kajian ekonomi regional jawa timur - bi.go.id · tabel 3.5 perkembangan indikator bank perkreditan...

157
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Upload: trinhphuc

Post on 10-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

TRIWULAN III - 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan sof t copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (ht tp://www.bi.go.id)

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Visi, M isi dan Nilai St rat egis

Bank Indonesia

Visi dan M isi

Kantor Perw akilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jaw a Timur)

Misi Kantor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

dan sistem pembayaran secara ef isien dan opt imal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang

Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga bank sent ral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai st rategis yang dimiliki serta pencapaian inf lasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil M isi Bank Indonesia : 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efekt ivitas t ransmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efekt if dan ef isien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkont ribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, ef isien, dan lancar yang berkont ribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhat ikan aspek perluasan akses dan kepent ingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung t inggi nilai-nilai st rategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai Nilai St rategis : Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest Coordinat ion and Teamwork

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi

Jawa Timur Triwulan III 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian

triwulanan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders

eksternal maupun internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian,

perbankan dan sistem pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun

prospek ke depan.

Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai

pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun

swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama

ini dapat lebih dit ingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan

masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat

memberikan kemanfaatan yang maksimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan

kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada

umumnya.

Surabaya, 14 November 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

WILAYAH IV (JAWA TIMUR)

Dwi Pranoto Direktur Eksekutif

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GRAFIK v

RINGKASAN EKSEKUTIF x

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xv

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xvi

DAFTAR ISTILAH xvii

DAFTAR SINGKATAN xxi

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1

1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. I 2014 1

1.1.1 SISI PERMINTAAN 2

a. Konsumsi 3

b. Investasi 6

c. Ekspor - Impor 8

c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 9

c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 10

1.1.2 SISI PENAWARAN 12

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 15

b. Sektor Indust ri Pengolahan 17

c. Pertanian 19

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 21

e. Bangunan 22

f . Pengangkutan dan Komunikasi 24

BOKS 1

BOKS 2

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 26

2.1 KONDISI UMUM 26

2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 27

2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 31

2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 33

2.5 INFLASI MENURUT KOTA 36

2.6 DISAGREGASI INFLASI 37

BOKS 3 DAMPAK POTENSI KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI JAWA TIMUR

ii

DAFTAR ISI

PENDALAMAN PROSPEK INVESTASI DAN SUMBER PEMBIAYAAN

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK JAWA TIMUR

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 43

3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 44

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 46

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 46

3.1.3. KREDIT 48

3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 53

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 55

3.2.1. RISIKO KREDIT 56

3.2.2 RISIKO DARI SISI KORPORASI 59

3.3 PERBANKAN SYARIAH 62

3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 65

3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 67

3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 69

3.6.1 TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN TUNAI 69

3.6.2 TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 74

BOKS 4 LIKUIDITAS RUPIAH

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 80

4.1 UMUM 80

4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 80

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah 81

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 83

4.2.3 Anggaran Belanja Daerah 84

4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 86

4.3 APBD PROVINSI DAN KABUPATEN KOTA JAWA TIMUR 88

4.3.1 Rasio Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur 89

4.3.2 Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur 91

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 93

5.1 UMUM 93

5.2 KETENAGAKERJAAN 93

5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 93

5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 96

5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 97

5.3.1 Kesejahteraan Petani 97

5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 99

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 100

BOKS 5 POTENSI KENAIKAN UMK 2015

BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 104

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 104

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 106

6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 108

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 108

iii

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan) 2

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (%, yoy) 13

Tabel 2.1 Inf lasi Triwulan II Tahun 2014 & Triwulan III 2014 di Jawa Timur (mtm) 27

Tabel 2.2 Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jawa Timur (qtq) 31

Tabel 2.3 Inf lasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 34

Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inf lasi Tahunan Jawa Timur (yoy) 35

Tabel 2.5 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur Tw III-2014 36

Tabel 2.6 Inf lasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-2014 (% yoy) 37

Tabel 2.7Sumbangan Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan III-

2014 (% yoy)37

Tabel 2.8 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Volat ile Food (yoy) Tw III-2014 40

Tabel 2.9 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Core Inf lat ion (yoy) Tw III-2014 41

Tabel 2.10 Komoditas Penyumbang Inf lasi Kelompok Administered Price (yoy) Tw III-2014 42

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 43

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 44

Tabel 3.3 Perkembangan NPL Perbankan 56

Tabel 3.4 Prof il Risiko Kredit Sektoral Perbankan 60

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65

Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya (Miliar Rp) 67

Tabel 3.7 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low-Out f low) Kantor Bank Indonesia 70

Tabel 3.8 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 77

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2014 (Juta Rupiah) 81

Tabel 4.2Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jat im Triwulan III-2014 (juta

Rupiah) 83

Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2014 85

Tabel 4.4Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tw III Tahun 2014 (Juta

Rupiah) 87

Tabel 4.5 APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jat im 89

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur 94

Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU

Jawa Timur 97

Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani di Jawa 98

Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin102

Tabel 5.5Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa

Timur Menurut Daerah 103

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko Jat im Tw IV-2014 106

DAFTAR TABEL

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Tabel 6.2 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko Jat im Tahun 2014 109

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Graf ik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 2

Graf ik 1.2 Struktur Perekonomian 2

Graf ik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi dan Investasi 3

Graf ik 1.4 Pertumbuhan Ekspor Impor 3

Graf ik 1.5 Indeks Omset Riil (SPE) 4

Graf ik 1.6 Konsumsi List rik Rumah Tangga 4

Graf ik 1.7 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 4

Graf ik 1.8 Kinerja Kredit Konsumsi 4

Graf ik 1.9 Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5

Graf ik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 5

Graf ik 1.11 Survei Konsumen Kondisi saat ini 5

Graf ik 1.12 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 5

Graf ik 1.13 Impor Barang Konsumsi 6

Graf ik 1.14 Simpanan Perorangan di Perbankan 6

Graf ik 1.15 Nilai Proyek PMA 7

Graf ik 1.16 Nilai Proyek PMDN 7

Graf ik 1.17 Jumlah Proyek PMA 7

Graf ik 1.18 Jumlah Proyek PMDN 7

Graf ik 1.19 Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) 8

Graf ik 1.20 Penyaluran Kredit Investasi 8

Graf ik 1.21 Impor Barang Modal 8

Graf ik 1.22 Konsumsi Semen 8

Graf ik 1.23 Kinerja Ekspor Impor Jat im 9

Graf ik 1.24 Kinerja Perdagangan DN 10

Graf ik 1.25 Bongkar Muat Ekspor DN (Tj. Perak) 10

Graf ik 1.26 Kinerja Perdagangan LN 11

Graf ik 1.27 Neraca Perdagangan Ekspor LN 11

Graf ik 1.28 Komodit i Ekspor Jawa Timur 11

Graf ik 1.29 Kinerja Ekspor Impor LN 12

Graf ik 1.30 Komposisi Impor LN 12

Graf ik 1.31 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 13

Graf ik 1.32 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13

Graf ik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung 14

Graf ik 1.34 Ut ilisasi Kapasitas Produksi 14

Graf ik 1.35 Ut ilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 14

iv

DAFTAR GRAFIK

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Graf ik 1.36 Indeks realisasi Usaha 15

Graf ik 1.37 Indeks realisasi Usaha Sektoral 15

Graf ik 1.38 Pertumbuhan Subsektor PHR 17

Graf ik 1.39 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 17

Graf ik 1.40 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 17

Graf ik 1.41 Konsumsi List rik Golongan Bisnis 17

Graf ik 1.42 Pertumbuhan Sektor Indust ri Pengolahan 19

Graf ik 1.43 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 19

Graf ik 1.44 Konsumsi List rik Golongan indust ri 19

Graf ik 1.45 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 20

Graf ik 1.46 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 21

Graf ik 1.47 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im 21

Graf ik 1.48 Luas Lahan Puso di Jat im 21

Graf ik 1.49 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 22

Graf ik 1.50 Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im 22

Graf ik 1.51 Volume Penjualan semen di jat im 23

Graf ik 1.52 Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR 23

Graf ik 1.53 Indeks Harga Propert i Residensial 23

Graf ik 1.54 Rata-Rata Penjualan Propert i Residensial 23

Graf ik 1.55 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24

Graf ik 1.56 Arus Barang di Tanjung Perak 24

Graf ik 1.57 Penumpang Domest ik di Bandara Juanda 25

Graf ik 1.58 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 25

Graf ik 2.1 Inf lasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 26

Graf ik 2.2 Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy) 26

Graf ik 2.3 Inf lasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) 27

Graf ik 2.4 Sumbangan Inf lasi Kelompok Barang (mtm) 27

Graf ik 2.5 Inf lasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm) 28

Graf ik 2.6 Inf lasi Sub Kelompok Daging (mtm) 28

Graf ik 2.7 Inf lasi Daging dan Telur (mtm) 29

Graf ik 2.8 Inf lasi Transportasi (mtm) 29

Graf ik 2.9 Inf lasi Kelompok Sandang (mtm) 30

Graf ik 2.10 Inf lasi Bidang Pendidikan (mtm) 30

Graf ik 2.11 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas dan Bahan Bakar 31

Graf ik 2.12 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Makanan, Minuman, Rokok dan Tembakau 31

Graf ik 2.13 Komoditas Inf lasi Sub Kelompok BahanBakar, Penerangan dan Air (qtq) 32

Graf ik 2.14 Komoditas Inf lasi Sub Kelompok Pendidikan (qtq) 32

v

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Graf ik 2.15 Inf lasi Sub Kelompok Daging dan Hasil-Hasilnya (qtq) 33

Graf ik 2.16 Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 - 2014 34

Graf ik 2.17 Inf lasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan Tranpor (yo 34

Graf ik 2.18 Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan Minuman Tahun 2013 - 2014 35

Graf ik 2.19 Inf lasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, List rik, Gas Tahun 2013 - 2014 35

Graf ik 2.20 Perbandingan Inf lasi Tahunan (mtm) 8 Kota di Jawa Timur 36

Graf ik 2.21 Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kota di Jawa Timur 36

Graf ik 2.22 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) 38

Graf ik 2.23 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rata-Ratanya (yoy) 38

Graf ik 2.24 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (mtm) 38

Graf ik 2.25 Perbandingan Disagregasi Inf lasi Jat im & Rata-Ratanya (mtm) 38

Graf ik 2.26 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 41

Graf ik 2.27 Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan Datang 41

Graf ik 3.1 Perkembangan LDR 45

Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 45

Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 45

Graf ik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 46

Graf ik 3.6 Proporsi Aset Bank Umum 46

Graf ik 3.7 Perkembangan DPK Bank Umum 46

Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 46

Graf ik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq) 47

Graf ik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 48

Graf ik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 48

Graf ik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 48

Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 49

Graf ik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 49

Graf ik 3.15 Perkembangan NPL 50

Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 51

Graf ik 3.17 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 51

Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy) 51

Graf ik 3.19 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (qtq) 51

Graf ik 3.20 Proporsi Kredit Sektoral 51

Graf ik 3.21 NPL Kredit Sektoral (%) 52

Graf ik 3.22 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 53

Graf ik 3.23 Perkembangan Kredit UMKM 54

Graf ik 3.24 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 54

vi

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Graf ik 3.25 Prosentase Kredit UMKM terhadap Total Kredit 55

Graf ik 3.26 Perkembangan NPL Perbankan 57

Graf ik 3.27 HHI Sektor Ekonomi 57

Graf ik 3.28 HHI Jenis Penggunaan 57

Graf ik 3.29 Konsentrasi Kredit Menurut Jenis Penggunaan 58

Graf ik 3.30 Konsentrasi Kredit Sektoral 59

Graf ik 3.31 POD Sektor Pertambangan Jawa Timur 60

Graf ik 3.32 POD SubSektor Pertambangan Jawa Timur 60

Graf ik 3.33 POD Sektor Konstruksi Jawa Timur 61

Graf ik 3.34 POD Sub Sektor Konstruksi Jawa Timur 61

Graf ik 3.35 Transit ion Matrix Juni 2014 s.d. September 2014 62

Graf ik 3.36 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq) 63

Graf ik 3.37 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy) 63

Graf ik 3.38 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur 63

Graf ik 3.39 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 63

Graf ik 3.40 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 64

Graf ik 3.41 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan 64

Graf ik 3.42Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)

Perbankan Syariah di Jawa Timur 64

Graf ik 3.43 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% yoy) 66

Graf ik 3.44 Pertumbuhan Kredit BPR (yoy) 66

Graf ik 3.45 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan 66

Graf ik 3.46 Perkembangan LDR & NPL BPR 66

Graf ik 3.47 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 67

Graf ik 3.48 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 67

Graf ik 3.49 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 68

Graf ik 3.50Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya

(qtq)68

Graf ik 3.51Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di

Surabaya (yoy)68

Graf ik 3.52 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 68

Graf ik 3.53 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 69

Graf ik 3.54 Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low) dalam juta rupia 71

Graf ik 3.55 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 71

Graf ik 3.56 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 72

Graf ik 3.57 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan (lembar) 73

Graf ik 3.58 Stat ist ik Pecahan Uang Palsu di Jat im (lembar) 73

vii

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Graf ik 3.59 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 74

Graf ik 3.60 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 75

Graf ik 3.61 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 76

Graf ik 3.62 6 Kota Dengan Akt ivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2014 76

Graf ik 3.63 Transaksi Kliring di Jat im 78

Graf ik 3.64 Tolakan Transaksi Kliring di Jat im 78

Graf ik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jat im 80

Graf ik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jat im 82

Graf ik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tw III 2013 dan

201484

Graf ik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im 85

Graf ik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im 86

Graf ik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Tw III 2013 dan 2014 88

Graf ik 4.7 Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 90

Graf ik 4.8 Rasio PAD thd Total Pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 91

Graf ik 4.9Rasio dana Transfer thd Total Pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota

Jawa 91

Graf ik 4.10 Rasio Belanja Pegawai Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa 91

Graf ik 4.11Rasio Belanja Modal thd Total Belanja Provinsi dan Kabupaten Kota

Jawa 92

Graf ik 4.12Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total Belanja Provinsi dan Kabupaten

Kota Jawa 92

Graf ik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sektoral 94

Graf ik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 95

Graf ik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 95

Graf ik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 95

Graf ik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 97

Graf ik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 97

Graf ik 5.7Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang diterima (lt ), Indeks harga yang

dibayar (lb) 2012 - 2013 98

Graf ik 5.8 Subsektor NTP Jat im (%) 99

Graf ik 5.9 NTN, IT dan IB Jat im 100

Graf ik 5.10 Milai Tukar Nelayan di Jawa 100

Graf ik 5.11 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 101

Graf ik 6.1 Ekspetasi Konsumen 104

Graf ik 6.2 Ekspetasi Penghasilan 104

Graf ik 6.3 Est imasi realisasi usaha 105

Graf ik 6.4 Est imasi Penggunaan Tenaga Kerja 105

viii

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Ringkasan Eksekutif

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)

JAWA TIMUR 139.39 139.55 144.74 145.79 111.29 111.93 113.26

- Kota Surabaya 138.95 139.09 144.18 145.17 110.97 111.76 113.25

- Kota Malang 139.65 140.14 145.31 146.65 111.85 112.46 113.83

- Kota Kediri 138.00 138.82 144.47 145.45 112.17 112.51 113.79

- Kab. Jember 139.66 139.33 144.83 145.65 110.73 111.35 112.20

- Kota Probolinggo 144.54 137.07 141.63 142.29 112.43 112.94 114.19

- Kota Madiun 142.52 144.58 150.44 151.75 110.65 110.95 112.10

- Kab. Sumenep 137.77 142.10 147.45 148.59 110.34 110.55 112.16

- Kab. Banyuwangi 112.39 112.59 112.84

LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)

JAWA TIMUR 6.75 5.93 7.78 7.59 6.75 6.66 4.13

- Kota Surabaya 6.63 5.86 7.76 7.52 6.69 6.57 4.38

- Kota Malang 7.01 6.46 8.16 7.92 7.12 6.91 4.57

- Kota Kediri 6.70 6.05 7.79 8.05 6.76 6.54 3.58

- Kab. Jember 6.51 5.38 7.77 7.21 6.71 6.53 3.22

- Kota Probolinggo 8.20 5.59 8.02 7.98 7.37 7.04 3.60

- Kota Madiun 6.04 6.39 7.22 7.52 6.12 6.42 3.76

- Kab. Sumenep 7.42 5.10 6.76 6.62 5.86 6.00 4.15

- Kab. Banyuwangi 6.63 7.17 2.45

PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 101,592,876 104,838,963 106,972,444 106,024,163 107,954,603 111,021,373 113,291,711

- Pertanian 16,210,298 14,378,586 13,851,750 10,889,462 16,353,707 14,415,267 14,608,174

- Pertambangan dan Penggalian 1,949,636 2,177,323 2,270,837 2,299,832 2,038,696 2,240,364 2,315,550

- Industri Pengolahan 24,618,463 25,452,321 26,272,724 27,153,725 26,296,144 27,185,404 27,717,119

- Listrik, gas, dan air bersih 1,328,343 1,381,232 1,371,165 1,405,760 1,398,635 1,475,672 1,461,097

- Bangunan 3,132,579 3,564,182 3,594,584 3,714,675 3,431,447 3,847,075 3,934,563

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,903,774 34,637,806 35,766,969 36,122,757 35,136,387 37,189,872 38,045,506

- Pengangkutan dan komunikasi 7,707,809 8,393,503 8,800,228 8,936,202 8,440,159 9,025,495 9,238,886

- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,594,390 5,865,905 5,954,027 6,041,520 6,023,437 6,298,477 6,431,009

- Jasa 8,147,583 8,988,106 9,090,159 9,460,230 8,835,991 9,343,747 9,539,809

Pertumbuhan (yoy)

- Pertanian 1.42 1.42 1.92 1.65 0.88 0.26 5.46

- Pertambangan dan Penggalian 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57 2.90 1.97

- Industri Pengolahan 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81 6.81 5.50

- Listrik, gas, dan air bersih 5.61 4.60 4.63 4.16 5.29 6.84 6.56

- Bangunan 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54 7.94 9.46

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79 7.37 6.37

- Pengangkutan dan komunikasi 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50 7.53 4.98

- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67 7.37 8.01

- Jasa 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45 3.96 4.95

Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.57 6.90 6.51 6.21 6.26 5.90 5.91

20142013INDIKATOR

LAMPIRANINDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR

xviii

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

A. Perbankan

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Bank Umum :

Total Asset (Rp. Triliun) 362.32 379.47 406.88 420.52 417.36 442.61 465.12

DPK (Rp. Triliun) 287.82 293.80 313.69 335.31 332.44 350.74 371.46

- Tabungan (Rp. Triliun) 130.08 133.15 140.54 151.77 144.69 147.57 153.40

- Giro (Rp. Triliun) 46.57 45.98 51.85 53.34 52.22 60.44 62.15

- Deposito (Rp. Triliun) 111.16 114.67 121.31 130.19 135.53 142.73 155.89

Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 245.21 265.35 284.35 304.11 304.41 318.60 327.06

- Modal Kerja 142.72 153.43 165.97 181.17 179.72 186.91 192.83

- Investasi 33.43 38.62 41.56 43.96 44.90 46.30 47.93

- Konsumsi 69.06 73.31 76.82 78.98 79.79 85.39 86.3

Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.26 2.12 2.02 1.75 2.07 2.12 2.08

Loan to Deposit Ratio - LDR (% ) 85.20% 90.32% 90.64% 90.70% 91.57% 90.83% 88.05%

Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 70.40 78.65 79.16 83.26 84.99 92.29 91.13

NPL UMKM Gross (% ) 3.89 3.56 3.59 3.29 3.72 4.16 4.23

BPR :

Total Asset (Rp. Triliun) 8.57 8.97 8.80 8.89 9.15 9.43 9.73

DPK (Rp. Triliun) 4.98 5.09 5.30 5.45 5.62 5.74 5.91

- Tabungan (Rp. Triliun) 1.61 1.60 1.65 1.78 1.81 1.81 1.81

- Deposito (Rp. Triliun) 3.38 3.50 3.65 3.67 3.81 3.93 4.09

Kredit (Rp. Triliun) 6.19 6.70 6.88 6.81 7.25 7.71 7.74

- Modal Kerja 4.11 4.48 4.62 4.58 4.85 5.21 5.22

- Investasi 0.20 0.23 0.22 0.25 0.27 0.27 0.27

- Konsumsi 1.88 1.99 2.05 2.00 2.13 2.23 2.25

Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.84% 3.77% 4.30% 3.61% 4.18% 4.40% 4.94%

Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 124% 131% 130% 126% 129% 134% 131%

SYARIAH :

Total Asset (Rp. Triliun) 17.27 18.74 19.23 21.82 25.97 23.05 23.42

DPK (Rp. Triliun) 13.27 13.95 14.03 16.91 16.27 16.59 17.36

- Giro (Rp. Triliun) 1.25 1.30 0.78 0.99 0.84 1.29 1.18

- Tabungan (Rp. Triliun) 4.97 5.29 5.81 6.50 6.23 6.44 6.85

- Deposito (Rp. Triliun) 7.04 7.35 7.44 9.43 9.19 8.86 9.32

Pembiayaan (Rp. Triliun) 12.67 13.81 14.09 15.01 15.79 18.42 18.73

- Modal Kerja 5.40 5.95 6.26 6.86 7.44 6.73 7.69

- Investasi 2.31 2.58 2.51 2.77 2.98 3.32 3.16

- Konsumsi 4.96 5.27 5.32 5.39 5.36 8.37 7.87

Non Performance Financing (NPF) % 1.91 1.97 2.5 2.59 3.74 3.35 3.67

Financing to Deposit Ratio (FDR) % 95.50 98.97 100.43 86.76 97.05 111.03 107.92

B. SISTEM PEMBAYARAN

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Inflow (Rp. Triliun) 15.99 11.35 18.78 10.98 18.02 12.08 21.11

Outflow (Rp. Triliun) 8.16 11.77 18.05 14.42 8.97 10.69 19.37

Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 1.67 3.28 5.02 4.61 5.16 3.85 3.85

Nominal Transaksi RTGS 510.00 536.39 518.72 487.32 426.96 466.60 453.24

Volume Transaksi RTGS 257,086 409,646 387,880 411,368 239,219 239,220 382.144

Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 36.69 49.46 51.73 44.39 44.55 47.21 47.1

Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.30 1.38 1.35 1.06 1.17 1.2 1.15

Tolakan Kliring (Rp. Juta) 964,720 774,711 964,847 707,567 815,636 967,724 982,202

Tolakan Kliring (lembar) 25,418 21,488 25,638 18,731 19,285 21,384 20,275

2014

2014INDIKATOR

INDIKATOR2013

2013

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR

LAMPIRAN

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 1

Perkembangan Ekonomi M akro

Regional

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2014 x

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)

TRIWULAN III 2014

Asesmen Perkembangan Makro Ekonomi Perekonomian Jawa Timur (Jatim) relat if stabil pada triwulan III 2014.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy),

cenderung stabil dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang

mencapai 5,90% (yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini didorong peningkatan

konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah

dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang

hari raya idul f itri yang turut mendorong peningkatan investasi.

Peningkatan investasi juga didorong pencapaian jumlah proyek dan nilai

investasi PM DN yang mencapai t it ik tert inggi pada triwulan ini.

Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat

dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan

ekspor impor yang menunjukkan tren perlambatan sejalan dengan

penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan

dari beberapa negara tujuan ekspor.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan posit if terjadi pada sektor Pertanian;

Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-

Jasa. Sektor pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling

t inggi pada triwulan III 2014, tumbuh 5,46% (yoy), lebih t inggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy).

Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub

sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Di sisi lain,

perlambatan di sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih

rendahnya kapasitas produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar

negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jawa Timur

diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan

yang meningkatkan beban perusahaan sepert i peningkatan tarif listrik

industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini.

Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli

masyarakat yang mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara

itu, kenaikan biaya operasional di sub sektor hotel pada triwulan ini

menyebabkan t ingkat okupansi hotel dan keuntungan mengalami

penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jawa Timur yang belum stabil

menjadi penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri

dan perlambatan pertumbuhan surplus neraca perdagangan domestik.

Asesmen Inflasi

Inflasi Jatim pada triwulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun

dibandingkan triwulan sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah

dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya inflasi periode ini

karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar

minyak (BBM) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014

ini t idak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007

melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)

Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember,

Sumenep, Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.

Kinerja ekonomi Jatim di triwulan III 2014 stabil dan tumbuh sebesar

5,91% (yoy).

Inflasi Jatim menurun di level 4,13% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi nasional (4,53% ), yoy.

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2014 xi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Penyumbang utama inf lasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% -

yoy), disusul oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food

(0,24% ).Tekanan inflasi terbesar bersumber dari administered price

(6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% ) dan terendah volatile

food (1,37% ). Tingginya inf lasi kelompok administered price disebabkan

oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan

penyesuaian tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru

khususnya untuk akademi/perguruan t inggi menjadi pendorong utama

inflasi kelompok core inflation. Inflasi kelompok volatile food triwulan ini

tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya

koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya

konsumsi masyarakat.

Asesmen Perbankan

Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula dengan pertumbuhan kredit yang

melambat cukup signif ikan dari 19,30% (yoy) pada triwulan II 2014

menjadi 14,36% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak

Ketiga (DPK) tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triwulan II

2014 menjadi 16,95% (yoy) pada Triwulan III 2014 dengan nominal Rp

377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan dengan

pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54%

(triwulan II 2014) menjadi 88,72% (triwulan III 2014). Perbaikan likuiditas

dimaksud didukung oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance

Loan (NPL) dari 2,17% pada triwulan II 2014 menjadi 2,15% pada

triwulan III 2014.

Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang

menunjukkan jumlah seluruh dana perbankan yang masuk ke Jawa Timur

mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi ini menandakan adanya aliran

dana bersih yang masuk (net inflow) ke Jawa Timur mencapai Rp52,68

triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh

kantor bank yang berdomisili di Jawa Timur sebesar Rp334,81 triliun.

Angka net inf low Rp52,68 triliun ini, lebih t inggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun.

Prospek Ekonomi dan Inflasi triw ulan IV 2014

Tren perlambatan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih terjadi pada

triwulan IV 2014. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2014

diperkirakan berada di kisaran 5,50% -5,90% . Dari sisi permintaan,

pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta

membaiknya kinerja investasi Jawa Timur. Dikonfirmasi dari hasil Survei

Konsumen, kenaikan penghasilan di akhir tahun ini disebabkan karena

adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, sepert i bonus akhir

tahun dan bonus di hari Natal.

Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di t riwulan IV 2014

diperkirakan mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin

t ingginya realisasi penyerapan belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja

Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata mencapai 95% dari

rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi

belanja infrastruktur, sepert i percepatan pembangunan Tol Trans Jawa,

Frontage Road Ahmad Yani serta Tol Surabaya M ojokerto diperkirakan

menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan realisasi belanja di

triwulan IV 2014.

Kinerja

perbankan di

Jawa Timur

masih terus

menunjukkan

perkembangan

posit if , meskipun

pertumbuhan

kredit melambat

di level 14,36%

(yoy), lebih

rendah

dibandingkan

dengan triwulan

sebelumnya

(19,30% , yoy).

Ekonomi Jatim

pada triwulan IV

2014

diperkirakan

tumbuh pada

rentang 5,50% -

5,90% (yoy).

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2014 xii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jawa Timur

yang relat if membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jawa

Timur. Adanya ekspansi usaha dan pembangunan pabrik baru, sepert i

pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun

diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi negara maju yang diperkirakan mulai membaik

juga berkontribusi pada meningkatnya aliran investasi di Jawa Timur.

Dari sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami peningkatan,

terutama sektor pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan

mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih t inggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor ini

disebabkan oleh t ingginya arus penumpang dan barang menjelang hari

Natal dan Tahun Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan

Restoran juga diperkirakan mengalami peningkatan. Sementara itu, sektor

pertanian mengalami kontraksi yang relat if signif ikan, yakni diperkirakan

hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy).

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator

harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan

secara tahunan (yoy) berada di kisaran 4,8% s/d 5,1% . Dari sisi inf lasi

volatile food, t ingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat

pada akhir November dan mencapai puncaknya pada Desember 2014

sehingga dari sisi permintaan akan mendorong kenaikan harga. Dari sisi

supply, pada triwulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah memasuki

musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat

khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino

diperkirakan berdampak pada level yang minimal sehingga t idak terlalu

mempengaruhi produksi tanaman pertanian Jatim. Beberapa petani

mengantisipasi minimnya hujan dengan menanam palaw ija yang t idak

membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga lahan yang ada

tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi

kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan

dampak lanjutan pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken

(DOC) untuk melindungi harga dari sisi produsen. M encermati kondisi

tersebut, pada triwulan IV 2014 diperkirakan kelompok ini akan menjadi

salah satu penyumbang inflasi terbesar.

Kelompok inflasi Administered Prices diproyeksi masih akan mengalami tekanan

inflasi yang besar di triwulan IV 2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang

mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik tahap ke-3 pada November 2014,

berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak lanjutan kenaikan cukai

rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif transportasi karena

banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Inflasi kelompok Core Inflation pada triwulan IV 2014 juga diproyeksi

meningkat namun pada level yang moderat. Tekanan utama inflasi

diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan t ingginya transaksi

ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan permintaan

dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan

kenaikan Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi

mempengaruhi harga jual karena meningkatnya biaya produksi. Belum

stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi risiko bagi para pelaku

usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang

selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.

Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014

Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014

mencapai 5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun

Inflasi IHK pada

triwulan IV 2014,

diperkirakan berada

di kisaran 4,8% s/d

5,1% (yoy).

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2014 xiii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

2013 yang mencapai 6,55% . Pertumbuhan ini diyakini masih yang

tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami

perlambatan, kecuali konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih

menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Secara

keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan Jawa Timur mengalami

kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat

pemberlakunan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi

Jawa Timur adalah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Komoditas unggulan Jawa Timur diharapkan mampu bersaing dengan

komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang

tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis

Jawa Timur dalam menjawab kebutuhan masyarakat pada high

technology goods.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal

dari sektor utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas

Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan sektor Pertanian. Industri Jawa Timur yang

menjadi backbone industri nasional menyumbang pertumbuhan ekonomi

di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014

mewarnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UM K, kenaikan tarif

listrik serta rencana peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja

perekonomian Jawa Timur di tahun ini. Tekanan juga terjadi di sektor

keuangan, tren pengetatan kredit di Jawa Timur juga menjadi salah satu

faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor

pertanian hingga akhir tahun 2014 t idak signif ikan terpengaruh oleh

adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta penganekaragaman

komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan

penurunan produksi tanaman pangan.

Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun

2013 telah termoderasi pada triwulan III 2014, walaupun meningkat

kembali karena kenaikan tarip listrik dan bahan bakar rumah tangga. Dari

sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung Kelud pada awal

tahun 2014 t idak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan t ingkat

harga Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah

Provinsi melalui TPID Jatim. Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun

2014 terjadi pada triwulan I 2014 karena belum dimulainya musim panen

dan triwulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan banyaknya

hari libur.

