kedelai sesuai dengan lembar penilaian
(Lampiran 7).
4. Analisis proksimat
a. Kadar air metode pengeringan oven (Sudarmadji et al., 2007)
Botol timbang dicuci kemudian dikeringkan dalam oven
selama 1 jam pada suhu 105-110oC, kemudian dengan pinset
dan didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan
kemudian ditimbang dan dicatat beratnya missal X gram.
Sampel sebanyak 1gr missal Y gram, dimasukkan ke dalam
botol timbang dan dikeringkan dalam oven selama 4-6 jam
pada suhu 105-110oC. Kemudian diambil dengan pinset dan
didinginkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian
timbang. Pengeringan ini dilakukan beberapa kali hingga
didapat berat yang konstan. Perhitungan :
sampelBerat
ovensetelahtotalBeratgSampelbotolBeratKadarAir
.
%100...)(.
b. Kadar abu (Sudarmadji et al., 2007)
Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 1jam
pada suhu 105-110oC lalu didinginkan dalam eksikator 15 menit
dan ditimbang beratnya (X gram). Ditimbang 1 gram sampel (Y
gram) lalu masukkan ke dalam cawan porselen kemudian
dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 400-600oC selama 4-6
jam. Dibiarkan dingin hingga suhu 120oC kemudian didinginkan
http://lib.unimus.ac.id
23
dalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya (Z
gram). Perhitungan :
%100.
....
sampelBerat
cawanBeratabucawanBeratAbuKadar
c. Kadar protein metode semi-mikro kjieldahl (Sudarmadji et al.,
2007)
Sampel ditimbang 0,3 gram dan dimasukkan ke dalam
labu kjieldahl, tambahkan 0,3 g katalisator selenium reagen,
ditambah 10 ml H2SO4 pekat kemudian didestruksi hingga
larutan berwarna hijau jernih. Siapkan larutan penangkap
H3BO3 4% sebanyak 20 ml lalu masukkan dalam erlenmayer
dan tambahkan 2 tetes indicator campuran MR+MB. Sampel
yang telah didestruksi dimasukkan dalam labu destilasi
kemudian tambahkan 50 ml aquadest dan 40 ml NaOH 40%.
Lakukan destilasi hingga larutan penangkap berubah warna
dari ungu menjadi hijau. Keudian dititrasi dengan HCl 0,1N
sampai berubah warna dari hijau menjadi ungu. Perhitungan :
%100
..
25,6014,0...Pr%
spgramX
HClNBlangkomlsampelmlotein
d. Kadar lemak metode soxlet (Sudarmadji et al., 2007)
Sampel ditimbang sebanyak 1 g (X gram). Bungkus
sampel menggunakan kertas saring lalu dioven pada suhu 105-
110oC selama 6 jam. Setelah itu diambil dengan pinset dan
dieksikator selama 15 menit, lalu timbang beratnya (a gram).
Sampel kemudian dimasukkan dalam alat soxlet dan tuangkan
pelarut dietil eter ke dalam soxlet dan pasang alat pendingin
balik. Lakukan ekstraksi sampai jenuh (8-10 kali). Setelah
ekstraksi selesai sampel dikeluarkan dan diangin-anginkan.
Sampel dioven pada suhu 105-110oC selama 2 jam. Kemudian
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang beratnya (b gram).
Perhitungan :
http://lib.unimus.ac.id
24
%100.
.)min..(
sampelBerat
botolBeratyakbotolBeratLemak
e. Kadar serat kasar (Sudarmadji et al., 2007)
Cuci dan bersihkan semua alat yang akan digunakan dan
dikeringkan dalam oven 110oC. Kertas saring whatman 41
dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam
kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan
timbang beratnya (a gram). Timbang 1 gram sampel missal
beratnya X gram kemudian masukkan dalam beker glass.
Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3N dan masak hingga mendidih
selama 30 menit setelah itu setelah itu ditambahkan 25 ml
NaOH 1,5N dan dimasak hingga mendidih selama 30 menit.
Kemudian larutan itu disaring dengan menggunakan kertas
saring yang telah dipasang dalam corong Buchner pada pompa
vacuum. Kemudian dicuci berturut-turut dengan 50ml aquades
panas, 50 ml H2SO4 0,3N, 50 ml aquades panas dan terakhir
dengan 25 ml aceton. Kemudian kertas saring dan isinya
dimasukkan cawan porselen dan dikeringkan dalam oven suhu
110oC selama 6-12 jam. Setelah itu dinginkan sampel dalam
eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (Y gram).
Setelah ditimbang kertas saring dan isinya yang ada dalam
cawan porselin tersebut dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu
400-600oC selama 4-6 jam dan ditimbang beratnya (Z gram).
Perhitungan :
%100.
ker.)ker.(.
sampelBerat
tasBeratresidutasBeratKasarSerat
f. Kadar Karbohidrat Total (Sudarmadji et al., 2007)
Pengukuran kadar karbohidrat total dalam sampel dihitung
berdasarkan perhitungan (dalam %) :
% KH = 100% - %(protein + lemak + abu + air + serat)
http://lib.unimus.ac.id
25
5. Pemilihan perlakuan terbaik
Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan cara
memilih sereal kecambah kedelai yang menunjukkan nilai
terbaik dari variabel sifat fisik yang terdiri dari analisis warna,
densitas kamba, rendemen, dan daya serap air maupun dari
karakteristik organoleptik yang selanjutnya disinkronisasikan
hasil terbaik masing-masing variabel sehingga didapatkan 1
formulasi terbaik dari pembuatan sereal kecambah jagung
kedelai.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah RAK
(Rancangan Acak Kelompok) monofaktor. Dimana menggunakan 1
faktor yang memiliki 6 perlakuan dan 1 kontrol. Variabel dependen
penelitian ini adalah sifat fisik (warna, daya serap air, rendemen, dan
densitas kamba) dan karakteristik organoleptik (warna, rasa, aroma,
dan kerenyahan) sedangkan variabel independennya yaitu kombinasi
formulasi kecambah jagung dan tepung kecambah kedelai dengan
menggunakan kontrol tepung jagung 100% .
Pemilihan bahan jagung 100% sebagai kontrol disebabkan
bahan utama dalam pembuatan suatu produk sereal umumnya yaitu
bahan yang mengandung kadar pati yang tinggi sehingga karena
bahan yang akan diteliti yaitu kecambah jagung kedelai maka
pemilihan jagung sebagai kontrol dinilai yang paling tepat untuk dapat
dijadikan sebagai pembanding.
Dari hasil sifat fisik dan karakteristik organoleptik dipilih
perlakuan terbaik untuk selanjutnya dianalisis nilai proksimat (air, abu,
protein, lemak, serat kasar, dan karbohidrat). Setiap perlakuan dibagi
menjadi 7 kelompok sehingga akan diperoleh satuan (unit) percobaan
sebanyak 7 x 4 = 28 unit percobaan.
http://lib.unimus.ac.id
26
Tabel 4. Pendenahan Rencana Penelitian Sereal Kecambah Jagung Kedelai
Kelompok (Kecambah jagung : kecambah kedelai)
Ulangan
I II III IV
Kontrol K1U1 K1U2 K1U3 K1U4
10 : 90 A1U1 A1U2 A1U3 A1U4
30 : 70 A2U1 A2U2 A2U3 A2U4
50 : 50 A3U1 A3U2 A3U3 A3U4
70 : 30 A4U1 A4U2 A4U3 A4U4
90 : 10 A5U1 A5U2 A5U3 A5U4
100 : 0 A6U1 A6U2 A6U3 A6U4
Keterangan :
A = Formulasi kecambah jagung : tepung kecambah kedelai
K = Kontrol (jagung 100%)
Model
EijAiY
Penjelasan :
Y = Hasil Pengamatan
µ = Nilai Tengah
Ai = Perlakuan A (Formulasi tepung kecambah jagung :
tepung kecambah kedelai)
Eij = Error
E. Analisis Data
1. Data hasil pengukuran sifat fisik (warna, densitas kamba,
rendemen, dan daya serap air) yang diperoleh ditabulasi dan
dianalisa kenormalan dan kehomogenitasnya menggunakan uji
Kolmogorof, apabila normal dan homogen maka dilakukan uji
statistik ANOVA (Analysis Of Varian) dengan bantuan software
SPSS 17.0, jika ada pengaruh dimana p-value <0,05 maka diuji
lanjut posthoc atau uji beda dengan menggunakan HSD
sedangkan bila data tidak normal maka diteruskan ke uji non
parametrik .
Rumus statistik Anova 1 faktor adalah sebagai berikut :
http://lib.unimus.ac.id
27
eijiYij
Dimana, Yij = variabel yang diasumsikan berdistribusi
normal
µ = efek rata-rata yang sebenarnya
αi = efek yang sebenarnya dari perlakuan ke-i
eij = efek yang sebenarnya dari unit eksperimen
ke-j yang berasal dari perlakuan ke-i
2. Data hasil pengukuran karakteristik organoleptik ditabulasi dan
dianalisa menggunakan uji Non Parametric Friedman, jika ada
pengaruh dimana p-value <0,05 maka diuji lanjut dengan uji
posthoc Wilcoxon untuk mengetahui ada beda.
Analisis Friedman dengan menggunakan rumus :
1
13122
knk
knRrX
Dimana, X2r = nilai uji friedman
n = banyaknya sampel
k = banyaknya perlakuan
R = jumlah rank/peringkat untuk tiap perlakuan
dikuadratkan
3. Dari parameter sifat fisik dan karakteristik organoleptik dipilih
perlakuan terbaik untuk selanjutnya dilakukan analisis proksimat.
http://lib.unimus.ac.id
28
F. Kerangka Penelitian
Gambar 3. Kerangka penelitian
Persiapan bahan & alat
Suhu ekstrusi
135oC
Varietas jagung
dan kedelai
Pengecambahan jagung dan kedelai
Variabel terikat
Pembuatan sereal kecambah jagung kedelai
Pengeringan kecambah jagung
dan kecambah kedelai
Variabel bebas:
Formulasi kecambah jagung : kecambah kedelai
(kontrol, 10:90, 30:70, 50:50, 70:30, 90:10, 100:0)
Analisa sifat fisik
Analisis data dan pembahasan
Penyusunan laporan
Analisa sifat
organoleptik
(warna. rasa,
aroma,
kerenyahan)
Penyusunan proposal
Warna Daya serap
air
Rendemen Densitas
kamba
Pemilihan perlakuan terbaik
Analisis proksimat
http://lib.unimus.ac.id
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sereal kecambah jagung dan kedelai dalam penelitian ini diolah
dengan proses ekstrusi. Secara umum produk ekstrusi atau yang biasa
disebut ekstrudat memiliki karakteristik tekstur yang renyah, berwarna
kekuningan, dan terapung apabila dicampur dengan air. Penggunaan
kecambah sebagai bahan baku sereal bertujuan selain untuk
mendapatkan produk yang baik secara fisik dan penerimaannya juga
produk yang memiliki kandungan zat gizi yang lebih baik dibanding sereal
biasanya seperti yang dilaporkan Adawy (2004); No et.al., (2002); Aminah
& Hersoelistyorini (2012) bahwa pengecambahan mampu meningkatkan
kadar serat, protein, berbagai vitamin dan bioavailibilitas mineral.
