kamis, 15 desember 2011 saatnya madura menatap … · pria asli surabaya itu. ke tengah-tengah...

1
9 N N USANTARA USANTARA KAMIS, 15 DESEMBER 2011 Saatnya Madura Menatap Cahaya MOHAMMAD GHOZI P RIANTI Gadarin Djat- miko Singgih gundah. Diplomat itu menge- luhkan ketiadaan ho- tel berstandar internasional di Madura. “Saya pernah mengajak te- man-teman untuk menyaksikan karapan sapi. Namun, untuk menginap, kami harus kembali ke Surabaya,” kata perempuan berdarah Madura itu. Bulan lalu, calon duta besar Indonesia untuk Venezuela itu mendatangi kantor Badan Pelaksana-Badan Pengembang- an Wilayah Surabaya-Madura (Bapel-BPWS). Ia datang ber- sama 11 calon duta besar Indo- nesia lainnya. “Kami datang untuk menge- tahui lebih dalam soal Jem- batan Suramadu dan rencana pengembangan kawasan Surabaya-Madura. Setelah ini, kami akan berusaha membantu mempromosikan kepada inves- tor di tempat kami bertugas,” kata wakil para calon duta besar, Safzen Noerdin. Senada dengan kegelisah- an Gadarin, pemerintah pun berhasrat melakukan perce- patan pembangunan demi me nyejahterakan warga di Pulau Madura, yang secara teritorial terbagi dalam empat kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Salah satu upaya yang dilakukan ialah memba- ngun jembatan penghubung Jawa-Madura, yang sebenarnya sudah digagas sejak 1960-an oleh almarhum Sedyatmo. Jembatan Suramadu (Suraba- ya-Madura) mulai dibangun pada Agustus 2003. Enam ta- hun kemudian, pada Juni 2009 jembatan sepanjang 5.438 meter itu kelar dan mulai dioperasi- kan. Cukupkah? Ternyata tidak. Demi kemajuan Madura, peme- rintah melengkapi keberadaan jembatan dengan membentuk Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura. Tujuannya, mempercepat pengembang- an Surabaya–Madura sebagai pusat pertumbuhan perekono- mian baru di Jawa Timur. Payung hukum pun diter- bitkan, yakni Peraturan Pre- siden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan BPWS dan disempurnakan dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009. “Kami wajib melakukan pe- ngembangan pada tiga kawas- an, yakni pada kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya, Ma- dura, dan kawasan khusus di utara Pulau Madura,” kata Kepala Badan Pelaksana BPWS Mohammad Irian. Pengembangan awal akan di- lakukan di kawasan Madura, di areal seluas 600 hektare. BPWS akan membangun kawasan rest area dan wisata, kawasan industri dan permukiman, serta kawasan bisnis dan per- dagangan. Ada juga rencana untuk membangun masjid besar seba- gai landmark dan pintu gerbang Pulau Madura, yang dikenal agamais. Di pantai utara Madu- ra, ada rencana pembangunan pelabuhan peti kemas bertaraf internasional. “Kami juga berkewajiban melakukan program fasilitasi dan stimulasi untuk pulau kecil karena Madura memiliki 126 pulau kecil. Kegiatan di sana ialah pengembangan pelabuh- an dan pengembangan listrik,” lanjut Irian. Silaturahim Target itu bukan pekerjaan ringan bagi sebuah badan yang baru dibentuk. Disadari pula bahwa membuat Madura maju tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu, pagi-pagi Irian sudah menyiapkan strategi. Sebagai garis depan, yang ia pi- lih adalah silaturahim. Ia setia mendatangi empat pemimpin kabupaten serta sowan kepada tokoh agama dan tokoh ma- syarakat. “Semua perencanaan berba- sis koordinasi dengan peme- rintah kabupaten, provinsi, dan pusat sehingga tidak ada benturan perencanaan, tapi justru jadi pendorong,” papar pria asli Surabaya itu. Ke tengah-tengah masya- rakat, BPWS berkonsentrasi menyiapkan sumber daya ma- nusia di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah, pariwisa- ta, serta keterampilan kriya logam untuk santri. BPWS pun sudah melatih guru dan ustaz dalam memanfaatkan teknologi informasi dan pengembangan manajemen pondok pesan- tren. Keterlibatan putra Madura di tubuh BPWS, sejak dini, sudah diwadahi. Mereka menduduki posisi pimpinan dan staf. Jum- lahnya mencapai 40% dari 150 karyawan BPWS. Irian mengungkapkan, da- lam rencana induk, BPWS telah melakukan pemetaan terhadap kawasan potensial, salah satunya potensi sumber daya alam. Ia menjelaskan banyak po- tensi yang bisa dikembangkan, seperti sektor pertanian, perke- bunan, perikanan, pertambang- an, dan gas bumi. Irian optimistis Madura bisa maju. Pasalnya, di semua sek- tor, Madura punya potensi. Di sektor pertanian, misal- nya, empat kabupaten yang ada memiliki komoditas potensial seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Pun demikian di sektor perkebun- an, ada kelapa, tembakau, jambu mete, dan kapuk. Dari sektor peternakan, Ma- dura punya ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Sapi jadi unggulannya. “Saya juga melihat sektor perikanan bisa menjadi pen- dorong pertumbuhan ekonomi tinggi karena menimbulkan multiplier effect terhadap ke- giatan lain seperti