kanker paru

4
Patofisiologi Kanker Paru Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan berdasarkan histologinya, semuanya memiliki riwayat alami dan respon terhadap pengobatan yang berbeda. Walaupun ada banyak kanker paru primer, kanker bronkogenik merupakan 95% dari dari seluruh kanker paru. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Perubahan epitel termasuk metaplasia dan dysplasia akibat merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor. Biasanya timbul di central di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Tumor cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Gejala yang ditimbulkan batuk, dan hemoptisis akibat iritasi dan ulcerasi, pneumoni, dan pembentukan abses akibat obtruksi dan infeksi skunder. Akibat obtruksi bronkus timbul mengi local dan dipsnue ringan, nyeri dada timbul akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada

Upload: lie-lhianna

Post on 16-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kanker paru

TRANSCRIPT

Patofisiologi Kanker Paru

Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan berdasarkan histologinya, semuanya memiliki riwayat alami dan respon terhadap pengobatan yang berbeda. Walaupun ada banyak kanker paru primer, kanker bronkogenik merupakan 95% dari dari seluruh kanker paru.

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Perubahan epitel termasuk metaplasia dan dysplasia akibat merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor. Biasanya timbul di central di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Tumor cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Gejala yang ditimbulkan batuk, dan hemoptisis akibat iritasi dan ulcerasi, pneumoni, dan pembentukan abses akibat obtruksi dan infeksi skunder. Akibat obtruksi bronkus timbul mengi local dan dipsnue ringan, nyeri dada timbul akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Prognosis Kanker Paru

Sebagian besar kanker paru tidak bisa disembuhkan secara total. Pada lebih dari 50% pasien yang diagnosis, kanker telah menyebar ke seluruh tubuh (metastasis). Melalui aliran darah dan getah bening, sel kanker dapat menyebar ke tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.

Tidak ada yang dapat memastikan harapan hidup pasien. Hal ini sangat tergantung pada tahap apa kanker ditemukan, kondisi dan usia pasien, dan bagaimana respon kanker terhadap pengobatan. Karsinoma sel kecil seringkali ditemukan terlambat sehingga penyembuhan tidak mungkin lagi. Kelangsungan hidup rata-rata pasien ini sekitar 8-9 bulan. Pasien karsinoma non-sel kecil cenderung memiliki prospek lebih baik, bisa sampai 5 tahun sejak didiagnosis.Komplikasi Bronkiektasis

Ada beberapa komplikasi bronkiektasis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain:

1. Bronchitis kronik

2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis.

3. Pleuritis, timbul bersamaan dengan timbulnya pneumonia.

4. Efusi pleura atau empiema

5. Abses metastasis di otak

6. Hemoptisis

7. Terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang aeteri (arteri bronkialis) atau anastomosis pembuluh darah. Komplikasi hemoptisis hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan bedah gawat darurat (indikasi pembedahan). Sering juga hemoptisis masih yang sulit diatasi ini merupakan penyebab kematian utama pasien bronkiektasis.

8. Sinusitis

9. Keadaan ini sering di temukan dan merupakan bagian darikomplikasi bronkiektasis pada saluran nafas.

10. Kor pulmonal kronik (KPK)

11. Komplikasi ini sering terjadi pada pasien bronkiektasis yang berat dan lanjut atau mengenai beberapa bagian paru. Pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus (bronkiektasis), akan terjadi arerio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul seanosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor-polmonal kronik. Selanjutnya dapat terjadi gagal jantung kanan.

12. Kegagalan pernafasan

13. Merupakan komplikasi paling akhir yang timbul pada pasien bronkiektasis yang berat dan luas.

14. Amiloidosis

15. Pada pasien yang mengalami komplikasi amiloidosis ini sering ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinoria.