kapsel anor

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembaga (Cu) 2.1.1 Karakteristik dan Sifat Tembaga 2.1.2 Toksisitas Logam Tembaga 2.1.3 Tembaga dalam tubuh Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses fisiologis dalam tubuh hewan (Richards 1989; Ahmed et al. 2002). Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen (Darmono 1995; 2001). 6

Upload: yunita-pare

Post on 04-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses fisiologis dalam tubuh hewan (Richards 1989; Ahmed et al. 2002). Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen (Darmono 1995; 2001). Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga merupakan bagian dari enzimenzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas enzim pernapasan, sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase. Tirosinase mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen (Davis dan Mertz 1987; Mills 1987; Sharma et al.2003). 2.2 Vitamin C (Asam aksorbat)2.2.1 Karakteristik dan Sifat Vitamin C Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang sangat kuat. Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton. Bentuk vitamin C yang ada di dalam terutama adalah L-asam askorbat. D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10 persen aktivitas vitamin C. Biasanya D-asam askorbat ditambah kedalam bahan pangan sebagai antioksidan, bukan sebagai sumber vitamin C (Andarwulan dan Koswara, 1992). Vitamin C yang mempunyai rumus empiris C6H8O6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192 ˚C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam (Andarwulan dan Koswara, 1992). Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksinya yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalisis oleh beberapa logam, terutama Cu dan Ag. Potensial oksidasi reduksi vitamin C pada pH 4 dan suhu 35 ˚C. Senyawa ini juga menyerap spektrum ultraviolet pada panjang gelombang 244-299 nm dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm (Andarwulan dan Koswara, 1992). Stabilitas asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula dan garam, pH, oksigen, Enzim, katalisator logam, konsentrasi awal baik dalam

TRANSCRIPT

Page 1: kapsel anor

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tembaga (Cu)

2.1.1 Karakteristik dan Sifat Tembaga

2.1.2 Toksisitas Logam Tembaga

2.1.3 Tembaga dalam tubuh

Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat

menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat

dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses

fisiologis dalam tubuh hewan (Richards 1989; Ahmed et al. 2002).

Tembaga ditemukan dalam protein plasma, seperti seruloplasmin yang

berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan

komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam

eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen (Darmono

1995; 2001).

Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga merupakan

bagian dari enzimenzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas

enzim pernapasan, sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase.

Tirosinase mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin

(pigmen gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus

heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen (Davis dan Mertz 1987;

Mills 1987; Sharma et al.2003).

6

Page 2: kapsel anor

2.2 Vitamin C (Asam aksorbat)

2.2.1 Karakteristik dan Sifat Vitamin C

Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air,

mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang sangat kuat. Sifat-sifat tersebut

terutama disebabkan adanya struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus

karbonil dalam cincin lakton. Bentuk vitamin C yang ada di dalam terutama

adalah L-asam askorbat. D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya

memiliki 10 persen aktivitas vitamin C. Biasanya D-asam askorbat ditambah

kedalam bahan pangan sebagai antioksidan, bukan sebagai sumber vitamin C

(Andarwulan dan Koswara, 1992).

Vitamin C yang mempunyai rumus empiris C6H8O6 dalam bentuk murni

merupakan kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-

192 ˚C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam

(Andarwulan dan Koswara, 1992).

Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksinya

yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalisis oleh beberapa logam, terutama

Cu dan Ag. Potensial oksidasi reduksi vitamin C pada pH 4 dan suhu 35 ˚C.

Senyawa ini juga menyerap spektrum ultraviolet pada panjang gelombang 244-

299 nm dengan panjang gelombang maksimum pada 265 nm (Andarwulan dan

Koswara, 1992).

Stabilitas asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-

pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, konsentrasi gula dan

garam, pH, oksigen, Enzim, katalisator logam, konsentrasi awal baik dalam

7

Page 3: kapsel anor

larutan, maupun sistem model, dan rasio antara asam askorbat, dan dehidro asam

askorbat (Andarwulan dan Koswara, 1992).

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi kerusakan vitamin C

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan vitamin C selama

pemprosesan termasuk perlakuan panas dan pelindian. Tingkat kekerasan kondisi

pemprosesan sering dapat dinilai dari persentase asam askorbat yang hilang.

