kajian sektor perekonomian unggulan … di provinsi lampung berhasil diselesaikan. tujuan penelitian...
TRANSCRIPT
KAJIAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI
PROVINSI LAMPUNG
ELLI FITRIA RAHMAWATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sektor
Perekonomian Unggulan di Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Elli Fitria Rahmawati
NIM H1400032
ABSTRAK
ELLI FITRIA RAHMAWATI. Kajian Sektor Perekonomian Unggulan di
Provinsi Lampung. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola segala sumberdaya
untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pendapatan. Keterbatasan sumberdaya membuat perencanaan pembangunan
memerlukan skala prioritas. Pengembangan wilayah yang tepat sasaran harus
didukung pembangunan sektor unggulan, untuk itu pemerintah daerah perlu
mengetahui sektor ekonomi unggulan di daerahnya. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis tabel input-output Provinsi Lampung tahun
2010 menurut 53 sektor yang diagregasi menjadi sembilan sektor. Analisis
tersebut mencakup analisis keterkaitan, dampak penyebaran dan multiplier. Sektor
unggulan di Provinsi Lampung berdasarkan analisis input-output, yaitu sektor
industri pengolahan dengan spesifikasi industri kayu, barang dari kayu dan gabus
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya serta industri furnitur;
sektor pengangkutan dan komunikasi dengan spesifikasi angkutan rel, angkutan
laut dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan; dan sektor konstruksi dengan
spesifikasi konstruksi bangunan sipil, konstruksi khusus dan konstruksi gedung.
Sektor lain berdasarkan analisis 53 sektor yang menjadi unggulan adalah sektor
jasa penunjang keuangan dan pengadaan air.
Kata kunci: Analisis Input Output, Provinsi Lampung, Sektor Unggulan
ABSTRACT
ELLI FITRIA RAHMAWATI. Studies Leading Economic Sectors in the
Lampung Province. Supervised by BAMBANG JUANDA.
Local governments are given the authority to manage all resources to achieve
development goals, namely economic growth and income distribution. Insufficient
resources require development planning priorities. An appropriate regional
development must be supported by leading sector development, therefore the local
government needs to discover the leading economic sectors ofits region. The
method used in this research is the analysis of input-output tables of Lampung
Province in 2010 by 53 sectors which is aggregated into nine sectors. The analysis
includes linkage analysis, dispersion effect and multiplier effects. The leading
sectors in the Lampung Province based on input-output analysis, namely the
manufacturing sector with industry specification of wood and products of wood
and cork and wickerwork from bamboo, rattan and similar products as well as the
furniture industry; transportation and communications sector with a specification
of transport via railways, sea and coastal water transport, and inland water
transport and crossing; and the construction sector with a specification of civil
engineering, specialized construction activities, and building construction. Other
sectors based on analysis of 53 sectors that become leading sectors are activities
auxiliary to financial services sector and water supply.
Keywords: Input-Output Analysis, Lampung Province, Leading Sectors
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
KAJIAN SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI
PROVINSI LAMPUNG
ELLI FITRIA RAHMAWATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul Kajian Sektor Perekonomian
Unggulan di Provinsi Lampung berhasil diselesaikan. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis struktur perekonomian Provinsi Lampung, menganalisis keterkaitan
antarsektor dan dampak penyebarannya, menganalisis efek pengganda (multiplier)
output, pendapatan dan tenaga kerja, serta menganalisis sektor perekonomian
unggulan Provinsi Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana di IPB.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua, Ibu Tiwik Sumarni
dan Bapak Ngali yang memberikan dukungan semangat, doa-doa, pengertian,
kasih sayang yang tiada tara. Terima kasih untuk adik penulis, Baharudin Nur
Hidayat atas semangat dan doanya. Penulis turut menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS selaku pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik penulis selama di IPB.
2. Kepada dosen penguji Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. dan perwakilan
komdik Dr. Muhammad Findi Alexandi, S.E.,M.Si.
3. Dosen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan ilmu yang luar biasa
bermanfaat dan staff sekretariat IE yang membantu dalam administrasi.
4. Staff BPS Pusat dan BPS Provinsi Lampung atas bantuannya.
5. Kakak sepupu penulis, Arny dan Isna Satyawati. Sahabat penulis di
Imersion Community. Kita bisa! Kepada Novia Trisnawulan, Tiko
Permatasari, Dara Ayu Lestari, Annisa Ramadanti, Ria Brilian, Elinda
Egi, Dian Siti H., Nanda Nur R., Kusuma Hani Putri, Fatimah Zachra F.,
Anissha Hud Alaydrus, Nurul Desti, Nurul Latifah, Mentari
Medinawati, Nailatul Karomah, Chiquita Ayu PM., Atrina Dwi Putri,
semoga kita sukses di jalan masing-masing.
6. Teman-teman satu bimbingan, Nindy, Efita, Lundu, dan Gagas atas
semangat, bantuan, saran, dan kritiknya dalam penyusunan dan
penyelesaian penelitian ini.
7. Keluarga besar FOKMA Bahurekso Kendal dan keluarga besar Ilmu
Ekonomi 47, 46, 45, 48 dan teman-teman penulis lain di IPB yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan, dan
ceritanya selama di IPB.
8. Mba Puput, Dr. Ir. Eka Intan K.P., MS, mba Nissa, dan mahasiswa
PWD di PWD.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Bogor, Juli 2014
Elli Fitria Rahmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Tinjauan Teoritis 3
Teori Pertumbuhan 3
Penelitian Terdahulu 4
Kerangka Pemikiran 5
METODE 6
Jenis dan Sumber Data 6
Metode Analisis Data 6
Definisi Operasional Data 9
GAMBARAN UMUM 10
Letak Astronomis, Luas Wilayah, Topografi, dan Iklim 10
Kependudukan dan Tenaga Kerja 10
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 30
RIWAYAT HIDUP 41
DAFTAR TABEL
1 Struktur Tabel Input Output dalam Sistem Perekonomian dengan n
Sektor Produksi 4 2 Rumus Multiplier Output, Multiplier Income dan Multiplier Tenaga
Kerja 8 3 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas menurut Jenis Kegiatan Utama di
Provinsi Lampung Tahun 2010 11 4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung Tahun 2010-
2013 (dalam persen) 11 5 Struktur Permintaan Input Output Provinsi Lampung (dalam Juta
Rupiah) 12 6 Sepuluh Sektor dengan Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan Tertinggi
dan Keterkaitan Langsung Tidak Langsung ke Depan Tertinggi 14 7 Sepuluh Sektor dengan Nilai Keterkaitan Langsung ke Belakang
Tertinggi dan Keterkaitan Langsung Tidak Langsung ke Belakang
Tertinggi 15 8 Pengelompokan Sektor Perekonomian Provinsi Lampung 2010
Berdasarkan Nilai IDP dan IDK 16 9 Sepuluh Sektor dengan Nilai Multiplier Output Tertinggi 17
10 Sepuluh Sektor dengan Nilai Multiplier Income Tertinggi 18 11 Peringkat Sektoral berdasarkan Nilai Hasil Pengolahan Input-Output 19
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran 5 2 Kontribusi Sektor Perekonomian dalam PDRB Provinsi Lampung
Tahun 2010 (dalam persen) 19 3 Belanja Perindustrian Provinsi Lampung Tahun 2010-2013 23
4 Belanja Informasi dan Komunikasi Provinsi Lampung Tahun 2010-
2013 24
5 Belanja Perhubungan Provinsi Lampung Tahun 2010-2013 25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Lampung berdasarkan
Tabel Input-Output Provinsi Lampung tahun 2010 30 2 Tabel Input Output Provinsi Lampung 2010 Agregasi 9 Sektor
Perekonomian (Juta Rupiah) 32 3 Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian Provinsi Lampung Tahun 2010 34 4 Dampak Penyebaran antar Sektor di Provinsi Lampung Tahun 2010 35
5 Multiplier Output Sektor Perekonomian Provinsi Lampung tahun 2010 36
6 Multiplier Income Sektor Perekonomian Provinsi Lampung tahun 2010 37
7 Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Provinsi Lampung tahun
2010 38 8 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Provinsi Lampung Tahun
2010 39 9 Hasil Perhitungan IDP dan IDK Tabel Input Output 53 Sektor 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola segala
sumberdaya untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pendapatan. Kewenangan pemerintah dalam otonomi daerah ini
tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Menurut Tarigan (2007), kewenangan yang
dipegang pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan wilayah
harus memperhatikan potensi daerah. Keterbatasan sumberdaya membuat
perencanaan pembangunan memerlukan skala prioritas (Rustiadi et.al 2011). Hal
ini yang menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi regional. Pembangunan
sektor unggulan didasarkan atas pemikiran bahwa:
1. Setiap sektor memiliki sumbangan langsung dan tidak langsung yang
berbeda terhadap pencapaian sasaran pembangunan.
2. Terdapat keterkaitan antarsektor dengan karakteristik yang berbeda.
3. Adanya ketidakmerataan aktivitas dan sumberdaya yang terpusat pada
sektor tertentu.
Ketidakmerataan aktivitas dan sumberdaya di Provinsi Lampung dapat
terlihat dari distribusi PDRB dan jumlah tenaga kerja pada suatu sektor. Distribusi
PDRB Provinsi Lampung terbesar disumbangkan oleh sektor pertanian (36.61%)
tahun 2013 (BPS 2014). Laju PDRB tahun 2009 mencapai 5.26% dan naik
menjadi 6.48% di tahun 2012 dan melambat menjadi 5.97% di tahun 2013.Sektor
pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 1,666,372 jiwa dari 3,449,307 tenaga
kerja. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyerap 18% tenaga kerja dan
sekitar 13% tenaga kerja diserap sektor jasa-jasa (BPS 2013).
Dibalik tingginya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian,
perdagangan, hotel dan restoran serta jasa, tingkat pengangguran terbuka Provinsi
Lampung masih tergolong tinggi yaitu sekitar 5.85% pada Agustus 2013,
meningkat 0.67% dari bulan Agustus tahun sebelumnya. Nilai IPM di Provinsi
Lampung pun masih lebih rendah dari IPM nasional yaitu sebesar 72.45,
sedangkan IPM nasional sebesar 73.29. Pada September 2012 sekitar 15.69%
penduduk masih tergolong penduduk miskin dan menjadi 14.6% pada September
2013.
Kondisi perekonomian yang berfluktuasi membuat kajian mengenai input-
output daerah menjadi semakin penting sejak diberikannya wewenang otonomi
daerah. Anwar (2001a) dalam Rustiadi et al, 2011 menyatakan bahwa
pembangunan wilayah hendaknya diarahkan kepada pemerataan yang mendukung
pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan. Upaya pengembangan wilayah yang
tepat sasaran harus didukung dengan pembangunan sektor unggulan, untuk itu
pemerintah daerah perlu mengetahui sektor perekonomian unggulan di daerahnya
dan kinerja sektor-sektor perekonomian unggulannya agar perencanaan
pembangunan daerah menjadi efektif, efisien dan optimal.
2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, pembangunan sektor perekonomian
tidak hanya didasarkan pada tingginya PDRB, untuk itu diperlukan analisis input-
output untuk menentukan sektor unggulan yang tepat guna membantu daerah
dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan daerah ke level yang lebih
tinggi serta menyejahterakan masyarakatnya. Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur perekonomian Provinsi Lampung berdasarkan struktur
output dan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi, net ekspor, dan nilai tambah bruto?
2. Bagaimana keterkaitan antarsektor dan dampak penyebaran sektor ekonomi
Provinsi Lampung?
3. Bagaimana dampak multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor
ekonomi Provinsi Lampung?
4. Apa dan bagaimana kondisi sektor perekonomian unggulan Provinsi
Lampung?
Tujuan Penelitian
1. Mengkaji struktur perekonomian Provinsi Lampung berdasarkan struktur
output dan permintaan, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi, net ekspor, dan nilai tambah bruto.
2. Menganalisis keterkaitan antarsektor dan dampak penyebaran sektor
ekonomi Provinsi Lampung.
3. Menganalisis dampak multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja sektor
ekonomi di Provinsi Lampung.
4. Menentukan dan menganalisis sektor perekonomian unggulan Provinsi
Lampung
Manfaat Penelitian
1. Pemerintah Provinsi Lampung dapat menggunakan penelitian ini sebagai
saran atau masukan dalam merencanakan pembangunan daerah dan
mengembangkan sektor perekonomian unggulannya.
