kajian green construction infrastruktur jalan dalam aspek …konteks.id/p/07-093.pdf · aspek green...

7
Manajemen Konstruksi Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 213 KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM (197K) Wulfram I. Ervianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRAK Secara global proyek konstruksi mengkonsumsi 50% sumberdaya alam, 40% energi, 16% air dan menghasilkan limbah konstruksi lebih dari 50% dari total limbah yang ada. Secara spesifik belum ada informasi mengenai jenis proyek yang mengkonsumsi sumberdaya alam paling besar dan menghasilkan limbah paling banyak. Pada umumnya, pemanfaatan sumberdaya alam dan banyaknya limbah bergantung pada jenis proyek konstruksi. Terjadinya kecenderungan peningkatan nilai konstruksi dari tahun ke tahun berdampak pada berkurangnya cadangan sumberdaya alam dan bertambahnya jumlah limbah yang dihasilkan jika pengelolaan proyek masih menggunakan cara seperti biasanya. Berdasarkan data tahun 2011 panjang jalan nasional di Indonesia adalah 38.570 km, dengan laju pertumbuhan 2,5% pada tahun 2012 akan berdampak pada ketersediaan sumberdaya alam dan limbah yang dihasilkan. Untuk menjaga ketersediaan sumberadaya alam dan mengurangi jumlah limbah akibat proses konstruksi perlu diimplementasikan konsep green construction. Konsep ini berpotensi diterapkan pada setiap jenis proyek, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Tujuan dalam kajian ini adalah mendapatkan informasi tentang aktivitas proses konstruksi jalan baru yang ramah lingkungan dalam aspek konservasi sumberdaya alam. Penelitian ini bersifat eksploratif berdasarkan pada dokumen dan data sekunder serta pengamatan pada proyek yang sedang berlangsung yang berlokasi di Yogyakarta. Hasil yang diperoleh adalah: (a) Proses pencampuran panas (hotmix) menghasilkan emisi CO 2 relatif besar, oleh sebab itu cara ini perlu digantikan dengan proses pencampuran yang lebih ramah lingkungan, (b) Implementasi metoda in- place recycling (daur ulang di tempat) dapat menambah efektifitas kerja serta mendorong penghematan energi dalam aktivitas transportasi serta mampu mereduksi polusi atau emisi gas rumah kaca. Kata kunci: green construction, infrastruktur jalan, konservasi sumberdaya alam 1. PENDAHULUAN Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesia rata-rata per tahun untuk jalan nasional adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kota adalah 94.445,5 km. Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak tahun 1999. Dengan pertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu akan berakibat pada berkurangnya ketersediaan sumberdaya alam sebagai pembentuk struktur jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi, meningkatnya emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnya lahan produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain terkait dengan lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perlu dikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasi terjadinya limbah yang dihasilkan melalui konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakar fosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu memulihkan/membentuk habitat. (b) manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatan manusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012). 2. TUJUAN PENELITIAN Pertumbuhan panjang jalan yang terus meningkat akan berdampak pada pemakaian sumberdaya alam sebagai pembentuknya, oleh sebab itu perlu dikembangkan proses konstruksi yang mampu mengkonservasi sumberdaya agar pemanfaatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Upload: hoangbao

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 213

KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEKKONSERVASI SUMBERDAYA ALAM

(197K)

Wulfram I. Ervianto1

1Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No. 44 YogyakartaEmail: [email protected]

