kajian pola operasi pembangkit terhadap ... - lib.ui.ac.id

10
Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap Biaya Pokok Produksi & Susut pada Sistem Tenaga Listrik Jawa-Bali Ryan Ramadhan dan Rudy Setiabudy Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Dengan bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka daya pada pembangkit pun akan semakin bertambah. Pada region barat sistem tenaga listrik Jawa-Bali mengalami kekurangan pembangkit dan mempunyai permintaan daya yang besar sehingga untuk menutupi kekurangan daya, pembangkit dari region timur mengirim daya sebesar ±2500 MW setiap hari. Hal ini memicu susut daya pada sisi penerima, untuk mengatasi susut daya ini dilakukan kajian terhadap tiga case pola pengoperasian pembangkit tenaga listrik yaitu case 1 pola pengoperasian pembangkit menggunakan merit order, case 2 pola pengoperasian pembangkit dengan merit order dan pengoptimalan pembangkit di bagian barat, dan case 3 pola pengoperasian pembangkit dengan membatasi transfer daya sebesar 2000 MW. Perbandingan susut rata-rata selama seminggu didapat persentase terendah pada case ke-3 sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi pada case ke-1 yaitu sebesar 2.72%. Pada hari senin- minggu didapatkan BPP termurah pada case ke-1 sebesar Rp 858,10 /kWh. Operational Pattern of Study Power Station about the Cost of Production of Basic and either a Keel on a System of Electric Power Jawa-Bali Abstract With increasing demand for electricity, the power plant will also be growing. In the Western region of electric power systems of Java-Bali suffered a shortage of power plants and has large demand so as to cover a shortage of power plants from the East send 2500 MW of power per day. This triggered power was reduced on the side of the receiver, to address this power shrink done three case study of pattern of operating power plants are generating operation pattern 1 case using merit order, case 2 a pattern of operation of generators with power optimization and order merit in the West, and case 3 pattern generation by limiting the operation of the power transfer of 2000 MW. Comparison of average losses in one week, bottommost in case 3 2,57%, the highest is case 1 2,72. From Monday to Sunday the cheapest BPP is case 1 Rp 858,10 /kWh. Keywords: operational pattern of power plant, cost of production, merit order Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap Biaya Pokok Produksi & Susut

pada Sistem Tenaga Listrik Jawa-Bali

Ryan Ramadhan dan Rudy Setiabudy

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Dengan bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka daya pada pembangkit pun akan

semakin bertambah. Pada region barat sistem tenaga listrik Jawa-Bali mengalami kekurangan

pembangkit dan mempunyai permintaan daya yang besar sehingga untuk menutupi

kekurangan daya, pembangkit dari region timur mengirim daya sebesar ±2500 MW setiap

hari. Hal ini memicu susut daya pada sisi penerima, untuk mengatasi susut daya ini dilakukan

kajian terhadap tiga case pola pengoperasian pembangkit tenaga listrik yaitu case 1 pola

pengoperasian pembangkit menggunakan merit order, case 2 pola pengoperasian pembangkit

dengan merit order dan pengoptimalan pembangkit di bagian barat, dan case 3 pola

pengoperasian pembangkit dengan membatasi transfer daya sebesar 2000 MW.

Perbandingan susut rata-rata selama seminggu didapat persentase terendah pada case ke-3

sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi pada case ke-1 yaitu sebesar 2.72%. Pada hari senin-

minggu didapatkan BPP termurah pada case ke-1 sebesar Rp 858,10 /kWh.

Operational Pattern of Study Power Station about the Cost of Production of Basic and

either a Keel on a System of Electric Power Jawa-Bali

Abstract

With increasing demand for electricity, the power plant will also be growing. In the Western

region of electric power systems of Java-Bali suffered a shortage of power plants and has

large demand so as to cover a shortage of power plants from the East send 2500 MW of

power per day. This triggered power was reduced on the side of the receiver, to address this

power shrink done three case study of pattern of operating power plants are generating

operation pattern 1 case using merit order, case 2 a pattern of operation of generators with

power optimization and order merit in the West, and case 3 pattern generation by limiting the

operation of the power transfer of 2000 MW.