Sereal kecambah jagung-kedelai akan dianalisis sifat fisik dan
organoleptik sebelum diuji proksimat. Sifat fisik yang akan diuji antara lain
rendemen, densitas kamba, daya serap air, warna dan kecerahan. Hasil
penelitian sifat fisik dan organoleptik sereal kecambah jagung-kedelai
adalah sebagai berikut :
A. Rendemen
Nilai rendemen sereal kecambah jagung-kedelai didapatkan
dari berat sereal dibagi dengan berat bahan awal kemudian dikali
100%. Nilai rendemen terbaik dalam penelitian ini dipilih berdasarkan
sereal dengan nilai rendemen terendah, hal itu dikarenakan semakin
rendahnya rendemen maka mengasumsikan sereal mengandung
kadar air yang semakin rendah yang sesuai dengan SNI No 01-2886
Tahun 2000 tentang makanan ringan ekstrudat selain itu dengan
kadar air yang rendah akan membuat sereal cenderung menjadi
semakin renyah. Hasil uji rendemen sereal kecambah jagung-kedelai
berdasarkan variasi formulasi kecambah jagung dan kecambah
kedelai disajikan pada Gambar 4.
http://lib.unimus.ac.id
30
Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan formulasi
kecambah jagung dan kecambah kedelai sangat berpengaruh
terhadap rendemen sereal kecambah jagung-kedelai yang ditunjukkan
dari nilai P sebesar 0,001 (p<0,01). Uji beda metode HSD dengan
taraf kepercayaan 95% menunjukkan sereal dengan formulasi
kecambah jagung dan kecambah kedelai 30 : 70 merupakan sereal
dengan nilai rendemen terbaik namun secara statistik tidak berbeda
nyata dengan formulasi 10 : 90, 50 : 50, dan 70 : 30 dan berbeda
nyata terhadap sereal dengan formulasi 90 : 10, 100 : 0, dan kontrol.
Gambar 4. Rerata rendemen sereal kecambah jagung-kedelai
Sereal merupakan produk hasil proses ekstrusi yang
merupakan suatu proses pengolahan pangan dengan tahapan
pencampuran bahan kemudian dilanjutkan proses pendorongan
bahan menuju die serta menggunakan energi panas biasanya suhu
yang digunakan berkisar 180-190oC (Estiasih & Ahmadi, 2009).
Proses ekstrusi akan memberikan pengaruh terhadap karakteristik
produk diantaranya rendemen karena panas yang digunakan selama
proses sehingga sebagian air dalam bahan menyebabkan menguap.
Hal tersebut seperti yang dilaporkan Rahmawati (2008), bahwa
penurunan rendemen dipengaruhi oleh tingginya suhu karena semakin
Kontrol : Jagung
100%
a
b,c
a,b,c
b,c
a,b a,b,c
c
Ket : notasi a dan seterusnya menunjukkan hasil uji beda
http://lib.unimus.ac.id
31
tinggi suhu dan lama pemanasan akan mengakibatkan rendemen
menurun. Selain suhu, kandungan air dari suatu bahan juga
berpengaruh pada rendemen karena air dalam bahan pangan
merupakan komponen utama yang mempengaruhi bobot bahan.
Penelitian menggunakan suhu ekstrusi yang sama pada setiap
perlakuan sehingga adanya perbedaan jumlah rendemen dari produk
sereal bukan disebabkan dari suhu ekstrusi. Faktor lain yang dapat
menyebabkan perbedaan jumlah rendemen produk sereal adalah
kadar air dalam bahan yaitu kecambah jagung dan kecambah kedelai,
hasil ini didukung oleh penelitian Aminah & Hersoelistyorini (2012)
bahwa tepung kecambah jagung dengan blanching kukus memiliki
kadar air 7,45% sedangkan kecambah kedelai kukus mengandung
kadar air 4,69% sehingga sereal dengan proporsi kecambah kedelai
yang lebih tinggi cenderung memberikan rendemen yang lebih kecil.
B. Densitas Kamba
Densitas kamba merupakan suatu massa partikel atau zat yang
menempati suatu volume tertentu (Hussain et.al., 2008). Densitas
kamba produk sereal mampu menunjukkan bagaimana tingkat
pengembangan dari produk, sereal mengalami pengembangan yang
baik maka densitas kamba yang dihasilkan akan semakin kecil
begitupun sebaliknya hal inilah yang menjadikan dasar untuk
menentukan formula terbaik sereal dari parameter densitas kamba
dimana dinilai berdasarkan formula dengan densitas kamba yang
paling kecil. Hasil uji densitas kamba sereal kecambah jagung-kedelai
berdasarkan variasi formulasi kecambah jagung dan kecambah
kedelai disajikan pada Gambar 5.
Hasil analisis statistik menunjukkan variasi formula kecambah
jagung-kedelai sangat berpengaruh terhadap densitas kamba sereal
kecambah jagung-kedelai yang ditunjukkan dari nilai P sebesar 0,001
(p<0,01). Uji beda yang dilakukan menggunakan metode Mann-
Whitnney dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal
http://lib.unimus.ac.id
32
dengan formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai 100 : 0
dan kontrol (jagung 100%) merupakan sereal kecambah jagung-
kedelai dengan nilai densitas kamba terbaik dan secara statistik
berbeda nyata dengan semua formulasi sereal yang menggunakan
proporsi kecambah kedelai.
Berdasarkan Gambar 5 semakin tinggi proporsi kecambah
jagung dalam sereal maka densitas kamba sereal cenderung semakin
menurun, hal tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik sereal yaitu derajat
pengembangannya dimana semakin besar derajat pengembangan
produk maka densitas kambanya akan semakin kecil.
Gambar 5. Rerata densitas kamba sereal kecambah jagung-
kedelai
Derajat pengembangan sereal sangat dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya jumlah pati yang tergelatinisasi selama proses ekstrusi
dimana diketahui jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat
yang mengandung kadar karbohidrat sebesar 74,46 g% sedangkan
kedelai hanya mengandung 38,19 g%. Semakin tinggi pati
tergelatinisasi maka derajat pengembangannya juga semakin besar
begitupun sebaliknya atau bisa juga karena faktor lain seperti tingkat
kelembaban dalam adonan sehingga akan mempengaruhi hasil suhu
a a
b
b
b,c
b,c
c
http://lib.unimus.ac.id
33
adonan dan jumlah pati yang tergelatinisasi selama proses ekstrusi
(Apriani, 2009; Aminah & Hersoelistyorini, 2012). Derajat
pengembangan produk sereal erat kaitannya juga dengan tingkat
kerenyahan produk, sereal dengan pengembangan yang baik
cenderung akan memberikan kerenyahan yang baik pula.
C. Daya Serap Air
Daya serap air sangat penting untuk diketahui khususnya bagi
produk sereal yang merupakan produk dengan porositas yang tinggi
sehingga dapat diketahui lemah kuatnya sereal dalam mengikat air
bebas. Uji daya serap air dilakukan terhadap tepung sereal kecambah
jagung-kedelai dengan ukuran 60 mesh. Hasil uji daya serap air sereal
kecambah jagung-kedelai berdasarkan variasi formula kecambah
jagung dan kecambah kedelai disajikan pada Gambar 6, berikut :
Gambar 6. Rerata daya serap air sereal kecambah jagung-kedelai
Hasil analisis statistik menunjukkan variasi formulasi kecambah
jagung dan kecambah kedelai sangat berpengaruh terhadap daya
serap air sereal kecambah jagung-kedelai, hal ini ditunjukkan dengan
nilai P sebesar 0,001 (p<0,01). Uji beda menggunakan metode HSD
dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal dengan
a a,b a,b a,b,c
b,c b,c c
http://lib.unimus.ac.id
34
formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai 90 : 10 merupakan
sereal dengan formulasi terbaik berdasarkan daya serap airnya
namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan formulasi 70 : 30,
50 : 50, 30 : 70 dan berbeda nyata terhadap sereal dengan formulasi
kontrol, 100 : 0, dan 10 : 90.
Berdasarkan Gambar 6 sereal dengan proporsi bahan
kecambah kedelai dalam jumlah banyak memiliki daya serap air yang
lebih tinggi dibanding sereal tanpa kecambah kedelai. Kemampuan
penyerapan air oleh sereal kecambah jagung-kedelai dipengaruhi oleh
kandungan pati dan proteinnya dimana diketahui bahwa tepung
kecambah kedelai dengan blanching kukus mengandung protein
sebesar 37,5 g% sedangkan tepung kecambah jagung kukus
mengandung 5,995 g% protein (Aminah dan Hersoelistyorini, 2012).
Hubungan antara kandungan pati dan protein terhadap daya
serap air sudah dilaporkan oleh Santoso et.al., (2007); Apriliyanti
(2010); dan Fardiaz et.al., (1992) bahwa penyerapan air tergantung
pada ketersediaan grup hidrofilik dan kapasitas pembentukan gel
makro molekul, yaitu jumlah pati yang tergelatinisasi, penurunan
jumlah pati yang tergelatinisasi dan penurunan kadar air produk akan
menurunkan penyerapan air namun dengan adanya penambahan
kecambah kedelai yang merupakan sumber protein akan
menyebabkan daya serap air meningkat karena hampir semua protein
mengandung jumlah polar sepanjang kerangka peptidanya dan
membuatnya bersifat hidrofilik.
D. Kecerahan dan Warna
Warna merupakan salah satu parameter penting untuk
menunjang karakteristik fisik dari suatu produk makanan sehingga
diperlukan analisis warna secara kuantitatif untuk dapat mengetahui
standar warna produk secara akurat. Warna pada sereal kecambah
jagung-kedelai diamati secara kuantitatif menggunakan metode
Hunter dimana menghasilkan 3 notasi nilai yaitu L*, a*, b*. Hasil
http://lib.unimus.ac.id
35
pengukuran L* yang menyatakan kecerahan sereal dapat dilihat pada
Gambar 7.
Menurut Agrasasmita (2008) Nilai L* pada uji warna kuantitatif
menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih,
abu-abu, dan hitam. Semakin tinggi nilai L* hingga batas nilai 100
maka kecerahan semakin maksimal dan sebaliknya semakin rendah
nilai L* hingga mendekati nilai 0 maka kecerahannya semakin gelap.
