kajian stabilitas keuangan (ksk) - bi.go.id · pegadaian. peningkatan pangsa ... surat berharga as...

132

Upload: doankhuong

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan
Page 2: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) ini disusun sebagai bagian dari pelaksanaan

tugas Bank Indonesia dalam mewujudkan misi “mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan stabilitas sistem keuangan dalam rangka mewujudkan

pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan”.

Penerbit:

Bank Indonesia

Jl. MH Thamrin No.2, Jakarta

Indonesia

Informasi dan Order:

KSK ini terbit pada bulan September 2013 dan didasarkan pada data dan informasi per Juni 2013, kecuali dinyatakan lain.

Dokumen KSK lengkap dalam format pdf tersedia pada web site Bank Indonesia:

Sumber data adalah dari Bank Indonesia, kecuali jika dinyatakan lain.

http://www.bi.go.id

Permintaan, komentar dan saran harap ditujukan kepada:

Bank Indonesia

Departemen Kebijakan MakroPrudensial

Jl.MH Thamrin No.2, Jakarta, IndonesiaEmail: [email protected]

KSK diterbitkan secara semesteran dengan tujuan untuk:

Meningkatkan wawasan publik dalam memahami stabilitas sistem keuangan

Mengkaji risiko-risiko potensial terhadap stabilitas sistem keuangan

Menganalisa perkembangan dan permasalahan dalam sistem keuangan

Merekomendasi kebijakan untuk mendorong dan memelihara sistem keuangan yang stabil.

Page 3: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

Kajian Stabilitas Keuangan( No.21, September 2013)

Departemen Kebijakan Makroprudensial

Page 4: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

5

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Bab 1Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Page 5: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

6

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 6: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

7

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Bab 1 Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Di penghujung semester I 2013, tekanan di

pasar keuangan meningkat, namun dengan stabilitas

institusi keuangan yang masih terjaga dengan

cukup baik sehingga kombinasi dari pengaruh tekanan

tersebut menjadi terbatas. Peningkatan tekanan pada

semester I 2013 tercermin dari kondisi Indeks Stabilitas

Sistem Keuangan. Berdasarkan hasil kajian, meskipun

ISSK pada semester I 2013 masih berada pada kondisi

normal, namun perkembangan ISSK pada Agustus 2013

perlu diwaspadai.

Disagregasi ISSK menunjukkan arah perkembangan

ISSK tersebut dipicu oleh tekanan di pasar keuangan,

sedangkan kondisi Institusi Keuangan masih berada pada

kondisi terjaga normal. Tekanan pada pasar keuangan

disebabkan oleh ekspektasi kebijakan tapering dari Federal

Reserve Bank (FRB) AS dan ditunjukkan oleh nilai tukar

Rp terhadap USD yang melemah. Isu tapering ini secara

lebih detil disampaikan dalam Boks 1.1. Sementara itu,

terdapat juga peningkatan tekanan pada pasar obligasi

(yield obligasi) dan pasar saham (IHSG) serta peningkatan

risiko likuiditas pasar (PUAB).

Investor asing menilai sinyal tapering dari FRB sebagai

upaya AS untuk mulai mengurangi stimulus ekonomi

yang dilaksanakan untuk pemulihan perekonomian AS

melalui pembelian obligasi pemerintah AS. Sinyal ini

dianggap investor global sebagai penilaian FRB bahwa

kondisi perekonomian AS sudah membaik, sehingga

investor kembali memburu mata uang dan portofolio

dalam dollar AS serta menarik portofolionya di emerging

market termasuk Indonesia. Aksi investor global ini

Grafik 1.1 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) Agregasi

Secara umum ketahanan sektor keuangan Indonesia selama semester I 2013 masih relatif terjaga

meskipun terdapat peningkatan risiko dalam bentuk tekanan di pasar keuangan di penghujung

semester.Adanya isu tapering, ketidakpastian mengenai pemulihan ekonomi dunia dan kondisi

defisit transaksi berjalan Indonesia menyebabkan meningkatnya potensi risiko kredit, risiko likuiditas

dan risiko pasar. Walaupun risiko secara keseluruhan masih terkendali, kondisi tersebut perlu terus

dipantau untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di masa yang akan datang.

Sumber : Bank Indonesia

2007

M06

2013

M07

2012

M11

2007

M01

2006

M08

2006

M03

2004

M12

2004

M07

2005

M10

2005

M05

2004

M02

2003

M09

2003

M04

2002

M11

2012

M06

2002

M01

3.0

2.0

1.0

2.5

1.5

0.5

2007

M11

2008

M04

2008

M09

2009

M02

2009

M07

2009

M12

2010

M05

2010

M10

2011

M03

2011

M08

2012

M01

2012

M06

Page 7: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

8

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

1,2

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

2013M

08

2013M

07

2013M

06

2013M

05

2013M

04

2013M

03

2013M

02

2013M

01

2012M

12

2012M

11

2012M

10

2012M

09

2012M

08

23082013

20082013

Sumber: Bloomberg (diolah)

Sumber: Bloomberg (diolah)

Sumber: Bank Indonesia

Isu tapering bukan satu-satunya penyebab pasar

keuangan Indonesia mengalami tekanan.Kondisi

defisit transaksi berjalan yang persisten sebagai akibat

berkurangnya ekspor dan masih tingginya impor,

meningkatnya inflasi sebagai akibat gejolak harga bahan

pangan, pengurangan subsidi BBM oleh pemerintah,

serta ekspektasi perlambatan perekonomian Indonesia

juga menurunkan kepercayaan investor asing pada

perekonomian Indonesia.

Tekanan di pasar keuangan juga tercermin dari

perkembangan harga Credit Default Swap (CDS).Seperti

terlihat di Boks 1.2, pada saat meningkatnya tekanan di

pasar keuangan domestik sebagaimana diuraikan di atas,

harga CDS Indonesia merupakan yang tertinggi diantara

ke-6 negara Asia.

Secara keseluruhan, industri perbankan masih

memegang peranan dalam sistem keuangan

Indonesia. Pangsa pasar industri perbankan semester I

2013 sebesar 77,9%, menurun tipis dibandingkan dengan

pangsa semester II 2012 sebesar 78,3%. Penurunan

pangsa ini terjadi terutama karena meningkatnya

aset lembaga keuangan non bank seperti perusahaan

pembiayaan, asuransi, perusahaan modalventura dan

pegadaian. Peningkatan pangsa perusahaan pembiayaan

antara lain disebabkan masih meningkatnya permintaan

masyarakat terhadap kredit kepemilikan kendaraan

Grafik1.2Spread Yield Obligasi Pemerintah

Grafik1.3Volatilitas 5 Hari IHSG

Grafik1.4Risiko Likuiditas Pasar

mengakibatkan peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah,

indeks pasar saham dan yield obligasi pemerintah sehingga

pasar keuangan secara umum mengalami tekanan.

Dalam hal ini, pasar saham menunjukkan kinerja yang

terburuk. Setelah mencatat rekor tertinggi pada 20 Mei

2013 sebesar 5.214,98 dengan peningkatan y-t-d sebesar

20,81%, IHSG kemudian turun mencapai 4.082,73 di akhir

Agustus 2013 dan memotong return y-t-d menjadi -4,79%

(atau kerugian). Nilai tukar sampai dengan akhir Agustus

2013 mengalami depresiasi sebesar 13,16% (y-t-d).

Obligasi pemerintah yang mendominasi pasar obligasi

mengalami peningkatan yield terutama sejak bulan Mei

2013. Beberapa indikator pasar yang merepresentasikan

tekanan di pasar keuangan diilustrasikan dalam beberapa

gambar di bawah ini.

1,4

1,2

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

2013

M08

2013

M07

2013

M06

2013

M05

2013

M04

2013

M03

2013

M02

2013

M01

2012

M12

2012

M11

2012

M10

2012

M09

2012

M08

2308

2013

2008

2013

2,5

2,0

1,5

5

1,0

0

2013M

08

2013M

07

2013M

06

2013M

05

2013M

04

2013M

03

2013M

02

2013M

01

2012M

12

2012M

11

2012M

10

2012M

09

2012M

08

Page 8: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

9

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Grafik 1.5Komposisi Aset Lembaga Keuangan

Tabel 1.1Jumlah Lembaga Keuangan

Komposisi Aset LK*) Data per Juni’13, kecuali dinyatakan lain

1 per Maret 20132 per Pebruari 20133 per Desember 20134 per Mei 2013

bermotor yang diajukan melalui perusahaan pembiayaan.

Ke depan, peran lembaga keuangan bukan bank di

Indonesia diharapkan dapat semakin meningkat melalui

upaya financial deepening serta semakin meningkatnya

minat masyarakat Indonesia terhadap produk-produk

keuangan di luar produk perbankan. Peningkatan

aktivitas usaha lembaga keuangan lain dan perbankan

serta keterkaitannya perlu dipantau dalam konteks risiko

sistemik. Jumlah aset perbankan yang relatif besar serta

keterkaitannya dengan institusi keuangan lain seperti

Perusahaan Pembiayaan harus dilakukan dengan tingkat

kehati-hatian yang tinggi.

1) FSB mendefinisikan shadow banking sebagai intermediasi kredit yang melibatkan entitas dan aktivitas di luar sistem perbankan yang biasa.[Financial Stability Board 2012]“Global Shadow Banking Monitoring Report 2012”, November 2012.

Perbankan

BPR

Asuransi

Dana Pensiun

Perusahaan Pembiayaan

Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan Penjamin

Manager Investasi

Pegadaian

1.3%

2.8%6.8%

0.1%

0.1%0.1%

0.6%

10.8%

77.9%

Dalam survei yang dilakukan oleh Financial Stability

Board (FSB) [FSB 2012], Bank Indonesia turut berkontribusi

untuk memberikan data Indonesia walaupun eksposur

sistem keuangan Indonesia terhadap shadow banking1

masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-

negara anggota G-20 serta negara-negara peserta survei

lainnya, keterkaitan antara shadow banking dan sistem

perbankan di Indonesia cukup tinggi karena adanya survei

FSB (2012) menyebutkan bahwa keterkaitan shadow

banking dan sistem perbankan di Indonesia cukup tinggi,

tercermin dari ketergantungan sumber dana yang tinggi

dari entitas shadow banking kepada perbankan dan

penempatan dana yang tinggi oleh entitas shadow banking

pada perbankan.

Masih tingginya dominasi sistem perbankan dalam

sistem keuangan Indonesia inilah yang menyebabkan

stabilitas institusi perbankan menjadi bagian yang sangat

penting dalam penilaian stabilitas sistem keuangan secara

keseluruhan.

Lembaga Keuangan Jumlah Lembaga Keuangan

Perbankan 120

BPR 1,640

Asuransi1 139

Dana Pensiun1 268

Perusahaam Pembiayaan 197

Perusahaan Modal Ventura2 89

Perusahaan penjamin1 7

Manager Investasi3 73

Pegadaian4 1

Sumber: Bank Indonesia dan OJK

Page 9: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

10

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Boks 1.1 Tapering – Off Federal Reserve

Diluar dugaan kalkulasi dan ekpektasi mayoritas

pengamat pasar keuangan, ekonom serta pelaku

ekonomi, Federal Reserve (Fed) pada 18 September

2013 secara mengejutkan memutuskan untuk tetap

melanjutkan program unconventional monetary

policies(menunda tapering-off) berupa quantitative

easing (QE1; 2 dan 3) untuk mendukung recovery

ekonomi dan stabilitas pasar keuangan pasca krisis

sub-prime mortgages tahun 2008. Terkait QE3, Fed

melakukan pembelian sebesar USD85 miliar/bulan

surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar

dan Mortgage Back Securities USD40 miliar. Respon

positif atas keputusan tersebut mewarnai seluruh pasar

keuangan emerging dengan menguatnya saham,

obligasi serta mata uang negara-negara tersebut.

Kedepan, dunia tetap meyakini Fed akan melakukan

tapering off yang akan dimulai Desember tahun ini dan

berakhir pertengahan tahun depan.

berupa pengurangan pembelian sekitar USD10-15

milyar/bulan. Kesimpulan ini merebak dengan cepat

pasca pernyataan ”mengejutkan” Fed Chairman, Ben

Bernanke pada 22 Mei lalu yang mengindikasikan

akan mempertimbangkan pengurangan jumlah QE

jika beberapa indikator makro ekonomi menunjukkan

perbaikan. Dampak langsung pernyataan ini

mengakibatkan berbagai tekanan dan reaksi negatif

dari hampir seluruh pasar keuangan dunia antara

lain pasar saham, nilai tukar, khususnya emerging

economies. Yield US Treasury 10 tahun naik (harga

turun) 100bps.

Grafik Boks 1.1.1.Indeks Saham Beberapa Negara Pra

dan Pasca Wacana Tapering-Off

Grafik Boks 1.1.2Nilai Tukar Beberapa Negara Pra dan Pasca Wacana Tapering-Off

8,000

7,000

6,000

5,000

4,000

Pertumbuhan Indeks

Tanggal

23 Mei 2013

19-Sep-13

-1.66%

4.66%-1.46%

3.47%

-0.61%

1.21%-0.96%

2.81%

-7.32%

1.80%

-2.54%

1.67%

IHSG

Malaysia

DOW Jones (Skala Kanan)

Hang-Seng (Skala Kanan)

Thailand

Philippina

Nikkei (Skala Kanan)

IHSG Thailand Malaysia Philippina Nikkei Hang-Seng

3,000

2,000

1,000

30,000

25,000

5,000

15,000

20,000

10,000

4/1/

2012

5/1/

2012

6/1/

2012

7/1/

2012

8/1/

2012

9/1/

2012

10/1

/201

2

11/1

/201

2

12/1

/201

2

1/1/

2013

2/1/

2013

3/1/

2013

4/1/

2013

5/1/

2013

6/1/

2013

7/1/

2013

8/1/

2013

9/1/

2013

Sumber: Bloomberg Database

Sumber: Bloomberg Database

Hasil analisis, riset dan diskusi yang menyimpulkan

bahwa tapering off akan diputuskan Fed pada Federal

Open Market Committee (FOMC) September ini,

50 120

115

110

105

100

95

90

85

80

75

70

45

40

35

30

25

4/1/

2012

5/1/

2012

6/1/

2012

7/1/

2012

8/1/

2012

9/1/

2012

10/1

/201

2

11/1

/201

2

12/1

/201

2

1/1/

2013

2/1/

2013

3/1/

2013

4/1/

2013

5/1/

2013

6/1/

2013

7/1/

2013

8/1/

2013

9/1/

2013

Bath ThailandRinggit MalaysiaPeso PhilippinaRupiah Indonesia (Skala Kanan)Yen Jepang (Skala Kanan)

Apresiasi/(Depresiasi) Nilai Tukar

Tanggal

23 Mei 2013

19-Sep-13

-1.13%

4.21%-0.00%

0.73%

-0.38%

2.62%-1.16%

1.09%

-0.64%

1.20%

RupiahIndonesia

BathThailand

RinggitMalaysia

PesoPhilippina

YenJepang

Keputusan Fed ini menjadi anti-klimaks

dari derasnya gejolak pasar di emerging market,

sejak pernyataan Bernanke Mei lalu. Anti-klimaks

terhadap persiapan/antisipasi tapering-off dari

investor keuangan global yang seolah-olah saling

berlomba menarik investasi mereka pada higher yield

Keterangan: nilai tukar beberapa mata uang pada tabel di atas disajikan dalam bentuk skala untuk mempermudah visualisasi. Mata uang Rupiah disajikan dalam bentuk ribu rupiah per dolar, sedangkan ringgit Malaysia disajikan dalam bentuk Ringgit per sepuluh dolar.

Page 10: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

11

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

instruments. Pembalikan investasi berupa out-flow

reversal ini pada dasarnya dapat dimaklumi sebagai

bagian dari strategi repatriasi dana investasi pasca

pelaksanaan QE yang menggelembungkan neraca Fed

hingga USD3,7 triliun, dimana sebagian mengalir ke

emerging market. The Economic Times mengasumsikan

sekitar 35% dari jumlah QE diinvestasikan diluar

perekonomian AS.

Dari pernyataan resmi FOMC dan press

conference terlihat nada pesimistis (dovish tone) atas

perkembangan fundamental ekonomi AS dan Fed,

antara lain:

Fundamental Ekonomi :

Tampaknya Fed masih ragu atas kesinambungan

economic recovery AS. Kinerja tenaga kerja

yang belum sepenuhnya membaik seperti

yang diharapkan, terutama dalam setahun

terakhir sejak kebijakan QE3.Pertumbuhan

ekonomi AS relatif masih terbatas dengan tingkat

inflasi yang relatif rendah. Berbagai analisis

mengungkapkan bahwa proyeksi besaran makro

ekonomi yang selama ini disusun Fed cenderung

optimistis (hawkish estimate). Terkait hal ini, Fed

memandang perlu untuk merevisi turun proyeksi

dimaksud seperti revisi turun GDP 2013 menjadi

1,8-2,4% dari 2,0-2,6%; GDP 2014 menjadi 2,2-

3,3% dari 3,3-3,6%; Inflasi 2013 dibawah 1,2%

dan akan naik perlahan hingga 2% tahun 2016;

Tingkat pengangguran telah mengalami

penurunan yang cukup signifikan dibanding saat

krisis (10%) ke level 7.3% namun masih jauh

dari target awal yang sebesar 5.5%. Demikian

pula halnya dengan pertumbuhan jumlah tenaga

kerja yang masih sangat kecil (0.54% yoy)

yang diikuti pula dengan menurunnya tingkat

partisipasi selama 10 tahun terakhir. Hal ini

menunjukkan bahwa: (i) adanya permasalahan

dalam penyerapan tenaga kerja baru dan (ii)

indikasi terbatasnya tingkat pertumbuhan yang

dapat dicapai oleh perekonomian Amerika Serikat

(Tabel Boks 1.1.1).

Grafik Boks 1.1.3Inflasi Amerika Serikat:

Persentase Perubahan CPI YoY

Tabel Boks 1.1.1Profil Ketenagakerjaan Amerika Serikat

Sumber: IFS, IMF

Sumber: IFS IMF, US Bureau of Labour Statistic

CPI % CHANGE

2010

M1

2010

M3

2010

M5

2010

M7

2010

M9

2010

M11

2011

M1

2011

M3

2011

M5

2011

M7

2011

M9

2011

M11

2012

M1

2012

M3

2012

M5

2013

M1

2013

M3

2013

M5

2012

M7

2012

M9

2012

M11

4.5

TargetInflasi

4

3.5

3

2.5

2

Pers

en (%

)

1.5

1

0.5

0

UkuranKetenagakerjaan

JumlahOrang M8

2012(Ribu Jiwa)

Actual Vs Target Pertumbuhan

Rate2008 M6

Rate2012 M8

Rate2013 M8 Target YoY M8 YTD M8

Bekerja 144,170 94.30% 91.57% 92.76% 94.5% 1.41% 0.59%

Pengangguran 11,316 5.70% 8.10% 7.30% 5.5% -9.35% -8.24%

Total Tenaga Kerja 155,486 100% 100% 100% N/A 0.54% -0.11%

Partisipasi 66.10% 63.8% 3.5% N/A -0.47% -0.63%

Page 11: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

12

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Fed juga khawatir atas peningkatan gejolak

risiko pasar keuangan(financial instability), baik

domestik AS maupun global dalam beberapa

bulan terakhir serta peningkatan tingkat bunga

pada sektor perumahan dan keuangan AS.

perdebatan fiskal antara Pemerintah

dan Kongres pada akhir September 2013 terkait

budget dan debt ceiling juga menjadi perhatian

Fed yang dapat berpotensi kepada government

shut-down (tidak lagi mampu membiayai seluruh

biaya pemerintah).

Lemahnya pasar kredit pemilikan rumah

(mortgage). Merespon wacana tapering-off

yang dikeluarkan oleh Fed, jumlah pinjaman

mortgage terus mengalami penurunan. Wacana

tapering-off telah mempengaruhi pasar

obligasi sehingga long-term borrowing costs

mengalami peningkatan. Secara umum, suku

bunga pinjaman perumahan telah mengalami

penurunan signifikan sejak Q3/08 yaitu dari

sekitar 6% hingga dibawah 3,5% pada Q3/12,

namun kembali naik sejak bulan Juni 2013

(pasca wacana tapering-off), dimana suku bunga

mortgage loan ditransaksikan pada 4.07%.

Sementara perkembangan jumlah pinjaman

perumahan yang disalurkan hanya mengalami

penurunan yang gradual (relatif mampu

mencegah penurunan yang masif pasca-krisis

sub-prime mortgages tahun 2008).

Bagi Indonesia, penundaan tapering off ini dapat

dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperbaiki

kinerja eksternal melalui kebijakan pemerintah

sehingga dapat memperbaiki current account deficit

serta mengundang investor global khususnya yang

berorientasi pada sektor riil. Hal ini penting mengingat

saat ini pemerintah Jepang juga sangat agresif untuk

mengeluarkan berbagai paket kebijakan stimulus

fiskal maupun moneter demi menopang pertumbuhan

ekonomi mereka. Hal ini secara tidak langsung juga

berdampak positif kepada potensi peningkatan ekspor

ke negara tersebut serta aliran dana investasi (inflows)

ke pasar keuangan emerging countries, termasuk

Indonesia. Saat ini neraca Bank of Japan membengkak

menjadi lebih dari USD2 triliun dan diperkirakan tahun

depan mencapai USD3 triliun.

DAFTAR REFERENSI

[1] http://www.reuters.com/article/2013/09/19/us-

usa-fed-banks-analysis idUSBRE98I07B20130919

[2] http://www.reuters.com/article/2013/05/08/us-

usa-fed-inflation-idUSBRE94704L20130508

[3] ht tp: / /economistsout look.b logs . rea l tor .

org/2013/07/03/latest-mortgage-applications-

data/

[4] Bloomberg Database dan News

[5] www.federalreserve.gov

[6] International Financial Statistics, IMF

[7] http://data.bls.gov/cgi-bin/surveymost

[8] http:/ /art ic les.economictimes. indiat imes.

com/2013-06-11/news/39899565_1_emerging-

economies-crisis-liquidity

[9] Global Counterpart Bank Indonesia

Grafik Boks 1.1.4Mortgage Loan (USD Juta)

dan Suku Bunga Mortgage (%)

Sumber: federalreserve.gov

Mortagage Rate

3.0

2003

Q1

2003

Q3

2004

Q1

2004

Q3

2005

Q1

2005

Q3

2006

Q1

2006

Q3

2007

Q1

2007

Q3

2008

Q1

2008

Q3

2009

Q1

2009

Q3

2010

Q1

2010

Q3

2011

Q1

2011

Q3

2012

Q1

2013

Q1

2012

Q3

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

7.0 16,000,000

15,000,000

14,000,000

13,000,000

12,000,000

11,000,000

10,000,000

9,000,000

8,000,000

7,000,000

6,000,000

6.5

Total Mortagage

Page 12: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

13

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Boks 1.2 Analisis Perkembangan Pasar Credit Default Swap (CDS) Indonesia 2013

Credit Default Swap (CDS) suatu negara seringkali

dijadikan indikator yang meresahkan baik bagi negara

yang bersangkutan maupun investor, khususnya

dikala tingginya ketidakpastian. Dinamisnya interaksi

pelaku pasar keuangan dengan berbagai kompleksitas

instrumen, disatu sisi meningkatkan opsi, volume

serta likuiditas pasar itu sendiri. Namun disisi lain,

instrumen yang tersedia justru menambah kerancuan

berbagai pihak atas fungsi serta peran yang melekat

atas instrumen tersebut, antara lain CDS dan Non-

Deliverable Forward (NDF). Pembentukan harga CDS

dalam perkembangannya secara relatif tidak lagi

dipengaruhi oleh parameter baku seperti tingkat

rating maupun perhitungan matematis probability of

default (PD) atas intrinsik value dari CDS itu sendiri.

Fenomena pasar keuangan ini menjadi suatu kewajaran

yang sangat dipahami dan dimaklumi oleh berbagai

kalangan dengan kemasan adanya inefisiensi pasar

keuangan, asymmetric information, perubahan risk-

appetite,credit event dan lainnya sehingga hal ini juga

memicu berkembangnya motif spekulasi.

Pada dasarnya CDS merupakan instrumen

keuangan (derivatif) yang bertujuan sebagai salah

satu opsi mitigasi risiko (hedging) atas kemungkinan

terjadinya event of default(bankruptcy, failure to pay,

restructuring, moratorium, obligation acceleration)

seperti negara-negara Argentina, Rusia, Yunani serta

lembaga-lembaga keuangan Fannie Mae, Freddie

Mac, Lehman Brothers, Washington Mutual, Bank of

Ireland. Dari berbagai definisi, CDS adalah kontrak

derivatif (OTC-over the counter), dimana pembeli akan

menerima pembayaran dari penjual CDS apabila issuer

(penerbit surat utang) mengalami event-of-deault.

Dalam hal ini, pihak pembeli harus membayar premi/

kupon secara periodik selama jangka waktu tertentu

kepada penjual CDS. Total volume transaksi CDS secara

global telah mencapai USD2 triliun, sementara rata-rata

nilai transaksi per-minggu sekitar USD590 miliar.

Pembentukan harga (pricing mechanism) CDS

pada dasarnya bertumpu kepada perhitungan dari

ekpektasi probability of default, disamping dipengaruhi

oleh faktor lainnya (supply/demand, volume, volatility,

ekpektasi perbaikan kondisi fundamental ekonomi dan

pasar keuangan negara yang bersangkutan serta unsur

spekulasi dan lainnya). Oleh karena itu, perkembangan

harga CDS suatu negara tidak selalu seiring dengan

kinerja rating negara yang bersangkutan secara relatif

dibandingkan dengan negara lainnya.

Dari analisis korelasi dan regresi atas pengamatan

data harian sejak tahun 2007-2013 diperoleh

kesimpulan bahwa CDS Indonesia dipengaruhi oleh

beberapa indikator pasar keuangan lainnya antara lain

nilai Forward Rate Rupiah (NDF 1 bulan); pergerakan

Index Dow Jones dan bursa IHSG; dan Implied Volatility

dari option di Bursa Chicago Board Options Exchange

(spread antara BI rate dan Fed Fund rate (UIRP) juga

diuji, namun ditemukan tidak signifikan).

Fluktuasi CDS dari 6 negara di Asia bergerak

dengan pola yang serupa, dimana harga CDS Indonesia

merupakan yang tertinggi diantara ke-6 negara Asia.

Peningkatan fluktuasi CDS (terutama negara dengan

current account defisit yang relatif besar) terjadi pasca

pernyataan Fed Chairman, Ben Bernanke pada 22 Mei

yang menyinggung kemungkinan Tapering Off atas

kebijakan Quantitative Easing (QE), mengakibatkan

pengetatan pada credit market. Negara-negara yang

Page 13: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

14

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

memiliki current account defisit yang besar mendapat

tekanan yang cukup dalam seperti India (naik 76 bps)

dan Indonesia (naik 56 bps) pada akhir Juni. Sementara

CDS Malaysia dan Cina naik sebesar 41 bps, Philipina

dan Thailand naik 35 bps serta Korea naik hanya 19

bps. Sejak awal tahun 2013 perilaku pergerakan harga

CDS Indonesia mulai menunjukkan pola yang melebar

dari negara Asia lainnya (divergence pattern) (Grafik

Boks 1.2.1).

Dari sisi volatilitas (annualized), harga CDS

Indonesia merupakan kedua tertinggi setelah

Cina, dimana tingginya volatilitas CDS Cina juga

disebabkan oleh adanya cash/credit squeeze pada 7 Juni

mengakibatkan bunga O/N Shibor naik secara signifikan.

Tabel Boks 1.2.1Hasil Analisis Regresi

Sumber: Perhitungan Penulis

Sumber: Bloomberg

Ordinary Least Square dengan kasi HAC Standard

Errorand Covariance (Menggunakan Kernel dan Bandwidth Newey-West untuk mengatasi permasalahan Autokorelasi dan H

Harian, 4 Januari 2007 – 20 Agustus 2013

l Depende CDS Indonesia 5 Tahun

l IndependenK s en t-St t

0 00 1 07

***

0 59 2 29 **

***

***

***

0 07 4 43 ***

0 3 23 ***

Konstanta

CDS Indonesia 5 Th (t-1)

NDF

IHSG

DJIA (t-1)

DJIA (t-2)

Implied Volatility

Implied Volatility(t-1)

UIRP (t-2) 0 1 01

Adjusted R- edInfo C on

Schw C

Grafik Boks 1.2.1Perbandingan CDS Indonesia dan Regional

CDS Indonesia

1/1/

2011

2/1/

2011

3/1/

2011

4/1/

2011

5/1/

2011

6/1/

2011

7/1/

2011

8/1/

2011

9/1/

2011

10/1

/201

1

11/1

/201

1

12/1

/201

1

1/1/

2012

2/1/

2012

3/1/

2012

4/1/

2012

5/1/

2012

6/1/

2012

7/1/

2012

8/1/

2012

1/1/

2013

2/1/

2013

3/1/

2013

4/1/

2013

5/1/

2013

6/1/

2013

7/1/

2013

8/1/

2013

9/1/

2012

10/1

/201

2

11/1

/201

2

12/1

/201

2

350

300

250

200

150

50

0

100

Har

ga (B

ps)

CDS Thailand CDS Malaysia CDS Philipines CDS KoreaCDS China

Peningkatan tekanan serta volatilitas CDS negara Asia

dalam beberapa bulan terakhir sangat dipengaruhi

oleh kekhawatiran menurunnya kinerja ekonomi

negara Asia disatu sisi dan membaiknya beberapa

Page 14: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

15

Bab 1. Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan

Tabel Boks 1.2.1Hasil Analisis Regresi

Sumber: Perhitungan Penulis

data ekonomi serta pasar keuangan US dan Eropa di

sisi lain. Intensitas tekanan ini berlanjut terkait semakin

tingginya ekspektasi pasar atas kebijakan Tapering Off

the Fed pada 18 September 2013.

Terdapat indikasi bahwa Eksposur foreign investor

juga merupakan faktor yang mempengaruhi harga

CDS, dimana komposisi kepemilikan asing untuk

obligasi di Malaysia (42%) dan Indonesia (30%) yang

relatif tinggi. Sementara negara lain seperti Srilanka,

Korea dan Thailand memiliki komposisi masing-masing

sebesar 13%, 15% dan 17%. Harga CDS suatu negara

juga tidak selalu sejalan dengan kinerja sovereign

rating negara tersebut, misalnya CDS Philipina yang

memiliki rating Standard and Poor (BB-) lebih rendah,

dari Indonesia (BB+), namun pembentukan harga CDS

negara tersebut relatif lebih baik (CDS Philipina 117 bps;

CDS Indonesia 242 bps) (Tabel Boks 1.2.2).

Menurut salah satu counterpart Bank Indonesia,

yang merupakan global investment bank, beberapa

alasan mengapa pembentukan harga CDS Philipina

lebih baik dari negara lainnya di Asia diantaranya:

asset domestik(hanya di kisaran 2-3% dari total

asset domestik);

Kinerja external balance-sheet seperti current

account surplus sejak tahun 2003 dan balance

of payment sejak 2005, disamping akumulasi

kecukupan cadangan devisa yang cukup signifikan;

beberapa tahun terakhir dengan debt to GDP

yang terus turun hingga hanya sekitar 41%.

DAFTAR REFERENSI

[1] http://www.reuters.com

[2] Bloomberg Database dan News

[3] International Financial Statistics, IMF

[4] Citibank Singapore & Citibank Hong Kong

[5] Global Counterpart Bank Indonesia

Harga CDS 9/19/2013 (Bps) VolumeTransaksi

Current Account cit ng

Negara Bid Ask Spread USD JutaNilai (USD

Juta) Periode S&P

Indonesia 220 229 9 100-150 (5,270.10) 2013Q1 BB+

Phillipina 107 113 6 100-150 3,439.00 2013Q1 BB-

Thailand 106 110 4 35-50 922.66 2012Q4 BB+

Malaysia 104 108 4 50-75 7,489.65 2012Q4 A-

Cina 80 83 3 250-300 45,111.70 2012Q4 AA-

Korea 72 74 2 150-250 9,971.80 2013Q1 A+

Page 15: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 16: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

17

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Bab 2Ketahanan Korporasi dan

Rumah Tangga

Page 17: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

18

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 18: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

19

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Bab 2 Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

2.1. SEKTOR KORPORASI

Kegiatan usaha secara umum mas ih

menunjukkan perkembangan yang membaik. Hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

mengindikasikan ekspansi kegiatan usaha triwulan II 2013

yang meningkat dari triwulan sebelumnya, dicerminkan

dengan SBT (Saldo Bersih Tertimbang) sebesar 18,62%

(Grafik 2.1). Peningkatan tersebut dipicu oleh peningkatan

konsumsi domestik yang meningkatkan penjualan

dan berdampak pada membaiknya kinerja keuangan

korporasi. Ekspansi kegiatan usaha diperkirakan masih

terus meningkat pada triwulan III 2013, terkonfirmasi

dari kenaikan SBT menjadi 23,89%. Sektor ekonomi

yang diperkirakan mengalami ekspansi terbesar adalah

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang didorong

oleh musim liburan. Sementara untuk sektor pertanian,

perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan yang

dipengaruhi oleh faktor musiman, dimana puncak musim

panen komoditas perkebunan umumnya akan terjadi pada

triwulan III. Seiring dengan peningkatan ekspansi bisnis,

situasi bisnis dirasakan semakin membaik dan makin

kondusif pada 6 bulan mendatang.

Kinerja keuangan korporasi sedikit membaik

dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang dicerminkan dari peningkatan

profitabilitas. Ditengah ancaman belum membaiknya

kondisi ekonomi global, menurunnya ekspor dan

menurunnya beberapa harga komoditas, kinerja keuangan

korporasi masih menunjukkan perbaikan.Masih kuatnya

Secara umum kondisi korporasi dan rumah tangga masih menunjukkan perkembangan yang positif.

Kegiatan usaha masih menunjukkan perbaikan, didukung oleh optimisme peningkatan kegiatan

usaha dengan tingkat risiko yang terjaga. Indikator profitabilitas, solvabilitas serta hasil survey

mendukung adanya perkembangan yang terus meningkat. Namun demikian, perbaikan tersebut

perlu dicermati mengingat berbagai risiko yang bersumber dari ekonomi dunia dan domestik.Risiko

pelemahan ekonomi dari eksternal terutama akibat penurunan permintaan global, sehingga harga

komoditas ekspor menurun. Sementara dari internal dalam negeri, dihadapkan pada peningkatan

biaya produksi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan

penyesuaian Upah Minimum Regional (UMR) pada beberapa daerah di Indonesia. Kebijakan

pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM dan TTL, disamping berdampak pada meningkatnya

biaya produksi perusahaan, bagi rumah tangga dapat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.

Page 19: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

20

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Dalam hal pembiayaan, sektor korporasi publik

masih relatif berhati-hati dalam menggunakan

dana pinjaman untuk mendukung peningkatan

usahanya. Indikator rasio utang korporasi go public

bahkan cenderung menurun. Hal ini terlihat dari rasio

Debt to Equity Ratio (DER) pada Triwulan I 2013 sebesar

0,87 dibandingkan dengan Triwulan IV 2012 sebesar

0,91, sedangkan rasio solvabilitas (total liabilities

terhadap total aset) relatif stabil sebesar 0,46 (Triwulan

I 2013) (Grafik 2.3). Menurunnya rasio DER dan

solvabilitas terutama dipicu oleh meningkatnya modal

perusahaan sebesar 4% dan menurunnya kewajiban

perusahaan sebesar 0,6% dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Grafik 2.3Perkembangan DER dan

TL/TA KorporasiNon-Financial yang Go Public

Secara umum tidak ada aturan threshold baku

untuk rasio DER. Terdapat pemahaman umum bahwa,

semakin tinggi rasio DER, semakin tinggi risiko perusahaan

dalam membayar kembali utangnya. Namun, rasio yang

rendah juga dapat diartikan bahwa perusahaan belum

memanfaatkan sumber dana eksternal secara optimal

untuk mendukung modal bagi ekspansi usaha. Rasio

DER biasanya dibandingkan dengan standar atau rata-

rata yang berlaku di masing-masing industri. Studi yang

dilakukan oleh sebuah lembaga analisa keuangan di

Amerika Serikat, mengatakan rata-rata DER untuk industri

manufaktur 1,77, retail 1,80, transportasi 2,0, konstruksi

konsumsi domestik menjadi faktor utama peningkatan

kegiatan usaha yang berdampak pada membaiknya kinerja

keuangan korporasi. Indikator profitabilitas korporasi yang

dicerminkan dari ROA pada Triwulan I 2013 sebesar 2,01%

atau meningkat dibandingkan dengan Triwulan I 2013

sebesar 1,82%. Dengan demikian, terjadi pertumbuhan

sebesar 10,56% (Grafik 2.2). Peningkatan ROA juga

diiringi dengan peningkatan ROE dari 3,66% pada

Triwulan I 2013 menjadi 3,76% pada Triwulan I 2013 atau

menunjukkan peningkatan sebesar 2,8%. Membaiknya

kinerja profitabilitas juga didukung oleh beberapa indikator

operasional seperti menurunnya collection period dari 43

hari (Triwulan I 2013) menjadi 20 hari (Triwulan I 2013).Hal

ini mencerminkan waktu penerimaan cash menjadi lebih

cepat.Semakin cepat korporasi memperoleh cash dari hasil

penjualan, semakin cepat korporasi menggunakan kembali

dananya tersebut untuk modal kerja dan investasi yang

mendukung perkembangan usahanya.

Sumber: SKDU, Bank Indonesia, Triwulan II-2013

Sumber: Bloomberg

Grafik 2.1Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Dunia Usaha

%,SBT30

20

10

0

2010

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2011 2012 2013

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 2.2Pertumbuhan ROA dan

ROE KorporasiNon-Financial yang Go Public

-50

-25

0

25

50

-50

-25

0

25

50

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

TwII

TwIII

TwIV

TwI

310221021102

%y-o-y%y-o-y

ROA(skala kiri)

ROE (skala kanan)

(9.78)

1,40

1,20

1,00

0,800,87

0,46

20122011201020092008200720062005 2013

0,60

0,40

0,20

0,00

DER TL/TA

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwIII

TwI

TwI

TwIII

Page 20: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

21

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Grafik 2.4Indikator Kunci Keuangan Korporasi

Tabel 2.1Probability of Default Korporasi berdasarkan Sektor Ekonomi

Kenaikan probability of default disebabkan peningkatan

risiko yang terjadi di sektor industri lain-lain,yang didominasi

oleh industri tekstil dan otomotif, serta sektor perdagangan

yang didominasi oleh industri retail, wholesale dan restoran,

hotel dan tour. Hal ini diperkirakan sebagai dampak

meningkatnya biaya produksi. Peningkatan PoD di sektor

perdagangan khususnya industri retail makanan dan minuman

serta restoran diperkirakan dipicu oleh meningkatnya biaya

produksi akibat kenaikan TTL serta kenaikan harga beberapa

bahan baku makanan yang sempat mengalami kelangkaan

pasokan pada Februari 2013 karena pembatasan impor antara

lain produk-produk hortikultura dan bawang .

Sebagian besar kredit perbankan yang disalurkan

kepada korporasi dalam bentuk modal kerja dan

investasi. Sebagian besar kredit kepada korporasi dalam

bentuk modal kerja mencapai 64,3% (Tabel 2.2). Dari total

kredit yang disalurkan kepada korporasi sebesar Rp1.660,5

triliun, dimanfaatkan untuk keperluan modal kerja sebesar

Rp1.068,5 triliun,kegiatan investasi sebesar Rp550,0 triliun

dan keperluan konsumsi sebesar Rp42,1 triliun. Sedangkan

apabila dilihat dari sektor ekonomi, kredit korporasi lebih

banyak digunakan antara lain di sektor Perindustrian

(27,1%), sektor jasa-jasa (24,6%) dan sektor Perdagangan,

hotel, restoran (17,6%), Tabel 2.3.

Sumber: Bloomberg, diolah

Sumber: Bloomberg, diolah

*) Perhitungan Probability of default menggunakan Metode Contingent Claim Analysis

**) Perhitungan periode TW.I-2013 hanya diwakili oleh 195 perusahaan

6

5

4

3

2

1

0

Collection Period

DER

Current Ratio

Inventory Turn Over Ratio

ROA

ROE

2012:Q1

2013:Q1

SEKTOR 2011Q1 2011Q2 2011Q3 2011Q4 2012Q1 2012Q2 2012Q3 2012Q4 2013Q1

Pertanian 2,37% 2,01% 0,00% 2,12% 0,16% 0,23% 0,27% 0,28% 0,05%

Industri Bahan Dasar 1,70% 0,89% 2,49% 1,96% 1,97% 1,31% 0,88% 1,75% 1,69%

Industri Bahan Konsumsi 1,15% 0,62% 0,89% 0,61% 0,70% 0,89% 0,50% 1,28% 0.94%

Infrastruktur 0,96% 0,79% 0,25% 1,26% 0,54% 0,51% 0,61% 1,72% 1,13%

Industri lain-lain 2,18% 6,23% 6,63% 6,96% 7,67% 8,89% 5,51% 5,41% 6.34%

Pertambangan 1,72% 0,77% 1,38% 1,30% 1,21% 1,18% 3,13% 1,52% 1.36%

Properti 1,70% 0,88% 0,00% 2,68% 3,12% 3,40% 1,98% 1,50% 0.90%

Perdagangan 4,88% 2,84% 2,78% 3,26% 2,50% 1,90% 2,40% 2,17% 3.44%

Agregrate(Keseluruhan korporasi)

2,38% 1,78% 2,44% 2,55% 2,23% 2,16% 1,82% 1,91% 2.01%

1,78, dan jasa asuransi keuangan 0,84. Sementara

limit rasio DER untuk usaha kecil maksimal 2. Secara

keseluruhan perkembangan indikator kinerja korporasi

tercermin dalam grafik 2.4.

Ditengah perkembangan usaha yang cukup

kondusif, risiko kredit masih berada pada tingkat

yang relatif rendah. Berdasarkan perhitungan probability

of default (PoD) terdapat perusahaan non financial yang go

public mengalami peningkatan potensi default. Probability

of default Triwulan I 2013 menjadi sebesar 2,01% sedikit

meningkat dari periode sebelumnya sebesar 1,91%

(Triwulan IV 2012), Tabel 2.1.

Page 21: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

22

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Ditengah perkembangan dunia usaha yang

terjaga, terdapat beberapa risiko yang perlu

mendapat perhatian. Perkembangan korporasi Indonesia

sejak awal tahun 2013 masih dibayangi ancaman eksternal

penurunan permintaan global, yang disertai penurunan

harga komoditas. Rencana The Fed yang akan melakukan

kebijakan tapering off juga telah berdampak aliran

modal keluar sehingga terjadi fluktuasi nilai tukar. Selain

menghadapi kondisi ekternal yang kurang baik, kinerja

korporasi juga dihadapkan pada peningkatan biaya

produksi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),

Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan penyesuaian Upah Minimum

Regional (UMR) pada beberapa daerah di Indonesia.

Kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan harga

BBM dan TTL, disamping berdampak pada menurunnya

daya beli masyarakat terhadap produk perusahaan,

juga meningkatkan biaya produksi perusahaan. Pasca

kenaikan harga BBM (Juni 2013), BPS mencatat inflasi

IHK pada Juli mencapai 3,29% (mtm) atau 8,61% (yoy).

Sementara itu, ancaman perlambatan ekonomi global

berpotensi pada kinerja korporasi yang bergerak pada

kegiatan ekspor terutama pada produk ekspor berbasis

sumber daya alam antara lain batu bara, karet, dan crude

palm oil (CPO).

Untuk melihat sejauh mana ketahanan korporasi

akibat pelemahan nilai tukar dan dampaknya terhadap

stabilitas sistem keuangan, telah dilakukan asesmen

terhadap kondisi aset dan kewajiban korporasi yang

mempunyai komponen dalam bentuk valas. Korporasi

dengan kondisi keuangan yang memiliki kewajiban valas

lebih besar dibandingkan dengan aset valasnya lebih

rentan terjadi penurunan kinerja keuangan saat terjadi

depresiasi nilai tukar rupiah. Hal tersebut pada gilirannya

akan berpengaruh pada kemampuan bayar korporasi

atas kewajiban-kewajiban keuangannya yang semakin

meningkat.

