kajian potensi ekosistem mangrove sebagai...
TRANSCRIPT
KAJIAN POTENSI EKOSISTEM MANGROVE SEBAGAI
PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI DI DUSUN NUAN DESA
MATAK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
Zainal
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
Khodijah Ismail
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
Febrianti Lestari
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
ABSTRAK
Zainal. 2017. Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai Pencadangan
Kawasan Konservasi di Dusun Nuan Desa Matak Kabupaten Kepulauan
Anambas, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja
Ali Haji. Pembimbing I: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si. Pembimbing II:
Dr. Febrianti Lestari, M.Si.
Penelitian tentang Kajian Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai
Pencadangan Kawasan Konservasi di Dusun Nuan Desa Matak Kabupaten
Kepulauan Anambas dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2016,
dilatarbelakangi oleh adanya ekosistem mangrove yang berpotensi sebagai
pencadangan kawasan konservasi untuk melindungi ekosistem mangrove dari
kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam, mikro organisme dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekologi ekosistem mangrove
dan potensi sosial masyarakat, sebagai pencadangan kawasan konservasi.
Parameter penelitian yaitu parameter ekologi ekosistem mangrove dan parameter
sosial karakteristik dan partispasi masyarakat. Dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi dan rekomendasi sebagai pencadangan kawasan
konservasi kepada pihak pengelola agar menjadi bahan pertimbangan dalam
mengelola sumberdaya pesisir Dusun Nuan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Pengamatan ditentukan secara purposive sampling, metode pengumpulan
data dilakukan dengan observasi lapangan, kuesioner, wawancara dan
dokumentasi, yaitu pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan
pengambilan data dari instansi atau lembaga terkait.
Dari hasil pengamatan mangrove yang ditemukan di Dusun Nuan
sebanyak 9 jenis, 6 jenis mangrove sejati dan 3 jenis mangrove ikutan. Mangrove
sejati yaitu, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicullata, Aegiceras floridum,
Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum dan Mangrove
ikutan yaitu, Scaevola taccada, Nypa fruticans dan Pandanus pandanus. Potensi
ekologi ekosistem mangrove di Dusun Nuan di peroleh persentase sebesar 63.33%
(cukup berpotensi). Partispasi masyarakat diperoleh nilai persentase sebesar
73,26% (baik).
Kata kunci: Konservasi, Mangrove, Dusun Nuan, Desa Matak, Kabupaten
Kepulauan Anambas
ABSTRACT
Zainal. 2017. Study Potential For Backup Mangrove Ecosystem Conservation
Areas in Nuan Hamlet Matak village Anambas Island, Thesis.
Tanjungpinang: Management of fishing resources Department, Faculty of
Marine Sciences and Fisheries, University of Maritim Raja Ali Haji.
Advisor: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si. Co-advisor: Dr. Febrianti
Lestari, M.Si.
Research on Mangrove Ecosystem Study Potential For Backup
Conservation Area in Nuan Hamlet Matak village Anambas Island conducted
between July and August 2016, motivated by the mangrove ecosystem as a
potential reserve conservation area to protect mangrove ecosystems from damage
caused by natural factors, micro-organisms and others. This study aims to
determine the potential of mangrove ecosystem ecology and social potential of the
community, as a backup conservation area. Parameter research that parameter
mangrove ecosystem ecology and social parameters and characteristics of public
participation. From the results of this study are expected to provide information
and recommendations as a backup conservation area to the manager in order to be
considered in managing coastal resources Nuan Hamlet Anambas Island.
Observations determined by purposive sampling, methods of data
collection done by field observations, questionnaires, interviews and
documentation, namely direct observation in the study site and the retrieval of
data from agencies or institutions.
From the observation of mangrove found in Hamlet Nuan many as 9 types,
6 species of true mangroves and mangrove species followup 3. Mangrove true
that, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apicullata, Aegiceras floridum,
Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Xylocarpus granatum and mangrove
followup ie, Scaevola taccada, Nypa fruticans and Pandanus pandanus. Potential
ecological mangrove ecosystem in the hamlet Nuan obtained a percentage of
63.33% (potent enough). Public participation percentage value obtained 73.26%
(excellent).
