kajian penurunan beta karoten selama pembuatan flakes ubi jalar
TRANSCRIPT
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
KAJIAN PENURUNAN BETA KAROTEN SELAMA PEMBUATAN FLAKES
UBI JALAR (Ipomoea batatas Lam) DALAM BERBAGAI SUHU
PEMANGGANGAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum masyarakat Indonesia kurang memperhatikan asupan vitamin A dalam
tubuhnya. Manusia harus memenuhi kecukupan zat gizi vitamin A dalam tubuhnya untuk
menghindari gangguan akibat kekurangan vitamin A. Menurut Siswono (2004), terdapat sekitar
40 % - 60% anak yang berusia 12-23 bulan, tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari
makanan sehari-hari.
Orang dewasa juga banyak yang mengalami gangguan akibat kekurangan vitamin A
seperti gangguan mata. Sementara, menurut ahli gizi, bentuk aktif vitamin A terdiri dari retinol,
retinal, retinoic acid. Sumber vitamin A (retinol) adalah hati, makanan yang berasal dari hewan.
Sumber pro vitamin A (karoten) adalah sayuran hijau, sayuran berwarna kuning, daging buah
yang berwarna kuning.
Menurut Almatsier (2003), dari data WHO (1991) di antara anak – anak prasekolah di
seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 6 – 7 juta kasus baru xeroftalmia (gangguan mata)
tiap tahun, dan kurang lebih di antaranya menderita kerusakan kornea. Oleh sebab itu, untuk
menanggulangi kekurangan vitamin A dapat dilakukan intervensi berbasis makanan,
suplementasi vitamin A, fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A dan intervensi kesehatan
masyarakat.
Sumber vitamin A banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan serta ubi – ubian,
salah satunya adalah ubi jalar. Ubi jalar juga dapat dijadikan alternatif makanan sumber karoten.
Beta karoten adalah bentuk provitamin A yang paling aktif, yang terdiri atas dua molekul retinol
yang saling berkaitan (Almatsier, 2003). Menurut Juanda dan Cahyono (2000), jenis ubi jalar
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
yang mengandung beta karoten tinggi adalah varietas ubi yang mempunyai warna daging ubi
jingga kemerah – merahan, sedangkan varietas yang daging umbinya berwarna kuning atau putih
memiliki kandungan beta karoten lebih rendah.
Sampai saat ini, pemanfaatan ubi jalar masih sangat sederhana yaitu dalam bentuk ubi
rebus, kolak ubi, ubi goreng, ubi bakar padahal ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai macam
bentuk olahan makanan. Ubi jalar juga dapat diolah menjadi bentuk tepung atau pasta ubi jalar
yang merupakan bahan baku setengah jadi yang dapat diolah lebih lanjut. Di Indonesia
penggunaan tepung ubi jalar belum berkembang di masyarakat karena tepung dan produk
olahannya masih terbatas digunakan dalam lingkup penelitian (Sarwono, 2005).
Masyarakat Indonesia dapat mengoptimalkan ubi jalar sebagai makanan sarapan yaitu
flakes ubi jalar (sweet potato flakes). Pemanfaatan ubi jalar sebagai makanan sarapan yaitu flakes
ubi jalar dapat membantu meningkatkan pendapatan petani ubi jalar. Flakes ubi jalar (sweet
potato flakes) sudah dikembangkan di Institut Pertanian Bogor (IPB), bahkan sudah dikemas
dengan baik agar lebih menarik. Flakes umumnya dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke atas
dan banyak disukai masyarakat tua dan muda, sehingga flakes ubi jalar dapat membantu asupan
beta karoten dalam tubuh untuk mengurangi gangguan mata.
Proses pembuatan flakes meliputi tahapan – tahapan mulai dari bahan baku yaitu ubi jalar
hingga menjadi flakes ubi jalar. Tahapan – tahapan tersebut adalah pengeringan selama
pembuatan tepung ubi jalar, pengukusan adonan, hingga pemanggangan. Tahapan proses
tersebut berpotensi dapat menurunkan kadar beta karoten yang terkandung pada ubi jalar.
Menurut Mann (1997), pengukusan menghasilkan kerusakan β karoten yang lebih kecil
dibandingkan dengan perebusan.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Suhu pemanggangan dapat mempengaruhi flakes yang dihasilkan seperti warna, aroma,
rasa, dan kerenyahan. Proses pemanggangan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang dapat
menurunkan kandungan karotenoid dalam bahan makanan. Menurut Bonnie dan Choo (1999)
dikutip Hervan (2006), penurunan karotenoid tersebut berkaitan erat dengan tingkat
ketidakjenuhan karotenoid yang sangat tinggi, sehingga sangat mudah terdegradasi akibat
oksidasi dan proses pemanasan Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya, dan alkali, tetapi tidak
tahan terhadap asam dan oksidasi (Almatsier, 2003).
Proses pemanggangan flakes ubi jalar dapat dilakukan dengan berbagai variasi suhu
pemanggangan. Semakin tinggi suhu pemanggangan maka waktu pemanggangan akan semakin
singkat. Penurunan beta karoten akibat perlakuan sebelum pemanggangan, setelah
pemanggangan, cara pemanggangan, dan alat pemanggangan merupakan faktor – faktor yang
nilainya tetap, sehingga dapat diasumsikan sebagai konstanta. Oleh karena itu, suhu
pemanggangan sangat berpengaruh terhadap penurunan beta karoten.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diketahui berapa besar penurunan kandungan beta
karoten selama pembuatan flakes ubi jalar dalam berbagai suhu pemanggangan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
berapa besar penurunan beta karoten selama proses pembuatan flakes ubi jalar ( sweet potato
flakes) dalam berbagai suhu pemanggangan.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kandungan beta karoten
selama proses pembuatan flakes ubi jalar (sweet potato flakes) dalam berbagai suhu
pemanggangan.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar penurunan beta karoten
selama proses pembuatan flakes ubi jalar (sweet potato flakes) dalam berbagai suhu
pemanggangan.
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengembangan
ubi jalar merah sebagai salah satu alternatif untuk menambah penganekaragaman makanan
sarapan, meningkatkan nilai ekonomis ubi jalar merah sebagai sumber beta karoten, sehingga
dapat meningkatkan minat petani untuk menanam ubi jalar merah dan meningkatkan hasil
produksi ubi jalar merah.
Ubi Jalar ( Ipomoea batatas Lam)
2.1.1. Botani Ubi Jalar
Ubi jalar ( Ipomoea batatas Lam)termasuk ke dalam famili Convolvulaceae yang sudah
umum dibudidayakan. Ubi jalar termasuk tanaman dikotiledon (biji berkeping dua) dapat
berbunga, berbuah, dan berbiji (Sarwono, 2005). Menurut Lingga dkk (1986), jenis – jenis ubi
jalar dapat digolongkan berdasarkan kekerasan umbi (umbi keras dan umbi lunak), warna daging
umbi (putih, merah, kuning, ungu), dan berdasarkan umurnya (ubi jalar berumur pendek (dapat
dipanen pada umur 4 – 6 bulan) dan ubi jalar berumur panjang (dapat dipanen pada umur 8 – 9
bulan).
Ubi jalar memiliki batang yang panjang menjalar dan daun berbentuk jantung hingga
bundar yang bertopang tangkai daun tegak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bentuk umbinya
mirip kentang dan rasanya manis sehingga ubi jalar di Italia disebut Sweet Potato (kentang
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
manis). Di Indonesia ubi jalar dikenal dengan nama ketela rambat, tela nedri (Jawa), atau boled
(sunda). Gambar ubi utuh dan potongan melintang ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 1.
Menurut Juanda dan Cahyono (2000), berdasarkan warna dagingnya, ubi jalar dibedakan
menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Ubi Jalar Putih, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi berwarna putih, antara lain
Kultivar Tembakur Putih, Tembakur ungu, Taiwan 45 dan MLG 12659 – 20 P.
2. Ubi Jalar Kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi berwarna kuning,
kuning muda atau putih kekuning - kuningan, antara lain kultivar lapis 34, South Queen
27, Kawagoya, Cican 16, dan TIS 5125 – 27.
3. Ubi Jalar Jingga / Merah, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi berwarna jingga
muda hingga jingga antara lain kultivar Puerto Rico, Gedang, Daya, Borobudur,
Prambanan, Ciceh 32, Mendut, TIS 3290 – 3, Aceh Merah.
4. Ubi Jalar Ungu, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi berwarna ungu hingga
ungu muda.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar1. Ubi Utuh dan Potongan Melintang Ubi Jalar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998)
Ubi jalar merah memiliki perbedaan dengan ubi jalar yang lainnya. Tekstur ubi jalar
merah memang lebih berair dan kurang masir (sandy) daripada ubi jalar putih, tapi lebih lembut.
Rasanya tidak semanis yang putih padahal kadar gulanya tidak berbeda. Ubi jalar merah yang
memiliki daging umbi berwarna merah merupakan sumber vitamin C dan β karoten (provitamin
A) yang sangat baik (Sarwono, 2005). Ubi jalar berdaging putih mengandung vitamin A yang
jumlahnya lebih sedikit.
Keragaman sifat tanaman ubi jalar dapat dibedakan berdasarkan warna daging umbi,
tekstur daging umbi, kekerasan umbi, umur panen umbi. Menurut Juanda dan Cahyono (2000),
varietas ubi jalar yang termasuk varietas unggul memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Produktivitasnya tinggi, yaitu memiliki daya hasil di atas 25 ton/hektar.
