kanker payudara
DESCRIPTION
penangan kanker payudaraTRANSCRIPT
Kanker payudara
A. EPIDEMIOLOGI
Insiden kanker payudara bervariasi di tiap negara. Di Indonesia insiden kanker payudara menepati
posisi nomor dua tertinggi dan terdapat kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.
Indonesia, diperkirakan, mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru tiap tahunnya, dan
lebih dari 50% kasus masih berada pada stadium lanjut. Kanker payudara pada laki-laki sangat
jarang yaitu kurang dari 1%.
B. EMBRIOLOGI PAYUDARA
Pada minggu keenam masa gestasi, mammary ridge atau milk line, muncul sebagai penebalan
lapisan ektodermal dari axilla ke inguinal. Milk line kemudian menghilang kecuali daerah kecil
pada regio pektoralis. Payudara berasal dari satu tonjolan primer yang menjadi 15-20 tonjolan
sekunder. Penonjolan ini mengalami kanalisasi pada 2 bulan terakhir masa gestasi.
C. ANATOMI PAYUDARA
Kecuali pembesaran pada masa neonatal dan pubertas, payudara pada laki-laki hanya mengalami
sedikit perubahan selama kehidupan. Pada wanita, tonjolan prepubertas berkembang pada usia
11-15 tahun, dan lobulasi terjadi setelah ovulasi pertama. Jaringan kelenjar yang membentuk
15-20 lobus tersusun secara radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang
jumlahnya bervariasi. Di antara lobus dikelilingi oleh stroma atau jaringan ikat. Setiap lobus
berbeda sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus yang lain.
Drainase lobus yaitu ke sinus laktiferosa yang lalu ke duktus pengumpul dan akhirnya bermuara
ke puting.
Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri. Batas payudara wanita dewasa yang terlihat
dari luar yaitu superior: iga II atau III, inferior: iga VI atau VII, medial: tepi lateral sternum, dan
lateral: linea axillaris anterior sedangkan batas yang sesungguhnya yaitu superior: hampir
sampai klavikula, medial: garis tengah, dan lateral: m. latissimus dorsi. Basis payudara
berbentuk sirkular kecuali pada bagian lateral atas terdapat penonjolan ke arah aksila,
disebuttail of Spence. Payudara ditunjang oleh ligamentum Cooper yang merupakan pita fibrous
yang terletak tegak lurus terhadap dermis.
Payudara dapat dibedakan menjadi 5 kuadran: lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial
bawah, dan sentral. Kuadran lateral atas terdiri dari jaringan yang lebih banyak dari kuadran
lainnya.
Payudara menerima suplai darah utamanya dari cabang perforantes arteri mammaria interna,
cabang lateral dari arteri intercostales posterior, dan cabang dari arteri axillaris, termasuk
thoracica yang paling besar, thoracica lateral, dan cabang pektoralis dari arteri
thoracoacromialis.
Vena dari payudara dan dinding dada yang berjalan mengikuti jalan arteri dibedakan menjadi tiga
kelompok utama yaitu cabang perforantes vena mamaria interna, cabang perforantes vena
intercostales posterior, dan cabang vena aksillaris. Plexus Batson dari vena vertebrales dari
basis tengkorak sampai sacrum dapat memberikan jalan bagi metastasis ca mamma ke
vertebrae, tengkorak, tulang pelvis, dan sistem susunan syaraf pusat.
Pembuluh darah linfe secara umum berjalan paralel dengan pembuluh darah. Kelenjar getah
bening berupa enam kelompok KGB aksila: vena aksilaris, kelompok anterior dan pektoral
mammaria eksterna, scapula (posterior atau subscapular), sentral, subklavikula, dan,
interpektoral (Rotter’s node), KGB prepektoral, dan KGB mammaria interna. Sekitar 75% aliran
limfe dari payudara ke KGB aksilaris, dan yang lain yang berasal dari aspek medial ke KGB
parasternal (mammaria interna).
D. HISTOLOGI PAYUDARA
Payudara terdiri dari 15-20 kelenjar tubuloalveolar yang berakhir ke duktus laktiferus, dilapisi oleh
epitel kolumner. Duktus laktiferus yang pada regio subareolar dilapisi epitel skuamosa
membuka ke ampula puting.
E. FISIOLOGI PAYUDARA
Perkembangan dan fungsi payudara diinisiasi oleh stimulasi berbagai hormon: estrogen,
progesteron, prolaktin, hormon tiroid, kortisol, dan growth hormone. Hormon yang utama ialah
estrogen, progesteron, dan prolaktin. Estrogen diketahui menstimulasi perkembangan duktus
payudara, progesteron menginisiasi perkembangan lobulus dan differensiasi sel, dan prolaktin
menstimulasi laktogenesis pada akhir kehamilan dan postpartum. Secara siklus, volume
payudara mengalami puncaknya pada pertengahan kedua siklus menstruasi dimana terjadi
kongesti vaskular dan proliferasi lobulus. Selama masa kehamilan dan laktasi alveoli dan lobulus
berproliferasi sama seperti duktusnya. Puting dan areola menjadi lebih gelap dan
galandulaMontgomery (kelenjar lemak pada permukaan areola) semakin menonjol. Oksitosin
dan isapan pada puting yang memacu pembentukan prolaktin berperan pada pembentukan dan
pengeluaran ASI. Pada menopause, terjadi penurunan estrogen dan progesteron dari ovarium,
lobulus dan duktus mengalami involusi dan payudara digantikan dengan lemak. Kondisi inilah
yang membuat mammografi digunakan sebagai alat diagnostik pada wanita berusia tua.