Keywords: Conservation, Mangrove, Nuan Hamlet, Village Matak, Anambas
Island
3
PENDAHULUAN
Konservasi merupakan salah
satu pendekatan untuk mewujudkan
pembangunan wilayah pesisir yang
berkelanjutan.Konservasi adalah
upaya pelestarian lingkungan, tetapi
tetap memperhatikan, manfaat yang
dapat di peroleh pada saat itu dengan
tetap mempertahankan keberadaan
setiap komponen lingkungan untuk
pemanfaatan, masa depan. Konservasi
adalah suatu bentuk kegiatan yang
memanfaatkan keaslian lingkungan
alam, dimana terjadi interaksi antara
lingkungan alam dan aktivitas
rekreasi, konservasi dan
pengembangan, serta antara penduduk
dan wisatawan.sehingga masyarakat
setempat dapat ikut serta menikmati
keuntungan dari kegiatan konservasi
tersebut melalui pengembangan
potensi-potensi lokal yang dimiliki
Dusun Nuan Desa Matak
Kabupaten Kepulauan Anambas
merupakan desa yang terletak di
wilayah pesisir. Desa ini memiliki
potensi konservasi yang besar berupa
ekosistem mangrove. Meskipun
Dusun Nuan memiliki banyak jenis
mangrove namun belum diteliti lebih
lanjut dari aspek-aspek yang
mendukung daerah ini untuk
dikembangkan menjadi kawasan
konservasi ekosistem mangrove,
sehingga data dan informasinya masih
bersifat umum. Sedangkan untuk
pengembangan konservasi suatu
daerah diperlukan kajian mendalam
dari berbagai aspek. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya penelitian
mengenai potensi ekosistem mangrove
di Dusun Nuan sehingga dapat
dikembangkan menjadi kawasan
konservasi yang mendukung
kelestarian alam dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Rumusan Masalah
Dusun Nuan yang terdapat di
Kabupaten Kepulauan Anambas yang
dikawatirkan akan terbengkalai karena
belum diketahuinya potensi ekosistem
mangrove. Sehingga perlu adanya
informasi mengenai potensi mangrove
yang ada di daerah tersebut.
Dusun Nuan yang memiliki
berbagai macam jenis mangrove yang
belum di manfaatkan oleh pemerintah
setempat memerlukan perhatian
khusus untuk melindungi ekosistem
dari kerusakan yang disebabkan oleh
faktor alam, mikro organisme dan
lain-lain. Sehingga perlu dilakukan
penelitian mengenai potensi ekosistem
mangrove sebagai kawasan konservasi
mangrove.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu
:
1. Untuk mengetahui potensi
ekologi ekosistem
mangrove untuk
pencadangan kawasan
konservasi di Dusun Nuan,
Desa Matak, Kabupaten
Kepulauan Anambas.
2. Untuk mengetahui potensi
sosial masyarakat di Dusun
Nuan, Desa Matak,
Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini
adalah memberi informasi mengenai
potensi ekosistem mangrove dan
potensi sosial masyarakat sebagai
kawasan konservasi di Dusun Nuan,
Desa Matak, Kabupaten Kepulauan
4
Anambas. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir secara
berkelanjutan, dan dapat menjadi
bahan informasi untuk penelitian lebih
lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi di
Indonesia tidak didefinisikan secar
spesifik, adapun kawasan suaka alam
dalam UU No. 5 Tahun 1990 adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik di darat maupun di perairan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
Keppres No. 32 Tahun 1990,
memberikan pengertian tentang
Kawasan Lindung adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian Lingkungan
Hidup yang mencakup sumber alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah
serta budaya bangsa guna kepentingan
Pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan Keppres No. 32 Tahun
1990 kawasan lindung meliputi ;
1. Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan
bawahannya, terdiri dari
kawasan hutan lindung, bergambut
dan resapan air.
2. Kawasan perlindungan setempat,
terdiri dari sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan
sekitar danau/waduk dan kawasan
sekitar mata air.
3. Kawasan suaka alam dan cagar
budaya, yakni kawasan suaka
alam, kawasan suaka alam laut dan
perairan, kawasan pantai berhutan
bakau, taman nasional, taman
hutan raya dan taman wisata alam
dan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan, serta kawasan
rawan bencana.
Selanjutnya IUCN dalam Wikipedia
(2013), membedakan aneka macam
kawasan yang dilindungi ke dalam
enam kategori, yakni.
Strict Nature Reserve
Yakni suatu wilayah daratan atau
lautan yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan atau
merupakan perwakilan ekosistem,
kondisi geologis atau fisiologis, dan
atau spesies, tertentu, yang penting
bagi ilmu pengetahuan atau
pemantauan lingkungan.
Wilderness Area
Wilayah daratan atau lautan yang
masih liar atau hanya sedikit diubah,
yang masih memiliki atau
mempertahankan karakter dan
pengaruh alaminya, tanpa adanya
hunian yang permanen atau signifikan;
dilindungi dan dikelola untuk
mempertahankan kondisi alaminya.
