kandungan logam berat pada hiu tikus (alopias …

65
KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias pelagicus, Nakamura 1935) DAN HIU KEJEN (Loxodon macrorhinus, Müller &Henle 1839) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA SKRIPSI Diajukan Oleh: DEWI NOLA NASUTION NIM. 150703036 Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Biologi FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH 2020 M / 1441 H (PPS) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias pelagicus,

Nakamura 1935) DAN HIU KEJEN (Loxodon macrorhinus, Müller &Henle

1839) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

DEWI NOLA NASUTION

NIM. 150703036

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Biologi

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

DARUSSALAM – BANDA ACEH

2020 M / 1441 H

(PPS) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

Page 2: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …
Page 3: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

i

KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias pelagicus,

Nakamura 1935) DAN HIU KEJEN (Loxodon macrorhinus, Müller &Henle

1839) YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDRA

(PPS) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

Page 4: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

ii

,

Page 5: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

iii

ABSTRAK

Nama : Dewi Nola Nasution

NIM : 150703036

Program Studi : Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST)

Judul : Kandungan Logam Berat pada Hiu Tikus (Alopias

pelagicus, Nakamura 1935)dan Hiu Kejen(Loxodon

macrorhinus, Müller & Henle 1839)yang Didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo, Kota Banda

Aceh.

Pembimbing I : Khairun Nisa, S.Si., M.Bio

Pembimbing II : Ilham Zulfahmi, M.Si

Kata Kunci : Logam berat Pb, Hg, Cu dan Cd, Hiu tikus (Alopias pelagicus),

Hiu kejen (Loxodon macrorhinus), Batas aman konsumsi

Hiu merupakan salah satu jenis ikan yang berpotensi tercemar logam berat. Hal

ini disebabkan karena ikan hiu memiliki sebaran dan tergolong kedalam

konsumen tingkat tinggi pada jejaring makanan akuatik. Walaupun demikian

informasi terkait kandungan logam berat pada ikan hiu hasil tangkapan di

Indonesia masih sangat jarang diungkap. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan

untuk mengukur kandungan logam berat (Pb, Hg, Cu dan Cd) dan batas aman

konsumsi daging hiu tikus (Alopias pelagicus) dan hiu kejen (Loxodon

macrorhinus) yang didaratkan di PPS Lampulo. Sebanyak 20 contoh daging dari

hiu tikus dan hiu kejen dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan logam

beratnya menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Kondisi

morfometrik hiu yang diukur terbatas pada panjang total. Penentuan batas aman

konsumsi dari daging hiu dilakukan menggunakan perhitungan Maximum

Tolerable Intake (MTI). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa, dari 20 sampel

daging hiu tikus dan hiu kejen yang diperiksa, keberadaan Pb, Cu dan Cd tidak

terdeteksi. Sebaliknya 60 % dari total hiu yang diperiksa (baik hiu kejen dan hiu

tikus) terdeteksi mengandung Hg. Kandungan rata-rata Hg pada hiu tikus adalah

sebesar 0,147 0,255 mg/kg sedangkan pada hiu kejen adalah sebesar 0,118

0,215 mg/kg. Karena itu batas toleransi maksimum daging hiu tikus yang dapat

dikosumsi oleh orang dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut

SNI adalah masing masing sebesar 1,690 kg/minggu dan 0,507 kg/minggu.

Sementara itu, batas toleransi maksimum daging hiu kejen yang dapat dikosumsi

oleh orang dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah

masing masing sebesar 2,112 kg/minggu dan 0,633 kg/minggu

Page 6: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

iv

ABSTRACT

Nama : Dewi Nola Nasution

NIM : 150703036

Program Studi : Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST)

Judul : Kandungan Logam Berat pada Hiu Tikus (Alopias

pelagicus, Nakamura 1935)dan Hiu Kejen(Loxodon

macrorhinus, Müller & Henle 1839)yang Didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo, Kota Banda

Aceh.

Pembimbing I : Khairun Nisa, S.Si., M.Bio

Pembimbing II : Ilham Zulfahmi, M.Si

Kata Kunci : Heavy Metal Pb, Hg, Cu, and Cd, Pelagic Thresher

(Alopias pelagicus), Sliteye Shark (Loxodon macrorhinus),

Safe consumption limits.

Shark are one type of the common fishes that potentially contaminated by heavy

metals. This occurs due to widely distributed and play an important role as the

apex predator in the aquatic food chain. However, information underlying the

heavy metal content in sharks from Indonesia waters is still very rare. Therefore,

this study aims to quantify the concentration of heavy metals (Pb, Hg, Cu and Cd)

and estimate the maximum tolerable intake of Pelagic Thresher (Alopias

pelagicus) and Sliteye Shark (Loxodon macrorhinus) for oral consumption. Heavy

metal content of twenty fillets samples from both Pelagic Thresher and Sliteye

Shark were analyzed with the Atomic Absorption Spectrophotometry method. The

morphometric conditions of the shark measured were limited to the total length.

The potential human health risks due to consumption of the sharks was assessed

by estimating Maximum Tolerable Intake (MTI). Results of this study showed

that, from 20 samples of Pelagic Thresher and Sliteye Shark genes examined, the

presence of Pb, Cu and Cd was not detected. Otherwise, 60% of the total sharks

examined (both Pelagic Thresher and Sliteye Shark) were detected to contain Hg.

The average content of Hg in Pelagic Thresher was 0,147 0,255 mg/kg while in

Sliteye Shark was 0,118 0,215 mg/kg. The maximum tolerable intake of Pelagic

Thresher meat that can be consumed by adults and children within a week

according to SNI were 1.690 kg/week and 0.507 kg/week, respectively.

Meanwhile, the maximum tolerable intake of Sliteye Shark meat that can be

consumed by adults and children within a week according to SNI are 2.112 kg

/week and 0.633 kg /week, respectively.

Page 7: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

v

KATA PENGANTAR

حمناللهبســــــــــــــــــم حيمالر الرAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat serta curahan kasih

sayang dari-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul

“Kandungan Logam Berat pada Hiu Tikus (Alopias pelagicus, Nakamura

1935)dan Hiu Kejen(Loxodon macrorhinus, Müller & Henle 1839)yang

Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo, Kota Banda

Aceh”. Maka dalam kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima

kasih yang setinggi-tingginya kepada dosen dan rekan-rekan semua. Semoga

segala bantuan dan dukungan dari semua pihak yang membantu mendapat balasan

dari Allah SWT.

Penghargaan dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ibunda

tersayang Elmiah Kaloko yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang

serta perhatian moril maupun materil. Adik tercinta Dani dan Dinda terimakasih

atas do’a, dukungan dan motivasi yang tiada henti untuk penulis dan juga abang

tersayang Haris dan Rullyyang telah membantu dalam memotivasi saya. Semoga

Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di

dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

pelaksanaan penelitian tugas akhir pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Penulis menyadari bahwa didalam

penulisan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam

Page 8: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

vi

banyak hal. Oleh sebab itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Azhar Amsal, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Ar-Raniry.

2. Ibu Lina Rahmawati, M.Si selaku ketua Program Studi Biologi dan seluruh

staff Program Studi Biologi, serta semua dosen dan asisten Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Ar-Raniry yang telah memberi ilmu sejak awal sampai akhir

semester.

3. Ibu Khairun Nisa, S.Si., M.Bio selaku Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberi dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ilham Zulfahmi, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memotivasi,

membimbing, memberi nasihat dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Kamaliah M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan banyak ilmu

dan pengalaman kepada penulis.

6. Kepada teman-teman dan mahasiswa Program Studi Biologi Angkatan 2015,

khususnya sahabat-sahabat yang selalu membantu, mengkritik, serta memberi

saran terbaik, Elita Sabaria, Ravika Nila Kandi, Dwi Yuliandhani, Rosanti

Apryani, Febby Yolanda W dan Sugiati dalam dukungan semangat tiada

henti-hentinya.

7. Kepada teman-teman kosan yang membantu dalam pengumpulan sampel

penelitian, Novila, Shopia, Aliva, Zikra dan Rizka menemani serta

memberikan motivasi terbaik.

Page 9: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

vii

8. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga segala

bantuan dan dukungan dari semua pihak yang membantu mendapat balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan

untukperbaikan skripsi ini di masa depan.

Banda Aceh, 6 Januari 2020

Penulis,

Dewi Nola Nasution

Page 10: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan penelitian ...................................................................... 4

1.4 Manfaat penelitian .................................................................... 4

1.5 Definisi operasional .................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Hiu Tikus(Alopias pelagicus) 5

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Hiu Kejen(Loxodon

macrorhinus) ............................................................................ 7

2.3 Logam Berat ............................................................................. 9

2.4 Logam Berat Timbal (Pb) ......................................................... 10

2.5 Logam Berat Merkuri (Hg) ...................................................... 12

2.6 Logam Berat Kadmium (Cd) .................................................... 13

2.7 Logam Berat Tembaga (Cu) ..................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 15

3.2 Subyek Penelitian/Populasi dan Sampel Penelitian ................. 16

3.3 Instrumen Penelitian ................................................................. 16

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................... 16

3.4.1 Preparasi Sampel .............................................................. 16

3.4.2 Analisis Logam Berat pada Daging Ikan .......................... 17

3.4.3Batas Aman Konsumsi ...................................................... 19

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................ 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 22

4.1.1 Kandungan Logam Berat .................................................. 22 4.1.2Batas Aman Konsumsi ...................................................... 24

4.2 Pembahasan .............................................................................. 27

Page 11: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 33

5.2 Saran ........................................................................................ 33

DAFTAR KEPUSTAKAAN ......................................................................... 34

LAMPIRAN– LAMPIRAN ........................................................................... 39

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... 52

Page 12: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Morfologi ikan hiu tikus (Alopias pelagicus Nakamura (1935) . 5

Gambar 2.2 Morfologi ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus Müller

&Henle 1839) ............................................................................. 7

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ................................................................. 15

Gambar 3.2 Hiu Tikus (Alopias pelagicus). Keterangan, atas: tampak

lateral bawah: tampak dorsal ...................................................... 17

Gambar 3.3 Hiu Kejen(Loxodon macrorhinus). Keterangan, atas: tampak

lateral, bawah: tampak dorsal ..................................................... 17

Gambar 4.1 Korelasi Panjang Total dengan Kandungan merkuri (Hg) pada

Hiu Tikus (Alopias egicus) ......................................................... 24

Gambar 4.2 Korelasi Panjang Total dengan Kandungan merkuri (Hg)pada

Hiu Kejen (Loxodon macrorhinus) ............................................. 24

Gambar 4.3 Konsentrasi merkuri (Hg) pada daging hiu Tikus

(Alopiaspegicus) dan hiu Kejen (Loxodon macrorhinus).