ABSTRAK

Secara global proyek konstruksi mengkonsumsi 50% sumberdaya alam, 40% energi, 16% air danmenghasilkan limbah konstruksi lebih dari 50% dari total limbah yang ada. Secara spesifik belumada informasi mengenai jenis proyek yang mengkonsumsi sumberdaya alam paling besar danmenghasilkan limbah paling banyak. Pada umumnya, pemanfaatan sumberdaya alam dan banyaknyalimbah bergantung pada jenis proyek konstruksi. Terjadinya kecenderungan peningkatan nilaikonstruksi dari tahun ke tahun berdampak pada berkurangnya cadangan sumberdaya alam danbertambahnya jumlah limbah yang dihasilkan jika pengelolaan proyek masih menggunakan caraseperti biasanya. Berdasarkan data tahun 2011 panjang jalan nasional di Indonesia adalah 38.570km, dengan laju pertumbuhan 2,5% pada tahun 2012 akan berdampak pada ketersediaansumberdaya alam dan limbah yang dihasilkan. Untuk menjaga ketersediaan sumberadaya alam danmengurangi jumlah limbah akibat proses konstruksi perlu diimplementasikan konsepgreenconstruction. Konsep ini berpotensi diterapkan pada setiap jenis proyek, salah satunya adalahinfrastruktur jalan. Tujuan dalam kajian ini adalah mendapatkan informasi tentang aktivitas proseskonstruksi jalan baru yang ramah lingkungan dalam aspek konservasi sumberdaya alam. Penelitianini bersifat eksploratif berdasarkan pada dokumen dan data sekunder serta pengamatan pada proyekyang sedang berlangsung yang berlokasi di Yogyakarta. Hasil yang diperoleh adalah: (a) Prosespencampuran panas (hotmix) menghasilkan emisi CO2 relatif besar, oleh sebab itu cara ini perludigantikan dengan proses pencampuran yang lebih ramah lingkungan, (b) Implementasi metodain-place recycling (daur ulang di tempat) dapat menambah efektifitas kerja serta mendorongpenghematan energi dalam aktivitas transportasi serta mampu mereduksi polusi atau emisi gasrumah kaca.

Kata kunci: green construction, infrastruktur jalan, konservasi sumberdaya alam

1. PENDAHULUAN

Jalan merupakan salah satu infrastruktur yang berperan penting di setiap negara dalam mendukung pertumbuhanekonomi. Berdasarkan data dalam rentang tahun 1987 sampai dengan 2011 pertambahan panjang jalan di Indonesiarata-rata per tahun untuk jalan nasional adalah 11.313,3 km, jalan propinsi 1.082,3 km, dan jalan kabupaten/kotaadalah 94.445,5 km. Data tersebut tidak termasuk jalan yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakartadalam rentang tahun 1987-1992, dan tidak termasuk dalam wilayah Timor Timur sejak tahun 1999. Denganpertumbuhan panjang jalan yang terus mengalami peningkatan tentu akan berakibat pada berkurangnya ketersediaansumberdaya alam sebagai pembentuk struktur jalan, meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan oleh proseskonstruksi, meningkatnya emisi yang ditimbulkan pada tahap pembangunan maupun operasional, berkurangnyalahan produktif akibat pengalihan lahan akibat pembangunan jalan, dan berbagai dampak lain terkait denganlingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka perludikembangkan proses konstruksi yang mampu mereduksi pemakaian sumberdaya alam dan meminimalisasiterjadinya limbah yang dihasilkan melalui konsep jalan hijau. Manfaat jalan hijau setidaknya mencakup hal-halsebagai berikut: (a) manfaat bagi lingkungan (ekosentris) adalah mengurangi penggunaan material, bahan bakarfosil, air, polusi udara, emisi gas rumah kaca, polusi air, limbah padat, dan mampu memulihkan/membentuk habitat.(b) manfaat bagi manusia (antroposentris) adalah meningkatkan akses, mobilitas, kesehatan dan keselamatanmanusia, ekonomi lokal, kesadaran, estetika, dan mereduksi biaya daur hidup (Greenroads, 2012).