2. Daya adaptasinya luas atau stabil pada berbagai tekanan lingkungan.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
3. Daya tahan terhadap hama dan penyakit tinggi.
4. Masa panen pendek, yaitu antara 3 – 4 bulan.
5. Tekstur umbi masir dan memiliki rasa manis.
6. Umbi memiliki kandungan gizi tinggi dan serat kasar rendah.
7. Karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan industri.
2.1.2. Komposisi Kimia Ubi Jalar
Pemanfaatan ubi jalar terutama sebagai bahan pangan sumber kalori. Oleh karena itu,
sebagian besar komoditas ubi jalar diperdagangkan dalam bentuk ubi segar. Nilai gizi ubi jalar
dibandingkan padi, kentang, dan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Dan Kandungan Kalori Ubi Jalar, Padi, Dan Kentang (Per 100 Gram Bahan)
Zat gizi Ubi jalar Padi Kentang
Karbohidrat (g) 27,36 79,89 30,57
Air (g) 70 13 67
Serat (g) 0,3 0,5 0,1
Protein (g) 2,3 6,5 2,3
Fe (mg) 1,0 0,6 0,7
Ca (mg) 46 15 7Vitamin A (IU) 7,1 0 0
Vitamin B1 (mg) 0,08 0,11 0,07
Vitamin B2 (mg) 0,05 0,24 0,04
Niasin (mg) 0,9 1,4 1,0
Vitamin C (mg) 2,0 0 7
Kalori (Kal) 113 354 75
Sumber : Sarwono, 2005
Kandungan air, kalori, dan vitamin A ubi jalar lebih tinggi dibandingkan padi dan
kentang. Jenis ubi jalar yang mengandung vitamin A yang tinggi adalah ubi jalar merah. Oleh
karena itu, ubi jalar merah dapat diolah menjadi produk olahan dengan kandungan beta karoten
yang tinggi. Makin pekat warna jingganya. makin tinggi kadar betakarotennya yang merupakan
bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jal
Ubi jalar merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi
gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar adalah Vitamin A,
Vitamin C, thiamine (Vitamin B1), dan riboflavin (Vitamin B2), sedangkan mineral yang
terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na).
Kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori,
dan abu (Juanda dan Cahyono, 2000). Kandungan gizi jenis – jenis ubi jalar segar dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Dan Kalori (Dalam Tiap 100 Gram) Daging Ubi Jalar SegarKomponen Ubi Jalar Putih Ubi Jalar merah Ubi Jalar
Kuning
Protein (g) 1,80 1,80 1,10
Lemak (g) 0,70 0,70 0,40
Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30
Kalsium (mg) 30,0 30,0 57,00
Fosfor (mg) 49,00 49,00 52,00
Zat besi (mg) 0,70 0,70 0,70
Natrium (mg) - - 5,00
Kalium (mg) - - 393,00
Niasin (mg) - - 0,60
Vitamin A (SI) 60,00 7700,00 900,00
Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10
Vitamin B2 (mg) - - 0,04
Vitamin C (mg) 22,9 35,00
Air (g) 68,5 68,5 -
Kalori (Kal) 123,00 123,00 136,00
Bagian yang dapatdimakan
86,00 86,00 -
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI dikutip Rukmana (1997)
Kandungan gizi ubi jalar berbeda – beda menurut jenisnya terutama kandungan vitamin
A dan beta karoten. Ubi jalar juga mengandung vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C. Ubi jalar
merah mengandung vitamin A dan beta karoten yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis
ubi jalar yang lain.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jal
Menurut Miller (1949) dikutip Gross (1991), selama penyimpanan terjadi perubahan
kandungan karoten dalam ubi jalar. Dari 14 kultivar ubi jalar, kandungan β karoten meningkat
setelah satu bulan penyimpanan pada suhu penyimpanan 240C, terjadi penurunan setelah 4 bulan
penyimpanan. Menurut Ezell dan Wilcox (1952) dikutip Gross (1991), suhu penyimpanan
mempengaruhi kandungan karoten ubi jalar yaitu penyimpanan pada 100C – 12,8
0C
menyebabkan penurunan sedangkan penyimpanan pada 15,60C dan 21
0C menimbulkan
peningkatan kandungan karoten.
Menurut Kays (1985) dalam Bouwkamp (1985), proses pemanggangan ubi jalar
menyebabkan kehilangan karoten sebesar 31,4%. Suhu yang disarankan untuk pemanggangan
adalah 2000C, namun penggunaan suhu pemanggangan 165
0C selama 15 menit dapat
meminimalisir kehilangan karotenoid dan β Karoten (Yusianti, 1999).
Menurut Collins dan Walter (1985), komposisi kimia ubi jalar terdiri dari :
a) Karbohidrat
Pada saat dipanen ubi jalar mengandung antara 16 – 40% bahan kering. Dari jumlah
tersebut, sekitar 75 – 90% adalah karbohidrat yang mengandung pati, gula, selulosa,
hemiselulosa, dan pektin. Pati ubi jalar terdiri dari 60 – 70% amilopektin dan sisanya amilosa.
Pektin, selulosa, dan hemiselulosa diklasifikasikan sebagai serat makanan. Peningkatan
konsumsi serat makanan akan menurunkan kemungkinan timbulnya penyakit kanker usus,
diabetes, penyakit hati, dan penyakit saluran pencernaan.
b)
Protein
Kandungan protein ubi jalar berkisar antara 1,3 – 10% (% berat kering). Kebanyakan ubi
jalar hanya menyediakan sejumlah kecil asam amino essensial. Protein ubi jalar disebut
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
ipomoein, yang selama penyimpanan dikonversi menjadi polipeptida yang mempunyai sifat fisik
dan kimia yang berbeda. Protein ubi jalar juga kekurangan asam amino sulfur dan lisin.
c) Vitamin
Vitamin pada ubi jalar yang terbanyak adalah beta karoten (provitamin A) dan asam askorbat
(vitamin C). Ubi jalar yang berdaging jingga akan mengandung beta karoten lebih banyak
dibandingkan ubi jalar yang berumbi putih. Kandungan Vitamin C ubi jalar cukup tinggi yaitu
berkisar 25 – 50 mg per 100g, sedangkan thiamin, riboflavin, dan niasin sedikit sekali.
Kandungan vitamin E ubi jalar mencapai 4 mg per 100 g.
d) Mineral
Mineral terbanyak dalam ubi jalar adalah Kalium (K). Kandungan mineral lain adalah Na, P,
Ca, Mg, S, Fe dan mineral lainnya dalam jumlah rendah.
e) Lemak
Lemak dalam ubi jalar merupakan komponen minor yang berkisar antara 0,29 – 2,7%
(basis kering). Asam lemak yang utama terdiri dari linoleat, linolenat, palmitat, dan stearat.
Lemak yang ada dalam ubi jalar terdiri dari tiga fraksi yaitu non – fosfolipid, sepalin, dan lesitin.
2.1.3. Tepung Ubi Jalar
Tepung adalah bentuk hasil pengolahan bahan melalui proses penggilingan atau penepungan.
Proses penggilingan ukuran bahan diperkecil dengan cara diremuk yaitu bahan ditekan dengan
gaya mekanis dari alat penggiling. Tekanan mekanis pada proses penggilingan diikuti dengan
peremukan bahan dan energi yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh kekerasan bahan dan
kecenderungan bahan untuk dihancurkan (Hubeis, 1984).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Pengolahan ubi jalar menjadi tepung dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan
produsen dan menciptakan industri pedesaan. Tepung ubi jalar merupakan bahan baku industri
setengah jadi, mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri pangan
yang fungsinya dapat mensubtitusi terigu (Antarlina dan Utomo, 1999).
Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis
umbi-umbian itu sendiri. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung ditujukan untuk memperpanjang
masa simpan ubi jalar dan untuk memudahkan dalam penanganan selanjutnya .
Ubi jalar yang akan dibuat tepung, sebaiknya dipanen pada umur optimal, dan bebas
serangan hama bongkeng (Sarwono, 2005). Pada proses pembuatan tepung ubi jalar, perlu dipilih
dahulu jenis umbi yang sesuai dengan kegunaannya. Setiap varietas ubi jalar memiliki
karakteristik tertentu.
Tepung ubi jalar tersebut dapat dibuat secara langsung dari ubijalar yang dihancurkan dan
kemudian dikeringkan, tetapi dapat pula dibuat dari gaplek ubijalar yang dihaluskan (digiling)
dengan tingkat kehalusan ± 80 mesh (Suprapti, 2003). Kandungan Gizi Tepung Ubi Jalar dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia dan Sifat Fisik Tepung Ubijalar
Komponen dan Sifat Fisik Tepung Ubijalar
Air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)Abu (%)
Derajat Putih (%)Waktu Gelatinisasi (menit)
Suhu Gelatinisasi (oC)
Waktu Granula Pecah (menit)
Suhu Granula Pecah (oC)
Viskositas Puncak (BU)
7,00
2,11
0,53
84,742,58
74,4332,5
78,839,5
90,0
1815
Sumber: Antarlina dan Utomo (1997)
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui sifat fisik dan sifat kimia tepung ubi
jalar. Di Indonesia tepung ubi jalar belum banyak diproduksi, oleh karena itu hingga saat ini
belum ada ketetapan baku dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk mutu tepung
ubi jalar, sehingga untuk menentukan mutu tepung ubi jalar dilakukan pendekatan beberapa
kriteria mutu dari tepung gaplek ubi kayu. Kriteria mutu tepung ubi jalar dapat dilihat pada Tabel
4
Tabel 4. Kriteria Mutu Tepung Ubijalar
Kriteria Tepung ubijalar
Kadar air (maks)
Keasaman (maks)
Kadar pati (min)
Kadar serat (maks)
Kadar abu (maks)
HCN (maks)
15%
4 ml 1 N NaOH/100 g
55%
3%
2%
-
Sumber : Antarlina (1993) dikutip Antarlina dan Utomo (1999)
Dari hasil penelitian Antarlina, (1993) yang dikutip Antarlina dan Utomo (1999) ternyata
bahwa pada kadar air 7% tepung ubi jalar mengandung 2,91% protein; 0,54% lemak; 1,95%
serat kasar; 2,07% abu; 60% pati; dan energi 367 Kalori. Standar mutu tepung ubi jalar diatas
dapat disimpulkan bahwa kadar air 15% sudah memenuhi standar mutu tepung ubi jalar yang
baik dengan keasaman, kadar pati yang cukup tinggi dan kadar serat dan kadar abu yang lebih
sedikit dibandingkan kadar air. Tepung ubi jalar juga tidak mengandung HCN. Proses pembuatan
tepung ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 2.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar (Antarlina dan Utomo, 1999)
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
2.2. Karotenoid
Karotenoid adalah kelompok senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau turunannya.
