kanker payudara

46
Kanker payudara A. EPIDEMIOLOGI Insiden kanker payudara bervariasi di tiap negara. Di Indonesia insiden kanker payudara menepati posisi nomor dua tertinggi dan terdapat kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia, diperkirakan, mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru tiap tahunnya, dan lebih dari 50% kasus masih berada pada stadium lanjut. Kanker payudara pada laki-laki sangat jarang yaitu kurang dari 1%. B. EMBRIOLOGI PAYUDARA Pada minggu keenam masa gestasi, mammary ridge atau milk line, muncul sebagai penebalan lapisan ektodermal dari axilla ke inguinal. Milk line kemudian menghilang kecuali daerah kecil pada regio pektoralis. Payudara berasal dari satu tonjolan primer yang menjadi 15-20 tonjolan sekunder. Penonjolan ini mengalami kanalisasi pada 2 bulan terakhir masa gestasi. C. ANATOMI PAYUDARA Kecuali pembesaran pada masa neonatal dan pubertas, payudara pada laki-laki hanya mengalami sedikit perubahan selama

Upload: afiazka-luthfita

Post on 29-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penangan kanker payudara

TRANSCRIPT

Kanker payudara

A.    EPIDEMIOLOGI

Insiden kanker payudara bervariasi di tiap negara. Di Indonesia insiden kanker payudara menepati 

posisi nomor dua tertinggi dan terdapat kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun. 

Indonesia,  diperkirakan,  mempunyai   insiden  minimal  20.000  kasus  baru  tiap   tahunnya,  dan 

lebih dari 50% kasus masih berada pada stadium lanjut. Kanker payudara pada laki-laki sangat 

jarang yaitu kurang dari 1%.

B.    EMBRIOLOGI PAYUDARA

Pada  minggu   keenam  masa   gestasi, mammary ridge   atau milk line,   muncul   sebagai   penebalan 

lapisan ektodermal dari axilla ke inguinal. Milk line kemudian menghilang kecuali daerah kecil 

pada regio pektoralis. Payudara berasal dari satu tonjolan primer yang menjadi 15-20 tonjolan 

sekunder. Penonjolan ini mengalami kanalisasi pada 2 bulan terakhir masa gestasi.

C.    ANATOMI PAYUDARA

Kecuali pembesaran pada masa neonatal dan pubertas, payudara pada laki-laki hanya mengalami 

sedikit perubahan selama kehidupan. Pada wanita, tonjolan prepubertas berkembang pada usia 

11-15 tahun, dan lobulasi terjadi setelah ovulasi pertama. Jaringan kelenjar yang membentuk 

15-20 lobus tersusun secara radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang 

jumlahnya bervariasi.  Di  antara  lobus dikelilingi  oleh stroma atau jaringan ikat.  Setiap lobus 

berbeda   sehingga   penyakit   yang  menyerang   satu   lobus   tidak  menyerang   lobus   yang   lain. 

Drainase lobus yaitu ke sinus laktiferosa yang lalu ke duktus pengumpul dan akhirnya bermuara 

ke puting.

Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri. Batas payudara wanita dewasa yang terlihat 

dari luar yaitu superior: iga II atau III, inferior: iga VI atau VII, medial: tepi lateral sternum, dan 

lateral:   linea   axillaris   anterior   sedangkan   batas   yang   sesungguhnya   yaitu   superior:   hampir 

sampai   klavikula,   medial:   garis   tengah,   dan   lateral:   m.   latissimus   dorsi.   Basis   payudara 

berbentuk   sirkular   kecuali   pada   bagian   lateral   atas   terdapat   penonjolan   ke   arah   aksila, 

disebuttail of Spence. Payudara ditunjang oleh ligamentum Cooper yang merupakan pita fibrous 

yang terletak tegak lurus terhadap dermis.

Payudara  dapat  dibedakan  menjadi  5  kuadran:   lateral  atas,   lateral  bawah,  medial  atas,  medial 

bawah, dan sentral. Kuadran lateral atas terdiri dari jaringan yang lebih banyak dari kuadran 

lainnya.

Payudara  menerima   suplai   darah  utamanya  dari   cabang  perforantes   arteri  mammaria   interna, 

cabang   lateral  dari   arteri   intercostales  posterior,   dan   cabang  dari   arteri   axillaris,   termasuk 

thoracica   yang   paling   besar,   thoracica   lateral,   dan   cabang   pektoralis   dari   arteri 

thoracoacromialis.

Vena dari payudara dan dinding dada yang berjalan mengikuti jalan arteri dibedakan menjadi tiga 

kelompok utama yaitu  cabang perforantes  vena  mamaria   interna,  cabang perforantes  vena 

intercostales  posterior,  dan cabang vena aksillaris.  Plexus  Batson dari  vena vertebrales  dari 

basis   tengkorak   sampai   sacrum   dapat   memberikan   jalan   bagi   metastasis   ca   mamma   ke 

vertebrae, tengkorak, tulang pelvis, dan sistem susunan syaraf pusat.

Pembuluh   darah   linfe   secara   umum  berjalan   paralel   dengan   pembuluh   darah.  Kelenjar   getah 

bening  berupa  enam kelompok  KGB  aksila:   vena  aksilaris,   kelompok  anterior  dan  pektoral 

mammaria   eksterna,   scapula   (posterior   atau   subscapular),   sentral,   subklavikula,   dan, 

interpektoral (Rotter’s node), KGB prepektoral, dan KGB mammaria interna. Sekitar 75% aliran 

limfe dari  payudara ke KGB aksilaris,  dan yang  lain  yang berasal  dari  aspek medial  ke  KGB 

parasternal (mammaria interna).

D.    HISTOLOGI PAYUDARA

Payudara terdiri dari 15-20 kelenjar tubuloalveolar yang berakhir ke duktus laktiferus, dilapisi oleh 

epitel   kolumner.   Duktus   laktiferus   yang   pada   regio   subareolar   dilapisi   epitel   skuamosa 

membuka ke ampula puting.

E.    FISIOLOGI PAYUDARA

Perkembangan   dan   fungsi   payudara   diinisiasi   oleh   stimulasi   berbagai   hormon:   estrogen, 

progesteron, prolaktin, hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone. Hormon yang utama ialah 

estrogen, progesteron, dan prolaktin. Estrogen diketahui menstimulasi perkembangan duktus 

payudara, progesteron menginisiasi perkembangan lobulus dan differensiasi sel, dan prolaktin 

menstimulasi   laktogenesis   pada   akhir   kehamilan   dan   postpartum.   Secara   siklus,   volume 

payudara  mengalami  puncaknya  pada  pertengahan  kedua   siklus  menstruasi   dimana   terjadi 

kongesti vaskular dan proliferasi lobulus. Selama masa kehamilan dan laktasi alveoli dan lobulus 

berproliferasi   sama   seperti   duktusnya.   Puting   dan   areola   menjadi   lebih   gelap   dan 

galandulaMontgomery (kelenjar   lemak pada permukaan areola)  semakin menonjol.  Oksitosin 

dan isapan pada puting yang memacu pembentukan prolaktin berperan pada pembentukan dan 

pengeluaran ASI. Pada menopause, terjadi penurunan estrogen dan progesteron dari ovarium, 

lobulus dan duktus mengalami involusi dan payudara digantikan dengan lemak. Kondisi inilah 

yang membuat mammografi digunakan sebagai alat diagnostik pada wanita berusia tua.

