kajian singkat pasca-bencana banjir bandang...

39
0 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah KAJIAN SINGKAT PASCA-BENCANA BANJIR BANDANG KOTA BIMA 2016 Oleh Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT

Upload: hamien

Post on 06-Feb-2018

244 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

0

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONALDirektorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah

KAJIAN SINGKAT PASCA-BENCANABANJIR BANDANG KOTA BIMA

2016

OlehTim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT

Daftar isi

1

Pendahuluan, 2

Analisis Penyebab dan Dampak Banjir, 4

Kajian Aspek Pengendalian dan Penertiban Pemanfaatan Ruang, 11

Kesimpulan, Rekomendasi dan Program Penanganan Pasca-bencana, 27

Kerusakan Kantor Pertanahan BPN Kota Bima, 32

Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT, 34

Pendahuluan

2

Pendahuluan

3

• Bencana banjir yang menimpa Kota Bima, Provinsi Nusatenggara Barat, terjadi

dua kali, yakni pada hari Rabu, 21 Desember dan Jumat, 23 Desember 2016.

Keduanya terjadi pada siang hingga sore hari. Banjir yang kedua terjadi lebih

dahsyat dan menimbulkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan

yang pertama.

• Kerusakan akibat bencana banjir bandang mencakup k.l. 439 bangunan,

meliputi: rumah, kantor, sekolah, Puskesmas, tempat usaha/toko/kios,

jembatan dan dam, serta lahan pertanian seluas 2.247 Ha sawah. Total

kerugian ditaksir mencapai ± Rp. 984,40 miliar.

• Tim Tanggap Bencana Bima Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan

Ruang dan Penguasaan Tanah (PPRPT) dibentuk atas dasar instruksi Dirjen

PPRPT pada tanggal 26 Desember 2016, dan berangkat ke lokasi pada tanggal

28 Desember hingga 30 Desember 2016.

Analisis Penyebab dan Dampak Bencana

4

Lokasi Kota Bima

5

Penyebab bencana banjir

6

Kawasanhulu

Sungai Padodo

Teluk Bima

1. Curah hujan yang sangat tinggi dan beralangsung cukup lama (k.l. 12 jam) dipicu oleh siklon tropis Yvette. Bencana banjir terjadi dua kali, yakni padahari Rabu 21 Desember dan hari Jumat 23 Desember 2016.

2. Kerusakan hutan di kawasan hulu (Kec. Asakota Kota Bima dan Kec. Wawo Kabupaten Bima) disebabkan karena:

penebangan liar yang marak terjadi,

penetapan status hutan menjadi Hutan Kemasyarakatan (HKm) tanpaarahan yang jelas dan pengawasan yang ketat,

pembukaan jalan-jalan baru ke areal perbukitan yang mempercepatpenebangan hutan dan tumbuhnya permukiman, dan

batas teritori antara Kota Bima dan Kabupaten Bima yang tidak jelas/pastimenyebabkan ketidakjelasan kewenangan pengawasan di area perbatasanantara kedua daerah tsb.

3. Penyempitan dan pendangkalan sungai di Kota Bima, karena:

bangunan melampaui ketentuan garis sempadan sungai,

banyaknya pola sungai berbelok tajam (meander) di kawasan perkotaan,

perilaku atau kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.

4. Sistem saluran drainase belum terbangun dengan baik, dimana belum ada konektifitas antar saluran dari hulu ke hilir serta dimensi saluran drainaseyang sebagian besar tidak memadai (terlalu kecil).

5. Kondisi laut pasang tinggi saat terjadinya banjir pada siang hingga sore haripada tangal 21 dan 23 Desember 2016.

Kota Bima

Kawasanhilir

Kota Bima

Kabupaten Bima

Kondisi kawasan hulu/perbukitan

7

Kondisi kawasan hilir/perkotaan

8

Kondisi saat banjir

9

Kerusakan dan kondisi dampak banjir

10

Kajian Aspek Pengendalian danPenertiban Pemanfaatan Ruang

11

Analisis kesesuian pemanfaatan ruang

12

A. Berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Bima:

Di kawasan hulu merupakan hutan lindung, ruang terbuka hijau, hutan kemasyarakatan, perkebunan, dan areal penggunaan lain. Secara umumpemanfaatan ruang di kawasan hulu sudah sesuai dengan RTRW Kota Bima.

