kajian standardisasi bidang olahraga1

17
Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42 26 KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA 1 Biatna Dulbert T. dan Wahyu Widyatmoko Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi, BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lt 4 Jl. Gatot Subroto Senayan 10270 [email protected], [email protected] Diajukan: 22 Februari 2010, Diterima: 18 Maret 2010 Abstrak Sistem Keolahragaan Nasional adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) seperti yang tertuang dalam UU No. 3 tahun 2005 perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan standar dibidang keolahragaan, sistem sertifikasi dan sistem akreditasi. Sistem standardisasi dibidang keolahragaan nasional tersebut harus terselenggara dengan baik agar dapat diimplementasikan oleh pelaku olahraga yang menghasilkan olahragawan yang berprestasi didukung sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar internasional sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional Indonesia. Perlunya menentukan cabang olahraga perioritas melalui pengumpulan data- data hasil perolehan medali pada event pertandingan Olimpiade, Asian Games dan SEA Games, kemudian dikompilasi dan dianalisis dengan pembobotan. Dalam penentuan prioritas cabang olahraga didasarkan pada tingkat event pertandingan yang diikuti dan prestasi medali pada pertandingan tersebut. Cabang olahraga perioritas yang diperoleh berdasarkan total score prestasi adalah Atletik, Bulu Tangkis, Angkat Besi, Renang, Karate, Judo, Panahan, Olahraga Air, Menembak, dan Tenis. Observasi lapangan dilakukan di tiga tempat yaitu Propinsi Kalimantan Timur sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON XVII, Propinsi Riau sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON yang akan datang dan Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki fasilitas olahraga yang memadai. Hasil observasi bahwa keterbatasan informasi tentang standar yang menjadi acuan dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang sangat minim baik standar nasional maupun international sehingga pengadaan penyediaan sarana dan prasarana tersebut belum tertulis secara detail dan jelas dan sebagian organisasi Dispora baru terbentuk sehingga masih lebih menfokuskan pada pengembangan struktur organisasinya. Identifikasi standar dilakukan berdasarkan jenis standar dan jenis olahraga yang ada serta dipertandingkan di Indonesia. Jenis standar yang diutamakan adalah jenis standar produk, dengan pertimbangan standar pengujian dan lainnya akan mengikuti setelah standar produk ditetapkan. Kajian ini merekomendasikan 25 draft standar produk terkait bidang olahraga sebagai usulan. Kata kunci: standar olahraga, prestasi, sistem keolahragaan Abstract Study on Sport Standardizato National Sport System is the whole aspect of sports which are interrelated in a planned, systematic, integrated, and sustainable as a whole, including regulation, education, training, management, coaching, development and supervision to achieve objectives of national sports. National Sports System (SKN) as set out in Law no.3 2005 (UU No. 3 tahun 2005) have to be followed up with the development of sport and related standards, certification and accreditation systems. Standardization system in the national sport should be well established to be implemented by the sport actors to produce achiever athletes are supported by adequate infrastructure and facilities which meet international standards so that they can contribute to national development of Indonesia. The need to determine the superiority sports through colecting data of medal gathering at the Olympic Games, Asian Games and SEA Games, and then the data is compiled and analyzed by weighting. In determining priority based on the level of the match sports events that followed and achievement of medals at these games. Sports superiority obtained based on the total score for achievement are Athletics, Badminton, weightlifting, Swimming, Karate, Judo, Archery, Water Sports, Shooting and Tennis. Observations conducted at three sites, East Kalimantan as a host of National Sport Party (PON) XVII, Riau as a host of next PON and South Sulawesi which have adequate sports facilities. The the observation result is that the limited information about the standard reference in the provision of sports facilities and infrastructure are very low both national and international standards so that procurement of equipment and infrastructure provision is not written in detail and clear, and some new Dispora organizations which are formed still more focused on the development of organization structures. Standard identification is conducted based on the type of standards and the type of sports which are exist and played in Indonesia. Type of preferred standard is product standard, with consideration of testing standards and other will follow after the product standards are established. This study recommends 25 drafts of product standard related sports as proposed. Keywords: standard of sport, achievementi, sports system 1 Kajian ini dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Departemen Pendidikan Nasional dalam Program Hibah Penelitian untuk Peneliti dan Perekayasa sesuai Prioritas Nasional di BSN

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

26

KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Biatna Dulbert T. dan Wahyu Widyatmoko

Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi, BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV Lt 4 Jl. Gatot Subroto Senayan 10270

[email protected], [email protected]

Diajukan: 22 Februari 2010, Diterima: 18 Maret 2010

Abstrak Sistem Keolahragaan Nasional adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) seperti yang tertuang dalam UU No. 3 tahun 2005 perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan standar dibidang keolahragaan, sistem sertifikasi dan sistem akreditasi. Sistem standardisasi dibidang keolahragaan nasional tersebut harus terselenggara dengan baik agar dapat diimplementasikan oleh pelaku olahraga yang menghasilkan olahragawan yang berprestasi didukung sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar internasional sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional Indonesia. Perlunya menentukan cabang olahraga perioritas melalui pengumpulan data-data hasil perolehan medali pada event pertandingan Olimpiade, Asian Games dan SEA Games, kemudian dikompilasi dan dianalisis dengan pembobotan. Dalam penentuan prioritas cabang olahraga didasarkan pada tingkat event pertandingan yang diikuti dan prestasi medali pada pertandingan tersebut. Cabang olahraga perioritas yang diperoleh berdasarkan total score prestasi adalah Atletik, Bulu Tangkis, Angkat Besi, Renang, Karate, Judo, Panahan, Olahraga Air, Menembak, dan Tenis. Observasi lapangan dilakukan di tiga tempat yaitu Propinsi Kalimantan Timur sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON XVII, Propinsi Riau sebagai tuan rumah penyelenggaraan PON yang akan datang dan Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki fasilitas olahraga yang memadai. Hasil observasi bahwa keterbatasan informasi tentang standar yang menjadi acuan dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang sangat minim baik standar nasional maupun international sehingga pengadaan penyediaan sarana dan prasarana tersebut belum tertulis secara detail dan jelas dan sebagian organisasi Dispora baru terbentuk sehingga masih lebih menfokuskan pada pengembangan struktur organisasinya. Identifikasi standar dilakukan berdasarkan jenis standar dan jenis olahraga yang ada serta dipertandingkan di Indonesia. Jenis standar yang diutamakan adalah jenis standar produk, dengan pertimbangan standar pengujian dan lainnya akan mengikuti setelah standar produk ditetapkan. Kajian ini merekomendasikan 25 draft standar produk terkait bidang olahraga sebagai usulan. Kata kunci: standar olahraga, prestasi, sistem keolahragaan

Abstract Study on Sport Standardizato

National Sport System is the whole aspect of sports which are interrelated in a planned, systematic, integrated, and sustainable as a whole, including regulation, education, training, management, coaching, development and supervision to achieve objectives of national sports. National Sports System (SKN) as set out in Law no.3 2005 (UU No. 3 tahun 2005) have to be followed up with the development of sport and related standards, certification and accreditation systems. Standardization system in the national sport should be well established to be implemented by the sport actors to produce achiever athletes are supported by adequate infrastructure and facilities which meet international standards so that they can contribute to national development of Indonesia. The need to determine the superiority sports through colecting data of medal gathering at the Olympic Games, Asian Games and SEA Games, and then the data is compiled and analyzed by weighting. In determining priority based on the level of the match sports events that followed and achievement of medals at these games. Sports superiority obtained based on the total score for achievement are Athletics, Badminton, weightlifting, Swimming, Karate, Judo, Archery, Water Sports, Shooting and Tennis. Observations conducted at three sites, East Kalimantan as a host of National Sport Party (PON) XVII, Riau as a host of next PON and South Sulawesi which have adequate sports facilities. The the observation result is that the limited information about the standard reference in the provision of sports facilities and infrastructure are very low both national and international standards so that procurement of equipment and infrastructure provision is not written in detail and clear, and some new Dispora organizations which are formed still more focused on the development of organization structures. Standard identification is conducted based on the type of standards and the type of sports which are exist and played in Indonesia. Type of preferred standard is product standard, with consideration of testing standards and other will follow after the product standards are established. This study recommends 25 drafts of product standard related sports as proposed. Keywords: standard of sport, achievementi, sports system 1 Kajian ini dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Departemen Pendidikan Nasional dalam Program Hibah Penelitian untuk Peneliti dan Perekayasa sesuai Prioritas Nasional di BSN