Batas baku mutu SNI 2009) ........................................................ 25

Gambar 4.4 Konsentrasi merkuri (Hg) pada daging ikan hiu Tikus (Alopias

pegicus) dan hiu Kejen (Loxodon macrorhinus). Batas baku

mutu yang telah ditetapkan oleh FAO (2004) ............................ 26

Page 13: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal penelitian ........................................................................... 15

Tabel 3.2 Parameter yang diamati, batas limit deteksi, metode uji dan

tempat analisis ............................................................................... 19

Tabel 3.3 Toleransi batas konsumsi logam berat per minggu menurut

JEFCA (2004) dan SNI (2009)...................................................... 20

Tabel3.4 Nilai ambang baku mutu kandungan logam berat dalam daging

ikan menurut SNI (2009) dan FAO/WHO (2004) ...................... 21

Tabel 4.1 Kandungan Logam Berat Cu, Cd, Pb dan Hg pada Daging Hiu

Tikus dan Hiu Kejen. .................................................................... 22

Tabel 4.2 Kandungan merkuri (Hg) pada daging ikan hiu Tikus (Alopias

pegicus, Nakamura 1935) dan hiu Kejen (Loxodon macrorhinus

Müller & Henle 1839) ................................................................... 23

Tabel 4.3 Batas Aman Konsumsi Hiu Tikus dan Hiu Kejen menurutSNI

(2009) ............................................................................................ 27

Tabel 4.4 Batas Aman Konsumsi Hiu Tikus dan Hiu Kejen menurut

JEFCA (2004) ............................................................................... 27

Page 14: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Ar-raniry tentang Pengangkatan Pembimbing Skripsi ................ 39

Lampiran 2 Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Uin Ar-Raniry ........................................... 40

Lampiran 3 Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Balai Risetdan

Standardisasi Industri Banda Aceh ............................................. 41

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Mengumpulkan Data dari Balai

Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh ............................. 42

Lampiran 5 Surat Laporan Hasil Uji .............................................................. 43

Lampiran 6 Pengambilan Sampel ................................................................... 46

Lampiran 7 Analisis Pb, Hg, Cu, Cd .............................................................. 48

Page 15: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbal (Pb), merkuri (Hg), tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) merupakan

kelompok logam berat yang masih dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan

amunisi, baterai, cat, keramik, kosmetik, racun serangga, minyak pelumas dan

perlengkapan medis (Agustina, 2014). Kontaminasi logam berat ini dapat

mencemari perairan melalui berbagai aktifitas antropogenik seperti pemukiman,

aktifitas pelabuhan dan limbah industri (Siregar & Edward, 2010; Amin et al.,

2011). Cemaran logam berat di perairan Aceh dilaporkan telah terjadi di beberapa

lokasi perairan seperti Krueng Raya, Aceh Besar (Astuti et al., 2016), kawasan

pelabuhan nelayan Gampong Deah, Kota Banda Aceh (Rizkina et al., 2017),

Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat (Warni et al., 2017) dan perairan pesisir

Kota Lhoksemawe Aceh Utara (Komarawidjaja et al., 2017).

Paparan logam berat ke dalam tubuh organisme akuatik terutama ikan

terjadi melalui penetrasi kulit, pernapasan, serta makanan yang sudah

terkontaminasi (Hidayah et al., 2014). Logam berat bersifat akumulatif di dalam

tubuh organisme akuatik dan cenderung sulit untuk ekresikan. Efek negatif yang

ditimbulkan oleh logam berat dilaporkan mampu menghambat laju pertumbuhan

ikan (Rahayu et al, 2017) merusak jaringan organ hati dan ginjal ikan (Maftuch et

al., 2015), serta mempengaruhi profil hematologi ikan (Fauzan et al., 2017).

Hiu merupakan salah satu jenis ikan yang berpotensi tercemar logam berat.

Hal ini disebakan karena ikan hiu memiliki sebaran yang luas dan tersedia hampir

Page 16: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

2

disepanjang musim penangkapan. Disamping itu, ikan hiu tergolong kedalam

konsumen tingkat tinggi pada jejaring makanan akuatik yang berumur panjang

sehingga berpotensi menjadi bioakumulator cemaran logam berat (Das et al.,

2003; Mohammed & Mohammed, 2017). Penelitian terkait kandungan logam

berat pada hiu telah dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Lopes et al.

(2013) mengungkapkan bahwa konsentrasi logam berat khususnya merkuri dan

timbal pada Prionace glauca di perairan pasifik tenggara mencapai 0,048 ± 0,03

μg/g dan 1.996 ± 0.67 μg/g, melebihi batas keamanan pangan yang diizinkan

untuk kandungan timbal. Mohammed & Mohammed (2017) menyatakan bahwa

dua jenis hiu komersial (Sphyrna lewini dan Caraharinus porosus) di Trinidad

dan Tobago memiliki kandungan merkuri, arsenik, kadmium tinggi sehingga

berpotensi mengganggu kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo merupakan pelabuhan

pendaratan ikan (termasuk hiu) terbesar dalam kawasan Kota Banda Aceh.

Lesmana et al. (2018) mengungkapkan selama Bulan Februari hingga April 2018,

terdapat 747 individu hiu yang didaratkan di pelabuhan ini. Hiu tersebut terdiri

dari 16 famili, 20 genus dan 32 jenis. Hiu tikus (Alopias pelagicus, Nakamura

1935) dan hiu kejen (Loxodon macrorhinus, Müller & Henle 1839) merupakan

dua jenis hiu yang dominan didaratkan di PPS Lampulo.

Sejauh ini penelitian hiu di indonesia masih terbatas pada tahap identifikasi

(Lesmana et al., 2018), aspek biologi dan fluktuasi hasil tangkapan (Dharmadi et

al., 2012), serta status konservasi (Alaydrus et al., 2014). Informasi terkait

kandungan logam berat pada ikan hiu hasil tangkapan di Indonesia masih belum

Page 17: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

3

diungkap. Sulistiono et al. (2018) menyatakan bahwa penelitian mengenai

kandungan logam berat pada organisme akuatik diperlukan sebagai acuan untuk

menghindari dampak buruk logam berat apabila masuk ke dalam tubuh manusia.

Akumulasi logam berat pada tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit pada

sistem pernafasan, kerusakan ginjal, kemandulan, gangguan sistem saraf pusat dan

fungsi otak, kerusakan kromosom, kerusakan sperma, kanker, gangguan

psikologis, diare dan berbagai penyakit kulit (Agustina, 2014; Sudarmaji et al.;

2006; Indirawati, 2017). Penelitian ini bertujuan mengukur kandungan logam

berat (Pb, Hg, Cu dan Cd) dan batas aman konsumsi daging ikan hiu tikus

(Alopias pelagicus) dan ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus) yang didaratkan di

PPS Lampulo.

1.2 Rumusan Masalah

2. Berapakah kandungan logam berat (timbal (Pb), merkuri (Hg), tembaga

(Cu) dan kadmium (Cd)) pada daging ikan hiu tikus (Alopias pelagicus)

dan ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus) yang didaratkan di PPS

Lampulo?

3. Berapakah batas aman konsumsi daging ikan hiu tikus (Alopias

pelagicus) dan ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus) ?

1.3 Tujuan Penelitian

2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kandungan logam berat

(timbal (Pb), merkuri (Hg), tembaga (Cu) dan kadmium (Cd)) pada

Page 18: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

4

daging ikan hiu tikus (Alopias pelagicus) dan ikan hiu kejen (Loxodon

macrorhinus) di PPS Lampulo.

3. Menentukan batas aman konsumsi daging ikan hiu tikus (Alopias

pelagicus) dan ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus).

1.4 Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan agar menghindari

dampak buruk logam berat (timbal (Pb), merkuri (Hg), tembaga (Cu) dan

kadmium (Cd)) apabila masuk kedalam tubuh manusia.

1.5 Definisi Operasional

1. Logam Berat

Logam berat merupakan komponen alami yang ada di kulit bumi dengan

jumlah logam yang lebih besar akan menjadi racun dan sulit terdegredasi.

2. Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS)

Lampulo Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Lampulo merupakan

pelabuhan pendaratan ikan terbesar dalam kawasan Kota Banda Aceh.

3. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Alat yang digunakan untuk mengukur kandungan logam berat yang

terdapat pada suatu benda baik benda padat maupun benda cair.