Tingkat kehilangan bergantung pada bayaknya air yang telah dipakai (Deman,

1997).

2.2.2 Pengaruh Vitamin C dalam Tubuh

Vitamin C dalam tubuh aktif dalam 2 bentuk yaitu asam askorbat dan

dehidroaskorbic acid (DHA). Vitamin C dalam bentuk asam askorbat berperan

sebagai scavenger radikal bebas, selain itu juga mampu menghambat

pembentukan radikal bebas,(Carr et al., 2000)sedangkan dalam bentuk DHA akan

menghambat secara langsung aktifasi nuclear factor-kappa beta (NF-kB)faktor

Transkripsi inflamasi.( Carcamo et al., 2004) Beberapa penelitian melaporkan

bahwa vitamin C lebih efektif dibandingkan dengan α-tokoferol dalam

mengurangi proses patofisiologi akibat stres oksidatif seperti aterosklerosis,

karena vitamin C mempunyai kemampuan menangkap oksigen dan nitrogen

reaktif secara efektif, dan vitamin ini mempunyai kemampuan untuk regenerasi α-

tokofer

ol sehingga avaibilitas vitamin α-tokoferol ini dalam tubuh tetap terjaga.(Carr et

al., 2000)Setelah bereaksi dengan radikal bebas, vitamin C pun akan menjadi

8

Page 4: kapsel anor

produk radikal, namun karena degradasinya sangat singkat (10-5 detik) sehingga

ia tidak reaktif, salah satu alasan vitamin C disukai sebagai antioksidan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Mikobakteria

Mikobakteria berbentuk basil, merupakan bakteri aerobik yang tidak

membentuk spora. Meskipun tidak terwarnai dengan baik, segera setelah

diwarnai bakteri ini mempertahankan dekolorisasi oleh asam atau alkohol, oleh

karena itu dinamakan basil “cepat asam”. Mycobacterium Tuberculosis

menyebabkan tuberkulosis dan merupakan patogen manusia yang sangat penting.

Mycobacterium leprae menyebabkan leprosy. Mycobacterium avium-intraseluler

(M. avium komplek atau MAC) dan mikobakterium atipikal lain sering

menginfeksi pasien AIDS, bersifat pathogen opportunistic pada orang

immunokompromis, dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien

dengan sistem imun normal. Ada lebih dari 50 spesies mikobakterium, termasuk

beberapa saprofit (Brooks dkk, 2005).

2.2.1 Uraian Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium Tuberculosis bersifat non motil dan obligat aerob, dan

karena itu dapat hidup dalam rongga paru-paru yang kaya akan oksigen, dan juga

berupa parasit intraseluler di dalam makrofag karena memiliki dinding sel yang

impermeabel terhadap senyawa litik yang dilepaskan oleh makrofag. Basil

9

Page 5: kapsel anor

tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4-3 µm.

Mikobakteria tidak dapat dikelompokkan sebagai gram positif. Basil tuberkel

ditandai dengan “pencepat asam” misalnya 95% etil alkohol yang berisi 3% asam

hidroklorat (asam beralkohol) mendekolorisasi semua bakteri dengan cepat

kecuali mikobakteria. Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh

energi dari beberapa senyawa karbon sederhana. Penambahan CO2 dapat

meningkatkan pertumbuhannya. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap

agen kimia dari pada bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan

pertumbuhannya (Brooks dkk, 2005).

2.2.2 Morfologi Mycobacterium Tuberculosis

Klasifikasi ilmiah (Microbewiki, 2011)

Kingdom : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Upaordo : Corynebacterineae

Famili : Mycobacteriaceae Gambar 3.

