kamis, 7 april 2011 menyiapkan pondok idaman pengabdi negara · menyiapkan pondok idaman pengabdi...

1
Menyiapkan Pondok Idaman Pengabdi Negara 9 N N USANTARA USANTARA KAMIS, 7 APRIL 2011 akan digunakan untuk 500 rumah lagi. Rumah sehat sederhana yang sudah dibangun Perum Pe- rumnas adalah rumah tipe 27 dengan luas lahan 180 m2. Harga rumah dipatok pada angka Rp55 juta. Lokasinya yang berjarak sekitar 15 ki- lometer dari pusat kota, bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit dengan kendara- an bermotor karena Tarakan nyaris tidak mengenal macet. “Saya yakin warga tidak akan memprotes pembelian la- han oleh pemerintah untuk pe- rumahan pegawai negeri. Saya ingat, 20 tahun lalu, ada warga yang memberikan 37 hektare lahannya ke pemerintah kota untuk ditata dan dibangun menjadi perumahan. Ia hanya minta satu kaveling dan satu rumah saja,” kata Udin, yakin. Bagi Perum Perumnas, kerja sama dengan Pemkot Tarakan adalah hal terbaik dalam upaya menyediakan rumah sederhana sehat bagi pegawai negeri. Setiap pihak memiliki tang- gung jawab masing-masing. Se- lain lahan, pemkot juga meng- urus perizinan, jalan, salur- an, jaringan pipa air minum, dan jaringan listrik. Perumnas membangun rumah, mengu- rus sertikat, serta membiayai pemasangan sambungan air minum dan listrik. “Selain di Tarakan, pola ini juga sudah dilakukan di Kabu- paten Samosir (Sumatra Utara), Kabupaten Pasaman (Sumatra Barat), dan Kota Pangkalpi- nang (Bangka Belitung),” kata Direktur Pemasaran Perum SUGENG SUMARIYADI U DIN Hianggio ingat persis ketika Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan, Kalimantan Timur, membeli ratusan hektare tanah di Kelu- rahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara. Saat itu, ia ada- lah Ketua DPRD Tarakan. “Pada 2001, harga tanahnya Rp5.000 per meter persegi. Keinginan pemerintah kota langsung disetujui DPRD,” ka- ta Udin, yang kini adalah Wali Kota Tarakan. Pembelian tanah digagas un- tuk menyediakan perumahan bagi pegawai negeri sipil (PNS), termasuk guru. Sekalipun di- kenal sebagai daerah kaya minyak dan gas, banyak PNS yang hingga pensiun di daerah itu tidak memiliki rumah. Pun, tidak sedikit guru yang hanya bisa mendiami rumah di dalam kompleks sekolah. Saat ini, sekitar 4.000 pe- gawai dan guru di kota pulau ini yang belum punya rumah. Ini menjadi beban tersendiri bagi pemkot, juga masyarakat. Alasannya, dengan beban di kepala karena tidak punya pa- pan untuk berlindung, kinerja pegawai tidak akan maksimal. Di atas tanah seluas 112 hek- tare (ha) hasil pembelian itu, Udin pun meminta salah satu pengembang swasta memba- ngun 500 unit rumah. Ia juga menyambut ajakan Perum Perumnas, perusahaan pelat merah, bekerja sama un- tuk membangun 500 unit lain. Lahan yang masih tersisa, juga Rumah sederhana tetap jadi barang mewah bagi para pegawai di daerah kaya di Kalimantan Timur. Sebagai upaya percepatan, pemerintah daerah rela menyediakan lahan untuk rumah abdi negara itu. obligation (PSO) dari pemerin- tah, yang bentuknya adalah infrastruktur prasarana umum lingkungan perumahan. “Bantuan lain juga datang dari Kementerian Pekerjaan Umum berbentuk prasarana pekerjaan umum,” tandas Teddy. Tiga kota utama di Kaliman- tan Timur itu dengan tangan terbuka menyambut kiprah Perum Perumnas. Namun, itu bukan berarti Perumnas telah bekerja tanpa cela. Beberapa kritik masih terlontar. “Perumnas harus bisa meng- ganti pola. Jangan ada lagi rumah yang harus dibongkar total oleh konsumen dan hanya dipakai tanahnya saja,” ungkap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Balikpapan Sur- yanto. (SY/N-4) [email protected] MI/SUGENG SUMARIYADI RUMAH SEDERHANA: Sejumlah rumah tipe sederhana dibangun Perum Perumnas di Balikpapan dan Tarakan, Kalimantan Timur, pekan lalu. Perumnas bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat membangun rumah sederhana, sehat, dan berharga terjangkau, yang diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil. Selain di Tarakan, pola ini juga sudah dilakukan di Samosir, Pasaman, dan Kota Pangkalpinang.” Teddy Robinson Siahaan Direktur Pemasaran Perum Perumnas Pe rumnas Teddy Robinson Siahaan, ketika mengunjungi Tarakan, pekan lalu. Pendekatan juga dilakukan ke sejumlah pemerintah dae- rah. Sudah dua pertiga kepala daerah di Indonesia yang diajak bicara untuk menggulirkan pro gram yang sama. Sinyal positif sudah datang dari Malu- ku, Nusa Tenggara Timur, serta enam daerah di Nusa Tenggara Barat. Balikpapan Sementara itu, pola kerja sama bentuk lain dilakukan Perum Perumnas dengan Pem- kot Balikpapan, juga masih di Kalimantan Timur. Sebuah kompleks perumahan diba- ngun di Kilometer 7, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara. Pemerintah kota menyediakan dan menata lahan, serta mela- pan, kami akan bekerja sama dengan Perumnas untuk me- nyediakan rumah layak bagi warga,” kata Wakil Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi. Ia juga menantang Perumnas untuk ikut memikirkan peles- tarian rumah khas daerah ini yang dibangun di atas air. Ha- nya saja, untuk mempertahan- kannya terbentur masalah makin sulitnya mendapatkan kayu ulin. Kampung di atas air ini dipertahankan di atas areal perairan seluas 3 hektare. “Kami ingin Perumnas me- mikirkan pengganti kayu ulin sebagai fondasi rumah. Bisa saja diganti dengan beton,” lanjut Rizal. Sebelumnya, dengan pola lain, Perumnas merangkul Pemkot Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Kerja sama diteken Oktober 1993. Program ini untuk warga biasa, bukan PNS. Perumnas berkewajiban menyediakan 10 ribu rumah sehat sederhana. Sejumlah rumah dibangun di atas lahan milik pemkot. “Perumnas sudah memba- ngun 3.001 rumah di sejumlah lokasi. Tugas kami di Samarin- da masih panjang,” aku Teddy Robinson. Wali Kota Samarinda Syaha- rie Jaang tak ingin Perumnas bekerja sendiri. Pemkot pun memberi dukungan dengan menyediakan lahan. “Kami masih punya lahan 30 hektare yang bisa digunakan untuk membangun 1.000 rumah.” Gayung pun bersambut. Teddy menjamin kepercayaan terhadap Perumnas adalah pilihan terbaik. Sebagai BUMN, Perumnas bisa mendapat public service kukan perbaikan jalan dan drainase. Perum Perumnas wajib mem- bangun rumah dan menyedia- kan sarana dan prasarana lain. Dengan pola ini, seorang pega- wai negeri harus menyediakan dana Rp70 juta untuk memiliki rumah di Batu Ampar itu. “Di Balikpapan, ada sekitar 5.000 rumah tidak layak huni yang perlu direlokasi. Ke de-

