kanker kolon 7

20
Rabu, 13 April 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LAPAROTOMY Download ASKEP DISINI atau klik download link:  http://www.ziddu.com/download/16469470/askeplaparotomy.docx.html  BAB I PENDAHULUAN Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua  pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait. Dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan  jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan  pembedahan sangat tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan  pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008) Laporatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk menguji suatu organ atau untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu kondisi yang memungkinkan seorang pasien harus di laparotomy adalah :  Kanker organ abdominal  Radang selaput perut  Appendiksitis  Pankreasitis, dan lain-lain Ileustomi adalah suatu penyakit yang memungkinkan pasien menjalani laparatomy. Ileus (obstruksi usus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus. Bisa juga karena hambatan terhadap rangsangan saraf utk terjadinya peristaltik atau karena adanya ileus

Upload: bahtiar-wirawan-puspoyudho

Post on 14-Apr-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 1/20

Rabu, 13 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LAPAROTOMY

Download ASKEP DISINI atau klik download link: 

http://www.ziddu.com/download/16469470/askeplaparotomy.docx.html  

BAB I 

PENDAHULUAN 

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua

 pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.

Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan

dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait. Dengan

segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan

 jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tingkat keberhasilan

 pembedahan sangat tergantung setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara

team kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan

 pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. (Randhianto, 2008)

Laporatomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian abdomen untuk menguji

suatu organ atau untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. Suatu

kondisi yang memungkinkan seorang pasien harus di laparotomy adalah :

  Kanker organ abdominal

  Radang selaput perut

  Appendiksitis

  Pankreasitis, dan lain-lain

Ileustomi adalah suatu penyakit yang memungkinkan pasien menjalani laparatomy. Ileus

(obstruksi usus) terjadi ketika terdapat rintangan terhadap aliran normal dari isi usus. Bisa juga

karena hambatan terhadap rangsangan saraf utk terjadinya peristaltik atau karena adanya ileus

Page 2: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 2/20

mekanik/organik. Ileus adalah obstruksi usus (Kumala, 1998). Ileus (Ileus Paralitik, Ileus

Adinamik) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk 

sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi

 jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.

BAB II 

PEMBAHASAN 

2.1  LAPARATOMY 

a.  Defenisi

Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding

abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997). Ditambahkan pula

 bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang

dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering

dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi, gasterektomi,

kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi, kolostomi,

hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindkan bedah obgyn yang sering dilakukan

dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba

fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi hissterektomi, baik histerektomi total, radikal,

eksenterasi pelvic, salpingooferektomi bilateral.

Page 3: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 3/20

Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri

abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.

Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan

 perbaikan bila diindikasikan.

Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):

a.  Midline incision

Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat

lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,

kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,

 pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid,

dan organ dalam pelvis.

 b.  Paramedian

yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2

yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi

 pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion

memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak 

memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah

c.  Transverse upper abdomen incision

yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

Page 4: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 4/20

d.  Transverse lower abdomen incision

yaitu; insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada

operasi appendectomy

b.  Indikasi 

1.  Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak 

diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus

& Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :

  Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang

disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

  Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang

dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk 

 pengaman (sit-belt).

2.  Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen, yangdiklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh

 spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis sekunder 

disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi

kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab

 peritonitis tersier.

3.  Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat

karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus

halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan

tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya dapat berupa

Page 5: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 5/20

 perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada

 jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus

menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus

(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan

 penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi

usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor 

yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan

 pada dinding usus).

4.  Apendisitis mengacu pada radang apendiks

Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari

sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang

akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

5.  Tumor abdomen

6.  Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

7.  Abscesses (a localized area of infection)

8.  Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

9.  Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)

10.  Intestinal perforation

11.  Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

12.  Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)

13.  Internal bleeding

c.  Post Op Laparatomi 

1.  Defenisi

Post op atau Post operatif Laparatomi merupakan tahapan setelah proses

 pembedahan pada area abdomen (laparatomi) dilakukan. Dalam Perry dan Potter (2005)

dipaparkan bahwa tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode

 pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses

 pemulihan tersebut membutuhkan perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi

Page 6: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 6/20

adalah bentuk pelayanan perawatan yang di berikan kepadaklien yang telah menjalani

operasi pembedahan abdomen.

