kajian pustaka bab 4

7
Penyusutan Penyusutan merupakan sebuah metode alokasi biaya atas aset yang produktif. Penyusutan merupakan beban nonkas dan tidak menghasilkan dana untuk penggantian asset, sehingga pada asaat menghitung arus kas operasi, penyusutan harus dikeluarkan dari perhitungan arus kas dari aktivitas operasi. Tingkat penyusutan asset dihitung berdasar masa manfaat dan tingkat penyusutannya. Masa manfaat aset berbeda antar perusahaan bahkan antar asset. Masa manfaat tersebut ditentukan oleh kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman dan informasi fisik tentang aset. Pemeliharaan asset dapat menambah umur ekonomis suatu asset. Keusangan asset merupakan pengurang umur ekonomis dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, pola konsumsi dan kekuatan ekonomi. Beberapa metode yang biasa digunakan perusahaan adalah a. Metode garis lurus Metode garis lurus mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap periode adalah seragam sepanjang waktu ekonomis aset. Asumsi yang digunakan adalah kerusakan fisik yang seragam sepanjang waktu dan keusangan yang tidak selalu terjadi sepanjang waktu. Metode ini terbukti pada asset seperti bangunan. Kelebihan metode ini adalah sederhana pengaplikasiannya. Kelemahan metode ini adalah kelemahan pada asumsinya. Maksudnya, beban

Upload: noe153

Post on 02-Jan-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ALK penyusutan, deplesi, intangible asset

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Pustaka Bab 4

Penyusutan

Penyusutan merupakan sebuah metode alokasi biaya atas aset yang produktif.

Penyusutan merupakan beban nonkas dan tidak menghasilkan dana untuk

penggantian asset, sehingga pada asaat menghitung arus kas operasi, penyusutan

harus dikeluarkan dari perhitungan arus kas dari aktivitas operasi. Tingkat

penyusutan asset dihitung berdasar masa manfaat dan tingkat penyusutannya.

Masa manfaat aset berbeda antar perusahaan bahkan antar asset. Masa

manfaat tersebut ditentukan oleh kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman

dan informasi fisik tentang aset. Pemeliharaan asset dapat menambah umur ekonomis

suatu asset. Keusangan asset merupakan pengurang umur ekonomis dan dipengaruhi

oleh perkembangan teknologi, pola konsumsi dan kekuatan ekonomi.

Beberapa metode yang biasa digunakan perusahaan adalah

a. Metode garis lurus

Metode garis lurus mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap

periode adalah seragam sepanjang waktu ekonomis aset. Asumsi yang

digunakan adalah kerusakan fisik yang seragam sepanjang waktu dan

keusangan yang tidak selalu terjadi sepanjang waktu. Metode ini terbukti

pada asset seperti bangunan.

Kelebihan metode ini adalah sederhana pengaplikasiannya.

Kelemahan metode ini adalah kelemahan pada asumsinya. Maksudnya, beban

penyusutan seragam sepanjang periode asset, padahal asset telah mengalami

penurunan manfaat di tahun-tahun akhir dan memiliki manfaat lebih di tahun-

tahun awalnya. Hal itu juga memberikan dampak lebih lanjut pada distorsi

tingkat pengembalian juga merupakan salah satu kelemahan metode ini.

b. Metode Dipercepat

Metode dipercepat mengalokasikan biaya penyusutan yang semakin

menurun selama masa ekonomis hingga akhir periode. Kelebihan penggunaan

metode ini adalah untuk kepentingan pajak. Asumsi yang mendukung metode

ini adalah adanya biaya perawatan, peningkatan keusangan dan penurunan

pendapatan efisiensi operasi yang dapat memperkecil beban penyusutan.

Dipercepat memberikan dua pilihan metode penyusutan, yaitu :

- Saldo menurun

Page 2: Kajian Pustaka Bab 4

Melalui metode ini, tarif yang dibebankan untuk penyusutan adalah

tetap, namun untuk metode ini biasanya mengenakan tarif penyusutan

dua kali tarif garis lurus

- Jumlah Angka Tahun

Metode ini menggunakan penerapan biaya asset yang dikurangi nilai

sisa yang semakin kecil sepanjang umur asset.

c. Metode Spesial

Metode ini digunakan pada indsutri-industri tertentu. Metode spesial

menggunakan perhitungan khusus untuk beban penyusutannya

berdasarkan aktivitasnya.

Deplesi

Menurut Subramanyam, Deplesi merupakan alokasi biaya sumber daya alam

berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi. Objek deplesi adalah aset yang dapat

dieksploitasi dari sumber daya alam. Besarnya deplesi tergantung pada tingkat

produksi. Estimasi yang salah terhadap deplesi adalah hal yang harus diwaspadai

analis

Impairment Asset

Harga perolehan aset yang telah dikaitkan dengan penyusutan bukanlah

refleksi dari nilai sekarang aset. Seperti yang telah diketahui bahwa akuntansi saat ini

telah berusaha untuk merefleksikan nilai kini dari setiap pos. Impairment dapat

dilakukan apabila nilai buku aset lebih tinggi daripada nilai wajar aset saat itu.

Impairment dilakukan dengan melakukan penurunan nilai pada neraca (write down).