F.     GINEKOMASTIA

Ginekomastia  ialah pembesaran  jaringan payudara   laki-laki.  Secara  fisiologis   terlihat  pada masa 

neonatal, dewasa atau tua dan hampir sebagai akibat hormon estrogen yang berlebihan. Secara 

umum,   didiognosis   sebagai   ginekomastia   bila   terdapat   sedikitnya   2   cm   jaringan   payudara 

subareolar.  Kondisi  ini  dapat dihubungkan dengan defisiensi  androgen, misalnya pada orkitis 

atau kegagalan testis atau estrogen yang berlebih akibat tumor testikular atau nontestikular 

serta   pada   keadaan   yang   jarang   disfungsi   tiroid,   alkoholism,   dan   obat-obatan. Sebagai 

konfirmasi diagnosis dapat dilakukan biopsi.

G.   ONKOLOGI SECARA UMUM

Onkologi ialah ilmu yang mempelajari tentang tumor. Tumor secara umum adapat diartikan sebagai 

benjolan atau pembengkakan yang abnormal pada tubuh. Secara klinis tumor dapat dibedakan 

atas nonneoplasma (misalnya kista,  peradangan) dan neoplasma. Sebagai  neoplasma, tumor 

terjadi karena adanya disregulasi pertumbuhan sel.

Neoplasma yang secara harafiah dapat diartikan pertumbuhan baru adalah massa abnormal dari 

sel-sel  yang mengalami proliferasi.  Neoplasma dapat bersifat   jinak dan ganas (kanker). Pada 

gambaran klinis jinak dan ganas dapat dibedakan berdasarkan kecepatan tumbuh (lambat atau 

cepat),   sifat   pertumbuhannya   (ekspansif   atau   infiltratif),   batas   (jelas   atau  tidak   jelas),   dan 

penyebarannya (tidak ada atau punya kemampuan metastasis). Pada gambaran histopatologis 

sel jinak dan ganas juga dapat dibedakan yaitu berdasarkan bentuk (normal atau pleomorfik / 

anaplastik   /   anisositosis   /   poikilositosis),   sitoplasma   (normal   atau   padat   /   hiperkromatik), 

kromatin   (normal   atau   kasar),   nucleus   (normal   atau   terang   /   irreguler),   hubungan  dengan 

sekitar (normal atau infiltratif), dan vaskularisasi (normal atau meningkat).

Neoplasma mempengaruhi hospes dengan berbagai cara. Neoplasma jinak yang tidak melakukan 

invasi   atau   metastasis   umumnya   menyebabkan   kesulitan   lokal.   Beberapa   masalah   yang 

disebabkan oleh neoplasma jinak dapat berupa penyumbatan jalan tubuh misalnya sumbatan 

pada  pembuluh  darah  dapat  menyebabkan  ulkus  atau   infeksi.  Pada  neoplasma ganas  yang 

sudah   lanjut   terjadi   perebutan   makanan   dengan   hospes   sehingga   dapat   menyebabkan 

terjadinya   malnutrisi   pada   penderitanya   (kakeksia   tumor).   Sel-sel   neoplasma   mampu 

mempengaruhi   jaringan nonneoplastik di   sekitarnya untuk menghantarkan  makanan berupa 

proliferasi vaskularisasi dengan rangsangan zat-zat yang dikeluarkan oleh tumor tersebut.

H.   KANKER PAYUDARA

Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di  dalam jaringan payudara. Kanker  ini  bisa 

mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada 

payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara:

1. Karsinoma in situ

Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini 

yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.

2. Karsinoma duktal

Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% 

kanker   payudara   merupakan   karsinoma   duktal. 

Kanker   ini   bisa   terjadi   sebelum   maupun   sesudah   masa menopause. 

Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai 

bintik-bintik   kecil   dari   endapan   kalsium   (mikrokalsifikasi). 

Kanker   ini   biasanya   terbatas   pada   daerah   tertentu   di   payudara   dan   bisa   diangkat   secara 

keseluruhan   melalui   pembedahan.   Sekitar   25-35%   penderita   karsinoma   duktal   akan 

menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).

3. Karsinoma lobuler

Karsinoma   lobuler  mulai   tumbuh  di  dalam  kelenjar   susu,   biasanya   terjadi   setelah  menopause. 

Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan 

secara   tidak   sengaja   pada mammografi yang   dilakukan   untuk   keperluan   lain. 

Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif(pada 

payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara).

4. Kanker invasif

Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir 

(terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% 

kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.

5. Karsinoma meduler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

6. Karsinoma tubuler

Kanker ini berasal dari kelenjar susu.

I.      FAKTOR RISIKO GANAS

Penyebab kanker payudara  secara pasti tidak diketahui. Akan tetapi, dari data epidemiologi telah 

didapatkan   faktor-faktor   yang   berperan   dalam   perkembangan   penyakit   ini.   Faktor-faktor 

tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: genetik, endokrin, dan lingkungan yang 

masing-masing  dapat   sebagai  mayor,   intermediet,   atau  minor.   Banyak   faktor  minor  masih 

dalam perdebatan.

Faktor risiko mayor

1.     Jenis kelamin

Ca mamme seratus kali lebih banyak pada wanita dibandingkan laki-laki.

2.     Usia

Sama seperti carcinoma yang lain,   insiden kanker payudara meningkat seiring peningkatan usia. 

Kanker   payudara   hanya   terjadi   sekali-sekali   pada   usia   belasan   tapi   pada   usia   berikutnya 

kejadiannya meningkat. Risiko kumulatif dari perkembangan kanker payudara pada usia 20-40 

tahun   sebesar   0,5%,   50-70   tahun   sebesar   5%.   Angka   tersebut  menunjukkan   fakta   bahwa 

mayoritas pasien mengalami ca mamme di atas usia 50 tahun. Sekitar 60% kanker payudara 

terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 

tahun.

3.     Ca mamme sebelumnya

Perkembangan kanker payudara sekunder dapat sebagai manifestasi klinis dari ca primer multifokal 

atau sebagai ca yang baru. Risiko relative perkembangan ca sekunder pada 20 tahun setelah 

diagnosis awal  ialah 1,2-1,5.  Risiko  ini   terjadi  paling banyak pada wanita usia muda dengan 

diagnosis kanker payudara sebelum usia 40.  Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau 

kanker  invasif  memiliki   resiko tertinggi  untuk menderita  kanker payudara.  Setelah payudara 

yang terkena diangkat,  maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat 

sebesar 0,5-1%/tahun.