F. GINEKOMASTIA
Ginekomastia ialah pembesaran jaringan payudara laki-laki. Secara fisiologis terlihat pada masa
neonatal, dewasa atau tua dan hampir sebagai akibat hormon estrogen yang berlebihan. Secara
umum, didiognosis sebagai ginekomastia bila terdapat sedikitnya 2 cm jaringan payudara
subareolar. Kondisi ini dapat dihubungkan dengan defisiensi androgen, misalnya pada orkitis
atau kegagalan testis atau estrogen yang berlebih akibat tumor testikular atau nontestikular
serta pada keadaan yang jarang disfungsi tiroid, alkoholism, dan obat-obatan. Sebagai
konfirmasi diagnosis dapat dilakukan biopsi.
G. ONKOLOGI SECARA UMUM
Onkologi ialah ilmu yang mempelajari tentang tumor. Tumor secara umum adapat diartikan sebagai
benjolan atau pembengkakan yang abnormal pada tubuh. Secara klinis tumor dapat dibedakan
atas nonneoplasma (misalnya kista, peradangan) dan neoplasma. Sebagai neoplasma, tumor
terjadi karena adanya disregulasi pertumbuhan sel.
Neoplasma yang secara harafiah dapat diartikan pertumbuhan baru adalah massa abnormal dari
sel-sel yang mengalami proliferasi. Neoplasma dapat bersifat jinak dan ganas (kanker). Pada
gambaran klinis jinak dan ganas dapat dibedakan berdasarkan kecepatan tumbuh (lambat atau
cepat), sifat pertumbuhannya (ekspansif atau infiltratif), batas (jelas atau tidak jelas), dan
penyebarannya (tidak ada atau punya kemampuan metastasis). Pada gambaran histopatologis
sel jinak dan ganas juga dapat dibedakan yaitu berdasarkan bentuk (normal atau pleomorfik /
anaplastik / anisositosis / poikilositosis), sitoplasma (normal atau padat / hiperkromatik),
kromatin (normal atau kasar), nucleus (normal atau terang / irreguler), hubungan dengan
sekitar (normal atau infiltratif), dan vaskularisasi (normal atau meningkat).
Neoplasma mempengaruhi hospes dengan berbagai cara. Neoplasma jinak yang tidak melakukan
invasi atau metastasis umumnya menyebabkan kesulitan lokal. Beberapa masalah yang
disebabkan oleh neoplasma jinak dapat berupa penyumbatan jalan tubuh misalnya sumbatan
pada pembuluh darah dapat menyebabkan ulkus atau infeksi. Pada neoplasma ganas yang
sudah lanjut terjadi perebutan makanan dengan hospes sehingga dapat menyebabkan
terjadinya malnutrisi pada penderitanya (kakeksia tumor). Sel-sel neoplasma mampu
mempengaruhi jaringan nonneoplastik di sekitarnya untuk menghantarkan makanan berupa
proliferasi vaskularisasi dengan rangsangan zat-zat yang dikeluarkan oleh tumor tersebut.
H. KANKER PAYUDARA
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker ini bisa
mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada
payudara. Terdapat beberapa jenis kanker payudara:
1. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini
yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90%
kanker payudara merupakan karsinoma duktal.
Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause.
Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai
bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi).
Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara
keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan
menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).
3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause.
Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan
secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain.
Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif(pada
payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara).
4. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir
(terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80%
kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
5. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
6. Karsinoma tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
I. FAKTOR RISIKO GANAS
Penyebab kanker payudara secara pasti tidak diketahui. Akan tetapi, dari data epidemiologi telah
didapatkan faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit ini. Faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: genetik, endokrin, dan lingkungan yang
masing-masing dapat sebagai mayor, intermediet, atau minor. Banyak faktor minor masih
dalam perdebatan.
Faktor risiko mayor
1. Jenis kelamin
Ca mamme seratus kali lebih banyak pada wanita dibandingkan laki-laki.
2. Usia
Sama seperti carcinoma yang lain, insiden kanker payudara meningkat seiring peningkatan usia.
Kanker payudara hanya terjadi sekali-sekali pada usia belasan tapi pada usia berikutnya
kejadiannya meningkat. Risiko kumulatif dari perkembangan kanker payudara pada usia 20-40
tahun sebesar 0,5%, 50-70 tahun sebesar 5%. Angka tersebut menunjukkan fakta bahwa
mayoritas pasien mengalami ca mamme di atas usia 50 tahun. Sekitar 60% kanker payudara
terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75
tahun.
3. Ca mamme sebelumnya
Perkembangan kanker payudara sekunder dapat sebagai manifestasi klinis dari ca primer multifokal
atau sebagai ca yang baru. Risiko relative perkembangan ca sekunder pada 20 tahun setelah
diagnosis awal ialah 1,2-1,5. Risiko ini terjadi paling banyak pada wanita usia muda dengan
diagnosis kanker payudara sebelum usia 40. Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau
kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara
yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat
sebesar 0,5-1%/tahun.