Page 19: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

5

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Hiu Tikus (Alopias pelagicus)

Hiu tikus merupakan salah satu ikan hiu di Indonesia yang dimasukkan ke

dalam kategori rawan mengalami kepunahan (vulnerable) karena tersebar luas di

perairan Indonesia dan sering tertangkap oleh nelayan baik secara sengaja maupun

tidak disengaja (Lesmana et al., 2018). Hiu tikus memiliki banyak nama lokal di

Indonesia misalnya di Cilacap dinamakan cucut tikusan, di Lombok dan Aceh

dinamakan hiu tikus dan di Jakarta dinamakan cucut pedang (Hannan et al.,

1993). Hiu tikus paling banyak ditemukan di perairan utara aceh dari hiu-hiu jenis

lainnya yaitu sebanyak 202 individu (Lesmana et al., 2018). Klasifikasi hiu tikus

menurut Manik et al., (2004) pada (Nelson, 1976) adalah:

Gambar 2.1. Morfologi ikan hiu tikus (Alopias pelagicus Nakamura 1935)

Klasifikasi ikan hiu tikus (Alopias pelagicus Nakamura 1935)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Page 20: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

6

Sub Kelas : Elasmobranchii

Ordo : Lamniformes

Familia : Lamnidae

Genus : Alopias

Spesies : Alopias pelagicus Nakamura 1935.

Hiu tikus memiliki ciri morfologi seperti memiliki lima celah insang dan

postur tubuh yang dimiliki berbentuk silindris sedikit gemuk. Mata dan gigi

berukuran kecil dengan jumlah gigi lebih dari 60 buah pada rahang bawah dan

atas. Moncong yang dimiliki sedikit kerucut lancip dan agak panjang. Sirip dada

yang dimiliki panjang dan sempit, sirip punggung pertama tinggi dan berdiri tegak

(Darmadi et al., 2012). Warna tubuh yang dimiliki dominan berwarna putih abu-

abu terkecuali bagian sirip punggung, sirip dada, sirip perut dan bagian punggung

yang berwarna sedikit gelap (Manik, 2004). Panjang total maksimum adalah 461

cm untuk betina dan 378 untuk jantan sedangkan untuk hiu yang baru lahir antara

64-106 cm (Darmadi et al., 2012).

Hiu tikus (Alopias pelagicus) memiliki kematangan kelamin yang lambat,

untuk kematangan kelamin jantan antara 7-13 tahun sedangkan kematangan

kelamin betina 8-14 tahun (Darmadi et al., 2012). Habitat hiu tikus (Alopias

pelagicus) dapat hidup di perairan payau dan perairan yang bersalinitas tinggi.

Habitat utama ikan hiu adalah laut baik di perairan tropis maupun sub tropis di

Samudra Pasifik dan Hindia. Pakan hiu tikus adalah biota laut dari gologan ikan

kecil dan cumi dengan habitat perairan hingga kedalaman 152 m dengan

penyebaran yang sangat luas baik pada perairan tropis maupun subtropis. Dalam

Page 21: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

7

status konservasi hiu ini terletak dalam daftar merah IUCN yang diakibatkan oleh

aspek penangkapan oleh jaring tuna. Bagian yang dapat dikonsumsi dari hiu ini

adalah bagian sirip yang bernilai tinggi, daging dan tulang rawan (White et al.,

2006; Lesmana et al., 2018).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Hiu Kejen (Loxodon macrorhinus)

Hiu kejen merupakan hiu yang banyak ditemukan di perairan Indonesia

khususnya daerah perairan utara Aceh yang ditemukan sebanyak 153 individu

selama tiga bulan pengamatan di tahun 2018 (Lesmana et al., 2018). Kelimpahan

ikan hiu kejen dapat ditemukan di perairan Asia Tenggara dan Samudra Hindia.

Ikan hiu kejen adalah ikan hiu yang tumbuh relatif cepat dan menunjukkan siklus

reproduksi tahunan yang sinkron (Gutteridge et al., 2013). Klasifikasi ikan hiu

kejen menurut Manik et al., (2004); Lesmana et al., (2018) adalah:

Gambar 2.2. Morfologi ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus Müller &

Henle 1839)

Klasifikasi ikan hiu kejen (Loxodon macrorhinus Müller & Henle 1839)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Chondrichthyes

Sub Kelas : Elasmobranchii

Page 22: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

8

Ordo : Lamniformes

Familia : Carcharhinidae

Genus : Loxodon

Spesies : Loxodon macrorhinus Müller & Henle 1839.

Ciri morfologi hiu kejen yaitu memiliki mata yang lebar dan terdapat

lekukan pada bagian belakang mata. Sirip punggung pertama dan kedua sangat

besar. Tidak memiliki gurat di antara sirip. Memiliki moncong yang panjang pada

rahang bagian atas dan lebih kecil pada bagian bawah. Warna tubuh yang dimiliki

sedikit putih keabuan. Ukuran tubuh yang dimiliki pada saat dilahirkan yaitu 40-

60 cm dan untuk ukuran tubuh dewasa sekitar 114-130 cm. Bagian tubuh dan sirip

memiliki penampilan yang umumnya lebih ramping (White et al.,2006).

Habitat hiu kejen (Loxodon macrorhinus) sama halnya dengan hiu pesisir

lainnya yaitu daerah perairan dangkal yang jernih dan perairan pantai dengan

kedalaman 7-100 m. Hiu kejen dengan pakan utamanya yaitu ikan kecil,

kerustacea dan cumi hanya berhabitat hidup di perairan pesisir dengan sebaran di

perairan Indonesia dapat dijumpai di perairan selatan Jawa Barat, Sumatra, timur

dan barat Kalimantan dan laut Cina Selatan. Bagian yang sering digunakan adalah

daging dan siripnya dan status konservasinya terletak dalam daftar merah IUCN

(White et al., 2006; Lesmana et al., 2018).

2.3 Logam Berat

Logam berat merupakan komponen alami yang ada di kulit bumi dan sulit

terdegredasi. Logam berat yang dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

pembuat amunisi, baterai, cat, keramik, bahan kosmetik, racun serangga, minyak

Page 23: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

9

pelumas dan perlengkapan medis akan masuk kelingkungan dan terabsorpsi

kedalam tubuh organisme (Agustina, 2014). Kerusakan di alam baik pencemaran

logam berat di lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia akan berakibat

kembali kemanusia agar manusia sadar dan kembali ke jalan yang benar dan hal

ini telah dijelaskan didalam Al-Quran dimana Allah SWT. berfirman dalam QS

Ar-Ruum 30:41.

.14جعون ظهر آالفسد في البر والبحر بما كسبت أيدى الناس ليذيقهم بعض الذى عملوا لعلهم ير

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang

benar)”.

Logam berat yang terasorbsi ke dalam tubuh organisme akan di ke luarkan

melalui mekanisme detoksifikasi dan apabila melebihi ambang batas mekanisme

tersebut tidak bekerja. Logam berat yang terdapat di dalam tubuh akan

mempengaruhi aktivitas organel sub selular dan metaloenzim (Lu et al.,2006).

Sebagian besar logam berat masuk ke perairan melalui berbagai aktifitas

antropogenik seperti pemukiman, aktifitas pelabuhan dan limbah industri (Siregar

& Edward, 2010; Amin et al., 2011). Kandungan logam pada perairan akan

berakumulasi di dalam tubuh organisme akuatik secara langsung dari air melalui

kulit ataupun insang, melalui sistem pencernaan dan melalui biomagnifikasi atau

makanan yang sudah terkontaminasi (Hidayah, et al,.2014). Efek yang

ditimbulkan oleh logam berat terhadap kinerja organisme akuatik yaitu mampu

menghambat laju pertumbuhan ikan (Rahayu, et al,. 2017), merusak jaringan

Page 24: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

10

organ hati dan ginjal ikan (Maftuch, et al,. 2015), Mempengaruhi reproduksi ikan

(Hopkins et al.,2013), koordinasi sistem saraf pusat (Nirmala et al., 2012) dan

sistem ekskresi (Ahmed et al., 2012).

Efek kronik yang ditimbulkan oleh logam berat terhadap manusia apabila

terakumulasi di dalam tubuh manusia dapat menyababkan terjadinya kerusakan

saluran pencernaan, gagal ginjal akut dan gangguan kardiovaskular (Agustina,

2014). Logam berat juga dapat menyebabkan kerusakan otak permanen sehingga

membahayakan kesehatan manusia (Yulis, 2018).

2.4 Logam Berat Timbal (Pb)

Timbal (Pb) merupakan kelompok logam berat yang memiliki berat atom

207,2 dan nomor atom 82. Jumlah timbal di lapisan bumi sekitar 0,0002% lebih

sedikit dari jumlah kandungan logam berat lainnya yang terdapat di bumi (Palar,

2004). Sebagian besar toksikan Pb masuk keperairan melalui berbagai aktifitas

antropogenik seperti pemukiman (Siregar & Edward, 2010), aktifitas pelabuhan

dan limbah industri (Amin et al., 2011). Timbal yang berada di perairan

ditemukan dalam bentuk yang tersuspensi atau terlarut. Timbal (Pb) termasuk

kedalam kelompok logam berat yang dimanfaatkan sebagi bahan dasar pembuat

amunisi, baterai, cat, keramik, dan perlengkapan medis (Agustina, 2014).

Cemaran Pb dilingkungan perairan dilaporkan telah terjadi dibeberapa

lokasi seperti kawasan pertambakan Trimulyo, Semarang (Cahyani et al., 2015),

kawasan pertambakan Kalanganyer, Jawa Timur (Maftuch et al., 2015), perairan

laut kota Dumai, Pekanbaru (Siregar & Edward, 2010), Sungai Brantas,

Page 25: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

11

Mojokerto (Priatna et al., 2016), kawasan pertambakan Marunda, Jakarta

(Takarina et al., 2012), dan Sungai Meghna, Banglades (Ahmed et al., 2009).