Page 2: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

27

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu produk saja, namun juga pelayanan (jasa). Indonesia memerlukan standar nasional dengan mutu yang makin meningkat dan dapat memenuhi persyaratan internasional untuk menunjang tercapainya tujuan strategis. Terkait dengan hal tersebut, maka di bidang keolahragaan perlu adanya jaminan terhadap kompetensi personel melalui bukti pengakuan terhadap kompetensi profesi dibidang keolahragaan yang dikeluarkan oleh Kementrian Negara Pemuda dan Olah Raga. Komitmen Indonesia untuk membangun sistem keolahragaan nasional yang berbasis kompetensi yang dituangkan dalam UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan standar di bidang keolahragaan, sistem sertifikasi dan sistem akreditasi. Sistem Keolahragaan Nasional adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Sistem standardisasi di bidang keolahragaan nasional harus terselenggara dengan baik agar dapat diimplementasikan oleh pelaku olahraga sehingga dapat menghasilkan para olahragawan yang berprestasi didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar internasional untuk penyelenggaraan even olahraga internasional dan berkembangnya industri dibidang olahraga di Indonesia. 1.2 Maksud dan Tujuan Fenomena yang terjadi saat ini adalah terlihat bahwa sistem keolahragaan nasional belum berjalan dengan baik, khususnya terkait Standardisasi, akreditasi dan sertifikasi yang meliputi standar kompetensi personel, standar sarana dan prasarana serta sistem sertifikasi dan akreditasi secara terpadu, transparan dan profesional untuk meningkatkan kompetensi bagi pelaku olahraga di Indonesia. Kegiatan/

Hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah terbentuknya suatu sistem standardisasi keolahragaan nasional yang baik dan dapat diterapkan sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional Indonesia.

observasi lapangan ini adalah untuk mengetahui sistem keolahragaan dan penerapan standar sarana dan prasarana yang ada di beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Riau khususnya untuk melihat kondisi sarana dan prasarana olahraga apakah telah memenuhi standar atau belum, sehingga hasil obeservasi ini dapat memberikan

masukan kepada pemerintah atau badan pengelola olahraga untuk bisa dipakai sebagai venue/tempat penyelenggaraan keolahragaan yang bersifat nasional maupun internasional.

2. ISTILAH DAN DEFINISI 2.1 Pedoman Badan Standardisasi dan

Akreditasi Nasional Keolahragaan a. Badan Standardisasi dan Akreditasi

Nasional Keolahragaan (BSANK), adalah lembaga mandiri yang bertanggungjawab terhadap pengembangan, pemantauan dan pelaporan pencapaian standar nasional keolahragaan.

b. Sertifikat Akreditasi, adalah dokumen resmi yang diberikan oleh BSANK untuk menyatakan bahwa suatu lembaga sertifikasi telah memenuhi standar akreditasi.

c. Asesmen, adalah suatu kegiatan yang terkait dengan proses akreditasi untuk menilai kompetensi suatu lembaga sertifikasi dalam memenuhi persyaratan suatu standar atau ketentuan lainnya yang ditentukan dalam ruang lingkup akreditasi.

d. Lembaga Sertifikasi, adalah lembaga yang melaksanakan sertifikasi kesesuaian. Lembaga yang dimaksud yaitu: • Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Tenaga Keolahragaan • Lembaga Sertifikasi Kelayakan

Prasarana dan Sarana Olahraga • Lembaga Sertifikasi Kelayakan

Organisasi Olahraga Penyelenggara Keolahragaan

e. Survailen, adalah kegiatan penilaian kesesuaian yang dilakukan secara sistematik dan berulang sebagai dasar untuk memelihara validitas pernyataan kesesuaian

f. Sertifikasi, adalah proses pemberian pengakuan atas pemenuhan standar nasional keolahragaan

g. Asesor, adalah seseorang yang memenuhi kompetensi yang ditunjuk oleh BSANK untuk melakukan asesmen terhadap lembaga sertifikasi yang diakreditasi

Page 3: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

28

h. Perluasan akreditasi, adalah proses memperbesar ruang lingkup akreditasi

i. Penundaan, adalah pembekuan sementara validitas pernyataan kesesuaian, baik terhadap seluruh atau terhadap sebagian lingkup penetapan

j. Uji Kompetensi, adalah kegiatan melakukan pengukuran kemampuan minimal yang dipersyaratkan bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas tertentu

k. Standar Kompetensi, adalah standar nasional kemampuan minimal seseorang untuk dapat dinyatakan lulus dalam uji kompetensi

l. Tenaga Keolahragaan, adalah setiap orang yang memiliki kualifikasi dan telah punya sertifikat kompetensi keolahragaan

m. Tempat Uji Keolahragaan, adalah tempat yang memiliki sarana dan prasarana untuk melaksanakan uji kompetensi.

2.2 Standardisasi Standardisasi merupakan suatu kegiatan merumuskan standar dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti produsen, konsumen, lembaga penelitian dan para pakar serta dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, masa kini dan masa yang akan datang. 2.3 Akreditasi Akreditasi merupakan rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh sebuah badan akreditasi sebuah negara, yang menyatakan bahwa suatu lembaga/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu. Akreditasi terhadap laboratorium penguji pada dasarnya adalah merupakan pengakuan terhadap unjuk kerja suatu laboratorium karena telah dipenuhinya suatu standar pengujian tertentu. 2.4 Sertifikasi Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang dan atau jasa. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratakan. Metrologi teknik adalah metrologi yang mengelola satuan-satuan ukuran, metode-metode pengukuran dan alat-alat ukur, yang menyangkut persyaratan teknik dan

pengembangan standar nasional untuk satuan ukuran dan alat ukur sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberikan kepastian dan kebenaran dalam pengukuran. Pengujian adalah kegiatan teknis yang terdiri atas penetapan, penentuan satu atau lebih sifat atau karakteristik dari suatu produk bahan, peralatan, organisme, fenomena fisik, proses atau jasa, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 3. METODOLOGI STUDI Kajian ini secara menyeluruh dibagi dalam 4 kelompok kegiatan besar yaitu: tahap persiapan, tahap analisis prioritas, tahap observasi (survei lapangan) dan tahap identifikasi standar dan penyusunan draft standar serta rekomendasi. 3.1 Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan dilakukan penyusunan rencana kegiatan yang mencakup pula persiapan ruang lingkup, tenaga peneliti yang akan terlibat, tahapan, jadwal kegiatan dan kelengkapan administrasi pendukung serta pengumpulan informasi awal yang akan mendukung pelaksanaan studi.