4. Riwayat keluarga dan predisposisi genetik
Riwayat keluarga kanker payudara dikaitkan dengan peningkatan risiko menderitanya. Risiko
tersebut paling tinggi pada pasien dengan hubungan tingkatan pertama (ibu atau saudara
perempuan), khususnya jika penyakit berkembang pada usia sebelum 50 tahun. Wanita yang
ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar
untuk menderita kanker payudara.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara,
yaituBRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka
kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara
adalah p53, BARD1,BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker
payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.
Terdapat 5% dari total pasien mempunyai kaitan dengan faktor genetik. Sekitar 20% wanita
yang didiagnosis kanker payudara punya paling sedikit satu anggota keluarga yang menderita.
5. Benign breast disease
Benign disease tidak sering dianggap sebagai faktor risiko mayor meskipun papillomatosis multipel
demikian.
Faktor risiko intermediate
1. Diet dan alkohol
Diet tinggi lemak atau kolesterol berkaitan dengan risiko kanker payudara meskipun hubungan
sebab akibat antara keduanya belum didemonstrasikan secara jelas.
Bukti adanya hubungan antara konsumsi alkohol dan peningkatan risiko kanker payudara semakin
kuat. Kondisi ini juga sebanding dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi. Pemakaian alkohol
lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
2. Faktor endokrin
Faktor ini mungkin berhubungan dengan jumlah siklus menstruasi dimana payudara
terekspos. Faktor hormonal penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon
yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan
hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara
genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker. Hormon, khususnya hormon
seks steroid estrogen, progesteron dan testosteron, telah diketahui sebagai promotor kanker
payudara, endometrium, ovarium, dan prostat. Data meunjukkan bahwa estrogen secara
langsung berperan atau berkontribusi terhadap perkembangan kanker payudara. Estrogen bisa
berasal dari ovarium (premenstruasi), adrenal (postmenopause), dan dari payudara itu sendiri
(dengan aromatisasi androgen menjadi estrogen). Banyak faktor yang dapat meregulasi sintesis
estradiol tapi yang paling penting adalah derajat obesitas yang dapat meningkatkan proses
aromatisasi dalam payudara. Estrogen dapat menginisiasi proses mutasi gen dan juga
meningkatkan pembelahan sel yang sudah mengalamai mutasi gen. Intake alkohol dapat
meningkatkan risiko mungkin karena menurunkan estradiol clearence. Dari data penelitian
didapatkan bahwa risiko kanker payudara lebih besar pada penggunaan kombinasi estrogen dan
progesteron daripada estrogen sendiri.
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita
kanker payudara.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang
terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
3. Nulliparitas
Nulliparitas menghilangkan efek proteksi terhadap kanker payudara. Wanita yang melahirkan anak
pertama sebelum usia 20 punya risiko relative 0,5 dibandingkan dengan nullipara, yang
melahirkan anak pertama setelah 30 tahun punya risiko relative 0,94. Beberapa bukti bahkan
menyatakan bahwa wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 35 tahun punya
risiko lebih besar untuk mendapatkan kanker payudara.
Kehamilan berikutnya sepertinya kurang berperan pada risiko kanker payudara meskipun kondisi
tersebut sebenarnya juga memberikan efek proteksi. Efek proteksi terjadi pada kehamilan full
term.
Data menunjukkan pemberian ASI memberikan efek proteksi meskipun tidak semua penelitian
mengkonfirmasikan hal ini.
4. Usia menarche dan menopause
Wanita dengan menarche sebelum usia 12 punya risiko relative 2,30 dibandingkan dengan setelah
usia 12. Risiko menurun seiring dengan peningkatan usia menarche. Cepatnya usia menarche,
khususnya di negara bagian barat, mungkin sebagai akibat dari peningkatan nutrisi dan
kesehatan umum, diperkirakan penting berkaitan dengan bervariasinya insiden kanker
payudara secara demografi.
Risiko relative perkembangan kanker payudara sebesar 0,5% pada wanita dengan menopause
sebelum usia 45 tahun, dibandingkan dengan wanita yang tetap menstruasi setelah usia 55
tahun. Menopause buatan dengan oophorectomy or irradiasi juga menurunkan risiko kanker
payudara.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Semakin lambat
menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara
5. Kontrasepsi oral dan hormone replacement therapy
Meta-analisis telah menunjukkan risiko relative dari perkembangan kanker payudara dengan
konsumsi kontrasepsi oral sebesar 1,24. Ketika berhenti, angka tersebut menurun menjadi 1,01
setelah 10 tahun.
Hormone replacement therapy telah ditunjukkan dengan meta-analisis berkaitan dengan
peningkatan risiko menjadi kanker payudara, walaupun risiko tidak lebih dari 5 dan penggunaan
selama 10 tahun.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia,
lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada
setelah pemakaian pil dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit
meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
6. Irradiasi
Peningkatan risiko muncul setelah masa laten, 10-15 tahun. Efek tersebut lebih tampak pada wanita
yang terekspos irradiasi sebelum usia 35 tahun dan sedikit pada wanita yang terekspos setelah
usia 40 tahun.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
7. Benign breast disease
Atipia berat dengan hyperplasia dihubungkan dengan peningkatan risiko menjadi ca. Hubungan
tersebut paling banyak pada wanita dengan riwayat keluarga kanker payudara.
Faktor risiko minor
1. Body size
Terdapat hubungan minor antara ukuran tubuh dan kanker payudara, tergantung pada umur dan
tinggi badan atau massa tubuh. Hal ini mungkin berkaitan dengan lemak tubuh dan risiko
darihormone replacement therapy.