National Park
Wilayah daratan dan lautan yang
masih alami, yang ditunjuk untuk
melindungi integritas ekologis dari
satu atau beberapa ekosistem di
dalamnya, untuk kepentingan sekarang
dan generasi mendatang;
menghindarkan / mengeluarkan
kegiatan-kegiatan eksploitasi atau
okupasi yang bertentangan dengan
tujuan-tujuan pelestarian kawasan;
menyediakan landasan bagi
kepentingan-kepentingan spiritual,
5
ilmiah, pendidikan, wisata dan lain-
lain, yang semuanya harus selaras
secara lingkungan dan budaya.
Natural Monument
Wilayah yang memiliki satu atau
lebih, kekhasan atau keistimewaan
alam atau budaya yang merupakan
nilai yang unik atau luar biasa; yang
disebabkan oleh sifat kelangkaan,
keperwakilan, atau kualitas estetika
atau nilai penting budaya yang
dipunyainya.
Habitat/Species Management Area
Wilayah daratan atau lautan yang
diintervensi atau dikelola secara aktif
untuk memelihara fungsi-
fungsi habitat atau untuk memenuhi
kebutuhan spesies tertentu.
Protected Landscape/Seascape
Wilayah daratan atau lautan, dengan
kawasan pesisir di dalamnya, di mana
interaksi masyarakat dengan
lingkungan alaminya selama bertahun-
tahun telah membentuk wilayah
dengan karakter yang khas, yang
memiliki nilai-nilai estetika, ekologis,
atau budaya yang signifikan, kerap
dengan keanekaragaman hayati yang
tinggi. Menjaga integritas hubungan
timbal-balik yang tradisional ini
bersifat vital bagi perlindungan,
pemeliharaan, dan evolusi wilayah
termaksud.
Ekosistem Mangrove
Menurut Bengen (2004).
Mangrove merupakan komunitas
vegetasi pantai tropis dan sub tropis
yang didominasi oleh beberapa jenis
pohon ( seperti Avicennia, Sonneratia,
Rhizopora, Bruguiera, Ceriops,
Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus,
Aegiceras, Scyphypora, dan Nypa )
yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut lumpur.
Menurut Dahuri (2003).
Mangrove merupakan tipe hutan
tropika dan subtropika yang khas,
tumbuh di sepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Mangrove
banyak dijumpai di wilayah pesisir
dan terlindung dari gempa ombak dan
daerah yang landai.Mangrove tumbuh
optimal di wilayah pesisir yang
memiliki muara sungai besar dan delta
yang aliran airnya banyak
mengandung lumpur. Sedangkan di
wilayah yang tidak bermuara sungai
pertumbuhan vegetasi mangrove tidak
optimal. Mangrove sulit tumbuh di
wilayah pesisir yang terjal dan
berombak besar dengan arus pasang
surut kuat karena kondisi ini tidak
memungkinkan terjadinya
pengendapan lumpur yang di perlukan
sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juli – Agustus 2016 yang
berlokasi di Dusun Nuan, Desa Matak,
Kecamatan Palmatak, Kabupaten
Kepulauan Anambas, Provinsi
Kepulauan Riau, pada koordinat
3°18'04.4"N 106°14'08.6"E -
3°17'36.7"N 106°14'18.0"E. Peta
lokasi penelitian di sajikan pada
Gambar 2.
6
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di
Dusun Nuan, Desa Matak, Kecamatan
Palmatak, Kabupaten Kepulauan
Anambas.
Alat dan Bahan
Penelitian menggunakan alat
dan bahan seperti pada Tabel 1
Tabel 1. Alat dan Bahan No Nama Alat dan
Bahan
Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
GPS
Kamera Alat tulis kantor
(ATK)
Sekop kecil
Pisau
Tali rapia Papan pasut (tide
staff)
Roll meter Multi tester
Current meter
Buku
identifikasi mangrove
Menentukan titik
koordinat Dokumentasi foto
Kuisioner dan
dokumentasi data Pengambilan sampel
Pengambilan sampel
Penanda lokasi Pengukuran pasang surut
Pengukuran panjang Pengukuran pH
Pengukuran kecepatan
arus Mengidentifikasi jenis
mangrove
Sumber dan Metode Pengumpulan
Data
Sumber data terdiri dari data
primer dan data sekunder serta
dikelompokkan menjadi tiga variabel
meliputi parameter perairan, parameter
ekologi, dan parameter tanggapan
masyarakat setempat. Data primer
diperoleh sendiri dari lokasi penelitian
yang dipilih. Sedangkan data sekunder
berasal dari instansi pemerintah,
lembaga terkait, literatur dan lain-lain.