Hasil analisis statistik menunjukkan formulasi kecambah jagung
dan kecambah kedelai sangat berpengaruh nyata terhadap kecerahan
sereal kecambah jagung-kedelai yang ditunjukkan dari nilai P sebesar
0,006 (p<0,01). Uji beda menggunakan metode Mann-Whitnney
dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal dengan
formula 90 : 10 merupakan sereal dengan tingkat kecerahan terbaik
namun secara statistik tidak berbeda nyata terhadap sereal formulasi
70 : 30, 100 : 0, 50 : 50, dan sereal kontrol.
Gambar 7. Rerata nilai kecerahan sereal kecambah jagung kedelai
Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi
kecambah jagung dalam sereal kecambah jagung-kedelai maka
tingkat kecerahannya semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh
a a a a
b b
a,b
http://lib.unimus.ac.id
36
adanya kandungan pigmen kuning karoten yang tersimpan dalam
endosperm jagung sehingga menyebabkan sereal dengan proporsi
kecambah jagung yang tinggi menjadi berwarna kekuningan dan lebih
cerah (Scott & Eldridge, 2005).
Nilai a* tertinggi pada sereal dengan formulasi kecambah
jagung dan kecambah kedelai 10 : 90 (10,065) sedangkan terendah
pada sereal formulasi kontrol (-3,145). Nilai a* yang semakin besar
menunjukkan warna kromatik yang semakin merah sedangkan
semakin kecil nilai a* maka warna kromatiknya cenderung ke arah
hijau. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi kecambah
kedelai dalam sereal akan menyebabkan warna semakin merah.
Nilai b* tertinggi pada sereal dengan formulasi kecambah
jagung dan kecambah kedelai 70 : 30 (42,315) sedangkan terendah
terdapat pada sereal dengan formulasi 10 : 90 (27,75). Nilai b* yang
semakin positif menunjukkan warna kromatik yang semakin kuning.
Sebaliknya semakin negatif nilai b* maka warna kromatiknya semakin
biru. Kecenderungan warna kuning yang muncul pada sereal
diakibatkan oleh kedua bahan dasar yaitu kecambah jagung dan
kecambah kedelai yang sama-sama memiliki warna kuning.
Nilai a* dan b* apabila dicari titik perpotongannya dalam skala
warna metode Hunter maka akan dapat dilihat warna sesungguhnya
dari sereal. Hasil analisis warna sereal kecambah jagung-kedelai
berdasarkan formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai dapat
dilihat pada Gambar 8.
Warna sereal kecambah jagung-kedelai sangat dipengaruhi
oleh kandungan kimia bahan. Kecambah jagung yang merupakan
sumber karbohidrat dan kecambah kedelai sebagai sumber protein
dengan adanya panas dari proses ekstrusi akan mengakibatkan
terjadinya reaksi maillard atau reaksi non enzimatis, reaksi ini dapat
terjadi bila gula pereduksi bereaksi dengan senyawa-senyawa yang
memiliki gugus NH2 (protein, asam amino, peptida, dan ammonium)
http://lib.unimus.ac.id
37
dan juga apabila bahan dipanaskan atau didehidrasi sehingga akan
menimbulkan warna kecoklatan pada produk (Agustawa, 2012).
Gambar 8. Penyebaran warna sereal
kecambah jagung-kedelai
E. Organoleptik
1. Warna
Warna menjadi salah satu parameter penting untuk
menentukan tingkat penerimaan produk oleh masyarakat hal ini
karena warna merupakan tolak ukur pertama seseorang dalam
menilai suatu produk khususnya produk pangan. Hasil uji
organoleptik terhadap warna tersaji pada gambar 9.
Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin rendah proporsi
kecambah kedelai sebagai bahan sereal maka tingkat kesukaan
panelis teradap warna sereal kecambah jagung-kedelai semakin
tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa sereal kecambah jagung-
kedelai dengan formulasi kecambah kedelai yang semakin kecil
memungkinkan lebih banyak disukai panelis dari segi
penampakannya.
http://lib.unimus.ac.id
38
Gambar 9. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap warna
sereal kecambah jagung-kedelai
Hasil analisis statistik menunjukkan formulasi kecambah
jagung-kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat
kesukaan panelis pada warna sereal kecambah jagung-kedelai, hal
ini ditunjukkan dari nilai P sebesar 0,000 (p<0,01). Uji lanjut
menggunakan metode Wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa sereal kontrol merupakan sereal yang paling
disukai panelis dari segi warna dan tidak menunjukkan perbedaan
dengan sereal 100 : 0 dimana menghasilkan warna kuning - kuning
muda selain itu berbeda nyata terhadap sereal dengan formulasi 10
: 30, 30 : 70, 50 : 50, 70 : 30, maupun 90 :10 yang memberikan
kenampakan warna produk coklat - kuning tua.
Dilihat dari produk yang dihasilkan umumnya memberikan
penampakan warna yang berbeda, sereal tanpa campuran
kecambah kedelai memberikan warna kuning muda sedangkan
sereal dengan campuran kecambah kedelai memiliki warna
berkisar dari kuning hingga kecoklatan. Warna kuning muda dari
sereal tanpa kecambah kedelai berasal dari kandungan pigmen
kuning karoten yang tersimpan dalam endosperm jagung,
sedangkan warna kecoklatan sereal kecambah jagung-kedelai
d
c
b b b
a
a
http://lib.unimus.ac.id
39
diakibatkan terjadinya reaksi maillard. (Scott dan Eldridge, 2005;
Winarno, 2004).
2. Rasa
Rasa dari suatu produk pangan sangat tergantung dari
bahan awalnya termasuk juga dengan sereal kecambah jagung-
kedelai rasa awal kedelai yang cenderung gurih dan jagung yang
gurih agak manis memberikan tingkat penilaian panelis yang
beragam. Hasil organoleptik tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa tersaji pada Gambar 10 berikut :
Gambar 10. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa
sereal kecambah jagung-kedelai
Hasil analisis statistik menunjukkan variasi formula
kecambah jagung dan kecambah kedelai berpengaruh sangat
nyata terhadap tingkat kesukaan panelis pada rasa sereal
kecambah jagung-kedelai yang dibuktikan dari nilai P sebesar
0,000 (p<0,01). Uji beda Wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa sereal formulasi 90 : 10 merupakan sereal
dengan rasa paling disukai panelis namun tidak berbeda nyata
a a a a,b a,b
b
c
http://lib.unimus.ac.id
40
terhadap sereal kontrol, 100 : 0, 70 : 30, maupun 30 : 70 dimana
menghasilkan rasa produk yang sedikit gurih.
Gambar 10 menjelaskan bahwa sebenarnya perbedaan
kesukaan panelis terhadap rasa kecambah jagung-kedelai tidak
berbeda secara drastis namun sereal dengan proporsi kecambah
jagung yang lebih tinggi cenderung lebih disukai oleh panelis. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan pati yang lebih
tinggi dimana jagung mengandung karbohidrat sebesar 74,46 g%
sehingga akan menimbulkan sensasi manis saat dimakan selain itu
dengan adanya sedikit campuran kecambah kedelai yang berasa
khas akan menciptakan sensasi rasa yang masih bisa diterima oleh
panelis (Winarno, 2004; Aminah dan Hersoelistyorini, 2012).
3. Kerenyahan
Tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan produk
sereal umumnya dipengaruhi oleh tingkat pengembangan produk.
Hasil uji organoleptik tingkat kesukaan panelis terhadap
kerenyahan sereal disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap
kerenyahan sereal kecambah jagung-kedelai
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang
sangat signifikan dari formulasi kecambah jagung dan kecambah
a
b,c
a,b b,c c
a,b,c a,b
http://lib.unimus.ac.id
41
kedelai terhadap tingkat kesukaan panelis pada kerenyahan sereal
kecambah jagung-kedelai, hal ini ditunjukkan dengan nilai P
sebesar 0,001 (>0,01). Hasil uji beda menggunakan metode
Wilcoxon dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
sereal kontrol merupakan sereal yang paling disukai panelis dari
segi kerenyahannya tetapi sereal dengan formulasi 100 : 0, 90 : 10,
dan 30 : 70 tidak menunjukkan adanya perbedaan terhadap sereal
kontrol yang menunjukkan tingkat kerenyahan agak renyah.
Gambar 11 menunjukkan bahwa sereal dengan proporsi
kecambah jagung yang lebih tinggi cenderung memberikan tingkat
kerenyahan yang lebih baik, hal ini dipengaruhi oleh kandungan
amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam produk seperti
yang dilaporkan Rudini dan Ayustaningwarno (2013) serta Messina
(1999) bahwa kandungan amilosa dan amilopektin yang tinggi pada
jagung yaitu sebesar 15% dan 45% akan meningkatkan
kerenyahan produk sedangkan kandungan asam lemak yang tinggi
pada kedelai akan menghambat pengembangan produk ekstrusi
karena membentuk suatu lapisan pada bagian granula pati
sehingga panas tidak bisa maksimal yang menyebabkan produk
tidak mampu mengembang dengan baik.
4. Aroma
Aroma suatu produk berasal dari senyawa volatil yang
terkandung di dalam bahan dasarnya, begitu juga dengan sereal
kecambah jagung-kedelai dimana aroma sereal sangat bergantung
dengan aroma kecambah jagung maupun kecambah kedelai. Hasil
uji organoleptik pada tingkat kesukaan panelis terhadap sereal
kecambah jagung-kedelai disajikan dalam Gambar 12.
Hasil analisis statistik menunjukkan variasi formula
kecambah jagung dan kecambah kedelai berpengaruh sangat
nyata terhadap tingkat kesukaan panelis pada aroma sereal
kecambah jagung-kedelai yang ditunjukkan dari nilai P sebesar
http://lib.unimus.ac.id
42
0,000 (p<0,01). Hasil uji beda metode Wilcoxon dengan taraf
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa sereal kontrol merupakan
sereal yang paling disukai panelis dari segi aroma dan tidak
berbeda nyata dengan sereal formulasi 100 : 0 yang menghasilkan
aroma agak wangi namun berbeda nyata terhadap sereal formulasi
10 : 90, 30 : 70, 50 : 50, 70 : 30, maupun 90 : 10 yang
menghasilkan aroma agak langu – agak wangi.
Gambar 12. Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
sereal kecambah jagung-kedelai
Berdasarkan Gambar 12 sereal tanpa kecambah kedelai
lebih disukai panelis dibanding sereal dengan kecambah kedelai.
Tingginya tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sereal tanpa
campuran kecambah kedelai disebabkan oleh tidak adanya aroma
langu yang muncul akibat kandungan enzim lipoksigenase di dalam
kecambah kedelai (Rudini dan Ayustaningwarno, 2013).