Upload: others

Post on 29-Oct-2019

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Menyiapkan Pondok IdamanPengabdi Negara

9NNUSANTARAUSANTARAKAMIS, 7 APRIL 2011

akan digunakan untuk 500 rumah lagi.

Rumah sehat sederhana yang sudah dibangun Perum Pe-rumnas adalah rumah tipe 27 dengan luas lahan 180 m2.

Harga rumah dipatok pada angka Rp55 juta. Lokasinya yang berjarak sekitar 15 ki-lometer dari pusat kota, bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 30 menit dengan kendara-an bermotor karena Tarakan nyaris tidak mengenal macet.

“Saya yakin warga tidak akan memprotes pembelian la-han oleh pemerintah untuk pe-rumahan pegawai negeri. Saya ingat, 20 tahun lalu, ada warga yang memberikan 37 hektare lahannya ke pemerin tah kota untuk ditata dan dibangun menjadi perumah an. Ia hanya minta satu kave ling dan satu rumah saja,” kata Udin, yakin.

Bagi Perum Perumnas, kerja sama dengan Pemkot Tarakan adalah hal terbaik dalam upaya menyediakan rumah sederhana sehat bagi pegawai negeri.

Setiap pihak memiliki tang-gung jawab masing-masing. Se-lain lahan, pemkot juga meng-urus perizinan, jalan, salur-an, jaringan pipa air minum, dan jaringan listrik. Perumnas membangun rumah, mengu-rus sertifi kat, serta membiayai pemasangan sambungan air mi num dan listrik.

“Selain di Tarakan, pola ini juga sudah dilakukan di Kabu-paten Samosir (Sumatra Utara), Kabupaten Pasaman (Sumatra Barat), dan Kota Pangkalpi-nang (Bangka Belitung),” kata Direktur Pemasaran Perum

SUGENG SUMARIYADI

UD I N H i a n g g i o ingat persis ketika Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan,

Kalimantan Timur, membeli ratusan hektare tanah di Kelu-rahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara. Saat itu, ia ada-lah Ketua DPRD Tarakan.

“Pada 2001, harga tanahnya Rp5.000 per meter persegi. Keinginan pemerintah kota langsung disetujui DPRD,” ka-ta Udin, yang kini adalah Wali Kota Tarakan.

Pembelian tanah digagas un-tuk menyediakan perumahan bagi pegawai negeri sipil (PNS), termasuk guru. Sekalipun di-kenal sebagai daerah kaya mi nyak dan gas, banyak PNS yang hingga pensiun di daerah itu tidak memiliki rumah. Pun, tidak sedikit guru yang hanya bisa mendiami rumah di dalam kompleks sekolah.