Pengamatan dilakukan terhadap 196 perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Secara

umum, kondisi keuangan korporasi masih cukup tahan

terhadap depresiasi rupiah. Sehingga dampak lanjutan

terhadap NPL dan CAR perbankan masih relatif minimal.

Stress test dilakukan terhadap beberapa perusahaan yang

insolvent ketika simulasi nilai tukar rupiah melemah sampai

dengan Rp16.000. Hasil stress-test dengan level depresiasi

rupiah sampai dengan Rp16.000 menunjukkan terjadinya

peningkatan NPL industri perbankan menjadi 2,02% dari

semula sebesar 1,87%, sementara itu CAR perbankan

tidak berubah yaitu masih tetap berada pada 17,95%.

Tabel 2.2 Fasilitas Kredit yang diberikan

kepada Korporasi menurut Jenis Kredit

Tabel 2.3 Kredit yang diberikan

kepada Korporasi menurut Sektor Ekonomi

Sumber:Sistem Informasi Debitur (SID), Agustus 2013**Sementara

Sumber: Sistem Informasi Debitur (SID), Agustus 2013**Sementara

Baki Debet

(Triliun Rp)

% thdp Baki

Debet

Kredit Modal Kerja 1.068,5 64,3%

Kredit Investasi 550,0 33,1%

Kredit Konsumsi 42,1 2,5%

TOTAL 1.660,5 100,0%

Korporasi

Jenis Kredit

BakiDebet(triliun Rp)

%thdBaki

Debet

Pertanian,perburuan,dansarana pertanian 123,5 7,4%0,59nagnabmatreP 5,7%7,944nairtsudnireP 27,1%

Listrik, Gas,dan 1,17ria 4,3%2,29iskurtsnoK 5,6%

Perdagangan,restoran danhotel 293,0 17,6%Pengangkutan,pergudangandankomunikasi 122,2 7,4%Jasa- 9,704asaj 24,6%Lain- 0,6nial 0,4%

5,066.1LATOT 100%

SektorEkonomi

Korporasi

Page 22: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

23

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Asesmen ketahanan korporasi tersebut diatas

menjadi salah satu bagian dari asesmen secara lebih

lengkap untuk melihat dampak terhadap stabilitas

sistem keuangan. Keterkaitan tersebut terutama karena

pembiayaan kegiatan usaha korporasi sebagian besar

bersumber dari lembaga keuangan terutama bank.

2.2. Kondisi Sektor Rumah Tangga

Sejalan dengan masih tumbuhnya dunia

usaha, indeks keyakinan konsumen juga meningkat.

Konsumsi rumah tangga masih mengalami peningkatan

sehingga menjadi penggerak perekonomian dalam

negeri. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2013 setelah tiga

bulan sebelumnya mengalami penurunan. IKK meningkat

5,4 poin menjadi 117,1 yang disebabkan oleh kenaikan

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 5,6 poin

dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 5,1 poin

(Grafik 2.5). Pendorong utama meningkatnya keyakinan

konsumen adalah meningkatnya indeks keyakinan akan

ketersediaan lapangan kerja sebesar 9,9 poin dari 97

menjadi 106,9.

dan Tahun Baru. Prediksi berkurangnya permintaan

pasca hari raya Idul Fitri telah sedikit menurunkan tekanan

harga pada 3 bulan mendatang. Hal tersebut diindikasikan

dengan penurunan indeks ekspektasi harga kelompok

bahan makanan (-2,4 poin). Hal serupa juga terjadi

pada indeks ekspektasi harga kelompok transportasi,

komunikasi serta jasa keuangan (-2,4 poin). Sebaliknya,

perkiraan tekanan kenaikan harga terutama terjadi pada

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

(3,9) poin.

Sementara itu, tekanan harga pada 6 bulan yang

akan datang (Desember 2013) diprediksi meningkat.

Hal ini dindikasikan oleh kenaikan indeks 0,3 poin yang

disebabkan oleh pengaruh musiman yakni natal dan tahun

baru (Grafik 2.6).

Grafik 2.5Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, DSM, Bank Indonesia

Tekanan kenaikan harga pada 3 bulan ke depan

(September 2013) diperkirakan sedikit melemah

setelah permintaan kembali normal pasca Hari Raya

Idul Fitri. Sebaliknya, tekanan harga pada 6 bulan

mendatang (Desember 2013) menjadi cukup besar

seiring dengan pengaruh musiman menjelang Natal

Kredit rumah tangga masih mengalami trend

pertumbuhan, meskipun dalam beberapa bulan

terakhir cenderung melambat. Tingkat NPL masih

stabil pada level aman. Berbeda dengan korporasi yang

menggunakan sebagian besar kredit untuk modal kerja,

rumah tangga lebih dominan menggunakan kredit untuk

keperluan konsumsi (70,1%). Posisi Juni 2013 kredit sektor

rumah tangga adalah sebesar Rp646,8 triliun atau tumbuh

9,41% yoy. Namun pertumbuhan kredit rumah tangga

sampai dengansemester I 2013 ini melambat dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai

31,59% (Juni 2012).

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

31022102110201029002

(Indeks, rata-rata tertimbang 18 kota)

IndeksKondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

IndeksEkspektasi Konsumen (IEK)

IndeksKeyakinan Konsumen (IKK)

OPTI

MIS

PES

IMIS

Krisis EkonomiGlobal

Efek KenaikanTDL

Rencana KenaikanHarga BBM

Grafik 2.6Indeks Ekspektasi Harga Pada Enam Bulan

Yang Akan Datang

Sumber: Survei Konsumen, DSM, Bank Indonesia

Inflasi Kumulatif Selama 6 bulan - BPS (sb. kanan)(Indeks, rata-rata tertimbang 18 kota)

2009 2010 2011 2012 2013

(%)5,0

4,5

4,0

3,5

3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0

200

190

180

170

160

150

140

130

120

Indeks Ekspetasi Harga 6 Bulan yad (sb. kiri)

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 111 3 5 7 9 11

Page 23: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

24

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Sementara itu, non performing loans (NPL) kredit

sempat mengalami sedikit peningkatan pada awal tahun

2013. Dalam perkembangan sampai pada akhir semester

I cenderung menurun dengan rasio relatif rendah yaitu

1,54% (Grafik 2.7).

Grafik 2.7Perkembangan Kredit

dan NPL ke Sektor Rumah Tangga

Grafik 2.8Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut

Jenisnya (per Juni 2013)

Grafik 2.9Perkembangan Kredit Sektor Rumah Tangga

Menurut Jenisnya

Grafik 2.10Perkembangan NPL Kredit Sektor Rumah Tangga

Menurut Jenisnya

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum , diolah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum , diolah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum , diolah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum , diolah

Dari sisi penggunaan, sebagian besar kredit kepada

sektor rumah tangga bertujuan untuk kredit perumahan,

diikuti oleh kredit multiguna, dan kredit kendaraan (Grafik

2.8).

Perumahan43,64%

Kendaraan15,22%

Peralatan RT0,22%

Multiguna37,15%

RT Lainnya3,77%

Perlambatan pertumbuhan terjadi pada seluruh jenis

kredit rumah tangga, bahkan pertumbuhan negatif terjadi

pada kredit kendaraan (dari 15,81% menjadi -8,17%)

dan kredit pembelian peralatan rumah tangga (seperti

furnitur, televisi, alat elektronik, komputer, alat komunikasi

dan peralatanrumah tangga lainnya) yaitu dari 50,76%

menjadi -50,97%.

Meski secara umum kredit rumah tangga mengalami

perlambatan pertumbuhan, rasio NPL seluruh jenis kredit

sektor RT masih stabil pada level yang rendah, yaitu

perumahan 2,33%, kendaraan 0,93%, peralatan RT

0,93%, multiguna 0,87% dan kredit RT lainnya sebesar

1,48%.

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%Growth(yoy)

Perumahan Kendaraan PeralatanRT Multiguna RT Lainnya

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

3,50%NPL

Perumahan Kendaraan PeralatanRT Multiguna RT Lainnya

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

100

200

300

400

500

600

700

Jan

-12

Feb

-12

Mar

-12

Ap

r-1

2

Mei

-12

Jun

-12

Jul

-12

Agu

st-1

2

Sep

-12

Okt

-12

No

v-1

2

Des

-12

Jan

-13

Feb

-13

Mar

-13

Ap

r-1

3

Mei

-13

Jun

-13

NP

L(%

)

Tri

liu

n(R

p)

Kredit RT (Kiri) NPL RT (Kanan)

Page 24: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

25

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Boks 2.1 Pengendalian Risiko di Sektor Properti

Pangsa kredit konsumsi terhadap total kredit

perbankan di Indonesia menunjukkan trend yang

terus meningkat. Pangsa kredit konsumsi sampai

dengan bulan Juni 2013 mencapai 28,8% meningkat

dari 21,6% pada akhir tahun 2002. Di antara kredit

konsumsi tersebut kredit dalam bentuk Kredit Pemilikan

Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan

Kredit Multiguna mempunyai pangsa dominan. Dalam

rangka menghindari penyaluran kredit yang berlebihan

pada sektor tertentu serta untuk meningkatkan kehati-

hatian perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan

ketentuan Down Payment (DP) minimum bagi KKB

dan Loan to Value (LTV) maksimal bagi KPR yang

berlaku sejak 15 Juni 2012. Sejak penerapan ketentuan

tersebut pertumbuhan KKB menurun dan Non

Performing Loan (NPL) nominal juga berkurang. Namun

demikian, pertumbuhan KPR tipe > 70 dan kredit untuk

flat/apartment (KPA) >70 masih tinggi masing-masing

mencapai 24,1% dan 62,3% pada periode Juni 2013.

Tingginya pertumbuhan KPR/KPA ini dibarengi

dengan tingginya kenaikan Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) sebesar 11,0% pada Triwulan I 2013

dan 12,1% pada Triwulan II 2013. Kenaikan tersebut

merupakan yang tertinggi sejak survei diselenggarakan

oleh Bank Indonesia. Dari sisi ukuran bangunan,

kenaikan tertinggi terjadi pada harga rumah kecil

(luas<36m2). Bila melihat masing-masing lokasi proyek

diproperti, kenaikan harga properti per tahun dapat

sangat bervariasi. Kenaikan harga yang tinggi didorong

oleh tingginya permintaan terhadap perumahan, baik

untuk rumah tinggal maupun untuk investasi. Kenaikan

harga perumahan residensial ini tidak hanya terjadi di

beberapa wilayah tertentu tapi menyebar ke berbagai

wilayah. Hal ini dikhawatirkan dapat menjadikan harga

rumah semakin mahal dan sulit terjangkau, khususnya

oleh masyarakat yang berpendapatan rendah. Selain

itu, tingginya harga rumah, yang memiliki konsekuensi

pengambilan KPR dalam nilai yang lebih besar bila

dilakukan dengan pembiayaan perbankan, berpotensi

menjadi pemicu instabilitas keuangan apabila terjadi

gagal bayar.

Perhatian terhadap pertumbuhan harga properti

dan pertumbuhan KPR ini diperkuat dengan tambahan

informasi bahwa di lapangan terdapat pembelian

Tabel Boks 2.1.1Debitur dengan lebih dari satu fasilitas KPR

NoJumlah

KPRJumlahDebitur

PangsaJumlahDebitur

JumlahRumah

Total Plafon(Rp Miliar)

PangsaTotal

Plafon

TotalBaki Debet(Rp Miliar)

NPL(Rp Miliar)

% NPL

1 2 31.368 88,9% 62.736 24.878 72,1% 22.968 366 1,6%2 3 - 6 2.937 8,3% 8.811 5.796 16,8% 5.288 45 0,9%3 6 - 9 942 2,7% 4.092 3.211 9,3% 3.001 9 0,3%4 > 9 46 0,1% 384 618 1,8% 573 - 0,0%

35.293 100,0% 76.023 34.503 100,0% 31.830 420 1,3%Total KPR April 536.7523102 6.179 2,4%

12,4% 6,8%

Total

Page 25: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

26

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

properti secara bulk (lebih dari 1 bahkan 10 unit

sekaligus), baik menggunakan KPR ataupun secara cash

/ cash bertahap. Data Sistem Informasi Debitur (SID) per

April 2013 menunjukkan adanya debitur yang memiliki

KPR lebih dari satu sebanyak 35.298 debitur (sekitar

4,6% dari total 768.132 debitur KPR), dengan nilai

baki debet Rp 31,8 T(12,4% dari total Baki debet KPR

posisi April 2013 sebesar Rp 257,6 T). Dengan perilaku

demikian, maka permintaan terhadap perumahan

diperkirakan akan terus meningkat dan dikhawatirkan

terus mendorong kenaikan harga rumah.

Sekitar 50% debitur dengan lebih dari satu KPR

tersebut memperoleh fasilitas pembiayaan dalam 3

tahun terakhir.Sejak tahun 2010 hingga data bulan

April 2013, jumlah debitur yang memiliki KPR lebih

dari satu cenderung meningkat.

Tingginya pertumbuhan KPR tersebut diatas

didukung oleh preferensi properti sebagai investasi

masyarakat yang ditangkap melalui survei. Beberapa

kesimpulan penting dalam survei Bank Indonesia yang

dilaksanakan pada Mei 2013 adalah sebagai berikut:

- Dalam 1 tahun terakhir 42,5% responden

memilih untuk berinvestasi atau membeli properti

dibandingkan emas, saham/reksadana dan

deposito.

- Permintaan properti 1 tahun ke depan diperkirakan

juga tetap kuat. Hal ini ditunjukkan bahwa 64%

responden memilih berinvestasi di properti di

banding pilihan lainnya untuk periode 1 tahun

ke depan.

- 81,1% responden menyatakan bahwa alasan

membeli properti adalah adanya ekspektasi

kenaikan harga.

- Tidak seluruh properti yang mendapatkan KPR/KPA

pertama dipergunakan untuk ditinggali. 13,9%

responden menggunakan KPR/KPA pertama

sebagai sarana investasi atau disewakan.

- Semakin banyak rumah/KPR/KPA yang dimiliki,

semakin besar kemungkinan digunakan sebagai

alat investasi. Survei menunjukkan 65% KPR/KPA

kedua digunakan untuk investasi dan 100% KPR/

KPA ketiga digunakan untuk investasi.

Kredit yang terkait properti terdiri dari KPR/

KPA, kredit konstruksi dan kredit real estate, dengan

informasi tambahan bahwa sebagaian dari kredit

multiguna digunakan juga untuk pembelian properti.

Hal ini didasarkan survei Bank Indonesia pada bulan

Mei 2013 bahwa 5% responden menggunakan kredit

multiguna untuk pembelian atau tambahan pembelian

properti.

Tabel Boks 2.1.2Jumlah Debitur dengan KPR lebih dari satu

No Tahun Jumlah KPR Pangsa (%)Baki Debet

(Rp miliar)Baki Debet(%)

Plafon

(Rp miliar)

Plafon

(%)

1 <2009 13.298 38% 5.102 16% 6.025 17%

2 2010 4.700 13% 3.500 11% 3.852 11%

3 2011 6.570 19% 7.300 23% 7.958 23%

4 2012 8.299 24% 11.803 37% 12.378 36%

52013

(s.d. Apr’13)2.431 7% 4.126 13% 4.290 12%

Total 35.298 100% 31.830 100% 34.502 100%

Page 26: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

27

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

Untuk melihat dampak risiko kredit properti,

dilakukan stress test dengan asumsi terjadi default dari

kredit terkait properti di atas sebesar 10%, maka akan

terdapat beberapa bank yang mengalami NPL di atas

5%. Namun demikian, dampak terhadap permodalan

bank relatif minimal.Hasil stress test menunjukkan tidak

terdapat bank dengan rasio CAR di bawah 8% sesuai

treshold yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa

ketahanan perbankan dianggap masih cukup untuk

menyerap potensi kerugian yang mungkin muncul

jika terjadi default kredit terkait properti sebesar 10%.

Hasil stress test yang menunjukkan penurunan

kinerja perbankan dari indikator NPL pada beberapa

bank, perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut.

Oleh karenanya, untuk menjaga stabilitas keuangan

dipandang perlu untuk meningkatkan tingkat kehati-

hatian bank untuk menghindari risiko yang lebih tinggi.

Selain itu, peningkatan ketentuan kehati-hatian juga

diharapkan dapat mengendalikan penggunaan kredit

atau pembiayaan perbankan untuk pembelian properti

yang tidak ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan

primer.

Kebijakan Bank Indonesia dimaksud selanjutnya

dituangkan dalam pengaturan LTV lebih lanjut dengan

pokok-pokok pengaturan sebagai berikut:

- Pengaturan LTV yang lebih rendah untuk KPR/

KPA kedua, ketiga dan seterusnya.

- Pengenaan LTV untuk rumah tinggal dengan

tipe 22-70m2 untuk KPR kedua, ketiga dan

seterusnya.

- Pengenaan LTV untuk KPA pertama tipe 22-

70m2

- Memberlakukan ketentuan LTV bagi kredit

konsumsi beragun properti (di luar skim KPR/

KPA), misalnya adalah kredit multiguna beragun

properti.

- Mengatur LTV untuk kredit/pembiayaan Ruko dan

Rukan kedua dan seterusnya.

- Melarang pemberian kredit/pembiayaan

tambahan untuk uang muka pembelian

properti

- Suami dan istri dianggap sebagai satu debitur.

Dengan demikian, bila debitur yang masih

memiliki KPR/KPA/Kredit konsumsi beragun

properti yang belum lunas mengajukan KPR/KPA

lagi atas nama suami/istri, maka akan dikenakan

ketentuan LTV yang lebih rendah karena

merupakan KPR/KPA kedua. Hal ini dikecualikan

jika suami – istri memiliki perjanjian pisah harta

yang disahkan notaris.

- Kredit Pemilikan Ruko dan Rukan kedua dan

seterusnya dikenakan ketentuan LTV.

Secara ringkas ketentuan LTV untuk fasilitas kredit

kedua, ketiga dan seterusnya adalah sebagai berikut:

Selain pengaturan LTV tersebut, guna perluasan

faktor mitigasi risiko dan perlindungan konsumen,

penyaluran fasilitas kredit/pembiayaan properti kedua

dan seterusnya hanya dapat dilakukan bila properti yang

dibiayai sudah dalam keadaan selesai dibangun sesuai

yang diperjanjikan dan siap untuk diserahterimakan

kepada pembeli. Namun, untuk pemberian fasilitas

kredit/pembiayaan properti pertama, properti yang

dibiayai masih diperbolehkan belum dibangun (inden)

namun pencairan kredit / pembiayaan oleh bank

harus disesuaikan dengan progres pembangunan unit

properti yang dibiayai.

Tidak semua konsumen membeli properti dengan

menggunakan kredit. Sebagian pembeli properti

melakukan pembayaran secara cash/cash bertahap

tanpa harus meminta KPR/KPA. Disadari bahwa

ketentuan Bank Indonesia hanya dapat mempengaruhi

permintaan properti yang menggunakan kredit, namun

Page 27: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

28

Bab 2. Ketahanan Korporasi dan Rumah Tangga

tidak efektif mempengaruhi pembelian properti

menggunakan cash/cash bertahap.

Kebijakan LTV dimaksudkan untuk meningkatkan

tingkat kehati-hatian bank dan mengarahkan

pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Kredit

Tabel Boks 2.1.3.Tipe Kredit/Pembiayaan atau Agunan LTV/FTV Maksimum

Tipe Kredit/Pembiayaan atauAgunan

LTV/FTV MaksimumI II > II

KPR Tipe > 70 70% 60% 50%KPRS Tipe > 70 70% 60% 50%KPR Tipe 22- 70 - 70% 60%KPRS Tipe 22 - 70 80% 70% 60%KPRS Tipe sd 21 - 70% 60%KP Ruko/Rukan - 70% 60%

Pemilikan Apartemen (KPA) agar tidak tumbuh

berlebihan. Pertumbuhan kredit properti yang wajar

juga dapat menjaga kelangsungan pertumbuhan sektor

properti dalam jangka panjang secara lebih baik.

Page 28: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

29

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Bab 3Ketahanan Sistem Keuangan

Page 29: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

30

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 30: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

31

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Bab 3 Ketahanan Sistem Keuangan

3.1. RISIKO DI SISTEM PERBANKAN

3.1.1. Perkembangan dan Risiko Kredit

Perkembangan Kredit

Pertumbuhan kredit perbankan masih

menunjukkan peningkatan dan dapat berkontribusi

terhadap perekonomian. Selama semester I 2013,

penyaluran kredit mengalami pertumbuhan sebesar 9,3%

atau tumbuh 20,6% (yoy) dan kebanyakan disalurkan ke

Di tengah meningkatnya tekanan dari perekonomian domestik dan global selama semester 1

2013, industri perbankan telah berhasil menghadapi berbagai tantangan dan menunjukkan hasil

positif sebagaimana terlihat dari aspek fungsi intermediasi, profitabilitas dan struktur permodalan.

Secara keseluruhan, perbankan mampu menjalankan fungsi intermediasi sebagaimana ditunjukkan

oleh jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun dan kredit yang disalurkan. Perbankan

juga berhasil menjaga risiko kredit pada level yang rendah dan risiko likuiditas pada level yang

aman. Strategi ekspansi kredit yang berorientasi ke sektor-sektor produktif yang disertai dengan

peningkatan efisiensi operasional telah berdampak positif terhadap profitabilitas perbankan.

Dari sisi permodalan, CAR perbankan masih berada pada level aman dan di atas level minimum

berdasarkan profil risikonya.

Grafik 3.1Pertumbuhan Kredit Per Valuta

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

Grafik 3.2Pendanaan Kredit Per Valuta

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

sektor-sektor produktif. Namun demikian, selama semester

laporan terjadi trend perlambatan pertumbuhan kredit

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut antara

lain terkait dengan ketidakpastian penyelesaian krisis

global yang berdampak pada menurunnya permintaan

permintaan dunia terhadap komoditas ekspor serta

perlambatan perekonomian nasional.

Sem I - 2012 Sem II - 2012 Sem I - 2013

14%

11.5%11.2%

9.68%

11.2%

6.3%7.12%

11.5%

10.4%

9.28%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%Rupiah Valas Total < 1 bln 1- 3 bln 3- 6 bln

6- 12 bln > 12 bln

20%

78%

1% 1%0%

Page 31: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

32

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Jika dilihat secara sektoral, secara umum penyaluran

kredit ke semua sektor produktif tumbuh positif meskipun

melambat dibandingkan lalu. Jika dilihat lebih jauh,

beberapa sektor ekonomi mengalami perlambatan

pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya adalah

sektor pertambangan, lainnya, dan industri pengolahan.

Perlambatan tersebut diduga terkait dengan penurunan

kinerja sebagian korporasi domestik seiring dengan masih

tingginya ketidakpastian dalam penyelesaian krisis global.

Selain itu, penurunan likuiditas perbankan yang disertai

dengan proses revitalisasi kredit juga mendorong tren

perlambatan tersebut.

Penurunan ekspor akibat krisis global serta

pelemahan nilai tukar rupiah turut mendorong

perlambatan kredit valas. Kredit valas pada

semester I 2013 tumbuh sebesar 7.12%, cenderung

melambat dibandingkan dengan posisi yang sama

tahun lalu. Sejalan dengan melemahnya permintaan

beberapa negara mitra dagang utama Indonesia dan

menurunnya harga komoditas ekspor berbasis sumber

daya alam (SDA) seperti kelapa sawit (crude palm oil)

dan batubara.

Meskipun pertumbuhan kredit valas cenderung

melambat, namun potensi risikonya tetap perlu

diantisipasi mengingat pelemahan nilai tukar rupiah

dapat menurunkan kemampuan debitur dalam memenuhi

kewajiban pembayaran utang yang pada akhirnya dapat

menyebabkan peningkatan kredit bermasalah. Selain

itu, perbankan juga harus berhati-hati dalam mengelola

sumber pendanaan kredit valas, karena sumber utama

pembiayaan utamanya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK)

valas jangka pendek, sehingga potensi terjadinya currency

mismatch perlu dimitigasi.

Peranan kredit ke sektor produktif tetap

dominan selama semester I 2013. Jika dilihat berdasarkan

tujuannya, penyaluran kredit ke sektor produktif masih

tetap dominan. Share kredit produktif meningkat dari

70,5% pada semester lalu menjadi 71,2%. Peningkatan

share kredit produktif tersebut terutama didukung

peningkatan pertumbuhan kredit invetasi sejalan dengan

masih optimisnya kalangan pebisnis terhadap kondisi

perekonomian nasional. Masih tingginya pertumbuhan

kredit investasi diharapkan dapat mendorong sektor

riil dan pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam hal ini,

perbankan perlu mewaspadai risiko kredit investasi

terutama dari sisi sumber dana perbankan yang mayoritas

masih berjangka waktu pendek sementara jangka waktu

kredit investasi umumnya lebih panjang. Sementara itu,

perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi lebih terkait

Grafik 3.3Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

dengan kebijakan LTV dan DP yang efektif mulai berlaku

sejak Juni 2012.

12.8%

9.2%

6.90%

13.2%12.6%

18.50%

8.2%

10.8%

6.50%

KMK KI KK

20.0%

18.0%

16.0%

14.0%

12.0%

10.0%

8.0%

6.0%

4.0%

2.0%

0.0%

Sem I - 2012 Sem II - 2012 Sem I - 2013

Grafik 3.4Pertumbuhan Kredit Per Sektor Ekonomi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

Sem I - 2012 Sem II - 2012 Sem I - 2013

Perda

gang

an

Listrik

Perta

mbang

an

Jasa S

osial

Jasa D

unia

Usah

a

Perta

nian

Kons

truksi

Peng

angk

utan

Indus

tri

Lain-

lain

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

19%

0.9%

8.8%

16.9%

13.5%

8.4%

12.6%

7.9%

4.6%

17.9%

Page 32: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

33

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

1) Tanpa kredit penerusan (channeling), kecuali dinyatakan lain

Kecenderungan perlambatan ekonomi mulai

berdampak pada perlambatan kredit namun

risiko kredit masih rendah. Meskipun NPL kredit

pada semester ini masih rendah, namun perlambatan

ekonomi yang terjadi terlihat mulai berdampak pada

meningkatnya kredit kolektibilitas 2. Meskipun kredit

kolektibilitas 2 dapat berpotensi menjadi NPL, namun

risiko tersebut diperkirakan cenderung terbatas. Meskipun

relatif terbatas, peningkatan risiko tersebut antara lain

dapat terjadi pada sektor real estate, usaha persewaan

dan jasa perusahaan, listrik, gas dan air, penyediaan

akomodasi, serta penyediaan makanan dan minuman

karena mengalami pertumbuhan kredit kolektibilitas 2

yang cukup tinggi.

Grafik 3.5Non-Performing Loans (NPL)

Grafik 3.6Siklus GDP dan NPL

Grafik 3.8Perkembangan Rasio Kredit Kualitas 2 dan NPL

Risiko Kredit1

Ditengah upaya untuk meningkatkan fungsi

intermediasi, risiko kredit perbankan masih rendah.

Pada akhir semester I 2013, rasio NPL gross perbankan

mencapai 1,88%, relatif stabil dibandingkan semester

lalu, dan menurun dibandingkan posisi yang sama tahun

lalu. Penurunan tersebut terutama karena perbankan

melakukan proses penyaluran kredit secara selektif

sehingga peningkatan jumlah NPL kredit lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan kreditnya.

N PL Gross N PL Net

2008 2009 2009

0.94

1.88

2011 2012 2013

4,5

4

3,5

3

2,5

2

1,5

1

0,5

0

Sep

- 01

Mar

- 02

Sep

- 02

Mar

- 03

Sep

- 03

Mar

- 04

Sep

- 04

Mar

- 05

Sep

- 05

Mar

- 06

Sep

- 06

Mar

- 07

Sep

- 07

Mar

- 08

Sep

- 08

Mar

- 09

Sep

- 09

Mar

- 10

Sep

- 10

Mar

- 11

Sep

- 11

Mar

- 12

Sep

- 12

Mar

- 13

NPL (%) GDN (%)

koef, korelasi = 0,68

Siklus Ekonomi dan Risiko Kredit Bank20 %

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Grafik 3.7Perkembangan Kredit Kolektibitas 2 dan NPL

0,0%

5,0%

10,0%

15,0%

20,0%

25,0%

30,0%

35,0%

40,0%

Sep-

00M

ei-0

1Ja

n 02

Sep-

02M

ei-0

3Ja

n-04

Sep-

04M

ei-0

5Ja

n-06

Sep-

06M

ei-0

7Ja

n-08

Sep-

08M

ei-0

9Ja

n-10

Sep-

10M

ei-1

1Ja

n-12

Sep-

12M

ei-1

3

Kolek 2 NPL Kolek 2 + NPL

0,0%

1,0%

2,0%

3,0%

4,0%

5,0%

6,0%

7,0%

8,0%

Des-

11Ja

n-1

2Fe

b-1

2M

ar-1

2Ap

r-12

Mei

-12

Jun

-12

Jul-

12Ag

ust-

12Se

p-1

2O

kt-1

2No

p-1

2De

s-12

Jan

-13

Feb

-13

Mar

-13

Apr-

13M

ei-1

3Ju

n-1

3

5,0%

4,5%

4.0%

3,5%

3,0%

2,5%

2,0%

1,5%

1,0%

0,5%

0,0%

3,9%

2,2%1,9%

4,2%average :4,2%

4,6% 4,7%4,5% 4,3%

3,8%

4,6%

2,0%1,9%

Nov-

11De

c-11

Jan-

12Fe

b-12

Mar

-12

Apr-1

2M

ay-1

2Ju

n-12

Jul-1

2Au

g-12

Sep-

12O

ct-1

2No

v-12

Dec-

12Ja

n-13

Feb-

13M

ar-1

3Ap

r-13

May

-13

Jun-

13

Rasio Kredit Dalam Perhatian Khusus/Total KreditRasio NPL/Total Kredit

Page 33: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

34

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

3.1.2. Pendanaan dan Risiko Likuiditas

Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Struktur pendanaan bank masih didominasi

oleh Dana Pihak Ketiga (DPK). Sampai dengan semester

I 2013, pangsa DPK menjadi sumber utama pendanaan

mencapai 89,62%, meningkat dibandingkan semester

sebelumnya maupun posisi yang sama tahun lalu.

Sementara itu, sumber dana dari antar bank pada semester

ini mengalami penurunan sebesar 3,22%. Komponen-

komponen lain menyumbang porsi yang sangat kecil, yaitu:

pinjaman, surat-surat berharga, kewajiban lainnya serta

kewajiban pada Bank Indonesia dan setoran jaminan.

DPK tetap tumbuh namun melambat dibanding

semester lalu maupun posisi yang sama tahun

sebelumnya. Selama semester I 2013, DPK perbankan

meningkat Rp149,2 triliun (4,63%) sehingga menjadi

Rp3.374,4 triliun. Kenaikan DPK pada semester ini lebih

rendah dari kenaikan DPK pada semester II 2012 yang

mencapai sebesar Rp269,40 triliun (9,12%) maupun

dibandingkan semester I 2012 yang tercatat sebesar

6,14%. Penurunan pertumbuhan tersebut juga terkait

dengan faktor musiman menjelang bulan puasa dan hari

Raya Idul Fitri.

Dari sisi golongan pemilik, pertumbuhan DPK

lebih bertumpu pada golongan individu swasta

perusahaan dan Pemda. Pertumbuhan DPK tertinggi

terdapat pada golongan swasta perusahaan sebesar

Rp290,20 triliun atau 49,40% diikuti oleh golongan swasta

lainnya sebesar Rp73,92 triliun atau 19,55%. Sebaliknya,

golongan swasta perseorangan mengalami penurunan

Tabel 3.1Pertumbuhan Nominal Kredit Kolektibilitas 2

per Sektor Ekonomi

Grafik 3.9Rasio Kredit Kualitas 2 terhadap Total Kredit

p

Jan Feb Mart Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

7.0%

6.5%

6.0%

5.5%

5.0%

4.5%

4.0%

3.5%

3.0%

2010 2011 2012 2013

Pertumbuhan YoY Pertumbuhan MTM

Nama Bank Share Growth Nama Bank Share Growth

Perdagangan Besar dan Eceran 8.1% 44.8% Perdagangan Besar dan Eceran 5.2% 12.8%

Industri Pengolahan 6.2% 52.9% Industri Pengolahan 2.9% 21.8%

Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.8% 166.9% Rumah Tangga - Untuk Pemilikan Rumah Tinggal 2.8% 17.5%

Rumah Tangga - Untuk Pemilikan PeralatanRumah Tangga lainnya 3.9% 94.1%

Real Estate Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.8% 37.7%

Rumah Tangga - Untuk Pemilikan Rumah Tinggal

3.8% 22.1% Rumah Tangga - Untuk Pemilikan Kendaraan bermotor 0.9% 11.9%

Pertanian perburuan dan Kehutanan 2.5% 63.9% Transportasi pergudangan dan komunikasi 0.9% 22.2%

Listrik gas dan air 1.4% 613.3% Bukan lapangan Usaha Lainnya 0.8% 11.1%

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 1.1% 102.7%

Pertanian Perburuan dan Kehutanan0.8% 16.5%

Jasa Kemasyarakatan Sosial Budaya Hiburandan Perorangan lainnya 1.0% 56.5%

Konstruksi 0.8% 19.4%

Trasportasi pergudangan dan komunikasi 1.0% 24.4% Listrik gas dan air 0.7% 85.0%

Industri 30.4% Industri 16.1%

Keterangan : Data Periode bulan Juni 2013

Page 34: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

35

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

sebesar 0,67% setelah pada semester sebelumnya

mengalami penurunan sebesar 2,79%.

total pertumbuhan DPK. Peningkatan DPK rupiah ini lebih

rendah daripada semester sebelumnya yang mengalami

peningkatan sebesar Rp118,1 triliun.Grafik 3.11

Pangsa Pendanaan dan Pembiayaan BankGrafik 3.13

Delta Nominal Peningkatan DPK Berdasarkan Golongan Pemilik

Grafik 3.14Komposisi Deposito Valuta Berdasarkan

Jangka Waktu

Grafik 3.12Pertumbuhan DPK per Semester

DPK89,62%

Antar bank 3,54%

SSB 8,52%Antar bank 4,07%

BI17,50%

Kredit72,77%

Pendanaan Penempatan

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

sem I-09 sem II-09 sem I-10 sem II-10 sem I-11 sem II-11 sem I-12 sem II-12 sem I-13

400

350

300

250

200

150

100

50

16.00%

14.00%

12.00%

10.00%

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%-

growth dalam nominal - skala kiri growth dalam % - skala kanan

Berdasarkan jenis komponennya, seluruh komponen

DPK meningkat, dengan peningkatan tertinggi pada

komponen Giro dan deposito, yaitu masing-masing sebesar

Rp60,30 triliun (7,90%) dan Rp99,7 triliun (7,20%).

Sementara pada semester sebelumnya, peningkatan DPK

tertinggi terjadi pada komponen tabungan dan deposito,

yaitu masing-masing sebesar Rp137,63 triliun (14,65%)

dan Rp83 triliun (6,39%). Pengalihan dari tabungan

menjadi deposito sejalan dengan pertumbuhan swasta

perusahaan.

Sementara berdasarkan valuta, peningkatan

DPK terutama disumbang oleh DPK rupiah. Selama

periode laporan, DPK rupiah meningkat Rp86,5 triliun

atau 3,14% dari total pertumbuhan DPK, sedangkan

DPK valas meningkat Rp62,7 triliun atau 13,41% dari

Sem I - 2012 Sem I - 2013

400Rp T

300

200

100

(100)

(200)

(300)

Pem

erin

tah

Pusa

t

Pem

erin

tah

Daer

ah

Swas

ta-P

erse

oran

gan

Swas

ta-L

emb

Keua

ngan

Swas

ta-P

erus

ahaa

n

Swas

ta-L

ainny

a

Non

Resid

en

21.30%

11.26%

9.77%

0.79%

56.87%

= 1 BLN > 1-3 BLN > 3-6 BLN

> 6-12 BLN > 12 BLN

DPK masih menempati porsi utama bagi

perbankan sebagai sumber pembiayaan kredit. Hal

ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang

mengalami peningkatan 3,73% dari semester I 2013 ke

semester II 2012. Apabila dilihat berdasarkan valuta, LDR

Valas tetap menempati posisi lebih tinggi dibandingkan

LDR Rupiah. Pada bulan Juni 2013, LDR Valas tercatat lebih

tinggi dibandingkan LDR Rupiah. Demikian juga pada Juni

2012 dan Desember 2012, LDR Valas tercatat lebih tinggi

dibandingkan LDR Rupiah.

Page 35: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

36

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Tabel 3.2Perkembangan LDR Bank Umum

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, diolah

LDR Valas yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa

DPK Valas merupakan sumber utama pembiayaan kredit

valas disamping komponen antar kantor dan kewajiban

lainnya. Sebagian besar (56,87%) sumber pendanaan

kredit valas masih berasal dari dana jangka pendek yaitu

deposito dengan jangka waktu sampai dengan 1 bulan,

sehingga perbankan perlu menerapkan strategi khusus

untuk menggeser produk pendanaan valas ke jangka yang

lebih lama dan ekspansi penggalangan dana valas murah.

Meskipun beberapa bank memiliki sumber pendanaan dari

pemegang saham pengendali yang berada di luar negeri,

namun secara umum perbankan harus tetap berhati-hati

dalam mengelola sumber pendanaan kredit valas, karena

terdapat potensi terjadinya mismatch yang berpotensi

menimbulkan kerugian tambahan dari selisih nilai tukar.

Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas relatif terjaga meskipun alat

likuid cenderung menurun disebabkan oleh faktor

musiman menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selama

semester I 2013, total alat likuid perbankan turun 7,69%

sehingga menjadi Rp1.016,33 triliun. Penurunan alat likuid

bersumber dari penurunan secondary reserves yang terdiri

dari SBI, Penempatan pada BI lainnya, SUN Trading dan

SUN AFS yaitu sebesar 13,31% dan primary reserves yang

terdiri dari Kas, Giro Bank di BI sebesar 0,72%. Sementara

itu, tertiary reserves perbankan naik sebesar 9,02% yang

disebabkan oleh menurunnya SUN HTM.

Kemampuan likuiditas perbankan masih

memadai untuk memenuhi kewajibannya namun

terdapat risiko likuiditas yang perlu diwaspadai.

Rasio alat likuid (AL) terhadap non-core deposit (NCD)

atau AL/NCD per Juni 2013 (setelah dikurangi GWM)

tercatat sebesar 96,67% turun dibandingkan posisi

Desember 2012 sebesar 115,40% maupun Juni 2012

yang mencapai 161,38%. Penurunan tersebut sejalan

dengan ekspansi kredit yang lebih tinggi dibandingkan

dengan peningkatan DPK sehingga bank menggunakan

alat likuidnya.

Des’11 Jun’12 Des’12 Jun’12

LDR 79% 82,88% 83,96% 87,69%

LDR Rupiah 76,67% 81,51% 82,72% 87,97%

LDR Valas 93,45% 91,46% 91,27% 88,74%

Tabel 3.3Komposisi Alat Likuid Perbankan

“Komponen Alat Likuid di atas belum mengeluarkan kewajiban GMWSumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

PertumbuhanSemester

PosisiJuni 2012

(Rp T) Nominal(Rp T)

Nominal(Rp T)

% %

Pertumbuhan yoy

Primary Reserves 368.92 (2.69) (0.72) 44.20 13.64

Secondary Reserves 573.44 (88.04) (13.31) (5.99) (1.03)

Tertiary Reserves 73.96 6.12 9.02 5.29 7.70

Total 1016.33 (84.61) (7.69) 43.50 4.47

D i t in jau dar i penyebaran l i ku id i tas dan

kepemilikannya, dana yang tersedia masih menunjukkan

kondisi yang kurang merata. Mayoritas alat likuid dan

DPK dikuasai 14 bank besar dengan pangsa sekitar 70%,

sedangkan 106 bank lain hanya sekitar 30%. Namun

demikian, kondisi kecukupan likuiditas individual bank

Grafik 3.15Komposisi Alat Likuid Perbankan

800 1150

1100

1050

1000

950

900

850

Rp T Rp T

700

600

500

400

300

200

100

0

2011 2012 2013112 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Primary Reserves Secondary Reserves

Tertiery Reserves Alat Likuid

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

Page 36: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

37

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.16Pangsa Penempatan Bank pada Bank Indonesia

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

Giro bank di BI SBI Penempatan pada BI lainnya

900Rp T Pangsa Penempatan Bank pada BI

800

700

600

500

400

300

200

100

0

2011 2012 2013112 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

dalam mengcover kebutuhan penarikan non-core deposit-

nya masih memadai. Apabila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu, masih jauh lebih banyak

bank dengan rasio AL/NCD di atas 100% dibandingkan

bank dengan rasio AL/NCD <50%.

Grafik 3.17Pangsa Alat Likuid

AlatLikuid

bank lain30%

Pangsa Alat Likuid Industri Perbankan

AlatLikuid 14

BB70%

DPK banklain

30%DPK 14

BB70%

Pangsa Kepemilikan Dana IndustriPerbankan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

3.1.3. Profitabilitas dan Permodalan

Profitabilitas

Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia

yang relatif terjaga, industri perbankan mampu

mencatatkan profit yang cukup besar. Selama semester

I2013 Perbankan membukukan laba bersih sebesar Rp51,1

triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan 2 semester

sebelumnya. Kenaikan laba tersebut antara lain didorong

oleh pertumbuhan pendapatan bunga kredit dengan

kontribusi sebesar 72,2% dari total pendapatan bunga.

Secara tahunan, pendapatan bunga kredit mengalami

pertumbuhan mencapai 15,5%. Tingginya laba tersebut

tercermin dari ROA perbankan yang mencapai 3,0% (per

Juni 2013), menurun tipis dibandingkan posisi Desember

2012 sebesar 3,1%.

Jika dilihat per kelompok bank, porsi terbesar

penyumbang laba bersih Perbankan terdapat pada kelompok

bank Persero yang mencapai 44,8%, disusul BUSN 35,2%,

BPD 11,5%, KCBA 4,4% dan Campuran 4,1%.

Tabel 3.4Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia

T Rp

L/R Operasional 55.8 114.7 62.0

L/R Non Operasional 2.3 21.9 11.1

L/R sebelum Pajak 58.2 119.5 64.4

L/R setelah Pajak 45.7 92.8 51.1

Jun’12 Des’12 Jun’13

Laba operasional yang diperoleh perbankan

masih didominasi oleh pendapatan bunga bersih

atau Net Interest Income (NII) dengan tren yang

meningkat. Sebagaimana periode-periode sebelumnya,

perolehan laba perbankan sampai dengan akhir semester

I 2013 masih didominasi oleh laba operasional. Pada

Juni 2013, laba operasional perbankan tercatat sebesar

Rp62,0 triliun, meningkat 11,1% dibanding laba

operasional semester yang sama tahun lalu. Peningkatan

Page 37: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

38

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.18Komposisi Laba/Rugi Perbankan

Sumber :Statistik Perbankan Indonesia

Jun’12 Des’12 Jun’13

70 100%

95%

90%

85%

80%

75%

70%

60

50

40

30

20

10

0

L/R Opr (lhs) L/R N on Opr (lhs) Pangsa L/R Opr (rhs)

Sumber :Statistik Perbankan Indonesia dan Laporan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia

L/R Setelah Pajak(T Rp) NIM (%)

Growth Kredit(% YOY)

Des’12 Des’12Des’12Jun’12 Jun’12Jun’12 Jun’13Jun’13 Jun’13

KelompokBankNo

1 Persero 19.0 40.8 22.9 20,2% 23,5% 24,9% 5.8 6.0 5.9

2 Swasta 17.3 34.5 18.0 28,2% 20,8% 17,1% 5.3 5.4 5.3

3 BPD 4.6 8.9 5.9 22,9% 26,2% 24,9% 6.4 6.7 7.2

4 Campuran 1.8 3.4 2.1 46,9% 33,2% 21,1% 3.6 3.6 3.5

5 KCBA 3.1 5.1 2.3 28,7% 26,6% 17,1% 3.5 3.5 3.4

Industri 45.7 92.8 51.1 25,7% 23,1% 20,6% 5.4 5.5 5.4

Tabel 3.5Perkembangan Profitabilitas dan Kredit per Kelompok Bank

laba operasional tersebut terutama didukung pencapaian

rata-rata NII bulanan perbankan selama semester I

2013 sebesar Rp19,0 triliun, lebih tinggi dari perolehan

semester lalu (Rp18,3 triliun) maupun posisi yang sama

tahun lalu (Rp16,3 triliun). Peningkatan NII menunjukkan

bahwa perbankan sudah mampu melakukan efisiensi

tercermin dari terus meningkatnya pendapatan bunga

sebagai dampak dari kredit yang bertumbuh dan

cenderung menurunnya beban bunga perbankan.

