karakteristik bilah dan buluh bambu gombong dan...

116
KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN MAYAN SATRIA PRAWIRA DIRGA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: vudiep

Post on 15-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

i

i

KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU

GOMBONG DAN MAYAN

SATRIA PRAWIRA DIRGA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

iii

ABSTRACT

Characteristics of Bamboo Strip and Bamboo

Culm on Gombong and Mayan Bamboo 1)

Satria Prawira Dirga, 2)

Naresworo Nugroho, 2)

Effendi Tri Bahtiar

INTRODUCTIONS. The availability of wood raw material for construction

materials is currently experiencing shortages that resulting in a lack of supply to

meet the development needs in the future. One of natural resources that is

promising as a wood substitute material is bamboo. This is because bamboo has

the advantages of a fast growing plant and a relatively short cycle (3-4 years). In

its use in society, bamboo as a construction material is widely used in the form of

whole round (reed). The purpose of this study are: 1) Identify the anatomical

properties providing the types of vascular bonding and vascular vast proportions,

2) To compare the physical and mechanical properties on the nodes and segments

(internodes), 3) To compare the result of mechanical properties of bamboo strips

of Gombong bamboo (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) and Mayan

bamboo (Gigantochloa robusta Kurz.) with bamboo culms, and 4) To know the

relationship between the anatomical properties as an estimation of the mechanical

strength of bamboo.

MATERIALS AND METHOD. Bamboo species that used in the experimen

were gombong bamboo and mayan bamboo those bamboo has been aged 3-4

years, and were cut from bamboo plantations at Dramaga IPB. Preparation the

mechanical properties of bamboo strips test specimen refered to the standard

ASTM D 143-94. While the mechanical properties of bamoo culm test specimen

was based on ISO 22157-1: 2004 that has been modified.

RESULTS AND DISCUSSION. The types of vessels in the Gombong bamboo

had III and IV bond types. Vascular distribution of the bond density of the

Gombong bamboo and Mayan bamboo in the horizontal direction tended to

decrease from the edge to the inside, whereas in the vertical direction had a

tendency to increase from the base to the top. Physical and mechanical properties

of Gombong bamboo and Mayan bamboo on the segment (internode) were better

than the physical and mechanical properties of Gombong bamboo and Mayan

bamboo in the node. Anatomical properties contributing to the stability and

strength was a good indicator in estimating the strength of bamboo.

Recommendation for further research is necessary to the appearance of

microscopic observation and chemical properties of Gombong bamboo and

Mayan bamboo on the nodes and segments bamboo in order to complement the

results of this study. Similar research on different species of bamboo is needed in

order to know the potential diversification of wood to bamboo viewed from

physical and mechanical properties.

Keywords: Bamboo, Gigantochloa verticillata,Gigantochloa robusta,

Mechanical Property.

1). Student of Forest Product Departement, Faculty of Forestry IPB;

2). Lecturer of Forest Product Departement, Faculty of Forestry IPB

E / THH

Page 3: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

iv

RINGKASAN

Satria Prawira Dirga. E24070087. Karakteristik Bilah dan Buluh Bambu

Gombong dan Mayan. Dibimbing Oleh Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Sc dan

Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si.

Ketersediaan bahan baku kayu untuk bahan konstruksi saat ini mengalami

kelangkaan yang mengakibatkan kurangnya pasokan untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan di masa yang akan datang. Salah satu sumberdaya alam yang cukup

menjanjikan sebagai bahan substitusi kayu adalah bambu. Karena bambu

memiliki keunggulan sebagai tanaman cepat tumbuh dan mempunyai daur yang

relatif pendek (3-4 tahun).

Dalam pemakaiannya di masyarakat, bambu sebagai bahan konstruksi

banyak dipakai dalam bentuk bulat utuh (buluh). Sehubungan dengan hal tersebut

diperlukan suatu informasi mengenai sifat fisis dan mekanis bambu agar dapat

digunakan di lapangan. Dengan demikian diperlukan suatu terobosan yang dapat

membantu menetapkan suatu penggunaan bambu secara tepat melalui identifikasi

sifat-sifat dasar buluh bambu dalam penggunaan tertentu. Tujuan dari penelitian

ini adalah : 1.Indentifikasi sifat anatomi berupa tipe ikatan veskuler dan proporsi

luas vaskuler bagian tepi, inti, dan dalam dan pangkal, tengah dan ujung pada

buku (node) dan ruas (internode) bambu gombong dan bambu mayan,

2.Membandingkan sifat fisis dan mekanis buku dan ruas bambu gombong dan

bambu mayan, 3.Membandingkan sifat mekanis bilah bambu gombong dan

mayan dengan buluh utuhnya, 4.Mengetahui hubungan antara sifat anatomi

sebagai pendugaan kekuatan mekanis suatu bambu.

Bambu diujikan sifat anatominya berupa tipe ikatan vaskuler dan proporsi

luas vaskuler, membandingkan sifat fisis dan mekanis pada bagian buku (node)

dan ruas (internode), dan membandingkan nilai hasil pengujian sifat mekanis

dengan buluh utuhnya dari bambu gombong (Gigantochloa verticillata (Willd.)

Munro) dan bambu mayan (Gigantochloa robusta Kurz.). Informasi sifat fisis dan

mekanis bambu apabila digunakan di lapangan dapat dilakukan melalui pengujian

yang mengacu pada standar yang ada yaitu ASTM D 143-94 untuk bilah bambu

dan ISO 22157-1:2004 untuk pengujian buluh utuh (full scale) sehingga bisa

Page 4: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

v

memberikan informasi pada masyarakat dalam pembangunan konstruksi dari

bambu.

Tipe ikatan pembuluh pada bambu gombong memiliki tipe ikatan III dan

IV. Distribusi kerapatan ikatan vaskuler bambu gombong dan bambu mayan pada

arah horizontal cenderung mengalami penurunan dari tepi ke bagian dalam,

sedangkan pada arah vertikal batang cenderung mngalami peningkatan dari

pangkal ke bagian ujung. Sifat fisis dan mekanis bambu gombong dan bambu

mayan pada bagian ruas (internode) cenderung lebih baik dibandingkan sifat fisis

dan mekanis bambu gombong dan bambu mayan pada bagian buku (node). Sifat

anatomi memberikan kontribusi dalam stabilitas kekuatan dan merupakan

indikator yang baik dalam pendugaan kekuatan bambu.

Saran untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengamatan

penampakan mikroskopis dan sifat kimia bambu gombong dan bambu mayan

pada bagian buku dan ruas bambu agar melengkapi hasil penelitian ini. Perlu

dilakukan penelitian serupa terhadap jenis bambu yang berbeda agar diketahui

potensi diversivikasi kayu ke bambu dilihat dari sifat fisis dan mekanisnya.

Kata Kunci : Bambu, bambu gombong, bambu mayan, sifat fisis bambu, sifat

mekanis bambu.

Page 5: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “KARAKTERISTIK

BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN MAYAN” adalah karya

saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2012

Satria Prawira Dirga

NIM E24070087

Page 6: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

ii

KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU

GOMBONG DAN MAYAN

SATRIA PRAWIRA DIRGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 7: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Karakteristik Bilah dan Buluh Bambu Gombong dan

Mayan

Nama Mahasiswa : Satria Prawira Dirga

NIM : E24070087

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.Sc Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, M.Si

NIP. 19650122 198903 1 002 NIP. 19760212 200012 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc

NIP: 19660212 199103 1 002

Tanggal Lulus :

Page 8: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor. Penelitian dengan judul “KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH

BAMBU GOMBONG DAN MAYAN” bertujuan untuk memperoleh informasi

mengenai. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efesiensi dan

efektifitas pemakaian bahan baku bambu sebagai substitusi bahan kayu dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kayu.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang berguna bagi

pemanfaatan bambu. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih perlu

dikembangkan lagi bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga karya

ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Bogor, Mei 2012

Penulis

Page 9: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau pada tanggal 30 November 1989 dari

pasangan Ayahanda Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Sc dan Ibunda Ir. Anneke

Anggraeni, M.Si, Ph.D. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Penulis memulai pendidikan formal di SDN Polisi I pada tahun 1995 dan lulus

pada tahun 2001, kemudian melanjutkan di SMP-IT Nurul Fikri Anyer dan lulus

pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang pendidikan

ke SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor. Penulis kemudian terdaftar sebagai

mahasiswa Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB).

Selama perkuliahan, selain mengikuti kegiatan akademis, penulis juga

berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi anggota organisasi

himpunan profesi mahasiswa (Himpro) DHH yang bernama Himpunan

Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) tahun 2009-2010 sebagai anggota. Pada

tahun 2008 penulis mengikuti kepanitiaan Bina Corps Rimbawan (BCR) dan

menjadi ketua Divisi PDD salah satu acara HIMASILTAN (KOMPAK). Penulis

melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Gunung

Burangrang-Cikeong Jawa Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di hutan

pendidikan Gunung Walat Jawa Barat. Selanjutnya, penulis mengikuti Praktek

Kerja Lapang (PKL) di PT. Barito Pacific, Kalimantan Selatan selama dua bulan

dari bulan Juli hingga bulan Agustus 2011.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “KARAKTERISTIK BILAH

DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN BAMBU MAYAN” dengan

bimbingan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.S dan Efendi Tri Bachtiar, S.Hut, M.Si.

Page 10: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M.S dan Effendi Tri Bachtiar, S.Hut, M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan

memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Ahmad Hadjib, M.S selaku dosen penguji.

3. Bapak Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, M.S selaku dosen moderator.

4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kehutanan IPB.

5. Orang tua tercinta, Bapak Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Sc dan Ibu Ir.

Anneke Anggraeni, M.Si, Ph.D atas semua dukungan dan kasih sayang yang

diberikan, baik moril maupun materil serta doa yang selalu mengalir tanpa

henti kepada penulis.

6. Kakak penulis, Anggi Mayang Sari, S.Si atas semangat dan dukungan serta

doa yang telah diberikan kepada penulis.

7. Hayya Maharatih Tegarini atas doa, bantuan, kasih sayang, semangat dan

dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman THH angkatan 44 terutama kepada Syamsi, Djayus, Harisfan,

Ridho, Renato, Punto, Mardiyanto, Fetri, Dina dan Esi serta seluruh

mahasiswa FAHUTAN angkatan 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu

atas dukungan, semangat dan kerjasamanya selama menempuh kuliah di

Fakultas Kehutanan IPB.

9. Teman-teman satu bimbingan: Azhar Anas dan Ria Leliana. Terima kasih atas

kebersamaan dan bantuannya kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran studi penulis baik selama

kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Mei 2012

Penulis

Page 11: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA4

2. 1. Bambu ......................................................................................................... 4

2.1.1 Potensi Bambu ....................................................................................... 5

2.2 Sifat-sifat Bambu .......................................................................................... 6

2.2.1 Sifat Anatomis Bambu ........................................................................... 6

2.2.2 Sifat Fisis ............................................................................................... 9

2.2.3 Sifat Mekanis ....................................................................................... 11

2.3 Bambu Gombong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) .................. 12

2.4 Bambu Mayan ( Gigantochloa robusta Kurz.) ........................................... 13

BAB III METODOLOGI15

3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 15

3.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 15

3.3.1 Persiapan Bambu ................................................................................. 15

3.3.2 Pembuatan Contoh Uji ......................................................................... 17

3.3.3 Pengujian Contoh Uji ........................................................................... 22

3.4 Analisis Data ............................................................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN28

4. 1 Sifat Anatomi ............................................................................................. 28

Page 12: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xii

4. 1. 1 Bentuk Batang Bambu ....................................................................... 28

4. 1. 2 Tipe Ikatan Vaskuler .......................................................................... 29

4. 1. 3 Distribusi Ikatan Vaskuler ................................................................. 31

4. 2 Sifat Fisis ................................................................................................... 35

4. 2. 1 Kadar Air ........................................................................................... 35

4. 2. 2 Berat Jenis dan Kerapatan .................................................................. 36

4. 3 Sifat Mekanis ............................................................................................. 42

4. 3. 1 Modulus of Elasticity (MOE) ............................................................ 42

4. 3. 2 Modulus of Rupture (MOR) .............................................................. 45

4. 3. 3 Kekuatan Tarik ................................................................................... 48

4. 3. 4 Kekuatan Tekan Sejajar Serat ............................................................ 52

4. 3. 5 Kekuatan Geser Sejajar Serat ............................................................. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN59

5. 1 Kesimpulan ................................................................................................ 59

5. 2 Saran .......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

LAMPIRAN .......................................................................................................... 63

Page 13: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xiii

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Sifat fisis dan mekanis pada lima jenis bambu ................................................. 12

2. Skema pembagian batang bambu ...................................................................... 16

3. Pengukuran dimensi buluh dan taper................................................................ 29

4. Tipe ikatan vaskuler pada Bambu Gombong dan Bambu Mayan .................... 30

5. Pengujian kadar air kering udara pada jenis Bambu Gombong dan Mayan ..... 35

6. Tabel pengujian berat jenis (BJ) ....................................................................... 36

7. Nilai pengujian kerapatan ................................................................................. 37

8. Pengujian statistik KA, BJ dan kerapatan ......................................................... 38

9. Hubungan korelasi antara faktor KA, BJ dan kerapatan ................................... 39

10. Hasil analisa statistik pengujian penyusutan dimensi bambu pada bilah ....... 41

11. Uji korelasi KA, BJ dan penyusutan dimensi ................................................. 42

12. Nilai MOE (kgf/cm2) rata-rata pada jenis Bambu Gombong dan Mayan....... 43

13. Nilai MOR (kgf/cm2) pada Bambu Gombong dan Mayan ............................. 45

14. Uji statistik terhadap pengujian MOE dan MOR pada bilah .......................... 46

15. Korelasi antara nilai KA, BJ, MOE dan MOR pada bilah .............................. 47

16. Hasil pengujian statistik nilai MOE dan MOR pada buluh ............................ 47

17. Korelasi antara nilai MOE, MOR, KA, dan BJ pada buluh ............................ 48

18. Nilai keteguhan tarik sejajar serat (kgf/cm2) pada Bambu Gombong dan

Mayan ............................................................................................................... 48

19. Hasil analisa statistik pada pengujian tarik sejajar serat ................................. 51

20. Hubungan korelasi antara KA, BJ, dan tarik sejajar serat .............................. 52

21. Nilai keteguhan tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada jenis Bambu

Gombong dan Mayan ....................................................................................... 53

22. Hasil analisa statistik pada pengujian tekan sejajar serat bilah ....................... 54

Page 14: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xiv

23. Hasil analisa korelasi antara KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada bilah.......................................................................................................... 55

24. Hasil analisa statistik keteguhan tekan sejajar serat buluh ............................. 55

25. Hasil uji korelasi antara KA, BJ, dan tekan sejajar serat buluh ...................... 56

26. Nilai keteguhan geser sejajar serat (kgf/cm2) ................................................ 56

27. Hasil analisa statistik pengujian keteguhan geser sejajar serat ....................... 57

28. Hasil analisa korelasi antara KA, BJ dan keteguhan geser sejajar serat ......... 58

Page 15: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xv

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Potensi tanaman bambu di Indonesia .................................................................. 6

2. Tipe ikatan vaskuler pada bambu........................................................................ 8

3. Bagan pembagian batang bambu ...................................................................... 15

4. Contoh pengukuran diameter bambu pada setiap (a) ruas dan (b) buku ........... 17

5. Spesimen sifat anatomi ..................................................................................... 18

6. Spesimen KA, BJ, kerapatan dan penyusutan dimensi ..................................... 18

7. Spesimen pengujian pengembangan dimensi ................................................... 19

8. Pengambilan bilah contoh uji MOE dan MOR ................................................. 19

9. Contoh uji MOE dan MOR bilah ...................................................................... 20

10. Pengujian MOE dan MOR full scale .............................................................. 20

11. Contoh uji tekan sejajar serat pada bilah ........................................................ 20

12. Contoh pengujian tekan sejajar pada buluh (a) ruas dan (b) buku .................. 21

13. Contoh uji tarik sejajar serat (a) tampak atas (b) tampak samping ................. 21

14. Contoh uji geser .............................................................................................. 22

15. Bentuk batang bambu Gombong bagian (a) pangkal (b) tengah dan (c)

ujung .............................................................................................................. 28

16. Bentuk batang Bambu Mayan (a) pangkal (b) tengah dan (c) ujung .............. 28

17. a) Ikatan Pembuluh Tipe IV pada bagian pangkal ruas tengah b) Ikatan

Pembuluh Tipe III pada bagian tengah ruas tengah c) Ikatan Pembuluh

Tipe III pada bagian ujung buku tengah ........................................................ 30

18. a) Ikatan Pembuluh Tipe III pada bagian pangkal ruas dalam b) Ikatan

Pembuluh Tipe III pada bagian tengah buku tengah c) Ikatan Pembuluh

Tipe III pada bagian ujung ruas tengah.......................................................... 31

19. (a) Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah horizontal ....... 32

Page 16: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xvi

20. Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan (b)

buku pangkal Bambu Gombong .................................................................... 33

21. Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan (b)

buku pangkal Bambu Mayan ......................................................................... 33

22. (a) Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah vertikal ........... 34

23. Diagram kadar air (%) pada bilah bambu ...................................................... 35

24. Diagram pengujian berat jenis pada ketiga bagian posisi vertikal .................. 37

25. Diagram hasil pengukuran pengujian kerapatan (g/cm3) ................................ 37

26. Nilai (a) penyusutan dan (b) pengembangan dimensi pada Bambu

Gombong dan Mayan ..................................................................................... 40

27. Posisi nilai MOE pada bagian pangkal, tengah dan ujung .............................. 43

28. Diagram elastisitas bilah dan buluh utuh bambu ............................................ 44

29. Diagram nilai MOR pada bagian pangkal, tengah dan ujung ......................... 45

30. Diagram keteguhan tarik sejajar serat ............................................................. 49

31. Contoh uji tarik sejajar serat ........................................................................... 50

32. Contoh kerusakan pada pengujian tarik sejajar serat ...................................... 50

33. Keteguhan tekan sejajar serat .......................................................................... 53

34. Diagram kekuatan geser sejajar serat .............................................................. 56

Page 17: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Data bentuk buluh bambu ................................................................................. 64

2. Tipe ikatan vaskuler pada masing-masing bagian ............................................ 66

3. Pengujian sifat anatomi bambu ......................................................................... 69

4. Data pengujian kadar air (KA) kering udara ..................................................... 70

5. Data pengujian berat jenis (BJ) .......................................................................... 70

6. Data pengujian kerapatan (g/cm3) ..................................................................... 70

7. Output analisa statistik pengujian kadar air (KA) dan berat jenis (BJ) ............. 71

8. Output analisa statistik pengujian susut dimensi .............................................. 74

9. Analisa korelasi pengujian penyusutan volume dengan faktor KA dan BJ ....... 75

10. Data pengujian MOE (kgf/cm2) pada bilah ..................................................... 76

11. Data pengujian MOR (kgf/cm2) pada bilah .................................................... 76

12. Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR pada bilah ....................... 77

13. Analisa korelasi pengujian MOE dan MOE dengan faktor KA dan BJ........... 80

14. Data pengujian MOE (kgf/cm2) pada buluh ................................................... 81

15. Data pengujian MOR (kgf/cm2) pada buluh ................................................... 81

16. Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR pada buluh utuh .............. 82

17. Analisa korelasi pengujian MOE dan MOR buluh dengan faktor KA dan

BJ ................................................................................................................... 85

18. Data pengujian tarik sejajar serat (kgf/cm2) pada bilah .................................. 86

19. Gambar contoh uji tarik terserang oleh kumbang bubuk Anobium sp ............ 87

20 Output analisa statistik pengujian tarik sejajar serat ........................................ 88

21. Analisa korelasi pengujian tarik sejajar serat dengan faktor KA dan BJ ........ 89

22. Data pengujian tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada bilah ................................. 90

23. Output analisa statistik pengujian keteguhan tekan sejajar serat .................... 91

Page 18: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

xviii

24. Analisa korelasi pengujian tekan pada bilah dengan faktor KA dan BJ ......... 92

25. Data pengujian tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada buluh ................................. 93

26. Analisa statistik pengujian keteguhan tekan sejajar pada buluh ..................... 94

27. Analisa korelasi pengujian keteguhan tekan buluh dengan faktor KA dan

BJ ................................................................................................................... 95

28. Data pengujian geser sejajar serat (kgf/cm2) pada buluh ................................ 96

29. Analisa statistik pengujian keteguhan geser sejajar serat ............................... 97

30. Analisa korelasi pengujian keteguhan geser sejajar serat dengan faktor

KA dan BJ ...................................................................................................... 98

Page 19: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini kayu merupakan salah satu bahan baku utama konstruksi.

Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan serta bahan baku industri pada saat ini

cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk,

sedangkan pasokan kayu dari hutan alam tidak dapat mencukupi kebutuhan

tersebut karena eksploitasi hutan yang berlebihan, konversi lahan dan kebakaran

hutan. Pemakaian bahan baku kayu yang berlebihan berdampak terhadap

persediaan jumlah bahan baku berupa kayu untuk industri yang dipasok oleh

hutan alam selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan menyebabkan

jumlah kayu mencapai tingkat kelangkaan. Kelangkaan dan ketergantungan

terhadap kayu yang dipasok oleh hutan alam juga berdampak terhadap

ketersediaan kayu untuk bahan konstruksi, yang mengakibatkan kurangnya

pasokan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah material khusus sebagai bahan subtitusi kayu.

Salah satu sumberdaya alam yang cukup menjanjikan sebagai bahan

substitusi kayu adalah bambu, yang memiliki keunggulan sebagai tanaman cepat

tumbuh dan mempunyai daur yang relatif pendek (3-4 tahun). Menurut Dransfield

dan Widjaja (1995) bambu merupakan salah satu jenis rumput-rumputan yang

termasuk famili Graminae yang berpotensi sebagai bahan baku pengganti kayu

untuk bahan bangunan dan mebel.

Bambu terbagi atas dua bagian yaitu bagian buku (node) dan ruas

(internode). Pada bagian buku diisi oleh diafragma yang membatasi rongga

bambu, diafragma ini menyusun bagian buku. Pada penelitian yang telah

dilakukan didapatkan bahwa kekuatan tertinggi terdapat pada bagian ruas

(internode) (Yap 1967). Dalam pemanfaatanya bambu dikenal sebagai bahan yang

hanya digunakan untuk peralatan sederhana, kerajinan, peralatan rumah-tangga,

dan adapun penggunaan konstruksi “outdoor” seperti jembatan. Bambu sebagai

bahan konstruksi banyak dipakai dalam bentuk bulat utuh (buluh). Sehubungan

dengan hal tersebut diperlukan suatu informasi mengenai sifat fisis dan mekanis

Page 20: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

2

bambu agar dapat digunakan di lapangan, dengan demikian diperlukan suatu

terobosan yang dapat membantu menetapkan suatu penggunaan bambu secara

tepat melalui identifikasi sifat-sifat dasar buluh bambu dalam penggunaan

tertentu.

Informasi sifat fisis dan mekanis bambu apabila digunakan di lapangan

dapat dilakukan melalui pengujian yang mengacu pada standar yang ada yaitu

ASTM D 143-94 untuk bilah bambu dan ISO 22157-1:2004 untuk pengujian

buluh utuh (full scale) sehingga bisa memberikan informasi pada masyarakat

dalam pembangunan konstruksi dari bambu.

Penelitian mengenai sifat-sifat dasar bambu telah banyak dilakukan.

Namun sebagian besar menggunakan contoh uji berupa bilah. Oleh karena itu

diperlukan suatu terobosan konversi sifat-sifat bilah menjadi sifat bambu utuh,

terkait dengan bentuk yang khas yaitu seperti pipa yang disusun secara periodik.

Dalam penelitian yang dilakukan digunakan dua jenis bambu yaitu bambu

gombong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro) dan bambu mayan

(Gigantochloa robusta Kurz) yang biasa digunakan sebagai bahan konstruksi oleh

masyarakat Indonesia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. Indentifikasi sifat anatomi berupa tipe ikatan vaskuler dan proporsi luas

vaskuler bagian tepi, inti, dan dalam serta pangkal, tengah dan ujung pada

buku (node) dan ruas (internode) bambu gombong dan bambu mayan.

b. Membandingkan sifat fisis dan mekanis buku (node) dan ruas (internode)

bambu gombong dan bambu mayan.

c. Membandingkan sifat mekanis bilah bambu gombong dan mayan dengan

buluh utuhnya.

d. Mengetahui hubungan antara sifat anatomi sebagai pendugaan kekuatan

mekanis bambu.

Page 21: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

3

1.3 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi mengenai perbedaan sifat-sifat dasar (anatomi, fisis

dan mekanis) pada bagian buku (node) dan ruas (internode) bambu gombong dan

bambu mayan. Penelitian ini juga sangat penting untuk aplikasi engeneering

karena dapat digunakan untuk menentukan faktor koreksi dari sifat mekanis bilah

ke buluh utuhnya.

Page 22: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Bambu

Bambu merupakan tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Graminaeae

sub-famili Bambusoideae, dari suku Bambuceae. Bambu merupakan rumput-

rumputan berkayu yang tumbuh sangat cepat dibandingkan pohon. Bambu adalah

tumbuhan yang batang-batangnya berbentuk buluh, beruas, berbuku-buku,

berongga, mempunyai cabang, berimpang dan mempunyai daur buluh yang

menonjol (Dransfield dan Widjaja 1995). Selanjutnya, diameter batang bambu

tergantung dari spesiesnya dan lingkungan tempat tumbuh, dengan nilai bervariasi

antara 0,5–20 cm. Besar diameter batang dewasa dapat diketahui dari besar

diameter rebung bambu yang masih muda. Bambu dibagi menjadi bagian-bagian

kecil oleh jaringan lateral, yaitu bagian buku (node) dan ruas (internode). Batang

bambu terdiri atas sel parenkim, serabut dan pembuluh (Liese 1980).

Tanaman bambu di Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian sekitar 3000 m dpl terutama di Jawa, Bali,

Sulawesi Selatan dan Sumatra (Reilingh 1921, Heyne 1950 dalam Sulthoni 1994).

Menurut Widjaja (2001), jumlah bambu di Indonesia terdiri atas 143 jenis, dengan

60 jenis diperkirakan tumbuh di Jawa. Pertumbuhan bambu di hutan alam

mencapai 400 kg/ha/tahun, bahkan di hutan hujan dapat mencapai 4-5 kalinya

apabila dilakukan manajemen pengelolaan yang baik (pengelolaan tanah,

pemupukan, dan penjarangan) serta terlindung dari penggembalaan (Adkoli

1994). Namun, data resmi adanya hutan bambu di Indonesia hampir tidak ada,

kecuali di dua lokasi di Jawa Timur seluas ± 30.000 ha dan di Sulawesi Selatan

seluas ± 25.000 ha (Widjaja 1980).

Selama ini, manfaat terhadap penggunaan bambu telah lama digunakan

untuk keperluan rumah tangga seperti kontainer, sumpit, tikar tenunan, pancing,

kerajinan tangan, dan mebel. Selain itu bambu juga telah banyak digunakan dalam

aplikasi bangunan, seperti lantai, langit-langit, dinding, jendela, pintu, pagar, atap

perumahan, gulungan, kasau dan purlin, bahkan digunakan dalam konstruksi

sebagai bahan struktural untuk jembatan, fasilitas transportasi air dan langit-langit

Page 23: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

5

(Li 2004). Pada umur 1-2 tahun batang bambu cocok dipanen untuk tujuan

produksi pulp dan barang kerajinan tangan. Umur 3 tahun, batang bambu

umumnya cocok dipanen sebagai bahan bangunan, furniture dan industri lainnya.

Menurut Martawijaya (1977) dalam Nandika et al. (1994) 80% bambu di

Indonesia digunakan untuk konstruksi (termasuk mebel), 10% untuk bahan

pembungkus, 5% untuk bahan baku kerajinan (industri kecil), serta 5% untuk

sarana pertanian dan lain-lain.

Janssen (1981) menyatakan bambu mempunyai sifat ramah lingkungan

(tidak terlalu banyak menghabiskan energi) sama seperti kayu, energi

regangannya seefisien baja dan ketahanannya terhadap lendutan serta lengkungan

sebagus kayu terutama saat gempa, mempunyai sifat mekanis lebih baik

dibanding dengan bata, beton, kayu, bahkan baja.

Bambu diperoleh dari tegakan alam dari hasil kegiatan budidaya yang

dilakukan oleh manusia melalui perbanyakan dengan berbagai metode, baik

secara generatif melalui biji dan perbanyakan bambu, maupun secara vegetatif

melalui pemotongan rimpang akar, stek batang, stek cabang, stump batang dalam

rumpun bambu, dan kultur jaringan.

Pemanenan bambu bergantung pada umur, musim, dan bagian yang

digunakan (batang atau rebung). Sulthoni (1987) dalam Dransfield dan Widjaja

(1995) mengatakan pemanenan bambu untuk produksi batang dilakukan selama

musim kemarau atau pada awal musim kemarau untuk mencegah bambu terserang

penggerek. Selama musim kemarau, kandungan pati juga sangat rendah.

Menurut Mc Clure (1953), sifat-sifat yang menentukan kegunaan bambu

adalah rata-rata dimensi batang, keruncingan batang, kelurusan batang, ukuran

dan distribusi cabang, panjang ruas batang, bentuk dan proporsi ruas, proporsi

relatif jaringan yang ada, kerapatan dan kekuatan kayu, serta kemudahan diserang

jamur dan serangga.

2.1.1 Potensi Bambu

Hasil penelitian Darmono (1963) dalam Sulthoni (1994) melaporkan

bahwa rata-rata produksi bambu apus di Jawa Timur adalah 7,5 ton/ha/tahun.

Hasil studi tim Fakultas Kehutanan UGM yang dilaporkan Sulthoni (1994)

menunjukkan taksiran potensi bambu di D.I. Yogyakarta 2.900.000 batang/tahun,

Page 24: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

6

Jawa Barat 14.130.000 batang/tahun, Jawa Tengah 24.730.000 batang/tahun, dan

Jawa Timur 29.950.000 batang/tahun.

Hasil Sensus Pertanian 2003 dalam BPS (2004) menunjukkan bahwa di

Indonesia tercatat sekitar 4,73 juta rumah tangga yang mengusai tanaman bambu

dengan populasi yang dikuasai mencapai 37,93 juta rumpun atau rata-rata

penguasaan per rumah tangganya sebesar 8,03 rumpun. Dari total sebanyak 37,93

juta rumpun tanaman bambu, sekitar 27,88 juta rumpun atau 73,52 persen

diantaranya adalah merupakan tanaman bambu yang siap tebang.

Apabila diamati lebih lanjut pada Gambar 1, seperti halnya tanaman

akasia, tanaman bambu lebih banyak ditanam di Jawa yaitu mencapai 29,14 juta

rumpun atau sekitar 76,83% dari total populasi bambu Indonesia, sedangkan

sisanya sekitar 8,79 juta rumpun (23,17%) berada di luar Jawa. Tanaman bambu

di Jawa terkonsentrasi di tiga propinsi berturut-turut adalah di Jawa Barat

(28,09%), Jawa Tengah (21,59%), dan Jawa Timur (19,38%), sementara di luar

Jawa di Propinsi Sulawesi Selatan (3,69%) (BPS 2004).

Sumber: BPS 2004

Gambar 1 Potensi tanaman bambu di Indonesia.

2.2 Sifat-sifat Bambu

2.2.1 Sifat Anatomis Bambu

Batang bambu tersusun atas sel-sel parenkim yang membentuk jaringan

dasar dan ikatan vaskular (vascular bundle) yang mengandung pembuluh (vessel),

pembuluh tapis (sieve tubes) dan serat/sklerenkim (fibre). Batang bambu terdiri

dari 50% parenkim, 40% serat/sklerenkim dan 10% sel-sel penghubung

28%

22%19%

4%

27%

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sulawesi Selatan

Lainnya

Page 25: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

7

(pembuluh dan pembuluh tapis). Parenkim dan sel-sel penghubung lebih banyak

ditemukan pada bagian dalam batang bambu, sedangkan pada bagian luar batang

persentase serat/sklerenkim lebih tinggi (Liese 1980).

Lebih lanjut, Liese (1980) menyatakan bahwa secara anatomis, bambu

sulit dilalui cairan karena struktur dinding selnya berlapis-lapis serta hanya terdiri

dari serat aksial pada bagian ruas. Bagian terluar batang bambu terbentuk dari

lapisan tunggal sel epidermis, dan sedikit ke bagian dalamnya ditutupi oleh

lapisan sel sklerenkim. Jaringan dasar pada bambu tersusun atas :

a. Parenkim

Jaringan dasar terdiri dari sel-sel parenkim yang pendek, umumnya

memanjang secara vertikal (100 x 20 μm) berbentuk seperti kubus yang saling

menyisip satu dengan lainnya. Sel-sel tipe ini memiliki dinding yang tebal serta

mengalami lignifikasi pada tahap awal pertumbuhan rebungnya. Sel-sel yang

berukuran lebih pendek dicirikan oleh sitoplasma tebal dan berdinding tipis, serta

tidak menunjukkan terjadinya lignifikasi walau batang menjadi dewasa dan

aktifitas sitoplasma tetap berlangsung sepanjang waktu. Sel-sel parenkim saling

berhubungan satu dengan lainnya melalui noktah sederhana berukuran kecil yang

terdapat pada dinding longitudinal (Liese 1980).

b. Ikatan Vaskular

Menurut Dransfield dan Widjaja (1995), ikatan vaskular pada batang

bambu terdiri dari xylem dengan 1–2 elemen protoxylem berukuran kecil dan 2

pembuluh metaxylem berukuran besar (diameter 40–120 μm) dan floem yang

berdinding tipis, pembuluh tapis tidak berlignin yang saling berhubungan untuk

menggabungkan sel-sel. Jaringan floem dan pembuluh metaxylem dikelilingi oleh

selubung sklerenkim. Pada bagian luar batang, ikatan vaskular berukuran kecil

dalam jumlah banyak, sedangkan pada bagian dalam batang berukuran besar

dalam jumlah sedikit. Jumlah ikatan vaskular berkurang dari bagian luar ke

bagian dalam batang bambu, dan dari bawah ke ujung batang.

Lebih lanjut Tamolang et al. (1980) menjelaskan dengan rinci bahwa

ikatan vaskular beragam dalam formulasi (susunan), ukuran, jumlah, dan bentuk.

Bentuk formulasi ikatan vaskular antara lain peripheral, transisional, central, dan

inner. Peripheral memiliki ikatan vaskular berukuran kecil dalam jumlah banyak

Page 26: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

8

yang tersusun secara tangensial, transisional membentuk ikatan yang tidak

sempurna, central membentuk ikatan yang sempurna, sedangkan inner umumnya

berukuran kecil, sederhana, dan sering tidak beraturan.

Menurut Liese dan Groser (1973) dalam Setiadi (2009), pada umumnya jenis

bambu mempunyai ikatan serabut (fibre bundle) yang terpisah pada sisi dalam

atau sisi luar ikatan vaskular pusat. Ada empat tipe ikatan pembuluh (Gambar 2),

yaitu:

Sumber: Liese dan Groser (1973) dalam Setiadi (2009)

Gambar 2 Tipe ikatan vaskuler pada bambu, (a) tipe I, (b) tipe II, (c) tipe III dan

(d) tipe IV.

1) Tipe I, ikatan pembuluh terdiri atas satu bagian yaitu ikatan pembuluh pusat

(central vascular strand) yang hanya didukung oleh jaringan selubung

sklerenkim dan ruang interseluler.

(a) (b)

(c)

(d)

Page 27: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

9

2) Tipe II, ikatan pembuluh terdiri atas satu bagian yaitu ikatan pembuluh pusat

yang hanya didukung oleh jaringan seperti selubung sklerenkim dan selubung

ruang interseluler yang lebih besar dari ketiga tipe lainnya.

3) Tipe III, ikatan pembuluh terdiri atas dua bagian yaitu ikatan pembuluh pusat

dan satu ikatan serabut. Ikatan serabut terletak di sebelah dalam ikatan vaskular

pusat. Selubung ruang interseluler umumnya lebih kecil dari yang lain.

4) Tipe IV, ikatan pembuluh terdiri atas tiga bagian yaitu ikatan pembuluh pusat

dan dua ikatan serabut yang terletak di sebelah dalam dan luar dari ikatan

vaskular pusat.

c. Serat

Serat bambu dicirikan oleh sel-sel sklerenkim yang mengelilingi ikatan

vaskular dan dipisahkan oleh parenkim. Panjang serat sangat beragam tergantung

jenis bambu. Panjang serat bertambah dari bagian luar batang bambu dan

mencapai maksimum pada bagian tengah batang, kemudian makin berkurang

hingga ke bagian dalam batang. Serat terpendek ditemukan disekitar buku

sedangkan serat terpanjang berada di bagian tengah ruas bambu (Dransfield dan

Widjaja, 1995).

Di lain pihak, Liese (1980) menyatakan bahwa serat lebih banyak

ditemukan di sepertiga bagian luar, sedangkan parenkim dan sel-sel penghubung

(conducting cells) lebih banyak ditemukan di sepertiga bagian dalam. Pada arah

vertikal, jumlah serat meningkat dari bagian bawah ke atas, sebaliknya jumlah

parenkim menurun.

2.2.2 Sifat Fisis

Menurut Frick (2004), sifat fisis dan mekanis bambu tergantung pada jenis

bambu, tempat tumbuh, umur bambu, waktu penebangan, kelembaban udara

(kadar air kesetimbangan), dan bagian bambu yang diteliti (pangkal, tengah, atau

ujung serta bagian dalam, atau bagian tepi/luar).

2.2.2.1 Kadar Air

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996) kadar air adalah berat air yang

dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur (BKT). Kadar air

bambu sangat penting karena dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanis bambu.

Page 28: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

10

Kadar air dari bambu dewasa segar berkisar antara 50–99% dan pada bambu

muda berkisar dari 80–150%, sedangkan kadar air bambu pada kondisi kering

udara berkisar antara 12–8%. Kadar air batang bambu meningkat dari bawah ke

atas dan dari umur 1-3 tahun, selanjutnya menurun pada bambu yang berumur

lebih dari 3 tahun. Kadar air meningkat pada musim penghujan jika dibandingkan

dengan musim kemarau (Dransfield dan Widjaja 1995).

Perbedaan kadar air pada musim penghujan dan musim kemarau dapat

mencapai 100%. Selama musim kemarau, bagian atas bambu mengandung hanya

kira-kira 50% air (Yap 1967). Tamolang et al. (1980) menyatakan bambu muda

mengalami penurunan kadar air lebih cepat daripada bambu dewasa selama proses

pengeringan, yang dapat menyebabkan terjadinya pecah atau belah pada batang.

2.2.2.2 Berat Jenis (BJ)

Haygreen dan Bowyer (1996) mendefinisikan berat jenis sebagai

perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat pada kadar air tertentu dan

volume) dengan kerapatan air pada suhu 40ºC.

Menurut Tamolang et al. (1980), BJ bambu cenderung naik ke arah ujung.

Selanjutnya Liese (1980) menyatakan BJ bambu bervariasi dari 0,5–0,8, dengan

bagian luar (bagian tepi dinding batang) dari batang mempunyai BJ lebih besar

dari bagian dalamnya (bagian dalam dinding batang).

Hasil pengukuran BJ bambu menunjukkan BJ bambu pada tiap ruas

bertambah besar dengan bertambahnya ketinggian ruas batang, kemudian nilainya

konstan (Subiyanto et al. 1994). Menurut Brown (1952) dalam Ganie (2008)

pada dasarnya sifat-sifat fisik kayu ditentukan oleh faktor-faktor yang inheren

pada struktur kayu. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi tiga, yaitu :

a. Banyaknya zat dinding sel yang ada pada sepotong kayu.

b. Susunan dan arah mikrofibril dalam sel-sel dan jaringan-jaringan.

c. Susunan kimia zat dinding sel.

Kerapatan adalah perbandingan massa atau berat benda terhadap

volumenya. Berat kayu meliputi berat kayu sendiri, berat zat ekstraktif, berat air

yang konstan, sedangkan jumlah airnya berubah-ubah.