Comparison of average losses in one week, bottommost in case 3 2,57%, the highest is case 1

2,72. From Monday to Sunday the cheapest BPP is case 1 Rp 858,10 /kWh.

Keywords: operational pattern of power plant, cost of production, merit order

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 2: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia saat ini tidak

dapat lepas dari energi listrik dimana listrik

sudah menjadi suatu bagian yang penting

bagi berlangsungnya kegiatan manusia.

Masyarakat menggunakan listrik untuk

kegiatan sehari-hari baik dalam skala kecil

seperti rumah tangga hingga skala besar

yaitu perusahaan. Listrik dikirimkan dari

suatu pembangkit tenaga listrik oleh PT.

PLN yang bersumber dari air, batubara,

panas bumi, angin, tenaga surya, diesel.

Listrik dikirim melalui sistem ditribusi.

Dengan bertambahnya konsumen

PT. PLN maka perubahan sistem tenaga

listrik menjadi hal yang tidak dapat

dielakkan. Hal tersebut menyebabkan

kondisi jaringan tenaga listrik menjadi

lebih kompleks. Tanpa adanya pengelolaan

dan koordinasi terhadap sistem tenaga

listrik yang lebih kompleks, maka akan

menyebabkan beberapa masalah, salah satu

diantaranya adalah rugi-rugi daya yang

terjadi saat pengiriman listrik ke

konsumen.

Rugi-rugi daya ini menyebabkan

daya yang dikirim tidak sebesar daya yang

dihasilkan dari sisi pembangkit. Rugi-rugi

daya ini berkaitan dengan banyak faktor

yang mempengaruhi besar kecilnya daya

yang terbuang. Tidak ada faktor utama

penyebab rugi-rugi daya ini, hal ini

membuat besarnya persen rugi daya tiap

bulan tidak linear. Permasalahan utama

dari usaha menekan besarnya rugi daya ini

adalah akan menyebabkan menaiknya

biaya produksi dari suatu pembangkitan

listrik. Oleh karena itu, agar PT. PLN

dapat menyediakan listrik yang berkualitas

untuk pelanggannya, rugi daya ini harus

ditekan sekecil mungkin tanpa menaikkan

biaya produksinya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendapatkan pola pengoperasian

sistem tenaga listrik yang optimal dengan

tingkat susut rendah dan dibandingkan

dengan Biaya Pokok Produksi (BPP)

namun tetap memperhatikan kualitas

tenaga listrik dengan membandingkan 3

kondisi pengoperasian pembangkit.

2. Pembangkit Tenaga Listrik dan

Susut Energi

2.1 Sistem Tenaga Listrik

Sistem tenaga listrik merupakan

suatu sistem yang kompleks yang terdiri

dari sisi pembangkit, saluran transmisi dan

jaringan distribusi yang berfungsi untuk

menyalurkan daya dari sisi pembangkit ke

sisi beban dengan dilengkapi oleh sistem

proteksi. Sehingga sistem tenaga listrik

pada intinya adalah suatu kesatuan dari

pembangkit listrik, sistem transmisi dan

saluran distribusi.

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 3: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Gambar 2.1. Skema Umum Sistem Tenaga

Listrik [8]

2.2 Susut Energi

Susut energi merupakan adanya

energi yang hilang akibat berbagai macam

sebab, secara umum susut energi tersebut

diklasifikasikan menjadi dua bagian utama,

yaitu susut teknis dan susut non teknis.