2.  Tujuan perawatan post laparatomi 

  Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

  Mempercepat penyembuhan.

  Mengembalikan fungsi klien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.

  Mempertahankan konsep diri klien.

  Mempersiapkan klien pulang.

3.  Manifestasi Klinis 

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

   Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan

  Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

  Kelemahan

  Mual, muntah, anoreksia

  Konstipasi

4.  Komplikasi 

  Syok 

Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan

ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

Manifestasi Klinis :

a.  Pucat

 b.  Kulit dingin dan terasa basah

c.  Pernafasan cepat

d.  Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

e.   Nadi cepat, lemah dan bergetar 

f.  Penurunan tekanan nadi

g.  Tekanan darah rendah dan urine pekat.

Page 7: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 7/20

  Hemorrhagi

a.  Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan

 b.  Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan

tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan

tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat

c.  Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena

 pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami

erosi oleh selang drainage.

Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-

 basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan

konjungtiva pucat dan pasien melemah.

  Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya

 besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah

vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.

  Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, mikroorganisme;

gram positif. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau

eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah

keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi

adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat

 pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

5.  Pencegahan dan Penanganan Komplikasi 

  Syok 

Pencegahan :

a.  Terapi penggantian cairan

 b.  Menjaga trauma bedah pda tingkat minimum

Page 8: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 8/20

c.  Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan

menggunakan narkotik secara bijaksana

d.  Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)

e.  Ruangan tenang untuk mencegah stres

f.  Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasi

g.  Pemantauan tanda vital

Pengobatan :

a.  Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan

 b.  Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan

c.  Pemantauan status pernafasan dan CV

d.  Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika

diindikasikan

e.  Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen

darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)

f.  Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik 

(mengurangi retensi cairan dan edema)

 

HemorrhagiPenatalaksanaan :

a.  Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syok 

 b.  Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasi

c.  Inspeksi luka bedah

d.  Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasi

e.  Transfusi darah atau produk darah lainnya

f.  Observasi Vital Signs.

  Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi dan ambulatif dini.

  Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Page 9: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 9/20

Tindakan pengendalian :

a.  Dorongan kepada pasien untuk batuk dan nafas efektis serta sering mengubah

 posisi

 b.  Penggunaan peralatan steril

c.  Antibiotik dan antimikroba

d.  Mempraktikkan teknik aseptik 

e.  Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

f.  Pencegahan kerusakan kulit

g.  Pantau tanda-tanda hemorrhagi dan drainage abnormal

h.  Pantau adanya perdarahan

i.  Perawatan insisi dan balutan

 j.  Penggantian selang intravena dan alat invasif lainnya sesuai program.

Intervensi untuk meningkatkan penyembuhan

a.  Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.

 b.  Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.

c.  Pencegahan infeksi.

d.  Pengembalian Fungsi fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan

napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.

e.  Mempertahankan konsep diri.

Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post

laparatomy karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi

 perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien dan

kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan

 bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

2.2  Ileustomy 

a.  Pengertian 

Page 10: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 10/20

Ileustomi adalah pembedahan dengan memotong ileum dan membentuk stoma. Produk 

ileustomi biasanya bentuk cair, sehingga akan banyak cairan dan mineral yg hilang terutama

sodium (Na) dan Kalium (K).

b.  Indikasi Illeostomi 

  Infeksi yang menyebabkan patologi usus halus ( kolitis ulseratif,enteritis regional

  Keganasan pada daerah usus halus.

  Trauma abdomen ( ruptura yeyunum atau illeum )

c.  Pemeriksaan Penunjang 

  Foto polos abdomen 3 posisi

  Colonoscopy (CT-Scan untuk melihat usus besar)

  Foto Follow through (pemeriksaan radiografi untuk melihat usus halus)

d.  Komplikasi

Komplikasi operasi pada ileostomi dapat berupa hernia atau prolaps dari ileostomi atau

terjadinya obstruksi.

