kand limb tapioka cair

3
http://niketutsari.wordpress.com/2012/05/28/pemanfaatan-limbah-cair- tepung-tapioka-sebagai-ethanol/ Limbah cair tepung tapioka mempunyai kandungan karbohidrat sebanyak 8,14% dan glukosanya 1,72% (BBLK, 2008). Dengan adanya kandungan karbohidrat tersebut memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi etanol. Perumusan Masalah Semakin banyaknya kebutuhan Alkohol yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan kosmetik, industri minuman, bahan minuman, bahan pelarut organik dan sebagai bahan bakar. Kebutuhan ini akan bertambah banyak dengan adanya kemungkinan alkohol menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar. Dimana bahan bakar dari alkohol ini merupakan bahan bakar yang bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui dan tentunya bertolak belakang dengan bahan bakar minyak bumi atau gas yang sekarang digunakan yang lama kelamaan akan semakin habis. Untuk itu perlu diadakannya alternative tambahan dalam pembutan etanol,untuk memenuhi semua kebutuhan yang semakin meningkat,salah satu nya adalah memenfaatkan limbah cair tepung tapioka yang selama ini hanya dibuang begitu saja. Etanol yang dibuat dari limbah cair tepung tapioka yang dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan enzim α-amilase, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi. Diharapkan dari proses tersebut dapat diperoleh hasil etanol yang terbaik. Tujuan Program Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi terbaik pada proses fermentasi sehingga diperoleh hasil etanol yang optimal. TINJAUAN PUSTAKA Limbah Cair Tepung Tapioka Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau proses pengendapan Limbah cair industri tapioka memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, selain itu mengandung senyawa sianida yang bersifat toksik. Karena tingginya kandungan bahan organik dalam limbah cair ini, maka pengolahan yang paling sesuai adalah secara biologi. limbah cair sintetis yang dibuat dengan menggunakan bahan baku tepung gaplek, karena memiliki karakteristik yang terdekat dengan limbah cair industri tapioka yang sebenarnya. Karakterisasi limbah cair industri tapioka mendapatkan konsenterasi COD total sebesar 6600 mg/l dan COD terlarut 6507 mg/l, sedangkan konsentrasi senyawa sianida yang terukur 8,27 mg/l

Upload: krisnawati

Post on 27-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Limbah Cair Tapioka

TRANSCRIPT

http://niketutsari.wordpress.com/2012/05/28/pemanfaatan-limbah-cair-tepung-tapioka-sebagai-ethanol/Limbah cair tepung tapioka mempunyai kandungan karbohidrat sebanyak 8,14% dan glukosanya 1,72% (BBLK, 2008). Dengan adanya kandungan karbohidrat tersebut memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi etanol. Perumusan MasalahSemakin banyaknya kebutuhan Alkohol yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan kosmetik, industri minuman, bahan minuman, bahan pelarut organik dan sebagai bahan bakar. Kebutuhan ini akan bertambah banyak dengan adanya kemungkinan alkohol menggantikan minyak bumi sebagai bahan bakar. Dimana bahan bakar dari alkohol ini merupakan bahan bakar yang bersumber dari bahan yang dapat diperbaharui dan tentunya bertolak belakang dengan bahan bakar minyak bumi atau gas yang sekarang digunakan yang lama kelamaan akan semakin habis.

Untuk itu perlu diadakannya alternative tambahan dalam pembutan etanol,untuk memenuhi semua kebutuhan yang semakin meningkat,salah satu nya adalah memenfaatkan limbah cair tepung tapioka yang selama ini hanya dibuang begitu saja.

Etanol yang dibuat dari limbah cair tepung tapioka yang dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan enzim -amilase, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi. Diharapkan dari proses tersebut dapat diperoleh hasil etanol yang terbaik.Tujuan ProgramTujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi terbaik pada proses fermentasi sehingga diperoleh hasil etanol yang optimal.TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Cair Tepung TapiokaLimbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari airnya atau proses pengendapan

Limbah cair industri tapioka memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, selain itu mengandung senyawa sianida yang bersifat toksik. Karena tingginya kandungan bahan organik dalam limbah cair ini, maka pengolahan yang paling sesuai adalah secara biologi. limbah cair sintetis yang dibuat dengan menggunakan bahan baku tepung gaplek, karena memiliki karakteristik yang terdekat dengan limbah cair industri tapioka yang sebenarnya. Karakterisasi limbah cair industri tapioka mendapatkan konsenterasi COD total sebesar 6600 mg/l dan COD terlarut 6507 mg/l, sedangkan konsentrasi senyawa sianida yang terukur 8,27 mg/l (http://www.itb.ac.id/).

Tabel I-2. Kandungan Limbah Cair Tepung TapiokaKomposisiJumlah (mg/lt)

COD

BOD

Total Solid

Total Soluble Starch

Sianida6600

6507

12.500 20.000

5800 8000

8,27

Sumber:http://www.itb.ac.id/Landasan TeoriBahan yang mengandung disakarida pati maupun karbohidrat harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi komponen yang sederhana yaitu monosakarida (Agus krisno, 2002)

PatiHidrolisisGula Fermentasi AlkoholPati adalah polysacharida yang terdiri dari polimer glukosa dengan rumus molekul (C6H10O5). Pati alami terdiri dari dua macam komponen, yaitu amylase dengan kadar 10-20% dan amylopectin dengan kadar 80-90%. Pati yang terkandung dalam limbah cair tepung tapioka dapat diubah menjadi ethanol melalui proses biologi dan kimia (biokimia)Hidrolisis dengan enzymHidrolisis ini dilakukan dengan mengunakan enzym sebagai katalis. Enzym yang digunakan dihasilkan dari mikroba seperti enzym -amylase yang dipakai untuk hidrolisis pati menjadi glukosa dan maltosa (Groggins, 1958).

Proses hidrolisis dipengaruhi dengan beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :

a. Jumlah kandungan karbohidrat pada bahan baku

Kandungan karbohidrat sedikit maka akan menghasilkan glukosa sedikit dan sebaliknya. Pada kandungan suspensi terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan campuran akan meningkat

b. Suhu Hidrolisis

Pada umumnya semakin tinggi suhu, semakin naik laju reaksi baik yang tidak dikatalis maupun yang dikatalis oleh enzim. Akan tetapi jika suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat pemecahan atau perusakan enzim. Tetapi perlu diingat bahwa enzim adalah protein, jadi semakin tinggi suhu proses inaktifasi enzim juga meningkat. Keduanya mempengaruhi laju reaksi enzimatik secara keseluruhan.

Hampir semua enzim mempunyai aktivasi optimal pada suhu 30 C 40 C.

c. pH

pH berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisis, Enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada suatu kisaran pH yang disebut pH optimum. Dimana pH optimum umumnya berkisar antara 4.58. pH optimum suatu enzim berbeda tergantung asal enzim tersebut.

d. Kadar Air

Kadar air dari bahan sangat mempengaruhi laju reaksi enzimatik. Pada kadar air bebas yang rendah terjadi halangan dan rintangan sehingga baik difusi enzim atau substrat terhambat, Akibatnya hidrolisa hanya terejadi pada bagian substrat yang langsung berhubungan dengan enzim (winarno,1994).