DI kawasan hilir ketentuan garis sempadan sungai, antara lain: minimal 3 (tiga) meter untuk sungai bertanggul dan minimal 10 (sepuluh) meter untuk sungai tak bertanggul dengan kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter.

B. Berdasarkan pengamatan lapang:

Di beberapa lokasi di kawasan hulu yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan resapan air, ternyata berupa perkebunan tanaman hortikultura yang tidak dapat menahan air dan erosi, yang berkontribusi terhadap terjadinya banjir bandang.

Di kawasan hulu, masyarakat yang mengelola Hutan Kemasyarakatan lebih dominan mengembangkan tanaman semusim, seperti kacang tanah, padi, dan jagung. Hal ini disebabkan tidak adanya aturan terhadap jenis tanaman yang diperbolehkan untuk dikembangkan di kawasan hulu tersebut.

Di kawasan hilir, ditemukan banyak sekali kawasan sempadan sungai yang telah diokupasi oleh masyarakat menjadi kawasan permukiman.

Peta pola ruang berdasarkan RTRW Kota Bima

13

Kota Bima: Peta perkiraan area banjir

14

Kota Bima: Peta perkiraan area terdampak dan luapan air sungai

15

Kecamatan Asakota: Tiga kawasan utama terkait bencana banjir

16

2

1

HutanKemasyarakatan

3 Permukiman

Contoh Instrumen Pengendalian untuk Hutan Kemasyarakatan

PERUNTUKAN

PERATURAN ZONASI

PERIZINANINSENTIF DAN

DISINSENTIFSANKSI KETERANGANDIPERBOLEHKAN

(I)

TERBATAS

(T)

BERSYARAT

(B)

TIDAK

DIPERBOLEHKAN

(X)

HUTAN

KEMASYARA-

KATAN

Penanaman

tanaman

produksi yang

berfungsi

ekonomi, sosial,

dan lingkungan

(Berfungsi

ekonomi artinya

meningkatkan

pendapatan

masyarakat,

seperti: mangga,

durian, jambu

mete, dan

srikaya.

Berfungsi sosial

artinya

masyarakat

mudah dalam

bercocok tanam

dan

memasarkan-

nya. Berfungsi

lingkungan

artinya mampu

menahan erosi

dan meresap air)

