kajian penyakit mata. gab

62
TUGAS KHUSUS KAJIAN PENYAKIT PADA MATA KONJUNGTIVITIS APOTEK KIMIA FARMA 78, 49 dan 48 Apotek Apotek Disusun Oleh : Ana Rachmurti, S. Farm 2014000008 Universitas Pancasila Fatimah Bakriyyah, S. Farm 2014000053 Universitas Pancasila Fifi Puspita Sari, S. Farm 2014000056 Universitas Pancasila Mediasti Aditiani, S. Farm 2014000089 Universitas Pancasila Putri Karimah, S. Farm 2014000116 Universitas Pancasila Delvina Ginting, S. Farm 260112140017 Universitas

Upload: delvina-ginting

Post on 23-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Konjungtivitis

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Penyakit Mata. Gab

TUGAS KHUSUS KAJIAN PENYAKIT PADA MATA

KONJUNGTIVITIS

APOTEK KIMIA FARMA 78, 49 dan 48

Apotek

Apotek

Disusun Oleh :

Ana Rachmurti, S. Farm 2014000008 Universitas Pancasila

Fatimah Bakriyyah, S. Farm 2014000053 Universitas Pancasila

Fifi Puspita Sari, S. Farm 2014000056 Universitas Pancasila

Mediasti Aditiani, S. Farm 2014000089 Universitas Pancasila

Putri Karimah, S. Farm 2014000116 Universitas Pancasila

Delvina Ginting, S. Farm 260112140017 Universitas Padjadjaran

Pramelita Indriasari Palupi, S. Farm 260112140112 Universitas Padjadjaran

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PERIODE 2-28 FEBRUARI 2015

JAKARTA

2015

Page 2: Kajian Penyakit Mata. Gab

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Tujuan penulisan.............................................................................................2

1.3. Manfaat penulisan...........................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................3

2.1. Anatomi Konjungtiva......................................................................................3

2.2. Definisi Konjungtivitis....................................................................................4

2.3. Klasifikasi........................................................................................................4

2.4. Etiologi............................................................................................................6

2.5. Patofisiologi.....................................................................................................7

2.6. Gejala...............................................................................................................9

2.7. Penatalaksanaan...............................................................................................9

BAB III KAJIAN RESEP..........................................................................................11

3.1. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 78............................................................11

3.2. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 49............................................................24

3.3. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 48............................................................28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................37

4.1. Kesimpulan......................................................................................................37

4.2. Saran................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................38

i

Page 3: Kajian Penyakit Mata. Gab

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks,

menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus

oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu,

adatujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan

batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata.Konjungtiva merupakan

membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata

disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisanmukosa. Bagian yang

membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebutkonjungtiva bulbi.

Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah.

Peradangan pada konjungtiva disebut konjungtivitis, penyakit ini

bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis

berat dengan sekret purulen (Garcia et al, 2010). Konjungtivitis umumnya

disebabkan oleh reaksi alergi, infeksi bakteri dan virus, serta dapat bersifat akut

atau menahun (Ilyas, 2009). Penelitian yang dilakukan di Belanda menunjukkan

penyakit ini tidak hanya mengenai satu mata saja, tetapi bisa mengenai kedua

mata, dengan rasio 2,96 pada satu mata dan 14,99 pada kedua mata (Majmudar,

2010).

Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia,

jenis kelamin dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai

insidensi konjungtivitis, penyakit ini diestimasi sebagai salah satu penyakit mata

yang paling umum (Qinn et al, 2010). Pada 3% kunjungan di departemen

penyakit mata di Amerika serikat, 30% adalah keluhan konjungtivitis akibat

bakteri dan virus, dan 15% adalah keluhan konjungtivitis alergi (Marlin, 2009).

Konjungtivitis juga diestimasi sebagai salah satu penyakit mata yang paling

umum di Nigeria bagian timur, dengan insidensi 32,9% dari 949 kunjungan di

departemen mata Aba Metropolis, Nigeria, pada tahun 2004 hingga 2006

(Amadi, 2009).

Di Indonesia dari 135.749 kunjungan ke departemen mata, total kasus

konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva sebanyak 99.195 kasus

dengan jumlah 46.380 kasus pada laki-laki dan 52.815 kasus pada perempuan.

Konjungtivitis termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada

1

Page 4: Kajian Penyakit Mata. Gab

tahun 2009, tetapi belum ada data statistik mengenai jenis konjungtivitis yang

paling banyak yang akurat (Kemkes RI, 2010).

1.2. Tujuan penulisan

a. Mengkaji penyakit konjungtivitis

b. Menjelaskan tentang patofisiologi konjungtivitis

c. Menjelaskan tentang penatalaksanaan pada pasien penderita Konjungtivitis

d. Mengkaji resep yang dituliskan oleh dokter kepada pasien konjungtivitis

e. Mempelajari komunikasi, informasi dan edukasi serta monitoring pada

pasien konjungtivitis

1.3. Manfaat penulisan

a. Dengan mengetahui definisi konjungtivitis, diharapkan makalah ini

bermanfaat untuk mengetahui apa itu konjungtivitis

b. Dengan mengetahui patofisiologi dari konjungtivitis, diharapkan makalah

ini bermanfaat untuk mengetahui perjalannan penyakit konjungtivitis

c. Dengan mengetahui penatalaksanaan konjungtivitis, diharapkan makalah

ini bermanfaat untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit

konjungtivitis.

d. Dapat memahami pengobatan yang diberikan kepada pasien konjungtivitis

melalui kajian resep yang dilakukan

e. Dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi serta dapat

melakukan monitoring pada pasien konjungtivitis

2

Page 5: Kajian Penyakit Mata. Gab

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan

dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan

depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).

Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi

inflamasi. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan epitel

silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat

limbus, di atas karunkula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi

kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial

mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus

mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata

secara merata di seluruh prekornea.

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

3

Page 6: Kajian Penyakit Mata. Gab

2.2. Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata

dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus,

bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.

2.3. Klasifikasi

Berdasarkan penyababnya, konjungtivitis dibedakan menjadi beberapa jenis:

a. Konjungtivitis bacterial

Konjungtivitis blenore

Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir.

Penyebabnya adalah Gonococcus, Clamidia dan Stapilococcus.

Konjungtivitis gonore

Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada

neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang

dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada

kontak dengan penderita uretritis atau gonore. Manifestasi klinis yang

muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang

dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan

tanda-tanda infeksi umum

Konjungtivitis difteri

Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan

gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva

Konjungtivitis folikuler

Konjungtivitis angular

Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus

interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan,

kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil Moraxella axenfeld.

Konjungtivitis mukopurulen

Kongjungtivitis ini disebabkan oleh Staphylococcus, Pneumococus,

Haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia

konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak

mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi

(halo).