4.     Riwayat keluarga dan predisposisi genetik

Riwayat   keluarga   kanker   payudara   dikaitkan   dengan   peningkatan   risiko   menderitanya.   Risiko 

tersebut  paling  tinggi  pada  pasien  dengan  hubungan  tingkatan  pertama   (ibu   atau   saudara 

perempuan), khususnya jika penyakit berkembang pada usia sebelum 50 tahun.  Wanita yang 

ibu,  saudara perempuan atau anaknya menderita  kanker,  memiliki   resiko 3 kali   lebih  besar 

untuk menderita kanker payudara.

Telah   ditemukan   2   varian   gen   yang   tampaknya   berperan   dalam   terjadinya   kanker   payudara, 

yaituBRCA1 dan BRCA2. Jika   seorang   wanita   memiliki   salah   satu   dari   gen   tersebut,   maka 

kemungkinan   menderita   kanker   payudara   sangat   besar. 

Gen   lainnya   yang   juga   diduga   berperan   dalam   terjadinya   kanker   payudara 

adalah p53, BARD1,BRCA3 dan Noey2.   Kenyataan   ini   menimbulkan   dugaan   bahwa   kanker 

payudara  disebabkan  oleh  pertumbuhan   sel-sel   yang   secara   genetik  mengalami   kerusakan. 

Terdapat 5% dari  total  pasien mempunyai kaitan dengan faktor genetik. Sekitar 20% wanita 

yang didiagnosis kanker payudara punya paling sedikit satu anggota keluarga yang menderita.

5.     Benign breast disease

Benign disease tidak sering dianggap sebagai faktor risiko mayor meskipun papillomatosis multipel 

demikian.

Faktor risiko intermediate

1.     Diet dan alkohol

Diet  tinggi   lemak atau kolesterol  berkaitan  dengan risiko  kanker  payudara  meskipun hubungan 

sebab akibat antara keduanya belum didemonstrasikan secara jelas. 

Bukti adanya hubungan antara konsumsi alkohol dan peningkatan risiko kanker payudara semakin 

kuat. Kondisi  ini   juga sebanding dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi.  Pemakaian alkohol 

lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

2.     Faktor endokrin

Faktor   ini   mungkin   berhubungan   dengan   jumlah   siklus   menstruasi   dimana   payudara 

terekspos. Faktor hormonal penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon 

yang   tinggi   selama  masa   reproduktif  wanita,   terutama   jika   tidak   diselingi   oleh   perubahan 

hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara 

genetik  telah  mengalami  kerusakan dan menyebabkan  kanker.  Hormon,  khususnya  hormon 

seks steroid estrogen, progesteron dan testosteron, telah diketahui sebagai promotor kanker 

payudara,   endometrium,   ovarium,   dan   prostat.   Data  meunjukkan   bahwa   estrogen   secara 

langsung berperan atau berkontribusi terhadap perkembangan kanker payudara. Estrogen bisa 

berasal dari ovarium (premenstruasi), adrenal (postmenopause), dan dari payudara itu sendiri 

(dengan aromatisasi androgen menjadi estrogen). Banyak faktor yang dapat meregulasi sintesis 

estradiol   tapi  yang paling  penting adalah derajat  obesitas  yang dapat  meningkatkan  proses 

aromatisasi   dalam   payudara.   Estrogen   dapat   menginisiasi   proses   mutasi   gen   dan   juga 

meningkatkan   pembelahan   sel   yang   sudah  mengalamai  mutasi   gen.   Intake   alkohol   dapat 

meningkatkan   risiko  mungkin   karena  menurunkan  estradiol   clearence.  Dari   data   penelitian 

didapatkan bahwa risiko kanker payudara lebih besar pada penggunaan kombinasi estrogen dan 

progesteron daripada estrogen sendiri.

Wanita   yang  mengkonsumsi  DES   untuk  mencegah   keguguran  memiliki   resiko  tinggi  menderita 

kanker payudara.

Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang 

terdapat   di   dalam pestisida dan   produk   industri   lainnya)   mungkin   meningkatkan   resiko 

terjadinya kanker payudara.

3.     Nulliparitas

Nulliparitas menghilangkan efek proteksi terhadap kanker payudara. Wanita yang melahirkan anak 

pertama   sebelum   usia   20   punya   risiko   relative   0,5   dibandingkan   dengan   nullipara,   yang 

melahirkan anak pertama setelah 30 tahun punya risiko relative 0,94. Beberapa bukti bahkan 

menyatakan bahwa wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 35 tahun punya 

risiko lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara.

Kehamilan berikutnya sepertinya kurang berperan pada risiko kanker payudara meskipun kondisi 

tersebut sebenarnya juga memberikan efek proteksi. Efek proteksi terjadi pada kehamilan full 

term.

Data  menunjukkan  pemberian  ASI  memberikan  efek  proteksi  meskipun  tidak   semua  penelitian 

mengkonfirmasikan hal ini.

4.     Usia menarche dan menopause

Wanita dengan menarche sebelum usia 12 punya risiko relative 2,30 dibandingkan dengan setelah 

usia 12. Risiko menurun seiring dengan peningkatan usia menarche. Cepatnya usia menarche, 

khususnya   di   negara   bagian   barat,   mungkin   sebagai   akibat   dari   peningkatan   nutrisi   dan 

kesehatan   umum,   diperkirakan   penting   berkaitan   dengan   bervariasinya   insiden   kanker 

payudara secara demografi.

Risiko   relative  perkembangan   kanker   payudara   sebesar   0,5%  pada  wanita   dengan  menopause 

sebelum usia 45 tahun, dibandingkan dengan wanita yang tetap menstruasi  setelah usia 55 

tahun. Menopause buatan dengan oophorectomy or irradiasi juga menurunkan risiko kanker 

payudara.

Semakin   dini   menarke,   semakin   besar   resiko   menderita   kanker   payudara.   Semakin   lambat 

menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara

5.     Kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy

Meta-analisis   telah   menunjukkan   risiko   relative   dari   perkembangan   kanker   payudara   dengan 

konsumsi kontrasepsi oral sebesar 1,24. Ketika berhenti, angka tersebut menurun menjadi 1,01 

setelah 10 tahun.

Hormone   replacement   therapy telah   ditunjukkan   dengan   meta-analisis   berkaitan   dengan 

peningkatan risiko menjadi kanker payudara, walaupun risiko tidak lebih dari 5 dan penggunaan 

selama 10 tahun.

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, 

lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada 

setelah   pemakaian   pil   dihentikan. 

Terapi   sulih   estrogen   yang   dijalani   selama   lebih   dari   5   tahun   tampaknya   juga   sedikit 

meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.

6.     Irradiasi

Peningkatan risiko muncul setelah masa laten, 10-15 tahun. Efek tersebut lebih tampak pada wanita 

yang terekspos irradiasi sebelum usia 35 tahun dan sedikit pada wanita yang terekspos setelah 

usia 40 tahun.

Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa 

meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

7.     Benign breast disease

Atipia berat  dengan hyperplasia  dihubungkan dengan peningkatan risiko menjadi  ca.  Hubungan 

tersebut paling banyak pada wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara.