Hutan tanaman

hasil rehabilitasi

Hutan desa

restorasi

ekosistem

Imbal jasa

lingkungan

Penanaman

tanaman produksi

pada kemiringan

> 40%

Penanaman

tanaman dengan

metode

tumpangsari

antara tanaman

berkayu keras

ditumpangsari

dengan tanaman

pangan atau

holtikultura

musiman

Penanaman

tanaman yang

berproduksi

secara

kesinambungan

dengan

memperhatikan

kualitas

lingkungan

melalui

pencegahan

kerusakan

tanah,

pencegahan

erosi tanah dan

penurunan

kesuburan

tanah,

mempertahan-

kan bentang

alam serta

menjaga

tangkapan dan

ketersediaan air

Penanaman

tanaman pangan

dan hortikultura

musiman

Kegiatan

pembakaran

lahan dan

penebangan

pohon secara

massif

Kegiatan yang

merusak

lingkungan,

menimbulkan

erosi,

mengurangi

kesuburan

tanah, merusak

bentang alam,

merusak area

resapan air

dilarang untuk

mendirikan

bangunan

permanen untuk

hunian dan

tempat usaha

Pemberian izin

pemanfaatan

ruang harus

sesuai dengan

peruntukan pada

rencana tata

ruang

Pemberian izin

secara ketat bagi

kegiatan

penanaman

tanaman pangan

dan holtikultura

yang

ditumpangsari

dengan tanaman

berkayu keras

Pemberian insentif

bagi kelompok

masyarakat maupun

perorangan yang

mendukung

pelestarian dan

peningkatan fungsi

kawasan resapan air

dan hulu

Pemberian insentif

bagi kelompok

masyarakat maupun

perorangan yang

melakukan

pencegahan kerusakan

lingkungan hulu dan

resapan air

Disinsentif diberikan

pada masyarakat yang

melakukan

Penanaman tanaman

produksi pada

kemiringan > 40%

Disinsentif diberikan

pada masyarakat yang

melakukan

Penanaman tanaman

produksi tanaman

pangan atau

holtikultura musiman

yang ditumpangsari

dengan tanaman

berkayu keras

Sanksi diberikan

pada semua kegiatan

yang tidak sesuai

dengan rencana tata

ruang

Sanksi sektoral

bidang kehutanan

sesuai ketentuan

peraturan

perundangan sektor

kehutanan diberikan

pada semua kegiatan

yang dilarang pada

kawasan peruntukan

ini

Berada di

kawasan hulu

sungai

Penanganan

kerusakan hulu

dapat dilakukan

untuk jangka

pendek dan

jangka panjang,

jangka pendek

misalnya

pembangunan

bendung/DAM

untuk

mengurangi laju

dan volume

banjir bandang,

jangka panjang

dengan cara

penyadaran

masyarakat

terhadap

pelestarian

ekosistem hulu

dan rehabilitasi,

reboisasi dan

restorasi

resapan air di

hulu

INSTRUMEN PENGENDALIAN KAWASAN HUTAN KEMASYARAKATAN1

17

PERUNTUKAN

PERATURAN ZONASI

PERIZINANINSENTIF DAN

DISINSENTIFSANKSI KETERANGANKEDIPERBOLEHKAN

(I)

TERBATAS

(T)

BERSYARAT

(B)

TIDAK

DIPERBOLEHKAN

(X)

1. SUNGAI

BERTANGGUL

minimal 3

meter di

sebelah luar

sepanjang

kaki tanggul

2. SUNGAI TAK

BERTANGGUL

dengan

kedalaman

tidak lebih

dari 3 meter

minimal 10

meter

3. SUNGAI

DENGAN

KEDALAMAN

3 – 20 meter

adalah

kurang lebih

15 meter

4. SUNGAI

DENGAN

KEDALAMAN

maksimal

lebih dari 20

(dua puluh)

meter adalah

kurang lebih

30 meter

Hutan Kota

Taman Kota

Jalan Inspeksi

Rumah Pompa Air

(mendu-kung

penanggu-langan

banjir)

Pipa drainase

Bangunan

penahan erosi

tebing sungai dan

bronjong

Fasilitas penelitan

dan pendidikan

Budidaya

perikanan

bangunan

permanen untuk

hunian dan

tempat usaha

pada zona

meander sungai

kegiatan-

kegiatan

budidaya

pertanian dan

kegiatan

budidaya lainnya

dengan syarat

tidak

mengganggu

fungsi

perlindungan

aliran sungai

dilarang untuk

membuang

sampah dan

limbah padat

dan/atau cair

dilarang untuk

mendirikan

bangunan

permanen untuk

hunian dan

tempat usaha

dilarang

melakukan

kegiatan yang

dapat

mengganggu dan

mepersempit

aliran sungai

Pemberian izin

pemanfaatan ruang

harus sesuai dengan

peruntukan pada

rencana tata ruang

Pemberian izin

secara ketat bagi

fungsi kegiatan yang

berhimpitan dengan

sempadan sungai

agar tidak

berpotensi

melanggar

sempadan sungai

Pemberian insentif

bagi kelompok

masyarakat yang

mendukung

pelestarian dan

kebersihan

lingkungan

sempadan dan

aliran sungai

Pemberian

disinsentif bagi

kegiatan- kegiatan

bersyarat di

Sempadan Sungai

Sanksi administratif

berupa peringatan,

pembatasan/penghe

ntian pelayanan

umum,

pembongkaran dan

relokasi diberikan

bagi semua kegiatan

yang tidak sesuai

dengan rencana tata

ruang

Sanksi pidana

diberikan pada

pejabat yang

memberikan izin

Berada di kawasan

tengah dan hilir

sungai

Pelanggaran

sempada sungai

berdampak pada

menyempitnya

aliran dan

membesarnya

volume serta

kecepatan banjir,

sehingga

memperluas area

terdampak dan

meningkatkan

potensi kerugian

Contoh Instrumen Pengendalian untuk Sempadan Sungai

2 INSTRUMEN PENGENDALIAN UNTUK SEMPADAN SUNGAI

18

Contoh Instrumen Pengendalian untuk Kawasan Permukiman

19

PERUNTUKAN

PERATURAN ZONASI

PERIZINANINSENTIF DAN

DISINSENTIFSANKSI KETERANGANDIPERBOLEHKAN

(I)