Karotenoid terdiri dari dua jenis yaitu karoten (atom oksigen dalam molekulnya), dan xantofil
(mempunyai atom oksigen dalam molekul) (Muchtadi, 1992)
Sebagian besar sumber vitamin A banyak terdapat dalam bahan – bahan nabati. Tubuh
manusia mempunyai kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A yaitu di
dalam mukosa dinding usus kecil manusia. Di dalam tanaman terdapat beberapa jenis karoten,
namun yang lebih banyak ditemukan adalah - karoten, - karoten dan - karoten dan
beberapa kriptoxantin (Winarno, 1997).
Karotenoid mengambil nama dari pigmen utama wortel ( Daucus carota).. Menurut Man
(1997), karotenoid dalam makanan biasanya dari jenis semua trans dan hanya kadang – kadang
terdapat senyawa mono – cis atau di – cis. Karotenoida adalah prekusor vitamin A dan biasa
disebut sebagai provitamin A (Andarwulan dan koswara, 1992). Menurut Man (1997), jenis
karotenoida yang terpenting adalah β karoten yang dijumpai hampir di semua jenis sayuran, serta
memiliki aktivitas vitamin A paling tinggi. Rumus struktur β karoten dapat dilihat pada Gambar
3.
Gambar 3. Struktur Kimia Beta Karoten (Mann, 1997)
Karotenoid sebagai provitamin A secara umum mempunyai sifat fisik dan kimia sebagai
berikut: larut dalam lemak, larut dalam kloroform, benzena, karbondisulfida dan petroleum eter,
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
namun sukar larut dalam alkohol, sensitif terhadap oksidasi, autooksidasi dan sinar, stabil
terhadap panas di dalam udara bebas oksigen (Adim, 2006).
Karoten sangat sensitif terhadap oksidasi, auto oksidasi, dan cahaya tetapi stabil terhadap
panas dalam atmosfer bebas oksigen. Karoten bersifat lebih stabil dibandingkan vitamin A dan
umumnya cukup stabil selama pengolahan pangan. Pengukusan menghasilkan kerusakan β
karoten yang lebih kecil dibandingkan dengan perebusan. Pemanasan pada suhu yang tidak
terlalu tinggi untuk waktu singkat dapat menguraikan kompleks karotenoida menjadi karotenoida
bebas, sehingga mudah diserap oleh sistem pencernaan dan lebih mudah teroksidasi (Mann,
1997).
Coultate dan Davies (1996) mengemukakan bahwa tubuh manusia mempunyai
kemampuan mengkonversi karoten menjadi vitamin A. Konversi karoten menjadi vitamin A
sebagian besar terjadi di dalam hati dan sebagian kecil di dalam usus halus. Pembentukan retinin
dan retinol (vitamin A) dari β-karoten disajikan pada Gambar 4.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
β-karoten
Retinin
Retinol (vitamin A)
Gambar 4. Pembentukan Retinin dan Vitamin A dari β-karoten (Grob, 1963 dikutip Man de, 1997)
Satuan takaran untuk vitamin A yang digunakan adalah International Unit (IU) atau
Satuan Internasional (SI). Saat ini satuan takaran SI diganti dengan Retinol Equivalen (RE),
karena satuan ini lebih tepat serta dapat memberikan gambaran keadaan sesungguhnya, termasuk
pertimbangan masalah penyerapan karoten di dalam tubuh serta derajat konversinya menjadi
vitamin A. Satu Retinol Ekuivalen (RE) setara dengan 1µg retinol (3,33 IU), setara dengan 6 µg
β – karoten (10 IU) dan setara dengan 12 µg karotenoid (10 IU) (Winarno,1997). Tahun 1967
FAO / WHO menganjurkan istilah Retinol Ekuivalen (RE) sebagai unit pengukuran vitamin A
(Almatsier, 2003).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Menurut Winarno (1997), jumlah kebutuhan vitamin A yang dianjurkan (Widya Karya
Nasional, 1978) adalah 1200 – 2400 IU bagi bayi dan anak – anak di bawah umur 10 tahun, dan3500 – 4000 IU untuk orang dewasa. Berdasarkan National Health Interview Survey (1992),
rata-rata asupan beta karoten bagi laki-laki 2,9 mg/hari, sedangkan untuk wanita rata-rata 2,5
mg/hari. Untuk menurunkan risiko penyakit kronis, diperlukan 3-6 mg/hari (Cindiwaty, 2005).
Pemanasan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan
isomerisasi beberapa ikatan trans menjadi cis. Analisis kuantitatif β karoten dengan metode
AOAC no. 45. 104 tahun 2000 maka yang terukur adalah total dari isomer trans dan cis. Menurut
Gregory (1996) dalam Fennema (1996), isomerisasi thermal yang terjadi dalam pengalengan
sayuran dan buah – buahan yaitu sekitar 40% 13-cis- β karoten dan 30% 9-cis- β karoten.
Isomerisasi termal yang terjadi pada pengalengan sayur dan buah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Isomer β karoten pada buah, sayur, ubi segar dan setelah pemanasan
Produk Keadaan Persentase total β karoten
13-cis All-trans 9-cis
Ubi jalar Segar 0,0 100,0 0,0
Ubi jalar Pengalengan 15,7 75,4 8,9
Wortel Segar 0,0 100,0 0,0
Wortel Pengalengan 19,1 72,8 8,1
Squash Segar 15,3 75,0 9,7
Squash Pengalengan 22,0 66,6 11,4
Bayam Segar 8,8 80,4 10,8
Bayam Pengalengan 15,3 58,4 26,3
Mentimun Segar 10,5 74,9 14,5
Pikel mentimun Pasteurisasi 7,3 72,9 19,8
Tomat Segar 0,0 100,0 0,0
Tomat Pengalengan 38,8 53,0 8,2
Peach Segar 9,4 83,7 6,9
Peach Pengalengan 6,8 79,9 13,3
Alpukat Dehidrasi 9,9 75,9 14,2
Alpukat Pengalengan 17,7 65,1 17,2
Nectarine Segar 13,5 76,6 8,0
Pulm Segar 15,4 76,7 8,0Sumber : Menurut Gregory (1996) dalam Fennema (1996)
Menurut tabel di atas, isomerisasi yang terjadi pada ubi jalar mengubah kandungan all-
trans β karoten, 9-cis β karoten, dan 13 – cis - β karoten. Ubi jalar segar terdapat 100% all trans
β karoten, setelah mengalami pemanasan pada proses pengalengan menjadi 15,7% 13 -cis-β
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
karoten, 75,4% all-trans β karoten, dan 8,9% 9-cis-β karoten. Isomer cis mempunyai aktivitas
vitamin A yang lebih rendah dari isomer trans (Klaui dan Bauernfeind, 1981 dalam Bauernfeind,
1981).
Karotenoid akan rusak selama proses pengeringan dan pemanggangan. Makin tinggi suhu
dan makin lama waktu pemanggangan yang diberikan maka akan semakin banyak zat warna
yang rusak dan akan mudah teroksidasi (Desrosier, 1988). Menurut Bonnie dan Choo (1999)dikutip Hervan (2006), karotenoid merupakan senyawa alami yang tingkat ketidakjenuhannya
sangat tinggi sehingga sangat mudah terdegradasi akibat oksidasi dan proses pemanasan.
2.3. Flakes Flakes merupakan salah satu jenis breakfast sereal (makanan sarapan) yang berbentuk
pipih (flaked). Flakes adalah suatu produk pangan yang praktis karena bentuknya pipih, ringan,
dan mudah penyiapannya untuk dikonsumsi.
Flakes dapat dikonsumsi dengan cara menambahkan susu cair atau dikonsumsi langsung
seperti makanan ringan. Menurut Vail et al (1978), Recommended Dietary Allowance (RDA)
menyarankan bahwa campuran susu dan sereal sarapan harus dapat mensuplai protein sekitar 15
– 22% untuk anak berusia 8 – 10 tahun. Penerimaan konsumen terhadap produk flakes pada
umumnya didasarkan pada eating quality pada produk tersebut meliputi warna, aroma, rasa,
kerenyahan, kemampuan flakes untuk tidak menjadi basah / lunak ketika di dalam susu (Daniels,
1974).
Produk makanan sarapan biasanya dibuat dari serealia seperti jagung, gandum, beras, oat,
barley (Kent dan Evers, 1994). Produk makanan sarapan dapat juga dibuat dari biji utuh, partikel
– partikel besar atau tepung (Fizzel, Croccodilli, dan Chante, 1992). Menurut Muchtadi dkk
(1988), bahan dasar yang dibutuhkan dalam pembuatan makanan sarapan adalah yang banyak
mengandung pati seperti biji – bijian (serealia), umbi – umbian maupun tepung pati. Makanan
sarapan berbentuk flakes dapat dibuat dari biji – bijian atau tepung yang diaglomerasi sehingga
berbentuk pellet. Tepung tersebut dicampur dengan air dan penambah rasa seperti gula, garam,
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
dan malt. Menurut Guy (1995), jumlah air yang ditambahkan ke dalam tepung pada pembuatan
makanan sarapan merupakan hal yang penting.
Menurut Matz (1959), perubahan yang terjadi selama pembuatan flakes adalah pati akan
tergelatinisasi dan kemungkinan terjadi hidrolisis ringan, terjadinya reaksi pencoklatan yang
kemungkinan disebabkan oleh interaksi antara protein dan gula.
Pemanggangan menurunkan kadar air menjadi lebih kecil dari sebelumnya serta
memberikan tekstur yang renyah, warna, aroma, dan flavor yang khas. Proses pemanggangan
menyebabkan terjadinya proses dekstrinasi, karamelisasi gula sehingga terbentuk warna cokelat
keemasan dan flakes menjadi renyah karena penurunan air menjadi sekitar 3 – 5% (Matz, 1959).
Menurut Penelitian Herliana (2006), karakteristik yang diinginkan produk flakes ubi kayu
yaitu kekerasan berkisar 262,5 gf, kadar air berkisar 3-5%, daya rehidrasi berkisar 60,18%,
peningkatan kandungan gula reduksi dari 0,0769% menjadi 0,176% - 0,187%, berwarna kuning
kecoklatan, tekstur tetap renyah setelah direndam di dalam susu selama 1 menit, aroma khas
flake yang kuat, berasa agak gurih, dengan rendemen berkisar 93,93% - 95,51%.