Page 29: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

11

2.2.2.3 Penyusutan Dimensi

Penyusutan adalah penurunan dimensi akibat hilangnya sejumlah air pada

tangan-tangan OH di bawah titik jenuh serat. Tidak seperti kayu, bambu langsung

menyusut setelah dipanen, tetapi tidak berlangsung seragam. Penyusutan

dipengaruhi oleh tebal dinding dan diameter batang bambu (Liese 1985).

Pengeringan bambu dewasa segar hingga kadar air 20% menyebabkan penyusutan

sebesar 4–14% pada tebal dinding dan 3–12% pada diameternya. Sebaliknya,

pengembangan merupakan proses saat air memasuki struktur dinding sel

(Haygreen dan Bowyer 1996). Menurut Prawiroatmodjo (1976) dalam Ganie

(2008), perubahan dimensi bambu tidak sama dari ketiga arah stuktur radial,

tangensial dan longitudinal sehingga bambu bersifat anisotropis. Angka

pengerutan total untuk kayu atau bambu normal berkisar antara 4,5% - 14% dalam

arah radial (tebal), 2,1% - 8,5% dalam arah tangensial (lebar) dan 0,1% - 0,2%

dalam arah longitudinal (panjang). Perbedaan penyusutan antara bagian dalam

dengan bagian luar dinding batang bambu sangat besar. Penyusutan pada arah

longitudinal kurang dari 0,5% (Dransfield dan Widjaja 1995).

2.2.3 Sifat Mekanis

Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan kekuatan dan ketahanan

terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sebagai sifat-sifat mekanis.

Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban/gaya yang

mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya

bahan yang dimanfaatkan, terpuntir atau terlengkungkan oleh beban yang

mengenainya.

Sifat kekuatan meningkat dengan adanya penurunan kadar air dan

berhubungan erat dengan berat jenis (Dransfield dan Widjaja 1995). Kekuatan

maupun kekakuan kayu akan naik dengan semakin besarnya berat jenis (Haygreen

dan Bowyer 1993).

Umur bambu, kondisi bambu, kadar air, bentuk dan ukuran contoh uji,

berbuku atau tidaknya, posisi dalam batang, dan lama pembebanan sangat

mempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu (Janssen 1980 dalam Kurniawan

2002).

Page 30: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

12

Lebih dalam, Janssen (1981) menyatakan kekuatan mekanis sangat

bergantung pada lapisan sklerenkim yang merupakan jaringan berdinding tebal

dan kuat terdiri dari sel-sel dewasa yang telah mati. Hal ini sejalan dengan Liese

(1980) yang menyatakan bahwa sifat mekanis bambu lebih ditentukan oleh

keberadaan ikatan vaskulernya (dimana sklerenkim terdapat didalamnya) dan

bukan pada parenkim.

Selain itu, kekuatan mekanis juga dipengaruhi oleh kulit buluh yang

mengandung silika, kehadiran silika meningkatkan kekuatan. Dransfield dan

Widjaja (1995) menyatakan kandungan silika batang bambu umumnya lebih

tinggi dari kayu sebesar sekitar 0,5-4,0 %.

Di samping itu, jenis bambu yang berbeda akan memberikan sifat mekanis

yang meliputi keteguhan lentur, keteguhan tarik dan keteguhan tekan yang

berbeda pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syafi’i (1984)

seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Sifat fisis dan mekanis pada lima jenis bambu

Sifat yang diuji Jenis Bambu

Betung Gombong Kuning Tali Sembilang

1. BJ 0,61 0,55 0,52 0,65 0,71

2. Susut volume (%)

Basah – Kering Udara 10,62 12,36 11,29 12,45 11,05

Kering Udara – Kering Tanur 4,99 4,96 4,74 4,60 4,49

Susut tebal (%)

Basah – Kering Udara 6,02 7,94 4,31 5,83 3,04

Kering Udara – Kering Tanur 4,30 5,75 5,47 5,32 7,03

Susut lebar (%)

Basah – Kering 4,81 6,58 3,19 6,30 2,48

Kering Udara – Kering Tanur 4,83 5,96 4,19 3,60 7,57

3. MOR (kg/cm2) 1.638 1.356 1.148 -*) 627

4. MOE(kg/cm2) 131.192 98.294 76.205 -*) 143.207

5. Tekan sejajar serat(kg/cm2) 605 521 455 -*) 627

6. Tekan tegak lurus serat(kg/cm2) 2.127 1.914 1.322 2.004 1.907

Sumber: Syafi’i (1984)

2.3 Bambu Gombong (Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro)

Menurut Dransfield dan Widjaja (1995), bambu andong atau bambu

gombong memiliki sinonim antara lain Gigantochloa pseudoarundinaceae

(Steudel) Widjaja, Bambusa pseudoarundinaceae Steudel dan Gigantochloa

Page 31: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

13

maxima Kurtz, dan memiliki nama daerah berupa Pring Sunda, Awi Andong

(Sunda), Buluh Batuang Danto (Padang, Sumatera). Sastrapradja et al. (1980)

mengemukakan bambu andong mempunyai buluh yang berwarna hijau kekuning-

kuningan dengan garis-garis kuning yang sejajar dengan buluhnya dengan rumpun

yang tidak terlalu rapat. Daerah asalnya diduga Malaya Utara dan Burma.

Perbanyakannya dilakukan dengan akar rimpang atau potongan buluhnya. Bambu

andong perkembangbiakannya cukup cepat. Bambu andong terutama terdapat

pada daerah-daerah yang beriklim kering dengan ketinggian 0 sampai 700 m dpl.

Lebih lanjut Dransfield dan Widjaja (1995) menyatakan bambu andong dapat

tumbuh pada tanah lempung berpasir atau tanah berlumpur (alluvial) pada

ketinggian hingga 1.200 m dpl dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2.350–

4.200 mm dan suhu rata-rata 20–32 oC.

Dransfield dan Widjaja (1995) menyatakan di Indonesia bambu andong

yang tumbuh pada lereng bukit (pada ketinggian 500 m dengan curah hujan

tahunan sebesar 4.200 mm) lebih kuat (memiliki berat jenis yang lebih tinggi,

kekuatan tarik dan lentur yang lebih tinggi) dibandingkan batang bambu yang

tumbuh pada daerah lembah. Bambu andong berbentuk simpodial, tinggi batang

7-30 m, dengan diameter sekitar 5-13 cm, dengan tebal dinding mencapai 2 cm,

panjang ruas lebih dari 40-45 atau kurang dari 60 cm.

Dimensi serat bambu andong meliputi : panjang 2,75-3,27 mm, diameter

24,55-37,97 μm, jumlah serat meningkat sekitar 10% dari bawah (pangkal) ke atas

(ujung) batang bambu. Berat jenis berkisar dari 0,5-0,7 (bagian ruas) dan 0,6-0,8

(bagian buku). Modulus elastisitas sebesar 19.836-29.177 kgf/cm2, modulus patah

sebesar 174-211 kgf/cm2, keteguhan tarik 130-195 kgf/cm

2.

2.4 Bambu Mayan ( Gigantochloa robusta Kurz.)

Bambu Mayan disebut juga awi mayan (Sunda) atau pring serit (Jawa)

merupakan jenis bambu yang banyak ditanam di daerah tropis yang lembab dan

kering. Bambu mayan mempunyai rumpun yang simpodial, padat dan tegak.

Bambu mayan mempunyai rebung hijau muda tertutup bulu coklat hingga hitam.

Buluh bambu lurus dan tingginya mencapai 20 meter. Percabangannya terletak

jauh di atas permukaan tanah, satu cabang lateral lebih besar daripada cabang

lainnya, ujungnya melengkung. Bulu coklat ini melekat hingga buluh menjadi tua,

Page 32: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

14

ruas panjangnya mencapai 40 cm, diameternya mencapai 7-9 cm, sedangkan

untuk ketebalan dindingnya mencapai 1,8 cm. Pelepah buluh tertutup bulu hitam,

mudah luruh pada buluh tua, sedangkan pada buluh muda pelepah masih melekat

terutama di bagian pangkal buluh, kuping pelepah buluh membulat dengan bulu

kejur yang mencapai 5 mm; ligulannya menggerigi dengan tinggi 1 mm dengan

bulu kejur yang panjangnya 3 mm.

Buluh bambu mayan banyak digunakan sebagai tempat air dan juga dapat

dimanfaatkan sebagai alat musik tradisional. Selain itu industri bambu juga

memanfaatkan buluh bambu mayan untuk industri sumpit.

Page 33: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

15

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang

bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan

Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan elektronik,

desikator, oven, kaliper, mikroskop, UTM (Universal Testing Machine) merk

Instron, gergaji, mesin gergaji circular saw. Bahan baku yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan jenis bambu gombong (Giganthocloa verticillata

(Willd.) Munro) dan bambu mayan (Gigantochloa robusta Kurz.) yang berusia

sekitar 3-4 tahun berasal dari Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Persiapan Bambu

Bambu yang digunakan adalah bambu gombong dan bambu mayan dengan

panjang sekitar >10 m. Dari masing-masing jenis bambu dilakukan pengulangan

sebanyak 3 batang. Dari keseluruhan batang bambu disamakan panjangnya

sepanjang 9 meter. Kemudian bambu dibagi menjadi 3 bagian dengan panjang 3

meter yang dikelompokan sebagai bagian pangkal, tengah dan ujung seperti yang

terlihat pada Gambar 3.

Pengelompokan batang bambu menjadi pangkal, tengah dan ujung dilakukan

kearah vertikal batang yang dinotasikan dengan perbedaan posisi vertikal.

Selanjutnya masing-masing bagian dibagi lagi menjadi tiga bagian dengan

Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

Page 34: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

16

panjang 1 m. Setelah itu dilakukan dengan pembuatan contoh uji dari masing-

masing bagian (Tabel 2).

Tabel 2 Skema pembagian batang bambu

No Kode

Bilah Bambu Buluh Utuh

Anatomi, KA, BJ, Kerapatan,

Kembang, Penyusutan, MOE,

MOR, Tekan, dan Tarik

Geser Tekan MOE

dan

MOR Buku Ruas Buku Ruas Buku Ruas

1 P1 A X

2 P2 A X X

3 P3 A X X X X

4 T1 A X X X X

5 T2 A X X

6 T3 A X

7 U1 A X

8 U2 A X X

9 U3 A X X X X

10 P1 B X X X X

11 P2 B X X

12 P3 B X

13 T1 B X

14 T2 B X X

15 T3 B X X X X

16 U1 B X X X X

17 U2 B X X

18 U3 B X

19 P1 C X

20 P2 C X X

21 P3 C X X X X

22 T1 C X X X X

23 T2 C X X

24 T3 C X

25 U1 C X

26 U2 C X X

27 U3 C X X X X

Dengan angka di belakang kode sebagai jumlah ulangan ke-i

Bagian pangkal tengah (P2), tengah tengah (T2), dan ujung tengah (U2) dilakukan

pembuatan contoh uji bilah dengan pengelompokan buku (node) dan ruas

(internode) yang dinotasikan dengan perbedaan lokasi. Pembuatan contoh uji

bilah dilakukan dalam beberapa pengamatan yaitu : struktur anatomi, pengukuran

KA, BJ, kerapatan, penyusutan dimensi, pengembangan dimensi, Modulus of

Keterangan:

P1 : Bambu pangkal bagian pangkal

P2 : Bambu pangkal bagian tengah

P3 : Bambu pangkal bagian ujung

T1 : Bambu tengah bagian pangkal

T2: Bambu tengah bagian tengah

T3 : Bambu tengah bagian ujung

U1 : Bambu ujung bagian pangkal

U2 : Bambu ujung bagian tengah

U3 : Bambu ujung bagian ujung

Page 35: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

17

Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR), kekuatan tekan dan kekuatan

tarik sejajar serat. Bambu yang tesisa dipisahkan kembali untuk dilakukan

pembuatan contoh uji buluh yang meliputi: kekuatan tekan sejajar serat, kekuatan

geser sejajar serat pada bagian buku (node) dan bagian ruas (internode) dan

pengujian MOE dan MOR.

3.3.2 Pembuatan Contoh Uji

Pembuatan contoh uji sifat anatomi mengacu pada Pedoman Penuntun

Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu yang disusun oleh Pandit (1991) dalam

Nuryatin (2000), sedangkan sifat fisis berdasarkan penelitian terdahulu (Sharma

dan Mehra dalam Syafi’i 1984). Contoh uji sifat mekanis pada bilah bambu

mengacu pada standar ASTM D 143-94. Sedangkan contoh uji sifat mekanis pada

buluh utuh penelitian ini berdasarkan pada ISO 22157-1: 2004 yang dimodifikasi.

3.3.2.1 Contoh Uji Sifat Anatomi

3.3.2.1.1 Pengamatan Penampakan Makroskopis

Penelitian sifat dasar ini dilakukan untuk bambu layak tebang. Pengamatan

dilakukan terhadap penampakan makroskopis bambu dari pangkal sampai ujung.

Variabel yang diukur antara lain:

a. Diameter bambu diukur pada setiap buku dan ruas

Keterangan:

Du : Diameter tepi luar bambu pada ujung spesimen (mm)

du : Diameter tepi dalam bambu pada ujung spesimen (mm)

Dp : Diameter tepi luar bambu pada pangkal spesimen (mm)

dp : Diameter tepi dalam bambu pada pangkal spesimen (mm)

Gambar 4 Contoh pengukuran diameter bambu pada setiap (a) ruas dan (b)buku.

Page 36: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

18

Pengukuran diameter bambu dilakukan langsung terhadap batang bambu utuh.

Pengukuran menggunakan alat kaliper, besar diameter yang dicatat meliputi

diameter luar bambu dan diameter dalam bambu. Diameter bambu yang diukur

meliputi diameter bambu dengan buku dan tanpa buku (ruas).

3.3.2.1.1 Sayatan penampang distribusi ikatan vaskular

Contoh uji sifat anatomi berukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm)

seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Spesimen sifat anatomi.

3.3.2.2 Contoh Uji Sifat Fisis

3.3.2.2.1 Pengujian KA, BJ, Kerapatan dan Susut Dimensi Bambu

Pembuatan contoh uji KA, BJ, kerapatan dan susut bambu menggunakan

contoh uji dengan ukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm) ( Gambar 6).

Gambar 6 Spesimen KA, BJ, kerapatan dan penyusutan dimensi.

Pengujian dilakukan terhadap KA, BJ, kerapatan dan susut dimensi dengan

perbedaan lokasi (buku dan ruas).

3.3.2.2.2 Pengujian Pengembangan Dimensi

Pengujian pengembangan dimensi menggunakan contoh uji dengan ukuran

4 cm x 2 cm x tebal bambu (cm) dengan ilustrasi pada Gambar 7.

Tebal bambu (cm)

2 cm

3 cm

Page 37: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

19

Gambar 7 Spesimen pengujian pengembangan dimensi.

Sama seperti pengujian KA, BJ, Kerapatan dan susut dimensi, pengujian terhadap

kembang dimensi juga dilakukan dengan perbedaan lokasi (buku dan ruas).

3.3.2.3 Contoh Uji Sifat Mekanis

3.3.2.3.1 Pembuatan Contoh Uji MOE dan MOR

Bilah bambu untuk setiap spesimen diambil dari bagian ruas dan bukunya.

Spesimen untuk pengujian contoh uji bilah bambu utuh (full scale) diambil dari

bilah bambu utuh dengan panjang 100 cm, sehingga dalam setiap spesimen

terdapat bagian buku bambu. Contoh uji MOE dan MOR pada bilah bambu

berukuran 30 cm x 2 cm x tebal bambu (cm) seperti diilustrasikan pada Gambar 8

dan 9, sedangkan contoh uji MOE dan MOR pada buluh utuh yang seharusnya

berukuran tebal (diameter) dan panjang 15 kali diameter (± 150 cm), namun

dikarenakan panjang contoh uji tidak mencukupi, maka panjang contoh uji MOE

dan MOR pada buluh utuh dibuat menjadi 100 cm seperti pada Gambar 10.

Gambar 8 Pengambilan bilah contoh uji MOE dan MOR.

Tebal bambu

2 cm

4 cm

bagian ruas bambu

bagian buku bambu

Page 38: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

20

Gambar 9 Contoh uji MOE dan MOR bilah.

Gambar 10 Pengujian MOE dan MOR full scale.

3.3.2.3.2 Contoh Uji Tekan Sejajar Serat

Contoh uji tekan sejajar serat pada bilah berukuran 3 cm x 2 cm x tebal

bambu (cm), sedangkan contoh uji pada buluh utuh berbentuk tabung dengan

tinggi = diameter bambu.

Gambar 11 Contoh uji tekan sejajar serat pada bilah.

Pada pengujian ini contoh uji buluh utuh terjadi modifikasi pada contoh

uji. Hal ini disebabkan alat UTM merk Instron hanya mampu memberi beban

maksimal kurang dari 5.000 kgf, sedangkan beban maksimal yang bisa ditahan

buluh utuh lebih dari 5.000 kgf.

Page 39: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

21

Gambar 12 Contoh uji pengujian tekan sejajar pada buluh (a) ruas dan (b) buku.

3.3.2.3.3 Pembuatan Contoh Tarik Sejajar Serat

Contoh uji tarik sejajar serat didasarkan pada ASTM D 143 – 52. Contoh

uji tarik sejajar serat dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Contoh uji tarik sejajar serat (a) tampak atas (b) tampak samping.

3.3.2.3.4 Contoh Uji Geser Sejajar Serat

Pada pengujian ini, contoh uji geser sejajar serat dimodifikasi. Hal ini

dikarenakan ketidaktersediaan alat. Sehingga contoh uji geser sejajar serat dibagi

menjadi 2. Contoh uji geser sejajar serat dapat dilihat pada Gambar 14.

10,133 cm 9,49 cm 6,33 cm 9,49 cm 10,133 cm

0,949 cm

0,474 cm 0,633 cm

10,133 cm 10,133 cm 9,49 cm 9,49 cm 6,33 cm

tebal

bambu

25,33 cm

(a)

(b)

Page 40: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

22

Gambar 14 Contoh uji geser sejajar serat.

3.3.3 Pengujian Contoh Uji

3.3.3.1 Sifat Anatomi Bambu

Contoh uji berukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm), baik bagian buku

ataupun ruas, disayat bagian cross sectionnya, kemudian diletakkan di atas

mikroskop. Sampel diamati dengan mikroskop perbesaran 10 kali, kemudian

difoto dengan software Motic Images Plus 2.0 ML yang sudah terinstal di

komputer.

Pengukuran yang dilakukan pada uji anatomi antara lain penentuan tipe

ikatan vaskuler bundel, jumlah vaskuler bundel/mm2, dan proporsi luas vaskuler

bundel pada arah horizontal (tepi, inti dan dalam) dan arah vertikal (pangkal,

tengah, dan ujung). Vaskular bundel yang terdapat pada sampel dihitung

jumlahnya dan diukur diameternya. Perhitungan dilakukan pada arah horizontal,

yaitu bagian tepi (dekat kulit), inti dan dalam, sedangkan pengukuran diameter

hanya diambil sebagian. Pengukuran diameter dilakukan untuk menghitung

luasnya dengan menggunakan rumus luas lingkaran. Hal ini dilakukan pada arah

vertikal (bagian pangkal, tengah dan ujung).

3.3.3.2 Sifat Fisis Bambu

a. Kadar Air

Contoh uji KA berukuran 3 x 2 x tebal bambu, ditimbang beratnya (BB)

dengan timbangan digital, selanjutnya dioven pada suhu 103 ± 2 oC hingga

mencapai berat konstan. Setelah pengovenan contoh uji diletakan dalam desikator

1,27 cm

5,06 cm

6,33 cm

Page 41: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

23

hingga suhunya mencapai suhu ruangan, selanjutnya diukur berat kering tanurnya

(BKT). Nilai kadar air (KA) ini dihitung menggunakan rumus:

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 % =𝐵𝐵 − 𝐵𝐾𝑇

𝐵𝐾𝑇 × 100

Keterangan :

BB = Berat basah (g)

BKT = Berat kering tanur (g)

b. Berat Jenis

Penentuan berat jenis bambu tali dan ampel dilakukan dengan contoh uji

berukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm). Contoh uji diukur dimensi panjang,

lebar dan tebal, kemudian dioven pada suhu 103 ± 2 oC hingga beratnya konstan,

lalu ditimbang berat kering tanur (BKT). Berat Jenis dihitung berdasarkan rumus :

𝐵𝐽 =𝐵𝐾𝑇

𝑝 × 𝑙 × 𝑡 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟

Keterangan :

BJ = Berat jenis

BKT = Berat kering tanur (g)

p = Panjang contoh uji (cm)

l = Lebar contoh uji (cm)

t = Tebal contoh uji (cm)

ρ air = 1 g/cm3

c. Kerapatan

Penentuan Kerapatan bambu tali dan ampel dilakukan dengan contoh uji

berukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm). Contoh uji tersebut ditimbang pada

keadaan kering udara (BKU), kemudian diukur dimensi panjang, lebar dan tebal.