F. Proksimat
Setiap variabel dari sifat fisik dan organoleptik sereal kecambah
jagung-kedelai didapatkan sereal dengan formulasi terbaik setelah
a a,b b,c
d
c c c
http://lib.unimus.ac.id
43
dianalisis secara statistik. Data sereal dengan formulasi terbaik dari
masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5 sereal kecambah jagung-kedelai dengan
formulasi kecambah jagung : kecambah kedelai 50:50 merupakan
sereal terbaik dalam penelitian ini walau demikian sereal tersebut
masih berada di bawah sereal kontrol (jagung 100% maupun
kecambah jagung 100%) secara fisik dan organoleptik. Sereal
kecambah jagung-kedelai 50:50 memang memiliki fisik dan
organoleptik yang kurang dibanding sereal kontrol tetapi apabila dilihat
berdasarkan kandungan gizinya maka sereal formula 50:50 memiliki
kandungan gizi yang lebih baik, hal tersebut seperti yang disajikan
dalam Tabel 6.
Tabel 5. Hasil karakteristik fisik dan organoleptik sereal kecambah jagung-kedelai
Formula Rendemen (%)
Densitas Kamba (g/ml)
Daya Serap Air
(g/g)
Kecerahan Organoleptik
Kontrol 89,3 0,03 3,3 73,58 4,78 10 : 90 75,2 0,36 3,3 42,63 2,52 30 : 70 71,3 0,43 4 42,11 3,5 50 : 50 75,8 0,44 3,7 67,02 3,67 70 : 30 76,8 0,32 4 79,01 3,73 90 : 10 89,6 0,23 4,2 79,96 4,1 100 : 0 91,1 0,03 3,2 76,97 4,63
Proksimat merupakan kumpulan beberapa zat gizi dasar yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti kadar air, abu, lemak, protein,
serat kasar, dan karbohidrat. Uji proksimat dilakukan pada sereal
kontrol (jagung 100%) dan 100 : 0 yang berperan sebagai kontrol
negatif dan positif dan juga sereal formula 50 : 50 sebagai sereal
kecambah jagung-kedelai terbaik. Kadar proksimat sereal disajikan
dalam Tabel 6 yang menunjukkan sereal kecambah jagung-kedelai
dengan formulasi 50 : 50 memiliki kadar lemak dan protein yang tinggi.
http://lib.unimus.ac.id
44
Tabel 6. Kadar proksimat sereal kecambah jagung- kedelai
Parameter Sereal
Kontrol (jagung 100%)
100 : 0 50 : 50
Kadar Air (g%) 5,26 4,36 2,84 Kadar Abu (g%) 1,40 1,85 3,09 Kadar Lemak (g%) 1,44 3,21 14,49 Kadar Protein (g%) 16,58 18,58 22,92 Kadar Serat (g%) 12,45 13,17 11,71 Kadar Karbohidrat (g%) 75,32 72,00 56.66
Tingginya lemak dan protein disebabkan adanya kecambah
kedelai di dalam sereal formulasi 50 : 50 yang merupakan sumber
protein dan mengandung lemak yang tinggi seperti yang dilaporkan
oleh Aminah & Hersoelistyorini (2012) bahwa tepung kecambah
kedelai dengan blanching kukus memiliki kandungan protein 37,5%
dan lemak 18,64% berbeda dengan tepung kecambah jagung
blanching kukus yang hanya mengandung protein sebesar 5,995%
dan lemak 3,647%.
Selain kandungan protein dan lemak yang tinggi, kandungan
kimia lain yang dinilai penting bagi produk sereal yaitu kadar air yang
rendah karena sangat erat hubungannya dengan tingkat kerenyahan
produk, sereal kecambah jagung-kedelai formulasi 50 : 50 memiliki
kandungan air yang paling rendah yaitu sebesar 2,84% hal ini sesuai
dengan tetapan SNI No. 01-2886 Tahun 2000 tentang makanan
ringan ekstrudat dimana produk ekstrusi harus memiliki kadar air
dibawah 4%.
http://lib.unimus.ac.id
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan karakteristik fisik dan organoleptik sereal
kecambah jagung dan kecambah kedelai berdasarkan formulasi
proporsi kecambah jagung dan kecambah kedelai.
2. Formula sereal dengan proporsi kecambah jagung yang semakin
tinggi menunjukkan karakteristik fisik dan organoleptik yang
semakin baik.
3. Hasil analisis untuk rendemen terbaik yaitu 75,8% pada formula
50:50, densitas kamba 0,03 g/ml pada kontrol, daya serap air 3,7
ml/g pada 50:50, dan kecerahan 67,02 pada 50:50. Sedangkan
hasil uji organoleptik terbaik yaitu sereal kontrol.
4. Sereal formulasi kecambah jagung dan kecambah kedelai 50 : 50
menunjukkan hasil yang masih dapat diterima secara fisik maupun
organoleptik.
5. Sereal kecambah jagung-kedelai formula 50:50 mengandung air,
abu, lemak, protein, serat, dan karbohidrat secara berturut-turut
sebesar 2,84%; 3,09%; 14,49%; 22,92%; 11,71%; dan 56,66%.
B. Saran
1. Untuk memproduksi sereal dengan teknologi ekstrusi berbasis
kecambah jagung-kedelai sebaiknya menggunakan formulasi
dengan perbandingan proporsi antara kecambah jagung dan
kecambah kedelai maksimal hingga formula 50:50.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan
mentah bahan sumber protein lain untuk diolah menjadi produk
sereal agar bisa didapatkan produk sereal yang lebih maksimal
secara fisik, organoleptik, maupun kimia.
http://lib.unimus.ac.id
46
DAFTAR PUSTAKA
Adawy, El. 2004. Nutritional potential and functional propertias of
Germinated mung bean, pea and lentil seeds. Plant Food for
Human Nutrition, 1-54.
Agrasasmita, T. U. 2008. Karakterisasi Sifat Fisikokimia dan Indeks
Glikemik Varietas Beras Beramilosa Rendah dan Tinggi. FTP,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Agustawa, R. 2012. Modifikasi Pati Ubi Jalar Putih (Ipomea batatas L.)
Varietas Sukuh dengan Proses Fermentasi dan Metode Heat
Moisture Treatment (HMT) Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia
Pati. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Brawijaya, Malang .
Amalia, Sri Nur, Rimbawan, dan Mira Dewi. 2011. Nilai Indeks Glikemik
Beberapa Jenis Pengolahan Jagung Manis. J. Gizi dan Pangan,
6(1): 40.
Aminah, S., dan Hersoelistyorini, W. 2012. Karakteristik Kimia Tepung
Kecambah Serealia dan Kacang-Kacangan dengan Variasi
Blanching dalam Seminar Hasil-Hasil Penelitian-LPPM UNIMUS
2012 (pp. 209-217). UNIMUS, Semarang.
Aminah, Siti, dan Budi Santosa. 2014. Komposisi Tepung Kecambah
Jagung dan Tepung Kecambah Kedelai (KEJALE) Tergranulasi.
Anonim. 2015. Produksi Padi Tahun 2014 (angka Sementara)
Diperkirakan Turun 0,63 Persen. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Anonim. 2000. Standar Mutu Bahan dan Produk Pagan. SNI, Jakarta.
Apriani, R. N. 2009. Mempelajari Pengaruh Ukuran Partikel dan Kadar Air
Tepung Jagung serta Kecepatan Ulir Ekstruder Terhadap
Karakteristik Snack Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
IPB, Bogor .
Apriliyanti, T. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea batatas blackie) Dengan Variasi Proses
Pengeringan. Skripsi Fakultas Pertanian, UNS, Surakarta.
Arisworo, Djoko, Yusa, dan Nana Sutresna. 2006. IPA Terpadu. Grafindo
Media Pratama, Bandung.
http://lib.unimus.ac.id
47
Asaf, A.Q, M.P David, O.H Judith, and R Jan. 2001. Novel Tocotrienols of
Rice Bran Surpress Cholesterogenesis in Hereditary
Hypercholesterolemic Swine. J.N.
Budijanto, S. dan Yuliyanti. 2012. Studi Persiapan Tepung Sorghum
(Sorghum bicolor L. Moench) dan Aplikasinya Pada Pembuatan
Beras Analog. J. Tekn. Pertanian. 13(3):177-186.
Cahyono, B. 2007. Kedelai "Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani".
CV Aneka Ilmu, Semarang.
Cahyadi, W. 2007. Kedelai : Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara,
Semarang.
Deny, S. 2008. Pengaruh Proporsi Beras Pecah Kulit. Kacang Tunggak
dan Jagung terhadap Mutu Sereal Mengembang (puffed) yang
dihasilkan. J. Tekn.Pangan, Vol 4:41-47.
El-Adaawy, TR. 2004. Nutritional potential and functional properties of
Germinated mung bean, pea, and lentil seeds. Plant Food for
Human Nutrition, 1-54.
Estiasih, T, dan K Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. PT.
Bumi Aksara, Jakarta.
Fardiaz, D, N Andarwulan, H Wijaya, dan N I Puspitasari.1992. Teknik
Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan . Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Faubion, J M, and R C Hoseney. 1982. High Temperature Short Time
Extrussion Cooking of Wheat Starch and Flours. Cereal Chem, :
529-533.
Fellows, P.J. 2000. Food Processing Technology Principle and Practice.
Wood Publishing in Food Science and Technology, Cambridge.
Harper, J M. 1994. Extrusion Processing of Starch. Association of Cereal
Chemist, Saint Paul.
Harrow, A D, and J W Martin. 1982. Reformed Rice Product. US Patent.
Hussain, S, F M Anjum, M S Butt, and M A Sheikh. 2008. Chemical
Composition and Functional Properties of Flaxseed (Linum
usitattissinum) Flour. J. Agr, vol 24: 649-653.
Iriyani, N. 2011. Sereal dengan Substitusi Bekatul Tinggi Antioksidan.
J.Tekn dan Ind Pgn. vol 18(1): 40-43.
http://lib.unimus.ac.id
48
Koswara. 2009. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori dan Praktek). eBook
Pangan.com.
Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan : Komponen Makro. PT. Dian Rakyat,
Jakarta.
Masniah dan Syamsuddin. 2013. Pemanfaatan Jagung Dalam Pembuatan
Aneka Olahan Untuk Memperkuat Ketahanan Pangan. Seminar
Nasional Serealia.
Melianawati, A. 1998. Karakteristik Produk Ekstrusi Campuran Menir-
Beras-Tepung Pisang-Kedelai Olahan. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Messina, M. J. 1999. Legumes and Soybean : Overview of Their
Nutritional Profiles And Health Effects. J Clin Nutr , 70 : 439S-450S.
Miyake, T, J Reese, C M Loch, D T Auble, R Li. 2004. Genome-Wide
Analysis Of ARS (Autonomously Replicating Seqence) Binding
Factor 1 (Abf1p)-Mediated Transcriptional Reglation in
Saccharoyces cerevisiae. J Biol Chem. 279(33):34865-72
Muchtadi, D. 2010. Kedelai : Komponen Bioaktif Untuk Kesehatan. CV
Alfabeta, Bandung.
