kajian ekonomi regional jawa timur - bi.go.id · tabel 3.5 perkembangan indikator bank perkreditan...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR
TRIWULAN III - 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV
Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan sof t copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (ht tp://www.bi.go.id)
Visi, M isi dan Nilai St rat egis
Bank Indonesia
Visi dan M isi
Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur)
Misi Kantor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:
dan sistem pembayaran secara ef isien dan opt imal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang
Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga bank sent ral yang kredibel dan terbaik di regional melalui
penguatan nilai-nilai st rategis yang dimiliki serta pencapaian inf lasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil M isi Bank Indonesia : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efekt ivitas t ransmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efekt if dan ef isien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkont ribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, ef isien, dan lancar yang berkont ribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhat ikan aspek perluasan akses dan kepent ingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung t inggi nilai-nilai st rategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Nilai St rategis : Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest Coordinat ion and Teamwork
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Jawa Timur Triwulan III 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian
triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders
eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian,
perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun
prospek ke depan.
Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah
Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai
pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun
swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama
ini dapat lebih dit ingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan
masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat
memberikan kemanfaatan yang maksimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Surabaya, 14 November 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
RINGKASAN EKSEKUTIF x
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xv
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xvi
DAFTAR ISTILAH xvii
DAFTAR SINGKATAN xxi
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. I 2014 1
1.1.1 SISI PERMINTAAN 2
a. Konsumsi 3
b. Investasi 6
c. Ekspor - Impor 8
c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 9
c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 10
1.1.2 SISI PENAWARAN 12
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 15
b. Sektor Indust ri Pengolahan 17
c. Pertanian 19
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 21
e. Bangunan 22
f . Pengangkutan dan Komunikasi 24
BOKS 1
BOKS 2
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 26
2.1 KONDISI UMUM 26
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 27
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 31
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 33
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 36
2.6 DISAGREGASI INFLASI 37
BOKS 3 DAMPAK POTENSI KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI JAWA TIMUR
ii
DAFTAR ISI
PENDALAMAN PROSPEK INVESTASI DAN SUMBER PEMBIAYAAN
PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK JAWA TIMUR
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 43
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 44
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 46
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 46
3.1.3. KREDIT 48
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 53
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 55
3.2.1. RISIKO KREDIT 56
3.2.2 RISIKO DARI SISI KORPORASI 59
3.3 PERBANKAN SYARIAH 62
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 65
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 67
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 69
3.6.1 TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN TUNAI 69
3.6.2 TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 74
BOKS 4 LIKUIDITAS RUPIAH
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 80
4.1 UMUM 80
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 80
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah 81
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 83
4.2.3 Anggaran Belanja Daerah 84
4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 86
4.3 APBD PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA JAWA TIMUR 88
4.3.1 Rasio Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur 89
4.3.2 Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur 91
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 93
5.1 UMUM 93
5.2 KETENAGAKERJAAN 93
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 93
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 96
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 97
5.3.1 Kesejahteraan Petani 97
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 99
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 100
BOKS 5 POTENSI KENAIKAN UMK 2015
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 104
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 104
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 106
6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 108
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 108
iii
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan) 2
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy) 13
Tabel 2.1 Inf lasi Triwulan II Tahun 2014 & Triwulan III 2014 di Jawa Timur (mtm) 27
Tabel 2.2 Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jawa Timur (qtq) 31
Tabel 2.3 Inf lasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 34
Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inf lasi Tahunan Jawa Timur (yoy) 35
Tabel 2.5 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur Tw III-2014 36
Tabel 2.6 Inf lasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2014 (% yoy) 37
Tabel 2.7Sumbangan Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-
2014 (% yoy)37
Tabel 2.8 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Volat ile Food (yoy) Tw III-2014 40
Tabel 2.9 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Core Inf lat ion (yoy) Tw III-2014 41
Tabel 2.10 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Administered Price (yoy) Tw III-2014 42
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 43
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 44
Tabel 3.3 Perkembangan NPL Perbankan 56
Tabel 3.4 Prof il Risiko Kredit Sektoral Perbankan 60
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65
Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya (Miliar Rp) 67
Tabel 3.7 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low-Out f low) Kantor Bank Indonesia 70
Tabel 3.8 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 77
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2014 (Juta Rupiah) 81
Tabel 4.2Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jat im Triwulan III-2014 (juta
Rupiah) 83
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2014 85
Tabel 4.4Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tw III Tahun 2014 (Juta
Rupiah) 87
Tabel 4.5 APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jat im 89
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur 94
Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU
Jawa Timur 97
Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jawa 98
Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin102
Tabel 5.5Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa
Timur Menurut Daerah 103
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko Jat im Tw IV-2014 106
DAFTAR TABEL
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko Jat im Tahun 2014 109
Graf ik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2
Graf ik 1.2 Struktur Perekonomian 2
Graf ik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi dan Investasi 3
Graf ik 1.4 Pertumbuhan Ekspor Impor 3
Graf ik 1.5 Indeks Omset Riil (SPE) 4
Graf ik 1.6 Konsumsi List rik Rumah Tangga 4
Graf ik 1.7 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 4
Graf ik 1.8 Kinerja Kredit Konsumsi 4
Graf ik 1.9 Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5
Graf ik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5
Graf ik 1.11 Survei Konsumen Kondisi saat ini 5
Graf ik 1.12 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 5
Graf ik 1.13 Impor Barang Konsumsi 6
Graf ik 1.14 Simpanan Perorangan di Perbankan 6
Graf ik 1.15 Nilai Proyek PMA 7
Graf ik 1.16 Nilai Proyek PMDN 7
Graf ik 1.17 Jumlah Proyek PMA 7
Graf ik 1.18 Jumlah Proyek PMDN 7
Graf ik 1.19 Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) 8
Graf ik 1.20 Penyaluran Kredit Investasi 8
Graf ik 1.21 Impor Barang Modal 8
Graf ik 1.22 Konsumsi Semen 8
Graf ik 1.23 Kinerja Ekspor Impor Jat im 9
Graf ik 1.24 Kinerja Perdagangan DN 10
Graf ik 1.25 Bongkar Muat Ekspor DN (Tj. Perak) 10
Graf ik 1.26 Kinerja Perdagangan LN 11
Graf ik 1.27 Neraca Perdagangan Ekspor LN 11
Graf ik 1.28 Komodit i Ekspor Jawa Timur 11
Graf ik 1.29 Kinerja Ekspor Impor LN 12
Graf ik 1.30 Komposisi Impor LN 12
Graf ik 1.31 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 13
Graf ik 1.32 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13
Graf ik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung 14
Graf ik 1.34 Ut ilisasi Kapasitas Produksi 14
Graf ik 1.35 Ut ilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 14
iv
DAFTAR GRAFIK
Graf ik 1.36 Indeks realisasi Usaha 15
Graf ik 1.37 Indeks realisasi Usaha Sektoral 15
Graf ik 1.38 Pertumbuhan Subsektor PHR 17
Graf ik 1.39 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 17
Graf ik 1.40 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 17
Graf ik 1.41 Konsumsi List rik Golongan Bisnis 17
Graf ik 1.42 Pertumbuhan Sektor Indust ri Pengolahan 19
Graf ik 1.43 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 19
Graf ik 1.44 Konsumsi List rik Golongan indust ri 19
Graf ik 1.45 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 20
Graf ik 1.46 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 21
Graf ik 1.47 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im 21
Graf ik 1.48 Luas Lahan Puso di Jat im 21
Graf ik 1.49 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 22
Graf ik 1.50 Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im 22
Graf ik 1.51 Volume Penjualan semen di jat im 23
Graf ik 1.52 Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR 23
Graf ik 1.53 Indeks Harga Propert i Residensial 23
Graf ik 1.54 Rata-Rata Penjualan Propert i Residensial 23
Graf ik 1.55 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24
Graf ik 1.56 Arus Barang di Tanjung Perak 24
Graf ik 1.57 Penumpang Domest ik di Bandara Juanda 25
Graf ik 1.58 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 25
Graf ik 2.1 Inf lasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 26
Graf ik 2.2 Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy) 26
Graf ik 2.3 Inf lasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) 27
Graf ik 2.4 Sumbangan Inf lasi Kelompok Barang (mtm) 27
Graf ik 2.5 Inf lasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm) 28
Graf ik 2.6 Inf lasi Sub Kelompok Daging (mtm) 28
Graf ik 2.7 Inf lasi Daging dan Telur (mtm) 29
Graf ik 2.8 Inf lasi Transportasi (mtm) 29
Graf ik 2.9 Inf lasi Kelompok Sandang (mtm) 30
Graf ik 2.10 Inf lasi Bidang Pendidikan (mtm) 30
Graf ik 2.11 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas dan Bahan Bakar 31
Graf ik 2.12 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Makanan, Minuman, Rokok dan Tembakau 31
Graf ik 2.13 Komoditas Inf lasi Sub Kelompok BahanBakar, Penerangan dan Air (qtq) 32
Graf ik 2.14 Komoditas Inf lasi Sub Kelompok Pendidikan (qtq) 32
v
Graf ik 2.15 Inf lasi Sub Kelompok Daging dan Hasil-Hasilnya (qtq) 33
Graf ik 2.16 Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 - 2014 34
Graf ik 2.17 Inf lasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yo 34
Graf ik 2.18 Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan Minuman Tahun 2013 - 2014 35
Graf ik 2.19 Inf lasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas Tahun 2013 - 2014 35
Graf ik 2.20 Perbandingan Inf lasi Tahunan (mtm) 8 Kota di Jawa Timur 36
Graf ik 2.21 Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kota di Jawa Timur 36
Graf ik 2.22 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) 38
Graf ik 2.23 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rata-Ratanya (yoy) 38
Graf ik 2.24 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (mtm) 38
Graf ik 2.25 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rata-Ratanya (mtm) 38
Graf ik 2.26 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 41
Graf ik 2.27 Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan Datang 41
Graf ik 3.1 Perkembangan LDR 45
Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 45
Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 45
Graf ik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 46
Graf ik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 46
Graf ik 3.7 Perkembangan DPK Bank Umum 46
Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 46
Graf ik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq) 47
Graf ik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 48
Graf ik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 48
Graf ik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 48
Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 49
Graf ik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 49
Graf ik 3.15 Perkembangan NPL 50
Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 51
Graf ik 3.17 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 51
Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) 51
Graf ik 3.19 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) 51
Graf ik 3.20 Proporsi Kredit Sektoral 51
Graf ik 3.21 NPL Kredit Sektoral (%) 52
Graf ik 3.22 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 53
Graf ik 3.23 Perkembangan Kredit UMKM 54
Graf ik 3.24 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 54
vi
Graf ik 3.25 Prosentase Kredit UMKM terhadap Total Kredit 55
Graf ik 3.26 Perkembangan NPL Perbankan 57
Graf ik 3.27 HHI Sektor Ekonomi 57
Graf ik 3.28 HHI Jenis Penggunaan 57
Graf ik 3.29 Konsentrasi Kredit Menurut Jenis Penggunaan 58
Graf ik 3.30 Konsentrasi Kredit Sektoral 59
Graf ik 3.31 POD Sektor Pertambangan Jawa Timur 60
Graf ik 3.32 POD SubSektor Pertambangan Jawa Timur 60
Graf ik 3.33 POD Sektor Konstruksi Jawa Timur 61
Graf ik 3.34 POD Sub Sektor Konstruksi Jawa Timur 61
Graf ik 3.35 Transit ion Matrix Juni 2014 s.d. September 2014 62
Graf ik 3.36 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq) 63
Graf ik 3.37 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy) 63
Graf ik 3.38 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur 63
Graf ik 3.39 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 63
Graf ik 3.40 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 64
Graf ik 3.41 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 64
Graf ik 3.42Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)
Perbankan Syariah di Jawa Timur 64
Graf ik 3.43 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% yoy) 66
Graf ik 3.44 Pertumbuhan Kredit BPR (yoy) 66
Graf ik 3.45 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan 66
Graf ik 3.46 Perkembangan LDR & NPL BPR 66
Graf ik 3.47 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 67
Graf ik 3.48 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 67
Graf ik 3.49 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 68
Graf ik 3.50Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
(qtq)68
Graf ik 3.51Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di
Surabaya (yoy)68
Graf ik 3.52 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 68
Graf ik 3.53 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 69
Graf ik 3.54 Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low) dalam juta rupia 71
Graf ik 3.55 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 71
Graf ik 3.56 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 72
Graf ik 3.57 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan (lembar) 73
Graf ik 3.58 Stat ist ik Pecahan Uang Palsu di Jat im (lembar) 73
vii
Graf ik 3.59 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 74
Graf ik 3.60 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 75
Graf ik 3.61 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 76
Graf ik 3.62 6 Kota Dengan Akt ivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2014 76
Graf ik 3.63 Transaksi Kliring di Jat im 78
Graf ik 3.64 Tolakan Transaksi Kliring di Jat im 78
Graf ik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jat im 80
Graf ik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jat im 82
Graf ik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tw III 2013 dan
201484
Graf ik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im 85
Graf ik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im 86
Graf ik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tw III 2013 dan 2014 88
Graf ik 4.7 Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 90
Graf ik 4.8 Rasio PAD thd Total Pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 91
Graf ik 4.9Rasio dana Transfer thd Total Pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota
Jawa 91
Graf ik 4.10 Rasio Belanja Pegawai Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 91
Graf ik 4.11Rasio Belanja Modal thd Total Belanja Provinsi dan Kabupaten Kota
Jawa 92
Graf ik 4.12Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total Belanja Provinsi dan Kabupaten
Kota Jawa 92
Graf ik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sektoral 94
Graf ik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 95
Graf ik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 95
Graf ik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 95
Graf ik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 97
Graf ik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 97
Graf ik 5.7Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang diterima (lt ), Indeks harga yang
dibayar (lb) 2012 - 2013 98
Graf ik 5.8 Subsektor NTP Jat im (%) 99
Graf ik 5.9 NTN, IT dan IB Jat im 100
Graf ik 5.10 Milai Tukar Nelayan di Jawa 100
Graf ik 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 101
Graf ik 6.1 Ekspetasi Konsumen 104
Graf ik 6.2 Ekspetasi Penghasilan 104
Graf ik 6.3 Est imasi realisasi usaha 105
Graf ik 6.4 Est imasi Penggunaan Tenaga Kerja 105
viii
Ringkasan Eksekutif
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 139.39 139.55 144.74 145.79 111.29 111.93 113.26
- Kota Surabaya 138.95 139.09 144.18 145.17 110.97 111.76 113.25
- Kota Malang 139.65 140.14 145.31 146.65 111.85 112.46 113.83
- Kota Kediri 138.00 138.82 144.47 145.45 112.17 112.51 113.79
- Kab. Jember 139.66 139.33 144.83 145.65 110.73 111.35 112.20
- Kota Probolinggo 144.54 137.07 141.63 142.29 112.43 112.94 114.19
- Kota Madiun 142.52 144.58 150.44 151.75 110.65 110.95 112.10
- Kab. Sumenep 137.77 142.10 147.45 148.59 110.34 110.55 112.16
- Kab. Banyuwangi 112.39 112.59 112.84
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 6.75 5.93 7.78 7.59 6.75 6.66 4.13
- Kota Surabaya 6.63 5.86 7.76 7.52 6.69 6.57 4.38
- Kota Malang 7.01 6.46 8.16 7.92 7.12 6.91 4.57
- Kota Kediri 6.70 6.05 7.79 8.05 6.76 6.54 3.58
- Kab. Jember 6.51 5.38 7.77 7.21 6.71 6.53 3.22
- Kota Probolinggo 8.20 5.59 8.02 7.98 7.37 7.04 3.60
- Kota Madiun 6.04 6.39 7.22 7.52 6.12 6.42 3.76
- Kab. Sumenep 7.42 5.10 6.76 6.62 5.86 6.00 4.15
- Kab. Banyuwangi 6.63 7.17 2.45
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 101,592,876 104,838,963 106,972,444 106,024,163 107,954,603 111,021,373 113,291,711
- Pertanian 16,210,298 14,378,586 13,851,750 10,889,462 16,353,707 14,415,267 14,608,174
- Pertambangan dan Penggalian 1,949,636 2,177,323 2,270,837 2,299,832 2,038,696 2,240,364 2,315,550
- Industri Pengolahan 24,618,463 25,452,321 26,272,724 27,153,725 26,296,144 27,185,404 27,717,119
- Listrik, gas, dan air bersih 1,328,343 1,381,232 1,371,165 1,405,760 1,398,635 1,475,672 1,461,097
- Bangunan 3,132,579 3,564,182 3,594,584 3,714,675 3,431,447 3,847,075 3,934,563
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,903,774 34,637,806 35,766,969 36,122,757 35,136,387 37,189,872 38,045,506
- Pengangkutan dan komunikasi 7,707,809 8,393,503 8,800,228 8,936,202 8,440,159 9,025,495 9,238,886
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,594,390 5,865,905 5,954,027 6,041,520 6,023,437 6,298,477 6,431,009
- Jasa 8,147,583 8,988,106 9,090,159 9,460,230 8,835,991 9,343,747 9,539,809
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 1.42 1.42 1.92 1.65 0.88 0.26 5.46
- Pertambangan dan Penggalian 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57 2.90 1.97
- Industri Pengolahan 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81 6.81 5.50
- Listrik, gas, dan air bersih 5.61 4.60 4.63 4.16 5.29 6.84 6.56
- Bangunan 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54 7.94 9.46
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79 7.37 6.37
- Pengangkutan dan komunikasi 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50 7.53 4.98
- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67 7.37 8.01
- Jasa 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45 3.96 4.95
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.57 6.90 6.51 6.21 6.26 5.90 5.91
20142013INDIKATOR
LAMPIRANINDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
xviii
A. Perbankan
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 362.32 379.47 406.88 420.52 417.36 442.61 465.12
DPK (Rp. Triliun) 287.82 293.80 313.69 335.31 332.44 350.74 371.46
- Tabungan (Rp. Triliun) 130.08 133.15 140.54 151.77 144.69 147.57 153.40
- Giro (Rp. Triliun) 46.57 45.98 51.85 53.34 52.22 60.44 62.15
- Deposito (Rp. Triliun) 111.16 114.67 121.31 130.19 135.53 142.73 155.89
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 245.21 265.35 284.35 304.11 304.41 318.60 327.06
- Modal Kerja 142.72 153.43 165.97 181.17 179.72 186.91 192.83
- Investasi 33.43 38.62 41.56 43.96 44.90 46.30 47.93
- Konsumsi 69.06 73.31 76.82 78.98 79.79 85.39 86.3
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.26 2.12 2.02 1.75 2.07 2.12 2.08
Loan to Deposit Ratio - LDR (% ) 85.20% 90.32% 90.64% 90.70% 91.57% 90.83% 88.05%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 70.40 78.65 79.16 83.26 84.99 92.29 91.13
NPL UMKM Gross (% ) 3.89 3.56 3.59 3.29 3.72 4.16 4.23
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 8.57 8.97 8.80 8.89 9.15 9.43 9.73
DPK (Rp. Triliun) 4.98 5.09 5.30 5.45 5.62 5.74 5.91
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.61 1.60 1.65 1.78 1.81 1.81 1.81
- Deposito (Rp. Triliun) 3.38 3.50 3.65 3.67 3.81 3.93 4.09
Kredit (Rp. Triliun) 6.19 6.70 6.88 6.81 7.25 7.71 7.74
- Modal Kerja 4.11 4.48 4.62 4.58 4.85 5.21 5.22
- Investasi 0.20 0.23 0.22 0.25 0.27 0.27 0.27
- Konsumsi 1.88 1.99 2.05 2.00 2.13 2.23 2.25
Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.84% 3.77% 4.30% 3.61% 4.18% 4.40% 4.94%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 124% 131% 130% 126% 129% 134% 131%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 17.27 18.74 19.23 21.82 25.97 23.05 23.42
DPK (Rp. Triliun) 13.27 13.95 14.03 16.91 16.27 16.59 17.36
- Giro (Rp. Triliun) 1.25 1.30 0.78 0.99 0.84 1.29 1.18
- Tabungan (Rp. Triliun) 4.97 5.29 5.81 6.50 6.23 6.44 6.85
- Deposito (Rp. Triliun) 7.04 7.35 7.44 9.43 9.19 8.86 9.32
Pembiayaan (Rp. Triliun) 12.67 13.81 14.09 15.01 15.79 18.42 18.73
- Modal Kerja 5.40 5.95 6.26 6.86 7.44 6.73 7.69
- Investasi 2.31 2.58 2.51 2.77 2.98 3.32 3.16
- Konsumsi 4.96 5.27 5.32 5.39 5.36 8.37 7.87
Non Performance Financing (NPF) % 1.91 1.97 2.5 2.59 3.74 3.35 3.67
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95.50 98.97 100.43 86.76 97.05 111.03 107.92
B. SISTEM PEMBAYARAN
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Inflow (Rp. Triliun) 15.99 11.35 18.78 10.98 18.02 12.08 21.11
Outflow (Rp. Triliun) 8.16 11.77 18.05 14.42 8.97 10.69 19.37
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 1.67 3.28 5.02 4.61 5.16 3.85 3.85
Nominal Transaksi RTGS 510.00 536.39 518.72 487.32 426.96 466.60 453.24
Volume Transaksi RTGS 257,086 409,646 387,880 411,368 239,219 239,220 382.144
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 36.69 49.46 51.73 44.39 44.55 47.21 47.1
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.30 1.38 1.35 1.06 1.17 1.2 1.15
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 964,720 774,711 964,847 707,567 815,636 967,724 982,202
Tolakan Kliring (lembar) 25,418 21,488 25,638 18,731 19,285 21,384 20,275
2014
2014INDIKATOR
INDIKATOR2013
2013
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
LAMPIRAN
Bab 1
Perkembangan Ekonomi M akro
Regional
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2014 x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN III 2014
Asesmen Perkembangan Makro Ekonomi Perekonomian Jawa Timur (Jatim) relat if stabil pada triwulan III 2014.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy),
cenderung stabil dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang
mencapai 5,90% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong peningkatan
konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah
dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang
hari raya idul f itri yang turut mendorong peningkatan investasi.
Peningkatan investasi juga didorong pencapaian jumlah proyek dan nilai
investasi PM DN yang mencapai t it ik tert inggi pada triwulan ini.
Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat
dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan
ekspor impor yang menunjukkan tren perlambatan sejalan dengan
penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan
dari beberapa negara tujuan ekspor.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan posit if terjadi pada sektor Pertanian;
Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-
Jasa. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling
t inggi pada triwulan III 2014, tumbuh 5,46% (yoy), lebih t inggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy).
Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub
sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Di sisi lain,
perlambatan di sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih
rendahnya kapasitas produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar
negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jawa Timur
diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan
yang meningkatkan beban perusahaan sepert i peningkatan tarif listrik
industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini.
Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli
masyarakat yang mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara
itu, kenaikan biaya operasional di sub sektor hotel pada triwulan ini
menyebabkan t ingkat okupansi hotel dan keuntungan mengalami
penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jawa Timur yang belum stabil
menjadi penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri
dan perlambatan pertumbuhan surplus neraca perdagangan domestik.
Asesmen Inflasi
Inflasi Jatim pada triwulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun
dibandingkan triwulan sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah
dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya inflasi periode ini
karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar
minyak (BBM) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014
ini t idak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007
melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)
Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember,
Sumenep, Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.
Kinerja ekonomi Jatim di triwulan III 2014 stabil dan tumbuh sebesar
5,91% (yoy).
Inflasi Jatim menurun di level 4,13% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional (4,53% ), yoy.
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2014 xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Penyumbang utama inf lasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% -
yoy), disusul oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food
(0,24% ).Tekanan inflasi terbesar bersumber dari administered price
(6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% ) dan terendah volatile
food (1,37% ). Tingginya inf lasi kelompok administered price disebabkan
oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan
penyesuaian tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru
khususnya untuk akademi/perguruan t inggi menjadi pendorong utama
inflasi kelompok core inflation. Inflasi kelompok volatile food triwulan ini
tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya
koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya
konsumsi masyarakat.
Asesmen Perbankan
Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24%
(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula dengan pertumbuhan kredit yang
melambat cukup signif ikan dari 19,30% (yoy) pada triwulan II 2014
menjadi 14,36% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak
Ketiga (DPK) tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triwulan II
2014 menjadi 16,95% (yoy) pada Triwulan III 2014 dengan nominal Rp
377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan dengan
pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54%
(triwulan II 2014) menjadi 88,72% (triwulan III 2014). Perbaikan likuiditas
dimaksud didukung oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance
Loan (NPL) dari 2,17% pada triwulan II 2014 menjadi 2,15% pada
triwulan III 2014.
Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang
menunjukkan jumlah seluruh dana perbankan yang masuk ke Jawa Timur
mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi ini menandakan adanya aliran
dana bersih yang masuk (net inflow) ke Jawa Timur mencapai Rp52,68
triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh
kantor bank yang berdomisili di Jawa Timur sebesar Rp334,81 triliun.
Angka net inf low Rp52,68 triliun ini, lebih t inggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun.
Prospek Ekonomi dan Inflasi triw ulan IV 2014
Tren perlambatan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih terjadi pada
triwulan IV 2014. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2014
diperkirakan berada di kisaran 5,50% -5,90% . Dari sisi permintaan,
pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta
membaiknya kinerja investasi Jawa Timur. Dikonfirmasi dari hasil Survei
Konsumen, kenaikan penghasilan di akhir tahun ini disebabkan karena
adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, sepert i bonus akhir
tahun dan bonus di hari Natal.
Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di t riwulan IV 2014
diperkirakan mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin
t ingginya realisasi penyerapan belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja
Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata mencapai 95% dari
rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi
belanja infrastruktur, sepert i percepatan pembangunan Tol Trans Jawa,
Frontage Road Ahmad Yani serta Tol Surabaya M ojokerto diperkirakan
menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan realisasi belanja di
triwulan IV 2014.
Kinerja
perbankan di
Jawa Timur
masih terus
menunjukkan
perkembangan
posit if , meskipun
pertumbuhan
kredit melambat
di level 14,36%
(yoy), lebih
rendah
dibandingkan
dengan triwulan
sebelumnya
(19,30% , yoy).
Ekonomi Jatim
pada triwulan IV
2014
diperkirakan
tumbuh pada
rentang 5,50% -
5,90% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2014 xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jawa Timur
yang relat if membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jawa
Timur. Adanya ekspansi usaha dan pembangunan pabrik baru, sepert i
pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun
diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi negara maju yang diperkirakan mulai membaik
juga berkontribusi pada meningkatnya aliran investasi di Jawa Timur.
Dari sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami peningkatan,
terutama sektor pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan
mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih t inggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor ini
disebabkan oleh t ingginya arus penumpang dan barang menjelang hari
Natal dan Tahun Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan
Restoran juga diperkirakan mengalami peningkatan. Sementara itu, sektor
pertanian mengalami kontraksi yang relat if signif ikan, yakni diperkirakan
hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy).
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator
harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan
secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,8% s/d 5,1% . Dari sisi inf lasi
volatile food, t ingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat
pada akhir November dan mencapai puncaknya pada Desember 2014
sehingga dari sisi permintaan akan mendorong kenaikan harga. Dari sisi
supply, pada triwulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah memasuki
musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat
khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino
diperkirakan berdampak pada level yang minimal sehingga t idak terlalu
mempengaruhi produksi tanaman pertanian Jatim. Beberapa petani
mengantisipasi minimnya hujan dengan menanam palaw ija yang t idak
membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga lahan yang ada
tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi
kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan
dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken
(DOC) untuk melindungi harga dari sisi produsen. M encermati kondisi
tersebut, pada triwulan IV 2014 diperkirakan kelompok ini akan menjadi
salah satu penyumbang inflasi terbesar.
Kelompok inflasi Administered Prices diproyeksi masih akan mengalami tekanan
inflasi yang besar di triwulan IV 2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang
mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik tahap ke-3 pada November 2014,
berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak lanjutan kenaikan cukai
rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif transportasi karena
banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi.
Inflasi kelompok Core Inflation pada triwulan IV 2014 juga diproyeksi
meningkat namun pada level yang moderat. Tekanan utama inflasi
diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan t ingginya transaksi
ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan permintaan
dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan
kenaikan Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi
mempengaruhi harga jual karena meningkatnya biaya produksi. Belum
stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi risiko bagi para pelaku
usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang
selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014
Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014
mencapai 5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun
Inflasi IHK pada
triwulan IV 2014,
diperkirakan berada
di kisaran 4,8% s/d
5,1% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2014 xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang
tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami
perlambatan, kecuali konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih
menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Secara
keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan Jawa Timur mengalami
kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat
pemberlakunan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi
Jawa Timur adalah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Komoditas unggulan Jawa Timur diharapkan mampu bersaing dengan
komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang
tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis
Jawa Timur dalam menjawab kebutuhan masyarakat pada high
technology goods.
Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal
dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas
Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan sektor Pertanian. Industri Jawa Timur yang
menjadi backbone industri nasional menyumbang pertumbuhan ekonomi
di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014
mewarnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UM K, kenaikan tarif
listrik serta rencana peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja
perekonomian Jawa Timur di tahun ini. Tekanan juga terjadi di sektor
keuangan, tren pengetatan kredit di Jawa Timur juga menjadi salah satu
faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor
pertanian hingga akhir tahun 2014 t idak signif ikan terpengaruh oleh
adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta penganekaragaman
komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan
penurunan produksi tanaman pangan.
Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun
2013 telah termoderasi pada triwulan III 2014, walaupun meningkat
kembali karena kenaikan tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga. Dari
sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung Kelud pada awal
tahun 2014 t idak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan t ingkat
harga Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah
Provinsi melalui TPID Jatim. Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun
2014 terjadi pada triwulan I 2014 karena belum dimulainya musim panen
dan triwulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan banyaknya
hari libur.
Pada triwulan IV 2014, tekanan inf lasi juga diproyeksi meningkat karena
t ingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru
2014. Mengacu pada hal tersebut, inf lasi Jatim pada tahun 2014
diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu secara tahunan
berada di kisaran 4,5% + 1% .
Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara
tahunan kelompok administered price diperkirakan masih mengalami
tekanan inflasi terbesar, disusul oleh volatile food dan core inflation.
Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014 diperkirakan
berada di kisaran 8% - 10% , relat if lebih rendah dibandingkan tahun
2013 dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan
rumah tangga, tarip listrik dan transportasi.
Secara
keseluruhan,
pertumbuhan
ekonomi Jatim
tahun 2014
diproyeksikan
tumbuh pada
rentang 5,70-%
s.d 6,10% (yoy).
Secara keseluruhan,
inflasi akhir tahun
diperkirakan mereda
di kisaran 4,5+1% .
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan III-2014 xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi
di kisaran 5% - 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan
ketersediaan pasokan. Faktor produksi sempat menjadi penyebab
t ingginya inflasi kelompok ini pada awal tahun 2014 (berkurangnya
produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali
seiring t ibanya musim panen raya.
Inflasi kelompok core inf lation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada
pada kisaran 4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domest ik.
Pendorong utama inflasi antara lain kenaikan konsumsi masyarakat
karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi inflasi
akibat penetapan UMK tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai
tukar Rupiah juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha
yang bahan bakunya berasal dari impor.
1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
1 PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL
1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Triwulan III 2014
Perekonomian Jawa Timur (Jatim) menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada triwulan
III 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy), stabil
dibandingkan triwulan II 2014 (5,90% , yoy). Angka ini lebih t inggi dibandingkan pertumbuhan
nasional yang tercatat sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini
didorong peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah
dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang hari raya idul f itri
yang turut mendorong peningkatan investasi. Peningkatan investasi juga didorong pencapaian
jumlah proyek dan nilai investasi PMDN yang mencapai t it ik tert inggi pada triwulan ini.
Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat dipengaruhi oleh
penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan ekspor impor yang menunjukkan tren
perlambatan sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya
permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor.
Dari sisi penawaran, kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cenderung stabil di
triwulan III 2014 tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama yang diimbangi
dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan posit if terjadi pada sektor Pertanian;
Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor pertanian
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling t inggi pada triwulan III 2014, tumbuh 5,46%
(yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy).
Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor tanaman bahan
makanan (tabama) dan peternakan. Di sisi lain, perlambatan di sektor Industri Pengolahan
seiring dengan masih rendahnya kapasitas produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar
negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jawa Timur diperkirakan juga
menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan
seperti peningkatan tarif listrik industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor
ini. Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat yang
mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara itu, kenaikan biaya operasional di sub
sektor hotel pada triwulan ini menyebabkan t ingkat okupansi hotel dan keuntungan
mengalami penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jawa Timur yang belum stabil menjadi
penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri dan perlambatan pertumbuhan
surplus neraca perdagangan domestik.
2
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan)
Pertumbuhan 2011 2012
2013 2014
Ekonomi dan Inflasi Wilayah I II III IV Total I II III
PDRB (%,yoy) 7.2 7.3 6.7 6.9 6.5 6.2 6.5 6.3 5.9 5.9
Sisi Permintaan
Konsumsi 6.6 5.6 6.3 6.6 7.1 7.7 6.9 7.9 7.0 6.9
Konsumsi swasta 7.2 6.1 6.8 6.9 7.5 8.2 7.4 8.3 8.7 8.1
Konsumsi Pemerintah 1.3 0.2 0.3 2.8 2.5 2.9 2.3 2.6 (10.6) (5.9)
Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.7 5.4 6.1 6.3 6.5 7.7 6.7 7.5 5.1 6.3
Ekspor 11.1 11.6 8.5 6.9 5.5 5.2 6.5 9.3 7.1 3.5
Impor 7.6 9.8 5.6 5.0 4.9 6.0 5.4 5.7 5.1 1.7
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pertanian Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
Konstruksi Perdagangan , Hotel Dan Restoran
Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perush
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Grafik 1.2. Struktur Perekonomian
1.2.1. SISI PERMINTAAN
Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan bersumber dari peningkatan konsumsi
pemerintah yang dipengaruhi pencairan gaji ke-13 pada Juli 2014 serta alokasi dana untuk
perbaikan infrastruktur jalan menjelang perayaan hari raya idul f itri. Selain itu, peningkatan
investasi khususnya PMDN turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Sumber
perlambatan ekonomi berasal dari menurunnya konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspor
impor baik dalam maupun luar negeri. Penurunan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh
penurunan daya beli yang disebabkan banyaknya kasus pengurangan pegawai di beberapa
daerah Jawa Timur sepanjang tahun 2014. Sedangkan penurunan kinerja ekspor impor
dipengaruhi turunnya permintaan beberapa negara tujuan ekspor serta menurunnya kinerja
sektor industri pengolahan yang selama ini masih mengandalkan bahan baku impor.
(Rp. Triliun)
3
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
a. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dipengaruhi penurunan daya beli
masyarakat akibat fenomena pemutusan hubungan kerja beberapa industri dalam rangka
efisiensi. Kondisi ini dikonfirmasi oleh jumlah penduduk bekerja per Agustus 2014 yang
berkurang sebanyak 247.000 orang dibandingkan Agustus 2013. Selain itu, t ingkat
pengangguran terbuka Jawa Timur per Agustus 2014 juga mengalami peningkatan sebesar
0,17% dibandingkan Februari 2014. Selain itu, penurunan kinerja sektoral khususnya PHR dan
industri pengolahan turut mempengaruhi melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan
ini.
Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara yoy lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya, secara qtq pertumbuhan konsumsi rumah tangga menunjukkan
peningkatan didorong t ingginya konsumsi makanan dan non makanan pada momen-momen
khusus seperti ramadhan, idul f itri, libur sekolah dan tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi
rumah tangga terjadi hampir pada semua komoditas kecuali komoditas peralatan rumah
tangga. Kondisi ini dikonfirmasi melalui indeks omset riil yang menunjukkan tren peningkatan
dibandingkan tren sebelumnya.
Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga juga mengalami perlambatan menjadi
3,66% dibandingkan triwulan sebelumnya (10,9% , yoy). Kondisi ini diperkirakan terjadi karena
masyarakat semakin cermat dalam menggunakan listrik, mengingat pada bulan Juli dan
September (Triwulan III) tahun 2014 terjadi kenaikan tarif listrik untuk semua golongan
pelanggan. Akan tetapi, t ingkat konsumsi masyarakat yang melambat ternyata t idak
menghambat keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini. Survei konsumen yang
dilakukan KpwBI Wilayah IV menunjukkan kenaikan indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
gPDRB gKons RT gPMTB(%, yoy)
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
gPDRB gEkspor gImpor(%, yoy)
Sumber : BPS Jatim
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi & Investasi Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor
4
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
hingga mencapai level 129, lebih t inggi dibandingkan triwulan I dan II tahun 2014. Hal ini turut
mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) yang mencapai level 128 pada periode laporan. Meningkatnya angka IKE pada
periode laporan disebabkan kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini serta Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama.
-
100
200
300
400
500
600
700
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2011 2012 2013 2014
Indeks Omset Riil Suku Cadang
Bahan Bakar Alat Tulis
Mamin & Tembakau Perlengkapan Rumah Tangga (rhs)
Konstruksi Barang Budaya & Rekreasi (rhs)
(INDEKS)
(INDEKS)
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Listrik RT gKonsumsi Listrik RT (rhs)
(kwh) (yoy)
Grafik 1.5. Indeks Omset Riil
Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Di sisi lain, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama diperkirakan akan sedikit
tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi perbankan sebagaimana tercermin
dari melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur. Perlambatan pertumbuhan ini
telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit konsumsi peruntukan rumah tinggal
dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat sekitar 8% dibandingkan dengan triwulan II
2014. Komponen yang masih mengalami pertumbuhan pada triwulan ini adalah kredit
konsumsi yang ditujukan untuk pembelian rumah tipe kecil.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Share Kredit Kons. (rhs) Kredit Konsumsi gKredit Kons. (rhs)
Rp Miliar %, yoy
Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Sepeda Motor Mobil
Rmh Tipe Diatas 70 Rmh Tipe 22 s.d. 70
Rmh s.d. Tipe 21
(Miliar Rp)
Grafik 1.9. Komposisi Kredit Konsumsi
(Rumah & Mobil)
Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi
(Rumah & Mobil)
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, bahwa tumbuhnya konsumsi rumah
tangga turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan
tumbuhnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di atas
level 128. Kenaikan IKE lebih dominan didorong oleh persepsi masyarakat atas membaiknya
t ingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama saat ini. Beberapa tantangan seperti kenaikan TTL, ketidakpastian arah ekonomi
negara berkembang serta penyesuaian respon atas UU M inerba yang tadinya dikhawatirkan
kelompok masyarakat rumah tangga tampaknya sudah dipandang secara optimis pada
triwulan ini.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Penghasilan Saat IniIndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan LamaIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Ekspektasi Penghasilan 6 bulan y.a.d.Kondisi Ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan y.a.d.
Grafik 1.11. Survei Konsumen Kondisi Saat
Ini
Grafik 1.12. Survei Konsumen Ekspektasi
Masyarakat
Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen
sebagaimana terkonfirmasi dari peningkatan keyakinan konsumen akan peningkatan
penghasilan serta ketersediaan lapangan kerja dalam 6 (enam) bulan mendatang. Namun
demikian, keyakinan masyarakat akan kondisi ekonomi Indonesia 6 (enam) bulan yang akan
datang masih melambat dipengaruhi isu kenaikan BBM serta masa transisi pemerintahan baru.
6
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Kondisi perlambatan konsumsi rumah tangga didukung pertumbuhan simpanan
perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Tertahannya
pertumbuhan variabel ini diduga sebagai dampak dari penurunan daya beli masyarakat akibat
kondisi keuangan yang kurang baik. Masyarakat lebih memilih melakukan penyimpanan dana
dibandingkan membelanjakan uangnya untuk kepentingan konsumsi. Penerimaan gaji ke-13
serta pesangon dari kegiatan PHK dan pensiun dini perusahaan turut mendorong tumbuhnya
dana simpanan masyarakat. Namun demikian, angka pertumbuhan ini masih lebih t inggi
dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya. Selanjutnya, tracking atas perkembangan kinerja
impor barang konsumsi masyarakat Jatim mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan
konsumsi barang impor yang didominasi oleh komodit i khususnya kendaraan.
Grafik 1.13. Impor Barang Konsumsi
Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan
b. Investasi
Kinerja investasi di triwulan III 2014 tumbuh lebih t inggi (5,14% - yoy) dibandingkan
dengan triwulan II 2014 (6,27% % ). Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan
investasi adalah perbaikan infrastruktur jalan menjelang hari raya idul f itri serta kelanjutan
pembangunan tol trans jawa kertosono-mojokerto. Peningkatan investasi terutama berasal
dari pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai proyek mencapai
11,4 Triliun atau tumbuh sebesar 8,54% (qtq) dan 30% (yoy). Namun demikian, kondisi
berbeda terjadi pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengalami penurunan sebesar
21,58% (qtq) dan 18% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan komponen biaya
produksi meliputi upah tenaga kerja, tarif energi dan pajak turut memberikan sentimen
negatif terhadap minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jawa Timur.
Ditambah dengan masih t ingginya hambatan perijinan investasi di t ingkat kab/kota terutama
di bidang ijin lingkungan serta kesulitan upaya pembebasan lahan. Keterbatasan tenaga kerja
siap pakai juga turut menjadi salah satu faktor yang menghambat penanaman modal oleh
7
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
investor asing maupun dalam negeri. Sejumlah kontak liaison cenderung untuk wait and see
terhadap kondisi perpolit ikan nasional sembari menunggu arah kebijakan pemerintahan baru.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.15. Nilai Proyek PMA
Grafik 1.16. Nilai Proyek PMDN
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal
Grafik 1.17. Jumlah Proyek PMA Grafik 1.18. Jumlah Proyek PMDN
Meskipun investasi mengalami peningkatan, penyaluran kredit investasi mengalami
penurunan menjadi 15,16% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
19,55% . Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil liaison, pelaku
usaha masih mengambil sikap wait and see dengan meminimalisasi investasi menunggu arah
kebijakan pemerintahan baru khususnya terkait rencana kenaikan tarif energi.
Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah pembelian
kendaraan yang dipergunakan untuk kepentingan produksi. Kondisi ini sejalan dengan kinerja
sektor pertambangan KTI yang mulai menunjukkan perbaikan. Investasi mesin pada triwulan
ini mengalami penurunan seiring perlambatan yang terjadi pada industri padat modal seperti
industri tekstil, industri karet serta barang dari karet, industri makanan serta industri
kendaraan bermotor.
8
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.19. Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi
Grafik 1.21. Impor Barang Modal
Investasi di sektor bangunan turut menunjukkan tren perlambatan sebagaimana
dapat dilihat dari kinerja penjualan semen di Jatim. Kondisi ini turut mengkonfirmasi sikap
wait and see para pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah baru 5 (lima) tahun
mendatang.
Grafik 1.22. Konsumsi Semen
9
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
c. Ekspor Impor
Di tengah melambatnya kinerja ekspor impor Jatim, tercatat neraca perdagangan
Jatim masih dalam kondisi net ekspor (surplus), yang banyak disumbang dari transaksi ekspor
impor dalam negeri. Meskipun pertumbuhan ekspor dalam negeri kembali mengalami
perlambatan (dari level 14,21% (yoy) menjadi 13,64% ), namun masih mencatatkan angka
surplus, mengingat masih rendahnya angka kebutuhan impor Jatim dari daerah lain.
Perlambatan kinerja ekspor dalam negeri masih disebabkan kondisi KTI yang belum pulih
sepenuhnya.
Sejalan dengan kondisi pada triwulan II 2014, transaksi perdagangan luar negeri Jatim
kembali mencatatkan angka deficit disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor luar negeri
dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% , begitu juga dengan impor yang turut mengalami
penurunan dari -0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Perlambatan kinerja ekspor impor luar negeri
lebih disebabkan berkurangnya marjin usaha sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi
dan masih t ingginya kandungan impor bahan baku.
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.23. Kinerja Ekspor Impor Jatim
c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah
Di tengah perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jatim, kondisi neraca perdagangan
masih mencatatkan angka net ekspor (surplus), yang meningkat sebesar 0,21 juta USD
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat ekspor antar daerah Jatim menunjukkan sedikit
perlambatan dari 14,21% (yoy) menjadi 13,64% didorong kondisi kawasan t imur indonesia
sebagai salah satu tujuan ekspor utama Jawa Timur yang belum pulih sepenuhnya, begitu
juga dengan impor turut mengalami perlambatan dari 10,02% menjadi 9,63% .
Meskipun secara yoy, ekspor impor antar daerah menunjukkan perlambatan,
pertumbuhan secara qtq menunjukkan peningkatan kinerja perdagangan antar daerah.
10
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Kondisi ini terutama didorong meningkatnya permintaan kendaraan untuk produksi
pertambangan seiring membaiknya kondisi ekonomi kawasan t imur. Selain itu, persiapan
menjelang perayaan Idul Adha yang jatuh pada bulan Oktober 2015 turut mendorong ekspor
hewan ternak ke w ilayah luar Jawa Timur. Terjaganya impor antar daerah turut
mengkonfirmasi masih stabilnya kinerja sektor industri pengolahan di Jatim. Hal ini
berdasarkan data bahwa komoditas impor antar daerah masih didominasi kelompok bahan
baku industri Jatim berupa aneka kayu dan makanan laut. Peningkatan transaksi
perdagangan antar daerah ini terkonfirmasi oleh realisasi yang lebih t inggi pada jumlah
volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak.
Grafik 1.24. Kinerja Perdagangan DN Grafik 1.25. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri
Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali mengalami deficit melanjutkan tren
penurunan pada triwulan II 2014. Masih t ingginya ketergantungan impor luar negeri
khususnya barang modal dan barang konsumsi mendorong pelemahan neraca perdagangan
Jatim. Selain itu, komoditas unggulan ekspor Jawa Timur mengalami penurunan dikarenakan
penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan beberapa negara
tujuan ekspor akibat belum stabilnya perekonomian global.
c. 2.1. Ekspor Luar Negeri
Kinerja ekspor jat im mengalami penurunan dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% .
Perlambatan kinerja ekspor luar negeri jat im dipicu menurunnya volume ekspor komoditas
unggulan seperti perhiasan permata, bahan kimia organik, produk hasil olahan tembakau,
alas kaki, furnitur serta komoditas kertas. Perlambatan ekspor luar negeri juga dipengaruhi
kemampuan sektor industri pengolahan yang menunjukkan penurunan pada triwulan ini
serta turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor seperti Cina, Jepang, Uni
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Vol Barang g Jml Barang (rhs)Ribu Ton % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Emirat, Afrika Selatan dan Hongkong. Upaya diversif ikasi negara tujuan ekspor pada dasarnya
telah dilakukan oleh pemerintah Jawa Timur, akan tetapi pola permintaan dari negara tujuan
ekspor baru yang masih belum stabil, belum dapat mengimbangi proporsi ekspor ke negara
mitra dagang utama (Jepang & AS).
Grafik 1.26. Kinerja Perdagangan LN Grafik 1.27. Neraca Perdagangan Ekspor LN
Grafik 1.28. Komoditi Ekspor Jawa Timur
c. 2.2. Impor Luar Negeri
Kinerja impor luar negeri Jatim pada Triwulan III 2014 menunjukkan penurunan dari
-0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang
bahan baku dan barang modal menunjukkan karakter ekonomi Jatim sebagai daerah
industri. Perlambatan impor periode ini disebabkan menurunnya impor bahan baku sejalan
dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan khususnya industri pengolahan
tembakau, industri kayu dan industri tekstil, sedangkan jenis barang modal dan barang
konsumsi masih mengalami peningkatan. Berdasarkan klasif ikasi HS 2 Digit, komposisi impor
Jatim pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas mesin dan alat mekanik
(14,16% dari total impor), bungkil industri makanan (9,51% ) serta besi dan baja (6,8% ).
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
1.2.2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III 2014 masih
didominasi oleh t iga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor
Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap
PDRB Jawa Timur triwulan III 2014 sebesar 31,43% (PHR), 26,31% (Industri Pengolahan) dan
14,87% (Pertanian). Kontribusi sektor pertanian cenderung meningkat, sementara kontribusi
sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan cenderung stabil.
Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cenderung stabil di triwulan III 2014
(5,91% , triwulan II 2014: 5,90% ) tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama
yang diimbangi dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan posit if terjadi pada sektor
Pertanian; Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor
pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling t inggi pada triwulan III 2014,
tumbuh 5,46% (yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
0,26% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor
tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Pada triwulan ini masih terdapat panen
padi di beberapa w ilayah dengan stok komoditas hort ikultura yang masih mencukupi. Di sisi
lain, kinerja tanaman palaw ija juga cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam
petani dari komoditas padi ke palaw ija seiring dengan curah hujan yang rendah. Hal ini
diperkirakan menjadi pendorong peningkatan sub sektor tabama. Sedangkan sub sektor
peternakan juga mengalami peningkatan kinerja seiring dengan t ingginya permintaan sapi
hidup menjelang Idul Adha dan kenaikan harga susu sapi.
Pada triwulan III 2014, sektor yang mengalami perlambatan adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; Perdagangan,
Hotel, dan Restoran; serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor yang melambat paling
signif ikan adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 4,98% (yoy), melambat
Grafik 1.29 Kinerja Ekspor Impor LN Grafik 1.30 Komposisi Impor LN
13
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,53% (yoy). Perlambatan tersebut
bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi dan sub sektor angkutan laut serta
angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah pemudik t idak setinggi tahun
sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga berpengaruh pada penurunan jumlah
penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain,
perang tarif yang berlangsung antar provider telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai
tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada kinerjanya di triwulan III 2014. Keseluruhan hal
itu menyebabkan penurunan sektor Pengangkutan dan Komunikasi di triwulan ini. Penurunan
arus pemudik di tahun ini juga menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran.
Perlambatan sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih rendahnya kapasitas
produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan
kinerja ekspor Jawa Timur diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-
kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan sepert i peningkatan tarif listrik industri turut
memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini.
Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (% , yoy)
I II III IV I II III IV I II III
1. PERTANIAN 2.76 4.68 4.36 1.95 1.42 1.42 1.92 1.65 0.88 0.26 5.46
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5.13 2.01 1.37 1.24 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57 2.90 1.97
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81 6.81 5.50
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.07 6.69 5.25 5.90 5.61 4.60 4.63 4.16 5.29 6.84 6.56
5. BANGUNAN 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54 7.94 9.46
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79 7.37 6.37
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50 7.53 4.98
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 7.76 8.52 8.18 7.20 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67 7.37 8.01
9. JASA-JASA 5.18 4.94 4.63 5.50 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45 3.96 4.95
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.27 7.30 7.42 7.10 6.57 6.90 6.51 6.21 6.26 5.90 5.91
LAPANGAN USAHA20132012 2014
Grafik 1.31
Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Grafik 1.32
Pertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
14
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Grafik 1.34
Utilisasi Kapasitas Produksi
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan
bahwa kinerja dunia usaha di Jawa Timur pada triwulan III 2014 secara qtq masih
menunjukkan pertumbuhan yang posit if , tercermin dari indikator realisasi kegiatan usaha yang
mengalami kenaikan sebesar 0,52 poin, dengan nilai SBT sebesar 22,46% . Peningkatan kinerja
dunia usaha dipengaruhi oleh faktor seasonal (lebaran). Sejalan dengan arah pertumbuhan
ekonomi di triwulan III 2014, secara sektoral, utilisasi kapasitas produksi di sektor Pertanian dan
Listrik, Gas, Air Bersih mengalami kenaikan. Sementara itu, utilisasi produksi di sektor Industri
Pengolahan cenderung menurun. Ekspektasi pelaku usaha terhadap aktivitas ekonomi pada
triwulan mendatang diperkirakan masih optimis, diindikasikan dari indikator ekspektasi
kegiatan usaha yang masih menguat sebesar 4,48 poin dengan SBT sebesar 26,95% .
Grafik 1.35
Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Grafik 1.33
Pertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah
15
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)
Pada triwulan III 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 7,37% (yoy) menjadi 6,37% (yoy).
Perlambatan terjadi di semua sub sektor, terutama sub sektor restoran yang melambat sebesar
2,46% dari 9,45% (yoy) menjadi 6,99% (yoy). Begitu pula di sub sektor perdagangan dan sub
sektor hotel yang mengalami perlambatan.
Berdasarkan informasi di lapangan, perlambatan yang terjadi di sub sektor restoran
disebabkan karena pengaruh t idak langsung dan pengaruh langsung kenaikan LPG 12 kg yang
diresmikan oleh Pemerintah. Dikonfirmasi dari Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia
(Apkrindo), dampak t idak langsung kenaikan harga LPG yaitu mampu menurunkan daya beli
masyarakat, sehingga permintaan terhadap produk makanan-minuman ritel menurun.
Sementara itu, dampak langsungnya, kenaikan harga LPG 12 kg meningkatkan biaya
operasional pengusaha seiring dengan masih terdapatnya usaha restoran dan kafe, terutama
yang berskala kecil yang masih menggunakan LPG 12 kg di Jawa Timur. Kenaikan biaya t idak
direspon oleh pengusaha dengan meningkatkan harga jual, sehingga marjin keuntungan
cenderung menurun dalam triwulan ini. Di Jember, pengusaha restoran mengalami penurunan
keuntungan di kisaran 10% -20% .
Di tahun 2015, diperkirakan sub sektor restoran mampu mengalami peningkatan
kinerja. Apkrindo memprediksi akan terjadi kenaikan jumlah restoran dan kafe hingga 15%
seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena sektor usaha
kuliner merupakan sektor pendukung properti, sepert i hotel, mal, dan infrastruktur jalan.
Sehingga, percepatan infrastruktur di Jawa Timur, seperti ruas jalan Middle East Ring Road
Grafik 1.36
Indeks Realisasi Usaha
Grafik 1.37
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
16
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
(MERR) dan Frontage Road Jl. Ahamad Yani akan mendorong tumbuhnya usaha kuliner baru
dan meningkatkan kinerja sub sektor restoran.
Perlambatan di sub sektor perdagangan di triwulan ini, yaitu tumbuh 6,24% (yoy),
menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,98% (yoy)
disebabkan karena kontraksi perdagangan Jawa Timur dengan pihak asing maupun pihak lokal.
Kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur menurun secara signif ikan. Neraca perdagangan
luar negeri Jawa Timur mengalami net import sebesar Rp 9,88 triliun, lebih t inggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 8,41 triliun. Belum stabilnya pasar luar
negeri di triwulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. Sementara itu, kinerja
perdagangan antar daerah Jawa Timur juga menunjukkan perlambatan. Neraca perdagangan
domestik Jawa Timur meskipun masih mencatatkan adanya surplus perdagangan sebesar Rp
22,14 triliun di triwulan III 2013, namun pertumbuhannya cenderung melambat. Pada triwulan
III 2014, net export perdagangan antar daerah mampu tumbuh 4,02% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,19% (yoy).
Perlambatan di sub sektor hotel, yaitu tumbuh 6,83% (yoy), melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,24% (yoy) disebabkan karena t ingginya tekanan
di sub sektor ini yang semakin meningkat. Seiring t ingginya biaya operasional sektor perhotelan
(tarif listrik, BBM, dan upah pegawai) di Jawa Timur, kinerja sub sektor ini mengalami
perlambatan. Beradasarkan informasi dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),
t ingginya persaingan usaha hotel dan penginapan menyebabkan pengusaha t idak
meningkatkan harga sewa per kamar, sehingga keuntungannya cenderung menurun.
Pengusaha memilih untuk melakukan efisiensi dengan merumahkan tenaga kerjanya. Sebagai
informasi, t ingkat persaingan hotel yang t inggi di Jawa Timur yang tercermin dari peningkatan
pertumbuhan hotel baru yang mencapai 40% , t idak sebanding dengan peningkatan
pertumbuhan w isatawan yang rata-rata hanya tumbuh sebesar 8% -10% . Hal ini menyebabkan
t ingkat okupansi hotel di Jawa Timur hanya mencapai 55% -57% . Penurunan kinerja sub sektor
hotel juga tercermin dari konsumsi listrik golongan bisnis yang mengalami penurunan di
triwulan III 2014.
17
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
b. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan pada triwulan III 2014. Industri
pengolahan mampu tumbuh sebesar 5,50% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,81% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ini terutama
berasal dari sub sektor semen dan barang galian bukan logam yang meningkat sebesar 10,27%
dari 6,72% (yoy) menjadi 16,99% (yoy). Peningkatan kinerja di sub sektor ini sejalan dengan
peningkatan sektor bangunan yang tumbuh 9,46% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Kinerja sektor bangunan yang ekspansif mendorong
peningkatan permintaan bahan baku bangunan, sepert i semen, batu, pasir dan barang galian
lainnya. Sumber utama pertumbuhan di sektor Industri Pengolahan selanjutnya adalah sub
sektor industri kertas dan barang cetakan. Peningkatan di sub sektor ini disebabkan karena
adanya tahun ajaran baru di bulan Juli-Agustus, terutama untuk kalangan mahasiswa. Hal ini
meningkatkan permintaan terhadap industri kertas, baik berupa buku tulis, serta textbook.