Kerapatan dihitung berdasarkan rumus :

Kerapatan (g/cm3) =𝐵𝐾𝑈

𝑝 × 𝑙 × 𝑡

Keterangan :

Kr = Kerapatan (g/cm3)

BKU = Berat kering udara (g)

p = Panjang contoh uji (cm)

l = Lebar contoh uji (cm)

t = Tebal contoh uji (cm)

Page 42: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

24

d. Penyusutan Dimensi

Contoh uji diukur dimensi lebar (L1) dan tebal (T1) dalam keadaan kering udara

dengan kaliper. Kemudian dioven pada suhu 103 ± 2 oC hingga beratnya konstan,

lalu diukur kembali dimensi lebar (L2) dan tebal (T2).

𝑆𝑇 =𝑇1 − 𝑇2

𝑇2𝑥 100% 𝑆𝐿 =

𝐿1 − 𝐿2

𝐿2𝑥 100%

Keterangan :

ST = Susut dimensi tebal (%)

T1 = Tebal saat BKU (cm)

T2 = Tebal saat BKT (cm)

SL = Susut dimensi lebar (%)

T1 = Lebar saat BKU (cm)

T2 = Lebar saat BKT (cm)

e. Pengembangan Dimensi

Contoh uji diukur dimensi tebal (T1) dan lebar (L1) dalam keadaan kering

udara dengan kaliper. Selanjutnya dilakukan perendaman selama 7 x 24 jam (satu

minggu). Setelah direndam, dimensi tebal (T2) dan lebar (L2) diukur kembali.

Nilai pengembangan dihitung menggunakan rumus :

𝑃𝑇 =𝑇2 − 𝑇1

𝑇1𝑥100% 𝑃𝐿 =

𝐿2 − 𝐿1

𝐿1𝑥100%

Keterangan :

PT = Pengembangan dimensi tebal (%)

T1 = Tebal saat kering udara (cm)

T2 = Tebal setelah perendaman (cm)

PL = Pengembangan dimensi lebar (%)

L1 = Lebar saat kering udara (cm)

L2 = Lebar setelah perendaman (cm)

3.3.3.3 Sifat Mekanis Bambu

a. Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR)

Pengujian ini dilakukan menggunakan UTM merk Instron. Sebelum

dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan pengukuran dimensi panjang,

lebar dan tebal. Laju pembebanan tidak melebihi 6 mm per menit. Nilai MOE

MOR pada contoh kecil dapat dihitung menggunakan rumus:

𝑀𝑂𝐸 = 𝛥𝑃𝐿3

4𝛥𝑌𝑏𝑕3 𝑀𝑂𝑅 =

3 𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿

2𝑏𝑕2

Page 43: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

25

Nilai MOE MOR pada contoh bambu utuh dapat dihitung menggunakan rumus:

𝑀𝑂𝐸 = 𝛥𝑃𝐿3

12𝛥𝑦𝜋(𝑅4 − 𝑟4) 𝑀𝑂𝑅 =

𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 𝐿 𝑅

𝜋(𝑅4 − 𝑟4)

Keterangan :

MOE = Keteguhan lentur (kgf/cm2)

MOR = Keteguhan patah (kgf/cm2)

∆P = Selisih beban (kgf)

∆y = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)

Pmaks = Beban maksimum (kgf)

L = Panjang bentang (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

π = 3,14

R = Jari-jari luar (cm)

r = jari-jari dalam (cm)

b. Keteguhan Tekan Sejajar Serat (τtk)

Contoh uji kecil berukuran 3 cm x 2 cm x tebal bambu (cm). Lalu dicari

luas penampang cross sectionnya dengan mengalikan lebar dan tebal bambu.

Sedangkan pada pengujian tekan buluh, contoh uji seperti terlihat pada Gambar 6

(c) dan 6 (d). Contoh uji diambil dari bambu bulat yang dibelah empat. Untuk

menghitung besar keteguhan tekan sejajar serat menggunakan rumus:

𝜏𝑡𝑘//𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔𝑓

𝑐𝑚2 =

𝑃

𝐴

Keterangan:

τtk// = Keteguhan tekan sejajar serat (kgf/cm2)

P = Beban tekan maksimum (kgf)

A = Luas penampang (cm2)

c. Keteguhan Tarik Sejajar Serat (τtr//)

Bambu dibentuk seperti Gambar 13. Lalu dicari luas penampang

terkecilnya dengan mengalikan tebal terkecil dan lebar terkecil. Untuk

menghitung besar keteguhan tarik sejajar serat menggunakan rumus:

𝜏𝑡𝑟//𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑔𝑓

𝑐𝑚2 =

𝑃

𝐴

Keterangan:

τtr// = Keteguhan tarik sejajar serat (kgf/cm2)

P = Beban tarik maksimum (kgf)

A = Luas penampang terkecil (cm2)

Page 44: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

26

d. Keteguhan Geser Sejajar Serat (σ//)

Bambu dibentuk seperti Gambar 14. Lalu dicari luas penampangnya

dengan mengalikan tebal bambu dan a (a =2

3 x tinggi). Untuk menghitung besar

keteguhan geser sejajar serat menggunakan rumus:

σ// =P

A

Keterangan:

σ// = Keteguhan geser sejajar serat (kgf/cm2)

P = Beban tarik maksimum (kgf)

A = Luas penampang terkecil (cm2)

3.4 Analisis Data

Peubah yang diamati dalam penelitian terdiri atas sifat anatomi, sifat fisis

dan sifat mekanis. Sifat anatomi yang terdiri atas kerapatan ikatan pembuluh, luas

ikatan pembuluh, persentase ikatan pembuluh dideskripsikan mengunakan

software Microsoft Excel 2007 berdasarkan jenis bambu (gombong dan mayan),

posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung) dan perbedaan lokasi (ruas dan buku).

Pengujian statistik terhadap sifat fisis terdiri dari Kadar Air (KA), Berat Jenis

(BJ), Kerapatan dan sifat mekanis yang terdiri dari MOE, MOR, tarik sejajar

serat, tekan sejajar serat, dan geser sejajar serat dilakukan menggunakan prosedur

Generalized Linear Model (GLM) menggunakan SAS software versi 9.1 dengan

tiga faktor, yaitu jenis bambu (gombong dan mayan), posisi vertikal (pangkal,

tengah, dan ujung) dan lokasi (ruas dan buku).

Pengujian statistik terhadap MOE dan MOR pada buluh dilakukan

menggunakan prosedur GLM menggunakan SAS software versi 9.1 dengan dua

faktor, yaitu jenis bambu (gombong dan mayan), posisi vertikal (pangkal, tengah,

dan ujung). Model rancangan acak lengkap menggunakan tiga faktor disajikan

sebagai berikut :

Yijkl = μ + αi + βj + γk + αβij + αγik + βγjk + αβγijk + εijkl

Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada jenis ke-i,posisi vertikal ke-j, dan lokasi ke-k

μ = Rataan umum

α = Pengaruh aditif dari jenis bambu ke-i

β = Pengaruh aditif dari posisi vertikal ke-j

γ = Pengaruh aditif dari lokasi ke-k

ε = Galat eror

Page 45: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

27

Pengujian korelasi peubah yang diamati dilakukan menggunatan Minitab

software versi 14 dengan persamaan sebagai berikut :

𝑟 =𝛴𝑋𝑌 −

𝛴𝑋 (𝛴𝑌)𝑛

𝛴𝑋2 − 𝛴𝑋 2

𝑛 𝛴𝑌2 −

𝛴𝑌 2

𝑛

Dimana :

r = Nilai koefisien korelasi

X = Nilai pengamatan peubah X

Y = Nilai pengamatan peubah Y

Page 46: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

28

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Sifat Anatomi

4. 1. 1 Bentuk Batang Bambu

Bambu gombong (G. verticillata) dan bambu mayan (G. robusta)

termasuk kedalam genus yang sama yaitu Genus Gigantochloa. Pada umumnya

bambu dengan Genus Gigantochloa memiliki batang yang dapat tumbuh besar

sehingga disebut sebagai bambu raksasa. Gambaran tentang bentuk batang bambu

disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Bentuk batang Bambu Gombong bagian (a) pangkal (b) tengah dan

(c) ujung.

Gambar 16 Bentuk batang Bambu Mayan bagian (a) pangkal (b) tengah dan

(c) ujung.

(a) (b) (c)

(b) (a) (c)

Page 47: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

29

Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Seperti halnya pada

kayu bentuk batang bambu terdapat perbedaan diameter pada bagian pangkal dan

ujungnya yang disebut taper. Batang bambu memiliki buku (node) yang

memisahkan anatara ruas (internode) yang satu dengan ruas lainnya. Pengukuran

dimensi buluh dan taper disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengukuran dimensi buluh dan taper

Jenis Posisi

Dimensi Taper

Diameter

(cm)

Jarak Antar

Buku (cm) Dalam Luar

Gombong

Pangkal 9,97 36,74 0,0055 0,0018

Tengah 9,05 43,21 0,0066 0,0017

Ujung 7,93 40,35 0,0053 0,0066

Mayan

Pangkal 9,25 39,17 0,0037 0,0014

Tengah 9,31 53,86 0,0051 0,0010

Ujung 7,90 45,02 0,0041 0,0060

Dilihat berdasarkan hasil pengamatan kedua jenis bambu memiliki

diameter yang hampir sama besar. Kecendrungan kesamaan dimensi tidak hanya

ditemukan dari diameternya saja, begitu juga dengan tebal dinding yang terdapat

pada masing-masing jenis bambu memiliki nilai tebal dinding yang hampir sama

besar. Bambu mayan memiliki nilai jarak antar buku yang lebih panjang daripada

bambu gombong.

Dari Tabel 3 diperoleh hasil pada bagian pangkal dan tengah bambu

gombong memiliki nilai taper yang lebih besar dibandingkan bambu mayan.

Sedangkan pada bagian ujung bambu mayan memiliki nilai taper yang lebih besar

daripada bambu gombong. Besar nilai taper erat kaitanya terhadap bentuk suatu

batang menyerupai bentuk kerucut. Semakin besar nilai taper maka semakin tidak

silindris suatu batang bambu mendekati bentuk kerucut. Nilai taper juga berguna

dalam pendugaan suatu volume batang.

4. 1. 2 Tipe Ikatan Vaskuler

Pengamatan berupa tipe ikatan vaskuler dilakukan pada arah horizontal

dan vertikal. Hasil pengamatan anatomi berupa tipe ikatan vaskuler dengan

mikroskop terhadap penampang melintang bambu gombong dan bambu mayan

pada bagian pangkal, tengah dan ujung dapat disajikan pada Tabel 4.

Page 48: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

30

Tabel 4 Tipe ikatan vaskuler pada Bambu Gombong dan Mayan

Jenis

Bambu

Bagian

Horizontal

Bagian Vertikal

Pangkal Tengah Ujung

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

Gombong

Tepi III III III III III III

Inti III dan IV III III III III IV

Dalam IV III III III III IV

Mayan

Tepi III III III III III III

Inti III III III IV III III dan IV

Dalam III III III IV III III dan IV

Pola ikatan vaskuler bambu gombong pada bagian pangkal ruas memiliki

dua tipe ikatan vaskuler berbeda, bagian tepi memiliki pola ikatan tipe III, bagian

inti memiliki pola ikatan peralihan dari tipe III ke tipe IV, dan bagian dalam

memiliki pola ikatan tipe IV. Sedangkan pola ikatan vaskuler ke arah vertikal

batang bagian tengah dan ujung, hampir semua memiliki pola ikatan vaskuler tipe

III terkecuali pada ujung buku, bagian inti dan dalam memiliki pola ikatan tipe

IV. Untuk membedakan ikatan vaskuler tipe III dan IV pada bambu gombong

dapat dilihat pada Gambar 17 (a), (b) dan (c).

Gambar 17 a) Ikatan vaskuler peralihan tipe III dan IV pada bagian pangkal ruas

inti

b) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian tengah ruas inti

c) Ikatan vaskuler tipe IV pada bagian ujung buku inti.

Untuk membedakan tipe ikatan vaskuler pada bambu mayan dapat dilihat

pada Gambar 18 (a), (b) dan (c).

Page 49: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

31

Gambar 18 a) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian pangkal ruas dalam

b) Ikatan vaskuler tipe IV pada bagian tengah buku inti

c) Ikatan vaskuler tipe III pada bagian ujung ruas inti

Sama seperti bambu gombong, bambu mayan memiliki dua tipe ikatan vaskuler

berbeda, yaitu tipe III dan tipe IV. Hampir semua pola ikatan vaskuler pada

bambu mayan memiliki tipe III, terkecuali pada bagian tengah buku dan ujung

buku yang memiliki pola ikatan tipe IV.

Menurut Nuryatin (2012), BJ bambu dipengaruhi oleh kandungan

sklerenkim pada bambu. Vaskuler dengan ikatan bertipe III dan IV relatif

memiliki sklerenkim yang hampir sama, walaupun memiliki jumlah rantai serabut

yang berbeda. Sehingga vaskuler dengan tipe ikatan III dan IV tidak memiliki

perbedaan BJ yang signifikan. Pola ikatan tipe IV memiliki diameter batang yang

besar serta dinding batang yang tebal sehingga sesuai jika digunakan sebagai

bahan baku struktural.

Pola ikatan vaskuler bambu adalah variabel sifat anatomi selain dapat

digunakan sebagai kunci identifikasi juga menunjukan karakter yang mewakili

sifat-sifat suatu jenis bambu. Pola tersebut memiliki fungsi dan keterikaitan

dengan sifat-sifat dasar yang berguna dalam arah pemanfaatan bambu.

4. 1. 3 Distribusi Ikatan Vaskuler

Pengujian ikatan vaskuler mencakup pengamatan terhadap distribusi

kerapatan ikatan vaskuler, luas dimensi arah lebar ikatan vaskuler, proporsi luas

vakuler dan tipe ikatan pembuluh pada arah horizontal (tepi, inti dan dalam) dan

vertikal (pangkal, tengah dan ujung).

Jumlah vaskuler diperoleh dari perhitungan jumlah ikatan vaskuler yang

terdapat dalam suatu luasan foto, dengan kata lain distribusi ikattan vaskuler

adalah kerapatan ikatan vaskuler dalam satu luasan yang sama. Proporsi luas

Page 50: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

32

ikatan vaskuler diperoleh dari perhitungan luas satu ikatan vaskuler di kali dengan

banyaknya jumlah ikatan vaskuler di bagi dengan luas foto. Luas dimensi arah

lebar ikatan vaskuler diperoleh berdasarkan pengukuran rata-rata diameter ikatan

vaskuler.

Distribusi ikatan vaskuler pada arah horizontal

Perbedaan jumlah vaskuler /mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu

arah horizontal Gambar 19.

(a)

(b)

Gambar 19 (a)Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah

horizontal.

Pada Gambar 19 (a) terlihat bahwa ikatan vaskuler pada bagian tepi

memiliki kerapatan yang sangat tinggi bila dibandingkan bagian inti dan dalam.

Semakin kearah dalam semakin sedikit/jarang jumlah ikatan vaskuler per satuan

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ju

mla

h V

ask

ule

r /m

m2

Jenis dan Bagian Bambu

Tepi

Inti

Dalam

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Pro

po

rsi

Lu

as

Ika

tan

Va

sku

ler

(%)

Jenis dan Bagian Bambu

Tepi

Inti

Dalam

Page 51: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

33

luas. Gambar 19 (b) menunjukkan bahwa proporsi luas vaskuler bambu gombong

dan bambu mayan semakin kecil dari tepi ke dalam. Selain itu bagian ruas

memiliki jumlah vaskuler/mm2 dan proporsi luas vaskuler yang lebih tinggi bila

dibandingkan bagian buku. Sayatan distribusi ikatan vaskuler pada penampang

lintang bambu gombong (Gambar 20).

Gambar 20 Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan

(b) buku pangkal Bambu Gombong.

Dari data hasil pengamatan (Lampiran 1), bagian ruas bambu gombong

memiliki nilai rata-rata kerapatan distribusi ikatan vaskuler yang lebih besar yaitu

1,156 buah/mm2 dari kerapatan distribusi ikatan vaskuler bagian buku dengan

nilai 0,887 buah/mm2. Besar nilai proporsi ikatan vaskuler rata-rata bagian ruas

(64,86%) memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan bagian buku

(55,41%).

Sayatan penampang lintang bambu dan distribusi kerapatan ikatan

pembuluh pada bambu mayan terlihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Sayatan mikro pada penampang lintang (a) ruas pangkal bambu dan

(b) buku pangkal Bambu Mayan.

(a) (b)

tepi tengah dalam tepi tengah dalam

(a) (b)

tepi tengah dalam tepi tengah dalam

Page 52: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

34

Dari hasil pengamatan (Lampiran 2), menunjukan nilai distribusi

kerapatan ikatan vaskuler pada bagian ruas pangkal tepi (1,84 buah/mm2) lebih

tinggi bila dibandingkan bagian inti (0,68 buah/mm2) dan dalam (0,48 buah/mm

2).

Bagian ruas memiliki nilai distribusi ikatan yang lebih tinggi bila dibandingkan

bagian buku.

Distribusi ikatan vaskuler pada arah vertikal

Bila dibandingkan selisih nilai antara jumlah vaskuler/mm2 dengan proporsi

vaskuler pada bagian tepi ke dalam, jumlah vaskuler/mm2 memiliki nilai selisih

yang lebih besar. Hal ini dikarenakan bagian tepi memiliki ukuran vaskuler yang

lebih kecil dan berjumlah banyak, sedangkan bagian tengah dan dalam memiliki

ukuran vaskuler yang besar dengan jumlah sedikit. Perbedaan jumlah

vaskuler/mm2 bambu dan proporsi luas vaskuler bambu arah horizontal disajikan

pada Gambar 22.

(a)

(b)

Gambar 22 (a) Jumlah vaskuler/mm2 dan (b) proporsi luas vaskuler arah vertikal.

0,00,20,40,60,81,01,21,4

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong MayanJu

mla

h V

ask

ule

r /m

m2

Jenis dan Bagian Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

01020304050607080

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Pro

pors

i L

uas

Vask

ule

r

(%)

Jenis dan Bagian Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Page 53: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

35

Dari data hasil pengamatan pada kedua jenis bambu dapat dilihat adanya

kecenderungan meningkatnya jumlah vaskuler/mm2 dari pangkal ke ujung.

Semakin tinggi posisi bagian batang berbanding lurus tehadap kerapatan ikatan

vaskuler. Gambar 22 (b) menunjukan bahwa proporsi luas vaskuler pada kedua

jenis bambu cenderung menurun dari pangkal ke ujung. Hal ini diduga karena

bagian tengah memiliki ukuran vaskuler yang lebih besar daripada bagian

pangkalnya dan mengecil ke bagian ujung.

4. 2 Sifat Fisis

4. 2. 1 Kadar Air

Pengujian penentuan kadar air terhadap banyaknya jumlah air yang

tersimpan dalam bambu per satuan volume dilakukan pada keadaan kering udara.

Jumlah kandungan kadar air pada kedua jenis bambu ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengujian kadar air (%) kering udara pada jenis Bambu Gombong dan

Mayan

Gambar 23 Diagram kadar air (%) pada bilah bambu.

Bambu gombong memiliki KA 12,7 – 14,8 % dengan rata – rata 13,82 %.