M. tuberculosis (google.com)

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis

2.2.3 Mycobacterium tuberculosis Strain H37Rv

Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv adalah jenis M.tuberculosis

yang bersifat patogen, aerobik, berbentuk batang, non motil, dan yang paling

penting jenis bakteri strain H37Rv ini yang paling sering menyebabkan penyakit

10

Page 6: kapsel anor

TBC. Mycobacterium tuberculosis strain H37Rv memiliki urutan pasangan

genom yang terdiri atas 4.411.529 pasangan basa, dan memiliki jumlah gen

sekitar 4000 gen, dan memiliki kandungan guanin dan sitosin yang relatif sangat

tinggi yang tercermin pada asam amino bebas dari proteinnya. Jenis strain H37Rv

ini merupakan jenis strain yang terbaik karena memiliki urutan genom yang

terlengkap dan jenis strain H37Rv ini lebih mudah ditentukan dan lebih mudah

dianalisis dalam laboratorium sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman kita tentang bakteri patogen dan membantu dalam memperoleh terapi

obat baru untuk mengobati M.tuberculosis (Bifani dkk., 2005).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Antibiotik Uji

Pengembangan obat-obat kemoterapi baru merupakan suatu kebutuhan

dunia untuk meningkatkan kontrol tuberkulosis, terutama di negara berkembang.

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan tuberculosis ada dua lini. Lini

pertama yaitu Isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin. Lini

kedua yaitu amikasin dan kanamisin, viomycin dan kapreomisin,

fluoroquinolones, tioamida, sikloserin dan asam p-aminosalisilat (Kamal dkk,

2008).

Resistensi terhadap obat antituberkulosis dapat terjadi apabila terdapat

mutasi pada gen yang mengkode target obat atau gen yang mengkode enzim

bakteri yang diperlukan untuk mengkonversi proobat menjadi bentuk aktifnya.

Sebagai contoh, resistensi terhadap rifampisin dapat disebabkan oleh mutasi pada

gen rpoB yang mengkode sub unit beta dari RNA polymerase yang merupakan

target obat. Resistensi terhadap isoniazid dapat disebabkan oleh mutasi pada gen

katalase peroksida (katG) yang mengkode enzim katalase peroksidase yang

11

Page 7: kapsel anor

dibutuhkan untuk mengkonversi isoniazid menjadi bentuk aktifnya (Nuermberger

dkk, 2010).

Resistensi obat utama pada M. Tuberculosis terjadi pada sekitar 10 % dan

sebagian besar adalah terhadap isoniasid (INH) dan streptomisin. Resistensi

terhadap rifampin atau ethambutol tidak banyak ditemui. Isoniasid dan rifampin

adalah obat utama adalah obat utama yang digunakan prosedur pengobatan

standar, obat pilihan pertama yang lain adalah pirasinamid, etambutol dan

streptomisin. Kekurangnyamanan pengobatan merupakan faktor utama dalam

perkembangan resistensi obat selama terapi. Pengendalian terhadap tuberculosis

yang resisten merupakan masalah dunia yang penting (Brooks, 2001).

Umumnya, resistensi pada M. tuberculosis melibatkan perubahan genetik

baik mutasi titik maupun delesi genetik pada gen di kromosom. Hanya satu mutasi

titik yang mengakibatkan substitusi asam amino dapat bertanggung jawab

terhadap timbulnya fenotip resistensi. Mutasi titik dan delesi genetik pada

beberapa gen yang terlibat dalam fenotip resistensi multi-drug terhadap isoniazid,

rifampisin, streptomisin, pirazinamid, kuinolon dan etambutol (Retnoningrum,

2004). Resistensi obat pada M. tuberculosis adalah terutama disebabkan

akumulasi mutasi pada gen obat target mutasi ini menyebabkan baik untuk target

diubah (Rattan dkk, 1998).

Ada 2 macam resistensi obat pada M. Tuberculosis yaitu MDR (Multi

Drug Resistance) dan XDR (extreme drug resistance, atau extensive drug

resistance). Bakteri M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat lini pertama

disebut MDR sedangkan XDR adalah kuman MDR yang juga kebal terhadap 3

atau lebih obat lini ke dua. XDR adalah masalah besar dalam terapi tuberkulosis

12

Page 8: kapsel anor

karena bukan saja mematikan dengan cepat tetapi juga obatnya belum tersedia

(Aditama, 2006).