Namun demikian, bank perlu mencermati dampak dari

penyesuaian suku bunga DPK dan kredit pada semester

II 2013 sebagai akibat dari peningkatan BI-Rate pada

akhir Juni 2013.

Dari sisi sumber pendapatan bunga, porsi

pendapatan bunga kredit masih menduduki

posisi teratas dari total pendapatan bunga dengan

kecenderungan meningkat. Semakin meningkatnya share

pendapatan bunga kredit terhadap total pendapatan

bunga tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah

penyaluran kredit perbankan. Pendapatan bunga kredit

cenderung meningkat walaupun spread suku bunganya

cenderung turun karena penurunan suku bunga kredit

lebih besar daripada penurunan suku bunga DPK. Kondisi

ini diperkirakan tidak akan berlanjut pada semester II 2013

sejalan dengan peningkatan BI Rate yang kemungkinan

besar akan mendorong bank untuk meningkatkan suku

bunga DPK dan kredit.

Grafik 3.19Komposisi Pendapatan Bunga Industri Perbankan (%)

Sumber :Statistik Perbankan Indonesia

Jun’12 Des’12 Jun’13

100%

80%

60%

40%

20%

0%3% 3% 2%

7% 6%

20% 20%

6%

70% 71% 72%

20%

Penempatan pada BI Kredit SSB Lainnya

Page 38: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

39

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik3.20Spread Suku Bunga Rupiah Perbankan (%)

Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Mar

-06

Jun-

06Se

p-06

Dec-

06M

ar-0

7Ju

n-07

Sep-

07De

c-07

Mar

-08

Jun-

08Se

p-08

Dec-

08M

ar-0

9Ju

n-09

Sep-

09De

c-09

Mar

-10

Jun-

10Se

p-10

Dec-

10M

ar-1

1Ju

n-11

Sep-

11De

c-11

Mar

-12

Jun-

12Se

p-12

Dec-

12M

ar-1

3Ju

n-13

8.00

7.50

7.00

6.50

6.00 6.30

5.50

5.00

4.50

4.00

Grafik 3.21Perkembangan Rasio ROA dan BOPO Perbankan (%)

Sumber : Bank Indonesia, Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Dec-

07

Jun-

08

Dec-

08

Jun-

09

Dec-

09

Jun-

10

Dec-

10

Jun-

11

Dec-

11

Jun-

12

Dec-

12

Jun-

13

100 4.0

%

3.5

3.0

2.5

2.0

1.5

%

95

90

85

80

75

70

65

60

BOPO (lhs) ROA (rhs)

Pada posisi Juni 2013, NIM perbankan tercatat 5,4%

sedikit lebih rendah dibandingkan posisi Desember

2012 (5,5%). Penurunan NIM tersebut sejalan dengan

tren pada tahun-tahun sebelumnya dimana NIM pada

pertengahan tahun cenderung lebih rendah dibanding

pada akhir tahun dan akan meningkat kembali menjelang

akhir tahun.

Spread suku bunga cenderung menyempit

sejalan penurunan suku bunga kredit. Selama semester

I 2013, suku bunga kredit menunjukkan tren menurun, hal

ini mengindikasikan fungsi intermediasi perbankan berjalan

dengan efisien. Aspek yang mendorong penurunan suku

bunga kredit adalah ketentuan Suku Bunga Dasar Kredit

(SBDK) yang dikeluarkan Bank Indonesia pada bulan Maret

2011. Trend SBDK cenderung menurun sejak Maret 2011

dan terjadi pada semua segmen terutama disebabkan oleh

menurunnya komponen HPDK.

Return on Asset (ROA) mengalami penurunan.

ROA Juni 2013 menurun 10 bps dibandingkan Desember

2012 dari 3,08% menjadi 2,98%. Penurunan ROA pada

semester ini lebih besar dibandingkan penurunan ROA pada

semester sebelumnya sebesar 3 bps dari 3,11% pada Juni

2012. Penurunan tersebut terutama terjadi karena persentase

pertumbuhan laba industri perbankan lebih kecil daripada

persentase pertumbuhan rata-rata total aset perbankan.

Tabel 3.6Perkembangan Nilai Rata-Rata Suku Bunga Dasar Kredit Industri Perbankan (%)

Ket: data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted averageSumber :Laporan Berkala Bank Umum, Bank Indonesia, diolah

Seluruh SampelSegmen

Kreditqtq Juni 12 -

Juni 13

Maret 12 -

Juni 132011 2012 2013

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun

Korporasi 10,51 10,72 10,51 10,18 9,86 9,81 9,75 9,69 9,53 9,65 0.11 (0.16) (0.86)

Retail 11,80 11,91 12,04 11,61 11,23 11,08 11,03 11,14 10,91 11,03 0.12 (0.05) (0.77)

KPR 11,16 11,38 11,04 10,71 10,61 10,50 10,45 10,41 10,33 10,37 0.04 (0.13) (0.79)

Non KPR 11,56 11,86 11,88 11,51 11,05 10,99 10,67 10,65 10,62 10,59 (0.03) (0.40) (0.97)

Sejalan dengan penurunan spread suku bunga,

Net Interest Margin (NIM) perbankan mengalami

penurunan tipis dibanding semester sebelumnya.

Page 39: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

40

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.22Perkembangan Komponen Permodalan Perbankan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

4500

15Jun-11 Des-11 Jun-12 Des-12 Jun-13

15.5

16

16.5

17

17.5

18

18.5

Rp T %

4000

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0

ATMR (lhs) Modal (lhs) CAR (rhs)

Grafik 3.24Perkembangan CAR per Kelompok Bank

Grafik 3.23Perkembangan CAR Industri

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Modal

AT MR

CAR (%)

500

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013- -

5

10

15

20

25

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

0%Persero Swasta BPD Campuran KCBA

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Des-11 Jun-12 Des-12 Jun-13

Efisiensi perbankan selama semester I 2013

sedikit mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari

rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) yang sedikit meningkat dibandingkan semester

lalu. Kondisi tersebut disebabkan peningkatan biaya

operasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan pendapatan operasional. Penurunan

efisiensi tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan

komponen Overhead Cost pada semua segmen (KPR,

Ritel, Non-KPR dan Korporasi. Selain itu Harga Perolehan

Dana Kredit (HPDK) pada segmen Korporasi dan Non-KPR

juga mengalami peningkatan. Peningkatan kebijakan

BI rate pada awal semester II 2013 diperkirakan akan

menyebabkan penurunan tingkat efisiensi bank pada akhir

tahun 2013.

Permodalan

CAR masih berada dalam level aman dan diatas

level minimum yang dipersyaratkan Basel. Sejalan

dengan peningkatan laba yang dicapai, maka ketahanan

perbankan yang tercermin dari rasio CAR pada Juni 2013

mencapai 17,98%. Selama semester I 2013, CAR bergerak

cukup stabil dengan level tertinggi yang mencapai 19,18%

dan level terendah sebesar 17,98%. Rasio CAR tersebut

naik dibandingkan semester lalu (17,32%) disebabkan

oleh persentase peningkatan modal yang lebih besar

dibandingkan persentase peningkatan ATMR.

Peningkatan modal tersebut tergambar dari

struktur permodalan bank juga mengalami penguatan

sebagaimana tercermin pada komposisi ekuitas tier 1 yang

naik menjadi sebesar Rp511,5 T sehingga pangsa Tier 1

terhadap total modal mencapai 89,9% (pada semester II

2012 sebesar 89,3%). Sementara itu, pangsa komponen

modal lainnya yaitu Tier 2 turun menjadi 10,13% dari

10,76% dan Tier 3 tetap sebesar 0,006% dibanding

semester II 2012. Peningkatan komposisi ekuitas Tier 1

mengindikasikan semakin baiknya ketahanan bank dalam

menyerap potensi risiko yang berasal dari aktivitas usaha

bank ataupun perubahan lingkungan bisnis.

Dengan memperhatikan perkembangan kondisi

global dan dalam rangka menjaga ketahanan perbankan,

bank diharapkan dapat menjaga CAR pada level yang

tinggi dan menambah modal sesuai dengan peningkatan

Page 40: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

41

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Tabel 3.7Distribusi CAR Individual Bank

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

< 10% 4

12 - 15% 27

15 - 20% 39

20 - 25% 20

> 25% 30

TOTAL 120

CAR Jumlah Bank

profil risiko dan kegiatan usaha bank terutama ditengah

masih berlanjutnya dampak krisis global. Disamping itu,

penguatan modal kedepannya masih akan terus dilakukan

terutama dalam rangka persiapan pemenuhan kewajiban

permodalan yang baru berdasarkan Basel III.

Penguatan modal berdasarkan Basel III dilakukan baik

dari sisi kualitas maupun kuantitas. Untuk meningkatkan

kualitas permodalan, Basel III mensyaratkan penyesuaian

terhadap komponen dan persyaratan instrumen modal

termasuk komponen pembentuk modal inti (Tier 1),

modal pelengkap (Tier 2) dan penghapusan Tier 3

capital, serta penetapan rasio minimum modal inti utama

(common equity tier 1 /CETI1) dan modal inti (Tier 1)

masing-masing sebesar 4,5% dan 6%. Sementara itu,

dalam rangka meningkatkan kuantitas modal yang akan

berfungsi sebagai buffer pada saat krisis, bank diminta

untuk membentuk tambahan modal di atas persyaratan

penyediaan modal minimum melalui penerapan capital

conservation buffer sebesar 2,5%, counter-cyclical buffer

sebesar 0% sd 2,5% serta capital surcharge bagi bank

yang dinyatakan berdampak sistemik.

Page 41: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

42

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Tabel 3.8Perkembangan Permodalan Perbankan berdasarkan Kelompok Bank

Growth (%)

Des’11

sem II -

2012

sem I -

2013 yoyDes’12 Jun’13Jun’12

Modal (Rp T)

Persero 166,30 156,96 166,80 185,97 5.9% 11.8% 18.5%

Swasta 204,86 193,46 204,86 235,73 5.9% 15.1% 21.8%

BPD 35,84 31,50 35,84 38,31 13.8% 6.9% 21.6%

Campuran 30,40 29,58 30,40 37,23 2.8% 22.5% 25.9%

KCBA 73,09 67,49 73,09 85,49 8.3% 17,0% 26.7%

Total 510,50 479,00 510,50 582,74 6.6% 14.2% 21.7%

ATMR (Rp T)

Persero 874,06 946,90 1,028,29 1,119,93 8.6% 8.9% 18.3%

Swasta 1,178,05 1,226,66 1,329,02 1,445,43 8.3% 8.8% 17.8%

BPD 159,01 183,85 197,90 244,16 7.6% 23.4% 32.8%

Campuran 138,96 149,13 156,33 174,68 4.8% 11.7% 17.1%

KCBA 192,99 237,97 236,59 257,71 -0.6% 8.9% 8.3%

Total 2,543,07 2,744,50 2,948,13 3,241,91 7.4% 10.0% 18.1%

CAR (%)

Persero 19.03% 16.58% 16.17% 16.61% (0,4) 0,4 0,0

Swasta 19.39% 15.77% 15.41% 16.31% (0,4) 0,9 0,5

BPD 22.54% 17.13% 18.11% 15.69% 1,0 (2,4) (1,4)

Campuran 21.88% 19.83% 19.45% 21.31% (0,4) 1,9 1,5

KCBA 37.87% 28.36% 30.89% 33.17% 2,5 2,3 4,8

Total 20.07% 17.43% 17.32% 17.98% (0,1) 0,7 0,5

Delta (%)

Page 42: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

43

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.25 Peta Stabilitas Pasar Keuangan

Sumber :Bloomberg, LHBU, Statistik ULN Indonesia, diolah

Volatility KursUSD/IDR

Volatility PUABRupiah

ULN/ PDB (%)

50

40

30

20

10

0

Volatility Sun (%) Volatility IHSG

Jun-12 Des-12 Jun-13

3.2. POTENSI RISIKO PASAR KEUANGAN DAN

PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN

BANK (LKBB)

3.2.1. Potensi Risiko Pasar Keuangan

Risiko sistem keuangan meningkat pada

seluruh komponen dibanding semester sebelumnya,

tidak hanya bersumber dari perekonomian domestik

juga berasal dari faktor eksternal. Peningkatan

risiko bersumber dari perekonomian domestik

yaitu tingginya ekspektasi inflasi ke depan serta

kekhawatiran akan defisit transaksi berjalan

dan dari faktor eksternal berupa ketidakpastian

perekonomian global serta kebijakan yang dilakukan

bank sentral lain sehingga diperkirakan potensi risiko

kedepan masih akan terus meningkat.

Peta Stabilitas Pasar Keuangan secara umum

menunjukkan peningkatan risiko dibandingkan dengan

kondisi pada semester II 2012, dimana masing-masing

komponen pasar keuangan, yaitu volatilitas nilai tukar,

volatilitas pasar obligasi, volatilitas pasar saham, volatilitas

PUAB dan rasio ULN/PDB berada pada level risiko yang

lebih tinggi (Grafik 3.25). Peningkatan risiko terbesar

dialami oleh pasar saham akibat penjualan yang cukup

besar oleh investor asing sehingga meningkatkan

persentase risiko hingga menjadi 45% dibanding dengan

semester sebelumnya yang hanya sekitar 9%. Sementara

itu, volatilitas pasar uang antar bank, meningkat

dengan level risiko yang paling kecil dalam indikator

sistem keuangan yang dipantau, dimana pada semester

sebelumnya berkisar 19% menjadi 23% pada semester

II 2013. Pasar uang antar bank cenderung lebih stabil

tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia untuk menjaga

likuiditas baik di pasar uang Rupiah maupun valas.

Peningkatan gejolak di pasar keuangan Indonesia

tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik, namun

juga sentimen negatif yang dipicu oleh faktor eksternal,

terutama menjelang akhir semester terkait rencana the

Fed untuk mengurangi pembelian surat berharga melalui

Quantitative Easing Policy. Kekhawatiran akan dampak

yang dapat timbul dari kebijakan ini sangat mempengaruhi

pergerakan keluar aliran dana investasi asing pada pasar

keuangan domestik serta pasar keuangan regional.

Sementara isu internal terkait defisit neraca perdagangan

Indonesia dan ekspektasi inflasi yang meningkat juga

sangat mempengaruhi perilaku investor domestik maupun

asing.

Transaksi non residen baik pada saham, SBN dan SBI

yang pada awal tahun berada dalam tren yang meningkat,

namun mengalami penurunan secara signifikan sejak

akhir bulan Mei 2013 (Grafik 3.26). Penjualan yang cukup

besar tercatat pada pasar saham dan SBN dengan jumlah

masing-masing sebesar Rp23,33 triliun dan Rp22,44 triliun

pada akhir semester I, walaupun masih tercatat inflow

tipis pada SBI sehingga secara keseluruhan pada periode

tersebut terjadi outflow asing sebesar Rp45,62 triliun.

Secara keseluruhan sepanjang semester I 2013, investor

asing masih melakukan pembelian neto surat berharga di

ketiga pasar dengan jumlah Rp13,94 triliun turun 78%

dari semester II 2012 (Rp57,79 triliun) dengan komposisi

Rp11,85 triliun dari SBN, Rp1,41 triliun dari pasar saham

dan Rp0,69 triliun dari SBI.

Page 43: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

44

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.26 Flows Non Residen: Saham, SBN, SBI

Sumber : Bloomberg, DPM, diolah

SBI SBN Saham

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr-1

2

Mei-

12

Jun-

12

Jul-1

2

Ags-1

2

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mei-

13

Jun-

13

30Rp (T)

20

10

0

-10

-20

-30

-40

-50

Risiko Pasar Uang

Secara umum stabilitas pasar uang antar

bank (PUAB) Rupiah masih cukup terkendali

sedangkan pasar uang antar bank (PUAB) Valas

mengalami peningkatan risiko. Dalam semester I

2013 volatilitas PUAB Rupiah cenderung turun dan hanya

mengalami peningkatan seiring dengan kebijakan BI untuk

meningkatkan BI Rate dan Deposit Facility, namun masih

dalam rentang risiko yang terkendali (Grafik 3.27). Kondisi

stabilitas PUAB Rupiah dipengaruhi oleh upaya Bank

Indonesia untuk menjaga kecukupan likuiditas melalui

operasi moneter dan juga dukungan bauran kebijakan

dengan instrumen moneter lainnya dalam mendukung

kestabilan pasar keuangan.

Volatilitas PUAB Valas berada pada level yang

cukup tinggi walaupun sempat mengalami penurunan

pada periode Februari hingga Mei 2013 sering dengan

upaya BI untuk menjaga volatilitas nilai tukar Rupiah.

Namun demikian, nilai tukar Rupiah melemah cukup

besar sejak akhir Mei dipengaruhi oleh kekhawatiran

investor akan tingginya defisit neraca pembayaran

ditengah kebutuhan valas dari korporasi yang cukup

tinggi dan relatif terbatasnya supply valas di pasar. Selain

itu, kebijakan BI pada periode ini lebih difokuskan untuk

membentuk pricing Rupiah yang lebih konvergen. Kondisi

tersebut telah mendorong peningkatan volatilitas PUAB

valas sebagaimana Grafik 3.28. Namun demikian, Bank

Indonesia tetap berupaya menjaga kestabilan di pasar valas

dengan menjaga kecukupan likuiditas baik dalam Rupiah

dan Valas, memonitor lalu lintas devisa serta pelaksanaan

lelang TD Valas.

Risiko Pasar Surat UtangNegara (SUN)

Risiko di pasar SBN meningkat yang tercermin

dari kenaikan volatilitas dibandingkan semester

sebelumnya. Beberapa faktor yang menjadi pemicu

meningkatnya volatilitas, pertama adalah penurunan

outlooksovereign rating Indonesia oleh Standard and

Poor’s dari “positive” menjadi “stable” di awal Mei 2013

sehingga berdampak pada penurunan minat investor

asing di Indonesia. Namun dampak keputusan Standard

Grafik 3. 27 Volatilitas PUAB Rupiah

Sumber : LHBU diolah

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr-1

2

Mei-

12

Jun-

12

Jul-1

2

Ags-1

2

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mei-

13

Jun-

13

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Grafik 3.28Volatilitas PUAB Valas

Sumber : LHBU diolah

1400%

1200%

1000%

800%

600%

400%

200%

0%

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr-1

2

Mei-

12

Jun-

12

Jul-1

2

Ags-1

2

Sep-

12

Oct

-12

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mei-

13

Jun-

13

Page 44: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

45

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.29. Yield Curve SUN

Sumber : Bloomberg

3%

4%

5%

6%

7%

8%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 30

Jan-12 Jun-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13

Grafik 3.30Volatilitas SUN FR Benchmark

Sumber : Bloomberg

30

25

20

15

10

5

0

35

30

25

20

15

5

0

10

0

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

May

-13

Jun-

13

FR0063 FR0064 FR0065FR0066 IDMA (RHS)

and Poor ini masih terjaga seiring dengan kebijakan BI

untuk tetap berada di pasar SBN. Pembelian SBN oleh

BI ini terutama bertujuan untuk digunakan sebagai

instrumen moneter, khususnya Reverse Repo SBN dan

sekaligus membantu menstabilkan harga pasar sehingga

menurunkan risiko bagi investor.

Kedua, kondisi yang kurang kondusif tersebut

berlanjut dengan meningkatnya kekhawatiran akan

tingginya inflasi dan defisit neraca perdagangan

Indonesia serta imbas kekhawatiran global seiring dengan

membaiknya perekonomian AS sehingga menguatnya

kekhawatiran akan pengetatan kebijakan moneter

AS. Otoritas keuangan domestik mencoba merespons

pelemahan yang terjadi di pasar keuangan ini, khususnya

BI melalui beberapa kebijakan berupaya menaikan suku

bunga BI Rate dan terus melakukan pembelian SBN di pasar

sekunder. Walaupun investor asing tercatat melakukan

aksi jual yang cukup besar namun dampak yang terjadi

di pasar; misalnya penurunan IDMA Index; lebih rendah

jika dibandingkan dengan gejolak di pasar keuangan yang

terjadi pada tahun 2008 atau tahun 2005.

Kurva yield SUN meningkat untuk semua tenor

walaupun hingga bulan April yield untuk jangka pendek

dan sebagian jangka menengah sempat mengalami

penguatan. Pada akhir semester, yield telah meningkat

untuk semua tenor dengan kenaikan yang lebih tinggi

untuk tenor jangka pendek dan menengah (Grafik

3.29). Demikian pula dengan volatilitas SUN masih

dalam tingkatan yang terjaga walaupun meningkat

cukup signifikan menjelang akhir semester. Volatilitas

untuk jangka pendek cenderung lebih tinggi dari

jangka menengah dan panjang yang mengindikasikan

bahwa investor memandang bahwa secara fundamental

perekonomian Indonesia cukup baik (Grafik 3.30).

Berdasarkan indikator Value at Risk (VaR), level

risiko SUN pada awal semester I 2013 membaik dan

kemudian meningkat kembali pada bulan Mei sampai

dengan akhir semester I 2013 sebagaimana pergerakan

VaR berdasarkan kelompok tenor (Grafik 3.31).

Arah pergerakan VaR berdasarkan kelompok tenor

menggambarkan bahwa terjadi dampak yang sama pada

seluruh tenor instrumen obligasi negara sebagai imbas

perilaku investor global.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembiayaan

fiskal yang bersumber dari dalam negeri, jumlah SBN

yang diterbitkan Pemerintah terus meningkat. Selain SBN

yang dapat diperdagangkan pada Tabel 3.9, Pemerintah

juga menerbitkan beberapa seri SBN yang tidak dapat

diperdagangkan, seperti Sukuk Dana Haji yang khusus

diterbitkan kepada Departemen Agama. Porsi terbesar

Page 45: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

46

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.31 VaR SUN per Tenor

Sumber : Bloomberg diolah

VaR SUN

1.20

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00

2012 2013

Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

Tabel 3.9 Potensi Dampak Perubahan Harga SBN

Note: memperhitungkan seluruh posisi SBN Bank (terdapat SBN yang dicatat Bank holdto maturity)

T Rp

BUKU 1 52.63 8.07 -44.56

BUKU 2 129.77 38.58 -91.18

BUKU 3 72.35 61.05 -11,30

BUKU 4 221.61 163.23 -58,38

Total 476.35 270.93 -205.42IDMA 111.7 104.7 -6.27%

Des’12Jun’13

KelompokBanl Des’12

Eksposure Perbankan

Jun’13

Grafik 3.32. Pergerakan yield SUN

Sumber : Bloomberg diolah

160%Volatilitas beberapa Seri SBN

140%

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%

1- Ja

n-12

1- Fe

b-12

1- M

ar-1

2

1- A

pr-1

2

1-M

ei-12

1-Ju

n-12

1-Ju

l-12

1-Ag

s-12

1-Se

p-12

1-Oc

t-12

1-No

v-12

1-De

c-12

1-Ja

n-13

1-Fe

b-13

1-M

ar-1

3

1-Ap

r-13

1-M

ei-13

1-Ju

n-13

1 th 5 th 10 th

Tabel 3.10 Kepemilikan SBN yang Dapat Diperdagangkan

Sumber : DJPU-Kemenkeu, diolah

Ins tusi (RpT) Des-11 Jun-12 Des-12 Jun-13Δ Des'12 -

Jun'13BankBank Indonesia 7.84 20.36 3.07 29.13 848.9%

265.03 297.98 299.66 314.34 4.9%

Non-Banks 450.75 472.85 517.53 545.05 5.3%Reksadana 47.22 48.6 43.19 39.61 -8.3%Asuransi 93.09 106.86 83.42 126.38 51.5%Asing 222.86 224.42 270.52 282.96 4.6%Dana Pensiun 34.39 34.56 56.46 29.11 -48.4%Sekuritas 0.14 0.27 0.30 0.99 230.0%Lain-lain 53.05 58.14 63.64 40.97 -35.6%Total 723.62 791.19 820.27 888.51 8.32%

SBN yang diperdagangkan tersebut dimiliki oleh pihak non

bank dengan jumlah Rp545,05 triliun, sedangkan sekuritas

mempunyai kepemilikan paling kecil pada akhir semester

I 2013, yaitu hanya Rp0,99 triliun. Sementara untuk

kepemilikan SBN Perbankan, peningkatan terjadi karena

pembelian di Pasar Perdana dan peningkatan penjualan oleh

investor asing yang ditampung oleh Bank. Namun, akibat

penurunan harga SBN terjadi penurunan likuiditas perbankan

akibat mark to market terhadap SBN yang harus dilakukan

Bank dengan jumlah yang cukup besar (Tabel 3.10).

Berdasarkan maturity profile, SUN seri FR yang

bertenor pendek dan menengah memiliki porsi terbesar,

walaupun SUN bertenor diatas 10 tahun juga mulai

menunjukkan peningkatan (Grafik 3.33). Sebaran maturitas

SUN cenderung dalam kisaran yang proporsional, sehingga

risiko maturitas dan skema pembayaran utang negara

menjadi semakin terprediksi dan disesuaikan dengan

anggaran Pemerintah.

Page 46: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

47

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.34. IHSG dan Indeks Harga Saham Global

Sumber : Bloomberg diolah

140Rebased:1/1/2012=100

IHSG MSCI WorldMSCI Euro MSCI Asia

130

120

110

100

90

80

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr

-12

Mey

-12

Jun-

12

Jul-1

2

Aug-

12

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mey

-13

Jun-

13

Sumber : DJPU-Kemenkeu, diolah

Risiko Pasar Saham

Kinerja pasar saham domestik menunjukkan

peningkatan risiko yang signifikan sejalan dengan

perkembangan bursa regional. Pergerakan IHSG

cenderung searah dengan indeks harga saham global yang

disebabkan perubahan pola pergerakan investor global

yang menyesuaikan portofolio investasinya menjadi jenis

aset yang dinilai lebih aman (safe haven assets). IHSG terus

menguat hingga pertengahan semester dan mencapai

indeks 136,9 pada bulan Mei 2013 namun kemudian terus

bergerak turun sampai dengan akhir semester I 2013.

Pergerakan indeks saham diperkirakan masih akan menurun

pada semester mendatang karena belum terdapat kepastian

mengenai respon kebijakan the Fed terkait penguatan

perekonomian AS yang tengah berlangsung (Grafik 3.34).

Kinerja pasar saham secara sektoral pada umumnya

mengikuti pergerakan IHSG. Sektor properti sempat

mengalami kenaikan indeks yang cukup tinggi sebelum

turun menjelang akhir semerter sementara saham

pertambangan cenderung bergerak menurun sepanjang

semester I 2013. Untuk saham sektor keuangan, indeks

cenderung menguat dan lebih stabil dibandingkan dengan

saham sektor lainnya walaupun volatilitas juga meningkat

pada akhir semester I 2013 (Grafik 3.35 dan 3.36).

Grafik 3.35. IHSG Sektoral

Sumber : Bloomberg diolah

250

200

150

100

50

IHSG Keuangan PertanianInd Dasar & Kimia Kosumsi PropertiPertambangan Infrastruktur PerdaganganAneka Industri

Rebased:1/1/2012=100

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr

-12

Mey

-12

Jun-

12

Jul-1

2

Aug-

12

Sep-

12

Oct

-12

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mey

-13

Grafik 3.33Maturity Profile SUN

Sumber : DJPU-Kemenkeu, diolah

60Rp T

20422041203820372033203220312030202820272026202520242023202120202019201820172016201520142013

50

40

30

20

10

-

FR VR

Grafik 3.36. Volatilitas Saham Sektor Perbankan

Sumber : Bloomberg diolah

80Volatilitas Sektor Perbankan

70

60

50

40

30

20

10

0

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr

-12

Mey

-12

Jun-

12

Jul-1

2

Aug-

12

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mey

-13

Jun-

13

IHSG JAKFIN Index 13 BB

Page 47: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

48

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3. 37Volatilitas Bursa Saham Kawasan dan Global

Volatilitas Bursa Regional

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr

-12

Mey

-12

Jun-

12

Jul-1

2

Aug-

12

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mey

-13

Jun-

13

IHSG FSSTI Nikkei Hang Seng

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sumber : Bloomberg diolah

0

10

20

30

40

50

60Volatilitas Bursa Global

IHSG MSCI World MSCI Asia

Jan-

12

Feb-

12

Mar

-12

Apr

-12

Mey

-12

Jun-

12

Jul-1

2

Aug-

12

Sep-

12

Oct-1

2

Nov-

12

Dec-

12

Jan-

13

Feb-

13

Mar

-13

Apr-1

3

Mey

-13

Jun-

13

Grafik 3.38.Kinerja Reksadana

Sumber : Statistik pasar modal diolah

95

100

105

110

115

120

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

2012 2013

SAHAM PS UANG CAMPURAN PENDAPATAN TETAPTERPROTEKSI INDEX ETF-SAHAM ETF - PENDAPATAN TETAPSYARIAH ETF-Indeks JUMLAH UNIT (RHS)

Rp T Rp M

Eksposur risiko pasar saham domestik seiring dengan

kinerja beberapa pasar global yang selama semester I 2013

meningkat namun peningkatan risiko IHSG tinggi, kecuali

terhadap Nikkei (Grafik 3.37). Pergerakan ini dipengaruhi

respon investor asing dan domestik terhadap kebijakan

global yang mempengaruhi transaksi pada bursa domestik.

Otoritas Pasar Modal dan Bank Indonesia berupaya

untuk mengeloladampakdari kontraksi demand investasi

global dan dampak risiko yang muncul terutama terhadap

saham sektor perbankan domestik melalui peningkatan BI

rate pada akhir semester I 2013. Selain itu, bauran kebijakan

yang terintegrasi terus dilakukan untuk mempertahankan

stabilitas sistem keuangan yang lebih baik.

Kinerja Reksadana

Kinerja reksadana pada semester I 2013

membaik, tercermin dari NAB reksadana yang

meningkat. NAB reksadana naik sebesar 14,36% dari

Rp187,59 triliun akhir semester lalu menjadi Rp201,64

triliun per Juni 2013 (Grafik 3.38). Peningkatan NAB

terutama diiringi dengan peningkatan jumlah saham

yang menjadi underlying reksadana dan kondisi ini

sangat didukung oleh kinerja pasar saham yang

cenderung membaik walaupun turun pada akhir semester.

Berdasarkan jenisnya, proporsi jenis reksadana selama

semester I 2013 cenderung stabil dengan semester II

2012. Proporsi jenis reksadana masih didominasi oleh

Reksadana Saham dengan pangsa 42,16%, dan diikuti

oleh Reksadana Terproteksi (pangsa 18,48%), Reksadana

Pendapatan Tetap (pangsa 15,46%), Reksadana

Campuran (pangsa 12,24%), dan Reksadana Pasar Uang

(pangsa 6,02%). Khusus untuk reksadana saham, terjadi

peningkatan jumlah saham yang menjadi underlying di

bulan Juni yang diperkirakan terkait dengan penurunan

harga saham pada akhir semester I 2013 sehingga

memberikan stimulus bagi para manajer investasi untuk

menambah investasi saham dalam portofolio investasinya

mengingat prospek perekonomian Indonesia dalam

jangka panjang masih menjanjikan.

Page 48: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

49

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.39. Aktivitas Reksadana

Sumber : Statistik pasar modal diolah

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun

2012 2013

S-R

Aktivitas reksadana selama semester I 2013 secara

keseluruhan tercatat net subscription. Berdasarkan periode

waktu, terjadi net penjualan atau redemption pada periode

Januari hingga Februari 2013, sedangkan pada Maret hingga

Juni 2013 terjadi net pembelian atau subscription (Grafik

3.39), dimana net pembelian atau net subscription paling

tinggi terjadi pada akhir Juni 2013 (Rp9,23 triliun).

di Pasar Modal sampai dengan akhir semester I 2013

telah mencapai Rp3.126 triliun, meningkat dibandingkan

akhir semester II 2012 sebesar Rp2.742 triliun (Tabel

3.11). Sebagaimana periode sebelumnya, pada semester

I 2013 komposisi kepemilikan efek masih didominasi oleh

saham diikuti oleh obligasi korporasi dengan pangsa yang

cenderung stabil.

Pada semester I 2013, penerbitan obligasi, obligasi

berkelanjutan dan sukuk telah mencapai Rp34,76

triliunyang diterbitkan oleh 29 perusahaan. Dari sektor

perbankan, penerbitan obligasi dan obligasi berkelanjutan

berasal dari sektor perbankan selama semester I 2013,

masing-masing sebesar Rp1,2 triliun dan Rp9,6 triliun

dari 6 bank emiten. Hal ini didukung oleh proses emisi

obligasi berkelanjutan yang lebih mudah dari sisi birokrasi

perizinannya dan biaya penerbitan yang lebih murah.

Pembiayaan melalui pasar modal merupakan

salah satu alternatif untuk mengurangi eksposur risiko

sistemik yang berasal dari sektor perbankan. Namun

demikian, terdapat potensi risiko yang bersumber dari

pasar modal itu sendiri karena unsur spekulatifnya akan

lebih besar dibanding sektor perbankan yang sangat

highly regulated. Untuk itu, pengembangan kebijakan

berbasis mitigasi risiko yang berasal dari pasar modal

perlu ditingkatkan tanpa mengurangi insentif bagi para

investor untuk menanamkan modalnya. Pengembangan

instrumen pembiayaan yang berisiko rendah, efektif

dan efisien dalam pasar modal merupakan pilihan

dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan dari

pasar modal. Bertambahnya pilihan investasi dari pasar

modal tentunya akan mempermudah upaya diversifikasi

risiko dan mitigasi internal terhadap krisis global dan

menambah minat investor domestik untuk berinvestasi

didalam negeri.

Pada semester I 2013, IPO saham dan right issue

mengalami peningkatan yang memadai seperti semester

ganjil tahun sebelumnya. Secara total, peningkatan IPO

Peningkatan kinerja reksadana tidak lepas dari

kepercayaan pasar bahwa dalam jangka panjang,

kepemilikan saham sebagai aset investasi masih

menguntungkan. Mengingat underlying dalam portofolio

reksadana, maka kondisi pasar keuangan yang berfluktuasi

akan mempengaruhi kinerja reksadana. Dengan demikian,

risiko pasar merupakan simpul risiko yang harus

diperhitungkan dalam pengelolaan reksadana. Namun,

instrumen reksadana adalah instrumen keuangan yang

bermanfaat terkait unsur lindung nilai (hedging) terhadap

portofolio dana investasi.

3.2.2. Pembiayaan Melalui Pasar Modal dan

Perusahaan Pembiayaan

Penerbitan Saham dan Obligasi Korporasi

Selama semester I 2013, sumber pembiayaan

dari Pasar Modal untuk mendukung perekonomian

nasional mengalami peningkatan. Kepemilikan efek

Page 49: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

50

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Tabel 3.11Komposisi Efek di Pasar Modal

Sumber : Statistik pasar modal diolah

1 Saham (Rp M)

2 Obligasi Korp. (Rp M)

Obligasi Korp. (Jt USD)

3 MTN (Rp M)

MTN (Jt USD)

4 Sukuk (Rp M)

5 Warran (Rp M)

6 EBA (Rp M)

7 Mutual Fund (Rp M)

8 Right (Rp M)

Jumlah

Posisi (Rp Miliar)

2,091,205 92.30%

141,918 6.26%

725 0.03%

11,934 0.53%

7,419 0.33%

5,876 0.26%

4,460 0.20%

1,447 0.06%

488 0.02%

238 0.01%

2,265,711 100.00%

Des'11

2,216,406 92.09% 2,525,005

161,174 6.70% 181,404

758 0.03% 967

12,009 0.50% 11,881

4,731 0.20% 9,452

6,669 0.28% 6,883

2,695 0.11% 3,114

1,247 0.05% 1,982

1,004 0.04% 1,252

1 0.00% 47

2,406,694 100% 2,741,988

Jun'12 Des'12

92.09 2,884,618

6.62 206,461

0.04 998

0.43 10,542

0.34 9,651

0.25 6,974

0.11 3,661

0.07 1,700

0.05 1,461

0.002 2

100 3,126,068

Jun'13

92.28%

6.60%

0.03%

0.34%

0.31%

0.22%

0.12%

0.05%

0.05%

0.00%

100%

Grafik 3.40Perkembangan pembiayaan kredit dan pasar modal

Sumber : Statistik pasar modal diolah

45%

40

35

30

25

20

15

10

5

0

Feb-1

0M

ar-

10

Apr-

10

Mey-1

0Ju

n-1

0Ju

l-10

Aug-1

0Sep-1

0O

ct-

10

Nov-1

0D

ec-1

0Ja

n-1

1Feb-1

1M

ar-

11

Apr-

11

Mey-1

1Ju

n-1

1Ju

l-11

Aug-1

1Sep-1

1O

ct-

11

Nov-1

1D

ec-1

1Ja

n-1

2Feb-1

2M

ar-

12

Apr-

12

Mey-1

2Ju

n-1

2Ju

l-12

Aug-1

2Sep-1

2O

ct-

12

Nov-1

2D

ec-1

2Ja

n-1

3Feb-1

3M

ar-

13

Apr-

13

Mey-1

3Ju

n-1

3

IPO Saham Rights Issue Saham Total Emisi ObligasiKredit Tanpa Channeling Total Pembiayaan Ps. Modal

saham telah mencapai Rp10,10 triliun dan Rp20,71 triliun

untuk right issue (Grafik 3.40). Peran pasar modal sebagai

alternatif sumber pembiayaan akan membantu perusahaan

untuk mendapatkan sumber dana murah, dan akan

mendorong sektor keuangan lainnya untuk pengelolaan

sumber dana secara lebih efisien.

Kinerja dan Risiko Perusahaan Pembiayaan

(Finance Companies)

Selama semester I 2013, kinerja Perusahaan

Pembiayaan (PP)membaik seir ing dengan

pertumbuhan penyaluran pembiayaannya yang

meningkat terutama untuk pembiayaan konsumen.

Kinerja PP masih tetap digerakkan oleh segmen

Grafik 3.41Penerbitan surat-surat berharga melalui pasar modal

Sumber : DSM diolah

0

10

20

30

40

50

60

70

Sem II'10 Sem I'11 Sem II'11 Sem I'12 Sem II'12 Sem I'13

Rp T

IPO Saham Rights Issue Saham

Obligasi Berkelanjutan Sukuk +EBA

Emisi Obligasi Korporasi (IPO Obl+EmisiII)

Page 50: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

51

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.42 Kinerja Perusahaan Pembiayaan

Sumber : DSM diolah

18

20

22

24

26

28

30

32

140

190

240

290

340

390

Jul'1

1Au

g'11

Sep'

11O

ct'1

1No

v'11

Dec'

11Ja

n'12

Feb'

12M

ar'1

2Ap

r'12

May

'12

Jun'

12Ju

l'12

Aug'

12Se

p'12

Oct

'12

Nov'

12De

c'12

Jan'

13Fe

b'13

Mar

'13

Apr'1

3M

ei'1

3Ju

n'13

Aset Pembiayaan Pendanaan Modal (RHS)

RpT Rp T

pembiayaan pada skala kecil/retail yang sebagian besar

merupakan skema pembiayaan konsumen khususnya

untuk pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor.

Skema fasilitas pembiayaan tersebut merupakan skema

pembiayaan yang sama seperti ditawarkan entitas

perbankan dalam pembiayaan kredit kendaraan bermotor

dan perumahan. Disisi lain, skema pembiayaan dari

perusahaan pembiayaan lebih menawarkan kemudahan

persyaratan untuk memperoleh pembiayaan dengan

persyaratan minimum.

Namun demikian, kemudahan pembiayaan tersebut

pada bulan Juni 2012 telah dibatasi dengan beberapa

persyaratan antara lain yang tertuang dalam kebijakan

Loan to Value ratio (LTV) dan juga kebijakan lainnya yang

diterbitkan oleh otoritas keuangan lainnya dalam kerangka

kebijakan makroprudensial. Secara nominal, aset PP masih

meningkat dengan peningkatan asetnya sebesar Rp 17,44

triliun dibandingkan dengan semester sebelumnya, yaitu

dari Rp342 triliun menjadi Rp359 triliun yang berasal dari

peningkatantipis yang berasal pada kegiatan pembiayaan,

pendanaan dan peningkatan modal (Grafik 3.42). Pada

pertengahan semester I 2013, terjadi penurunan aset yang

disebabkan oleh tutupnya sebuah perusahaan pembiayaan

yaitu Pan Multifinance.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, pembiayaan

konsumen masih tetap mendominasi kegiatan penyaluran

pembiayaan dari PP dengan porsi penyaluran pembiayaan

terbesar pada pembiayaan pada segmen otomotif karena

proses persyaratan kredit yang sangat mudah yaitu

persyaratan collateral yang lebih rendah dibandingkan

dengan persyaratan kredit perbankan dan juga upaya

pemasaran lebih luas. Namun demikian, risiko credit

default perlu diwaspadai terkait dengan kemudahan

memperoleh pembiayaan tersebut. Pembiayaan PP dari

segmen pembiayaan konsumen selama semester I 2013

mengalami peningkatan sebesar Rp18 triliun dibandingkan

dengan semester II 2012, yaitu dari Rp192 triliun menjadi

Rp210 triliun (Grafik 3.43). Porsi pembiayaan konsumen

pun meningkat dibanding semester sebelumnya dari

63,5% menjadi 65,4% dari total pembiayaan. Namun

secara keseluruhan, trend total pembiayaan dari PP

cenderung terus menurun selama semester I 2013.

Grafik 3.43 Pangsa Pembiayaan PP

Sumber : DSM diolah

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

0

50

100

150

200

250

300

350

Feb'

08Ap

r'08

Jun'

08Au

g'08

Oct

'08

Dec'

08Fe

b'09

Apr'0

9Ju

n'09

Aug'

09O

ct'0

9De

c'09

Feb'

10Ap

r'10

Jun'

10Au

g'10

Oct

'10

Dec'

10Fe

b'11

Apr'1

1Ju

n'11

Aug'

11O

ct'1

1De

s'11

Feb'

12Ap

r'12

Jun'

12Ag

t'12

Okt

'12

Des'1

2Fe

b'13

Apr'1

3Ju

n'13

Sewa Guna Usaha Pembiayaan KonsumenTotal pembiayaan Anjak Piutang(RHS)

Rp.T RpT

Dari sisi pendanaan, selama semester I 2013 penerbitan

surat-surat berharga terutama obligasi korporasi yang

dilakukan PP cenderung meningkat, dan hal yang sama terjadi

pada pendanaan pinjaman dari bank dalam negeri, disisi lain

trend pendanaan pinjaman yang berasal dari bank luar

negeri cenderung menurun. Sehingga secara keseluruhan,

Page 51: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

52

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik 3.44 Sumber Pendanaan PP

Sumber : DSM diolah

0

50

100

150

200

250

300

350

Pinjaman dari

Bank Dalam

Negeri

Pinjaman dari

Bank Luar Negeri

Obligasi yang

Diterbitkan

Pembiayaan yang

Diterima

Rp Triliun

Jun-11 Dec-11 Jun-12 Dec-12 Jun-13

Sumber : DSM diolah

Tabel 3.12. Indikator Keuangan PP

Asset

Kewajiban

322 342 6% 359 5%

263 275 5% 285 4%

245 255 4% 264 3%

Modal 60 67 11% 74 11%

Laba sebelum Pajak

Salah Satunya Hutang

8 16 102% 9 -43%

Laba setelah Pajak 6 12 102% 7 -42%

Rasio Keuangan (%)

Triliun Rp Jun2012

Des2012

Sem II2012

Jun2012

Sem I2013

ROA (%)

ROE (%)

DER (%)

Hutang/Ekuitas

Kewajiban/Ekuitas

5.03 4.86

20.45 19.80

75.97 76.35

4.09 3.84

4.75 4.54

5.08

19.83

74.91

3.56

4.34

total pendanaan PP meningkat, terutama didorong oleh

kenaikan tipis dari pinjaman bank dalam negeri (Grafik

3.44). Peningkatan pendanaan PP tersebut merupakan

upaya PP untuk merealisasikan rencana pendanaan pada

awal tahun dan dalam rangka memanfaat momentum

kondisi pasar pada awal semester I 2013 yang cukup baik,

mempertimbangkan potensi ketidakpastian perekonomian

yang akan meningkat pada semester berikutnya. Sebagian

PP telah melakukan akumulasi pendanaan dari beberapa

tahun sebelumnya untuk optimalisasi pembiayaan selama

tahun 2013 mengingat cenderung meningkatnya risiko

perekonomian menjelang tahun 2014.