2.3  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 

1.  Analisa Kasus

 Ny h ( 71 thn ) ,masuk RS tanggal 9 juni 2010 , dengan keluhan nyeri perut diseluruh

 bagian perut 3 jam sebelum masuk RS, mual dan muntah Ny H mengalami pingsan karena

menahan nyeri . nyeri perut sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu . Ny.h langsung dilakukan

operasi laparatomi eksplorasi + pembuatan ileostomi dengan diagnosa medis tumor sekum . pada

saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data, Ny H mengalami demam, mengeluh mual

dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H dipuasakan hasil pemeriksaan abdomen terlihat luka

laparatomi 20 cm , luka dari bawah umbilikus sampai batas atas pubis lembab , jahitan sudah

dibuka selang seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab dengan konsistensi encer .

Daerah sekitar stoma kemerahan , BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma sampai ke

 pinggang.

Page 11: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 11/20

 

TTV : td: 160/ 180 mmHg

 Nadi : 76x /mnt

Suhu : 38 c

Pernafasan : 36x mnt

Pemeriksaan labor 

Total protein : 4,6

Albumin : 2,4

Globulin : 2,2

Hb : 10,6

Tugas 1 

a.  Kelompokan data berdasarkan pengkajian dengan pendekatan fungsional gordon dan

 jelaskan pengkajian tambahan yang harus dikaji lebih dalam oleh perawat

Tulis 2 buah diagnosa keperawatan prioritas pada nyonya H dengan karakteristik atu

faktor resiko.

 b.  Rumuskan NOC dan NIC untuk setiap diagnosa keperawatan

Pendidikan kesehatan apa yang dapat diberikan oleh perawat pada Ny H.

Tugas II 

Resume literatur review Laparatom

2.  Pengkajian 

A.  Identitas pasien

  Pasien (diisi lengkap)

 Nama : Ny H

Umur : 71 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Agama :

Pendidikan :

Page 12: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 12/20

Pekerjaan :

Alamat :

Tgl Masuk RS : 9 Juni 2010

  Penanggung Jawab (diisi lengkap)

 Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

B.  Riwayat kesehatan

1.  Keluhan utama

(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)

Pada saat pengkajian hari 9 pasca operasi didapatkan data ,Ny H

mengalami demam ,mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam .Ny H

dipuasakan hasil pemeriksaan abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm , luka dari bawah umbilikus sampai batas atas pubis lembab ,jahitan sudah dibuka selang

seling . Ileostomi warna merah dengan pengeluaran bab dengan konsistensi encer 

. daerah sekitar stoma kemerahan ,BAB merembes di kulit sekitar daerah stoma

sampai ke pinggang.

2.  Riwayat kesehatan sekarang

(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)

 Ny h ( 71 thn ) ,masuk RS dengan keluhan nyeri perut diseluruh bagian

 perut 3 jam sebelum masuk RS, mual dan muntah Ny H mengalami pingsan

karena menahan nyeri . Nyeri perut sudah dirasakan sejak 1 minggu yang lalu .

 Ny.H langsung dilakukan operasi laparatomi eksplorasi + pembuatan ileostomi

dengan diagnosa medis tumor sekum.

Page 13: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 13/20

 

3.  Riwayat kesehatan yang lalu

(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)

4.  Riwayat kesehatan keluarga

(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau

riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)

1.  Pengkajian 

a)  Pengkajian berdasarkan Pola Fungsional Gordon 

1)  Riwayat Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan

Klien sudah mengalami nyeri sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk RS.

2)  Pola Pemenuhan Nutrisi Metabolik 

Klien mengeluh mual dan muntah 5- 6 x sehari warna hitam. Klien sedang

dipuasakan.

3)  Pola Eliminasi

Pengeluaran BAB klien dengan konsistensi encer . BAB merembes di kulit

sekitar daerah stoma sampai ke pinggang.