2.3.1. Klasifikasi Flakes
Menurut Kent (1983), flakes dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pengolahan, bentuk
produknya atau sajiannya, dan bahan baku yang digunakan. Flakes ini dapat dibuat dari butir
serealia utuh ataupun serealia yang telah dihilangkan kulit dedak (bran) atau bagian lembaga
bijinya (germ) (Vail et al, 1978).
Menurut Tribelhorn (1991), flakes yang ada di pasaran saat ini dapat dikategorikan menjadi lima
jenis, yaitu :
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
1. Serealia tradisional yang memerlukan pemasakan, adalah sereal yang dijual di pasaran dalam
bentuk bahan mentah yang telah diproses. Biasanya dalam bentuk sereal yang biasa dikonsumsi
panas.
2. Serealia panas instan, yaitu sereal yang dijual dalam bentuk biji-bijian atau serbuk yang telah
dimasak dan hanya memerlukan air mendidih dalam persiapannya.
3. Serealia siap santap, yaitu produk yang telah diolah dan direkayasa menurut jenis dan
bentuknya, diantaranya flaked, puffed, dan shredded.
4. Ready to eat cereal mixes, yaitu produk sereal yang diolah bersama biji-bijian, kacang-
kacangan, dan buah kering.
5. Bermacam produk serealia yang tidak dapat dikategorikan dengan keempat jenis diatas karena
proses khusus atau kegunaan akhirnya. Contoh dari jenis ini adalah cereal nuggets dan makanan
bayi.
Flakes merupakan salah satu jenis Ready to eat cereal, yang relatif praktis, dapat
dikonsumsi langsung dengan cara menambahkan susu, atau dikonsumsi langsung seperti
makanan ringan.
Flakes cereals umumnya berbentuk pipih ( flaked ), serpihan (shredded ), produk ekstrusi
(extruded ), maupun produk yang mengembang ( puffed ) yang biasanya dilapisi dengan gula dan
diperkaya dengan mikronutrien atau buah-buahan untuk meningkatkan nutrisi.
Prinsip pengolahan serealia siap makan terdiri dari pembentukan tekstur yang renyah dengan
cara pengeringan produk yang telah tergelatinisasi hingga tercapai kadar air 3% sampai 5%,
sehingga tekstur menjadi renyah dan perubahan cita rasa akibat terjadinya dekstrinisasi,
gelatinisasi dan karamelisasi pati pada sereal tersebut (Matz, 1959).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Serealia flakes siap makan yang berbentuk pipih ( flaked ) dibuat dengan cara memasak serealia
dan bahan pencita rasa sehingga terbentuk pasta yang kemudian dibentuk pipih dan dipanggang.
Serealia sarapan yang bentuknya mengembang ( puffed ) dibuat dengan memanaskan serealia pada
tekanan tinggi, sehingga pada saat tekanan dilepaskan secara mendadak, uap dalam sereal akan
memaksa keluar dan menyebabkan produk mengembang. Serealia siap makan dapat dibuat dari
satu jenis serealia atau campuran beberapa jenis serealia yang dibalut dengan bumbu seperti
minyak, garam, atau gula. Sebagian besar serealia siap makan setelah mengalami proses utama
seperti pembentukan emping, butiran atau pengembangan, perlu dilanjutkan dengan
pemanggangan, pelapisan dan pemberian aroma (Vail et al., 1978).
2.3.2. Proses Pembuatan Flakes
Flakes merupakan produk makanan yang berbentuk lembaran tipis dengan tekstur
renyah. Tekstur flakes akan renyah bila kadar air diturunkan menjadi 3-5%. Flakes merupakan
produk pangan yang mudah disajikan dan biasanya dikonsumsi dengan penambahan susu,
sehingga dapat meningkatkan nilai gizi dari flake selain sebagai penambah cita rasa (Sutanto,
2001 dikutip oleh Herliana, 2006).
Bila tepung serealia dikombinasikan dengan sedikit air dan dimasak, bahan tersebut dapat
dibentuk menjadi agregat-agregat kecil atau pellet yang dapat dirubah lagi dengan gilingan untuk
menghasilkan flakes serupa. Pada pemasakan tersebut pati yang semula berbentuk kristalin
berukuran besar mengalami proses gelatinisasi agar mudah dicerna dan mudah dikembangkan
menjadi tekstur yang diinginkan (Muchtadi dkk, 1988).
Beberapa variasi proses pengolahan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk
flakes. Selain metode pemasakan flakes secara tradisional dengan menggunakan pemasakan
dengan tekanan, pemasakan dapat pula dilakukan dengan cara yang lebih modern yaitu dengan
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
pemasakan ekstrusi, kemudian dibentuk pellet , dipipihkan dan dipanggang seperti pada
pemasakan dengan menggunakan tekanan (Kent dan Evers, 1994).
Pellet umumnya diturunkan kadar airnya sebelum dicetak sehingga bahan menjadi lentur,
tidak lengket, serta mudah dicetak. Flakes biasanya dikeringkan atau dipanggang untuk
menimbulkan aroma dan kadang – kadang menghasilkan sedikit efek menggelembung ( puffing).
Hasil akhir akan berupa produk dengan kadar air rendah, getas, serta renyah (Muchtadi dkk,
1988).
Menurut Matz (1959), proses pembuatan flakes menyebabkan beberapa perubahan, diantaranya :
gelatinisasi pati dan kemungkinan terjadi hidrolisa ringan, reaksi pencoklatan, dekstrinasi dan
karamelisasi gula sebagai hasil pemanggangan pada suhu tinggi. Flakes menjadi renyah sebagai
hasil reduksi kadar air yang cukup tinggi.
Proses pembuatan flakes meliputi pencampuran bahan dan bumbu, pemanasan, pendinginan,
pembentukan lembaran, pencetakan, dan pemanggangan. Sebelum dicetak, flakes umumnya
diturunkan kadar airnya sehingga bahan menjadi lentur, tidak lengket serta mudah dicetak.
Setelah itu flakes dikeringkan atau dipanggang untuk menimbulkan aroma dan kadang-kadang
menghasilkan sedikit efek menggelembung ( puffing). Hasil akhir akan berupa produk dengan
kadar air rendah, getas, serta renyah. Proses flaking dapat dilihat pada Gambar 4.
Proses Pembuatan Flakes :
1. Pencampuran bahan
Tepung, gula, garam, air dicampur untuk membentuk adonan. Penambahan gula dan garam
untuk memberikan rasa terhadap flakes.
2. Pemanasan
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Pemanasan dilakukan agar terjadi proses gelatinisasi yang sempurna sehingga dapat
menghasilkan adonan yang kompak dan mudah dibentuk lembaran pada proses pencetakan
flakes.
3. Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk menyeimbangkan kadar air adonan sehingga adonan lebih mudah
dicetak.
4. Pembentukan lembaran dan pencetakan
Pembentukan lembaran dan pencetakan dilakukan untuk memperoleh ukuran yang seragam dan
ketebalan yang sama. Ukuran flakes berbentuk oval dengan panjang 2 cm, lebar 1 cm, dan tebal
1 mm.
5. Pemanggangan.
Pemanggangan dilakukan untuk menurunkan kadar air flakes menjadi kadar air 3 – 5%.
Pemanggangan dapat mempengaruhi karakteristik produk akhir yang meliputi warna, aroma, dan
kerenyahan. Pemanggangan corn flakes biasanya dilakukan pada suhu 1500C selama 30 menit.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar 5. Diagram Proses Pembuatan Flakes (Kent dan Evers, 1994)
2.4. Pemanggangan
Pemanggangan adalah suatu cara untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam suatu
bahan makanan dengan menguapkannya menggunakan energi panas. Salah satu tujuan
pemanggangan adalah mengurangi kadar air bahan sehingga memberikan kerenyahan pada
produk makanan tersebut.
Pemanggangan flakes ubi jalar sangat berpengaruh terhadap kerenyahan flakes ubi jalar.
Kerenyahan pada produk flakes disebabkan terjadinya penguapan air dalam adonan flakes pada
saat dipanaskan sehingga kadar air menjadi rendah, selain itu kandungan amilopektin yang tinggi
dapat menyebabkan flakes yang dihasilkan bersifat renyah, porous, dan ringan (Sutanto, 2001).
Semakin tinggi suhu pemanggangan, maka lama pemanggangan semakin singkat,
begitupun juga sebaliknya. Proses pemanggangan dilakukan dengan pemanasan dalam suhu
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
tinggi yang dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu tertentu. Pemanggangan dapat
menurunkan kadar air bahan sesuai dengan kadar air yang diinginkan produk tersebut.
Pemanggangan juga dapat menurunkan kadar β karoten bahan makanan. Menurut
Winarno (1997), sifat β karoten yaitu sangat sensitif terhadap oksidasi, auto oksidasi, dan cahayatetapi stabil terhadap panas dalam atmosfer bebas oksigen. Pemanggangan berhubungan dengan
panas dan oksidasi, karena selama pemanggangan terjadi pemanasan dan oksidasi akibat
senyawa tidak jenuh dalam karotenoid.
Kerangka Pemikiran
Flakes ubi jalar (sweet potato flakes) merupakan makanan sarapan dengan bentuk flaked
(pipih) dan banyak mengandung beta karoten. Sweet potato flakes ini dapat dijadikan alternatif
sebagai makanan sumber karoten. Ubi jalar yang mempunyai daging umbi kemerah – merahan
mengandung karoten yang paling tinggi, maka varietas yang digunakan adalah ubi jalar merah.
Sampai saat ini, belum ada penelitian berapa penurunan kandungan β karoten flakes ubi jalar
selama proses pembuatan flakes ubi jalar.
Pemanasan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan
isomerisasi beberapa ikatan trans menjadi cis. Menurut Gregory (1996) dalam Fennema (1996),
dalam ubi jalar segar terdapat 100% all – trans β –karoten dan terjadi perubahan struktur β
karoten setelah mengalami pemanasan pada proses pengalengan yaitu menjadi 15,7% 13-cis-β
karoten, 75,4% all-trans β karoten, dan 8,9% 9-cis-β karoten.