Rasio keuangan PP selama semester I 2013

menunjukkan tingkat rentabilitas dan efisiensi yang

cenderung stabil seperti semester sebelumnya (Tabel 3.12).

Kondisi ini merupakan dampak dari tidak terlalu banyaknya

perubahan pada skema penyaluran pembiayaan konsumen

dan sewa guna usaha pada aktivitas pembiayaan PP serta

meningkatnya jumlah pembiayaan yang berkategori lancar.

Besarnya persentase Non Performing Loan

(NPL) pembiayaan PP menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan semester sebelumnya, yang

mengindikasikan eksposur risiko pendanaan yang

menurun. Kondisi tersebut masih didukung oleh indikator

rasio keuangan yang cukup terjaga pada semester I 2013.

Kebijakan-kebijakan keuangan yang saling terintegrasi

oleh otoritas keuangan domestik memberikan sinyal

kepada PP untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran

kegiatan pembiayaannya.

Persentase NPL PP yang secara agregat menurun

menjadi 0,77% pada semester I 2013 dibandingkan

dengan semester sebelumnya yang masih mencapai

1,14 % didorong oleh penurunan NPL dari segmen

pembiayaan konsumen (Tabel 3.13). Turunnya

pertumbuhan pembiayaan PP sangat berhubungan

erat dengan kondisi perekonomian dan terkait pula

dengan kebijakan yang dikeluarkan. Diharapkan dengan

diberlakukannya beberapa kebijakan yang sinergis dengan

kebijakan disektor keuangan lainnya dapat meningkatkan

kemampuan PP untuk mengelola risiko dari proses

bisnisnya, namun demikian tetap memberikan peluang

kepada PP untuk dapat berkembang sehingga dapat

menjadi salah satu alternatif sumber pendanaan dalam

menggerakkan perekonomian domestik.

Page 52: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

53

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Sumber : DSM diolah

Tabel 3.13 Total Pembiayaan dan NPL Per Jenis Pembiayaan

Total Pembiayaan

Sewa Guna Usaha

Anjak Piutang

Kartu Kredit

Pembiayaan

Konsumen

NPL (%)

Total pembiayaan

Sewa Guna Usaha

Anjak Piutang

Kartu Kredit

Pembiayaan

Konsumen

Pembiayaan PPTriliun Rp

Jun2012

Des2012

Sem II2012

Jun2012

Sem I2013

0.77 1.14 0.77

0.76 0.29 0.76

2.52 1.51 2.52

0.00 0.00 0.00

0.73 1.60 0.73

320.82 302.05 -5.85 320.82 6.21

105.56 105.08 -0.45 105.56 0.45

5.41 5.15 -4.85 5.41 5.10

0.00 0.00 87.41 0.00 -46.64

209.86 191.82 -8.59 209.86 9.40

Kinerja dan Risiko Perusahaan Asuransi

Kinerja perusahaan 10 asuransi yang go

public pada semester I 2013 cenderung meningkat

dibandingkan semester II 2012. Pola penempatan

aset dan diversifikasi investasi perusahaan asuransi yang

dilakukan selama semester I tahun 2013 cenderung

tetap namun terjadi sedikit perubahan pada komposisi

investasi. Pergeseran komposisi tersebut mengarah

pada penambahan porsi saham sebagai sarana investasi,

melewati porsi obligasi dan MTN dan reksa dana yang

umumnya menempati porsi terbesar kedua dan ketiga

setelah deposito berjangka (Grafik 3.45). Hal ini ditunjang

oleh peningkatan indeks di pasar saham Indonesia yang

sempat berulangkali memecahkan rekor pencapaian IHSG.

Perubahan strategi kebijakan investasi yang dilakukan oleh

perusahaan asuransi ke arah instrumen yang memiliki

tingkat return yang tinggi diharapkan dapat berkontribusi

dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan selain

upaya peningkatan laba usaha melalui penerimaan premi

asuransi yang sampai dengan Juni 2013 telah mencapai

65% dari perolehan tahun sebelumnya.

Grafik 3.45. Jenis Investasi 10 Perusahaan Asuransi Go Public

Sumber : Bursa Efek Indonesia diolah

22%

22%

Q4 2012

Q1 2013

Q2 2013

0%0%

0%

21%

15%

18%23%

28%16%

18%

35%

39%41%

Deposito Saham Obligasi dan MTNSB Pemerintah Sertifikat BI Reksa dana

Total aset sampai dengan akhir semester I 2013

meningkat sebesar Rp2,41 triliun atau 11,29% menjadi

Rp23,71 triliun dibandingkan akhir periode tahun

sebelumnya sebesar Rp21,31 triliun. Sehingga pergerakan

positif pasar keuangan yang terjadi pada semester I 2013

berbanding lurus dengan pertumbuhan perusahaan

asuransi tersebut.

Berdasarkan data industri perasuransi yang dirilis

Otoritas Jasa Keuangan, per Juni 2013, terdapat 139

perusahaan asuransi yang terdiri dari 45 asuransi jiwa

(dengan 17 asuransi yang memiliki unit usaha syariah/

UUS), 80 asuransi kerugian (dengan 22 asuransi yang

memiliki UUS), 5 asuransi sosial (dengan 3 asuransi yang

memiliki UUS), dan 4 reasuransi (Tabel 3.14). Dari seluruh

perusahaan asuransi tersebut terdapat 10 yang telah go

public dengan total aset per Juni 2013 sebesar Rp23,71

triliun. Dari 10 perusahaan asuransi yang go public

tersebut, pangsa aset terbesar didominasi oleh 1 (satu)

perusahaan asuransi yang mencapai 61% (Grafik 3.46).

Selama semester I 2013, 10 perusahaan asuransi

go public tersebut menunjukkan kinerja yang cukup

menjanjikan, terlihat dari indikator profitabilitas yang

dicapai sampai dengan pertengahan tahun antara lain:

ROA sebesar 3,84% dan ROE sebesar 6,45% (Tabel 3.15).

Page 53: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

54

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Tabel 3.14. Perkembangan 11 Perusahaan Asuransi yang Listing pada KSEI

Sumber : Bursa Efek Indonesia diolah

2010 (%yoy) 2011 (%yoy) 2012 (%yoy) Jun-13 (%ytm)

1 REKSADANA2 OBLIGASI DAN MTN3 DEPOSITO BERJANGKA4 SAHAM4 SB PEMERINTAH5 SERTIFIKAT BI

JUMLAH ASET NON INVESTASI

--

9.56% 8.67% 8.36% 3.84%13.08% 13.72% 14.10% 6.45%ROE

Perkembangan Aset 10 Perusahaan Asuransi yang Go Public

ASET INVESTASI (Triliun)

JUMLAH ASET INVESTASI

TOTAL ASETINDIKATOR PROFITABILITASROA

13.51 20.71 16.68 23.54 10.81 -35.22 23.71 119.35

0.29 -80.89 0.11 -60.87 1.84 1535.68 1.90 3.441.38 173.47 1.03 -25.03 1.78 72.20 1.37 -23.142.81 61.89 2.51 -10.54 3.49 39.01 3.34 -4.160.86 -86.90 0.90 3.92 1.77 97.15 1.96 10.77

12.13 21.44 14.16 16.69 8.44 -40.35 8.63 2.201.37 14.58 2.53 84.04 2.36 -6.49 3.61 53.14

-3.210.050.050.000.00

--

-------

Tabel 3.15.Perkembangan Industri Asuransi

Konv UUSFull

SyariahTotal

(Konv+FS)

Asuransi Jiwa

Asuransi Kerugian

Asuransi Sosial

Reasuransi

Total

45

80

5

4

134

17

22

-

3

42

3

2

-

-

5

48

82

5

4

139

Profil Asuransi

Jumlah Perusahaan

Grafik 3.46 Pangsa 10 Perusahaan Asuransi Go Public

Sumber : Bursa Efek Indonesia diolah

ABDA AHAP AMA ASBI ASDMASJT ASRM LPGI MREI PNIN

PNIN61%

ABDA9%

AHAP1%

AMAG6%

ASBI2%

ASDM3%

ASJT1%

ASRM4%

LPGI9%

MREI4%

Page 54: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

55

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Boks 3.1 Pertambangan Pangsa DPK Valas pada Industri Perbankan

Tekanan perekonomian global dan domestik

terhadap sistem keuangan meningkat pada paruh

kedua semester I 2013. Beberapa peristiwa seperti

adanya peningkatan inflasi domestik, tapering off oleh

The Fed dan survey Bloomberg serta mulai terjadinya

net outflow di pasar keuangan memperkuat indikasi

adanya ekspektasi depresiasi rupiah beberapa bulan ke

depannya. Kondisi ini menjadi salah satu alasan yang

kuat untuk mendorong beberapa nasabah bank untuk

menyimpan dananya dalam bentuk valas dibanding

dalam bentuk Rupiah.

Seiring dengan kondisi tersebut, DPK valas

pada industri perbankan cenderung meningkat.

Pertambahan DPK Valas secara signifikan terjadi pada

bulan Mei 2013 dan Juli 2013. Pada kedua periode

tersebut, pangsa deposito valas masing-masing

mencapai 15,9% dan 16,2%, meningkat dari rata-rata

tahun 2012 yang hanya sekitar 14%. Secara rata-rata

nominal, DPK Valas meningkat dari Rp490,56T (periode

Januari – April 2013) menjadi Rp537,73 T (periode

Mei – Juli 2013) atau dalam denominasi valas dari USD

50,6M menjadi USD 53,8M.

Pertumbuhan DPK Valas tersebut masih berlanjut

pada bulan Agustus 2013, namun apabila dikonversi

dalam mata uang USD maka nilainya menjadi fluktuatif

akibat dari volatilitas nilai tukar rupiah. Mencermati

perkembangan DPK Valas (dalam mata uang USD)

yang sempat turun di pertengahan bulan Agustus dan

menurunnya DPK valas di akhir Agustus dibandingkan

dengan Juli 2013 tersebut mengindikasikan bahwa

preferensi nasabah untuk mengubah mata uang rupiah

menjadi valas belum disertai bukti yang cukup.

Grafik Boks. 3.1.1.Perkembangan Komposisi Pertambahan

DPK Rupiah dan Valas

Grafik Boks 3.1.2. Perkembangan DPK Valas

Grafik Boks 3.1.3Perkembangan DPK Valas bulan Agustus 2013

(data LHBU)

DPK Rp DPK Va

Jan-

12Fe

b-12

Mar

-12

Apr-1

2M

ay-1

2Ju

n-12

Jul-1

2Au

g-12

Sep-

12O

ct-1

2No

v-12

Dec-

12Ja

n-13

Feb-

13M

ar-1

3Ap

r-13

May

-13

Jun-

13Ju

l-13

95%

90%

85%

80%

75%

100%

Avg share DPK Va 2012 14%

16,2%

Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13

560 55,0

54,5

54,0

53,5

53,0

52,5

52,0

51,5

51,0

50,0

50,0

49,5

540

520

500

480

460

440

490.56

53.8

537.73

50.6

DPK Valas (Rp T) Average Jan-Apr 2013Average May-Jul 2013 DPK valas (USD M)

552.9

53.74 560.5

573.2

582.454.32

15 Ags3 Ags 22 Ags

53.10

53.25

29 Ags

590.0

580.0

570.0

560.0

550.0

540.0

530.0

54.40

54.20

54.00

53.80

53.60

53.40

53.20

53.00

DPK Valas (Rp) DPK Valas (USD M)

Page 55: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

56

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Pengaliran Dana DPK Valas pada Bank-Bank yang Mengalami Peningkatan DPK Valas(Periode Juli 2013 dalam Rp T)

No Nama Bank DPK Valas Kredit Valas TD Valas Nostro GWN Valas SBN Valas Mismatch/Excess Valas

1 A 25.07 18.3 0 0.55 2.31 0.62 3.25

2 B 7.68 3.1 0 1.20 0.70 0.25 2.46

3 C 5.97 3.4 0 0.29 0.42 0.00 1.81

4 D 34.29 15.9 2.05 7.88 3.14 4.27 1.03

5 E 2.95 3.2 0 1.24 0.37 0.00 (1.87)

6 F 42.10 24.6 2.82 5.46 3.51 3.85 (2.09)

7 G 17.03 15.0 1.74 0.19 1.83 0.70 (2.41)

8 H 62.83 43.9 2.05 11.08 7.63 3.83 (5.54)

9 I 21.38 12.8 2.05 8.83 1.69 2.76 (5.76)

10 J 84.33 50.9 13.34 15.07 7.96 6.31 (9.29)

11 K 6.73 18.8 0 0.13 1.73 0.00 (13.88)

12 L 14.32 43.9 0 0.19 1.63 2.13 (33.56)

Tabel Boks 3.1.1

No Nama BankDPK Valas (USD M)

April 2013 May 2013 JUni 2013 JUli 2013 Delta April - Juli 2013

1 A 7.40 8.67 8.23 8.21 1.17

2 B 4.98 6.97 6.72 6.11 1.14

3 C 3.34 3.57 3.98 4.10 0.76

4 D 1.83 1.97 1.87 2.08 0.25

5 E 2.31 2.31 2.34 2.44 0.13

6 F 0.42 0.50 0.51 0.58 0.16

7 G 3.36 3.42 3.20 3.34 (0.03)

8 H 0.63 0.64 0.78 0.75 0.11

9 I 1.33 1.33 1.39 1.39 0.06

10 J 0.56 0.59 0.65 0.66 0.11

11 K 0.18 0.30 0.31 0.29 0.11

12 L 1.65 1.71 1.69 1.66 0.01

Berdasarkan trend peningkatan DPK valas

dan peristiwa pendukung pelemahan nilai rupiah

terhadap USD tersebut, telah dilakukan pemantauan

terhadap individual bank. Pemantauan dilakukan

dengan melakukan filtering bank-bank mana saja

yang memiliki pangsa deposito valas tinggi dan

melihat profil deposan deposito valas.Selama periode

April – Juli 2013, terdapat 12 bank yang memiliki

deposito valas yang meningkat signifikan dengan

delta DPK valas lebih besar dari Rp 1 triliun. Dengan

melihat profil dari para deposan di bank-bank tersebut

semakin jelas bahwa peningkatan DPK valas bukan

diakibatkan adanya currency switching dari para

deposan, tetapi merupakan antisipasi dari kegiatan

operasional bisnis yang dilakukan oleh para deposan

bank.

Page 56: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

57

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Sementara itu, DPK valas yang dihimpun

oleh perbankan dikelola dan diinvestasikan dalam

berbagai instrumen penempatan. Sebagian besar bank

menggunakan DPK valas tersebut untuk penyaluran

kredit valas maupun penempatan pada bank lain di LN,

dan juga SBN valas. Sementara sisanya ditransaksikan

di pasar uang. Sehingga selama semester I 2013,

posisi devisa neto perbankan masih berada di bawah

threshold yang telah ditetapkan, yaitu 20% dari modal

bank.

Page 57: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

58

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Boks 3.2 Instrumen Makroprudensial dalam Basel III

I. KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

Sampai dengan saat ini belum terdapat definisi

kebijakan makroprudensial yang baku. Namun demikian,

beberapa institusi menjabarkan makroprudensial

sebagai perangkat untuk membatasi risiko sistemik.

Menurut IMF2, kebijakan makroprudensial merupakan

kebijakan yang menggunakan perangkat kehati-hatian

(prudential) sebagai perangkat utamanya untuk

membatasi risiko sistemik atau risiko keuangan secara

sistem luas.

Risiko sistemik memiliki 2 (dua) dimensi yaitu:

dimensi waktu (time dimension)dan dimensi lintas

sektoral (cross-sectional dimension). Time dimension

berkaitan dengan aspek prosiklikalitas, di mana

lembaga keuangan cenderung mengambil risiko

yang berlebihan pada saat ekonomi ekspansif namun

sebaliknya mengalami ketakutan yang berlebihan

untuk mengambil risiko ketika ekonomi kontraksi.

Cross-sectional dimension merupakan risiko yang

timbul dari eksposur yang sama dan/atau adanya

saling keterkaitan antar lembaga keuangan di dalam

sistem keuangan.

II. BASEL III

Basel III pada dasarnya merupakan suatu

kerangka pengaturan untuk memperkuat standar

permodalan dan pengaturan standar likuiditas bank.

Tujuan Basel III adalah meningkatkan ketahanan sektor

perbankan terhadap krisis.

Kerangka pengaturan permodalan secara garis

besar mengintegrasikan kebijakan kehati-hatian

makro dan mikro yang mencakup: kualitas dan tingkat

permodalan yang lebih tinggi; standar modal untuk

meredam siklus ekspansi dan kontraksi kredit yang

berlebihan; dan standar modal untuk mengurangi risiko

sistemik. Selain peningkatan standar permodalan, Basel

III juga memperkenalkan 2 (dua) standar minimum

likuiditas yaitu: LCR (Liquidity Coverage Ratio) dan

NSFR (Net Stable Funding Ratio). LCR dimaksudkan

untuk meningkatkan ketahanan bank terhadap

potensi tekanan likuiditas jangka pendek. Sementara

itu, NSFR bertujuan antara lain untuk membatasi

ketergantungan yang berlebihan kepada sumber dana

besar jangka pendek ketika terjadi ekses likuiditas di

pasar keuangan.

III. INSTRUMEN MAKROPRUDENSIAL DALAM

BASEL III

Berangkat dari pengertian makroprudensial

sebagaimana diuraikan pada butir I di atas, perangkat

utama Basel III yang bertujuan untuk meredam terjadinya

prosiklikalitas dan contagion risk sebagai berikut:

1. Countercyclical Capital Buffer

Kerangka Basel III memperkenalkan persyaratan

modal yang bersifat time-varying sebagai

tambahan modal atas persyaratan modal

minimum Basel I I I , yaitu countercyclical

capital buffer. Persyaratan modal ini akan

diimplementasikan secara bertahap mulai tahun

2016 sampai dengan tahun 2019. Tujuan dari

countercyclical capital buffer adalah memastikan

bank memiliki modal yang memadai untuk

melaksanakan fungsi intermediasi kredit di

berbagai kondisi ekonomi. 1) International Monetary Fund. Macroprudential Policy: An Organizing Framework.2011.

Page 58: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

59

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Pada saat ekonomi ekspansif, di mana risiko

sistemik pada umumnya cenderung mulai

terbentuk, persyaratan countercyclical capital

buffer akan diaktivasikan untuk mendorong

bank membentuk tambahan modal. Pada saat

kondisi keuangan memburuk atau ekonomi

kontraksi, yaitu ketika bank cenderung

membatasi kredit yang diberikan atau

mengalami kerugian yang berdampak terhadap

penurunan modal, countercyclical capital buffer

akan digunakan untuk menghindari terjadinya

credit crunch. Dengan demikian, countercyclical

capital buffer diharapkan akan menstabilkan

laju pertumbuhan kredit di sepanjang siklus

ekonomi.

2. Systemic capital surcharges

Selain persyaratan Basel III, bank-bank yang

sistemik secara global (Global-Systemically

Important Banks atau G-SIBs) akan dikenakan

persyaratan modal minimum yang lebih

besar karena bank-bank tersebut berpotensi

menimbulkan risiko yang lebih besar di sistem

keuangan. Dengan modal yang lebih besar

diharapkan kemungkinan terjadinya kegagalan

G-SIBs akan lebih rendah karena kemampuan

yang lebih baik untuk menyerap kerugian dalam

jumlah besar.

Tambahan persyaratan modal akan dipenuhi

dari persyaratan modal inti utama (Common

Equity Tier 1) yang berkisar antara 1% sampai

dengan 3.5% di atas modal minimum yang

dipersyaratkan, tergantung kepada derajat

sistemik bank yang bersangkutan. Sebagaimana

halnya dengan countercyclical capital buffer,

tambahan modal ini akan diimplementasi secara

bertahap mulai tahun 2016 sampai dengan

tahun 2019.

Di samping kerangka permodalan untuk G-SIBs,

Basel Committee on Banking Supervision

juga menerbitkan kerangka untuk bank yang

sistemik secara domestik (Domestic-Systemically

Important Banks atau D-SIBs). Namun demikian,

kerangka tersebut lebih bersifat guiding principles

yang penjabaran kerangkanya diserahkan

kepada masing-masing negara.

3. Instrumen lainnya

Persyaratan Basel III lainnya yang bertujuan

memitigasi risiko yang timbul dari eksposur

antar lembaga keuangan di tataran individu

bank mencakup, antara lain: 1.) persyaratan

modal untuk mendukung penggunaan central

counterparties di pasar OTC derivatives dan

2.) persyaratan likuiditas yang bertujuan untuk

memberikan disinsentif bagi bank yang sumber

dananya berasal dari pinjaman jangka pendek

antar bank.

Berdasarkan persyaratan likuiditas Basel III,

terutama untuk standar LCR, bank diwajibkan

memiliki aset likuid berkualitas tinggi untuk

meng-cover potensi penarikan seluruh dana

yang berasal dari pinjaman jangka pendek antar

bank. Sementara menurut standar NSFR Basel

III yang diterbitkan oleh Basel Committee on

Banking Supervision di tahun 2010 yang saat

ini masih dalam proses penyempurnaan, sumber

dana jangka pendek bank tidak diperhitungkan

sebagai komponen sumber dana stabil yang

dapat digunakan untuk membiayai aset jangka

panjang bank.

Page 59: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

60

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Boks 3.3 Peran Suku Bunga JIBOR Dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan

APA ITU SUKU BUNGA JIBOR?

Jakarta Interbank Offered Rate(J IBOR)

merupakan suku bunga indikasi penawaran dalam

transaksi PUABdi Indonesia. Suku bunga tersebut

mencerminkan suku bunga pinjaman yang ditawarkan

suatu bank kepada bank lain, sekaligus merupakan

suku bunga pinjaman yang bersedia diterima suatu

bank dari bank lain. Dengan kata lain, suku bunga

JIBOR merupakan suku bunga acuan (reference rate)

untuk transaksi pasar uang antar bank. Suku bunga

JIBOR terdiri atas 2 mata uang,yaitu IDR dan USD,

dengan masing-masing terdiri dari 6 tenor yakni 1 hari

(overnight), 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan

12 bulan. Sejak pengembangan tahun 2013, Bank

Indonesia menetapkan 28 bank kontributor untuk

JIBOR IDR dan 14 bank kontributor unuk JIBOR USD

2013. Bank kontributor tersebut dipilih berdasarkan

jumlah bank teraktif yang mencakup minimal 75% dari

total transaksi PUAB Rupiah dan USD. Dari data suku

bunga kuotasi yang masuk dari bank-bank kontributor

tersebut, Bank Indonesia melakukan cleansing data

dengan menggunakan metode perhitungan JIBOR

yaitu dengan menghitung nilai rata-rata setelah

mengeluarkan 25% data tertinggi dan 25% data

terendah dari kuotasi yang masuk.

PERKEMBANGAN JIBOR

Sejak pembentukannya tahun 1993, JIBOR

telah mengalami beberapa kali evolusi. Lama tidak

“disentuh”, pada tahun 2005 pelaporan JIBOR yang

sebelumnya dilakukan melalui PIPU, disempurnakan

menjadi Laporan Harian Bank Umum (LHBU).

Seluruh bank diwajibkan untuk melaporkan kuotasi

JIBOR melalui LHBU, dan JIBOR ditentukan dengan

menggunakan metode rata-rata suku bunga yang

dilaporkan.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan

suku bunga referensi di pasar, pada tahun 2011

Bank Indonesia melakukan penyempurnaan JIBOR

agar lebih kredibel melalui penyempurnaan metode

perhitungan JIBOR. Penyempurnaan metode tersebut

adalah dengan menggunakan Nilai rata-rata setelah

mengeluarkan 1 data tertinggi dan 1 data terendah

dari seluruh kuotasi yang masuk, dan penyempurnaan

jumlah bank yang ditunjuk sebagai kontributor JIBOR

yang merupakan bank teraktif dalam transaksi PUAB.

Pada tahun 2013, JIBOR kembali mengalami evolusi

dan Bank Indonesia kembali menyempurnakan metode

perhitungan JIBOR menjadi interquartile mean, dimana

JIBOR ditentukan berdasarkan Nilai rata-rata setelah

mengeluarkan 25% data tertinggi dan 25% data

terendah dari kuotasi yang masuk.

22011Pengem-

bangan kearah BestPractice

2011

PelaporJIBOR

melaluiLHBU

2001Penyem-purnaanMetodeJIBOR

201Pembentu-kan JIBOR1993

Page 60: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

61

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Seir ing dengan penyempurnaan bank

kontributor dan metode perhitungan, kredibilitas

suku bunga JIBOR semakin meningkat. Beberapa

bank mulai menggunakan suku bunga JIBOR

sebagai reference rate untuk perhitungan instrumen

keuangannya, seperti cross currency swap dan

interest rate swap. Perbedaan (deviasi) suku bunga

JIBOR dengan suku bunga yang terjadi di PUAB

juga semakin kecil, menunjukkan kuotasi JIBOR

yang disampaikan oleh bank menjadi semakin baik,

sehingga meningkatkan kredibilitas JIBOR sebagai

reference rate. Hal ini terlihat sebagaimana grafik

berikut ini:

PERAN SUKU BUNGA J IBOR DALAM

MENDUKUNG SSK

Suku bunga JIBOR merupakan reference rate

yang dapat digunakan untuk perhitungan harga

(pricing) berbagai instrumen keuangan, selain juga

sebagai acuan para pelaku pasar terhadap kondisi

likuiditas pasar. Keberadaan reference rate dibutuhkan

pelaku pasar domestik maupun internasional,

sehingga kredibilitas suku bunga referensi menjadi

sangat penting untuk mendukung pengembangan

pasar keuangan (BIS, Mar 2013). Perhatian dunia

terhadap suku bunga referensi semakin meningkat

seiring dengan semakin tingginya manfaat reference

Grafik Boks 3.3.1 Perkembangan JIBOR IDR

Grafik Boks 3.3.2 Perkembangan JIBOR USD

Grafik Boks 3.3.3 BI Rate, PUAB dan JIBOR Rupiah

Grafik Boks 3.3.4 Spread JIBOR dan PUAB Rupiah

Sumber: LHBU, Website BI diolah3,00

3,50

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

Feb

Apr

Jun

Agus

t

Okt

Des

Feb

Apr

Jun

Agus

t

Okt

Des

Feb

Apr

Jun

Agus

t

2011 2012 2013

Overnight 1 Minggu 1 Bulan

3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

Feb

Apr

Jun

Agus

t

Okt

Des

Feb

Apr

Jun

Agus

t

Okt

Des

Feb

Apr

Jun

Agus

t

2011 2012 2013Overnight 1 Minggu 1 Bulan

3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan

3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

4-Jan-10 4-Jan-11 4-Jan-12 4-Jan-13

LF Rate BI Rate DF RatePUAB Overnight JIBOR Overnight

40

30

20

10

0

-10

-20

-30

4-Jan-10 4-Jan-11 4-Jan-12 4-Jan-13

Spread Overnight Spread 1 Week

Page 61: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

62

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

rate terhadap perkembangan pasar keuangan

dan ekonomi makro secara umum3. Penelitian

menunjukkan terdapat 2 jalur suku bunga referensi

dalam mempengaruhi ekonomi makro:

– Mengurangi asimetrik informasi dalam fungsi

intermediasi perbankan, dimana suku bunga

yang digunakan tidak terlalu bervariasi antar

pelaku

– Memberikan informasi yang lebih akurat

(mengurangi noise yang terjadi di pasar

uang) kepada otoritas moneter dalam rangka

penerapan kebijakan moneter.

Hasil penelitian menunjukkan pentingnya suku

bunga referensi yang “reliable” bagi ekonomi dan pasar

keuangan, terutama dalam perspektif stabilitas makro

dan penerapan kebijakan moneter, khususnya dalam

kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini.

Pentingnya suku bunga referensi sebagaimana

penelitian tersebut juga dapat tercermin dari

meningkatnya peran suku bunga referensi sebagai

early warning atas keketatan likuiditas dalam sistem

keuangan. Mengacu pada suku bunga referensi

lainnya, London Interbank Offered Rate (LIBOR)

yang merupakan suku bunga indikasi berapa bank

mau meminjamkan dananya kepada bank lain untuk

jangka waktu tertentu. Sebagai indikator early warning

biasanya LIBOR digabung (dikurangi) dengan overnight

index swap (OIS) yang merupakan ekspektasi pelaku

pasar terhadap suku bunga bank sentral (fed fund rate)

ke depan. Spread antara LIBOR dan OIS menunjukkan

persepsi pelaku pasar terhadap risiko dari kondisi

pasar keuangan, khususnya di credit market4. Alan

Greenspan bahkan menjelaskan bahwa LIBOR-OIS

masih menjadi barometer terhadap tingkat solvabilitas

perbankan5. Pada periode sub-prime crisis, spread

LIBOR-OIS sudah mulai meningkat sejak pertengahan

tahun 2007, dan mencapai level tertinggi terjadi ketika

Lehman Brothers mengalami kebangkrutan pada bulan

September 2008, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pergerakan LIBOR-OIS merupakan early warning bagi

para pelaku pasar dan otoritas terkait untuk melihat

tekanan (distress) di pasar keuangan, meskipun

kredibilitas LIBOR saat ini menurun seiring dengan

adanya skandal penentuan harga LIBOR.

3) “Financial Markets, Monetary Policy and Reference Rates: Assessments in DSGE Framework” Nao Sudo, Dec 2012

4) Reuters Financial Glossary5) Thorton, Daniel L. (2009) What the LIBOR–OIS Spread Says. Economic Synopses,

Number 24, 2009. Federal Reserve Bank of St. Louis

Grafik Boks 3.3.5Spread 3 Month LIBOR dan OIS

Sejalan dengan best practice tersebut diatas,

seiring dengan semakin meningkatnya kredibilitas

JIBOR di mata pelaku pasar, JIBOR dapat menjadi

salah satu alternatif early warning terhadap kondisi

distress di pasar keuangan domestik. Spread suku

bunga JIBOR dengan premi swap USD/IDR (interest

rate differential) untuk jangka waktu 1 bulan mulai

meningkat seiring dengan adanya tekanan terhadap

pasar keuangan, utamanya di nilai tukar. Seiring

dengan meningkatnya tekanan depresiasi rupiah yang

menyebabkan meningkatnya volatilitas nilai tukar,

maka spread antara suku bunga JIBOR 1 bulan dengan

100

350

300

250

200

150

100

50

Jan-07

Subprime crisis

Lehman BrothersBankruptcy

Krisis Eropa(Yunani)

Jan-08 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-130

Page 62: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

63

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Grafik Boks 3.3.6

implied premi swap untuk tenor yang sama cenderung

meningkat, dari sebelumnya pada kisaran –10s/d -20

bps menjadi 30 s/d 150 bps.

7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

Jan-

13Ja

n-13

Jan-

13Fe

b-13

Feb-

13Fe

b-13

Mar

-13

Mar

-13

Apr-1

3Ap

r-13

Apr-1

3M

ay-1

3M

ay-1

3M

ay-1

3Ju

n-13

Jun-

13Ju

n-13

Jul-1

3Ju

l-13

Aug-

13Au

g-13

Aug-

13Se

p-13

200

150

100

50

0

-50

-100

Pelemahan NT danKenaikan BI Rate

Spread (rhs) JIBOR 1 Mo Premi Swap 1 Mo

JIBOR dan Premi Swap 1 Mo

Terlihat bahwa seiring dengan meningkatnya

tekanan terhadap pasar keuangan, spread antara

JIBOR dan Premi swap semakin meningkat. Tekanan

terhadap pasar keuangan domestik dan juga sebagian

besar emerging market masih belum akan berakhir,

sejalan dengan rencana tapering yang akan dilakukan

The Federal Reserves6. Pengayaan early warning

menjadi salah satu upaya untuk mendukung tugas

otoritas untuk merumuskan kebijakan dalam rangka

mencegah tekanan semakin besar, sehingga stabilitas

sistem keuangan menjadi lebih terjaga. Namun

demikian, masih dibutuhkan kajian lebih mendalam

untuk meneliti tingkat konsistensi dari analisis spread

JIBOR-Premi Swap $/Rp sebagai salah satu early

warning dari tingkat distress pasar keuangan.

6) “Explaining Financial Market Barometers” Barclays (2013)

Page 63: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

64

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Boks 3.4 Reformasi Pasar OTC Derivatives

I. LATAR BELAKANG

Krisis keuangan tahun 2008 memperlihatkan

bahwa transaksi over-the-counter (OTC)

derivatives secara umum dan credit derivatives

secara khusus memiliki implikasi sistemik

terhadap pasar keuangan. Bail-out AIG dan gagal

bayar Lehman Brothers menunjukan adanya kelemahan

di dalam pengelolaan risiko kredit pihak lawan dan

kurangnya transparansi di pasar OTC derivatives yang

berdampak sistemik.

Kelemahan di dalam pengelolaan risiko

pihak lawan. Kelemahan di dalam pengelolaan risiko

pihak lawan untuk transaksi derivatif terungkap dari

kasus AIG. Karena perusahaan induknya memiliki

peringkat kredit AAA dan hanya menjual CDS (Credit

Default Swaps) atas sekuritisasi aset yang memiliki

tranch “super-senior”, anak perusahaan AIG (AIG

Financial Groups) hanya diwajibkan menyetor

margin atau agunan jika peringkat kredit induknya

turun. Akibatnya ketika peringkat kredit AIG dan

sekuritisasi aset yang dijamin jatuh, AIG mengalami

margin calls dan tekanan likuiditas secara bersamaan.

Untuk menghindari dampak sistemik karena luasnya

keterkaitan dan jangkauan AIG yang memiliki nasabah

global termasuk instansi pemerintah, perusahaan,

nasabah ritel hingga pihak lawan transaksi, AIG

mendapat dana talangan dari pemerintah US pada

tanggal 16 September 2008.

Kurangnya transparansi di pasar OTC

derivatives. Kurang transparannya posisi trading dan

eksposur pelaku pasar OTC derivatives menyebabkan

pelaku pasar sulit memprediksi dampak gagal bayar pelaku

pasar tertentu terhadap kelayakan kredit pihak lawan.

Hal ini menyebabkan pelaku pasar enggan melakukan

transaksi dan terjadinya penarikan credit line di pasar

setelah kegagalan Lehman Brothers yang merupakan

salah satu dealer utama di pasar OTC derivatives. Informasi

yang tidak memadai juga menyebabkan terbatasnya

kemampuan otoritas di dalam mengidentifikasi dan

mengambil tindakan untuk menanggulangi risiko

sistemik. Kurangnya transparansi perdagangan kontrak

OTC juga dapat berdampak negatif terhadap efisiensi

harga dan kerentanan pasar terhadap manipulasi.

Guna mengatasi permasalahan-permasalahan

di atas, Pimpinan G20 di pertemuan Pittsburgh bulan

September 2009 menyepakati reformasi pasar OTC

derivatives dengan batas waktu implementasi akhir

2012 yang mencakup beberapa hal, yaitu:

1. Menyederhanakan dan meningkatkan

standarisasi kontrak OTC derivatives.

Penyederhanaan dan standarisasi kontrak

OTC derivatives, yang mencakup standarisasi

term kontrak dan operasionalisasi, bertujuan

meningkatkan jumlah kontrak OTC derivatives

yang dapat dikliringkan melalui CCP dan atau

diperdagangkan melalui bursa atau platform

perdagangan elektronik. Standarisasi juga akan

memudahkan pasar di dalam melakukan valuasi

harga kontrak derivatif dan memudahkan otoritas

di dalam menggabungkan data perdagangan dari

berbagai repositori perdagangan global.

2. Kliring seluruh kontrak OTC derivatives

yang standar melalui Central Counterparties.

Central counterparties atau CCP berfungsi sebagai

circuit breaker untuk menghindari terjadinya efek

contagion di pasar OTC derivatives yang antara lain

Page 64: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

65

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

berasal dari kelemahan pengelolaan risiko salah

satu pihak yang terlibat di dalam transaksi. Dengan

adanya CCP maka perdagangan kontrak derivatif

akan dilakukan dengan CCP sebagai pihak lawan.

3. Perdagangan kontrak derivatif yang standar

di bursa atau platform perdagangan

secara elektronik dan pelaporan kontrak

derivatif kepada repositori perdagangan.

Perdagangan kontrak derivatif melalui bursa atau

platform perdagangan elektronik dan pelaporan

kontrak derivatif kepada repositori perdagangan

bertujuan untuk meningkatkan transparansi bagi

peserta pasar dan otoritas yang berwenang.

Meningkatnya transparansi, terutama mengenai

eksposur dan harga, akan lebih memudahkan

pasar di dalam meng-assess dampak gagal bayar

pelaku pasar tertentu terhadap kelayakan kredit

pihak lawan dan menghindari manipulasi harga.

Di sisi lain, transparansi yang lebih baik akan

membantu otoritas di dalam mengidentifikasi

pembentukan risiko sistemik lebih dini.

4. Persyaratan margin dan modal yang lebih

besar atas kontrak bilateral. Disamping

persyaratan pengelolaan risikoyang lebih robust,

kontrak bilateral derivatif akan dikenakan

persyaratan margin dan modal yang lebih besar

untuk memastikan pengelolaan risiko kredit yang

lebih baik di pasar OTC derivatives.

II. PASAR DAN JENIS KONTRAK OTC DERVATIVES

1. Pasar OTC derivatives

Menurut Randall Dodd (2002)7 kontrak derivatif

diperdagangkan di 2 (dua) jenis pasar, yaitu: bursa

dan pasar OTC. Perdagangan di bursa secara

tradisional dilakukan melalui mekanisme openoutcry,

dimana anggota bursa bertemu secara langsung

untuk melakukan transaksi. Namun demikian,

perdagangan di bursa dalam perkembangannya juga

telah menggunakan platform perdagangan elektronik

yang secara otomatis mempertemukan harga

penawaran beli dan harga penawaran jual dari pelaku

pasar melalui perdagangan multilateral. Perbedaan

utama antara bursa dan pasar OTC adalah dalam hal

pengaturan. Sebagian besar bursa mengatur aktivitas

anggota bursa baik di bursa maupun di luar bursa.

Selanjutnya, pasar OTC derivatives terorganisir

dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu: traditional dealer market;

electronically borkered market; dan proprietary trading

platform.

i. Traditional dealer market. Pasar OTC secara

tradisional diselenggarakan oleh satu atau lebih

dealer sebagai market maker yang menetapkan

kuotasi harga belidan jualkepada peserta pasar.

Kuotasi dan negosiasi harga eksekusi biasanya

dilakukan per telepon atau melalui electronic

bulletin boards yang menyajikan kuotasi dealer.

Proses perdagangan melalui telepon, baik

antara end user dan dealer maupun antara

dealer dan dealer, dikenal sebagai perdagangan

bilateral karena hanya dua pelaku pasar tersebut

yang secara langsung mengetahui kuotasi

atau eksekusi.Meskipun kuotasi harga hanya

diketahui oleh dua pelaku, peserta pasar

dengan menghubungi beberapa dealer dapat

memperoleh view mengenai pasar yang tidak

berbeda jauh dengan view yang diperoleh

melalui perdagangan multilateral.

ii. Electronically brokered market. Perdagangan

kontrak OTC derivatives dapat dilakukan melalui 7) Randall Dodd. The Structure of OTC Derivatives Markets. The Financier VOL. 9,

NOS. 1-4. 2002

Page 65: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

66

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

electronically brokered platform yang pada

dasarnya sama dengan platform perdagangan

elektronik yang digunakan di bursa. Di pasar ini,

institusi yang mengelola platform perdagangan

hanya bertindak sebagai perantara perdagangan

dan tidak mengambil posisi trading atau bertindak

sebagai pihak lawan transaksi. Namun kondisi

ini berbeda jika platform tersebut menggunakan

lembaga kliring. Lembaga kliring akan mengambil

alih risiko kredit perdagangan yang dilakukan

melalui platform dan dilaporkan kepada lembaga

kliring.

iii. Proprietary trading platform. Platform ini

merupakan kombinasi antara traditional dealer

market dan electronically brokered market dimana

dealer OTC derivatives membentuk platform

perdagangan proprietary-nya sendiri. Di dalam

platform ini, kuotasi berasal hanya dari dealer

pemilik platform. Mekanisme ini dikenal sebagai

mekanisme perdagangan multilateral satu arah

karena peserta pasar hanya mengetahui kuotasi

dari dealer sementara kuotasi dari peserta pasar

lainnya tersirat dari perubahan harga eksekusi.

Dengan platform ini, dealer mengambil seluruh

risiko kredit di pasar dengan menjadi pihak lawan

atas seluruh transaksi di platform.

2. Jenis Kontrak OTC derivatives

Menurut ISDA (International Swaps and Derivatives

Association)8, kontrak derivatif terdiri atas tiga kategori

besar. Pertama, over-the-counter derivatives yang

merupakan perjanjian bilateral yang customized.

Kontrak tersebut dinegosiasikan antara dua pihak dan

dibukukan oleh masing-masing pihak secara langsung

atau tanpa perantara. Kategori kedua terdiri atas

derivatif yang standar dan diperdagangkan di bursa,

yang dikenal secara umum sebagai listed derivatives atau

futures. Berlawanan dengan OTC derivatives, futures

diperdagangkan di bursa dan kemudian dibukukan

pada central counterparty yang lazim dikenal sebagai

clearing house. Kategori terakhir adalah derivatif yang

dikliringkan (cleared derivatives) yaitu OTC derivatives

yang dinegosiasikan secara bilateral namun seperti

futures dibukukan pada central counterparty.

III. CENTRAL COUNTERPARTY

Cakupan reformasi pasar OTC derivatives yang

diperkirakan memiliki dampak paling signifikan

terhadap perubahan struktur pasar keuangan domestik

adalah mandat kliring melalui CCP. Karena itu,

pemahaman mengenai peran CCP, manfaat, dan

risikonya perlu dikaji lebih khusus.

1. Manfaat sentralisasi kliring

Netting multilateral. Salah satu esensi dari kliring

tersentralisasi adalah, melalui proses hukum yang

dikenal sebagai novasi, penyerahan perdagangan

yang dilakukan secara bilateral kepada CCP.

Sebagai konsekuensi, CCP mengambil alih

tanggung jawab kewajiban yang berhubungan

dengan transaksi dengan menjadi pembeli

bagi setiap penjual dan menjadi penjual bagi

setiap pembeli. Mekanisme ini memungkinkan

penyederhanaan eksposur bilateral kepada

beberapa pihak lawan menjadi satu net eksposur

kepada CCP. Dengan demikian, dibandingkan

dengan mekanisme bilateral, netting multilateral

dapat mengurangi jumlah eksposur kepada pihak

lawan di sistem perbankan dan keterkaitan antara

bank yang satu dengan bank yang lainnya.

8) http://www.isda.org/educat/faqs.html

Page 66: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

67

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

Asesmen kelayakan kredit. Penggunaan

CCP tidak serta merta akan mengurangi

risiko pihak lawan karena risiko pihak lawan

akan terkonsentrasi pada CCP. Karena itu,

kemampuan CCP mengelola risiko menjadi

penting. Perangkat mitigasi risiko yang

digunakan CCP secara umum tidak berbeda

dengan yang digunakan pada perdagangan

bilateral anggota kliring wajib memenuhi standar

minimum kelayakan kredit dan menjalani due

dilligence.

Persyaratan margin dan default fund.