TERBATAS

(T)

BERSYARAT

(B)

TIDAK

DIPERBOLEHKAN

(x)

KAWASAN

PERMUKIMAN

menyediakan

ruang terbuka

hijau yang

sesuai dengan

kaidah-kaidah

penataan ruang

Membangun

sumur resapan

Rumah

panggung pada

kawasan rawan

bencana banjir

bandang

Bangunan tahan

gempa

Membatasi pola

perumahan

linier

Membatasi

kepadatan unit

rumah yang

mengikuti alur

sungai

Penetapan GSB

minimal 3

meter

Permukiman

kepadatan

tinggi dan

sedang harus

segera

dipersyaratkan

untuk

menyediakan

kawasan tidak

terbangun

guna resapan

air

Drainase yang

baik

Melanggar

intensitas dan

sempadan

bangunan

Melanggar

fungsi

peruntukan

bangunan

Pemberian izin

pemanfaatan

ruang harus

sesuai dengan

peruntukan

pada rencana

tata ruang

Pembatasan

izin dan seleksi

izin terhadap

pembangunan

hunian baru di

kawasan rawan

bencana banjir

bandang tipe

parah

Pemberian insentif

bagi kelompok

masyarakat yang

mendukung dan

memprakarsai

perwujudan RTH,

kawasan resapan air,

biopori, dan kawasan

non terbangun pada

skala RW dan Desa

Disinsentif diberikan

pada permukiman

yang sering

terdampak banjir

bandang dan

kategori parah (> 2

meter)

Sanksi administratif

berupa peringatan,

pembatasan/penghen

tian pelayanan

umum,

pembongkaran dan

relokasi diberikan

bagi semua kegiatan

yang tidak sesuai

dengan rencana tata

ruang

Sanksi pidana

diberikan pada

pejabat yang

memberikan izin tidak

sesuai dengan

rencana tata ruang

Karakteristik permukiman

di kecamatan Rasanae

Barat sebagian besar

kepadatan sedang sampai

tinggi

Permasalahan banjir

diperparah dengan alur

sungai yang banyak

maender sekaligus banyak

aglomerasi permukiman di

sekitarnya

Penanganan kerusakan

hilir dapat dilakukan untuk

jangka pendek dan jangka

panjang, jangka pendek

misalnya pembangunan

kolam retensi di dekat

pantai atau muara sungai

untuk mengurangi laju dan

volume banjir bandang,

jangka panjang dengan

cara penyadaran

masyarakat terhadap

kawasan rawan bencana

banjir bandang

INSTRUMEN PENGENDALIAN UNTUK KAWASAN PERMUKIMAN3

Pusat Kecamatan Asakota: Perkiraan area terdampak banjir

20

Pusat Kecamatan Asakota: peta pola ruang dan area terdampak banjir

21

Kecamatan Rasanae Barat: Perkiraan area terdampak banjir

22

Kecamatan Rasanae Barat: Peta pola ruang dan area terdampak

23

Kecamatan Mpunda: Perkiraan area terdampak banjir

24

Kecamatan Mpunda: Peta pola ruang dan area terdampak

25

Analisis luasan kawasan yang perlu penanganan pasca-banjir (dalam ha)