Muchtadi, T R, P Hariyadi, dan A Basuki. 1988. Teknologi Pemasakan
Ekstrusi. IPB, Bogor.
Nielsen, S S. 2003. Food Analysis. Kluwer Academic/Plenum Publisher.
No, H.K, K.S Lee, KIM, M.J Park, Kim, and S.P Meyers. 2002. Chitosan
Treatment Affects Yield, Ascorbic Acid Content, and Hardness of
Soybean Sprouts. Sensory and Nutritive Qualities of Food.
Nurhidajah dan S Aminah. Tanpa tahun. Buku Panduan Praktikum : Ilmu
Bahan Makanan 1. Universitas Muhammadiyah Semarang,
Semarang.
Oktavia, D.A. 2007. Kajian SNI 01-2886-2000 makanan ringan ekstrudat.
J. Standardisasi, 1-9.
Palupi, N.S, F.R Zakaria, dan E Prangdimurti. 2007. Pengaruh
Pengolahan Terhadap Nilai Gizi Pangan. IPB, Bogor.
Persagi. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta.
http://lib.unimus.ac.id
49
Pratama, R.I. 2007. Kajian Mengenai Prinsip Dasar Teknologi Ekstrusi
untuk Makanan dan Beberapa Aplikasinya pada hasil Perikanan.
Universitas Pajajaran, Jatilangor.
Rahayu, W.P. 1998. Penilaian Praktikum Penilaian Organoleptik. IPB,
Bogor.
Rahmawati, I. 2008. Penentuan Lama Pengeringan Pada Pembuatan
Serbuk Biji Alpukat. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang.
Ramadhani, G A, M Izzati, and S Parman. 2012. Analisis
Proksimat,Antioksidan, dan Kesukaan Sereal Makanan Dari Bahan
Dasar Tepung Jagung (Zea mays. L) dan Tepung Labu Kuning
(Cucurbita moschata Durch). J.Anatomi dan Fisiologi. Vol 20.
Ratna, S, H Arini, F Sarah, C Desra, dan K Nanang. 2008. Alternatif
Sarapan Pagi dan Snack Sehat yang Praktis dan Kaya Protein
Nabati.
Riaz, M N. 2000. Extruders in Food Applications. CRC Press, Boca Raton.
Riaz, MN. 2001. Guy, R Extrusion cooking. Woodhead Publishing,
Cambridge.
Richard, G.F, and R.D Philips. 1988. Effects of Feed Composition, Feed
Moisture, and Barrel Temperature on the Physical and Rheological
Properties of Snack-like Products Prepared from Cowpea and
Sorghum Flour by Extrusion. J. Food Sci, 1466-1467.
Rudini, B., dan Ayustaningwarno, F. 2013. Kadar Protein, Serat, Triptofan
dan Mutu Organoleptik Kudapan Ekstrusi Jagung dengan Substitusi
Kedelai. J. of Nutr Collg , 373-381.
Rusydi, M, and A Azrina. 2012. Effect Of Germination on Total phenolic,
tanning and phytic acid content in soybean and peanut.
International Food Research Journal. 19 : 674: 673-677.
Santoso, U., Murdaningsih, T., dan Mudjisihono, R. 2007. Produk Ekstrusi
Berbasis Tepung Ubi Jalar. J. Tekn dan Ind Pgn , Vol 18 .
Scott, C. E., and Eldridge, A. L. 2005. Comparison Of Carotenoid Content
In Fresh, Frozenand Canned Corn. J. Food Comp and Analysis , 18
: 551-559.
http://lib.unimus.ac.id
50
Stockley, C, and C Oxlade. 2007. The Usborne Illustrated Dictionary of
Science (Usborne Illustrated Dictionaries). Usborne Books, London.
Suarni. 2009. Ingin Hidup Sehat Alihkan Langkah Kita Untuk Konsumsi
Jagung. Tulisan Sinar Tani.
Suarni, dan S Widowati. Tanpa tahun. Struktur, Komposisi dan Nutrisi
Jagung. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Bogor.
Suarni dan M. Yasin. 2011. Jagung Sebagai Sumber Pangan Fungsional.
J. IPTEK Tanaman Pangan. 6(1):41-56.
Sudarmadji, S, Bambang Haryanto, dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa
Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
Sukasih, E, and Setyadjit. 2012. Formulasi Pembuatan Flake Berbasis
Talas Untuk Makanan Sarapan (Breakfast Meal) Energi Tinggi
Dengan Metode Oven. J. Pascapanen. vol 9: 70-76.
Supartono, W. 2006. Teknologi Pembuatan Sereal Untuk Sarapan Pagi.
Vol. 1: 33-36.
Tovar, J, S G S Ayerdi, C Penalver, O P Lopez, and L A Bello-Perez.
2003. In Vitro Starch Hydrolisis Index and Predicted Glycemic Index
of Corn Tortilla, Black Beans (Phaseolus vulgaris L.), and Mexican
"taco". Cereal Chem. vol 80 : 533-535.
Umar, S, M Triastati, dan M Rob. 2007. Produk Ekstrusi Berbasis Tepung
Ubi Jalar. J. Tekn. dan Ind. Pgn, vol 18:40-43.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
http://lib.unimus.ac.id
51
Lampiran 1. Cara Perhitungan rendemen
1. Massa sereal kecambah jagung-kedelai ditimbang dan dinyatakan
dalam satuan gram (g).
2. Perhitungan rendemen sereal kecambah jagung-kedelai dihitung
berdasarkan rumus perhitungan berikut :
%100.
.%Re
gbahanberat
gserealberatndemen
3. Contoh perhitungan (misal data A2U3)
%100300
207%Re ndemen
0,69
4. Nilai rata-rata pada rendemen dihitung pada setiap perlakuan untuk
semua ulangan dengan menggunakan program perhitungan rumus
otomatis MS Excel.
Contoh : Rata-rata =average(E2:E8)
http://lib.unimus.ac.id
52
Lampiran 2. Cara Perhitungan Densitas Kamba
1. Siapkan gelas ukur 500 ml lalu isi dengan sereal kecambah jagung-
kedelai hingga batas 100 ml.
2. Timbang sereal kecambah jagung-kedelai yang telah diukur.
3. Perhitungan densitas kamba sereal kecambah jagung-kedelai
dihitung berdasarkan rumus berikut :
)(100
)(.)/(.
ml
gserealberatmlgkambaDensitas
4. Contoh perhitungan (misal data A3U1) :
100
43)/(. mlgkambaDensitas
43,0
5. Nilai rata-rata densitas kamba sereal kecambah jagung-kedelai
dihitung pada setiap perlakuan untuk semua ulangan dengan
menggunakan program perhitungan rumus otomatis MS Excel.
Contoh : Rata-rata =average(B5:E5)
http://lib.unimus.ac.id
53
Lampiran 3. Cara Perhitungan Daya Serap Air
1. Perhitungan daya serap air dihitung berdasarkan rumus
perhitungan berikut :
contohberat
awalsptabungberatovensetelahresidutabungberatgmlDSA
.
)..()...()/(
2. Contoh perhitungan (misal data K1U2) :
542,0
)085,13()843,14()/(
gmlDSA
= 3,2
3. Nilai rata-rata daya serap air dihitung pada setiap perlakuan untuk
semua ulangan menggunakan program perhitungan rumus
otomatis MS Excel.
Contoh : Rata-rata =average(A2:A6)
http://lib.unimus.ac.id
54
Lampiran 4. Cara Perhitungan Kadar Air dan Kadar Abu
1. Perhitungan kadar air menggunakan rumus di bawah ini :
sampelberat
ovenstelahsampelwadahberatsampelwadahberatAirKadar
.
)...().((%).
2. Contoh perhitungan (misal sereal 50 : 50)
89,2003,1
)907,19936,19((%).
AirKadar
3. Perhitungan kadar abu menggunakan rumus di bawah ini :
sampelberat
wadahberatabuwadahberatAbuKadar
.
).().((%).
4. Contoh perhitungan (misal sereal kontrol)
34,1009,2
)317,21344,21((%).
AbuKadar
http://lib.unimus.ac.id
55
Lampiran 5. Cara Perhitungan Kadar Lemak dan Serat Kasar
1. Perhitungan kadar lemak menggunakan rumus di bawah ini:
sampelberat
labuberatlemaklabuberatLemakKadar
.
).().((%).
2. Contoh perhitungan (misal sereal kontrol)
59,1004,1
)973,24989,24((%).
LemakKadar
3. Perhitungan kadar serat kasar menggunakan rumus di bawah ini :
sampelberat
tasberatresidutasberatSeratKadar
.
)ker.()ker.((%).
4. Contoh perhitungan (misal sereal 100 : 0)
55,13011,1
)437,0574,0((%).
SeratKadar
http://lib.unimus.ac.id
56
Lampiran 6. Cara Perhitungan Kadar Protein dan Karbohidrat Total
1. Kadar protein dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :
BahanoteinFaktorNotein
spBerat
NBAHClNormalitasblankomltitrasimlmgN
.Pr.(%)Pr
1000.
100..)..(%)(
2. Contoh perhitungan (misal sereal 50 : 50)
92,2275,599,3(%)Pr
99,31000054,0
100007,140197,0)08,7(%)(
otein
mgN
3. Kadar karbohidrat total dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :
Karbohidrat total(%) = 100 - (air(%)+abu(%)+lemak(%)+protein(%))
4. Contoh perhitungan (misal sereal 100 : 0)
Karbohidrat total (%) = 100 – (4,36 + 1,85 + 3,21 + 18,58)
= 72,00
http://lib.unimus.ac.id
57
Lampiran 7. Formulir Uji Organoleptik
FORM UJI SKORING
Nama Panelis : Tanggal : Jenis Contoh : Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Instruksi : Nyatakan penilaian anda dan berikan tanda (√) padapernyataan yang sesuai dengan penilaian saudara.