Selain itu, anggota kliring juga dipersyaratkan

menyetor margin awal dan margin variasi untuk

mengurangi dampak kerugian apabila anggota

kliring yang bersangkutan mengalami gagal

bayar. Di samping persyaratan margin, CCP

memiliki sumber dana lain untuk mengatasi

kejadian ekstrim. Jika margin dan kontribusi

dana anggota kliring yang gagal bayar pada

default fund tidak memadai untuk menyerap

kerugian maka default fund CCP yang berasal

dari kontribusi anggota kliring lainnya dapat

digunakan (mutualisasi kerugian) di samping

modal CCP sendiri.

2. Konsentrasi risiko

Risiko kredit pihak lawan. Kedudukan CCP di

antara sejumlah besar pihak lawan menyebabkan

konsentrasi risiko kredit. Kegagalan CCP karena

antara lain kurang memadainya pengelolaan

risiko CCP dapat menyebabkan gangguan

signifikan di sistem keuangan secara luas,

terutama jika CCP menjalankan fungsi kliring di

pasar yang systemically important.

Risiko operasional. Gangguan operasional

yang serius pada CCP juga dapat berdampak

sistemik. Meskipun CCP secara umum memiliki

sistem back-up dan disaster recovery plan yang

baik, terdapat kemungkinan rencana kontinjensi

yang disusun belum mencakup seluruh kejadian

yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

Gangguan pelayanan sementara pada saat

kondisi pasar stabil kemungkinan tidak akan

menimbulkan masalah yang besar. Di sisi lain,

gangguan yang signifikan atau berkepanjangan,

penghentian pembayaran suatu transaksi, dan/

Gambar 3.4.1Hubungan Counterparty OTC Derivatives

I

A

E

H

B C

F

D

J

G

Bilateral clearing

Large financial institution

Small financial institution

End User

I

AJ

D

IFH

E

GCCP

CBI

Central clearing

Page 67: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

68

Bab 3. Ketahanan Sistem Keuangan

atau ketidakpastian yang terkait dengan status

transaksi yang dikliringkan pada saat kondisi pasar

tidak stabil dapat meningkatkan ketidakpastian

di pasar dan mendorong penarikan likuiditas.

Kemampuan CCP mengelola risiko kredit

pihak lawan dan operasional menjadi penting

agar pendiriannya tidak menimbulkan risiko

baru di sistem keuangan dan sebaliknya, dapat

mengurangi risiko kredit pihak lawan di pasar

derivatif antara lain karena adanya netting

multilateral.

Page 68: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

69

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Bab 4Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Page 69: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

70

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 70: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

71

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Bab 4 Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Selama semester I 2013, keandalan sistem

pembayaran baik yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia maupun industri sistem pembayaran tetap

terpelihara dengan baik. Keandalan sistem pembayaran

yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tercermin dari

tingkat ketersediaan (availability) Sistem BI-RTGS, BI-

SSSS, dan SKNBI yang memenuhi service level yang telah

ditetapkan. Hal ini tentunya sangat mendukung stabilitas

sistem keuangan dan moneter sehingga memberikan

kontribusi positif pada kegiatan perekonomian. Keandalan

sistem pembayaran tersebut didukung oleh upaya mitigasi

risiko yang senantiasa dilakukan Bank Indonesia, baik

dalam bentuk pengembangan sistem, penyempurnaan

(enhancement) sistem, maupun penetapan kebijakan di

bidang sistem pembayaran.

4.1. UPAYA MITIGASI RISIKO DAN MANAJEMEN

LIKUIDITAS

1) Sistem BI-RTGS

Aktivitas operasional Sistem BI-RTGS secara umum

selama semester I 2013 berjalan dengan aman dan

lancar. Berbeda dengan semester sebelumnya, tidak

terjadi lagi gangguan jaringan komunikasi data

yang pernah terjadi pada semester sebelumnya.

Dengan pengkinian jaringan komunikasi dari

SNA menjadi TCP/IP maka gangguan teknis pada

BI-RTGS terkait jaringan komunikasi dapat lebih

termitigasi.

Selain itu, kelancaran operasional Sistem BI-RTGS

tidak terlepas dari keandalan sistem Utama,

dan tersedianya infrastruktur Disaster Recovery

Center (DRC) Sistem BI-RTGS yang harus selalu

siap setiap saat menggantikan sistem utama bila

terjadi kondisi gangguan. Untuk memastikan

kesiapan operasional infrastruktur DRC Sistem

BI-RTGS tersebut, Bank Indonesia secara reguler

mengoperasikan infrastruktur DRC untuk kegiatan

transaksi sehari-hari. Penggunaaan infrastruktur DRC

dimaksud dilakukan secara transparan sehingga

peserta Sistem BI-RTGS dapat mengetahui bahwa

layanan sistem utama dan back-up (DRC) Sistem

BI-RTGS memiliki tingkat kualitas yang sama. Pada

periode laporan, penggunaan DRC site Sistem

BI-RTGS untuk kegiatan transaksi dilakukan pada

April 2013 dengan kelangsungan operasional yang

berjalan baik dan lancar.

Stabilitas sistem keuangan dan sistem moneter tidak terlepas dari peran strategis sistem pembayaran

sebagai infrastruktur sistem keuangan.Sistem pembayaran yang andal juga merupakan faktor

penting dalam memperlancar aktivitas pembayaran dalam perekonomian.

Page 71: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

72

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

2) BI-SSSS

Aktivitas operasional Sistem BI-SSSS selama semester

I 2013 berjalan dengan aman dan lancar. Terjaganya

ketersediaan Sistem BI-SSSS selama semester I 2013

tidak terlepas dari keandalan sistem utama BI-SSSS dan

tersedianya infrastruktur back up system yang dapat

menggantikan setiap saat bila terjadi gangguan pada

sistem utama. Seperti halnya pada Sistem BI-RTGS,

dengan pengkinian jaringan komunikasi dari SNA

menjadi TCP/IP maka gangguan teknis pada BI-SSSS

terkait jaringan komunikasi dapat lebih termitigasi.

3) SKNBI

Secara umum, operasional penyelenggaraan SKNBI

selama semester I 2013 berjalan baik dan lancar yang

ditunjukkan dengan tidak adanya system down.

Meskipun secara harian terdapat beberapa kasus

perpanjangan waktu yang diakibatkan permasalahan

teknis, namun hal tersebut tidak mengganggu

penyelenggaraan SKNBI secara keseluruhan. Untuk

menjaga kelancaran operasional SKNBI, Bank

Indonesia juga memiliki prosedur contingency yang

didukung dengan infrastruktur back-up yang handal.

Likuiditas peserta SKNBI selama semester I 2013 secara

umum juga dapat terlihat dari beberapa indikator

antara lain pemenuhan kewajiban penyediaan

prefund, penggunaan prefund, top up prefund

dan transaksi yang tidak dapat diperhitungkan.

Sepanjang semester I 2013, tidak ada bank yang

mengalami ketidakmampuan memenuhi penyediaan

prefund di awal hari sebagai syarat untuk dapat

mengikuti kliring harian.

4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI MELALUI SISTEM

PEMBAYARAN

Aktivitas transaksi keuangan melalui sistem

pembayaran selama semester I 2013 mengalami

1) Turn over ratio merupakan perbandingan antara outgoingtransaction yang diselesaikan melalui saldo rekening bank yang disediakan pada awal hari. Rasio turn over tinggi dapat diartikan bahwa bank lebih banyak membayar kewajibannya dengan menunggu incoming transfer dari bank lain dari pada menggunakan modalnya sendiri, sehingga perilaku transaksi tercermin pada rasio turn over yang semakin tinggi.

2) Througputguideline adalah suatu target dimana Peserta diharapkan telah menyelesaikan persentase tertentu dari total pembayaran selama 1 hari dengan mengacu pada gradu-atedpaymentschedule< 10.30 WIB ; 10.30 s/d 14.30 WIB ; 14.30 s/d 16.30 diharapkan 30% : 30% : 40%

Terkait dengan manajemen likuiditas, selama

semester I 2013 kondisi likuiditas pada Sistem

BI- RTGS dapat dikatakan dapat terjaga dengan

baik yang tercermin dari indikator turn over ratio1,

jumlah transaksi yang queue, transaksi unsettled,

throughput guideline2 dan FLI. Bila dibandingkan

dengan semester sebelumnya, pada semester I

2013 terjadi penurunan turn over ratio dan terjadi

peningkatan jumlah transaksi antrian (queuing)

dari sisi volume dan nilai. Indikator turn over ratio

selama semester I 2013 secara rata-rata adalah

0,96. Jumlah transaksi yang mengalami antrian

(queuing) selama semester I 2013 adalah sebanyak

3.503 dengan total nilai sebesar Rp27,99 triliun.

Pada semester I 2013, dicatat terjadi 13 transaksi

unsettled dengan nilai Rp719,87 miliar. Selanjutnya

pola transaksi berdasarkan throughput yang terjadi

selama semester I 2013 menunjukkan pola 34%:

53%: 13%. Berdasarkan pola distribusi tersebut

dapat dikatakan bahwa rata-rata mayoritas

transaksi dapat diselesaikan pada pertengahan hari.

Selain itu, selama semester I 2013 tidak terdapat

bank yang memanfaatkan fasilitas likuiditas

intrahari. Sistem BI-RTGS (FLI-RTGS), sehingga dapat

dikatakan bahwa kondisi likuiditas peserta BI-RTGS

tetap terjaga. Penyediaan FLI merupakan upaya

mitigasi risiko yang disediakan Bank Indonesia untuk

mengatasi kesulitan pendanaan sementara yang

dihadapi oleh bank peserta BI-RTGS yang terjadi

selama jam operasional agar tidak terjadi kemacetan

pembayaran (gridlock).

Page 72: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

73

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Grafik 4.1Perkembangan Transaksi Sistem BI-RTGS

Grafik 4.2Perkembangan Transaksi BI-SSSS

tahun sebelumnya (Grafik 4.2). Nilai transaksi melalui

BI-SSSS pada semester I tahun 2013 mencapai 10,24

ribu triliun atau mengalami penurunan sebesar 52%

berbanding terbalik dengan volume transaksi yang

mengalami peningkatan yaitu tercatat sebanyak

68,316 ribu transaksi atau meningkat sebesar

8% dibandingkan dengan semester I tahun 2012.

Dengan demikian rata-rata harian transaksi yang

dilakukan melalui Sistem BI-SSSS semester I tahun

2013 mencapai nilai 83,14 triliun dengan volume

sebesar 555 transaksi.

peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai. Dari sisi

nilai, transaksi keuangan melalui sistem pembayaran non

tunai masih didominasi oleh transaksi yang melalui Sistem

BI-RTGS, dengan porsi mencapai 76% dari keseluruhan

nilai transaksi keuangan yang melalui sistem pembayaran.

Selanjutnya transaksi BI-SSSS dengan porsi 19,33%, dan

APMK dengan porsi 2,45%. Sementara itu, dari sisi volume

transaksi, porsi terbesar masih berasal dari penggunaan

Kartu ATM dan ATM/Debet, yang mencapai 92,01% dari

seluruh volume transaksi sistem pembayaran non-tunai

sampai akhir semester I 2013.

1) Perkembangan Transaksi Sistem BI-RTGS

Aktivitas transaksi pembayaran melalui Sistem

BI-RTGS selama semester I 2013 menunjukkan

peningkatan pada sisi volume dan penurunan pada

sisi nilai dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya (Grafik 4.1). Peningkatan pada

sisi volume sebesar 3% sedangkan penurunan pada

sisi nilai sebesar 32%. Selama semester I 2013,

rata-rata harian nilai dan volume transaksi Sistem BI-

RTGS sebesar Rp326,90 triliun dan 71.119 transaksi

dengan total nilai dan volume transaksi selama

semester I 2013 mencapai Rp40.188,74 triliun dan

8,74 juta transaksi.

-102030405060708090100

-

100

200

300

400

500

600

Jan

12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei1

2

Jun 1

2

Jul12

Ags

12

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des

12

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Volu

me

(dala

mribu)

Nilai

(Triliu

nR

p)

RRH Nilai

RRH Volume

Sumber: EDW SP subjek area BI-RTGS

Sumber: BI-SSSS

2) Perkembangan Transksi BI-SSSS

Transaksi melalui BI-SSSS pada semester I tahun 2013

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

-

50

100

150

200

250

Jan

12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei12

Jun 1

2

Jul12

Ags

12

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des

12

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Nilai

(Tri

liu

nR

P)

RRH Nilai

RRH Volume

3) Perkembangan Transaksi SKNBI

Aktivitas transaksi pembayaran melalui SKNBI selama

semester I 2013 menunjukkan terjadinya penurunan

pada sisi volume dan peningkatan pada sisi nilai

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya (Grafik 4.3). Selama semester I 2013,

rata-rata harian nilai dan volume transaksi SKNBI

sebesar Rp9,39 triliun dan 409,10 ribu transaksi

dengan total nilai dan volume transaksi selama

semester I 2013 mencapai Rp1.153,52 triliun dan

50,29 juta transaksi. Bila dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya (y-o-y)

baik dari sisi nilai dan volume, masing-masing

mengalami peningkatan pada sisi nilai sebesar 10%

dan penurunan pada sisi volume sebesar 2%.

Page 73: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

74

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

peningkatan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya (Grafik 4.5). Selama

semester I 2013, rata-rata harian nilai dan volume

menggunakan Kartu Kredit sebesar Rp589,19 miliar

dan 642,24 ribu transaksi dengan total nilai dan

volume transaksi selama semester I 2013 mencapai

Rp106,67 triliun dan 116,23 juta transaksi. Bila

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya (y-o-y) baik dari sisi nilai dan volume,

masing-masing mengalami peningkatan sebesar 9%

dan 7%.

Grafik 4.3Perkembangan Transaksi SKNBI

Grafik 4.4Perkembangan Transaksi Kartu ATM/Debet

Grafik 4.5Perkembangan Transaksi Kartu Kredit

Sumber: EDW SP subjek area SKNBI

Sumber: EDW LKPBU

Sumber: EDW LKPBU

4) Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu

ATM dan ATM/Debet

Aktivitas transaksi pembayaran menggunakan

Kartu ATM dan ATM/Debet selama semester I 2013

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya (Grafik

4.4). Selama semester I 2013, rata-rata harian nilai

dan volume transaksi Kartu ATM dan ATM/Debet

sebesar Rp9,98 triliun dan 9,11 jt transaksi dengan

total nilai dan volume transaksi selama semester I

2013 mencapai Rp1.800,72 triliun dan 1,65 miliar

transaksi. Bila dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun sebelumnya (y-o-y) baik dari

sisi nilai dan volume, masing-masing mengalami

peningkatan sebesar 25% dan 25%.

-

100

200

300

400

500

600

-

2

4

6

8

10

12Ja

n12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei12

Jun 1

2

Jul12

Ags

12

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des

12

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Volu

me

(dala

mribu)

Nilai

(Triliu

nR

p)

RRH Nilai

RRH Volume

-1,0002,0003,0004,0005,0006,0007,0008,0009,00010,000

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Jan

12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei12

Juni12

Juli

12

Ag

t1

2

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des 1

2

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Volu

me

(dala

mribu)

Nilai

(Triliu

nR

p)

RRH Nilai

RRH Volume

5) Perkembangan Transaksi Menggunakan Kartu

Kredit

Aktivitas transaksi pembayaran dengan menggunakan

Kartu Kredit selama semester I 2013 menunjukkan

520

540

560

580

600

620

640

660

680

0.460.480.500.520.540.560.580.600.620.64

Jan

12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei12

Jun 1

2

Jul12

Ags

12

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des

12

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Volu

me

(dala

mribu)

Nilai

(Triliu

nR

p)

RRH Nilai

RRH Volume

6) Perkembangan Transaksi Menggunakan Uang

Elektronik

Aktivitas transaksi pembayaran menggunakan Uang

Elektronik selama semester I 2013 menunjukkan

peningkatan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya (Grafik 4.6). Selama

semester I 2013, rata-rata harian nilai dan volume

transaksi menggunakan Uang Elektronik sebesar

Rp7,01 miliar dan 356,97 ribu transaksi dengan total

nilai dan volume transaksi selama semester I 2013

mencapai Rp1,27 triliun dan 64,99 juta transaksi.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya (y-o-y) baik dari sisi nilai dan

volume, masing-masing mengalami peningkatan

sebesar 67% dan 55%.

Page 74: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

75

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

4.3. PENGEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN UNTUK

MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR SISTEM KEUANGAN

Terpeliharanya keandalan dan keamanan sistem

pembayaran tidak terlepas dari upaya untuk memitigasi risiko

sistem pembayaran dalam rangka mendukung stabilitas

sistem keuangan dan moneter.Dalam kaitan ini, fokus utama

kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran

diarahkan untuk menjaga keamanan, meningkatkan efisiensi

sistem pembayaran, dan mendukung perluasan akses sistem

pembayaran. Selain itu, kebijakan sistem pembayaran

juga diarahkan agar penyelenggaraan sistem pembayaran

yang aman, efisien, lancar, dengan tetap memperhatikan

perluasan akses dan kepentingan nasional.

Kebijakan terkait pengembangan dimaksud antara

lain melalui Progress Pengembangan Sistem BI-RTGS dan

BI-SSSS Generasi II, Penyempurnaan Aplikasi BI-SSSS,

Interkoneksi Antar Prinsipal Dalam Rangka Pengembangan

Gerbang Pembayaran Nasional (National Payment

Gateway) serta Implementasi dan Pengembangan Layanan

Sistem Pembayaran dan Keuangan berbasis mobile (Mobile

Payment Services), penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia

(SEBI) yaitu perihal Tatacara Lelang Surat Utang Negara

di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

serta SEBI Perihal Transfer Dana.

a. Progress Pengembangan Sistem BI-RTGS dan

BI-SSSS Generasi II

Sampai dengan Semester I 2013, kegiatan

pengembangan Sistem BI-RTGS Generasi II (modul

RTS/X) telah menyelesaikan tahapan UAT, training

batch I kepada anggota Working Group dan

kegiatan connectivity testing untuk mengakomodasi

pengujian oleh Peserta yang telah mengikuti

training terkait interkoneksi aplikasi di sisi Peserta

(Participant Platform) dan di sisi Penyelenggara

(Central Node) serta pengujian mekanisme interface

antara Participant Platform dengan sistem internal

Peserta.

Adapun pengembangan Sistem BI-SSSS Generasi

II yang meliputi modul DEPO/X dan TRAD/X serta

pengembangan HARTIS, kegiatan masih difokuskan

untuk penyusunan script UAT.

b. Penyempurnaan Aplikasi BI-SSSS

Dalam rangka mendukung rencana Pemerintah

untuk menambah skema penjualan Surat Utang

Negara melalui Lelang Surat Utang Negara Tambahan

(green shoe option), telah dilakukan penyempurnaan

aplikasi BI-SSSS, serta simulasi lelang green shoe

option dan pelatihan kepada Kementerian Keuangan

dan dealer utama pelaku lelang.

c. Interkoneksi Antar Prinsipal Dalam Rangka

Pengembangan Gerbang Pembayaran Nasional

(National Payment Gateway)

Dalam rangka meningkatkan efisiensi penyelenggaran

sistem pembayaran ritel, Bank Indonesia telah dan

terus berupaya untuk mendorong terwujudnya

interkoneksi antar pelaku industri, diantaranya melalui

pengembangan Gerbang Pembayaran Nasional

(National Payment Gateway/NPG). Pengembangan

NPG merupakan upaya bersama Bank Indonesia

dan pelaku industri untuk menciptakan switching

nasional yang memenuhi kebutuhan transaksi antar

penyelenggara sistem pembayaran, yang terjadi di

berbagai jenis delivery channel seperti ATM, EDC,

Grafik 4.6Perkembangan Transaksi Uang Elektronik

Sumber: EDW LKPBU

-

50

100

150

200

250

300

350

400

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Jan

12

Feb 1

2

Mar

12

Apr

12

Mei12

Jun 1

2

Jul12

Ags

12

Sep 1

2

Okt

12

Nov

12

Des

12

Jan

13

Feb 1

3

Mar

13

Apr

13

Mei13

Jun 1

3

Volu

me

(dala

mribu)

Nilai

(Milia

rR

p)

RRH Nilai

RRH Volume

Page 75: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

76

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

internet, telepon, maupun telepon selular. Selain itu,

dengan NPG, data sistem pembayaran nasional dapat

tersentralisasi sehingga lebih komprehensif dalam

mendukung penyusunan kebijakan dan pengambilan

keputusan di bidang sistem pembayaran.

Langkah awal pengembangan dilakukan dengan

membangun interkoneksi jaringan penyelenggara

kartu ATM. Pada 2012, dengan fasilitasi Bank

Indonesia, telah dimulai interkoneksi jaringan ATM

antara BCA dan Bank Mandiri yang mampu melayani

kebutuhan transaksi penarikan tunai, transfer dana,

dan transaksi lainnya seperti informasi saldo. Inisiasi

interkoneksi antara dua bank tersebut diharapkan

menjadi pemicu bagi pelaku industri lainnya

untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan

interkoneksi yang lebih luas mengingat infrastruktur

sistem pembayaran masih terkonsentrasi di kota

besar, belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat

di wilayah Indonesia.

Sebagai tindak lanjut dari inisiasi tersebut, pula

telah diimplementasikan interkoneksi antar prinsipal

domestik, yaitu PT Alto Network, PT Artajasa

Pembayaran Elektronis, dan PT Rintis Sejahatera

yang ditandai dengan penandatanganan nota

kesepahaman antar para pihak pada 6 Mei 2013.

Meskipun interkoneksi antar prinsipal masih

terbatas pada kerjasama layanan transfer dana,

hal ini merupakan sinyal positif dari pelaku industri

untuk mewujudkan perluasan cakupan layanan

sekaligus meningkatkan alternatif layanan sistem

pembayaran yang lebih efisien. Kerjasama tersebut

memberikan kesempatan bagi perbankan untuk

memperluas wilayah pelayanan ke seluruh pelosok

Indonesia dengan biaya infrastruktur ATM yang

lebih rendah; penyediaan infrastruktur ATM tidak

lagi didasarkan pada kebutuhan masing-masing

bank, namun dapat dihitung dari kebutuhan agregat

industri. Dari perspektif yang lebih luas, hal ini juga

memberikan insentif bagi industri perbankan untuk

melakukan ekspansi infrastruktur ke area terpecil

yang belum terjangkau layanan ATM; bahwa

dengan biaya investasi yang lebih rendah akan

menghasilkan kenaikan pendapatan jasa. Inisiatif

ini juga memberikan keuntungan di sisi nasabah.

Manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat

dengan adanya interkoneksi antar prinsipal adalah

kemudahan untuk melakukan transfer dari dan

ke seluruh bank di wilayah Indonesia; kondisi

sebelumnya tidak dapat menjangkau perbankan

secara keseluruhan karena terdapat beberapa

bank yang tidak memiliki keterhubungan jaringan

ATM. Kemudahan dan kelancaran transaksi antar

masyarakat, disertai dengan perbaikan kualitas

layanan dan keamanan, pada akhirnya, diharapkan

menjadi penggerak aktivitas ekonomi nasional.

Sinergi antar prinsipal domestik ini merupakan

landasan bagi Bank Indonesia untuk menata sistem

pembayaran ritel nasional, yang mencakup jasa

pembayaran ritel lainnya seperti kartu debet, kartu

kredit, dan uang elektronik. Kondisi ideal, dimana

seluruh penyelenggara dan instrumen sistem

pembayaran saling memiliki keterhubungan, akan

menumbuhkan keinginan masyarakat dan pelaku

usaha untuk lebih menggunakan non-tunai sehingga

dapat meningkatkan transaksi ekonomi nasional

sekaligus memperkuat daya saing industri domestik

terhadap pelaku internasional.

d. Implementasi dan Pengembangan Layanan

Sistem Pembayaran dan Keuangan berbasis

mobile (Mobile Payment Services)

Dengan semakin berkembangnya perekonomian

nasional serta penduduk yang tersebar di berbagai

pulau, Bank Indonesia memandang perlunya layanan

Page 76: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

77

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

sistem pembayaran dan keuangan yang dapat

menjangkau wilayah Indonesia secara luas temasuk

untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang

belum mengenal layanan sistem pembayaran. Disadari

bersama bahwa saat ini penyelenggara layanan

sistem pembayaran dan keuangan masih terbatas

dari sisi jangkauan sehingga banyak masyarakat yang

belum terlayani. Untuk itu diperlukan inovasi bentuk

layanan yang dapat menjangkau seluruh lapisan

masyarakat dimanapun berada melalui penggunaan

teknologi berbasis mobile dan jasa pihak ketiga,

yaitu unit perantara layanan sistem pembayaran dan

keuangan dalam memberikan layanan jasa sistem

pembayaran dan keuangan.

Salah satu dasar pertimbangan penggunaan

teknologi berbasis mobile adalah besarnya tingkat

penetrasi penggunaan ponsel di Indonesia yang

mencapai hingga 240 juta dengan jumlah pengguna

instrumen uang elektronik berbasis mobile yang

mencapai 12,5 juta. Di sisi lain infrastruktur

telekomunikasi juga telah menjangkau menjangkau

95% dari wilayah Indonesia dengan 2 juta agen

dan retailer telekomunikasi tersebar di wilayah

Indonesia. Sementara itu penggunaan jasa pihak

ketiga sebagai perantara layanan sistem pembayaran

dan keuangan diharapkan dapat lebih mendekatkan

kepada masyarakat tidak hanya dari sisi jarak ke

penyelenggara namun terlebih lagi dari sisi psikologi

dan budaya. Masyarakat kelas bawah yang selama

ini enggan berurusan dengan lembaga formal akan

merasa lebih nyaman untuk melakukan kegiatan

sistem pembayaran dan keuangan melalui agen yang

bersifat lebih informal.

Pada umumnya perluasan layanan keuangan seperti

ini di lingkup internasional dikenal dengan sebutan

branchless banking. Layanan keuangan yang diberikan

antara lain pembukaan rekening uang elektronik

dan tabungan, penarikan uang tunai, pembayaran

tagihan rutin (bill payment), transfer dana, dan lain-

lain. Adnya layanan yang sederhana diharapkan

keberadaan layanan ini dapat memenuhi kepentingan

ekonomi masyarakat unbanked dan underbanked.

Masyarakat tersebut akan mulai mengenal dan

tercatata dalam sistem keuangan sehingga nantinya

dapat diperluas dengan memperoleh tambahan dana

untuk pembiayaan usaha produktif.

Di dunia internasional, khususnya di emergingmarket,

praktek branchless banking bukanlah hal baru. Dari

berbagai studi literatur tercatat lebih dari 100 (seratus)

negara, seperti Malaysia, India, Filipina, Kenya,

Pakistan, dan Mexico, yang mengimplementasikan

branchless banking. Sementara itu, dalam konteks

Indonesia, branchless banking merupakan hal baru

bagi industri perbankan di Indonesia. Oleh karena

itu, implementasi branchless banking perlu dilakukan

secara hati-hati mengingat implementasi perluasan

layanan sistem pembayaran dan keuangan melalui

penggunaan teknologi dan jasa pihak ketiga dapat

meningkatkan risiko, khususnya risiko operasional,

risiko hukum dan risiko reputasi bagi bank dan

perusahaan telekomunikasi.

Untuk meminimalisir risiko yang dapat timbul maka

terlebih dahulu dilakukan proyek uji coba. Melalui

uji coba ini diharapkan dapat diperoleh model

bisnis yang sesuai dengan kondisi industri sistem

pembayaran dan keuangan Indonesia, budaya

masyarakat serta kendala-kendala yang muncul

di lapangan serta risiko-risiko yang dihadapi oleh

para pihak yang terlibat. Adapun keseluruhan

implementasinya dilakukan secara bertahap mulai

dari penerbitan pedoman (guiding principles),

uji coba, monitoring, evaluasi menyeluruh, dan

implementasi secara penuh melalui penerbitan

ketentuan mobile payment services.

Page 77: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

78

Bab 4. Penguatan Infrastruktur Sistem Keuangan

Secara garis besar pedoman ini mengatur mengenai

pelaksanaan aktivitas layanan sistem pembayaran

dan perbankan terbatas melalui jasa pihak ketiga,

antara lain mengenai model bisnis dan produk yang

disediakan, kegiatan yang dilakukan, persyaratan

dan teknologi yang digunakan, manajemen

risiko, kepatuhan terhadap anti pencucian uang,

edukasi perlindungan nasabah dan lain-lain.

Uji coba dilaksanakan sejak bulan Mei hingga

November 2013 dengan acuan yang dipakai adalah

pedoman (guiding principles). Pelaksanaan proyek

uji coba dilakukan oleh 5 bank dan 2 perusahaan

telekomunikasi secara terbatas di 8 (delapan) provinsi

yang dapat dipilih oleh bank, yaitu Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Dengan pemilihan lokasi oleh setiap bank paling

banyak di 2 propinsi dan untuk setiap propinsi paling

banyak 3 kecamatan.

Diharapkan melalui pelaksanaan uji coba tersebut

seluruh stakeholder yang terlibat dapat memiliki

pemahaman yang komprehensif sehingga memiliki

kesiapan yang memadai untuk mendukung

implementasi proyek uji coba tersebut termasuk

sebagai masukan bagi regulator dalam melakukan

penyusunan ketentuan terkait mobile payment

services.

e. Penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI)

Perihal Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di

Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang

Negara serta SEBI Perihal Transfer Dana

Berkenaan dengan perubahan Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) No.50/PMK.08/2012 tentang

Lelang Surat Utang Negara Dalam Mata Uang Rupiah

dan Valuta Asing di Pasar Perdana Domestik, maka

diterbitkan SEBI No. 15/12/DASP tanggal 8 April

2013 perihal Tata Cara Lelang Surat Utang Negara

di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang

Negara. Latar belakang penerbitan SEBI tersebut

disebabkan PMK yang lama hanya mengakomodir

pelaksanaan lelang tambahan (green shoe option)

untuk SBSN dan pelaksanaan lelang tambahan

(green shoe option), sedangkan untuk lelang surat

utang negara belum ada pengaturannya.

Selain menerbitkan SEBI perihal Tata Cara Lelang Surat

Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan

Surat Utang Negara pada pada semester 1 tahun

2013 dalam rangka mendukung keamanan dan

kelancaran transaksi transfer dana serta memberikan

kejelasan pengaturan hak dan kewajiban bagi pihak

yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan

transfer dana juga diterbitkan SEBI No. 15/23/DASP

tanggal 27 Juni 2013 perihal Transfer Dana. SEBI

tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan dari

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012

tentang Transfer Dana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2012 Nomor 283, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5381).

Page 78: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

79

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

Bab 5Tantangan SSK Ke Depan

Page 79: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

80

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 80: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

81

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

Bab 5 Tantangan SSK Ke Depan

5.1 TANTANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

5.1.1 Peluang dan Tantangan Eksternal

Perekonomian global pada 2013 diperkirakan

tumbuh tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Beberapa

institusi internasional merevisi pertumbuhan ekonomi

global dari perkiraan sebelumnya. IMF dalam World

Economic Outlook (WEO) Update Juli 2013 menurunkan

pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% dari

prakiraan WEO April 2013 sebesar 3,3%(yoy). World Bank

memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2013 sebesar

2,2% pada rilis Juni 2013, lebih rendah dibandingkan

dengan perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.

Revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia

tersebut terutama disebabkan oleh kinerja ekonomi

China yang melambat. Pada triwulan II 2013, China

mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah

dari perkiraan, sehingga mendorong terjadinya koreksi

perkiraan untuk keseluruhan tahun 2013. IMF dalam World

Economic Outlook (WEO) Update Juli 2013 memperkirakan

pertumbuhan China menjadi 7,8% dari 8,1% dalam WEO

April 2013. Perlambatan ekonomi China tercermin dari

pertumbuhan indeks produksi China yang turun menjadi

8,9% (yoy) pada bulan Juni 2013 dari 9,2% (yoy) pada

bulan Mei dan melambatnya pertumbuhan investasi,

khususnya di sektor manufaktur dan real estate.

Sementara itu, pemulihan ekonomi negara

maju diperkirakan masih berjalan lambat khususnya

di Euro Area. IMF dalam WEO Juli 2013 menurunkan

perkiraan pertumbuhan Amerika Serikat dan Euro Area,

masing-masing sebesar -0,2% dibandingkan dengan

perkiraan sebelumnya. Walaupun demikian, dalam

perkembangan hingga triwulan II 2013, perekonomian

AS menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin

dari realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2013 yang

mencatat 1,7% (yoy), meningkat dari sebesar 1,3%(yoy)

pada triwulan I 2013. Sementara itu, perekonomian Euro

Area masih diliputi oleh pengeluaran konsumsi yang lemah.

Perbaikan ekonomi dialami oleh Jepang yang diindikasikan

Sistem Keuangan Indonesia pada tahun 2013 dihadapkan oleh tantangan terganggunya

keseimbangan internal dan eksternal perekonomian Indonesia. Dari sisi keseimbangan internal,

pertumbuhan ekonomi pada 2013 diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2012 dengan

laju inflasi yang tinggi. Sementara dari sisi keseimbangan eksternal diwarnai oleh kinerja Neraca

Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat defisit hingga triwulan II 2013 namun diprakirakan

membaik pada akhir tahun. Berdasarkan hasil stress test yang dilakukan terhadap industri

perbankan terlihat bahwa ketahanan perbankan Indonesia masih tetap terjaga, karena didukung

oleh permodalan yang memadai. Dengan kondisi ini, prospek perbankan Indonesia di tahun 2013

masih cukup baik, namun perlu diwaspadai potensi kenaikan risiko kredit.

Page 81: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

82

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

menambah ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia.

Penundaan tersebut mengindikasikan bahwa pemulihan

perekonomian AS tidak sesuai dengan perkiraan

semula, sehingga menambah ketidakpastian mengenai

pelaksanaan kebijakan tersebut. Ketidakpastian pemulihan

ekonomi global tersebut perlu diwaspadai dalam

pengelolaan stabilitas perekonomian dan sektor keuangan

Indonesia, karena berpotensi memicu gejolak di pasar

keuangan global, meningkatkan volatilitas capital flows

dan fluktuasi nilai tukar negara lainnya, termasuk negara

emerging.

5.1.2 Peluang dan Tantangan Internal

Stabilitas sistem keuangan diperkirakan

akan mendapat tantangan dari terganggunya

keseimbangan internal dan eksternal perekonomian

oleh kinerja sektor industri yang meningkat sejalan dengan

peningkatan ekspor. Kebijakan Abenomics yang ditempuh

meningkatkan keyakinan konsumen yang tercermin dari

peningkatan signifikan pada penjualan eceran.

Dengan perkiraan perekonomian global yang

cenderung lebih lemah menyebabkan volume perdagangan

dunia yang lebih rendah dibandingkan perkiraan semula

dan harga komoditas yang menurun, khususnya komoditas

nonmigas. Prospek harga minyak pada 2013 diperkirakan

menjadi lebih tinggi dari perkiraan semula sejalan dengan

pemulihan ekonomi AS dan sentimen negatif gejolak

geopolitik.

Ke depan, perekonomian dunia masih akan

diliputi oleh ketidakpastian. Penundaan kebijakan

tappering off quantitative easing oleh Amerika Serikat

yang diumumkan pada 18 September 2013 berpotensi

Worl BankWEO-IMF

2011 2011 2011 20112012 2012 2012 20122013 2013 2013 2013

Asia PacificConsensus Forecast

Asia DevelopmentBank Forecast

Tabel 5.1Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

World Output 3,9 3,1 3,5 2,8 2,3 2,2 - - - - - -

Advanced Economies 1,7 1,2 1,8 3,8 2,9 3,1 - - - 1,2 1,1 1,1

Amerika Serikat 1,8 2,2 2,0 1,8 2,2 2,0 1,8 2,8 1,6 1,7 2,2 2,0

Jepang -0,6 1,9 3,5 -0,5 2,0 1,4 -0,6 2,0 1,9 -0,7 1,9 1,8

Eropa 1,5 -0,6 0,3 1,5 -0,5 -0,6 1,5 -0,5 -0,4 - - -

Developing Asia * 7,8 6,5 7,0 - - - - - - 7,2 6,1 6,3

China 9,3 7,8 7,9 9,3 7,8 7,7 9,3 7,8 7,5 9,3 7,8 7,7

India 6,3 3,2 6,0 6,2 5,0 5,7 6,2 5,0 4,9 6,5 5,0 5,8

ASEAN 5 4,5 6,1 5,5 - - - - - - 4,5 5,6 5,2

Indonesia - - - 6,5 6,2 6,2 6,5 6,2 5,7 6,5 6,2 6,4

Malaysia - - - - - - 5,1 5,6 4,4 5,1 5,6 5,3

Philipina - - - - - - 3,6 6,8 7,0 3,9 6,6 6,0

Thailand - - - 0,1 6,5 5,0 0,1 6,5 3,6 0,1 6,4 4,9

Vietnam - - - - - - 5,9 5,0 5,2 5,9 6,0 5,2

Latin America

and the Caribbean 4,6 3,0 2,9 4,4 3,0 3,3 - - - - - -

Middle East and North Africa 2,9 2,4 2,8 -2,2 3,5 2,5 - - - - - -

Sub-Saharan Africa 5,4 4,9 - 4,7 4,4 4,9 - - - - - -

Sumber : IMF World Economic Outlook Update July 2013, WB Global Economic Prospect, June 2013; Consensus Forecasts September 2013; Asia Pacific Consensus Forecasts September 2013; ADB Asia Development Outlook April 2013 & Supplement July 2013.

Page 82: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

83

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

Dari sisi penawaran, pertumbuhan nilai tambah

sektor ekonomi utama diperkirakan melemah pada

2013. Sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan,

hotel dan restoran diprakirakan tumbuh melambat karena

kenaikan harga BBM berdampak terhadap menurunnya

permintaan domestik. Sektor pertanian diprakirakan

tumbuh relatif stabil. Kinerja sektor pengangkutan dan

komunikasi diprakirakan masih tumbuh tinggi, terutama

bersumber dari nilai tambah dari komunikasi data dan

meningkatnya aktivitas komunikasi seiring dengan

dimulainya proses pelasanaan pemilu 2014. Sementara itu,

sub sektor angkutan mengalami tekanan akibat kenaikan

tarif angkutan pasca kenaikan harga BBM bersubsidi.

Kinerja sektor bangunan diperkirakan melambat karena

pengeluaran investasi masih lemah. Sementara itu,

kinerja sektor pertambangan diprakirakan membaik

dilatarbelakangi oleh berlanjutnya perbaikan produksi

minyak dan pulihnya produksi pertambangan nonmigas.

Sementara itu, inflasi tahun 2013 diprakirakan

berada di kisaran 9,0% - 9,8%atau di atas targetnya

sebesar 4,5%±1%. Kenaikan laju inflasi disebabkan

oleh dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni

2013 yang selain berpengaruh terhadap naiknya inflasi

administered price, juga selanjutnya berpengaruh terhadap

kelompok volatile food. Dampak kenaikan harga BBM

ini diperkirakan hanya akan berlangsung sementara dan

akan segera kembali ke pola normalnya. Hal ini tercermin

dari laju inflasi Agustus yang lebih rendah dibandingkan

Juli 2013. Tekanan inflasi di sisa tahun 2013 diperkirakan

akan menurun sebagai dampak perlambatan permintaan

domestik serta langkah-langkah penguatan koordinasi

kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam

pengendalian inflasi.

Dari sisi keseimbangan eksternal, NPI tahun 2013

mengalami tantangan yang berasal dari ketidakpastian

pemulihan ekonomi dunia. Ketidakpastian ini menyebabkan

volume perdagangan dunia dan harga komoditas

Indonesia. Dari sisi keseimbangan internal, pertumbuhan

ekonomi pada 2013 melambat dibandingkan tahun

2012 dan laju inflasi yang tinggi. Sementara dari sisi

keseimbangan eksternal diwarnai oleh kinerja Neraca

Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat defisit hingga

triwulan II 2013.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013

diperkirakan berada di kisaran bawah 5,5%-5,9%.

Kisaran pertumbuhan ini mengalami revisi ke bawah dari

perkiraan sebelumnya sebesar 5,8%-6,2% (yoy). Penyebab

utama direvisinya perkiraan pertumbuhan adalah perkiraan

melambatnya permintaan domestik yang selama ini

menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.

Konsumsi rumah tangga melemah akibat menurunnya

daya beli masyarakat. Dampak program jaring pengaman

sosial bagi masyarakat kelas bawah diperkirakan belum

mampu mengangkat daya beli masyarakat. Perbaikan

konsumsi rumah tangga diperkirakan baru akan terjadi

pada triwulan IV 2013 seiring dengan dimulainya aktivitas

pemilu. Sejalan dengan perlambatan konsumsi rumah

tangga, pengeluaran investasi, khususnya investasi

nonbangunan, cenderung tumbuh lebih rendah pada

2013. Berbagai indikator investasi seperti impor barang

modal, penjualan alat-alat berat, dan konsumsi listrik

industri manufaktur mengkonfirmasi bahwa investasi

nonbangunan diprakirakan mengalami kontraksi pada

semester II 2013. Kinerja investasi yang melemah

diperkirakan juga akan dipengaruhi oleh kenaikan suku

bunga dan pelemahan nilai tukar Rupiah.

Di sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan

meningkat. Walaupun prospek pemulihan ekonomi dunia

cenderung melemah, namun depresiasi nilai tukar Rupiah

diperkirakan berpengaruh positif terhadap kenaikan

pertumbuhan ekspor pada 2013. Sementara itu, untuk

keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan impor barang dan

jasa riil diperkirakan melemah seiring dengan melambatnya

permintaan domestik.

Page 83: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

84

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

tumbuh tidak setinggi yang diperkirakan. Dilain pihak,

permintaan domestik yang hingga semester I 2013 relatif

tinggi juga memberikan tekanan terhadap permintaan

impor barang dan jasa. Akibatnya, hingga triwulan II

2013 NPI masih mencatat defisit sebesar USD2,5 miliar.

Pada semester kedua 2013, neraca transaksi berjalan

diprakirakan membaik. Prospek pemulihan ekonomi global

yang diikuti peningkatan harga komoditi global yang

diprakirakan terjadi pada semester II 2013 diperkirakan

dapat mendukung peningkatan kinerja ekspor nasional.

Sementara itu, perlambatan ekonomi domestik dan

pelemahan nilai tukar Rupiah diprakirakan mendorong

impor yang lebih rendah. Kenaikan harga BBM bersubsidi

pada Juni 2013 akan turut menyumbang penurunan

impor minyak. Dengan perkiraan kondisi semester II 2013

tersebut, defisit neraca transaksi berjalan pada semester II

2013 diperkirakan menjadi lebih rendah dan terkendali.

5.2 DAMPAK TERHADAP SISTEM PERBANKAN

5.2.1 Penilaian Risiko

Tantangan eksternal dan internal diatas

berpotensi mempengaruhi ketahanan perbankan.

Tantangan ini terutama dalam bentuk pelemahan

pertumbuhan ekonomi Indonesia, pelemahan nilai tukar

rupiah, dan kenaikan suku bunga domestik. Konstelasi

makroekonomi Indonesia yang demikian berpotensi

meningkatkan risiko kredit dan risiko pasar bagi perbankan.

Untuk melihat ketahanan perbankan dalam menghadapi

potensi risiko kredit dan risiko pasar yang timbul, dilakukan

analisis stress test ketahanan perbankan dengan standar

yang mengacu pada metodologi yang digunakan Financial

Sector Assessment Program-IMF (FSAP) tahun 2009.

Secara umum, ketahanan perbankan dalam

menghadapi potensi peningkatan risiko kredit dan

risiko pasar cukup baik didukung CAR yang lebih

tinggi dibandingkan akhir semester II 2012. Stress

test yang dilakukan berdasarkan sensitivity dan scenario

analysis (khusus stress test risiko Kredit)1 menunjukkan

bahwa pada Juni 2013, perbankan masih mampu

menyerap potensi peningkatan risiko kredit dan risiko

pasar. Dalam hal ini, risiko pasar mencakup kenaikan

suku bunga rupiah, penurunan harga obligasi negara dan

pelemahan nilai tukar.