Faktor risiko minor

1.     Body size

Terdapat hubungan minor antara ukuran tubuh dan kanker payudara, tergantung pada umur dan 

tinggi   badan   atau massa tubuh.  Hal   ini  mungkin   berkaitan   dengan   lemak   tubuh  dan   risiko 

darihormone replacement therapy.

2.     Stress

Tidak ada bukti bahwa stress dapat menyebabkan kanker payudara.

3.     Benign breast disease

Beberapa   gambaran   patologis,   seperti   papillomatosis   dan   hyperplasia   dengan   atipia   umum, 

dihubungkan dengan peningkatan risiko menjadi kanker payudara. Risiko tersebut menjadi lebih 

rendah dengan semakin sedikitnya derajat atipia. Pasien dengan kista apokrin makroskopik juga 

berisiko  menjadi   ca   akan   tetapi   bukti   yang  meyakinkan  mengenai   hal   ini   kurang.   Kaitan 

antarabenign   breast   disease dan   risiko   ca   menjadi   masalah   karena   pada   fibroadenoma 

dan fibrocystic change tidak terjadi peningkatan risiko menjadi ca.

Faktor resiko lainnya

Beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa   kanker   rahim,   ovarium  dan   kanker   usus   besar   serta 

adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

J.     GEJALA

     Gejala dan tanda penyakit payudara:

Nyeri

1.     Tergantung daur haid: dapat fisiologis atau kelainan fibrokistik.

2.     Tidak   tergantung   daur   haid:   dapat   tumor   jinak   /   ganas   atau   infeksi.   Nyeri   ini   dapat 

menunjukkan adanya penekanan pada syaraf, pembuluh darah atau jaringan sekitar sehingga 

menyebabkan hipoksia, akumulasi asam laktat dan mungkin kematian sel. Selain itu sel kanker 

dapat   juga  mengeluarkan   enzim  proteolitik   sehingga  merusak   sel   sekitarnya   yang  memicu 

adanya respon inflamasi.

Benjolan

1.     Keras: dapat FAM dan kista jika permukaannya licin atau kanker dan inflamasi noninfektif jika 

permukaannya berbenjol.

2.     Kenyal: dapat kelainan fibrokistik.

3.     Lunak: dapat lipoma.

Perubahan kulit

1.     Bercawak: sangat mencurigakan karsinoma.

2.     Benjolan kelihatan:dapat kista, karsinoma, FAM besar.

3.     Kulit jeruk: di atas benjolan kanker (khas).

4.     Kemerahan: dapat infeksi (jika panas).

5.     Tukak: dapat kanker lama (terutama pada orang tua)

Kelainan puting atau areola

1.     Retraksi: fibrosis karena kanker atau nekrosis lemak.

2.     Inversi baru: retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus).

3.     Eksema:  unilateral penyakit paget (khas kanker).

Keluarnya cairan

1.     Seperti susu: kehamilan atau laktasi.

2.     Jernih: normal.

3.     Hijau: dapat perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistiok.

4.     Hemorrhagik: dapat karsinoma dan papilloma intraduktus.

Lebih spesifik pada kanker payudara stadium awal, keluhan bisa tidak ada. Jika ada biasanya berupa 

benjolan yang dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, jika didorong oleh jari 

tangan benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit, tidak menimbulkan nyeri dan 

memiliki  pinggiran yang tidak teratur.  Pada stadium lanjut,  benjolan biasanya melekat  pada 

dinding   dada   atau   kulit   di   sekitarnya.  Pada   stadium   ini,   bisa   terbentuk   benjolan   yang 

membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak 

seperti kulit   jeruk. Dimpling atau cekungan  (akibat   infiltrasi  ke   ligamentum Cooper),   retraksi 

puting, nodul satelit, ulserasi dan kelainan kulit lainnya bisa juga terjadi. Selain itu dapat juga 

ditemukan gejala lain seperti benjolan atau massa di ketiak nyeri tulang, pembengkakan lengan, 

penurunan berat badan.

K.   PENYARINGAN

Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan 

penyaringan. Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:

1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium 

dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih 

mengalami  menstruasi,  waktu  yang  paling   tepat  untuk  melakukan SADARI  adalah  7-10  hari 

sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, 

tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara.

Dalam keadaan normal,  ukuran payudara kiri  dan kanan sedikit  berbeda.  Perhatikan perubahan 

perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya 

tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting 

susu berkerut.

2. Masih  berdiri  di  depan cermin,  kedua telapak tangan diletakkan di  belakang kepala  dan 

kedua tangan ditarik ke belakang.

Dengan   posisi   seperti   ini  maka   akan   lebih  mudah   untuk  menemukan   perubahan   kecil   akibat 

kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian 

bawah.

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu 

dan sikut ke arah depan.

Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.

4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. 

Gerakkan   jari-jari   tangan   secara   memutar   (membentuk   lingkaran   kecil)   di   sekeliling 

payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. 

Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang 

sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya 

dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.

5. Tekan   puting   susu   secara   perlahan   dan   perhatikan   apakah   keluar   cairan   dari   puting 

susu.Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.

6. Berbaring   terlentang  dengan  bantal   yang  diletakkan  di  bawah  bahu  kiri   dan   lengan  kiri 

ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan 

posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang 

sama   terhadap   payudara   kanan   dengan  meletakkan   bantal   di   bawah   bahu   kanan   dan 

mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.

Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah 

tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

2. Mammografi.

Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal 

pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun 

untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas 

mammogarm dilakukan sekali/tahun.

3. USG payudara.

USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.

4. Termografi

Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.

L.    DIAGNOSIS

Terdapat   tiga   hal   yang   harus   diperhatikan   dalam  diagnosis   kanker   payudara   yaitu   anamnesis, 

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis

Hal-hal yang perlu kita tanyakan ialah:

1.     Identitas

2.     Keluhan utama, meliputi benjolan (70% dari penderita), nyeri, nipple discharge, eczema sekitar 

areola, dimpling, ulserasi,  dan peau d’ orange.

3.     Perjalanan penyakit

4.     Berat badan dan nafsu makan

5.     Keluhan   tambahan,   berhubungan   dengan   metastasisnya,   meliputi   nyeri   tulang   (misalnya 

vertebra, femur), rasa penuh ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dan keluhan lainnya.