2. Sebagai bahan rujukan, referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Analisis IO 53 sektor tidak mencantumkan multiplier tenaga kerja. Hal ini
dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh. Data diolah menggunakan aplikasi
IOAP (Input-Output Analysis for Practitioner) dan Microsoft Office Excel 2007.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Teori Pertumbuhan
Menurut Priyarsono, dkk (2007) kutub pertumbuhan menggerakkan
pertumbuhan ekonomi dan memiliki kaitan ke depan dan ke belakang yang kuat
dengan industri yang unggul dalam teori pusat pertumbuhan (growth pole). Salah
satu syarat yang harus dimiliki pusat pertumbuhan dalam perkembangan ekonomi
adalah keterkaitan antar sektor. Teori pertumbuhan dari Harrod Domar
menunjukkan bahwa dalam pertumbuhan jangka panjang yang mantap, seluruh
kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar. Syarat penyerapan pasar adalah tingat
pertumbuhan ekonomi sama dengan tingkat pertumbuhan modal dan tingkat
pertumbuhan tenaga kerja. Syarat tersebut terpenuhi dengan asumsi kondisi
perekonomian yang tertutup, keinginan menabung konstan, koefisien produksi
konstan, tingkat pertumbuhan tenaga kerja konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Strategi Pengembangan Wilayah
Tarigan (2007) menjelaskan bahwa perencana wilayah memiliki tugas untuk
menentukan kegiatan yang perlu dijalankan di daerahnya. Setiap kegiatan
memiliki backward linkage (daya menarik) dan forward linkage (daya dorong).
Kedua daya ini akan memunculkan dampak pengganda (multiplier). Keseluruhan
dampak ini tercermin dari tabel input-output. Perencana wilayah harus mampu
melihat daya dorong dan daya tarik suatu sektor atau kegiatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor atau kegiatan lain. Sektor atau kegiatan yang lebih
unggul dibanding sektor atau kegiatan lain ini harus dikembangkan dan didorong
agar mampu mendukung sektor lain untuk berkembang.
Sektor Unggulan
Sektor basis tidak selalu menjadi sektor unggulan dalam pembangunan
daerah. Sektor basis dianalisis menggunakan analisis Location Quotient (LQ).
Sektor unggulan dianalisis menggunakan model input-output yang pertama kali
dikenalkan oleh Profesor Wassily Leontif pada akhir 1930-an, namun mulai
banyak dikenal pada tahun 1951. Tabel IO dan alat analisisnya mampu
menganalisis perekonomian wilayah dan sangat berguna dalam perencanaan
pembangunan ekonomi wilayah. Kelebihan yang dimiliki model IO adalah:
- Mampu mendeskripsikan perekonomian regional dengan kuantifikasi
ketergantungan antarsektor
- Besaran output setiap sektor dapat ditentukan dalam permintaan akhir
- Dapat meramalkan dampak perubahan permintaan
- Perubahan teknologi diintegrasikan dalam perubahan koefisien teknik
BPS Provinsi Lampung (2012) mengungkapkan bahwa tidak hanya
kelebihan yang dimiliki tabel IO, namun terdapat pula kelemahannya. Kelemahan
yang dimiliki tabel IO adalah asumsinya yang bersifat membatasi, biaya
pengumpulan data sangat besar dan terdapat hambatan untuk mengembangkan
model dinamik. Asumsi dalam penyusunan tabel IO ada tiga, yaitu:
4
a. Keseragaman, yaitu setiap sektor hanya memroduksi satu output dengan
input yang seragam dan tidak memiliki output pengganti dari sektor lain.
b. Kesebandingan, yaitu kenaikan penggunaan input dan kenaikan hasil output
berbanding lurus.
c. Penjumlahan, yaitu penjumlahan pengaruh setiap sektor adalah jumlah
pengaruh kegiatan produksi berbagai sektor.
Priyarsono, dkk (2007) menyatakan peran model IO lebih dibutuhkan ketika
perencanaan pembangunan ingin menetapkan sektor unggulan. Karakteristik
sektor unggulan antara lain:
- Backward dan forward linkage relatif tinggi
- Output bruto dan permintaan akhir relatif tinggi
- Penerimaan bersih dari devisa relatif tinggi
- Menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi
Tabel 1 Struktur Tabel Input Output dalam Sistem Perekonomian dengan n-
Sektor Produksi
Output Permintaan Antara Permintaan Akhir
(KUADRAN II)
Jumlah
Output
Input Sektor Produksi
(KUADRAN I) 1 2 ... N
Input
Antara
1 x11 x12 ... x1n F1 X1
2 x21 x22 ... x2n F2 X2
... ... ... ... ... ... ...
N xn1 xn2 ... xnn Fn Xn
Input Primer (KUADRAN III) V1 V2 ... Vn KUADRAN IV
Jumlah Input X1 X2 ... Xn Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2012
Ada empat kuadran dalam tabel input-output. Kuadran I adalah kuadran
sektor produksi yang terdiri atas transaksi antarsektor perekonomian yang
digunakan atau dihasilkan oleh suatu sektor. Kuadran II adalah kuadran
permintaan akhir yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan investasi.
Kuadran II mencakup konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi,
ekspor, dan impor. Kuadran III (input primer) berisi informasi mengenai upah/gaji,
surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Kuadran IV
menggambarkan balas jasa yang diterima input primer, namun tidak dibutuhkan
dalam analisis input-output.
Penelitian Terdahulu
Sudah banyak penelitian menggunakan analisis input-output, namun hanya
sedikit yang meneliti Provinsi Lampung. Penelitian terkait model IO Lampung
pernah dilakukan oleh Sholihah (2008) mengenai Pengaruh Keterkaitan Antar
Sektor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah menggunakan Tabel IO Tahun
2000. Hasil dari penelitiannya menyebutkan bahwa provinsi Lampung memiliki
keterkaitan total ke depan yang tinggi antar sektor industri pengolahan dan sektor
pertanian pada tahun tersebut.
Samiun (2008) dalam Analisis Perekonomian Provinsi Maluku Utara:
Pendekatan Multisektoral tahun 2008 menggunakan analisis input output, shift
5
share, LQ, dan analisis deskriptif menunjukkan bahwa sektor unggulan di
Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut
dan sektor bangunan. Sektor unggulan ditentukan dengan memeringkatkan
dampak penyebaran, multiplier, penggunaan input impor, kontribusi dalam PDRB,
dan aspek keberlanjutan.
Penelitian yang dilakukan Ria (2012) menyebutkan bahwa potensi sektor
unggulan di Kota Sabang adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik dan
sektor perdagangan besar dan eceran. Ketiga sektor ini memberikan efek
multiplier untuk pertumbuhan ekonomi Kota Sabang. Sektor unggulan ditentukan
dengan nilai Direct Backward Linkage, Direct Forward Linkage, kontribusi
sektor perekonomian, nilai IDK dan IDP, serta dampak pengganda yang relatif
lebih tinggi dibanding sektor lain.
Yulianti (2012) dalam penelitiannya mengenai peran sektor industri
pengolahan di Kota Bontang menggunakan analisis input-output menunjukkan
bahwa sektor industri pengolahan memiliki peranan besar dalam perekonomian.
Tabel input-output 46 sektor diagregasi menjadi 18 dan sembilan sektor. Hasil
agregasi 18 sektor menunjukkan bahwa sektor industri kertas dan barang cetakan
menempati posisi pertama dalam sektor prioritas. Penentuan sektor prioritas
berdasarkan ranking yang diberikan pada masing-masing kriteria analisis.
Penelitian Walida (2013) mengenai penentuan sektor kunci perekonomian
Kabupaten Belitung Timur menggunakan analisis Input-Output menunjukkan
bahwa sektor kunci daerah tersebut adalah sektor pertambangan dan sektor
konstruksi. Sektor kunci ditunjukkan dengan relatif tingginya nilai total multiplier
output dan total multiplier income dibandingkan dengan sektor lain.
Kerangka Pemikiran
Keterangan : Bukan termasuk analisis utama
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
- Analisis Sektor Perekonomian
- Analisis Keterkaitan
- Analisis Dampak Penyebaran
- Analisis Multiplier
Analisis Location
Quotient (LQ)
Perekonomian Provinsi Lampung
Sektor Unggulan Pembangunan Daerah
Tabel Input Output Provinsi Lampung Tahun 2010
Tabel PDRB Provinsi Lampung Tahun 2009-2013
Analisis Input Output
Penentuan Sektor Perekonomian Unggulan dan Kebijakan
Alokasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Lampung
6
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Tabel
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen di Provinsi Lampung menurut
Tahun Dasar 2010 menurut 53 sektor dan agregasi dalam sembilan sektor
ekonomi, data PDRB Provinsi Lampung tahun 2009-2013 atas dasar harga
konstan, Sensus Penduduk Tahun 2010, data PDB Indonesia tahun 2010 atas
dasar harga konstan, dll. Data-data tersebut diperoleh dari BPS Provinsi Lampung,
BPS Pusat, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, dan hasil penelitian
sebelumnya.
Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis tabel input-output dan analisis Location Quotient (LQ). Analisis deskriptif
digunakan untuk menjelaskan mengenai data berupa tabel, grafik dan gambar.
Analisis Keterkaitan
Konsep keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan keterkaitan antarsektor dalam suatu sistem
ekonomi. Keterkaitan langsung ditunjukkan dengan koefisien teknis dan
keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan dengan matriks kebalikan
Leontif.
1. Keterkaitan Langsung ke Depan
Menunjukkan banyaknya output suatu sektor yang dipakai oleh sektor lain.
Keterangan : KLDi = Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor i
aij = Unsur Matriks Koefisien Teknis
n = Jumlah Sektor
2. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Menunjukkan banyaknya input yang digunakan suatu sektor yang berasal
dari sektor lain maupun sektor itu sendiri.
Keterangan : KLBi = Keterkaitan Langsung ke Belakang Sektor i
aij = Unsur Matriks Koefisien Teknis
n = Jumlah Sektor
3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Menunjukkan peranan suatu sektor dalam memenuhi permintaan akhir
seluruh sektor perekonomian.
7
Keterangan : KLTDi = Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan Sektor i
αij = Unsur Matriks Kebalikan Leontif Terbuka
n = Jumlah Sektor
4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan
permintaan akhir satu unit sektor tertentu terhadap kenaikan input suatu sektor.
Keterangan : KLTBi = Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke
Belakang Sektor i
αij = Unsur Matriks Kebalikan Leontif Terbuka
n = Jumlah Sektor
Analisis Dampak Penyebaran
1. Indeks Daya Penyebaran (IDP)
IDP menunjukkan sektor yang mampu menarik pertumbuhan output sektor
hulunya. Sektor yang memiliki nilai IDP lebih dari satu dapat dikatakan mampu
menjadi penarik pertumbuhan sektor hulu.
Keterangan : IDPi = Indeks Daya Penyebaran Sektor i
αij = Unsur Matriks Kebalikan Leontif Terbuka
n = Jumlah Sektor
2. Indeks Derajat Kepekaan (IDK)
IDK menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan
produksi sektor lain yang menggunakan input dari sektor tersebut jika nilai
IDKnya lebih dari satu.
Keterangan : IDKi = Indeks Derajat Kepekaan Sektor i
αij = Unsur Matriks Kebalikan Leontif Terbuka
n = Jumlah Sektor
Analisis Efek Pengganda (Multiplier)
Pengganda adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung
dan tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor sebesar satu
satuan terhadap aspek tertentu dalam perekonomian suatu wilayah.
1. Multiplier output menunjukkan dampak dari peningkatan permintaan akhir
suatu sektor terhadap total output seluruh sektor.
8
2. Multiplier income menunjukkan dampak dari peningkatan permintaan akhir
suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga secara
keseluruhan.
3. Multiplier tenaga kerja menunjukkan dampak dari peningkatan permintaan
akhir suatu sektor terhadap peningkatan kesempatan kerja di suatu wilayah.
Tabel 2 Rumus Multiplier Output, Multiplier Income dan Multiplier Tenaga Kerja
Nilai Multiplier (Pengganda)
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek Awal 1
Efek
Putaran
Pertama
Efek
Dukungan
Industri
Efek
Induksi
Konsumsi
Sumber : Daryanto, A. 2010 Keterangan : aij = Koefisien Teknis; hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga
αij = Matriks Kebalikan Leontif Terbuka; ei = Koefisien Tenaga Kerja
α*ij = Matriks Kebalikan Leontif Tertutup
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai pengganda tipe I dan tipe II
sebagai efek lanjutan adalah:
Tipe I = Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri
Efek Awal
Tipe II =
Efek Awal + Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri +
Efek Induksi Konsumsi
Efek Awal
Location Quotient (LQ)
Analisis ini digunakan untuk menunjukkan kegiatan basis di suatu daerah.