Proses pemanggangan dapat menurunkan kadar air bahan makanan. Tekstur flakes akan
renyah apabila kadar air flakes diturunkan sekitar 3-5%. Kerenyahan pada produk makanan
sarapan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Proses pemanggangan yang tepat
dapat menghasilkan sweet potato flakes yang mengandung karoten tinggi. Suhu yang digunakan
dalam proses pemanggangan flakes berkisar antara 140 – 2000C (Hoseney, 1989).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Daniel (1974) mengemukakan karakteristik flakes yang baik meliputi warna, aroma , rasa
kerenyahan sangat renyah, dan kemampuan flakes untuk tidak menjadi lunak ketika di dalam
susu. Hal – hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan flakes adalah jumlah
penambahan air, lama pengukusan, dan proses pemanggangan yang meliputi suhu
pemanggangan.
Pada percobaan pendahuluan tahap pertama, dilakukan penambahan air dalam adonan
sebanyak 70%, 80%, dan 90% dari berat bahan. Penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga kalis. Jumlah penambahan air yang paling tepat adalah 80% karena
menghasilkan adonan yang kalis dan bisa dibentuk menjadi adonan flakes, sedangkan
penambahan air 70% menghasilkan adonan yang kurang kalis sehingga susah dibentuk untuk
penanganan selanjutnya dan penambahan air 90% menghasilkan adonan yang terlalu lunak.
Berdasarkan percobaan pendahuluan tahap pertama dimana jumlah penambahan air
sebanyak 80% dari berat bahan, maka pada percobaan pendahuluan tahap kedua ditentukan lama
pengukusan adonan. Lama pengukusan yang dicoba adalah 10, 15, dan 20 menit. Proses
pengukusan dilakukan dalam dandang pada suhu 90 – 950C. Lama pengukusan yang paling
tepat adalah 20 menit karena menghasilkan adonan yang tergelatinisasi sempurna, sedangkan
lama pengukusan 10 menit dan 15 menit menghasilkan adonan yang belum tergelatinisasi
sempurna.
Selanjutnya dilakukan percobaan pendahuluan tahap ketiga yaitu penentuan suhu
pemanggangan. Pada percobaan ini dibuat flakes ubi jalar dengan penambahan airnya 80%, lama
pengukusan 20 menit, dan suhu pemanggangan yang divariasikan yaitu 1100C, 1200C, 1300C,
1400C, dan 150
0C. Flakes yang diperoleh diuji secara hedonik. Hasil percobaan menghasilkan
suhu pemanggangan yang baik adalah 1200C, 1300C, 1400C karena menghasilkan flakes yang
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
renyah, warna merah, aroma ubi jalar dan rasa yang manis, sedangkan yang dipanggang pada
suhu 1100C kurang renyah dan suhu 1500C flakes yang diperoleh gosong dan berwarna coklat.
Maka pada percobaan utama akan menggunakan suhu pemanggangan 1200C, 125
0C, 130
0C,
1350C, 1400C.
3.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
terdapat hubungan yang erat antara suhu pemanggangan dengan penurunan kandungan β karotenflakes ubi jalar.
Waktu dan Tempat Percobaan
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Laboratorium Keteknikan
Pengolahan Pangan, Laboratorium Gizi dan Penilaian Indera dan Laboratorium Kimia Pangan,
Program Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi
Industri Pertanian, Jatinangor serta di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian UPP-SDA
Hayati Universitas Padjadjaran, Laboratorium Kimia Singaperbangsa, Universitas Padjadjaran.
Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2008 dan percobaan utama
dilaksanakan pada bulan April 2009.
4.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Ubi Jalar Merah varietas Aceh Merah, natrium metabisulfit,
gula pasir, garam, dan air. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia adalah aquades,
aseton, heksan, MgCO3, MgO : Supercel, Na2SO4.
Alat yang digunakan meliputi : pengering kabinet, oven, kompor gas, dandang / kukusan,
alat penyawut, ayakan (shieve) 60 mesh, roller noodles / pasta bike, baskom, mangkuk, gelas
ukur 100 ml, sendok, pisau, stopwatch, alumunium foil, cetakan bentuk oval ukuran 2,5 x 1,5 cm,
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
loyang. Alat-alat yang digunakan untuk analisis: timbangan analitik, desikator, chromameter
Minolta CR-300. erlenmeyer, tabung evaporator, labu ukur 100ml, buret, alat kolom, dan cawan
kadar air.
4.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan analisis deskriptif
dan dilanjutkan dengan analisis regresi dan korelasi untuk meramalkan (memprediksi) variabelterikat (Y) bila variabel bebas (X) diketahui.
Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dengan 2 kali ulangan.
Perlakuan yang dicoba adalah:
A : Suhu Pemanggangan 1200C ± 1
0C
B : Suhu Pemanggangan 1250C ± 1
0C
C : Suhu Pemanggangan 1300C ± 10C
D : Suhu Pemanggangan 1350C ± 1
0C
E: Suhu Pemanggangan 1400C ± 10C
Hubungan antara suhu pemanggangan dengan penurunan kandungan karoten selamaproses pemanggangan dapat diketahui dengan uji regresi menggunakan software analisis statistik
SPSS. Pada penelitian ini variabel bebas (X) adalah suhu pemanggangan dan variabel terikat (Y)adalah kriteria pengamatan.
Analisis yang digunakan dipilih dari beberapa model regresi yang dapat mewakili hasilpengamatan, yaitu model regresi yang memiliki nilai R2 (koefisien determinasi) ≥ 0,75 dengankoefisien korelasi (r) yang tinggi. Perhitungan nilai R
2dilakukan dengan menggunakan rumus:
Keeratan hubungan antara variabel X (kadar beta karoten ubi jalar) dan variabel Y
(kriteria pengamatan) ditentukan dengan koefisien korelasi (r) yang dihitung denganmenggunakan rumus:
Keterangan:
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Nilai r negatif (-), menyatakan korelasi tak langsung yang artinya jika variabel X (suhu
pemanggangan) semakin besar, maka akan menyebabkan variabel Y (kriteria pengamatan)
semakin kecil.
Nilai r positif (+), menyatakan korelasi langsung yang artinya jika variabel X (suhu
pemanggangan) semakin besar, maka akan menyebabkan variabel Y (kriteria pengamatan)
semakin besar pula.
Berikut adalah persamaan matematik dari beberapa model regresi yang digunakan (Sudjana,
1996):Linier : Ŷi = a + bXi
Logaritmik : Ŷi = a + bLogXi
Kuadratik : Ŷi = a + bXi + cXi2
Kubik : Ŷi = a + bXi + cXi
2+ dXi
3
Eksponensial : Ŷi = aebXi
dimana:
Ŷi = nilai Y (respon yang dicatat) pada kadar beta karoten ke- ia = intercept
b = angka arah atau koefisien regresi menunjukkan angka laju peningkatan atau penurunan variabel
terikat yang didasarkan pada variabel bebas. Bila b (+) maka naik dan bila b (-) maka terjadipenurunan.
c = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan laju perubahan rata-rata Ŷi jika Xi2 berubah
pada keadaan variabel lain tetap. Bila c positif (+) maka untuk setiap perubahan X i2
sebesar 1
satuan, Ŷi rata-rata bertambah sebesar c, bila c negatif (-) maka untuk setiap perubahan Xi2
sebesar 1 satuan, Ŷi rata-rata berkurang sebesar c.
d = angka arah atau koefisien regresi menunjukkan laju perubahan rata-rata Ŷi jika Xi3
berubah pada
keadaan variabel lain tetap. Bila d positif (+) maka untuk setiap perubahan X i3
sebesar 1 satuan,
Ŷi rata-rata bertambah sebesar d, bila negatif (-) maka untuk setiap perubahan X i3 sebesar 1
satuan, Ŷi rata-rata berkurang sebesar d.
e = 2,71828
Xi = variabel bebas (kadar beta karoten)
4.4 Pelaksanaan Percobaan
4.4.1 Percobaan Pendahuluan
Percobaan pendahuluan meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Penentuan jumlah penambahan air pada adonan flakes.
2. Penentuan lama pengukusan adonan flakes sehingga menghasilkan adonan yang tergelatinisasi
sempurna dan mudah dicetak.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
3. Penentuan suhu pemanggangan yang tepat agar menghasilkan flakes yang mempunyai
karakteristik yang baik dan disukai panelis. Prosedur pelaksanaan percobaan pendahuluan dan
hasil pengamatannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.4.2. Penelitian Utama
Penelitian utama akan dilakukan pembuatan sweet potato flakes dengan berbagai variasi
suhu pemanggangan yang terdiri dari dua tahap yaitu :
1. Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar (Antarlina dan Utomo, 1999)
a) Pencucian I
Pencucian I dilakukan untuk membersihkan ubi jalar dari tanah atau kotoran yang melekat pada
kulit ubi jalar.
b) Pengupasan kulit
Pengupasan kulit ubi jalar menggunakan pisau stainless steel untuk menghilangkan lapisan kulit.
c) Pencucian II
Pencucian dilakukan sebanyak dua kali, pencucian II bertujuan untuk membersihkan kotoran dan
getah yang banyak mengandung senyawa fenol pada permukaan ubi jalar.
d) Pemotongan
Pemotongan adalah proses pengecilan ukuran untuk memperluas permukaan sehingga
mempercepat proses pengeringan. Ukuran potongannya adalah lebar = 0,2 – 0,5 cm, panjang = 1
– 5 cm, tebal = 1 – 3 mm.
e)
Perendaman dalam larutan Natrium Metabisulfit 0,5% (b/v) selama 10 menit
Ubi jalar yang telah dikupas mengalami proses pencoklatan yang disebabkan oleh adanya enzim
fenolase, oleh karena itu dilakukan perendaman dalam larutan Natrium Metabisulfit 0,5% (b/v)
selama 10 menit untuk mencegah terjadinya proses pencoklatan.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
f) Penirisan
Setelah direndam dalam larutan Natrium Metabisulfit, potongan ubi jalar dicuci air bersih
kemudian ditiriskan selama ± 5 menit.
g) Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan suhu 600C selama 24 jam. Potongan ubi jalar dikeringkan hingga
mencapai kadar air 7 – 8%.
h) Penggilingan
Penggilingan dilakukan untuk menghaluskan ubi jalar menjadi partikel – partikel kecil
menggunakan alat Hammer Mill.
i) Pengayakan
Pengayakan menggunakan ayakan thyler sebesar 60 mesh
2. Proses Pembuatan Flakes Ubi Jalar
1. Pencampuran bahan
Tepung ubi jalar, gula, garam, air dicampur untuk membentuk adonan. Penambahan gula dan
garam untuk memberikan rasa terhadap flakes. Formulasi yang digunakan adalah Tepung 100
gram, air 80%, gula 10%, garam 2 % dari berat adonan.