industri, pelabuhan, perdagangan, dan jasa,” sambung Irian. Habis? ternyata tidak. Po- tensi lain yang dimiliki Madura adalah pertambangan, dengan adanya kandungan berlimpah pasir kuarsa kalsit di Pame- kasan. Ada juga potensi gas bumi di Bangkalan, Sampang, Pa- mekasan, dan Sumenep. Yang juga tidak bisa dilupakan ialah potensi air laut yang bisa meng- hasilkan garam berkualitas tinggi. Madura juga diuntungkan karena memiliki potensi sum- ber daya manusia unggulan. “Ciri khas warga Madura ada- lah ulet, pekerja keras, dan kuat dalam pendirian,” puji Irian. Kemajuan Madura memang sudah di depan mata. Sejak Jembatan Suramadu diopera- sikan, seperti diungkapkan Budi Santoso, salah satu kepala bidang pada Badan Perenca- naan dan Pembangunan Jawa Timur, jumlah pengangguran di Madura mengalami penu- runan. Dukungan juga dilontarkan anggota Komisi V DPR Ach- mad Syai, yang meyakini ke- beradaan Jembatan Suramadu telah memberikan dampak positif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Madura. “Sekarang, yang kita tunggu adalah kiprah BPWS mengelola dan mengembangkan wilayah sekitar Suramadu.” Dari Madura sendiri, Sek- retaris Kabupaten Pameka- san Hadi Soewarso berharap BPWS bisa segera mendorong akselerasi pembangunan di Madura. “Kami berharap pembangun- an di Madura tidak terkesan terpusat di satu kabupaten tertentu saja,” tandasnya. Soal kendala, Irian menyadari pasti ada. “Semua pasti melalui proses yang tidak mudah. Tapi, dengan dukungan pemerintah kabupaten, tokoh, dan semua pihak, pengembangan kawasan Suramadu pasti terlaksana,” tekadnya. (N-2) [email protected] Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura mendapat tugas melakukan percepatan pembangunan kawasan kaki Jembatan Suramadu. Madura maju sudah di depan mata. JEMBATAN SURAMADU: Pemandangan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dan Pulau Madura dengan melintasi selat, di Jawa Timur, beberapa waktu lalu. MI/GHOZI I NDONESIA dikaruniai Tuhan sumber daya air yang melimpah, hal ini ditandai dengan banyaknya sungai. Namun distribusi berpola musiman dan kondisi geologi yang berbeda-beda, aliran sungai di negara kita menjadi beragam. Kondisi geologi dan iklim tropis di Indonesia mengakibatkan tingkat pelapukan terhadap batuan sangat tinggi, demikian juga dengan aktifitas erosi dan sedimentasi. Sementara jumlah penduduk di Indonesia tumbuh pesat, sehingga lahan di sekitar sungai banyak dimanfaatkan untuk kegiatan manusia. Namun, akibat dari pemanfaatan ini terjadilah penurunan fungsi sungai, dan terjadilah penyempitan, pendangkalan dan pencemaran sungai. Karena itu untuk kepentingan masa depan, hal itu perlu dikendalikan agar dapat dicapai keadaan yang harmonis dan berkelanjutan antara fungsi dan kehidupan manusia. Hal itu dimungkinkan dengan adanya PP No 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Dengan PP itu diharapkan pelaksanaan upaya konservasi, pengembangan, dan pengendalian daya rusak air dapat di laksanakan dengan baik. Salah satu amanat dalam PP No 38 Tahun 2011 adalah melindungi sungai agar tidak tercemar. Penyebab utama pencemaran ini adalah air limbah dan sampah. Kecenderungan masyarakat menjadikan sungai sebagai tempat membuang limbah ini harus dihentikan, sebab dampak yang ditimbulkan adalah kerugian berkepanjangan. Contohnya adalah mati atau hilangnya kehidupan flora dan fauna yang bisa mengancam keseimbangan ekosistem. Salah satu cara untuk melindungi dan melestarikan fungsi sungai adalah dengan menetapkan sempadan sungai. Dalam PP No 38 Tahun 2011 juga mengatur tentang sempadan sungai. Sempadan sungai ini salah satunya terkait dengan pengaturan pemanfaatan sungai, khususnya lahan dataran banjir. Kekurang pahaman ini dapat menimbulkan kerugian yang timbul akibat daya rusak air. Secara alami dataran banjir adalah ruang untuk air sungai pada saat banjir. Selain itu, pada daerah bagian hulu, perubahan penutup lahan dari yang sifatnya alami menjadi atap bangunan dan lapisan kedap air dapat mengakibatkan infilterasi air hujan pun ke dalam tanah berkurang, sehingga aliran air di permukaan tanah menjadi lebih besar, dan akan mengakibatkan banjir pada hilir. Karena itu, perlu adanya pengelolaan banjir terpadu yang melibatkan seluruh masyarakat di dalam daerah aliran sungai. Upays ysng dilakukan bisa secara fisik dan non fisik. Secara fisik, adalah dengan membangun prasarana seperti bendungan, tanggul, peningkatan kapasitas alur atau pengalihan debit banjir. Sedangkan upaya non fisik adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan sungai. Keterlibatan masyarakat yang paling nyata adalah gerakan peduli sungai dengan program perlindungan alur sungai dan pencegahan pencemaran sungai yang dilakukan oleh masyarakat. (S-25) Sungai, Pemerintah dan Masyarakat Kita Sungai Bengawan Solo DOK SDA