4

Page 7: Kajian Penyakit Mata. Gab

Blefarokonjungivitis

Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh Staphilococcus

dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada

tepi kelopak

b. Konjungtivitis viral

Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex,

Epstein-Barr, varicella zoster, molluscum contagiosum, coxsackie, dan

enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik

keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.

Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik

epidemik akut.

Keratokonjungtivitis epidemika

Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19.

Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa

melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa

demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat

Demam faringokonjungtiva

Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus.

Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan

sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan

adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan

melalui sekret atau kolam renang.

Keratokonjungtivitis herpetik

Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2

tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes

simpleks.

Keratokonjungtivitis New Castle

Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang

ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle.

Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada

mata, kelopak mata membengkak

Konjungtivitis hemoragik akut

5

Page 8: Kajian Penyakit Mata. Gab

c. Konjungtivitis jamur

Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak

memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada

konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.

d. Konjungtivitis alergik

Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa

reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari

kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya

disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau

bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi

seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi,

konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi

kronik, sindrom Stevens Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.

Konjungtivitis vernal

Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas

terhadap tepung sari rumput – rumput pada iklim panas. Keluhannya

berupa gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca

panas dan berkurang pada cuaca dingin

Konjungtivitis flikten

Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi

Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan

Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria

gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta,

organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia

adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten

2.4. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :

a. Infeksi oleh virus atau bakteri.

b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari

las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

d. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung

6

Page 9: Kajian Penyakit Mata. Gab

selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini

bisa disebabkan oleh:

1) Entropion atau ektropion.

2) Kelainan saluran air mata.

3) Kepekaan terhadap bahan kimia, pemaparan oleh iritan.

4) Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia). Frekuensi

kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala

alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi

rumput, serbuk bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat

mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu

bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap

dan cairan fumigasi).

2.5. Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti

Streptococus, Staphylococcus dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada

mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat

menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena

adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran

darah (Rapuano, 2008). Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah

lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan

sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim

dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan

oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme

pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan

kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka

sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan

konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan

ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya

secret mukopurulent. Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat

kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air

mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada

konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan

7

Page 10: Kajian Penyakit Mata. Gab

meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air

mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan

menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan

kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata

sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing (Kadek, 2012)

Jalur Patofisiologi Konjungtivitis

8

Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur)

Kelopak mata terinfeksi

Masuk kedalam mata

Tdk bisa menutup dan membuka dgn smprna

Mata kering (iritasi)

KonjungtivitisMikroorganisme, allergen, iritatif

Peradangan

Dilatasi pembuluh darah

Lakrimasi Kelenjar air mata terinfeksi

Fungsi sekresi terganggu

Hipersekresi

Resiko infeksi

Pengeluaran cairan meningkat

Nyeri Sclera merah Edema

Granulasi disertai sensai benda asing

Gangguan rasa nyaman

TIO meningkat

Kanal schlemm tersumbat

Iskemia syaraf optik

Ulkus kornea Gangguan persepsi sensori

Page 11: Kajian Penyakit Mata. Gab

2.6. Gejala

         Penglihatan kabur

         Sakit mata

         Terbentuk kerak pada kelopak mata pada malam hari

         Peningkatan air mata

         Terasa seperti ada pasir di mata

         Gatal di mata

         Kemerahan pada mata

         Peka terhadap cahaya

2.7. Penatalaksanaan

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari

bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain.

Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata

yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah

setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan

sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan

khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari

penyebaran konjungtivitis antar pasien (Kadek, 2012)

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab.

Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide

15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %).

Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus

pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,

konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %,

rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %).

Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene

kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears

dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan (Kadek,

2012)

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi

antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis.

Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif,

tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi

9

Page 12: Kajian Penyakit Mata. Gab

Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau

erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik

topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole

topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline

dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di

bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau

erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada

kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan

tuberkulosis (Kadek, 2012)

10

Page 13: Kajian Penyakit Mata. Gab

BAB III

KAJIAN RESEP

3.1. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 78

a.

11

Page 14: Kajian Penyakit Mata. Gab

b. Skrining Administratif

No. URAIAN PADA RESEPADA TIDAK

InscriptionIdentitas dokter

1 Nama dokter 2 SIP dokter 3 Alamat dokter/klinik 4 Nomor telepon/klinik 5 Tempat dan tanggal penulisan resep

Invocatio6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/)

Prescriptio/Ordonatio7 Nama Obat 8 Kekuatan obat 9 Jumlah obat

Signatura10 Nama pasien 11 Jenis kelamin 12 Umur pasien 13 Barat badan 14 Alamat pasien 15 Aturan pakai obat 16 Iter/tanda lain

Subscriptio17 Tanda tangan/paraf dokter

Kesimpulan:

Resep tersebut tidak lengkap karena tidak mencantumkan kekuatan obat, berat

badan dan alamat pasien, serta tidak ada tanda tangan atau paraf dokter

c. Skrining Farmasetis

Cravox (Levofloksasin)

Bentuk sediaan : Tablet

Potensi : 500 mg

Stabilitas : Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

12

Page 15: Kajian Penyakit Mata. Gab

Cara penggunaan : Dapat dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Kemasan : Tablet salut selaput 1 strip @10 tablet

Produsen : Lapi

(MIMS, 2015)

Salep mata gentamisin

Bentuk sediaan : Salep

Potensi : 0,3%

Dosis : 3-4 kali sehari

Stabilitas : Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

Cara penggunaan : Digunakan pada area mata yang terinfeksi atau dekat mata

Kemasan : Tube @ 3,5 gram

Produsen : Cendo

(Medicastore, 2015)

Cendo Xitrol

Bentuk sediaan : Obat tetes

Dosis : 4-6 kali sehari 1-2 tetes

Stabilitas : Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

Cara penggunaan : Diteteskan pada mata yang terinfeksi

Kemasan : Botol tetes mata 5 mL

Produsen : Cendo

(Medicastore, 2015)

13

Page 16: Kajian Penyakit Mata. Gab

Aerius

Bentuk sediaan : Tablet

Potensi : 5 mg

Dosis : 1 kali sehari 1 tablet

Stabilitas : Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya

Cara penggunaan : Berikan sesudah makan

Kemasan : 1 dus 3 blister @10 tablet

Produsen : Schering-Plough

(MIMS, 2015)

d. Skrining Farmakologis

Cravox (Levofloksasin)

Zat aktif

Levofloxacin 500 mg

Indikasi

Sinusitis maksilaris akut, eksaserbasi (kumatnya penyakit atau gejala penyakit

secara mendadak) akut bronkhitis kronik, pneumonia yang didapat dari

komunitas, infeksi saluran kemih terkomplikasi, infeksi kulit dan struktur kulit

tak berkomplikasi, pielonefritis (radang ginjal serentak dengan radang pasu

ginjal) akut.