4)  Pola Aktivitas dan Latihan

Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak 

akibat nyeri luka post operasi. Terjadi perubahan pola dan frekuensi

 pernapasan menjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru

sehingga mengganggu aktivitas klien. Biasanya ditemukan kelemahan dan

keterbatasan gerak akibat nyeri.

5)  Pola Tidur dan Istirahat

Pola tidur klien terganggu, sering terbangun karena sesak napas, dan nyeri.

Page 14: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 14/20

6)  Pola Kognitif-perseptual

Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan dan sistem

Pendengaran.

7)  Pola Persepsi Konsep Diri

Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan

 pembedahan seperti cemas.

8)  Pola Peran dan Hubungan

Biasanya klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.

9)  Pola Seksualitas dan Reproduksi

Biasanya terjadi penurunan seksualitas karena kondisi klien yang lemah

setelah operasi dan nyeri yang dirasakan.

10)  Pola Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien berusaha untuk tetap bersabar dan menerima dengan cara tetap

menerima dan menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter, untuk 

menghadapi semua ini klien selalu diberi dukungan oleh keluarga dan

tetangganya sehingga klien semangat untuk sembuh.

11)  Pola Nilai dan Kepercayaan

Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat

kelemahan dan nyeri luka post operasi.

b)  Pemeriksaan tanda vital: 

  Tekanan darah :160/80 mmHg

  Suhu tubuh :38◦C

  Pernapasan :36 X/menit

   Nadi :76X/menit

Page 15: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 15/20

c)  Pemeriksaan laboratorium: 

  Total protein : 4,6

  Albumin : 2,4

  Globulin : 2,2

  Hb : 10,6

2.  Diagnosa keperawatan 

1)  Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan pasca operasi 

Data Objektif :

  Abdomen terlihat luka laparatomi 20 cm, luka dari bawah umbilicus sampai batas

atas pubis lembab

  Ileustomi berwarna merah dengan pengeluaran BAB dengan konsistensi encer 

  Daerah sekitar stoma kemerahan

  BAB merambes di kulit sekitar daerah stoma sampai kepinggang

Pemeriksaan Lab :

  Albumin 2,4

  Globulin 2,2

  S 38 C

  Protein 4,6

NANDA 1: Resiko infeksi 

Domain 11 : Safety / Protection

Kelas 1 : Infeksi

Defenisi : Resiko tinggi terhadap masuknya organisme patogen

Faktor Resiko :

  Penyakit Kronik 

  Sistem kekebalan tubuh yang lemah

  Inadekuatnya kebutuhan primer tubuh

  Prosedur invasif 

  Malnutrisi

Page 16: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 16/20

  Agen farmatik 

  Trauma

  Destruksi jaringan

NOC 

Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme

 pathogen

Kriteria hasil:

  Integritas jaringan : membran kulit dan mukosa

  Perawatan luka : intention primary

 Integritas Jaringan : membran kulit dan mukosa 

Domain : kesehatan fisiologi ( II )

Kelas : Integritas jaringan ( L )

Defenisi : keutuhan fungsi struktural dan fisiologis normal membran kulit dan

mukosa

Indikator :

a.  Temperatur jaringan

 b.  Sensasi

c.  Elastisitas

d.  Pigmentasi

e.  Warna

f.  tekstur 

g.   perfusi jaringan

 Perawatan luka : intention primary 

Domain 11 : Safety / Protection

Kelas 1 : Infeksi

Defenisi : meluasnya regenerasi sel dan jaringan yang diikuti dengan penutupan yang

disengaja.