Kadar logam berat yang terakumulasi di perairan dapat mengakibatkan

kematian (lethal) atau bukan kematian (sublethal). Keberadaan logam berat di

perairan mengakibatkan gangguan tingkah laku, pertumbuhan, reproduksi dan

karakteristik morfologi pada organisme akuatik (Effendi, 2003). Paparan timbal

bersifat akumulatif di dalam tubuh organisme akuatik. Serapan timbal ke dalam

tubuh organisme akuatik terutama ikan dapat terjadi secara langsung melalui kulit,

insang, serta makanan yang sudah terkontaminasi (Hidayah et al., 2014).

Efek negatif yang ditimbulkan oleh polutan Pb dilaporkan mampu

menghambat laju pertumbuhan ikan (Rahayu et al,. 2018), merusak jaringan organ

hati dan ginjal ikan (Maftuch et al., 2015), serta mempengaruhi respon

hematologi ikan (Fauzan et al., 2017). Nilai ambang baku mutu kandungan

logam berat Pb dalam daging ikan menurut SNI (2009) adalah sebesar 0,4 mg/kg

sedangkan menurut FAO/WHO (2004) adalah sebesar 0,03 mg/kg. Nilai toleransi

batas konsumsi logam berat Pb per minggu menurut JEFCA (2004) adalah sebesar

0,025 mg/kg dan menurut SNI (2009) adalah 0,025 mg/kg.

2.5 Logam Berat Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) merupakan logam berat alami yang sudah ada di bumi dan

terdapat 0,08 mg/kg pada kerak bumi. Logam berat merkuri banyak dijumpai pada

lahan pertambangan. Penggunaan merkuri pada masyarakat banyak yang

berbentuk logam murni dan organik dibandingkan dengan dalam bentuk

anorganik. Logam Hg yang terdapat di air berasal dari alam itu sendiri, aktivitas

Page 26: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

12

vulkanik, bekas lahan pertambangan, erosi, lahan pertanian dan buangan industri

(Navaro et al., 2012). Hg banyak digunakan sebagai bahan kosmetik, pewarna

bibir, krem pemutih, bahan pembuat baterai, termometer, cat, dan pembuatan gigi

palsu (Agustina, 2014).

Masuknya merkuri ke dalam tubuh ikan dapat membahayakan fungsi

fisiologis ikan dan apabila ikan tersebut dikonsumsi juga akan membahayakan

konsumen yang memakannya (Affandi et al., 2012). Ambang batas kadar merkuri

yang masuk ke tubuh ikan menurut SNI (2009) adalah 1,0 mg/kg sedangkan

menurut FAO/WHO (2004) adalah 0,05 mg/kg. Keracunan Hg yang akut dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler,

kegagalan ginjal akut maupun shock (Agustina, 2014). Hg juga dapat

menyebabkan kerusakan otak permanen dan berpotensi mengganggu sistem saraf

yang berdampak pada kelainan bicara, kerusakan motorik hingga abnormalitas

sensorik (Yulis, 2018; Putranto, 2011). Kandungan Hg yang dapat ditoleransi per

minggu menurut JEFCA (2004) adalah sebesar 0,001 mg/kg dan menurut SNI

(2009) adalah senilai 0,005 mg/kg.

2.6 Logam Berat Kadmium (Cd)

Kadmium yang terdapat di dalam tanah bersumber dari alam dan

antropogenik. Kandmium yang berasal dari alam terdiri dari bebatuan maupun

material lain seperti glacial dan alluvium. Sebagian besar kadmium yang terdapat

di dalam tanah berpengaruh pada larutan material organik, pH, tanah liat, logam

Page 27: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

13

yang megandung oksida dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar

kadmium alamiah di kerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm (Sudarmaji et al., 1997).

Kasus masuknya kadmium di perairan melalui berbagai aktifitas

antropogenik seperti pemukiman, aktifitas pelabuhan dan limbah industri (Siregar

& Edward, 2010; Amin et al., 2011). Kandungan kadmium di perairan dapat

membahayakan organisme yang hidup di perairan tersebut. Serapan kadmium

kedalam tubuh organisme akuatik terutama ikan dapat terjadi secara langsung

melalui kulit, insang, serta makanan yang sudah terkontaminasi (Hidayah et al.,

2014).

Efek negatif yang ditimbulkan oleh polutan Cd dapat menyebabkan

gangguan pembentukan ATP pada ikan, merusak jaringan organ hati dan ginjal

ikan (Maftuch, et al,. 2015), mempengaruhi reproduksi ikan (Hopkins et al.,2013),

koordinasi sistem saraf pusat (Nirmala et al., 2012) dan sistem ekskresi (Ahmed et

al., 2012). Nilai ambang baku mutu kandungan logam berat Cd dalam daging ikan

menurut SNI (2009) adalah senilai 0,5 mg/kg sedangkan menurut FAO/WHO

(2004) adalah senilai 0,01 mg/kg. Kandungan Cd yang dapat ditoleransi batas

konsumsi per minggu menurut JEFCA (2004) dan SNI (2009) adalah sebesar

0,007 mg/kg

2.7 Logam Berat Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas di alam dan

lebih banyak digunakan dalam bentuk persenyawaan. Menurut Palar (2004), kadar

tembaga pada konsentrasi 0,01 ppm dapat mengakibatkan fitoplankton mati

karena tembaga dapat menghambat aktivitas enzim dalam pembelahan sel

Page 28: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

14

fitoplankton. Konsentrasi tembaga dalam kisaran 2,5-3,0 ppm dalam badan

perairan akan membunuh ikan-ikan dan nilai baku mutu terhadap kandungan

tembaga pada ikan menurut SNI (2009) dan FAO/WHO (2004) adalah sebesar 0,5

mg/kg dan 0,02 mg/kg.

Tembaga (Cu) dapat masuk ke dalam strata perairan, tanah ataupun udara

atau lapisan atmosfer. Tetapi sumber–sumber masukan logam tembaga kedalam

strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-

kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta

mobilitas bahan-bahan bakar (Liantira, 2015).

Page 29: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Juli sampai dengan 19 Agustus

2019. Pengambilan sampel daging hiu dilakukan di PPS Lampulo Kuta Alam,

Kota Banda Aceh (5o35’7.57”N. 95

019’6.36”E), sedangkan pengukuran

kandungan logam berat pada daging dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan

Standarisasi Industri, Banda Aceh. Analisis data dilakukan di Laboratorium

Ekologi, Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

No Kegiatan Durasi Juli Agustus

1

2

3

4

1

2

3

1 Pengambilan Sampel 3 Minggu

2 Preparasi Sampel 3 Minggu

3 Analisis Logam Berat

pada Daging Ikan

4 Minggu

4 Analisis Batas Aman

Konsumsi

1 Minggu

5 Analisis Data 4 Minggu

Page 30: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

16

3.2 Subyek Penelitian/ Populasi Sampel dan Sampel Penelitian

Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah hiu tikus sebanyak 10 ekor

dan hiu kejen sebanyak 10 ekor. Total sampel yang digunakan sebanyak 20 ekor.

3.3 Instrumen Penelitian

1. Alat dan bahan penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cool box sebagai wadah

daging ikan, nampan bedah, termometer, hot plate, labu takar 100 ml, timbangan

analitik dengan ketelitian 0,0001 g, pipet ukur, freezer, kamera, labu erlenmeyer

100 mL, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) merek Shimadzu tipe AA-

7000, Jepang. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian adalah 10 ekor ikan

hiu tikus dan 10 ekor ikan hiu kejen, air bersih, HNO3 65%, K2S2O8 5% , KMNO4

H2SO4 dan aquabides.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Preparasi sampel

Sebanyak 10 ekor hiu dari masing-masing jenis yang diteliti diukur panjang

total menggunakan meteran sebelum dilakukan pengambilan sampel daging.

Bagian punggung daging ikan hiu yang mendekati sirip anterior pertama dikoleksi

menggunakan alat bedah sebanyak 30-50 g/sampel untuk selanjutnya dibawa ke

laboratorium dan dianalisis lebih lanjut (Cornish et al., 2007; Prasetyo et al.,

2017). Deskripsi hiu tikus dan hiu kejen yang dikoleksi disajikan pada Gambar

3.2 dan Gambar 3.3.

Page 31: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

17

Gambar 3.2. Hiu Tikus (Alopias pelagicus). keterangan atas: tampak lateral,

bawah: tampak dorsal.

Gambar 3.3. Hiu Kejen (Loxodon macrorhinus). keterangan atas: tampak lateral,

bawah: tampak dorsal.

3.4.2 Analisis logam berat pada daging ikan

Prosedur pengujian kandungan logam pada daging ikan mengacu pada SNI

01-2896-1998 tentang penentuan kadar logam berat pada produk perikanan (Diana

et al., 2017) (Tabel 3.2). Kandungan logam berat pada daging hiu diukur

menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption

Spectrofotometri) merek Shimadzu tipe AA-7000, Jepang. Untuk parameter Pb,

Page 32: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

18

Cd dan Cu, tahap destruksi dilakukan dengan menimbang sebanyak 5 g sampel

daging yang telah dicuci dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel

dihancurkan dengan ditambahkan 15 ml HNO3 65% untuk dioksidasi asam agar

logam dalam keadaan terlarut lalu dipanaskan menggunakan hot plate. Sampel

yang sudah menjadi cairan selanjutnya didinginkan dan dipindahkan ke dalam

labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquabides sampai tanda batas. Untuk

parameter Hg, tahap destruksi dilakukan dengan menimbang 5 g sampel daging

yang telah dicuci dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Sampel

ditambahkan 10 ml HNO3 65%, H2SO4 15 ml, aquades dan K2S2O8 5% 5 ml.