Upload: vuongtu

Post on 06-May-2018

224 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAMIS, 15 DESEMBER 2011 Saatnya Madura Menatap … · pria asli Surabaya itu. Ke tengah-tengah masya-rakat, BPWS berkonsentrasi ... Pasalnya, di semua sek-tor, Madura punya potensi

9NNUSANTARAUSANTARAKAMIS, 15 DESEMBER 2011

Saatnya Madura Menatap Cahaya

MOHAMMAD GHOZI

PRIANTI Gadarin Djat-miko Singgih gundah. Diplomat itu menge-luhkan ketiadaan ho-

tel berstandar internasional di Madura.

“Saya pernah mengajak te-man-teman untuk menyaksikan karapan sapi. Namun, untuk menginap, kami harus kembali ke Surabaya,” kata perempuan berdarah Madura itu.

Bulan lalu, calon duta besar Indonesia untuk Venezuela itu mendatangi kantor Badan Pelaksana-Badan Pengembang-an Wilayah Surabaya-Madura (Bapel-BPWS). Ia datang ber-sama 11 calon duta besar Indo-nesia lainnya.

“Kami datang untuk menge-tahui lebih dalam soal Jem-batan Suramadu dan rencana pengembangan kawasan Surabaya-Madura. Setelah ini, kami akan berusaha membantu mempromosikan kepada inves-tor di tempat kami bertugas,” kata wakil para calon duta besar, Safzen Noerdin.

Senada dengan kegelisah-an Gadarin, pemerintah pun berhasrat melakukan perce-patan pembangunan demi me nyejahterakan warga di Pulau Madura, yang secara teritorial terbagi dalam empat kabupaten, yakni Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan

Sumenep. Salah satu upaya yang dilakukan ialah memba-ngun jembatan penghubung Jawa-Madura, yang sebenarnya sudah digagas sejak 1960-an oleh almarhum Sedyatmo.

Jembatan Suramadu (Suraba-ya-Madura) mulai dibangun pada Agustus 2003. Enam ta-hun kemudian, pada Juni 2009 jembatan sepanjang 5.438 meter itu kelar dan mulai dioperasi-kan.

Cukupkah? Ternyata tidak. Demi kemajuan Madura, peme-rintah melengkapi keberadaan jembatan dengan membentuk Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura. Tujuannya, mempercepat pengembang-an Surabaya–Madura sebagai pusat pertumbuhan perekono-mian baru di Jawa Timur.