Dosis

Dewasa :

o Eksaserbasi akut bronkhitis kronik : 500 mg per hari selama 7 hari.

o Pneumonia yang didapat dari komunitas : 500 mg per hari selama 7-14 hari.

o Sinusitis maksilaris akut : 500 mg per hari selama 10-14 hari.

o Infeksi kulit dan struktur kulit tak berkomplikasi : 500 mg per hari selama

7-10 hari.

14

Page 17: Kajian Penyakit Mata. Gab

o Infeksi saluran kemih berkomplikasi, pielonefritis akut : 250 mg per hari

selama 10 hari.

o Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Pastikan kecukupan asupan

cairan.

Kontraindikasi

Hipersensitif, hamil, menyusui, anak berusia kurang dari 18 tahun. 

Efek samping

Mual, muntah, diare, susah buang air besar, nyeri perut, kembung, kehilangan

nafsu makan), sakit kepala, insomnia (susah tidur), mengantuk, gangguan tidur,

kecemasan, depresi, halusinasi, reaksi psikotik, gemetar, penyimpangan

pengecapan, ruam kulit, gatal-gatal, urtikaria (biduran), edema, keringat

berlebihan, vaginitis, moniliasis genital, keputihan, perasaan tidak enak badan

yang tidak jelas, kelelahan. 

Mekanisme kerja

Levofloksasin menghambat DNA gyrase bakteri (DNA topoisomerase II), yaitu

enzim yang diperlukan untuk replikasi, transkripsi, perbaikan (repair), dan

rekombinasi DNA bakteri. Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal, aktif

terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk bakteri anaerob.

Perhatian

Kerusakan ginjal, usia lanjut, dehidrasi, pemakaian jangka panjang, diberikan

bersamaan dengan alkohol atau hipoglikemik oral, superinfeksi, gangguan

sistem saraf pusat. Dianjurkan memonitor secara teratur fungsi ginjal, hati, dan

hematopoietik. Dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengemudi atau

mengoperasikan mesin. Reaksi hipersensitif, syok, atau gejala menyerupai syok

(bila terjadi, hentikan penggunaan obat ini). Monitor kadar gula darah.

Interaksi

Antasida yang mengandung Al dan Mg, sukralfat, kation logam, multivitamin,

AINS, teofilin, obat antidiabetes (MIMS, 2015)

Salep mata gentamisin

Zat aktif

Tiap gram Cendo Gentamycin mengandung Gentamisin sulfat 0,3 %.

15

Page 18: Kajian Penyakit Mata. Gab

Indikasi

Konjungtivits, Blefaritis, Blefarokonjungtivitis, Keratitis, tukak kornea,

Keratokonjungtivitis, Dakriosistitis.

Dosis

Dioleskan 2 – 3 kali/hari.

Kontraindikasi

Penderita dengan hipersensitivitas atau alergi gentamicin, tidak boleh diberi

Cendo Gentamisin

Efek samping

Hipersensitivitas dan alergi dapat terjadi meskipun jarang

Mekanisme kerja

Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif

menghambat sintesa protein kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-

negatif termasuk kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain.

Perhatian

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau jangka panjang dapat

menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan mikroorganisme yang tidak peka

(Medicastore, 2015).

Cendo Xitrol

Zat aktif

Dexamethasone/Deksametason 0,1 %

Neomisin sulfat 3,5 mg/mL

Polimiksin B sulfat 6000 iu/mL.

Indikasi

Pengobatan infeksi mata yang meradang, konjungtivitis (radang selaput ikat

mata) akut atau kronis yang tak bernanah, blefarokonjungtivitis dan

keratokonjungtivitis, keratitissuperfisial (radang pada permukaan

kornea/selaput bening mata) non-spesifik, radang padakornea bagian dalam,

keratitis akne rosase, iridosiklitis (radang selaput pelangi dan badan siliar),iritis

(radang iris/selaput pelangi) akut yang ringan, blefaritis (radang kelopak mata)

yang tak bernanah, skleritis (radang selaput mata keras), epiekleritis (radang

permukaan selaput matakeras), sklerokonjungtivitis, herpes zoster pada mata,

pencegahan infeksi setelah operasi mata.

16

Page 19: Kajian Penyakit Mata. Gab

Dosis

4-6 kali sehari 1-2 tetes. (6 dd gtt I)

Kontraindikasi

Tuberkulosa mata, lesi mata akibat jamur & virus yang umum terjadi,

vaksinia/cacar sapi(penyakit virus pada sapi yang dapat menular kepada

manusia dan menimbulkan kekebalan terhadap cacar),cacar air, konjungtivitis

(radang selaput ikat mata) akut yang bernanah, blefaritis (radang kelopak mata)

akut yang bernanah.

Efek samping

Hipersensitivitas

Mekanisme kerja

Mengandung kortikosteroid yang mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi

atau menekan peradangan serta neomisina dan polimisina yang mempunyai

efek antibakterial

Perhatian

Pertumbuhan organisme yang resisten terhadap Cendo Xitrol secara berlebihan

(Medicastore, 2015)

Aerius

Zat aktif

Desloratadine 5 mg

Indikasi

Meredakan gejala-gejala nasal & non nasal dr rinitis alergi, termasuk kongesti

nasal (hidung tersumbat).

Dosis

Dewasa dan remaja ≥12 tahun 1 tablet 2 kali/hari.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap adrenergik atau loratadin. Terapi bersama dengan

MAOI atau dalam waktu 14 hari sesudah terapi dihentikan. Glaukoma sudut

sempit, retensi urin, hipertensi berat, penyakit arteri koroner berat, pernah atau

berisiko lebih tinggi mengalami stroke hemoragik.

Efek samping

Takikardi, mulut kering, pusing, hiperaktivitas psikomotor, faringitis,

anoreksia, konstipasi, sakit kepala, kelelahan menyeluruh, insomnia, somnolen,

17

Page 20: Kajian Penyakit Mata. Gab

gangguan tidur, gugup.

Mekanisme kerja

Desloratadine membantu mengurangi gejala buruk yang ditimbulkan akibat

adanya reaksi alergi dengan cara berkompetisi dengan molekul-molekul

histamine bebas yang akan berikatan dengan reseptor. Desloratadine

memblokir histamine endogen yang dihasilkan oleh sel mast sebagai bentuk

dari hasil reaksi alergi.

Perhatian

Hentikan terapi pd kasus hipertensi, takikardi, palpitasi, atau aritmia jantung,

mual, sakit kepala. Riwayat infark miokard, DM, obstruksi leher kandung

kemih atau adanya bronkospasme dlm pemeriksaan anamnesis. Stenosis tukak

peptik, obstruksi piloroduodenum & leher kandung kemih. Terapi dg digitalis,

simpatomimetik termasuk dekongestan, anoreksogenik atau psikostimulan tipe

amfetamin, obat antihipertensi, antidepresan trisiklik & antihistamin lain.

pasien dg migren yg mendapat terapi vasokonstriktor alkaloid ergot; hipertensi

akut peri op. Hentikan penggunaan selama 24 jam sblm anestesi. Hentikan

penggunaan selama 48 jam sblm dilakukan tes kulit. Dapat menyebabkan hasil

positif pd tes doping. Hamil & laktasi (MIMS, 2015)

e. Mekanisme Kerja Obat dalam Resep

Obat yang tercantum dalam resep ada 4 jenis, yaitu antara lain:

Cravox (Levofloksasin)

Levofloksasin adalah bentuk (S)-enansiomer yang murni dari campuran

rasemat ofloksasin. Levofloksasin memiliki spektrum antibakteri yang luas.

Levofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, termasuk bakteri

anaerob. Levofloksasin seringkali bersifat bakterisidal pada kadar yang sama

dengan atau sedikit lebih tinggi dari kadar hambat minimal. Mekanisme kerja

levofloksasin yang utama adalah melalui penghambatan DNA gyrase bakteri

(DNA topoisomerase II), yaitu enzim yang diperlukan untuk replikasi,

transkripsi, perbaikan (repair), dan rekombinasi DNA bakteri (Tanujaya, 2009)

Salep mata gentamisin

Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif

menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif

termasuk kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain, seperti

18

Page 21: Kajian Penyakit Mata. Gab

Staphylococcus penghasil penisilinase; Pseudomonas aeruginosa; Proteus;

Klebsiella; E.coli. Mekanisme kerja antibiotik gentamisin sama seperti

mekanisme kerja antibiotik golongan aminoglikosida lainnya yaitu dengan

menghambat sintesis protein bakteri. Dalam hal ini, antibiotik golongan

aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S ribosom yang akan mengakibatkan

kode genetika pada mRNA tidak terbaca dengan baik sehingga tidak terbentuk

sub unit 70 S, akibatnya biosintesis protein bakteri dikacaukan. Efek ini terjadi

tidak hanya pada fase pertumbuhan bakteri melainkan bila bakteri tidak

membelah diri. Semua aminoglikosida terikat pada sub unit 30 S dari ribosom

secara selektif (Tjay dan Rahardja, 2002).

Cendo Xitrol

Cendo Xitrol adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi obat

kortikosteroid (deksametason) dan antibiotik (neomisina dan polimisina).

Kortikosteroid mempunyai efek antiinflamasi atau menekan peradangan.

Sedangkan neomisina dan polimisina mempunyai efek antibacterial (Bayu,

2013)

Aerius

Desloratadine adalah long-acting, trisiklik, non-sedatif, selektif antagonis

histamin H1-reseptor perifer yang menghambat pelepasan pro-inflamasi

mediator dari sel mast dan basofil manusia. Mekanisme kerja desloratadine

dimulai dengan berkompetisi dengan molekul-molekul histamine bebas yang

akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada gastrointestinal tract, uterus,

pembuluh darah besar, serta otot polos bronkus. Desloratadine akan memblokir

histamine endogen yang dihasilkan oleh sel mast sebagai bentuk dari hasil

reaksi alergi. Dengan demikian Desloratadine membantu

mengurangi gejala buruk yang ditimbulkan akibat adanya reaksi alergi

(Nilawati, 2011)

f. DRP (Drug-Related Problems)

Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication)

Tidak adanya indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani dalam

resep tersebut. Pasien telah menerima obat untuk menangani keluhan

konjungtivitis yang diderita.

19

Page 22: Kajian Penyakit Mata. Gab

Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection)

Tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan obat. Obat yang telah dipilih untuk

diberikan kepada pasien tidak memiliki kontraindikasi atau perhatian (caution)

terhadap pasien.

Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication)

Tidak terdapat penggunaan obat tanpa indikasi. Obat yang ada dalam resep,

telah sesuai dengan indikasi keluhan penyakit pada pasien.

Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage)

Dosis obat yang diberikan telah sesuai dengan dosis lazim pemberian masing-

masing obat (tidak terlalu kecil), sehingga efek terapi telah memadai untuk

mengobati penyakit konjungtivitis pasien. Hal ini terjadi pada pemberian obat

cendo xitrol dimana dosis dalam resep = 3 kali sehari 2 tetes, sedangkan dosis

lazim = 4 -6 kali sehari 1-2 tetes

Dosis Terlalu Besar (Over Dosage)

Dosis obat yang diberikan telah sesuai dengan dosis lazim pemberian masing-

masing obat (tidak terlalu besar), sehingga efek terapi telah memadai untuk

mengobati penyakit konjungtivitis tanpa memberikan akibatyang fatal bagi

pasien.

Reaksi Obat Merugikan (Adverse Drug Reactions)

Reaksi obat yang merugikan dapat dilihat dari obat yang diberikan, apakah

memberikan efek samping yang memberatkan kondisi pasien atau tidak. Dalam

pengobatan pasien ini, terdapat reaksi obat yang tidak diharapkan dari aerius

seperti mulut kering dan mual dari cravox, namun tidak berakibat fatal pada

pasien.

Interaksi Obat (Drug Interactions)

Obat-obatan dalam resep tidak saling memiliki interaksi yang dapat

mengganggu kerja obat satu sama lain. Obat juga tidak mengalami interaksi

dengan makanan.

Gagal Menerima Obat (Failure to receive medication)

Pasien tidak mengalami kegagalan menerima obat karena seluruh obat dalam

resep tersedia di apotek dan pasien mampu dalam menebusnya. Selain itu

pasien kepatuhan pasien juga menentukan dalam keberhasilan pengobatan.

g. Medication Error

20

Page 23: Kajian Penyakit Mata. Gab

Prescribing

Incorrect diagnosis

Dokter mendiagnosa pasien tersebut dengan penyakit konjungtivitis

berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien.

Prescribing error

Dokter meresepkan obat sesuai dengan gejala dan penyakit yang dialami oleh

pasien adapun obat yang diberikan adalah :

o Cravox (levofloksasin )

o Salep mata gentamisin

o Cendo Xitrol

o Aerius

Miscalculation dose

o Cravox (levofloksasin) 500 mg

Dosis Lazim = 500 mg /hari (Sweetman, 2009)

Dosis dalam resep :

x p = 500 mg (sesuai dengan dosis lazim)

h p = 500 mg x 1 = 500 mg (sesuai dengan dosis lazim)

o Salep mata Gentamisin

Dosis Lazim = topical mata 0,3 % (Sweetman, 2009)

Dosis dalam resep = 0,3 % (sesuai dengan dosis lazim)

o Cendo Xitrol (deksametason 0,1 %, neomisin (sulfat) 3,5 g, polimiksin B-

Sulfat 6000 UI/ml. (Ikatan Apoteker Indonesia, 2014)

Dosis Lazim = 4 -6 kali sehari 1-2 tetes

Dosis dalam resep = 3 kali sehari 2 tetes (dosis dalam resep < dosis lazim)

o Aerius ( Desloratadin) (Ikatan Apoteker Indonesia, 2014)

Dosis Lazim = 5 mg (Sweetman, 2009)

Dosis dalam resep :

1x pakai = 5 mg (sesuai dengan dosis lazim )

1 hari = 5 mg (sesuai dengan dosis lazim)

21

Page 24: Kajian Penyakit Mata. Gab

Dispensing

Apoteker memberikan obat berdasarkan yang diresepkan oleh dokter, etiket

yang ditulis sudah sesuai dengan ketentuan berdasarkan resep, penyerahan

resep dilakukan oleh apoteker selain itu apoteker menginformasikan kepada

pasien bagaimana cara penyimpanan obat yang benar, dimana obat tetes mata

merupakan produk yang steril (agar tidak terjadi kontaminasi) sehingga setelah

penggunaan harus segera ditutup rapat kemudian disimpan jangan langsung

terpapar dengan cahaya matahari, kemudian apoteker memberikan saran

bagaimana cara pemakaian obat dengan baik.