Susut Non-Teknis merupakan susut

atau daya yang hilang akibat faktor- faktor

non teknis, yang mana merupakan susut

yang benar-benar tidak bisa diperhitungkan

penyebab dari susut ini. Beberapa contoh

dari penyebab susut non teknis ini adalah

adanya pencurian listrik, karena banyak

masyarakat tidak bertanggung jawab yang

langsung mencuri listrik dari gardu tanpa

melalui izin dari PLN, sehingga

mengakibatkan adanya pemakaian energi

listrik yang tidak wajar atau melewati batas

normal. Penyebab lain yang sering terjadi

juga adalah karena adanya kesalahan

dalam pencatatan nilai.

Sementara susut teknis adalah susut

yang terjadi karena ketidaksempunaan

sistem, dengan kata lain susut yang sudah

pasti ada dan biasanya dapat dibuat model

perhitungannya. Secara umum rumusan

dari susut teknis berasal dari rumus berikut

:

……………...(2-1)

dimana :

P = daya yang hilang/susut

(watt)

I = besar arus yang mengalir

pada sistem (ampere)

R = hambatan dalam

penghantar (ohm)

3. Metode Perbandingan Biaya

Pokok Produksi dan Susut

3.1 Opportunity for Improvement

Analisa OFI pada project kali ini

dilakukan dengan menggunakan metode

analisa SWOT (Strenght, Weakness,

Opportunity, Thread). Analisa SWOT ini

memungkinkan untuk memasukkan faktor

internal serta faktor eksternal dalam

mengevaluasi dan menspesifikasikan suatu

masalah. Berikut ini adalah analisa SWOT

untuk Project Kajian Optimasi Pola

Operasi Pembangkit Terhadap Biaya

Pokok Produksi dan Susut.

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 4: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Gambar 3.1. Analisa SWOT

Berdasarkan hasil penelusuran

masalah yang terdapat pada Kantor Induk

P3B Jawa Bali, ditemukan salah satu

permasalahan yaitu belum adanya kajian

mengenai pola operasi yang

membandingkan antara BPP, susut dan

kualitas tegangan.

Selama ini sistem transmisi Jawa Bali

masih menggunakan pola operasi merit

order. Merit order merupakan daftar unit

pembangkit dengan urutan biaya operasi

yang marginal, sudah termasuk

pertimbangan : biaya start-up dan shut-

down, minimum start-up dan waktu keluar,

kendala bahan bakar, serta kendala operasi

lainnya. Dalam pelaksanaannya pola

operasi yang menggunakan merit order

dapat mengakibatkan tegangan kurang

bagus. Seperti yang telah diketahui bahwa

pembangkit murah banyak terdapat di

wilayah timur sedangkan pada kondisi

sistem transmisi Jawa Bali saat ini

menunjukkan bahwa beban terbesar ada

pada wilayah barat. Oleh karena itu untuk

memenuhi beban di wilayah barat

dilakukan transfer energi dari wilayah

timur ke barat. Hal ini dapat

mengakibatkan munculnya susut yang

tinggi dan kualitas tegangan yang turun.

3.2 Action for Improvement

Pada bab ini membahas mengenai

tahapan simulasi pola operasi pembangkit

dengan menggunakan aplikasi jROS dan

DIgSILENT. Aplikasi jROS merupakan

aplikasi optimasi pembangkitan yang

digunakan untuk membuat perencanaan

operasi sistem dalam sutu jangka waktu.

3.2.1 Pengenalan jROS

jROS adalah suatu program

aplikasi Simulasi Produksi (Production

Simulation) buatan SIEMENS AG Jerman.

Adapun Versi yang digunakan saat ini

adalah Version 5.0 May/2013, yang selalu

diperbarui (update) setiap tahunnya.

Software jROS terdiri dari optimasi

pembangkitan jangka menengah & panjang

(Resource Optimization/RO) dan

perencanaan jangka pendek (Hydro

Thermal Coordination/HTC).

