kanker payudara pria

23
Kanker Payudara Pria: faktor resiko, biologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan tingkat bertahan hidup Pendahuluan Jika dibandingkan kanker payudara wanita, para peneliti hanya memfokuskan sedikit perhatian terhadap kanker payudara pria. Kanker payudara pria hanya ditemukan pada 0.5%-1% dari semua kasus kanker payudara di Amerika Serikat, sekitar 2000 pria telah terdiagnosis mengalami kanker payudara tiap tahunnya, dan insidensi penyakit ini nampaknya mulai mengalami peningkatan secara perlahan-lahan. Pria nampaknya lebih mudah terdiagnosis mengalami kanker payudara jika telah mengalami leukimia myelogenik kronik. Karena data klinis hingga saat ini masih sedikit, penatalaksanaan standar untuk pria pada umumnya merujuk dari pengalaman klinis dan literatur mengenai kanker payudara wanita. Namun, data ini tidak selalu dapat diaplikasikan pada pria. Hormon pria cukup unik dan kemungkinan berperan dalam menentukan resiko, prognosis dan luaran penatalaksanaan. Selain itu, perbedaan jenis kelamin kemungkinan besar juga dapat mempengaruhi pilihan pasien, efek toksik dari terapi, dan kemampuan bertahan hidup. Tujuan artikel tinjauan ini 1

Upload: lyla-sandy

Post on 25-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Kanker Payudara Pria: faktor resiko, biologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan tingkat bertahan hidupPendahuluanJika dibandingkan kanker payudara wanita, para peneliti hanya memfokuskan sedikit perhatian terhadap kanker payudara pria. Kanker payudara pria hanya ditemukan pada 0.5%-1% dari semua kasus kanker payudara di Amerika Serikat, sekitar 2000 pria telah terdiagnosis mengalami kanker payudara tiap tahunnya, dan insidensi penyakit ini nampaknya mulai mengalami peningkatan secara perlahan-lahan. Pria nampaknya lebih mudah terdiagnosis mengalami kanker payudara jika telah mengalami leukimia myelogenik kronik. Karena data klinis hingga saat ini masih sedikit, penatalaksanaan standar untuk pria pada umumnya merujuk dari pengalaman klinis dan literatur mengenai kanker payudara wanita. Namun, data ini tidak selalu dapat diaplikasikan pada pria. Hormon pria cukup unik dan kemungkinan berperan dalam menentukan resiko, prognosis dan luaran penatalaksanaan. Selain itu, perbedaan jenis kelamin kemungkinan besar juga dapat mempengaruhi pilihan pasien, efek toksik dari terapi, dan kemampuan bertahan hidup. Tujuan artikel tinjauan ini adalah untuk menilai secara sistematis semua data yang berhubungan dengan faktor resiko, evaluasi dan penatalaksanaan yang tepat serta tingkat bertahan hidup pada pasien kanker payudara pria. MetodologiKami melakukan tinjauan sistematik pada literatur berbahasa Inggris untuk mengidentifikasi berbagai penelitian yang relevan dengan kanker payudara pria sejak tahun 1987 hingga 2012, dan penelitian tersebut minimal memiliki 20 sampel. Pencarian dilakukan di PubMed dengan menggunakan istilah pencarian male breast cancer (kanker payudara pria) atau male breast carcinoma (karsinoma payudara pria). Dengan istilah pencarian itu, kami menemukan 723 artikel, 340 di antaranya berupa laporan kasus atau serial kasus yang jumlah sampelnya kurang dari 20 pasien, 82 artikel merupakan tinjauan atau editorial, 41 artikel tidak relevan (penelitian mengenai pasangan pria dari wanita yang mengalami kanker payudara), 34 artikel tidak dapat diakses secara online melalui Harvard Ecommons, dan 1 artikel ditarik setelah publikasi.Faktor ResikoFaktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara pada pria dapat dilihat pada Tabel 1. Dapat terlihat jelas bahwa angka insidensi kanker payudara pria mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Di Amerika Serikat, pria berusia 5 hingga 10 tahun lebih tua dari wanita ketika terdiagnosis mengalami kanker payudara, namun di belahan bumi yang lain seperti Timur Tengah dan Asia Selatan, perbedaan usianya jauh lebih kecil.Tabel 1: Faktor Resiko Kanker Payudara Pada Pria

Usia