Grafik 1.41
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Grafik 1.40
Lama Wisataw an Menginap di Hotel
Grafik 1.38
Pertumbuhan Subsektor PHR
Grafik 1.39
TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Sumber: BPS Jatim , diolah
18
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Sumber utama perlambatan di sektor Industri Pengolahan adalah perlambatan di
industri logam dasar besi dan baja, industri tekstil dan industri makanan-minuman dan
tembakau. Perlambatan industri logam dasar besi dan baja masih merupakan dampak atas
penurunan volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba). Hingga triwulan III 2014,
telah terdapat t iga buah smelter (pemurnian baja) yang dalam tahap realisasi pembangunan,
yakni di Gresik, Tuban dan Lumajang. Salah perusahaan tambnag terbesar di Indoensia saat ini
juga sedang dalam proses mematangkan rencana pembangunan smelter tembaga di Gresik
dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton konsentrat tembaga di lahan seluas 80 hektar dan total
investasi sebesar US $ 2,3 miliar. Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pembangunan smelter
karena adanya jaminan infrastruktur yang baik, dukungan Pemerintah Daerah yang t inggi serta
dekat dengan lokasi industri pengguna produk sampingan.
Sumber perlambatan selanjutnya adalah industri tekstil. Pada triwulan ini terdapat 3
pabrik di Jawa Timur dan 8 pabrik di Indonesia yang menutup kegiatan usahanya, yaitu 2
pabrik di Surabaya, 1 pabrik di Pandaan, 2 pabrik di Bandung, 1 pabrik di Sragen, 1 pabrik di
Pekalongan dan 1 pabrik di Banten. Terdapat ribuan tenaga kerja yang diberhentikan maupun
dirumahkan untuk sementara waktu. Penurunan kinerja ini disebabkan karena t ingginya beban
listrik di industri tekstil yang mencapai 25% dari total biaya. Beban listrik itu sebanyak 18% -
23% digunakan di sektor pemintalan dan 15% -19% digunakan di sektor perajutan.
Perlambatan di sub sektor industri makanan-minuman dan tembakau, terutama di
industri tembakau juga merupakan sumber perlambatan sektor ini yang telah terjadi dalam
beberapa waktu terakhir. Berbagai kebijakan menekan kinerja sub sektor ini yang
menyebabkan penurunan permintaan dan pangsa pasar industri tembakau di Jawa Timur.
Beberapa pabrik besar, merumahkan pegawainya dan memberikan opsi pensiun dini,
sementara itu, pabrik rokok yang lain di Malang juga merumahkan 1.000 karyawannya.
Industri rokok kecil (golongan III) dengan produksi 0-500 juta batang per tahun juga turut
terdampak. Dua pabrik rokok, yaitu di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi menutup
usahanya seiring dengan penurunan permintaan Sigaret Kretek Tangan serta persaingan
dengan industri besar yang semakin ketat.
Perlambatan di sub sektor makanan-minuman dan tembakau juga disebabkan karena
kinerja industri gula di Jawa Timur yang mengalami kelesuan. Harga pasar berada di bawah
HPP Pemerintah. Harga lelang yang disepakati berada di bawah HPP (Rp 8.500/kg), bahkan per
kilogram mencapai Rp 8.100. Perlambatan di sektor Industri Pengolahan ini juga terkonfirmasi
dari pertumbuhan konsumsi listrik industri yang mengalami penurunan serta penurunan impor
bahan baku (intermediate goods) di triwulan III 2014.
19
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
.
c. Pertanian
Kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan dan koreksi yang relatif signif ikan di
triwulan III 2014. Sektor ini mampu tumbuh sebesar 5,46% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Peningkatan tersebut
terjadi di dua sub sektor utama, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan yang tumbuh posit if
dari -1,60% (yoy) menjadi 5,66% (yoy). Selain itu, sub sektor peternakan juga mengalami
peningkatan dari -3,02% (yoy) menjadi 1,39% (yoy).
Peningkatan di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) disebabkan karena masih
terdapatnya panen padi di beberapa w ilayah, terutama Kabupaten Jember. Selain itu, stok
komoditas hort ikultura juga masih mencukupi. Di sisi lain, kinerja tanaman palaw ija juga
cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam petani dari komoditas padi ke palaw ija
seiring dengan curah hujan yang rendah. Musim kemarau di triwulan III 2014 direspon petani,
Grafik 1.42
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.43
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal
Grafik 1.44
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Sumber: BPS Jatim , diolah
20
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
terutama di Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro dengan penggunaan mesin untuk
mengambil air dari aliran sungai Bengawan Solo. Ketahanan pangan Jawa Timur hingga akhir
tahun 2014 diperkirakan relatif aman. Stok beras saat ini di Bulog mencapai 448.935 ton dan
mencukupi untuk kebutuhan selama 10 bulan ke depan.
Peningkatan di sub sektor peternakan disebabkan karena peningkatan permintaan sapi
hidup menjelang Idul Adha. Dinas Peternakan Jawa Timur memprediksi terjadinya kenaikan
kebutuhan daging hingga 10% akibat pelaksanaan Idul Adha. Kenaikan permintaan siklikal
tersebut diperkirakan mendorong kenaikan harga hingga 30% dari harga normal. Kebutuhan
sapi kurban diperkirakan sebesar 75.098 ekor, sementara kebutuhan kambing dan domba
kurban diperkirakan mencapai 243.989 ekor. Selain itu, perkembangan posit if di sub sektor ini
juga disebabkan karena peningkatan harga susu sapi di t ingkat Industri Pengolahan Susu (IPS)
yang mencapai Rp 5.200-Rp 5.400 per liter. Hal itu secara keseluruhan yang meningkatkan nilai
tambah sub sektor peternakan.
Pada triwulan III 2014, kinerja posit if di sub sektor perikanan juga mendorong
peningkatan kinerja sektor pertanian Jawa Timur. Gelombang yang relatif stabil meningkatkan
hasil tangkapan ikan. Ke depan, dengan adanya pengembangan sistem logist ik ikan koridor
Jawa Timur-Sulawesi Utara dan Jakarta yang dioperasikan di bulan Oktober 2014 diperkirakan
harga ikan di level nelayan dapat lebih stabil. Sistem logist ik ikan ini menyediakan cold storage
yang berkapasitas 300 ton di Kendari, 400 ton di Lamongan dan 1.500 ton di Jakarta dengan
nilai investasi sebesar Rp 95 miliar. Pasokan ikan yang berlebihan pada saat musim tangkap
dapat disimpan lebih lama dengan teknologi pendingin, sehingga harga ikan dapat lebih stabil.
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.45
Pertumbuhan Subsektor Pertanian
21
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Grafik 1.46
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.47
Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur
Grafik 1.48
Luas Lahan Puso di Jaw a Timur
d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan
pada triwulan III 2014 dari 7,37% (yoy) menjadi 8,01% (yoy). Sub sektor jasa perusahaan, sewa
bangunan dan sub sektor bank mengalami kenaikan, sementara sub sektor lembaga keuangan
bukan bank mengalami perlambatan. Peningkatan di sub sektor sewa bangunan seiring dengan
peningkatan harga sewa rumah maupun ruko, sementara itu peningkatan di sub sektor
perbankan seiring dengan perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triwulan III 2014
yang secara umum masih stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung
oleh penurunan risiko kredit .
Kinerja perbankan di triwulan ini didorong oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).
DPK bank umum Jawa Timur sampai dengan triwulan III 2014 sebesar Rp 371,46 triliun,
meningkat dari 16,72% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 17,04% (yoy) pada triwulan III
2014. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan kredit mendorong penguatan
22
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83% menjadi 88,95% . Kebijakan
pengetatan kredit masih terjadi di triwulan ini. Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41%
(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triwulan III 2014 dengan nominal
sebesar Rp 327,06 triliun. Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di
Jawa Timur masih didominasi oleh kredit di sektor Industri Pengolahan (Rp 94,24 triliun) dan
sektor PHR (Rp 91,99 triliun). Seiring dengan pertumbuhan di sektor tersebut, pertumbuhan
kredit di sektor pertanian cenderung meningkat, sementara di sektor PHR dan Industri
Pengolahan cenderung menurun.
Perlambatan di sub sektor lembaga keuangan bukan bank di triwulan ini terutama
didorong oleh lembaga asuransi seiring dengan perlambatan ekonomi dan daya beli
masyarakat di triwulan ini. Sementara itu, lembaga pembiayaan (leasing) masih memiliki kinerja
yang relatif baik. Salah satu lembaga pembiayaan di Jawa Timur mulai berfokus pada
pembiayaan kendaraan murah (low cost green car) yang mencapai 20% dari total pembiayaan.
Diikuti oleh pembiayaan di kendaraan low mult ipurpose vehicle sebesar 10% dan pembiayaan
kendaraan roda dua yang mencapai 70% -80% .
e. Bangunan
Kinerja sektor bangunan di triwulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif
signif ikan. Pada triwulan ini, sektor bangunan mampu tumbuh sebesar 9,46% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Peningkatan ini
terkonfirmasi dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan penjualan
rumah mengalami peningkatan, terutama rumah tipe kecil (t ipe s.d 22). Peningkatan penjualan
rumah tersebut menyebabkan harga properti residensial t ipe kecil juga mengalami kenaikan.
Grafik 1.50
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
Grafik 1.49
Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan
Sumber: BPS Jatim , diolah
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
100.000.000
200.000.000
300.000.000
400.000.000
500.000.000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset Kredit DPK
g Aset g Kredit g DPK (% yoy rhs)
23
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Kebijakan Loan to Value yang diberlakukan pada tahun 2012 dan 2013 mampu menurunkan
kredit pemilikan rumah t ipe besar (t ipe > 70) dan t ipe menengah (t ipe 22 s.d 70) di Jawa Timur.
Outstanding kredit rumah t ipe kecil pada triw ulan III 2014 mencapai Rp 3.105 triliun, t ipe
sedang mencapai Rp 14.519 triliun dan t ipe besar mencapai Rp 14.048 triliun.
Perkembangan sektor bangunan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
apartemen, terutama untuk kalangan menengah di Jawa Timur. Motif investasi yang t inggi
tetap menjadi pendorong utama peningkatan permintaan rumah landed house maupun non
landed house.
Perkembangan infrastruktur di Jawa Timur tercermin oleh realisasi proyek MP3EI. Terdapat
16 proyek yang sedang dikerjakan dengan t iga buah proyek yang sudah selesai. Tiga proyek
yang sudah selesai tersebut antara lain: pertama, Terminal Teluk Lamong dengan kapasitas 1
Grafik 1.53
Indeks Harga Properti Residensial
unit
Grafik 1.51
Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Grafik 1.52
Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR
Grafik 1.54
Rata-Rata Penjualan Properti Residensial
24
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Grafik 1.56
Arus Barang di Tanjung Perak
juta TEUs pada tahap awal dan 5,5 juta TEUs dalam tahap pengembangan. Kedua, proyek
kereta api double track juga menunjukkan realisasi yang penyelesaiannya hampir mencapai
100% . Ketiga adalah proyek Terminal Dua Juanda dengan total investasi mencapai Rp 1,05
triliun.
f. Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2014 mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 7,53% (yoy)
menjadi 4,98% (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi
dan sub sektor angkutan laut serta angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah
pemudik t idak setinggi tahun sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga
berpengaruh pada penurunan jumlah penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak
digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain, perang tarif yang berlangsung antar provider
telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada
kinerjanya di triwulan III 2014. Keseluruhan hal itu menyebabkan penurunan sektor
Pengangkutan dan Komunikasi di triwulan ini.
Perlambatan di sub sektor pengangkutan terkonfirmasi oleh penurunan penumpang
maupun barang di pelabuhan Tanjung Perak. Selain disebabkan karena penurunan kinerja
perdagangan luar negeri maupun domest ik, perlambatan di triwulan ini juga disebabkan
karena adanya penutupan Pelabuhan Tanjung Perak dan Alur Pelayaran Barat Surabaya selama
dua hari dari pukul 06.00-11.00 WIB karena adanya peningkatan pergerakan kapal perang
menjelang Hari Ulang Tahun TNI ke-69. Pengusaha kapal, Indonesia National Shipowners
Association (INSA) terkonfirmasi mengalami penurunan keuntungan hingga Rp 1-2 miliar akibat
perayaan tersebut.
Grafik 1.55
Arus Penumpang di Tanjung Perak
25
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Grafik 1.57
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Grafik 1.58
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
BOKS I
Pendalaman Prospek Investasi Dan Sumber Pembiayaan
Reformasi struktural perekonomian dari consumption-led growth menuju investment-driven
growth sangat diperlukan guna membangun pondasi ekonomi Indonesia yang berkualitas.
Kondisi investasi di Jawa Timur searah dengan tren nasional yang berada di kisaran 20%
dengan t ingkat pertumbuhan 5,1% , dan share terbesar dari sektor konsumsi mencapai 66%
dengan laju pertumbuhan 7,16% pada triwulan II 2014. Meskipun konsumsi masih menjadi
penggerak utama perekonomian Jawa Timur, prospek investasi di Jawa Timur sebenarnya
cukup menarik bagi investor, Jawa Timur menempati peringkat utama untuk Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan peringkat keempat untuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Gambar 1. Share and Grow th Investasi terhadap PDRB
Untuk menangkap prospek investasi di Jawa Timur, pendekatan survey dilakukan terhadap 21
PMDN dan 4 PMA di t iga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Industri
Pengolahan, dan Pertanian. Lebih dari setengah (55% ) sumber pembiayaan pelaku usaha
Jawa Timur berasal dari lembaga non bank, khususnya di dalam sektor Industri Pengolahan
dan Pertanian yang mengandalkan kemitraan dan laba perusahaan yang ditahan. Sedangkan,
sumber pembiayaan non-bank sektor PHR pada umumnya berasal dari perusahan induk. Kredit
investasi tetap menjadi sumber pembiayaan pendukung, akan tetapi hanya digunakan
sebagian (10-60% ) dari total kredit dan sisa kelonggaran tarik disimpan sebagai dana
cadangan. Berdasarkan survey tersebut, pelaku usaha t idak menunjukan preferensi terhadap
pembiayaan luar negeri.
BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Hasil likert liaison juga menunjukan perilaku pembiayaan serupa dimana 75% pelaku usaha
memilih pembiayaan investasi non-bankdan hanya 25% yang menggunakan pembiayaan
perbankan. Perwakilan APINDO Jawa Timur turut mengkonfirmasi hasil survey dan menyatakan
bahwa pelaku usaha di Jawa Timur didominasi oleh family businesses sehingga sumber
pembiayaan investasi banyak berasal dari internal. Rencana Investasi di Jawa Timur berjalan
searah dengan kapasitas produksi perusahaan yang berada dalam tren penurunan semenjak
triwulan II 2013. Akan tetapi, kapasitas utilisasi yang mulai meningkat pada triwulan II dan III
tahun 2014tidak diikuti peningkatan rencana investasi dikarenakan pelaku usaha wait and see
akan kondisi polit ik pasca pemilu. Dari hasil survey, hanya 12% dari pelaku usaha yang
menyatakan berminat investasi dalam jangka pendek menengah, dan 88% menyatakan t idak
berminat investasi. Keputusan untuk t idak berinvestasi disebabkan permintaan pasar yang lesu,
merupakan alasan utama penundaan investasi, disusul dengan adanya potensi kenaikan harga
BBM bersubsidi dan UMK di Jawa Timur, akses pembiayaan suku bunga yang mahal, serta
kondisi infrastruktur yang t idak mendukung. Meskipun demikian, sekitar 60% pelaku usaha
optimis bahwa tren investasi mulai meningkat meskipun adanya risiko kenaikan biaya produksi.
Gambar 3. Rencana dan Prospek Investasi di Jaw a Timur 2014
Tahun Tw BI Rate
BI Rate
2013 I 5.75 18 82 13 87
II 5.75 29 71 32 68
III 6.5 36 64 31 69
IV 7.25 46 54 38 62
2014 I 7.5 29 71 21 78
II 7.5 31 69 25 75
III 7.5 25 75 23 77
Pangsa Pembiayaan
Investasi (% ) Modal Kerja (% )
Bank Non Bank Bank Non Bank
Total (% )Total (% ) Total (% ) Total (% )
Gambar 2. Sumber Pembiayaan Jaw a Timur M enurut hasil Survey dan Likert Liaison
BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
Meskipun pelaku usaha mulai menyadari peran aktif pemerintah dalam memudahkan
perizinan, keringanan pajak usaha, serta pembangunan infrastruktur, pelaku usaha tetap
merasa insentif pemerintah di ketiga hal itu masih belum optimal. Berdasarkan hasil survey,
perizinan pembangunan usaha serta perizinan usaha masih merupakan tantangan terbesar
dalam berinvestasi di Jawa Timur khususnya karena adanya perbedaan ketentuan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Infrastruktur listrik dan jalanan sudah dinilai cukup
kondusif dalam mendukung investasi, akan tetapi infrastrukur pelabuhan di Jawa Timur masih
terbatas dan memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang t inggi untuk kegiatan bongkar
muat barang. Dari segi pembiayaan, pelaku usaha berpendapat bahwa prosedur, plafondserta
suku bunga yang diberikan saat ini t idak kondusif dalam mendukung iklim investasi di Jawa
Timur.
Gambar 4. Tantangan dan Risiko Investasi di Jaw a Timur
BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
BOKS II
Perkembangan Industri Rokok Jaw a Timur
Jawa Timur termasuk salah satu sentra industri pengolahan tembakau di w ilayah Jawa selain
Jawa Tengah. Struktur industri pengolahan tembakau Jawa Timur didominasi oleh industri
rokok kretek dan industri pengeringan/pengolahan tembakau. Industri pengolahan menjadi
salah satu tulang punggung perekonomian Jawa Timur mengingat penerimaan cukai hasil
tembakau Jawa Timur memberikan kontribusi 50% terhadap total penerimaan cukai hasil
tembakau nasional. Selain itu, industri pengolahan tembakau merupakan industri terbesar
kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jawa Timur setelah industri
makanan. Dalam hal sumbangan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan, sub sektor
industri makanan, minuman dan tembakau memberikan sumbangan terbesar (0,96% ), dimana
proporsi industri pengolahan tembakau sebesar 55% hingga 60% dari total sub sektor industri
makanan, minuman dan tembakau.
Dewasa ini, industri pengolahan tembakau khususnya industri rokok menghadapi tantangan
beragam yang berpotensi mendorong perlambatan ekonomi. Beberapa tantangan yang
dihadapi industri rokok diantaranya perubahan preferensi konsumen dari produk rokok SKT
(Sigaret Kretek Tangan) menjadi SKM (Sigaret Kretek Mesin), hal ini didorong atas peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sehingga lebih memilih konsumsi rokok
dengan f ilter untuk mengurangi dampak nikotin.
Selain itu, UMK yang meningkat setiap tahun
mendorong perusahaan melakukan strategi otomasi
guna meningkatkan efisiensi. Beberapa peraturan yang
memberatkan industri rokok juga menjadi pemicu
matinya industri rokok dalam negeri khususnya Jawa
Timur.
Dampak dari beragam tantangan diatas adalah fenomena penutupan industri rokok khususnya
industri skala kecil dan menengah serta t imbulnya aksi PHK dan pensiun dini yang diinisiasi
perusahaan. Hingga Oktober 2014, t iga perusahaan rokok besar di Jawa Timur melakukan PHK
dan pensiun dini yang menyebabkan sekitar 11870 orang kehilangan pekerjaan. Jumlah ini
berpotensi mendorong peningkatan angka pengangguran sebesar 2% , mengurangi t ingkat
BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III 2014
serapan tenaga kerja sektor industri pengolahan Jawa Timur sebesar 1,41% serta mengurangi
t ingkat serapan tenaga kerja Jawa Timur sebesar 0.048% . Selain itu, PHK dan pensiun dini juga
berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Jawa Timur sebesar 0.02% pada Februari
2015.
Kondisi industri rokok yang kurang baik juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang
mengalami perlambatan serta NPL yang mengalami peningkatan sejak Triwulan II 2013.
Sedangkan nominal kredit masih mengalami peningkatan hingga Triwulan III 2013 dan
selanjutnya menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian, sejak triwulan III 2014 kondisi
pertumbuhan kredit dan NPL industri rokok Jawa Timur mulai menunjukkan perbaikan
didorong peningkatan yang cukup signif ikan pada kredit investasi.
Berdasarkan hasil liason Triwulan III 2014 yang dilakukan pada industri rokok Jawa
Timur, diperkirakan permintaan domestik terhadap produk rokok khususnya SKM masih
cukup t inggi dan mendorong peningkatan penjualan serta investasi perusahaan. Akan tetapi
peningkatan biaya khususnya biaya bahan baku mengakibatkan perolehan margin
perusahaan akan lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya.
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Jawa Timur
26
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2 PERKEM BANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM
Inflasi Jatim pada triwulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun dibandingkan triwulan
sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya
inflasi periode ini karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar
minyak (BBM) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini t idak lagi
menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun
2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang,
Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.
Penyumbang utama inflasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% -yoy), disusul
oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food (0,24% ). Tekanan inflasi
terbesar bersumber dari administered price (6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% )
dan terendah volatile food (1,37% ). Tingginya inflasi kelompok administered price
disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan penyesuaian
tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru khususnya untuk akademi/perguruan
t inggi menjadi pendorong utama inflasi kelompok core inflation. Inflasi kelompok volatile
food triwulan ini tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya koreksi
harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya konsumsi masyarakat.
Dalam konteks spasial Jawa, inflasi Jawa Timur menempati urutan kedua terendah
setelah Jawa Barat. Terjaganya inflasi tersebut t idak lepas dari peran serta semua pihak yang
dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur. Realisasi inflasi di
kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu Jawa Barat (3,86% ), Jawa Timur (4,13% ), DIY
(4,54% ), DKI Jakarta (4,84% ), Jawa Tengah (5,00% ) dan tert inggi di Banten (6,12% ).
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
27
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
Sepanjang triwulan III 2014, secara bulanan Jawa Timur mengalami inflasi yang lebih
t inggi dibandingkan triwulan II 2014. Inflasi bulanan tert inggi terjadi pada Juli 2014 (0,48% )
yang merupakan puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2014 dan secara bertahap
melandai hingga mencapai 0,33% pada September 2014. Berdasarkan rata-rata selama 3
(t iga) bulan terakhir, kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau mengalami
tekanan inflasi terbesar (0,73% ), disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olehraga
(0,68% ). Tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut karena kenaikan harga energi
(bahan bakar rumah tangga dan tarip listrik) yang dimulai pada Triwulan III-2014 serta
kenaikan biaya pendidikan (SD, SLTP, SLTA dan akademi/perguruan t inggi) seiring dimulainya
tahun ajaran baru 2014.
Kelompok sandang dan transportasi mengalami inflasi yang lebih rendah sebagai
dampak penurunan harga emas perhiasan dan kembali normalnya tarif transportasi
(angkutan antar kota, angkutan udara dan kereta api) pasca berlalunya peringatan hari besar
keagamaan.
Grafik 2.3. Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang (mtm)
Tabel 2.1
Inflasi Triwulan II Tahun 2014 & Triwulan III Tahun 2014 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Apr May Jun Jul Aug Sep
Umum 0.01 0.21 0.36 0.19 0.48 0.37 0.33 0.39
1 Bahan M akanan -1.48 -0.39 0.92 -0.31 0.74 0.13 0.05 0.31
2 M amin, Rokok & Tembakau 0.78 0.31 0.45 0.52 0.60 0.82 0.76 0.73
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.28 0.26 0.26 0.27 0.17 0.58 0.85 0.54
4 Sandang -0.37 0.51 0.51 0.22 1.12 0.09 -0.51 0.23
5 Kesehatan 0.86 0.86 0.24 0.65 0.45 0.24 0.25 0.31
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.40 0.04 0.06 0.16 0.24 0.96 0.85 0.68
7 Transpor, Komunikasi 0.42 0.42 -0.05 0.26 0.39 -0.08 -0.34 -0.01
Rata-
RataNo Kelompok Barang
Tw II-2014 Rata-
Rata
Tw III-2014
28
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Triwulan III-2014 adalah sebagai berikut
:
1. Bulan Juli 2014
- Pada Juli 2014 Jawa Timur mengalami inflasi 0,48% (mtm), naik dibandingkan Juni
2014 (0,36% ) namun lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,93% ). Inflasi
didorong oleh kenaikan harga kelompok sandang (1,12% ) melalui kenaikan harga
komoditas emas perhiasan (2,12% ), disusul kelompok bahan makanan (0,73% ) dari
kenaikan harga daging sapi (3,13% ) dan beras (0,57% ), dan kelompok makanan,
minuman, rokok dan tembakau (0,60% ) dari kenaikan harga pada komoditas rokok
kretek f ilter (0,91% ).
- Tekanan inflasi terbesar bersumber dari kelompok volatile food (0,70% ) melalui
kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (2,21% ) terutama komoditas
daging sapi dan daging ayam ras, serta sub kelompok lemak dan minyak (1,46% )
melalui komoditas kelapa. Tingginya inflasi pada kedua sub kelompok tersebut
disebabkan peningkatan permintaan masyarakat berkenaan dengan Hari Raya Idul Fitri
2014. Inflasi kelompok volatile food tertahan oleh koreksi harga pada sub kelompok
bumbu-bumbuan (-3,42% ) melalui penurunan harga komoditas cabai raw it (-4,98% ),
bawang putih (-7,80% ) dan bawang merah (-2,77% ) sebagai dampak melimpahnya
pasokan.
- Kelompok administered price meningkat mencapai 0,53% (Juni : 0,20% , mtm) melalui
kenaikan tarif transportasi (angkutan antar kota dan tarip kereta api), penyesuaian tarif
listrik dan kenaikan harga rokok kretek f ilter. Inflasi yang lebih t inggi pada kelompok
ini tertahan oleh koreksi harga tarif angkutan udara (-1,64% ).
- Inflasi inti baik tradable maupun non tradable juga meningkat, mencapai 0,38% (Juni
2014 : 0,24% ) sebagai dampak lanjutan t ingginya ekspektasi masyarakat dan transaksi
ekonomi menjelang hari besar keagamaan. Pendorong utama inflasi kelompok ini
adalah kenaikan harga emas perhiasan (2,12% ) dan t ingkat konsumsi masyarakat
untuk menyambut Lebaran 2014 yang meliputi makanan jadi (0,54% ), jasa perawatan
jasmani (1,60% ) dan sandang (1,12% ).
Grafik 2.5. Inflasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm)
Grafik 2.6. Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm)
29
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2. Bulan Agustus 2014
- Jawa Timur mengalami inflasi 0,37% (mtm), turun dibandingkan Juli 2014 (0,48% )
dan lebih rendah dari Nasional (0,47% ). Inflasi didorong oleh kenaikan harga
kelompok pendidikan (0,96% ) melalui kenaikan biaya sekolah dasar (3,57% ) dan
kelompok perumahan (0,58% ) melalui kenaikan tarip listrik (3,89% ). Adanya
penyesuaian tarip listrik tersebut menyebabkan inflasi kelompok administered price
meningkat menjadi 0,74% (Juli 2014 : 0,53% ).
- Inflasi volatile food sebesar 0,16% turun signif ikan dibandingkan Juli 2014 (0,70% ).
Penurunan inf lasi dari sisi supply disebabkan koreksi harga pada sub kelompok bumbu-
bumbuan (-2,70% ) dan sayur-sayuran (-0,75% ) karena melimpahnya pasokan.
Sedangkan dari sisi permintaan, disebabkan kembali normalnya pola konsumsi.
- Inflasi core inflation terkendali sejalan dengan minimalnya tekanan dari eksternal dan
domestik serta terjaganya ekspektasi masyarakat. Inflasi kelompok ini sebesar 0,39%
(Juli 2014 : 0,38% ), dengan tekanan utama berasal dari sub kelompok jasa pendidikan
(2,02% ) yang bersifat seasonal seiring t ibanya tahun ajaran baru, serta sub kelompok
makanan jadi (0,84% ) sebagai dampak lanjutan kenaikan harga beberapa komoditas
bahan makanan.
- Penahan laju inf lasi pada Agustus 2014 adalah sub kelompok bumbu-bumbuan melalui
koreksi harga komoditas bawang merah (-13,17% ), telur ayam ras (-3,48% ) dan tomat
sayur (-9,31% ). Kelompok transportasi juga menjadi penahan inflasi karena turunnya
tarif angkutan antar kota (-3,22% ) dan kendaraan carter (-4,87% ) karena kembali
normalnya arus mobilitas masyarakat. Emas perhiasan yang pada periode sebelumnya
masih mengalami inflasi, pada periode ini mengalami deflasi sebesar -0,72% .