Blakely 1994 dalam Ria 2012 menuliskan bahwa LQ adalah indeks pembanding
pangsa sub wilayah kegiatan tertentu dengan pangsa total kegiatan dalam total
kegiatan wilayah.
LQij = Xij / Xi
X.j / X..
Keterangan : LQij = Nilai LQ kegiatan j di wilayah i
Xij = Nilai kegiatan j di wilayah i
Xi = Nilai total kegiatan di wilayah i
X.j = Nilai kegiatan j di total wilayah
X.. = Nilai total kegiatan di total wilayah
9
Analisis Sektor Perekonomian Unggulan
Sektor perekonomian unggulan dalaam penelitian ini ditentukan berdasar
peringkat pada:
1. Sektor yang memiliki keterkaitan antarsektor dan dampak penyebaran (IDP
dan IDK) yang relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain berdasarkan
pembagian empat kuadran.
2. Sektor yang memiliki multiplier output, multiplier income dan multiplier
tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dari sektor lain.
3. Sektor yang memiliki total output yang relatif tinggi.
Peringkat yang diperoleh setiap sektor akan dijumlahkan dan sektor-sektor yang
memiliki nilai yang lebih rendah dari sektor lain dapat dikategorikan sebagai
sektor unggulan.
Definisi Operasional Data
1. Output
Output adalah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor
produksi dalam suatu daerah.
2. Transaksi Antara
Transaksi antarsektor dari konsumen dan produsen. Transaksi ini mencakup
transaksi barang dan jasa yang berhubungan dengan proses produksi. Permintaan
antara adalah isian baris dalam transaksi antara yang menunjukkan alokasi output
suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor lain. Input antara adalah
isian kolom yang menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam
proses produksi suatu sektor.
3. Permintaan Akhir
Permintaan akhir merekam penggunaan output suatu sektor untuk tujuan
konsumsi akhir. Kegiatan dalam permintaan akhir tidak tergantung dalam sistem
produksi. Perubahan pada permintaan akhir berpengaruh pada input antara.
a. Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran yang dilakukan rumah tangga dan non profit organization
dalam mengonsumsi barang dan jasa, baik yang didapat dari pihak lain maupun
diproduksi sendiri, setelah dikurangi nilai neto penjualan barang bekas dan barang
sisa.
b. Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja
perjalanan dinas, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta belanja rutin
pemerintah lainnya. Konsumsi pemerintah menunjukkan pembelian neto
pemerintahan namun tidak termasuk BUMD. BUMD dalam tabel IO dianggap
sebagai perusahaan swasta.
c. Pembentukan Modal Tetap
Pembentukan modal dapat dilakukan pihak swasta, rumah tangga dan
pemerintah yang mencakup pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal
baru, baik dari dalam maupun luar wilayah.
d. Perubahan Investasi
Selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dan awal tahun. Perubahan
investasi dapat bernilai positif dan negatif.
e. Ekspor dan Impor
10
Mencakup transaksi ekspor/impor barang dan jasa di sektor ekonomi suatu
wilayah dengan wilayah lain. Ekspor ke luar negeri dinilai dalam f.o.b. termasuk
biaya pengangkutan, bea ekspor dan biaya muatan barang. Impor dinilai dalam
c.i.f. ditambah bea dan pajak terkait impor.
4. Input Primer
Peran input primer menunjukkan sumber input primer menurut sektor
berdasar kolom dan menunjukkan pendapatan yang diterima faktor produksi
berdasar baris.
a. Upah/Gaji
Kompensasi yang diberikan kepada karyawan atau pegawai atas partisipasi
dalam proses produksi. Pembayaran dapat berupa uang dan barang. Pembayaran
berupa barang menyesuaikan dengan harga pasar. Pendapatan tenaga kerja
menggambarkan distribusi pendapatan di tempat rumah tangga tinggal.
b. Surplus Usaha
Selisih nilai tambah setelah dikurangi oleh upah/gaji, penyusutan dan pajak
tak langsung neto.
c. Penyusutan
Merupakan besarnya dana untuk konsumsi harta tetap.
d. Pajak Tak Langsung Netto
Merupakan pembayaran kepada pemerintah. Sektor yang menerima subsidi
lebih besar dari pajak akan menunjukkan tanda negatif. Pajak bea masuk dalam
kelompok pajak ini.
GAMBARAN UMUM
Letak Astronomis, Luas Wilayah, Topografi, dan Iklim
Provinsi Lampung beribukota di Bandar Lampung, secara geografis
kedudukan Provinsi Lampung terletak pada 103o 40’ – 105
o 50’ Bujur Timur dan
6o 45’ – 3
o 45’ Lintang Selatan. Provinsi Lampung berbatasan dengan Provinsi
Sumatera Selatan dan Bengkulu di sebelah Utara, Selat Sunda di sebelah Selatan,
laut Jawa di sebelah Timur, dan samudera Indonesia di sebelah Barat. Luas
daratan di Provinsi Lampung sebesar 35,288.35 Km2.
Topografi Provinsi Lampung terdiri atas lima jenis topografi, yaitu daerah
berbukit sampai bergunung, daerah berombak sampai bergelombang, dataran
alluvial, daratan rawa pasang surut, dan daerah river basin. Provinsi Lampung
terdiri atas 12 kabupaten dan dua kota. Iklim di Provinsi Lampung tergolong iklim
tropis humid dengan angin laut lembab yang bertiup dari Samudera Hindia.
Kelembaban udara rata-rata 80-88%. Suhu daerah Lampung berkisar antara 22o C
- 28o C. Liwa, Sekincau di Lampung Barat, Talang Padang, dan Gisting di
Tanggamus memiliki iklim yang relatif sejuk.
Kependudukan dan Tenaga Kerja
Penduduk Provinsi Lampung berdasarkan sensus penduduk tahun 2010
yang dilakukan BPSberjumlah 7,608,405 orang dan rata-rata kepadatan penduduk
per kabupaten/kota adalah 216 orang per Km2. Jumlah penduduk laki-laki
11
sebanyak 3,916,622 orang dan perempuan sebanyak 3,691,783 orang. Kota
Bandar Lampung memiliki kepadatan penduduk tertinggi sebesar 4,570
orang/Km2.
Tabel 3 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas menurut Jenis Kegiatan Utama di
Provinsi Lampung Tahun 2010
Jenis Kegiatan Utama 2010
1. Angkatan Kerja 3,957,697
a. Bekerja 3,737,078
b. Pengangguran 220,619
2. Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah
Tangga dan Lainnya)
1,866,673
Jumlah 5,824,370
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (persen) 67.95
Tingkat Pengangguran (persen) 5.57 Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2013
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung
Pertumbuhan laju ekonomi adalah salah satu tujuan pembangunan. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi, dampaknya terhadap multiplier semakin
besar dan menurunkan tingkat kesenjangan pendapatan antar masyarakat melalui
distribusi yang merata. Pertumbuhan ekonomi yang diukur menggunakan PDRB
atas dasar harga konstan memperlihatkan kondisi nyata sektor perekonomian
suatu daerah.
Tabel 4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung Tahun 2010-
2013 (dalam persen)
No Sektor 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 1.07 4.96 4.2 3.95
2 Pertambangan dan Penggalian (3.38) 13.48 4.28 10.66
3 Industri Pengolahan 6.11 4.88 4.39 7.56
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10.41 9.86 11.51 10.05
5 Konstruksi 3.71 7.77 5.82 2.5
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.78 5.5 5.59 4.7
7 Pengangkutan dan Komunikasi 15.42 12.98 13.73 7.83
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan
26.88 7.48 12.44 9.48
9 Jasa-jasa 5.59 8.24 9.42 9.39
PDRB 5.88 6.43 6.48 5.97 Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2014
Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung tahun 2010 secara
keseluruhan mencapai 5.88%. Terdapat tiga sektor yang memiliki laju
pertumbuhan tertinggi yaitu sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan,
sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor listrik, gas dan air bersih. Laju
pertumbuhan sektor pertanian mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke tahun
2011, namun terus menurun hingga tahun 2013. Pada tahun 2013, sebagian besar
12
sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Hanya sektor
pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan yang laju
pertumbuhannya tetap positif dari tahun 2012 ke tahun 2013. Sektor keuangan,
real estate dan jasa perusahaan memiliki rata-rata laju pertumbuhan tertinggi di
Lampung. Rata-rata laju pertumbuhan sektor ini sekitar 14.07%. Sektor
pengangkutan dan transportasi rata-rata tumbuh 12.49% pertahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Perekonomian Provinsi Lampung
Struktur Output dan Struktur Permintaan
Struktur permintaan antara Provinsi Lampung tahun 2010 ditunjukkan
dalam tabel 5, didominasi oleh kontribusi sektor pertanian sebesar 34.55%. Pada
struktur permintaan akhir, kontribusi sektor industri pengolahan tertinggi sebesar
28.04%. Total permintaan yang ditunjukkan dalam total output memperlihatkan
bahwa terdapat empat sektor dengan jumlah kontribusi besar dalam perekonomian
Lampung. Sektor tersebut adalah sektor pertanian (27.64%), industri pengolahan
(24.4%), konstruksi (11.66%), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
(10.93%). Sektor yang menyumbangkan total output terkecil berasal dari sektor
listrik, gas dan air bersih (0.83%).
Tabel 5 Struktur Permintaan Input Output Provinsi Lampung (dalam Juta Rupiah)
Kode
Sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Total Output
Nilai % Nilai % Nilai %
1 27,431,679 34.55 46,734,154 24.74 74,165,834 27.64
2 3,470,548 4.37 5,652,244 2.99 9,122,792 3.40
3 12,486,232 15.72 52,975,704 28.04 65,461,936 24.40
4 1,313,222 1.65 924,550 0.49 2,237,772 0.83
5 965,223 1.22 30,326,070 16.05 31,291,293 11.66
6 14,060,482 17.71 15,258,800 8.08 29,319,282 10.93
7 10,844,965 13.66 13,012,914 6.89 23,857,879 8.89
8 6,229,460 7.85 4,077,058 2.16 10,306,518 3.84
9 2,603,195 3.28 19,938,842 10.56 22,542,038 8.40
Jumlah 79,405,006 100 188,900,336 100 268,305,344 100 Sumber : BPS Lampung, 2012 (diolah)
Struktur konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, struktur investasi,
struktur net ekspor, dan nilai tambah bruto selengkapnya ditunjukkan oleh
lampiran 2.
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga tertinggi di Provinsi Lampung adalah sektor
pertanian sebesar Rp 21,467,328 juta diikuti oleh sektor industri pengolahan
sebesar Rp 20,815,085 juta, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp
13
11,635,592 juta, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 11,596,473 juta,
dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 924,550 juta.
Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah mencakup sektor jasa-jasa sebesar Rp 12,606,237 juta.
Sektor yang paling tinggi dalam konsumsi pemerintah berdasar tabel IO 53 sektor
adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
yang menghabiskan 51.04% dana. Sektor jasa pendidikan menghabiskan 27.77%
dana dan sesuai dengan Undang-Undang No 20/2003 tentang Sistem Pendidika
Nasional dan Keputusan Mahkamah Konstitusi No 13/PUU/VI I/2008 bahwa
setidaknya 20% dana belanja pemerintah dialokasikan untuk sektor pendidikan.
Konsumsi pemerintah dalam jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 12.62%
dan sisanya dibelanjakan dalam jasa lainnya sebesar 8.57%.
Struktur Investasi
Struktur investasi diperoleh dari penjumlahan antara pembentukan modal
tetap dan perubahan investasi. Berdasarkan agregasi sembilan sektor
perekonomian terdapat lima sektor yang memiliki struktur investasi. Investasi
tertinggi di Provinsi Lampung adalah sektor konstruksi dengan total investasi
sebesar Rp 30,326,070 juta yang keseluruhannya berasal dari pembentukan modal
tetap. Sektor kedua dengan investasi tertinggi adalah pertanian sebesar Rp
1,520,768 juta. Sektor selanjutnya adalah industri pengolahan dengan investasi
sebesar Rp 480,919 juta; pertambangan dan penggalian dengan investasi sebesar
Rp 375,642 juta; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan total
investasi Rp 149,504 juta.