2. Stress
Tidak ada bukti bahwa stress dapat menyebabkan kanker payudara.
3. Benign breast disease
Beberapa gambaran patologis, seperti papillomatosis dan hyperplasia dengan atipia umum,
dihubungkan dengan peningkatan risiko menjadi kanker payudara. Risiko tersebut menjadi lebih
rendah dengan semakin sedikitnya derajat atipia. Pasien dengan kista apokrin makroskopik juga
berisiko menjadi ca akan tetapi bukti yang meyakinkan mengenai hal ini kurang. Kaitan
antarabenign breast disease dan risiko ca menjadi masalah karena pada fibroadenoma
dan fibrocystic change tidak terjadi peningkatan risiko menjadi ca.
Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta
adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
J. GEJALA
Gejala dan tanda penyakit payudara:
Nyeri
1. Tergantung daur haid: dapat fisiologis atau kelainan fibrokistik.
2. Tidak tergantung daur haid: dapat tumor jinak / ganas atau infeksi. Nyeri ini dapat
menunjukkan adanya penekanan pada syaraf, pembuluh darah atau jaringan sekitar sehingga
menyebabkan hipoksia, akumulasi asam laktat dan mungkin kematian sel. Selain itu sel kanker
dapat juga mengeluarkan enzim proteolitik sehingga merusak sel sekitarnya yang memicu
adanya respon inflamasi.
Benjolan
1. Keras: dapat FAM dan kista jika permukaannya licin atau kanker dan inflamasi noninfektif jika
permukaannya berbenjol.
2. Kenyal: dapat kelainan fibrokistik.
3. Lunak: dapat lipoma.
Perubahan kulit
1. Bercawak: sangat mencurigakan karsinoma.
2. Benjolan kelihatan:dapat kista, karsinoma, FAM besar.
3. Kulit jeruk: di atas benjolan kanker (khas).
4. Kemerahan: dapat infeksi (jika panas).
5. Tukak: dapat kanker lama (terutama pada orang tua)
Kelainan puting atau areola
1. Retraksi: fibrosis karena kanker atau nekrosis lemak.
2. Inversi baru: retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus).
3. Eksema: unilateral penyakit paget (khas kanker).
Keluarnya cairan
1. Seperti susu: kehamilan atau laktasi.
2. Jernih: normal.
3. Hijau: dapat perimenopause, pelebaran duktus, kelainan fibrokistiok.
4. Hemorrhagik: dapat karsinoma dan papilloma intraduktus.
Lebih spesifik pada kanker payudara stadium awal, keluhan bisa tidak ada. Jika ada biasanya berupa
benjolan yang dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, jika didorong oleh jari
tangan benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit, tidak menimbulkan nyeri dan
memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada stadium ini, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak
seperti kulit jeruk. Dimpling atau cekungan (akibat infiltrasi ke ligamentum Cooper), retraksi
puting, nodul satelit, ulserasi dan kelainan kulit lainnya bisa juga terjadi. Selain itu dapat juga
ditemukan gejala lain seperti benjolan atau massa di ketiak nyeri tulang, pembengkakan lengan,
penurunan berat badan.
K. PENYARINGAN
Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan
penyaringan. Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara:
1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium
dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih
mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari
sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja,
tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara.
Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan
perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya
tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting
susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan
kedua tangan ditarik ke belakang.
Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat
kanker. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian
bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu
dan sikut ke arah depan.
Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri.
Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling
payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu.
Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang
sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya
dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu.Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri
ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan
posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang
sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan
mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah
tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
2. Mammografi.
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal
pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun
untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas
mammogarm dilakukan sekali/tahun.
3. USG payudara.
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
4. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
L. DIAGNOSIS
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam diagnosis kanker payudara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
Hal-hal yang perlu kita tanyakan ialah:
1. Identitas
2. Keluhan utama, meliputi benjolan (70% dari penderita), nyeri, nipple discharge, eczema sekitar
areola, dimpling, ulserasi, dan peau d’ orange.
3. Perjalanan penyakit
4. Berat badan dan nafsu makan
5. Keluhan tambahan, berhubungan dengan metastasisnya, meliputi nyeri tulang (misalnya
vertebra, femur), rasa penuh ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat, dan keluhan lainnya.
6. Faktor risiko untuk menjadi kanker payudara
b. Pemeriksaan fisik
Sebaiknya dilakukan 1 minggu dari hari terakhir menstruasi karena pada saat ini pengaruh hormonal
terhadap payudara minimal. Hal-hal yang perlu kita lakukan ialah:
1. Pemeriksaan status generalis
2. Pemeriksaan status lokalis, meliputi
a. Inspeksi tumor: ketika pasien duduk dengan lengan di samping dan di atas kepala untuk menilai
simetrisitas payudara kanan dan kiri, kelainan papilla: letak, bentuk, dan retraksi, perubahan
kulit: tanda radang, peau d’ orange, dimpling, ulserasi, dan nodul satelit). Asimetri, retraksi
puting, atau dimpling kulit dapat dipertegas ketika pasien mengangkat lengannya di atas kepala.