Pada triwulan IV 2014, tekanan inf lasi juga diproyeksi meningkat karena

t ingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru

2014. Mengacu pada hal tersebut, inf lasi Jatim pada tahun 2014

diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu secara tahunan

berada di kisaran 4,5% + 1% .

Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara

tahunan kelompok administered price diperkirakan masih mengalami

tekanan inflasi terbesar, disusul oleh volatile food dan core inflation.

Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014 diperkirakan

berada di kisaran 8% - 10% , relat if lebih rendah dibandingkan tahun

2013 dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan

rumah tangga, tarip listrik dan transportasi.

Secara

keseluruhan,

pertumbuhan

ekonomi Jatim

tahun 2014

diproyeksikan

tumbuh pada

rentang 5,70-%

s.d 6,10% (yoy).

Secara keseluruhan,

inflasi akhir tahun

diperkirakan mereda

di kisaran 4,5+1% .

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan III-2014 xiv

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi

di kisaran 5% - 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan

ketersediaan pasokan. Faktor produksi sempat menjadi penyebab

t ingginya inflasi kelompok ini pada awal tahun 2014 (berkurangnya

produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali

seiring t ibanya musim panen raya.

Inflasi kelompok core inf lation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada

pada kisaran 4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domest ik.

Pendorong utama inflasi antara lain kenaikan konsumsi masyarakat

karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi inflasi

akibat penetapan UMK tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai

tukar Rupiah juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha

yang bahan bakunya berasal dari impor.

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

1 PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Triwulan III 2014

Perekonomian Jawa Timur (Jatim) menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada triwulan

III 2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 5,91% (yoy), stabil

dibandingkan triwulan II 2014 (5,90% , yoy). Angka ini lebih t inggi dibandingkan pertumbuhan

nasional yang tercatat sebesar 5,01% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan periode ini

didorong peningkatan konsumsi pemerintah dan investasi. Peningkatan konsumsi pemerintah

dipengaruhi pencairan gaji ke-13 serta perbaikan infrastruktur menjelang hari raya idul f itri

yang turut mendorong peningkatan investasi. Peningkatan investasi juga didorong pencapaian

jumlah proyek dan nilai investasi PMDN yang mencapai t it ik tert inggi pada triwulan ini.

Komponen lainnya berupa konsumsi rumah tangga terlihat melambat dipengaruhi oleh

penurunan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan ekspor impor yang menunjukkan tren

perlambatan sejalan dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya

permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor.

Dari sisi penawaran, kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cenderung stabil di

triwulan III 2014 tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama yang diimbangi

dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan posit if terjadi pada sektor Pertanian;

Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor pertanian

merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling t inggi pada triwulan III 2014, tumbuh 5,46%

(yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy).

Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor tanaman bahan

makanan (tabama) dan peternakan. Di sisi lain, perlambatan di sektor Industri Pengolahan

seiring dengan masih rendahnya kapasitas produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar

negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan kinerja ekspor Jawa Timur diperkirakan juga

menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan

seperti peningkatan tarif listrik industri turut memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor

ini. Perlambatan di sektor PHR disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat yang

mendorong penurunan sub sektor restoran. Sementara itu, kenaikan biaya operasional di sub

sektor hotel pada triwulan ini menyebabkan t ingkat okupansi hotel dan keuntungan

mengalami penurunan. Dari sisi perdagangan, ekspor Jawa Timur yang belum stabil menjadi

penyebab berlanjutnya defisit neraca perdagangan luar negeri dan perlambatan pertumbuhan

surplus neraca perdagangan domestik.

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

2

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan)

Pertumbuhan 2011 2012

2013 2014

Ekonomi dan Inflasi Wilayah I II III IV Total I II III

PDRB (%,yoy) 7.2 7.3 6.7 6.9 6.5 6.2 6.5 6.3 5.9 5.9

Sisi Permintaan

Konsumsi 6.6 5.6 6.3 6.6 7.1 7.7 6.9 7.9 7.0 6.9

Konsumsi swasta 7.2 6.1 6.8 6.9 7.5 8.2 7.4 8.3 8.7 8.1

Konsumsi Pemerintah 1.3 0.2 0.3 2.8 2.5 2.9 2.3 2.6 (10.6) (5.9)

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.7 5.4 6.1 6.3 6.5 7.7 6.7 7.5 5.1 6.3

Ekspor 11.1 11.6 8.5 6.9 5.5 5.2 6.5 9.3 7.1 3.5

Impor 7.6 9.8 5.6 5.0 4.9 6.0 5.4 5.7 5.1 1.7

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pertanian Pertambangan Dan Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih

Konstruksi Perdagangan , Hotel Dan Restoran

Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perush

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Grafik 1.2. Struktur Perekonomian

1.2.1. SISI PERMINTAAN

Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan bersumber dari peningkatan konsumsi

pemerintah yang dipengaruhi pencairan gaji ke-13 pada Juli 2014 serta alokasi dana untuk

perbaikan infrastruktur jalan menjelang perayaan hari raya idul f itri. Selain itu, peningkatan

investasi khususnya PMDN turut mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Sumber

perlambatan ekonomi berasal dari menurunnya konsumsi rumah tangga serta kinerja ekspor

impor baik dalam maupun luar negeri. Penurunan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh

penurunan daya beli yang disebabkan banyaknya kasus pengurangan pegawai di beberapa

daerah Jawa Timur sepanjang tahun 2014. Sedangkan penurunan kinerja ekspor impor

dipengaruhi turunnya permintaan beberapa negara tujuan ekspor serta menurunnya kinerja

sektor industri pengolahan yang selama ini masih mengandalkan bahan baku impor.

(Rp. Triliun)

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

3

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

a. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dipengaruhi penurunan daya beli

masyarakat akibat fenomena pemutusan hubungan kerja beberapa industri dalam rangka

efisiensi. Kondisi ini dikonfirmasi oleh jumlah penduduk bekerja per Agustus 2014 yang

berkurang sebanyak 247.000 orang dibandingkan Agustus 2013. Selain itu, t ingkat

pengangguran terbuka Jawa Timur per Agustus 2014 juga mengalami peningkatan sebesar

0,17% dibandingkan Februari 2014. Selain itu, penurunan kinerja sektoral khususnya PHR dan

industri pengolahan turut mempengaruhi melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan

ini.

Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara yoy lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya, secara qtq pertumbuhan konsumsi rumah tangga menunjukkan

peningkatan didorong t ingginya konsumsi makanan dan non makanan pada momen-momen

khusus seperti ramadhan, idul f itri, libur sekolah dan tahun ajaran baru. Peningkatan konsumsi

rumah tangga terjadi hampir pada semua komoditas kecuali komoditas peralatan rumah

tangga. Kondisi ini dikonfirmasi melalui indeks omset riil yang menunjukkan tren peningkatan

dibandingkan tren sebelumnya.

Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga juga mengalami perlambatan menjadi

3,66% dibandingkan triwulan sebelumnya (10,9% , yoy). Kondisi ini diperkirakan terjadi karena

masyarakat semakin cermat dalam menggunakan listrik, mengingat pada bulan Juli dan

September (Triwulan III) tahun 2014 terjadi kenaikan tarif listrik untuk semua golongan

pelanggan. Akan tetapi, t ingkat konsumsi masyarakat yang melambat ternyata t idak

menghambat keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini. Survei konsumen yang

dilakukan KpwBI Wilayah IV menunjukkan kenaikan indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB gKons RT gPMTB(%, yoy)

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB gEkspor gImpor(%, yoy)

Sumber : BPS Jatim

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi & Investasi Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

hingga mencapai level 129, lebih t inggi dibandingkan triwulan I dan II tahun 2014. Hal ini turut

mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) yang mencapai level 128 pada periode laporan. Meningkatnya angka IKE pada

periode laporan disebabkan kenaikan Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan

Lapangan Kerja Saat Ini serta Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama.

-

100

200

300

400

500

600

700

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014

Indeks Omset Riil Suku Cadang

Bahan Bakar Alat Tulis

Mamin & Tembakau Perlengkapan Rumah Tangga (rhs)

Konstruksi Barang Budaya & Rekreasi (rhs)

(INDEKS)

(INDEKS)

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik RT gKonsumsi Listrik RT (rhs)

(kwh) (yoy)

Grafik 1.5. Indeks Omset Riil

Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Di sisi lain, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama diperkirakan akan sedikit

tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi perbankan sebagaimana tercermin

dari melambatnya pertumbuhan kredit konsumsi di Jawa Timur. Perlambatan pertumbuhan ini

telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit konsumsi peruntukan rumah tinggal

dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat sekitar 8% dibandingkan dengan triwulan II

2014. Komponen yang masih mengalami pertumbuhan pada triwulan ini adalah kredit

konsumsi yang ditujukan untuk pembelian rumah tipe kecil.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Share Kredit Kons. (rhs) Kredit Konsumsi gKredit Kons. (rhs)

Rp Miliar %, yoy

Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Sepeda Motor Mobil

Rmh Tipe Diatas 70 Rmh Tipe 22 s.d. 70

Rmh s.d. Tipe 21

(Miliar Rp)

Grafik 1.9. Komposisi Kredit Konsumsi

(Rumah & Mobil)

Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Konsumsi

(Rumah & Mobil)

Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, bahwa tumbuhnya konsumsi rumah

tangga turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan

tumbuhnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) di atas

level 128. Kenaikan IKE lebih dominan didorong oleh persepsi masyarakat atas membaiknya

t ingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan ketepatan waktu pembelian barang

tahan lama saat ini. Beberapa tantangan seperti kenaikan TTL, ketidakpastian arah ekonomi

negara berkembang serta penyesuaian respon atas UU M inerba yang tadinya dikhawatirkan

kelompok masyarakat rumah tangga tampaknya sudah dipandang secara optimis pada

triwulan ini.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Penghasilan Saat IniIndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan LamaIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja

0

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Ekspektasi Penghasilan 6 bulan y.a.d.Kondisi Ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan y.a.d.

Grafik 1.11. Survei Konsumen Kondisi Saat

Ini

Grafik 1.12. Survei Konsumen Ekspektasi

Masyarakat

Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen

sebagaimana terkonfirmasi dari peningkatan keyakinan konsumen akan peningkatan

penghasilan serta ketersediaan lapangan kerja dalam 6 (enam) bulan mendatang. Namun

demikian, keyakinan masyarakat akan kondisi ekonomi Indonesia 6 (enam) bulan yang akan

datang masih melambat dipengaruhi isu kenaikan BBM serta masa transisi pemerintahan baru.

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

6

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Kondisi perlambatan konsumsi rumah tangga didukung pertumbuhan simpanan

perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi masyarakat. Tertahannya

pertumbuhan variabel ini diduga sebagai dampak dari penurunan daya beli masyarakat akibat

kondisi keuangan yang kurang baik. Masyarakat lebih memilih melakukan penyimpanan dana

dibandingkan membelanjakan uangnya untuk kepentingan konsumsi. Penerimaan gaji ke-13

serta pesangon dari kegiatan PHK dan pensiun dini perusahaan turut mendorong tumbuhnya

dana simpanan masyarakat. Namun demikian, angka pertumbuhan ini masih lebih t inggi

dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya. Selanjutnya, tracking atas perkembangan kinerja

impor barang konsumsi masyarakat Jatim mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan

konsumsi barang impor yang didominasi oleh komodit i khususnya kendaraan.

Grafik 1.13. Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan

b. Investasi

Kinerja investasi di triwulan III 2014 tumbuh lebih t inggi (5,14% - yoy) dibandingkan

dengan triwulan II 2014 (6,27% % ). Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan

investasi adalah perbaikan infrastruktur jalan menjelang hari raya idul f itri serta kelanjutan

pembangunan tol trans jawa kertosono-mojokerto. Peningkatan investasi terutama berasal

dari pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan nilai proyek mencapai

11,4 Triliun atau tumbuh sebesar 8,54% (qtq) dan 30% (yoy). Namun demikian, kondisi

berbeda terjadi pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengalami penurunan sebesar

21,58% (qtq) dan 18% (yoy). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan komponen biaya

produksi meliputi upah tenaga kerja, tarif energi dan pajak turut memberikan sentimen

negatif terhadap minat investor asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jawa Timur.

Ditambah dengan masih t ingginya hambatan perijinan investasi di t ingkat kab/kota terutama

di bidang ijin lingkungan serta kesulitan upaya pembebasan lahan. Keterbatasan tenaga kerja

siap pakai juga turut menjadi salah satu faktor yang menghambat penanaman modal oleh

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

7

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

investor asing maupun dalam negeri. Sejumlah kontak liaison cenderung untuk wait and see

terhadap kondisi perpolit ikan nasional sembari menunggu arah kebijakan pemerintahan baru.

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal

Grafik 1.15. Nilai Proyek PMA

Grafik 1.16. Nilai Proyek PMDN

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman M odal

Grafik 1.17. Jumlah Proyek PMA Grafik 1.18. Jumlah Proyek PMDN

Meskipun investasi mengalami peningkatan, penyaluran kredit investasi mengalami

penurunan menjadi 15,16% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

19,55% . Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil liaison, pelaku

usaha masih mengambil sikap wait and see dengan meminimalisasi investasi menunggu arah

kebijakan pemerintahan baru khususnya terkait rencana kenaikan tarif energi.

Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah pembelian

kendaraan yang dipergunakan untuk kepentingan produksi. Kondisi ini sejalan dengan kinerja

sektor pertambangan KTI yang mulai menunjukkan perbaikan. Investasi mesin pada triwulan

ini mengalami penurunan seiring perlambatan yang terjadi pada industri padat modal seperti

industri tekstil, industri karet serta barang dari karet, industri makanan serta industri

kendaraan bermotor.

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

8

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.19. Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi

Grafik 1.21. Impor Barang Modal

Investasi di sektor bangunan turut menunjukkan tren perlambatan sebagaimana

dapat dilihat dari kinerja penjualan semen di Jatim. Kondisi ini turut mengkonfirmasi sikap

wait and see para pelaku usaha terhadap kebijakan pemerintah baru 5 (lima) tahun

mendatang.

Grafik 1.22. Konsumsi Semen

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

9

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

c. Ekspor Impor

Di tengah melambatnya kinerja ekspor impor Jatim, tercatat neraca perdagangan

Jatim masih dalam kondisi net ekspor (surplus), yang banyak disumbang dari transaksi ekspor

impor dalam negeri. Meskipun pertumbuhan ekspor dalam negeri kembali mengalami

perlambatan (dari level 14,21% (yoy) menjadi 13,64% ), namun masih mencatatkan angka

surplus, mengingat masih rendahnya angka kebutuhan impor Jatim dari daerah lain.

Perlambatan kinerja ekspor dalam negeri masih disebabkan kondisi KTI yang belum pulih

sepenuhnya.

Sejalan dengan kondisi pada triwulan II 2014, transaksi perdagangan luar negeri Jatim

kembali mencatatkan angka deficit disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor luar negeri

dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% , begitu juga dengan impor yang turut mengalami

penurunan dari -0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Perlambatan kinerja ekspor impor luar negeri

lebih disebabkan berkurangnya marjin usaha sebagai akibat dari meningkatnya biaya produksi

dan masih t ingginya kandungan impor bahan baku.

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.23. Kinerja Ekspor Impor Jatim

c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah

Di tengah perlambatan kinerja ekspor antar daerah Jatim, kondisi neraca perdagangan

masih mencatatkan angka net ekspor (surplus), yang meningkat sebesar 0,21 juta USD

dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat ekspor antar daerah Jatim menunjukkan sedikit

perlambatan dari 14,21% (yoy) menjadi 13,64% didorong kondisi kawasan t imur indonesia

sebagai salah satu tujuan ekspor utama Jawa Timur yang belum pulih sepenuhnya, begitu

juga dengan impor turut mengalami perlambatan dari 10,02% menjadi 9,63% .

Meskipun secara yoy, ekspor impor antar daerah menunjukkan perlambatan,

pertumbuhan secara qtq menunjukkan peningkatan kinerja perdagangan antar daerah.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

10

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Kondisi ini terutama didorong meningkatnya permintaan kendaraan untuk produksi

pertambangan seiring membaiknya kondisi ekonomi kawasan t imur. Selain itu, persiapan

menjelang perayaan Idul Adha yang jatuh pada bulan Oktober 2015 turut mendorong ekspor

hewan ternak ke w ilayah luar Jawa Timur. Terjaganya impor antar daerah turut

mengkonfirmasi masih stabilnya kinerja sektor industri pengolahan di Jatim. Hal ini

berdasarkan data bahwa komoditas impor antar daerah masih didominasi kelompok bahan

baku industri Jatim berupa aneka kayu dan makanan laut. Peningkatan transaksi

perdagangan antar daerah ini terkonfirmasi oleh realisasi yang lebih t inggi pada jumlah

volume barang yang dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak.

Grafik 1.24. Kinerja Perdagangan DN Grafik 1.25. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)

c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri

Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali mengalami deficit melanjutkan tren

penurunan pada triwulan II 2014. Masih t ingginya ketergantungan impor luar negeri

khususnya barang modal dan barang konsumsi mendorong pelemahan neraca perdagangan

Jatim. Selain itu, komoditas unggulan ekspor Jawa Timur mengalami penurunan dikarenakan

penurunan kinerja sektor industri pengolahan serta turunnya permintaan beberapa negara

tujuan ekspor akibat belum stabilnya perekonomian global.

c. 2.1. Ekspor Luar Negeri

Kinerja ekspor jat im mengalami penurunan dari -1,77% (yoy) menjadi -8,97% .

Perlambatan kinerja ekspor luar negeri jat im dipicu menurunnya volume ekspor komoditas

unggulan seperti perhiasan permata, bahan kimia organik, produk hasil olahan tembakau,

alas kaki, furnitur serta komoditas kertas. Perlambatan ekspor luar negeri juga dipengaruhi

kemampuan sektor industri pengolahan yang menunjukkan penurunan pada triwulan ini

serta turunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor seperti Cina, Jepang, Uni

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Vol Barang g Jml Barang (rhs)Ribu Ton % yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

11

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Emirat, Afrika Selatan dan Hongkong. Upaya diversif ikasi negara tujuan ekspor pada dasarnya

telah dilakukan oleh pemerintah Jawa Timur, akan tetapi pola permintaan dari negara tujuan

ekspor baru yang masih belum stabil, belum dapat mengimbangi proporsi ekspor ke negara

mitra dagang utama (Jepang & AS).

Grafik 1.26. Kinerja Perdagangan LN Grafik 1.27. Neraca Perdagangan Ekspor LN

Grafik 1.28. Komoditi Ekspor Jawa Timur

c. 2.2. Impor Luar Negeri

Kinerja impor luar negeri Jatim pada Triwulan III 2014 menunjukkan penurunan dari

-0,48% (yoy) menjadi -6,88% . Impor Jatim yang sebagian besar didominasi oleh barang

bahan baku dan barang modal menunjukkan karakter ekonomi Jatim sebagai daerah

industri. Perlambatan impor periode ini disebabkan menurunnya impor bahan baku sejalan

dengan penurunan kinerja sektor industri pengolahan khususnya industri pengolahan

tembakau, industri kayu dan industri tekstil, sedangkan jenis barang modal dan barang

konsumsi masih mengalami peningkatan. Berdasarkan klasif ikasi HS 2 Digit, komposisi impor

Jatim pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas mesin dan alat mekanik

(14,16% dari total impor), bungkil industri makanan (9,51% ) serta besi dan baja (6,8% ).

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

12

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

1.2.2. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan III 2014 masih

didominasi oleh t iga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor

Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap

PDRB Jawa Timur triwulan III 2014 sebesar 31,43% (PHR), 26,31% (Industri Pengolahan) dan

14,87% (Pertanian). Kontribusi sektor pertanian cenderung meningkat, sementara kontribusi

sektor PHR dan sektor Industri Pengolahan cenderung stabil.

Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cenderung stabil di triwulan III 2014

(5,91% , triwulan II 2014: 5,90% ) tercermin dari peningkatan kinerja beberapa sektor utama

yang diimbangi dengan perlambatan sektor lainnya. Pertumbuhan posit if terjadi pada sektor

Pertanian; Bangunan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta sektor Jasa-Jasa. Sektor

pertanian merupakan sumber pertumbuhan ekonomi paling t inggi pada triwulan III 2014,

tumbuh 5,46% (yoy), lebih t inggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

0,26% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini disebabkan karena peningkatan kinerja di sub sektor

tanaman bahan makanan (tabama) dan peternakan. Pada triwulan ini masih terdapat panen

padi di beberapa w ilayah dengan stok komoditas hort ikultura yang masih mencukupi. Di sisi

lain, kinerja tanaman palaw ija juga cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam

petani dari komoditas padi ke palaw ija seiring dengan curah hujan yang rendah. Hal ini

diperkirakan menjadi pendorong peningkatan sub sektor tabama. Sedangkan sub sektor

peternakan juga mengalami peningkatan kinerja seiring dengan t ingginya permintaan sapi

hidup menjelang Idul Adha dan kenaikan harga susu sapi.

Pada triwulan III 2014, sektor yang mengalami perlambatan adalah sektor

Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas, dan Air Bersih; Perdagangan,

Hotel, dan Restoran; serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor yang melambat paling

signif ikan adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 4,98% (yoy), melambat

Grafik 1.29 Kinerja Ekspor Impor LN Grafik 1.30 Komposisi Impor LN

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

13

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,53% (yoy). Perlambatan tersebut

bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi dan sub sektor angkutan laut serta

angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah pemudik t idak setinggi tahun

sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga berpengaruh pada penurunan jumlah

penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain,

perang tarif yang berlangsung antar provider telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai

tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada kinerjanya di triwulan III 2014. Keseluruhan hal

itu menyebabkan penurunan sektor Pengangkutan dan Komunikasi di triwulan ini. Penurunan

arus pemudik di tahun ini juga menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran.

Perlambatan sektor Industri Pengolahan seiring dengan masih rendahnya kapasitas

produksi di triwulan ini. Penurunan permintaan luar negeri yang terkonfirmasi dari perlambatan

kinerja ekspor Jawa Timur diperkirakan juga menjadi salah satu penyebabnya. Kebijakan-

kebijakan yang meningkatkan beban perusahaan sepert i peningkatan tarif listrik industri turut

memperlambat pencapaian nilai tambah di sektor ini.

Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (% , yoy)

I II III IV I II III IV I II III

1. PERTANIAN 2.76 4.68 4.36 1.95 1.42 1.42 1.92 1.65 0.88 0.26 5.46

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 5.13 2.01 1.37 1.24 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57 2.90 1.97

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81 6.81 5.50

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.07 6.69 5.25 5.90 5.61 4.60 4.63 4.16 5.29 6.84 6.56

5. BANGUNAN 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54 7.94 9.46

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79 7.37 6.37

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50 7.53 4.98

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 7.76 8.52 8.18 7.20 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67 7.37 8.01

9. JASA-JASA 5.18 4.94 4.63 5.50 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45 3.96 4.95

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.27 7.30 7.42 7.10 6.57 6.90 6.51 6.21 6.26 5.90 5.91

LAPANGAN USAHA20132012 2014

Grafik 1.31

Pertumbuhan Tiga Sektor Utama

Grafik 1.32

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

14

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Grafik 1.34

Utilisasi Kapasitas Produksi

Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan

bahwa kinerja dunia usaha di Jawa Timur pada triwulan III 2014 secara qtq masih

menunjukkan pertumbuhan yang posit if , tercermin dari indikator realisasi kegiatan usaha yang

mengalami kenaikan sebesar 0,52 poin, dengan nilai SBT sebesar 22,46% . Peningkatan kinerja

dunia usaha dipengaruhi oleh faktor seasonal (lebaran). Sejalan dengan arah pertumbuhan

ekonomi di triwulan III 2014, secara sektoral, utilisasi kapasitas produksi di sektor Pertanian dan

Listrik, Gas, Air Bersih mengalami kenaikan. Sementara itu, utilisasi produksi di sektor Industri

Pengolahan cenderung menurun. Ekspektasi pelaku usaha terhadap aktivitas ekonomi pada

triwulan mendatang diperkirakan masih optimis, diindikasikan dari indikator ekspektasi

kegiatan usaha yang masih menguat sebesar 4,48 poin dengan SBT sebesar 26,95% .

Grafik 1.35

Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral

Grafik 1.33

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Sumber: BPS Jatim, diolah

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

15

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)

Pada triwulan III 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami

perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dari 7,37% (yoy) menjadi 6,37% (yoy).

Perlambatan terjadi di semua sub sektor, terutama sub sektor restoran yang melambat sebesar

2,46% dari 9,45% (yoy) menjadi 6,99% (yoy). Begitu pula di sub sektor perdagangan dan sub

sektor hotel yang mengalami perlambatan.

Berdasarkan informasi di lapangan, perlambatan yang terjadi di sub sektor restoran

disebabkan karena pengaruh t idak langsung dan pengaruh langsung kenaikan LPG 12 kg yang

diresmikan oleh Pemerintah. Dikonfirmasi dari Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia

(Apkrindo), dampak t idak langsung kenaikan harga LPG yaitu mampu menurunkan daya beli

masyarakat, sehingga permintaan terhadap produk makanan-minuman ritel menurun.

Sementara itu, dampak langsungnya, kenaikan harga LPG 12 kg meningkatkan biaya

operasional pengusaha seiring dengan masih terdapatnya usaha restoran dan kafe, terutama

yang berskala kecil yang masih menggunakan LPG 12 kg di Jawa Timur. Kenaikan biaya t idak

direspon oleh pengusaha dengan meningkatkan harga jual, sehingga marjin keuntungan

cenderung menurun dalam triwulan ini. Di Jember, pengusaha restoran mengalami penurunan

keuntungan di kisaran 10% -20% .

Di tahun 2015, diperkirakan sub sektor restoran mampu mengalami peningkatan

kinerja. Apkrindo memprediksi akan terjadi kenaikan jumlah restoran dan kafe hingga 15%

seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur. Hal ini disebabkan karena sektor usaha

kuliner merupakan sektor pendukung properti, sepert i hotel, mal, dan infrastruktur jalan.

Sehingga, percepatan infrastruktur di Jawa Timur, seperti ruas jalan Middle East Ring Road

Grafik 1.36

Indeks Realisasi Usaha

Grafik 1.37

Indeks Realisasi Usaha Sektoral

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

16

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

(MERR) dan Frontage Road Jl. Ahamad Yani akan mendorong tumbuhnya usaha kuliner baru

dan meningkatkan kinerja sub sektor restoran.

Perlambatan di sub sektor perdagangan di triwulan ini, yaitu tumbuh 6,24% (yoy),

menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,98% (yoy)

disebabkan karena kontraksi perdagangan Jawa Timur dengan pihak asing maupun pihak lokal.

Kinerja perdagangan luar negeri Jawa Timur menurun secara signif ikan. Neraca perdagangan

luar negeri Jawa Timur mengalami net import sebesar Rp 9,88 triliun, lebih t inggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 8,41 triliun. Belum stabilnya pasar luar

negeri di triwulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. Sementara itu, kinerja

perdagangan antar daerah Jawa Timur juga menunjukkan perlambatan. Neraca perdagangan

domestik Jawa Timur meskipun masih mencatatkan adanya surplus perdagangan sebesar Rp

22,14 triliun di triwulan III 2013, namun pertumbuhannya cenderung melambat. Pada triwulan

III 2014, net export perdagangan antar daerah mampu tumbuh 4,02% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,19% (yoy).

Perlambatan di sub sektor hotel, yaitu tumbuh 6,83% (yoy), melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,24% (yoy) disebabkan karena t ingginya tekanan

di sub sektor ini yang semakin meningkat. Seiring t ingginya biaya operasional sektor perhotelan

(tarif listrik, BBM, dan upah pegawai) di Jawa Timur, kinerja sub sektor ini mengalami

perlambatan. Beradasarkan informasi dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI),

t ingginya persaingan usaha hotel dan penginapan menyebabkan pengusaha t idak

meningkatkan harga sewa per kamar, sehingga keuntungannya cenderung menurun.

Pengusaha memilih untuk melakukan efisiensi dengan merumahkan tenaga kerjanya. Sebagai

informasi, t ingkat persaingan hotel yang t inggi di Jawa Timur yang tercermin dari peningkatan

pertumbuhan hotel baru yang mencapai 40% , t idak sebanding dengan peningkatan

pertumbuhan w isatawan yang rata-rata hanya tumbuh sebesar 8% -10% . Hal ini menyebabkan

t ingkat okupansi hotel di Jawa Timur hanya mencapai 55% -57% . Penurunan kinerja sub sektor

hotel juga tercermin dari konsumsi listrik golongan bisnis yang mengalami penurunan di

triwulan III 2014.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

17

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan mengalami perlambatan pada triwulan III 2014. Industri

pengolahan mampu tumbuh sebesar 5,50% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,81% (yoy). Sumber utama pertumbuhan ini terutama

berasal dari sub sektor semen dan barang galian bukan logam yang meningkat sebesar 10,27%

dari 6,72% (yoy) menjadi 16,99% (yoy). Peningkatan kinerja di sub sektor ini sejalan dengan

peningkatan sektor bangunan yang tumbuh 9,46% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Kinerja sektor bangunan yang ekspansif mendorong

peningkatan permintaan bahan baku bangunan, sepert i semen, batu, pasir dan barang galian

lainnya. Sumber utama pertumbuhan di sektor Industri Pengolahan selanjutnya adalah sub

sektor industri kertas dan barang cetakan. Peningkatan di sub sektor ini disebabkan karena

adanya tahun ajaran baru di bulan Juli-Agustus, terutama untuk kalangan mahasiswa. Hal ini

meningkatkan permintaan terhadap industri kertas, baik berupa buku tulis, serta textbook.

Grafik 1.41

Konsumsi Listrik Golongan Bisnis

Grafik 1.40

Lama Wisataw an Menginap di Hotel

Grafik 1.38

Pertumbuhan Subsektor PHR

Grafik 1.39

TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman

Sumber: BPS Jatim , diolah

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

18

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Sumber utama perlambatan di sektor Industri Pengolahan adalah perlambatan di

industri logam dasar besi dan baja, industri tekstil dan industri makanan-minuman dan

tembakau. Perlambatan industri logam dasar besi dan baja masih merupakan dampak atas

penurunan volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba). Hingga triwulan III 2014,

telah terdapat t iga buah smelter (pemurnian baja) yang dalam tahap realisasi pembangunan,

yakni di Gresik, Tuban dan Lumajang. Salah perusahaan tambnag terbesar di Indoensia saat ini

juga sedang dalam proses mematangkan rencana pembangunan smelter tembaga di Gresik

dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton konsentrat tembaga di lahan seluas 80 hektar dan total

investasi sebesar US $ 2,3 miliar. Jawa Timur dipilih sebagai lokasi pembangunan smelter

karena adanya jaminan infrastruktur yang baik, dukungan Pemerintah Daerah yang t inggi serta

dekat dengan lokasi industri pengguna produk sampingan.