26

KECAMATAN RASANAE BARAT KECAMATAN ASAKOTA KECAMATAN MPUNDA

KECAMATAN RABA KECAMATAN RASANAE TIMUR

RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Cagar Budaya 1.85

Fasilitas Kesehatan 0.47

Fasilitas Olah Raga 9.71

Industri dan Pergudangan 1.44

Pelabuhan 4.93

Pemukiman 116.40

Pendidikan 9.07

Perdagangan dan Jasa 79.84

Perkebunan 2.89

Rencana Penggunaan Lainnya 6.71

Sempadan Pantai 14.03

Sempadan Sungai 70.42

Tambak 30.20

TPI 3.96

RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Fasilitas Kesehatan 0.28

Industri dan Pergudangan 18.78

Pemukiman 204.89

Pendidikan 3.47

Perdagangan dan Jasa 1.39

Perkantoran 6.35

Perkebunan 78.87

Rencana Penggunaan Lainnya 68.20

Sawah 29.66

Sempadan Pantai 2.17

Sempadan Sungai 126.61

Terminal 0.18

RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Cagar Budaya 10.21

Fasilitas Kesehatan 1.19

Fasilitas Olah Raga 13.97

Kawasan Pertanahan Keamanan 2.71

Pelayanan Umum 0.77

Pemukiman 354.39

Pendidikan 21.43

Perdagangan dan Jasa 7.61

Perkantoran 30.60

Perkebunan 25.90

Peternakan 3.70

Rencana Penggunaan Lainnya 17.29

Sawah 6.86

Sempadan Sungai 220.07

RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Fasilitas Olah Raga 1.09

Pelayanan Umum 1.04

Pemukiman 248.91

Pendidikan 4.66

Perdagangan dan Jasa 7.21

Perkebunan 22.53

Rencana Penggunaan Lainnya 4.72

Sawah 119.49

Sempadan Sungai 216.22

RENCANA POLA RUANG LUAS (ha)

Pemukiman 12.80

Pendidikan 0.35

Perkebunan 6.24

Rencana Penggunaan Lainnya 1.66

RTH 0.20

Sawah 41.38

Sempadan Sungai 50.90

Kesimpulan, Rekomendasi danProgram Penanganan Pasca-bencana

27

Kesimpulan

A. KAWASAN HULU

1. Penyebab utama bencana banjir di Kota Bima adalah tidak berfungsinya kawasan hulu sebagai kawasan resapan air yang sebagian besar berada di Kabupaten Bima.

2. Dengan adanya penetapan sebagai Hutan Kemasyarakatan, kawasan hulu lebih banyak ditanami dengan tanaman semusim berupa kacang tanah yang mudah tergerus oleh curah hujan yang tinggi.

3. Pengembangan tanaman di kawasan hulu perlu diatur, mengingat kelerangan tinggi (lebih besar dari 70°) dan belum tersosialisasikannya pemanfaatan ruang di kawasan dengan kelerangan yang tinggi.

B. KAWASAN HILIR

1. Belum tersosialisasikannya pemanfaatan ruang dan penegakan hukum di kawasan sempadan sungai, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan sungai akibatpembangunan permukiman oleh masyarakat hingga bantaran sungai.

2. Sistem drainase kota belum terpadu dan menyeluruh dari hulu ke hilir, sertadimensi drainase yang tidak memadai, sehinga menyebabkan pendangkalan sungai karena endapan lumpur akibat erosi dan sampah domestik.

3. Perilaku dan kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.

28

Rekomendasi

1. Perlu penataan kawasan hulu berupa kawasan hutan, berupa hutan yang berfungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai kawasan resapan air. Berfungsi ekonomi artinya meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti: mangga, durian, jambu mete, dan srikaya. Berfungsi sosial artinya masyarakat mudah dalam bercocok tanam dan memasarkannya. Berfungsi lingkungan artinya mampu menahan erosi dan meresap air.

2. Perlu penataan kawasan sempadan sungai sebagai fungsi perlindungan setempat, dengan melakukan normalisasi dan revitalisasi sungai secara menyeluruh untukmenjaga kelestarian kawasan sempadan sungai. Untuk itu perlu dilakukan relokasimasyarakat di kawasan sempadan sungai.

3. Perlu peningkatan kesadaran masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta kebencanaan, dengan melakukan sosialisasi dan pembentukan kelompok masyarakat peduli tata ruang.

4. Perlu menata kembali sistem drainase kota yang terpadu dan menyeluruh dari hulu ke hilir.

5. Perlu segera melakukan Peninjauan Kembali RTRW Kota Bima dan RTRW KabupatenBima yang berbasis pada mitigasi bencana.

29

Inventarisasi program/kegiatan yang mendukung penanganan pasca-bencana

1. Penetapan delineasi kawasan bencana (dokumen). Kerjasama antara Badan PenangananBencana Daerah (BPBD) Kota Bima dengan NGO Oxfam International. Dilaksanakan tahun 2017.