2. Pemanasan
Pemanasan dilakukan dengan cara pengukusan pada suhu 90 – 950C selama 20 menit agar terjadi
proses gelatinisasi yang sempurna sehingga dapat menghasilkan adonan yang kompak dan
mudah dibentuk lembaran pada proses pencetakan flakes.
3. Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk mengurangi udara panas pada adonan sehingga adonan lebih
mudah dicetak.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
4. Pembentukan lembaran dan pencetakan
Pembentukan lembaran dan pencetakan dilakukan untuk memperoleh ukuran yang seragam dan
ketebalan yang sama. Ukuran flakes berbentuk oval dengan panjang 2 cm, lebar 1 cm, dan tebal
1 mm.
5. Pemanggangan.
Pemanggangan dilakukan menggunakan oven cabinet dryer selama 20 menit dengan suhu sesuai
perlakan. Pemanggangan dilakukan untuk menurunkan kadar air flakes menjadi kadar air 3 –
5%. Pemanggangan dapat mempengaruhi karakteristik produk akhir yang meliputi warna, aroma,
dan kerenyahan. Suhu pemanggangan yang digunakan adalah sesuai perlakuan yaitu 120
0
C,
1250C, 130
0C, 135
0C, 140
0C.
6. Pendinginan
Pendinginan yang dilakukan setelah pemanggangan dilakukan untuk mengurangi uap air untuk
pengemasan.
7. Pengemasan
Pengemasan dilakukan menggunakan plastik HDPE sehingga produk tetap renyah pada saat
dikonsumsi.
4.5. Kriteria Pengamatan
Pengamatan utama yang dilakukan :
1. Rendemen (Apriyantono et al., 1989)
2.
Kadar air metode oven (AOAC, 1990)
Bahan yang dianalisis :
Ubi jalar segar
Tepung ubi jalar
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Flakes ubi jalar (Sweet Potato Flakes)
3. Kandungan β karoten metode spektofotometri (AOAC no.45. 104, 2000)
Bahan yang dianalisis :
Ubi jalar segar
Tepung ubi jalar
Adonan Flakes ubi jalar (Sweet Potato Flakes) setelah pengukusan
Flakes ubi jalar (Sweet Potato Flakes) setelah pemanggangan
4. Warna bahan (sistem warna Hunter Lab) diukur dengan menggunakan chromameter Minolta
CR-300.
Bahan yang dianalisis :
Ubi jalar segar
Tepung ubi jalar
Flakes ubi jalar (Sweet Potato Flakes)
Prosedur analisis dapat dilihat pada Lampiran 3
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar 6. Diagram Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar (Antarlina dan Utomo, 1999)
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar 7. Diagram Proses Pembuatan Flakes ubi jalar (Modifikasi Kent dan Evers, 1994)
Rendemen Flakes Ubi Jalar
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan flakes ubi jalar yang dihasilkan memiliki
rendemen yang cukup besar. Rendemen flakes ubi jalar dihitung berdasarkan berat ubi jalar utuh
sebelum dikupas. Hasil analisis rendemen flakes ubi jalar disajikan pada Lampiran 4. Hasil
penurunan rendemen pada tiap tahap disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.Rendemen Ubi Jalar Sesudah Dikupas, Ubi Jalar Kering, Tepung Ubi Jalar, Adonan Flakes Ubi
Jalar, dan Flakes Ubi Jalar
Tahap pengolahan Bahan yang dihasilkan Rata – rata (%)
Pencucian dan pengupasan Ubi jalar sesudah dikupas 72,19
Pengecilan ukuran dan
pengeringan
Ubi jalar kering 17,10
Penggilingan danpengayakan
Tepung ubi jalar 10,57
Pencampuran tepung ubi
jalar, garam, gula, dan air
Adonan flakes ubi jalar 19,76
Pemanggangan adonan Flakes ubi jalar 10,40
*) Berdasarkan ubi jalar segar sebelum dikupas
Tabel 6 di atas menunjukkan penurunan berat dari ubi jalar segar hingga menjadi produk
ubi jalar. Rendemen flakes ubi jalar rata – rata terhadap ubi jalar segar sebelum dikupas adalah
10,40% artinya adalah setiap 100 g ubi jalar menghasilkan 10,40 g flakes ubi jalar.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Ubi jalar setelah dikupas mengalami penurunan bobot hingga 72,19% dari berat ubi jalar
sebesar 100%. Penurunan bobot berat tersebut diakibatkan karena kulit yang menempel pada ubi
jalar dikupas dan dibuang sehingga menurunkan berat bahan.
Ubi jalar yang sudah dikupas dikeringkan dalam oven cabinet dryer pada suhu 60 0C
selama 24 jam hingga menjadi ubi jalar kering. Ubi jalar kering mengalami penurunan bobot
bahan sehingga rendemen yang dihasilkan adalah 17,10%. Penurunan bobot bahan tersebut
diakibatkan adanya proses pengeringan yang dapat mengurangi kadar air pada bahan sehingga
bahan lebih ringan.
Ubi jalar kering yang dihasilkan kemudian digiling dan diayak untuk menghasilkan
tepung ubi jalar. Rendemen tepung ubi jalar berdasarkan bobot ubi jalar segar sebesar 10,57%.
Penurunan bobot tersebut dikarenakan adanya tepung ubi jalar yang tidak lolos ayakan pada 80
mesh. Proses penggilingan dapat mengubah partikel menjadi lebih kecil dan sangat mudah
menyerap air. Penyerapan air tersebut dapat menyebabkan penggumpalan sehingga partikelnya
menyatu dan tidak bisa lolos ayakan. Selama proses pengayakan masih ada yang tidak lolos
ayakan karena adanya penggumpalan tepung ubi jalar dan adanya serat kasar yang tidak tergiling
sehingga tidak lolos ayakan.
Rendemen adonan flakes ubi jalar mengalami peningkatan dari tepung ubi jalar menjadi
19,76% dengan penambahan gula, garam, dan air. Adonan flakes ubi jalar tersebut digiling tipis
dan dibentuk kemudian dipanggang untuk mengurangi kadar air pada adonan flakes dan agar
produk flakes ubi jalar lebih renyah. Rendemen flakes ubi jalar yang dihasilkan sebesar 10,40%.
Penurunan bobot bahan pada tiap tahap tersebut akibat dari proses pengolahan seperti
pengupasan, pengecilan ukuran, pengeringan, penggilingan, dan pemanggangan. Proses
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
pengeringan dan pemanggangan dapat menurunkan kadar air bahan yang dapat mengurangi
bobot bahan.
Menurut Apriyantono dkk (1989), rendemen flakes ubi jalar dihitung berdasarkan berat
tepung ubi jalar yang digunakan terhadap flakes ubi jalar yang dihasilkan setelah proses
pemanggangan. Berdasarkan hasil penelitian, rata – rata rendemen flakes ubi jalar terhadap
tepung ubi jalar yang digunakan adalah 98,39% yang artinya adalah setiap 100 kg tepung ubi
jalar dapat menghasilkan 98,39 kg flakes ubi jalar, sedangkan rata – rata rendemen flakes ubi
jalar terhadap adonan flakes ubi jalar adalah 52,63% yang artinya adalah setiap 100 kg adonan
flakes ubi jalar menghasilkan 52,63 kg flakes ubi jalar.
5.2. Kadar air ubi jalar segar, tepung ubi jalar, dan flakes ubi jalar
Hasil analisis kadar air ubi jalar segar dan tepung ubi jalar disajikan pada Tabel 7,kadar
air flakes ubi jalar (basis kering) disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7. Kadar Air Rata – rata Ubi Jalar Segar Dan Tepung Ubi Jalar (% bk)
Bahan Kadar air rata – rataUbi jalar segar 300,17
Tepung ubi jalar 3,71
Tabel 8. Kadar Air Flakes Ubi Jalar (% bk) dari Setiap Perlakuan Suhu Pemanggangan
Perlakuan Kadar air rata – rata flakes ubi jalar
A (120 ± 1) 5,57
B (125 ± 1) 5,35
C (130 ± 1) 5,12
D (135 ± 1) 4,45
E (140 ± 1) 3,90
Kadar air rata – rata tepung ubi jalar yaitu sekitar 3,71% dry basis, mengalami penurunan
kadar air rata – rata ubi jalar segar dari 300,17% hingga 3,71%. Hal itu dikarenakan adanya
penguapan air pada ubi jalar segar pada saat pengeringan dan penggilingan, sehingga kadar air
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
tepung ubi jalar menurun. Penguapan air tersebut terjadi karena adanya panas. Data pengamatan
dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan hasil penelitian, flakes ubi jalar yang dipanggang pada suhu 1200C
menghasilkan kadar air paling tinggi yaitu sekitar 5,57% basis kering, sedangkan flakes ubi jalar
yang dipanggang pada suhu 1400C menghasilkan kadar air paling rendah yaitu 3,90% basis
kering. Penurunan kadar air tersebut tidak signifikan karena pada proses pembuatan flakes ubi
jalar ditambahkan gula dan garam yang bersifat higroskopis sehingga mudah menyerap air.
Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi suhu pemanggangan maka kadar air semakin rendah
akibatnya semakin tinggi suhu pemanggangan maka semakin banyak air yang teruapkan.