Sumber perlambatan selanjutnya adalah industri tekstil. Pada triwulan ini terdapat 3

pabrik di Jawa Timur dan 8 pabrik di Indonesia yang menutup kegiatan usahanya, yaitu 2

pabrik di Surabaya, 1 pabrik di Pandaan, 2 pabrik di Bandung, 1 pabrik di Sragen, 1 pabrik di

Pekalongan dan 1 pabrik di Banten. Terdapat ribuan tenaga kerja yang diberhentikan maupun

dirumahkan untuk sementara waktu. Penurunan kinerja ini disebabkan karena t ingginya beban

listrik di industri tekstil yang mencapai 25% dari total biaya. Beban listrik itu sebanyak 18% -

23% digunakan di sektor pemintalan dan 15% -19% digunakan di sektor perajutan.

Perlambatan di sub sektor industri makanan-minuman dan tembakau, terutama di

industri tembakau juga merupakan sumber perlambatan sektor ini yang telah terjadi dalam

beberapa waktu terakhir. Berbagai kebijakan menekan kinerja sub sektor ini yang

menyebabkan penurunan permintaan dan pangsa pasar industri tembakau di Jawa Timur.

Beberapa pabrik besar, merumahkan pegawainya dan memberikan opsi pensiun dini,

sementara itu, pabrik rokok yang lain di Malang juga merumahkan 1.000 karyawannya.

Industri rokok kecil (golongan III) dengan produksi 0-500 juta batang per tahun juga turut

terdampak. Dua pabrik rokok, yaitu di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi menutup

usahanya seiring dengan penurunan permintaan Sigaret Kretek Tangan serta persaingan

dengan industri besar yang semakin ketat.

Perlambatan di sub sektor makanan-minuman dan tembakau juga disebabkan karena

kinerja industri gula di Jawa Timur yang mengalami kelesuan. Harga pasar berada di bawah

HPP Pemerintah. Harga lelang yang disepakati berada di bawah HPP (Rp 8.500/kg), bahkan per

kilogram mencapai Rp 8.100. Perlambatan di sektor Industri Pengolahan ini juga terkonfirmasi

dari pertumbuhan konsumsi listrik industri yang mengalami penurunan serta penurunan impor

bahan baku (intermediate goods) di triwulan III 2014.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

19

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

.

c. Pertanian

Kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan dan koreksi yang relatif signif ikan di

triwulan III 2014. Sektor ini mampu tumbuh sebesar 5,46% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,26% (yoy). Peningkatan tersebut

terjadi di dua sub sektor utama, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan yang tumbuh posit if

dari -1,60% (yoy) menjadi 5,66% (yoy). Selain itu, sub sektor peternakan juga mengalami

peningkatan dari -3,02% (yoy) menjadi 1,39% (yoy).

Peningkatan di sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) disebabkan karena masih

terdapatnya panen padi di beberapa w ilayah, terutama Kabupaten Jember. Selain itu, stok

komoditas hort ikultura juga masih mencukupi. Di sisi lain, kinerja tanaman palaw ija juga

cenderung meningkat akibat bergesernya jenis tanam petani dari komoditas padi ke palaw ija

seiring dengan curah hujan yang rendah. Musim kemarau di triwulan III 2014 direspon petani,

Grafik 1.42

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.43

Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal

Grafik 1.44

Konsumsi Listrik Golongan Industri

Sumber: BPS Jatim , diolah

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

20

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

terutama di Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro dengan penggunaan mesin untuk

mengambil air dari aliran sungai Bengawan Solo. Ketahanan pangan Jawa Timur hingga akhir

tahun 2014 diperkirakan relatif aman. Stok beras saat ini di Bulog mencapai 448.935 ton dan

mencukupi untuk kebutuhan selama 10 bulan ke depan.

Peningkatan di sub sektor peternakan disebabkan karena peningkatan permintaan sapi

hidup menjelang Idul Adha. Dinas Peternakan Jawa Timur memprediksi terjadinya kenaikan

kebutuhan daging hingga 10% akibat pelaksanaan Idul Adha. Kenaikan permintaan siklikal

tersebut diperkirakan mendorong kenaikan harga hingga 30% dari harga normal. Kebutuhan

sapi kurban diperkirakan sebesar 75.098 ekor, sementara kebutuhan kambing dan domba

kurban diperkirakan mencapai 243.989 ekor. Selain itu, perkembangan posit if di sub sektor ini

juga disebabkan karena peningkatan harga susu sapi di t ingkat Industri Pengolahan Susu (IPS)

yang mencapai Rp 5.200-Rp 5.400 per liter. Hal itu secara keseluruhan yang meningkatkan nilai

tambah sub sektor peternakan.

Pada triwulan III 2014, kinerja posit if di sub sektor perikanan juga mendorong

peningkatan kinerja sektor pertanian Jawa Timur. Gelombang yang relatif stabil meningkatkan

hasil tangkapan ikan. Ke depan, dengan adanya pengembangan sistem logist ik ikan koridor

Jawa Timur-Sulawesi Utara dan Jakarta yang dioperasikan di bulan Oktober 2014 diperkirakan

harga ikan di level nelayan dapat lebih stabil. Sistem logist ik ikan ini menyediakan cold storage

yang berkapasitas 300 ton di Kendari, 400 ton di Lamongan dan 1.500 ton di Jakarta dengan

nilai investasi sebesar Rp 95 miliar. Pasokan ikan yang berlebihan pada saat musim tangkap

dapat disimpan lebih lama dengan teknologi pendingin, sehingga harga ikan dapat lebih stabil.

Sumber: BPS Jatim , diolah

Grafik 1.45

Pertumbuhan Subsektor Pertanian

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

21

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Grafik 1.46

Luas Lahan Tanam dan Panen Padi

Grafik 1.47

Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur

Grafik 1.48

Luas Lahan Puso di Jaw a Timur

d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan

pada triwulan III 2014 dari 7,37% (yoy) menjadi 8,01% (yoy). Sub sektor jasa perusahaan, sewa

bangunan dan sub sektor bank mengalami kenaikan, sementara sub sektor lembaga keuangan

bukan bank mengalami perlambatan. Peningkatan di sub sektor sewa bangunan seiring dengan

peningkatan harga sewa rumah maupun ruko, sementara itu peningkatan di sub sektor

perbankan seiring dengan perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triwulan III 2014

yang secara umum masih stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung

oleh penurunan risiko kredit .

Kinerja perbankan di triwulan ini didorong oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).

DPK bank umum Jawa Timur sampai dengan triwulan III 2014 sebesar Rp 371,46 triliun,

meningkat dari 16,72% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 17,04% (yoy) pada triwulan III

2014. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan kredit mendorong penguatan

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

22

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83% menjadi 88,95% . Kebijakan

pengetatan kredit masih terjadi di triwulan ini. Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41%

(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triwulan III 2014 dengan nominal

sebesar Rp 327,06 triliun. Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum dan BPR di

Jawa Timur masih didominasi oleh kredit di sektor Industri Pengolahan (Rp 94,24 triliun) dan

sektor PHR (Rp 91,99 triliun). Seiring dengan pertumbuhan di sektor tersebut, pertumbuhan

kredit di sektor pertanian cenderung meningkat, sementara di sektor PHR dan Industri

Pengolahan cenderung menurun.

Perlambatan di sub sektor lembaga keuangan bukan bank di triwulan ini terutama

didorong oleh lembaga asuransi seiring dengan perlambatan ekonomi dan daya beli

masyarakat di triwulan ini. Sementara itu, lembaga pembiayaan (leasing) masih memiliki kinerja

yang relatif baik. Salah satu lembaga pembiayaan di Jawa Timur mulai berfokus pada

pembiayaan kendaraan murah (low cost green car) yang mencapai 20% dari total pembiayaan.

Diikuti oleh pembiayaan di kendaraan low mult ipurpose vehicle sebesar 10% dan pembiayaan

kendaraan roda dua yang mencapai 70% -80% .

e. Bangunan

Kinerja sektor bangunan di triwulan III 2014 mengalami peningkatan yang relatif

signif ikan. Pada triwulan ini, sektor bangunan mampu tumbuh sebesar 9,46% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,94% (yoy). Peningkatan ini

terkonfirmasi dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan penjualan

rumah mengalami peningkatan, terutama rumah tipe kecil (t ipe s.d 22). Peningkatan penjualan

rumah tersebut menyebabkan harga properti residensial t ipe kecil juga mengalami kenaikan.

Grafik 1.50

Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim

Grafik 1.49

Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan

Sumber: BPS Jatim , diolah

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK (% yoy rhs)

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

23

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Kebijakan Loan to Value yang diberlakukan pada tahun 2012 dan 2013 mampu menurunkan

kredit pemilikan rumah t ipe besar (t ipe > 70) dan t ipe menengah (t ipe 22 s.d 70) di Jawa Timur.

Outstanding kredit rumah t ipe kecil pada triw ulan III 2014 mencapai Rp 3.105 triliun, t ipe

sedang mencapai Rp 14.519 triliun dan t ipe besar mencapai Rp 14.048 triliun.

Perkembangan sektor bangunan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

apartemen, terutama untuk kalangan menengah di Jawa Timur. Motif investasi yang t inggi

tetap menjadi pendorong utama peningkatan permintaan rumah landed house maupun non

landed house.

Perkembangan infrastruktur di Jawa Timur tercermin oleh realisasi proyek MP3EI. Terdapat

16 proyek yang sedang dikerjakan dengan t iga buah proyek yang sudah selesai. Tiga proyek

yang sudah selesai tersebut antara lain: pertama, Terminal Teluk Lamong dengan kapasitas 1

Grafik 1.53

Indeks Harga Properti Residensial

unit

Grafik 1.51

Volume Penjualan Semen di Jawa Timur

Grafik 1.52

Pertumbuhan dan Suku Bunga KPR

Grafik 1.54

Rata-Rata Penjualan Properti Residensial

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

24

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Grafik 1.56

Arus Barang di Tanjung Perak

juta TEUs pada tahap awal dan 5,5 juta TEUs dalam tahap pengembangan. Kedua, proyek

kereta api double track juga menunjukkan realisasi yang penyelesaiannya hampir mencapai

100% . Ketiga adalah proyek Terminal Dua Juanda dengan total investasi mencapai Rp 1,05

triliun.

f. Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2014 mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 7,53% (yoy)

menjadi 4,98% (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan sub sektor komunikasi

dan sub sektor angkutan laut serta angkutan darat. Di musim lebaran tahun 2014, jumlah

pemudik t idak setinggi tahun sebelumnya. Selain itu, kenaikan tarif airport tax juga

berpengaruh pada penurunan jumlah penumpang udara, sehingga jalur darat lebih banyak

digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain, perang tarif yang berlangsung antar provider

telekomunikasi diperkirakan menurunkan nilai tambah sub sektor ini dan berpengaruh pada

kinerjanya di triwulan III 2014. Keseluruhan hal itu menyebabkan penurunan sektor

Pengangkutan dan Komunikasi di triwulan ini.

Perlambatan di sub sektor pengangkutan terkonfirmasi oleh penurunan penumpang

maupun barang di pelabuhan Tanjung Perak. Selain disebabkan karena penurunan kinerja

perdagangan luar negeri maupun domest ik, perlambatan di triwulan ini juga disebabkan

karena adanya penutupan Pelabuhan Tanjung Perak dan Alur Pelayaran Barat Surabaya selama

dua hari dari pukul 06.00-11.00 WIB karena adanya peningkatan pergerakan kapal perang

menjelang Hari Ulang Tahun TNI ke-69. Pengusaha kapal, Indonesia National Shipowners

Association (INSA) terkonfirmasi mengalami penurunan keuntungan hingga Rp 1-2 miliar akibat

perayaan tersebut.

Grafik 1.55

Arus Penumpang di Tanjung Perak

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

25

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Grafik 1.57

Penumpang Domestik di Bandara Juanda

Grafik 1.58

Penumpang Internasional di Bandara Juanda

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

BOKS I

Pendalaman Prospek Investasi Dan Sumber Pembiayaan

Reformasi struktural perekonomian dari consumption-led growth menuju investment-driven

growth sangat diperlukan guna membangun pondasi ekonomi Indonesia yang berkualitas.

Kondisi investasi di Jawa Timur searah dengan tren nasional yang berada di kisaran 20%

dengan t ingkat pertumbuhan 5,1% , dan share terbesar dari sektor konsumsi mencapai 66%

dengan laju pertumbuhan 7,16% pada triwulan II 2014. Meskipun konsumsi masih menjadi

penggerak utama perekonomian Jawa Timur, prospek investasi di Jawa Timur sebenarnya

cukup menarik bagi investor, Jawa Timur menempati peringkat utama untuk Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) dan peringkat keempat untuk Penanaman Modal Asing (PMA).

Gambar 1. Share and Grow th Investasi terhadap PDRB

Untuk menangkap prospek investasi di Jawa Timur, pendekatan survey dilakukan terhadap 21

PMDN dan 4 PMA di t iga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), Industri

Pengolahan, dan Pertanian. Lebih dari setengah (55% ) sumber pembiayaan pelaku usaha

Jawa Timur berasal dari lembaga non bank, khususnya di dalam sektor Industri Pengolahan

dan Pertanian yang mengandalkan kemitraan dan laba perusahaan yang ditahan. Sedangkan,

sumber pembiayaan non-bank sektor PHR pada umumnya berasal dari perusahan induk. Kredit

investasi tetap menjadi sumber pembiayaan pendukung, akan tetapi hanya digunakan

sebagian (10-60% ) dari total kredit dan sisa kelonggaran tarik disimpan sebagai dana

cadangan. Berdasarkan survey tersebut, pelaku usaha t idak menunjukan preferensi terhadap

pembiayaan luar negeri.

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Hasil likert liaison juga menunjukan perilaku pembiayaan serupa dimana 75% pelaku usaha

memilih pembiayaan investasi non-bankdan hanya 25% yang menggunakan pembiayaan

perbankan. Perwakilan APINDO Jawa Timur turut mengkonfirmasi hasil survey dan menyatakan

bahwa pelaku usaha di Jawa Timur didominasi oleh family businesses sehingga sumber

pembiayaan investasi banyak berasal dari internal. Rencana Investasi di Jawa Timur berjalan

searah dengan kapasitas produksi perusahaan yang berada dalam tren penurunan semenjak

triwulan II 2013. Akan tetapi, kapasitas utilisasi yang mulai meningkat pada triwulan II dan III

tahun 2014tidak diikuti peningkatan rencana investasi dikarenakan pelaku usaha wait and see

akan kondisi polit ik pasca pemilu. Dari hasil survey, hanya 12% dari pelaku usaha yang

menyatakan berminat investasi dalam jangka pendek menengah, dan 88% menyatakan t idak

berminat investasi. Keputusan untuk t idak berinvestasi disebabkan permintaan pasar yang lesu,

merupakan alasan utama penundaan investasi, disusul dengan adanya potensi kenaikan harga

BBM bersubsidi dan UMK di Jawa Timur, akses pembiayaan suku bunga yang mahal, serta

kondisi infrastruktur yang t idak mendukung. Meskipun demikian, sekitar 60% pelaku usaha

optimis bahwa tren investasi mulai meningkat meskipun adanya risiko kenaikan biaya produksi.

Gambar 3. Rencana dan Prospek Investasi di Jaw a Timur 2014

Tahun Tw BI Rate

BI Rate

2013 I 5.75 18 82 13 87

II 5.75 29 71 32 68

III 6.5 36 64 31 69

IV 7.25 46 54 38 62

2014 I 7.5 29 71 21 78

II 7.5 31 69 25 75

III 7.5 25 75 23 77

Pangsa Pembiayaan

Investasi (% ) Modal Kerja (% )

Bank Non Bank Bank Non Bank

Total (% )Total (% ) Total (% ) Total (% )

Gambar 2. Sumber Pembiayaan Jaw a Timur M enurut hasil Survey dan Likert Liaison

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

Meskipun pelaku usaha mulai menyadari peran aktif pemerintah dalam memudahkan

perizinan, keringanan pajak usaha, serta pembangunan infrastruktur, pelaku usaha tetap

merasa insentif pemerintah di ketiga hal itu masih belum optimal. Berdasarkan hasil survey,

perizinan pembangunan usaha serta perizinan usaha masih merupakan tantangan terbesar

dalam berinvestasi di Jawa Timur khususnya karena adanya perbedaan ketentuan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Infrastruktur listrik dan jalanan sudah dinilai cukup

kondusif dalam mendukung investasi, akan tetapi infrastrukur pelabuhan di Jawa Timur masih

terbatas dan memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang t inggi untuk kegiatan bongkar

muat barang. Dari segi pembiayaan, pelaku usaha berpendapat bahwa prosedur, plafondserta

suku bunga yang diberikan saat ini t idak kondusif dalam mendukung iklim investasi di Jawa

Timur.

Gambar 4. Tantangan dan Risiko Investasi di Jaw a Timur

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

BOKS II

Perkembangan Industri Rokok Jaw a Timur

Jawa Timur termasuk salah satu sentra industri pengolahan tembakau di w ilayah Jawa selain

Jawa Tengah. Struktur industri pengolahan tembakau Jawa Timur didominasi oleh industri

rokok kretek dan industri pengeringan/pengolahan tembakau. Industri pengolahan menjadi

salah satu tulang punggung perekonomian Jawa Timur mengingat penerimaan cukai hasil

tembakau Jawa Timur memberikan kontribusi 50% terhadap total penerimaan cukai hasil

tembakau nasional. Selain itu, industri pengolahan tembakau merupakan industri terbesar

kedua dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jawa Timur setelah industri

makanan. Dalam hal sumbangan pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan, sub sektor

industri makanan, minuman dan tembakau memberikan sumbangan terbesar (0,96% ), dimana

proporsi industri pengolahan tembakau sebesar 55% hingga 60% dari total sub sektor industri

makanan, minuman dan tembakau.

Dewasa ini, industri pengolahan tembakau khususnya industri rokok menghadapi tantangan

beragam yang berpotensi mendorong perlambatan ekonomi. Beberapa tantangan yang

dihadapi industri rokok diantaranya perubahan preferensi konsumen dari produk rokok SKT

(Sigaret Kretek Tangan) menjadi SKM (Sigaret Kretek Mesin), hal ini didorong atas peningkatan

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sehingga lebih memilih konsumsi rokok

dengan f ilter untuk mengurangi dampak nikotin.

Selain itu, UMK yang meningkat setiap tahun

mendorong perusahaan melakukan strategi otomasi

guna meningkatkan efisiensi. Beberapa peraturan yang

memberatkan industri rokok juga menjadi pemicu

matinya industri rokok dalam negeri khususnya Jawa

Timur.

Dampak dari beragam tantangan diatas adalah fenomena penutupan industri rokok khususnya

industri skala kecil dan menengah serta t imbulnya aksi PHK dan pensiun dini yang diinisiasi

perusahaan. Hingga Oktober 2014, t iga perusahaan rokok besar di Jawa Timur melakukan PHK

dan pensiun dini yang menyebabkan sekitar 11870 orang kehilangan pekerjaan. Jumlah ini

berpotensi mendorong peningkatan angka pengangguran sebesar 2% , mengurangi t ingkat

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB I PERKEM BANGAN EKONOMI M AKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III 2014

serapan tenaga kerja sektor industri pengolahan Jawa Timur sebesar 1,41% serta mengurangi

t ingkat serapan tenaga kerja Jawa Timur sebesar 0.048% . Selain itu, PHK dan pensiun dini juga

berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Jawa Timur sebesar 0.02% pada Februari

2015.

Kondisi industri rokok yang kurang baik juga ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang

mengalami perlambatan serta NPL yang mengalami peningkatan sejak Triwulan II 2013.

Sedangkan nominal kredit masih mengalami peningkatan hingga Triwulan III 2013 dan

selanjutnya menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian, sejak triwulan III 2014 kondisi

pertumbuhan kredit dan NPL industri rokok Jawa Timur mulai menunjukkan perbaikan

didorong peningkatan yang cukup signif ikan pada kredit investasi.

Berdasarkan hasil liason Triwulan III 2014 yang dilakukan pada industri rokok Jawa

Timur, diperkirakan permintaan domestik terhadap produk rokok khususnya SKM masih

cukup t inggi dan mendorong peningkatan penjualan serta investasi perusahaan. Akan tetapi

peningkatan biaya khususnya biaya bahan baku mengakibatkan perolehan margin

perusahaan akan lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya.

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 2

Perkembangan Inflasi

Jawa Timur

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

26

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2 PERKEM BANGAN INFLASI

2.1 KONDISI UMUM

Inflasi Jatim pada triwulan III 2014 sebesar 4,13% (yoy) turun dibandingkan triwulan

sebelumnya (6,66% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (4,53% ). Rendahnya

inflasi periode ini karena telah hilangnya dampak base year IHK dari kenaikan bahan bakar

minyak (BBM) pada tahun 2013 lalu. Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini t idak lagi

menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun

2012 dan dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang,

Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.

Penyumbang utama inflasi berasal dari kelompok core inflation (2,74% -yoy), disusul

oleh administered price (1,14% ) dan terendah volatile food (0,24% ). Tekanan inflasi

terbesar bersumber dari administered price (6,48% - yoy), disusul oleh core inflation (4,43% )

dan terendah volatile food (1,37% ). Tingginya inflasi kelompok administered price

disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) dan penyesuaian

tarip listrik. Sedangkan dimulainya tahun ajaran baru khususnya untuk akademi/perguruan

t inggi menjadi pendorong utama inflasi kelompok core inflation. Inflasi kelompok volatile

food triwulan ini tercatat terendah selama 5 (lima) tahun terakhir karena berlanjutnya koreksi

harga sub kelompok bumbu-bumbuan dan kembali normalnya konsumsi masyarakat.

Dalam konteks spasial Jawa, inflasi Jawa Timur menempati urutan kedua terendah

setelah Jawa Barat. Terjaganya inflasi tersebut t idak lepas dari peran serta semua pihak yang

dikoordinasikan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur. Realisasi inflasi di

kawasan Jawa mulai dari yang terendah yaitu Jawa Barat (3,86% ), Jawa Timur (4,13% ), DIY

(4,54% ), DKI Jakarta (4,84% ), Jawa Tengah (5,00% ) dan tert inggi di Banten (6,12% ).

Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

27

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2.2 INFLASI BULANAN (mtm)

Sepanjang triwulan III 2014, secara bulanan Jawa Timur mengalami inflasi yang lebih

t inggi dibandingkan triwulan II 2014. Inflasi bulanan tert inggi terjadi pada Juli 2014 (0,48% )

yang merupakan puncak konsumsi menjelang Hari Raya Idul Fitri 2014 dan secara bertahap

melandai hingga mencapai 0,33% pada September 2014. Berdasarkan rata-rata selama 3

(t iga) bulan terakhir, kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau mengalami

tekanan inflasi terbesar (0,73% ), disusul oleh kelompok pendidikan, rekreasi dan olehraga

(0,68% ). Tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut karena kenaikan harga energi

(bahan bakar rumah tangga dan tarip listrik) yang dimulai pada Triwulan III-2014 serta

kenaikan biaya pendidikan (SD, SLTP, SLTA dan akademi/perguruan t inggi) seiring dimulainya

tahun ajaran baru 2014.

Kelompok sandang dan transportasi mengalami inflasi yang lebih rendah sebagai

dampak penurunan harga emas perhiasan dan kembali normalnya tarif transportasi

(angkutan antar kota, angkutan udara dan kereta api) pasca berlalunya peringatan hari besar

keagamaan.

Grafik 2.3. Inflasi per Kelompok Barang Tw III-2014 (mtm) Grafik 2.4. Sumbangan Inflasi Kelompok Barang (mtm)

Tabel 2.1

Inflasi Triwulan II Tahun 2014 & Triwulan III Tahun 2014 di Jawa Timur (mtm)

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Apr May Jun Jul Aug Sep

Umum 0.01 0.21 0.36 0.19 0.48 0.37 0.33 0.39

1 Bahan M akanan -1.48 -0.39 0.92 -0.31 0.74 0.13 0.05 0.31

2 M amin, Rokok & Tembakau 0.78 0.31 0.45 0.52 0.60 0.82 0.76 0.73

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.28 0.26 0.26 0.27 0.17 0.58 0.85 0.54

4 Sandang -0.37 0.51 0.51 0.22 1.12 0.09 -0.51 0.23

5 Kesehatan 0.86 0.86 0.24 0.65 0.45 0.24 0.25 0.31

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.40 0.04 0.06 0.16 0.24 0.96 0.85 0.68

7 Transpor, Komunikasi 0.42 0.42 -0.05 0.26 0.39 -0.08 -0.34 -0.01

Rata-

RataNo Kelompok Barang

Tw II-2014 Rata-

Rata

Tw III-2014

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

28

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Triwulan III-2014 adalah sebagai berikut

:

1. Bulan Juli 2014

- Pada Juli 2014 Jawa Timur mengalami inflasi 0,48% (mtm), naik dibandingkan Juni

2014 (0,36% ) namun lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (0,93% ). Inflasi

didorong oleh kenaikan harga kelompok sandang (1,12% ) melalui kenaikan harga

komoditas emas perhiasan (2,12% ), disusul kelompok bahan makanan (0,73% ) dari

kenaikan harga daging sapi (3,13% ) dan beras (0,57% ), dan kelompok makanan,

minuman, rokok dan tembakau (0,60% ) dari kenaikan harga pada komoditas rokok

kretek f ilter (0,91% ).

- Tekanan inflasi terbesar bersumber dari kelompok volatile food (0,70% ) melalui

kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya (2,21% ) terutama komoditas

daging sapi dan daging ayam ras, serta sub kelompok lemak dan minyak (1,46% )

melalui komoditas kelapa. Tingginya inflasi pada kedua sub kelompok tersebut

disebabkan peningkatan permintaan masyarakat berkenaan dengan Hari Raya Idul Fitri

2014. Inflasi kelompok volatile food tertahan oleh koreksi harga pada sub kelompok

bumbu-bumbuan (-3,42% ) melalui penurunan harga komoditas cabai raw it (-4,98% ),

bawang putih (-7,80% ) dan bawang merah (-2,77% ) sebagai dampak melimpahnya

pasokan.

- Kelompok administered price meningkat mencapai 0,53% (Juni : 0,20% , mtm) melalui

kenaikan tarif transportasi (angkutan antar kota dan tarip kereta api), penyesuaian tarif

listrik dan kenaikan harga rokok kretek f ilter. Inflasi yang lebih t inggi pada kelompok

ini tertahan oleh koreksi harga tarif angkutan udara (-1,64% ).

- Inflasi inti baik tradable maupun non tradable juga meningkat, mencapai 0,38% (Juni

2014 : 0,24% ) sebagai dampak lanjutan t ingginya ekspektasi masyarakat dan transaksi

ekonomi menjelang hari besar keagamaan. Pendorong utama inflasi kelompok ini

adalah kenaikan harga emas perhiasan (2,12% ) dan t ingkat konsumsi masyarakat

untuk menyambut Lebaran 2014 yang meliputi makanan jadi (0,54% ), jasa perawatan

jasmani (1,60% ) dan sandang (1,12% ).

Grafik 2.5. Inflasi Komoditas Bumbu-Bumbuan (mtm)

Grafik 2.6. Inflasi Sub Kelompok Daging (mtm)

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

29

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2. Bulan Agustus 2014

- Jawa Timur mengalami inflasi 0,37% (mtm), turun dibandingkan Juli 2014 (0,48% )

dan lebih rendah dari Nasional (0,47% ). Inflasi didorong oleh kenaikan harga

kelompok pendidikan (0,96% ) melalui kenaikan biaya sekolah dasar (3,57% ) dan

kelompok perumahan (0,58% ) melalui kenaikan tarip listrik (3,89% ). Adanya

penyesuaian tarip listrik tersebut menyebabkan inflasi kelompok administered price

meningkat menjadi 0,74% (Juli 2014 : 0,53% ).

- Inflasi volatile food sebesar 0,16% turun signif ikan dibandingkan Juli 2014 (0,70% ).

Penurunan inf lasi dari sisi supply disebabkan koreksi harga pada sub kelompok bumbu-

bumbuan (-2,70% ) dan sayur-sayuran (-0,75% ) karena melimpahnya pasokan.

Sedangkan dari sisi permintaan, disebabkan kembali normalnya pola konsumsi.

- Inflasi core inflation terkendali sejalan dengan minimalnya tekanan dari eksternal dan

domestik serta terjaganya ekspektasi masyarakat. Inflasi kelompok ini sebesar 0,39%

(Juli 2014 : 0,38% ), dengan tekanan utama berasal dari sub kelompok jasa pendidikan

(2,02% ) yang bersifat seasonal seiring t ibanya tahun ajaran baru, serta sub kelompok

makanan jadi (0,84% ) sebagai dampak lanjutan kenaikan harga beberapa komoditas

bahan makanan.

- Penahan laju inf lasi pada Agustus 2014 adalah sub kelompok bumbu-bumbuan melalui

koreksi harga komoditas bawang merah (-13,17% ), telur ayam ras (-3,48% ) dan tomat

sayur (-9,31% ). Kelompok transportasi juga menjadi penahan inflasi karena turunnya

tarif angkutan antar kota (-3,22% ) dan kendaraan carter (-4,87% ) karena kembali

normalnya arus mobilitas masyarakat. Emas perhiasan yang pada periode sebelumnya

masih mengalami inflasi, pada periode ini mengalami deflasi sebesar -0,72% .

Penurunan harga emas perhiasan tersebut sejalan dengan transaksi emas dunia, yang

terjadi penurunan permintaan emas sebagai dampak penguatan pasar ekuitas USA dan

mata uang US$ (dari Rp 11.591/US$ menjadi Rp 11.717/US$), menyebabkan investor

asing melakukan aksi tunggu dan menahan investasi dalam bentuk logam mulia.

Grafik 2.7. Inflasi Daging dan Telur (mtm) Grafik 2.8. Inflasi Transportasi (mtm)

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

30

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

3. Bulan September 2014

- Pada September 2014 Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), sedikit

melambat dibandingkan Agustus 2014 (0,37% ), namun lebih t inggi daripada Nasional

(0,27% ). Tekanan inflasi terbesar bersumber dari kelompok administered price (0,47% -

mtm) sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12kg) sebesar

5,34% yang terjadi pada minggu kedua September 2014 serta berlanjutnya

penyesuaian tarip listrik rumah tangga (0,96% ).

- Kelompok core inflation sedikit meningkat (dari 0,39% -Agustus 2014 menjadi 0,41% -

September 2014) namun masih relatif terkendali, dengan tekanan terbesar berasal dari

kelompok inti non tradable. Setelah pada periode sebelumnya ketiga jenjang

pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah

atas memasuki tahun ajaran baru, pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru

untuk akademi/perguruan t inggi yang mendorong inflasi komoditas ini sebesar 3,74% .

Dampak lanjutan kenaikan LPG 12 kg terhadap harga jual makanan jadi juga menjadi

pendorong peningkatan inflasi kelompok ini. Dari sisi permintaan, terdapat penurunan

sebagai dampak relatif normalnya konsumsi masyarakat.

- Inflasi kelompok volatile food mengalami perlambatan (0,02% ) dibandingkan Agustus

2014 (0,16% ) karena berlanjutnya koreksi harga sub kelompok bumbu-bumbuan

khususnya bawang merah (-12,90% ) dan turunnya harga daging sapi (-2,58% ) yang

selama ini persisten mengalami inflasi. Walaupun melambat, namun potensi inflasi

masih tetap ada yang terindikasi dari mulai meningkatnya inflasi sub kelompok sayur-

sayuran dan harga komoditas cabai merah.