b. Palpasi tumor: ketika pasien duduk dan berdiri dengan lengan yang abduksi, dapat dilakukan
dengan gerakan secara memutar jari pemeriksa atau secara horizontal, untuk menilai lokasi
tumor, ukurannya, konsistensi, batas, dan mobilitasnya.
c. Pemeriksaan KGB regional: ditentukan status KGB aksila, supraklavikuler dan infraklavikuler
yaitu jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau dengan jaringan sekitar. Ketika
memeriksa, pasien dalam posisi duduk dan pemeriksa berada di depan pasien. Aksila kanan
diperiksa dengan menggunakan tangan kanan pemeriksa dan sebaliknya.
d. Pemeriksaan organ lain: berkaitan dengan daerah yang dicurigai metastasis (paru, tulang,
hepar, otak dan lain-lain).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah:
1. Pemeriksaan radiodiagnostik atau imaging
Dapat dibedakan menjadi dua:
a. Direkomendasikan
1. USG payudara dan mammografi untuk tumor > 3 cm
2. Foto toraks
3. USG abdomen (hepar)
b. Atas indikasi (optional)
1. Bone scanning atau bone survey bila sitologi atau klinis sangat mencurigakan pada tumor > 5
cm
2. CT Scan
2. Pemeriksaan sitologi (Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik dicurigai ganas.
3. Pemeriksaan histopatologi (gold standard diagnostic)
Dapat dilakukan dengan potong beku dan atau paraffin. Bahan pemeriksaannya dapat diambil
melalui:
a. Core biopsy
b. Biopsi eksisional untuk tumor ukuran < 3 cm
c. Biopsi insisional untuk tumor ukuran > 3 cm sebelum operasi definitive atau inoperable
d. Specimen mastektomi disertai pemeriksaan KGB
e. Spesimen immunohistokimia: ER, PR, c-erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53 (situasional)
4. Laboratorium
Berupa pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
metastasis.
M. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding kanker payudara yaitu sebagai berikut:
1. Fibroadenoma mammae (FAM)
Merupakan tumor jinak payudara yang biasa ditemui pada wanita usia muda, 15-30 tahun. Secara
klinis, tumor ini berbentuk bulat lonjong, batas tegas, konsistensi padat kenyal, mobil, dan tidak
nyeri. FAM tidak punya kemampuan metastasis dan diterapi dengan eksisi.
2. Fibrocystic disease
Merupakan tumor jinak payudara yang paling sering terjadi pada wanita usia 30-50 tahun. Secara
klinis, tumor ini sering multipel atau bilateral, biasanya terjadi fluktuasi ukuran yang cepat dari
benjolan, nyeri yang terjadi atau semakin memburuk serta ukuran yang meningkat ketika
menjelang menstruasi. Ketika haid berhenti, keluhan juga hilang atau berkurang. Konsistensinya
dapat padat, kenyal atau kistik dengan batas yang tidak tegas kecuali kista soliter, dan
permukaannya granular. Fibrocystic disease diterapi dengan medikamentosa atau operasi.
3. Cystosarcoma phylloides
Merupakan tumor jinak payudara yang menyerupai FAM yang besar dengan ukuran dapat
mencapai 20-30 cm. Secara klinis berbentuk bulat lonjong, batas tegas, permukaan berbenjol,
tidak melekat pada dasar atau otot, kulit di atasnya tegang, berkilat dan terjadi venektasis.
Tumor ini tidak mempunyai kemampuan metastasis. Cystosarcoma phylloidesditerapi
dengan simple mastektomi atau mastektomi subkutan pada orang muda.
4. Papilloma intraduktal
Merupakan papilloma yang terjadi pada duktus papillaris. Biasanya tumor ini terlalu kecil untuk
dipalpasi akan tetapi sering menyebabkan keluarnya cairan serosanguinosa atau darah dari
puting. Terapinya berupa eksisi dari duktus yang terkena.
5. Nekrosis lemak
Merupakan lesi yang memberikan gambaran berupa massa yang terasa keras dan berbentuk tidak
teratur dan kadang-kadang menyebabkan retraksi kulit. Sebanyak 50% pasien mempunyai
riwayat trauma. Ekimosis dapat ada. Jika tidak diapa-apakan, massa tersebut akan menghilang
secar bertahap akan tetapi cara yang paling aman ialah dengan melakukan biopsi.
6. Lipoma
Merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak. Benjolan yang terbentuk mempunyai
konsistensi lunak. Kejadian lipoma yang murni sangat jarang.
7. Galactocele
Merupakan tumor kistik yang terjadi sebagai akibat tersumbatnya duktus laktiferus saat masa
laktasi. Tumor ini berisi air susu yang mengental. Secara klinis berbentuk bulat dan kisteus
dengan batas yang tegas.
8. Mastitis
Merupakan infeksi pada payudara dengan tanda-tanda peradangan yang dapat berkembang
menjadi abses. Biasanya terjadi pada ibu yang menyusui.
N. STADIUM KLINIS
Stadium klinis dapat digunakan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis. Selain itu, juga
terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis yaitu:
Jenis sel kanker
Gambaran kanker
Respon kanker terhadap hormon: kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara
lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.
