kap 2014 ppt

15
Perasaan, Keinginan dan Harapan Janita Syafrilia 120904029 Desy Khairani 120904011 Ayu Rika 120904012 Muhammad Hadjid 120904017 Muhammad Sholeh Putra 120904021 Lia Sofiana Pakpahan 120904027 Rini Gusnanda 120904031 Khairunnaili 120904070

Upload: muhammad-hadjid

Post on 14-Sep-2015

246 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rereer

TRANSCRIPT

Perasaan, Keinginan dan HarapanJanita Syafrilia 120904029Desy Khairani 120904011Ayu Rika 120904012Muhammad Hadjid 120904017Muhammad Sholeh Putra 120904021Lia Sofiana Pakpahan 120904027Rini Gusnanda 120904031Khairunnaili 120904070A. Perasaan, Keinginan, dan Harapan Harus DiungkapkanKita mungkin menganggap bahwa lingkungan kita akan mengajarkan anak-anaknya bagaimana untuk mengungkapkan perasaan dan emosi, namun sayangnya hal itu tidak mudah dilakukan karena berbagai alasan. Pertama, kita tidak bisa secara langsung mengungkapkan apa yang kita rasakan, tidak pedui seberapa tepat dan jelas kita sampaikan, kata-kata tidak akan bisa menjelaskannya.

Walaupun sulit untuk mengungkapkan perasaan kita tetap harus mencoba, apalagi jika kita sedang menjalani sebuah hubungan yang mana kita berkomitmen secara emosional dan fisik,

Kedua, walaupun berbagi perasaan dan keinginan kepada seseorang mempengaruhi hubungan kita dengannya, lingkungan kita tidak memberanikan diri untuk secara jelas membicarakan tentang masalah tersebut yang terbilang pribadi dan personal. Hal tersebut terjadi karena 3 hal berikut:

1.Lingkungan kita mengajarkan bahwa ada emosi yang negative dan ada emosi yang positif. Ketika kita mengungkapkan rasa syukur, hal tersebut dianggap emosi yang positif dan saat kita marah, hal itu dianggap emosi negatif.

2.Lingkungan mengajarkan kita untuk menekan emosi yang tidak diinginkan. Ada lingkungan yang mengajarkan pada anak bahwa tidak apa-apa untuk mengekspresikan kemarahan dan ia merasa nyaman dengan hal itu, malah akan merasa tidak nyaman dengan ekspresi yang lembut.

3.Lingkungan kita mengajarkan bahwa beberapa emosi beradu dengan nilai dasar. Sebagai contoh, anak laki-laki sering diajarkan agar mereka tidak boleh menangis karena laki-laki tidak sepantasnya menangis. B. Belajar Memisahkan Perasaan Dari EmosiPerasaan adalah respon dari tubuh terhadap rangsangan fisik. Emosi muncul saat kita berbicara pada diri kita sendiri dan orang lain tentang perasaan yang kita alami. Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Ketika seseorang bertanya pada orang lain apa yang dirasakannya ketika dikhianati pacarnya, jarang orang bertanya , "bagaimana emosimu?", kebanyakan akan bertanya, "bagaimana perasaanmu?" Dalam bahasa sehari-hari, kata emosi memang sangat jarang digunakan. Kata perasaan, jauh lebih umum digunakan.

Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul.

Kebanyakan orang berpikir bahwa emosi adalah salah satu jenis perasaan. Sesuatu dianggap sebagai emosi tatkala seseorang merasakan perasaan tertentu, terutama marah. Selain marah, perasaan lain yang kerap dianggap sebagai emosi misalnya adalah cinta, sedih, bahagia, dan cemburu. Orang akan mengatakan Andi sedang emosi ketika ia sedang marah (ia emosi karena ia dikhianati sang pacar), namun juga ketika ia sedang sangat bahagia (ia begitu emosi bertemu ibunya)

Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang. Anda mengalami perasaan marah, karena Anda merasakan adanya sesuatu yang bergejolak dalam diri Anda. Emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.C. Bagaimana Membatasi Ekspresi PerasaanTerkadang kita terlalu dipusingkan antara menggunakan perasaan dan pikiran. Contohya, mungkin kita pernah mendengar perkataan,Aku rasa kamu terlalu banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Yang sebenarnya kalimat tersebut lebih akurat jika diganti dengan Aku pikir kamu terlalu banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Berbeda, bukan?