Struktur Net Ekspor
Struktur ekspor Provinsi Lampung terdiri dari ekspor antarnegara dan
ekspor antarprovinsi. Struktur net ekspor yang diperoleh dari penjumlahan ekspor
antarnegara dan ekspor antarprovinsi yang kemudian dikurangkan dengan impor
dapat menunjukkan surplus atau defisit perdagangan. Tabel IO menunjukkan
bahwa dalam perekonomian Lampung tidak terdapat defisit perdagangan. Surplus
perdagangan terbesar disumbang oleh sektor industri pengolahan sebesar Rp
31,679,700 juta (47.87%); diikuti sektor pertanian Rp 23,746,058 juta (35.88%);
dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 5,263,245 juta (7.95%).
Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto adalah balas jasa kegiatan produksi terhadap faktor-
faktor produksi. Ada lima sektor yang memiliki nilai tambah bruto yang relatif
lebih besar dari sektor lain. Sektor pertanian memiliki nilai tambah bruto terbesar
Rp 60,766,698 juta; diikuti sektor industri pengolahan Rp 41,621,203 juta;
perdagangan, hotel dan restoran Rp 21,462,837 juta; pengangkutan dan
komunikasi Rp 15,541,018 juta; dan sektor jasa-jasa Rp 15,192,748 juta. Rasio
upah/gaji dengan surplus usaha dapat menunjukkan distribusi pendapatan antara
tenaga kerja dengan pemilik usaha. Apabila nilai rasio sama dengan satu, hal ini
menunjukkan adanya pemerataan distribusi pendapatan yang diterima tenaga kerja
dan keuntungan yang diterima pemilik modal. Pada sektor jasa-jasa, rasio
upah/gaji dan surplus usaha bernilai lebih dari satu, yaitu 5.49. Hal tersebut
14
menunjukkan apabila dibandingkan pemilik modal, maka tenaga kerja
memperoleh pendapatan yang jauh lebih tinggi. Kedelapan sektor ekonomi lain
menunjukkan nilai rasio yang kurang dari satu. Rasio terendah dimiliki sektor
pertambangan dan penggalian (0.21) dan sektor pertanian (0.27) yang
menunjukkan bahwa pemilik modal lebih menikmati pendapatan dari proses
produksi dibandingkan dengan tenaga kerjanya.
Analisis Keterkaitan
Keterkaitan Langsung ke Depan (KD) dan Keterkaitan Langsung dan Tidak
Langsung ke Depan (KDLT)
Hasil pengolahan tabel input-output 9 sektor perekonomian menunjukkan
bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan ke depan
tertinggi dibandingkan sektor lain sebesar 0.5290. Hal ini berarti apabila terjadi
peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang langsung dialokasikan ke sektor lain
termasuk sektor itu sendiri mengalami peningkatan sebesar 0.5290 juta rupiah.
Sektor ini memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi dengan sektor listrik, gas dan
air bersih. Sektor yang memiliki keterkaitan ke depan tertinggi kedua adalah
sektor pertanian sebesar 0.4541, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi;
industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian.
Tabel 6 Sepuluh Sektor dengan Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan Tertinggi
dan Nilai Keterkaitan Langsung Tidak Langsung ke Depan Tertinggi
Sektor KDi Sektor KDLTi
Perdagangan Besar dan
Eceran
2.9495 Perdagangan Besar dan
Eceran
4.9323
Bank 2.6694 Bank 3.8473
Industri Karet, Barang dari
Karet dan Plastik
0.8499 Informasi dan Komunikasi 2.3359
Informasi dan Komunikasi 0.7851 Real Estate 2.1575
Perikanan 0.7539 Angkutan Darat 2.0732
Angkutan Darat 0.7141 Industri Karet, Barang dari
Karet dan Plastik
1.8012
Real Estate 0.6884 Ketenagalistrikan 1.7447
Ketenagalistrikan 0.5480 Perkebunan 1.7034
Perkebunan 0.4596 Industri Kimia, Farmasi dan
Obat Tradisional
1.6148
Industri Kimia, Farmasi dan
Obat Tradisional
0.4476 Industri Makanan dan
Minuman
1.5914
Sumber : Tabel IO Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan jika terjadi
peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka output suatu sektor
yang dialokasikan secara langsung dan tidak langsung ke sektor lainnya termasuk
sektor itu sendiri akan meningkat sebesar nilai KDLT-nya dalam juta rupiah.
Sektor yang memiliki KDLT tertinggi berdasarkan pengolahan tabel IO 9 sektor
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.7162, diikuti sektor
15
pertanian; pengangkutan dan komunikasi, industri pengolahan; dan sektor
keuangan, real estate dan jasa perusahaan (Lampiran 3).
Tabel 6 di atas menunjukkan 10 sektor yang memiliki KD dan KDLT
tertinggi berdasarkan hasil pengolahan tabel IO 53 sektor. Sektor perdagangan
besar dan eceran memainkan peran penting dalam keterkaitan ke depan antar
sektor. Sektor ini memiliki keterkaitan yang relatif tinggi dengan industri
tembakau, industri logam dasar, pertambangan bijih logam, angkutan laut,
angkutan darat, industri pengolahan lainnya, angkutan sungai, danau dan
penyeberangan serta sektor gas.
Keterkaitan Langsung ke Belakang (KB) dan Keterkaitan Langsung dan
Tidak Langsung ke Belakang (KBLT)
Hasil pengolahan tabel input-output 9 sektor ekonomi menunjukkan sektor
listrik, gas dan air bersih memiliki nilai keterkaitan kebelakang tertinggi sebesar
0.5066. Hal ini menunjukkan apabila terdapat peningkatan permintaan akhir
sebesar satu juta rupiah, maka sektor tersebut secara langsung akan meningkatkan
permintaan terhadap input sektornya sendiri maupun terhadap sektor lainnya
sebesar 0.5066 juta rupiah. Sektor ini memiliki keterkaitan ke belakang yang
relatif tinggi dengan sektor pertambangan dan penggalian. Urutan kedua yang
memiliki keterkaitan ke belakang tertinggi adalah sektor konstruksi yang diikuti
sektor industri pengolahan; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa.
Tabel 7 Sepuluh Sektor dengan Nilai Keterkaitan Langsung ke Belakang
Tertinggi dan Keterkaitan Langsung Tidak Langsung ke Belakang
Tertinggi
Sektor KBi Sektor KBLTi
Jasa Penunjang Keuangan 0.9918 Jasa Penunjang Keuangan 2.1540
Angkutan Rel 0.6904 Angkutan Rel 1.8462
Ketenagalistrikan 0.5572 Ketenagalistrikan 1.7118
Konstruksi Bangunan Sipil 0.4867 Industri Kayu, Barang dari
Kayu dan Gabus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya
1.6807
Konstruksi Gedung 0.4768 Konstruksi Bangunan Sipil 1.6690
Industri Kayu, Barang dari
Kayu dan Gabus dan Barang
Anyaman dari Bambu, Rotan
dan Sejenisnya
0.4665 Angkutan Laut 1.6608
Penyediaan Akomodasi 0.4623 Konstruksi Gedung 1.6514
Konstruksi Khusus 0.4614 Angkutan Udara 1.6453
Angkutan Laut 0.4559 Penyediaan Akomodasi 1.6442
Angkutan Udara 0.4478 Konstruksi Khusus 1.6247 Sumber : Tabel IO Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan jika
terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah, maka suatu sektor
secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan permintaan terhadap
inputnya sendiri maupun terhadap input sektor lain sebesar nilai KBLT-nya dalam
16
juta rupiah. Sektor listrik, gas dan air bersih memiliki nilai KBLT tertinggi
berdasarkan pengolahan tabel IO 9 sektor ekonomi sebesar 1.6629 dan diikuti
sektor konstruksi dengan nilai KBLT sebesar 1.6562 (Lampiran 3). Sektor
pengangkutan dan komunikasi, industri pengolahan dan sektor jasa-jasa
menempati urutan ketiga hingga kelima.
Tabel 7 di atas menunjukkan sepuluh sektor yang memiliki KB dan KBLT
tertinggi berdasarkan hasil pengolahan tabel IO 53 sektor. Sektor jasa penunjang
keuangan memiliki keterkaitan ke belakang yang relatif tinggi dengan industri
barang galian bukan logam, perdagangan besar dan eceran serta bank.
Analisis Dampak Penyebaran
Analisis dampak penyebaran mencakup analisis nilai indeks daya
penyebaran (IDP) dan analisis nilai indeks daya kepekaan (IDK). Menurut BPS
2012, sektor ekonomi dapat dikelompokkan dalam empat kuadran berdasarkan
nilai IDP dan IDKnya seperti dalam tabel 8.
Sektor yang berada dalam kuadran I adalah sektor industri pengolahan (IDP
1.0402; IDK 1.0782) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (IDP 1.0587; IDK
1.1438). Kedua sektor ini dianggap mampu meningkatkan pertumbuhan sektor
hulu dan hilirnya. Sektor yang berada di kuadran II memiliki kemampuan
meningkatkan sektor hilirnya, namun kurang mampu mendorong sektor hulunya.
Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertanian (IDP 0.8727; IDK 1.2006) dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (IDP 0.9706; IDK 1.2137).
Tabel 8 Pengelompokan Sektor Perekonomian Provinsi Lampung 2010
Berdasarkan Nilai IDP dan IDK
IDP > 1 IDP < 1
IDK > 1
Kuadran I
- Industri Pengolahan
- Pengangkutan dan
Komunikasi
Kuadran II
- Pertanian
- Perdagangan, Hotel dan Restoran
IDK < 1
Kuadran IV
- Listrik, Gas dan Air Bersih
- Konstruksi
- Jasa-jasa
Kuadran III
- Pertambangan dan Penggalian
- Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan Sumber: Tabel IO Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Sektor yang berada di kuadran III dianggap kurang mampu meningkatkan
pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya. Kedua sektor tersebut adalah sektor
pertambangan dan penggalian (IDP 0.7958; IDK 0.9936) dan sektor keuangan,
real estate dan jasa perusahaan (IDP 0.8828; dan 0.9990). Sektor dalam kuadran
IV memiliki kemampuan dalam mendorong sektor hulu, namun kurang mampu
meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya. Sektor tersebut adalah sektor listrik,
gas dan air bersih (IDP 1.1760; IDK 0.8036); sektor konstruksi (IDP 1.1713; IDK
0.7521).
Hasil analisis dampak penyebaran tabel IO 53 sektor (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa sektor yang berada di kuadran I adalah sektor industri
makanan dan minuman; industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang
17
anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; ketenagalistrikan; angkutan darat;
angkutan laut; penyediaan makan minum; dan sektor informasi dan komunikasi.
Analisis Multiplier
Multiplier Output (MO)
Hasil pengolahan dalam lampiran 5 menunjukkan lima sektor yang memiliki
nilai multiplier output relatif tinggi dibandingkan sektor lain. Nilai MO tertinggi
berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih baik tipe I maupun tipe II. Nilai MO
tipe I sebesar 1.6629 yang berarti jika terjadi peningkatan permintaan akhir
terhadap sektor listrik gas dan air bersih sebesar satu juta rupiah, maka output
seluruh sektor akan meningkat sebesar Rp 1,662,900. Nilai pengganda output tipe
II sebesar 2.2307 dan dapat diartikan apabila terjadi peningkatan konsumsi rumah
tangga yang bekerja di sektor listrik, gas dan air bersih sebesar satu juta rupiah
maka output di seluruh sektor akan meningkat sebesar Rp 2,230,700.
Sektor kedua dengan nilai MO tertinggi adalah sektor konstruksi (tipe I
1.6562 dan tipe II 2.2188), diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi (tipe I
1.4970 dan tipe II 1.9307), industri pengolahan (tipe I 1.4708 dan tipe II 1.8742),
dan sektor jasa-jasa (tipe I 1.4589 dan tipe II 1.8526). Tabel berikut menunjukkan
10 sektor yang memiliki nilai multiplier output tertinggi berdasarkan hasil
pengolahan tabel IO 53 sektor
Tabel 9 Sepuluh Sektor dengan Nilai Multiplier Output Tertinggi
Kode Sektor Tipe I Kode Sektor Tipe II
47 2.1540 28 2.3236
35 1.8462 47 2.3213
28 1.7118 17 2.2658
17 1.6807 32 2.2477
32 1.6690 37 2.2470
37 1.6608 39 2.2265
31 1.6514 41 2.1725
39 1.6453 52 2.1614
41 1.6442 27 2.1375
33 1.6247 31 2.2067 Sumber : Tabel IO Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Multiplier Income (MI)
Hasil pengolahan dalam lampiran 6 menunjukkan lima sektor yang memiliki
nilai pengganda pendapatan relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Nilai
multiplier pendapatan tertinggi tipe I dan tipe II berasal dari sektor keuangan, real
estate dan jasa perusahaan. Masing-masing tipe memiliki nilai sebesar 1.4274
untuk tipe I yang artinya setiap peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta
rupiah di sektor tersebut maka pendapatan rumah tangga di seluruh sektor
meningkat sebesar Rp 1,427,400. Nilai pengganda pendapatan tipe II sebesar
1.7674 artinya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah
di sektor tersebut maka pendapatan di seluruh perekonomian akan meningkat
sebesar Rp 1,767,400 baik langsung maupun tak langsung. Sektor lain yang
memiliki nilai multiplier income relatif tinggi adalah sektor pengangkutan dan
18
komunikasi (tipe I 1.4174 dan tipe II 1.7551), jasa-jasa (tipe I 1.4083 dan tipe II
1.7438), sektor perdagangan, hotel dan restoran (tipe I 1.4006 dan tipe II 1.7343),
dan sektor konstruksi (tipe I 1.3863 dan tipe II 1.7166). Tabel berikut
menunjukkan 10 sektor yang memiliki efek pengganda pendapatan tertinggi
berdasarkan hasil pengolahan tabel IO 53 sektor.