2.3.1 Isoniazid (INH)

Isoniazid (isonicotinic acid hydrazide; C8H7N3O, BM: 137.1) merupakan

bubuk kristal putih yang larut dalam air. Larutannya dapat disterilkan dengan

autoklaf (Palomino dkk, 2007). Isoniazid (INH), hidrazid dari asam nikotinat,

adalah suatu analog sintetik piridoksin (gambar 4). Isoniazid adalah obat

antituberkulosis yang paling poten, tetapi tidak pernah diberikan sebagai obat

tunggal dalam pengobatan tuberculosis aktif. Penemuannya membuat revolusi

dalam pengobatan tuberculosis (Mycek dkk, 2001).

Isoniazid adalah prodrug yang diaktifkan oleh enzim mikobakterium

katalase peroksidase (Kat-G). INH sangat aktif terhadap M. tuberculosis

kompleks (M. tuberculosis, M. bovis, M. atricanum, M. microti) dengan MICs

sangat rendah (0,02-0,06 µg/mL) (Tripathi dkk, 2004). INH bekerja pada enzim

yang berperan dalam penyusunan asam mikolat ke dalam lapisan luar mikobakteri

suatu struktur yang unik untuk organism ini. Asam mikolat ini penting untuk sifat

tahan asam (acid-fastness) dari mikobakteri tersebut: sifat tahan asam ini hilang

setelah tercampur dengan isoniazid (Mycek dkk, 2001).

Resistensi INH berhubungan dengan ketidakmampuan organisme untuk

menimbun obat tersebut. Juga terdapat bukti bahwa enzim target bisa berubah

sehingga tidak mengikat isoniazid atau mungkin juga enzim tersebut dihasilkan

dalam jumlah berlebihan sehingga obat tidak cukup. Resistensi ini diakibatkan

oleh mutan KatG R436L yang juga memiliki kerja yang sama dengan KatG tetapi

substrat yang diikatnya berbeda (Johnsson dkk, 1997). Tidak ada resistensi silang

13

Page 9: kapsel anor

antara isoniazid dengan obat-obat antituberkulosis lainya. INH berdifusi ke dalam

seluruh cairan tubuh, sel-sel tubuh dan bahan kaseosa (jaringan nekrotik seperti

keju). Jaringan yang terinfeksi cenderung menahan obat tersebut lebih lama. INH

mengalami N-asetilasi dan hidrolisis yang menghasilkan produk-produk yang

tidak aktif (Mycek dkk, 2001).

Penyakit hati kronik akan mengurangi metabolisme dan dosis harus

dikurangi. Fungsi ginjal yang sangat berkurang menyebabkan akumulasi obat

tersebut. (Mycek dkk, 2001). Drug induced liver disease (obat dapat menginduksi

timbulnya penyakit hati). Hipersensitivitas terhadap

isoniazid atau komponen lain dalam sediaan ; penyakit hati akut,

riwayat kerusakan hati selama terapi dengan isoniazid (Depkes,

2010).

Gambar 4. Struktur Isoniazid

2.3.2 Streptomisin (SM)

Streptomisin (O-2-deoxy-2-methylamino- α-L-glucopyranosyl-(1-2)-O-5-

deoxy- 3-C-formyl-α-L-lyxofuranosyl- (1-4)-N,N-diamidino-D-streptamine;

C21H39N7O12; BM: 581.6) bentuknya berupa kristal keputih-putihan yang mudah

larut dalam air, sangat higroskopik sehingga harus disimpan dalam wadah kedap

udara (Palomino dkk, 2007).

Sebagian besar basil-basil tuberkel dihambat oleh streptomisin, in vitro.

Spesies mikobakteri non tuberkulosis selain Mycobacterium avium complex

14

Page 10: kapsel anor

(MAC) dan Mycobakterium kansasii semuanya resisten. Seluruh populasi besar

dari basil-basil tuberkel mengandung beberapa mutan yang resisten-streptomisin

(Katzung, 2004).

Streptomisin sulit menembus ke dalam sel-sel, dan konsekuensinya obat

ini hanya aktif utamanya untuk melawan basil-basil tuberkel ekstraseluler.

Streptomisin menembus sawar darah otak dan mencapai konsentrasi terapeutik

pada radang selaput otak. Obat ini dapat menyebabkan ototoksik dan nefrotoksik.

Vertigo dan kehilangan pendengaran merupakan efek-efek samping utamanya dan

kemungkinan menjadi permanen (Katzung, 2004).