- Penahan inflasi adalah kelompok sandang melalui berlanjutnya penurunan harga emas

perhiasan (-3,08% ) dan kelompok transportasi (-0,52% ) melalui koreksi harga

angkutan antar kota (-7,79% ) dan angkutan udara (-0,70% ) seiring minimnya hari

libur pada September 2014.

Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang (mtm) Grafik 2.10. Inflasi Bidang Pendidikan (mtm)

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

31

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2.3. INFLASI TRIWULANAN (qt q)

Inflasi triwulanan pada Triwulan III 2014 sebesar 1,19% (qtq), meningkat

dibandingkan triwulan II 2014 (0,58% ). Semua kelompok mengalami inflasi dengan

sumbangan inflasi terbesar pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

(0,40% ) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,36% ).

Peningkatan inflasi kelompok perumahan karena penyesuaian harga tarip listrik dan

bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg). Dibandingkan triwulan sebelumnya, tarip listrik

meningkat 6,18% (qtq) karena dimulainya penyesuaian tarip listrik rumah tangga sejak 1 Juli

2014 dan secara bertahap meningkat setiap 2 (dua) bulan sekali. Sedangkan bahan bakar

rumah tangga meningkat 5,76% melalui penyesuaian harga sebesar Rp1.500/kg yang

berlaku sejak minggu ke-2 September 2014.

Tingginya inflasi kelompok makanan minuman utamanya dipicu oleh sub kelompok

tembakau dan minuman beralkohol melalui peningkatan harga rokok kretek f ilter (2,38% )

dan rokok kretek (2,99% ) karena berlanjutnya pembebanan kenaikan cukai rokok dan pajak

tembakau secara bertahap.

Tabel 2.2

Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)

Grafik 2.12 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Makanan,

M inuman, Rokok dan Tembakau

Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber : BPS, data diolah

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Umum 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19

1 Bahan M akanan 4.34 0.34 1.90 -0.96 0.92 0.91 0.07 0.39 -0.19 0.19

2 M amin, Rokok & Tembakau 2.31 1.13 2.07 1.56 2.20 0.37 0.18 0.33 0.25 0.36

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.57 1.57 1.74 0.81 1.61 0.38 0.39 0.43 0.20 0.40

4 Sandang 5.69 -1.28 1.51 0.65 0.70 0.37 -0.09 0.10 0.04 0.05

5 Kesehatan 0.97 0.47 1.36 1.97 0.94 0.05 0.02 0.07 0.10 0.05

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.08 1.02 0.47 0.50 2.07 0.18 0.09 0.04 0.04 0.18

7 Transpor, Komunikasi 7.87 1.09 1.15 0.79 -0.03 1.47 0.20 0.21 0.15 0.00

Sumbangan Inflasi QTQ

2013 2014 2013 2014No Kelompok Barang

Inflasi QTQ

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

32

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

Penahan inflasi adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-

0,03% ) melalui koreksi harga angkutan antar kota (-4,15% ) dan angkutan udara (-1,73% )

karena kembali normalnya mobilitas masyarakat setelah Hari Raya Idul Fitri. Dari sisi bahan

makanan, sub kelompok bumbu-bumbuan juga menjadi penahan inflasi (-8,81% ) melalui

penurunan harga komoditas bawang merah (-26,42% ) dan cabai raw it (-14,62% ).

Dengan mencermati tekanan risiko selama triwulan III 2014, analisis lebih lanjut akan

dilakukan terhadap sub kelompok yang mengalami inflasi triwulanan terbesar yaitu bahan

bakar, penerangan dan air (4,64% - qtq), pendidikan (3,87% ) dan daging dan hasil-hasilnya

(3,39% ).

Bahan Bakar, Penerangan dan Air

Inflasi sub kelompok ini selama tahun 2014

mengalami kenaikan signif ikan pada triwulan I

2014 dan triwulan III 2014. Berdasarkan grafik

2.13 diketahui bahwa pemicu kenaikan

tersebut adalah harga bahan bakar rumah

tangga (LPG 12 kg) yang naik pada Januari

2014 (Rp1.000/kg) dan September 2014

(Rp1.500/kg). Sedangkan kenaikan tarip listrik

rumah tangga yang dimulai sejak 1 Juli 2014

memiliki dampak terhadap inflasi yang relatif lebih landai karena pelaksanaannya dibebankan

secara bertahap (2 bulan sekali) sehingga t idak memberikan shock yang terlalu signif ikan.

Besaran tarif kenaikan listrik ini menyesuaikan dengan perubahan faktor yang mempengaruhi

biaya pokok penyediaan listrik yaitu nilai tukar Rupiah terhadap US$, harga minyak dan

t ingkat inf lasi.

Pendidikan

Inflasi sub kelompok ini terjadi pada bulan

Agustus dan September 2014 sebagai dampak

dimulainya tahun ajaran baru. Hal ini

menyebabkan pada triwulan III 2014 inflasi sub

kelompok pendidikan meningkat menjadi

3,87% melalui peningkatan biaya pendidikan

sekolah dasar (4,14% ), sekolah menengah

pertama (3,75% ), sekolah menengah atas

(4,75% ) dan akademi/perguruan t inggi

Grafik 2.13 Komoditas Inflasi Sub Kelompok

BahanBakar, Penerangan dan Air (qtq)

Grafik 2.14 Komoditas Inflasi Sub Kelompok

Pendidikan (qtq)

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

33

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

(3,74% ). Sesuai pola historis, kenaikan biaya pendidikan SD, SLTP dan SLTA terjadi lebih

cepat dan disusul oleh kenaikan biaya akademi/perguruan t inggi pada bulan selanjutnya.

Walaupun meningkat signif ikan, namun inflasi sub kelompok ini bersifat seasonal sehingga

hanya terjadi menjelang tahun ajaran baru. Jawa Timur secara konsisten mengalami kenaikan

inflasi sub kelompok pendidikan karena banyaknya lembaga pendidikan khususnya SLTA dan

akademi/perguruan t inggi sehingga menarik masyarakat dari daerah lain untuk menimba

ilmu di Jawa Timur, yang selanjutnya mendorong kenaikan biaya operasional dan biaya

pendidikan.

Daging dan Hasil -Hasilnya

Pada triwulan III 2014, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar

3,39% (qtq), turun dibandingkan Triwulan II-2014 yang mencapai 6,05% . Turunnya inflasi

sub kelompok ini karena melambatnya inflasi daging ayam ras dari 13,20% (Juni 2014-qtq)

menjadi 5,82% (September 2014). Inflasi komoditas daging ayam ras lebih disebabkan faktor

supply dari peternak yaitu keterbatasan stok

akibat siklus musiman dimana para peternak

belum dapat memanen hewan ternak

mereka. Walaupun daging ayam ras masih

mengalami inflasi, namun pada t ingkat yang

lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya karena turunnya permintaan

masyarakat setelah berakhirnya Hari Raya Idul

Fitri. Di sisi lain, inflasi daging sapi sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (dari 0,55% menjadi 0,72% ). Peningkatan

tersebut karena akan t ibanya hari besar keagamaan Idul Adha sehingga mendorong

t ingginya permintaan sapi.

2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Jawa Timur pada triwulan III 2014 mencapai 4,13% turun

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (7,78% ) dan lebih rendah dari inflasi

nasional (4,53% ). Turunnya inflasi tahunan ini karena telah hilangnya dampak base year IHK

kenaikan BBM yang terjadi pada Juni 2013. Berdasarkan kelompoknya, kenaikan inflasi

tert inggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (7,20% ), disusul

oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5,48% ) dan kelompok

kesehatan (5,02% ). Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air,

Grafik 2.15 Inflasi Sub Kelompok Daging dan

Hasil-Hasilnya (qtq)

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

34

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

listrik, gas dan bahan bakar menjadi penyumbang inflasi terbesar (1,35% ) disusul oleh

kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (1,19% ) dan kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan (0,52% ).

Tingginya sumbangan inflasi ketiga kelompok di atas karena adanya berbagai

kebijakan pemerintah selama 1 (satu) tahun terakhir seperti kenaikan harga LPG 12 kg yang

juga mempengaruhi harga makanan jadi, kenaikan tarip listrik dan penyesuaian tarif

angkutan udara dan kereta api menuju batas atas. Selain itu adanya bencana alam di awal

tahun 2014 (banjir dan erupsi Gunung Kelud) juga sempat mempengaruhi inflasi bahan

makanan namun dapat segera dikendalikan pada periode berikutnya.

Jika dibandingkan triwulan III 2013 terlihat bahwa terdapat perubahan arah inflasi.

Kelompok bahan makanan dan transportasi mengalami penurunan inflasi tahunan yang

signif ikan sebagai akibat telah hilangnya dampak kenaikan harga bumbu-bumbuan

(kebijakan pengendalian impor hort ikultura) dan hilangnya base year IHK kenaikan harga

BBM pada Juni 2013. Sedangkan kelompok makanan minuman dan kesehatan meningkat

dibandingkan triwulan III 2013 karena dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar rumah

tangga terhadap makanan jadi serta adanya pembebanan PPN BM terhadap barang

kebutuhan sehari-hari.

Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan

Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014

Tabel 2.3

Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang

Sumber: BPS, data diolah

Grafik 2.16 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -

2014

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Umum 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13

1 Bahan M akanan 13.20 11.78 5.98 6.42 1.95 2.76 2.38 1.23 1.28 0.39

2 M amin, Rokok & Tembakau 5.83 6.19 6.46 7.25 7.20 0.93 1.00 1.05 1.19 1.19

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.46 6.09 5.41 5.40 5.48 1.33 1.50 1.33 1.33 1.35

4 Sandang -0.29 -1.88 1.88 5.01 2.50 -0.02 -0.12 0.12 0.33 0.17

5 Kesehatan 3.80 3.59 3.95 4.95 5.02 0.19 0.18 0.19 0.25 0.25

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.91 3.63 2.65 3.00 3.64 0.25 0.32 0.23 0.26 0.31

7 Transpor, Komunikasi 12.61 12.94 13.33 10.67 2.79 2.36 2.42 2.47 2.00 0.52

2013 20142013 2014

Sumbangan Inflasi YOY

No Kelompok Barang

Inflasi YOY

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

35

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

Berdasarkan sub kelompoknya, peningkatan inflasi tert inggi pada kelompok makanan

minuman terjadi pada sub kelompok minuman yang t idak beralkohol (dari 2,06% menjadi

5,61% ) melalui kenaikan harga komoditas es (16,10% ), minuman ringan (10,89% ) dan ice

cream (10,69% ). Sedangkan untuk kelompok perumahan, tekanan inflasi terbesar terjadi

pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui kenaikan harga tarip listrik

(11,38% ) dan bahan bakar rumah tangga (16,79% ).

Pada tabel di atas tampak bahwa 10 (sepuluh) besar komoditas penyumbang utama

inflasi adalah komoditas yang termasuk dalam administered price sedangkan

komoditas penyumbang deflasi adalah komoditas volatile food. Hal ini mencerminkan

bahwa tekanan inflasi terbesar di Jawa Timur selama 1 (satu) tahun terakhir berasal

dari kelompok administered price.

Grafik 2.18. Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Makanan

M inuman Tahun 2013 - 2014

Grafik 2.19. Inflasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik,

Gas Tahun 2013 - 2014

Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan

Angkutan Udara 35.20 0.3444 Bawang Merah -42.39 -0.1603

Tarip Listrik 11.38 0.3215 Cabai Rawit -57.86 -0.0976

Bahan Bakar RT 16.79 0.3059 Emas Perhiasan -4.28 -0.0592

Daging Sapi 14.10 0.1555 Gula Pasir -9.57 -0.0585

Tukang Bukan Mandor 6.84 0.1183 Tomat Sayur -21.15 -0.0269

Rokok Kretek Filter 7.62 0.1171 Cabai Merah -28.23 -0.0221

Minyak Goreng 11.05 0.0956 Melon -14.39 -0.0206

Mie 7.14 0.0942 Semangka -14.43 -0.0202

Akademi/Perguruan Tinggi 7.16 0.0940 Angkutan Antar Kota -3.29 -0.0146

Es 16.10 0.0933 Telepon Seluler -1.01 -0.0094

InflasiKomoditas

DeflasiKomoditas

Tabel 2.4

Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Jawa Timur (yoy)

Sumber: BPS, data diolah

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

36

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2.5. INFLASI MENURUT KOTA

Dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang diukur inflasinya oleh BPS, secara tahunan

inflasi tert inggi terjadi di Kota Malang (4,57% ), disusul oleh Surabaya (4,38% ), Sumenep

(4,15% ), Madiun (3,76% ), Probolinggo (3,60% ), Kediri (3,58% ), Jember (3,22% ) dan

terendah di Banyuwangi (2,45% ). Secara bulanan, Surabaya dan Jember mengalami inflasi

tert inggi (0,41% ) disusul Kediri (0,34% ), Malang (0,26% ), Sumenep (0,25% ), Banyuwangi

(0,11% ), Madiun (0,07% ) dan terendah Probolinggo (0,04% ).

Pada tabel di atas tampak bahwa trend inflasi tahunan yang lebih t inggi dari Jawa

Timur terjadi di Kota Malang, Kota Probolinggo dan Kota Surabaya. Sedangkan trend inflasi

yang lebih rendah terjadi di Kab. Jember, Kab. Kediri dan Kab. Madiun. Tingginya inflasi di

daerah perkotaan selain karena t idak memiliki produksi pangan sehingga tergantung pada

daerah lain, juga karena daya beli masyarakatnya lebih t inggi sehingga mendorong

peningkatan konsumsi.

Berdasarkan kelompok pengeluaran bulanan, inf lasi tert inggi di 8 (delapan) Kab/Kota

tersebut terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Jember mengalami inflasi terbesar pada

Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Jawa Timur 3.72 0.73 1.58 0.58 1.19 7.78 7.59 6.59 6.66 4.13

Surabaya 3.66 0.69 1.65 0.71 1.33 7.75 7.52 6.36 6.57 4.38

M alang 3.69 0.92 1.51 0.55 1.22 8.17 7.92 7.19 6.91 4.57

Kediri 4.07 0.68 1.35 0.30 1.14 7.78 8.05 7.00 6.54 3.58

Jember 3.95 0.57 1.32 0.56 0.76 7.77 7.21 6.50 6.53 3.22

Sumenep 3.33 0.46 1.63 0.19 1.46 6.79 6.63 5.45 6.00 4.15

Probolinggo 4.05 0.87 1.13 0.45 1.11 8.02 7.96 7.22 7.04 3.60

M adiun 3.77 0.77 1.71 0.27 1.04 7.23 7.52 6.23 6.42 3.76

Banyuwangi 1.82 0.18 0.22 6.71 7.17 2.45

Lebih tinggi dari inflasi Jatim

Wilayah

Inflasi Triwulanan (qtq)

2013 2014 2013 2014

Inflasi Tahunan (yoy)

Tabel 2.5 Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Tw III-2014

Sumber: BPS, Data diolah.

Grafik 2.22. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

8 Kota di Jawa Timur

Grafik 2.21. Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)

8 Kota di Jawa Timur

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

37

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

kelompok pendidikan (2,10% -mtm) karena t ingginya jumlah mahasiswa baru yang

meningkatkan ekspansi lembaga pendidikan disana. Sedangkan inflasi tert inggi kelompok

perumahan terjadi di Probolinggo (1,49% ) karena t ingginya kenaikan harga bahan bakar

rumah tangga yang mencapai 9,1% (lebih t inggi dibandingkan Jatim yang sebesar 5,34% ).

Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, tekanan utama inflasi

di 8 (delapan) Kab/Kota bersumber dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar (rata-rata menyumbang 1,17% -yoy) dan kelompok makanan, minuman, rokok dan

tembakau (1,05% ). Hal ini selain karena t ingginya inflasi kedua kelompok tersebut, juga

karena besarnya bobot keduanya yang mencapai 21,45% dan 16,45% .

2.6. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim didorong oleh peningkatan

harga kelompok administered price dan core inflation pada t ingkat 6,48% (yoy) dan

4,43% % , sedangkan kelompok volatile food melandai yaitu sebesar 1,37% . Berdasarkan

sumbangannya, inflasi terbesar oleh kelompok core inflation (2,74% ), disusul oleh

administered price (1,14% ) dan kelompok volatile foods (0,24% ).

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.6 Inflasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan III-2014 (% yoy)

Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan III-2014 (% yoy)

Sumber : BPS, data diolah

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 4.13 4.38 4.57 3.58 3.22 4.15 3.60 3.76 2.45

Bahan M akanan 1.95 2.35 1.97 -0.98 2.53 2.34 2.78 -0.74 1.23

M amin, Rokok & Tembakau 7.20 8.26 6.57 7.20 5.88 8.57 4.34 8.29 0.63

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.48 5.39 6.08 5.47 4.16 4.61 7.70 5.74 4.42

Sandang 2.50 2.20 2.20 3.61 0.77 3.49 4.58 1.92 5.72

Kesehatan 5.02 5.28 4.58 6.27 7.56 5.25 1.94 3.80 2.52

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3.64 3.57 2.93 4.49 4.64 6.12 3.19 4.87 2.95

Transpor, Komunikasi 2.79 2.66 4.91 2.33 0.68 1.64 0.65 1.72 2.57

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 4.13 4.38 4.57 3.58 3.22 4.15 3.60 3.76 2.45

Bahan M akanan 0.39 0.46 0.36 -0.20 0.60 0.59 0.72 -0.14 0.38

M amin, Rokok & Tembakau 1.19 1.36 1.09 1.31 0.86 1.35 0.74 1.56 0.09

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.35 1.39 1.54 1.20 0.82 0.92 1.39 1.37 0.76

Sandang 0.17 0.15 0.13 0.19 0.05 0.26 0.29 0.11 0.46

Kesehatan 0.25 0.27 0.21 0.32 0.38 0.29 0.09 0.21 0.10

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.31 0.30 0.28 0.34 0.39 0.50 0.30 0.43 0.20

Transpor, Komunikasi 0.52 0.47 0.98 0.50 0.15 0.30 0.12 0.31 0.49

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

38

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

Tingginya sumbangan inflasi kelompok core inflation karena besarnya bobot

perhitungan kelompok ini pada basket inflasi yang mencapai 64,54% , disusul oleh kelompok

volatile food (17,82% ) dan administered price (17,64% ). Tekanan dari sisi domestik seperti

kenaikan biaya pendidikan, kenaikan harga barang akibat pembebanan PPN BM serta belum

stabilnya nilai rupiah yang mempengaruhi harga bahan baku impor juga menjadi inflasi

kelompok core inflation.

Inflasi kelompok administered price pada triwulan III 2014 turun signif ikan

dibandingkan 1 (satu) tahun terakhir namun masih lebih t inggi dibandingkan rata-rata

selama 5 (lima) tahun terakhir. Hal ini karena adanya kebijakan penyesuaian harga bahan

bakar rumah tangga, tarip listrik dan transportasi selama tahun 2014. Inflasi kelompok

volatile food juga telah kembali ke pola normalnya dan lebih rendah dibandingkan rata-rata

5 (lima) tahun terakhir. Sedangkan inflasi kelompok core inflation relatif stabil.

Hal yang sama juga terjadi pada disagregasi inf lasi secara bulanan, dimana kelompok

administered price dan core inflation mengalami tekanan inflasi terbesar yaitu 0,47% dan

0,41% . Sedangkan inflasi kelompok volatile food hanya sebesar 0,02% .

Grafik 2.23. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.24. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &

Rata-Ratanya (yoy)

Grafik 2.25. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (mtm) Grafik 2.26. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &

Rata-Ratanya (mtm)

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

39

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

Volat i le f oods

Kelompok volatile food mengalami inf lasi sebesar 0,02% (mtm) atau 1,37% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar 0,99% (mtm) atau 6,15% (yoy).

Secara bulanan, tekanan inflasi terbesar kelompok volatile food berasal dari sub kelompok

padi-padian (0,60% ) dan sayur-sayuran (1,13% ). Berdasarkan komoditasnya, daging ayam

ras, cabai merah dan beras merupakan penyumbang utama inflasi dengan mengalami inflasi

sebesar 3,67% , 37,47% dan 0,57% . Sedangkan secara tahunan, tekanan terbesar berasal

dari sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (10,65% ) dan lemak dan minyak (9,88% ).

Inflasi daging ayam ras tert inggi terjadi di Sumenep (9,82% ) dan Jember (9,34% ).

Berdasarkan informasi dari para pedagang di Jember, t ingginya t ingkat harga tersebut karena

keterbatasan stok akibat siklus musiman dimana para peternak belum dapat memanen

hewan ternak mereka. Selain itu, berlanjutnya kebijakan suplai bibit ayam atau day old

chicken (DOC) dan impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS) untuk

meminimalkan f luktuasi harga di t ingkat peternak disinyalir juga masih menjadi penyebab

meningkatnya inflasi daging ayam ras. Di lain sisi, daging sapi justru mengalami deflasi

sehingga menahan laju inflasi sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Deflasi daging sapi

terbesar terjadi di Kabupaten Sumenep (-6,16% ) dan Kota Surabaya (-4,21% ). Adanya Hari

Raya Idul Fitri pada awal Oktober 2014 menyebabkan para peternak yang selama ini

menyimpan sapi sebagai salah satu investasi, menjualnya kepada masyarakat sehingga

persediaan daging sapi menjadi berlimpah.

Sub kelompok bumbu-bumbuan masih mengalami deflasi pada triwulan III 2014 (-

2,96% -mtm atau -17,56% -yoy). Namun jika melihat per komoditasnya, trend deflasi mulai

rendah dan bahkan cabai merah telah mengalami kenaikan harga dan menjadi komoditas

penyumbang inflasi terbesar ke-4 di Jawa Timur. Inflasi cabai merah tert inggi terjadi di

Kabupaten Sumenep (90,28% ) dan Kota Malang (65,03% ). Kabupaten Sumenep dan Kota

Malang memang bukan merupakan daerah penghasil cabai merah sehingga bergantung

pada pemenuhan dan kelancaran distribusi dari daerah produsen. Sedangkan mayoritas

daerah produsen lain hanya mengalami panen dalam jumlah yang t idak terlalu besar karena

belum semua lahan siap dipanen dan beberapa petani menunggu harga menjadi lebih baik

sebelum memanen lahannya. Faktor pendorong lain adalah t ingginya permintaan cabai

merah masyarakat menjelang Hari Raya Idul Adha.

Beras juga menjadi komoditas utama penyumbang inflasi pada periode ini. Inflasi

tert inggi terjadi di Kabupaten Sumenep (1,85% -mtm) dan Kota Malang (1,48% -mtm).

M inimnya panen untuk komoditas beras dan akan dimulainya musim tanam pada awal

triwulan IV 2014 menjadi salah satu pemicunya. Selain itu t idak adanya penyaluran raskin ke-

13 dan 14 pada akhir tahun 2014 karena telah dimajukan pelaksanaannya di awal tahun

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

40

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

2014 dan belum tercapainya target pengadaan BULOG, juga berpotensi menekan t ingkat

harga komoditas beras. Meskipun demikian, dengan adanya stok beras BULOG yang

mencapai 496 ribu ton (setara dengan kebutuhan 11 bulan) diharapkan mampu menjaga

harga beras tetap stabil.

Dari sisi permintaan, kembali normalnya konsumsi masyarakat seiring dengan

berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri serta masih terjaganya pasokan di masyarakat

menjadi salah satu faktor utama penahan inflasi kelompok volatile food.

Core Inf lat ion

Inflasi kelompok inti secara bulanan meningkat dari 0,24% (triwulan II 2014) menjadi

0,41% (triwulan III 2014), sedangkan secara tahunan relatif melambat dari 4,92% (triwulan

II-2014) menjadi 4,43% (triwulan III 2014). Dari sisi eksternal, koreksi harga global, baik

pangan maupun non pangan mampu memitigasi tekanan eksternal dari nilai tukar. Secara

rata rata bulanan, nilai tukar Rupiah melemah (1,29% , mtm) dari Rp11.710 pada Agustus

2014 menjadi Rp11.861. Pergerakan harga yang terus turun terutama ditunjukkan oleh

komoditas pangan (jagung, kedelai, dan gandum) yang didukung oleh peningkatan jumlah

stok global terkait dengan hasil panen yang membaik. Koreksi turunnya harga juga terlihat

pada kelompok non pangan, yaitu emas. Koreksi harga emas tersebut ditransmisikan pada

harga emas perhiasan domestik. Tekanan eksternal yang relatif minimal tersebut tercermin

dari inf lasi kelompok core tradable yang sebesar 0,34% turun dari periode lalu (0,39% ).

Dari sisi internal, tekanan permintaan terindikasi menurun. Hal ini tercermin dari

turunnya inflasi inti tradable khususnya tradable food dari 0,82% menjadi 0,79% karena

telah kembali normalnya konsumsi masyarakat. Hal ini terindikasi pula dari penurunan Indeks

Keyakinan Konsumen dari 131,02 (Agustus 2014) menjadi 129,43 (September 2014)

didorong oleh turunnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (dari 129,23 menjadi 128,84). Hal ini

Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan

Daging Sapi 14.10 0.1555 Bawang Merah -42.39 -0.1603

Minyak Goreng 11.05 0.0956 Cabai Rawit -57.86 -0.0976

Susu Bubuk 20.00 0.0744 Tomat Sayur -21.15 -0.0269

Udang Basah 18.73 0.0718 Cabai Merah -28.23 -0.0221

Telur Ayam Ras 6.32 0.0532 Melon -14.39 -0.0206

Mie Kering Instant 13.51 0.0449 Semangka -14.43 -0.0202

Lele 14.11 0.0338 Daging Ayam Ras -0.74 -0.0090

Bawang Putih 15.80 0.0310 Terong Panjang -5.48 -0.0032

Kacang Panjang 21.99 0.0253 Beras -0.07 -0.0029

Apel 7.67 0.0238 Mujair -1.32 -0.0027

KomoditasInflasi

KomoditasDeflasi

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.8

Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Volatile Food (yoy) Tw III-2014

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

41

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

mengindikasikan meredanya aktivitas ekonomi masyarakat pada triwulan III 2014 sehingga

meminimalkan ekspektasi inflasi masyarakat.

Hal yang sama juga terjadi pada Indeks Ekspektasi Konsumen (turun dari 132,80

menjadi 130,03) yang mencerminkan rendahnya ekspektasi inflasi masyarakat ke depannya.

Walaupun mengalami penurunan, namun konsumen dan pelaku usaha optimis 3 (t iga) bulan

ke depan akan terjadi kenaikan harga seiring adanya perayaan Natal dan Tahun Baru 2015.

Sedangkan untuk jangka waktu yang lebih panjang (6 bulan ke depan) diperkirakan inflasi

dan aktivitas ekonomi akan melambat karena minimnya peringatan hari besar keagamaan

dan t ibanya musim panen raya yang umumnya diikuti dengan penurunan harga pada

kelompok bahan makanan.

Sebaliknya inflasi inti nontradable meningkat dari 0,40% (Agustus 2014) menjadi

0,54% (September 2014) sebagai dampak inflasi sub kelompok pendidikan (1,73% ). Setelah

pada periode sebelumnya ketiga jenjang pendidikan yaitu sekolah dasar, sekolah menengah

pertama dan sekolah menengah atas memasuki tahun ajaran baru (menyebabkan inflasi

kelompok pendidikan mencapai 2,02% ), pada September 2014 dimulai tahun ajaran baru

untuk akademi/perguruan t inggi. Kenaikan biaya akademi/perguruan t inggi (yang mencapai

Grafik 2.27. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.28. Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan

Datang

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.9

Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Core Inflation (yoy) Tw III-2014

Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan

Tukang Bukan Mandor 6.84 0.1183 Emas Perhiasan -4.28 -0.0592

Mie 7.14 0.0942 Gula Pasir -9.57 -0.0585

Akademi/Perguruan Tinggi 7.16 0.0940 Telepon Seluler -1.01 -0.0094

Es 16.10 0.0933 Brokoli -43.02 -0.0037

Mobil 4.82 0.0881 Kusen -1.35 -0.0037

Soto 13.10 0.0864 Mernying -36.16 -0.0026

Semen 5.76 0.0750 Sandal Kulit -2.77 -0.0024

Pasir 9.82 0.0533 Kembung Rebus -3.34 -0.0021

Sate 12.11 0.0520 Handy Cam -2.34 -0.0017

Sepeda Motor 2.60 0.0513 Flash Disk -5.97 -0.0011

KomoditasInflasi

KomoditasDeflasi

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

42

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

3,74% ) ini merupakan yang tert inggi selama 3 (tiga) tahun terakhir yang hanya berada di

kisaran 3% - 3,5% sebagai dampak semakin t ingginya jumlah mahasiswa yang menuntut

ilmu di Jawa Timur yang berujung pada peningkatan biaya operasional dan penambahan

sarana pendidikan.

Administered Price

Inflasi administered price pada triwulan III 2014 secara bulanan meningkat dari 0,20%

(triwulan II 2014) menjadi 0,47% (triwulan III 2014). Sedangkan secara tahunan turun dari

14,09% menjadi 6,48% (yoy) karena hilangnya dampak base year IHK kenaikan BBM tahun

2013. Walaupun dampak base year telah hilang namun inflasi kelompok ini masih relatif

t inggi karena t ingginya inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air melalui

kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebesar 5,34% yang merupakan

penyesuaian kedua selama tahun 2014. Realisasi inflasi bahan bakar rumah tangga ini lebih

rendah dibandingkan proyeksi Bank Indonesia yang diperkirakan memberikan sumbangan

inflasi di kisaran 0,15% - 0,25% . Hal ini karena implementasi kenaikan harga LPG 12 kg

yang ditetapkan pada minggu ke-II September sehingga belum diukur secara penuh, serta

belum teridentif ikasinya dampak lanjutan (2nd

round) pada realisasi inflasi bahan bakar rumah

tangga.

Tarip listrik menjadi penyumbang inflasi kedua sesuai dengan rencana PT. PLN untuk

menaikkan tarif listrik rumah tangga secara bertahap sejak 1 Juli 2014. Rokok juga masih

menjadi penyumbang inflasi sebagai upaya penyesuaian harga pelaku usaha terhadap

kebijakan kenaikan cukai rokok 2013 dan pemberlakuan pajak tembakau tahun 2014.

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.10

Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price (yoy) Tw III-2014

Inflasi Sumbangan Deflasi Sumbangan

Angkutan Udara 35.20 0.3444 Angkutan Antar Kota -3.29 -0.0146

Tarip Listrik 11.38 0.3215

Bahan Bakar RT 16.79 0.3059

Rokok Kretek Filter 7.62 0.1171

Tarip Kereta Api 18.21 0.0641

Rokok Kretek 6.55 0.0565

Rokok Putih 8.76 0.0171

Tarip Air Minum PAM 1.26 0.0104

Tarip Jalan Tol 16.59 0.0098

Angkutan Dalam Kota 0.13 0.0013

KomoditasDeflasi

KomoditasInflasi

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB II PERKEM BANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

BOKS III

Dampak Potensi Kenaikan Harga BBM terhadap

Inflasi Jawa Timur

Rencana penyesuaian harga BBM bersubsidi yang saat ini sedang mengemuka di

masyarakat berpotensi meningkatkan inflasi Jawa Timur khususnya pada kelompok

administered price (dampak langsung) dan core inflation (dampak lanjutan). Kenaikan BBM

bersubsidi telah dilakukan beberapa kali oleh Pemerintah Indonesia (yang terbaru pada 22

Juni 2013) dan berdampak pada tingginya inflasi yang mencapai 8,61% -yoy (Jawa Timur :

8,39% ). Dampak terbesar kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi Jawa Timur terjadi

pada tahun 2005, sedangkan inflasi yang terjadi tahun 2008 dan 2013 relatif lebih

terkendali.

Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV dengan memperhatikan

pola historis kenaikan BBM, setiap kenaikan BBM Rp1.000/liter akan memberikan tambahan

inflasi Jawa Timur sebesar 1,07% . Tambahan inflasi tersebut bersumber dari inflasi 1st round

(dampak langsung kenaikan BBM, yaitu inflasi komoditas bensin dan solar), 2nd

round (inflasi

komoditas yang menggunakan bensin sebagai input) dan 3rd round (pengaruh bagi harga jual

barang lainnya karena pengaruh kenaikan biaya pengiriman dan produksi).

Dengan asumsi kenaikan BBM (bensin dan solar) masing-masing sebesar Rp3.000/liter,

tambahan inflasi Jawa Timur akan berada di kisaran 3,20% . Kenaikan tersebut telah

Tabel 1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Grafik 1 Inflasi Saat Kenaikan BBM (mtm)

Komoditas Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Probolinggo Madiun Sumenep Banyuwangi

Asumsi Kenaikan (Rp/liter) 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000

1st round 0.72 0.67 0.78 0.96 1.00 0.87 0.68 0.52 0.71

2nd round 0.20 0.15 0.37 0.19 0.32 0.18 0.12 0.04 0.13

3rd round 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15

Total 1.07 0.96 1.29 1.30 1.47 1.20 0.94 0.71 0.99

Tabel 2 Dampak Kenaikan BBM Terhadap Inflasi di Jawa Timur

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

BAB II PERKEM BANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan III Tahun 2014

mempertimbangkan berbagai dampak lanjutan yang dit imbulkan baik terhadap sektor

transportasi maupun komoditas lainnya. Sedangkan secara spasial, dampak kenaikan BBM

terbesar terjadi di Jember (4,40% ) dan Kediri (3,89% ) karena t ingginya proporsi penggunaan

BBM dalam konsumsi rumah tangga sehari-hari.

Dampak di atas tentunya tidak bersifat f inal. Beberapa hal dapat mempengaruhi bahkan

menahan laju inflasi yang lebih t inggi. Kerjasama semua pihak baik Pemerintah dan Tim

Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Timur (TPID Jawa Timur), pelaku usaha maupun masyarakat

untuk menciptakan situasi kondusif dan mengendalikan ekspektasi inflasi merupakan kunci

utama meminimalkan dampak lanjutan kenaikan harga BBM. Yang tidak kalah penting

kemudian adalah, bagaimana mengalokasikan subsidi BBM tersebut untuk pengembangan

sektor-sektor produktif yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia umumnya dan

kesejahteraan masyarakat khususnya. Dengan pemahaman yang sama akan kenaikan BBM

dan pengaruhnya terhadap inflasi, diharapkan ekspektasi inflasi dapat terjaga dan dampak

kenaikan inflasi yang signif ikan dapat diminimalkan.

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 3

Perkembangan Perbankan

dan Sistem Pembayaran

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

3 PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN

Kinerja perbankan (bank umum dan BPR) di Jaw a Timur pada triw ulan III 2014

secara umum masih menunjukkan perkembangan yang stabil. Perlambatan

pertumbuhan aset dan kredit perbankan ditopang oleh perbaikan risiko likuiditas dan

penurunan risiko kredit.

Aset perbankan tercatat sebesar Rp474,85 triliun atau tumbuh 14,24% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,38% (yoy). Demikian pula

dengan pertumbuhan kredit yang melambat cukup signif ikan dari 19,30% (yoy) pada triwulan

II 2014 menjadi 14,36% (yoy) pada triwulan III 2014. Sementara itu Dana Pihak Ketiga (DPK)

tumbuh stabil dari sebesar 16,65% (yoy) pada Triwulan II 2014 menjadi 16,95% (yoy) pada

Triwulan III 2014 dengan nominal Rp 377,37 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit mendorong perbaikan risiko likuiditas dari 91,54%

(triwulan II 2014) menjadi 88,72% (triwulan III 2014). Perbaikan likuiditas dimaksud didukung

oleh penurunan risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) dari 2,17% pada triwulan II

2014 menjadi 2,15% pada triwulan III 2014.

Sementara penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek yang menunjukkan jumlah

seluruh dana perbankan yang masuk ke Jawa Timur mencapai angka Rp387,48 triliun. Kondisi

ini menandakan adanya aliran dana bersih yang masuk (net inf low) ke Jawa Timur mencapai

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur

I II III IV I II III

370,89 388,44 415,67 429,42 426,52 452,05 474,85

19,18 17,63 18,53 18,65 15,00 16,38 14,24

298,33 305,60 322,67 340,75 338,06 356,49 377,37

14,89 12,98 14,29 14,69 13,32 16,65 16,95

252,70 273,52 292,76 310,95 311,66 326,31 334,81

27,08 26,25 27,05 26,14 23,33 19,30 14,36

289,18 310,63 331,53 349,92 370,36 370,83 387,48

26,41 25,27 24,83 24,40 28,08 19,38 16,88

2,30 2,16 2,07 1,79 2,12 2,17 2,15

2,25 2,14 1,98 1,98 2,22 2,29 2,39

84,70 89,50 90,73 91,25 92,19 91,54 88,72

98,38 103,19 104,25 104,13 104,07 104,02 102,68

Pertumbuhan (%yoy)

NPL LB (%)

2014

Kredit Lokasi Bank (LB)

Pertumbuhan (%yoy)

Kredit Lokasi Proyek (LP)

Total Aset

Pertumbuhan (%yoy)

NPL LP (%)

LDR LB(%)

LDR LP(%)

Dana Pihak Ketiga

Pertumbuhan (%yoy)

INDIKATOR BANK UMUM DAN

BPR (Triliun Rp)

2013

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

44

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Rp52,68 triliun, setelah memperhitungkan jumlah kredit yang disalurkan oleh kantor bank yang

berdomisili di Jawa Timur sebesar Rp334,81 triliun. Angka net inflow Rp52,68 triliun ini, lebih

t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp44,51 triliun.

Namun demikian, angka pertumbuhan tahunan (yoy) penyaluran kredit berdasarkan

lokasi proyek ini juga mengarah perlambatan yang hanya mencapai 16,88% , lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 19,38% . Perlambatan

penyaluran kredit tersebut mendorong penurunan angka LDR lokasi proyek dari 104,02% pada

triwulan II 2014 menjadi 102,68% pada triwulan III 2014.

3.1. PERKEM BANGAN KINERJA BANK UM UM

Perkembangan kinerja bank umum sampai dengan triwulan III 2014 secara umum masih

stabil dengan tren perlambatan pertumbuhan kredit yang didukung oleh penurunan risiko

kredit. Tercatat aset bank umum sampai dengan periode laporan adalah sebesar Rp465,12

triliun dengan pertumbuhan sebesar 14,32% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 16,64% (yoy). Pertumbuhan kredit melambat dari 19,41%

(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) pada triwulan III 2014 dengan nominal

sebesar Rp327,06 triliun. Sementara itu DPK bank umum Jawa Timur sampai dengan periode

laporan sebesar Rp371,46 triliun, meningkat dari 16,72% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi

17,04% (yoy) pada triwulan III 2014. Pertumbuhan DPK yang lebih t inggi dibandingkan kredit

mendorong penguatan likuiditas yang tercermin dari penurunan LDR dari sebesar 90,83%

menjadi 88,95% pada periode laporan.

Tabel 3.2

Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur

INDIKATOR BANK UMUM

(Triliun Rp) I II III IV I II III

Total Aset 362.32 379.47 406.88 420.52 417.36 442.61 465.12

Growth Aset (%yoy) 19.10 17.52 18.74 18.93 15.19 16.64 14.32

Dana Pihak Ketiga 293.35 300.50 317.37 335.31 332.45 350.74 371.46

Growth DPK (%yoy) 14.82 12.93 14.33 14.74 13.33 16.72 17.04

Kredit Lokasi Bank 246.51 266.82 285.87 304.11 304.41 318.60 327.06

Growth Kredit (%yoy) 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49 19.41 14.41

Kredit Lokasi Proyek 282.99 303.93 324.60 343.07 344.76 363.11 379.74

Growth Kredit (%yoy) 27.27 26.41 27.27 26.41 21.83 19.47 16.99

LDR Lokasi Bank (%) 84.03 88.79 90.08 90.70 91.57 90.83 88.05

LDR Lokasi Proyek (%) 96.47 101.14 102.28 102.32 103.70 103.53 102.23

NPL Lokasi Bank (%) 2.26 2.12 2.01 1.75 2.07 2.12 2.08

NPL Lokasi Proyek (%) 2.25 2.14 1.96 1.96 2.18 2.27 2.34

20142013

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Peningkatan DPK pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan deposito

yang mencapai 27,87% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh adanya tren peningkatan suku

bunga rata-rata tert imbang DPK khususnya deposito sejak pertengahan tahun 2013 seiring

dengan kebijakan kenaikan BI rate. Suku bunga rata-rata tert imbang DPK Jawa Timur pada

triwulan III 2014 tercatat sebesar 4,48% , sementara deposito mencapai 7,91% . Tren kenaikan

suku bunga pada akhirnya menahan laju pertumbuhan kredit hingga di level 14,41% (yoy)

pada periode laporan.

Perlambatan pertumbuhan kredit yang diiringi dengan peningkatan pertumbuhan DPK

mendorong perbaikan likuiditas bank umum di Jawa Timur. Rasio LDR menunjukkan perbaikan

dari 90,83% pada triwulan II 2014 menjadi 88,03% pada triwulan III 2014. Perbaikan likuiditas

tersebut didukung oleh penurunan risiko kredit menjadi 2,08% pada periode laporan.

Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini ada pada bank asing

dengan prosentase sebesar 124,13% , disusul kemudian dengan bank pemerintah yang tercatat

sebesar 98,94% , dan bank swasta dengan LDR sebesar75,14% . Namun demikian secara

nominal, Bank Pemerintah masih mendominasi penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur

dengan penyaluran kredit sebesar Rp166,17 triliun atau 50,81% dari total kredit. Disusul

kemudian dengan Bank Umum Swasta sebesar Rp140,66 triliun atau 43,01% . Sedangkan Bank

Asing mencatat penyaluran kredit sebesar Rp20,23 triliun atau 6,19% .

Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank

Graf ik 3.1 Perkembangan LDR

Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)

1,40

1,90

2,40

2,90

3,40

70

75

80

85

90

95

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

LDR (%) NPL (%) rhs

50

70

90

110

130

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

LDR Bank Pemerintah

Bank Swasta Bank Asing

5

10

15

20

25

30

-

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK (% yoy rhs)

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

46

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Sampai dengan triwulan III 2014 total aset Bank Umum di Jawa Timur mencapai Rp

465,12 triliun atau tumbuh sebesar14,32% (yoy), lebih rendah apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 16,64% (yoy).

Berdasarkan kelompoknya, bank swasta merupakan bank dengan jumlah aset terbesar yaitu

mencapai Rp 220,15 triliun atau 47,33% dari total asset bank umum Jawa Timur. Bank

Pemerintah menyumbang porsi terbesar kedua dengan prosentase yang t idak terlalu jauh

berbeda yaitu sebesar 47,17% dari total asset (Rp 219,39 triliun). Sementara itu porsi aset bank

asing di Jawa Timur adalah sebesar 5,5% dengan nominal Rp 25,58 triliun.

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Umum di Jawa Timur pada

triwulan III 2014 mencapai sebesar Rp371,46 triliun atau tumbuh 17,04% (yoy) dibandingkan

periode sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih t inggi apabila dibandingkan pertumbuhan

periode sebelumnya (triwulanII 2014) yang tercatat sebesar 16,72% (yoy).

Graf ik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum

Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum

Graf ik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum

47%

47%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

5

10

15

20

25

-

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Aset g Aset (% rhs)

5

10

15

20

-

100

200

300

400

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tri

liu

n R

p

DPK g DPK (%yoy) rhs

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

47

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Peningkatan kinerja penghimpunan DPK Bank Umum pada periode laporan didorong

oleh tren peningkatan suku bunga. Adanya peningkatan BI Rate yang cukup signif ikan dari

5,75% pada bulan Mei 2013 menjadi 7,5% pada Juni 2014 pada akhirnya mendorong

peningkatan suku bunga DPK dan Kredit. Rata-rata suku bunga tert imbang DPK meningkat dari

3,5% pada September 2013, dan 4,37% pada Juni 2014, menjadi 4,48% pada September

2014. Kenaikan suku bunga DPK meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan dana

dalam bentuk tabungan dan deposito.

Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada triwulan III 2014 didominasi oleh

deposito dengan nominal mencapai Rp 155,89 triliun dengan proporsi sebesar 41,97% . Porsi

tersebut lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 40,69% .

Sementara itu tabungan dan giro memperoleh porsi yang lebih kecil yaitu masing-masing

41,3% dan 16,73% .

Demikian pula apabila dit injau dari sisi pertumbuhan tahunan,deposito masih

memberikan kontribusi terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 27,87% (yoy).

Pertumbuhan tert inggi selanjutnya adalah giro dengan pertumbuhan 13,78% (yoy). Sementara

tabungan pada periode ini mencatat pertumbuhan lebih kecil yaitu sebesar 8,93% (yoy) pada

periode laporan. Peningkatan porsi dan pertumbuhan deposito pada periode lebaran didorong

oleh tren peningkatan suku bunga deposito dari 7,78% pada trw iulan II 2014 menjadi 7,91%

(yoy) pada triwulan III 2014.

Graf ik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (yoy)

Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq)

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

% y

oy

Giro Tabungan Deposito

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

% (

qtq

)

Giro Tabungan Deposito

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

48

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Peningkatan suku bunga DPK bank umum di Jawa Timur terutama didorong oleh

peningkatan suku bunga deposito, dari sebesar 7,78% pada Triwulan II 2014 menjadi sebesar

7,91% pada Triwulan III 2014. Suku bunga rata-rata tert imbang tabungan meningkat dari

sebesar 1,71% pada triwulan II 2014 menjadi 1,73% pada Triwulan III 2014. Sementara itu

suku bunga rata-rata tert imbang giro pada periode laporan turun dari 2,18% menjadi 1,95% .

3.1.3. KREDIT

Sampai dengan Triwulan III 2014, fungsi intermediasi yang tercermin dari besar

penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur masih mengarah pada tren perlambatan.

Tercatat jumlah kredit yang disalurkan mencapai sebesar Rp327,06 triliun atau tumbuh 14,41%

(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 19,41% (yoy).

Perlambatan penyaluran kreditsecara tahunan didorong oleh perlambatan seluruh jenis

kredit kredit terutama modal kerja. Pertumbuhan kredit modal kerja melambat dari 19,41%

Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%)

Graf ik 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan

Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan BI Rate

17%

41%

42%

Giro Tabungan Deposito

-

50

100

150

200

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Giro Tabungan Deposito

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

SB DPK Giro Tabungan

Deposito BI Rate

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 14,41% (yoy) triwulan III 2014. Kredit investasi melambat

dari 19,55% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 15,16% (yoy) pada triwulan III 2014.

Demikian pula dengan pertumbuhan kredit konsumsi yang melambat dari 16,39% (yoy) pada

triwulan II 2014 menjadi 12,30% (yoy) pada triwulan III 2014.

Perlambatan penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur diperkirakan disebabkan oleh

tren pertumbuhan ekonomi dan peningkatan suku bunga kredit. Tercatat rata-rata tert imbang

suku bunga kredit bank umum pada periode laporan meningkat 7 bp dari triwulan sebelumnya,

yaitu dari 12,38% pada triwulan II 2014 menjadi 12,45% pada triwulan III 2014. Kredit modal

kerja dan investasi mencatat peningkatan suku bunga yang cukup t inggi hingga 8 dan 9 bp

menjadi masing-masing 12,39% dan 12,34% . Sementara itu suku bunga kredit konsumsi

mencatat peningkatan lebih kecil yaitu 3 bp, dari 12,59% pada triwulan II 2014 menjadi

12,34% pada triwulan III 2014. Tidak adanya momen khusus seperti hari libur atau hari raya

keagamaan pada periode laporan turut mendorong perlambatan kredit pada periode laporan.

Tingkat risiko likuiditas Bank Umum yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio

(LDR) menunjukan perbaikan pada periode laporan. Tercatat LDR membaik dari 90,83% pada

triwulan II 2014 menjadi 88,05% pada triwulan III 2014. Kondisi tersebut didukung pula oleh

perbaikan risiko kredit yang tercermin dari penurunan NPL dari 2,12% pada triwulan II 2014

menjadi 2.08% pada triwulan III 2014.

Graf ik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy)

Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq)

5

10

15

20

25

30

-

100

200

300

400

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tri

liu

n R

p

Kredit g Kredit (% yoy)

-5

0

5

10

-

100

200

300

400

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Kredit g Kredit (% qtq)

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

50

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Pada triwulan III 2014 kredit yang disalurkan Bank Umum di Jawa Timur masih

didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan investasi, dimana total proporsi

kredit keduanya terhadap keseluruhan kredit mencapai 73,61% . Kredit modal kerja pada

periode laporan memperoleh proporsi 58,96% (Rp192,83 triliun) dan kredit investasi 14,65%

(Rp47,93 triliun). Sementara kredit konsumsi memperoleh proporsi sebesar 26,39% dari total

kredit dengan nominal Rp86,29 triliun. Penyaluran kredit yang didominasi sektor produktif

selaras dengan kinerja perekonomian Jawa Timur dan menjadi indikator potensi

pengembangan kredit Jawa Timur yang sangat baik khususnya dalam mendorong peningkatan

ekonomi masyarakat.

Sementara itu proporsi kredit UMKM terhadap masih stabil di kisaran 28% dari total

kredit dengan nominal sebesar Rp 91,14 triliun. Pertumbuhan kredit UMKM pada periode

laporan tercatat sebesar 13,39% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Sementara itu, risiko

kredit UMKM meningkat dari 4,16% pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% pada triwulan III

2014.

Dit injau berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit

terbesar dengan proporsi 50,81% dari total kredit, disusul Bank Swasta 43,01% dan porsi

terkecil dari Bank Asing sebesar 6,19% . Bank Swasta masih mencatat pertumbuhan tahunan

tert inggi yaitu di level 19,2% (yoy), sementara Bank Pemerintah dan Bank Asing masing-masing

mencatat pertumbuhan 11,2% dan 9,74% (yoy). Pertumbuhan tahunan kredit bank

pemerintah dan bank swasta menunjukkan tren perlambatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya, sementara kredit yang disalurkan bank asing menujukkan peningkatan.

Graf ik 3.14 Perkembangan NPL

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

NPL (%)

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

51

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Graf ik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy))

Graf ik 3.18 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qtq)

Graf ik3.19 Proporsi Kredit Sektoral

47%

47%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

59%15%

26%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

3% 1%

29%

0%

4%

27%

3%

4%

2%

27%

Pertanian, perburuan, dan

sarana pertanian

Pertambangan

Industri pengolahan

Listrik, gas, dan air

Konstruksi

Perdagangan, restoran, dan

hotel

Pengangkutan, pergudangan

dan komunikasi

Jasa-jasa dunia usaha

Jasa-jasa sosial/masyarakat

Lain-lain

5

15

25

35

45

-

100

200

300

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsig Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (%rhs)

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

% (

qtq

)

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

52

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh Bank Umum di Jawa Timur pada periode

laporansebagian besar masih kepadasektor Industri Pengolahan dengan prosentase mencapai

28,78% dari total kredit dan nominal Rp94,13 triliun. Sektor dengan penyaluran kredit terbesar

kedua adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dengan proporsi 27,31% atau sebesar

Rp89,31 triliun. Tingginya penyaluran kredit kepada kedua sektor tersebut searah dengan

peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

Namun demikian, adanya perlambatan pertumbuhan kedua sektor dimaksud

dibandingkan periode sebelumnya perlu mendapat perhatian khusus. Tercatat pertumbuhan

kredit kepada sektor industri pengolahan melambat dari 22,58% (yoy) pada triwulan II 2014

menjadi 13,36% (yoy) pada periode laporan. Demikian pula dengan kredit kepada sektor

perdagangan hotel dan restoran yang menjukkan perlambatan dari 22,2% (yoy) pada triwulan

II 2014 menjadi 17,24% (yoy) pada triwulan III 2014. Perlambatan tersebut masih didukung

oleh t ingkat risiko kredit yang cukup stabil dengan NPL masing-masing sebesar 1,62% dan

2,94% .

Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan sarana

pertanian masih memperoleh proporsi kredit yang relatif kecil yaitu sebesar 3,10% , dengan

pertumbuhan sebesar 27,41% (yoy) pada periode laporan.Proporsi kredit sektor pertanian yang

lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2013) yang

tercatat sebesar 2,78% mengindikasikan peningkatan peran perbankan kepada sektor

pertanian yang merupakan salah satu leading sector ekonomi di Jawa Timur.

Graf ik 3.20 NPL Kredit Sektoral (%)

0

1

2

3

4

5

6

%

NPL (%)

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

53

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jawa Timur

terkait dengan relatif t ingginya risiko kredit (NPL) yang mencapai 4,9% ,meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,83% . Risiko kredit yang cukup t inggi tersebut

perlu diwaspadai, mengingat sektor utama lain yaitu industri pengolahan dan perdagangan

mencatat risiko kredit (NPL) yang lebih rendah, yaitu masing-masing di level 1,62% dan 2,94% .

Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata

tert imbang kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur juga menunjukkan tren

peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 12,45% ,

meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 12,38% . Suku bunga kredit

tert inggi adalah pada kredit konsumsi dengan rata-rata suku bunga mencapai 12,62% ,

meningkat dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 12,59% . Sementara itu suku

bunga kredit modal kerja dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran

12,39% dan 12,34% pada periode laporan.

3.1.4 KREDIT USAHA M IKRO KECIL M ENENGAH (UM KM)

Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam

mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya upaya

peningkatan penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM di Jawa Timur yang

mencapai 6,8 juta UMKM (BPS Jatim) dan terkonsentrasi di Jember, Malang dan Banyuwangi

memberi peluang bagi perbankan untuk lebih meningkatkan penetrasinya ke sektor UMKM.

Kredit yang disalurkan untuk sektor UMKM di Jawa Timur pada triwulan III2014 adalah

sebesar Rp91,13 triliun atau tumbuh sebesar 13,39% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan

Graf ik 3.21 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRate

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

SB Kredit Modal kerja Investasi

Konsumsi BI Rate

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

54

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

sebelumnya yang tercatat sebesar 15,93% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM yang

disertai dengan peningkatan NPL dari 4,16% pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% pada

triwulan III 2014 perlu mendapat perhatian bersama.

Sampai dengan periode laporan Bank Pemerintah masih mendominasi proporsi

penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur hingga 59% dari total kredit UMKM dengan nominal

sebesar Rp54,07 triliun. Disusul kemudian dengan Bank Swasta dengan proporsi sebesar 40%

dan nominal Rp35,99 triliun. Sementara itu Bank Asing memberi porsi kredit UMKM terkecil

dengan prosentase sebesar 1% dengan nominal sebesar Rp 1,07 triliun. Peningkatan

prosentase kredit UMKM dari sebesar 57% pada triwulan II 2014 menjadi 59% pada triwulan

III 2014mengindikasikan peningkatan peran bank pemerintah dalam pengembangan sektor

UMKM di Jawa Timur.

Graf ik 3.22 Perkembangan Kredit UMKM

Graf ik 3.23 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank

57%

42%

1% Tw II 2014

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

59%

40%

1%

Tw III 2014

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

051015202530

-

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Kredit UMKM g UMKM (%yoy)

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

NPL UMKM

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

55

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Apabila dit injau berdasarkan share kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan,

secara umum prosentase kredit UMKM yang disalurkan bank umum di Jawa Timur

menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat prosentase kredit

UMKM dibandingkan kredit total menurun dari 28,97% pada triwulan II 2014 menjadi 27,86%

pada triwulan III 2014. Penurunan share kredit juga terjadi pada Bank Pemerintah dan Bank

Swasta dengan share kredit UMKM pada periode laporan sebesar 24,64% dan 16,35% .

Sementara itu share kredit UMKM terhadap total kredit Bank Asing menunjukkan peningkatan

meski dalam prosentase yang sangat kecil, yaitu dari 3,88% pada triwulan II 2014 menjadi

4,2% pada triwulan III 2014.

Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakan berbagai fasilitas dan kebijakan sebagai

upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga

Penjaminan Kredit Daerah) dan penyaluran kredit linkage. Selain itu, untuk meningkatkan

kapasitas UMKM, juga diberikan bantuan teknis/pelatihan, pengembangan klaster komoditas

potensial, dan pendampingan UMKM untuk memperoleh akses pembiayaan melalui Konsultan

Keuangan M itra Bank (KKMB).

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Secara umum, kondisi stabilitas perbankan pada Triwulan III 2014 masih terjaga, tetapi

diwarnai dengan perlambatan kredit. Pada Triwulan III kredit tumbuh melambat pada level

14,36% dibandingkan Triwulan II yang berada pada level 19,30% . Perlambatan kredit ini dipicu

oleh keketatan likuiditas yang terjadi di perbankan selama beberapa periode terakhir.

Keketatan likuiditas ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan DPK yang terjadi dari

Graf ik 3.24 Prosentase Kredit UMKM terhadap Total Kredit

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

Total Kredit Bank Pemerintah

Bank Swasta Bank Asing

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

56

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

tahun 2013 hingga triwulan I 2014 dengan pertumbuhan di rentang level 12% s.d. 14% .

Meskipun saat ini DPK telah tumbuh membaik dengan level 16,96% (membaik dari Triwulan II

sebesar 16,65% ), nampaknya perbankan masih perlu waktu untuk meningkatkan penyaluran

kreditnya ke sektor riil.

Melambatnya kredit dan sedikit peningkatan pada DPK perbankan menyebabkan

penurunan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini dapat dilihat dari rasio LDR berdasar lokasi

bank yang berada di level 88,72% yang turun dibandingkan triwulan II yang sebesar 91,54% .

Rasio ini masih berada di rentang aman, namun peningkatan fungsi intermediasi perbankan

masih perlu dit ingkatkan untuk menggenjot perekonomian Jawa Timur. Ruang untuk

peningkatan fungsi intermediasi ini masih luas mengingat rasio LDR maksimum yang diatur

Bank Indonesia adalah sebesar 92% .

Beberapa identif ikasi potensi risiko dalam stabilitas sistem perbankan di Jawa Timur

akan dijabarkan sebagai berikut:

3.2.1. RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih

terjaga. NPL perbankan pada Triwulan III 2014 adalah sebesar 2,17% , sedikit lebih t inggi

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,15% . Berdasarkan kelompoknya,

persentase NPL tert inggi adalahBank Perkreditan rakyat (BPR) dengan NPL sebesar 4,94% .

Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan risiko kredit yang lebih baik, yaitu

dengan NPL di level 2,08% .

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum masih menunjukkan kinerja

yang stabil dari waktu ke waktu. NPL perbankan pada Triwulan II 2014 adalahsebesar 2,16% ,

sedikit lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11% .Peningkatan

NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup t inggi di sepanjang tahun 2013, dengan

rata-rata pertumbuhan mencapai 26,82% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 3.3 Perkembangan NPL Perbankan

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

57

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Berdasarkan kelompoknya, persentase NPL tert inggi adalah Bank Perkreditan rakyat

(BPR) dengan NPL sebesar 3,72% . Sementara itu bank umum mencatat kinerja pengelolaan

risiko kredit yang lebih baik, yaitu dengan NPL di level 2,12% .

Identif ikasi risiko kredit juga dapat dilakukan dengan melihat konsentrasi penyaluran

kredit perbankan. Menggunakan indeks pengukuran konsentrasi atau Herfindahl Hirschman

Index (HHI), Jawa Timur memiliki potensi penyaluran kredit yang terlalu terkonsentrasi di sektor

tertentu. Pada Triwulan III 2014, indeks HHI menyebutkan bahwa konsentrasi kredit sektoral di

Jawa Timur tergolong terkonsentrasi secara moderat (moderately concentrated) dengan level

yang terus meningkat menuju kondisi terkonsentrasi secara t inggi (highly concetrated).

Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Perbankan

4.387

Graf ik 3.26 HHI Sektor Ekonomi Graf ik 3.27 HHI Jenis Penggunaan

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III

2013 2014

%

NPL Kredit Bank Umum BPR

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

58

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Level threshold yang digunakan sebagai tolok ukur t ingkat konsentrasi mengacu pada

US Department of Justice. Pembagian yang dilakukan adalah mengelompokkan level

konsentrasi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Indeks <1500 sebagai t idak terkonsentrasi

b. Indeks 1500 s.d. 2500 sebagai terkonsentrasi secara moderat

c. Indeks >2500 sebagai terkonsentrasi t inggi Hasil penghitungan menunjukkan

bahwa kredit menurut jenis penggunaan sudah sangat terkonsentrasi dengan nilai

indeks yang berada di atas level 2.500.

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa kredit berdasar jenis penggunaan berada

pada level yang sangat terkonsentrasi, dengan pemusatan kredit ada pada kredit modal kerja.

Kredit modal kerja untuk triwulan III mendominasi penyaluran kredit sebesar 59% . Konsentrasi

kredit pada KMK ini menunjukkan potensi yang baik bagi pembangunan perekonomian Jawa

Timur. Dengan adanya pemusatan kredit di KMK, diharapkan sektor riil menadapatkan sumber

pembiayaan yang cukup untuk menjalankan bisnisnya sehingga bisa mendukung

pembangunan ekonomi.

Sedangkan dari sisi penyaluran kredit sektoral, penyaluran kredit di Jawa Timur

didominasi oleh kredit sektor industri pengolahan (29% ) dan perdagangan besar dan eceran

(26% ). Jika dikaitkan dengan risiko kredit dari rasio NPL, kedua sektor ini masih memiliki

performa kolektabilitas kredit yang terjaga. Rasio NPL sektor industri pengolahan adalah

sebesar 1,62 dan sebesar 2,98 untuk sektor perdagangan besar dan eceran. Meski demikian,

pemusatan kredit di dua sektor ini berpotensi untuk mengganggu stabilitas sistem keuangan di

Jawa Timur, terutama jika terjadi shock yang bersumber dari dua sektor ini. Untuk itu,

Graf ik 3.28 Konsentrasi Kredit Menurut Jenis Penggunaan

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

59

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

perbankan perlu lebih mendiversif ikasi penyaluran kreditnya ke sektor-sektor lain yang memiliki

performa bagus dan belum mendapat banyak porsi penyaluran kredit.