Tabel 10 Sepuluh Sektor dengan Nilai Multiplier Income Tertinggi
Kode Sektor Tipe I Tipe II
47 Jasa Penunjang Keuangan 205.2548 254.7347
35 Angkutan Rel 2.2551 2.7987
30 Pengadaan Air 1.9126 2.3737
29 Gas 1.6723 2.0754
11 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 1.5072 1.8705
45 Asuransi dan Dana Pensiun 1.4920 1.8517
26 Industri Furnitur 1.4865 1.8449
38 Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 1.4740 1.8294
48 Real Estate 1.4730 1.8281
17
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
1.4670 1.8206
Sumber : Tabel IO Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Multiplier Employment (ME)
Hasil pengolahan dalam lampiran 7 menunjukkan lima sektor yang memiliki
nilai multiplier tenaga kerja relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Nilai ME
tertinggi berasal dari sektor industri pengolahan baik tipe I maupun tipe II. Nilai
ME tipe I sebesar 4.9577 yang berarti sektor industri pengolahan mampu
menciptakan lapangan kerja untuk 4 orang di seluruh sektor apabila output sektor
tersebut meningkat satu juta rupiah. Nilai ME tipe II sebesar 7.21 menunjukkan
dengan adanya efek konsumsi rumah tangga yang meningkatkan output sebesar
satu juta rupiah, maka seluruh sektor ekonomi mampu menciptakan lapangan
kerja untuk 7 orang. Sektor industri pengolahan memiliki nilai output tertinggi
kedua sebesar Rp 65,461,936 juta dan memiliki tenaga kerja terbanyak keempat
setelah sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.
Keempat sektor lain yang memiliki nilai multiplier tenaga kerja relatif tinggi
adalah sektor konstruksi (tipe I 2.4575 dan tipe II 4.6565), sektor keuangan, real
estate dan jasa perusahaan (tipe I 2.4538 dan tipe II 4.8645), sektor listrik, gas dan
air bersih (tipe I 2.1868 dan tipe II 4.6198), serta sektor pengangkutan dan
komunikasi (tipe I 1.8679 dan tipe II 3.0659).
Penentuan Sektor Perekonomian Unggulan
Kontribusi tiap sektor perekonomian terhadap PDRB Provinsi Lampung
pada tahun 2010 ditunjukkan Gambar 2. Sektor pertanian menyumbangkan
proporsi PDRB tertinggi sebesar 38.69% yang diikuti sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 15.93% dan sektor industri pengolahan sebesar 13.49%.
Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan analisis LQ (Lampiran 8), sektor
basis di Provinsi Lampung adalah sektor pertanian dan sektor keuangan, real
19
estate dan jasa perusahaan dengan nilai LQ masing-masing sebesar 2.9378 dan
1.0519.
Perencanaan daerah Provinsi Lampung dalam jangka menengah yang
tertuang dalam RPJMD Provinsi Lampung 2010-2014 menunjukkan bahwa sektor
yang menjadi prioritas dalam pembangunan adalah sektor pertanian, sektor
pariwisata, sektor industri, dan sektor pengangkutan. Menurut Daryanto dan
Hafizrianda (2010) dalam Walida (2013) bahwa kontribusi tiap sektor dalam
penciptaan PDRB belum cukup menggambarkan perekonomian wilayah secara
keseluruhan. Efek langsung masing-masing sektor yang terlihat belum cukup
menjadi dasar penggerak perekonomian, diperlukan pula analisis keterkaitan,
dampak penyebaran dan dampak pengganda yang pada akhirnya mampu menjadi
dasar peningkatan aktivitas perekonomian dan pembangunan daerah.
Sumber : BPS Lampung 2013 (diolah)
Gambar 2 Kontribusi Sektor Perekonomian dalam PDRB Provinsi Lampung
Tahun 2010 (dalam persen)
Penentuan sektor unggulan dalam penelitian ini berdasarkan keterkaitan
antar sektor ekonomi, dampak penyebaran dan nilai multiplier, serta total output.
Tabel 11 Peringkat Sektoral berdasarkan Nilai Hasil Pengolahan Input-Output
Kode
Sektor
Ekonomi
IDP
IDK
*
MO
TI
MOTI
I
MIT
I
MIT
II
ME
TI
ME
TII TO Nilai
1 2 8 8 7 7 9 9 1 51
2 3 9 9 9 9 6 6 8 59
3 1 4 4 8 8 1 1 2 29
4 2 1 1 6 6 4 4 9 33
5 2 2 2 5 5 2 3 3 24
6 2 6 6 4 4 8 8 4 42
7 1 3 3 2 2 5 5 5 26
8 3 7 7 1 1 3 2 7 31
9 2 5 5 3 3 7 7 6 38 Keterangan:MOTI: Multiplier Output Tipe I; MOTII: Multiplier Output Tipe II; MITI:Multiplier
Income Tipe I; MITII: Multiplier Income Tipe II; METI: Multiplier Employment Tipe
I; METII: Multiplier Employment Tipe II; TO: Total Output; *): Peringkat IDP/IDK
berdasarkan pembagian kuadran BPS
38,69
1,86
13,49 0,37 4,77
15,93
7,3
10,04 7,55 Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
20
Tabel di atas digunakan untuk membantu menentukan sektor unggulan di
Provinsi Lampung. Hasil pengolahan tabel IO agregasi sembilan sektor ekonomi
menunjukkan tiga sektor unggulan dalam perekonomian Provinsi Lampung, yaitu
sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor
konstruksi. Metode yang digunakan untuk menentukan sektor unggulan
berdasarkan tabel IO 53 sektor sama dengan pola penentuan sektor unggulan tabel
IO agregasi sembilan sektor. Hasil pengolahan tabel IO 53 sektor menunjukkan
sepuluh sektor unggulan yaitu sektor industri kayu, barang dari kayu dan gabus
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; jasa penunjang keuangan;
angkutan rel; sektor konstruksi bangunan sipil; angkutan laut; industri batubara
dan pengilangan migas; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; konstruksi
khusus; pengadaan air; industri furnitur; dan konstruksi gedung.
Hasil penelitian tidak hanya melihat dampak langsungnya saja, namun juga
dampak tidak langsung dalam mendorong dan meningkatkan pertumbuhan sektor
di hulu dan hilirnya. Hasil penelitian menggunakan analisis IO menunjukkan
bahwa terdapat ketidaksesuaian antara sektor yang menjadi unggulan dari hasil
penelitian dengan sektor yang menjadi prioritas pembangunan dalam RPJMD
Provinsi Lampung dan sektor basis berdasarkan analisis LQ.
Sektor pertanian menjadi sektor yang diprioritaskan pembangunannya
berdasarkan RPJMD dan analisis LQ, namun tidak menjadi sektor unggulan
dalam hasil penelitian. Berdasarkan kajian ekonomi regional (KER) Provinsi
Lampung tahun 2011 triwulan I oleh Bank Indonesia, penyebab sektor pertanian
kurang unggul karena pertanian memiliki keterkaitan yang rendah dengan sektor
ekonomi yang lain. Kondisi ketenagakerjaan di sektor pertanian sangat
dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan panen. Tenaga kerja saat musim panen lebih
banyak dari musim lain. Usaha pertanian dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur
terutama jalan pertanian (roadfarm) yang digunakan untuk distribusi baik bahan
baku maupun hasil produksi pertanian. Kondisi jalan di Provinsi Lampung pada
tahun 2011 sekitar 23% mengalami kerusakan dan sekitar 15% rusak berat.
Persentase jalan yang mengalami kerusakan di tahun 2012 sebesar 22% jalan
rusak dan 16% jalan mengalami kerusakan berat akibat bertambahnya beban jalan
(BPS, 2013). Peningkatan beban jalan ini terjadi akibat bertambahnya jumlah
kendaraan. Selain itu bahan baku seperti pupuk, benih, dan perhatian pemerintah
seperti penyuluhan yang berkurang semenjak diberlakukannya otonomi daerah
untuk sektor pertanian.
Sektor pertanian memiliki jumlah tenaga kerja yang paling tinggi
dibandingkan sektor lain di Provinsi Lampung. Pada tahun 2010 jumlah tenaga
kerja di sektor ini sebanyak 2,187,085 orang dan menjadi 1,666,372 orang di
tahun 2012, namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi
1,742,098 orang. Rasio upah/gaji terhadap surplus usaha sektor pertanian sebesar
0.27. Nilai ini menunjukkan bahwa pemilik modal dalam sektor pertanian lebih
menikmati pendapatan dari proses produksi daripada tenaga kerja di sektor
pertanian. Alokasi belanja di Provinsi Lampung apabila dibandingkan dengan
tingginya jumlah tenaga kerja sektor pertanian maka nilainya menjadi sangat kecil.
Pada tahun 2010, nilai alokasi belanja terhadap jumlah tenaga kerja sebesar Rp
30,528 /tenaga kerja/tahun. Walaupun nilai alokasi belanja pertanian semakin
meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlahnya masih sangat kecil.
21
Distribusi PDRB sektor pertanian pun terus mengalami penurunan dari
38.69% di tahun 2010 hingga menjadi 36.61% di tahun 2013, selain itu laju
pertumbuhan sektor pertanian termasuk ke dalam tiga sektor yang laju
pertumbuhannya lebih rendah dari laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung
keseluruhan. Laju pertumbuhan sektor pertanian tahun 2013 sebesar 3.95%
sedangkan laju pertumbuhan PDRB Lampung sebesar 5.97%. Hal ini yang
menyebabkan sektor pertanian tidak menjadi unggulan walau pembangunannya
terus diprioritaskan.
Sektor industri pengolahan dengan spesifikasi industri kayu, barang dari
kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya
memanfaatkan output dari sektor kehutanan, perdagangan, hotel dan restoran,
angkutan darat, dan sektor industri kayu itu sendiri untuk input produksinya.
Output dari sektor ini didistribusikan dan dialokasikan untuk sektor industri
furnitur, konstruksi gedung, konstruksi khusus, dan konstruksi bangunan sipil.
Produk sektor industri kayu ini banyak digunakan sektor konstruksi untuk
perlengkapan pembangunan infrastruktur fisik. Jumlah industri kayu dan gabus
dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya di Provinsi Lampung ada 6
industri, dengan rincian 5 industri dimiliki swasta nasional dan 1 industri berasal
dari PMA. Letak dari industri tersebut di daerah Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten
Lampung Utara. Terdapat 4.89% pekerja di industri ini dari total 68,362 pekerja di
sektor industri. Upah per tahun untuk pekerja di industri ini mencapai Rp
40,081,413/tahun (BPS 2012).
Industri furnitur merupakan subsektor industri pengolahan yang banyak
menggunakan input dari sektor industri kayu dan gabus dan barang anyaman dari
bambu, rotan dan sejenisnya serta sektor kehutanan. Selain itu sektor perdagangan
digunakan untuk distribusi input ke lokasi industri menggunakan angkutan darat.
Output dari sektor industri furnitur sebagian besar dialokasikan untuk sektor real
estate, penyediaan akomodasi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya yang
membutuhkan produk industri ini untuk melengkapi sarana dan prasarana sektor-
sektor tersebut. Terdapat sembilan industri furnitur di Lampung yang seluruhnya
dimiliki perusahaan swasta nasional. Lokasi dari industri furnitur ini berada di
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Pesawaran, dan Kabupaten Pringsewu. Total pekerja di industri furnitur Lampung
sebesar 750 orang dengan upah pertahun yang dikeluarkan mencapai Rp 6,8
miliar (BPS 2012).