Akuntansi tidak memperbolehkan adanya kenaikan nilai aset, namun diperbolehkan

untuk menghapus aset apabila ada penurunan nilai secara permanen. Penurunan nilai

ini juga boleh ditanggguhkan melalui tes recoverability yaitu dengan cara melakukan

estimasi arus kas masa depan (tanpa diskonto) dibandingkan dengan nilai disposisi

akhir. Jika nilai lebih besar daripada nilai disposisi, maka terjadi penurunan nilai.

Page 3: Kajian Pustaka Bab 4

Analisa Penyusutan dan Deplesi

Menganalisa penyusutan dan deplesi akan sangat terkait dengan biaya

historis. Padahal, seperti yang telah diketahui, biaya historis memiliki banyak

kelemahan. Biaya historis memiliki masalah dengan relevansinya. Prinsip-prinsip

akuntan

Analisis yang dapat dilakukan terhdap penyusutan dan deplesi adalah

- Mewaspadai adanya manajemen laba melalui revisi masa manfaat.

- Adanya hubungan pemilihan metode alokasi dengan tujuan pajak yang tercermin

melalui :

o Metode dipercepat yang digunakan untuk perusahaan ekspansi

o Metode gars lurus untuk kepentingan laporan keuangan dan metode

dipercepat untuk kepentingan pajak

- Melakukan analisis terhaap pengungkapan penyusutan. Walaupun terkadang

informasi yang dihasilkan pada pengungkapan tidak terlalu material, namun

pengungkapan yang baik yang mencakup informasi kuantitatif sejauh mana

kegunaan aset terhadap operasional

- Analis sebaiknya tidak terpaku pada laba sebelum penyusutan yang biasa disebut

dengan arus kas. Konsep mengeluarkan penyusutan dari arus kas karena tidak

adanya kas yang benar-benar dikeluarkan untuk penyusutan membuat konsep ini

menjadi buruk. Penyusutan hanya dianggap sebagai ‘beban pembukuan’ padahal

manfaatnya dirasakan sepanjang masa aset tersebut.

Melakukan analisa terhadap penyusutan maupun deplesi membutuhkan evaluasi

atas kelayakan yang dapat diukur melalui rasio-rasio. Beberapa perhitungan yang

dapat membantu menilai kebijakan dan keputusan penyusutan yaitu :

No Fungsi Rumus

1 Rata-rata jangkauan waktu total

nilaikotor aset tetap dan perlengkapanbeban penyusutan periode berjalan

2 Umur rata-rata akumulasi penyusutanbeban penyusutan periode berjalan

3 Umur sisa rata-rata nilaibersi h aset tetap dan perlengkapanbeban penyusutan periode berjalan

4 Rata-rata jangkauan waktu total

Umur rata-rata + umur sisa rata-rata

Page 4: Kajian Pustaka Bab 4

Analisis Penurunan Nilai

Dalam melakukan analisa penurunan nilai terdapat beberapa masalah yang

dihadapi analis, yaitu : Kelayakan jumlah penurunan nilai, Kelayakan waktu

penurunan nilai dan Efek penurunan nilai terhadap laba. Dalam melakukan analisis

penurunan nila, hal-hal yang harus dilakukan analis adalah :

Aset tak Berwujud

Menurut Subramanyam, Aset tak berwujud adalah hak, keistimewaan,

manfaat kepemilikan atau pengendalian. Suatu aset disebut aset tak berwujud jika :

- Tidak dapat dipisahkan dari perusahaan

- Tidak memiliki wujud fisik

- Masa manfaat tidak terhingga (memiliki ketidakpastian tinggi)

- Mengalami perubahan nilai yang tinggi karena kompetisi

- Tidak adanya kapitalisasi biaya untuk aset tidak berwujud (karena konservatisme

akuntansi)

Aset tak berwujud terbagi menjadi

a. Aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi

Intangible asset jenis ini diamortisasi, dicatat sesuai biaya perolehan

dan terkait hak tertentu atau manfaat tidak terbatas aset

b. Aset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi

Aset jenis ini berasal dari pembentukan internal ataupun karena

pembelian. Contohnya adalah goodwill. Goodwill dapat berubah menjadi

laba masa depan.

Aset tidak berwujud diamortisasi berdasarkan masa manfaatnya. Asumsi

yang digunakan untuk menentukan masa manfaat adalah kondisi perintaan, tingkat

kompetisi, hukum, kontrak, dll. Aset tidak berwujud juga dapat mengalami

penurunan nilai, kecuali goodwill yang hanya dilakukan uji penurunan nilai setiap

periode. Dalam melakukan analisis terhadap aset tak berwujud, seorang analis harus

1. Identifikasi aset yang dihapus atau diturunkan

2. Evaluasi kelayakan melalui persentase

3. Komparasikan dengan perusahaan lain

Page 5: Kajian Pustaka Bab 4

waspada. Hal ini disebabkan karena tak jaran manajemen mengamortisasi aset

tersebut melebihi masa manfaatnya.

Aset tak berwujud yang seharusnya mendapat perhatian lebih analis adalah

goodwill. Hal ini disebabkan goodwill memiliki kesulitan tersendiri karena tidak

adanya amortisasi. Kesulitan lainnya adalah dalam mengidentifikasi disposisi,

komposisi, dan penilaian goodwill yang disebabkan keharusan penghapusan goodwill

apabila laba yang mendasarinya sudah tidak ada lagi. Goodwill yang diciptakan

internal juga memiliki keunikan analisis tersendiri karena dapat dijual dan

menghasilkan laba yang besar. Namun, biaya pengembangan goodwill dapat

mengakibatkan laba perusahaan terlalu rendah