3.2.2. RISIKO DARI SISI KORPORASI

Sebagai lembaga intermediasi, perbankan juga terekspos risiko yang bersumber dari

kinerja korporasi. Lancar atau t idaknya kegiatan korporasi akan mempengaruhi kemampuan

membayar utang korporasi ke perbankan, sehingga akan mempengaruhi risiko kredit

perbankan. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis performa kredit

korporasi adalah Probability of Default (POD) dan Transit ion Matrix.

3.2.2.1. Probability of Default (POD)

POD merupakan penghitungan yang menjelaskan mengenai prosentase

kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit korporasi dalam jangka waktu satu tahun.

Salah satu metode untuk menghitun POD adalah dengan analisis mortality rate. Metode

mortality rate membandingkan rasio korporasi yang memiliki kolektabilitas awal pada kol.1

dan kol.2 di awal periode yang kemudian berubah menjadi Non Performing Loan di akhir

periode. POD memberi gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja kredit dalam kurun

waktu satu tahun terakhir, tanpa memperhitungakan kredit baru ataupun kredit yang

dilunasi sepanjang periode observasi.

Graf ik 3.29 Konsentrasi Kredit Sektoral

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

60

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Hasil penghitungan POD di Jawa Timur menunjukkan bahwa beberap sektor

pengalami peningkatan POD yang cukup t inggi secara year-to-date (ytd). Sektor

pertambangan mengalami penurunan kinerja paling t inggi selama selama satu tahun

terakhir. Rasio POD pertambangan Triwulan III menunjukkan nilai 12,99% , naik cukup

t inggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang berada pada level 2,84% . Subsektor yang

mengalami perlambatan kinerja paling t inggi adalah subsektor pertambangan barang

tambang lainnya dan pertambangan minyak dan gas bumi. Penurunan kinerja sector

pertambangan ini dipicu oleh lesunya sector pertambangan semenjak diberlakukannya UU

minerba yang mengatur tentang ekspor minerba. Selain itu, depresiasi rupiah yang masih

terus berlanjut juga menyebabkan tekanan pada perusahaan-perusahaan tambang.

Tabel 3.4 Prof il Risiko Kredit Sektoral Perbankan

Graf ik 3.30 POD Sektor Pertambangan Jawa TImur

Graf ik 3.31 POD SubSektor Pertambangan Jawa TImur

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

61

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Sektor lain yang mengalami peningkatan POD adalah sektor konstruksi. Sektor ini

memiliki nilai POD yang naik pada triwulan III 2014 sebesar 10,45% , dibandingkan posisi

triwulan IV 2013 yang berada pada level 2,08% . Subsektor yang mengalami penurunan

kinerja paling dalam adalah subsektor proyek yang dibiayai dengan pinjaman dari/untuk

pembayaran di luar negeri. Kondisi ini erat kaitannya dengan f luktuasi nilai tukar rupiah

yang masih melemah cukup dalam di triwulan III 2014. Selain itu, hasil survey harga

properti residensial (SHPR) Jawa Timur triwulan III 2014 juga menyebutkan bahwa volume

penjualan rumah masih turun sebesar 25% . Penurunan volume penjualan rumah terbesar

dialami oleh rumah t ipe kecil dan menengah, dengan penurunan masing-masing sebesar

23,9% dan 22,5% . Selain itu, diketahui juga bahwa faktor utama penyebab penurunan

volume penjualan ini adalah t ingginya suku bunga KPR.

3.2.2.2. Transition M atrix

Transit ion matrix merupakan salah satu indikator untuk melihat pergerakan kredit

perbankan. Dengan transit ion matrix, analisis dapat difokuskan untuk melihat probabilitas

pergeseran kolektabilitas kredit selama periode observasi, dari satu kolektabiltas ke

kolektabilitas yang lain. Dengan menggunakan data pergerakan historis, perilaku kredit ke

depan dapat diperkirakan dengan lebih baik.

Hasil penghitungan transit ion matrix kredit perbankan sektoral adalah sebagai berikut:

Graf ik 3.32 POD Sektor Konst ruksi Jawa TImur

Graf ik 3.33 POD Sub Sektor Konst ruksi Jawa TImur

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

62

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Transit ion matrix di atas menggambarkan bahwa kemungkinan perubahan kolektabilitas kredit

dari kol.1 dan kol.2 menjadi NPL adalah 14,58% pada triwulan III 2014. Hal ini berart i, kredit

dengan status performing loan cenderung untuk tetap berada di kualitas tersebut setelah 3

bulan. Jika dilihat sebaliknya, kredit kualitas NPL memiliki kemungkinan maksimal 18,11%

untuk berubah menjadi performing loan dalam waktu 3 bulan.

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Senada dengan perkembangan kinerja bank umum, indikator kinerja utama Perbankan

Syariah di Jawa Timur pada triwulan III 2014 masih cukup stabil dengan tren perlambatan

pertumbuhan aset dan pembiayaan.Tercatat aset bank syariah di Jawa Timur pada periode

laporan mencapai Rp 23,42 triliun dengan pertumbuhan 21,79% (yoy), lebih rendah bila

dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat

sebesar 23% (yoy). Demikian pula dengan pembiayaan bank syariah yang melambat dari

33,43% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21,79% (yoy) pada triwulan III 2014, dengan

nominal sebesar Rp 18,73 triliun.

Sementara itu berbeda dengan indikator kinerja utama lainnya, kinerja penghimpunan

DPKbank syariah di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

Tercatat DPK yang berhasil dihimpun pada periode laporan mencapai Rp17,36 triliunatau

tumbuh 23,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih t inggi dibandingkan dengan pertumbuhan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,94% (yoy).

Tabel 3.5 Transit ion Matrix Juni 2014 s.d. September 2014

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

63

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Berdasarkan jenisnya, pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Jawa Timur

pada periode laporan masih didominasi kepada pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan

investasi. Total kedua pembiayaan dimaksud memperoleh porsi 57,99% dari total pembiayaan

yang disalurkan pada periode laporan. Tingginya proporsi pembiayaan produktif Bank Syariah

di Jawa Timur menunjukkan bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah

sebagai mitra bisnis, t idak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja (konsumsi).

Sementara itu, pembiayaan konsumsi mencatat prosentase yang cukup t inggi yaitu

mencapai 42,01% dari total pembiayaan. Adanya penurunan porsi pembiayaan konsumsi dari

45,44% pada triwulan II 2014 menjadi 42,01% pada triwulan III 2014 mengindikasikan

peningkatan peran bank syariah pada pengembangan sektor produktif. Selain itu, relatif

rendahnya permintaan kredit konsumsi seiring t idak adanya momen khusus atau hari raya

keagamaan pada periode laporan turut menjadi pendorong penurunan share kredit konsumsi.

Graf ik 3.35 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)

Graf ik 3.36 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur

Graf ik 3.37 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)

Graf ik 3.34 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)

7%

39%54%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

0102030405060

-

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset g Pembiayaan g DPK (% yoy)

-10

0

10

20

30

-

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset qtq g Pembiayaan qtq g DPK (% qtq)

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

% y

oy

g DPK

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

64

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Dit injau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat

pertumbuhan tert inggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 47,95%

(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya

(triwulanII 2014) yang tercatat sebesar 58,89% (yoy).Demikian pula dengan pembiayaan

investasi yang mencatat perlambatan dari 28,6% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 25,91%

pada triwulan III 2014. Sementara itu pembiayaan modal kerja menunjukkan peningkatan

pertumbuhan dari sebesar 13% pada triwulan II 2014 menjadi 23,05% (yoy) pada periode

laporan.

Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi dengan perlambatan kredit mendorong

perbaikan Finance to Deposit Ratio (FDR) dari sebesar 111,03% pada triwulan II 2014 menjadi

107,92% pada triwulan III 2014. Namun demikian risiko pembiayaan yang tercermin dari besar

Non Performance Finance (NPF) bank syariah menunjukkan peningkatan dari sebesar 3,35%

pada triwulan II 2014 menjadi 3,67% pada triwulan IV 2014.

Graf ik 3.40 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)

Perbankan Syariah Jawa Timur

Graf ik 3.38 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

Graf ik 3.39 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

41%

17%

42%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

0

20

40

60

80

-

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Tril

iun

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (% yoy)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

020406080

100120

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

FDR NPF (rhs)

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

65

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan II 2014 secara

umum masih cukup stabil dengan tekanan pada penurunan kredit dan peningkatan NPL.

Tercatat total aset BPR pada periode laporan mencapai Rp 9,73 triliun dengan pertumbuhan

sebesar 10,57% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 5,23% (yoy). Sementara itu penyaluran kredit BPR melambat dari 15,21%

(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12,50% pada triwulan III 2014. Demikian pula dengan

kineja penghimpunan DPK yang menunjukkan perlambatan dari sebesar 12,72% (yoy) pada

triwulan II 2014 menjadi 11,50% (yoy) pada periode laporan.

Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan

III 2014mencapai Rp5,91 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh

deposito yang mencapai 69,36% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh

proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 30,64% dari total DPK. Demikian pula apabila dit injau

dari sisi pertumbuhannya,deposito mampu tumbuhsebesar 12,29% (yoy),lebih t inggi

dibandingkan dengan tabunganyang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp)

I II III IV I II III

1 Total Asset 8,57 8,97 8,80 8,90 9,15 9,44 9,73

2 Kredit

Per Jenis Penggunaan 6,19 6,70 6,88 6,84 7,25 7,72 7,74

Modal Kerja 4,11 4,48 4,62 4,58 4,85 5,21 5,22

Investasi 0,20 0,23 0,22 0,25 0,27 0,27 0,27

Konsumsi 1,88 1,99 2,05 2,01 2,13 2,24 2,25

3 NPL (%) 3,84% 3,77% 4,30% 3,61% 4,18% 4,40% 4,94%

4 Dana (dpk) 4,98 5,09 5,30 5,45 5,62 5,74 5,91

- DEPOSITO 3,38 3,50 3,65 3,67 3,81 3,93 4,10

- TABUNGAN 1,61 1,60 1,65 1,78 1,81 1,81 1,81

5 LDR (%) 124,17% 131,50% 129,82% 125,57% 129,10% 134,40% 130,98%

U R A I A N2013 2014

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

66

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase

mencapai 67,37% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan III 2014 kredit

investasi tumbuh paling t inggi yaitu sebesar 25,13% (yoy). Sementara itu kredit modal kerjadan

konsumsiyang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu masing-masing di level 12,98% (yoy)

dan 10,07% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan kredit yang lebih besar dibandingkan perlambatan

pertumbuhan DPK BPR pada akhirnya mendorong perbaikan likuiditas BPR. Tercatat LDR BPR

pada periode laporan sebesar 130,98% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan LDR

periode sebelumnya (triwulan II 2014) yang tercatat sebesar 134,40% . Sementara itu

peningkatan risiko kredit tercermin dari peningkatan rasio NPL dari sebesar 4,4% pada triwulan

II 2014 menjadi 4,94% pada triwulan III 2014.Masih relatif t ingginya kredit risiko kredit BPR

mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengawasan BPR terhadap kredit yang

disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara efisien dengan memperhatikan konsep 5 C

(Capital, Collateral, Capacity, Character, dan Condition of Economy).

67%

4%

29%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Graf ik 3.43 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan Graf ik 3.44 Perkembangan LDR & NPL BPR

Graf ik 3.41 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (% - yoy)

Graf ik 3.42 Pertumbuhan Kredit BPR (yoy)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III

2013 2014

% y

oy

Dana (dpk) Deposito Tabungan

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III

2013 2014

% y

oy

Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

115%

120%

125%

130%

135%

140%

I II III IV I II III

2013 2014

LDR NPL (rhs)

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

67

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA

Senada dengan perkembangan kinerja perbankan, kinerja 6 (enam)1 bank umum yang

berkantor pusat di Surabaya pada Triwulan III 2014 pada periode laporan turut menunjukkan

perlambatan pertumbuhan.Tercatat pertumbuhan total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa

Timur melambat dari 27,2% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21,48% (yoy) dengan nominal

Rp 56,02triliun pada triwulan III 2014.

Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah

peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup t inggi yaitu mencapai

35,11% (yoy), lebih t inggi dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat pertumbuhan

1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antar Daerah (Bank Anda), Bank

AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.

I II III IV I II III

Total Aset 41.263,37 43.389,42 46.111,46 41.269,59 45.084,54 55.191,74 56.018,35Pertumbuhan (% yoy) 12,56 13,11 9,13 14,83 9,26 27,20 21,48

Pertumbuhan (% qtq) 14,81 5,15 6,27 -10,50 9,24 22,42 1,50

Dana Pihak Ketiga 28.820,31 31.187,23 32.438,73 29.486,76 32.260,77 40.121,72 40.415,40

Pertumbuhan (% yoy) 9,40 17,22 16,14 22,88 11,94 28,65 24,59

Pertumbuhan (% qtq) 20,10 8,21 4,01 -9,10 9,41 24,37 0,73

Kredit 20.435,75 22.059,81 23.363,48 23.749,50 24.553,40 26.785,02 27.961,26

Pertumbuhan (% yoy) 16,31 15,27 16,95 18,45 20,15 21,42 19,68

Pertumbuhan (% qtq) 1,92 7,95 5,91 1,65 3,38 9,09 4,39

LDR (%) 70,91 70,73 72,02 80,54 76,11 66,76 69,18

NPL (%) 2,01 2,24 2,13 1,97 2,66 2,72 2,60

2013Bank KP di Jatim

2014

Tabel 3.7 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (Miliar Rp)

Graf ik 3.45 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Graf ik 3.46 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Mili

ar R

p

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

g Aset (% qtq) g DPK(% qtq) g Kredit (% qtq)

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

68

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

sebesar 30,84% (yoy).Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat

secara berurutan adalah Giro (38,9% ), Deposito (37,24% ) dan Tabungan (23,86% ).

Kinerja penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya melambat dari

27,20% (yoy) pada triwulanII 2014, menjadi 19,68% (yoy) dengan nominal Rp27,96 triliun

pada triwulanIII 2014. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit investasi mencatat pertumbuhan

tert inggi dengan prosentase pertumbuhan sebesar 23,95% (yoy). Sementara itu, kredit modal

kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan di level yang lebih rendah dengan prosentase

masing-masing sebesar 19,5% (yoy) dan 19,39% (yoy). Tren perlambatanpertumbuhan kredit

dimaksud searah dengan perlambatan ekonomi yang terjadi.

Baiknya kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan

III 2014 didukungoleh terjaganya kualitas kredit. Tercatat risiko kredit atau NPL bank ber kantor

pusat di Jawa Timur membaik dari 2,72% pada triwulan II 2014 menjadi 2,60% pada periode

laporan.

Graf ik 3.47 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya

Graf ik 3.48 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

Graf ik 3.49 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Graf ik 3.50 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya

39%

24%

37%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

36%

6%

58%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

-60

-40

-20

0

20

40

60

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

% q

tq

DPK Giro Tabungan Deposito

-50

-30

-10

10

30

50

70

90

-

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

69

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

3.6 PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank

Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan

Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan

kestabilan sistem keuangan.

Sampai dengan triwulan III tahun 2014, kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik

tunai maupun non tunai terus berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut t idak terlepas dari

t ingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan

pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang

mencukupi.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem

Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang

terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low) dan aliran uang keluar

dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real Time Gross

Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta jumlah temuan

uang palsu di Wilayah Jawa Timur.

3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, antara

lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low ), jumlah aliran uang

Graf ik 3.51 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di

0

1

2

3

4

5

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014

%

LDR NPL (rhs)

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

70

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low ), serta kegiatan pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE).

a. Aliran Uang M asuk/Keluar (Inflow/Outflow )

Selama Triwulan III 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di

w ilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan Jember

secara kumulatif masih menunjukkan posisi net inflow dengan nominal lebih t inggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya (triwulan II 2014). Hal tersebut dapat diart ikan

bahwa jumlah aliran uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inf low )

lebih besar dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia

kepada perbankan (outf low ).

Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan adalah sebesar Rp1,74 triliun.

Jumlah tersebut lebih t inggi apabila dibandingkan dengan net inflow periode sebelumnya

(triwulan II 2014) yang tercatat Rp1,39 triliun. Kondisi tersebut secara umum disebabkan oleh

kembalinya uang yang beredar di masyarakat pasca peningkatan kebutuhan uang kartal

masyarakat pada periode libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014 pertengahan tahun.

dalam miliar rupiah

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II

OUTFLOW 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51 4.842,11 5.155,37 9.088,47

INFLOW 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35 7.013,61 4.147,03 9.545,48

NET FLOW 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) 2.171,50 (1.008,34) 457,00

OUTFLOW 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61 1.915,43 2.943,87 4.451,67

INFLOW 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85 3.813,91 2.702,22 4.084,67

NET FLOW 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) 1.898,47 (241,65) (366,99)

OUTFLOW 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84 1.247,48 1.472,53 3.574,25

INFLOW 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05 4.798,58 3.461,75 4.913,44

NET FLOW 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21 3.551,10 1.989,21 1.339,19

OUTFLOW 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41 966,42 1.120,81 2.258,33

INFLOW 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03 2.395,42 1.770,21 2.569,81

NET FLOW 1.145,75 202,35 8,97 39,61 1.429,00 649,40 311,49

OUTFLOW 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37 8.971,44 10.692,58 19.372,71

INFLOW 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28 18.021,51 12.081,21 21.113,40

NET FLOW 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) 9.050,07 1.388,63 1.740,69

Keterangan :

Net Flow (+) : Net Inflow

Net Flow (-) : Net outflow

2014

JEMBER

JAWA TIMUR

SURABAYA

KEDIRI

MALANG

Wilayah Keterangan2013

Tabel 3.8 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

71

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Apabila dit injau lebih dalam, peningkatan jumlah net inflow pada periode laporan

disebabkan oleh peningkatan nominal inf low yang lebih besar daripada peningkatan outf low.

Tercatat jumlah aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke perbankan (outf low) pada periode

laporan adalah sebesar Rp 19,37 triliun, meningkat Rp 8,68 triliun atau 81,18% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sementara itu, jumlah aliran uang kartal dari perbankan ke Bank Indonesia (inf low)

selama periode laporan (triwulan III 2014) adalah sebesar Rp 21,11 triliun. Jumlah tersebut

meningkat Rp 9,03 triliun atau 74,76 % (qtq) dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat

sebesar Rp 12,08 triliun.

Peningkatan jumlah inflow pada periode laporan disebabkan oleh kembalinya uang

beredar di masyarakat pasca t ingginya outf low untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat

akan uang kartal selama libur tahun ajaran baru dan jelang lebaran 2014. Kondisi tersebut

mendorong peningkatan net inflow sebesar 25,35% (qtq), dari Rp 1,39 triliun pada triwulan II

2014 menjadi Rp 1,74 triliun pada triwulan III 2014.

Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur masih mengikuti

pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outf low dan inflow uang

kartal akan meningkat cukup t inggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan puasa dan

Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya. Adanya momen

libur tahun ajaran baru dan persiapan lebaran pada periode sebelumnya turut mendorong

terjadinya peningkatan net inflow pada periode dimaksud.

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013 2014

Milia

r R

up

iah

OUTFLOW INFLOW

-6.000

-4.000

-2.000

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013 2014

Milia

r R

up

iah

NETFLOW

Gambar 3.52 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Juta Rupiah

Gambar 3.53 Perkembangan Net Flow Jawa Timur

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

72

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

b. Uang Kartal Tidak Layak Edar

Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas Bank

Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal yang

diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy. Kegiatan

dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) secara rutin.

Selama triwulan III 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan

meningkat 0,07% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut

terkait dengan adanya peningkatan inf low yang terjadi pada periode laporan.

Persentase jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap inflow di Provinsi Jawa Timur

pada periode laporan menunjukkan penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tercatat rasio UTLE terhadap inflow di Jawa Timur selama triwulan III 2014 adalah sebesar

18,24% , lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 31,85% .

Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal t idak layak edar yang dimusnahkan,

Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya

perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui brosur, pamflet, serta edukasi

perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga

mengurangi besarnya volume UTLE yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang

baru.

c. Temuan Uang Palsu

Selama Triwulan III Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui

perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2013 2014

%

Rasio UTLE thdp Inflow (%)

Gambar 3.54 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

73

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

sebanyak 6.895 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut meningkat 13,14% (qtq)

apabila dibandingkan dengan temuan pada triwulan II 2014 yang tercatat sebanyak 6.094

lembar.

Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa

Timur pada triwulan III 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi

sebesar 79% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota terbesar dan

pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih menjadi kota

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Le

mb

ar

Surabaya Malang Kediri Jember TOTAL (rhs)

44%

26%

19%

11%

Surabaya Malang Kediri Jember

79%

20%

1%0%

0%

100.000 50.000 20.000 10.000 5.000

Gambar 3.56Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)

Sumber : Bank Indonesia Surabaya

Gambar 3.55 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)

Gambar 3.57Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

74

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

dengan penemuan uang palsu tert inggi di w ilayah Jawa Timur dengan prosentase sebesar

44% .

Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang

yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun

represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya upaya memasyarakatkan

pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada

uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian dengan

menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan

ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai

Alat pembayaran non tunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai masyarakat.

Transaksi pembayaran non tunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui

sistem BI-RTGS (Real Time Gross Sett lement ) dan Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-

RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Sebagian besar

transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) sepert i transaksi di

Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi

valuta asing (valas) serta sett lement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-RTGS.

Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan transaksi

non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real Time Gross

Sett lement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Secara umum

perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa Timur terus mengalami

peningkatan dari waktu ke waktu dengan dominasi terbesar transaksi RTGS.

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)

11,63 8,67 8,31 8,22 8,45 8,44 9,07 8,35 9,45 9,19 9,41

88,37 91,33 91,69 91,78 91,55 91,56 90,93 91,65 90,55 90,81 90,59

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Kliring RTGS

Gambar 3.58 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

75

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)

BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya

dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 17

November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi

pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk High Value

Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi Rp 100 juta ke atas dan

bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi

pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional

yang memiliki peranan signif ikan (Systemically Important Payment System).

Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal

Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal

Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan melalui SKNBI

meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut berlaku sejak

tanggal 31 Mei 2013.

Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya

kebutuhan masyarakat akan nominal transfer SKNBI yang lebih besar. Diharapkan kenaikan

batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan yang lebih luas

kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI sertamendukung

kelancaran Sistem Pembayaran. Hal tersebut cukup efektif mengingat mulai terdapat

peningkatan share kliring terhadap total transaksi non tunai, dari 9,07% pada triwulan III

2013 menjadi 9,41% pada triwulan III 2014.

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

1

10

100

1.000

10.000

100.000

1.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

Tra

nsa

ksi

RTGS

Volume Nominal (Rp Triliun) rhs

Gambar 3.59 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

76

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Selama triwulan III 2014, jumlah nominal transaksi RTGS dari Jawa Timur, ke Jawa Timur

dan antar Jawa Timur tercatat sebesar Rp 453,24 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah -2,86%

(qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu triwulan III 2014 yang tercatat sebesar

Rp 466,6 triliun. Sementara itu volume transaksi RTGS pada periode laporan meningkat dari

sebanyak 239.220 transaksi pada triwulan II 2014 menjadi 382.144 transaksi pada triwulan III

2014. Penurunan nominal transaksi RTGS pada periode laporan diperkirakan didorong oleh

perlambatan transaksi ekonomi masyarakat seiring berlalunya libur tahun ajaran baru dan

ramadhan 2014.

Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar

transaksi RTGS di t ingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian

(60,00)

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

% y

oy

g RTGS (% yoy)

Nominal Volume

(60,00)

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2012 2013 2014

% q

tq

g RTGS (% qtq)

Nominal Volume

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK JEMBER

Nilai (Miliar Rp) Volume

Gambar 3.61 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw III - 2014

Gambar 3.60 Pertumbuhan Transaksi RTGS

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

77

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi

outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas

perekonomian yang cukup menonjol, di mana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa

Timur masih mendominasi besarnya transaksi.

Tercatat transaksi RTGS dari, ke dan antar kota Surabaya selama triwulan III -2014

mencapai Rp 275,66 triliun dengan volume sebanyak 117.457 transaksi. Kota lain di Jawa

Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup t inggi pada periode ini adalah Kediri, Malang,

Gresik dan Jember.

b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui transaksi

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 477

kantor peserta kliring baik langsung maupun t idak langsung yang tersebar di 38

kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia di w ilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan Jember.

Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada

Triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat

jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 47,10 triliun, lebih

rendah apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi

sebesar Rp 47,21 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut lebih rendah -0,23% (qtq)

dibandingkan periode sebelumnya.

dalam jutaan

Jumlah

Kantor

Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal

(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)

Surabaya 252 973.761 40.130.513 44.262 655.114 17.101 858.512 777 39.023 2 6

Malang 74 99.291 4.074.397 4.513 63.278 1.828 79.735 83 3.624 2 6

Kediri 85 34.936 1.668.452 1.588 23.369 659 23.820 30 1.083 2 5

Jember 66 37.910 1.221.910 1.723 18.895 687 20.135 31 915 2 5

Jatim 477 1.145.898 47.095.272 52.086 2.140.694 20.275 982.202 922 44.646 1,77 2,09

Kota

Perputaran Kliring ( D )Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan CekPersentase Rata-2 Penolakan

Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong SehariCek Dan BG Kosong Sehari

Tabel 3.9

Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw III - 2014

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

78

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat penurunan dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada triwulan III 2014 adalah 1,15 juta

lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan). Jumlah tersebut lebih

rendah dari jumlah warkat kliring pada triwulan II 2014 yang tercatat sebanyak 1,20 juta

lembar (turun 4,38% qtq).

3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran

Kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai pada Triwulan

IV 2014 diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan

aktif itas ekonomi masyarakat khususnya pada saat libur natal dan tahun baru 2015.

Optimisme pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada akhir tahun 2014 turut menguatkan

potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jawa Timur selama tahun 2014. Hal

tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran

(PHR) serta stabilitas perbankan.

Bank Indonesia terus mendukung perluasan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yaitu

optimalisasi penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit, kartu

kredit dan e-money. Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)

menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan t inggi negeri di Surabaya untuk

melaksanakan edukasi kepada mahasiswa dan mahasiswa baru dengan target kurang lebih

10.000 mahasiswa. Edukasi GNNT dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi,

seminar, serta pameran atau exhibit ion. Selain itu, Bank Indonesia bersama beberapa

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

0

10

20

30

40

50

60

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

2012 2013 2014

Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

2012 2013 2014

Tolakan Kliring (Rp juta)

Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan

Gambar 3.62 Transaksi Kliring di JawaTimur Gambar 3.63 Tolakan Transaksi Kliring di JawaTimur

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

79

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya telah mempersiapkan toko dan koperasi kampus agar

dapat menyediakan merchant untuk melayani transaksi non tunai.

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan keamanan

penggunaan alat pembayaran non tunai seperti kartu atm, kartu atm debit dan kartu kredit,

Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.13/22/DASP mewajibkan bank untuk mengganti

teknologi kartu ATM dan/atau kartu Debet dari magnetic stripe ke chip dan pin paling kurang

6 (enam) digit paling lambat akhir Desember 2015. Awal tahun 2016 semua kartu ATM

dan/kartu Debet Bank harus wajib menggunakan chip dan pin minimal 6 digit.

Selain itu, melalui Surat Edaran No 14/27/DASP maka per 1 Januari 2015 Bank

Indonesia mewajibkan seluruh penerbit kartu kredit untuk memenuhi ketentuan pemberian

kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Ketentuan tersebut antara lain mengenai batas

minimum usia, batas minimum pendapatan t iap bulan, batas maksimum plafon kartu kredit

yang dapat diberikan, dan batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat

memberikan fasilitas kartu kredit. Dengan demikian diharapkan pengembangan Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT) dapat seiring dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan

penggunaan alat pembayaran kartu.

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

43

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

BOKS IV

Likuiditas Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan f iskal yang

utama bagi pemerintah daerah. Anggaran Belanja Daerah yang tercantum dalam APBD

mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas terkait program

dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Penetapan prioritas beserta

upaya pencapaiannya merupakan konsekuensi dari meningkatnya peran dan tanggung jawab

pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya. Dengan demikian, daerah harus memastikan dana tersebut benar-benar

dimanfaatkan untuk program dan kegiatan yang memiliki nilai tambah besar bagi masyarakat.

Dana Pihak Ketiga (DPK) milik Pemerintah Daerah pada bank umum di Jawa Timur terus

menunjukkan peningkatan hingga Rp 20,06 triliun pada Agustus 2014. Jumlah tersebut

meningkat 31,05% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Tren perkembangan Dana Pihak

Ketiga (DPK) milik Pemda di perbankan Jawa Timur antara lain menunjukkan peningkatan

alokasi dana APBN ke daerah, serta peningkatan kinerja Pemda dalam pengelolaan dana.

Secara umum, DPK Pemda akan meningkat pada Triwulan II s.d III seiring dengan peningkatan

realisasi pendapatan daerah dan masih rendahnya realisasi belanja. Selain itu, pencairan dana

transfer pada awal triwulan II juga turut mendorong peningkatan DPK Pemda di bank umum.

DPK Pemda tersebut akan berkurang cukup signifikan pada akhir tahun (Triwulan IV) seiring

dengan tingginya realisasi belanja daerah.

Gambar II

Proporsi DPK Milik Pemda Gambar I

Perkembangan DPK Milik Pemda

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

I II III IV I II III IV I II 8

2012 2013 2014

Juta

Rp

% yoy

DPK Milik Pemda LDR Bank X (% rhs) Cash Ratio Bank X(% rhs)

45%

0%

55%

Giro Tabungan Deposito

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

44

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

Sebagian besar dana milik Pemda disimpan dalam bentuk deposito (55% ) dan Giro (45% ) pada

perbankan Jawa Timur. Hal tersebut cukup menarik mengingat sejak tahun 2012 terjadi tren

pergeseran bentuk simpanan dana milik Pemda di perbankan, dari giro menjadi deposito.

Tercatat proporsi giro menurun dari 55,25% pada bulan Agustus 2012 menjadi 45,16% pada

Agustus 2014. Sementara itu proporsi simpanan pemda dalam bentuk deposito meningkat dari

sebesar 44,34% menjadi 54,66% . Pergeseran tersebut diperkirakan didorong oleh tren

kenaikan suku bunga deposito yang cukup signif ikan, dari 5,63% pada Agustus 2012 menjadi

7,54% pada Agustus 2014. Sementara suku bunga tabungan dan giro masih stabil di kisaran

1,9% dan 3% . Selain itu, bedasarkan informasi dengan instansi terkait diketahui bahwa

Pemerintah Daerah lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito yang

menjanjikan return yang lebih t inggi dibandingkan giro, sembari menunggu realisasi anggaran

yang besar di akhir tahun.