Berdasarkan kelompok bank, kelompok bank

BPD, Swasta dan Persero paling rentan terhadap

kenaikan NPL dan suku bunga dengan penurunan

CAR lebih dari 100bps. Kelompok bank Persero juga

rentan terhadap pelemahan harga obligasi negara,

sementara KCBA terindikasi paling rentan terhadap

pelemahan harga obligasi negara. Kelompok bank

Campuran cukup memiliki daya tahap terhadap risiko pasar

dan dampak penurunan CAR akibat risiko kredit juga relatif

kecil dibandingkan kelompok bank lainnya.

1 Mengacu pada FSAP 2009.

Page 84: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

85

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

5.2.2 Penilaian Risiko Kredit

Stress test risiko kredit berpotensi meningkatkan

NPL perbankan, yaitu dari 1,88% (akhir Desember 2012)

menjadi 9,8% (akhir Juni 2013). Stress test ini dilakukan

sesuai dengan salah satu skenario FSAP 2009 yang

menskenariokan pertumbuhan ekonomi (PDB) menjadi

0%. Dengan menggunakan skenario tersebut, CAR

perbankan berpotensi turun sebesar 274 bps menjadi

15,21%. Transmisi penurunan CAR berasal dari kenaikan

NPL bank sebesar 5,22 kali dengan skenario penurunan

GDP s.d 0%. Peningkatan NPL tersebut diasumsikan

berasal dari kredit Lancar (kol 1) dan Kurang Lancar (kol 2)

menjadi Diragukan (Kol 4). Perubahan kolektabilitas Kredit

akibat tambahan nominal NPL berdampak meningkatnya

provisi yang harus dibentuk bank. Dengan demikian,

pembentukan tambahan provisi akan mengurangi modal.

Berdasarkan kelompoknya, kelompok BPD, Persero dan

Swasta terindikasi paling rentan tehadap peningkatan

risiko kredit dengan masing-masing CAR setelah stress test

sebesar 10,76%, 13,50%, dan 13,77%. Ketiga kelompok

bank tersebut paling rentan dikarenakan NPL awalnya yang

cukup tinggi dan CAR yang relatif sama yaitu pada kisaran

16%, sementara NPL awal kelompok bank Campuran

dan KCBA relatif lebih rendah dengan CAR diatas 20%.

Berdasarkan rata-rata historis, persentase NPL selama 10

tahun terakhir tercatat sebesar 4,5%. Dengan skenario

kenaikan NPL menjadi 5%, CAR perbankan hanya turun

sebesar 92 bps menjadi sebesar 17,04%.

Tabel 5.2Delta CAR setelah Stress Test

CAR setelah Stress Test (Juni 2013)

PerseroKCBACampuranSwastaBPDAll

Delta CAR setelah Stress Test (dlm bps)

Kenaikan NPL (menjadi 9,8%) -274 -491 -250 -162 -153 -311

Kenaikan Suku Bunga Rupiah (10%) -180 -379 -136 -15 -71 -246

Pelemahan Harga Obligasi (-20%) -118 -51 -70 -77 -228 -176

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah (-50%) -40 -4 -22 -33 -57 -69

PerseroKCBACampuranSwastaBPDAll

CAR Awal 17,95% 15,67% 16,27% 21,31% 33,17% 16,61%

Kenaikan NPL (menjadi 9,8%) 15,21% 10,76% 13,77% 19,69% 31,64% 13,50%

Kenaikan Suku Bunga Rupiah (10%) 16,15% 11,88% 14,91% 21,17% 32,47% 14,15%

Pelemahan Harga Obligasi Negara (-20%) 16,78% 15,16% 15,58% 20,54% 30,89% 14,85%

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah (-50%) 17,55% 15,64% 16,05% 20,98% 32,60% 15,91%

Grafik 5.1Hasil Stress Test Risiko Kredit

-274 bps

CAR

CAR Awal

18%

16%

14%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%

NPL5% NPL7,5% NPL10% NPL12,5% NPL15% FSAP SkenarioNPL9,8%

Page 85: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

86

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

5.2.3 Penilaian Risiko Pasar

Dari sisi risiko pasar, eksposur aset dan

liabilities perbankan berjangka pendek yang rentan

terhadap perubahan suku bunga mengalami sedikit

peningkatan pada semester I 2013. Berdasarkan

tenornya, maturity profile rupiah yang berjangka pendek

(<12 bulan) mencatat adanya kenaikan posisi neto

kewajiban jangka pendek bank, yaitu dari Rp275,15

triliun (Desember 2013) menjadi Rp327,69 triliun (Juni

2013). Dari posisi kewajiban tersebut, sebagian besar

bertenor sampai dengan 1 bulan dan mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan semester sebelumnya.

Grafik 5.3Hasil Stress Test Peningkatan Suku Bunga

Peningkatan risiko pasar, selain dapat

bersumber dari peningkatan suku bunga rupiah,

juga dapat berasal dari penurunan harga obligasi

negara. Pada periode awal krisis 2008, nilai mark to

market portofolio Available for Sale (AFS) dan Trading

perbankan mengalami penurunan sebagai dampak dari

turunnya harga obligasi negara. Per Juni 2013, eksposur

perbankan terhadap risiko penurunan harga obligasi

negara sedikit meningkat dibandingkan dengan semester

II 2012 yang berasal dari penambahan portofolio obligasi

negara AFS dan Trading menjadi Rp191,38 T (Juni 2013)

dari Rp181,22 T (Desember 2012).

Stress test penurunan harga obligasi negara sebesar

20%2 berpotensi berpotensi menurunkan CAR perbankan

sebesar 118 bps menjadi 16,78%. Transmisi penurunan

CAR perbankan berasal dari kerugian mark to market

obligasi negara sebesar 20% dari total obligasi negara

dalam portofolio AFS dan Trading. Berdasarkan kelompok

bank, KCBA yang memiliki portofolio obligasi negara

terbesar berpotensi mengalami penurunan CAR paling

signifikan yaitu sebesar 228 bps. Namun, karenaCAR

KCBA berada pada level yang tinggi, yaitu diatas 30%,

CAR akhir KCBA tetap berada diatas 30%. Kelompok bank

Persero terkena dampak signifikan, yaitu mencatat CAR

akhir sebesar 14,85% dengan penurunan sebesar 170bps.

-180 bps

CAR

CAR Awal

18%

16%

14%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%

suku bunganaik 1%

suku bunganaik 2%

suku bunganaik 3%

suku bunganaik 4%

suku bunganaik 5%

FSAP Skenariosk. bunganaik 10%

Grafik 5.1Maturity Profile Rupiah

Rp T

s.d 1 bulan

Des-11 Jun-12 Des-12 Jun-13

1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan

400

200

0

-200

-400

-600

-800

Stress test suku bunga rupiah berpotensi

menurunkan CAR perbankan sebesar 180 bps menjadi

16,15% dengan menggunakan skenario FSAP yaitu suku

bunga rupiah naik sebesar 10% secara paralel pada seluruh

maturity bucket yang berjangka waktu dibawah 1 tahun.

Transmisi penurunan CAR berasal dari potensi kerugian

bank yang berasal dari peningkatan interest bearing

liabilities menyusul kenaikan suku bunga. Berdasarkan

kelompok bank, BPD dan Persero yang memiliki net

kewajiban jangka pendek yang cukup signifikan menjadi

paling rentan terhadap risiko peningkatan suku bunga

rupiah dengan masing-masing CAR setelah stress test

sebesar 11,88% dan 14,15%. 2 Sesuai dengan skenario FSAP.

Page 86: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

87

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

perbankan hanya turun sebesar 40 bps menjadi 17,55%

atau tidak signifikan berpengaruh terhadap ketahanan

modal dikarenakan eksposur perbankan yang relatif kecil.

Berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok bank

memiliki ketahanan yang memadai terhadap eksposur

risiko nilai tukar dengan CAR akhir yang tetap bertahan

diatas 15%.

Pelemahan nilai tukar rupiah juga menjadi

salah satu risiko pasar yang berpotensi menekan

CAR perbankan. Depresiasi nilai tukar rupiah berpotensi

menimbulkan kerugian bank yang berasal dari peningkatan

kewajiban valas bank menyusul pelemahan nilai tukar

rupiah. Berdasarkan data eksposur valas perbankan pada

Juni 2013, posisi deviso neto (PDN) tercatat relatif rendah

yaitu sebesar 2,93% atau tidak berubah banyak dari posisi

Desember 2012 (2,91%). Sementara itu, nilai tukar rupiah

telah terdepresiasi dari sekitar Rp9.360/USD (Desember

2012) menjadi Rp9.780/USD (Juni 2013). PDN pada Juni

2013 masih berada pada level yang rendah dibandingkan

dengan level maksimum yang diperbolehkan berdasarkan

ketentuan, yaitu 20%.

Secara umum, dari hasil stress test di atas dapat

disimpulkan bahwa masing-masing kelompok bank

masih cukup mampu menyerap eksposur risiko

kredit dan risiko pasar. Hal ini ditunjukkan oleh level

CAR hingga semester I 2013 yang masih baik. Namun

demikian, perlu diwaspadai peningkatan eksposur risiko

pada kelompok bank BPD khususnya terkait risiko kredit

dan kenaikan suku bunga rupiah.

Grafik 5.4Hasil Stress Test Penurunan Harga SUN

CAR

CAR Awal

18%

16%

14%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%

Harga SUN-5%

Harga SUN-10%

Harga SUN-15%

Harga SUN-25%

FSAP SkenarioHarga SUN

-20%

-147 bps

3 Sesuai dengan skenario yang digunakan dalam FSAP.

Grafik 5.5Posisi Devisa Netto per Kelompok Bank

PDN

Persero Swasta

Des-11

BPD Campuran KCBA Total

5%4,49%

2,20% 2,10%

2,55%

2,01% 2,17% 2,09%

3,80%

3,48%

2,47%2,70%

2,75%2,91%

2,93%

3,82%3,77% 4,05%

4,029%

1,04%

3,09%3,02%

2,16%

1,63%

1,99%

4%

3%

2%

1%

0%

Jun-12 Des-12 Jun-13

Grafik 5.6Hasil Stress Test Depresiasi Rupiah

CAR

CAR Awal

18%

16%

14%

12%

10%

8%

6%

4%

2%

0%Depresiasi RP

10%Depresiasi RP

20%Depresiasi RP

30%Depresiasi RP

40%FSAP SkenarioDepresiasi RP

50%

-40 bps

Pada stress test pelemahan nilai tukar rupiah

sebesar 50%3, penurunan CAR relatif minimal. CAR

Grafik 5.7Hasil Stress Test Kelompok Bank

PDN

Persero

CAR AwalKenaikan Suku Bunga Rupiah (10%)

SwastaBPD Campuran KCBA

35%

30%

25%

20%

15%

0%

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah (-50%)Kenaikan NPL (menjadi 9,8%)Pelemahan Harga Obligasi Negara (-20%)

Page 87: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

88

Bab 5. Tantangan SSK ke Depan

5.2.4 Analisis Risiko Contagion

Bank harus lebih berhati-hati dalam melakukan

aktivitasnya untuk menghindari terjadinya potensi

contagion dikarenakan adanya saling keterkaitan

antarbank. Analisis contagion perbankan dilakukan

untuk mengetahui indikasi potensi dampak contagion

kegagalan suatu bank terhadap bank lainnya melalui

eksposur penempatan antar bank. Berdasarkan hasil stress

test dengan asumsi ekstrim yang dilakukan pada posisi

Juni 2013, terlihat bahwa apabila tujuh bank pemicu

(bank peminjam) mengalami default sehingga tidak dapat

membayar kewajiban antarbanknya, maka akan terdapat

dua puluh bank yang permodalannya berpotensi tertekan

(single failure impact). Dampak selanjutnya (multiple

failure) menyebabkan permodalan tiga bank lainnya

berpotensi ikut tertekan (second round impact).

tumbuh cukup tinggi meskipun melambat dibandingkan

tahun 2012 dengan ketahanan yang masih tetap

terjaga. Pertumbuhan kredit sampai dengan akhir 2013

diperkirakan akan berada pada kisaran 19,0%-20,4%.

Sementara itu pertumbuhan DPK sampai dengan akhir

2013 diperkirakan akan berada pada kisaran 15,3% –

16,3%. Pelemahan pertumbuhan ekonomi disertai dengan

kenaikan inflasi, pelemahan nilai tukar dan kenaikan BI Rate

berpotensi menyebabkan meningkatnya risiko kredit, rasio

NPL diprediksikan meningkat pada kisaran 2,3% - 2,6%.

A B C D E F GHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

AAABACAD

Bank

Terke

na Da

mpak

Bank Pemicu

5.3 PROSPEK KETAHANAN PERBANKAN DAN

STABILITAS SISTEM KEUANGAN

Prospek perbankan Indonesia di tahun 2013

masih cukup baik namun perlu diwaspadai potensi

kenaikan risiko kredit. Dengan mempertimbangkan

peluang dan tantangan yang dihadapi oleh perekonomian

Indonesia dan kinerja dan ketahanan perbankan saat

ini, perbankan Indonesia diperkirakan akan masih

Grafik 5.8Pertumbuhan Kredit (% YoY)

Grafik 5.9Pertumbuhan NPL (%)

Grafik 5.10Pertumbuhan DPK (% YoY)

Page 88: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

89

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Artikel

Page 89: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

90

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

halaman ini sengaja dikosongkan

Page 90: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

91

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

1. PENDAHULUAN

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memegang

peranan yang pentingdan strategis dalam mendorong

perekonomian Indonesia.Hal ini antara lain dapat terlihat

melalui keberhasilan sektor UMKM untuk bertahan dan

menopang perekonomian pada saat krisis. Kontribusi

UMKM terhadap perekonomian yang cukup signifikan

ini mengakibatkan sustainability dan pengembangan

UMKM menjadi sangat penting. Salah satu cara untuk

mengembangkan dan memperkuat peran UMKM dalam

struktur perekonomian nasional adalah melalui peningkatan

akses kredit/pembiayaan terhadap UMKM. Melalui risetnya,

Morduch (1999) dan Robinson (2001) mengemukakan

bahwa supply pembiayaan terhadap micro and small

enterpreneurs (MSE) memegang peranan yang penting

dalam memerangi kemiskinan dan mampu mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang.

Di Indonesia, dengan sistem keuangan yang bersifat

bank-based economy, pembiayaan terhadap UMKM saat

ini cenderung didominasi oleh sektor perbankan, baik bank

umum4 maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pemberian

kredit mikro awalnyalebih identik dilakukan oleh BPR

maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Karakteristik

penyaluran kredit mikro yang bersifat high cost dan

high labour menjadi kendala bagi bank umum dalam

melakukan pembiayaan mikro. Namun, seiring dengan

semakin ketatnya persaingan penyaluran kredit kepada

sektor korporasi dan ritel, cukup besarnya pangsa usaha

mikro yang potensial untuk mendapatkan pembiayaan,

serta marjin keuntungan segmen mikro yang relatif lebih

tinggi dibandingkan sektor lainnya, mendorong bank

umum untuk membiayai usaha mikro. Hal ini menyebabkan

persaingan di segmen mikro menjadi semakin ketat,

termasuk persaingan antara bank umum dengan BPR.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penelitian

ini disusun dengan tujuan untuk mengidentifikasi (i)

karakteristik usaha dan pembiayaan mikro, (ii) tingkat

persaingan/kompetisi di pembiayaan mikro bank umum

dan BPR, serta (iii) tingkat efisiensi bank umum dan BPR.

Identifikasi terhadap tingkat efisiensi dilakukan mengingat

beberapa penelitian menunjukkan bahwapersaingan

antar bank mampu mempengaruhi kinerja bank, salah

satunya mampu mempengaruhitingkat efisiensi (Casu dan

Girardone, 2007, Schaeck dan ihák, 2008).

2. STUDI PUSTAKA

Kompetisi adalah saling berjuang antara dua individu

atau beberapa kelompok untuk memperebutkan objek

yang sama. Secara umum, terdapat dua pendekatan dalam

teori kompetisi, yaitu pendekatan struktural dan non-

struktural (Bikker dan Haaf, 2002). Pendekatan struktural

berangkat dari teori konvensional Industrial Organization

Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Artikel 1

1) Penulis adalah Peneliti Ekonomi, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia2) Penulis adalah Peneliti Ekonomi, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia3) Penulis adalah Research Fellow, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia4) Bank umum terdiri dari Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS).

(Januar Hafidz1, Sagita Rachmanira2, Tika Octia3)

Page 91: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

92

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

(IO) yakni perhitungan kompetisi yang didasarkan dari

tingkat konsentrasi, atau yang dikenal dengan pendekatan

Structure Conduct Performance (SCP). Berdasarkan

pendekatan SCP, tingkat konsentrasi yang tinggi akan

menghasilkan perilaku kolusif dan non-kompetitif. Semakin

tinggi tingkat konsentrasi, semakin tinggi market-power.

Dengan demikian terdapat korelasi negatif antara tingkat

konsentrasi dan kompetisi. Sementara itu, pendekatan

non-struktural lebih memfokuskan pada informasi yang

diperoleh tentang perilaku kompetitif dan tidak bergantung

dari tingkat konsentrasi, antara lain perhitungan kompetisi

yang didasarkan atas elastisitas revenue terhadap input

price (Panzar dan Rosse, 1987). Secara umum terdapat

4 faktor yang mempengaruhi tingkat kompetisi industri

perbankan yakni regulasi, fast-growing demand akan jasa

perbankan, perkembangan teknologi, dan inovasi pasar

keuangan global (Maudos et al, 2002).

Dalam dekade terakhir, penelitian mengenai

tingkat kompetisi perbankan tidak hanya berhenti

sampai teridentifikasinya persaingan. Bahasan mengenai

bagaimana dampak kompetisi terhadap kinerja bank

menjadi topik penelitian yang menarik. Salah satunya

penelitian Schaeck dan ihák (2008) yang menyimpulkan

bahwa kompetisi antar bank mampu berpengaruh positif

terhadap tingkat kesehatan melalui transmisi efisiensi.

Dalam penelitiannya, Schaeck dan ihák (2008) melakukan

pengujian terhadap 2 hipotesis, yakni The Competition-

Efficiency Hypothesis dan didasarkan dari The Efficient

Structure Hypothesis (Demsetz, 1973) yang menyatakan

bahwa semakin tinggi market share, cenderung mempunyai

kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih tinggi

dari marginal cost. Harga yang tinggi ini identik dengan

kondisi yang kurang efisien. Sehingga sebaliknya, pada

pasar kompetitif dengan market share yang rendah,kecil

kemungkinan terciptanya harga di atas marginal cost.

Kondisi ini mencerminkan tingkat efisiensi yang lebih

baik.Sedangkan The Competition-Inefficiency Hypothesis

dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada struktur perbankan

dengan tingkat persaingan yang tinggi, loyalitas nasabah

cenderung menurun. Sehingga hubungan antara nasabah

dan bank menjadi kurang stabil dan lebih bersifat jangka

pendek (Boot dan Schmeijts, 2005). Kondisi yang demikian

selain dapat memicu munculnya permasalahan asymmetric

information, juga menstimulus bank agar lebih fokus dan

banyak mengeluarkan biaya pada kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan loyalitas nasabah. Pendapat lain

mengenai hubungan antara tingkat persaingan dan

efisiensi bank diungkapkan oleh Casu dan Girardone

(2007). Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa

kondisi inefisien pada industri perbankan yang kompetitif

dapat diartikan sebagai 2 hal, yakni bank sedang struggling

dengan tingkat kompetisi yang tinggi atau sebagai signal

bahwa bank sedang tereksploitasi dengan peningkatan

market power.

Secara umum, selain perhitungan sederhana melalui

accounting ratio, terdapat 2 (dua) pendekatan yang lazim

digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi bank, yaitu:

pendekatan parametrik dan non-parametrik. Pendekatan

parametrik memerlukan persyaratan spesifikasi dan

estimasi dari fungsi biaya atau fungsi produksi, sebagai

contoh perhitungan efisiensi biaya dengan menggunakan

metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution

Free Analysis (DFA). Hal utama yang perlu diperhatikan

dalam melakukan perhitungan tingkat efisiensi melalui

pendekatan ini adalah ketepatan dalam menentukan

spesifikasi fungsi dan underlying proses stokastik yang

digunakan. Sedangkan pendekatan non-parametrik tidak

memerlukan spesifikasi persamaan (fungsi) ekonometrik

tertentu. Pendekatan ini menggunakan teknik program

linear untuk membentuk efficient frontier sebagai acuan.

Salah satu metode non-parametrik yang sering digunakan

untuk menghitung tingkat efisiensi di perbankan adalah

Data Envelopment Analysis (DEA).DEA memiliki keunggulan

untuk mengukur tingkat efisiensi dari suatu aktivitas

Page 92: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

93

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

ekonomi yang memiliki multiple input dan output. Pada

tahun 2006, Fiorentino, et al mencoba mengukur tingkat

efisiensi perbankan di Jerman melalui dua pendekatan,

SFA dan DEA. Beradasarkan penelitian tersebut, diperoleh

hasil bahwa pendekatan non-parametrik cenderung

lebih sensitif terhadap pengukuran error dan outliers.

Sedangkan pendekatan parametrik menghasilkan estimasi

tingkat efisiensi yang kurang stabil setelah 12 tahun

periode estimasi.

Penggunaan metode parametrik dan non-parametrik

dalam menghitung tingkat efisiensi lembaga keuangan,

dapat dilakukan melalui 3 (tiga) konsep pendekatan

input output, yaitu pendekatan produksi, pendekatan

intermediasi, dan pendekatan aset. Pendekatan

produksimendefinisikan institusi keuangan sebagai

produsen dari akun-akun deposit dan kredit. Sementara

pendekatan intermediasimendefiniskan institusi keuangan

sebagai intermediator yang merubah liabilitis deposit

menjadi aset keuangan kredit. Hampir menyerupai

pendekatan intermediasi, pendekatan asetmendefinisikan

institusi keuangan sebagai pencipta aset-aset, terutama

kredit.

3. KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN

PEMBIAYAAN USAHA MIKRO

Melalui PBI No.14/22/PBI/2012, Bank Indonesia

mendefinisikan kredit mikro sebagai kredit yang diberikan

kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro.

Adapun definisi usaha mikro sebagaimana tercantum

dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah

usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagai berikut: (i) memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; dan (ii) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp300 juta. Namun demikian, peraturan tersebut

tidak mengatur besarnya plafon untuk setiap segmen

kredit UMKM. Akibatnya, plafon kredit UMKM setiap bank

menjadi berbeda-beda tergantung dari risk appetite bank

tersebut. Dari sisi masyarakat/nasabah, kondisi ini kurang

menguntungkan mengingat suku bunga kredit mikro yang

lebih tinggi dibandingkan segmen kredit lainnya.

Saat ini,jumlah pembiayaan perbankan ke sektor

mikro diperkirakan baru mencapai 14,8%5 dari total usaha

mikro yang ada.Sedangkan dari sisi bank, pembiayaan

mikro hanya 4,1% dari total kredit perbankan. Dengan

demikian, masih terdapat peluang bagi bank untuk

meningkatkan penyaluran kredit mikro. Hal ini didukung

pula oleh potensi/permintaan masyarakat yang cukup

besar. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan

fungsi intermediasi ke UMKM, melalui PBI yang sama Bank

Indonesia mewajibkan bank umum untuk memberikan

pembiayaan kepada UMKM sekurang-kurangnya 20%

dari total pembiayaan bank. Batasan minimum ini akan

diimplementasikan secara bertahap sampai dengan

tahun 2018. Namun demikian, dalam peraturan tersebut

tidak ditentukan pangsa minimum untuk masing-masing

komponen UMKM.

Sampai dengan akhir 2012, kredit mikro memiliki

pangsa yang terendah dari porsi pembiayaan UMKM

bank umum (18,5%). Karakteristik sebagian besar

usaha mikro yang bersifat tidak feasible dan/atau tidak

bankable, regulasi bank umum yang cukup kompleks,

serta penerapan prinsip tingkat kehati-hatian, terkadang

menjadi kendala bagi usaha mikro untuk mendapatkan

pembiayaan bank. Sementara dari sisi bank, penyaluran

kredit mikro juga bukan hal yang mudah. Diperlukan biaya

operasional yang cukup tinggi serta sumber daya manusia

(SDM) yang tidak sedikit dan memiliki keahlian khusus

dalam pemberian kredit mikro, termasuk pendekatan yang

lebih intens dibandingkan dengan segmen komersial dan

korporasi. Selain itu, lokasi usaha mikro yang sebagian

5) Dengan menggunakan angka potensi usaha mikro dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Page 93: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

94

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

besar berada di pelosok, mengakibatkan bank sering

mengalami kendala infrastruktur antara lain transportasi,

komunikasi, supply cash (peredaran uang), dan fasilitas

perbankan lainnya seperti pembukaan kantor cabang

dan ATM. Akibatnya, tidak semua bank umum memiliki

eksposur kredit mikro. Sebaliknya, kredit mikro memiliki

pangsa tertinggi dari total pembiayaan UMKM BPR, yakni

69,7% (Desember 2012). Regulasi BPR yang relatiftidak

seketat bank umum, dan juga lokasi BPR yang berdekatan

dengan usaha mikro, menyebabkan proses pembiayaan

mikro oleh BPR menjadi lebih mudah dan cepat. Oleh

karena itu, kredit kepada usaha mikro menjadi salah satu

kredit andalan di BPR.

Grafik Artikel 1.1 Pangsa Kredit Mikro terhadap Total Kredit

Bank Umum dan BPR (%)

4,06

95,94

Mikro Non Mikro

Grafik Artikel 1.2 Pangsa Kredit Mikro terhadap

Bank Umum dan BPR (%)

86,21

13,79

Mikro BU Mikro BPR

dominan sebagai pelaku kredit mikro antara lain karena

didukung oleh infrastruktur dan permodalan yang lebih

kuat, sumber dana yang cukup, jaringan kantor yang

luas, serta kuantitas dan kualitas SDM yang memadai bila

dibandingkan dengan BPR. Sementara itu, berdasarkan

jumlah rekening, kredit mikro memiliki jumlah rekening

yang cukup signifikan. Pangsa rekening kredit mikro

terhadap rekening kredit UMKM sangat dominan yakni

mencapai 79,96%. Sedangkan dibandingkan rekening

total kredit porsinya tercatat sebesar 14,56%.

Grafik Artikel 1.3 Pangsa Kredit Mikro terhadap

Rekening Kredit UMKM (%)

79,96

20,04

Mikro Kecil & Menengah

Grafik Artikel 1.4 Pangsa Rekening Kredit Mikro terhadapRekening Total Kredit (BU dan BPR - %)

14,56

85,44

Mikro Non Mikro

Karakteristik lain dari kredit mikro adalah jumlah

debitur kredit mikro perbankan yang sangat banyak

namun dengan nominal kredit yang relatif kecil. Dari sisi

nominal, bank umum merupakan penyalur kredit mikro

terbesar dengan porsi 86,21% dari total kredit mikro

perbankan, sedangkan BPR hanya sebesar 13,79%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa bank umum lebih

a. Bank Umum

Perkembangan Kredit UMKM

Selama 3 tahun terakhir, penyaluran kredit bank

umum kepada usaha mikro terus meningkat, baik dari sisi

volume maupun jumlah bank yang bermain di segmen

mikro. Secara total, pangsa kredit UMKM terhadap total

kredit perbankan mencapai 19,31% (Desember 2012),

dengan pangsa kredit mikro terhadap total kredit UMKM

dan total kredit perbankan masing-masing sebesar 18,46%

dan 3,57%. Sementara itu dari sisi kualitas, pemberian kredit

Page 94: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

95

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

mikro bank umum diimbangi dengan kualitas kredit yang

terjaga. Hal ini tercermin dari rasio NPL grosskredit mikro

yang selalu dibawah angka 3% selama tiga tahun terakhir,

atau lebih rendah dari NPL grosssegmen kredit kecil (4,74%),

menengah (2,57%) dan UMKM secara total (3,23%).

Tabel Artikel 1.1 Perkembangan Kredit Mikro

Bank Umum Konvensional

Tahun Nominal(T RP)

Pangsa thd Kredit

UMKM (%)

Pangsa thdTotal

Kredit (%)

NPLGross(%)

2010 71,63 19,02 4,03 2,69

2011 88,02 19,21 3,97 2,33

2012 97,18 18,46 3,57 2,49

Tabel Artikel 1.2 Perkembangan Linkage Program

Desember - 10 Desember - 11 Desember - 12

Executing

Outstanding (juta Rp) 2.660.382 3.826.197 6.428.560

Bank Umum 36 41 49

BPR 443 4503 545

Rata-rata Suku Bunga (%) 13,03 12,29 11,78

Kisaran Suku Bunga (%) 7,5 - 17,00 7,00 - 17,00 6,50 - 16,78

Executing

Outstanding (juta Rp) 1.851.529 1.937.635 861.395

BPR 126 122 118

Total Linkage 4.511.911 5.763.832 7.290.055

Dalam menyalurkan kredit mikro, bank umum dapat

melakukannya dengan cara langsung kepada masyarakat

dan melalui lembaga lain atau yang dikenal dengan linkage

program melalui BPR. Program ini dapat dilakukan dengan

skim executing dan channeling. Selama 3 tahun terakhir,

linkage program menunjukkan trend yang meningkat

hingga mencapai Rp7,29 T pada tahun 2012, khususnya

pada skimexecuting. Kenaikan tersebut terjadi seiring

dengan bertambahnya jumlah bank umum dan BPR yang

terlibat di dalam linkage program. Hal ini berdampak positif

mendorong turunnya suku bunga yang dikenakan oleh

bank umum kepada BPR pada skim executing.

Ke depan, pemberian kredit UMKM dari bank umum

melalui BPR diperkirakan akan semakin meningkat, baik

secara nominal maupun jumlah banknya. Hal ini antara

lain didukung oleh faktor-faktor berikut: (i) peraturan

Bank Indonesia yang mewajibakan bank umum untuk

memiliki eksposur kredit UMKM setidaknya 20% dari

total kredit; (ii) usaha MKM yang terbukti relatif lebih

tahan dalam menghadapi gejolak perekonomian serta

mampu menghasilkan pendapatan yang relatif stabil dan

cukup prospektif; serta (iii) demand masyarakat akan

kredit UMKM (termasuk kredit mikro) yang dinilai masih

cukup tinggi. Terlebih, data menunjukkan bahwa beberapa

bank yang fokus kepada penyaluran kredit mikro dan/

atau UMKM, cenderung mempunyai rasio net interest

margin (NIM) yang lebih besar dari peer group dan juga

dari rata-rata industri perbankan. Hal ini mencerminkan

bahwa kredit mikro mampu menghasilkan pendapatan

yang memadai bagi bank.

Komponen Suku Bunga

Saat ini sumbangan kredit mikro terhadap pendapatan

bunga kredit perbankan masih relatif rendah yakni

sebesar 6,1%. Namun, pangsa tersebut berpotensi untuk

terus meningkat seiring dengan meningkatnya volume

penyaluran kredit mikro.

Page 95: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

96

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Dengan menggunakan pendekatan konsep Suku

Bunga Dasar Kredit (SBDK), struktur suku bunga kredit

mikro terdiri dari 4 komponen yakni Harga Pokok Dana

untuk Kredit (HPDK), biaya overhead (OHC), marjin

keuntungan dan premi risiko. Berdasarkan laporan 11

bank yang mempunyai segmen kredit mikro yang cukup

signifikan, secara rata-rata (simple average) komponen

terbesar pembentuk suku bunga kredit mikro adalah OHC

sebesar 40%, diikuti HPDK (30%), serta marjin keuntungan

dan premi risiko masing-masing sebesar 15%. Dengan

demikian, upaya penurunan suku bunga kredit mikro dapat

dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi (fokus

ke HDPK dan OHC) serta penetapan marjin keuntungan

dan premi risiko yang wajar.

Penyumbang terbesar HPDK adalah biaya DPK yakni

sekitar 73% dari HPDK. Hal ini terkait dengan besaran

suku bunga simpanan dan volume DPK. Sebagaimana

penjelasan diatas, bank mempertimbangkan banyak hal

dalam menetapkan suku bunga simpanan antara lain suku

bunga bank pesaing, kebutuhan likuiditas, strategi usaha

bank dan target-target yang telah ditetapkan (antara lain

target penyaluran kredit dan laba). Sedangkan komponen

pembentuk SBDK yang terbesar, yaitu OHC, sebagian

besar dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja (BTK) dan

biaya promosi. Besaran BTK antara lain terkait dengan

perkembangan usaha bank, kebutuhan pegawai, serta

program pemeliharaan dan pengembangan pegawai

(retaining program). Sejalan dengan hal tersebut, data

menunjukkan bahwa BTK cenderung meningkat sejak

tahun 2000 sampai dengan 2012. Kenaikan tersebut harus

diiringi dengan peningkatan produktivitas pegawai baik

dalam hal penyaluran kredit, penghimpunan dana maupun

dalam menghasilkan laba.

Sementara itu, perkembangan biaya promosi antara

lain terkait dengan strategi usaha, upaya meningkatkan

brand awareness masyarakat, posisi persaingan di industri

dan juga sebagai upaya untuk mempertahankan nasabah.

Secara industri, pangsa biaya promosi terhadap beban

operasional cenderung meningkat sejak tahun 2010

namun masih relatif rendah yakni sebesar 2,21% per

Desember 2012. Sedangkan jika dibandingkan dengan

DPK, kredit dan total aset porsi biaya promosi sangat

rendah yakni dibawah 0,3%.

Tabel Artikel 1.3Kontribusi Kredit UMKM

terhadap Pendapatan Bunga Kredit

Tabel Artikel 1.4Rekapitulasi Kontribusi/Kinerja Tenaga kerja per Kelompok Bank

SegmenKredit

Rata-RataTertimbangSuku Bunga

(%)

Kontribusi thd PendapatanBunga Kredit

(%)

2011 2012 2011 2012

Kredit Mikro 17,22 17,52 6,1 6,1

Kredit Makro 15,49 14,65 9,2 8,7

Kredit Menengah 11,75 11,4 10,7 10,8

No KelompokBank

TA/TK (Juta Rp) Laba/TK (Juta Rp) Kredit/TK (Juta Rp) DPK/TK (Juta Rp) B.Diklat/TK (Juta Rp) BTK/TA (%) BTK/Laba (%)

2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012 2011 2012

1 persero 9.311 7.449 231,14 200,15 5.453,87 4.654,67 7.296,86 5.829,85 7,12 5,72 1,36 1,41 54,75 52,48

2 SwastaDevisa 8.580 8.551 146,97 158,43 5.401.62 5.587.89 6.864,06 6.787,70 5,49 5,19 1,40 1,43 81,63 77.41

3 SwastaNon Devisa 3.580 2.852 47,88 56,97 1.947,55 1.913,15 2.371,42 2.207,92 2,97 3,20 2,44 2,49 155,32 124,70

4 BPD 8.555 7.938 211,00 193,65 4.947,65 4.737,44 6.626,26 6.029,41 7,75 7,53 1,97 1,95 80,01 80,12

5 Campuran 18.732 16.541 259,54 269,62 12.425,19 11.526,87 11.835,57 9.975,05 11,72 9,27 1,24 1,20 89,58 73,85

6 KCBA 26.941 28.804 509,67 488,37 13.702,00 16.481,55 14.202,72 14.202,72 13,50 15,38 1,19 1,13 63,08 66,60

7 Industri 8.938 8.083 182,98 175,70 5.385,25 5.104,22 6.807,90 6.079,38 6,33 5,68 1,45 1,48 70,66 67,60

Ket TA = Total Aset, TK = Jmh Tenaga Kerja, B.Diklat = Biaya Pendidikan dan Pelatihan, DPK = Dana Pihak Ketiga, BTK = Biaya Tenaga Kerja, Laba = Laba Bersih

Page 96: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

97

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Di dalam menetapkan marjin keuntungan, bank

antara lain memperhatikan tingkat persaingan, target laba

yang telah ditetapkan (tercantum di dalam Rencana Bisnis

Bank - RBB), dan juga strategi pengembangan usaha bank

(antara lain berupa pemupukan laba untuk meningkatkan

modal). Adapun estimasi premi risiko selain terkait dengan

data historis kinerja NPL kredit mikro, juga terkait dengan

proyeksi bank terhadap kemampuan membayar, prospek

usaha dan kinerja debitur. Oleh karena itu, bank perlu

mempunyai database yang baik dan mengembangkan

metode/cara perhitungan yang akurat untuk menghitung

premi risiko baik untuk individu debitur maupun kelompok

debitur agar bank dapat menetapkan premi risiko yang

wajar kepada nasabah.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Perkembangan Kredit UMKM

Pangsa kredit mikro terhadap total kredit BPR

menunjukkan tren yang menurun sejak tahun 2010

hingga menjadi 31,21% pada tahun 2012, namun tetap

merupakan porsi yang terbesar dibandingkan segmen

kredit kecil dan menengah. Perkembangan yang sama

juga terjadi pada pangsa kredit UMKM yang turun

menjadi dibawah 50% dari total kredit sejak tahun

2011. Sementara itu, berbeda dengan perkembangan

kredit mikro bank umum, kualitas kredit mikro BPR justru

cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan segmen

kredit lainnya, namun dengan tren yang menurun. Hal

ini tercermin dari rasio NPL grosskredit mikro BPR yang

mencapai 7,61% per Desember 2012.

Komponen Suku Bunga

Sumber dana BPR dalam membiayai kredit sebagian

besar adalah DPK yang mencapai 81,15% dari total sumber

dana. Pada tahun 2012 pertumbuhan DPK tercatat lebih

rendah dari kredit, sehingga hal ini perlu dicermati terkait

dengan kesinambungan penyaluran kredit. Sementara

itu selama 3 tahun terakhir LDR BPR relatif cukup tinggi

yakni rata-rata sebesar 78%. Dengan kondisi tersebut BPR

membutuhkan sumber dana lain untuk membiayai kredit

antara lain melalui linkage program dengan bank umum.

Sebagai alternatif sumber dana, linkage program memiliki

keunggulan dan kelemahan. Rata-rata suku bunga linkage

program yang mencapai 11,78% pada tahun 2012,

merupakan sumber dana mahal bagi BPR mengingat

rata-rata suku bunga deposito BPR hanya 8,40%. Di sisi

Tabel Artikel 1.5Perkembangan Kredit Mikro BPR

2010 2011 2012 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012

Per Jenis Usaha * 33.844 41.100 49.819 21,44 21,22 100 100 100 6,10 5,22 4,75a. Mikro 12.668 14.292 15.551 12,82 8,81 37,43 34,77 31,21 8,61 8,03 7,61

b. Kecil 3.669 3.795 4.838 3,45 27,48 10,84 9,23 9,71 6,08 5,86 5,70

c. Menengah 1.313 2.421 3.408 84,45 40,74 3,88 5,89 6,84 7,20 3,86 4,03

d. Non-MKM 16.195 20.591 26.022 27,14 26,38 47,85 50,10 52,23 4,09 3,32 2,96

Per Jenis Penggunaan 33.844 41.100 49.818 21,44 21,21 100 100 100 6,10 6,10 4,75a. Modal Kerja 16.790 19.557 23.030 16,48 17,76 49,61 47,59 46,23 8,40 7,54 6,69

b. Investasi 1.929 2.364 2.964 22,56 25,40 5,70 5,75 5,95 5,06 4,17 4,65

c. Konsumsi 15.126 19.178 23.824 26,79 24,22 44,69 46,66 47,82 3,71 2,99 2,63

*) Untuk data tahun 2010 dan 2011, kriteria kredit berdasarkan jenis usaha telah disesuaikan dengan kriteria UMKM dalam UU No.20 Thn 2008 TentangUMKM

Penggolongan Kredit)%(LPN)%(asgnaP)%(nahubmutreP)pRrailim(isisoP

Page 97: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

98

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

lain, selain tidak diperlukannya biaya tambahan untuk

penghimpunan dana, kontribusi dana dari linkage program

terhadap sumber dana BPR hanya sekitar 17%. Dengan

demikian, sumber dana linkage program seharusnya tidak

otomatis meningkatkan suku bunga kredit mikro BPR.Oleh

karena itu, kedepan BPR perlu mempunyai strategi untuk

menyeimbangkan sumber dananya baik yang berasal dari

DPK (dengan kondisi persaingan yang semakin ketat, baik

sesama BPR maupun dengan bank umum) dan linkage

program (dengan kondisi pasokan dana yang sangat

besar dari bank umum namun suku bunganya relatif

lebih tinggi ).

Diantara segmen kredit UMKM lainnya, suku bunga

kredit mikromerupakan yang tertinggi (33,14% pada

tahun 2012) namun dengan tren yang menurun seiring

upaya efisiensi yang terus dilakukan oleh BPR. Tingkat

bunga ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan suku

bunga kredit mikro bank umum (17,52%). BPR memiliki

struktur suku bunga yang serupa dengan bank umum

namun dengan komposisi yang berbeda. Pangsa HPDK,

OHC, marjin keuntungan dan premi risiko masing-masing

sebesar 23,42%, 31,18%, 29,52%, dan 15,89%.

serta biaya promosi dan edukasi yang masing-masing

memiliki pangsa sebesar 52,61%, 13,74% dan 9,54%.

Dominasi BTK terjadi seiring perkembangan usaha

BPR yang mana kebutuhan pegawai serta supply akan

tenaga kerja berkualitas meningkat (retaining program).

Sementara itu, kenaikan biaya promosi terkait dengan

upaya BPR untuk memperkenalkan produk dan layanannya

kepada masyarakat serta bagian dari upaya untuk

mempertahankan nasabah seiring dengan persaingan

yang semakin ketat.

Marjin keuntungan merupakan pembentuk terbesar

kedua terhadap suku bunga kredit mikro BPR. Beberapa

faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain adalah:

(i) kredit merupakan sumber utama pendapatan bunga

BPR; (ii) laba merupakan komponen modal sehingga laba

yang tinggi dapat meningkatkan permodalan BPR yang

berguna untuk ekspansi usaha; dan (iii) berdasarkan hasil

survey, nasabah kredit UMKM (termasuk mikro) tidak

terlalu memperhatikan suku bunga kredit yang dikenakan

oleh BPR karena akses dan kecepatan merupakan aspek

yang paling penting bagi nasabah, sehingga hal ini menjadi

salah satu pertimbangan bagi BPR untuk menetapkan

suku bunga kredit yang relatif tinggi. Marjin keuntungan

yang tinggi tersebut menyebabkan rasio ROA dan NIM

industri BPR relatif tinggi bahkan lebih tinggi dari bank

umum. Selanjutnya, komponen pembentuk suku bunga

kredit mikro yang pangsanya terkecil adalah premi risiko.

Besaran premi risiko yang ditetapkan oleh BPR cukup

moderatwalaupun NPL gross kredit mikro rata-rata sebesar

8,08% pada periode 2010-2012.

4. TINGKAT KOMPETISI PEMBIAYAAN USAHA

MIKRO ANTARA BANK UMUM DAN BPR

Perhitungan tingkat kompetisi dalam penelitian

ini dilakukan melalui pendekatan struktural dengan

menghitung Herfindahl-Hirschman Index atau yang dikenal

dengan Herfindahl Index (HHI). HHI merupakan alat

Tabel Artikel 1.6Perkembangan Suku Bunga Kredit UMKM BPR

Jenis UsahaKredit

Rata - Rata Suku Bunga (%)

2010 2011 2012

Mikro 34,51 34,00 33,14

Kecil 29,87 27,39 26,57

Menengah 24,23 24,55 25,15

Selain MKM 28,13 27,30 26,12

Seperti halnya bank umum, HPDK BPR sangat

bergantung dari volume dan besaran suku bunga DPK

sebagai sumber dana utama BPR. Sementara OHC

merupakan penyumbang terbesarterhadap beban

operasional BPR dengan rata-rata pangsa dalam 3 tahun

terakhir sebesar 51,61%. Adapun komponen terbesar

pembentuk OHC adalah BTK, biaya barang dan jasa,

Page 98: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

99

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

statistik yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat

konsentrasi. Menurut Bikker dan Haaf (2002), kemampuan

rasio konsentrasi dalam mencerminkan kondisi struktural

pasar menjadikan rasio konsentrasi sebagai alat statistik

yang sering digunakan dalam model struktural untuk

menjelaskan kompetisi bank. Di beberapa negara, HHI

memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan

antitrust perbankan. Sebagai contoh, Department of

Justice dan The Federal Commission Amerika Serikat

menggunakan HHI sebagai indeks untuk mengukur

competitive effect dalam proses merger bank. US Horizontal

Merger Guidelines of 2010, membagi threshold HHI dalam

3 (tiga) kategori, yakni: (i) Unconcentrated Markets, untuk

HHI <1500; (ii) Moderately Concentrated Markets, untuk

1500 < HHI < 2500; (iii) Highly Concentrated Markets,

untuk HHI >2500. Apabila proses merger menghasilkan

angka HHI pada kategori Highly Concentrated Markets

dengan perubahan HHI pre-merger dan post-merger lebih

dari 200 point, maka merger dinilai berhasil mencapai

tingkat konsentrasi yang cukup untuk menciptakan bank

yang memiliki kekuatan pasar (market power). Batasan

tersebut bukanlah angka yang baku, dan dapat berbeda

penerapannya di negara lain.