Kadar air rata – rata perlakuan 1200C, 125
0C, 130
0C, 135
0C, 140
0C berkisar antara 5,57%
- 3,90% (Lampiran 5), artinya kadar air yang tertinggal pada bahan selama pemanggangan
sekitar 5,57% - 3,90%. Menurut Matz (1959), kadar air pada flakes yaitu sekitar 3 – 5% basis
basah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
Kadar air flakes ubi jalar lebih tinggi daripada kadar air tepung ubi jalar. Hal tersebut
dikarenakan pada proses pembuatan flakes ubi jalar terdapat proses penambahan air pada adonan
flakes ubi jalar dan proses pengukusan yang dapat menyerap air.
Berdasarkan uji regresi dengan menggunakan software SPSS 15.0 maka hubungan antara
kadar air (%) dry basis dengan suhu pemanggangan merupakan model regresi linear dengan nilai
R2 ≥ 0,75. Perhitungan dan model kurva secara lengkap tercantum pada lampiran 8. Gambar
kurva regresi linear kadar air %bk terhadap suhu pemanggangan disajikan pada gambar 8.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Gambar 8. Kurva Regresi Linear Hubungan Suhu Dengan [kadar air] Flakes Ubi Jalar (% bk)
Gambar 8 di atas menunjukkan hubungan regresi linear antara [kadar air] dengan suhu
pemanggangan. Kadar air flakes ubi jalar mempunyai persamaan regresi linear y = -0,0848x +
15,902
Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dibuat hubungan antara [kadar air] dengan
suhu pemanggangan (T) adalah sebagai berikut : [kadar air] = -0,0848 (T) + 15,902.
Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa (a) = -0,0848 dan (b) = 15,902. Nilai koefisien
regresi (a) menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear negatif antara [kadar air] flakes ubi
jalar dengan suhu pemanggangan flakes ubi jalar, setiap kenaikan suhu 10C, rata – rata [kadar
air] turun sebesar 0,0848%.
Keeratan hubungan antara suhu pemanggangan terhadap kadar air flakes ubi jalar dapat
dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) = 0,887. Besarnya hubungan tersebut diketahui dari nilai
determinasi (r2) = 0,786, berarti 78,60% penurunan kadar air flakes ubi jalar dipengaruhi oleh
besarnya suhu pemanggangan, sedangkan 21,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain seperti
luas permukaan bahan yang tidak rata, pindah panas pada bahan, penggilingan (adanya panas).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
5.3. Kandungan β – Karoten
Hasil analisis kandungan β – Karoten rata – rata ubi jalar segar, tepung ubi jalar, adonan
flakes ubi jalar setelah pengukusan disajikan pada Tabel 9 dan flakes ubi jalar disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 9. Data Kandungan β – Karoten Bahan
Bahan Kandungan β – karoten
(µg/g) bk Penurunan β – karoten
(%) bk
Ubi jalar segar 6115,65 -
Tepung ubi jalar 1367,18 77,64
Adonan flakes ubi jalar setelah
pengukusan
863,40 36,85
Penurunan β – karoten terjadi pada tiap proses pengolahan. Provitamin A yaitu β –
karoten akan rusak pada suhu di atas 1600C, maka proses pemanasan dianjurkan dibawah suhu
tersebut agar β – karoten tidak rusak. Penurunan tersebut terjadi akibat adanya proses oksidasi
dan pemanasan yang menyebabkan isomerisasi beberapa ikatan trans β – karoten menjadi cis β –
karoten. Penurunan β – karoten selama pengeringan ubi jalar hingga menjadi tepung ubi jalar
sebesar 77,64% yaitu dari 6115,65 µg/g dry basis menjadi 1367,18 µg/g dry basis. Penurunan
kadar β – karoten tersebut dikarenakan oleh adanya proses oksidasi kimia pada bahan pada saat
proses pengeringan dan penggilingan. Selama pengeringan dan penggilingan, terdapat oksigen
yang cukup banyak sehingga terjadi proses oksidasi. Proses oksidasi tersebut dapat mengurangi β
– karoten bahan, karena β – karoten tidak tahan terhadap oksigen.
Pengukusan dapat menurunkan β - karoten sekitar 36,85% karena proses pengukusan
terjadi pemutusan sebagian ikatan molekul β – karoten sehingga penurunan β – karoten cukup
besar. Proses penggilingan terjadi proses oksidasi karena adanya oksigen dari panas, tetapi
proses penggilingan terjadi tidak lama seperti pada proses pengukusan.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Tabel 10. Data Kandungan β – karoten Flakes Ubi Jalar
Bahan Flakes Ubi jalar Kandungan Rata –
rata β – karoten
(μg/g) dry basis
Penurunan β –
karoten (%) bk
Suhupemanggangan
(0C)
120 ± 1 745,12 13,68
125 ± 1 620,49 28,11130 ± 1 595,31 31,03
135 ± 1 527,38 38,91
140 ± 1 467,44 45,83
*) penurunan β – karoten berdasarkan adonan flakes ubi jalar setelah pengukusan
Semakin tinggi suhu pemanggangan flakes ubi jalar maka semakin tinggi penurunan β –
Karoten flakes ubi jalar. Pemanggangan pada suhu 120 ± 10C menghasilkan flakes ubi jalar
dengan penurunan kadar β – Karoten paling rendah yaitu sekitar 13,68%, sedangkan pada suhu
pemanggangan 140 ± 10C menghasilkan penurunan β – Karoten paling tinggi yaitu sekitar
45,83%. Penurunan kadar β – karoten tersebut disebabkan karena semakin tinggi suhu yang
digunakan maka sebagian ikatan molekul β – karoten putus yang mengubah trans β – karoten
menjadi cis β – karoten sehingga kadar β – karoten tersebut akan turun dan terjadi proses
oksidasi senyawa tidak jenuh yang terdapat pada karotenoid. Pemanasan pada suhu yang tidak
terlalu tinggi untuk waktu singkat dapat menguraikan kompleks karotenoida menjadi karotenoida
bebas, sehingga mudah diserap oleh sistem pencernaan dan lebih mudah teroksidasi (Mann,
1997)
Menurut Bonnie dan Choo (1999) yang dikutip oleh Hervan (2006), karotenoid
merupakan senyawa alami yang tingkat ketidakjenuhannya sangat tinggi karena jumlah ikatan
rangkap dua sekitar setengah dari seluruh jumlah ikatan sehingga sangat reaktif, akibatnya sangat
mudah terdegradasi akibat oksidasi dan proses pemanasan. Oleh sebab itu, semakin tinggi suhu
pemanggangan flakes ubi jalar maka semakin tinggi penurunan kandungan β – Karoten flakes
ubi jalar.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Berdasarkan uji regresi dengan menggunakan software SPSS 15.0 maka hubungan antara
kandungan β – Karoten dengan suhu pemanggangan merupakan model eksponensial dengan
persamaan y = 10221,67(e)-0,022x
. Namun demikian, fungsi eksponensial tersebut dapat diubah
ke bentuk linear dengan mengkonversi seluruh nilai [β – Karoten] menjadi ln [β – Karoten].
Perhitungan dan penentuan model kurva secara lengkap tercantum pada Lampiran 9 dan Gambar
9.
Gambar 9. Kurva Regresi Linear Hubungan Suhu Pemanggangan Dengan ln [β – Karoten] FlakesUbi Jalar
Gambar di atas menunjukkan hubungan regresi linear antara ln [β – Karoten] dengan
suhu pemanggangan. Penurunan kandungan β – Karoten mempunyai persamaan regresi linear y
= -0,021x + 9,185
Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dibuat hubungan antara ln [β – Karoten]
dengan suhu pemanggangan (T) adalah sebagai berikut:
ln [β – Karoten] = -0,021(T) + 9,185
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Nilai koefisien regresi (a) = -0,021 dan (b) = 9,185. Nilai koefisien regresi (a) = -0,021
menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear negatif antara ln [β – Karoten] dengan suhu
pemanggangan, setiap kenaikan 10C maka ln [β – Karoten] Turun sebesar 0,021%. Keeratan
hubungan antara suhu pemanggangan terhadap ln [β – Karoten] flakes ubi jalar dapat dilihat dari
nilai koefisien korelasi r = 0,883. Besarnya hubungan tersebut diketahui dari nilai determinasi
(r2) = 0,779, artinya 77,90% penurunan ln [β – Karoten] dipengaruhi oleh besarnya suhu
pemanggangan, sedangkan 22,10% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain misalnya oksidasi
kimia pada saat penggilingan dan pengeringan, pengukusan, perendaman dalam larutan Natrium
Metabisulfit.
Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1978) yang dikutip Winarno
(1997), kebutuhan vitamin A per hari yang dianjurkan untuk anak-anak di bawah 10 tahun
adalah sebesar 1200 – 2400 IU, dan untuk orang dewasa sebesar 3500 – 4000 IU. Dengan
konversi 1 Retinol Ekivalen (RE) atau 10 IU ( International Unit ) adalah sebesar 6 μg beta-
karoten, maka anak-anak membutuhkan 720 – 1440 μg beta-karoten / hari dan orang dewasa
membutuhkan 2100 – 2400 μg beta-karoten / hari. Flakes ubi jalar pada suhu pemanggangan 120
± 10C mengandung β – Karoten rata – rata 745,12 µg/g maka baik dikonsumsi sekitar 0,97 – 1,93
gram/ hari bagi anak – anak dan 2,82 – 3,22 gram / hari bagi dewasa. Flakes ubi jalar pada suhu
pemanggangan 140 ± 10C mengandung β – karoten rata – rata 467,44 µg/g maka baik
dikonsumsi 1,54 – 3,08 gram/hari bagi anak – anak dan 4,49 – 5,13 gram/hari bagi dewasa.
Kelebihan vitamin A dalam tubuh dapat disimpan dalam hati. Namun terlalu banyak
mengonsumsi vitamin A dapat menyebabkan hipervitaminosis, yaitu bila mengonsumsi 75.000 –
500.000 IU setiap hari. Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan dalam
penglihatan (Winarno, 1997).