Kanker payudara diklasifikasikan berdasarkan sistem TNM (Tumor, Nodus limfatikus regional, dan
Metastasis) oleh AJCC (American Joint Committee on Cancer) dan UICC (Union Internationale
Contre Cancere) tahun 2002 sebagai berikut:
T = ukuran tumor primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget) Penyakit paget pada puting tanpa adanya tumor
T1 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cm
T1mic Adanya mikroinvasi ukuran ≤ 0,1 cm
T1a Tumor dengan ukuran > 0,1 - 0,5 cm
T1b Tumor dengan ukuran > 0,5 – 1 cm
T1c Tumor dengan ukuran > 1 – 2 cm
T2 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 2 – 5 cm
T3 Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya > 5 cm
T4Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi lansung ke
dinding dada atau kulit
T4a Ekstensi ke dinding dada (tidak termasuk otot pektoralis)
T4bEdema (termasuk peau d’ orange), ulserasi, nodul satelit
pada kulit yang terbatas pada 1 payudara
T4c Mencakup kedua hal di atas
T4d Mastitis karsinomatosa
N = Kelenjar getah bening regional
Nx KGB regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya)
N0 Tidak terdapat metastasi KGB
N1 Metastasi KGB aksila ipsilateral yang mobil
N2
Metastasiske KGB aksila ipsilateral terfiksir,
berkonglomerasi, atau adanya pembesaran KGB
mamaria interna ipsilateral (terdeteksi secar klinis,
dengan pemeriksaan fisik atau imaging (di luar
limfoscintigrafi))
N2a Metastasispada KGB aksila terfiksir atau berkonglomerasi
atau melekat ke struktur lain
N2b
Metastasis hanya pada KGB mamria interna ipsilateral
secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada KGB
aksila
N3
Metastasis pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis KGB aksila atau klinis terdapat
metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral klinis
dan metastasis pada KGB aksila; atau metastasis pada
KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
metastasis pada KGB aksila/mamaria interna.
N3a Metastasis ke KGB infraklavikular ipsilateral
N3b Metastasis ke KGB mamaria interna dan KGB aksila
N3c Matastasis ke KGB supraklavikula
Patologi (pN)a
pNxKGB regional tidak bias dinilai (telah diangkat sebelumnya
atau tidak diangkat)
pN0Tidak terdapat metastasis ke KGB secara patologi, tanpa
pemeriksaan tambahan untukisolated tumor cells (ITC)
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan ukuran
tidak lebih dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi dengan
pewarnaan imunohistokimia (IHC) ata metode molecular lainnya tapi
masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selau menunjukkan adanya
aktivitas keganasan seperti proliferasi atau reaksi stromal.
pNO(i-)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, IHC
negatif.
pNO(i+)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis, IHC positif.
Tidak terdapat kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.
pNO(mol-)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis,
pemeriksaan molecular negatif (RT-PCR)b
pNO(mol+)Tidak terdapat metastasisKGB secara histologis,
pemeriksaan molecular positif 9RT-PCR).
a. Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa
pemeriksaan sentinel node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada
diseksi sentinel node tanpa diseksi KGB aksila ditandai dengan (sn)
untuk sentinel node, contohnya: pN0(i+) (sn).
b. RT-PCR: reverse transcriptase/polymerase chain reaction.
pN1
Metastasis pada 1-3 KGB aksila dan atau KGB mamaria
interna (klinis negatif yaitu tidak terdeteksi dengan
pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau dengan
pemeriksaan fisik) secara mikroskopis yang terdeteksi
dengan sentinel node diseksi.
pN1mic Mikrometastasis (> 0,2 – 2,0 mm).
pN1a Metastasis pada KGB aksila 1-3 buah.
pN1b
Metastasis pada KGB (klinis negatif yaitu tidak terdeteksi
dengan pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau
dengan pemeriksaan fisik) secara mikroskopis yang
terdeteksi dengan diseksi sentinel node.
pN1c
Metastasis pada 1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna
secara mikroskopis melalui diseksi sentinel node dan
secara klinis negatif (jika terdapat > 3 buah KGB aksila
yang positif, maka KGB mamaria interna
diklasifikasikan sebagai pN3b untuk menunjukkan
peningkatan besarnya tumor).
pN2 Metastasis pada 4-9 KGB aksila atau secara klinis terdapat
pembesara KGB mamaria interna tanpa metastasis
KGB aksila.
pN2aMetastasis pada 4-9 KGB aksila (paling kurang terdapat 1
deposit tumor lebih dari 2,0 mm).
pN2bMetastasis pada KGB mamaria interna secara klinis tanpa
metastasis KGB aksila.
pN3
Metastasis pada 10 atau lebih KGB aksila; atau
infraklavikula atau metastasis KGB mamria interna
(klinis) pada satu atau lebih KGB aksila yang positif;
atau pada metastasis KGB aksila yang positif lebih dari
3 dengan metastasis mikroskopis KGB mamaria interna
negatif; atau pada KGB supraklavikula.
pN3a
Metastasis pada 10 atau lebih KGB aksila (paling kurang
pusat deposit tumor lebih dari 2,0 mm), atau
metastasis pada KGB infraklavikula.
pN3b
Metastasis KGB mamria interna ipsilateral (klinis) dan
metastasis pada KGB aksila 1 atau lebih; atau
metastasis pada KGB aksila 3 buah dengan terdapat
metastasis mikroskopis pada KGB mamaria interna
yang terdeteksi dengan diseksi sentinel node yang
secara klinis negatif.