Sedangkan bambu mayan memiliki nilai KA 12,89 – 14,49 % dengan rata-rata

02

4

6

810

12

1416

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ka

da

r A

ir (

%)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 13,53 14,69 13,48 12,89

Tengah 14,80 12,85 14,49 13,43

Ujung 14,37 12,70 13,38 13,32

Rata-Rata 14,23 13,41 13,78 13,21

Page 54: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

36

13,5 %. Berdasarkan hasil pengujian (Gambar 23), terlihat bahwa kadar air kering

udara pada bambu bagian tengah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan

bagian pangkal dan ujungnya, terkecuali pada jenis bambu gombong dengan

lokasi bagian buku. Jika dilihat berdasarkan persen kadar air rata-rata hasil ini

sedikit lebih besar dari dugaan Janssen (1981) yang memperkirakan bahwa pada

kelembaban relatif (RH) 90% kadar air kering udara bambu sekitar 12,7%. Nilai

perbedaan kadar air ini dipengaruhi oleh presentase sklerenkim yang terdapat

pada suatu bambu, yang dapat diduga dari nilai berat jenis (BJ). Semakin tinggi

nilai BJ maka semakin tinggi tingkat kestabilan dimensi bambu.

Kandungan air pada bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian

ujung atau ditunjukkan pula oleh perbedaan nilai BJ antara pangkal dan ujung.

Kandungan air yang besar dapat menyebabkan tingkat kesetabilan dimensi lebih

rendah pada bagian pangkal dibanding bagian ujung (Mohmod et al. 1991).

Demikian pula dengan zat-zat ekstraktif yang mengisi sebagian rongga-rongga sel

akan mengurangi nilai penyusutan. Adapun faktor lain yang diduga ikut

berpengaruh adalah meningkatnya kandungan lignin dari bagian pangkal ke

bagian ujung sehingga akan berpengaruh pula terhadap besarnya penyusutan.

4. 2. 2 Berat Jenis dan Kerapatan

BJ bambu gombong berkisar 0,57 – 0,68 dengan rataan 0,62 dan BJ

bambu mayan berkisar 0,65 - 0,7 dengan rataan 0,67. Berdasarkan hasil

pengamatan, BJ bambu gombong cenderung meningkat dari bagian pangkal ke

bagian ujung. Sedangkan kecenderungan ini tidak tampak pada bambu mayan

dengan lokasi buku. Hasil pengujian BJ bilah pada bagian pangkal, tengah dan

ujung tersaji pada Tabel 6 dan Gambar 24.

Tabel 6 Tabel pengujian berat jenis (BJ)

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 0,61 0,66 0,66 0,70

Tengah 0,57 0,60 0,67 0,67

Ujung 0,64 0,68 0,65 0,67

Rata-rata 0,61 0,65 0,66 0,68

Page 55: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

37

Gambar 24 Diagram pengujian berat jenis pada ketiga bagian posisi vertikal.

Perbedaan besarnya kerapatan pada masing-masing bagian disajikan pada

Tabel 7 dan Gambar 25.

Tabel 7 Nilai pengujian kerapatan (g/cm3)

Gambar 25 Diagram hasil pengukuran pengujian kerapatan (g/cm3).

Pengujian kerapatan bambu gombong dan bambu mayan yang berumur 4

tahun yang berasal dari daerah Hutan Tanaman Bambu IPB Dramaga dilakukan

terhadap volume kering udara dan berat kering tanur. Besar nilai kerapatan bambu

gombong berkisar antara 0,66 – 0,77 g/cm3 dengan rata-rata 0,72 g/cm

3 dan nilai

kerapatan pada bambu mayan berkisar antara 0,74 - 0,79 g/cm3 dengan rata – rata

0,76 g/cm3.

0

0,2

0,4

0,6

0,8

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ber

at

Jen

is

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ker

ap

ata

n (

g/c

m3)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 0,69 0,76 0,74 0,79

Tengah 0,66 0,68 0,77 0,76

Ujung 0,74 0,77 0,74 0,76

Page 56: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

38

BJ dan kerapatan bambu gombong menunjukkan kecenderungan

meningkat dari pangkal ke ujung. Bila dikaitkan dengan struktur anatomi

kecenderungan ini berbanding lurus dengan nilai jumlah vaskuler/mm2 yang

meningkat dari pangkal ke bagian ujung. Sedangkan pada bambu mayan tidak

tampak adanya kecenderungan yang sama, nilai BJ dan kerapatan bambu mayan

cenderung menurun dari pangkal ke bagian ujung. Hal ini diduga nilai BJ dan

kerapatan tidak hanya dipengaruhi oleh nilai jumlah vaskuler/mm2, faktor

proporsi luas ikatan vaskuler merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi nilai BJ dan kerapatan. Nilai proporsi luas ikatan vaskuler bambu

mayan cenderung menurun dari pangkal ke ujung. Sedangkan pada lokasi buku

dan ruas, bagian buku memiliki nilai BJ yang lebih besar dari bagian ruasnya.

Hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized Linear Model

(GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor

yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi (ruas

dan buku) diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengujian statistik KA, BJ dan kerapatan

Posisi Lokasi KA (%) BJ ρ (g/cm

3)

Gombong Mayan Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 14,7 ± 0,45

(3,03)

12,9 ± 1,19

(9,23)

0,7 ± 0,02

(2,99)

0,7 ± 0,04

(6,23)

0,8 ± 0,02

(2,72)

0,8 ± 0,05

(6,01)

Ruas 13,5 ± 1,18

(8,69)

13,5 ± 1,33

(9,83)

0,6 ± 0,04

(6,79)

0,7 ± 0,05

(8,02)

0,7 ± 0,05

(7,11)

0,7 ± 0,06

(7,73)

Tengah

Buku 12,9 ± 1,10

X

(8,56)

13,4 ± 1,91

(14,18)

0,6 ± 0,03

(4,34)

0,7 ± 0,08

(12,04)

0,7 ± 0,03

(4,20)

0,8 ± 0,08

(10,86)

Ruas 14,8 ± 0,20

Y

(1,35)

14,5 ± 0,67

(4,61)

0,6 ± 0,08

(14,10)

0,7 ± 0,07

(10,06)

0,7 ± 0,09

(13,51)

0,8 ± 0,08

(9,75)

Ujung

Buku 8,5 ± 7,38

(87,16)

13,3 ± 0,35

(2,61)

0,5 ± 0,40

(86,78)

0,7 ± 0,04

(5,38)

0,5 ± 0,45

(86,87)

0,8 ± 0,04

(4,74)

Ruas 14,4 ± 0,94

(6,51)

13,4 ± 1,43

(10,68)

0,6 ± 0,07

(10,53)

0,7 ± 0,06

(8,66)

0,7 ± 0,07

(9,46)

0,7 ± 0,07

(9,54)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 57: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

39

Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan nyata KA oleh faktor

perbedaan lokasi (ruas dan buku) pada bagian tengah bambu gombong. Tidak ada

perbedaan nyata BJ dan kerapatan oleh faktor jenis, posisi vertikal batang, dan

lokasi (ruas dan buku). Hasil pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan kerapatan

yang diamati disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hubungan korelasi antara faktor KA, BJ dan kerapatan

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Kerapatan

(g/cm3)

0,740 0,998

0,000 0,000

Berdasarkan hasil uji korelasi ditemukan hubungan yang erat antara ketiga

variabel. Semakin tinggi kadar air yang tekandung di dalam bambu maka semakin

tinggi nilai berat jenis dan kerapatan.

4. 2. 3 Kembang Susut Dimensi

Bambu sebagai hasil alam merupakan bahan anisotropis, oleh karena itu

penelitian terhadap stabilitas pengembangan dan penyusutan dimensi bambu

dilihat dari tiga arah, yaitu arah tebal, arah diameter dan arah arah longitudinal.

Seperti halnya kayu, penyusutan dan pengembangan bambu arah

longitudinal sangat kecil (tidak mencapai 1%), baik untuk bagian pangkal,

maupun bagian tengah. Melalui hasil pengamatan yang disajikan pada Gambar 26

a dan b, terlihat bahwa penyususutan dan pengembangan arah tebal paling besar

dibandingkan penyusutan arah lebar, sedangkan penyusutan dan pengembangan

arah longitudinal sangat kecil.

Besarnya nilai penyusutan arah tebal pada 2 jenis bambu cenderung lebih

besar dibanding susut arah lebar, diduga karena antara lain karena tidak

terdapatnya sel jari-jari sebagai penahan proses penyusutan ke arah tebal sehingga

penyusutan arah tebal lebih besar. Menurut Haygreen dan Bowyer (1989)

pengembangan secara sederhana adalah kebalikan dari proses penyusutan.

Page 58: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

40

(a)

(b)

Gambar 26 Nilai (a) penyusutan dan (b) pengembangan dimensi pada Bambu

Gombong dan Mayan.

Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam penyusutan adalah adanya distribusi

ikatan vaskular yang tidak merata antara bagian luar, tengah dan dalam dinding

batang bambu. Sehingga nilai penyusutan tebal adalah total dari nilai penyusutan

bagian luar, tengah dan dalam sedangkan pada arah lebar nilai penyusutan

ditentukan oleh dua bagian baik terluar maupun bagian paling dalam dinding

batang yang relatif nilai susutnya lebih kecil karena umumnya mempunyai

kerapatan yang lebih tinggi sehingga nilai penyusutan ke arah lebar akan

mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan arah tebal.

Selain struktur anatomi perbedaan kadar air dan lignin serta zat ekstraktif

dapat mempengaruhi besar kembang susut pada bambu. Kandungan air pada

bagian pangkal lebih besar dibandingkan bagian ujung atau ditunjukkan pula oleh

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Tebal 3,98 4,14 4,22 4,38

Lebar 1,64 1,70 1,78 1,56

Panjang 0,16 0,33 0,11 0,18

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Pen

yu

suta

n (

%)

Jenis Bambu

Tebal

Lebar

Panjang

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Tebal 2,87 3,47 3,26 3,01

Lebar 1,65 1,40 1,10 1,08

Panjang 0,30 0,17 0,13 0,15

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

Pen

gem

ban

ga

n (

%)

Jenis Bambu

Tebal

Lebar

Panjang

Page 59: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

41

perbedaan nilai BJ antara pangkal dan ujung, yang dapat menyebabkan tingkat

kestabilan dimensi lebih rendah pada bagian pangkal dibandingkan bagian ujung

(Mohmod et al. 1991). Demikian pula dengan zat-zat ekstraktif yang mengisi

sebagian rongga-rongga sel akan mengurangi nilai penyusutan. Adapun faktor lain

yang diduga ikut berpengaruh adalah meningkatnya kandungan lignin dari bagian

pangkal ke bagian ujung sehingga akan berpengaruh pula terhadap besarnya

penyusutan.

Proses penyusutan pada bambu berbeda jika dibandingkan dengan kayu

karena pada bambu, penyusutan dimulai pada saat pengeringan atau di atas titik

jenuh serat (Liese 1985). Hal ini diduga karena adanya perbedaan dalam struktur

anatomi antara kayu dan bambu, dimana pada bambu strukturnya didominasi oleh

parenkim sebagai jaringan dasar yang dindingnya cukup tipis, sehingga pada saat

pengeringan (masih diatas titik jenuh serat) air bebas yang keluar dari rongga sel

parenkim mengakibatkan tahanan dalam lumen akan menjadi berkurang sehingga

dinding sel parenkim yang tipis akan melisut (collaps) dan proses penyusutan pun

akan dimulai sebelum dinding sel menyusut. Dengan demikian pada tanaman

bambu, besarnya penyusutan akan lebih besar bila dibandingkan dengan kayu.

Tabel 10 Hasil analisa statistik pengujian penyusutan dimensi bambu pada bilah

Posisi Lokasi KA (%) BJ Susut (%)

Gombong Mayan Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 14,7 ± 0,45

(3,03)

12,9 ± 1,19

(9,23)

0,7 ± 0,02

(2,99)

0,7 ± 0,04

(6,23)

7,4 ± 0,25H

(3,37)

7,1 ± 0,28H

(3,88)

Ruas 13,5 ± 1,18

(8,69)

13,5 ± 1,33

(9,83)

0,6 ± 0,04

(6,79)

0,7 ± 0,05

(8,02)

7,0 ± 0,78H

(11,10)

7,1 ± 0,35H

(4,95)

Tengah

Buku 12,9 ± 1,10

X

(8,56)

13,4 ± 1,91

(14,18)

0,6 ± 0,03

(4,34)

0,7 ± 0,08

(12,04)

6,0 ± 0,40HI

(6,57)

6,1 ± 0,33I

(5,50)

Ruas 14,8 ± 0,20

Y

(1,35)

14,5 ± 0,67

(4,61)

0,6 ± 0,08

(14,10)

0,7 ± 0,07

(10,06)

5,8 ± 0,49H

(8,43)

6,1 ± 0,61H

(9,90)

Ujung

Buku 8,5 ± 7,38

(87,16)

13,3 ± 0,35

(2,61)

0,5 ± 0,40

(86,78)

0,7 ± 0,04

(5,38)

3,2 ± 2,80I

(86,73)

4,9 ± 0,33J

(6,58)

Ruas 14,4 ± 0,94

(6,51)

13,4 ± 1,43

(10,68)

0,6 ± 0,07

(10,53)

0,7 ± 0,06

(8,66)

4,4 ± 0,23I

(5,20)

4,9 ± 0,41I

(8,44)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 60: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

42

Hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized Linear Model

(GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor

yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi (ruas

dan buku) diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 10. Dari hasil uji statistik

didapatkan adanya perbedaan nyata susut dimensi oleh faktor posisi vertikal.

Tidak ada perbedaan nyata susut dimensi oleh faktor jenis dan lokasi (ruas dan

buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan susut volume yang diamati

diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Uji korelasi KA, BJ dan susut dimensi

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710

0,000

Susut

Volume (%)

0,621 0,603

0,000 0,000

Dari hasil uji korelasi antara KA, BJ, dan susut dimensi ditemukan adanya

hubungan yang erat pada ketiga faktor. Semakin tinggi kadar air yang terdapat

pada bambu maka berpengaruh nyata terhadap besar nilai berat jenis suatu bambu.

Semakin tinggi nilai kadar air pada suatu bambu maka berhubungan erat terhadap

besar susut volume pada bambu. Semakin tinggi nilai BJ suatu bambu maka

berhubungan erat terhadap besar nilai penyusutan bambu.

4. 3 Sifat Mekanis

4. 3. 1 Modulus of Elasticity (MOE)

Nilai MOE bilah bambu gombong berkisar antara 108.413 – 212.493

kgf/cm2 dengan rata- rata 145.557 kgf/cm

2, sedangkan MOE buluh utuh berkisar

antara 47.418 – 83.327 kgf/cm2 dengan rata – rata 60.287 kgf/cm

2. Nilai MOE

bilah bambu mayan berkisar antara 121.960 – 150.203 kgf/cm2 dengan rata – rata

134.400, sedangkan untuk buluh utuh berkisar antara 54.370 – 61.728 kgf/cm2

dengan rata – rata 57.409 kgf/cm2 (Tabel 12 dan Gambar 27).

Page 61: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

43

Tabel 12 Nilai MOE rata-rata (kgf/cm2) pada jenis Bambu Gombong dan Mayan

Gambar 27 Posisi nilai MOE pada bagian pangkal, tengah dan ujung.

Berdasarkan Gambar 27, terlihat bahwa nilai MOE bilah bambu gombong

dan bambu mayan meningkat dari bagian pangkal ke bagian tengah lalu menurun

ke bagian ujung. Kecenderungan ini juga terlihat pada lokasi (ruas dan buku) yang

berbeda. Janssen (1981) mengemukakan perbedaan nilai MOE terjadi karena

perbedaan persentase skelerenkim. Jika dilihat sifat anatominya, bagian pangkal

ruas bambu gombong terjadi peningkatan nilai proporsi luas vaskular bundel ke

bagian tengah lalu mengalami penurunan ke bagian ujung (Lampiran 3). Selain itu

hal ini diduga karena adanya perbedaan fase tumbuh pada kedua jenis bambu.

Pada bagian ujung kedua jenis bambu diduga telah melewati fase tumbuh

maksimal, sehingga mengalami penurunan nilai dalam menahan suatu beban.

Perbedaan nilai MOE juga diduga karena pengaruh jumlah lignin dan

dimensi panjang sel serabut. Kandungan lignin pada bagian pangkal mengalami

peningkatan ke bagian ujung. Liese (1980) menyatakan bahwa, secara

keseluruhan ukuran panjang serat semakin bertambah panjang dari posisi pangkal

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

ruas buku ruas buku

bilah buluh bilah buluh

Gombong mayan

MO

E x

10

4(k

g/c

m2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 108.413 120.677 147.857 126.827

buluh 47.418 54370

Tengah bilah 212.493 160.652 150.203 135.907

buluh 50116 56.129

Ujung bilah 158.531 112.578 123649 121960

buluh 83.327 61.729

Page 62: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

44

batang menuju ke ujung batang bambu tersebut (Liese 1980). Panjang serabut

berkorelasi sangat kuat terhadap nilai MOE (Liese et al. 2003). Serabut tersusun

atas sejumlah lapisan/lamella dengan berbagai orientasi mikofibril. Susunan sel

serabut akan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap fleksibilitas bambu.

Dari hasil pengamatan nilai MOE pada kedua jenis bambu, terlihat bahwa

bambu gombong memiliki nilai MOE yang lebih tinggi daripada bambu mayan

baik pada lokasi ruas maupun buku. Selain itu, terdapat perbedaan nilai MOE

yang berbeda pada lokasi (ruas dan buku), dengan nilai MOE pada bagian buku

lebih kecil dari bagian ruas. Hal ini disebabkan serabut tersusun atas sejumlah

lapisan/lamella dengan berbagai orientasi mikofibril. Susunan sel serabut akan

memberikan kontribusi yang tinggi terhadap fleksibilitas bambu. Dransfield dan

Widjaja (1995) menyatakan serat terpendek ditemukan di sekitar buku sedangkan

serat terpanjang berada di bagian tengah ruas bambu. Hal ini diperkuat oleh

Bachtiar (2008) yang mengemukakan arah serat pada daerah buku tidak semua

lurus, karena bagian serat berbelok ke dalam, dan sebagian kecil berbelok ke

keluar. Hal ini diduga yang mempengaruhi perbedaan nilai MOE pada kedua

lokasi yang berbeda dengan nilai MOE pada lokasi buku lebih rendah dari ruas.

Berdasarkan hasil uji MOE, pada Gambar 27 terlihat bahwa terdapat

perbedaan nilai MOE pada buluh utuh lebih kecil dibandingkan dengan bilah

bambu. Hal ini diduga disebabkan oleh tahanan geser bambu pada buluh yang

sangat lemah, sehingga menyebabkan defleksi akibat geser menjadi besar

dibandingkan akibat momen.

Gambar 2817 Diagram elastisitas bilah dan buluh utuh bambu.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0 1 2 3 4

Beb

an

(k

gf)

Defleksi (mm)

Buluh Utuh 1

Buluh Utuh 2

Bilah 1

bilah 2

Page 63: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

45

Sehingga kerusakan beban maksimal pada buluh terjadi bukan karena patah tapi

disebabkan karena contoh uji mengalami kerusakan belah terlebih dahulu yang

menyebabkan terjadinya penurunan grafik.

4. 3. 2 Modulus of Rupture (MOR)

Tegangan pada batas patah (MOR) merupakan ukuran kekuatan suatu

bahan pada saat menerima beban maksimum yang menyebabkan terjadinya

kerusakan. Hasil pengujian nilai MOR selengkapnya tercantum dalam lampiran

sedangkan nilai rata-rata disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 29.

Tabel 13 Nilai MOR (kg/cm2) pada Bambu Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 899 1.288 1.189 1.233

buluh 464 313

Tengah bilah 1.406 1.637 1.341 1.303

buluh 361 238

Ujung bilah 1.252 1.171 1.265 1.300

buluh 520 258

Nilai MOR bilah bambu gombong berkisar 899 – 1.637 kgf/cm2 dengan

rata- rata 1.276 kgf/cm2, sedangkan MOR buluh utuh berkisar antara 361 – 520

kgf/cm2 dengan rata – rata 448 kgf/cm

2. Nilai MOR bilah bambu mayan berkisar

antara 1.189 – 1.341 kgf/cm2 dengan rataan 1.271 kgf/cm

2, sedangkan untuk

buluh utuh berkisar antara 238 – 313 kgf/cm2 dengan rata – rata 269 kgf/cm

2.

Gambar 2918 Diagram nilai MOR pada bagian pangkal, tengah dan ujung.