Untuk mendukung proses analisis yang baik, tim peneliti melakukan serangkaian pengumpulan data sekunder dan primer. Sumber data tersebut mencakup inventarisasi studi-studi, literature/referensi, kebijakan pemerintah, publikasi media dan internet serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3.2 Tahap Analisis Perioritas Dalam menentukan cabang olahraga perioritas dikumpulkan data-data hasil perolehan medali pada event pertandingan Olimpiade, Asian Games dan SEA Games, kemudian dikompilasi dan dianalisis dengan pembobotan dalam penentuan prioritas cabang olahraga berdasarkan prestasi. 3.3 Tahap Identifikasi Standar Metodologi yang digunakan dalam mengidentifikasi standar ini berdasarkan jenis standar dan jenis olahraga yang ada di Indonesia. Jenis standar yang diutamakan adalah jenis standar produk, dengan pertimbangan standar pengujian dan lainnya akan mengikuti setelah standar produk ditetapkan. Dan standar yang diutamakan adalah

Page 4: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

29

standar yang terkait jenis olahraga yang dipertandingkan di Indonesia. 3.4 Tahap Observasi Lapangan Metodologi yang digunakan dalam observasi lapangan ini adalah wawancara dengan pejabat Dinas Pemuda dan Olahraga Daerah dan Pengurus KONI Daerah dan serta melakukan observasi visual/survei fasilitas sarana dan prasana di bidang olahraga yang ada di daerah.

Pada saat survei lapangan diperoleh juga data sekunder meliputi: sertifikasi pelatih dan wasit, data cabang olahraga potensi daerah, data cabang olahraga unggulan daerah, kebijakan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan event olahraga.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan tergambar dengan jelas dalam Gambar 1.

Gambar 1 Alur Pikir Kegiatan 4. HASIL DAN ANALISA 4.1 Penentuan Perioritas Dalam kajian ini cabang olahraga perioritas Indonesia akan ditentukan berdasarkan prestasi atlet olahraga Indonesia pada event pertandingan Olimpiade, Asian Games dan SEA Games. Event dalam pertandingan cabang olahraga pada tingkat Internasional dan Regional akan dipaparkan dalam sebagai berikut: a. Olimpiade Olimpiade adalah ajang olahraga internasional yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti oleh seluruh negara di dunia yang terdaftar di Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Awalnya kegiatan ini hanya berlangsung di Yunani kuno, Olimpiade kemudian dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis, Pierre Frèdy, Baron de Coubertin pada akhir abad ke-19.

Olimpiade yang lebih dikenal di Indonesia adalah Olimpiade musim panas, telah diadakan

setiap empat tahun sekali sejak 1896, kecuali tahun-tahun pada masa Perang Dunia II.

Edisi khusus untuk olahraga musim dingin, Olimpiade musim dingin, dimulai pada 1924. Awalnya ini diadakan pada tahun yang sama dengan Olimpiade musim panas, namun sejak 1994 Olimpiade musim dingin diadakan setiap empat tahun sekali, dengan selang dua tahun setelah Olimpiade musim panas. Pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia, dan selanjutnya tak pernah absen pada tahun 1956, 1960 1964, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984, 1988, 1992, 1996, 2000, 2004, 2008.

Medali pertama bagi kontingen Indonesia adalah pada Olimpiade Seoul 1988 di Seoul, Korea Selatan. Trio pemanah Indonesia berhasil meraih medali perak cabang panahan beregu putri. b. Asian Games Asian Games, disebut juga Asiad (dari Asia dan Olimpiade), adalah ajang olahraga yang

Kebutuhan Standar Keolahragaan

Standar Sistem Keolahragaan Nasional

Observasi Lapangan

Prioritas Cabang Olahraga

Pelayanan Minimal

Keolahragaan

Penyelenggaraan Keolahragaan

Kompetensi Tenaga

Keolahragaan

Sarana dan Prasarana

Keolahragaan

Pengelola Organisasi

Keolahragaan

Pelatihan Tenaga

Keolahragaan

Page 5: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

30

diselenggarakan setiap empat tahun, dengan atlet-atlet dari seluruh Asia.

Asian Games awalnya merupakan ajang olahraga di Asia kecil. Far Eastern Championship Games diadakan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga negara, yaitu Kerajaan Jepang, Kepulauan Filipina, dan Republik Rakyat Cina. Far Eastern Championship Games pertama diadakan di Manila pada tahun 1913. Negara Asia lainnya berpartisipasi setelah diselenggarakan. Far Eastern Championship Games dihentikan pada tahun 1938 ketika Jepang menyerbu Tiongkok dan aneksasi terhadap Filipina yang menjadi pemicu perluasan Perang Dunia II ke wilayah Pasifik.

Setelah Perang Dunia II, sejumlah Negara-negara baru di Asia meninginkan sebuah kompetisi yang baru di mana kekuasaan Asia tidak ditunjukkan dengan kekerasan dan kekuatan Asian diperkuat oleh saling pengertian. Pada Agustus 1948, pada saat Olimpiade di London, perwakilan India, Guru Dutt Sondhi mengusulkan kepada para pemimpin kontingen dari negara-negara Asia untuk mengadakan Asian Games. Seluruh perwakilan tersebut menyetujui pembentukan Federasi Atletik Asia. Panitia persiapan dibentuk untuk membuat rancangan piagam untuk federasi atletik amatir Asia. Pada Februari 1949, federasi atletik Asia terbentuk dan menggunakan nama Federasi Asian Games (Asian Games Federation). Kesepakatan untuk mengadakan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi, ibu kota India. Mereka sepakat bahwa Asian Games akan diselenggarakan setiap empat tahun sekali.

Pada 1962, Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games. Pada tahun 1970, Korea Selatan membatalkan rencananya untuk menjadi tuan rumah Asian Games yang disebabkan karena ancaman keamanan dari Korea Utara, dan penyelenggaraan Asian Games dipindahkan ke Bangkok dengan pendanaan dari Korea Selatan. Pada tahun 1977, Pakistan membatalkan rencananya sebagai tuan rumah Asian Games karena konflik yang terjadi antara Bangladesh dan Pakistan. Thailand menawarkan bantuan dan Asian Games diadakan di Bangkok.

Setelah beberapa penyelenggaraan Asian Games, Komite Olimpiade negara-negara Asia memutuskan untuk merevisi konstitusi Federasi Asian Games. Sebuah asosiasi baru, yang bernama Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia/OCA) dibentuk. India sudah ditetapkan sebagai tuan rumah pada tahun 1982 dan OCA memutuskan untuk tidak mengubah jadwal yang sudah ada. OCA resmi mengawasi penyelenggaraan Asian Games mulai dari tahun

1986 pada Asian Games di Korea Selatan. Pada tahun 1994, berbeda dengan negara-negara lainnya, OCA mengakui negara-negara pecahan Uni Soviet, Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tajikistan.

Ajang ini didominasi oleh atlet-atlet dari Republik Rakyat Cina, Korea Selatan dan Jepang. c. SEA Games Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara (Southeast Asian Games) atau biasa disingkat SEA Games adalah ajang olahraga yang diadakan setiap dua tahun dan melibatkan 11 negara Asia Tenggara.

Asal-usul SEA Games berhubungan erat dengan Southeast Asian Peninsular Games atau SEAP Games. SEAP Games dicetuskan oleh Laung Sukhumnaipradit, pada saat itu Wakil Presiden Komite Olimpiade Thailand. Tujuannya adalah untuk mengeratkan kerjasama, pemahaman dan hubungan antar negara di kawasan ASEAN.

Peraturan pertandingan di SEA Games dibawah naungan Federasi Olahraga Asia Tenggara (Southeast Asian Games Federation) dengan pengawasan dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Dewan Olimpiade Asia (OCA). Thailand, Myanmar (dulunya Burma), Malaysia, Laos, Vietnam dan Kamboja (dengan Singapura dimasukkan kemudian) adalah negara-negara pelopor. Mereka setuju untuk mengadakan ajang ini dua tahun sekali. Selain itu dibentuk juga Komite Federasi SEAP Games. SEAP Games pertama diadakan di Bangkok dari 12 sampai 17 Desember 1959, diikuti oleh lebih dari 527 atlet dan panitia dari Thailand, Myanmar, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Laos yang berlaga dalam 12 cabang olahraga.