pN3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
M = metastasis jauh
Mx Metastasisjauh belum dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasisjauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Stadium
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA
T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIBT2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA
T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
IIIB
T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
IIIC Tiap T N3 M0
IV Tiap T Tiap N M1
O. PENATALAKSANAAN
Pengobatan biasanya dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi
penderita yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah dilakukan biopsi. Pengobatan yang dilakukan
berupa pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan obat penghambat hormon. Radioterapi
ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah
sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening. Kemoterapi merupakan kombinasi obat-obatan
untuk membunuh atau menekan sel-sel yang mempunyai kemampuan berkembangbiak dengan
cepat. Obat-obat penghambat hormon yaitu obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di
seluruh tubuh, sama halnya dengan radioterapi. Untuk memudahkan pengobatan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir (operabel atau stadium I-IIIA)
Pengobatan untuk kanker yang terbatas pada payudara hampir selalu pembedahan. Pembedahan,
yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan, bertujuan untuk mengangkat tumor
sebanyak mungkin. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan dengan pilihan utama
adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahanbreast-conserving
surgery (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya). Pengobatan pada
stadium ini bersifat kuratif. Pada stadium I dan II pilihannya ialah mastektomi radikal atau yang
dimodifikasi disertai dengan atau tanpa radioterapi dan kemoterapi ajuvan. Pada stadium IIIA
pilihannya ialah mastektomi simpel disertai dengan radioterapi dan kemoterapi ajuvan. Bisa
juga dilakukan dilakukan BCS atau Breast Conserving Therapy dengan syarat dan indikasi yang
telah ditentukan.
· Breast-Conserving Surgery (BCS)
Yang termasuk BCS adalah:
1. Lumpektomi: pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial: pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya
yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi: pengangkatan seperempat bagian payudara.
Indikasi BCS sebagai berikut:
1. T = 3 cm
2. Pasien menginginkan untuk mempertahankan payudaranya
Syarat BCS yaitu:
1. Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent
2. Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan
3. Tumor tidak terletak sentral
4. Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca BCS
5. Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang difus (luas)
6. Tumor tidak multipel
7. Belum pernah terapi radiasi di dada
8. Tidak menderita penyakit LE atau penyakit kolagen
9. Terdapat sarana radioterapi yang memadai
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya ditujukan untuk mencegah
kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari BCS ditambah terapi penyinaran adalah efek
kosmetiknya. Efek samping dari radioterapi biasanya tidak menimbulkan nyeri serta
berlangsung tidak lama meskipun kulit dapat tampak merah atau melepuh.
· Mastektomi
Yang termasuk mastektomi sebagai berikut:
1. Mastektomi simplek yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara dimana otot dibawah
payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas
operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah
payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang
telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-
conserving, kanker sering kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi
radikal yaitu pengangkatan seluruh jaringan payudara dengan menyisakan otot dan kulit,
disertai kelenjar getah bening aksila.
3. Mastektomi radikal yaitu pengangkatan seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya.
Radioterapi yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya
kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon dipengaruhi oleh ukuran tumor dan ada
tidaknya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor dengan garis tengah < 1,3 cm bisa diatasi dengan
pembedahan saja. Jika garis tengah tumor > 5 cm, setelah pembedahan biasanya juga diberikan
kemoterapi. Jika garis tengah tumor > 7,6 cm, biasanya kemoterapi diberikan sebelum
pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ dapat tetap berada dalam observasi ketat dan tidak menjalani
pengobatan atau dapat segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara).
Banyak penderita karsinoma lobuler yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan karena
hanya 25% yang berkembang menjadi kanker invasif. Jika penderita memilih untuk menjalani
pengobatan maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada
payudara yang sama dengan karsinoma lobuler dan jika penderita menginginkan pengobatan
selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen. Kebanyakan
penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan Setelah menjalani
mastektomi simplek. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi
dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Pada kondisi
ini, payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
Pada rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil
dari bagian tubuh lainnya. Pelaksanannya bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau
bisa juga di kemudian hari. Akan tetapi, akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah
dipertanyakan karena silikon kadang dapat merembes dari kantongnya sehingga implan
menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke
dalam aliran darah.
Kemoterapi dan obat penghambat hormon sering diberikan segera setelah pembedahan kemudian
dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini dapat menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup
penderita. Dibandingkan dengan kemoterapi tunggal, pemberian beberapa jenis kemoterapi
lebih efektif. Meskipun begitu, tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut
tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Kemoterapi bisa mempunyai efek samping berupa rasa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut
yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Sekarang ini efek
muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Setelah kemoterapi, penderita
akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari tanpa ondansetron. Berat dan lamanya muntah
bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan kondisi penderita.
Penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan selama pemakaian
beberapa bulan.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah
pembedahan. Obat ini secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek
yang sama dengan terapi sulih hormon (misalnya mengurangi resiko
terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker
rahim) akan tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina
akibat menopause.
b. Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar (inoperabel atau stadium IIIB-IV)
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh dengan bagian tubuh yang paling sering
diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit. Pada bagian
tubuh tersebut kanker muncul dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun
setelah kanker terdiagnosis dan diobati. Tujuan pengobatan pada stadium ini hanya bersifat
paliatif atau memperbaiki kualitas hidup saja dengan terapi utama yaitu hormonal dan
kemoterapi.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak
akan memperoleh keuntungan dari pengobatan dengan akibat pengobatan seringkali ditunda
sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, dapat diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk
menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Jjika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Radioterapi
merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah
menyebar ke otak.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
· Kanker yang berkaitan dengan estrogen
· Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah
terdiagnosis
· Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat ini sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun serta masih
mengalami menstruasi dan menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita
yang 5 tahun lalu mengalami menopause. Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga
merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen dapat juga dilakukan pembedahan
pengangkatan ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat
penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa
nyeri akibat kanker di dalam tulang dimana hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya
diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan
pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel,
vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini sering digunakan sebagai tambahan pada pemberian
obat penghambat hormon.