Selanjutnya ditambahkan KMNO4 lalu dipanaskan dengan hot plate dengan suhu

850C selama dua jam. Sampel yang sudah menjadi larutan didiamkan selama 24

jam.

Nilai kandungan Pb, Cd dan Cu dibaca menggunakan metode Flame (Flame

Atomic Absorption Spectrophotometry) dan pembacaan nilai kandungan logam Hg

menggunakan metode Cold-Vapor (Cold-Vapor Atomic Absorption

Spectrophotometry) dengan panjang gelombang yang sesuai dengan logam berat

yang dianalisis. Panjang gelombang yang digunakan untuk Pb, Hg, Cu dan Cd

adalah 217,0 nm, 253,7 nm, 324,7 nm dan 228,8 nm (Sulistiono et al., 2018).

Kadar logam berat diperoleh melalui perhitungan rumus sebagai berikut

(Sulistiono et al., 2017):

C (mg/kg)

Page 33: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

19

Dimana: C adalah Konsentrasi sebenarnya (mg/kg), FD adalah hasil yang

terbaca oleh AAS (mg/kg), E adalah Konsentrasi terbaca (mg/kg), Fp adalah

Faktor pengenceran, V adalah Volume penetapan/pengenceran (L) dan W adalah

Berat sampel basah (mg).

Tabel 3.2. Parameter yang diamati, batas limit deteksi, metode uji dan tempat

analisis

3.4.3 Batas Aman Konsumsi

Penentuan batas aman konsumsi dari daging hiu yang telah terkonsentrasi

logam berat dilakukan menggunakan perhitungan Maximum Tolerable Intake

(MTI). Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui toleransi batas maksimum

logam berat pada makanan yang dapat dikonsumsi dalam waktu satu minggu.

Rumus yang digunakan untuk Maximum Tolerable Intake (MTI) mengacu pada

Cahyani et al. (2018) sebagai berikut:

MTI (kg/minggu)

Parameter Batas Limit

Deteksi Metode Uji

Tempat

Analisis

Pb <0,0001 AAS (SNI 01-2896-

1998) Laboratorium

Hg <0,0005 AAS (SNI 01-2896-

1998) Laboratorium

Cd <0,0004 AAS (SNI 01-2896-

1998) Laboratorium

Cu <0,0008 AAS (SNI 01-2896-

1998) Laboratorium

Page 34: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

20

Dimana: Maximum Tolerable Intake (MTI) adalah batas toleransi

maksimum tingkat konsumsi (kg/minggu), Maximum Weekly Intake (MWI)

adalah batas maksimum tingkat konsumsi perminggu (kg/minggu) dan Ct adalah

konsentrasi logam dalam daging ikan (mg/kg). Nilai Maximum Weekly Intake

(MWI) ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

MWI (kg/minggu) mg/kg)

Dimana: Maximum Weekly Intake (MWI) adalah batas maksimum tingkat

konsumsi perminggu (kg/minggu), Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI)

adalah nilai toleransi batas maksimum (mg/kg) yang dikeluarkan oleh Joint

FAO/WHO Expert Committee on Food Additive (JEFCA) (2004) dan Standar

Nasional Indonesia (2009) (Tabel 3.3), BW adalah berat rata-rata orang dewasa

dan anak-anak (kg) Indonesia mengacu pada Kemenkes RI (2010) yaitu 50 kg

untuk orang dewasa dan 15 kg anak-anak.

Tabel 3.3. Toleransi batas konsumsi logam berat per minggu menurut JEFCA

(2004) dan SNI (2009)

Jenis Logam

PTWI (mg/kg berat badan) per Minggu

JEFCA SNI

Pb 0,025 0,025

Hg 0,0016 0,005

Cd 0,007 0,007

Cu 35 0,035

Page 35: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

21

3.5 Teknik Analisis Data

Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk nilai kisaran, rata-rata dan

standar deviasi. Hasil kandungan logam berat yang didapat dibandingkan dengan

nilai baku mutu yang telah ditetapkan oleh SNI (2009) dan FAO/WHO (2004)

(Tabel 3.4). Korelasi antara panjang dengan kandungan logam pada hiu dianalisis

menggunakan regresi linier sederhana menggunakan bantuan perangkat lunak

SPSS 22 versi Windows.

Tabel 3.4. Nilai ambang baku mutu kandungan logam berat dalam daging ikan

menurut SNI (2009) dan FAO/WHO (2004)

Jenis Logam SNI (2009) FAO/WHO (2004)

Pb 0,4 mg/kg 0,03 mg/kg

Hg 0,5 mg/kg 0,05 mg/kg

Cd 0,5 mg/kg 0,01 mg/kg

Cu 0,5 mg/kg 0,02 mg/kg

Page 36: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kandungan Logam Berat

Hiu tikus yang diteliti pada penelitian ini memiliki kisaran panjang total

220-320 cm sedangkan hiu kejen memiliki kisaran panjang total 77-162 cm. Hasil

pengukuran menunjukkan bahwa kandungan logam Pb, Cu dan Cd pada daging

hiu tikus dan hiu kejen masih berada di bawah batas limit deteksi alat ukur.

Sebaliknya, dari seluruh ikan hiu tikus dan hiu kejen yang dikoleksi, sebanyak

60% sampel yang diamati mengandung Hg. Kisaran Hg pada hiu tikus berkisar

antara 0,007 - 0,768 mg/kg dengan nilai rata rata 0,147 0,255 mg/kg. Kisaran

merkuri pada hiu kejen berkisar antara 0,030 - 0,708 mg/kg dengan nilai rata rata

0,118 0,215 mg/kg (Tabel 4.1 dan 4.2).

Tabel 4.1. Kandungan Logam Berat Cu, Cd, Pb dan Hg pada Daging Hiu Tikus

dan Hiu Kejen.

Nama Ikan

N

(Ekor)

Kandugan Logam Berat (mg/kg)

Cu Cd Pb Hg

Hiu Tikus (Alopias

pegicus) 10 TD TD TD TD-0,768

Hiu Kejen (Loxodon

macrorhinus) 10 TD TD TD TD-0,708

*TD: Tidak Terdeteksi

Page 37: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

23

Tabel 4.2. Kandungan merkuri (Hg) pada daging ikan hiu Tikus (Alopias pegicus,

Nakamura 1935) dan hiu Kejen (Loxodon macrorhinus Müller &

Henle 1839).

Nama Ikan N

(Ekor)

Min

(mg/kg)

Maks

(mg/kg)

Rata-

rata

(mg/kg)

Standar

Deviasi

(mg/kg)

Hiu Tikus (Alopias

pegicus) 10 TD 0,768 0,147 0,255

Hiu Kejen (Loxodon

macrorhinus) 10 TD 0,708 0,118 0,215

*TD: Tidak Terdeteksi

Terdapat korelasi yang positif antara panjang total dengan kandungan

merkuri pada daging hiu. Persamaan regresi linier antara panjang total dan

kandungan merkuri pada daging hiu kejen adalah Y = 0,143X - 0,255 dengan nilai

koofesien determinasi (R2) sebesar 0,9 (Gambar 4.1). Persamaan regresi linier

antara panjang total dan kandungan merkuri pada daging hiu tikus adalah Y =

0,106X- 0,176 dengan nilai koofesien determinasi (R2) yang lebih rendah yaitu

sebesar 0,5 (Gambar 4.2).

Page 38: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

24

Gambar 4.1. Korelasi Panjang Total dengan Kandungan merkuri (Hg) pada Hiu

Tikus (Alopias pegicus).

Gambar 4.2. Korelasi Panjang Total dengan Kandungan merkuri (Hg) pada Hiu

Kejen (Loxodon macrorhinus)

4.1.2 Batas Aman Konsumsi

Konsentrasi Hg pada daging hiu tikus dan hiu kejen masih berada di bawah

baku mutu yang ditetapkan oleh SNI (2009) yaitu 0,5 (mg/kg), namun telah

Page 39: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

25

melebihi batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh FAO/WHO (2004) sebesar

0,05 (mg/kg) (Gambar 4.3 dan 4.4). Nilai Maximum Weekly Intake (MWI) daging

hiu tikus dan hiu kejen terhadap orang dewasa dan anak-anak mengacu pada

Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) SNI (2009) yaitu masing-masing

sebesar 0,25 mg/kg dan 0,075 mg/kg. Dengan demikian, batas toleransi

maksimum daging hiu tikus yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa dan anak-

anak dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah masing masing sebesar 1,690

kg/minggu untuk orang dewasa dan 0,507 kg/minggu untuk anak-anak. Disisi

lain, batas toleransi maksimum daging hiu kejen yang dapat dikosumsi oleh orang

dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah masing

masing sebesar 2,112 kg/minggu untuk orang dewasa dan 0,633 kg/minggu untuk

anak-anak (Tabel 4.3).

Gambar 4.3. Kandungan merkuri (Hg) pada daging hiu Tikus (Alopias pegicus)

dengan rata-rata 0,147 mg/kg dan hiu Kejen (Loxodon macrorhinus)

sebesar 0,118 mg/kg. Batas baku mutu SNI (2009) (---).

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Hiu tikus

Hiu Kejen

Kan

dungan

mer

kuri

(m

g/k

g)

Page 40: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

26

Gambar 4.4. Kandungan merkuri (Hg) pada daging ikan hiu Tikus (Alopias

pegicus) dengan rata-rata 0,147 mg/kg dan hiu Kejen (Loxodon

macrorhinus) sebesar 0,118 mg/kg. Batas baku mutu yang telah

ditetapkan oleh FAO (2004) (----).