Faktor genetikYang sudah pasti: Riwayat keluarga BRCA2 >> BRCA1Yang masih mungkin PALB2 Reseptor androgen CYP17 CHEK2

Kondisi yang berhubungan dengan abnormalitas rasio estrogen terhadap androgen Sindrom klinifelter Penggunaan estrogen atau testosterone eksogen Obesitas Orkitis/epididimitis finasteride

Gaya hidup kurang latihan

Paparanyang sudah pasti: radiasiyang masih mungkin medan elektromagnetik panas senyawa organik volatil (seperti tetrachloroethylene, perchloroethylene, trichloroethylene, dichloroethylene, dan benzene)

Faktor resiko lain Urutan lahir (lebih beresiko pada anak sulung) Fraktur tulang setelah berusia lebih dari 45 tahun

Peranan genetik pada kanker payudara pria hampir sama dengan wanita, namun tidak identik. Riwayat keluarga masih relevan untuk pria dan wanita. Mutasi BRCA2 memainkan peranan yang sangat penting pada kanker payudara pria. Lima hingga 10% pria dengan mutasi BRCA2 (dan sedikit proporsi dari yang mengalami mutasi BRCA1) pada akhirnya mengalami kanker payudara. Efek yang merusak dari mutasi BRCA2 dapat ditemukan pada 4%-14% pria yang mengalami kanker payudara di AS dan Inggris. Namun, salah satu penelitian yang dilakukan pada 102 pria Italia yang mengalami kanker payudara, justru tidak menemukan adanya mutasi BRCA1 maupun BRCA2. Ada banyak perbedaan data yang berhubungan dengan relevansi mutasi genetik lainnya seperti PALB2, reseptor androgen (AR), CYP17, dan CHEK2. Beberapa mutasi lain yang dapat meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita (seperti BRIP1, RAD51C) justru tidak meningkatkan resiko kanker payudara pria, dan polimorfisme pada reseptor vitamin D nampaknya tidak berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Kondisi yang dapat mempengaruhi rasio estrogen:androgen nampaknya berhubungan juga dengan peningkatan resiko kanker payudara pada pria. Sindrom Klinefelter, penggunaan estrogen atau testeosterone eksogen, obesitas, orkitis/epididimitis, finasteride, dan riwayat kanker prostat yang diterapi dengan estrogen nampaknya berimplikasi pada peningkatan resiko kanker payudara pada pria. Latihan fisik nampaknya dapat mengurangi resiko, dan salah satu penelitian dengan sampel yang kecil juga menemukan bahwa penggunaan rokok kemungkinan bisa bersifat protektif, namun penelitian dengan sampel yang besar tidak berhasil mengkonfirmasi temuan tersebut. Mayoritas penelitian tidak menemukan adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan kanker payudara pria. Di Afrika Sub-Sahara, penyakit hepatotoksik infeksius dapat menyertai resiko genetik, dan berkontribusi terhadap peningkatan resiko kanker payudara pria. Tidak seperti wanita, ras kulit putih nampaknya bukanlah faktor resiko untuk kanker payudara pria.Penelitian epidemiologis telah mengevaluasi pengaruh paparan dalam pekerjaan, termasuk medan elektromagnetik, panas, dan hidrokarbon aromatik polisiklik serta senyawa kimiawi lainnya yang kemungkinan besar berkontribusi dalam peningkatan resiko kanker payudara pria, namun data yang dihasilkan berbeda-beda dan belum dapat dipastikan.Karakteristik BiologisMayoritas kanker payudara pria cukup sensitif secara hormonal. Menurut database Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) antara 1973 hingga 2005, 92% dari 5494 kanker payudara pria yang sensitif secara hormonal, hanya 78% dari 838.805 kanker payudara wanita yang sensitif secara estrogen receptor (ER)-positive. Seperti pada wanita, mayoritas kanker para pria merupakan jenis karsinoma duktal invasif. Karsinoma papiler para pria juga hampir sama banyaknya dengan wanita, namun karsinoma lobuler lebih langka pada pria.Adanya data yang hilang dan kontradiktif pada beberapa registri penelitian telah membatasi kita dalam membuat kesimpulan definitif mengenai derajat dan status HER2 pada kanker payudara pria. Menurut analisis database SEER yang mengumpulkan data sejak 1973 hingga 2000, di mana data HER2 tidak ditemukan, ada sekitar 39% dari 1180 tumor yang dialami oleh pria berada pada stadium 3, proporsinya sebanding wanita postmenopause, namun cenderung lebih sedikit jika dibandingkan dengan wanita premenopause. Namun pada penelitian lain yang sampelnya berjumlah 41 orang, ditemukan bahwa kanker payudara pria pada umumnya diderita pada stadium 3 (73%) dan 45% memiliki status HER2 positif. Pada penelitian-penelitian lain, ekspresi HER2 yang berlebihan berkisar antara 2% hingga 42%.Penelitian lain yang sampelnya lebih sedikit juga telah meneliti beberapa karakteristik biologis yang kemungkinan besar berperan dalam kanker payudara pria. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa kanker payudara pada pria lebih cenderung bersifat p53 negatif, p21 positif, dan aneuploid, namun penelitian lain menunjukkan tingkat mutasi p53 pada kanker payudara pria cenderung sebanding dengan wanita. Ada hipotesis yang menunjukkan bahwa protein inhibitor kinase memainkan peranan yang unik pada kanker payudara pria, jalur androgen kemungkinan besar lebih aktif pada pria jika dibandingkan dengan kanker payudara pada wanita, namun data ini masih bersifat data pendahuluan. Beberapa serial kasus juga menemukan pada kanker payudara pria yang AR positif mencapai 34-95%. Reseptor prolaktin juga ditemukan memiliki implikasi terhadap karsinogenesis kanker payudara pria.Seperti pada kanker payudara wanita, perubahan struktur genomik nampaknya cukup sering ditemukan pada kanker payudara pria. Salah satu penelitian mengenai komparasi hibridisasi genomik berhasil mengidentifikasi pola kelainan kromosom yang serupa pada pria dan wanita yang menderita kanker sporadik dan kanker BRCA2. Namun ada juga penelitian yang justru menemukan bahwa hipermetilasi cenderung lebih jarang terjadi pada gen ESR1, BRCA1, dan BRCA2 untuk kanker payudara pria jika dibandingkan dengan kanker payudara wanita. Ada lagi penelitian lain yang justru menemukan bahwa tumor pada pria cenderung lebih mudah meningkatkan jumlah genom dan jarang kehilangan material genomik serta lebih sering beramplifikasi jika dibandingkan tumor pada wanita. DiagnosisTampilan Klinis dan PrognosisMungkin karena kurangnya kesadaran terhadap penyakit dan keterlambatan diagnosis, mayoritas penelitian menunjukkan bahwa pria pada pada umumnya memiliki stadium tumor yang sudah lanjut dan prognosisnya lebih buruk. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa hanya 29% pria Kroasia penderita kanker payudara yang terdiagnosis dalam 3 bulan setelah onset gejala timbul, hal ini sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan kanker payudara wanita yang mencapai 58%. Penelitian di Spanyol menemukan bahwa rata-rata keterlambatan diagnosis pada kanker payudara pria mencapai >10 bulan, dan pasien yang lebih cepat terdiagnosis memiliki stadium penyakit masih bersifat dini. Jika dibandingkan dengan stadium dan usia, pria pada umumnya memiliki prognosis yang hampir sama atau bahkan lebi baik dari wanita.Prediktor sosiodemografi untuk menentukan prognosis pada kanker payudara pria terlihat lebih jelas. Pria kulit hitam dan pria yang hidup di area non-metropolitan cenderung memiliki prognosis yang lebih buruk, karena adanya disparitas untuk mencapai akses ke pusat pengobatan. Salah satu penelitian di Israel menunjukkan bahwa pasien Yahudi Sephardik memiliki luaran yang lebih buruk bila dibandingkan dengan pasien Yahudi Ashkenazi, namun belum pasti apakah hal tersebut berhubungan dengan faktor sosial atau genetika. Usia muda tampaknya tidak berhubungan dengan perburukan prognosis pada pria. Menurut data SEER, kematian yang berhubungan dengan kanker payudara lebih sering ditemukan pada pria yang tidak menikah jika dibandingkan dengan yang sudah menikah.Pada pria, kanker payudara seringkali timbul dalam bentuk benjolan subareolar yang tidak nyeri. Jika dibandingkan dengan tumor wanita, tumor pada pria cenderung lebih mudah mengalami penyebaran ke nodus limfatikus, invasi limfovaskuler, dan penyebaran hingga ke putting. Seperti pada wanita, status limfonodus berhubungan erat dengan luaran kanker payudara para