Pada SEAP Games VIII tahun 1975, Federasi SEAP mempertimbangkan masuknya Indonesia dan Filipina. Kedua negara ini masuk secara resmi pada 1977, dan pada tahun yang sama Federasi SEAP berganti nama menjadi Southeast Asian Games Federation (SEAGF), dan ajang ini menjadi Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara. Brunei dimasukkan pada Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara X di Jakarta, Indonesia, dan Timor Leste di Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara XXII di Hanoi, Vietnam.

Dalam penentuan prioritas cabang olahraga berdasarkan prestasi atlet Indonesia, sehingga sebuah event pertandingan olahraga tersebut dibobot berdasarkan tingkat event kegiatan tersebut (internasional, regional).

Page 6: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

31

Prestasi dalam hal ini tidak lengkap tanpa perolehan medali yang diperoleh atlet Indonesia pada cabang olahraga yang dipertandingkan pada event tersebut. Berdasarkan informasi hasil-hasil penyelenggaraan event-event

olahraga dan perolehan medali dari event tersebut pada media cetak, buku-buku dan internet, sehingga dilihat pada Tabel 1 Rekapitulasi Event dan Perolehan Total Medali Berdasarkan Event Olahraga berikut ini:

Tabel 1 Rekapitulasi Perolehan Medali Berdasarkan Event Olahraga*)

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games

Medali

OLIMPIADE

1 Olahraga air - - - - - - 48 57 34

2 Atletik - - - 1 - 5 80 101 91

3 Panahan - 2 - - 2 - 61 39 28

4 Bulu Tangkis 6 6 6 8 5 7 72 41 12

5 Bola Basket - - - - - - - 2 4

6 Tinju - - - - 3 2 31 19 37

7 Canoe/kayak - - - - - - - - -

8 Balap Sepeda - - - - 3 2 47 23 22

9 Berkuda - - - - - - - 2 3

10 Anggar - - - - - - 39 12 12

11 Sepakbola - - - - - - 2 - 2

12 Senam - - - - - - 34 29 30

13 Bola Tangan - - - - - - - - -

14 Hoki - - - - - - - - 3

15 Judo - - - - - - 75 37 27

16 Pancalomba - - - - - - - - -

17 Dayung - - - - 2 1 67 11 3

18 Berlayar - - - 1 - 1 10 8 9

19 Menembak - - - - - - 42 60 46

20 Tenis Meja - - - - - - 43 26 22

21 Taekwondo - 3 1 - 6 6 25 23 31

22 Tenis - - - 5 3 8 41 29 25

23 Triathlon - - - - - - - - -

24 Bola Voli - - - - - - 9 7 3

25 Angkat Besi - 1 4 - 2 6 80 47 15

26 Gulat - - - - - - 35 3 2

27 Renang - - - - - 8 58 54 64

NON-OLIMPIADE

*) Olimpiade XV sampai XXIII tidak mendapatkan gelar sama sekali

Olimpiade XXII yang diselenggarakan di Moskwa, Uni Soviet diboikot karena penyerangan Negara Uni Soviet ke Afganistan. pemboikotan dipimpin oleh Amerika serikat

Page 7: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

32

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games

Medali

28 Baseball - - - - - - - - -

29 Softball - - - - - - 1 4 -

30 Binaraga - - - - 1 - 5 2 9

31 Catur - - - - - - - - -

32 Futsal - - - - - - - - -

33 Skateboard - - - - - - - - -

34 Sepak Takraw - - - - - - - - 6

35 Panjat Tebing - - - - - - - - -

36 Sport Dance - - - - - - - - -

37 Motor - - - - - - - - -

38 Squash - - - - - - - - 3

39 Ski Air - - - - - - 15 9 10

40 Drum Band - - - - - - - - -

41 Sepatu Roda - - - - - - - - -

42 Selam - - - - - - - - -

43 Biliar - - - - - - 9 4 6

44 Karate - - - 2 5 6 58 41 45

45 Boling - - - - 1 - 2 13 17

46 Golf - - - - - - 3 3 6

47 Kempo - - - - - - - - -

48 Wartawan - - - - - - - - -

49 Aero Sport - - - - - - - - -

50 Kartu - - - - - - - - -

51 Pencak Silat - - - - - - 60 15 14

52 wushu - - - - 1 1 9 5 3

53 Olahraga Mahasiswa - - - - - - - - -

54 Tarung Derajat - - - - - - - - -

55 Olahraga Pelajar - - - - - - - - -

56 Olahraga Cacat - - - - - - - - -

57 Olahraga Wanita - - - - - - - - -

58 Kesehatan Olahraga - - - - - - - - -

59 Olahraga KORPRI - - - - - - - - -

60 Liong & Barongsai - - - - - - - - -

61 Angkat Berat - - - - - - - - -

62 Selancar - - - - - - - - -

Tambahan

63 Selancar Angin - - - 1 - - - - -

64 Loncat Indah - - - - - - 7 5 4

Page 8: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

33

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games

Medali

65 Voli pantai - - - - 2 1 - - -

66 Polo Air - - - - - - - - 1

Jumlah 6 12 11 18 36 54 1068 731 649

Dari hasil perolehan medali kemudian dilakukan pembobotan berdasarkan tingkat event, untuk event internasional atau yang lebih dikenal dengan Olimpiade yang diikuti oleh atlet Indonesia dengan bobot nilai 3; untuk event regional yang lebih luas dalam hal ini Asian Games yang diikuti oleh atlet Indonesia dengan bobot nilai 2; dan untuk event regional yang lebih kecil dalam hal ini SEA Games yang diikuti oleh atlet Indonesia dengan bobot nilai 1.

Berdasarkan jenis medali yang diperoleh diberi bobot lebih besar sesuai dengan tingkat prestasi,

sehingga untuk medali emas yang diperoleh dengan bobot nilai 3; untuk medali perak yang diperoleh dengan bobot nilai 2 dan untuk medali perungggu yang diperoleh dengan bobot nilai 1.

Hasil pembobotan sesuai dengan uraian di atas kemudian dijumlahkan per-event kegiatan olahraga maupun secara total untuk setiap cabang olahraga. Dalam hal pembobotan perolehan medali dan event kegiatan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Total Perolehan Medali dengan Pembobotan

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games Total score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score

OLIMPIADE

1 Olahraga air - - - - - - - - 48 57 34 292 292

2 Atletik - - - - 1 - 5 8 80 101 91 533 549

3 Panahan - 2 - 4 - 2 - 4 61 39 28 289 309

4 Bulu Tangkis 6 6 6 36 8 5 7 41 72 41 12 310 500

5 Bola Basket - - - - - - - - - 2 4 8 8

6 Tinju - - - - - 3 2 8 31 19 37 168 184

7 Canoe/kayak - - - - - - - - - - - - -

8 Balap Sepeda - - - - - 3 2 8 47 23 22 209 225

9 Berkuda - - - - - - - - - 2 3 7 7

10 Anggar - - - - - - - - 39 12 12 153 153

11 Sepakbola - - - - - - - - 2 - 2 8 8

12 Senam - - - - - - - - 34 29 30 190 190

13 Bola Tangan - - - - - - - - - - - - -

14 Hoki - - - - - - - - - - 3 3 3

15 Judo - - - - - - - - 75 37 27 326 326

16 Pancalomba - - - - - - - - - - - - -

17 Dayung - - - - - 2 1 5 67 11 3 226 236

18 Berlayar - - - - 1 - 1 4 10 8 9 55 63

19 Menembak - - - - - - - - 42 60 46 292 292

Page 9: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

34

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games Total score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score