6.     Faktor risiko untuk menjadi kanker payudara

b.     Pemeriksaan fisik

Sebaiknya dilakukan 1 minggu dari hari terakhir menstruasi karena pada saat ini pengaruh hormonal 

terhadap payudara minimal. Hal-hal yang perlu kita lakukan ialah:

1.     Pemeriksaan status generalis

2.     Pemeriksaan status lokalis, meliputi

a.     Inspeksi tumor: ketika pasien duduk dengan lengan di samping dan di atas kepala untuk menilai 

simetrisitas payudara kanan dan kiri, kelainan papilla: letak, bentuk, dan retraksi,  perubahan 

kulit:   tanda   radang, peau  d’  orange, dimpling,   ulserasi,  dan  nodul   satelit).  Asimetri,   retraksi 

puting, atau dimpling kulit dapat dipertegas ketika pasien mengangkat lengannya di atas kepala.

b.     Palpasi tumor: ketika pasien duduk dan berdiri dengan lengan yang abduksi, dapat dilakukan 

dengan gerakan secara memutar  jari  pemeriksa atau secara horizontal,  untuk menilai   lokasi 

tumor, ukurannya, konsistensi, batas, dan mobilitasnya.

c.      Pemeriksaan KGB regional:  ditentukan status KGB aksila,  supraklavikuler  dan infraklavikuler 

yaitu jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau dengan jaringan sekitar. Ketika 

memeriksa,  pasien dalam posisi  duduk dan pemeriksa berada di depan pasien. Aksila kanan 

diperiksa dengan menggunakan tangan kanan pemeriksa dan sebaliknya.

d.     Pemeriksaan  organ   lain:   berkaitan  dengan  daerah   yang  dicurigai  metastasis   (paru,   tulang, 

hepar, otak dan lain-lain).

c.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah:

1.     Pemeriksaan radiodiagnostik atau imaging

Dapat dibedakan menjadi dua:

a.     Direkomendasikan

1.     USG payudara dan mammografi untuk tumor > 3 cm

2.     Foto toraks

3.     USG abdomen (hepar)

b.     Atas indikasi (optional)

1.     Bone scanning atau bone survey bila sitologi atau klinis sangat mencurigakan pada tumor > 5 

cm

2.     CT Scan

2.     Pemeriksaan sitologi (Fine Needle Aspiration Biopsy)

Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik dicurigai ganas.

3.     Pemeriksaan histopatologi (gold standard diagnostic)

Dapat   dilakukan  dengan  potong   beku   dan   atau   paraffin. Bahan  pemeriksaannya  dapat   diambil 

melalui:

a.     Core biopsy

b.     Biopsi eksisional untuk tumor ukuran < 3 cm

c.      Biopsi insisional untuk tumor ukuran > 3 cm sebelum operasi definitive atau inoperable

d.     Specimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB

e.      Spesimen immunohistokimia: ER, PR, c-erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53 (situasional)

4.     Laboratorium

Berupa  pemeriksaan   laboratorium  rutin  dan  pemeriksaan  kimia  darah   sesuai  dengan  perkiraan 

metastasis.

M.  DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding kanker payudara yaitu sebagai berikut:

1.     Fibroadenoma mammae (FAM)

Merupakan tumor jinak payudara yang biasa ditemui pada wanita usia muda, 15-30 tahun. Secara 

klinis, tumor ini berbentuk bulat lonjong, batas tegas, konsistensi padat kenyal, mobil, dan tidak 

nyeri. FAM tidak punya kemampuan metastasis dan diterapi dengan eksisi.

2.     Fibrocystic disease

Merupakan tumor jinak payudara yang paling sering terjadi pada wanita usia 30-50 tahun. Secara 

klinis, tumor ini sering multipel atau bilateral, biasanya terjadi fluktuasi ukuran yang cepat dari 

benjolan,   nyeri   yang   terjadi   atau   semakin  memburuk   serta   ukuran   yang  meningkat   ketika 

menjelang menstruasi. Ketika haid berhenti, keluhan juga hilang atau berkurang. Konsistensinya 

dapat   padat,   kenyal   atau   kistik   dengan   batas   yang   tidak   tegas   kecuali   kista   soliter,   dan 

permukaannya granular. Fibrocystic disease diterapi dengan medikamentosa atau operasi.

3.     Cystosarcoma phylloides

Merupakan   tumor   jinak   payudara   yang   menyerupai   FAM   yang   besar   dengan   ukuran   dapat 

mencapai 20-30 cm. Secara klinis berbentuk bulat lonjong, batas tegas, permukaan berbenjol, 

tidak melekat pada dasar atau otot,  kulit  di  atasnya tegang,  berkilat  dan terjadi  venektasis. 

Tumor   ini   tidak   mempunyai   kemampuan   metastasis. Cystosarcoma   phylloidesditerapi 

dengan simple mastektomi atau mastektomi subkutan pada orang muda.

4.     Papilloma intraduktal

Merupakan papilloma yang terjadi  pada duktus papillaris.  Biasanya tumor  ini  terlalu kecil  untuk 

dipalpasi  akan  tetapi   sering  menyebabkan  keluarnya  cairan  serosanguinosa  atau  darah dari 

puting. Terapinya berupa eksisi dari duktus yang terkena.

5.     Nekrosis lemak

Merupakan lesi yang memberikan gambaran berupa massa yang terasa keras dan berbentuk tidak 

teratur   dan   kadang-kadang  menyebabkan   retraksi   kulit.   Sebanyak   50%   pasien  mempunyai 

riwayat trauma. Ekimosis dapat ada. Jika tidak diapa-apakan, massa tersebut akan menghilang 

secar bertahap akan tetapi cara yang paling aman ialah dengan melakukan biopsi.

6.     Lipoma

Merupakan tumor  jinak  yang berasal  dari   jaringan  lemak.  Benjolan  yang terbentuk  mempunyai 

konsistensi lunak. Kejadian lipoma yang murni sangat jarang.

7.     Galactocele

Merupakan   tumor   kistik   yang   terjadi   sebagai   akibat   tersumbatnya  duktus   laktiferus   saat  masa 

laktasi.  Tumor  ini  berisi  air  susu yang mengental.  Secara klinis  berbentuk bulat  dan kisteus 

dengan batas yang tegas.

8.     Mastitis

Merupakan   infeksi   pada   payudara   dengan   tanda-tanda   peradangan   yang   dapat   berkembang 

menjadi abses. Biasanya terjadi pada ibu yang menyusui.

N.    STADIUM KLINIS

Stadium klinis dapat digunakan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis. Selain itu, juga 

terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis yaitu:

Jenis sel kanker         

Gambaran kanker

Respon kanker terhadap hormon:  kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara 

lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.

Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

Kanker payudara diklasifikasikan berdasarkan sistem TNM (Tumor, Nodus limfatikus regional, dan 

Metastasis) oleh AJCC (American Joint Committee on Cancer) dan UICC (Union Internationale 

Contre Cancere) tahun 2002 sebagai berikut:

T = ukuran tumor primer

Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak terdapat tumor primer

Tis Karsinoma in situ

Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ

Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ

Tis (Paget) Penyakit paget pada puting tanpa adanya tumor

T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cm

T1mic Adanya mikroinvasi ukuran ≤ 0,1 cm

T1a Tumor dengan ukuran > 0,1 - 0,5 cm

T1b Tumor dengan ukuran > 0,5 – 1 cm

T1c Tumor dengan ukuran > 1 – 2 cm

T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 2 – 5 cm

T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 5 cm

T4Ukuran   tumor   berapapun   dengan   ekstensi   lansung   ke 

dinding dada atau kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)

T4bEdema (termasuk peau d’  orange),  ulserasi,  nodul satelit 

pada kulit yang terbatas pada 1 payudara

T4c Mencakup kedua hal di atas

T4d Mastitis karsinomatosa

N = Kelenjar getah bening regional

Nx KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)

N0 Tidak terdapat metastasi KGB

N1 Metastasi KGB aksila ipsilateral yang mobil

N2

Metastasiske   KGB   aksila   ipsilateral   terfiksir, 

berkonglomerasi,   atau   adanya   pembesaran   KGB 

mamaria   interna   ipsilateral   (terdeteksi   secar   klinis, 

dengan   pemeriksaan   fisik   atau   imaging   (di   luar 

limfoscintigrafi))

N2a Metastasispada KGB aksila terfiksir atau berkonglomerasi 

atau melekat ke struktur lain

N2b

Metastasis   hanya   pada   KGB  mamria   interna   ipsilateral 

secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada KGB 

aksila

N3

Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau 

tanpa   metastasis   KGB   aksila   atau   klinis   terdapat 

metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral klinis 

dan metastasis pada KGB aksila; atau metastasis pada 

KGB   supraklavikula   ipsilateral   dengan   atau   tanpa 

metastasis pada KGB aksila/mamaria interna.