Metode pengumpulan data dilakukan
dengan observasi lapangan, kuesioner,
wawancara dan dokumentasi, yaitu
pengamatan secara langsung di lokasi
penelitian dan pengambilan data dari
instansi atau lembaga terkait untuk
menganalis kesesuaian kawasan.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil
dari penelitian ini berupa data angka
yang didapat dari hasil pengukuran
dilokasi penelitian. Adapun variabel
dan instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian ini terdapat pada
tabel, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Variabel Penelitian
N
o
Jenis
data
Variable Instrumen
1. Primer
Parameter Perairan
Pasang surut
pH Kecepatan
arus
Parameter Ekosistem
Mangrove
Jenis mangrove
Kerapatan
jenis mangrove
Ketebalan
mangrove Kealamiahan
Objek biota
Substrat Kemiringan
pantai
Jarak dari sungai
Papan
pasut Multi tester
Current
meter
ATK Kamera
Roll meter
Skop kecil Pisau
2. Skund
er
Kondisi Umum Wilayah
Kondisi
Geografis Demografi
(Kependuduka
n) Kreteria Khas
Dokumenta
si
3.
Parameter Sosial
Karakteristik
Masyarakat
Kuisioner
7
Partispasi
Masyarakat
Kriteria Objektif
Tabel 3. Matriks kesesuaian lahan
konservasi hutan mangrove
N
o
Param
eter
B
o
b
o
t
S
1
S2 S3 N Kete
rang
an
1 Ketebal
an
mangro
ve (m)
2
0
>
50
0
>200-
500
50-
200
<50 Nilai
Skor
:
Kela
s
S1=
3
Kela
s
S2=
2
Kela
s
S3=
1
Kela
s
N=0
Nilai
Mak
s:
300
2 Kerapat
an
mangro
ve
(100m2)
2
0
>
15
>10-
15
5-10 <5
3 Jenis
mangro
ve
(spesies
)
1
0
>
5
3-5 1-2 0
4 Kealam
iahan
1
0
Al
a
m
i
Alam
i
denga
n
tamba
han
Laha
n
rehab
ilitas
Buat
an
5 Obyek
biota
(jumlah
jenis
biota)
1
0
>
4
3-4 2 Sala
h
satu
biot
a
6 Substrat
dasar
5 L
u
m
pu
r
be
rp
as
ir
Pasir
berlu
mpue
Pasir Ber
batu
7 Kemiri
ngan
(%)
5 <
10
10-25 25-45 >45
8 Jarak
dari
sungai
(km)
5 <
0.
5
>0.5-
1
>1-2 >2
9 Pasang
surut
(m)
5 0-
1
>1-2 >2-5 >5
1 pH 5 6- 5-<6
dan
4<5
dan
<4
dan
0 7 >7-8 >8-9 >9
1
1
Kecepat
an arus
(m/dt)
5 <
0.
3
0.3-
0.4
0.41-
0.5
>0.5
Sumber : Wardhani (2011), Hutabarat
(2009), Khomsin (2005)
A. Prosedur
penelitian/pengumpulan data
Adapun prosedur penelitian
yang akan dilakukan dalam 2 tahap
yaitu sebagai berikut :
Tahapan pertama menetapkan
responden
Responden yang diambil
dalam penelitian ini berasal dari
masyarakat setempat , sampel yang
diambil adalah 30 orang. meliputi 4
kunci informan yaitu kepala desa,
tokoh masyarakat pria dan wanita, dan
tokoh pemuda, wawancara dilakukan
secara terbuka jenis dan pertanyaan
yang diajukan berdasarkan informasi
yang di perlukan oleh peneliti. Kunci
informan ini dipilih untuk mewakili
masyarakat Dusun Nuan.
1. Tahapan kedua pengukuran
parameter
Sesuai jenis data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini,
yaitu data primer dan data
sekunder, maka dalam penelitian
ini menggunakan 2 teknik
pengumpulan data yaitu:
a. Tehnik wawancara dan
pengamatan langsung
di lokasi penelitian dan
pencacatan dengan
sistematik tentang
kondisi alam tentang
gejala yang di alami.
b. Tehnik dokumentasi
dengan melakukan
pengumpulan data
8
berdasarkan dokumen-
dokumen yang ada baik
berupa laporan, catatan,
berkas, atau pun bahan-
bahan terulis lainnya
yang merupakan
dukumen resmi yang
relepan dalam
penelitian ini.