Penurunan harga emas perhiasan tersebut sejalan dengan transaksi emas dunia, yang
terjadi penurunan permintaan emas sebagai dampak penguatan pasar ekuitas USA dan
mata uang US$ (dari Rp 11.591/US$ menjadi Rp 11.717/US$), menyebabkan investor
asing melakukan aksi tunggu dan menahan investasi dalam bentuk logam mulia.
Grafik 2.7. Inflasi Daging dan Telur (mtm) Grafik 2.8. Inflasi Transportasi (mtm)
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
3. Bulan September 2014
- Pada September 2014 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), sedikit
melambat dibandingkan Agustus 2014 (0,37% ), namun lebih t inggi daripada Nasional
(0,27% ). Tekanan inflasi terbesar bersumber dari kelompok administered price (0,47% -
mtm) sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) sebesar
5,34% yang terjadi pada minggu kedua September 2014 serta berlanjutnya
penyesuaian tarip listrik rumah tangga (0,96% ).
- Kelompok core inflation sedikit meningkat (dari 0,39% -Agustus 2014 menjadi 0,41% -
September 2014) namun masih relatif terkendali, dengan tekanan terbesar berasal dari
kelompok inti non tradable. Setelah pada periode sebelumnya ketiga jenjang
pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas memasuki tahun ajaran baru, pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru
untuk akademi/perguruan t inggi yang mendorong inflasi komoditas ini sebesar 3,74% .
Dampak lanjutan kenaikan LPG 12 kg terhadap harga jual makanan jadi juga menjadi
pendorong peningkatan inflasi kelompok ini. Dari sisi permintaan, terdapat penurunan
sebagai dampak relatif normalnya konsumsi masyarakat.
- Inflasi kelompok volatile food mengalami perlambatan (0,02% ) dibandingkan Agustus
2014 (0,16% ) karena berlanjutnya koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan
khususnya bawang merah (-12,90% ) dan turunnya harga daging sapi (-2,58% ) yang
selama ini persisten mengalami inflasi. Walaupun melambat, namun potensi inflasi
masih tetap ada yang terindikasi dari mulai meningkatnya inflasi sub kelompok sayur-
sayuran dan harga komoditas cabai merah.
- Penahan inflasi adalah kelompok sandang melalui berlanjutnya penurunan harga emas
perhiasan (-3,08% ) dan kelompok transportasi (-0,52% ) melalui koreksi harga
angkutan antar kota (-7,79% ) dan angkutan udara (-0,70% ) seiring minimnya hari
libur pada September 2014.
Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang (mtm) Grafik 2.10. Inflasi Bidang Pendidikan (mtm)
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qt q)
Inflasi triwulanan pada Triwulan III 2014 sebesar 1,19% (qtq), meningkat
dibandingkan triwulan II 2014 (0,58% ). Semua kelompok mengalami inflasi dengan
sumbangan inflasi terbesar pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
(0,40% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,36% ).
Peningkatan inflasi kelompok perumahan karena penyesuaian harga tarip listrik dan
bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg). Dibandingkan triwulan sebelumnya, tarip listrik
meningkat 6,18% (qtq) karena dimulainya penyesuaian tarip listrik rumah tangga sejak 1 Juli
2014 dan secara bertahap meningkat setiap 2 (dua) bulan sekali. Sedangkan bahan bakar
rumah tangga meningkat 5,76% melalui penyesuaian harga sebesar Rp1.500/kg yang
berlaku sejak minggu ke-2 September 2014.
Tingginya inflasi kelompok makanan minuman utamanya dipicu oleh sub kelompok
tembakau dan minuman beralkohol melalui peningkatan harga rokok kretek f ilter (2,38% )
dan rokok kretek (2,99% ) karena berlanjutnya pembebanan kenaikan cukai rokok dan pajak
tembakau secara bertahap.
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Makanan,
M inuman, Rokok dan Tembakau
Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Sumber : BPS, data diolah
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Umum 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19
1 Bahan M akanan 4.34 0.34 1.90 -0.96 0.92 0.91 0.07 0.39 -0.19 0.19
2 M amin, Rokok & Tembakau 2.31 1.13 2.07 1.56 2.20 0.37 0.18 0.33 0.25 0.36
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.57 1.57 1.74 0.81 1.61 0.38 0.39 0.43 0.20 0.40
4 Sandang 5.69 -1.28 1.51 0.65 0.70 0.37 -0.09 0.10 0.04 0.05
5 Kesehatan 0.97 0.47 1.36 1.97 0.94 0.05 0.02 0.07 0.10 0.05
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.08 1.02 0.47 0.50 2.07 0.18 0.09 0.04 0.04 0.18
7 Transpor, Komunikasi 7.87 1.09 1.15 0.79 -0.03 1.47 0.20 0.21 0.15 0.00
Sumbangan Inflasi QTQ
2013 2014 2013 2014No Kelompok Barang
Inflasi QTQ
32
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
Penahan inflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-
0,03% ) melalui koreksi harga angkutan antar kota (-4,15% ) dan angkutan udara (-1,73% )
karena kembali normalnya mobilitas masyarakat setelah Hari Raya Idul Fitri. Dari sisi bahan
makanan, sub kelompok bumbu-bumbuan juga menjadi penahan inflasi (-8,81% ) melalui
penurunan harga komoditas bawang merah (-26,42% ) dan cabai raw it (-14,62% ).
Dengan mencermati tekanan risiko selama triwulan III 2014, analisis lebih lanjut akan
dilakukan terhadap sub kelompok yang mengalami inflasi triwulanan terbesar yaitu bahan
bakar, penerangan dan air (4,64% - qtq), pendidikan (3,87% ) dan daging dan hasil-hasilnya
(3,39% ).
Bahan Bakar, Penerangan dan Air
Inflasi sub kelompok ini selama tahun 2014
mengalami kenaikan signif ikan pada triwulan I
2014 dan triwulan III 2014. Berdasarkan grafik
2.13 diketahui bahwa pemicu kenaikan
tersebut adalah harga bahan bakar rumah
tangga (LPG 12 kg) yang naik pada Januari
2014 (Rp1.000/kg) dan September 2014
(Rp1.500/kg). Sedangkan kenaikan tarip listrik
rumah tangga yang dimulai sejak 1 Juli 2014
memiliki dampak terhadap inflasi yang relatif lebih landai karena pelaksanaannya dibebankan
secara bertahap (2 bulan sekali) sehingga t idak memberikan shock yang terlalu signif ikan.
Besaran tarif kenaikan listrik ini menyesuaikan dengan perubahan faktor yang mempengaruhi
biaya pokok penyediaan listrik yaitu nilai tukar Rupiah terhadap US$, harga minyak dan
t ingkat inf lasi.
Pendidikan
Inflasi sub kelompok ini terjadi pada bulan
Agustus dan September 2014 sebagai dampak
dimulainya tahun ajaran baru. Hal ini
menyebabkan pada triwulan III 2014 inflasi sub
kelompok pendidikan meningkat menjadi
3,87% melalui peningkatan biaya pendidikan
sekolah dasar (4,14% ), sekolah menengah
pertama (3,75% ), sekolah menengah atas
(4,75% ) dan akademi/perguruan t inggi
Grafik 2.13 Komoditas Inflasi Sub Kelompok
BahanBakar, Penerangan dan Air (qtq)
Grafik 2.14 Komoditas Inflasi Sub Kelompok
Pendidikan (qtq)
33
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
(3,74% ). Sesuai pola historis, kenaikan biaya pendidikan SD, SLTP dan SLTA terjadi lebih
cepat dan disusul oleh kenaikan biaya akademi/perguruan t inggi pada bulan selanjutnya.
Walaupun meningkat signif ikan, namun inflasi sub kelompok ini bersifat seasonal sehingga
hanya terjadi menjelang tahun ajaran baru. Jawa Timur secara konsisten mengalami kenaikan
inflasi sub kelompok pendidikan karena banyaknya lembaga pendidikan khususnya SLTA dan
akademi/perguruan t inggi sehingga menarik masyarakat dari daerah lain untuk menimba
ilmu di Jawa Timur, yang selanjutnya mendorong kenaikan biaya operasional dan biaya
pendidikan.
Daging dan Hasil -Hasilnya
Pada triwulan III 2014, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar
3,39% (qtq), turun dibandingkan Triwulan II-2014 yang mencapai 6,05% . Turunnya inflasi
sub kelompok ini karena melambatnya inflasi daging ayam ras dari 13,20% (Juni 2014-qtq)
menjadi 5,82% (September 2014). Inflasi komoditas daging ayam ras lebih disebabkan faktor
supply dari peternak yaitu keterbatasan stok
akibat siklus musiman dimana para peternak
belum dapat memanen hewan ternak
mereka. Walaupun daging ayam ras masih
mengalami inflasi, namun pada t ingkat yang
lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya karena turunnya permintaan
masyarakat setelah berakhirnya Hari Raya Idul
Fitri. Di sisi lain, inflasi daging sapi sedikit
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (dari 0,55% menjadi 0,72% ). Peningkatan
tersebut karena akan t ibanya hari besar keagamaan Idul Adha sehingga mendorong
t ingginya permintaan sapi.
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2014 mencapai 4,13% turun
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (7,78% ) dan lebih rendah dari inflasi
nasional (4,53% ). Turunnya inflasi tahunan ini karena telah hilangnya dampak base year IHK
kenaikan BBM yang terjadi pada Juni 2013. Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi
tert inggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (7,20% ), disusul
oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5,48% ) dan kelompok
kesehatan (5,02% ). Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air,
Grafik 2.15 Inflasi Sub Kelompok Daging dan
Hasil-Hasilnya (qtq)
34
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
listrik, gas dan bahan bakar menjadi penyumbang inflasi terbesar (1,35% ) disusul oleh
kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (1,19% ) dan kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan (0,52% ).
Tingginya sumbangan inflasi ketiga kelompok di atas karena adanya berbagai
kebijakan pemerintah selama 1 (satu) tahun terakhir seperti kenaikan harga LPG 12 kg yang
juga mempengaruhi harga makanan jadi, kenaikan tarip listrik dan penyesuaian tarif
angkutan udara dan kereta api menuju batas atas. Selain itu adanya bencana alam di awal
tahun 2014 (banjir dan erupsi Gunung Kelud) juga sempat mempengaruhi inflasi bahan
makanan namun dapat segera dikendalikan pada periode berikutnya.
Jika dibandingkan triwulan III 2013 terlihat bahwa terdapat perubahan arah inflasi.
Kelompok bahan makanan dan transportasi mengalami penurunan inflasi tahunan yang
signif ikan sebagai akibat telah hilangnya dampak kenaikan harga bumbu-bumbuan
(kebijakan pengendalian impor hort ikultura) dan hilangnya base year IHK kenaikan harga
BBM pada Juni 2013. Sedangkan kelompok makanan minuman dan kesehatan meningkat
dibandingkan triwulan III 2013 karena dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar rumah
tangga terhadap makanan jadi serta adanya pembebanan PPN BM terhadap barang
kebutuhan sehari-hari.
Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan
Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014
Tabel 2.3
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -
2014
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Umum 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13
1 Bahan M akanan 13.20 11.78 5.98 6.42 1.95 2.76 2.38 1.23 1.28 0.39
2 M amin, Rokok & Tembakau 5.83 6.19 6.46 7.25 7.20 0.93 1.00 1.05 1.19 1.19
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.46 6.09 5.41 5.40 5.48 1.33 1.50 1.33 1.33 1.35
4 Sandang -0.29 -1.88 1.88 5.01 2.50 -0.02 -0.12 0.12 0.33 0.17
5 Kesehatan 3.80 3.59 3.95 4.95 5.02 0.19 0.18 0.19 0.25 0.25
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.91 3.63 2.65 3.00 3.64 0.25 0.32 0.23 0.26 0.31
7 Transpor, Komunikasi 12.61 12.94 13.33 10.67 2.79 2.36 2.42 2.47 2.00 0.52
2013 20142013 2014
Sumbangan Inflasi YOY
No Kelompok Barang
Inflasi YOY
35
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
Berdasarkan sub kelompoknya, peningkatan inflasi tert inggi pada kelompok makanan
minuman terjadi pada sub kelompok minuman yang t idak beralkohol (dari 2,06% menjadi
5,61% ) melalui kenaikan harga komoditas es (16,10% ), minuman ringan (10,89% ) dan ice
cream (10,69% ). Sedangkan untuk kelompok perumahan, tekanan inflasi terbesar terjadi
pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui kenaikan harga tarip listrik
(11,38% ) dan bahan bakar rumah tangga (16,79% ).
Pada tabel di atas tampak bahwa 10 (sepuluh) besar komoditas penyumbang utama
inflasi adalah komoditas yang termasuk dalam administered price sedangkan
komoditas penyumbang deflasi adalah komoditas volatile food. Hal ini mencerminkan
bahwa tekanan inflasi terbesar di Jawa Timur selama 1 (satu) tahun terakhir berasal
dari kelompok administered price.
Grafik 2.18. Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan
M inuman Tahun 2013 - 2014
Grafik 2.19. Inflasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
Gas Tahun 2013 - 2014
Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan
Angkutan Udara 35.20 0.3444 Bawang Merah -42.39 -0.1603
Tarip Listrik 11.38 0.3215 Cabai Rawit -57.86 -0.0976
Bahan Bakar RT 16.79 0.3059 Emas Perhiasan -4.28 -0.0592
Daging Sapi 14.10 0.1555 Gula Pasir -9.57 -0.0585
Tukang Bukan Mandor 6.84 0.1183 Tomat Sayur -21.15 -0.0269
Rokok Kretek Filter 7.62 0.1171 Cabai Merah -28.23 -0.0221
Minyak Goreng 11.05 0.0956 Melon -14.39 -0.0206
Mie 7.14 0.0942 Semangka -14.43 -0.0202
Akademi/Perguruan Tinggi 7.16 0.0940 Angkutan Antar Kota -3.29 -0.0146
Es 16.10 0.0933 Telepon Seluler -1.01 -0.0094
InflasiKomoditas
DeflasiKomoditas
Tabel 2.4
Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Jawa Timur (yoy)
Sumber: BPS, data diolah
36
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2.5. INFLASI MENURUT KOTA
Dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang diukur inflasinya oleh BPS, secara tahunan
inflasi tert inggi terjadi di Kota Malang (4,57% ), disusul oleh Surabaya (4,38% ), Sumenep
(4,15% ), Madiun (3,76% ), Probolinggo (3,60% ), Kediri (3,58% ), Jember (3,22% ) dan
terendah di Banyuwangi (2,45% ). Secara bulanan, Surabaya dan Jember mengalami inflasi
tert inggi (0,41% ) disusul Kediri (0,34% ), Malang (0,26% ), Sumenep (0,25% ), Banyuwangi
(0,11% ), Madiun (0,07% ) dan terendah Probolinggo (0,04% ).
Pada tabel di atas tampak bahwa trend inflasi tahunan yang lebih t inggi dari Jawa
Timur terjadi di Kota Malang, Kota Probolinggo dan Kota Surabaya. Sedangkan trend inflasi
yang lebih rendah terjadi di Kab. Jember, Kab. Kediri dan Kab. Madiun. Tingginya inflasi di
daerah perkotaan selain karena t idak memiliki produksi pangan sehingga tergantung pada
daerah lain, juga karena daya beli masyarakatnya lebih t inggi sehingga mendorong
peningkatan konsumsi.
Berdasarkan kelompok pengeluaran bulanan, inf lasi tert inggi di 8 (delapan) Kab/Kota
tersebut terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Jember mengalami inflasi terbesar pada
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
Jawa Timur 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13
Surabaya 3.66 0.69 1.65 0.71 1.33 7.75 7.52 6.36 6.57 4.38
M alang 3.69 0.92 1.51 0.55 1.22 8.17 7.92 7.19 6.91 4.57
Kediri 4.07 0.68 1.35 0.30 1.14 7.78 8.05 7.00 6.54 3.58
Jember 3.95 0.57 1.32 0.56 0.76 7.77 7.21 6.50 6.53 3.22
Sumenep 3.33 0.46 1.63 0.19 1.46 6.79 6.63 5.45 6.00 4.15
Probolinggo 4.05 0.87 1.13 0.45 1.11 8.02 7.96 7.22 7.04 3.60
M adiun 3.77 0.77 1.71 0.27 1.04 7.23 7.52 6.23 6.42 3.76
Banyuwangi 1.82 0.18 0.22 6.71 7.17 2.45
Lebih tinggi dari inflasi Jatim
Wilayah
Inflasi Triwulanan (qtq)
2013 2014 2013 2014
Inflasi Tahunan (yoy)
Tabel 2.5 Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Tw III-2014
Sumber: BPS, Data diolah.
Grafik 2.22. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
8 Kota di Jawa Timur
Grafik 2.21. Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
8 Kota di Jawa Timur
37
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
kelompok pendidikan (2,10% -mtm) karena t ingginya jumlah mahasiswa baru yang
meningkatkan ekspansi lembaga pendidikan disana. Sedangkan inflasi tert inggi kelompok
perumahan terjadi di Probolinggo (1,49% ) karena t ingginya kenaikan harga bahan bakar
rumah tangga yang mencapai 9,1% (lebih t inggi dibandingkan Jatim yang sebesar 5,34% ).
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, tekanan utama inflasi
di 8 (delapan) Kab/Kota bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar (rata-rata menyumbang 1,17% -yoy) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan
tembakau (1,05% ). Hal ini selain karena t ingginya inflasi kedua kelompok tersebut, juga
karena besarnya bobot keduanya yang mencapai 21,45% dan 16,45% .
2.6. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim didorong oleh peningkatan
harga kelompok administered price dan core inflation pada t ingkat 6,48% (yoy) dan
4,43% % , sedangkan kelompok volatile food melandai yaitu sebesar 1,37% . Berdasarkan
sumbangannya, inflasi terbesar oleh kelompok core inflation (2,74% ), disusul oleh
administered price (1,14% ) dan kelompok volatile foods (0,24% ).
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.6 Inflasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan III-2014 (% yoy)
Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan III-2014 (% yoy)
Sumber : BPS, data diolah
Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum 4.13 4.38 4.57 3.58 3.22 4.15 3.60 3.76 2.45
Bahan M akanan 1.95 2.35 1.97 -0.98 2.53 2.34 2.78 -0.74 1.23
M amin, Rokok & Tembakau 7.20 8.26 6.57 7.20 5.88 8.57 4.34 8.29 0.63
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.48 5.39 6.08 5.47 4.16 4.61 7.70 5.74 4.42
Sandang 2.50 2.20 2.20 3.61 0.77 3.49 4.58 1.92 5.72
Kesehatan 5.02 5.28 4.58 6.27 7.56 5.25 1.94 3.80 2.52
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.64 3.57 2.93 4.49 4.64 6.12 3.19 4.87 2.95
Transpor, Komunikasi 2.79 2.66 4.91 2.33 0.68 1.64 0.65 1.72 2.57
Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum 4.13 4.38 4.57 3.58 3.22 4.15 3.60 3.76 2.45
Bahan M akanan 0.39 0.46 0.36 -0.20 0.60 0.59 0.72 -0.14 0.38
M amin, Rokok & Tembakau 1.19 1.36 1.09 1.31 0.86 1.35 0.74 1.56 0.09
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.35 1.39 1.54 1.20 0.82 0.92 1.39 1.37 0.76
Sandang 0.17 0.15 0.13 0.19 0.05 0.26 0.29 0.11 0.46
Kesehatan 0.25 0.27 0.21 0.32 0.38 0.29 0.09 0.21 0.10
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.31 0.30 0.28 0.34 0.39 0.50 0.30 0.43 0.20
Transpor, Komunikasi 0.52 0.47 0.98 0.50 0.15 0.30 0.12 0.31 0.49
38
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
Tingginya sumbangan inflasi kelompok core inflation karena besarnya bobot
perhitungan kelompok ini pada basket inflasi yang mencapai 64,54% , disusul oleh kelompok
volatile food (17,82% ) dan administered price (17,64% ). Tekanan dari sisi domestik seperti
kenaikan biaya pendidikan, kenaikan harga barang akibat pembebanan PPN BM serta belum
stabilnya nilai rupiah yang mempengaruhi harga bahan baku impor juga menjadi inflasi
kelompok core inflation.
Inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2014 turun signif ikan
dibandingkan 1 (satu) tahun terakhir namun masih lebih t inggi dibandingkan rata-rata
selama 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini karena adanya kebijakan penyesuaian harga bahan
bakar rumah tangga, tarip listrik dan transportasi selama tahun 2014. Inflasi kelompok
volatile food juga telah kembali ke pola normalnya dan lebih rendah dibandingkan rata-rata
5 (lima) tahun terakhir. Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil.
Hal yang sama juga terjadi pada disagregasi inf lasi secara bulanan, dimana kelompok
administered price dan core inflation mengalami tekanan inflasi terbesar yaitu 0,47% dan
0,41% . Sedangkan inflasi kelompok volatile food hanya sebesar 0,02% .
Grafik 2.23. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.24. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &
Rata-Ratanya (yoy)
Grafik 2.25. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) Grafik 2.26. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &
Rata-Ratanya (mtm)
39
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
Volat i le f oods
Kelompok volatile food mengalami inf lasi sebesar 0,02% (mtm) atau 1,37% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar 0,99% (mtm) atau 6,15% (yoy).
Secara bulanan, tekanan inflasi terbesar kelompok volatile food berasal dari sub kelompok
padi-padian (0,60% ) dan sayur-sayuran (1,13% ). Berdasarkan komoditasnya, daging ayam
ras, cabai merah dan beras merupakan penyumbang utama inflasi dengan mengalami inflasi
sebesar 3,67% , 37,47% dan 0,57% . Sedangkan secara tahunan, tekanan terbesar berasal
dari sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (10,65% ) dan lemak dan minyak (9,88% ).
Inflasi daging ayam ras tert inggi terjadi di Sumenep (9,82% ) dan Jember (9,34% ).
Berdasarkan informasi dari para pedagang di Jember, t ingginya t ingkat harga tersebut karena
keterbatasan stok akibat siklus musiman dimana para peternak belum dapat memanen
hewan ternak mereka. Selain itu, berlanjutnya kebijakan suplai bibit ayam atau day old
chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS) untuk
meminimalkan f luktuasi harga di t ingkat peternak disinyalir juga masih menjadi penyebab
meningkatnya inflasi daging ayam ras. Di lain sisi, daging sapi justru mengalami deflasi
sehingga menahan laju inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Deflasi daging sapi
terbesar terjadi di Kabupaten Sumenep (-6,16% ) dan Kota Surabaya (-4,21% ). Adanya Hari
Raya Idul Fitri pada awal Oktober 2014 menyebabkan para peternak yang selama ini
menyimpan sapi sebagai salah satu investasi, menjualnya kepada masyarakat sehingga
persediaan daging sapi menjadi berlimpah.
Sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada triwulan III 2014 (-
2,96% -mtm atau -17,56% -yoy). Namun jika melihat per komoditasnya, trend deflasi mulai
rendah dan bahkan cabai merah telah mengalami kenaikan harga dan menjadi komoditas
penyumbang inflasi terbesar ke-4 di Jawa Timur. Inflasi cabai merah tert inggi terjadi di
Kabupaten Sumenep (90,28% ) dan Kota Malang (65,03% ). Kabupaten Sumenep dan Kota
Malang memang bukan merupakan daerah penghasil cabai merah sehingga bergantung
pada pemenuhan dan kelancaran distribusi dari daerah produsen. Sedangkan mayoritas
daerah produsen lain hanya mengalami panen dalam jumlah yang t idak terlalu besar karena
belum semua lahan siap dipanen dan beberapa petani menunggu harga menjadi lebih baik
sebelum memanen lahannya. Faktor pendorong lain adalah t ingginya permintaan cabai
merah masyarakat menjelang Hari Raya Idul Adha.
Beras juga menjadi komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini. Inflasi
tert inggi terjadi di Kabupaten Sumenep (1,85% -mtm) dan Kota Malang (1,48% -mtm).
M inimnya panen untuk komoditas beras dan akan dimulainya musim tanam pada awal
triwulan IV 2014 menjadi salah satu pemicunya. Selain itu t idak adanya penyaluran raskin ke-
13 dan 14 pada akhir tahun 2014 karena telah dimajukan pelaksanaannya di awal tahun
40
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
2014 dan belum tercapainya target pengadaan BULOG, juga berpotensi menekan t ingkat
harga komoditas beras. Meskipun demikian, dengan adanya stok beras BULOG yang
mencapai 496 ribu ton (setara dengan kebutuhan 11 bulan) diharapkan mampu menjaga
harga beras tetap stabil.
Dari sisi permintaan, kembali normalnya konsumsi masyarakat seiring dengan
berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri serta masih terjaganya pasokan di masyarakat
menjadi salah satu faktor utama penahan inflasi kelompok volatile food.
Core Inf lat ion
Inflasi kelompok inti secara bulanan meningkat dari 0,24% (triwulan II 2014) menjadi
0,41% (triwulan III 2014), sedangkan secara tahunan relatif melambat dari 4,92% (triwulan
II-2014) menjadi 4,43% (triwulan III 2014). Dari sisi eksternal, koreksi harga global, baik
pangan maupun non pangan mampu memitigasi tekanan eksternal dari nilai tukar. Secara
rata rata bulanan, nilai tukar Rupiah melemah (1,29% , mtm) dari Rp11.710 pada Agustus
2014 menjadi Rp11.861. Pergerakan harga yang terus turun terutama ditunjukkan oleh
komoditas pangan (jagung, kedelai, dan gandum) yang didukung oleh peningkatan jumlah
stok global terkait dengan hasil panen yang membaik. Koreksi turunnya harga juga terlihat
pada kelompok non pangan, yaitu emas. Koreksi harga emas tersebut ditransmisikan pada
harga emas perhiasan domestik. Tekanan eksternal yang relatif minimal tersebut tercermin
dari inf lasi kelompok core tradable yang sebesar 0,34% turun dari periode lalu (0,39% ).
Dari sisi internal, tekanan permintaan terindikasi menurun. Hal ini tercermin dari
turunnya inflasi inti tradable khususnya tradable food dari 0,82% menjadi 0,79% karena
telah kembali normalnya konsumsi masyarakat. Hal ini terindikasi pula dari penurunan Indeks
Keyakinan Konsumen dari 131,02 (Agustus 2014) menjadi 129,43 (September 2014)
didorong oleh turunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (dari 129,23 menjadi 128,84). Hal ini
Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan
Daging Sapi 14.10 0.1555 Bawang Merah -42.39 -0.1603
Minyak Goreng 11.05 0.0956 Cabai Rawit -57.86 -0.0976
Susu Bubuk 20.00 0.0744 Tomat Sayur -21.15 -0.0269
Udang Basah 18.73 0.0718 Cabai Merah -28.23 -0.0221
Telur Ayam Ras 6.32 0.0532 Melon -14.39 -0.0206
Mie Kering Instant 13.51 0.0449 Semangka -14.43 -0.0202
Lele 14.11 0.0338 Daging Ayam Ras -0.74 -0.0090
Bawang Putih 15.80 0.0310 Terong Panjang -5.48 -0.0032
Kacang Panjang 21.99 0.0253 Beras -0.07 -0.0029
Apel 7.67 0.0238 Mujair -1.32 -0.0027
KomoditasInflasi
KomoditasDeflasi
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.8
Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Volatile Food (yoy) Tw III-2014
41
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
mengindikasikan meredanya aktivitas ekonomi masyarakat pada triwulan III 2014 sehingga
meminimalkan ekspektasi inflasi masyarakat.
Hal yang sama juga terjadi pada Indeks Ekspektasi Konsumen (turun dari 132,80
menjadi 130,03) yang mencerminkan rendahnya ekspektasi inflasi masyarakat ke depannya.
Walaupun mengalami penurunan, namun konsumen dan pelaku usaha optimis 3 (t iga) bulan
ke depan akan terjadi kenaikan harga seiring adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2015.
Sedangkan untuk jangka waktu yang lebih panjang (6 bulan ke depan) diperkirakan inflasi
dan aktivitas ekonomi akan melambat karena minimnya peringatan hari besar keagamaan
dan t ibanya musim panen raya yang umumnya diikuti dengan penurunan harga pada
kelompok bahan makanan.