2. Rencana penanganan banjir (dokumen). Dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I (BWS NTI). ABPN 2017 Kementerian PUPR. Mencakup Kota Bima dan Kabupaten Bima.

3. Action Plan Penataan Drainase (dokumen). Dalam pembahasan dengan Kedutaan Belandadengan fasilitasi oleh Kementerian PUPR.

4. Normalisasi Sungai Padolo. APBD 2017 Kota Bima untuk pembebasan lahan 1,1 ha. APBN 2017 BWS NTI untuk pembangunan talut Rp 10 M, dan pembangunan jetty Rp 13 M.

5. Pembangunan dam/bendung di 13 titik. Dana APBN 2017 Kementerian PUPR sebesar Rp 12 M.

6. Penanganan kawasan kumuh. Dana ADB melalui Kementerian PUPR. Selama 4 tahun sejaktahun 2014. Mencakup 17 kelurahan kumuh.

7. Perluasan program penataan permukiman. Masih dalam pembicaraan. Dana APBN dan ADB sekitar Rp 19 M. Mencakup air minum, drainase, sanitasi, ruang terbuka hijau dan perumahan.

8. Pembangunan sektor persampahan. Anggaran APBD 2017 Provinsi NTB. Pembangunan TPA/ sanitary landfill Rp 17 M, dan sosialisasi (revolusi mental) perilaku sehat dan bersih membuangsampah.

9. Peninjauan Kembali (PK) RTRW Kota Bima. Anggaran APBD 2017 Kota Bima.

*Informasi diperoleh dari narasumber di daerah, masih perlu diklarifikasi pada instansi/sektor terkait.

30

Kontribusi Bidang Pengendalian & Penertiban Pemanfaatan Ruang

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada T.A. 2017 pada DirektoratPengendalian Pemanfaatan Ruang dan Direktorat Penertiban PemanfaatanRuang:

1. Bantuan Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi

2. Pemberian masukan dalam Peninjauan Kembali RTRW Kota Bima danKabupaten Bima. Bekerja sama dengan Ditjen Tata Ruang KementerianATR/BPN

3. Sosialisasi mitigasi bencana dan pembentukan Kelompok Masyarakat(Pokmas) Peduli Pengendalian Pemanfaatan Ruang

4. Upaya penegakan hukum dengan pemasangan plang himbauan dan plangperingatan.

5. Audit tata ruang secara menyeluruh di Kota Bima dan Kabupaten Bima.

31

Kerusakan Kantor PertanahanKota Bima

32

Kerusakan: bangunan, sarana-prasarana dan dokumen

33

Tim Tanggap Bencana Bima Ditjen PPRPT

34

Kemitraan dan kerjasama dalam proses kajian bencana

35

Pengoperasian UAV (unmanned aerial vehicle) atau drone

36

Daftar susunan personil Tim Tanggap Bencana Bima

37

Pengarah:

• Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah, Erna M. Mochtar

• Sekretaris Direktorat Jenderal PPRPT, Firman M. Hutapea

Koordinator Tim:

• Direktur Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Wisnubroto Sarosa

• Direktur Penertiban Pemanfaatan Ruang, Suryaman Kardiat

Tim Lapangan:

• Yunianto Rahadi Utomo

• Try Haristyo

• Arif Wahyudi

• Renato Armando

Tim Homebase:

• Ludfie Hamdri

• Badar Jamaludin

Dibantu oleh

• Kepala Kantah BPN Kabupaten Bima, Said Asa

• Plt. Kepala Kantah Kota Bima, Iksan

Nara Sumber:• Kepala Bidang Tata Ruang dan Permukiman PU Kota Bima• Kepala Bidang Tata rUang dan Permukiman PU Kab. Bima• Kepala Bidang Fisik & Prasarana Bappeda Kota Bima• Kepala Bidang Fisik & Prasarana bappeda Kab. Bima• Kepala Bidang KPH Dinas Kehutanan Kabupaten Bima• Staf SKPD terkait di Pemko Bima dan Pemkab Bima

38

Terima kasih