N3a Metastasis ke KGB infraklavikular ipsilateral

N3b Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB aksila

N3c Matastasis ke KGB supraklavikula

Patologi (pN)a

pNxKGB regional tidak bias dinilai (telah diangkat sebelumnya 

atau tidak diangkat)

pN0Tidak terdapat  metastasis  ke KGB secara patologi,   tanpa 

pemeriksaan tambahan untukisolated tumor cells (ITC)

ITC  adalah  sel   tumor   tunggal  atau  kelompok  sel  kecil  dengan  ukuran 

tidak   lebih   dari   0,2  mm   yang   biasanya   hanya   terdeteksi   dengan 

pewarnaan imunohistokimia (IHC) ata metode molecular lainnya tapi 

masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selau menunjukkan adanya 

aktivitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.

pNO(i-)Tidak   terdapat   metastasisKGB   secara   histologis,   IHC 

negatif.

pNO(i+)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, IHC positif. 

Tidak terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.

pNO(mol-)Tidak   terdapat   metastasisKGB   secara   histologis, 

pemeriksaan molecular negatif (RT-PCR)b

pNO(mol+)Tidak   terdapat   metastasisKGB   secara   histologis, 

pemeriksaan molecular positif 9RT-PCR).

a.      Klasifikasi   berdasarkan   diseksi   KGB   aksila   dengan   atau   tanpa 

pemeriksaan   sentinel   node.   Klasifikasi   berdasarkan   hanya   pada 

diseksi sentinel node tanpa diseksi KGB aksila ditandai dengan (sn) 

untuk sentinel node, contohnya: pN0(i+) (sn).

b.      RT-PCR: reverse transcriptase/polymerase chain reaction.

pN1

Metastasis   pada  1-3  KGB  aksila  dan  atau  KGB  mamaria 

interna   (klinis   negatif   yaitu   tidak   terdeteksi   dengan 

pencitraan   (kecuali   limfoscintigrafi)   atau   dengan 

pemeriksaan fisik) secara mikroskopis yang terdeteksi 

dengan sentinel node diseksi.

pN1mic Mikrometastasis (> 0,2 – 2,0 mm).

pN1a Metastasis pada KGB aksila 1-3 buah.

pN1b

Metastasis pada KGB (klinis negatif yaitu tidak terdeteksi 

dengan   pencitraan   (kecuali   limfoscintigrafi)   atau 

dengan   pemeriksaan   fisik)   secara   mikroskopis   yang 

terdeteksi dengan diseksi sentinel node.

pN1c

Metastasis pada 1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna 

secara mikroskopis melalui  diseksi  sentinel  node dan 

secara klinis negatif (jika terdapat > 3 buah KGB aksila 

yang   positif,   maka   KGB   mamaria   interna 

diklasifikasikan   sebagai   pN3b   untuk   menunjukkan 

peningkatan besarnya tumor).

pN2 Metastasis pada 4-9 KGB aksila atau secara klinis terdapat 

pembesara   KGB   mamaria   interna   tanpa   metastasis 

KGB aksila.

pN2aMetastasis pada 4-9 KGB aksila (paling kurang terdapat 1 

deposit tumor lebih dari 2,0 mm).

pN2bMetastasis pada KGB mamaria interna secara klinis tanpa 

metastasis KGB aksila.

pN3

Metastasis   pada   10   atau   lebih   KGB   aksila;   atau 

infraklavikula   atau   metastasis   KGB   mamria   interna 

(klinis)  pada satu  atau   lebih  KGB aksila  yang  positif; 

atau pada metastasis KGB aksila yang positif lebih dari 

3 dengan metastasis mikroskopis KGB mamaria interna 

negatif; atau pada KGB supraklavikula.

pN3a

Metastasis  pada 10 atau  lebih  KGB aksila   (paling kurang 

pusat   deposit   tumor   lebih   dari   2,0   mm),   atau 

metastasis pada KGB infraklavikula.

pN3b

Metastasis   KGB   mamria   interna   ipsilateral   (klinis)   dan 

metastasis   pada   KGB   aksila   1   atau   lebih;   atau 

metastasis  pada KGB aksila  3  buah dengan  terdapat 

metastasis   mikroskopis   pada   KGB   mamaria   interna 

yang   terdeteksi   dengan   diseksi   sentinel   node   yang 

secara klinis negatif.

pN3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral

M = metastasis jauh

Mx Metastasisjauh belum dapat dinilai

M0 Tidak terdapat metastasisjauh

M1 Terdapat metastasis jauh

Stadium

Stadium T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIA

T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIBT2 N1 M0

T3 N0 M0

IIIA

T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

IIIB

T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

IIIC Tiap T N3 M0

IV Tiap T Tiap N M1

O.   PENATALAKSANAAN

Pengobatan   biasanya   dimulai   setelah   dilakukan   penilaian   secara  menyeluruh   terhadap   kondisi 

penderita yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah dilakukan biopsi. Pengobatan yang dilakukan 

berupa   pembedahan,   radioterapi,   kemoterapi   dan   obat   penghambat   hormon.   Radioterapi 

ditujukan   untuk   membunuh   sel-sel   kanker   di   tempat   pengangkatan   tumor   dan   daerah 

sekitarnya,   termasuk  kelenjar  getah  bening.  Kemoterapi  merupakan  kombinasi  obat-obatan 

untuk membunuh atau menekan sel-sel yang mempunyai kemampuan berkembangbiak dengan 

cepat.  Obat-obat  penghambat   hormon   yaitu  obat   yang  mempengaruhi   kerja   hormon  yang 

menyokong pertumbuhan sel  kanker  digunakan untuk menekan pertumbuhan sel  kanker  di 

seluruh   tubuh,   sama   halnya   dengan   radioterapi.   Untuk   memudahkan   pengobatan   dapat 

dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a.     Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir (operabel atau stadium I-IIIA)

Pengobatan untuk kanker yang terbatas pada payudara hampir selalu pembedahan. Pembedahan, 

yang   dilakukan   segera   setelah   diagnosis   ditegakkan,   bertujuan   untuk   mengangkat   tumor 

sebanyak   mungkin.   Terdapat   sejumlah   pilihan   pembedahan   dengan   pilihan   utama 

adalah mastektomi (pengangkatan   seluruh   payudara)   atau   pembedahanbreast-conserving 

surgery (hanya   mengangkat   tumor   dan   jaringan   normal   di   sekitarnya).   Pengobatan   pada 

stadium ini bersifat kuratif. Pada stadium I dan II pilihannya ialah mastektomi radikal atau yang 

dimodifikasi disertai dengan atau tanpa radioterapi dan kemoterapi ajuvan. Pada stadium IIIA 

pilihannya  ialah mastektomi simpel  disertai  dengan radioterapi  dan kemoterapi  ajuvan.  Bisa 

juga dilakukan dilakukan BCS atau Breast Conserving Therapy dengan syarat dan indikasi yang 

telah ditentukan.