Dit injau dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), total APBD Provinsi dan

Kabupaten Kota di Jawa Timur tahun 2014 meningkat di kisaran 16% dibandingkan tahun

sebelumnya. Tercatat anggaran pendapatan pada tahun 2014 sebesar Rp 78,45 triliun,

meningkat 15,63% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 67,85

triliun. Anggaran belanja meningkat 15,77% (yoy) dari Rp 71,85 triliun pada tahun 2013

menjadi Rp 83,21 triliun pada tahun 2014. Namun demikian, ketergantungan terhadap

pemerintah pusat yang masih cukup t inggi terlihat dari komposisi anggaran pendapatan Jawa

Timur yang sebagian besar masih didominasi oleh Dana Perimbangan (55% ). Namun demikian

72,53

60,26 60,1767,68 69,03

56,74 57,1051,73

57,88 56,99

45,16

0,42

0,37 0,26

0,62 0,26

0,33 0,230,44

0,19 0,13

0,18

27,05

39,36 39,5731,70 30,70

42,93 42,6747,83

41,93 42,88

54,66

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II 8

2012 2013 2014

Giro Milik Pemda Tabungan Milik Pemda Deposito Milik Pemda

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II 8

2012 2013 2014

%

SB DPK Milik Pemda SB Giro Milik Pemda

SB Tabungan Milik Pemda SB Deposito Milik Pemda

SB DPK Bank Umum

Gambar III

Perkembangan Proporsi DPK Milik Pemda

Gambar IV

Suku Bunga DPK Milik Pemda

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2014

proporsi Dana Perimbangan yang menurun dari 61% pada tahun 2012 menjadi 55% pada

tahun 2014 menunjukkan adanya peningkatan kemandirian f iskal daerah.

Realisasi anggaran khususnya belanja yang rendah pada awal tahun perlu mendapat perhatian.

Sebagaimana periode sebelumnya, realisasi APBD sampai dengan semester I 2014 masih

didominasi oleh anggaran pendapatan dengan realisasi mencapai 43,66% . Sementara realisasi

belanja daerah baru mencapai 22,69% pada semester I 2014. Sehubungan dengan hal

tersebut, akan lebih baik bila Pemda melakukan perbaikan dalam perencanaan anggaran

sehingga tidak kesulitan realisasi pada akhir tahun. Selain itu, dikarenakan porsi Dana Pemda

pada BPD Jatim cukup t inggi yaitu mencapai 51% dari total DPK, maka BPD Jatim perlu untuk

mulai mencari alternatif sumber pendanaan lain sebagai cadangan, misalnya dengan

menawarkan suku bunga yang kompetit if .

0,00

10.000.000,00

20.000.000,00

30.000.000,00

40.000.000,00

50.000.000,00

60.000.000,00

70.000.000,00

80.000.000,00

90.000.000,00

2012 2013 2014

Juta

Rp

Pendapatan BelanjaAPBD Jatim (Juta Rp) 2013 2014

Pendapatan 67,847,880.48 78,451,700.03

Belanja 71,872,046.77 83,205,871.15

Growth Pendapatan (% yoy) 17.60 15.63

Growth Belanja (% yoy) 16.55 15.77

Gambar V

Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim

Tabel I

Perkembangan APBD Provinsi dan Kab Kot Jatim

27%

55%

18%

2014

PAD

Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 4

Perkembangan Keuangan Daerah

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

80

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. UMUM

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan

keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan

dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan

Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara. Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan

suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu

daerah akan berdampak posit if terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

khususnya penerimaan pajak daerah.

APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan

stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung art i bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan

berart i bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada

tahun yang bersangkutan. Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD

sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kebijakan desentralisasi f iskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektif itas pengelolaan sumber daya keuangan

daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh

sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu

kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.

4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur

0,00

5.000.000,00

10.000.000,00

15.000.000,00

20.000.000,00

2010 2011 2012 2013 2014

Pendapatan BelanjaJuta Rupiah

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

81

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan

dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar

Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan

tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran

belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp

18,79 triliun pada tahun 2014.

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah

Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggarkan pada

Tahun 2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan

anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun.

Peningkatan tert inggi adalah pada Pendapatan Pajak Daerah yang direncanakan meningkat

24,27% , dari Rp 8,59 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,68 triliun pada tahun 2014.

Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil dengan prosentase

penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014

(Juta Rupiah)

APBD APBD Perubahan (%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

(Juta Rp) (Juta Rp) %

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 18.799.577,31 14,64

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 12.503.564,80 20,43

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 10.685.000,00 24,27

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 104.887,32 1,24

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 339.967,75 1,51

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 1.373.709,74 2,05

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 3.459.730,70 9,01

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 1.491.306,55 2,46

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.866.548,19 14,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 101.875,97 18,95

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 2.836.281,81 -0,22

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 30.812,40 -16,27

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 2.805.469,41 -0,01

Uraian

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

82

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jawa

Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total

anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,5 triliun. PAD antara lain bersumber dari

penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah.

Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain yang Sah memperoleh proporsi

anggaran yang lebih kecil. Dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp 3,46 triliun atau

18,40% dari anggaran pendapatan daerah, dan anggaran lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah dianggarkan sebesar Rp 2,83 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan daerah.

Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan

terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada

tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun

sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% .Proporsi terbesar dalam anggaran PAD

Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah dana Perimbangan sebesar 18,40% ,dan Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .

Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

83%

1%3%

13%

PAD 2013PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN

ASLI DAERAH YANG SAH

85%

1%

3% 11%

PAD 2014PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN

KEKAYAAN DAERAH YANG

DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN

ASLI DAERAH YANG SAH

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

83

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur sampai dengan triwulan III

2014 sudah sangat baik yaitu mencapai 81,05% dari rencana. Berdasarkan kelompoknya,

realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencatat prosentase tert inggi yaitu 82,93% dari yang

direncanakan. Hal tersebut mencerminkan t ingginya realisasi pendapatan daerah yang antara

lain bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Sumber pendapatan asli daerah yang mencatat realisasi tert inggi adalah hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu mencapai 99,40% . Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini

antara lain dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK dan penyertaan modal daerah

kepada pihak ketiga. Realisasi pendapatan terbesar selanjutnya adalah retribusi daerah yang

antara lain berasal dari retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pasar grosir dan pertokoan,

retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi izin trayek kendaraan penumpang, retribusi

Tabel 4.2

Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 12.829.690,00 83,93 18.799.577,31 15.236.553,24 81,05

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 8.619.793,00 90,51 12.503.564,80 10.369.654,57 82,93

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 6.997.023,00 88,98 10.685.000,00 8.229.109,69 77,02

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 71.420,00 56,50 104.887,32 95.909,56 91,44

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 329.020,00 100,04 339.967,75 337.920,27 99,40

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 1.222.328,00 101,45 1.373.709,74 1.706.715,05 124,24

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 2.188.558,00 75,58 3.459.730,70 2.749.113,15 79,46

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 937.435,00 79,61 1.491.306,55 1.163.093,60 77,99

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.224.486,00 75,00 1.866.548,19 1.555.456,76 83,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 26.636,00 31,10 101.875,97 30.562,79 30,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 2.021.338,00 70,52 2.836.281,81 2.117.785,51 74,67

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 25.151,00 236,94 30.812,40 14.138,42 45,89

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 1.996.187,00 69,90 2.805.469,41 2.103.647,09 74,98

Realisasi

Tw III 2014 Tw III 2013Uraian

Realisasi

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

84

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

air, dan retribusi jembatan t imbang dengan prosentase sebesar 91,44% . Sementara itu

penerimaan pajak daerah juga mencatat realisasi yang cukup t inggi yaitu 77,02% dari rencana

APBD. Penerimaan dari sektor pajak ini antara lain pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak kendaraan di atas air,

pajak air bawah tanah dan pajak air permukaan.

Demikian pula dengan realisasi Dana Perimbangan yang cukup t inggi hingga mencapai

79,46% dari rencana. Sumbangan terbesar berasal dari realisasi Dana Alokasi Umum (DAU)

sebesar 83,33% , disusul kemudian dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dengan

prosentase sebesar 77,99% dari rencana. Sementara itu realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK)

mencatat realisasi yang masih relatif rendah yaitu sebesar 30% dari rencana.

4.2.3. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014

direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja

tahun sebelumnya sebesar Rp 17,611 triliun.Berdasarkan kelompoknya, kelompok Belanja Tidak

Langsung dianggarkan meningkat 13,85% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12,75

triliun. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau

lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 4.3 Realisasi PAD Provinsi Jawa Timur Triwulan III 2013 dan 2014

0

20

40

60

80

100

PENDAPATAN ASLI

DAERAH

DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH

%

2013 2014

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

85

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi

Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp4,47 triliun dengan prosentase

sebesar 35,1% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya

adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun). Sementara

itu,Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai dianggarkan sebesar

Rp 1,94 triliun atau15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase alokasi belanja t idak

langsung pegawai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

14,36% .

Tabel 4.3

Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (Juta Rupiah)

Grafik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur

APBD APBD Perubahan (%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

(Juta Rp) (Juta Rp) %

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 18.796.934,71 6,73

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 12.755.043,69 13,85

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.935.973,67 20,32

BELANJA BUNGA 5.516,77 4.174,94 -24,32

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 4.477.219,66 -12,89

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.149,38 -79,51

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 4.443.118,75 34,70

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 1.703.157,58 68,52

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 179.249,72 120,89

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 6.041.891,02 -5,71

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 698.342,41 -39,72

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 4.123.498,81 3,06

BELANJA MODAL 1.248.575,22 1.220.049,80 -2,28

Uraian

14% 0%

46%

1%

29%

9%

1%

2013BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

15% 0%

35%

0%

35%

13%

2%

2014BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

86

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih

mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegawai

dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56% dan 20,18% .

Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013

menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional

Pemerintah Provinsi Jawa Timur.Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat

dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara

itu prosentase belanja langsung pegawai terhadap total belanja langsung menunjukkan

penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi 11,56% pada tahun 2014.

Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62% pada

tahun 2013 menjadi 68% pada tahun 2018 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan

kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan

dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Sementara alokasi

anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan masih tetap stabil di kisaran 20% dari

belanja langsung.

4.2.3. Realisasi Belanja Daerah

Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur mencapai

58,14% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah apabila dibandingkan realisasi periode

yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2013) yang tercatat sebesar 69,31% . Apabila dit injau

berdasarkan kelompoknya, realisasi tert inggi adalah pada kelompok belanja t idak langsung

dengan realisasi sebesar 60,88% dari anggaran. Belanja dengan realisasi tert inggi pada

Grafik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur

18%

62%

20%

2013

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

12%

68%

20%

2014

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

Page 123: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

87

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

kelompok ini adalah belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Daerah/Pemerintah Desa

dengan prosentase mencapai 84,72% . Sementara itu, belanja bantuan sosial masih mencatat

realisasi terendah yaitu sebesar 27,81% dari rencana.

Kelompok belanja langsung sampai dengan triwulan III 2014 mencatat realisasi sebesar

52,33% dari anggaran yang direncanakan. Realisasi tert inggi adalah belanja pegawai yang

merupakan pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan daerah, dengan prosentase 60,78% . Belanja barang dan jasa yang digunakan

untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang dengan nilai manfaat kurang dari 12 (dua

belas) bulan mencatat realisasi sebesar 58,82% . Sementara itu, belanja modal yang digunakan

untuk pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti

dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,

dan aset tetap lainnya masih mencatat prosentase realisasi yang sangat kecil, yaitu sebesar

25,57% dari rencana.

Secara umum realisasi belanja menunjukkan kinerja yang stabil dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, penerapan prinsip kehati-hatian dalam proses

Tabel 4.4

Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2014 (Juta Rupiah)

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

(Juta Rp) Juta Rp % (Juta Rp) Juta Rp %

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 11.239.678,00 69,31 18.796.934,71 10.927.871,53 58,14

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 7.735.695,00 75,92 12.755.043,69 7.765.872,45 60,88

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.170.993,00 67,85 1.935.973,67 1.226.078,49 63,33

BELANJA BUNGA 5.516,77 3.956,00 71,72 4.174,94 3.057,94 73,25

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 3.784.239,00 75,86 4.477.219,66 2.863.644,60 63,96

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 39.039,00 50,57 12.149,38 3.378,53 27,81

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 1.873.117,00 77,15 4.443.118,75 2.137.484,94 48,11

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 806.235,00 89,28 1.703.157,58 1.442.912,83 84,72

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 58.114,00 93,73 179.249,72 89.315,11 49,83

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 3.503.983,00 58,15 6.041.891,02 3.161.999,08 52,33

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 777.764,00 71,56 698.342,41 424.460,32 60,78

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 2.254.484,00 57,12 4.123.498,81 2.425.512,19 58,82

BELANJA MODAL 1.248.575,22 471.735,00 47,58 1.220.049,80 312.026,57 25,57

Realisasi

Tw III 2014 Tw III 2013Uraian

Realisasi

Page 124: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

88

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

pengadaan yang dilakukan diperkirakan masih menjadi faktor penyebab realisasi belanja daerah

masih di kisaran 58,14% . Selain itu, masih minimnya pembayaran proyek periode laporan juga

menjadi penyebab masih rendahnya realisasi belanja pemerintah. Diperkirakan penyerapan

belanja akan mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014 seiring dengan telah

diselesaikannya kontrak / proyek yang dilaksanakan.

4.3. APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur

Secara umum, APBD Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencatat peningkatan

dibandingkan periode sebelumnya. Total anggaran pendapatan APBD Provinsi dan Kabupaten

Kota di Jawa Timur pada tahun 2014 direncanakan sekitar Rp 78,45 triliun, atau meningkat

15,63% dibandingkan tahun sebelumnya. demikian pula dengan anggaran belanja yang

dianggarkan meningkat 15,77% , dari Rp 71,87 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 83,21

triliun pada tahun 2014. Anggaran belanja modal yang mencerminkan perhatian pemerintah

daerah terhadap pengembangan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, bangunan, irigasi

dan jaringan dianggarkan meningkat cukup t inggi hingga 25,6% , dari Rp 12,02 triliun pada

tahun 2013 menjadi Rp 15,09 triliun pada tahun 2014.

Apabila dit injau dari kinerja realisasi anggaran, sampai dengan semester I 2014 rata-

ratarealisasi anggaran pendapatan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jawa Timur mencapai

43,66% dari APBD. Prosentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (semester I 2013) yang tercatat mencapai 48,39% . Demikian pula dengan rata-rata

realisasi anggaran belanja daerah yang pada periode laporan mencatatkan realisasi sebesar

22,69% , lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai

26,75% . Penurunan realisasi anggaran terjadi hampir di seluruh jenis belanja, termasuk belanja

pegawai, belanja barang jasa, dan barang modal. Realisasi belanja pegawai sebesar 31,38%

Grafik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan III 2013 dan 2014

0

20

40

60

80

BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG

%2013 2014

Page 125: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

89

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 34,57% diperkirakan disebabkan oleh

pengurangan jumlah pegawai honorarium pada periode laporan.

Realisasi belanja hibah dan bantuan sosial yang disalurkan sampai dengan pertengahan

tahun masih relatif rendah, yaitu masing-masing mencapai 19,15% dan 8,72% . Hal tersebut

merupakan dampak dari kebijakan pemerintah provinsi dan daerah yang menahan penyaluran

dana bantuan sosial dan dana hibah selama Pilpres berlangsung, sebagai respon atas

permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pemerintah Pusat. Direncanakan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali akan menyalurkan kedua dana dimaksud pada bulan

September 2014. Selain itu, adanya Peraturan Gubernur No. 9 tahun 2014 tanggal 14 Februari

2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Pemprov Jatim yang

mengatur pemusatan pengadaan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengadaan Barang/Jasa

(P2BJ) diperkirakan juga turut menahan realisasi belanja barang/jasa pada pertengahan tahun

2014 karena masih dalam proses penyesuaian.

4.3.1 Rasio Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur

Tabel 4.5

APBD Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur (Juta Rupiah)

dalam Juta Rp

2013 2014 2013 2014

Pendapatan 67.847.880 78.451.700 48,39 43,66

PAD 17.196.665 20.979.147 49,86 44,30

Pajak daerah 11.890.898 14.362.684 51,78 40,41

Retribusi daerah 1.237.156 1.618.921 46,23 47,99

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 778.540 735.354 61,99 55,11

Lain-lain PAD yang sah 3.290.071 4.262.187 53,11 48,61

Dana Perimbangan 39.341.440 43.320.116 50,52 43,52

DBH 4.323.031 5.251.279 3.825,76 39,30

DAU 32.575.663 35.525.315 52,14 45,94

DAK 2.442.745 2.543.521 26,92 22,31

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 11.309.776 14.152.437 5,73 44,55

Belanja 71.872.047 83.205.871 26,75 22,69

Belanja Pegawai 29.992.330 33.081.189 34,57 31,38

Belanja Hibah 5.994.977 6.363.949 28,34 19,15

Belanja Bantuan sosial 608.468 545.671 11,80 8,72

Belanja Barang dan jasa 13.967.266 17.224.214 24,03 22,13

Belanja Modal 12.018.048 15.094.808 7,97 6,92

APBDUraian

Rata2 Realisasi Semester I

Page 126: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

90

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

Secara umum, rasio pendapatan daerah provinsi dan kabupaten kota di Jawa Timur

menunjukkan kineja yang baik dari tahun ke tahun. Rasio kelonggaran f iskal yang

mencerminkan f leksibilitas pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kegiatan

atau proyek penting pada tahun 2014 mencapai 42,60% , meningkat dibandingkan tahun

sebelumnya (2013) yang tercatat sebesar 40,56% . Namun demikian, posisi rasio f iskal Jawa

Timur yang masih sedikit di bawah rata-rata Jawa membuka peluang pemerintah provinsi dan

kabupaten kota di Jawa Timur untuk meningkatkan ruang f iskal daerah.

Demikian pula dengan rasio ketergantungan daerah Jawa Timur yang menunjukkan

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari rasio PAD terhadap

total pendapatan provinsi dan kabupaten kota Jawa Timur yang meningkat dari 25,35% pada

tahun 2013 menjadi 26,74% pada tahun 2014. Peningkatan rasio PAD terhadap total

pendapatan mencerminkan membaiknya kemandirian daerah yang tercermin dari peningkatan

kemampuan pemerintah daerah dalam optimalisasi pendapatan.

Peningkatan rasio PAD terhadap total pendapatan dimaksud didukung oleh

membaiknya rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Tercatat rasio dana transfer

terhadap total pendapatan Jawa Timur menurun dari sebesar 57,89% pada tahun 2013

menjadi 55,22% pada tahun 2014. Penurunan tersebut mencerminkan peningkatan

kemandirian daerah yang tercermin dari pengurangan t ingkat ketergantungan terhadap dana

pusat. Peningkatan PAD Jawa Timur menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya

kemandirian daerah.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio Kelonggaran Fiskal

2012 2013 2014

41,64%

Grafik 4.7 Rasio Kelonggaran Fiskal Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa

Page 127: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

91

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

4.3.2 Rasio Belanja Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa Timur

Senada dengan rasio pendapatan, rasio belanja daerah provinsi dan kabupaten kota di

Jawa Timur juga menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun. Tercatat rasio belanja pegawai

terhadap total belanja Jawa Timur menurun dari 46,66% pada tahun 2013 menjadi 43,34%

pada tahun 2014. Hal tersebut menggambarkan efisiensi anggaran belanja pegawai sehingga

dapat dialihkan untuk kegiatan lain yang lebih penting, seperti pembangunan infrastruktur

serta sarana dan prasarana.

Selain itu, rasio belanja modal terhadap total belanja yang mencerminkan perhatian

pemerintah daerah terhadap pengembangan infrastruktur meningkat dari 16,72% pada tahun

2013 menjadi 18,14% pada tahun 2014. Penurunan belanja bantuan sosial terhadap total

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio PAD thd Total Pendapatan

2012 2013 2014

25,72%

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio Dana Transfer thd Total

Pendapatan

2012 2013 2014

56,76%

30,00

40,00

50,00

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio Belanja Pegawai thd Total

Belanja

2012 2013 2014

46,2%

Grafik 4.8 Rasio PAD thd Total Pendapatan Provinsi dan

Kabupaten Kota Jawa

Grafik 4.9 Rasio dana Transfer thd Total Pendapatan

Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa

Grafik 4.10 Rasio Belanja Pegawai Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa

Page 128: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

92

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – Tahun 2014

belanja dari 0,85% pada tahun 2013 menjadi 0,66% pada tahun 2014 turut mengkonfirmasi

keberhasilan pemerintah daerah Jawa Timur dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

22,00

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio Belanja Modal thd Total Belanja

2012 2013 2014

17,14%

0,00

0,50

1,00

1,50

Jabagbar Jabagteng Jabagtim JAWA

Rasio Belanja Bantuan Sosial

thd Total Belanja

2012 2013 2014

0,75%

Grafik 4.11 Rasio Belanja Modal thd Total Belanja

Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa

Grafik 4.12 Rasio Belanja Bantuan Sosial thd Total

Belanja Provinsi dan Kabupaten Kota Jawa

Page 129: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 5

Kesejahteraan Masyarakat

Page 130: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

93

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT

5.1. UM UM

Pada triwulan III 2014, data ketenagakerjaan Jawa Timur menunjukkan

penurunan jumlah penduduk yang bekerja serta peningkatan Tingkat Pengangguran

Terbuka. Perlambatan ekonomi di triwulan ini diperkirakan menjadi salah satu penyebab

rendahnya penyerapan tenaga kerja. Selain itu, peningkatan Upah M inimum

Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2014 juga menjadi faktor pendorong

penurunan indikator ketenagakerjaan di triwulan ini. Namun demikian, secara qtq, hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha, penggunaan tenaga kerja cenderung meningkat . Perbaikan

indikator tenaga kerja di triwulan ini terutama terjadi pada sektor industri dan pertanian.

Dari sisi kesejahteraan masyarakat desa, Jawa Timur mengalami peningkatan Nilai

Tukar Petani dan Nilai Tukar Nelayan. Tingginya permintaan komoditas daging

menyumbang peningkatan di sub sektor peternakan, sementara itu, gelombang laut

yang relatif stabil berpengaruh pada peningkatan tangkapan ikan. Kedua hal tersebut

secara posit if meningkatkan kesejahteraan petani maupun nelayan. Dari sisi persentase

penduduk miskin, data masih berada di posisi triwulan II 2014. Angka kemiskinan

mengalami penurunan dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan yang menurun hal ini menunjukkan penurunan ketimpangan pengeluaran di

antara penduduk miskin.

5.2. KETENAGAKERJAAN

5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur

Data ketenagakerjaan Jawa Timur yang dirilis oleh BPS menunjukkan adanya

penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada bulan Agustus 2014,

penduduk yang siap bekerja dan berusia kerja (angkatan kerja) di Jawa Timur menurun

sebesar 2,74% dari 20,71 juta orang menjadi 20,15 juta orang. Sebanyak 95,81%

(19,31 juta orang) dari angkatan kerja tersebut merupakan penduduk yang sedang

bekerja, sisanya merupakan penduduk yang menganggur. Tingkat pengangguran

terbuka mengalami kenaikan dari 4,02% pada bulan Februari 2014 menjadi 4,19% pada

bulan Agustus 2014, namun jika dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2013,

t ingkat pengangguran terbuka cenderung menurun.

Page 131: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

94

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (Ribu orang)

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Penurunan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan perlambatan

ekonomi yang terjadi di triwulan II 2014 (dari 6,40% menjadi 5,94% , yoy). Penurunan

output secara keseluruhan yang disebabkan karena penurunan komponen investasi dan

konsumsi Pemerintah mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja di Jawa

Timur. Secara sektoral, share penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur masih didominasi

oleh t iga sektor utama, yaitu pertanian, perdagangan, dan sektor industri. Pada bulan

Agustus 2014, share tenaga kerja di sektor perdagangan mengalami penurunan (dari

21,79% menjadi 20,86% ), sementara di sektor industri dan pertanian cenderung

meningkat masing-masing dari 14,30% menjadi 14,38% dan dari 36,86% menjadi

37,61% .

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.1

Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral

Feb Aug Feb Aug Feb Aug

Angkatan Kerja 20,157.74 20,238.06 20,462.20 20,432.45 20,717.77 20,149.99

Bekerja 19,331.59 19,411.26 19,653.85 19,553.91 19,885.39 19,306.51

Menganggur 826.15 826.80 808.35 878.54 832.38 843.49

TPAK (%) 69.54% 69.57% 70.11% 69.78% 70.52% 68.12%

TPT (%) 4.10% 4.09% 3.95% 4.30% 4.02% 4.19%

2014Kegiatan

2012 2013

Page 132: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

95

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.2 Grafik 5.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur yang menurun juga ditunjukkan oleh

penurunan penyerapan di sektor formal dan informal. Pada bulan Agustus 2014,

pertumbuhan penyerapan di sektor formal menurun sebesar 1,13% dari 6,81 juta

orang menjadi 6,74 juta orang. Tenaga kerja di sektor formal masih didominasi oleh

pekerja buruh atau karyawan. Begitu pula dengan pertumbuhan tenaga kerja informal

yang menurun sebesar 3,84% dari 13,07 juta orang menjadi 12,56 juta orang yang

didominasi oleh lapangan usaha yang dibantu oleh buruh t idak tetap. Struktur tenaga

kerja Jawa Timur yang didominasi oleh tenaga kerja di sektor informal (65,08% )

mencerminkan t ingginya peranan Usaha M ikro Kecil dan Menengah yang tahan

terhadap gejolak perekonomian. Terbukti pada krisis 1998, sektor UMKM merupakan

Page 133: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

96

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

sektor yang paling mampu bertahan seiring dengan rendahnya interaksi dengan pasar

asing. Namun demikian, ke depan, UMKM Jawa Timur diharapkan mampu bersaing,

baik dari sisi kualitas dan harga, terutama dalam menghadapi Komunitas Ekonomi

ASEAN 2015.

Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jawa Timur masih jauh dari standar.

Terbukti dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di t ingkat

Sekolah Dasar (SD) mencapai 53,31% dari total pekerja di Jawa Timur. Namun

demikian, pada Agustus 2014, jika dibandingkan dengan Agustus tahun 2012, proporsi

jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami penurunan, sementara itu, pekerja

yang lulus SMA, SMK dan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan.

Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di bulan Agustus 2014 juga

merupakan dampak dari kenaikan Upah M inimum Kabupaten/Kota di tahun 2014.

Kenaikan UMK rata-rata Jawa Timur yang mencapai 15,37% direspon oleh pelaku

usaha dengan merelokasi tempat usahanya ke sebagian w ilayah dengan UMK yang

lebih rendah (Jawa Tengah). Respon pelaku usaha yang lain adalah dengan mengurangi

tenaga kerja, sepert i yang terjadi di beberapa perusahaan rokok di Jember, Kediri dan

Malang. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor yang padat karya tersebut secara

signif ikan menurunkan jumlah penduduk yang bekerja dan t ingkat pengangguran

terbuka. Ke depan, dengan potensi adanya kenaikan UMK di tahun 2015, diperkirakan

pasar tenaga kerja di Jawa Timur semakin kompetit if dengan supply of labor yang

t inggi dan demand of labor yang rendah.

5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1

Hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja KPw BI Wilayah IV Jawa

Timur, secara qtq, menunjukkan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja di Jawa

Timur. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, realisasi penggunaan tenaga kerja

mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari indikator realisasi tenaga kerja sebesar

SBT 5,03% atau naik 6,46 poin dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan

tersebut terutama terjadi di sektor pertanian, bangunan, pengangkutan dan komunikasi

serta sektor keuangan. Hasil survei menunjukkan, dunia usaha menganggap secara qtq,

kondisi keuangan relatif baik dengan akses memperoleh kredit yang membaik. Pada

1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan

yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi

(sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.

Page 134: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

97

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

triwulan IV 2014, pelaku usaha memperkirakan penyerapan tenaga kerja mengalami

penurunan, terutama di sektor pertanian

Tabel 5.2

Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur

Grafik 5.5 Grafik 5.6

Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

5.3. KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT PEDESAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin pada

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan III 2014 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

5.3.1. Kesejahteraan Petani

Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statist ik

Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013

mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar

I II III IV I II III IV I II III IV*

REALISASI

1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 -0.17 -0.97 -0.29 0.56 0.47

PERTAMBANGAN 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.73 0.07 0.00 0.39 0.39

INDUSTRI PENGOLAHAN -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 -2.87 -1.13 -1.85 -0.04 1.08

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 0.36 -0.88 -0.43 -0.02 -0.02

BANGUNAN 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.26 0.44 0.00 1.46 0.37

PHR 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 0.79 -2.87 -0.69 -0.34 1.17

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 0.76 0.52 0.61 1.63 1.08

KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.26 1.37 1.10 1.35 0.42

JASA - JASA -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 -0.84 0.51 0.11 0.03 0.03

TOTAL -0.83 7.54 2.70 -1.99 -6.95 -4.81 -6.31 -0.72 -2.94 -1.44 5.03

*) Ekpektasi Penyerapan Tenaga Kerja

PERTANIAN

SEKTOR2012 2013 2014

Page 135: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

98

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2007 yang dirasa t idak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring

dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan.

Tabel 5.3

Nilai Tukar Petani di Jawa

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Nilai Tukar Petani (NTP) di Jawa Timur dan nasional pada triwulan III 2014

menunjukkan peningkatan. Hal ini mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat

pedesaan, khususnya petani. Di Jawa Timur NTP triwulan III 2014 mencapai 105,30,

meningkat 1,01 dibandingkan dengan triwulan II 2014. Jawa Timur yang tergolong

sebagai lumbung pangan nasional dengan volume panen yang t inggi menjadi salah satu

faktor lebih t ingginya NTP Jawa Timur dibandingkan dengan NTP nasional. NTP nasional

mencapai 102,36, lebih t inggi 0,30 dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika

dibandingkan dengan w ilayah lain, pada triwulan III 2014, rata-rata semua Provinsi

mengalami peningkatan NTP, kecuali Banten dan Jawa Barat.

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik5.7

Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt), dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 2013

Peningkatan NTP Jawa Timur disebabkan karena peningkatan indeks yang

diterima petani (IT) lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks yang dibayar

petani (IB). Indeks yang diterima petani meningkat sebesar 2,45 dari 116,54 pada

triwulan II 2014 menjadi 118,99 pada triwulan III 2014. Komoditas yang menyebabkan

Provinsi Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 ∆Banten 105.59 104.35 103.74 (0.61)

Jabar 104.64 104.23 104.16 (0.07)

Jateng 100.28 100.34 101.15 0.81

DIY 102.05 102.10 102.92 0.82

Jatim 104.07 104.29 105.30 1.01

Page 136: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

99

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

kenaikan indeks harga yang diterima petani di triwulan III 2014 antara lain sapi potong,

gabah, minyak nilam, bandeng, tomat, kol, ikan kembung dan ikan kuniran.

Indeks harga yang dibayar petani pada triwulan III 2014 juga meningkat sebesar

1,26 dari 111,74 menjadi 113. peningkatan Indeks yang Dibayar tersebut disebabkan

karena indeks harga konsumsi rumah tangga (inf lasi pedesaan) mengalami kenaikan dan

indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal juga mengalami kenaikan.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan Indeks yang Dibayar petani adalah tomat sayur,

solar, daging ayam ras, sewa alat penangkapan, cabai merah, gas LPG, beras dan rokok

kretek dan f ilter.

NTP Jawa Timur yang meningkat juga disumbang dari peningkatan NTP sub

sektor peternakan dan perikanan. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan sejalan

dengan peningkatan harga komoditas ternak menjelang Idul Adha, sementara

peningkatan sub sektor perikanan seiring dengan peningkatan tangkapan ikan pasca

gelombang laut yang relatif kondusif di pesisir Jawa Timur.

Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.8

NTP Sub Sektor Pertanian di Jawa Timur

5.3.2. Kesejahteraan Nelayan

Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa

Timur mengalami peningkatan di triwulan III 2014. NTN meningkat sebesar 2,48% dari

106,81 menjadi 109,29. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima nelayan

(IT) meningkat sebesar 4,10, lebih t inggi dibandingkan dengan peningkatan indeks harga

yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 1,40.

Page 137: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

100

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan

adalah ikan kembung, ikan kuniran, kepit ing, ikan lemuru, ikan tenggiri, ikan kakap dan

cumi-cumi. Gelombang t inggi terjadi di beberapa w ilayah sentra perikanan Jawa Timur,

sepert i Pantai Grajagan, Banyuwangi. Namun di w ilayah lain, sepert i Lamongan dan

Tuban, gelombang relatif terkendali. Oleh karena itu, tangkapan ikan masih relatif

meningkat dan berkontribusi pada peningkatan indeks yang diterima petani di Jawa

Timur. Apabila dibandingkan dengan w ilayah lain, NTN di Jawa seluruhnya mengalami

peningkatan, kecuali DKI Jakarta.

Indeks yang Dibayar oleh petani mengalami kenaikan terutama disebabkan

karena kebijakan pembatasan solar. Selain itu, disebabkan pula oleh peningkatan indeks

harga konsumsi rumah tangga (terutama bahan makanan) dan indeks harga Biaya

Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPM), terutama biaya sewa (kapal) yang

digunakan nelayan dalam mencari ikan. Komoditas utama yang mengalami kenaikan

Indeks yang Diterima nelayan adalah tomat sayur, solar, sewa alat penangkapan, upah

membersihkan kapal, cabai merah, rokok kretek, serta jaring angkat.

Sumber : BPS Jatim, (diolah) Sumber : BPS Jatim, (diolah)

Grafik 5.9 Tabel 5.4

NTN, IT dan IB Jawa Timur Nilai Tukar Nelayan di Jawa

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIM UR

Secara umum, beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur

menunjukkan kinerja yang posit if diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun

menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),

Provinsi Tw. I 2014 Tw. II 2014 Tw. III 2014 ∆DKI Jakarta 108.23 106.8 105.37 -1.43

Jabar 103.46 105.36 107.26 1.90

Jateng 103.36 106.07 108.78 2.71

DIY 102.91 105.06 107.21 2.15

Jatim 104.33 106.81 109.29 2.48

Banten 110.25 113.01 115.77 2.76

Page 138: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

101

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2 pada

Maret 2014 turun sebesar 0,31 poin dari 12,73% pada September 2013 menjadi 12,42%

atau sebesar 4.786.790 jiwa.

Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik pemerintah pusat maupun daerah

dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah satu contoh program yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah program pemberdayaan

potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan kemiskinan secara

profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal sosial lokal sehingga

dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk penganggulangan

kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan kemiskinan dengan

cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),

fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T) yang bertujuan untuk

menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.

Grafik 5.10

Perkembangan Penduduk M iskin di Jawa Timur (% )

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penghitungannya t idak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis

kemiskinan pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 282.796 per kapita per bulan, meningkat

3,30% dibandingkan dengan September 2013 yang mencapai Rp 273.758 per kapita per

2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan.

Page 139: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

102

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

bulan. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi

di Jawa Timur, serta dampak t idak langsung dari kenaikan tarif listrik industri yang

meningkatkan harga barang hasil industri di Jawa Timur.

Garis Kemiskinan ditentukan secara signif ikan oleh pergerakan Garis Kemiskinan

Makanan (GKM). Pada Maret 2014, Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat sebesar

3,19% menjadi Rp 208.116 per kapita per bulan, sementara Garis Kemiskinan Non Makanan

meningkat sebesar 3,62% menjadi Rp 74.681 per kapita per bulan. Berdasarkan komoditas,

peningkatan GKM banyak disumbang oleh komoditas beras, rokok f ilter, gula pasir, tempe

dan tahu. Sementara itu, GKNM disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik,

pendidikan, dan perlengkapan mandi untuk kawasan perkotaan. Di sisi lain, kawasan

pedesaan disumbang oleh komoditas perumahan, bensin, listrik, kayu bakar dan pendidikan.

Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk M iskin Menurut Daerah

Pembangunan inklusif di Jawa Timur dapat terlihat dengan adanya indikator

penurunan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin yang tercermin pada Indeks

MakananBukan

MakananTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan

Maret 2008 131,487 51,921 183,408 2,438.76 13.15

Maret 2009 145,676 56,948 202,624 2,148.51 12.17 -0.98

Maret 2010 152,965 60,418 213,383 1,873.55 10.58 -1.59

Maret 2011 169,242 65,303 234,546 1,768.23 9.87 -0.71

Sept 2011 174,210 68,193 242,403 1,734.31 9.66 -0.21

Maret 2012 175,806 69,499 245,305 1,630.63 9.06 -0.81

Sept 2012 182,073 71,874 253,947 1,605.96 8.90 -0.16

Maret 2013 187,350 77,853 265,209 1,550.46 8.57 -0.33

Sept 2013 200,620 78,033 278,653 1,622.03 8.90 0.33

Maret 2014 206,858 80,723 287,582 1,535.81 8.35 -0.55

Pedesaan

Maret 2008 118,971 36,461 155,432 4,581.19 23.64

Maret 2009 131,522 43,106 174,628 3,874.07 21.00 -2.64

Maret 2010 139,806 46,073 185,879 3,655.76 19.74 -1.26

Maret 2011 155,457 50,818 206,275 3,587.98 18.19 -1.55

Sept 2011 161,141 53,025 214,166 3,493.00 17.66 -0.53

Maret 2012 167,352 54,864 222,216 3,440.34 17.35 -0.84

Sept 2012 176,674 57,882 234,556 3,354.58 16.88 -0.47

Maret 2013 189,172 61,358 250,530 3,220.80 16.15 -0.73

Sept 2013 202,651 66,643 269,294 3,243.79 16.23 0.08

Maret 2014 209,263 69,166 278,429 3,250.98 16.13 -0.10

Kota + Desa

Maret 2008 125,091 44,020 169,112 7,019.95 18.51 -1.47

Maret 2009 138,440 49,874 188,317 6,022.59 16.68 -1.83

Maret 2010 146,240 53,087 199,327 5,529.30 15.26 -1.42

Maret 2011 162,017 57,711 219,727 5,365.21 14.23 -1.03

Sept 2011 167,360 60,243 227,603 5,227.31 13.85 -0.38

Maret 2012 171,375 61,827 233,202 5,070.98 13.4 -0.83

Sept 2012 179,244 64,540 243,783 4,960.54 13.08 -0.32

Maret 2013 188,306 69,205 257,510 4,771.26 12.55 -0.53

Sept 2013 201,683 72,075 273,758 4,865.82 12.73 0.18

Maret 2014 208,116 74,681 282,796 4,786.79 12.42 -0.32

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

Daerah/ tahun

Jumlah

Penduduk

Miskin (Ribu)

Persentase

Penduduk Miskin

Perubahan

Persentase

Penduduk Miskin

(%)

Page 140: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

103

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kedalaman (Poverty Gap Index) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index).

Kemiskinan t idak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga menyangkut

seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan. Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statist ik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim)

digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan pada Maret

2014 dari 2,07 menjadi 1,85. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

yang menurun dari 0,50 menjadi 0,44. Penurunan keduanya mengindikasikan rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit.

Tabel 5.6

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut

Daerah

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )

Maret 2008 2.34 4.38 3.38

Maret 2009 2.18 3.54 2.88

Maret 2010 1.53 3.18 2.38

Maret 2011 1.51 2.96 2.27

September 2011 1.25 2.67 2.00

Maret 2012 1.25 2.32 1.81

September 2012 1.29 2.52 1.93

Maret 2013 1.31 2.32 1.84

September 2013 1.42 2.66 2.07

Maret 2014 1.16 2.48 1.85

Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )

Maret 2008 0.61 1.23 0.93

Maret 2009 0.60 0.91 0.76

Maret 2010 0.37 0.79 0.59

Maret 2011 0.35 0.72 0.54

September 2011 0.28 0.63 0.46

Maret 2012 0.27 0.48 0.38

September 2012 0.30 0.57 0.44

Maret 2013 0.33 0.52 0.43

September 2013 0.34 0.66 0.50

Maret 2014 0.27 0.59 0.44

Page 141: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BOKS V

Potensi Kenaikan UMK 2015

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Jawa Timur mengalami perkembangan dalam

beberapa waktu terakhir. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, rata-rata UMK di Jawa Timur

meningkat sebesar 219,24% (atau 21% setiap tahunnya), yaitu dari Rp 411.902 di tahun 2004

menjadi Rp 1.314.942 di tahun 2014. Pada tahun 2014, melalui Peraturan Gubernur Jawa

Timur Nomor 78 Tahun 2013 tanggal 20 November 2013, UMK Jawa Timur secara rata-rata

meningkat 15,37% atau sebesar Rp1.314.942, lebih rendah dibanding dengan peningkatan

tahun 2013 yang mencapai 22,14% ataupun rata-rata kondisi normalnya. Secara spasial, UMK

tert inggi dialami oleh Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Surabaya yang

merupakan w ilayah dengan dominasi sektor manufaktur yang relatif t inggi. Secara

keseluruhan, UMK Jawa Timur di tahun 2014, jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Jawa

menduduki urutan terbesar keempat setelah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, sementara

itu, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki UMK yang lebih rendah. Persebaran tersebut

dapat dilihat di gambar 1. Di Jawa Timur, UMK tert inggi dinikmati oleh w ilayah-w ilayah inti

dan peripheral yang memiliki sektor industri yang berkembang, seperti Kota Surabaya,

Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto.

Sementara itu, w ilayah Jawa Timur bagian barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah dan

ketergantungan pada sektor primer memiliki UMK yang paling rendah, sepert i Kota Blitar,

Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan dsb, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 di bawah

ini.

Low WageLower Middle

Wage

Higher Middle

WageHigh Wage

Kota Blitar Kab. Jember Kab. Malang Kota Surabaya

Kab. Blitar Kota Mojokerto Kota Malang Kab. Gresik

Kab. Magetan Kota Probolinggo Kota Batu Kab. Sidoarjo

Kab. Ponorogo Kab. Banyuwangi Kab. Jombang Kab. Pasuruan

Kab. Trenggalek Kab. Lamongan Kab. Tuban Kab. Mojokerto

Kab. Pacitan Kota Kediri Kota Pasuruan

Kab. Bojonegoro Kab. Probolinggo

Kab. Kediri

Kab. Nganjuk

Kab. Sampang

Kab. Lumajang

Kab. Tulungagung

Kab. Bondowoso

Kab. Bangkalan

Kab. Pamekasan

Kab. Sumenep

Kab. Situbondo

Kota Madiun

Kab. Madiun

Kab. Ngawi

Gambar 1. Peta UMK 2014 di Jawa

Page 142: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Pada tahun 2015, UMK diperkirakan mengalami peningkatan dengan mempertimbangkan

perkembangan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, t ingkat inflasi dan Kebutuhan Hidup

Layak (KHL). UMK di 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur seluruhnya telah mencapai 100% dari

Kebutuhan Hidup Layak di masing-masing w ilayah, yang ditunjukkan oleh gambar 2. Wilayah

Jawa Bagian Tengah masih memiliki 13 Kabupaten/Kota yang berada di bawah KHL, sementara

Jawa Bagian Barat memiliki 7 Kabupaten/Kota yang masih berada di bawah KHL. Adanya

w ilayah-w ilayah yang memiliki UMK di bawah KHL mendorong potensi peningkatan UMK yang

lebih t inggi di periode selanjutnya. Sementara itu, di Jawa Timur yang telah mencapai UMK di

atas KHL, peningkatan UMK di tahun 2015 seharusnya hanya mempertimbangkan kenaikan

pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Adanya rencana kenaikan BBM di akhir tahun 2014 juga

diperkirakan mendorong peningkatan inflasi di Jawa Timur dan kenaikan UMK.

Kenaikan UMK di Jawa Timur direspon berbeda-beda oleh beberapa pihak. Dunia usaha

cenderung mengekspektasikan agar kenaikan upah t idak setinggi tahun 2014. Kenaikan upah

akan meningkatkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh pelaku usaha, terutama yang

bersifat padat karya. Beberapa perusahaan rokok di Jawa Timur sepanjang tahun 2014 mulai

mengurangi skala usahanya, baik dengan pengurangan jumlah tenaga kerja maupun

penurunan jumlah barang yang diproduksi. Pasar tenaga kerja di Jawa Timur dinilai kurang

kompetit if seiring dengan relatif rendahnya produktif itas pekerja per hari (rata-rata jam kerja

berkurang sebesar dua jam per hari). Oleh karena itu, dunia usaha mulai melirik pasar tenaga

kerja asing, seperti Vietnam yang memiliki upah pekerja lebih rendah. Dari hasil Focus Group

Discussion dengan dunia usaha, rata-rata kenaikan upah yang ditoleransi adalah sebesar 10% -

12% .

Di sisi lain, pekerja atau buruh menghendaki agar upah mengalami kenaikan sebesar 30% di

tahun 2015. UMK yang dibentuk dari KHL yang merupakan standar hidup pekerja berstatus

lajang, dinilai kurang tepat. Sebagai informasi, di Jawa Timur, 70% pekerja berstatus t idak

lajang yang memiliki kebutuhan hidup lebih besar. Oleh karena itu, kalangan pekerja

menginginkan agar UMK dit ingkatkan, salah satunya melalui penambahan jumlah komponen

KHL dari 60 item menjadi 84 item. Sementara itu, Pemerintah Daerah sebagai pihak penengah,

cenderung menginginkan agar kenaikan UMK di tahun 2015 berkisar antara 16% -20% . Upah

yang terlalu t inggi dikhawatirkan akan mengganggu kinerja sektor usaha, sementara upah

yang rendah dikhawatirkan akan menurunkan daya beli pekerja di Jawa Timur.

Page 143: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan III Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Disparitas upah di Jawa cenderung t inggi, terutama di Jawa Timur dan Jawa Barat.

Semakin t inggi disparitas, maka perbedaan (gap) antara Kabupaten/Kota dengan UMK

tert inggi dan terendah semakin besar. Di Jawa Timur, UMK tert inggi sebesar Rp 2.200.000

terdapat di Kota Surabaya. Nilai tersebut jauh lebih t inggi dibandingkan dengan UMK terendah

di Jawa Timur (sebesar Rp 1.000.000) yang terdapat di Kabupaten Blitar, Kota Blitar,

Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Pacitan.

Oleh karena itu, Jawa Timur menggunakan Upah M inimum Kabupaten/Kota dan belum

membentuk Upah M inimum Provinsi. Begitu pula di empat provinsi lain di Jawa yang belum

menetapkan UMP. Kenaikan UMK di Jawa Timur t idak direspon dengan peningkatan

pengangguran. Gambar 4 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Jawa Timur memiliki

tren yang menurun seiring dengan tren peningkatan UMK. Hal ini disebabkan karena beberapa

faktor, terutama pengembangan sektor riil yang relatif pesat yang mampu menyerap tenaga

kerja dari sektor formal ke informal.

120.00%

56.43%

18.69%

144.75%

72.38%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

JATIM JATENG DIY JABAR BANTEN

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Kenaikan UMK Tingkat Pengangguran

Gambar 2. UM K per KHL 2014

Gambar 3. Disparitas Upah di Jaw a Gambar 4. Kenaikan UM K dan Pengangguran

Jatim

Page 144: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

Bab 6

Perkiraan Ekonomi dan Harga

Page 145: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

104

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR

Tren perlambatan ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih terjadi pada triwulan IV

2014. Perekonomian Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan berada di kisaran 5,50% -

5,90% .

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, konsumsi Pemerintah serta membaiknya kinerja

investasi Jawa Timur. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa indeks ekspektasi

penghasilan di triwulan selanjutnya cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil

survei konsumen (Grafik 6.1). Dikonfirmasi dari hasil survei yang sama, kenaikan penghasilan di

akhir tahun ini disebabkan karena adanya ekspektasi tambahan gaji atau upah pekerja, seperti

bonus akhir tahun dan bonus di hari Natal.

Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen

Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan

Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah Daerah di triwulan IV 2014 diperkirakan

mampu tumbuh sebesar 0,8% (yoy) seiring dengan semakin t ingginya realisasi penyerapan

belanja di akhir tahun. Penyerapan belanja Pemerintah Daerah di akhir tahun secara rata-rata

mencapai 95% dari rencana belanja yang dianggarkan dalam APBD. Peningkatan realisasi

belanja infrastruktur, sepert i percepatan pembangunan Tol Trans Jawa, Frontage Road

Ahmad Yani serta Tol Surabaya Mojokerto diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong

peningkatan realisasi belanja di triwulan IV 2014.

Sumber pertumbuhan selanjutnya adalah kinerja investasi Jawa Timur yang relat if

membaik. Investasi asing diperkirakan mulai masuk ke Jawa Timur. Adanya ekspansi usaha

8090

100110120130140150160170

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini

In

de

ks

Page 146: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

105

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

dan pembangunan pabrik baru, sepert i pabrik semen di Jember yang berkapasitas 1,5 juta

ton per tahun diperkirakan mulai menarik investasi asing di akhir tahun ini. Pertumbuhan

ekonomi negara maju yang diperkirakan mulai membaik juga berkontribusi pada

meningkatnya aliran investasi di Jawa Timur.

Kinerja perdagangan Jawa Timur di triwulan IV 2014 diperkirakan relat if membaik

dengan pertumbuhan impor yang menurun lebih dalam dibanding penurunan pertumbuhan

ekspor. Ekspor Jawa Timur masih didukung oleh kinerja perdagangan antar daerah seiring

dengan t ingginya permintaan bahan pangan dan hasil industri di akhir tahun, terutama

permintaan yang bersumber dari Kawasan Timur Indonesia (KTI). Sementara itu, impor Jawa

Timur masih didukung oleh t ingginya impor bahan baku seiring dengan meningkatnya kinerja

Industri Pengolahan di triwulan IV 2014.

Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha

Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja

Dari sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami peningkatan, terutama sektor

pengangkutan dan komunikasi yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,30% (yoy), lebih

t inggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,00% (yoy). Peningkatan di sektor

ini disebabkan oleh t ingginya arus penumpang dan barang menjelang hari Natal dan Tahun

Baru. Sektor pendukungnya, Perdagangan, Hotel dan Restoran juga diperkirakan mengalami

peningkatan. Sementara itu, sektor pertanian mengalami kontraksi yang relat if signif ikan, yakni

diperkirakan hanya mampu tumbuh sebesar 0,5% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy). Panen tanaman bahan makanan diperkirakan relat if

t inggi di bulan Oktober. Hal ini yang menjadi pendorong utama pertumbuhan di sektor

pertanian. Namun demikian, kinerja sub sektor peternakan yang kembali ke normalnya

menyebabkan pertumbuhan di sektor ini cenderung mengalami kontraksi. Di sektor Industri

pengolahan, pada triwulan ini kinerjanya diperkirakan membaik. Sumber permintaan domestik

Page 147: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

106

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

menjadi penyumbang utama perbaikan kinerja sektor ini. Sub sektor makanan-minuman

diperkirakan masih mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan.

6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIM UR

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka

inflasi kota Jawa Timur pada triwulan IV 2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di

kisaran 4,8% s/d 5,1% .

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tw IV-2014

Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada triwulan IV 2014 dari ketiga kelompok inflasi

relat if meningkat dengan penjelasan sebagai berikut :

Menurun Meningkat Stabil

Tw III-2014 Tw IV-2014 Faktor Risiko

- Berakhirnya musim panen raya beberapa komoditas utama di Jawa

Timur dan dimulainya musim tanam sehingga berpotensi mengurangi

pasokan

- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11 bulan ke

depan

- Potensi berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras terkait

kebijakan pembatasan DOC

- Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru

2015

- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan

Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014

- Adanya kenaikan tarif l istrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif

l istrik rumah tangga (penyesuaian ke-3 pada November 2014)

- Berlanjutnya penyesuaian harga rokok dan rencana kenaikan Cukai

Rokok tahun 2015

- Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi

- Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014

- Belum stabilnya nilai tukar Rupiah

- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi

dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa

- Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya

aktivitas ekonomi

Tw IV-2014

Volatile Food

Tw IV-2014

Tw IV-2014

Core Inflation

Administered

Price

Page 148: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

107

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

1. Volatile Foods

Tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan mulai meningkat pada akhir November dan

mencapai puncaknya pada Desember 2014 sehingga dari sisi permintaan akan mendorong

kenaikan harga. Dari sisi supply, pada triwulan IV 2014 sentra produsen di Jatim telah

memasuki musim tanam sehingga berpotensi mengurangi pasokan di masyarakat

khususnya komoditas beras dan bumbu-bumbuan, sedangkan El Nino diperkirakan

berdampak pada level yang minimal sehingga t idak terlalu mempengaruhi produksi

tanaman pertanian Jatim. Beberapa petani mengantisipasi minimnya hujan dengan

menanam palaw ija yang t idak membutuhkan pengairan dalam jumlah besar sehingga

lahan yang ada tetap dapat dioptimalkan. Dari sisi peternakan, masih terdapat potensi

kenaikan harga sub kelompok daging dan hasil-hasilnya, terkait dengan dampak lanjutan

pembatasan produksi bibit ayam atau day old chicken (DOC) untuk melindungi harga dari

sisi produsen. Mencermati kondisi tersebut, pada triwulan IV 2014 diperkirakan kelompok

ini akan menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar.

2. Administered Prices

Kelompok ini diproyeksi masih akan mengalami tekanan inflasi yang besar di triwulan IV

2014. Berbagai tekanan risiko inflasi yang mendorongnya yaitu penyesuaian tarip listrik

tahap ke-3 pada November 2014, berlanjutnya penyesuaian harga rokok sebagai dampak

lanjutan kenaikan cukai rokok 2013 dan pajak tembakau, potensi kenaikan harga tarif

transportasi karena banyaknya hari libur dan potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi.

3. Core Inflation

Inflasi kelompok ini pada triwulan IV 2014 juga diproyeksi meningkat namun pada level

yang moderat. Tekanan utama inflasi diperkirakan berasal dari ekspektasi masyarakat akan

t ingginya transaksi ekonomi di akhir tahun 2014 sehingga mendorong kenaikan

permintaan dan konsumsi. Tekanan inflasi selanjutnya adalah ekspektasi akan kenaikan

Upah M inimum Kota pada tahun 2015 yang berpotensi mempengaruhi harga jual karena

meningkatnya biaya produksi. Belum stabilnya nilai tukar Rupiah juga menjadi potensi

risiko bagi para pelaku usaha karena mempengaruhi harga perolehan biaya produksi yang

selanjutnya ditransmisikan kepada harga jual.

Page 149: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

108

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6.3 PROSPEK EKONOM I JAWA TIM UR TAHUN 2014

Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai

5,70% -6,10% (yoy), cenderung melambat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% .

Pertumbuhan ini diyakini masih yang tert inggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, hampir seluruh komponen permintaan mengalami perlambatan,

kecuali konsumsi rumah tangga yang diperkirakan masih menjadi penopang utama

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Secara keseluruhan, di tahun 2014, kinerja perdagangan

Jawa Timur mengalami kontraksi seiring dengan perlambatan kinerja ekspor mineral akibat

pemberlakuan UU M inerba. Tantangan ke depan yang harus dihadapi Jawa Timur adalah

pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Komoditas unggulan Jawa Timur diharapkan

mampu bersaing dengan komoditas ASEAN baik secara kualitas maupun harga. Teknologi yang

tepat guna serta efisiensi produksi diharapkan menjadi langkah strategis Jawa Timur dalam

menjawab kebutuhan masyarakat pada high technology goods.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor

utama, Industri Pengolahan dan sektor pendukung (Listrik Gas Air Bersih dan Jasa-Jasa), dan

sektor Pertanian. Industri Jawa Timur yang menjadi backbone industri nasional menyumbang

pertumbuhan ekonomi di tahun 2014. Tingginya tekanan industri pengolahan di tahun 2014

mewarnai kinerja Industri Pengolahan. Kenaikan UMK, kenaikan tarif listrik serta rencana

peningkatan harga BBM berpengaruh pada kinerja perekonomian Jawa Timur di tahun ini.

Tekanan juga terjadi di sektor keuangan, tren pengetatan kredit di Jawa Timur juga menjadi

salah satu faktor yang menekan kinerja sektor keuangan. Sementara itu, sektor pertanian

hingga akhir tahun 2014 t idak signif ikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan

irigasi serta penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang

menahan penurunan produksi tanaman pangan.

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIM UR TAHUN 2014

Tingginya inflasi kelompok administered price akibat kenaikan BBM tahun 2013 telah

termoderasi pada triwulan III 2014, walaupun meningkat kembali karena kenaikan tarip listrik

dan bahan bakar rumah tangga. Dari sisi produksi, adanya bencana banjir dan erupsi Gunung

Kelud pada awal tahun 2014 t idak terlalu berpengaruh terhadap produksi dan t ingkat harga

Jatim karena upaya pengendalian yang tepat dari Pemerintah Provinsi melalui TPID Jatim.

Tekanan inflasi terbesar sepanjang tahun 2014 terjadi pada triwulan I 2014 karena belum

dimulainya musim panen dan triwulan III 2014 karena adanya Hari Raya Idul Fitri dan

Page 150: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

109

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

banyaknya hari libur. Pada triwulan IV 2014, tekana inflasi juga diproyeksi meningkat karena

t ingginya konsumsi masyarakat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2014. Mengacu pada hal

tersebut, inflasi Jatim pada tahun 2014 diperkirakan sesuai dengan arah inflasi nasional yaitu

secara tahunan berada di kisaran 4,5% + 1% .

Tabel 6.2 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko Jatim Tahun 2014

Berdasarkan disagregasinya, sampai dengan akhir tahun 2014 secara tahunan

kelompok administered price diperkirakan masih mengalami tekanan inflasi terbesar, disusul

oleh volatile food dan core inflation. Tekanan inflasi kelompok administered price tahun 2014

diperkirakan berada di kisaran 8% - 10% , relat if lebih rendah dibandingkan tahun 2013

dengan pendorong utama adalah kenaikan harga bahan-bahan rumah tangga, tarip listrik dan

transportasi.

Th.2013 Th.2014 Faktor Risiko

- Tidak terdapat permasalahan pada impor hortikultura

- Stok beras BULOG masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 11

bulan ke depan

- Dampak El Nino namun pada tingkat yang rendah diproyeksi tidak

terlalu mengganggu hasil produksi

- Peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru

2015

- Penerapan kebijakan pembatasan produksi bibit ayam atau day old

chicken (DOC)

- Produksi masih dipengaruhi faktor cuaca

- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai Peraturan

Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014

- Kenaikan tarif l istrik industri (per 1 Juni 2014) dan tarif l istrik rumah

tangga (mulai 1 Juli 2014 dan meningkat 2 bulan sekali)

- Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) pada Januari

dan September 2014

- Berlanjutnya penyesuaian harga rokok

- Dampak lanjutan pembatasan BBM bersubsidi

- Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir tahun 2014

- Belum stabilnya nilai tukar Rupiah

- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi

dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa

- Ekspektasi kenaikan harga UMK tahun 2015

- Peningkatan ekspektasi masyarakat seiring dengan tingginya

aktivitas ekonomi

Core Inflation

Th.2014

Volatile Food

Th.2014

Administered

Price

Th.2014

Menurun Meningkat Stabil

Page 151: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

110

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Tekanan inflasi kelompok volatile food pada akhir tahun 2014 diproyeksi di kisaran 5%

- 8% dan lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan dan ketersediaan pasokan. Faktor produksi

sempat menjadi penyebab t ingginya inflasi kelompok ini pada awal tahun 2014 (berkurangnya

produksi akibat banjir dan erupsi Gunung Kelud), namun mereda kembali seiring t ibanya

musim panen raya. Menjelang akhir tahun 2014, t ingginya permintaan masyarakat khususnya

pada komoditas bumbu-bumbuan dan daging berpotensi meningkatkan inflasi kelompok ini

karena minimnya musim panen di triwulan IV 2014 (telah memasuki musim tanam) dan belum

memadainya tata niaga atau mekanisme logist ik untuk komoditas daging sapi karena relat if

terbatasnya ketersediaan hewan ternak di masyarakat yang dapat dipotong sewaktu-waktu.

Selain itu, Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional juga harus mengirimkan hasil produksi

untuk memenuhi kebutuhan w ilayah/Provinsi lain di Indonesia sehingge berpotensi mengurangi

stok lokal.

Inflasi kelompok core inflation pada akhir tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran

4% - 5% dengan tekanan utama dari sisi domestik. Pendorong utama inflasi antara lain

kenaikan konsumsi masyarakat karena adanya Hari Natal dan Tahun Baru 2015 serta ekspektasi

inflasi akibat penetapan UMK tahun 2015. Selain itu, masih belum stabilnya nilai tukar Rupiah

juga berpotensi mempengaruhi biaya produksi pelaku usaha yang bahan bakunya berasal dari

impor.

Page 152: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

xix

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III – 2014

DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan

tarif dasar listrik.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah

daerah yang dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan

ditetapkan dengan peraturan daerah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan

Gubernur setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian

kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika

untuk setiap instruksi transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat

terhadap komoditas tersebut.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan

berjangka.

Ekspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara

dan antar provinsi.

Faktor Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni

interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi

masyarakat.

Page 153: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

xx

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III – 2014

DAFTAR ISTILAH

Fakor Non Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni

produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang

ditentukan oleh pemerintah (adminisered price).

Financing tto Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank,

baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR

untuk bank konvensional.

Imported inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan

harga di luar negeri (eksternal).

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100.

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat

ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100.

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan

indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

Inflow

Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi

Page 154: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

xxi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III – 2014

DAFTAR ISTILAH

Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertenttu dengan

pemberian bunga, termasuk

• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase

agreement (NPA)

• Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku

ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang

sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.

mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow.

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit

oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank

syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL

adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan dan (3) macet.

Omset

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Outflow

Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Page 155: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

xxii

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan III – 2014

DAFTAR ISTILAH

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh

dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile Food

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya

sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 156: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

lxxii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014

DAFTAR SINGKATAN

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BBM

Bahan Bakar Minyak

BOPO

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

BPS

Badan Pusat Statistik

IHK

Indeks Harga Konsumen

IKK

Indeks Keyakinan Konsumen

KPR

Kredit Pemilikan Rumah

LDR

Loan to Deposit Ratio

LTV

Loan to Value

NIM

Net Interest Margin

NPF

Non Performing Financing

NPL

Non Performing Loan

PHR

Perdagangan, Hotel dan Restoran

PLN

Perusahaan Listrik Negara

PMA

Penanaman Modal Asing

Page 157: KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur (Triliun Rp) 65 Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Bank Berkantor

lxxiii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan III – 2014

PMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri

PMTB

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

q-t-q

Quarter to quarter

RBB

Rencana Bisnis Bank

SKDU

Survei Kegiatan Dunia Usaha

yoy

Year on year