Administration

Incorrect drug administration

Dimana dalam pemberian obat harus sesuai dengan nama pasien yang terdapat

didalam resep selain itu umur juga memiliki peranan penting dalam pemberian

obat yang diberikan.

Failed communication

Apoteker harus mampu berkomunikasi baik dengan pasien, dimana ketika

menjelaskan cara pemakaian, cara pennyimpanan pastikan pasien benar-benar

mendengarkan dan mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan, dalam failed

communication sering sekali terjadi medication error. Oleh karena itu apoteker

harus berusaha untuk mencegah terjadinya medication error dengan

menggunakan metode 3 prime question show and tell, dan melakukan

verification.

Lack of patient education

Latar belakang pendidikan pasien menentukan bagaimana cara seorang

apoteker dalam menyampaikan informasi tentang obat yang diterimanya,

seorang apoteker harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

pasien, karena tidak semua dari pasien mengerti tentang ilmu kesehatan dan

pengobatan. Kurangnya pendidikan dari pasien sering kali menyebabkan

terjadinya medication error seperti ketidaktahuan pasien tentang obat tersebut

dan penggunaan obat yang diterimanya.

22

Page 25: Kajian Penyakit Mata. Gab

h. KIE

Adapun komunikasi, informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien

adaklah sebagai berikut:

Obat cravox (levofloksasin) sebagai antibiotic diminum satu kali sehari sesudah

makan malam, dan obat harus dihabiskan.

Salep mata gentamisin berisi antibiotika gentamisin, dimana digunakan dengan

cara di oleskan di sekitar mata yang sakit dengan tipis, merata, dan pada malam

hari.

Cara penggunaan obat tetes mata:

o Cuci tangan sebelum menyentuh mata

o Bersihkan mata sebelum di obati

o Anjurkan pasien mengadah atau melihat ke atas

o Tarik mata bagian bawah tekan tube salep dan arahkan ke sakus

konjungtivita

o Hindarkan menyentuh bola mata

Obat tetes mata cendo xitrol berisi kortikosterioid (antiradang), neomisin dan

polomiksin (antibiotic), obat digunakan tiga kali sehari dua tetes pada mata

kanan. Diberitahukan cara penggunaan obat tetes mata yang baik, yaitu:

o Bacalah petunjuk obat tetes mata pada kemasan. Ada beberapa jenis obat

tetes mata yang harus dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

o Cuci tangan.

o Sebaiknya duduk di depan cermin sehingga Anda bisa melihat apa yang

Anda lakukan.

o Bersihkan mata dari seluruh sisa-sisa air mata atau kotoran mata dengan

tisu bersih.

o Buka tutup botol obat tetes mata.

o Condongkan kepala Anda ke belakang.

o Tarik dengan lembut kelopak mata bawah, sehingga membentuk kantung

dan melihatlah ke atas (ke arah kelopak mata atas).

o Pegang botol atau pipet obat tetes mata, lalu remas dengan lembut sehingga

satu tetesan jatuh ke mata. Remas lagi botol obat jika dosis yang disarankan

lebih dari satu tetes. Perlu diperhatikan, lokasi meneteskannya adalah pada

23

Page 26: Kajian Penyakit Mata. Gab

kelopak mata bawah (pada kantung), bukan pada mata hitam. Dan jangan

sampai ujung botol mengenai mata Anda.

o Kedip-kedipkan mata sehingga cairan menyebar ke seluruh permukaan bola

mata.

o Bersihkan sisa cairan obat tetes mata yang keluar dari mata dengan tisu

bersih.

o Ulangi langkah ini pada mata yang satu lagi (jika pengobatan untuk dua

mata).

o Tutup kembali botol.

o Berhati-hatilah agar jangan sampai ujung botol atau pipet obat tetes mata

tersentuh dengan apapun, termasuk jari Anda.

o Jika Anda menggunakan lebih dari satu jenis obat tetes mata. Tunggulah

sekitar 5 menit setelah menggunakan tetes mata yang pertama.

Obat Aerius (antialergi) diminum satu kali sehari satu tablet.

Lakukan perawatan peradangan mata dengan cara kompres hangat untuk

membantu proses penyembuhan dan mengurangi nyeri.

i. Monitoring

Pantau keadaan pasien dengan cara menelpon ketika obat 2 atau 3 hari setelah

pemberian, tanyakan kepada pasien apakah terjadi perubahan setelah pengobatan

dengan merasakan rasa nyeri yang dialami sudah berkurang, kemudian tanyakan

pula kepada pasien apakah mata pasien sudah tidak merah, bengkak, tidak gatal,

dan lakrimasi.

3.2. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 49

24

Page 27: Kajian Penyakit Mata. Gab

a. Skrining resep

Persyaratan administrative Ada Tidak ada Keterangan

Nama dokter √

Alamat lengkap √

No. izin praktek dokter (SIP) √

Tempat, tanggal, bulan, tahun penulisan

R/

Tanda tangan/paraf dokter √

Tanda R/ √

Nama pasien √

Alamat pasien √

Umur pasien √

Berat badan pasien √

Jenis kelamin pasien √

Nama obat √

Potensi obat √

Dosis obat √

Jumlah yang diminta √

Cara pemakaian yang jelas √ Tidak

menyatakan

bagian mata

mana yang

harus

25

Mrs. X

Mr. Y

Tgl. Resep : 03-02-2015

dari Dokter : Mrs. X

Nama Pasien :Mr. Y Umur : 45 tahun

R/ Kloramfenikol ED I

S 3 dd gtt II

Page 28: Kajian Penyakit Mata. Gab

diteteskan

Kesesuaian farmasetik

Bentuk sediaan √

Dosis √

Potensi √

Stabilitas √

Inkompatibilitas √

Cara dan lama pemberian √

Pertimbangan klinis √

Adanya alergi √

Efek samping √ Hipersensitif,

rasa gatal

Interaksi √

Kesesuaian dosis √

Kesesuaian durasi √

Kesesuaian jumlah obat √

Resep Nama obat Komposisi Indikasi Dosis Efek samping

R/ Kloramfenikol ED I

S 3 dd gtt II

Pro: Tn. Edi S (45 th)