Gambar 5. Streptomisin

2.3.3 Etionamid (ETA)

Etionamid (2-Ethyl-4-pyridinecarbothioamide, C8H10N2S, BM: 166.24 )

adalah padatan yang larut dengan sangat sedikit air, eter. Larut dengan sedikit

methanol, etanol, dan propilen glikol. Larut dalam aseton panas dan dikloroetana

panas dan larut bebas dengan piridin (Elsevier, 2008).

Etionamid secara kimia berhubungan dengan isoniazid, juga menghambat

sintesis mycolic acid (Katzung, 2004). Etionamid memiliki struktur yang mirip

15

Page 11: kapsel anor

dengan isoniazid dan bekerja dengan cara yang mirip dengan isoniazid yaitu

menghambat sintesis protein, menghambat biosintesis asam mikolat dan

mempengaruhi membran sel. Etionamid adalah bentuk prodrug dan harus

dikonversi menjadi bentuk aktifnya terlebih dahulu oleh enzim bacterial EthA

(Arbex dkk, 2010).

Gambar 6. Struktur Etionamid

2.4 Tinjauan Umum Tentang Ester

Ester salah satu dari golongan-golongan senyawa organik yang sangat

berguna, dapat diubah menjadi aneka ragam senyawa lain. Ester lazim dijumpai

dalam alam. Lemak dan lilin adalah ester. Ester juga digunakan untuk polimer

sintetik, Dacron misalnya. Ester atsiri menyebabkan aroma yang sedap dalam

banyak buah dan parfum. Cita rasa buah alamiah merupakan ramuan rumit

bermacam-macam ester bersama dengan senyawa organik lain. Cita rasa buah

sintetik biasanya hanya merupakan ramuan sederhana dari beberapa ester dengan

beberapa zat lain. Oleh karena itu, cita rasa sintetik jarang dapat menyamai cita

rasa alamiah sesungguhnya (Fessenden dan Fessenden, 1986).

2.4.1 Sintesis Ester

Bila suatu asam karboksilat dan alkohol dipanaskan dengan kehadiran

katalis asam (biasanya HCl atau H2SO4), kesetimbangan tercapai dengan ester dan

16

Page 12: kapsel anor

air. Proses ini disebut esterifikasi Fischer, berdasarkan Emil Fischer yang

mengembangkan metode ini (Hart, 2003). Keaktifan alkohol terhadap esterifikasi

bertambah dengan berkurangnya efek sterik dan panjang rantai alkil (ROH tersier

< ROH sekunder < ROH primer < CH3OH). Keaktifan asam karboksilat terhadap

esterifikasi sama seperti alkohol (R3CCO2H < R2CHCO2H < RCH2CO2H <

CH3CO2H < HCO2H). Salah satu teknik untuk mencapai reaksi kearah ester

adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan.

Teknik lain adalah memindahkan salah satu produk dari dalam campuran reaksi

misal dengan destilasi air secara azeotropik (Fessenden dan Fessenden, 1982).

Telah lama diketahui bahwa proses esterifikasi dapat sangat dipercepat

dengan penambahan asam kuat seperti asam sulfat. Ada juga metode untuk

esterifikasi menggunakan reagen spesifik dehidrasi. Esterifikasi klasik memiliki

beberapa kelemahan yaitu kekorosifan asam kuat, dengan reaksi samping yang

menyertainya seperti karbonisasi dan oksidasi. Ada banyak reagen esterifikasi

asam karboksilat telah dikembangkan, penelitian di bidang ini masih sangat aktif.

Untuk esterifikasi langsung asam karboksilat dalam kondisi ringan, asam

karboksilat harus diaktifkan untuk spesies reaktif lebih dengan menggunakan

aktivator (Kim dkk, 2004).

Alternatif lain untuk esterifikasi menggunakan reagen reaksi kopling

seperti DCC (Steglich Esterifikasi), ester preformed (transesterifikasi), klorida

asam karboksilat atau anhidrida. Reaksi ini menghindari produksi air. Jalur lain

untuk produksi ester adalah pembentukan suatu anion karboksilat, yang kemudian

bereaksi sebagai nukleofil dengan elektrofil. Ester juga dapat diproduksi melalui

17

Page 13: kapsel anor

reaksi oksidasi, yaitu oleh oksidasi Baeyer-Villiger dan esterifications oksidatif

(Anonim a, 2011).