Penilaian Skor Kode Sampel
852 440 716 374 188 971 662
Warna
Kuning muda 6
Kuning 5
Kuning tua 4
Coklat muda 3
Coklat 2
Coklat tua 1
Rasa
Sangat gurih 6
Gurih 5
Agak gurih 4
Agak pahit 3
Pahit 2
Sangat pahit 1
Kerenyahan
Sangat renyah 6
Renyah 5
Agak renyah 4
Agak keras 3
Keras 2
Sangat keras 1
Aroma
Sangat wangi 6
Wangi 5
Agak wangi 4
Agak langu 3
Langu 2
Sangat langu 1
Komentar :
http://lib.unimus.ac.id
58
Lampiran 8. Data Pengamatan Uji Rendemen
Formulasi Ulangan Berat bahan Berat Sereal Rendemen
Kontrol
1 300 260 86.67%
2 300 266 88.67%
3 300 277 92.33%
4 300 269 89.67%
Rata-rata 89.33%
10 : 90
1 300 224 74.67%
2 300 263 87.67%
3 300 185 61.67%
4 300 230 76.67%
Rata-rata 75.17%
30 : 70
1 300 239 79.67%
2 300 207 69.00%
3 300 207 69.00%
4 300 202 67.33%
Rata-rata 71.25%
50 : 50
1 300 185 61.67%
2 300 252 84.00%
3 300 236 78.67%
4 300 236 78.67%
Rata-rata 75.75%
70 : 30
1 300 194 64.67%
2 300 247 82.33%
3 300 226 75.33%
4 300 254 84.67%
Rata-rata 76.75%
90 : 10
1 300 263 87.67%
2 300 267 89.00%
3 300 273 91.00%
4 300 272 90.67%
Rata-rata 89.58%
100 : 0
1 300 280 93.33%
2 300 285 95.00%
3 300 260 86.67%
4 300 268 89.33%
Rata-rata 91.08%
http://lib.unimus.ac.id
59
Lampiran 9. Data Pengamatan Uji Densitas Kamba
Formulasi Ulangan Berat Sereal (g) Densitas Kamba
(g/ml)
Kontrol
1 3 0.03
2 3 0.03
3 3 0.03
4 3 0.03
Rata-rata 0.03
10 : 90
1 38 0.38
2 35 0.35
3 37 0.37
4 33 0.33
Rata-rata 0.36
30 : 70
1 42 0.42
2 45 0.45
3 42 0.42
4 42 0.42
Rata-rata 0.43
50 : 50
1 43 0.43
2 41 0.41
3 49 0.49
4 42 0.42
Rata-rata 0.44
70 : 30
1 27 0.27
2 38 0.38
3 43 0.43
4 18 0.18
Rata-rata 0.32
90 : 10
1 42 0.42
2 31 0.31
3 10 0.1
4 8 0.08
Rata-rata 0.23
100 : 0
1 3 0.03
2 2 0.02
3 3 0.03
4 3 0.03
Rata-rata 0.03
http://lib.unimus.ac.id
60
Lampiran 10. Data Pengamatan Daya Serap Air
Formulasi Ulangan Berat
sampel Tab +
sampel Tab + sampel
oven DSA
(ml/g) Rata - rata
Kontrol
1 0.533 13.001 14.85 3.5
3.3 2 0.542 13.085 14.843 3.2
3 0.546 13.008 14.873 3.4
4 0.507 12.962 14.6 3.2
10 : 90
1 0.54 12.71 14.726 3.7
3.3 2 0.574 13.098 15.082 3.5
3 0.499 13.118 14.539 2.8
4 0.541 13.111 14.794 3.1
30 : 70
1 0.564 9.691 11.976 4.1
4.0 2 0.523 13.03 15.25 4.2
3 0.562 9.608 11.701 3.7
4 0.553 13.102 15.255 3.9
50 : 50
1 0.58 13.149 15.157 3.5
3.7 2 0.578 13.134 15.322 3.8
3 0.579 13.082 15.197 3.7
4 0.537 9.748 11.841 3.9
70 : 30
1 0.534 9.579 11.883 4.3
4.0 2 0.529 12.713 14.911 4.2
3 0.508 13.09 14.986 3.7
4 0.526 13.095 15.054 3.7
90 : 10
1 0.573 12.997 15.462 4.3
4.2 2 0.517 12.986 15.557 5.0
3 0.511 13.046 14.995 3.8
4 0.505 12.981 14.883 3.8
100 : 0
1 0.513 9.257 10.73 2.9
3.2 2 0.58 13.014 14.754 3.0
3 0.509 9.516 11.187 3.3
4 0.53 13.084 14.999 3.6
http://lib.unimus.ac.id
61
Lampiran 11. Data Pengamatan Uji Warna dan Kecerahan
Formula Ulangan L A b
Kontrol
1 69.78 -2.01 32.41
2 72.58 -3.01 33.12
3 74.75 -3.3 28.05
4 77.22 -4.26 34.33
Rata-rata 73.5825 -3.145 31.9775
10 : 90
1 49.23 8.45 33.77
2 50.23 9.1 31.02
3 37.71 11.73 23.34
4 33.34 10.98 22.47
Rata-rata 42.6275 10.065 27.65
30 : 70
1 52.39 8.74 37.03
2 57.34 7.69 35.91
3 25.2 10.6 21.34
4 33.5 11.47 29.35
Rata-rata 42.1075 9.625 30.9075
50 : 50
1 76.87 5.54 42.89
2 75.33 1.14 44.23
3 65.88 4.41 39.99
4 49.99 12.01 30.73
Rata-rata 67.0175 5.775 39.46
70 : 30
1 88.67 1.28 37
2 76.41 1.23 44.68
3 79.77 2.4 46.83
4 71.2 2.2 40.75
Rata-rata 79.0125 1.7775 42.315
90 : 10
1 77.59 0.88 46.88
2 87.39 0.76 43.16
3 85.14 -0.92 34.31
4 69.7 -0.56 29.34
Rata-rata 79.955 0.04 38.4225
100 : 0
1 73.34 -0.3 29.33
2 76.87 -0.17 33.54
3 72.54 0.4 31.25
4 85.13 -1.92 32.59
Rata-rata 76.97 -0.4975 31.6775
http://lib.unimus.ac.id
62
Lampiran 12. Data Pengamatan Organoleptik Warna
Panelis Kontrol 10:90 30:70 50:50 70:30 90:10 100:0
1 6 1 3 2 2 5 5
2 6 1 2 4 5 4 6
3 6 1 2 4 2 4 6
4 6 1 3 4 5 4 5
5 5 2 4 5 4 4 5
6 6 2 2 6 2 6 6
7 6 2 2 3 3 5 6
8 6 1 3 5 5 5 5
9 5 6 3 4 5 5 5
10 6 4 2 4 3 4 6
11 6 1 3 3 4 4 5
12 6 3 3 4 3 6 4
13 5 1 1 2 2 4 6
14 6 1 3 3 6 4 6
15 6 2 1 4 2 5 5
16 5 1 3 4 4 5 6
17 6 1 2 4 4 4 6
18 6 2 2 5 4 5 6
19 6 1 2 3 5 3 6
20 5 1 2 2 5 3 6
21 6 2 3 4 5 3 6
22 6 2 3 3 4 4 6
23 6 1 2 5 5 5 6
24 5 1 2 5 4 3 6
25 6 1 3 4 4 3 6
Rata-rata 5.76 1.68 2.44 3.84 3.88 4.28 5.64
Standev 1.510 1.510 1.510 1.510 1.510 1.510 1.510
http://lib.unimus.ac.id
63
Lampiran 13. Data Pengamatan Organoleptik Rasa
Panelis Kontrol 10:90 30:70 50:50 70:30 90:10 100:0
1 4 1 4 4 3 5 5
2 4 1 1 4 1 3 3
3 4 2 6 3 5 5 4
4 4 2 5 3 4 4 4
5 3 1 5 3 6 4 3
6 4 2 5 4 3 4 4
7 4 1 4 3 5 4 4
8 4 1 4 3 4 4 4
9 5 2 5 6 5 5 5
10 4 1 5 3 5 4 5
11 5 1 5 4 4 5 4
12 5 3 3 2 5 5 4
13 2 3 5 1 5 6 4
14 6 1 3 4 3 4 2
15 5 4 4 4 2 4 6
16 5 5 5 5 4 5 5
17 4 2 3 5 5 4 5
18 5 2 2 4 5 5 6
19 5 3 4 4 4 4 4
20 4 3 4 3 4 4 5
21 4 6 3 5 3 5 4
22 5 6 3 4 4 5 4
23 4 3 5 3 4 5 4
24 5 3 2 4 4 3 5
25 5 1 5 4 4 4 4
Rata-rata 4.36 2.4 4 3.68 4.04 4.4 4.28
Standev 0.699 0.699 0.699 0.699 0.699 0.699 0.699
http://lib.unimus.ac.id
64
Lampiran 14. Data Pengamatan Organoleptik Kerenyahan
Panelis Kontrol 10:90 30:70 50:50 70:30 90:10 100:0
1 4 4 5 3 3 4 4
2 5 1 5 3 3 4 4
3 3 2 5 5 4 5 3
4 5 5 2 5 1 5 4
5 4 6 4 6 5 3 4
6 3 6 2 6 2 6 3
7 5 3 4 3 5 4 4
8 5 4 2 4 3 5 6
9 6 4 2 5 2 3 6
10 5 5 3 4 2 5 5
11 5 5 3 5 2 4 5
12 4 4 5 3 3 3 4
13 3 1 4 1 4 5 3
14 4 3 4 3 3 3 4
15 4 3 5 5 3 6 3
16 4 2 5 2 5 3 4
17 4 1 3 2 3 2 6
18 4 1 5 4 3 3 4
19 5 4 5 3 4 2 4
20 4 2 5 2 5 3 4
21 4 5 4 5 6 3 6
22 4 1 5 1 5 2 4
23 6 2 4 2 2 4 4
24 4 2 2 2 2 6 4
25 4 2 6 3 2 3 4
Rata-rata 4.32 3.12 3.96 3.48 3.28 3.84 4.24
Standev 0.467 0.467 0.467 0.467 0.467 0.467 0.467
http://lib.unimus.ac.id
65
Lampiran 15. Data Pengamatan Organoleptik Aroma dan Rata-rata Nilai Organoleptik Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Panelis Kontrol 10:90 30:70 50:50 70:30 90:10 100:0
1 4 1 3 4 3 2 4
2 5 2 3 4 2 4 4
3 5 2 4 5 4 3 5
4 4 2 3 2 5 3 5
5 5 1 5 4 4 4 4
6 5 3 4 4 4 4 5
7 4 2 3 2 2 4 3
8 5 1 4 5 3 4 4
9 4 2 5 4 5 5 4
10 5 4 3 4 3 6 4
11 5 4 4 4 3 5 5
12 4 4 3 5 4 5 4
13 4 3 4 4 6 4 4
14 5 5 5 4 3 4 5
15 6 6 5 3 4 4 5
16 5 3 5 4 6 4 5
17 6 3 3 4 4 4 4
18 6 4 3 3 5 3 6
19 3 3 4 3 4 3 5
20 5 5 4 4 4 4 3
21 2 5 2 3 4 3 5
22 5 2 2 4 2 5 2
23 4 3 4 4 3 4 4
24 6 1 3 2 4 3 5
25 5 1 2 3 2 3 5
Rata-rata 4.68 2.88 3.6 3.68 3.72 3.88 4.36
Standev 0.577 0.577 0.577 0.577 0.577 0.577 0.577
Parameter Kontrol 10:90 30:70 50:50 70:30 90:10 100:0
Warna 5,76 1,68 2,44 3,84 3,88 4,28 4,64
Rasa 4,36 2,4 4 3,68 4,04 4,4 4,28
Kerenyahan 4,32 3,22 3,96 3,48 3,28 3,84 4,24
Aroma 4,68 2,88 3,6 3,68 3,72 3,88 4,36
Rata-rata 4,78 2,52 3,5 3,67 3,73 4,1 4,63
http://lib.unimus.ac.id