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
5.4. Warna Ubi Jalar Segar, Tepung Ubi Jalar, dan Flakes Ubi Jalar
Hasil analisis menunjukkan terjadi perubahan warna pada setiap tahapan proses
pengolahan flakes ubi jalar. Data hasil penelitian pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11. Warna Rata – rata Ubi Jalar Segar dan Tepung Ubi Jalar
Bahan Parameter a/b ∆E *) Deskripsi
L a b
Ubi jalarsegar
80,92 24,07 28,59 0,84 --- Jingga agak kemerahandan cerah
Tepung
ubi jalar
64,99 9,66 19,61 0,49 23,29 Jingga kurang
kemerahan dan kurang
cerah
*) Terhadap Ubi Jalar Segar
Berdasarkan penelitian di atas, terjadi perubahan warna selama pengeringan pada proses
pembuatan tepung ubi jalar secara kuantitatif perubahan warna tersebut meliputi penurunan
kecerahan warna ubi jalar (L) dari 80,92 menjadi 64,99 atau turun sekitar 19,69%, penurunan
intensitas warna merah (a) dari 24,07 menjadi 9,66 atau turun 59,87%, dan penurunan intensitas
warna kuning (b) dari 28,59 menjadi 19,61 atau turun 31,41%. Perubahan warna tersebut
diakibatkan oleh pemanasan pada proses pengeringan dan penggilingan. Proses pemanasan dapat
mengubah ikatan trans β – karoten menjadi cis β – karoten yang mengurangi pigmen yang
terdapat pada ubi jalar sehingga intensitas warna merah pada ubi jalar semakin berkurang. Proses
penggilingan, terjadi proses oksidasi sehingga dapat mengurangi pigmen yang terdapat pada ubi
jalar. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan β –karoten, dan isomerisasi trans β – karoten
menjadi cis β – karoten. Penurunan tingkat warna merah juga dapat disebabkan oleh perendaman
dalam larutan Natrium Metabisulfit. Natrium Metabisulfit bersifat memucatkan warna bahan
sehingga mengurangi warna merah.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Tabel 12. Warna Flakes Ubi Jalar
Perlakuan (0C) Parameter a/b ∆E *) ∆E **) Deskripsi GambarL a b A
120 ± 1 51,21 23,81 27,75 0,86 21,38 29,74 Jingga
kemerahan
dan cerah
(+++)
B 125 ± 1
49,99 23,15 26,66 0,86 21,41 31,01 Jingga
kemerahan
dan cerah
(++)
C 130 ± 1
47,84 20,16 25,23 0,80 20,89 33,48 Jinggakemerahan
dan agak
cerah (+)
D 135 ± 1
46,83 18,55 24,46 0,75 20,79 34,81 Kuning
Kecoklatan
dan agak
gelap
E 140 ± 1 45,45 17,45 24,12 0,72 21,52 36,38 Kuningkecoklatan
dan gelap
*) Terhadap Tepung Ubi Jalar **) Terhadap Ubi Jalar segar
Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi suhu pemanggangan maka nilai tingkat
kecerahan, warna merah, dan warna kuning semakin menurun. Proses pemanggangan merupakan
proses yang menggunakan panas yang dapat mengakibatkan penurunan pigmen merah atau
kuning pada makanan. Nilai a/b dapat dijadikan parameter terhadap perbandingan warna merah
dan kuning. Menurut Inazu dan Makino (1998) dikutip oleh Hervan (2006), secara visual
kerusakan karotenoid ditandai dengan pudarnya warna merah sedangkan secara kuantitatif dapat
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
dilihat dari penurunan nilai rasio a/b, semakin tinggi rasio a/b maka kandungan β – karoten
semakin tinggi. Oleh sebab itu, maka perlu diketahui nilai a/b dari flakes ubi jalar.
Nilai rasio a/b atau rasio intensitas warna merah dengan intensitas warna kuning selama
pengeringan dan penggilingan turun dari 0,84 menjadi 0,49 atau turun sebesar 41,67%.
Penurunan nilai rasio a/b tersebut juga diakibatkan adanya proses oksidasi pada saat
pemanggangan sehingga dapat menurunkan pigmen yang terdapat pada ubi jalar. Menurut Mann
(1997), proses pemanasan dapat mengubah trans β – karoten menjadi cis β – karoten yang dapat
mengurangi pigmen merah pada bahan sehingga mengurangi warna merah atau kuning pada
bahan.
Semakin besar suhu pemanggangan maka nilai a/b semakin turun, hal ini sejalan dengan
penurunan β –karoten. Semakin besar suhu pemanggangan, maka kandungan β – karoten semakin
kecil. Pemanggangan pada suhu 120 ± 10C dan 125 ± 10C menghasilkan nilai a/b paling tinggi
yaitu 0,86 dan pemanggangan pada suhu 140 ± 10C menghasilkan nilai a/b paling rendah yaitu
0,72.
Analisis untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada proses pengolahan dapat
dilihat dari ∆E. Hasil analisis menunjukkan terjadi perubahan warna keseluruhan pada proses
pengeringan dan penggilingan meliputi perubahan tingkat kecerahan (L), intensitas warna merah
(a), intensitas warna kuning (b) yaitu sebesar 23,29, karena pada proses pengeringan dan
penggilingan terjadi proses oksidasi sehingga terjadi perubahan warna secara keseluruhan.
Semakin tinggi suhu pemanggangan, maka tingkat kecerahan (L), intensitas warna merah
(a), dan intensitas warna kuning (b) semakin rendah dan kandungan β – karoten akan semakin
turun. Flakes ubi jalar yang dihasilkan pada perlakuan 1200C, 125
0C, 130
0C, 135
0C, 140
0C
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
mengalami penurunan kecerahan (L), intensitas warna merah (a), dan intensitas warna kuning
(b). Penurunan tersebut terjadi akibat adanya proses pemanasan pada saat pemanggangan.
Pemanggangan pada suhu 120 ± 10C menghasilkan flakes ubi jalar dengan nilai L, a, b,
paling tinggi yaitu L = 51,21, a = 23,81, dan b = 27,75, sedangkan pemanggangan pada suhu 140
± 10C menghasilkan flakes ubi jalar dengan nilai L, a, b paling rendah yaitu L = 45,45, a = 17,45,
b = 24,12. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu pemanggangan maka nilai L, a, b semakin
rendah dengan adanya oksigen bebas yang menguraikan pigmen karoten.
Semakin kecil perbedaan warna keseluruhan maka warnanya semakin mirip. Flakes ubi
jalar pada perlakuan 135
0
C menghasilkan ∆E*) paling kecil, sedangkan flakes ubi jalar pada
perlakuan 1400C menghasilkan ∆E*) paling besar, artinya perlakuan 140
0C perbedaan warnanya
paling jauh dengan tepung ubi jalar dibandingkan dengan perlakuan 1200C, 1250C, 1300C,
1350C, dan 1400C. Perlakuan 1350C warnanya paling mendekati warna tepung ubi jalar.
Perlakuan 1400C menghasilkan ∆E**) paling besar yang artinya perbedaan warna dengan
ubi jalar segar sangat jauh berbeda, dan paling jauh di antara perlakuan 1200C, 1250C, 1300C,
1350C, sedangkan perlakuan 120
0C menghasilkan ∆E**) paling kecil yang artinya perbedaan
warna sangat mendekati warna ubi jalar segar karena perlakuan 1200C menggunakan suhu yang
paling rendah dibandingkan perlakuan 1250C, 130
0C, 135
0C, 140
0C sehingga perubahan
warnanya tidak terlalu besar. Perubahan warna tersebut juga dapat terjadi karena adanya oksidasi
bahan pada saat proses pemanggangan yang dapat menguraikan pigmen likopen (merah) pada
karoten. Pigmen likopen (merah) bersifat tidak tahan panas sehingga mudah sekali terurai
apabila terkena panas.
Semakin tinggi suhu pemanggangan yang digunakan maka semakin rendah pula nilai a/b.
Berdasarkan hal tersebut, maka mencoba untuk mencari hubungan antara kandungan β – karoten
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
dan suhu pemanggangan dengan nilai a/b. Hubungan nilai a/b dengan suhu pemanggangan
adalah model regresi linear dengan persamaan y = -0,0078x + 1,812. Kurva hubungan antara
nilai a/b dengan suhu pemanggangan disajikan pada Gambar 10.
Gambar10. Kurva Regresi Linear Hubungan Antara Nilai a/b Dengan Suhu Pemanggangan
Berdasarkan persamaan di atas, maka dapat dibuat hubungan antara nilai a/b dengan suhu
pemanggangan, yaitu : nilai a/b = -0,007(T) – 1,773. Nilai koefisien regresi (a) = -0,007
menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear negatif antara β – a/b dengan nilai suhu
pemanggangan, setiap kenaikan suhu sebesar 10C maka nilai a/b flakes ubi jalar turun sebesar
0,007. Nilai (b) berarti nilai a/b adalah sebesar 1,773.
Keeratan hubungan antara nilai a/b flakes ubi jalar dengan suhu pemanggangan dapat
dilihat dari nilai kefisien korelasi (r) = 0,723. Besarnya hubungan tersebut diketahui dari nilai
determinasi (r2) = 0,523, artinya penurunan nilai a/b dipengaruhi oleh besarnya suhu
pemanggangan adalah 52,30% sedangkan 47,70% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yaitu
pindah panas bahan, proses oksidasi saat pemanggangan, pengeringan, dan perendaman dalam
larutan Natrium metabisulfit.
5/16/2018 Kajian Penurunan Beta Karoten Selama Pembuatan Flakes Ubi Jalar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-penurunan-beta-karoten-selama-pembuatan-flakes-ubi-jala
Nilai R ≤ 0,75 maka pengaruh suhu pemanggangan terhadap penurunan nilai a/b tidak
begitu besar. Nilai b ≠ 0 sehingga model regresi linear sangat berati terhadap hubungan nilai a/b
dan suhu pemanggangan.
Kurva di atas menunjukkan hubungan antara nilai a/b flakes ubi jalar dengan suhu
pemanggangan. Hubungan tersebut mempunyai persamaan regresi linear y = -0,007x + 1,773
http://bakulpangan.blogspot.com/2011/10/kajian-penurunan-beta-karoten-selama.html