3.2.2 DIgSILENT

Aplikasi DIgSILENT merupakan

aplikasi yang digunakan untuk

mensimulasikan kondisi sistem tenaga

listrik jawa bali. Untuk mensimulasikan

kondisi sistem pada aplikasi DIgSILENT

• Membatasi transfer

• BPP lebih tinggi

• Kualitas lebih buruk

•Kualitas Tegangan Tidak Begitu Bagus

•Pola Operasi Berdasarkan Merit order

•BPP murah

Strenght

Weakness

Opportunity Threat

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 5: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

diperlukan data perencanaan yang

didapatkan dari aplikasi jROS sebelumnya.

Data output yang diperoleh dari hasil

simulasi DIgSILENT berupa data susut,

beban IBT, transfer energi, dan kondisi

penghantar.

4. Analisa dan Pola Operasi

Pembangkit terhadap Biaya

Pokok Produksi

4.1 Susut

Pembahasan mengenai analisa

susut yang terjadi dilakukan dalam 3

kasus. Pembahasan kasus pertama adalah

pembahasan pola operasi dengan

memperhatikan merit order. Pola operasi

ini akan mengoperasikan pembangkit

murah terlebih untuk mensuplai beban

konsumen. Penjadwalan pengoperasian

beban dilakukan dengan bantuan software

JROS untuk mendapatkan pembangkitan

yang paling efisien.

Gambar 4.1.a

Gambar 4.1.b

Gambar 4.1.c

Gambar 4.1. Grafik Kit dan Load kasus 1, 2, dan 3

Gambar 4.1. dapat dilihat besar

perbandingan antar pembangkitan dan

beban konsumen untuk tiap kasus. Dari

grafik dapat dilihat bahwa besarnya daya

yang dihasilkan pembangkitan lebih besar

dibanding daya pada trafo distribusi

(beban), hal ini dikarenakan terdapat susut

pada transmisi tenaga listrik. Pada tiap

kasus baik dari hari senin hingga minggu

dapat dilihat bahwa besarnya susut

mengikuti besarnya beban konsumen. Saat

beban konsumen naik maka susut akan ikut

naik dan sebaliknya. Tabel 4.1.

menunjukkan perbandingan persentase

susut harian.

Tabel 4.1. Perbandingan Besar Susut Setiap Kasus

Hari Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3

Minggu 2.23% 2.21% 2.22%

Senin 2.78% 2.68% 2.62%

Selasa 2.86% 2.83% 2.68%

Rabu 2.79% 2.81% 2.69%

Kamis 2.87% 2.80% 2.66%

Jumat 2.91% 2.86% 2.59%

Sabtu 2.66% 2.62% 2.56%

rata2 2.72% 2.69% 2.57%

14,000.00

19,000.00

24,000.00

MW

kasus 1

14000

24000

MW

kasus 2

14000

24000

kasus 3 Kit

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 6: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

4.2 Tegangan

Aturan jaringan 2007 menentukan

untuk sistem tegangan 500 kV agar

tegangan dijaga pada rentang 475 - 525

kV. Kondisi tegangan diluar rentang

tersebut disebut ekskursi tegangan.

Semakin jauh letak pembangkit dengan

beban, semakin tinggi pembebanan

jaringan dan transfer timur ke barat dapat

menurunkan tegangan sistem.

Tabel 4.2. menunjukkan

perbandingan tegangan maksimum dan

minimum di GITET Kembangan, Bekasi,

dan Cibatu dengan perbandingan antara

kasus 1, kasus 2, dan kasus 3.