0

500

1000

1500

2000

ruas buku ruas buku

bilah buluh bilah buluh

Gombong mayan

MO

R (

kgf/

cm2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Page 64: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

46

Pada Gambar 29 terlihat bahwa MOR bambu gombong dan bambu mayan

cenderung meningkat pada bagian pangkal ke bagian tengah namun terjadi

penurunan pada bagian tengah ke bagian ujung. Hasil penelitian Subyakto (1995)

menunjukkan bahwa nilai MOR dari bagian pangkal ke bagian ujung mengalami

peningkatan. Adanya penurunan nilai MOR dari bagian tengah ke bagian ujung

diduga pada bagian ujung kedua jenis bambu diduga telah melewati fase tumbuh

maksimal, sehingga mengalami penurunan nilai dalam menahan suatu beban.

Selain itu berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan terdapat hubungan yang

erat antara nilai MOE dan MOR, sehingga pendugaan MOR dengan MOE dapat

dilakukan.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan lokasi (ruas dan buku) (Tabel 14).

Tabel 14 Uji statistik terhadap pengujian MOE dan MOR pada bilah

Posisi Lokasi MOE (kgf/cm

2) MOR (kgf/cm

2)

Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal

Buku 120677,0 ± 10760,00

(8,92)

126828,0 ± 12252,00

(9,66)

1288,9 ± 57,40X

(4,46)

1233,1 ± 114,60

(9,29)

Ruas 108413,0 ± 6952,00

B

(6,41)

147857,0 ± 18368,00A

(12,42)

899,2 ± 46,10Y

(5,13)

1190,0 ± 200,00

(16,84)

Tengah

Buku 160653,0 ± 64654,00

(40,24)

135907,0 ± 20843,00

(15,34)

1638,0 ± 540,00

(32,97)

1304,0 ± 110,10

(8,44)

Ruas 212493,0 ± 116371,00

(54,76)

150203,0 ± 12776,00

(8,51)

1407,0 ± 467,00

(33,22)

1341,0 ± 179,00

(13,31)

Ujung

Buku 112579,0 ± 26811,00

(23,82)

121960,0 ± 19268,00

(15,80)

1171,0 ± 253,00

(21,57)

1300,2 ± 164,70

(12,67)

Ruas 158532,0 ± 57767,00

(36,44)

123650,0 ± 16611,00

(13,43)

1253,0 ± 275,00

(21,95)

1266,0 ± 174,00

(13,78)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Hasil analisa statistik menunjukan terdapat perbedaan nyata nilai MOE akibat

faktor jenis bambu, dengan nilai MOE pada bambu mayan lebih besar daripada

Page 65: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

47

bambu gombong. Nilai MOR tidak dipengaruhi oleh jenis bambu dan posisi

vertikal. Terdapat perbedaan nyata MOR akibat perbedaan lokasi.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, MOE dan MOR pada bilah

bambu yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Korelasi antara nilai KA, BJ, MOE dan MOR pada bilah

Korelasi MOE

(kgf/cm2)

MOR

(kgf/cm2)

KA (%)

MOR

(kgf/cm2)

0,781 - -

0,000 - -

KA (%) 0,270 0,222 -

0,111 0,193 -

BJ -0,017 0,128 0,710

0,924 0,456 0,000

Terdapat hubungan yang kuat antara MOE dan MOR. Semakin tinggi nilai

MOE yang didapatkan maka nilai MOR yang didapatkan semakin tinggi juga.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 2 faktor yaitu jenis bambu dan posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung)

diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil pengujian statistik nilai MOE dan MOR pada buluh

Posisi MOE (kgf/cm

2) MOR (kgf/cm

2)

Gombong Mayan Gombong Mayan

Pangkal 47418,0 ± 561,00

(1,18)

54370,0 ± 19028,00

(35,00)

464,3 ± 65,40A

(14,08)

313,2 ± 11,55B

(3,69)

Tengah 50116,0 ± 14300,00

(28,53)

56129,0 ± 23508,00

(41,88)

361,6 ± 21,80A

(6,02)

238,3 ± 68,00B

(28,52)

Ujung 83328,0 ± 25781,00

(30,94)

61729,0 ± 11507,00

(18,64)

520,0 ± 261,00

(50,09)

258,2 ± 47,30

(18,31)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Dari hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan nyata nilai MOR akibat faktor

jenis. Perbedaan MOR terlihat pada bagian pangkal dan tengah kedua jenis

Page 66: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

48

bambu, dengan nilai yang lebih besar pada jenis bambu gombong. Tidak ada

perbedaan nyata nilai MOE oleh faktor jenis, posisi vertikal. Tidak ada perbedaan

nilai MOR akibat faktor posisi vertikal.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, MOE da MOR pada buluh yang

diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Korelasi antara nilai MOE, MOR, KA, dan BJ pada buluh

Korelasi MOE

(kgf/cm2)

MOR

(kgf/cm2)

KA (%)

MOR (kgf/cm2)

0,459 - -

0,056 - -

KA (%) 0,223 0,571 -

0,374 0,013 -

BJ 0,023 -0,513 -0,549

0,928 0,029 0,018

Terdapat hubungan erat MOR dengan BJ. Semakin tinggi BJ nilai MOR semakin

tinggi pula.

4. 3. 3 Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik sejajar serat bambu gombong adalah 885 – 2.768 kgf/cm2

dengan rata – rata 1.761 kgf/cm2. Sedangkan pada bambu mayan berkisar 853 –

2.734 kgf/cm2 dengan rata – rata 1.584 kgf/cm

2. Hasil pengujian keteguhan tarik

sejajar serat selengkapnya dalam Lampiran 18 dan nilai rata-ratannya tercantum

dalam Tabel 18 dan ilustrasinya dalam Gambar 30.

Tabel 18 Nilai keteguhan tarik (kgf/cm2) pada Bambu Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 1.696 1.483 2.223 853

Tengah 2.548 885 2.734 980

Ujung 2.768 1.189 1.772 941

Page 67: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

49

Gambar 3019 Diagram keteguhan tarik sejajar serat.

Pada Gambar 30 terlihat kecenderungan nilai tarik sejajar serat meningkat

dari bagian pangkal ke bagian ujung. Hal yang berbeda terjadi pada bambu

mayan, kekuatan tarik menurun dari bagian tengah ruas ke bagian ujung ruas.

Wangaard (1950) menyatakan bahwa keteguhan tarik sejajar serat sangat

tergantung kepada kekuatan serabut (sifat kohesi) dan dipengaruhi oleh dimensi

kayu, elemen penyusun dan susunannya dalam kayu. Kekuatan tarik terbesar akan

diperoleh spesimen dengan serabut yang tersusun secara lurus serta berdinding

tebal. Serat melintang akan mengurangi kekuatan tarik. Sedangkan Janssen (1981)

mengemukakan bahwa kekuatan tarik tergantung kepada persentase sklerenkeim

(serabut) yang dimiliki bambu. Hal ini diperkuat oleh Wang (1970) yang

mengemukakan bahwa skelerenkim memberikan kontribusi dalam stabilitas

kekuatan, sementara Li (2004) menyatakan bahwa kerapatan serabut dalam

jaringan skelerenkim adalah indikator yang baik dalam pendugaan kekuatan

bambu.

Jika ditinjau berdasarkan struktur anatominya bagian ujung ruas memiliki

distribusi penyebaran ikatan vaskuler yang lebih rapat dari bagian tengah dan

pangkalnya. Kecendrungan ini dicerminkan dengan nilai kekuatan tarik pada

bambu gombong. Sedangkan kecenderungan yang berbeda pada bambu mayan

terjadi penurunan nilai kekuatan tarik dari bagian tengah ruas ke bagian ujung

ruas. Hal ini diduga karena proporsi luas vaskuler pada bagian tengah lebih besar

daripada bagian ujungnya.

Pada kedua kelompok sampel nampak bahwa nilai tegangan tarik bambu

akan berkurang lebih dari 50% pada bagian buku (Gambar 30). Menurut sumbu

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ket

egu

ha

n T

arik

(k

g/c

m2)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Page 68: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

50

longitudinal, serat pada internodia yang berada di dekat nodia selalu mempunyai

ukuran yang paling pendek. Ukuran panjang serat tersebut semakin bertambah

panjang dari posisi di dekat nodia menuju kepertengahan nodia dan mencapai

ukuran terpanjang pada bagian tengah internodia. Disamping itu arah serat pada

daerah buku tidak semua lurus, karena bagian serat berbelok ke dalam, dan

sebagian kecil berbelok ke keluar (Bachtiar 2008).

Dalam pembuatan sampel uji tarik dibuat daerah kritis yang luas

penampangnya kecil (Gambar 31). Diharapkan, kerusakan akibat beban tarik

terjadi pada daerah kritis, yaitu sampel putus pada daerah tersebut. Pada pengujian

yang dilakukan, putusnya sampel pada daerah kritis seperti pada Gambar 32 (a)

tidak terjadi semua pada sampel.

Gambar 31 Contoh uji tarik sejajar serat.

keterangan :

(a) contoh uji tarik rusak pada daerah kritis

(b) contoh uji tarik rusak bukan pada daerah kritis

Gambar 32 Contoh kerusakan pada pengujian tarik sejajar serat.

(a) (b)

Page 69: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

51

Kuat tarik bambu bagian dalam yang lebih kecil akan mengakibatkan rusaknya

sampel tidak seragam, seperti terlihat pada Gambar 32 (b), dimana pada daerah

kritis sebelah dalam sudah putus, sementara bagian luar belum.

Besarnya variasi mengakibatkan permasalahan dalam pengujian tarik.

Kerusakan yang terjadi tidak selalu pada daerah kritis, seperti yang diharapkan.

Kerusakan dapat terjadi pada daerah buku mengarah pada buku, seperti pada

Gambar 32 (b). Pada keadaan ini, kerusakan pada daerah kritis terjadi, bukan

karena tarik, tetapi karena geser.

Dari diagram kekuatan tarik (Gambar 30) terlihat pada bagian pangkal

ruas dan tengah ruas bambu mayan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan

bambu gombong. Hal ini diduga karena adannya perbedaan struktur anatomi

terhadap persentase serabut. Kekuatan suatu bahan dapat pula diduga melalui sifat

fisik terutama BJ karena BJ dapat digunakan sebagai penduga kekuatan suatu

bahan. Dengan demikian semakin besar nilai BJ maka semakin tinggi pula nilai

kekuatan suatu bahan.

Tabel 19 Hasil analisa statistik pada pengujian tarik sejajar serat

Posisi Lokasi Tarik (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 1484,0 ± 458,00

(30,85)

853,4 ± 86,20X

(10,10)

Ruas 1696,0 ± 327,00

BH

(19,29)

2224,0 ± 284,00AYHI

(12,77)

Tengah

Buku 1484,0 ± 458,00

X

(30,85)

980,4 ± 132,20X

(13,48)

Ruas 1696,0 ± 327,00

YIJ

(19,29)

2734,2 ± 19,90YH

(0,73)

Ujung

Buku 1190,0 ± 193,00

X

(16,20)

941,6 ± 80,80X

(8,58)

Ruas 2768,0 ± 397,00

AYJ

(14,33)

1772,0 ± 457,00BYI

(25,76)

Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Page 70: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

52

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan lokasi (ruas dan buku) diperoleh hasil analisa statistik pengujian tarik yang

disajikan pada Tabel 19.

Uji statistik mengindikasikan terdapat perbedaan nyata nilai kekuatan tarik

akibat perbedaan jenis bambu, yaitu pada sampel pangkal ruas bambu gombong

dan mayan, dengan nilai kekuatan tarik pada bambu gombong lebih besar dari

mayan. Nilai kekuatan tarik di pengaruhi oleh perbedaan jenis pada sampel ujung

ruas dengan nilai bambu mayan lebih besar dari bambu gombong. Terdapat

perbedaan nyata nilai kekuatan tarik akibat perbedaan posisi arah vertikal, pada

pangkal ruas bambu, tengah ruas bambu dan ujung ruas bambu pada kedua jenis

bambu. Terdapat perbedaan nyata nilai kekuatan tarik akibat faktor lokasi (ruas

dan buku) pada sampel bambu gombong bagian tengah ruas dan tengah buku,

ujung ruas dan ujung buku. Pada bambu mayan terdapat perbedaan

nyata/pengaruh terhadap nilai kekuatan tarik oleh faktor lokasi pada sampel

bagian pangkal ruas dan buku, tengah ruas dan buku, ujung ruas dan buku.

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tarik sejajar serat

yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 20. Berdasarkan hasil uji

korelasi tidak terdapat hubungan yang erat nilai kteguhan tarik sejajar serat

dengan nilai KA dan BJ.

Tabel 20 Hubungan korelasi antara KA, BJ, dan tarik

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tarik

(kgf/cm2)

0,307 0,050

0,068 0,771

4. 3. 4 Kekuatan Tekan Sejajar Serat

Kekuatan tekan sejajar serat bilah bambu gombong berkisar 391 – 491

kgf/cm2 dengan rata – rata 434 kgf/cm

2, pada bambu mayan berkisar 430 – 533

kgf/cm2 dengan rata – rata 469 kgf/cm

2. Kekuatan tekan sejajar serat buluh bambu

gombong berkisar 458 – 665 kgf/cm2 dengan rata – rata 525 kgf/cm

2, pada bambu

Page 71: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

53

mayan berkisar 366 – 524 kgf/cm2 dengan rata – rata 466 kgf/cm

2 (Tabel 21 dan

Gambar 33).

Tabel 21 Nilai keteguhan tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada jenis Bambu

Gombong dan Mayan

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal bilah 391 426 489 477

buluh 491 459 492 465

Tengah bilah 452 428 444 445

buluh 458 494 509 524

Ujung bilah 491 415 533 430

buluh 665 580 436 366

Gambar 33 Keteguhan tekan sejajar serat.

Pada Gambar 33 terlihat bahwa nilai tekan sejajar serat pada kedua jenis

bambu cenderung menaik dari pangkal ke ujung. Hasil pengamatan struktur sel

penampang lintang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan distribusi

jumlah ikatan vaskular/mm2 dari bagian pangkal ke bagian ujung, sehingga akan

meningkatkan nilai keteguhan tekan dari pangkal ke ujung batang. Hal yang

berbeda terjadi pada bambu mayan bagian bilah buku dan buluh ruas dan buku.

Hal ini disebabkan pada sampel posisi ujung bambu mayan terserang oleh

kumbang bubuk, yang diindikasikan dengan berkurangnya volume sampel dan

berubah menjadi butiran serbuk yang banyak. Selain itu disebabkan adanya

penurunan proporsi luas ikatan vaskuler dari bagian tengah ke ujung.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

bilah buluh bilah buluh

gombong mayan

Ket

egu

han

Tek

an

//

Ser

at

(kg/c

m2)

Jenis Bambu

pangkal

tengah

ujung

Page 72: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

54

Berdasarkan hasil pehitungan rata-rata keteguhan tekan sejajar serat pada

bilah, meunjukan bahwa nilai keteguhan tekan bambu mayan lebih tinggi daripada

bambu gombong. Sedangkan pada bagian buluh, bambu gombong memiliki

keteguhan tekan sejajar serat yang lebih tinggi daripada bambu mayan.

Dari Gambar 33 terlihat bahwa kekuatan tekan bilah pada kedua jenis

bambu lebih kecil dibandingkan kekuatan tekan buluh utuhnya. Hal ini

dikarenakan pada buluh utuh bambu memiliki angka kelangsingan yang lebih

besar sehingga menyebabkan kekuatan lebih besar.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3

faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung), dan lokasi

(ruas dan buku) (Tabel 22).

Tabel 22 Hasil analisa statistik pada pengujian tekan sejajar serat bilah

Posisi Lokasi Tekan Bilah (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 426,8 ± 13,93

(3,26)

477,1 ± 67,00

(14,05)

Ruas 391,1 ± 100,70

(25,74)

489,1 ± 46,90

(9,58)

Tengah

Buku 428,6 ± 71,70

(16,73)

587,0 ± 246,00

(41,88)

Ruas 452,1 ± 135,30

(29,93)

444,7 ± 75,50

(16,98)

Ujung

Buku 415,7 ± 65,90

(15,86)

430,5 ± 64,10

(14,89)

Ruas 491,5 ± 61,20

(12,45)

533,1 ± 140,40

(26,34)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama pada lokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan tekan sejajar serat pada bilah akibat

faktor jenis bambu, posisi vertikal dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada bilah yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 23.

Page 73: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

55

Tabel 23 Hasil analisa korelasi antara KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada bilah

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tekan

(kgf/cm2)

0,086 0,397

0,616 0,017

Terdapat hubungan yang erat antara nilai keteguhan tekan sejajar serat pada bilah

dengan BJ. Semakin tinggi BJ nilai keteguhan tekan sejajar serat semakin tinggi

pula.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan likasi (ruas dan buku) (Tabel 24).

Tabel 24 Hasil analisa statistik keteguhan tekan sejajar serat buluh

Posisi Lokasi Tekan Buluh (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 443,9 ± 27,60

(6,21)

465,8 ± 16,88

(3,62)

Ruas 491,7 ± 57,00

(11,59)

492,4 ± 40,00

(8,13)

Tengah

Buku 494,7 ± 66,60

(13,46)

525,0 ± 147,50

(28,09)

Ruas 458,0 ± 54,60

(11,92)

509,8 ± 67,60

(13,26)

Ujung

Buku 580,9 ± 99,10

(17,06)

366,6 ± 163,50

(44,59)

Ruas 665,7 ± 132,10

(19,84)

437,0 ± 232,00

(53,16)

Keterangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan tekan akibat faktor jenis, posisi

vertikal dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan tekan sejajar serat

pada buluh yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 25.

Page 74: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

56

Tabel 25 Hasil uji korelasi antara KA, BJ, dan tekan sejajar serat buluh

Korelasi KA (%) BJ

BJ 0,710 -

0,000 -

Tekan

(kgf/cm2)

-0,058 0,135

0,739 0,433

Tidak ada hubungan yang erat antara nilai keteguhan tekan sejajar pada

buluh dengan KA dan BJ.

4. 3. 5 Kekuatan Geser Sejajar Serat

Kekuatan geser sejajar serat rata – rata bambu gombong dan bambu mayan

adalah 86,03 kgf/cm2 dan 91,16 kgf/cm

2 (Tabel 26 dan Gambar 34).

Tabel 26 Nilai keteguhan geser sejajar serat (kgf/cm2)

Gambar 34 Diagram kekuatan geser sejajar serat.

Dari hasil pengujian kekuatan geser sejajar serat pada Gambar 34

menunjukan kekuatan geser cenderung meningkat dari arah pangkal ke arah ujung

pada kedua jenis bambu. Hal ini diduga disebabkan oleh distribusi jumlah ikatan

pembuluh per satuan luas yang semakin besar dari bagian pangkal ke bagian

ujung.

0

20

40

60

80

100

120

140

Ruas Buku Ruas Buku

Gombong Mayan

Ku

at

Ges

er (

kg/c

m2)

Jenis Bambu

Pangkal

Tengah

Ujung

Posisi Gombong Mayan

Ruas Buku Ruas Buku

Pangkal 81,79 76,87 74,09 84,55

Tengah 89,57 88,84 84,31 98,93

Ujung 90,76 88,32 93,91 111,16

Page 75: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

57

Perbedaan lokasi pada bambu mayan menyebabkan hasil kekuatan geser

pada lokasi buku lebih besar nilainnya dari lokasi ruas. Hal ini diduga bahwa pada

buku-buku (node), serat-serat ini saling bertautan dan sebagian memasuki

diafragma dan cabang-cabang dapat meningkatkan nilai ketahan terhadap

pembebanan geser sejajar serat. Sedangkan pada bambu gombong tidak terlihat

perbedaan yang jelas terhadap nilai kekuatan geser sejajar serat pada kedua lokasi

(ruas dan buku).

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan prosedur Generalized

Linear Model (GLM) diukur menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 faktor yaitu jenis bambu, posisi vertikal (pangkal, tengah dan ujung),

dan likasi (ruas dan buku) (Tabel 27).