pria. Jika kanker payudara pria dapat terdiagnosis lebih cepat, maka hanya dapat ditemukan karsinoma duktal in situ (sering kali ditemukan karena adanya sekret putting yang berdarah), hal seperti ini biasanya hanya ditemukan pada kanker stadium rendah atau intermediate, dan jarang mengalami rekurensi. Penelitian database SEER berhasil menemukan bahwa hanya 9% dari semua kanker payudara pria yang terdiagnosis sebagai karsinoma in situ, dan insidensi karsinoma in situ tetap dapat meningkat meskipun kita tidak melakukan skrining mammografi.Seperti pada wanita, stadium tumor juga menjadi salah satu faktor prognostik untuk kanker payudara pria. Salah satu serial kasus yang terdiri atas 27 pria Italia penderita kanker payudara berhasil menemukan bahwa median tingkat bertahan selama 72 bulan ditemukan pada mereka yang memiliki tumor stadium 2 dan 33 bulan untuk yang memiliki tumor stadium 3. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 43 pria Kanada, angka bertahan hidup 5 tahun pada pria yang memiliki tumor stadium 2 mencapai 58%, sedangkan pada kanker stadium 3 hanya mencapai 45%.Hingga saat ini belum ada marker biologi lain yang dapat digunakan sebagai marker yang bernilai prognostik untuk pria. Pada pria, beberapa penelitian bersampel kecil telah menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara status HER2 dengan tingkat bertahan hidup, namun beberapa penelitian lain justru menunjukkan bahwa HER2 positif dapat memprediksi tingkat bertahan hidup yang lebih pendek. Status reseptor progesterone juga belum terbukti dapat mempengaruhi prognosis pada kanker payudara pira. Selain itu manfaat prognostik invasi limfovaskuler pada pria juga belum dapat dipastikan. Namun, beberapa penelitian pendahuluan bersampel kecil telah menunjukkan bahwa resiko kanker payudara pria dapat meningkat jika ditemukan beberapa faktor berikut:1. hilangnya BRCA1 pada tumor sporadik2. peningkatan kadar MIB-13. ekspresi p534. hilangnya p275. ekspresi p21, p57 yang berlebihan6. proliferasi antigen nuklear selBeberapa penelitian menemukan bahwa status AR yang positif justru berhubungan dengan luaran klinis yang lebih baik, namun penelitian-penelitian lain tidak menemukan adanya asosiasi status AR dengan luaran klinis. Ekspresi cyclin D1 dan c-myc yang berlebihan bisa saja berkorelasi dengan luaran klinis yang lebih baik. Dua penelitian imunohistokimiawi juga menunjukkan bahwa ekspresi aromatase intratumoral berhubungan dengan derajat tumor yang lebih rendah dan tingkat bertahan hidup yang lebih baik pada pasien kanker payudara pria, namun hal tersebut tidak berlaku untuk ekspresi COX2 dan survivin. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa keberadaan fokus fibrotik dan ekspresi hypoxia-inducible factor-1 alpha yang berlebihan pada tumor payudara berhubungan dengan prognosis penyakit yang lebih buruk para pria. Salah satu penelitian terbaru menunjukkan bahwa pria yang memiliki mutasi BRCA2 memiliki derajat tumor yang lebih tinggi, reseptor progesterone yang negatif, dan status HER2 yang positif. Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa prognosis yang lebih buruk ditemukan pada tumor yang berhubungan dengan mutasi BRCA2.Uji DiagnostikHingga saat ini masih sedikit data yang membahas tentang uji diagnostik untuk pria yang mengalami abnormalitas payudara. Dari serial kasus yang terdiri atas 20 pasien pria yang datang dengan keluhan pada payudara yang kemudian terdiagnosis sebagai kanker payudara, diketahui bahwa 13 dari mereka telah menjalani mammografi, dan 6 di antaranya memiliki massa yang tidak berbatas tegas, 5 pasien memiliki masa yang tidak jalas penampakannya, dan 2 pasien memiliki massa yang berbatas tegas. Pada penelitian tersebut, dilakukan pula pemeriksaan ultrasonografi yang berhasil menemukan massa pada 13 dari 14 pasien yang diperiksa. Penelitian lain menunjukkan bahwa aspirasi jarum halus dapat digunakan pada pasien pria untuk membedakan tumor ganas dan tumor jinak. Manfaat MRI untuk mendiagnosis kanker