Tabel 4.2. Perbandingan Profil Tegangan Kasus

1,2, dan 3

Har

i

Ka

su

s

GITET

Kemban

gan Bekasi Cibatu

Ma

ks

Mi

n

Ma

ks

Mi

n

Ma

ks

Mi

n

Mi

ngg

u

Ka

su

s 1

51

8,1

9

467

,56

51

0,0

7

45

8,2

5

51

0,7

45

5,5

6

Ka

su

s 2

52

0,9

4

474

,06

51

2,8

2

46

3,9

2

51

3,7

7

46

2,8

1

Ka

su

s 3

52

5,0

5

473

,18

51

7,0

5

46

2,3

5

51

8,8

1

46

1,0

4

Sen

in

Ka

su

s 1

53

8,2

4

460

,17

53

0,0

9

45

0,4

9

53

2,9

7

45

3,3

3

Ka

su

s 2

52

4,1

2

475

,12

52

2.7

3

46

7,1

3

52

4,8

8

46

4,2

5

Ka 52 472 52 46 52 45

su

s 3

9,9

3

,72 1,7

3

2,7

8

4,7

9

9,7

4

Sel

asa

Ka

su

s 1

51

8,1

9

467

,56

51

0,0

7

45

8,2

5

51

0,7

45

5,5

6

Ka

su

s 2

52

0,9

4

472

,6

51

2,8

2

46

3,9

2

51

3,7

7

46

2,8

1

Ka

su

s 3

52

2,1

7

469

,36

51

4,4

2

45

8,9

51

5,7

45

9,2

4

Ra

bu

Ka

su

s 1

51

7,3

3

465

,11

50

9,1

45

6,5

7

51

0,0

6

45

2,0

9

Ka

su

s 2

51

9,3

9

471

,67

8

51

1,1

5

46

3,7

7

51

2,7

3

46

2,3

1

Ka

su

s 3

51

2,2

2

465

,58

50

3,9

8

45

7,0

4

50

4,3

1

45

2,7

3

Ka

mis

Ka

su

s 1

51

9,0

4

457

,39

51

0,8

8

44

5,3

1

51

1,4

5

44

1,8

6

Ka

su

s 2

51

7,2

4

474

,00

50

9,0

6

46

3,6

1

50

9,0

4

46

1,3

6

Ka

su

s 3

51

5,9

2

472

,52

50

7,6

3

46

2,7

8

50

7,0

8

45

9,5

7

Ju

mat

Ka

su

s 1

51

7,1

1

469

,32

50

9,1

4

45

8,6

5

50

9,5

5

45

6,0

5

Ka

su

s 2

52

1,1

7

478

,34

51

3,2

5

46

8,6

9

51

4,6

7

46

6,8

Ka

su

s 3

51

7,0

5

471

,06

50

8,9

8

46

1,3

7

50

9,4

8

45

8,0

9

Sab

tu

Ka

su

s 1

52

4,1

5

486

,51

51

6,3

9

47

9,5

2

51

6,8

2

47

7,0

3

Ka

su

s 2

51

5,6

4

489

,13

50

8,6

3

48

2,3

6

50

8,4

8

47

9,9

7

Ka

su

s 3

51

8,2

3

487

,12

51

0,7

2

48

0,6

3

51

1,5

5

47

7,5

9

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 7: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Tabel 4.2. dapat dilihat

perbandingan profil tegangan antara kasus

1, kasus 2, dan kasus 3 di GITET

Kembangan, Bekasi, dan Cibatu. Profil

tegangan paling baik adalah pada kasus 2

karena tegangan minimum lebih mendekati

475 kV. Profil tegangan pada kasus 3

kualitasnya sedikit di bawah kasus 2,

namun masih lebih bagus jika

dibandingkan dengan kasus 1.

4.3 Biaya Susut dan Biaya

Pembangkitan (Rupiah)

BPP merupakan dasar perhitungan

biaya produksi tenaga listrik yang

digunakan oleh PT. PLN (Persero). Pada

analisa ini ingin membandingkan harga

BPP antara pola operasi yang

mempertimbangkan merit order (kasus 1)

dengan pola operasi memaksimalkan

pembangkit barat (kasus 2) dan

pembatasan transfer (kasus 3).