2. TUJUAN PENELITIAN

Pertumbuhan panjang jalan yang terus meningkat akan berdampak pada pemakaian sumberdaya alam sebagaipembentuknya, oleh sebab itu perlu dikembangkan proses konstruksi yang mampu mengkonservasi sumberdayaagar pemanfaatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Page 2: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

K - 214

3. KAJIAN PUSTAKA

Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumbe,2009). Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahanbahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transkontributor dampak lingkungan. Kedua hal tersebut diatas terkait erat dengan daya dukung lingkungan yangdari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia serta kemampuanmenerima beban pencemaran dan banmengelompokan daya dukung lingkungan hidup menjadi dua komponen, yaitu kapasitas penyediaan (capacity) dan kapasitas tampung limbah (

Konsep yang disampaikan oleh Khanna tersebut diatas sejalan dengan konsepdokumen Konstruksi Indonesia 2030 yang bertujuan untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah/bahan sisaserta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007).bagian darisustainable construction adalahuntuk mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara lingkungan alami dan buatan.dimaksud dengan definisigreen constructionmeminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuanlingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuksebagaimana diperlihatkan dalam gambar1.

Sumber: Ervianto, W.I., (201

Gambar 1. Konsep

Pengembangan konsepgreen sudah seharusperencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasitahap dalam daur hidup proyek harus diciptakandiperlihatkan dalam gambar 2.Valueberinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses akumulasitahap dapat mengalir dimulai tahap paling awal sampai dengan tahap paling akhirdisebut sebagai indikatorgreen constructionkajian secara komprehensif.

Perencanaan value

value

Pengadaan

Gambar 2. Transfer

Sistim Rating Jalan Hijau

Untuk menilaiseberapa “hijau” sebuah infrastruktur jalan dibutuhkan instrumen penilai yang sesuai dengan kondisi

lokal. Beberapa sistim rating yang telah dipublikasikan adalah:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta

Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi 50% sumberdaya alam, 40% energi, dan 16% air (Widjanarko,2009). Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahanbahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transkontributor dampak lingkungan. Kedua hal tersebut diatas terkait erat dengan daya dukung lingkungan yangdari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia serta kemampuanmenerima beban pencemaran dan bangunan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Khanna (1999), yangmengelompokan daya dukung lingkungan hidup menjadi dua komponen, yaitu kapasitas penyediaan (

) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).

leh Khanna tersebut diatas sejalan dengan konsepsustainable constructiondokumen Konstruksi Indonesia 2030 yang bertujuan untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah/bahan sisaserta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi (LPJKN, 2007). Du Plessis (2002) menyatakan bahwa

adalahgreen construction yang merupakan proses holistik yang bertujuanuntuk mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara lingkungan alami dan buatan. Dalam kajian ini, yang

green construction adalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untukmeminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuanlingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang (Ervianto, W.I., 201sebagaimana diperlihatkan dalam gambar1.

Sumber: Ervianto, W.I., (2012)

Gambar 1. Konsepgreen construcion

sudah seharusnya didasarkan pada daur hidup proyek konstruksi yang dimulaiperencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasional/perawatan, dan dekonstruksi/demolisi. Seluruh aktivitastahap dalam daur hidup proyek harus diciptakanvalue yang berdampak pada pelestarian lingkungan sebagaimana

alue yang diciptakan di setiap tahap dalam daur hidup proyek akan salingsehingga terjadi proses akumulasivalue, dan harus diyakinkan bahwa

at mengalir dimulai tahap paling awal sampai dengan tahap paling akhir. Selanjutnyaconstruction, dimana proses untuk mendefinisikan indikator tersebut diperlukan

PelaksanaanOperasi/

perawatan valuevaluevalue

valuevalue

value

value

Pengadaan

valuevalue

Gambar 2. Transfervalue dalam daur hidup proyek konstruksi

seberapa “hijau” sebuah infrastruktur jalan dibutuhkan instrumen penilai yang sesuai dengan kondisi

g yang telah dipublikasikan adalah:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

rdaya alam, 40% energi, dan 16% air (Widjanarko,2009). Frick dan Suskiyanto (2007) menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya tak terbarukan, proses pengolahanbahan mentah menjadi bahan siap pakai, eksploitasi dari konsumsi yang berlebihan, dan masalah transportasi adalahkontributor dampak lingkungan. Kedua hal tersebut diatas terkait erat dengan daya dukung lingkungan yang diukurdari kemampuan lingkungan dan sumberdaya alam dalam mendukung kehidupan manusia serta kemampuan