Pengukuran potensi ekologi
ekosistem mangrove
1. Kerapatan mangrove Dilakukan dengan cara mencatat
jumlah individu yang ditemukan pada
setiap plot disetiap perairan, untuk
rumus mengukur kerapatan mangrove
menggunakan rumus sebagai berikut:
Kerapatan (K) =
Jumlah individu suatu jenis x 10000
Luas petak pengamatan (m2)
Kerapatan Relatif (Kr) =
Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis
2. Jenis mangrove
Prosedur pengamatan dan
pengambilan data mangrove dengan
membuat petak contoh (plot) transek
quadran dengan bentuk bujur sangkar
ukuran luas 10 x 10 m2, dengan
jumlah plot sebanyak 6 unit 200 meter
horizontal sepanjang garis pantai.
Mengidentifikasi nama jenis-jenis
tumbuhan mangrove yang belum
diketahui dengan cara mengambil
sebagian/potongan dari ranting,
lengkap dengan bunga dan daunnya.
Menghitung jumlah jenis dan tegakan
mangrove yang ditemukan (Fachrul,
2007).
Gambar 4. Contoh penentuan garis
transek dan plot
3. Ketebalan mangrove
Pengukuran ketebalan / lebar
mangrove dilakukan secara manual
dengan cara diukur dengan
menggunakan roll meter. Tebal
mangrove diukur dari garis terluar ke
arah laut tegak lurus ke arah darat
hingga vegetasi mangrove terakhir.
4. Kealamiahan
Pengukuran parameter
kealamiahan dilakukan untuk melihat
campur tangan manusia pada
ekosistem yang bersangkutan.
Pengukuran dilakukan secara langsung
di lokasi penelitian.
Table 4. Indikator kealamiahan
No. Indikator Skor Keterangan
1.
2.
3.
4.
Alami
Alami dengan
tambahan
Lahan rehabilitasi
Buatan
3
2
1
0
Tanpa campur
tangan
manusia Campur
tangan
manusia Sebagian
campur
tangan manusia
Sepenuhnya
campur tangan
manusia
5. Objek biota
Data objek biota dikumpulkan dari
pengamatan langsung dilapangan dan
wawancara dengan
masyarakat/nelayan sekitar guna
mendapatkan informasi biota yang
mungkin tidak ditemukan atau dilihat
pada saat pengamatan secara
9
langsung. Pengamatan objek biota
untuk melihat ada atau tidak biota
yang telah ditetapkan pada kriteria
penilaian objek biota berdasarkan
kriteria penilaian pada tabel matriks
kesesuaian.
Pengumpulan data biota diamati
secara langsung di lapangan, biota
yang ditemukan dilakukan
pengambilan gambar/foto sampling
biota untuk kemudian diidentifikasi
berdasarkan jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan penelitian ini.
6. Substrat dasar Pengambilan sampel substrat
dilakukan di tiap plot 10m x 10m pada
saat surut, dimana dalam tiap-tiap
plot/petak 10m x 10m terdapat 3 titik
sampling. Sampel substrat diambil
dengan menggunakan tangan atau
skop yang ditancapkan ke substrat,
substrat yang telah diambil
dikeringkan lalu diukur dengan cara
mengayak dengan menggunakan
anyakan bertingkat.
Jumlah sedimen yang akan diayak
khususnya yang sebagian besar terdiri
dari pasir diperlukan sekitar 100 gram.
Bila melebihi 100 gram bisa
menyebabkan over loading sehingga
bisa berakibat timbulnya sumbatan
sebagian atau seluruhnya dari lubang
mesh (Wibisono, 2010).
Rumus :
Persen Berat i =
berat ukuran I x 100
berat total sampel
Ukuran butir sedimen ditentukan
berdasarkan skala menurut
Wentworth, seperti yang tertera pada
tabel 5.
Tabel 5. Ukuran besar butir untuk
sedimen menurut skala Wentworth
Nama Partikel Diameter
Partikel (mm)
Gravel
(krikil)
Boulder Cobbles (bongkah)
Pebbles (krikil)
Granules (butir)
>265 64 – 265
4 – 64
2 – 4
Sand
(pasir)
Very coarse sand
(sangat kasar)
Coarse sand (kasar)
Medium sand
(sedang)
Fine sand (halus)
Very fine sand
(sangat halus)
1 – 2
0,5 – 1
0,25 – 0,5 0,125 – 0,25
0,0625 – 0,125
Mud Silt (lumpur) 0,004 – 0,0625 (1/256 – 1/16)
Clay (lempung) < 0,004
(< 1/156)
7. Kemiringan pantai
Saribun (2007) data kemiringan
pantai diukur menggunakan waterpass,
siku-siku, meteran dan kayu range
sepanjang 2 meter. Langkah pertama,
kayu range diletakkan secara
horizontal diatas pasir tepat pada batas
pantai teratas dan pastikan kayu range
telah horizontal menggunakan
waterpass, kemudian hitung
ketinggian antara ujung kayu range
dengan permukaan pasir
menggunakan meteran dan pastikan
meteran tegak lurus menggunakan
siku-siku. Kemiringan pantai dapat
diketahui dengan menghitung sudut
yang dibentuk antara garis horizontal
dan vertikal. Dilakukan pengulangan
pengukuran sebanyak 3 kali dari batas
pantai teratas yang terdapat vegetasi
sampai batas pantai tersentuh air.