66
Lampiran 16. Data Pengamatan Uji Kadar Air dan Abu Sereal
Data pengamatan kadar air sereal
No Sampel Wadah Brt Sp Timbang 1 Timbang 2 Timbang 3 Timbang 4 KA Rata-rata
1 Kontrol 1 18.996 2.002 20.896 20.891 20.891 20.891 5.34% 5.26%
2 Kontrol 2 33.953 2.007 35.864 35.855 35.856 35.856 5.18%
3 100 : 0 (1) 18.485 2.005 20.396 20.386 20.393 20.393 4.84% 4.36%
4 100 : 0 (2) 37.726 2.007 39.663 39.666 39.66 39.655 3.89%
5 50 : 50 (1) 21.721 1.003 22.712 22.705 22.696 22.696 2.79% 2.84%
6 50 : 50 (2) 18.933 1.003 19.919 19.913 19.908 19.907 2.89%
Data pengamatan kadar abu sereal
No Sampel Wadah Berat
Sampel Berat Abu +
Wadah Kadar Abu Rata-rata
1 Kontrol 1 21.564 2.002 21.593 1.45% 1.40%
2 Kontrol 2 21.317 2.009 21.344 1.34%
3 100 : 0 (1) 18.738 2.002 18.774 1.80% 1.85%
4 100 : 0 (2) 21.51 2.008 21.548 1.89%
5 50 : 50 (1) 11.662 2.003 11.731 3.44% 3.09%
6 50 : 50 (2) 10.913 2.007 10.968 2.74%
http://lib.unimus.ac.id
67
Lampiran 17. Data Pengamatan Uji Kadar Lemak, Protein, dan Serat Sereal
Data pengamatan kadar lemak sereal
No Sampel Sampel Labu Labu + minyak
Kadar Minyak
Rata-rata
1 Kontrol 1 1.011 19.437 19.45 1.29% 1.44%
2 Kontrol 2 1.004 24.973 24.989 1.59%
3 100 : 0 (1) 1.016 24.09 24.109 1.87% 3.21%
4 100 : 0 (2) 1.011 24.844 24.89 4.55%
5 50 : 50 (1) 1.08 24.178 24.351 16.02% 14.49%
6 50 : 50 (2) 1.003 24.856 24.986 12.96%
Data pengamatan kadar protein sereal
No Sampel Berat
Sp TAT N HCl Kadar N
(mg%) Kadar
Prot (%) Rata-
rata (%)
1 Kontrol 1 0.052 5 0.0197 2.65 16.58 16.58
2 Kontrol 2 - - - - -
3 100 : 0 (1) 0.056 27 0.0057 3.85 24.06 18.58
4 100 : 0 (2) 0.054 4.1 0.0197 2.10 13.09
5 50 : 50 (1) 0.054 7.8 0.0197 3.99 22.92 19.43
6 50 : 50 (2) 0.051 6.6 0.0153 2.77 15.95
Data pengamatan kadar serat kasar sereal
No Sampel Brt sp Berat kertas
Kertas + residu
Kadar serat
Rata-rata (%)
1 Kontrol 1 - - - - 12.45
2 Kontrol 2 1.004 0.437 0.562 12.45%
3 100 : 0 (1) 1.016 0.446 0.576 12.80% 13.17
4 100 : 0 (2) 1.011 0.437 0.574 13.55%
5 50 : 50 (1) 1.08 0.442 0.556 10.56% 11.71
6 50 : 50 (2) 1.003 0.450 0.579 12.86%
http://lib.unimus.ac.id
68
Lampiran 18. Hasil analisis sidik ragam jumlah rendemen sereal
kecambah jagung-kedelai
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Rendemen 28 81.2857 10.00573 61.70 95.00
Distribution Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Rendemen
N 28
Normal Parametersa,,b
Mean 81.2857
Std. Deviation 10.00573
Most Extreme Differences Absolute .170
Positive .105
Negative -.170
Kolmogorov-Smirnov Z .900
Asymp. Sig. (2-tailed) .393
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Homogenity of Variances
Test of Homogeneity of Variances
Rendemen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.655 6 21 .182
http://lib.unimus.ac.id
69
Univariate Analysis of Varian
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Rendemen
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1875.192a 9 208.355 4.530 .003
Intercept 185006.286 1 185006.286 4022.351 .000
Ulangan 200.463 3 66.821 1.453 .261
Formulasi 1674.729 6 279.122 6.069 .001
Error 827.902 18 45.995
Total 187709.380 28
Corrected Total 2703.094 27
a. R Squared = ,694 (Adjusted R Squared = ,541)
Post Hoc Tests
Rendemen
Tukey HSDa,,b
Formulasi N
Subset
1 2 3
30_70 4 71.2500
10_90 4 75.2000 75.2000
50_50 4 75.7750 75.7750 75.7750
70_30 4 76.7500 76.7500 76.7500
Kontrol 4 89.3500 89.3500
90_10 4 89.6000 89.6000
100_0 4 91.0750
Sig. .905 .089 .062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 45,995.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b. Alpha = ,05.
http://lib.unimus.ac.id
70
Lampiran 19. Hasil Analisis Sidik Ragam Densitas Kamba Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Densitas 28 .2604 .17702 .02 .49
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Densitas
N 28
Normal Parametersa,,b
Mean .2604
Std. Deviation .17702
Most Extreme Differences Absolute .196
Positive .189
Negative -.196
Kolmogorov-Smirnov Z 1.040
Asymp. Sig. (2-tailed) .230
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Homogenity of Variances
Test of Homogeneity of Variances
Densitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
17.557 6 21 .000
http://lib.unimus.ac.id
71
Anova Tests
Ranks
Formulasi N Mean Rank
Densitas Kontrol 4 5.00
10 : 90 4 15.63
30 : 70 4 23.25
50 : 50 4 23.63
70 : 30 4 16.50
90 : 10 4 13.50
100 : 0 4 4.00
Total 28
Test Statisticsa,b
Densitas
Chi-Square 22.143
Df 6
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Formulasi
http://lib.unimus.ac.id
72
Post Hoc Tests
Hasil Uji Mann-Whitney *Densitas kamba
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .014 30 : 70 .011 50 : 50 .014 70 : 30 .014 90 : 10 .000 100 : 0 .317
10 : 90 Kontrol .014 30 : 70 .011 50 : 50 .021 70 : 30 .885 90 : 10 .248 100 : 0 .018
30 : 70 Kontrol .011 10 : 90 .011 50 : 50 .878 70 : 30 .139 90 : 10 .046 100 : 0 .015
50 : 50 Kontrol .014 10 : 90 .021 30 : 70 .878 70 : 30 .110 90 : 10 .059 100 : 0 .018
70 : 30 Kontrol .014 10 : 90 .885 30 : 70 .139 50 : 50 .110 90 : 10 .386 100 : 0 .018
90 : 10 Kontrol .000 10 : 90 .248 30 : 70 .046 50 : 50 .059 70 : 30 .386 100 : 0 .018
100 : 0 Kontrol .317 10 : 90 .018 30 : 70 .015 50 : 50 .018 70 : 30 .018 90 : 10 .018
http://lib.unimus.ac.id
73
Lampiran 20. Hasil Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
DSA 28 3.6714 .48447 2.80 5.00
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DSA
N 28
Normal Parametersa,,b
Mean 3.6714
Std. Deviation .48447
Most Extreme Differences Absolute .110
Positive .110
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .580
Asymp. Sig. (2-tailed) .889
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Homogenity of Variances
Test of Homogeneity of Variances
DSA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.446 6 21 .059
http://lib.unimus.ac.id
74
Univariate Analysis of Variances
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:DSA
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 4.506a 9 .501 4.923 .002
Intercept 377.423 1 377.423 3710.908 .000
Formulasi 3.972 6 .662 6.509 .001
Ulangan .534 3 .178 1.751 .193
Error 1.831 18 .102
Total 383.760 28
Corrected Total 6.337 27
a. R Squared = ,711 (Adjusted R Squared = ,567)
Post Hoc Tests
DSA
Tukey HSDa,,b
Formulasi N
Subset
1 2 3
100_0 4 3.2000
10_90 4 3.2750 3.2750
Kontrol 4 3.3250 3.3250
50_50 4 3.7250 3.7250 3.7250
70_30 4 3.9750 3.9750
30_70 4 3.9750 3.9750
90_10 4 4.2250
Sig. .284 .074 .334
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,102.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
b. Alpha = ,05.