Kloramfenik

ol eye drop

Kloramfenikol

0,5%

Iritasi,

konjungtivitas,

keratitis,

konjungtiva

akut, dan kronis

trakoma

4-6 dd 2-3

gtt Selama

15-30

menit

Hipersensitifitas

, gatal dan

terasa terbakar,

optic neuritis

b. Mekanisme kerja obat dalam resep

Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri gram negate dan positif. Kloramfenikol memberikan efek

antibakteri dengan cara mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintesa

protein bakteri penyebab. Umumnya bakteri yang menyebabkan konjungtivitis

adalah streptokoci, Moraxella catarrhalis dan haemophilus influenza.

c. DRP (Drug Related Problem)

Indikasi yang tidak ditangani; Indikasi tertangani seluruhnya

26

Page 29: Kajian Penyakit Mata. Gab

Pilihan obat yang kurang tepat; pemilihan obat tepat

Penggunaan obat tanpa indikasi; obat sesuai dengan indikasi

Dosis sub-terapi; dosis yang diberikan tidak tercantum,dosis lebih rendah

daripada dosis lazim

Overdosis; dosis yang diberikan tidak teidak tercantum

Reaksi obat yang tidak dikehendaki ; dapat terjadi hipersensitifitas, gatal dan

rasa terbakat

Interaksi obat; tidak ada onteraksi obat.

Gagal menerima obat; tidak terdapat resiko gagal penerimaan obat oleh pasien.

d. Medication Error

Prescribing; obat yang diresepkan tidak tercantum dosis yang diberikan

umumya dosis untuk eye drop kloramfenikol adalah 0,5%

Dispensing; tidak terdapat interaksi obat, obat yang diberikan sudah dalam

kemasan eye drop.

Adminitratif; kelengkapan resep yang masih kurang lengkap dimana alamat

praktek dokter dan SIP dokter tidak ada, serta alamat, berat badan, dan jenis

kelamin pasien juga tidak ada pada resep, dapat dikatakan bahwa resep tidak

lengkap.

e. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada pasien

Sebagai apoteker ada beberapa hal yang dapat disampaikan kepada pasien

mengenai obat yang didapatkan pasien. Obat kloramfenikol yang didapat pasien

merupakan obat eye drop atau tetes mata yang berisikian antibiotik kloramfenikol.

Obat ini digunakan untuk mengatasi keluhan seperti mata merah/konjungtivitis

dan iritasi akibat infeksi oleh bakteri atau virus. Obat tersebut digunakan tiga kali

sehari dua tetes pada mata yang sakit/mata merah. Selain itu apoteker juga dapat

mengajarkan cara pemakaian obat tetes mata tersebut dengan cara yang benar dan

tepat. Awalnya sebelum meneteskan obat kemata, pasien diminta untuk

membersihkan tangannya atau mencuci tangan dengan benar, setelah itu buku

tutup botol obat dan jangan menyentuh lubang penetes obat. Tarik kelopak mata

bawah ke bawah agar membentuk cekungan atau dapat pula menarik kelopak mata

atas, setelah itu dekatkan alat penates sedekat mungkin kecekungan tanpa

menyentuh mata, lalu teteskan obat kloramfenikol sebanyak dua tetes secara tegak

lurus sehingga mengenai seluruh permukaan kornea mata. Kemudian pejamkan

27

Page 30: Kajian Penyakit Mata. Gab

mata kira-kira 2 menit dan jangan memejamkan mata terlalu kuat. Bersihkan

kelebihan cairan menggunakan kasa steril. Selain mengedukasi pasien tentang

cara pemakaian obat tetes mata yang benar, apoteker juga dapat meminta pasien

untuk melakukan pola hidup bersih terutama yang berhubungan dengan mata

seperti pola hidup bersih dengan mencuci tangan yang tertur dan benar setelah

berpergian atau menyentuh benda-benda kotor selain itu pasien diminta untuk

menghindari agen-agen atau penyebab terjadinya konjungtivitis, saat merasa mata

sudah lelah sebaiknya istirahatkan mata sejenak agar mata tidak merasa tegang.

3.3. Kajian Resep Apotek Kimia Farma 48

Resep Nama obat

Komposisi

Indikasi Dosis Efek samping

R/ Cendo fenicol ED fl I S 4 dd I gtt

R/ Amoxsan 500 mg XV

Cendo fenicol eyedrops

Kloramfenikol

Trachoma, keratitis (radang selaput bening mata), konjungtivis (radang selaput ikat mata),

2 tetes atau lebih setiap 3 jam

Hipoplasia sumsum tulang termasuk anemia aplastik

28

SIP. 1.1.01.3172.3442/5.10.02/03.16.1dr. E. WIRADIAN

Jl. Matraman Raya 55(Apotik KIMIA FARMA)

Jakarta-Timur

Jakarta, 13-01-2015

R/ Cendo Fenicol eye drops fl IS 4 dd 1

R/ Amoxsan 500mg XVS 3 dd 1

Pro: Tn. Chang, umur……………………Alamat…………………………...............Obat tsb, tidak boleh diganti tanpa sepengetahuan Dokter.

Page 31: Kajian Penyakit Mata. Gab

S 3 dd I

Pro : Tn X

Umur : -

dakriosistitis (radang kantung air mata) uveitis (radang uvea)

Amoxsan

Amoxicillin (trihidrat) 500 mg /kapsul

Infeksi saluran pernapasan atas (tonsilitis,sinusitis,laringitis,dan faringitis), Infeksi saluran pernapasan bawah (bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia), Infeksi telinga tengah (otitis media);Infeksi saluran kemih, seperti pielonefritis, sistitis, dan uretritis;Infeksi kulit, seperti luka terbuka, selulitis, bisul, dan pioderma;Infeksi lambung oleh bakteri Helicobater pylori

250-500 mg tiap 8 jam

Reaksi alergi (nyeri kepala, kulit kemerahan, bengkak, gatal), gangguan saluran cerna, penggunaan jangka panjang menyebabkan superinfeksi

a. Kajian Administratif

Isi Resep AdaTidak Ada

Keterangan

Administrasi: Nama, SIP dan alamat dokter Tanggal penulisan resep Tanda tangan/ paraf dokter

penulis resep Nama pasien Alamat pasien

√√√

√√

29

Page 32: Kajian Penyakit Mata. Gab

Umur pasien Jenis kelamin pasien Berat badan pasien Nama obat Potensi obat

Dosis obat Jumlah yang diminta Cara pemakaian yang jelas

√√

Pada bentuk sediaan tidak dijelaskan cendo fenicol yang diminta yang 0,25% atau 0,5%

b. Kajian Kesesuaian Farmasetik

Isi Resep AdaTidak Ada

Keterangan

Farmasetika- Bentuk sediaan- Dosis- Potensi

- Stabilitas- Inkompatibilitas- Cara dan lama pemberian

√√

Pada bentuk sediaan tidak dijelaskan cendo fenicol yang diminta yang 0,25% atau 0,5%

c. Kajian Klinis

Isi Resep Ada Tidak Ada KeteranganKlinis- Adanya alergi- Efek samping

- Interaksi- Kesesuaian dosis- Kesesuaian durasi- Kesesuaian jumlah obat

√√√

Hipoplasia sumsum tulang

d. Mekanisme kerja obat di dalam resep

Cendo fenicol (kloramfenikol)