Khanna (1999), yangmengelompokan daya dukung lingkungan hidup menjadi dua komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive

sustainable construction dalamdokumen Konstruksi Indonesia 2030 yang bertujuan untuk penghematan bahan dan pengurangan limbah/bahan sisa

Du Plessis (2002) menyatakan bahwayang merupakan proses holistik yang bertujuan

untuk mengembalikan dan menjaga keseimbangan antara lingkungan alami dan buatan. Dalam kajian ini, yangadalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk

meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan(Ervianto, W.I., 2012)

didasarkan pada daur hidup proyek konstruksi yang dimulai dariperawatan, dan dekonstruksi/demolisi. Seluruh aktivitas di setiap

starian lingkungan sebagaimanasetiap tahap dalam daur hidup proyek akan saling

, dan harus diyakinkan bahwavalue di setiapSelanjutnyavalue inilah yang

, dimana proses untuk mendefinisikan indikator tersebut diperlukan

Dekonstruksi/Demolisivalue

seberapa “hijau” sebuah infrastruktur jalan dibutuhkan instrumen penilai yang sesuai dengan kondisi

Page 3: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 215

1. Greenroads versi 1.5 yang dikembangkan oleh University of Washington di Amerika,2. Leadership In Transportation and Environmental Sustainability (LITES) selanjutnya disebut dengan

GreenLITES adalah sistem rating yang dikembangkan oleh New York State Department of Transportation yangdipublikasikan pertama kali pada bulan September 2008 di Amerika,

3. Illinois-Livable And Sustainable Transportation Rating System and Guide (I-LAST) dikembangkan oleh IllinoisDepartment of Transportation bekerjasama dengan Illinois Joint Sustainability Group, Illinois Road andTransportation Builders Association, dan Illinois branch of the American Council of Engineering Companies,

4. The Civil Engineering Environmental Quality (Ceequal) adalah sistem rating yang dikembangkan di UnitedKingdom (UK) oleh Institution of Civil Engineers (ICE) dan saat ini dikelola oleh CIRIA and CraneEnvironmental. Sistem rating ini cukup fleksibel utuk digunakan dalam proyek sipil, mencakup: transportasi, airdan air limbah, dan infrastruktur energi (Ceequal, 2008),

5. Infrastructure Voluntary Evaluation Sustainability Tool (INVEST) adalah sistem rating yang dikembangkan diAustralia dan dipublikasikan pada bulan Oktober tahun 2012.

Perbandingan dari berbagai sistem rating tersebut diatas terutama dalam hal akomodasi terhadap berbagai emisiserta aktivitas konstruksi, sistem rating Greenroads hampir semua mengakomodasi. Secara ringkas substansi darikeempat sistem rating tersebut sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 3. Berdasarkan hal tersebut diatas makadalam kajian ini digunakan sistem rating Greenroads versi 1.5.

Sumber: Highfield, C. L., 2011

Gambar 3. Perbandingan sistem rating Greenroads, GreenLITES, I-LAST, dan Ceequal

Aspek Green Construction Dalam Construction Activities

Dalam sistim rating Greenroads versi 1.5, hal yang terkaitgreen dalamconstruction activities mencakup delapanfaktor, yaitu: quality management system, environmental training, site recycling plan, fossil fuel reduction,equipment emission reduction, paving emissions reduction, water use tracking, contractor warranty. Dari delapanfaktor green dalamconstruction activities telah mengakomodasi enam dari tujuh aspekgreen construction yangdikembangkan oleh Ervianto, W. I., (2013), yaitu: sumber dan siklus material, manajemen lingkungan bangunan,konservasi energi, kualitas udara, kesehatan dan kenyamanan dalam proyek, konservasi air. Secara rinci tujuansetiap aspek tersebut adalah sebagai berikut:1. Sumber dan Siklus Material, bertujuan untuk menahan eksploitasi laju sumberdaya alam tidak terbarukan