Saat ini, sekitar 4.000 pe-gawai dan guru di kota pulau ini yang belum punya rumah. Ini menjadi beban tersendiri bagi pemkot, juga masyarakat. Alasannya, dengan beban di kepala karena tidak punya pa-pan untuk berlindung, kinerja pegawai tidak akan maksimal.

Di atas tanah seluas 112 hek-tare (ha) hasil pembelian itu, Udin pun meminta salah satu pengembang swasta memba-ngun 500 unit rumah.

Ia juga menyambut ajakan Perum Perumnas, perusahaan pelat merah, bekerja sama un-tuk membangun 500 unit lain. Lahan yang masih tersisa, juga

Rumah sederhana tetap jadi barang mewah bagi para pegawai di daerah kaya di Kalimantan Timur. Sebagai upaya percepatan, pemerintah daerah rela menyediakan lahan untuk rumah abdi negara itu.

obligation (PSO) dari pemerin-tah, yang bentuknya adalah infrastruktur prasarana umum lingkungan perumahan.

“Bantuan lain juga datang dari Kementerian Pekerjaan Umum berbentuk prasarana pekerjaan umum,” tandas Teddy.

Tiga kota utama di Kaliman-tan Timur itu dengan tangan terbuka menyambut kiprah Perum Perumnas. Namun, itu bukan berarti Perumnas telah bekerja tanpa cela. Beberapa kritik masih terlontar.

“Perumnas harus bisa meng-ganti pola. Jangan ada lagi rumah yang harus dibongkar total oleh konsumen dan hanya dipakai tanahnya saja,” ungkap Kepala Badan Perencanaan Pem bangunan Balikpapan Sur-yanto. (SY/N-4)

[email protected]

MI/SUGENG SUMARIYADI

RUMAH SEDERHANA: Sejumlah rumah tipe sederhana dibangun Perum Perumnas di Balikpapan dan Tarakan, Kalimantan Timur, pekan lalu. Perumnas bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat membangun rumah sederhana, sehat, dan berharga terjangkau, yang diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil.

Selain di Tarakan, pola ini juga

sudah dilakukan di Samosir, Pasaman, dan Kota Pangkalpinang.”Teddy Robinson Sia haanDirektur Pemasaran Perum Pe rumnas

Pe rumnas Teddy Robinson Sia haan, ketika mengunjungi Tarakan, pekan lalu.

Pendekatan juga dilakukan ke sejumlah pemerintah dae-rah. Sudah dua pertiga kepala daerah di Indonesia yang diajak bicara untuk menggulirkan pro gram yang sama. Sinyal positif sudah datang dari Malu-ku, Nusa Tenggara Timur, serta enam daerah di Nusa Tenggara Barat.

BalikpapanSementara itu, pola kerja

sa ma bentuk lain dilakukan Perum Perumnas dengan Pem-kot Balikpapan, juga masih di Kalimantan Timur. Sebuah kompleks perumahan diba-ngun di Kilometer 7, Kelurahan Batu Ampar, Balikpapan Utara. Pemerintah kota menyediakan dan menata lahan, serta mela-

pan, kami akan bekerja sama dengan Perumnas untuk me-nyediakan rumah layak bagi warga,” kata Wakil Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.

Ia juga menantang Perumnas untuk ikut memikirkan peles-tarian rumah khas daerah ini yang dibangun di atas air. Ha-nya saja, untuk mempertahan-kannya terbentur masalah ma kin sulitnya mendapatkan kayu ulin. Kampung di atas air ini dipertahankan di atas areal perairan seluas 3 hektare.

“Kami ingin Perumnas me-mikirkan pengganti kayu ulin sebagai fondasi rumah. Bisa saja diganti dengan beton,” lanjut Rizal.

Sebelumnya, dengan pola lain, Perumnas merangkul Pemkot Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. Kerja sama diteken Oktober 1993. Program

ini untuk warga biasa, bukan PNS. Perumnas berkewajiban menyediakan 10 ribu rumah sehat sederhana. Sejumlah rumah dibangun di atas lahan milik pemkot.

“Perumnas sudah memba-ngun 3.001 rumah di sejumlah lokasi. Tugas kami di Samarin-da masih panjang,” aku Teddy Robinson.

Wali Kota Samarinda Syaha-rie Jaang tak ingin Perumnas bekerja sendiri. Pemkot pun memberi dukungan dengan menyediakan lahan. “Kami masih punya lahan 30 hektare yang bisa digunakan untuk membangun 1.000 rumah.”

Gayung pun bersambut. Ted dy menjamin kepercayaan terhadap Perumnas adalah pilihan terbaik.

Sebagai BUMN, Perumnas bisa mendapat public service

kukan perbaikan jalan dan drai nase.

Perum Perumnas wajib mem-bangun rumah dan menyedia-kan sarana dan prasarana lain. Dengan pola ini, seorang pega-wai negeri harus menyediakan dana Rp70 juta untuk memiliki rumah di Batu Ampar itu.

“Di Balikpapan, ada sekitar 5.000 rumah tidak layak huni yang perlu direlokasi. Ke de-