20 Tenis Meja - - - - - - - - 43 26 22 203 203

21 Taekwondo - 3 1 7 - 6 6 18 25 23 31 152 209

22 Tenis - - - - 5 3 8 29 41 29 25 206 264

23 Triathlon - - - - - - - - - - - - -

24 Bola Voli - - - - - - - - 9 7 3 44 44

25 Angkat Besi - 1 4 6 - 2 6 10 80 47 15 349 387

26 Gulat - - - - - - - - 35 3 2 113 113

27 Renang - - - - - - 8 8 58 54 64 346 362

NON-OLIMPIADE

28 Baseball - - - - - - - - - - - - -

29 Softball - - - - - - - - 1 4 - 11 11

30 Binaraga - - - - - 1 - 2 5 2 9 28 32

31 Catur - - - - - - - - - - - - -

32 Futsal - - - - - - - - - - - - -

33 Skateboard - - - - - - - - - - - - -

34 Sepak Takraw - - - - - - - - - - 6 6 6

35 Panjat Tebing - - - - - - - - - - - - -

36 Sport Dance - - - - - - - - - - - - -

37 Motor - - - - - - - - - - - - -

38 Squash - - - - - - - - - - 3 3 3

39 Ski Air - - - - - - - - 15 9 10 73 73

40 Drum Band - - - - - - - - - - - - -

41 Sepatu Roda - - - - - - - - - - - - -

42 Selam - - - - - - - - - - - - -

43 Biliar - - - - - - - - 9 4 6 41 41

44 Karate - - - - 2 5 6 22 58 41 45 301 345

45 Boling - - - - - 1 - 2 2 13 17 49 53

46 Golf - - - - - - - - 3 3 6 21 21

47 Kempo - - - - - - - - - - - - -

48 Wartawan - - - - - - - - - - - - -

49 Aero Sport - - - - - - - - - - - - -

50 Kartu - - - - - - - - - - - - -

51 Pencak Silat - - - - - - - - 60 15 14 224 224

52 wushu - - - - - 1 1 3 9 5 3 40 46

53 Olahraga Mahasiswa - - - - - - - - - - - - -

54 Tarung Derajat - - - - - - - - - - - - -

55 Olahraga Pelajar - - - - - - - - - - - - -

56 Olahraga Cacat - - - - - - - - - - - - -

Page 10: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

35

No. Nama Cabang Olahraga

Olimpiade Asian Games Sea Games Total score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score Medali Subtotal

Score

57 Olahraga Wanita - - - - - - - - - - - - -

58 Kesehatan Olahraga - - - - - - - - - - - - -

59 Olahraga KORPRI - - - - - - - - - - - - -

60 Liong & Barongsai - - - - - - - - - - - - -

61 Angkat Berat - - - - - - - - - - - - -

62 Selancar - - - - - - - - - - - - -

Tambahan

63 Selancar Angin - - - - 1 - - 3 - - - - 6

64 Loncat Indah - - - - - - - - 7 5 4 35 35

65 Voli pantai - - - - - 2 1 5 - - - - 10

66 Polo Air - - - - - - - - - - 1 1 1

Jumlah 6 12 11 53 18 36 54 180 1068 731 649 5,315 8226

k semua prioritas

0

100

200

300

400

500

600

AtletikBulu TangkisAngkat BesiRenangKarateJudoPanahanO

lahraga airM

enembak

TenisDayungBalap SepedaPencak SilatTaekwondoTenis M

ejaSenamTinjuAnggarG

ulatSki Air

Total Score

Gambar 2 Grafik Prioritas Cabang Olahraga Berdasarkan Total Score Prestasi

Berdasarkan total score prestasi pada grafik diatas bahwa Atletik, Bulu Tangkis, Angkat Besi,Renang dan Karate merupakan 5 cabang olahraga prioritas kelompok pertama.

Judo, Panahan, Olahraga Air, Menembak, dan Tenis menjadi 5 cabang olahraga prioritas kelompok kedua.

4.2 Kebutuhan Standar Kebutuhan akan dukungan standar sangat diperlukan guna mendukung program Standardisasi Sistem Keolahragaan Nasional sehingga dapat berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan identifikasi standar yang terkait

bidang olahraga berdasarkan International Classification for Standards (ICS) dengan kode 97.220 Peralatan dan fasilitas olah raga.

Standar yang diidentifikasi ada 2 (dua) jenis yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Internastional dan Standar Mancanegara. Standar Internasional dan standar mancanegara ini dapat diadopsi menjadi standar nasional.

Page 11: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

36

A. Identifikasi SNI SNI yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebanyak 59 standar. Namun kondisi standar tersebut sebagian besar telah lebih dari 10 tahun. Sehingga perlu direvisi atau diabolisi sesuai dengan kebutuhan standar bidang keolahragaan.

Daftar SNI selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Daftar SNI

No Nomor SNI Judul (Indonesia) Judul (Inggris) ICS

1. SNI 12-4247-1996 Alat uji kikis bola basket Abrasion resistance testing instrument for basket ball

97.220.01

2. SNI 12-3812-1995 Alat uji pukul bola bulutangkis Strike test instrument for badminton ball

97.220.01

3. SNI 12-3813-1995 Alat uji pantul bola Reflect test instrument for ball 97.220.01 4. SNI 12-0694-1989 Bola sepak takraw, Bahan baku Takraw balls, Raw materials 97.220.30 5. SNI 12-0801-1989 Tongkat bola sodok, Ukuran Stick for billiards, Sizes 97.220.30 6. SNI 12-0800-1989 Meja tenis meja Tables for table tennis 97.220.30 7. SNI 12-1282-1989 Bola basket, ukuran Basket balls, Sizes 97.220.30 8. SNI 12-1285-1989 Bola tenis meja, Ukuran Table tennis balls, Sizes 97.220.30 9. SNI 12-0367-1989 Raket bulu tangkis kayu, Mutu

dan cara uji Wooden badminton rackets, Specification and Test methods

97.220.30

10. SNI 12-1286-2001 Bola voli Volley balls 97.220.30 11. SNI 12-0695-1998 Bola sepak takraw Takraw balls 97.220.30 12. SNI 12-4676-1998 Ukuran simpai (ring) bola basket Sizes of basketball rings 97.220.30 13. SNI 12-4677-1998 Ukuran papan pantul bola

basket Sizes of reflect board for basket balls

97.220.30

14. SNI 12-4666-1998 Ukuran pelindung dada olah raga bela diri kempo

Sizes of breast protectors for kempo self defense sports

97.220.30

15. SNI 12-4667-1998 Ukuran pelindung badan olahraga bela diri taekwondo

Sizes of body protector for taekwondo self defense sports

97.220.30

16. SNI 12-4671-1998 Ukuran pelindung badan olahraga pencak silat

Sizes of body protector for pencak silat self - defense sports

97.220.30

17. SNI 12-4672-1998 Jaring sepak takraw Takraw kickball nets 97.220.30 18. SNI 12-4673-1998 Ukuran bola sepak takraw

plastik Sizes of plastic takraw balls 97.220.30

19. SNI 12-4674-1998 Ukuran jaring bola basket Sizes of basketball nets 97.220.30 20. SNI 12-1767-1996 Jaring bulu tangkis Badminton nets 97.220.30 21. SNI 12-4345-1996 Ukuran bola sodok bola 15 Sizes of 15 ball billiard balls 97.220.30 22. SNI 12-4347-1996 Ukuran meja bola sodok bola 15 Sizes of 15 balls billiard tables 97.220.30 23. SNI 12-4348-1996 Ukuran papan latih baring duduk Sizes of sit up board 97.220.30 24. SNI 12-0457-1996 Jaring bola volley Volley ball nets 97.220.30 25. SNI 12-0693-1996 Jaring tenis meja Table tennis nets 97.220.30 26. SNI 12-1018-1996 Raket bulu tangkis bukan kayu Non-wooden badminton rackets 97.220.30