P. PROGNOSIS
Stadium TNM pada kanker payudara merupakan indikator yang paling dapat diandalkan pada
prognosis. Survival rate (%) pada pasien dengan kanker payudar berdasarkan stadium TNM
yaitu sebagai berikut:
Stadium TNM Five years Ten years
0 95 90
I 85 70
IIA 70 50
IIB 60 40
IIIA 55 30
IIIB 30 20
IV 5-10 2
Q. REHABILITASI
Dilakukan pada praoperatif atau pascaoperatif:
1. Praoperatif, berupa latihan pernapasan dan latihan batuk efektif
2. Pascaoperatif , berupa:
a. Hari 1-2
a. Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan daerah yang
dioperasi
b. Untuk sisi sehat latihan lingkup sendi lengan secara penuh
c. Untuk lengan atas bagian operasi latihan isometric
d. Latihan relaksasi otot leher dan toraks
e. Aktif mobilisasi
b. Hari 3-5
· Latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap)
· Latihan relaksasi
· Aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak dibebani
c. Hari 6 dan seterusnya
· Bebas gerakan
· Edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk mencegah atau
menghilangkan timbulnya limfedema
R. FOLLOW UP
Beberapa hal yang dilakukan:
1. Jadwal kontrol: tiap 2 bulan pada tahun I dan II, tiap 3 bulan pada tahun III-V, dan tiap 6 bulan
setelah tahun V
2. Pemeriksaan fisik: tiap kali control
3. Thorax foto: tiap 6 bulan
4. Laboratorium dan marker: tiap 2-3 bulan
5. Mammografi kontralateral: tiap tahun atau ada indikasi
6. USG abdomen atau hepar: tiap 6 bulan atau ada indikasi
7. Bone scanning: tiap 2 tahun atau ada indikasi
S. PENCEGAHAN
Dari faktor risiko kanker payudara yang ada terdapat beberapa yang dapat dikendalikan. Perubahan
pola diet dan gaya hidup dipercayai oleh para ahli diet dan kanker dapat mengurangi angka
kejadian kanker.
Diagnosis dini kanker payudara sebaiknya dilakukan karena pada stadium ini kanker payudara
mudah untuk diobati. Tiga cara untuk mendeteksi kanker tersebut secara dini sebagai prosedur
penyaringan yaitu SADARI, pemeriksaan payudara secara klinis, dan mammografi. SADARI
dilakukan pada wanita sejak usia subur setiap satu minggu setelah hari pertama menstruasi
terakhir. Pemeriksaan payudara secara klinis dilakukan oleh seorang dokter secara lege artis.
Mammografi dilakukan pada wanita > 35 – 50 tahun setiap dua tahun dan > 50 tahun setiap
satu tahun. Pada daerah yang tidak terdapa mammografi atau USG hanya dilakukan SADARI dan
pemeriksaan fisik saja.
Penelitian terakhir telah menyatakan terdapat 2 jenis obat yang terbukti bisa mengurangi resiko
kanker payudara, tamoksifen dan raloksifen. Kedua obat tersebut termasuk golongan anti
estrogen di dalam jaringan payudara.
Penderita yang telah menjalani pengobatan kanker payudara dapat menggunakan tamoksifen
untuk mencegah kekambuhannya. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan pada wanita dengan
risiko tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita
yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen
p53, BRCA1 atauk BRCA 2)..
Dengan pembedahan dapat dilakukan mastektomi pencegahan yaitu dengan mengangkat salah satu
atau kedua payudara dan ini dapat dijadikan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada
wanita yang memiliki risiko tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat
karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan
wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).
DAFTAR PUSTAKA
Albar Zafiral Azdi (Editor) dkk. Protokol PERABOI 2003. PERABOI: edisi 1 (2004).
Brunicardi F. Charles et al. Schwartz’s principle of Surgery. Mcgraw-Hill: 8th Edition 2005).
E:\Surgery\camammae.htm. Kanker Payudara. www.medicastore.com (2007).
Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Edisi 9 (1997).
Harris Jay R, MD (editor) et al. Breast Diasease. J. B. Lippincott Company: 2nd Edition (1991).
Mansjoer Arif (editor) dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: edisi 3 (2000).
McPHEE Stephen J. et al. LANGE: Current Medical Diagnosis & Treatment. McGraw-Hill Professional:
International Edition (2007).
Peter J. Morris (Editor) et al. Oxford Textbook of Surgery. Oxford Press: 2nd Edition (January 15,
2000).
Price Sylvia A. et al. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC: Edisi 4 (1995).
Seymour I. Schwartz (Editor) et al. Principles of Surgery, Companion Handbook. McGraw-Hill
Professional : 7th Edition (December 18, 1998).
Sjamsuhidajat R (Editor) dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Edisi II (2004).
Springhouse. Handbook of Pathophysiology. Springhouse Corporation (2001).