Payung hukum pun diter-bitkan, yakni Peraturan Pre-siden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan BPWS dan disempurnakan dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009.

“Kami wajib melakukan pe-ngembangan pada tiga kawas-an, yakni pada kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya, Ma-dura, dan kawasan khusus di utara Pulau Madura,” kata Kepala Badan Pelaksana BPWS Mohammad Irian.

Pengembangan awal akan di-lakukan di kawasan Madura, di areal seluas 600 hektare. BPWS

akan membangun kawasan rest area dan wisata, kawasan industri dan permukiman, serta kawasan bisnis dan per-dagangan.

Ada juga rencana untuk membangun masjid besar seba-gai landmark dan pintu gerbang Pulau Madura, yang dikenal agamais. Di pantai utara Madu-ra, ada rencana pembangunan pelabuhan peti kemas bertaraf internasional.

“Kami juga berkewajiban melakukan program fasilitasi dan stimulasi untuk pulau kecil karena Madura memiliki 126 pulau kecil. Kegiatan di sana ialah pengembangan pelabuh-an dan pengembangan listrik,” lanjut Irian.

SilaturahimTarget itu bukan pekerjaan

ringan bagi sebuah badan yang baru dibentuk. Disadari pula bahwa membuat Madura maju tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Karena itu, pagi-pagi Irian sudah menyiapkan strategi. Sebagai garis depan, yang ia pi-lih adalah silaturahim. Ia setia mendatangi empat pemimpin kabupaten serta sowan kepada tokoh agama dan tokoh ma-syarakat.

“Semua perencanaan berba-sis koordinasi dengan peme-rintah kabupaten, provinsi, dan pusat sehingga tidak ada

benturan perencanaan, tapi justru jadi pendorong,” papar pria asli Surabaya itu.

Ke tengah-tengah masya-rakat, BPWS berkonsentrasi menyiapkan sumber daya ma-nusia di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah, pariwisa-ta, serta keterampilan kriya logam untuk santri. BPWS pun sudah melatih guru dan ustaz dalam memanfaatkan teknologi informasi dan pengembangan manajemen pondok pesan-tren.

Keterlibatan putra Madura di tubuh BPWS, sejak dini, sudah diwadahi. Mereka menduduki posisi pimpinan dan staf. Jum-lahnya mencapai 40% dari 150 karyawan BPWS.

Irian mengungkapkan, da-lam rencana induk, BPWS telah melakukan pemetaan terhadap kawasan potensial, salah satunya potensi sumber daya alam.

Ia menjelaskan banyak po-tensi yang bisa dikembangkan,

seperti sektor pertanian, perke-bunan, perikanan, pertambang-an, dan gas bumi.

Irian optimistis Madura bisa maju. Pasalnya, di semua sek-tor, Madura punya potensi.

Di sektor pertanian, misal-nya, empat kabupaten yang ada memiliki komoditas potensial seperti padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Pun demikian di sektor perkebun-an, ada kelapa, tembakau, jambu mete, dan kapuk.

Dari sektor peternakan, Ma-dura punya ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Sapi jadi unggulannya.

“Saya juga melihat sektor perikanan bisa menjadi pen-dorong pertumbuhan ekonomi tinggi karena menimbulkan multiplier effect terhadap ke-giatan lain seperti industri, pelabuhan, perdagangan, dan jasa,” sambung Irian.

Habis? ternyata tidak. Po-tensi lain yang dimiliki Madura

adalah pertambangan, dengan adanya kandungan berlimpah pasir kuarsa kalsit di Pame-kasan.

Ada juga potensi gas bumi di Bangkalan, Sampang, Pa-mekasan, dan Sumenep. Yang juga tidak bisa dilupakan ialah potensi air laut yang bisa meng-hasilkan garam berkualitas tinggi.

Madura juga diuntungkan karena memiliki potensi sum-ber daya manusia unggulan. “Ciri khas warga Madura ada-lah ulet, pekerja keras, dan kuat dalam pendirian,” puji Irian.

Kemajuan Madura memang sudah di depan mata. Sejak Jembatan Suramadu diopera-sikan, seperti diungkapkan Budi Santoso, salah satu kepala bidang pada Badan Perenca-naan dan Pembangunan Jawa Timur, jumlah pengangguran di Madura mengalami penu-runan.