Nilai Maximum Weekly Intake (MWI) daging hiu tikus dan hiu kejen

terhadap orang dewasa dan anak-anak mengacu pada Provisional Tolerable

Weekly Intake (PTWI) JEFCA (2004) yaitu masing-masing sebesar 0,08 mg/kg

untuk orang dewasa dan 0,024 mg/kg untuk anak-anak. Dengan demikian, batas

toleransi maksimum daging hiu tikus yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa

dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut JEFCA adalah 0,540

kg/minggu untuk orang dewasa dan 0,162 kg/minggu untuk anak-anak sedangkan

untuk daging ikan hiu kejen adalah masing-masing sebesar 0,676 kg/minggu

untuk orang dewasa dan 0,202 kg/minggu untuk anak-anak (Tabel 4.3).

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

Hiu tikus

Hiu Kejen

Kan

dungan

mer

kuri

(m

g/k

g)

Page 41: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

27

Tabel 4.3. Batas Aman Konsumsi Hiu Tikus dan Hiu Kejen Menurut SNI

(2009)

Tabel 4.4. Batas Aman Konsumsi Hiu Tikus dan Hiu Kejen menurut JEFCA

(2004).

4.2 Pembahasan

Dari 20 sampel daging hiu tikus dan hiu kejen yang diperiksa, keberadaan

Pb, Cu dan Cd tidak terdeteksi. Sebaliknya 60 % dari total hiu yang diperiksa

(baik hiu kejen dan hiu tikus) terdeteksi mengandung Hg. Ketiadaan logam Pb, Cu

dan Cd dalam daging hiu tikus dan hiu kejen diduga berkaitkan erat dengan

Jenis Ikan

Rata-

rata

(mg/kg)

PTWI

SNI

(mg/kg)

Dewasa Anak-anak

MWI (mg/kg)

MTI

(kg/

minggu)

MWI (mg/kg)

MTI

(kg/

minggu)

Hiu Tikus

(Alopias

pegicus)

0,147

0,005

0,25 1,690 0,075 0,507

Hiu Kejen

(Loxodon macrorhinus)

0,118 0,25 2,112 0,075 0,633

Jenis Ikan

Rata-

rata

(mg/kg)

PTWI

JEFCA

(mg/kg)

Dewasa Anak-anak

MWI

(mg/kg)

MTI (kg

/minggu)

MWI

(mg/kg)

MTI

(kg/

minggu)

Hiu Tikus

(Alopias

pegicus)

0,147

0,0016

0,08 0,540 0,024 0,162

Hiu Kejen

(Loxodon

macrorhinus)

0,118 0,08 0,676 0,024 0,202

Page 42: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

28

minimnya sumber pencemar ketiga logam tersebut di perairan sekitar daerah

penangkapan hiu. Amin et al. (2011) dan Agustrina (2014) mengungkapkan

bahwa sumber utama cemaran Pb, Cu dan Cd di perairan umumnya berasal dari

aktivitas industri besar seperti industri baterai, industri cat, industri keramik dan

industri perlengkapan medis sedangkan di daerah kawasan penangkapan hiu tidak

terdapat terdapat aktivitas industri yang telah disebutkan.

Beberapa penelitian ikut melaporkan bahwa kandungan Pb, Cu dan Cd di

kawasan perairan Aceh masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan.

Sebagai contoh, Irhamni et al. (2017) melaporkan bahwa kandungan Pb di

perairan Kota Banda Aceh masih berada dibawah baku mutu. Komarwidjaja et al.,

(2017) dan Warni et al., (2017) juga melaporkan hal yang sama terhadap

kandungan Cu dan Cd di perairan pesisir Kabupaten Aceh Utara dan perairan

pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat. Meskipun kandungan Pb, Cu dan Cd pada

daging hiu tidak terdeteksi dalam penelitian ini, akan tetapi keberadaan logam ini

telah dilaporkan terdapat pada beberapa jenis hiu lain dari berbagai kawasan

berbeda. Salah satunya adalah hasil penelitian Adel et al. (2016), yang

melaporkan adanya kandungan Pb, Cu dan Cd masing-masing sebesar 0,12 ± 0,03

mg/kg, 7,49 ± 0,25 mg/kg dan 0,11 ± 0,03 mg/kg pada hiu Carcharhinus

dussumieri yang tertangkap di perairan sekitar kawasan industri Teluk Persia.

Kandungan Hg pada daging hiu tikus berkisar antara 0,007 sampai 0,768

mg/kg dengan nilai rata-rata total sebesar 0,147 0,255 mg/kg, sedangkan

kandungan Hg pada daging hiu kejen berkisar antara 0,030 sampai 0,708 mg/kg

dengan nilai rata rata total sebesar 0,118 0,215 mg/kg. Nilai standar deviasi

Page 43: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

29

lebih besar dari nilai rata-rata hiu, hal ini diakibatkan oleh adanya perbedaan

panjang dan nilai konsentrasi Hg pada setiap individunya. Besarnya nilai standar

deviasi kandungan Hg pada hiu juga pernah diungkapkan oleh Bilbao et al. (2018)

terhadap tiga jenis hiu demersal (Deania profundorum, Centrophorus uyato dan

Centrophorus squamosus) yang tertangkap di perairan Makaronesia. Besarnya

nilai standar deviasi kandungan Hg pada kedua jenis hiu penelitian ini diduga

dipengaruhi oleh pola makan hiu. Menurut Endo et al. (2008) dan Adel et al.

2(016), hiu demersal dapat menghabiskan beberapa bulan tanpa makan, selama

periode tersebut hiu hanya menggunakan cadangan lemak yang merupakan tempat

terakumulasinya logam berat.

Kandungan rata-rata Hg pada hiu tikus dan hiu kejen yang didaratkan di

PPS Lampulo masih lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan rata-rata Hg

pada hiu Prionace glauca yang tertangkap di kawasan perairan pasifik tenggara,

mencapai 0.048 ± 0.03 μg/g atau 0,048 ± 0,03 mg/kg (Lopes et al., 2013).

Sebaliknya, kandungan Hg pada hiu tikus dan hiu kejen masih lebih rendah

dibandingkan dengan hiu Sphyrna lewini dan Caraharinus porosus yang

tertangkap di kawasan perairan Trinidad dan Tobago dengan kisaran nilai antara

0,007–1,899 mg/kg dan 0,006–3,268 mg/kg (Mohammed & Mohammed (2017).

Perbedaan tingkat konsentrasi Hg disetiap hiu diduga karena adanya perbedaan

tingkat konsentrasi pencemaran terhadap perairan tersebut. Dibandingkan dengan

beberapa jenis ikan lain yang tercemar Hg di perairan Indonesia, hiu tikus dan hiu

kejen masih memiliki kandungan Hg yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan

rejung (Sillago sihama) yang tertangkap di muara sungai Donan, Cilacap, Jawa

Page 44: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

30

Tengah (0,11-0,56 mg/kg), akan tetapi masih lebih rendah dibanding ikan kakap

putih (Chrysaphrys aurata) yang tertangkap di perairan laut Kabupaten Gorontalo

Utara dengan kandungan rata-rata Hg sebesar 1,50 mg/kg (Cahyani et al., 2016;

Mahmud et al., 2017).

Keberadaan Hg pada daging hiu tikus dan hiu kejen dalam penelitian ini

diduga berkaitan erat dengan meningkatnya cemaran Hg di kawasan perairan

Aceh. Navaro et al. (2012), mengungkapkan bahwa sumber utama Hg di perairan

umumnya berasal dari aktivitas industri dan pertambangan. Disamping itu, Yulis

(2018), juga menjelaskan bahwa pertambangan emas khususnya secara tradisional

merupakan faktor utama penyebab meningkatnya cemaran Hg di perairan.

Cemaran Hg di perairan Aceh akibat aktivitas pertambangan emas telah

dilaporkan terjadi di beberapa kawasan perairan seperti muara Krueng Sabee,

muara Krueng Panga dan muara Krueng Teunom, Kabupaten Aceh Jaya

(Purnawan et al., 2017) serta perairan Sirkulat, Kecamatan Sawang, Kabupaten

Aceh Selatan (Emelda et al., 2017). Cemaran Hg akibat industri pertambangan

gas juga dilaporkan terjadi di perairan pesisir Kota Lhoksemawe dan Aceh Utara

(Komarawidjaja et al., 2017). Walaupun demikian, penelitian lanjutan masih perlu

dilakukan untuk mengkaji korelasi antara daerah tangkapan hiu dengan

kandungan Hg pada daging hiu tikus dan hiu kejen. Hal ini disebabkan karena

penelitian ini hanya terbatas mengkaji kandungan logam berat pada hiu yang

didaratkan di PPS Lampulo tanpa melakukan penelusuran lebih lanjut terkait

daerah tangkapan hiu.

Page 45: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

31

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa hiu tikus cenderung memiliki

kandungan Hg yang lebih tinggi dibanding dengan hiu kejen. Menurut Adel et al.

(2016) tingginya kandungan Hg pada hiu sangat dipengaruhi oleh ukuran panjang,

tingkat trofik dan habitat. Rata-rata hiu tikus yang tertangkap pada penelitian ini

memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan hiu kejen sehingga jumlah

makanan, akumulasi dan magnifikasi Hg menjadi lebih besar. Di samping itu,

hasil analisis korelasi juga mengungkapkan adanya hubungan positif antara

panjang total hiu dengan kandungan Hg. Pendapat ini juga didukung oleh hasil

penelitian Lopes et al., (2016) yang mengungkapkan adanya korelasi posisitif

antara kandungan Hg dan Pb dengan panjang total hiu Carcharhinus falciformis.