diperlukan upaya untuk memperpanjang daur hidup material. Tujuan dalam aspek ini adalah: (a) menggunakanmaterial bekas bangunan (hasil dekonstruksi) untuk mengurangi pemakaian material baru sehingga mengurangilimbah di tempat pembuangan akhir serta memperpanjang usia pakai material, (b) menggunakan bahanbangunan pabrikasi yang menggunakan proses daur ulang dan proses produksi yang ramah lingkungan, (c)menggunakan material lokal untuk mengurangi energi akibat proses transportasi.

2. Manajemen Lingkungan Bangunan, bertujuan untuk mengurangi terjadinya limbah sehingga beban di tempatpembuangan akhir berkurang. Mendorong gerakan pemilahan sampah secara sederhana sehingga mempermudahproses daur ulang.

3. Konservasi Energi, bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian energi, penghematankonsumsi energi, dan pengendalian penggunaan sumber energi yang memberikan dampak terhadap lingkunganselama proses konstruksi.

4. Kualitas Udara, bertujuan untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara yang ditimbulkan oleh material danperalatan yang digunakan selama proses konstruksi.

Page 4: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

K - 216 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

5. Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Proyek, tujuan dalam aspek ini adalah: (a) mengurangi dampak asap rokokterhadap udara, (b) mengurangi polusi zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, (c) menjagakebersihan dan kenyamanan lingkungan proyek.

6. Konservasi Air, bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian air, penghematan konsumsiair, dan melakukan daur ulang pemakaian air (menggunakan limpasan air hujan) selama proses konstruksi.

Dalam aspekgreen construction tersebut diatas yang terkait dengan konservasi sumberdaya alam adalah sumber dansiklus material yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam dan manajemen lingkungan bangunan yang mengaturtentang limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi.

Efisiensi Sumberdaya Alam dan Minimalisasi Limbah

Dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia (± 486.296 km), 59.1% diantaranya menggunakan jenis perkerasanlentur dengan menggunakan aspal sebagai materialnya. Hal ini berakibat pada besarnya kebutuhan aspal nasionalyaitu mencapai 1,2 juta ton per tahun (Kompas, 2009). Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasanlentur juga akan mengalami penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seiring denganberjalannya umur rencana perkerasan. Oleh karenanya, struktur perkerasan akan membutuhkan upaya-upayapemeliharaan untuk menjaga kinerjanya yang dapat dilakukan melalui pekerjaanoverlay danrecycling. Kedua caratersebut mempunyai karakter yang berbeda sehingga menimbulkan dampak yang berbeda pula. Cara yang pertamaadalah melakukanoverlay yang akan berdampak pada keutuhannatural resources dan terhadap utilitas yang terkaitdalam struktur jalan akibat elevasi jalan cenderung bertambah. Cara kedua adalah melakukan daur ulang (recycling)dimana dalam prosesrecycling, dapat menggunakanReclaimed Asphalt Pavement (RAP) yang merupakan bahanhasil pemrosesan penggarukan perkerasan jalan yang mengandung aspal dan agregat. Material ini dihasilkan ketikalapisan aspal diangkat untuk rekonstruksi, pengembalian lapis permukaan ataupun pembongkaran perkerasan akibatpemasangan utilitas. Apabila dihancurkan dan disaring secara baik, RAP mengandung agregat berlapis aspal yangberkulitas tinggi (http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfm).Recycling dapat dibedakan menjadi dua, yaitusurface recycling dan full depth reclamation dimana keduanyamampu mengkonservasi sumberdaya alam.