Dukungan juga dilontarkan anggota Komisi V DPR Ach-

mad Syafi i, yang meyakini ke-beradaan Jembatan Suramadu telah memberikan dampak positif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Madura. “Sekarang, yang kita tunggu adalah kiprah BPWS mengelola dan mengembangkan wilayah sekitar Suramadu.”

Dari Madura sendiri, Sek-retaris Kabupaten Pameka-san Hadi Soewarso berharap BPWS bisa segera mendorong akselerasi pembangunan di Madura.

“Kami berharap pembangun-an di Madura tidak terkesan terpusat di satu kabupaten tertentu saja,” tandasnya.

Soal kendala, Irian menyadari pasti ada. “Semua pasti melalui proses yang tidak mudah. Tapi, dengan dukungan pemerintah kabupaten, tokoh, dan semua pihak, pengembangan kawasan Suramadu pasti terlaksana,” tekadnya. (N-2)

[email protected]

Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura mendapat tugas melakukan percepatan pembangunan kawasan kaki Jembatan

Suramadu. Madura maju sudah di depan mata.JEMBATAN SURAMADU: Pemandangan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dan Pulau Madura dengan melintasi selat, di Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

MI/GHOZI

INDONESIA dikaruniai Tuhan sumber daya air yang melimpah, hal ini ditandai dengan banyaknya sungai. Namun distribusi berpola musiman dan kondisi geologi yang berbeda-beda, aliran sungai di negara kita menjadi beragam.

Kondisi geologi dan iklim tropis di Indonesia mengakibatkan tingkat pelapukan terhadap batuan sangat tinggi, demikian juga dengan aktifitas erosi dan sedimentasi. Sementara jumlah penduduk di Indonesia tumbuh pesat, sehingga lahan di sekitar sungai banyak dimanfaatkan untuk kegiatan manusia.

Namun, akibat dari pemanfaatan ini terjadilah penurunan fungsi sungai, dan terjadilah penyempitan, pendangkalan dan pencemaran sungai.

Karena itu untuk kepentingan masa depan, hal itu perlu dikendalikan agar dapat dicapai keadaan yang harmonis dan berkelanjutan antara fungsi dan kehidupan manusia. Hal itu dimungkinkan dengan adanya PP No 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Dengan PP itu diharapkan pelaksanaan upaya konservasi, pengembangan, dan pengendalian daya rusak air dapat di laksanakan dengan baik.

Salah satu amanat dalam PP No 38 Tahun 2011 adalah melindungi sungai agar tidak tercemar. Penyebab utama pencemaran ini adalah air limbah dan sampah. Kecenderungan masyarakat menjadikan sungai sebagai tempat membuang limbah ini harus dihentikan, sebab dampak yang ditimbulkan adalah kerugian berkepanjangan. Contohnya adalah mati atau hilangnya

kehidupan flora dan fauna yang bisa mengancam keseimbangan ekosistem. Salah satu cara untuk melindungi dan melestarikan fungsi sungai adalah dengan menetapkan sempadan sungai.

Dalam PP No 38 Tahun 2011 juga mengatur tentang sempadan sungai. Sempadan sungai ini salah satunya terkait dengan pengaturan pemanfaatan sungai, khususnya lahan dataran banjir. Kekurang pahaman ini dapat menimbulkan kerugian yang timbul akibat daya rusak air. Secara alami dataran banjir adalah ruang untuk air sungai pada saat banjir.

Selain itu, pada daerah bagian hulu, perubahan penutup lahan dari yang sifatnya alami menjadi atap bangunan dan lapisan kedap air dapat mengakibatkan infilterasi air hujan pun ke dalam tanah berkurang, sehingga aliran air di permukaan tanah menjadi lebih besar, dan akan mengakibatkan banjir pada hilir.

Karena itu, perlu adanya pengelolaan banjir terpadu yang melibatkan seluruh masyarakat di dalam daerah aliran sungai. Upays ysng dilakukan bisa secara fisik dan non fisik. Secara fisik, adalah dengan membangun prasarana seperti bendungan, tanggul, peningkatan kapasitas alur atau pengalihan debit banjir. Sedangkan upaya non fisik adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan sungai.

Keterlibatan masyarakat yang paling nyata adalah gerakan peduli sungai dengan program perlindungan alur sungai dan pencegahan pencemaran sungai yang dilakukan oleh masyarakat. (S-25)

Sungai, Pemerintah dan Masyarakat KitaSungai Bengawan Solo DOK SDA