Secara matematis, HHI dapat diformulasikan sebagai

hasil penjumlahan dari kuadrat tingkat konsentrasi

(pangsa) masing-masing bank yang berada dalam sebuah

pasar, atau dinyatakan dalam rumusan berikut:

(4.1)

di mana s merupakan pangsa dari masing-masing bank,

dan n adalah jumlah bank. HHI akan memiliki nilai terendah

n6 yakni apabila setiap bank memiliki pangsa

yang sama besar, dan mencapai nilai tertinggi sebesar

17 dalam keadaan pasar persaingan tidak sempurna

(monopoli). Kemampuan HHI untuk mengidentifikasi

tingkat persaingan dalam sebuah pasar dapat dijelaskan

pada bagan berikut: (Gambar 1.1)

Berdasarkan teori ekonomi, market power menunjukkan

seberapa besar kemampuan perusahaan untuk dapat menaikkan

harga di atas marginal cost(mc) dan sekaligus berperan

sebagai penentu harga (price setter). Dengan demikian, pasar

dengan market power yang tinggi mengindikasikan pasar

yang semakin mengarah ke monopoli. Hal ini sejalan dengan

pendekatan SCP pada bahasan sebelumnya yang menyatakan

bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi akan menghasilkan

perilaku kolusif dan non-kompetitif.

Selanjutnya, guna melengkapi analisis dan untuk

mengidentifikasi market power, dilakukan perhitungan

indeks konsentrasi terhadap k bank terbesar (CRk ) dengan

formula sebagai berikut:

(4.2)

Tidak ada ketentuan khusus dalam menentukan jumlah

bank terbesar (k) yang masuk dalam perhitungan indeks

konsentrasi (CRk ). Jumlah k ditentukan berdasarkan

arbitrary decision.

Pada bagian ini, perhitungan HHI akan dilakukan

terhadap pangsa pembiayaan usaha mikro di bank

umum dan BPR. Oleh karena itu, perhitungan hanya akan

melibatkan bank-bank yang memiliki eksposur kredit

mikro8 . Adapun data yang digunakan bersumber dari

7) Dapat dinyatakan dalam bentuk lain 10.000 8) Tidak termasuk kelompok Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) dengan pertimbangan

perbedaan karakteristik KCBA dengan kelompok bank lainnya, khususnya dalam hal permodalan dan biaya dana.

HHI Tingkat konsentrasi Market power Less competitive

Gambar Artikel 1.1

Page 99: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

100

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

laporan bulanan individual bank kepada Bank Indonesia

pada 3 (tiga) posisi, yaitu Desember 2010, Desember 2011,

dan Desember 2012.

Mengacu pada threshold HHI yang digunakan

di Amerika Serikat, dapat disimpulkan bahwa pasar

kredit mikro bank umum dalam 3 (tiga) tahun terakhir

dikategorikan sebagai highly concentrated markets. Angka

HHI yang melampaui 2500 mengindikasikan adanya pelaku

dominan dalam pemberian kredit mikro oleh bank umum.

Hal ini diperkuat oleh pangsa 2 (dua) bank terbesar (CR2)

yang mencapai >70%. Bahkan dari total kredit mikro yang

didistribusikan oleh bank umum, >50%nya hanya berasal

dari 1 (satu) bank. Namun demikian, apabila perhitungan HHI

dilakukan tanpa mengikutsertakan bank pelaku dominan,

pasar kredit mikro bank umum justru dikategorikan sebagai

unconcentrated markets. Artinya, selain pada bank pelaku

utama, terdapat indikasi adanya persaingan diantara sesama

bank umum dalam pemberian kredit mikro.

Sementara itu, berdasarkan angka HHI dalam 3 (tiga)

tahun terakhir, pasar kredit mikro BPR dapat dikategorikan

sebagai unconcentrated markets.Angka HHI yang sangat

rendah mengindikasikan adanya persaingan diantara sesama

BPR dalam pemberian kredit mikro, dengan tingkat persaingan

yang cenderung meningkat selama periode pengamatan.

Namun, dengan skala usaha BPR yang hanya terkonsentrasi

pada wilayah tertentu, dapat diartikan bahwa kompetisi

diantara sesama BPR dalam pemberian kredit mikro hanya

terjadi pada BPR yang beroperasi di wilayah yang sama.

Selanjutnya, dengan memperhitungkan bank umum

dan BPR dalam satu kesatuan pasar kredit mikro, diperoleh

kesimpulan yang relatif sama dengan pasar kredit mikro bank

umum, yaitu angka HHI yang menunjukkan karakteristik

highly concentrated markets dan kecenderungan adanya

market power. Hal ini disebabkan oleh skala usaha BPR

yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bank umum.

Akibatnya, peranan bank umum dalam pasar kredit

mikro lebih dominan dibandingkan dengan BPR. Namun,

tanpa memperhitungkan pelaku utama, angka HHI

menunjukkan karakteristisk unconcentrated markets dan

mengindikasikan adanya persaingan antara bank umum

dan BPR dalam pemberian kredit mikro. Perlu ditekankan

bahwa dengan skala usaha BPR yang hanya terkonsentrasi

pada wilayah tertentu, maka persaingan antara bank

umum dan BPR dalam pemberian kredit mikro hanya

dapat terjadi apabila berada dalam satu wilayah operasi

yang sama.

Tabel Artikel 1.7Tingkat Konsentrasi Bank Umum

Tabel Artikel 1.8 Tingkat Konsentrasi BPR

Tabel Artikel 1.9Tingkat Konsentrasi Bank Umum dan BPR

2010 2011 2012 Rata-rata3 tahun

Pangsa max (%) 57,2 62,5 62,6 60,8

Pangsa min (%) 0,001 0,001 0,001 0,001

HHI 3.616 4.119 4.084 3.940

CR2 74,5 75,7 71,5 73,9

HHI tanpa 2 bank terbesar 739,8 740,0 1.069,1 849,6

Jumlah Bank 77 78 78

2010 2011 2012 Rata-rata3 tahun

Pangsa max (%) 3,44 3,71 3,25 3,47

Pangsa min (%) 0,00001 0,00001 0,00001 0,00001

HHI 38,99 37,57 35,19 37,25

CR2 5,80 5,62 5,08 5,50

HHI tanpa 2 bank terbesar 24,33 22,65 23,60 23,53

Jumlah Bank 1530 1539 1548

2010 2011 2012 Rata-rata3 tahun

Pangsa max (%) 48,6 53,7 54,0 52,1

Pangsa min (%) 0,000002 0,000001 0,000002 0,000002

HHI 2.610 3.045 3.035 2896,7

CR2 63,2 65,0 61,6 63,3

HHI tanpa 2 bank terbesar 264,5 271,2 442,6 326,1

Jumlah Bank 1607 1617 1626

Page 100: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

101

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Kesimpulan ini sejalan dengan hasil survei dan FGD

yang menyimpulkan bahwa 90% BPR menganggap ada

persaingan dengan bank umum, baik dalam memperebutkan

nasabah baru maupun take over debitur dan pegawai.

Sebaliknya, hanya 42% bank umum yang merasa bersaing

dengan BPR. Adanya perbedaan segmen pasar mikro bank

umum dan BPR sebagaimana tercermin dari perbedaan

plafon kredit mikro, mengakibatkan 58% responden bank

umum tidak merasa bersaing dengan BPR.Bagi bank umum,

main competitor dalam pembiayaan kredit mikro justru

sesama bank umum, khususnya dalam peer yang sama.

Namun demikian, terdapat fenomena beberapa bank umum

yang mulai melalukan pembiayaan mikro melalui sistem

mass community/community banking, sehingga berpotensi

meningkatkan persaingan dengan BPR.

industri, jumlah plafon per rekening kredit mikro di bank

umum lebih besar dibandingkan BPR, yakni >Rp10 juta

per rekening di bank umum dan <Rp10 juta di BPR. Data

tersebut mengindikasikan adanya segmentasi debitur

kredit mikro antara bank umum dan BPR. Berdasarkan

pangsanya, sebagian besar kredit mikro yang disalurkan

oleh bank umumberada dalam kisaran Rp10 juta – Rp50

juta dan terjadi peningkatan pangsa plafon >Rp500 juta.

Sementara pada BPR, terjadi pergeseran jumlah plafon

kredit mikro yang diberikan oleh BPR. Bila sebelumnya

sebagian besar kredit mikro diberikan dalam plafon Rp1

juta – Rp10 juta per rekening oleh BPR, pada akhir periode

pangsa terbesar berubah menjadi kisaran plafon Rp10

juta – Rp50 juta. Perkembangan tersebut menunjukkan

bahwa secara umum persaingan antara bank umum dan

BPR dapat terjadi pada kisaran plafond Rp1 juta - Rp500

juta per rekening, dengan persaingan tertinggi terjadi pada

kisaran plafond Rp10 juta - Rp50 juta.

5. TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM DAN BPR

Perhitungan tingkat efisiensi dalam penelitian ini

dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu perhitungan

accounting ratio dan metode non-parametrik DEA.

Selanjutnya, hasil kedua pendekatan tersebut akan

Tabel Artikel 1.10 Rata-Rata Plafond Kredit Mikro per Rekening

Rp juta

2010 2011 2012

Bank Umum 13,1 15,8 16,9

BPR 7,3 8,1 9,4

Grafik Artikel 1.5Pangsa Plafond Kredit Mikro per Rekening

2,7%

56,5%52,7%

37,6%

14,9%

3,7%

24,3%

1,4%5,4%0,1%

Bank Umum BPR

> 500 juta

100 - 500 juta

50 - 100 juta

10 - 50 juta

1 - 10 juta

< 1 juta

2010

1,3%

43,0%52,6%

47,0%

14,1%

6,6%

24,4%

2,8%7,7%

Bank Umum BPR

> 500 juta

100 - 500 juta

50 - 100 juta

10 - 50 juta

1 - 10 juta

< 1 juta

2012

2,5%

49,6%53,1%

43,2%

13,6%

4,9%

27,2%

1,6%3,7%

Bank Umum BPR

> 500 juta

100 - 500 juta

50 - 100 juta

10 - 50 juta

1 - 10 juta

< 1 juta

2011

Selama periode pengamatan 3 (tiga) tahun terakhir,

rata-rata jumlah plafon per rekening kredit mikro pada

bank umum maupun BPR mengalami peningkatan. Secara

Page 101: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

102

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

dibandingkan dan dilihat tingkat konsistensinya. Adapun

data yang digunakan pada bagian ini bersumber dari

laporan bulanan individual bank kepada Bank Indonesia,

meliputi bank umum maupun BPR untuk periode sampai

dengan Desember 2012.

5.1 Perhitungan Accounting Ratio

Secara umum, terdapat 2 (dua) accounting ratio

yang biasa digunakan sebagai indikator untuk mengukur

tingkat efisiensi bank, yakni rasio beban operasional

terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan Cost to

Income Ratio (CIR). Perbedaan mendasar dari kedua rasio

tersebut terletak pada perhitungan beban bunga. Pada

rasio BOPO, perhitungan tingkat cost efficiency bank

dihitung dari seberapa besar biaya yang dikeluarkan

untuk menghasilkan sejumlah pendapatan. Sedangkan

pada CIR, tingkat cost efficiency bank dihitung tanpa

memperhitungkan biaya bunga. Semakin rendah angka

kedua indikator tersebut, menunjukkan tingkat efisiensi

yang semakin baik. Pada penelitian ini, perhitungan

tingkat efisiensi difokuskan melalui rasio BOPO. Secara

matematis, kedua rasio tersebut dihitung berdasarkan

formula berikut:

(5.1)

di mana BO meliputi beban bunga dan beban operasional

selain bunga, serta PO meliputi pendapatan bunga dan

pendapatan operasional selain bunga.

(5.2)

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beban

bunga DPK memegang pangsa terbesar di dalam beban

operasional bank. Sementara dari sisi pendapatan

operasional, pendapatan bunga, khususnya bunga kredit,

merupakan penyumbang terbesar. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perkembangan rasio BOPO sangat erat

dipengaruhi oleh aktivitas intermediasi penghimpunan

dan penyaluran dana, baik dari sisi volume maupun suku

bunga. Berdasarkan data historis sejak tahun 2005, rasio

BOPO bank umum menunjukkan tren yang menurun.

Perkembangan ini mengindikasikan bahwa bank umum

di Indonesia senantiasa berupaya untuk meningkatkan

efisiensi, khususnya dalam upaya memberikan tingkat

suku bunga yang wajar kepada masyarakat.

Grafik Artikel 1.6Perkembangan Rasio BOPO Bank Umum (%)

Grafik Artikel 1.7 Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga

Perbankan (%)

70

73

76

79

82

85

88

91

94

97

Des

-05

Apr

06

Aug

06

Dec

06

Apr

07

Aug

07

Dec

07

Apr

08

Aug

08

Dec

08

Apr

09

Aug

09

Dec

09

Apr

10

Aug

10

Dec

10

Apr

11

Agt

11

Des

11

Apr

12

Ags

'12

Des

'12

Perkembangan Rasio BOPO Perbankan (%)

4

6

8

10

12

14

16

18

Des

-05

Apr-

06

Ag

ust

-06

Des

-06

Apr-

07

Ag

ust

-07

Des

-07

Apr-

08

Ag

ust

-08

Des

-08

Apr-

09

Ag

ust

-09

Des

-09

Apr-

10

Ag

ust

-10

Des

-10

Apr-

11

Ag

ust

-11

Des

-11

Apr-

12

Ag

ust

-12

Des

-12

Dep 1 bln Kredit

Perkembangan Rata-Rata SukuBunga Perbankan (%)

Meningkatnya efisiensi bank umum sebagaimana

tercermin dari perkembangan rasio BOPO tersebut di atas,

serta didukung oleh tren penurunan suku bunga simpanan

sebagaimana tercermin dari tren penurunan suku bunga

deposito rupiah 1 bulan, diindikasikan telah mendorong

penurunan rata-rata suku bunga kredit. Berdasarkan data

historis sejak tahun 2005, pergerakan rata-rata suku bunga

kredit rupiah menunjukkan penurunan, yang mana per

Desember 2012 tercatat sebesar 12,06%.

Namun sedikit berbeda dengan argumen

tersebut, hasil diskusi dengan pengawas dan beberapa

bank umum justru menghasilkan informasi bahwa

Page 102: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

103

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

membaiknya tingkat efisiensi bank tidak selalu diikuti

dengan penurunan suku bunga kredit. Ketika bank

semakin efisien maka bank akan memperoleh tambahan

pendapatan, antara lain akibat keberhasilan mengurangi

sejumlah biaya tertentu, sebagaimana tercermin dari

peningkatan marjin bank. Di samping itu, terdapat

kecenderungan bahwa bank akan menjaga besaran suku

bunga kredit pada level tertentu berdasarkan hasil bench

marking dan peer group analisis, sehingga ketika bank

semakin efisien sebagian bank akan menaikkan marjin

keuntungan sebagai balancing agar suku bunga kredit

tetap terjaga (tidak turun).

BPR serta didukung oleh penurunan suku bunga simpanan,

menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan

suku bunga kredit BPR dan berimbas pada penurunan

NIM BPR.

5.2 Pendekatan Data Envelopment Analysis

DEA pertama kali dikenalkan oleh Charnes, et

al (1978) atau yang dikenal dengan model CCR, dan

kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Banker, et al

(1984) atau yang dikenal dengan model BCC. Perbedaan

diantara kedua model DEA tersebut terletak dari asumsi

model yang digunakan. Model CCR menggunakan

asumsi constant returns to scale (CRS) yang berarti satu

unit input akan menghasilkan unit output yang fixed.

Sebaliknya, model BCC menggunakan asumsi variable

returns to scale (VRS). Baik model CCR maupun BCC

dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan, yakni input

oriented dan output oriented. Input oriented bertujuan

untuk meminimalkan penggunaan input dalam rangka

menghasilkan level output tertentu. Sedangkan output

oriented bertujuan untuk memaksimalkan output dengan

level input yang tersedia.

Pada bagian ini, perhitungan DEA akan dilakukan

terhadap 110 bank umum9 dan 1390 BPR dengan

menggunakan periode data Desember 2012. Mengingat

bahasan efisiensi pada penelitian ini akan dikaitkan

dengan tingkat kompetisi dalam pemberian kredit

mikro, maka metode yang dipilih adalah DEA – output

oriented melalui pendekatan intermediasi. Perhitungan

DEA dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) alternatif

variabel input output untuk setiap model CCR dan BCC.

Selanjutnya, hasil perhitungan DEA akan dibandingkan

dengan tingkat efisiensi menggunakan accounting ratio,

yaitu rasio BOPO yang erat dipengaruhi oleh aktivitas

intermediasi.

Tabel Artikel 1.11Indikator Utama BPR

INDIKATOR 2010 2011 2012

Suku Bunga (%)

Tabungan 5,53 5,21 4,68

Deposito 10,25 9,85 8,40

Kredit yang diberikan 30,56 29,48 28,29

Rasio (%)

LDR 79,02 78,54 78,63

ROA 3,16 3,32 3,46

ROE 26,71 29,46 32,63

BOPO 80,97 79,47 77,77

NPLGross 6,12 5,22 4,75

NPL Net 4,25 3,67 3,25

NIM 12,92 12,09 11,96

Selanjutnya, kecenderungan membaiknya tingkat

efisiensi juga terjadi pada industri BPR. Rasio BOPO industri

BPR dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren

yang menurun hingga menjadi 77,77%. Sebagaimana

bank umum, beban operasional BPR sangat dipengaruhi

oleh komponen beban bunga, khususnya bunga

DPK. Sementara itu dari sisi pendapatan, pendapatan

operasional BPR juga didominasi oleh pendapatan bunga,

khususnya dari kredit. Dengan demikian, rasio BOPO BPR

juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas intermediasi BPR.

Sebagaimana bank umum, membaiknya tingkat efisiensi 9) Tidak termasuk kelompok Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) dengan pertimbangan

perbedaan karakteristik KCBA dengan kelompok bank lainnya, khususnya dalam hal permodalan dan biaya dana.

Page 103: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

104

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

dengan sumber dana yang lebih bervariasi, pasar yang

lebih luas, infrastruktur dan fasilitas yang lebih baik,serta

SDM yang lebih memadai,bank umum mampu menekan

biaya operasional, khususnya OHC dan juga biaya dana,

dibandingkan dengan BPR.

Hasil perhitungan DEA tersebut di atas konsisten

dengan perhitungan tingkat efisiensi melalui accounting

ratio, BOPO. Hal ini ditunjukkan dari hubungan antara DEA,

baik model CCR maupun BCC, dengan rasio BOPO yang

menunjukkan adanya korelasi negatif. Artinya,semakin

rendah rasio BOPO maka DEA akan menunjukkan

hasil yang sebaliknya, yaitu semakin tinggi. Kedua hal

tersebut menunjukkan perkembangan yang sama,

yaitu tingkat efisiensi yang semakin baik. Selanjutnya,

tabel perbandingan antara hasil HHI dengan DEA

Tabel Artikel 1.12 Modelling Strategy untuk Perhitungan Efisiensi

Grafik Artikel 1.8Hasil DEA

Berbeda dengan rasio BOPO, angka DEA 100%

justru menunjukkan tingkat bank yang paling efisien.

Berdasarkan hasil berhitungan DEA untuk kedua alternatif

variabel input output, baik menggunakan model CCR

maupun BCC, diperoleh kesimpulan yang sama, yaitu

tingkat efisiensi yang lebih baik pada bank umum

dibandingkan BPR. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, faktor

yang paling mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan

adalah HDPK dan OHC. Pada BPR, dengan pasar yang

relatif terbatas maka guna menarik minat masyarakat

BPR cenderung memberikan tingkat bunga DPK, yang

merupakan komponen terbesar HDPK, yang lebih tinggi

dibandingkan dengan bank umum. Terlebih tingkat suku

bunga penjaminan BPR juga lebih tinggi. Sebaliknya,

EfficiencyApproach

Model description

AccountingRatio

BOPO = Beban Operasional/Pendapatan Operasional

Frontier

DEA (Data Envelopment Analysis)

Alternative Input Output

Alternative 1 1. Beban Over head 1. Pendapatan Bunga Kredit

2. Biaya DPK 2. Pendapatan Operasional Lainnya

Alternative 2 1. Beban Over head 1. Kredit Volume

2. DPK Volume 2. Pendapatan Operasional Lainnya

0

20

40

60

80

100

0

20

40

60

80

100

Alt 1 Alt 2

Perbandingan Rata-rata Tingkat Efisiensi(CCR)

BU BPR BU & BPR

%%

0

20

40

60

80

100

0

20

40

60

80

100

Alt 1 Alt 2

Perbandingan Rata-rata Tingkat Efisiensi(BCC)

BU BPR BU & BPR

%%

Page 104: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

105

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

mengindikasikan bahwa bank umum cenderung memiliki

angka HHI dan DEA yang lebih tinggi dibandingkan dengan

BPR. Artinya, dengan tingkat kompetisi yang lebih tinggi,

justru dihasilkan tingkat efisiensi yang cenderung lebih

rendah pada BPR, atau sejalan dengan teori Competition-

Inefficiency hypothesis.Namun, hal ini menjadi bias untuk

diartikan secara langsung, mengingat tingkat kompetisi

pada penelitian ini hanya difokuskan dalam pemberian

kredit mikro, sedangkan tingkat efisiensi hanya dihitung

dari keseluruhan aktifitas bank. Walaupun efisiensi bank

sangat dipengaruhi oleh kegiatan intermediasi, namun

pemberian kredit mikro memiliki pangsa yang terbatas

dari total intermediasi bank.

6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

a. Sampai dengan akhir 2012, kredit mikro hanya

memegang pangsa sebesar 4,06% dari total

pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan, baik

bank umum maupun BPR. Karakteristik pemberian

kredit mikro yang bersifat high cost dan high labour

antara lain menjadi kendala bagi bank umum dalam

melakukan pembiayaan pada usaha mikro.

Tabel Artikel 1.13 Korelasi DEA dan BOPO

Tabel Artikel 1.14 Perbandingan HHI dan DEA

CRS VRS

Alt 1 Alt 2 Alt 1 Alt 2

BU -0.570 -0.210 -0.515 -0.183

BPR -0.671 -0.367 -0.562 -0.333

BU & BPR -0.668 -0.346 -0.572 -0.306

HHI CRS VRS

Alt 1 Alt 2 Alt 1 Alt 2

BU 1.069 61.423 41.593 75.294 55.387

BPR 23.60 44.013 32.580 50.042 37.381

BU & BPR 442.58 42.686 31.205 47.570 34.376

b. Selanjutnya, skala usaha BPR yang jauh lebih kecil

dibandingakan dengan bank umum menyebabkan

pangsa kredit mikro yang diberikan oleh BPR hanya

13,79% dari total kredit mikro perbankan, sedangkan

selebihnya (86,21%) diberikan oleh bank umum.

c. Perhitungan tingkat kompetisi dalam penelitian

dilakukan melalui pendekatan struktural dengan

menghitung Herfindahl-Hirschman Index(HHI), dan

diperoleh hasil sebagai berikut:

market power dalam pembiayaan

kredit mikro oleh perbankan, yang mana >50%

kredit mikro bank umum hanya diberikan

oleh 1 bank. Walaupun pangsa 1 bank

tersebut sangat dominan, namun tidak selalu

berdampak negatif sepanjang tidak secara

signifikan mempengaruhi harga. Bahkan bank

tersebut saat ini justru dijadikan role model

oleh bank lain dalam melakukan pembiayaan

terhadap usaha mikro.

umum dan sesama BPR dalam pemberian

kredit mikro, dengan tingkat persaingan yang

lebih tinggi di BPR, khususnya bagi BPR dalam

wilayah operasi yang sama.

dan BPR dalam pembiayaan kredit mikro.

Berdasarkan segmen, persaingan tertinggi

terjadi pada kredit mikro dengan plafond

antara Rp10 juta – Rp50 juta.

d. Selain persaingan secara langsung, terdapat sinergi

antara bank umum dengan BPR yakni melalui linkage

program. Namun linkage program tersebut masih

merupakan sumber dana mahal bagi BPR.

e. Sementara itu dari sisi efisiensi terlihat bahwa tingkat

efisiensi bank umum dan BPR menunjukkan tren

yang membaik. Secara kuantitatif, perhitungan

tingkat efisiensi dilakukan melalui Data Envelop

Page 105: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

106

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

Analysis (DEA) dan accounting ratio (BOPO), dengan

hasil sebagai berikut:

maupun BOPO menunjukkan hasil yang

sejalan, yang mana terdapat korelasi negatif

antara DEA dan BOPO.

bank umum relatif lebih efisien dibandingkan

dengan BPR.

diperoleh kesimpulan bahwa tingkat persaingan

yang lebih tinggi di BPR diikuti dengan rata-rata

angka DEA yang cenderung lebih rendah. Hal

ini sejalan dengan Competition-Inefficiency

hypothesis yang menyatakan bahwa kompetisi

mengakibatkan inefisiensi. Namun demikian,

hasil ini menjadi bias mengingat kompetisi

dalam penelitian ini hanya dilihat dari sisi

pembiayaan mikro yang memiliki pangsa

relatif kecil terhadap total pembiayaan bank.

Sementara efisiensi dihitung dari seluruh

kegiatan intermediasi.

f. Kedepan, segmen mikro merupakan pasar yang

potensial untuk dibiayai. Selain permintaan yang

masih cukup besar, kredit mikro relatif lebih tahan

terhadap gejolak perekonomian dengan kualitas

kredit yang terjaga (NPL gross kredit mikro <3%).

g. Bank Indonesia sebagai regulator senantiasa

berupaya untuk mendorong persaingan dan

efisiensi perbankan baik melalui ketentuan maupun

supervisory approach. Beberapa kebijakan yang telah

dikeluarkan Bank Indonesia antara lain adalah:

informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)

pada bulan Maret 2011 (termasuk pengaturan

tambahan segmen Mikro pada bulan Februari

2013).

lain BOPO dan NIM), SBDK dan suku bunga

kredit di dalam Rencana Bisnis Bank (RBB)

yang selanjutnya RBB tersebut dievaluasi dan

dimonitor oleh Bank Indonesia sebagai bagian

dari supervisory action.

perkembangan suku bunga (kredit dan

simpanan) yang dilaporkan oleh bank yang

selanjutnya akan dilakukan supervisory action

jika diperlukan.

linkage program antara bank

umum dengan BPR,dengan harapan BPR akan

mendapatkan dana tambahan dengan suku

bunga yang relatif rendah untuk disalurkan

kepada UMKM.

Multilicense:

- Salah satu aspek yang dipertimbangkan

oleh Bank Indonesia ketika melakukan

evaluasi RBB yang terkait dengan

pembukaan jaringan kantor bank

adalah aspek efisiensi, sehingga dapat

mendorong bank untuk senantiasa

meningkatkan efisiensinya.

- Bank berdasarkan kelompoknya (Bank

Umum Kegiatan Usaha - BUKU) wajib

menyalurkan kredit produktif dengan

kisaran 55%-70% dari total kreditnya

yang wajib dipenuhi paling lambat akhir

bulan Juni 2016. Dengan demikian supply

kredit produktif akan bertambah sehingga

dapat meningkatkan persaingan dan

mendorong penurunan suku bunga

- Kewajiban penyaluran kredit produktif

tersebut diatas termasuk di dalamnya

ada l ah kewa j i ban bank un tuk

menyalurkan kredit kepada UMKM

Page 106: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

107

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

paling rendah 20% dari total kredit bank

yang pemenuhannya secara bertahap

sampai dengan tahun 2018

Selain itu, di dalam penilaian tingkat kesehatan

bank dan juga di dalam monitoring rutin

terhadap kinerja bank, aspek efisiensi

merupakan salah satu faktor penting yang

menjadi perhatian dan penilaian pengawas.

6.2 Rekomendasi

a. Perlu dilakukan edukasi yang berkesinambungan

baik oleh regulator, pemerintah maupun industri

perbankan kepada masyarakat mengenai besaran

suku bunga kredit yang dikenakan. Salah satu bentuk

edukasi yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia

adalah melalui ketentuan publikasi SBDK (termasuk

segmen kredit mikro).

b. Perlu diatur besaran plafon kredit untuk segmen

mikro, kecil dan menengah agar: (i) terdapat

keseragaman plafon antar bank untuk kebutuhan

pelaporan/statistik, dan (ii) tidak menimbulkan

kesempatan bagi bank untuk menempatkan suatu

debitur pada segmen mikro dengan tujuan untuk

pengenaan suku bunga kredit yang lebih tinggi.

Pengaturan ini dimungkinkan karena: (i) merupakan

kewenangan Bank Indonesia untuk mengatur

batasan plafon kredit, dan (ii) UU No.20 tahun

2008 tentang UMKM hanya menjelaskan/mengatur

mengenai pengertian/definisi usaha mikro, kecil

dan menengah (tidak mengatur batasan plafon

kredit).

c. Di dalam PBI No.14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember

2012, bank umum wajib menyalurkan kredit UMKM

paling rendah 20% dari total kreditnya, tetapi tidak

ditetapkan berapa porsi untuk masing-masing

segmen kredit (mikro, kecil dan menengah). Sehingga

untuk mencapai target tersebut kemungkinan besar

bank akan lebih memilih menyalurkan kredit ke

segmen kecil dan/atau menengah karena nominal

kreditnya lebih besar jika dibandingkan segmen

mikro sehingga pencapaian target 20% lebih

managable. Oleh karena itu agar diperoleh proporsi

penyaluran kredit yang lebih merata untuk setiap

segmen kredit, sebaiknya pencapaian target 20%

kredit UMKM bank dapat dialokasikan secara

proporsional untuk setiap segmen kredit disesuaikan

dengan kemampuan, kebutuhan dan strategi usaha

bank.

d. Perlu ditinjau dan didiskusikan kembali besaran suku

bunga dalam linkage program agar menjadi sumber

dana murah bagi BPR namun tetap memberikan

keuntungan bagi bank umum.

e. Selama 3 tahun terakhir (2010 – 2012), NPL gross

kredit mikro lebih rendah dari kredit kecil dan

menengah yang menunjukkan membaiknya kinerja

kredit mikro selama 3 tahun terakhir. Melihat

perkembangan diatas, dalam rangka pemenuhan

kewajiban penyaluran kredit UMKM paling rendah

20% dari total kredit bank, sekaligus untuk

mendorong penyaluran kredit ke segmen mikro

(insentif) maka perlu dikaji kemungkinan pengenaan

besaran ATMR untuk segmen mikro yang lebih

rendah dari segmen kecil dan menengah.

f. Perlunya kajian lebih lanjut mengenai peran

bank umum dan BPR dalam pembiayaan usaha

mikro, apakah bersifat substitusi (bersaing secara

langsung) atau komplemen (saling melengkapi/

mengisi).

g. Agar kajian tersebut lebih komprehensif, maka

kedepan perlu dilakukan kajian lanjutan antara

lain untuk melihat peta persaingan per daerah

dan juga penggunaan tools statistik yang lebih

baik terutama untuk melihat tingkat kompetisi/

persaingan.

Page 107: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

108

Artikel 1. Tingkat Persaingan dan Efisiensi Bank Umum dan BPR di Pasar Kredit Mikro di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Banker, R.D., A.W. Charnes, dan W.W. Cooper, 1984,

“Some Models for Estimating Technical and Scale

Inefficiencies in Data Envelopment Analysis”,

Management Science, 30(9) 1078-1092.

Bikker, J.A., dan K. Haaf, 2002, “Measure of Competition

and Concentration in the Banking Industry: A Review

of the Literature”, Economic & Financial Modelling

9, 53-98.

Boot, A.W., dan A. Schmeijts, 2005, “ The Competitive

Challenge in Banking”, Amsterdam Center for Law

& Economics Working Paper No. 2005-08.

Casu, B., dan C. Girardone, 2007, “Does Competition Lead

to Efficiency? The Case of EU Commercial Banks”,

Essex University, Discussion Paper No. 07-01.

Charnes, A., W.W. Cooper, dan Rhodes, E., 1978,

“Measuring the Efficiency of Decision Making

Units”, European Journal of Operational Research,

2, 429-444.

Demsetz, H., 1973, “Industry Structure, Market Rivalry

and Public Policy”, Journal of Law and Economics,

Vol. 51, pp.393-414.

Fiorentino, E., A. Karmann, dan M. Koetter, 2006, “ The

Cost Efficiency of German Banks: A Comparison of

SFA and DEA”, Discussion Paper, Series 2: Banking

and Financial Studies 10, Germany: Deutsche

Bundesbank.

Maudos, J., J.M. Pastor, dan F. Perez, 2002, “Competition

and Efficiency in the Spanish Banking Sector: The

Importance of Specialisation”, Applied Financial

Economics 12, 505-516.

Morduch, J., (1999), “The Microfinance Promise”, Journal

of Economic Literature, 37, 1569-1614.

Panzar, J.C., dan J.N. Rosse, 1987, “Testing for ‘Monopoly’

Equilibrium’, Journal of Industrial Economics 35,

443-456.

Robinson, M., 2001, “The Microfinance Revolution:

Sustainable Finance for The Poor”, World Bank,

Washington D.C.

Schaeck, K., dan M. ihák, 2008, “How Does Competition

Affect Efficiency and Soundness in Banking? New

Empirical Evidence”, ECB Working Paper No. 932

(Frankfrurt: European Central Bank).

Page 108: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

109

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

KEUANGAN INKLUSIF DAN STABILITAS SISTEM

KEUANGAN

Dengan melihat dampak keuangan inklusif yang

luas terhadap sistem keuangan, belakangan dapat

disimpulkan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan.

Khan (2011) mendukung hal tersebut dengan menyatakan

bahwa keuangan inklusif dan stabilitas sistem keuangan

bukan lagi menjadi suatu pilihan kebijakan namun

menjadi kebijakan yang harus dilakukan. Bahkan secara

eksplisit Khan berpendapat bahwa keduanya ibarat dua

sisi dari mata uang yang sama (two sides of the same

coin). Beberapa hal yang menunjukkan keterkaitan erat

keduanya adalah sebagai berikut:

Untuk mengikutsertakan kelompok masyarakat kecil (the bottom of the pyramid) yang umumnya

masih unbanked dalam sistem pereknomian dan keuangan, namun dengan tetap memperhatikan

aspek efisiensi bagi penyelenggara dan terjangkaunya harga layanan oleh nasabah, diperlukan

inovasi layanan jasa keuangan. Salah satu inovasi dimaksud adalah di sisi distribusi dan channel

infrastruktur layanan sistem pembayaran dan keuangan yaitu branchless banking atau mobile

payment service yang paska krisis 2008 banyak diimplementasikan di berbagai emerging market.

Inovasi dimaksud menggunakan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta pihak ketiga,

yang untuk implementasinya perlu didukung dengan inovasi regulasi yang proporsional. Upaya

perluasan akses keuangan kepada masyarakat ini ditujukan bukan semata untuk keuangan inklusif,

namun juga untuk stabilitas sistem keuangan, pertumbuhan ekonomi dan pengurangan inequality

untuk menuju kesejahteraan.

bukti bahwa ketergantungan bank pada dana

liquidity risk dengan cepat apabila satu atau dua

unbanked yang

jumlahnya cukup besar meskipun dengan dana

dana baru bagi perbankan, dana retail.

failnya sejumlah

Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

Artikel 2

(Pungky P. Wibowo1, Ricky Satria2, Primitiva Febriarti3)

Page 109: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

110

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

tercapainya keuangan inklusif adalah adanya

peningkatan literasi keuangan yang membantu

Hal ini dilakukan melalui edukasi keuangan yang

berkelanjutan. Edukasi keuangan yang efektif

dan terus menerus tentu akan meningkatkan

.

tentunya dapat meningkatkan bargaining position

bagi masyarakat sehingga dapat memilih dan

akan meningkatkan persaingan sesama pelaku

bunga kredit yang rendah.

rumah tangga dimaksud secara luas akan

meningkatan pemerataan pendapatan, mengurangi

untuk meningkatkan daya tahan rumah tangga.

sustain, termasuk penurunan

adanya instabilitas, bahkan financial exclusion justrudapat

memperparah situasi.

akan lebih efektif karena kebijakan yang dikeluarkan

dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dimanapun

policy

rate umumnya ditransmisikan lewat perbankan, dalam hal

ini perbankan akan melakukan penyesuaian suku bunga

simpanan dan suku bunga kredit. Dengan keuangan

inklusif, masyarakat yang dulunya tidak menjadi nasabah

bank, sekarang menjadi berbank tentunya terkena dampak

behaviour menabung maupun permintaan akan kredit.

Namun demikian, perlu disadari bahwa upaya

keuangan inklusif apabila tidak dilakukan secara benar

dan stabilitas mengingatbahwa:

sistem keuangan apabila tidak disertai edukasi

akan menimbulkan assymetric information yang

tentunya mempercepat defaultnya debitur.

unfeasible

and unelligible, dengan buffer

ini kurang bisa dilakukan sepertilayaknya kredit

ketidakcukupan agunan yang dimiliki.

memperluas jangkauan layanan keuangan dapat

Page 110: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

111

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

unbanked, hal

pembayaran, apalagi sistem pembayaran yang sudah

di sistem pembayaran, dapat menimbulkan

permasalahan tersendiri.

Peran Regulasi

“extending the reach

of depth of financial services through responsible

innovation”, tentunya sangat diharapkan agar layanan

keuangan mampu menjangkau masyarakat yang berada

pada “thebottom of pyramid” tanpa menimbulkan

didukung dengan aspek responsible finance yang terdiri

apalagi target keuangan inklusif adalah masyarakat kecil

yang umumnya memiliki tingkat financial literacy yang

Branchless Banking

keuangan adalah branchless banking. Branchless banking

masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan

jasa perbankan/keuangan. Diantaranya adalah jarak yang

dibebankan bank untuk transaksi keuangan bernilai kecil,

yang kurang sesuai dengan kebutuhan, pendapatan yang

image

perbankan hanya melayani kalangan menengah ke atas

mendekatkan bank ke masyarakat dengan memperluas

maupun persyaratan keuangan.Disamping itu terbatasnya

menjadi kendala tersendiri.

mampu menabung tidak sepenuhnya benar. Berdasarkan

penemuan di lapangan bahwa masyarakat kecil mampu

menyisihkan sebagian pendapatan, hanya saja tidak

tersedia sarana untuk penyaluran simpanan tersebut yang

ini juga didukung pendapat beberapa ahli, antara lain

The portfolio of the

poor 4 menyimpulkan bahwa masyarakat miskin mampu

Page 111: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

112

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

supply juga terdapat paradigma

bahwa penyediaan layanan keuangan untuk segmen

masyarakat kecil tidak menguntungkan. Beberapa

perkembagnan terkini telah mengubah paradigma

tersebut seperti penerapan Grameen Bank dan fakta

The fortune at bottom of

the pyramid5 juga menyatakan bahwa terdapat bisnis

ataupun sinergi keduanya) dengan memanfaatkan

masih unbanked, kebutuhan dasar yang mereka perlukan

sebenarnya bersifat sederhana yaitu pengiriman uang,

memelihara dan meningkatkan efisiensi perbankan dalam

rangka menekan suku bunga kredit, maka jawaban untuk

mengurangi kesenjangan akses layanan perbankan/

mobile

banking), Point of Sale berupa alat gesek kartu yang

ritel (agen) yang memiliki penetrasi tinggi di masyarakat

untuk diintegrasikan dengan layanan keuangan, bukan

dengan branchless banking.

branchless banking merupakan kegiatan jasa layanan

keuangan terbatas dan sistem pembayaran yang

ketiga terutama untuk melayani masyarakat unbanked.

branchless banking

Agen 21

Data

3

POS

TabungaKudan/atau e-money

Register no HP

Agent ManagementNetwork

System informasi& aplikasi

System informasi& aplikasi

USSD SYSTEM

Badan usahaindividu

Basic saving account&/ e-money

PerusahaanTelekomunikasi

Agent NetworkManagement

Unbanked

Page 112: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

113

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

sarana distribusi. Branchless banking diartikan sebagai

kegiatan jasa layanan sistem pembayaran dan keuangan

terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik

bank,namun dengan menggunakan sarana teknologi

dan/atau jasa pihak ketiga terutama untuk melayani

masyarakat unbanked

branchless banking di lebih 60 negara. Beberapa negara

branchless

banking sebagai sarana masyarakat kecil untuk dapat

melakukan transaksi keuangan yang sesuai, pada tahap

permulaan masih mengajak untuk menabung, namun

dengan sasaran akhir adalah tersedianya pembiayaan,

branchless banking

yang saat ini masih dalam taraf pilot project

2013), utamanya adalah sebagai berikut:

Customer due dilligence sederhana tetap dilakukan

basic

saving account dengan kriteria tidak mempunyai

Dalam hal ini bank dapat menyediakan buku

tabungan atau kartu debet atau tidak sama sekali.

genggam.

agen khususnya penarikan maupun mengunakan

Agen: Apa dan Bagaimana?

fungsinya sebagai perpanjangan tangan penyelenggara

dalam memberikan layanan pembayaran dan keuangan.

untuk melakukan penilaian (due dilligence) agen dan

lain, pengaturan mengenai agen setidaknya menekankan

diperlukan adalah:

kuantitatif maupun kualitatif, seperti sudah punya

usaha terlebih dahulu dan merupakan penduduk

agen, misalnya:

tidak memungkinkan bagi agen untuk melihat

Page 113: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

114

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

menghindari adanya praktik pencucian uang dan

keluhan nasabah dan pentingnya menjaga

kerahasiaan data nasabah.

mewajibkan agen untuk menempatkan dana di bank

(jaminan) atau bank memilih agen yang sudah menjadi

berikut:

penerus aplikasi pembukaan rekening dan pelaksana

pemerintah

Remittance

Dari berbagai implementasi, penerapan branchless

banking

Bankable Frontier Associates

penerapan branchless banking

Branchless banking merupakan sarana efektif dan

vulnerable

kehilangan dananya dengan layanan branchless

banking

Faktor yang Mendukung Kesiapan Indonesia.

pendukung untuk berkembangnya branchless banking di

terdapat banyak segmen unbanked.

branchless banking kepada

masyarakat, terutama untuk sarana pembayaran,

e-money, seperti e-wallet,

layanan keuangan kepada masyarakat di

daerah.

Page 114: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

115

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

apalagi dibandingkan dengan di beberapa negara

readiness untuk penerapan branchless banking.

7. Basic saving account sebagai basic tool sudah tersedia

(TabunganKu).

tertentu.

Analisa Kuantitatif Terkait Branchless Banking

Potensi simpanan dan pembiayaan UMK

branchless

banking

kecil dengan cara mengukur tingkat kepadatan layanan

life cycle theory

UNDERBANKED

(Kuadran IV)

MEDIUMEQUILIBRIUM

BANKED(Kuadran I)

OVERBANKED

(Kuadran II)

LOW EQUILIBRIUMBANKED

(Kuadran III)

Pert

um

bu

han

PDR

B

Faktor DPK per kapita dan Kreditper kapita

perkapita dan kredit perkapita sebagai sumbu mendatar.