Surface recycling adalah proses daur ulang material lapis aus perkerasan jalan beraspal, baik dengan menggunakanteknik pemanasan maupun tanpa pemanasan.Hotmix recycling adalah proses penggunaaan kembali materialperkerasan lama beraspal, ditambah atau dikombinasikan dengan campuran agregat dan aspal baru dengan atautanpa bahan aditif dimana selama proses pencampurannya digunakan teknik pemanasan yang dilakukan di lokasipekerjaan (hot in place recycling) dan proses pencampuran dilakukan di mesin pencampurin plant.(hot in plantrecyclin). Coldmix Recycling adalah proses penggunaaan kembali material perkerasan lama beraspal, ditambah ataudikombinasikan dengan campuran agregat dan aspal baru, dengan atau tanpa bahan aditif dimana selama prosespencampurannya tidak menggunakan teknik pemanasan yang dilakukan di lokasi pekerjaan (cold in place recycling)dan proses pencampuranin plant (cold in plant recycling).

Full depth reclamation adalah daur ulang terhadap seluruh lapis perkerasan yang terdiri dari lapis permukaanberaspal, lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah dengan menggunakan peralatanlarge reclaimer/stabilizer/recycler.

Perkerjaan konstruksi jalan yang menimbulkan emisi CO2 adalah pengaspalan khususnya dengan metode campuranaspal panas. Penyebabnya adalah dalam metoda tersebut mensyaratkan material yang digunakan dicampur dalamsuhu tinggi (>1000oC). Proses pengeringan agregat yang dilakukan diAsphalt Mixing Plant (AMP) adalah prosesyang paling besar dalam konsumsi energi dan menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Energi yang digunakanbersumber dari bahan bakar fosil yang merupakan senyawa-senyawa karbon seperti minyak mentah dan batu bara(Wirahadikusumah, R.D., Sahana, P.S., 2012).

Karakter proses pencampuran dingin (coldmix) adalah: (a) mampu mengakomodasi isu penghematan penggunaanbahan bakar; (b) tidak harus menggunakanfresh aggregate tetapi dapat memanfaatkan bahan limbah seperti RAP.Hal ini mendorong isu pengurangan eksploitasi sumberdaya alam, mengatasi problem limbah dan menjagakeseimbangan alam; (c) implementasi metodain-situ recycling (daur ulang di tempat) dapat menambah efektifitaskerja sehingga mendorong penghematan energi dan transportasi serta mereduksi dampak polusi atau emisi gasrumah kaca (Sunarjono S., 2006). Kazmierowski, (2009) menyatakan bahwa pada pekerjaan dengan menggunakancampuran dingin untuk jalan dengan dua lajur, emisi (SO2, NOx, dan CO2) yang ditimbulkan 50% lebih rendah jikadibandingkan dengan campuran panas setiap kilometernya.

Kawakami, A. dkk, 2010 menyatakan bahwa dalam proses konstruksi jalan baru, aktivitas penghasil emisibersumber dari pembakaran bahan bakar fosil. Secara berurutan besarnya emisi yang ditimbulkan bersumber dariproduksi material (aspal, agregat, aspalmixtures, aspal emulsi), proses transportasi material, proses konstruksi, dan

Page 5: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 217

waste yang ditimbulkan oleh proses transportasi. Sedangkan dalam pemeliharaan jalan yang memanfaatkan daurulang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses daur ulang yang dilakukan di lokasi proyek (in place) dan prosesdaur ulang yang dilakukan di mesin pencampur diluar lokasi proyek (in plant). Emisi yang ditimbulkan proses daurulang in plant disebabkan oleh kegiatan proses produksi material (aspal, agregat, aspalmixtures, aspal emulsi),proses transportasi material, proses konstruksi, danwaste yang ditimbulkan oleh proses transportasi. Sedangkanuntuk proses daur ulangin place, emisi ditimbulkan oleh kegiatan proses konstruksi, proses produksi, transportasimaterial. Secara umum, emisi terbesar ditimbulkan oleh penggunaan agregat yang bersumber dariquarry,penggunaan agregat daur ulangin plant, dan penggunaan agregat daur ulangin place sebagaimana diperlihatkandalam gambar 4. Berdasarkan hasil kajian ini maka dapat disimpulkan bahwa untuk pemeliharaan jalan lebihdiprioritaskan penggunaan material daur ulangin place dengan pertimbangan emisi yang ditimbulkan relatif lebihkecil.