Sebaliknya inflasi inti nontradable meningkat dari 0,40% (Agustus 2014) menjadi
0,54% (September 2014) sebagai dampak inflasi sub kelompok pendidikan (1,73% ). Setelah
pada periode sebelumnya ketiga jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah
pertama dan sekolah menengah atas memasuki tahun ajaran baru (menyebabkan inflasi
kelompok pendidikan mencapai 2,02% ), pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru
untuk akademi/perguruan t inggi. Kenaikan biaya akademi/perguruan t inggi (yang mencapai
Grafik 2.27. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.28. Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan
Datang
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.9
Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Core Inflation (yoy) Tw III-2014
Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan
Tukang Bukan Mandor 6.84 0.1183 Emas Perhiasan -4.28 -0.0592
Mie 7.14 0.0942 Gula Pasir -9.57 -0.0585
Akademi/Perguruan Tinggi 7.16 0.0940 Telepon Seluler -1.01 -0.0094
Es 16.10 0.0933 Brokoli -43.02 -0.0037
Mobil 4.82 0.0881 Kusen -1.35 -0.0037
Soto 13.10 0.0864 Mernying -36.16 -0.0026
Semen 5.76 0.0750 Sandal Kulit -2.77 -0.0024
Pasir 9.82 0.0533 Kembung Rebus -3.34 -0.0021
Sate 12.11 0.0520 Handy Cam -2.34 -0.0017
Sepeda Motor 2.60 0.0513 Flash Disk -5.97 -0.0011
KomoditasInflasi
KomoditasDeflasi
42
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
3,74% ) ini merupakan yang tert inggi selama 3 (tiga) tahun terakhir yang hanya berada di
kisaran 3% - 3,5% sebagai dampak semakin t ingginya jumlah mahasiswa yang menuntut
ilmu di Jawa Timur yang berujung pada peningkatan biaya operasional dan penambahan
sarana pendidikan.
Administered Price
Inflasi administered price pada triwulan III 2014 secara bulanan meningkat dari 0,20%
(triwulan II 2014) menjadi 0,47% (triwulan III 2014). Sedangkan secara tahunan turun dari
14,09% menjadi 6,48% (yoy) karena hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM tahun
2013. Walaupun dampak base year telah hilang namun inflasi kelompok ini masih relatif
t inggi karena t ingginya inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui
kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebesar 5,34% yang merupakan
penyesuaian kedua selama tahun 2014. Realisasi inflasi bahan bakar rumah tangga ini lebih
rendah dibandingkan proyeksi Bank Indonesia yang diperkirakan memberikan sumbangan
inflasi di kisaran 0,15% - 0,25% . Hal ini karena implementasi kenaikan harga LPG 12 kg
yang ditetapkan pada minggu ke-II September sehingga belum diukur secara penuh, serta
belum teridentif ikasinya dampak lanjutan (2nd
round) pada realisasi inflasi bahan bakar rumah
tangga.
Tarip listrik menjadi penyumbang inflasi kedua sesuai dengan rencana PT. PLN untuk
menaikkan tarif listrik rumah tangga secara bertahap sejak 1 Juli 2014. Rokok juga masih
menjadi penyumbang inflasi sebagai upaya penyesuaian harga pelaku usaha terhadap
kebijakan kenaikan cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau tahun 2014.
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.10
Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price (yoy) Tw III-2014
Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan
Angkutan Udara 35.20 0.3444 Angkutan Antar Kota -3.29 -0.0146
Tarip Listrik 11.38 0.3215
Bahan Bakar RT 16.79 0.3059
Rokok Kretek Filter 7.62 0.1171
Tarip Kereta Api 18.21 0.0641
Rokok Kretek 6.55 0.0565
Rokok Putih 8.76 0.0171
Tarip Air Minum PAM 1.26 0.0104
Tarip Jalan Tol 16.59 0.0098
Angkutan Dalam Kota 0.13 0.0013
KomoditasDeflasi
KomoditasInflasi
BAB II PERKEM BANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
BOKS III
Dampak Potensi Kenaikan Harga BBM terhadap
Inflasi Jawa Timur
Rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi yang saat ini sedang mengemuka di
masyarakat berpotensi meningkatkan inflasi Jawa Timur khususnya pada kelompok
administered price (dampak langsung) dan core inflation (dampak lanjutan). Kenaikan BBM
bersubsidi telah dilakukan beberapa kali oleh Pemerintah Indonesia (yang terbaru pada 22
Juni 2013) dan berdampak pada tingginya inflasi yang mencapai 8,61% -yoy (Jawa Timur :
8,39% ). Dampak terbesar kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi Jawa Timur terjadi
pada tahun 2005, sedangkan inflasi yang terjadi tahun 2008 dan 2013 relatif lebih
terkendali.
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV dengan memperhatikan
pola historis kenaikan BBM, setiap kenaikan BBM Rp1.000/liter akan memberikan tambahan
inflasi Jawa Timur sebesar 1,07% . Tambahan inflasi tersebut bersumber dari inflasi 1st round
(dampak langsung kenaikan BBM, yaitu inflasi komoditas bensin dan solar), 2nd
round (inflasi
komoditas yang menggunakan bensin sebagai input) dan 3rd round (pengaruh bagi harga jual
barang lainnya karena pengaruh kenaikan biaya pengiriman dan produksi).
Dengan asumsi kenaikan BBM (bensin dan solar) masing-masing sebesar Rp3.000/liter,
tambahan inflasi Jawa Timur akan berada di kisaran 3,20% . Kenaikan tersebut telah
Tabel 1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Grafik 1 Inflasi Saat Kenaikan BBM (mtm)
Komoditas Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Probolinggo Madiun Sumenep Banyuwangi
Asumsi Kenaikan (Rp/liter) 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
1st round 0.72 0.67 0.78 0.96 1.00 0.87 0.68 0.52 0.71
2nd round 0.20 0.15 0.37 0.19 0.32 0.18 0.12 0.04 0.13
3rd round 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
Total 1.07 0.96 1.29 1.30 1.47 1.20 0.94 0.71 0.99
Tabel 2 Dampak Kenaikan BBM Terhadap Inflasi di Jawa Timur
BAB II PERKEM BANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan III Tahun 2014
mempertimbangkan berbagai dampak lanjutan yang dit imbulkan baik terhadap sektor
transportasi maupun komoditas lainnya. Sedangkan secara spasial, dampak kenaikan BBM
terbesar terjadi di Jember (4,40% ) dan Kediri (3,89% ) karena t ingginya proporsi penggunaan
BBM dalam konsumsi rumah tangga sehari-hari.
Dampak di atas tentunya tidak bersifat f inal. Beberapa hal dapat mempengaruhi bahkan
menahan laju inflasi yang lebih t inggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Timur (TPID Jawa Timur), pelaku usaha maupun masyarakat
untuk menciptakan situasi kondusif dan mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci
utama meminimalkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM. Yang tidak kalah penting
kemudian adalah, bagaimana mengalokasikan subsidi BBM tersebut untuk pengembangan
sektor-sektor produktif yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia umumnya dan
kesejahteraan masyarakat khususnya. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM
dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan dampak
kenaikan inflasi yang signif ikan dapat diminimalkan.
Bab 3
Perkembangan Perbankan
dan Sistem Pembayaran
43
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
3 PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Kinerja perbankan (bank umum dan BPR) di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014
secara umum masih menunjukkan perkembangan yang stabil. Perlambatan
pertumbuhan aset dan kredit perbankan ditopang oleh perbaikan risiko likuiditas dan
penurunan risiko kredit.
Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula
dengan pertumbuhan kredit yang melambat cukup signif ikan dari 19,30% (yoy) pada triwulan
II 2014 menjadi 14,36% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK)
tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triwulan II 2014 menjadi 16,95% (yoy) pada
Triwulan III 2014 dengan nominal Rp 377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi
dibandingkan dengan pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54%
(triwulan II 2014) menjadi 88,72% (triwulan III 2014). Perbaikan likuiditas dimaksud didukung
oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) dari 2,17% pada triwulan II
2014 menjadi 2,15% pada triwulan III 2014.
Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah
seluruh dana perbankan yang masuk ke Jawa Timur mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi
ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inf low) ke Jawa Timur mencapai
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
I II III IV I II III
370,89 388,44 415,67 429,42 426,52 452,05 474,85
19,18 17,63 18,53 18,65 15,00 16,38 14,24
298,33 305,60 322,67 340,75 338,06 356,49 377,37
14,89 12,98 14,29 14,69 13,32 16,65 16,95
252,70 273,52 292,76 310,95 311,66 326,31 334,81
27,08 26,25 27,05 26,14 23,33 19,30 14,36
289,18 310,63 331,53 349,92 370,36 370,83 387,48
26,41 25,27 24,83 24,40 28,08 19,38 16,88
2,30 2,16 2,07 1,79 2,12 2,17 2,15
2,25 2,14 1,98 1,98 2,22 2,29 2,39
84,70 89,50 90,73 91,25 92,19 91,54 88,72
98,38 103,19 104,25 104,13 104,07 104,02 102,68
Pertumbuhan (%yoy)
NPL LB (%)
2014
Kredit Lokasi Bank (LB)
Pertumbuhan (%yoy)
Kredit Lokasi Proyek (LP)
Total Aset
Pertumbuhan (%yoy)
NPL LP (%)
LDR LB(%)
LDR LP(%)
Dana Pihak Ketiga
Pertumbuhan (%yoy)
INDIKATOR BANK UMUM DAN
BPR (Triliun Rp)
2013
44
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Rp52,68 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang
berdomisili di Jawa Timur sebesar Rp334,81 triliun. Angka net inflow Rp52,68 triliun ini, lebih
t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun.
Namun demikian, angka pertumbuhan tahunan (yoy) penyaluran kredit berdasarkan
lokasi proyek ini juga mengarah perlambatan yang hanya mencapai 16,88% , lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 19,38% . Perlambatan
penyaluran kredit tersebut mendorong penurunan angka LDR lokasi proyek dari 104,02% pada
triwulan II 2014 menjadi 102,68% pada triwulan III 2014.
3.1. PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM
Perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triwulan III 2014 secara umum masih
stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung oleh penurunan risiko
kredit. Tercatat aset bank umum sampai dengan periode laporan adalah sebesar Rp465,12
triliun dengan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 16,64% (yoy). Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41%
(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triwulan III 2014 dengan nominal
sebesar Rp327,06 triliun. Sementara itu DPK bank umum Jawa Timur sampai dengan periode
laporan sebesar Rp371,46 triliun, meningkat dari 16,72% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi
17,04% (yoy) pada triwulan III 2014. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan kredit
mendorong penguatan likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83%
menjadi 88,95% pada periode laporan.
Tabel 3.2
Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
INDIKATOR BANK UMUM
(Triliun Rp) I II III IV I II III
Total Aset 362.32 379.47 406.88 420.52 417.36 442.61 465.12
Growth Aset (%yoy) 19.10 17.52 18.74 18.93 15.19 16.64 14.32
Dana Pihak Ketiga 293.35 300.50 317.37 335.31 332.45 350.74 371.46
Growth DPK (%yoy) 14.82 12.93 14.33 14.74 13.33 16.72 17.04
Kredit Lokasi Bank 246.51 266.82 285.87 304.11 304.41 318.60 327.06
Growth Kredit (%yoy) 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49 19.41 14.41
Kredit Lokasi Proyek 282.99 303.93 324.60 343.07 344.76 363.11 379.74
Growth Kredit (%yoy) 27.27 26.41 27.27 26.41 21.83 19.47 16.99
LDR Lokasi Bank (%) 84.03 88.79 90.08 90.70 91.57 90.83 88.05
LDR Lokasi Proyek (%) 96.47 101.14 102.28 102.32 103.70 103.53 102.23
NPL Lokasi Bank (%) 2.26 2.12 2.01 1.75 2.07 2.12 2.08
NPL Lokasi Proyek (%) 2.25 2.14 1.96 1.96 2.18 2.27 2.34
20142013
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Peningkatan DPK pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan deposito
yang mencapai 27,87% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya tren peningkatan suku
bunga rata-rata tert imbang DPK khususnya deposito sejak pertengahan tahun 2013 seiring
dengan kebijakan kenaikan BI rate. Suku bunga rata-rata tert imbang DPK Jawa Timur pada
triwulan III 2014 tercatat sebesar 4,48% , sementara deposito mencapai 7,91% . Tren kenaikan
suku bunga pada akhirnya menahan laju pertumbuhan kredit hingga di level 14,41% (yoy)
pada periode laporan.
Perlambatan pertumbuhan kredit yang diiringi dengan peningkatan pertumbuhan DPK
mendorong perbaikan likuiditas bank umum di Jawa Timur. Rasio LDR menunjukkan perbaikan
dari 90,83% pada triwulan II 2014 menjadi 88,03% pada triwulan III 2014. Perbaikan likuiditas
tersebut didukung oleh penurunan risiko kredit menjadi 2,08% pada periode laporan.
Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini ada pada bank asing
dengan prosentase sebesar 124,13% , disusul kemudian dengan bank pemerintah yang tercatat
sebesar 98,94% , dan bank swasta dengan LDR sebesar75,14% . Namun demikian secara
nominal, Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur
dengan penyaluran kredit sebesar Rp166,17 triliun atau 50,81% dari total kredit. Disusul
kemudian dengan Bank Umum Swasta sebesar Rp140,66 triliun atau 43,01% . Sedangkan Bank
Asing mencatat penyaluran kredit sebesar Rp20,23 triliun atau 6,19% .
Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Graf ik 3.1 Perkembangan LDR
Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
1,40
1,90
2,40
2,90
3,40
70
75
80
85
90
95
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
LDR (%) NPL (%) rhs
50
70
90
110
130
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
LDR Bank Pemerintah
Bank Swasta Bank Asing
5
10
15
20
25
30
-
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Aset Kredit DPK
g Aset g Kredit g DPK (% yoy rhs)
46
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Sampai dengan triwulan III 2014 total aset Bank Umum di Jawa Timur mencapai Rp
465,12 triliun atau tumbuh sebesar14,32% (yoy), lebih rendah apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 16,64% (yoy).
Berdasarkan kelompoknya, bank swasta merupakan bank dengan jumlah aset terbesar yaitu
mencapai Rp 220,15 triliun atau 47,33% dari total asset bank umum Jawa Timur. Bank
Pemerintah menyumbang porsi terbesar kedua dengan prosentase yang t idak terlalu jauh
berbeda yaitu sebesar 47,17% dari total asset (Rp 219,39 triliun). Sementara itu porsi aset bank
asing di Jawa Timur adalah sebesar 5,5% dengan nominal Rp 25,58 triliun.
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Umum di Jawa Timur pada
triwulan III 2014 mencapai sebesar Rp371,46 triliun atau tumbuh 17,04% (yoy) dibandingkan
periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih t inggi apabila dibandingkan pertumbuhan
periode sebelumnya (triwulanII 2014) yang tercatat sebesar 16,72% (yoy).
Graf ik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum
Graf ik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum
47%
47%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
5
10
15
20
25
-
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Aset g Aset (% rhs)
5
10
15
20
-
100
200
300
400
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tri
liu
n R
p
DPK g DPK (%yoy) rhs
47
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Peningkatan kinerja penghimpunan DPK Bank Umum pada periode laporan didorong
oleh tren peningkatan suku bunga. Adanya peningkatan BI Rate yang cukup signif ikan dari
5,75% pada bulan Mei 2013 menjadi 7,5% pada Juni 2014 pada akhirnya mendorong
peningkatan suku bunga DPK dan Kredit. Rata-rata suku bunga tert imbang DPK meningkat dari
3,5% pada September 2013, dan 4,37% pada Juni 2014, menjadi 4,48% pada September
2014. Kenaikan suku bunga DPK meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan dana
dalam bentuk tabungan dan deposito.
Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III 2014 didominasi oleh
deposito dengan nominal mencapai Rp 155,89 triliun dengan proporsi sebesar 41,97% . Porsi
tersebut lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 40,69% .
Sementara itu tabungan dan giro memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu masing-masing
41,3% dan 16,73% .
Demikian pula apabila dit injau dari sisi pertumbuhan tahunan,deposito masih
memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 27,87% (yoy).
Pertumbuhan tert inggi selanjutnya adalah giro dengan pertumbuhan 13,78% (yoy). Sementara
tabungan pada periode ini mencatat pertumbuhan lebih kecil yaitu sebesar 8,93% (yoy) pada
periode laporan. Peningkatan porsi dan pertumbuhan deposito pada periode lebaran didorong
oleh tren peningkatan suku bunga deposito dari 7,78% pada trw iulan II 2014 menjadi 7,91%
(yoy) pada triwulan III 2014.
Graf ik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (yoy)
Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
% y
oy
Giro Tabungan Deposito
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
% (
qtq
)
Giro Tabungan Deposito
48
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Peningkatan suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur terutama didorong oleh
peningkatan suku bunga deposito, dari sebesar 7,78% pada Triwulan II 2014 menjadi sebesar
7,91% pada Triwulan III 2014. Suku bunga rata-rata tert imbang tabungan meningkat dari
sebesar 1,71% pada triwulan II 2014 menjadi 1,73% pada Triwulan III 2014. Sementara itu
suku bunga rata-rata tert imbang giro pada periode laporan turun dari 2,18% menjadi 1,95% .
3.1.3. KREDIT
Sampai dengan Triwulan III 2014, fungsi intermediasi yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur masih mengarah pada tren perlambatan.
Tercatat jumlah kredit yang disalurkan mencapai sebesar Rp327,06 triliun atau tumbuh 14,41%
(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 19,41% (yoy).
Perlambatan penyaluran kreditsecara tahunan didorong oleh perlambatan seluruh jenis
kredit kredit terutama modal kerja. Pertumbuhan kredit modal kerja melambat dari 19,41%
Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Graf ik 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan
Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate
17%
41%
42%
Giro Tabungan Deposito
-
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Giro Tabungan Deposito
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
SB DPK Giro Tabungan
Deposito BI Rate
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) triwulan III 2014. Kredit investasi melambat
dari 19,55% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 15,16% (yoy) pada triwulan III 2014.
Demikian pula dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang melambat dari 16,39% (yoy) pada
triwulan II 2014 menjadi 12,30% (yoy) pada triwulan III 2014.
Perlambatan penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur diperkirakan disebabkan oleh
tren pertumbuhan ekonomi dan peningkatan suku bunga kredit. Tercatat rata-rata tert imbang
suku bunga kredit bank umum pada periode laporan meningkat 7 bp dari triwulan sebelumnya,
yaitu dari 12,38% pada triwulan II 2014 menjadi 12,45% pada triwulan III 2014. Kredit modal
kerja dan investasi mencatat peningkatan suku bunga yang cukup t inggi hingga 8 dan 9 bp
menjadi masing-masing 12,39% dan 12,34% . Sementara itu suku bunga kredit konsumsi
mencatat peningkatan lebih kecil yaitu 3 bp, dari 12,59% pada triwulan II 2014 menjadi
12,34% pada triwulan III 2014. Tidak adanya momen khusus seperti hari libur atau hari raya
keagamaan pada periode laporan turut mendorong perlambatan kredit pada periode laporan.
Tingkat risiko likuiditas Bank Umum yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) menunjukan perbaikan pada periode laporan. Tercatat LDR membaik dari 90,83% pada
triwulan II 2014 menjadi 88,05% pada triwulan III 2014. Kondisi tersebut didukung pula oleh
perbaikan risiko kredit yang tercermin dari penurunan NPL dari 2,12% pada triwulan II 2014
menjadi 2.08% pada triwulan III 2014.
Graf ik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq)
5
10
15
20
25
30
-
100
200
300
400
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tri
liu
n R
p
Kredit g Kredit (% yoy)
-5
0
5
10
-
100
200
300
400
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Kredit g Kredit (% qtq)
50
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Pada triwulan III 2014 kredit yang disalurkan Bank Umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi, dimana total proporsi
kredit keduanya terhadap keseluruhan kredit mencapai 73,61% . Kredit modal kerja pada
periode laporan memperoleh proporsi 58,96% (Rp192,83 triliun) dan kredit investasi 14,65%
(Rp47,93 triliun). Sementara kredit konsumsi memperoleh proporsi sebesar 26,39% dari total
kredit dengan nominal Rp86,29 triliun. Penyaluran kredit yang didominasi sektor produktif
selaras dengan kinerja perekonomian Jawa Timur dan menjadi indikator potensi
pengembangan kredit Jawa Timur yang sangat baik khususnya dalam mendorong peningkatan
ekonomi masyarakat.
Sementara itu proporsi kredit UMKM terhadap masih stabil di kisaran 28% dari total
kredit dengan nominal sebesar Rp 91,14 triliun. Pertumbuhan kredit UMKM pada periode
laporan tercatat sebesar 13,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Sementara itu, risiko
kredit UMKM meningkat dari 4,16% pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% pada triwulan III
2014.
Dit injau berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit
terbesar dengan proporsi 50,81% dari total kredit, disusul Bank Swasta 43,01% dan porsi
terkecil dari Bank Asing sebesar 6,19% . Bank Swasta masih mencatat pertumbuhan tahunan
tert inggi yaitu di level 19,2% (yoy), sementara Bank Pemerintah dan Bank Asing masing-masing
mencatat pertumbuhan 11,2% dan 9,74% (yoy). Pertumbuhan tahunan kredit bank
pemerintah dan bank swasta menunjukkan tren perlambatan dibandingkan dengan periode
sebelumnya, sementara kredit yang disalurkan bank asing menujukkan peningkatan.
Graf ik 3.14 Perkembangan NPL
0
1
2
3
4
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
NPL (%)
51
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy))
Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qtq)
Graf ik3.19 Proporsi Kredit Sektoral
47%
47%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
59%15%
26%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
3% 1%
29%
0%
4%
27%
3%
4%
2%
27%
Pertanian, perburuan, dan
sarana pertanian
Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik, gas, dan air
Konstruksi
Perdagangan, restoran, dan
hotel
Pengangkutan, pergudangan
dan komunikasi
Jasa-jasa dunia usaha
Jasa-jasa sosial/masyarakat
Lain-lain
5
15
25
35
45
-
100
200
300
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsig Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (%rhs)
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
% (
qtq
)
Modal Kerja Investasi Konsumsi
52
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Jawa Timur pada periode
laporansebagian besar masih kepadasektor Industri Pengolahan dengan prosentase mencapai
28,78% dari total kredit dan nominal Rp94,13 triliun. Sektor dengan penyaluran kredit terbesar
kedua adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dengan proporsi 27,31% atau sebesar
Rp89,31 triliun. Tingginya penyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan
peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Namun demikian, adanya perlambatan pertumbuhan kedua sektor dimaksud
dibandingkan periode sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus. Tercatat pertumbuhan
kredit kepada sektor industri pengolahan melambat dari 22,58% (yoy) pada triwulan II 2014
menjadi 13,36% (yoy) pada periode laporan. Demikian pula dengan kredit kepada sektor
perdagangan hotel dan restoran yang menjukkan perlambatan dari 22,2% (yoy) pada triwulan
II 2014 menjadi 17,24% (yoy) pada triwulan III 2014. Perlambatan tersebut masih didukung
oleh t ingkat risiko kredit yang cukup stabil dengan NPL masing-masing sebesar 1,62% dan
2,94% .
Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan sarana
pertanian masih memperoleh proporsi kredit yang relatif kecil yaitu sebesar 3,10% , dengan
pertumbuhan sebesar 27,41% (yoy) pada periode laporan.Proporsi kredit sektor pertanian yang
lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2013) yang
tercatat sebesar 2,78% mengindikasikan peningkatan peran perbankan kepada sektor
pertanian yang merupakan salah satu leading sector ekonomi di Jawa Timur.
Graf ik 3.20 NPL Kredit Sektoral (%)
0
1
2
3
4
5
6
%
NPL (%)
53
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jawa Timur
terkait dengan relatif t ingginya risiko kredit (NPL) yang mencapai 4,9% ,meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,83% . Risiko kredit yang cukup t inggi tersebut
perlu diwaspadai, mengingat sektor utama lain yaitu industri pengolahan dan perdagangan
mencatat risiko kredit (NPL) yang lebih rendah, yaitu masing-masing di level 1,62% dan 2,94% .
Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata
tert imbang kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur juga menunjukkan tren
peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 12,45% ,
meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 12,38% . Suku bunga kredit
tert inggi adalah pada kredit konsumsi dengan rata-rata suku bunga mencapai 12,62% ,
meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 12,59% . Sementara itu suku
bunga kredit modal kerja dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran
12,39% dan 12,34% pada periode laporan.
3.1.4 KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM)
Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya upaya
peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM di Jawa Timur yang
mencapai 6,8 juta UMKM (BPS Jatim) dan terkonsentrasi di Jember, Malang dan Banyuwangi
memberi peluang bagi perbankan untuk lebih meningkatkan penetrasinya ke sektor UMKM.
Kredit yang disalurkan untuk sektor UMKM di Jawa Timur pada triwulan III2014 adalah
sebesar Rp91,13 triliun atau tumbuh sebesar 13,39% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan
Graf ik 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRate
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
SB Kredit Modal kerja Investasi
Konsumsi BI Rate
54
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
sebelumnya yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM yang
disertai dengan peningkatan NPL dari 4,16% pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% pada
triwulan III 2014 perlu mendapat perhatian bersama.
Sampai dengan periode laporan Bank Pemerintah masih mendominasi proporsi
penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur hingga 59% dari total kredit UMKM dengan nominal
sebesar Rp54,07 triliun. Disusul kemudian dengan Bank Swasta dengan proporsi sebesar 40%
dan nominal Rp35,99 triliun. Sementara itu Bank Asing memberi porsi kredit UMKM terkecil
dengan prosentase sebesar 1% dengan nominal sebesar Rp 1,07 triliun. Peningkatan
prosentase kredit UMKM dari sebesar 57% pada triwulan II 2014 menjadi 59% pada triwulan
III 2014mengindikasikan peningkatan peran bank pemerintah dalam pengembangan sektor
UMKM di Jawa Timur.
Graf ik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM
Graf ik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
57%
42%
1% Tw II 2014
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
59%
40%
1%
Tw III 2014
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
051015202530
-
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Kredit UMKM g UMKM (%yoy)
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
NPL UMKM
55
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Apabila dit injau berdasarkan share kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan,
secara umum prosentase kredit UMKM yang disalurkan bank umum di Jawa Timur
menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat prosentase kredit
UMKM dibandingkan kredit total menurun dari 28,97% pada triwulan II 2014 menjadi 27,86%
pada triwulan III 2014. Penurunan share kredit juga terjadi pada Bank Pemerintah dan Bank
Swasta dengan share kredit UMKM pada periode laporan sebesar 24,64% dan 16,35% .
Sementara itu share kredit UMKM terhadap total kredit Bank Asing menunjukkan peningkatan
meski dalam prosentase yang sangat kecil, yaitu dari 3,88% pada triwulan II 2014 menjadi
4,2% pada triwulan III 2014.
Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakan berbagai fasilitas dan kebijakan sebagai
upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga
Penjaminan Kredit Daerah) dan penyaluran kredit linkage. Selain itu, untuk meningkatkan
kapasitas UMKM, juga diberikan bantuan teknis/pelatihan, pengembangan klaster komoditas
potensial, dan pendampingan UMKM untuk memperoleh akses pembiayaan melalui Konsultan
Keuangan M itra Bank (KKMB).
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Secara umum, kondisi stabilitas perbankan pada Triwulan III 2014 masih terjaga, tetapi
diwarnai dengan perlambatan kredit. Pada Triwulan III kredit tumbuh melambat pada level
14,36% dibandingkan Triwulan II yang berada pada level 19,30% . Perlambatan kredit ini dipicu
oleh keketatan likuiditas yang terjadi di perbankan selama beberapa periode terakhir.
Keketatan likuiditas ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan DPK yang terjadi dari
Graf ik 3.24 Prosentase Kredit UMKM terhadap Total Kredit
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
Total Kredit Bank Pemerintah
Bank Swasta Bank Asing
56
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
tahun 2013 hingga triwulan I 2014 dengan pertumbuhan di rentang level 12% s.d. 14% .
Meskipun saat ini DPK telah tumbuh membaik dengan level 16,96% (membaik dari Triwulan II
sebesar 16,65% ), nampaknya perbankan masih perlu waktu untuk meningkatkan penyaluran
kreditnya ke sektor riil.
Melambatnya kredit dan sedikit peningkatan pada DPK perbankan menyebabkan
penurunan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini dapat dilihat dari rasio LDR berdasar lokasi
bank yang berada di level 88,72% yang turun dibandingkan triwulan II yang sebesar 91,54% .
Rasio ini masih berada di rentang aman, namun peningkatan fungsi intermediasi perbankan
masih perlu dit ingkatkan untuk menggenjot perekonomian Jawa Timur. Ruang untuk
peningkatan fungsi intermediasi ini masih luas mengingat rasio LDR maksimum yang diatur
Bank Indonesia adalah sebesar 92% .
Beberapa identif ikasi potensi risiko dalam stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur
akan dijabarkan sebagai berikut:
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih
terjaga. NPL perbankan pada Triwulan III 2014 adalah sebesar 2,17% , sedikit lebih t inggi
dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,15% . Berdasarkan kelompoknya,
persentase NPL tert inggi adalahBank Perkreditan rakyat (BPR) dengan NPL sebesar 4,94% .
Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan risiko kredit yang lebih baik, yaitu
dengan NPL di level 2,08% .
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum masih menunjukkan kinerja
yang stabil dari waktu ke waktu. NPL perbankan pada Triwulan II 2014 adalahsebesar 2,16% ,
sedikit lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% .Peningkatan
NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup t inggi di sepanjang tahun 2013, dengan
rata-rata pertumbuhan mencapai 26,82% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia
Tabel 3.3 Perkembangan NPL Perbankan
57
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tert inggi adalah Bank Perkreditan rakyat
(BPR) dengan NPL sebesar 3,72% . Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan
risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,12% .
Identif ikasi risiko kredit juga dapat dilakukan dengan melihat konsentrasi penyaluran
kredit perbankan. Menggunakan indeks pengukuran konsentrasi atau Herfindahl Hirschman
Index (HHI), Jawa Timur memiliki potensi penyaluran kredit yang terlalu terkonsentrasi di sektor
tertentu. Pada Triwulan III 2014, indeks HHI menyebutkan bahwa konsentrasi kredit sektoral di
Jawa Timur tergolong terkonsentrasi secara moderat (moderately concentrated) dengan level
yang terus meningkat menuju kondisi terkonsentrasi secara t inggi (highly concetrated).
Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Perbankan
4.387
Graf ik 3.26 HHI Sektor Ekonomi Graf ik 3.27 HHI Jenis Penggunaan
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III
2013 2014
%
NPL Kredit Bank Umum BPR
58
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Level threshold yang digunakan sebagai tolok ukur t ingkat konsentrasi mengacu pada
US Department of Justice. Pembagian yang dilakukan adalah mengelompokkan level
konsentrasi menjadi 3 bagian sebagai berikut:
a. Indeks <1500 sebagai t idak terkonsentrasi
b. Indeks 1500 s.d. 2500 sebagai terkonsentrasi secara moderat
c. Indeks >2500 sebagai terkonsentrasi t inggi Hasil penghitungan menunjukkan
bahwa kredit menurut jenis penggunaan sudah sangat terkonsentrasi dengan nilai
indeks yang berada di atas level 2.500.
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa kredit berdasar jenis penggunaan berada
pada level yang sangat terkonsentrasi, dengan pemusatan kredit ada pada kredit modal kerja.
Kredit modal kerja untuk triwulan III mendominasi penyaluran kredit sebesar 59% . Konsentrasi
kredit pada KMK ini menunjukkan potensi yang baik bagi pembangunan perekonomian Jawa
Timur. Dengan adanya pemusatan kredit di KMK, diharapkan sektor riil menadapatkan sumber
pembiayaan yang cukup untuk menjalankan bisnisnya sehingga bisa mendukung
pembangunan ekonomi.
Sedangkan dari sisi penyaluran kredit sektoral, penyaluran kredit di Jawa Timur
didominasi oleh kredit sektor industri pengolahan (29% ) dan perdagangan besar dan eceran
(26% ). Jika dikaitkan dengan risiko kredit dari rasio NPL, kedua sektor ini masih memiliki
performa kolektabilitas kredit yang terjaga. Rasio NPL sektor industri pengolahan adalah
sebesar 1,62 dan sebesar 2,98 untuk sektor perdagangan besar dan eceran. Meski demikian,
pemusatan kredit di dua sektor ini berpotensi untuk mengganggu stabilitas sistem keuangan di
Jawa Timur, terutama jika terjadi shock yang bersumber dari dua sektor ini. Untuk itu,
Graf ik 3.28 Konsentrasi Kredit Menurut Jenis Penggunaan
59
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
perbankan perlu lebih mendiversif ikasi penyaluran kreditnya ke sektor-sektor lain yang memiliki
performa bagus dan belum mendapat banyak porsi penyaluran kredit.
3.2.2. RISIKO DARI SISI KORPORASI
Sebagai lembaga intermediasi, perbankan juga terekspos risiko yang bersumber dari
kinerja korporasi. Lancar atau t idaknya kegiatan korporasi akan mempengaruhi kemampuan
membayar utang korporasi ke perbankan, sehingga akan mempengaruhi risiko kredit
perbankan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis performa kredit
korporasi adalah Probability of Default (POD) dan Transit ion Matrix.
3.2.2.1. Probability of Default (POD)
POD merupakan penghitungan yang menjelaskan mengenai prosentase
kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit korporasi dalam jangka waktu satu tahun.
Salah satu metode untuk menghitun POD adalah dengan analisis mortality rate. Metode
mortality rate membandingkan rasio korporasi yang memiliki kolektabilitas awal pada kol.1
dan kol.2 di awal periode yang kemudian berubah menjadi Non Performing Loan di akhir
periode. POD memberi gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja kredit dalam kurun
waktu satu tahun terakhir, tanpa memperhitungakan kredit baru ataupun kredit yang
dilunasi sepanjang periode observasi.
Graf ik 3.29 Konsentrasi Kredit Sektoral
60
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Hasil penghitungan POD di Jawa Timur menunjukkan bahwa beberap sektor
pengalami peningkatan POD yang cukup t inggi secara year-to-date (ytd). Sektor
pertambangan mengalami penurunan kinerja paling t inggi selama selama satu tahun
terakhir. Rasio POD pertambangan Triwulan III menunjukkan nilai 12,99% , naik cukup
t inggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang berada pada level 2,84% . Subsektor yang
mengalami perlambatan kinerja paling t inggi adalah subsektor pertambangan barang
tambang lainnya dan pertambangan minyak dan gas bumi. Penurunan kinerja sector
pertambangan ini dipicu oleh lesunya sector pertambangan semenjak diberlakukannya UU
minerba yang mengatur tentang ekspor minerba. Selain itu, depresiasi rupiah yang masih
terus berlanjut juga menyebabkan tekanan pada perusahaan-perusahaan tambang.
Tabel 3.4 Prof il Risiko Kredit Sektoral Perbankan
Graf ik 3.30 POD Sektor Pertambangan Jawa TImur
Graf ik 3.31 POD SubSektor Pertambangan Jawa TImur
61
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Sektor lain yang mengalami peningkatan POD adalah sektor konstruksi. Sektor ini
memiliki nilai POD yang naik pada triwulan III 2014 sebesar 10,45% , dibandingkan posisi
triwulan IV 2013 yang berada pada level 2,08% . Subsektor yang mengalami penurunan
kinerja paling dalam adalah subsektor proyek yang dibiayai dengan pinjaman dari/untuk
pembayaran di luar negeri. Kondisi ini erat kaitannya dengan f luktuasi nilai tukar rupiah
yang masih melemah cukup dalam di triwulan III 2014. Selain itu, hasil survey harga
properti residensial (SHPR) Jawa Timur triwulan III 2014 juga menyebutkan bahwa volume
penjualan rumah masih turun sebesar 25% . Penurunan volume penjualan rumah terbesar
dialami oleh rumah t ipe kecil dan menengah, dengan penurunan masing-masing sebesar
23,9% dan 22,5% . Selain itu, diketahui juga bahwa faktor utama penyebab penurunan
volume penjualan ini adalah t ingginya suku bunga KPR.
3.2.2.2. Transition M atrix
Transit ion matrix merupakan salah satu indikator untuk melihat pergerakan kredit
perbankan. Dengan transit ion matrix, analisis dapat difokuskan untuk melihat probabilitas
pergeseran kolektabilitas kredit selama periode observasi, dari satu kolektabiltas ke
kolektabilitas yang lain. Dengan menggunakan data pergerakan historis, perilaku kredit ke
depan dapat diperkirakan dengan lebih baik.
Hasil penghitungan transit ion matrix kredit perbankan sektoral adalah sebagai berikut:
Graf ik 3.32 POD Sektor Konst ruksi Jawa TImur
Graf ik 3.33 POD Sub Sektor Konst ruksi Jawa TImur
62
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Transit ion matrix di atas menggambarkan bahwa kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit
dari kol.1 dan kol.2 menjadi NPL adalah 14,58% pada triwulan III 2014. Hal ini berart i, kredit
dengan status performing loan cenderung untuk tetap berada di kualitas tersebut setelah 3
bulan. Jika dilihat sebaliknya, kredit kualitas NPL memiliki kemungkinan maksimal 18,11%
untuk berubah menjadi performing loan dalam waktu 3 bulan.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Senada dengan perkembangan kinerja bank umum, indikator kinerja utama Perbankan
Syariah di Jawa Timur pada triwulan III 2014 masih cukup stabil dengan tren perlambatan
pertumbuhan aset dan pembiayaan.Tercatat aset bank syariah di Jawa Timur pada periode
laporan mencapai Rp 23,42 triliun dengan pertumbuhan 21,79% (yoy), lebih rendah bila
dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat
sebesar 23% (yoy). Demikian pula dengan pembiayaan bank syariah yang melambat dari
33,43% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21,79% (yoy) pada triwulan III 2014, dengan
nominal sebesar Rp 18,73 triliun.
Sementara itu berbeda dengan indikator kinerja utama lainnya, kinerja penghimpunan
DPKbank syariah di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
Tercatat DPK yang berhasil dihimpun pada periode laporan mencapai Rp17,36 triliunatau
tumbuh 23,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih t inggi dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,94% (yoy).
Tabel 3.5 Transit ion Matrix Juni 2014 s.d. September 2014
63
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Berdasarkan jenisnya, pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Jawa Timur
pada periode laporan masih didominasi kepada pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan
investasi. Total kedua pembiayaan dimaksud memperoleh porsi 57,99% dari total pembiayaan
yang disalurkan pada periode laporan. Tingginya proporsi pembiayaan produktif Bank Syariah
di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah
sebagai mitra bisnis, t idak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja (konsumsi).
Sementara itu, pembiayaan konsumsi mencatat prosentase yang cukup t inggi yaitu
mencapai 42,01% dari total pembiayaan. Adanya penurunan porsi pembiayaan konsumsi dari
45,44% pada triwulan II 2014 menjadi 42,01% pada triwulan III 2014 mengindikasikan
peningkatan peran bank syariah pada pengembangan sektor produktif. Selain itu, relatif
rendahnya permintaan kredit konsumsi seiring t idak adanya momen khusus atau hari raya
keagamaan pada periode laporan turut menjadi pendorong penurunan share kredit konsumsi.
Graf ik 3.35 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)
Graf ik 3.36 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Graf ik 3.37 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
Graf ik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)
7%
39%54%
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
0102030405060
-
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Aset Pembiayaan DPK
g Aset g Pembiayaan g DPK (% yoy)
-10
0
10
20
30
-
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Aset Pembiayaan DPK
g Aset qtq g Pembiayaan qtq g DPK (% qtq)
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
% y
oy
g DPK
64
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Dit injau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat
pertumbuhan tert inggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 47,95%
(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya
(triwulanII 2014) yang tercatat sebesar 58,89% (yoy).Demikian pula dengan pembiayaan
investasi yang mencatat perlambatan dari 28,6% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 25,91%
pada triwulan III 2014. Sementara itu pembiayaan modal kerja menunjukkan peningkatan
pertumbuhan dari sebesar 13% pada triwulan II 2014 menjadi 23,05% (yoy) pada periode
laporan.
Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi dengan perlambatan kredit mendorong
perbaikan Finance to Deposit Ratio (FDR) dari sebesar 111,03% pada triwulan II 2014 menjadi
107,92% pada triwulan III 2014. Namun demikian risiko pembiayaan yang tercermin dari besar
Non Performance Finance (NPF) bank syariah menunjukkan peningkatan dari sebesar 3,35%
pada triwulan II 2014 menjadi 3,67% pada triwulan IV 2014.
Graf ik 3.40 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Graf ik 3.38 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Graf ik 3.39 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
41%
17%
42%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0
20
40
60
80
-
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Tril
iun
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (% yoy)
-
1,00
2,00
3,00
4,00
020406080
100120
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
FDR NPF (rhs)
65
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan II 2014 secara
umum masih cukup stabil dengan tekanan pada penurunan kredit dan peningkatan NPL.
Tercatat total aset BPR pada periode laporan mencapai Rp 9,73 triliun dengan pertumbuhan
sebesar 10,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 5,23% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit BPR melambat dari 15,21%
(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12,50% pada triwulan III 2014. Demikian pula dengan
kineja penghimpunan DPK yang menunjukkan perlambatan dari sebesar 12,72% (yoy) pada
triwulan II 2014 menjadi 11,50% (yoy) pada periode laporan.
Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan
III 2014mencapai Rp5,91 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh
deposito yang mencapai 69,36% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh
proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 30,64% dari total DPK. Demikian pula apabila dit injau
dari sisi pertumbuhannya,deposito mampu tumbuhsebesar 12,29% (yoy),lebih t inggi
dibandingkan dengan tabunganyang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy).
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp)
I II III IV I II III
1 Total Asset 8,57 8,97 8,80 8,90 9,15 9,44 9,73
2 Kredit
Per Jenis Penggunaan 6,19 6,70 6,88 6,84 7,25 7,72 7,74
Modal Kerja 4,11 4,48 4,62 4,58 4,85 5,21 5,22
Investasi 0,20 0,23 0,22 0,25 0,27 0,27 0,27
Konsumsi 1,88 1,99 2,05 2,01 2,13 2,24 2,25
3 NPL (%) 3,84% 3,77% 4,30% 3,61% 4,18% 4,40% 4,94%
4 Dana (dpk) 4,98 5,09 5,30 5,45 5,62 5,74 5,91
- DEPOSITO 3,38 3,50 3,65 3,67 3,81 3,93 4,10
- TABUNGAN 1,61 1,60 1,65 1,78 1,81 1,81 1,81
5 LDR (%) 124,17% 131,50% 129,82% 125,57% 129,10% 134,40% 130,98%
U R A I A N2013 2014
66
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase
mencapai 67,37% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan III 2014 kredit
investasi tumbuh paling t inggi yaitu sebesar 25,13% (yoy). Sementara itu kredit modal kerjadan
konsumsiyang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu masing-masing di level 12,98% (yoy)
dan 10,07% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan kredit yang lebih besar dibandingkan perlambatan
pertumbuhan DPK BPR pada akhirnya mendorong perbaikan likuiditas BPR. Tercatat LDR BPR
pada periode laporan sebesar 130,98% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan LDR
periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 134,40% . Sementara itu
peningkatan risiko kredit tercermin dari peningkatan rasio NPL dari sebesar 4,4% pada triwulan
II 2014 menjadi 4,94% pada triwulan III 2014.Masih relatif t ingginya kredit risiko kredit BPR
mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang
disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C
(Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).
67%
4%
29%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
Graf ik 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Graf ik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR
Graf ik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% - yoy)
Graf ik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR (yoy)
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III
2013 2014
% y
oy
Dana (dpk) Deposito Tabungan
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III
2013 2014
% y
oy
Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
115%
120%
125%
130%
135%
140%
I II III IV I II III
2013 2014
LDR NPL (rhs)
67
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Senada dengan perkembangan kinerja perbankan, kinerja 6 (enam)1 bank umum yang
berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan III 2014 pada periode laporan turut menunjukkan
perlambatan pertumbuhan.Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa
Timur melambat dari 27,2% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21,48% (yoy) dengan nominal
Rp 56,02triliun pada triwulan III 2014.
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup t inggi yaitu mencapai
35,11% (yoy), lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat pertumbuhan
1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antar Daerah (Bank Anda), Bank
AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
I II III IV I II III
Total Aset 41.263,37 43.389,42 46.111,46 41.269,59 45.084,54 55.191,74 56.018,35Pertumbuhan (% yoy) 12,56 13,11 9,13 14,83 9,26 27,20 21,48
Pertumbuhan (% qtq) 14,81 5,15 6,27 -10,50 9,24 22,42 1,50
Dana Pihak Ketiga 28.820,31 31.187,23 32.438,73 29.486,76 32.260,77 40.121,72 40.415,40
Pertumbuhan (% yoy) 9,40 17,22 16,14 22,88 11,94 28,65 24,59
Pertumbuhan (% qtq) 20,10 8,21 4,01 -9,10 9,41 24,37 0,73
Kredit 20.435,75 22.059,81 23.363,48 23.749,50 24.553,40 26.785,02 27.961,26
Pertumbuhan (% yoy) 16,31 15,27 16,95 18,45 20,15 21,42 19,68
Pertumbuhan (% qtq) 1,92 7,95 5,91 1,65 3,38 9,09 4,39
LDR (%) 70,91 70,73 72,02 80,54 76,11 66,76 69,18
NPL (%) 2,01 2,24 2,13 1,97 2,66 2,72 2,60
2013Bank KP di Jatim
2014
Tabel 3.7 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (Miliar Rp)
Graf ik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Graf ik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Mili
ar R
p
Aset Kredit DPK
g Aset g Kredit g DPK
-20
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
g Aset (% qtq) g DPK(% qtq) g Kredit (% qtq)
68
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
sebesar 30,84% (yoy).Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat
secara berurutan adalah Giro (38,9% ), Deposito (37,24% ) dan Tabungan (23,86% ).
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya melambat dari
27,20% (yoy) pada triwulanII 2014, menjadi 19,68% (yoy) dengan nominal Rp27,96 triliun
pada triwulanIII 2014. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit investasi mencatat pertumbuhan
tert inggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 23,95% (yoy). Sementara itu, kredit modal
kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan di level yang lebih rendah dengan prosentase
masing-masing sebesar 19,5% (yoy) dan 19,39% (yoy). Tren perlambatanpertumbuhan kredit
dimaksud searah dengan perlambatan ekonomi yang terjadi.
Baiknya kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan
III 2014 didukungoleh terjaganya kualitas kredit. Tercatat risiko kredit atau NPL bank ber kantor
pusat di Jawa Timur membaik dari 2,72% pada triwulan II 2014 menjadi 2,60% pada periode
laporan.
Graf ik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Graf ik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Graf ik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Graf ik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
39%
24%
37%
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
36%
6%
58%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
-60
-40
-20
0
20
40
60
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
% q
tq
DPK Giro Tabungan Deposito
-50
-30
-10
10
30
50
70
90
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi
69
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
3.6 PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank
Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan
Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan
kestabilan sistem keuangan.
Sampai dengan triwulan III tahun 2014, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik
tunai maupun non tunai terus berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut t idak terlepas dari
t ingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan
pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang
mencukupi.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem
Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang
terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low) dan aliran uang keluar
dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross
Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan
uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara
lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), jumlah aliran uang
Graf ik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di
0
1
2
3
4
5
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
%
LDR NPL (rhs)
70
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low ), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak
Layak Edar (UTLE).
a. Aliran Uang M asuk/Keluar (Inflow/Outflow )
Selama Triwulan III 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
w ilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember
secara kumulatif masih menunjukkan posisi net inflow dengan nominal lebih t inggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya (triwulan II 2014). Hal tersebut dapat diart ikan
bahwa jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inf low )
lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia
kepada perbankan (outf low ).
Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp1,74 triliun.
Jumlah tersebut lebih t inggi apabila dibandingkan dengan net inflow periode sebelumnya
(triwulan II 2014) yang tercatat Rp1,39 triliun. Kondisi tersebut secara umum disebabkan oleh
kembalinya uang yang beredar di masyarakat pasca peningkatan kebutuhan uang kartal
masyarakat pada periode libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014 pertengahan tahun.
dalam miliar rupiah
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II
OUTFLOW 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51 4.842,11 5.155,37 9.088,47
INFLOW 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35 7.013,61 4.147,03 9.545,48
NET FLOW 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) 2.171,50 (1.008,34) 457,00
OUTFLOW 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61 1.915,43 2.943,87 4.451,67
INFLOW 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85 3.813,91 2.702,22 4.084,67
NET FLOW 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) 1.898,47 (241,65) (366,99)
OUTFLOW 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84 1.247,48 1.472,53 3.574,25
INFLOW 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05 4.798,58 3.461,75 4.913,44
NET FLOW 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21 3.551,10 1.989,21 1.339,19
OUTFLOW 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41 966,42 1.120,81 2.258,33
INFLOW 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03 2.395,42 1.770,21 2.569,81
NET FLOW 1.145,75 202,35 8,97 39,61 1.429,00 649,40 311,49
OUTFLOW 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37 8.971,44 10.692,58 19.372,71
INFLOW 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28 18.021,51 12.081,21 21.113,40
NET FLOW 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) 9.050,07 1.388,63 1.740,69
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
2014
JEMBER
JAWA TIMUR
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan2013
Tabel 3.8 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
71
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Apabila dit injau lebih dalam, peningkatan jumlah net inflow pada periode laporan
disebabkan oleh peningkatan nominal inf low yang lebih besar daripada peningkatan outf low.
Tercatat jumlah aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low) pada periode
laporan adalah sebesar Rp 19,37 triliun, meningkat Rp 8,68 triliun atau 81,18% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, jumlah aliran uang kartal dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low)
selama periode laporan (triwulan III 2014) adalah sebesar Rp 21,11 triliun. Jumlah tersebut
meningkat Rp 9,03 triliun atau 74,76 % (qtq) dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat
sebesar Rp 12,08 triliun.
Peningkatan jumlah inflow pada periode laporan disebabkan oleh kembalinya uang
beredar di masyarakat pasca t ingginya outf low untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat
akan uang kartal selama libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014. Kondisi tersebut
mendorong peningkatan net inflow sebesar 25,35% (qtq), dari Rp 1,39 triliun pada triwulan II
2014 menjadi Rp 1,74 triliun pada triwulan III 2014.
Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur masih mengikuti
pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outf low dan inflow uang
kartal akan meningkat cukup t inggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan
Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen
libur tahun ajaran baru dan persiapan lebaran pada periode sebelumnya turut mendorong
terjadinya peningkatan net inflow pada periode dimaksud.
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014
Milia
r R
up
iah
OUTFLOW INFLOW
-6.000
-4.000
-2.000
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014
Milia
r R
up
iah
NETFLOW
Gambar 3.52 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Juta Rupiah
Gambar 3.53 Perkembangan Net Flow Jawa Timur
72
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang
diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy. Kegiatan
dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin.
Selama triwulan III 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan
meningkat 0,07% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut
terkait dengan adanya peningkatan inf low yang terjadi pada periode laporan.
Persentase jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jawa Timur
pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jawa Timur selama triwulan III 2014 adalah sebesar
18,24% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 31,85% .
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal t idak layak edar yang dimusnahkan,
Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi
perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga
mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang
baru.
c. Temuan Uang Palsu
Selama Triwulan III Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui
perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2013 2014
%
Rasio UTLE thdp Inflow (%)
Gambar 3.54 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
73
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
sebanyak 6.895 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 13,14% (qtq)
apabila dibandingkan dengan temuan pada triwulan II 2014 yang tercatat sebanyak 6.094
lembar.
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa
Timur pada triwulan III 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi
sebesar 79% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan
pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Le
mb
ar
Surabaya Malang Kediri Jember TOTAL (rhs)
44%
26%
19%
11%
Surabaya Malang Kediri Jember
79%
20%
1%0%
0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
Gambar 3.56Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.55 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
Gambar 3.57Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)
74
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
dengan penemuan uang palsu tert inggi di w ilayah Jawa Timur dengan prosentase sebesar
44% .
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang
yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun
represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan
pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada
uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri.
Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan
menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan
ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai
Alat pembayaran non tunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat.
Transaksi pembayaran non tunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui
sistem BI-RTGS (Real Time Gross Sett lement ) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-
RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Sebagian besar
transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) sepert i transaksi di
Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi
valuta asing (valas) serta sett lement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS.
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi
non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross
Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum
perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timur terus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
11,63 8,67 8,31 8,22 8,45 8,44 9,07 8,35 9,45 9,19 9,41
88,37 91,33 91,69 91,78 91,55 91,56 90,93 91,65 90,55 90,81 90,59
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Kliring RTGS
Gambar 3.58 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur
75
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya
dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17
November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi
pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value
Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp 100 juta ke atas dan
bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi
pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional
yang memiliki peranan signif ikan (Systemically Important Payment System).
Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal
Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal
Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui SKNBI
meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut berlaku sejak
tanggal 31 Mei 2013.
Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya
kebutuhan masyarakat akan nominal transfer SKNBI yang lebih besar. Diharapkan kenaikan
batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan yang lebih luas
kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI sertamendukung
kelancaran Sistem Pembayaran. Hal tersebut cukup efektif mengingat mulai terdapat
peningkatan share kliring terhadap total transaksi non tunai, dari 9,07% pada triwulan III
2013 menjadi 9,41% pada triwulan III 2014.
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
1
10
100
1.000
10.000
100.000
1.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
Tra
nsa
ksi
RTGS
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
Gambar 3.59 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
76
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Selama triwulan III 2014, jumlah nominal transaksi RTGS dari Jawa Timur, ke Jawa Timur
dan antar Jawa Timur tercatat sebesar Rp 453,24 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah -2,86%
(qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu triwulan III 2014 yang tercatat sebesar
Rp 466,6 triliun. Sementara itu volume transaksi RTGS pada periode laporan meningkat dari
sebanyak 239.220 transaksi pada triwulan II 2014 menjadi 382.144 transaksi pada triwulan III
2014. Penurunan nominal transaksi RTGS pada periode laporan diperkirakan didorong oleh
perlambatan transaksi ekonomi masyarakat seiring berlalunya libur tahun ajaran baru dan
ramadhan 2014.
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar
transaksi RTGS di t ingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian
(60,00)
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
% y
oy
g RTGS (% yoy)
Nominal Volume
(60,00)
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
2012 2013 2014
% q
tq
g RTGS (% qtq)
Nominal Volume
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK JEMBER
Nilai (Miliar Rp) Volume
Gambar 3.61 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III - 2014
Gambar 3.60 Pertumbuhan Transaksi RTGS
77
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol, di mana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa
Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Tercatat transaksi RTGS dari, ke dan antar kota Surabaya selama triwulan III -2014
mencapai Rp 275,66 triliun dengan volume sebanyak 117.457 transaksi. Kota lain di Jawa
Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup t inggi pada periode ini adalah Kediri, Malang,
Gresik dan Jember.
b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 477
kantor peserta kliring baik langsung maupun t idak langsung yang tersebar di 38
kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di w ilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada
Triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat
jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 47,10 triliun, lebih
rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi
sebesar Rp 47,21 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut lebih rendah -0,23% (qtq)
dibandingkan periode sebelumnya.
dalam jutaan
Jumlah
Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 252 973.761 40.130.513 44.262 655.114 17.101 858.512 777 39.023 2 6
Malang 74 99.291 4.074.397 4.513 63.278 1.828 79.735 83 3.624 2 6
Kediri 85 34.936 1.668.452 1.588 23.369 659 23.820 30 1.083 2 5
Jember 66 37.910 1.221.910 1.723 18.895 687 20.135 31 915 2 5
Jatim 477 1.145.898 47.095.272 52.086 2.140.694 20.275 982.202 922 44.646 1,77 2,09
Kota
Perputaran Kliring ( D )Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan CekPersentase Rata-2 Penolakan
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong SehariCek Dan BG Kosong Sehari
Tabel 3.9
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2014
78
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada triwulan III 2014 adalah 1,15 juta
lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). Jumlah tersebut lebih
rendah dari jumlah warkat kliring pada triwulan II 2014 yang tercatat sebanyak 1,20 juta
lembar (turun 4,38% qtq).
3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran
Kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai pada Triwulan
IV 2014 diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan
aktif itas ekonomi masyarakat khususnya pada saat libur natal dan tahun baru 2015.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada akhir tahun 2014 turut menguatkan
potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jawa Timur selama tahun 2014. Hal
tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran
(PHR) serta stabilitas perbankan.
Bank Indonesia terus mendukung perluasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu
optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit, kartu
kredit dan e-money. Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)
menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan t inggi negeri di Surabaya untuk
melaksanakan edukasi kepada mahasiswa dan mahasiswa baru dengan target kurang lebih
10.000 mahasiswa. Edukasi GNNT dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi,
seminar, serta pameran atau exhibit ion. Selain itu, Bank Indonesia bersama beberapa
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
0
10
20
30
40
50
60
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
2012 2013 2014
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
2012 2013 2014
Tolakan Kliring (Rp juta)
Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
Gambar 3.62 Transaksi Kliring di JawaTimur Gambar 3.63 Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur
79
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya telah mempersiapkan toko dan koperasi kampus agar
dapat menyediakan merchant untuk melayani transaksi non tunai.
Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan keamanan
penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit dan kartu kredit,
Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.13/22/DASP mewajibkan bank untuk mengganti
teknologi kartu ATM dan/atau kartu Debet dari magnetic stripe ke chip dan pin paling kurang
6 (enam) digit paling lambat akhir Desember 2015. Awal tahun 2016 semua kartu ATM
dan/kartu Debet Bank harus wajib menggunakan chip dan pin minimal 6 digit.