Dalam tingkatan tropik, kedua jenis hiu tersebut tergolong dalam konsumen

tingkat atas sehingga proses bioakumulasi dan biomagnifikasi Hg menjadi lebih

tinggi. Di samping itu, hiu tikus juga dilaporkan memiliki komposisi makanan

yang lebih beragam disertai daerah jelajah yang lebih luas dibandingkan hiu kejen

(White et al., 2006; Lesmana et al., 2018). Hg dapat masuk kedalam tubuh hiu

melalui respirasi, difusi, dan jejaring makanan (Cahyani et al., 2016). Menurut

Matulik et al. (2017), sebagian besar sumber logam berat yang terdapat pada hiu,

berasal dari makanan yang dikonsumsi.

Di tengah berbagai kontroversi terkait konservasi, saat ini hiu tikus dan hiu

kejen masih menjadi salah satu ikan konsumsi khususnya bagi masyarakat Aceh.

Walaupun demikian, informasi terkait keamanan pangan dalam mengkonsumsi

daging hiu masih sangat jarang diungkap. Berdasarkan hasil penelitian ini,

diketahui bahwa kandungan Hg pada daging ikan hiu tikus dan hiu kejen masih

Page 46: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

32

berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh SNI (2009) yaitu sebesar 0,5

mg/kg, akan tetapi telah melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan

FAO/WHO (2004) yaitu sebesar 0,05 mg/kg.

Penentuan batas aman konsumsi (Maximum Tolerable Intake) merupakan

salah satu upaya untuk menghindari dampak buruk yang dapat ditimbulkan logam

berat jika masuk ke dalam tubuh (Sulistiono et al., 2018). Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa dalam skala mingguan, hiu kejen dapat dikonsumsi lebih

banyak dibandingkan dengan hiu tikus. Batas toleransi maksimum daging hiu

tikus yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa dan anak anak dalam waktu satu

minggu menurut SNI (2009) adalah masing masing sebesar 1,690 kg/minggu

untuk orang dewasa dan 0,507 kg/minggu untuk anak-anak. Sementara itu, untuk

hiu kejen masing masing yaitu sebesar 2,112 kg/minggu untuk orang dewasa dan

0,633 kg/minggu untuk anak-anak.

Konsumsi ikan yang mengandung Hg di luar batas aman konsumsi

berpotensi menimbulkan efek kronik bagi tubuh. Cahyani et al., (2016)

menyatakan bahwa akumulasi logam berat Hg di dalam tubuh manusia, secara

kronis dapat membahayakan dan mengganggu kesehatan manusia. Keracunan Hg

dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran pencernaan, gangguan

kardiovaskular dan kegagalan ginjal akut (Agustina, 2014). Logam berat Hg juga

dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kerusakan ginjal (Yulis, 2018).

Keracunan Hg juga mengganggu sistem saraf yang berdampak pada kelainan

bicara, kerusakan motorik hingga abnormalitas sensorik (Putranto, 2011).

Page 47: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

33

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd pada daging hiu tikus dan hiu kejen

yang didaratkan di PPS Lampulo masih berada di bawah batas limit deteksi

alat ukur.

2. Kandungan rata-rata Hg pada hiu tikus adalah sebesar 0,147 0,255 mg/kg

sedangkan pada hiu kejen adalah sebesar 0,118 0,215 mg/kg. Kandungan

Hg pada hiu tikus dan hiu kejen masih berada di bawah baku mutu SNI

(2009), akan tetapi telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh

FAO/WHO (2004).

3. Batas toleransi maksimum daging hiu tikus yang dapat di kosumsi oleh

orang dewasa dan anak-anak dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah

masing masing sebesar 1,690 kg/minggu untuk orang dewasa dan 0,507

kg/minggu untuk anak-anak. Sementara itu, batas toleransi maksimum

daging hiu kejen yang dapat dikosumsi oleh orang dewasa dan anak-anak

dalam waktu satu minggu menurut SNI adalah masing masing sebesar 2,112

kg/minggu untuk orang dewasa dan 0,633 kg/minggu untuk anak-anak.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkaji korelasi antara daerah

tangkapan dengan kandungan Hg pada daging hiu tikus dan hiu kejen .

Page 48: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

34

DAFTAR PUSTAKA

Adel M, Conti GO, Dadar M, Mahjoub M, Copat C, Ferrante M. 2016. Heavy

Metal Concentrations In Edible Muscle Of Whitecheek Shark, Carcharhinus

dussumieri (elasmobranchii, chondichthyes) From The Persian Gulf: A Food

Safety Issue. Journal Food and Chemical Toxycology, 97(1): 135-140.

Agustina T. 2014. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya

pada Kesehatan. Jurnal Teknobunga, 1(1): 53-65.

Ahmed MS, Ahmed KS, Mehmood R, Ali H, Khan WA. 2012. Low dose effects

of cadmium and lead on growth in fingerlings of a vegetarian fish, grass carp

(Ctenopha- ryngodon idella). The Journal of Animal & Plant Sciences, 22(4):

902-907.

Alaydrus IS, Fitriana N, Jamu Y. 2014. Jenis Dan Status Konservasi Ikan Hiu

Yang Tertangkap di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Labuan Bajo, Manggarai

Barat, Flores. Jurnal Biologi, 7(2): 83-87.

Amin B, Afriyani E, Saputra AM. 2011. Distribusi spasial logam Pb dan Cu pada

sedimen dan air laut permukaan di perairan tanjung buton kabupaten siak

provinsi riau. Jurnal Teknobiologi, 2(1): 1–8.

Anonymous. 1992. Ensiklopedia Indonesia Sen Fauna Ikan. PT. Ichtiar Baru. van

Haeve, Jakarta. Hal: 146.

Astuti I, Karina S, Dewiyanti I. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Pb Pada

Tiram Crassostrea cucullata Di Pesisir Krueng Raya, Aceh Besar. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 1(1): 104-113.

Bilbao EL, Lozano G, Gutiérrez AJ, Rubio C, Hardisson A. 2018. Mercury,

cadmium and lead content in demersal sharks from the macaronesian islands.

Environmental Science and Pollution Research, 25(21): 21251.

Cahyani N, Djamar, Batu DTF, Sulistiono. 2016. Kandungan Logam Berat Pb,

Hg, Cd, Dan Cu Pada Daging Ikan Rejung (Sillago sihama) Di Estuari Sungai

Donan, Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal JPHPI, 19(3): 267-276.

Cornish AS, Ng WC, Ho VCM, Wong HL, Lam JCW, Leung KMY. 2007. Trace

metals and organochlorines in the bamboo shark Chiloscyllium plagiosum

from the southern waters of Hong Kong, China. Science Of Total

Environment, 2(1): 335-345.

Das K, Beans C, Holsbeek L, Berrow SD, Rogan E, Bouquegneau JM. 2003.

Marine mammals from northeast Atlantic: evaluation of their trophic status

Page 49: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

35

by d13C and d15N and influence on their trace metal concentrations. Marine

Environmental Research, 1(56): 349-365.

Dharmadi, Fahmi, Triharyuni S. 2012. Aspekbiologi Dan

Fluktuasihasiltangkapancucut Tikusan, (Alopias Pelagicus) Di Samudera

Hindia. Bawal, 4(3): 131-139.

Diana, Rinidar, Armansyah TR. 2017. Cemaran logam berat timbal (Pb) pada

insang ikan cendro (Tylosurus crocodilus) di pesisir krueng raya, kabupaten

aceh besar. Jurnal Jimvet, 1(3): 258-264.

Domi N, Bouquegneau JM, Das K. 2005. Feeding Ecology Of Five Commercial

Shark Species Of The Celtic Sea Through Stable Isotope And Trace Metal

Analysis. Merine Environmental Research, 2(1): 551-569.

Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Emelda C, Supriatno, Ali MS. 2017. Tingkat Akumulasi Merkuri (Hg) Pada

Organ Tubuh Kelas Gastropoda Di Kawasan Perairan Sungai Sikulat

Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Edu Bio Tropika, 5(1)

1-53.

Endo T, Hisamici Y, Haraguchi K, Kato Y, Ohta C, Koga N. 2008. Hg, Zn and Cu

Levels In The Muscle And Liver Of Tiger Sharks (Galeocherdo curvier)

From The Coast Of Ishigaki Island, Japan Relationship Beetwen Metal

Concentrations And Body Length. Mar Pollut Bull, 56(1): 1774-1780.

Fauzan M, Rosmidar, Sugito, Zuhrawati, Muttaqin, Azhar. 2017. Pengaruh tingkat

paparan timbal (Pb) terhadap profil darah ikan nila (Oreochromis nilloticus).

Jurnal Jimvet, 1(4): 702-708.

Gutteridge AN, Huveneers C, Mashall LJ, Tibbbets IR, Bennett MB. 2013. Life

History Traits Of a Small Boied Coastal Shark. Marine and Freshwater

Research, 3(64): 54-65.

Hanan DA, David BH, Catilio JR. 1993. The California Drift Gill Net Fishery For

Sharks and Sword Fish, 198182 Trough 199091. State Of California The

Resource Agency Department Of Fish and Game. Fish Bulletin, Hal: 175.

Hidayah AM. Purwanto, Soeprobowati TR. 2014. Biokonsentrasi faktor logam

berat Pb, Cd, Cr dan Cu pada ikan nila (Oreochromis niloticus linn.) di

karamba danau rawa pening. Jurnal Bioma, 16(1): 1-9.