payudara pria hingga saat ini masih belum diketahui.PenatalaksanaanTerapi lokalPilihan pembedahan pada pria yang mengalami kanker payudara stadium awal terdiri atas breast-conserving therapy (BCT) dan mastektomi. Saat ini, mayoritas pasien menjalani mastektomi radikal yang telah dimodifikasi. Pada umumnya sekuele kosmetik tidak menjadi masalah untuk pria, namun lumpektomi terkadang menjadi pilihan utama pada beberapa pria, terutama karena prosedur tersebut dianggap tidak terlalu menyakitkan. Pasien-pasien yang berusia lebih tua cenderung lebih memilih melakukan lumpektomi dengan atau tanpa radiasi, namun hal tersebut hingga sekarang masih belum diteliti.Beberapa penelitian dengan jumlah sampel yang sedikit juga menemukan bahwa biopsi nodus limfatikus sentinel dapat dilakukan pada pria. Salah satu penelitian menemukan bahwa pasien pria yang mengalami kanker di nodus limfatikus sentinel cenderung memiliki lebih banyak nodus limfatikus yang mengandung kanker jika dibandingkan dengan pasien wanita yang mengalami kanker di nodus limfatikus sentinel (63% vs 21%, p=0.01). Penelitian lain melaporkan bahwa tidak ada rekurensi aksilaris pada 78 pria yang menjalani biopsi nodus limfatikus sentinel setelah di follow up selama 28 bulan. Kriteria untuk melakukan radiasi pasca-operasi pada umumnya masih merujuk pada data wanita. Salah satu penelitian yang dilakukan pada 31 pria, menemukan bahwa hanya ada satu kasus relaps ketika kriteria radiasi post-mastektomi wanita digunakan pada pria yang diteliti, dan 16 pria mendapatkan radiasi adjuvan. Pria yang memiliki tumor dengan ukuran > 5cm atau yang kankernya telah menyebar ke empat nodus limfatikus atau lebih biasanya memerlukan radiasi post-mastektomi. Beberapa pria yang mengalami kanker di tiga buah nodus limfatikus atau lebih, yang disertai invasi limfovaskuler ke payudara, atau yang memiliki kanker yang masih dekat margin pembedahan, biasanya dianjurkan untuk mendapatkan radiasi post-mastektomi, meskipun proses pengambilan keputusan seperti ini cukup rumit karena data penelitian mengenai hal tersebut masih sedikit. Pada penelitian yang dilakukan pada 55 pria Turki yang mendapatkan radioterapi, yang telah dikontrol penyakit komorbid dan penatalaksanaannya, ditemukan bahwa prosedur tersebut berhasil memperpanjang angka bertahan hidup bebas kanker. Sebuah serial kasus yang terdiri atas 75 pria yang diterapi di Ontario, berhasil menemukan bahwa yang berhasil bertahan hidup bebas relaps pada penelitian tersebut mencapai 46 orang setelah mereka diberikan radiasi post-mastektomi, hanya saja angka bertahan hidup keseluruhan pada penelitian tersebut tidak jauh berbeda. Dua serial kasus lain di Turki juga menemukan bahwa tidak ada manfaat bertahan hidup yang ditemukan pada prosedur radiasi post-mastektomi. Namun, ada juga beberapa pasien pada penelitian tersebut yang berhasil dikontrol penyakitnya dengan baik.Terapi SistemikHanya sedikit data yang membahas tentang terapi sistemik untuk pria. Salah satu penelitian kohort retrospektif di Amerika yang terdiri atas 135 pria sejak 1944 hingga 2001 berhasil menunjukkan bahwa ada luaran klinis yang lebih baik pada penggunaan kemoterapi adjuvan, namun hasilnya tidak signifikan (mayoritas obat yang digunakan pada penelitian ini adalah golongan anthracycline). Penelitian di Turki yang terdiri atas 121 pria penderita kanker payudara yang diterapi sejak 1972 hingga 1994 berhasil menunjukkan adanya peningkatan angka bertahan hidup pada pasien yang mendapatkan kemoterapi adjuvan. Namun kita tidak dapat menarik kesimpulan definitif dari dua penelitian tersebut. Hingga saat ini belum ada data mengenai khasiat trastuzumab untuk pasien kanker payudara HER2 positif, meskipun banyak pusat kesehatan yang mengikuti pendekatan yang sama dengan yang dilakukan pada kanker payudara wanita. Beberapa penelitian retrospektif dengan jumlah sampel yang kecil juga memperlihatkan manfaat terapi endokrin. Terapi endokrin standar untuk pria terdiri atas 20 mg tamoxifen oral yang diberikan tiap hari selama 5 tahun. Dari kohort orang Amerika sejak 1944-2001, terdapat 38 pria yang mendapatkan terapi endokrin adjuvan (92% tamoxifen) dan mereka justru memiliki tingkat bebas rekurensi yang lebih tinggi (HR 0.49, 95% CI 0.27 0.90) dan tingkat bertahan hidup yang lebih baik (HR 0. 