Selain itu, melalui Surat Edaran No 14/27/DASP maka per 1 Januari 2015 Bank
Indonesia mewajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk memenuhi ketentuan pemberian
kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Ketentuan tersebut antara lain mengenai batas
minimum usia, batas minimum pendapatan t iap bulan, batas maksimum plafon kartu kredit
yang dapat diberikan, dan batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat
memberikan fasilitas kartu kredit. Dengan demikian diharapkan pengembangan Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) dapat seiring dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan
penggunaan alat pembayaran kartu.
43
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
BOKS IV
Likuiditas Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan f iskal yang
utama bagi pemerintah daerah. Anggaran Belanja Daerah yang tercantum dalam APBD
mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas terkait program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Penetapan prioritas beserta
upaya pencapaiannya merupakan konsekuensi dari meningkatnya peran dan tanggung jawab
pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Dengan demikian, daerah harus memastikan dana tersebut benar-benar
dimanfaatkan untuk program dan kegiatan yang memiliki nilai tambah besar bagi masyarakat.
Dana Pihak Ketiga (DPK) milik Pemerintah Daerah pada bank umum di Jawa Timur terus
menunjukkan peningkatan hingga Rp 20,06 triliun pada Agustus 2014. Jumlah tersebut
meningkat 31,05% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Tren perkembangan Dana Pihak
Ketiga (DPK) milik Pemda di perbankan Jawa Timur antara lain menunjukkan peningkatan
alokasi dana APBN ke daerah, serta peningkatan kinerja Pemda dalam pengelolaan dana.
Secara umum, DPK Pemda akan meningkat pada Triwulan II s.d III seiring dengan peningkatan
realisasi pendapatan daerah dan masih rendahnya realisasi belanja. Selain itu, pencairan dana
transfer pada awal triwulan II juga turut mendorong peningkatan DPK Pemda di bank umum.
DPK Pemda tersebut akan berkurang cukup signifikan pada akhir tahun (Triwulan IV) seiring
dengan tingginya realisasi belanja daerah.
Gambar II
Proporsi DPK Milik Pemda Gambar I
Perkembangan DPK Milik Pemda
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
0
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
I II III IV I II III IV I II 8
2012 2013 2014
Juta
Rp
% yoy
DPK Milik Pemda LDR Bank X (% rhs) Cash Ratio Bank X(% rhs)
45%
0%
55%
Giro Tabungan Deposito
44
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
Sebagian besar dana milik Pemda disimpan dalam bentuk deposito (55% ) dan Giro (45% ) pada
perbankan Jawa Timur. Hal tersebut cukup menarik mengingat sejak tahun 2012 terjadi tren
pergeseran bentuk simpanan dana milik Pemda di perbankan, dari giro menjadi deposito.
Tercatat proporsi giro menurun dari 55,25% pada bulan Agustus 2012 menjadi 45,16% pada
Agustus 2014. Sementara itu proporsi simpanan pemda dalam bentuk deposito meningkat dari
sebesar 44,34% menjadi 54,66% . Pergeseran tersebut diperkirakan didorong oleh tren
kenaikan suku bunga deposito yang cukup signif ikan, dari 5,63% pada Agustus 2012 menjadi
7,54% pada Agustus 2014. Sementara suku bunga tabungan dan giro masih stabil di kisaran
1,9% dan 3% . Selain itu, bedasarkan informasi dengan instansi terkait diketahui bahwa
Pemerintah Daerah lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito yang
menjanjikan return yang lebih t inggi dibandingkan giro, sembari menunggu realisasi anggaran
yang besar di akhir tahun.
Dit injau dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), total APBD Provinsi dan
Kabupaten Kota di Jawa Timur tahun 2014 meningkat di kisaran 16% dibandingkan tahun
sebelumnya. Tercatat anggaran pendapatan pada tahun 2014 sebesar Rp 78,45 triliun,
meningkat 15,63% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 67,85
triliun. Anggaran belanja meningkat 15,77% (yoy) dari Rp 71,85 triliun pada tahun 2013
menjadi Rp 83,21 triliun pada tahun 2014. Namun demikian, ketergantungan terhadap
pemerintah pusat yang masih cukup t inggi terlihat dari komposisi anggaran pendapatan Jawa
Timur yang sebagian besar masih didominasi oleh Dana Perimbangan (55% ). Namun demikian
72,53
60,26 60,1767,68 69,03
56,74 57,1051,73
57,88 56,99
45,16
0,42
0,37 0,26
0,62 0,26
0,33 0,230,44
0,19 0,13
0,18
27,05
39,36 39,5731,70 30,70
42,93 42,6747,83
41,93 42,88
54,66
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II 8
2012 2013 2014
Giro Milik Pemda Tabungan Milik Pemda Deposito Milik Pemda
0
1
2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II 8
2012 2013 2014
%
SB DPK Milik Pemda SB Giro Milik Pemda
SB Tabungan Milik Pemda SB Deposito Milik Pemda
SB DPK Bank Umum
Gambar III
Perkembangan Proporsi DPK Milik Pemda
Gambar IV
Suku Bunga DPK Milik Pemda
45
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014
proporsi Dana Perimbangan yang menurun dari 61% pada tahun 2012 menjadi 55% pada
tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan kemandirian f iskal daerah.
Realisasi anggaran khususnya belanja yang rendah pada awal tahun perlu mendapat perhatian.
Sebagaimana periode sebelumnya, realisasi APBD sampai dengan semester I 2014 masih
didominasi oleh anggaran pendapatan dengan realisasi mencapai 43,66% . Sementara realisasi
belanja daerah baru mencapai 22,69% pada semester I 2014. Sehubungan dengan hal
tersebut, akan lebih baik bila Pemda melakukan perbaikan dalam perencanaan anggaran
sehingga tidak kesulitan realisasi pada akhir tahun. Selain itu, dikarenakan porsi Dana Pemda
pada BPD Jatim cukup t inggi yaitu mencapai 51% dari total DPK, maka BPD Jatim perlu untuk
mulai mencari alternatif sumber pendanaan lain sebagai cadangan, misalnya dengan
menawarkan suku bunga yang kompetit if .
0,00
10.000.000,00
20.000.000,00
30.000.000,00
40.000.000,00
50.000.000,00
60.000.000,00
70.000.000,00
80.000.000,00
90.000.000,00
2012 2013 2014
Juta
Rp
Pendapatan BelanjaAPBD Jatim (Juta Rp) 2013 2014
Pendapatan 67,847,880.48 78,451,700.03
Belanja 71,872,046.77 83,205,871.15
Growth Pendapatan (% yoy) 17.60 15.63
Growth Belanja (% yoy) 16.55 15.77
Gambar V
Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim
Tabel I
Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim
27%
55%
18%
2014
PAD
Dana Perimbangan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Bab 4
Perkembangan Keuangan Daerah
80
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan
dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan
suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu
daerah akan berdampak posit if terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
khususnya penerimaan pajak daerah.
APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan
stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung art i bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
berart i bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD
sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kebijakan desentralisasi f iskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektif itas pengelolaan sumber daya keuangan
daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu
kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
0,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00
20.000.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
Pendapatan BelanjaJuta Rupiah
81
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar
Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan
tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran
belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp
18,79 triliun pada tahun 2014.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah
Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggarkan pada
Tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan
anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun.
Peningkatan tert inggi adalah pada Pendapatan Pajak Daerah yang direncanakan meningkat
24,27% , dari Rp 8,59 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,68 triliun pada tahun 2014.
Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase
penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
(Juta Rupiah)
APBD APBD Perubahan (%)
Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014
(Juta Rp) (Juta Rp) %
PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 18.799.577,31 14,64
PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 12.503.564,80 20,43
PAJAK DAERAH 8.598.000,00 10.685.000,00 24,27
RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 104.887,32 1,24
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 339.967,75 1,51
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.346.172,75 1.373.709,74 2,05
DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 3.459.730,70 9,01
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.455.559,86 1.491.306,55 2,46
DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.866.548,19 14,33
DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 101.875,97 18,95
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.842.633,26 2.836.281,81 -0,22
PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 30.812,40 -16,27
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.805.832,56 2.805.469,41 -0,01
Uraian
82
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total
anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. PAD antara lain bersumber dari
penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah.
Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi
anggaran yang lebih kecil. Dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp 3,46 triliun atau
18,40% dari anggaran pendapatan daerah, dan anggaran lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah dianggarkan sebesar Rp 2,83 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan daerah.
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan
terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada
tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun
sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% .Proporsi terbesar dalam anggaran PAD
Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah dana Perimbangan sebesar 18,40% ,dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
83%
1%3%
13%
PAD 2013PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN
ASLI DAERAH YANG SAH
85%
1%
3% 11%
PAD 2014PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN
KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN
ASLI DAERAH YANG SAH
83
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah
Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur sampai dengan triwulan III
2014 sudah sangat baik yaitu mencapai 81,05% dari rencana. Berdasarkan kelompoknya,
realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencatat prosentase tert inggi yaitu 82,93% dari yang
direncanakan. Hal tersebut mencerminkan t ingginya realisasi pendapatan daerah yang antara
lain bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Sumber pendapatan asli daerah yang mencatat realisasi tert inggi adalah hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu mencapai 99,40% . Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini
antara lain dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal daerah
kepada pihak ketiga. Realisasi pendapatan terbesar selanjutnya adalah retribusi daerah yang
antara lain berasal dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pasar grosir dan pertokoan,
retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi
Tabel 4.2
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)
APBD APBD
Th. 2013 Th. 2014
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 12.829.690,00 83,93 18.799.577,31 15.236.553,24 81,05
PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 8.619.793,00 90,51 12.503.564,80 10.369.654,57 82,93
PAJAK DAERAH 8.598.000,00 6.997.023,00 88,98 10.685.000,00 8.229.109,69 77,02
RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 71.420,00 56,50 104.887,32 95.909,56 91,44
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 329.020,00 100,04 339.967,75 337.920,27 99,40
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.346.172,75 1.222.328,00 101,45 1.373.709,74 1.706.715,05 124,24
DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 2.188.558,00 75,58 3.459.730,70 2.749.113,15 79,46
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.455.559,86 937.435,00 79,61 1.491.306,55 1.163.093,60 77,99
DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.224.486,00 75,00 1.866.548,19 1.555.456,76 83,33
DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 26.636,00 31,10 101.875,97 30.562,79 30,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.842.633,26 2.021.338,00 70,52 2.836.281,81 2.117.785,51 74,67
PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 25.151,00 236,94 30.812,40 14.138,42 45,89
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.805.832,56 1.996.187,00 69,90 2.805.469,41 2.103.647,09 74,98
Realisasi
Tw III 2014 Tw III 2013Uraian
Realisasi
84
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
air, dan retribusi jembatan t imbang dengan prosentase sebesar 91,44% . Sementara itu
penerimaan pajak daerah juga mencatat realisasi yang cukup t inggi yaitu 77,02% dari rencana
APBD. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air,
pajak air bawah tanah dan pajak air permukaan.
Demikian pula dengan realisasi Dana Perimbangan yang cukup t inggi hingga mencapai
79,46% dari rencana. Sumbangan terbesar berasal dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)
sebesar 83,33% , disusul kemudian dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dengan
prosentase sebesar 77,99% dari rencana. Sementara itu realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)
mencatat realisasi yang masih relatif rendah yaitu sebesar 30% dari rencana.
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014
direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja
tahun sebelumnya sebesar Rp 17,611 triliun.Berdasarkan kelompoknya, kelompok Belanja Tidak
Langsung dianggarkan meningkat 13,85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12,75
triliun. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau
lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.
Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2013 dan 2014
0
20
40
60
80
100
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH
%
2013 2014
85
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi
Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp4,47 triliun dengan prosentase
sebesar 35,1% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya
adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun). Sementara
itu,Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai dianggarkan sebesar
Rp 1,94 triliun atau15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase alokasi belanja t idak
langsung pegawai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
14,36% .
Tabel 4.3
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (Juta Rupiah)
Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
APBD APBD Perubahan (%)
Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014
(Juta Rp) (Juta Rp) %
BELANJA DAERAH 17.611.859,87 18.796.934,71 6,73
BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 12.755.043,69 13,85
BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.935.973,67 20,32
BELANJA BUNGA 5.516,77 4.174,94 -24,32
BELANJA HIBAH 5.139.576,86 4.477.219,66 -12,89
BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.149,38 -79,51
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28 4.443.118,75 34,70
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49 1.703.157,58 68,52
BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 179.249,72 120,89
BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 6.041.891,02 -5,71
BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 698.342,41 -39,72
BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 4.123.498,81 3,06
BELANJA MODAL 1.248.575,22 1.220.049,80 -2,28
Uraian
14% 0%
46%
1%
29%
9%
1%
2013BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA TIDAK TERDUGA
15% 0%
35%
0%
35%
13%
2%
2014BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA TIDAK TERDUGA
86
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih
mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegawai
dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56% dan 20,18% .
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013
menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat
dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara
itu prosentase belanja langsung pegawai terhadap total belanja langsung menunjukkan
penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi 11,56% pada tahun 2014.
Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62% pada
tahun 2013 menjadi 68% pada tahun 2018 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan
kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sementara alokasi
anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan masih tetap stabil di kisaran 20% dari
belanja langsung.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah
Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur mencapai
58,14% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah apabila dibandingkan realisasi periode
yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 69,31% . Apabila dit injau
berdasarkan kelompoknya, realisasi tert inggi adalah pada kelompok belanja t idak langsung
dengan realisasi sebesar 60,88% dari anggaran. Belanja dengan realisasi tert inggi pada
Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
18%
62%
20%
2013
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
12%
68%
20%
2014
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
87
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
kelompok ini adalah belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa
dengan prosentase mencapai 84,72% . Sementara itu, belanja bantuan sosial masih mencatat
realisasi terendah yaitu sebesar 27,81% dari rencana.
Kelompok belanja langsung sampai dengan triwulan III 2014 mencatat realisasi sebesar
52,33% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tert inggi adalah belanja pegawai yang
merupakan pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah, dengan prosentase 60,78% . Belanja barang dan jasa yang digunakan
untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang dengan nilai manfaat kurang dari 12 (dua
belas) bulan mencatat realisasi sebesar 58,82% . Sementara itu, belanja modal yang digunakan
untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti
dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya masih mencatat prosentase realisasi yang sangat kecil, yaitu sebesar
25,57% dari rencana.
Secara umum realisasi belanja menunjukkan kinerja yang stabil dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses
Tabel 4.4
Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)
APBD APBD
Th. 2013 Th. 2014
(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %
BELANJA DAERAH 17.611.859,87 11.239.678,00 69,31 18.796.934,71 10.927.871,53 58,14
BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 7.735.695,00 75,92 12.755.043,69 7.765.872,45 60,88
BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.170.993,00 67,85 1.935.973,67 1.226.078,49 63,33
BELANJA BUNGA 5.516,77 3.956,00 71,72 4.174,94 3.057,94 73,25
BELANJA HIBAH 5.139.576,86 3.784.239,00 75,86 4.477.219,66 2.863.644,60 63,96
BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 39.039,00 50,57 12.149,38 3.378,53 27,81
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28 1.873.117,00 77,15 4.443.118,75 2.137.484,94 48,11
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49 806.235,00 89,28 1.703.157,58 1.442.912,83 84,72
BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 58.114,00 93,73 179.249,72 89.315,11 49,83
BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 3.503.983,00 58,15 6.041.891,02 3.161.999,08 52,33
BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 777.764,00 71,56 698.342,41 424.460,32 60,78
BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 2.254.484,00 57,12 4.123.498,81 2.425.512,19 58,82
BELANJA MODAL 1.248.575,22 471.735,00 47,58 1.220.049,80 312.026,57 25,57
Realisasi
Tw III 2014 Tw III 2013Uraian
Realisasi
88
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
pengadaan yang dilakukan diperkirakan masih menjadi faktor penyebab realisasi belanja daerah
masih di kisaran 58,14% . Selain itu, masih minimnya pembayaran proyek periode laporan juga
menjadi penyebab masih rendahnya realisasi belanja pemerintah. Diperkirakan penyerapan
belanja akan mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014 seiring dengan telah
diselesaikannya kontrak / proyek yang dilaksanakan.
4.3. APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur
Secara umum, APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencatat peningkatan
dibandingkan periode sebelumnya. Total anggaran pendapatan APBD Provinsi dan Kabupaten
Kota di Jawa Timur pada tahun 2014 direncanakan sekitar Rp 78,45 triliun, atau meningkat
15,63% dibandingkan tahun sebelumnya. demikian pula dengan anggaran belanja yang
dianggarkan meningkat 15,77% , dari Rp 71,87 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21
triliun pada tahun 2014. Anggaran belanja modal yang mencerminkan perhatian pemerintah
daerah terhadap pengembangan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, bangunan, irigasi
dan jaringan dianggarkan meningkat cukup t inggi hingga 25,6% , dari Rp 12,02 triliun pada
tahun 2013 menjadi Rp 15,09 triliun pada tahun 2014.
Apabila dit injau dari kinerja realisasi anggaran, sampai dengan semester I 2014 rata-
ratarealisasi anggaran pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencapai
43,66% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya (semester I 2013) yang tercatat mencapai 48,39% . Demikian pula dengan rata-rata
realisasi anggaran belanja daerah yang pada periode laporan mencatatkan realisasi sebesar
22,69% , lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai
26,75% . Penurunan realisasi anggaran terjadi hampir di seluruh jenis belanja, termasuk belanja
pegawai, belanja barang jasa, dan barang modal. Realisasi belanja pegawai sebesar 31,38%
Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan III 2013 dan 2014
0
20
40
60
80
BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG
%2013 2014
89
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 34,57% diperkirakan disebabkan oleh
pengurangan jumlah pegawai honorarium pada periode laporan.
Realisasi belanja hibah dan bantuan sosial yang disalurkan sampai dengan pertengahan
tahun masih relatif rendah, yaitu masing-masing mencapai 19,15% dan 8,72% . Hal tersebut
merupakan dampak dari kebijakan pemerintah provinsi dan daerah yang menahan penyaluran
dana bantuan sosial dan dana hibah selama Pilpres berlangsung, sebagai respon atas
permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemerintah Pusat. Direncanakan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali akan menyalurkan kedua dana dimaksud pada bulan
September 2014. Selain itu, adanya Peraturan Gubernur No. 9 tahun 2014 tanggal 14 Februari
2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemprov Jatim yang
mengatur pemusatan pengadaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengadaan Barang/Jasa
(P2BJ) diperkirakan juga turut menahan realisasi belanja barang/jasa pada pertengahan tahun
2014 karena masih dalam proses penyesuaian.
4.3.1 Rasio Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur
Tabel 4.5
APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur (Juta Rupiah)
dalam Juta Rp
2013 2014 2013 2014
Pendapatan 67.847.880 78.451.700 48,39 43,66
PAD 17.196.665 20.979.147 49,86 44,30
Pajak daerah 11.890.898 14.362.684 51,78 40,41
Retribusi daerah 1.237.156 1.618.921 46,23 47,99
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 778.540 735.354 61,99 55,11
Lain-lain PAD yang sah 3.290.071 4.262.187 53,11 48,61
Dana Perimbangan 39.341.440 43.320.116 50,52 43,52
DBH 4.323.031 5.251.279 3.825,76 39,30
DAU 32.575.663 35.525.315 52,14 45,94
DAK 2.442.745 2.543.521 26,92 22,31
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 11.309.776 14.152.437 5,73 44,55
Belanja 71.872.047 83.205.871 26,75 22,69
Belanja Pegawai 29.992.330 33.081.189 34,57 31,38
Belanja Hibah 5.994.977 6.363.949 28,34 19,15
Belanja Bantuan sosial 608.468 545.671 11,80 8,72
Belanja Barang dan jasa 13.967.266 17.224.214 24,03 22,13
Belanja Modal 12.018.048 15.094.808 7,97 6,92
APBDUraian
Rata2 Realisasi Semester I
90
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
Secara umum, rasio pendapatan daerah provinsi dan kabupaten kota di Jawa Timur
menunjukkan kineja yang baik dari tahun ke tahun. Rasio kelonggaran f iskal yang
mencerminkan f leksibilitas pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
atau proyek penting pada tahun 2014 mencapai 42,60% , meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya (2013) yang tercatat sebesar 40,56% . Namun demikian, posisi rasio f iskal Jawa
Timur yang masih sedikit di bawah rata-rata Jawa membuka peluang pemerintah provinsi dan
kabupaten kota di Jawa Timur untuk meningkatkan ruang f iskal daerah.
Demikian pula dengan rasio ketergantungan daerah Jawa Timur yang menunjukkan
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio PAD terhadap
total pendapatan provinsi dan kabupaten kota Jawa Timur yang meningkat dari 25,35% pada
tahun 2013 menjadi 26,74% pada tahun 2014. Peningkatan rasio PAD terhadap total
pendapatan mencerminkan membaiknya kemandirian daerah yang tercermin dari peningkatan
kemampuan pemerintah daerah dalam optimalisasi pendapatan.
Peningkatan rasio PAD terhadap total pendapatan dimaksud didukung oleh
membaiknya rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Tercatat rasio dana transfer
terhadap total pendapatan Jawa Timur menurun dari sebesar 57,89% pada tahun 2013
menjadi 55,22% pada tahun 2014. Penurunan tersebut mencerminkan peningkatan
kemandirian daerah yang tercermin dari pengurangan t ingkat ketergantungan terhadap dana
pusat. Peningkatan PAD Jawa Timur menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya
kemandirian daerah.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio Kelonggaran Fiskal
2012 2013 2014
41,64%
Grafik 4.7 Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa
91
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
4.3.2 Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur
Senada dengan rasio pendapatan, rasio belanja daerah provinsi dan kabupaten kota di
Jawa Timur juga menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Tercatat rasio belanja pegawai
terhadap total belanja Jawa Timur menurun dari 46,66% pada tahun 2013 menjadi 43,34%
pada tahun 2014. Hal tersebut menggambarkan efisiensi anggaran belanja pegawai sehingga
dapat dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih penting, seperti pembangunan infrastruktur
serta sarana dan prasarana.
Selain itu, rasio belanja modal terhadap total belanja yang mencerminkan perhatian
pemerintah daerah terhadap pengembangan infrastruktur meningkat dari 16,72% pada tahun
2013 menjadi 18,14% pada tahun 2014. Penurunan belanja bantuan sosial terhadap total
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio PAD thd Total Pendapatan
2012 2013 2014
25,72%
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio Dana Transfer thd Total
Pendapatan
2012 2013 2014
56,76%
30,00
40,00
50,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio Belanja Pegawai thd Total
Belanja
2012 2013 2014
46,2%
Grafik 4.8 Rasio PAD thd Total Pendapatan Provinsi dan
Kabupaten Kota Jawa
Grafik 4.9 Rasio dana Transfer thd Total Pendapatan
Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa
Grafik 4.10 Rasio Belanja Pegawai Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa
92
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014
belanja dari 0,85% pada tahun 2013 menjadi 0,66% pada tahun 2014 turut mengkonfirmasi
keberhasilan pemerintah daerah Jawa Timur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
22,00
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio Belanja Modal thd Total Belanja
2012 2013 2014
17,14%
0,00
0,50
1,00
1,50
Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA
Rasio Belanja Bantuan Sosial
thd Total Belanja
2012 2013 2014
0,75%
Grafik 4.11 Rasio Belanja Modal thd Total Belanja
Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa
Grafik 4.12 Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total
Belanja Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa
Bab 5
Kesejahteraan Masyarakat
93
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
5.1. UM UM
Pada triwulan III 2014, data ketenagakerjaan Jawa Timur menunjukkan
penurunan jumlah penduduk yang bekerja serta peningkatan Tingkat Pengangguran
Terbuka. Perlambatan ekonomi di triwulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab
rendahnya penyerapan tenaga kerja. Selain itu, peningkatan Upah M inimum
Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2014 juga menjadi faktor pendorong
penurunan indikator ketenagakerjaan di triwulan ini. Namun demikian, secara qtq, hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha, penggunaan tenaga kerja cenderung meningkat . Perbaikan
indikator tenaga kerja di triwulan ini terutama terjadi pada sektor industri dan pertanian.
Dari sisi kesejahteraan masyarakat desa, Jawa Timur mengalami peningkatan Nilai
Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan. Tingginya permintaan komoditas daging
menyumbang peningkatan di sub sektor peternakan, sementara itu, gelombang laut
yang relatif stabil berpengaruh pada peningkatan tangkapan ikan. Kedua hal tersebut
secara posit if meningkatkan kesejahteraan petani maupun nelayan. Dari sisi persentase
penduduk miskin, data masih berada di posisi triwulan II 2014. Angka kemiskinan
mengalami penurunan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan yang menurun hal ini menunjukkan penurunan ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin.
5.2. KETENAGAKERJAAN
5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Data ketenagakerjaan Jawa Timur yang dirilis oleh BPS menunjukkan adanya
penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada bulan Agustus 2014,
penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) di Jawa Timur menurun
sebesar 2,74% dari 20,71 juta orang menjadi 20,15 juta orang. Sebanyak 95,81%
(19,31 juta orang) dari angkatan kerja tersebut merupakan penduduk yang sedang
bekerja, sisanya merupakan penduduk yang menganggur. Tingkat pengangguran
terbuka mengalami kenaikan dari 4,02% pada bulan Februari 2014 menjadi 4,19% pada
bulan Agustus 2014, namun jika dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2013,
t ingkat pengangguran terbuka cenderung menurun.
94
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (Ribu orang)
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Penurunan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan perlambatan
ekonomi yang terjadi di triwulan II 2014 (dari 6,40% menjadi 5,94% , yoy). Penurunan
output secara keseluruhan yang disebabkan karena penurunan komponen investasi dan
konsumsi Pemerintah mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja di Jawa
Timur. Secara sektoral, share penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi
oleh t iga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan, dan sektor industri. Pada bulan
Agustus 2014, share tenaga kerja di sektor perdagangan mengalami penurunan (dari
21,79% menjadi 20,86% ), sementara di sektor industri dan pertanian cenderung
meningkat masing-masing dari 14,30% menjadi 14,38% dan dari 36,86% menjadi
37,61% .
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.1
Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral
Feb Aug Feb Aug Feb Aug
Angkatan Kerja 20,157.74 20,238.06 20,462.20 20,432.45 20,717.77 20,149.99
Bekerja 19,331.59 19,411.26 19,653.85 19,553.91 19,885.39 19,306.51
Menganggur 826.15 826.80 808.35 878.54 832.38 843.49
TPAK (%) 69.54% 69.57% 70.11% 69.78% 70.52% 68.12%
TPT (%) 4.10% 4.09% 3.95% 4.30% 4.02% 4.19%
2014Kegiatan
2012 2013
95
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.2 Grafik 5.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur yang menurun juga ditunjukkan oleh
penurunan penyerapan di sektor formal dan informal. Pada bulan Agustus 2014,
pertumbuhan penyerapan di sektor formal menurun sebesar 1,13% dari 6,81 juta
orang menjadi 6,74 juta orang. Tenaga kerja di sektor formal masih didominasi oleh
pekerja buruh atau karyawan. Begitu pula dengan pertumbuhan tenaga kerja informal
yang menurun sebesar 3,84% dari 13,07 juta orang menjadi 12,56 juta orang yang
didominasi oleh lapangan usaha yang dibantu oleh buruh t idak tetap. Struktur tenaga
kerja Jawa Timur yang didominasi oleh tenaga kerja di sektor informal (65,08% )
mencerminkan t ingginya peranan Usaha M ikro Kecil dan Menengah yang tahan
terhadap gejolak perekonomian. Terbukti pada krisis 1998, sektor UMKM merupakan
96
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
sektor yang paling mampu bertahan seiring dengan rendahnya interaksi dengan pasar
asing. Namun demikian, ke depan, UMKM Jawa Timur diharapkan mampu bersaing,
baik dari sisi kualitas dan harga, terutama dalam menghadapi Komunitas Ekonomi
ASEAN 2015.
Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jawa Timur masih jauh dari standar.
Terbukti dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di t ingkat
Sekolah Dasar (SD) mencapai 53,31% dari total pekerja di Jawa Timur. Namun
demikian, pada Agustus 2014, jika dibandingkan dengan Agustus tahun 2012, proporsi
jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami penurunan, sementara itu, pekerja
yang lulus SMA, SMK dan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan.
Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di bulan Agustus 2014 juga
merupakan dampak dari kenaikan Upah M inimum Kabupaten/Kota di tahun 2014.