Sektor angkutan rel menggunakan input dari sektor ketenagalistrikan untuk
menggerakkan kereta api. Selain itu sektor ini memanfaatkan output sektor
perdagangan, hotel dan restoran, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan
kegiatan sosial untuk input dan menggerakkan angkutan-angkutan yang
menggunakan rel, seperti kereta barang dan kereta penumpang. Sektor angkutan
rel juga menggunakan input dari bank untuk pembiayaan pengembangan sektor
ini. Output dari sektor angkutan rel digunakan untuk sektor itu sendiri; industri
batubara dan pengilangan migas; industri kertas barang dari kertas, percetakan dan
reproduksi; sektor industri mesin dan perlengkapan YTDL; industri pengolahan
lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan; industri barang dari
logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik; serta perdagangan
22
besar dan eceran untuk mendistribusikan produk dari industri-industri tersebut
menggunakan kereta barang.
Terdapat jalur kereta api di Provinsi Lampung menghubungkan antara
Lampung dengan Sumatera Selatan. Wilayah di Provinsi Lampung yang dilewati
jalur kereta api Tanjung Karang – Kertapati adalah Kota Bandar Lampung,
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung
Tengah, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Way Kanan yang berbatasan
dengan Sumatera Selatan. Jumlah penumpang kereta api dari tahun 2009-2011
mengalami peningkatan dari 723,178 penumpang menjadi 838,196. Namun pada
tahun 2012 jumlah penumpang menurun menjadi 629,932. Walaupun terjadi
penurunan pada lalulintas penumpang, lalulintas barang justru meningkat dari
tahun 2009-2012. Muatan yang diangkut pada tahun 2012 sebesar 10,320,502 ton,
meningkat 1,738,411 ton dari tahun 2009 (BPS, 2013). Data dari BPS
menunjukkan di stasiun KA Pidada dan Blambangan Pagar tidak ada lagi muatan
atau komoditas berupa pasir besi dan angkutan gula oleh PT. Gunung Madu yang
diangkut dari tahun 2009-2012. Stasiun KA Tarahan masih mengangkut
komoditas berupa batubara yang jumlah muatannya semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2009 batubara yang diangkut dari stasiun tersebut sebanyak
8,498,150 ton dan menjadi 10,217,850 ton di tahun 2012.
Sektor angkutan laut menggunakan input dari sektor perdagangan, hotel dan
restoran untuk digunakan sebagai sarana transportasi bagi wisatawan; industri
makan minum untuk pengangkutan bahan baku produksi; informasi dan
komunikasi; serta bank dan ketenagalistrikan untuk pengembangan sektor
angkutan laut. Output dari sektor angkutan laut banyak dimanfaatkan oleh sektor
pertambangan dan penggalian lainnya; industri batubara dan pengilangan migas;
industri tekstil dan pakaian jadi; industri kertas barang dari kertas, percetakan dan
reproduksi; industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan
peralatan listrik; industri alat angkutan; serta pergudangan dan jasa penunjang
angkutan, pos dan kurir untuk pendistribusian hasil produksi industri ke pasar.
Terdapat sepuluh pelabuhan di Provinsi Lampung. Pelabuhan laut tersebut terletak
di Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Tulang Bawang,
dan Kota Bandar Lampung.
Sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan menggunakan input dari
sektor industri makan minum untuk pengangkutan bahan produksi; perdagangan,
hotel dan restoran; ketenagalistrikan; dan sektor angkutan sungai itu sendiri untuk
pembiayaan dan perkembangan sektor itu sendiri. Output sektor angkutan sungai,
danau dan penyeberangan dialokasikan untuk sektor peternakan; industri tekstil
dan pakaian jadi; industri alat angkutan; konstruksi gedung; konstruksi bangunan
sipil; jasa lainnya; dan sektor itu sendiri untuk pendistribusian hasil produksi dan
pengangkutan bahan baku konstruksi.
Sektor konstruksi memiliki keterkaitan yang relatif tinggi dengan sektor
industri pengolahan dikarenakan sektor konstruksi bangunan sipil, konstruksi
khusus dan konstruksi gedung terkait dengan fasilitasi kegiatan industri,
infrastruktur, sarana prasarana umum, sistem pembuangan dan irigasi, dan lain-
lain. Konstruksi memiliki keterkaitan dengan sektor keuangan, real estate dan jasa
perusahaan karena dibutuhkan investasi yang besar untuk pengembangan sektor
konstruksi. Ketiga subsektor konstruksi, yaitu sektor konstruksi bangunan sipil,
konstruksi khusus dan konstruksi gedung menggunakan output dari pertambangan
23
dan penggalian; industri kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan
dan sejenisnya; industri karet, barang dari karet dan plastik; industri barang galian
bukan logam; industri mesin dan perlengkapan YTDL sebagai input atau bahan
baku untuk pembangunan. Selain itu subsektor konstruksi ini menggunakan input
dari sektor perdangan, hotel dan restoran; real estate; angkutan darat untuk
pengembangan dan pengiriman bahan konstruksi. Produk atau output dari ketiga
subsektor konstruksi di atas paling banyak digunakan oleh sektor real estate dan
subsektor konstruksi itu sendiri.
Jumlah perusahaan konstruksi menurut kualifikasi di Provinsi Lampung
tahun 2013 dari BPS sebanyak 2,418. Seluruh perusahaan konstruksi tersebut
berbadan hukum dengan kualifikasi gred 2-7. Terdapat lima daerah dengan jumlah
perusahaan konstruksi terbesar. Sebanyak 985 perusahaan konstruksi berada di
Bandar Lampung, 270 perusahaan berada di Metro, 214 perusahaan di Lampung
Utara, 194 perusahaan di Lampung Selatan, dan 165 perusahaan di Lampung
Tengah.
Kebijakan Belanja Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung terhadap
Sektor Ekonomi Unggulan
Anggaran pendapatan dan belanja daerah Lampung klasifikasi urusan
menunjukkan sejumlah anggaran yang dialokasikan untuk belanja pemerintah
daerah pada 35 sektor. Total belanja yang dialokasikan pemerintah daerah
Lampung pada sektor perindustrian berfluktuasi pada rentang waktu 2010-2013.
Sumber: DJPK Kementerian Keuangan RI, 2010-2013
Gambar 3 Belanja Perindustrian Provinsi Lampung Tahun 2010-2013
Total belanja perindustrian di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
pada tahun 2010 sebesar Rp 27,450.6 juta dan tertinggi dalam periode 2010-2013.
Pada tahun 2011 total alokasi belanja perindustrian mengalami penurunan yang
tajam dikarenakan tidak terdapat alokasi belanja perindustrian di Provinsi
Lampung. Perindustrian di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan
kemandirian ditunjukkan dengan proporsi alokasi belanja urusan perindustrian
yang dikeluarkan paling besar pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 12,916 juta
(0.7%) dan menjadi Rp 2,693 juta di tahun 2013, namun persentasenya
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
2010 2011 2012 2013
dal
am J
uta
Rup
iah
Total
Kab. Tulang Bawang Barat
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Pesawaran
Kota Metro
Kota Bandar Lampung
Kab. Way Kanan
Kab. Tulang Bawang
Kab. Tanggamus
Kab. Lampung Timur
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Barat
Prop. Lampung
24
dibandingkan dengan total belanja perindustrian cenderung menurun. Output
sektor industri pengolahan di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan
dengan nilai PDRB yang terus naik dari Rp 5,177,596 juta di tahun 2010 menjadi
Rp 6,097,668 juta di tahun 2013.
Sumber: DJPK Kementerian Keuangan RI, 2010-2013
Gambar 4 Belanja Informasi dan Komunikasi Provinsi Lampung Tahun 2010-
2013
Gambar 4 dan gambar 5 menunjukkan alokasi belanja informasi dan
komunikasi serta belanja perhubungan yang terkait dengan sektor ekonomi
unggulan yaitu pengangkutan dan komunikasi. Selama empat tahun terakhir, total
alokasi belanja untuk kedua sektor ini terus menunjukkan peningkatan. Total
alokasi belanja informasi dan komunikasi meningkat tiga kali lipat dari tahun
2010 ke tahun 2013, dari Rp 23,795.2 juta ditahun 2010 menjadi Rp 68,000.89
juta di tahun 2013. Alokasi belanja yang berasal dari Provinsi Lampung sendiri
terus mengalami peningkatan dari Rp 11,174 juta di tahun 2010 menjadi Rp
23,424 juta di tahun 2013 dengan persentase yang dibandingkan dengan total
belanja urusan terus menurun.
Alokasi belanja perhubungan Provinsi Lampung mengalami peningkatan
dari Rp 16,614 juta di tahun 2010 menjadi Rp 30,059 juta di tahun 2013. Selain
itu perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi berperan modern dalam
aspek keterjangkauan antar wilayah. Persentase alokasi belanja perhubungan dan
informasi/komunikasi di Provinsi Lampung cenderung mengalami penurunan
walaupun secara nominal nilainya terus meningkat. Pada tahun 2010 persentase
alokasi belanja sektor perhubungan sebesar 0,9%; 0,79% pada tahun 2011; naik
menjadi 0,99% pada tahun 2012; dan kembali menurun pada tahun 2013 menjadi
0,68%.
Persentase alokasi belanja sektor informasi dan komunikasi juga terus
mengalami penurunan di Provinsi Lampung. Pada tahun 2010 persentase alokasi
belanja informasi/komunikasi sebesar 0.61% dan pada tahun 2013 menjadi 0.53%,
sedangkan nilai alokasi belanja untuk sektor ini mengalami peningkatan.
Walaupun terjadi pengurangan porsi belanja untuk sektor perhubungan dan
informasi/komunikasi di Provinsi Lampung, namun nilai PDRBnya terus
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
2010 2011 2012 2013
dal
am J
uta
Rup
iah
Total
Kab. Tulang Bawang Barat
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Pesawaran
Kota Metro
Kota Bandar Lampung
Kab. Way Kanan
Kab. Tulang Bawang
Kab. Tanggamus
Kab. Lampung Timur
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Barat
Prop. Lampung
25
meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Data BPS Lampung 2013
menunjukkan nilai PDRB sektor pengangkutan dan komunikasi yang pada tahun
2010 sebesar Rp 2,803,218 juta menjadi Rp 3,883,735 juta di tahun 2013. Hal ini
juga menunjukkan peningkatan kinerja di sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sumber: : DJPK Kementerian Keuangan RI, 2010-2013
Gambar 5 Belanja Perhubungan Provinsi Lampung Tahun 2010-2013
Kinerja sektor konstruksi dilihat dari belanja sektor pekerjaan umum,
perumahan dan PDRB menunjukkan peningkatan. Alokasi belanja untuk sektor
konstruksi diwakili oleh belanja pekerjaan umum dan perumahan. Alokasi belanja
sektor pekerjaan umum di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan nominal
dari Rp 184,021 juta di tahun 2010 menjadi Rp 771,481 juta di tahun 2013.
Persentase alokasi belanja pekerjaan umum justru menunjukkan penurunan, tahun
2010 persentase alokasi belanja pekerjaan umum sebesar 10%, sempat meningkat
pada tahun 2011 sebesar 29.56% dan kembali menurun hingga tahun 2013
menjadi 17.49%.
Alokasi belanja perumahan menunjukkan peningkatan baik nilai nominal
maupun persentasenya. Pada tahun 2010, persentase anggaran untuk perumahan
sebesar 1.01% dan menjadi 5.21% di tahun 2013. Nilai anggaran belanja untuk
perumahan meningkat dari Rp 18,538 juta pada tahun 2010 meningkat menjadi
Rp 229,938 juta di tahun 2013. Nilai PDRB sektor konstruksi terus meningkat
dari Rp 1,833,091 juta di tahun 2010 menjadi Rp 2,142,782 juta di tahun 2013.
Sebelumnya terdapat pernyataan bahwa sektor pertanian tidak menjadi
sektor unggulan dari hasil penelitian, namun masih diprioritaskan
pembangunannya. Hal ini terkait dengan output sektor pertanian yang sangat besar
dan banyak terdapat industri agro di Provinsi Lampung. Adanya industri pertanian
membuat sektor pertanian masih bisa dikembangkan agar menjadi sektor
unggulan dengan beberapa perbaikan. Industri agro di Provinsi Lampung banyak
terletak di Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten
Pesawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang
Barat, Kota Bandar Lampung, dan Kota Metro. Kondisi jalan di daerah-daerah
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
2010 2011 2012 2013
dal
am J
uta
Rup
iah
Total
Kab. Tulang Bawang Barat
Kab. Mesuji
Kab. Pringsewu
Kab. Pesawaran
Kota Metro
Kota Bandar Lampung
Kab. Way Kanan
Kab. Tulang Bawang
Kab. Tanggamus
Kab. Lampung Timur
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Tengah
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Barat
Prop. Lampung
26
tersebut banyak yang mengalami kerusakan. Kerusakan terparah berada di
Kabupaten Lampung Tengah, dimana 1550 km jalan mengalami tergolong rusak,
Kabupaten Lampung Timur 734 km, dan Kabupaten Tulang Bawang Barat 726
km. Di daerah lain kerusakan jalan berada di bawah 500 km dan Kota Metro
memiliki kerusakan jalan terpendek yaitu sepanjang 16 km. Perbaikan tersebut
antara lain, perbaikan jalan yang mengalami kerusakan. Jalan pertanian dengan
kondisi baik tentu saja mampu meningkatkan dan memperlancar distribusi barang,
sehingga meningkatkan output pertanian lebih besar lagi.
Usaha perbaikan lain yaitu pada industri pertanian yang memiliki
keterkaitan erat dengan industri lain. Contohnya adalah peningkatan hasil hutan
dan perkebunan yang banyak dimanfaatkan industri kayu dan furnitur. Selain itu
alokasi belanja untuk sektor pertanian masih tinggi dan dari tahun 2010-2013
terus meningkat secara nominal walaupun sharenya terus dikurangi. Alokasi
belanja pertanian tahun 2010 sebesar 66.767 miliar rupiah, tahun 2011 sebesar
66.373 miliar rupiah, tahun 2012 sebesar 65.081 miliar rupiah dan pada tahun
2013 menjadi 99.059 miliar rupiah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini antara lain, sektor pertanian
menyumbangkan kontribusi besar pada permintaan antara, total output, konsumsi
rumah tangga, dan nilai tambah bruto. Sektor industri pengolahan
menyumbangkan kontribusi besar pada permintaan akhir dan surplus perdagangan.
Konsumsi pemerintah berfokus pada jasa-jasa terutama administrasi pemerintahan,
pertahanan dan jaminan sosial wajib. Investasi tertinggi berasal dari sektor
konstruksi.
Hasil analisis IO agregasi sembilan sektor perekonomian menunjukkan
sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai keterkaitan langsung ke
depan dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi. Nilai
keterkaitan ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
tertinggi berasal dari sektor listrik, gas dan air bersih. Dampak penyebaran pada
kuadran I memperlihatkan sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan
dan komunikasi mampu mendorong dan menarik pertumbuhan sektor hulu dan
hilirnya. Hasil analisis IO 53 sektor perekonomian menunjukkan sektor industri
makanan dan minuman; industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang
anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya; ketenagalistrikan; angkutan darat;
angkutan laut; penyediaan makan minum; dan sektor informasi dan komunikasi
memiliki nilai IDP dan IDK di atas satu.
Hasil analisis IO agregasi sembilan sektor perekonomian menunjukkan
sektor listrik, gas dan air bersih memiliki multiplier output tertinggi. Multiplier
pendapatan tertinggi berasal dari sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan,
sedangkan sektor industri pengolahan menjanjikan multiplier tenaga kerja terbesar.
Hasil analisis IO 53 sektor perekonomian menunjukkan sektor yang memiliki nilai
27
multiplier outputdan multiplier income tertinggi berasal dari sektor jasa penunjang
keuangan.
Sektor unggulan di Provinsi Lampung berdasarkan analisis input-output
adalah sektor industri pengolahan dengan spesifikasi sektor industri kayu, barang
dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya serta
industri furnitur; sektor pengangkutan dan komunikasi dengan spesifikasi sektor
angkutan rel, angkutan laut, dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;dan
sektor konstruksi dengan spesifikasi sektor konstruksi bangunan sipil, konstruksi
khusus dan konstruksi gedung. Sektor lain berdasarkan analisis 53 sektor yang
menjadi unggulan adalah sektor jasa penunjang keuangan dan pengadaan air.
Saran
Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Potensi pertanian di Provinsi Lampung tinggi, namun karena keterkaitan
dengan sektor lain rendah, ketenagakerjaan dipengaruhi cuaca dan musim
panen, kondisi jalan (roadfarm) yang mengalami kerusakan, berkurangnya
penyuluhan sejak diberlakukannya otonomi daerah, serta menurunnya
distribusi dan laju pertumbuhan membuat pertanian tidak menjadi sektor
unggulan. Dalam upaya menjadikan pertanian menjadi sektor unggulan,
hendaknya pemerintah lebih fokus dalam pengembangan sektor industri
pengolahan dengan spesifikasi sektor industri kayu dan industri furnitur atau
pada tanaman kehutanan. Hal ini dikarenakan sektor ini memiliki
keterkaitan antar faktor produksi yang relatif tinggi terutama dengan sektor
konstruksi. Selain itu perlu adanya perbaikan terutama infrastruktur yang
terkait dengan pertanian seperti jalan pertanian, sehingga mampu
mendorong serta menarik pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya.
2. Pengembangan sektor pengangkutan dan komunikasi dispesifikasikan dalam
pengembangan angkutan rel, angkutan laut, serta angkutan sungai, danau
dan penyeberangan. Pengembangan ketiga sarana transportasi tersebut
terkait dengan posisi strategis Provinsi Lampung yang menjadi provinsi
pertama penghubung pulau Sumatera dan pulau Jawa melalui jalur darat dan
laut.
3. Pemerintah Provinsi Lampung hendaknya melakukan percepatan dalam
pembangunan infrastruktur fisik yang mendukung pergerakan barang dan
jasa maupun sumberdaya manusia dari satu daerah ke daerah lain dan
memperbaiki infrastruktur fisik yang mengalami kerusakan, seperti jalan
lintas Sumatera. Selain itu, pemerintah dapat mempercepat pembangunan
jembatan Selat Sunda yang harapannya mampu menghantarkan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung menjadi lebih tinggi dan lebih
merata.
28
DAFTAR PUSTAKA
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2009. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung
Tahun 2010-2014. Lampung [ID] : Bappeda Provinsi Lampung
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut
Wilayah dan Lapangan Usaha Utama Provinsi Lampung. Jakarta [ID] :
BPS Jakarta
. 2012. Tabel Input-Output Provinsi Lampung 2010. Lampung
[ID] : BPS Provinsi Lampung
. 2013. Direktori Industri Besar dan Sedang Provinsi Lampung
2013. Lampung [ID] : BPS Provinsi Lampung
. 2013. Direktori Perusahaan Konstruksi Provinsi Lampung 2013.
Lampung [ID] : BPS Provinsi Lampung
. 2013. Lampung Dalam Angka 2013. Lampung [ID] : BPS
Provinsi Lampung
. 2013. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000
menurut Lapangan Usaha. Jakarta [ID] : BPS Jakarta
. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung Atas
Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha. Lampung [ID] :
BPS Provinsi Lampung
. 2013. Statistik Daerah Provinsi Lampung 2013. Lampung [ID] :
BPS Provinsi Lampung
. 2013. Statistik Transportasi Provinsi Lampung 2012. Lampung
[ID] : BPS Provinsi Lampung
. 2014. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Y ke Y Menurut
Lapangan Usaha, 2008-2013 (Persen). Jakarta [ID] : BPS Jakarta
[BI] Bank Indonesia. 2011. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung
Triwulan I Tahun 2011. Jakarta [ID] : BI
Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundy. 2010. Analisis Input Output & Social
Accounting Matrix untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor [ID] : IPB
Press
Daryanto, Arief and Morison, Julian B. 1992. Structural Interdependence in the
Indonesian Economy, with Emphasis on the Agricultural Sector, 1971-
1985 : An Input – Output Analysis. Mimbar Sosek No. 6, Desember 1992 :
74-99
[DJPK] Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2014. Data Keuangan
Daerah. www.djpk.depkeu.go.id/data-series/data-keuangan-daerah/setelah-
ta-2006(diakses tanggal 30 Maret 2014)
Priyarsono, D.S., dkk. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka
Ria,Desyan. 2012. Analisis Sektor Unggulan dan Arahan Pengembangan Wilayah
Kota Sabang Prov. Aceh [tesis].
Rustiadi, Ernan; Saefulhakim, Sunsun; dan Panuju, Dyah R. 2011. Perencanaan
dan Pengembangan Wilayah. Jakarta [ID] : Crespent Press dan Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
29
Samiun, Muhammad Zais M. 2008. Analisis Perekonomian Provinsi Maluku
Utara: Pendekatan Multisektoral [tesis]. Bogor [ID] : Institut Pertanian
Bogor.
Sholihah, Dyah H.A. 2008. Pengaruh Keterkaitan antar Sektor terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian
Bogor.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta [ID] :
Bumi Aksara.
Walida, Rezka Farah. 2013. Analisis Penentuan Sektor Kunci Perekonomian
Wilayah Kabupaten Belitung Timur [skripsi]. Bogor [ID] : Institut Pertanian
Bogor
Yulianti, Rizki. 2012. Peranan Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian
Kota Bontang: Analisis Input-Output [skripsi]. Bogor [ID] : Institut
Pertanian Bogor
30
Lampiran 1 Klasifikasi Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Lampung
berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Lampung tahun 2010
NO SEKTOR KODE KLASIFIKASI 9 SEKTOR
1 Tanaman Pangan
1 PERTANIAN
2 Tanaman Hortikultura
3 Perkebunan
4 Peternakan
5 Jasa Pertanian dan Perburuan
6 Kehutanan dan Penebangan
Kayu
7 Perikanan
8 Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi
2 PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
9 Pertambangan Batubara dan
Lignit
10 Pertambangan Bijih Logam
11 Pertambangan dan Penggalian
Lainnya
12 Industri Batubara dan
Pengilangan Migas
3 INDUSTRI
PENGOLAHAN
13 Industri Makanan dan Minuman
14 Industri Pengolahan Tembakau
15 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
16 Industri Kulit, Barang dari Kulit
dan Alas Kaki
17 Industri Kayu, Barang dari Kayu
dan Gabus dan Barang Anyaman
dari Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
18 Industri Kertas dan Barang dari
Kertas, Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman
19 Industri Kimia, Farmasi dan
Obat Tradisional
20 Industri Kare, Barang dari Karet
dan Plastik
21 Industri Barang Galian bukan
Logam
22 Industri Logam Dasar
23 Industri Barang dari Logam,
Komputer, Barang Elektronik,
Optik dan Peralatan Listrik
24 Industri Mesin dan Perlengkapan
YTDL
25 Industri Alat Angkutan
26 Industri Furnitur
31
27 Industri Pengolahan Lainnya,
Jasa Reparasi dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan
28 Ketenagalistrikan
4 LISTRIK, GAS DAN AIR
BERSIH 29 Gas
30 Pengadaan Air
31 Konstruksi Gedung
5 KONSTRUKSI 32 Konstruksi Bangunan Sipil
33 Konstruksi Khusus
34 Perdagangan Besar dan Eceran
6 PERDAGANGAN,
HOTEL DAN RESTORAN 41 Penyediaan Akomodasi
42 Penyediaan Makan Minum
35 Angkutan Rel
7 PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI
36 Angkutan Darat
37 Angkutan Laut
38 Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan
39 Angkutan Udara
40 Pergudangan dan Jasa Penunjang
Angkutan, Pos dan Kurir
43 Informasi dan Komunikasi
44 Bank
8
KEUANGAN, REAL
ESTATE DAN JASA
PERUSAHAAN
45 Asuransi dan Dana Pensiun
46 Jasa Keuangan Lainnya
47 Jasa Penunjang Keuangan
48 Real Estate
49 Jasa Perusahaan
50 Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
9 JASA-JASA 51 Jasa Pendidikan
52 Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial
53 Jasa lainnya
190 Jumlah Input Antara
201 Upah Gaji
202 Surplus Usaha
203 Penyusutan
204 Pajak Tak Langsung Neto
205 Subsidi
209 Nilai Tambah Bruto
210 Jumlah Input Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012
32
Lampiran 2 Tabel Input Output Provinsi Lampung 2010 Agregasi 9 Sektor
Perekonomian (Juta Rupiah)
No Sektor 1 2 3 4 5
1 Pertanian 8,961,839 0 16,321,194 0 220,733
2
Pertambangan
dan
Penggalian
0 493,599 163,376 484,033 2,322,900
3 Industri
Pengolahan 1,444,512 13,485 2,418,888 60,800 4,809,364
4 Listrik, Gas
dan Air Bersih 176,890 926 196,674 162,157 141,894
5 Konstruksi 0 0 0 0 667,906
6
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
2,386,113 142,743 3,186,436 259,082 2,715,612
7
Pengangkutan
dan
Komunikasi
247,837 202,816 1,092,802 56,399 2,061,663
8
Keuangan,
Real Estate
dan Jasa
Perusahaan
173,049 42,705 343,904 107,088 1,479,792
9 Jasa-jasa 8,894 8,690 117,458 4,074 391,122
190 Jumlah Input
Antara 13,399,135 904,963 23,840,733 1,133,634 14,810,986
200 Impor 6,701,132 452,655 11,923,185 567,001 7,408,111
201 Upah Gaji 10,916,324 1,230,972 9,210,024 175,739 3,231,952
202 Surplus Usaha 39,895,531 5,780,104 16,344,525 262,877 4,737,527
203 Penyusutan 2,163,695 411,814 2,921,949 78,285 811,637
204
Pajak Tak
Langsung
Neto
1,090,016 342,284 1,221,520 20,236 291,080
205 Subsidi 0 0 0 0 0
209 Nilai Tambah
Bruto 60,766,698 8,217,829 41,621,203 1,104,138 16,480,307
210 Jumlah Input 74,165,834 9,122,792 65,461,936 2,237,772 31,291,293
Tenaga Kerja
(jiwa) 2,187,085 12,140 170,536 7,597 116,444
Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012
33
Lanjutan ...