45, 95% CI 0.25 0.84) dari pasien yang tidak mendapatkan terapi endokrin. Manfaat serupa juga ditemukan pada pasien wanita yang mendapatkan terapi endokrin. Penelitian retrospektif di China terhadap 72 pasien pria yang berusia di atas 40 tahun, berhasil menemukan bahwa terapi endokrin berhubungan dengan peningkatan angka bertahan hidup, namun penelitian yang dilakukan oleh Veteran Administration terhadap 65 pria penderita kanker payudara, justru tidak menemukan manfaat tamoxifen untuk mengatasi tumor yang ER positif. Penelitian mengenai penatalaksanaan penyakit metastatik pada pria hingga saat ini masih terbatas pada laporan kasus dan serial kasus. Di Spanyol, ada sebuah penelitian mengenai 50 pasien kanker payudara pria, 10 di antaranya mendapatkan terapi endokrin untuk mengatasi penyakit metastasis (yang dikombinasikan dengan orchiektomi, estrogen, atau tamoxifen), 2 dari 10 pasien tersebut berhasil mendapatkan respon komplit, salah satu dari mereka berhasil mempertahankan respon tersebut selama 60 bulan. Pada pria yang mengalami penyakit metastasis atau pria yang memiliki kontraindikasi untuk mendapatkan tamoxifen, maka seringkali digunakan aromatase inhibitor, meskipun hingga saat ini data yang mendukung pendekatan tersebut masih sangat terbatas, terutama untuk terapi adjuvan. Hingga saat ini belum jelas juga mengenai perlunya pemberian gonadotropin-releasing hormone agonist (GNRH-a) atau orkiektomi untuk pasien pria yang telah mendapatkan aromatase inhibitor guna mencapai supresi estrogen komplit. Hanya beberapa laporan kasus yang mencatat tentang upaya pengendalian kanker payudara pria dengan menggunakan obat homonal jenis lain (seperti megace, fulvestrant). Sepengetahuan kami, terapi anti-androgen dalam penatalaksanaan kanker payudara pria, masih belum dieksplorasi dengan baik.Masalah bagi Pasien yang Bertahan HidupPria seringkali mengalami gejala yang menyakitkan karena terapi endokrin, dan satu dari empat pria menghentikan pengobatan karena timbulnya ruam kemerahan yang panas atau karena disfungsi seksual. Hingga saat ini belum ada intervensi yang dapat mengatasi gejala tersebut pada pasien kanker payudara pria.Sampai sekarang, masih sedikit pengetahuan mengenai efek toksik jangka panjang dan jangka pendek yang ditimbulkan oleh kemoterapi dan terapi lokal pada pria, begitu juga dengan sekuele psikologisnya. Meskipun belum ada penelitian yang mengevaluasi efek toksik jantung pada pria yang mengalami kanker payudara. Survei yang dilakukan oleh Behavioral Risk Factor Surveillance System pada 198 pria tanpa kanker dan 66 pria yang memiliki riwayat kanker (rata-rata 12 tahun pasca-diagnosis) berhasil menemukan bahwa keadaan fisik dan kesehatan mental pasien kanker payudara cenderung lebih buruk. Obesitas, diabetes, dan keterbatasan aktivitas akibat masalah fisik, mental atau emosional sering ditemukan pada pria yang mengalami kanker. Penelitian lain yang dilakukan pada 84 pria penderita kanker payudara yang berhasil bertahan hidup memiliki keualitas hidup yang lebih baik jika dibandingkan dengan 20.589 wanita penderita kanker payudara yang berhasil bertahan hidup. Kanker payudara dapat mengakibatkan isolasi sosial pada pria, terutama pada mereka yang merasa terstigmatisasi oleh diagnosis yang didapatkan, sebab penyakit seperti itu biasanya dialami oleh wanita. Hingga saat ini belum diketahui apakah pria yang mengalami kanker payudara lebih sulit menyesuaikan diri jika dibandingkan dengan pria yang mengalami kanker jenis lain.Hingga saat ini belum ada strategi pengawasan yang optimal untuk penderita kanker payudara pria. Meskipun resiko timbulnya kanker payudara baru pada pria yang berhasil bertahan hidup dari kanker payudara