Dimana : tan α =Y
X
α = arc tanY
X
Keterangan:
α = Sudut yang dibentuk (o)
10
Y = Ketinggian Total pantai (1+2+3+…)
Jarak garis tegak lurus antara ujung
kayu range dengan permukaan pasir. X = Lebar total pantai (a+b+c+…) Jarak
horizontal kayu range dari batas pantai
teratas sampai batas pantai tersentuh air.
8. Jarak dari sungai
Jarak dari sungai ke mangrove di
ukur secara manual menggunakan roll
meter, pengukuran dilakukan dari
vegetasi mangrove ke sungai
berdasarkan jarak terdekat dan jarak
terjauh.
Analisis Data
Analisis Kesesuaian Kawasan
untuk Konservasi Mangrove
Analisis kesesuaian (suitability
analysis) lahan dimaksudkan untuk
mengetahui kesesuaian lahan secara
spasial dengan menggunakan konsep
evaluasi lahan. Penentuan kesesuaian
lahan dilakukan dengan cara :
a. Penetapan persyaratan
(Parameter dan kriteria),
pembobotan dan skoring. Untuk
penetapan persyaratan, pembobotan,
dan skoring dilakukan berdasarkan
parameter dan kriteria kesesuaian
kawasan menurut Yulianda, ( 2007).
Keterangan:
Kategori S1 = Sesuai
Kategori S2 = Cukup Sesuai
Kategori S3 = Sesuai bersyarat
Kategori N = Tidak Sesuai
b. Nilai suatu lahan ditentukan
berdasarkan rumus Indeks
kesesuaian kawasan menurut
Yulianda (2007), sebagai berikut :
Keterangan:
IKK : Indeks Kesesuaian
Kawasan
Ni : Nilai Parameter ke-i
N maks : Nilai maksimum dari suatu
kategori kawasan
konservasi
c. Standar Nilai Kelayakan
Untuk mengetahui kategori
kelayakan maka perlu dilakukan
skoring kualitatif. Dalam penelitian
ini akan diukur dengan
menggunakan kategori kelayakan
sebagai berikut :
Tabel 6. Kategori kesesuaian
kawasan Nilai
kelayakan
%
Kategori
kesesuaian
Keterangan
80 – 100 Sangat sesuai Sangat
berpotensi
60 - < 80 Cukup Sesuai Cukup
berpotensi
35 - < 60 Sesuai Bersyarat Berpotensi bersyatrat
< 35 Tidak sesuai Tidak
berpotensi
Tabel 7. Interpretasi skor
parameter sosial
No Angka Kategori
1 80,01%-100% Sangat baik
2 60,01%-80% Baik
3 40,01%-60% Sedang
4 20,01%-40% Buruk
5 00,00%-20% Sangat Buruk
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jenis Mangrove yang dijumpai
di lokasi penelitian
Jenis-jenis mangrove yang
dijumpai pada lokasi penelitian IKK = Σ[Ni/Nmaks] x 100%
11
beranekaragam mulai dari jenis
mangrove yang sejati hingga
mangrove ikutan. Mangrove yang
dijumpai secara lengkap terdiri dari 9
jenis. Jenis-jenis mangrove yang
dijumpai dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jenis-jenis mangrove No. Nama Jenis Nama
Lokal
Kategori Jumlah
Jenis
1.
2.
3.
4.
5.
6
.
7.
8.
9.