Gambar 7. Mekanisme reaksi esterifikasi (Anonim a, 2011)

2.4.2 Uraian 2-(feniletil)heptanoat

Senyawa 2-(feniletil)heptanoat (C15H22O2) memiliki warna cairan mulai

dari tidak berwarna sampai kuning muda dengan berat molekul 234,334, densitas

1,034 pada 25 oC, Indeks refraksinya 1,48050 pada 25 oC dan titik didihnya 321-

322 oC pada tekanan 1 atm. Senyawa ini memiliki bau seperti bunga mawar

apricot (Anonim b, 2011). Mekanisme reaksi pembentukan 2-(feniletil)heptanoat

dapat dilihat pada Gambar 8.

18

Page 14: kapsel anor

Gambar 8. Mekanisme reaksi pembentukan 2-(feniletil)heptanoat

2.5 Tinjauan Umum Tentang Uji Aktivitas Antibakteri

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikrobia dapat

dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu dilusi atau difusi.

Metode dilusi mennggunakan antimikrobia dengan kadar yang menurun secara

bertahap, baik dengan media cair maupun padat. Kemudian media diinokulasi

bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang

19

Page 15: kapsel anor

menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan

penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi cair

dengan menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai. Namun kini

ada cara yang lebih sederhana dan banyak dipakai, yakni menggunakan

microdilution plate. Keuntungan metode mikrodilusi cair adalah uji ini

memberikan hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antimikrobia yang

dibutuhkan untuk mematikan bakteri (Brooks, 2005).

Metode kedua yaitu metode difusi. Metode difusi yang paling sering

digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah

tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah

diinokulasi bakteri uji pada medium pertumbuhan (Brooks, 2005).

2.5.1 Minimum Inhibitory Concentration (MIC)

Konsentrasi hambat minimum (MIC) didefinisikan sebagai konsentrasi

terendah dari suatu antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan

mikroorganisme terlihat setelah inkubasi semalam, dan konsentrasi bakterisida

minimum (MBCs) sebagai konsentrasi terendah antimikroba yang akan mencegah

pertumbuhan organisme setelah subkultur pada media bebas antibiotik. MIC

digunakan oleh laboratorium diagnostik terutama untuk mengkonfirmasi

resistensi, tetapi paling sering sebagai alat penelitian untuk menentukan aktivitas

in vitro antimikroba baru, dan data dari studi tersebut telah digunakan untuk

menentukan breakpoints MIC. Penentuan MBC yang dilakukan lebih sering dan

penggunaan utama mereka telah dicadangkan untuk isolat dari darah pasien

dengan endokarditis (Andrews, 2001).

20

Page 16: kapsel anor

Aktivitas antimikroba ditentukan dengan mengukur diameter

hambatannya, yaitu daerah bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram.

Antimikroba dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap mikroba apabila

nilai konsentrasi penghambatan bakteri yang terendah (MIC) kecil, tetapi

mempunyai diameter penghambatannya besar (Irianto, 2007). Suatu bahan

dikatakan mempunyai aktivitas antibakteri apabila diameter hambatan yang

terbentuk lebih besar atau sama dengan 6 mm (Bell, 1984).

Menurut (Nester dkk., 1973) terdapat dua teknik MIC yaitu :

a. MIC cair (Tube diluting)

Metode uji ini menggunakan teknik Tube Dillution Test. Fungsinya untuk

mengetahui hasil MIC secara langsung.

b. MIC padat

Metode uji ini berupa metode Difusi Lempeng Agar (DLA). Uji ini

dilakukan pada permukaan medium padat. Mikroba ditumbuhkan pada medium

dan kertas saring yang berbentuk cakram yang telah mengandung mikroba.

Setelah diinkubasi diameter zona penghambatan diukur. Diameter zona

pengambatan merupakan pengukuran MIC secara tidak langsung dari antibiotika

terhadap mikroba.

21