27. SNI 12-1285-1996 Bola tenis meja Table tennis balls 97.220.30 28. SNI 12-0799-1995 Raket tenis meja Table tennis racquets 97.220.30 29. SNI 12-0036-1995 Bola bulu tangkis Shuttle cocks 97.220.30 30. SNI 12-3756-1995 Sarung tinju Boxing gloves 97.220.30 31. SNI 12-3757-1995 Pelindung kepala petinju Head guards for boxers 97.220.30 32. SNI 12-2178-1991 Bola bulu tangkis plastik Plastic shuttlecock 97.220.30

Page 12: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

37

No Nomor SNI Judul (Indonesia) Judul (Inggris) ICS

33. SNI 12-2181-1991 Pelindung badan olah raga pencak silat

Self-defense sport body protection

97.220.30

34. SNI 12-2194-1991 Matras untuk olah raga pencak silat

Mattress for self defence sport 97.220.30

35. RSNI3 1282:2009 Bola basket Basket Ball 97.220.30 36. SNI 12-0400-1989 Lembing Javelin 97.220.40 37. SNI 12-0401-1989 Cakram Discus 97.220.40 38. SNI 12-1287-1989 Ukuran gawang untuk nomor lari

gawang Hurdle size for hurdle sprint 97.220.40

39. SNI 12-0798-1989 Peluru tolak peluru Cartridge pushing iron for athletics

97.220.40

40. SNI 12-1017-1989 Pemukul soft ball, Ukuran Soft ball stick, Sizes 97.220.40 41. SNI 12-1284-1989 Bola sepak, Ukuran Soccer balls, Sizes 97.220.40 42. SNI 12-1833-2001 Bola tenis Tennis balls 97.220.40 43. SNI 12-2180-2001 Bola sepak Soccer 97.220.40 44. SNI 19-4848-1998 Persyaratan operasi

penyelaman dengan peralatan pasok udara pernapasan yang dibawa oleh penyelam

Requirement for diving operation with breathing equipment

97.220.40

45. SNI 12-4678-1998 Ukuran bola golf Sizes of golf balls 97.220.40 46. SNI 12-4679-1998 Jaring sepak bola Football nets 97.220.40 47. SNI 12-4684-1998 Ukuran pemukul bisbol Sizes of baseball sticks 97.220.40 48. SNI 12-4675-1998 Ukuran bola bisbol Sizes of baseball balls 97.220.40 49. SNI 12-4681-1998 Jaring hoki Hockey nets 97.220.40 50. SNI 12-4685-1998 Ukuran bola hoki Sizes of hockey balls 97.220.40 51. SNI 12-4344-1996 Ukuran anak panah ronde

nasional dan tradisional Sizes of traditional and national around arrow

97.220.40

52. SNI 12-4346-1996 Ukuran bola soft ball Sizes of softball balls 97.220.40 53. SNI 12-2180-1996 Bola sepak Soccer 97.220.40 54. SNI 12-0452-1996 Pemukul bola kasti Stick for kasti 97.220.40 55. SNI 12-0692-1996 Jaring tenis Tennis nets 97.220.40 56. SNI 12-1283-1996 Bola kasti Kasti balls 97.220.40 57. SNI 12-1286-1996 Bola volley, Ukuran Volley balls, Sizes 97.220.40 58. SNI 12-1833-1995 Bola tenis Tennis balls 97.220.40 59. SNI 12-1834-1990 Sarung tangan soft ball dari kulit Solftball leather gloves 97.220.40

B. Identifikasi Standar Internasional dan

Standar Mancanegara Standar internasional maupun standar mancanegara terkait dengan bidang keolahragaan dapat diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan nasional. 4.3 Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan di 3 (tiga) Propinsi, yaittu Propinsi Kalimantan Timur, sebagai Propinsi Penyelenggara PON XVII Tahun 2008; Propinsi Riau, sebagai Propinsi yang menjadi Penyelenggara PON XVIII Tahun 2012 dan Propinsi Sulawesi Selatan, sebagai

Propinsi yang mempunyai fasilitas olahraga yang memadai. Data yang diperoleh dari Propinsi Kalimantan Timur adalah data sertifikasi wasit dan pelatih CABOR Kaltim Tahun 2006, data kelompok CABOR andalan dan unggulan, dan atlet dan pelatih yang memperoleh medali pada PON XVII tahun 2008. Pelaksanaan PON XVII 2008 yang lalu, diselenggarakan di enam kota yang berada di wilayah Propinsi Kaltim, hal ini dibagi berdasarkan fasilitas dan kondisi daerah terhadap cabang olahraga yang dipertandingkan, seperti uraian berikut ini:

Page 13: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

38

• Komplek Stadion Utama Palaran - panjat tebing, sepatu roda

Samarinda

• Stadion Utama Palaran - upacara pembukaan dan upacara penutupan, sepak bola, bisbol/sofbol

• GOR Komplek Stadion Utama Palaran - bulutangkis

• Lapangan Tenis Palaran - tenis • KR Komp. Stadion Utama Palaran - Akuatik

(loncat indah, polo air) • Komplek Stadion Sempaja • Stadion Sempaja - atletik • GOR Komplek Stadion Sempaja - judo,

pencak silat, senam, anggar • GOR 27 September UNMUL - bola Basket • Komplek Stadion Segiri • Stadion Segiri - sepak bola, sofbol • GOR Segiri – gulat • GOR UNTAG - kempo • Arena Bowling SCP - boling • Serkuit Kalan - bermotor • Ball room Hotel Senyiur - olahraga dansa

• Stadion Sudirman - drum band Balikpapan

• Balikpapan Sport (DOME)- karate, wushu • GOR Squash Dome Sport - squash • Lap. Golf Pertamina - golf • Lap. Tenis Balikpapan - tenis • Lap. Tembak - menembak • Gedung HEPINDO - angkat besi, angkat

berat • Hotel NOVOTEL - binaraga • Waduk Manggar – dayung

• Arena Berkuda Tenggarong Seberang - berkuda

Kutai Kartanegara

• Danau Desa Jahab Km 13/BEE - ski air • Halaman PKM Tenggarong Seberang - tinju • Lap. Panahan Tenggarong Seberang -

panahan • Lap. Samping Kantor Bupati - gantole • KR Junjung Buih - akuatik (renang, renang

indah) • Bukit Biru - para laying

• Stadion Bontang Lestari - sepak bola Bontang

• GOR Bulutangkis PT. Badak NGL - sepak takraw

• GOR Assyifah Bontang - sepak takraw • GOR PKT - tenis meja • GOR Bontang Lestari - bola voli (indoor) • Bandara Bontang Lestari - terbang laying

• Pantai Pulau Derawan - bola voli (pantai), layar/selancar angin, selam (OBI, BIN, Fin)

Berau

• Kolam Renang Tanjung Redeb - selam (mono Fin)

• Indoor Tenis Lapangan - biliar Tarakan

• Hotel Grand – catur • Royal Crown Restaoran – bridge

Hasil wawancara dengan Ibu Betty didapatkan informasi bahwa Pejabat Dispora Kalimantan Timur baru bulan April dilantik, sehingga untuk pengelolaan sarana prasarana olahraga khusunya Stadion Sepajang belum diserahkan kepada Dispora. Padahal surat Keputusan dari Gubernur Propinsi Kalimantan Timur sudah turun untuk pengelolaan stadion tersebut sepenuhnya dikelola oleh Dispora Propinsi Kaltim. Untuk saat ini pengelolaan Sarana Olahraga saat ini ditangani oleh Panitian Ad Hoc yang terdiri dari berbagai Dinas di Lingkungan Pemerintahan Kaltim antara lain Dinas PU dan Dispora.