Indikator :

Page 17: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 17/20

a.  Tampilan kulit

 b.  tampilan tepi luka

NIC 

Defenisi : suatu keadaan diman individu mengalami resiko tinggi terpapar organisme

 pathogen

Intervensi :

1.  Perlindungan infeksi

2.  Kontrol infeksi

 Perlindungan Infeksi 

Defenisi : pencegahan dan deteksi dini terhadap pasien yang mempunyai resiko tinggi

terhadap infeksi

Aktifitas :

1.  Monitoring sistemik tanda dan gejala tempat infeksi

2.  Monitoring kemungkinan terkena infeksi

3.  Membatasi jumlah pengunjung jika diperlukan

4.  Memelihara asepsis terhadap pasien yang beresiko

5.  Menginspeksi membran kulit dan mukosa baik warna dan cairan

 Kontrol Infeksi 

Defenisi : meminimalisasikan masuknya dan transmisi agen infeksi

Aktivitas :

1.  Membersihkan daerah luka

2.  Mengganti peralatan yang digunakan pasien selama perawatan

3.  Mengisolasikan orang-orang yang mungkin terpapar suatu penyakit yang

 berbahaya

4.  Menggunkan kacamata dan gaun steril ketika melakukan perawatan luka pada

 pasien

Page 18: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 18/20

5.  Memastikan semua teknik yang digunakan selama perawatan luka

2)  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah 

Data Subjektif :

  Klien mengeluh mual muntah 5-6x sehari warna hitam

Data Objektif :

  Pengeluaran BAB dengan konsistensi encer 

  S : 38 C

NANDA 2: Kekurangan volume cairan

Domain II : Nutrisi

Kelas 5 : Hidrasi

Defenisi : penurunan cairan intravaskuler interstisial dan/atau intraseluler 

Batasan karakteristik :

  Peningkatan temperatur tubuh

NOC

Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler 

interstisial dan/atau intraseluler 

Kriteria hasil : kesimbangan cairan

 Keseimbangan cairan 

Domain : kesehatan fisiologis ( II )

Kelas : Cairan Elektrolit

Defenisi : keseimbangan cairan pada kompartemen intraseluler dan ekstraseluler 

NIC 

Defenisi : suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan cairan intravaskuler 

interstisial dan/atau intraseluler 

Intervensi : Manajemen cairan

 Manajemen cairan : 

Page 19: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 19/20

Defenisi : mempromosikan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat

 jumlah cairan yang abnormal

Aktivitas :

1.  Monitoring status haemodinamik 

2.  Monitoring tanda tanda vital

3.  Memberikan terapi IV

4.  Monitor status nutrisi

5.  Memberikan cairan

2.4  PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN STOMA 

A. Tujuan

a. 

Melindungi luka dari kontaminasi b. Mencegah terjadinya infeksi

B. Indikasi

a. Luka operasi (luka tertutup) : Stoma

C. Persiapan alat 1. Alat-alat sterila. Pinset anatomis 2 buah

 b. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya

c. Kassa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai

d. sarung tangan 1 pasange. Stoma bag

f. korentang/forcep

2. Alat-alat tidak steril

a. Gunting verban I buah

 b. Pengalasc. Kom kecil 1 buah

d.  Nierbeken 2 buah

e.  NaCl 9 %

f. Sabun antiseptik g. Sarung tangan 1 pasang

h. Masker 

i. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

D. Pelaksanaan

1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Dekatkan alat-alat ke pasien3. Pasang sampiran

Page 20: KANKER KOLON 7

7/29/2019 KANKER KOLON 7

http://slidepdf.com/reader/full/kanker-kolon-7 20/20

4. Perawat cuci tangan

5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril

6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan7. Letakkan pengalas dibawah area stoma

8. Letakkan nierbeken didekat pasien

9. Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) dengan menggunakan pinsetanatomi, buang stoma bag bekas kedalam nierbeken.10. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma

11.  bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearah keluar secara

 berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikit edema12. Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearah keluar secara

 berlahan-lahan.

13. Buka sarung tangan, masukan kedalam nierbeken

14. Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka15. Pasang sarung tangan steril

16. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin

17. 

Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara berlahan-lahan

18. Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi

19. Buka sarung tangan, masukan kedalan nierbeken

20. Buka masker 

You might also like:

  ASUHAN KEPERAWATAN SYOK NEUROGENIK  

  ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA KEPALA 

  SINDROMA KORONER AKUT 

  DIARE 

  MANAJEMEN PENYAKIT CAMPAK DALAM BENCANA