Bruguiera
gymnorrhiza
Rhizophora
apicullata
Aegiceras
floridum
Sonneratia
alba
Rhizophora
mucronata
Xylocarpus
granatum
Scaevola
taccada
Nypa
fruticans
Pandanus
pandanus
Putut
Bakau
putih
Teruntung
Prapat
Bakau
hitam
Nyiri
Batang
lampung
Nipah
Pandan
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Ikutan
Ikutan
Ikutan
26
39
26
21
18
9
9
11
10
169
Gambar jenis mangrove yang dijumpai
pada lokasi penelitian
1. Bruguiera gymnorrhiza
Marga : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
2. Rhizophora apicullata
Marga : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizopora
Spesies : Rhizophora apicullata
3. Aegiceras floridum
12
Marga : Ericales
Family : Primulaceae
Genus : Aegiceras
Spesies : Aegiceras floridum
4. Sonneratia alba
Marga : Myrtales
Family : Lythraceae
Genus : Sonneratia
Spesies : Sonneratia alba
5. Rhizophora mucronata
Marga : Malpighiales
Family : Rhizophoraceae
Genus : Rhizopora
Spesies : Rhizophora mucronata
6. Xylocarpus granatum koen
Marga: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Xylocarpus
Spesies: Xylocarpus granatum koen
13
7. Scaevola taccada
Marga : Asterales
Famili : Goodeniaceae
Genus : Scaevola
Spesies : Scaevola taccada
8. Nypa fruticans
Marga : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Nypa
Spesies : Nypa fruticans
9. Pandanus pandanus
Marga : Pandanales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus pandanus
A. Potensi Ekologi ekosistem
mangrove di Dusun Nuan
Tabel 21. Matriks kesesuaian
ekologi mangrove sebagai kawasan
konservasi
No Parameter Bobot Keterangan Nilai
Skor
Bobot
x
Skor
1
Ketebalan
mangrove
(m)
20 <50 N =
0 0
2
Kerapatan
mangrove
(100m2)
20 >10-15 S2 =
2 40
3
Jenis
mangrove
(spesies)
10 >5 S1 =
3 30
4 Kealamiahan 10
Alami
dengan
Tamabahan
S2 =
2 20
5
Obyek biota
(jumlah jenis
biota)
10 >4 S1 =
3 30
6 Substrat
dasar 5
Pasir
berlumpur
S2 =
2 10
7 Kemiringan
(%) 5 <10
S1 =
3 15
8 Jarak dari
sungai (km) 5 <0.5
S1 =
3 15
14
9 Pasang surut
(m) 5 >1-2
S2 =
2 10
10 pH 5 5-<6 dan
>7-8
S2 =
2 10
11 Kecepatan
arus (m/dt) 5 0.3-0.4
S2 =
2 10
Total Nilai 190
Persentase Nilai 63.33
Hasil dari Tabel 21
menunjukan bahwa persentasi
kesesesuaian diperoleh sebesar
63,33%. Persentase tersebut
menunjukan bahwa potensi ekologi
mangrove di Dusun Nuan cukup
sesuai sebagai kawasan konservasi.
B. Potensi Sosial Masyarakat
Khusus masyarakat pesisir
potensi sosial sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan kepercayaan.
Pengetahuan lokal yang berakar kuat
menjadi salah satu faktor penyebab
terjaminnya kelangsungan hidup.
persentase pendidikan masyarakat di
Dusun Nuan sebesar 52% yang
bersekolah dari pendidikan dasar
sampai Sekolah Menengah Atas,
sedangkan sisa 48%nya tidak pernah
sekolah, dengan, mata pencarian
masyarakat Dusun Nuan dominan
sebagai nelayan berbudaya melayu
100% yang secara teologis memiliki
kepercayaan yang kuat bahwa laut
memiliki kekuatan magis sehingga
perlu perlakuan khusus terhadap
lingkungan pantai, laut dan darat, agar
keselamatan dan hasil tangkapannya
semakin terjamin. Mangrove di
manfaatkan sebagai tempat mencari
biaota laut oleh warga setempat,
kondisi mangrove yang baik di
kawasan ini disebabkan adanya
pantang larang menebang bakau juga
di terapkan secara turun temurun,
kebiasaan warga setiap minggu
terhadap mangrove di sini ialah
gotong-royong menyusuri bawah
bakau untuk membersihkan sampah-
sampah yang terjebak karena bawaan
air laut. Solidaritas masyarakat Dusun
Nuan Sangat tinggi, warga juga
memiliki hubungan yang erat antara
satu sama lain seperti hubungan
keluarga sendiri. Warga senang
dengan adanya penelitian ini dan
berharap adanya perubahan yang lebih
baik untuk Dusun Nuan.
Tabel 22. Penilaian Partispasi
Masyarakat Dusun Nuan N
o
Atri
but
Kategori P
n
T S B S
*
B
N
m
a
ks
1
.
Pema
hama
n
Kons
ervas
i
Sangat
Paham
Paham
Sedang
Tidak
Paham
Sangat
Tidak
Paham
5
4
3
2
1
3
1
2
1
0
5
0
3
,
4
3
3 1
0,
2
9
15
2
.
Perse
tujua
n
Atas
Renc
ana
Pemb
angu
nan
Sangat
Setuju
Setuju
Sedang
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
5
4
3
2
1
1
3
1
1
3
1
2
4
,
0
4
3 1
2,
1
2
15
3
.