http://lib.unimus.ac.id
75
Lampiran 21. Hasil Analisis Sidik Ragam Kecerahan Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
L 28 65.8961 17.73354 25.20 88.67
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
L
N 28
Normal Parametersa,,b
Mean 65.8961
Std. Deviation 17.73354
Most Extreme Differences Absolute .228
Positive .100
Negative -.228
Kolmogorov-Smirnov Z 1.205
Asymp. Sig. (2-tailed) .109
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Homogenity of Variances
Test of Homogeneity of Variances
L
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.164 6 21 .023
http://lib.unimus.ac.id
76
Anova Tests
Ranks
Formulasi N Mean Rank
L Kontrol 4 16.50
10 : 90 4 4.50
30 : 70 4 5.25
50 : 50 4 13.63
70 : 30 4 21.00
90 : 10 4 21.75
100 : 0 4 18.88
Total 28
Test Statisticsa,b
L
Chi-Square 17.992
df 6
Asymp. Sig. .006
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Formulasi
http://lib.unimus.ac.id
77
Post Hoc Tests
Hasil Uji Mann-Whitnney *Kecerahan
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .021 30 : 70 .021 50 : 50 .564 70 : 30 .248 90 : 10 .248 100 : 0 .564
10 : 90 Kontrol .021 30 : 70 .773 50 : 50 .043 70 : 30 .021 90 : 10 .021 100 : 0 .021
30 : 70 Kontrol .021 10 : 90 .773 50 : 50 .083 70 : 30 .021 90 : 10 .021 100 : 0 .021
50 : 50 Kontrol .564 10 : 90 .043 30 : 70 .083 70 : 30 .149 90 : 10 .083 100 : 0 .309
70 : 30 Kontrol .248 10 : 90 .021 30 : 70 .021 50 : 50 .149 90 : 10 1.000 100 : 0 .773
90 : 10 Kontrol .248 10 : 90 .021 30 : 70 .021 50 : 50 .083 70 : 30 1.000 100 : 0 .386
100 : 0 Kontrol .564 10 : 90 .021 30 : 70 .021 50 : 50 .309 70 : 30 .773 90 : 10 .386
http://lib.unimus.ac.id
78
Lampiran 22. Hasil Analisis Sidik Ragam Organoleptik Warna
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol 25 5.76 .436 5 6
S_10_90 25 1.68 1.180 1 6
S_30_70 25 2.44 .712 1 4
S_50_50 25 3.84 1.028 2 6
S_70_30 25 3.88 1.201 2 6
S_90_10 25 4.28 .891 3 6
S_100 25 5.64 .569 4 6
http://lib.unimus.ac.id
79
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol S_10_90 S_30_70 S_50_50 S_70_30 S_90_10 S_100
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,,b
Mean 5.76 1.68 2.44 3.84 3.88 4.28 5.64
Std. Deviation .436 1.180 .712 1.028 1.201 .891 .569
Most Extreme Differences Absolute .469 .318 .264 .242 .220 .223 .417
Positive .291 .318 .252 .198 .141 .223 .263
Negative -.469 -.282 -.264 -.242 -.220 -.191 -.417
Kolmogorov-Smirnov Z 2.345 1.589 1.321 1.209 1.099 1.117 2.083
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .013 .061 .107 .179 .165 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
http://lib.unimus.ac.id
80
Friedmann Tests
Ranks
Mean Rank
Kontrol 6.30
S_10_90 1.56
S_30_70 2.08
S_50_50 3.80
S_70_30 3.86
S_90_10 4.28
S_100 6.12
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 113.208
Df 6
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
http://lib.unimus.ac.id
81
Post Hoc Tests
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .000 30 : 70 .000 50 : 50 .000 70 : 30 .000 90 : 10 .000 100 : 0 .405
10 : 90 Kontrol .000 30 : 70 .014 50 : 50 .000 70 : 30 .000 90 : 10 .000 100 : 0 .000
30 : 70 Kontrol .000 10 : 90 .014 50 : 50 .000 70 : 30 .000 90 : 10 .000 100 : 0 .000
50 : 50 Kontrol .000 10 : 90 .000 30 : 70 .000 70 : 30 .864 90 : 10 .068 100 : 0 .000
70 : 30 Kontrol .000 10 : 90 .000 30 : 70 .000 50 : 50 .864 90 : 10 .260 100 : 0 .000
90 : 10 Kontrol .000 10 : 90 .000 30 : 70 .000 50 : 50 .068 70 : 30 .260 100 : 0 .000
100 : 0 Kontrol .405 10 : 90 .000 30 : 70 .000 50 : 50 .000 70 : 30 .000 90 : 10 .000
http://lib.unimus.ac.id
82
Lampiran 23. Hasil Analisis Sidik Ragam Organoleptik Rasa
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol 25 4.36 .810 2 6
S_10_90 25 2.40 1.528 1 6
S_30_70 25 4.00 1.225 1 6
S_50_50 25 3.68 1.030 1 6
S_70_30 25 4.04 1.098 1 6
S_90_10 25 4.40 .707 3 6
S_100 25 4.28 .891 2 6
http://lib.unimus.ac.id
83
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol S_10_90 S_30_70 S_50_50 S_70_30 S_90_10 S_100
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,,b
Mean 4.36 2.40 4.00 3.68 4.04 4.40 4.28
Std. Deviation .810 1.528 1.225 1.030 1.098 .707 .891
Most Extreme Differences Absolute .248 .203 .233 .222 .245 .274 .263
Positive .232 .203 .167 .218 .155 .274 .263
Negative -.248 -.180 -.233 -.222 -.245 -.242 -.257
Kolmogorov-Smirnov Z 1.242 1.016 1.164 1.110 1.227 1.371 1.317
Asymp. Sig. (2-tailed) .091 .253 .133 .170 .098 .047 .062
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
http://lib.unimus.ac.id
84
Friedmann Tests
Ranks
Mean Rank
Kontrol 4.82
S_10_90 2.02
S_30_70 4.26
S_50_50 3.44
S_70_30 4.04
S_90_10 4.82
S_100 4.60
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 38.251
df 6
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
http://lib.unimus.ac.id
85
Post Hoc Tests
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .000 30 : 70 .279
50 : 50 .002 70 : 30 .244 90 : 10 .869 100 : 0 .973
10 : 90 Kontrol .000 30 : 70 .003 50 : 50 .002 70 : 30 .002 90 : 10 .000 100 : 0 .000
30 : 70 Kontrol .279 10 : 90 .003 50 : 50 .446 70 : 30 .852 90 : 10 .085 100 : 0 .418
50 : 50 Kontrol .002 10 : 90 .002 30 : 70 .446 70 : 30 .315 90 : 10 .010 100 : 0 .023
70 : 30 Kontrol .244 10 : 90 .002 30 : 70 .852 50 : 50 .315 90 : 10 .106 100 : 0 .341
90 : 10 Kontrol .869 10 : 90 .000 30 : 70 .085 50 : 50 .010 70 : 30 .106 100 : 0 .592
100 : 0 Kontrol .973 10 : 90 .000 30 : 70 .418 50 : 50 .023 70 : 30 .341 90 : 10 .592
http://lib.unimus.ac.id
86
Lampiran 24. Hasil Analisis Sidik Ragam Organoleptik Kerenyahan
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol 25 4.32 .802 3 6
S_10_90 25 3.12 1.641 1 6
S_30_70 25 3.96 1.241 2 6
S_50_50 25 3.48 1.475 1 6
S_70_30 25 3.28 1.308 1 6
S_90_10 25 3.84 1.248 2 6
S_100 25 4.24 .926 3 6
http://lib.unimus.ac.id
87
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol S_10_90 S_30_70 S_50_50 S_70_30 S_90_10 S_100
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,,b
Mean 4.32 3.12 3.96 3.48 3.28 3.84 4.24
Std. Deviation .802 1.641 1.241 1.475 1.308 1.248 .926
Most Extreme Differences Absolute .295 .193 .239 .188 .225 .230 .362
Positive .295 .193 .161 .188 .225 .230 .362
Negative -.225 -.144 -.239 -.169 -.146 -.144 -.238
Kolmogorov-Smirnov Z 1.475 .963 1.195 .938 1.124 1.148 1.811
Asymp. Sig. (2-tailed) .026 .312 .115 .343 .160 .143 .003
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
http://lib.unimus.ac.id
88
Friedmann Tests
Ranks
Mean Rank
Kontrol 5.00
S_10_90 3.06
S_30_70 4.60
S_50_50 3.38
S_70_30 3.30
S_90_10 3.94
S_100 4.72
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 21.770
df 6
Asymp. Sig. .001
a. Friedman Test
http://lib.unimus.ac.id
89
Post Hoc Tests
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .005 30 : 70 .285 50 : 50 .027 70 : 30 .010 90 : 10 .207 100 : 0 .713
10 : 90 Kontrol .005 30 : 70 .113 50 : 50 .120 70 : 30 .670 90 : 10 .074 100 : 0 .007
30 : 70 Kontrol .285 10 : 90 .113 50 : 50 .301 70 : 30 .019 90 : 10 .681 100 : 0 .425
50 : 50 Kontrol .027 10 : 90 .120 30 : 70 .301 70 : 30 .640 90 : 10 .321 100 : 0 .052
70 : 30 Kontrol .010 10 : 90 .670 30 : 70 .019 50 : 50 .640 90 : 10 .258 100 : 0 .010
90 : 10 Kontrol .207 10 : 90 .074 30 : 70 .681 50 : 50 .321 70 : 30 .258 100 : 0 .333
100 : 0 Kontrol .713 10 : 90 .007 30 : 70 .425 50 : 50 .052 70 : 30 .010 90 : 10 .258
http://lib.unimus.ac.id
90
Lampiran 25. Hasil Analisis Sidik Ragam Organoleptik Aroma
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol 25 4.68 .945 2 6
S_10_90 25 2.88 1.453 1 6
S_30_70 25 3.60 .957 2 5
S_50_50 25 3.68 .852 2 5
S_70_30 25 3.72 1.137 2 6
S_90_10 25 3.88 .881 2 6
S_100 25 4.36 .860 2 6
http://lib.unimus.ac.id
91
Distribution Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol S_10_90 S_30_70 S_50_50 S_70_30 S_90_10 S_100
N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,,b
Mean 4.68 2.88 3.60 3.68 3.72 3.88 4.36
Std. Deviation .945 1.453 .957 .852 1.137 .881 .860
Most Extreme Differences Absolute .273 .168 .215 .326 .203 .246 .252
Positive .207 .168 .215 .234 .203 .246 .188
Negative -.273 -.100 -.182 -.326 -.197 -.234 -.252
Kolmogorov-Smirnov Z 1.363 .838 1.073 1.632 1.014 1.229 1.258
Asymp. Sig. (2-tailed) .049 .483 .200 .010 .255 .097 .085
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
http://lib.unimus.ac.id
92
Friedmann Tests
Ranks
Mean Rank
Kontrol 5.54
S_10_90 2.50
S_30_70 3.60
S_50_50 3.72
S_70_30 3.62
S_90_10 4.10
S_100 4.92
Test Statisticsa
N 25
Chi-Square 36.600
df 6
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
http://lib.unimus.ac.id
93
Post Hoc Tests
( I ) Formulasi ( J ) Formulasi .Sig
Kontrol 10 : 90 .001 30 : 70 .001 50 : 50 .001 70 : 30 .007 90 : 10 .004 100 : 0 .184
10 : 90 Kontrol .001 30 : 70 .028 50 : 50 .028 70 : 30 .021 90 : 10 .006 100 : 0 .001
30 : 70 Kontrol .001 10 : 90 .028 50 : 50 .696 70 : 30 .518 90 : 10 .294 100 : 0 .005
50 : 50 Kontrol .001 10 : 90 .028 30 : 70 .696 70 : 30 .847 90 : 10 .358 100 : 0 .022
70 : 30 Kontrol .007 10 : 90 .021 30 : 70 .518 50 : 50 .847 90 : 10 .636 100 : 0 .012
90 : 10 Kontrol .004 10 : 90 .006 30 : 70 .294 50 : 50 .358 70 : 30 .636 100 : 0 .096
100 : 0 Kontrol .184 10 : 90 .001 30 : 70 .005 50 : 50 .022 70 : 30 .012 90 : 10 .096
http://lib.unimus.ac.id
94
Lampiran 26. Dokumentasi Penelitian
Perendaman Bahan
Pengecambahan
Kecambah Jagung
Pengeringan Kecambah
Kecambah Kedelai
Penimbangan Bahan
http://lib.unimus.ac.id
95
Sereal Kecambah Jagung-Kedelai
Proses Ekstrusi
Uji Organoleptik
Uji Densitas Kamba
Chromameter
Penimbangan Rendemen
http://lib.unimus.ac.id