Hopkins BC, Willson JD, Hopkins WA. 2013. Mercury exposure is associated

with negative effects on turtle reproduction. Environmental Science

Technology, 47(5): 2416-2422.

Page 50: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

36

Indirawati SM. 2017. Pencemaran Logam Berat Pb Dan Cd Dan Keluhan

Kesehatan Pada Masyarakat Di Kawasan Pesisir Belawan. Jurnal Jumantik,

2(2): 54-60.

Irhamni, Pandia S, Purba E, Hasan W. 2017. Serapan Logam Berat Esensial dan

Non Esensial pada Air Lindi TPA Kota Banda Aceh Dalam Mewujudkan

Pembangunan Berkelanjutan. Serambi Engineering, 2(3): 134-140.

Komarawidjaja W, Riyadi A, Garno YS. 2017. Status Kandungan Logam Berat

Perairan Pesisir Kabupaten Aceh Utara Dan Kota Lhokseumawe. Jurnal

Teknologi Lingkungan, 18(2): 251-258.

Lesmana F, Ulfah M, Rizwan MT. 2018. Identifikasi Spesies Hiu yang

Tertangkap di Perairan Utara Aceh. Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan

Unsyiah, 3(1): 39-45.

Liantira L, Magdalena, Soekandarsih E. 2015. Perbandingan Kandungan Kadar

logam Berat Tembaga (Cu) Keong mas Pomacea canaliculata Pada berbagai

Lokasi Di Kota Makassar. Jurnal Mipa, 1(1): 1-9.

Lopes SA, Abarca NL, Melendez R. 2013. Heavy Metal Cocentration of Two

Highly Migratory Shark (Prionace glauca and Isurus oxyrinchus) in The

Southeastern Pacific Water:Comments on Public Health and Conservation.

Tropical Conservation Science, 6(1): 126-137.

Lu FC. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.

Edisi ke dua. Terjemahan dari: Basic Toxicology: Fundamentals, Target

Organs, and Risk Assesment oleh Edi Nugroho (penerjemah). UI Press,

Jakarta, Hal: 412.

Maftuch, Marsoedi, Putri VD, Lulloh H, Wibisono KH. 2015. Studi ikan bandeng

(Chanos chanos) yang dibudidayakan di tambak tercemar limbah kadmium

(Cd) dan timbal (Pb) di kalanganyar, sidoarjo, jawa timur terhadap

histopatologi hati, ginjal dan insang. Journal of Environmental Engineering

& Sustainable Technology, 2(2): 114–122.

Mahmud M, Lihawa F, Banteng B, Desei F, Saleh Y. 2017. Konsentrasi merkuri

pada ikan di perairan laut Sulawesi akibat penambangan emas tradisional

Buladu Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Pengelolaan Lingkungan

Berkelanjutan, 1(3): 7-17.

Manik N. 2004. Mengenal Beberapa Jenis Hiu. Jurnal Oseana, 1(5515): 9-7.

Matulik AG, Kerstetter DW, Hammerschlang N, Divoll T, Hammerschidt CR,

Evers DC. 2017. Bioaccumulation and biomagnification of mercury and

Page 51: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

37

methylmercury in four sympatric coastal sharks in a protected subtropical

lagoon. Marine Pollution Bulletin, 116(1): 357–364.

Mohamad NW, Sahami FM, Panigoro. 2015. Analisis Kandungan Merkuri Pada

Ikan Nike di Kota Gorontalo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3(3):

100-102.

Muhammed A, Mohammed T. 2017. Mercury, Arsenic, Cadmium And Lead In

Two Commercial Shark Species (Sphyrna lewini and Caraharinus porosus)

in Trinidad and Tobago. Marine Pollution Bulletin, 119(3): 214-218.

Navarro P, Amouroux D,Nghi DT, RochelleNewall E, Ouillon S, Arfi R, Thuoc

CV, Mari X, Torréton JP. 2012. Fate And Tidal Transport Of Butyltin And

Mercury Compounds In The Waters Of The Tropical Bach Dang Estuary

(Haiphong, Vietnam). Marine Pollution Bulletin, 64(9):1789-1798.

Nirmala K, Hastuti YP, Yuniar V.2012. Toksisi- tas merkuri (Hg) dan tingkat

kelangsungan hidup, pertumbuhan, gambaran darah, dan kerusakan organ

pada ikan nila Oreochro- mis niloticus. Jurnal Akuakultur Indonesia, 11(1):

38-48.

Palar .H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka

Cipta.

Prastyo Y, Lumban Batu DTF, dan Sulistiono. 2017. Kandungan logam berat Cu

dan Cd pada ikan belanak di estuari Sungai Donan, Cilacap, Jawa Tengah.

Jurnal Pengolahan Hasil Perairan Indonesia, 20(1): 18-27.

Priatna DE, Purnomo T, Kuswanti N. 2016. Kadar logam berat timbal (Pb) pada

air dan ikan bader (Barbonymus gonionotus) di sungai brantas wilayah

mojokerto. Lentera Bio, 5(1): 48–53.

Purnawan S, Rahman R, Karina S. 2017. Kandungan merkuri pada substrat dasar

di kawasan muara Krueng Sabee, Krueng Panga, dan Krueng Teunom,

Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan,

6(3): 265-272.

Putranto TT. 2011. Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Airtanah. Jurnal

Teknik, 32(1): 62-71.

Rahayu NI, Rosmaidar, Hanafiah M, Karmil FT, Helmi ZT, Daud R. 2017.

Pengaruh paparan timbal (Pb) terhadap laju pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis nilloticus). Jurnal Jimvet, 1(4): 658-665.

Rizkiana L, Karina S, Nurfadillah. 2017. Analisis Timbal (Pb) Pada Sedimen Dan

Air Laut Di Kawasan Pelabuhan Nelayan Gampong Deah Glumpang Kota

Page 52: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

38

Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah,

2(1): 89-96.

Siregar YI, Edward J. 2010. Faktor Konsentrasi Pb, Cd, Cu, Ni, Zn Dalam

Sedimen Perairan Pesisir Kota Dumai. Maspari Journal. 1(1): 1-10.

Springer VG. 1964. A Revision Of The Carcharhinid Shark Genera Scoliodon,

Loxodon, And Rhizoprionodon. Proceedings of the United States National

Museum, 115(3493): 559-632.

Sudarmaji, Mukono J, Corie IP. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 Dan

Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(2): 129-

142.

Sulistiono, Irawati Y, Batu DTFL. 2018. Kandungan Logam Berat Pada Ikan

Beloso (Glosogobius giuris) di Perairan Segara Anakan Bagian Timur,

Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal JPHPI, 21(3): 423-432.

Takarina ND, Adiwibowo A, Sunardi, Wardana W, Pin TG. 2012.

Bioconcentration of Lead (PB) in Milkfish (Chanos Chanos Forsk) Related to

the Water Quality in Aquaculture Ponds of Marunda, North Jakarta,

Indonesia. International Journal of Scientific and Research Publications.

2(12): 2250-3153.

Warni D, Karina S, Nurfadillah. 2017. Analisis Logam Pb, Mn, Cu, Dan Cd Pada

Sedimen Di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(2): 246-253.

White WT, Last PR, Stevens JD, Yearsley GK, Fahmi, Dharmadi. 2006.

Economically Important Sharks and Rays Of Indonesia. Australian Centre for

International Agricultural Research. Canberra,Australia: Lamb Print, Perth

Western Australia. 94-146 p.

Yulis PAR. 2018. Analisis Kadar Logam Merkuri (Hg) Dan (Ph) Air Sungai

Kuantan Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Jurnal

Pendidikan Kimia, 2(1): 28-36.

Page 53: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

39

LAMPIRAN 1

Surat Keterangan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-raniry

tentang Pengangkatan Pembimbing Skripsi

Page 54: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

40

LAMPIRAN 2

Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Ar-raniry

Page 55: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

41

LAMPIRAN 3

Surat Mohon Izin Pengumpulan Data dari Balai Riset dan Standardisasi

Industri Banda Aceh

Page 56: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

42

LAMPIRAN 4

Surat Keterangan Selesai Mengumpulkan Data dari Balai Riset dan

Standardisasi Industri Banda Aceh

Page 57: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

43

LAMPIRAN 5

Surat Laporan Hasil Uji minggu pertama dari Balai Riset dan Standardisasi

Industri Banda Aceh

Page 58: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

44

Surat Laporan Hasil Uji minggu kedua dari Balai Riset dan Standardisasi

Industri Banda Aceh

Page 59: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

45

Surat Laporan Hasil Uji minggu pertama dari Balai Riset dan Standardisasi

Industri Banda Aceh

Page 60: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

46

LAMPIRAN 6

Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel minggu pertama

Pengambilan sampel minggu kedua

Pengambilan sampel minggu ketiga

Page 61: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

47

Proses pengukuran hiu tikus

Proses pengukuran hiu kejen

Page 62: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

48

Penyiapan sampel untuk dibawa ke laboratorium

LAMPIRAN 7

Analisis Logam Berat Pb, Hg, Cu dan Cd

Proses pemotongan sampel

Page 63: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

49

Proses penimbangan sampel

Proses penambahan asam nitrat 65%

Proses pemanasan diatas hot plate

Page 64: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

50

Proses penambahan aquades

Pemindahan sampel ke labu ukur untuk analisis Pb, Cu dan Cd

Proses penambahan asam sulfat untuk analisis Hg

Page 65: KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA HIU TIKUS (Alopias …

51

Proses penambahan KMNO4 untuk analisis Hg

Pemindahan sampel ke labu ukur pada analisis Hg

Proses analisis logam dengan AAS AA-7000