Aspek positif teknik daur ulangin place adalah: kekuatan mendekati aslinya, memperbaiki jenis kerusakan yanglebih luas, retak refleksi dapat dicegah. Sedangkan aspek negatifnya adalah: pengendalian mutu sulit dilakukan,homoginitas campuran sulit dicapai, diperlukan peralatan khusus (cold milling, recycler). Aspek positif teknik daurulang in plant adalah: kekuatannya dapat mendekati sifat campuran baru, mutu campuran lebih mudah diatur,geometrik campuran lebih mudah disesuaikan. Sedangkan aspek negatifnya adalah: diperlukan pengangkutan hasilgarukan ke mesin pencampur, bagian bekas garukan harus diamankan sebelum ditutup kembali. Peralatan yangdiperlukan dapat diperoleh dengan memodifikasi alat pencampur aspal (AMP) yang ada saat ini.

Terkait denganrecycling material konstruksi yang direpresentasikan oleh tahap dekontruksi/demolisi dalam daurhidup proyek bertujuan untuk memperpanjang pemanfaatan material setelah habis masa pakainya. Meskipun tidakseluruh material dapat di-recycling namun dengan meningkatkan kandungan daur ulang sudah sangat berarti untukmengurangi jumlah limbah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Dalam konteks material berkelanjutan, dapatdiartikan bahwa material dapat digunakan berulang kali melalui prosesreuse dan recycling sehingga membentuksiklus tertutup sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 5.

Sumber: Kawakami, A., dkk., (2010)

Gambar 4. Emisi CO2 dalam kasus berbagai kasus

Dalam lingkup praktis, pada tahun 2007 proses daur ulang telah diimplementasikan oleh Badan Penelitian danPengembangan Departemen Pekerjaan Umum dalam pemakaian aspal daur ulang di ruas jalan Palimanan-Jatibarang, Kabupaten Indramayu sepanjang 3,5 km (km 27+680 sampai dengan km 31+100). Ketebalan aspal daurulang yang dilaksanakan dalam ruas jalan tersebut adalah 60 mm dengan lebar jalan 7 m. Dalam pekerjaan ini,biaya yang dibutuhkan dengan penggunaan aspal daur ulang lebih murah, selain itu bahan baku yang dibutuhkanmudah didapat. Sedangkan dari aspek waktu, proses pelaksanaan pekerjaan lebih cepat yaitu 1 km per minggu. Jikadiasumsikan waktu kerja 8 jam per hari, maka produktivitas pekerjaan tersebut adalah ± 17 meter/jam(http://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw021007ind.htm). Jika proses daur ulang diterapkan untuk jalan di seluruhIndonesia maka akan berdampak positif terhadap pengurangan emisi yang ditakar dalam CO2 ekivalen serta mampumendukung dalam aspek konservasi sumberdaya alam di Indonesia. Tentu hal ini akan berkontribusi menurunkan

Page 6: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

K - 218 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

emisi gas rumah kaca sebesar 26% yang tertuang dalam kesanggupan pemerintah Indonesia di Konferensi Bali padatahun 2007.