Dispora Kaltim juga merencanakan tahun depan akan membuka sekolah olahraga. Sekolah ini dimaksudkan agar pembinaan olahraga di Propinsi Kaltim khususnya bisa lebih fokus dan mencetak atlet-atlet profesional yang mampu bersaing dengan atlet-atlet dunia. Sekolah ini akan dioptimalkan pada olahraga yang bersifat individu, agar proses pembinaannya bisa lebih fokus, akademik dan lebih intensif. Faktor yang melatarbelakangi usulan dibukanya sekolah tersebut karena kebanyakan yang terjadi saat ini adalah atlet terbentuk karena faktor bakat atau faktor keberuntungan saja.

Inisiatif dispora ini akan terealisasi apabila memperhatikan faktor-faktor penunjang juga sarana dan prasarananya, kompetensi pelatih/instruktur yang telah memiliki sertifikasi.

Hasil kunjungan ke KONI Prop. Riau ini (Drs. Sudarto, Wakil Sekretaris KONI) bahwa dalam rangka peningkatan prestasi olahraga di

Page 14: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

39

propinsi Riau telah dilakukan sistem pembinaan atlet dan pelatih secara berkesinambungan (berjenjang dan khusus). Sebagai organisasi yang memiliki visi menjadi organisasi yang modern, independen, dan profesional untuk membangun karakter unggul Bangsa Indonesia, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui pembinaan olahraga prestasi, KONI Prop. Riau turut mendukung para atletnya untuk mencapai prestasi melalui pola-pola pembinaan tertentu dan memperkuat kompetensi atlet dan pelatih di cabang-cabang olahraga unggulan. Berdasarkan pengalaman dari berbagai kejuaraan di tingkat nasional, cabang olahraga unggulan di Prop. Riau meliputi Menembak, Senam, Angkat besi/bina raga, Atletik, Dayung, Terjun payung, Aeromodelling, Layar, Selam dan Sepeda gunung

1.

Dalam rangka pembinaan pretasi di Prop. Riau, terdapat 2 pola pembinaan olahraga, yaitu:

Pola pembinaan berjenjang

2.

Yaitu pembinaan prestasi berjenjang sejak usia dini, antara lain melalui sekolah-sekolah, klub olahraga, Pemkab/kota dan Pemprov. Pola pembinaan ini dilaksanakan oleh KONI Kab/Kota melalui para Pemkab cabang olahraga yang berkoordinasi dengan para Pemprov cabang olahraga masing-masing untuk terus berjalan dalam rangka mencari/memperoleh bibit unggul di cabang olahraga yang bersangkutan.

Pola pembinaan khusus Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi para atlet dan pelatih melalui pemberian dana pembinaan khusus yang telah ditetapkan sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Umum KONI Prov. Riau H.M Rusli Zaenal, SE, MP. (Kriteria pemberian dana pembinaan khusus, terlampir). Pola pembinaan ini telah diimplementasikan sejak tahun 2001, dan pada tahun 2004 diadopsi oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga menjadi program nasional yaitu ”Indonesia Bangkit‘’.

Berdasarkan hasil pemantauan prestasi melalui program pembinaan khusus, jumlah atlet dan pelatih serta perolehan medali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 4 Ketersediaan Jumlah Atlet dan Pelatih

Tabel 5 Perolehan Mendali

Tahun Jumlah Cab. OR

Event yang

diikuti

Jumlah Medali

Emas Perak Perunggu

2004 23 55 69 52 67 2005 13 39 77 49 73 2006 24 62 107 101 106 2007 27 92 121 76 84 2008 32 88 77 85 66

Program Persiapan Kontingen Riau pada PON XVIII Tahun 2012

Dalam rangka mempersiapkan atlet menghadapi PON 2012, sejak tahun 2009 telah dijaring 1600 atlet melalui hasil seleksi Kejurda dan PORDA dari semua cabang olahraga serta atlet luar yang bergabung ke Riau. Selanjutnya di tahun 2010 akan diseleksi sehingga tinggal 150% di tahun 2011 dan diseleksi ulang hingga tahun 2012 menjadi 800 orang yang siap diterjunkan di PON XVIII. Proses pembinaan bagi atlet PON XVIII antara lain dengan cara:

mendatangkan pelatih-pelatih dari luar

• mengirimkan atlet keluar jika diperlukan

melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dalam program pelatihan

Pemberian dana pembinaan khusus bagi atlet dan pelatih berprestasi melalui sistem yang telah ditetapkan dan evaluasi prestasi yang dilakukan setiap 4 bulan sekali.

KONI Prov. Riau menyelenggarakan penataran terhadap guru olahraga secara bertahap. Dalam kegiatan ini diharapkan guru olahraga tersebut dapat membantu melaksanakan tugas sebagai tenaga di berbagai Panitia Pertandingan (Panpel) yang ada.

Tahun Atlet Pelatih 2004 170 orang 54 orang 2005 57 orang 29 orang 2006 136 orang 53 orang 2007 170 orang 96 orang 2008 215 orang 58 orang

Page 15: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

40

Riau menyusun grand scenario tentang persiapan kegiatan tersebut menurut Eka Darma Putra (staf Dispora). Grand scenario tersebut menguraikan tentang persiapan penyelenggaraan, infrastruktur, akomodasi kesehatan, transportasi, keamanan dan ketertiban, informasi dan komunikasi, dll. Salah satu misi penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012 adalah meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang memenuhi standar. Dalam mewujudkan misi tersebut, Pemprov. Riau telah mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana olahraga di bawah kewenangan Dinas Pemuda dan Olahraga Prop. Riau.

Seluruh pembangunan venues olahraga tersebut mengacu pada standar yang telah ditentukan. Seluruh pengerjaan konstruksi selalu dikonsultasikan dengan Departemen Pekerjaan Umum, terutama kesesuaiannya dengan SNI. Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak kontraktor dari PT. Waskita, meskipun pengerjaan venues tersebut telah sesuai dengan SNI, akan tetapi masih ada beberapa koreksi dari Organisasi persatuan cabang olahraga tertentu tentang konstruksi venues yang disesuaikan dengan teknis di lapangan. Oleh karena itu, pihak kontraktor menyarankan agar penyusunan SNI perlu mengikutsertakan organisasi cabang olahraga sehingga tidak ada perubahan teknis pada saat pengerjaan venues.

Sekretaris Umum KONI Sulsel Bapak Abdul Muin, Wakil Ketua IV dan 3 orang pejabat KONI lainnya menyampaikan bahwa ada 4 (empat) cabang olahraga Beladiri (Unggulan) di Sulawesi Selatan, yaitu: karate, yudo, tinju, pencak silat; semuanya tetap dibina dengan baik. Sertifikasi pelatih olahraga adalah lisensi dari Pemkot, bukan KONI. Ada 2 tingkatan yaitu: pelatih pratama dan pelatih utama. Sertifikasi belum ada pengakuan dari BSANK-Jakarta. Dinas Olahraga SulSel baru seminggu ini terbentuk, sehingga di seluruh Sulawesi ada 3 Dinas Olahraga yaitu : di Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan; diharapkan dengan terbentuknya Dinas Olahraga dapat meningkatkan prestasi olahraga, terbentuknya bibit-bibit baru berprestasi.