Kloramfenikol adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik, dan

pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas antibakterinya dengan

menghambat sintesa protein dengan jalan mengikat ribosom subunit 50S, yang

merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol

30

Page 33: Kajian Penyakit Mata. Gab

efektif terhadap bakteri aerob gram-positif, termasuk Streptococcus

pneumoniae, dan beberapa bakteri aerob gram-negatif, termasuk Haemophilus

influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas

mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis, Yersinia pestis,

Brucella dan Shigella

Amoxsan (amoxicillin trihidrat 500 mg)

Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin .

Amoxicillin adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan

bakteri dan stabil dalam suasana asam lambungAmoxicillin tidak membunuh

bakteri secara langsung tetapi dengan cara mencegah bakteri membentuk

semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri

berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari perubahan

lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak

akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat

efektif untuk beberapa bakteri seperti  dan beberapa strain dari Staphylococci.

Amoxicillin diabsorbsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan

makanan. Amokxicillin terutama diekskresi dalam bentuk tidak berubah

didalam urin. Amoxicillin aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram

negatif.

e. Drug Related Problem (DRP)

No Jenis DRP Keterangan1 Indikasi yang tidak ditangani Indikasi tertangani2 Pilihan obat yang kurang tepat Kombinasi tetes mata kloramfenikaol

dengan amoxicillin sudah benar, amoxicillin digunakan untuk mempercepat penyembuhan konjungtivitis yang mungkin saja disebabkan oleh bakteri. Amoxicillin merupakan antibiotic berpektrum luas yang mampu menghambar pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif.

3 Penggunaan obat tanpa indikasi Obat yang digunakan sesuai dengan indikasi

4 Dosis sub-terapi Dosis cendo fonicol berada dibawah

31

Page 34: Kajian Penyakit Mata. Gab

dosis terapi, menyebabkan efek terapi akan tidak tercapai.

5 Overdosis Dosis tidak melebihi dosis lazim6 Reaksi obat yang tidak

dikehendakiReaksi dari penggunaan cendo fonicol (kloramfenikol) dapat menyebabkan aplastik anemia yang dapat menjadi serius dan fatal, reaksi hipersensitif lainnya seperti anafilaktik dan urtikaria, syndroma gray pada bayi prematur atau bayi yang baru lahir dan gangguan gastrointestinal seperti misalnya mual, muntah dan diare, penggunaan amoxsan (amoxicillin) dapat menyebabkan gangguan pencernaan

7 Interaksi obat Kombinasi obat tersebut tidak menyebebkan interaksi obat

8 Gagal menerima obat Tidak terdapat resiko pasien gagal menerima obat

f. Medication Error (ME)

Prescribing

No. Jenis ME Ada / Tidak Keterangan1. Incorrect diagnosis Tidak Tidak terdapat data yang

cukup mengenai penyakit atau gejala yang dialami pasien. Jika dilihat dari obat-obatan yang diresepkan, maka diduga bahwa pasien menderita penyakit infeksi pada mata.

2. Prescribing error Ada 1. Cendo Fenicol

32

Page 35: Kajian Penyakit Mata. Gab

Pada bentuk sediaan tidak dijelaskan cendo fenicol yang diminta yang 0,25% atau 0,5%

Pada resep dokter menjelaskan bentuk sediaan adalah eye drop, namun pada aturan pakai, tidak terdapat penjelasan bahwa obat ini diberikan dengan cara diteteskan.

Pada aturan pakai tidak diberikan perintah apakah obat diteteskan pada mata sebelah kanan saja (OD), sebelah kiri saja (OS), atau diteteskan pada keduanya (ODS).

Penulisan aturan pakai obat tetes mata yang dianjurkan adalah:S 4 dd gtt 1 OS atauS 4 dd gtt 1 OD atauS 4 dd gtt 1 ODS

1. Amoxsan Penulisan dosis sediaan

kurang jelas, namun masih dapat terbaca

Penulisan aturan pakai kurang jelas, hanya terlihat angka 3 namun kurang begitu jelas apakah 3x1 tablet atau bukan.

33

Page 36: Kajian Penyakit Mata. Gab

3. Miscalculation dose Tidak Dosis masing-masing obat yang diberikan tidak melebihi dosis maksimal.a. Dosis Cendo Fenicol

2 tetes atau lebih tiap 3 jam

b. Dosis Amoxsan250-500 setiap 8 jam

Dispensing

No. Jenis ME Ada / Tidak Keterangan1. Poor drug distribution

practiceAda Pada resep ini dapat terjadi

kemungkinan kesalahan pemberian obat. Hal ini dikarenakan pada resep tidak dicantumkan sediaan cendo fenicol yang dibutuhkan 0,25% atau 0,5%. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka apotek harus melakukan konfirmasi kepada dokter yang bersangkutan. Pada saat pemberian etiket harus dicantumkan nama dan aturan pakai yang jelas. Jika terdapat prescribing error terkait aturan pakai maka harus dilakukan konfirmasi kepada dokter.

2. Drug and drug devices related problem

Tidak ada Pada apotek kimia farma sebelum obat diserahkan dilakukan pemeriksaan akhir antara resep dengan obat yang telah disiapkan. Selanjutnya memanggil nama pasien, dan selanjutnya menyerahkan obat dengan menyampaikan nama obat, indikasi, dan aturan pakai obat.Pada saat proses pembayaran dilakukan pencatatan nama,

34

Page 37: Kajian Penyakit Mata. Gab

alamat dan usia pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan.

Etiket cendo fenicol

Etiket amoxsan

Administration

No. Jenis ME Ada / Tidak Keterangan1. Incorrect drug

administrationTidak Obat cendo fenicol diberikan

dengan cara diteteskan pada mata yang sakit. Untuk mengoptimalkan pemakaian obat, apoteker atau AA dapat pula menjelaskan mengenai penggunaan tetes mata yang mata benar.

35

Page 38: Kajian Penyakit Mata. Gab

Obat amoxsan diberikan dengan cara diminum 3 x sehari setiap 8 jam dapat diberikan bersamaan dengan makanan untuk menghindari gangguan GI. Obat harus dihabiskan.