Gambar 5. Siklus tertutup dalam pemanfaatan sumberdaya alam

4. KESIMPULAN

Beberapa hal penting yang dihasilkan dalam kajian ini adalah: (a) Proses pencampuran panas (hotmix) cenderungmenghasilkan emisi CO2 relatif besar, oleh sebab itu proses pencampuran panas dapat digantikan dengan prosespencampuran yang lebih ramah lingkungan, (b) Implementasi metoda in-situ recycling (daur ulang di lokasipekerjaan) dapat menambah efektifitas kerja serta mendorong penghematan energi dalam aktivitas transportasi sertamampu mereduksi polusi atau emisi gas rumah kaca. Selain itu, penggunaanrecycling mampu berkontribusi dalamkonservasi sumberdaya alam sebagaimana yang dimuat dalam berbagai sistem rating untuk jalan hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A., (2006).,Rekayasa jalan raya, UMM Press, Malang.CEEQUAL, Ltd. (2008).CEEQUAL scheme description and assessment process handbook, Version 4 - Web

Download Copy.Ervianto, W. I., (2012).”Studi kontribusi green constructionterhadap operasional bangunan”. Seminar Nasional

Teknik Sipil IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.Ervianto, W. I., (2013).“Kajian green construction infrastruktur jalan raya berdasarkan sistem rating greenroads dan

invest”. Konferensi Nasional Teknik Sipil ke-7 Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. danSuryamanto, (2011).“Pengembangan modelassessment green

construction pada proses konstruksi untuk proyek konstruksi di Indonesia” Konferensi Nasional Pascasarjana

Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.Ervianto, W. I., Soemardi, B. W., Abduh, M. dan Suryamanto, (2013).“Identifikasi indikatorgreen construction

pada proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia”. Seminar Nasional Teknik Sipil IX Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, Surabaya.FHWA. (2012a). INVEST [WWW document]. URL https://www.sustainablehighways.org/1/home.htmlFrick, H & Suskiyanto B, (2007).Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.Greenroads. (2012). Greenroads [WWW document]. URL http://www.greenroads.org/1/home.htmlHighfield C. L., (2011).”Sustainable pavement construction developing a methodology for integrating

environmental impact into the decision making process”, Virginia.

http://www.fhwa.dot.gov/publications/research/infrastructure/structure/97148/rap131.cfmhttp://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw021007ind.htmIDOT, & IJSG. (2010).“I-Last-Illinois Livable and Sustainable Transportation Rating System and Guide” [WWW

document]. URL http://www.dot.state.il.us/green/documents/I-LASTGuidebook.pdfKawakami, A., Nitta, H., Kanou, T., Kubo, K., (2010),Study on CO2 emisiion of pavement recycling methods.Kazmierowski, T., (2009). “In placepavement rcycling-the playback of green”. Thirteenth Annual Minnesota

Pavement Conference, Ontario: Ministry of Transportation.Khanna, P., P.R. Babu dan M.S. George. (1999),“Carrying capacity as a basis for sustainable development: a case

study of national capitol region in India”, India.Kompas, 2009,Pertamina Hentikan Produksi AspalAgustus, Koran Kompas edisi Jumat, 20 Februari.

Page 7: KAJIAN GREEN CONSTRUCTION INFRASTRUKTUR JALAN DALAM ASPEK …konteks.id/p/07-093.pdf · Aspek Green Construction Dalam Construction Activities Dalam sistim rating Greenroads versi

Manajemen Konstruksi

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 219

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (2007).Konstruksi Indonesia 2030 untuk kenyamananlingkungan terbangun, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, Jakarta.

NYSDOT. (2012). New York State Department of Transportation: [WWW document]. URLhttps://www.dot.ny.gov/programs/greenlites

Plessis, D., Chrisna, Edit. (2002),”Agenda 21 for Sustainable Construction in Developing Countries” Pretoria:Capture Press.

Sunarjono, S., 2006, Evaluasi engineering bahan perkerasan jalan menggunakan RAP dan foamed bitumen, jurnalEco REKAYASA, Vol. 2, No. 2, September 2006.

Widjanarko, A.,(2009).“Bangunan dan Konstruksi Hijau”, Seminar Nasional Teknik Sipil V-2009, Surabaya, 11Pebruari.

Wirahadikusumah, R. D., Sahana, H. P. (2012).”Estimasi konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca pada pekerjaanpengaspalan jalan” . Jurnal Teknik Sipil-Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Intitut TeknologiBandung, Vol. 19 No. 1.