Sedangkan untuk peralatan olahraga, Dispora baru akan mempersiapkannya pada tahun 2010. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Eka Darma Putra, pihaknya belum memiliki daftar SNI tentang peralatan olahraga.

Hasil kunjungan ke Dinas Olahraga (Bapak Muh. Mustadin Hakim beserta 3 orang koleganya) bahwa Dinas Olahraga SulSel baru berdiri 1 Minggu (Kepala Dinas definitif sudah

dilantik). Namun saat kunjungan Tim BSN, semua pegawainya masih demisioner. Sebelumnya fungsi dinas olahraga dilaksanakan oleh unit eselon IV setingkat Kepala Seksi pada Dinas Pendidikan Nasional. Informasi kegiatan dan infrastuktur di Prov. Sulsel antara lain: Hari ini ada pembukaan even international

X-Treme Sport Championship 2009 yang diikuti 15 negara, hal ini menunjukkan bahwa Sulsel mendapat pengakuan untuk tempat penyelenggaraan even international competition.

Dinas olahraga akan melaksanakan pemanduan bakat, test physic dan pembinaan atlet. Dari 400 atlet bersertifikat, ada 30 atlet senam dan SulSel adalah propinsi ke-4 yang dominan senam.

Di Sulsel ada Pusat Pendidikan Pelajar Daerah (PPLP) untuk 7 cabang olahraga, dibiayai dari anggaran dekon Kemenegpora

Stadion olahraga Sudiang adalah bangunan baru yang dikembangkan oleh Pemkot untuk mendukung kegiatan Olahraga.

Stadion olahraga Andi Mattalata juga dikenal dengan stadion mattoangin, berada di bawah naungan Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan. Klub sepakbola PSM Makassar seringkali menggunakan stadion ini untuk latihan/pertandingan. Klub sepakbola PSM dikategorikan sebagai olahraga profesional/bisnis.

Kolam renang di Sulsel sudah berdiri sejak tahun 1953 dan berukuran standar internasional.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan observasi lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Keterbatasan informasi tentang standar

yang menjadi acuan dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga yang sangat minim baik standar nasional maupun international sehingga pengadaan penyediaan sarana dan prasarana tersebut belum tertulis secara detail dan jelas.

b. Pemprov sedang mempersiapkan venues olahraga yang sesuai dengan standar, terutama kesesuaiannya dengan SNI.

c. Kurangnya standar produk, sistem manajemen dan standar pendukung lainnya serta sosialisasinya yang masih kurang tersedia secara nasional.

Page 16: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Kajian Standardisasi Bidang Olahraga (Biatna Dulbert T dan Wahyu W)

41

d. Prasarana pendukung lainnya yang mendukung dalam penyelenggaraan event pertandingan olahraga seperti hotel, keamanan, penyiaran, fasilitas umum lainnya.

e. Belum ada pemahaman informasi Sertifikasi Kompetensi Tenaga Keolahragaan (LSKTK) dalam menilai dan menentukan Tempat Uji Kompetensi (TUK) tenaga keolahragaan, dan Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan (BSANK), sehingga perlu sosialisasi dari pusat.

5.2 Rekomendasi Penyusunan standar yang diperlukan dalam mendukung sistem keolahragaan nasional baik

standar produk berupa peralatan, infrastruktur pengujian dan sistem manajamennya. Dan Perlu ditinjau Panitia Teknis (97-01) terkait ruang lingkup fasilitas dan peralatan olahraga, sekretariat Pustan Deprin. Usulan standar sebagai rancangan pembuatan Draft Rancangan Standar bidang olahraga berdasarkan standar produk, Terkait dengan olahraga yang dipertandingkan di Indonesia dan dibutuhkan dalam Sistem Keolahragaan Nasional. Jadi draft standar yang diusulkan sebagai rancangan standar sebanyak 25 buah terdapat dalam Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Daftar Draft Rancangan Standar

No No. Standar Judul ICS 1 BS EN 14808:2005 Surfaces for sports areas. Determination of shock absorption 97.220.10

2 BS EN 1509:2008 Playing field equipment. Badminton equipment. Functional and safety requirements, test methods 97.220.30

3 BS EN 13451-1:2001 Swimming pool equipment. General safety requirements and test methods 97.220.10 4 BS 7044-4:1991 Artificial sports surfaces. Specification for surfaces for multi-sports use 97.220.10

5 ISO 105-E03:1994 Textiles -- Tests for colour fastness – Part E03: Colour fastness to chlorinated water (swimming pool water) 59.080.01

6 ISO 20957-4:2005 Stationary training equipment -- Part 4: Strength training benches, additional specific safety requirements and test methods 97.220.30

7 ISO 11416:1995 Tennis rackets -- Racket components and physical parameters 97.220.40 8 ISO 378:1980 Gymnastic equipment – Parallel bars 97.220 9 ISO 379:1980 Gymnastic equipment – Horizontal bars 97.220 10 ISO 5905:1980 Gymnastic equipment – Landing mats (2 000 mm x 1 250 mm x 60 mm) 97.220 11 ASTM F1882 - 06 Standard specification for Residential Basketball Systems 12 ASTM F1889 - 05 Standard Guide for Straightness Measurement of Arrow Shafts

13 ASTM F2107 - 08 Standard Guide for Construction and Maintenance of Skinned Areas on Basketball and Softball Fields

14 BS EN 1078:1997 Helmets for pedal cyclists and for users of skateboards and roller skates. 97.220 15 BS EN 12503-1:2001 Sports mats - Part 1 : gymnastic mats, safety requirements 16 BS EN 12503-2:2001 Sports mats - Part 2 : pole vault and high jump mats, safety requirements 17 BS EN 12503-3:2001 Sports mats - Part 3 : judo mats, safety requirements 18 BS EN 13200-4:2006 Spectator facilities - Part 4 : seats - Product characteristics 19 BS EN 1384:1997 Specification fo helmets for equestrian activities. 20 BS EN 1385:1998 Helmets for canoeing and white water sports.

21 BS EN 14413-1:2004 Recreational diving services - Safety related minimum requirements for the training of scuba instructors - Part 1 : level 1

22 BS EN 14413-2:2004 Recreational diving services - Safety related minimum requirements for the training of scuba instructors - Part 2 : level 2

23 DIN 18035-1, 2003-02 Sport grounds – Part 1: Outdoor play and athletics areas, planning and dimensions

24 DIN 32934, 2006-06 Gymnastic and sport equipment – General plan

25 DIN EN 12503, 2003-04 Sports mats - Certification

Page 17: KAJIAN STANDARDISASI BIDANG OLAHRAGA1

Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 26 - 42

42

DAFTAR PUSTAKA

American Society for Testing and Materials, (2009): Standards. http://www.astm.org/Standards/

British Standards Institution, (2009): Standards. http://www.bsigroup.com

Deutsches Institut Fur Normung, (2009): Standards. http://www.din.de/

International Organization for Standardization, (2009): Standards. http://www.iso.org/

Republik Indonesia, (2005): Undang-undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Jakarta

Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga, Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga, (2008a): Pedoman Asesmen Akreditasi

Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Keolahragaan. Jakarta

------- (2008b): Pedoman Kriteria Asesor Kompetensi Tenaga Keolahragaan. Jakarta

------- (2008c): Pedoman Tempat Uji Kompetensi Tenaga Keolahragaan. Jakarta

Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga. Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga, (2009a): Pedoman Standardisasi Nasional Keolahragaan. Jakarta

-------, (2009b): Pedoman BSANK Dalam Melakukan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Keolahragaan. Jakarta

-------, (2009c): Pedoman Akreditasi Lembaga Sertifikasi Kelayakan Penyelenggara Keolahragaan. Jakarta

-------, (2009d): Pedoman Akreditasi Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Keolahragaan. Jakarta