Hara
pan
Atas
Reali
sasi
Progr
am
Sangat
Berharap
Berharap
Sedang
Tidak
Berharap
Sangat
Tidak
Berharap
5
4
3
2
1
1
5
8
3
2
2
4
,
0
5
1 4,
0
5
5
4
.
Mina
t
Terli
bat
Sangat
Berminat
Berminat
Sedang
Tidak
Berminat
Sangat
Tidak
5
4
3
2
1
8
5
1
1
3
3
3
,
3
9
3 1
0,
1
7
15
15
Berminat
Jumlah 3
6,
6
3
50
Persentase Nilai 73,26
%
Interpretasi Skor Baik
Keterangan : Pn : Penilaian
T : Total
Responden
S : Skor
B : Bobot
Nmaks : Nilai Maksimum
Hasil dari Tabel 22
menunjukan bahwa persentasi
partispasi masyarakat diperoleh
sebesar 73,26%.
Persentase menunjukan bahwa
sikap masyarakat terhadap
pembangunan kawasan konservasi di
nyatakan baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mangrove yang ditemukan di
Dusun Nuan adalah 9 jenis, 6 jenis
mangrove sejati dan 3 jenis mangrove
ikutan. Mangrove sejati yaitu,
Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora
apicullata, Aegiceras floridum,
Sonneratia alba, Rhizophora
mucronata, Xylocarpus granatum dan
Mangrove ikutan yaitu, Scaevola
taccada, Nypa fruticans dan Pandanus
pandanus. Dengan kerapatan relatif
11,10%, ketebalan mangrove 19,5 m,
potensi ekologi ekosistem mangrove
di Dusun Nuan cukup berpotensi, di
peroleh nilai akhir total sebesar 190
dengan nilai persentase 63.33%.
Sikap penerimaan dan
tanggapan masyarakat mengenai
pembangunan kawasan konservasi
cukup baik, meskipun pemahaman
mengenai ekosistem mangrove dan
pemahaman tentang konservasi masih
kurang. Dengan melakukan penjelasan
mengenai pengertian ekosistem
mangrove dan konservasi (menurut
bahasa) kepada masyarakat.
Masyarakat mengerti dan berharap
kebijakan pengelolaan ekosistem
mangrove dapat segera terealisasi dan
dapat ikut serta di dalam kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove
sebagai kawasan konservasi, partispasi
masyarakat diperoleh nilai persentase
sebesar 73,26%.
B. Saran
Saran dari penelitian ini adalah
agar melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai analisis kesesuaian kawasan
konservasi mengenai ekosistem
mangrove, selain penelitian lebih
lanjut diharapkan bagi pengelola
wilayah pesisir agar dilakukan
penyuluhan mengenai sumberdaya
pesisir terutama ekosistem mangrove
agar masyarakat setempat memahami
makna dan fungsi ekosistem
mangrove, sehingga keberadaan
ekosistem mangrove di Dusun Nuan
terus berkembang dan lestari.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2004. Pedoman Teknis
Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. PKSPL.
Institut Pertanian Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman
Hayati Laut. Aset
Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
16
Fachrul, Melati Ferianita. 2007.
Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta: Bumi Aksara
Hutabarat, A. A. F., Yulianda, A.,
Fahrudin, S., & Harteti, K.
(2009). Pengelolaan pesisir
dan laut secara terpadu.
Pusdiklat Kehutanan
Departemen Kehutanan RI.
SECEM-Korea International
Coorporation Agency. Bogor.
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
Khomsin (2005). Studi perencanaan
konservasi kawasan mangrove
di pesisir selatan Kabupaten
Sampang dengan teknologi
penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis.
Pertemuan Ilmiah Tahunan
MAPIN XIV. Pemanfaatan
Efektif Penginderaan Jauh
Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Bangsa. Institut
Teknologi Sepuluh November
Surabaya, 14 – 15 September
2005.
Saribun, D. S. 2007. “Pengaruh Jenis
Penggunaan Lahan Dan Kelas
Kemiringan Lereng Terhadap
Bobot Isi, Porositas Total, Dan
Kadar Air Tanah Pada Sub-
Das Cikapundung Hulu”.
Bandung : Jurusan Ilmu Tanah
Universitas Padjadjaran
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya.
Wardhani, M. K. (2011). Analisis
keberlanjutan kawasan potensi
wisata pantai di pesisir selatan
Kabupaten Bangkalan. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Wikipedia. 2013. Kawasan Yang
Dilindungi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ka
wasan_yang_dilindungi.
(diakses pada 5 Juni 2015 jam
15.57 wib).
Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari
Sebagai
Alternatif Pemanfaatan
Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
InstitutPertanian Bogor. Bogor