Nilai threshold

sedangkan nilai threshold

Page 115: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

116

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

Penerimaan simpanan

estimasi peningkatan rekening tabungan jika ada

penambahan layanan jasa keuangan. Dasar perhitungan

kejenuhan bank.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengaruh

penambahan jumlah jaringan layanan bank (traditional

office dan agent banking) terhadap peningkatan jumlah

rekening bank dihitung berdasarkan tingkat kejenuhan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan

jumlah rekening tabungan yang terbanyak akan terjadi

juga mengindikasikan bahwa dari sisi economic of scale

pertambahan jumlah jaringan bank selama ini sudah cukup

sebagai agent of development menunjukkan peranan

bank dalam pengembangan jaringan layanan perlu lebih

Penyaluran kredit mikro dan kecil

UNDERBANKEDEQUILIBRIUM

MODERAT

EQUILIBRIUMRENDAH

OVERBANKED

No Propinsi1 Aceh2 Sumatera Utara3 Sumatera Barat4 Riau5 Jambi6 Sumatera Selatan7 Bengkulu8 Lampung9 Kepulauan Bangka Belitung10 Kepulauan Riau11 DKI Jakarta12 Jawa Barat13 Jawa Tengah14 DI. Yogyakarta15 Jawa Timur16 Banten17 Bali18 Nusa Tenggara Barat19 Nusa Tenggara Timur20 Kalimantan Barat21 Kalimantan Tengah22 Kalimantan Selatan23 Kalimantan Timur24 Sulawesi Utara25 Sulawesi Tengah26 Sulawesi Selatan27 Sulawesi Tenggara28 Gorontalo29 Sulawesi Barat30 Maluku Utara31 Maluku32 Papua33 Papua Barat

ModelUnstandardized Coefficient Standardized Coefficient

T Sig.B Std. Error Beta

72,059 ,953 10.949 ,000

43,101 ,991 14,779 ,000

,000

7,661 ,000

Page 116: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

117

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

economic of scale

economic of scale

economic of scale

economic of scale tinggi.

economic of scale tinggi

rendah dan economic of scal

bahwa dengan branchless banking, menimbulkan tendensi

KESIMPULAN

dapat merealisasikan perluasan akses masyarakat

terhadap layanan jasa keuanganyang luas dengan biaya

sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan

rendah untuk mendukungstabilitas sistem keuangan dan

inklusif.

Branchless banking dapat menjadi trigger untuk

dan rumah tangga yang dapat membantu mengurangi

inequality sehingga membantu peningkatan kesejahteraan.

Branchless banking bukanlah pelayanan jasa keuangan

yang murah bahkan dapat dikatakan termasuk aman

dan dapat membantu mewujudkan berbank adalah hak

Potensirendah,economicscaletinggi(Kw IV)

Potensi &economicscalerendah(Kw III)

Potensi tinggi, economic

Potensi tinggi,economic scale rendah (Kw II)

No Propinsi1 Aceh2 Sumatera Utara3 Sumatera Barat4 Riau5 Jambi6 Sumatera Selatan7 Bengkulu8 Lampung9 Kepulauan Bangka Belitung10 Kepulauan Riau11 DKI Jakarta12 Jawa Barat13 Jawa Tengah14 DI. Yogyakarta15 Jawa Timur16 Banten17 Bali18 Nusa Tenggara Barat19 Nusa Tenggara Timur20 Kalimantan Barat21 Kalimantan Tengah22 Kalimantan Selatan23 Kalimantan Timur24 Sulawesi Utara25 Sulawesi Tengah26 Sulawesi Selatan27 Sulawesi Tenggara28 Gorontalo29 Sulawesi Barat30 Maluku Utara31 Maluku32 Papua33 Papua Barat

Page 117: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

Namun demikian, penerapannya memerlukan

diminalisir. Kedepan, branchless banking akan disebut

dengan mobile payment services.”

DAFTAR PUSTAKA

2013.

Page 118: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

119

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

2010.

Page 119: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

120

Artikel 2. Branchless Banking dalam Mendukung Stabilitas Sistem Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif

Page 120: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

121

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

I. LATAR BELAKANG

Krisis keuangan semakin menunjukkan tingkat

kekerapan yang semakin tinggi. Meskipun setiap krisis

bersifat unik, namun pada umumnya menimbulkan

kerugian yang cukup besar bagi pelaku ekonomi dan

masyarakat luas. Sebagai contoh, krisis 1997/1998 telah

menimbulkan biaya pemulihan yang melampaui 51% dari

Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Perkembangan dan inovasi produk keuangan yang

semakin canggih, namun tidak memiliki underlying di

Countercyclical capital buffer merupakan salah satu kebijakan makroprudensial yang diharapkan

dapat mengurangi prosiklikalitas yang terjadi dalam perekonomian. Dengan memperlambat

pertumbuhan kredit, kebijakan ini diharapkan pada akhirnya dapat menahan pola pertumbuhan

kredit yang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya, bahwa terjadi prosiklikalitas pada pergerakan kredit di Indonesia. Oleh karena itu,

paper ini mengkaji indikator yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan besaran countercyclical

capital buffer (CCB). Dengan menggunakan periode data 2001-2012 dan mengacu pada pendekatan

yang berpedoman pada BCBS, paper ini memberi indikasi bahwa rasio narrow credit to GDP

gap, merupakan indikator yang dapat digunakan sebagai indikator countercyclical capital buffer.

Namun demikian, indikator narrow credit to GDP gap perlu didukung dengan indikator-indikator

perekonomian lainnya, khususnya dalam menentukan saat yang tepat untuk mengaktifkan atau

menonaktifkan kebijakan CCB.

sektor riil, serta perilaku moral hazard merupakan faktor

penyebab utama dari terjadinya krisis keuangan. Schinasi

(2000) menggambarkan bahwa pertumbuhan sektor

keuangan semenjak tahun 1970 meningkat sangat

ekspansif dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

riil. Pada tahun 2000, pertumbuhan aset pada sektor

keuangan di negara maju telah meningkat dua kali dari

periode 1970-2000. Selain itu, pertumbuhan aset sektor

keuangan di UK meningkat dari 110% (tahun 1980)

menjadi 377% (tahun 2000). Sementara pada periode

yang sama, di Jerman meningkat dari 182% menjadi

353% dan di Amerika Serikat meningkat dari 111%

menjadi 257%.

Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Artikel 3

Iman Gunadi1, Diana Yumanita2, Januar Hafidz3,Rieska Indah Astuti4

Abstraksi

1) Penulis adalah Peneliti Senior, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia2) Penulis adalah Peneliti Senior, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia3) Penulis adalah Peneliti Ekonomi, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia4) Penulis adalah Peneliti Ekonomi, Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia

Page 121: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

122

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Kondisi inilah yang antara lain mendorong pemimpin-

pemimpin negara yang tergabung dalam G-20 menyusun

blueprint bagi reformasi keuangan global. Secara umum,

reformasi keuangan global mencakup 8 hal pokok, yaitu

(1) improving bank capital and liquidity standards, (2)

addressing systemically important financial institutions

(SIFIs), (3) expanding and refining the regulatory perimeter,

(4) improving the OTC and commodity derivatives markets,

(5) developing macro-prudential frameworks and tools, (6)

strengthening and converging accounting standards, (7)

strengthening adherence to international supervisory and

regulatory standards, dan (8) other issues.

Sebagian dari kesepakatan tersebut di atas selanjutnya

dituangkan dalam Basel III yang mengatur aspek permodalan

dan likuiditas perbankan. Dalam konteks aspek permodalan,

jumlah modal minimum pada Basel I dan II sebesar 8%

dipandang tidak memadai untuk mengatasi prosiklikalitas

pada sistem keuangan dan perekonomian. Oleh karena itu,

menurut Basel III, bank diwajibkan meningkatkan modalnya

untuk mengantisipasi terjadinya prosiklikalitas dalam bentuk

Countercyclical Capital Buffer (CCB).

Kebijakan countercyclical capital buffer ini bertujuan

untuk meningkatkan cadangan modal bank yang akan

digunakan untuk menekan pertumbuhan kredit yang

berlebihan agar tidak terjadi risiko sistemik. Cadangan

ini dibentuk pada saat siklus perekonomian meningkat

dan digunakan pada saat siklus perekonomian menurun

dengan tujuan untuk mempertahankan aliran kredit atau

pembiayaan kepada sektor produktif.

Pada bulan Desember 2010, Basel Committee for

Banking Supervision (BCBS) menerbitkanguideline yang

memuat prinsip umum dan formulasi perhitungan CCB.

Kajian ini berupaya untuk mengimplementasikan isi

guideline tersebut pada perbankan di Indonesia.

II. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

indikator yang dapat dijadikan kandidat dalam rangka

penetapan countercyclical capital buffer. Selain itu, kajian

ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi indikator-indikator

lainnya yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kondisi perekonomian dan sistem keuangan yang

sesungguhnya, sebagai pendukung bagi indikator utama.

III. DEFINISI COUNTERCYLICAL CAPITAL BUFFER

III.1. Capital Buffer

Dalam literatur, definisi mengenai capital buffer

cukup beragam. Jokipii dan Milne (2008) mendefinisikan

capital buffer sebagai besaran modal berbasiskan risiko

dengan rasio kurang dari 8%. Setelah Basel II, bank memiliki

metode estimasi risiko yang berbeda-beda, sebagai contoh

dengan menggunakan pendekatan internal rating. Oleh

karena itu, bank cenderung akan memiliki modal yang

berbeda tergantung pada bagaimana mereka menilai

risikonya. Jackson (1999), Bikker and Metzemakers (2005),

Jokipii dan Milne (2008) menyebutkan bahwa bank akan

menjaga kelebihan modalnya untuk memberikan sinyal

kepada pasar mengenai tingkat solvabilitasnya. Apabila

bank memiliki tingkat solvabilitas yang baik maka akan

mudah bagi bank untuk mengumpulkan dana pada tingkat

bunga yang rendah.

Secara umum, penggunaan capital buffer ini untuk

melindungi bank dari potensi kerugian yang akan timbul

di masa yang akan datang. Selain capital buffer, ada

instrumen lain juga yang dapat digunakan yaitu provisi.

Namun, capital buffer dan provisi memiliki perbedaan yang

cukup signifikan dalam hal penggunaan. Dalam kajiannya

Terrier et. al. (2011) mengungkapkan bahwa fungsi dari

provisi adalah menyerap kerugian yang sudah diharapkan

sebelumnya pada neraca perbankan. Sedangkan fungsi

dari capital buffer sendiri adalah untuk menyerap kerugian

yang tidak terduga di masa mendatang. Pada Grafik 3.1

Page 122: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

123

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Keberadaan capital buffer akan mempengaruhi

spread suku bunga dapat dijelaskan melalui argumentasi

bahwa bank akan memperketat screening dan monitoring

kreditnya. Hal ini sejalan dengan temuan Meh dan Moran

(2010) yang menunjukkan bahwa ketidakoptimalan

pengawasan bank terhadap debiturnya akan menimbulkan

risiko yang biayanya dibebankan kepada debitur.

Berdasarkan argumentasi saluran di atas, Fonseca et

al. mengemukakan tiga hipotesis yaitu:

1) Capital buffer akan menekan spread tingkat suku

bunga

2) Dampak negatif capital buffer terhadap suku

bunga kredit dan deposito lebih besar terjadi pada

developing country

3) Keberadaan jaminan atas simpanan mengurangi

kemampuan capital buffer untuk menekan spread

suku bunga kredit

Kondisi dimana suku bunga cenderung tinggi

pada saat perekonomian mengalami penurunanakan

berdampak kepada permintaan kredit pada periode

tersebut. Permintaan kredit yang cenderung menurun

pada periode burst akan menyebabkan penurunan

keuntungan pada bank, dan bank akan kesulitan untuk

mencari dana kelolaan pada periode ini. Dampak inilah

yang coba dihindari oleh bank sentral di berbagai negara.

Secara lebih rinci, dampak kebijakan countercyclical

capital buffer terhadap pertumbuhan kredit dapat

digambarkan seperti pada gambar di bawah ini.

tampak bahwa provisi digunakan untuk menutup kerugian

yang sudah diharapkan dan sudah terjadi (expected loss),

hal ini ditunjukan dari grafik provision yang menunjukan

kenaikan. Sedangkan grafik capital buffer yang cenderung

turun menunjukan penggunaan buffer pada saat kerugian

yang tidak diharapkan tersebut muncul (“unexpected loss”)

Expected lossCovered byProvisions

Unexpected lossCovered by

Capital

Losses, Loan portfolio

Prob

abili

ty o

f ob

serv

ing

loss

Grafik Artikel 3.1Capital and Provisions

Sumber : Terrier et.al. (2011), IMF Working Paper, WP/11/159

III.2. Capital Buffer dan Siklus Bisnis

Dalam praktiknya upaya penambahan modal dan

pergerakan kredit memiliki siklus yang berbeda. Hal ini

dibuktikan oleh Chen dan Hsu (2011) yang menunjukkan

bahwa hubungan antara capital buffer dan siklus kredit

memiliki korelasi yang cenderung negatif. Temuan ini

senada dengan hasil studi lainnya, yang menunjukkan

terjadinya co-movement yang negatif antara capital buffer

dengan siklus perekonomian. Kondisi ini yang selanjutnya

akan mendorong prosiklikalitas. (Fonseca et.al., 2010).

Lebih jauh Agenor (2009) menyatakan bahwa ada 2

saluran dimana capital buffer dapat mempengaruhi siklus

perekonomian yaitu:

a. Mempengaruhi investasi perusahaan melalui tingkat

bunga pinjaman (spread lending rate dengan deposit

rate).

b. Mempengaruhi konsumsi rumah tangga melalui

tingkat bunga simpanan (spread lending rate dengan

deposit rate)

Page 123: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

124

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

III.3. Penentuan Leading Indicator Berdasarkan

Guideline BCBS

Secara umum, BCBS telah menggariskan 5 prinsip

dasar yang dapat dijadikan guideline dalam menghitung

besarnya CCB, yaitu:

1. Tujuan dari CCB adalah memproteksi sistem

perbankan dari potensi kerugian ketika terjadi

pertumbuhan kredit yang berlebihan dan diperkirakan

akan mengganggu stabilitas sistem keuangan.

2. Menggunakan rasio Credit/GDP sebagai common

reference atau benchmark. Kredit yang dimaksud

disini berupa broad credit (mencakup kredit dari bank

dan non bank). Namun demikian, otoritas tidak harus

mengadopsi pendekatan ini. Sekiranya menggunakan

pendekatan lain, otoritas harus dapat menjelaskan

dasar keputusan dalam menentukan indikator

benchmark tersebut.

3. Penggunaan pendekatan Credit /GDP atau

pendekatan lainnya dapat menimbulkan risiko sinyal

yang misleading(risk of misleading signal). Dengan

adanya risiko ini, maka otoritas harus memperhatikan

apakah data/informasi yang digunakan dalam

perhitungan CCB seperti halnya indikator Credit/

GDP cukup konsisten dengan variabel lainnya, seperti

various asset prices, funding spread and CDS spread

credit condition surveys.

4. Penggunaan CCB dapat segera dilakukan pada saat

dibutuhkan (prompt release). Pada kondisi stress

maka CCB harus dapat langsung digunakan untuk

mengurangi risiko tidak tersalurnya kredit karena

merosotnya permodalan bank.

5. Dimungkinkan menggunakan secara bersamaan

tools makroprudensial lainnya di samping CCB (other

macroprudential tools). Pada saat kondisi stress,

alternatif tools makroprudensial lainnya (seperti

Loan to Value ratio (LTV) dan income gearing limits)

harus dapat pula digunakan secara bersamaan untuk

mengurangi risiko sistemik.

Sementara itu, dalam menentukan waktu yang

tepat (timing) untuk membentuk dan menggunakan

CCB dibutuhkan leading indicator yang tepat yang dapat

saja berbeda untuk setiap negara. Drehman et al. (2010)

melakukan analisis terhadap variabel yang mampu menjadi

leading indicator tersebut. Variabel yang dianalisis dibagi

ke dalam 3 kelompok besar, yaitu:

Macroeconomic variables: GDP growth, (real) GDP

growth, deviasi Credit/GDP terhadap long term

trendnya (gap Credit/GDP), deviasi harga equity real

terhadap long term trendnya (gap harga equity real).

profits (earnings) dan proksi gross

losses.

Cost of funding: credit spreads.

Metode statistik signal extraction digunakan dalam

menentukan leading indicator dari variabel-variabel

tersebut di atas. Salah satu kriteria penting dalam

penetapan leading indicator menggunakan metode

statistik signal extraction menurut Kaminsky dan Reinhart

Grafik Artikel 3.2Hubungan Siklus Bisnis,

Capital Buffer dan Pertumbuhan Kredit

Sumber: Hipotetical, berdasarkan hasil kajian Fonseca et.al (2010), “Cyclical Effects of Bank Capital Buffers with Imperfect Credit Markets : International Evidence.”

Growth

Buffer

Cost of credit

Boom

t1

B1

14

Q1 Q1Q2 Q2Q

t

t

Q3 Q4

13

12

11

B1

B2

t2

Burst

Page 124: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

125

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

(1999) indikator tersebut memiliki noise-to-signal ratio

terendah. Pada prinsipnya, noise-to-signal ratio dapat

memberikan sinyal tentang kualitas leading indicator.

Semakin besar rasio sinyal baik terhadap sinyal buruk

maka semakin baik variabel yang diuji untuk dijadikan

leading indicator. Hasil simulasi menunjukkan bahwa

gap Credit/GDP memberikan noise-to-signal ratio

paling rendah. Penelitian lainnya (Borio dan Lowe,

2002) menunjukkan pula bahwa indikator gap Credit/

GDP merupakan pemberi sinyal yang sangat baik

untuk memprediksi terjadinya krisis perbankan. Oleh

karena itu, di samping alasan empiris di atas BCBS

memutuskan penggunaan gap Credit/GDP dengan

beberapa pertimbangan sebagai berikut:

smooth karena dinormalisasi dengan pembagi

size perekonomian (GDP) dan tidak dipengaruhi oleh

pola siklus normal dari pertumbuhan kredit.

makroprudensial dalam memproteksi sektor

perbankan dari pertumbuhan kredit yang

berlebihan.

Dengan berpedoman pada guideline BCBS di

atas, secara umum kerangka pemikiran kajian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar Artikel 3.1. Kerangka Pemikiran

Menentukan Indikator dalam Rangka Menetapkan Capital Buffer

Pedoman BCBS

Menetapkan Metode PerhitunganTren Jangka Panjang

Hodric PrescottFilter

Kalman Filter

Berdasarkan Kriteria:

1. Rekomendasi BCBS2. Pemenuhan asumsi untuk masing-masing

filter

Berdasarkan Kriteria:

1. Gap saat krisis lebih tinggi dari H

2. Early Warning 2-3 tahun sebelum

krisis

3. Noise to Signal Ratio yang terendah

4. Ketersediaan Data

Kandidat Indikator

Narrow Credit to GDPMenentukan Alterna f Indikator

Narrow Credit Growth

Consumer Loan to GDP

Property Credit to GDP

Property Credit to GDP

Mortgages Loan to GDP

Mortgages Loan Growth

(Broad Credit – External Debt (ED)) Growth

(Broad Credit – ED + Bank ED) Growth

Loan to Deposit Ra o

Market Capitaliza on to GDP

Market Capitaliza on Growth

PMTDB to GDP

(Broad Credit – Bank ED) Growth

ContrafactualTest

Indikator TerpilihKerangka Implementasi

Implementasi di Negara Lain Gap Rasio Kredit terhadap GDP dengan LongTermTrendnya

Page 125: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

126

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Penentuan Gap Indikator dengan HP Filter

Gap merupakan selisih antara masing-masing

indikator di atas terhadap tren jangka panjangnya. BCBS

(2010) merekomendasikan metode HP Filter dengan

=400,000 untuk mengestimasi tren jangka panjang

masing-masing indikator. Pemilihan nilai =400,000

didasarkan atas beberapa pertimbangan (Drehman et al,

2010) yang dijelaskan sebagai berikut.

Data historis menunjukkan fluktuasi financial cycle

(siklus kredit) yang terkait dengan krisis umumnya lebih

panjang dibandingkan fluktuasi business cycle (siklus

bisnis). Berdasarkan prosedur Bry dan Boschan (1971),

berikut adalah perhitungan untuk penentuan yang

disesuaikan dengan siklus perekonomian di Indonesia.

Selanjutnya gap dari masing-masing indikator

dihitung sebagai:

Gap = indikatort – tren jangka panjang indikatort

Gap dari indikator tersebut akan dijadikan dasar dalam

penentuan besarnya CCB bagi perbankan Indonesia.

Grafik Artikel 3.3 Siklus Bisnis dan Siklus Keuangan di Indonesia

1998

q4

98.44%

53.61%

23.68%

93.68%

120.00%

100.00%

-100.00%

IHSG (Financial Cycle) Kurs (Business Cycle)

80.00%

-80.00%

60.00%

-60.00%

40.00%

-40.00%

20.00%

-20.00%

-38.55% -37.02%

-50.64%

0.00%

1999

q2

1999

q4

2000

q2

2000

q4

2001

q2

2001

q4

2002

q2

2002

q4

2003

q2

2003

q4

2004

q2

2004

q4

2005

q2

2005

q4

2006

q2

2006

q420

07q2

2007

q4

2008

q2

2008

q4

2009

q2

2009

q4

2010

q2

2010

q4

2011

q2

2011

q4

2012

q2

2012

q4

Siklus

Rata-rata durasi (Kuartal)

Business Cycle*) Financial cycle**)

Peak to peak 10.00 44

Trough to trough 9.50 36

Siklus 9.75 40

Financial cycle/

Business cycle4.10

*) Pertumbuhan GDP

**) Pertumbuhan Kredit (narrow kredit antara 1997-2008-Sistemik)

Tabel Artikel 3.1Financial Cycle dan Business Cycle di Indonesia

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siklus

kredit di Indonesia empat kali lebih panjang dibandingkan

dengan siklus bisnis, sehingga diperoleh =4,104*1,600

400,000 (Drehman et al., 2010). Nilai yang tinggi

memberikan rentang waktu yang lebih besar dalam

mengidentifikasikan awal periode krisis sehingga

meningkatkan reliabilitas suatu variabel sebagai early

warning indicator.

IV.2. Penentuan Gap Indikator dengan Kalman

Filter

Metode Kalman Filter dikembangkan pertama

kali oleh Rudolf Emil Kalman pada tahun 1960.

Kalman Filter merupakan algoritma pengolahan data

rekursif untuk menghitung penduga yang optimal

berdasarkan informasi yang ada. Kalman filter juga

dapat digunakan untuk menentukan tren jangka

panjang suatu indikator. Dalam praktiknya, untuk

tujuan mencari tren jangka panjang, HP filter lebih

popular apabila dibandingkan Kalman filter. Hal

ini disebabkan terdapat asumsi-asumsi yang harus

dipenuhi dalam penggunaan Kalman filter yang dalam

kenyataannya sulit untuk dipenuhi oleh data yang

tersedia. Adapun asumsi-asumsi yang harus dipenuhi

adalah sebagai berikut:

1. Error memiliki distribusi normal dengan nilai

harapan dan rata-rata kesalahan adalah 0

(E( )=0)

Page 126: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

127

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

2. Homokedastisitas atau variansi t dan t adalah tetap

untuk semua pengamatan

3. Independensi, yaitu tidak terjadi autokorelasi antar

error/pengganggu

Dalam penelitian ini, Kalman filter tidak dapat

digunakan karena asumsi kenormalan untuk data credit/GDP

yang dimulai sejak tahun 1993 kuartal 1 tidak terpenuhi,

mengingat terjadinya krisis tahun 1997-1998 yang terjadi

di Indonesia mengakibatkan data tidak terdistribusi secara

normal atau mengikuti skew pattern karena nilai ekstrem

selama periode krisis. Sehingga dalam penelitian ini, metode

HP filter lebih robust dalam menentukan tren jangka

panjang masing-masing indikator tersebut.

Namun, untuk kepentingan penelitian akan

diilustrasikan penggunaan Kalman filter untuk selanjutnya

dibandingkan dengan HP filter, dengan menggunakan

data credit/GDP tahun 2000 kuartal 4 sampai dengan

tahun 2012 kuartal 3.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa seluruh

asumsi untuk Kalman filter telah terpenuhi. Selanjutnya

dengan menggunakan Kalman filter akan dicari tren yang

merupakan penduga yang optimal dari Credit/GDP untuk

selanjutnya dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari

HP filter dengan =400,000.

Tabel Artikel 3.2 Tes Diagnostic Residual Data Credit/ GDP

(Tahun 2000 Kuartal 4 s.d. 2012 Kuartal 3)

No

1

2

3

Asumsi

Normality

Homoskeda

Independen

Sta k

1/H

nsi Q

Nila

N 5,78

H(14) 0,49

Q(11) 5,26

i Nilai Kri

8 5,99

9 2,86

6 12,59

Hasil Pengujian

Asumsi T

Asumsi T

Asumsi T

Terpenuhi

Terpenuhi

Terpenuhi

Grafik Artikel 3.5 Narrow Credit/GDP dan Kalman Filter

35

30

25

20

15

10

5

0

NARROW CREDIT/EDP Kalman Filter Trend

2000Q

4

2001Q

2

2001Q

4

2002Q

2

2002Q

4

2003Q

2

2003Q

4

2004Q

2

2004Q

4

2005Q

2

2005Q

4

2006Q

2

2006Q

4

2007Q

2

2007Q

4

2008Q

2

2008Q

4

2009Q

2

2009Q

4

2010Q

2

2010Q

42011Q

2

2011Q

4

2012Q

2

Grafik Artikel 3.4 Narrow Credit/GDP dan HP Filter

35

30

25

20

15

10

5

0

NARROW CREDIT/EDP HP Filter Trend

2000Q

4

2001Q

2

2001Q

4

2002Q

2

2002Q

4

2003Q

2

2003Q

4

2004Q

2

2004Q

4

2005Q

2

2005Q

4

2006Q

2

2006Q

4

2007Q

2

2007Q

4

2008Q

2

2008Q

4

2009Q

2

2009Q

4

2010Q

2

2010Q

42011Q

2

2011Q

4

2012Q

2

Tabel Artikel 3.4.Hasil Uji Korelasi Kalman Filter & HP Filter

Paired Samples Correla ons

Pair 1 Correl on Sig.

Gap Kalman Filter &Gap HP Filter

0.750 0.000

Tabel Artikel 3.3 Hasil Pengujian Beda Rata-rata Dua Populasi

Paired SamplesTest

95% Confidence Interval of the Difference

Mean Std.Deviation

Std. ErrorMean

Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Gap Kalman Filter - Gap HP Filter .06026 .85962 .13109 -.20429 .32481 .460 42 .648

Page 127: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

128

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Berdasarkan grafik dan tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%,

rata-rata tren yang diperoleh dengan menggunakan

metode Kalman filter dengan metode HP filter tidak

berbeda secara statistik. Hal ini diperkuat dengan adanya

korelasi positif yang tinggi antara keduanya yaitu sebesar

0,75. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan tersebut

dan karena adanya pelanggaran asumsi normalitas, untuk

penelitian ini selanjutnya akan digunakan metode HP filter

dengan =400,000.

IV.3. Pemilihan Kandidat Leading Indicator

Pemilihan leading indicator didasarkan atas

kemampuan indikator tersebut dalam mengidentifikasi

krisis dalam periode waktu 2-3 tahun sebelum terjadi krisis

(BCBS, 2010). BCBS menetapkan terdapat tiga kriteria yang

harus dipenuhi oleh indikator, yaitu:

1. Pada saat terjadi krisis, gap Credit/GDP H.

2. 2 atau 3 tahun sebelum terjadi krisis gap Credit/GDP

berada pada level L.

3. Ketersediaan data kredit di Indonesia

Selain tiga kriteria di atas, pada penelitian ini

digunakan dua guideline tambahan sebagai acuan untuk

menentukan indikator yang dijadikan sebagai leading

indicator, yaitu reliabilitas dan konsistensi indikator.

Reliabilitas suatu indikator dapat diukur dengan

menghitung nilai noise-to-signal ratio (NSR) indikator

tersebut. Suatu indikator dikatakan memberikan sinyal

yang dikategorikan benar jika berhasil mengidentifikasikan

krisis dengan tepat dalam periode waktu 2-3 tahun

sebelum terjadinya krisis dengan nilai noise-to-signal ratio

(NSR) terendah (Drehmann et al, 2010) dimana:

- Type-1 error: sinyal tidak terdeteksi tetapi terjadi

krisis

- Type-2 error: sinyal terdeteksi tetapi tidak terjadi

krisis

- Noise-to-signal ratio: rasio antara type-2 error

terhadap (1 – type-1 error)

Kaminsky dan Reinhart dalam studinya menyatakan

bahwa best early warning indicator adalah indikator yang

memiliki nilai noise-to-signal ratio (NSR) terendah.

Selain harus memenuhi syarat reliabilitas, suatu

leading indicator juga harus memiliki konsistensi dengan

indikator pelengkap lainnya dalam mengidentifikasi

krisis. Hal ini diperlukan mengingat bahwa semakin

banyak indikator yang memberikan sinyal berupa nilai

gap indikator tersebut yang memiliki tren meningkat

hingga melebihi batas atas (H), maka semakin akurat

pula indikator tersebut dalam mendeteksi krisis. Dengan

tercapainya konsistensi dari leading indicator dengan

indikator pelengkap lainnya, maka diharapkan wrong

signal detection dapat dihindarkan.

IV.4. Hasil Estimasi Kandidat Indikator

Identifikasi indikator yang tepat sangat diperlukan

untuk memberikan sinyal yang akurat terhadap krisis

keuangan di dalam suatu perekonomian. Beberapa

literatur menunjukkan bahwa indikator yang tepat

bagi satu negara belum dapat digunakan oleh

negara lain dalam menggambarkan siklus bisnis dan

keuangannya.

Pada subbab 4.2.1 (Tabel 3.1) telah disebutkan

bahwa terdapat 14 indikator yang menjadi kandidat leading

indicator yang akan digunakan dalam penetapan besaran

CCB. Masing-masing indikator tersebut akan dievaluasi

untuk melihat kesesuaiannya dengan kondisi perekonomian

di Indonesia. Sementara itu, dalam menetapkan besaran

CCB digunakan guideline BCBS Desember 2010, yang

dimulai dengan menghitung rasio dari setiap indikator.

Kemudian dilanjutkan dengan menghitung gap antara

rasio setiap indikator dengan trend jangka panjangnya.

Dalam menghitung trend jangka panjang setiap indikator,

digunakan HP Filter dengan = 400,000.

Page 128: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

129

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Selanjutnya, berdasarkan gap yang diperoleh akan

dapat ditentukan besarnya batas bawah (L) dan batas

atas (H). Penetapan threshold dilakukan dengan mengacu

pada consultative document yang telah dikeluarkan oleh

BIS. Setelah menetapkan L dan H, kemudian dilakukan

transformasi gap menjadi CCB.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat

beberapa indikator yang tidak memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan oleh BCBS. Indikator gap PMTDB/

No Indikator

Kriteria

Gap Indikator Saat KrisisDeteksi Sinyal (Kuartal Sebelum

Krisis)Noise to

Signal Ra o

(NSR)1997 Q3 2005 Q4 2008 Q4 1997 Q3 2005 Q4 2008 Q4

1 Narrow Credit /GDP 21.686 -2.977 2.770 7 - 1 0

2 Market Capitaliza on/GDP 32.491 -18.115 -55.567 9 - - 0

3 PMTDB/GDP 4.043 -1.836 2.490 11 - - 1

4 Mortgages Loan/GDP 1.254 0.048 0.150 6 - - 0

5 Property Credit/GDP 5.843 -0.621 0.835 6 - - 0

6 Consumer Loan/GDP 2.340 1.028 0.073 6 4 - 0

7 Narrow Credit Growth 15.899 5.265 10.771 11 6 5 0

8Market Capitaliza onGrowth

-32.400 -13.523 -74.686 - - - 0.67

9 Mortgages Loan Growth* 17.699 11.771 4.007 2 9 - 0.33

10 Property Credit Growth* 37.795 11.495 6.402 2 11 6 0.33

11 BC-Pinjaman LN Growth** 21.163 0.343 9.665 2 6 5 0.33

12BC-(Pinjaman LN+LNBank)**

- 2.217 8.317 - 6 5 0

13 BC-Pinjaman LN Bank** - 0.468 16.089 - 1 4 0

14 Loan to Deposit Ra o 31.550 -3.962 12.681 14 - 4 1

Berikut adalah tabel uraian kandidat indikator dan pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan oleh BCBS.Tabel Artikel 3.5.

Peta Indikator

GDP dan gap LDR memiliki noise to signal ratio (NSR)

tertinggi yaitu 1 yang mengindikasikan bahwa probabilitas

indikator tersebut dalam memberikan sinyal yang salah

tentang kejadian krisis adalah 1. Begitu pula dengan

indikator gap Market Capitalization Growth, gap

Mortgages Loan Growth, gap Property Credit Growth

dan gap pertumbuhan Broad Credit – Pinjaman luar

negeri yang masing-masing memiliki NSR lebih dari 0.

Kaminsky dan Reinhart (1999) dalam studinya menyatakan

Keterangan:- *Ketersediaan data dimulai kuartal satu tahun 1997- **Ketersediaan data dimulai kuartal satu tahun 2002- Cell berwarna merah menandakan bahwa gap indikator saat krisis melebihi batas atas (H) yang telah ditentukan untuk masing-masing- Cell berwarna kuning menandakan bahwa indikator tersebut memberikan sinyal dalam waktu lebih atau sama dengan 2 tahun sebelum terjadinya krisis- Cell berwarna hijau mengindikasikan indikator yang memiliki NSR terendah (indikator terbaik)

Page 129: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

130

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

bahwa best early warning indicator adalah indikator

yang memiliki nilai noise-to-signal ratio (NSR) terendah.

Dengan mempertimbangkan pemenuhan dua kriteria

lainnya, yaitu gap saat krisis dan deteksi sinyal dini serta

ketersediaan data yang memadai, maka tersisa 5 indikator

yang merupakan kandidat dari best leading indicator,

yaitu Narrow Credit/GDP, Mortgages Loan/GDP, Property

Credit/GDP, Consumer Loan/GDP dan Narrow Credit

Growth.

IV.5. Usulan Alternatif Indikator Terbaik

Dengan menggunakan kriteria L dan H dari BCBS,

berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa dari 14

indikator (Tabel 3.1) terdapat 4 indikator yang sesuai

dengan kondisi di Indonesia, yaitu gap Narrow Credit/

GDP, gap Mortgages Loan/GDP, gap Property Credit/GDP

dan gap Consumer Loan/GDP, dengan batas bawah (L)

dan batas atas (H) untuk masing-masing indikator adalah

sebagai berikut.

dikarenakan rata-rata CAR perbankan di Indonesia saat

ini sudah cukup tinggi, yaitu sekitar 16-17 persen, yang

artinya CAR tersebut sudah melebihi maksimum buffer

yang ditetapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan saat CCB sudah diterapkan

maupun kondisi saat CCB belum diterapkan.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian atas Identifikasi indikator

countercyclical capital buffer di Indonesia dapat diambil

beberapa kesimpulan bahwa :

1. Upaya untuk mengidentifikasi indikator yang dapat

digunakan sebagai CCB masih terkendala dengan

data-data sebelum tahun 1997. Ketersediaan data

yang cukup panjang menjadi kunci dalam penetapan

siklus kredit dan siklus keuangan sebagai dasar

perhitungan dalam menetapkan besaran buffer.

Hanya data kredit dan pertumbuhan ekonomi yang

memiliki series yang cukup lengkap semenjak tahun

1977 sementara yang lainnya terbatas dan bervariasi

dari tahun 1996 dan 2000, seperti data pinjaman luar

negeri, data obligasi dan saham, data kredit property,

data kredit konsumsi. Sehingga, asumsi kredit yang

digunakan dalam kajian CCB di Indonesia hanya

mencakup narrow credit bukan broad credit.

2. Berdasarkan ketersediaan data semenjak 1997 dan

pemenuhan kriteria BCBS maka terdapat empat

indikator yang sesuai dengan kondisi di Indonesia

2000Q

1

2000Q

3

1999Q

3

1998Q

1

1998Q

3

1997Q

1

1997Q

3

1996Q

1

1996Q

3

1995Q

1

1995Q

3

2001Q

3

2001Q

1

2002Q

1

2002Q

3

2003Q

1

2003Q

3

2004Q

1

2008Q

1

2008Q

3

2009Q

1

2009Q

3

2010Q

1

2010Q

3

2011Q

1

2011Q

3

2012Q

1

2012Q

3

58,0060,00 CRISIS

H = 15

Gap (%)

L = 2

56,0054,0052,0050,00

18,00

-18,00

16,00

-16,00

14,00

-14,00

12,00

-12,00

10,00

-10,00

8,00

-8,00

6,00

-6,00

4,00

-4,00

2,00

-2,000,00

20,00

-20,00

1994Q

1

1994Q

3

1999Q

1

2004Q

3

2005Q

1

2005Q

3

2006Q

1

2006Q

3

2007Q

1

2007Q

3

Grafik Artikel 3.6 Indikator Terpilih dan Threshold

Tabel Artikel 3.6. Indikator Terpilih dan Threshold

No IndikatorThreshold

L H

1 Narrow Credit /GDP 2 15

2 Mortgages Loan/GDP 0.5 1

3 Property Credit/GDP 2 5

4 Consumer Loan/GDP 0.5 1

Indikator Narrow Credit/GDP merupakan indikator

utama yang digunakan sebagai acuan dalam menetapkan

besaran CCB, sementara ketiga indikator lainnya digunakan

sebagai complement untuk memperkuat sinyal dalam early

warning indicator.

Untuk menguji apakah suatu kebijakan baru efektif

atau tidak dalam penerapannya dapat digunakan uji

kontrafaktual (Heckman, 2008). Namun, untuk kebijakan

CCB, uji kontrafaktual tidak memberikan kontribusi yang

signifikan dalam penentuan efektivitas kebijakan ini

Page 130: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

131

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

yaitu gap narrow credit to GDP, gap mortgages

loan to GDP, gap property credit to GDP, dan gap

consumer to GDP. Selain ketersediaan data dan

kesesuaian dengan kriteria BCBS, keempat indikator

ini secara statistik memiliki nilai noise-to-signal ratio

yang terendah.

3. Indikator gap narrow to credit merupakan indikator

utama yang digunakan sebagai acuan dalam

menetapkan besaran CCB, dengan besaran threshold

antara 2-15. Sementara ketiga indikator lainnya

digunakan sebagai komplemen untuk memperkuat

sinyal early warning.

4. Penentuan tren jangka panjang dengan pendekatan

Kalman filter tidak dapat digunakan karena asumsi

kenormalan untuk data Credit to GDP yang dimulai

sejak tahun 1993 kuartal 1 tidak terpenuhi,

mengingat terjadinya krisis tahun 1997-1998 yang

terjadi di Indonesia mengakibatkan data tidak

terdistribusi secara normal atau mengikuti skew

pattern karena nilai ekstrem selama periode krisis.

Sehingga dalam penelitian ini, metode HP filter lebih

robust ( =400.000) dalam menentukan tren jangka

panjang masing-masing indikator tersebut.

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

perekonomian tidak dapat sepenuhnya disandarkan

pada satu indikator yaitu gap kredit terhadap GDP,

namun perlu dilihat beberapa indikator lainnya dalam

rangka early warning, seperti ISSK, indikator makro

dan juga indikator fiskal.

lagi upaya menyusun siklus keuangan dan siklus

bisnis yang lebih tepat dengan ketersediaan

data yang ada, baik data-data perbankan, pasar

keuangan, maupun data-data makroekonomi.

kebijakan CCB diperlukan kerangka strategi

komunikasi yang tepat baik dengan instansi terkait

maupun publik khususnya industri perbankan

sehingga implementasi kebijakan CCB dapat berjalan

dengan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Agusman et al., 2012, “Countercyclical Capital Buffer:

Evidence from Indonesia”, Department of Banking

Research and Regulation, Bank Indonesia

Agenor et al., 2011, “Capital Requirements and Business

Cycles with Credit Market Imperfections.”, Banco

Central Do Brazil, Working Paper Series 231, p 1-58,

January 2011

Basel Committee on Banking Supervision, 2010,

“Guidance for National Authorities Operating The

Countercyclical Capital Buffer”, Bank of International

Settlements, December.

Borio, et al.,2001, “Procyclicality of The Financial System

and Financial Stability: Issues and Policy Options”,

BIS Papers No 1.

Bank of England, 2013, “The Financial Policy Committess’s

Powers to Supplement Capital Requirements: A Draft

Policy Statement,” Bank of England.

Bikker, J.A and Metzemakers, P.A.J, 2005, “Bank

Provisioning Behaviour and Procyclicality”, Journal

of International Financial Markets, Institution and

Money, Elsevier, Vol 15 (2), Pages 141-157, April.

Berger et al., 1995, “The Role of Capital in Financial

Institution.”, Wharton Financial Institution Center

Working Paper 95-01

Bry, Gerhard and Boschan, Charlotte, 1971, “Cyclical

Analysis of Time Series: Selected Procedures and

Computer Programs.”, National Bureau of Economic

Research, ISBN 0-87014-223-2

Claessens, et al., 2011, “How Do Business and Financial

Cycles Interact?”, IMF Working Paper WP/11/88.

Page 131: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan

132

Artikel 3. Identifikasi Indikator Countercyclical Capital Buffer

Caruana, Jaime, 2010, “Systemic risk: how to deal with

it?”, Bank for International Settlements,http://www.

bis.org/publ/othp08.htm

Chen et al., 2011, “Are Bank Capital Buffers Cyclical –

Evidence for Developed and Developing Countries.”,

Department of Finance, University of Kaohsiung

Drehman, et al.,2010, “Countercyclical Capital Buffer:

Exploring Options”, BIS Working Papers No 137,

July.

Derantino, Elis,2011, “Procyclicality of Bank Capital Buffer

and its Impact on Bank’s Lending Activity in ASEAN

Countries”, Department of Banking Research and

Regulation, Bank Indonesia

Furine, Craig, 2001, “The Interbank Market During a

Crisis.”, Bank for International Settlement Working

Papers No. 99, June 2001.

Fonseca et al., 2010, “Cyclical Effects of Bank Capital

Buffers with Imperfect Credit Markets: International

Evidence.”, Banco Central Do Brazil, Working Paper

Series 216, p 1-54, October 2010

Gopinath dan Choudhary, 2012, “Countercyclical Capital

Buffer Guidance for India”, RBI Working Paper Series,

WPS (DEPR) 12/2012, June.

Jokipii, Terhi and Milne, Alistair, 2008, “The Cyclical

Behaviour of European Bank Capital Buffers”, Journal

of Banking and Finance 32 (2008) 1440-1451

Kaminsky, G. L and Reinhart C. M, 1999, “The Twin Crisis:

The Causes of Banking and Balance of Payment

Problems.”, The American Economic Review, Vol.

89 No. 3, June.

Meh, Cesaire A. and Moran, Kevin, 2010, “The Role

of Bank Capital in the Propagation of Shocks.”,

Journal of Economic Dynamics and Control 34 (3)

: 555-576

Phua, Wee Ling, 2011, “Basel III & Beyond: A View from

Asia.”, Master of Finance Individual Project, Judge

Business School, University of Cambridge, August.

Repullo, Rafael and Saurina, Jesus, 2011, “The

Countercyclical Capital Buffer of Basel III: A Critical

Assessment.”, CEPR Discussion Paper 8304, C.E.P.R

Discussion Paper.

Tabak et al., 2011, “Bank Capital Buffers, Lending Growth

and Economic Cycle: Empirical Evidence for Brazil.”,

BIS CCA-004-2011

Terrier et al., 2011, “Policy Instruments to Lean Against

The Wind in Latin America.”, IMF Working Papers,

WP/11/159

Utari et al., 2012, “Optimal Credit Growth”, Economic

Research Group, Bank Indonesia

Vuuren, 2012, “Basel III Countercyclical Capital Rules:

Implications for South Africa”, Department of

Economics, North-West University.

Page 132: Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) - bi.go.id · pegadaian. Peningkatan pangsa ... surat berharga AS berupa US Treasuries USD45 milyar ... Dampak langsung pernyataan ini mengakibatkan