Tabel 27. Hasil Analisa Statistik Pengujian Keteguhan Geser Sejajar Serat

Posisi Lokasi Geser (kgf/cm

2)

Gombong Mayan

Pangkal

Buku 76,9 ± 7,68

(9,99)

84,6 ± 12,89

(15,24)

Ruas 81,8 ± 6,98

(8,53)

74,1 ± 12,19

(16,45)

Tengah

Buku 88,9 ± 13,95

(15,70)

98,9 ± 11,15

(11,27)

Ruas 89,6 ± 11,49

(12,82)

84,3 ± 15,66

(18,57)

Ujung

Buku 88,3 ± 18,56

(21,02)

111,2 ± 26,70

(23,99)

Ruas 90,8 ± 10,43

(11,49)

93,9 ± 16,24

(17,29) Ketrangan :

superscript (A,B) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh/berbeda

nyata (p<0,05)

superscipt (X, Y) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

supersrcipt (H, I, J) yang berbeda pada kolom yang sama padalokasi yang sama dan

posisi yang berbeda menunjukkan berpengaruh/berbeda nyata (p<0,05)

Dari hasil uji analisis statistik tidak ada perbedaan nyata nilai keteguhan geser

akibat faktor jenis, posisi vertikal batang dan lokasi (ruas dan buku).

Dari pengujian korelasi peubah KA, BJ, dan keteguhan geser sejajar serat

pada buluh yang diamati diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 28.

Page 76: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

58

Tabel 28 Hasil analisa korelasi antara KA, BJ dan keteguhan geser sejajar serat

Korelasi KA BJ

BJ 0,710

0,000

Geser 0,039 0,292

0,822 0,084

Tidak ada hubungan yang erat antara keteguhan geser sejajar serat dengan

KA dan BJ.

Page 77: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

1. Tipe ikatan pembuluh pada bambu gombong memiliki tipe ikatan III dan

IV. Distribusi kerapatan ikatan vaskuler bambu gombong dan bambu

mayan pada arah horizontal cenderung mengalami penurunan dari tepi ke

bagian dalam, sedangkan pada arah vertikal batang cenderung mngalami

peningkatan dari pangkal ke bagian ujung.

2. Sifat fisis dan mekanis bambu gombong dan bambu mayan pada bagian

ruas (internode) cenderung lebih baik dibandingkan sifat fisis dan

mekanis bambu gombong dan bambu mayan pada bagian buku (node).

3. Sifat mekanis bilah pada bambu gombong dan bambu mayan cenderung

lebih baik dibandingkan sifat mekanis buluh utuhnya.

4. Sifat anatomi memberikan kontribusi dalam stabilitas kekuatan dan

merupakan indikator yang baik dalam pendugaan kekuatan bambu.

5. 2 Saran

1. Perlu dilakukan pengamatan penampakan mikroskopis dan sifat kimia

bambu gombong dan bambu mayan pada bagian buku (node) dan ruas

(internode) bambu agar melengkapi hasil penelitian ini.

2. Perlu dilakukan penelitian serupa terhadap jenis bambu yang berbeda

agar diketahui potensi diversivikasi kayu ke bambu dilihat dari sifat fisis

dan mekanisnya.

Page 78: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

60

DAFTAR PUSTAKA

Adkoli NS. 1994. Bamboo in the Indian Pulp Industry. In: Bamboo in Asia and

the Pacific. Proceedings of the fourth International Bamboo Workshop,

Chiangmai, Thailand, 27-30 Nov. 1994. International Development

Research Centre and Food & Agriculture Organizations of the United

Nations.

[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2007. D 143-94 Standard

Methods of Testing Small Clear Speciments of Timber (Secondary

Methods). USA.

Badan Pusat Statistik. 2004. Potensi Hutan Rakyat 2003. Jakarta: Pusat

Inventarisasi dan Statistik Kehutanan & Direktorat Statistik Pertanian, BPS.

Bachtiar G. 2008. Pemanfaatan Buluh Bambu Tali Sebagai Komponen Pada

Konstruksi Rangka Batang Ruang. [disertasi]. Bogor [ID]: Institut

Pertanian Bogor.

Dransfield S, Widjaja EA. 1995. PROSEA, Plant Resource of South East Asia 7:

Bamboos. Leiden: Backhuys Publisher.

Frick H. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Seri Konstruksi Arsitektur 7.

Yogyakarta : Kanesius.

Ganie CN. 2008. Pengaruh Isian Mortar Terhadap Kuat Tekan Bambu Wulung

[skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Habib. 2010. Bambu. [internet]. [diunduh 16 Maret 2012]. Dapat diunduh dari:

http://habib00ugm.wordpress.com/2010/06/05/bambu/

Haygreen JG, Bowyer JL. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu pengantar

(terjemahan). Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Janssen JJA. 1981a. The Relationship Between the Mechanical Properties and The

Biological and Chemical Composition of Bamboo. Dalam Higuchi, T.

(Ed.), Proceedings of the Congress Group 5.3, Productions and Utilization

of Bamboo and Related Species, XVII International Union Forest

Research Organization Word Congress Kyoto, Japan. (hlm : 27-32).

Janssen JJA. 1981b. Bamboo in Building Structures, Doktor of Technical Science

Thesis, Eindhoven University of Technology, Eindhoven, Netherlands.

ISO 22157-1: 2004 (E). laboratory Manual on Testing Methods for Determination

of Physical and Mechanical Properties of Bamboo. Published Switzerland.

Page 79: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

61

Kurniawan H. 2002. Sifat Mekanis Laminasi Lengkung Bambu Betung

(Dendrocalamus asper (Schultes.f) Backer ex Heyne) Menggunakan

Perekat PVAc [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Li XB. 2004. Physical, Chemical and Mechanical Properties of Bamboo and Its

Utilization Potential for Fibreboard Manufacturing [tesis]. Chinese

Academy of Forestry.

Liese W. 1980. Anatomy of Bamboo. Bamboo Reasearch in Asia, Proceedings of a

Workshop. Singapore: 28-30 May 1980. Singapore: International

Development Research Center and the International Union of Forestry

Research Organizations. hlm 161-164.

Liese W. 1985. Anatomy of Bamboo Proceedings Workshop Bamboo Research in

Asia, Singapore 28-30 May 1980. International Development Research

Center. Ottawa.

Liese W, Kumar S. 2003. Bamboo Preservation Compendium. India: Centre for

Indian Bamboo Resource and Technology.

Maulana AC. 2011. Aplikasi Kurva Respon Cahaya Sinusoidal Untuk Pengukuran

Daya Serap Karbondioksida Pada Bambu Betung [skripsi]. Bogor [ID]:

Institut Pertanian Bogor.

McClure FA. 1953. Bambu as a Bulding Material. In Bamboo in Buliding

Contructions.

Mohmod AL, Hamid NH, Sulaiman O. 1991. Variation in Physical Properties of

Two Malaysian Bamboos. Dalam Bamboo in the Asia Pacific, pp. 232-

236.

Nandika D, Dharma IGKT, Matangaran JR. 1994. Keawetan dan Pengawetan

Bambu, Prosiding Sarasehan Penelitian Bambu Indonesia, Puspitek

Serpong. Bogor : Yayasan Bambu Lestari.

Noermalicha. 2001. Rekayasa Rancangan Bangunan Laminasi Lengkungan

Bambu [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Nuryatin N. 2000. Studi Analisa Sifat-sifat Dasar Bambu Pada Beberapa Tujuan

Penggunaan. [tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

. 2012. Pola Ikatan Pembuluh Bambu sebagai Penduga Pemanfaatan

Bambu. [disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Sastrapradja SA, Widjaja, Prawiroatmojo S, Soenarko S. 1980. Beberapa Jenis

Bambu. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor.

Setiadi A. 2009. Sifat Kimia Beberapa Jenis Bambu pada Empat Tipe Ikatan

Pembuluh. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.

Page 80: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

62

Subiyanto B, Sudijono, Gopar M. 1994. Pengembangan Papan Bambu Komposit.

Dalam Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Bogor: Yayasan Bambu

Lingkungan Lestari.

Subyakto. 1995. Variation on Specific Gravity and Bending Properties of

Dendrocalamus asper Culm Grown in Bogor. Dalam Engineering and

Utilization, pp. 185-192.

Sulthoni A. 1994. Permasalahan Sumberdaya Bambu di Indonesia. Dalam

Strategi Penelitian Bambu Indonesia, hal : 30-36.

Syafi’i LI. 1984. Pengujian Sifat-sifat Fisis dan Mekanis Contoh Kecil Bebas

Cacat Beberapa Jenis Bambu. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian

Bogor.

Tamolang EN. Lopez FR. Seamana JA. Casin RF. Espiloy ZB. 1980. Properties

and Utilization Phillipine Bamboo. Proceeding: Workshop Bamboos

Research Center, Ottawa. Canada.

Wang CK. 1970. Matriks Methods of Structural Analysis, American Publishing,

Wisconsin.

Wangaard FF. 1950. The Mechanical Properties of Wood. John Willey & Sons,

Inc. New york, Chapman & Hill Limited, London.

Widjaja EA. 1980. Indonesia. Dalam Bamboo Research in Asia, hal : 63-68.

Widjaja, EA. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulaan Sunda Kecil. Pusat

Penelitian dan Pengembangan LIPI. Balai Penelitian Botani Herbarium

Bogoriense. Bogor.

Yap F. 1967. Bambu Sebagai Bahan Bangunan. Bandung: Lembaga Penyelidikan

Masalah Bangunan.

Page 81: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

63

LAMPIRAN

Page 82: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

64

64

Lampiran 1. Data bentuk buluh bambu

No Kode

Pangkal Ujung øPangkal-øUjung Panjang

Taper Jarak

Antar Buku Diameter

Luar

Diameter

dalam

Tebal

Kulit

Diameter

Luar

Diameter

Dalam

Tebal

Kulit Luar Dalam Luar Dalam

Gombong

Pangkal

1 GBP1 11,69 7,89 1,90 11,27 7,77 1,75 0,41 0,11 302,0 0,0014 0,0004 39,80

2 GBP2 9,08 5,28 1,90 8,28 5,98 1,15 0,80 2,30 301,0 0,0026 0,0076 36,66

3 GBP3 10,03 6,48 1,78 9,62 7,07 1,28 0,41 2,55 303,5 0,0014 0,0084 33,77

Rata-rata

0,0018 0,0055 36,74

Tengah

4 GBT1 11,15 8,30 1,43 10,51 7,91 1,30 0,64 2,60 300,5 0,0021 0,0087 45,13

5 GBT2 6,91 5,46 0,73 6,37 4,97 0,70 0,54 1,40 301,0 0,0018 0,0047 40,88

6 GBT3 9,39 6,74 1,33 9,01 7,06 0,98 0,38 1,95 301,0 0,0013 0,0065 43,63

Rata-rata

0,0017 0,0066 43,21

Ujung

7 GBU1 9,87 7,67 1,10 8,50 6,50 1,00 1,37 2,00 300,8 0,0046 0,0066 42,00

8 GBU2 8,12 6,17 0,98 4,30 3,05 0,63 3,82 1,25 300,0 0,0127 0,0042 37,25

9 GBU3 8,89 7,39 0,75 8,15 6,60 0,78 0,73 1,55 305,5 0,0024 0,0051 41,80

Rata-rata

0,0066 0,0053 40,35

Mayan

Pangkal

1 MYP1 10,03 5,78 2,13 9,71 7,21 1,25 0,32 -1,43 305,0 0,0010 -0,0047 38,10

2 MYP2 8,66 5,46 1,60 8,34 6,29 1,03 0,32 2,05 300,0 0,0011 0,0068 39,50

3 MYP3 9,87 5,62 2,13 9,24 6,59 1,33 0,64 2,65 300,3 0,0021 0,0088 39,90

Rata-rata

0,0014 0,0037 39,17 64

Page 83: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

65

Tengah

4 MYT1 10,19 7,99 1,10 9,94 8,34 0,80 0,25 1,60 301,8 0,0008 0,0053 50,83

5 MYT2 8,60 6,70 0,95 8,15 6,75 0,70 0,45 1,40 287,0 0,0016 0,0049 57,50

6 MYT3 9,55 7,35 1,10 9,36 7,86 0,75 0,19 1,50 300,1 0,0006 0,0050 53,25

Rata-rata

0,0010 0,0051 53,86

Ujung

7 MYU1 9,65 8,00 0,83 7,26 5,81 0,73 2,39 1,45 302,0 0,0079 0,0048 37,40

8 MYU2 7,10 5,75 0,68 5,48 4,33 0,58 1,62 1,15 301,8 0,0054 0,0038 46,50

9 MYU3 9,14 7,59 0,78 7,71 6,56 0,58 1,43 1,15 301,5 0,0048 0,0038 51,17

Rata-rata

0,0060 0,0041 45,02

Lampiran 1 (Lanjutan). Data bentuk buluh bambu

65

Page 84: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

66

66

Lampiran 2. Tipe ikatan vaskuler pada masing – masing bagian

Gombong (Gigantochloa verticillata (Wild.) Munro)

Bagian : Pangkal

No Tepi Inti Dalam

lokasi : Ruas I

Tipe Ikatan III III dan IV IV

Lokasi : Buku II

Tipe Ikatan III III III

Bagian : Tengah

Lokasi : Ruas III

Tipe Ikatan III III III

Lokasi : Buku IV

Tipe Ikatan III III III

Page 85: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

67

Bagian : Ujung

Lokasi : Ruas V

Tipe Ikatan III III III

Lokasi : Buku VI

Tipe Ikatan III IV IV

Mayan (Gigantochloa robusta Kurz.)

Bagian : Pangkal

No Tepi Inti Dalam

lokasi : Ruas I

Tipe Ikatan III III III

Lokasi : Buku II

Tipe Ikatan III III III

Lampiran 2 (Lanjutan). Tipe ikatan vaskuler pada masing – masing

bagian

Page 86: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

68

Bagian : Tengah

Lokasi : Ruas III

Tipe Ikatan III III III

Lokasi : Buku IV

Tipe Ikatan III IV IV

Bagian : Ujung

Lokasi : Ruas V

Tipe Ikatan III III III

Lokasi : Buku VI

Tipe Ikatan III III dan IV III dan IV

Lampiran 2 (Lanjutan). Tipe ikatan vaskuler pada masing – masing bagian

Page 87: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

69

Lampiran 3. Pengujian sifat anatomi bambu

Posisi

Vertikal Lokasi

Posisi

Horizontal

Buah/mm2

Luas Ikatan

Vaskuler (mm2)

Proporsi Luas

Ikatan Vaskuler

GB MY GB MY GB MY

Pangkal Ruas Tepi 2,10 1,84 31,58 35,24 87,68% 85,34%

Tengah 0,80 0,67 20,88 28,60 57,97% 69,26%

Dalam 0,55 0,48 17,62 27,15 48,92% 65,76%

Rata-rata

1,15 1,00 0,67 0,94 64,86% 73,45%

Buku Tepi 1,75 1,55 43,44 33,60 80,25% 76,91%

Tengah 0,61 0,48 28,39 17,54 52,45% 40,16%

Dalam 0,29 0,36 18,15 11,78 33,53% 26,97%

Rata-rata

0,88 0,80 0,81 0,68 55,41% 48,01%

Tengah Ruas Tepi 2,15 1,77 21,36 23,32 80,84% 84,36%

Tengah 0,79 0,61 16,85 18,68 63,77% 67,60%

Dalam 0,56 0,39 14,80 15,93 56,03% 57,63%

Rata-rata

1,17 0,92 0,72 1,00 66,88% 69,86%

Buku Tepi 2,04 1,78 24,59 21,48 62,91% 57,98%

Tengah 0,53 0,56 17,25 13,03 44,12% 35,17%

Dalam 0,28 0,16 9,82 4,13 25,12% 11,16%

Rata-rata

0,95 0,83 0,67 0,54 44,05% 34,77%

Ujung Ruas Tepi 2,27 2,53 15,20 10,30 84,45% 70,46%

Tengah 0,88 0,88 10,03 9,10 55,77% 62,28%

Dalam 0,50 0,41 6,29 4,77 34,99% 32,64%

Rata-rata

1,22 1,27 0,56 0,59 58,40% 55,13%

Buku Tepi 1,97 2,05 14,99 12,89 61,53% 63,11%

Tengah 0,65 0,48 10,29 6,00 42,27% 29,35%

Dalam 0,32 0,14 6,74 1,51 27,66% 7,40%

Rata-rata

0,98 0,89 0,59 0,47 43,82% 33,29%

Page 88: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

70

Lampiran 4. Data pengujian kadar air (KA) dari keadaan kering udara

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 12,96 15,17 GBT1 14,64 14,06 GBU1 13,76 13,54

2 GBP2 14,89 14,62 GBT2 14,76 12,61 GBU2 15,45 -

3 GBP3 12,76 14,29 GBT3 15,03 11,90 GBU3 13,91 11,87

Rata-Rata 13,54 14,70

14,81 12,86

14,38 12,70

Stdev 1,17 0,44

0,20 1,10

0,94 1,18

1 MYP1 14,12 12,04 MYT1 14,70 14,96 MYU1 12,08 13,40

2 MYP2 14,37 12,38 MYT2 13,75 11,30 MYU2 13,15 12,94

3 MYP3 11,96 14,25 MYT3 15,04 14,05 MYU3 14,91 13,62

Rata-Rata 13,48 12,89

14,50 13,44

13,38 13,32

Stdev 1,33 1,19

0,67 1,90

1,43 0,35

Lampiran 5. Data pengujian berat jenis (BJ)

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 0,60 0,65 GBT1 0,62 0,59 GBU1 0,70 0,71

2 GBP2 0,58 0,67 GBT2 0,48 0,60 GBU2 0,57 -

3 GBP3 0,66 0,69 GBT3 0,62 0,64 GBU3 0,67 0,66

Rata-Rata 0,61 0,67

0,58 0,61

0,65 0,69

Stdev 0,05 0,02

0,08 0,03

0,07 0,04

1 MYP1 0,60 0,67 MYT1 0,60 0,64 MYU1 0,61 0,63

2 MYP2 0,68 0,75 MYT2 0,73 0,77 MYU2 0,72 0,70

3 MYP3 0,70 0,68 MYT3 0,70 0,62 MYU3 0,64 0,68

Rata-Rata 0,66 0,70

0,68 0,68

0,66 0,67

Stdev 0,05 0,04

0,07 0,08

0,06 0,04

Lampiran 6 Data pengujian kerapatan (g/cm3)

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 0,67 0,75 GBT1 0,72 0,67 GBU1 0,79 0,81

2 GBP2 0,66 0,76 GBT2 0,56 0,67 GBU2 0,66

3 GBP3 0,75 0,79 GBT3 0,71 0,72 GBU3 0,77 0,74

Rata-Rata 0,70 0,77

0,66 0,69

0,74 0,78

Stdev 0,05 0,02

0,09 0,03

0,07 0,05

1 MYP1 0,68 0,75 MYT1 0,69 0,74 MYU1 0,68 0,72

2 MYP2 0,78 0,84 MYT2 0,83 0,86 MYU2 0,82 0,79

3 MYP3 0,78 0,77 MYT3 0,81 0,70 MYU3 0,73 0,77

Rata-Rata 0,75 0,79

0,77 0,77

0,74 0,76

Stdev 0,06 0,05

0,08 0,08

0,07 0,04

Page 89: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

71

Lampiran 7. Output analisa statistik pengujian kadar air (KA) dan berat jenis (BJ)

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

Posisi Vertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: KA

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 34.8005278 8.7001319 1.40 0.2562

Error 31 192.2838944 6.2027063

Corrected Total 35 227.0844222

R-Square Coeff Var Root MSE KA Mean

0.153249 18.70855 2.490523 13.31222

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 1.28444444 1.28444444 0.21 0.6522

Posisi Vertikal 2 15.82003889 7.91001944 1.28 0.2936

Lokasi 1 17.69604444 17.69604444 2.85 0.1012

Dependent Variable: BJ

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 0.07276111 0.01819028 1.24 0.3142

Error 31 0.45451389 0.01466174

Corrected Total 35 0.52727500

R-Square Coeff Var Root MSE BJ Mean

0.137995 19.09367 0.121086 0.634167

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 0.05522500 0.05522500 3.77 0.0614

Posisi Vertikal 2 0.01706667 0.00853333 0.58 0.5648

Lokasi 1 0.00046944 0.00046944 0.03 0.8592

Duncan's Multiple Range Test for KA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 6.202706

Number of Means 2

Critical Range 1.693

Page 90: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

72

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 13.5011 18 MY

A

A 13.1233 18 GB

Duncan's Multiple Range Test for BJ

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 0.014662

Number of Means 2

Critical Range .08232

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 0.67333 18 MY

A

A 0.59500 18 GB

Duncan's Multiple Range Test for KA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 6.202706