Kenaikan UMK rata-rata Jawa Timur yang mencapai 15,37% direspon oleh pelaku
usaha dengan merelokasi tempat usahanya ke sebagian w ilayah dengan UMK yang
lebih rendah (Jawa Tengah). Respon pelaku usaha yang lain adalah dengan mengurangi
tenaga kerja, sepert i yang terjadi di beberapa perusahaan rokok di Jember, Kediri dan
Malang. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor yang padat karya tersebut secara
signif ikan menurunkan jumlah penduduk yang bekerja dan t ingkat pengangguran
terbuka. Ke depan, dengan potensi adanya kenaikan UMK di tahun 2015, diperkirakan
pasar tenaga kerja di Jawa Timur semakin kompetit if dengan supply of labor yang
t inggi dan demand of labor yang rendah.
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1
Hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV Jawa
Timur, secara qtq, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja di Jawa
Timur. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, realisasi penggunaan tenaga kerja
mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari indikator realisasi tenaga kerja sebesar
SBT 5,03% atau naik 6,46 poin dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan
tersebut terutama terjadi di sektor pertanian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi
serta sektor keuangan. Hasil survei menunjukkan, dunia usaha menganggap secara qtq,
kondisi keuangan relatif baik dengan akses memperoleh kredit yang membaik. Pada
1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi
(sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.
97
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
triwulan IV 2014, pelaku usaha memperkirakan penyerapan tenaga kerja mengalami
penurunan, terutama di sektor pertanian
Tabel 5.2
Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
Grafik 5.5 Grafik 5.6
Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5.3. KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin pada
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan III 2014 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
5.3.1. Kesejahteraan Petani
Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statist ik
Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013
mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar
I II III IV I II III IV I II III IV*
REALISASI
1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 -0.17 -0.97 -0.29 0.56 0.47
PERTAMBANGAN 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.73 0.07 0.00 0.39 0.39
INDUSTRI PENGOLAHAN -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 -2.87 -1.13 -1.85 -0.04 1.08
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 0.36 -0.88 -0.43 -0.02 -0.02
BANGUNAN 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.26 0.44 0.00 1.46 0.37
PHR 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 0.79 -2.87 -0.69 -0.34 1.17
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 0.76 0.52 0.61 1.63 1.08
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.26 1.37 1.10 1.35 0.42
JASA - JASA -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 -0.84 0.51 0.11 0.03 0.03
TOTAL -0.83 7.54 2.70 -1.99 -6.95 -4.81 -6.31 -0.72 -2.94 -1.44 5.03
*) Ekpektasi Penyerapan Tenaga Kerja
PERTANIAN
SEKTOR2012 2013 2014
98
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2007 yang dirasa t idak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring
dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan.
Tabel 5.3
Nilai Tukar Petani di Jawa
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Nilai Tukar Petani (NTP) di Jawa Timur dan nasional pada triwulan III 2014
menunjukkan peningkatan. Hal ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan, khususnya petani. Di Jawa Timur NTP triwulan III 2014 mencapai 105,30,
meningkat 1,01 dibandingkan dengan triwulan II 2014. Jawa Timur yang tergolong
sebagai lumbung pangan nasional dengan volume panen yang t inggi menjadi salah satu
faktor lebih t ingginya NTP Jawa Timur dibandingkan dengan NTP nasional. NTP nasional
mencapai 102,36, lebih t inggi 0,30 dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika
dibandingkan dengan w ilayah lain, pada triwulan III 2014, rata-rata semua Provinsi
mengalami peningkatan NTP, kecuali Banten dan Jawa Barat.
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik5.7
Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 2013
Peningkatan NTP Jawa Timur disebabkan karena peningkatan indeks yang
diterima petani (IT) lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayar
petani (IB). Indeks yang diterima petani meningkat sebesar 2,45 dari 116,54 pada
triwulan II 2014 menjadi 118,99 pada triwulan III 2014. Komoditas yang menyebabkan
Provinsi Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 ∆Banten 105.59 104.35 103.74 (0.61)
Jabar 104.64 104.23 104.16 (0.07)
Jateng 100.28 100.34 101.15 0.81
DIY 102.05 102.10 102.92 0.82
Jatim 104.07 104.29 105.30 1.01
99
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
kenaikan indeks harga yang diterima petani di triwulan III 2014 antara lain sapi potong,
gabah, minyak nilam, bandeng, tomat, kol, ikan kembung dan ikan kuniran.
Indeks harga yang dibayar petani pada triwulan III 2014 juga meningkat sebesar
1,26 dari 111,74 menjadi 113. peningkatan Indeks yang Dibayar tersebut disebabkan
karena indeks harga konsumsi rumah tangga (inf lasi pedesaan) mengalami kenaikan dan
indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal juga mengalami kenaikan.
Komoditas yang menyebabkan kenaikan Indeks yang Dibayar petani adalah tomat sayur,
solar, daging ayam ras, sewa alat penangkapan, cabai merah, gas LPG, beras dan rokok
kretek dan f ilter.
NTP Jawa Timur yang meningkat juga disumbang dari peningkatan NTP sub
sektor peternakan dan perikanan. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan sejalan
dengan peningkatan harga komoditas ternak menjelang Idul Adha, sementara
peningkatan sub sektor perikanan seiring dengan peningkatan tangkapan ikan pasca
gelombang laut yang relatif kondusif di pesisir Jawa Timur.
Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.8
NTP Sub Sektor Pertanian di Jawa Timur
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan
Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa
Timur mengalami peningkatan di triwulan III 2014. NTN meningkat sebesar 2,48% dari
106,81 menjadi 109,29. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan
(IT) meningkat sebesar 4,10, lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks harga
yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 1,40.
100
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan
adalah ikan kembung, ikan kuniran, kepit ing, ikan lemuru, ikan tenggiri, ikan kakap dan
cumi-cumi. Gelombang t inggi terjadi di beberapa w ilayah sentra perikanan Jawa Timur,
sepert i Pantai Grajagan, Banyuwangi. Namun di w ilayah lain, sepert i Lamongan dan
Tuban, gelombang relatif terkendali. Oleh karena itu, tangkapan ikan masih relatif
meningkat dan berkontribusi pada peningkatan indeks yang diterima petani di Jawa
Timur. Apabila dibandingkan dengan w ilayah lain, NTN di Jawa seluruhnya mengalami
peningkatan, kecuali DKI Jakarta.
Indeks yang Dibayar oleh petani mengalami kenaikan terutama disebabkan
karena kebijakan pembatasan solar. Selain itu, disebabkan pula oleh peningkatan indeks
harga konsumsi rumah tangga (terutama bahan makanan) dan indeks harga Biaya
Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPM), terutama biaya sewa (kapal) yang
digunakan nelayan dalam mencari ikan. Komoditas utama yang mengalami kenaikan
Indeks yang Diterima nelayan adalah tomat sayur, solar, sewa alat penangkapan, upah
membersihkan kapal, cabai merah, rokok kretek, serta jaring angkat.
Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)
Grafik 5.9 Tabel 5.4
NTN, IT dan IB Jawa Timur Nilai Tukar Nelayan di Jawa
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIM UR
Secara umum, beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur
menunjukkan kinerja yang posit if diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun
menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),
Provinsi Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 ∆DKI Jakarta 108.23 106.8 105.37 -1.43
Jabar 103.46 105.36 107.26 1.90
Jateng 103.36 106.07 108.78 2.71
DIY 102.91 105.06 107.21 2.15
Jatim 104.33 106.81 109.29 2.48
Banten 110.25 113.01 115.77 2.76
101
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2 pada
Maret 2014 turun sebesar 0,31 poin dari 12,73% pada September 2013 menjadi 12,42%
atau sebesar 4.786.790 jiwa.
Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah
dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan
potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan kemiskinan secara
profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga
dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penganggulangan
kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan
cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),
fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk
menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.
Grafik 5.10
Perkembangan Penduduk M iskin di Jawa Timur (% )
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penghitungannya t idak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis
kemiskinan pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 282.796 per kapita per bulan, meningkat
3,30% dibandingkan dengan September 2013 yang mencapai Rp 273.758 per kapita per
2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan.
102
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi
di Jawa Timur, serta dampak t idak langsung dari kenaikan tarif listrik industri yang
meningkatkan harga barang hasil industri di Jawa Timur.
Garis Kemiskinan ditentukan secara signif ikan oleh pergerakan Garis Kemiskinan
Makanan (GKM). Pada Maret 2014, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat sebesar
3,19% menjadi Rp 208.116 per kapita per bulan, sementara Garis Kemiskinan Non Makanan
meningkat sebesar 3,62% menjadi Rp 74.681 per kapita per bulan. Berdasarkan komoditas,
peningkatan GKM banyak disumbang oleh komoditas beras, rokok f ilter, gula pasir, tempe
dan tahu. Sementara itu, GKNM disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik,
pendidikan, dan perlengkapan mandi untuk kawasan perkotaan. Di sisi lain, kawasan
pedesaan disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, kayu bakar dan pendidikan.
Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk M iskin Menurut Daerah
Pembangunan inklusif di Jawa Timur dapat terlihat dengan adanya indikator
penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang tercermin pada Indeks
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15
Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 -1.59
Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21
Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81
Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16
Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33
Sept 2013 200,620 78,033 278,653 1,622.03 8.90 0.33
Maret 2014 206,858 80,723 287,582 1,535.81 8.35 -0.55
Pedesaan
Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64
Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 -1.26
Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53
Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84
Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47
Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73
Sept 2013 202,651 66,643 269,294 3,243.79 16.23 0.08
Maret 2014 209,263 69,166 278,429 3,250.98 16.13 -0.10
Kota + Desa
Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38
Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.4 -0.83
Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32
Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53
Sept 2013 201,683 72,075 273,758 4,865.82 12.73 0.18
Maret 2014 208,116 74,681 282,796 4,786.79 12.42 -0.32
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahun
Jumlah
Penduduk
Miskin (Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
103
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kedalaman (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index).
Kemiskinan t idak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut
seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statist ik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)
digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan pada Maret
2014 dari 2,07 menjadi 1,85. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
yang menurun dari 0,50 menjadi 0,44. Penurunan keduanya mengindikasikan rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.
Tabel 5.6
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut
Daerah
Tahun Kota Desa Kota + Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )
Maret 2008 2.34 4.38 3.38
Maret 2009 2.18 3.54 2.88
Maret 2010 1.53 3.18 2.38
Maret 2011 1.51 2.96 2.27
September 2011 1.25 2.67 2.00
Maret 2012 1.25 2.32 1.81
September 2012 1.29 2.52 1.93
Maret 2013 1.31 2.32 1.84
September 2013 1.42 2.66 2.07
Maret 2014 1.16 2.48 1.85
Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )
Maret 2008 0.61 1.23 0.93
Maret 2009 0.60 0.91 0.76
Maret 2010 0.37 0.79 0.59
Maret 2011 0.35 0.72 0.54
September 2011 0.28 0.63 0.46
Maret 2012 0.27 0.48 0.38
September 2012 0.30 0.57 0.44
Maret 2013 0.33 0.52 0.43
September 2013 0.34 0.66 0.50
Maret 2014 0.27 0.59 0.44
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BOKS V
Potensi Kenaikan UMK 2015
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Jawa Timur mengalami perkembangan dalam
beberapa waktu terakhir. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, rata-rata UMK di Jawa Timur
meningkat sebesar 219,24% (atau 21% setiap tahunnya), yaitu dari Rp 411.902 di tahun 2004
menjadi Rp 1.314.942 di tahun 2014. Pada tahun 2014, melalui Peraturan Gubernur Jawa
Timur Nomor 78 Tahun 2013 tanggal 20 November 2013, UMK Jawa Timur secara rata-rata
meningkat 15,37% atau sebesar Rp1.314.942, lebih rendah dibanding dengan peningkatan
tahun 2013 yang mencapai 22,14% ataupun rata-rata kondisi normalnya. Secara spasial, UMK
tert inggi dialami oleh Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Surabaya yang
merupakan w ilayah dengan dominasi sektor manufaktur yang relatif t inggi. Secara
keseluruhan, UMK Jawa Timur di tahun 2014, jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Jawa
menduduki urutan terbesar keempat setelah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, sementara
itu, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki UMK yang lebih rendah. Persebaran tersebut
dapat dilihat di gambar 1. Di Jawa Timur, UMK tert inggi dinikmati oleh w ilayah-w ilayah inti
dan peripheral yang memiliki sektor industri yang berkembang, seperti Kota Surabaya,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto.
Sementara itu, w ilayah Jawa Timur bagian barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah dan
ketergantungan pada sektor primer memiliki UMK yang paling rendah, sepert i Kota Blitar,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan dsb, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 di bawah
ini.
Low WageLower Middle
Wage
Higher Middle
WageHigh Wage
Kota Blitar Kab. Jember Kab. Malang Kota Surabaya
Kab. Blitar Kota Mojokerto Kota Malang Kab. Gresik
Kab. Magetan Kota Probolinggo Kota Batu Kab. Sidoarjo
Kab. Ponorogo Kab. Banyuwangi Kab. Jombang Kab. Pasuruan
Kab. Trenggalek Kab. Lamongan Kab. Tuban Kab. Mojokerto
Kab. Pacitan Kota Kediri Kota Pasuruan
Kab. Bojonegoro Kab. Probolinggo
Kab. Kediri
Kab. Nganjuk
Kab. Sampang
Kab. Lumajang
Kab. Tulungagung
Kab. Bondowoso
Kab. Bangkalan
Kab. Pamekasan
Kab. Sumenep
Kab. Situbondo
Kota Madiun
Kab. Madiun
Kab. Ngawi
Gambar 1. Peta UMK 2014 di Jawa
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pada tahun 2015, UMK diperkirakan mengalami peningkatan dengan mempertimbangkan
perkembangan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, t ingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup
Layak (KHL). UMK di 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur seluruhnya telah mencapai 100% dari
Kebutuhan Hidup Layak di masing-masing w ilayah, yang ditunjukkan oleh gambar 2. Wilayah
Jawa Bagian Tengah masih memiliki 13 Kabupaten/Kota yang berada di bawah KHL, sementara
Jawa Bagian Barat memiliki 7 Kabupaten/Kota yang masih berada di bawah KHL. Adanya
w ilayah-w ilayah yang memiliki UMK di bawah KHL mendorong potensi peningkatan UMK yang
lebih t inggi di periode selanjutnya. Sementara itu, di Jawa Timur yang telah mencapai UMK di
atas KHL, peningkatan UMK di tahun 2015 seharusnya hanya mempertimbangkan kenaikan
pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Adanya rencana kenaikan BBM di akhir tahun 2014 juga
diperkirakan mendorong peningkatan inflasi di Jawa Timur dan kenaikan UMK.
Kenaikan UMK di Jawa Timur direspon berbeda-beda oleh beberapa pihak. Dunia usaha
cenderung mengekspektasikan agar kenaikan upah t idak setinggi tahun 2014. Kenaikan upah
akan meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh pelaku usaha, terutama yang
bersifat padat karya. Beberapa perusahaan rokok di Jawa Timur sepanjang tahun 2014 mulai
mengurangi skala usahanya, baik dengan pengurangan jumlah tenaga kerja maupun
penurunan jumlah barang yang diproduksi. Pasar tenaga kerja di Jawa Timur dinilai kurang
kompetit if seiring dengan relatif rendahnya produktif itas pekerja per hari (rata-rata jam kerja
berkurang sebesar dua jam per hari). Oleh karena itu, dunia usaha mulai melirik pasar tenaga
kerja asing, seperti Vietnam yang memiliki upah pekerja lebih rendah. Dari hasil Focus Group
Discussion dengan dunia usaha, rata-rata kenaikan upah yang ditoleransi adalah sebesar 10% -
12% .
Di sisi lain, pekerja atau buruh menghendaki agar upah mengalami kenaikan sebesar 30% di
tahun 2015. UMK yang dibentuk dari KHL yang merupakan standar hidup pekerja berstatus
lajang, dinilai kurang tepat. Sebagai informasi, di Jawa Timur, 70% pekerja berstatus t idak
lajang yang memiliki kebutuhan hidup lebih besar. Oleh karena itu, kalangan pekerja
menginginkan agar UMK dit ingkatkan, salah satunya melalui penambahan jumlah komponen
KHL dari 60 item menjadi 84 item. Sementara itu, Pemerintah Daerah sebagai pihak penengah,
cenderung menginginkan agar kenaikan UMK di tahun 2015 berkisar antara 16% -20% . Upah
yang terlalu t inggi dikhawatirkan akan mengganggu kinerja sektor usaha, sementara upah
yang rendah dikhawatirkan akan menurunkan daya beli pekerja di Jawa Timur.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Disparitas upah di Jawa cenderung t inggi, terutama di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Semakin t inggi disparitas, maka perbedaan (gap) antara Kabupaten/Kota dengan UMK
tert inggi dan terendah semakin besar. Di Jawa Timur, UMK tert inggi sebesar Rp 2.200.000
terdapat di Kota Surabaya. Nilai tersebut jauh lebih t inggi dibandingkan dengan UMK terendah
di Jawa Timur (sebesar Rp 1.000.000) yang terdapat di Kabupaten Blitar, Kota Blitar,
Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Pacitan.
Oleh karena itu, Jawa Timur menggunakan Upah M inimum Kabupaten/Kota dan belum
membentuk Upah M inimum Provinsi. Begitu pula di empat provinsi lain di Jawa yang belum
menetapkan UMP. Kenaikan UMK di Jawa Timur t idak direspon dengan peningkatan
pengangguran. Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Jawa Timur memiliki
tren yang menurun seiring dengan tren peningkatan UMK. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor, terutama pengembangan sektor riil yang relatif pesat yang mampu menyerap tenaga
kerja dari sektor formal ke informal.
120.00%
56.43%
18.69%
144.75%
72.38%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
JATIM JATENG DIY JABAR BANTEN
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Kenaikan UMK Tingkat Pengangguran
Gambar 2. UM K per KHL 2014
Gambar 3. Disparitas Upah di Jaw a Gambar 4. Kenaikan UM K dan Pengangguran
Jatim
Bab 6
Perkiraan Ekonomi dan Harga
104
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Tren perlambatan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih terjadi pada triwulan IV
2014. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan berada di kisaran 5,50% -
5,90% .
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja
investasi Jawa Timur. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa indeks ekspektasi
penghasilan di triwulan selanjutnya cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil
survei konsumen (Grafik 6.1). Dikonfirmasi dari hasil survei yang sama, kenaikan penghasilan di
akhir tahun ini disebabkan karena adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, seperti
bonus akhir tahun dan bonus di hari Natal.
Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan
Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di triwulan IV 2014 diperkirakan
mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin t ingginya realisasi penyerapan
belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata
mencapai 95% dari rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi
belanja infrastruktur, sepert i percepatan pembangunan Tol Trans Jawa, Frontage Road
Ahmad Yani serta Tol Surabaya Mojokerto diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong
peningkatan realisasi belanja di triwulan IV 2014.
Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jawa Timur yang relat if
membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jawa Timur. Adanya ekspansi usaha
8090
100110120130140150160170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
In
de
ks
105
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
dan pembangunan pabrik baru, sepert i pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta
ton per tahun diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini. Pertumbuhan
ekonomi negara maju yang diperkirakan mulai membaik juga berkontribusi pada
meningkatnya aliran investasi di Jawa Timur.
Kinerja perdagangan Jawa Timur di triwulan IV 2014 diperkirakan relat if membaik
dengan pertumbuhan impor yang menurun lebih dalam dibanding penurunan pertumbuhan
ekspor. Ekspor Jawa Timur masih didukung oleh kinerja perdagangan antar daerah seiring
dengan t ingginya permintaan bahan pangan dan hasil industri di akhir tahun, terutama
permintaan yang bersumber dari Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, impor Jawa
Timur masih didukung oleh t ingginya impor bahan baku seiring dengan meningkatnya kinerja
Industri Pengolahan di triwulan IV 2014.
Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha
Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja
Dari sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami peningkatan, terutama sektor
pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih
t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor
ini disebabkan oleh t ingginya arus penumpang dan barang menjelang hari Natal dan Tahun
Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan Restoran juga diperkirakan mengalami
peningkatan. Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi yang relat if signif ikan, yakni
diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy). Panen tanaman bahan makanan diperkirakan relat if
t inggi di bulan Oktober. Hal ini yang menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor
pertanian. Namun demikian, kinerja sub sektor peternakan yang kembali ke normalnya
menyebabkan pertumbuhan di sektor ini cenderung mengalami kontraksi. Di sektor Industri
pengolahan, pada triwulan ini kinerjanya diperkirakan membaik. Sumber permintaan domestik
106
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
menjadi penyumbang utama perbaikan kinerja sektor ini. Sub sektor makanan-minuman
diperkirakan masih mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan.
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIM UR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka
inflasi kota Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di
kisaran 4,8% s/d 5,1% .
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tw IV-2014
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada triwulan IV 2014 dari ketiga kelompok inflasi
relat if meningkat dengan penjelasan sebagai berikut :
Menurun Meningkat Stabil
Tw III-2014 Tw IV-2014 Faktor Risiko
- Berakhirnya musim panen raya beberapa komoditas utama di Jawa
Timur dan dimulainya musim tanam sehingga berpotensi mengurangi
pasokan
- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11 bulan ke
depan
- Potensi berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras terkait
kebijakan pembatasan DOC
- Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru
2015
- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan
Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014
- Adanya kenaikan tarif l istrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif
l istrik rumah tangga (penyesuaian ke-3 pada November 2014)
- Berlanjutnya penyesuaian harga rokok dan rencana kenaikan Cukai
Rokok tahun 2015
- Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi
- Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014
- Belum stabilnya nilai tukar Rupiah
- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi
dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa
- Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya
aktivitas ekonomi
Tw IV-2014
Volatile Food
Tw IV-2014
Tw IV-2014
Core Inflation
Administered
Price
107
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
1. Volatile Foods
Tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat pada akhir November dan
mencapai puncaknya pada Desember 2014 sehingga dari sisi permintaan akan mendorong
kenaikan harga. Dari sisi supply, pada triwulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah
memasuki musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat
khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino diperkirakan
berdampak pada level yang minimal sehingga t idak terlalu mempengaruhi produksi
tanaman pertanian Jatim. Beberapa petani mengantisipasi minimnya hujan dengan
menanam palaw ija yang t idak membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga
lahan yang ada tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi
kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan dampak lanjutan
pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) untuk melindungi harga dari
sisi produsen. Mencermati kondisi tersebut, pada triwulan IV 2014 diperkirakan kelompok
ini akan menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar.
2. Administered Prices
Kelompok ini diproyeksi masih akan mengalami tekanan inflasi yang besar di triwulan IV
2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik
tahap ke-3 pada November 2014, berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak
lanjutan kenaikan cukai rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif
transportasi karena banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi.
3. Core Inflation
Inflasi kelompok ini pada triwulan IV 2014 juga diproyeksi meningkat namun pada level
yang moderat. Tekanan utama inflasi diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan
t ingginya transaksi ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan
permintaan dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan kenaikan
Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi mempengaruhi harga jual karena
meningkatnya biaya produksi. Belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi
risiko bagi para pelaku usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang
selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.
108
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.3 PROSPEK EKONOM I JAWA TIM UR TAHUN 2014
Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai
5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% .
Pertumbuhan ini diyakini masih yang tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan,
kecuali konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Secara keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan
Jawa Timur mengalami kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat
pemberlakuan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi Jawa Timur adalah
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Komoditas unggulan Jawa Timur diharapkan
mampu bersaing dengan komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang
tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis Jawa Timur dalam
menjawab kebutuhan masyarakat pada high technology goods.
Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor
utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan
sektor Pertanian. Industri Jawa Timur yang menjadi backbone industri nasional menyumbang
pertumbuhan ekonomi di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014
mewarnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UMK, kenaikan tarif listrik serta rencana
peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja perekonomian Jawa Timur di tahun ini.
Tekanan juga terjadi di sektor keuangan, tren pengetatan kredit di Jawa Timur juga menjadi
salah satu faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor pertanian
hingga akhir tahun 2014 t idak signif ikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan
irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang
menahan penurunan produksi tanaman pangan.
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIM UR TAHUN 2014
Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun 2013 telah
termoderasi pada triwulan III 2014, walaupun meningkat kembali karena kenaikan tarip listrik
dan bahan bakar rumah tangga. Dari sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung
Kelud pada awal tahun 2014 t idak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan t ingkat harga
Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah Provinsi melalui TPID Jatim.
Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun 2014 terjadi pada triwulan I 2014 karena belum
dimulainya musim panen dan triwulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan
109
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
banyaknya hari libur. Pada triwulan IV 2014, tekana inflasi juga diproyeksi meningkat karena
t ingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2014. Mengacu pada hal
tersebut, inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu
secara tahunan berada di kisaran 4,5% + 1% .
Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tahun 2014
Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara tahunan
kelompok administered price diperkirakan masih mengalami tekanan inflasi terbesar, disusul
oleh volatile food dan core inflation. Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014
diperkirakan berada di kisaran 8% - 10% , relat if lebih rendah dibandingkan tahun 2013
dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan rumah tangga, tarip listrik dan
transportasi.
Th.2013 Th.2014 Faktor Risiko
- Tidak terdapat permasalahan pada impor hortikultura
- Stok beras BULOG masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11
bulan ke depan
- Dampak El Nino namun pada tingkat yang rendah diproyeksi tidak
terlalu mengganggu hasil produksi
- Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru
2015
- Penerapan kebijakan pembatasan produksi bibit ayam atau day old
chicken (DOC)
- Produksi masih dipengaruhi faktor cuaca
- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan
Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014
- Kenaikan tarif l istrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif l istrik rumah
tangga (mulai 1 Juli 2014 dan meningkat 2 bulan sekali)
- Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) pada Januari
dan September 2014
- Berlanjutnya penyesuaian harga rokok
- Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi
- Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014
- Belum stabilnya nilai tukar Rupiah
- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi
dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa
- Ekspektasi kenaikan harga UMK tahun 2015
- Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya
aktivitas ekonomi
Core Inflation
Th.2014
Volatile Food
Th.2014
Administered
Price
Th.2014
Menurun Meningkat Stabil
110
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi di kisaran 5%
- 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan ketersediaan pasokan. Faktor produksi
sempat menjadi penyebab t ingginya inflasi kelompok ini pada awal tahun 2014 (berkurangnya
produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali seiring t ibanya
musim panen raya. Menjelang akhir tahun 2014, t ingginya permintaan masyarakat khususnya
pada komoditas bumbu-bumbuan dan daging berpotensi meningkatkan inflasi kelompok ini
karena minimnya musim panen di triwulan IV 2014 (telah memasuki musim tanam) dan belum
memadainya tata niaga atau mekanisme logist ik untuk komoditas daging sapi karena relat if
terbatasnya ketersediaan hewan ternak di masyarakat yang dapat dipotong sewaktu-waktu.
Selain itu, Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional juga harus mengirimkan hasil produksi
untuk memenuhi kebutuhan w ilayah/Provinsi lain di Indonesia sehingge berpotensi mengurangi
stok lokal.
Inflasi kelompok core inflation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran
4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domestik. Pendorong utama inflasi antara lain
kenaikan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi
inflasi akibat penetapan UMK tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai tukar Rupiah
juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha yang bahan bakunya berasal dari
impor.
xix
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III – 2014
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISTILAH
Administered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan
tarif dasar listrik.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah.
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan
Gubernur setiap bulannya.
BI-RTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian
kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika
untuk setiap instruksi transfer dana.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat
terhadap komoditas tersebut.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan
berjangka.
Ekspor dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara
dan antar provinsi.
Faktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni
interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi
masyarakat.
xx
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III – 2014
DAFTAR ISTILAH
Fakor Non Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni
produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang
ditentukan oleh pemerintah (adminisered price).
Financing tto Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank,
baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR
untuk bank konvensional.
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan
harga di luar negeri (eksternal).
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100.
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat
ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100.
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan
indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.
Inflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
xxi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III – 2014
DAFTAR ISTILAH
Kredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan
pemberian bunga, termasuk
• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase
agreement (NPA)
• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku
ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang
sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.
mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Net Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow.
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit
oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank
syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL
adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet.
Omset
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Outflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
xxii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan III – 2014
DAFTAR ISTILAH
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh
dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya
sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
lxxii
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
DAFTAR SINGKATAN
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM
Bahan Bakar Minyak
BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPS
Badan Pusat Statistik
IHK
Indeks Harga Konsumen
IKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDR
Loan to Deposit Ratio
LTV
Loan to Value
NIM
Net Interest Margin
NPF
Non Performing Financing
NPL
Non Performing Loan
PHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLN
Perusahaan Listrik Negara
PMA
Penanaman Modal Asing
lxxiii
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014
PMDN
Penanaman Modal Dalam Negeri
PMTB
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
q-t-q
Quarter to quarter
RBB
Rencana Bisnis Bank
SKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
yoy
Year on year