Tabel 4.3. Biaya Pokok Produksi/Hari

BPP (Rp/kWh) diperoleh dari

perhitungan excel yang melibatkan

komponen A,B,C dan D dimana input

excel tersebut diperoleh dari biaya

operasional lewat JROS. Berdasarkan

Tabel 4.3. didapatkan nilai BPP/kWh pada

kasus 1 lebih murah daripada kasus 2 dan

3. BPP/kWh ini digunakan untuk

menghitung biaya pembangkitan.

Cara mendapatkan biaya

pembangkitan dengan menggunakan

perhitungan total perencanaan energi

pembangkit dikalikan dengan BPP/kWh.

Data dari perhitungan biaya pembangkitan

pada kasus 1, 2 dan 3 diperoleh hasil kasus

1 lebih murah daripada kasus 2 dan kasus 3

sedangkan kasus 3 paling mahal. Hal ini

disebabkan karena pada kasus 1

menggunakan pola pembangkit merit order

dan tidak ada pembatasan transfer dari

timur ke barat sedangkan kasus 3 lebih

mahal dikarenakan transfer yang dibatasi

dari timur ke barat sebesar 2000 MW dan

banyaknya pembangkit barat yang

beroperasi.

Tabel 4.4. Biaya Pembangkitan (Rupiah)

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 8: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Gambar 4.2. Grafik Biaya Pembangkitan (Senin-

Minggu)

Gambar 4.2. menunjukkan hasil biaya

pembangkitan kasus 1, 2, dan 3 dalam

rupiah. Kasus 1 menghasilkan biaya

pembangkitan paling murah daripada kasus

2 dan 3. Hal ini disebabkan pada kasus 1

menggunakan pola pembangkit merit order

dan tidak ada pembatasan transfer dari

timur ke barat.

Tabel 4.5. dan gambar 4.3.

menunjukkan hasil biaya susut kasus 1, 2,

dan 3 dalam rupiah. Kasus 3 menghasilkan

biaya paling murah daripada kasus 1 dan 2.

Hal ini disebabkan pada kasus 3 transfer

dari timur ke barat yang dibatasi sebesar

2000 MW.

Tabel 4.5. Biaya Susut (Rupiah)

Gambar 4.3. Grafik Biaya Susut (Rupiah)

5. Kesimpulan

Dari hasil pola kajian operasi

pembangkit terhadap biaya pokok produksi

& susut dengan membandingkan antara

kasus 1, 2 dan 3 maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kasus 1 ini hanya dilakukan

merit order, dimana pembangkit

dengan biaya pokok produksi

terendah dioperasikan terlebih

dahulu hingga yang biaya pokok

produksinya tinggi. Hal ini

menyebabkan biaya pokok

produksi menjadi lebih kecil karena

efisiensi dari merit order tersebut

sehingga pembangkit akan

beroperasi sesuai dengan besar

beban yang dibutuhkan, namun

susut menjadi tinggi karena transfer

daya bagian timur ke barat yang

tinggi.

2. Kasus 2 adalah merit order

ditambah dengan pembangkit barat

(PLTGU Muara Karang & PLTGU

Priok) diharuskan beroperasi. Hal

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 9: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

ini menyebabkan biaya pokok

produksi akan relatif lebih tinggi

dan nilai susut juga akan tinggi

karena transfer daya dari bagian

timur ke barat yang tinggi dan

diharuskannya PLTGU Muara

Karang dan Priok beroperasi.

Sehingga pada kasus ini biaya

pokok produksi relatif tinggi dan

susut pun tinggi.

3. Pada kasus 3 dilakukan merit order

pada pembangkit daerah barat yang

ditambah dengan pembatasan

transfer daya dari bagian timur ke

barat sebesar 2000 MW. Hal ini

menyebabkan biaya produksi akan

relatif lebih tinggi karena adanya

transfer daya dari pembangkit

bagian timur ke bagian barat,

namun susut menjadi minimum

karena transfer daya dibatasi.