Number of Means 2 3

Critical Range 2.074 2.179

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 13.900 12 Tengah

A

A 13.651 12 Pangkal

A

A 12.386 12 Ujung

Duncan's Multiple Range Test for BJ

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

ErrorDegreesofFreedom 31

ErrorMeanSquare 0.014662

Page 91: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

73

NumberofMeans 2 3

CriticalRange .1008 .1060

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Vertikal

A 0.66083 12 Pangkal

A

A 0.63417 12 Tengah

A

A 0.60750 12 Ujung

Duncan's Multiple Range Test for KA

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 6.202706

NumberofMeans 2

CriticalRange 1.693

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 14.0133 18 Ruas

A

A 12.6111 18 Buku

Duncan's Multiple Range Test for BJ

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 0.014662

Number of Means 2

Critical Range .08232

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 0.63778 18 Ruas

A

A 0.63056 18 Buku

Page 92: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

74

Lampiran 8. Output analisa statistik pengujian penyusutan dimensi

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

Posisi Vertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: Susut

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 48.88614778 12.22153694 15.63 <.0001

Error 31 24.24521497 0.78210371

Corrected Total 35 73.13136275

R-Square Coeff Var Root MSE Susut Mean

0.668470 15.16988 0.884366 5.829750

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 1.52646025 1.52646025 1.95 0.1723

Posisi Vertikal 2 47.30500950 23.65250475 30.24 <.0001

Lokasi 1 0.05467803 0.05467803 0.07 0.7932

Duncan's Multiple Range Test for Susut

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 0.782104

Number of Means 2

Critical Range .6012

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 6.0357 18 MY

A

A 5.6238 18 GB

Duncan's Multiple Range Test for Susut

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 0.782104

Page 93: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

75

Number of Means 2 3

Critical Range .7364 .7739

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 7.1438 12 Pangkal

B 5.9950 12 Tengah

C 4.3505 12 Ujung

Duncan's Multiple Range Test for Susut

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 0.782104

Number of Means 2

Critical Range .6012

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 5.8687 18 Ruas

A

A 5.7908 18 Buku

Lampiran 9. Analisa korelasi pengujian susut volume dengan faktor KA dan BJ

Correlations: Susut Volume, KA, BJ

Volume KA

KA 0.621

0.000

BJ 0.603 0.710

0.000 0.000

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Page 94: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

76

Lampiran 10 Data pengujian MOE (kgf/cm2) pada bilah

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 115576 108495 GBT1 143162 120458 GBU1 112063 130002

2 GBP2 101693 128882 GBT2 346844 235233 GBU2 223209 81705

3 GBP3 107969 124655 GBT3 147473 126268 GBU3 140322 126030

Rata-Rata 108413 120677

212493 160653

158532 112579

Stdev 6952 10760

116371 64654

57767 26811

1 MYP1 144470 122228 MYT1 138701 112171 MYU1 108440 104663

2 MYP2 167683 140714 MYT2 163954 144328 MYU2 141376 142727

3 MYP3 131418 117541 MYT3 147955 151223 MYU3 121132 118490

Rata-Rata 147857 126828

150203 135907

123650 121960

Stdev 18368 12252

12776 20843

16611 19268

Lampiran 11 Data pengujian MOR (kgf/cm2) pada bilah

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 952 1355 GBT1 1093 1431 GBU1 998 1280

2 GBP2 876 1262 GBT2 1944 2250 GBU2 1544 882

3 GBP3 870 1250 GBT3 1183 1231 GBU3 1216 1351

Rata-Rata 899 1289

1407 1638

1253 1171

Stdev 46 57

467 540

275 253

1 MYP1 1331 1228 MYT1 1149 1178 MYU1 1156 1189

2 MYP2 1278 1350 MYT2 1501 1381 MYU2 1467 1490

3 MYP3 961 1121 MYT3 1375 1353 MYU3 1174 1222

Rata-Rata 1190 1233

1341 1304

1266 1300

Stdev 200 115

179 110

174 165

Page 95: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

77

Lampiran 12. Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR pada bilah

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

PosisiVertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: MOE

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 16039239200 4009809800 2.12 0.1019

Error 31 58601667610 1890376375

Corrected Total 35 74640906810

R-Square Coeff Var Root MSE MOE Mean

0.214885 31.06062 43478.46 139979.4

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 1120301622 1120301622 0.59 0.4472

Posisi Vertikal 2 11164709106 5582354553 2.95 0.0670

Lokasi 1 3754228471 3754228471 1.99 0.1687

Dependent Variable: MOR

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 532986.935 133246.734 2.03 0.1147

Error 31 2035617.201 65665.071

Corrected Total 35 2568604.136

R-Square Coeff Var Root MSE MOR Mean

0.207501 20.11065 256.2520 1274.210

Source DF Type III SS Mean

Square

F Value Pr > F

Jenis 1 120.1145 120.1145 0.00 0.9662

Posisi Vertikal 2 448946.7380 224473.3690 3.42 0.0455

Lokasi 1 83920.0830 83920.0830 1.28 0.2669

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

Page 96: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

78

Number of Means 2

Critical Range 29558

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 145558 18 GB

A

A 134401 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

Number of Means 2

Critical Range 174.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 1276.04 18 GB

A

A 1272.38 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

NumberofMeans 2 3

CriticalRange 36202 38047

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 164814 12 Tengah

A

B A 129180 12 Ujung

B

B 125944 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Lampiran 12 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR

pada bilah

Page 97: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

79

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

NumberofMeans 2 3

CriticalRange 213.4 224.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 1422.4 12 Tengah

A

B A 1247.4 12 Ujung

B

B 1152.8 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

Number of Means 2

Critical Range 29558

Means with the same letter are not significantly different.

DuncanGrouping Mean N Lokasi

A 150191 18 Ruas

A

A 129767 18 Buku

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

Number of Means 2

Critical Range 174.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 1322.49 18 Buku

A

A 1225.93 18 Ruas

Lampiran 12 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR

pada bilah

Page 98: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

80

Lampiran 13. Analisa korelasi pengujian MOE dan MOE dengan faktor KA dan

BJ

Correlations: MOE, MOR, KA, BJ

MOE MOR KA

MOR 0.781

0.000

KA 0.270 0.222

0.111 0.193

BJ -0.017 0.128 0.710

0.924 0.456 0.000

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Page 99: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

81

Lampiran 14. Data pengujian MOE (kgf/cm2) pada buluh

NO Kode Nilai Kode Nilai Kode Nilai

1 GBP1 48025 GBT1 33811 GBU1 60242

2 GBP2 46917 GBT2 56017 GBU2 111149

3 GBP3 47313 GBT3 60522 GBU3 78592

Rata-Rata

47418

50116

83328

St.Dev

561

14300

25781

1 MYP1 39378 MYT1 35627 MYU1 50463

2 MYP2 75776 MYT2 50973 MYU2 73462

3 MYP3 47956 MYT3 81787 MYU3 61261

Rata-Rata

54370

56129

61729

St.Dev

19028

23508

11507

Lampiran 15 Data pengujian MOR (kgf/cm2) pada buluh

NO KODE Nilai

Nilai

Nilai

1 GBP1 525 GBT1 343 GBU1 334

2 GBP2 395 GBT2 357 GBU2 818

3 GBP3 473 GBT3 385 GBU3 408

Rata-Rata

464

362

520

St.Dev

65

22

261

1 MYP1 314 MYT1 293 MYU1 248

2 MYP2 301 MYT2 162 MYU2 217

3 MYP3 325 MYT3 259 MYU3 310

Rata-Rata

313

238

258

St.Dev

12

68

47

Page 100: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

82

Lampiran 16. Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR pada buluh utuh

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

PosisiVertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: MOE

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 16039239200 4009809800 2.12 0.1019

Error 31 58601667610 1890376375

Corrected Total 35 74640906810

R-Square Coeff Var Root MSE MOE Mean

0.214885 31.06062 43478.46 139979.4

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 1120301622 1120301622 0.59 0.4472

Posisi Vertikal 2 11164709106 5582354553 2.95 0.0670

Lokasi 1 3754228471 3754228471 1.99 0.1687

Dependent Variable: MOR

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 532986.935 133246.734 2.03 0.1147

Error 31 2035617.201 65665.071

Corrected Total 35 2568604.136

R-Square Coeff Var Root MSE MOR Mean

0.207501 20.11065 256.2520 1274.210

Source DF Type III SS Mean

Square

F Value Pr > F

Jenis 1 120.1145 120.1145 0.00 0.9662

Posisi Vertikal 2 448946.7380 224473.3690 3.42 0.0455

Lokasi 1 83920.0830 83920.0830 1.28 0.2669

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

Number of Means 2

Page 101: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

83

Critical Range 29558

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 145558 18 GB

A

A 134401 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

Number of Means 2

Critical Range 174.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 1276.04 18 GB

A

A 1272.38 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

NumberofMeans 2 3

CriticalRange 36202 38047

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 164814 12 Tengah

A

B A 129180 12 Ujung

B

B 125944 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Lampiran 16 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR

pada buluh utuh pada bilah

Page 102: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

84

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

NumberofMeans 2 3

CriticalRange 213.4 224.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 1422.4 12 Tengah

A

B A 1247.4 12 Ujung

B

B 1152.8 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for MOE

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 1.8904E9

Number of Means 2

Critical Range 29558

Means with the same letter are not significantly different.

DuncanGrouping Mean N Lokasi

A 150191 18 Ruas

A

A 129767 18 Buku

Duncan's Multiple Range Test for MOR

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 65665.07

Number of Means 2

Critical Range 174.2

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 1322.49 18 Buku

A

A 1225.93 18 Ruas

Lampiran 16 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian MOE dan MOR

pada buluh utuh pada bilah

Page 103: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

85

Lampiran 17. Analisa korelasi pengujian MOE dan MOR buluh dengan faktor KA

dan BJ

Correlations: MOE, MOR, KA, BJ

MOE MOR KA

MOR 0.459

0.056

KA 0.223 0.571

0.374 0.013

BJ 0.023 -0.513 -0.549

0.928 0.029 0.018

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Page 104: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

86

Lampiran 18. Data pengujian tarik sejajar serat (kgf/cm2) pada bilah

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 2050 1391 GBT1 2566 1258 GBU1 3051 1152

2 GBP2 1404 1981 GBT2 2500 325 GBU2 2315 1019

3 GBP3 1635 1080 GBT3 2579 1075 GBU3 2939 1398

Rata-Rata

1696 1484

2548 886

2768 1190

Stdev

327 458

43 494

397 193

1 MYP1 2403 820 MYT1 2754 1132 MYU1 2155 962

2 MYP2 2372 789 MYT2 2715 921 MYU2 1895 852

3 MYP3 1896 951 MYT3 2734 888 MYU3 1267 1010

Rata-Rata

2224 853

2734 980

1772 942

Stdev

284 86

20 132

457 81

Page 105: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

87

Lampiran 19. Gambar contoh uji tarik terserang oleh kumbang bubuk Anobium sp

Page 106: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

88

Lampiran 20. Output analisa statistik pengujian tarik sejajar serat

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

PosisiVertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: Tarik

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 14303956.21 3575989.05 19.12 <.0001

Error 31 5796877.12 186996.04

Corrected Total 35 20100833.33

R-Square Coeff Var Root MSE Tarik Mean

0.711610 25.84546 432.4304 1673.139

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 284179.89 284179.89 1.52 0.2269

PosisiVertikal 2 298238.55 149119.28 0.80 0.4595

Lokasi 1 13721537.77 13721537.77 73.38 <.0001

Duncan's Multiple Range Test for Tarik

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 186996

Number of Means 2

Critical Range 294.0

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 1762.0 18 GB

A

A 1584.3 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for Tarik

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 186996

Number of Means 2 3

Critical Range 360.1 378.4

Page 107: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

89

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 1787.1 12 Tengah

A

A 1668.0 12 Ujung

A

A 1564.3 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for Tarik

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 186996

Number of Means 2

Critical Range 294.0

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 2290.5 18 Ruas

B 1055.8 18 Buku

Lampiran 21. Analisa korelasi pengujian tarik sejajar serat dengan faktor KA dan

BJ

Correlations: KA, BJ, Tarik

KA BJ

BJ 0.710

0.000

Tarik 0.307 0.050

0.068 0.771

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Lampiran 20 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian tarik sejajar serat

Page 108: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

90

Lampiran 22. Data pengujian tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada bilah

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 499 426 GBT1 500 505 GBU1 483 419

2 GBP2 375 413 GBT2 299 363 GBU2 435 348

3 GBP3 300 441 GBT3 557 418 GBU3 557 480

Rata-Rata

391 427

452 429

492 416

Stdev

101 14

135 72

61 66

1 MYP1 484 544 MYT1 358 438 MYU1 377 357

2 MYP2 538 477 MYT2 484

MYU2 573 464

3 MYP3 445 410 MYT3 492 453 MYU3 649 471

Rata-Rata

489 477

445 445

533 431

Stdev

47 67

76 11

140 64

Page 109: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

91

Lampiran 23. Output analisa statistik pengujian keteguhan tekan sejajar serat

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GBMY

Posisi Vertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: TekanCKBC

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 38508.3557 9627.0889 0.88 0.4873

Error 31 339189.2226 10941.5878

Corrected Total 35 377697.5783

R-Square Coeff Var Root MSE Tekan CKBC Mean

0.101956 22.54478 104.6020 463.9746

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 31727.14101 31727.14101 2.90 0.0986

Posisi Vertikal 2 6463.24078 3231.62039 0.30 0.7463

Lokasi 1 317.97388 317.97388 0.03 0.8657

Duncan's Multiple Range Test for TekanCKBC

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 10941.59

Number of Means 2

Critical Range 71.11

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 493.66 18 MY

A

A 434.29 18 GB

Duncan's Multiple Range Test for TekanCKBC

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 10941.59

Number of Means 2 3

Critical Range 87.10 91.53

Page 110: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

92

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 478.19 12 Tengah

A

A 467.72 12 Ujung

A

A 446.02 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for TekanCKBC

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 10941.59

Number of Means 2

Critical Range 71.11

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 466.95 18 Ruas

A

A 461.00 18 Buku

Lampiran 24. Analisa korelasi pengujian tekan pada bilah dengan faktor KA dan

BJ

Correlations: KA, BJ, Tekan Bilah

KA BJ

BJ 0.710

0.000

Tekan 0.086 0.397

0.616 0.017

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Lampiran 23 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian keteguhan tekan

sejajar serat

Page 111: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

93

Lampiran 25. Data pengujian tekan sejajar serat (kgf/cm2) pada buluh

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

Ruas Buku Ruas Buku Ruas Buku

1 GBP1 466 466 GBT1 451 480 GBU1 558 631

2 GBP2 452 452 GBT2 407 436 GBU2 813 467

3 GBP3 557

GBT3 516 567 GBU3 625 645

Rata-Rata

492 459

458 495

666 581

Stdev

57 10

55 67

132 99

1 MYP1 450 473 MYT1 433 362 MYU1 479 318

2 MYP2 530 478 MYT2 560 648 MYU2 645 549

3 MYP3 496 447 MYT3 536 565 MYU3 186 233

Rata-Rata

492 466

510 525

437 367

Stdev

40 17

68 147

232 163

Page 112: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

94

Lampiran 26. Output analisa statistik pengujian keteguhan tekan sejajar (kgf/cm2)

pada buluh

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GB MY

PosisiVertikal 3 Pangkal Tengah Ujung

Lokasi 2 Buku Ruas

Number of Observations Read 36

Number of Observations Used 36

Dependent Variable: TekanFS

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 45821.9707 11455.4927 0.81 0.5259

Error 31 436209.5205 14071.2749

Corrected Total 35 482031.4911

R-Square Coeff Var Root MSE Tekan FS Mean

0.095060 24.00107 118.6224 494.2380

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 28700.02352 28700.02352 2.04 0.1632

Posisi Vertikal 2 9252.89304 4626.44652 0.33 0.7223

Lokasi 1 7869.05411 7869.05411 0.56 0.4602

Duncan's Multiple Range Test for TekanFS

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 14071.27

Number of Means 2

Critical Range 80.64

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 522.47 18 GB

A

A 466.00 18 MY

Duncan's Multiple Range Test for TekanFS

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Page 113: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

95

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 14071.27

NumberofMeans 2 3

CriticalRange 98.8 103.8

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 512.43 12 Ujung

A

A 496.86 12 Tengah

A

A 473.42 12 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for TekanFS

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 31

Error Mean Square 14071.27

NumberofMeans 2

CriticalRange 80.64

Means with the same letter are not significantly different.

DuncanGrouping Mean N Lokasi

A 509.02 18 Ruas

A

A 479.45 18 Buku

Lampiran 27. Analisa korelasi pengujian keteguhan tekan buluh dengan faktor

KA dan BJ

Correlations: KA, BJ, Tekan Buluh

KA BJ

BJ 0.710

0.000

Tekan -0.058 0.135

0.739 0.433

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Lampiran 26 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian keteguhan tekan

sejajar (kgf/cm2) pada buluh

Page 114: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

96

Lampiran 28. Data pengujian geser sejajar serat (kgf/cm2) pada buluh

No Kode Nilai

Kode Nilai

Kode Nilai

TB B TB B TB B

1 GBP1 80 70 GBT1 77 101 GBU1 82 81

76 74

80 96

89 81

2 GBP2 81 70 GBT2 90 68 GBU2 86 77

74 86

85 76

82 69

3 GBP3 90 74 GBT3 105 92 GBU3 98 115

90 87

101 101

108 107

Rata-Rata 82 77

90 89

91 88

Stdev 7 8

11 14

10 19

1 MYP1 79 62 MYT1 66 83 MYU1 86 102

59 84

67 94

95 104

2 MYP2 87 88 MYT2 101 106 MYU2 117 124

88 95

100 111

107 153

3 MYP3 66 80 MYT3 91 108 MYU3 73 111

65 98

81 91

85 73

Rata-Rata 74 85

84 99

94 111

Stdev 12 13

16 11

16 27

Page 115: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

97

Lampiran 29. Output analisa statistik pengujian keteguhan geser sejajar serat

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Jenis 2 GBMY

PosisiVertikal 3 PangkalTengahUjung

Lokasi 2 BukuRuas

Number of Observations Read 72

Number of Observations Used 72

Dependent Variable: Geser

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 4 4531.68764 1132.92191 5.17 0.0011

Error 67 14676.14355 219.04692

Corrected Total 71 19207.83119

R-Square Coeff Var Root MSE Geser Mean

0.235929 16.70489 14.80023 88.59820

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Jenis 1 474.398077 474.398077 2.17 0.1458

Posisi Vertikal 2 3471.499751 1735.749876 7.92 0.0008

Lokasi 1 585.789815 585.789815 2.67 0.1067

Duncan's Multiple Range Test for Geser

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 67

Error Mean Square 219.0469

Number of Means 2

Critical Range 6.963

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Jenis

A 91.165 36 MY

A

A 86.031 36 GB

Duncan's Multiple Range Test for Geser

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Page 116: KARAKTERISTIK BILAH DAN BULUH BAMBU GOMBONG DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/57733/9/E12spd.pdf · KARAKTERISTIK BILAH. DAN BULUH BAMBU . GOMBONG DAN MAYAN SATRIA

98

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 67

Error Mean Square 219.0469

Number of Means 2 3

Critical Range 8.528 8.972

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Posisi Vertikal

A 96.043 24 Ujung

A

A 90.421 24 Tengah

B 79.330 24 Pangkal

Duncan's Multiple Range Test for Geser

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the

experimentwise error rate.

Alpha 0.05

Error Degrees of Freedom 67

Error Mean Square 219.0469

Number of Means 2

Critical Range 6.963

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Lokasi

A 91.451 36 Buku

A

A 85.746 36 Ruas

Lampiran 30. Analisa korelasi pengujian keteguhan geser sejajar serat dengan

faktor KA dan BJ

Correlations: KA, BJ, Geser

KA BJ

BJ 0.710

0.000

Geser 0.039 0.292

0.822 0.084

Cell Contents: Pearson correlation P-Value

Lampiran 29 (Lanjutan). Output analisa statistik pengujian keteguhan geser

sejajar serat