2. Failed communication Ada Pada umumnya pada saat penyerahan obat amoxsan, hanya dijelaskan aturan pakai 3 x sehari 1 tablet. Sebaiknya dijelaskan pula bahwa pemakaian amoxsan setiap 8 jam. Jika perlu petugas yang menyerahkan obat membantu menyesuaikan jadwal pasien dengan jadwal minum obat yang seharusnya untuk mencegah resistensi obat dan mengoptimalkan penggunaan obat.

3. Lack of patient education

Tidak Jika terdapat pasien yang memerlukan edukasi tambahan, seperti pasien yang tidak mengetahui cara penggunaan obat tetes mata, pasien yang ingin menanyakan mengenai penyakit atau obatnya, maka apoteker harus dapat memberikan informasi atau edukasi mengenai hal tersebut.

g. KIE

Menyampaikan informasi mengenai bentuk sediaan obat, dosis obat, indikasi

obat, dan cara penggunaan obat sesuai dengan aturan pakai masing-masing obat

Menyampaikan informasi mengenai cara penyimpanan obat

Menyampaikan cara penggunaan obat tetes mata yang benar.

Menjelaskan efek samping obat yang mungkin terjadi

Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap obat yan diberikan.

36

Page 39: Kajian Penyakit Mata. Gab

Menganjurkan pasien untuk tidak menggosok-gosok mata yang sakit. Setiap

kali pasien ingin memegang mata yang sakit, pasien harus mencuci tangan

terlebih dahulu.

Pasien juga dapat menggunakan kacamata untuk melindungi mata dari debu

dan angina yang dapat memperparah gejala.

h. Monitoring

Melakukan pemantaun terhadap gejala pasien. Jika kondisi pasien tidak

mengalami perbaikan maka harus dilakukan evaluasi terhadap obat yang

digunakan.

Melakukan pemantauan terhadap kemungkinan efek samping obat yang dapat

terjadi

Melakukan pemantauan terhadap cara penggunaan obat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada

konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi

bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.

Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah

danmenyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak.

Berdasarkan resep yang dikaji, resep KF No. 78 pasien diberikan 4 jenis

obat, yaitu cravox, salep mata gentamisin, cendo xitrol, dan aerius. Masalah

drug-related problem dapat terlihat pada dosis cendo xitrol yang diberikan, yaitu

dosis yang diberikan lebih rendah daripada dosis lazim. Dalam resep KF No. 49,

pasien diberikan kloramfenikol. Masalah drug-related problem terlihat pada

dosis kloramfenikol yang diberikan lebih rendah dari dosis lazim. Resep pada

KF No. 48, pasien diberikan Cendo Fenicol eye drop dan amoxsan. Masalah

drug-related problem terdapat pada dosis cendo fenicol yang berada dibawah

dosis lazim. Dalam menunjang pemulihan kondisi pasien dibutuhkan

komunikasi, informasi dan edukasi mengenai pengobatan yang disertai dengan

monitoring oleh apoteker.

37

Page 40: Kajian Penyakit Mata. Gab

4.2. Saran

Dengan adanya pengkajian terhadap penyakit dan pengobatan

konjungtivitis, diharapkan penanggulangan penyakit ini dapat lebih berhati-hati

agar tidak terjadi masalah terkait drug-related problem. Peran apoteker sangat

dibutuhkan dalam pemberian komunikasi, informasi dan edukasi mengenai

pengobatan pasien yang disertai dengan monitoring selama berjalannya terapi.

38

Page 41: Kajian Penyakit Mata. Gab

DAFTAR PUSTAKA

Amadi, A., et al., 2009. Common Ocular Problems in Aba Metropolis of Albia State,

Eastern Nigeria. Federal Medical Center Owerri. Tersedia secara online di

http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/32-35.pdf.

Bayu.2013. Obat Mata Cendo Xitrol. Tersedia secara online di : http://obat-

mata.org/obat-mata-cendo/

Brunner dan Suddarth, 2000. Buku Saku Kperawatan Medikal Bedah, terjemahan,

EGC, Jakarta

Departemen Farmakologi FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi Ed 5. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Garcia-Ferrer, F.J., Schwab, I.R., Shetlar, D.J., 2010. Konjungtiva. Dalam: Vaughan

& Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta

Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. ISO Indonesia Vol 45. Jakarta: ISFI Indonesia

Ikatan Apoteker Indonesia. 2014. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 48.

PT ISFI Penerbitan. Jakarta

Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 1998

Ilyas, S., 2009. Konjungtiva. Dalam: Ilyas, S. (ed). Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Kadek, Ni. 2012. Laporan Pendahuluan pada Pasien Gangguan Konjungtiva.

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES WIRAMEDIKA PPNI. Bali

Kemkes RI, 2010. 10 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2009. Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2009. Tersedia secara online di: http://www.depkes.go.id.

Majmudar, P.A., 2010. Allergic Conjunctivitis. Rush-Presbyterian-St Luke’s Medical

Center. Tersedia secara online di: http://emedicine.medscape.com/

article/1191467-overview. [Accessed 3 March 2011]

Marlin, D.S., 2009. Bacterial Conjunctivitis. Penn State College of Medicine.

Tersedia secara online di: http://emedicine.medscape.com/article/1191370-

overview. [Accessed 3 March 2011].

Medicastore. 2015. Cendo Xitrol Tetes Mata 5 mL. Tersedia secara online di

http://medicastore.com/obat/1067/CENDO_XITROL_TETES_MATA_5_M

L.html

39

Page 42: Kajian Penyakit Mata. Gab

MIMS. 2005. Aerius. Tersedia secara online di

http://www.mims.com/Indonesia/Drug/Info/Aerius%20D12/Aerius%20D12?

type=brief&= ID

MIMS. 2015. Cravox. Tersedia secara online di

http://www.mims.com/Indonesia/Drug/info/cravox-cravox%20iv/?type=brief

Nilawati, Indah. 2011. Antihistaminic, Anti-Inflammatory, and Antiallergic

Properties of the Nonsedating Second-Generation Antihistamine

Desloratadine: A Review of the Evidence. Universitas Negeri Sebelas Maret.

Surakarta

Quinn, C.J., et al., 2010. Care of Patient with Conjunctivitis. American Optometric

Association. Tersedia secara online di: http://doccpc.file/19007/2010/

pdfs.aoa.

Rapuano, C.J., et al., 2008. Conjunctivitis. American Academy of Ophthalmology.

Tersedia secara online di: http://one.aao.org/asset.axd.

RSUD Dokter Soetomo, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lap/UPF Ilmu

Bedah, FKU Airlangga, Surabaya

Sweetman SC. 2009. Martindale the complete drug reference 36th edition.

Pharmaceutical Press. London

Tanujaya, Candrasa. 2009. Levofloxacin. Departemen Medical PT. Kalbe Farma tbk.

Pusat. Jakarta

Tjay, T.H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-

Efek Sampingnya. Edisi VI. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

40