Berikut adalah contoh-contoh bagaimana pikiran sering dibingungkan dengan perasaan yang sering kita lakukan:1.Aku merasa tidak dicintai. Bagaimana rasanya tidak dicintai? Hampa? Mati rasa? Tidak Dicintai adalah kumpulan dari perasaan-perasaan itu, suatu keadaan emosional. Selain itu, kata-kata ini tentunya merujuk kepada seseorang, seolah-olah pembicara mengatakan ia tidak dicintai oleh siapapun, namun sesungguhnya ia merujuk kepada seseorang yang membuat ia merasa demikian.

2.Aku merasa diabaikan. Diabaikan adalah dugaan (pikiran) tentang niat orang lain.3.Aku merasa kamu menjauh dariku. Disini, si pembicara membuat kesimpulan berdasarkan perilaku yang diamatinya. Sebenarnya akan lebih tepat jika ia berkata, Setelah kuamati sepertinya kamu secara fisik menjauh dariku. Kamu sudah beberapa hari tidak menelpon dan ketika kita berada di satu tempat yang sama kamu menjaga jarak dariku. Aku merasa hampa dan sedih. Aku sangat merindukanmu.

4.Aku merasa seperti gelandangan ketika kamu melihatku seperti itu. Bagaimana gelandangan dapat dirasakan? Pembicara membuat metafora melalui image seseorang dan dipicu karena seseorang melihatnya seperti itu. Lebih tepat kalau dia mengatakan,Aku melihat caramu memandangku, apa artinya? Kamu pikir aku gelandangan?

Anda bisa belajar untuk membiasakan memilih bahasa yang benar. Salah satu caranya, mulailah mengganti aku merasa dengan aku berpikir. Anda juga dapat mempelajari kata-kata baru untuk mengekspresikan yang Anda rasakan dengan tepat. Tak diragukan lagi, mempelajari teknik ini akan meningkatkan kemampuan Anda untuk menjalankan suatu hubungan.

D. Belajar Membicarakan PerasaanAda 3 cara sederhana yang bisa membantu Anda untuk membicarakan perasaan: (1) posisikan dan beri nama perasaan di dalam tubuh Anda; (2) Beri nama keadaan emosional; (3) Deskripsikan perasaan dan emosi secara metafora.

Salah satusegi paling membahagiakandalamberkomunikasidengan orang lain adalah kesempatanuntukmembiacarakan perasaan. Johnson (1981) menggambarkan suatu modeltahappengungkapanperasaandalam komunikasi.Menurutnya, setiap kali kitaberkomunikasidengan orang lain maka sebenarnya paling sedikitterjadi lima macamproses, proses tersebutadalahsebagai berikut:-Kita mengamati (sensing) tingkahlakulawankomunikasikita. denganalat-alat indra yang kitamiliki.-Kitamenumpulkaninformasitentanglawankomunikasikita.-Kita menafsirkan (interpreting) semuainformasi yang kitaterimadarilawan komunikasikitaitu.

Salah satu faktor yang menjadi penghambat dalam membangun hubungan antar pribadi yang intim adalah kesulitan mengkomunikasikan perasaan. Aneka masalah dalam komunikasi muncul terutama bukan karena perasaan yang kita alami itu sendiri, melainkan karena kita gagal mengkomunikasikannya secara efektif.

Berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin timbul bila perasaan-perasaan tidak kita sadari, tidak kita terima, atau tidak kita ungkapkan secara konstruktif (Johnson, 1981) :

1.Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah dalam hubunganantar pribadi.2.Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan kita dalam memahami dan mengatasi masalah yang terlanjur timbul dalam hubungan antar pribadi.3.Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan kita untuk melakukan perspeksi secara selektif.Ada dua cara mengungkapkan perasaan, yaitu secara verbal dan nonverbal. Yang dimaksud secara verbal adalah dengan menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung mendeskripsikan perasaan yang kita alami maupun tidak. Sedangkan yang dimaksud secara nonverbal adalah dengan menggunakan isyarat lain secara kata-kata, misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya

Bila tidak kita insafi atau sengaja kita tolak, perasaan-perasaan tersebut nantinya akan terungkap juga secara tidak langsung, dalam bentuk-bentuk sebagai berikut (Johnson, 1981) :

1.Mencap dan memberikan lebel.2.Memerintah.3.Bertanya.4.Menuduh.5.Menyindir (sarkasme).6.Memuji.7.Mencela.8.Memberikan sebutan.Untuk mengungkapkan perasaan secara jelas, maka kita perlu mendeskripsikannya. Setidak-tidaknya ada empat cara mendeskripsikan perasaan (Johnson, 1981) :1.Mengidentifikasikan atau menyebutkan nama perasaan itu.2.Menggunakan kiasan perasaan.3.Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh perasaan yang sedang dialami.4.Menggunakan kiasan kata-kata.

Presepsi wajah, jeda ataun tenggang waktu dalam berbicara, gerak tangan, jarak kontak mata, sikap tubuh dll semua itu adalah perbuatan dan sekaligus merupakan modalitas komunikasi nonverbal. Perilaku nonverbal memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

Merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarak kita sadari.Berfungsi mengungkapkan perasaan-perasaan kita yang sebenarnya, kendati dengan kata-kata kita berusaha menyembunyikannya.E. Menanyakan KejelasanKomunikasi antarpribadi menempatkan Anda di posisi pengirim pesan dan penerima pesan. Anda harus menolong satu sama lain untuk memperjelas apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan dari Anda. Usaha terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan selalu menanyakan pertanyaan.

Berikut adalah 3 langkah yang dapat membantu Anda mendapatkan kejelasan dari orang lain:1.Bicarakan tentang apa yang Anda amati.2.Bicarakan tentang apa yang Anda simpulkan dari observasi Anda.3.Tanyakan apa yang lawan bicara Anda inginkan.Proses ini mudah dipelajari, beberapa contoh penerapannya adalah sebagai berikut:1. Bicarakan tentang apa yang Anda amati: Aku bisa melihat tanganmu bergetar, dan aku dapat mendengar suaramu tertahan, tapi aku tidak yakin tanda apakah itu

2. Bicarakan tentang apa yang Anda simpulkan: Apakah kamu marah? ; Kamu marah kepadaku?

3. Tanyakan apa yang ia inginkan: Apa yang kamu ingin aku lakukan? Apa arti kata-katamu barusan? Apa aku harus menebak?KesimpulanBerbicara tentang perasaan, keinginan, dan harapan adalah hal yang sulit dikarenakan norma social yang menahan kita berbuat demikian. Namun belajar untuk membicarakan hal-hal ini bisa berkontribusi untuk membantu kemampuan Anda mengatur suatu hubungan. Kemampuan-kemampuan tersebut termasuk dalam membicarakan tentang perasaan, membedakan perasaan dengan emosi, dan belajar lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikannya. Belajar berbicara tentang keinginan dan harapan berarti belajar menentukan perilaku yang dapat diamati, hasil yang dapat diukur, dan kerangka waktu yang tepat yang mana hasil yang diinginkan akan tercapai. Anda juga belajar membantu orang lain untuk memperjelas tentang apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka inginkan dari Anda.Terima Kasih