No 6 7 8 9 180 301
1 844,473 0 0 1,083,440 27,431,679 21,467,328
2 0 0 0 6,639 3,470,548 13,357
3 1,215,411 1,118,333 231,189 1,174,250 12,486,232 20,815,085
4 208,767 178,105 39,285 208,525 1,313,222 924,550
5 0 0 297,318 0 965,223 0
6 1,633,649 1,983,366 253,247 1,500,233 14,060,482 11,635,592
7 2,171,525 2,945,541 276,444 1,789,938 10,844,965 11,596,473
8 1,669,191 1,265,335 547,691 600,704 6,229,460 3,772,653
9 113,430 826,181 147,787 985,560 2,603,195 7,041,018
190 7,856,446 8,316,861 1,792,961 7,349,289 79,405,006 77,266,056
200 3,833,624 4,258,128 896,795 3,676,192 39,716,823 23,950,859
201 5,066,144 3,499,490 1,711,197 8,528,995 43,570,837
202 10,468,951 4,352,263 5,130,205 1,553,950 88,525,933
203 1,386,965 3,164,605 565,985 1,366,307 12,871,242
204 707,153 266,532 209,375 67,304 4,215,500
205 0 0 0 0 0
209 21,462,837 15,541,018 8,513,557 15,192,748 188,900,335
210 29,319,282 23,857,879 10,306,518 22,542,038 268,305,344
463,488 125,606 13,239 461,548 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012
Lanjutan
No 302 303 304 305 306 600 700
1 0 64,120 1,456,648 5,398,356 18,347,702 74,165,834 74,165,834
2 0 343,332 32,310 4,145,876 1,117,369 9,122,792 9,122,792
3 0 66,272 414,647 6,577,113 25,102,587 65,461,936 65,461,936
4 0 0 0 0 0 2,237,772 2,237,772
5 0 30,326,070 0 0 0 31,291,293 31,291,293
6 0 35,332 114,172 2,609,161 864,543 29,319,282 29,319,282
7 0 0 0 749,957 666,484 23,857,879 23,857,879
8 0 0 0 74,850 229,555 10,306,518 10,306,518
9 12,606,237 0 0 60,250 231,337 22,542,038 22,542,038
190 12,606,237 30,835,126 2,017,777 19,615,563 46,559,577 268,305,344 268,305,344
200 39,850 883,710 (804,646) 76,428 488,049 64,339,901 64,339,901
201
202
203
204
205
209
210
Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012
34
Lampiran 3 Keterkaitan Antar Sektor Perekonomian Provinsi Lampung Tahun
2010
No Sektor KDi KBi KDLTi KBLTi
1 Pertanian 0.4545 0.1807 1.6976 1.2340
2 Pertambangan dan Penggalian 0.3474 0.0992 1.4049 1.1252
3 Industri Pengolahan 0.4016 0.3642 1.5245 1.4708
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.1101 0.5066 1.1363 1.6629
5 Konstruksi 0.0502 0.4733 1.0634 1.6562
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 0.5290 0.2680 1.7162 1.3724
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.4371 0.3486 1.6173 1.4970
8 Keuangan, Real Estate dan
Jasa Perusahaan 0.2972 0.1740 1.4125 1.2482
9 Jasa-jasa 0.1137 0.3260 1.1529 1.4589 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
Keterangan : KDi = Keterkaitan Langsung ke Depan
KBi = Keterkaitan Langsung ke Belakang
KDLTi = Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
KBLTi = Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
35
Lampiran 4 Dampak Penyebaran antar Sektor di Provinsi Lampung Tahun 2010
No Sektor IDP IDK Kuadran
1 Pertanian 0.8727 1.2006 II
2 Pertambangan dan Penggalian 0.7958 0.9936 III
3 Industri Pengolahan 1.0402 1.0782 I
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.1760 0.8036 IV
5 Konstruksi 1.1713 0.7521 IV
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.9706 1.2137 II
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.0587 1.1438 I
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan 0.8828 0.9990
III
9 Jasa-jasa 1.0318 0.8154 IV Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah) Keterangan : IDP = Indeks Daya Penyebaran (Backward Linkage)
IDK = Indeks Derajat Kepekaan (Forward Linkage)
36
Lampiran 5 Multiplier Output Sektor Perekonomian Provinsi Lampung tahun
2010
Kode Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 1 0.1807 0.0533 0.2004 1.4344 0.4887 1.2340 1.4344
2 1 0.0992 0.0260 0.1074 1.2327 0.7619 1.1252 1.2327
3 1 0.3642 0.1066 0.4034 1.8742 0.9208 1.4708 1.8742
4 1 0.5066 0.1563 0.5679 2.2307 0.0000 1.6629 2.2307
5 1 0.4733 0.1829 0.5626 2.2188 2.1503 1.6562 2.2188
6 1 0.2690 0.1044 0.3139 1.6863 0.2084 1.3724 1.6863
7 1 0.3486 0.1484 0.4337 1.9307 0.1146 1.4970 1.9307
8 1 0.1740 0.0743 0.2129 1.4611 0.0432 1.2482 1.4611
9 1 0.3260 0.1329 0.3937 1.8526 1.0600 1.4589 1.8526 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
37
Lampiran 6 Multiplier Income Sektor Perekonomian Provinsi Lampung tahun
2010
Kode Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 0.0904 0.0201 0.0065 0.0279 0.1448 0.5458 1.2939 1.6021
2 0.0496 0.0096 0.0035 0.0149 0.0776 0.9669 1.2633 1.5642
3 0.1821 0.0402 0.0130 0.0561 0.2914 0.7860 1.2921 1.5999
4 0.2534 0.0581 0.0198 0.0789 0.4102 0.0000 1.3074 1.6189
5 0.2367 0.0678 0.0237 0.0782 0.4064 1.6636 1.3863 1.7166
6 0.1308 0.0380 0.0143 0.0436 0.2268 0.2143 1.4006 1.7343
7 0.1785 0.0536 0.0209 0.0603 0.3133 0.1042 1.4174 1.7551
8 0.0870 0.0268 0.0103 0.0296 0.1538 0.0522 1.4274 1.7674
9 0.1631 0.0485 0.0181 0.0547 0.2844 0.9978 1.4083 1.7438 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
38
Lampiran 7 Multiplier Tenaga Kerja Sektor Perekonomian Provinsi Lampung
tahun 2010
Kode Awal Pertama Industri Konsumsi Total Elastisitas Tipe I Tipe II
1 0.0295 0.0042 0.0010 0.0029 0.0375 0.4335 1.1737 1.2725
2 0.0013 0.0005 0.0002 0.0016 0.0036 1.6657 1.5204 2.6948
3 0.0026 0.0084 0.0019 0.0059 0.0188 3.5422 4.9577 7.2100
4 0.0034 0.0027 0.0014 0.0083 0.0157 0.0000 2.1868 4.6198
5 0.0037 0.0028 0.0026 0.0082 0.0173 4.5129 2.4575 4.6565
6 0.0158 0.0024 0.0013 0.0046 0.0241 0.1880 1.2328 1.5216
7 0.0053 0.0029 0.0017 0.0063 0.0161 0.1820 1.8679 3.0659
8 0.0013 0.0011 0.0008 0.0031 0.0062 0.1437 2.4538 4.8645
9 0.0205 0.0040 0.0017 0.0057 0.0319 0.8918 1.2790 1.5587 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
39
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Provinsi Lampung Tahun
2010
No Sektor LQ
1 Pertanian 2.9378
2 Pertambangan dan Penggalian 0.2297
3 Industri Pengolahan 0.5227
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.4772
5 Konstruksi 0.7366
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.9204
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.7753
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1.0519
9 Jasa-jasa 0.8021 Sumber: PDRB Provinsi Lampung dan PDB Indonesia, 2010 (diolah)
40
Lampiran 9 Hasil Perhitungan IDP dan IDK Tabel Input Output 53 Sektor
Kode
Sektor
IDP Kode
Sektor
IDP Kode
Sektor
IDK Kode
Sektor
IDK
1 0,8420 28 1,2119 1 1,0223 28 1,2352
2 0,8847 29 0,9407 2 1,0879 29 0,7082
3 0,9181 30 1,1086 3 1,2060 30 0,7399
4 0,9405 31 1,1692 4 1,0936 31 0,7557
5 0,7979 32 1,1816 5 0,8339 32 0,7451
6 0,7799 33 1,1503 6 0,8174 33 0,7469
7 0,8497 34 0,9397 7 1,0557 34 3,4920
8 0,7808 35 1,3071 8 1,1074 35 0,7224
9 0,7080 36 1,0844 9 0,7080 36 1,4678
10 0,8651 37 1,1758 10 0,7888 37 1,0628
11 0,8293 38 1,1224 11 0,9362 38 0,8741
12 0,9987 39 1,1649 12 0,7185 39 0,8826
13 1,0626 40 0,9920 13 1,1267 40 0,9927
14 0,9275 41 1,1641 14 0,7080 41 0,8533
15 0,9990 42 1,0839 15 0,7083 42 1,0238
16 0,7080 43 1,0003 16 0,7080 43 1,6538
17 1,1899 44 0,8235 17 1,0848 44 2,7238
18 0,9443 45 0,9125 18 0,7676 45 0,7180
19 0,9056 46 0,7951 19 1,1433 46 0,7201
20 0,9455 47 1,5250 20 1,2752 47 0,7086
21 0,8805 48 0,8770 21 0,8281 48 1,5275
22 0,9003 49 1,0336 22 0,7141 49 0,8855
23 1,0192 50 0,9498 23 0,7348 50 0,8706
24 0,9525 51 1,0124 24 0,9488 51 0,7680
25 1,1239 52 1,1496 25 0,7198 52 0,9101
26 1,1065 53 1,1239 26 0,7660 53 0,8588
27 1,1407 27 0,7434 Sumber : Tabel Input Output Provinsi Lampung, 2012 (diolah)
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kendal pada 14 April 1992. Anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Ngali dan Ibu Tiwik Sumarni. Kakak penulis yaitu Wahyu
Nugroho alm. dan adiknya Baharudin Nur Hidayat. Penulis telah menempuh
pendidikan di SMP Negeri 1 Sukorejo, Kendal (2004-2007), SMA Negeri 1
Kendal (2007-2010) jurusan IPA dan diterima di Institut Pertanian Bogor tahun
2010 melalui jalur USMI di Departemen Ilmu Ekonomi.
Kegiatan yang pernah penulis ikuti selama di Institut Pertanian Bogor di
luar kegiatan akademik adalah anggota di Forum Komunikasi Mahasiswa
(FOKMA) Bahurekso Kendal, anggota Klub Fotografi Asrama TPB, anggota
Klub Fotografi Chepots, Panitia Hipotex-R, MPKMB 48, MPF dan MPD 48,
Extravaganza ke-3, OMI, dan Sportakuler ke-4. Penulis pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang Pengembangan Masyarakat (PKM-
M) dengan judul program “Bengkel Baca” dan didanai oleh DIKTI.