·       Breast-Conserving Surgery (BCS)

Yang termasuk BCS adalah:

1.     Lumpektomi: pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya

2.     Eksisi   luas atau mastektomi  parsial:  pengangkatan  tumor  dan  jaringan normal  di   sekitarnya 

yang lebih banyak

3.     Kuadrantektomi: pengangkatan seperempat bagian payudara.

Indikasi BCS sebagai berikut:

1.     T = 3 cm

2.     Pasien menginginkan untuk mempertahankan payudaranya

Syarat BCS yaitu:

1.     Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent

2.     Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan

3.     Tumor tidak terletak sentral

4.     Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca BCS

5.     Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang difus (luas)

6.     Tumor tidak multipel

7.     Belum pernah terapi radiasi di dada

8.     Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen

9.     Terdapat sarana radioterapi yang memadai

Pengangkatan   tumor   dan   beberapa   jaringan   normal   di   sekitarnya   ditujukan   untuk  mencegah 

kambuhnya   kanker.   Keuntungan   utama   dari   BCS   ditambah   terapi   penyinaran   adalah   efek 

kosmetiknya.   Efek   samping   dari   radioterapi   biasanya   tidak   menimbulkan   nyeri   serta 

berlangsung tidak lama meskipun kulit dapat tampak merah atau melepuh.

·       Mastektomi

Yang termasuk mastektomi sebagai berikut:

1.     Mastektomi   simplek   yaitu   pengangkatan   seluruh   jaringan   payudara   dimana   otot   dibawah 

payudara   dibiarkan   utuh   dan   disisakan   kulit   yang   cukup   untuk   menutup   luka   bekas 

operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah 

payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang 

telah  menyebar   luar  ke  dalam saluran  air   susu,   karena   jika  dilakukan  pembedahan  breast-

conserving, kanker sering kambuh.

2.     Mastektomi   simplek   ditambah diseksi kelenjar   getah   bening   atau modifikasi   mastektomi 

radikal yaitu pengangkatan   seluruh   jaringan   payudara   dengan   menyisakan   otot   dan   kulit, 

disertai kelenjar getah bening aksila.

3.     Mastektomi radikal yaitu pengangkatan seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya.

Radioterapi   yang   dilakukan   setelah   pembedahan,   akan   sangat  mengurangi   resiko   kambuhnya 

kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.

Pemakaian kemoterapi  dan obat  penghambat  hormon dipengaruhi  oleh ukuran tumor  dan ada 

tidaknya   sel-sel   tumor   di   dalam   kelenjar   getah   bening. 

Beberapa   ahli   percaya   bahwa   tumor   dengan   garis   tengah   <   1,3   cm   bisa   diatasi   dengan 

pembedahan saja. Jika garis tengah tumor > 5 cm, setelah pembedahan biasanya juga diberikan 

kemoterapi.   Jika   garis   tengah   tumor   >   7,6   cm,   biasanya   kemoterapi  diberikan   sebelum 

pembedahan. 

Penderita karsinoma lobuler in situ dapat tetap berada dalam observasi ketat dan tidak menjalani 

pengobatan atau dapat segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). 

Banyak penderita karsinoma lobuler yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan karena 

hanya 25% yang berkembang menjadi kanker invasif. Jika penderita memilih untuk menjalani 

pengobatan  maka  dilakukan  mastektomi  bilateral   karena  kanker  tidak   selalu   tumbuh  pada 

payudara yang sama dengan karsinoma lobuler dan jika penderita menginginkan pengobatan 

selain  mastektomi,  maka  diberikan  obat  penghambat  hormon  yaitu   tamoxifen. Kebanyakan 

penderita  karsinoma duktal   in   situ  tidak pernah mengalami  kekambuhan  Setelah  menjalani 

mastektomi simplek. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi 

dengan terapi penyinaran.

Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Pada kondisi 

ini,   payudara   tampak   seperti   terinfeksi,   teraba   hangat,   merah   dan   membengkak. 

Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

Pada rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil 

dari bagian tubuh lainnya. Pelaksanannya bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau 

bisa   juga  di   kemudian  hari.   Akan   tetapi,   akhir-akhir   ini   keamanan  pemakaian   silikon   telah 

dipertanyakan   karena   silikon   kadang   dapat   merembes   dari   kantongnya   sehingga   implan 

menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke 

dalam aliran darah.

Kemoterapi dan obat penghambat hormon sering diberikan segera setelah pembedahan kemudian 

dilanjutkan   selama   beberapa   bulan   atau   tahun. 

Pengobatan ini dapat menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup 

penderita.  Dibandingkan dengan kemoterapi   tunggal,  pemberian  beberapa   jenis  kemoterapi 

lebih  efektif.  Meskipun begitu,   tanpa  pembedahan maupun penyinaran,  obat-obat   tersebut 

tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.

Kemoterapi bisa mempunyai efek samping berupa rasa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut 

yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Sekarang ini efek 

muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Setelah kemoterapi, penderita 

akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari tanpa ondansetron. Berat dan lamanya muntah 

bervariasi,   tergantung   kepada   jenis   kemoterapi   yang   digunakan   dan   kondisi   penderita. 

Penderita   juga   menjadi   lebih   peka   terhadap   infeksi   dan   perdarahan   selama   pemakaian 

beberapa bulan.

Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi  lanjutan setelah 

pembedahan. Obat ini secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek 

yang   sama   dengan   terapi   sulih   hormon   (misalnya   mengurangi   resiko 

terjadinya osteoporosis dan   penyakit   jantung   serta   meningkatkan   resiko   terjadinya   kanker 

rahim) akan tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina 

akibat menopause.

b.     Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar (inoperabel atau stadium IIIB-IV)

Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh dengan bagian tubuh yang paling sering 

diserang  adalah  paru-paru,  hati,   tulang,   kelenjar   getah  bening,  otak  dan  kulit. Pada  bagian 

tubuh tersebut kanker muncul dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun 

setelah kanker terdiagnosis dan diobati. Tujuan pengobatan pada stadium ini  hanya bersifat 

paliatif  atau   memperbaiki   kualitas   hidup   saja   dengan   terapi   utama   yaitu   hormonal   dan 

kemoterapi.

Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak 

akan memperoleh keuntungan dari pengobatan dengan akibat pengobatan seringkali ditunda 

sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.

Jika penderita merasakan nyeri, dapat diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk 

menekan   pertumbuhan   sel   kanker   di   seluruh   tubuh. 

Jjika   kanker   hanya   ditemukan   di   tulang,   maka   dilakukan   terapi   penyinaran.   Radioterapi 

merupakan   pengobatan   yang   paling   efektif   untuk   kanker   tulang   dan   kanker   yang   telah 

menyebar ke otak.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

·       Kanker yang berkaitan dengan estrogen

·       Penderita   yang  tidak  menunjukkan   tanda-tanda   kanker   selama   lebih   dari   2   tahun   setelah 

terdiagnosis

·       Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat   ini   sangat   efektif   jika   diberikan   kepada   penderita   yang   berusia   40   tahun   serta   masih 

mengalami menstruasi dan menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita 

yang 5 tahun lalu mengalami menopause. Tamoxifen memiliki  sedikit  efek samping sehngga 

merupakan obat pilihan pertama.

Selain   itu,   untuk   menghentikan   pembentukan   estrogen   dapat   juga   dilakukan   pembedahan 

pengangkatan ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat 

penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.

Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa 

nyeri  akibat kanker di  dalam tulang dimana hydrocortisone (suatu hormon steroid)  biasanya 

diberikan   pada   saat   yang   bersamaan,   karena   aminoglutetimid   menekan 

pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

Kemoterapi   yang   paling   efektif   adalah   cyclophosphamide,   doxorubicin,   paclitaxel,   dosetaxel, 

vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini sering digunakan sebagai tambahan pada pemberian 

obat penghambat hormon. 

P.     PROGNOSIS

Stadium  TNM pada   kanker   payudara  merupakan   indikator   yang  paling   dapat  diandalkan  pada 

prognosis.  Survival   rate (%) pada  pasien  dengan  kanker  payudar  berdasarkan   stadium TNM 

yaitu sebagai berikut:

Stadium TNM Five years Ten years

0 95 90

I 85 70

IIA 70 50

IIB 60 40

IIIA 55 30

IIIB 30 20

IV 5-10 2

Q.   REHABILITASI

Dilakukan pada praoperatif atau pascaoperatif:

1.     Praoperatif, berupa latihan pernapasan dan latihan batuk efektif

2.     Pascaoperatif , berupa:

a.     Hari 1-2

a.     Latihan   lingkup   gerak   sendi   untuk   siku   pergelangan   tangan   dan   jari   lengan   daerah   yang 

dioperasi

b.     Untuk sisi sehat latihan lingkup sendi lengan secara penuh

c.      Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometric

d.     Latihan relaksasi otot leher dan toraks

e.      Aktif mobilisasi

b.     Hari 3-5

·       Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap)

·       Latihan relaksasi

·       Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani

c.     Hari 6 dan seterusnya

·       Bebas gerakan

·       Edukasi   untuk   mempertahankan   lingkup   gerak   sendi   dan   usaha   untuk   mencegah   atau 

menghilangkan timbulnya limfedema

R.    FOLLOW UP

Beberapa hal yang dilakukan:

1.     Jadwal kontrol: tiap 2 bulan pada tahun I dan II, tiap 3 bulan pada tahun III-V, dan tiap 6 bulan 

setelah tahun V

2.     Pemeriksaan fisik: tiap kali control

3.     Thorax foto: tiap 6 bulan

4.     Laboratorium dan marker: tiap 2-3 bulan

5.     Mammografi kontralateral: tiap tahun atau ada indikasi

6.     USG abdomen atau hepar: tiap 6 bulan atau ada indikasi

7.     Bone scanning: tiap 2 tahun atau ada indikasi

S.     PENCEGAHAN

Dari faktor risiko kanker payudara yang ada terdapat beberapa yang dapat dikendalikan. Perubahan 

pola diet  dan gaya hidup dipercayai  oleh para ahli  diet dan kanker dapat mengurangi  angka 

kejadian kanker.

Diagnosis   dini   kanker  payudara   sebaiknya  dilakukan   karena  pada   stadium  ini   kanker  payudara 

mudah untuk diobati. Tiga cara untuk mendeteksi kanker tersebut secara dini sebagai prosedur 

penyaringan   yaitu   SADARI,   pemeriksaan   payudara   secara   klinis,   dan  mammografi.   SADARI 

dilakukan pada wanita sejak usia subur setiap satu minggu setelah hari  pertama menstruasi 

terakhir. Pemeriksaan payudara secara klinis dilakukan oleh seorang dokter secara lege artis. 

Mammografi dilakukan pada wanita > 35 – 50 tahun setiap dua tahun dan > 50 tahun setiap 

satu tahun. Pada daerah yang tidak terdapa mammografi atau USG hanya dilakukan SADARI dan 

pemeriksaan fisik saja.

Penelitian terakhir telah menyatakan terdapat 2 jenis obat yang terbukti bisa mengurangi resiko 

kanker   payudara,   tamoksifen   dan   raloksifen.   Kedua   obat   tersebut   termasuk   golongan   anti 

estrogen   di   dalam   jaringan   payudara. 

Penderita yang telah menjalani pengobatan kanker payudara dapat menggunakan tamoksifen 

untuk mencegah kekambuhannya. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan pada wanita dengan 

risiko tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita 

yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen 

p53, BRCA1 atauk BRCA 2)..

Dengan pembedahan dapat dilakukan mastektomi pencegahan yaitu dengan mengangkat salah satu 

atau kedua payudara dan ini dapat dijadikan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada 

wanita yang memiliki risiko tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat 

karena kanker,  wanita yang memiliki  riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan 

wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

DAFTAR PUSTAKA

Albar Zafiral Azdi (Editor) dkk. Protokol PERABOI 2003. PERABOI:  edisi 1 (2004).

                         

Brunicardi F. Charles et al. Schwartz’s principle of Surgery. Mcgraw-Hill: 8th Edition 2005).

E:\Surgery\camammae.htm. Kanker Payudara. www.medicastore.com (2007).

Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Edisi 9 (1997).

Harris Jay R, MD (editor) et al. Breast Diasease. J. B. Lippincott Company: 2nd Edition (1991).

Mansjoer Arif (editor) dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: edisi 3 (2000).

McPHEE Stephen J. et al. LANGE: Current Medical Diagnosis & Treatment. McGraw-Hill Professional: 

International Edition (2007).

Peter   J.  Morris   (Editor)  et  al. Oxford Textbook  of  Surgery.  Oxford Press:  2nd Edition   (January  15, 

2000).

Price Sylvia A. et al. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Edisi 4 (1995).

Seymour I. Schwartz   (Editor)   et   al. Principles   of   Surgery,   Companion   Handbook.   McGraw-Hill 

Professional : 7th Edition (December 18, 1998).

Sjamsuhidajat R (Editor) dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Edisi II (2004).

Springhouse. Handbook of Pathophysiology.  Springhouse Corporation (2001).