4. Profil tegangan pada kasus 2

didapatkan batasan ekskursi paling

mendekati aturan jaringan 2007.

5. Perbandingan susut rata-rata

selama seminggu didapat

persentase terendah pada kasus 3

sebesar 2,57%, sedangkan tertinggi

pada kasus 1 yaitu sebesar 2.72%.

6. Pada hari senin-minggu didapatkan

BPP termurah pada kasus 1 sebesar

Rp 858,10 /kWh.

7. BPP termahal :

Pada hari selasa, rabu, kamis

dan jumat didapat pada kasus

3.

Pada hari senin, sabtu dan

minggu didapat pada kasus 2.

8. Jika membutuhkan biaya pokok

produksi minimum digunakan

kasus 1, sedangkan jika

membutuhkan susut yang minimum

digunakan kasus 3.

Daftar Referensi

A. Arismunandar, Buku Pegangan Teknik

Tenaga Listrikk, Jakarta, Pradnya

Pramita, 1982.

Muljono, Agung., Sutrisno, Hadi. 2010.

Kajian Tarif Berdasarkan Biaya

Pokok Penyediaan (BPP) Pada

Pembangkit Listrik Tenaga

Mikrohidro Lantan.

Bab 3 Perbandingan Biaya Sosial dari

Pembangkit Listrik Energi Fosil

dan Pembangkit Listrik Energi

Terbarukan

https://www.academia.edu/5860156

/Perbandingan_Biaya_Sosial_Dari_

Pembangkit_Listrik_Energi_Fosil_

dan_Pembangkit_Listrik_Energi_B

aru_Terbarukan : diakses

tanggal 23 Desember 2014

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015

Page 10: Kajian Pola Operasi Pembangkit Terhadap ... - lib.ui.ac.id

Bab 3 Sistem Tenaga Listrik Interkoneksi

Jawa-Bali

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12

9775T%2025056%20Studi%20alir

an--Metodologi.pdf : diakses

tanggal 2 Januari 2015

Bab 2 Sistem Tenaga Listrik

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/11

6137-T%2024344

Analisis%20perencanaan-

Analisis.pdf : diakses tanggal 20

Desember 2014

Daftar Acuan

[1] A. Arismunandar, Buku Pegangan

Teknik Tenaga Lsitrik, Jakarta,

Pradnya Pramita, 1982.

[2] Muljono, Agung., Sutrisno, Hadi.

2010. Kajian Tarif Berdasarkan

Biaya Pokok Penyediaan (BPP)

Pada Pembangkit Listrik Tenaga

Mikrohidro Lantan.

[3]

https://www.academia.edu/586015

6/Perbandingan_Biaya_Sosial_Dari

_Pembangkit_Listrik_Energi_Fosil

_dan_Pembangkit_Listrik_Energi_

Baru_Terbarukan : diakses

tanggal 23 Desember 2014

[4] Bab 3 Sistem Tenaga Listrik

Interkoneksi Jawa-Bali

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/12

9775T%2025056%20Studi%20alir

an--Metodologi.pdf : diakses

tanggal 2 Januari 2015

[5]

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/1

16137-T%2024344-

Analisis%20perencanaan-

Analisis.pdf : diakses tanggal 20

Desember 2014

[6] Gambar saluran kabel bawah tanah.

http://ilmulistrik.com/mana-yang-

lebih-baik-sutm-atau-sktm.html

: diakses tanggal 24 Desember

2014

[7] Gambar saluran kabel udara.

http://sdprairiegateway.org/prairie-

gateway/news-&-events/?item=152

: diakses tanggal 24 Desember

2014

[8] Gambar sistem tenaga listrik.

https://armanbacktrak5.files.wordpr

ess.com/2013/02/line.png :

diakses tanggal 24 Desember 2014

Kajian pola..., Ryan Ramadhan, FT UI, 2015